Anda di halaman 1dari 36

PENINGKATAN PELANGGARAN LALU LINTAS

KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT KURANGNYA


KESADARAN HUKUM DI KOTA SURABAYA

Oleh :
Masayu Khofifah
19040704010

Universitas Negeri Surabaya


Fakultas Ilmu Sosial Dan Hukum
Juruasan Hukum
Program Study Ilmu Hukum
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................

BAB I....................................................................................................................................................

PENDAHULUAN..............................................................................................................................

1. Latar Belakang........................................................................................................................

2. Rumusan Masalah:..............................................................................................................

3. Tujuan Penelitian................................................................................................................

4. Manfaat Penilitian...............................................................................................................

5. Kerangka Pikir.....................................................................................................................

6. Penelitian Terdahulu...........................................................................................................

7. Metode Penelitian................................................................................................................

a) Jenis Penelitian.................................................................................................................

b) Lokasi Penelitian..............................................................................................................

c) Informan............................................................................................................................

d) Jenis Data..........................................................................................................................

e) Teknik Pengumpulan Data............................................................................................

f) Teknik Pengolahan Data................................................................................................

g) Teknik Analisis Bahan Hukum.....................................................................................

8. Sistematika Proposal Penelitian........................................................................................

BAB II................................................................................................................................................

2
TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................................

A. Tinjauan Umum Tentang Lalu Lintas..............................................................................

B. Tinjauan Umum Tentang Pelanggaran Lalu Lintas.......................................................

C. Tinjauan Umum Tentang Peraturan Lalu Lintas............................................................

D. Tinjauan Umum Tentang Kesadaran Hukum................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Indonesia adalah negara hukum yang membuat segala sesuatunya

diatur dalam peraturan – peraturan yang dibuat oleh pemerintah untuk

menertibkan masyarakat. Pemerintah membuat berbagai peraturan

dengan sedemikian rupa untuk memudahkan masyarakat untuk

mengetahui apa yang diperbolehkan dan apa yang dilarang di Indonesia.

Dengan pembuatan berbagai peraturan pemerintah berharap agar

masyarakat dapat mematuhi dan menaati pertauran yang telah dibuat dan

telah ada. Salah sataunya adalah peraturan tentang berkendara.

Berkendara adalah salah satu cara manusia untuk berpindah tempat.

Dalam berkendara manusia dapat menggunakan berbagai jenis

kendaraan, dari kemdaraan bermotor, kendaraan yang menggunakan

tenaga hewan dan kendaraan yang menggunakan tenaga manusia. Dalam

berkendara, di Indonesia terdapat peraturan yang mengatur. Hal tersebut

di atur dalam Undang – Undang No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

Dan Angkutan Jalan. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa dengan

peraturan yang telah dibuat, pelanggaran tidak terjadi ditengah – tengah

masyarakat. Banyak kasus pelanggaran yang terjadi dalam lingkup

kehidupan sehari – hari, salah satunya adalah pelanggaran terhadap lalu

lintas. Lalu lintas adalah salah satu sektor yang penting bagi kehidupan

4
pada saat ini. Lalu lintas memiliki peran yang sangat penting sehingga

dalam penyelenggarannya, tujuan dari adanya lalu lintas ini adalah untuk

mewujudkan lalu lintas dengan aman, cepat, lancar, dan tertib. Hal ini

harus dikembangkan untuk mewujudkan keamanan, kesejahteraan, dan

ketertiban berlalu lintas dalam rangka mendukung akuntabilitas

penyelenggara negara. Lalu lintas sangat berpengaruh dalam melakukan

aktivitas, karena jika lalu lintas terganggu maka aktivitas yang lain juga

ikut terganggu.

Pelanggaran lalu lintas adalah pelanggaran yang dilakukan oleh

seseorang yang melakukan pelanggaran di jalan atau disuatu tempat yang

terdapat tanda – tanda lalu lintas seperti yang telah di jelaskan pada

Undang – Undang No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan

Jalan. Pada saat ini banyaknya pelanggaran - pelanggaran lalu lintas yang

dianggap sebagai pelanggaran kecil tetapi dapat mengakibatkan masalah

yang serius yang berdampak pada ketertiban umum, kerugian, dan juga

kematian. Pada bebrapa waktu kebelakang kemacetan adalah faktor yang

sering terjadi pada lalu lintas di Indonesia. Kemacetan dapat terjadi

karena banyak faktor, salah satunya adalah pelanggaran lalu lintas.

Pelanggaran lalu lintas dapat berdampak serius bagi pengguna lalu lintas,

karena tidak patuhnya seseorang pada lalu lintas akan dapat mencelakan

orang lain. Kecelakaan masih sering terjadi karena adanya pelanggaran

lalu lintas yang terjadi. Kurangnya kesadaran pada masyarakat terkait

dengan pelanggaran lalu lintas adalah alasan yang paling paling banyak

5
ditemui, mulai dari tidak memakai helm, tidak membawa surat – surat

kendaraan, dan tidak mematuhi marka jalan. Di Indonesia pelanggaran

yang sering terjadi di masyarakat adalah pelanggaran lalu lintas.

Pelanggaran lalu lintas ini sering terjadi di daerah perkotaan

diseluruh Indonesia, salah satunya di Surabaya. Pelanggaran lalu lintas

yang sering terjadi di Surabaya adalah kurang lengkapanya SIM dan

STNK pada saat berkendara. Faktor tersebut banyak terjadi karena

kebanyakan masyarakat menganggap sepele hal tersebut. Kebanyakan

masyarakat berfikir bahwa jika jarak dekat saat berkendara tidak perlu

membawa SIM, STNK, dan menggunakan helm.

Tahun Jumlah Pelanggaran Setiap Tahun

2018 20.000

2019 42.000

Tabel 1 Data Pelanggaran Lalu Lintas Kota Surabaya Tahun 2018 – 2019

Pelanggaran lalu lintas yang terjadi di Surabaya dari tahun 2019

mengalami penaikan sekitar 50 persen dari tahun 2018. Pelanggaran yang

sering terjaid adalah pelanggaran tidak lengkapnya surat – surat

kendaraan bermotor seperti SIM dan STNK, lalu sisanya adalah

pelanggaran yang tidak menggunakan helm, dan pelanggaran kelebihan

muatan pada kendaraan. Dari data diatas maka dapat disimulkan

masyarakat kota Surabaya masih kurang sadar terhadap hukum dan

peraturan yang telah dibuat oleh pemerintah.

6
Pada Undang – Undang No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas

Dan Angkutan Jalan telah menjelaskan peraturan – peraturan yang wajib

dipatuhi oleh seluruh masyarakat Indonesia. Terdapat pada pasal 57 ayat

2 bahwa seseorang yang menggunakan kendaraan bermotor harus

menggunakan helm yang telah diuji oleh SNI atau berstandart nasional

Indonesia. Dan pada pasal 57 ayat 3 dijelaskan bahwa mobil harus

memiliki banpengganti, saet belt, segitiga pengaman, dongkrak, pembuka

roda, helm dan rompi pemantul cahaya bagi Pengemudi Kendaraan

Bermotor beroda empat atau lebih yang tidak memiliki rumah-rumah;

dan peralatan pertolongan pertama pada Kecelakaan Lalu Lintas. Pada

dua pasal diatas telah dijelaskan apa saja yang harus digunakan pada saat

akan berkendara untuk menjaga keselamatan serta mengurangi terjadinya

pelanggaran lalu lintas.

Pada pasal 77 menjelaskan bahwa setiap orang yang menggunakan

kendaraan bermotor harus memilki Surat Izin Mengemudi (SIM) yang

sesuai denga jenis kendaraannya, SIM tersebut didapatkan dengan cara

mengikuti test tyang dilakukan di Polres. Test SIM tersebut terdapat dua

tahap yaitu test tulis dan test prekatek mengemudi dengan ketentuan

yang telah disiapkan oleh pihak Polres. Pasal 105 menjelasakan bahwa

setiap orang yang menggubnakan jalan harus tertib, menjaga keselamatan

dan keamanan lalulintas. Pada pasal 106 ayat 5 dijelaskan bahwa setiap

orang yang menggunakan kendaraan bermorot harus dapat menunjukan

SIM dan STNK dengan bukti yang sah. Telah dijelaskan pada pasal – pasal

7
diatas apa yang dapat dilakukan saat berkendara tetapi, kesadaran

masyarakat yang masih kurang membuat banyak pelanggran yang terjadi.

Dalam masa pandemi ini tidak dapat dihindarkan dari pelanggaran lalu

lintas pula, walaupun terdapat pembatasan pelanggaran di masa pandemi

tidak dapat di hindarkan. Banyak orang yang masih melakukan

pelanggaran lalu lintas

Lalu pada saat ini pandemi sedang terjadi di seluru bagian dunia.

Pada saat pandemi pemerintah Indonesia membuat beraturan untuk

menggunakan masker dan tidak melakukan kegiatan yang berkerumun.

Selain itu, pemerintah juga melakukan pembatasaan untuk mengurangi

adanya kerumunan yang masih terjadi. Mulai tahun 2019 Kepolisian di

Kota Surabaya melaksanakan oprasi Semeru guna menertibkan pengguna

jalan dan pengemudi kendaraan bermotor yang melakukan pelanggaran

lalu lintas. Oprasi Semeru ini dilaksanakan pada 10 – 14 hari di Surabaya.

Pada saat pandemi seharusnya pelanggaran lalu lintas serta kecelakaan

berkurang tetapi, pada beberapa kota. Namun dalam oprasi Semeru yang

dilakukan oleh pihak kepolisan mecatat bahwa terdapat kenaikan jumlah

pelanggaran lalu lintas yang terjadi pada saat adanya oprasi Semeru.

Tahun Jumlah Pelanggaran Lalulintas Pada

Oprasi Semeru

2019 368

2020 2.364

Tabel 2 Data Pelanggaran Lalu lIntas Oprasi Semeru Kota Surabaya Tahun 2019 - 2020

8
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa tahun 2020 saat Pandemi

dimasa kritis pelanggaran lalu lintas semakin meningkat. Hal ini dapat

disebebkan dari banyak faktor. Karena sepinya jalanan pada saat pandemi

karena adanya Pembatasan yang dilakukan oleh pemerintah. Masyarakat

pengguna kendaraan bermotor menyalah gunakan kelenggangan jalan

tersebut. Dari mulai menerobos lampu merah, tidak mematuhi marka

jalan, berkendara dengan kecepatan tinggi, tidak menggunakan helm,

penggunaan masker, dan pelanggaran – pelanggaran lain. Seharusnya

pada saat pandemi pada saat kritis jumlah pelanggaran lalu lintas juga

dapat di minimalisir, tetapi pada prakteknya pelanggaran lalu lintas

semakin meingkat bahkan lebih dari 50 persen.

Kurangnya kesadaran hukum masyarakat Kota Surabaya terhadap

penggunaan lalu lintas membuat seirng terjadinya pelanggaran. jika

dilihat pihak kepolisia selalu menghimbau masyarakat untuk mematuhi

rambu lalu lintas, menaati marka jalan, dan peraturan peraturan lainnya

melalu speaker yang ada pada lampu merah. Tetapi kembali lagi kepada

masyarkat yang memilih untuk melanggar hal tersebut dengan berbagai

alasan. Padahal semua peraturan yang dibuat oleh pemerintah bukan

semata – mata digunakan untuk menertibkan saja, tetapi juga untuk

menjaga dan mengurai angka kecelakaan yang terjadi. Karena banyaknya

kecelakaan terjadi karena pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh

pengguna jalan. Seperti contoh saat menerobos lampu merah, tidak

mematuhi marka jala, serta berkendara dengan kecepatan tinggi, dapat

9
mengakibatkan kecelakaan. Hal – hal tersbeut yang banyak

mengakibatkan kecelekaan walaupun terdapat faktor lain seperti masalah

pada mesin kendaraan. Tetapi seharusnya masyarakat dapat lebih

mematuhi peraturan yang telah dibuat, karena hal tersebut digunakan

senagi upaya untuk melindungi diri dan menjaga keselamatan diri sendiri

dan bagi pengguna jalan lainnya. Dari latar belakang di atas penyusun

tertarik melakukan penelitian

dengan judul : “PENINGKATAN PELANGGARAN LALU LINTAS

KENDARAAN BERMOTOR AKIBAT KURANGNYA KESADARAN

HUKUM DI KOTA SURABAYA “

2. Rumusan Masalah:

1. Pelanggaran lalu lintas apa yang sering terjadi di Kota Surabaya?

2. Faktor apa yang membuat masyarakat Kota Surabaya belum

menaati peraturan lalu lintas?

3. Apasaja upaya yang telah dilakukan oleh Polrestabes Surabaya

untuk mengurangi pelanggaran lalu lintas?

3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi

di Kota Surabaya

2. Untuk mengetahui faktor – faktor yang membuat masyarakat

Kota Surabaya belum menaati peraturan lalu lintas dengan

benar

10
3. Untuk mengetahui upaya yang telah dilakukan oleh pihak

Kepolisian Kota Surabaya untuk menertiban masyarakat dalam

mematuhi lalu lintas

4. Manfaat Penilitian

1. Secara Teori

Secara teori manfaat penelitiaan dari penelitian ini diharapkan

dapat memberikan wawasan bagi orang lain yang sedang

mengemban ilmu hukum yang khususnya mengenai tindak

pidana elanggaran lalu lintas

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini pada digunakan sebagai bahan

perbandiangan dan untuk mempertegas hukum tentang tindak

pidana pelanggaran lalu lintas. Selain itu, dapat memberikan

informasi bagi mahasiswa tentang tindak pidana pelanggaran

lalu lintas.

11
5. Kerangka Pikir

Pada Undang – Undang No 22


Tahun 2009

Pelanggaran Lalu Lintas

Sanksi Yang Dikenakan Pada


Masyarakat

Upaya Yang Dilakukan Oleh Pihak


Berwajib Untuk mengurangi
Pelanggaran Lalu lIntas

Faktor Kurangnya Kesadaran


Hukum Pada Masyarakat

12
6. Penelitian Terdahulu

Untuk membedakan atau mencari tahu apakah penulis benar –

benar melakukan penelitian sendiri atau membuktikan orisinalitas

dari penelitian ini maka terdapat beberapa penelitian terdahulu

sebagai buktinya. Berikut ini penelitian terdahulu:

Indikator Nama Peneliti Judul

Edi Kurniawan PENERAPAN SANKSI

PIDANA TERHADAP

PELANGGARAN LALU

LINTAS DAN UPAYA

PENAGGULANGANNYA

DI KOTA PALEMBANG

Persamaan Membahas pelanggaran lalu lintas

Perbedaan Perbedaan kota dan pembahasan

kesadaran hukum pada masyarakat

Permbaharuan Meneliti peningkatan pelanggaran lalu

lintas dimasa pandemi

Kontribusi Meneliti peningkatan pelanggaran lalu

lintas dimasa pandemi

Meneliti kesadaran hukum pada

masyarakat terhadap peraturan lalu

13
lintas

Fokus Peningkatan pelanggaran lalu lintas

dimasa pandemi dan ingkat kesadaran

hukum masyarakat Kota Surabaya

Indikator Nama Peneliti Judul

Pangestu Dharma KOMPETENSI

Pratama Putra PERADILAN UMUM

Zakaria DALAM

MENGADILI

PERKARA TILANG

AKIBAT TERDAKWA

TERLAMBAT

MEMBAYAR PAJAK

KENDARAAN

BERMOTOR

DIHUBUNGKAN

DENGAN KUHAPJO

UU NO 22 TAHUN

2009 TENTANG

LALU LINTAS

DAN ANGKUTAN

14
JALAN

Persamaan Membahas pelanggaran lalu lintas

Perbedaan Tidak hanya membahas tentang

keterlambatan membayar pajak

Permbaharuan Meneliti peningkatan pelanggaran lalu

lintas dimasa pandemi

Kontribusi Meneliti peningkatan pelanggaran lalu

lintas dimasa pandemi

Meneliti kesadaran hukum pada

masyarakat terhadap peraturan lalu

lintas

Fokus Peningkatan pelanggaran lalu lintas

dimasa pandemi dan ingkat kesadaran

hukum masyarakat Kota Surabaya

Indikator Nama Peneliti Judul

Ferry Endrawan PENEGAKAN

HUKUM BAGI

PENGEMUDI

KENDARAAN

BERMOTOR

YANG

MENGGUNAKAN

15
TELEPON SELULER.

Persamaan Membahas pelanggaran lalu lintas

Perbedaan Tidak hanya membahas tentang

pelanggaran menggunakan telepon

seluler pada saat berkendara.

Permbaharuan Meneliti peningkatan pelanggaran lalu

lintas dimasa pandemi

Kontribusi Meneliti peningkatan pelanggaran lalu

lintas dimasa pandemi

Meneliti kesadaran hukum pada

masyarakat terhadap peraturan lalu

lintas

Fokus Peningkatan pelanggaran lalu lintas

dimasa pandemi dan ingkat kesadaran

hukum masyarakat Kota Surabaya

7. Metode Penelitian

a) Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian empiris. Penelitian

Empiris adalah metode penelitian hukum yang menggunakan

fakta empiris dan penelitian dengan mengupulkan data yang

diambil dari survey data, wawancara dan perilaku manusia,

16
perilaku verbal yang didapat dari wawancara dan perilaku nyata

yang dilakukan melalui pengamatan langsung. Penelitian empiris

dapat digunakan untuk mengamati hasil dari perilaku manusia

yang berupa fisik maupun arsip.

b) Lokasi Penelitian

Peneliti memilih lokasi penelitian di Surabaya karena menurut

pengamatan dari peneliti masyarakata Kota Surabaya masih

banyak yang melakukan pelanggaran lalu lintas. Untuk itu peneliti

ingin melakukan penelitian terhadap masyarakat Kota Surabaya

untuk mengetahui alasan mengapa mereka melakukan

pelanggaran lalu lintas.

c) Informan

Peneliti mengambil infoman dari masyarakat Kota Surabaya dan

Kepolisian Polrestabes Kota Surabaya. Karena menurut data

masyarakat kota Surabaya memliki data pelanggaran tertinggi di

Jawa timur, yang artinya kebanyakan masyarakat Kota Surabaya

masih kurang menaati peraturan dan belum memiliki kesadaran

terhadap hukum.

d) Jenis Data

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah:

17
a. Bahan Primer adalah bahan sepertu hukum undang – undang

atau peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan bersifat

mengikat, serta masih berlaku:

1) Undang – Undang No 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan

Angkutan Jalan

2) Kitab Undang – undang Hukum Pidana

b. Bahan sekunder adalah bahan yang berasal bahan yang

memeberikan penjelasan tentang hukum primer seperti fakta

hukum, pendapat para ahli, kamus, asas hukum, internet dan

buku-buku teks hukum.

e) Teknik Pengumpulan Data

a. Data sekunder dalam penelitian ini dikumpulkan melaui studi

kepustaka yang mempelajari aturan perundang – undangan

yang terkait dengan permasalahan yang diteliti, serta reverensi

dari buku – buku, artikel ilmiah, hasil penelitian dan pendapat

para ahli hukum berkaitan obyek yang akan diteliti.

b. Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan oleh data yang

diperoleh dari narasumber Polrestabes Surabaya

f) Teknik Pengolahan Data

Peneliti harus memeriksa kembali informasi yang diperoleh dari

responden atau informan dan narasumber guna menemukan

18
kejelasan, konsistensi jawaban atau informasi dan relevansinya

bagi penelitian. Pengelolaan data dilakukan dengan cara sebagai

berikut :

a. Editing, dengan maksud agar kelengkapan dan validitas data

dan informan terjamin.

b. Sistematisasi data, yaitu data harus diklasifikasikan secara

sistematis, artinya semua data harus ditempatkan dalam

kategori-kategori artinya semua data harus ditempatkan

dalam kategori-kategori.

c. Membuat tabulasi, yaitu peneliti membuat tabel-tabel agar

data yang terkumpul dapat disajikan secara sistematis dan

konsisten sesuai dengan tujuan penelitian. Hal ini juga akan

mempermudah peneliti untuk melakukan analisis

g) Teknik Analisis Bahan Hukum

Penelitian ini, data sekunder dan data primer hasil penelitian

lapangan dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif.

Analisis ini dilakukan dengan cara memberikan penafsiran

terhadap data yang didapatkan dari berbagai sumber sehingga

memperoleh gambaran yang mengenai permasalahan yang diteliti

yaitu permasalah pelanggaran lalu lintas keran kurangnya

kesadaran hukum pada masayarkat Kota Surabaya.

19
8. Sistematika Proposal Penelitian

Penyusunan sistematika penulisan digunakan untuk memberikan

gambaran yang jelas tentang penelitan ini. Sistematika penulisan ini

sebagai berikut :

BAB I, Pendahuluan , pada bab ini berisikan Latar belakang masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka

Berfikir, Orisinalitas Penelitian, dan sistematika Penelitian.

BAB II, Tinjauan Pustaka yang berisi uraian tentang tinjauan umum

tentang Lalu Lintas, tinjauan umum tentang Pelanggaran Lalu Lintas,

tinjauan umum tentang Peraturan Lalu Lintas, tinjauan umum tentang

Kesadaran Hukum.

BAB III, Hasil penelitian dan pembahasan, dimana penulis akan

menguraikan hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang

peningkatan pelanggaran lalu lintas di Kota Surabaya, upaya hukum

yang dilakukan oleh pihak kepolisan Kota Surabaya, kesadaran

hukum masyarakat Kota Surabaya.

BAB IV, Kesimpulan dan saran, berisi kesimpulan dari uraian pada

bab –

bab terdahulu, serta saran yang menajdi penutup.

20
21
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Lalu Lintas

Lalu lintas merupakan hal penting bagi kehidupan, karena

suatu masyarakat dapat hidup tumbuh dan berkembang bila ada

produktivitas. Produktivitas itu dihasilkan oleh aktivitas,

sedangkan aktivitas-aktivitas itu melalui dan dengan lalu lintas,

sehingga lalu lintas haruslah aman, selamat, tertib, dan lancar.

Lalu lintas juga merupakan refleksi dari budaya bangsa,

dimana lalu lintas merupakan refleksi tingkat kesadaran dan

tanggung jawab serta disiplin masyarakat sebagai pengguna jalan.

Lalu lintas mempunyai karakteristik dan poin positif tersendiri

sehingga harus dilaksanakan pengembangan dan pemanfaatan

sehingga terjangkau ke seluruh wilayah daratan dengan mobilitas

tinggi sehingga diharapkan menjadi.

Menurut Undang – Undang Nomor 22 tahun 2009 Lalu

Lintas didefinisikan sebagai gerak Kendaraan dan orang di Ruang

Lalu Lintas, yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah

prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan,

orang, atau barang yang berupa jalan dan fasilitas pendukung. Lalu

Lintas menurut Subekti adalah Segala penggunaan jalan umum

22
dengan suatu alat pengangkut. Lalu lintas mempunyai peranan

yang penting dalam mendukung pembangunan nasional sebagai

upaya untuk memajukan kesejahteraan umum yang sesaui dengan

yang diamanatkan oleh UUD Tahun 1945. Lalu lintas harus

dikembangkan potensi dan perananya karena untuk menciptakan

keamanan, ketertiban, dan kesejahteraan, berlalu lintas dalam

rangka mendukung pembangunan ekonomi dan perkembangan

ilmu pengetahuan, serta untuk mengurangi tingkat angka macetan

dan kecelakaan.

Lalu lintas adalah kegiatan gerak kendaraan orang atau

hewan dijalanan. Masalah yang dihadapi dalam perlalulintasan

adalah permasalahan antara kapasitas jaringan jalan dengan

banyaknya kendaraan dan orang yang berlalu-lalang

menggunakan jalan tersebut. Jika kapasitas jaringan jalan sudah

hampir jenuh, apalagi terlampaui, maka yang terjadi adalah

kemacetan lalu lintas dan kecelakaan.

B. Tinjauan Umum Tentang Pelanggaran Lalu Lintas

Di dalam KUHP tidak dijelaskan mengenai arti pelanggaran.

Pelanggaran dapat dibedakan dengan kejahatan melalui sanksi

yang diberikan. Sanksi bagi pelaku pelanggaran umumnya lebih

ringan dari pelaku kejahatan. Istilah “pelanggaran” adalah

23
perbuatan yang sifat melawan hukumnya baru dapat diketahui

setelah ada undang-undang yang mengaturnya.

Maka suatu tindakan dinyatakan telah melanggar apabila

akibat dari perbuatan itu menimbulkan adanya sifat melawan

hukum dan telah ada aturan atau telah ada undang-undang yang

mengaturnya. Walaupun perbuatan itu telah menimbulkan suatu

sifat melawan hukum namun belum dapat dinyatakan sebagai

suatu bentuk pelanggaran sebelum diatur dalam peraturan

perundang – undangan.

Pelanggaran lalu lintas jalan merupakan perbuatan atau

tindakan Pelanggaran yang bertentangan dengan ketentuan-

ketentuan di dalam peraturan perundang-undangan lalu lintas.

Didalam pengertian umum yang diatur oleh UULLAJ (Pasal 1 UU

No. 22 Tahun 2009), tidak ditemukan adanya pengertian secara

limitative tentang apa yang dimaksud dengan pelanggaran lalu

lintas. Pelanggaran yang dimaksud adalah sebagaimana diatur

dalam Pasal 105 Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 yang

berbunyi:

“Setiap orang yang menggunakan Jalan Wajib :

1. Berperilaku tertib; dan/atau

2. Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan

dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan, atau yang dapat

menimbulkan kerusakan jalan. Jika ketentuan tersebut diatas

24
dilanggar maka akan dikualifikasikan sebagai suatu pelanggaran yang

terlibat dalam kecelakaan.”

Pelanggaran menurut Sudarto adalah perbuatan yang oleh

umum baru disadari sebagai tindak pidana, karena undang-

undang menyebutnya sebagai delik, jadi karena ada undang-

undang mengancam dengan pidana, misalnya memparkir motor di

sebelah kanan jalanan. Pengertian pelanggaran tersebut berbeda

dengan pendapat Wirjono Prodjodikoro, yang mengartikan

pelanggaran sebagai “perbuatan melanggar sesuatu dan berhubungan

dengan hukum, yang berarti lain dari pada perbuatan melanggar hukum”.

Adapun pengertian lalu lintas angkutan jalan di dalam Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan dirumuskan tentang pengertian lalu lintas angkutan jalan

secara sendiri-sendiri yakni sebagai berikut: Pasal 1 ayat (1)

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan: “Lalu lintas dan Angkutan Jalan adalah satu kesatuan

sistem yang terdiri atas Lalu Lintas, Angkutan Jalan, jaringan Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan, Prasana Lalu Lintas dan Angkutan Jalan,

kendaraan, Pengemudi, Pengguna Jalan, serta pengelolanya”.

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan: “Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan

dan orang di ruang Lalu Lintas Jalan”.

25
Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan: “Angkutan adalah perpindahan

orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan

menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan”.

Lalu menurut Awaloedin pelanggaran lalu lintas adalah

perbuatan atau tindakan seseorang yang bertentangan dengan

peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan sebagaimana yang

dimaksud dalam Pasal 32 (1) dan (2), Pasal 33 (1) huruf a dan b,

Undang-Undang No. 14 Tahun 2002 atau peraturan

perundangundangan yang lainnya. Definisi pelanggaran lalu lintas

yang dikemukakan oleh Awaloedin tersebut di atas ternyata masih

menggunakan rujukan atau dasar perundang-undangan yang lama

yakni UU No 14 Tahun 1992 yang telah diganti dengan UU No. 22

Tahun 2009, akan tetapi hal tersebut dapat dijadikan suatu

masukan berharga dalam membahas tentang pengertian

pelanggaran lalu lintas.

Sehingga dapat disimpulkan defenisi dari pelanggaran lalu

lintas itu merupakan tindakan dan perbuatan yang bertentangan

dengan aturan yang tertulis dalam peraturan dan perundang-

undangan lalu lintas sehingga dapat menyebabkan gangguan

terhadap keamanan, keselamatan, ketertiban, kelancaran lantas

serta tindakan atau perbuatan yang dapat merusak jalan. Oleh

karena ketertiban merupakan cermin budaya bangsa karena itulah

26
setiap insan wajib turut mewujudkan ketertiban berlalu lintas.

Masyarakat diharapkan mengetahui dan melaksanakan, serta patur

terhadap aturan yang berlaku di jalan raya guna menghindari

terjadinya pelanggaran lalu lintas.

Berpedoman pada pengertian tentang pelanggaran dan

pengertian lalu lintas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang

dimaksud dengan pelanggaran lalu lintas adalah suatu perbuatan

atau tindakan yang dilakukan seseorang yang mengemudi

kendaraan umum atau kendaraan bermotor juga pejalan kaki yang

bertentangan dengan peaturan perundang-undangan lalu lintas

yang berlaku. Ketertiban lalu lintas adalah salah satu perwujudan

disiplin nasional yang merupakan cermin budaya bangsa karena

itulah setiap insan wajib turut mewujudkannya. Untuk

menghindari terjadinya pelanggaran lalu lintas maka diharapkan

masyarakat dapat mengetahui dan melaksanakan serta patuh

terhadap peraturan lalu lintas yang terdapat pada jalan raya.

C. Tinjauan Umum Tentang Peraturan Lalu Lintas

Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang

segala sesuatu mengenai lalu lintas sudah tertuang pada Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan, termasuk juga persoalan izin mengemudi berkendara baik

27
kendaraan bermotor roda 2 ataupun kendaraan roda 4. Polisi lalu

lintas merupakan agent perubahan diruangan publik, penegak

hukum lalu lintas adalah Polisi lalu lintas (Polantas).

Unsur-unsur yang mempengaruhi Polisi lalu lintas dalam

menjalankan tugasnya berasal dari :

1) Data pribadinya (Raw-Input)

2) Pendidikan, tempat pekerjaan maupun instansi lain

(InstrumentInput)

3) Lingkungan sosial (Environtment-Input)

Polisi lalu lintas adalah unsur pelaksana yang bertugas

menyelenggarakan tugas kepolisian yakni turjawali, dikyasa,

regident ranmor, regident pengemudi, penyelidikan dan

penyidikan kecelakaan lalu lintas serta penegakan hukum lalu

lintas guna memelihara kamseltibcar lantas. Pelayanan kepada

masyarakat di bidang lalu lintas dilaksanakan juga untuk

meningkatkan keteraturan dalam penggunaan kendaraan

bermotor, tertib berlalu lintas, retribusi negara atau penerimaan

negara bukan pajak, serta juga kualitas hidup masyarakat karena

merupakan faktor utama pendukung produktivitasnya.

Sesuai amanat Undang-undang Nomor 22 tahun 2009 bahwa

tugas pokok, fungsi, dan peranan Kepolisian dalam hal

penyelenggaraan lalu lintas sebagai urusan pemerintah di bidang

registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor dan pengemudi,

28
penegakkan hukum, operasional manajemen dan rekayasa lalu

lintas, serta pendidikan berlalu lintas. Serta penjabaran tugas

pokok, fungsi, dan peranan Polri tersebut diatur pada Pasal 12

Undang- Undang Nomor 22 tahun 2009 yang meliputi 9 (Sembilan)

hal antara lain ”Pengujian dan penerbitan SIM kendaraan

bermotor, Pelaksanaan registrasi dan identifikasi kendaraan

bermotor, Pengumpulan, pemantauan, pengolahan, dan penyajian

data lalu lintas dan angkutan jalan, Pengelolaan pusat

pengendalian sistem informasi dan komunikasi lalu lintas dan

angkutan jalan, Pengaturan, penjagaan, pengawalan dan patroli

lalu lintas (Turjawali), Penegakan hukum meliputi penindakan

pelanggaran dan penanganan kecelakaan lalu lintas, Pendidikan

berlalu lintas, Pelaksanaan manajemen rekayasa lalu lintas, dan

Pelaksanaan manajemen operasional lalu lintas

D. Tinjauan Umum Tentang Kesadaran Hukum

Di dalam diri setiap manusia maupun kelompok manusia,

biasanya terdapat ide-ide tertentu tentang apa yang diinginkan dan

apa yang dijauhi. Ide-ide tersebut merupakan konsep abstrak di

dalam diri manusia, yang secara socio psichologist terbentuk atas

dasar pengalaman-pengalaman yang diperoleh manusia di dalam

pergaulan hidup. Sudah tentu, bahwa pengalaman-pengalaman

tersebut terlebih dahulu mengalami semacam seleksi, atas dasar

unsur-unsur mental yang terdapat di dalam diri manusia. Hal itu

29
semuanya, antara lain mengakibatkan bahwa manusia kemudian

memberikan ukuran-ukuran tadi adalah kaidah-kaidah atau

norma-norma.

Apabila seseorang berbicara mengenai kesadaran hukum,

maka tidak jarang bahwa dia sendiri kurang mengetahui dengan

tepat, apa yang dimaksudkannya dengan kesadaran hukum

tersebut. Ada kalanya hal itu dikaitkan dengan perasaan seseorang

terhadap hukum, misalnya rasa keadilan. Kadang-kadang

kesadaran hukum dikaitkan dengan masalah puas atau rasa tidak

puas terhadap hukum yang ada. Tidak jarang pula kesadaran

hukum itu dihubungkan dengan perilaku orang, yang artinya jika

perilakunya menyimpang dari hukum, maka tingkat kesadaran

hukumnya rendah dan demikian pula sebaliknya.

Adapun kesadaran hukum menurut para ahli. Kesadaran

hukum menurut Wignjoesoebroto adalah kesediaan masyarakat

dalam berperilaku sesuai dengan aturan hukum yang telah

ditetapkan. Dalam kesadaran hukum memiliki dua dimensi, yaitu

kognitif dan afektif. Kognitif merupakan pengetahuan tentang

hukum yang mengatur perilaku tertentu baik dilarang maupun

diperintahkan sesuai dengan hukum yang telah ditentukan.

Sedangkan afektif merupakan suatu bentuk keinsyafan yang

mengakui bahwa hukum memang harus dipatuhi.

30
Menurut Abdurrahman kesadaran hukum ialah suatu

kesadaran akan nilai-nilai hukum yang terdapat dalam kehidupan

manusia untuk patuh dan taat pada hukum yang berlaku.

Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, kesadaran hukum

merupakan kepatuhan terhadap hukum dari persoalan yang secara

luas, diantaranya masalah pengetahuan, pengakuan, serta

penghargaan terhadap hukum. Kesadaran hukum berpusat pada

adanya pengetahuan hukum, dari adanya pengetahuan hukum

tersebut akan tumbuh suatu pengakuan dan penghargaan terhadap

aturan-aturan hukum, selanjutnya akan timbul suatu kepatuhan

hukum.

Menurut Paul Scholten menjelaskan bahwa kesadaran

hukum yaitu kesadaran yang ada pada setiap manusia tentang apa

hukum itu, apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari

hidup kejiwaan kita dengan mana kita membedakan antara hukum

dengan tidak hukum, antara yang seyogyanya dilakukan dan tidak

dilakukan.

Dari penjelasan di atas, hubungan antara ketaatan dan

kesadaran hukum tidak dapat dipisahkan karena keduanya

memiliki hubungan yang sangat erat. seseorang akan secara suka

rela patuh kepada hukum jika ia menyadari akan pentingnya

hukum. Karena seseorang tidak mungkin dapat patuh kepada

hukum, jika ia tidak memahami dan menyadari akan pentingnya

31
hukum. Kesadaran hukum merupakan kesadaran yang terdapat

dalam diri manusia terhadap hukum yang ada, yaitu yang akan

dimanifestasikan dalam bentuk kepatuhan dan ketidakpatuhan

terhadap hukum. Selain itu, kesanggupan untuk dapat memahami

hukum harus diikuti oleh kemampuan untuk menilai hukum itu

sendiri, terlepas dari adil atau tidaknya hukum tersebut.

Di dalam ilmu hukum, adakalanya dibedakan antara

kesadaran hukum dengan perasaan hukum. Perasaan hukum

diartikan sebagai penilaian hukum yang timbul secara serta merta

dari masyarakat. Kesadaran hukum lebih banyak merupakan

perumusan dari kalangan hukum mengenai penilaian tersebut,

yang telah dilakukannya melalui penafsiran-penafsiran secara

ilmiah.

Persoalan mengenai kesadaran hukum ini pada mulanya

timbul sehubungan dengan usaha untuk mencari dasar atas sahnya

suatu peraturan hukum sebagai akibat dari berbagai masalah yang

timbul dalam rangka dan penerapan suatu ketentuan hukum.

Kemudian hal ini berkembang menimbulkan suatu problema

dalam dasar sahnya suatu ketentuan hukum. Permasalahan

tersebut timbul karena dalam kenyataan di masyarakat banyak

ketentuan-ketentuan hukum yang tidak ditaati oleh masyarakat.

Pada umumnya kesadaran hukum dikaitkan dengan

ketaatan hukum atau efektivitas hukum. Dengan kata lain

32
kesadaran hukum itu menunjukan apakah ketentuan hukum

tertentu benar-benar berfungsi menyangkut masalah atau tidak

dalam masyarakat. Agar terjadi suatu keserasian yang profesional

antara hukum yang diterapkan dengan kesadaran hukum dari

masyarakat, maka peraturan itu sendiri harus rasional dan

dilaksanakan dengan prosedur yang teratur dan wajar. Kesadaran

hukum merupakan interdepedensi mental dan moral yang masing-

masing tergantung pada egonya manusia.

Melalui proses kejiwaan, manusia membedakan perilaku

mana yang harus dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.

Pendapat Paul Scholten ini dipertegas oleh pendapat Soerjono

Soekanto yang mengemukakn bahwa “kesadaran hukum

sebenarnya merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat di

dalam diri manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum

yang diharapkan ada”. Apabila masyarakat tidak sadar hukum,

maka hal ini harus menjadi bahan kajian bagi pembentuk dan

penegak hukum. Ketidak patuhan terhadap hukum dapat

disebabkan oleh dua hal, yaitu :

1) Pelanggaran hukum oleh si pelanggar sudah dianggap

sebagai kebiasaan bahkan kebutuhan;

2) Hukum yang berlaku sudah tidak sesuai lagi dengan

tuntutan kehidupan.

33
Kesadaran hukum dapat diartikan sebagai persepsi individu

atau masyarakat terhadap hukum. Persepsi tersebut mungkin sama

ataupun tidak sama dengan hukum yang berlaku. Hukum di sini

merujuk pada hukum yang berlaku dan hukum yang dicita-

citakan. Dengan demikian hukum di sini meliputi hukum tertulis

dan hukum tidak tertulis. Misalnya hukum Islam dan hukum adat,

walaupun kedua hukum tersebut tidak memiliki bentuk formal

(tertulis) dalam lingkup hukum nasional, akan tetapi hukum

tersebut seringkali dijadikan dasar dalam menentukan suatu

tindakan. Kesadaran hukum berkaitan dengan nilai-nilai yang

tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat. Dengan

demikian masyarakat mentaati hukum bukan karena paksaan,

melainkan karena hukum tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang

ada dalam keadaan masyarakat sendiri. Dalam hal ini telah terjadi

internalisasi hukum dalam masyarakat.

Ajaran-ajaran kesadaran hukum lebih banyak

mempermasalahkan kesadaran hukum yang dianggap sebagai

mediator antara hukum dengan perilaku manusia baik secara

individual maupun kolektif. Oleh karena, kesadaran hukum

banyak sekali berkaitan dengan aspek-aspek kognitif dan perasaan

yang seringkali dianggap sebagai faktor – faktor yang

mempengaruhi hubungan antara hukum dengan pola – pola

perilaku manusia dalam masyarakat. Setiap masyarakat senantiasa

34
mempunyai kebutuhan – kebutuhan utama atau dasar dan para

warga masyarakat menetapkan pengalaman tentang faktor – faktor

yang mendukung dan yang mungkin menghalangi usahanya untuk

memenuhi kebutuhan utama atau dasar tersebut. Apabila faktor –

faktor tersebut di satukan, maka terciptalah sistem nilai – nilai yang

mencakup konsep – konsep abstrak tentang apa yang dianggap

baik dan apa yang dianggap buruk.

35
DAFTAR PUSTAKA

https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2021/selama-operasi-

ketupat-semeru-2021-pelanggaran-lalu-lintas-di-surabaya-naik/

https://www.tagar.id/pelanggaran-lalu-lintas-di-jatim-naik-165

https://www.surabaya.go.id/id/berita/52134/wujudkan-keselamatan-

berkendara

García Reyes, L. E. (2013). Teori Kesadaran Hukum. Journal of Chemical

Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Jiwangga, A. S. (2017). Analisis Faktor Pengaruh..., Argya Sukma Jiwangga,

Fak. Teknik UMP 2017 4. 3, 4–14.

Kementerian Hukum dan HAM. (2013). Kitab Hukum Pidana Indonesia.

Hukum Pidana, 5(2), 1689–1699.

36

Anda mungkin juga menyukai