Anda di halaman 1dari 31

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN LALU LINTAS

JALAN

Logo kampus

OLEH:
NAMA
NIM

PROGRAM STUDI
FAKULTAS
UNIVERSITAS
2024
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN LALU LINTAS
JALAN

Logo kampus

OLEH:
NAMA
NIM

PROGRAM STUDI
FAKULTAS
UNIVERSITAS
2024
DAFTAR ISI

ii
COVER ............................................................................................................i
HALAMAN JUDUL.........................................................................................ii
DAFTAR ISI .....................................................................................................iii
BAB I: PENDAHULUAN ................................................................................1
1.1 Latar Belakang ................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................6
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................7
2.1 Kajian Pustaka .................................................................................7
1. Penegakan Hukum.......................................................................7
2. Pelanggaran Lalu Lintas..............................................................11
2.2 Penelitian Terdahulu........................................................................14
BAB III: METODE PENELITIAN.................................................................20
3.1 Jenis Penelitian ................................................................................20
3.2 Subyek Penelitian.............................................................................22
3.3 Sumber Data.....................................................................................22
3.4 Teknik Pengumpulan Data ..............................................................24
3.5 Teknik Analisis Data .......................................................................25
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................26

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelanggaran lalu lintas merupakan suatu tindak pidana. Yang

dimaksud dengan tindak pidana menurut Moeljatno pada Syamsu (2016)

ialah “perbuatan yang dilarang oleh Undang-undang dan diancam dengan

pidana, barang siapa yang melanggarnya”. Pelanggaran lalu lintas pun

menjadikan salah satu sebab adanya kecelakaan lalu lintas.

Besarnya angka kecelakaan lalu lintas yang menelan kerugian

materi dan hilangnya nyawa manusia tentu menjadi catatan penting,

mengingat transportasi darat memegang peran dalam perekonomian

masyarakat. Akibat dari kecelakaan tentu langsung berdampak besar

terhadap sendi-sendi kehidupan di masyarakat. Mengetahui faktor penyebab

kecelakaan menjadi sebagian cara untuk menyelesaikan masalah kecelakaan

atau setidaknya menekan tingginya angka kecelakaan.

Pelanggaran lalu lintas merupakan suatu tindakan yang diperbuat

oleh seseorang yang sedang mengemudikan kendaraan umum atau

kendaraan bermotor serta pejalan kaki yang bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Masalah yang paling utama dalam

berlalu-lintas yaitu kecelakaan lalu-lintas. Menurut Global Status Report on

Road Safety (2023), sebanyak 1,19 juta korban meninggal di seluruh dunia

akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2023. Di Indonesia sendiri pada
2

tahun 2022 tercatat ada 131.150 kejadian kecelakaan lalu lintas, dengan

26.100 korban jiwa, 12.613 korban luka berat dan 155.781 korban luka

ringan (2022).

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia juga tentunya

sangat berpengaruh terhadap masalah lalu lintas secara umum. Sebagai

contohnya peningkatan jumlah kendaraan bermotor pada tahun 2000 yakni

24.671.330 dan pada tahun 2003 berjumlah 32.774.299 yakni mengalami

peningkatan sebanyak 8.100.594 kendaraan. Peningkatan ini tidak

diimbangi dengan penambahan panjang ruas jalan yang memadai.

Banyaknya kasus pelanggaran lalu lintas termasuk tidak

menggunakana helm untuk kendaraan bermotor yang dilakukan oleh

pengguna jalan akhirnya mengakibatkan angka kecelakaan lalu lintas

semakin meningkat. Implikasi dari permasalahan itu antara lain menyangkut

pelanggaran hukum lalu lintas yaitu pelanggaran batas kecepatan dan

pelanggaran lalu lintas lainnya.

Dampak yang di sebabkan pelanggaran lalu lintas begitu besar

sehingga di perlukan strategi dan langkah-langkah perbaikan sistem

administrasi, prosedur, dan mekanisme penindakan pelanggaran lalu lintas

jalan tertentu yang efektif dan lebih baik. Langkah-langkah dan metode

tersebut berfungsi menciptakan suatu kondisi ketertiban dan kelancaran

dalam berlalu lintas. Dengan penekanan dalam aspek hukum berupa sanksi

hukum bagi pelanggar lalu lintas di harapkan pemakaii atau pengguna jalan
3

mematuhi aturan-aturan berlalu lintas sehingga tidak melakukan

pelanggaran.

Pelanggaran lalu lintas seringkali terjadi dan tentunya menjadi

keprihatinan semua pihak. Upaya menekan angka pelanggaran lalu lintas

serta akibat yang timbul dari terjadinya pelanggaran lalu lintas, pihak

kepolisian sudah melaksanakan berbagai upaya dan kegiatan baik bersifat

preventif maupun represif guna mewujudkan keamanan, keselamatan,

ketertiban, dan kelancaran berlalu lintas yang baik.

Pelanggaran lalu lintas diatur dalam peraturan perundang-undangan

yang termuat dalam Pasal 1 Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Akibat hukum dari adanya pelanggaran

lalu lintas yaitu adanya pidana bagi si pelanggar yang menyebabkan

terjadinya peristiwa itu dan dapat juga disertai tuntutan perdata atas

kerugian material yang ditimbulkan. Untuk menanggulangi pelanggaran lalu

lintas, maka diperlukan regulasi mengenai bagaimana berlalu lintas yang

aman, tertib, lancar dan efisien guna menjamin kelancaran berbagai aktifitas

dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat serta memberikan sanksi yang

tegas bagi pelanggar. Regulasi tersebut diwujudkan dalam Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Pelanggaran aturan batas kecepatan diatur dalam pasal 287 Ayat

(5) Undang- Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan. Pasal 287 Ayat (5) yang menyatakan bahwa:


4

“Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan

yang melanggar aturan batas kecepatan paling tinggi atau paling

rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 Ayat (4) huruf g

atau Pasal 115 huruf a dipidana dengan pidana kurungan paling

lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp500.000,00 (lima

ratus ribu rupiah).”

Penegakan hukum mengenai aturan batas kecepatan mempunyai

orientasi yang sama dengan mekanisme penegakan hukum pada

hakekatnya. Dalam pengertian lain menurut Soerjono Soekanto (1987),

penegakan hukum (law enforcement) menghendaki empat syarat yaitu:

adanya aturan, adanya lembaga yang akan menjalankan peraturan itu,

adanya fasilitas untuk mendukung pelaksanaan peraturan itu, adanya

kesadaran hukum dari masyarakat yang terkena peraturan itu.

Pelanggaran lalu lintas tidak dapat dibiarkan begitu saja, harus ada

upaya penegakan hukum pidana bagi pelanggar aturan lalu lintas sehingga ada efek jera

bagi masyarakat yang melakukan pelanggaran. Perbedaan kejahatan dan

pelanggaran tidak menjadi ukuran lagi untuk menentukan pengadilan

mana yang berkuasa mengadilinya, seperti dahulunya, oleh karena

sekarang semuanya diadili oleh pengadilan negeri. Meskipun demikian,

ada perbedaan dalam cara mengadili (Moeljanto, 2015)

Pemberian sanksi terhadap seorang yang melakukan tindak pidana

bukan semata agar pembuat merasa menderita, akan tetapi menurut


5

Remmelink “ditujukan untuk menegakan tertib hukum, melindungi

masyarakat hukum. penjagaan tertib sosial untuk sebagian besar sangat

bergantung pada paksaan (Hamzah, 2015).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penegakan hukum

sangat penting dilakukan untuk meminimalisir pelanggaran lalu lintas.

Selanjutnya, berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik mengambil

judul penelirian “Penegakan Hukum terhadap Pelanggran Lalu Lintas

Jalan”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan diatas, terdapat rumusan masalah pada

penelitian ini, yaitu:

1. Bagimana pelanggaran lalu lintas yang terjadi di jalan?

2. Bagaimana upaya kepolisian dan pemerintah dalam upaya penegakan

hukum bagi pelanggar lalu lintas jalan?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang sudah ada, maka tujuan yang

ingin dicapai penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pelanggaran lalu lintas yang terjadi di jalan.

2. Untuk menganalisi upaya kepolisian dan pemerintah dalam upaya

penegakan hukum bagi pelanggar lalu lintas jalan.


6

1.4 Manfaat Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian sebagaimana dikemukakan di atas,

maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

a. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini merupakan sarana bagi peneliti untuk menambah

wawasan dan pengetahuan mengenai penegakan hukum terhadap

pelanggaran lalu lintas

b. Bagi Pemerintah

Sebagai bahan masukan agar memberikan kebijakan yang layak bagi

pelanggar lalu lintas.

c. Bagi Kepolisian

Penelitian ini diharapkan dapat terus memotivasi pihak kepolisian agar

selalu bertugas dengan baik khususnya bagi pelanggar lalu lintas.

d. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi

penelitian lain yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti oleh

peneliti. Hasil dari penelitian ini diharap dapat dimanfaatkan sebagai

bahan referensi bagi perpustakaan sebagai bahan pertimbangan baik

untuk menambah wawasan pengetahuan maupun sebagai bahan

perbandingan untuk penelitian yang akan datang.


7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teoritis

1. Penegakan Hukum

a. Pengertian Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah penyelenggaran hukum oleh

petugas penegak hukum dan oleh setiap orang yang mempunyai

kepentingan sesuai dengan kewenangannya masing-masing

menurut aturan hukum yang berlaku (Soerjono Sukanto, 2005).

Penegakan hukum pidana merupakan satu kesatuan proses diawali

dengan penyidikan, penangkapan, penahanan, peradilan terdakwa,

dan diakhiri dengan pemasyarakatan terpidana (Husen, 1990).

Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum adalah

kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam

kaidah-kaidah mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian

penjabaran nilai tahap akhir. Untuk menciptakan, memelihara, dan

mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.

Penegakan hukum pidana adalah penerapan hukumpidana

secara konkrit oleh aparat penegak hukum (faal, 1991). Dengan

kata lain, penegakan hukum pidana merupakan pelaksanaan dari

peraturan-peraturan pidana. Dengan demikian, penegakan hukum

merupakan suatu system yang menyangkut penyerasian antar nilai


8

dengan kaidah serta perilaku nyata manusia. Kaidah-kaidah

tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan bagi perilaku

atau tindakan yang dianggap pantas atau seharusnya. Perilaku atau

sikap tindak itu bertujuan untuk menciptakan, memelihara, dan

mempertahankan kedamaian.

Penegakan Hukum hakikatnya adalah penegakan norma-

norma hukum, baik yang berfungsi suruhan atau berfungsi lain

seperti memberi kuasa, membolehkan, dan menyimpangi. Dalam

suatu negara berdasarkan atas hukum materiil atau sosial yang

bertekad memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan

kehidupan bangsa maka penegakan hukum peraturan perundang-

undangan tidak dapat dicegah (Sunarso, 2003).

Penegakan hukum disebut dalam bahasa Inggris Law

Enforcement, bahasa Belanda Rechtshandhaving. Beliau mengutip

Handhaving Milieurecht, Handhaving adalah pengawasan dan

penerapan (atau dengan ancaman) penggunaan instrumen

administratif, kepidanaan, atau keperdataan dicapailah penataan

ketentuan hukum dan peraturan yang berlaku umum dan individual.

Handhaving meliputi fase law enforcement yang berarti penegakan

hukum secara represif dan fase compliance yang berarti preventif

(Farouk, 1999).

penegakan hukum dilaksanakan melalui berbagai jalur

dengan berbagai sanksinya, seperti sanksi administratif, sanksi

perdata, dan sanksi pidana (Naning, 1993). Penegakan Hukum


9

adalah kewajiban dari seluruh masyarakat dan untuk ini

pemahaman tentang hak dan kewajiban menjadi syarat mutlak,

masyarakat bukan penonton bagaimana hukum ditegakkan akan

tetapi masyarakat aktif berperan dalam penegakan hukum”

(Rahardjo, 1997).

b. Sistem Penegakan Hukum

Ruang lingkup dari istilah "penegak hukum'" adalah luas

sekali, oleh karena, mencakup mereka, yang secara langsung dan

secara tidak langsung berkecimpung dibidang penegakan hukum.

Di dalam tulisan ini, maka dimaksudkan dengan penegak hukum

akan dibatasi pada kalangan yang secara langsung berkecimpung

dalam bidang penegakan hukum yang tidak hanya mencakup “law

enforcement'', akan tetapi juga "peace maintenance". Kiranya

sudah dapat diduga kalangan tersebut mencakup mereka yang

bertugas di bidang- bidang kehakiman, kejaksaan, kepolisian,

kepengacaraan dan pemasyarakatan (Kuntoro, 2007).

Seorang penegak hukum, sebagaimana halnya dengan

warga-warga masyarakat lainnya, lazimnya mempunyai beberapa

kedudukan dan peranan sekaligus. Dengan demikian tidaklah

mustahil, bahwa antara berbagai kedudukan dan peranan timbul

konflik (status conflict "dan conflict of roles). Kalau di dalam

kenyataannya terjadi suatu kesenjangan antara peranan yang

seharusnya dengan peranan yang sebenarnya dilakukan atau


10

peranan aktual, maka terjadi suatu kesenjangan peranan (role-

distance).

c. Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

Penegakan hukum adalah proses dilakukannya upaya

untuk tegaknya atau berfungsinya normanorma hukum secara nyata

sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-

hubungan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Membicarakan penegakan hukum pidana tidak hanya mengenai

penerapan aturan-aturan yang berlaku, namun juga mengenai apa

yang dilakukan oleh aparat penegak hukum untuk mengatasi

problematika yang ada dalam penegakan hukum.

Oleh karena itu, dalam menangani masalah-masalah dalam

penegakan hukum pidana yang terjadi di dalam masyarakat dapat

dilakukan upaya preventif atau tanpa menggunakan hukum pidana

yang lebih menitikberatkan pada pencegahan sebelum terjadinya

kejahatan dan represif atau hukum pidana yang lebih

menitikberatkan pada pemberantasan setelah terjadinya kejahatan

yang dilakukan dengan hukum pidana yaitu sanksi pidana yang

merupakan ancaman bagi pelakunya. Upaya represif ini dilakukan

apabila upaya preventif tidak berhasil (Sumadikira, 2010).

Secara umum, sesuai yang dikemukakan Soerjono

Sukanto, ada 5 f a k t o r yang mempengaruhi penegakan hukum

yaitu :
11

1) Faktor hukumnya sendiri dibatasi dari berlakunnya UU

mengenai asas dan tujuan berdampak positif.

2) Faktor penegak hukum yaitu pihak-pihak yang membentuk

maupun menerapkan hukum.

3) Faktor sarana yang mendukung penegakan hukum supaya

berjalan lancar.

4) Faktor masyarakat yakni lingkungan dimana hukum

tersebut berlaku.

5) .Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa

yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.

2. Pelanggaran Lalu Lintas

a. Pengertian Pelanggaran Lalu Lintas

Pengertian lalu lintas menurut Pasal 1 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

didefinisikan sebagai gerak kendaraan dan orang di ruang lalu

lintas jalan, sebagai prasarana yang diperuntukkan bagi gerak

pindah kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa jalan

dengan fasilitas pendukungnya. Menurut Muhammad Ali, lalu

lintas adalah berjalan, bolak balik, perjalanan di jalan. Ramdlon

Naning juga menguraikan pengertian tentang lalu lintas yaitu gerak

pindah manusia dengan atau tanpa alat penggerak dari satu

tempat ke tempat lain. Sedangkan menurut Poerwodarminto

bahwa lalu lintas adalah Perjalanan bolak- balik; Perihal perjalanan


12

di jalan dan sebagainya; Berhubungan antara sebuah tempat.

Berdasarkan pengertian dan definisi- definisi di atas dapat

diartikan bahwa lalu lintas ialah setiap hal yang berhubungan

dengan sarana jalan umum sebagai sarana utama untuk tujuan yang

ingin dicapai. Lalu lintas juga dapat diartikan sebagai hubungan

antara manusia dengan atau tanpa disertai alat penggerak dari

suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan jalan sebagai

ruang geraknya. Selanjutnya ruang lalu lintas adalah prasarana

yang diperuntukkan bagi gerak pindah kendaraan, oranf dan/ atau

barang yang berupa jalan dengan fasilitas pendukungnya (Wiyono

dkk, 2023).

b. Faktor Penyebab Terjadinya Pelanggaran Lalu Lintas

Pelanggaran lalu lintas jalan sesuai di Markas Besar

Kepolisian Negara Republik Indonesia Akademi Kepolisian

(2009) adalah perbuatan yang bertentangan dengan lalu lintas atau

peraturan pelaksanaannya. Menurut Soedjono Soekanto, faktor

peyebab terjadinya pelanggaran lalu lintas adalah:

1) Faktor Manusia

Biasanya disebabkan oleh pemakai jalan yang kurang disiplin

dan memperhatikan kesadaran hukum, baik sebagai

pengemudi, pemilik kendaraan, pejalan kaki, maupun pencari

nafkah (supir). Adanya tingkah lalu sebagian dari pengemudi

yang tidak takut melakukan pelanggaran karena adanya faktor-


13

faktor yang menjaminnya seperti diselesaikan dengan jalan

“atur damai” membuat para pelanggaran lalu lintas

menyepelekan peraturan-peraturan yang berlaku berkaitan

dengan lalu lintas.

2) Faktor Sarana Jalan

Sarana jalan sebagai penyebab terjadinya pelanggaran dan

kecelakaan lalu lintas jalan antara lain disebabkan karena

adanya pipa galian. Pipa galian ini bisa seperti galian pipa

listrik, pipa air minum dan sebagainya yang kesemuanya itu

dapat mengakibatkan terjadinya arus kemacetan. Selain dari

adanya pipa galian, faktor lain dari sarana jalan ialah adanya

jalan-jalan yang telah rusak dan mengakibatkan adanya

genangan-genangan air ketika hujan turun. Genangan-

genangan air ini biasanya membuat kemacetan juga sering

menimbulkan adanya kecelakaan yang terjadi antar

pengguna jalan.

3) Faktor Kendaraan

Kendaraan sebagai salah satu faktor penyebab terjadinya

pelanggaran lalu lintas berkaitan erat dengan adanya

perkembangan jenis kendaraan yang semakin pesat bersamaan

dengan perkembangan teknologi pembuatan kendaraan,

sehingga berbagai jenis dan jumlah kendaraan mampu

diproduksi dalam jangka waktu yang relativ singkat.


14

Pekembangan kendaraan yang semakin pesat ini apabila tidak

diimbangi dengan perkembangan sarana jalan yang

memadai, maka dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas.

Arus lalu lintas yang padat dapat menyebabkan terjadinya

kejahatan seperti penjambretan, penodongan, pencopetan dan

lain sebagainya. Pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi dari

faktor kendaraan adalah antara lain ban motor yang sudah

gundul, lampu weser yang tidak berfungsi sebagaimana

mestinya dan lain sebagainya.

4) Faktor Keadaan Alam (lingkungan)

Pelanggaran lalu lintas yang disebabkan karena faktor

keadaan alam atau lingkungan biasanya terjadi dalam keadaan

yang tidak terduga. Ketika hujan turun, maka pada umumnya

semua kendaraan akan menambah laju kendaraannya sehingga

pelanggaran lalu lintas akan sangat mungkin terjadi. Misalnya

seseorang pengendara motor yang takut terkena air hujan

sehingga tidak segan-seganmemilih jalan pintas baik dengan

melanggar rambu lalu lintas atau tetap mematuhi peraturan

yang ada.

2.2 Penelitian Terdahulu

Peneliti dan Judul Metode Hasil

Tahun

Ida Ayu Putu Penegakan Penelitian Hasil Penelitian


15

Moniuka Dewi Hukum kualitatif menunjukkan bahwa

dkk (2020) terhadap anak penyelesaian hanya

dalam pada tahap diversi di

Pelanggaran kepolisian, karena anak

Lalu Lintas bersusia 15 tahun dan

yang menjadi tersangka

Menyebabakan serta ancaman kurang

hilangnya dari 7 (tujuh) tahun,

Nyawa Orang dimana anak tersebut

Lain di Kota melanggar Pasal 310

singaraja Ayat (4) Undang-

Undang Nomor 22

Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan

Asmady Irfan Peran Polisi Penelitian Peran Polantas dalam

(2019) Lalu Lintas Kulitatif upaya penegakan hukum

dalam Upaya terhadap pengendara

Penegakan sepeda motor di Painan

Hukum sangat perlukan

terhadap penanggulangan seperti

Pelanggaran melakukan upaya

Lalu Lintas preventif dan upaya


16

oleh represif untuk

Pengendara penanggulangan dan

Sepeda Motor mengurangi kasus

di Kabupaten pelanggaran lalu lintas

Pesisir Selatan yang dilakukan oleh

(Studi di pengendara sepeda motor

Wilayah di Painan, untuk

Hukum Polres mengurangi angka

Palnan) pelanggaran lalu litas

oleh pengendara sepeda

motor di Painan tentu

tidak selalu berjalan

dengan lancar, pihak

Polantas memiliki

hambatan-hambatan

seperti tidak jeranya

pengemudi dan

menganggap peraturan

lalu lintas aman asalkan

tidak tertangkap oleh

Polantas dan

menganggap melakukan

pelanggaran dapat
17

menghabiskan waktu

untuk mencapai tujuan

saat berkendara , salah

satu upaya yang

dilakukan oleh pihak

Polantas dalam upaya

menanggulangi

pelanggaran lalu lintas

oleh pengendara sepeda

motor di Paian adalah

melakukan razia, dan

memberikan penyuluhan

kepada masyarakat untuk

saling mengingatkan

kepada keluarga akan

membahayakan

pelanggaran peraturan

lalu lintas saat

berkendara.

Idrus Penentuan Penelitian Penerapan metode

Ramadhan dkk Pola tinjauan Analytic Network

Penindakan Process (ANP) sudah


18

(2021) pelanggaran ppustaka banyak diterapkan di

lalu Liontas di berbagai negara maju,

DKI Jakarta karena sistem sudah bisa

Menggunakan memberikan hasil sebuah

Metode analisa yang dihasilkan

Analytic dari data yang di

Network dapatkan, dengan metode

Process (ANP) Analytic Network

Process (ANP) akan

sangat membantu pihak

kepolisoan dalam proses

pengawasan dan

penindakan dalam

mengambil keputusan

hukuman tilang. Pada

penelitian ini penulis

menggangkat penelitian

tentang penerapan

metode Analytic

Network Process (ANP)

pada proses penindakan

pelanggaran lalu lintas

yang bisa diterapkan di


19

ibukota DKI Jakarta,

metode Analytic

Network Process (ANP)

membantu sistem

memutuskan hukuman

tilang bagi pelanggar

peraturan lalu lintas.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan studi pustaka yang ada pada Undang-

Undang terkait pelanggaran lalu lintas serta. Karena yang diteliti adalah teks

tertulis penelitian ini tergolong dalam pendekatan penelitian kepustakaan

(library research). Penelitian Kepustakaan (library research) adalah

penelitian yang dilaksanakan dengan menggunakan literatur (kepustakaan)

baik berupa buku, catatan maupun laporan hsil penelitian dari penelitian

terdahulu.

jenis penelitian kepustakaan (library research) yaitu serangkaian

kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka

(Mahmud, 2011). Menurut M. Nazir, studi kepustakaan adalah teknik

pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-

buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada

hubungannya dengan masalah yang dipecahkan. Studi kepustakaan

merupakan langkah yang penting dimana setelah seorang peneliti

menetapkan topik penelitian, langkah selanjutnya adalah melakukan kajian

yang berkaitan dengan teori dan topik penelitian. Dalam pencarian teori,

peneliti akan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari

kepustakaan yang berhubungan. Sumber-sumber kepustakaan dapat


21

diperoleh dari buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis dan

disertasi), dan sumber-sumber lainnya yang sesuai (internet, koran dll).

Bila peneliti telah memperoleh kepustakaan yang relevan, maka

segera untuk disusun secara teratur untuk dipergunakan dalam penelitian.

Oleh karena itu studi kepustakaan meliputi proses umum seperti

mengidentifikasikan teori secara sistematis, penemuan pustaka, dan analisis

dokumen yang memuat informasi yang berkaitan dengan topik penelitian

(Nazir, 2023).

Adapun tahap-tahap yang harus ditempuh peneliti dalam penelitian

kepustakaan adalah Pertama, mengumpulkan bahan- bahan penelitian.

Bahan yang dikumpulkan adalah berupa informasi data empirik yang

bersumber dari buku-buku, jurnal, hasil laporan penelitian resmi maupun

ilmiah dan literatur lain yang mendukung tema penelitian ini. Kedua,

membaca bahan kepustakaan. Dalam membaca bahan penelitian, pembaca

harus menggali secara mendalam bahan bacaan yang memungkinkan akan

menemukan ide-ide baru yang terkait dengan judul penelitian. Ketiga,

Membuat catatan penelitian. Keempat, Mengolah catatan penelitian. Semua

bahan yang telah dibaca kemudian diolah atau dianalisis untuk mendapatkan

suatu kesimpulan yang disusun dalam bentuk laporan penelitian (Zed,

2008).

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, yaitu

suatu penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisis

fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi,


22

pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Beberapa deskripsi

digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan yang mengarah

pada penyimpulan (Sukmadinata, 2008).

3.2 Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah orang yang diminta untuk memberikan

keterangan tentang suatu fakta atau pendapat untuk memperoleh keterangan

penelitian atau data. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah kebijakan

pemerinyah yakni Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan.

3.3 Sumber Data

.Dalam penelitian kepustakaan (library research) sumber data

dalam penelitian adalah subjek dimana data dapat diperoleh. Sumber data

dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu sumber data primer

dan sumber data sekunder.

a. Sumber Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan oleh

orang yang melakukan penelitian yang bersumber dari prosedur dan

teknik pengambilan data pada subjek sebagai sumber informasi yang

dicari. Data ini disebut juga dengan data tangan pertama atau data yang

langsung berkaitan dengan obyek riset (Anwar, 2009). Sumber data

dalam penelitian ini adalah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009


23

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber sekunder diperoleh dari sumber tidak langsung yang

biasanya diperoleh dari pihak lain misalnya lewat dokumentasi atau

orang lain. Data sekunder ini merupakan sumber data yang

berkompetensi dan relavan dengan masalah yang akan dibahas, tetapi

data sekunder ini bukan menjadi sumber data yang utama dalam

pembahasan ini (Naim, 2017) Dalam studi ini data sekundernya adalah

buku-buku yang mendukung peneliti untuk melengkapi isi serta

interpretasi dari kitab maupun buku dari sumber data primer, berupa

tulisan-tulisan yang sudah mencoba membahas mengenai Undang-

Undang Nomor 22 Tahun 2009 dan literatur-literatur yang relevan

dengan penelitian ini.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam suatu penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka

peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang

ditetapkan (Sugiyono 2007). Teknik pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah kepustakaan dan dokumentasi.

a. Kepustakaan

Teknik kepustakaan merupakan cara pengumpulan data dengan


24

bermacam material yang terdapat diruang kepustakaan seperti buku,

koran, majalah, naskah, dokumentasi dan sebagainya yang relevan

dengan penelitian.

Menurut Sugiyono, studi kepustakaan berkaitan dengan kajian

teoritis dan referensi lain yang berkaitan dengan nilai, budaya dan norma

yang berkembang pada situasi sosial yang diteliti, selain itu studi

kepustakaan sangat penting dalam melakukan penelitian, hal ini

dikarenakan penelitian tidak akan lepas dari literatur-literatur Ilmiah.

b. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu salah satu metode pengumpulan data yang

digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Pada intinya metode

dokumen adalah metode yang digunakan untuk menelusuri data historis.

Dengan demikian, pada penelitian sejarah, maka bahan dokumen

memegang peranan yang amat penting

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya- karya monumental

dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan, misalnya catatan

harian, sejarah kehidupan, cerita, biografi, peraturan, kebijakan.

Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa,

dan lain sebagainya. Dokumen yang berbentuk karya, misalnya karya

seni yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain sebagainya.

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dokumen berupa

kitab-kitab yang berkaitan dengan akhlak anak.


25

3.5 Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk

mudah dibaca dan diinterprestasikan. Dalam penelitian ini setelah

melakukan pengumpulan data maka data tersebut dianalisis untuk

mendapatkan kesimpulan, bentuk teknik dalam analisis data ini adalah

content analisys atau analisis isi. Menurut Hadari Nawaai yang dikutip oleh

Soejono dan Abdurrahman bahwa analisis isi (content analisys) dalam

penelitian dilakukan untuk mengungkapkan isi sebuah buku yang

menggambarkan situasi peneliti dan masyarakatnya pada waktu buku itu

ditulis.

Burhan Bungin mendefinisikan analisis isi (content analisys) adalah

teknik penelitian untuk membuat inferensi- inferensi yang dapat ditiru

(replicabel) dan sahih data dengan memperhatikan konteksnya. Analisis isi

berhubungan dengan komunikasi atau isi komunikasi (Bungin, 2007).

Peneliti menggunakan teknik analisis data berupa analisis isi (content

analisys) karena jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan dimana

sumber datanya berupa buku dan dokumen-dokumen maupun literatur

dalam bentuk yang lain. Adapun tahapan analisis isi yang ditempuh adalah:

a. Menentukan permasalahan

b. Menyusun kerangka pemikiran

c. Menyusun perangkat metodologi

d. Analisis data

e. Interpretasi data
DAFTAR PUSTAKA

.
Anwar, Saifuddin. 2009. Metode Penelitian. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualsasi


Metodologi ke Arah Ragam Variasi Kontemporer. Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada.

Faal, Muhammad. 1 9 9 1 . Penyaringan Perkara Pidana oleh Polisi. Jakarta ;


PT. Pradnya Paramita.

Farouk, Muhammad. 1999. Praktik Penegak Hukum (Bidang Lalu Lintas).


Jakarta : Balai Pustaka.

Global Status Report on Road Safety 2023.


https://www.who.int/publications/i/item/9789240086517. Diakses 28
Januari 2024.

Hamzah, Andi. 2015. Hukum Pidana Indonesia & Perkembangannya , cetakan


kedua, Jakarta: PT. Sofmedia.

Husen, Harun. 1990. Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonsia. Jakarta ;


Rineka Cipta.

Mahmud. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia.

Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia Akademi Kepolisian. 2009.


Fungsi Teknis Lalu Lintas. Semarang: Kompetensi Utama.

Naim, Bisiyarotun. 2017. Peran Bimbingan Penyuluhan Islam Tokoh Agama


Dalam Meluruskan Persepsi Masyarakat Tentang Datangnya Bencana
Pada Tradisi Barik’an Di Desa Brantak Sekarjati Kec. Welahan, Skripsi,
STAIN Kudus.
Naning, R. 1993. Menggairahkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan Disiplin
Penegak Hukum dan Lalu Lintas. Jakarta : Penerbit Bina Ilmu.

Nazir, M. 2003. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Rahardjo, Satjipto. 1997. Masalah Penegakan Hukum. Bandung : Sinar Baru.

Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kuali tatif, dan R & D,


Bandung: Alfabeta.
Sukanto, Soerjono. 2005. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum.
Jakarta: Raja Grafindo.
27

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan, Cet. IV,


Bandung: PT. Remaja Rosadakarya.
Sunarso, Siswanto. 2003. Penegakan Hukum Pidana. Jakarta ; Grafika Pustaka.

Syamsu, Muhamad Ainul. 2016 Penjatuhan Pidana & Dua Prinsip Dasar Hukum
Pidana, Jakarta: Prenadamedia Group.

UU No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Wiyono, Adrianto Sugiardo dkk. 2023. Rekayasa Lalu Lintas. Padang: PT Global
Eksekutif Teknologi.

Yuniarto, Topan. 2023. Tingginya Kecelakaan Lalu Lintas di Surabaya.


https://kompaspedia.kompas.id. Diakses 28 Januari 2024.

Zed, Mestika. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta : Yayasan Obor


Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai