Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion

Edisi I, Volume 2, Tahun 2014

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN UNDANG-


UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 DALAM MENANGANI RAZIA
KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN RAYA

ARDI CHANDRA / D 101 07 318

ABSTRAK
Direktorat lalu lintas Polda bertugas sebagai Pembina fungsi Satlantas
jajaran dalam meneruskan kebijaksanaan /Perintah /Jukrah Pimpinan dan
juga sebagai peksanaan operasional dibilang lalu lintas perlu kiranya disusun
Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang Prosedur Pelaksanaan Razia
untuk pedoman pelaksanaan kegiatan dilapangan dalam rangka penegakan
hukum dibilang lalu lintas.
Dalam kasus-kasus tilang proses tilang dilimpahkan ke Pengadilan
Negeri untuk sidang diberikan surat tilang yang dilakukan dengan tindakan
penyitaan berupa STNK / SIM atau sepeda motor / kendaraan. Namun tidak
semua pengendara yang melanggar diberikan surat tilang hanya diberikan
teguran. Teguran ini berupa teguran lisan dan teguran tertulis.
Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan razia menyangkut penerapan
hukum, kualitas moral dan etika para aparat penegak hukum, budaya dan
sarana dan prasarana jalan belum memadai untuk melakukan penegakan
hukum sebagaimana diharapkan dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan.

Kata Kunci : Pelaksanaan Razia,Penegakan Hukum, Lalu Lintas Angkutan


Jalan.

I. PENDAHULUAN Dalam Undang-Undang ini diatur pula


A. Latar Belakang mengenai Manajemen dan Rekayasa Lalu
Dalam rangka terwujudnya Lintas dengan tujuan untuk mengoptimalkan
penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan penggunaan jaringan Jalan dan gerakan Lalu
Jalan yang memenuhi standar keselamatan dan Lintas dalam rangka menjamin keamanan,
keamanan, Undang-Undang No. 22 Tahun keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu
2009 mengatur persyaratan teknis dan uji lintas.
berkala kendaraan bermotor. Setiap jenis Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas
Kendaraan Bermotor yang berpotensi tersebut meliputi kegiatan perencanaan,
menyebabkan Kecelakaan Lalu Lintas dan pengaturan, perekayasaan, pemberdayaan, dan
menimbulkan pencemaran lingkungan wajib pengawasan. Untuk menangani masalah
dilakukan uji berkala. Kecelakaan Lalu Lintas, pencegahan
Untuk memenuhi kebutuhan angkutan kecelakaan dilakukan melalui partisipasi para
publik, dalam norma Undang-Undang ini juga pemangku kepentingan, pemberdayaan
ditegaskan bahwa tanggung jawab untuk masyarakat, penegakan hukum, dan kemitraan
menjamin tersedianya angkutan umum yang global. Pencegahan Kecelakaan Lalu Lintas
selamat, aman, nyaman, dan terjangkau dimaksud, dilakukan dengan pola penahapan,
menjadi tanggung jawab Pemerintah dan yaitu program jangka pendek, jangka
dalam pelaksanaanya Pemerintah dapat menengah, dan jangka panjang. Selain itu,
melibatkan swasta. untuk menyusun program pencegahan
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014

kecelakaan dilakukan oleh forum Lalu Lintas Berdasarkan uraian tersebut di atas maka
dan Angkutan Jalan. penulis mengangkat permasalahan dalam
Berkaitan dengan tugas dan wewenang mengawas dan melakukan tindakan hukum
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) bidang bagi pengendara bermotor yaitu TINJAUAN
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dalam YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN
Undang-Undang ini diatur bahwa dalam UNDANG-UNDANG NO. 22 TAHUN 2009
rangka melaksanakan tugas dan fungsinya DALAM MENANGANI RAZIA
PPNS agar selalu berkoordinasi dengan KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN
Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai RAYA.
koordinator dan pengawas Penyidik Pegawai B. Rumusan Masalah
Negeri Sipil. Hal ini dimaksudkan agar tidak 1. Bagaimanakah prosedur acara pemeriksaan
terjadi tumpang tindih kewenangan serta perkara pelanggaran Lalu Lintas ?
adanya kepastian hukum sebagaimana telah 2. Hambatan-hambatan yang mempengaruhi
diatur dalam peraturan perundang-undangan, penegakan hukum Undang-Undang No. 22
antara lain Undang-Undang tentang Hukum Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkuta
Acara Pidana (KUHAP). Jalan.
Dalam Undang-Undang ini, pengaturan
dan penerapan sanksi pidana diatur lebih II. PEMBAHASAN
tegas. Bagi pelanggaran yang sifatnya ringan, A. Dasar Hukum Pemeriksaan Pelanggaran
dikenakan sanksi pidana kurungan atau denda Lalu Lintas
yang relatif lebih ringan. Namun, terhadap KUHAP merupakan prosedur untuk
pelanggaran berat dan terdapat unsur meningkatkan dan melindungi hak asasi
kesengajaan dikenakan sanksi pidana yang manusia khususnya hak untuk diadili menurut
jauh lebih berat. Hal ini dimaksudkan agar proses hukum yang adil. Hal ini perlu
dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku dipahami dan ditafsirkan secara konkrit dalam
pelanggaran dengan tidak terlalu membebani proses peradilan pidana oleh para aparat
masyarakat. penegak hukum terutama dalam melakukan
Selain sanksi pidana, dalam Undang- upaya paksa seperti penangkapan dan
Undang ini juga diatur mengenai sanksi penahanan. Tetapi dalam batang tubuh
administratif yang dikenakan bagi perusahaan KUHAP itu sendiri tidak ada pasal-pasal yang
angkutan berupa peringatan, pembekuan izin, menyinggung tentang proses hukum yang adil,
pencabutan izin, pemberian denda. Ketentuan HAM, pembinaan tersangka atau terdakwa
mengenai sanksi pidana dan administratif maupun terpidana. Untuk itu harus dilihat
diancamkan pula kepada pejabat atau sikap batin atau jiwa dan KUHAP itu sendiri
penyelenggara Jalan. Di sisi lain, dalam sebagaimana ditegaskan dalam asas-asas
rangka meningkatkan efektivitas penegakan penegakan hukum dalam penjelasan umurn
hukum diterapkan sistem penghargaan dan KUHAP. Pelaksanaan proses hukum yang adil
hukuman (reward and punishment) berupa di Indonesia berarti melaksanakan ketentuan
pemberian insentif bagi petugas yang dalam peraturan perundang undangan hukum
berprestasi. acara pidana yang dijiwai oleh asas-asas yang
Salah satu pengawas dan tindakan melandasinya sebagaimana ditentukan dalam
hukum tersebut yaitu melakukan razia bagi penjelasan umum KUHAP.1
pengendara bermotor di jalan. Razia ini Selain itu KUHAP merupakan dasar dari
dilakukan untuk melakukan pengecekan bagi sistem peradilan pidana di Indonesia yang
pengendara motor, apakah mereka memiliki harus menjadi pedoman bagi penegak hukum
surat-surat kendaraan secara lengkap. Bagi
mereka yang tidak memiliki surat-surat 1
kendaraan bermotor tersebut akan dikenai Syukri Akub, Cs. Wawasan Due Process Of
Law Dalam Sistem Peradilan Pidana Mahakarya
tilang. Rangkang Offset. Jogjakarta.. 2013. Hlm 80
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014

yang menangani tindak pidana dan tindakan apa yang dapat dibenarkan
pelanggaran lalu lintas. berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Dari KUHAP ini pula telah ditetapkan Untuk melaksanakan peraturan
tugas, fungsi dan wewenang dari penegak perundang-undangan tersebut di atas maka
hukum dalam menangani tindak pidana dan pemerintah mengeluarkan Peraturan
pelanggaran lalu lintas. Kepolisian Republik Pemerintah No. 80 Tahun 2012 Tentang Tata
Indonesia (Polri) yang menangani hal ini Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di
mempunyai tugas dan wewenang segala Jalan Dan Penindakan Pelanggaran Lalu
kegiatan berlaiu lintas dimasyarakat. Lintas dan Angkutan Jalan.
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang- Dalam peraturan pemerintah tersebut
undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian telah ditetapkan beberapa ketentuan yang
Negara Republik Indonesia, menyebutkan menyangkut tata cara pemeriksaan kendaraan
bahwa : "Kepolisian adalah segala sesuatu hal bermotor sebagaimana yang telah diatur dalam
ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan pasal-pasal sebagai berikut:
lembaga polisi sesuai dengan peraturan - Pasal 1
perundang-undangan". Dalam Peraturan Pemerintah ini yang
Tugas POLRI selaku alat penegak dimaksud dengan :
hukum diatur dalam pasal 13 Undang-undang 1. Kendaraan Bermotor adalah setiap
No. 2 tahun 2002, adalah sebagai berikut: kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
1. Memelihara keamanan dan ketertiban mekanik berupa mesin selain kendaraan
masyarakat, yang berjalan di atas rel.
2. Menegakkan hukum, dan 2. Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan
3. Memberikan perlindungan, pengayom dan Angkutan Jalan adalah serangkaian
pelayanan kepada masyarakat. tindakan yang dilaksanakan oleh penyidik
Salah satu wewenang POLRl sesuai Kepolisian Negara Republik Indonesia atau
dengan peraturan perundang-undangan lainnya Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang
berdasarkan Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terhadap
No, 2 tahun 2002 antara lain, pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan
menyelenggarakan registrasi dan identifikasi Jalan.
kendaraan bermotor, memberikan izin 3. Petugas Pemeriksa adalah Petugas
operasional dan melakukan pengawasan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan
terhadap badan usaha di bidang jasa Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang
pengamanan. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Untuk melaksanakan wewenang tersebut 4. Bukti Pelanggaran yang selanjutnya disebut
di atas, pemerintah menetapkan Undang- dengan Tilang adalah alat bukti
Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu pelanggaran tertentu di bidang Lalu Lintas
Lintas Angkutan Jalan yang mengatur dan Angkutan Jalan dengan format tertentu
pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan yang ditetapkan.
sebagaimana yang dalam pasal 264, 265, 266, 5. Operasi Kepolisian adalah serangkaian
267, 268, 269, 270, 271, 272. tindakan polisional dalam rangka
Dalam pemeriksaan kendaraan bermotor pencegahan, penanggulangan, penindakan
di jalan dilakukan oleh petugas Kepolisian terhadap gangguan keamanan, keselamatan,
Negara Republik Indonesia dan penyidik ketertiban, dan kelancaran lalu lintas yang
Pegawai Negeri Sipil dibidang lalu lintas. diselenggarakan dalam kurun waktu,
Dalam pemeriksaan ini meliputi surat-surat sasaran, cara bertindak, pelibatan kekuatan,
yang harus dipenuhi oleh pemilik kendaraan dan dukungan sumber daya tertentu oleh
bermotor dan fisik kendaraan. Begitu pula beberapa fungsi kepolisian dalam bentuk
wewenang pemeriksaan dalam mengambil satuan tugas.
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014

6. Menteri adalah menteri yang (2) Pemeriksaan Surat Tanda Nomor


menyelenggarakan urusan pemerintahan di Kendaraan Bermotor atau Surat Tanda
bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas Coba Kendaraan Bermotor sebagaimana
dan Angkutan Jalan. dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, terdiri
atas:
a. kepemilikan;
- Pasal 2 b. kesesuaian Surat Tanda Nomor
Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Kendaraan Bermotor atau Surat Tanda
Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas Coba Kendaraan Bermotor dengan
dan Angkutan Jalan bertujuan: identitas Kendaraan Bermotor;
a. terpenuhinya persyaratan teknis dan laik c. masa berlaku; dan
jalan Kendaraan Bermotor; d. keaslian.
b. terpenuhinya kelengkapan dokumen (3) Pemeriksaan Tanda Nomor Kendaraan
registrasi dan identifikasi pengemudi dan Bermotor atau Tanda Coba Kendaraan
Kendaraan Bermotor serta dokumen Bermotor sebagaimana dimaksud dalam
perizinan dan kelengkapan Kendaraan Pasal 3 huruf a, terdiri atas:
Bermotor angkutan umum; a. spesifikasi teknis tanda nomor
c. terdukungnya pengungkapan perkara tindak kendaraan;
pidana; dan b. masa berlaku; dan
d. terciptanya kepatuhan dan budaya c. keaslian.
keamanan dan keselamatan berlalu lintas. B. Proses Pemeriksaan Kendaraan
Selanjutnya Tata Cara Pemeriksaan Bermotor di Jalan
Kendaraan Bermotor di Jalan diatur dalam Sebagaimana diketahui penegakan
pasal-pasal sebagai berikut: hukum lalu lintas merupakan salah satu
- Pasal 3 kegiatan dari fungsi lalu lintas yang memiliki
Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di peranan agar perundang-undangan serta
Jalan meliputi pemeriksaan: peraturan-peraturannya ditaati oleh setiap
a. Surat Izin Mengemudi, Surat Tanda Nomor pengguna jalan.
Kendaraan Bermotor, Surat Tanda Coba Proses penegakan hukum lalu lintas
Kendaraan Bermotor, Tanda Nomor sebagaimana telah dikemukakan diatas, baik
Kendaraan Bermotor, atau Tanda Coba yang bersifat pencegahan (preventif) maupun
Kendaraan Bermotor; penindakan (represif) yang pelaksanaannya
b. tanda bukti lulus uji bagi kendaraan wajib meliputi kegiatan simpatik, penindakan
uji; pelanggaran dan penyidikan laka lantas.
c. fisik Kendaraan Bermotor; Direktorat lalu lintas Polda bertugas
d. daya angkut dan/atau cara pengangkutan sebagai Pembina fungsi Satlantas jajaran
barang; dan/atau dalam meneruskan kebijaksanaan /Perintah
e. izin penyelenggaraan angkutan. /Jukrah Pimpinan dan juga sebagai peksanaan
- Pasal 4 operasional dibilang lalu lintas perlu kiranya
(1) Pemeriksaan Surat Izin Mengemudi disusun Standar Operasional Prosedur (SOP)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 tentang Prosedur Pelaksanaan Razia untuk
huruf a, terdiri atas : pedoman pelaksanaan kegiatan dilapangan
a. kepemilikan ; dalam rangka Penegakan Hukum dibilang lalu
b. kesesuaian Surat Izin Mengemudi lintas.
dengan identitas pengemudi; Dalam pelaksanaannya prosedur
c. kesesuaian golongan Surat Izin penindakannya terdiri dari:
Mengemudi dengan jenis kendaraan; 1. Persiapan
d. masa berlaku; dan Sebelum melakukan penindakan
e. keaslian. pelanggaran Lalu-lintas jalan tertentu
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014

dengan menggunakan Blanko Tilang perlu Setelah segala sesuatu yang


dilakukan persiapan sebagai berikut : diperlukan dalam rangka penindakan
a. Blanko Tilang yang telah di cap/stempel pelanggaran lalu-lintas jalan tertentu
kesatuan sesuai dengan kebutuhan dengan menggunakan blanko tilang yang
termasuk tabel pelanggaran dan uang telah dipersiapkan, maka penindakan dapat
titipan dilakukan secara langsung di tempat.
b. Ballpoint (warna hitam atau biru) Proses tilang yang dilimpahkan ke
c. Alat pelapis set Blanko Tilang (Hard Pengadilan Negeri untuk sidang diberikan
Board, Karton tebal, Lempengan Seng, surat tilang yang dilakukan dengan
dan lain-lain) tindakan penyitaan berupa STNK / SIM
d. Label barang bukti atau sepeda motor / kendaraan.
e. Secara Stasioner (Tempat) menyiapkan Namun tidak semua pengendara yang
papan pemberitahuan razia melanggar diberikan surat tilang hanya
f. Secara Hunting (Bergerak) Psl 111 diberikan teguran. Teguran ini berupa
KUHAP teguran lisan dan teguran tertulis. Teguran
2. Prosedur-Prosedur razia tertulis itu diberikan surat teguran tanpa ada
a. Surat perintah Tugas penyitaan barang bukti dan tembuskan
b. Acara pengarahan pimpinan (APP) kepada orang tua, kepala
c. Pembagian tugas : sekolah/kepala/atasan tempat bekerja.2
 Petugas yang mengurangi kecepatan C. Hambatan-Hambatan Yang
 Petugas yang menghentikan Mempengaruhi Penegakan Hukum
kendaraan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009
 Petugas yang melaksanakan Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan.
pemeriksaan Dalam penegakan hukum peranan yang
 Petugas yang melaksanakan sangat berpengaruh adalah "Kualitas moral
penindakan dengan Tilang dan etika aparat penegak hukum" khususnya
 Petugas yang mengamankan barang Polri dan PPNS yang diberi wewenang untuk
bukti melakukan dan mengambil tindakan dalam
 Petugas yang melaksanakan rangka penegakan hukum akan berdampak
pengamanan lokasi pada kinerja yang profesional. Kualitas moral
3. Pelaksanaan razia dan etika penegak hukum yang tinggi guna
Lokasi dilaksanakan dilakukan terwujudnya. kinerja penegak hukum yang
di jalan umum, dimana dijalan umum yang baik. Kenyataan dalam proses ini
lurus dan bebas pandangan sehingga tidak penyelenggaraan penegakan hukum dibidang
terganggu Kamseltibcar lalu lintas dan lalu lintas, bahwa masing-masing aparat
ketertiban umum serta tidak dekat dengan belum bekerja secara profesional, hal ini bisa
rumah ibadah. Dilarang melaksanakan razia dilihat dari beberapa hal sebagai berikut3 :
ditikungan, tempat terhalang pandangan 1. Penegakan Hukum
yang dapat mernimbulkan Laka lantas. a. Penerapan hukum sebagaimana yang
Dilokasi razia harus dipasang papan diamanatkan dalam UU No. 22 Tahun
petunjuk tentang pelaksanaan razia 2009 maupun peraturan pemerintah yang
Bentuk razia berupa razia ada tidak dilaksanakan sebagaimana
gabungan yaitu razia yang dilaksanakan mestinya, seperti penerapan terhadap
secara terpadu dengan instansi terkait pasal-pasal ancaman pidana Pasal 273
(POM TNI, Dishub, Jasa Raharja, Bid
2
Propam, Dit Sabhara dll).Razia mandiri Wawancara Dengan Kasatlantas Polresta Palu,
razia yang dilaksanakan secara mandiri Tanggal 10 April 2014
3
oleh personil lalu lintas. Muhammad Ikhsan, Makalah Seminar Lalu
Lintas Dan Permasalahannya, Mahakarya Office,
Yogyakarta, 10 Juli 2009.Hlm. 3-5
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014

sampai dengan pasal 317 maupun pasal- pelindung, pengayom dan pelayan
pasal yang mengatur tentang Pendidikan masyarakat.
pengemudi seperti yang tertera pada c. Lemahnya koordinasi antar aparat
pasal 78 sampai pasal 79 juncto pasal 87 penegak hukum baik sesama aparat
sampai dengan pasal 89. penegak hukum di jalan maupun dengan
b. Penjatuhan vonis oleh hakim terhadap unsur Criminal Justice System (CJS).
pelaku pelanggaran lalu lintas masih d. Pelaksanaan penegakan hukum oleh
mengacu pada tabel tilang (kesepakatan penyidik pegawai negeri sipil (PPNS)
Diljapol) tidak mengindahkan ancaman Departemen Perhubungan/LLAJR
pidana yang tercantum pada ketentuan terhadap pelanggaran yang sesuai
yang diatur pada pasal-pasal yang tertera dengan kewenangannya tidak
pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
2009 dengan nominal denda yang relatif yang ada.
sangai ringan sehingga vonis yang e. Penanganan dan pengelolaan trayek
dijatuhkan tidak memberikan efek jera angkutan umum baik angkutan umum
bagi pelanggar yang dihukum. antar propinsi maupun trayek didalam
c. Sistem tilang dan mekanisme proses satu propinsi sering menimbulkan
peradilan terhadap pelanggaran lain terjadinya protes akibat adanya rumpang
lintas tidak dilaksanakan sebagaimana tindih perijinan trayek serta tidak
mekanisme sidang pengadilan yang rasionalnya pemberian trayek pada
benar, bahkan terkesan asal-asalan. daerah tertentu dengan dalih otonomi
d. Konsistensi dalam pelaksanaan daerah.
penegakan hukum belum diproyeksikan f. Traffic Education belum dilaksanakan
pada upaya peningkatan keselamatan dengan baik dan kontinyu.
lalu lintas dan kepatuhan hukum 3. Faktor Budaya,
masyarakat walaupun telah ada konsep Budaya merupakan suatu sikap dari
tentang penindakan dengan pola Sistem masyarakat untuk menaati suatu aturan.
Potensial Point Target (SPPT) dan Masyarakat pemakai jalan yaitu sebagai
pelaksanaan kawasan tertib lalu lintas pejalan kaki dan pengendara kendaraan
(KTL). baik kendaraan bermotor maupun
e. Penerapan Perda yang bertentangan kendaraan tidak bermotor. Interaksi antara
dengan ketentuan hirarki perundang- faktor Manusia, Kendaraan, Jalan dan
undangan. Lingkungan sangat bergantung dari
f. Pemanfaatan teknologi dan laboratorium perilaku Manusia sebagai pengguna jalan
forensik dalam bidang pengungkapan menjadi hal yang paling dominan terhadap
kasus kecelakaan lalu lintas utamanya Kamseltibcar Lantas, hal ini sangat
kasus-kasus kecelakaan yang menonjol ditentukan oleh beberapa indikator yang
belum dilaksanakan. membentuk sikap dan perilakunya di Jalan
2. Sikap Penegak Hukum raya berupa :4
a. Lemahnya etika moral dan 1) Mental
profesionalisme sebagai aparat penegak Mental dan perilaku yang
hukum serta sikap arogansi yang masih membudaya dari pengguna jalan
melekat dalam melaksanakan tugas merupakan salah satu faktor utama yang
penegakan hukum. sangai berpengaruh terhadap situasi lalu
b. Banyaknya penyimpangan yang lintas. Bahkan mental dan perilaku
dilakukan dengan cara melampaui batas pengguna jalan merupakan suatu cerminan
wewenang, pungli, bertindak kasar dan budaya berlalu lintas, hal ini tidak dapat
tidak mencerminkan sebagai sosok
4
Ibid
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014

dibentuk secara instan oleh suatu lembaga bagi pengemudi / pengendara kendaraan
tertentu, baik itu lembaga pendidikan tersebut maupun pengguna jalan lainnya.
maupun lembaga lainnya, tetapi terbentuk Lisensi terhadap kemampuan dalam
secara berkesinambungan mulai kehidupan mengendalikan kendaraan di wujudkan
sehari-hari dalam keluarga, lingkungan dan secara formal melalui Surat Izin
situasi lalu lintas yang kasat mata secara Mengemudi yang di keluarkan oleh
keseharian selalu terlihat oleh pengguna SATPAS Polri sesuai dengan peruntukan
jalan sehingga membentuk kultur kendaraan bermotor yang dikemudikan /
mentalitas berlalu lintas seseorang. dikendarai oleh pengguna jalan sesuai
2) Pengetahuan : dengan Peraturan Pemerintah Nomor 44
Dalam menciptakan dan memelihara tahun 1993 tentang Kendaraan dan
Keamanan, Keselamatan, Ketertiban serta Pengemudi Bab VII tentang Pengemudi.
Kelancaran Lalu lintas, telah dilakukan Tetapi dalam praktek keterampilan
pengaturan yang disesuaikan dengan mengendalikan (Mengendarai /
perkembangan situasi lalu lintas yang ada Mengemudi) kendaraan baik kendaraan
dengan mempertimbangkan perkembangan bermotor maupun kendaraan tidak
teknologi di bidang transportasi baik yang bermotor tidak diperoleh melalui
bcrhubungan dengan kendaraan, sarana dan serangkaian pelatihan sebelum mengajukan
prasarana jalan serta dampak lingkungan lisensi keterampilannya (SIM), secara
lainnya dalam bentuk suatu aturan yang formal khusus, melainkan diperoleh dengan
tegas dan jelas serta telah melalui proses tanpa ujian sebagaimana dipersyaratkan.
sosialisai secara bertahap sehingga dapat 4. Faktor Sarana dan Prasarana
dijadikan pedoman dalam berinteraksi di Faktor sarana dan prasarana ini
jalan raya. Setiap pengguna jalan wajib merupakan faktor yang bersentuhan
memahami setiap aturan yang telah langsung dengan lalu lintas jalan raya yaitu
dibakukan secara formal baik dalam bentuk kendaraan dan jalan. Faktor kendaraan
Undang-Undang, Perpu, Peraturan yang sudah tua usianya yang banyak
Pemerintah, Perda dan aturan lainnya dikendarai dijalan raya, sehingga kualitas
sehingga terdapat satu persepsi dalam pola kendaraan kurang dapat dijamin.
tindak dan pola pikir dalam berinteraksi di Begitu pula sarana dan prasarana
jalan raya. Perbedaan tingkat pengetahuan jalan tidak memadai dengan jumlah
dan atau pemahaman terhadap aturan yang kendaraan yang beroperasi dijalan raya.
berlaku mengakibatkan suatu kesenjangan Penambahan sarana dan prasarana jalan
yang berpotensi memunculkan yang tidak bertambah akan berpengaruh
permasalahan dalam berlalu lintas, baik terhadap kelancaran dan ketertiban lalu
antar pengguna jalan itu sendiri maupun lintas di jalan raya.5
antara pengguna jalan dengan aparat yang
bertugas untuk melaksanakan penegakkan III. PENUTUP
hukum di jalan raya. A. Kesimpulan
3) Keterampilan 1. Proses pemeriksaan kendaraan bermotor
Kemampuan dalam mengendalikan di jalan sebagaimana yang diatur dalam
(Mengendarai/Mengemudi) Kendaraan baik Undang-Undang No. 22 Tahun 2009
kendaraan bermotor maupun kendaraan Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan
tidak bermotor di jalan raya akan dan Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun
berpengaruh besar terhadap situasi lalu 2012 Tentang Tata Cara Pemeriksaan
lintas, keterampilan mengendalikan
5
kendaraan merupakan suatu keharusan Tjahyonot, Rancangan Buku Pengantar
yang mutlak demi keamanan, keselamatan, Analisis Dan Prevensi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan,
Laboratorium Transportasi Departemen Teknil Sipil
ketertiban dan kelancaraan lalu lintas baik Depok, , Ft Ui. 2008. Hlm. 11
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014

Kendaraan Bermotor di Jalan dan


Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan dilakukan dengan
melakukan razia kendaraan di jalan
umum di mana dilakukan tilang dengan
memberikan surat tilang untuk sidang
Pengadilan Negeri yang disertai
penyitaan berupa STNK / SIM atau
sepeda motor / kendaraan. Selain
tindakan tilang tersebut terdapat pula
tindakan kepolisian terhadap
pengendara yang melanggar dikenai
teguran berupa teguran lisan dan
teguran tertulis.
2. Hambatan-hambatan yang
mempengaruhi penegakan hukum
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan antara lain penerapan hukum belum
dilaksanakan sebagaimana mestinya,
lemahnya etika moral dan profesionalisme
sebagai aparat penegak hukum serta sikap
arogansi yang masih melekat dalam
melaksanakan tugas penegakan hukum,
budaya hukum dari masyarakat yang sering
melakukan pelanggaran lalu lintas yang
terdiri dari mental, pengetahuan dan
keterampilan mengendarai kendaraan
bermotor masih kurang.
Selain itu sarana dan prasarana jalan belum
mendukung untuk memperlancar
kelancaran kendaraan bermotor yang tiap
tahun bertambah banyak yang tidak
diimbangi dengan perbaikan dan
penambahan sarana dan prasarana jalan.
B. Saran
1. Pemerintah perlu menyediakan anggaran
yang besar untuk menambah dan
memperbaiki sarana dan prasarana jalan
agar dapat memperlancar lalu lintas
kendaraan yang tiap tahun bertambah
banyak.
2. Pemerintah perlu menciptakan suatu sistem
transportasi yang terpadu yang dapat
mengurangi kemacetan dan kecelakaan lalu
lintas yaitu menciptakan transportasi
massal yang bagus sehingga masyarakat
tidak menggunakan kendaraan pribadi.
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku
Barda Nawawi Arif, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni Bandung
Ditlantas Babinkum Polri, Lalu Lintas Dalam Angka Tahun 2005 dan Semester I,Jakarta.
Tahun 2006.
Syukri Akub Cs,. Wawasan Due Process Of Law Dalam Sistem Peradilan Pidana.
Mahakarya Rangkang Offset Yogyakarta. 2013.
Tjahyono T, Rancangan Buku Pengantar Analisis dan Prevensi kecelakaan Lalu Lintas
Jalan, Depok, Laboratorium Transportasi Departemen Teknik Sipil, FT UI. 2008.
Muhammad Ikhsan, Makalah Seminar Lalu Lintas dan Permasalahannya, Yogyakarta, 10
Juli 2009.

B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemeriksaan
Kendaraan
Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
KUHP (Kitap Undang-undang Pidana)

C. Website
http://pn-sumbawabesar.net/prosedur-berperkara/prosedur-pidana/113-prosedur sidang-
tilang.
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014

ARDI CHANDRA, Lahir di Palu, 07 Juni 1989, Alamat Rumah Jalan


Touwa II Nomor 37 Palu Sul-Teng, Nomor Telepon +62.................,
Alamat Email ardi_chandra89@yahoo.co.id

Anda mungkin juga menyukai