ABSTRAK
Direktorat lalu lintas Polda bertugas sebagai Pembina fungsi Satlantas
jajaran dalam meneruskan kebijaksanaan /Perintah /Jukrah Pimpinan dan
juga sebagai peksanaan operasional dibilang lalu lintas perlu kiranya disusun
Standar Operasional Prosedur (SOP) tentang Prosedur Pelaksanaan Razia
untuk pedoman pelaksanaan kegiatan dilapangan dalam rangka penegakan
hukum dibilang lalu lintas.
Dalam kasus-kasus tilang proses tilang dilimpahkan ke Pengadilan
Negeri untuk sidang diberikan surat tilang yang dilakukan dengan tindakan
penyitaan berupa STNK / SIM atau sepeda motor / kendaraan. Namun tidak
semua pengendara yang melanggar diberikan surat tilang hanya diberikan
teguran. Teguran ini berupa teguran lisan dan teguran tertulis.
Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan razia menyangkut penerapan
hukum, kualitas moral dan etika para aparat penegak hukum, budaya dan
sarana dan prasarana jalan belum memadai untuk melakukan penegakan
hukum sebagaimana diharapkan dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2009
Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan.
kecelakaan dilakukan oleh forum Lalu Lintas Berdasarkan uraian tersebut di atas maka
dan Angkutan Jalan. penulis mengangkat permasalahan dalam
Berkaitan dengan tugas dan wewenang mengawas dan melakukan tindakan hukum
Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) bidang bagi pengendara bermotor yaitu TINJAUAN
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, dalam YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN
Undang-Undang ini diatur bahwa dalam UNDANG-UNDANG NO. 22 TAHUN 2009
rangka melaksanakan tugas dan fungsinya DALAM MENANGANI RAZIA
PPNS agar selalu berkoordinasi dengan KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN
Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai RAYA.
koordinator dan pengawas Penyidik Pegawai B. Rumusan Masalah
Negeri Sipil. Hal ini dimaksudkan agar tidak 1. Bagaimanakah prosedur acara pemeriksaan
terjadi tumpang tindih kewenangan serta perkara pelanggaran Lalu Lintas ?
adanya kepastian hukum sebagaimana telah 2. Hambatan-hambatan yang mempengaruhi
diatur dalam peraturan perundang-undangan, penegakan hukum Undang-Undang No. 22
antara lain Undang-Undang tentang Hukum Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Angkuta
Acara Pidana (KUHAP). Jalan.
Dalam Undang-Undang ini, pengaturan
dan penerapan sanksi pidana diatur lebih II. PEMBAHASAN
tegas. Bagi pelanggaran yang sifatnya ringan, A. Dasar Hukum Pemeriksaan Pelanggaran
dikenakan sanksi pidana kurungan atau denda Lalu Lintas
yang relatif lebih ringan. Namun, terhadap KUHAP merupakan prosedur untuk
pelanggaran berat dan terdapat unsur meningkatkan dan melindungi hak asasi
kesengajaan dikenakan sanksi pidana yang manusia khususnya hak untuk diadili menurut
jauh lebih berat. Hal ini dimaksudkan agar proses hukum yang adil. Hal ini perlu
dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku dipahami dan ditafsirkan secara konkrit dalam
pelanggaran dengan tidak terlalu membebani proses peradilan pidana oleh para aparat
masyarakat. penegak hukum terutama dalam melakukan
Selain sanksi pidana, dalam Undang- upaya paksa seperti penangkapan dan
Undang ini juga diatur mengenai sanksi penahanan. Tetapi dalam batang tubuh
administratif yang dikenakan bagi perusahaan KUHAP itu sendiri tidak ada pasal-pasal yang
angkutan berupa peringatan, pembekuan izin, menyinggung tentang proses hukum yang adil,
pencabutan izin, pemberian denda. Ketentuan HAM, pembinaan tersangka atau terdakwa
mengenai sanksi pidana dan administratif maupun terpidana. Untuk itu harus dilihat
diancamkan pula kepada pejabat atau sikap batin atau jiwa dan KUHAP itu sendiri
penyelenggara Jalan. Di sisi lain, dalam sebagaimana ditegaskan dalam asas-asas
rangka meningkatkan efektivitas penegakan penegakan hukum dalam penjelasan umurn
hukum diterapkan sistem penghargaan dan KUHAP. Pelaksanaan proses hukum yang adil
hukuman (reward and punishment) berupa di Indonesia berarti melaksanakan ketentuan
pemberian insentif bagi petugas yang dalam peraturan perundang undangan hukum
berprestasi. acara pidana yang dijiwai oleh asas-asas yang
Salah satu pengawas dan tindakan melandasinya sebagaimana ditentukan dalam
hukum tersebut yaitu melakukan razia bagi penjelasan umum KUHAP.1
pengendara bermotor di jalan. Razia ini Selain itu KUHAP merupakan dasar dari
dilakukan untuk melakukan pengecekan bagi sistem peradilan pidana di Indonesia yang
pengendara motor, apakah mereka memiliki harus menjadi pedoman bagi penegak hukum
surat-surat kendaraan secara lengkap. Bagi
mereka yang tidak memiliki surat-surat 1
kendaraan bermotor tersebut akan dikenai Syukri Akub, Cs. Wawasan Due Process Of
Law Dalam Sistem Peradilan Pidana Mahakarya
tilang. Rangkang Offset. Jogjakarta.. 2013. Hlm 80
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014
yang menangani tindak pidana dan tindakan apa yang dapat dibenarkan
pelanggaran lalu lintas. berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Dari KUHAP ini pula telah ditetapkan Untuk melaksanakan peraturan
tugas, fungsi dan wewenang dari penegak perundang-undangan tersebut di atas maka
hukum dalam menangani tindak pidana dan pemerintah mengeluarkan Peraturan
pelanggaran lalu lintas. Kepolisian Republik Pemerintah No. 80 Tahun 2012 Tentang Tata
Indonesia (Polri) yang menangani hal ini Cara Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di
mempunyai tugas dan wewenang segala Jalan Dan Penindakan Pelanggaran Lalu
kegiatan berlaiu lintas dimasyarakat. Lintas dan Angkutan Jalan.
Berdasarkan Pasal 1 angka 1 Undang- Dalam peraturan pemerintah tersebut
undang No. 2 tahun 2002 tentang Kepolisian telah ditetapkan beberapa ketentuan yang
Negara Republik Indonesia, menyebutkan menyangkut tata cara pemeriksaan kendaraan
bahwa : "Kepolisian adalah segala sesuatu hal bermotor sebagaimana yang telah diatur dalam
ikhwal yang berkaitan dengan fungsi dan pasal-pasal sebagai berikut:
lembaga polisi sesuai dengan peraturan - Pasal 1
perundang-undangan". Dalam Peraturan Pemerintah ini yang
Tugas POLRI selaku alat penegak dimaksud dengan :
hukum diatur dalam pasal 13 Undang-undang 1. Kendaraan Bermotor adalah setiap
No. 2 tahun 2002, adalah sebagai berikut: kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
1. Memelihara keamanan dan ketertiban mekanik berupa mesin selain kendaraan
masyarakat, yang berjalan di atas rel.
2. Menegakkan hukum, dan 2. Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan
3. Memberikan perlindungan, pengayom dan Angkutan Jalan adalah serangkaian
pelayanan kepada masyarakat. tindakan yang dilaksanakan oleh penyidik
Salah satu wewenang POLRl sesuai Kepolisian Negara Republik Indonesia atau
dengan peraturan perundang-undangan lainnya Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang
berdasarkan Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terhadap
No, 2 tahun 2002 antara lain, pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan
menyelenggarakan registrasi dan identifikasi Jalan.
kendaraan bermotor, memberikan izin 3. Petugas Pemeriksa adalah Petugas
operasional dan melakukan pengawasan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan
terhadap badan usaha di bidang jasa Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang
pengamanan. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
Untuk melaksanakan wewenang tersebut 4. Bukti Pelanggaran yang selanjutnya disebut
di atas, pemerintah menetapkan Undang- dengan Tilang adalah alat bukti
Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu pelanggaran tertentu di bidang Lalu Lintas
Lintas Angkutan Jalan yang mengatur dan Angkutan Jalan dengan format tertentu
pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan yang ditetapkan.
sebagaimana yang dalam pasal 264, 265, 266, 5. Operasi Kepolisian adalah serangkaian
267, 268, 269, 270, 271, 272. tindakan polisional dalam rangka
Dalam pemeriksaan kendaraan bermotor pencegahan, penanggulangan, penindakan
di jalan dilakukan oleh petugas Kepolisian terhadap gangguan keamanan, keselamatan,
Negara Republik Indonesia dan penyidik ketertiban, dan kelancaran lalu lintas yang
Pegawai Negeri Sipil dibidang lalu lintas. diselenggarakan dalam kurun waktu,
Dalam pemeriksaan ini meliputi surat-surat sasaran, cara bertindak, pelibatan kekuatan,
yang harus dipenuhi oleh pemilik kendaraan dan dukungan sumber daya tertentu oleh
bermotor dan fisik kendaraan. Begitu pula beberapa fungsi kepolisian dalam bentuk
wewenang pemeriksaan dalam mengambil satuan tugas.
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014
sampai dengan pasal 317 maupun pasal- pelindung, pengayom dan pelayan
pasal yang mengatur tentang Pendidikan masyarakat.
pengemudi seperti yang tertera pada c. Lemahnya koordinasi antar aparat
pasal 78 sampai pasal 79 juncto pasal 87 penegak hukum baik sesama aparat
sampai dengan pasal 89. penegak hukum di jalan maupun dengan
b. Penjatuhan vonis oleh hakim terhadap unsur Criminal Justice System (CJS).
pelaku pelanggaran lalu lintas masih d. Pelaksanaan penegakan hukum oleh
mengacu pada tabel tilang (kesepakatan penyidik pegawai negeri sipil (PPNS)
Diljapol) tidak mengindahkan ancaman Departemen Perhubungan/LLAJR
pidana yang tercantum pada ketentuan terhadap pelanggaran yang sesuai
yang diatur pada pasal-pasal yang tertera dengan kewenangannya tidak
pada Undang-Undang Nomor 22 Tahun dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
2009 dengan nominal denda yang relatif yang ada.
sangai ringan sehingga vonis yang e. Penanganan dan pengelolaan trayek
dijatuhkan tidak memberikan efek jera angkutan umum baik angkutan umum
bagi pelanggar yang dihukum. antar propinsi maupun trayek didalam
c. Sistem tilang dan mekanisme proses satu propinsi sering menimbulkan
peradilan terhadap pelanggaran lain terjadinya protes akibat adanya rumpang
lintas tidak dilaksanakan sebagaimana tindih perijinan trayek serta tidak
mekanisme sidang pengadilan yang rasionalnya pemberian trayek pada
benar, bahkan terkesan asal-asalan. daerah tertentu dengan dalih otonomi
d. Konsistensi dalam pelaksanaan daerah.
penegakan hukum belum diproyeksikan f. Traffic Education belum dilaksanakan
pada upaya peningkatan keselamatan dengan baik dan kontinyu.
lalu lintas dan kepatuhan hukum 3. Faktor Budaya,
masyarakat walaupun telah ada konsep Budaya merupakan suatu sikap dari
tentang penindakan dengan pola Sistem masyarakat untuk menaati suatu aturan.
Potensial Point Target (SPPT) dan Masyarakat pemakai jalan yaitu sebagai
pelaksanaan kawasan tertib lalu lintas pejalan kaki dan pengendara kendaraan
(KTL). baik kendaraan bermotor maupun
e. Penerapan Perda yang bertentangan kendaraan tidak bermotor. Interaksi antara
dengan ketentuan hirarki perundang- faktor Manusia, Kendaraan, Jalan dan
undangan. Lingkungan sangat bergantung dari
f. Pemanfaatan teknologi dan laboratorium perilaku Manusia sebagai pengguna jalan
forensik dalam bidang pengungkapan menjadi hal yang paling dominan terhadap
kasus kecelakaan lalu lintas utamanya Kamseltibcar Lantas, hal ini sangat
kasus-kasus kecelakaan yang menonjol ditentukan oleh beberapa indikator yang
belum dilaksanakan. membentuk sikap dan perilakunya di Jalan
2. Sikap Penegak Hukum raya berupa :4
a. Lemahnya etika moral dan 1) Mental
profesionalisme sebagai aparat penegak Mental dan perilaku yang
hukum serta sikap arogansi yang masih membudaya dari pengguna jalan
melekat dalam melaksanakan tugas merupakan salah satu faktor utama yang
penegakan hukum. sangai berpengaruh terhadap situasi lalu
b. Banyaknya penyimpangan yang lintas. Bahkan mental dan perilaku
dilakukan dengan cara melampaui batas pengguna jalan merupakan suatu cerminan
wewenang, pungli, bertindak kasar dan budaya berlalu lintas, hal ini tidak dapat
tidak mencerminkan sebagai sosok
4
Ibid
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014
dibentuk secara instan oleh suatu lembaga bagi pengemudi / pengendara kendaraan
tertentu, baik itu lembaga pendidikan tersebut maupun pengguna jalan lainnya.
maupun lembaga lainnya, tetapi terbentuk Lisensi terhadap kemampuan dalam
secara berkesinambungan mulai kehidupan mengendalikan kendaraan di wujudkan
sehari-hari dalam keluarga, lingkungan dan secara formal melalui Surat Izin
situasi lalu lintas yang kasat mata secara Mengemudi yang di keluarkan oleh
keseharian selalu terlihat oleh pengguna SATPAS Polri sesuai dengan peruntukan
jalan sehingga membentuk kultur kendaraan bermotor yang dikemudikan /
mentalitas berlalu lintas seseorang. dikendarai oleh pengguna jalan sesuai
2) Pengetahuan : dengan Peraturan Pemerintah Nomor 44
Dalam menciptakan dan memelihara tahun 1993 tentang Kendaraan dan
Keamanan, Keselamatan, Ketertiban serta Pengemudi Bab VII tentang Pengemudi.
Kelancaran Lalu lintas, telah dilakukan Tetapi dalam praktek keterampilan
pengaturan yang disesuaikan dengan mengendalikan (Mengendarai /
perkembangan situasi lalu lintas yang ada Mengemudi) kendaraan baik kendaraan
dengan mempertimbangkan perkembangan bermotor maupun kendaraan tidak
teknologi di bidang transportasi baik yang bermotor tidak diperoleh melalui
bcrhubungan dengan kendaraan, sarana dan serangkaian pelatihan sebelum mengajukan
prasarana jalan serta dampak lingkungan lisensi keterampilannya (SIM), secara
lainnya dalam bentuk suatu aturan yang formal khusus, melainkan diperoleh dengan
tegas dan jelas serta telah melalui proses tanpa ujian sebagaimana dipersyaratkan.
sosialisai secara bertahap sehingga dapat 4. Faktor Sarana dan Prasarana
dijadikan pedoman dalam berinteraksi di Faktor sarana dan prasarana ini
jalan raya. Setiap pengguna jalan wajib merupakan faktor yang bersentuhan
memahami setiap aturan yang telah langsung dengan lalu lintas jalan raya yaitu
dibakukan secara formal baik dalam bentuk kendaraan dan jalan. Faktor kendaraan
Undang-Undang, Perpu, Peraturan yang sudah tua usianya yang banyak
Pemerintah, Perda dan aturan lainnya dikendarai dijalan raya, sehingga kualitas
sehingga terdapat satu persepsi dalam pola kendaraan kurang dapat dijamin.
tindak dan pola pikir dalam berinteraksi di Begitu pula sarana dan prasarana
jalan raya. Perbedaan tingkat pengetahuan jalan tidak memadai dengan jumlah
dan atau pemahaman terhadap aturan yang kendaraan yang beroperasi dijalan raya.
berlaku mengakibatkan suatu kesenjangan Penambahan sarana dan prasarana jalan
yang berpotensi memunculkan yang tidak bertambah akan berpengaruh
permasalahan dalam berlalu lintas, baik terhadap kelancaran dan ketertiban lalu
antar pengguna jalan itu sendiri maupun lintas di jalan raya.5
antara pengguna jalan dengan aparat yang
bertugas untuk melaksanakan penegakkan III. PENUTUP
hukum di jalan raya. A. Kesimpulan
3) Keterampilan 1. Proses pemeriksaan kendaraan bermotor
Kemampuan dalam mengendalikan di jalan sebagaimana yang diatur dalam
(Mengendarai/Mengemudi) Kendaraan baik Undang-Undang No. 22 Tahun 2009
kendaraan bermotor maupun kendaraan Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan
tidak bermotor di jalan raya akan dan Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun
berpengaruh besar terhadap situasi lalu 2012 Tentang Tata Cara Pemeriksaan
lintas, keterampilan mengendalikan
5
kendaraan merupakan suatu keharusan Tjahyonot, Rancangan Buku Pengantar
yang mutlak demi keamanan, keselamatan, Analisis Dan Prevensi Kecelakaan Lalu Lintas Jalan,
Laboratorium Transportasi Departemen Teknil Sipil
ketertiban dan kelancaraan lalu lintas baik Depok, , Ft Ui. 2008. Hlm. 11
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku
Barda Nawawi Arif, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni Bandung
Ditlantas Babinkum Polri, Lalu Lintas Dalam Angka Tahun 2005 dan Semester I,Jakarta.
Tahun 2006.
Syukri Akub Cs,. Wawasan Due Process Of Law Dalam Sistem Peradilan Pidana.
Mahakarya Rangkang Offset Yogyakarta. 2013.
Tjahyono T, Rancangan Buku Pengantar Analisis dan Prevensi kecelakaan Lalu Lintas
Jalan, Depok, Laboratorium Transportasi Departemen Teknik Sipil, FT UI. 2008.
Muhammad Ikhsan, Makalah Seminar Lalu Lintas dan Permasalahannya, Yogyakarta, 10
Juli 2009.
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan
Peraturan Pemerintah No. 80 Tahun 2012 Tentang Tata Cara Pemeriksaan
Kendaraan
Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan.
KUHP (Kitap Undang-undang Pidana)
C. Website
http://pn-sumbawabesar.net/prosedur-berperkara/prosedur-pidana/113-prosedur sidang-
tilang.
Jurnal Ilmu Hukum Legal Opinion
Edisi I, Volume 2, Tahun 2014