OLEH
FAKULTAS HUKUM
PADANG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
masalah lalu lintas. Hal ini terbukti dari adanya indikasi angka-angkakecelakaan
lalu lintas yang selalu meningkat. Keadaan ini merupakan salahsatu perwujudan
yang beredar dari tahun ketahun semakin meningkat. Hal ini nampak juga
sekedar oleh pengemudi kendaraan yang buruk, pejalan kaki yang kurang hati-
2005 :135) Lalu lintas dan pemakai jalan memiliki peranan yang sangat
mewujudkanlalu lintas dan pengguna jalan yang selamat, aman, cepat, lancar,
tertib, danteratur. Pembinaan di bidang lalu lintas jalan yang meliputi aspek
besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini terbukti dari adanyaindikasi angka
lintas yang semakin meningkat sangat pesat, keadaan inimerupakan salah satu
23).
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
yang sama sebagai acuan. Feit dalam bahasa Belanda berarti sebagian dari suatu
harifah kata strafbarfeit dapat diartikan sebagai suatu kenyataan yang dapat
sebagian dari suatu kenyataan yang dapat dihukum. Dari kata strafbaar feit
sarjana di Indonesia, antara lain : tindak pidana, delik, dan perbuatan pidana.
oleh suatu aturan hukum, larangan tersebuat disertai ancaman berupa pidana
tertentu bagi siapa saja yang melanggar aturan, dapat pula dikatakan bahwa
perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang hukum dan diancam dengan
pidana dimana larangan ditujukan pada perbuatan (kejadian atau keadaan yang
ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu bagi siapa sapa yang melanggar
perbuatan pidana. Tindak pidana lalu lintas merupakan salah satu perbuatan
kecelakaan lalu lintas. Perbuatan yang berawal dari pelanggaran dapat berakibat
merugikan orang lain atau diri sendiri. KUHP tidak secara khusus mengatur
tentang tindak pidana lalu lintas akan tetapi tindak pidana lalu lintas di atur
Lintas dan Angkutan jalan hal–hal mengenai tindak pidana lalu lintas terdapat
sebanyak 44 Pasal, yang diatur dalam Bab XX. Ketentuan pidana mulai dari
Pasal 273 hingga Pasal 317 UULAJ. Definisi kecelakaan lalu lintas menururt
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas
Jalan, pada Pasal 93 ayat (1) dari ketentuan tersebut mendefinisikan kecelakaan
lalu lintas adalah : “ Suatu peristiwa dijalan baik disangka–sangka dan tidak
Tahun 2009:
Bermotor (TNKB), klo kita sering bilang plat nomor; Sanksi Pidana
Kurungan Paling Lama 2 (dua) bulan atau denda Paling Banyak Rp.
Pasal 281 = tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) ; Sanksi Pidana
Kurungan Paling Lama 4 (empat) bulan atau denda Paling Banyak Rp.
denda Paling Banyak Rp. 250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah)
Pasal 283 = mengemudi secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain
denda Paling Banyak 750.000,- (tujuh ratus lima puluh ribu rupiah)
pesepeda; Pidana Kurungan Paling Lama 2 (dua) bulan atau denda Paling
Sumber hukum yang menentukan isi suatu peraturan atau kaidah hukum
yang mengikat setiap orang. Sumber hukum materiil berasal dari perasaan
internasional, geografis, politik hukum, dan lain-lain. “dalam kata lain sumber
sebagainya.
Sumber hukum materil ini merupakan faktor yang mempengaruhi materii
si dari aturan-aturan hukum atau tempat dari mana materi hukum itu diambil
Untuk keselamatan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas serta kemudahan bagi
pemakai jalan, jalan wajib dilengkapi dengan rambu-rambu, marka jalan, alat
pemberi isyarat lalu lintas, alat pengendali dan alat pengamanan pemakai jalan,
alat pengawasan dan pengaman jalan, fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas
dan angkutan jalan yang berada di dalan dan di luar jalan. rambu-rambu lalu
lintas terdiri dari 4 (empat) golongan, yaitu: (a) rambu peringatan; (b) rambu
larangan; (c) rambu perintah; dan (d) rambu petunjuk. Pelanggaran terhadap
berupa larangan atau perintah dapat terjadi misalnya pengemudi memasuki jalan
yang dilarang kendaraan roda empat atau lebih, ataupun berupa pelanggaran
atau menuntun pemakai jalan dalam berlalu lintas di jalan. Selanjutnya pada
ayat (2) disebutkan bahwa marka jalan terdiri dari: (a) marka membujur; (b)
marka melintang; (c) marka serong; (d) marka lambang; dan (e) marka lainnya.
jalan.
Alat pemberi isyarat lalu lintas yang sehari-hari dikenal dengan lampu
lalu lintas, berfungsi untuk mengatur kendaraan dan atau pejalan kaki. Alat
pemberi isyarat ini biasanya ditempatkan pada perempatan jalan atau pada
lokasi-lokasi yang dianggap rawan kecelakaan lalu lintas, yang terdiri atas
lampu tiga warna untuk mengatur kendaraan, lampu dua warna untuk kendaraan
dan atau pejalan kaki serta lampu satu warna untuk memberikan peringatan
bahaya kepada pemakai jalan. Bentuk pelanggaran terhadap alat pemberi isyarat
lalu lintas yang sering dilakukan pengemudi adalah tidak mengindahkan lampu
perundang-undangan ini memiliki dua fungsi utama yaitu sebagai legalisasi dan
yang mencakup aspek (unsur sosial baku) sebagai dasar eksistensi masyarakat,
wewenang. Kedua, sistem nilai-nilai mengenai apa yang baik dan yang tidak
asas hukum pidana , antara lain kebebasan dengan ketertiban, umum dan
sebagainya.
dalam bentuknya yang tertentu, yang menjadi dasar sah dan berlakunya hukum
secara formal. Ia menjadi dasar kekuatan yang dilihat dari bentuknya, mengikat
baik itu bagi warga masyarakat maupun para pelaksana hukum (penegak
hukum) itu sendiri. Sumber hukum formil yang dikenal di dalam ilmu hukum
traktrat, doktrin.
kecepatan, entah itu 20 km/jam hingga 100 km/jam. Itu merupakan sebuah
keharusan untuk membuat jalanan yang nyaman. Bukan karena yang lain
maksimalnya. Jika tidak menaati, maka itu pelanggaran Pasal 106 ayat 4 tentang
berbelok. Pengendara di belakang tentu saja tidak tahu banyak soal pikiran
Anda sehingga dengan lampu sein, mereka bisa tahu ke arah mana Anda akan
kecelakaan. Jika tidak dihidupkan atau salah kode sein, itu dapat
3. Menggunakan Telepon
terinterupsi dengan kegiatan lain. Contoh pelanggaran lainnya yang tidak fokus
ini adalah bermain HP saat di jalanan. Hukumannya bisa sampai penjara 3 bulan
Modifikasi secara asal juga semakin marak terjadi, maka dari itu,
memberikan pelanggaran yang dinilai cukup berat. Penjara satu tahun, hingga
korban luka berat bahkan mati ada 2 peraturan. Peraturan yang pertamana yang
mengatur ada pada KUHP dan yang kedua adalah Undang-Undang Nomor 22
mengakibatkan korban luka bahkan mati. Sanksi yang ada pada KUHP terdapat
pada Pasal 359 dan Pasal 360, sedangkan pada Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diatur pada Pasal 310 dan
penerapan sanksi pidana. Efektivitas penegakan hukum dapat kita lihat dari
Mengemudi (Soekamto,1983:6).
Adanya perbedaan dalam penerapan terkait sanksi bagi pelanggar lalu lintas di
tidak berhenti pada pertanyaan kenapa orang tersebut mati? Hukum akan
mencari dua jawaban terpenting, yang pertama adalah perbuatan apa yang
menyebabkan orang tersebut mati, dan kedua adalah siapa yang menyebabkan
orang tersebut mati. Perbuatan apa yang menyebabkan orang lain mati ini bisa
sebuah rumah, dan kematian tersebut disebabkan karena gas yang bocor. Dari
sisi medis, penyebab kematian sudah jelas yaitu karena menghirup gas. Namun
dari sisi hukum akan ada pertanyaan lanjutan, perbuatan apa yang menyebabkan
tabung gas bocor Karena itu hukum pidana, tidak akan merasa puas, jika
Dalam menentukan bentuk pertanggungjawaban ini, maka ada banyak hal yang
Kedua hal ini (sengaja dan tidak sengaja) sering disebut dengan elemen
kesalahan. Di dalam elemen kesalahan ini ada aspek kesengajaan atau aspek
dengan cara sengaja tetapi kesalahan juga dapat dilakukan dengan cara tidak
Angkutan Jalan (“UU LLAJ”), yang dimaksud dengan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan (“LLAJ”) adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu lintas,
angkutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu lintas dan
Lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang lalu lintas jalan. Ruang
lalu lintas jalan adalah prasarana yang diperuntukkan bagi gerak pindah
sebagai berikut:
yaitu:
Pasal 229 ayat (2), dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)
bulan dan/ atau denda paling banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).
dalam Pasal 229 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
rupiah).
3. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Salah satu contoh tindak pidana lalu lintas yang sumbernya di ambil dari
telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana :
dakwaan KESATU ;2. Menjatuhkan pidana atas diri Terdakwa dengan pidana
Terdakwa tetap ditahan ;5. Menetapkan barang bukti berupa : 1 (satu) unit
rupiah).
mengalami luka berat akibat perbuatan dari terdakwa, dan berikut uraian atau
penjelasannya:
luka berat, maka hukum tidak berhenti pada pertanyaan kenapa orang tersebut
mengalami luka berat? Hukum akan mencari dua jawaban terpenting, yang
luka berat, dan kedua adalah siapa yang menyebabkan orang tersebut
(Pasal 229 ayat (4) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan korban meninggal dunia atau
A. Simpulan
Berikut ini kami merangkum beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya pelanggaran lalin:
Pertama faktor substansinya atau hukum itu sendiri, ini diartikan sebagai
pada peraturan yang ada dan diterapkan di masyarakat, faktor strukturnya yaitu
aparat penegak hukum sebagai orang yang berwenang dalam melakukan
pengawasan serta penertiban terhadap pelanggaranyang terjadi, masih kurang
memadai dan layaknya sarana serta fasilitas dalam penegakkan hukum, begitu
pula kondisi jalan raya yang masih banyak terjadi kerusakan serta kurang
perhatian dari pihak yang berwenang.
Kedua faktor dari Masyarakatnya, dimana rasa atau sikap kepedulian
yang kurang serta kesadaran akan bahaya dalam penyimpangan berkendara
yang sangat minim dan faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan
rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup.
B. Saran
Diharapkan masyarakat meningkatkan kesadaran hukum akan pentingnya
mematuhi peraturan hukum dalam berkendara atau menggunakan jalan raya.
Hal ini juga harus didukung dengan ditingkatkannya sarana serta prasarana
penunjang dalam berkendara, selain itu pemahaman akan aturan hukum terkait
seperti adanya peran media massa untuk memudahkan masyarakat untuk
mengetahui dan belajar akan aturan yang ada. Selanjutnya mengenai penting
dan perlu diadakan operasi atau razia untuk menertibkan pengendara atau
pengguna jalan yang tak patuh perlu dilakukan secara berkala dan kedepannya.
Penjatuhan sanksi atau pemidanaan oleh Hakim selaku salah saru
penegak hukum diharapkan lebih optimal dan tegas dengan tetap merujuk pada
aturan yang berlaku saat ini sehingga penerapan sanksi dapat memberi efek jera
bagi para pelaku. Dan tak mungkin dapat memberikan rasa keadilan di
dalamnya. Selain itu, meningkatkan wibawa melalui cara menegakkan yang
tegas, guna memberikan rasa kepercayaan kepada masyarakat untuk bersikap
saling menghormati dalam penindakan pelanggar, sehingga pelanggar tidak
mengulangi perbuatannya untuk kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Dasar Hukum: