Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH STUDI KASUS IDENTIFIKASI MASALAH DAN

ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH LALU LINTAS di KOTA


PALEMBANG

Mata kuliah : Rekayasa Lalu Lintas


Dosen Pengampuh :  Debby Yulinar Permata, ST., MT

Disusun Oleh :
Adelia Safigar (03011282025030)
Aisyah Najwa Zalzabilah (03011282025036)
Dessy Fitriani (030111820260)
Kartika Sukma Pratiwi (030111820250)
Vinka Berliana Putri (030112820250)

FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK SIPIL
KELAS B INDRALAYA
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Kota Palembang merupakan ibu kota dari provinsi Sumatera Selatan, tak heran apabila
kota ini kerap kali mengalami banyak pelanggaran dibeberapa ruas jalannya, Karena banyaknya
para pengemudi kendaraan roda empat maupun dua belum lagi para pejalan kaki yang kadang
kala dapat mengganggu pengemudi dengan menyebrang jalan sembarang. Belum lagi jumlah
kendaraan bermotor di kota Palembang semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah
penduduk. Pertambahan jumlah kendaraan menyebabkan banyaknya pelanggaran lalu lintas yang
terjadi.
Pelanggaran yang dilakukan oleh para pengguna jalan kerap kali mengundang dampak
sosial yang mana kadang kala bisa membuat pengguna jalan lainnya kesal akibat tindakan
pelanggaran yang dilakukan. Dampak buruk lainnya yaitu tingkat kecelakaan lalu lintas yang
juga dikarenakan oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya memperhatikan dan
menaati peraturan lalu lintas yang sudah ada, para pengemudi juga diharapkan untuk memiliki
kesiapan mental pada saat mengemudi atau tidak mengemudi dalam keadaan kelelahan, tidak
berada dalam pengaruh alkohol ataupun obat-obatan terlarang. karena apabila pengemudi tidak
memiliki kesiapan mental seperti ini maka memungkinkan terjadinya kecelakaan yang dapat
membahayakan keselamatan pengguna jalan raya lainnya.
Terjadinya kasus pelanggaran lalu lintas dijalan raya oleh pemakai jalan yang cenderung
mengakibatkan timbulnya rasa ketidaktertiban pengguna jalan lainnya. pelanggaran lalu lintas
mayoritas berupa pelanggaran rambu-rambu lalu lintas, seperti larangan berhenti dan parkir
ditempat-tempat tertentu, menerobos lampu merah dan lain-lain. Oleh karena itulah pelanggaran
lalu lintas merupakan keadaan dimana terjadi ketidak sesuaian antara aturan dan pelaksanaan.
aturan dalam hal ini yang dimaksud adalah undang-undang yang telah diterapkan oleh Negara
yang berlaku secara sah, sedangkan masyarakat menjadi pelaksanaanya dalam mengikuti aturan
yang tertera dalam pasal-pasal tersebut maka disebut pelanggaran lalu lintas.
Pelanggaran lalu lintas tidak dapat dibiarkan begitu saja karena bersumber dari suatu
pelanggaran tersebut yang akan timbul suatu kecelakaan lalu lintas, meski juga masih ada faktor
lain menyebabkannya. Namun demikian, pada dasarnya peraturan lalu lintas yang dibuat oleh
pemerintah tidak dimaksudkan memberikan beban tambahan bagi masyarakat.

1.2. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui dan menganilis faktor yang menyebabkan timbulnya pelanggaran lalu
lintas yang terjadi di Kota Palembang
2. untuk mengetahui dan menganalisis upaya atau solusi yang dapat dilakukan terhadapa
pelanggaran lalu lintas di Kota Palembang.

1.3. Ruang Lingkup


1. Mengidentifikasi penyebab timbulnya pelanggaran lalu lintas di Kota Palembang
2. Mengatasi dan mengurangi kemacetan dengan memberikan upaya atau solusi dari
penyebab timbulnya pelanggaran yang telah diidentfikasi.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Pelanggaran lalu lintas jalan adalah perbuatan atau tindakan yang bertentangan dengan
ketentuan-ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas.
Pelanggaran yang dimaksud diatas adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 105 Undang-
undang Nomor 22 tahun 2009 yang berbunyi: Setiap orang yang menggunakan Jalan Wajib:
a. Berperilaku tertib; dan/atau
b. Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan dan keselamatan lalu
lintas dan angkutan jalan, atau yang dapat menimbulkan kerusakan jalan.
Jika ketentuan tersebut diatas dilanggar maka akan dikualifikasikan sebagai suatu
pelanggaran yang terlibat dalam kecelakaan.
Untuk memberikan penjelasan tentang pelanggaran lalu lintas yang lebih terperinci, maka
perlu dijelaskan lebih dahulu mengenai pelanggaran itu sendiri. Dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP) tindak pidana dibagi atas kejahatan (misdrijve) dan pelanggaran
(overtredingen). Mengenai kejahatan itu sendiri dalam KUHP diatur pada Buku II yaitu tentang
Kejahatan. Sedangkan pelanggaran diatur dalam Buku III yaitu tentang Pelanggaran. Dalam
hukum pidana terdapat dua pandangan mengenai criteria pembagian tindak pidana kejahatan dan
pelanggaran, yaitu bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Menurut pandangan yang bersifat kualitatif didefinisikan bahwa suatu perbuatan dipandang
sebagai tindak pidana setelah adanya undang-undang yang mengatur sebagai tindak pidana.
Sedangkan kejahatan bersifat recht delicten yang berarti suatu yang dipandang sebagai perbuatan
yang bertentangan dengan keadilan, terlepas apakah perbuatan itu diancam pidana dalam suatu
undang-undang atau tidak. Menurut pandangan yang bersifat kualitatif bahwa terhadap ancaman
pidana pelanggaran lebih ringan dari kejahatan. Menurut JM Van Bemmelen dalam bukunya
“Handen Leer Boek Van Het Nederlandse Strafrecht” menyatakan bahwa perbedaan antara
kedua golongan tindak pidana ini (kejahatan dan pelanggaran) tidak bersifat kualitatif, tetapi
hanya kuantitatif, yaitu kejahatan pada umumnya diancam dengan hukuman yang lebih berat dari
pada pelanggaran dan nampaknya ini didasarkan pada sifat lebih berat dari kejahatan.
Menurut Wirjono Prodjodikoro24 pengertian pelanggaran adalah “overtredingen” atau
pelanggaran berarti suatu perbutan yang melanggar sesuatu dan berhubungan dengan hukum,
berarti tidak lain dari pada perbuatan melawan hukum. Sedangkan menurut Bambang
Poernomo25 mengemukakan bahwa pelanggaran adalah politis-on recht dan kejahatan adalah
crimineel-on recht. Politis-on recht itu merupakan perbuatan yang tidak mentaati larangan atau
keharusan yang ditentukan oleh penguasa negara. Sedangkan crimineel-on recht itu merupakan
perbuatan yang bertentangan dengan hukum. Dari berbagai definisi pelanggaran tersebut diatas
maka dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur pelanggaran adalah sebagai berikut:
1. Adanya perbuatan yang bertentangan dengan perundang-undangan
2. Menimbulkan akibat hukum.
Selanjutnya pelanggaran lalu lintas dapat pula digolongkan berdasarkan petunjuk
pelaksanaan tata cara penyelesaian tata cara penyelesaian pelanggaran lalu lintas jalan
tertentu,didalam kesepakatan bersama MAHKEJAPOL yaitu:
1. Pelanggaran lalu lintas bergerak (Moving Violation) misalnya pelanggaran kecepatan;
2. Pelanggaran lalu lintas berhenti (Standing Violation) misalnya melanggar rambu-rambu
larangan berhenti;
3. Pelanggaran lalu lintas lainnya (Other Violation) misalnya tidak memiliki SIM.
Ketiga pelanggaran lalu lintas tersebut gradasinya akan ditentukan oleh akibat yang
ditimbulkan, antara lain :
1. Mengakibatkan kecelakaan lalu lintas;
2. Mengakibatkan kemacetan lalu lintas;
3. Mengakibatkan kerusakan prasarana jalan dan sarana angkutan;
4. Menimbulkan ketidaktertiban dan ketidakteraturan;
5. Menimbulkan polusi;
6. Berkaitan dengan kejahatan.
Sesuai penjelasan Pasal 211, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP maka
yang dimaksud dengan perkara pelanggaran lalu lintras jalan tertetu adalah :
a. Mempergunakan jalan dengan cara yang dapat merintangi membahayakan ketertiban dan
keamanan lalu lintas atau yang mungkin menimbulkan kerusakan pada jalan.
b. Mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak dapat memperlihatkan SIM, STNK, STUK
yang sah atau tanda bukti lainnya yang diwajibkan menurut ketentuan perundang-
undangan lalu lintas jalan atau ia dapat memperlihatkan tetapi masa berlakunya telah
kadaluarsa.
c. Memberikan atau memperkenankan kendaraan bermotor dikemudikan oleh orang yang
tidak memiliki SIM
d. Tidak memenuhi ketentuan perundang-undangan lalu lintas jalan, perlengkapan, pemuatan
kendaraan, dan syarat penggandengan dengan kendaraan lain.
e. Membiarkan kendaraan bermotor yang ada dijalan tanpa dilengkapi plat tanda kendaraan
yang sah, sesuai dengan STNK yang bersangkutan.
f. Pelanggaran terhadap perintah yang diberikan oleh petugas pengatur lalu lintas jalan.
Pelanggaran terhadap ketentuanketentuan tentang ukuran dan muatan yang dizinkan, cara
memuat dan membongkar barang.
Didalam pengertian umum yang diatur oleh undang-undang lalu lintas (Pasal 1 Undang-
Undang Nomor 22 tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan), tidak ditemukan
adanya pengertian secara umitative tentang apa yang dimaksud dengan pelanggaran lalu lintas.
BAB III
ANALISIS DAN SOLUSI

3.1. Analisis Penyebab Terjadinya Pelanggaran Di Kota Palembang


adapun penyebab seseorang melakukan pelanggaran lalu lintas di

Anda mungkin juga menyukai