DISUSUN OLEH :
430.200.18.3440
0
PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN LALU
LINTAS OLEH PELAJAR DI WILAYAH KEPOLISIAN
RESORT TASIKMALAYA KOTA DI HUBUNGKAN DENGAN
PASAL 281 UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009
TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
( STUDI KASUS DI WILAYAH KECAMATAN CIAWI )
DISUSUN OLEH :
430.200.18.3440
USULAN PENELITIAN
Pembimbing I Pembimbing II
1
BAB I
PENDAHULUAN
dengan tertib, selamat, aman, nyaman, cepat, tepat, teratur dan lancar. Sesuatu
saat ada terjadi berbagai gangguan, salah satu bentuk gangguan pemakai jalan
raya secara tertib aman dan lancar adalah terjadinya pelangaran-pelangaran lalu
lintas sebagian pelanggaran disebabkan oleh pelaku manusia itu sendiri yang
peranan sarana lalu lintas dalam kehidupan masyarakat. Meningkatnya arus lalu
lintas, selain hal ini dapat membawa dampak positif bagi kehidupan masyarakat
seringnya terjadi kecelakaan lalu lintas baik yang ringan maupun yang berat dan
terhadap peraturan lalu lintas. Sejalan dengan meningkatnya mobilitas orang dan
atau barang serta arus lalu lintas ini, pemerintah yang dalam hal ini petugas
hukum terutama pihak kepolisian khususnya polisi lalu lintas telah melalukan
bebagai upaya baik bersifat prefentif maupun yang bersifat represif untuk
pelangaran lalu-lintas itu masih saja terus terjadi dan bahkan menurut data yang
ada pelangaran lalu lintas ini menunjukkan peningkatan baik kualitas maupun
1
kwantitas. Dalam Bab III Pasal 13 Undang-undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang
Lalu-lintas dan angkutan jalan saat ini merupakan persoalan yang sangat
dan arus informasi serta ekonomi global sehingga memerlukan kerja keras semua
kekuatan unsur yang bertanggung jawab atas lalu lintas tersebut untuk membuat
rasa tertib, aman, lancar dan selamat baik bagi pengguna jalan maupun
“Pengaturan lalu- lintas merupakan salah satu tugas yang harus dilakukan oleh
Aparat penegak hukum dalam hal ini Polisi Lalu Lintas berperan sebagai
pencegah (politie toezicht) dan sebagai penindak (politie dwang) dalam fungsi
politik. Di samping itu polisi lalu lintas juga melakukan fungsi regeling
Mengemudi).1
1
Soerjono Soekanto, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah-masalah Sosial,
Bandung : Citra Aditya Bakti, 1989, hlm. 58
2
“Peraturan kendaraan di Indonesia diatur pada Peraturan Pemerintah
Nomor 22 Tahun 2009, selain itu juga Peraturan Pemerintah Nomor 44 tahun
diatur secara jelas kewenangan setiap intansi dalam penyelengaraan lalu-lintas dan
angkutan jalan”. Adapun pelayanan Polri bidang lalu lintas tidak terbatas pada
penertiban saja melainkan tanggung jawab dan fungsi penegakan hukum dimana
hasil akhir dari pada berbagai jenis pelayanan yang dilakukan adalah mewujudkan
keamanan, ketertiban kelancaran dan keselamatan, arus lalu lintas karena lalu
orang tua, guru dan sebagainya sehingga cenderung adanya pembiaran. Kondisi
2
Leksmono Suryo Putranto, Rekayasa Lalu-Lintas, Edisi 3, PT, Indeks, Jakarta, 2016, hlm. 163
3
Di Kabupaten Tasikmalaya khususnya di wilayah Kecamatan Ciawi,
pelanggaran lalu lintas yang banyak terjadi yaitu pelanggaran terhadap kepatuhan
Palanggaran terhadap ketentuan Pasal 281 yaitu kewajiban memiliki Surat Ijin
Mengemudi (SIM) yang banyak terjadi khususnya pada siswa Sekolah Tingkat
wilayah hukum polsek ciawi sebagaimana pernah diberitakan oleh Media Online
terhadap pelanggaran Lalu Lintas.3 Adapun pelanggaran yang terjadi pada operasi
zebra lodaya tersebut adalah Pengendara tidak mempunyai SIM, Pengendara tidak
B. Identifikasi Masalah
3
https://www.tribratanewspolrestasikkota.com/operasi-zebra-lodaya-2016-hari-pertama-polres-
tasikmalaya-tilang-ratusan-pelanggar/ diakses pada tanggal 22/05/2022 Jam 14.57
4
Dengan Pasal 281 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu
C. Tujuan Penelitian
Bermotor Yang Tidak Memiliki SIM Menurut Pasal 281 Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan Di Kecamatan Ciawi
Kabupaten Tasikmalaya.
Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan
kendaraan bermotor siswa Lanjutan Tingkat Atas yang tidak memiliki SIM
Tasikmalaya
D. Kegunaan Penelitian
5
Kegunaan yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Kegunaan Teoritis
2. Kegunaan Praktis
E. Kerangka Pemikiran
a. Penegakan Hukum
4
Dellyana Shant, Konsep Penegakan Hukum, Liberty, Yogyakarta,1988. hlm 32
6
menjamin di taatinya hukum materiil dengan menggunakan cara
itu melibatkan semua subjek hukum. Siapa saja yang menjalankan aturan
yang berlaku, berarti dia sedang menegakan hukum. Dalam arti sempit,
lain.6
5
Rais Ahmad, Peran Manusia dalam Penegakan Hukum, Pustakan Antara, Jakarta, 1996, hlm. 19
6
Munir Fuady, Aliran Hukum Krisis Paradigma Ketidakberdayaan Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2003, hlm. 39-21
7
Tujuan Penegakan hukum adalah untuk melindungi kepentingan
masyarakat.
keadilan serta hukum itu bersifat umum, yang melihat semua orang itu
sama. Karena demi mewujudkan keadilan bagi semua orang hukum tidak
boleh keberpihakan.7
7
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty Yogyakarta, Yogyakarta,
2005, hlm. 160-161
8
Faktor-Faktor Penegakan Hukum Adapun faktor-faktor yang
lain:8
hukumnya sudah baik, akan tetapi kualitas atau mental dari para
penegak hukum tidak baik pula, maka tidak akan tercipta kesuksesan
hukum sudah baik pula, akan tetapi sarana atau fasilitas nya tidak
sebagaimana mestinya.
d. Faktor masyarakat;
9
dari sudut pandang tertentu, maka masyarakat dapat mempengaruhi
e. Faktor kebudayaan;
Sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa
dihindari).
tersebut;
10
c. Kemampuan dan kewibawaan dari pada organisasi penegak hukum.9
selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk
masyarakat.10
lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, dan lancar melalui:
9
M. Husen Harun, Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonesia, Rineka Cipta¸ Jakarta,
1990, hlm. 41
10
Suryanagara, Panduan Aman Berlalu Lintas Sesuai UU No. 22 Tahun 2009, Degraf
Publishing, Jakarta, 2009, hlm. 71
11
3. Kegiatan yang berkaitan dengan registrasi dan identifikasi kendaraan
kendaraan bermotor dalam berkendara di jalan raya. Salah satu isi dari
Surat Izin Mengemudi (SIM). SIM menjadi salah satu syarat utama bagi
raya. Tanpa adanya SIM, maka pengendara akan dianggap belum cakap dan
peraturan tersebut dilanggar, maka tentunya akan ada sanksi bagi para
pelanggar.
Sanksi bagi pelanggar lalu lintas yang tidak memiliki Surat Izin
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan yang menentukan
bahwa:
11
Ibid, hlm. 72.
12
1. Setiap Orang Yang dimaksud dengan setiap orang adalah, seluruh
Indonesia.
Undang Nomor 22 tahun 2009 yang dimaksud tentang Lalu Lintas dan
13
pada usia yang cukup yaitu minimal 17 tahun, serta keterampilan
jika telah lulus ujian teori dan praktik, tentunya dengan terpenuhinya
(KTP), mengisi formulir, tanda tangan, sidik jari, dan foto serta
membuat surat keterangan sehat jasmani dan rohani. Setelah lulus dari
Nomor 160.
(delapan puluh ribu rupiah), dan yang terakhir untuk SIM D sebesar
14
untuk perpanjangan SIM hanya perlu membayar PNBP saja tetapi
2. Pilih 'Mulai', setelah itu, isi data dengan benar pada menu ‘Data
Permohonan’.
Nomor telepon.
4. Isi Nomor yang dapat dihubungi saat keadaan darurat. Selain itu,
benar. Jika sudah, klik tombol 'Lanjut', dan konfirmasi data yang
telah diinput.
15
9. Usai mendapatkan bukti registrasi online, pemohon akan
11. Ikuti serangkaian tes untuk mendapatkan SIM baru yang terdiri
simulator.
tertua, lebih tua dari pidana penjara, pidana kurungan, mungkin setua
adalah satu-satunya pidana yang dapat dipikul oleh orang lain selain
12
http://prasko17.blogspot.co.id/2012/09/pidana-denda.html diakses terakhir tanggal 13 April
2022, pukul 19.54 WIB
13
Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia dari Retribusi ke Reformasi, Pradnya
Paramita, Jakarta, 1986, hlm. 43
16
tindakan orang lain, maka orang yang dirugikan tersebut dapat menuntut
pidana penjara. Walaupun tidak dapat disangkal juga pada sisi lain, pidana
penjatuhan pidana oleh pengadilan, dan tahap eksekusi oleh lembaga yang
berwenang.15
17
sebenarnya sudah dikenal sejak lama, namun baru pada abad ini dapat
pidana badan dari peringkat pertama. Salah satu alasan kenaikan peringkat
pekerjaanya.16
ringan, berupa pelanggaran atau kejahatan ringan. Oleh karena itu pula,
pribadi, tidak ada larangan jika denda itu secara sukarela dibayar oleh
Dalam hal yang demikian, bukanlah berarti bahwa pidana berat akan
16
Jan Rammelink, Hukum Pidana Komentar atas Pasal Pasal Terpenting dari KUHP
Belanda dan Padannanya dalam KUHP Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utma, Jakarta, 2003
hlm. 485
17
Niniek Suparni, Niniek Suparni, Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan
Pemidanaan, Ctk. Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2007, hlm. 24
18
juga mempertimbangkan pokokpokok pikiran yang melatarbelakangi
antaranya adalah :
f. Pidana denda akan menjadi penghasilan bagi negara, daerah, dan kota.
18
18
Ibid, hlm. 42
19
pemidanaan yang akan dijatuhkannya, dengan tetap mempertimbangkan
seseorang.19
pidana penjara.21
19
Ibid, hlm. 23
20
Eddy O.S. Hiariej, Prinsip Prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka, Yogyakarta, 2016
hlm. 399
21
Jan Rammelink, Hukum Pidana Komentar atas Pasal Pasal Terpenting dari KUHP Belanda
dan Padannanya dalam KUHP Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utma, Jakarta, 2003 hlm.
477
20
Pidana kurungan dapat sebagai pengganti dari pidana denda, jika
seorang tersebut tidak dapat atau tidak mampu membayar denda yang
Pasal 18 KUHP, pidana kurungan paling sedikit satu hari dan paling lama
menjadi satu tahun empat bulan sebagai batas maksimum dan tidak boleh
penjara dan pidana kurungan mulai berlaku bagi terpidana yang sudah di
hukum tetap, dan bagi terpidana lainya pada hari ketika putusan hakim
mulai dilaksanakan.
kedua jenis pidana tersebut berkekuatan hukum tetap pada waktu yang
kedua atau salah satu perbuatan pidana itu, maka pidana penjara mulai
berlaku pada saat ketika putusan hakim menjadi tetap, dan pidana
21
Meskipun terlihat memiliki kemiripan, namun pidana kurungan dan
adalah :
1. Persamaan
bergerak.
2. Perbedaan
F. Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
22
Ismu Gunadi dan Jonaedi Efendi, Cepat dan Mudah Memahami Hukum Pidana,
Kencana, Jakarta, 2014 hlm.69
22
Permasalahan yang telah dirumuskan di atas akan dijawab atau
atau das sein), karena dalam penelitian ini digunakan data primer yang
b. Data Penelitian
Data yang akan digunakan dalam penelitian hukum ini bersumber dari
data Primer, data primer merupakan suatu data yang telah diperoleh secara
langsung yang dari sumber pertama atau sumber asal dari lapangan atau data
narasumber yang berkompeten. Dalam hal ini adalah Para Siswa dan Pihak
23
Pengumpulan data adalah suatu kegiatan merapikan data dari hasil
bagian ini peneliti mendapatkan data yang lebih akurat karena telah
1. Teknik Wawancara
2. Observasi
3. Kuesioner
24
Metode analisis data yang akan digunakan yaitu analisis kualitatif,
bahwa analisis kualitatif bersifat deskriptif yakni data yang berupa kata-kata
hasil analisis dari wawancara dan kuesioner yang akan dilakukan oleh
G. Sistematika Penulisan
Sistematika Penulisan Laporan tugas akhir ini terdiri dari 5 bab, antara lain :
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
CIAWI )
BAB III
25
TASIKMALAYA KOTA DI HUBUNGKAN DENGAN PASAL 281
KECAMATAN CIAWI )
Resort Tasikmalaya Kota terhadap para siswa yang tidak mempunyai SIM
Berkendara ke sekolah.
BAB IV
KECAMATAN CIAWI )
22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kepada para siswa
BAB V
PENUTUP
26
berdasarkan pengalaman di lapangan untuk perbaikan proses pengujian
selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas Hukum
Efektivitas adalah unsur pokok mencapai tujuan atau sasaran yang telah
dikatakan efektif jika kebijakan itu bisa berjalan sesuai dengan harapan
pembuat kebijakan.
24
Barda Nawawi Arief, Kapita Selekta Hukum Pidana, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003,hlm. 85
25
Muhammad Ali, Penelitian Pendidikan Prosedur dan Strategi, Bandung, Angkasa, 1997,hlm 89
27
keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut, maka
yang prosesnya mencapai tujuan apa yang direncanakan dan sesuai dengan
biaya yang dianggarkan, waktu dan jumlah personil yang ditentukan”. Dari
yang telah ditentukan yaitu salah satu pengukuran dimana suatu target
tertentu suatu program sebagai suatu sistem dengan sumber daya dan
melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa mencari tekanan yang
yang dikehendaki telah tercapai, maka hal tersebut dapat dikatakan efektif,
begitu pula sebaliknya apabila sasaran tidak tercapai dalam waktu yang
26
Supriyono, Sistem Pengendalian Manajemen, Edisis Pertama, Yogyakarta, BPFE, 2000, hlm. 29
27
Onong Uchjana Effendy, Kamus Komunikasi, Bandung, PT. Mandar Maju, 1989. hlm. 14
28
Richard M Steers, Efektivitas Organisasai Perusahaan, Jakarta, Erlangga, 1985,hlm 87
29
Agung Kurniawan, Transformasi Pelayanan Publik, Yogyakarta, Pembaharuan, 2005, hlm. 109
28
Hal itu menjadi tujuan ukuran untuk menentukan efektif tidaknya
tujuan atau sasaran yang digariskan atau dengan kata lain untuk mengukur
berada pada pencapaian tujuan. Ini dapat dikatakan efektif apabila tujuan
semula dan menimbulkan efek atau dampak terhadap apa yang diinginkan
atau diharapkan.
rencana atau target yang telah ditentukan dengan hasil yang dicapai, maka
usaha atau hasil pekerjaan tersebut itulah yang dikatakan efektif, namun
jika usaha atau hasil pekerjaan yang dilakukan tidak tercapai sesuai dengan
apa yang direncanakan, maka hal itu dapat dikatakan tidak efektif.
tidak bisa dijalankan, atau bahkan atas hal tertentu terbit pembangkangan
29
Persoalan efektivitas hukum mempunyai hubungan sangat erat
hukum karena takut pada petugas atau polisi, menaati suatu hukum
memberikan hasil.
hukum, padahal kedua hal itu sangat erat hubungannya, namun tidak persis
30
Berkaitan dengan pelaksanaan peraturan perundang-undangan,
yang ditentukan lebih awal. Untuk mencapai tujuan tersebut maka perlu
kesusilaan.
telah diatur sebelumnya dan atau ditetapkan pada peraturan yang lebih
menginterprestasikan.
kuantitas (output) barang dan jasa. Tingkat efektivitas juga dapat diukur
31
nyata yang telah diwujudkan. Namun, jika usaha atau hasil pekerjaan dan
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah
e. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu
dan bekerja.
32
f. Tersedianya saran dan prasarana kerja, salah satu indikator
oleh organisasi.
maka kita pertama-tama harus dapat mengukur sejauh mana hukum itu
ditaati oleh sebagian besar target yang menjadi sasaran ketaatannya, kita
Namun demikian, sekalipun dikatakan aturan yang ditaati itu efektif, tetapi
karena seorang menaati atu tidak suatu aturan hukum tergantung pada
kepentingannya.33
32
Sondang P Siagian, Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi, Jakarta, Gunung
agung, 1986,hlm. 76
33
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan (Judicialprudence)
Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence), Jakarta, Penerbit Kencana, 2009, Hal
376
33
Dalam bukunya Achmad Ali yang dikutip oleh Marcus Priyo
itu.
34
memungkinkan untuk diproses dalam setiap tahapan (penyelidikan,
dalam masyarakat.
peran, wewenang dan fungsi dari para penegak hukum, baik di dalam
34
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum. Jakarta, Penerbit
PT. Raja Grafindi Persada. 2007, Hal. 5
35
keadilan. Kepastian hukum sifatnya konkret berwujud nyata,
kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas petugas kurang baik, ada
masalah.
aktual.
bersangkutan.
36
e. Faktor Kebudayaan Kebudayaan pada dasarnya mencakup nilai-nilai
dianggap baik sehingga diikuti dan apa yang diangap buruk maka
undangan.
37
hukum lainnya, maka pikiran diarahkan pada kenyataan apakah hukum itu
perubahan masyarakat.
hukum dalam arti undang-undang atau produk hukum lainnya, maka pada
35
Soerjono Soekanto, Sosiologi Hukum Dalam Masyarakat, Jakarta, Remadja Karya, 1987, hlm.
23
38
berbentuk menurut cara yang telah ditetapkan atau apabila menunjukan
tersebut.
36
Mustafa Abdullah dan Soerjono Soekanto, Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, Jakarta, CV.
Rajawali, 1982, hlm. 14
39
daerah yaitu sifatnya statis dan kaku. Dalam keadaan yang mendesak,
masyarakat, akan tetapi tidak mesti seperti itu karena sebenarnya hukum
menimbulkan adanya sifat melawan hukum dan telah ada aturan atau telah
perundangundangan.38
37
Rusli Effendy dan Poppy Andi Lolo, Asas-asas Hukum Pidana, Ujung Pandang: Umithohs
Press, 1989, hlm 74
38
Gusti Ngurah Alit Ardiyasa, Kajian Kriminologis Mengenai Pelanggaran Lalu Lintas yang
Dilakukan oleh Anak, https://media.neliti.com/media/publications/149603-ID-kajian-
kriminologismengenai-pelanggaran.pdf
40
Pelanggaran menurut Sudarto,39 “wetsdelict, yakni perbuatan yang
melanggar sesuatu dan berhubungan dengan hukum, yang berarti lain dari
Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan: “Lalu lintas dan
Angkutan Jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas Lalu Lintas,
Angkutan Jalan, jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Prasana Lalu
pengelolanya”.
Lintas dan Angkutan Jalan: “Lalu Lintas adalah gerak Kendaraan dan
orang di ruang Lalu Lintas Jalan”. Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan: “Angkutan adalah
perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan
39
Sudarto, Hukum Pidana I, Semarang: Yayasan Sudarto, 1990, hlm. 57
40
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, Bandung, Eresco, 1981, hlm. 28
41
menggunakan Kendaraan di Ruang Lalu Lintas Jalan”. Melihat rumusan
Pasal 1 ayat (1), (2) dan (3) tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa lalu
lintas angkutan jalan adalah gerak pindah orang atau barang dari satu
limitative tentang apa yang dimaksud dengan pelanggaran lalu lintas tidak
undangan lalu lintas jalan sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 32 (1)
dan (2), Pasal 33 (1) huruf a dan b, Undang-Undang No. 14 Tahun 2002
diganti dengan UU No. 22 Tahun 2009, akan tetapi hal tersebut dapat
41
Naning Rondlon, Menggairahkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan Disiplin Penegak Hukum
dan Lalu Lintas, Jakarta: Bina Ilmu, 1983, hlm. 19
42
tindakan yang bertentangan dengan ketentuan-ketentuan peraturan
dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan, atau yang dapat
Mengenai kejahatan itu sendiri dalam KUHP diatur pada Buku II yaitu
tentang Pelanggaran.
43
Sedangkan kejahatan bersifat recht delicten yang berarti suatu yang
tidak.
hukuman yang lebih berat dari pada pelanggaran dan nampaknya ini
pelaku kejahatan memang pada umumnya lebih berat dari pada sanksi
melawan hukum.
43
Bambang Poernomo, Asas-Asas Hukum Pidana, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002, hlm.40
44
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana, Bandung: Refika Aditama, 2003, hlm.33
44
Sedangkan menurut Bambang Poernomo,45 mengemukakan bahwa
peraturan perundang-undangan.
lalu lintas diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa yang dimaksud
dengan pelanggaran lalu lintas adalah suatu perbuatan atau tindakan yang
yang merupakan cermin budaya bangsa karena itulah setiap insan wajib
serta patuh terhadap peraturan lalu lintas yang terdapat pada jalan raya. Di
45
Bambang Poernomo, Op.cit, hlm.40
45
wilayah hukum Kecamatan Ciawi, kesadaran pengguna kendaraan
3.960 pelanggaran lalu lintas yang terjadi di bulan itu. Dari angka itu,
DAFTAR PUSTAKA
46
Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Perspektif Hukum
Progresif, Sinar Grafik, Jakarta, 2010
Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia dari Retribusi ke
Reformasi, Pradnya Paramita, Jakarta, 1986
Andi Hamzah, Sistem Pidana dan Pemidanaan Indonesia, Pradnya
Paramita, Jakarta, 1993
Assadulloh Al Faruq, Hukum Pidana dalam Sistem Hukum Islam, Ghalia
Indonesia, Bogor, 2009
Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika,
Jakarta, 2002
Dellyana Shant, Konsep Penegakan Hukum, Liberty, Yogyakarta,1988
Eddy O.S. Hiariej, Prinsip Prinsip Hukum Pidana, Cahaya Atma Pustaka,
Yogyakarta, 2016
Ismu Gunadi dan Jonaedi Efendi, Cepat dan Mudah Memahami Hukum
Pidana, Kencana, Jakarta, 2014
Jan Rammelink, Hukum Pidana Komentar atas Pasal Pasal Terpenting dari
KUHP Belanda dan Padannanya dalam KUHP Indonesia, PT.
Gramedia Pustaka Utma, Jakarta, 2003
Leksmono Suryo Putranto, Rekayasa Lalu-Lintas, Edisi 3, PT, Indeks,
Jakarta, 2016
M. Husen Harun, Kejahatan dan Penegakan Hukum di Indonesia, Rineka
Cipta¸ Jakarta, 1990
M.Iqbal Hasan, Pokok Pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya, Ghalia Indoneia, Jakarta, 2002
Naning Rondlon, Menggairahkan Kesadaran Hukum Masyarakat dan
Disiplin Penegak Hukum dan Lalu Lintas, Jakarta: Bina Ilmu, 1983,
Niniek Suparni, Eksistensi Pidana Denda dalam Sistem Pidana dan
Pemidanaan, Ctk. Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2007
Munir Fuady, Aliran Hukum Krisis (Paradigma Ketidakberdayaan Hukum),
Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003
47
Rais Ahmad, Peran Manusia dalam Penegakan Hukum, Pustakan Antara,
Jakarta, 1996
Ridwan Syah Beruh, Membumikan Hukum Tuhan Perlindungan HAM
Perspektif Hukum Pidana Islam, Pustaka Ilmu, Yogyakarta
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007
Soerjono Soekanto, Suatu Tinjauan Sosiologi Hukum Terhadap Masalah-
masalah Sosial, Citra Aditya Bakti, Bandung 1989
Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Liberty
Yogyakarta, Yogyakarta, 2005
Suhariyono AR, Pembaruan Pidana Denda Indonesia, Papas Sinar Sinanti,
Jakarta, 2012
Suryanagara, Panduan Aman Berlalu Lintas Sesuai UU Nomor. 22 Tahun
2009, Degraf Publishing, Jakarta, 2009
Syaiful Bakhri, Perkembangan Stelsel Pidana Indonesia, Total Media,
Yogyakarta, 2009
Syaiful Bakhri, Pidana Denda dan Korupsi, Total Media, Yogyakarta
Teguh Prasetyo, Hukum Pidana, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010
48