Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL

PENERAPAN SANKSI PIDANA BAGI PENGENDARA MOTOR SAMBIL


MEROKOK DI KOTA MALANG

PENELITIAN

Diajukan untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester


Mata Kuliah Metode Penelitian dan Penulisan Hukum
Kelas B
Dosen Pengampu : Mufatikhatul Farikhah, S.H., M.H.
Dr. Abdul Madjid, S.H., M.H.

Oleh :
Dian Rosita Devi RM 175010100111026

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN


TINGGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2019
A. Judul Penelitian
Judul penelitian ini adalah Penerapan Sanksi Pidana bagi Pengendara Motor Sambil
Merokok Di Kota Malang.

B. Latar Belakang Masalah


Indonesia adalah negara hukum yang mengatur segala tata tertib suatu masyarakat
yang harus ditaati oleh masyarakat itu1. Dengan perkembangan yang terjadi khususnya
di Indonesia salah satunya adalah perkembangan lalu lintas. Dalam hal melaksanakan
peraturan, kita tahu bahwa dengan terjadinya perkembangan lalu lintas maka pasti ada
yang namanya masalah yang perlu diatasi oleh pihak siapapun yang ingin bersimpatik
termasuk masyarakat dan mahasiswa secara khususnya dan secara luasnya adalah
pemerintah yang terkait.

Masalah yang benar - benar diperhatikan dikota besar adalah salah satunya masalah
lalu lintas termasuk pada pelanggaran lalu lintas yang dilakukan manusia sendiri. Hal
tersebut bisa dilihat dari angka kecelakaan lalu lintas yang terus meningkat setiap
tahunnya. Perkembangan lalu lintas bisa menyebabkan pengaruh positif maupun negatif
bagi kehidupan dilingkungan masyarakat apalagi didaerah yang sudah maju dan
berkembang. Setiap tahunnya juga jumlah kendaraan terus meningkat dan tidak sedikit
masyarakat yang melanggar peraturan-peraturan lalu lintas sehingga pemerintah
maupun kepolisian harus semakin ketat dan tegas untuk masalah lalu lintas, hal tersebut
untuk mengurangi atau menekan tingkat kecelakan lalu lintas.

Kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan oleh banyak hal seperti : pengemudi
kendaraan yang buruk, bus besar atau kecil yang sembarangan parkir, ketidakteratur
antara transportasi yang besar dan yang kecil atau tidak sesuai dengan luas jalan,
pejalan kaki yang kurang hati-hati, jalanan yang tidak layak seperti jalan yang berlubang,
kerusakan kendaraan, kendaraan yang sudah tidak layak lagi pakai, pengendara yang
tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas, dan masih banyak lagi yang menimbulkan
masalah pelanggaran lalu lintas yang telah ditentukan pemerintah khususnya Dinas
Perhubungan dan Kepolisian.

Pelanggaran lalu lintas termasuk masalah transportasi yang sangat berpengaruh


terhadap pelanggaran sosial, karena dapat merugikan beberapa pihak dan kalangan yang
berkaitan. Khususnya bagi pengendara motor yang sedang mengendarai motor sambil

1
CST Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1986), hlm. 38.
merokok itu sangat berbahaya bagi pengendara atau pengguna jalan lain, mengganggu
konsentrasi dan dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

Dengan adanya permasalahan tersebut, Kementerian Perhubungan (KEMENHUB)


secara resmi membuat peraturan dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 12
Tahun 2019 Tentang Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor. Aturan ini
jelaskan pada Pasal 6 huruf (c) yang mengatakan “Pengemudi dilarang merokok dan
melakukan aktivitas lain yang mengganggu konsentrasi ketika sedang mengendarai
motor”.2 Namun, sebelum adanya peraturan ini, sesungguhnya telah diatur dalam Pasal
106 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 yang intinya sama guna mengatur tata cara
keselamatan dalam berlalu-lintas mengenai safety belt, jakut, sarung tangan, helm, dsb.

Bahayanya berkendara sambil merokok dapat berdampak kepada dua sisi, baik sisi
pengendara maupun dari sisi pengguna jalan lain atau bisa juga bagi pengendara ojek
online akan berdampak bagi penumpang di belakangnya. Apabila peraturan yang telah
diatur diatas tidak malsanakan, maka ada sanksi bagi pengendara motor yang
mengendarai sambil merokok. Sebagai informasi, pengendara yang melanggar ketentuan
larangan merokok akan dikenakan denda Rp750.000 atau kurungan paling lama 3 bulan
sesuai yang diatur dalam pasal 283 UU Nomor 22 Tahun 2009.3 Dan karena hal tersebut,
Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya telah melakukan penindakan dan ratusan
pengendara roda dua harus kena tilang.

C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penanganan pengenaan sanksi bagi pengendara motor sambil
merokok di Kota Malang?
2. Apakah penanganan sanksi bagi pengendara motor sambil merokok di Kota
Malang sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 12 Tahun
2019 Tentang Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor?

D. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini hendak dicapai tujuan sebagai berikut:

2
https://jakarta.tribunnews.com/2019/03/31/penjelasan-lengkap-soal-larangan-merokok-sambil-berkendara-
berlaku-untuk-motor-mobil-dan-angkot
3
https://www.liputan6.com/otomotif/read/3933592/larangan-merokok-saat-berkendara-berlaku-untuk-
semua-kendaraan-bermotor
1. Untuk mengetahui dan menganalisa penanganan sanksi bagi pengendara motor
sambil merokok di Kota Malang sesuai dengan Undang-Undang yang ada.
2. Untuk mengetahui dan menganalisa penanganan sanksi bagi pengendara motor
sambil merokok di Kota Malang telah sesuai dengan Undang-Undang terkait.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini meliputi:
Manfaat Teoritis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pembelajaran bagi pengendara
motor di Kota Malang agar mematuhi aturan saat berkendara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang mengatur.
2. Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi serta acuan bagi masyarakat agar
menaati aturan saat berkendara dijalan.

Manfaat Praktis
1. Bagi Pemerintah Kota Malang
Hasil Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi pemerintah Kota Malang untuk
menangani masalah lalu lintas agar penanganan dalam mengenaan sanksi bagi
pengendara sambil merokok sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Bagi Masyarakat
Hasil Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi masyarakat Kota Malang agar
mengerti dan menaati peraturan yang telah diatur khusnya di Kota Malang.
Masyarakat dapat mengetahui penanganan sanksi bagi pengendara mtor yang
sedang berkendara sambil merokok sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengendara
1. Pengertian Pengendara
Pengendara adalah yang mengemudikan kendaraan baik kendaraan bermotor
atau orang yang secara langsung mengawasi calon pengemudi yang sedang
belajar mengemudikan kendaraan bermotor ataupun kendaraan tidak bermotor
seperti pada bendi/dokar disebut juga sebagai kusir, pengemudi becak sebagai
tukang becak.
2. Aturan dalam berkendara
Setiap pengguna kendaraan bermotor harus menggunakan jalan raya
bersama-sama dengan pengendara lainnya. diperlukan peraturan untuk
memastikan bahwa setiap pengguna jalan tetap aman dan nyaman dalam
berpergian. Indonesia mengatur hal ini dalam Undang-Undang Lalu Lintas Nomor
22 Tahun 2009 yang menggantikan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992.
- Lengkapi Perlengkapan Berkendara
Apabila menggunakan kendaraan roda dua, maka pengendara wajib
mengenakan helm yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) serta
rompi pemantul cahaya. Sedangkan, pengguna kendaraan roda empat wajib
menyiapkan sabuk keselamatan, ban cadangan, segitiga pengaman,
dongkrak, dan pembuka roda. Perlengkapan P3K juga wajib dimiliki oleh
setiap pengendara. Bagi yang tidak memenuhi aturan tentang perlengkapan
ini diancam sanksi kurungan paling lama 1 bulan atau denda paling banyak Rp
250.000,-.
- Lengkapi Surat-Surat Berkendara
Tentu saja yang dimaksud adalah SIM dan STNK. SIM yang dimiliki oleh
pengendara haruslah SIM resmi yang diakui sah secara hukum. Pengendara
yang tidak membawa SIM bisa dikenakan hukuman kurungan maksimal 4
bulan atau denda maksimal Rp 1 juta, dan pengendara tanpa STNK bobot
hukumannya adalah kurungan maksimal 2 bulan atau denda maksimal Rp
500.000,. Jika memiliki SIM namun ternyata tidak sah, hukumannya adalah
maksimal 1 bulan kurungan atau denda Rp 250.000,-.
- Konsentrasi Dalam Berkendara
Ketika sedang berkendara, seseorang harus terfokus dan tidak melakukan
kegiatan lain yang mengganggu konsentrasi. Pengendara juga tidak boleh
berada dalam pengaruh hal tertentu yang membuatnya mengemudi dengan
tidak wajar, misalnya alkohol atau obat tidur. Pidana untuk pelanggaran
aturan ini adalah kurungan maksimal 3 bulan atau denda maksimal Rp
750.000,-.
- Utamakan Pejalan Kaki dan Pesepeda
Seluruh pengguna kendaraan bermotor harus mengutamakan keselamatan
pejalan kaki dan pesepeda. Pelanggaran atas aturan ini bisa dikenakan pidana
kurungan maksimal 2 bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,-.
- Pastikan Kelengkapan Berkendara
Termasuk di dalam kelengkapan kendaraan adalah kaca spion, klakson, lampu
utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat
pengukur kecepatan, knalpot, serta kedalaman alur ban. Tambahan bagi
kendaraan roda empat adalah lampu mundur, lampu tanda batas dimensi
kendaraan, lampu gandengan, kaca depan, spakbor, bumper,
penggandengan, penempelan, dan penghapus kaca. Jika aturan ini tidak
dipenuhi, sanksinya adalah kurungan maksimal 1 bulan untuk pengendara
roda dua dan 2 bulan untuk roda empat, atau denda maksimal Rp 250.000,-
(untuk pengendara roda dua) dan Rp 500.000,- (untuk roda empat).
- Nyalakan Lampu Kendaraan
Pengemudi harus menyalakan lampu utama kendaraannya pada malam hari,
maka pastikan lampu menyala dengan sempurna. Sanksi apabila aturan ini
dilanggar adalah kurungan maksimal 1 bulan atau denda maksimal Rp
250.000,-. Tambahan bagi pengendara roda dua, lampu utama juga harus
dinyalakan pada siang hari atau dikenakan sanksi kurungan maksimal 15 hari
atau denda maksimal Rp 100.000,-.
- Beri Isyarat Saat Belok
Saat hendak berbelok atau berbalik arah, pengendara wajib memberikan
isyarat dengan lampu isyarat maupun dengan isyarat tangan. Jika melanggar,
sanksinya adalah kurungan maksimal 1 bulan atau denda Rp 250.000,-.
- Berhati-hati saat Pindah Jalur
Saat hendak berpindah jalur atau bergerak ke samping, pengemudi harus
mengamati lalu lintas di depan, belakang, serta sampingnya. Selain itu,
pengemudi juga harus memberikan isyarat. Pelanggaran aturan ini dikenakan
sanksi kurungan maksimal 1 bulan atau denda maksimal Rp 250.000,-.
- Jangan Merokok Sambil Berkendara
Saat Berkendara hindari berkendara sambil merokok agar tidak
membahayakan pengendara yang lain dan tidak menimbulkan hal yang tidak
diinginkan.
- Sesuaikan Kecepatan
Jalur kiri merupakan jalur yang harus dipakai kecuali pengemudi ingin
menyalip atau memiliki kecepatan tinggi. Sepeda motor dan kendaraan
berkecepatan rendah berada di jalur kiri.4

B. Pengendara Bermotor
1. Pengertian pengendara bermotor
Pengendara Bermotor adalah orang yang mengemudikan kendaraan bermotor
atau orang yang secara langsung mengawasi calon pengemudi yang sedang
belajar mengemudikan kendaraan bermotor. Seorang pengendara kendaraan
bermotor (ranmor) bisa dikatakan sebagai “pengemudi” ketika sudah memiliki
Surat Izin Mengemudi (SIM).
2. Pelanggaran yang sering terjadi
Meski berbagai aturan sudah dikeluarkan untuk membuat situasi lalu lintas tetap
kondusif, pada kenyataannya masih saja banyak pengguna jalan yang tidak
mengindahkan aturan-aturan tersebut. Berbagai pelanggaran kerap dilakukan.
Ironisnya, kelalaian tersebut tak jarang merugikan orang lain. Seringkali terjadi
kecelakaan yang membuat orang lain terluka atau bahkan tewas. Apa saja jenis
pelanggaran yang sering terjadi? Berikut hasil jajak pendapat Litbang KORAN
SINDO terhadap 400 responden.
- Menerobos Lampu Merah
Lampu lalu lintas atau traffic light merupakan sebuah komponen vital pengaturan
lalu lintas. Namun ironisnya, pelanggaran terhadap lampu lintas ini justru
menempati urutan pertama sebagai jenis pelanggaran yang paling sering
dilakukan pengguna kendaraan bermotor. Sedang terburu-buru serta tidak
melihat lampu sudah berganti warna, adalah beberapa alasan yang sering
terlontar dari si pelanggar.

4
http://kinibisa.com/artikel/detail/otomotive/subdetail/mengenali-rambu-rambu/read/12-aturan-aturan-
dasar-negara-indonesia-dalam-mengemudi
- Tidak Menggunakan Helm
UU no 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan sudah mengatur
mengenai kewajiban pengendara untuk penggunaan helm berstandar Nasional
Indonesia (SNI). Bahkan dalam UU tersebut dengan jelas tertera pula sanksi jika
pengemudi tidak mengenai helm, maka ia bisa dipidana dengan pidana kurungan
paling lama satu bulan atau denda paling banyak Rp250.000. Namun, pada
prakteknya, lagi-lagi aturan ini sering diabaikan. Rata-rata beralasan, mereka
enggan menggunakan helm karena jarak tempuh yang dekat serta merasa tidak
nyaman.
- Tidak Menyalakan Lampu Kendaraan
Pasal 107 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan menyatakan bahwa Pengemudi Kendaraan Bermotor wajib menyalakan
lampu utama Kendaraan Bermotor yang digunakan di Jalan pada malam hari dan
pada kondisi tertentu. Kemudian pada ayat kedua dinyatakan Pengemudi Sepeda
Motor selain mematuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
menyalakan lampu utama pada siang hari. Pelanggaran sering terjadi, terutama
untuk kewajiban menyalakan lampu di siang hari. Rendahnya tingkat kedisiplinan
pengguna jalan atau mungkin kurangnya sosialisasi khususnya untuk lampu di
siang hari bisa menjadi penyebab seringnya aturan ini dilanggar.
- Tidak Membawa Surat Kelengkapan Berkendara
Aksi tilang yang dilakukan pihak kepolisian juga sering terjadi terhadap
pengendara yang tidak membawa surat-surat berkendara seperti Surat Izin
Mengemudi (SIM) serta Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK). Berbagai operasi
yang tengah gencar dilakukan aparat acapkali mendapati pelanggaran semacam
itu. Banyak diantara mereka yang belum memiliki SIM karena belum cukup usia,
namun memaksakan diri untuk mengendarai sepeda motor. Hal ini tentunya bisa
membahayakan keselamatan diri sendiri dan orang lain.
- Melawan Arus (Contra Flow)
Di kota-kota besar seperti Jakarta, para pengendara sepeda motor acapkali
bersikap seenaknya di jalanan dengan “melawan arus”. Mereka seolah tutup mata
dengan adanya pengendara lain yang berjalan berlawanan arah dengan mereka.
Kasus kecelakaan di jalan layang non tol Kampung Melayu-Tanah Abang yang
terjadi 27 Januari 2014, tak membuat jera para pengendara motor lainnya. Pada
saat itu, seorang pengendara motor nekad untuk melawan arus akibat
menghindari razia. Akibatnya, istrinya tewas karena jatuh terpental. Di beberapa
titik jalan lainnya di Ibukota, aksi nekad ini juga seringkali terjadi.5

C. Merokok
1. Pengertian Merokok
Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang digulung / dibungkus
dengan kertas, daun, atau kulit jagung, sebesar kelingking dengan panjang 8-10
cm, biasanya dihisap seseorang setelah dibakar ujungnya. Rokok merupakan
pabrik bahan kimia berbahaya. Hanya dengan membakar dan menghisap
sebatang rokok saja, dapat diproduksi lebih dari 4000 jenis bahan kimia. 400
diantaranya beracun dan 40 diantaranya bisa berakumulasi dalam tubuh dan
dapat menyebabkan kanker. Rokok juga termasuk zat adiktif karena dapat
menyebabkan adiksi (ketagihan) dan dependensi (ketergantungan) bagi orang
yang menghisapnya. Dengan kata lain, rokok termasuk golongan NAPZA
(Narkotika, Psikotropika, Alkohol, dan Zat Adiktif).6

2. Peraturan Mengenai Merokok Sambil Berkendara


Peraturan Menteri Perhubungan terkait larangan merokok sambil berkendara
banyak dibahas pengguna kendaraan bermotor. Dalam PM No 12 tahun 2019
tentang Perlindungan Keselamatan Pengguna Sepeda Motor yang Digunakan
untuk Kepentingan Masyarakat menyertakan bahwa pengendara dilarang merokok
selama berkendara.7
Berfokus pada kendaraan roda dua, aturan terkait rokok seharusnya juga
berlaku pada seluruh pengendara kendaraan bermotor. Hal itu disampaikan
pendiri dan instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri
Pulubuhu. "Sebenarnya aturan itu sudah ada di UU No 22/2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan. Tidak hanya untuk kendaraan bermotor roda dua tapi
seluruh kendaraan bermotor, termasuk truk dan mobil," katanya kepada
Liputan6.com, Kamis (4/4/2019). Aturan tersebut ditujukan karena aktivitas rokok
dianggap mampu mengganggu konsentrasi berkendara, sehingga peluang
terjadinya kecelakaan di jalan menjadi lebih besar.

5
https://nasional.sindonews.com/read/947769/163/10-pelanggaran-lalu-lintas-paling-sering-terjadi-
1420695422
6
https://dinkes.bantenprov.go.id/read/berita/488/PENGERTIAN-MEROKOK-DAN-AKIBATNYA.html
7
https://otomotif.kompas.com/read/2019/04/06/161714715/larangan-merokok-sambil-berkendara-sesuai-
dengan-uu-no-22-tahun-2009
3. Sanksi yang akan diterima
perbuatan merokok atau mendengarkan musik saat berkendara dapat
dipidana jika kegiatan tersebut membuat pengendara lalai dan mengakibatkan
kecelakaan. Hal ini diatur dalam Pasal 310 UU LLAJ, yang berbunyi:

1. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena


kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan kerusakan Kendaraan
dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (2), dipidana
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan dan/ atau denda paling
banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah).
2. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena
kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka ringan
dan kerusakan Kendaraan dan/atau barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal
229 ayat (3), dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
dan/atau denda paling banyak Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah).
3. Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor yang karena
kelalaiannya mengakibatkan Kecelakaan Lalu Lintas dengan korban luka berat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 229 ayat (4), dipidana dengan pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak
Rpl0.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
4. Dalam hal kecelakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang
mengakibatkan orang lain meninggal dunia, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp12.000.000,00 (dua
belas juta rupiah).
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian
Sosiolegal, pemilihan jenis penelitian ini didasarkan pada rumusan masalah, latar
belakang, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis sosiologis,
yaitu suatu penelitian yang dilakukan terhadap keadaan nyata dalam lingkungan
masyarakat dengan maksud dan tujuan untuk menemukan fakta (fact-finding),
yang kemudian menuju pada identifikasi (problem-identification) dan pada
akhirnya menuju kepada penyelesaian masalah (problem-solution).8

C. Jenis Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dan orisinil dari
sumber aslinya. Data ini diperoleh dari hasil observasi dan wawancara di
Polres kota Malang dan data yang diperoleh adalah mengenai pelanggaran
yang dilakukan oleh Pengendara Motor di Kota Malang.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak langsung, telah
tersedia sehingga penulis hanya perlu menghimpun dan mengkaji data-
data tersebut dan mengkaitkan dengan penelitian.
Data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini adalah:
1. Peraturan perundang-undangan
a. Peraturan Menteri No 12 tahun 2019 tentang Perlindungan
Keselamatan Pengguna Sepeda Motor
b. Undang-Undang Lalu Lintas Nomor 22 Tahun 2009
2. Bahan-bahan yang diperoleh dari buku
3. Bahan-bahan yang diperoleh dari internet

8
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1982, hlm. 10
D. Tehnik Pengambilan/Pengumpulan Data
Terkait teknik pengambilan/pengumpulan data, penulis menggunakan teknik
wawancara, studi kepustakaan, dan studi dokumentasi. Pembagian teknik
pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini, adalah:
a. Data Primer
Penghimpunan data primer adalah dengan teknik wawancara terhadap
responden kunci, dengan memanfaatkan pedoman wawancara yang telah
dipersiapkan secara terstruktur.
b. Data Sekunder
Penghimpunan data sekunder adalah dengan teknik studi kepustakaan
dan studi dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan mempelajari
sumber-sumber kepustakaan berupa buku-buku literatur, peraturan
perundang-undangan, bahan dari internet, serta data-data dari Kantor
Kepolisian Resort (Polres) Kota Malang yang berhubungan langsung
dengan penelitian ini.

E. Populasi dan Sampling


a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.9
Populasi yang dipilih adalah dari pihak kepolisian, yang langsung
menangani terkait pelanggaran Lalu Lintas yang sering terjadi di Kota
Malang, dan pengendara motor yang merasa terganggu atau dirugikan
dengan adanya pengendara yang merokok di Kota Malang.
b. Sampling
Sampling adalah sebagian dari populasi yang dianggap representative
dari seluruh populasi untuk diteliti. Teknik pengambilan sampling adalah
purposive sampling, yaitu pengambilan sampling yang dipilih berdasarkan
pertimbangan subjektif dimana penulis sendiri yang menentukan
responden mana yang mewakili populasi.

9
Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”, Alfabeta, Bandung.
2012, hlm. 297
Sampling yang digunakan sebagai responden dalam penelitian ini
adalah 1 orang dari pihak kepolisian, dan 1 pengendara motor yang
menjadi korban dari pengendara motor sambil merokok di Kota Malang.

F. Tehnik Analisis Data


Dari data yang berhasil dihimpun, penulis menganalisa dengan menggunakan
analisis data deskriptif kuantitatif yaitu prosedur pemecahan masalah diteliti
dengan cara memaparkan data yang telah diperoleh dari studi kepustakaan dan
studi lapangan, kemudian dianalisis dengan kesimpulan. Dari analisis tersebut
diketahui bahwa Pengenaan Sanksi Pidana Bagi Pengendara Motor sambil
Merokok di Kota Malang telah sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang
berlaku atau tidak.

G. Sistematika Penulisan
Sub bahasan ini menjadi penjelasan mengenai isi dari laporan singkat dan
memberi gambaran secara keseluruhan mengenai isi dari laporan.
PERTAMA JUDUL PENELITIAN
Bab ini berisi judul penelitian yang menjelaskan isi dan jenis penelitian
yang digunakan.
KEDUA LATAR BELAKANG MASALAH
Bab ini berisi alasan pentingnya penelitian yang dilakukan dan faktor-
faktor pendorong dilakukannya penelitian.
KETIGA RUMUSAN MASALAH
Bab ini berisi ringkasan atas isu hukum yang ada.
KEEMPAT TUJUAN PENELITIAN
Bab ini berisi pernyataan singkat terkait apa yang hendak dicapai dalam
penelitian.
KELIMA MANFAAT PENELITIAN
Bab ini menguraikan dan menjelaskan kegunaan teoritis dan aplikatif dari
penelitian.
KEENAM KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi landasan teori sebagai dasar analisis. Memiliki beberapa sub-
bab, antara lain:
A. Pengendara
1. Pengertian Pengendara
2. Aturan dalam Berkendara
B. Pengendara Bermotor
1. Pengertian Pengendara Bermotor
2. Pelanggaran yang sering terjadi
C. Merokok
1. Pengertian Merokok
2. Peraturan Merokok Sabil Berkendara
3. Sanksi Yang Akan Di Terima
KETUJUH METODE PENELITIAN
Bab ini berisi cara pelaksanaan penelitian. Memiliki sub-bab sebagai berikut:
a) Jenis Penelitian
b) Pendekatan Penelitian
c) Jenis Data
d) Teknik Pengambilan/Pengumpulan Data
e) Populasi dan Sampling
f) Teknik Analisis Data
g) Sistematika Penulisan
BAB IV
PENUTUP

I. DAFTAR PUSTAKA
1. Internet
 https://jakarta.tribunnews.com/2019/03/31/penjelasan-lengkap-
soal-larangan-merokok-sambil-berkendara-berlaku-untuk-motor-
mobil-dan-angkot
 https://www.liputan6.com/otomotif/read/3933592/larangan-
merokok-saat-berkendara-berlaku-untuk-semua-kendaraan-
bermotor
 http://kinibisa.com/artikel/detail/otomotive/subdetail/mengenali-
rambu-rambu/read/12-aturan-aturan-dasar-negara-indonesia-
dalam-mengemudi
 https://nasional.sindonews.com/read/947769/163/10-pelanggaran-
lalu-lintas-paling-sering-terjadi-1420695422
 https://dinkes.bantenprov.go.id/read/berita/488/PENGERTIAN-
MEROKOK-DAN-AKIBATNYA.html
 https://otomotif.kompas.com/read/2019/04/06/161714715/laranga
n-merokok-sambil-berkendara-sesuai-dengan-uu-no-22-tahun-2009

2. Buku
- CST Kansil, 1986. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta.
- Dr. Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Pendidikan “Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D”, Alfabeta, Bandung.
- Soejono Soekanto, 1982, Pengantar Penelitian Hukum, UI
Press, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai