BAB I
PENDAHULUAN
tradisional yang memerlukan banyak tenaga dan juga waktu tempuh yang
mobil, bus, dan lain sebagainya. Dengan kemudahan yang disuguhkan oleh
alat transportasi modern membantu manusia agar lebih efektif dan efisien
ini sama dengan sepeda pada zamannya. Sepeda motor menjadi kendaraan
dan tidak terlalu mahal seperti mobil. Apalagi dengan munculnya sepeda
sepeda motor tersebut membuat sebagian dari siswa SMP dan siswa SMA
tersebut sebagai alat transportasi untuk pergi ke sekolah. Padahal siswa SMP
dan SMA kebanyakan merupakan anak di bawah umur 17 tahun yang belum
sepeda motor, apalagi perkembangan fisik anak saat ini cukup baik. Namun,
dari segi psikis mereka masih berada dalam proses pencarian identitas diri.
memicu siswa SMP dan siswa SMA mengabaikan peraturan dan nilai-nilai di
dalam masyarakat. Dewasa ini tidak jarang dijumpai siswa SMP dan SMA
tidak membawa surat kelengkapan berkendara, dan bahkan satu sepeda motor
mengendarai kendaraan bermotor mendapat ijin dari orang tua. Padahal orang
tua mengetahui jika anak di bawah umur 17 atau belum memiliki SIM tidak
kendaraan bermotor terutama sepeda motor oleh orang tua pada usia yang
3
belum memadai. Selain itu orang tua tidak memberikan pengawasan yang
pengaruh dari teman-temannya. Hal ini berarti pergaulan anak menjadi salah
diusianya yang masih dini dan berpotensi membuat anak tersebut melakukan
Secara yuridis, siswa SMP dan siswa SMA di bawah umur 17 tahun
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Dalam Pasal
mengemudikan sepeda motor karena tidak memiliki SIM. Untuk siswa SMP
undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan disebutkan bahwa, seseorang harus
4
Dari pasal di atas, sudah jelas bahwa siswa SMA yang belum berumur
17 tahun serta siswa SMP belum memenuhi syarat. Apalagi dengan usia yang
Selain itu dalam Pasal 281 Undang-undang Lalu Lintas dan Angkutan
melanggar rambu lalu lintas atau saat dilakukan operasi (tilang) tidak
memiliki SIM saat mengemudi. Akan tetapi biasanya sanksi yang diberikan
jauh lebih rendah dari ancamannya. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika
masih ada kasus pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh siswa SMP dan
Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang dilakukan oleh
1988: 90). Salah satu pihak yang berwenang menangani pelanggaran Undang-
undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Polisi Lalu Lintas atau
2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada Tingkat Kepolisian
kecelakaan lalu lintas dan penegakan hukum di bidang lalu lintas. Oleh
penegakan hukum.
Angkutan Jalan. Berikut merupakan daftar sekolah yang menjadi sasaran dari
sekolah yang menjadi sasaran dari program sosialisasi oleh kepolisian. Pada
tahun 2011 hanya 5 sekolah saja yang menjadi sasaran program sosialisasi,
7
Lintas dan Angkutan Jalan. Akan tetapi, meskipun sosialisasi telah dilakukan
oleh pihak polisi dan juga adanya penambahan jumlah sekolah yang menjadi
sasaran dari program sosialisasi, masih saja banyak terjadi pelanggaran lalu
lintas yang dilakukan oleh siswa. Bahkan jumlah pelanggaran tersebut terus
meningkat tiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dalam tabel 2 yaitu data
pelanggaran lalu lintas oleh siswa SMP dan siswa SMA di Kulon Progo.
Tabel 2. Data Pelanggaran Lalu Lintas oleh siswa SMP dan siswa SMA di
Kulon Progo.
Tahun
Bulan
2011 2012 2013
Januari 210 410 504
Februari 291 437 359
Maret 296 499 212
April 259 512 631
Mei 39 415 105
Juni 137 254 614
Juli 564 713 670
Agustus 116 95 508
September 221 342 614
Oktober 409 401 593
November 301 321 593
Desember 470 387 856
Total 3313 4786 6259
Sumber: Data Satlantas Polres Kulon Progo tahun 2011, 2012, dan 2013 yang
diolah peneliti pada tanggal 01 April 2014.
Dari data tersebut dapat dilihat masih tingginya pelanggaran yang
dilakukan oleh siswa SMP dan siswa SMA di Kulon Progo. Selain itu, data
2012 ke tahun 2013 sebanyak 1473 pelanggaran yang dilakukan oleh siswa
8
SMP dan siswa SMA di Kulon Progo. Hal ini menunjukkan belum efektifnya
sosialisasi mengenai lalu lintas yang dilakukan oleh polisi untuk mengurangi
dan Angkutan Jalan yang dilakukan oleh siswa SMP dan SMA di Kulon
Progo dan adanya peningkatan jumlah pelanggaran yaitu dari tahun 2011
ini, menuntut upaya dari Polantas Polres Kulon Progo untuk menanggulangi
Lintas dan Angkutan Jalan oleh siswa SMP dan SMA mengingat lingkungan
B. Identifikasi Masalah
1. Banyaknya siswa SMP dan siswa SMA di bawah 17 tahun yang mampu
2. Banyaknya siswa SMP dan siswa SMA di bawah umur 17 tahun yang
3. Masih tingginya angka pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh siswa
siswa SMP dan siswa SMA di bawah umur 17 tahun di Kulon Progo.
tahun 2013 yang dilakukan oleh siswa SMP dan siswa SMA di Kulon
Progo.
angkutan jalan yang dilakukan oleh siswa SMA dan SMP di Kulon
Progo.
6. Polisi hanya menindak siswa SMA dan SMP yang tertangkap tangan
C. Pembatasan Masalah
atas, maka peneliti perlu melakukan pembatasan masalah agar lebih efektif
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan khususnya Pasal
dan Angkutan Jalan khususnya Pasal 77 Ayat (1) yang dilakukan oleh
D. Rumusan Masalah
undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan khususnya Pasal 77 Ayat (1)
E. Tujuan Penelitian
Angkutan Jalan khususnya Pasal 77 Ayat (1) oleh siswa di Kulon Progo.
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan khususnya Pasal 77 Ayat
F. Manfaat Penelitian
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh Siswa di Kulon Progo adalah:
1. Manfaat teoretis
2. Manfaat praktis
a. Bagi Peneliti
yang profesional.
(1).
c. Bagi masyarakat
G. Batasan Istilah
1. Polisi
Polisi dalam penelitian ini adalah polisi lalu lintas, polisi lalu lintas
Angkutan Jalan.
2. Menanggulangi
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, terutama yang dilakukan oleh siswa di
Kulon Progo.
3. Pelanggaran
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan khususnya Pasal 77 Ayat (1) yang
4. Siswa
Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peserta didik tingkat
2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan oleh Siswa di Kulon Progo”
adalah usaha polisi dalam hal ini adalah polisi lalu lintas untuk mencegah dan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan khususnya Pasal 77 Ayat (1) yang dilakukan
oleh peserta didik pada jenjang pendidikan SMP dan SMA. Dalam hal ini
berkaitan dengan peserta didik pada jenjang SMA di bawah umur 17 tahun