Abstrak
Pelanggaran lalu lintas merupakan faktor yang memicu kecelakaan. Kebanyakan pengendara melanggar lalu
lintas karna mereka menganggap bahwa hukuman tindak pidana pada pelanggar lalu lintas lebih ringan dari pada
kejahatan umum. Pada tahun 2018 hingga sekarang kasus kecelakaan lalu lintas sering terjadi pada anak dibawah
umur yang belum memiliki SIM. Lalu lintas digunakan sebagai mobilitas utama masyarakat dalam melakukan
aktivitas. Pelanggaran lalu lintas sering sekali terjadi dan menyebabkan mobilitas terganggu, maka diperlukannya
peraturan yang memikat bagi masyarakat yang tidak mematuhi aturan lalu lintas. Dalam penulisan ini metode
yang digunakan adalah metode kuantitatif yang mengkaji jumlah pelanggar dan mengaitkanya dengan undang-
undang yang berlaku. Teknik pengumpulan data menggunakan metode kuantitatif ini dilakukan dengan pengisian
kuisioner yang dibagikan kepada masyarakat khususnya anak dibawah umur yang tela memiliki kendaraan
pribadi serta dengan menggunakan sampel foto yang diambil langsung dilapangan. Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui tindak pidana apa saja yang terjadi pada anak dibawah umur yang telah memiliki kendaraan pribadi
dan untuk memberikan edukasi tentang cara berkendara dengan baik dan sesuai aturan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tindak pidana ini terjadi akibat culture di masyarakat yang mewajarkan penggunaan
kendaraana untuk anak dibawah umur. Adapun upaya penanggulangannya adalah dengan memperbanyak
transportasi umum yang ramah di kantong pelajar, adanya patroli rutin, hingga sosialisasi kepada masyarakat.
Kata Kunci: Pelanggaran, Lalu lintas dan Penanggulangan.
Abstract
Traffic is any activity or process that occurs on the road, which has a very important and central role in society,
therefore its existence is one of the needs that society has in carrying out mobility activities to fulfill human life.
Traffic violations occur very often and cause disruption to mobility, so regulations are needed that attract people
who do not obey traffic rules. In this writing, the method used is a quantitative method that examines the number
of violators and relates it to applicable laws. The data collection technique using quantitative methods is carried
out by filling in questionnaires which are distributed to the public, especially minors who have private vehicles
and by using photo samples taken directly in the field. The aim of this research is to find out what criminal acts
occur among minors who own private vehicles. The results of the research show that this criminal act occurred
due to a culture in society that makes it normal for minors to use vehicles. . The countermeasures include
implementing patrols, placing guard posts, organizing, and providing outreach to the community.
Keywords: Violations, Traffic and Countermeasures.
I. PENDAHULUAN
Tindak pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh hukum dan dapat dikenai sanksi pidana. Dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Istilah tindak pidana berasal dari bahasa Belanda yaitu
strafbaarfeit. Saat merumuskan undang-undang, pembuat undang-undang menggunakan istilah peristiwa
pidana, perbuatan pidana atau tindak pidana. Contoh dari tindak pidana tersebut seperti pencurian, pelecehan
seksual, korupsi, pembunuhan, pelanggaran lalu lintas, pemalsuan dokumen, dan tindak kekerasan yang
merugikan. Dalam penelitian kali ini Penulis mengangkat tindak pidana mengenai pelanggaran lalu lintas
yang dilakukan remaja dibawah umur dan upaya penanggulangannya.
Dikutip dari artikel Republika.co.id,Semarang "Sebagain besar pelaku dalam kecelakaan adalah siswa atau
mahasiswa yang berusia antara 16 hingga 20 tahun," kata Direktur Lalu Lintas Polda Jawa Tengah Komisaris
Besar Istu Hari Winarto di Semarang. Ia menjelaskan jumlah korban meninggal dalam kecelakaan di Jawa
Tengah mencapai delapan hingga 12 orang per hari. Sebagian besar kecelakaan tersebut melibatkan
kendaraan bermotor roda dua serta pengendara yang masih remaja. Hal tersebut dipengaruhi beberapa faktor,
seperti kurangnya kedisiplinan pengendara dalam berlalu lintas. Terutama pada remaja dibawah umur yang
seenaknya dalam berkendara dengan tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang ada.
Dengan adanya permasalahan pelanggaran lalu lintas yang kebanyakan dilakukan oleh anak dibawah umur,
maka diperlukannya upaya penanggulangan yang efektif. Apakah tindak pidana yang sudah ada dalam
peraturan yang berlaku di Indonesia dapat diterapkan pada kondisi dimana anak tersebut masih dibawah
umur?. Atau adanya cara penanggulangan lain yang lebih manusiawi untuk anak dibawah umur namun
memiliki efek jera?. Selain membahas mengenai tindak pelanggaran berlalu lintas dan penanggulangannya,
tetapi juga membahas tentang pemahaman anak dibawah umur mengenai berlalu lintas yang baik dan benar.
Hal tersebut akan dijelaskan pada pembahasan kali ini.
Pengendara dibawah umur sudah banyak dijumpai di masyarakat, baik dalam jalan raya maupun jalan desa.
Penulis sering menemukan banyaknya anak dibawah umur yang mengikuti balap liar di jalan raya. Tentu
saja hal tersebut sangat mengganggu pengguna jalan lainnya. Anak tersebut memang telah bisa
mengendarai motor tetapi mereka melupakan kelengkapan dan syarat untuk berkendara. Selain itu, ada
kecenderungan mereka berkendara secara ugal ugalan dengan kecepatan tinggi.
Disini peran orang tua sangat dibutuhkan untuk lebih memperhatikan anak-anaknya yang belum cukup
umur, agar tidak diberi kendaraan pribadi. Orang tua harus memberikan pengertian yang bersifat mendidik
dan tegas tentang bahaya mengendarai kendaraan pada anak dibawah umur. Pada saat ini kebanyakan orang
tua memberikan kebebasan kepada anaknya untuk memiliki kendaraan pribadi karna memang keterbatasan
waktu dan tenaga mereka untuk mengantar dan menjemput anaknya setiap hari.
Tidak hanya peran orang tua tetapi peran_peran instansi lainnya perlu ditegaskan lagi. Seperti sekolah
dalam memberikan peraturan terhadap perizinan membawa montor disekolah jika tidak memiliki SIM. Dari
keterbatasan penggunaan kendaraan pribadi ke sekolah akan mengurangi penumpukan kendaraan dan
mencegah polusi. Sekolah juga memerlukan peran lembaga kepolisian dan pemerintah tentang hal ini.
Dimana polisi melakukan penertipan pada patroli rutin di jalan raya untuk memberikan sanksi tegas bagi
pelanggar. Selain itu pemerintah juga harus mengeluarkan peraturan pada setiap daerah terkait hal ini dan
dapat juga dengan memperbanyak kendaraan umum yang inivotif serta terjangkau yang berada pada setiap
daerah.
Memang ada sisi positif dan negatif dari penggunaan kendaraan pribadi bagi anak dibawah umur salah
satunya adalah melatih kesiapan mereka untuk berkendara nanti. Maka dari itu perlu peran orang tua dan
instansi lainnya untuk mencegah terjadinya sisi negatif tersebut. Bisa dilakukan dengan cara:
4
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. (n.d.).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
(n.d.).