NIM : 1814290064
Remaja yang belum cukup umur bekendara dengan tidak membawa surat – surat
lengkap. Sering terjadi remaja saat ini hanya mengendarai tanpa membawa surat – surat
lengkap seperti SIM (Surat Izin Mngemudi) dan STNK (Surat Tanda Nomor Kendaraan).
Alasan mereka tidak membawa SIM/STNK yang paling banyak adalah belum cukupnya umur
untuk memilik SIM dan tidak di izinkan membawa kendaraan oleh orang tua namun mereka
tetap membawanya sehingga tidak membawa STNK. Sedangkan sudah jelas ada peraturan
bahwa setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan yang tidak dapat
menunjukkan Surat Izin Mengemudi yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat
(5) huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan dan/atau denda
paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah) dan pasal 288 ayat 1 itu
berbunyi seperti ini. "Setiap pengendara yang tidak dilengkapi Surat Tanda Nomor
Kendaraan Bermotor (STNK) atau Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor (STCK) dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp 500 ribu". Tetapi
peraturan ini tidak berlaku untuk beberapa kalangan masyarakat terlebih remaja yang hanya
memiliki modal nekat dan untung – untungan tidak razia kendaraan.
Pengendara kendaraan bermotor roda dua tidak menggunakan helm saat berkendara.
Melanggar rambu-rambu lalu lintas dijalan besar sering dilakukan para remaja masa kini
Melanggar rambu-rambu lalu lintas dijalan besar sering dilakukan para remaja masa kini.
Pelanggaran yang sering banyak dijumpai adalah pelanggaran tentang rambu rambu lalu
lintas terlebih yang sudah mempunyai SIM (Surat Izin Mengemudi) saja juga ikut melalukan
pelanggaran padahal seharusnya mereka sudah mengetahui pentingnya memahami rambu-
rambu lalu lintas sebelum mendapatkan SIM. Remaja saat ini juga melalukan pelanggaran
seperti menerobos lampu merah,berhenti di rambu dilarang berhenti,dan lain sebagainya. Di
dalam UU setiap pengendara yang melanggar rambu lalu lintas dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 2 bulan atau denda paling banyak Rp 500 ribu (Pasal 287 ayat 1).
Sudah banyak perauran tentang berkendara yang tujuannya agar memberi rasa jera kepada
si pelanggar dan memang untuk keselamatan pengendara itu sendiri serta orang lain.
Tidak menggunakan spion membahayakan diri sendiri dan orang lain. Sekarang ini banyak
sekali kendaraan bermotor yang di modifikasi dan tidak memakai spion padahal spion
adalah kunci utama dalam mempunyai kendaraan. Fungsi spion itu sendiri pada
sepeda motor diantaranya untuk mencegah terjadinya tabrakan saat akan pindah
jalur,Adanya spion dapat berfungsi membantu menambah ruang pandang pengendara untuk
melihat kondisi lalu lintas atau jalanan di samping atau belakang pengendara. Jika tidak ada
spion juga adalah salah satu faktor kecelakaan spion sangat berfungsi untuk kendaraan roda
2 atau lebih karena fokus kita hanya kedepan spion membantu untuk kita tetap bisa melihat
kendaraan yang ada di samping kanan kiri serta belakang semisalkan ingin belok / berhenti
jadi kita bisa mengancang – ancang agar tidak terjadi tabrakan.
Pemuda yang menggunakan plat nomor kendaraan karena efek modifikasi. Sering
kali para polisi menemukan remaja saat ini tidak memakai perlengkapak kendaraan yang
semestinya termasuk tidak memakai plat nomer kendaraan. Banyak alasan yang mereka
berikan saat terkena razia salah satunya karena sehabis di modifikasi jadi bingung menaruh
plat nomor dimana dan ada juga yang karena belum diperpanjang pajak serta STNKnya.
Kalangan remaja ini banyak yang tidak memperhatikan kelengkapan kendaraannya, jika
seperti ini kendaraan bisa ditahan dan ditilang oleh pihak kepolisian karena dianggap
kendaraan bodong/kendaraan ilegal.
Aksi balap liar yang dilakukan remaja masa kini diberbagai daerah dan tempat.
Aksi balap liar yang dilakukan remaja masa kini diberbagai daerah dan tempat. Faktor
kegiatan balap liar ini adalah kurangnya kontrol pengawasan dari orang tua serta lingungkan
sosial atau pergaulan si remaja tersebut. Balapan liar atau kebut-kebutan dijalan raya tetap
terjadi pada remaja juga diakibatkan oleh lemahnya sanksi yang diberikan pihak Kepolisian
terhadap pelaku masih sangat ringan. Sanksi yang diberikan hanya sekedar sanksi tilang
karena melanggar lalu lintas dan juga sanksi binaan saja, sehingga remaja yang terlibat balap
liar merasa tidak jera . Sanksi yang seharusnya diberikan kepada pelaku balap motor liar
harus sesuai dengan sanksi yang tercantum dalam UULAJ pasal 311 ayat 1 dengan hukuman
kurungan maksimal 1 tahun dan denda maksimal 3 juta rupiah bagi pelaku (Ibid, pasal 311
ayat(1) UULAJ). Bagi remaja sanksi itu memang berat, namun bila diterapkan dapat
membuat remaja berfikir lagi untuk melakukan balap liar, sanksi harus diberatkan karena
balap liar bisa menyebabkan kecelakaan dan timbulnya korban jiwa bahkan bisa saja
membahayakan penguna jalan lain.