Anda di halaman 1dari 20

Movie Sebagai Upaya Meningkatkan Kesadaran

Generasi Milenial Dalam Keselamatan Berlalu


Lintas

DISUSUN OLEH:
NAMA: RIZA MAULIDA

SMAN 1 NARMADA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas kemudahan yang diberikan-
Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Tanpa izin-Nya tentu saja
makalah ni tidak akan dapat diselesaikan. Sholawat beserta salam semoga
senantiasa tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua yang senantiasa


mendukung dalam penyusunan makalah ini. Ucapan terimakasih juga
disampaikan penulis kepada pembimbing yang senantiasa meluangkan waktunya
untuk membimbing penulis dalam menyususn makalah ini.

Makalah yang berjudul “Movie : Sebagai Upaya Meningkatkan Kesadaran


Generasi Milenial Dalam Keselamatan Berlalu Lintas” ini dibuat untuk memberi
solusi atas masalah kurangnya kesadaran generasi milenial dalam berlalu lintas.

Makalah ini tentu saja tidak luput dari kesalahan, oleh karena itu penulis
membutuhkan kritik dan saran apabila terdapat kesalahan dalam makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Narmada, Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................4
C. Tujuan .....................................................................................................4
D. Manfaat ..................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................5
A. Perilaku Generasi Milenial dalam Berlalu Lintas..................................5
B. Akibat Kurangnya Kesadaran Generasi Milenial dalam
Berlalu Lintas.........................................................................................7
C. Upaya Polisi dalam Menangani Masalah Kurangnya Kesadaran
Generasi Milenial dalam Berlalu Lintas................................................12
BAB III PENUTUP ............................................................................................16
A. Kesimpulan ............................................................................................16
B. Saran .......................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kehadiran teknologi di bidang transportasi membawa manfaat yang


begitu besar bagi kehidupan manusia. Salah satunya yang paling banyak
digunakan adalah kendaraan bermotor berupa sepeda motor, yang
menawarkan efisiensi untuk mencapai suatu tempat tujuan dengan mudah dan
nyaman. Selain itu, sepeda motor dalam penggunaannya juga sangat mudah,
sehingga tidak sedikit orang yang mahir menggunakannya. Sehingga saat ini
banyak kita temukan tak hanya orang dewasa, bahkan anak-anak dibawah
umur atau yang termasuk generasi milenial terlibat dalam penggunaan sepeda
motor tersebut.
Perilaku generasi milenial dalam mengendarai sepeda motor saat ini
membutuhkan perhatian dari berbagai pihak. Terlebih lagi, merekalah yang
seringkali melakukan berbagai pelanggaran lalu lintas yang meresahkan
pengendara lain. Hal ini disebabkan karena banyak faktor.
Kebanyakan dari generasi milenial yang terjun ke dunia lalu lintas, belum
memenuhi salah satu syarat yang sangat penting dalam berkendara yaitu usia.
Usia minimal pengendara yaitu 17 tahun. Pemberian batas usia minimal ini
dimaksudkan untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan,
karena anak-anak yang berada pada rentang usia dibawah 17 tahun belum
memiliki mental yang cukup baik untuk mengendarai speda motor, karena
emosi mereka cenderung berubah-ubah dan sulit dikendalikan. Hal inilah
yang menjadi salah satu penyebab perilaku pengendara yang ugal-ugalan di
jalan raya, yang menyebabkan para pengendara lain menjadi resah dan
terganggu.
Masalah lain yang masih berkaitan dengan usia adalah kepemilikan SIM.
Kepemilikan SIM ini adalah wajib bagi pengemudi kendaraan bermotor
sesuai peraturan pada Pasal 77 ayat(1) UU Lalu Lintas dan Angkatan Jalan
(LLAJ) disebutkan bahwa “Setiap orang yang mengemudi kendaraan

1
bermotor di jalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis
Kendaraan Bermotor yang dikemudikan.” Anak dibawah usia 17 tahun bisa
dipastikan tidak memiliki surat penting ini, karena syarat pengajuan SIM
sendiri salah satunya adalah berusia 17 tahun sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 81 ayat (2) huruf (a). SIM sendiri sangat penting bagi pengendara
kendaraan bermotor, bisa dikatakan seseorang yang mempunyai SIM sudah
mahir dan layak untuk mengendarai kendaraan bermotor sesuai SIM yang
dimilikinya. Karena untuk mendapatkan SIM, seorang pemohon SIM harus
melewati tes teori mengenai lalu lintas dan tes keterampilan berkendara.
Namun, saat ini banyak anak-anak yang diberi kebebasan oleh orang tuanya
mengendarai sepeda motor tanpa SIM. Hal ini tentu saja berbahaya, karena
selain keterampilannya mengendarai sepeda motor ataupun kendaraan jenis
lain yang masih diragukan, juga pengetahuannya tentang marka dan aturan
lalu lintas yang masih kurang. Kurangnya pengetahuan tentang lalu lintas
tersebut menjadi salah satu penyebab terjadinya pelanggaran-pelanggaran
oleh generasi milenial dalam berlalu lintas.
Kurangnya pengetahuan tentang lalu lintas tentu saja dapat berpengaruh
pada kurangnya kesadaran seseorang dalam berlalu lintas. Para pengendara
emacam ini, bahkan tidak memperhatikan keselamatannya sendiri apalagi
keselamatan pengendara lain. Salah satu contoh yang sering kita saksikan
adalah pengendara yang tidak menggunakan helm dengan alasan tempat
tujuannya dekat sehingga tidak perlu menggunakan helm. Padahal helm
sangatlah penting untuk melindungi kepala apabila terjadi kecelakaan.
Masih banyak lagi masalah-masalah pelanggaran lalu lintas lain yang
melibatkan generasi milenial. Hal inilah yang menyebabkan banyaknya
kasus kecelakaan lalu lintas yang melibatkan generasi milenial, mulai dari
kecelakaan sedang, ringan, sampai yang berat. Menurut Dirjen Perhubungan
Darat, pada tahun 2016 lebih dari 175.000 sepeda motor mengalami
kecelakaan. Korbannya sebagian besar berada pada rentang usia 15-60 tahun.
Pelajar pada rentang usia 10-19 tahun menjadi korban urutan kecelakaan
urutan kedua, yaitu sejumlah 14.214 orang. Dilihat dari latar belakang

2
pendidikannya, korban kecelakaan dengan pendidikan SMA sebanyak
138.995 orang.
Kondisi tersebut tentu saja sangat memprihatinkan dan membutuhkan
perhatian dari berbagai pihak. Salah satu pihak yang memiliki tanggung
jawab terhadap masalah ini adalah Petugas Kepolisian Negara Republik
Indonesia (Polri). Karena objek yang terlibat dalam kasus ini adalah generasi
milenial, maka salah satu usaha Polri untuk menyelesaikan misi ini adalah
dengan mendatangi sekolah-sekolah (SMA, SMP, terkadang SD) untuk
mensosialisasikan tentang keselamatan berlalu lintas.
Metode yang digunakan seperti sosialisasi pada umumnya, yaitu beberapa
pihak kepolisian setempat dikirim ke sekolah-sekolah kemudian menjelaskan
tentang segala hal yang berkaitan dengan keselamatan berlalu lintas. Namun,
metode ini dirasa kurang efektif bagi penulis, karena para pelajar cenderung
“malas” untuk mendengarkan dan memahami apa yang disampaikan oleh
pihak-pihak kepolisian tersebut, karena dapat dikatakan metode sosialisasi
semacam ini bagi generasi milenial adalah suatu hal yang “sudah biasa.”
Karena kita ketahui bahwa generasi muda saat ini lebih menyukai hal-hal
baru.
Oleh karena itulah, melalui karya makalah ini, penulis menawarkan sebuah
solusi atas masalah tersebut. Metode sosialisasi yang digunakan itu akan
sedikit dimodifikasi yaitu dengan cara menayangkan film pendek (short
movie) yang menarik mengenai keselamatan berlalu lintas. Metode ini
diharapkan dapat menarik perhatian generasi milenial, karena hal ini berbeda
dan jarang atau mungkin tidak pernah dilakukan oleh pihak kepolisian di
Indonesia.

3
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perilaku generasi milenial dalam berlalu lintas?
2. Bagaimanakah akibat dari kurangnya kesadaran generasi milenial dalam
berlalu lintas?
3. Bagaimanakah upaya yang dilakukan pihak kepolisian dalam menangani
masalah kurangnya kesadaran generasi milenial dalam berlalu lintas?

C. Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui perilaku generasi milenial dalam berlalu lintas.
2. Untuk mengetahui akibat dari kurangnya kesadaran generasi milenial
dalam berlalu lintas.
3. Untuk mengetahui tindakan yang dilakukan pihak kepolisian dalam
menangani masalah kurangnya kesadaran generasi milenial dalam
berlalu lintas.
D. Manfaat
Manfaat yang dapat diperoleh adalah :
1. Untuk generasi milenal sendiri manfaat yang diperoleh adalah
meningkatnya kesadaran mereka tentang pentingnya keselamatan dalam
berlalu lintas.
2. Untuk pihak kepolisian manfaat yang diperoleh adalah solusi untuk
menangani masalah kurangnya kesadaran berlalu lintas generasi
milenial.
3. Untuk pengguna jalan manfaat yang diperoleh adalah terciptanya
kondisi berlalu lintas yang aman dan nyaman karena apabila kesadaran
berlalu lintas dari generasi milenial meningkat, maka akan mengurangi
jumlah pelanggaran lalu lintas yang sebagian besar dilakukan oleh
generasi milenial.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perilaku Generasi Milenial Dalam Berlalu Lintas


Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat,
berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai
macam aspek, baik fisik maupun non fisik. Perilaku juga diartikan sebagai
suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya. Sedangkan dalam
pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang
dilakukan oleh makhluk hidup (Notoatmodjo, 1987 dalam Wahab). Dari
uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian perilaku pengendara
dalam berlalu lintas adalah keadaan jiwa seseorang dalam berlaku, berfikir,
bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari bermacam aspek
seorang pengendara bermotor di jalan raya.
Faktor perilaku pengendara dapat dipengaruhi oleh faktor berikut ini :

a. Kedisiplinan Pengendara

Indonesia dari tahun ke tahun mengalami pertumbuhan penduduk


yang pesat, tidak saja di daerah perkotaan namun juga di pedesaan.
Pesatnya pertumbuhan penduduk juga dibarengi dengan meningkatnya
perkembangan ekonomi masyarakat. Salah satu indikator yang dapat
dilihat adalah jumlah kendaraan bermotor yang terus meningkat dari
tahun ke tahun. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)
Indonesia, “perkembangan jumlah kendaraan bermotor menurut jenis
tahun 1987 –2010” jumlah sepeda motor sampai tahun 2010 mencapai
lebih dari 61 juta (http://www.bps.go.id/, 2013). Pesatnya
pertumbuhan sepeda motor dewasa ini berdampak pula pada
meningkatnya angka kecelakaan akibat pengendara sepeda motor.
Meningkatnya angka kecelakaan tersebut ditengarai disebabkan oleh
perilaku berkendaraan yang cenderung mengabaikan keselamatan,

5
tidak dilengkapi atribut keselamatan berkendaraan sebagaimana
diisyaratkan oleh undang-undang lalu lintas, serta kurangnya
kesadaran masyarakat akan keselamatan berlalu lintas. Kurang disiplin
mempunyai kontribusi yang sangat signifikan sebagai penyebab
kecelakaan sepeda motor. Hal ini terjadi karena kepatuhan
pengendara di jalan raya hanya terjadi ketika ada petugas lalu lintas.
Dengan adanya kecenderungan berani melakukan pelanggaran maka
sudah barang tentu akan meningkatkan resiko kecelakaan (Suraji dkk,
2008).

b. Pengetahuan dan Keterampilan


Pengetahuan dan keterampilan berkendara memberikan pemahaman
dan kemampuan dalam berkendara di jalan raya, dan sangat
membantu serta menekan terjadinya resiko kecelakaan. Upaya ini
dapat dilakukan dengan pengalaman terus menerus dan kursus
berkendara pada tahap awal sangat membantu serta menambah
pengetahuan dan keterampilan (Suraji dkk, 2008).

c. Kecepatan Tinggi
Kecepatan adalah hal yang bisa dikontrol pengendara sesuai
keinginannya. Namun sering pengendara memacu kendaraannya
terlalu berlebihan sehingga tidak memperhitungkan kemungkinan
yang akan terjadi dan bahaya serta resiko yang ditimbulkan bila
memacu kendaraan terlalu tinggi di jalan raya. Faktor tersebutlah
yang menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lintas karena tidak
menghiraukan kendaraan di depan dan sampingnya. Kecepatan tinggi
juga menjadi penyebab terjadinya kecelakaan sepeda motor. Ketika
kecepatan pengendara melebihi kecepatan rata -rata, pengendara akan
cenderung melakukan banyak manuver penyiapan terhadap
kendaraan lain. Kendali diri yang rendah, akibat kecepatan tinggi dan

6
menuver yang penuh resiko untuk antisipasi terjadinya benturan, akan
memicu terjadinya kecelakaan (Suraji dkk, 2008).

Penggunaan kendaraan bermotor khususnya berupa sepeda motor oleh


generasi milenial saat ini sudah banyak kita jumpai. Namun, perilaku yang
mereka tunjukkan dalam berkendara cenderung tidak sesuai dengan peraturan
berlalu lintas yang ada. Hal tersebut dapat membahayakan keselamatan
mereka sendiri, pengendara lain, bahkan pengguna jalan yang lainnya.
Perilaku pengendara ini dipengaruhi oleh seberapa tinggi kesadaran berlalu
lintas pengendara tersebut. Namun, sebagian dari generasi milenial tidak
memiliki kesadaran yang tinggi dalam berlalu lintas.

B. Kurangnya Kesadaran Generasi Milenial dalam Berlalu Lintas


Generasi milenial yang masih dibawah umur namun sudah mengendarai
sepeda motor cenderung memiliki tingkat kesadaran berlalu lintas yang
rendah. Hal ini disebabkan karena mereka tidak memiliki pengetahuan yang
cukup mengenai hal-hal penting dalam berlalu lintas. Kurangnya pengetahuan
tersebut akan mengakibatkan mereka melakukan pelanggaran lalu lintas tanpa
mengetahui hal yang mereka lakukan tersebut sebenarnya dilarang dan
erbahaya bagi keselaatan dirinya sendiri dan orang lain.
Begitu banyak pelanggaran yang dilakukan oleh generasi milenial terutama
generasi milenial yang berkendara dibawah umur. Beberapa pelanggaran lalu
lintas yang dilakukan oleh generasi milenial adalah sebagai berikut :
1. Tidak Memiliki SIM
Pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh generasi milenial yang
paling sering dijumpai adalah mengendarai sepeda motor tanpa
kepemilikan Surat Izin Mengemudi. Surat Izin Mengemudi (SIM)
adalah bukti registrasi dan identifikasi yang diberikan oleh Polri kepada
seseorang yang telah memenuhi persyaratan administrasi, sehat jasmani
dan rohani, memahami peraturan lalu lintas dan terampil mengemudikan
kendaraan bermotor. Setiap orang yang mengemudi kendaraan bermotor

7
di jalan wajib memiliki Surat Izin Mengemudi sesuai dengan jenis
Kendaraan Bermotor yang dikemudikan (Pasal 77 ayat (1)UU No. 22
Tahun 2009). Namun, sebagian dari generasi milenial tidak memiliki
SIM karena usia yang masih belum memenuhi untuk membuat SIM.
Usia minimal yang harus dipenuhi untuk membuat SIM adalah 17 tahun
sebagaimana terdapat dalam Pasal 81 ayat (2) huruf a yang
menyebutkan bahwa “Syarat usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditentukan paling rendah sebagai berikut: a. usia 17 (tujuh belas) tahun
untuk Surat Izin Mengemudi A, Surat Izin Mengemudi C, dan Surat Izin
Mengemudi D.” Berdasarkan pasal tersebut, berarti pengendara yang
mengendarai sepeda motor dibawah usia 17 tahun, telah melanggar
peraturan lalu lintas pasal 81 UU LLAJ.
Selain itu, kepemilikan SIM seorang pengendara juga berpengaruh
pada keselamatannya berlalu lintas. Hasil penelitian Efendi (2014)
menunjukkan bahwa pengendara sepeda motor yang tidak memiliki SIM
lebih beresiko 3.78 kali mengalami kecelakaan lalu lintas daripada
pengendara sepeda motor yang memiliki SIM. Hal ini dikarenakan pada
ujian pembuatan SIM sendiri, pengendara sepeda motor harus melalui
ujian keterampilan berkendara dan juga ujian teori untuk menguji
seberapa jauh pemahaman dan pengetahuan pengemudi dalam berlalu
lintas, agar saat pengendara berkendara, ia sudah faham dan mahir
dalam berlalu lintas.
Pemberian batas usia minimal untuk meililki SIM bukanlah tanpa
alasan. Mengendarai sepeda motor dibawah usia 17 tahun sangat
berbahaya karena mental anak yang belum matang untuk berkendara.
Anak yang berusia dibawah 17 tahun cenderung memiliki emosi yang
belum stabil dan mudah terganggu. Sealin itu, kondidi fisik anak yang
berusia dibawah 17 tahun juga belum siap untuk mengendarai sepeda
motor terutama anak SMP atau SD. Misalnya kaki yang belum cukup
jenjang untuk menginjak pedal rem atau gigi motor, sehingga dapat
membahayakan diri dan orang lain. Menurut Efendi (2014), terdapat

8
hubungan antara kepemilikan SIM dengan kejadian kecelakaan lalu
lintas.
2. Tidak Menggunakan Helm SNI
Jika dilihat sekilas, para pengendara speda motor yang mencakup
generasi milenial sebagian besar sudah menggunakan helm. Namun,
apabila diperhatikan lebih lanjut, helm yang digunakan para pengendara
tersebut bukanlah helm yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia
(SNI). Helm yang berstandar nasional Indonesia jelas telah lulus uji
coba sehingga keselamatan bagi penggunanya telah terbukti karena logo
SNI yang diperoleh perusahaan helm memerlukan prasyarat adanya
jaminan tingkat keamanan dan keselamatan yang tinggi dalam setiap
hasil helm yang dihasilkan.
Kewajiban penggunaan helm berlogo SNI terdapat dalam Pasal 57
Ayat (1) dan (2) serta pasal 106 ayat (8), Undang-Undang RI No. 22
Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan juga aturan
Menperin Nomor 40/M.IND/-PER/6/2008 Tentang Pemberlakuan SNI
Helm Pengendara Kendaraan Bermotor Roda Dua Secara Wajib yang
memuat ketentuan bahwa setiap orang yang mengemudikan sepeda
motor wajib mengenakan helm yang memenuhi Standar Nasional
Indonesia.
Namun, saat ini generasi milenial lebih memilih menggunakan helm
kekinian yang tidaak memiliki logo SNI dan belum tentu menjamin
keselamatan mereka apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Karena tidak semua helm dapat benar benar melindungi kepala. Helm
standar yang benar adalah melindungi bagian kepala belakang, samping,
serta depan muka (Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang lalu
lintas, Keputusan menteri perhubungan Nomor 72 Tahun 1993).
Penggunaan helm standar yang baik dapat menurunkan resiko kematian
sampai 30%, kecelakaan akibat benturan pada kepala merupakan
penyebab utama kematian pada kecelakaan kendaraan bermotor (Pusat
Studi Hukum,2006).

9
Jadi penggunaan helm berlogo Standar Nasional Indonesia selain
merupakan bagia dari menaati peraturan berlalu lintas, namun juga
ditujukan untuk keselamatan pengendara itu sendiri.

3. Menerobos Traffic Light


Lampu lalu lintas atau traffic light (meurut Undang-Undang Nomor
22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan : alat pemberi
isyarat lalu lintas atau APILL) adalah lampu yang mengendalikan arus
lalu lintas yang terpasang di persimpangan jalan, tempat penyebrangan
pejalan kaki (zebra cross), dan tempat arus lalu lintas lainnya. Lampu ini
yang menandakan kapan kendaraan harus berjalan dan berhenti secara
bergantian dari berbagai arah. Pengaturan lalu lintas di persimpangan
jalan dimaksudkan untuk mengatur pergerakan kendaraan pada masing-
masing kelompok pergerakan kendaraan agar dapat bergerak secara
bergantian sehingga tidak saling mengganggu antar arus yang ada
(Anonim, 2020).
Lampu lalu lintas atau traffic light merupakan sebuah komponen vital
pengaturan lalu lintas. Namun sayangnya, masih begitu banyak
pengendara kendaraan bermotor yang melanggar lampu lalu lintas ini
dan justru menempati urutan pertama sebagai jenis pelanggaran yang
paling sering dilakukan pengguna kendaraan bermotor bukan hanya dari
kalangan generasi milenial saja, tetapi hampir setiap pengendara di
semua rentang usia dengan alasan utama sedang terburu-buru dan tidak
melihat lampu sudah berganti warna. Melanggar lampu lalu lintas dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan lalu lntas yang dapat
membahayakan nyawa pengendara itu sendiri dan pengendara lain,
menurut penelitian Marsaid (2013), pengendara tidak tertib beresiko
0,227 kali menyebabkan kejadian meninggal pada kecelakaan lalu lintas.
Marsaid (2013) menyatakan bahwa pelanggaran terhadap rambu dan
lampu lalu lintas berperan dalam menyebabkan kecelakaan lalu lintas.

10
4. Kecepatan Tinggi
Pengaruh kecepatan tinggi terhadap potensi kecelakaan lalu lintas
pada remaja pengendara sepeda motor adalah 13.69%. penelitian Ali
dkk (2014) menunjukkan bahwa melewati batas kecepatan merupakan
pelanggaran yang paling sering dilakukan remaja sebesar 22.5%.
Mengebut merupakan hal yang sangat berpotensi menyebabkan
tingginya keparahan korban kecelakaan. Kecepatan sebuah kendaraan
akan mempengaruhi waktu yang tersedia bagi pengendara untuk
mengadakan reaksi terhadap perubahan dalam lingkungannya di
samping dampak lainnya baik merupakan akibat langsung (direct
impact) maupun akibat tidak langsung (indirect impact) (Komba 2006,
dalam Marsaid 2013).
Perbedaan antara kecepatan memepengaruhi frekuensi pengemudi
meyalip kendaraan di depa maupun untuk mengurangi kecepatan di
belakang kendaraan tersebut. Dalam kondisi bertumbukan, kecepatan
mempengaruhi tingkat kecelakaan dan kerusakan yang diakibatkan oleh
tabrakan. Mengendarai dengan kecepatan tinggi akan menghasilkan
energi yang tinggi bila bertabrakan, sehingga dampak yang ditimbulkan
juga semakin parah (Kartika, 2009).
Kecepatan tinggi meningkatkan peluang terjadinya kecelakaan dan
tingkat keparahan dari konsekuensi kecelakaan tersebut. Kecepatan yang
berlebihan adalah kecepatan yang lebih tinggi dari kecepatan yang
diizinkan oleh kondisi lalu lintas dan jalan. Hal ini memberikan
pengertian yang sangat relatif bagi pengemudi, dan sesungguhnya batas
kecepatan tidak akan diperluas seandainya pengemudi dapat
menyesuaikan dengan kondisi di lapangan tanpa adanya peraturan
kecepatan (Simarmata, 2008).

11
5. Ugal-Ugalan
Kurangnya kesadaran generasi milenial dalam berlalu lintas, seringkali
embuat mereka melakukan hal-hal yang dapat membahayakan diri
mereka sendiri dan pengendara lain. Dalam rentang usia mereka, kondisi
emosi yang mudah terganggu dan kecenderungan mereka untuk tidak
berfikir dua kali dalam melakukan sesuatu dapat menjadi penyebab
perilaku ugal-ugalan dalam berkendara. Ingin tampil keren dan unjuk
kemampuan berkendara yang mereka miliki juga menjadi motivasi
dalam perilaku ugal-ugalan tersebut.

C. Upaya Polisi dalam Menangani Masalah Kurangnya Kesadaran Generasi


Milenial dalam Berlalu Lintas

Pihak kepolisian dalam hal ini memiliki peran penting dalam


menciptakan keamanan dan kenyamanan berlalu lintas. Sebagaimana diatur
dalam Pasal 264 huruf bagian (a) UU LLAJ yang berisi :
Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di Jalan dilakukan oleh :
a. Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan
b. Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkatan
Jalan.

Penegakan hukum yang dilakukan pihak kepolisian kepada masyarakat


pada umumnya ada dua, yaitu penegakan hukum preventif dan penegakan
hukum represif.
a. Penegakan Hukum Preventif
Penegakan hukum preventif adalah penegakan hukum yang dilakukan
sebelum terjadinya suatu tindak pidana atau tindak pelaggaran, yang
memiliki pengertian mementingkan pencegahan agar tidak terjadi
tindak pidana atau tindak pelanggaran .
b. Penegakan Hukum Represif

12
Penegakan Hukum Represif adalah penegakan hukum yang dilakukan
setelah terjadinya suatu tindak pidana atau pelanggaran. Penegakan
hukum represif ini bertujuan untuk memulihkan kembali keadaan
sebelum terjadinya tindak pidana atau pelanggaran.
Bentuk penegakan hukum represif yang dilakukan polisi lalu lintas
biasanya berupa tindakan langsung (tilang). Tilang merupakan peringatan
bagi pengguna jalan yang ingin melakukan pelanggaran. Program tilang
diharapkan dapat mewujudkan sikap tertib berlalu lintas. Walaupun begitu,
tidak semua pelanggaran akan dapat dijangkau oleh polisi lalu lintas untuk
ditindak. Karena lalu lintas bukan hanya menyangkut wilayah yang sedikit,
karena jalan raya ada dimana-mana, dan kemungkinan terjadinya
pelanggaran lalu lintas bisa terjadi dimana saja.
Oleh karena itulah, penegakan hukum secara preventif akan menjadi lebih
baik, karena penegakan hukum ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
pelanggaran lalu lintas.
Dikarenakan pihak yang sering melakukan pelanggaran lalu lintas adalah
generasi milenial terutama yang masih dibawah 17 tahun, maka fokus upaya
kepolisian untuk mencegah pelanggaran lalu lintas adalah para pelajar-
pelajar di SMA, SMP, atau bila dibutuhkan SD. Karena kita ketahui
bersama bahwa saat ini sudah banyak sekolah-sekolah yang mengizinkan
siswanya untuk mengendarai sepeda motor, padahal tidak bisa dipastikan
para pelajar tersebut memiliki Surat Izin Mengemudi terutama pelajar SMP,
bahkan tidak semua pelajar SMA memiliki SIM karena umur yang belum
cukup untuk membuat SIM.
Pihak kepolisian biasanya melakukan upaya pencegahan dengan cara
mendatangi sekolah-sekolah dan mengadakan sosialisasi untuk
meningkatkan kesadaran dan pengetahuan para generasi milenial mengenai
segala hal tentang lalu lintas. Mulai dari mengenalkan marka-marka jalan,
aturan-aturan lalu lintas, dan sebagainya. Pihak kepolisian yang datang ke
sekolah-sekolah tersebut biasanya akan meminta pihak sekolah untuk
mengumpulkan seluruh siswa yang ada di sekolah tersebut pada suatu area

13
yang luas (biasanya lapanagn sekolah). Biasanya para polisi tersebut
membawa rambu-rambu lalu lintas yang kemudian akan mereka jelaskan
fungsi dan maksudnya.
Tetapi sayangnya, kita ketahui bahwa tidak semua para pelajar tersebut
bahkan hanya sebagian kecil saja dari mereka yang mendengarkan dan
memperhatikan penjelasan dari pihak kepolisian tersebut. Hal ini dapat
dapat dilihat dari banyaknya pelajar yang masih mengendarai sepeda motor
ke sekolah namun tidak memiliki SIM, masih banyaknya pelajar yang
mengendarai sepeda motor ke sekolah tanpa menggunakan helm, walaupun
banyak yang menggunakan helm tetapi hanya sedikit yang menggunakan
helm yang berstandar nasional Indonesia, masih banyaknya pelajar yang
ugal-ugalan dalam berkendara, dan sebagainya.
Sebenarnya, usaha yang dilakukan pihak kepolisian ini tidaklah salah,
namun dirasa kurang efektif. Pada era sekarang ini, para generasi muda
lebih tertarik kepada hal-hal yang berbau teknologi, sehingga sering disebut
generasi milenial. Selain itu, generasi milenial juga akan tertarik pada hal-
hal baru yang jarang dilakukan sebelumnya, mereka menyukai inovasi. Hal
ini dapat dimanfaatkan oleh pihak kepolisian untuk menanamkan kesadaran
berlalu lintas generasi milenial.
Masih dalam konteks memberikan informasi atau pengetahuan dalam
berlalu lintas, namun dengan cara yang sedikit berbeda, yaitu melalui movie
(film) yang berkaitan dengan berlalu lintas. Dalam film tersebut berisi
visualisasi penggambaran cerita yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-
hari terutama kehidupan para pelajar pada khususnya dan/atau generasi
milenial pada umumnya, dan didalamnya terdapat informasi-informasi yang
dapat menambah pengetahuan dan kesadaran para pelajar dalam berlalu
lintas. Jalan cerita dari film tersebut haruslah semenarik mungkin.
Penyampaian film dapat dilakukan melalui konteks yang sama seperti
sosialisasi yang biasa dilakukan pihak kepolisian , yaitu dengan mendatangi
sekolah-sekolah dan pelajar akan dikumpulkan pada suatu tempat, namun
bedanya tempat yang digunakan adalah ruang terutup seperti aula sekolah

14
dan kemudian film yang sudah dibuat akan ditayangkan dalam layar yang
besar, dan diharapkan para generasi milenial ini akan tertarik, dan apabila
ketertarikan itu sudah muncul pada diri mereka sendiri, maka akan mudah
untuk mengajak mereka pada suatu hal, salah satunya adalah patuh dalam
berlalu lintas.
Implementasi lainnya yang masih sejenis dengan cara ini adalah melalui
pendekatan internet, karena melihat dari kondisi generasi milenial yang saat
ini hidup dibalik layar gadget. Cara ini dapat dilakukan apabila kondisi
diatas tidak memungkinkan misalnya karena sekolah yang didatangi tidak
memiliki aula, atau bahkan jika keadaan tersebut memungkinkan cara ini
juga bisa diterapkan. Caranya adalah dengan memasukkan film tersebut
kedalam sosial media yang biasanya menjadi tempat berkecimpungnya para
generasi milenial, seperti YouTube, Instagram, Facebook, dan sejenisnya.
Melalui cara ini diharapkan akan mempermudah tercapainya tujuan
untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan generasi milenial dalam
berlalu lintas. Cara ini diharapkan akan lebih efektif karena mengikuti alur
perkembangan teknologi yang ada, selain dapat mempermudah untuk
mensosialisasikan kesadaran berlalu lintas, cara ini juga digarapkan akan
mempemudah kepolisian dalam mejalankan tugasnya.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan latar belakang dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa
pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh generasi milenial terutama yang
berada pada rentang usia dibawah 17 tahun disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan kesadaran mereka dalam berlalu lintas. Pelanggaran yang
dilakukan generasi milenal ini dapat menyebabkan kondisi lalu lintas tidak
aman dan dapat membahayakan keselamatan diri sendiri dan pengguna jalan
lain, sehingga masalah ini membutuhkan perhatian lebih. Pihak kepolisian
terutama polisi lalu lintas mengupayakan berbagai hal untuk mengatasi
masalah ini, salah satunya dengan cara mendatangi sekolah-sekolah untuk
mengadakan sosialisasi agar kesadaran berlalu lintas generasi milenial
meningkat. Namun, cara tersebut dirasa kurang efektif, sehingga diperlukan
cara lain yang sesuai dengan keadaan generasi milenial yang menyukai hal-
hal baru dan menarik, yaitu dengan membuat movie (film) yang menarik
yang berisi edukasi tentang lalu lintas. Selain itu, cara yang lebih efektif lagi
adalah menayangkan film tesebut melalui media sosial.

B. Saran
Dari solusi yang diberikan penulis dalam meningkatkan kesadaran
generasi milenial dalam keselamatan berlalu lintas diharapkan dapat
dilaksanakan dan menjadi jalan keluar dari masalah kurangnya kesadaran
berlalu lintas generasi milenial yang seringkali melanggar peraturan lalu
lintas.

16
DAFTAR PUSTAKA

Rakhmani, Feti. 2013. Kepatuhan Remaja Dalam Berlalu Lintas. Jurnal S-1 Ilmu
Sosiatri. Vol.2(1). Hal.5.

Handayani, Dewi., Ophelia,Rahma Dewi., Hartono,Widi. 2017. Pengaruh


Pelanggaran Lalu Lintas Terhadap Potensi Kecelakaan Pada Remaja
Pengendara Sepeda Motor. e-Jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL.
Hal.838-839.

Mahfud. 2013. Hubungan Antara Penggunaan Helm Standar Dengan Insidensi


Fraktur Tulang Muka Dan Tulang Kepala. Jurnal Ners dan Kebidanan
Indonesia. Vol.1(3). Hal.102.

Wulandari, Catur Ratna. 2018. Korban Kecelakaan Sepeda Motor Didominasi


Usia Pelajar. https://www.google.com/amp/s/www.pikiran-
rakyat.com/pendidikan/amp/pr-01299827/korban-kecelakaan-sepeda-
motor-didominasi-usia-pelajar-428201. Pada tanggal 21 Februari 2020
pukul 19.56

Bot, Lanin. 2019. Lampu Lalu Lintas.


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Lampu_lalu_lintas. Pada tanggal 23
Februari 2020 pukul 04.26

Bot, Lanin. 2019. Surat Izin Mengemudi.


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Surat_Izin_Mengemudi. Pada tanggal
22 Februari 2020 pukul 16.11

17

Anda mungkin juga menyukai