Anda di halaman 1dari 2

Banyaknya pelajar mengendarai sepeda motor ke sekolah tentu bukanlah hal yang asing lagi.

Ya,
membawa motor ke sekolah memang mempunyai dampak positif, tetapi di sisi lain pasti mempunyai
dampak negatif. Seperti yang saat ini marak terjadi beberapa perkara, dikarenakan siswa membawa
motor ke sekolah. WHO mencatat bahwa 1 juta orang meninggal dunia tiap tahunnya di seluruh dunia
akibat kecelakaan, dimana 40% diantaranya berusia 25 tahun dan 60 % berusia < 25 tahun yaitu berkisar
pada usia anak-anak dan remaja.Saat ini banyak sekali terlihat pelajar atau anak dibawah umur,
mengendarai kendaraan bermotor ke sekolah. Baik itu pelajar SD, SMP maupun SMA, yang mana
merteka telah difasilitasi oleh orangtuanya ataupun pinjam dari sanak saudara maupun temannya. Hal ini
tentu tidak dapat dibenarkan, karena salah satu syarat bagi pengemudi kendaraan harus dilengkapi
dengan Surat Izin Mengemudi (SIM), dan usia mereka sendiri belum mencukupi untuk memiliki SIM
tersebut, apalagi ini bertentangan dengan UU No. 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.
seperti pelajar tidak mengunakan helm tidak memakai kaca spion dan mengganti body motornya,
fenomena ini

Dengan berbagai dampak positif ketika pelajar mengendarai motor ke sekolah, tentu kita harus lebih bisa
melihat kepada dampak negatif apa yang dapat disebabkan ketika pelajar mengendarai motor ke
sekolah. Dengan mengetahui beberapa dampak negatifnya, para orang tua siswa, para siswa, dan guru
pembimbing atau pihak-pihak lain dapat lebih berpartisipasi. Berikut dampak-dampak negatifnya:

1.Pelajar yang mengendarai motor ke sekolah bisa saja mengalami hal yang tidak diinginkan, seperti
kecelakaan yg umum terjadi. Ketika hal itu terjadi, tentu akan merugikan beberapa pihak, terutama
orang tua pelajar, dan pelajar itu sendiri.

2.ketika melakukan penjagaan ketat di beberapa jalur perjalanan, pihak kapolsek yang bertugas akan
menahan siapa saja yg tidak mematuhi aturan lalulintas. Termasuk para pelajar yg masih di bawah umur,
yg belum mempunyai SIM, yg tidak menggunakan helm, dan pelajar yang semenah-menah dalam
mengendarai.

3.Pelajar yang terlalu sering mengendarai motor, akan merasa bosan, sehingga berinisiatif untuk mencari
hal-hal yang baru, seperti mendirikan segerombolan geng motor. Tentu pelajar akan menganggap hal itu
menyenangkan. Tetapi, di sisi lain akan merusak masa depan pelajar dan merugikan banyak masyarakat.

4 Mengendarai motor tentunya hal yang sangat menyenangkan bagi para pemula, karena mengendarai
motor adalah sesuatu yang hal menyenangkan, hal itu bisa saja menurunkan konsentrasi belajar siswa
karena memikirkan kesenangan dalam berkendara.

90 persen lebih itu mereka tidak punya SIM. Baik pelajar yang sudah cukup usia untuk memiliki SIM atau
pelajar yang memang belum cukup usia untuk mendapatkan SIM,\\\" jelas Kabid Humas Polda Metro
Jaya Kombes Pol Rikwanto, Senin (23\/9\/2013).

Tahun 2011 saja, Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya mencatat kecelakaan lalu lintas yang melibatkan
pelajar mencapai 677 kasus. Dan untuk usia pelanggar lalu lintas yang belum cukup umur untuk
berkendara yakni usia 0-15 tahun, tercatat ada 40 kasus. Sementara untuk usia 16-21 tahun, mencapai
926 kasus kecelakaan.Sementara untuk jenis pendidikan dari pelanggar tingkat Sekolah Dasar, mencapai
182 orang. Sedangkan pelanggar di tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) mencapai 1.384 orang dan
di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) mencapai 4.151 kasus.

"Tapi di antara mereka itu mungkin ada yang punya SIM, terutama yang duduk di bangku SMA yang
sudah berusia 17 tahun. Kalau anak SD dan SMP, sudah pasti mereka tidak memiliki SIM," jelas
Rikwanto.Sementara itu, di tahun 2012, angka kecelakaan yang melibatkan pelajar, cukup
memprihatinkan yakni mencapai 487 kasus dari total kecelakaan 8.020 kasus yang terjadi di wialayah
hukum Polda Metro Jaya.Selanjutnya, Rikwanto mengatakan, pihaknya terus melakukan upaya untuk
menekan angka kecelakaan atau pun pelanggaran lalu lintas yang melibatkan pelajar. Salah satu upaya
adalah dengan melakukan tindakan represif yakni dengan razia."Semua dalam razia itu dijaring sesuai
sasaran dalam razia itu. Kalau roda dua, semua roda dua dihentikan. Nah dalam razia itu ditemukan ada
karyawan, TNI\/Polri, buruh, dan ada juga pelajar" jelasnya.

Di samping itu, upaya preventif juga terus dilakukan di antaranya dengan melakukan program polisi
sahabat anak dan polisi siswa sambil mensosialisasikan keselamatan berlalu lintas kepada para
pelajar.Lebih jauh Rikwanto berpesan, kepada para orangtua agar tidak membiarkan anak-anaknya yang
belum cukup umur untuk berkendara. Melihat contoh kasus kecelakaan yang melibatkan anak di bawah
umur, AQJ (13) di Tol Jagorawi beberapa waktu lalu, harus menjadi pelajaran bagi para orangtua untuk
tidak bersikap permisif terhadap anak-anaknya.

Hal tersebut diungkapkan Kanit Patroli Satlantas Polres Tanjungpinang, Ipda Riki, Senin (9/12/2013) usai
mengelar razia di kawasan Bintan Center Tanjungpinang. "Ada peningkatan pelanggaran sekitar 90
persen pelanggara d itahun ini jika dibanding tahun 2012 lalu," katanya.

Menurut dia, tingginya angka pelanggaran dan penindakan itu disebabkan banyak pengguna kendaraan
roda dua dan roda empat dengan sengaja dan tidak sengaja selalu beralasan meninggalkan sejumlah
surat kendaraan baik SIM, STNK, KTP, di rumah daripada dibawa saat berkendara.

"Saya mengimbau kepada warga Tanjungpinang agar selalu membawa surat-surat kendaraan, baik SIM
dan STNK. Sudah selayaknya surat itu Anda bawa ketika ingin berkendara sebab banyak gunanya. Jika
terjadi kecelakaan lalu lintas, razia, dan lainnya, warga yang ingin menolong bisa segera tahu alamat yang
bisa dituju untuk memberikan informasi," katanya.

Pelanggaran tahun ini didominasi pengendara roda dua pribadi, sisanya pelajar.

jadi saya tetap tidak setuju jika pelajar bawa kendaran motor demi nyawa pelajar tersebut.

Anda mungkin juga menyukai