Anda di halaman 1dari 23

KARYA ILMIAH

“ETIKA REMAJA DALAM BERKENDARA”


PEMILIHAN PELAJAR PELOPOR KESELAMATAN LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN
DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI, BUDAYA DAN PARIWISATA
KABUPATEN KERINCI
2016

DISUSUN OLEH :
MESY DWI PUTRI

SMAN 4 KERINCI
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan
rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis dalam
bidang Lalu Lintas dengan judul “Etika Berlalu Lintas Terhadap Keselamatan Lalu
Lintas Jalan”.Walau banyak halangan dan rintangan, namun akhirnya karya tulis
ini dapat terselesaikan.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberi bantuan serta dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ini.Baik dukungan moral maupun material.

“Tiada gading yang tak retak, tiada pula yang sempurna”, demikian pula dengan
penulisan karya tulis ini ysng belum sepenuhnya sempurna.Penulis berharap
semoga karya tulis ini dapat bermanfaat untuk meningkatkan etika berklalu lintas
pembaca.

sulak, 18 mei 2016

Penyusun
Abstraksi
Tingkat kecelakaan lalu lintas semakin hari semakin meningkat.Hal tersebut
terjadi karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran dalam berkendara bagi
masyarakat.Tidak dipungkiri bahwa kendaraan adalah suatu hal yang sudah wajar
dan wajib untuk dimiliki masyarkat demi memenuhi fasilitas mobilitas yang tinggi.
Namun, pada kenyataannya tidak dibarengi dengan sikap sadar tata tertib lalu lintas
sehingga pengendara bersikap seenaknya tanpa memerdulikan hak pengguna jalan
lain.

Data WHO memperkirakan bahwa di tahun 2020 penyebab terbesar kematian


adalah kecelakaan di jalan raya tepat di bawah penyakit jantung dan depresi. WHO
mencatat bahwa 1 juta orang meninggal dunia tiap tahunnya di seluruh dunia
akibat kecelakaan, dimana 40% diantaranya berusia 25 tahun dan 60 % berusia <
25 tahun yaitu berkisar pada usia anak-anak dan remaja. Sementara itu jutaan
lainnya mengalami luka parah dan cacat fisik.
Pada umumnya korban lalu lintas di jalan raya mayoritas adalah remaja (anak-anak
sekolah dan mahasiswa).

Para remaja menggunakan sepeda motor lebih bukan pada pemanfaatan


transportasi namun pada life style atau ​trend. ​Faktor kematangan psikologis sangat
berperan penting dalam mempengaruhi etika remaja berkendara. Usia remaja
adalah ​golden age​ (masa keemasan) dimana mereka masih dalam proses pencarian
diri yang cenderung ingin menonjolkan diri mereka dan masa remaja menurut
Erickson adalah masa ​storm and stress​, dimana mereka sering berhadapan dengan
gejolak perasaan yang labil dan tingkat depresi yang tinggi, sehingga kontrol
emosional nya belum baik dan sering kali membawa remaja lari dari masalah dan
memilih kepada perilaku-perilaku negatif seperti melampiaskan amarah dengan
mengebut di jalan, berkendara tidak sesuai standar dan tidak memperdulikan hak
orang lain di jalan.
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Banyak pengguna jalan yang tidak mematuhi peraturan berlalu lintas
dengan baik. Kebiasaan dan etika dalam berlalu lintas masyarakat sangat buruk dan
memprihatinkan.Tak salah apabila banyak ditemukan kasus kecelakaan akibat
pengguna jalan yang tidak menaati peraturan dan hal tersebut banyak terjadi di
kalangan pelajar/remaja.Remaja sekarang ini belum memahami etika dan aturan
dalam berlalu lintas dengan baik.Dengan faktor psikologis yang kurang stabil
sangat mempengaruhi etika remaja dalam berkendara. Pada masa remaja ini,
mereka lebih mengedepankan sifat individualisme dan egoisme yang tinggi dan
terkadang tidak memerdulikan hak orang lain di jalan. Tingkat pemahaman dan
kematangan psikologis yang kurang matang di usia remaja sangat beresiko besar
dan mempengaruhi hal-hal kecelakaan remaja saat berkendara. Dengan psikologis
yang tidak stabil saat ini mereka sedang berada pada masa pencarian diri mereka
sehingga sering kali mereka menunjukkan sikap ingin menonjolkan diri, semaunya
sendiri, pemahaman yang kurang, dan kurang menghargai orang lain. Tak jarang
apabila remaja ingin menunjukkan diri mereka agar dianggap hebat yaitu dengan
ugal-ugalan, mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi, perlengkapan
sepeda motor yang tidak sesuai standar dll. Perilaku inilah yang menyebabkan
terjadinya kecelakaan lalu lintas di kalangan remaja. Kenyataannya remaja yang
kurang matang dalam pola pikir lebih mengutamakan kepuasan diri sesaat tanpa
berpikir resiko berat yang akan ia terima.

Jumlah remaja yang mengendarai sepeda motor sudah sangat banyak,


terutama anak sekolah. Mereka beranggapan bahwa mengendarai sepeda motor ke
sekolah sangat efisien, tidak terlambat, lebih irit dan memudahkan dalam
transportasi. Bahkan orang tua mereka pun malahan bangga apabila anak mereka
lebih dulu memiliki motor ketimbang SIM. Namun, yang disayangkan adalah
pemahaman mereka yang kurang pada etika berlalu lintas di jalan, yang mereka
pikirkan adalah cepat sampai ke sekolah sehingga terkadang kurang mematuhi
peraturan lalu lintas dan seenaknya sendiri di jalan tanpa menghormati hak orang
lain dalam berkendara. Selain itu dari perlengkapan berkendara mereka saja
banyak yang tidak sesuai standar dan hal tersebut disebabkan oleh rasa ingin tampil
berbeda, merasa kolot apabila sesuai standar, dan pengaruh pergaulan yang kurang
baik. Dengan mempertimbangkan efisiensi transportasi ke sekolah apabila
menggunakan sepeda motor maka banyak orang tua yang tidak memberikan
kontrol pada anaknya akan bahaya nya berkendara yang tidak sesuai aturan karena
usia dibawah tahun atau perlengkapan berkendara yang tidak sesuai, hal tersebut
sangat disayangkan mengingat keluarga adalah tempat penanaman nilai moral
pertama kali pada perkembangan diri anak dan psikologisnya.

Perilaku menyimpang remaja tersebut yang menyebabkan angka


kecelakaan semakin meningkat tiap tahunnya.Sikap dan perilaku menyimpang
tersebut sangat menghawatirkan karena remaja adalah aset harapan bangsa. Seperti
kata “Jika ingin melihat masa depan sebuah negara maka lihat
pemudanya-pemudinya ” . Kenyataan ini memang tidak dapat disangkal lagi
karena kekayaan sebuah negara bergantung pada remaja itu sendiri.
Remaja amat penting dalam pembangunan negara. Runtuhnya remaja maka akan
runtuhlah suatu negara. Dengan dasar itu pula, kami ingin mengetahui dan
menemukan solusi dalam memecahkan permasalahan tersebut dengan mengangkat
tema penelitian ​“Etika Remaja Dalam Berkendara”.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang yang diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut.

a. Penyebab remaja tidak menaati ketertiban lalu lintas


b. Bagaimana upaya lembaga pemerintahan, pihak kepolisian, sekolah, keluarga
dalam mengatasi persoalan tersebut ?
c. Solusi agar kesadaran tertib lalu lintas dapat berjalan baik di kalangan remaja

3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian ini adalah sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui dampak dan penyebab kurangnya kesadaran peraturan berlalu
lintas bagi remaja
2. Untuk menemukan solusi kesadaran akan pentingnya menaati peraturan lalu
lintas bagi remaja
4. ​Manfaat Penelitian
Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan kesadaran
kepada masyarkat terutama para pelajar dan remaja dalam meningkatkan dan
memelihara ketertiban dalam berlalu lintas, serta untuk menciptakan kader-kader
penerus bangsa yang taat peraturan dan berwawasan kebangsaan.Dengan demikian
dapat melestarikan tata tertib dan keselamatan berlalu lintas dengan baik.
BAB II
KAJIAN DAN TEORI

1. Tata Tertib dalam Berkendara


Aturan lalu lintas sendiri sebenarnya tidak hanya berwujud larangan tetapi juga
berbentuk perintah, dilarang belok, dilarang parkir, dilarang menyalip atau dilarang
berputar.Peraturan tersebut sebenarnya banyak sekali bisa berbentuk perintah,
petunjuk, dan pemberitahuan karena wujud dari peraturan sebenarnya ada banyak
sekali.

Permasalahan disini adalah karena kurangnya kesadaran dari masyarakat terutama


remaja.Bentuk dari kurangnya kesadaran itu adalah pelanggaran.
Banyak peraturan dan hukum yang telah menetapkan tetapi remaja yang bersikap
tak acuh nekat melanggar begitu saja atau sudah tahu tetapi tetap melanggar.

Banyak kejadian kecelakaan yang disebabkan karena perilaku remaja yang


seenaknya sendiri berkendara tanpa mengindahkan tata tertib.
Kecelakaan lalu lintas sering kali disebabkan karena pelanggaran yang dilakukan
oleh pengendara itu sendiri.Banyak faktor yang menyebabkan masyarakat
khusunya remaja melanggar lalu lintas dan tidak ada kesadaran yang ditunjang
dengan pengetahuan yang luas tentang tata tertib lalu lintas.

Anak-anak remaja banyak yang mengganggap apabila berkendara dengan


mematuhi tata tertib lalu lintas dianggap kolot padahal sebenarnya mereka tidak
berpikir luas dan kedepan akan bahaya dan dampak yang akan dialami apabila
melanggar lalu lintas. Karena, sejatinya peraturan dibuat untuk ditaati bukan
dilanggar.Namun, paradigma masyarakat yang salah kaprah memutar balikkan
slogan sehingga menjadi doktrin dan kemudian membudidaya menjadi watak yang
sulit untuk dirubah, yaitu “Aturan dibuat untuk dilanggar”.Paradigma dan
pemikiran masyarakat sudah sangat salah kaprah, mereka menganggap bahwa
peraturan tidak penting untuk ditaati.Selain itu, lemahnya hukum dan ketidak
bijaksanaan aparat pemerintah sendiri yang membuat masyarakat melunakkan
segala hukum dan peraturan yang sudah ditegakkan.Banyak masyarakat percaya
bahwa aparat polisi bisa disuap dll.Karena, ketidak bijaksannaan polisi sendiri
seakan pemerintah membuat aturan dan itu dijadikan lahan keuangan bagi
oknum-oknum nakal.Saat kepercayaan masyarakat pada aparat pemerintah telah
pudar, maka pelanggaran tata tertib mulai merajalela.Banyak remaja berkendara
nekat melanggar peraturan tata tertib berkendara karena hal tersebut.
Sehingga, dalam melestarikan tata tertib berkendara diperlukan kerjasama antara
semua pihak demi terwujudnya budaya tertib berlalu lintas.

2. Faktor-faktor pelanggaran
Faktor-faktor penyebab pelanggaran tata tertib di lalu lintas oleh remaja dibagi
menjadi dua, yaitu faktot interen dan eksteren.Faktor eksteren antara sosial budaya,
sosial ekonomi dan pendidikan serta wawasan.Sedangkan, faktor interen antara
lain psikologis, motivasi, kesadaran, paradigma dll.
Dari beberapa faktor tersebut, faktor yang sering menjadi penyebab utama
pelanggaran etika tata tertib berlalu lintas bagi remaja adalah faktor psikologis.
Faktor psikologis sangat memperngaruhi etika remaja dalam berkendara,
bagaimana sopan santun dia di jalan, moral dan kepatuhan dia pada tata tertib serta
rasa respect kepada penggunan jalan lain akan tercermin saat dia berkendara.
Psikologi dalam diri remaja tidaklah stabil, sehingga sangat sulit mengendalikan
diri mereka ketika di jalan. Masa remaja, mereka sangat ingin dilihat, dikenal dan
menonjolkan diri, mereka merasa bangga dengan mengebut dijalan, memodifikasi
kendaraan yang membahayakan karena tidak sesuai standar, dan emosi jiwa yang
kadang tidak baik sehingga mereka melampiaskannya dengan ugal-ugalan di jalan,
karena ada rasa puas setelah mereka bisa melakukan hal tersebut. Disamping itu,
mereka hanya bisa mengendarai motor tetapi tidak mengendarai motor yang baik
dan sopan.
Yogadhita Gde perwakilan dari Badan Kesehatan Dunia alias WHO mencatat ada
sekitar 400.000 korban di bawah usia 25 tahun yang meninggal di jalan raya.
Dengan rata-rata angka kematian 1.000 anak-anak dan remaja setiap harinya.
Kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama kematian anak-anak di dunia
dengan rentang usia 10-24 tahun. “Tingkat fatalistik anak remaja menempati posisi
kedua dalam usia kecelakaan,” bilangnya saat Konferensi Anak Indonesia tahun
lalu.

Hal yang paling serius dalam menghadapi kondisi seperti ini adalah soal kesiapan
si anak berhadapan dengan jalan raya. Karena tingkat kematangan dan pemahaman
pada usia remaja tidak lah sebaik orang-orang dewasa, sehingga rasa kesiapan itu
pun kurang dan sangat merugikan diri sendiri. Fenomena tingginya kecelakan pada
remaja dapat diterangkan secara neurosains.Otak emosional yang belum terkontrol
pada remaja merupakan penyebab utamanya. Otak manusia terdiri dari empat
lobus, yaitu lobus frontal, lobus parietal , lobus temporal , dan lobus oksipital .
Pada lobus frontal memiliki fungsi untuk memecahkan masalah,
mempertimbangkan sesuatu, menghambat perilaku, merencanakan sesuatu,
memantau diri sendiri, kepribadian, emosi, mengatur sesuatu, memperhatikan,
berkonsentrasi, mental-flexibility, berbicara, awareness of abilities, mengendalikan
diri, dan “melakukan sesuatu yang benar”. Kegiatan menyetir dapat dilakukan atas
kerja pada otak bagian:

● Korteks prefrontal merupakan daerah otak yang paling terakhir mencapai


kematangan. Bagian ini memegang kendali terhadap fungsi perencanaan,
pengaturan, dan pengambilan keputusan. Perkembangan korteks prefrontal
pada manusia berbeda-beda dan umumnya terjadi maksimal pada usia 25
tahun. Hal inilah yang menyebabkan remaja kurang memiliki kemampuan
untuk menilai konsekuensi atau menyerap informasi, seperti orang dewasa
pada umumnya.
● Hipokampus yang terletak pada otak bagian tengah ini merupakan pusat
pengaturan memori.
● Amigdala yang juga terletak di otak tengah berfungsi sebagai pusat kendali
emosi. Sebagian besar perilaku remaja dipengaruhi oleh amigdala sehingga
mereka dapat bertindak secara irasional dan emosional.

Sehingga beberapa hal yang membedakan otak remaja dan dewasa adalah :

1. Emotional Rollercoaster dimana Amigdala berkembang pesat sehingga


membuat pusat emosi teraktivasi berlebihan. Pada akhirnya, remaja berpikir
dengan “emosi” mereka dan menganggap bahwa sesuatu dapat menjadi
ancaman bagi dirinya.
2. Sifat Impulsif. Sifat ini berhubungan dengan serotonin, yaitu
neurotransmitter yang mengatur tidur dan rasa rileks seseorang. Pada remaja
kadar serotonin dalam tubuh rendah sehingga seorang remaja dapat bersifat
impulsif.
3. Sifat Pengambil Risiko. Sifat ini berhubungan dengan dopamine, yaitu
neurotransmitter yang mengatur mood dan perasaan senang. Kadar
dopamine dalam tubuh remaja yang tinggi membuat remaja mengalami fase
“hungry for stimulation” atau perilaku suka mengambil risiko. Pada remaja
laki-laki, adanya hormon testosteron diketahui dapat memperkuat kinerja
dopamine. Selain itu, 60% sifat pengambil risiko pada remaja ternyata dapat
diturunkan oleh orang tua atau bersifat genetik.
4. Kemampuan Penilaian. Istilah “The teen brain is like a race car without
brakes (otak remaja seperti sebuah mobil balap tanpa rem)” memiliki
maksud bahwa remaja memiliki kemampuan penilaian yang buruk sehingga
dianggap tidak memiliki “rem”, sedangkan amigdala sebagai “bensin” dapat
berfungsi maksimal. Perkembangan korteks prefrontal yang belum sempurna
dapat berpengaruh dalam pengambilan keputusan, termasuk
mempertimbangkan konsekuensi yang ada serta kurangnya kemampuan
dalam menilai tindakan/ keputusan yang mungkin berbahaya.

Menurut Irjen Pudji Hartanto, Kepala Korprs Lantas Polri, pada tahun 2011
kematian anak akibat kecelakaan lalu lintas meningkat tajam. Peringkat pertama
pada usia 5-29 tahun. Tingkat kedua pada usia 5-14 tahun dan peringkat ketiga
30-44 tahun.

3. Bentuk-bentuk pelanggaran

1) Mengebut di jalan
2) Tidak memiliki SIM, STNK, STUJ (surat tanda uji kendaraan)
3) Tidak mengenakan sarana prasaran yang lengkap
4) Memodifikasi motor yang tidak sesuai standar
5) Melanggar marka jalan
6) Melanggar rambu-rambu
7) Tidak menyalakan lampu sein, riting, lampu hazard
8) Pelanggaran terhadap ketentuan dan muatan yang diijinkan
9) Berkendara dalam keadaan mabuk, telpon, sms dan berbicara
10) Belum terampil dalam berkendara (frekuensi tertinggi adalah 0-18 bulan setelah
kepemilikan SIM)
11) Mengebut di jalan raya (yang dilakukan oleh 38% remaja laki-laki dan 25%
remaja perempuan)
12) Menumpang pada teman sebaya (​nebeng)
13) Menyetir pada malam hari (pada Pk. 21.00-Pk. 06.00)
14) Menyetir dalam pengaruh alkohol dan obat-obatan
15) Kondisi kendaraan yang tidak baik (sabuk pengaman yang tidak memadai atau
mobil lama/old car)
16) Menggunakan telepon seluler pada saat menyetir (memiliki risiko 4x untuk terjadi
kecelakaan).
4. ​Upaya

Bagi pihak pemerintah, diharapkan secara tegas menindak lanjuti terhadap para
remaja yang melanggar ketertiban lalu lintas.
Pihak polri harus tegas dengan tidak menerbitkan SIM sebelum usia 17 tahun,
karena hal tersebut sangat beresiko tinggi serta harus di tindak lanjut tegas bagi
para remaja yang melanggar tata tertib.
Diharapakan DISHUB akan sering memberikan penyuluhan dan acara seminar
serta pemilihan pelajar Pelopor keselamatan berlalu lintas demi melestarikan
budaya tertib lalu lintas dan juga senantiasa menyediakan fasilitas bagi pengguna
jalan yang memadai.
Pihak polri, dishub juga diharapkan berkerja sama dengan Diknas untuk
memberikan kurikulum ​Safety Riding​ sebagai pembelajaran sejak dini tentang
tertib berlalu lintas.
Penanaman karakter sadar hukum dan tata tertib pun harus ditanamkan pertama
kali dan sejak dini oleh pihak keluarga sebagai penanaman karakter yang baik
dimasa depan, selain itu diharapakan orang tua tidak memberikan motor sebelum
anak mereka usia 17 tahun. Apabila, usia anak sudah memenuhi syarat untuk
mendapat SIM dan ingin untuk bisa mengendarai kendaraan maka harap orang tua
memasukkan nya kepada ​Riding Course​ supaya mereka berkendara secara tertatur
dan terarah dan jangan sampai mencoba-coba berlatih sendiri tanpa didasari teori
dan praktek yang mendasar dan pasti. Orang tua juga harus dekat dengan anak
sehingga bisa memantau segala aktifitas anak untuk menghindari dari hal-hal yang
tidak diinginkan.
Kesadaran tertib berlalu lintas harus dimulai dari diri sendiri dimana di masa
remaja adalah masa transisi dan masa dimana pencarian jati diri walau emosioanal
kadang tidak dapat stabil maka diharapkan untuk menangani kelabilan perasaan itu
bisa mendekatkan dengan Tuhan YME, memperdalam ilmu agama, sadar hukum,
niat dan motivasi yang kuat, menaati tata tertib, mengisi kegiatan yang positif
seperti ikut organisasi dan menyalurkan hobinya ke arah positif dan prestasi untuk
menghindarkan dari perilaku negatif dan membuang-buang waktu
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Waktu dan tempat penelitian


Penelitian yang berjudul “Etika Remaja Dalam Berkendara” di wilayah sekolah
SMAN 4 kerinci ini dilakukan pada tanggal 16-18 Mei 2016 di sepanjang jalan dan
area parkir sekolah SMAN 4 kerinci.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan sekelompok orang, benda atau objek yang memiliki
karakteristik tertentu dan menjadi sumber pengambilan sampel. Dalam penelitian
ini populasinya meliputi beberapa siswa SMA di wilayah kabupaten kerinci dan
sekolah SMAN 4 kerinci.

2. Sampel
Sampel adalah bagian kecil yang mewakili kelompok atau keseluruhan yang lebih
besar. Pada penelitian ini diambil sampel :

SMA : 2 Orang
C. ​ etode penelitian
M
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif,
metode kualitatif dilakukan dengan cara :
1. Observasi lapangan
2. Pengumpulan dara
3. Wawancara
4. Library Research (Internet)
5. Dokumentasi

1. Observasi Lapangan
Observasi langsung dilakukan dengan cara mengunjungi jalan raya di Kota
Salatiga.
Adapun alat dan bahan untuk menjalankan prosedur kerja yang akan dilakukan
dalam melakukan observasi langsung adalah sebagai berikut :
1. Camera Canon A2200

2. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan pengumpulan foto-foto hasil pengamatan di
Bundaran sampai pasar blauran dan data wawancara.

3. Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab antara dua orang atau lebih dengan maksud untuk
menggali informasi baik berupa fakta atau pendapat seseorang untuk tujuan
tertentu.

4. Library Research
Kajian pustaka yang dilakukan adalah mengambil data dari buku-buku terkait
mengenai remaja dan lalu lintas serta mengunjungi website-website penyedia
informasi mengenai lalu lintas.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Hasil penelitian dari kelompok kami menyatakan bahwa etika remaja dalam
berkendara di kabupaten kerinci masih banyak yang didapati melanggar dan dari
hasil wawancara dengan 2 murid SMA di sulak, kerinci, jambi, mereka
menyatakan bahwa di sekolah mereka hampir seluruh anak belum mendapatkan
SIM tetapi sudah mengendarai motor ke sekolah dan juga ada sekitar kurang lebih
40 anak yang motor mereka tidak sesuai standar. Dan hampir seluruh anak tidak
memakai HELM karena alasan “sekolah dekat”
B. Pembahasan
Berdasarkan observasi yang telah kami lakukan ternyata sebagian pelajar SMA di
kabupaten kerinci terutama di SMAN 4 kerinci banyak yang melakukan
pelanggaran-pelanggaran lalu lintas yang menyebabkan kerugian pada dirinya
sendiri maupun orang lain.
Pelanggaran-pelanggaran tersebut antara lain; tidak memiliki SIM, tidak memakai
helm SNI, motor di modifikasi, nomor polisi tidak asli, tidak memakai helm,
melanggar marka jalan, tidak menyalakan lampu, tidak menyalakan riting saat mau
membelok, menyalip dari sebelah kiri, telepon saat berkendara, ugal-ugalan di
jalan, menerobos lampu merah.
Hal-hal seperti itu sangat merugikan bagi pengendara lain dan memicu adanya
kecelakaan lalu lintas.

Kurangnya kesadaran dalam berlalu lintas tersebut dapat menimbulkan beberapa


dampak dan penyebab, diantaranya sebagai berikut.
1. Dampak Pelanggaran Lalu Lintas
Tentunya dari permasalahan yang terjadi pada remaja berkendara telah
menimbulkan berbagai masalah khususnya menyangkut permasalahan lalu lintas.
Permasalahan tersebut, seperti:
1) Kecelakaan dan kematian akibat berkendara tidak beraturan dan disebabkan juga
karena kelengkapan berkendara yang tidak sesuai standar sehingga berakibat fatal
saat kecelakaan.
2) Tindakan kriminalitas oleh remaja yang disebabkan ugal-ugalan remaja seperti
balapan liar dll yang akhirnya menyeret orang tersebut ke ranah hukum dan
menghancurkan masa depannya sebagai anak bangsa.
3) Kebiasaan melanggar lalu lintas yang biasa kemudian menjadi budaya
melanggar peraturan.
4) Moralitas remaja rusak karena tidak adanya kedisiplinan, keperduliaan dan sikap
keteraturan dalam pola hidup karena terbiasa melanggar peraturan.
5) Tidak hanya merugikan diri sendiri namun keselamatan pengguna jalan lain juga
terancam.

2. Penyebab Terjadinya Pelanggaran Lalu Lintas


Tingkat kecelakaan terbesar adalah pada usia remaja. Dimana mereka tidak
memiliki kematangan dan kesiapan untuk berada di jalan raya. Berikut beberapa
hal yang mungkin menjawab penyebab rendahnya kesadaran akan mematuhi
peraturan lalu lintas:
1. Minimnya pengetahuan terhadap Tertib Lalu Lintas
Banyan remaja bisa mengendarai motor tetapi tidak tahu mengendarai motor yang
benar dan baik seperti peraturan lalu lintas, arti dari marka, dan rambu-rambu lalu
lintas. Dimana jika mereka ingin memperoleh SIM maka harus mengikuti tes yang
di selenggarakan oleh kepolisian namun banyak remaja yang memilih jalan pintas,
asal cepat dapat, yaitu dengan menembak atau cara-cara illegal lainnya.Sehingga
kemampuan mereka dalam berkendara menjadi pertanyaan.Bahwasannya, SIM
adalah kompetensi bukan sebuah syarat.Disamping itu, mereka juga tidak memiliki
kesadaran rasa ingin tahu terhadap peraturan lalu lintas dan cenderung apatis
sehingga melanggar peraturan.
2. Kebiasaan melihat pelanggaran dan tidak ada arahan dari orang tua
Kondisi inilah yang sangat mencemaskan, dimana orang tua lah fasilitator pertama
dalam perkembangan mental spiritual anak. Saat mereka kecil, mereka sudah
melihat orang tuanya melanggar peraturan atau melihat orang lain melanggar
peraturan dan tidak ada pengarahan dari orang tua mereka.
3. Kelengkapan berkendara hanya sebagai formalitas
Memakai kelengkapan bersepeda motor hanya karena ada operasi gabungan bukan
kesadaran dari dalam diri sendiri itu adalah alat penyelamat mereka dalam
berkendara.
4. Tidak memiliki pandangan ke depan
Banyak remaja yang masa bodoh dengan peraturan yang telah ditegakkan karena
mereka hanya memikirkan kesenangan dan kepuasan sesaat, seperti sikap
hedonisme. Mereka tidak memikirkan hal-hal fatal akibat pelanggaran tersebut dan
tidak memiliki visi ke depan akan motivasi mewujudkan perubahan dimulai dari
diri sendiri yang dapat membawa perubahan untuk bangsa dan negaranya.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku remaja terkenal dengan perilakunya yang tidak aman dan tidak tertib.
Seperti mengemudi lebih dari dua orang, memodifikasi motor yang tidak sesuai
standar, tidak memakai kelengkapan berkendara, tidak memiliki SIM dan
kendaraan yang tidakmemiliki kelenhkapan surat dll.
Dimana masa remaja mereka masih sangat ingin mengespresikan diri mereka
terhadap hal-hal baru tanpa ada pengarahan khusus dan pemahan yang mendasar.

Banyak kecelakaan terjadi pada remaja dan etika remaja dalam berkendara yang
tidak mengindahkan aturan, dapat menjadi bayangan suram akan masa depan
bangsa ini sendiri. Dimana, kesuksesan bangsa dan negara tergantung pada
pemudanya.

B.Saran
Perlunya penanaman etika berlalu lintas atau pendidikan berlalu lintas sejak dini,
karena daya rekam anak masih tinggi dan peka serta anak – anak itu memiliki
potensi yang luar biasa.

Berdasarkan data-data tersebut, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
mengurangi tingginya angka kecelakaan, antara lain:

● Penegakan hukum di jalan

yaitu dengan cara mengadakan operasi SIM, perlengkapan kendaraan dan helm.
Penegakan hokum harus tegas untuk mambuat pelanggar jera.Penegakan hukum
sesuai Undang-Undang No. 22 Tahun 2009. Berikut ini beberpa contoh aturan
yang tertera pada Undang-Undang No. 22 Tahun 2009, antara lain:

● Pasal 106 Ayat 1 “setiap orang yang mengemudi ranmor di jalan wajib
mengemudikan dengan wajar dan penuh konsentrasi”
● Pasal 106 Ayat 8 “setiap orang yang mengemudikan ranmor dan penumpang
sepeda motor wajib mengenakan helm yang mengenakan hekm yang
berstandar nasional”
● Pasal 107 Ayat 2 “sepeda motor wajib menyalakan lampu utama pada siang
hari”
● Pasal 106 Ayat 4 “setiap orang yang mengemudi kendaraan bermotor dijalan
wajib memenuhi ketentuan rambu perintah atau rambu larangan; marka
jalan, aalt pemberi isyarat lalin, gerakan lalin, berhenti dan parkir,
peringatan dengan bunyi dan sinar, kecepatan, tata cara penggandengan”
● Pasl 285 Ayat 1 “mengemudikan sepeda motor wajib memenuhi persyaratan
teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu
rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kecepatan,
knalpot, dan kedalaman alur ban”
● Pasal 292 “pengemudi sepeda motor yang membonceng penumpang lebih
dari 1 orang tanpa kereta samping tidak diperbolehkan”
● Pasal 77 Ayat 1 Jo 281 “setiap orang mengemudi kendaraan bermotor
dijalan wajib memiliki SIM sesuai jennies kendaraan bermotor yang
dikemudikan”, dsb.
● Untuk para pengemudi hilangkan keegoisan, utamakan keselamatan. Seperti
dalam pepatah Jawa “alun-alun sing penting kelakon”. Kebanyakan dalam
beberapa kejadian kecelakaan yang terjadi disebabkan karena pengemudi
ugal-ugalan ingin cepat sampai tanpa memperhatikan etika berlalu lintas.
● Patuhi rambu-rambu lalu lintas yang ada

Hal ini penting karena dalam rambu lalu lintas merupakan simbol yang dapat
menunjukan kepada kita tentang etika berlalu lintas. Memang kelihatannya sepele
namu dampaknya bila kita tidak mematuhinya akan sangat membahayakan
keselamatan.

● Jangan mengemudi dibawah pengaruh alkohol atau obat.

Hal ini sangat mambahayakan karena alkohol dan obat-obatan dapat menimbulkan
efek halusinasi ataupun tidak sadar diri.Hal ini sangat membahayakan saat
berkendara karena menghilangkan konsentrasi kita dalam berkendara.

Sosialisasi tentang Etika Berlalu Lintas kepada publik.

DAFTAR PUSTAKA

http://spjchild.blogspot.com/2012/05/pelanggaran-lalulintas-karya-ilmiah.html

http://www.merdeka.com/otomotif/remaja-putri-berkendara-lebih-berbahaya-darip
ada-pria.html

http://megapolitan.kompas.com/read/2012/10/03/09274437/Perilaku.Kekerasan.da
n.Kesehatan.Tidur.Remaja
http://boerhunt.wordpress.com/tag/dampak-pelanggaran-lalu-lintas/
http://www.medikaholistik.com/medika.html?xmodule=document_detail&xid=301
&ts=1366327133&qs=health

http://id.prmob.net/sekolah-mengemudi/driver-pendidikan/jalankan-dipukul-di-179
8874.html​http://kuncoromm.blogdetik.com/2012/05/10/emosional-remaja-membua
t-bahaya-saat-berkendara/
DAFTAR ISI

1. Kata
Pengantar……………………………………………………………………

2. Daftar
Isi……………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar
Belakang………………………………………………………………………
2. Maksud dan
Tujuan……………………………………………………………….
3. Manfaat
Penelitian………………………………………………..…………………

BAB II KAJIAN DAN TEORI

1. Tata tertib
berkendara………………………………………………………………..
2. Faktor faktor
pelanggaran…………………………..………………………………….
3. Bentuk
pelanggaran…………………………..………………………………….
4. Upaya…………………………..………………………………….

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Waktu dan tempat……………………………………………


2. Polulasi dan sampel
3. Metode penelitian……………………………………………..

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil
penelitian……………………………………………………………………
………..
2. Pembahasan…………………………………………..………………………
…………………

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan…………………………………………………………………
…………..
2. Saran…………………………………………………………………………
…..
3. Daftar
pustaka………………………………………………………………………
……..
Area parkir SMAN 4 Kerinci,dimana banyak kendaraan yang tidak lengkap dengan
atribut seperti spion.
Kendaraan-kendaraan yang tidak menggunakan nomor polisi (BH) dan spion.
​LEMBAR PERSETUJUAN
JUDUL :”​ETIKA REMAJA DALAM BERKENDARA”

NAMA : Mesy dwi putri

ASAL SEKOLAH : SMAN 4 KERINCI

Karya ilmiah ini sudah disetujui oleh guru pembimbing mata


pelajaran bahasa indonesia.

SIULAK , 18 Mei 2016

AN.KEPALA SEKOLAH GURU PEMBIMBING


Wakasek Kesiswaan

​GUSMANDRI, S.Pd WENNEDI, S.S


NIP. 19690819 199903 1 003 NIP.19700812 200801 1
003

Anda mungkin juga menyukai