MATERI 2
Mata Kuliah JURNALISTIK & SASTRA
Produk utama jurnalisme adalah berita. Berita menjadi inti sekaligus roh jurnalisme.
Ada berbagai ragam jenis berita, dilihat dari isi dan gaya penulisannya. Perlu
mengetahui dan memahami ragam jenis berita ini, agar bisa memahami posisi dan
bentuk Jurnalisme Sastrawi (Literary Journalism). Beberapa jenis berita yang menjadi
inti jurnalisme adalah:
Berita Langsung (Straight News) atau biasa juga disebut Berita Lempang adalah
laporan peristiwa atau kejadian aktual dan penting yang dilaporkan kepada masyarakat
secara cepat.
Berita Langsung, atau biasa juga disebut Spot News berisi informasi penting dan
menarik, ditulis secara singkat, lugas, padat, to the point, dengan hanya menyajikan
informasi penting saja, yang mengandung unsur 5W +1H.
Keenam pertanyaan ini sudah menjadi “rumus” dalam penulisan berita atau peliputan
jurnalistik. Kalau unsur atau pertanyaan yang tidak terjawab, berarti berita dinilai tidak
lengkap.
Agar mudah difahami, Berita Langsung atau Straight News disusun dalam struktur
yang disebut “piramida terbalik”. Maksudnya, dimulai dari bagian yang terpenting, di
bagian atas, sampai ke bagian yang kurang penting.
Untuk memudahkan menyusun struktur piramida terbalik ini, berita dibagi menjadi
lima (5) bagian, itu:
a. Judul atau kepala berita
b. Date line atau waktu penulisan berita
2
Struktur dan bagian-bagian ini juga sudah menjadi semacam “rumus” dalam penulisan
Berita Langsung atau Straight News.
Berita Langsung atau Straight News dibagi menjadi dua jenis berdasarkan jenis dan
sifat isi berita, yaitu:
Hard-news, yaitu berita yang berisi fakta kejadian terbaru yang mempunyai nilai berita
tinggi dan perlu dipublikasikan secepatnya. Hard-news biasanya mengandung fakta
peristiwa atau pendapat yang berdampak besar atau penting bagi masyarakat.
Contohnya laporan peristiwa politik, ekonomi, hukum, Pendidikan, masalah sosial,
bencana, dan sebagainya.
Kedua, Soft-news, yaitu berita yang berisi informasi atau fakta peristiwa yang sifatnya
ringan, menghibur, atau sekedar pelengkap berita Hard-news. Contohnya berita tren
dan life style, dunia hiburan, musik, film, tentang wisata, kuliner, kejadian yang bersifat
human interest, dan sebagainya.
Berita Bertafsir (Interpretative News) atau biasa juga disebut Interpretative Reporting
adalah berita yang dikembangkan dari berita Hard-news dengan memberikan informasi
tambahan, sehingga berita menjadi lebih jelas dan lengkap.
Tambahan itu bisa berupa pemberian informasi latar belakang, wawancara dengan ahli,
atau menambahkan data yang terkait, sehingga memberi pemahaman yang lebih
lengkap dan interpretasi yang baik kepada pembaca/publik. Jadi bukan wartawan yang
memberi penafsiran, melainkan informasi yang ditambahkan.
Contoh lain, berita Hard-news mengenai kecelakaan di Jalan Tol Cipali, yang
dilengkapi data jumlah kecelakaan dan korban dalam setahun setahun, plus wawancara
dengan sopir yang rutin melewati Jalan Tol Cipali serta petugas dinas perhubungan.
Dengan informasi tambahan itu, masyarakat jadi tahu mengapa di Jalan Tol tersebut
sering terjadi kecelakaan.
*
3
3. Berita Reportase
Berita Reportase artinya pemberitaan atau pelaporan, berasal dari kata report yang
artinya “memberitakan” atau melaporkan. Pada dasarnya semua berita jurnalistik
adalah hasil liputan atau reportase.
Berita Reportase bentuk pertama pada dasarnya adalah Berita Lempang atau Straight
News (5W + 1H) yang memberi perhatian khusus pada unsur How, yaitu proses
atau/dan deskripsi terjadinya peristiwa. Tidak seluruh proses terjadinya peristiwa, tapi
bagian yang dianggap penting, perlu, atau menarik.
Beberapa contoh berita yang tepat dan sering memasukkan unsur reportase (proses
terjadi dan deskripsi perisitiwa), antara lain reportase pertunjukan musik, pertandingan
olahraga, peristiwa musibah/kecelakaan dan bencana alam, peristiwa kerusuhan,
reportase perjalanan dan liputan budaya, kejadian-kejadian yang bersifat human
interest, dan banyak lagi.
Dengan memasukkan unsur reportase (proses berlangsung atau deskripsi peristiwa)
pembaca seperti ikut menyaksikan atau merasakan apa yang terjadi. Bisa
membayangkan dan seperti ikut merasakan asyiknya pertunjukan musik, tegangnya
pertandingan olahraga, kondisi menyedihkan peristiwa bencana, dan sebagainya.
Dengan demikian struktur Berita Reportase bukan lagi berbentuk piramida terbaik,
meski Berita Reportase tipe pertama ini masih tergolong berita langsung atau hard-
news. Perubahan bentuk itu karena ada penekanan atau blow-up pada bagian tertentu.
Berita Reportase bentuk kedua, atau reportase dalam pengertian luas adalah laporan
lengkap yang mengungkapkan fakta dan perincian dari pengamatan/liputan terhadap
suatu peristiwa, kejadian, atau suatu persoalan. Karena liputan lengkap, dari berbagai
sisi, reportase ini bisa saja jadi berbentuk reportase berkedalaman (indepth reporting),
bahkan mungkin berisi investigasi (investigative reporting).
Contoh Berita Reportase dalam pengertian luas (indepth reporting) adalah liputan
lengkap mengenai banjir besar yang melanda kota Jakarta. Ada tulisan yang
4
Contoh lain, ketika terjadi bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda kota Palu
dan sekitarnya. Banyak media menurunkan reportase lengkap dan luas mengenai
kondisi kota, alam, dan pengungsi korban bencana. Deskripsi keadaan dan korban
bencana itu membangkitkan rasa sedih dan empati teman sebangsa dan warga dunia,
kemudian ramai-ramai memberikan bantuan.
Berita Berkedalaman atau Indepth News adalah berita atau laporan mengenai peristiwa
atau keadaan digali secara lebih mendalam dan lengkap atau menyeluruh.
Indepth News atau biasa juga disebut Indepth Reporting biasanya menyangkut
persoalan yang berkaitan dengan kepentingan orang banyak. Berita atau liputan
menampilkan fakta dan data sebanyak mungkin, lengkap dan rinci, dengan penekanan
pada unsur sebab-akibat (unsur Why dan How), sehingga publik bisa benar-benar
memahami persoalan tersebut.
Indepth News bisa menyangkut apa saja, dari persoalan politik, lingkungan hidup,
hingga persoalan sosial. Contohnya, kelompok-kelompok pengusaha yang mendukung
Joko Widodo dan Prabowo Subianto dalam Pilpres 2019, kondisi kota dan korban
dalam bencana gempa bumi – tsunami yang melanda Palu, jaringan mafia pengemis
dan anak jalanan di Jakarta, dan sebagainya.
*
5
Berita Investigasi atau (Investigative News) adalah laporan atau berita tentang
peristiwa/kejadian atau keadaan yang diperoleh dengan cara investigasi atau
penyelidikan fakta yang mendalam untuk mengungkap kebenaran.
Jurnalisme investigasi dilakukan karena dalam sebuah peristiwa atau kasus ada yang
tampak mencurigakan, janggal, atau tersembunyi. Untuk mengungkap fakta, wartawan
melakukan penelurusan atau penyelidikan secara mendalam. Investigasi itu sering sulit
dan memakan waktu lama.
Hard News atau Berita Lempang laporan yang “menceritakan”. Bercderita melalui
unsur kelengkap berita 5 W + 1 H. Berita Lempang berfungsi sebagai “informasi” atau
“pengetahuan” bagi publik.
Sering, hasil investigasi wartawan malah mendahului penyelidikan aparat hukum yang
berkaitan, polisi misalnya. Banyak kejahatan atau tindakan yang merugikan masyarakat
dan negara terungkap karena kejelian dan kemampuan investigasi wartawan.
Contohnya, mafia perdagangan obat palsu, perusahaan impor yang memasukkan
limbah berbahaya karena mendapat bayaran dari negara asal limbah.
*
6
6. FEATURE
Pengertian Feature adalah karangan khas yang kreatif, kadang subyektif, yang
dimaksudkan untuk menghibur dan member informasi kepada pembaca tentang suatu
kejadian, keadaan, atau aspek kehidupan.
Feature bagian dari ragam berita. Ia karya jurnalistik yang faktual, seperti halnya
berita-berita lain, yang diperoleh dari hasil liputan, wawancara, dan riset. Tidak boleh
fiktif dan khayalan. Bedanya dalam pendekatan masalah (isi) dan penulisan.
Berita mengutamakan kecepatan, sementara feature mencari hal menarik dibalik berita.
Berita mengejar aktualitas, sementara feature menyajikan fakta yang lebih rinci atau
nilai-nilai human interest.
Ciri khas Feature: Kreatif (dalam hal menciptakannya), Informatif (dalam hal isinya),
Menghibur (dalam hal gaya penulisannya), dan Subjektif (dalam hal cara penuturan
atau bercerita).
Feature dapat bercerita tentang apa saja. Tapi menemukan “apa saja” itu yang tidak
mudah. Boleh jadi “apa saja” itu sudah ditemukan, tetapi untuk menjadikannya sebagai
tulisan yang menarik dan penting memerlukan kejelian dan kreativitas.
Tulisan Feature menjadi salah satu solusi bagi suratkabar dan majalah dalam mengatasi
persaingan dengan media elektronik. Wartawan suratkabar tidak bisa ''mengalahkan''
wartawan televisi televisi dalam kecepatan dan kecemerlangan visual. Tapi bisa unggul
dengan membuat tulisan yang lebih mendalam, menarik, dan menyentuh. Karena
itulah, feature harus “Informatif” dan “Menghibur”.
Suratkabar biasanya rutin menampilkan aneka feature dalam setiap penerbitan, entah
tentang apa. Feature bisa bisa bercerita atau mengenai apa saja. Bisa feature dibalik
berita, feature profil, sejarah, budaya, perjalanan (trabeling), human interest, feature
tentang cara membuat atau melakukan sesuatu (how to do it), dan sebagainya.
Sementara majalah memang hampir sepenuhnya menggunakan gaya dan bentuk
penulisan feature, termasuk majalah-majalah berita.
Judul feature tak harus persis menggambarkan isi, tapi menarik dan menggoda orang
untuk membaca. Begitu pula Lead, alinea pembuka pertama tulisan, harus memikat
untuk menarik pembaca. Bridge adalah kalimat atau alinea peralihan yang mengantar
7
pembaca dari lead ke tubuh tulisan. Sementara Body (Tubuh) adalah rangkaian
informasi hasil liputan. Ending adalah aliane penutup sebagai pamungkas tulisan.
Bridge dan Ending dua unsur yang khas dan penting dalam penulisan feature. Bridge
dianggap penting karena menerangkan kepada pembaca apa isi utama tulisan, kenapa
tulisan itu perlu atau menarik bagi pembaca. Ending, alinea terakhir feature perlu kuat
dan menarik, agar pembaca terkesan pada tulisan tersebut.
Sebagai karya jurnalistik yang dibangun di atas landasan gaya penulisan fiksi yang
bersifat naratif dan imajinatif, feature boleh disebut sebagai karya tulis gabungan
jurnalistik dan sastra. Bentuk yang paling dekat dengan Jurnalistik Sastrawi, tapi bukan
Jurnalistik Sastrawi.
7. JURNALISTIK SASTRAWI
Jurnalisme Sastra ini dikenalkan Tom Wolfe pada tahun 1973 dengan sebutan new
jorunalism. Konsepnya, menggabungkan disiplin fakta jurnalistik dengan daya pikat
penulisan sastra. Ibarat cerpen atau novel, tapi faktual.
Tom Wolfe menjadi wartawan media terkemuka New York Herald Tribune sejak tahun
1962. Dimasa muda dia juga menulis untuk koran-koran terkemuka di Amerika,
termasuk Washington Post. Ia dengan tekun mengembangkan new journalism.
Tahun 1972 Tom Wolfe menulis artikel “The Birth of The New Journalism: An
Eyewitness Report” untuk menjelaskan jurnalisme yang ia tawarkan. Setahun
kemudian, 1973, Tom Wolfe bersama E.W. Johnson menerbitkan buku berjudul The
New Journalism. Buku ini berisi antologi tulisan dari orang-orang yang disebutnya new
journalists (jurnalis baru).
New Journalism kemudian menjadi genre (aliran – gaya) baru dalam dunia
kewartawanan, khususnya jurnalistik koran (cetak). Sebagai genre baru, ide-ide Tom
Wolfe juga mendapat tentangan karena dianggap tidak lazim. Tapi kenyataannya genre
itu sudah diterima sebagai genre baru dalam jurnalistik.
Genre ini menuntut liputan yang mendalam namun memikat. Genre ini kemudian
dikenal dengan Literary Journalism atau Narrative Reporting. Tahun 1980-an
suratkabar-suratkabar di Amerika memakai elemen-elemen literary journalism ini
untuk mengimbangi kecepatan dan kecemerlangan siaran televisi, dengan
menampilkan laporan-laporan mendalam dan memikat. Genre ini menjadi semacam
revolusi kecil jurnalisme dalam menyampaikan berita.
Inti Jurnalisme Sastrawi adalah menggabungkan disiplin fakta jurnalistik dengan daya
pikat penulisan sastra. Ibarat cerpen atau novel, tapi faktual.
8
Tom Wolve memberikan empat poin penting dalam peliputan dan penulisan karya
jurnalisme baru, yaitu konstruksi Scene by Scene, penuh dengan detail, menggunakan
dialog-dialog, dan pemanfaatan orang ketiga sebagai sumber fakta.
Roy Peter Clark, guru penulisan dari Poynter Institute kemudian melengkapi prinsip ini
dengan pendekatan baru. Clark mengembangkan pedoman klasik penulisan berita 5W
+ 1H menjadi tulisan naratif model prosa. Who menjadi Karakter, What menjadi Plot,
Why menjadi Motif, dan How menjadi Narasi. Hingga pengisahan berita menjadi cerita
naratif mirip film dokumenter. Fakta jurnalistik disampaikan dengan narasi dan gaya
bahasa yang renyah seperti membaca cerpen.
Konsep Clark inilah yang sangat memberi warna sastra pada jurnalistik sastrawi.
Karakter, Plot, dan Narasi tiga unsur sangat penting dalam karya sastra.
Sementara Rovert Vare, guru pelatihan menulis, mantan wartawan yang pernah bekerja
untuk majalah The New Yorker dan The Rolling Stones memberikan tujuh resep yang
perlu dipertimbangkan dalam menulis narasi.
Contoh Jurnalistik Sastrawi, adalah liputan mendalam dan luas Yuyu AN Khrisna
tentang aneka kelas dan aneka modus pelacuran di Jakarta yang pernah dimuat
bersambung di Harian Sinar Harapan dan kemudian dibukukan dengan judul Remang-
remang Kehidupan Jakarta. Hal yang sama juga dilakukan Moammar Emka di
Majalah POPULAR dengan judul Jakarta Undercover.