Anda di halaman 1dari 31

Analisis yuridis terhadap anak sebagai pelaku pelanggaran lalu

lintas

PROPOSAL JURNAL

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sarjana Hukum

Pada Program Studi Ilmu Hukum

Disusun Oleh:

RIAL PRADILA SRG

1916000116

FAKULTAS SAINS DAN SOSIAL

PROGRAM SARJANA HUKUM

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN PANCA BUDI


MEDAN
2023

i
Proposal : Analisis yuridis terhadap anak sebagai pelaku
pelanggaran lalu lintas
Nama : Rial Pradila Srg
Nomor Pokok : 1916000116
Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui
Komisi Pembimbing

Dr. Yasmirah Mandasari Saragih, S.H.,M.H


Ketua

Ketua Program Studi Dekan Fakultas Sosial Sains Ilmu


Hukum

Dr. Syaiful Asmi Hasibuan, S.H.,M.H Dr. E. Rusiadi, S.E., M.Si

ii
DAFTAR ISI

JUDUL
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

A. Latar Belakang......................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................
C. Tujuan Penelitian..................................................................................
D. Manfaat Penelitian................................................................................
E. Keaslian Penelitian...............................................................................
F. Kerangka Teori atau Kerangka Konsep................................................
G. Asumsi ( Anggapan Dasar )..................................................................
H. Metode Penelitian.................................................................................
1. Spesifikasi.........................................................................................
2. Alat Pengumpul Data........................................................................
3. Jalannya Penelitian...........................................................................
4. Analisis Data.....................................................................................
5. Sistematika Penulisan.......................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

LAMPIRAN....................................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang semakin pesat serta peningkatan

jumlah penduduk di Indonesia memiliki permasalahan baru yang harus

diselesaikan. Diantara permasalahan yang terjadi dari perkembangan

teknologi dan peningkatan jumlah penduduk adalah meningkatnya

mobilitas jumlah kendaraan penduduk Indonesia dalam melakukan

kegiatan sehari-hari sehingga meningkatkat frekuensi dan volume lalu

lintas di jalan raya.

Meningkatnya frekuensi dan volume lalu lintas dijalan raya juga

memilki dampak meningkatnya jumlah pelanggaran lalu lintas yang terjadi

dijalan raya. Menurut data Korps Lalu Lintas ( KORLANTAS ) POLRI

menyatakan jumlah kecelakaan lalu lintas diseluruh Indonesia sejak

Januari hingga 13 September 2022 mencapai 94.617 kasus. Banyaknya

kecelakaan lalu lintas yang terjadi dijalan raya kini tidak hanya terjadi

dengan melibatkan orang dewasa yang secara hukum sudah layak

berkendara namun kecelakaan juga banyak didapati terjadi melibatkan

anak dibawah umur bahkan hingga mengakibatkan hilang nya nyawa dan

harta benda. Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran

lalu lintas yang dilakukan anak dibawah umur diantaranya ; faktor

keluaraga – faktor pendidikan – faktor sosial / lingkungan anak yang

iv
kurang baik. Pelanggaran peraturan lalu lintas yang sering dilakukan anak

dibawah umur diantaranya melanggar rambu lalu lintas, tidak

menggunakan helm atau sabuk pengaman, menggunakan ponsel saat

berkendara, berkendara melebihi batas kecepatan, berkendara dalam

pengaruh alcohol, berbonceng tiga. Kondisi tersebut pada akhirnya

menimbulkan keresahan terhadap pengguna jalan lain, salah satu penyebab

utama terjadi nya pelanggaran peraturan lalu lintas terhadap anak adalah

kurangnya pengawasan oleh orang tua dalam memberikan izin

mengendarai kendaraan roda dua maupun roda empat tanpa memiliki

Surat Izin Mengemudi ( SIM ). Kepemilikan Surat Izin Mengemudi

( SIM ) merupakan syarat utama yang menunjukkan kelayakan bagi setiap

pengendara yang akan berkendara dijalan raya. Seharusnya bagi anak

dibawah umur yang belum memiliki Surat Izin Mengemudi tentu belum

memiliki kelayakan untuk membawa kendaraan sendiri baik kendaraan

roda dua ataupun roda empat.

Didalam Undang – Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas

dan Angkutan jalan pada Pasal 77 ayat (1) disebutkan setiap pengendara

yang akan mengemudi kendaraan dijalan raya wajib memiliki Surat Izin

Mengemudi (SIM). Adapun aturan yang ditegaskan tersebut bertujuan

untuk menekan jumlah kecelakaan lalu lintas dijalan raya terutama anak

dibawah umur yang belum memiliki SIM.

Secara yuridis didalam Undang – undang lalu lintas sudah diatur

ketentuannya ada sanksi pidana ataupun denda bagi pengemudi kendaraan

v
yang tidak dapat menunjukkan Surat Izin Mengemudi tercantum pada

pasal 288 ayat (2) mengemudikan kendaraan bermotor dijalan yang tidak

dapat menunjukkan Surat Izin Mengemudi yang sah Pidana kurungan

paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua

ratus lima puluh ribu rupiah).Untuk mendapatkan Surat Izin Mengemudi

pengemudi kendaraan harus melewati beberapa persyaratan seperti usia

minimal 17 tahun, sehat jasmani dan rohani, lulus ujian teori, lulus ujian

praktek atau ujian keterampilan melalui simulator.

Dengan banyaknya aturan-aturan tersebut diharapkan para pengemudi

kendaraan yang sudah cakaplah yang dapat mengendarai kendaraan dijalan

raya sehingga pengendara dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya

ketika terjadi sesuatu hal dijalan.

Anak dibawah umur secara kualifikasi belum layak berkendara dijalan

raya tentunya akan berakibat terjadinya pelanggaran peraturan lalu lintas.

Anak pada usia dibawah umur tersebut dari segi pribadinya mengalami

perkembangan fisik dan perkembangan jiwa. Emosi nya belum stabil,

mudah tersinggung dan peka terhadap kritikan sehingga mempengaruhi

dirinya untuk bertindak yang kadang–kadang tidak umum dan diluar

aturan yang berlaku dimasyarakat. Sementara secara teknis, kemampuan

anak untuk mengatasi bobot kendaraan juga belum seimbang. Berkaitan

dengan hal tersebut, Gatot Supramono mengatakan :

‘‘karena jiwanya belum stabil, terkadang mereka ingin terlepas dari aturan

yang ada, mudah menerima pengaruh dari luar lingkungannya dan ingin

vi
hidup dengan gayanya sendiri. Maka tidak heran jika banyak remaja yang

berbuat nakal ditempat umum seperti minum-minuman keras dipinggir

jalan, mencoret-coret tembok atau bangunan, kebut-kebutan dijalan umum,

mencuri, dan sebagainya.’’

B. Rumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

1. Apa faktor penyebab anak sebagai pelaku pelangaran lalu lintas ?

2. Bagaimana upaya untuk mencegah terjadinya pelanggaran lalu lintas ?

3. Bagaimana pengaturan hukum terhadap anak sebagai pelaku

pelanggaran lalu lintas ?

C. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian haruslah mempunyai arah dan tujuan yang jelas

tanpa adanya tujuan yang jelas maka penelitian yang dilakukan tidak akan

mencapai sasaran sebagaimana yang diharapkan. Untuk melihat betapa

pentingnya arti tujuan dalam suatu penelitian maka yang menjadi tujuan di

dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui factor penyebab anak sebagai pelaku pelangaran

lalu lintas

2. Untuk memberikan penjelasan upaya untuk mencegah terjadinya

pelanggaran lalu lintas

vii
3. Untuk mengetahui pengaturan hukum terhadap anak sebagai pelaku

pelanggaran lalu lintas

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis.

Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran

di bidang hukum peraturan lalu lintas yang akan mengembangkan

disiplin dalam hokum peraturan lalu lintas Serta dapat menambah dan

memperluas pengetahuan dalam hal hukum peraturan lalu lintas

khususnya penerapan masalah “Analisis yuridis terhadap anak

sebagai pelaku pelanggaran lalu lintas”.

2. Secara Praktis

Secara praktis bahwa hasil penelitian nantinya diharapkan dapat

memberikan jalan keluar yang akurat terhadap masyarakat berupa

penelitian ini untuk mencegah dan mengatasi masalah pada pelaksanaan

peraturan lalu lintas yang diberikan kepada anak

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelusuran kepustakaan yang penulis lakukan

diperpustakaan yang ada dilingkungan Universitas Pembangunan Panca

Budi Medan, baik terhadap hasil-hasil penelitian yang sudah ada atau yang

sedang melakukan penelitian khususnya di lingkungan Universitas

Pembangunan Panca Budi Medan diketahui bahwa penelitian ini belum

viii
pernah dilakukan penelitian oleh peneliti sebelumnya. Dengan demikian

penelitian ini adalah asli dan secara akademis dapat dipertanggung

jawabkan meskipun ada peneliti pendahulu yang pernah melakukan

penelitian namun secara substansi pokok permasalahan yang dibahas

berbeda dengan penelitian penulis ini.

F. Kerangka Teori atau Kerangka Konsep

1. Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan suatu kerangka pemikiran atau butir-

butir pendapat, dalam mengenai suatu kasus atau permasalahan yang

menjadi bahan perbandingan atau pegangan teoritis dalam suatu

penelitian.Kerangka teori bertujuan untuk menyajikan cara-cara dalam

mengorganisasikan dan mengimplementasikan hasil-hasil penelitian

dan dihubungkan dengan hasil-hasil terdahulu. Dalam penelitian ini

menggunakan kerangka teori berupa Negara hukum dan Teori

Penegakan Hukum.

Tujuan teori sangat jelas yaitu secara generalis mempersoalkan

pegetahuan dan menjelaskan hubungan antar suatu gejala sosial dan

arti dari observasi yang dilakukan. Suatu teori selain berfungsi untuk

menjelaskan fakta juga harus mampu meramalkan atau membuktikan

fakta-fakta.1

1
Bahder Johan Nasution. Metode Penelitian Hukum, Bandung: Mandar Maju, hlm.141.

ix
Selain teori mempunyai tujuan tentu teori juga memiliki beberapa

fungsi antara lain yaiu :

a. Teori menyediakan pola-pola bagi interprestasi data

b. Teori mengkaitkan antara satu studi dengan studi lainnya

c. Teori memberikan kerangka di mana konsep-konsep memperoleh

keberartian yang khusus.

d. Teori membuka kemungkinan untuk menafsirkan makna yang

lebih luas

dari temuan-temuan, baik bagi peneliti maupun bagi orang lain.2

Seorang ahli hukum yaitu Van Apel Doorn memberikan beberapa

cakupan dari teori hukum sebagai berikut, yaitu :

a. Tentang pengertian-pengertian hukum

b. Tentang objek ilmu hukum, pembuat undang-undang dan

yurisprudensi

c. Tentang hubungan hukum dengan logika

Teori hukum sendiri boleh disebut sebagai kelanjutan dari

mempelajari hukum positif, setidak-tidaknya dalam urutan yang

demikian itulah kita merekontruksikan kehadiran teori hukum secara

jelas dan fungsi teori dalam penelitian kualitatif ialah untuk

2
Ibid,.hlm.143.

x
memperkuat peneliti sebagai human instrument sehingga peneliti

memiliki skill untuk menggali data penelitian secara lengkap dan

mendalam serta mampu melakukan kontruksi temuannya kedalam

tema dan hipotesa. Karena itu, dalam penelitian kualitatif peneliti

mencari teori untuk menjelaskan data penelitian yang diperoleh dan

teori dapat memberikan sarana kepada kita untuk merangkum serta

memahami masalah yang kita bicarakan secara lebih baik. Adapun

teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Negara Hukum

Penjabaran dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945

tersebut ditindaklanjuti sebagaimana diuraikan sesuai pada Pasal

28D Ayat (1) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, yaitu:

”Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan

kepastian hukum yang adil serta perlakuanyang sama di hadapan

hukum”.

Dalam suatu negara hukum (rechtstaat) akan menciptakan dan

menegakkan hukum yang adil terhadap masyarakat sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Negara sebagai pencipta dan penegak

hukum di dalam setiap kegiatannya harus tunduk pada aturan

yang berlaku. Konsepsi ini memberikan pemahaman bahwa

dalam hukum tersebut Muhammad Yamin mendefinisikan “

negara hukum sebagai suatu negara yang menjalankan

xi
pemerintahan yang tidak menurut kemauan orang-orang yang

memegang kekuasaan, melainkan menurut aturan tertulis yang

dibuat oleh badan-badan perwakilan rakyat yang terbentuk secara

sah,sesuai dengan asas the laws and not menshall goverri”.

Sudargo Gautama dan Soediman Kartohadiprodjo menyatakan

mengenai negara hukum bahwa “paham negara hukum berasal

dari ajaran kedaulatan hukum, ia memberi pengertian tentang

negara hukum sebagai negara dimana alat-alat ngnegaranya

tunduk pada aturan hukum dan kemerdekaan orang-orang

didalamnya dijamin sebaik-baiknya oleh hukum”.3

Inti dari pengertian negara hukum yang dikemukakan oleh para

sarjana Indonesia lebih menekankan tentang tunduknya penguasa

terhadap hukum sebagai esensi negara hukum.Esensi negara yang

menitiberatkan pada tunduknya pemegang kekuasaan negara pada

aturan hukumut lahir dan bersumber dari suatu kesadaran.4

Wiryono Projodikoro memberikan pengertian mengenai negara

hukum bahwa “ sebagai negara dimana para penguasa atau

pemerintah sebagai penyelenggara negara dalam melaksanakan

tugas kenegaraan terikat pada peraturan-peraturan hukum yang

berlaku”

Muhammad Yamin mendefinisikan “ negara hukum sebagai suatu

3
Bahder Johan Nasution. Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia, Bandung: Mandar
Maju, hlm.1
4
Lihat Usep Ranawijaya, Hukum Tata Negara Dasar-dasarnya, Jakarta, Ghalia,, Hlm. 181

xii
negara yang menjalankan pemerintahan yang tidak menurut

kemauan orang-orang yang memegang kekuasaan, melainkan

menurut aturan tertulis yang dibuat oleh badan-badan perwakilan

rakyat yang terbentuk secara sah,sesuai dengan asas the laws and

not menshall goverri”.

Negara hukum adalah Negara yang diidealkan mampu menepis

ambisi-ambisius personal dan kelompok yang dapat mencederai

representasi mayoritas rakyat (volk) atau warga masyarakat dalam

menjalankan kebijakan pemerintahan Negara.Negara hukum

dijalankan oleh pemerintahan yang berdasarkan Negara prinsip-

prinsip hukum dan demokrasi, asas legalitas, persamaan di

hadapan hukum (equality before the law).

Negara hukum bersandar pada hukum dasar (constitution),

konstitusi atau hukum dasar (grondrecht) dan implemenasi

pemerintahannya dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip hukum

(funthamentale recht) atau (principle of law), equality before the

law, dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan (humanright),

Negara hukum juga merupakan Negara yang pemerintahannya

melayani kebutuhan mayoritas segenap rakyatnya (public

service), tanpa membedakan-bedakan asal usulnya, agamanya,

dan strata sosialnya. Sama dihadapan hukum Negara (hukum

positif).Pemerintahan dijalankan bukan berdasarkan kekuasaan,

xiii
melainkan wewenang atau akumulasi hak dan kewajiban (right

and liability).5

Hukum memiliki suatu tujuan yang mengarah kepada sesuatu

yang akan dicapai, oleh karena itulah tidak dapat dipungkiri kalau

tujuan hukum lebih merujuk kepada sesuatu yang ideal sehingga

dirasakan abstrak dan tidak operasional. Berdasarkan pendapat

Lon L.Fuller yang mengartikan “ hukum merupakan suatu tode

etis untuk menciptakan dan menjamin hubungan sosial. Aturan-

aturan hukum bersifat lebih ekspresif, adalah setiap aturan yang

berisi tujuan untuk merealisasi nilai-nilai hukum yang terjadi di

setiap negara”.6

Berdasarkan konsep negara hukum menjamin adanya suatu

keadilan kepada warga negaranya, keadilan merupakan syarat

bagi tercapainya kebahagian hidup untuk warga negaranya dan

sebagai dasar keadilan perlunya rasa susila pada setiap manusia

agar menjadi warga negara yang baik. Negara hukum(rechtstaats

atau rule of law). Paham rechstaats pada dasarnya bertumpu pada

sistem Eropa Kontinental, sedangkan paham rule of law bertumpu

pada sistem hukum anglo saxon atau common law sistem.

5
Nurul Qamar dan Amiruddin.Negara Hukum Atau Negara Kekuasaan (Rechstaat or
Machstaat), Makassar: CV. Social Politic Genius , hlm. 2.
6
Peter Mahmud Marzuki, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: PT. Kharisma Putra Utama,
hlm.87.

xiv
Sarjana lain seperti Paul Scholten menyebut “dua cirri negara

hukum ialah er is rechttegenover den staat, artinya warga negara

itu mempunyai hak terhadap negara, individu mempunyai hak

terhadap masyarakat. Asas ini meliputi dua segi: pertama,

manusia itu mempunyai suasana tersendiri yang pada asasnya

terletak diluar wewenang negara. Kedua pembatasan suasana

manusia itu, hanya dapat dilakukan dengan ketentuan undang-

undang.

Menurut pendapat Wiryono Projodikoro memberikan suatu

pengertian negara hukum sebagai negara dimana para penguasa

atau pemerintah sebagai penyelenggara negara dalam

melaksanakan tugas kenegaraan terikat pada peraturan hukum

yang berlaku.7

2. Penegakan Hukum

Penegakan hukum merupakan suatu proses yang melibatkan

banyak hal. Penegakan hukum terletak pada kegiatan

menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di dalam

kaidah-kaidah yang mantap dan menjawab sikap tindak sebagai

rangkaian penjabaran bilai tahap akhir untuk menciptakan,

memelihara, dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup.8

7
Bahder Johan Nasution. Negara Hukum dan Hak Asasi Manusia, Bandung: Mandar
Maju, hlm.1.
8
Dikdik M.Arief Mansur, Elisatris Gultom. 2007. Urgensi Perlindungan Korban
Kejahatan Antara Norma dan Realita, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hlm. 11.

xv
Menurut Andi Hamzah, istilah penegakan hukum sering

disalah

artikan seakanakan hanya bergerak di bidang hukum pidana atau

di bidang represif. Istilah penegakan hukum disini meliputi baik

yang represif maupun yang preventif. Jadi kurang lebih maknanya

sama dengan istilah Belanda rechtshanhaving. Berbeda dengan

istilah law enforcement, yang sekarang diberi makna represif,

sedangkan yang preventif berupa pemberian informasi, persuasive

dan petunjuk disebut law compliance, yang berarti pemenuhan

dan penataan hukum.Oleh karena itu lebih tepat jika dipakai

istilah penanganan hukum atau pengendalian hukum.9

Secara konsepsional inti dari penegakan hukum terletak pada

kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabar di

dalam kaidah-kaidah yang mantap, sikap tindak sebagai tangkaian

penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan

mempertahankan kedamaian pergaulan hidup, sedangkan Black’s

Law Dictionary mendefinikan law enforcement (penegakan

hukum), yaitu : “ the detection and punishment of violations of

the law. This term is not limited to the enforcement of criminal

law. For example, thr for information complied for law

enforcement purpose and furnished in confidence. Then

9
Andi Hamzah. Asas-asas Penting dalam Hukum Acara Pidana. Surabaya: :
FH Universitas. hlm. 2.

xvi
exemption of a variety of noncriminal (such as national security

laws).”

Penegakan hukum bertujuan untuk mencapai tujuan

hukum.Melalui penegakan hukum diharapkan tujuan hukum

dapat tercapai sehingga hukum dapat berfungsi sebagaimana

mestinya.Hukum mempertahankan perdamaian dan

mengusahakan terjadinya suatu keseimbangan di antara

kepentingan-kepentingan tersebut. Dengan demikian hukum dapat

mencapai tujuan adil dengan adanya keseimbangan antara

kepentingan-kepentingan yang dilindungi bagi setiap orang untuk

memperoleh bagiannya melalui peraturan yang memuat

kesinambungan kepentingan-kepentingan yang dalam Bahasa

latinnya adalah: “ius suum cuique tribuere”.10

Hukum berfungsi sebagai perlindungan untuk kepentingan

setiap manusia.Agar kepentingan manusia terlindungin, maka

hukum harus dilaksanakan.Pelaksanaan hukum dapat secara

berlangsung baik secara normal, damai, tetapi juga dapat terjadi

karena adanya pelanggaran pada hukum.Dalam hal ini hukum

yang telah dilanggar maka harus ditegakkan, dengan melalui

penegakkan hukum inilah hukum menjadi kenyataan.11

10
Dikdik M.Arief Mansur, Elisatris Gultom, Op.Cit. hlm. 12.
11
Sudikno Mertokusumo. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Yogyakarta: Liberty, hlm.
160.

xvii
Penegakan hukum bertujuan untuk mencapai tujuan

hukum.Melalui penegakan hukum, diharapkan tujuan hukum

dapat tercapai sehingga hukum dapat berfungsi sebagaimana

mestinya.Hukum mempertahankan perdamaian dan

mengusahakan terjadinya suatu keseimbangan di antara

kepentingan-kepentingan tersebut. Dengan demikian hukum dapat

mencapai tujuan adil dengan adanya keseimbangan antara

kepentingan-kepentingan yang dilindungi bagi setiap orang untuk

memperoleh bagiannya melalui peraturan yang memuat

kesinambungan kepentingan-kepentingan yang dalam Bahasa

latinnya adalah: “ius suum cuique tribuere”.12

Penegakan hukum pidana adalah suatu usaha untuk

mewujudkan

ide-ide tentang kedilan dalam hukum pidana dalam kepastian

hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan hukum dalam

kepastian hokum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan

hukum dalam setiap hubungan hukum.13

3. Teori Kepastian Hukum

Kepastian adalah perihal (keadaan) yang pasti, hukum secara

hakiki harus pasti dan adil.Kepastian hukum merupakan

pertanyaan yang hanya bisa dijawab secara normatif bukan

12
Ibid., hlm. 13.
13
Peter Mahmud, Marzuki. 2012. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta : Kencana
Prenada.Hlm,15.

xviii
sosiologi. Kepastian hukum secara normatif adalah ketika suatu

peraturan dibuat dan diudangkan secara pasti karena mengatur

secara pasti dan logis. Kepastian hukum sebagai salah satu tujuan

hukum dan dapat dikatakan upaya mewujudkan keadilan. Bentuk

nyata dari kepastian hukum adalah pelaksanaan dan penegakan

hukum terhadap suatu tindakan tanpa memandang siapa yang

melakukannya.Adanya kepastian hukum setiap orang dapat

memperkirakan apa yang yang akan terjadi jika melakukan

tindakan hukum itu, kepastian sangat diperlukan untuk

mewujudkan keadilan.14

Menurut Apeldroon, kepastian hukum mempunyai dua segi.

Pertama,mengenai soal dapat dibentuknya (bepaalbaarheid)

hukum dalam hal-hal yang konkret. Artinya pihak-pihak yang

mencari keadilan ingin mengetahui hokum dalam hal yang khusus

sebelum memulai perkara.Kedua, kepastian hukum berarti

keamanan hukum.Artinya perlindungan bagi para pihak terhadap

kesewangan hakim.15

Hukum dan kepastian adalah dua hal yang sangat sulit untuk

dipisahkan. Hukum ada adalah untuk adanya kepastian, adanya

kepastian juga menjadikan hukum itu lebih ditaati.Untuk

mewujudkan adanya kepastian maka hukum itu harus diciptakan

14
Cst Kansil, Kamus Istilah Hukum, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2009, Hlm.385
15
L.J Van Aveldoorn dalam Shidarta, Moralitas Profesi Hukum Suatu Tawaran Kerangka
Berfikir, PT Revika Aditama, Bandung, 2006, Hlm. 8

xix
terlebih dahulu sebelum perbuatan-perbuatan yang diatur dalam

hukum itu dilakukan, sehingga masyarakat menjadi tahu apa yang

boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan serta mengetahui

konsekuensinya kalau mereka berbuat bertentangan atau melawan

hukum. Kepastian memiliki arti “ketentuan; ketetapan”

sedangkan jika kata “kepastian” digabungkan dengan kata

“hukum” maka menjadi kepastian hukum, yang diartikan sebagai

perangkat hukum suatu negara yang mampu menjamin hak dan

kewajiban setiap warga negara. Hukum mengandung kepastian

manakala hukum itu dapat menyebabkan perilaku manusia, baik

individu, kelompok, maupun organisasi terikat dan berada dalam

koridor yang sudah digariskan oleh aturan hukum itu sendiri.Nilai

kepastian inilah yang harus ada dalam setiap hukum yang dibuat

sehingga dapat memberikan rasa keadilan dan menciptakan

ketertiban.Kepastian merupakan ciri yang tidak dapat dipisahkan

dari hukum, terutama yang merupakan hukum positif atau

peraturan perundang-undangan atau hukum tertulis. Hukum tanpa

nilai kepastian akan kehilangan makna karena tidak dapat lagi

digunakan sebagai pedoman perilaku bagi setiap orang. Kepastian

mengandung beberapa arti, diantaranya adanya kejelasan, tidak

menimbulkan multitafsir, tidak menimbulkan kontradiktif, dan

dapat dilaksanakan.Hukum harus berlaku tegas di dalam

masyarakat, mengandung keterbukaan sehingga siapapun dapat

xx
memahami makna atas suatu ketentuan hukum. Hukum yang satu

dengan yang lain tidak boleh kontradiktif sehingga tidak menjadi

sumber keraguan.

Gustav Radbruch mengatakan 4 hal mendasar yang

berhubungan dengan makna kepastian hukum, yaitu:

a. Bahwa hukum positif, artinya adalah Perundang-undangan.

b. Bahwa hukum itu didasarkan pada fakta, artinya didasarkan

pada

kenyataaan.

c. Bahwa fakta harus dengan cara yang jelas sehingga

menghindari

kekeliruan dalam pemaknaaan, disamping mudah

dilaksanakan.

d. Bahwa hukum positif tidak bleh diubah16

Dalam paradigma positivisme definisi hukum harus melarang

seluruh aturan yang mirip hukum, tetapi tidak bersifat perintah

dari otoritas yang berdaulat, kepastian hukum selalu dijunjung

tinggi apapun akibatnya dan tidak ada alasan untuk tidak

menjunjung hal tersebut karena dalam paradigmanya hukum

positif adalah satu-saatunya hukum.Menurut Jan Michiel Otto

menjelaskan kepastian hukum yang sesungguhnya memang lebih

16
Gustav Radbruch Terjemahan Shidarta, Tujuan Hukum, Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2012,Hlm. 56

xxi
berdimensi yuridis. Namun Otto memberikan batasan kepastian

hukum yang lebih jauh yang mendefenisi kepastian hukum

sebagai kemungkinan bahwa dalam situasi tertentu yaitu :

a. Tersedia aturan-aturab yang jelas (jernih), konsisten dan mudah

diperoleh

(accessible).

b. Instansi-instansi penguasa (pemerintah) menerapkan aturan-aturan

hukum tersebut secara konsisten dan juga tunduk dan taat

kepadanya

c. Warga secara sipil menyesuaikan perilaku mereka terhadap aturan-

aturan tersebut.

d. Hakim-hakim (peradilan) yang mandiri dan tidak berpihak

menerapkan

aturan-aturan hukum tersebut secara konsisten sewaktu mereka

menyelesaikan sengketa hukum, dan Keputusan peradilan secara

kongkret dilaksanakan.

Hukum yang ditegakkan oleh instansi penegak hukum yang

diberikan tugas untuk itu harus menjamin “Kepastian Hukum”

demi tegaknya ketertiban dan keadilan dalm kehidupan

masyarakat. Ketidakpastian hukum akan menimbulkan kekacauan

dalam kehidupan masyarakat dan akan saaling berbuat sesuka

hati.serta bertindak main hakim sendiri. Keadaaan seperti ini

xxii
menjadikan kehidupan berada dalam suasana social

disorganization atau kekacauaan sosial.

Menurut Satjipto Rahardjo, untuk mendirikan Negara hukum

memerlukan suatu proses yang panjang, tidak hanya peraturan-

peraturan hukum saja yang harus ditata kelola dengan baik namun

dibutuhkan sebuah kelembgaan yang kuat dan kokoh dengan

kewenangan-kewenangan yang luar biasa dan independen, bebas

dari intimidasi atau campur tangan eksekutif dan legislatif yang

dilaksanakan oleh sumber daya manusia yang bermoral baik dan

teruji sehingga tidak mudah terjatuh.17

2. Kerangka Konsep

Kerangka konsep disebut juga dengan kerangka teori atau suatu

tinjauan kepustakaan. Kerangka konsep ditandai dengan munculnya

keterkaitan antara fakta dan teori., bisa dalam bentuk deskriptif,

gambar dan lainnya. Kerangka konsep menunjukkan alur penelitian

seperti masalahnya apa, solusinya apa (teori), dan hasilnya apa.

Kerangka konseptual bisa disebut juga dengan peta penelitian.18

Pengertian kerangka konsep atau definisi operasional adalah

kerangka yang menggambarkan hubungan antara

definisi-definisi/konsep-konsep khusus yang akan di teliti. Konsep

merupakan salah satu unsur konkrit dari teori. Kerangka konsep


17
Satjipto Rahardjo, Hukum dalam Jagat Ketertiban, UKI Press, Jakarta, 2006, Hlm.
135
18
Jejen Musfah. Tips Menulis Karya Ilmiah, Jakarta: Kencana, hlm. 32.

xxiii
menunjukkan alur penelitian yaitu mengenai masalahnya apa,

solusinya apa (teori), dan hasilnya apa (dampak). Kerangkan konsep

bisa disebut peta penelitian, kerangka konsep yang baik juga

menunjukkan kejelasan penelitian dan pemahaman yang baik peneliti

tentang focus dan tem penelitiannya.19

Sebelum membahas penelitian ini dahulu haruslah memahami

istilah-istilah yang muncul dalam penelitian ini dan untuk menjawab

permasalahan dalam penelitian ini harus didefenisikan beberapa

konsep dasar, agar secara operasional diperoleh hasil dalam penelitian

ini yang sesuai dengan tujuan yang telah ditentukan yaitu :

1. Hukum adalah suatu perintah memaksa terhadap tingkah

laku

manusia dan kaidah primer yang menerapkan sanksi-sanksi

apabila di langgar.20

2. Pelayanan adalah suatu atau kegiatan yang dapat

ditawarkan oleh

satu pihak yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak

mengakibatkan kepemilikan apapun dan memberikan

kepuasaan

kepada konsumen.

19
Jejen Musfah. Tips Menulis Karya Ilmiah, Jakarta: Kencana, hlm. 31.
20
Muhamad Sadi Is, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta: Kencana, hlm.66. 2015

xxiv
3. Anak adalah anugerah dan keturunan yang diberikan kepada

Tuhan Yang Maha Esa menjadi generasi penerus bangsa

untuk

kedepanya

G. Asumsi

Asumsi dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan

pendekatan asas-asas hukum, peraturan perundang-undangan, yang sering

disebut dengan penelitian doktrin yang tidak hanya menemukan hukum

tetapi lebih luas, dapat menciptakan hukum untuk menyelesaikan kasus-

kasus hukum in concreto21.

Secara garis besar penelitian ini ditujukan kepada penelitian terhadap

sinkronisasi hukum. Karena untuk penelitian ini dilakukan atau ditujukan

hanya pada peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang lain. Penelitian

hukum normatif mempunyai tujuan untuk menemukan aturan-aturan

hukum tentang analisis hukum terhadap pelayanan paliatif anak. Penelitian

hukum normatif ini ditunjang pengumpulan data primer, dengan cara

demikian diharapkan dapat dicapai hasil analisis yang memadai. Bertolak

dari tujuan penelitian tersebut, diharapkan dapat dipergunakan untuk

menganalisis masalah yang telah diidentifikasi.

H. Metode Penelitian

Metode penelitian hukum yaitu merupakan suatu kegiatan ilmiah yang

didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang


21
Burhan Ashofa, 2004,Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, halaman, 43

xxv
bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu

dengan jalan menganalisisnya, kecuali itu, maka juga diadakan

pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk

kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahan-

permasalahan yang timbul didalam gejala yang bersangkutan.Untuk itu

dilakukan penelitian yang meliputi metode-metode.22

Metode Penelitian diperlukan untuk mengetahui cara memperoleh

data dan keterangan dari suatu objek yang diteliti. Metode diartikan

sebagai logic dari penelitian ilmiah, studi prosedur dan teknik penelitian.

Penelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dan karena itu

menggunakan metode-metode ilmiah untuk menggali dan memecahkan

peremasalahan , atau untuk memecahkn suatu kebenaran dari fakta-fakta

yang ada.23

Metode penelitian dilakukan agar mampu memberikan hasil yang

maksimal dan guna tercapainya dari penelitian ini maka diupayakan

pengumpulan data yang baik dan layak, yang dilakukan yaitu :

1. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu

ilmu hukum normatif atau yuridis normatif. Ilmu normatif yaitu

suatu penelitin yang dapat dilakukan dengan cara meneliti ke bahan

22
Ibid., halaman 7.
23
Bahder Johan Naution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, Bandung: Penerbit Mandar Maju,
hlm.25.

xxvi
pustaka seperti buku-buku, peraturan undang-undang dan

pembahasan lainya yang berkaitan dengan pembahasan di dalam

penelitian ini. Dengan melakukan pendekatan atas permasalahan

yang dilakukan dengan mengkaji suatu peraturan perundang-

undangan yang berlaku mengenai peraturan lalu lintas terhadap

anak.

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis, deskriptif analisis yaitu

penelitian bertujuan untuk menggambarkan secara rinci,

sistemmatis dan menyeluruh mengenai segala sesuatu yang

berhubungan dengan masalah penelitian ini dan juga secara yuridis

empiris yaitu penelitian yang langsung dari masyarakat

berdasarkan fakta-fakta hukum yang terjadi atau meneliti pada data

primer.

Deskriptif analisi juga diartikan suatu metode yang berfungsi untuk

mendeskripsikan atau memberikan gambaran suatu objek yang

diteliti melalui data atau sampel yang telah dikumpulkan

sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis membuat

kesimpulan yang berlaku untuk umum.

2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan suatu cara untuk megumpulkan data-

data untuk penelitian dalam penelitian hukum. Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini berupa.Penelitian

xxvii
Kepustakaan (Library Research). Studi kepustakaan dilaksanakan

melalui sumber dari data Sekunder yaitu data yang mencakup

dokumen-dokumen resmibuku-buku, kamus-kamus hukum,, hasil

penelitian, jurnal-jurnal hukum, dan komentar-komentar atas

putusan pengadilan.24

Peneliti memperoleh sumber data secara tidak langsung melalui

media perantara, yaitu terdiri atas bahan hukum primer yaitu bahan

hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas dan

bahan-bahan hukum yang mengikat yang terdiri dari :

a) Norma atau kaedah dasar, yakni Pembukaan Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

b) Peraturan Daerah

(1) Batang Tubuh Undang – Undang Dasar 1945

(2) Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat

c) Peraturan Perundang - undangan

(1) Undang-Undang dan Peraturan yang setaraf

(2) Peraturan Pemerintah dan Peraturan yang setaraf

(3) Keputusan Presiden dan Peraturan yang setaraf

(4) Keputusan Menteri dan Peraturan yang setaraf

(5) Peraturan-Peraturan Daerah

d)

24
Soerjono Soekanto, Op.Cit., hlm.3.

xxviii
xxix
xxx
xxxi

Anda mungkin juga menyukai