Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN MAHASISWAPROGRAM PRAKTIK KERJA MBKM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA


PERIODE 2021/2022

JUDUL:

PERAN PENDAMPINGAN TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU


TINDAK PIDANA NARKOTIKA

OLEH :

NAMA :

NIM :

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023

i
HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING MBKM

Bahwa Laporan Mahasiswa Program Praktik Kerja MBKM Fakultas Hukum


Universitas Udayana Periode 2023/2024 yang berjudul “PERAN
PENDAMPINGAN TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK
PIDANA NARKOTIKA”, telah disetujui oleh Dosen Pembimbing MBKM:

……………………………………………………………….

(I Gede Pasek Pramana,SH.,MH)

NIP. 00000000000000

i
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wass,
karena atas Asung Kerta Wara Nugraha-Nya, penulis dapat menyelesaikan
Laporan Program Praktik Kerja MBKM ini dengan judul "Peran Pendampingan
Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika“, yang merupakan salah
satu program kerja wajib yang terdapat di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

Keberhasilan penulisan laporan ini tidak begitu saja dapat diselesaikan


tanpa adanya segenap bantuan dan motivasi, baik itu dalam bentuk materiil dan
imateriil dari berbagai pihak. Atas bantuan yang diberikan, dalam kesempatan ini
penulis sampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya dari hati yang
paling dalam kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan penulisan laporan ini, kepada PBH Peradi Denpasar serta kepada
teman – teman yang telah menyumbangkan ide untuk penulisan laporan ini serta

Saya menyadari sepenuhnya bahwa banyak kekurangan dalam penulisan


laporan ini, baik dari segi materi maupun informasi. Oleh karena itu, besar
harapan saya dapat diberikan kritik dan saran yang membangun untuk semakin
menyempurnakan penulisan laporan ini, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca.

Denpasar, 16 Juli
2023

ii
DAFTAR ISI

LAPORAN MAHASISWAPROGRAM PRAKTIK KERJA MBKM.................................................i


HALAMAN LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING MBKM...................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................................................6
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................................................7
1.4.1 Manfaat Teoritis.................................................................................................7
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11
Jurnal...............................................................................................................................11
Perundang-Undangan......................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Anak merupakan bagian dari generasi muda yang menjadi salah


satusumber daya manusia yang memiliki potensi serta penerus dari sebuah cita
– cita bangsa. Menurut Undang – undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak yang disebut sebagai UU SPPA menyebutkan
bahwa seorang anak yaitu anak yang telah berumur 12 tahun tetapi belum
berumur 18 tahun. Menurut R.A Kosnan anak merupakan manusia muda
dalam umur muda dalam jiwa dan perjalanan hidupya karena mudah
terpengaruh pada keadaan sekitarnya.1
Menurut Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem
Peradilan Pidana Anak atau yang selanjutnya disebut UU SPPA menyebutkan
bahwa “Anak yang berhadapan dengan hukum adalah anak yang berkonflik
dengan hukum, anak yang menjadi korban tindak pidana dan anak yang
menajdi saksi tindak pidana” atau disebut sebagai ABH. Seorang anak yang
terlibat dalam tindak pidana dibagi menjadi 3 katagori berdasarkan pada UU
SPPA yaitu :
1. Pasal 1 angka 3 dinyatakan bahwa seorang anak yang berkonflik
dengan hukum yang selanjutnya disebut sebagai anak
merupakanseorang anak yang telah berumur 12 tahun tetapi belum
berumur 18 tahun yang didugna melakukan sebuah tindak pidana
2. Pasal 1 angka 4 menyebutkan bahwa anak yang menjadi korban tindak
pidana yang selanjutnya disebut sebagai anak korban merupakan anak
yang belum berumur 18 tahun yang mengalami penderitaan fisik,
mental dan/atau kerugian ekoomi yang disebabkan oleh tindak pidana
3. Pasal 1 angka 5 menyebutkan bahwa anak yang menjadi saksi tindak
pidana selanjutnya disebut sebagai anak saksi merupakan anak yang

1
R.A. Koesnan, (2005) Susunan Pidana dalam Negara Sosialis Indonesia,
(Bandung :Sumur, hal. 113

1
belum berumur 18 tahun yang dapat memberikan keterangan untuk
membantu kepentingan penyidikan, penuntutan serta pemeriksaan
disidang pengadilan mengenai suatu perkara pidana yang didengar,
dilihat,dan/atau dialaminya sendiri.

Faktor dari seorang anak yang berhadapan dengan hukum dibagi


menjadi 2 faktor yaitu internal dan juga faktor eksternal. Faktor internal
mencangkup pada keterbatasan ekonomi keluarga, hubungan keluarga
tidak harmonis atau broken home serta kurangnya perhatian dari keluarga.
Sedangkan faktor eksternal dapat berupa kemajuan globalisasi dan
teknologi, kurangnya media bagi seorang anak tersebut dalam
menuangkan isi hatinya, kurangnya fasilitas bermain dari seorang anak
sehingga anak tersebut tidak dapat menyalurkan kreatifitasnya.2

Seorang anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika,


alkohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya, anak korban penculikan,
penjualan dan perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik maupun
mental merupakan salah satu anak yang dikatagorikan sebagai anak yang
berhadapan dengan hukum. Penanganan terhadap ABH berbeda dengan
perkara orang dewasa, penangan terhadap ABH menggunakan sistem
peradilan pidana anak. Berdasarkan Undang – Undang Nomor 11 Tahun
2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak pada Pasal 21 ayat (1)
menyebutkan bahwa seorang anak yang belum berumur 12 tahun diduga
melakukan sebuah tindak pidana maka seorang penyidik, pembimbing
kemasyarakatan dan pekerja sosial professional mengambil keputusan
untuk:

a. menyerahkan kembali kepada orang tua/wali atau


b. mengikutsertakannya dalam program Pendidikan, pembinaan dan
bimbingan di instansi pemerintah atau LPKS di instansi yang

2
Rexa Aulia. (2015). Perlindungan Hukum Terhadap Anak Yang Berhadapan Dengan
Hukum (Analisis Terhadap Putusan No. 467/Pid.Sus/2013/PN.Dps. Dengan Putusan No.
3/Pid.Sus.Anak/2014/PN Dps. Menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan
Anak Dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak).

2
menangani bidang kesejahteraan sosial, baik di tingkat pusat
maupun daerah paling lama 6 bulan.

Pada sistem peradilan pidana anak menekankan bahwa penempatan


seorang anak dalam penjara semaksimal mungkin untuk dihindari. Solusi
terhadap seorang anak yang berhadapan dengan hukum yaitu dengan
menempatkannya di Lembaga Penyelengara Kesejahteraan Sosial (LPKS)
guna untuk melakukan sebuah pembinaan dalam rangka rehabilitas,
sedangkan dalam bentuk pembimbingan,pengawasan serta pendampingan
terhadap anak yang berhadap dengan hukum akan dinaungi oleh Balai
Pemasayaraktan.3

Pendampingan merupakan sebuah pekerjaan yang dilakukan oleh


seorang fasilitator atau pendamping masyarakat.4 Pendampingan dapat
diartikan sebagai bentuk proses pertolongan antara pendamping dengan
orang yang didampingi. Pendampingan juga merupakan sebuah strategi
umum yang digunakan oleh pemerintah serta lembaga non profit dalam
upaya meningkatkan mutu serta kualitas dari sumber daya manusia.

Menurut Direktorat Bantuan Sosial pendampingan merupakan suatu


proses pemberian kemudahan yang diberikan oleh pendamping kepada
seorang klien dalam mengidentifikasi kebutuhan serta bertujuan untuk
memecahkan masalah serta mendorong untuk menumbuhkan rasa inisiatif
terhadap proses pengambilan keputusan, sehingga dapat mewujudkan
sebuah kemandirian. Sedangkan menurut Sumodiningrat pendampingan
merupakan kegiatan yang diyakini sebagai bentuk dorongan terjadinya
sebuah pemberdayaan fakir miskin secara optimal. Pendampingan
dilatarbelakangi adanya sebuah kesenjangan pemahaman antara pihak
yang memberikan sebuah bantuan dengan sasaran penerima bantuan.5

3
Juwita Chrisandini. (2020). Pembinaan Anak Yang Berkonflik Dengan Hukum (Abh)
Di Upt Prsmp Surabaya. Novum : Jurnal Hukum Volume 7 Nomor 4, Oktober
4
Marsela Rumampuk. 2021.Kemampuan Kerja Fasilitator Dalam Pendampingan
Masyarakat Di Desa Ranoketang Tua Kecamatan Amurang Kabupaten Minahasa Selatan. JAP
7(110)

3
Pendampingan merupakan salah satu wujud keadilan yang berada di
tengah – tengah masyarakat. Sebuah pendampingan pada perkara tindak
pidana yang dilakukan oleh seorang anak merupakan hal penting yang
wajib untuk dilaksanakan. Tindak pidana merupakan salah satu bentuk
kejahatan yang dapat dilakukan oleh semua kalangan tanpa terkecuali.
Meningkatnya jumlah perkara tindak pidana yang dilakukan oleh seorang
anak menjadi salah satu tanggung jawab bagi pihak beberapa lembaga
instansi.

Lembaga Bantuan Hukum atau LBH merupakan salah satu


pemberi bantuan hukum. Menurut Pasal 1 angka 3 Undang – Undang Nomor
16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum menjelaskan bahwa pemberi bantuan
hukum adalah lembaga bantuan hukum atau organisasi kemasyarakatan yang
memberi layanan bantuan hukum. Secara khusus ketentuan yang mengatur
masalah Anak yang Berhadapan dengan Hukum ditetapkan dalam Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Dalam
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 mengenai Perlindungan Anak Pasal 4
menyebutkan bahwa “Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh
kembang, dan berpartisipasi serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi”. Anak sebagai penerus bangsa wajib dilindungi ketika anak
melakukan tindakan hukum, harus dikawal dari tahap non litigasi hingga tahap
litigasi dipengadilan dan prinsip melindungi anak dengan adanya keadilan
pada anak. Oleh karenanya, dalam rumusan Undang- Undang SPPA bahwa
anak wajib memperoleh bantuan hukum pada saat proses peradilan pidana
anak dan pada setiap tingkat pemeriksaan.
Tindak pidana yang amat sangat memiliki persentase tinggi di Indonesia
yaitu tindak pidana narkotika. Tindak Pidana Narkotika diatur dalam Pasal
111 sampai dengan Pasal 148 pada Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika atau yang selanjutnya disebut sebagai UU Narkotika. Pada

5
Direktorat Bantuan Sosial, (2007). “Pedoman Pendampingan Pada Rumah
Perlindungan Dan Trauma Center.” (Jakarta: Departemen Social,), H 4

4
Pasal 7 UU Narkotika menyebutkan bahwa “narkotika hanya dapat digunakan
untuk kepentingan pelayanan Kesehatan dan/ pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi”. Sehingga penggunaan narkotika diluar dari yang
disebutkan pada Pasal 7 tersebut mempunyai dampak hukum atas
penyalahgunaan narkotika dan dapat terancam pidana sesuai dengan yang
terdapat dalam aturan perundang-undangan tentang Narkotika.
Kasus narkotika merupakan sebuah tindak pidana kejahatan yang sudah
berkembang pesat di Negara Indonesia. Tindak pidana narkotika ialah suatu
tindakan kejahatan seseorang maupun sekelompok orang yang melakukan
pengedaran, pemakai maupun bandar narkotika, psikotropika dan obat-obat
terlarang (narkoba). Dalam Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 35
Tahun 2009 tentang narkotika menyebutkan bahwa “Narkotika merupakan zat
atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat
menimbulkan ketergantungan.”
Penyalahguna narkotika diatur dalam Pasal 1 angka 15 UU Narkotika,
dimana korban ataupun pelaku dari penyalahgunaan narkotika bermula dari
berbagai kalangan usia, baik dari anak – anak, remaja, dewasa sampai orang
tua. Tindak pidana narkotika merupakan salah satu tindak pidana yang cukup
serius dan memerlukan perhatian khususs oleh penegak hukum, pemerintah
maupun masyarakat. Penyalahgunaan narkotika termasuk seorang pecandu
ataupun korban penyalahguna, pada hakikatnya dikatagorikan sebagai pelaku
sekaligus korban atau self-victimization dari penyalahgunaan narkotika. Anak
merupakan pihak yang sangat mudah untuk dilibatkan dalam tindak pidana
narkotika.
Salah satu posisi anak dalam tindak pidana narkotika ini banyak dijumpai
sebagai kurir dalam proses perpindahan tangan dari obat terlarang ini. Namun
pada kenyataanya berdasarkan data dari Kominfo ditahun 2021 ini
menyebutkan bahwa pengguna narkoba berada di kalangan anak muda berusia
15 – 35 tahun memiliki presentase sebanyak 82,4 %, sebagai pemakai, 47,1%

5
berperan sebagai pengedar dan 31,4% sebagai kurir. Sehingga hal ini cukup
mengkhawtirkan karena generasi muda sebagai penerus bangsa tidak
seharusnya berada pada lingkungan tersebut.6
Berdasarkan pada uraian diatas Pentinglah kiranya pada laporan ini untuk
membahas mengeni bagaimanakah bentuk sebuah pendampingan yang
dilakukan terhadap seorang anak yang menjadi pelaku tindak pidana narkotika
serta apa saja yang menjadi sebuah hambatan serta solusi dalam proses
pendampingan yang dilakukan terhadap anak yang menjadi pelaku dari tindak
pidana narkotika, sehingga perlu menjadi perhatian yang khusus baik bagi
aparat penegak hukum ataupun masyarakat, maka penelitian ini mengangkat
masalah yang selanjutnya diuraikan lebih lanjut dengan judul “Peran
Pendampingan Terhadap Anak Sebagai Pelaku Tindak Pidana Narkotika”

1.2 Rumusan Masalah

Dari penjelasan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan


sebagai berikut :
1. Bagaimanakah bentuk sebuah pendampingan yang dilakukan terhadap
seorang anak yang menjadi pelaku tindak pidana narkotika ?
2. Apa saja yang menjadi sebuah hambatan serta solusi dalam proses
pendampingan yang dilakukan terhadap anak yang menjadi pelaku dari
tindak pidana narkotika?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimanakah bentuk sebuah pendampingan yang


dilakukan terhadap seorang anak yang menjadi pelaku tindak pidana
narkotika
2. Untuk mengetahui Apa saja yang menjadi sebuah hambatan serta solusi
dalam proses pendampingan yang dilakukan terhadap anak yang menjadi
pelaku dari tindak pidana narkotika

1.4 Manfaat Penelitian


6
Hindari Narkotika Cerdaskan Generasi Muda Bangsa, URL : https://bnn.go.id/hindari-
narkotika-cerdaskan-generasi-muda diakses pada tanggal 14 Juni 2023

6
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis
maupun secara praktis, yaitu :

1.4.1 Manfaat Teoritis

Pada penelitian ini nantinya diharapakan mendapatkan manfaat


teoritis yaitu agar pembaca mampu menambah ilmu pengetahuan,
yang terkhusu membahas mengenai pendampingan terhadap anak
sebagai pelaku tindak pidana narkotika
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis dalam penulisan karya ilmiah ini nantinya agar
dapat di pergunakan sebagai panduan bagi akademisi, mahasiswa
maupun pihak yang berkepentingan dalam menangani peran
pedampingan terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana
narkotika.
1.1 Metode Penelitian
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1.1.1 Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian hukum terdapat dua jenis penelitian,
yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris. Penelitian
hukum normatif adalah penelitian hukum yang menggunakan sumber data
sekunder atau data yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan Pada
penelitian kali ini, penulis menggunakan metode penelitian yuridis
normative karena dalam membuat penelitian ini, penulis mengkaji dan
menggunakan berbagai macam aturan hukum seperti Undang-undang,
serta menggunakan literaturliteratur yang berhubungan dengan
permasalahan yang diangkat dan menjadi pokok permasalahan.
1.1.2 Jenis Pendekatan
Penelitian ini menggunakan pendekatan perundang – undangan
atau disebut juga sebagai The Statute Approach dan pendekatan kasus atau
TheCase Approach. Pendekatan perundang – undangan yang dipergunakan
untuk mengkaji beberapa aturan hukum yang ada untuk mengetahui

7
pengimplementasian sistem Keadilan Restoratif terhadap anak sebagai
pelaku tindak pidana narkotika. Sedangkan pendekatan kasus nantinya
dipergunakan untuk mengetahui hambatan dan solusi yang terjadi dalam
pendampingan terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana narkotika.
1.1.3 Sifat Penelitian
Dilihat dari segi sifatnya, penelitian ini adalah penelitian deskriptif,
artinya penelitian yang menggambarkan objek tertentu dan menjelaskan
hal-hal yang terkait dengan atau melukiskan secara sistematis fakta-fakta
atau karakteristik populasi tertentu dalam bidang tertentu secara faktual
dan cermat. Penelitian ini bersifat deskriptif karena penelitian ini semata-
mata menggambarkan suatu objek untuk menggambil kesimpulan-
kesimpulan yang berlaku secara umum.
1.1.4 Sumber Data
Data yang diteliti dalam penelitian hukum empiris ada dua jenis
yaitu data primer dan sekunder :
a. Data primer yang digunakan dalam penulisan skripsi ini
bersumber dari hasil wawancara dilapangan dengan melakukan
penelitian di Balai Pemasyarakatan Kelas I Denpasar
b. Data skunder, yaitu data yang bersumber dari penelitian
pustaka. Data tersebut didapatkan secara tidak langsung dari
sumber awalnya, namun bersumber dari data yang telah
terdokumen dalam bentuk bahan hukum antara lain :
a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang mengikat
yang terdiri atas:
1. Undang – Undang Negara Republik Indonesia Tahun
1945
2. Kitab Undang – Undang Hukum Pidana
3. Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang
Sistem Peradilan Pidana Anak
4. Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak

8
5. Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia
6. Undang – Undang Negara Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 1997 tentang Pemberantasan Peredaran Gelap
Narkotika dan Psikotropika
7. Undang – Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika
8. Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2021 tentang Penanganan Tindak
Pidana Berdasarkan Keadilan Restoratif
9. Undang - Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang
Bantuan Hukum
b. Bahan hukum sekunder, yakni bahan yang memberikan
penjelasan dalam bahan hukum primer tersebut seperti
halnya rancangan undang – undang, hasil penelitian atau
pendapat menurut para ahli
c. Bahan hukum tersier, merupakan bahan yang memberikan
suatuarahan yang diberikan untuk bahan hukum primer
serta bahan hukum sekunder seperti kamus.
1.1.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan bahan hukum dalam
penelitian ini adalah dengan studi kepustakaan (library research) yang
mencakup bahan hukum primer berupa peraturan perundang-undangan
yang terkait dengan rumusan masalah dan bahan hukum sekunder dan
tersier berupa buku-buku hukum, artikel, jurnal-jurnal hukum serta karya
ilmiah serta dilakukan dengan menguraikan dan menjelasakan masalah
terkait secara detail dari berbagai aspek seusai dengan lingkup penelitian.
1.1.6 Teknis Analisis Data
Berdasarkan data yang akan digunakan dalam penelitian ini
menggunakan analisis kualitatif, yaitu pengamatan dan bahan tertulis
(undang-undang, dokumen, buku dan sebagainya). Analisis kualitatif

9
adalah analisis dengan menguraikan data secara bermutu dalam bentuk
kalimat yang teratur, untun, logis, tidak tumpang tindih dan efektif
sehingga memudahkan pemahaman dan intrepretasi data.

10
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Lumbuun, Gayus. 2009. Keadilan Rstoratif & Pemidanaan, Makalah


Kuliah, Pascasarjana Universitas Indonesia, Kajian Ilmu
Kepolisian. Depok.

Muhammad Yasin, dkk.,. Januari- Februari 2012. Hakim dan Penerapan


Keadilan Restoratif, Buletin Komisi Yudisial,.

Sagung Putri M.E Purwani, SH.,MH. 2020. Kebijakan Penegarakan


Hukum Pidana Di Bidang Lingkungan Hidup Berbasis Nilai
Keadilan Restoratif Di Indonesia . Denpasar: Fakultas Hukum
Universitas Udayana.

Tridiatno, Yoachim Agus. 2015. Keadilan Restoratif. Yogyakarta:


Cahya Atma Pustaka.

Effendi, Erdianto. 2011. Hukum Pidana Indonesia Suatu Pengantar.


Bandung,: Refika Aditama.

Makaro, Moh. Taufik,. 2005. Tindak Pidana Narkotika. Bogor: Ghalia


Indonesia.

Muladi. 2002. Hak Asasi Manusia, Politik, dan Sistem Peradilan Pidana.

Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Moeljatno. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta, Rineka Cipta,


2008 Dr. Isharyanto, S.H.,M.Hum. 2011. Teori Hukum.

Jurnal

Muhaimin, Muhaimin. 2019. "Restoratif Justice dalam Penyelesaian


Tindak Pidana Ringan." jurnal penelitian hukum dejure, Vol 19,
No 2, .

11
Neiska Aranafta Nurain, Subekti. Agustus 2021. "Kesesuaian Syarat
Diversi Dengan Konsep Keadilan Restoratif Dalam Sistem
Peradilan Pidana Anak." Recidive Volume 10 No. 2.

Syahrin, M. Alvi. n.d. "PENERAPAN PRINSIP KEADILAN


RESTORATIF DALAM SISTEM PERADILAN
PIDANA TERPADU(THE IMPLEMENTATION
OF RESTORATIVE JUSTICE PRINCIPLESIN INTEGRATED
CRIMINAL JUSTICE SYSTEM)." Majalah Hukum
Nasional Nomor 1 Tahun 201893 Nugra.

Dewi, Wijayanti Puspita. Februari 2019. "PENJATUHAN PIDANA


PENJARA ATAS TINDAK PIDANA NARKOTIKA OLEH
HAKIM DI BAWAH
KETENTUAN MINIMUM DITINJAU DARI UNDANG-
UNDANG
NOMOR 35 TAHUN 2009 TENTANG NARKOTIKA." Jurnal
Hukum

Magnum Opus Volume II, Nomor 2.

Sinaga, Haposan Sahala Raja. Juli 2021. "PENERAPAN RESTORATIVE


JUSTICE DALAM PERKARA NARKOTIKA DI INDONESIA
(IMPLEMENTATION OF RESTORATIVE JUSTICE IN
INDONESIAN
NARCOTICS CASES)." Jurnal Hukum Lex Generalis. Vol.2. No.7.

Dewi, Wijayanti Puspita. Februari 2019. "PENJATUHAN PIDANA


PENJARA ATAS TINDAK PIDANA NARKOTIKA OLEH
HAKIM DI BAWAH KETENTUAN MINIMUM DITINJAU
DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2009
TENTANG NARKOTIKA." Jurnal Hukum
Magnum Opus Volume II, Nomor 2 .

12
Hikmawati, Puteri. November 2011. "Analisis Terhadap Sanksi
Pidana Bagi Pengguna Narkotika." Jurnal Negara Hukum:
Vol. 2, No. 2..

Perundang-Undangan

Undang- Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia


Tahun 1945 Kitab Undang – Undang Hukum Pidana
Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak

13

Anda mungkin juga menyukai