SKRIPSI
KADEK RADITYA
016.300.07
SKRIPSI
KADEK RADITYA
016.300.07
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini saya buat sendiri dan tidak
ada yang dijiplak baik sebagian maupun keseluruhan dari karya orang lain,
kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar
pustaka serta sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya yang sama yang
atau pendapat yang pernah ditulis dan diterbitkan oleh orang lain.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan tanpa tekanan dari
siapapun. Apabila dikemudian hari apa yang saya nyatakan tidak benar maka saya
Singaraja, ……………………..
Yang membuat,
__________________________
Lembar Persetujuan Pembimbing
Menyetujui
Pembimbing
……………………………….
NIP/NIK……………………..
Mengetahui
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Panji Sakti,
……………………………….
NIP/NIK……………………..
Lembar Pengesahan
TIM PENGUJI
……………………… ………………………
Penguji, Penguji,
……………………… ………………………
Mengetahui
Dekan Fakultas Hukum
Universitas Panji Sakti,
………………………
MOTTO
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
baik secara langsung maupun tidak langsung ikut mendorong penyusunan Skripsi
ini.
1.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna
mengingat keterbatasan yang penulis miliki. Untuk itu, pada kesempatan ini
terimakasih dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
memerlukan.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya
yang memiliki peranan strategis dan mempuayai ciri serta sifat yang khusus,
pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial secara utuh, serasi,
selaras, dan seimbang (Makarao, 2013:1)1. Oleh karena itu setiap anak perlu
secara optimal baik secara fisik, mental, dan juga sosial serta berahlak mulia.
Untuk mewujudkan hal tersebut maka pembinaan dan bimbingan oleh orang-
orang terdekat baik itu orang tua dan keluarga sangat diperlukan karena
dengan anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,
1
Makarao, Mohammad Taufik, dkk. 2013. Hukum Perlindungan Anak Dan Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Rineka Cipta, Jakarta, 2013.
termasuk anak yang masih di dalam kandungan (UU No. 35 tahun 2014) 2.
Sejak anak dalam kandungan hingga lahir dan juga berkembang, anak
mempunyai hak untuk hidup dan mendapat perlindungan baik dari orang tua,
Hak asasi anak yang merupakan bagian dari hak asasi manusia ini
mendapat jaminan dan perlindungan hukum baik itu dari hukum Nasional
itu untuk masalah hak anak juga tercantum dalam Konvensi Hak Anak
yang mengikat secara yuridis dan politis di antara berbagai negara yang
anak dan salah satu bagian dari instrumen internasional yang luas dan ditanda
tangani oleh 192 negara. Indonesia merupakan salah satu dari 192 negara
Child).
2
Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 Tentang Perlindungan Anak
seksual (Prameswari, 2017:168)3. Dunia anak yang seharusnya diwarnai
untuk masa depan, namun pada kenyataannya banyak terjadi kekerasan baik
itu kekerasan fisik maupun kekerasan seksual (Huraerah, 2006: 21)4. Dalam
hal ini yang disebut dengan kekerasan fisik terhadap anak seperti : dipukul,
tidak senonoh oleh orang lain, kegiatan yang menjurus pada pormografi,
terjadi sebelum anak mencapai batasan umur tertentu yang ditetapkan oleh
hukum negara yang bersangkutan dimana orang dewasa atau anak lain yang
usianya lebih tua atau orang yang dianggap memiliki pengetahuan lebih dari
yang serius mengingat akibat yang timbul dari kekerasan seksual terhadap
perkembangan jiwa anak sehingga anak tidak dapat tumbuh dan berkembang
3
Prameswari. 2017. Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan. Jakarta
4
Huraerah. 2006. Kekerasan Terhadap Anak. Nuansa. Bandung
secara wajar. Kekerasan terhadap anak bisa terjadi kapan dan dimana saja
serta bisa dialami oleh anak perempuan dan anak laki-laki. Kekerasan
seksual terhadap anak adalah pelangaran moral dan hukum, serta dapat
melukai secara fisik dan psikoiogi. Kekerasan seksual terhadap anak dapat
incest. Siapapun bisa menjadi pelaku dari kejahatan seksual terhadap anak,
yang dapat berasal dari berbagai kalangan. Pedofilia sebutan istilah untuk
pelecehan seksual pada anak, pelaku kekerasan seksual terhadap anak juga
dari itu perlu adanya perlindungan terhadap anak agar anak tersebut tidak
2011: 1)5
dan perkembangan dengan wajar (Pasal 2 ayat (3) dan ayat (4) Undang -
senang pada orang yang dikenai perlakuan itu. Atau bisa juga diartikan setiap
menginkannya.
hingga kini sudah banyak dilakukan oleh masyarakat Indonesia baik yang
dilakukan oleh orang dewasa maupun lanjut usia dan dari kebanyakan
6
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak
perkara kejahatan yang terungkap selama ini, umumnya dilakukan oleh
orang-orang yang masih ada hubungan baik atau sudah kenal akrab dengan
secara nyata terhadap anak sebagai korban pelecehan seksual, namun masih
saja terjadi tindak pidana pelecehan seksual khususnya terhadap anak yang
menjadi korban dalam 4 (empat) tahun terkahir ini walaupun tidak terjadi
seharusnya anak sebagai generasi muda yang menjadi salah satu sumber daya
menjadi kota yang lebih baik dan berdaya saing tinggi. Dewasa ini di
seksual terutama anak yang menjadi korbannya. Menurut data anak sebagai
korban tindak pidana seksual tahun 2016 sampai tahun 2019, dalam 4
(empat) tahun terakhir terjadi 14 kasus pelecehan seksual anak, dan 15 kasus
persetubuhan anak.
fakta yang terjadi di Kabupaten Buleleng masih saja terjadi walaupun sudah
ada aturan yang jelas mengaturnya. Selain itu, perlindungan hukum kepada
anak yang menjadi korban tindak pidana pelecehan seksual bukan hanya
terbatas pada hukuman pelaku, namun juga perhatian terhadap psikis anak
setelah terjadinya tindak pidana tersebut. Kurangnya sosialisasi dari
latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji
lebih lanjut untuk menulis dalam bentuk skripsi dengan judul ‘Perlindungan
pelecehan seksual ?
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan yang akan dicapai dalam
hukum pidana.
pelaku.
khususnya para orang tua, guru, pelajar dan remaja agar lebih
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Perlindungan Hukum
munculnya teori perlindungan hukum ini bersumber dari teori hukum alam
atau aliran hukum alam. Aliran ini dipelopori oleh Plato, Aristoteles, dan
Zeno. Menurut aliran hukum alam menyebutkan bahwa hukum itu bersumber
dari Tuhan yang bersifat universal dan abadi, serta antara hukum dan moral
tidak boleh dipisahkan. Para penganut aliran ini memandang bahwa hukum
dan moral adalah cerminan dan aturan secara internal dan eksternal dari
2000:53)7.
perlindungan hukum lahir dari suatu ketentuan hukum dan segala peraturan
7
Raharjo. 2000. lmu Hukum. PT. Cipta Aditya. Semarang
yang dianggap mewakili kepentingan masyarakat (Raharjo, 2000:54)8
pengayoman terhadap hak asasi manusia (HAM) yang dirugikan oleh orang
mereka yang lemah dan belum kuat secara sosial, ekonomi, dan politik untuk
melakukan kewajiban.
bagi rakyat sebagai tindakan pemerintah yang bersifat preventif dan represif.
dinyatakan bahwa fungsi hukum adalah melindungi rakyat dari bahaya dan
tindakan yang dapat merugikan dan menderitakan hidupnya dari orang lain,
rakyat.
dalam makna yang sebenarnya dalam ilmu hukum, menarik pula untuk
11
Muchlin. 2003. Perlindungan hukum Represif. Jakarta
12
Philipus M.Hadjon. 1987. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia. Bina Ilmu, Surabaya.
berbeda dan tidak dicederai oleh aparat penegak hukum dan juga bisa berarti
2009:38)13
harkat dan martabat manusia yang bersumber pada Pancasila dan prinsip
tentang Anak
Yogyakarta: Liberty.
Seseorang dapat dikategorikan sebagai seorang anak bukan semata-
Ahak Pasal ayat (2), anak adalah seseorang yang belum mencap umur 21
Anak, anak adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal telah
mencapai umur 8 tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun dan belum
pernah kawin.
anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
Pasal I ayat (4), anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun.
Anak korban adalah anak yang belum mencapai umur 18 tahun yang
disebabkan oleh tindak pidana. Anak saksi adalah anak yang belum
peraturan di atas, maka dalam hal ini peneliti menggunakan definisi anak
di bawah umur atau belum cukup umur untuk melakukan hal-hal umum.
oleh orang dewasa sebagai celah untuk melakukan suatu tindakan yang
dapat merugikan anak. Anak berbeda dengan orang dewasa, anak belum
masih cukup matang dalam beberapa hal yaitu belum matang secara
(Prakoso, 2013:24)14
Gultom, Maidin. 2012. Perlindungan Hukum Terhadap Anak dan Perempuan. Bandung: Refika
16
Aditama.
dan masyarakat berkepentingan untuk mengusahakan perlindungan hak-
hak anak.
anak. Prinsip ini digunakan karena dalam banyak hal anak “korban”
c. Lintas Sektoral.
Nasib anak tergantung dari banyak faktor, baik yang makro maupun
dari perlakuan :
a. Deskriminasi
c. Penelantaran
e. Ketidakadilan
a. Non Diskriminasi
Viktimologi secara istilah berasal dari kata victim (korban) dan logos
(ilmu pegetahuan), dalam bahasa latin viktimologi, berasal dari kata victima
yang berarti korban dan logos yang berarti ilmu (Waluyo, 2012: 9)18. Secara
pidana maka peranan dari viktimologi tidak bisa lagi dibandingkan dengan
begitu saja. Viktimologi merupakan suatu pengetahuan ilmiah atau studi yang
tahapan perkembangan yang dapat dibagi ke dalam tiga fase. Pada tahap
pertama, viktimologi hanya mempelajari korban kejahatan saja, pada fase ini
19
Gosita, Arief. 1996. Masalah Korban Kejahatan. CV. Akademika Pressindo, Jakarta.
viktimologi tidak mengkaji hanya korban kejahatan saja, namun juga
kekuasaan dan hak-hak asasi manusia. Fase ini dikatakan sebagai "new
victimology".
pihak lain.
20
Hamzah. 1986. Hukum pidana. Surabaya.
terhadap korban tindak pidana yang sering kali terabaikan.
32)21.
bertujuan untuk :
korban.
viktimisasi
penderitaan manusia
sebai berikut :
Gosita, Arief. 2004. Masalah Korban Kejahatan. Jakarta: PT Buana Ilmu Populer. Kelompok
24
Gramedia.
25
Mansyur, Didik M. Arif, Elsataris Gultom. 2007. Urgensi Perlindungan Korban Kejahatan
d. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
sebagai berikut :
terjadinya kejahatan.
menjadi korban.
berikut:
Gosita, Arief. 2006. Masalah Korban Kejahatan. Jakarta: PT Buana Ilmu Populer. Kelompok
26
Gramedia.
hubungannya sama sekali dengan pelaku, misalnya pada
hak politik, hak ekonomi, hak sosial, hak budaya yang tidak
28
Hamzah. 1986. Hukum pidana. Surabaya.
pidana. Sedangkan menurut Tresna, peristiwa pidana itu adalah
unsur dari tindak pidana, yaitu perbuatan yang dilarang oleh aturan
Soeaidy, Zulkhair Sholeh. 2001. Dasar Hukum Perlindungan Anak. Jakarta: CV. Novindo
29
Pustaka Mandiri.
Lamintang, P.A.F. 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung: PT Citra Aditya
30
Bakti.
Sowaidy, Zulkhair Sholeh. 2001. Dasar Hukum Perlindungan Anak. Jakarta: CV. Novindo
31
Pustaka Mandiri.
perbuatan yang oleh aturan hukum dilarang dan diancam dengan
unsur tindak pidana tidak terlepas dari dua faktor yang ada
dalam diri si pelaku itu sendiri dan faktor yang timbul dari
buku II dan pelanggaran dimuat dalam buku III. Kejahatan adalah perbuatan
perbuatan yang oleh masyarakat baru dirasa sebagai tindak pidana karena
disinonimkan dengan delik, yang berasal dari bahasa Latin yakni kata
atas tiga suku kata, yaitu straf yang diartikan sebagai pidana dan hukum, baar
diartikan sebagai dapat dan boleh, dan feit yang diartikan sebagai tindak,
pidana.33
dengan sengaja ataupun tidak Sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku,
33
Amir Ilyas, Asas-Asas Hukum Pidana, (Yogyakarta: Rengkang Education Yogyakarta dan Pukap
Indonesia, 2012) hal 20
34
Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Cetakan Keempat, (Bandung:P.T.Citra Aditya Bakti,
2011), hal 182.
35
Leden Marpaung, Asas Teori Praktik Hukum Pidana, Cetakan ketujuh, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hal
8
hukum, yang patut dipididana dan dilakukan dengan kesalahan.”36
memiliki unsur dan dua sifat yang berkaitan, unsur-unsur yang dapat dibagi
dihatinya.
seksual yang tidak diinginkan oleh yang mendapat perlakuan tersebut, dan
pelecehan seksual yang dapat terjadi atau dialami oleh perempuan dan laki-
bentuk perilaku yang berkonotasi seksual yang dilakukan secara sepihak dan
perhatian yang bersifat seksual yang tidak diinginkan atau tidak dikehendaki
istilah cabul, yakni diatur dalam Pasal 289 sampai dengan Pasal 296 KUHP.
perbuatan yang melanggar rasa kesusilaan, atau perbuatan lain yang keji dan
Menurut ratna, dalam pengertian itu berarti, segala perbuatan apabila itu
Secara umum dua aspek penting dalam pelecehan seksual, yaitu aspek
a. Aspek Prilaku
baik yang halus, kasar, terbuka, fisik maupun verbal dan bersifat searah.
Bentuk umum dari pelecehan seksual adalah verbal dan godaan secara
fisik dimana pelecehan secara verbal lebih banyak daripada secara fisik.
bujukan seksual yang tidak diharapkan, gurauan atau pesan seksual yang
b. Aspek Situasional
melindungi hak-hak anak yang berhadapan dengan hukum agar anak yang
Ahak Pasal ayat (2), anak adalah seseorang yang belum mencap umur 21
Anak, anak adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal telah mencapai
umur 8 tahun tetapi belum mencapai umur 18 tahun dan belum pernah kawin.
Undang No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 ayat (1), anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih
dalam kandungan.
Pasal I ayat (4), anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun.
Anak disebutkan 3 (tiga) kategori anak yaitu: anak yang berkonflik dengan
hukum adalah anak yang telah berumur 12 tahun, tetapi belum berumur 18
tahun yang diduga melakukan tindak pidana. Anak korban adalah anak yang
dan/atau kerugian ekonomi yang disebabkan oleh tindak pidana. Anak saksi
pengadilan tentang suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, dan dialami
sendiri.
peraturan di atas, maka dalam hal ini penulis menggunakan definisi anak
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Tindak Pidana
Pelecehan Seksual
Terhadap Anak
Faktor Penyebab
Terjadinya
Pelecehan Seksual
Terhadap Anak
Proses Hukum
Pelaku Tindak
Pelecehan Seksual Korban
Penurunan Kasus
Tindak Pidana
BAB III
Pelecehan Seksual
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum
empiris. Hukum empiris merupakan hukum yang dianut oleh masyarakat. Sebab,
dalam hal ini secara nyata hukum yang ada benar-benar dijalani dan dijadikan
sebagai landasan oleh masyarakat. Dalam ilmu hukum jika dikaji dari segi
Hukum Preventif
penelitian maka hukum dapat dikaji dari dua sisi yakni sisi normatif dan sisi
&
Hukum
empirisnya. Preventif
Dalam penelitian dengan menggunakan metode hukum empiris
Pencegahan
& Pelecehan Seksual
penelitian hukum dilakukan untuk melihat hukum dalam artian yang nyata atau
Terhadap Anak
dapat dikatakan melihat, meneliti bagaimana bekerjanya
UU No hukum
35 Tahundi masyarakat.
2014 & UU No 39
Ciri dari penelitian hukum empiris adalah suatu penelitian yang beranjak dari
Tahun 1999
adanya kesenjangan antara teori dan realita. Penelitian hukum empiris didasarkan
dan tentunya akan menuju pada penyelesaian masalah. Penelitian ini termasuk
kedalam penelitian hukum empiris karena hendak mengetahui perlindungan
hukum terhadap anak sebagai korban tindak pidana pelecehan seksual di wilayah
Sifat penelitian ini yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriftif,
dimana deskriftif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk
dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji. Penelitian ini menggambarkan
Lokasi dari penelitian ini yaitu di wilayah hukum Polres Buleleng. Loaksi ini
dipilih oleh peneliti karena Buleleng sebagai julukan Kota Pendidikan harusnya
merealisasikan pendidikan sebagai salah satu hak yang didapat oleh anak, bukan
Dalam penelitian hukum empiris data yang diteliti ada dua jenis yaitu data
langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara, jajak pendapat dari
individu atau kelompok (orang) maupun hasil observasi dari suatu obyek,
kejadian atau hasil pengujian (benda). Pada penelitian ini data primer
semestinya pokus untuk menuntut ilmu namun banyak anak yang menjadi
Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini terdari dari
peraturan prundang - undangan yang didapat dari UUD 1945, Kitab Undang
media perantara atau secara tidak langsung yang berupa buku, catatan, bukti
yang telah ada, atau arsip baik yang dipublikasikan maupun yang tidak
pusat arsip atau membaca banyak buku yang berhubungan dengan penelitian
serta dalam penelitian ini data akan diperoleh dari penelaahan studi
bersumber dari jurnal - jurnal dan hasil penelitian yang berkaitan dengan
Untuk melengkapi penelitian ini dalam pemenuhan data primer dan sekunder,
maka peneliti menggunakan tiga jenis pengumpulan data yang diantara lainnya
yaitu :
serta yang terpenting dokumentasi dari intasi yang terkait dengan tindak
sumber data dalam penelitian ini berdasarkan pada aspek penguasaan subyek,
dan tepat. Yang akan menjadi informan yaitu subyek yang memiliki peranan
yang vital dalam menunjang penelitian ini, yaitu pejabat atau aparat penyidik
Perempuan dan Anak (PPA) di Polres Buleleng dan Kepala Seksi Tindak
Penelitian ini diolah dan dianalisis secara kualitatif dimana data yang
disajikan bukan dalam bentuk angka melainkan data-data yang wujudnya dalam
analisis kualitatif yaitu data yang terkumpul diolah yang selanjutnya akan di
unutk memahami kondisi sosial yang terjadi di masyarakat, setelah itu dilakukan
penafsiran dari prespektif peneliti setelah memahi seluruh kualitas data, setelah
dilakukan analisis kualitatif maka data akan disajikan secara deskriftif kualitatif
yang sitematis.
BAB IV
disebelah Utara berbatasan dengan laut Jawa dan Bali. Kabupaten Buleleng
memiliki luas wilayah 1.365,88 km2 atau 24,25% dari luas Provinsi Bali,
dengan panjang pantai kurang lebih 157 Km. Dimana secara administrasi
169 Desa Adat. Letak Kabupaten Buleleng secara geografis berada pada
posisi 8o,03’ 40’’-8o,23’00’’ Lintang Selatan dan 114o,25’ 55’’- 115o27’ 28”
Bujur Timur.(https://bulelengkab.bps.go.id).
seksual yang dialami oleh anak di bawah umur yang diakibatkan oleh pelaku
secara sengaja maupun tidak sengaja. Kerugian tersebut terdiri dari materiil
dan immateriil.
4.2 Pembahasan
oleh beberapa hal tergantung pada jenis kejahatan yang terjadi. Pada
faktor, antara lain dipengaruhi oleh faktor dari luar lingkungan (eksternal)
dan faktor dari dalam lingkungan diri pelaku sendiri (internal), misalnya
peranan korban itu sendiri dalam hal berpakaian yang tidak wajar
data tindak pidana pelecehan seksual yang terjadi dalam kurun waktu
Tabel 1
Jumlah Kasus Tindak Pidana Pelecehan Seksual di Polres Buleleng
Tahun 2016-2019
Sumber Data: Sat Reskrim Unit Pemberdayaan Perempuan dan Anak Polres
Buleleng
Berdasarkan data pada tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah
tahunnya, yakni, pada tahun 2016 terdapat 15 kasus yaitu 4 kasus tindak
kekerasan dan 5 kasus melarikan anak gadis . Pada tahun 2018 menjadi
tahun 2019 meningkat tetapi jenis tidak ada sama sekali kasus tindak
pidana melarikan anak gadis, dengan kasus tindak pidana pencabulan 10,
kota Singaraja dalam kurun waktu 4 tahun terakhir sejak 2016 sampai
tahun 2019 yakni terdapat 101 kasus. Dari data tersebut dapat
mengemukakan bahwa :
Swantari S.H Selaku Kepala Sub Unit Perlindungan Perempuan dan Anak,
pidana pelecehan seksual karena adanya beberapa hal yakni sebagai berikut :
a. Pergaulan bebas
b. Faktor lingkungan
d. Faktor alcohol
Selain dari itu, penulis juga melakukan wawancara dengan pelaku tindak
Tabel 2
sama.
disekelilingnya.
berada pada tren peningkatan jumlah kasus, artinya kasus tindak pidana
yang terlapor pada Unit PPA Polres Buleleng, bahwa hanya 35 (tiga
lainnya di selesaikan diluar pengadilan, dalam hal ini pihak korban dan
akan tetapi ada beberapa perjanjian yang harus disepakati oleh pelaku.
bahwa pelaku harus menikahi korban pada saat korban telah berumur 18
Jalan Pramuka No.1 Singaraja pada hari selasa tanggal 02 Juni 2020, Ibu
rumahnya.
4.2.2 Upaya Yang Dilakukan Unit PPA Polres Buleleng Dalam Hal
anak oleh pemerintah harus didasarkan pada Prinsip Hak Anak yaitu
kandungan. Itu artinya, sebagian pemuda yaitu seseorang yang berusia 16-
a. Pekerja Sosial
berikut.38
dan klien mulai bekerja sama. Ini merupakan kolaborasi antara klien
masalah.
38
Suharto, E. (2010). Pendidikan dan Praktek Pekerjaan Sosial di Indonesia. Bandung: STKS
Press.
7. Peran sebagai fasilitator. Pekerja sosial membantu klien untuk dapat
b. Dokter Psikeater
yang berwenang yang dibuat atas sumpah atau dikuatkan dengan sumpah
korban.40
mungkin timbul akibat dari pelecehan seksual yang dialami, dan riwayat
menstruasi terutama pada korban anak yang dalam rentang usia pubertas.
atau tidak percaya, dan lebih banyak mendengarkan korban. Dokter tidak
39
Safitry O. Mudah membuat visum et repertum kasus luka.Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2016.
40
Safitry O. Mudah membuat visum et repertum kasus luka.Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2016.
itu, dokter tidak perlu ragu untuk menanyakan kejadian pelecehan secara
kemaluan korban, dihisap, dijilat, atau digigit, atau apa yang telah korban
yang disukai anak, seperti binatang peliharaan, hobi, atau teman. Jika
41
Kellogg N. The evaluation of sexual abuse in children. Pediatrics. 2005;116(2):506-512
42
Jenny C, Crawford-Jakubiak JE, Committee on Child A,Neglect, American Academy of P.
The evaluation of childrenin the primary care setting when sexual abuse is
suspected.Pediatrics. 2013;132(2):e558-567
43
Adams JA, Kellogg ND, Farst KJ, et al. Updated Guidelines for the Medical Assessment and
Care of Children Who May Have Been Sexually Abused. J Pediatr Adolesc Gynecol.
2016;29(2):81-87.
a) Laserasi akut atau lebam pada labia, penis, skrotum, jaringan
g) Laserasi vagina.
i) Bekas transeksi himen atau celah himen komplit di antara arah jam
ditemukan.
kontak.
Dalam UURI no. 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UURI nomor. 23
b. Rehabilitasi social
Perempuan dan Anak Polres Buleleng yang beralamat di Jalan Jl. Pramuka No.1,
Banjar Jawa, Kec. Buleleng, pada hari selasa tanggal 02 Juni 2020, Ibu Cening
Menurut Ibu Cening Swantari S.H selaku Kepala Unit PPA di Polres Buleleng
upaya:
tidak mampu.
proses peradilan.
44
Dikdik M.Arief Mansur dan Elisatris Gultom. Op.cit. hal.147.
Ibu Cening Swantari S.H mengatakan UURI Perlindungan Anak
selalu menanyakan baik kepada penuntut umum dan juga kepada korban,
hadir.
derajatnya.
Disabilitas.
i) Pemberian pendidikan.
perundangundangan.
2. Rehabilitasi
oleh korban baik fisik maupun psikis, sebagaimana diatur dalam Pasal 98
mental, juga pemulihan fisik jika korban menderita fisik misalnya pada
perkembangan psikologis dalam jangka waktu yang lama. Salah satu hal
seksual, pebentukan pola pikir positif yang lebih berorientasi masa depan,
3. Pencegahan
penindakan.
Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau
hukum dan bantuan lainnya juga berhak didapatkan oleh anak yang
berikut:
menyatakan bahwa:
miliar rupiah).
ayat (1).
Proses peradilan pidana anak merupakan suatu proses yuridis dimana
mempunyai suatu motivasi tertentu. Oleh karena itu perlindungan anak perlu
diusahakan suatu kondisi di mana setiap anak dapat melaksanakan hak dan
kewajiban ini tentunya termasuk pula terhadap anak yang berhadapan dengan
hukum.
kewajiban adalah segala sesuatu yang harus Anda berikan kepada pihak lain.
memberikan hak pihak lain, dan menerima haknya dari kewajiban pihak lain
atas dirinya. Pihak lain yang dimaksud bias berupa manusia, kumpulan
keadilan sosial dimaktubkan pula dalam salah satu Sila dalam Pancasila yang
tentang Perlindungan Anak, tetapi lebih mendasar dari itu, yakni amanat
pencegahan belum sepenuhnya optimal, hal ini terlihat dari anak sebagai
masih sering terabaikan dan tidak didampingi oleh penasehat hukum serta
anak yang menjadi korban pelecehan seksual yang dari tahun ke tahun
semakin meningkat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
a. Pergaulan Bebas
b. Faktor alkohol
f. Peranan korban
hak-hak anak. Hak asasi anak merupakan derivasi dari berbagai dimensi
Hak Asasi Manusia yang tertera dalam aturan perundang-undangan.
Mengenai hak anak sebagai korban dalam hal akses terhadap pemenuhan
trauma jangka panjang. Yang menjadi hak bagi anak dalam mendapatkan
5.2 Saran
Bandung.
Jakarta.
Jakarta.
PT Citra AdityaBakti.
Jakarta, 2013.
Muladi. 2005. Hak Asasi Manusia, Politik dan Sistem Peradilan Pidana.
Jakarta
Yogyakarta: 2013.
Ilmu, Surabaya.
(Online).https://hukum.tempo.co/read/1055000/pelecehan-seksual-
Terhadap Seksual