Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Lalu lintas merupakan proses di jalan raya, jalan raya adalah salah satu unsur

yang sangat penting dalam kehidupan bersama dalam masyarakat. Adanya jalan raya

merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi manusia dan sarana untuk memenuhi

kebutuhan dasar lainnya. Oleh karena itu manusia berlalu lintas diharapkan

mempunyai hasrat mempergunkan jalan raya secara teratur dan tentram. Dengan

demikian, maka penegakan hukum berfungsi menegakkan keadilan di jalan raya.

Dengan adanya faktor-faktor prilaku pemakain kendaraan bermotor dan

padatnya arus lalu lintas, serta kurang disiplinnya pengendara di jalan raya, maka

pelanggaran lalu lintas jalan raya semakin meningkat. Pelanggaran-pelangaran lalu

lintas yang terjadi di jalan raya dapat menimbulkan korban jiwa. Ini disebkan karena

penegakan hukum yang diterapkan oleh aparat penegak hukum di jalan raya belum

optimal. Penegakan hukum yang belum optimal ini di sebabkan oleh :

1. Adanya jumlah kendaraan dan kondisi kendaraan yang belum memadai.

2. Sikap mental pemakai jalan raya kurang baik

3. Sikap mental penegak hukum yang kurang bijaksana dalam menangani

pelanggaran lalu lintas jalan raya.

Bahwa sebagai akses dari hasil pembangunan dan perkembangan industri

otomotif, pemakaian kendaraan bermotor di jalan raya tampak kian meningkat.

1
2

Secara sadar atau tidak pengendara kendaraan bermotor dapat menimbulkan

perbuatan yang akibatnya mengganggu ketertiban dan kelancaran arus lalu lintas.

Akan tetapi adanya berbagai gangguan di jalan raya turut mempengaruhi

peraturan lalu lintas, yang salah satu bentuk gangguan tersebut menghalangi tujuan

untuk menggunakan jalan secara tertib dan teratur, yang salah satunya disebabkan

oleh kecelakaan lalu lintas.

Disadari atau tidak, disiplin berkaitan erat dengan pelaksanaan hukum yang

tertib dan teratur, sedangkan pelaksanaan hukum merupakan bagian dari proses

penegakan hukum. Salah satu hal yang sangat menonjol dalam kehidupan yang

berkaitan erat dengan disiplin adalah kegiatan sehari-hari di jalan raya.

Adapun proses penegakan hukum di jalan raya yang melibatkan aparat

kepolisian, masyarakat (pengendara/pengemudi) dan peraturan perundang-undangan

yang belum memadai.

Biasanya kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh perilaku pemakai kendaraan

bermotor di jalan raya itu sendiri yang menyimpang dari peraturan-peraturan dan

perundang-undangan yang berlaku dewasa ini. Faktor penyebab lainnya ditentukan

oleh padatnya arus lalu lintas yang mengakibatkan keadaan jalan itu menjadi tidak

menentu. Hal semacam itu merupakan penyebab terjadinya pelanggaran lalu lintas

yang semakin hari semakin meningkat.

Adapun proses penegakan hukum di jalan raya yang melibatkan aparat

kepolisian, masyarakat (pengendara/pengemudi) dan peraturan perundang-undangan

yang belum memadai. Biasanya kecelakaan lalu lintas disebabkan oleh perilaku
3

pemakai kendaraan bermotor di jalan raya itu sendiri yang menyimpang dari

peraturan-peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dewasa ini. Faktor

penyebab lainnya ditentukan oleh padatnya arus lalu lintas yang mengakibatkan

keadaan jalan itu menjadi tidak menentu. Hal semacam itu merupakan penyebab

terjadinya pelanggaran lalu lintas yang semakin hari semakin meningkat.

Keselamatan sangatlah penting saat mengemudikan kendaraan, apabila para

pengemudi tidak mengutamakan keselamatan maka yang akan terjadi adalah

kecelakaan lalu lintas. kecelakaan lalu lintas itu digolongkan atas; kecelakaan lalu

lintas ringan, kecelakaan lalu lintas sedang, dan kecelakaan lalu lintas berat.

kecelakaan lalu lintas ringan merupakan kecelakaan yang mengakibatkan kerusakan

kendaraan dan/atau barang, kecelakaan lalu lintas sedang merupakan kecelakaan yang

mengakibatkan luka ringan dan kerusakan kendaraan dan atau barang, kecelakaan

lalu lintas berat merupakan kecelakaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia

atau luka berat. pengemudi bisa diancam hukuman pidana karena kesalahannya yang

menimbulkan terjadinya kecelakaan. Seseorang dapat dipidana karena tidak

melakukan yaitu dalam memelihara ketertiban dan kelancaran kegiatan masyarakat

seperti tidak membantu pengendalian lalu lintas.1

Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang lain mendapat luka-

luka barat, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana

kurungan paling lama satu tahun. Barang siapa karena kesalahnya menyebabkan

orang lain luka-luka sedemikian rupa sehingga timbul penyakit atau halangan
1
Barda Nawawi Arif, 1998, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakkan dan Pengembangan
Hukum Pidana, Citra Aditya bakti, Bandung, hal. 148
4

menjalankan pekerjaan jabatan atau pencarian selama waktu tertentu, diancam pidana

paling lama enam bulan.2

Waktu berkendara sangat berpengaruh dalam jenis, tingkat parah korban dan

faktor-faktor yang berkontribusi dalam menyebabkan kecelakaan. Kecelakaan yang

terjadi pada malam hari saat lalu lintas relative rendah, sangat mungkin merupakan

kecelakaan tunggal yang disebabkan lelah atau kurangnya konsentrasi pengemudi.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

telah disosilisasikan pada tahun 2009 dan diberlakukannya Undang-Undang tersebut

pada tahun 2010. Hukum diciptakan untuk dijalankan. Akan tetapi masyarakat belum

melaksanakan dan mengetahui akan Undang-Undang Lalu Lintas lebih jauh dan

mematuhi Undang-Undang tersebut yang telah diberlakukan agar terwujudnya

keamanan, keselamatan, ketertiban, serta kelancaran berlalu lintas.3

Saat ini manusia dituntut untuk mempunyai mobilitas yang tinggi, khususnya

pada daerah perkotaan yang masyarakatnya setiap hari selalu bepergian dari tempat

satu ke tempat lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti pergi ke kantor

untuk bekerja, pergi ke sekolah, pergi tamasya, dan lain sebagainya. Banyak anggota

masyarakat menggunakan jalur darat (jalan raya) untuk melakukan mobilitasnya

karena jalan raya merupakan jalur perhubungan yang efektif mudah dan murah dari

pada jalur perhubungan air dan udara. Jalan raya merupakan suatu infrastruktur

perhubungan darat (dalam bentuk apapun), meliputi segala bagian jalan termasuk

bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas.


2
Andi Hamzaha, 2006, KUHP dan KUHAP, Rineka Cipta, Jakarta, hal. 139
3
Leksmono Suryo Putranto, 2007, Rekayasa Lalu Lintas, Indeks, Jakarta, hal. 137
5

Bangunan pelengkap ini meliputi gedung-gedung pemerintahan (kantor polisi, pos

polisi, rumah sakit, dan lain sebagainya) dan perlengkapannya seperti (lampu traffic

light, pagar penghalang kereta api, rambu-rambu lalu lintas, dan lain sebagainya).

Selain itu jalan mempunyai peranan penting dalam segala bidang, termasuk menjadi

salah satu kebutuhan dasar bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar

lainnya.

Oleh karena itu, manusia berlalu lintas dengan menggunakan jalan raya harus

teratur dan tertib. Pada tahun-tahun ini sangat banyak orang yang membutuhkan

sepeda motor untuk kehidupan sehari-hari mereka, antara lain untuk bekerja,

berdagang, dan untuk mobilitas dari tempat satu ke tempat lain. Peningkatan jumlah

sepeda motor dari tahun ke tahun terus mengalami penambahan sehingga hal tersebut

mempengaruhi kehidupan lalu lintas sehingga timbul beberapa permasalahan antara

lain :

1. Sering terjadi kemacetan karena jumlah sepeda motor yang tinggi tidak

diimbangi dengan pelebaran jalan raya;

2. Sering terjadi kecelakaan karena kelalaian pengemudi atau yang tidak

disengaja seperti motor yang sudah tidak layak dikendarai tetapi masih

tetap dikendarai, ini dapat membahayakan pengemudi sendiri dan orang

lain;

3. Sering terjadi kejahatan seperti perampasan benda-benda berharga seperti

handphone, perhiasan, dompet, ini biasa terjadi saat lampu merah atau

jalanan yang sepi.


6

Oleh karena itu, polisi sebagai aparatur pemerintah yang bertugas untuk

melindungi dan mengayomi masyarakat dituntut untuk meningkatan penanganan

masalah lalu lintas secara cermat sehingga tujuan lalu lintas yang tertib, aman, dan

lancar dapat terwujud. Sebagian besar bentuk pelanggaran yang sering terjadi

disebabkan oleh pengendara sepeda motor seperti: kelalaian, kesengajaan,

kecerobohan dan faktor kepatuhan hukum. Faktor kepatuhan hukum masyarakat

terhadap lalu lintas kurang sehingga terjadi pelanggaran lalu lintas bahkan

kecelakaan. Pengendara sering kali tidak memperhatikan keselamatan diri sendiri

ataupun orang lain. Mereka hanya mengambil enaknya saja, misalnya saat lampu

merah ada yang menerobos sehingga terjadi kecelakaan (tabrakan antara kendaraan

yang satu dengan kendaraan yang lain).

Menurut Hadiman bahwa Kecelakaan yang terjadi di jalan diakibatkan oleh 3

faktor yaitu:

1. Manusia, dimana Faktor dari Manusia disebabkan oleh pengentahuan


berkendara, teknik berkendara, kondisi fisik, kondisi emosi dan etika
berkendara seperti mengendarai kendaraan tanpa SIM ; tanpa STNK ;
kendaraan tidak lengkap ; penggunaan Helmet standard dan penggunaan
telepon genggam disaat berkendara
2. Kendaraan yaitu Faktor kendaraan yaitu perawatan kendaraan yang
kurang maksimal, modifikasi yang tidak tepat dan pemakaian suku cadang
yang kurang baik.
3. Lingkungan yaitu Faktor lingkungan disebakan karena kondisi jalan,
kondisi cuaca, Rambu-rambu Lalu Lintas dan sesama pemakai jalan yang
lain.4

Kecelakaan yang disebabkan oleh manusia ada faktor penyebab terjadainya

kecelakaan yang disebakan oleh manusia yaitu etika berkendara diantaranya dengan
4
Hadiman,H., 1994, Jadilah Pengemudi Yang Baik, Dislitbang Polri, Jakarta,hal. 87
7

bahayanya penggunaan telephone saat berkendara. Pada saat berkendara kita dituntut

untuk konsentrasi penuh agar kita bisa melihat situasi di jalan, menyadari kondisi

jalan dan memutuskan apa yang akan kita lakukan pada saat berkendara. Apabila kita

berkendara sambil menggunakan telephone, maka konsentrasi kita akan terpecah di

satu sisi kita harus fokus ke jalan dan sisi lainnya akan fokus akan ke telephone,

chatting (SMS) ataupun bermain social media.

Pasal 283 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu-Lintas Dan

Angkutan Jalan menyebutkan : “ Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan

Bermotor di Jalan secara tidak wajar dan melakukan kegiatan lain atau dipengaruhi

oleh suatu keadaan yang mengakibatkan gangguan konsentrasi dalam mengemudi di

Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (1) dipidana dengan pidana

kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp750.000,00 (tujuh

ratus lima puluh ribu rupiah).””

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 sebagai pengganti Tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan. Sebagaimana diatur dalam Pasal 105 Undang-Undang

Lalu Lintas adalah setiap orang yang menggunakan jalan wajib:

a. Berprilaku tertib;dan/atau,

b. Mencegah hal-hal yang dapat merintangi, membahayakan keamanan dan

keselamatan berlalu lintas.

Sementara pada Pasal 106 ayat (1) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009

menyebutkan bahwa : Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di

Jalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi.


8

Berdasarkan atas uraian tersebut di atas maka penulis menyusun skripsi dengan

mengambil judul “ FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KECELAKAAN DAN

UPAYA PENANGGULANGANNYA DI KOTA DENPASAR

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan diatas maka penulis

mengemukakan 2 hal pokok berkaitan dengan rumusan masalah :

Adapun rumusan masalah tersebut adalah :

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pelanggaran lalu lintas

jalan raya ?

2. Upaya hukum apakah dapat ditempuh oleh petugas Kepolisian dalam

menanggulangi pelanggaran lalu lintas di jalan raya ?

1.3. Ruang Lingkup

Untuk menghindari agar pembahasan tulisan ini agar tidak meluas serta

menyimpang dari sasaran maka pembahasan akan dibatasi pada :

1. Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya pelanggaran

lalu lintas jalan raya

2. Tindakan hukum dalam rangka penegakan hukum oleh

Kepolisian terhadap pelaku pelanggaran lalu lintas di jalan raya.

1.4. Kerangka Teori dan Hipotesa

1..4.1. Kerangka Teori


9

Sebelum mengemukakan jawaban sementara dari permasalahan, maka

terlebih dahulu dikemukakan beberapa teori berupa pendapat para ahli yang

relevan dengan permasalahan yang diteliti sebagai dasar dari hipotesis.

Pelaksanaan penegakan hukum di tengah-tengah masyarakat biasanya

tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Hukum dilaksanakan bukan

berdasarkan kesadaran hukum, melainkan karena takut pada sanksinya. Sanksi

hukum dapat berupa pidana denda, kurungan penjara, dipidana mati. Sehubungan

dengan itu, Wahyu Affandi , SH , menyatakan :

“Ketaatan masyarakat terhadap aturan-aturan hukum masih sering

merupakan sikap yang di landasi oleh keterpaksaan dan bukan karena

kesadaran sehubungan dengan demikian bukan mustahil mereka akan

berusaha untuk tidak mengindarkan aturan-aturan hukum yang berlaku “ 5

Dalam mewujudkan kesadaran hukum ini tidak jarang terjadi

pertentangan kepentingan yang dapat mengakibatkan terganggunya kehidupan.

Hal ini disebabkan oleh bermacam-macam latar belakang, baik suku, gama, asal

maupun karakter seseorang.

Secara teoritis setiap peraturan sebagai suatu kaidah yang memberi dasar
bagi tumbuhnya tugas dan wewenang bagi setiap aparat penegak hukum
akan dapat menimbulkan hak dan kewajiban bagi setiap anggota masyarakat.
Agar semua ini bisa berfungsi dengan baik dan efektif haruslah memenuhi
beberapa kriteria antara lain, yuridis sosiologis dan filosofis.6

5
Wahyu Affandi, Hakim dan Penegakan Hukum, Alumni, Bandung, 1981, h. 9
6
Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, Cet. I Bina Cipta, Bandung, 1981, h. 11.
10

Berkaitan dengan penegakan hukum, secara konsepsional dapat di

rumuskan sebagai berikut :

Suatu kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang menjabarkan dalam


kaedah-kaedah atau pandangan-pandangan menilai yang mantap dan
mengejewantah dalam sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap
akhir, untuk menciptakan (sebagai sosial engineering) memelihara dan
mempertahankan (sebagai sosial control) kedamaian dalam pergaulan
hidup.7

Berdasarkan atas rumusan tersebut maka penegakan hukum menyangkut

penyerasian antara nilai dengan kaidah serta dengan perilaku nyata manusia

atau dengan kata lain adalah merupakan suatu penyerasian antara nilai-nilai yang

terdapat dan hidup di masyarakat.

Dalam berbagai kaitan sistematis penegakan hukum dan keadilan secara

teoritis Anton Tabah menyatakan, bahwa efektifitas penegakan hukum baru akan

terpenuhi apabila 5 pilar hukum dapat berjalan dengan baik. Pilar hukum itu

adalah instrumen hukumnya, aparat penegaknya, peralatannya, masyarakatnya

dan birokrasinya.8

Dalam penelitian ini, penegakan hukum itu hanya menyoroti salah satu

aspek saja yaitu bagaimana pelaksanaan dari suatu undang-undang oleh aparat

penegak hukum dalam hal ini adalah kepolisian, khususnya dalam hal terjadi

pelanggaran lalu lintas di jalan raya.

7
Soerjono Soekanto, Ibid, h. 13
8
Anton Tabah, “Polri dan Penegakan Hukum di Indonesia”, Bernas 24 Juli, 1955, h. 3
11

Peristiwa lalu lintas baik itu pelanggaran maupun kecelakaan

manusialah yang menjadi faktor yang paling banyak menentukan seperti

kurangnya pengetahuan dalam berlalu lintas, kurangnya kesdaran akan

pentingnya mentati peraturna lalu lintas, tidak tegasnya aparat dalam menindak

pelangar lalu lintas. Di samping faktor lainnya seperti sarana dan prasrana lalu

lintas serta keadaan alam dan lingkungan.9

Sehingga dalam penegakan hukum akan selalu terkait dan melibatkan

manusia oleh siaa dan kepada siapa hukum tersebut akan ditegakkan, karena

hukum tidak mungkin akan tegak dengan sendirinya tanpa ada pihak yang

bertugas dan berkewajiban untuk menegakan hukum atau ide, janji serta

kehendak yang akan diwujudkan melalui hukum itu sendiri agar menjadi suatu

kenyataan.

Adapun setiap pelanggaran peraturan hukum yang ada akan dikenakan

sanksi yang berupa hukuman sebagai akibat dari perbuatan melanggar hukum

yang dilakukan

Jenis sanksi ini menurut pola KUHP ( WVS ), untuk “ kejahatan “ pada
umumnya di ancam dengan pidana penjara atau denda, sedangkan untuk
“pelanggaran” pada umumnya dengan pidana kurungan atau denda.10

Sanksi pidana terhadap pelanggaran ketentuan lalu lintas jalan raya adalah

sesuai dengan ketentuan-ketentuan pidana pada undang-undang No. 14 tahun

1992 pada pasal 54, 55, 56, 57, 58, 59, 60 sampai dengan pasal 70. Prinsip setiap

9
Ibid, hal. 13.
10
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Cet. I Citra Aditya Bakti.
h. 56
12

pengendara kendaraan bermotor itu haruslah mempunyai Surat Ijin Mengemudi

yang sah untuk dapat menjalankan kendaraan di jalan raya sesuai dengan

kententuan yang diatur dalam UU.No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan Raya.

Tindakan aparat Kepolisian terhadap pelaku pelanggaran lalu lints jalan

ray sesuai dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian

Republik Indonesia pasal 15 ayat 1 (c) ada disebutkan: Setiap anggota polisi

mempunyai suatu “Deskresi Kepolisian/Tindakan Kepolisian”. Dalam hal

mempunyai hak untuk mengambil suatu keputusan sebagai upaya lanjut

kepolisian menurut hukum yang bertanggung jawab dalam hal ini untuk

kepentingan negara dan masyarakat atau tertib hukum masyarakat guna

mewujudkan tegaknya hukum dan tertibnya ketentraman masyarakat.


13

1.4.2. Hipotesis

Berdasarkan pemikiran tersebut diatas maka terhadap permasalahan

yang dapat dikemukakan Hipotesis sebagai berikut :

1. Jika terjadi pelanggaran lalu lintas di jalan raya faktor penyebab dari

dalam (internal) dan dari luar (ekternal) dapat menjadi sebab yang

mendorong timbulnya pelanggaran lalu lintas di jalan raya.

2. Jika timbul permasalahan sehubungan dengan tindakan pelanggaran lalu

lintas di jalan raya maka petugas Kepolisian dapat melakukan upaya

hukum berupa pemberian sanksi maupun melakukan upaya secara

preventif dan represif terhadap tindakan pelanggaran lalu lintas.

1.5. Tujuan Penulisan

Tujuan Pokok dari penyusunan skripsi ini dapat dibedakan menjadi 2

antara lain :

1.5.1. Tujuan Umum

1. Untuk melatih mahasiswa dalam usaha menyatakan pikiran ilmiah secara

tertulis dalam bidang hukum.

2. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya pada bidang

penelitian suatu masalah yang dilakukan oleh mahasiswa.

3. Untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

4. Untuk mengembangkan diri pribadi mahasiswa ke dalam bidang kehidupan.

5. Untuk memperdalam studi mahasiswa di bidang ilmu hukum.


14

1.5.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi pelanggaran lalu lintas

jalan raya

2. Untuk mengetahui Upaya hukum yang ditempuh oleh petugas Kepolisian

dalam menanggulangi pelanggaran lalu lintas di jalan raya

1.6. Metode Penulisan

Di dalam penelitian serta penulisan skripsi ini penulis mempergunakan

metode yang lazim dipergunakan untuk mendapatkan data serta sebagai

penunjang dalam penulisan ini yaitu :

1.6.1. Pendekatan Masalah

Penelitian mengenai permasalahan yang telah dikemukakan dalam

rumusan masalah dilakukan melalui pendekatan yuridis berarti pemecahan

masalah dan pembahasannya dari aspek hukum yaitu membahas dari UU. No. 14

Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan Raya.

1.6.2. Sumber Data

Adapun sumber data yang dipergunakan dalam pengumpulan skripsi ini

adalah :

- Library Research ( penelitian Kepustakaan) yaitu data yang

diperoleh dari literature yang memuat teori-teori dan pendapat yang

ada kaitannya dengan permasalahan yang diangkat dalam skripsi ini.


15

- Field Reseach (penelitian lapangan) yaitu penelitian dengan

mengambil data di objek penelitian

1.6.3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dari penelitin ini dilakukan dengan cara

wawancara yaitu dengan Tanya jawab secara langsung dengan para informan di

lapangan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan fokok permasalahan dalam

skripsi ini.

1.6.7. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Data yang diperoleh kemudian diidentifikasikan dan di analisa secara

sistematis menurut pokok permasalahannya. Data dalam penelitian ini adalah

data kualitatif dan analisa di lakukan dari aspek hukum sehingga hasilnya bersifat

deskriftif analisis.
16

DAFTAR BACAAN

Andi Hamzah, Kamus Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1986

Anton Tabah, Polri dan Penegakan Hukum di Indonesia, Bernas, 1955

Bambang Poernomo,Azas-azas Hukum Pidana Indonesia, Ghallia Indonesia, Jakarta,


1994

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Aditya Bhakti, 1996

Djajoesman, Polisi dan Lalu Lintas, Lembang, 1967

Frank Muhamad, Praktek Penegakan Hukum Bidang Lalu Lintas, Balai Pustaka,
Jakarta, 1995

Hadiman,H., Jadilah Pengemudi Yang Baik, Dislitbang Polri, Jakarta

Imam Radjomulono, Pembahasan Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982

Kansil C.S.T. dan Christine, Disiplin Berlalu Lintas di Jalan Raya, Rineka Cipta,
Jakarta, 1995

Kunarto, Merenungi Kritik Terhadap Polri, PT. Cipta Manunggal, Jakarta, 1995

Kunarto dan Anton Tabah, Polisi Harapan dan Kenyataan, CV. Sahabat, Klaten, 1996

Limintang Djisman Samosir, Hukum Pidana Indonesia, Sinar Baru, bandung, 1979

Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1985

Soesilo R. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Politeia, Bogor, 1974

Soerjono Soekanto, Penegakan Hukum, Bina Cipta, Bandung, 1981

-------------, Efektifitas Hukum dan Peranan Sansksi, CV. Remaja Karya, Bandung,
1985

Team Penyusun, Hukum Dalam Teori dan Praktek, Kumpulan Karangan Dosen
Fakultas Hukum Universitas Udayana, Kertha Patrika, 1994.
17

Wahyu Affandi, Hakim dan Penegakan Hukum, Alumni Bandung, 1981

Yahya Harahap, Pembahasan, Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Sinar Grafika,


Jakarta, 2000.

Undang-Undang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya No. 14 Tahun 1992, Sinar
Grafika, Jakarta, 1993.

Undang-Undang Kepolisian Republik Indonesia No. 28 Tahun 1997.


18

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN....................................................................................

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................

1. Permasalahan.........................................................................................

1.1. Latar Belakang Masalah................................................................

1.2. Rumusan Masalah..........................................................................

1.3. Ruang Linkup Masalah..................................................................

2. Kerangka Teori dan Hipotesa................................................................

2.1. Kerangka Teori..............................................................................

2.2. Hipotesis........................................................................................

3. Tujuan Penulisan....................................................................................

3.1. Tujuan Umum................................................................................

3.2. Tujuan Khusus...............................................................................

4. Metode Penulisan...................................................................................

4.1. Pendekatan Masalah.......................................................................

4.2. Sumber Data...................................................................................

4.3. Teknik Pengumpulan Data.............................................................

4.4. Teknik Pengolahan Dan Analisa Data...........................................

v
19

BAB II TINJAUAN UMUM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP

PELANGGARAN LALU LINTAS JALAN RAYA SERTA

PENGATURANNYA..................................................................................

1. Pengertian Penegakan Hukum...............................................................

2. Pengertian Pelanggaran Lalu Lintas Jalan Raya....................................

3. Jenis-Jenis Pelanggaran Lalu Lintas Jalan Raya....................................

BAB III FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PELANGGARAN

LALU LINTAS JALAN RAYA..................................................................

1. Faktor Internal Pelanggaran Lalu Lintas Jalan Raya.............................

2. Faktor Ekternal Pelanggaran Lalu Lintas Jalan Raya............................

BAB IV TINDAKAN KEPOLISIAN TERHADAP PELANGGARAN LALU

LINTAS JALAN RAYA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA....

1. Kondisi Personil, Keamanan, Ketertiban dan Kelancaran Lalu Lintas

Jalan Raya..............................................................................................

2. Tindak Aparat Polisi Terhadap Pelaku Pelanggaran Lalu Lintas Jalan

Upaya Penanggulangan Pelanggaran Lalu Lintas Jalan raya................

BAB V PENUTUP....................................................................................................
1. Kesimpulan............................................................................................
2. Saran......................................................................................................
DAFTAR BACAAN
DAFTAR INFORMAN
LAMPIRAN

iv
20

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KECELAKAAN


LALU LUNTAS DI JALAN RAYA DAN UPAYA
PENANGGULANGANNYA DI KOTA DENPASAR

Anda mungkin juga menyukai