Anda di halaman 1dari 17

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Teori Legitimasi

Teori legitimasi ini didasarkan atas kontrak sosial antara perusahaan

dengan masyarakat. Teori ini mendasari masa depan organisasi bergantung

pada apakah organisasi tersebut memberikan kesejahteraan kepada

masyarakat atau tidak. Organisasi tersebut menjalankan operasionalnya,

dimana perusahaan dalam menjalankan bisnisnya harus memperhatikan

norma-norma yang berlaku di masyarakat. Teori legitimasi didasarkan oleh

persepsi, tetapi persepsi saja tidak cukup. Mereka harus melakukan tindakan

bertanggung jawab sosial didukung dengan pengungkapan,

mempublikasikan, dan melaporkan dalam laporan tahunan perusahaan.

Teori legitimasi menyebutkan bahwa legitimasi merupakan faktor

penting bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan ke

depan. Hal-hal yang berkaitan dengan etika bisnis, perhatian dan

pengembangan kinerja karyawan, dampak terhadap lingkungan perusahaan

turut berkontribusi dalam meningkatkan legitimasi. Dengan demikian maka

kepedulian perusahaan terhadap lingkungan yang kemudian ditunjukkan

melalui environmental disclosures, diharapkan dapat meningkatkan

legitimasi dan berdampak baik untuk jangka panjang perusahaan

(Faskhikhah dkk, 2018)


Fokus teori legitimasi ialah hubungan dua arah antara perusahaan

dan masyarakat. Dasar dari hal tersebut ialah pandangan yang menyatakan

bahwa perusahaan selalu berusaha menciptakan keharmonisan dan

keselarasan antara nilai social dalam aktivitasnya dan norma yang berlaku

dalam sistem sosial masyarakat bahwa perusahaan menjadi bagian dari

system tersebut. Teori legitimasi menyatakan bahwa perusahaan harus

secara berkelanjutan meyakinkan masyarakat bahwa aktivitas yang

dilakukan sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di lingkungan sosial

tempat perusahaan beroperasi (Mandaika & Salim, 2015).

Dalam konsep legitimacy theory memungkinkan akan munculnya 3

(tiga) hal yang menyebabkan legitimacy gap terjadi yaitu, pertama adalah

ada perubahan dalam kinerja perusahaan, tetapi harapan masyarakat

terhadap kinerja perusahaan tidak berubah. Perusahaan yang sebelumnya

melaksanakan tanggung jawab sosialnya secara rutin kemudian

menghentikan pelaksanaan program tersebut dengan berbagai alasan.

Masalah legitimasi kemudian muncul karena terjadi perubahan kinerja

perusahaan namun di sisi lain masyarakat telah bergantung pada program

rutin tersebut dan tidak ingin dihentikan. Kedua, adalah kinerja perusahaan

tidak berubah namun harapan masyarakat terhadap kinerja perusahaan

sudah berubah. Masyarakat mengharapkan perusahaan untuk memberikan

kepedulian lebih dari sekedar sumbangan kemanusiaan seperti jaminan

hidup dengan membuka kesempatan bagi masyarakat lokal untuk bekerja di

perusahaan tersebut. Sedangkan perusahaan menganggap bahwa dengan


membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar tidak akan memberikan

efek positif bagi perusahaan karena adanya keterbatasan pendidikan

sehingga hal tersebut tidak dilakukan. Kemudian ketiga adalah kinerja

perusahaan dan harapan masyarakat berubah ke arah yang berbeda atau ke

arah yang sama dalam waktu yang berbeda. Perusahaan menggunakan

masyarakat sekitar sebagai tenaga kerja di perusahaan tersebut karena

dianggap lebih murah dan saat itu angka pengangguran di lingkungan

tersebut berkurang. Namun kemudian perusahaan melakukan pemutusan

hubungan kerja dan yang terkena dampak adalah masyarakat lokal yang

bekerja di perusahaan tersebut.

2. Stakeholder Theory

Keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi pada dukungan

yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut. Keberhasilan

usaha suatu perusahaan ditentukan oleh manajemen perusahaan yang

berhasil dalam membina hubungan antara perusahaan dengan para

stakeholder. Stakeholder tidak hanya terdiri dari investor dan kreditur

(shareholder), tetapi juga pemasok, pelanggan, pemerintah, masyarakat

lokal, karyawan, badan regulator, asosiasi perdagangan, termasuk

lingkungan hidup sebagai bagian dari kehidupan sosial. Pengungkapan

keuangan dan non keuangan dalam laporan tahunan perusahaan dapat

dikatakan sebagai sarana untuk berkomunikasi antara manajemen dengan

stakeholder (Andreas dkk, 2015).


Teori stakeholder mendominasi studi eksternal sebagai pendorong

praktik Corporate Social Responsibility (CSR). Teori pemangku

kepentingan dapat memengaruhi atau dipengaruhi oleh kegiatan

perusahaan, seperti pelanggan. Secara khusus, teori pemangku kepentingan

menunjukkan bahwa perusahaan tertarik pada konsumen mereka karena

konsumen bereaksi untuk perilaku perusahaan dan peningkatan pembelian

oleh konsumen mendorong kinerja keuangan. Studi pemasaran telah

menerapkan teori pemangku kepentingan saat mempelajari dampaknya

jenis Corporate Social Responsibility (CSR) seperti perlindungan

lingkungan, kegiatan sukarela masyarakat, penghematan sumber daya alam,

dan sumbangan social.

Teori pemangku kepentingan menyatakan bahwa esensi bisnis

terutama terletak pada membangun hubungan dan menciptakan nilai bagi

semua pemangku kepentingan. Meskipun komposisi pemangku

kepentingan mungkin berbeda tergantung pada industri dan model bisnis

perusahaan, pemangku kepentingan utama biasanya mencakup karyawan,

pelanggan, komunitas, pemasok, dan pemodal (pemilik, investor). Semua

pemangku kepentingan ini sama pentingnya bagi perusahaan dan pertukaran

apa pun di antara para pemangku kepentingan harus dihindari. Sebaliknya

eksekutif perlu menemukan cara agar kepentingan ini dapat diarahkan ke

arah yang sama


3. Signaling Theory

Teori Sinyal berakar pada teori akuntansi pragmatik yang

memusatkan perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan

perilaku pemakai informasi. Salah satu informasi yang dapat dijadikan

sinyal adalah pengungkapan yang dilakukan oleh suatu emiten.

Pengungkapan informasi ini nantinya dapat memengaruhi naik turunnya

harga sekuritas perusahaan emiten tersebut. Pengungkapan informasi

akuntansi dapat memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai prospek

yang baik (good news) atau sebaliknya sinyal buruk (bad news) di masa

mendatang (Rokhlinasari, 2015).

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan selalu

berdampak pada para stakeholders seperti karyawan, pemasok, investor,

pemerintah, konsumen, serta masyarakat dan kegiatan-kegiatan tersebut

menjadi perhatian dan minat dari para stakeholders, terutama para investor

dan calon investor sebagai pemilik (calon) dan penanam (calon) modal

perusahaan. Oleh karenanya, perusahaan berkewajiban untuk memberikan

laporan sebagai informasi kepada para stakeholders. Laporan yang wajib

diungkapkan oleh perusahaan setidaknya meliputi satu set laporan

keuangan. Tetapi, perusahaan diijinkan untuk mengungkapkan laporan

tambahan, yaitu laporan yang berisi lebih dari sekedar laporan keuangan,

misalnya laporan tahunan tentang aktifitas CSR perusahaan. Pengungkapan

Corporate Social Responsibility (CSR) digunakan untuk memberikan sinyal

tentang kualitas pengelolaan lingkungan. Untuk memperluas argumen ini,


perusahaan dapat menggunakan pelaporan Corporate Social Responsibility

(CSR) sebagai mekanisme sinyal perilaku etis mereka untuk meningkatkan

reputasi mereka. Reputasi ini akan meningkatkan transparansi perusahaan

dan karenanya akan membentuk keterkaitan antara pelaporan Corporate

Social Responsibility (CSR) dan peningkatan keandalan pelaporan

keuangan.

4. Profitabilitas

Profitabilitas yang merupakan prestasi kerja yang telah dicapai oleh

perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang dalam laporan

keuangan perusahaan sehingga prestasi yang telah dijalankan oleh

manajemen dapat dievaluasi dan dapat ditingkatkan untuk tahun berikutnya

(Fasya, 2018). Rasio profabilitas juga memberikan ukuran tingkat

efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang

dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya bahwa

penggunaan rasio ini menunjukkan efektivitas perusahaan, semakin tinggi

laba yang dihasilkan maka perusahaan tersebut semakin efektif. Tingkat

profitabilitas digunakan sebagai dasar untuk mengukur kinerja keuangan

perusahaan. Hal ini dilakukan mengingat daya tarik bisnis merupakan salah

satu indikator penting dalam persaingan usaha. Indikator daya tarik bisnis

dapat diukur dari profitabilitas usaha yaitu Return on Asset (ROA), Return

on Equity (ROE), dan Return on Sales (ROS) (Purnaningsih, 2018).

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam

memperoleh laba dalam kaitannya dengan penjualan, total aktiva maupun


modal sendiri. Laba dijadikan sebagai indikator bagi stakeholder untuk

menilai sejauh mana kinerja manajemen dalam mengelola suatu perusahaan.

Tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam memeroleh keuntungan dapat

diukur dengan cara menganalisis lapoan keuangan melalui rasio

profitabilitas menyatakan bahwa terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas

yang dapat digunakan untuk menilai dan mengukur posisi keuangan

perusahaan dalam suatu periode tertentu.

1) Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan labal (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam

perusahaan. Return on Asset (ROA) juga merupakan suatu ukuran

tentang evektifitas manajemen dalam mengelola investasinya.

2) Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) merupakan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dengan modal sendiri. Return on Equity (ROE)

menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi

rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin

kuat, begitu juga sebaliknya.

3) Return on Sales (ROS)

Return on Sales (ROS) yang bisa juga disebut dengan Net Profit

Margin (NPM) merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan magin laba atas penjualan. Untuk mengukur rasio ini


adalah dengan cara membandingkan antara laba bersih setelah pajak

dengan penjualan bersih

5. Corporate Social Responsibility (CSR)

Menurut Johnson and Johnson dalam (Hadi, 2015:46)

mendefinisikan corporate social responsibility sebagai berikut: “Corporate

social responsibility (CSR) is abouthow companies manage the business

processes to produce an overall positive impact on society.” Artinya:

“Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tentang bagaimana perusahaan

mengelola proses bisnis untuk menghasilkan dampak positif secara

keseluruhan pada masyarakat”. CSR (corporate social responsibility)

dimaknai sebagai komitmen perusahaan atau organisasi untuk terus

menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi

untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup

dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas

komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. CSR merupakan bentuk

pembangunan keberlanjutan perusahaan dengan bertanggungjawab

terhadap sosial, ekonomi, dan lingkungan perusahaan akibat dari aktivitas

operasional yang dilakukan perusahaan. Melalui pelaksanaan CSR

diharapkan mampu memberikan dampak positif terhadap ekonomi, sosial

dan lingkungan perusahaan.


B. Publikasi Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini dibuat berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan

terlebih dahulu, berikut beberapa penelitian terdahulu yang dikutip dalam

penelitian ini.

Tabel 2
Publikasi Penelitian Sebelumnya

Nama Peneliti Judul Penelitian Teknik Hasil Penelitian


Analisis Data
Andreas, dkk (2015) Corporate Social Analisis Variabel Corporate Social
Responsibility dan Regresi Linear Responsibility (biaya employee
Profitabilitas Sederhana relations¸biaya community
services dan biaya
environmental awareness)
berhubungan positifdengan
profitabilitas pada perusahaan
pertambangan, karena
Corporate Social
Responsibilityyang dilakukan
perusahaan membuat
masyarakat dan lingkungan
memberikan respon positif dan
Corporate Social
Responsibilitypada perusahaan
pertambangan sifatnya
mandatory,
sehingga perusahaan
pertambangan harus
mematuhi undang-undang
Rosdwianti, dkk Pengaruh Corporate Analisis a. Hasil penelitian
(2016) Social Responsibility Regresi Linear membuktikan bahwa CSR
(CSR) terhadap Berganda memiliki pengaruh signifikan
Profitabilitas Perusahaan terhadap ROA. Hal tersebut
(Studi pada Sektor menunjukkan bahwa semakin
Industri Barang banyak perusahaan
Konsumsi yang melakukan CSR dalam
Terdaftar di BEI Periode laporan tahunan maka
2013-2014 profitabilitas perusahaan
akan mengalami peningkatan.
b. Hasil penelitian
membuktikan bahwa CSR
memiliki pengaruh signifikan
terhadap ROE. Hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin
banyak perusahaan
melakukan CSR dalam
laporan tahunan maka
profitabilitas perusahaan
akan mengalami peningkatan.
c. Hasil penelitian
membuktikan bahwa CSR
memiliki pengaruh signifikan
terhadap EPS. Hal tersebut
menunjukkan bahwa semakin
banyak perusahaan
melakukan CSR dalam
laporan tahunan maka
profitabilitas perusahaan
akan mengalami peningkatan.

Rahayu dan Pengaruh Corporate Moderasi Simpulan yang dapat ditarik


Darmayanti (2018) Social Responsibility dalam penelitian ini adalah
dan Kinerja pada Nilai corporate social
Perusahaan dengan responsibility disclosure
Kepemilikan Asing berpengaruh positif pada
sebagai Variabel nilai perusahaan, kinerja
Moderasi keuangan tidak berpengaruh
pada nilai perusahaan,
kepemilikan asing
memperlemah pengaruh
corporate social
responsibility disclosure
pada nilai perusahaan, serta
kepemilikan asing tidak
memoderasi pengaruh
kinerja keuangan pada nilai
perusahaan.
Sabatini dan Sudana Pengaruh Pengungkapan Moderasi Variabel pengungkapan
(2019) Corporate Social Corporate Social
Responsibility pada Responsibility berpengaruh
Nilai negatif signifikan pada nilai
Perusahaan dengan perusahaan yang terdaftar di
Indeks Bisnis 27 periode 2014-
Manajemen Laba
2016 dan manajemen laba
sebagai Variabel tidak mampu memoderasi
Moderasi pengaruh Corporate Social
Responsibility pada nilai
perusahaan yang terdaftar di
Indeks Bisnis 27 periode 2014-
2016.
Purnaningsih (2018) Pengaruh Corporate Regresi Linier 1. Hasil dari pengujian
Social Responsibility Berganda hipotesis pertama
Terhadap Kinerja menunjukkan bahwa
Keuangan Pada Corporate Social
Perusahaan Manufaktur Responsibility (CSR)
Yang Terdaftar Di Bursa memiliki pengaruh
Efek Indonesia (BEI) positifterhadap ROE (Return
on Equity).
2. Hasil dari pengujian
hipotesis ke dua
menunjukkan bahwa
Corporate Social
Responsibility (CSR)
memiliki pengaruh positif
terhadap ROA (Return on
Asset).
3. Hasil dari pengujian
hipotesis ke tiga
menunjukkan bahwa
Corporate Social
Responsibility (CSR) tidak
berpengaruh terhadap ROS
(Return on Sales).
C. Kerangka Pemikiran

Gambar 1
Kerangka Pemikiran

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP


RETURN ON ASSET, RETUN ON EQUITY DAN RETURN ON SALES
PADA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI
BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2017-2019

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Hipotesis Penelitian

Teknik Analisis Data


Kajian Empiris :
Kajian Penelitian :
Hasil dan Pembahasan 1. Andreas, dkk (2015)
1. Teori Legitimasi 2. Rosdwianti, dkk
2. Stakeholder Theory (2016)
3. Signaling Theory Simpulan dan Saran 3. Rahayu dan
4. Profitabilitas Darmayanti (2018)
5. Corporate Social 4. Sabatini dan Sudana
(2019)
Responsibility (CSR)
5. Purnaningsih (2018)
D. Kerangka Konsep

Skema dari kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada gambar

berikut:

Gambar 2
Kerangka Konsep

ROA (Return on Asset)


(Y1)

Corporate Social Responsibility ROE (Return on Equity)


(X) (Y2)

ROS (Return on Sales)


(Y3)

E. Hipotesis

1. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap

Return On Asset

Berdasarkan teori legitimasi, dijelaskan bahwa terdapat hubungan

dua arah perusahaan dan masyarakat. Perusahaan harus secara berkelanjutan

meyakinkan masyarakat bahwa aktivitas yang dilakukan sesuai dengan

norma dan nilai yang berlaku di lingkungan sosial tempat perusahaan

beroperasi (Mandaika dkk, 2015). Teori legitimasi ini juga menjelaskan

dengan melalui Return on Asset (ROA) yang tinggi, perusahaan mempunyai

peluang untuk membentuk suatu kontrak social dengan masyarakat yakni

dengan melaksanakan dan melaporkan segala kegiatan Corporate Social

Respinsibility (CSR). Hal ini bertujuan untuk mendapatkan legitimasi atau


reaksi positif bagi perusahaan sebagai upaya mendapatkan kepercayaan

publik yang mengarah pada kekuatan perusahaan jangka panjang

(Purnaningsih, 2018). Keberlangsungan suatu perusahaan tidak bias

terlepas dari adanya peranan baik internal maupun eksternal. Berdasarkan

teori stakeholder, Corporate Social Respinsibility (CSR) dapat menjadi

strategi perusahaan untuk memenuhi kepentingan para stakeholder akan

informasi terkait dampak social dan lingkungan dari adanya aktivitas

perusahaan. Semakin baik pengungkapan Corporate Social Respinsibility

(CSR) maka perusahaan akan mendapatkan sinyal positif dari stakeholder,

hal tersebut akan menguntungkan perusahaan dalam jangka panjang dan

tentunya akan berpengaruh pada tingkat profitabilitas (Rokhlinasari, 2015).

Penelitian yang dilakukan (Purnaningsih, 2018) menyatakan bahwa

Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki pengaruh positif terhadap

ROA (Return on Asset). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rosdwianti dkk, 2016 menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility

(CSR) berpengaruh signifikan terhadap ROA (Return on Asset). Penelitian

yang dilakukan oleh Fath, 2016 menyatakan bahwa adanya hubungan yang

signifikan antara Return on Asset (ROA) dengan pengungkapan Corporate

Social Responsibility (CSR).

Semakin baik pengungkapan Corporate Social Respinsibility (CSR)

maka Return on Asset (ROA) perusahaan semakin meningkat. Berdasarkan

uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:


H1: Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada perusahaan pertambangan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap

Return On Equity

Berdasarkan teori legitimasi, dijelaskan bahwa terdapat hubungan

dua arah perusahaan dan masyarakat. Perusahaan harus secara berkelanjutan

meyakinkan masyarakat bahwa aktivitas yang dilakukan sesuai dengan

norma dan nilai yang berlaku di lingkungan sosial tempat perusahaan

beroperasi (Mandaika dkk, 2015). Hasil dari penelitian Rodriguez-

Fernandez, 2016 menunjukkan bahwa sosial adalah menguntungkan, dan

menguntungkan adalah sosial, sehingga membentuk lingkaran suci.

Artinya, kebijakan tanggung jawab sosial berubah menjadi keuntungan

yang lebih tinggi dan keuntungan yang lebih berubah menjadi kebijakan

tanggung jawab sosial. Hubungan dua arah dalam CSR dan financial

performance ini terbukti positif. Oleh karena itu, dalam hal ekonomi,

ditegaskan bahwa untuk perusahaan ceteris paribus, peningkatkan

pengeluaran CSR mengarah pada peningkatan financial performance, dan

lagi pula, perusahaan menikmati kekuatan finansial yang lebih besar jika

indeks perilaku sosial meningkat. Ini menghasilkan umpan balik positif

yang mendorong perusahaan untuk menerapkan kebijakan CSR dengan

sumber daya keuangan mereka, dan membuktikan bagaimana investasi CSR


mereka menyebabkan return keuangan meningkat. Teori legitimasi, dalam

hubungan antara Return on Equity (ROE) dan tingkat pengungkapan

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah bahwa ketika

perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi. Pengungkapan Corporate

Social Responsibility (CSR) yang semakin luas akan memberikan sinyal-

sinyal positif kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan

(shareholder). Semakin luas informasi yang disampaikan kepada

stakeholder dan shareholder maka semakin banyak informasi yang diterima

mengenai perusahaan (Kartini dkk, 2019). Hasil penelitian Kartini dkk, 2019

menunjukan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Return

On Equity (ROE) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan. Informasi

yang luas akan menimbulkan kepercayaan stakeholder dan shareholder

kepada perusahaan. Hal ini yang menyebabkan aktivitas Corporate Social

Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh perusahaan akan berdampak

terhadap kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan pertambangan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap

Return On Sales

Berdasarkan teori legitimasi, dijelaskan bahwa terdapat hubungan

dua arah perusahaan dan masyarakat. Perusahaan harus secara berkelanjutan


meyakinkan masyarakat bahwa aktivitas yang dilakukan sesuai dengan

norma dan nilai yang berlaku di lingkungan sosial tempat perusahaan

beroperasi (Mandaika dkk, 2015). Hubungan yang baik antara masyarakat

dan perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap

produk perusahaan, sehingga reputasi perusahaan juga meningkat dimata

masyarakat. Semakin banyak produk yang dijual oleh perusahaan maka laba

yang dihasilkan perusahaan akan meningkat, sehingga dapat memberikan

sinyal kepada investor untuk menanamkan modalnya (Permana & Rahyuda,

2019). Berbanding terbaik dengan penelitian yang dilakukan oleh

Purnaningsih (2018) menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility

(CSR) tidak berpengaruh terhadap Return on Sales (ROS). Pengungkapan

Corporate Social Responsibility (CSR) yang luas dapat memberikan

informasi kepada publik yang berpengaruh terhadap daya jual produk.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H3: Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Return on Sales (ROS) pada perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai