Anda di halaman 1dari 47

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi isu penting bagi

perusahaan dan merupakan suatu informasi yang sangat penting untuk

dipertimbangkan investor dalam pengambilan keputusan investasi. Isu ini

berkembang ketika banyaknya masalah yang disebabkan oleh industri atau

perusahaan, salah satunya terkait dengan potensi dalam menimbulkan masalah

kerusakan lingkungan. Hal tersebut dipicu oleh ulah perilaku bisnis yang tidak

etis dan tidak ramah lingkungan yang pada dasarnya memiliki tujuan utama

untuk dapat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa

memperhatikan dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas

ekonomi perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah

satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi

pasal 74 ayat 1 UU No 40 Tahun 2007 menyatakan bahwa Perseroan yang

menjalakan usahanya di bidang sumber daya alam dan bidang yang berkaitan

dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggungjawab sosial dan

lingkungan. Selain UU No 40 Tahun 2007, pemerintah juga telah menerbitkan

UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup (UU PPLH), dimana dijelaskan bahwa pembangunan berkelanjutan

merupakan pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini

tanda mengurangi kemampuan generasi yang akan datang.


2

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan tindakan korporasi

atau perusahaan besar dalam memberikan tanggung jawabnya berupa materi

seperti uang, peralatan, atau hadiah lainnya kepada komunitas, organisasi atau

individu di wilayah dimana perusahaan tersebut beroperasi (Fasya, 2018).

Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai sebuah gagasan bahwa

perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada

single bottom line, tetapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada

triple bottom lines (Sabatini & Sudana, 2019). Konsep Tiple Bottom Line ini

terdiri dari people, planet, dan profit. People menekankan pentingnya praktik

bisnis suatu perusahaan yang mendukung kepentingan tenaga kerja, planet

menggunakan dengan baik penggunaan energi atas sumber daya alam yang

tidak dapat diperbaharui, dan profit menciptakan fair trade dan ethical trade

dalam berbisnis. Perusahaan yang melakukan kegiatan Corporate Social

Responsibility (CSR) dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan

memperoleh manfaat berupa citra positif dari masyarakat maupun investor

(Wardani & Santi, 2018). Kegiatan operasional perusahaan tentunya

membawa dampak bagi kondisi lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat,

khususnya di sekitar perusahaan beroperasi.

Industri pertambangan termasuk industri high-profile karena industri

pertambangan mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan dan

masyarakat di sekitarnya (Dong & Xu, 2016). Perusahaan pertambangan

memang sangat erat kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya alam,

sehingga mereka terpapar konflik dengan masyarakat terkait dengan dampak


3

sosial dan lingkungan dari operasi pertambangan. Oleh karena itu, CSR

merupakan langkah yang strategis untuk menjembatani kepentingan

perusahaan dan masyarakat sekitarnya. Banyak kasus ketidakpuasan publik

yang bermunculan, baik yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan, serta

eksploitasi besar- besaran terhadap energi dan sumber daya alam yang

menyebabkan kerusakan alam

Perusahaan di Indonesia yang sudah pernah mendapatkan kritikan atau

kasus salah satunya adalah PT. Freeport Indonesia. PT Freeport Indonesia,

perusahaan tambang yang beroperasi di Mimika Papua ini, telah mendapatkan

protes keras dari masyarakat akibat pengelolaan bisnis yang dilakukan dinilai

merugikan masyarakat dan lingkungan. Setelah adanya protes dari

masyarakat, perusahaan pun mulai melakukan berbagai upaya untuk

memenuhi tanggung jawab sosialnya, melalui kegiatan penyisihan

penghasilannya untuk membiayai pengembangan masyarakat di Mimika

Papua (Andreas dkk, 2015).

Selain PT. Freeport, juga terdapat beberapa perusahaan pertambangan

yang mendapat kritikan dari masyarakat diwilayah perusahaan tersebut

dibangun dikarenakan telah melanggar UU PT No. 40 tahun 2007. Perusahaan

pertambangan seharusnya menerapkan Corporate Social Responsibility

(CSR), karena perusahaan pertambangan berhubungan langsung dengan

sumber daya alam yang memiliki dampak besar bagi lingkungan serta

masyarakat setempat. Contoh lain, yaitu terjadinya lumpur panas PT. Lapindo

Brantas di Sidoarjo yang masalahnya masih belum selesai sampai sekarang


4

dan sangat merugikan masyarakat sekitar perusahaan yang menjadi korban.

Keberadaan perusahaan seharusnya memiliki manfaat bagi lingkungan

disekitarnya dengan melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility

(CSR). Corporate Social Responsibility (CSR) dilakukan perusahaan

bertujuan untuk mengmbalikan dan menyeimbangkan apa yang sudah

dilakukan perusahaan yang berdampak negatif terhadap lingkungan dan

masyarkat (Setiawan dkk, 2018).

Kasus yang terjadi pada PT. Meares Soputan Mining juga dianggap

telah melanggar ketentuan Corporate Social Responsibility (CSR). PT. Meares

Soputan Mining telah menyebabkan lingkungan tercemar, selain itu PT.

Meares Soputan Mining juga telah merampas hak warga sekita perusahaan

sehingga perusahaan dianggap telah merugikan warga (Dulkiah dkk,2019).

Salah satu penyebab kondisi seperti ini adalah kurangnya kemaksimalan

dalam penerapan tanggung jawab sosial perusahaan Corporate Social

Responsibility (CSR).

PT. Adaro Indonesia sebagai perusahaan yang bergerak di bidang

pengelolaan sumber daya alam batubara telah banyak mendapatkan

penghargaan dalam bidang Corporate Social Responsibility (CSR) atas

keberhasilannya dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar melalui

program Corporate Social Responsibility (CSR), yaitu peringkat gold, bidang

sosial dan lingkungan untuk program pertanian terpadu, terbaik pertama

bidang sosial untuk program peningkatan kualitas pendidikan formal, terbaik

kedua bidang lingkungan untuk program produk air bersih dengan


5

memanfaatkan air limbah tambang, dan terbaik ketiga bidang ekonomi dan

lingkungan untuk program pertanian terpadu. Pemberdayaan masyarakat yang

dilakukan oleh PT. Adaro Indonesia yaitu, meliputi program pengembangan

ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sosial-budaya. Di bidang ekonomi,

perusahaan membantu petani karet dengan program kebun karet unggul, di

bidang pendidikan ada program beasiswa dan perpustakaan keliling, di bidang

kesehatan ada program operasi mata katarak untuk masyarakat ekonomi

lemah, sementara dalam bidang sosial-budaya, perusahaan membangun balai

adat untuk komunitas adat di Kecamatan Upau. Adapun dampak program

Corporate Social Responsibility (CSR) seperti peningkatan pendapatan petani

karet dalam bidang ekonomi, turunnya angka penderita buta katarak di bidang

kesehatan, mengembalikan eksistensi komunitas adat dalam kegiatan social

budaya (Made & Rahayu, 2018).

Ketika perusahaan memberikan dampak yang buruk terhadap

lingkungan sekitar seperti kasus-kasus perusahaan diatas, maka masyarakat

sekita akan merespon juga dengan buruk. Namun sebaliknya apabila

perusahaan memberi dampak yang positif terhadap lingkungan serta

masyarakat sekitarnya maka akan timbul penilaian positif dari masyarakat.

Hal ini akan mampu menaikkan citra perusahaan yang direfleksikan melalui

kinerja perusahaan yang akan meningkat. Profitabilitas yang merupakan

prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu

dan tertuang dalam laporan keuangan perusahaan sehingga prestasi yang telah

dijalankan oleh manajemen dapat dievaluasi dan dapat ditingkatkan untuk


6

tahun berikutnya (Fasya, 2018). Rasio profabilitas juga memberikan ukuran

tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba

yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya bahwa

penggunaan rasio ini menunjukkan efektivitas perusahaan, semakin tinggi laba

yang dihasilkan maka perusahaan tersebut semakin efektif. Tingkat

profitabilitas digunakan sebagai dasar untuk mengukur kinerja keuangan

perusahaan. Hal ini dilakukan mengingat daya tarik bisnis merupakan salah

satu indikator penting dalam persaingan usaha. Indikator daya tarik bisnis

dapat diukur dari profitabilitas usaha yaitu Return on Asset (ROA), Return on

Equity (ROE), dan Return on Sales (ROS) (Purnaningsih, 2018).

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh

laba dalam kaitannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.

Laba dijadikan sebagai indikator bagi stakeholder untuk menilai sejauh mana

kinerja manajemen dalam mengelola suatu perusahaan (Kimsen dkk,2018).

Tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam memeroleh keuntungan dapat

diukur dengan cara menganalisis lapoan keuangan melalui rasio profitabilitas.

Return on Asset (ROA) merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam

perusahaan. Return on Asset (ROA) juga merupakan suatu ukuran tentang

evektifitas manajemen dalam mengellola investasinya. Return on Equity

(ROE) merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan

modal sendiri. Return on Equity (ROE) menunjukkan efisiensi penggunaan

modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik
7

perusahaan semakin kuat, begitu juga sebaliknya. Return on Sales (ROS) yang

bisa juga disebut dengan Net Profit Margin (NPM) merupakan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan magin laba atas penjualan. Untuk mengukur

rasio ini adalah dengan cara membandingkan antara laba bersih setelah pajak

dengan penjualan bersih.

Tabel 1
Data Profitabilitas Perusahaan Pertambang
(dalam ribuan rupiah)

No Kode Tahun
. Per. 2017 2018 2019
1. ADRO 4.708.169 6.074.152 3.272.396
2 ARII (222.453) (392.277) (77.362)
3. BSSR 439.209 954.588 425.684
4. BUMI 3.245.807 2.335.202 118.345
5. BYAN 4.524.019 7.2278.457 3.272.296
6. DOID 625.661 1.050.076 286.146
7. DSSA 1.716.324 1.667.852 1.001.149
8. INDY 4.304.736 1.358.520 69.748
9. KKGI 193.251 6.636 75.644
10. MYOH 164.702 413.878 364.589
11. PSAB 172.622 256.798 58.430
12. PTBA 2.664.408 5.121.112 4.040.494
13. PTRO 111.234 321.590 437.658
14. SMMT 40.078 84.584 6.234
15. TOBA 553.683 945.211 611.205
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2020

Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat dilihat data perolehan laba pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

periode 2017-2019 mengalami fluktuasi, salah satu faktornya bisa dilihat dari

pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh

perusahaan. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) sangat

penting karena akan berdampak pada keberlanjutan perusahaan tersebut dalam

memperoleh laba dan hal tersebut juga mempengaruhi minat investor untuk
8

berinvestasi pada perusahaan. Salah satu cara mengungkapkan Corporate

Social Responsibility adalah dengan menggunakan ISO 26000. Berdasarkan

PSAK Nomor 33, industri pertambangan umum memiliki ketidakpastian yang

tinggi, memerlukan biaya investasi besar, menimbulkan kerusakan lingkungan

sehingga terikat lebih banyak regulasi daripada sektor lain. Tingginya risiko

pada sektor pertambangan membuat return yang diharapkan oleh investor juga

semakin tinggi (Peranian & Mimba, 2018) Praktik Corporate Social

Responsibility (CSR) umumnya akan berengaruh pada profitabilitas, walaupun

praktik Corporate Social Ressponsibility (CSR) ini menambah biaya bagi

perusahaan namun akan timbul suatu brand image perusahaan di mata

masyarakat yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap

profitabilitas perusahaan. Praktik Corporate Social Responsibility (CSR) juga

dapat menurunkan biaya operasi suatu perusahaan, setalah menerapkan praktik

Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan akan mengganti biaya

pemasaran untuk biaya Corporate Social Responsibility (CSR). Perusahaan

pada awalnya mengeluarkan biaya Corporate Social Ressponsibility (CSR)

untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar, maka

dari itu Corporate Social Responsibility (CSR) akan berpengaruh terhadap

kegiatan promosi tersebut dan meningkatkan penjualan perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Purnaningsih (2018) menyatakan bahwa

Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki pengaruh positif terhadap

ROA (Return on Asset). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rosdwianti dkk, 2016 menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility


9

(CSR) berpengaruh signifikan terhadap ROA (Return on Asset). Penelitian

Kartini dkk, 2019 menunjukan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR)

terhadap Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan. Berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rosiliana dkk, (2015) yang menunjukan bahwa Corporate Social

Responsibility berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Return On

Equity (ROE). Rosiliana dkk, (2015) menyatakan bahawa Corporate Social

Responsibility (CSR) berpegaruh positif dan signifikan terhadap Return on

Sales (ROS). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnaningsih,

2018 menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) tidak

berpengaruh terhadap ROS (Return on Sales).

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti mengangkat judul,

“Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap

Return On Asset, Return On Equity dan Return On Sales pada Perusahaan

Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-

2019”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada

perusahaan pertambangan berpengaruh terhadap Return on Equity (ROE)?


10

2. Apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada

perusahaan pertambangan berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA)?

3. Apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada

perusahaan pertambangan berpengaruh terhadap Return on Sales (ROS)?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Untuk menganalisa bukti empiris pengaruh pengungkapan corporate

social responsibility pada return on asset perusahaan pertambangan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019.

b. Untuk menganalisa bukti empiris pengaruh pengungkapan corporate

social responsibility pada return on equity perusahaan pertambangan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019.

c. Untuk menganalisa bukti empiris pengaruh pengungkapan corporate

social responsibility pada return on sales perusahaan pertambangan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kegunaan

antara lain:

a. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian mengkonfirmasi teori legitimasi yang menjelaskan

bahwa perusahaan harus secara berkelanjutan meyakinkan masyarakat


11

bahwa aktivitas yang dilakukan sesuai dengan norma dan nilai yang

berlaku di lingkungan sosial tempat perusahaan beroperasi.

Pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan merupakan

upaya untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap

aktivitas perusahaan. Pengungkapan CSR juga memberikan sinyal

bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik. Sinyal positif tersebut

akan meningkatkan investasi yang dilakukan oleh investor, sebagai

timbal baliknya perusahaan berupaya untuk memberikan keuntungan

yang maksimal kepada investor guna menjaga hubungan baik seperti

yang dijelaskan dalam teori pemangku kepentingan (Stakeholder

theory).

b. Manfaat Praktis

Bagi perusahaan, dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang

pentingnya pertanggungjawaban sosial untuk diungkapkan di dalam

laporan perusahaan dan sebagai pertimbangan dalam pembuatan

kebijakan perusahaan untuk lebih meningkatkan kepeduliannya pada

lingkungan sosial. Bagi investor, akan memberikan informasi yang

dapat memberikan pertimbangan mengenai aspek-aspek yang perlu

diperhitungkan dalam investasi selain dari aspek fundamental. Bagi

masyarakat, akan memberikan kesadaran bahwa masyarakat dapat

berperan sebagai pengontrol atas perilaku-perilaku perusahaan dan

juga semakin meningkatkan kesadaran mereka akan hak-hak yang

harus diperoleh.
12

D. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman tentang susunan proposal ini, maka berikut

sistematika dan uraian singkat mengenai isi dari masing – masing bab sebagai

berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta

sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan menguraikan tentang landasan teori yang

mendasari objek penelitian sebagai acuan dalam menyelesaikan

permasalahan, publikasi penelitian sebelumnya, kerangka

pemikiran, kerangka konsep serta rumusan hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini menguraikan tentang tempat penelitian, objek

penelitian, identifikasi variabel, jenis dan sumber data, metode

penentuan sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis

data.

BAB IV :GAMBARAN UMUM TEMPAT/LOKASI/DAERAH

PENELITIAN.

Bab ini menguraikan tentang letak geografis lokasi penelitian,

sejarah singkat, struktur organisasi, serta aktivitas perusahaan.


13

BAB V : HASIL DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan tentang deskripsi data, analisis data dan

pembahasan hasil penelitian.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini terdiri dari simpulan dan saran – saran dari hasil penelitian

yang dilakukan.
14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teoritis

1. Teori Legitimasi

Teori legitimasi ini didasarkan atas kontrak sosial antara

perusahaan dengan masyarakat. Teori ini mendasari masa depan organisasi

bergantung pada apakah organisasi tersebut memberikan kesejahteraan

kepada masyarakat atau tidak. Organisasi tersebut menjalankan

operasionalnya, dimana perusahaan dalam menjalankan bisnisnya harus

memperhatikan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Teori legitimasi

didasarkan oleh persepsi, tetapi persepsi saja tidak cukup. Mereka harus

melakukan tindakan bertanggung jawab sosial didukung dengan

pengungkapan, mempublikasikan, dan melaporkan dalam laporan tahunan

perusahaan.

Teori legitimasi menyebutkan bahwa legitimasi merupakan faktor

penting bagi perusahaan dalam rangka mengembangkan perusahaan ke

depan. Hal-hal yang berkaitan dengan etika bisnis, perhatian dan

pengembangan kinerja karyawan, dampak terhadap lingkungan perusahaan

turut berkontribusi dalam meningkatkan legitimasi. Dengan demikian

maka kepedulian perusahaan terhadap lingkungan yang kemudian

ditunjukkan melalui environmental disclosures, diharapkan dapat


15

meningkatkan legitimasi dan berdampak baik untuk jangka panjang

perusahaan (Faskhikhah dkk, 2018:1 Januari)

Fokus teori legitimasi ialah hubungan dua arah antara perusahaan

dan masyarakat. Dasar dari hal tersebut ialah pandangan yang menyatakan

bahwa perusahaan selalu berusaha menciptakan keharmonisan dan

keselarasan antara nilai social dalam aktivitasnya dan norma yang berlaku

dalam sistem sosial masyarakat bahwa perusahaan menjadi bagian dari

system tersebut. Teori legitimasi menyatakan bahwa perusahaan harus

secara berkelanjutan meyakinkan masyarakat bahwa aktivitas yang

dilakukan sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di lingkungan sosial

tempat perusahaan beroperasi (Mandaika & Salim, 2015:2 April).

Dalam konsep legitimacy theory memungkinkan akan munculnya 3

(tiga) hal yang menyebabkan legitimacy gap terjadi yaitu, pertama adalah

ada perubahan dalam kinerja perusahaan, tetapi harapan masyarakat

terhadap kinerja perusahaan tidak berubah. Perusahaan yang sebelumnya

melaksanakan tanggung jawab sosialnya secara rutin kemudian

menghentikan pelaksanaan program tersebut dengan berbagai alasan.

Masalah legitimasi kemudian muncul karena terjadi perubahan kinerja

perusahaan namun di sisi lain masyarakat telah bergantung pada program

rutin tersebut dan tidak ingin dihentikan. Kedua, adalah kinerja perusahaan

tidak berubah namun harapan masyarakat terhadap kinerja perusahaan

sudah berubah. Masyarakat mengharapkan perusahaan untuk memberikan

kepedulian lebih dari sekedar sumbangan kemanusiaan seperti jaminan


16

hidup dengan membuka kesempatan bagi masyarakat lokal untuk bekerja

di perusahaan tersebut. Sedangkan perusahaan menganggap bahwa dengan

membuka peluang kerja bagi masyarakat sekitar tidak akan memberikan

efek positif bagi perusahaan karena adanya keterbatasan pendidikan

sehingga hal tersebut tidak dilakukan. Kemudian ketiga adalah kinerja

perusahaan dan harapan masyarakat berubah ke arah yang berbeda atau ke

arah yang sama dalam waktu yang berbeda. Perusahaan menggunakan

masyarakat sekitar sebagai tenaga kerja di perusahaan tersebut karena

dianggap lebih murah dan saat itu angka pengangguran di lingkungan

tersebut berkurang. Namun kemudian perusahaan melakukan pemutusan

hubungan kerja dan yang terkena dampak adalah masyarakat lokal yang

bekerja di perusahaan tersebut.

2. Stakeholder Theory

Keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi pada dukungan

yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut. Keberhasilan

usaha suatu perusahaan ditentukan oleh manajemen perusahaan yang

berhasil dalam membina hubungan antara perusahaan dengan para

stakeholder. Stakeholder tidak hanya terdiri dari investor dan kreditur

(shareholder), tetapi juga pemasok, pelanggan, pemerintah, masyarakat

lokal, karyawan, badan regulator, asosiasi perdagangan, termasuk

lingkungan hidup sebagai bagian dari kehidupan sosial. Pengungkapan

keuangan dan non keuangan dalam laporan tahunan perusahaan dapat


17

dikatakan sebagai sarana untuk berkomunikasi antara manajemen dengan

stakeholder (Andreas dkk, 2015:1 November).

Teori stakeholder mendominasi studi eksternal sebagai pendorong

praktik Corporate Social Responsibility (CSR). Teori pemangku

kepentingan dapat memengaruhi atau dipengaruhi oleh kegiatan

perusahaan, seperti pelanggan. Secara khusus, teori pemangku

kepentingan menunjukkan bahwa perusahaan tertarik pada konsumen

mereka karena konsumen bereaksi untuk perilaku perusahaan dan

peningkatan pembelian oleh konsumen mendorong kinerja keuangan.

Studi pemasaran telah menerapkan teori pemangku kepentingan saat

mempelajari dampaknya jenis Corporate Social Responsibility (CSR)

seperti perlindungan lingkungan, kegiatan sukarela masyarakat,

penghematan sumber daya alam, dan sumbangan social.

Teori pemangku kepentingan menyatakan bahwa esensi bisnis

terutama terletak pada membangun hubungan dan menciptakan nilai bagi

semua pemangku kepentingan. Meskipun komposisi pemangku

kepentingan mungkin berbeda tergantung pada industri dan model bisnis

perusahaan, pemangku kepentingan utama biasanya mencakup karyawan,

pelanggan, komunitas, pemasok, dan pemodal (pemilik, investor). Semua

pemangku kepentingan ini sama pentingnya bagi perusahaan dan

pertukaran apa pun di antara para pemangku kepentingan harus dihindari.

Sebaliknya eksekutif perlu menemukan cara agar kepentingan ini dapat

diarahkan ke arah yang sama


18

3. Signaling Theory

Teori Sinyal berakar pada teori akuntansi pragmatik yang

memusatkan perhatiannya kepada pengaruh informasi terhadap perubahan

perilaku pemakai informasi. Salah satu informasi yang dapat dijadikan

sinyal adalah pengungkapan yang dilakukan oleh suatu emiten.

Pengungkapan informasi ini nantinya dapat memengaruhi naik turunnya

harga sekuritas perusahaan emiten tersebut. Pengungkapan informasi

akuntansi dapat memberikan sinyal bahwa perusahaan mempunyai

prospek yang baik (good news) atau sebaliknya sinyal buruk (bad news) di

masa mendatang (Rokhlinasari, 2015:3).

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan selalu

berdampak pada para stakeholders seperti karyawan, pemasok, investor,

pemerintah, konsumen, serta masyarakat dan kegiatan-kegiatan tersebut

menjadi perhatian dan minat dari para stakeholders, terutama para investor

dan calon investor sebagai pemilik (calon) dan penanam (calon) modal

perusahaan. Oleh karenanya, perusahaan berkewajiban untuk memberikan

laporan sebagai informasi kepada para stakeholders. Laporan yang wajib

diungkapkan oleh perusahaan setidaknya meliputi satu set laporan

keuangan. Tetapi, perusahaan diijinkan untuk mengungkapkan laporan

tambahan, yaitu laporan yang berisi lebih dari sekedar laporan keuangan,

misalnya laporan tahunan tentang aktifitas CSR perusahaan.


19

Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) digunakan untuk

memberikan sinyal tentang kualitas pengelolaan lingkungan. Untuk

memperluas argumen ini, perusahaan dapat menggunakan pelaporan

Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai mekanisme sinyal perilaku

etis mereka untuk meningkatkan reputasi mereka. Reputasi ini akan

meningkatkan transparansi perusahaan dan karenanya akan membentuk

keterkaitan antara pelaporan Corporate Social Responsibility (CSR) dan

peningkatan keandalan pelaporan keuangan.

4. Profitabilitas

Profitabilitas yang merupakan prestasi kerja yang telah dicapai

oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu dan tertuang dalam laporan

keuangan perusahaan sehingga prestasi yang telah dijalankan oleh

manajemen dapat dievaluasi dan dapat ditingkatkan untuk tahun

berikutnya (Fasya, 2018:2 Juli). Rasio profabilitas juga memberikan

ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini

ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan

investasi. Intinya bahwa penggunaan rasio ini menunjukkan efektivitas

perusahaan, semakin tinggi laba yang dihasilkan maka perusahaan tersebut

semakin efektif. Tingkat profitabilitas digunakan sebagai dasar untuk

mengukur kinerja keuangan perusahaan. Hal ini dilakukan mengingat daya

tarik bisnis merupakan salah satu indikator penting dalam persaingan

usaha. Indikator daya tarik bisnis dapat diukur dari profitabilitas usaha
20

yaitu Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Return on

Sales (ROS) (Purnaningsih, 2018:19 Februari).

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam

memperoleh laba dalam kaitannya dengan penjualan, total aktiva maupun

modal sendiri. Laba dijadikan sebagai indikator bagi stakeholder untuk

menilai sejauh mana kinerja manajemen dalam mengelola suatu

perusahaan. Tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam memeroleh

keuntungan dapat diukur dengan cara menganalisis lapoan keuangan

melalui rasio profitabilitas menyatakan bahwa terdapat beberapa jenis

rasio profitabilitas yang dapat digunakan untuk menilai dan mengukur

posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

a) Return on Asset (ROA)

Return on Asset (ROA) merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan labal (return) atas jumlah aktiva yang digunakan

dalam perusahaan. Return on Asset (ROA) juga merupakan suatu

ukuran tentang evektifitas manajemen dalam mengelola investasinya.

b) Return on Equity (ROE)

Return on Equity (ROE) merupakan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dengan modal sendiri. Return on Equity (ROE)

menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi

rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik perusahaan semakin

kuat, begitu juga sebaliknya.

c) Return on Sales (ROS)


21

Return on Sales (ROS) yang bisa juga disebut dengan Net Profit

Margin (NPM) merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan magin laba atas penjualan. Untuk mengukur rasio ini

adalah dengan cara membandingkan antara laba bersih setelah pajak

dengan penjualan bersih

5. Corporate Social Responsibility (CSR)

Menurut Johnson and Johnson dalam (Hadi, 2015:46)

mendefinisikan corporate social responsibility sebagai berikut: “Corporate

social responsibility (CSR) is abouthow companies manage the business

processes to produce an overall positive impact on society.” Artinya:

“Tanggung jawab sosial perusahaan adalah tentang bagaimana perusahaan

mengelola proses bisnis untuk menghasilkan dampak positif secara

keseluruhan pada masyarakat”. CSR (corporate social responsibility)

dimaknai sebagai komitmen perusahaan atau organisasi untuk terus

menerus bertindak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi

untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas

hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus juga peningkatan kualitas

komunitas lokal dan masyarakat secara lebih luas. CSR merupakan bentuk

pembangunan keberlanjutan perusahaan dengan bertanggungjawab

terhadap sosial, ekonomi, dan lingkungan perusahaan akibat dari aktivitas

operasional yang dilakukan perusahaan. Melalui pelaksanaan CSR

diharapkan mampu memberikan dampak positif terhadap ekonomi, sosial

dan lingkungan perusahaan.


22

B. Publikasi Penelitian Sebelumnya

Penelitian ini dibuat berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan

terlebih dahulu, berikut beberapa penelitian terdahulu yang dikutip dalam

penelitian ini.

Tabel 2
Publikasi Penelitian Sebelumnya

Nama Peneliti Judul Penelitian Teknik Hasil Penelitian


Analisis Data
Andreas, dkk (2015) Corporate Social Analisis Variabel Corporate Social
Responsibility dan Regresi Linear Responsibility (biaya
Profitabilitas Sederhana employee relations¸biaya
community services dan biaya
environmental awareness)
berhubungan positifdengan
profitabilitas pada perusahaan
pertambangan, karena
Corporate Social
Responsibilityyang dilakukan
perusahaan membuat
masyarakat dan lingkungan
memberikan respon positif
dan
Corporate Social
Responsibilitypada perusahaan
pertambangan sifatnya
mandatory,
sehingga perusahaan
pertambangan harus
mematuhi undang-undang
Rosdwianti, dkk Pengaruh Corporate Analisis a. Hasil penelitian
(2016) Social Responsibility Regresi Linear membuktikan bahwa CSR
(CSR) terhadap Berganda memiliki pengaruh signifikan
Profitabilitas Perusahaan terhadap ROA. Hal tersebut
(Studi pada Sektor menunjukkan bahwa
Industri Barang semakin banyak perusahaan
Konsumsi yang melakukan CSR dalam
laporan tahunan maka
23

Terdaftar di BEI Periode profitabilitas perusahaan


2013-2014 akan mengalami
peningkatan.
b. Hasil penelitian
membuktikan bahwa CSR
memiliki pengaruh signifikan
terhadap ROE. Hal tersebut
menunjukkan bahwa
semakin banyak perusahaan
melakukan CSR dalam
laporan tahunan maka
profitabilitas perusahaan
akan mengalami
peningkatan.
c. Hasil penelitian
membuktikan bahwa CSR
memiliki pengaruh signifikan
terhadap EPS. Hal tersebut
menunjukkan bahwa
semakin banyak perusahaan
melakukan CSR dalam
laporan tahunan maka
profitabilitas perusahaan
akan mengalami
peningkatan.

Rahayu dan Pengaruh Corporate Moderasi Simpulan yang dapat ditarik


Darmayanti (2018) Social Responsibility dalam penelitian ini adalah
dan Kinerja pada Nilai corporate social
Perusahaan dengan responsibility disclosure
Kepemilikan Asing berpengaruh positif pada
sebagai Variabel nilai perusahaan, kinerja
Moderasi keuangan tidak berpengaruh
pada nilai perusahaan,
kepemilikan asing
memperlemah pengaruh
corporate social
responsibility disclosure
pada nilai perusahaan, serta
kepemilikan asing tidak
memoderasi pengaruh
kinerja keuangan pada nilai
perusahaan.
Sabatini dan Sudana Pengaruh Pengungkapan Moderasi Variabel pengungkapan
(2019) Corporate Social Corporate Social
Responsibility pada Responsibility berpengaruh
Nilai negatif signifikan pada nilai
24

Perusahaan dengan perusahaan yang terdaftar di


Manajemen Laba Indeks Bisnis 27 periode
sebagai Variabel 2014-2016 dan manajemen
Moderasi laba tidak mampu memoderasi
pengaruh Corporate Social
Responsibility pada nilai
perusahaan yang terdaftar di
Indeks Bisnis 27 periode
2014-2016.
Purnaningsih (2018) Pengaruh Corporate Regresi Linier 1. Hasil dari pengujian
Social Responsibility Berganda hipotesis pertama
Terhadap Kinerja menunjukkan bahwa
Keuangan Pada Corporate Social
Perusahaan Manufaktur Responsibility (CSR)
Yang Terdaftar Di Bursa memiliki pengaruh
Efek Indonesia (BEI) positifterhadap ROE (Return
on Equity).
2. Hasil dari pengujian
hipotesis ke dua
menunjukkan bahwa
Corporate Social
Responsibility (CSR)
memiliki pengaruh positif
terhadap ROA (Return on
Asset).
3. Hasil dari pengujian
hipotesis ke tiga
menunjukkan bahwa
Corporate Social
Responsibility (CSR) tidak
berpengaruh terhadap ROS
(Return on Sales).
25

C. Kerangka Pemikiran

Gambar 1
Kerangka Pemikiran
26

PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP


RETURN ON ASSET, RETUN ON EQUITY DAN RETURN ON SALES
D. PADA
Kerangka PERUSAHAAN PERTAMBANGAN YANG TERDAFTAR DI
Konsep
BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2017-2019
AL RESPONSIBILITY TERHADAP KINERJA KEUANGAN PADA
SkemaPERUSAHAAN
dari kerangkaPERTAMBANGAN
pemikiran penelitian
YANG ini dapat dilihat
TERDAFTAR pada
DI BURSA gambar
EFEK INDONESIA (BEI)
berikut:
Rumusan Masalah
Gambar 2
Kerangka Konsep
Tujuan Penelitian
ROA (Return on Asset)
(Y1)
Hipotesis Penelitian

Corporate Social Responsibility ROE (Return on Equity)


(X) (Y2)
Teknik Analisis Data

Kajian Penelitian : KajianonEmpiris


Hasil dan Pembahasan ROS (Return Sales) :
Teori Legitimasi (Y
Andreas,
3 ) dkk (2015)
Stakeholder Theory Rosdwianti, dkk (2016)
Signaling Theory Rahayu dan Darmayanti
Simpulan dan Saran
Profitabilitas (2018)
E. Hipotesis Sabatini dan Sudana (2019)
Corporate Social
Responsibility Purnaningsih (2018)
(CSR) Pengungkapan Corporate Social Responsibility
1. Pengaruh terhadap

Return On Asset

Berdasarkan teori legitimasi, dijelaskan bahwa terdapat hubungan

dua arah perusahaan dan masyarakat. Perusahaan harus secara

berkelanjutan meyakinkan masyarakat bahwa aktivitas yang dilakukan

sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di lingkungan sosial tempat

perusahaan beroperasi (Mandaika dkk, 2015). Teori legitimasi ini juga

menjelaskan dengan melalui Return on Asset (ROA) yang tinggi,

perusahaan mempunyai peluang untuk membentuk suatu kontrak social

dengan masyarakat yakni dengan melaksanakan dan melaporkan segala


27

kegiatan Corporate Social Respinsibility (CSR). Hal ini bertujuan untuk

mendapatkan legitimasi atau reaksi positif bagi perusahaan sebagai upaya

mendapatkan kepercayaan publik yang mengarah pada kekuatan

perusahaan jangka panjang (Purnaningsih, 2018). Keberlangsungan suatu

perusahaan tidak bias terlepas dari adanya peranan baik internal maupun

eksternal. Berdasarkan teori stakeholder, Corporate Social Respinsibility

(CSR) dapat menjadi strategi perusahaan untuk memenuhi kepentingan

para stakeholder akan informasi terkait dampak social dan lingkungan dari

adanya aktivitas perusahaan. Semakin baik pengungkapan Corporate

Social Respinsibility (CSR) maka perusahaan akan mendapatkan sinyal

positif dari stakeholder, hal tersebut akan menguntungkan perusahaan

dalam jangka panjang dan tentunya akan berpengaruh pada tingkat

profitabilitas (Rokhlinasari, 2015).

Penelitian yang dilakukan (Purnaningsih, 2018) menyatakan bahwa

Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki pengaruh positif terhadap

ROA (Return on Asset). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rosdwianti dkk, 2016 menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility

(CSR) berpengaruh signifikan terhadap ROA (Return on Asset). Penelitian

yang dilakukan oleh Fath, 2016 menyatakan bahwa adanya hubungan yang

signifikan antara Return on Asset (ROA) dengan pengungkapan Corporate

Social Responsibility (CSR).

Semakin baik pengungkapan Corporate Social Respinsibility

(CSR) maka Return on Asset (ROA) perusahaan semakin meningkat.


28

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H1: Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Return on Asset (ROA) pada perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap

Return On Equity

Berdasarkan teori legitimasi, dijelaskan bahwa terdapat hubungan

dua arah perusahaan dan masyarakat. Perusahaan harus secara

berkelanjutan meyakinkan masyarakat bahwa aktivitas yang dilakukan

sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di lingkungan sosial tempat

perusahaan beroperasi (Mandaika dkk, 2015). Hasil dari penelitian

Rodriguez-Fernandez, 2016 menunjukkan bahwa sosial adalah

menguntungkan, dan menguntungkan adalah sosial, sehingga membentuk

lingkaran suci. Artinya, kebijakan tanggung jawab sosial berubah menjadi

keuntungan yang lebih tinggi dan keuntungan yang lebih berubah menjadi

kebijakan tanggung jawab sosial. Hubungan dua arah dalam CSR dan

financial performance ini terbukti positif. Oleh karena itu, dalam hal

ekonomi, ditegaskan bahwa untuk perusahaan ceteris paribus,

peningkatkan pengeluaran CSR mengarah pada peningkatan financial

performance, dan lagi pula, perusahaan menikmati kekuatan finansial

yang lebih besar jika indeks perilaku sosial meningkat. Ini menghasilkan

umpan balik positif yang mendorong perusahaan untuk menerapkan


29

kebijakan CSR dengan sumber daya keuangan mereka, dan membuktikan

bagaimana investasi CSR mereka menyebabkan return keuangan

meningkat. Teori legitimasi, dalam hubungan antara Return on Equity

(ROE) dan tingkat pengungkapan

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah bahwa ketika

perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi. Pengungkapan Corporate

Social Responsibility (CSR) yang semakin luas akan memberikan sinyal-

sinyal positif kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap

perusahaan (shareholder). Semakin luas informasi yang disampaikan

kepada stakeholder dan shareholder maka semakin banyak informasi yang

diterima mengenai perusahaan (Kartini dkk, 2019). Hasil penelitian Kartini

dkk, 2019 menunjukan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR)

terhadap Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan. Informasi yang luas akan menimbulkan kepercayaan

stakeholder dan shareholder kepada perusahaan. Hal ini yang

menyebabkan aktivitas Corporate Social Responsibility (CSR) yang

dilakukan oleh perusahaan akan berdampak terhadap kinerja perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai

berikut:

H2: Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Return on Equity (ROE) pada perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia


30

3. Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap

Return On Sales

Berdasarkan teori legitimasi, dijelaskan bahwa terdapat hubungan

dua arah perusahaan dan masyarakat. Perusahaan harus secara

berkelanjutan meyakinkan masyarakat bahwa aktivitas yang dilakukan

sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di lingkungan sosial tempat

perusahaan beroperasi (Mandaika dkk, 2015). Hubungan yang baik antara

masyarakat dan perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat

terhadap produk perusahaan, sehingga reputasi perusahaan juga meningkat

dimata masyarakat. Semakin banyak produk yang dijual oleh perusahaan

maka laba yang dihasilkan perusahaan akan meningkat, sehingga dapat

memberikan sinyal kepada investor untuk menanamkan modalnya

(Permana & Rahyuda, 2019). Berbanding terbaik dengan penelitian yang

dilakukan oleh Purnaningsih (2018) menyatakan bahwa Corporate Social

Responsibility (CSR) tidak berpengaruh terhadap Return on Sales (ROS).

Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) yang luas dapat

memberikan informasi kepada publik yang berpengaruh terhadap daya jual

produk. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:

H3: Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan berpengaruh

positif dan signifikan terhadap Return on Sales (ROS) pada perusahaan

pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


31

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Obyek Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di perusahaan pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019. Data laporan keuangan diperoleh

melalui website resmi BEI yaitu www.idx.co.id serta melalui website

resmi dari masing-masing perusahaan sampel yang bersangkutan. Waktu

penelitian adalah periode 2017-2019, periode ini dipilih untuk pembaruan

penelitian.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian adalah suatu sifat dari obyek yang diterapkan oleh

peneliti untuk dipelajari sehingga dapat memperoleh kesimpulan dari

penelitian tersebut (Sugiyono, 2018:28) Obyek penelitian ini adalah :

1) Return on Aset (ROA), penilaian Return on Aset (ROA) digunakan

oleh investor untuk melihat kepatuhan perusahaan dalam memenuhi

tanggung jawabnya.

2) Return on Equity (ROE), semakin baik pengungkapan CSR yang

dilakukan oleh perusahaan maka semakin baik citra perusahaan di

masyarakat. Akibatnya investor akan tertarik melakukan investasi pada

peruahaan tersebut. Investor berharap, citra yang baik yang dimiliki

perusahaan, investor mendapatkan keuntungan yang berkelanjutan.


32

Tanggung jawab perusahaan atas dana atau investasi yang diperoleh

dengan menghasilkan laba. Return on Equity (ROE) merupakan

kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari investasi. Dengan

demikian, semakin tinggi Return on Equity (ROE) perusahaan maka

semakin tinggi minat investor melakukan investasi.

3) Return on Sales (ROS), pengukuran Return on Sales (ROS) digunakan

oleh investor untuk melihat kemampuan perusahaan melakukan

pengelolaan sehingga memperoleh laba.

B. Populasi dan Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan pertambangan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019. Sampel adalah

bagian dari jumlah maupun karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut

(Sugiyono, 2018:81). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah non-probability sampling dengan teknik purposive

sampling. Adapun kriteria yang dipertimbangkan dalam penentuan sampel

dalam penelitian ini adalah:

1. Perusahan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama

tahun 2017-2019.

2. Perusahan pertambangan yang mempublikasikan laporan keuangan

tahunan selama tahun 2017-2019.


33

3. Perusahan pertambangan yang laporan keuangannya memuat seluruh data

yang terkait dengan corporate social responsibility dan profitabilitas

selama tahun 2017-2019.

C. Identifikasi Variabel

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka variabel-variabel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Variabel dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel independent (Sugiyono, 2018:68)

Variabel dependent pada penelitian ini adalah profitabilitas perusahaan

yaitu, Return on Aset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Return on

Sales (ROS).

2. Variabel independent merupakan variabel yang memengaruhi timbulnya

variabel dependent (Sugiyono, 2018:68) Variabel independent dalam

penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility (CSR)

D. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel dalam penelitian ini menjelaskan mengenai

variabel yang diteliti serta pengukuran yang digunakan untuk memperoleh

nilai variabel - variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Definisi

operasional masing-masing variabel yang digunakan dalam penelitian adalah

sebagai berikut.

1. Profitabilitas
34

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba

dalam kaitannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.

Laba dijadikan sebagai indikator bagi stakeholder untuk menilai sejauh

mana kinerja manajemen dalam mengelola suatu perusahaan (Kimsen dkk,

2018). Tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam memeroleh

keuntungan dapat diukur dengan cara menganalisis laporan keuangan

melalui rasio profitabilitas Terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas

yang dapat digunakan untuk menilai dan mengukur posisi keuangan

perusahaan dalam suatu periode tertentu. Tingkat profitabilitas digunakan

sebagai dasar untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan. Hal ini

dilakukan mengingat daya tarik bisnis merupakan salah satu indikator

penting dalam persaingan usaha. Kinerja Keuangan Perusahaan yang

diproyeksikan melalui ROE (Return on Equity), ROA (Return on Asset)

dan ROS (Return on Sales). Dimana untuk menghitungnya adalah sebagai

berikut:

laba sebelum pajak


ROA =
total aset

laba sebelum pajak


ROE =
total ekuitas

laba sebelum pajak


ROS =
penjualan

2. Corporate Social Responsibility

Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). Pengungkapan

Corporate Social Responsibility adalah suatu bentuk tindakan yang

berangkat dari pertimbangan etis perusahaan yang diarahkan untuk


35

meningkatkan ekonomi yang diikuti dengan peningkatan kualitas hidup

bagi karyawan berikut keluarganya, serta sekaligus peningkatan kualitas

hidup masyarakat sekitar dan masyarakat secara lebih luas. Pengungkapan

Corporate Social Responsibility dalam penelitian ini adalah menggunakan

International Organization for Standardization 26000 (ISO 26000) yang

terdiri dari 7 komponen yaitu 1) tata kelola (organization governance), 2)

hak asasi manusia (human rights), 3) praktek-praktek ketenagakerjaan

(labor practices), 4) lingkungan (environment), 5) prosedur operasi yang

wajar (fair operating practices), 6) isu konsumen (consumer issues), dan

7) pelibatan dan pengembangan masyarakat (community involvement and

development). Item-item yang merupakan bagian dari komponen

pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) yang tersaji pada

lampiran 2, yang terdiri dari kategori tata kelola organsasi berjumlah 1

item, hak asasi manusia yang berjumlah 8 item, praktek-praktek

ketenagakerjaan berjumlah 5 item, lingkungan berjumlah 4 item, prosedur

operasi yang wajar berjumlah 5 item, isu konsumen berjumlah 7 item, dan

pelibatan dan pengembangan masyarakat berjumlah 7 item. Kategori

utama tersebut memiliki bagian-bagian yang secara keseluruhan berjumlah

37 item. Pengukuran Corporate Social Responsibility (CSR) adalah

dengan menilai setiap item yang diungkapkan dalam laporan tahunan

perusahaan maupun laporan keberlanjutan. Dinilai 1 jika diungkapkan dan

dinilai 0 apabila tidak diungkapkan. Kemudian nilai dari setiap item

dijumlahkan untuk memperoleh besarnya nilai Corporate Social


36

Responsibility (CSR) secara keseluruhan dari suatu perusahaan. Rumus

untuk menghitung Corporate Social Responsibility Index (CSRI) adalah

sebagai berikut:

jumlah iteminformasi CSR yang diungkapkan


CSRI= jumlah iteminformasi CSR menurut ISO 26000
(berjumlah37 item)

E. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data dalam penelitian ini menjelaskan mengenai dari

mana data tersebut didapat dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Jenis Data Menurut Sifatnya

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan

data kualitatif. Data kuantitatif merupakan data yang berbentuk angka-

angka atau data kualitatif yang diangkakan, sedangkan data kualitatif

merupakan data yang berupa kata-kata, kalimat, dan gambar (Sugiyono,

2018:10). Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah angka-angka yang

terdapat dalam laporan keuangan tahunan perusahaan pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019. Data kualitatif dalam

penelitian ini adalah daftar nama perusahaan pertambangan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesai tahun 2017-2019 digunakan sebagai sampel

dalam penelitian ini.

2. Jenis Data Menurut Sumbernya


37

Data berdasarkan sumbernya dibagi menjadi dua yaitu data primer dan

sekunder. Data primer merupakan data yang didapat melalui study

lapangan seperti wawancara, menyebarkan kuesioner, survey dan

melakukan penelitian. Sedangkan data sekunder merupakan data primer

yang diperoleh dari pihak lain, data sekunder didapat melalui menganalisis

laporan keuangan suatu perusahaan (Sugiyono, 2018:10). Penelitian ini

menggunakan data sekunder berupa Annual Report tahun 2017-2019 dari

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

F. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode observasi non partisipan, yaitu metode pengumpulan data dengan

melakukan observasi atau pengamatan tanpa ada keterlibatan secara langsung

dan hanya sebagai pengamat independent (Sugiyono, 2018: 230). Metode ini

dilakukan dengan mengumpulkan dan melakukan pengamatan pada data

perusahaan pertambangan periode 2017 - 2019. Data yang dimaksud tersebut

adalah laporan keuangan tahunan perusahaan pertambangan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia yang dapat diperoleh melalui website www.idx.co.id

dan situs masing-masing perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian

ini.

G. Metode Analisis Data

Metode analisis data merupakan metode pengolahan data yang telah

dikumpulkan sehingga memperoleh suatu informasi untuk menjawab masalah


38

yang telah dirumuskan dalam suatu penelitian serta menguji hipotesis

penelitian yang telah diajukan (Sugiyono, 2018:232). Analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi. Adapun syarat untuk

melakukan analisis regresi yaitu data harus lulus dalam uji statistik deskriptif

dan uji asumsi klasik atas model yang digunakan. Metode analisis data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linear sederhana,

dikarenakan variabel independent dalam penelitian ini hanya satu.

1. Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis

data dengan cara mendeskripsikan data yang terkumpul tanpa bermaksud

membuat simpulan yang berlaku umum atau generalisasi (Sugiyono,

2018:233) Statistik deskriptif dalam penelitian ini menjelaskan

karakteristik dari variabel dependent serta variabel independent yang dapat

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai minimum, dan nilai

maksimum. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui secara ringkas

gambaran data penelitian.

2. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk memastikan bahwa model yang dibuat

telah valid dan memenuhi asumsi-asumsi dasar dalam analisis regresi.

Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari asumsi

klasik sehingga layak untuk diteliti. Pengujian asumsi klasik pada


39

penelitian ini meliputi uji normalitas, uji autokorelasi, dan uji

heteroskedastisitas.

1) Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji model regresi yang digunakan

berditribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini

dibantu dengan program SPSS dengan model One Sample

Kolmogorov-Smirnov Test. Data dikatakan berdistribusi normal

apabila nilai P Value > 0,05 (tingkat signifikansi yang digunakan) dan

dikatakan tidak berdistribusi normal apabila nilai P Value < 0,05

(Ghozali, 2016:154).

2) Uji autokorelasi

Mengetahui adanya korelasi atau hubungan yang terjadi diantara

anggota-anggota dari serangkaian pengamatan yang tersusun dalam

rangkaian waktu merupakan tujuan dilakukannya uji autokorelasi.

Model regresi yang bebas dari autokorelasi merupakan model regresi

yang baik (Ghozali, 2016:107). Uji Runs Test digunakan sebagai uji

autokorelasi dalam penelitian ini. Nilai Asymp.sig (2-tailed) ˃ α,

berarti model regresi tidak terdapat autokorelasi.

3) Uji heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji kesamaan varian dari

residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Uji

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melakukan uji Glejser


40

dengan cara regresi nilai absolut residual dari model yang diestimasi

pada variabel independent. Model regresi yang baik akan

menunjukkan nilai signifikansi > 0,05 yang artinya tidak mengandung

gejala heteroskedastisitas (Ghozali, 2016:105)

3. Analisis Regresi Linear Sederhana

Metode analisis yang digunakan untuk menilai variabilitas

pengungkapan Corporate Social Responsibilty (CSR) atau tanggung jawab

sosial perusahaan adalah menggunakan analisis regresi linear sederhana.

Uji regresi bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel

independent terhadap variabel-variabel dependent (Ghozali, 2016:161).

Variabel dependent yang digunakan dalam penelitian ini adalah kinerja

keuangan yang dicerminkan dalam Return on Asset (ROA), Return on

Equity (ROE) dan Return on Sales (ROS), sementara variable independent

yaitu scor Corporate Social Responsibility (CSR). Apabila p-value lebih

kecil (<) atau sama dengan alpha, maka hipotesis nol ditolak, yang berarti

bahwa hasil penelitian secara statistik adalah signifikan. Tapi jika nilai p-

value lebih besar dari alpha, maka peneliti gagal menolak hipotesis nol,

yang berarti penelitian secara statistik tidak signifikan. Analisis regresi

linear sederhana ini diolah dengan program SPSS.

Model Regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu:

Y (ROA) = a + β1 X + ε

Y (ROE) = a + β2X + ε

Y (ROS) = a + β3X + ε
41

Dimana:

Y : Profitabilitas (ROA, ROE dan ROS)

a : Konstanta

β1, β2, β3 : Koefisien regresi

ε : Error

4. Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependent

(Ghozali, 2016:96). Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 sampai

dengan 1. Pada penelitian ini, nilai koefisien determinasi dilihat dari nilai

adjusted R2 karena variabel independent dalam penelitian ini berjumlah

lebih dari satu. Nilai adjusted R2 yang kecil menunjukkan bahwa

kemampuan variabel independent dalam menjelaskan variabel dependent

terbatas, namun apabila nilai adjusted R2 mendekati satu menunjukkan

bahwa variabel independent mampu memberikan hampir semua informasi

yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependent (Ghozali,

2016:97).

5. Uji Kelayakan Model (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui kelayakan dari model regresi

yang digunakan sebagai alat analisis yang menguji pengaruh variabel

independent pada variabel dependent nya (Ghozali, 2016:96). Uji F dalam

penelitian ini dilakukan dengan software SPSS 18.0 for Windows. Uji F

dapat diketahui dengan melihat nilai signifikan F pada tabel ANOVA yang
42

akan dibandingkan dengan batas signifikansi yang ditetapkan yaitu sebesar

0,05. Dasar pengambilan keputusannya adalah jika nilai signifikansi

ANOVA < α = 0,05 maka model regresi dalam penelitian ini dapat

digunakan untuk memprediksi variabel dependent, sedangkan apabila nilai

signifikansi ANOVA ≥ α = 0,05 maka model regresi dalam penelitian ini

tidak dapat digunakan untuk memprediksi variabel dependent.

6. Uji Hipotesis (Uji t)

Uji t digunakan untuk mengukur seberapa besar pengaruh variabel

independent secara parsial pada variabel dependent (Ghozali, 2016:98).

Pada penelitian ini, uji t dilakukan pada tiga hipotesis yang telah diajukan

pada bab sebelumnya. Uji t dapat diketahui dengan melihat nilai

signifikansi t yang akan dibandingkan dengan level of significant (α =

0,05). Jika nilai signifikansi t ≤ α = 0,05 maka hipotesis diterima yang

berarti variabel independent secara parsial berpengaruh siginifikan pada

variabel dependent, sedangkan apabila nilai signifikansi t > 0,05 maka

hipotesis ditolak, yang berarti variabel independent secara parsial tidak

berpengaruh pada variabel dependent nya.


43

Daftar Pustaka

Andreas, H. H., Sucayo, U. S., & Elisabeth, D. (2015). Corporate Social


Responsibility Dan Profitabilitas. Jurnal Manajemen Maranatha, 15(1),
119–136. https://doi.org/10.28932/jmm.v15i1.29

Chetty, S., Naidoo, R., & Seetharam, Y. (2015). The Impact of Corporate Social
Responsibility on Firms’ Financial Performance in South Africa.
Contemporary Economics, 9(2), 193–214. https://doi.org/10.5709/ce.1897-
9254.167

Dong, S., & Xu, L. (2016). The impact of explicit CSR regulation: Evidence from
China’s mining firms. Journal of Applied Accounting Research, 17(2), 237–
258. https://doi.org/10.1108/JAAR-03-2014-0030

Fasya, A. (2018). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responbility


Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi.
Jurnal Informasi Perpajakan, Akuntansi Dan Keuangan Publik, 13(2), 145–
162. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Fath, F. A. (2016). Study on relationship between level of social responsibility


and environmental accounting information disclosure with financial and non-
financial indexes of listed companies in Tehran Stock Exchange. JOURNAL
OF CURRENT RESEARCH IN SCIENCE, (2), 243–255.

Freeman, R. E., & Dmytriyev, S. (2017). Corporate Social Responsibility and


Stakeholder Theory: Learning From Each Other. Symphonya Emerging
Issues in Management, 1(5), 7–15. Retrieved from
http://dx.doi.org/10.4468/2017.1.02freeman.dmytriyev

Ghozali. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IMB SPSS 23


(Edisi 8). Cetakan ke VIII. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.

Herbas Torrico, B., Frank, B., & Arandia Tavera, C. (2018). Corporate social
responsibility in Bolivia: meanings and consequences. International Journal
of Corporate Social Responsibility, 3(7), 2–13.
https://doi.org/10.1186/s40991-018-0029-0

Jeffrey, S., Rosenberg, S., & McCabe, B. (2017). Corporate social responsibility
behaviors and corporate reputation. Social Responsibility Journal, 10(11).
https://doi.org/10.1108/SRJ-11-2017-0255

Kartini, P. T., Maiyarni, R., & Tiswiyanti, W. (2019). Pengaruh Return on Asset
44

(ROA), Return on Equity (ROE) dan Ukuran Perusahaan Terhadap


Corporate Social Responsibility Disclosure. JURNAL RISET AKUNTANSI
DAN KEUANGAN, 7(2), 343–366. https://doi.org/10.17509/jrak.v7i2.15636

Kimsen, Kismanah, I., & Masitoh, S. (2018). Profitability, Leverage, Size of


Company Towards Tax Avoidance. JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi
Fakultas Ekonomi), 4(1), 29–36. Retrieved from
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jiafe

Made, N., & Rahayu, M. (2018). Pengaruh Corporate Social Responsibility dan
Kinerja pada Nilai Perusahaan dengan Kepemilikan Asing sebagai Variabel
Moderasi. E-Jurnal Akuntansi Universitas, 24(1), 30–57.

Mandaika, Y., & Salim, H. (2015). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kinerja


Keuangan, Tipe Industri, Dan Financial Leverage Terhadap Pengungkapan
Corporate Social Responsibility: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011-2013. Jurnal
Akuntansi, 8(2), 181–201. https://doi.org/10.25170/jara.v8i2.18

Peranian, N. A., & Mimba, P. S. H. (2018). Pengaruh Good Corporate


Governance, Financial Distress, dan Return On Equity Pada Voluntary
Auditor Switching. E-Jurnal Akuntansi, 23(2), 1574–1599.
https://doi.org/10.24843/EJA.2018.v23.i02.p29

Perez, A. (2015). Corporate Communications : An International Journal.


Corporate Communications: An International Journal, 20(1), 1–6.
https://doi.org/10.1108/CCIJ-02-2015-0009

Purnaningsih, D. (2018). Pengaruh Corporate Social Responsibility Terhadap


Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Jurnal Manajemen Universitas Islam Indonesia.
https://doi.org/10.25105/jat.v6i2.5479

Rodriguez-Fernandez, M. (2016). Social responsibility and financial performance:


The role of good corporate governance. BRQ Business Research Quarterly,
19(2), 137–151. https://doi.org/10.1016/j.brq.2015.08.001

Rokhlinasari, S. (2015). Teori-Teori dalam Pengungkapan Informasi Corporate


Social Responsibility Perbankan. Journal Of Intellectual Capital, 5(2), 1–11.

Rosdwianti, M. Ka., AR, M. D., & ZA, Z. (2016). Pengaruh Corporate Social
Responsibility (Csr) Terhadap Profitabilitas Perusahaan (Studi pada
Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2013-2014). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 38(2), 16–
22. https://doi.org/10.21831/nominal.v4i2.8002
45

Sabatini, K., & Sudana, I. P. (2019). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social


Responsibility Pada Nilai Perusahaan Dengan Manajemen Laba Sebagai
Variabel Moderasi. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis, 14(1), 56–69.
https://doi.org/10.24843/jiab.2019.v14.i01.p06

Sugiyono. (2018). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfaveta, CV.

Widanaputra, A. A. G. P., Widhyadanta, I. gede D. S. A., & Ratnadi, N. M. D.


(2018). Reputasi Perusahaan , Reputasi Manajemen Puncak , Dan Corporate
Social Responsibility. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan Bisnis, 13(2), 75–84.

www.iso26000.org

www.idx.co.id
46

LAMPIRAN

Subjek Inti dari ISO 26000

No Kategori Item Pengungkapan


1 Tata Kelola Organisasi 1.1 Memegang teguh prinsip-prinsip Good Corporate
Governance (GCG) serta mengembangkan dan
menerapkan praktik-praktik tata kelola perusahaan yang
baik
2 Hak-Hak Asasi Manusia 2.1 Penelitian mendalam (due diligence)
2.2 Kondisi yang menimbulkan resiko HAM
2.3 Penghindaran ketertiban
2.4 Penyelesaian keluhan
2.5 Diskriminasi dan kelompok-kelompok rentan
2.6 Hak-hak sipil dan politik
2.7 Hak-hak ekonomi, sosial dan politik
2.8 Hak-hak fundamental dan ketenagakerjaan
3 Praktik Ketenagakerjaan 3.1 Kerja dan hubungan ketenagakerjaan
3.2 Kondisi kerja dan jaminan sosial
3.3 Dialog Ketenagakerjaan
3.4 Kesehatan dan keselamatan kerja
3.5 Pengembangan sumber daya manusia dan pelatihan
4 Lingkungan 4.1 Pencegahan polusi
4.2 Penggunaan sumber daya yang berkelanjutan
4.3 Mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim
4.4 Proteksi lingkungan dan keragaman hayati dan
restorasi habitat
5 Praktik Organisasi yang 5.1 Anti korupsi
Adil 5.2 Keterlibatan yang bertanggung jawab dalam urusan
politik
5.3 Kompetisi yang adil
5.4 Promosi tanggung jawab sosial dalam sphere of
influence
5.5 Penghormatan hak cipta
6 Isu-Isu Konsumen 6.1 Pemasaran yang adil, dengan informasi yang fakktual
dan tidak biasa, serta praktik kontraktual yang adil
 6.2 Pemeliharaan kesehatan dan keselamatan konsumen
 6.3 Konsumsi yang berkelanjutan
 6.4 Pelayanan dan dukungan terhadap konsumen, serta
penyelesaian keberatan
 6.5 Proteksi dan privasi data konsumen
 6.6 Akses terhadap pelayanan esensial
47

 6.7 Pendidikan dan penyadaran


7 Pemeliharaan dan  7.1 Keterlibatan masyarakat
Pengembangan Masyarakat  7.2 Pendidkan dan kebudayaan
 7.3 Penciptaan lapangan kerja dan peningkatan
keterampilan
 7.4 Pengembalian dan akses atas teknologi
 7.5 kesejahteraan dan peningkatan pendapatan

Anda mungkin juga menyukai