Anda di halaman 1dari 33

BAB IV

GAMBAR UMUM TEMPAT PENELITIAN

A. Sejarah Pasar Modal Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia

merdeka. Pasar modal atau yang lebih dikenal dengan Bursa Efek Indonesia

telah hadir sejak jaman colonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di

Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda

untuk kepentingan pemerintahan colonial atau VOC. Meskipun pasar modal

telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak

berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan

pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa

faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari

pemerintahan kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia dan berbagai

kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan

sebagaimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali

pasar modal pada tahun 1977 dan beberapa tahun kemudian pasar modal

mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insetif dan regulasi yang

dikeluarkan pemerintah (www.idx.co.id)

B. Sejarah Perkembangan Bursa Efek Indonesia (BEI)

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal atau bursa efek di

Indonesia menurut www.idx.co.id adalah sebagai berikut:


1. Desember 1912

Pada tahun ini bursa efek pertama dibentuk dan diperkenalkan di Batavia

(Jakarta) oleh pemerintah Hindia Belanda.

2. Tahun 1914-1918

Bursa efek pada tahun 1914-1918 di Batavia tutup dikarenakan terjadinya

perang dunia I.

3. Tahun 1925-1942

Seteleh ditutup karena perang dunia I, bursa efek di Batavia (Jakarta)

kembali dibuka oleh pemerintah Hindia Belanda, bersamaan dengan

dibukanya bursa efek di Semarang dan Surabaya.

4. Awal tahun 1939

Awal tahun 1939 bursa efek di Semarang dan Surabaya ditutup karena

adanya isu politik (perang dunia II) dan ketikdaksetabilan politik.

5. Tahun 1942-1952

Setelah ditutupnya bursa efek di Semarang dan Surabaya kini giliran bursa

efek di Jakarta yang tutup kembali akibat perang dunia II.

6. Tahun 1956-1976

Pada tahun ini pemerintah Belanda membentuk program nasionalisasi

perusahaan yang mengakibatkan bursa efek semakin tidak aktif.

7. Tahun 1977-1987

Pada 10 Agustus 1977 bursa efek diresmikan kembali oleh Presiden

Soeharto, pada masa ini Bursa Efek Jakarta (BEJ) dijalankan dibawah
Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM). Pengaktifan kembali pasar

modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai

emiten pertama. Namun hingga tahun 1987 perdagangan di bursa efek

sangatlah lesu hanya terdapat 24 emiten di bursa efek, masyarakyat lebih

memilik instrumen perbankan dibandingan instrumen pasar modal. Pada

Desember 1987 hadir Paker Desember 1987 (PAKDES 87) yang

memberikan kemudahan kepada perusahaan untuk melakukan penawaran

umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.

8. Tahun 1988-1990

Paket deregulasi dibidang perbankan dan pasar modal diluncurkan. Pintu

BEJ terbuka untuk asing, hal ini menyebabkan aktivitas bursa terlihat lebih

meningkat dari sebelumnya. Kemudian pada 2 Juni 1988 Bursa Paralel

Indonesia (BPI) mulai beroperisi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan

Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan

dealer. Selanjutnya pada bulan Desember 1988 pemerintah kembali

mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan

kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang

positif bagi pertumbuhan pasar modal. Setelah vakum hampir selama 50

tahun, akhirnya pada 16 Juni 1989 Bursa Efe Surabaya (BES) mulai

beroperasi lagi.

9. Tahun 1991-2000

13 Juli 1992 diperingati sebagai HUT BEJ dan terjadinya swastanisasi

BEJ. Kemudian pada 21 Desember 1993 didirikan PT Pemeringkat Efek


Indonesia (PEFINDO). 22 Mei 1995 siste otomasi perdagangan di BEJ

dilaksanakan dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Tranding

Systems). Pemerintah mengeluarkan UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar

Modal. Tahun 1995 bursa efek paralel Indonesia merger dengan bursa efek

Surabaya. Kemudia pada 6 Agustus 1996 didirikan Kliring Penjamin Efek

Indonesia (KPEI) dan pada 23 Desember 1997 didirikan Kustodian Sentra

Efek Indonesia (KSEI).

10. Tahun 2000-sekarang

Sistem perdagangan tanpa warket (scripless tranding) mulai diaplikasikan

di pasar modal Indonesia sejak 21 Juli 2000. BEJ mulai mengaplikasikan

sistem perdagangan jarak jauh (remote tranding) pada 28 Maret 2020.

Terjadinya penyesuaian transaksi T+4 menjadi T+3 pada 9 September

2002. Perilisan stock option pada 6 Oktober 2004. Pada 30 Novbember

2007 terjadi penggabungan Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Jakarta

dan berubaha nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). 8 Oktober 2008

pemberlakuan suspense perdagangan. 10 Agustus 2009 didirikan Penilai

Harga Feel Indonesia (PHEI). 2 Maret 2009 diluncurkan sistem

perdagangan baru PT BEI: JATS-NextG. Agustus 2011 didirikan PT

Indonesia Capital Market Electronic Library (ICaMEL). Januari 2012

dibentuk Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Desember 2012 dibentuk

Securities Investor Protection Fund (SIPF). Ditahun ini juga diluncurkan

Prinsip Syariah dan mekanisme Perdagangan Syariah. Pada 2 Januari 2013

terjadi pembaruan jam perdanganan. 6 Januari 2014 penyesuaian kembali


lot size dan trick price. 10 November 2015 TICMI bergabung dengan

ICaMEL dan kemudian pada 12 November 2015 launching kampanye

Yuk Nabung Saham. Tahun 2016 dilakukan penyesuaian kembali batas

Autorejection dan BEI juga ikut menyukseskan kegiatan Tax Amnesty serta

diresmikannya Go Public Information Center. Tahun 2017 diresmikan

IDX Incubator dan dilakukan relaksasi margin. Tahun 2018 terjadi

pembaruan sistem perdagangan dan new data center, launching

penyesuaian transaksi T+2 (T+2 Settlement) serta penambahan tampilak

informasi notasi khusus pada kode perusahaan tercatat. Tahun 2019 PT

Pendanaan Efek Indonesia (PEI) mendapakan ijin operasional dari OJK

C. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia (BEI)

Adapun visi dan misi dari Bursa Efek Indonesia menurut www.idx.co.id

adalah sebagai berikut

1. Visi Bursa Efek Indonesia

Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia

2. Misi Bursa Efek Indonesia

Menciptkan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui

pemberdayaan anggota bursa dan partisipan, penciptaan nilai tambah,

efisiensi biaya serta penerapan good governance.


D. Profil Perusahaan Sampel Penelitian

Berikut ini merupakan data perusahaan yang menjadi sampel dalam penelitian

ini, data perusahaan ini didapat dari annual report masing-masing perusahaan

yang di download melalui www.idx.co.id

1. PT. Adaro Energy Tbk. (ADRO)

Adaro Energy adalah perusahaan energi yang terintegrasi secara vertikal di

Indonesia dengan bisnis di sektor batubara, energi, utilitas dan

infrastruktur pendukung. Adaro Energy memiliki model bisnis terintegrasi

yang terdiri dari delapan pilar: Adaro Mining, Adaro Services, Adaro

Logistics, Adaro Power, Adaro Land, Adaro Water, Adaro Capital dan

Adaro Foundation. Lokasi utama tambang Adaro Energy terletak di

Kalimantan Selatan, tempat ditambangnya Envirocoal, batubara termal

dengan kadar polutan yang rendah. Adaro Energy juga memiliki aset

batubara metalurgi yang beragam mulai dari batubara kokas semi lunak

sampai batubara kokas keras premium di Indonesia dan Australia.

Walaupun batubara tetap merupakan DNA perusahaan, Adaro Energy

terus mengembangkan bisnis non batubara untuk mendapatkan dasar

penghasilan yang lebih stabil dan mengimbangi volatilitas sektor batubara.

Adapun visi dan misi dari PT Adaro Energy Tbk (ADRO) adalah sebagai

berikut

a. Visi
Menjadi grup perusahaan tambang dan energi Indonesia yang

terkemuka.

b. Misi

Adaro bergerak di bidang pertambangan dan energi untuk:

a). Memuaskan kebutuhan pelanggan.

b). Mengembangkan karyawan.

c). Menjalin kemitraan dengan pemasok.

d). Mendukung pembangunan masyarakat dan negara.

e). Mengutamakan keselamatan dan kelestarian lingkungan.

f). Memaksimalkan nilai bagi pemegang saham.

2. PT. Altas Resources Tbk. (ARII)

Berdiri sejak 26 Januari 2007, PT Atlas Resources Tbk (“Perseroan”)

adalah salah satu produsen batubara yang cukup dikenal di Indonesia.

Dalam perjalanan usahanya selama sebelas tahun, Perseroan mengalami

pertumbuhan bisnis yang pesat menyusul dilakukannya aksi akuisisi,

eksplorasi dan pengembangan, dengan fokus awal pada wilayah

pertambangan batubara regional berskala kecil. Sejak mulai beroperasi,

Perseroan telah terlibat dalam sejumlah pengembangan proyek, di

antaranya proyek eksplorasi dan produksi di lokasi tambang PT Diva

Kencana Borneo (DKB) di Hub Kubar yang memproduksi batubara

dengan kandungan kalori tinggi dan batubara jenis metallurgical coal.

Selain itu, Perseroan juga melakukan ekspansi aset pertambangan dengan

mengakuisisi PT Hanson Energy di Hub Oku dan kemudian dilengkapi


dengan aksi akuisisi atas Grup Gorby, yang kini dikenal dengan Proyek

Mutara (dahulu Muba), serta atas PT Optima Persada Energi (OPE), yang

memiliki 6 lahan konsesi pertambangan. Selain itu Perseroan juga

memiliki beberapa anak usaha di bidang jasa logistik. Melalui berbagai

langkah strategis tersebut, Perseroan mampu memperluas skala produksi

batubara yang dimilikinya. Hingga kini, Perseroan telah memiliki banyak

lahan konsesi yang secara keseluruhan mencapai luas lebih dari 200.000

Ha. Kegiatan eksplorasi maupun produksi batubara Perseroan

dikoordinasikan melalui 6 hub, yaitu:

a. PT. Hub Mutara, terdiri dari 5 lahan konsesi dengan total luas lebih

dari 41.000 Ha yang terletak di Kabupaten Musi Rawas dan Kabupaten

Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Hub ini memproduksi jenis

thermal coal untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listrik generasi

baru.

b. Hub Kukar, terdiri dari 2 konsesi tambang yang terletak di Kabupaten

Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, dengan luas lahan mencapai

hampir 2.500 Ha. Hub ini memproduksi batubara jenis thermal coal,

metallurgical coal dan thermal coal berkalori tinggi.

c. Hub Berau, terdiri dari 3 konsesi tambang yang terletak di Kabupaten

Berau, Kalimantan Timur, dengan luas lahan mencapai hampir 15.000

Ha. Hub ini memproduksi batubara jenis thermal coal untuk diekspor

ke pasar Asia Utara.


d. Hub Kubar, terdiri dari 3 konsesi tambang yang terletak di Kabupaten

Kutai Barat, Kalimantan Timur, dengan luas lahan mencapai kurang

dari 15.000 Ha. Hub ini memproduksi jenis metallurgical coal dan

thermal coal berkalori tinggi.

e. Hub Oku, terdiri dari 3 lahan konsesi yang terletak di Sumatera Selatan

dengan total luas lahan mencapai 23.840 Ha. Hub ini memproduksi

jenis steam coal berkalori rendah untuk memenuhi kebutuhan pasar

domestik serta pembangkit listrik dan fasilitas di India, Korea, China

dan wilayah lainnya.

f. Hub Papua, terdiri dari 2 lahan konsesi dengan total luas lahan 100.000

Ha. Hub ini masih dalam tahap pengembangan.

Dalam rangka mendukung pengembangan usaha dan memperkuat

permodalan, pada bulan November 2011 Perseroan melaksanakan

Penawaran Umum Saham Perdana (Initial Public Offering) dan

menerbitkan 650 juta saham dengan harga Rp1.500 per saham. Sejak saat

itu, saham Perseroan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI)

dengan kode saham ARII. Melalui anak perusahaannya, PT Hanson

Energy (HE), Perseroan telah menjalin kontrak jangka panjang (20 tahun)

dengan PT PLN untuk memasok batubara ke beberapa PLTU milik PT

PLN diantaranya PLTU Tarahan Baru (Lampung), PLTU 3 Banten (Teluk

Naga), PLTU Teluk Sirih (Sumatera Barat), dan PLTU 2 Jawa Barat

(Pelabuhan Ratu) dan beberapa zonasi PLTU seperti PLTU Bangka Baru,

PLTU Labuhan dan PLTU Suralaya Baru. Hal ini membuktikan


kepercayaan yang besar dari pasar domestik khususnya PLN terhadap

kualitas produk

Adapun visi dan misi dari PT Altas Resources Tbk. (ARII) adalah sebagai

berikut

a. Visi

Menjadi produsen batubara terkemuka melalui jiwa kewirausahaan.

b. Misi

Adapun misi dari PT Atlas Resousce

a). Membangun organisasi cerdas.

b). Menghasilkan pendapatan premium bagi pemegang saham.

c). Melakukan kemitraan bisnis dengan integritas.

d). Meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal.

e). Menerapkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.

f). Menjadi proaktif dalam melestarikan lingkungan hidup.

g). Mengelola keanekaragaman proyek dan kelestarian sumber daya.

h). Menjadi pribadi yang tangguh.

3. PT Baramulti Suksessarana Tbk. (BSSR)

PT Baramulti Suksessarana Tbk (Perseroan) didirikan pada 31 Oktober

1990 sebagai salah satu agen pemasaran dan perdagangan PT Tambang

Batubara Bukit Asam. Aktivitas bisnis tersebut dilakukan karena ruang

lingkup usaha Perseroan masih terbatas di bidang perdagangan batubara.

Namun, seiring dengan kinerja operasional dan finansial yang terus

membaik, Perseroan memutuskan untuk memperluas ruang lingkup usaha


melalui pengakuisisian PT Antang Gunung Meratus (AGM) pada tahun

1995 dan memulainkegiatan eksplorasi batubara di tahun 1999.

Sedangkan, kegiatan produksi batubara mulai dijalankan Perseroan secara

komersial di tahun 2011. Saat ini, Perseroan dan AGM merupakan pemilik

konsesi tambang batubara seluas 24.518 Ha yang tersebar di wilayah

Kalimantan Timur seluas 2.085 Ha dan Kalimantan Selatan seluas 22.433

Ha. Hingga akhir tahun 2019, konsesi tambang batubara tersebut telah

menghasilkan 11,86 juta MT. Jumlah tersebut masih akan terus

ditingkatkan seiring dengan peningkatan permintaan dan kebutuhan

batubara, baik di dalam maupun di luar negeri. Pasar luar negeri secara

khusus menjadi pangsa pasar terbesar bagi Perseroan, selain pasar dalam

negeri untuk memenuhi kebutuhan Dosmetic Market Obligation (DMO).

Saat ini, jangkauan peredaran ke beberapa negara Asia telah mencakup

India, Tiongkok, Korea Selatan, Thailand, Filipina, Jepang, dan negara-

negara ASEAN lainnya..

Adapun visi dan misi dari perusahaan ini adalah

a. Visi

Menjadi Perusahaan energi terintegrasi yang terkemuka di Indonesia

yang mampu memberikan nilai tambah kepada seluruh stakeholders

secara berkesinambungan.

b. Misi

a). Mengelola perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola

perusahaan yang baik


b). Mengedepankan budaya berkesinambungan (continuous

improvement)

c). Mampu memberikan nilai tambah kepada semua pemangku

kepentingan

d). Mempunyai struktur biaya yang kompetitif

4. PT. Bumi Resources Tbk. (BUMI)

Perseroan awalnya didirikan pada 26 Juni 1973 dengan nama PT Bumi

Modern, yang bergerak dalam bidang industri perhotelan dan pariwisata.

Setelah melakukan penawaran saham perdana pada 1990 dengan kode

saham BUMI, PT Bumi Modern Tbk bertransformasi dan memasuki

industri minyak, gas alam dan pertambangan pada 1998. Seiring dengan

pesatnya pertumbuhan industri pertambangan nasional, PT Bumi Modern

Tbk memutuskan untuk melakukan ekspansi usaha di bidang pengolahan

batubara dan barang tambang lainnya. Pada 2000, melalui Akta

Pernyataan Keputusan Rapat Perubahan Anggaran Dasar PT Bumi

Modern Tbk No. 18 tanggal 5 Juli 2000, dibuat di hadapan Alfira

Kencana, S.H., pengganti dari Sutjipto, S.H., Notaris di Jakarta, Perseroan

melakukan perubahan nama menjadi PT Bumi Resources Tbk (Perseroan).

Perubahan nama tersebut memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum

dan Perundang-undangan berdasarkan Keputusan No. C-

21041.HT.01.04.TH.2000 tanggal 20 September 2000, yang telah

didaftarkan sesuai dengan UU No. 3 Tahun 1982 dengan TDP No.


090311129169 di Kantor Pendaftaran Perusahaan Kodya Jakarta Selatan

di bawah No. 116/RUB.09.03/ II/2001 tanggal 13 Februari 2001.

Perseroan berupaya untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan para

pemangku kepentingan, terutama kepada para pelanggan, agar tercipta

sebuah proses bisnis yang berkesinambungan dan seimbang. Oleh karena

itu, Perseroan senantiasa meningkatkan kompetensi SDM agar bekerja

secara produktif dan efektif guna menghasilkan kinerja yang sehat dan

profitabel. Perseroan juga mendorong peningkatan kapasitas tambang

seiring dengan efisiensi biaya, agar dapat bersaing di persaingan pasar

yang agresif. Pada 2019, Perseroan berhasil menyelesaikan pembayaran

secara tunai (cash) sebesar USD134,70 juta utk Tranche A.

Adapun visi dan misi dari perusahaan ini adalah sebagai berikut

a. Visi

Menjadi perusahaan operator bertaraf internasional dalam sektor energi

dan pertambangan.

b. Misi

Menjaga kesinambungan usaha dan daya saing Perseroan dalam

menghadapi persaingan terbuka di masa mendatang dengan tujuan

untuk:

a). Meningkatkan hasil investasi dan nilai yang optimal bagi para

pemegang saham.

b). Memperbaiki kesejahteraan para karyawan.


c). Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah operasi

pertambangan.

d). Menjaga kelestarian lingkungan pada seluruh wilayah operasi

pertambangan.

5. PT. Bayan Resources Tbk. (BYAN)

Sejarah Bayan Group dimulai ketika Dato’ Dr. Low Tuck Kwong selaku

pemegang saham pendiri mengakuisisi konsesi tambang batubara pertama

kali pada bulan November 1997 yang berlokasi di Muara Tae, Kalimantan

Timur, yaitu GBP. Sejak itu, sejumlah konsesi batubara dan perusahaan

lain telah diakuisisi, termasuk DPP yang bergerak di bidang pengelolaan

pelabuhan batubara. DPP memiliki dan mengelola pelabuhan khusus

batubara yang dikenal sebagai BCT, yang memiliki kapasitas keluaran

hingga 20,0 juta MT per tahun. Selanjutnya para pemegang saham pendiri

mendirikan PT Bayan Resources Tbk. pada tanggal 7 Oktober 2004

berdasarkan Akta Notaris No. 12 tanggal 7 Oktober 2004 yang dibuat di

hadapan Yani Indrawaty Wibawa, S.H., notaris di Jakarta. Akta tersebut

telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia

Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.C-30690

HT.01.01.TH.2004 tanggal 21 Desember 2004. Anggaran Dasar Perseroan

telah beberapa kali mengalami perubahan, terakhir berdasarkan Akta

Notaris No.113 tanggal 25 September 2019 yang dibuat di hadapan Mala

Mukti, S.H., notaris di Jakarta, mengenai Maksud dan Tujuan Perusahaan

Serta Kegiatan Usaha Perseroan, sehubungan dengan kewajiban untuk


menyesuaikan maksud dan tujuan serta kegiatan usaha sesuai dengan

Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 2017 sebagaimana

dimaksud oleh Pengumuman Bersama Kementerian Hukum dan Hak

Asasi Manusia Republik Indonesia c.q Direktorat Jenderal Administrasi

Hukum Umum dan Kementeriaan Koordinator Bidang Perekonomian

Republik Indonesia c.q Lembaga Online Single Submission (OSS)

tertanggal 11 Oktober 2018, serta penambahan kegiatan usaha penunjang

kegiatan utama Perseroan, khususnya pasal 3, Akta No. 145, tanggal 26

Juni 2015, Akta No. 73 tanggal 27 Mei 2016 dan Akta No. 24 tanggal 10

Januari 2018 yang dibuat di hadapan Mala Mukti, S.H., notaris di Jakarta.

Akta-akta ini telah diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia Republik Indonesia dengan diterbitkannya Surat Penerimaan

Pemberitahuan Data Perseroan No.AHU-AH.01.03-0342711 tanggal 8

Oktober 2019, No.AHU-AH.01.03-0946835 tanggal 29 Juni 2015,

No.AHU-AH.01.03.008035 tanggal 16 Juni 2016 dan No.AHUAH. 01.03-

0016635 tanggal 15 Januari 2018. ada tahun 2006, status Perseroan diubah

dari perusahaan non-investasi menjadi perusahaan terbatas di bidang

investasi dalam negeri berdasarkan undang-undang Republik Indonesia.

Pada tanggal 12 Agustus 2008, Perseroan resmi mencatatkan sahamnya di

Bursa Efek Indonesia melalui Penawaran Umum Saham Perdana (IPO)

dengan harga perdana sebesar Rp5.800/saham. Tahun 2008, Perseroan

membeli KFT-1, yang pada waktu itu dialokasikan untuk Proyek WBM

untuk melayani tongkang dan kapal berukuran kecil hingga capesize di


wilayah Kalimantan Selatan. Pada tahun 2011, Perseroan mengakuisisi

56% saham Kangaroo Resources Pty Ltd (KRL) dengan 13 konsesi

pertambangannya, sehingga menjadikan Perseroan Pemegang Saham

mayoritas. Pada akhir tahun 2018, Perseroan membeli sisa saham KRL

dari para pemegang saham publik, sehingga menjadikan Perseroan

pemegang saham tunggal atau 100% di KRL dan mencoret KRL dari

daftar perusahaan terbuka pada tanggal 13 Desember 2018. Pada tahun

2012, Perseroan juga membeli KFT-2 yang dialokasikan untuk

mendukung Proyek Tabang di Kalimantan Timur. Adapun visi dan misi

adalah sebagai berikut

a. Visi

Menjadi perusahaan pertambangan batubara terkemuka yang

berkomitmen untuk menghasilkan produk bermutu, jasa berkualitas

tinggi dan pertumbuhan berkesinambungan dalam jangka panjang

dengan tetap meminimalkan dampak lingkungan.

b. Misi

Misi dari perusahaan ini adalah sebagai berikut

a). Mengoptimalkan nilai pemegang saham melalui pencapaian kinerja

terbaik di semua operasi kami.

b). Memaksimalkan kompetensi inti melalui pelaksanaan praktik

bisnis terbaik.

c). Menjunjung Tanggung Jawab Sosial Perseroan dengan fokus pada

peningkatan kesejahteraan karyawan, standar kesehatan dan


keselamatan yang tinggi, kebijakan lingkungan yang

berkesinambungan dan pengembangan masyarakat yang

bertanggung jawab.

6. PT. Delta Dunia Makmur Tbk. (BYAN)

Pertama kali didirikan pada tanggal 26 November 1990 di bawah nama PT

Daeyu Poleko Indonesia, berdasarkan Akta Notaris No. 117 yang dibuat di

hadapan Notaris Edison Sianipar, S.H., Notaris di Jakarta dan

mendapatkan pengesahan Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui

Surat Keputusan No. C2-1823.HT.01.01.Th.91 tanggal 31 Mei 1991, serta

diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 63, Tambahan

No. 3649 tanggal 7 Agustus 1992. Pada awalnya, Perseroan memulai

usahanya sebagai produsen tekstil benang rayon, katun dan poliester untuk

pasar ekspor. Kemudian pada bulan Februari 2008, Perseroan mengalihkan

fokusnya ke bidang pengembangan properti komersial dan industri sebagai

upaya untuk menyesuaikan terhadap perubahan tren pertumbuhan industri

di Indonesia. Sejalan dengan perubahan-perubahan pada strategi bisnis,

Perseroan telah beberapa kali melakukan penggantian nama hingga pada

akhirnya memutuskan untuk beroperasi di bawah nama PT Delta Dunia

Makmur Tbk. Perubahan nama yang terakhir ini dilakukan berdasarkan

Akta Notaris No. 07 tanggal 16 Oktober 2009 yang dibuat di hadapan

Notaris Leolin Jayayanti, S.H., Notaris di Jakarta dan disahkan oleh

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat

Keputusan No. AHU- 50729.AH.01.02.Tahun 2009 tanggal 20 Oktober


2009, serta telah direkam di dalam basis data Sistem Administrasi Badan

Hukum Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia

melalui Surat No. AHU-AH.01.10-18607 tanggal 23 Oktober 2009.

Perseroan mendapatkan status sebagai perusahaan terbuka melalui

pencatatan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Juni

2001 dengan kode perdagangan saham DOID. Sejak bulan November

2009, Perseroan memfokuskan usahanya di bidang jasa kontraktor

pertambangan batu bara melalui akuisisi 99,9% saham PT Bukit Makmur

Mandiri Utama (BUMA). Perseroan melalui BUMA saat ini merupakan

kontraktor pertambangan batubara terbesar kedua di Indonesia berdasarkan

volume produksi. Selain BUMA, Perseroan memiliki dua entitas anak

lainnya yang tidak aktif, yaitu PT Banyubiru Sakti (BBS) dan PT Pulau

Mutiara Persada (PMP). Dahulu kedua perusahaan ini, BBS dan PMP,

adalah pemegang Izin Usaha Pertambangan Eksplorasi (IUP Eksplorasi)

konsesi tambang batubara, masing-masing yang berlokasi di Kalimantan

Timur dan Jambi. Namun di awal tahun 2018 IUP Eksplorasi BBS dan

PMP telah dikembalikan kepada masing-masing Pemerintah Daerah

setempat. Perseroan saat ini mencurahkan seluruh perhatiannya untuk

mengembangkan usaha BUMA. Adapun visi dan misi dari perusahaan ini

adalah sebagai berikut

a. Visi

Menjadi penyedia jasa pertambangann terkemuka yang mampu

menciptakan nilai optimal bagi para pemangku kepentingan.


b. Misi

Misi dari perusahaan ini adalah sebagai berikut

a). Menyediakan jasa penambangan yang berkomitmen dan

terpercaya.

b). Memastikan pertumbuhan bisnis yang menguntungkan dan

berkelanjutan.

c). Memberikan nilai tambah kepada pelanggan melalui kemitraan

strategis dan jangka panjang.

d). Mengembangkan sumber daya manusia yang kompeten dan

bertanggung jawab.

e). Berkomitmen dan bertanggung jawab pada dampak lingkungan

dan komunitas.

1. PT. Dian Swastika Sentosa Tbk. (DSSA)

Perseroan didirikan dengan nama PT Dian Swastatika Sentosa, kemudian

mengubah nama Perseroan menjadi PT Dian Swastatika Sentosa Tbk pada

tahun 2009 dalam rangka Penawaran Umum Perdana Saham berdasarkan

Akta No. 75 tanggal 24 Juli 2009 dibuat dihadapan Notaris Linda

Herawati, S.H., Notaris di Jakarta dan telah mendapatkan persetujuan dari

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat

Keputusan tertanggal 29 Juli 2009 Nomor AHU- 36038.AH.01.02.Tahun

2009 dan telah memperoleh Surat Penerimaan Pemberitahuan Perubahan

Anggaran Dasar dan Data Perseroan tertanggal 4 Agustus 2009 Nomor

AHU-AH.01.10-12199 dan AHUAH. 01.10-12199. PT. Dian Swastika


Sentosa Tbk. didirikan pada 2 agustus 1996 dengan Akta No. 6 tanggal 2

Agustus 1996 dan Akta No. 35 tanggal 8 Oktober 1996, keduanya dibuat

di hadapan Notaris Linda Herawati, S.H., notaris di Jakarta, dan telah

mendapatkan pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia

berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No.

C2-9854.HT.01.01.TH’96 tanggal 28 Oktober 1996. Bidang usaha

berdasarkan anggaran dasar perseroan adalah penyediaan tenaga listrik,

perdagangan besar, jasa dan pembangunan perumahan serta insfraktuktur.

Kegiatan usaha utama yang dijalankan saat ini adalah peneyediaan tenaga

listrik (induk perusahaan dan entitas anak), pertambangan dan

perdagangan multimedia dan perdagangan pupuk serta bahan kimia

(entitas anak). Visi dan misi dari perusahaan ini adalah

a. Visi

Menjadi perusahaan terkemuka dibidang energi dan infrastruktur di

Indonesia.

b. Misi

Menciptaka pertumbuhan usaha berkesinambungan dengan

memberikan solusi terbaik bagi pelanggan

2. PT. Indika Energy Tbk. (INDY)

PT Indika Energy Tbk. (“Indika Energy” atau “Perusahaan”) tercatat di

Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2008. Indika Energy didirikan

tahun 2000, kini menjadi salah satu perusahaan energi terintegrasi yang

terkemuka di Indonesia. Portofolio bisnis Perusahaan mencakup sektor


sumber daya energi, jasa energi, dan infrastruktur energi, serta sejumlah

bisnis non-energi untuk menambah diversifikasi portfolio. Dengan

portofolio usaha yang dimiliki, Perusahaan mampu menyediakan produk

dan layanan yang saling melengkapi baik untuk pelanggan domestik

maupun internasional, serta memungkinkan Perusahaan memanfaatkan

peluang-peluang pertumbuhan di berbagai sektor energi di Indonesia.

Indika Energy telah berkembang menjadi perusahaan dengan kegiatan

operasional di berbagai wilayah nusantara. Adapun visi dan misi dari PT.

Indika Energy Tbk adalah sebagai berikut

a. Visi

Menjadi perusahaan energi Indonesia tingkat dunia yang diakui

kompetensi terintegrasinya di sektor sumber daya energi, jasa energi

dan infrastruktur energi

b. Misi

Misi dari perusahaan ini adalah sebagai berikut

a). Mengembangkan sumber daya energi yang melimpah untuk

mendukung pertumbuhan ekonomi global.

b). Menciptakan integrasi dan sinergi antar bisnis.

c). Menciptakan nilai yang optimal bagi pemegang saham.

d). Mengembangkan sumber daya manusia secara berkesinambungan.

e). Menjadi warga korporasi yang baik.

3. PT. Resource Alam Indonesia Tbk. (KKGI)


Perusahaan ini dikenal sebagai salah satu perusahaan pertambangan

batubara di Indonesia, PT Resource Alam Indonesia Tbk (“Perseroan”)

dirintis dari sebuah perusahaan bernama PT Kurnia Kapuas Utama Glue

yang menjalankan kegiatan usaha produksi adhesif kayu pada tahun 1981.

Perseroan pada tahun 1991 tepatnya satu dekade kemudian, memutuskan

untuk melakukan aksi korporasi berupa Penawaran Umum Perdana (IPO)

dan berhasil meraih dana sebesar Rp25,65 miliar untuk ekspansi bisnis.

Sejak saat itu, saham Perseroan tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan

kode saham “KKGI”. Momentum tersebut menjadi awal bagi Perseroan

untuk menekuni bisnis pertambangan batubara sekaligus melakukan

pergantian nama menjadi PT Resource Alam Indonesia Tbk pada tahun

2003. Ekspansi bisnis secara konsisten dilakukan oleh Perseroan guna

mempertahankan keberlanjutan usaha dan menjaga profitabilitas. Hal ini

terlihat dari keseriusan Perseroan untuk terus mendukung program

Pemerintah dalam hal pemenuhan listrik bagi masyarakat Indonesia

melalui akuisisi PT Khatulistiwa Hidro Energi pada tahun 2015 serta

pendirian PT Bumi Hidro Energi pada tahun 2016. Wilayah konsesi

Perseroan seluas 24.477 hektar merupakan kawasan PKP2B yang terdiri

dari Blok Purwajaya, Manunggal Jaya, Handil Bakti, Bayur, Simpang

Pasir, Perangat dan Separi. Perseroan memiliki anak usaha, yaitu PT

Insani Bara Perkasa yang dipercaya untuk mengelola tiga lokasi

pertambangan sejak tahun 2006. Dalam beberapa tahun terakhir, rata-rata

volume produksi batubara Perseroan mencapai 4 juta MT per tahun. Selain


memenuhi kebutuhan domestik, produk produk batubara Perseroan juga

diekspor ke mancanegara, seperti Korea Selatan, India, China, dan

Bangladesh. Adapun visi dan misi dari perusahaan ini adalah sebagai

berikut

a. Visi

Menjadi perusahaan tambang yang bertaraf internasional dan

mempunyai keunggulan dalam persaingan global yang bersahabat

dengan lingkungan.

b. Misi

Misi dari perusahaan ini adalah

a) Menjadi salah satu perusahaan tambang yang produktif dan

efisien.

b) Mempunyai semangat kebersamaan dan kerjasama yang solid,

baik secara internal maupun dengan pihak eksternal.

c) Memperhatikan faktor-faktor bisnis dan tanggung jawab sosial

kemasyarakatan yang nyata serta pengelolaan lingkungan yang

berkelanjutan.

d) Menjadi perusahaan dengan tata kelola yang baik dan

berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

4. PT. Samindo Resources Tbk. (MYOH)

Perseroan merupakan perusahaan investment holding terkemuka di

Indonesia yang menyediakan jasa pertambangan batubara terintegrasi

dengan kompetensi inti di bidang jasa pemindahan batuan penutup,


produksi batubara, pengangkutan batubara dan pemboran eksplorasi. Jejak

langkah Perseroan dalam industri batubara nasional telah dirintis jauh

sebelum menjadi induk dari beberapa perusahaan jasa pertambangan

batubara. Sebelum bersinergi menjadi PT Samindo Resources Tbk, seluruh

anak usaha Perseroan telah lebih dulu malang melintang di industri

batubara di tanah air. Lebih dari dua decade anak usaha Perseroan

dipercaya untuk mengelola tambang batubara milik PT KIDECO Jaya

Agung yang berlokasi di Kalimantan Timur. Pada akhir tahun 2011, ST

International Corporation, salah satu perusahaan terkemuka dari Korea

Selatan mengakuisisi mayoritas saham PT Myoh Technology Tbk. Pasca

akuisisi tersebut PT Myoh Technology Tbk melakukan aksi korporasi

berupa PUT tahap pertama. Hasil PUT tersebut direalisasikan oleh PT

Myoh Technology Tbk untuk melakukan akuisisi atas mayoritas saham PT

SIMS Jaya Kaltim. Di tahun 2012, PT Myoh Technology Tbk mengganti

nama perusahaan menjadi PT Samindo Resources Tbk yang diikuti

perubahan arah bisnis menjadi perusahaan jasa pertambangan batubara.

Pada tahun yang sama, PT Samindo Resources Tbk kembali melakukan

aksi korporasi dengan melakukan PUT tahap kedua. Hasil dari aksi

korporasi tersebut direalisasikan untuk mengakuisisi PT Trasindo Murni

Perkasa, PT Samindo Utama Kaltim, dan PT Mintec Abadi. Sebagai

perusahaan investment holding, Perseroan melakukan kegiatan operasional

melalui empat anak usahanya, yaitu PT SIMS Jaya Kaltim, PT Samindo

Utama Kaltim, PT Trasindo Murni Perkasa dan PT Mintec Abadi. Saat ini
Perseroan melalui keempat anak usahanya merupakan salah satu

perusahaan penyedia jasa pertambangan batubara yang dipercaya untuk

mengelola tambang batubara milik PT KIDECO Jaya Agung di daerah

Kalimantan Timur.

5. PT. J Resources Asia Pasifik Tbk. (PSAB)

PT J Resources Asia Pasifik Tbk (“Perseroan”) adalah suatu perseroan

terbatas terbuka yang bergerak di bidang pertambangan emas melalui

anak-anak perusahaannya, yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

dengan kode ticker “PSAB”. Saat ini Perseroan, melalui anak-anak

perusahaannya, memiliki delapan proyek inti; yaitu tiga tambang produksi,

empat tambang dalam tahap pengembangan dan eksplorasi, dan satu

tambang dalam tahap perawatan dan pemeliharaan. Semua proyek terletak

di Indonesia, kecuali Tambang Penjom yang berada di tengah “sabuk

emas”, di Negeri bagian Pahang di semenanjung Malaysia. Aset produktif

utama Perseroan adalah Tambang Bakan di Sulawesi Utara dan Tambang

Seruyung di Kalimantan Utara. Aset produktif sekunder adalah Tambang

Penjom di Malaysia dan Tambang Lanut Utara di Sulawesi Utara. Saat ini,

Tambang Lanut Utara dalam kondisi perawatan & pemeliharaan.

6. PT.Bukit Asam Tbk. (PTBA)

PT Bukit Asam Tbk, yang selanjutnya disebut sebagai “Perusahaan” atau

“PTBA” secara legal formal berdiri pada tanggal 2 Maret 1981

berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 42 tahun 1980 tentang Penyertaan

Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan


(Persero) Tambang Batu bara Bukit Asam. Perusahaan memiliki sejarah

yang sangat panjang di industri batu bara nasional. Operasional dari

perusahaan ini ditandai dengan beroperasinya tambang Air Laya di

Tanjung Enim tahun 1919 oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Kala itu,

penambangan masih menggunakan metode penambangan terbuka (open

pit mining). Pada periode tahun 1923 hingga 1940, tambang Air Laya

mulai menggunakan metode penambangan bawah tanah (underground

mining). Lalu sekitar tahun 1938, mulai dilakukan produksi untuk

kepentingan komersial. Seiring dengan berakhirnya kekuasaan kolonial

Belanda di tanah air, para karyawan Indonesia kemudian berjuang

menuntut perubahan status tambang menjadi pertambangan nasional

hingga pada tahun 1950, Pemerintah Republik Indonesia kemudian

mengesahkan pembentukan Perusahaan Negara Tambang Arang Bukit

Asam (PN TABA). Pada tanggal 2 Maret 1981, PN TABA kemudian

berubah status menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Tambang

Batu bara Bukit Asam (Persero) atau dikenal juga sebagai PTBA. Dalam

rangka meningkatkan pengembangan industri batu bara di Indonesia, pada

1990 Pemerintah Indonesia menetapkan penggabungan Perum Tambang

Batu bara dengan Perusahaan. Sesuai dengan program pengembangan

ketahanan energi nasional, pada 1993 pemerintah menugaskan Perusahaan

untuk mengembangkan usaha briket batubara. Pada tahun 23 Desember

2002, Perusahaan mencatatkan diri sebagai perusahaan publik di Bursa

Efek Indonesia dengan kode/ticker “PTBA” dengan melakukan penawaran


umum perdana (initial public offering) sebanyak 346.500.000 saham yang

terdiri dari 315.000.000 saham divestasi milik Negara Republik Indonesia,

sehingga Perusahaan berubah status menjadi Perusahaan Publik dengan

nama PT Tambang Batu bara Bukit Asam (Persero) Tbk. Di tahun 2017,

Perusahaan memasuki babak baru dengan resmi bergabung bersama PT

Aneka Tambang Tbk. dan PT Timah Tbk. dalam Holding BUMN

Pertambangan dengan PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) sebagai

induk holding. Tergabungnya Perusahaan ke dalam holding tersebut juga

memberikan efek domino dalam kebijakan Perusahaan, di antaranya

dengan perubahan nama dan status PT Bukit Asam (Persero) Tbk menjadi

PT Bukit Asam Tbk. Bergabungnya Perusahaan ke dalam Holding BUMN

Pertambangan ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas usaha dan

pendanaan, pengelolaan sumber daya alam mineral dan batu bara yang

lebih efektif, peningkatan nilai tambah melalui hilirisasi dan meningkatkan

kandungan lokal, serta efisiensi biaya dari sinergi yang dilakukan.

7. PT. Petrosea Tbk. (PTRO)

PT Petrosea Tbk. (“Petrosea” atau “Perusahaan”) adalah perusahaan multi

disiplin yang bergerak di bidang Kontrak Pertambangan, Rekayasa &

Konstruksi serta Jasa Minyak & Gas Bumi dengan jejak langkah di

Indonesia selama lebih dari 48 tahun. Didukung oleh berbagai prestasi dan

pengalaman yang tersebar di hampir seluruh pelosok nusantara, saat ini

Petrosea dikenal sebagai salah satu kontraktor terdepan di Indonesia.

Keunggulan kami adalah pada kemampuan untuk menyediakan jasa


pertambangan terpadu pit-toport, kemampuan Rekayasa & Konstruksi

yang terintegrasi serta jasa logistik, dengan selalu berkomitmen penuh

terhadap penerapan keselamatan, kesehatan kerja & lingkungan,

manajemen mutu dan integritas bisnis. Didirikan pada tahun 1972,

Petrosea berkomitmen untuk menjalankan prinsip-prinsip tata kelola

perusahaan yang baik dan telah mengadopsi praktik tata kelola untuk

memastikan bahwa fungsi manajemen dan seluruh elemen pendukung

lainnya berjalan secara efektif sebagai perusahaan terbuka. Dengan

implementasi prinsip-prinsip tata kelola perusahaan, kita memastikan

bahwa Petrosea adalah perusahaan yang bertanggung jawab, independen

serta transparan bagi seluruh pemangku kepentingan. Setelah menjalankan

usahanya selama 18 tahun, tepatnya pada tanggal 21 Mei 1990, Petrosea

mencapai sebuah jejak langkah bersejarah dengan menjadi perusahaan

rekayasa & konstruksi pertama di Indonesia yang tercatat di Bursa Efek

Indonesia (IDX:PTRO). Petrosea didukung penuh oleh pemegang saham

utamanya, PT Indika Energy Tbk., yang merupakan perusahaan energi di

Indonesia yang menyediakan solusi energi terpadu melalui investasinya di

bidang sumberdaya energi, jasa dan infrastruktur. Setelah mengakuisisi

98,55% kepemilikan saham Petrosea pada tahun 2009, sebagai bentuk

kepatuhan terhadap Otoritas Pasar Modal mengenai pengambilalihan

Perusahaan Terbuka, maka pada Februari 2012, PT Indika Energy Tbk.

menjual 28,75% dari total saham yang dikeluarkan kepada publik. Dengan
demikian PT Indika Energy Tbk. merupakan Pemegang saham pengendali

dengan 69,80% kepemilikan saham.

8. PT. Golden Eagle Enery Tbk. (SMMT)

PT Golden Eagle Energy Tbk didirikan pada tahun 1980 dengan nama PT

The Green Pub sebagai perusahaan yang bergerak bidang restoran dan

hiburan. Dalam perjalanannya, Perseroan mengganti nama menjadi PT

Setiamandiri Mitratama di tahun 1996 serta melaksanakan penawaran

umum perdana dengan mencatatkan lima juta lembar saham di Bursa Efek

Surabaya pada 29 Februari 2000. Perseroan kembali mengganti nama

menjadi PT Eatertainment International Tbk pada tahun 2004. Pada tahun

2012, Perseroan melepas unit usaha restoran dan hiburannya serta beralih

ke usaha pertambangan. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, Perseroan

menerbitkan 820 juta lembar saham baru yang hasil penjualannya sebagian

digunakan untuk membiayai akuisisi konsesi penambangan batu bara.

Melalui PT Triaryani, anak usaha yang beroperasi di konsesi

penambangan Sumatera Selatan, Perseroan memulai proses penambangan

batu bara secara komersial dan memasarkan produknya pada tahun 2014.

Perseroan pun terus-menerus meningkatkan produktivitas, memperkuat

infrastruktur logistik, serta mempertahankan efisiensi operasional. Berkat

komitmen dan kerja keras tersebut, kini Perseroan memiliki total luas

konsesi 8.526 hektar dengan total sumber daya sebanyak 656 juta ton dan

total cadangan 439 juta ton. Adapun visi dan misi dari perusahaan ini

adalah sebagai berikut


a. Visi

Menjadi perusahaan tambang terdepan dengan pertumbuhan usaha

yang berkelanjutan yang menciptakan nilai lebih dan kemakmuran

b. Misi

Adapun misi dari perusahaan ini adalah

a). Memastikan pertumbuhan usaha yang berkelanjutan melalui

ekspansi usaha baik secara organik maupun anorganik.

b). Memberikan nilai tambah yang maksimal kepada seluruh

pemangku kepentingan.

c). Berkontribusi meningkatkan taraf hidup masyarakat.

d). Mengembangkan dan mengelola operasi penambangan yang

aman, efisien, dan turut menjaga kelestarian lingkungan alam.

e). Menjalankan usaha secara bertanggung jawab dan sesuai dengan

etika profesional dunia usaha.

9. PT. Toba Bara Sejahtera Tbk. (TOBA)

PT Toba Bara Sejahtra Tbk (Perseroan) didirikan dengan nama PT Buana

Persada Gemilang berdasarkan Akta Nomor 1 tanggal 3 Agustus 2007

yang dibuat dihadapan Notaris Tintin Surtini, S.H., M.H, M.Kn, sebagai

pengganti Surjadi SH, Notaris di Jakarta. Selanjutnya, PT Buana Persada

Gemilang berubah nama menjadi PT Toba Bara Sejahtra berdasarkan Akta

Nomor 173 tanggal 22 Juli 2010 yang dibuat dihadapan notaris Jimmy
Tanal, S.H., sebagai pengganti dari Hasbullah Abdul Rasyid, S.H., M. Kn,

Notaris di Jakarta. Perseroan merupakan salah satu produsen batubara

termal di Indonesia dengan lokasi konsesi di Sangasanga, Kutai

Kartanegara, Kalimantan Timur. Luas konsesi Perseroan sekitar 7.087

hektar terdiri dari 3 tambang. Total estimasi cadangan batubara sebesar

63,9 juta ton dan sumber daya batubara sebesar 236 juta ton berdasarkan

laporan JORC per 2018. Ketiga konsesi tambang yang memiliki lokasi

saling bersebelahan dioperasikan oleh 3 anak perusahaan yaitu PT

Adimitra Baratama Nusantara (ABN), PT Indomining (IM), dan PT

Trisensa Mineral Utama (TMU). IM dikembangkan sebagai aset

Greenfield pada tahun 2007, disusul dengan ABN pada tahun 2008, dan

TMU yang mulai dikembangkan pada tahun 2011. Lokasi konsesi

tambang yang saling bersebelahan menjadi keunggulan Perseroan karena

dapat mengintegrasikan sistem logistik dan infrastruktur sehingga dapat

menggunakan infrastruktur secara kolektif untuk mengoptimalkan efisiensi

biaya. Pada tahun 2012, Perseroan melakukan Penawaran Umum Perdana

dengan jumlah saham sebesar 210.681.000 lembar, senilai Rp1.900 per

saham. Pada 6 Juli 2012, Perseroan resmi dicatatkan di Bursa Efek

Indonesia sebagai perusahaan terbuka dengan jumlah saham sebesar

2.012.491.000 lembar dengan kode saham TOBA. Saat ini, pemegang

saham terbesar Perseroan adalah Highland Strategic Holdings Pte. Ltd

(HSH) yang merupakan perusahaan investasi dari Singapura dengan fokus

investasi antara lain di sektor energi. Pada 2013, Perseroan menambah lini
usaha di bidang pengolahan minyak kelapa sawit dengan mengakuisisi PT

Perkebunan Kaltim Utama I (PKU) dalam rangka penyelesaian tumpang

tindih lahan. Guna memaksimalkan perkebunan kelapa sawit tersebut,

Perseroan membangun pabrik kelapa sawit dengan kapasitas 30 ton per

jam untuk memproses hasil perkebunan. Pabrik kelapa sawit telah

beroperasi sejak pertengahan tahun 2016. Pada tahun 2016, Perseroan

mulai memantapkan langkah untuk mengembangkan usaha di bidang

kelistrikan sebagai strategi menjadi perusahaan energi terintegrasi.

Perseroan mendirikan anak perusahaan PT Gorontalo Listrik Perdana

(GLP) untuk mengelola proyek ketenagalistrikan dan mulai berpartisipasi

dalam sejumlah lelang proyek yang dilaksanakan oleh PLN melalui skema

Independent Power Producer (IPP) sebagai bagian dari program 35.000

MW. Pada bulan Juli 2016, GLP menandatangani Perjanjian Jual-Beli

Listrik (Power Purchase Agreement/PPA) dengan PLN untuk

pengembangan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

berkapasitas 2x50 MW Sulbagut-1 di Provinsi Gorontalo. Pada tahun

2017, Perseroan mendirikan anak perusahaan kedua di bidang kelistrikan

yaitu PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL). MCL difokuskan pada

pengembangan proyek PLTU Sulut-3 2x50 MW di Provinsi Sulawesi

Utara. Penandatangan PPA terkait proyek Sulut-3 antara MCL dengan

PLN telah dilakukan pada bulan April 2017 dan selanjutnya telah diubah

pada bulan Januari 2018. Kedua proyek tersebut dijadwalkan sudah

beroperasi atau COD (Commercial Operation Date) pada tahun 2021. Pada
tahun 2018, Perseroan mengakuisisi 100% saham PT Batu Hitam Perkasa

(BHP) yang memegang 5% kepemilikan PT Paiton Energy (PE), IPP

terbesar di Indonesia yang mengoperasikan tiga unit PLTU dengan total

kapasitas 2.045 MW di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Dengan

memiliki sebagian saham di PE, Perseroan memiliki sumber pendapatan

baru yang stabil sekaligus mendapat kesempatan untuk meningkatkan

kompetensi untuk mengelola PLTU skala besar. Selaras dengan visi

Perseroan untuk menjadi perusahaan energi terintegrasi, Perseroan akan

terus mencari peluang pengembangan usaha dengan mengkaji proyek-

proyek potensial dan atau akuisisi aset yang sudah beroperasi, baik di

sektor kelistrikan maupun pertambangan. Di sektor kelistrikan, Perseroan

fokus pada pengembangan pembangkit listrik Energi Baru dan Terbarukan

(EBT) dan energi bersih terutama pembangkit listrik tenaga air

(hydropower), angin (wind turbine), panel surya (solar panel) serta bisnis

pendukungnya.

Anda mungkin juga menyukai