Anda di halaman 1dari 34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia

4.1.1 Sejarah Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.

Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman colonial Belanda dan

tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh

pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah colonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan

pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada

beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut

disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan

kekuasaan dari pemerintah colonial kepada pemerintah Republik Indonesia dan

berbagai kondisi yang menyebabkan operasi Bursa Efek Indonesia tidak dapat

berjalan sebagaimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada

tahun 1977 dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan

seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Pada

tahun 2007 dilakukan penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek

Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

70
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat

dilihat sebagai berikut :

Tabel 4.1
Sejarah Bursa Efek Indonesia
Desember 1912 Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia
oleh Pemerintah Hindia Belanda
1914-1918 Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
1925-1942 Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan
Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
Awal tahun 1939 Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya ditutup
1942-1952 Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang
Dunia II
1956 Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek
semakin tidak aktif
1956-1977 Perdagangan di Bursa Efek vakum
10 Agustus 1977 Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden
Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan
Pelaksana Pasar Modal). Pengaktifan kembali pasar
modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen
Cibinong sebagai emiten pertama
1977-1987 Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten
hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih
memilih instrument perbankan dibandingkan
instrument pasar modal
1987 Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987
(PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi
perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan
investor asing menanamkan modal di Indonesia
1988-1990 Paket deregulasi dibandingkan Perbankan dan Pasar
Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing.
Aktivitas bursa terlihat meningkat
2 Juni 1988 Bursa Pararlel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek
(PPUE) sedangkan organisasinya terdiri dari broker
dan dealer
Desember 1988 Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 1988
(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan
perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan
lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal
16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan
dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT

71
Bursa Efek Surabaya
13 Juli 1992 Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperinagti
sebagai HUT BEJ
22 Mei 1955 Sistem Otomasi Perdagangan di BEJ dilaksanakan
dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated
Trading Sistem)
10 November 1995 Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini
mulai diberlakukan mulai Januari 1996
1995 Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek
Surabaya
2000 Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading)
mulai diaplikasikan di Pasar Modal Indonesia
2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak
jauh (remote trading)
2007 Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa
Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa
Efek Indonesia
02 Maret 2009 Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT
Bursa Efek Indonesia : JATS-NextG
Sumber : www.idx.co.id

4.1.2 Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia

Adapun visi dan misi Bursa Efek Indonesia adalah :

Visi : “Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia”.

Misi : “Menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui

pemberdayaan Anggota Bursa dan Partisipan, penciptaan nilai

tambah, efisiensi biaya serta penerapan good governance”.

4.1.3 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia

Organisasi adalah hasil-hasil proses pengorganisasian dan

pengelompokkan secara terstruktur manusia yang bekerjasama untuk mencapai

72
tujuan-tujuan tertentu. Selain itu, organisasi juga dapat diartikan sebagai suatu

system interaksi kegiatan antara dua individu atau lebih yang diarahkan dalam

rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu. Organisasi dalam suatu perusahaan

umumnya mempunyai jangka hidup yang relatif lama, bersifat relatif permanen

dan rumit.

Struktur organisasi itu sendiri adalah susunan system hubungan antar

posisi-posisi kepemimpinan yang ada dalam suatu organisasi. Struktur tersebut

adalah hasil dari pertimbangan dan kesadaran tentang pentingnya perencanaan

atas penentuan kekuasaan, tanggung jawab dan spesialisasi setiap anggota

organisasi. Struktur organisasi akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan

dalam mencapai tujuannya. Struktur tersebut member gambaran bagaimana

pengaturan manajemen perusahaan. Adanya struktur yang teratur dan tertata

dengan benar akan membantu produksi dan aktivitas perusahaan dalam

menjalankan kegiatan mereka.

Dengan adanya struktur organisasi yang baik, diharapkan tidak terjadi

tumpang tindih pelaksanaan tugas antara karyawan yang satu dengan yang lain.

Hal ini memungkinkan masing-masing kepala bagian dan karyawan mengetahui

wewenang dan tanggung jawab mereka dengan jelas sehingga tercipta hubungan

kerja yang harmonis. Struktur organisasi Bursa Efek Indonesia sebagai berikut :

73
Gambar 4.1
Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia

Sumber : www.idx.co.id

4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Setelah seluruh data dan informasi berhasil dikumpulkan maka tahapan

pengolahan data dapat segera dilaksanakan. Proses pengolahan data dilakukan

dengan bantuan program Eviews 9. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau

deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, maksimum

dan minimum.

74
Beradasarkan tahapan pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh

ringkasan statistik deskriptif dari masing-masing variabel penelitian yang

digunakan seperti pada tabel 4.2 dibawah ini

Tabel 4.2
Hasil Uji Statistik Deskriptif Data Penelitian

LEVERAG
ROA KA KI TA E
 Mean  0.211602  0.500000  0.391805  0.309320  0.114299
 Median  0.109700  0.500000  0.375000  0.252838  0.067608
 Maximum  5.548389  1.000000  0.800000  5.548389  1.033297
 Minimum  0.000782  0.000000  0.000000  0.024298  0.004700
 Std. Dev.  0.463864  0.501321  0.138818  0.421002  0.115577
 Skewness  8.836700  0.000000 -0.056646  10.63717  3.365382
 Kurtosis  96.17148  1.000000  5.709620  129.2030  23.46560

 Jarque-Bera  71196.75  31.66667  58.22609  129673.3  3674.473


 Probability  0.000000  0.000000  0.000000  0.000000  0.000000

 Sum  40.20436  95.00000  74.44286  58.77073  21.71689


 Sum Sq. Dev.  40.66713  47.50000  3.642134  33.49886  2.524663

 Observations  190  190  190  190  190


Sumber: Output Eviews 9 dan data sekunder (diolah), 2019

Berdasarkan Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa dari 190 observasi, Y

memiliki nilai minimum sebesar 0,024298 dan nilai maksimum sebesar 5,548389

sedangkan nilai rata-rata (mean) dari variabel ini adalah sebesar 0,309320 dengan

nilai tengah (median) sebesar 0,252838 dan nilai standar deviasi sebesar

0,421002.

Variabel X1 memiliki nilai minimum sebesar    0,000782 dan nilai

maksimum sebesar  5,548389 sedangkan nilai rata-rata (mean) dari variabel ini

75
adalah sebesar  0,211602 dengan nilai tengah (median) sebesar   0.109700 dan

nilai standar deviasi sebesar   0,463864.

Variabel X2 memiliki nilai minimum sebesar   0,000000 dan nilai

maksimum sebesar  1,000000 sedangkan nilai rata-rata (mean) dari variabel ini

adalah sebesar   0,500000 dengan nilai tengah (median) sebesar   0,500000 dan

nilai standar deviasi sebesar  0,501321.

Variabel X3 memiliki nilai minimum sebesar 0,000000 dan nilai

maksimum sebesar   0,800000 sedangkan nilai rata-rata (mean) dari variabel ini

adalah sebesar   0,391805 dengan nilai tengah (median) sebesar  0,375000 dan

nilai standar deviasi sebesar  0,138818.

Variabel Z memiliki nilai minimum sebesar   0,004700 dan nilai

maksimum sebesar 1,033297 sedangkan nilai rata-rata (mean) dari variabel ini

adalah sebesar  0,114299 dengan nilai tengah (median) sebesar   0,067608 dan

nilai standar deviasi sebesar  0,115577.

4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik

Sebelum membuat persamaan dari pengujian regresi data panel, terlebih

dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik agar suatu penaksiran regresi itu valid

dan dapat dipercaya dan juga untuk mengetahui apakah data yang digunakan telah

memenuhi kebutuhan dalam model regresi dari estimasi model yang dipilih.

Pengujian ini meliputi :

76
4.3.1 Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model residual

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat ditempuh dengan Uji Jarque

Bera (JB test). Residual dikatakan berdistribusi normal apabila memiliki

probability diatas atau sama dengan 0,05. Dalam penelitian ini dilakukan

transformasi data dalam bentuk log. Transformasi data dilakukan pada satu

variabel agar residual berdistribusi normal. Hasil uji normalitas dapat ditunjukkan

melalui gambar 4.3 :

Gambar 4.3
Histogram Uji Normalitas

25
Series: Standardized Residuals
Sample 2014 2018
20 Observations 190

Mean -0.010259
15 Median -0.025275
Maximum 0.551821
Minimum -0.511680
10 Std. Dev. 0.221135
Skewness 0.176711
Kurtosis 2.665548
5
Jarque-Bera 1.874399
Probability 0.391723
0
-0.4 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 Sumb

er: Output Eviews 9 dan data sekunder (diolah), 2019

Berdasarkan uji Jarque-Bera pada tabel diatas dapat diketahui bahwa nilai

Jarque-Bera adalah sebesar 1,8743999 dengan probabilitas 0,391723. Karena

nilai probabilitas 0,391723 > 0,05 maka dapat dikatakan bahwa residual dalam

model penelitian ini telah berdistribusi normal.

77
4.3.2 Hasil Uji Multikolinearitas

Pengujian multikolinearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan yang

terjadi antar variabel independen. Pengujian multikolinearitas dilakukan dengan

menggunakan corelation matrix. Gejala multikolinearitas tidak akan terjadi bila

masing-masing variabel independen yang digunakan memiliki koefisien korelasi <

0,90. Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas yang telah dilakukan

diperoleh ringkasan hasil terlihat pada tabel 4.4 dibawah ini :

Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas (Corelation Matrix)
ROA KA KI TA LEVERAG
E
ROA 1 0.0355693 0.0076561 0.8640976 -
87493663 87355668 0.10842045
53963029
559 9 79414608
91
KA 0.035569 1 0.2303476 - -
36704402 0.0383570 0.00872351
3539630
3 08064633 6365732611
2991 84
KI 0.007656 0.2303476 1 - -
1874936 36704402 0.0175302 0.09278957
63559 3 46603139 398900796
88
TA 0.864097 - - 1 -
6873556 0.0383570 0.0175302 0.01199991
689 08064633 46603139 390109918
84 88

LEVERA - - - - 1
0.108420 0.0087235 0.0927895 0.0119999
GE
4579414 16365732 73989007 13901099
608 611 96 18
Sumber: Output Eviews 9 dan data sekunder (diolah), 2019

78
Pada tabel 4.4 terlihat bahwa masing-masing variabel independen yang

telah memiliki koefisien korelasi dibawah 0,90 sehingga dapat disimpulkan bahwa

masing-masing variabel independen yang digunakan terbebas dari gejala

multikolinearitas.

4.3.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Pengujian heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui pola sebaran

data yang mendukung masing-masing variabel penelitian. Pengujian

heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan model Breusch Pagan

Godfrey. Kriteria uji Breusch Pagan Godfrey adalah jika P-value < 0,05, maka Ho

ditolak dan sebaliknya P-value > 0,05, maka Ho diterima.

Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas diperoleh ringkasan hasil

terlihat pada tabel 4.4 dibawah ini :

Tabel 4.5
Hasil Uji Heteroskedastisitas Breusch Pagan Godfrey (BPG)

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey


F-statistic 0.262949     Prob. F(4,185) 0.9014
Obs*R-squared 1.074115     Prob. Chi-Square(4) 0.8984
Scaled explained SS 17.32724     Prob. Chi-Square(4) 0.0017
Sumber: Output Eviews 9 dan data sekunder (diolah), 2019

Pada tabel 4.5 terlihat bahwa nilai Prob. F hitung sebesar 0,9014 lebih

besar dari tingkat alpha 0,05, sehingga berdasarkan uji hipotesis Ho diterima yang

artinya seluruh variabel penelitian yang akan dibentuk kedalam model regresi

telah terbebas dari gejala heteroskedastisitas.

79
4.4 Hasil Pemilihan Model Regresi Data Panel

4.4.1 Hasil Uji Chow

Uji Chow digunakan untuk menentukan model analisis data panel yang

akan digunakan. Uji chow digunakan untuk memilih antara model Fixed Effect

atau Model Common Effect yang sebaiknya dipakai.

Ho : Common Effect

Ha : Fixed Effect

Apabila hasil uji spesifikasi ini menunjukkan probabilitas Chi- square

lebih dari 0,05 maka model yang dipilih adalah Common Effect. Sebaliknya,

apabila probabilitas Chi-square kurang dari 0,05 maka model yang sebaiknya

dipakai adalah Fixed Effect. Hasil uji spesifikasi model adalah sebagai berikut :

Tabel 4.6
Hasil Uji Chow

Effects Test Statistic   d.f.  Prob. 


Cross-section F 2.145834 (37,148) 0.0007
Cross-section Chi-square 81.601208 37 0.0000
Sumber: Output Eviews 9 dan data sekunder (diolah), 2019

Berdasarkan hasil uji diatas, dapat diketahui bahwa probabilitas Chi-

square adalah 0,0007 lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan Ha diterima

dan model Fixed Effect lebih baik dibandingkan dengan model Common Effect.

Ketika model yang terpilih adalah Fixed Effect maka perlu dilakukan uji lagi,

yaitu Hausman. Uji Hausman dilakukan untuk mengetahui apakah model

80
Common Effect atau model random effect yang akan digunakan dalam penelitian

ini.

4.4.2 Hasil Uji Hausman

Uji Hausman digunakan untuk mengetahui model yang sebaiknya dipakai,

yaitu Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect model (REM). Hipotesis

dalam uji hausman sebagai berikut :

Ho : Random Effect Model

Ha : Fixed Effect Model

Apabila hasil uji spesifikasi ini menujukkan probabilitas Chi-square lebih

dari 0,05 maka model yang dipilih adalah Random Effect. Sebaliknya, apabila

probabilitas Chi-square kurang dari 0,05 maka model yang sebaiknya dipakai

adalah Fixed Effect. Hasil Uji Hausman adalah sebagai berikut :

Tabel 4.7
Hasil Uji Hausman

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. 
Cross-section random 3.665130 4 0.4532

Sumber: Output Eviews 9 dan data sekunder (diolah), 2019

Pada tabel 4.7 dapat dilihat nilai Prob. Cross-section F sebesar 0,4532

yang nilainya > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model Random Effect

lebih tepat dibandingkan dengan model Fixed Effect.

81
4.5 Hasil Analisis Regresi Data Panel Persamaan I

Analisis regresi data panel persamaan I digunakan untuk melihat pengaruh

variabel independen Profitabilitas (X1) secara simultan terhadap variabel

dependen Tax Avoidance (Y) dengan asumsi variabel independen lain dianggap

konstan.

Berdasarkan pemilihan model yang telah dilakukan, model yang sebaiknya

digunakan adalah model Cammon Effect. Kemudian sebelum pemilihan model,

data dinyatakan telah lolos dari uji asumsi klasik, sehingga hasil estimasi

konsisten dan tidak biasa. Hasil estimasi model regresi data panel sebagai berikut :

Tabel 4.8
Hasil Estimasi Regresi Data Panel Persamaan I
(Cammon Effect)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  


ROA 0.784253 0.033317 23.53933 0.0000
C 0.143370 0.016949 8.458708 0.0000
R-squared 0.746665     Mean dependent var 0.309320
Adjusted R-squared 0.745317     S.D. dependent var 0.421002
-
S.E. of regression 0.212463     Akaike info criterion 0.249625
-
Sum squared resid 8.486440     Schwarz criterion 0.215446
-
Log likelihood 25.71435     Hannan-Quinn criter. 0.235779
F-statistic 554.0998     Durbin-Watson stat 1.536353
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Output Eviews 9 dan data sekunder (diolah), 2019

Berdasarkan model estimasi yang dipilih, diperoleh persamaan model

regresi data panel sebagai berikut :

82
Y = 0,143370 + 0,784253 (X1)

1. Nilai konstanta sebesar 0,143370 artinya jika variabel Profitabilitas (X1),

Kualitas Audit (X2), Komisaris Independen (X3) diabaikan / bernilai nol

maka Tax Avoidance (Y) sebesar konstanta yaitu 0,143370

2. Nilai koefisien β1 sebesar 0,0784253 artinya jika Profitabilitas (X1)

ditingkatkan 1 satuan bobot dengan asumsi X2 dan X3 diabaikan atau nol

maka Y menurun sebesar 0,0784253.

4.5.1 Hasil Analisis Regresi Data Panel Persamaan II

Analisis regresi data panel persamaan II digunakan untuk melihat

pengaruh variabel independen Kualitas Audit (X2) secara simultan terhadap

variabel dependen Tax Avoidance (Y) dengan asumsi variabel independen lain

dianggap konstan.

Tabel 4.9
Hasil Estimasi Regresi Data Panel Persamaan II
(Cammon Effect)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  


KA -0.032212 0.061203 -0.526312 0.5993
R-squared 0.001471     Mean dependent var 0.309320
Adjusted R-squared -0.003840     S.D. dependent var 0.421002
S.E. of regression 0.421810     Akaike info criterion 1.121945
Sum squared resid 33.44958     Schwarz criterion 1.156124
Log likelihood -104.5847     Hannan-Quinn criter. 1.135790

83
F-statistic 0.277004     Durbin-Watson stat 2.422690
Prob(F-statistic) 0.599292
Sumber: Output Eviews 9 dan data sekunder (diolah), 2019

Dari pengolahan menggunakan Eviews 9 diatas, maka diperoleh

persamaan regresinya sebagai berikut :

Y = 0,325425 – 0,032212 (X2)

1. Nilai konstanta sebesar 0,325425 artinya jika Profitabilitas (X1),

Kualitas Audit (X2) dan Komisaris Independen (X3) diabaikan /

bernilai nol maka Tax Avoidance (Y) sebesar konstanta yaitu 0,325425

2. Nilai koefisien β1 sebesar -0,032212 artinya jika Kualitas Audit (X2)

ditingkatkan 1 satuan bobot dengan asumsi Profitabilitas (X1) dan

Komisaris Independen (X3) diabaikan atau nol maka Y menurun

sebesar -0,032212.

4.5.2 Hasil Analisis Regresi Data Panel Persamaan III

Analisis regresi data panel persamaan III digunakan untuk melihat

pengaruh variabel independen Komisaris Independen (X3) secara simultan

terhadap variabel dependen Tax Avoidance (Y) dengan asumsi variabel

independen lain dianggap konstan.

Tabel 4.10
Hasil Estimasi Regresi Data Panel Persamaan III
(Cammon Effect)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  


KI -0.053165 0.221152 -0.240400 0.8103
C 0.330150 0.091899 3.592517 0.0004
R-squared 0.000307     Mean dependent var 0.309320

84
Adjusted R-squared -0.005010     S.D. dependent var 0.421002
S.E. of regression 0.422055     Akaike info criterion 1.123110
Sum squared resid 33.48857     Schwarz criterion 1.157289
Log likelihood -104.6954     Hannan-Quinn criter. 1.136955
F-statistic 0.057792     Durbin-Watson stat 2.416884
Prob(F-statistic) 0.810282
Sumber: Hasil regresi data panel olahan Eviews 9

Dari pengolahan menggunakan Eviews 9 diatas, maka diperoleh

persamaan regresinya sebagai berikut :

Y = 0,330150 – 0,53165 (X3)

1. Nilai konstanta sebesar 0,330150 artinya jika variabel Profitabilitas

(X1), Kualitas Audit (X2), Komisaris Independen (X3) diabaikan /

bernilai nol maka Tax Avoidance (Y) sebesar konstanta yaitu

0,3330150

2. Nilai koefisien β1 sebesar -0,53165 artinya jika Komisaris Independen

(X2) ditingkatkan 1 satuan bobot dengan asumsi Profitabilitas (X1)

dan Kualitas Audit (X2) diabaikan atau nol maka Y menurun sebesar

-0,53165.

4.5.3 Hasil Analisis Regresi Data Panel Persamaan IV

Analisis regresi data panel persamaan IV digunakan untuk melihat

pengaruh variabel independen Profitabilitas (X1), Kualitas Audit (X2), Komisaris

Independen (X3) secara simultan terhadap variabel dependen Tax Avoidance (Y)

dengan asumsi variabel independen lain dianggap konstan.

Tabel 4.11
Hasil Estimasi Regresi Data Panel Persamaan IV

85
(Cammon Effect)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  


ROA 0.786482 0.033194 23.69343 0.0000
KA -0.056415 0.031562 -1.787446 0.0755
KI -0.026356 0.113912 -0.231372 0.8173
C 0.181433 0.046842 3.873275 0.0001
R-squared 0.751516     Mean dependent var 0.309320
Adjusted R-squared 0.747508     S.D. dependent var 0.421002
S.E. of regression 0.211547     Akaike info criterion -0.247908
Sum squared resid 8.323926     Schwarz criterion -0.179549
Log likelihood 27.55123     Hannan-Quinn criter. -0.220217
F-statistic 187.5132     Durbin-Watson stat 1.581617
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber: Output Eviews 9 dan data sekunder (diolah), 2018
Berdasarkan model estimasi yang dipilih, diperoleh persamaan model
regresi data panel sebagai berikut :
Y = 0,181433 + 0,786482 (X1) – 0,056415 (X2) – 0,026356 (X3) + e
1. Nilai konstanta sebesar 0,181433 artinya jika variabel Profitabilitas (X1),

Kualitas Audit (X2), Komisaris Independen (X3) diabaikan / bernilai nol

maka Tax Avoidance (Y) sebesar konstanta yaitu 0,181433.

2. Nilai koefisien β1 sebesar 0,786482 artinya jika X1 ditingkatkan 1 satuan

bobot dengan asumsi X2 dan X3 diabaikan atau nol maka Y meningkatkan

sebesar 0,786482.

3. Nilai koefisien β1 sebesar -0,056415 artinya jika X2 ditingkatkan 1 satuan

bobot dengan asumsi X1 dan X3 diabaikan atau nol maka Y meningkatkan

sebesar -0,056415.

4. Nilai koefisien β1 sebesar -0,026356 artinya jika X3 ditingkatkan 1 satuan

bobot dengan asumsi X1 dan X2 diabaikan atau nol maka Y meningkatkan

sebesar -0,026356.

4.5.4 Hasil Analisis Regresi Data Panel Persamaan V

86
Analisis regresi panel MRA digunakan untuk melihat pengaruh variabel

independen Profitabilitas (X1), Kualitas Audit (X2) dan Komisaris

Independen (X3) dengan Leverage (Z) sebagai variabel moderasi secara

simultan terhadap variabel dependen Tax Avoidance (Y) dengan asumsi

variabel independen lain dianggap konstan. Berikut diperoleh hasil tabel

estimasi menggunkan aplikasi Eviews 9 :

Tabel 4.12
Hasil Estimasi Regresi Data Panel Persamaan V
(Cammon Effect)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  
ROA_LEV 8.397734 0.625237 13.43128 0.0000
KA_LEV -0.325542 0.302793 -1.075131 0.2837
KI_LEV -0.514585 0.665651 -0.773056 0.4405
C 0.195492 0.032818 5.956929 0.0000
R-squared 0.492786     Mean dependent var 0.309320
Adjusted R-
squared 0.484605     S.D. dependent var 0.421002
S.E. of
regression 0.302241     Akaike info criterion 0.465647
Sum squared
resid 16.99108     Schwarz criterion 0.534005
Log
likelihood -40.23644     Hannan-Quinn criter. 0.493338
F-statistic 60.23646     Durbin-Watson stat 1.847718
Prob(F-
statistic) 0.000000
Sumber : Hasil regresi data panel olahan Eviews 9
Dari pengolahan menggunakan Eviews 9 diatas, maka diperoleh
persamaan regresinya sebagai berikut :
Y = 0,195492 + 8.397734 (X1*Z) - 0.325542 (X2*Z) - 0.514585 (X3*Z) + e
Dari persamaan regresi data panel dapat disimpulkan bahwa :
1. Nilai konstanta sebesar 0,195492 artinya jika selisih nilai mutlak
Profitabilitas dan Leverage (X1_Z), selisih nilai mutlak Kualitas Audit
dan Leverage (X2_Z), selisih nilai mutlak Komisaris Independen dan

87
Leverage (X3_Z) dan Leverage (Z) diabaikan (0),maka Tax Avoidance
nilainya adalah sebesar 0,195492.
2. Koefisien regresi variabel selisih nilai mutlak Profitabilitas dan Leverage
sebesar 8.397734 artinya jika Profitabilitas dan Leverage meningkat
satuan bobot dengan asumsi selisih nilai mutlak Kualitas Audit dan
Leverage (X2_Z) selisih nilai mutlak Komisaris Independen dan Leverage
(X3_Z) dan Leverage (Z) diabaikan (0), maka Tax Avoidance nilainya
adalah sebesar 8.397734.
3. Koefisien regresi variabel selisih nilai mutlak Kualitas Audit dan Leverage
sebesar -0.325542 artinya jika selisih Kualitas Audit dan Leverage
meningkat satuan bobot dengan asumsi seelisih nilai mutlak Profitabilitas
dan Leverage (X1_Z) selisih nilai mutlak Komisaris Independen dan
Leverage (X3_Z) dan Leverage (Z) diabaikan (0), maka Tax Avoidance
nilainya adalah sebesar -0.325542.
4. Koefisien regresi variabel selisih nilai mutlak Komisaris Independen dan
Leverage sebesar -0.514585 artinya jika selisih Komisaris Independen dan
Leverage meningkat satuan bobot dengan asumsi selisih nilai mutlak
Profitabilitas dan Leverage (X1_Z) selisih nilai mutlak Kualitas Audit dan
Leverage (X2_Z) dan Leverage (Z) diabaikan (0), maka Tax Avoidance
nilainya adalah sebesar -0.514585.

4.5.5 Hasil Analisis Regresi Data Panel Persamaan VI

Analisis regresi data panel persamaan VI digunakan untuk melihat

pengaruh Leverage (Z) sebagai Pemoderasi terhadap variabel dependen Tax

Avoidance (Y) secara parsial dengan asumsi variabel independen lain

dianggap konstan.

88
Tabel 4.13
Hasil Estimasi Regresi Data Panel Persamaan VI
(Cammon Effect)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  


LEVERAGE -0.043711 0.265646 -0.164546 0.8695
C 0.314316 0.043123 7.288797 0.0000
R-squared 0.000144     Mean dependent var 0.309320
Adjusted R-squared -0.005174     S.D. dependent var 0.421002
S.E. of regression 0.422090     Akaike info criterion 1.123273
Sum squared resid 33.49404     Schwarz criterion 1.157452
Log likelihood -104.7109     Hannan-Quinn criter. 1.137119
F-statistic 0.027076     Durbin-Watson stat 2.415622
Prob(F-statistic) 0.869478

4.6 Uji Hipotesis

4.6.1 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi

penelitian layak atau tidak atau untuk mengetahui pengaruh simultan variabel

independen terhadap variabel dependen (Ghozali, 2013) Hasil dari uji F dapat

dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini :

Tabel 4.14
Hasil Uji F-Statistik
Keterangan F-statistic Prob(F-statistic)
Persamaan I 554.0998 0.000000
Persamaan II 0.277004 0.599294
Persamaan III 0.057792 0.810282
Persamaan IV 187.5132 0.000000
Persamaan V 60.23646 0.000000
Persamaan VI 0.027076 0.869478
Sumber: Output Eviews 9 dan data sekunder (diolah), 2019

89
Berdasarkan tabel 4.14 di atas didapatkan bahwa pada persamaan I nilai

Fhitung 554.0998 dengan probabilitas 0.000000 (kecil dari 0,05) maka dari itu dapat

disimpulkan bahwa variabel Profitabilitas (X1) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap tax avoidance (Y).

Pada persamaan II nilai Fhitung 0.277004 dengan probabilitas 0.599294

(besar dari 0,05) maka dari itu dapat disimpulkan bahwa variabel Kualitas Audit

(X2) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tax avoidance (Y).

Pada persamaan III nilai Fhitung 0.0577924 dengan probabilitas 0.810282

(besar dari 0,05) maka dari itu dapat disimpulkan bahwa variabel Komisaris

Independen (X3) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tax avoidance

(Y).

Pada persamaan IV nilai Fhitung 187.5132 dengan probabilitas 0.000000

(kecil dari 0,05) maka dari itu dapat disimpulkan bahwa Profitabilitas (X1),

Kualitas Audit (X2), dan Komisaris Independen (X3) secara bersama sama

berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax avoidance (Y).

Pada persamaan V nilai Fhitung 60.23646 dengan probabilitas 0.000000

(kecil dari 0,05) maka dari itu dapat disimpulkan bahwa selisih nilai mutlak

Profitabilitas dan Leverage (X1_Z), selisih nilai mutlak Kualitas Audit dan

Leverage (X2_Z), dan selisih nilai mutlak Komisaris Independen dan Leverage

(X1_Z) secara bersama sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax

avoidance (Y).

90
Pada persamaan VI nilai Fhitung 0.027076 dengan probabilitas 0.869478

(besar dari 0,05) maka dari itu dapat disimpulkan bahwa variabel Leverage (Z),

berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tax avoidance (Y).

4.6.2 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh

masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel dependen

(Ghozali, 2014).

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen (X)

mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen (Y). Tingkat signifikasi yang

digunakan adalah 0,05 atau 5%. Berikut adalah 2 kriteria yang digunakan dalam

memgambil keputusan :

Probabilitas t hitung < 0,05, Ho ditolak, Ha diterima

Probabilitas t hitung > 0,05, Ho diterima, Ha ditolak.

Berdasarkan tabel 4.8 diatas maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Tax Avoidance

Dari tabel 4.8 diketahui t satatistik dari variabel profitabilitas adalah

23.53933 dengan tingkat signifikan (0.0000 < 0.05) Profitabilitas

91
berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Dengan demikian Ho ditolak dan

Ha diterima

2. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Tax Avoidance

Dari tabel 4.9 diketahui t satatistik dari variabel Kualitas Audit adalah

-0.526312 dengan tingkat signifikan (0.5993 > 0.05) Kualitas Audit

tidak berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Dengan demikian Ho

diterima dan Ha ditolak

3. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance

Dari tabel 4.10 diketahui t satatistik dari variabel Kualitas Audit adalah

-0.240400 dengan tingkat signifikan (0.8103 > 0.05) Komisaris

Independen tidak berpengaruh terhadap Tax Avoidance. Dengan

demikian Ho diterima dan Ha ditolak

4. Pengaruh Profitabilitas, Kualitas Audit dan Komisaris Independen

secara simultan terhadap Tax Avoidance

Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa Fhitung 187.5132 dengan

probabilitas 0,00000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel

Profitabilitas, Kualitas Audit dan Komisaris Independen secara

bersama-sama berpengaruh terhadap tax avoidance. Dengan demikian

Ho ditolak Ha diterima.

5. Pengaruh Profitabilitas terhadap Tax Avoidance dengan Leverage

Sebagai Pemoderasi

Dari tabel 4.11 diketahui bahwa variabel Profitabilitas dengan leverage

sebagai pemoderasi adalah 13.43128 dengan tingkat signifikan (0.0000

92
< 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Profitabilitas berpengaruh

terhadap tax avoidance dengan leverage sebagai pemoderasi. Dengan

demikian Ho ditolak Ha diterima.

6. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Tax Avoidance dengan Leverage

Sebagai Pemoderasi

Dari tabel 4.11 diketahui bahwa variabel Kualitas Audit dengan

leverage sebagai pemoderasi adalah -1.075131 dengan tingkat

signifikan (0.2837 > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Kualitas

Audit tidak berpengaruh terhadap tax avoidance dengan leverage

sebagai pemoderasi. Dengan demikian Ho diterima Ha ditolak.

7. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance dengan

Leverage Sebagai Pemoderasi

Dari tabel 4.11 diketahui bahwa variabel Komisaris Independen

dengan leverage sebagai pemoderasi adalah -0.773056 dengan tingkat

signifikan (0.4405 > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa Komisaris

Independen tidak berpengaruh terhadap tax avoidance dengan

leverage sebagai pemoderasi. Dengan demikian Ho diterimaHa ditolak

8. Pengaruh Profitabilitas, Kualitas Audit dan Komisaris Independen

terhadap Tax Avoidance dengan Leverage Sebagai Pemoderasi

Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa Fhitung 60.23646 dengan

probabilitas 0,00000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel

Profitabilitas, Kualitas Audit dan Komisaris Independen secara

93
bersama-sama berpengaruh terhadap tax avoidancen dengan Leverage

sebagai Pemoderasi. Dengan demikian Ho ditolak Ha diterima.

9.Pengaruh Leverage Sebagai Pemoderasi terhadap Tax Avoidance

Dari tabel 4.13 diketahui t statistik dari variabel leverage adalah

-0.164546 dengan tingkat signifikan (0.0869478 > 0,05) Leverage

tidak berepengaruh terhadap Tax Avoidance. Dengan demikian Ho

diterima dan Ha ditolak.

Selanjutnya kedelapan hipotesis penelitian yang dikemukakan sebelumnya

dapat disimpulkan pada tabel sebagai berikut :

Tabel 4.15
Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian

Hipotesis Pernyataan Signifikan Pembanding Hasil

H1 Terdapat pengaruh yang 0.0000 0,05 Diterima


signifikan antara
Proitabilitas terhadap tax
avoidance

H2` Terdapat pengaruh yang 0.5993 0,05 Ditolak


signifikan antara Kualitas
Audit terhadap tax
avoidance

H3 Terdapat pengaruh yang 0,81023 0,05 Ditolak


signifikan antara
Komisaris Independen
terhadap tax avoidance

H4 Terdapat pengaruh yang 0,00000 0,05 Diterima


signifikan antara
Profitabilitas, Kualitas
Audit dan Komisaris
Independen secara
bersama-sama terhadap

94
tax avoidance

H5 Terdapat pengaruh yang 0,0000 0,05 Diterima


signifikan antara
Profitabilitas terhadap
tax avoidance dengan
leverage sebagai
pemoderasi

H6 Terdapat pengaruh yang 0.2837 0,05 Ditolak


signifikan antara Kualitas
Audit terhadap tax
avoidance dengan
leverage sebagai
pemoderasi

H7 Terdapat pengaruh yang 0.4405 0,05 Ditolak


signifikan antara
Komisaris Independen
terhadap tax avoidance
dengan leverage sebagai
pemoderasi

H8 Terdapat pengaruh yang 0,00000 0,05 Diterima


signifikan antara
Profitabilitas, Kualitas
Audit dan Komisaris
Independen dengan
leverage sebagai
pemoderasi terhadap tax
avoidance.

H9 Terdapat pengaruh yang 0.0869478 0,05 Ditolak


signifikan anatara
Leverage terhadap Tax
Avoidance

4.6.3 Hasil Pengujian Koefisien Determinasi (R2)

Uji ini digunakan untuk menguji goodness-fit dari model regresi dimana

untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

95
variabel dependen maka dapat dilihat dari nilai Adjusted R-squared. Hasil

estimasi Adjusted R-squared dapat dilihat pada tabel 4.11.

Tabel 4.16
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Keterangan Adjusted R-Squared
Persamaan I 0.745317
Persamaan II -0.003840
Persamaan III -0.005010
Persamaan IV 0.747508
Persamaan V 0.484605
Persamaan VI -0.005174
Sumber: Output Eviews 9 dan data sekunder (diolah), 2019

Diketahui bahwa nilai Adjusted R-squared yang diperoleh pada persamaan

I sebesar 0,745317 atau 74,53%. Hal ini mengindikasikan bahwa kontribusi

variabel independen Profitabilitas terhadap variabel dependen Tax Avoidance

74,53% dan sisanya sebesar 25,47% ditentukan oleh variabel lain yang tidak

dianalisis dalam model pada penelitian ini.

Diketahui bahwa nilai Adjusted R-squared yang diperoleh pada persamaan

II sebesar 0,003840 atau 0,38%. Hal ini mengindikasikan bahwa kontribusi

variabel independen Kualitas Audit terhadap variabel dependen Tax Avoidance

0,38%. dan sisanya sebesar 99,62% ditentukan oleh variabel lain yang tidak

dianalisis dalam model pada penelitian ini.

Diketahui bahwa nilai Adjusted R-squared yang diperoleh pada persamaan

III sebesar 0,005010 atau 0,50%. Hal ini mengindikasikan bahwa kontribusi

variabel independen Komisaris Independen terhadap variabel dependen Tax

96
Avoidance 0,50%. dan sisanya sebesar 99,5% ditentukan oleh variabel lain yang

tidak dianalisis dalam model pada penelitian ini.

Diketahui bahwa nilai Adjusted R-squared yang diperoleh pada persamaan

IV sebesar 0,747508 atau 74,75%. Hal ini mengindikasikan bahwa kontribusi

variable independen Profitabilitas, Kualitas Audit dan Komisaris Independen

terhadap variabel dependen Tax Avoidance 74,75%. dan sisanya sebesar 25,25%

ditentukan oleh variabel lain yang tidak dianalisis dalam model pada penelitian

ini.

Pada persamaan V Adjusted R-squared diperoleh sebesar 0,484605 atau

-48,46%. Hal ini mengindikasikan bahwa konstribusi variabel independen

Profitabilitas, Kualitas Audit dan Komisaris Independen terhadap variabel

dependen Tax Avoidance dengan leverage sebagai pemoderasi sebesar 48,46%

dan sisanya sebesar 51,54% ditentukan oleh variabel lain yang tidak dianalisis

dalam model pada penelitian ini.

Pada persamaan VI Adjusted R-squared diperoleh sebesar 0,005174 atau

-0,51%. Hal ini mengindikasikan bahwa konstribusi variabel dependen Tax

Avoidance dengan leverage sebagai pemoderasi sebesar 0,51% dan sisanya

sebesar 99,49% ditentukan oleh variabel lain yang tidak dianalisis dalam model

pada penelitian ini.

4.7 Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis dapat

mengimplikasikan hal – hal sebagai berikut :

97
1. Pengaruh Profitabilitas terhadap Tax Avoidance

Dari hasil uji t diketahui t statistik dari variabel intensitas modal

adalah 23.53933 dengan tingkat signifikan (0.0000 < 0,05) Profitabilitas

berpengaruh positif dan signifikan terhadap Tax Avoidance. Dengan

demikian Ho ditolak dan Ha diterima.

Hasil penelitian ini Konsisten dengan Penelitian Damawan dan

Sukartha (2014) dalam penelitian (Nugraha & Adi, 2017), menunjukkan

bahwa ROA berpengaruh terhadap penghindaran pajak karena perusahaan

yang mampu mengelola perusahaan dengan baik adalah perusahaan yang

mampu memanfaatkan beban yang dikeluarkan untuk mengurangi

pajaknya dalam hal ini beban yang dimaksud adalah beban penyusutan dan

amortisasi. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan Putri

dan Lautania (2016) membuktikan bahwa tingginya tingkat laba yang

dihasilkan, mengakibatkan perusahaan akan melakukan berbagai cara

untuk mengurangi laba yang dihasilkan guna mendapat ETR yang rendah

sehingga pajak yang dibayarkan juga rendah. Sehingga dapat ditarik

kesimpulan bahwa, semakin perusahaan efisien dalam mengelola sumber

dayanya maka cenderung laba yang dihasilkan akan tinggi. Namun

semakin tinggi laba yang dihasilkan perusahaan, maka semakin tinggi juga

pajak yang harus dibayarkan sehingga perusahaan akan cenderung

berupaya untuk mengurangi laba yang dihasilkan dengan cara mengelola

bebannya seperti beban penyusutan dan amortisasi agar pajak yang

ditanggung perusahaan kecil.

98
2. PengaruhKualitas Audit terhadap Tax Avoidance

Dari hasil uji t diketahui t statistik dari variabel Kualitas Audit

adalah -0.526312 dengan tingkat signifikan (0.5993 > 0,05) maka dapat

disimpulkan Kualitas Audit tidak berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap Tax Avoidance. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak.

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian (Khairunisa,

Hapsari, & Aminah, 2017) dimana kualitas audit berpengaruh negatif

terhadap tax avoidance karena auditor yang berkualitas tidak menghendaki

manajemen perusahaan kliennya melakukan tindakan tax avoidance yang

dapat mengurangi pendapatan Negara, jika nantinya ketahuan oleh aparat

pajak maka auditor juga akan menerima risiko khusunya risiko reputasi

karena meskipun dilakukan secara legal akan tetapi tetap saja mendapat

sorotan kurang baik dari otoritas pajak karena dianggap memiliki konotasi

negatif.

3. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari t-statistik sebesar -0.240400

dengan tingkat signifikan sebesar (0,81023 > 0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa variabel Komisaris Independen berpengaruh negatif

dan tidak signifikan terhadap tax avoidance. Dengan demikian Ho

diterima Ha ditolak.

Dalam Penelitian (Eksandy, 2017) hasil analisis data menunjukkan

bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap tax avoidance .

99
Berapapun komisaris independen tidak mempengaruhi perusahaan untuk

melakukan penghindaran pajak. Tugas komisaris yang utama adalah

mengawasi pekerjaan direksi meliputi pengawasan preventif dan represif

secara umum, sedangkan tax avoidance lebih diperankan oleh manajemen

perusahaan. Dalam hal ini komisaris independen menjadi bagian yang

umum dalam sebuah perusahaan dan keberadaannya kurang memiliki

peran dalam penentuan kebijakan perpajakan dalam suatu perusahaan.

Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Asri

dan Suardana (2016) yang mendapatkan hasil komisaris independen tidak

berpengaruh terhadap tax avoidance . Namun demikian, hasil berbeda

didapatkan pada penelitian yang dilakukan oleh Rosalina dan Sapari

(2017) yang menyatakan bahwa komisaris independen berpengaruh

terhadap tax avoidance.

4. Pengaruh Profitabilitas, Kualitas Audit dan Komisaris Independen

Secara Bersama-Sama terhadap Tax Avoidance

Berdasarkan tabel hasil penelitian bahwa Fhitung 187.5132 dengan

tingkat signifikan 0.0000 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa variabel

Profitabilitas, Kualitas Audit dan Komisaris Independen secara bersama-

sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap tax avoidance. Dengan

demikian Ho ditolak Ha diterima.

5. Pengaruh Profitabilitas terhadap Tax Avoidance dengan Leverage

Sebagai Pemoderasi

100
Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa variabel Profitabilitas

dengan leverage sebagai pemoderasi memiliki nilai t-statistik sebesar

13.43128 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000 < 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa variabel Profitabilitas berpengaruh positif dan

signifikan terhadap tax avoidance dengan leverage sebagai pemoderasi.

Dengan demikian Ho ditolak Ha diterima.

6. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Tax Avoidance dengan Leverage

Sebagai Pemoderasi

Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa variabel Kualitas Audit

dengan leverage sebagai pemoderasi memiliki nilai t-statistik sebesar

-0,1.075131 dengan tingkat signifikan sebesar 0,2837 > 0,05, maka dapat

disimpulkan bahwa variabel Kualitas Audit berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap tax avoidance dengan leverage sebagai pemoderasi.

Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak.

7. Pengaruh Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance dengan

Leverage Sebagai Pemoderasi

Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa variabel Komisaris

Independen dengan leverage sebagai pemoderasi memiliki nilai t-statistik

sebesar -0,773056 dengan tingkat signifikan sebesar 0,4405 > 0,05, maka

dapat disimpulkan bahwa variabel Komisaris Independen berpengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap tax avoidance dengan leverage

sebagai pemoderasi. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak.

101
8. Pengaruh Profitabilitas, Kualitas Audit dan Komisaris Independen

dengan Leverage Sebagai Pemoderasi terhadap Tax Avoidance

Berdasaakan hasil yang diperoleh bahwa variabel Profitabilitas,

Kualitas Audit dan Komisaris Independen dengan Leverage sebagai

pemoderasi terhadap Tax Avoidanve memiliki nilai Fhitung sebesar

60.23646 dengan tingkat signifikan (0.0000 < 0,05) dapat disimpulkan

bahwa variabel Profitabilitas, Kualitas Audit dan Komisaris Independen

dengan Leverage sebagai pemoderasi terhadap Tax Avoidance

berpengaruh positif dan signifikan. Dengan demikian Ho ditolak dan Ha

diterima.

9. Pengaruh Leverage sebagai pemoderasi terhadap Tax Avoidance

Berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa variabel leverage sebagai

pemoderasi memiliki nilai t-statistik sebesar -0.164546 dengan nilai

probabilitas sebesar 0.0869478 > 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa

variabel leverage sebagai pemoderasi berpengaruh negatif dan tidak

signifikan terhadap tax avoidance. Dengan demikian Ho diterima dan Ha

ditolak.

102
103

Anda mungkin juga menyukai