Anda di halaman 1dari 42

BAB IV

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

4.1 Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia

merdeka.Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan

tepatnya pada tanggal 14 Desember 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan

oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.

Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan

pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode

kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa

faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah

kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang

menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana

mestinya.Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada

tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan

seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.

Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat

sebagai berikut:

1) 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I 

1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan

Bursa Efek di Semarang dan Surabaya. Awal tahun 1939, karena isu

politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya


ditutup.  1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama

Perang Dunia II. Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU

Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman

(Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro

Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi

Pemerintah RI (1950)

2) 1956 – 1977 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek

semakin tidak aktif dan akhirnya vakum. 10 Agustus 1977, Bursa Efek

diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah

BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus

diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar

modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai

emiten pertama.

3) 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten

hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen

perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal. Ditandai dengan

hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan

kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan

investor asing menanamkan modal di Indonesia

4) 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal

diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat

meningkat. 2 Juni 1988, Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai

beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek


(PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.

Desember 1988, Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88

(PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go

public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan

pasar modal. 16 Juni 1989, Bursa Efek Surabaya (BES) mulai

beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT

Bursa Efek Surabaya.

5) 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan

Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

6) 22 Mei 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan

dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).

10 November 1995, Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No.

8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai

diberlakukan mulai Januari 1996. Bursa Paralel Indonesia merger

dengan Bursa Efek Surabaya.

7) 2000 – 2002 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading)

mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. BEJ mulai

mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).

8) 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek

Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
4.2 Struktur Oganisasi Bursa Efek Indonesia (BEI)

Srtuktur organisasi Bursa Efek Indonesia adalah garis atau lini, dimana dalam

kesehariannya Bursa Efek Indonesia dipimpin oleh Direktur Utama yang membawahi

satu orang direktur yaitu Direktur Pemeriksaan dan Divisi Komunikasi Perusahaan.

Selain kedua bagian tersebut, Direktur Utama juga secara tidak langsung dibantu oleh

sekretaris perusahaan dan beberapa orang peneliti senior. Direktur Operasi

membawahi empat orang direktur untuk membantu tugas kesehariannya, yaitu

Direktur Pencatatan, Direktur Perdagangan, Direktur Keanggotaan, dan Direktur

Administrasi.

1. Direktur Pemeriksaan membawahi empat divisi, yaitu:

a. Divisi Pengawasan, bertugas mengadakan beberapa kegiatan untuk

meningkatkan kemampuan sistem pengawasan Bursa Efek Indonesia

(BEI).

b. Divisi Hukum, bertugas menyiapkan kontrak-kontrak yang

disiapkan oleh perusahaan dan menyempurnakan peraturan biasa.

c. Satuan Pemeriksaan Anggota Bursa, bertugas membantu tim audit

dalam memeriksa dan mengaudit laporan keuangan para emiten. d.

Satuan Pemeriksaan Internal, bertugas memeriksa dan mengaudit

laporan keuangan perusahaan.

2. Direktur Pencatatan membawahi dua divisi, yaitu:

a. Divisi Pencatatan Sektor Jasa, bertugas mengevaluasi dan

mengontrol perusahaan-perusahaan dalam sektor jasa.


b. Divisi Pencatatan Sektor Pabrikan, bertugas mengevaluasi dan

mengontrol perusahaan-perusahaan dalam sektor pabrikan.

3. Direktur Perdagangan membawahi dua divisi, yaitu:

a. Divisi Perdagangan, bertugas menyediakan sarana perdagangan

yang efisien, menyempurnakan peraturan perdagangan efek agar

teratur.

b. Divisi Riset dan Pengembangan, bertugas memberikan masukan

bagi pengembangan instrument pasar dan bisnis informasi Bursa

Efek Indonesia (BEI). Aktivitas rutin divisi ini mencakup

penyusunan publikasi statistik mingguan, bulanan, tahunan, database

BEI, fact book dan Jurnal BEI.

4. Direktur Keanggotaan membawahi satu divisi, yaitu:

a. Divisi Keanggotaan, bertugas mengatur anggota-anggota bursa.

5. Direktur Administrasi membawahi empat divisi, yaitu:

a. Divisi keuangan, bertugas mengambil inisiatif dalam melakukan

keuangan integrasi laporan keuangan untuk mempercepat proses

penyusunan laporan keuangan.

b. Divisi Umum, bertugas sebagai penunjang kegiatan perusahaan

diantaranya penyusunan pedoman inventarisasi barang perusahaan.

c. Divisi Sumber Daya Manusia, bertugas untuk menunjang kelancaran

operasi perusahaan dengan kebijakan perusahaan meningkatkan

kualitas sumber daya manusia di BEI melalui program pelatihan dan

pendidikan.
d. Divisi teknologi informasi, bertugas meningkatkan kemampuan

sistem teknologi informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) dan

mengawasi dari tindakan kejahatan teknologi informasi (Cyber

Crime).

4.3 Sejarah Perusahaan Pertambangan

Pertambangan adalah kegiatan yang dimulai dari mencari, menemukan,

menambang, mengolah, hingga memasarkan bahan galian (mineral, batubara, dan

migas) yang bernilai ekonomis. Industri pertambangan dikenal luas sebagai industri

yang memiliki resiko yang tinggi sebagai usaha yang berkenaan dengan sumberdaya

alam yang tidak terbaharukan dan sebagai usaha yang keekonomiannya lebih banyak

ditentukan oleh pasar yang sifatnya sangat musiman. Indonesia adalah salah satu

negara dengan potensi mineral dan bahan tambang yang tinggi karena terletak di

wilayah fenomena geologi “ring of fire”, yang menjadi indikator bagi terdapatnya

endapan-endapan mineral, khususnya endapan-endapan hidrotermal.

Potensi mineral Indonesia yang dinilai amat menjanjikan, dilihat dari

panjangnya bentangan sistem busur magmatik negara indonesia, yang dua kali lebih

panjang dibandingkan dengan bentangan yang dimiliki oleh benua Amerika Selatan

sebagai salah satu wilayah penghasil bahan-bahan tambang terbesar di dunia saat ini

(15,000 km dibanding 6,250 km). Dengan kondisi seperti itu indonesia telah menjadi

produsen timah kedua terbesar di dunia, eksportir batubara thermal ketiga terbesar di

dunia, penghasiltembaga ketiga terbesar di dunia dan berada pada urutan kelima dan

ketujuh untuk masing masing produksi nikel dan emas.


Indonesia menjadi tuan rumah bagi pertambangan kelas dunia, termasuk

tambang tembaga dan emas Grasberg di Irian Jaya, tambang tembaga Batu Hijau di

Sumbawa, tambang Nikel di Inco Soroako, Kaltim Prima Coal di KalTim dan

penambangan Timah dari PT Timah di Bangka. Sejak diundangkannya UU

Pertambangan no. 11 tahun 1967 serta UU PMA no. 1 tahun 1967 selama kurun

waktu lebih kurang tiga dasawarsa, sektor pertambangan kita telah mengalami

transformasi yang mengesankan. Industri pertambangan Indonesia telah mengalami

lompatan kemajuan yang meyakinkan.

Status negara Indonesia telah berubah dari suatu negara yang tidak berarti

menjadi salah satu negara penghasil barang tambang yang penting di dunia. Produk

yang dihasilkan dari industri pertambangan sangatlah beragam. Produk tersebut dapat

berupa: minyak bumi, gas bumi, batubara, timah, nikel, bauksit, pasir besi, emas,

perak, tembaga, batu granit, bahan galian golongan C (seperti: kaolin, mangan, aspal,

yodium, belerang, fosfat, asbes, pasir kwarsa, marmer, batu gamping, feldspar,

bentonit).

Perusahaan pertambangan merupakan salah satu sektor industri yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan industri pertambangan begitu pesat

saat ini dan akan semakin besar di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan oleh

potensi geologi indonesia yang sangat kaya akan bahan tambang. Diawal tahun 1938,

industri pertambangan mulai bermunculan dan mulai tahun 80-an,

industripertambangan sudah mulai terdaftar di BEI. Adapun jumlah perusahaan

pertambangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2008 berjumlah 21 perusahaan.

Mengingat perusahaan yang bergerak pada sektor pertambang tersebut adalah


perusahaan yang sangat peka terhadap pasang surut perekonomian, maka seiring

perkembangannya sektor pertambangan dianggap menjadi salah satu sektor yang

mampu bertahan dari kondisi ekonomi secara makro di Indonesia. Terbukti dengan

semakin banyaknya sektor pertambangan yang melakukan IPO, dan hingga tahun

2010 sektor pertambangan yang terdaftar di BEI bertambah menjadi 29 perusahaan.


BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan statistik yang bermaksud menganalisis

seperangkat data menggunakan cara meringkas, menyajikan, dan memberikan

penjelasan atau gambaran tentang karakteristik dasar dari sampel berdasarkan data

yang sudah tersedia. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel independen yaitu

keputusan pendanaan, pertumbuhan perusahaan, dan kebijakan dividen, sedangkan

variabel dependen yang digunakan yaitu nilai perusahaan selama periode 2018- 2022.

Hasil statistik menurut data variabel-variabel yang dipakai pada penelitian ini bisa

dilihat dalam tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

pendanaan (x1) 17 38 84 62.71 13.614


pertumbuhan perusahaan
17 27 62 45.65 10.149
(x2)
kebijakan dividen (x3) 17 22 49 35.12 7.897
nilai perusahaan (Y) 17 21 46 34.59 7.315
Valid N (listwise) 17

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa variabel pendanaan memiliki

nilai minimum 38 dan nilai maximum 84 dengan nilai rata-rata 62.71 serta nilai

standar deviasi 13.614. Pada variabel pertumbuhan perusahaan memiliki nilai


minimum 27 dan nilai maximum 62 dengan nilai rata-rata 45.65 serta nilai standar

deviasi 10.149. Pada variabel kebijakan dividen memiliki nilai minimum 22 dan nilai

maximum 49 dengan nilai ratarata 35.12 serta nilai standar deviasi 7.897. Variabel

nilai perusahaan memiliki nilai minimum 21 dan nilai maximum 46 dengan nilai rata-

rata 34.59 serta nilai standar deviasi 7.315.

5.1.2 Uji Asumsi Klasik

5.1.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel

pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak dimana model

Untuk mendeteksi suatu normalitas data dilakuakan dengan uji Kolmogrov-Smirnov.

Caranya yaitu dengan melihat nilai signifikansinya. Jika p-value > 0,05 maka data

residual tersebut terdistribusi secara normal. Sedangkan jika p-value <0,05 maka data

tidak terdistribusi secara normal. Berikut ini adalah hasil uji normalitas:

Tabel 4.2 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual
N 17
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .49340540
Most Extreme Differences Absolute .131
Positive .131
Negative -.042
Test Statistic .131
Asymp. Sig. (2-tailed) .065c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Dari tabel kolmogorov-smirnof dengan melihat bilangan pada kolom

signifikan (sig) yaitu 0,065 dan 0,065 lebih besar dari 0,05 (0,065 dan 0,065 > 0,005),

maka dapat diartikan bahwa data penelitian berdistribusi normal dan layak digunakan

sebagai data penelitian.

5.1.2.2 Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan

adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antara variabel bebas atau tidak. Adapun

cara pendeteksiannya adalah jika multikolineraritas tinggi,kemungkinan diperoleh R2

yang tinggi tetapi tidak satupun atau sangat sedikit koefisien yang ditaksir yang

signifikan/penting secara statistic. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi

yang tinggi diantara variabel bebas. Berikut adalah hasil uji multikolinearitas:

Tabel 5. 3 Hasil uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Standar
dized
Unstandardized Coeffici
Coefficients ents Collinearity Statistics

Std. Toleranc
Model B Error Beta t Sig. e VIF

1 (Constant) .997 .341 2.923 .004

pendanaan (X1) 1.035 .025 1.882 41.232 .000 .042 3.954

Pertumbuhanperusaj
-.217 .022 -.291 -9.957 .000 .102 9.815
aan (X2)

kebijakandividen
-.607 .035 -.649 -17.269 .000 .062 6.223
(X3)

a. Dependent Variable: nilai perusahaan (Y)


Berdasarkan tabel output coefficients pada bagian Collinearity Statistics

diketahui bilai tolerance untuk variabel (X1) adalah 0,42, (X2) adalah 0,102, lebih

besar dari 0,10. Sementara, nilai VIF untuk variabel pendanaan (X1) adalah 3.954,

pertumbuhan perusahaan (X2) adalah 9.815 dan variable kebijakan dividen (X3)

adalah 6.223 lebih kecil dari 10,00. Maka mengacu pada dasar pengambilan

keputusan dalam uji multikolinieritas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala

multikolinieritas dalam model regresi.

5.2.2.3 Uji Autokorelasi

Uji autokolerasi yang dilakukan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

apakah dalam sebuah model regresi linier ada kolerasi antara kesalahan penganggu

pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi,

maka dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik

adalah regresi yang bebas dari autokolerasi (Singgih Santoso, 2013;241). Pada

prosedur pendeteksian masalah autokolerasi dapat dgunakan besaran Durbin-Waston.

berikut adalah hasil uji autokorelasi.

Tabel 5.4 Uji Autokolerasi

Model Summaryb

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate Durbin-Watson

1 .996a .993 .992 .570 1.775

a. Predictors: (Constant), kebijakan dividen (X3), pertumbuhan perusahaan (X2), pendanaan (X1)
b. Dependent Variable: nilai perusahaan (Y)

Berdasarkan tabel output uji autokorelasi diatas diketahui nilai durbin-

watson (d) adalah sebesar 1.775. Jumlah variable independent adalah 3 dengan
sampel sebanyak 88. dengan menggunakan rumus “k”=3 maka ditemukan nilai d L

1.583 dan nilai du 1.724. Nilai durbin-watson (d) sebesar 1.775 lebih besar dari batas

atas (dU) yakni 1.724. Maka sebagaimana dasar pengambilam keputusan dalam uji

durbin-watson (d) di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah atau

gejala autokorelasi. dengan demikian maka analisis regresi linear berganda untuk uji

hipotesis di atas dapat dilakukan atau dilanjutkan .

5.2.2.4 Uji heteroskedastisitas

Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

variance dari residual pengamatan satu ke pengamatan yang lain tetap. Jika variance

dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap disebut sebagai

homokedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas. Berikut adalah hasil uji Heteroskedastisitas :

Tabel 5.5 hasil uji Heteroskedastisitas

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .997 .341 2.923 .004
pendanaan
1.035 .025 1.882 41.232 .000
(X1)
Pertumbuhan
perusahaan -.217 .022 -.291 -9.957 .000
(X2)
Kebijakan
-.607 .035 -.649 -17.269 .000
dividen (X3)
a. Dependent Variable: nilai perusahaan (Y)

Karena nilai signifikansi 3 variabel diatas lebih kecil dari 0,05 maka sesuai

dengan dasar pengambilan keputusan dalam uji heteroskedastisitas dapat


disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas dalam model regresi. hasil

uji heteroskedastisitas juga dapat dilihat pada diagram scatterplot dibawah:

Gambar 5.1 Diagram Scatterplot heteroskedastisitas

Dalam suatu model regresi yang baik, biasanya tidak mengalami

heteroskedastisitas. Melalui grafik scatterplot dapat terlihat suatu model regresi

mengalami heteroskedastisitas atau tidak. Jika terdapat pola tertentu dalam grafik

maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Dari Gambar 5.1 terlihat

bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah

angka 0 pada sumbu Y. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi dalam penelitian ini.


5.2.3 Analisis Regresi Berganda

Regresi linear berganda (Multiple Linier Regression) merupakan

pengembangan analisis regresi linear sederhana. Regresi linear sederhana hanya

melibatkan satu variabel bebas, sedangkan regresi linear berganda variabel bebas

yang digunakan untuk menjelaskan variabel terikat (dependent variable) lebih dari

satu (bisa dua, tiga dan seterusnya). Berikut merupakan hasil uji analisis regresi linear

berganda:

Tabel 5.6 Hasil Analisis Regresi Berganda

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 61.327 6.388 9.600 .000
Keputusan .318 .141 .257 2.256 .027
Pendanaan
Pertumbuhan -1.634 .463 -.485 -3.526 .001
perusahaan
Kebijakan .115 .085 .123 1.360 .177
dividen
a. Dependent Variable: Nilai perusahaan

Berdasarkan tabel 4.6, maka regresi linier berganda diperoleh dengan

perumusan sebagai berikut:

Y = 61.327+ 0.318 X1-1.634 X2-0.656 X3 + e

Dengan penjelasan :
1. Konstanta sebesar 61,327. Menyatakan bahwa jika variabel independen yaitu

keputusan pendanaan, pertumbuhan perusahaan, dan kebijakan dividen

dianggap konstan 0 maka nilai perusahaan sebesar 61,327.

2. Koefisien regresi keputusan pendanaan yang mempunyai arah positif sebesar

0,318. Hal ini bisa diartikan bahwa setiap kenaikan keputusan pendanaan

sebesar 100% akan berakibat terhadap kenaikan nilai perusahaan sebesar

31,8%.

3. Koefisien regresi pertumbuhan perusahaan yang mempunyai arah negatif

sebesar -1,634. Hal ini bisa dinyatakan bahwa setiap kenaikan pertumbuhan

perusahaan sebesar 100% akan berakibat terhadap penurunan nilai

perusahaan sebesar 163,4%.

4. Koefisien regresi kebijakan dividen yang mempunyai arah positif sebesar

0,115. Hal ini bisa dinyatakan bahwa setiap kenaikan kebijakan dividen

sebesar 100% akan berakibat terhadap kenaikan nilai perusahaan sebesar

11,5%.

5.2.4 Uji Hipotesis

5.2.4.1 Uji T

Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-

masing variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk membuktikan

hipotesis dalam penelitian ini apakah variabel bebas berpengaruh terhadap variabel

terikat, maka digunakan pengujian yaitu uji-t. Untuk menguji apakah masing-masing

variabel bebas (keputusan pendanaan, pertumbuhan perusahaan, dan kebijakan


dividen) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat (nilai perusahaan)

secara parsial, dengan hasil sebagai berikut

Tabel 5.7

Uji T

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 61.327 6.388 9.600 .000
Keputusan .318 .141 .257 2.256 .027
Pendanaan
Pertumbuhan -1.634 .463 -.485 -3.526 .001
perusahaan
Kebijakan .115 .085 .123 1.360 .177
dividen
a. Dependent Variable: Nilai perusahaan

Berdasarkan tabel diatas ,dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Pada variabel X1, Hasil penelitian diketahui bahwa nilai t sebesar 2,256

yang memiliki arah positif dan tingkat signifikansi yaitu 0,027 lebih

kecil dibanding α (0,05), sehingga H1 diterima. Hasil ini mendukung

hipotesis pertama dalam penelitian ini. Sehingga dapat disimpulkan

keputusan pendanaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan.

b. Pada variabel X2, Hasil penelitian diketahui bahwa nilai t sebesar -3,526

yang memiliki arah negatif dan tingkat signifikansi yaitu 0,001 lebih

kecil dibanding α (0,05), sehingga H2 diterima. Hasil ini mendukung


hipotesis kedua dalam penelitian ini. Sehingga dapat disimpulkan

pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

nilai perusahaan.

c. Pada variabel X3, Hasil penelitian diketahui bahwa nilai t sebesar -1,858

yang memiliki arah negatif dan tingkat signifikansi yaitu 0,066 lebih

besar dibanding α (0,05), sehingga H3 ditolak. Hasil ini tidak

mendukung hipotesis ketiga dalam penelitian ini. Sehingga dapat

disimpulkan kebijakan dividen berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap nilai perusahaan.

5.2.4.2 Uji F

Uji F adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara simultan. Pengujian ini

dilakukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen yang terdapat di

dalam model secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen. Uji F

dalam penelitian ini digunakan untuk menguji signifikasi pengaruh semua variable X

Terhadap variable Y secara simultan dan parsial. berikut adalah hasil uji F:

Tabel 5.8 Uji F

ANOVAa
Model Sum of Df Mean F Sig.
Squares Square
1 Regression 21591.817 3 5397.954 10.003 .000b
Residual 48568.702 14 539.652
Total 70160.520 17
a. Dependent Variable: Nilai perusahaan
b. Predictors: (Constant), Kebijakan divide, Pertumbuhan perusahaan,
keputusan pendanaan
Berdasarkan tabel output diatas, diketahui bahwa nilai F hitung yaitu 10,003 dan

nilai signifikansi yaitu 0,003 lebih kecil dari tingkat α (0,05). Kesimpulannya,

variabel independen yaitu keputusan pendanaan, pertumbuhan perusahaan dan

kebijakan diciden memiliki pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap nilai

perusahaan.

5.2.5 Uji Koefisien determinasi

Koefisien determinasi (R2) menurut Ghozali (2016:95) pada intinya digunakan

untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel-

variabel dependen. Suharyadi dan Purwanto (2016:233) koefisien determinasi

menunjukan suatu proporsi dari varian yang dapat diterangkan oleh persamaan

regresi (regression of sum square-RSS) terhadap varian total (total sum of squares-

TSS). Nilai R2 akan berkisar 0 sampai 1. Nilai R2 = 1 menunjukan bahwa 100% total

varian diterangkan oleh varian persamaan regresi atau variabel bebas, baik X1 dan X2

mampu menerangkan variabel Y sebesar 100%. Sebaliknya, apabila nilai R 2 = 0

menunjukan bahwa tidak ada total varian yang diterangkan oleh varian bebas dari

persamaan regresi, baik X1 maupun X2 dan X3. berikut adalah hasil uji koefisien

determinasi:

Tabel 5. 10 Hasil Koefesien determinasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .981a .963 .982 .570

a. Predictors: (Constant), kebijakan dividen (X3), pertumbuhan perusahaan (X2), keputusan


pendanaan (X1)
b. Dependent Variable: nilai perusahaan (Y)
Berdasarkan tabel output diatas diketahui bahwa nilai R Sguare adalah 0.981.

nilai R Sguare 0.963 ini berasal dari pengkuadratan nilai koefisien korelasi atau “R”

yaitu nilai 0.981 X 0.981 atau sama dengan 96,3%. besarnya angka 0.963 sama

dengan 96.3%. angka tersebut mengandung arti bahwa variable keptusan pendanaan,

pertumbuhan perusahaan dan kebijakan dividen berpengaruh terhadap variable nilai

perusahaan sebesar 96.3% dengan kategori sangat kuat. sedangkan sisanya (100%-

93.3% = 6.7%) dipengaruhi oleh variable lain diluar regresi atau variable yang tidak

diteliti.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengaruh Keputusan Pendanaan, Pertumbuhan Perusahaan dan

Kebijakan Deviden secara bersama – sama terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan diketahui didapatkan nilai F hitung

yaitu 10,003 dan nilai signifikansi yaitu 0,003 lebih kecil dari tingkat α (0,05).

Kesimpulannya, variabel independen yaitu keputusan pendanaan, pertumbuhan

perusahaan dan kebijakan diciden memiliki pengaruh signifikan secara bersama-sama

terhadap nilai perusahaan. melalui uji koefisien determinasi, nilai R Sguare adalah

0.981. nilai R Sguare 0.963 ini berasal dari pengkuadratan nilai koefisien korelasi

atau “R” yaitu nilai 0.981 X 0.981 atau sama dengan 96,3%. besarnya angka 0.963

sama dengan 96.3%. angka tersebut mengandung arti bahwa variable keptusan

pendanaan, pertumbuhan perusahaan dan kebijakan dividen berpengaruh terhadap

variable nilai perusahaan sebesar 96.3% dengan kategori sangat kuat. sedangkan

sisanya (100%-93.3% = 6.7%) dipengaruhi oleh variable lain diluar regresi atau

variable yang tidak diteliti.


5.2.2 Pengaruh Keputusan Pendanaan terhadap Nilai Perusahaan

Berdasarkan uji hipotesis, didapatkan nilai t sebesar 2,256 yang memiliki arah

positif dan tingkat signifikansi yaitu 0,027 lebih kecil dibanding α (0,05), sehingga

H1 diterima. Hasil ini mendukung hipotesis pertama dalam penelitian ini. Sehingga

dapat disimpulkan keputusan pendanaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

nilai perusahaan.

Keputusan pendanaan adalah keputusan tentang sumber dana yang akan

digunakan oleh perusahaan. Keputusan pendanaan merupakan kebijakan yang

menganalisis kondisi sumber pendanaan perusahaan baik melalui utang maupun

modal yang akan dialokasikan untuk mendukung kegiatan operasi perusahaan. Jika

perusahaan menghasilkan laba, prioritas utama perusahaan merupakan membayar

hutang dari pada mensejahterakan kemakmuran pemegang saham, sebagai akibatnya

nilai perusahaan akan menurun. Ketidak signifikan ini ditimbulkan oleh hutang yang

merupakan salah satu sumber pembiayaan yang mempunyai risiko yang tinggi

misalnya berdasarkan perusahaan Adaro Energy Tbk (ADRO).

Hutang yang besar disebabkan kondisi kelebihan pasokan (oversupply) dan

perlemahan pertumbuhan ekonomi akibat mewabahnya virus corona. Pengaruh

kondisi kelebihan pasokan (oversupply) disebabkan dengan adanya penurunan

permintaan komoditas dan persaingan antar perusahaan pertambangan yang sudah

ada dengan meningkatnya investasi untuk memperluas kapasitas produksinya. Hal ini

menyebabkan kelebihan pasokan yang sangat besar dan diperburuk oleh antusiasme

para penembang terhadap batu bara. Dari informasi tersebut peneliti bisa
menyimpulkan bahwa perusahaan pada hal ini perlu mempertimbangkan untuk

melakukan keputusan pendanaan yang bisa mempengaruhi perusahaan.

Temuan penelitian ini relevan dengan penelitian terdahulu Maimunah dan

Hilal (2014), keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, hal

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afzal dan Rohman (2012); Syafitri

dan Farida (2017); Sari dan Wijayanto (2015); Sartini dan Purbawangsa (2015), yang

menyatakan hal serupa bahwa keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap

nilai perusahaan.

5.2.3 Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan

Dari hasil uji hipotesis didaptkan nilai t sebesar -3,526 yang memiliki arah

negatif dan tingkat signifikansi yaitu 0,001 lebih kecil dibanding α (0,05), sehingga

H2 diterima. Hasil ini mendukung hipotesis kedua dalam penelitian ini. Sehingga

dapat disimpulkan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap nilai perusahaan.

Besar ataupun kecil pertumbuhan perusahaan yang diukur dengan persentase

perubahan Earning Per Share tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya kebijakan

hutang perusahaan manufaktur di BEI. Tidak signifikan karena data pertumbuhan

perusahaan dalam penelitian ini belum berhasil membuktikan keterkaitannya dengan

kebijakan hutang. Hal ini dapat diartikan bahwa, pertumbuhan perusahaan yang

tinggi maka perusahaan akan mempunyai dana internal yang tinggi, sehingga

perusahaan tidak membutuhkan dana tambahan dari eksternal perusahaan yaitu

hutang. Perusahaan yang dana internalnya cukup banyak maka akan

menggunakannya sebagai sumber pembiayaan perusahaan.


Penelitian ini mendukung teori Steven dan Lina (2011) dalam penelitian

Anam et al. (2015) menyatakan bahwa, tidak semua perusahaan yang tingkat

pertumbuhannya tinggi akan memilih hutang untuk sumber pendanaan yang

mempunyai bunga pinjaman yang lebih rendah dan akan lebih mengandalkan dana

dari internal. Dan jika pertumbuhan perusahaan tersebut membuat perusahaan butuh

dana, maka kemungkinan mereka akan menerbitkan saham baru yang mempunyai

biaya lebih rendah dari hutang.

Temuan penelitian ini relevan dengan penelitian terdahulu Hermuningsih

(2013), Saraswati & Wiksuana (2016), dan Purnama dan Abundanti (2014) yang

menyatakan bahwa Growth atau pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan

signifikan terhadap nilai perusahaan.

5.2.4 Pengaruh Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan

Dari hasil uji hipotesis didaptkan nilai t sebesar -1,858 yang memiliki arah

negatif dan tingkat signifikansi yaitu 0,066 lebih besar dibanding α (0,05), sehingga

H3 ditolak. Hasil ini tidak mendukung hipotesis ketiga dalam penelitian ini. Sehingga

dapat disimpulkan kebijakan dividen berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap nilai perusahaan.

Kebijakan dividen merupakan salah satu kebijakan yang wajib diambil oleh

manajemen untuk memutuskan apakah laba yang diperoleh perusahaan selama satu

periode akan dibagi seluruh atau dibagi sebagian dan tidak dibagi lagi dalam bentuk

laba. Kebijakan dividen menyangkut keputusan mengenai penggunaan laba yang

sebagai hak pemegang saham. Semakin besar Dividend Payout Ratio semakin besar

pula dividen yang dibayarkan untuk pemegang saham, maka semakin banyak kas
perusahaan untuk membayarkan dividen akibatnya laba ditahan akan semakin kecil.

Laba ditahan yang semakin kecil akan mengurangi kesempatan perusahaan untuk

memanfaatkan peluang investasi yang ada, sehingga memperlambat pertumbuhan

perusahaan.

Jika tingkat pertumbuhan perusahaan kecil maka hal ini akan ditangkap oleh

investor sebagai informasi negatif dari perusahaan sehingga sahamnya juga kurang

diminati investor dan akibatnya harga saham akan turun. Jika harga saham turun

maka nilai perusahaan juga akan turun. Hal ini disebabkan sejak pandemi covid-19

yang memberikan dampak bagi pasar modal yang menyebabkan harga saham tidak

stabil. Ada dua emiten tambang batubara yang diproyeksi mengalami risiko

penurunan dividend per share atau dividen persaham pada tengah tantangan bisnis

akibat dampak sentimen covid-19. Contohnya dari perusahaan Adaro Energy Tbk dan

Bukit Asam Tbk yang tidak lepas dari risiko penurunan dividen per saham yang

mayoritas lemahnya dikarenakan harga batubara ditengah pandemi menurun. Maka

investor wajib lebih cermat pada penentuan saham atau perusahaan Pertambangan

sebelum mulai dilakukan akumulasi penutupan dalam akhir tahun.

Hal tersebut sesuai dengan teori kebijakan dividen yang disebut dividend

irrelevant theory. Teori tersebut adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan

dividen perusahaan tidak mempunyai pengaruh baik terhadap nilai perusahaan

maupun biaya modalnya. Gordon dan Litner juga menyatakan bahwa biaya modal

sendiri akan naik jika Dividend Payout Ratio rendah. Temuan penelitian ini relevan

dengan penelitian terdahulu oleh Nurvianda dan Ghasarma (2018); (Sukirni, 2012)
yang menyatakan hal serupa bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap

nilai perusahaan.
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis mengenai Pengaruh Keputusan Pendanaan, Pertumbuhan

Perusahaan dan Kebijakan Deviden terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Sektor

Pertambangan Batu Bara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018-2022,

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Keputusan pendanaan, pertumbuhan perusahaan dan kebijakan diciden

memiliki pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap nilai perusahaan

ditandai dengan nilai F hitung yaitu 10,003 dan nilai signifikansi yaitu 0,003

lebih kecil dari tingkat α (0,05). Melalui uji koefisien determinasi, variable

keptusan pendanaan, pertumbuhan perusahaan dan kebijakan dividen

berpengaruh terhadap variable nilai perusahaan sebesar 96.3% dengan

kategori sangat kuat.

2. Keputusan pendanaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan ditandai dengan nilai t sebesar 2,256 yang memiliki arah positif

dan tingkat signifikansi yaitu 0,027 lebih kecil dibanding α (0,05).

3. Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai

perusahaan ditandai dengan nilai t sebesar -3,526 yang memiliki arah negatif

dan tingkat signifikansi yaitu 0,001 lebih kecil dibanding α (0,05)


4. Kebijakan dividen berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai

perusahaan ditandai dengan nilai t sebesar -1,858 yang memiliki arah negatif

dan tingkat signifikansi yaitu 0,066 lebih besar dibanding α (0,05)

6.2 Saran

Terdapat saran untuk peneliti dimasa yang akan datang diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Perusahaan harus mampu mencari dana dan mengelolanya dengan sebaik

mungkin. Apabila perusahaan tersebut mampu mengelola dengan baik,

maka akan memberikan nilai tambah dan keunggulan kompetitif sehingga

dapat meningkatkan nilai perusahaan dimasa yang akan datang.

2. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk menambahkan jumlah perusahaan

yang terdatftar di Bursa efek Indonesa (BEI) lainnya. Karena semakin

banyak sampel dan populasi yang diambil akan meningkatkan kualitas

penelitian beserta hasilnya. Diharapkan juga bisa menggunakan periode

yang lebih panjang dan diharapkan dapat menambahkan atau

menggunakan variabel lain untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat

mempengaruhi nilai perusahaan secara signifikan., sehingga bisa

mendapatkan data yang valid untuk diolah dan diteliti dan memberikan

hasil yang lebih akurat


DAFTAR PUSTAKA

Agus Sartono. 2012. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi4.


Yogyakarta: .BPFE.

Ananda, Rusydi & Tien Rafida, 2016. Pengantar Kewirausahaan. Medan: Perdana
Publishing.

Asmanto, M. R., dan Andayani. 2020. Pengaruh Profitabilitas, Struktur Modal,


Grwoth Opportunity dan Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan.
Jurnal Ilmu Riset Akuntasi. Vol. 9, No. 3. Hal: 1-25.

Azis, Rifandi Yoki. 2017. Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Dividen, Dan
Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
BEI. Skripsi. Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta.

Brigham, Eugene F dan Joel F Housten. 2013. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan


Edisi 11 Buku 2. Jakarta : Salemba Empat

Bodie, Z., Alex Kane, & Alan J. Marcus. 2014. Manajemen Portofolio dan Investasi.
Jakarta: Salemba Empat.
Darminto dan Juliaty. 2018. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: AMP.

Deli, E. P. I. N dan Kurnia. 2017. Pengaruh Struktur Modal, Profitabilitas, Growth


Opportunity dan Likuiditas Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ilmu dan Riset
Akutansi, 6 (7), 2460-0585.

Erviva Fariantin. 2022. Pengaruh Kebijakan Investasi, Kebijakan Pendanaan Dan


Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Jasa Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Franita, R. 2018. Mekanisme Corporate Governance dan Nilai Perusahaan. Medan:


Lembaga Penelitian dan Penulisan Ilmiah AQLI.

Gudono. 2014. Teori organisasi. Edisi 3. Yogyakarta: BPFE.

Harjito dan Martono. 2017. Manajemen Keuangan. Edisi Kedua, Cetakan Pertama,
Yogyakarta: Penerbit EKONISIA

Harahap, Sofyan Syafri. 2013. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Raja Grafindo
Persada. Yogyakarta

Husnan, Suad. 2013. Manajemen Keuangan Edisi Keempat. Yogyakarta : BPFE

Myers, Stewart C. 2012. Capital Structure. Dalam Journal of Economic Perspective.


Spring, 15 (2): h: 81-102.

Mulyawan, S. 2017. Manajemen Keuangan. Bandung: CV Pustaka Setia.

Nikiforos K. 2017. Understanding Investments: Theories and strategies. New York:


Routledge.

Novitasari,Kaluti,Purwanto. 2014. Pengaruh Struktur Kepemilikan Dan Kebijakan


Keuangan. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas
Diponegoro, Vol.3, No.2.
Neneng Hasanah. 2022. Pengaruh Keputusan Pendanaan, Pertumbuhan Perusahaan,
Keputusan Investasi Dan Kebijakan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan
(Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Sub Sektor Food And Beverege
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia 2018-2021). Jurnal Bina Akuntansi,
Januari 2023, Vol.10 No.1 Hal 1-11

Oka Kusumajaya, D.K. 2011. Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan
terhadap Profitabilitas dan Nilai perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di
BEI. Tesis Program Magister, Program Studi Manajemen, Program
Pascasarjana Universitas Udayana

Resti Abdi Nursery. 2022. Pengaruh Profitabilitas, Keputusan Investasi, Keputusan


Pendanaan Dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris
Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
Periode 2018-2020). Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 11 No. 3 November
2022

Reni Sugiarti. 2019. The Effect Of Dividend Policy, Decision Of Financing, And
Investment Decision On Value Of Manufacturing Company In Indonesia
Stock Exchange (Idx). Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas.

Setyawan, Arief Indra Wahyu, Topowijono dan Nila Firdausi Nuzula. 2016.
Pengaruh Firm Size, Growth Opportunity, Profitability, Business Risk,
Effective Tax Rate, Asset Tangibility, Firm Age dan Liquidity terhadap
Struktur Modal Perusahaan (Studi pada Perusahaan Sektor Property dan Real
Estate yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2014). Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB), 31 (1):108-117.

Suharli. 2016. Studi Empiris terhadap Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai


Perusahaan pada Perusahaan Go Public di Indonesia. Jurnal Maksi vol. 06.
Jakarta.
Siti Khorida 2022. Pengaruh struktur modal, kebijakan dividen, profitabilitas, dan
mekanisme corporate governance terhadap nilai perusahaan.

Sugeng. 2017. Manajemen Keuangan Fundamental. Yogyakarta: Deepublish.

Wijaya, Lihan Rini Puspo., & Wibawa, Bandi Anas. 2018. Pengaruh keputusan
investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen terhadap nilai
perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XIII Purwokerto,1-21.

Yuyun Yuniarti Layn. 2022. Pengaruh Kebijakan Dividen, Pertumbuhan Perusahaan,


Dan Profitabilitas Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan
Lq45 Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2015-2019) Jurnal Akuntansi Vol. 8, No
1, Juni 2022, Hal 22-38
LAMPIRAN DATA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN

(BATU BARA)
No Emiten Kode perusahaan

1 Adaro Enegry Tbk ADRO

2 Baramulti Suksessarana Tbk ARII

3 Bumi Resources Tbk BOSS

4 Darma Henwa Tbk BSSR

5 Delta Dunia Makmur Tbk BUMI

6 Harum Energy Tbk BYAN

7 Indo Tambangraya Megah Tbk DEWA

8 Resource Alam Indonesia Tbk DOID

9 Samindo Resources Tbk DSSA

10 Bukit Asam Tbk FIRE

11 Petrosea Tbk GEMS

12 Golden Eagle Energy Tbk GTBO

13 Alfa Energi Investama Tbk HRUM

14 PT Indika EnergyTbk INDY

15 PT Mitrabara Adiperdana Tbk ITMG

16 Toba Bara Sejahtera Tbk KKGI

17 Trada Alam Minera Tbk MBAP


KEPUTUSAN PENDANAAN
DER = Total Kewajiban….
Total Modal ekuitas

No Emiten Kode Tahun


perusahaan
2018 2019 2020 2021 2022

1 Adaro Enegry Tbk ADRO 0.45 0.21 0.49 0.36 0.14

2 Baramulti ARII 1.03 1.23 0.20 0.17 0.10


Suksessarana Tbk

3 Bumi Resources BOSS 0.88 1.30 1.09 0.49 0.31


Tbk

4 Darma Henwa Tbk BSSR 1.29 2.39 1.89 0.55 0.45

5 Delta Dunia BUMI 0.20 1.83 3.10 3.10 0.53


Makmur Tbk

6 Harum Energy Tbk BYAN 0.71 1.06 0.88 0.31 1.05

7 Indo Tambangraya DEWA 0.22 0.30 2.90 3.10 0.15


Megah Tbk

8 Resource Alam DOID 0.65 0.31 0.23 0.20 0.01


Indonesia Tbk

9 Samindo Resources DSSA 1.11 0.42 0.42 0.49 0.97


Tbk

10 Bukit Asam Tbk FIRE 2.21 1.29 0.04 0.32 0.27

11 Petrosea Tbk GEMS 0.90 1.18 1.33 1.62 1.47

12 Golden Eagle GTBO 2.43 1.89 1.95 1.68 0.80


Energy Tbk

13 Alfa Energi HRUM 0.35 0.12 0.10 0.34 1.60


Investama Tbk

14 PT Indika INDY 1.87 3.05 1.91 1.85 1.91


EnergyTbk

15 PT Mitrabara ITMG 0.30 0.37 0.37 0.39 1.11


Adiperdana Tbk

16 Toba Bara KKGI 2.90 1.40 1.65 1.42 1.62


Sejahtera Tbk

17 Trada Alam Minera MBAP 1.29 0.83 0.72 0.65 0.80


Tbk
PERTUMBUHAN PERUSAHAAN
PER= Haga 𝑆𝑎ℎ𝑎m
Laba 𝑃𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎m

No Emiten Kode Tahun


perusahaan
2018 2019 2020 2021 2022

1 Adaro Enegry Tbk ADRO 29,08 11,09 -4,49 -26,68 38,96

2 Baramulti ARII 215,22 73,11 17,30 -31,30 15,38


Suksessarana Tbk

3 Bumi Resources BOSS -1,07 28,2 5,53 -31,83 42,12


Tbk

4 Darma Henwa Tbk BSSR 61,82 12,96 -5,72 -20,72 49,66

5 Delta Dunia BUMI 48,97 176,42 94,48 11,55 23,55


Makmur Tbk

6 Harum Energy Tbk BYAN 92,15 57,09 -17,01 0,25 18,03

7 Indo Tambangraya DEWA -6,29 13,72 24,83 -12,03 -14,55


Megah Tbk

8 Resource Alam DOID 38,96 99,75 32,83 -16,34 41,11


Indonesia Tbk

9 Samindo Resources DSSA -14,48 15,38 22,98 1,25 20,3


Tbk

10 Bukit Asam Tbk FIRE 37,52 42,22 26,57 -7,85 61,82

11 Petrosea Tbk GEMS 98,65 37,61 5,97 -4,16 28,2

12 Golden Eagle GTBO 37,52 42,22 26,57 -7,85 17,40


Energy Tbk

13 Alfa Energi HRUM 49,96 3,41 -22,01 -39,90 32,33


Investama Tbk

14 PT Indika INDY 41,87 731,44 161,00 10,75 13,77


EnergyTbk

15 PT Mitrabara ITMG 23,55 18,83 -14,55 -30,91 24,44


Adiperdana Tbk

16 Toba Bara KKGI 20,3 41,11 19,86 -36,84 48,17


Sejahtera Tbk

17 Trada Alam MBAP 38,17 -0,17 1,05 -22,86 28,2


Minera Tbk
NILAI PERUSAHAAN

PBV = Harga saham per lembar saham


Nilai buku per lembar saham

No Emiten Kode Tahun


perusahaan
2018 2019 2020 2021 2022

1 Adaro Enegry Tbk ADRO 0.36 1.07 1.07 12.11 3.56

2 Baramulti ARII 0.33 0.44 0.84 0.61 0.83


Suksessarana Tbk

3 Bumi Resources BOSS 3.00 2.86 4.46 8.01 5.95


Tbk

4 Darma Henwa Tbk BSSR 2.01 2.16 2.71 2.83 2.02

5 Delta Dunia BUMI 0.74 0.48 2.47 4.23 3.45


Makmur Tbk

6 Harum Energy Tbk BYAN 0.68 1.07 0.62 3.20 4.21

7 Indo Tambangraya DEWA 3.00 1.64 2.45 2.45 3.21


Megah Tbk

8 Resource Alam DOID 1.16 2.23 2.23 2.97 3.02


Indonesia Tbk

9 Samindo Resources DSSA 0.74 0.25 0.54 0.48 0.47


Tbk

10 Bukit Asam Tbk FIRE 0.43 0.67 1.13 2.76 0.80

11 Petrosea Tbk GEMS 2.41 4.46 4.09 3.00 3.54

12 Golden Eagle GTBO 2.11 2.13 2.02 5.05 2.86


Energy Tbk

13 Alfa Energi HRUM 0.89 0.43 0.76 0.62 0.68


Investama Tbk
14 PT Indika INDY 1.23 0.99 0.90 0.66 0.64
EnergyTbk

15 PT Mitrabara ITMG 0.56 1.56 1.8 1.64 1.06


Adiperdana Tbk

16 Toba Bara KKGI 3.04 2.81 1.06 3.35 4.13


Sejahtera Tbk

17 Trada Alam Minera MBAP 1.14 1.07 0.56 0.80 1.39


Tbk
KEBIJAKAN DIVIDEN
DPR = 𝐷𝑒𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑃𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎m
𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎 𝑏𝑎𝑔𝑖 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑎𝑠

No Emiten Kode Tahun


perusahaan
2018 2019 2020 2021 2022

1 Adaro Enegry Tbk ADRO 0.5 0.22 0.19 0.52 0.46

2 Baramulti ARII 0.76 0.24 0.13 0.13 0.19


Suksessarana Tbk

3 Bumi Resources BOSS 0.44 0.48 2.46 4.23 3.47


Tbk

4 Darma Henwa Tbk BSSR 0.43 0.18 0.72 1 0.33

5 Delta Dunia BUMI -0.02 0.03 0.05 -0.24 -0.32


Makmur Tbk

6 Harum Energy Tbk BYAN 0.32 0.38 1.38 0.58 0.73

7 Indo Tambangraya DEWA 0.35 0.3 0.13 0.66 0.93


Megah Tbk

8 Resource Alam DOID 1.16 1.71 2.03 2.12 2.12


Indonesia Tbk

9 Samindo Resources DSSA -0.15 0.08 0.12 0.4 0.18


Tbk

10 Bukit Asam Tbk FIRE 0.19 0.22 0.22 0.14 0.14

11 Petrosea Tbk GEMS 1.45 0.46 0.75 0.75 0.34

12 Golden Eagle GTBO 1.88 0.12 0.15 1.33 -0.3


Energy Tbk

13 Alfa Energi HRUM 0.13 0.08 0.02 0.41 0.2


Investama Tbk

14 PT Indika INDY 0.18 1 1.02 1.45 1.48


EnergyTbk

15 PT Mitrabara ITMG 1.81 0.32 0.79 0.96 1.69


Adiperdana Tbk

16 Toba Bara KKGI 0.13 0.24 0.14 0.11 0.24


Sejahtera Tbk

17 Trada Alam Minera MBAP 3.00 2.16 2.04 1.11 3.05


Tbk
LAMPIRAN OUTPUT SPSS

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

pendanaan (x1) 17 38 84 62.71 13.614


pertumbuhan perusahaan
17 27 62 45.65 10.149
(x2)
kebijakan dividen (x3) 17 22 49 35.12 7.897
nilai perusahaan (Y) 17 21 46 34.59 7.315
Valid N (listwise) 17

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual
N 17
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .49340540
Most Extreme Differences Absolute .131
Positive .131
Negative -.042
Test Statistic .131
Asymp. Sig. (2-tailed) .065c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Coefficientsa

Standar
dized
Unstandardized Coeffici
Coefficients ents Collinearity Statistics

Std. Toleranc
Model B Error Beta t Sig. e VIF

1 (Constant) .997 .341 2.923 .004

pendanaan (X1) 1.035 .025 1.882 41.232 .000 .042 3.954


Pertumbuhanperusaj
-.217 .022 -.291 -9.957 .000 .102 9.815
aan (X2)

kebijakandividen
-.607 .035 -.649 -17.269 .000 .062 6.223
(X3)

a. Dependent Variable: nilai perusahaan (Y)

Model Summaryb

Std. Error of the


Model R R Square Adjusted R Square Estimate Durbin-Watson
a
1 .996 .993 .992 .570 1.775

a. Predictors: (Constant), kebijakan dividen (X3), pertumbuhan perusahaan (X2), pendanaan (X1)
b. Dependent Variable: nilai perusahaan (Y)

Anda mungkin juga menyukai