merdeka.Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan
tepatnya pada tanggal 14 Desember 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan
oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan
pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode
kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa
faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah
tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan
sebagai berikut:
Bursa Efek di Semarang dan Surabaya. Awal tahun 1939, karena isu
Pemerintah RI (1950)
semakin tidak aktif dan akhirnya vakum. 10 Agustus 1977, Bursa Efek
emiten pertama.
Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
4.2 Struktur Oganisasi Bursa Efek Indonesia (BEI)
Srtuktur organisasi Bursa Efek Indonesia adalah garis atau lini, dimana dalam
kesehariannya Bursa Efek Indonesia dipimpin oleh Direktur Utama yang membawahi
satu orang direktur yaitu Direktur Pemeriksaan dan Divisi Komunikasi Perusahaan.
Selain kedua bagian tersebut, Direktur Utama juga secara tidak langsung dibantu oleh
Administrasi.
(BEI).
teratur.
pendidikan.
d. Divisi teknologi informasi, bertugas meningkatkan kemampuan
Crime).
migas) yang bernilai ekonomis. Industri pertambangan dikenal luas sebagai industri
yang memiliki resiko yang tinggi sebagai usaha yang berkenaan dengan sumberdaya
alam yang tidak terbaharukan dan sebagai usaha yang keekonomiannya lebih banyak
ditentukan oleh pasar yang sifatnya sangat musiman. Indonesia adalah salah satu
negara dengan potensi mineral dan bahan tambang yang tinggi karena terletak di
wilayah fenomena geologi “ring of fire”, yang menjadi indikator bagi terdapatnya
panjangnya bentangan sistem busur magmatik negara indonesia, yang dua kali lebih
panjang dibandingkan dengan bentangan yang dimiliki oleh benua Amerika Selatan
sebagai salah satu wilayah penghasil bahan-bahan tambang terbesar di dunia saat ini
(15,000 km dibanding 6,250 km). Dengan kondisi seperti itu indonesia telah menjadi
produsen timah kedua terbesar di dunia, eksportir batubara thermal ketiga terbesar di
dunia, penghasiltembaga ketiga terbesar di dunia dan berada pada urutan kelima dan
tambang tembaga dan emas Grasberg di Irian Jaya, tambang tembaga Batu Hijau di
Sumbawa, tambang Nikel di Inco Soroako, Kaltim Prima Coal di KalTim dan
Pertambangan no. 11 tahun 1967 serta UU PMA no. 1 tahun 1967 selama kurun
waktu lebih kurang tiga dasawarsa, sektor pertambangan kita telah mengalami
Status negara Indonesia telah berubah dari suatu negara yang tidak berarti
menjadi salah satu negara penghasil barang tambang yang penting di dunia. Produk
yang dihasilkan dari industri pertambangan sangatlah beragam. Produk tersebut dapat
berupa: minyak bumi, gas bumi, batubara, timah, nikel, bauksit, pasir besi, emas,
perak, tembaga, batu granit, bahan galian golongan C (seperti: kaolin, mangan, aspal,
yodium, belerang, fosfat, asbes, pasir kwarsa, marmer, batu gamping, feldspar,
bentonit).
saat ini dan akan semakin besar di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan oleh
potensi geologi indonesia yang sangat kaya akan bahan tambang. Diawal tahun 1938,
mampu bertahan dari kondisi ekonomi secara makro di Indonesia. Terbukti dengan
semakin banyaknya sektor pertambangan yang melakukan IPO, dan hingga tahun
penjelasan atau gambaran tentang karakteristik dasar dari sampel berdasarkan data
yang sudah tersedia. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel independen yaitu
variabel dependen yang digunakan yaitu nilai perusahaan selama periode 2018- 2022.
Hasil statistik menurut data variabel-variabel yang dipakai pada penelitian ini bisa
Descriptive Statistics
nilai minimum 38 dan nilai maximum 84 dengan nilai rata-rata 62.71 serta nilai
deviasi 10.149. Pada variabel kebijakan dividen memiliki nilai minimum 22 dan nilai
maximum 49 dengan nilai ratarata 35.12 serta nilai standar deviasi 7.897. Variabel
nilai perusahaan memiliki nilai minimum 21 dan nilai maximum 46 dengan nilai rata-
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak dimana model
Caranya yaitu dengan melihat nilai signifikansinya. Jika p-value > 0,05 maka data
residual tersebut terdistribusi secara normal. Sedangkan jika p-value <0,05 maka data
tidak terdistribusi secara normal. Berikut ini adalah hasil uji normalitas:
Unstandardized Residual
N 17
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .49340540
Most Extreme Differences Absolute .131
Positive .131
Negative -.042
Test Statistic .131
Asymp. Sig. (2-tailed) .065c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Dari tabel kolmogorov-smirnof dengan melihat bilangan pada kolom
signifikan (sig) yaitu 0,065 dan 0,065 lebih besar dari 0,05 (0,065 dan 0,065 > 0,005),
maka dapat diartikan bahwa data penelitian berdistribusi normal dan layak digunakan
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan
adanya korelasi yang tinggi atau sempurna antara variabel bebas atau tidak. Adapun
yang tinggi tetapi tidak satupun atau sangat sedikit koefisien yang ditaksir yang
signifikan/penting secara statistic. Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
yang tinggi diantara variabel bebas. Berikut adalah hasil uji multikolinearitas:
Coefficientsa
Standar
dized
Unstandardized Coeffici
Coefficients ents Collinearity Statistics
Std. Toleranc
Model B Error Beta t Sig. e VIF
Pertumbuhanperusaj
-.217 .022 -.291 -9.957 .000 .102 9.815
aan (X2)
kebijakandividen
-.607 .035 -.649 -17.269 .000 .062 6.223
(X3)
diketahui bilai tolerance untuk variabel (X1) adalah 0,42, (X2) adalah 0,102, lebih
besar dari 0,10. Sementara, nilai VIF untuk variabel pendanaan (X1) adalah 3.954,
pertumbuhan perusahaan (X2) adalah 9.815 dan variable kebijakan dividen (X3)
adalah 6.223 lebih kecil dari 10,00. Maka mengacu pada dasar pengambilan
keputusan dalam uji multikolinieritas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
apakah dalam sebuah model regresi linier ada kolerasi antara kesalahan penganggu
pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi kolerasi,
maka dinamakan ada problem autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik
adalah regresi yang bebas dari autokolerasi (Singgih Santoso, 2013;241). Pada
Model Summaryb
a. Predictors: (Constant), kebijakan dividen (X3), pertumbuhan perusahaan (X2), pendanaan (X1)
b. Dependent Variable: nilai perusahaan (Y)
watson (d) adalah sebesar 1.775. Jumlah variable independent adalah 3 dengan
sampel sebanyak 88. dengan menggunakan rumus “k”=3 maka ditemukan nilai d L
1.583 dan nilai du 1.724. Nilai durbin-watson (d) sebesar 1.775 lebih besar dari batas
atas (dU) yakni 1.724. Maka sebagaimana dasar pengambilam keputusan dalam uji
durbin-watson (d) di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah atau
gejala autokorelasi. dengan demikian maka analisis regresi linear berganda untuk uji
variance dari residual pengamatan satu ke pengamatan yang lain tetap. Jika variance
dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap disebut sebagai
Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) .997 .341 2.923 .004
pendanaan
1.035 .025 1.882 41.232 .000
(X1)
Pertumbuhan
perusahaan -.217 .022 -.291 -9.957 .000
(X2)
Kebijakan
-.607 .035 -.649 -17.269 .000
dividen (X3)
a. Dependent Variable: nilai perusahaan (Y)
Karena nilai signifikansi 3 variabel diatas lebih kecil dari 0,05 maka sesuai
mengalami heteroskedastisitas atau tidak. Jika terdapat pola tertentu dalam grafik
bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah
melibatkan satu variabel bebas, sedangkan regresi linear berganda variabel bebas
yang digunakan untuk menjelaskan variabel terikat (dependent variable) lebih dari
satu (bisa dua, tiga dan seterusnya). Berikut merupakan hasil uji analisis regresi linear
berganda:
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 61.327 6.388 9.600 .000
Keputusan .318 .141 .257 2.256 .027
Pendanaan
Pertumbuhan -1.634 .463 -.485 -3.526 .001
perusahaan
Kebijakan .115 .085 .123 1.360 .177
dividen
a. Dependent Variable: Nilai perusahaan
Dengan penjelasan :
1. Konstanta sebesar 61,327. Menyatakan bahwa jika variabel independen yaitu
0,318. Hal ini bisa diartikan bahwa setiap kenaikan keputusan pendanaan
31,8%.
sebesar -1,634. Hal ini bisa dinyatakan bahwa setiap kenaikan pertumbuhan
0,115. Hal ini bisa dinyatakan bahwa setiap kenaikan kebijakan dividen
11,5%.
5.2.4.1 Uji T
hipotesis dalam penelitian ini apakah variabel bebas berpengaruh terhadap variabel
terikat, maka digunakan pengujian yaitu uji-t. Untuk menguji apakah masing-masing
Tabel 5.7
Uji T
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized T Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 61.327 6.388 9.600 .000
Keputusan .318 .141 .257 2.256 .027
Pendanaan
Pertumbuhan -1.634 .463 -.485 -3.526 .001
perusahaan
Kebijakan .115 .085 .123 1.360 .177
dividen
a. Dependent Variable: Nilai perusahaan
a. Pada variabel X1, Hasil penelitian diketahui bahwa nilai t sebesar 2,256
yang memiliki arah positif dan tingkat signifikansi yaitu 0,027 lebih
perusahaan.
b. Pada variabel X2, Hasil penelitian diketahui bahwa nilai t sebesar -3,526
yang memiliki arah negatif dan tingkat signifikansi yaitu 0,001 lebih
nilai perusahaan.
c. Pada variabel X3, Hasil penelitian diketahui bahwa nilai t sebesar -1,858
yang memiliki arah negatif dan tingkat signifikansi yaitu 0,066 lebih
5.2.4.2 Uji F
Uji F adalah pengujian terhadap koefisien regresi secara simultan. Pengujian ini
dalam penelitian ini digunakan untuk menguji signifikasi pengaruh semua variable X
Terhadap variable Y secara simultan dan parsial. berikut adalah hasil uji F:
ANOVAa
Model Sum of Df Mean F Sig.
Squares Square
1 Regression 21591.817 3 5397.954 10.003 .000b
Residual 48568.702 14 539.652
Total 70160.520 17
a. Dependent Variable: Nilai perusahaan
b. Predictors: (Constant), Kebijakan divide, Pertumbuhan perusahaan,
keputusan pendanaan
Berdasarkan tabel output diatas, diketahui bahwa nilai F hitung yaitu 10,003 dan
nilai signifikansi yaitu 0,003 lebih kecil dari tingkat α (0,05). Kesimpulannya,
perusahaan.
menunjukan suatu proporsi dari varian yang dapat diterangkan oleh persamaan
regresi (regression of sum square-RSS) terhadap varian total (total sum of squares-
TSS). Nilai R2 akan berkisar 0 sampai 1. Nilai R2 = 1 menunjukan bahwa 100% total
varian diterangkan oleh varian persamaan regresi atau variabel bebas, baik X1 dan X2
menunjukan bahwa tidak ada total varian yang diterangkan oleh varian bebas dari
persamaan regresi, baik X1 maupun X2 dan X3. berikut adalah hasil uji koefisien
determinasi:
Model Summaryb
nilai R Sguare 0.963 ini berasal dari pengkuadratan nilai koefisien korelasi atau “R”
yaitu nilai 0.981 X 0.981 atau sama dengan 96,3%. besarnya angka 0.963 sama
dengan 96.3%. angka tersebut mengandung arti bahwa variable keptusan pendanaan,
perusahaan sebesar 96.3% dengan kategori sangat kuat. sedangkan sisanya (100%-
93.3% = 6.7%) dipengaruhi oleh variable lain diluar regresi atau variable yang tidak
diteliti.
5.2 Pembahasan
yaitu 10,003 dan nilai signifikansi yaitu 0,003 lebih kecil dari tingkat α (0,05).
terhadap nilai perusahaan. melalui uji koefisien determinasi, nilai R Sguare adalah
0.981. nilai R Sguare 0.963 ini berasal dari pengkuadratan nilai koefisien korelasi
atau “R” yaitu nilai 0.981 X 0.981 atau sama dengan 96,3%. besarnya angka 0.963
sama dengan 96.3%. angka tersebut mengandung arti bahwa variable keptusan
variable nilai perusahaan sebesar 96.3% dengan kategori sangat kuat. sedangkan
sisanya (100%-93.3% = 6.7%) dipengaruhi oleh variable lain diluar regresi atau
Berdasarkan uji hipotesis, didapatkan nilai t sebesar 2,256 yang memiliki arah
positif dan tingkat signifikansi yaitu 0,027 lebih kecil dibanding α (0,05), sehingga
H1 diterima. Hasil ini mendukung hipotesis pertama dalam penelitian ini. Sehingga
nilai perusahaan.
modal yang akan dialokasikan untuk mendukung kegiatan operasi perusahaan. Jika
nilai perusahaan akan menurun. Ketidak signifikan ini ditimbulkan oleh hutang yang
merupakan salah satu sumber pembiayaan yang mempunyai risiko yang tinggi
ada dengan meningkatnya investasi untuk memperluas kapasitas produksinya. Hal ini
menyebabkan kelebihan pasokan yang sangat besar dan diperburuk oleh antusiasme
para penembang terhadap batu bara. Dari informasi tersebut peneliti bisa
menyimpulkan bahwa perusahaan pada hal ini perlu mempertimbangkan untuk
Hilal (2014), keputusan pendanaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afzal dan Rohman (2012); Syafitri
dan Farida (2017); Sari dan Wijayanto (2015); Sartini dan Purbawangsa (2015), yang
nilai perusahaan.
Dari hasil uji hipotesis didaptkan nilai t sebesar -3,526 yang memiliki arah
negatif dan tingkat signifikansi yaitu 0,001 lebih kecil dibanding α (0,05), sehingga
H2 diterima. Hasil ini mendukung hipotesis kedua dalam penelitian ini. Sehingga
perubahan Earning Per Share tidak berpengaruh terhadap besar kecilnya kebijakan
kebijakan hutang. Hal ini dapat diartikan bahwa, pertumbuhan perusahaan yang
tinggi maka perusahaan akan mempunyai dana internal yang tinggi, sehingga
Anam et al. (2015) menyatakan bahwa, tidak semua perusahaan yang tingkat
mempunyai bunga pinjaman yang lebih rendah dan akan lebih mengandalkan dana
dari internal. Dan jika pertumbuhan perusahaan tersebut membuat perusahaan butuh
dana, maka kemungkinan mereka akan menerbitkan saham baru yang mempunyai
(2013), Saraswati & Wiksuana (2016), dan Purnama dan Abundanti (2014) yang
Dari hasil uji hipotesis didaptkan nilai t sebesar -1,858 yang memiliki arah
negatif dan tingkat signifikansi yaitu 0,066 lebih besar dibanding α (0,05), sehingga
H3 ditolak. Hasil ini tidak mendukung hipotesis ketiga dalam penelitian ini. Sehingga
Kebijakan dividen merupakan salah satu kebijakan yang wajib diambil oleh
manajemen untuk memutuskan apakah laba yang diperoleh perusahaan selama satu
periode akan dibagi seluruh atau dibagi sebagian dan tidak dibagi lagi dalam bentuk
sebagai hak pemegang saham. Semakin besar Dividend Payout Ratio semakin besar
pula dividen yang dibayarkan untuk pemegang saham, maka semakin banyak kas
perusahaan untuk membayarkan dividen akibatnya laba ditahan akan semakin kecil.
Laba ditahan yang semakin kecil akan mengurangi kesempatan perusahaan untuk
perusahaan.
Jika tingkat pertumbuhan perusahaan kecil maka hal ini akan ditangkap oleh
investor sebagai informasi negatif dari perusahaan sehingga sahamnya juga kurang
diminati investor dan akibatnya harga saham akan turun. Jika harga saham turun
maka nilai perusahaan juga akan turun. Hal ini disebabkan sejak pandemi covid-19
yang memberikan dampak bagi pasar modal yang menyebabkan harga saham tidak
stabil. Ada dua emiten tambang batubara yang diproyeksi mengalami risiko
penurunan dividend per share atau dividen persaham pada tengah tantangan bisnis
akibat dampak sentimen covid-19. Contohnya dari perusahaan Adaro Energy Tbk dan
Bukit Asam Tbk yang tidak lepas dari risiko penurunan dividen per saham yang
investor wajib lebih cermat pada penentuan saham atau perusahaan Pertambangan
Hal tersebut sesuai dengan teori kebijakan dividen yang disebut dividend
irrelevant theory. Teori tersebut adalah suatu teori yang menyatakan bahwa kebijakan
maupun biaya modalnya. Gordon dan Litner juga menyatakan bahwa biaya modal
sendiri akan naik jika Dividend Payout Ratio rendah. Temuan penelitian ini relevan
dengan penelitian terdahulu oleh Nurvianda dan Ghasarma (2018); (Sukirni, 2012)
yang menyatakan hal serupa bahwa kebijakan dividen tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan.
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Pertambangan Batu Bara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2018-2022,
ditandai dengan nilai F hitung yaitu 10,003 dan nilai signifikansi yaitu 0,003
lebih kecil dari tingkat α (0,05). Melalui uji koefisien determinasi, variable
perusahaan ditandai dengan nilai t sebesar 2,256 yang memiliki arah positif
perusahaan ditandai dengan nilai t sebesar -3,526 yang memiliki arah negatif
perusahaan ditandai dengan nilai t sebesar -1,858 yang memiliki arah negatif
6.2 Saran
Terdapat saran untuk peneliti dimasa yang akan datang diantaranya adalah
sebagai berikut:
menggunakan variabel lain untuk mengetahui faktor apa saja yang dapat
mendapatkan data yang valid untuk diolah dan diteliti dan memberikan
Ananda, Rusydi & Tien Rafida, 2016. Pengantar Kewirausahaan. Medan: Perdana
Publishing.
Azis, Rifandi Yoki. 2017. Pengaruh Keputusan Investasi, Kebijakan Dividen, Dan
Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di
BEI. Skripsi. Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta.
Bodie, Z., Alex Kane, & Alan J. Marcus. 2014. Manajemen Portofolio dan Investasi.
Jakarta: Salemba Empat.
Darminto dan Juliaty. 2018. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: AMP.
Harjito dan Martono. 2017. Manajemen Keuangan. Edisi Kedua, Cetakan Pertama,
Yogyakarta: Penerbit EKONISIA
Harahap, Sofyan Syafri. 2013. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan. Raja Grafindo
Persada. Yogyakarta
Oka Kusumajaya, D.K. 2011. Pengaruh Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan
terhadap Profitabilitas dan Nilai perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di
BEI. Tesis Program Magister, Program Studi Manajemen, Program
Pascasarjana Universitas Udayana
Reni Sugiarti. 2019. The Effect Of Dividend Policy, Decision Of Financing, And
Investment Decision On Value Of Manufacturing Company In Indonesia
Stock Exchange (Idx). Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas.
Setyawan, Arief Indra Wahyu, Topowijono dan Nila Firdausi Nuzula. 2016.
Pengaruh Firm Size, Growth Opportunity, Profitability, Business Risk,
Effective Tax Rate, Asset Tangibility, Firm Age dan Liquidity terhadap
Struktur Modal Perusahaan (Studi pada Perusahaan Sektor Property dan Real
Estate yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2014). Jurnal Administrasi Bisnis
(JAB), 31 (1):108-117.
Wijaya, Lihan Rini Puspo., & Wibawa, Bandi Anas. 2018. Pengaruh keputusan
investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan dividen terhadap nilai
perusahaan. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) XIII Purwokerto,1-21.
(BATU BARA)
No Emiten Kode perusahaan
Descriptive Statistics
Unstandardized Residual
N 17
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .49340540
Most Extreme Differences Absolute .131
Positive .131
Negative -.042
Test Statistic .131
Asymp. Sig. (2-tailed) .065c
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Coefficientsa
Standar
dized
Unstandardized Coeffici
Coefficients ents Collinearity Statistics
Std. Toleranc
Model B Error Beta t Sig. e VIF
kebijakandividen
-.607 .035 -.649 -17.269 .000 .062 6.223
(X3)
Model Summaryb
a. Predictors: (Constant), kebijakan dividen (X3), pertumbuhan perusahaan (X2), pendanaan (X1)
b. Dependent Variable: nilai perusahaan (Y)