Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PASAR MODAL DAN INVESTASI SYARIAH


PRINSIP DAN PERKEMBANGAN PASAR MODAL SYARIAH
Dosen Pengampu : Enny Puji Lestari, M. E. Sy

Disusun Oleh

Jenny Maey Varanie 2103011046


Sheka Nidia 2103011086
Tika Amirul Sholeha 2103011090
Wulan Sari 2103011095

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
TAHUN AJARAN 2022/2023
BAB I
PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Industri Syariah


1. Sejarah Pasar Modal Indonesia
Menurut buku "Effectengids" yang diterbitkan pada tahun 1939 oleh Vereniging
voor den Effectenhandel. Transaksi surat berharga telah dilakukan sejak tahun 1880,
namun tanpa pembukuan formal informasi acara tidak lengkap. Pada tahun 1878
sebuah perusahaan komersial didirikan Komoditi dan Sekuritas yaitu Dunlop & Koff,
pendahulu dari PT Perdanas. 1892,perusahaan The Cultuur Maatschappij goalpara
Farm di Batavia menerbitkan 400 brosur penjualan saham dengan harga 500,00
gulden per saham. Het centrum setiap hari selama empat tahun berikutnya (1896).
Djoejacarta juga menerbitkan prospektus saham senilai 105.000,00 gulden. Harga
awal 100,00 gulden per saham. Menurut perkiraan, saham yang diperdagangkan
seperti itu terdaftar di Bursa Efek Amsterdam. Namun, investor di Batavia, Surabaya
dan semarang. Saat itu, belum ada pasar saham di Indonesia.1

2. Perkembangan Pada Awal 19


Sekitar awal abad ke-19 pemerintah kolonial Belanda membangun perkebunan
dengan skala besar di Indonesia. Para penabung terdiri dari orang Belanda dan Eropa
yang memiliki penghasilan yang lebih tinggi dari penghasilan penduduk pribumi.
Maka dari itu kolonial mendirikan pasar modal. Akhirnya Amsterdamse
Effectenbeurs mendirikan cabang yang terletak di Batavia (Jakarta) pada tanggal 14
Desember 1912, yang menjadi penyelenggara adalah Vereniging voor de
Effectenhandel dan langsung memulai perdagangan.2
Di tingkat Asia, bursa Batavia ini merupakan yang keempat. Pada awalnya bursa
ini memperjual belikan saham dan obligasi perusahaan/ perkebunan Belanda yang
beroperasi di Indonesia. Pada tahun 1914 bursa di Batavia sempat ditutup karena
adanya Perang Dunia I, namun dibuka kembali di tahun 1918. Perkembangan pasar

1
Mohammad Nasir, Pasar modal (Jakarta, 2016).
2
Ibid.
modal di Batavia berkembang begitu pesat sehingga menarik perhatian dari
masyarakat yang terdapat di kota lain. Pada tanggal 11 Januari 1925 di kota Surabaya
dan 1 Agustus 1925 di semarang resmi didirikan bursa. Anggota bursa di Surabaya
waktu itu adalah Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup,Fa. V. Van Velsen, Fa.
Beaukkerk & Cop, dan N. Koster. Sedangkan anggota bursa di Semarang waktu itu
adalah Fa. Dunlop & Koff, Fa. Gijselman & Steup, Fa. Monad & Co, Fa. Companien
& Co, serta Fa. P.H.Soeters & Co. Nilai efek yang tercatat yang mencapai
NIF1.400.000.000,00 (jika di indeks dengan harga beras yang disubsidi pada tahun
1982, nilainya adalah ± Rp7.000.000.000.000,00) yang berasal dari 250 jenis efek.3
Periode ini berlangsung tidak lama karena dihadapkan pada resesi ekonomi tahun
1929 dan pecahnya perang Dunia II (PD II). Keadaan yang semakin memburuk
membuat Bursa Efek Surabaya dan Semarang ditutup sementara. Kemudian pada 10
Mei 1940 disusul oleh Bursa Efek Jakarta. Pada tanggal 23 Desember 1940 Bursa
Efek Jakarta kembali aktif. Namun dikarenakan terjadinya Perang Dunia II, hal ini
tidak berlangsung lama karena kemudian Jepang masuk ke Indonesia dan Bursa Efek
Jakarta kembali tutup. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 289737/UU
tanggal 1 November 1951 penyelenggaraan bursa diserahkan kepada Perserikatan
Uang dan Efek-Efek (PPUE). Bank Indonesia (BI) ditunjuk sebagai penasihat dan
selanjutnya dipilih pengurus. Selanjutnya baru pada tanggal 3 Juni 1952, Bursa Efek
Jakarta dibuka kembali. Operasional bursa pada waktu itu dilakukan oleh PPUE
(Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek) yang beranggotakan bank negara, bank
swasta dan para pialang efek. Pada tanggal 26 september 1952 dikeluarkannya
Undang-Undang nomor 15 tahun 1952 sebagai Undang-Undang darurat tentang
Bursa, dan kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang Bursa.4

3. Deregulasi Pasar Modal


Setelah deregulasi pemerintah pada awal tahun 1987, terjadi ledakan di pasar
modal meningkat lagi. Paket Kebijakan Desember 1987 atau dikenal juga dengan
Pakdes 1987 merupakan penyederhanaan persyaratan proses penerbitan saham dan
3
Ibid.
4
Ibid.
obligasi serta penanganannya. Biaya yang sebelumnya dipungut oleh BAPEPAM,
seperti biaya pendaftaran penerbitan surat berharga. Kebijakan ini juga menghapus
pembatasan pergerakan harga saham di bursa dan memperkenalkan bursa paralel.
Opsi untuk emiten yang tidak memenuhi syarat untuk IPO. Kemudian, Paket
Kebijakan Oktober 1988 (Pakto 88) menyasar sektor perbankan. Pato 88 berisi
tentang ketentuan 3 L (hukum, pinjaman, limit) dan pengenaan pajak atas bunga
deposito.5
Pengenaan pajak ini berdampak positif bagi perkembangan pasar modal. Karena
dengan pintu keluar Kebijakan ini berarti pemerintah memperlakukan industri
perbankan dan industri lainnya secara setara pasar modal. Paket ketiga adalah Paket
Hikmah Desember 1988 (Pakdes 88) yang intinya memberikan dorongan baru bagi
pasar modal dengan membuka peluang bagi sektor swasta organisasi beasiswa. Hal
ini memudahkan investor di luar Jakarta. Pemerintah juga membentuk lembaga baru
seperti PT Kustodian Efek Indonesia (KSEI), Kliring dan Penjaminan Emisi Efek
Indonesia (KPEI), Reksa Dana dan Manajer investasi Pada tahun 1989, 37 perusahaan
terdaftar di bursa saham dan sahamnya dicatatkan di BEJ. Perkembangan ini berlanjut
dengan privatisasi, yaitu. dasar pasar saham PT Bursa Efek Surabaya pada tanggal 16
Juni 1989, disusul dengan berdirinya bursa paralel di Indonesia (BPI) pada tanggal 2
April 1991 dan Bursa Efek Jakarta (BEJ) pada tanggal 13 Juli 1992 yang
menggantikan peran BAPEPAM sebagai pelaksana bursa efek.6
Pada tahun 1995, sistem JATS (Jakarta Automatic Trading System) diluncurkan.
Sistem Berdagang di lantai bursa yang secara otomatis mencocokkan harga beli dan
jual saham. Sebelum JATS berlaku, transaksi dilakukan secara manual. Perdagangan
saham berubah Perdagangan tanpa naskah, yaitu perdagangan saham tanpa naskah
(bukti fisik kepemilikan saham). Kemudian datang dengan saya dengan
berkembangnya teknologi, bursa kini menggunakan sistem perdagangan jarak jauh
yaitu sistem perdagangan jauh. Pada tanggal 22 Juli 1995, BES bergabung dengan
Bursa Efek Paralel Indonesia (IPSX). Sejak saat itu, Indonesia hanya memiliki dua
bursa yaitu BES dan BEJ.7

5
Ibid.
6
Ibid.
7
Ibid.
4. Merger Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya
Pada tanggal 19 September 1996, BES mengeluarkan sistem Surabaya Market
Information and Automated Remote Trading (S-MART) yang menjadi Sebuah sistem
perdagangan yang komprehensif, terintegrasi dan luas serta dapat menyediakan
informasi real time dari transaksi yang dilakukan melalui BES. BEJ melakukan
merger dengan BES pada akhir 2007 dan pada awal 2008 berubah nama menjadi
Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada tahun 2009, PT Bursa Efek Indonesia meluncurkan
Sistem Perdagangan Baru JATS-G5.8

1. Pengalihan Pengawasan dari Kementerian Keuangan ke Otoritas Jasa Keuangan


Pada tahun 2011, mulai diundangkan tentang Undang-Undang tentang Otoritas
Jasa Keuangan yang mengawasi sektor Perbankan, Pasar Modal dan Industri
Keuangan Non Bank. Pada 22 November 2011, Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi disahkan dan menjadi cikal bakal
lahirnya lembaga OJK. OJK dinyatakan sebagai lembaga independen yang mengawasi
lembaga keuangan, baik bank maupun bukan bank, seperti perusahaan sekuritas,
modal ventura, perusahaan pembiayaan, reksa dana, asuransi, dan dana pensiun serta
lembaga lain yang berkegiatan mengumpulkan dana masyarakat. Pengalihan
pengawasan dilakukan secara bertahap. Pada 31 Desember 2012, pengawasan Pasar
Modal dan Industri Keuangan Non Bank yang sebelumnya dilakukan oleh
Kementerian Keuangan melalui BAPEPAM-LK (Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan) resmi beralih ke OJK.9

B. Sejarah Pasar Modal Syariah


Sejarah Pasar Modal Syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya Reksa
Dana Syariah oleh PT. Danareksa Investment Management pada 3 Juli 1997. Selanjutnya,
Bursa Efek Indonesia (d/h Bursa Efek Jakarta) berkerjasama dengan PT. Danareksa
Investment Management meluncurkan Jakarta Islamic Index pada tanggal 3 Juli 2000
yang bertujuan untuk memandu investor yang ingin menginvestasikan dananya secara
8
Ibid.
9
Ibid.
syariah. Dengan hadirnya indeks tersebut, maka para pemodal telah disediakan saham-
saham yang dapat dijadikan sarana berinvestasi sesuai dengan prinsip syariah.10
Pada tanggal 18 April 2001, untuk pertama kali Dewan Syariah Nasional Majelis
Ulama Indonesia (DSN-MUI) mengeluarkan fatwa yang berkaitan langsung dengan pasar
modal, yaitu Fatwa Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanan Investasi
Untuk Reksa Dana Syariah. Selanjutnya, instrumen investasi syariah di pasar modal terus
bertambah dengan kehadiran Obligasi Syariah PT. Indosat Tbk pada awal September
2002. Instrumen ini merupakan Obligasi Syariah pertama dan akad yang digunakan
adalah akad mudharabah.11
Sejarah Pasar Modal Syariah juga dapat ditelusuri dari perkembangan
institusional yang terlibat dalam pengaturan Pasar Modal Syariah tersebut. Perkembangan
tersebut dimulai dari MoU antara Bapepam dan DSN-MUI pada tanggal 14 Maret 2003.
MoU menunjukkan adanya kesepahaman antara Bapepam dan DSN-MUI untuk
mengembangkan pasar modal berbasis syariah di Indonesia. Dari sisi kelembagaan
Bapepam-LK, perkembangan Pasar Modal Syariah ditandai dengan pembentukan Tim
Pengembangan Pasar Modal Syariah pada tahun 2003. Selanjutnya, pada tahun 2004
pengembangan Pasar Modal Syariah masuk dalam struktur organisasi Bapepam dan LK,
dan dilaksanakan oleh unit setingkat eselon IV yang secara khusus mempunyai tugas dan
fungsi mengembangkan pasar modal syariah. Sejalan dengan perkembangan industri
yang ada, pada tahun 2006 unit eselon IV yang ada sebelumnya ditingkatkan menjadi unit
setingkat eselon III. Pada tanggal 23 Nopember 2006, Bapepam-LK menerbitkan paket
Peraturan Bapepam dan LK terkait Pasar Modal Syariah. Paket peraturan tersebut yaitu
Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan Nomor
IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar
Modal. Selanjutnya, pada tanggal 31 Agustus 2007 Bapepam-LK menerbitkan Peraturan
Bapepam dan LK Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah dan
diikuti dengan peluncuran Daftar Efek Syariah pertama kali oleh Bapepam dan LK pada
tanggal 12 September 2007.12

10
Sejarah Pasar Modal Syariah. https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/Pages/Pasar-Modal-Syariah.aspx.
Di Akses Pada Tanggal 09 Maret 2023
11
Sejarah Pasar Modal Syariah. https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/Pages/Pasar-Modal-Syariah.aspx.
Di Akses Pada Tanggal 09 Maret 2023
Perkembangan Pasar Modal Syariah mencapai tonggak sejarah baru dengan
disahkannya UU Nomor 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
pada tanggal 7 Mei 2008. Undang-undang ini diperlukan sebagai landasan hukum untuk
penerbitan surat berharga syariah negara atau sukuk negara. Pada tanggal 26 Agustus
2008 untuk pertama kalinya Pemerintah Indonesia menerbitkan SBSN seri IFR0001 dan
IFR0002. Pada tanggal 30 Juni 2009, Bapepam-LK telah melakukan penyempurnaan
terhadap Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah dan
II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.13

C. Konsep dan Prinsip Pasar Modal Syariah


Pasar modal syariah Definisi pasar modal sesuai dengan Undang-undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek
yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Berdasarkan
definisi tersebut, terminologi pasar modal syariah dapat diartikan sebagai kegiatan dalam
pasar modal sebagaimana yang diatur dalam UUPM yang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah. Oleh karena itu, pasar modal syariah bukanlah suatu sistem yang terpisah
dari sistem pasar modal secara keseluruhan. Secara umum kegiatan Pasar Modal Syariah
tidak memiliki perbedaan dengan pasar modal konvensional, namun terdapat beberapa
karakteristik khusus Pasar Modal Syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi
tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.14
Penerapan prinsip syariah di pasar modal tentunya bersumberkan pada Al Quran
sebagai sumber hukum tertinggi dan Hadits Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya, dari
kedua sumber hukum tersebut para ulama melakukan penafsiran yang kemudian disebut
ilmu fiqih. Salah satu pembahasan dalam ilmu fiqih adalah pembahasan tentang
muamalah, yaitu hubungan diantara sesama manusia terkait perniagaan. Berdasarkan
itulah kegiatan pasar modal syariah dikembangkan dengan basis fiqih

12
Sejarah Pasar Modal Syariah. https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/Pages/Pasar-Modal-Syariah.aspx.
Di Akses Pada Tanggal 09 Maret 2023
13
Sejarah Pasar Modal Syariah. https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/Pages/Pasar-Modal-Syariah.aspx.
Di Akses Pada Tanggal 09 Maret 2023
14
Sejarah Pasar Modal Syariah. https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/Pages/Pasar-Modal-Syariah.aspx.
Di Akses Pada Tanggal 09 Maret 2023
muamalah.Terdapat kaidah fiqih muamalah yang menyatakan bahwa Pada dasarnya,
semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.
Konsep inilah yang menjadi prinsip pasar modal syariah di Indonesia.15
a. Dasar Hukum
Sebagai bagian dari sistem pasar modal Indonesia , kegiatan di Pasar
modal yang menerapkan prinsip-prinsip syariah juga mengacu kepada Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal berikut peraturan
pelaksananaannya (Peraturan Bapepam-LK, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Bursa dan lain-lain). Bapepam-LK selaku regulator pasar modal di Indonesia,
memiliki beberapa peraturan khusus terkait pasar modal syariah, sebagai berikut :
a) Peraturan Nomor II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar
Efeek Syariah
b) Peraturan Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah
c) Peraturan Nomor IX.A.14 tentang Akad-akad yang digunakan
dalam Penerbitan Efek Syariah16
Kegiatan pasar modal termasuk dalam kelompok muamalah, sehingga
transaksi dalam pasar modal diperbolehkan sepanjang tidak ada larangan menurut
syariah. Sederhananya kata syariah ini memiliki implikasi baik pada barang dalam
hal ini efeknya, maupun cara atau transaksinya yang harus sesuai dengan prinsip
syariat/ hukum Islam, artinya satu hal saja tidak terpenuhi maka tidak dapat
dikategorikan sesuai dengan prinsip syariah.17
Kegiatan muamalah yang dilarang adalah kegiatan spekulasi dan
manipulasi yang di dalamnya mengandung unsur gharar, riba, maysir, risywah,
maksiat dan kedzhaliman.
1. Gharar merupakan ketidakpastian dalam suatu akad, baik mengenai
kualitas atau kuantitas obyek akad maupun mengenai penyerahannya.

15
Sejarah Pasar Modal Syariah. https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/Pages/Pasar-Modal-Syariah.aspx.
Di Akses Pada Tanggal 09 Maret 2023
16
Sejarah Pasar Modal Syariah. https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/Pages/Pasar-Modal-Syariah.aspx.
Di Akses Pada Tanggal 09 Maret 2023
17
Raymond Dantes, “Wawasan Pasar Modal Syariah,” Wade Group (2019).
2. Riba merupakan tambahan yang diberikan dalam pertukaran barang-
barang ribawi dan tambahan yang diberikan atas pokok utang dengan
imbalan penangguhan pembayaran secara mutlak.
3. Maysir merupakan kegiatan yang melibatkan perjudian dimana pihak
yang memenangkan perjudian akan mengambil taruhannya dan pihak
yang kalah akan kehilangan taruhannya.
4. Risywah merupakan suatu pemberian yang bertujuan untuk mengambil
sesuatu yang bukan haknya, membenarkan yang bathil dan menjadikan
yang bathil sebagai sesuatu yang benar.
5. Maksiat dan dzhalim merupakan suatu perbuatan yang merugikan,
mengambil atau menghalangi hak orang lain yang tidak dibenarkan
secara syariah, sehingga dapat dianggap sebagai salah satu bentuk
penganiayaan.18
Definisi pasar modal sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal (UUPM) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan Perdagangan Efek. Perusahaan Publik yang berkaitan
dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek. Berdasarkan definisi tersebut, pasar modal syariah dapat diartikan
sebagai kegiatan dalam pasar modal sebagaimana yang diatur dalam UU.19
PM yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. Oleh karena itu, pasar
modal syariah menyesuaikan keseluruhan produk dan aktivitas transaksi maupun
efeknya berdasarkan syariat/ hukum Islam. Konsep inilah yang menjadi prinsip
pasar modal syariah di Indonesia. Pengertian prinsip syariah di pasar modal ini
diatur dalam Peraturan OJK Nomor 15/POJK.04/2015 tentang Penerapan Prinsip
Syariah di Pasar Modal yaitu “Prinsip hukum Islam dalam Kegiatan Syariah di
Pasar Modal berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama
Indonesia (DSNMUI), sepanjang fatwa dimaksud tidak bertentangan dengan
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini dan/atau Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
lainnya yang didasarkan pada fatwa DSN-MUI”. Dalam peraturan tersebut tertulis
bahwa seluruh aktivitas di pasar modal syariah berlandasan pada dua hukum yaitu
18
Ibid.
19
Ibid.
landasan fikih yang bersumber dari fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama
Indonesia dan landasan hukum positif yakni merujuk pada Undang Undang dan
Peraturan OJK. Konsep pasar modal syariah, tidak dapat disamakan dengan
perbankan, di mana terdapat dikotomi antara perbankan konvensional dan
perbankan syariah. Pemisahan antara bank konvensional dan bank syariah terjadi
karena skema operasional maupun bisnisnya sangat berbeda.20
Pasar modal syariah tidak memiliki perbedaan sama sekali dalam
mekanisme transaksi efeknya, setiap investor yang ingin berinvestasi secara
syariah maupun tidak, sama-sama harus menggunakan jasa atau fasilitas broker
yang terhubung pada sistem perdagangan Bursa Efek Indonesia - JATS Next G.
Selain itu OJK dan BEI sama sekali tidak menerapkan perbedaan dalam proses
pencatatan efeknya, terlepas emiten tersebut dikategorikan menerbitkan efek
syariah, semua diperlakukan sama dan setara dalam prosesnya. Berdasarkan
penjelasan tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa pasar modal syariah
bukan merupakan pasar yang berdiri sendiri tapi bagian dalam industri pasar
modal yang keseluruhan aktivitas transaksi maupun efeknya dibatasi oleh fatwa
Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia dan Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan.Keberadaan investasi syariah di pasar modal atau lebih mudah dikenal
dengan pasar modal syariah di Indonesia diawali dengan diterbitkannya reksa
dana syariah pertama pada tanggal 3 Juli 1997 oleh Danareksa dan mulai lebih
dikenal tepat 3 tahun setelahnya yaitu saat Bursa Efek Jakarta meluncurkan
Jakarta Islamic Index (JII), di mana di dalamnya terdapat saham-saham yang di
kantor Syariah.21

b. Prinsip-prinsip Dasar Investasi Syariah


Transaksi dalam investasi syariah dan muamalah juga harus
memperhatikan kaidah (prinsip-prinsip) yang sudah lazim dilaksanakan pada
kegiatan investasi syariah dan proses distribusi pembiayaan. Pada dasarnya
20
Ibid.
21
Ibid.
prinsip yang diterapkan secara umum mengacu pada kehalalan dan keadilan,
antara lain:
1) Investasi dan pembiayaan hanya dapat dilaksanakan pada kegiatan usaha
yang halal dan bermanfaat.
2) Pembiayaan dan investasi harus pada mata uang yang sama.
3) Akad yang terjadi antara Investor dan Emiten, terkait dengan informasi dan
mekanisme pasar, tidak boleh menimbulkan keraguan yang berakibat pada
kerugian.
4) Investor dan Emiten dilarang mengambil resiko diluar batas
kemampuannya.
5) Investor, Emiten serta Self Regulatory Organization (SRO) yang ada tidak
boleh melakukan hal-hal yang menyebabkan gangguan yang disengaja atas
mekanisme pasar.22

Menurut penulis, konsep pasar modal Syariah, bersumber dari Al-Qur'an dan
hadits. Prinsip pasar modal Syariah juga memuat aturan yang ada dalam syariat
Islam, yaitu :
1. Investasi Halal dan Sesuai Syariah,
2. Menggunakan Uang sebagai Alat Pertukaran Nilai,
3. Tidak ada pihak yang dirugikan dari kegiatan investasi tersebut,
4. Transaksi Menggunakan Akad, dan
5. Adanya mekanisme yang Jelas.

D. Perbedaan Pasar Modal Syariah Dengan Konvensional


Meskipun saat ini belum ada peraturan yang memperbolehkan penerapan
prinsip syariah di pasar modal Indonesia, struktur pasar modal syariah pada dasarnya
sama dengan struktur pasar modal tradisional. Beberapa hal sama, termasuk
menerbitkan obligasi, reksa dana, dan instrumen lainnya, asalkan mengikuti prinsip
syariah. Perbedaan mendasar antara pasar modal tradisional dengan pasar modal syariah
khususnya terletak pada isu-isu syariah yang tercermin dalam produk, aqad dan

22
Ibid.
mekanisme transaksinya. Misalnya tentang bisnis perusahaan, karena Syariah
mensyaratkan kegiatan ekonomi yang sah, serta produk yang dituju, bagaimana
diperoleh dan bagaimana digunakan.23
Padahal, banyak prinsip syariah yang tertuang dalam peraturan perundang-
undangan yang ada. Misalnya, prinsip saling pengertian yang berlaku dalam Syariah
juga terdapat dalam Pasal 1338 KUH Perdata, yang mensyaratkan persetujuan para
pihak untuk membuat suatu perjanjian.24 Dari penjelasan berdasarkan teori yang telah
diuraikan di atas, penulis dapat menyimpulkan beberapa perbedaan antara pasar modal
dengan pasar modal syariah. Perbedaan antara ini adalah :
1. Instrumen Yang Dijual
 Pada invenstasi pasar modal konvensional, instrumen yang dijual adalah
saham, obligasi,reksa dana, opsi, right, dan warrant.25
 Sedangkan pada pasar investasi pasar modal syariah, instrumen yang
dijual adalah saham, obligasi, dan reksa dana, yang dijual berdasarkan
sesuai dengan hukum syariah.26
2. Emiten Penjual Saham
 Di dalam pasar modal konvensional, emiten dari manapun bisa melakukan
penjualan sahamnya di pasar modal tanpa harus memperhatikan halal atau
haram. Transaksi dan instrumen yang dijalankan juga mempunyai
bunga.27
 Sedangkan dalam pasar modal syariah, emiten yang menjual sahamnya
sangat memperhatikan halal dan haram, dan juga memperhatikan bahwa
telah sesuai dengan syarat-syarat syariah. Transaksi yang dilakukan pun
terbebas bunga. Pasar modal syariah, transaksi instrumen yang dipakai
menggunakan prinsip akad mudharabah, akad musyarakah, dan akad
salam.28
3. Indeks Saham

23
Indah Yuliana, Investasi Produk Keuangan Syariah (Malang: UIN-MALIKI PRESS, 2010).
24
Ibid.
25
Fadilla, “Pasar Modal Syariah Dan Konvensional” 3 (2018): 45–56.
26
Ibid.
27
Ibid.
28
Ibid.
 Indeks saham syariah yang ada, dikeluarkan oleh pasar modal syariah.
Maka dari itu, seluruh saham yang tercantum pada bursa pasar modal
syariah sudah terjamin halal.29
 Sedangkan pada pasar modal konvensional, indeks yang ada terbuka
secara bebas dan tidak memisahkan saham yang halal secara khusus.30
4. Mekanisme Transaksi
 Mekanisme transaksi di pasar modal konvensional tidak menetapkan
batasan apapun. Arah perputaran uang juga dibuka secara bebas. Sehingga
konsep bunga pada pasar modal konvensional adalah hal yang sudah pasti
ada.31
 Sedangkan pada pasar modal syariah, hal-hal tersebut diatur secara ketat.
Dana yang ditanam tidak akan digunakan untuk menggerakkan bidang
yang tidak sesuai dengan prinsip syariat. Misalnya seperti rokok, alkohol,
makanan yang diharamkan dan lain-lainnya. Selain itu pasar modal
syariah juga bebas dari transaksi ribawi, gharar, atau merugikan.32
5. Efek yang diperdagangkan di pasar modal syariah harus  perusahaan yang tidak
melanggar prinsip syariah dalam menjalankan usahanya.33
Di pasar modal biasa, sebaliknya, tidak ada aturan yang mengatur kegiatan
operasional perusahaan.34
6. Dasar hukum
 Dasar hukum pasar modal syariah pada hakikatnya adalah Al-Qur’an dan
Hadits yang digarisbawahi oleh fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)35
 Sedangkan pasar modal konvensional adalah undang-undang pasar modal
yaitu UU No.8 Tahun 1995.36
7. Pasar modal syariah diatur kegiatannya oleh DSN (Dewan Syariah Nasional),
tetapi pasar modal konvensional tidak.37
29
Ibid.
30
Ibid.
31
Ibid.
32
Ibid.
33
Ibid.
34
Ibid.
35
Ibid.
36
Ibid.
37
Ibid.
8. Indeks harga saham konvensional antara lain IHSG, LQ45, Kompas 100 dll. dan
indeks harga saham syariah adalah JII (Jakarta Islamic Index) dan DES (Daftar
Efek Syariah).38

Menurut penulis perbedaan-perbedaan ini menjadikan keduanya mempunyai ciri khas,


kelebihan dan kekurangan masing-masing. Keduanya dapat digunakan oleh siapapun sesuai
dengan minat dan kepercayaan akan pasar modal syariah atau pasa konvensional.
Keduanya bisa dipastikan sama-sama aman digunakan asalkan memenuhi persyaratan dan
ketentuan yang ada.

E. Emiten Yang Sesuai Dengan Prinsip Syariah


Emiten yaitu badan usaha (perseroan terbatas) yang menerbitkan saham untuk
menambah modal, atau menerbitkan obligasi untuk mendapatkan utang dari para invektor
di bursa efek. Dengan demikian, perusahaan yang melakukan penawaran umum, baik
dengan menerbitkan obligsi yang telah dijual kepada investor akan diperjual belikan
kembali antar investor melalui bursa efek (pasar sekunder). Dengan kata lain, emiten
adalah pihak yang menawarkan atau menjual efek kepada masyarakat melalui pasar
modal. Umum nya perusahaan besar merupakan emiten saham sekaligus emiten
obligasi.39
1. Kreiteria emiten
a. Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad serta cara pengelolahan
perusahaan emiten atau perusahaan pablik yang menerbitkan efek syariah tidak
boleh bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah.40
b. Jenis usaha yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah antara lain :
 Perjudian dan permainan yang tergolong perdagangan yang dilarang
 Lembaga keuangan kenvesional (ribawi)
 Produsen, ditributor, dan penyedia barang atau jasa yang merusak moral
dan bersifat mudarat.41

38
Ibid.
39
Buchari Alma, MANAJEMEN BISNIS SYARIAH, 2 ed. (Bandung: Alfabeta, 2014).
40
Khaerul Anam dan Herry Susanto, Manajemen Investasi, 1 ed. (Jakarta: Pustaka Setia, 2017).
41
Ibid.
c. Emiten atau perusahaan publik yang bertujuan menerbitkan efek syariah wajib
untuk menandatangani dan memenuhi ketentuan akad sesuai atas efek syariah

d. Emiten atau perusahaan publik yang menerbitkan efek syariah wajib menjamin
bahawa kegiataan usahannya memenuhi prinsip-prinsip syariah.
e. Dalam hal emiten atau perudahaan publik yang menerbitkan efek syariah
sewaktu-waktu tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas, maka efeknyang
diterbitkan bukan lagi efek syariah.42

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Perbedaan mendasar antara pasar modal tradisional dengan pasar modal syariah
khususnya terletak pada isu-isu syariah yang tercermin dalam produk, aqad dan
mekanisme transaksinya. Definisi pasar modal sesuai dengan Undang-undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UUPM) adalah kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan Perdagangan Efek. Perusahaan Publik yang berkaitan dengan efek
yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Sejarah Pasar
Modal Syariah di Indonesia dimulai dengan diterbitkannya Reksa Dana Syariah oleh PT.
Danareksa Investment Management pada 3 Juli 1997. Penerapan prinsip syariah di pasar
modal tentunya bersumberkan pada Al Quran sebagai sumber hukum tertinggi dan Hadits
Nabi Muhammad SAW.

42
Ibid.
Secara umum kegiatan Pasar Modal Syariah tidak memiliki perbedaan dengan
pasar modal konvensional, namun terdapat beberapa karakteristik khusus Pasar Modal
Syariah yaitu bahwa produk dan mekanisme transaksi tidak bertentangan dengan prinsip-
prinsip syariah. Pada tanggal 30 Juni 2009, Bapepam-LK telah melakukan
penyempurnaan terhadap Peraturan Bapepam-LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan
Efek Syariah dan II.K.1 tentang Kriteria dan Penerbitan Daftar Efek Syariah.
DAFTAR PUSTAKA

Alma, Buchari. MANAJEMEN BISNIS SYARIAH. 2 ed. Bandung: Alfabeta, 2014.

Anam, Khaerul, dan Herry Susanto.2017. Manajemen Investasi. 1 ed. Jakarta: Pustaka Setia.

Dantes, Raymond.2019. “Wawasan Pasar Modal Syariah.” Wade Group: 10–27.

Fadilla.2018. “Pasar Modal Syariah Dan Konvensional” 3: 45–56.

Nasir, Mohammad. 2016.Pasar modal. Jakarta.

Yuliana, Indah.2010. Investasi Produk Keuangan Syariah. Malang: UIN-MALIKI PRESS.

Sejarah Pasar Modal Syariah. https://www.ojk.go.id/id/kanal/syariah/Pages/Pasar-Modal-


Syariah.aspx. Di Akses Pada Tanggal 09 Maret 2023

Mengetahui Perbedaan Pasar Modal Syariah dan Konvensional.


https://www.finansialku.com/perbedaan-pasar-modal-syariah-dan-konvensional/. Di Akses
Pada Tanggal 09 Maret 2023

Anda mungkin juga menyukai