Anda di halaman 1dari 13

Tugas Mata Kuliah

Aspek Hukum Dalam Bisnis

PT. Bursa Efek Indonesia

Disusun Oleh:

Baltazar Noerisqun Wasi (2212000076)


Andre batunan (2212000078)
Mohammed Aofar Hedyan (2212000104)

Perbanas Institute

April 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bursa Efek Indonesia ( BEI ) merupakan gabungan dari bursa efek atau pasar modal yaitu
Bursa Efek Jakarta ( Jakarta Stock Exchange ) dan Bursa Efek Surabaya ( Surabaya Stock
Exchange ). Bursa Efek Indonesia (BEI) pernah menjadi salah satu bursa terbaik di Asia Tenggara
pada tahun 1996. Prospek pertumbuhan pasar modal di Indonesia yang demikian pesat ini ternyata
didorong oleh minat investor asing yang masuk ke dalam pasar modal Indonesia.

Keberadaan pasar modal sangat membantu para pelaku ekonomi dalam mencari alternatif
pendanaan kegiatan usaha dan juga para investor yang ingin menanamkan dananya. Para investor
lebih suka menanamkan dananya di bank dalam bentuk deposito. Hal ini disebabkan karena semakin
menurunnya tingkat suku bunga deposito bank. Akan tetapi untuk menginvestasikan dana di Bursa
Efek tidaklah mudah karena investor akan diharapkan pada tingkat risiko yang ditanggung.

Oleh sebab itu sebelum investor menginvestasikan dananya, terlebih dahulu perlu dilakukan
analisis terhadap berapa tingkat risiko yang bersedia ditanggung oleh investor dan diperusahaan mana
dana tersebut akan diinvestasikan. Pasar modal memiliki beberapa fungsi strategis yang membuat
lembaga ini memiliki daya tarik, tidak saja bagi pihak yang memerlukan dana dan pihak yang
meminjamkan dana, tetapi juga bagi pemerintah. Di era globalisasi ini semua negara menaruh
perhatian yang besar terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan
ketahanan ekonomi suatu negara.

Secara historis pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka yang didirikan oleh
Pemerintah Belanda di Indonesia dimulai sejak tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu
didirikan untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC, namun kemudian ditutup karena perang
dunia 1 (satu). Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan
pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar
modal tidak berfungsi dan bahkan ditutup karena berbagai faktor.

Pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman, yang disebabkan oleh
beberapa faktor seperti perang dunia I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial
kepada pemerintah Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Pada tahun 1977 Bursa Efek dibuka kembali dan dikembangkan
menjadi bursa modal yang modern dengan menerapkan Jakarta Automoted Trading Systems (JATS)
yang terintegrasi dengan sistem kliring dan penyelesaian, serta depositori saham yang dimiliki oleh
PT. Kustodian Depositori Efek Indonesia (KDEI).

Perdagangan surat berharga di mulai di Pasar Modal Indonesia semenjak 3 Juni 1952.
Namun, tonggak paling besar terjadi pada 10 Agustus 1977, yang dikenal sebagai kebangkitan Pasar
Modal Indonesia. Setelah Bursa Efek Jakarta dipisahkan dari Institusi BAPEPAM tahun 1992 dan di
swastakan, mulailah pasar modal mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pasar modal tumbuh
pesat pada periode 1992-1997. Krisis di Asia Tenggara tahun 1977 membuat pasar modal jatuh.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun ke posisi paling rendah. Bagaimanapun, masalah pasar
modal tidak lepas dari arus investasi yang akan menentukan perekonomian suatu kawasan, tidak
terkecuali Indonesia dari negara-negara di Asia Tenggara.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan
beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan
regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di
Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut :

1912 Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk oleh Pemerintah Hindia


Belanda.
1914 – 1918 Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia 1.
1925 – 1942 Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya.
1939 Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek Surabaya dan Semarang
di tutup.
1942 – 1952 Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II.
1956 Program nasionalisasi perusahaan Belanda dimana Bursa Efek semakin
tidak aktif.
1956 – 1977 Perdagangan di Bursa Efek vakum.
10 Agustus 1977 Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan
dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus
diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal
ini juga ditandai dengan go public PT. Semen Cibinong sebagai emiten
pertama tahun 2008 tentang Surat berharga Syariah Negara.
1977 – 1987 Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru
mencapai 24 emiten. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan
dibanding instrumen Pasar Modal.
1987 Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang
memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran
Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia.
1988 – 1990 Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu
BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas Bursa terlihat meningkat.
2 Juni 1988 Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya
terdiri dari broker dan dealer.
1988 Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang
memberikan kemudahan perusahaan go public dan beberapa kebijakan
lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan
Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya
13 Juli 1992 Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar
Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.
22 Mei 1995 Sistem otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem
computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems).
10 November 1995 Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang
Pasar Modal. Undang-undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
1995 Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya.
2000 Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (Scripless trading) mulai diaplikasikan
di Pasar Modal Indonesia
2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote
trading)
2007 Penggabungan Bursa Efek Surabaya ke Bursa Efek Jakarta dan berubah
nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
2009 Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia :
JATS – NextG

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Struktur Organisasi PT BEI?


2. Bagaimana penjelasan tentang produk yang dijual oleh PT BEI? Dan bagaimanakah Program
PT BEI yang sudah dilaksanakan?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Struktur Organisasi PT Bursa Efek Indonesia

Struktur organisasi sebagai suatu garis hirarki yang mendeskripsikan berbagai komponen
yang menyusun perusahaan, dimana setiap individu atau Sumber Daya Manusia pada lingkup
perusahaan tersebut kemudian memiliki posisi dan fungsinya masing-masing. Struktur organisasi
sendiri dibuat untuk kepentingan perusahaan dengan sebelumnya menempatkan orang-orang yang
kompeten sesuai dengan bidang dan keahliannya.

Bagi HRD sendiri, dengan adanya struktur organisasi, kita dapat mengetahui peran dan
tanggung jawab karyawan-karyawannya. Dengan menempatkan seseorang ke dalam sebuah posisi
dalam struktur sesuai dengan kemampuannya juga bisa menjadi patokan HRD dalam menentukan
jumlah gaji karyawan bersangkutan.

Misalnya saja Jika A pandai dalam pemasaran tetapi tidak dengan penjualan, sedangkan B
sebaliknya, pandai dalam penjualan tetapi tidak dengan pemasaran, kerja sama adalah cara paling
efisien untuk mencapai tujuan tunggal. Setiap kekuatan berguna dalam sistem organisasi. Oleh sebab
itu, sangat penting bagi seseorang yang ada di dalam sebuah organisasi memiliki pengetahuan seputar
struktur, perilaku, proses, dan hasil organisasi. Berikut Struktur Organisasi PT Bursa Efek Indonesia:

(Tabel 1: Struktur Organisasi)


Direksi adalah organ perusahaan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas
pengurusan perseroan untuk kepentingan perseroan Sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan serta
mewakili perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai ketentuan Anggaran Dasar.Tugas
Direksi antara lain memimpin dan mengurus perusahaan sesuai dengan kepentingan dan tujuan
perusahaan; menguasai, memelihara dan mengurus kekayaan; mengatur pola pembagian tugas
masing-masing.

Sementara itu kewajiban direksi adalah mengusahakan dan menjamin terlaksananya usaha
dan kegiatan perusahaan sesuai maksud dan tujuannya; menyusun rencana pengembangan
perusahaan, rencana kerja dan anggaran tahunan, termasuk rencana-rencana lainya yang berhubungan
dengan pelaksanaan usaha dan kegiatan perusahaan dan menyampaikannya kepada Dewan Komisaris
guna mendapat pengesahan dan; menyusun RJPP dan RKAP yang merupakan rencana strategis yang
memuat sasaran dan tujuan perusahaan yang hendak dicapai dan dimintakan persetujuan Dewan
Komisaris. Berikut jajaran Direksi PT Bursa Efek Indonesia:

Iman Rachman - Direktur Utama

Menjabat sebagai Direktur Utama BEI melalui RUPST pada 29 Juni 2022.  Memulai
kariernya sebagai Manager di PT Danareksa Sekuritas (1998-2003), kemudian Direktur Investment
Banking PT Mandiri Sekuritas (2003-2016), Direktur Keuangan PT Pelabuhan Indonesia II (Persero)
(2016-2018), Direktur Keuangan PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) (2018-2019), dan Direktur
Utama PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) (2019-2020). Jabatan terakhir beliau sebelum sebagai
Direktur Utama BEI adalah sebagai Direktur Strategi, Portfolio, dan Pengembangan Usaha PT
Pertamina (Persero) (2020-2022). Beliau memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas
Padjajaran pada tahun 1995 dan Magister of Business Administration (MBA) Finance dari Leeds
University Business School pada tahun 1997.

I Gede Nyoman Yetna – Direktur Penilaian Perusahaan

Menjabat sebagai Direktur Penilaian Perusahaan BEI melalui RUPS pada 29 Juni 2022. Memulai
kariernya di BEI sebagai pemeriksa pada Satuan Pemeriksa Keuangan (1997–2000), kemudian
menjadi Kepala Unit Satuan Pemeriksa Internal (2000–2003), Kepala Unit di Divisi Penilaian
Perusahaan Sektor Riil (2003–2009), Kepala Divisi Penilaian Perusahaan Sektor Riil (2009–2014),
Kepala Divisi Penilaian Perusahaan Group I (2014–2018) dan jabatan terakhir sebagai Direktur
Penilaian Perusahaan BEI (2018-2022). Beliau meraih gelar Doktor dari Program Studi Pascasarjana
Ilmu Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (UI). Sebelumnya beliau
memperoleh gelar Magister Akuntansi dan Sistem Informasi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI di
tahun 2003 dan meraih gelar Sarjana Ekonomi dan Akuntan dari Universitas Udayana, Denpasar, Bali
pada tahun 1996. Saat ini, beliau merupakan anggota Komite Nasional Kebijakan Governansi
(KNKG) (2021–2024), anggota Indonesia Strategic Mangement Society (ISMS), sekaligus anggota
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Selain itu beliau juga merupakan dosen tamu di Jurusan Akuntansi
UI tentang Tata Kelola Perusahaan dan Manajemen Risiko. 

Irvan Susandy – Direktur Perdagangan dan Peraturan Anggota Bursa

Menjabat sebagai Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI melalui RUPST
pada 29 Juni 2022. Memulai karier di Direktorat Keuangan PT Ariawest International (1999-2000),
kemudian melanjutkan kariernya di BEI pada Satuan Pemeriksa Internal (2000-2002), Pengawasan
Transaksi (2002-2006). Beliau mendapat promosi sebagai Kepala Unit Pengawasan Transaksi (2006-
2011) dan Kepala Divisi Pengawasan Transaksi (2011-2018). Jabatan terakhir beliau di BEI
sebelumnya adalah sebagai Kepala Divisi Pengaturan dan Operasional Perdagangan (2018-2022).
Selain itu, beliau juga merupakan Komisaris PT Indonesian Capital Market Electronic Library
(TICMI) (2021-2022). Beliau memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Jurusan Akuntansi serta
Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan, Universitas Padjajaran pada tahun 1999.

Kristian Manullang – Direktur Transaksi dan Kepatuhan

Menjabat sebagai Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI melalui RUPS pada 29
Juni 2022. Beliau pernah menduduki beberapa jabatan di BEI di antaranya sebagai Kepala Divisi
Kepatuhan Anggota Bursa (2000–2012), Kepala Divisi Pengaturan dan Pemantauan Anggota Bursa
(2012–2015) dan Kepala Divisi Penilaian Perusahaan 2 (2015–2017). Selain itu, beliau juga pernah
menjadi Pengurus Perhimpunan Pendidikan Pasar Modal Indonesia (P3MI) di tahun 2015, menjabat
sebagai Komisaris PT Indonesia Capital Market Electronic Library (ICAMEL) (2015–2018) dan
menjabat sebagai Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI (2018-2022).

Sunandar – Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko

Menjabat sebagai Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko BEI melalui RUPST
pada 29 Juni 2022. Beliau memulai karier di PT Kliring Depositori Efek Indonesia dengan posisi
terakhir sebagai Kepala Bagian Pengendalian Risiko (1993-1996), kemudian bergabung dengan PT
Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dengan posisi sebagai Kepala Divisi Kliring dan
Penyelesaian Transaksi Bursa (1997-2009) dan General Manager (2009-2015). Beliau menjadi
Direktur I KPEI periode 2015-2018 dan Direktur Utama KPEI periode 2018-2022. Selain itu, beliau
juga aktif di Perhimpunan Pendidikan Pasar Modal (P3MI) sebagai Anggota dan Sekretaris (2011-
2016). Beliau meraih gelar Sarjana Teknologi Pertanian dari Institut Pertanian Bogor pada tahun
1991.
Jeffrey Hendrik – Direktur Pengembangan

Menjabat sebagai Direktur Pengembangan BEI melalui RUPST pada 29 Juni 2022. Beliau
memulai karier di PT Zone Pratama (1994-1996), kemudian melanjutkan sebagai Corporate Finance
PT Transpacific Securindo (1996-1999) dan sebagai Direktur Utama PT Phintraco Sekuritas (1999-
2022). Beliau juga merupakan Anggota Komite Perdagangan dan Penyelesaian Transaksi Efek BEI
(2019-2020), Pengurus Asosiasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) Anggota Departement
Perdagangan Efek (2020-2022), dan Anggota Task Force Keuangan Berkelanjutan OJK sejak tahun
2021. Beliau meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Trisakti pada tahun 1995.

Risa E. Rustam – Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia

Menjabat sebagai Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia di BEI melalui RUPS pada
tanggal 29 Juni 2022. Latar belakang pendidikan beliau adalah Sarjana (S1) Ekonomi dari Universitas
Gadjah Mada, (1988). Beliau memulai karier di pasar modal tahun 1989 di HSBC-Custodial Services
sebagai Staff Officer. Bergabung dengan PT Baring Securities Indonesia tahun 1991 sebagai
Settlements Manager. Beliau juga pernah menjabat sebagai Direktur PT ING Securities Indonesia
sejak tahun 1999, kemudian sebagai Direktur/COO di PT Macquarie Sekuritas mulai tahun 2004
sampai tahun 2016. Beliau juga aktif di berbagai Komite Kerja maupun Satuan Tugas di OJK,
BEI, KPEI & KSEI sejak tahun 1998 sampai tahun 2016.

Dewan Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara
umum dan atau khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat kepada Direksi. Dewan
Komisaris memiliki tugas fiduciary untuk bertindak demi kepentingan terbaik perusahaan dan
menghindari semua bentuk benturan kepentingan pribadi. Pengangkatan dan pemberhentian, tugas
dan wewenang, serta hak dan kewajiban Dewan Komisaris serta hal-hal lain yang bertalian dengan
Dewan Komisaris diatur dalam Anggaran Dasar perusahaan serta ketentuan-ketentuan lain
berdasarkan best practices tata kelola bisnis.

Komisaris bertugas untuk memberikan saran dan pendapat kepada RUPS mengenai RJPP dan
RKAP yang diusulkan Direksi serta menandatangani rencana tersebut; Melakukan pengawasan
terhadap pengurusan perusahaan, termasuk pengawasan atas pelaksanaan RKAP, usulan perubahan
dan perbaikan Anggaran Dasar Perusahaan, serta melakukan penilaian kinerja Direksi; Mengikuti
perkembangan kegiatan perusahaan dan segera melaporkan kepada RUPS disertai dengan saran
langkah perbaikan dalam hal perusahaan menunjukan gejala kemunduran. Berikut jajaran Komisaris
PT Bursa Efek Indonesia:
John A. Prasetio – Komisaris Utama

Komisaris Utama BEI sejak 21 Juni 2017. Saat ini juga menjabat sebagai Komisaris Utama di
PT Lippo Karawaci Tbk, Komisaris Independen di PT Global Mediacom Tbk, dan Senior Advisor
Crowe Indonesia. Beliau bertugas sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia
untuk Korea Selatan mulai Oktober 2012 sampai 1 Februari 2017. Sebelum penempatannya di Korea,
beliau adalah Ketua APEC Business Advisory Council, Indonesia, Anggota Komite Ekonomi
Nasional dan Wakil Ketua Umum KADIN Indonesia. Pengalaman yang dimilikinya, antara lain
sebagai Executive Chairman Prasetio Utomo, Asia Pacific Chief Executive Officer/Area Managing
Partner Andersen Worldwide, Senior Advisory Partner dari Ernst & Young Asia Pacific dan
Chairman Ernst & Young Indonesia. Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia
pada tahun 1973 dan telah mengikuti berbagai program eksekutif di luar negeri, seperti Program
Pengembangan Manajemen di Harvard Business School, Amerika Serikat pada tahun 1980.

Mohammad Noor Rachman – Komisaris

Menjabat sebagai Komisaris BEI sejak 25 Oktober 2018. Pria kelahiran Bantul, 20 Februari
1957 ini pernah menjabat sebagai Komisaris Utama dan Komisaris Independen PT Maybank Asset
Management (2017 – 2020), Komisaris Utama dan Komisaris Indepeden PT Ristia Bintang Mahkota
Sejati Tbk (2018 – 2020). Sebelumnya beliau pernah menjabat sebagai anggota Dewan Pengawas
Perum Peruri (2000 – 2007) dan Dewan Komisaris PT Waskita Toll Road (2018 – 2019). Beliau
memulai karier di Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) tahun 1984. Selama berkarier di
Kementerian Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), beliau ditugaskan di beberapa bidang
antara lain; Kepala Biro Pemeriksaan & Penyidikan, Kepala Biro Transaksi dan Lembaga Efek,
Kepala Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Jasa, dan terakhir sebagai Deputi Komisioner
Pengawas Pasar Modal II OJK tahun 2013 – 2017. Beliau meraih gelar Sarjana di bidang Ekonomi
dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1982 dan S-2 dari Colorado State University, fort Collins,
Colorado, AS pada tahun 1991. Memiliki sertifikat Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE), Wakil
Penjamin Emisi Efek (WPEE), Wakil Manajer Investasi (WMI), Ahli Syariah Pasar Modal (ASPM).

Arisandhi Indrowisatio – Komisaris

Menjabat sebagai Komisaris BEI sejak 26 Juni 2022. Mengawali karier nya di Industri Pasar
Modal sejak tahun 2000 di PT Adhikarsa Sentra Sekuritas. Pada tahun 2002, beliau bergabung dengan
PT eTrading Securities dengan jabatan terakhir sebagai Direktur hingga perusahaan berganti nama
menjadi PT KDB Daewoo Sekuritas Indonesia dan kemudian menjadi PT Mirae Asset Sekuritas
Indonesia. Beliau meraih gelar Sarjana Teknik dari Universitas Indonesia pada tahun 1997 dan pada
tahun 1999 memperoleh gelar Master of Business Administration dari Edith Cowan University (Perth,
Western Australia).

Karman Pamurahardjo – Komisaris

Menjabat sebagai Komisaris BEI sejak 30 Juni 2020. juga menjabat sebagai President
Director PT Profindo Sekuritas Indonesia sejak 2014 hingga sekarang. Beliau memulai karier sejak
tahun 1996 di PT Harita Kencana Securities dengan jabatan terakhir sebagai Direktur. Sebelumnya
pernah menjabat sebagai Executive Director di Deloitte Konsultan Indonesia member of Deloitte
Touche; Executive Director PT Trimegah Securities Tbk; President Director PT Profindo Asia
Investama. Beliau juga aktif di pasar modal sebagai Komite Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Efek
Indonesia (APEI), Komite Penilaian Perusahaan Efek BEI; Komite Hair Cut KPEI; Komite Kebijakan
Kredit dan Pengendalian Risiko KPEI; Dewan Pembina Yayasan Lembaga Sertifikasi Profesi Pasar
Modal Indonesia (LSPPMI). Beliau meraih gelar Bachelor of Engineering in Electronics dari
University of Auckland, New Zealand pada tahun 1990, Master of Business Administration (MBA)
dari University of Technology, Sydney pada tahun 1995, dan Chartered Financial Analyst (CFA) dari
CFA Institute, Charlottesville AS pada tahun 2001. Memiliki sertifikat Wakil Penjamin Emisi Efek
(WPEE), dan Wakil Manajer Investasi (WMI).

Pandi Patria Sjahrir – Komisaris

Menjabat sebagai Komisaris BEI sejak 30 Juni 2020. Beliau juga menjabat sebagai Direktur
PT Toba Bara Sejahtra Tbk sejak 2011 hingga sekarang. Pada Tahun 2018 Toba terpilih sebagai
Indonesia Best Companies oleh Majalah Forbes. Beliau kini juga menjabat sebagai Managing Partner
Indies Capital Partners di Singapura dan Indonesia, Komisaris Utama Sea Group Indonesia (termasuk
Shopee dan Garena), serta Komisaris PT Aplikasi Karya Anak Bangsa (Gojek).Aktif dalam kegiatan
berbagai asosiasi di antaranya sebagai Kepala Energi Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin)
periode 2015-2020, Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) periode 2019-
2024, Komisaris Endeavor Indonesia. Beliau meraih gelar Bachelor of Arts, Economic, University of
Chicago, AS pada tahun 2001 dan Master of Business of Administration (MBA), Stanford Graduate
School of Business, AS pada tahun 2007. Pernah mendapat penghargaan sebagai Asia Society’s Asia
21 Young Leaders of 2013.

2. Produk penjualan PT Bursa Efek Indonesia dan salah satu kegiatan CSR

Secara garis besar surat berharga yang diperjual belikan di Bursa Efek/ Stock Exchange terdiri
atas:
a. Saham/ stocks Saham / stocks merupakan bukti pemilikan perusahaan seseorang karena telah
menyetor penyertaan modal. Dalam hal ini, pemegang saham berhak atas bagian laba
sebanding dengan persentase modal yang ia setorkan terhadap modal perusahaan seluruhnya. 
b. Obligasi/ bonds Obligasi/ bonds merupakan bukti peminjaman modal jangka panjang antara
perusahaan emiten dengan obligor (pemegang obligasi atau pemilik modal yang membeli
obligasi perusahaan).Berbeda dengan saham, obligor hanya merupakan surat hutang jangka
panjang sebuah perusahaan dan bukanlah serat kepemilikan perusahaan. 

Bursa Efek merupakan sebuah pasar yang terorganisasi dimana para pialang melakukan transaksi
jual beli saham / surat berharga dengan berbagai perangkat aturan yang ditetapkan di Bursa Efek
tersebut. Bursa Efek ibaratnya seperti PD Pasar Jaya yaitu selaku pengelola pasar dimana kios-
kiosnya disewakan kepada pedagang. Pedagang disini adalah broker atau perusahaan efek. Sementara
pembelinya disebut investor atau pemodal.

Perusahaan efek ini memiliki wakilnya di Bursa Efek yang biasa disebut pialang. Pialang saham
tersebutlah yang akan melakukan transaksi atas dasar order atau amanat yang Anda berikan baik
untuk jual maupun untuk beli. Pialang tersebut dapat juga memberikan anjuran atau berbagai nasihat
lainnya sehubungan dengan rencana investasi Anda. Atas jasanya itu maka Anda wajib membayar
biaya komisi kepada pialang.

Kemudian mengenai Self-Regulatory Organization (SRO) yang terdiri dari PT Bursa Efek


Indonesia (BEI), PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan PT Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI), kembali melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam rangka
memperingati 45 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia (HUT ke-45 Pasar Modal
Indonesia). Dengan dukungan sepenuhnya dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), SRO telah mengajak
investor pasar modal untuk berinvestasi sekaligus peduli bagi kesejahteraan bersama rakyat Indonesia.

Seluruh pendapatan SRO dari fee jasa transaksi bursa dan fee jasa kustodian sentral pada 29
Desember 2022 akan digunakan untuk program CSR berupa bantuan di bidang lingkungan, kesehatan,
pendidikan, sosial serta ekonomi. Adapun bentuk kegiatan CSR yang dilakukan antara lain berupa
penanaman pohon, pengadaan perahu sekolah, program anak sehat untuk pencegahan stunting,
restorasi daerah pesisir termasuk pengembangan kapasitas masyarakat, konservasi pangan lokal,
program pemberdayaan sampah, pengolahan dan kampanye sampah plastik, donor Darah.
BAB III

PENUTUP

Bursa Efek Indonesia (BEI) pernah menjadi salah satu bursa terbaik di Asia Tenggara pada
tahun 1996. Prospek pertumbuhan pasar modal di Indonesia yang demikian pesat ini ternyata
didorong oleh minat investor asing yang masuk ke dalam pasar modal Indonesia. Keberadaan pasar
modal sangat membantu para pelaku ekonomi dalam mencari alternatif pendanaan kegiatan usaha dan
juga para investor yang ingin menanamkan dananya. Akan tetapi untuk menginvestasikan dana di
Bursa Efek tidaklah mudah karena investor akan diharapkan pada tingkat risiko yang ditanggung.

Di era globalisasi ini semua negara menaruh perhatian yang besar terhadap pasar modal
karena memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi suatu negara. Pasar modal
ketika itu didirikan untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC, namun kemudian ditutup
karena perang dunia 1 (satu). Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan
pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode
kegiatan pasar modal tidak berfungsi dan bahkan ditutup karena berbagai faktor.

Pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman, yang disebabkan oleh
beberapa faktor seperti perang dunia I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada
pemerintah Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Pada tahun 1977 Bursa Efek dibuka kembali dan dikembangkan menjadi
bursa modal yang modern dengan menerapkan Jakarta Automoted Trading Systems (JATS) yang
terintegrasi dengan sistem kliring dan penyelesaian, serta depositori saham yang dimiliki oleh PT.

Setelah Bursa Efek Jakarta dipisahkan dari Institusi BAPEPAM tahun 1992 dan di swastakan,
mulailah pasar modal mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pemerintah Republik Indonesia
mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal
mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Struktur organisasi sebagai suatu garis hirarki yang mendeskripsikan berbagai komponen yang
menyusun perusahaan, dimana setiap individu atau Sumber Daya Manusia pada lingkup perusahaan
tersebut kemudian memiliki posisi dan fungsinya masing-masing.

Oleh sebab itu, sangat penting bagi seseorang yang ada di dalam sebuah organisasi memiliki
pengetahuan seputar struktur, perilaku, proses, dan hasil organisasi. Bursa Efek merupakan sebuah
pasar yang terorganisasi dimana para pialang melakukan transaksi jual beli saham / surat berharga
dengan berbagai perangkat aturan yang ditetapkan di Bursa Efek tersebut. Perusahaan efek ini
memiliki wakilnya di Bursa Efek yang biasa disebut pialang. Pialang saham tersebutlah yang akan
melakukan transaksi atas dasar order atau amanat yang Anda berikan baik untuk jual maupun untuk
beli. Pialang tersebut dapat juga memberikan anjuran atau berbagai nasihat lainnya sehubungan
dengan rencana investasi Anda. Atas jasanya itu maka Anda wajib membayar biaya komisi kepada
pialang.

Kemudian mengenai Self-Regulatory Organization (SRO) yang terdiri dari PT Bursa Efek
Indonesia (BEI), PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dan PT Kustodian Sentral Efek
Indonesia (KSEI), kembali melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dalam rangka
memperingati 45 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia (HUT ke-45 Pasar Modal
Indonesia). Seluruh pendapatan SRO dari fee jasa transaksi bursa dan fee jasa kustodian sentral pada
29 Desember 2022 akan digunakan untuk program CSR berupa bantuan di bidang lingkungan,
kesehatan, pendidikan, sosial serta ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai