Anda di halaman 1dari 4

AHMAD FIRDAUS

102018012
PENGETAHUAN PASAR UANG DAN PASAR MODAL
Soal GCR Pertemuan 2

1. Coba Anda jelaskan tentang sejarah singkat pasar modal di Indonesia! Apa yang menjadi alasan
utama pemerintahan kolonial Belanda mendirikan bursa efek di Indonesia! Jelaskan
jawabannya!
2. Sebutkan beberapa indikator ekonomi makro di Indonesia dan apa dampaknya bagi pasar modal
di Indonesia!
3. Menurut penamatan Anda bagaimana perkembangan perekonomian Indonesia akhir-akhir ini?
Sertakan penejlasan Anda dengan menyebutkan data indikator-indikator ekonomi!Diskusikan di
kelas!

Jawaban:
1. Berikut ini beberapa tahapan sejarah dari pasar modal Indonesia:
 Masa Kolonial
Meskipun secara resmi pasar modal di Indonesia telah didirikan pada tahun 1912, tapi
sebenarnya transaksi perdagangan Efek sudah dilakukan jauh sebelumnya.
Dilansir dari Kumparan, dalam buku Effectengids disebutkan bahwa transaksi Efek di
Indonesia sudah berlangsung sejak tahun 1880-an.
Buku yang dirilis oleh Vereniging voor den Effectenhandel pada tahun 1939 itu juga
menyatakan bahwa transaksi Efek tidak memiliki organisasi resmi sehingga catatan
transaksinya pun tidak lengkap.
Pada tahun 1878 diketahui bahwa sebuah perusahaan yang memperdagangkan komuitas dan
sekuritas yang pertama di Indonesia akhirnya berdiri.
Perusahaan itu disebut dengan Dunlop & Koff yang rupanya menjadi permulaan dari PT
Perdanas.
Perdagangan efek yang pertama kali dicatat dan dibukukan terjadi di tahun 1892.
Pada saat itu perusahaan perkebunan yang disebut dengan Cultuur Maatschappij Goalpara
yang ada di Batavia melakukan transaksi saham.
Perusahaan tersebut diketahui melakukan penjualan 400 saham dengan harga 500 gulden per
saham-nya.
Kemudian transaksi lain yang terjadi di tahun 1896 juga kembali tercatat.
Saat itu harian Het Centrum dari Djoejacarta merilis prospektus penjualan saham dengan nilai
105 ribu gulden.
Diketahui harga per sahamnya sebesar 100 gulden.
Setelah itu, di awal abad ke-19 Pemerintah Kolonial Belanda mulai melakukan pembangunan
perkebunan secara besar-besar di seluruh Tanah Air.
Perdagangan saham dari perusahaan perkebunan itu pun mulai dilakukan dan dijual kepada
golongan elit saat itu.
Pada 14 Desember 1912 akhirnya pemerintah Kolonial Belanda merintis pasar modal
Amsterdamse Effectenbueurs atau Bursa Efek Amsterdam.
Pasar modal Amsterdamse Effectenbueurs di Batavia ini rupanya menjadi pasar modal tertua
keempat yang ada di Asia.
Sebelumnya sudah ada pasar modal di Bombay (1830), Hong Kong (1847), dan Tokyo
(1878)

 Masa perang dunia 1 dan 2


Pada saat itu Efek yang diperjualbelikan adalah saham dan obligasi dari perusahaan
perkebunan Belanda.
Sayangnya, Perang Dunia I pada 1914–1918 memaksa Bursa Efek di Batavia tutup
sementara.
Meski begitu, perkembangan pasar modal yang ada di Batavia berkembang sangat pesat
hingga menarik perhatian penduduk dari kota lain.
Hal itu menginisiasi dibentuknya anggota bursa yang ada di Surabaya pada 11 Januari 1925
dan di Semarang pada 1 Agustus 1925.
Sekali lagi, gangguan Perang Dunia harus menghentikan perkembangan pasar modal di
Indonesia.
Perang Dunia II yang dimulai pada tahun 1939 menyebabkan ditutupnya Bursa Efek yang ada
di Semarang dan Surabaya.
Sedangkan pada Bursa Efek Jakarta baru ditutup pada tahun 1942. Penutupan tersebut
dilakukan selama 10 tahun dan baru dibuka kembali pada 3 Juni 1952.
Kondisi pasar modal di Indonesia saat itu semakin terpuruk karena terdampak nasionalisasi
perusahaan asing serta sengketa Irian Barat.
Bahkan, saat itu inflasi sangatlah tinggi hingga mencapai 650%. Hal itu pun membuat Bursa
Efek Jakarta tutup kembali.

 Masa Orde Baru


Pada masa Orde Baru perekonomian Tanah Air mulai membaik.
Pada saat itu juga dikeluarkan Keputusan Presiden No. 52 Tahun 1976 mengenai pendirian
Pasar Modal, pembentukan Badan Pembina Pasar Modal, dan Badan Pelaksana Pasar Modal
atau Bapepam.
Presiden Soeharto juga kembali meresmikan Bursa Efek di tahun 1977.
Pengaktifan pasar modal tersebut juga ditandai dengan PT Semen Cibinong yang mulai go
public sebagai emiten pertama.
Selama sekitar 10 tahun perdagangan di Bursa Efek tercatat sangat lesu.
Kemudian hadir kebijakan Paket Desember 1987 yang memberikan kemudahan perusahaan
untuk melakukan penawaran umum dan membuka jalan investor asing menanam modal di
Indonesia.
Sejak saat itu pertumbuhan pasar modal di Indonesia semakin meningkat dengan beberapa
kebijakan yang dibuat.
Misalnya saja kemudahan perusahaan untuk go public dan kebijakan lain yang memiliki sisi
positif pada pertumbuhan pasar modal.
Sampai saat ini pasar modal masih memerankan posisi penting untuk perekonomian
Indonesia.
Di tengah pandemi Covid-19 rupanya terjadi lonjakan identitas tunggal investor atau Single
Investor Identification (SID).
Data dari Tempo menunjukkan bahwa sampai bulan Maret lalu, jumlah SID mencapai
1.160.542 akun.
Jumlah tersebut mengalami kenaikan hingga 4,82% dari awal 2020.

pada abad ke-19 dalam upaya meningkatkan perekonomian Indonesia, pemerintah


Hindia Belanda membangun perkebunan secara besar-besaran. Pengembangan
perkebunan dan perdagangan pada umumnya memerlukan pembiayaan yang cukup
besar. Salah satu sumber pendanaan diperoleh dari para penabung yang sebagian
besar orang-orang Belanda dan Eropa lainnya.

Untuk menghimpun dana tersebut pengusaha-pengusaha Hindia Belanda mendirikan


Vereniging Voor de Effecten di Batavia dan sekaligus memulai perdagangan Efek
pada tanggal 14 Desember 1912.2.

2. Berikur indikator makro ekonomi Indonesia yang terdapat dalam APBN 2021

1. Pertumbuhan ekonomi 4,5-5,5 persen

2. Inflasi 2,0-4,0 persen

3. Tingkat suku bunga SBN 10 tahun 6,67-9,56 persen

4. Nilai tukar Rupiah Rp 14.900-Rp15.300 per dollar AS

5. Harga minyak mentah Indonesia 40-50 dollar AS per barrel

6. Lifting minyak bumi 677-737 ribu barrel per hari

7. Lifting gas bumi 1.085-1.173 ribu barrel setara minyak per hari.

Dari beberapa indikator tersebut tentu berpengaruh terhadap pergerakan pasar modal di
Indonesia. Berikut indicator yang mempengaruhi pasar modal Indonesia

 Pertumbuhan Ekonomi

Semakin tumbuh ekonomi Indonesia tentunya semakin baik/positif terhadap dunia


pasar modal Indonesia.

 Inflasi

Semakin tinggi inflasi di Indonesia tentunya membuat pasar modal menjadi lesu
dengan demikian inflasi berpengaruh negatif terhadap dunia pasar modal Indonesia.

 Tingkat Suku Bunga


Apabila suku bunga BI naik dengan sendirinya masyarakat akan lebih memilih
menyimpah uangnya di Bank dari pada di Pasar modal. Dan sebaliknya apabila
tingkat suku bunga BI kecil investor akan lebnbih senang inves di pasar modal.

 Nilai Tukar Rupiah

Saat rupiah menguat hal ini akan berpengaruh terhadap pergerakan IHSG yang
menjadi naik. Dengan demikian Nilai tukar Rupiah berpengaruh Positif terhadap
pasar modal.

3. Melihat situasi dan kondisi saat ini berdasarkan indikator Makto Indonesia yang pertama
yaitu pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak mengalami pertumbuhan bahkan minus, hal
ini bukan hanya terjadi di Indonesia namun di banyak negara dikarenakan dampak global
dari wabah Covid 19.

Untungnya dari indikator yang kedua Inflasi Indonesia tidak mengalami Inflasi yang
terlalu tinggi, (hyper Inflasi) inflasi masih terkendali.

Pada indikator yang ke tiga Tingkat suku bunga bank Indonesia dalam kondisi
penyesuaian dengan perekonomian, pemerintah banyak mengeluarkan kebijakan yang
memberikan stimulus terhadap dunia usaha. Dalam hal suku bunga masih dikisaran 7%
ini kisaran yang stabil.

Dalam indikator yang ke empat nilai tukar rupiah masih tetap stabil di angka 14.000an
hal ini masih sesuai dengan harapan indikator makso Indonesia. Walaupun beberapa saat
dolar bisa naik namun tidak berlangsung dalam hitungan lama kemudian stabil lagi.

Anda mungkin juga menyukai