Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perekonomian masyarakat saat ini sudah mengalami kemajuan dan
berkembang yang cukup pesat. Perputaran roda perekonomian dan sumber-
sumber pembiayaan merupakan tulang punggung dalam pengembangan usaha
(bisnis). Hal tersebut, membutuhkan solusi sumber dana yang memiliki risiko
rendah serta berbagai instrument, salah satunya adalah pasar modal. Pasar
modal muncul sebagai suatu alternatif pembiayaan jangka panjang, sehingga
oleh perusahaan pengguna dana dapat leluasa memanfaatkan dana tersebut
sebagai investasi.
Pengetahuan masyarakat Indonesia mengenai pasar modal saat ini
belum sebaik di negara-negara maju, namun harus diakui bahwa
perkembangan pasar modal di Indonesia selama ini sudah cukup signifikan.
Hal tersebut, ditunjukkan dengan semakin banyaknya jumlah sekuritas yang
diperdagangkan dalam usaha mengembangkan industri-industri di berbagai
sektor.
Pasar modal menurut Tandelilin & Eduardus (2001) juga merupakan
indikator kemajuan perekonomian suatu negara. Selain itu, pasar modal
memberikan fasilitas untuk mempetemukan antara pihak-pihak surplus dana
(surplus fund) dengan pihak yang membutuhkan dana dalam kerangka
investasi (Robert Ang, 1995). Disanalah pasar modal memiliki peranan yang
penting, mengingat pertumbuhan investasi berarti terjadi pergerakan ekonomi
guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.
Oleh sebab itu, pemerintah memberikan berbagai fasilitas kepada
perusahaan yang menawarkan saham/obligasinya kepada masyarakat, dengan
memberikan kemudahan-kemudahan dan juga memberikan peraturan-
peraturan agar masyarakat terjamin, sehingga setiap perusahaan yang go
publik diteliti kelayakannya.
Berdasarkan uraian tentang pasar modal diatas, maka perlu diketahui
sejarah dan perkembangan pasar modal di Indonesia, sehingga menjadi sebuah
instrumen perekomian yang cukup penting dalam pertumbuhan ekonomi
masyarakat.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pasar modal di Indonesia?
2. Bagaimana sekilas tentang BEI, penerapan BEI, Automatic Trading
System?
3. Bagaimana peran pasar modal dalam perekonomian di Indonesia?
4. Bagaimana peran pasar modal dalam alternatif investasi?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagaimana sejarah pasar modal di Indonesia.
2. Mengetahui bagaimana sekilas tentang BEI, penerapan BEI, Automatic
Trading System.
3. Mengetahui bagaimana peran pasar modal dalam perekonomian di
Indonesia.
4. Mengetahui bagaimana peran pasar modal dalam alternatif investasi.

D. Manfaat Penulisan
Manfaat dengan adanya penulisan karya tulis ini adalah memberikan
informasi terkait bagaimana sejaran pasar modal di Indonesia, sekilas tentang
BEI, penerapan BEI, Automatic Trading System, peran pasar modal dalam
perekonomian di Indonesia, dan peran pasar modal dalam alternatif investasi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Pasar Modal di Indonesia
Perkembangan pasar modal Indonesia ternyata mengalami pasang
surut seirama dengan perjalanan panjang Negara dan bangsa ini. Pada zaman
perdagangan Belanda, misalnya pasar modal Indonesia pernah mengalami
kenaikan kemudian dengan berakhirnya kekuasaan Belanda pasar modal
Indonesia mengalami kemunduran yang berarti. Selanjutnya saat Indonesia
mengalami hal yang buruk termasuk juga kesulitan ekonomi pada tahun 1960-
an, pasar modal Indonesia tidak mempunyai atau menunjukkan aktifitas yang
baik. Pasar modal modal baru mengalami masa kenaikannya yakni pada masa
Orde Baru yang dimulai pada tahun 1980-an sampai 1990-an. Pada tahun
1997, Indonesia dilanda krisis moneter yang menyebabkan pasar modal juga
terkena imbasnya dimana puncak angka indeks yang dulunya sempat
mencapai 700-an harus dipaksa terjun ke angka 200-an.
1. Masa Penjajahan
Usaha yang dilakukan dalam mengembangkan perekonomian,
pemerintah Kolonial Hindia-Belanda sekitar awal abad ke-19 membangun
perkebunan secara besar-besaran di tanah jajahan yakni Indonesia. Salah
satu sumber modal yang digunakan yakni berasal dari para penabung yang
telah dikerahkan dengan sebaik-baiknya. Para penabung ini terdiri dari
orang-orang Belanda dan orang-orang Eropa lainnya yang penghasilannya
jauh lebih tinggi sekitar 50 hingga 100 kali lipat dari penghasilan
penduduk pribumi. Untuk keperluan penghimpunan dana tersebut, maka
timbullah pikiran untuk mendirikan pasar modal di Batavia (Jakarta).
Setelah mengadakan berbagai persiapan untuk mendirikan pasar modal ini,
selanjutnya berdirilah Veregening Voor de Effectenhandel (bursa efek),
dan memulai perdagangan efek pada tanggal 14 Desember 1912. Pada
awal pembukaan Veregening Voor de Effectenhandel (bursa efek)hanya
ada 13 anggota bursa yang aktif (Departemen Penerangan RI. 1984:16),
yakni :
a. Fa. Dunlop & Kolf
b. Fa. Gijselman & Steup

3
c. Fa. Monod & Co
d. Fa. Adree Witansi & Co
e. Fa. A.W. Deeleman
f. Fa. H. Jul Joostensz
g. Fa. Walbrink & Co
h. Fa Wiekert & Geerlings
i. Fa. Walbrink & Co
j. Wieckert & v.d. Linden
k. Fa. Vermeys & Co
l. Fa. Cruyff
m. Fa. Gebroeders Dull
Efek yang diperjual belikan adalah saham dan obligasi perusahaan
perkebunan Belanda yang beroperasi di Indonesia. Obligasi yang
dikeluarkan oleh pemerintah (provinsi dan kota praja) merupakan sertifikat
saham perusahaan-perusahaan Amerika yang diterbitkan oleh kantor
administrasi di negeri Belanda dan efek perusahaan Belanda lainnya.
Perkembangan pasar modal di Batavia yang begitu pesat, menarik minat
masyarakat kota lain untuk melakukan transaksi di Vereninging Voor de
Effectenhandel. Untuk menampung minat masyarakat di luar kota Batavia
pemerintah Hindia Belanda menganggap perlunya membuka bursa efek
baru. Dengan itu akhirnya pada tanggal 11 Januari 1925, dibuka bursa efek
di Surabaya. Untuk bursa efek di Surabaya ini memiliki anggota
(Departemen Penerangan RI. 1984:16), yakni:
a. Fa. Dunlop & Kolf
b. Fa. Gijselman & Steup
c. Fa. A. Van Velsen
d. Fa. Beaukkerk & Co
e. P.O Loonen
f. N. Koster
Selanjutnya juga dilanjutkan oleh kota-kota lain seperti Semarang
yang membuka bursa efek pada 1 Agustus 1925 yang beranggotakan,
diantaranya :
a. Fa. Dunlop & Kolf

4
b. Fa. Gijselman & steup
c. Fa. Monod & Co
d. Fa. Companien & Co
e. Fa. P.H. Soeters & Co
Ketika Perang Dunia II berkecambuk, kegiatan perdagangan di
Bursa Efek Jakarta, Surabaya dan Semarang dipaksa ditutup pada tanggal
10 Mei 1940. Padahal untuk bursa efek Jakarta sendiri terdapat 250 jenis
saham dengan nilai 14 Milyar Gulden (Putu, 2000). Penutupan bursa efek
ini dikira sangat menggangu likuiditas efek dan menyulitkan para pemilik
efek sehingga berakibat pula pada penutupan kantor-kantor pialang serta
pemutusan hubungan kerja para pegawainya. Ini mengakibatkan
perusahaan dan perseorangan Belanda kurang berhasrat untuk menanam
modal di Indonesia. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa dengan
munculnya Perang Dunia II itu juga menyebabkan berakhirnya aktifitas
pasar modal Indonesia pada zaman penjajahan Belanda.

2. Masa Orde Lama


Satu tahun setelah pemerintah Belanda mengakui kedaulatan
Republik Indonesia, yakni pada tahun 1950, pemerintah mulai
menerbitkan obligasi. Peristiwa ini menandai dimulailah kembali pasar
modal Indonesia yang didahului dengan terbitnya Undang-Undang Darurat
No. 13 pada tanggal 1 September 1951. Selanjutnya pada tanggal 31 Juni
1952, Bursa Efek Indonesia dibuka lagi di Jakarta setelah berhenti
beroperasi kurang lebih selama 12 tahun. Penyelenggaraannya diserahkan
kepada Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek-Efek (PPUE), yang
terdiri atas tiga bank Negara dan beberapa pialang efek lainnya dengan
Bank Indonesia sebagai penasehat. Pada saat itu ada beberapa efek yang
mulai diperdagangkan, efek-efek tersebut adalah Obligasi RI, Obligasi
Kotapraja Bogor 1937, Saham Escompto Bank, dan Saham Ekspedisi
Muatan kapal Laut (EMKL) yang bertempat di De Javasche Bank yang
sekarang menjadi Bank Indonesia (Samsul, Muhammad. 2006:26). Pada
saat itu sudah banyak perusahaan-perusahaan yang mulai masuk dalam

5
arena bursa, tercatat pada waktu itu anggota bursa sebayak 24 anggota.
Ke-24 anggota tersebut adalah :
a. Bank Negara Indonesia (Jakarta)
b. Bank Rakyat Indonesia (Jakarta)
c. Bank Industri Negara (Jakarta)
d. Bank Perbiagaan Indonesia NV (Jakarta)
e. Bank Dagang Nasional Indonesia NV (Jakarta)
f. Bank Surakarta MAB (Solo)
g. Bank Timur NV (Semarang)
h. Bank Indonesia NV (Palembang)
i. Bank Nasional NV (Bukit tinggi)
j. Indonesia Banking Corporation (Yogyakarta)
k. Kalimantan Banking &Tranding corp (Samarinda)
l. NV Bank Verininging Ool Tiong Ham (Semarang)
m. Escompto Bank (Jakarta)
n. Fa. Gebroeders Dull (Jakarta)
o. Fa. Dunlop & Kolf (Jakarta)
p. Fa. Geijselman & Steup (Jakarta)
q. Nederlandsche Handel Mij. NV (Jakarta)
r. Javasche BankNB (Jakarta)
s. G. H. van der Klok (BNI)
t. Ch. E. Flinkerbusch (Escompto)
u. Bank Jakarta NV (Jakarta)
v. Fa. Reynst & Vinju (Jakarta)
w. A. Zinmerman
x. Fa. Sirks & Co. (Surabaya)
Sejak saat itu, Bursa Efek berkembang sedikit demi sedikit dan
akhirnya berkembang pesat, meskipun yang diperdagangkan adalah efek
yang diterbitkan sebelum Perang Dunia II. Dengan keadaan seperti itu bisa
dikatakan pada saat itu adalah masa pasang/puncak bagi pasar modal
Indonesia pasca pemerintahan jajahan Belanda. Aktifitas ini terus
meningkat semakin meningkat sejak Bank Industri Negara mengeluarkan
pinjaman obligasi berturut-turut pada tahun 1954, 1955, 1956. Para

6
pembeli obligasi ini banyak yang berasal dari luar negeri semisalnya
Belanda, baik secara perorangan atau badan hukum (Departemen
Penerangan RI. 1984:17). Namun keadaan seperti hanyalah berlangsung
sampai tahun 1958, ini dikarenakan dengan adanya politik konfrontasi
antara pemerintah Indonesia dengan Belanda, dengan itu hubungan
perdagangan antara kedua negara tersebut menjadi terganggu.
Mengenai sengketa Irian Barat serta memuncaknya aksi
pengambilalihan semua perusahaan Belanda di Indonesia, sesuai dengan
Undang-Undang Nasional No. 86 Tahun 1958, kemudian disusul dengan
instruksi dari Badan Nasionalisasi Perusahaan Belanda pada tahun 1960
tentang larangan bagi Bursa Efek Indonesia untuk memperdagangkan
semua efek perusahaan Belanda yang beroperasi di Indonesia, termasuk
semua efek yang didominasi mata uang Belanda, dengan alasan tersebut
semakin memperparah perdagangan efek di Indonesia. Dan dengan
peristiwa seperti ini membuat sebagaian besar investor perseorangan
maupun perusahaan Belanda banyak yang meninggalkan Indonesia.
Dengan adanya tingkat inflasi yang cukup tinggi ketika itu, ikut
mengguncangkan kepercayaan masyarakat terhadap pasar uang dan pasar
modal serta mata uang rupiah sendiri. Akibatnya nilai nominal saham dan
obligasi menjadi rendah sehingga saham dan obligasi Indonesia tidak
menarik lagi bagi para investor dan dengan inilah Indonesia mengalami
masa surut dan lebih tepatnya masa Orde Baru.

3. Masa Orde Baru


Langkah pertama yang diambil oleh pemerintah Orde Baru adalah
menahan dan membuat perekonomian Indonesia normal kembali.
Kebijakasanaan ini mampu mengembalikan kepercayaan rakyat terhadap
nilai mata uang rupiah, ini merupakan kesempatan untuk menghimpun
dana dari masyarakat. Disamping pengerahan dana dari masyarakat
melalui tabungan dan deposito, pemerintah terus mengandakan persiapan
khusus untuk membentuk pasar modal. Dengan Surat Keputusan Direksi
BI (yang waktu itu masih bernama BNI Unit I) No. 4/16 Kep. Dir. Tanggal
26 Juli 1968, di Bank Indonesia dibentuk Tim Persiapan Pasar Uang dan

7
Modal (PUM). Tim ini bertugas mengumpulkan data dan memberikan usul
kepada Gubernur Bank Sentral untuk mengambangkan pasar modal di
Indonesia. Dari penelitian tim tersebut, dapat diketahui bahwa benih dari
pasar modal di Indonesia sebenarnya sudah ditanam oleh pemerintah sejak
tahun 1952. Akan tetapi, berhubung dengan situasi politik serta akibat
suramnya suasana dibidang moneter, maka pertumbuhan bursa efek di
Jakarta yang diselenggarakan oleh PPUE sejak tahun 1958 sampai tahun
1976 mengalami kemunduran (Widoatmodjo, S, 2009).
Hal tersebut dikarenakan tim persiapan PUM telah melaksanakan
tugasnya dengan baik, maka tim dibubarkan dan sekaligus dengan Surat
Keputusan Menteri Keuangan No. Kep-02/MK/IV/1970, maka selanjutnya
didirikan Tim Pasar Uang dan Modal, yang diketuai oleh Gubernur Bank
Sentral. Tim tersebut didirikan dengan tugas :
a. Untuk membantu Menteri Keuangan mempersiapkan langkah-langkah
kearah pelaksanaan pengembangan PUM.
b. Mengaktifkan kembali bursa efek.
Tugasyang diserahkan oleh Menteri Keuangan kepada tim
mengenai dasar pemikiran pengembangan PUM telah selesai
dilaksanakan, maka dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. Kep.
25/MK/IV/1972 tanggal 13 Januari 1972, tim tersebut dibubarkan dan
dibentuk Badan Pembina Pasar Uang dan Modal (Bapepum), dengan tugas
membantu menteri keuangan dalam kegiatan:
a. Melaksanakan pembinaan PUM tahap demi tahap menurut situasi serta
kebutuhan.
b. Mempersiapkan pembentukan suatu lembaga pasar uang dan modal.
c. Melaksanakan pengawasan atas aktifitas bursa efek.
Terbentuknya wadah pasar uang dan modal yang diketuai oleh
Gubernur Bank Sentral, maka terlihat kesungguhan dan intensitas
pembahasan usaha-usaha untuk membentuk kembali pasar uang dan modal
di Indonesia. Untuk memenuhi tenaga teknis yang akan mengemban tugas
operasional yang masih langka, sebanyak 15 orang pejabat Bank Indonesia
dan Departemen keuangan dilatih diluar negeri, terutama di Negara
ASEAN seperti Malaysia, Singapura dan Filipina yang diperkirakan

8
memiliki problem-problem yang hampir sama dengan Indonesia
(Widoatmodjo, S, 2009). Sebagai titik puncaknya pada tanggal 10 Agustus
1977, berdasarkan Keppres No. 52 Tahun 1976, pasar modal di Indonesia
diaktifkan kembali dengan tujuan:
a. Mempercepat proses perluasan pengikutsertaan masyarakat dalam
pemilikan saham perusahaan-perusahaan swasta menuju pemerataan
pendapatan masyarakat.
b. Menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dan
penghimpunan dana untuk pembiayaan pembangunan nasional.
c. Mendorong perusahaan-perusahaan yang sehat dan baik untuk menjual
sahamnya melalui pasar modal dengan memberikan keringanan-
keringanan di bidang perpajakan.
Pada masa Orde Baru ini, perkembangan pasar modal dapat
dikelompokkan menjadi dua yakni, periode tahun 1977 hingga tahun 1987
dan periode tahun 1988 hingga tahun 1977. Perkembangan pasar modal
dari tahun 1977 hingga tahun 1987 relatif kurang memberikan hasil seperti
yang diharapkan, meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada
perusahaan-perusahaan yang memanfaatkan dana dari bursa efek. Diantara
fasilitas itu antara lain fasilitas perpajakan, reevaluasi aktiva tetap dan
sebagainya. Tersendatnya perkembangan pasar modal selama periode itu
disebabkan oleh beberapa masalah, antara lain mengenai prosedur emisi
saham dan obligasi yang terlalu ketat, adanya batasan fluktuasi harga
saham, campur tangan pemerintah dalam penetapan harga saham di pasar
perdana, dan lain sebagainya. Untuk mengatasi masalah itu, pemerintah
mengeluarkan serangkaian deregulasi yang berkaitan dengan
perkembangan pasar modal, yaitu Paket kebijaksanaan Desember 1987
(Pakdes 1987), Paket Kebijaksanaan Oktober 1988 (Pakto 1988), dan
Paket Kebijaksanaan Desember 1988 (Pakdes 1988) (Widoatmodjo,
2009).
Pakdes 1987 secara umum merupakan penyederhanaan persyaratan
proses emisi saham dan obligasi, dengan ini dihapuskannya beberapa
biaya yang sebelumnya dipungut oleh Badan Pelaksana Pasar Modal
(Bapepam), seperti biaya pendaftaran emisi efek. Selain itu dibuka pula

9
kesempatan untuk membeliefek bagi pemodal asing maksimal 49% dari
total emisi. Dengan diberlakukan kebijakan seperti ini diharapkan para
investor akan datang ke Indonesia dan untuk investor asing hanya boleh
investasi sebesar 49% atas semua jenis saham kecuali saham perbankan.
Pakdes 1987 juga menghapuskan batasan fluktuasi harga saham dibursa
efek dan memperkenalkan bursa pararel (over the counter market) sebagai
pilihan bagi emisi yang belum memenuhi syarat untuk memasuki bursa
utama.
Pakto 1988 pada hakikatnya ditujukan pada sektor perbankan,
namun mempunyai dampak terhadap perkembangan pasar modal. Secara
garis besar, Pakto 1988 berisikan tentang ketentuan legal lending limit
(LLL) dan pengenaan pajak atas bunga deposito. Pengenaan pajak ini
mempunyai dampak positif terhadap pasar modal sebab dengan adanya
ketentuan ini, berarti pemerintah memberikan perlakuan yang sama antar
sektor perbankan dengan sektor pasar modal. Pakdes 1988 pada dasarnya
memberikan dorongan yang lebih jauh terhadap pasar modal sehingga
pemanfaatan dana dari pasar modal sama mudah dan murahnya dengan
sumber dana lainnya, dan yang paling penting Pakdes 1988 membuka
peluang bagi swasta untuk menyelenggarakan bursa. Namun dengan
berbagai kebijakan-kebijakan yang diberikan, seakan pasar modal di
Indonesia ini mengalami kejenuhan dan membuat pasar modal di
Indonesia sedikit kacau. Ini diperparah dengan turunnya Indeks Harga
Saham Gabungan secara drastis dan itu hanya terjadi dalam waktu satu
bulan.
Fenomena tersebut terjadi pada bulan September tahun 1990, dari
situ dapatlah diketahui bahwa IHSG pada tanggal 31 Agustus sebesar
571,02 turun jauh pada 27 September menjadi 454,51 yang diperkirakan
anjlok sekitar 20,4%. Penurunan setajam ini menjadi topik pembicaraan
yang kian meningkat bagi para pengamat dan peserta bursa efek, dan
bahkan juga menjadi perhatian pengamat dan kalangan usaha di Indonesia
di luar bursa (Sjahrir. 1995:124). Keadaan seperti ini masih menyelimuti
pasar bursa di Indonesia walaupun pemerintah sudah memberikan banyak

10
sekali kebijakan-kebijakan namun keadaan ini terus kacau hingga pada
puncaknya yakni krisis tahun 1997.

Masa Reformasi
Dalam masa reformasi ini ada empat peristiwa penting yang pantas
dicatat sebagai sejarah pasar modal Indonesia, yakni krisis moneter, indeks
menembus angka tiga digit, merger, dan bursa berganti nama. Pada
pertengahan 1977, Indonesia terkena krisis moneter dari Thailand, bahkan
krisis yang dilanda Indonesia jauh lebih parah dibandingkan Thailand,
dengan kondisi seperti ini pastinya memberikan dampak yang sangat besar
bagi perkembangan pasar modal di Indonesia. Anjloknya nilai tukar rupiah
terhadap dollar AS dari Rp. 2000-an menjadi diatas Rp. 10.000-an, dengan
ini membuat pasar modal Indonesia khususnya para perusahaan menjadi
merosot kinerjanya dan bahkan negatif modalnya. Ini menyebabkan
merosotnya harga-harga saham sehingga membuat investor merugi. Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sudah mencapai 700-an anjlok
menjadi sekitar 200-an.
Pada periode ini bisa dikatakan sebagai “masa berkabung” bagi
dunia pasar modal sebab terjadi berbagai penurunan, mulai dari size yang
ditandai dengan menurunnya market capitalization¬hingga menyebabkan
jumlah investor menyusut banyak dan hanya tinggal kurang lebih 50.000
orang. Upaya untuk mengatasi masalah ini memang banyak dilakukan,
diantaranya dan paling berarti yakni melepas batasan kepemilikan asing
yang tadinya hanya 49% menjadi 100% kecuali untuk saham perbankan.
Bahkan, akhirnya investor asing boleh memiliki saham bank secara full
100%. Namun demikian tampaknya dengan adanya peristiwa krisis
moneter tersebut justru membuat pasar modal mendapatkan pelajaran
paling berharga, yakni menjadi lebih realistis. Misalnya saja harga perdana
yang ditawarkan menjadi tidak terlalu jauh berbeda dibandingkan harga
nominal, bahkan dari nilai buku. Demikian pula para perusahaan pialang
menjadi lebih aktif melakukan pemasaran dalam rangka menjaring
investor, sementara itu perusahaan reksadana menjadi makin kreatif.

11
Kini upaya itu telah membuahkan hasil. IHSG sudah kembali ke
posisi sebelum krisis yakni diatas 700-an. Bahkan sudah mencapai rekor
baru hingga mencapai 1000-an. Langkah penting lainnya yakni
menggabungkan dua bursa yakni Bursa Efek Surabaya (BES) dan Bursa
Efek Jakarta (BEJ). Sebenarnya langkah ini sudah lama direncanakan dan
diproses (sejak sebelum krisis moneter), namun baru pada awal tahun
2008 rencana tersebut bisa direalisasikan. Dengan penggabungan dua
bursa efek tersebut, hilanglah kedua nama bursa tersebut dan berganti
nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebenarnya nama ini bukan
nama baru, yakni sebelum diswastakan nama bursa efek yang ada
hanyalah Bursa Efek Indonesia. Setelah diswastakan menjadi Bursa Efek
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya (yang awalnya merupakan
penggabungan Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek Semarang).

Kebangkitan pasar modal di Indonesia


Selama sebelas tahun sejak di aktifkan kembali pada tahun 1977, bursa
efek hanya berhasil mengajak 24 perusahaan untuk Go Publik, suatu prestasi
yang sangat jelek. Kegagalan mengajak peruahaan untuk Go Publik ini
disebabkan oleh hal-hal berikut:
1. Penentuan harga perdana harus mendapat persetujuan dari BAPEPPAM .
2. Calon emiten harus untung dan membagi dividen selama lima tahun
berturut-turut.
3. Fluktuasi harga saham dibatasi 4% perhari.
4. Bunga deposito dibebaskan dari pajak.
5. Investor asing tidak diperbolehkan melakukan investasi di pasar modal.
Penjelasan mengenai ke-lima butir diatas adalah sebagai berikut:
Butir 1 : Calon emiten merasa kehilangan kebebasan dalam menentukan
harga perdana, sehingga tidak tertarik untuk menjual
sahamnya kepada masyarakat luas.
Butir 2 : Perusahaan yang harus untung dan membagi dividen selama lima
tahun berturut-turut jumlahnya sangat sedikit, sehingga sulit
mencari calon emiten.

12
Butir 3 : Investor sangat keberatan apabila fluktuasi harga saham di pasar
dibatasi sangat rendah. Inversor jual menawarkan harga saham
hari ini 6% lebih tinggi dari harga kemarin dan investor beli
setuju, tetapi bursa efek melarangnya karena kenaikan melebihi
4%. Demikian juga bila ada investor beli hari yang menawar5%
di bawah harga kemarin dari investor jual setuju maka bursa
efek juga akan melarang karena penurunan melebihi 4%. Pada
prinsipnya, butir ini sangat tidak disukai investor.
Butir 4 : Tidak mengenakan pajak atas bunga deposito merupakan suatu
kebijakan yang bersifat antara investasi di Bank dan di pasar
modal. Jadi pihak perbankan dan pasar modal jalan sendiri-
sendiri, sebagai cerminan konflik yang merugikan ekonomi
Indonesia.
Butir 5 : Larangan bagi investor asing untuk bertransaksi di pasar modal
domestik merupakan cermin dari rasa ketakutan yang luar biasa
bahwa ekonomi akan dijajah asing, padahal semua pihak
mengetahui Indonesia membutuhkan banyak valuta asing.
Kebjikan tersebut tidak sesuai denagn ekonomi terbuka yang dianut
negara. Jadi kebangkitan pasar modal di Indonesia di gerakan oleh (a)
Deregulasi pasar modal (b) Peran kreditor asing (c) Swastanisasi bursa efek
Jakarta dan (d) Pembukaan bursa efek Surabaya.
1. Deregulasi Pasar modal
kemajuan atau kemunduran ekonomi tidak hanya tergantung pada
sistem ekonomi yang dianut tetapi juga pada person (orang) yang diberi
tanggung jawab mengambil kebijakan. Keberanian pejabat untuk
menanggung resiko ketika membuat keputusan merupakan variabel yang
penting. Pejabat yang hanya minta petunjuk kepada atasannya tidak akan
mempunyai keberanian untuk menetapkan kebijakan drastis menurut
keyakinannya Drs, Marzuki Usman, M.A. merupakan pejabat pemerintah
yang diangkat menduduki Ketua Bapeppam dan memiliki keberanian
untuk melakukan gebrakan dengan mengahpus semua hambatan-hambatan
diatas.

13
2. Peran Kreditor Asing
Pada waktu itu, setiap tahun pemerintah mendapatkan pinjaman
jangka panjang dari IGGI (International Goverment Grup For Indonesia)
dan Bank dunia untuk pembangunan. Selain itu, perusahaan juga
mendapatkan kemudahan dalam mencari utang valuta asing. Pinjaman
negara dan swasta ini telah mempercepat hasil pembangungan.
Kebanyakan pinjaman kepada perusahaan swasta bersifat jangka pendek,
tetapi dapat diperpanjang setahun berikutnya.
3. Bursa Efek Jakarta
Kebangkitan pasar modal Indonesia berlangsung selama 8 tahun,
mulai dari 1988 sampai Juni 1997 dalam waktu 9 tahun itu numlah
perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat atau go publik
meningkat tajam dari 24 perusahaan menjadi 282 perusahaan, nilai
kapitalisasi pasar bursa efek naik dari Rp. 449 Miliar menjadi Rp. 159,9
triliun, dan nilai perdagangan harian meningkat dari Rp. 122 juta menjadi
Rp. 489 miliar jumlah anggota bursa sekitar 200 perusahaan efek.
Hambatan Pasar Modal di Indnesia
b. Sistem publik yang lemah
Sejak kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945-1965 kondisi
Indonesia selalu gonjang ganjing dengan pemberontak yang terjadi di
berbagai daerah, bermusuhan dengan Belanda karena memperebutkan
kembali Irian Barat dan konfrontasi dengan Malaysia karena Indonesia
memusuhi kapitalis/imperialis/kolonialis.
c. Nilai rupiah yang melemah
Indonesia pernah mengalami kejayaan nilai mata uang rupiah, pada
masa penjajahan Belanda di Indonesia tahun 1939 nilai mata uang Gulden
yang berlaku disini lebih tinggi dari pada nilai US$. Setelah Indonesia
merdeka nilai rupiah masih kuat terhadap US$ sampai dengan tahun 1964.
Kebangkitan pasar modal di Indonesia di pengaruhu oleh banyak faktor,
seperti faktor politik yang stabil yang tercermin dari pemerintahan yang
kuat, keamanan dalam negeri yang terjamin dimana jarang sekali ada
kerusuhan sosial, tumbuhnya ekonomi yang tercermin dari kemudahan

14
mencari kerja, serta keadilan sosial yang merata melalui intruksi presiden
dan bantuan presiden.
Disamping faktor diatas masih ada satu faktor yang sangat penting
yang dapat mendatangkan investor asing, yaitu kestabilan nilai rupiah.
Nilai mata uang domestik yang stabil dapat menghindarkan inverstor asing
di pasar modal mengalami kerugian akibat perbedaan kurs valuta asing.
Nilai mata uang domestik yang labil dapat membangkrutkan usaha investor
asing maupun investor lokal yang memiliki utang valuta asing.

B. SEKILAS BEI, PENERAPAN BEI AOTOMATIC TRADING SYSTEM


Bursa Efek Indonesia (disingkat BEI, atau Indonesia Stock Exchange
(IDX)) merupakan bursa hasil penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ)
dengan Bursa Efek Surabaya (BES). Demi efektivitas operasional dan
transaksi, pemerintah memutuskan untuk menggabung Bursa Efek Jakarta
sebagai pasar saham dengan Bursa Efek Surabaya sebagai pasar obligasi dan
derivatif. Bursa hasil penggabungan ini mulai beroperasi pada 1 Desember
2007.
BEI menggunakan sistem perdagangan bernama Jakarta Automated
Trading System (JATS) sejak 22 Mei 1995, menggantikan sistem manual yang
digunakan sebelumnya. Sejak 2 Maret 2009 sistem JATS ini sendiri telah
digantikan dengan sistem baru bernama JATS-NextG yang disediakan OMX.
Bursa Efek Indonesia berpusat di Gedung Bursa Efek Indonesia, Kawasan
Niaga Sudirman, Jalan Jenderal Sudirman 52-53, Senayan, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan.
1. Jakarta Automated Trading System (JATS)
JATS adalah sistem perdagangan Efek yang berlaku di Bursa untuk
perdagangan yang dilakukan secara otomasi dengan menggunakan sarana
komputer. JATS secara resmi dimulai diaktifkan di Bursa Efek Jakarta
sejak bulan Oktober 1995 sebagai langkah persiapan diberlakukannya
Scripless Trading. Tetapi pada saat ini BEI telah berhasil meluncurkan
suatu sistem perdagangan baru yang dinamakan JATS- NextG(eneration)
pada tanggal 02 Maret 2009. JATS-NextG ini merupakan pengganti dari
sistem JATS sebelumnya yang telah beroperasi sejak tahun 1995. Dengan

15
diimplementasikannya sistem baru tersebut, penyebaran informasi
perdagangan dan pengawasan terhadap semua produk yang diperdagangkan
di Bursa dapat dilakukan secara terpadu. Kapasitas JATS-NextG dirancang
mampu menampung 1.000.000 (satu juta) order dan 500.000 (lima ratus
ribu) transaksi per hari, jauh lebih besar dibandingkan dengan sistem JATS
sebelumnya yang menampung 360.000 (tiga ratus enam puluh ribu) order
dan 200.000 (dua ratus ribu) transaksi per hari. Sehingga para pihak yang
berkepentingan dapat memantau melalui aplikasi JATS-NextG informasi
mengenai :
a. Harga, porsi asing, perintah jual, dan perintah beli.
b. Data dari informasi yang telah dilakukan.
Keberhasilan implementasi sistem JATS-NextG tersebut diharapkan
dapat menjadi salah satu faktor penunjang BEI dalam mencapai visinya
menjadi Bursa kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.
Keuntungan JATS bagi investor :
a. Memonitor order beli dan order jual yang dapat dipantau segera.
b. Lebih cepat mengetahui apakah ordernya done (terjadi) atau tidak.
c. Dapat mengawasi secara langsung transaksi melalui layar monitor yang
banyak terdapat di setiap perusahaan sekuritas.
d. Dapat memonitor alokasi transaksi. Semua transaksi yang terjadi
disusun secara kronologis, meliputi berapa jumlah investor yang hendak
membeli dan menjual beserta harga saham yang diminta.
e. Dapat mengetahui volume transaksi saham dengan urutan volume
tertinggi sampai volume terendah.
f. Dapat mengetahui saham yang naik secara kronologis melalui Top
Gainers Stock dan saham yang harganya turun melalui Top Losers
Stock
g. Dapat mengetahui penawaran terakhir (beli atau jual) dan harga
transaksi terakhir secara online
h. Setiap saat menyajikan informasi tentang pergerakan IHSG, IHSI dan
Indek lainnya
i. Informasi tentang transaksi para broker, nilai transaksi masing-masing
broker.

16
Gambar 1. Proses Pelaksanaan Perdagangan Bursa Efek

2. Pelaksanaan Perdagangan
Segmentasi Pasar dan Penyelesaian Transaksi :
Segmen Pasar Waktu Penyelesaian Transaksi

Pasar Reguler Hari Bursa ke-2 setelah terjadinya


Transaksi Bursa (T+2)

Pasar Tunai Hari Bursa yang sama dengan


terjadinya Transaksi Bursa (T+0)

Pasar Negosiasi
Berdasarkan kesepakatan antara
Anggota Bursa jual dengan Anggota
Bursa Beli

Pra-pembukaan

17
Pelaksanaan perdagangan di Pasar Reguler dimulai dengan Pra-
pembukaan. Anggota Bursa dapat memasukkan penawaran jual dan atau
permintaan beli sesuai dengan ketentuan satuan perdagangan, satuan
perubahan harga (fraksi) dan ketentuan auto rejection.Harga Pembukaan
terbentuk berdasarkan akumulasi jumlah penawaran jual dan permintaan beli
terbanyak yang dapat dialokasikan oleh JATS NEXT-G pada harga tertentu
pada periode Pra-pembukaan.Seluruh penawaran jual dan atau permintaan beli
yang tidak teralokasi di Pra-pembukaan, akan diproses secara langsung (tanpa
memasukkan kembali penawaran jual dan atau permintaan beli) pada sesi I
perdagangan, kecuali Harga penawaran jual dan atau permintaan beli tersebut
melampaui batasan auto rejection.
Pra-penutupan dan Pasca Penutupan
Pada masa Pra-Penutupan, Anggota Bursa dapat memasukkan
penawaran jual dan atau permintaan beli sesuai dengan ketentuan satuan
perdagangan, satuan perubahan harga (fraksi) dan ketentuan auto rejection.
JATS melakukan proses pembentukan Harga Penutupan dan
memperjumpakan penawaran jual dengan permintaan beli pada Harga
Penutupan berdasarkan price dan time priority.
Dalam Pelaksanaan Pasca Penutupan, Anggota Bursa Efek
memasukkan penawaran jual dan atau permintaan beli pada Harga Penutupan,
dan JATS memperjumpakan secara berkelanjutan (continuous auction) atas
penawaran jual dengan permintaan beli untuk Efek yang sama secara
keseluruhan maupun sebagian pada Harga Penutupan berdasarkan time
priority.
Pasar Reguler dan Pasar Tunai
Penawaran jual dan atau permintaan beli yang telah dimasukkan ke
dalam JATS NEXT-G diproses oleh JATS NEXT-G dengan memperhatikan:
a. Prioritas harga (price priority):
Permintaan beli pada harga yang lebih tinggi memiliki prioritas
terhadap permintaan beli pada harga yang lebih rendah, sedangkan
penawaran jual pada harga yang lebih rendah memiliki prioritas terhadap
penawaran jual pada harga yang lebih tinggi.
b. Prioritas Waktu (time Priority)

18
Bila penawaran jual atau permintaan beli diajukan pada harga yang
sama, JATS NEXT-G memberikan prioritas kepada permintaan beli atau
penawaran jual yang diajukan terlebih dahulu.
Pengurangan jumlah Efek pada JATS NEXT-G baik pada
penawaran jual maupun pada permintaan beli untuk tingkat harga yang
sama tidak mengakibatkan hilangnya prioritas waktu. Transaksi Bursa di
Pasar Reguler dan Pasar Tunai terjadi dan mengikat pada saat penawaran
jual dijumpakan (match) dengan permintaan beli oleh JATS NEXT-G.
Pasar Negosiasi
Perdagangan Efek di Pasar Negosiasi dilakukan melalui proses tawar
menawar secara individual (negosiasi secara langsung) antara:
1. Anggota Bursa atau
2. Nasabah melalui satu Anggota Bursa atau
3. Nasabah dengan Anggota Bursa atau
Selanjutnya hasil kesepakatan dari tawar menawar tersebut diproses
melalui JATS NEXT-G. Anggota Bursa dapat menyampaikan penawaran jual
dan atau permintaan beli melalui papan tampilan informasi (advertising) dan
bisa diubah atau dibatalkan sebelum kesepakatan dilaksanakan di JATS
NEXT-G. Kesepakatan mulai mengikat pada saat terjadi penjumpaan antara
penawaran jual dan permintaan beli di JATS NEXT-G.

C. Peran Pasar Modal Dalam Perekonomian Indonesia


Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai
instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat
utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun
instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan
maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan
berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan
prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya.
Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan
instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham,
obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivatif seperti
option, futures, dan lain-lain.

19
Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal
mendefinisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan
Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan
dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan Efek”.
Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara
karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi
pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan
dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar
modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan
modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat
untuk berinvestasi pada instrument keuangan seperti saham, obligasi, reksa
dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana
yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-
masing instrument.
Adapun peran pasar modal dalam perekonomian Indonesia adalah
sebagai berikut.
1. Pasar Modal Sebagai Sarana Penambahan Modal
Dengan menjual saham atau surat berharga lain di pasar modal
sebuah perusahaan akan mendapatkan modal tambahan untuk
mengembangkan usahanya. Perusahaan akan cenderung menggunakan
modal tambahan ini untuk menambah kapasitas produksi. Peningkatan
produksi akan berdampak pada jumlah karyawan, perusahaan cenderung
akan merekrut karyawan baru sebagai penyeimbang peningkatan jumlah
produksi. Sehingga, jumlah pengangguran yang ada di Indonesia akan
semakin berkurang.
2. Pasar Modal Sebagai Sarana Penyumbang Pendapatan Negara
Pajak merupakan penyumbang terbesar pendapatan Negara.
Melalui pasar modal investor dapat menanamkan modalnya kepada
perusahaan mana saja yang ia inginkan, yang salah satu keuntungan yang
akan di dapatkan adalah deviden. Setiap deviden yang dibagikan kepada
para pemegang saham akan dikenakan pajak oleh pemerintah. Pajak atas

20
deviden tersebut yang kemudian akan menjadi penyumbang dari
pendapatan negara.
3. Pasar Modal Sebagai Indikator Perekonomian Negara
Aktivitas yang terjadi di pasar modal baik penjualan maupun
pembelian saham atapun surat berharga lain menujukkan aktivitas bisnis
yang terjadi pada berbagai perusahaan. Semakin banyak volume penjualan
dan pembelian di pasar modal berarti semakin baik aktivitas bisnis yang
terjadi pada perusahaan-perusahaan yang ada di Indonesia, dan sebaliknya.
Baik buruknya aktivitas bisnis pada perusahaan-perusahaan yang ada di
Indonesia menunjukkan baik buruknya perekonomian yang ada di
Indonesia.
D. Peran Pasar Modal Dalam Alternatif Investasi
Pasar modal memiliki peranan penting dalam kegiatan ekonomi.
Berbagai negara, terutama di negara-negara yang menganut sistem ekonomi
pasar, pasar modal telah menjadi salah satu sumber kemajuan ekonomi, sebab
pasar modal dapat menjadi sumber dana alternatif bagi perusahaan-
perusahaan. Perusahaan-perusahaan ini merupakan salah satu agen produksi
yang secara nasional akan membentuk Gross Domestic Product (GDP).
Perkembangan pasar modal akan menunjang kegiatan peningkatan GDP.
Dengan kata lain, berkembangnya pasar modal akan mendorong pula
kemajuan ekonomi suatu negara. Peranan pasar modal, tersebut diantaranya
adalah:
1. Peranan Pasar Modal Dalam Pembangunan.
a. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan usaha. Hal ini
merupakan perwujudan dari usaha pendemokrasian cara berusaha.
b. Menyatakan pendapat masyarakat dari hasil pembangunan tersebut.
c. Menyehatkan pengolahan perusahaan, sesuai dengan asas-asas
keterbukaan perusahaan.
d. Memobilisasi dana masyarakat yang akan saling menunjang dengan
pengembangan kegiatan usaha yang memerlukan dana.
Peran Pasar Modal dalam pembangunan perekonomian bangsa
ataupun pembangunan nasional dapat membawa keuntungan yang sangat
besar jika dilakukan dalam koridor yang baik, adil, fair, benar, dan efisien.

21
Keikutsertaan masyarakat investor melalui instrumen pasar modal menjadi
harapan bersama untuk memberikan sumbangan bagi pembangunan
ekonomi secara nasional.
Di lihat dari kegiatan di Pasar Modal, Pasar Modal dapat
mendukung pembiayaan usaha-usaha yang produktif, baik untuk
kepentingan individu, badan usaha maupun lembaga, sehingga tercapai
suatu tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia secara optimal dan tercapai
tingkat kemakmuran bagi masyarakat secara efektif dan efisien. Investasi
di Pasar Modal akan evektif jika investor dapat menganalisa pasar dengan
baik sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi investor itu sendiri.
Dari keuntungan investasi tersebut negara memiliki hak untuk memungut
pajak dan keuntungan lainnya yang menjadi sumber APBN.
Demikian pentingnya peran pasar modal dalam arus kegiatan ekonomi
nasional tetapi prinsip-prinsip pengaturannya dan implementasi penegakan
hukumnya masih jauh dari harapan pemberian perlindungan kepada pihak
investor. Misalnya penegakan hukum terhadap praktik-praktik
perdagangan orang dalam (insider trading). Hal inilah yang ditakutkan
atau dikhawatirkan para investor untuk menginvestasikan dananya di pasar
modal.
Pasar modal memberikan peran besar bagi perekonomian suatu negara
karena memberikan dua fungsi sekaligus yaitu :
a. Fungsi ekonomi. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi
karena pasar modal menyediakan fasilitas atau wahana yang
mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan
dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer). Dengan
adanya pasar modal maka perusahaan publik dapat memperoleh dana
dari masyarakat melalui penjualan efek saham dengan prosedur IPO
atau efek utang (obligasi).
b. Fungsi keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan,
karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan
memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan
karakteristik investasi yang dipilih.
2. Peranan Pasar Modal Sebagai Sumber Pembiayaan.

22
Kebutuhan dunia usaha terhadap permodalan, setiap saat
cenderung menunjukkan jumlah yang semakin bertambah. Terjadinya
pertambahan permintaan permodalan ini ditunjukkan dengan semakin
meningkat kebutuhan untuk aktivitas produksi. Oleh karena itu untuk
memudahkan masyarakat dan para produsen untuk mendapatkan
permodalan maka pemerintah bersama lembaga-lembaga ekonomi
menyelenggarakan kegiatan pasar modal.
Pasar modal merupakan salah satu bagian dari pasar keuangan
(Financial market), disamping pasar uang (Money Market) yang sangat
penting peranannya bagi pembangunan nasional pada umumnya dan bagi
pengembangan dunia usaha pada khususnya sebagai salah satu alternatif
sumber pembiayaan eksternal oleh perusahaan. Di lain pihak darisisi
pemodal (investor), pasar modal sebagai salah satu sarana investasi dapat
bermanfaat untuk meningkatkan nilai tambah terhadap dana yang
dimilikinya. Sejak terjadinya krisis moneter pada tahun 1998, yang
mengakibatkan begitu banyak perusahaan, serta lembaga perbankan yang
bertumbangan, pasar modal merupakan salah satu alternatif sumber
pendanaan yang sangat signifikan bagi dunia usaha.
3. Peranan Pasar Modal Sebagai Sumber Pemerataan.
Akhir-akhir ini, pasar modal menjadi isu penting dalam perjalanan
ekonomi kita. Kita dapat melihat negara China, hampir sebagian besar
penduduknya ikut terlibat dalam perdagangan saham, bahkan para petani
disana ikut jual beli saham. Akan tetapi, ditengah hiruk pikuknya
pemberitaan, banyak masyarakat kita yang belum tahu tentang hal
tersebut. Secara makro ekonomi mempunyai banyak fungsi sebagai sarana
pemerataan pendapatan. Masyarakat dapat menikmati keuntungan dari
perusahaan walaupun mereka bukan pendiri atau pengelola, yaitu dengan
membeli saham perusahaan, tersebut, sehingga keuntungan perusahaan
dapat dinikmati masyarakat umum dengan bantuan pasar modal.
Bagi perusahaan, pasar modal juga memberikan keuntungan besar,
yaitu untuk mengembangkan usahanya (ekspansi) dengan menggunakan
dana dari hasil penjualan saham di pasar ini tanpa harus hutang ke bank
yang bunganya cukup besar, dengan syarat yang rumit. Pasar ini juga

23
sebagai Leading Indicator perekonomian suatu negara, jika kondisinya
baik atau berkembang, maka ekonomi suatu negara tersebut juga akan baik
(tidak berlaku mutlak).

24
BAB III
PENUTUP
Simpulan
1. Sejarah pasar modal dimulai sejak masa penjajahan, orde lama, orde baru,
dan masa reformasi, selain itu Kebangkitan pasar modal di indonesia
gerakan oleh (a) Deregulasi pasar modal (b) Peran kreditor asing (c)
Swastanisasi bursa efek Jakarta dan (d) Pembukaan bursa efek Surabaya
2. Sekilas BEI, penarapan BEI Automatic Trading System ada beberapa hal
yaitu: Jakarta Automated Trading System (JATS), dan pelaksanaan
perdagagan.
3. Peranan pasar modal diantaranya adalah:
a. Pasar modal sebagai sarana penambahan modal.
b. Pasar modal sebagai sarana penyumbang pendapatan negara.
c. Pasar modal sebagai indikator perekonomian negara.
4. Peran pasar modal dalam alternatif investasi, dibagi menjadi beberapa hal,
yaitu
a. Peranan pasar modal dalam pembangunan.
b. Peranan pasar modal sebagai sumber pembiayan.
c. Peranan pasar modal sebagai sumber pemerataan.

25
DAFTAR PUSTAKA

Ang, Robert. 1997. Buku Pintar Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft
Indonesia.
Departemen Penerangan. 1984. Pasar Modal dan Pembangunan Nasional.
Jakarta: Departemen Penerangan RI.
http://www.Bapepam.go.id// diakses pada tanggal 04 Maret 2019.
Mekasime Perdagangan, diakses dari www.https://idx.co.id/investor/mekanisme-
perdagangan.com// pada 04 Maret 2019.
Peraturan Perundang-undangan. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun
1995. LN No. 64 Tahun 1995, TLN No. 3608.
Putu, I. G.A.S. 2000. Menuju Pasar Modal Modern. Jakarta : Yayasan Sad Satria
Bakti.
Samsul, Mohammad. 2006. Pasar Modal & Manajemen Portofolio. Jakarta :
Penerbit Erlangga
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi, Edisi
Pertama. Yogyakarta: Kanisius.
Widoatmodjo, S. 2009. Pasar Modal Indonesia : Pengantar dan Studi Kasus.
Bogor : Ghalia Indonesia.

26

Anda mungkin juga menyukai