Anda di halaman 1dari 7

TUGAS TEORI SOSIOLOGI

NAMA :
NIM :

PENGUATAN SOLIDARITAS SOSIAL SEBAGAI SEBUAH GERAKAN


SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID19 (SEBUAH PERSPEKTIF
PERTUKARAN SOSIAL)

Pandemi Covid-19 membuat banyaknya pengaruh besar pada sektor

kehidupan masyarakat sehingga hal ini berdampak pada masalah kemiskinan dan

menjadi masalah yang menarik untuk didiskusikan dan dicarikan penyelesaiannya.

Berbagai strategi dilakukan untuk mengantasi dan membantu tunjangan bagi

masyarakat miskin yang terdampak oleh pandemi Covid-19 ini. Salah satu strategi

mungkin adalah dengan peningkatan modal sosial kelompok miskin dengan cara

menyalurkan bantuan sosial pada pihak yang terdampak tersebut. Dalam hal ini juga

adanya pelaksanan penyaluran bantuan sosial ini adalah bentuk pelaksanaan modal

sosial di Indonesia yang artinya dapat membantu masyarakat miskin akibat

terdampak Covid-19.

Selama Pandemi, Pemerintah meminta dan menghimbau masyarakat secara

keseluruhan untuk tetap dirumah menjalankan aktivitasnya. Mulai dari pendidikan

hingga aktivitas kerja selama pandemi dianjurkan oleh pemerintah untuk dilakukan di

rumah. Sebagai gantinya pemerintah akan memberikan berbagai bantuan untuk

masyarakat yang bersedia melakukan aktivitas dirumah selama pandemi. Adapun

bantuan yang diberikan adalah seperti bantuan langsung tunai serta bantuan pangan.
Pertukaran social dalam issue pandemi sangat dibutuhkan. Hal ini bertujuan

untuk menemukan solusi dari permasalahan social yang sedang krisis. Diasumsikan

bahwa transaksi-transaksi pertukaran akan terjadi hanya jika kedua belah pihak dapat

memperoleh keuntungan dari pertukaran itu, dan bahwa kesejahteraan masyarakat

pada umumnya dapat dengan baik sekali dijamin apabila individu-individu diberikan

untuk mengejar kepentingan pribadinya melalui pertukaran-pertukaran yang

dirembukkan secara pribadi. Tekanan yang sama pada tujuan-tujuan individual dan

imbalannya (reward) inilah yang juga menandai sifat teori pertukaran masa kini.

Proses pertukaran social dalam issue pandemi covid 19 dapat digambarkan

melalui ilustrasi dibawah ini:

Pemerintah Masyarakat

Harapan:
Tuntutan:
1. Masalah
1. Harus mengatasi pandemi cepat
pandemi secepat terselesaikan
mungkin 2. Semua
2. Mengurangi jumlah kebutuhan
terdampak seminim ekonomi dan
mungkin pangan
terpenuhi

Dari gambar diatas, pemerintah dan masyarakat memiliki kondisi saling

membutuhkan. Disatu sisi pemerintah harus segera menemukan cara untuk

menghentukan pandemi dan mengurangi jumlah terdampak covid secepat mungkin.

Dengan demikian pemerintah dapat segera memulihkan keadaan ekonomi dan social
masyarakat. Dan disisi lain, pandemi covid menyebabkan banyaknya masyarakat

terdampak covid dan tidak sedikit masyarakat yang kehilangan pekerjaannya. Kondisi

ini mengakibatkan saling ketergantungan antara pemerintah dan masyarakat.

Karenanya ada hubungan pertukaran social yang muncul dari kondisi tersebut.

Menurut Molm dan Cook, behaviorisme yang sangat terkenal dalam bidang

ilmu Psikologi dinilai berpengaruh langsung pada sosiologi prilaku dan berpengaruh

tidak langsung terhadap teori pertukaran. Behaviorisme, dengan aggasan utamanya

tentang hadiah dan biaya inilah, yang sangat berpengaruh pada teori pertukaran. Jadi

dalam sosiologi prilaku maupun teori pertukaran awal, salah satu proposisi yang

dapat di baca adalah bahwa tindakan seseorang itu lahir lebih didasarkan pada

pertimbangan hadiah (reward) dan ongkos (Punisment). Hadiah di tentukan oleh

kemampuanya memperkuat perilaku, sedangkan biaya mengurangi kemungkinan

prilaku. (Ritzer dan Goodman). Dalam hal ini masyarakat mengharapkan reward dari

upaya yang dilakukan pemerintah dalam mengatasi covid19. Punisment yang

ditunjukkan oleh masyarakat adalah tunduk pada pertaturan yang ditetapkan oleh

pemerintah.

Muhyiddin (2020) juga mengungkapkan bahwa data Sakernas menunjukkan

bahwa masyarakat Indonesia mayoritas bekerja di sektor informal dan berdampak

langsung terhadap implementasi kebijakan PSBB sehingga berpotensi mengalami

kerentanan sosial yang berpotensi menjadikan posisi ketahanan ekonomi mengalami

guncangan. Oleh karena itu, menurutnya diperlukan suatu upaya revitalisasi terhadap

keberadaan home industry dengan berbasis pada modal sosial. Revitalisasi

dilaksanakan sebagai upaya untuk mempertahankan perekonomian masyarakat.


Ketahanan ekonomi masyarakat akan dengan mudah dicapai melalui penguatan

modal sosial. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Suryahadi, Izzati, &

Suryadarma (2020) menyatakan bahwa sebagai akibat dari wabah Covid-19 di

Indonesia, diproyeksikan bahwa ledakan orang miskin akan terjadi dalam situasi

pandemi Covid-19 dengan peningkatan 12,4% atau sekitar 8,5 juta orang akan

menjadi miskin.

Perkiraan peningkatan jumlah penduduk miskin di Indonesia disebabkan oleh

penurunan yang signifikan dalam proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk

tahun 2020. Kurniawansyah, dkk (2020) menyebutkan bahwa konsep penanganan

sektor ekonomi di tengah pandemi Covid-19 ini semestinya dengan konsep kebijakan

strategis yaitu kebijakan alokasi, kebijakan distribusi dan kebijakan stabilisasi.

Penanganan yang serius oleh pemerintah sudah cukup baik, namun hal ini belum

berdampak pada pengurangan jumlah masyarakat miskin, baik di tingkat nasional

maupun tingkat lokal pada masa pandemi Covid-19 ini. Program-program yang

berasal dari dana APBD menyasar tidak tepat sasaran, kemudian dana yang

disediakan dalam rangka penanggulangan kemiskinan masih relatif kecil jika

dibandingkan jumlah penduduk miskin (Kertati, 2013).

Modal sosial memberikan kekuatan masyarakat lokal dalam menghadapi

situasi pandemi Covid-19 yang sedang mewabah hari ini. Penguatan ini melalui

implementasi norma-norma kolektif yang dapat menumbuhkan kepercayaan diantara

anggota masyarakat sehingga jaringan sosial bisa terbentuk. Tidak dapat dipungkiri

bahwa dibalik adanya pengelompokan disposisi yang berlainan dari kegiatan produksi

atau kapitalisme itu terdapat kekuasaan beroperasi melalui pengembangan prasangka


kultural yang dikembangkan oleh pihak luar. Dengan demikian budaya kemiskinan

diperkenalkan kepada seluruh anggota masyarakat tersebut, sehingga mereka tidak

menyadari terdapat sistem struktural yang dengan sengaja memiskinkan mereka.

Apabila modal sosial ini melemah, makan potensi kemiskinan akan membayang-

bayangi masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah.

Levi-Strauss, seorang ahli antropologi Prancis mengembangkan suatu

perspektif teoritis mengenai pertukaran sosial dalam analisisnya mengenai praktek

perkawinan dan sistem kekerabatan masyarakat-masyarakat primitif. Dalam

analisisnya, Levi-Strauss membedakan dua sistem pertukaran; pertukaran langsung

dan pertukaran tidak langsung. Dalam pertukaran langsung, para anggota suatu

kelompok duaan (dyad) terlibat dalam transaksi pertukaran langsung, masing-masing

anggota pasangan itu saling memberikan dengan dasar pribadi. Dalam pertukaran

tidak langsung, anggota-anggota dalam kelompok tigaan (triad) atau yang lebih besar

lagi, menerima sesuatu dari seorang pasangan yang lain dari orang yang dia berikan

sesuatu yang berguna. Maksudnya adalah bahwa pertuakran ini bersifat langsung

bukan timbal balik.

Setiap interaksi sosial terdapat unsur biaya (cost), imbalan (reward) dan

keuntungan (Profit). Dengan kata lain biaya, imbalan, dan keuntugan merupakan inti

dari teori pertukaran sosial. Di sini di jelaskan bagaimana seseorang memandang

hubuganya dengan orang lain dalam kaitanya dengan keseimbangan antara biaya dan

imbalan dalam hubugan tersebut, jenis hubugan dan kesempatan untuk menjalin

hubungan yang lebih baik dengan orang lain.


Pendapat Homans tentang pertukaran bertumpu pada interaksi antar individu

yang melakukan pertukaran kepentingan dengan hukum dasar “imbalan dan

keuntungan yang didapat oleh individu yang melakukan pertukaran itu”. (Salahudin,

2010). Teori pertukaran Homans juga menggambarkan strategi dasar dan logika yang

dia kemukakan sebagai sesuatu yang penting bagi perkembangan suatu teori sosial

yang bersifat menjelaskan berlawanan dengan konsep-konsep yang bersifat deskriptif

belaka. (Amal, 2012).

Emerson mendefenisikan ketergantugan seseorang aktor pada aktor lain

dengan taraf sejauh mana hasil-hasil yang dihargai oleh aktor bergantung dengan

pertukaran pada aktor yang satu lagi. (Ritzer dan Smart, 2010 : 520). Emerson

mengemukakan ketergantugan masyarakat kepada pemerintah selama pandemi akan

meningkat seiring dengan nilai yang di berikan masyarakat terhadap sumberdaya

yang dimiliki oleh pemerintah, dan menurun seiring dengan banyaknya alternatif

sumber lain yang dimiliki masyarakat untuk sumber daya yang dimiliki oleh

pemerintah selama pandemi. Ketergantugan timbal balik bemberikan dasar struktural

bagi kekuasaan mereka atas satu sama lain. Kekuasaan pemerintah terhadap

masyarakat sama dengan ketergantugan masyarakat terhadap pemerintah.

Masalah covid19 ini juga relevan dikaji dengan menggunakan teori structural

fungsional dalam perspektif Emile Durkheim. Durkheim mengungkapkan bahwa

masyarakat adalah sebuah kesatuan dimana di dalamnya terdapat bagian-bagian yang

dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing-masing

yang membuat sistem menjadi seimbang. Bagian tersebut saling interdependensi satu

sama lain dan fungsional, sehingga jika ada yang tidak berfungsi maka akan merusak
keseimbangan system. Berdasarkan perspektif Durkheim dalam kasus penyelesaian

issue covid19, pemerintah dan masyarakat memiliki fungsi masing-masing dalam

upaya mengurangi penyebaran virus. Disini fungsi pemerintah adalah mencari dan

mengimplementasikan kebijakan terkait upaya mengurangi rantai covid, sedangkan

fungsi masyarakat adalah menerima dan menjalankan kebijakan tersebut. Jika system

tersebut dilakukan, maka antara pemerintah dan masyarakat saling interdependensi

satu sama lain dan fungsional.

Selain itu, Interaksionisme simbolik juga menjadi salah satu teori yang sangat

relevan jika mengkaji mengenai issue covid19. Menurut Ritzer, dalam

interaksionisme simbolik, Sebelum memberikan makna atas sesuatu, terlebih dahulu

aktor melakukan serangkaian kegiatan olah mental: memilih, memeriksa,

mengelompokkan, membandingkan, memprediksi, dan mentransformasi makna

dalam kaitannya dengan situasi, posisi, dan arah tindakannya. Pemberian makna ini

tidak didasarkan pada makna normatif, yang telah dibakukan sebelumnya. Dalam

kasus covid19 yang menjadi issue dunia, upaya pemutusan rantai penyebarannya

membutuhkan tahapan-tahapan yang harus detail dan melibatkan banyak actor social

di dalamnya. Tindakan pencegahan penyebaran virus tersebut juga mengikuti

perspektif Ritzer yaitu actor harus memilih strategi, memeriksa relevansi strategi

dengan prediksi output, mengelompokkan tindakan-tindakan krusial, membandingkan

hasil setiap tahapan, memprediksi rantai penyebaran virus covid dan setelah itu

barulah ditetapkan kebijakan selanjutnya yang akan melibatkan masyarakat luas.

Anda mungkin juga menyukai