Anda di halaman 1dari 22

BAB 1

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Kemiskinan di Indonesia,tahun 2017 mengalami penurunan, baik dari sisi


jumlah maupun persentase, perkecualian pada September 2013, Maret 2015, Maret
2020, dan pada September 2020 mengalami kenaikan disebabkan oleh adanya
pandemi Covid- 19 yang melanda Indonesia.Jumlah penduduk miskin di Indonesia
Persentase penduduk miskin pada Maret 2021 sebesar 10,14 persen,sebesar 27,54
juta orang,dalam lingkup perkotaan naik sebesar 876,5 ribu orang, sedangkan pada
lingkup perdesaan naik sebesar 249,1 ribu orang. Persentase kemiskinan di
perkotaan naik dari 7,38 persen menjadi 7,88 persen. Sementara itu, di perdesaan
naik dari 12,82 persen menjadi 13,20 persen.Pemerintah telah melakukan berbagai
upaya dalam penanggulangan kemiskinan. Sejak krisis moneter yang terjadi pada
1998, pemerintah mengeluarkan Jaminan Pengamanan Sosial (JPS) untuk
mengurangi dampak krisis terhadap berkurangnya jumlah penduduk miskin.
Pemerintah juga telah meluncurkan berbagai program subsidi untuk kebutuhan
pokok seperti beras untuk rakyat miskin (Raskin), dana bantuan langsung sebagai
kompensasi kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), dan juga bantuan
langsung seperti Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) pada bidang kesehatan,
Bantuan Siswa Miskin (BSM) pada bidang pendidikan, Program Keluarga Harapan
(PKH), dan masih banyak program-program lainnya. Bantuan Langsung Tunai
adalah salah satu bantuan yang dikeluarkan pemerintah pada masa kenaikan BBM,
yang bertujuan untuk membantu masyarakat miskin yang terkena dampak kenaikan
BBM, supaya dapat memenuhi kebutuhan dasarnya setelah pemerintah memutuskan
untuk menaikkan harga BBM dengan jalan mengurangi subsidi namun selisih dari
subsidi itu diberikan kepada masyarakat miskin.
BLT merupakan implementasi dari Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2008
tentang pelaksanaan program bantuan langsung tunai (BLT) untuk Keluarga
Penerima Manfaat (KPM) dalam rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM.

1
Program BLT ini dalam pelaksanaanya harus langsung menyentuh dan
memberikan manfaat langsung kepada masyarakat miskin mendorong Tanggung jawab
sosial dan dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah yang secara
konsisten mesti benar-benar memperhatikan KPM yang pasti merasakan beban berat
sebagai akibat dari kenaikan harga BBM. Program BLT dirancang sebagai pengganti
kenaikan biaya hidup ketika terjadi kenaikan harga BBM oleh karena itu, besaran BLT
dihitung sebagai kenaikan biaya hidup penduduk miskin disebabkan kenaikan harga
(inflasi) yang diakibatkan langsung maupun tidak langsung oleh kenaikan harga
BBM.Melihat dari program pemerintah tersebut, upaya pemberantasan kemiskinan di
negara Indonesia ini cukup menarik simpati masyarakat. Sehingga masyarakat awam
beramai-ramai memuji pemerintah atas program BLT. Tidak mengherankan jika
kemudian masyarakat pada taraf kategori mampu pun ikut menjadikan diri sebagai
sasaran BLT. Tetapi program pemerintah ini dirasa kurang efektif. Karena Bantuan ini
sedikitnya mempunyai dua efek positif, pertama untuk menambah daya beli rakyat
miskin yang pendapatannya makin turun dibawah kebutuhan rata-rata normal. Kedua,
menyuntikkan dana ke wilayah miskin untuk menghidupkan daya beli yang relatif sudah
sangat rendah. Dalam hal pemberian BLT ke masyarakat miskin ini tentunya ada
persyaratan atau kriteria khusus.Tetapi kenyataan fungsi BLT ada yang
menyalahgunakan fungsinya hanya membantu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari
tetapi orang menggunakannya untuk hal yang dirasa kurang penting. Selain fungsi yang
disalahgunakan, Validitas data masyarakat miskin yang diragukan sehingga akan
berdampak pada ketepatan pemberian dana BLT kepada masyarakat yang berhak.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :

1. Apa pengertian dari Paradigma Politik?

2. Apa pengertian dari Sistem Ekonomi Politik?

3. Seberapa efektifkah program Bantuan Langsung Tunai?

2
1.3. Tujuan

Dari rumusan masalah di atas maka tujuan dari makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian dari Paradigma Politik.

2. Untuk mengetahui pengertian dari Sistem Ekonomi Politik.

3. Untuk mengetahui Seberapa efektifkah program Bantuan Langsung Tunai.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Paradigma Politik

Ilmu politik tidak bisa lepas dari ilmu sosial yang telah lahir terlebih dahulu teori-
teorinya. Meskipun kita tahu bahwa politik sudah ada sejak manusia pertama kali ada
dan membentuk sebuah kelompok untuk bertahan hidup dari serangan kelompok lain,
atau dari hewan dan alam. Disini kepemimpinan juga telah muncul, manajemen
organisasi sudah ada, dan perpolitikan mulain berjalan.

Paradigma politik  adalah suatu kerangka berfikir untuk mendapatkan pengertian


tentang politik dan kemudian akan menyeluruh pada bagian-bagian lainnya dalam ilmu
politik. Karena sebuah paradigma akan melahirkan cara, teknik, metode, strategi hingga
teori pada suatu jenis ilmu. 

Semua bidang sosial politik akan melalui proses-proses tertentu sehingga mencapai
titik kulminasi suatu peradapan politik, dan setelah itu akan kembali bobrok hingga
suatu saat puncak kejayaan (kulminasi) akan diraih kembali. 

Prinsip dasar dari ini adalah bahwa politik dipandang sebagai sebuah sistem.
Sedangkan suatu sistem itu terdiri dari subsistem-subsistem yang harus berkolaborasi
menjalankan fungsi masing-masing dan berkordinasi secara struktural yang baik. Jadi
dalam suatu tatanan politik negara, maka kita akan menemui subsistem-subsistem yang
lain yaitu sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, dlsb.

Dalam kepemerintahan sendiri terdiri dari subsistem-subsistem yaitu Eksekutif,


Yudikatif dan Legislatif. Dimana masing-masing subsistem tersebut haruslah berjalan
sesuai dengan fungsinya agar tercipta sistem politik yang baik. Dalam pergulatan dunia
poitik pula itu seringkali rentan terjadinya konflik. Karena politik adalah percaturan
kepentingan.

Dasar dari pemikiran ini adalah kepentingan, sehingga yang paling penting dalam
politik adalah bagaimana memenangkan pertempuran. Setiap elite akan berusaha
mengunggulkan kepentingannya diatas kepentingan orang lain. Disinilah nantinya
konflik kepentingan akan terjadi dan kemudian akan terbentuk kekuasaan dan lanjut
akan membentuk kepemimpinan.

Untuk memenangkan percaturan politik seseorang atau kelompok harus mempunyai


modal ; finansial, sosial, komunikasi, personality dsb. Dengan modal finansial yang
cukup kita mampu mengiklankan diri, membentuk kepribadian seperti apa yang kita
inginkan dihadapan masyarakat.

4
Dan interaksi sosial yang telah dijalani akan membantu dalam meraih kemenangan
karena akan mendapat simpati masyarakat luas. Begitu pula cara berkomunikasi yang
baik, dan keribadian yang perfect akan lebih banyak menarik dukungan.

Jika dibiarkan berlarut-larut, tentunya politik akan semakin keruh dan tidak ada
bedanya dengan hewan. Maka dari itulah perlu dibentuknya rule of the game, aturan
main dalam menjalankan pola perpolitikan suatu negara. Karena tanpa peraturan
ataupun perundang-undangan, sebuah negara kesatuan tidak akan terbentuk.

Pokok dasar dalam pandangan ini adalah bahwa politik merupakan pertukaran
simbol.  Sehinggah regulasi perpolitikan menjadi semakin tersamar, bahkan kadang
sesuatu yang tidak kita sadari merupakan iklan politik.

Dimana-mana orang menciptakan realitas buatan, di pamflet, baleho, selebaran,


koran, radio, televisi, alat komunikasi, dan kini merambah dunia maya orang-orang
ramai memasang bermacam simbol untuk kepentingan politik.

Sehingga di dunia politik tidak ada sesuatu yang monosemi (bermakna satu).
Semuanya bermakna ganda (ambiguitas), bahkan bisa saja dalam satu pesan politik
mengandung ribuan makna tersirat (polisemi).

2.2. Sistem Ekonomi Politik

Ekonomi politik dalam bahasa Yunani terdiri dari kata: Oikonomike dan Polis
yang secara umum berarti keterkaitan erat antara faktor produksi, keuangan dan
perdagangan dengan kebijakan pemerintah di bidang moneter, fiskal dan komersial.
Martin Staniland mengatakan ekonomi politik menjelaskan interaksi sistematis antara
aspek ekonomi dan aspek politik.

Hubungan interaksi itu bisa dinyatakan dalam banyak cara baik dalam hubungan
kausalitas antara satu proses dengan prose yang lain yang bersifat deterministik, atau
hubungan yang bersifat imbal balik (resiprositas atau suatu proses perilaku yang
berlangsung terus menerus. Robert Dahl dan Charles Lindblom dalam bukunya Politics,
Economics dan Walfare tahun 1953 memuat perkaitan antara fenomena ekonomi dan
politik yaitu :

1. Ada perbedaaan sudut pandang antara ekonomi konvensional dengan ekonomi


politik terutama berkaitan dengan interakasi ekonomi politik di zaman modern

2. Ada perbedaan antara ekonomi politik klasik dan ekonomi politik modern yang
berkaitan dengan dinamika hubungan antara pasar dengan kebijakan pemerintah
serta masyarakat yang terkena dampak dari hubungan itu

3. Ada kerancuan antara ekonomi politik dengan studi ekonomi pembangunan

5
4. Ekonomi politik dalam menganalisis berbagai masalah selain memakai
pendekatan kuantitatif juga memakai teori-teori atau alat analisis dari ilmu sosial
lain

5. Ekonomi politik digunakan pula untuk membahas masalah-masalah sosial lain


sepanjang ada kaitannya dengan kegiatan perekonomian, dan

6. Ekonomi politik modern banyak membahas ketidakadilan berkaitan dengan


pemerataan pendapatan, kemiskinan, pertumbuhan dan struktur lainnya, baik
dalam ekonomi nasional maupun ekonomi internasional.

Adam Smith, ekonomi politik adalah cabang ilmu negarawan atau legislator dengan
tujuan 1) menciptakan suatu sumber pendapatan masyarakat dan 2) menyediakan daya
bagi negara agar mampu menjalankan berbagai tugas dan fungsinya. Sementara itu,
Gregory dan Stuart mencoba menjelaskan keterlibatan negara dalam kehidupan ekonomi
suatu negara dengan mengemukakan empat aspek. Mereka membuat suatu kerangka
analisis yang membedakan sistem ekonomi politik atas empat aspek dan masing-masing
aspek mengandung dua sisi. Keempat aspek itu adalah sebagai berikut :

1. organisasi pembuatan keputusan yang mengandung dua sisi yaitu sentralisasi dan
desentralisasi

2. penyediaan informasi dan koordinasi yang mengandung sisi mekanisme pasar


dan melalui perencanaan pemerintah

3. hak kepemilikan yang mengadnung sisi hak milik pribadi dan umum atau
kooperatif yang memuat unsur pemilikan pribadi dan umum

4. sistem insentif apakah bersifat moral atau material

Berdasarkan kategori ini maka didapatkan kategori sistem ekonomi politik yaitu
kapitalisme, sosialisme pasar dan sosialisme terencana. Gastil mengkategorikan sistem
ekonomi poltik sebagai berikut:

1. Sistem kapitalisme dengan cicri kebebasan ekonomi seluas-luasnnya, membatasi


intervensi pemerintah dalam mekanisme pasar

2. Etatisme kapitalis, dengan ciri negara cukup banyak melakukan intervensi


terhadap mekanisme pasar dan secara langsung menangani sejumlah kegiatan
ekonomi, namun dalam batas tertentu pemerintah tetap mengakui fungsi pasar
dan hak milik perorangan.

3. Kapitalisme campuran, dengan ciri dalam sistem ini pemerintah sangat aktif
menangani redistribusi pendapatan, mengintervensi dan mengatur mekanisme

6
pasar secara langsung, namun jumlah sumberdaya ekonomi tidak merampas
porsi mayoritas perekonomian nasional

4. Sosialisme campuran, dengan ciri kebebasan ekonomi dalam batas tertentu


masih ada, hak milik pribadi dan inisiatif individu masih diakui, namun
pemerintah memiliki peran yang dominan dalam perekonomian sehinggi sistem
ini sudah termasuk dalam sistem sosialis.

5. Sistem sosialis, dengan ciri pemerintah praktis menguasai dan mengendalikan


segenap kegiatan ekonomi, individu sangat dibatasi bahkan tertekan.

2.2.1. Paradigma dan Sistem Ekonomi Politik

Secara garis besar terdapat empat bentuk sistem ekonomi politik yang cukup dominan
yaitu Kapitalisme. Sosialisme, Komunisme dan sestem ekonomi campuran. Yang secara
sederhana dapat dipetakan dalam persamaan sebagai berikut :

SEP = ∫ (Sdi),

dimana :

SEP = sistem ekonomi politik, SDi = sifat dasar pokok, SD1 = sifat dasar kepemilikan,
SD2 = sifat dasar dalam inisiatif pembentukan badan usaha, SD3 = insentif ekonomi,
SD4 = mekanisme pembentukan harga, SD5 = kompetisi atau persaingan, SD6 =
struktur organisasi dan SD7 = jenis insentif/dorongan

Pemikiran ekonomi politik dalam rangka pelaksanaan pembangunan disuatu


negara paling tidak mengikuti pendekatan :

1. Liberal : Penekanan bekerjanya mekanisme pasar karena logika ekonomi


rasional dan

2. Marxis: Penekanan pada telaah terhadap kekuatan kekuasaan yang banyak


mempengaruhi hasil proses politik.

Sementara itu, Martin Staniland berpendapat proses pembangunan dapat mengikuti


salah satu dari kelompok berikut :

1. Ortodox liberalism yang sangat mengagungkan individualisme, baik perilaku


dan kepentingannya. Pandangan terhadap individu seperti ini bersifat sangat
fundamental sehingga masyarakat hanya dipandang sebagai agregasi dari sintesa
seluruh kepentingan individu masyarakatnya.

7
2. Sosial Critique of Liberalism, yang menyerang pandangan sanagat liberal,
karena dalam pandangan liberalisme, individu seolah-olah hidup dalam isolasi
dan ruang kosong. Dalam pandangan ini sebesanrnya masyarakat juga sngat
membentuk individu di dalammnya baik dari sifat, kepentingan dan perilakunya.

3. Economism dan Politicism. Economism yang pandangannya lebih mirip pada


liberalisme, yang melihat bahwa proses politik merupakan hasil dari proses non
politik. Jika kelompok liberal memandang proses poliitik sebagai hasil dari
sintesa proses interaksi individu maka economism melihat proses politik
merupakan muara dari kekuatan yang ada (sosial forces). Politicism melihat
bahwa struktur politik lebih menjadi penentu yang membangun kepentingan-
kepentingan tertentu dan dapat memanfaatkannya untuk kepentingan ekonomi
tertentu.

2.3. Gambaran Umum Bantuan Langsung Tunai


2.3.1. Sejarah Singkat Bantuan Langsung Tunai

Bantuan Langsung Tunai pertama kali diciptakan di Brasil pada tahun


1990-an dengan nama Bolsa Escola dan berganti nama menjadi Bolsa Familia.
Program ini sifatnya adalah bantuan langsung tunai bersyarat yang diprakarsai
oleh Luiz Inácio Lula da Silva, presiden Brasil ke-35. Bolsa Família memiliki
dua hasil penting: membantu mengurangi kemiskinan saat ini, dan membuat
keluarga berinvestasi pada anak-anak mereka, sehingga memutus siklus
transmisi antargenerasi dan mengurangi kemiskinan di masa depan. Meskipun
relatif sederhana dalam hal sumber daya bila dibandingkan dengan program
sosial Brasil lainnya, seperti Jaminan Sosial, Program Bolsa Família mungkin
adalah salah satu yang memiliki dampak terbesar pada kehidupan jutaan orang
berpenghasilan rendah di Brasil.Bolsa Familia masih bertahan hingga saat ini
sebagai bantuan langsung tunai bersyarat terbesar di dunia, dan telah berhasil
menolong sekitar 26 persen penduduk miskin di Brasil hingga tahun 2011,
kesuksesan program telah memicu adaptasi di hampir 20 negara - termasuk
Cile, Meksiko, dan negara-negara lain di seluruh dunia, seperti Indonesia,
Afrika Selatan, Turki, dan Maroko.

8
2.3.2. Bantuan Langsung Tunai di Indonesia

Pada tahun 2004 Pemerintah Indonesia menjamin harga minyak dunia


naik, mereka pun memutuskan memotong subsidi minyak. Hal ini dilakukan
dengan alasan BBM bersubsidi lebih banyak yang digunakan oleh orang-orang
dari kalangan industri dan berstatus mampu. Lalu, setelah didata lebih lanjut,
diketahui dari tahun 1998 sampai dengan 2005 penggunaan bahan bakar
bersubsidi telah digunakan sebanyak 75 persen. Pemotongan subsidi terus
terjadi sampai tahun 2008 dengan kenaikan sebesar 50 persen dari harga awal,
karena harga minyak dunia kembali naik saat itu. Akibatnya, harga bahan-
bahan pokok pun ikut naik.
Demi menanggulangi dampak kenaikan harga bagi kelompok masyarakat
miskin, pemerintah program BLT kepada masyarakat untuk pertama kalinya
pada tahun 2005.

9
Program ini dicetuskan oleh Jusuf Kalla tepat setelah dia dan Susilo Bambang
Yudhoyono memenangkan pemilihan umum presiden dan wakil presiden indonesia
pada tahun 2004. Akhirnya, Berdasarkan perintah presiden nomor 12 tahun 2005,
digalakanlah program Bantuan Langsung Tunai tidak bersyarat pada Oktober tahun
2005 sampai Desember 2006 dengan target 19,2 juta keluarga miskin. Lalu, karena
harga minyak dunia kembali naik, pada 2008 pemerintah kembali melaksanakan
Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) seperti pada 2005. Keputusan untuk
mengurangi subsidi BBM yang mengakibatkan harga BBM dalam negeri naik
dilatarbelakangi oleh peningkatan harga BBM di pasar internasional yang terjadi
secara terus menerus, hingga di atas US$ 120 per barel, dan kenyataan bahwa subsidi
BBM yang diberikan oleh pemerintah selama ini cenderung lebih banyak dinikmati
oleh kalangan menengahke atas daripada oleh kelompok miskin. BLT pun kembali
diselenggarakan pada tahun 2008 berdasarkan perintah presiden indonesia nomor 3
tahun 2008.
Dan terakhir, pada tahun 2013, pemerintah kembali menyelenggarakan BLT
dengan nama baru: Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Secara
keseluruhan, BLSM sama seperti BLT, dan jumlah anggaran yang dikeluarkan untuk
program ini adalah 3,8 triliun rupiah untuk 18,5 juta keluarga miskin, dengan uang
tunai 100 ribu rupiah per bulannya. Selain program BLT tak bersyarat, pemerintah
juga program program BLT bersyarat dengan nama Program Keluarga Harapan
(PKH). PKH adalah program bantuan untuk keluarga miskin dengan syarat mereka
harus menyekolahkan anaknya dan melakukan cek kesehatan rutin. Target utama dari
program ini adalah keluarga miskin dengananak berusia antara 0 sampai 15 tahun, atau
ibu yang sedang hamil saat ini. Dana tunai akan diberikan kepada keluarga pendaftar
selama enam tahun. Program inikira-kira 2,4 juta keluarga miskin, dan telah diberikan
ke 20 provinsi, 86 daerah,dan 739 sub daerah dengan jumlah yang telah berhasil
816.000 keluarga miskin.

10
Gambar 2.1
Pengeluaran Program Bantuan Langsung
Tunai (BLT)

Sumber : Kemenkeu, Bappenas dan World Bank

BLT mengkonsumsi sejumlah besar anggaran pemerintah pusat untuk


bantuan sosial berbasis rumah tangga, tapi tidak memiliki biaya administrasi
yang besar dan BLT tidak memerlukan modal fisik atau keterampilan baru.
BLT merupakan pengeluaran utama: pada tahun 2005, pengeluaran pemerintah
untuk BLT - Rp 23 triliun (sekitar US $ 2,3 miliar) - tiga kali lebih besar
daripada pengeluaran untuk Raskin dan Askeskin digabungkan dan
menyumbang kira-kira empat persen dari seluruh pengeluaran pemerintah
pusat dan lebih dari 50 persen dari semua bantuan sosial yang ditargetkan
untuk pengeluaran rumah tangga dan pada tahun 2008 menjadi 17,8 triliun.
Pada tahun 2005, keluarga miskin mendapatkan transfer tunai sebesar Rp
300.000 dikirim melalui kantor pos Dimulai pada bulan Oktober dan tiiga
tambahan pembayaran lainya sebesar Rp 300.000, yang disebarkan pada tahun
berikutnya, Jendela BLT ditutup setelah transfer tunai mencapai total Rp 1,2
juta per rumah tangga. Pada tahun 2008 jumlah transfer dikurangi menjadi tiga,
dan total transfer rumah tangga adalah Rp 900.000 dan ditutup setelah
sembilan bulan.

Kemiskinan menjadi salah satu persoalan utama yang dihadapi oleh


negara berkembang (Todaro 2002). Kemiskinan didefinisikan sebagai
11
ketidakmampuan secara ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan
dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran (BPS 2019). Secara
umum, pada periode September 2006-2019, tingkat kemiskinan di Indonesia
mengalami penurunan, baik dari sisi jumlah maupun persentase. Hal ini terlihat
bahwa program Pemerintah Indonesia berhasil menurunkan angka kemiskinan
setiap tahunnya pada periode tersebut. namun pada periode September 2013
dan Maret 2015 mengalami kenaikan, hal ini dipicu oleh kenaikan harga
barang kebutuhan pokok sebagai akibat dari kenaikan harga bahan bakar
minyak (BPS 2019).

Gambar 1. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia, pada


September 2006- 2019 Sumber: BPS, 2019

Dalam menurunkan jumlah dan persentase penduduk miskin, salah satu program
yang dilakukan oleh pemerintah adalah program Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Program ini pertama kali diluncurkan pada tahun 2005 berupa kucuran bantuan tunai
sebesar 1,2 juta setiap tahunnya untuk mengurangi dampak dari pencabutan subsidi
bahan bakar minyak (BBM) pada rumah tangga miskin (World Bank 2017). Program ini
menargetkan 30% dari rumah tangga termiskin di Indonesia, yang mencakup sekitar 15
sampai 19 juta rumah tangga. Hal tersebut menjadikan program BLT menjadi salah satu
program bantuan sosial terbesar di dunia (Izzati et.al. 2020).

12
Pada Gambar 2 terlihat anggaran untuk program ini sempat mengalami fluktuasi,
tetapi jika dibandingkan dengan persentase angka kemiskinan di Indonesia, angka
tersebut secara umum terus menurun. Dengan adanya pogram Bantuan Langsung Tunai
(BLT) yang telah diprogramkan oleh pemerintah dapat menurunkan jumlah dan
persentase angka kemiskinan di Indonesia. Sehingga, pelaksanaan dan pengaruh dari
program ini menarik untuk dianalisis dalam rangka upaya untuk mengurangi jumlah
kemiskinan di Indonesia.

2.3.3. Sasaran Program BLT

Dasar hukum pelaksanaan program BLT adalah Instruksi Presiden


Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2008 tanggal 14 Mei 2008 tentang
Pelaksanaan Program BLT untuk rumah tangga sasaran. RTS adalah rumah
tangga yang masuk dalam katagori sangat miskin, miskin, dan hampir miskin
sesuai dengan hasil pendataan BPS Syarat masyarakat
/ warga miskin yang berhak menerima program Bantuan Langsung Tunai (BLT)
minimal

13
harus memenuhi 9 (Sembilan) syarat dari 14 (empat belas) syarat sesuai dengan
ketetapan pemerintah, sebagaimana di jelaskan pada Tabel berikut:

Tabel 2.2

Syarat warga miskin yang dapat menerima Bantuan LangsungTunai (BLT)

No Variabel Kriteria
1 Luas lantai bangunan tempat Kurang dari 8 (delapan) m²/orang.

tinggal.
2 Jenis lantai bangunan tempat Tanah/Bambu/Kayu murahan/Semen

tinggal. kualitas jelek.


3 Jenis dinding tempat tinggal. Bambu/Rumbia/Kayu kualitas rendah /

tembok tanpa plester.


4 Fasilitas tempat buang air besar Tidak punya / bersama.
5 Sumber penerangan utama. Bukan listrik
6 Bahan bakar untuk masak. Kayu bakar / Arang / Minyak tanah.
7 Konsumsi daging / susu / ayam Tidak pernah mengkonsumsi / hanya satu

per minggu kali dalam seminggu.


8 Sumber air minum Sumur/Mata air tidak terlindungi/Sungai/

Air hujan.
9 Pembelian pakaian baru untuk Tidak pernah membeli/Hanya membeli
setiap anggota rumah satustel dalam setahun
tanggadalam setahun.
10 Makan malam sehari untuk Hanya satu/dua kali makan dalam sehari.
setiap

anggota rumah tangga.

14
Dalam hal ini kemiskinan ditentukan oleh keadaan tidak tercapainya kebutuhan
dasar sesuai dengan kebutuhan saat ini. Ukuran atau kategori kemiskinan menurut
BPS (2005) antara lain:

2.3.3.1. Penduduk miskin dikatakan sangat miskin apabila kemampuan untuk


memenuhi konsumsi makanan hanya mencapai 1900 kalori per orang per hari
ditambah kebutuhan dasar non makanan, atau setara dengan Rp 120.000,- per
orang/perbulan.
2.3.3.2. Penduduk dikatakan miskin apabila kemampuan memenuhi konsumsi makanan
hanya mencapai antara 1900-2100 kalori/orang ditambah kebutuhan dasar non
makanan, atau setara Rp.150.000,- per orang per bulan.
2.3.3.3. Penduduk dikatakan mendekati miskin apabila kemampuan memenuhi
konsumsi hanya mencapai antara 2100-2300 kalori ditambah kebutuhan dasar
non-makanan atau setara Rp 175.000,- per orang per hari.

Program Bantuan Langsung Tunai telah dilaksanakan Pemerintah Indonesia.


Tujuan dari Program Bantuan Langsung Tunai bagi Rumah Tangga Sasaran dalam
rangka kompensasi pengurangan subsidi BBM adalah: Membantu masyarakat miskin
agar tetap dapat memenuhi kebutuhan dasarnya.

1. Mencegah penurunan taraf kesejahteraan masyarakat miskin akibat kesulitan


ekonomi.
2. Meningkatkan tanggung jawab sosial bersama (Depsos, 2008).

15
2.3.4. Struktur Organisasi Pelaksana BLT

Gambar 2.3

Struktur Organisasi Program


BLT

Sumber: Departermen Sosial RI 2008

Program BLT dilaksanakan melalui koordinasi lintas sektoral yang


bekerjasama berdasarkan fungsi dan tugas pokok masing-masing lembaga.
Sebagaimana disebutkan dalam Inpres No. 3 Tahun 2008 yang menjadi dasar hukum
pelaksanaan Program BLT 2008, penanggung jawab penyaluran dana BLT adalah
16
Depsos yang bekerja sama dengan berbagai instansi pemerintah terkait. Melalui
Kepmensos No. 28/HUK/2008, Menteri Sosial menunjuk PT Pos Indonesia dan BRI
sebagai pelaksana penyaluran dana BLT 2008

17
kepada RTS. Sebagai wadah kegiatan koordinasi, seperti dapat dilihat dalam Gambar,
di setiap tingkat pemerintahan dari pusat hingga kecamatan dibentuk Unit Pelaksana
Program (UPP) dengan kewenangan melakukan pembinaan, supervisi, dan
pengawasan program.
UPP diketuai oleh departemen/instansi/dinas sosial dan beranggotakan
berbagai instansi pemerintah terkait seperti Depkominfo, PMD, BPS, dan Bappeda/
sekretaris daerah. Berbeda dengan peran kelembagaan pada pelaksanaanProgram
BLT 2005, peran kelembagaan Program BLT 2008 dari tingkat pusat ke tingkat
kabupaten/kota, terutama pendelegasian tugas dan wewenang, tampak berjalan
efisien. Dokumen-dokumen yang menjadi dasar hukum pelaksanaan BLT2008, yakni
Inpres No. 3 Tahun 2008 dan Surat Keputusan (SK) Mendagri No. 541/1336/SJ
Tahun 2008 tentang Pelaksanaan dan Pengawasan BLT, sudah diterima sebelum
pencairan dilakukan. Namun demikian, derajat respons terhadappendelegasian
tugas/wewenang dan koordinasi dari pusat berbeda-beda Berbeda dengan
pelaksanaan Program BLT 2005 yang didominasi oleh peran BPS, dalam
pelaksanaan Program BLT 2008 peran dominan dipegang oleh PT Pos. Di wilayah
sampel, pos berperan mulai dari proses sosialisasi, pemberian penjelasan tentang
verifikasi data RTS, pendistribusian kartu kompensasi BBM (KKB) ke tingkat desa/
kelurahan, pencairan dana, dan penerimaan pengaduan dari masyarakat.
Lembaga/instansi lainnya hanya terlibat dalam proses sosialisasi dan koordinasi
antarinstansi, serta cenderung menunggu informasi dari pihak kantor pos.

2.3.5. Mekanisme dan Tahapan Penyaluran BLT


Secara umun tahapan yang dilaksanakan dalam penyaluran dana BLTadalah :
a. Sosialisasi Program BLT, dilaksanakan oleh Departemen Komunikasi dan
Informatika Departemen Sosial, bersama dengan Kementrian/Lembaga di pusat
bersama-sama Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota,aparat
Kecamatan dan Tenaga Kesejahteraan Sosial Masyarakat, Karang Taruna,
Kader Taruna Siaga Bencana (TAGANA), Pekerja Sosial Masyarakat (PSM),
tokoh agama dan tokoh masyarakat.
b. Penyiapan data RTS dilaksanakan oleh BPS Pusat. Daftar nama dan alamat
yang telah tersedia disimpan dalam sistem database BPS, Departemen Sosial
18
dan PT Pos Indonesia.
c. Pengiriman data berdasarkan nama dan alamat RTS dari BPS ke PT Pos Indonesia.
d. Pencetakan KKB berdasarkan data yang diterima oleh PT Pos Indonesia.

19
e. Penandatanganan KKB oleh Menteri Keuangan RI.
f. Pengiriman KKB ke kantor Pos seluruh Indonesia.
g. Pengecekan kelayakan daftar RTS di tingkat desa/kelurahan.
h. Pembagian KKB kepada RTS oleh petugas Pos dibantu aparat
desa/kelurahan,tenaga kesejahteraan masyarakat, serta aparat
keamanansetempat jika diperlukan.
i. Pencairan BLT kepada RTS berdasarkan KKB dikantor Pos
ataudilokasilokasi pembayaran yang telah ditentukan untuk daerah-
daerah yang terpencil/sulit menjangkau Kantor Pos. Terhadap kartu
penerimadilakukan pencocokan dengan daftar penerima (dapem) yang
kemudian dilakukan dikenal sebagai kartu duplikat.
j. Pembayaran terhadap penerima KKB dilakukan untuk Juni s/d Agustus
sebesar Rp.300.000,- dan periode September s/d Desember sebesar
Rp.400.000,-. Penjadwalan pembayaran pada setiap periode menjadi
kewenangan dari PT Pos Indonesia.
k. Jika kondisi penerima KKB tidak memiliki identitas sebagai
persyaratan kelengkapan verifikasi proses pembayaran, maka proses
pembayaran dilakukan dengan verivikasi bukti diri yang sah
(KTP,SIM, Kartu Keluarga, Surat Keterangan dari kelurahan).
l. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyaluran BLT oleh tim terpadu.
m. Laporan bulanan oleh PT Pos Indonesia kepada Departemen Sosial
(Petunjuk Teknis Penyaluran BLT untuk RTS dalam rangka
Kompensasi Pengurangan Subsudi BBM Depsos RI, 2008)

2.3.6. Evaluasi Kebijakan BLT di Indonesia


Dalam pelaksanaannya, program BLT memiliki kelebihan dan kekurangan.
Kelebihan dari adanya program Bantuan Langsung Tunai yaitu lebih bermanfaat karena
masyarakat penerima manfaat BLT dapat mengelola sendiri uang bantuan yang
diperoleh. Berdasarkan hasil penelitian Harwidiansyah (2011), dibandingkan dengan
bantuan sosial dalam bentuk sembako, masyarakat miskin merasa BLT lebih bermanfaat
karena bisa mengelola dana untuk membeli barang sesuai dengan kebutuhannya. Dalam
20
penelitian tersebut mewawancara beberapa narasumber penerima BLT dan diketahui
selain untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, uang BLT yang mereka peroleh dapat
mereka jadikan sebagai tambahan modal usaha. Selain itu, uang hasil BLT juga dapat
menambah daya beli rakyat miskin yang pendapatannya makin turun dibawah
kebutuhan rata-rata normal akibat adanya kenaikan BBM. Disamping membantu
meminimalisir dampak kenaikan BBM terhadap rakyat miskin, adanya program BLT
juga dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah dalam
memperhatikan Rumah Tangga Sasaran. Namun, selain kelebihan, program BLT pun
memiliki kekurangan dalam pelaksanaannya. Permasalahan yang paling utama dalam
pelaksanaan program BLT di Indonesia yaitu masih banyak daerah yang belum update
database. Validitas data masyarakat miskin yang diragukan sehingga akan berdampak
pada ketepatan pemberian dana BLT kepada masyarakat yang berhak. Hal tersebut
menyebabkan program ini tidak mampu meningkatkan derajat dan tingkat kesejahteraan
mayarakat miskin. Selain update database yang masih kurang, permasalahan program
BLT juga terletak pada penyalurannya dimana pemberi bantuan sulit menyalurkan dana
BLT ke daerah terpencil karena akses dan infrastruktur yang belum memadai. Selain itu,
masih lemahnya fungsi pengawasan pemerintahan terhadap kebijakan tersebut membuat
efektifitas dan efisiensi penggunaan dana BLT yang tidak dapat diukur dan diawasi.
Peran aktif masyarakat pun dinilai masih kurang, sehingga optimalisasi kinerja program
yang sulit direalisasikan. Di samping dalam pelaksanaannya, program BLT juga dapat
memberikan dampak negatif pada perilaku dan karakter masyarakat. Menurut Nurmiza
(2015), Adanya bantuan kepada masyarakat akan membuat masyarakat tidak mandiri
serta mendidik masyarakat untuk selalu mengharapkan bantuan dari pemerintah.
Adanya kecemburuan sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat. Masyarakat yang
tingkat perekonomiannya sama, satu pihak menerima BLT sedangkan satu pihak
lainnya tidak menerima BLT. Kecemburuan terjadi ketika pihak yang tidak menerima
program merasakan iri dengan pihak yang menerima BLT.

21
DAFTAR PUSTAKA

Lane, J. E., dan Ersson, S., 1994, Ekonomi Politik Komparatif, alih bahasa Haris
Munandar, RajaGrafindo Persada, Jakarta
Rachbini, D.J., 1996, Ekonomi Poltik: Paradigma, Teori, Dan Perspektif Baru, CIDES-
INDEF, Jakarta
Philipus, Ng., dan Aini, N., 2004, Sosiologi dan Politik, RajaGrafindo Persada, Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai