PENDAHULUAN
1. 1. Latar Belakang
1
Program BLT ini dalam pelaksanaanya harus langsung menyentuh dan
memberikan manfaat langsung kepada masyarakat miskin mendorong Tanggung jawab
sosial dan dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada pemerintah yang secara
konsisten mesti benar-benar memperhatikan KPM yang pasti merasakan beban berat
sebagai akibat dari kenaikan harga BBM. Program BLT dirancang sebagai pengganti
kenaikan biaya hidup ketika terjadi kenaikan harga BBM oleh karena itu, besaran BLT
dihitung sebagai kenaikan biaya hidup penduduk miskin disebabkan kenaikan harga
(inflasi) yang diakibatkan langsung maupun tidak langsung oleh kenaikan harga
BBM.Melihat dari program pemerintah tersebut, upaya pemberantasan kemiskinan di
negara Indonesia ini cukup menarik simpati masyarakat. Sehingga masyarakat awam
beramai-ramai memuji pemerintah atas program BLT. Tidak mengherankan jika
kemudian masyarakat pada taraf kategori mampu pun ikut menjadikan diri sebagai
sasaran BLT. Tetapi program pemerintah ini dirasa kurang efektif. Karena Bantuan ini
sedikitnya mempunyai dua efek positif, pertama untuk menambah daya beli rakyat
miskin yang pendapatannya makin turun dibawah kebutuhan rata-rata normal. Kedua,
menyuntikkan dana ke wilayah miskin untuk menghidupkan daya beli yang relatif sudah
sangat rendah. Dalam hal pemberian BLT ke masyarakat miskin ini tentunya ada
persyaratan atau kriteria khusus.Tetapi kenyataan fungsi BLT ada yang
menyalahgunakan fungsinya hanya membantu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari
tetapi orang menggunakannya untuk hal yang dirasa kurang penting. Selain fungsi yang
disalahgunakan, Validitas data masyarakat miskin yang diragukan sehingga akan
berdampak pada ketepatan pemberian dana BLT kepada masyarakat yang berhak.
Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut :
2
1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah di atas maka tujuan dari makalah ini adalah :
3
BAB II
PEMBAHASAN
Ilmu politik tidak bisa lepas dari ilmu sosial yang telah lahir terlebih dahulu teori-
teorinya. Meskipun kita tahu bahwa politik sudah ada sejak manusia pertama kali ada
dan membentuk sebuah kelompok untuk bertahan hidup dari serangan kelompok lain,
atau dari hewan dan alam. Disini kepemimpinan juga telah muncul, manajemen
organisasi sudah ada, dan perpolitikan mulain berjalan.
Semua bidang sosial politik akan melalui proses-proses tertentu sehingga mencapai
titik kulminasi suatu peradapan politik, dan setelah itu akan kembali bobrok hingga
suatu saat puncak kejayaan (kulminasi) akan diraih kembali.
Prinsip dasar dari ini adalah bahwa politik dipandang sebagai sebuah sistem.
Sedangkan suatu sistem itu terdiri dari subsistem-subsistem yang harus berkolaborasi
menjalankan fungsi masing-masing dan berkordinasi secara struktural yang baik. Jadi
dalam suatu tatanan politik negara, maka kita akan menemui subsistem-subsistem yang
lain yaitu sosial, ekonomi, budaya, pendidikan, dlsb.
Dasar dari pemikiran ini adalah kepentingan, sehingga yang paling penting dalam
politik adalah bagaimana memenangkan pertempuran. Setiap elite akan berusaha
mengunggulkan kepentingannya diatas kepentingan orang lain. Disinilah nantinya
konflik kepentingan akan terjadi dan kemudian akan terbentuk kekuasaan dan lanjut
akan membentuk kepemimpinan.
4
Dan interaksi sosial yang telah dijalani akan membantu dalam meraih kemenangan
karena akan mendapat simpati masyarakat luas. Begitu pula cara berkomunikasi yang
baik, dan keribadian yang perfect akan lebih banyak menarik dukungan.
Jika dibiarkan berlarut-larut, tentunya politik akan semakin keruh dan tidak ada
bedanya dengan hewan. Maka dari itulah perlu dibentuknya rule of the game, aturan
main dalam menjalankan pola perpolitikan suatu negara. Karena tanpa peraturan
ataupun perundang-undangan, sebuah negara kesatuan tidak akan terbentuk.
Pokok dasar dalam pandangan ini adalah bahwa politik merupakan pertukaran
simbol. Sehinggah regulasi perpolitikan menjadi semakin tersamar, bahkan kadang
sesuatu yang tidak kita sadari merupakan iklan politik.
Sehingga di dunia politik tidak ada sesuatu yang monosemi (bermakna satu).
Semuanya bermakna ganda (ambiguitas), bahkan bisa saja dalam satu pesan politik
mengandung ribuan makna tersirat (polisemi).
Ekonomi politik dalam bahasa Yunani terdiri dari kata: Oikonomike dan Polis
yang secara umum berarti keterkaitan erat antara faktor produksi, keuangan dan
perdagangan dengan kebijakan pemerintah di bidang moneter, fiskal dan komersial.
Martin Staniland mengatakan ekonomi politik menjelaskan interaksi sistematis antara
aspek ekonomi dan aspek politik.
Hubungan interaksi itu bisa dinyatakan dalam banyak cara baik dalam hubungan
kausalitas antara satu proses dengan prose yang lain yang bersifat deterministik, atau
hubungan yang bersifat imbal balik (resiprositas atau suatu proses perilaku yang
berlangsung terus menerus. Robert Dahl dan Charles Lindblom dalam bukunya Politics,
Economics dan Walfare tahun 1953 memuat perkaitan antara fenomena ekonomi dan
politik yaitu :
2. Ada perbedaan antara ekonomi politik klasik dan ekonomi politik modern yang
berkaitan dengan dinamika hubungan antara pasar dengan kebijakan pemerintah
serta masyarakat yang terkena dampak dari hubungan itu
5
4. Ekonomi politik dalam menganalisis berbagai masalah selain memakai
pendekatan kuantitatif juga memakai teori-teori atau alat analisis dari ilmu sosial
lain
Adam Smith, ekonomi politik adalah cabang ilmu negarawan atau legislator dengan
tujuan 1) menciptakan suatu sumber pendapatan masyarakat dan 2) menyediakan daya
bagi negara agar mampu menjalankan berbagai tugas dan fungsinya. Sementara itu,
Gregory dan Stuart mencoba menjelaskan keterlibatan negara dalam kehidupan ekonomi
suatu negara dengan mengemukakan empat aspek. Mereka membuat suatu kerangka
analisis yang membedakan sistem ekonomi politik atas empat aspek dan masing-masing
aspek mengandung dua sisi. Keempat aspek itu adalah sebagai berikut :
1. organisasi pembuatan keputusan yang mengandung dua sisi yaitu sentralisasi dan
desentralisasi
3. hak kepemilikan yang mengadnung sisi hak milik pribadi dan umum atau
kooperatif yang memuat unsur pemilikan pribadi dan umum
Berdasarkan kategori ini maka didapatkan kategori sistem ekonomi politik yaitu
kapitalisme, sosialisme pasar dan sosialisme terencana. Gastil mengkategorikan sistem
ekonomi poltik sebagai berikut:
3. Kapitalisme campuran, dengan ciri dalam sistem ini pemerintah sangat aktif
menangani redistribusi pendapatan, mengintervensi dan mengatur mekanisme
6
pasar secara langsung, namun jumlah sumberdaya ekonomi tidak merampas
porsi mayoritas perekonomian nasional
Secara garis besar terdapat empat bentuk sistem ekonomi politik yang cukup dominan
yaitu Kapitalisme. Sosialisme, Komunisme dan sestem ekonomi campuran. Yang secara
sederhana dapat dipetakan dalam persamaan sebagai berikut :
SEP = ∫ (Sdi),
dimana :
SEP = sistem ekonomi politik, SDi = sifat dasar pokok, SD1 = sifat dasar kepemilikan,
SD2 = sifat dasar dalam inisiatif pembentukan badan usaha, SD3 = insentif ekonomi,
SD4 = mekanisme pembentukan harga, SD5 = kompetisi atau persaingan, SD6 =
struktur organisasi dan SD7 = jenis insentif/dorongan
7
2. Sosial Critique of Liberalism, yang menyerang pandangan sanagat liberal,
karena dalam pandangan liberalisme, individu seolah-olah hidup dalam isolasi
dan ruang kosong. Dalam pandangan ini sebesanrnya masyarakat juga sngat
membentuk individu di dalammnya baik dari sifat, kepentingan dan perilakunya.
8
2.3.2. Bantuan Langsung Tunai di Indonesia
9
Program ini dicetuskan oleh Jusuf Kalla tepat setelah dia dan Susilo Bambang
Yudhoyono memenangkan pemilihan umum presiden dan wakil presiden indonesia
pada tahun 2004. Akhirnya, Berdasarkan perintah presiden nomor 12 tahun 2005,
digalakanlah program Bantuan Langsung Tunai tidak bersyarat pada Oktober tahun
2005 sampai Desember 2006 dengan target 19,2 juta keluarga miskin. Lalu, karena
harga minyak dunia kembali naik, pada 2008 pemerintah kembali melaksanakan
Program Bantuan Langsung Tunai (BLT) seperti pada 2005. Keputusan untuk
mengurangi subsidi BBM yang mengakibatkan harga BBM dalam negeri naik
dilatarbelakangi oleh peningkatan harga BBM di pasar internasional yang terjadi
secara terus menerus, hingga di atas US$ 120 per barel, dan kenyataan bahwa subsidi
BBM yang diberikan oleh pemerintah selama ini cenderung lebih banyak dinikmati
oleh kalangan menengahke atas daripada oleh kelompok miskin. BLT pun kembali
diselenggarakan pada tahun 2008 berdasarkan perintah presiden indonesia nomor 3
tahun 2008.
Dan terakhir, pada tahun 2013, pemerintah kembali menyelenggarakan BLT
dengan nama baru: Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM). Secara
keseluruhan, BLSM sama seperti BLT, dan jumlah anggaran yang dikeluarkan untuk
program ini adalah 3,8 triliun rupiah untuk 18,5 juta keluarga miskin, dengan uang
tunai 100 ribu rupiah per bulannya. Selain program BLT tak bersyarat, pemerintah
juga program program BLT bersyarat dengan nama Program Keluarga Harapan
(PKH). PKH adalah program bantuan untuk keluarga miskin dengan syarat mereka
harus menyekolahkan anaknya dan melakukan cek kesehatan rutin. Target utama dari
program ini adalah keluarga miskin dengananak berusia antara 0 sampai 15 tahun, atau
ibu yang sedang hamil saat ini. Dana tunai akan diberikan kepada keluarga pendaftar
selama enam tahun. Program inikira-kira 2,4 juta keluarga miskin, dan telah diberikan
ke 20 provinsi, 86 daerah,dan 739 sub daerah dengan jumlah yang telah berhasil
816.000 keluarga miskin.
10
Gambar 2.1
Pengeluaran Program Bantuan Langsung
Tunai (BLT)
Dalam menurunkan jumlah dan persentase penduduk miskin, salah satu program
yang dilakukan oleh pemerintah adalah program Bantuan Langsung Tunai (BLT).
Program ini pertama kali diluncurkan pada tahun 2005 berupa kucuran bantuan tunai
sebesar 1,2 juta setiap tahunnya untuk mengurangi dampak dari pencabutan subsidi
bahan bakar minyak (BBM) pada rumah tangga miskin (World Bank 2017). Program ini
menargetkan 30% dari rumah tangga termiskin di Indonesia, yang mencakup sekitar 15
sampai 19 juta rumah tangga. Hal tersebut menjadikan program BLT menjadi salah satu
program bantuan sosial terbesar di dunia (Izzati et.al. 2020).
12
Pada Gambar 2 terlihat anggaran untuk program ini sempat mengalami fluktuasi,
tetapi jika dibandingkan dengan persentase angka kemiskinan di Indonesia, angka
tersebut secara umum terus menurun. Dengan adanya pogram Bantuan Langsung Tunai
(BLT) yang telah diprogramkan oleh pemerintah dapat menurunkan jumlah dan
persentase angka kemiskinan di Indonesia. Sehingga, pelaksanaan dan pengaruh dari
program ini menarik untuk dianalisis dalam rangka upaya untuk mengurangi jumlah
kemiskinan di Indonesia.
13
harus memenuhi 9 (Sembilan) syarat dari 14 (empat belas) syarat sesuai dengan
ketetapan pemerintah, sebagaimana di jelaskan pada Tabel berikut:
Tabel 2.2
No Variabel Kriteria
1 Luas lantai bangunan tempat Kurang dari 8 (delapan) m²/orang.
tinggal.
2 Jenis lantai bangunan tempat Tanah/Bambu/Kayu murahan/Semen
Air hujan.
9 Pembelian pakaian baru untuk Tidak pernah membeli/Hanya membeli
setiap anggota rumah satustel dalam setahun
tanggadalam setahun.
10 Makan malam sehari untuk Hanya satu/dua kali makan dalam sehari.
setiap
14
Dalam hal ini kemiskinan ditentukan oleh keadaan tidak tercapainya kebutuhan
dasar sesuai dengan kebutuhan saat ini. Ukuran atau kategori kemiskinan menurut
BPS (2005) antara lain:
15
2.3.4. Struktur Organisasi Pelaksana BLT
Gambar 2.3
17
kepada RTS. Sebagai wadah kegiatan koordinasi, seperti dapat dilihat dalam Gambar,
di setiap tingkat pemerintahan dari pusat hingga kecamatan dibentuk Unit Pelaksana
Program (UPP) dengan kewenangan melakukan pembinaan, supervisi, dan
pengawasan program.
UPP diketuai oleh departemen/instansi/dinas sosial dan beranggotakan
berbagai instansi pemerintah terkait seperti Depkominfo, PMD, BPS, dan Bappeda/
sekretaris daerah. Berbeda dengan peran kelembagaan pada pelaksanaanProgram
BLT 2005, peran kelembagaan Program BLT 2008 dari tingkat pusat ke tingkat
kabupaten/kota, terutama pendelegasian tugas dan wewenang, tampak berjalan
efisien. Dokumen-dokumen yang menjadi dasar hukum pelaksanaan BLT2008, yakni
Inpres No. 3 Tahun 2008 dan Surat Keputusan (SK) Mendagri No. 541/1336/SJ
Tahun 2008 tentang Pelaksanaan dan Pengawasan BLT, sudah diterima sebelum
pencairan dilakukan. Namun demikian, derajat respons terhadappendelegasian
tugas/wewenang dan koordinasi dari pusat berbeda-beda Berbeda dengan
pelaksanaan Program BLT 2005 yang didominasi oleh peran BPS, dalam
pelaksanaan Program BLT 2008 peran dominan dipegang oleh PT Pos. Di wilayah
sampel, pos berperan mulai dari proses sosialisasi, pemberian penjelasan tentang
verifikasi data RTS, pendistribusian kartu kompensasi BBM (KKB) ke tingkat desa/
kelurahan, pencairan dana, dan penerimaan pengaduan dari masyarakat.
Lembaga/instansi lainnya hanya terlibat dalam proses sosialisasi dan koordinasi
antarinstansi, serta cenderung menunggu informasi dari pihak kantor pos.
19
e. Penandatanganan KKB oleh Menteri Keuangan RI.
f. Pengiriman KKB ke kantor Pos seluruh Indonesia.
g. Pengecekan kelayakan daftar RTS di tingkat desa/kelurahan.
h. Pembagian KKB kepada RTS oleh petugas Pos dibantu aparat
desa/kelurahan,tenaga kesejahteraan masyarakat, serta aparat
keamanansetempat jika diperlukan.
i. Pencairan BLT kepada RTS berdasarkan KKB dikantor Pos
ataudilokasilokasi pembayaran yang telah ditentukan untuk daerah-
daerah yang terpencil/sulit menjangkau Kantor Pos. Terhadap kartu
penerimadilakukan pencocokan dengan daftar penerima (dapem) yang
kemudian dilakukan dikenal sebagai kartu duplikat.
j. Pembayaran terhadap penerima KKB dilakukan untuk Juni s/d Agustus
sebesar Rp.300.000,- dan periode September s/d Desember sebesar
Rp.400.000,-. Penjadwalan pembayaran pada setiap periode menjadi
kewenangan dari PT Pos Indonesia.
k. Jika kondisi penerima KKB tidak memiliki identitas sebagai
persyaratan kelengkapan verifikasi proses pembayaran, maka proses
pembayaran dilakukan dengan verivikasi bukti diri yang sah
(KTP,SIM, Kartu Keluarga, Surat Keterangan dari kelurahan).
l. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan penyaluran BLT oleh tim terpadu.
m. Laporan bulanan oleh PT Pos Indonesia kepada Departemen Sosial
(Petunjuk Teknis Penyaluran BLT untuk RTS dalam rangka
Kompensasi Pengurangan Subsudi BBM Depsos RI, 2008)
21
DAFTAR PUSTAKA
Lane, J. E., dan Ersson, S., 1994, Ekonomi Politik Komparatif, alih bahasa Haris
Munandar, RajaGrafindo Persada, Jakarta
Rachbini, D.J., 1996, Ekonomi Poltik: Paradigma, Teori, Dan Perspektif Baru, CIDES-
INDEF, Jakarta
Philipus, Ng., dan Aini, N., 2004, Sosiologi dan Politik, RajaGrafindo Persada, Jakarta
22