Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi isu penting bagi

perusahaan dan merupakan suatu informasi yang sangat penting untuk

dipertimbangkan investor dalam pengambilan keputusan investasi. Isu ini

berkembang ketika banyaknya masalah yang disebabkan oleh industri atau

perusahaan, salah satunya terkait dengan potensi dalam menimbulkan masalah

kerusakan lingkungan. Hal tersebut dipicu oleh ulah perilaku bisnis yang tidak

etis dan tidak ramah lingkungan yang pada dasarnya memiliki tujuan utama

untuk dapat memperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya tanpa

memperhatikan dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas

ekonomi perusahaan. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan salah

satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi

pasal 74 ayat 1 UU No 40 Tahun 2007 menyatakan bahwa Perseroan yang

menjalakan usahanya di bidang sumber daya alam dan bidang yang berkaitan

dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggungjawab sosial dan

lingkungan. Selain UU No 40 Tahun 2007, pemerintah juga telah menerbitkan

UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup (UU PPLH), dimana dijelaskan bahwa pembangunan berkelanjutan

merupakan pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan generasi saat ini

tanda mengurangi kemampuan generasi yang akan datang.


Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan tindakan korporasi

atau perusahaan besar dalam memberikan tanggung jawabnya berupa materi

seperti uang, peralatan, atau hadiah lainnya kepada komunitas, organisasi atau

individu di wilayah dimana perusahaan tersebut beroperasi (Fasya, 2018).

Corporate Social Responsibility (CSR) sebagai sebuah gagasan bahwa

perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada

single bottom line, tetapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada

triple bottom lines (Sabatini & Sudana, 2019). Konsep Tiple Bottom Line ini

terdiri dari people, planet, dan profit. People menekankan pentingnya praktik

bisnis suatu perusahaan yang mendukung kepentingan tenaga kerja, planet

menggunakan dengan baik penggunaan energi atas sumber daya alam yang

tidak dapat diperbaharui, dan profit menciptakan fair trade dan ethical trade

dalam berbisnis. Perusahaan yang melakukan kegiatan Corporate Social

Responsibility (CSR) dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan

memperoleh manfaat berupa citra positif dari masyarakat maupun investor

(Wardani & Santi, 2018). Kegiatan operasional perusahaan tentunya

membawa dampak bagi kondisi lingkungan, sosial dan ekonomi masyarakat,

khususnya di sekitar perusahaan beroperasi.

Industri pertambangan termasuk industri high-profile karena industri

pertambangan mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap lingkungan dan

masyarakat di sekitarnya (Dong & Xu, 2016). Perusahaan pertambangan

memang sangat erat kaitannya dengan pemanfaatan sumber daya alam,

sehingga mereka terpapar konflik dengan masyarakat terkait dengan dampak


sosial dan lingkungan dari operasi pertambangan. Oleh karena itu, CSR

merupakan langkah yang strategis untuk menjembatani kepentingan

perusahaan dan masyarakat sekitarnya. Banyak kasus ketidakpuasan publik

yang bermunculan, baik yang berkaitan dengan pencemaran lingkungan, serta

eksploitasi besar- besaran terhadap energi dan sumber daya alam yang

menyebabkan kerusakan alam

Perusahaan di Indonesia yang sudah pernah mendapatkan kritikan atau

kasus salah satunya adalah PT. Freeport Indonesia. PT Freeport Indonesia,

perusahaan tambang yang beroperasi di Mimika Papua ini, telah mendapatkan

protes keras dari masyarakat akibat pengelolaan bisnis yang dilakukan dinilai

merugikan masyarakat dan lingkungan. Setelah adanya protes dari

masyarakat, perusahaan pun mulai melakukan berbagai upaya untuk

memenuhi tanggung jawab sosialnya, melalui kegiatan penyisihan

penghasilannya untuk membiayai pengembangan masyarakat di Mimika

Papua (Andreas dkk, 2015).

Selain PT. Freeport, juga terdapat beberapa perusahaan pertambangan

yang mendapat kritikan dari masyarakat diwilayah perusahaan tersebut

dibangun dikarenakan telah melanggar UU PT No. 40 tahun 2007. Perusahaan

pertambangan seharusnya menerapkan Corporate Social Responsibility

(CSR), karena perusahaan pertambangan berhubungan langsung dengan

sumber daya alam yang memiliki dampak besar bagi lingkungan serta

masyarakat setempat. Contoh lain, yaitu terjadinya lumpur panas PT. Lapindo

Brantas di Sidoarjo yang masalahnya masih belum selesai sampai sekarang


dan sangat merugikan masyarakat sekitar perusahaan yang menjadi korban.

Keberadaan perusahaan seharusnya memiliki manfaat bagi lingkungan

disekitarnya dengan melakukan kegiatan Corporate Social Responsibility

(CSR). Corporate Social Responsibility (CSR) dilakukan perusahaan

bertujuan untuk mengmbalikan dan menyeimbangkan apa yang sudah

dilakukan perusahaan yang berdampak negatif terhadap lingkungan dan

masyarkat (Setiawan dkk, 2018).

Kasus yang terjadi pada PT. Meares Soputan Mining juga dianggap

telah melanggar ketentuan Corporate Social Responsibility (CSR). PT. Meares

Soputan Mining telah menyebabkan lingkungan tercemar, selain itu PT.

Meares Soputan Mining juga telah merampas hak warga sekita perusahaan

sehingga perusahaan dianggap telah merugikan warga (Dulkiah dkk,2019).

Salah satu penyebab kondisi seperti ini adalah kurangnya kemaksimalan

dalam penerapan tanggung jawab sosial perusahaan Corporate Social

Responsibility (CSR).

PT. Adaro Indonesia sebagai perusahaan yang bergerak di bidang

pengelolaan sumber daya alam batubara telah banyak mendapatkan

penghargaan dalam bidang Corporate Social Responsibility (CSR) atas

keberhasilannya dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat sekitar melalui

program Corporate Social Responsibility (CSR), yaitu peringkat gold, bidang

sosial dan lingkungan untuk program pertanian terpadu, terbaik pertama

bidang sosial untuk program peningkatan kualitas pendidikan formal, terbaik

kedua bidang lingkungan untuk program produk air bersih dengan


memanfaatkan air limbah tambang, dan terbaik ketiga bidang ekonomi dan

lingkungan untuk program pertanian terpadu. Pemberdayaan masyarakat yang

dilakukan oleh PT. Adaro Indonesia yaitu, meliputi program pengembangan

ekonomi, pendidikan, kesehatan dan sosial-budaya. Di bidang ekonomi,

perusahaan membantu petani karet dengan program kebun karet unggul, di

bidang pendidikan ada program beasiswa dan perpustakaan keliling, di bidang

kesehatan ada program operasi mata katarak untuk masyarakat ekonomi

lemah, sementara dalam bidang sosial-budaya, perusahaan membangun balai

adat untuk komunitas adat di Kecamatan Upau. Adapun dampak program

Corporate Social Responsibility (CSR) seperti peningkatan pendapatan petani

karet dalam bidang ekonomi, turunnya angka penderita buta katarak di bidang

kesehatan, mengembalikan eksistensi komunitas adat dalam kegiatan social

budaya (Made & Rahayu, 2018).

Ketika perusahaan memberikan dampak yang buruk terhadap

lingkungan sekitar seperti kasus-kasus perusahaan diatas, maka masyarakat

sekita akan merespon juga dengan buruk. Namun sebaliknya apabila

perusahaan memberi dampak yang positif terhadap lingkungan serta

masyarakat sekitarnya maka akan timbul penilaian positif dari masyarakat.

Hal ini akan mampu menaikkan citra perusahaan yang direfleksikan melalui

kinerja perusahaan yang akan meningkat. Profitabilitas yang merupakan

prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu

dan tertuang dalam laporan keuangan perusahaan sehingga prestasi yang telah

dijalankan oleh manajemen dapat dievaluasi dan dapat ditingkatkan untuk


tahun berikutnya (Fasya, 2018). Rasio profabilitas juga memberikan ukuran

tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba

yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya bahwa

penggunaan rasio ini menunjukkan efektivitas perusahaan, semakin tinggi laba

yang dihasilkan maka perusahaan tersebut semakin efektif. Tingkat

profitabilitas digunakan sebagai dasar untuk mengukur kinerja keuangan

perusahaan. Hal ini dilakukan mengingat daya tarik bisnis merupakan salah

satu indikator penting dalam persaingan usaha. Indikator daya tarik bisnis

dapat diukur dari profitabilitas usaha yaitu Return on Asset (ROA), Return on

Equity (ROE), dan Return on Sales (ROS) (Purnaningsih, 2018).

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh

laba dalam kaitannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.

Laba dijadikan sebagai indikator bagi stakeholder untuk menilai sejauh mana

kinerja manajemen dalam mengelola suatu perusahaan (Kimsen dkk,2018).

Tingkat kemampuan suatu perusahaan dalam memeroleh keuntungan dapat

diukur dengan cara menganalisis lapoan keuangan melalui rasio profitabilitas.

Return on Asset (ROA) merupakan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam

perusahaan. Return on Asset (ROA) juga merupakan suatu ukuran tentang

evektifitas manajemen dalam mengellola investasinya. Return on Equity

(ROE) merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan

modal sendiri. Return on Equity (ROE) menunjukkan efisiensi penggunaan

modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik
perusahaan semakin kuat, begitu juga sebaliknya. Return on Sales (ROS) yang

bisa juga disebut dengan Net Profit Margin (NPM) merupakan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan magin laba atas penjualan. Untuk mengukur

rasio ini adalah dengan cara membandingkan antara laba bersih setelah pajak

dengan penjualan bersih.

Tabel 1
Data Profitabilitas Perusahaan Pertambang
(dalam ribuan rupiah)

No Kode Tahun
. Per. 2017 2018 2019
1. ADRO 4.708.169 6.074.152 3.272.396
2 ARII (222.453) (392.277) (77.362)
3. BSSR 439.209 954.588 425.684
4. BUMI 3.245.807 2.335.202 118.345
5. BYAN 4.524.019 7.2278.457 3.272.296
6. DOID 625.661 1.050.076 286.146
7. DSSA 1.716.324 1.667.852 1.001.149
8. INDY 4.304.736 1.358.520 69.748
9. KKGI 193.251 6.636 75.644
10. MYOH 164.702 413.878 364.589
11. PSAB 172.622 256.798 58.430
12. PTBA 2.664.408 5.121.112 4.040.494
13. PTRO 111.234 321.590 437.658
14. SMMT 40.078 84.584 6.234
15. TOBA 553.683 945.211 611.205
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2020

Berdasarkan tabel 1 diatas, dapat dilihat data perolehan laba pada

perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

periode 2017-2019 mengalami fluktuasi, salah satu faktornya bisa dilihat dari

pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) yang dilakukan oleh

perusahaan. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) sangat

penting karena akan berdampak pada keberlanjutan perusahaan tersebut dalam

memperoleh laba dan hal tersebut juga mempengaruhi minat investor untuk
berinvestasi pada perusahaan. Salah satu cara mengungkapkan Corporate

Social Responsibility adalah dengan menggunakan ISO 26000. Berdasarkan

PSAK Nomor 33, industri pertambangan umum memiliki ketidakpastian yang

tinggi, memerlukan biaya investasi besar, menimbulkan kerusakan lingkungan

sehingga terikat lebih banyak regulasi daripada sektor lain. Tingginya risiko

pada sektor pertambangan membuat return yang diharapkan oleh investor juga

semakin tinggi (Peranian & Mimba, 2018) Praktik Corporate Social

Responsibility (CSR) umumnya akan berengaruh pada profitabilitas, walaupun

praktik Corporate Social Ressponsibility (CSR) ini menambah biaya bagi

perusahaan namun akan timbul suatu brand image perusahaan di mata

masyarakat yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap

profitabilitas perusahaan. Praktik Corporate Social Responsibility (CSR) juga

dapat menurunkan biaya operasi suatu perusahaan, setalah menerapkan praktik

Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan akan mengganti biaya

pemasaran untuk biaya Corporate Social Responsibility (CSR). Perusahaan

pada awalnya mengeluarkan biaya Corporate Social Ressponsibility (CSR)

untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar, maka

dari itu Corporate Social Responsibility (CSR) akan berpengaruh terhadap

kegiatan promosi tersebut dan meningkatkan penjualan perusahaan.

Penelitian yang dilakukan Purnaningsih (2018) menyatakan bahwa

Corporate Social Responsibility (CSR) memiliki pengaruh positif terhadap

ROA (Return on Asset). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rosdwianti dkk, 2016 menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility


(CSR) berpengaruh signifikan terhadap ROA (Return on Asset). Penelitian

Kartini dkk, 2019 menunjukan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR)

terhadap Return On Equity (ROE) memiliki pengaruh yang positif dan

signifikan. Berbanding terbalik dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rosiliana dkk, (2015) yang menunjukan bahwa Corporate Social

Responsibility berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Return On

Equity (ROE). Rosiliana dkk, (2015) menyatakan bahawa Corporate Social

Responsibility (CSR) berpegaruh positif dan signifikan terhadap Return on

Sales (ROS). Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Purnaningsih,

2018 menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) tidak

berpengaruh terhadap ROS (Return on Sales).

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti mengangkat judul,

“Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap

Return On Asset, Return On Equity dan Return On Sales pada Perusahaan

Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2017-

2019”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut.

1. Apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada

perusahaan pertambangan berpengaruh terhadap Return on Equity (ROE)?


2. Apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada

perusahaan pertambangan berpengaruh terhadap Return on Asset (ROA)?

3. Apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada

perusahaan pertambangan berpengaruh terhadap Return on Sales (ROS)?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Untuk menganalisis pengaruh pengungkapan corporate social

responsibility pada return on asset perusahaan pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019.

b. Untuk menganalisis pengaruh pengungkapan corporate social

responsibility pada return on equity perusahaan pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019.

c. Untuk menganalisis pengaruh pengungkapan corporate social

responsibility pada return on sales perusahaan pertambangan yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2017-2019.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat atau kegunaan

antara lain:

a. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian mengkonfirmasi teori legitimasi yang menjelaskan

bahwa perusahaan harus secara berkelanjutan meyakinkan masyarakat


bahwa aktivitas yang dilakukan sesuai dengan norma dan nilai yang

berlaku di lingkungan sosial tempat perusahaan beroperasi.

Pengungkapan CSR yang dilakukan oleh perusahaan merupakan

upaya untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap

aktivitas perusahaan. Pengungkapan CSR juga memberikan sinyal

bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik. Sinyal positif tersebut

akan meningkatkan investasi yang dilakukan oleh investor, sebagai

timbal baliknya perusahaan berupaya untuk memberikan keuntungan

yang maksimal kepada investor guna menjaga hubungan baik seperti

yang dijelaskan dalam teori pemangku kepentingan (Stakeholder

theory).

b. Manfaat Praktis

Bagi perusahaan, dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang

pentingnya pertanggungjawaban sosial untuk diungkapkan di dalam

laporan perusahaan dan sebagai pertimbangan dalam pembuatan

kebijakan perusahaan untuk lebih meningkatkan kepeduliannya pada

lingkungan sosial. Bagi investor, akan memberikan informasi yang

dapat memberikan pertimbangan mengenai aspek-aspek yang perlu

diperhitungkan dalam investasi selain dari aspek fundamental. Bagi

masyarakat, akan memberikan kesadaran bahwa masyarakat dapat

berperan sebagai pengontrol atas perilaku-perilaku perusahaan dan

juga semakin meningkatkan kesadaran mereka akan hak-hak yang

harus diperoleh.
D. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman tentang susunan proposal ini, maka berikut

sistematika dan uraian singkat mengenai isi dari masing – masing bab sebagai

berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan dibahas mengenai latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian serta

sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini akan menguraikan tentang landasan teori yang

mendasari objek penelitian sebagai acuan dalam menyelesaikan

permasalahan, publikasi penelitian sebelumnya, kerangka

pemikiran, kerangka konsep serta hipotesis.

BAB III : METODE PENELITIAN

Dalam bab ini menguraikan tentang tempat dan obyek penelitian,

identifikasi variabel, jenis dan sumber data, metode penentuan

sampel, metode pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV : GAMBARAN UMUM TEMPAT/ LOKASI/ DAERAH

PENELITIAN.

Bab ini menguraikan tentang letak geografis lokasi penelitian,

sejarah singkat, struktur organisasi, serta aktivitas perusahaan.

BAB V : DATA DAN PEMBAHASAN


Bab ini menguraikan tentang deskripsi data, analisis data dan

pembahasan hasil penelitian.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini terdiri dari simpulan dan saran – saran dari hasil penelitian

yang dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai