PENDAHULUAN
kerusakan lingkungan. Hal tersebut dipicu oleh ulah perilaku bisnis yang tidak
etis dan tidak ramah lingkungan yang pada dasarnya memiliki tujuan utama
satu kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi
menjalakan usahanya di bidang sumber daya alam dan bidang yang berkaitan
seperti uang, peralatan, atau hadiah lainnya kepada komunitas, organisasi atau
perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada
single bottom line, tetapi tanggung jawab perusahaan harus berpijak pada
triple bottom lines (Sabatini & Sudana, 2019). Konsep Tiple Bottom Line ini
terdiri dari people, planet, dan profit. People menekankan pentingnya praktik
menggunakan dengan baik penggunaan energi atas sumber daya alam yang
tidak dapat diperbaharui, dan profit menciptakan fair trade dan ethical trade
eksploitasi besar- besaran terhadap energi dan sumber daya alam yang
protes keras dari masyarakat akibat pengelolaan bisnis yang dilakukan dinilai
sumber daya alam yang memiliki dampak besar bagi lingkungan serta
masyarakat setempat. Contoh lain, yaitu terjadinya lumpur panas PT. Lapindo
Kasus yang terjadi pada PT. Meares Soputan Mining juga dianggap
Meares Soputan Mining juga telah merampas hak warga sekita perusahaan
Responsibility (CSR).
karet dalam bidang ekonomi, turunnya angka penderita buta katarak di bidang
Hal ini akan mampu menaikkan citra perusahaan yang direfleksikan melalui
prestasi kerja yang telah dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu
dan tertuang dalam laporan keuangan perusahaan sehingga prestasi yang telah
tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba
perusahaan. Hal ini dilakukan mengingat daya tarik bisnis merupakan salah
satu indikator penting dalam persaingan usaha. Indikator daya tarik bisnis
dapat diukur dari profitabilitas usaha yaitu Return on Asset (ROA), Return on
laba dalam kaitannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri.
Laba dijadikan sebagai indikator bagi stakeholder untuk menilai sejauh mana
modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemilik
perusahaan semakin kuat, begitu juga sebaliknya. Return on Sales (ROS) yang
bisa juga disebut dengan Net Profit Margin (NPM) merupakan kemampuan
rasio ini adalah dengan cara membandingkan antara laba bersih setelah pajak
Tabel 1
Data Profitabilitas Perusahaan Pertambang
(dalam ribuan rupiah)
No Kode Tahun
. Per. 2017 2018 2019
1. ADRO 4.708.169 6.074.152 3.272.396
2 ARII (222.453) (392.277) (77.362)
3. BSSR 439.209 954.588 425.684
4. BUMI 3.245.807 2.335.202 118.345
5. BYAN 4.524.019 7.2278.457 3.272.296
6. DOID 625.661 1.050.076 286.146
7. DSSA 1.716.324 1.667.852 1.001.149
8. INDY 4.304.736 1.358.520 69.748
9. KKGI 193.251 6.636 75.644
10. MYOH 164.702 413.878 364.589
11. PSAB 172.622 256.798 58.430
12. PTBA 2.664.408 5.121.112 4.040.494
13. PTRO 111.234 321.590 437.658
14. SMMT 40.078 84.584 6.234
15. TOBA 553.683 945.211 611.205
Sumber: Bursa Efek Indonesia, 2020
periode 2017-2019 mengalami fluktuasi, salah satu faktornya bisa dilihat dari
memperoleh laba dan hal tersebut juga mempengaruhi minat investor untuk
berinvestasi pada perusahaan. Salah satu cara mengungkapkan Corporate
sehingga terikat lebih banyak regulasi daripada sektor lain. Tingginya risiko
pada sektor pertambangan membuat return yang diharapkan oleh investor juga
2019”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini dapat
1. Tujuan Penelitian
sebagai berikut:
2. Kegunaan Penelitian
antara lain:
a. Manfaat Teoretis
theory).
b. Manfaat Praktis
harus diperoleh.
D. Sistematika Penulisan
sistematika dan uraian singkat mengenai isi dari masing – masing bab sebagai
berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
sistematika penulisan.
PENELITIAN.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini terdiri dari simpulan dan saran – saran dari hasil penelitian
yang dilakukan.