ASBESTOSIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior pada
Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
Disusun oleh :
Dokter Pembimbing
Puji dan syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan referat yang berjudul
“Asbestosis”. Shalawat beriring salam penulis sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW
atas semangat perjuangan dan panutan bagi umatnya.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Cut Mustika, M.Si yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan dalam menyelesaikan tugas
ini. Referat ini diajukan sebagai salah satu tugas dalam menjalankan kepaniteraan klinik senior
pada bagian/SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala,
Banda Aceh.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik dari
dosen pembimbing dan teman-teman akan kami terima dengan tangan terbuka, semoga dapat
menjadi bahan pembelajaran dan bekal di masa mendatang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Asbestosis merupakan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh paparan serat asbes
dalam jangka waktu lama. Asbes merupakan campuran silikat anorganik yang memiliki serat
yang kuat dan berstruktur kristal. Serat tersebut bersifat tahan panas dan sangat tahan lama.
Sepanjang abad 20, asbes merupakan material yang digunakan secara luas pada konstruksi dan
industri. Diperkirakan penyakit ini timbul setelah paparan selama 10 - 30 tahun.2 Secara
mineralogis, klasifikasi asbes menurut Patty adalah seperti tercantum pada Tabel di bawah ini.3
Tabel 1. Klasifikasi Mineralogis dari Asbes3
Kelompok Mineral Mineral Rumus Kimia
Material mengandung asbes (MMA) merupakan material atau objek, sebagai bagian
dari desainnya mengandung satu atau lebih mineral silikat. Material mengandung asbes dibagi
menjadi MMA yang rapuh dan tak rapuh. Material mengandung asbes yang rapuh, ketika
dalam keadaan kering maka akan remuk, hancur atau tereduksi menjadi serbuk oleh karena
tekanan tangan. Contoh pipa yang longgar, material penahan panas dan penyekat yang di
semprot. MMA yang tak rapuh biasanya dicampur dengan semen atau material yang serupa
dan tidak bisa diremukkan, dihancurkan, atau direduksi menjadi sebuk oleh tekanan tangan.
Contohnya yaitu lapisan semen asbes, produk cetakan semen, asbes tahan air dan ubin lantai
vinyl. Beberapa contoh dari MMA tak rapuh dapat menjadi rapuh sebagai akibat dari proses
kerja, termasuk dalamnya yaitu lapisan semen yang telah dihancurkan dan lapisan semen asbes
yang hancur akibat paparan jangka panjang terhadap zat kimia. 2,7
2.2 Etiopatogenesis
Etiologi penyakit asbestosis tidak lain adalah bahan asbes. Ketika bahan asbes itu
dipotong, digiling, dihancurkan dan lain sebagainya akan mengakibatkan serat dari asbes
tersebut berhamburan terbang ke udara. Ketika orang menghirup serat atau serbuk yang
beterbangan tersebut, itulah yang menjadi penyebab dari asbestosis ini. Serbuk yang mereka
hirup akan memasuki alveolus dan merusaknya. Seperti yang kita ketahui bahwa alveolus ini
merupakan kantong dimana oksigen dan karbondiosida mengalami pertukaran. Serat asbes
yang masuk pada alveolus tersebut dapat menyebabkan alveolus mengeras dan kaku.
Akibatnya paru paru kita akan kesulitan dalam mengambil udara atau bernafas.3
Menghirup udara yang mengandung serat asbes dapat menimbulkan terbentuknya: 3,7
1. Jaringan parut pada paru, yang menyebabkan paru-paru tidak dapat mengembang dan
mengempis sebagaimana mestinya.
2. Beratnya penyakit asbestosis tergantung pada kadar/jumlah dan ukuran serat asbes yang
terhirup serta lamanya paparan.
3. Pemaparan pada keluarga pekerja asbes juga bisa terjadi dari serat yang terbawa ke rumah
pada pakaian tenaga kerja.
Material mengandung asbes digunakan secara luas pada proyek konstruksi bangunan
sejak tahun 1980. Risiko terhadap pekerja meningkat selama proses renovasi dan pengangkatan
asbes. Pekerja yang berisiko terpapar asbes adalah sebagai berikut: 7
1. Penambang asbes
2. Penggiling asbes
3. Ahli mekanik dan pesawat terbang
4. Pekerja konstruksi bangunan
5. Pekerja yang memperbaiki penyekat yang terbuat dari asbes
6. Ahli elektronik
7. Pekerja di perkapalan
8. Operator mesin uap
9. Pekerja di jalan kereta api
10. Kontraktor konstruksi
11. Teknisi (pemanasan, ventilasi atau telekomunikasi)
12. Pengecat dan dekorator
13. Pengawas bangunan
14. Pekerja pemeliharaan bangunan
Paparan terhadap asbes harus dicegah sebisa mungkin. Nilai ambang batas serat asbes
yang masih diperkenankan di tempat kerja adalah tidak melebihi dari 0,1 serat/mL. Pengukuran
dan pengontrolan sebaiknya dinilai ulang ketika monitoring udara mengindikasikan levelnya
melebihi 0,01 serat/mL (10% dari nilai ambang batas). 2
2.5 Diagnosis
Efek paparan jangka panjang pada asbes umumnya tidak muncul untuk setidaknya 20
sampai 30 tahun setelah paparan awal. Gejala asbestosis yang timbul adalah:2,3,5
1. Gejala timbul secara bertahap dan baru muncul hanya setelah terbentuknya jaringan
parut dalam jumlah banyak dan paru kehilangan elastisitasnya.
2. Gejala pertama adalah sesak nafas ringan dan berkurangnya kemampuan untuk
melakukan gerak badan.
3. Sekitar 15% penderita mengalami sesak nafas yang berat dan mengalami kegagalan
pernafasan
4. Perokok berat dengan bronchitis kronis dan asbestosis akan menderita batuk-batuk dan
sesak napas.
5. Menghirup serat asbes kadang dapat menyebabkan terkumpulnya cairan pada ruang
antara kedua selaput yang melapisi paru.
6. Debu asbes yang melapisi paru mengalami perubahan menjadi badan-badan asbestos
oleh pengendapan fibrin di sekitar serat asbes, yang pada pemeriksaan mikroskopis
berbentuk batang dengan panjang sampai 200µ.
Asbes juga bisa menyebabkan tumor pada pleura yang disebut mesotelioma atau pada
selaput perut yang disebut mesotelioma peritoneal. Mesotelioma peritoneal bersifat ganas dan
tidak dapat disembuhkan. Penyakit ini muncul setelah terpapar krosidolit dan amosit yang juga
menyebabkan mesotelioma. Sedangkan krisotil mungkin tidak menyebabkan mesotelioma
tetapi kadang tercemar oleh tremolit yang dapat menyebabkan mesotelioma. Mesotelioma
biasanya terjadi setelah pemaparan selama 30-40 tahun.3,6
Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah batuk yang banyak mengeluarkan dahak,
rasa sesak di dada, nyeri dada dan pelebaran ujung jari atau clubbing of fingers (bentuk jari-
jari tangan yang menyerupai tabuh).3
2.6 Komplikasi
Jika penderita asbestosis juga merokok maka peluang terjadinya kanker paru akan
semakin meningkat. Merokok dan asbes merupakan hal yang berkontribusi terhadap terjadinya
kanker paru-paru.2
2.7 Tatalaksana
Tidak terdapat terapi untuk menghilangkan efek dari asbes pada alveoli. Terapi hanya
berfokus pada pencegahan perburukan penyakit dan mengurangi gejala. Pasien yang memiliki
gangguan bernafas terkadang diberikan obat inhaler, oksigen tambahan untuk mengurangi
sesak nafas, obat-obatan untuk mengurangi sekresi jalan nafas dan mengurangi nyeri, jika
gejala sangat berat dapat dipertimbangkan untuk transplantasi paru. 1,2
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah melakukan deteksi dini penyakit dan deteksi dini pajanan zat
yang dapat menimbulkan penyakit. Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain: 2,7
1) Early Diagnostic
Deteksi dini dikerjakan oleh personil kesehatan (dokter pabrik, unit medis kerja, institut
kesehatan masyarakat) bekerja sama dengan pemilik dan pekerja. Pencegahan tersebut
antara lain berupa seluruh pekerja yang terpajan asbes harus menjalani pemeriksaan
reguler selama jangka waktu kerja tertentu, termasuk setelah tidak bekerja pada tempat
tersebut lagi atau mengundurkan diri dari pekerjaan tersebut, membatasi merokok,
meminimalkan dan mencatat pekerjaan yang terpajan asbes.
2) Prompt Treatment
Pengobatan untuk mengatasi gejala yang timbul adalah membuang lendir/dahak dari
paru-paru melalui prosedur postural drainase, perkusi dada dan vibrasi. Diberikan obat
semprot untuk mengencerkan lendir. Mungkin perlu diberikan oksigen, baik melalui
sungkup muka (masker) maupun melalui selang plastik yang dipasang di lubang
hidung. Tujuan perawatan adalah untuk membantu pasien dapat bernapas dengan
mudah, mencegah infeksi pernapasan dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier berguna untuk mencegah penyakit bertambah buruk dan mencegah
penyakit menjadi menetap. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah:2,3
1) Limitation
Bila diduga telah terjadi penyakit atau diagnosis telah ditegakkan, perlu secepat
mungkin menghindarkan diri dari pajanan lebih lanjut. Pemberian obat antibiotik
dimaksudkan untuk mengatasi infeksi. Aspirin dapat menghilangkan rasa nyeri
2) Rehabilitation
Latihan reguler membantu menjaga dan meningkatkan kapasitas paru-paru. Walaupun
istirahat mungkin direkomendasikan.
BAB III
KESIMPULAN
Asbes merupakan campuran silika anorganik yang memiliki serat yang kuat dan
berstruktur kristal. Serat tersebut bersifat tahan panas dan sangat tahan lama. Asbes dapat
mempengaruhi kesehatan bila seratnya terhirup. Sekali terhirup, serat tersebut akan bertahan
di dalam jaringan paru. Terhirup serat asbes merupakan risiko kesehatan serius yang dapat
menyebabkan penyakit mesotelioma, kanker paru dan asbestosis. Asbestosis adalah gangguan
pernafasan yang disebabkan oleh terhirupnya serat asbes. Akumulasi yang berkelanjutan dari
serat tersebut dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut pada paru dan sesak nafas.
Tidak ada terapi untuk menghilangkan efek dari asbes pada alveoli. Terapi hanya berfokus
pada pencegahan perburukan penyakit dan mengurangi gejala. Pencegahan sangat penting
dalam mencegah timbulnya asbestosis.
DAFTAR PUSTAKA
2. Salawati L. Penyakit Akibat Kerja Oleh Karena Pajanan Serat Asbes. J Kedokt Syiah
Kuala. 2015;15(1):44–50.
3. Purnama SG. Buku Ajar Penyakit Berbasis Lingkungan. Bali: Ar-Ruzz Publisher; 2016.