Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENYAKIT AKIBAT KERJA

“ASBESTOSIS”

Disusun Oleh :
Thessalonika Gloria Maindoka
18061040

Mata Kuliah:
K3 Dalam Keperawatan

Dosen Mata Kuliah:


Ns.Tinny Akay,S.Kep.,M.Kes

Universitas Sariputra Indonesia Tomohon


Fakultas Keperawatan
Sulawesi Utara
Tahun 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa yang telah melimpahkan berkat,sehingga
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul: “Asbestosis”.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengharapkan pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang
dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi kita sekalian.

Tomohon April 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

COVER LUAR................................................................................................................
KATA PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................1
1.3 Tujuan....................................................................................................................2
...............................................................................................................................
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................................2
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................................................2
1.3 Manfaat..................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3
2.1.Definisi Asbestosis................................................................................................3
2.2.Etiologi Asbestosis................................................................................................3
2.3.Patofisiologi Asbestosis........................................................................................4
2.4.Tanda dan Gejala Asbestosis.................................................................................6
2.5.Komplikasi Asbestosis..........................................................................................6
2.6.Penatalaksanaan Asbestosis...................................................................................6
2.7.Pencegahan Asbestosis..........................................................................................7

BAB III PENUTUP.........................................................................................................8


3.1.Kesimpulan............................................................................................................8
3.2.Saran......................................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak jenis penyakit yang terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari
kebiasaan, gaya hidup, sampai latar belakang pekerjaan. Semuanya memberikan
pengaruh terhadap kesehatan kita. Sebuah penyakit yang berhubungan dengan para
pekerja yang bekerja di perusahaan Asbes atau pekerja bangunan dengan bahan
bangunan tidak dapat di hindari bisa saja para pekerja akan terpanjan partikel-partikel
dari bahan bangunan tersebut.
Asbestosis adalah suatu penyakit saluran pernapasan yang terjadi akibat
menghirup serat-serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut yang
luas. Asbestos terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi yang
berbeda. Jika terhisap, serat asbes mengendap di dalam dalam paru-paru,
menyebabkan parut. Menghirup asbes juga dapat menyebabkan penebalan pleura
(selaput yang melapisi paru-paru).
Asbestosis yang dianggap sebagai salah satu bentuk pneumokoniosis yang
ditandai dengan keadaan fibrosis yang difus pada jaringan interstisial paru.
Keterpanjanan yang lama pada partikel-partikel asbes yang terbawa oleh udaraakan
menimbulkan plak serta tumor pada pleura dan peritoneum. Asbestosis dapat terjadi
15 hingga 20 tahun sesudah keterpajanan yang regular dengan asbes berakhir.
Asbes merupakan ko-karsinogen yang poten dan akan meningkatkan risiko kanker
paru ada para perokok. Pekerja pabrik asbes yang memiliki kebiasaan merokok akan
menghadapi risiko terkena kanker paru 90 kali lipat dibanding perokok yang tidak
pernah berhungan dengan asbes. Serbuk asbes yang dihirup melalui hidung kita akan
mengakibatkan paru paru mengalami gangguan yang mengakibatkan penderitanya
mengalami sesak napas.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Asbestosis?
2. Apa penyebab dari penyakit Asbestosis?
3. Bagaimana patofisiologi dari penyaki Asbestosis
4. Bagaimana tanda dan gejala penyakit Asbestosis?
5. Apa saja komplikasi yang terjadi pada penderita penyakit Asbestosis?

1
6. Bagaimana penanganan penyakit Asbestosis?
7. Bagaimana upaya pencegahan penyakit Asbestosis?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Dapat mengetahui penyakit Asbestosis
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Menjelaskan definisi penyakit Asbestosis
2) Menjelaskan penyebab penyakit Asbestosis
3) Menjelaskan patofisiologi penyakit Asbestosis
4) Menjelaskan tanda dan gejala penyakit Asbestosis
5) Menjelaskan komplikasi penyakit Asbestosis
6) Menjelaskan penanganan penyakit Asbestosis
7) Menjelaskan pencegahan penyakit Asbestosis

1.4 Manfaat
1. Untuk mengetahui penyakit Asbestosis
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit Asbestosis
3. Untuk mengetahui patofisiologi penyakit Asbestosis
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala penyakit Asbestosis
5. Untuk mengetahui komplikasi penyakit Asbestosis
6. Untuk mengetahui penanganan penyakit Asbestosis
7. Untuk mengetahui pencegahan penyakit Asbestosis

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Asbestosis


Asbestosis adalah gangguan pernapasan disebabkan oleh menghirup serat asbes
dalam jangka waktu yang lama, ditandai dengan pernafasan pendek yang diakibatkan
oleh terbentuknya jaringan parut dan terjadi kerusakan pada jaringan paru dan
menurunkan fungsi paru.
Asbestosis disebabkan oleh debu asbes dengan masa latennya 10-20 tahun. Jika
terhisap, serat asbes mengendap di dalam dalam paru-paru, mempengaruhi
parenkim jaringan dari paru-paru, menjadi jaringan parut. Menghirup asbes juga
dapat menyebabkan penebalan pleura. Ini terjadi setelah jangka panjang, paparan
berat asbes, misalnya di pertambangan. Asbestos terdiri dari serat silikat mineral
dengan komposisi kimiawi yang berbeda. Asbes adalah mineral yang dapat dijalin
seperti wol dan merupakan produk alam mineral yang diketahui tahan terhadap panas
dan korosi, tidak meneruskan arus listrik, tahan terhadap asam kuat, serta merupakan
serat yang kuat dan fleksibel, mudah dijalin bersama-sama dan digunakan secara luas
di dalam bangunan dan pabrik-pabrik industri. Terdapat beberapa jenis kristal debu
asbestosis :
1. Chrysotile
2. Crocidolite
3. Anthrophylite
4. Tremolite
5. Actinolite
Yang paling banyak digunakan adalah asbestos golongan chrysotile, karena
seratnya panjang dan paling kuat. Walaupun asbestos tidak lagi dipakai sebagai
penyekat, zat ini masih menjadi sorotan karena adanya bahaya yang berasal dari
bangunan yang sekatnya menggunakan asbestos.

2.2 Etiologi Asbestosis


Umumnya debu masuk kedalam paru-paru pada saat kita menarik nafas. Hal ini
tergantung pada ukuran debu yang terhirup. Semakin kecil ukuran debu yang
masuk melalui saluran pernapasan, maka semakin besar pula resiko terjadinya
penimbunan debu dalam paru-paru. Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap

3
terjadinya penyakit pada saluran pernapasan. Debu dengan ukuran 5-10 mikron akan
tertahan oleh saluran pernapasan atas, 3-5 mikron akan tertahan oleh saluran
pernapasan bagian tengah, 1-3 mikron akan sampai di permukaan alveoli, 0,5-1
mikron hinggap di permukaan alveoli/selaput lendir sehingga menyebabkan fibrosis
paru, sedangkan 0,1-0,5 mikron melayang dipermukaan alveoli.
Asbestosis disebabkan oleh terhirupnya serat asbes (panjang 50 mikron atau
lebih dan diameter 0,5 mikron atau kurang), oleh serat asbes, dimana serat asbes
sukar untuk dihancurkan, bahkan oleh makrofag. Ketika makrofag mencoba untuk
mencernakan serat asbes, sering mengalami kegagalan sebab seratnya terlalu kuat
dan ikatan rantainya sangat kuat untuk diuraikan. Faktor resiko terjadinya asbestosis
adalah:
1. Orang-orang yang bekerja di industri pengelolaan, pertambangan, penenunan,
pemintalan asbes dan reparasi tekstil dengan produk-produk yang mengandung
asbes.
2. Pemaparan pada keluarga pekerja asbes terjadi dari partikel yang terbawa ke
rumah di dalam pakaian pekerja
3. Perokok tembakau lebih cenderung menderita penyakit yang berhubungan
dengan asbes dibandingkan non-perokok Harapan hidup perokok lebih pendek
dibandingkan non-perokok. Asbestos pekerja yang berhenti merokok, dalam 5-10
tahun dapat mengurangi risiko kematian kanker paru-paru oleh sekitar satu
setengah sampai satu sepertiga dari rekan-rekan mereka yang terus merokok.

2.3 Patofisiologi Asbestosis


Serat asbes yang terinhalasi akan terdeposisi di dinding bronkus (dari cabang
bronkus utama sampai bronkiolus respiratorius dan alveoli). Serat asbestos akan
menyebabkan cedera sel epitel dan sel makrofag alveolar yang berusaha memfagosit
serat. Beberapa serat akan masuk ke dalam jaringan intersisium melalui penetrasi
yang dibawa oleh makrofag atau epitel. Makrofag yang telah rusak akan
mengeluarkan reactive oxygen species (ROS) yang dapat merusak jaringan dan
beberapa sitokin, termasuk tumor necrosis factor (TNF), interleukin 1, dan
metabolit asam arakidonat yang akan memulai inflamasi alveoli (alveolitis). Sel
epitel yang terganggu juga mengeluarkan sitokin. Gangguan asbestos berskala kecil
tidak akan menimbulkan gangguan setelah inflamasi terjadi. Namun bila serat
terinhalasi dalam kadar lebih tinggi, alveolitis akan terjadi lebih intens,

4
menyebabkan reaksi jaringan yang lebih hebat. Reaksi jaringan ini menyebabkan
fibrosis yang progresif, yaitu pengeluaran sitokin profibrosis seperti fibronektin,
fibroblast growth factor, platelet-derived growth factor, dan insulin-like growth
factor yang akan menyebabkan sintesis kolagen.
Pada pemeriksaan roentgen dapat ditemukan beberapa gambaran radioopak kecil
linier iregular, lebih banyak di basal paru. Berdasarkan klasifikasi ILO (International
Labour Organization) 1980, “gambaran opak kecil iregular” adalah bayangan linier
irregular di parenkim paru dan mengaburkan gambaran bronkovaskular paru. Ada
tiga tingkatan gambaran roentgen sesuai dengan perjalanan asbestosis:
1. Pada tahap awal, dapat diperoleh gambaran pola reticular pada basal paru,
ground-glass appearance, yang dapat menggambarkan proses alveolitis dan
fibrosis intersisial.

2. Tahap kedua ditandai dengan peningkatan bayangan opak kecil iregular menjadi
pola intersisial yang luas. Pada tahap ini gambaran dapat mengaburkan batas
jantung atau shaggy heart border

3. Pada tahap akhir, dapat menjadi pola intersisial kasar dan honey-comb pada paru
atas, namun gambaran ini jarang ditemukan, selain itu sering ditemukan pula
penebalan pleura berupa plak pleura disertai fibrosis paru biasanya di lapangan
paru bawah, terutama paru kiri di sekitar parakardial yang menutupi batas jantung
kiri.

5
2.4 Tanda dan Gejala Asbestosis
Awitan gejala asbestosis biasanya akan timbul 20 tahun setelah pajanan awal,
muncul secara bertahap dan baru muncul hanya setelah terbentuknya jaringan
parut dalam jumlah banyak dan paru-paru kehilangan elastisitasnya. Tanda dan
gejala yang terjadi, meliputi:
 Dispnea d’effort (dipsnea atau sesak nafas ketika melakukan aktivitas fisik).
 Dipnea pada saat istirahat pada fibrosis paru yang luas
 Batuk hebat yang non prooduktif pada pasien bukan perokok
 Batuk produktif pada pasien perokok
 Jari tangan tabuh (clubbed fingers) pada hipoksia kronis
 Nyeri dada (yang sering bersifat pleuritic) akibat iritasi pleura
 Infeksi saluran nafas yang kambuhan ketika mekanisme pertahanan paru
sudah mulai mengalami kegagalan
 Pleural friction rub akibat fibrosis
 Ronki basah atau crackles pada auskultasi, bunyi ini disebabkan oleh gerakan
udara nafas melewati sputum yang kental.
 Penurunan pengembangan (inflasi) paru akibat kekakuan jaringan paru
 Efusi pleura rekuren akibat fibrosis
 Penuruan FEV (Forced Expiratory Volume) akibat penurunan alveoli paru
 Penurunan kapasitas vital akibat perubahan fibrotik.
Meskipun jarang, asbes juga bisa menyebabkan tumor pada pleura yang disebut
mesotelioma atau pada selaput perut yang disebut mesotelioma peritoneal.

2.5 Komplikasi Asbestosis


Komplikasi yang dapat terjadi pada pajanan penyakit asbestosis, meliputi hal-hal
sebagai berikut:
 Fibrosis paru akibat progesivitas asbestosis
 Gagal napas
 Hipertensi pulmoner
 Kor pulmoner

2.6 Penatalaksanaan Asbestosis


Penyakit ini tidak dapat diobati, pengobatan yang diberikan berupa pengobatan
simtomatik dan menghentikan paparan asbes lebih lanjut. Maka dilakukan perawatan

6
yang bertujuan untuk membantu pasien dapat bernapas dengan mudah, mencegah
infeksi pernapasan, dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Yang perlu adalah pencegahan, yaitu menghentikan atau menghindari Pajanan
asbestos. Para pekerja yang berisiko tinggi terhadap asbestosis, sangat dianjurkan
agar melakukan pemindaian (screening) kesehatan minimal satu kali dalam satu
tahun
 Fisioterapi dada (batuk secara terkontrol dan drainase postural dengan perkusi
serta vibrasi dada) untuk membantu mengurangi tanda dan gejala respirasi dan
mengelola keadaan hipoksia serta kor pumonale.
 Terapi aerosol untuk mengencerkan lendir.
 Pemberian obat-obat mukolitik inhalasi untuk mengencerkan dan mengalirkan
secret.
 Peningkatan asupan cairan hingga 3L per hari.
 Pemberian antibiotic untuk mengatasi infeksi traktus respiratorius.
 Pemberian oksigen untuk mengurangi hipoksia.
 Kemungkinan pemberian deuretik untuk mengurangi edema, pemebrian digoksin
untuk meningkatakan curah jantung, dan pembatasan asupan garam untuk
mencegah retensi cairan pada pasien kor pulmonale.

2.7 Pencegahan Asbestosis


Asbestosis dapat dicegah dengan mengurangi kadar serat dan debu asbes di
lingkungan kerja. Alat pelindung diri yang terbaik adalah respirator. Respirator
adalah suatu masker yang menggunakan filter sehingga dapat membersihkan udara
yang dihisap. Ada 2 macam respirator, yaitu yang half-face respirator, di sini
berfungsi hanya sebagai penyaring udara, dan full-face respirator, yaitu sekaligus
berfungsi sebagai pelindung mata.
Untuk mengurangi risiko terjadinya kanker paru-paru, kepada para pekerja yang
berhubungan dengan asbes, dianjurkan untuk berhenti merokok. Sementara itu guna
menghindari sumber penyakit yang akan tersebar pada pihak keluarga, disarankan
setiap pekerja untuk mencuci pakaian kerjanya di pabrik, dan menggantinya dengan
pakaian bersih untuk kembali ke rumah. Sehingga semua pakaian kerja tidak ada
yang dibawa pulang, dan pekerja membersihkan diri atau mandi sebelum kembali
kerumah masing-masing.
BAB III
7
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Asbestosis adalah gangguan pernapasan disebabkan oleh menghirup serat asbes
mengakibatkan terbentuknya jaringan parut dan terjadi kerusakan pada jaringan paru.
Serat asbes yang terinhalasi akan terdeposisi dari cabang bronkus utama sampai
bronkiolus respiratorius dan alveoli. Serat asbestos akan menyebabkan cedera sel
epitel.
Awitan gejala asbestosis biasanya akan timbul 20 tahun setelah pajanan
awal. Gejala yang ditemukan adalah munculnya dispnea saat beraktivitas, batuk
kering persisten, rasa sesak dan nyeri pada dada, serta adanya mengi
Penyakit ini tidak dapat diobati, pengobatan yang diberikan berupa pengobatan
simtomatik. Menghentikan paparan asbes lebih lanjut. Asbestosis dapat dicegah
dengan mengurangi kadar serat dan debu asbes di lingkungan kerja

3.2 Saran
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan
saran sangat kami harapkan untuk bahan acuan dalam membuat makalah selanjutnya.
Dengan adanya makalah ini, diharapkan agar para pembaca dapat mengembangkan
makalah ini dan dapat menjadikan makalah ini sebagai perimbangan pengembangan
dari penyakit yang telah dibahas diatas.

8
DAFTAR PUSTAKA

Kowalak, J. P. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Sudoyo, Aru W dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid II Edisi IV. Jakarta ; Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

Agung. 2015. Penyebab Gejala Pengobatan Penyakit Asbesitosis. Diakses 9 September 2016.
(http://www.referensisehat.com/2015/03/penyebab-gejala-pengobatan-penyakit-
asbestosis.html)

Wikipedia Indonesia. 2015. Penyakit Asbesitosis. Diakses pada 9 September 2016.


(https://id.wikipedia.org/wiki/Asbestosis)

Anda mungkin juga menyukai