Anda di halaman 1dari 4

ASBESTOSIS

A. Latar belakang
B. Pengertian
Asbestosis adalah penyakit pneumoconiosis yang diakibatkan oleh
penimbunan serat asbes dalam paru. Asbes adalah senyawa kompleks magnesium
yang mengandung senyawa oksida silicon. Selain magnesium, ada beberapa jenis
asbes yang senyawa kompleksnya terdapat logam besi (Fe), kalsium (Ca), dan
Natrium (Na).
C. Penularan
Penularan penyakit asbestosis tidak lain adalah bahan asbes. Ketika bahan
asbes itu dipotong, digiling, dihancurkan dan lain sebagainya akan
mengakibatkan serat dari asbes tersebut berhamburan terbang ke udara. Ketika
orang menghirup serat atau serbuk yang beterbangan tersebut, itulah yang
menjadi penyebab dari asbestosis ini. Serbuk yang mereka hirup akan memasuki
alveolus dan merusaknya. Seperti yang kita ketahui bahwa alveolus ini
merupakan kantong dimana oksigen dan karbondiosida mengalami pertukaran.
Serat asbes yang masuk pada alveolus tersebut dapat menyebabkan alveolus
mengeras dan kaku. Akibatnya paru paru kita akan kesulitan dalam mengambil
udara atau bernafas.
D. Gejala klinis
Efek paparan jangka panjang pada asbes umumnya tidak muncul untuk
setidaknya 20 sampai 30 tahun setelah paparan awal. Gejala asbestosis yang
timbul adalah:
1. Gejala timbul secara bertahap dan baru muncul hanya setelah terbentuknya
jaringan parut dalam jumlah banyak dan paru kehilangan elastisitasnya.
2. Gejala pertama adalah sesak nafas ringan dan berkurangnya kemampuan
untuk melakukan gerak badan.
3. Sekitar 15% penderita mengalami sesak nafas yang berat dan mengalami
kegagalan pernafasan.
4. Perokok berat dengan bronchitis kronis dan asbestosis akan menderita batuk-
batuk dan sesak napas.
5. Menghirup serat asbes kadang dapat menyebabkan terkumpulnya cairan pada
ruang antara kedua selaput yang melapisi paru.
6. Debu asbes yang melapisi paru mengalami perubahan menjadi badan-badan
asbestos oleh pengendapan fibrin di sekitar serat asbes, yang pada
pemeriksaan mikroskopismberbentuk batang dengan panjang sampai 200.
Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah batuk yang banyak
mengeluarkan dahak, rasa sesak di dada, nyeri dada dan pelebaran ujung jari atau
clubbing of fingers (bentuk jari-jari tangan yang menyerupai tabuh)
(Prawirakusumah, 2014).
E. Faktor lingkungan
Orang yang bekerja di pertambangan, penggilingan, atau manufaktur yang
melibatkan asbes yang memiliki resiko lebih besar mengalami asbestosis.
Keadaan asbestosis dapat terjadi pada pekerja yang setiap hari terpapar serat-serat
asbes dan terhirup masuk ke dalam paru-paru.
Pemaparan asbes terjadi di tambang asbes, pengolahan asbes seperti eternity,
atap asbes, penenunan dan pemintalan asbes, reparasi tekstil yang terbuat dari
asbes dan sebagainya.
F. Upaya pencegahan
1. Pencegahan primer
a. Promosi kesehatan
1) Pendidikan kesehatan kepada pekerja.
2) Peningkatan dan perbaikan gizi pekerja.
3) Perkembangan kejiwaan pekerja yang sehat.
4) Penyediaan tempat dan lingkungan kerja yang sehat.
5) Pemeriksaan sebelum bekerja (Effendy, 1997)
b. Proteksi spesifik
1) Asbestosis dapat dicegah dengan mengurangi kadar serat dan debu
asbes di lingkungan kerja. Penggunaan kontrol debu dapat
mengurangi penderita asbestosis.
2) Penggunaan masker bagi pekerja yang beresiko tinggi dapat
mengurangi pemaparan.
3) Ventilasi udara yang cukup di ruang kerja.
4) Untuk mengurangi resiko terjadinya kanker paru-paru, kepada para
pekerja yang berhubungan dengan asbes dianjurkan untuk berhenti
merokok.
5) Untuk menghindari sumber penyakit yang akan tersebar pada pihak
keluarga, disarankan setiap pekerja untuk mencuci pakaian kerjanya
di pabrik dan menggantinya dengan pakaian bersih untuk kembali ke
rumah. Sehingga semua pakaian kerja tidak ada yang dibawa pulang
dan pekerja membersihkan diri atau mandi sebelum kembali ke
rumah masing-masing (Prawirakusumah, 2014).
2. Pencegahan sekunder
a) Diagnosa awal
Deteksi dini dikerjakan oleh personil kesehatan (dokter pabrik, unit
medis kerja, institut kesehatan masyarakat) bekerja sama dengan pemilik
dan pekerja. Pencegahan tersebut antara lain berupa seluruh pekerja yang
terpajan asbes harus menjalani pemeriksaan reguler selama jangka waktu
kerja tertentu, termasuk setelah tidak bekerja pada tempat tersebut lagi
atau mengundurkan diri dari pekerjaan tersebut, membatasi merokok,
meminimalkan dan mencatat pekerjaan yang terpajan asbes.
b) Prompt treatment
Pengobatan untuk mengatasi gejala yang timbul adalah membuang
lendir/dahak dari paru-paru melalui prosedur postural drainase, perkusi
dada dan vibrasi. Diberikan obat semprot untuk mengencerkan lendir.
Mungkin perlu diberikan oksigen, baik melalui sungkup muka (masker)
maupun melalui selang plastik yang dipasang di lubang hidung. Tujuan
perawatan adalah untuk membantu pasien dapat bernapas dengan mudah,
mencegah infeksi pernapasan dan mencegah komplikasi lebih lanjut
(Prawirakusumah, 2014).
3. Pencegahan tersier
a) Limitation
Pemberian obat antibiotik dimaksudkan untuk mengatasi infeksi.
Aspirin dapat menghilangkan rasa nyeri (Aditama TY, 1992)
b) Rehabilitaion
Latihan reguler membantu menjaga dan meningkatkan kapasitas
paru-paru. Walaupun istirahat mungkin direkornendasikan (Aditama TY,
1992).
Daftar pustaka
Purnama, S, G. 2016. BUKU AJAR PENYAKIT BERBASIS LINGKUNGAN.

Anda mungkin juga menyukai