Anda di halaman 1dari 16

ASBESTOSIS

PENDAHULUAN
Partikel debu selalu terdapat dalam udara yang dihisap pada pernapasan,
akan tetapi tidak sering dapat menimbulkan penyakit paru, oleh karena tubuh
mempunyai daya protektif, yaitu :
Rambut hidung dapat menahan kira-kira 50% debu
Rambut getar dan selaput lendir bronchus
Transudasi melalui dinding alveolus
Fagositosis sel makrofag ke kelenjar limfe
Bila udara mengandung partikel debu terlalu banyak, maka debu itu mencapai paruparu dalam jumlah yang banyak sehingga menimbulkan kerusakan yang bermakna
yang sering disebut Pneumoconiosis.
Hal ini biasanya dijumpai pada orang-oarang yang bekerja pada tempat
tertentu, sehingga penyakit ini termasuk dalam penyakit jabatan (occupational
disease).
Ada berbagai pneumoconiosis bergantung pada jenis debu yang dihisap yaitu :
Anthracosis, yang disebabkan oleh debuarang (coal). Dapat menyebabkan
emfisema sentrilobuler.
Byssinosis, karena debu kapas (cotton). Kelainan anatomik biasanya sedikit.
Kadang-kadang dapat menimbulkan gangguan pernapasan.
Bagassosis, karena debu batang tebu. Dapat menimbulkan bronchiolitis dan
bronchopneumonia mirip silo-filler`s desease.
Silicosis, yang disebabkan oleh debu silika (SiO2).
Asbestosis, karena debu yang mengandung asbes.
Berylliosis, karena debu beryllium
Fibrosis paru-paru dapat disebabkan oleh debu yang mengandung alumunium,
besi, talk dan mika.

KKS SMF Paru RSU Deli Serdang Lubuk Pakam


Dian & Saiful FK UNMAL

Hingga kini belum diketahui dengan tepat bagaimana partikel debu itu
menimbulkan perubahan/kerusakan pada paru-paru.1
Yang diketahui efek debu itu pada paru-paru ialah sebagai berikut :
1. mengadakan penetrasi pada histiosit
2. menimbulkan dislokasi sitoplasma histiosit
3. menyebabkan degenerasi dan kematian histiosit tersebut
kematian histiosit itu dapat diikuti dengan keluarnya zat yang bersifat sitotoksik,
atau dapat pula menimbulkan reaksi imun. Mungkin inilah dasar terjadinya
perubahan jaringan paru-paru. Perubahan paru-paru dapat bersifat proliferatif dan
fibrosis.1
Asbes banyak sekali dipergunakan dalam sehari-hari, mulai dari bahan
pembuat kabel listrik, cat, ban kendaraan bermotor serta bantalan remnya sampai
pada atap rumah. Dilaporkan bahwa asbes telah dipergunakan untuk pembuatan
lebih dari 1000 macam bahan yang dipakai manusia.
Serat asbes bahkan telah ditemukan pada sebuah jambangan bunga yang
dibuat tahun 2.500 sebelum masehi.
Kecurigaan tentang bahaya asbes bahkan telah ditemukan pada awal abad
ini di Inggris dan Italia. Pada tahun 1907 di Inggris dilaporkan kasus penderita
penyakit paru akibat asbes. Tahun 1917 disampaikan pula laporan tentang gambaran
rontgen yang menunjukkan kerusakan paru akibat bahan ini.2
Asbestos terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi yang
berbeda. Jika terhisap, serat-serat asbes akan mengendap didalam paru-paru,
menyebabkan parut.
Menghirup asbes juga dapat menyebabkan penebalan pleura (selaput yang melapisi
paru).
Serat-serat

asbes

yang

mengendap

didalam

paruparu

akan

akan

menyebabkan terbentuknya jaringan parut (fibrosis) didalam paru-paru. Jaringan


paru-paru yang membentuk fbrosis tidak dapat mengembang dan mengempis
sebagaimana mestinya,.

KKS SMF Paru RSU Deli Serdang Lubuk Pakam


Dian & Saiful FK UNMAL

Beratnya penyakit tergantung kepada lamanya pemaparan dan jumlah serat yang
terhirup.
Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh asbes diantaranya:
- Plak pleura (kalsifikasi).
- Mesotelioma maligna, bisa timbul dalam waktu 20-40 tahun setelah
pemaparan.
- Efusi pleura
- Merokok sigaret menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya penyakit
akibat asbes.
Angka kejadiannya adalah sebesar 4 diantara 10.000 orang.3
EPIDEMIOLOGI
Tidak ada informasi mengenai banyaknya orang yang mempunyai resiko di
Amerika Serikat dan di negara-negara lain. Karena pada awal tahun 1940, sebanyak
10 juta pekerja di Amerika Serikat mungkin telah terpapar asbes. Pada tahun 1972,
dilaporkan perkiraan bahwa 250,000 orang mempunyai resiko terhadap asbestosis.
Pada tahun 1980, banyaknya buruh tambang yang menghirup asbes aktif.
Peraturan tegas misalnya, larangan penggunaan asbes di bangunan,
mengendalikan tingkatan serat asbes di udara, secara drastis juga mengurangi resiko
berkembangnya asbestosis.
Kecenderungan pemakaian asbes dan penelitian menyatakan bahwa
asbestosis dan penyakit lain yang terkait dengan asbes nampaknya merupakan
permasalahan yang harus dihadapi oleh negara berkembang.4
Pada tahun 1992, 6 kematian dari tiap 1 juta dihubungkan dengan asbestosis
di Amerika Serikat.
Orang-orang yang merokok, mungkin berkembang menjadi bronkitis kronis
dan penyakit obstruksi pernapasan dan infeksi pernapasan.
Orang-orang yang merokok beresiko tinggi mengalami perkembangan
menjadi carcinoma bronchogenic sebab asbes dan asap tembakau merupakan bahan
karsinogen yang sinergis. Orang yang merokok dan terpapar asbes, 59 kali lebih
peka terhadap pengembangan karsinoma paru-paru.

KKS SMF Paru RSU Deli Serdang Lubuk Pakam


Dian & Saiful FK UNMAL

Produksi dan penggunaan asbes meningkat pada antara tahun 1877 dan 1967.
Pada tahun 1950 dan 1960, peneliti menetapkan asbes mempengaruhi faktor untuk
tumbuhnya carcinoma bronchogenic dan malignant mesothelioma.
Asbestosis disebabkan oleh inhalasi serat asbes yang banyak mengandung
banyak silika.
Serat Asbes ada yang berbentuk panjang dan tipis (dengan perbandingan
panjang dan diameter > 3) dan mungkin berbentuk bengkok atau lurus. Serat yang
bengkok disebut chrysotile, dan serat yang lurus disebut amphiboles.
Peneliti mengenali 5 amphiboles yang berbeda :
(1) amosite,
(2) anthophyllite,
(3) tremolite,
(4) actinolite, dan
(5) crocidolite.
Chrysotile merupakan jenis yang paling umum dari serat asbes yang diproduksi di
dunia.
Beberapa studi menunjukkan ekspose asbes itu sendiri, tanpa suatu riwayat
merokok, meningkatkan resiko karsinoma paru-paru.4
DEFINISI
Asbestosis dan abses pleural adalah penyakit non malignant yang pelan-pelan
menjadi progresif. Asbes ini dapat menyebabkan perusakan atau pelemahan pada
fungsi paru termasuk pengurangan kapasitas paru, pembatasan bernafas, serta
penurunan kemampuan untuk memindahkan oksigen dari udara kedalam darah.5
Dalam literature lain menyebutkan bahwa asbestosis adalah proses
interstitial yang perlahan-lahan berkembang menjadi fibrosis paru-paru non-nodular
difus yang mengenai saluran nafas terminal, alveoli dan pleura.6
ETIOLOGI
Penyebab asbestosis adalah serat asbes, dimana serat asbes sukar untuk
dihancurkan, bahkan oleh makrofag. Ketika makrofag mencoba untuk mencernakan

KKS SMF Paru RSU Deli Serdang Lubuk Pakam


Dian & Saiful FK UNMAL

serat asbes, sering mengalami kegagalan sebab seratnya terlalu kuat dan ikatan
rantainya sangat kuat untuk diuraikan. Pada proses ini, makrofag menghasilkan
unsur yang diharapkan dapat menghancurkan benda asing, tetapi hal itu dapat juga
merugikan alveoli. Hal ini akan menyebabkan terjadinya inflamasi pada alveoli dan
secepatnya dapat meninggalkan parut.7
PATOFISIOLOGI
Serabut yang terinhalasi, mencapai alveolus ditelan oleh makrofag alveoler,
merangsang terlepasnya C5a dan penarik kimia (kemoatraktan) lainnya. Ambifol
(lurus, kaku) mencapai paru bagian dalam lebih dari pada serabut serpentin,
menyebabkan patogenitas lebih besar. Kebanyakan asbestos terinhalasi dibersihkan
oleh makrofag, sisanya mencapai interstisium dan pembuluh limf.
Beberapa serabut yang terinhalasi dibungkus oleh hemosiderin dan
glikoprotein untuk membentuk jicin asbestos yang berbentuk halter, bermanikmanik, dan karakteristik.
Akumulasi serat secara inhalasi dalam jangka waktu tertentu, jenis, dan
ketahanan, serta dimensi serat mempengaruhi karsinogenitas dan fibrogenisitas.
Timbulnya asbestosis bervariasi dengan kadar kumulatif dari serat yang dihirup,
semakin besar kadar akumulasi, semakin tinggi timbulnya asbestosis.
Mekanisme kerusakan paru dan fibrosis progresif mungkin meliputi:

Terlepasnya enzim atau radikal bebas toksik oleh makrofag/neutrofil yang


ditarik ketempat deposisi asbestos.

Terlepasnya sitokin fibrogenik dan faktor pertumbuhan oleh makrofag


alveolar sesudah fagositosis serabut.

Stimulasi pembentukan kolagen fibroblas oleh asbestos.


Semua jenis serat asbes adalah fibrogenic pada paru-paru. Amphiboles,

terutama sekali serat crocidolite, dengan jelas dan nyata lebih karsinogenik pada
pleura. Serabut dengan garis tengah lebih kecil 3 mikrometer merupakan fibrogenik
sebab dapat menembus selaput sel.
Adanya imflamasi akan merangsang makrofag di alveolus. Asbes akan
mengaktivasi makrofag untuk menghasilkan berbagai faktor pertumbuhan,

KKS SMF Paru RSU Deli Serdang Lubuk Pakam


Dian & Saiful FK UNMAL

mencakup fibronectin, dan platelet, yang saling berhubungan untuk mempengaruhi


pertumbuhan fibroblas.
Oksigen bebas (misalnya, superoxide anion, peroksida hidrogen, hydroxy)
dilepaskan oleh makrofag merusakkan protein dan lipid yang mendukung proses
inflamasi. Suatu penggerak plasminogen, yang juga dilepaskan oleh makrofag,
menimbulkan kerusakan interstitium paru-paru lebih lanjut dengan penurunan
matriks glikoprotein.
Selain fibrosis paru, asbestos merangsang reaksi pleura, terlihat sebagai:
1. Efusi benigna
2. adhesi pleura fibrosa
3. plak fibrokalsifik padat pada pleura atau diafragma.
Plak kadang-kadang mengalami perkapuran; tidak mengandung jisim asbestos.
Pemaparan asbestos juga dikaitkan dengan peningkatan resiko karsinoma
bronkogenik dan mesotelioma ganas.8
GEJALA KLINIS
Pada umumnya timbul beberapa dekade setelah seseorang terpapar asbes
untuk pertama kali sebelum berkembang menjadi asbestosis.9
Asbestosis dan penyakit asbes pleural berkembang secara perlahan-lahan.
Mungkin pada mereka yang telah mengalami pengobatan, akan tetapi tidak sampai
tuntas.
Gejala yang pertama asbestosis pada umumnya nafas pendek ketika
mengikuti latihan atau melakukan aktivitas fisik lainnya. Tahap awal penyakit juga
ditandai oleh batuk kering.
Kemajuan penyakit dan peningkatan kerusakkan paru-paru, napas pendek
terjadi bahkan ketika pasien pada posisi istirahat. Berulangnya Infeksi pernapasan
dan umumnya ditandai dengan batuk darah.
Gejala lain dari asbestosis meliputi sakit dada, parau, dan susah tidur.
Kesulitan lain yang berpotensial meliputi jantung, kolaps paru-paru, dan radang
pleuritis.10

KKS SMF Paru RSU Deli Serdang Lubuk Pakam


Dian & Saiful FK UNMAL

Pada perokok berat dengan bronkitis kronik dan asbestosis,akan menderita


batuk-batuk dan bengek.3
Kepekaan Individu mungkin berbeda terhadap asbestosis berdasar pada
pemeriksaan yang berhubungan dengan pernapasan dan faktor lain yang tak dikenal.
Orang-orang yang merokok mempunyai resiko yang meningkat terhadap
perkembangan asbestosis yang mungkin berkaitan dengan pemeriksaan serat asbes
di mukosiliar.4
DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan:
- terdengar suara ronki kering
- diikuti dengan keluhan takipnue, dan sianosis
- dapat terlihat adanya jari tabuh.
- Pergerakan dada menjadi berkurang
- pada stadium lanjut dapat ditemukan kor pulmonal dan mungkin gagal
jantung.2
Penyaringan terhadap para pekerja yang beresiko dapat mengungkapkan
inflamasi pada paru-paru dan karakteristik lesi dari asbestosis. Rekam medis pasien
dapat mengidentifikasi pekerjaan, kegemaran, atau hal lain yang mungkin dapat
merupakan faktor yang melibatkan ekspose serabut asbes.
Sinar X dapat menunjukkan gambaran bayang-bayang atau bintik-bintik
pada bagian atas paru-paru atau suatu garis besar yang menyerupai bulu-bulu kasar
atau bayangan jantung yang tak jelas, yang memungkinkan terjadinya asbestosis.
Tes darah digunakan untuk konsentrasi ukuran oksigen dan karbondioksida.
Tes fungsi paru-paru dapat digunakan untuk menilai kemampuan pasien
untuk menarik napas dan menghembuskan, dan pemeriksaan CT scan paru-paru
dapat menunjukkan gambaran flat yang berhubungan dengan asbestosis lanjut.9
Hasil diagnosa didasarkan pada yang berikut:
1. Riwayat ekspose asbes dalam periode laten yang sesuai antara ekspose dan
pendeteksian penyakit

KKS SMF Paru RSU Deli Serdang Lubuk Pakam


Dian & Saiful FK UNMAL

2. Perubahan karakteristik dari fibrosis paru-paru pada pemeriksaan radiografi


3. Ketidakhadiran dari penyakit fibrotik lain yang menyerupai asbestosis
4. Dyspnea
5. Basilar inspiratory bilateral terdapat suara yang kasar
6. Restriktif dari fungsi paru-paru yang berhubungan dengan pertukaran gas
lemah.4
Clubbing finger terjadi pada 32-42% dari semua kasus. Hal ini tidak
berhubungan dengan berat tidaknya penyakit. Berkurangnya pergerakkan rongga
dada pada penyakit yang telah lanjut berhubungan dengan kerusakan ventilator yang
akan bersifat membatasi dan mengurangi kapasitas yang vital.
Pada penyakit lanjut, pasien dapat menunjukkan tanda yang berhubungan
dengan kor pulmonal : sianosis, distensi vena jugularis, hepatojugular refluks, dan
edema pada daerah kaki.1
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil diagnosa asbestosis dibangun atas 3 tahap :
1. Riwayat ekspose.
2. Bukti fibrosis dari radiografi (misalnya, HRCT), dan ditemukannya
gangguan fungsi paru-paru dengan atau tanpa bukti histologi (serat asbes di
dalam bronchoalveolar, cairan atau fibrosis pada biopsi jaringan paru-paru).
3. Tidak adanya penyebab lain yang menyebabkan fibrosis interstitial.

Radiografi
Gambar rontgen thoraks (posteroanterior/PA dan lateral) adalah dasar dalam
menentukan diagnostik.
Penemuan khas meliputi:

Reticulonodular infliltrat yang difus, yang diamati sebagian besar di


basis paru-paru.

KKS SMF Paru RSU Deli Serdang Lubuk Pakam


Dian & Saiful FK UNMAL

Infiltrat paru-paru yang difus membuat gambaran yang kabur antara


batas jantung.

Pleural bilateral mungkin perlu juga diamati diamati karena asbes dapat
menyebabkan infalamasi pada pleural.
Kadang-kadang dapat pula ditemukan kelainan seperti:

pembesaran kelenjar hilus

gambaran nodul-nodul

sudut kostofrenikus yang tumpul.

Karsinoma bronkogen sering dijumpai pada pasien-pasien dengan asbestosis,


begitu juga pada mesotelioma.
Kalsifikasi pleural diafragmatik

Merupakan suatu indikator ekspose asbes yang dapat dipercaya tetapi


bukanlah suatu unsur yang diperlukan untuk hasil diagnosa asbestosis.

Di samping pleura yang diaphragmatik, lokasi lain pada parietal pleura


yang melalui interkostal 9.

Pada awal penyakit,

Gambaran radiologis pada awal penyakit berupa bayangan garis-garis


halus khususnya di paru bagian bawah

Dapat terlihat peningkatan di tanda interstitial, banyaknya garis-garis.

Adanya gambaran seperti sarang lebah, menandai penyakit yang telah


lanjut.1

KKS SMF Paru RSU Deli Serdang Lubuk Pakam


Dian & Saiful FK UNMAL

grb. Rontgen asbestosis PA dan latera

CT Scan
CT scan bermanfaat penggambaran pleural atau kelainan pleura (misalnya,
efusi, plaque, mesotelioma maligna, atelektasis) dan pada penggambaran
parenkimal yang padat adalah sugestif untuk karsinoma bronkogenik.
HRCT scan mendefinisikan infiltrate interstitial dan mungkin sangat
menolong dalam mendiagnosis asbestosis tahap awal.
Penemuan yang khas asbestosis pada HRCT meliputi:

subpleural tak tembus cahaya linier sampai pleura.

fibrosis basis paru-paru dan peribronkiolar, intralobular dan septal


interlobular.

adanya gambaran yang menyerupai sarang lebah merupakan


peringatan dari suatu karsinoma paru.2

Tes lain :
Tes fungsi paru-paru
Pengurangan kapasitas secara difus dapat mendahului perubahan volume
paru-paru, tetapi penemuan dari suatu pengukuran kapasitas tidaklah
spesifik. Di samping pengurangan kapasitas secar difus, kelainan fisiologis
yang paling awal adalah exertional hypoxemia.

KKS SMF Paru RSU Deli Serdang Lubuk Pakam


Dian & Saiful FK UNMAL

10

Total kapasitas paru-paru dikurangi asbestosis dan bersifat membatasi.


Penggunaan spirometri, ditemukan kapasitas yang secara khas nampak
dikurangi, tanpa suatu pengurangan pada perbandingan dari volume
ekspirasi dalam 1 detik dengan kapasitas vital (FEV1-FVC).2
Oximetry
Evaluasi oxygenasi adalah penting sebab hypoxemia yang belum dikoreksi
akan menyebabkan hipertensi yang berkenaan dengan paru-paru dan dapat
mendorong kearah kor pulmonal.
Dokter dapat menggunakan tes yang noninvasif test pada denyut nadi
oximetry sebagai skrening tes, terutama oximetry dilakukan pada saat
istirahat dan selama latihan (misalnya, 6-menit tes berjalan).
Memperoleh informasi akurat dari pengukuran seperti gas darah arteri yang
dapat menunjukan desaturasion selama latihan.2
Spirometri
Gambaran spirometri yang khas adalah penurunan kavasitas vital dan
kapasitas paru total,volume residu biasanya normal atau sedikit menurun serta
penurunan kapasitas difusi.Dalam mendeteksi kelainan ini secara dini maka kita
harus mengamati adanya penurunan kapasitas vital dan kapasitas difusi.2
DIAGNOSIS BANDING
Pneumokoniosis Pekerja tambang Batubara
Dermatomyositis
Hypersensitivas Pneumonitis
Fibrosis paru-paru idiopatik
Sarcoidosis
Silicosis2

KKS SMF Paru RSU Deli Serdang Lubuk Pakam


Dian & Saiful FK UNMAL

11

PENCEGAHAN
Asbestosis dapat dicegah dengan mengurangi kadar serat dan debu asbes
dilingkungan kerja.
Pengendalian penggunaan asbes di tempat kerja ini adalah metoda yang
paling efektif untuk mencegah asbestosis.
Karena industri yang menggunakan asbes sudah melakukan kontrol debu,
sekarang ini lebih sedikit yang menderita asbestosis, tetapi mesotelioma
masih terjadi pada orang yang pernah terpapar 40 tahun yang lalu.
Penghentian ekspose lebih lanjut dari asbes ketika hasil diagnosa asbestosis
dibuat adalah sangat mendesak sebab ekspose lebih lanjut meningkatkan
resiko terjadinya kanker paru.
Ventilasi udara yang cukup di ruang kerja
Penggunaan masker bagi pekerja yang beresiko tinggi dapat mengurangi
pemaparan.
Pekerja yang beresiko terkena asbestosis:
1. Pekerja tambang.
2. Pekerja industri yang menggunakan bahan asbes sebagai bahan dasar
produk misal pabrik semen, tekstil, dan lain-lain.
3. penduduk yang tinggal disekitar pabrik.
4. Pekerja bangunan
Nasehati perokok untuk berhenti atau meninggalkan kebiasaan merokok. 2
Informasikan pada pasien yang menjadi penyebab terkait dengan kerja
penyakit itu.
Penilaian beratnya penyakit dan kerusakan fungsional adalah suatu
pekerjaan penting dalam menentukan perawatan dan rencana lanju
(frekwensi kunjungan klinik, foto rontgen thoraks, fungsi paru-paru).2
Perawatan memerlukan perhatian yang serius dan meningkatkan daya tahan
tubuh dari infeksi pernapasan seperti influensa dan radang paru paru yang
disebabkan oleh pneumokokus.2
Kesadaran akan sulitnya asbestosis untuk mempercepat pendeteksian dan
perawatan.

KKS SMF Paru RSU Deli Serdang Lubuk Pakam


Dian & Saiful FK UNMAL

12

Untuk mengurangi resiko terjadinya kanker paru-paru, kepada para pekerja


yang berhubungan dengan asbes, dianjurkan untuk berhenti merokok.
Di banyak negara maju sudah ada aturan khusus untuk penggunaan asbes ini,
antara lain dikenal dengan The Asbestos Regulation.
TERAPI
Tujuan perawatan adalah untuk membantu pasien dapat bernapas dengan
mudah, mencegah infeksi pernapasan, dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Ultrasonik, cool-mist alat pelembab udara, obat batuk dapat menghilangkan sekresi
bronkial.5
Latihan reguler membantu menjaga dan meningkatkan kapasitas paru-paru.
Walaupun istirahat mungkin direkomendasikan, pasien didukung untuk mulai lagi
aktivitas reguler.5
Antibiotik dimaksudkan untuk menyerang infeksi.
Aspirin atau Acetominophen (Tylenol) dapat membebaskan ketidaknyaman
dan bronchodilators oral atau inhalasi dan melebarkan saluran napas.5
Diuretik atau digitalis glycoside digunakan untuk beberapa pasien. Pada
sebagian orang yang mungkin memerlukan oksigen sebagai tambahan.5
Dapat diberikan obat semprot untuk mengencerkan lendir.3
Pengobatan suportif untuk mengatasi gejala yang timbul adalah membuang
lendir/dahak dari paru-paru melalui prosedur postural drainase.
Kadang-kadang dilakukan pencangkokan paru-paru. Mesotelioma berakibat
fatal, kemoterapi tidak banyak bermanfaat dan pengangkatan tumor tidak
menyembuhkan kanker.3
KOMPLIKASI
Hipertensi pulmonal
Kor Pulmonal
Gagal Jantung kanan
Insufisiensi respiratori progresif
Faktor resiko terjadinya pengembangan komplikasi ini:
1. Jumlah kumulatif asbes inhalasi

KKS SMF Paru RSU Deli Serdang Lubuk Pakam


Dian & Saiful FK UNMAL

13

2. Derajat dispnea
3. Merokok
4. Kombinasi keterlibatan paru-paru dan pleural
5. Gambaran sarang lebah pada gambar radiologi
6. Jumlah neutrofils, eosinofils, dan fibronectin.2
Malignansi
- Karsinoma telah ditemukan pada pasien dengan asbestosis. Pasien dengan
asbestosis juga berhadapan dengan resiko untuk mesothelioma maligna dan
karsinoma pernapasan bagian atas, kerongkongan, biliary sistem, dan
ginjal.2
- Pada abdomen dapat menyebabkan mesotelioma peritoneal.
Plak pleura (kalsifikasi)
Efusi pleura.3
PROGNOSIS
Asbestosis adalah penyakit non malignant yang secara perlahan-lahan
menjadi progresif,dimana dapat menyebabkan kerusakan dan penurunan fungsi pada
paru yang bila tidak ditangani dengan baik dapat berpotensi fatal.
Mesotelioma merupakan komplikasi dari asbestosis yang berakibat fatal dan
sulit disembuhkan.
Penyebab kematian seringkali adalah infeksi paru yang hebat, kor pulmonale
atau kanker.
Asbestosis tidak bisa diobati, tetapi gejalanya dapat dikendalikan. Para
dokter tidak mengetahui mengapa kesehatan beberapa pasien memburuk dan
kondisi dari yang lain sisa yang sama, tetapi perbedaan mungkin dalam kaitan
dengan bermacam-macam ekspose asbes.
Lamanya paparan dan banyaknya asbes yang dihirup mempengaruhi
keparahan penyakit.
Orang-orang dengan asbestosis yang merokok, terutama sekali mereka yang
merokok lebih dari satu bungkus per hari, resiko meningkat pengembangan kanker

KKS SMF Paru RSU Deli Serdang Lubuk Pakam


Dian & Saiful FK UNMAL

14

paru-paru dan harus betul-betul dinasehatkan untuk berhenti atau meninggalkan


merokok.5

DAFTAR RUJUKAN

KKS SMF Paru RSU Deli Serdang Lubuk Pakam


Dian & Saiful FK UNMAL

15

1. Himawan S., Pneumonicosis dalam Kumpulan Kuliah Patologi FKUI, FK


UI Press, Jakarta,1973; 169-70.
2. Aditama TY,Asbestosis,Polusi Udara dan Kesehatan,ARCAN,Jakarta,1992;
37-9.
3. Paru-Paru dan Saluran Pernafasan,Asbestosis :www.medicastore.com.
4. Asbestosis Available at : http://www.eMedicine.com.
5. Wikipedia,

The

free

encyclopedia

Available

at

http://www.Wikipedia.com.
6. Price SA, Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, EGC,
Jakarta,1995: 715.
7. Healt/Library Asbestosis available at ; http://www.CNN.Com.
8. Robbins SL, Dasar Patologi Penyakit, EGC, Jakarta,1995: 449-50.
9. Asbestosis

Is

Serious,

Disabling

Disease

available

at

http://www.Brayton+Purcell.html
10. Asbestosis available at : http://www.healthAtoz.com

KKS SMF Paru RSU Deli Serdang Lubuk Pakam


Dian & Saiful FK UNMAL

16

Anda mungkin juga menyukai