Oleh:
Pembimbing:
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................. 2
BAB 1. PENDAHULUAN........................................................................................ 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................... 5
2.1 Definisi TRALI.................................................................................................... 5
2.1.1 Harmonisasi definisi TRALI dengan definisi ARDS Berlin............................. 8
2.1.2 Faktor resiko TRALI......................................................................................... 10
2.1.2.1 Recipient-related risk factors......................................................................... 10
2.1.2.2 Transfusion-related risk factors..................................................................... 11
2.2 Epidemiologi........................................................................................................ 11
2.3 Patogenesis........................................................................................................... 12
2.3.1 Two-hit.............................................................................................................. 12
2.3.2 Threshold model................................................................................................ 13
2.4 Klinis dan diagnosis............................................................................................. 13
2.5 Pengobatan........................................................................................................... 15
2.6 Prognosis dan pencegahan................................................................................... 15
BAB 3. KESIMPULAN............................................................................................. 18
BAB 4. LAPORAN KASUS...................................................................................... 19
2
BAB I
PENDAHULUAN
Istilah transfusion-related acute lung injury (TRALI) pertama kali dikenalkan oleh
Popovsky et al. pada tahun 1983 untuk merujuk pada edema paru nonkardiogenik yang
merupakan komplikasi terapi transfusi. Sindrom ini sebelumnya disebut sebagai reaksi
hipersensitivitas paru, edema paru alergi, edema paru nonkardiogenik, dan pulmonary
leukoagglutinin reaction.
Barnard pada tahun 1951 melaporkan kasus pertama edema paru yang menyertai
terapi transfusi. Pada tahun 1957, Brittingham pada eksperimennya pertama kali
merangkum fitur klinis TRALI serta menyoroti mekanisme potensial yang dapat memicu
acute lung injury (ALI) dan acute respiratory distress syndrome (ARDS).
Reaksi transfusi terjadi setelah transfusi produk darah (seperti whole blood, fresh
globulin, allogenic and autologous stem cells, and packed red blood cells (PRC). TRALI
adalah sindrom klinis di mana dijumpai edema paru nonkardiogenik akut yang
berhubungan dengan hipoksia yang terjadi selama atau setelah transfusi. TRALI
Transfusion-related acute lung injury tidak hanya didiagnosis secara klinis tetapi
biasanya dikonfirmasi dengan temuan radiografi. Kriteria diagnostik untuk TRALI adalah
3
jika gejala berkembang selama atau dalam 6 jam setelah transfusi tanpa faktor risiko
acute lung injury seperti sepsis dari pneumonia, aspirasi, dan syok. Gejala fisik termasuk
demam, hipotensi, dan takikardia. Temuan klinis termasuk infiltrat bilateral eksudatif
pada foto thoraks, tidak ada bukti kelebihan pembuluh darah paru, dan hipoksemia SpO2
≤ 90% pada udara bebas dengan rasio tekanan parsial oksigen ke konsentrasi oksigen
inspirasi fraksional kurang dari 300 mmHg. Kemungkinan TRALI adalah bila ada faktor
risiko lain untuk cedera paru akut. Delayed TRALI adalah ketika transfusi selesai setelah
6 sampai 72 jam, dan ini dikaitkan dengan kematian yang lebih tinggi. Transfusi-related
circulatory overload (TACO) perlu dikesampingkan karena bisa jadi diagnosis banding
karena kesamaan gambaran edema paru, tetapi hal ini akibat kelebihan volume (Cho et
al., 2019).
Saat ini, Food and Drug Administration (FDA) USA menobatkan TRALI sebagai
telah menghasilkan desain dalam upaya pencegahan TRALI oleh Bank Darah. Terobosan
besar dalam upaya menurunkan angka kejadian TRALI adalah dengan mengeksklusi
donor wanita, karena produk darah wanita mengandung volume plasma yang tinggi..
Patogenesis TRALI dikaitkan dengan infus antibodi donor ke penerima, akan tetapi
TRALI dengan antibodi yang negatif juga ada dilaporkan. Perubahan dalam praktik
transfusi, terutama penggunaan plasma khusus pria, telah menurunkan jumlah kasus dan
kematian yang dimediasi antibodi. Hal ini juga berakibat positif berupa penurunan kira-
kira 2/3 insiden TRALI. Neutrofil tampaknya menjadi sel efektor pada insidensi TRALI
berupa sitotoksisitas sel endotel yang mengakibatkan kebocoran kapiler dan ALI (Kim
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TRALI, berdasarkan parameter klinis dan radiologis, sebagai acute lung injury (ALI) /
acute respiratory distress syndrome (ARDS) yang baru berkembang dalam waktu 6 jam
setelah transfusi produk darah (tabel 2.1 dan gambar 2.1). Jendela waktu 6 jam dipilih
berdasarkan pendapat dari panel ahli. TRALI didefinisikan tanpa faktor risiko ALI
lainnya. Karena karakteristik TRALI sulit dibedakan dari ALI akibat penyebab lain,
maka harus disingkirkan kemungkinan adanya faktor resiko ALI lainnya. TRALI
termasuk kasus ALI yang berkembang dalam 6 jam setelah transfusi, akan tetapi
transfusi merupakan faktor risiko ALI selama 6-72 jam berikutnya. Jadi, delayed TRALI
termasuk TRALI yang onsetnya tertunda setelah transfusi (Kim dan Na. 2015; Vlaar et
al., 2019).
Tabel 2.1 Definisi TRALI berdasarkan konsensus 2004 (Vlaar et al., 2019).
Definisi CCC tahun 2004 memperkenalkan istilah pTRALI untuk pasien yang
memenuhi kriteria klinis TRALI dengan adanya faktor risiko ARDS. Penggunaan kata
5
"possible" dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa tidak jelas apakah faktor risiko
ARDS atau transfusi yang menyebabkan ALI (Tabel 1). Studi klinis dan pra-klinis telah
menunjukkan bahwa inflamasi " first hit" hampir selalu ada sebelum onset TRALI, dan
beberapa studi klinis telah mengidentifikasi faktor risiko ARDS yang mungkin juga
faktor risiko TRALI. Pada CCC tahun 2019, analisis data diatas mengarahkan panel
klinis dan penilaian klinis untuk mengklasifikasikan pasien tersebut sebagai penderita
TRALI atau ARDS. Selanjutnya CCC 2019 mengusulkan agar TRALI lebih lanjut
disubklasifikasi menjadi dua kategori: TRALI Tipe I (tanpa faktor risiko ARDS) dan
TRALI Tipe II (dengan faktor risiko ARDS atau dengan ARDS ringan yang ada (Tabel 2
Gambar 2.1 Kriteria CCC yang direkomendasikan untuk diagnosis TRALI (Voelker dan
Spieth. 2019).
Keterangan: ARDS, acute respiratory distress syndrome; PaO2, partial pressure arterial oxygen; FiO2,
fraction of inspired oxygen; TRALI, transfusion-related acute lung injury
6
Tabel 2.2 Definisi TRALI berdasarkan CCC 2019 (Vlaar et al., 2019).
Tabel 2.3 Klasifikasi edema paru tidak memenuhi kriteria TRALI (Vlaar et al., 2019).
Untuk kasus yang diklasifikasikan sebagai TRALI Tipe II, kasus tersebut harus
memenuhi tiga syarat: 1) memenuhi kriteria klinis yang sama dengan TRALI Tipe I (lihat
Tabel 2, TRALI Tipe I, Bagian a); 2) timbulnya edema paru pasca-transfusi terjadi
7
dengan adanya faktor risiko ARDS atau ARDS ringan; dan 3) telah ada status paru yang
stabil (misalnya, berdasarkan rasio PaO2 / FiO2 [P/F ratio]) dalam 12 jam sebelum
transfusi. Kasus yang memenuhi dua kriteria pertama tetapi tidak memenuhi kriteria
ketiga harus diklasifikasikan sebagai ARDS kecuali kasus tidak memiliki dokumentasi
bahwa P/F ratio kurang dari 300. Dalam keadaan terakhir ini, kasus harus
Para ahli kedokteran paru pada tahun 2012 memperbaharui definisi untuk diagnosis
ALI atau ARDS yang dikeluarkan oleh American European Consensus Criteria (AECC)
ke-18 tahun 1994 di Berlin. Dalam definisi yang diperbarui ini (yaitu, definisi Berlin),
istilah ALI dihilangkan dan diganti dengan ARDS ringan. Namun demikian, karena
terminologi TRALI tertanam dalam terapi transfusi dan sistem hemovigilans di seluruh
dunia, CCC tahun 2019 mengusulkan untuk mempertahankan istilah TRALI dan tidak
2019 selaras dengan sebagian besar kriteria Berlin. Pertama, terdapat sedikit perubahan
daftar faktor risiko ARDS tahun 2004 menjadi lebih paralel dengan definisi Berlin
dengan beberapa penyimpangan kecil (Tabel 2.4), berdasarkan premis bahwa daftar
Berlin telah diperiksa dan disetujui oleh banyak ahli ARDS, tetapi tidak
2004, CCC 2019 setuju bahwa transfusi multipel atau masif tidak mengeksklusi TRALI
Tipe I. namun, jika pasien dengan transfusi multipel memiliki faktor risiko ARDS, kasus
tersebut akan dievaluasi lebih lanjut dan kemudian diklasifikasikan sebagai TRALI Tipe
8
II, ARDS, atau TAD. Kedua, sejalan dengan definisi Berlin, CCC 2019 merevisi kriteria
diagnostik untuk edema paru bilateral dan left atrial hypertension (LAH) dengan
artery wedge pressure telah dihapus dari kriteria LAH. Juga, karena edema paru
hidrostatik dalam bentuk gagal jantung atau kelebihan cairan dapat terjadi bersamaan
dengan ARDS, definisi TRALI yang baru mengakui bahwa meskipun mungkin terdapat
LAH, kasus masih dapat diklasifikasikan sebagai TRALI. Ini membutuhkan penentuan
apakah penyebab utama gangguan respirasi adalah edema paru inflamasi (misalnya,
TRALI atau ARDS), atau edema paru hidrostatik (misalnya, CHF atau TACO). Jika
invasif seperti pulmonary artery wedge pressure harus digunakan. Namun, penilaian
klinis mungkin juga diperlukan. Dalam beberapa kasus, biomarker (brain natriuretic
peptide [BNP] atau NT-proBNP) pada permulaan gejala paru mungkin berguna: ketika
rendah (BNP <300 pg / mL atau NT-proBNP < 2000 pg / mL). karena vasokonstriksi
akibat hipoksia, NT-proBNP hanya mungkin berguna pada populasi kasus dengan gejala
paru ringan. CCC 2019 menetapkan bahwa kriteria Berlin dalam hal penggunaan positive
(misalnya, PEEP 5 cmH2O), tidak berlaku untuk mendiagnosis TRALI. PEEP pada
Kriteria Berlin terutama digunakan untuk menghilangkan atelektasis pada kasus ARDS
dengan P/F ratio yang berkurang. Penerapan PEEP sebagian besar dilakukan dalam
9
Tabel 2.4 Faktor resiko ARDS berdasarkan definisi Berlin (Vlaar et al., 2019).
Faktor resiko spesifik untuk TRALI dapat dibagi secara konseptual menjadi faktor
risiko terkait penerima (recipient-related risk factors) dan faktor risiko terkait transfusi
(transfusion-related risk factors) (Menis et al., 2014; Kim dan Na, 2015).
Banyak komorbiditas yang dianggap sebagai faktor risiko TRALI, termasuk usia
lanjut, sakit kritis, penyakit hati stadium akhir, coronary artery bypass graft, keganasan
hematologi, transfusi masif, ventilasi mekanis, sepsis, dan alkoholik berat. Sakit kritis
merupakan salah satu resiko tertinggi terjadinya TRALI. Sebuah studi metaanalisis
10
bahwa tingkat kejadian TRALI tinggi pada pasien lanjut usia yang menerima transfusi,
termasuk trombosit atau plasma. Insiden TRALI meningkat seiring dengan peningkatan
jumlah unit yang ditransfusikan. Sebuah tinjauan juga mengidentifikasi bahwa wanita tua
Kaukasia berusia 65-79 tahun dengan riwayat fibrosis paru pasca inflamasi 6 bulan dan
Imunoglobulin dan preparat stem cell juga berhubungan dengan TRALI. Sebuah
studi case-control mengunakan 89 pasien dengan TRALI dan 164 kontrol. Studi tersebut
mengungkapkan bahwa rasio odds (OR) TRALI yang lebih tinggi dikaitkan dengan
plasma dari donor perempuan [OR 4.5; CI 95% (1.85-11.2)] dan transfusi masif [OR 4.5;
CI 95% (2.4–8.4)]. Produk darah dengan volume plasma yang tinggi (konsentrat
trombosit, whole blood, dan FFP) juga terkait dengan kejadian TRALI yang lebih tinggi.
Anti-human
neutrophil antigen antibody juga terkait dengan kejadian TRALI [18]. Sebaliknya, anti-
human leukocyte antigen (HLA) class II atau anti-HLA class I antibodies tidak terkait
dengan TRALI. Usia produk darah juga meningkatkan risiko TRALI. Penyimpanan sel
darah merah (RBC) menghasilkan sejumlah perubahan morfologi dan biokimia yang
dikenal sebagai RBC storage lesions (Menis et al., 2014; Kim dan Na, 2015).
2.2 Epidemiologi
Transfusion-related acute lung injury terjadi hingga 15% dari pasien yang mendapat
transfusikan. Laporan lain memperkirakan kejadian TRALI sekitar 0,1% dari pasien
dengan transfusi. Banyak kejadian TRALI tidak diketahui atau terdiagnosa, hal ini
11
terutama diperkirakan akibat kemampuan pengenalan/diagnosis TRALI yang buruk.
Beberapa penelitian telah melaporkan kisaran kejadian 1 dari 7.900 transfusi fresh frozen
plasma (FFP) hingga 1 dari 432 unit whole blood. Selain itu, kejadian TRALI tergantung
pada populasi pasien, dan insiden TRALI yang lebih tinggi diamati terjadi pada pasien
yang sakit kritis. Perkiraan historis untuk kematian terkait TRALI berkisar antara 5
2.3 Patogenesis
melibatkan sekuestrasi neutrofil dan priming di endotel paru, yang mendahului transfusi.
Sel endotel dianggap bertanggung jawab atas sekuestrasi neutrofil. Second-hit disebabkan
oleh aktivasi endotelium dan neutrofil oleh mediator dalam darah yang ditransfusikan,
yang mengakibatkan kebocoran kapiler dan edema paru. Second-hit berbeda pada
darah dan mungkin oleh penuaan sel darah merah dan trombosit, sedangkan antibody-
mediated TRALI (immune TRALI) disebabkan oleh transfusi pasif HLA atau human
neutrophil antigen (HNA) dan antibodi yang sesuai dari donor yang diarahkan terhadap
monosit, dan / atau endotel paru penerima. Lipid bioaktif dan faktor lain dalam darah
yang ditransfusikan bertindak sebagai pengubah respons biologis pada pasien dengan
12
masih belum jelas. Tinjauan sistemik menunjukkan bahwa 86% kasus TRALI dikaitkan
dengan antibodi leukosit (Kim dan Na, 2015; Voelker dan Spieth. 2019).
Hipotesis two-hit menjelaskan terjadinya TRALI pada pasien berisiko tinggi. Namun,
hipotesis ini tidak sesuai dengan TRALI yang berkembang pada penerima yang sehat,
threshold model telah diusulkan untuk menjelaskan kasus-kasus ini. Model ini secara
umum setuju bahwa dibutuhkan two-hit untuk berkembang menjadi TRALI. Namun,
threshold model menjelaskan bahwa TRALI dapat terjadi ketika klik kedua begitu kuat
sehingga peristiwa priming awal tidak diperlukan. Dengan kata lain, jumlah antibodi
yang besar (second-hit) dapat menyebabkan TRALI pada penerima yang tidak memiliki
predisposisi sebelumnya, seperti pada individu yang sehat (Kim dan Na, 2015; Voelker
TRALI timbul sebagai kesulitan bernafas mendadak selama atau segera setelah
transfusi. Hipoksemia dan inflasi paru terdeteksi melalui rontgen dada pada hampir
semua pasien dengan TRALI, dan setengah dari pasien menunjukkan sputum berbusa
berwarna merah muda. Takipnea, takikardia, dan peningkatan tekanan saluran napas
sering diamati. Demam, hipotensi, dan sianosis terjadi pada kurang dari sepertiga pasien
tanda-tanda vital diperlukan untuk mendiagnosis TRALI. Tidak ada tes laboratorium
13
darah paru). Leukopenia terjadi pada 35% transfusi pasien yang lebih aman dengan
produk darah yang mengandung antibodi (Kim dan Na, 2015; Voelker dan Spieth. 2019).
TRALI harus dibedakan dari edema paru karena penyebab lain. Reaksi transfusi
hemolitik dan septik serupa dengan TRALI. Anafilaksis dapat menyebabkan insufisiensi
pernapasan yang mirip dengan TRALI, tetapi tanda dan gejala jalan napas lebih sering
terjadi pada pasien anafilaksis. ALI / ARDS harus dibedakan dari TRALI pada pasien
dengan faktor risiko ALI / ARDS sebelum transfusi (Kim dan Na, 2015; Voelker dan
Spieth. 2019).
insufisiensi pernapasan terkait transfusi (tabel 2.5). Gangguan fungsi miokard dan terapi
cairan yang cepat dan agresif merupakan faktor risiko yang disarankan untuk TACO.
TRALI lebih mungkin dikaitkan dengan tanda dan gejala radang, termasuk demam,
hipotensi, dan inflasi paru eksudatif. Sebaliknya, TACO lebih mungkin dikaitkan dengan
temuan disfungsi jantung dan / atau kelebihan beban volume (Kim dan Na, 2015; Voelker
14
2.5 Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus pada TRALI. Kortikosteroid telah digunakan untuk
ALI / ARDS, tetapi hasilnya tidak konsisten. Penggunaan rutin kortikosteroid pada
pasien dengan TRALI tidak dianjurkan, meskipun terdapat laporan beberapa kasus yang
berhasil. Transfusi harus dilakukan segera dihentikan jika dicurigai TRALI. Bank darah
harus diberitahu tentang kejadian tersebut untuk memulai evaluasi reaksi transfusi untuk
melindungi korban tak terduga lebih lanjut. Manajemen TRALI sangat mendukung.
hipoksemia. Bukti terbatas tersedia untuk mengelola pasien dengan TRALI menggunakan
ventilasi mekanis, dan logis untuk menerapkan volume tidal yang lebih rendah pada
pasien dengan ARDS dari penyebab lain. Terdapat laporan kasus penggunaan extra
corporeal membrane oxygenation (ECMO) pada pasien dengan TRALI berat (Kim dan
Kematian akibat TRALI sekitar 5–10%. Kematian pada 90 hari pada kasus TRALI
mencapai 47% pada populasi dengan sakit kritis. Fungsi paru jangka panjang pada
penderita TRALI tampaknya serupa dengan pasien yang tidak pernah mengalami TRALI,
dan tidak ada komplikasi lanjut yang jelas (contohnya fbrosis atau kerusakan struktural
lain pada parenkim paru yang terjadi sebagai akibat dari TRALI). Kondisi klinis pasien
dengan TRALI ditunjukkan oleh resolusi cepat (~ 2 hari) dari hipoksemia (Kim dan Na,
Kasus-kasus yang diduga TRALI harus segera dilaporkan ke bank darah. Bank darah
harus menyelidiki semua donor terkait untuk mengetahui adanya antibodi anti-HLA dan
15
anti-HNA. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi donor dengan antibodi tersebut dan
mencegah mereka menjadi donor kembali di masa mendatang (Kim dan Na, 2015;
Selain itu, beberapa strategi manajemen donor darah secara umum digunakan untuk
mengurangi kejadian TRALI. Pertama, kepatuhan terhadap pedoman saat ini untuk
menggunakan komponen darah, terutama untuk plasma, adalah wajib untuk mengurangi
risiko pajanan bagi pasien. Strategi transfusi restriktif telah dikaitkan dengan insiden
TRALI yang lebih rendah dibandingkan dengan strategi transfusi liberal (Kim dan Na,
2015; Voelker dan Spieth. 2019). Clifford et al. (2015) melaporkan bahwa pasien yang
ditransfusikan komponen darah dengan volume yang lebih besar selama perioperatif
memiliki resiko terjadinya TRALI yang lebih besar. Pedoman transfusi yang optimal
harus menyediakan produk darah yang cukup untuk memaksimalkan hasil klinis sambil
menghindari efek samping, seperti TRALI. Namun, tidak ada pedoman baku emas
transfusi untuk semua pasien. Dokter harus mempertimbangkan banyak faktor saat
Carson et al. (2014) menunjukkan bahwa pendekatan transfusi darah yang liberal
mortalitas pada kelompok pasien usia lanjut risiko tinggi dengan penyakit kardiovaskular
atau faktor risiko yang mendasari, dibandingkan dengan strategi transfusi restriktif
dengan ambang batas konsentrasi hemoglobin 70-80 g / L. Oleh karena itu, keputusan
komorbiditas, dan keinginan individu pasien. Kedua, donor dengan sedikit kemungkinan
16
alloimmunized to leukocytes harus menerima komponen volume plasma yang tinggi
(misalnya, FFP, plasma, cryo-reduced plasma, apheresis platelets, atau whole blood).
Ketiga, gunakan plasma yang dirawat dengan deterjen pelarut yang dikumpulkan sebagai
alternatif untuk FFP. Keempat, uji antibodi anti-HLA pada donor hamil sebelum
apheresis trombosit atau plasma. Secara khusus, beberapa strategi manajemen termasuk
17
BAB 3
KESIMPULAN
TRALI, berdasarkan parameter klinis dan radiologis, sebagai acute lung injury (ALI)
/ acute respiratory distress syndrome (ARDS) yang baru berkembang dalam waktu 6 jam
setelah transfusi produk darah. Jendela waktu 6 jam dipilih berdasarkan pendapat dari
panel ahli. TRALI didefinisikan tanpa faktor risiko ALI lainnya. Karena karakteristik
TRALI sulit dibedakan dari ALI akibat penyebab lain, maka harus disingkirkan
kemungkinan adanya faktor resiko ALI lainnya. TRALI termasuk kasus ALI yang
berkembang dalam 6 jam setelah transfusi, akan tetapi transfusi merupakan faktor risiko
ALI selama 6-72 jam berikutnya. Jadi, delayed TRALI termasuk TRALI yang onsetnya
18
DAFTAR PUSTAKA
Carson, J.L., Sieber F., Cook D.R, Hoover D.R, Noveck H, Chaitman B.R. 2014. Liberal
versus restrictive blood transfusion strategy: 3-year survival and cause of death
results from the FOCUS randomised controlled trial. Lancet [Epub ahead of
print].
Cho, M.S, P. Modi dan S. Sharma. 2019. Transfusion-related Acute Lung Injury
(TRALI). National Center for Biotechnology Information, U.S. National Library
of Medicine. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK507846/. 20 Agustus 2020
(14.00).
Clifford, L., Q. Jia, A, Subramanian, H, Yadav, G.A. Wilson, S.P. Murphy. 2015.
Characterizing the epidemiology of postoperative transfusionrelated acute lung
injury. Anesthesiology. 122: 12-20.
Kim, J dan S. Na. 2015. Transfusion-related acute lung injury; clinical perspectives.
Korean J Anesthesiol. 68(2): 101–105.
Menis, M, S.A. Anderson, R.A. Forshee, S. McKean, C. Johnson dan R.Warnock. 2014.
Transfusion related acute lung injury and potential risk factors among the
inpatient US elderly as recorded in Medicare claims data, during 2007 through
2011. Transfusion. 54: 2182-93.
Popovsky, Abel dan Moore, S.B. 1983. Transfusion-related acute lung injury associated
with passive transfer of antileukocyte antibodies. Am Rev Respir Dis. 128:185–
189
Vlaar, A.P.J, P. Toy, M. Fung, M.R. Looney, N.P. Juffermans, J. Bux, P. Bolton-Maggs,
A.L. Peters, C.C. Silliman, D.J. Kor dan S, Kleinman. 2019. A consensus
redefinition of transfusion-related acute lung injury. Transfusion. 59:2465–2476.
Voelker, M.T dan P. Spieth. 2019. Blood transfusion associated lung injury. Journal of
Thoracic Disease. 11(8):3609-3615.
19