Anda di halaman 1dari 11

REFERAT

ASBESTOSIS

BLOK CARDIORESPI

Kelompok Tutorial 1

1. Annisa Adietya 1518011125

2. Amalia Widya L 1518011174

3. Bagas Adji Prasetyo 1518011087

4. Denny Andika K 1318011049

5. Fina Fatmawati P 1518011165

6. Fitri Nadia Silvani 1518011035

7. Iqbal Lambara P 1518011002

8. Lulu Farida 1518011188

9. M. Azzibaginda G 1518011137

10. Maya Nurul H 1518011080

11. Nadia Eva Z 1518011114

12. Nikom Sonia P 1518011107

13. Nur Azizah 1518011044

14. Robby Cahyo N 1518011154

15. Siti Nurkomalasari 1518011023

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

2017
DAFTAR ISI
I. Definisi

Asbestosis adalahsuatupenyakitsaluranpernapasan yang


disebabkankarenaserabut-serabut
asbestos.Penyakitinitimbulkarenaresponsparu( berupa fibrosis
/ pneumonitis interstitialis ) sebagaiakibatinhalasidebu ( serabut
) asbestos.Istilah asbestosis pertama kali dikemukakanoleh
Cooke pada 1927, setelahpada 1906
dilaporkankasuskematianakibat asbestos.

II. Etiologi

1. Paparandaridebu( serabut ) asbestos secaralangsung

Penyebabinibiasanyaditemukanpadapekerjapabrik yang
menggunakanbahanbakuatauperalatan yang mengandung
asbestos.

Terdapatbanyakjenisseratasbestetapi yang paling


umumdipakaiadalahkrisotil, amosit, dankrokidolit,
semuanyamerupakansilikat magnesium
berantaihidratkecualikrokidolit yang
merupakansilikatnatriumdanbesi.

2. Paparandaridebu( serabut ) asbestos secaratidaklangsung

Penyebabinibiasanyaditemukanpadapaparandidalamkeluar
ga.

Contoh: Istridirumah yang mencucibajusuami yang


terpapardebu asbestos di tempatkerjabisaterkenapenyakit
asbestosis

III. Epidemiologi

Dalam studi di Amerika Serikat, asbestosis terdeteksi


pada 10% pekerja penambang asbestos yang bekerja selama
10-19 tahun dan pada 90% pekerja yang telah bekerja selama
lebih dari 40 tahun. Laju kematian asbestosis setelah tahun
1970 cenderung meningkat dan pada negara maju menurun
setelah tahun 2000. Kini, CDC memperkirakan terdapat 1.290
kematian akibat asbestosis di Amerika Serikat setiap tahunnya
dengan rata-rata usia penderita sekitar 79 tahun.

Pada studi The Surveillance of Australian Workplace


Based Respiratory Events (SABRE) ditemukan kasus
asbestosis sebanyak 10,2% dari 3.151 kasus penyakit paru
okupasi.

World Health Organization (WHO) memperkirakan 125


juta orang telah terpapar asbes akibat pekerjaan mereka dan
menyebabkan 90 ribu kematian setiap tahunnya. 70% produksi
asbes dunia setiap tahunnya berasal dari tiga negara di Asia.
Tahun 2003, tercatat bahwa negara Asia menggunakan hampir
50% asbes secara global. Negara tersebut yaitu Cina (491.954
ton), India (192.033 ton), Thailand (132.983 ton), Vietnam
(39.382ton) dan Indonesia (32.284 ton).

Secara global, Indonesia merupakan negara terbesar


ke-8 sebagai importir, prosesor, konsumer serta eksporter
asbes dan materialnya. Selama periode 2000-2004, konsumsi
asbes meningkat 20%. Sepanjang tahun, asbes selalu tersedia
di Indonesia dan merupakan salah satu material termurah serta
produk terpilih bagi banyak pelanggan. Lebih dari 7.700
pekerja dipekerjakan pada industri pemprosesan asbes.

IV. Faktor Resiko

Seseorang yang terpapar debu asbes dalam jangka


panjang rentan terhadap asbestosis.Pekerjaan-pekerjaan yang
menimbulkan risiko terpajan asbes tersebut antara lain: 1.
penyekat asbes,

2. pekerja-pekerja asbes yang terlibat dalam pertambangan


dan proses bahan mentah asbes

3. ahli mekanik automobil,

4. pekerja perebusan,

5. ahli elektronik,

6. pekerja pabrik,

7. ahli mekanik atau masinis,

8. armada niaga, personilmiliter,

9. pekerja kilang minyak,

10. tukang cat,

11. pembuat pipa,

12. tukang ledeng/pipa,

13. pekerja bangunan,

14. pembuat jalan raya,


15. pekerja atap rumah,

16. pekerja lembaran metal,

17. tukang pipa uap,

18. pekerja baja,

19. pekerja di industri tekstil.

20. Ahli mekanik dan pesawat terbang

21. Pekerja yang memperbaiki penyekat yang terbuat dari


asbes

22. Pekerja di perkapalan

23. Operator mesin uap

24. Pekerja di jalan kereta api

25. Kontraktor konstruksi

26. Teknisi (pemanasan, ventilasi atau telekomunikasi

27. Pengecat dan dekorator

28. Pengawas bangunan

29. Pekerja pemeliharaan bangunan

V. Patogensis Asbestosis
Serat asbes terkumpul di bronkiolus respiratorius dan akan
dibersihkan oleh sistem mukosilier atau ditransportasikan
melalui sel epitel tipe 1 ke jaringan interstisial kemudian
dialirkan ke kelenjar hilus atau pleura.Lesi pertama pada paru
terjadi kerna penumpukan makrovag aveolar dalam duktus
alveolaris dan daerah peribronkial yang berdekatan dengan
bronkiolus terminalis. Jaringan ini menebal karena
penumpukan interstisial dan fibroblast. Serat asbes bersifat
genotoksik yang menyebabkan kerusakan DNA,transkripsi gen
dan expresi protein yang semuanya penting dalam proliferasi
sel,inflamasi dan kematian sel

VI. Patofisiologi Asbestosis

Proses patofisiologi asbestosis diawali dengan inhalasi serat asbestos.Serat berukuran besar
akan tertahan di hidung dan saluran pernapasan atas dan dapat dikeluarkan oleh sistem
mukosiliaris. Serat berdiameter 0,5-5mikrometer akan tersimpan di bifurcatio saluran,
bronkioli, dan alveoli. Serat asbestos akan menyebabkan cedera sel epitel dan sel makrofag
alveolar yang berusaha memfagosit serat. Beberapa serat akan masuk ke dalam jaringan
intersisium melalui penetrasi yang dibawa oleh makrofag atau epitel. Makrofag yang telah
rusak akan mengeluarkan Reactive Oxygen Species (ROS) yang dapat merusak jaringan dan
beberapa sitokin, termasuk Tumor Necrosis Factor (TNF), nterleukin-1, dan metabolit
asam arakidonat yang akan memulai inflamasi alveoli (alveolitis). Sel epitel yang terganggu
juga mengeluarkan sitokin. Gangguan asbestos berskala kecil tidak akan menimbulkan
gangguan setelah inflamasi terjadi. Namun bila serat terinhalasi dalam kadar lebih tinggi,
alveolitis akan terjadi lebih intens, menyebabkan reaksi jaringan yang lebih hebat. Reaksi
jaringan ini menyebabkan fibrosis yang progresif, yaitu pengeluaran sitokin profibrosis
seperti fibronektin, fibroblast growth factor, platelet-derived growth factor dan insulin-
likegrowth factor yang akan menyebabkan sintesis kolagen.Orang-orang yang terpajan debu
serat-serat asbes dapat tertelan bersama luda atau sputum. Kadangkala air, minuman atau
makanan dapat mengandung sejumlah kecil serat tersebut. Sebagian serat yang tertelan
agaknya menembus dinding usus, tetapi migrasi selanjutnya dalam tubuh tidak diketahui.
Setelah suatu masa laten-jarang di bawah 20 tahun, dapat mencapai 40 tahun atau lebih
setelah pajanan pertama, dapat timbul mesotelioma maligna pleura dan peritoneum.
Mekanisme karsinogenesis tidak diketetahui. Kadang-kadang, serat yang lain, misal talk yang
terbungkus oleh besi berikatan dengan protein, dapat menimbulkan badan asbes.

VII. Manifestasi Klinis


Efek paparan asbes jangka panjang biasanya tidak tampak
hingga 20-30 tahun setelah paparan pertama. Tanda dan gejala
asbestosis yaitu:
1. Sesak nafas Gejala utama asbestosis adalah sesak nafas, pada
awalnya sesak hanya terjadi saat bekerja, lama kelamaan akan terjadi
ketika pasien beristirahat
2. Batuk dan nyeri dada Semakin memburuknya penyakit, pasien akan
mengalami batuk kering yang menetap serta nyeri dada yang hilang
timbul
3. Deformitas jari Pada kasus asbestos yang sudah lanjut, terkadang
menyebabkan deformitas jari yang dinamakan clubbing finger
4. Restriksi hebat volume inspirasi serta nadi cepat dan bersambung
5. Batuk kronis, yang mungkin atau mungkin tidak disertai dengan
lendir

6. Demam

7. Penurunan berat badan

VIII. Menentukan diagnosis kerja


Gejala khas :
1. Sesak nafas
Gejala utama asbestosis adalah sesak nafas, pada awalnya sesak hanya terjadi
saat bekerja, lama kelamaan akan terjadi ketika pasien beristirahat.
2. Batuk dan nyeri dada
Semakin memburuknya penyakit, pasien akan mengalami batuk kering yang
menetap serta nyeri dada yang hilang timbul.
Pemeriksaan Fisik :
1. Deformitas jari
Pada kasus asbestos yang sudah lanjut, terkadang menyebabkan deformitas jari
yang dinamakan clubbingfinger.
2. Suara ronki kering
3. Dapat ada takipneu dan sianosis
Pemeriksaan penunjang:
a. Tes pencitraan
1. Foto Thorax: Asbestosis tampak sebagai corakanradioopak yang
berlebihan pada jaringan paru. Jika asbestosis terus berlanjut memberikan
gambaran seperti sarang tawon.
2. CT-Scan: Umumnya CT-Scan dapat mendeteksi asbestosis dalam tahap awal,
bahkan sebelum gambaran kelainan tersebut tampak pada foto thorax.
b. Spirometri
Tes ini digunakan untuk menentukan seberapa baik paru pasien dapat berfungsi.
Tes ini mengukur seberapa banyak udara yang dapat masuk dan keluar melalui
paru, contohnya pasien diminta untuk meniup sekuat mungkin alat pengukur udara
yang disebut dengan spirometer. Beberapa tes fungsi paru lainnya dapat mengukur
jumlah udara yang ditransfer kedalam aliran darah.

Faktor risiko pekerja:


1. Penambang asbes
2. Penggiling asbes
3. Ahli mekanik dan pesawat terbang
4. Pekerja konstruksi bangunan
5. Pekerja yang memperbaiki penyekat
yang terbuat dari asbes
6. Ahli elektronik
7. Pekerja di perkapalan
8. Operator mesin uap
9. Pekerja di jalan kereta api
10. Kontraktor konstruksi,
11. Teknisi (pemanasan, ventilasi atau
telekomunikasi
12. Pengecat dan dekorator,
13. Pengawas bangunan,
14. Pekerja pemeliharaan bangunan

2. Menentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini


Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga kerja adalah esensial
untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan
anamnesis mengenai riwayat pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup:
a) Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh
penderita secara kronologis
b) Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan pada faktor resiko
c) Bahan yang diproduksi
d) Materi (bahan baku) yang digunakan yang berhubungan dengan asbes
e) Seberapa sering terpajan bahan asbes tersebut
f) Apakah sudah memakai alat pelindung diri
g) Pola waktu terjadinya gejala yang timbul
h) Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami gejala serupa)
i) Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan (MSDS, label, dan
sebagainya)

3. Menentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit tersebut

Semua jenis asbes dapat mengganggu kesehatan, terhirup serat asbes merupakan risiko
kesehatan serius yang dapat menyebabkan timbulnya mesotelioma, kanker paru dan
asbestosis. Mesotelioma merupakan salah satu jenis kanker ganas dimana ditemukan pada
lapisan dada atau perut. Insidensinya meningkat sepanjang berkembangnya dunia industri
sebagai akibat dari paparan yang berkepanjangan terhadap asbes. Kanker paru terbentuk
pada jaringan paru, biasanya pada lapisan sel saluran nafas.

4. Menentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat mengakibatkan
penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka pajanan
yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti lebih lanjut dan
membandingkannya dengan kepustakaan yang ada untuk dapat menentukan diagnosis
penyakit akibat kerja.

5. Menentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat mempengaruhi


Apakah pasien menggunakan APD seperti masker. Apakah pasien mempunyai riwayat
kesehatan (riwayat keluarga) yang menderita asbesitosis. Apakah gaya hidup pasien sudah
benar.

6. Mencari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab penyakit


Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab asbesitosis? Apakah penderita
mengalami pajanan lain selain asbes yang dapat menyebabkan manifestasi klinis yang sama.

7. Membuat keputusan dari ke 6 langkah sebelumnya.

IX. Menentukan Rujukan

Asbesitosis merupakan salah satu Penyakit Akibat Kerja dan perlu dilakukan rujukan
bila terjadi keadaan gawatdaruratan, misalnya seperti: hemoptysis, pneumothoraks
ventil, edema paru.

Jika terjadi kondisi asbesitosis kronis dapat diberikan kepada pulmonologist untuk dilakukan
transplantasi paru dan konsultasi kepada pulmonologist atau dokter spesialis paru mengenai
penilaian fungsi paru, dan evaluasi disabilitas.

X. Pengobatan asbestosis:

Sampai saat ini, tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan penyakit asbestosis. Tata
laksana pada asbestosis hanya sebatas mengurangi gejala dari penyakit ini dan
meningkatkan kualitas hidup pasien dengan penderita asbestosis. Tatalaksana asbestosis
dibagi menjadi 3, yaitu operasi, obat, dan alternatif. Pemberian oksigen mungkin diperlukan.

Operasi:

Operasi pada asbestosis terdiri untuk diagnostik dan penatalaksanaan. Penatalaksaan


operasi ini biasanya dilakukan untuk meringankan gejala dari asbestosis, bukan untuk
menyembuhkan penyakit ini. Pasien dengan asbestosis berat, transplantasi paru bisa
dipertimbangkan untuk dilakukan.

Obat-obatan:

Obat-obatan yang diberikan pada asbestosis berupa penghilang atau pereda rasa nyeri,
bronkodilatator, dan antibiotik. Bronkodilatator diberikan untuk meringankan gejala nafas
pendek-pendek dengan cara merelaksasi jalan udara sehingga udara dapat masuk ke paru-
paru. Bronkodilatator yang digunakan sama dengan yang digunakan pada serangan asma,
yang sering digunakan yaitu Salbutamol.
Dosis pemberian Salbutamol berupa: 2-3 puff tiap 1-2 jam saat terjadi serangan napas.
Pereda rasa nyeri yang diberikan untuk asbestosis misalnya Tylenol. Pasien asbesitosis juga
mendapat pengobatan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.

Pengobatan alternatif:

Sama seperti yang sudah dijelaskan di atas, pengobatan alternatif tidak dapat
menyembuhkan asbestosis tapi bisa mengurangi gejala yang terjadi. Pengobatan alternatif
yang sering digunakan yaitu, akupuntur dan obat herbal.

XI. Komplikasi pada asbestosis

Jika penderita asbestosis juga merokok maka peluang terjadinya kanker paru akan semakin
meningkat. Merokok dan asbes merupakan hal yang berkontribusi terhadap terjadinya
kanker paru-paru.

DAFTAR PUSTAKA

anonim. The Leading mesothelioma Cancer Resource. di akses dari asbestos.com pada t
anggal 13 Nov pukul 20.15 WIB

Cholis, Warda. 2014. Asbestosis. Diakses pada 13 November 2017. Tersedia di


http://www.academia.edu/8764902/ASBESTOSIS

https://docuri.com/download/drdiana_59a7b3d1f581715d508e0
763_pdf

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=428720&v
al=3947&title=PENYAKIT%20AKIBAT%20KERJA%20OLEH%
20KARENA%20PAJANAN%20SERAT%20ASBES )
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=428720&val=3947&title=
PENYAKIT%20AKIBAT%20KERJA%20OLEH%20KARENA%20PAJANA
N%20SERAT%20ASBES )

Kazan AL. Killing the Future: Asbestosuse in Asia. London-


England: IBAS.2007.

National Center for Health Statistics. Asbestosis: Number of


deaths by sex, race, and age,and median age at death, U.S.
residents age 15 and over, 19952004. Tersedia di
http://www2a.cdc.gov/drds/WorldReportData/pdf/2007T01-
01.pdf.

Park EK, Hannaford-Turner KM, Hyland RA, Johnson AR,


Yates DH. Asbestos-related occupational lung diseases in
NSW, Australia and potential exposure of the general
population. Ind Health. 2008.

Robert NJ, Janet MH, Hans Weill. 1996. Asbestose Exposure, Asbestosis, and asbestos-
attributeable lung cancer. Thorax 1996;51 (suppl 2) S9-S15

Salawati, Liza. 2015. Penyakit Akibat Kerja Oleh Karena Pajanan Serat Asbes
Jurnal Kedokteran Syiah Kuala Volume 15.
Sudoyo A W, Setyohadi B, Alwi I dkk. 2009.
BukuAjarIlmuPenyakitDalam. Jilid. III Edisi V. Jakarta: Interna
Publishing.

Varkey, Basil. 2015. Asbestosis. Diakses pada 13 November 2017. Tersedia di


https://emedicine.medscape.com/article/295966-overview

World Health Organization. Elimination of Asbestos-Related


Disease. Policy Paper. 2006. Tersedia di
Http:www.who.int/occupational_health/publications/asbestosrel
ated-disease.pdf.

Anda mungkin juga menyukai