Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Selain untuk pernafasan, paru juga berperan sebagai saringan atau filter
bagi gumpalan darah ( embolus ). Gumpalan darah yang berukuran kecil jika
tersangkut pada pembuluh di paru dapat diatasi oleh mekanisme fibrinolitik.
Akan tetapi, jika gumpalan darah nya cukup besar, mekanisme fibrinolitik
tidak berlangsung dengan baik. Jika mekanisme fibrinolitik tidak berlangsung
dengan baik ketika terdapat gumpalan darah yang besar akan timbul emboli
paru yang menyebabkan aliran darah terhambat. Embolus biasanya dari vena
dalam (deepvein) pada kaki dan pelvis, yaitu vena femoris, vena poplitea atau
vena iliaka. Pada penderita penyakit tromboflebitis yang melakukan
perjalanan jarak jauh dengan menggunakan kendaraan sehingga kaki dalam
keadan posisi menekuk untuk waktu yang lama, thrombus akan mudah
terlepas dan terjadi penggumpalan darah. Polissitemia vera dan penyakit
penggumpalan darah merupakan predisposisi untuk terjadinya emboli paru.
Obat kontrasepsi oral menyebabkan emboli paru mudah terjadi. Sebenarnya,
banyak kejadian emboli paru yang tidak memberikan gejala dan dapat diatasi
sendiri oleh paru melalui mekanisme fibrinolitik. (brunner & suddarth,1996).
Embolisme pulmonal mengacu pada obstruksi salah satu arteri pulmonal
atau lebih oleh thrombus (trombi) yang berasal dari suatu tempat dalam
system venosa atau jantung sebelah kiri, yang terlepas, dan terbawa ke paru.
Kondisi ini merupakan kelainan umum yang berkaitan dengan trauma, bedah
(ortopedik, pelvis, ginekologik), kehamilan, penggunaan kontrasepsi oral,
gagal jantung kongestif, usia lanjut (lebih dari 60 tahun), dan imobilitasyang
berkepanjangan. Sebagian besar trombusberasal dari vena tungkai. (A, Price,
Silvia, dan M, Wilson, Clorraine,2006)

1.2 Rumusan masalah


1. Apa definisi dari Emboli Paru ?
2. Apa saja Klasifikasi dari Emboli Paru ?
3. Bagaimana etiologi Emboli Paru?

Emboli Paru | 1
4. Bagaimana manifestasi klinis dari Emboli Paru ?
5. Bagaimana patofisiologi dari Emboli Paru ?
6. Bagaimana WOC dari Emboli Paru ?
7. Bagaiman pemeriksaan diagnostik dari Emboli Paru ?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari Emboli Paru ?
9. Apa saja Komplikasi dari Emboli Paru ?
10. Bagaimana Penatalaksanaan medis dari Emboli Paru ?
11. Bagaimana pencegahan dari Emboli Paru ?
12. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada penderita Emboli Paru ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari Emboli Paru
2. Untuk mengetahui Klasifikasi dari Emboli Paru
3. Untuk mengetahui etiologi Emboli Paru
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Emboli Paru
5. Untuk mengetahui patofisiologi dari Emboli Paru
6. Untuk mengetahui WOC dari Emboli Paru
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari Emboli Paru
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Emboli Paru
9. Untuk mengetahui Komplikasi dari Emboli Paru
10. Untuk mengetahui Penatalaksanaan medis dari Emboli Paru
11. Untuk mengetahui Pencegahan dari Emboli Paru
12. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan pada penderita Emboli Paru

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Emboli paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru-paru) oleh
suatu embolus secara tiba-tiba terjadi. (Perisai Husada-kliniks pecialis
penyakit dalam dan syaraf).
Emboli paru adalah obstruksi salah satu atau lebih arteri pulmonalis oleh
trombus yang berasal dari suatu tempat. (brunner dan suddarth,1996, 620)
Emboli paru merupakan keadaan terjadinya obstruksi sebagian atau total
sirkulasi arteri pulmonalis atau cabang-cabang akibat tersangkutnya Emboli
thrombus atau Emboli yang lain (Aru W. Sudoyo, 2006).

Emboli Paru | 2
Emboli Adalah suatu benda asing yang tersangkut pada suatu tempat
dalam sirkulasi darah. Benda tersebut ikut terbawa oleh aliran darah, dan
berasal dari suatu tempat lain dari pada susunan sirkulasi darah.
Emboli Paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru-paru)
oleh suatu embolus, yang terjadi secara tiba-tiba. Suatu emboli bisa
merupakan gumpalan darah (trombus), tetapi bisa juga berupa lemak, cairan
ketuban, sumsum tulang, pecahan tumor atau gelembung udara, yang akan
mengikuti aliran darah sampai akhirnya menyumbat pembuluh darah.
2.2 Klasifikasi
1. Embolus Besar
Tersangkut di arteri pulmonalis besar atau dari percabangan arteri
pulmonalis.
Dapat menyebabkan kematian seketika.
Dapat menyebabkan kolaps kardiovaskuler dan gangguan
hemodinamik.
2. Embolus Kecil
Tidak menimbulkan gejala klinis pada penderita tanpa kelemahan
kardiovaskuler.
Dapat menyebabkan nyeri dada sepintas dan kadang kadang
hemoptisi karena pendarahan paru.
Pada penderita dengan kelemahan sirkulasi pulmoner (payah
jantung) dapat menyebabkan infark.
2.3 Etiologi
Kebanyakan kasus emboli paru brunner dan suddarth (1996, 620) disebabkan
oleh :
1. Bekuan darah
2. Gelembung udara
3. lemak
4. gumpalan parasit
5. sel tumor
2.4 Manifestasi Klinis
Gejala-gejala embolisme paru tergantung pada ukuran thrombus dan area
dari arteri pulmonal yang tersumbat oleh thrombus. Gejala-gejala mungkin
saja tidak spesifik.Nyeri dada adalah gejala yang paling umum dan biasanya

Emboli Paru | 3
mempunyai awitan mendadak dan bersifat pleuritik.Kadang dapat subternal
dan dapat menyerupai angina pectoris atau infark miokardium. Dyspnea
adalah gejala yang paling umum kedua yang di ikuti dengan takipnea,
takikardi, gugup, batuk, diaforesis, hemoptisis, dan sinkop. (brunner dan
suddarth, 1996, 621)
Embolisme massif yang menyumbat bifurkasi arteri pulmonal dapat
menyebabkan dyspnea nyata, nyeri substernal mendadak, nadi cepat dan
lemah, syok, sinkop dan kematian mendadak. (brunnerdansuddarth, 1996,
621)
Emboli kecil multiple dapat tersangkut pada arteri pulmonal terminal,
mengakibatkan infark kecil multiple pada paru-paru. Gambaran klinis dapat
menyerupai bronko pneumoni atau gagal jantung. (brunner dan suddarth,
1996, 622)
2.5 Patofisiologi
Ketika thrombus menyumbat sebagian atau seluruh arteri pulmonal, ruang
rugi alveolar membesar karena area, meski terus mendapat ventilasi,
menerima aliran darah sedikit maupun tidak sama sekali. Selain itu sejumlah
subtansi yang dilepaskan dari bekuan dan menyebabkan pembuluh darah
bronkhiolus berkonstriksi. Reaksi ini diseimbangi ketidakseimbangan
ventilasi perfusi, menyebabkan darah terpirau dan mengakibatkan penurunan
kadar O2 dan peningkatan CO2. (brunner dan suddarth, 1996, 621)
Konsekuwensi himidinamik adalah peningkatan tahanan vascular paru
akibat penurunan ukuran jaring-jaring vascular pulmonal.,menyebabkan
peningkatan tekanan arteri pulmonal dan akhirnya meningkatkan kerja
ventrikel kanan untuk mempertahankan aliran darah pulmonal. Bila
kebutuhan ventrikel kanan melebihi kapasitasnya, maka akan terjadi gagal
ventrikel kanan yang mengarah pada penurunan tekanan darah sistemik dan
terjadinya syok. (brunner dan suddarth, 1996, 621)

Emboli Paru | 4
Emboli Paru | 5
2.6 WOC
Materi emboli (embolus)

Beredar di embuluh darah

Sampai di sirkulasi pulmonal

Tersangkut di cabang-cabang arteri pulmonaal

Terus mendapat
ventilasi EMBOLI

System pernafasan System System neurologi System System


kardiovaskuler perkemihan hemodinamik

Ruang rugi alveolar Meningkatkan kerja Oksigen menrurun Oksigen menurun Obstruksi embolik
membesar ventrikel kanan

Alveolar Gagal ventrikel Hipoksia jaringan Frekuensi urine Hilangnya


membesar kanan otak menurun kapasitas vaskuler

Emboli Paru | 6
Alran darah sedikit Penurunan tekanan darah Sakit kepala MK : PERUHAN Aliran darah
sistemik daerah frontal meningkat
ELIMINASI URIN

Substansi melepaskan Terjadinya syok Perfusi jarinagan Hipotensi


bekuan

Ketidakseimbangan MK : Penurunan bradikardi


ventilasi perfusi 1. RESIKO SYOK kesadaran

2. PENURUNAN
Pembuluh darah MK : MK : PENURUNAN CURAH
CURAH JANTUNG
bronkiolus berkontriksi 1. RESIKO CIDERA JANTUNG
2. GANGGUAN PERFUSI
Darah terpirau
dra JARINGAN SEREBRAL

Penurunan kadar O2
dan Peningkatan CO2

MK :
1. GANGGUAN PERTUKARAN GAS
2. KETIDAKEFEKTIFAN POLA NAFAS
Emboli Paru | 7
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostic emboli paru menurut brunner dan suddarth, (1996,
622) adalah :
1. Rontgen dada
Rontgen dada pada emboli paru biasanya normal tetapi dapat
meunjukkan pneumokontriksi, infiltrat, atelektasis, elevasi diagfragma
pada posisi yang sakit, atau dilatasi besar arteri pulonal dan efussi
pleura.
2. EKG
EKG biasanya menunjukkan sinus takikardia, atrial flutter atau
fibrilasi dan kemungkinan penyimpangan aksis kanan, atau regangan
vcentrikel kanan.
3. Pletismografi impedans
Pletismografi impedans dilakukan untuk menentukan adanya
troimbosis pada vena profunda.
4. Gas darah arteri
Gas darah arteri pada emboli paru dapat mennjukkan hipoksemia dan
hipokapnea.
2.8 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Pemeriksaan darah tepi: Kadang kadang ditemukan leukositosis dan
laju endap darah yang sedikit tinggi.
b. Kimia darah: Peningkatan kadar enzim SGOT, LDH
c. Analisis gas darah: Pao2 rendah (Hipoksemia), menurunnya PaCo2
atau dibawah 40 mmHg.
2. Elektrokardiografi
Kelainan yang ditemukan pada elektrokardiografi juga tidak spesifik untuk
emboli paru, tetapi paling tidak dapat dipakai sebagai pertanda pertama
dugaan adanya emboli paru, terlebih kalau digabungkan dengan keluhan
dan gambaran klinis lainnya.

3. Rontgen Thorax
Pada pemeriksaan foto rontgen dada pasien emboli paru, biasanya ditemui
kelainan yang sering berhubungan dengan adanya kelainan penyakit

Emboli Paru | 8
kronik paru atau jantung pada pasien emboli paru tanda radiologi yang
sering didapatkan adalah pembesaran arteri pulmonalis desendens,
peninggian diagfrakma bilateral, pembesaran jantung kanan, densitas paru
daerah terkena dan anda westermark.
2.9 Komplikasi
Komplikasi akibat emboli paru adalah :
1. Gagal napas,
2. Gagal jantung kanan akut, dan
3. hipotensi
2.10 Penatalaksanaan Medis
Menurut brunner dan suddarth (1996, 623) Tujuan pengobatan adalah untuk
menghancurkan (lisis) emboli yang ada dan mencegah pembentukan yang
baru. Pengobatan embolisme paru dapat mencakup beragam modalitas :
terapi antikoagulan
terapi trombolitik
tindakan umum untuk meningkatkan status pernafasan dan vascular
intervensi bedah
terapi koagulasi meliputi heparin, natrium warfarin telah menjadi metoda
primer secara tradisional untuk mengatasi trombosis vena profunda akut dan
embolisme paru. Terapi tromboilitik meliputi urokinase, streptokinase
mungkin juga digunakan dalam mengatasi embolisme paru, terutama pada
paien yang sangat terganggu. Terapi trombolitik menghancurkan trombus atau
emboli lebih cepat dan memulihkan fungsi himodinamik sirkulasi paru lbih
besar, karena mengurangi hipertensi paru dan memperbaiki perfusi,
oksigenasi, dan curah jantung. Tindakan umum dilakukan untuk memperbaiki
status pernafasan dan vaskular pasien. Terapi oksigen diberikan untuk
memperbaiki hipoksia dan untuk menghilangkan vasokontriksi vaskular paru
dan dan mengurangi hipertensi paru. Intervensi bedah yang dilakukan adalah
embolektomi paru tapi embolektomi dapat diindikasikan dalam kondisi
berikut :
Jika pasien mengalami hipotensi persisten, syok, dan gawat panas
Jika tekanan arteri pulmonal sangat tinggi

Emboli Paru | 9
Jika anngiogram menunjukkan obtruksi bagian besar mbuluh darah
Paru.
Embolektomi pulmonari membutuhkan torakotomi dengan teknik
bypass
Jantung paru.
2.11 Pencegahan
Pencegahan emboli paru adalah :
Pada orang-orang yang memiliki resiko menderita emboli paru, dilakukan
berbagai usaha untuk mencegah pembentukan gumpalan darah di dalam vena.
Untuk penderita yang baru menjalani pembedahan (terutama orang tua),
disarankan untuk:
1. Menggunakan stoking elastis
2. Melakukan latihan kaki
3. Bangun dari tempat tidur dan bergerak aktif sesegera mungkin untuk
mengurangi kemungkinan terjadinya pembentukan gumpalan.
Stoking kaki dirancang untuk mempertahankan aliran darah, mengurangi
kemungkinan pembentukan gumpalan, sehingga menurunkan resiko emboli
paru. Terapi yang paling banyak digunakan untuk mengurangi pembentukan
gumpalan pada vena tungkai setelah pembedahan adalah heparin. Dosis kecil
disuntikkan tepat dibawah kulit sebelum operasidanselama 7 hari setelah
operasi. Heparin bias menyebabkan perdarahan dan memperlambat
penyembuhan, sehingga hanya diberikan kepada orang yang memiliki resiko
tinggi mengalami pembentukan gumpalan, yaitu:
1. penderita gagal jantung atau syok
2. penyakit paru menahun
3. kegemukan
4. sebelumnya sudah mempunyai gumpalan.
Heparin tidak digunakan pada operasi tulang belakang atau otak karena
bahaya perdarahan pada daerah ini lebih besar.
Kepada pasien rawat inap yang mempunyai resiko tinggi menderita emboli
paru bisa diberikan heparin dosis kecil meskipun tidak akan menjalani
pembedahan.Dekstran yang harus diberikan melalui infus, juga membantu

Emboli Paru | 10
mencegah pembentukan gumpalan. Seperti halnya heparin, dekstran juga bisa
menyebabkan perdarahan. Pada pembedahan tertentu yang dapat
menyebabkan terbentuknya gumpalan, (misalnya pembedahan patah tulang
panggul atau pembedahan untuk memperbaiki posisi sendi), bisa diberikan
warfarin per-oral. Terapi ini bisa dilanjutkan untuk beberapa minggu atau
bulan setelahpembedahan

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan

Emboli Paru | 11
Emboli paru adalah penyumbatan arteri pulmonalis (arteri paru-paru) oleh
suatu embolus secara tiba-tiba terjadi. (Perisai Husada-kliniks pecialis
penyakit dalam dan syaraf).
Penyebab dari emboli paru adalah suatau benda asing yang tersangkut
pada suatau tempat dalam sirkulasi darah. Benda tersebut ikut terbawa oleh
aliran darah, dan berasal dari suatu tempat lain dari pada susunan sirkulasi
darah.
3.2 Saran
Dengan adanya Asuhan keperawatan ini diharapkan pembaca dapat
menambah wawasan tentang penyakit Emboli paru. Bagi para pembaca kami
berharap agar tidak merasa puas dengan Asuhan keperawatan yang kami
tulis,Karena kami pun menyadari bahwa dalam penulisan Asuhan
keperawatan ini masih jauh dari sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

Emboli Paru | 12
A. Price Sylvia dan M. Wilson Clorraine. 2006. Patofisiologi. Edisi Ke 6. EGC:
Jakarta
Brunner & Suddarth.1996.Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah.Jakarta:Buku
Kedokteran EGC
Brunner & Suddrath.2001. buku ajarkeperawatan medikal-bedah. Jakarta : Buku
kedokteran EGC
Doengoes, Marilynn, dkk, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa :
I Made Kariasa dan Ni Made S,EGC, Jakarta
Doengoes,Marilynn,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan;Peoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,edisi 3alih bahasa: I
MadeKariasa dan Ni Made S, EGC, Jakarta
http://nursingbegin.com/asuhan-keperawtan-pada-klien-emboli-paru/

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

Emboli Paru | 13
3.1 Pengkajian
1. Identitas klien
1) Nama :
2) Umur :
3) Jenis kelamin :
4) Agama :
5) Pekerjaan :
6) Suku/bangsa :
7) Alamat :
8) Klien masuk rumah sakit :
9) Tanggal pengkajian :
10) Dx medis :
2. Penanggung jawab
1) Nama :
2) Usia :
3) Agama :
4) Suku bangsa :
5) Pekerjaan :
6) Alamat :
7) Hubungan dengan klien :

3.2 Keluhan Utama


Klien sering mengeluh nyeri pada dadanya
3.3 Riwayat kesehatan sekarang
Ditemukan adanya keluhan nyeri pada dadanya, sesak nafas,
berdebar-debar, demam, dan susah
3.4 Upaya yang telah dilakukan :
Sebelumnya pasien mengonsumsi insulin
Terapi/operasi yang pernah dilakukan :-
Riwayat kesehatan
Penyakit yang pernah dialami klien:
Pengobatan yang didapatkan :
Kebiasaan berobat :
Alergi :
3.5 Riwayat penyakit keluarga

4.1 Pemeriksaan Fisik

Emboli Paru | 14
TTV:
TD :
S :
BB :
N :
RR :
Kesadaran :

4.2 Pengkajian Per-sistem


1. Sistem Pernafasan
Anamnesa : Pasien mengatakan nyeri uluhati
a. Hidung
Inspeksi: Tidak ada secret / ingus, tidak mengalami epistaksis,
tidak polip, tidak ada oedem pada mukosa.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
b. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir tidak sianosis
c. Leher
Inspeksi : Tidak ada trakheostomi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
d. Faring
Inspeksi : Tidak kemerahan, tidak ada oedem / tanda-tanda
infeksi,
e. Area dada
Inspeksi : Pola nafa snormal dan tidak adanya penarikan otot
intercosta
Palpasi : Tidak ada Nyeri tekan
Perkusi : Bunyi resonan
Auskultasi : Tidak ada ronchi dan wheezing

Emboli Paru | 15
2. Sistem Kardiovaskuler dan Limfe
Anamnesa : Pasien mengatakan nyeri ulu hati
a. Wajah
Inspeksi : Wajah tampak pucat, konjungtiva tidak pucat
Leher
Inspeksi : Tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : Arteri carotis communis teraba kuat
b. Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris
Palpasi : Letak ictus cordis pada ICS 4-5
Perkusi : Bunyi pekak pada batas jantung
Auskultasi : bunyi Bj1 dan bj2 tunggal
c. Ekstermitas atas
Inspeksi : Tidak sianosis
Palpasai : Suhu akral normal

d. Ekstermitas bawah
Inspeksi : Tidak ada sianosis maupun oedem
Palpasi : Suhu akral normal
3. Sistem persyarafan
Anamnesa : Tidak ada keluhan pada sistem persyarafan
a. Uji nervus I olfaktorius ( pembau) : Pasien dapat membedakan
bau bauan
b. Uji nervus II opticus ( penglihatan) : Tidak ada katarak, infeksi
konjungtiva atau infeksi lainya, pasien dapat melihat dengan
jelas tanpa menggunakan kaca mata
c. Uji nervus III oculomotorius : Tidak ada edema kelopak mata,
hipermi konjungtiva, hipermi sklera kelopak mata jatuh (ptosis),
celah mata sempit (endophthalmus), dan bola mata menonjol
(exophthalmus)
d. Nervus IV toklearis : Ukuran pupil normal
e. Nervus V trigeminus ( sensasi kulit wajah) : Pasien dapat

Emboli Paru | 16
membuka dan menutup mulut
f. Nervus VI abdusen : Tidak ada strabismus (juling), gerakan
mata normal
g. Uji nervus VII facialis : Pasien dapat menggembungkan pipi,
dan menaikkan dan menurunkan alis mata
h. Nervus VIII auditorius/AKUSTIKUS : Pasien dapat mendengar
kata kata dengan baik
i. Nervus IX glosoparingeal : Terdapat reflek muntah
j. Nervus X vagus : Dapat menggerakan lidah
k. Nervus XI aksesorius : Dapat menggeleng dan menoleh kekiri
kanan, dan mengangkat bahu
l. Nervus XII hypoglosal/ hipoglosum : Dapat menjulurkan lidah.
Pemeriksaan Reflek fisiologis : Normal, tidak ada gangguan.
Pemeriksaan reflek patologis : Normal, tidak ada gangguan.
GCS (Glasgow Coma Scale) :
Eye/membuka mata (E) : 4
Motorik (M) : 6
Verbal/bicara (V) : 5

4. Sistem perkemihan
Anamnesa : Tidak ada keluhan pada sistem perkemihan
Genetalia eksterna
Inspeksi : Tidak ada odema, tidak ada tandatanda infeksi, tidak
terpasang kateter
Palpasi : Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
Kandung kemih
Inspeksi : Tidak ada massa/ benjolan, tidak ada pembesaran
kandung kemih
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Ginjal
Inspeksi : Tidak ada pembesaran daerah pinggang
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan abdomen kuadran I dan II diatas

Emboli Paru | 17
umbilikus
Perkusi : Tidak ada nyeri ketok

5. Sistem pencernaan
Anamnesa : pasien mengeluh perutnya sampai uluhati sakit nyeri
a. Mulut
Inspeksi : Tidak ada sianosis, pada gigi terdapat adanya plak,
jumlah gigi 28 buah, dan mengalami caries di beberapa gigi
bagian bawah.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
b. Lidah
Inspeksi : Tidak ada tremor, lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada oedema
c. Faring
Inspeksi : Tidak hiperemi
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar
d. Abdomen
Inspeksi:tidak distensi abdomen
Palpasi : ada nyeri tekan
Perkusi : ada nyeri, tymphani
Auskultasi : bising usus hiperaktif

6. Sistem Muskuloskeletal & Integumen


Anamnesa : Tidak ada keluhan pada sistem muskuloskeletal dan
integumen
Kekuatan otot : 4 4
4 4
Keterangan:
0: Tidak ada kontraksi
1: Kontaksi (gerakan minimal)
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi

Emboli Paru | 18
4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan
tahanan ringan
5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan
tahanan penuh

7. Sistem Endokrin dan Eksokrin


Anamnesa : Tidak ada keluhan pada sistem endokrin dan eksokrin
1) Kepala
Inspeksi : Distribusi rambut tidak merata, ketebalan tidak
normal, rambut mengalami kerontokan dan terdapat ketombe
2) Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
3) Payudara
Inspeksi : Tidak ada pembesaran mamae
4) Genetalia
Inspeksi : Penyebaran bulu pubis merata
Palpasi : Tidak ada benjolan
5) Ekstermitas bawah
Inspeksi : Tidak ada odema

8. Sistem Reproduksi
Anamnesa : Tidak ada keluhan pada sistem reproduksi, telah
mengalami menopause
1. Payudara
Inspeksi : Bentuk simetris
Palpasi : Tidak ada benjolan
2. Axila
Inspeksi : Tidak ada benjolan
Palpasi : Tidak ada benjolan
3. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada pembesaran abdomen

Emboli Paru | 19
Palpasi : Tidak ada massa
4. Genetalia
Inspeksi : Vagina bersih, tidak ada odema, tidak ada tanda-
tanda infeksi.
Palpasi : Tidak ada benjolan/ massa dan tidak ada nyeri
tekan
9. Sistem Persepsi Sensori
Anamnesa : Tidak ada keluhan pada persepsi sensori
1. Mata
Inspeksi : Bentuk mata simetris, sklera agak merah
Palpasi : Tidak ada nyeri
2. Penciuman
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan

Emboli Paru | 20
ANALISA DATA
Nama Pasien :
Diagnosa : Nyeri Akut
Ns. Diagnosis Nyeri akut (00132)
(NANDA-I) Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan fisik
DEFINITION Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International
Association for the Study) ; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi dan berlangsung kurang dari 6 bulan.
DEFINING Bukti nyeri dengan mengunkana standar daftar periksa nyeri
CERATERISTI untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkanya(mis;
CS neonatal infant pain scale,pain assasement check list for
senior with limited abality to communicate)
Diaforesis
Dilatasi pupil
Ekspresi wajah nyeri(mis;mata kurang bercahaya,tampak
kacau ,gerakan mata berpencar/atau tetap pada satu
fokus,meringgis)
Fokus menyempi(mis; presespi waktu,proses berpikir
interaksi dengam orang dan lingkugsn)
Fokus pada diri sendiri
Keluhan tentang intensitas mengunkan standar skala nyeri
(mis; skala wong-baker FACES, skala analog visual,skala
penilian numerik)
Keluhan tentang karakteritis nyeri dengan mengunakan
standart instrumen nyeri(mis; McGill pain inventory)
Laporan tentang perilaku nyeri/ perubahan aktivitas(mis;
anggota keluarga,pemberi asuhan)
Mengekspresikan

Emboli Paru | 21
perilaku(mis;gelisah,merengek,menagis,waspada)
Perilaku distraksi
Perubahan pada paremeter fisiologi(mis; tekanan darah,
frekuensi jantung,frekuensi pernafasan,saturasi oksigen dan
endtidal karbondioksida (CO2)
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Perubhan selera makan
Putus asa
Sikap melindugi area nyeri
Sikap tubuh melindungi
RELATED Agen cidera biologis(mis; infeksi, inskhemia,noeplasma)
FACTOR Agen cedera fisik (mis; abse, amputasi,luka bakar,terpotong,
mengakat berat,prosedur bedah, trauma,olaraga berlebihan)
Agen cidera kimiawi(mis; luka bakar,kapsaisin,mentilen
klorida,agens mustard)
ASSESSMENT Subjektive data entry Objektive data Entry

DIAGNOSIS Client Ns. Diagnosis (specify)


Diagnostic Nyeri akut
Related to :
Statement :

Emboli Paru | 22
4.3 INTERVENSI
Nama Pasien :
Diagnosa : Nyeri Akut
NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUT COME INDIKATOR
Manajemen nyeri Observasi : Pain Control 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu
Definisi : 1. Observasi reaksi ketidaknyaman secara Definisi : Tindakan penyebab nyeri, mampu
Mengurangi nyeri atau nonverbal individu untuk menggunakan tehnik
menurunkan nyeri ke R: Untuk mengetahui tingkat mengendalikan nonfarmakologi untuk
level kenyamanan yang ketidaknyamanan dirasakan oleh pasien nyeri. mengurangi nyeri, mencari
diterima oleh pasien, Action: bantuan) (4)
2. Kaji secara komprehensip terhadap nyeri
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, 2. Melaporkan bahwa nyeri
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan berkurang dengan
faktor presipitasi menggunakan manajemen
R: Untuk mengetahui tingkat nyeri nyeri(3)
pasien
1. Gunakan strategi komunikasi 3. Mampu mengenali nyeri
terapeutik untuk mengungkapkan (skala, intensitas, frekuensi dan
pengalaman nyeri dan penerimaan tanda nyeri)(4)
klien terhadap respon nyeri
R: Untuk mengalihkan perhatian 4. Menyatakan rasa nyaman

Emboli Paru | 23
pasien dari rasa nyeri setelah nyeri berkurang(3)
2. Lakukana pengukura TTV pada
pasien. 5. Tanda vital dalam rentang
R: memantau perubahan TTV normal(4)
pasien
3. Melakukan tehnik distraksi dan
relaksasi 6. Tidak mengalami gangguan
R: Agar nyeri yang dirasakan klien tidur(4)
tidak bertambah.
4. Membuat lingkugan lebih kondusif
R: dapat mengurangi tingkat
kecemasan dan membantu klien
dalam membentuk mekanisme
koping terhadap rasa nyer
Colaboration :
1. Kolaborasi pemberian analgesic
R: Pemberian analgetik dapat
mengurangi rasa nyeri pasien

Health Education:
1. Berikan informasi tentang nyeri
termasuk penyebab nyeri, berapa

Emboli Paru | 24
lama nyeri akan hilang, antisipasi
terhadap ketidaknyamanan dari
prosedur
R: untuk mengetahui apakah terjadi
pengurangan rasa nyeri atau nyeri
yang dirasakan klien bertambah.

Emboli Paru | 25
4.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Dx.Kep : Nyeri AKut
Tgl JAM Tindakan Paraf
1. Melakukan Cek TTV Pasien:
TD :140/100mmHg
RR :30x/menit
Nadi :110x/menit
Suhu :37,50C
1. Observasi reaksi ketidaknyaman secara
nonverbal
2. Mengkaji secara komprehensip terhadap
nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan
faktor presipitasi
3. Pemberian analgesic perIV
1. Melakukan tehnik distraksi dan relaksasi
Mengunakan latihan nafas dalam,pasien
bisa mahami dan mencoba tehniknya
2. Melakukan Cek TTV Pasien:
TD :120/80mmHg
RR :24x/menit
Nadi :80x/menit
Suhu :370C
3. Membuat lingkugan lebih kondusif dengan
cara pembatasan kunjugan keluearga dan
kerabat.

1. Mengukur TTV :
TD :120/80
RR: 20x/menit
Suhu : 37,0C
N : 70 x/menit
2. memberikan informasi tentang nyeri
termasuk penyebab nyeri, berapa lama

Emboli Paru | 26
nyeri akan hilang, antisipasi terhadap
ketidaknyamanan dari prosedur
3. berikan obat analgesik perIv
EVALUASI KEPERAWATAN
Inisial Nama : Tn.A
Dx.Kep : Nyeri Akut
Tgl/Jam Diagnosa Catatan Perkembagan Paraf
Nyeri Akut S:
O:
A:
P:
S:
Nyeri Akut O:
A:
P:
Nyeri Akut S:
O:
A:
P:

Emboli Paru | 27
BAB IV
ASSUHAN KEPERAWATAN KASUS

Kasus
Tn A, umur 50 tahun, masuk Rumah Sakit Umum pada tanggal 9 Oktober
2012 melalui IGD jam 13.00 WIB, Klien masuk rumah sakit diantar oleh istrinya
Ny L 45 tahun, Klien datang dengan keluhan sesak nafas, berdebar-debar, demam,
dan susah tidur. Klien juga mengatakan mempunyai riwayat merokok, dapat
menghabiskan 2 bungkus perhari sejak umur 18 tahun, serta gaya hidup yang
tidak teratur, kurangnya olah raga, sering makan makanan yang bersantan. TTV
TD : 150/100 mmhg, N : 110 x/menit, S : 37,5 C, RR : 30 x/menit.

4.5 Pengkajian
3. Identitas klien
11) Nama : Tn A
12) Umur : 50 th
13) Jenis kelamin : laki-laki
14) Agama : islam
15) Pekerjaan : Tani
16) Suku/bangsa : minang/indonesia
17) Alamat : Jalan Soekarno III,
no. 24, Garden, Jambi
18) Klien masuk rumah sakit : Tanggal 09 oktober 2012
jam 13.00 WIB
19) Tanggal pengkajian : Tanggal 10 oktober 2012
jam 06.00 WIB
20) Dx medis : Emboli paru
4. Penanggung jawab
8) Nama : Ny. L
9) Usia : 45 th
10) Agama : Islam
11) Suku bangsa : batak

Emboli Paru | 28
12) Pekerjaan : IRT
13) Alamat : Jalan Seilendra II, no. 24,
Coffe Garden, Jambi
Hubungan dengan klien : istri klien

4.6 Keluhan Utama


Klien mengeluh sesak nafas
4.7 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien mengeluh sesak nafas, berdebar-debar, demam, dan susah
tidur dengan TTV TD : 140/100 mmhg, N : 110 x/menit, S : 37,5 C, RR :
30 x/menit. Kemudian pasien dirujuk Rumah Sakit Umum Raden Mataher
pada tanggal 9 Oktober 2012 melalui IGD Jam 13.00 WIB
Pasien merasakan sesak nafas :
P : Pasien mengatakan sesak nafas
Q : Terasa terbebani
R : Pada kepala belakang
S :7
T : Saat beraktifitas di siang hari
Upaya yang telah dilakukan :
Sebelumnya pasien mengonsumsi insulin
Terapi/operasi yang pernah dilakukan :
Pasien sebelumnya tidak pernah dirawat dirumah sakit,hanya
beberapa kali periksa dengan dokter di puskesmas. Klien mengatakan
sulit bernafas, klien tampak menggunakan nafas bibir, lemah dan pucat,
kien juga mengeluh sakit pada dadanya, nyeri seperti tertimpa benda berat,
skala nyeri 6, durasi nyeri 3 menit setiap 1 jam, klien tampak meringis dan
gelisah, tampak selalu memegang dadanya, klien tampak cemas, dan klien
mengatakan takut terhadap penyakit yang dideritanya. Klien mengatakan
tidak mengerti akan penyakit yang dideritanya, klien selalu bertanya-tanya
tentang penyakitnya, klien tampak bingung dan gelisah.

4.8 Riwayat kesehatan

Emboli Paru | 29
Penyakit yang pernah dialami klien : klien pernah mengalami DM
sejak lima tahun yang lalu, dan pernah dirawat dipuskesmas.
Pengobatan yang didapatkan : terapi insulin
Kebiasaan berobat : di Puskesmas dan Dokter terdekat
Alergi : Tidak ada

4.9 Riwayat penyakit keluarga


Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mengalami
penyakit yang sama seperti yang diderita klien, hanya saja ayah klien
adalah penderita DM.
Genogram

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: pasien

: Tinggal Satu Rumah


4.10 Pemeriksaan Fisik
TTV:
TD : 140/100 mmHg

Emboli Paru | 30
S : 37,5C
BB : 60 kg
N : 110x/menit
RR : 30x/menit
Kesadaran : composmentis GCS : 456

4.11 Pengkajian Per-sistem


10. Sistem Pernafasan
Anamnesa : Pasien mengatakan nyeri uluhati
f. Hidung
Inspeksi: Tidak ada secret / ingus, tidak mengalami epistaksis,
tidak polip, tidak ada oedem pada mukosa.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
g. Mulut
Inspeksi : Mukosa bibir tidak sianosis
h. Leher
Inspeksi : Tidak ada trakheostomi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar
limfe
i. Faring
Inspeksi : Tidak kemerahan, tidak ada oedem / tanda-tanda
infeksi,
j. Area dada
Inspeksi : Pola nafa snormal dan tidak adanya penarikan otot
intercosta
Palpasi : Tidak ada Nyeri tekan
Perkusi : Bunyi resonan
Auskultasi : Tidak ada ronchi dan wheezing

11. Sistem Kardiovaskuler dan Limfe


Anamnesa : Pasien mengatakan nyeri ulu hati
e. Wajah

Emboli Paru | 31
Inspeksi : Wajah tampak pucat, konjungtiva tidak pucat
Leher
Inspeksi : Tidak ada bendungan vena jugularis
Palpasi : Arteri carotis communis teraba kuat
f. Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris
Palpasi : Letak ictus cordis pada ICS 4-5
Perkusi : Bunyi pekak pada batas jantung
Auskultasi : bunyi Bj1 dan bj2 tunggal
g. Ekstermitas atas
Inspeksi : Tidak sianosis
Palpasai : Suhu akral normal

h. Ekstermitas bawah
Inspeksi : Tidak ada sianosis maupun oedem
Palpasi : Suhu akral normal
12. Sistem persyarafan
Anamnesa : Tidak ada keluhan pada sistem persyarafan
m. Uji nervus I olfaktorius ( pembau) : Pasien dapat membedakan
bau bauan
n. Uji nervus II opticus ( penglihatan) : Tidak ada katarak, infeksi
konjungtiva atau infeksi lainya, pasien dapat melihat dengan
jelas tanpa menggunakan kaca mata
o. Uji nervus III oculomotorius : Tidak ada edema kelopak mata,
hipermi konjungtiva, hipermi sklera kelopak mata jatuh (ptosis),
celah mata sempit (endophthalmus), dan bola mata menonjol
(exophthalmus)
p. Nervus IV toklearis : Ukuran pupil normal
q. Nervus V trigeminus ( sensasi kulit wajah) : Pasien dapat
membuka dan menutup mulut
r. Nervus VI abdusen : Tidak ada strabismus (juling), gerakan
mata normal

Emboli Paru | 32
s. Uji nervus VII facialis : Pasien dapat menggembungkan pipi,
dan menaikkan dan menurunkan alis mata
t. Nervus VIII auditorius/AKUSTIKUS : Pasien dapat mendengar
kata kata dengan baik
u. Nervus IX glosoparingeal : Terdapat reflek muntah
v. Nervus X vagus : Dapat menggerakan lidah
w. Nervus XI aksesorius : Dapat menggeleng dan menoleh kekiri
kanan, dan mengangkat bahu
x. Nervus XII hypoglosal/ hipoglosum : Dapat menjulurkan lidah.
Pemeriksaan Reflek fisiologis : Normal, tidak ada gangguan.
Pemeriksaan reflek patologis : Normal, tidak ada gangguan.
GCS (Glasgow Coma Scale) :
Eye/membuka mata (E) : 4
Motorik (M) : 6
Verbal/bicara (V) : 5

13. Sistem perkemihan


Anamnesa : Tidak ada keluhan pada sistem perkemihan
Genetalia eksterna
Inspeksi : Tidak ada odema, tidak ada tandatanda infeksi, tidak
terpasang kateter
Palpasi : Tidak ada benjolan dan tidak ada nyeri tekan
Kandung kemih
Inspeksi : Tidak ada massa/ benjolan, tidak ada pembesaran
kandung kemih
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Ginjal
Inspeksi : Tidak ada pembesaran daerah pinggang
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan abdomen kuadran I dan II diatas
umbilikus
Perkusi : Tidak ada nyeri ketok

Emboli Paru | 33
14. Sistem pencernaan
Anamnesa : pasien mengeluh perutnya sampai uluhati sakit nyeri
e. Mulut
Inspeksi : Tidak ada sianosis, pada gigi terdapat adanya plak,
jumlah gigi 28 buah, dan mengalami caries di beberapa gigi
bagian bawah.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
f. Lidah
Inspeksi : Tidak ada tremor, lesi
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak ada oedema
g. Faring
Inspeksi : Tidak hiperemi
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar
h. Abdomen
Inspeksi:tidak distensi abdomen
Palpasi : ada nyeri tekan
Perkusi : ada nyeri, tymphani
Auskultasi : bising usus hiperaktif

15. Sistem Muskuloskeletal & Integumen


Anamnesa : Tidak ada keluhan pada sistem muskuloskeletal dan
integumen
Kekuatan otot : 4 4
4 4
Keterangan:
0: Tidak ada kontraksi
1: Kontaksi (gerakan minimal)
2: Gerakan aktif namun tidak dapat melawan gravitasi
3: Gerakan aktif, dapat melawan gravitasi
4: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan
tahanan ringan
5: Gerakan aktif,dapat melawan gravitasi serta mampu menahan

Emboli Paru | 34
tahanan penuh

16. Sistem Endokrin dan Eksokrin


Anamnesa : Tidak ada keluhan pada sistem endokrin dan eksokrin
6) Kepala
Inspeksi : Distribusi rambut tidak merata, ketebalan tidak
normal, rambut mengalami kerontokan dan terdapat ketombe
7) Leher
Inspeksi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
8) Payudara
Inspeksi : Tidak ada pembesaran mamae
9) Genetalia
Inspeksi : Penyebaran bulu pubis merata
Palpasi : Tidak ada benjolan
10) Ekstermitas bawah
Inspeksi : Tidak ada odema

17. Sistem Reproduksi


Anamnesa : Tidak ada keluhan pada sistem reproduksi, telah
mengalami menopause
5. Payudara
Inspeksi : Bentuk simetris
Palpasi : Tidak ada benjolan
6. Axila
Inspeksi : Tidak ada benjolan
Palpasi : Tidak ada benjolan
7. Abdomen
Inspeksi : Tidak ada pembesaran abdomen
Palpasi : Tidak ada massa
8. Genetalia
Inspeksi : Vagina bersih, tidak ada odema, tidak ada tanda-

Emboli Paru | 35
tanda infeksi.
Palpasi : Tidak ada benjolan/ massa dan tidak ada nyeri
tekan
18. Sistem Persepsi Sensori
Anamnesa : Tidak ada keluhan pada persepsi sensori
3. Mata
Inspeksi : Bentuk mata simetris, sklera agak merah
Palpasi : Tidak ada nyeri
4. Penciuman
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
4.12 ANALISA DATA
Nama Pasien : Tn.A
Diagnosa : Nyeri Akut
Ns. Diagnosis Nyeri akut (00132)
(NANDA-I) Domain 12 : Kenyamanan
Kelas 1 : Kenyamanan fisik
DEFINITION Pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International
Association for the Study) ; awitan yang tiba-tiba atau lambat dari
intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
atau diprediksi dan berlangsung kurang dari 6 bulan.
DEFINING Bukti nyeri dengan mengunkana standar daftar periksa nyeri
CERATERISTI untuk pasien yang tidak dapat mengungkapkanya(mis;
CS neonatal infant pain scale,pain assasement check list for
senior with limited abality to communicate)
Diaforesis
Dilatasi pupil
Ekspresi wajah nyeri(mis;mata kurang bercahaya,tampak
kacau ,gerakan mata berpencar/atau tetap pada satu
fokus,meringgis)
Fokus menyempi(mis; presespi waktu,proses berpikir
interaksi dengam orang dan lingkugsn)

Emboli Paru | 36
Fokus pada diri sendiri
Keluhan tentang intensitas mengunkan standar skala nyeri
(mis; skala wong-baker FACES, skala analog visual,skala
penilian numerik)
Keluhan tentang karakteritis nyeri dengan mengunakan
standart instrumen nyeri(mis; McGill pain inventory)
Laporan tentang perilaku nyeri/ perubahan aktivitas(mis;
anggota keluarga,pemberi asuhan)
Mengekspresikan
perilaku(mis;gelisah,merengek,menagis,waspada)
Perilaku distraksi
Perubahan pada paremeter fisiologi(mis; tekanan darah,
frekuensi jantung,frekuensi pernafasan,saturasi oksigen dan
endtidal karbondioksida (CO2)
Perubahan posisi untuk menghindari nyeri
Perubhan selera makan
Putus asa
Sikap melindugi area nyeri
Sikap tubuh melindungi
RELATED Agen cidera biologis(mis; infeksi, inskhemia,noeplasma)
FACTOR Agen cedera fisik (mis; abse, amputasi,luka bakar,terpotong,
mengakat berat,prosedur bedah, trauma,olaraga berlebihan)
Agen cidera kimiawi(mis; luka bakar,kapsaisin,mentilen
klorida,agens mustard)

Emboli Paru | 37
ASSESSMENT Subjektive data entry Objektive data Entry
Pasien mengeluh nyeri dada TD :140/100mmHg
P : Pasien mengatakan RR :24x/menit
nyeri dada Nadi :110x/menit
Q : Terasa terbebani Suhu :37,50C
R : Pada kepala belakang Pasien tampak gelisah
S :7 Ekspresi wajah merintih
T : Saat beraktifitas di kesakitan
siang hari Pasien terlihat
memegangi kepala

DIAGNOSIS Client Ns. Diagnosis (specify)


Diagnostic Nyeri akut
Related to :
Statement :
Agens cedera biologis

Emboli Paru | 38
4.13 INTERVENSI
Nama Pasien : Tn.A
Diagnosa : Nyeri Akut
NIC NOC
INTERVENSI AKTIVITAS OUT COME INDIKATOR
Manajemen nyeri Observasi : Pain Control 7. Mampu mengontrol nyeri (tahu
Definisi : 1. Observasi reaksi ketidaknyaman secara Definisi : Tindakan penyebab nyeri, mampu
Mengurangi nyeri atau nonverbal individu untuk menggunakan tehnik
menurunkan nyeri ke R: Untuk mengetahui tingkat mengendalikan nonfarmakologi untuk
level kenyamanan yang ketidaknyamanan dirasakan oleh pasien nyeri. mengurangi nyeri, mencari
diterima oleh pasien, Action: bantuan) (4)
2. Kaji secara komprehensip terhadap nyeri
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, 8. Melaporkan bahwa nyeri
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan berkurang dengan
faktor presipitasi menggunakan manajemen
R: Untuk mengetahui tingkat nyeri nyeri(3)
pasien
5. Gunakan strategi komunikasi 9. Mampu mengenali nyeri
terapeutik untuk mengungkapkan (skala, intensitas, frekuensi dan
pengalaman nyeri dan penerimaan tanda nyeri)(4)
klien terhadap respon nyeri
R: Untuk mengalihkan perhatian 10. Menyatakan rasa nyaman

Emboli Paru | 39
pasien dari rasa nyeri setelah nyeri berkurang(3)
6. Lakukana pengukura TTV pada
pasien. 11. Tanda vital dalam rentang
R: memantau perubahan TTV normal(4)
pasien
7. Melakukan tehnik distraksi dan
relaksasi 12. Tidak mengalami gangguan
R: Agar nyeri yang dirasakan klien tidur(4)
tidak bertambah.
8. Membuat lingkugan lebih kondusif
R: dapat mengurangi tingkat
kecemasan dan membantu klien
dalam membentuk mekanisme
koping terhadap rasa nyer
Colaboration :
2. Kolaborasi pemberian analgesic
R: Pemberian analgetik dapat
mengurangi rasa nyeri pasien

Health Education:
4. Berikan informasi tentang nyeri
termasuk penyebab nyeri, berapa

Emboli Paru | 40
lama nyeri akan hilang, antisipasi
terhadap ketidaknyamanan dari
prosedur
R: untuk mengetahui apakah terjadi
pengurangan rasa nyeri atau nyeri
yang dirasakan klien bertambah.

Emboli Paru | 41
4.14 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Inisial Nama : Tn.A
Tanggal : 9 Oktober 2016
Dx.Kep : Nyeri AKut
Tgl JAM Tindakan Paraf
4. Melakukan Cek TTV Pasien:
14.00 TD :140/100mmHg
RR :30x/menit
Nadi :110x/menit
9 oktober Suhu :37,50C
2016 16.00

4. Observasi reaksi ketidaknyaman secara


nonverbal
5. Mengkaji secara komprehensip terhadap
nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan
faktor presipitasi
6. Pemberian analgesic perIV

08.00 2. Melakukan tehnik distraksi dan relaksasi


10 Mengunakan latihan nafas dalam,pasien
Oktober2016 bisa mahami dan mencoba tehniknya
5. Melakukan Cek TTV Pasien:
TD :120/80mmHg
RR :24x/menit
Nadi :80x/menit
Suhu :370C
15.00 6. Membuat lingkugan lebih kondusif dengan
cara pembatasan kunjugan keluearga dan
kerabat.

Emboli Paru | 42
2. Mengukur TTV :
TD :120/80
08.00 RR: 20x/menit
11 oktober Suhu : 37,0C
2016 N : 70 x/menit
5. memberikan informasi tentang nyeri
termasuk penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan hilang, antisipasi terhadap
ketidaknyamanan dari prosedur
6. berikan obat analgesik perIv

Emboli Paru | 43
4.15 EVALUASI KEPERAWATAN
Inisial Nama : Tn.A
Dx.Kep : Nyeri Akut
Tgl/Jam Diagnosa Catatan Perkembagan Paraf
9 oktober Nyeri Akut S: pasien mnegatakan masih nyeri
2016 daerah perut dan dada
19.00 O:
TD :130/90mmHg
RR :24x/menit
Nadi :120x/menit
Suhu :37,20C
- Kesdaran GCS 456
- Skala Nyeri = 6
A: masalah belum teratasi
P: melanjutkan intervensi 1,3,4
1. Pemeriksaan TTV
2. Mengkaji secara
komprehensip terhadap nyeri
termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri dan faktor
presipitasi
3. Pemberian analgesic perIV

10 oktober Nyeri Akut S: pasien mengatakan nyerinya mulai


2016 berkurang
O:
18.00 TD :120/80mmHg
RR :24x/menit
Nadi :80x/menit
Suhu :370C
Skala Nyeri = 5

Emboli Paru | 44
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan Intervensi 1,2,3
1. Melakukan tehnik
distraksi dan
relaksasi .Mengunakan
latihan nafas dalam,pasien
bisa mahami dan mencoba
tehniknya
2. Melakukan Cek TTV
Pasien:
3. Membuat lingkugan lebih
kondusif dengan cara
pembatasan kunjugan
keluearga dan kerabat.
11 oktober Nyeri Akut S: pasien mengatakan nyeri sudah
2016 berkurang banyak
19.00 O:
TD :120/80
RR: 20x/menit
Suhu : 37,0C
N : 70 x/menit
Skala Nyeri : 2
A : masalah teratasi
P: Hentikan Intervensi 1,2dan 3

Emboli Paru | 45

Anda mungkin juga menyukai