Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bernapas merupakan aktivitas yang penting bagi manusia. Tubuh memerlukan suplai oksigen
yang cukup untuk proses metabolisme. Jika terjadi gangguan pada saluran pernapasan misalnya
saluran pernapasan terisi oleh zat lain seperti cairan, maka pertukaran gas akan terganggu. Oleh
karena itu perlu dilakukan tindakan untuk membantu mengembalikan fungsi normal saluran
pernapasan, salah satunya adalah dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage).
Kebutuhan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) misalnya, pada trauma (luka tusuk di
dada), biasanya disebabkan oleh benda tajam, bila tidak mengenai jantung, biasanya dapat menembus
rongga paru-paru. Mekanisme penyebabnya bisa satu tusukan kuat ataupun satu gerakan mendadak
yang hebat. Akibatnya, selain terjadi peradarahan dari rongga paru-paru, udara juga akan masuk ke
dalam rongga paru-paru. Oleh karena itu, paru-paru pada sisi yang luka akan mengempis. Penderita
nampak kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa sesak dan gerakan iga disisi yang luka
menjadi berkurang (Kartono, M. 1991).
Untuk itu dalam makalah ini kelompok akan menjelaskan tentang asuhan keperawatan
pemasangan WSD (Water Seal Drainage) dan diharapkan bisa membantu mahasiswa, tenaga
kesehatan dan masyarakat umum untuk lebih memahami tentang masalah WSD (Water Seal
Drainage).

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari WSD (Water Seal Drainage)?
2. Apa saja tujuan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
3. Apa saja indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
4. Apa saja komplikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
5. Apa saja macam-macam dari WSD (Water Seal Drainage)?
6. Bagaimana prosedur pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan pemasangan WSD (Water Seal
Drainage)?

1
C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Memahami asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada pasien dengan
pemasangan WSD (Water Seal Drainage).
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami definisi dari WSD (Water Seal Drainage)?
2. Mahasiswa mampu memahami tujuan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
3. Mahasiswa mampu memahami indikasi dan kontraindikasi dari pemasangan WSD (Water
Seal Drainage)?
4. Mahasiswa mampu memahami komplikasi dari pemasangan WSD (Water Seal
Drainage)?
5. Mahasiswa mampu memahami macam-macam dari WSD (Water Seal Drainage)?
6. Mahasiswa mampu memahami prosedur pemasangan WSD (Water Seal Drainage)?
7. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan pemasangan
WSD (Water Seal Drainage)?

D. Manfaat
Dengan adanya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan
keperawatan pada pasien dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) serta mampu
mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
(darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam keadaan normal
rongga pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.

Pada trauma toraks, WSD dapat berarti :

1. Diagnostik :

Menentukan perdarahan dari pembuluh darah besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan
perlu operasi torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shoks.

2. Terapi :

Mengeluarkan darah atau udara yang terkumpul di rongga pleura. Mengembalikan tekanan
rongga pleura sehingga “mechanis of breathing” dapat kembali seperti yang seharusnya.

3. Preventive :

Mengeluarkan udaran atau darah yang masuk ke rongga pleura sehingga “mechanis of
breathing” tetap baik.

Perubahan Tekanan Rongga Pleura

Tekanan Istirahat Inspirasi Ekspirasi


Atmosfer 760 760 760
Intrapulmoner 760 757 763
Intrapleural 756 750 756

B. Tujuan

3
1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan
negatif rongga tersebut

C. Indikasi Pemasangan WSD


a. Pneumothoraks :
- Spontan > 20% oleh karena rupture bleb
- Luka tusuk tembus
- Klem dada yang terlalu lama
- Kerusakan selang dada pada sistem drainase
b. Hemothoraks :
- Robekan pleura
- Kelebihan antikoagulan
- Pasca bedah thoraks
c. Hemopneumothorak
d. Thorakotomy :
- Lobektomy
- Pneumoktomy
e. Efusi pleura : Post operasi jantung
f. Emfiema :
- Penyakit paru serius
- Kondisi inflamsi
g. Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk
h. Flail Chest yang membutuhkan pemasangan ventilator

D. Kontraindikasi Pemasangan WSD


a. Infeksi pada tempat pemasangan
b. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol

E. Komplikasi
a. Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial aritmia
4
b. Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema

c. Komplikasi lainnya : laserasi ( yang mencederai organ: hepar, lien), perdarahan, empisema
subkutis, tube terlepas, tube tersumbat

F. Macam-macam WSD

a. WSD dengan sistem satu botol


 Sistem yang paling sederhana dan sering digunakan pada pasien simple pneumothoraks
 Terdiri dari botol dengan penutup segel yang mempunyai 2 lubang selang yaitu 1 untuk
ventilasi dan 1 lagi masuk ke dalam botol. Jenis ini mempunyai 2 fungsi, sebagai
penampung dan botol penampung
 Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang terendam 2cm untuk mencegah
masuknya udara ke dalam tabung yang menyebabkan kolaps paru

Note:

 Apabila < 2 cm H2O, berarti no water seal. Hal ini sangat berbahaya karena
menyebabkan paru kolaps.
 Apabila > 2 cm H2O, berarti memerlukan tekanan yang lebih tinggi dari paru untuk
mengeluarkan cairan atau udara.
 Apabila tidak ada fluktuasi yang mengikuti respirasi dapat disebabkan karena adanya
kinking, clotting atau perubahan posisi chest tube.
 Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari
rongga pleura keluar
 Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi

Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :

 Inspirasi akan meningkat


 Ekpirasi menurun

b. WSD dengan sistem 2 botol

 Digunakan 2 botol ; 1 botol mengumpulkan cairan drainage dan botol ke-2 botol water seal

5
 Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa udara, selang
pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water seal. Dapat
dihubungkan dengan suction control
 Cairan drainase dari rongga pleura masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura masuk ke
water seal botol 2
 Prinsip kerjasama dengan ystem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga pleura ke
botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD
 Biasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi peural
 Keuntungannya adalah water seal tetap pada satu level

c. WSD dengan sistem 3 botol

 Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang
digunakan. Selain itu terpasang manometer untuk mengontrol tekanan
 Paling aman untuk mengatur jumlah hisapan
 Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah air pada botol ke-3. Jumlah hisapan
tergantung pada kedalaman ujung selang yang tertanam dalam air botol WSD
 Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan
 Botol ke-3 mempunyai 3 selang :
 Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua
 Tube pendek lain dihubungkan dengan suction
 Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke atmosfer

Penatalaksanaan Water Seal Drainage


Pemasangan selang dada bertujuan untuk memulihkan tekanan negative dalam ruang
intrapleural. Tujuan ini dicapai dengan membuang akumulasi udara atau cairan (mis., darah)
dari dalam ruang pleural. Akumulasi tersebut biasanya diakibatkan oleh trauma, penyakit
pernapasan kronis, atau bedah toraks.
 Selang dada dipasang ke dalam rongga torakik klien dan dihubungkan pada system
drinase water-seal.Tujuan dari water-seal adalah untuk mencegah udara masuk
kembali ke dalam ruang pleural ketika akumulasi udara atau cairan dialirkan keluar
dari ruang pleural.Terdapat empat tipe system drainase yang mungkin digunakan
dengan selang dada.
 1. Sistem satu botol. Hanya menggunakan gaya gravitasi untuk mendorong drainase
udara atau cairan dari ruang pleural. System satu botol biasanya digunakan untuk
mengatasi pneumotoraks.
 2. System dua botol. Botol pertama digunakan sebagai penampung cairan dan udara
dan botol kedua berfungsi sebagai water-seal. System dua botol biasanya digunakan

6
untuk mengatasi hemotoraks (darah), hemopneumotoraks (darah dan udara), dan efusi
pleural (cairan serosa).
 3. System tiga botol. Fungsi dua botol pertama adalah sama seperti system drainase
dua botol, dan botol ketiga dihubungkan pada alat pengontrol suction. System ini
dapat digunakan untuk kondisi-kondisi seperti yang disebutkan diatas.
 4. System disposible komersial (mis., Pleur-evac, Thoraclex, Argyle) bekerja baik
sebagai system dua botol (ketika tersedia mesin pengisap). Penggunaannya
membutuhkan air steril dan bergantung pada instruksi pabrik pembuatnya.

 Respons yang diharapakan:


 1. Membuang udara, cairan atau darah dari ruang pleural berhasil dilakukan sejalan
dengan pemulihan tekanan negative.
 2. Bunyi napas yang terauskultasi dan klien secara subjektif mulai “merasa lebih
baik”.
 3. Hasil pemeriksaan AGD terakhir lebih normal.
 Respons yang merugikan:
 1. Pembuangan udara, cairan, atau darah dari ruang pleural tersumbat, kemungkinan
karena malfungsi pada sistem drainase.
 2. Tekanan negative tidak pulih, mungkin terjadi kebocoran udara.
 3. Bunyi napas yang terauskultasi tidak menunjukkan perbaikan dan dapat
menyimpang.
 4. Klien mengeluhkan sesak napas yang berkepanjangan.
 5. Hasil pemeriksaan AGD tetap takberubah dan bahkan tak menyimpang.
 6. Terjadi pneumotoraks tensi.

7
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Anamnesa

1. Identitas Pasien

Terdiri dari nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, dan pekerjaan.

2. Keluhan Utama
1. Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama dirasakan pasien
2. Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa : sesak nafas, rasa
berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang bersifat tajam dan terlokasilir
terutama pada saat batuk dan bernafas serta batuk non produktif, sedangkan pada
pneumothorak
3. Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat yang menceritakan perjalanan penyakit pasien hingga pasien dibawa ke rumah sakit.

4. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit yang dulu pernah diderita klien yang berhubungan dengan penyakit yang
diderita pasien sekarang.

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit yang mungkin diderita oleh anggota keluarga pasien yang disinyalir sebagai
penyebab penyakit pasien sekarang. Contohnya: Ca paru, TBC, dll.

6. Riwayat Psikososial

Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta


bagaimana respon pasien terhadap tindakan pengobatan yang dilakukan terhadap dirinya.

8
2. Pemeriksaan Fisik

1. Tanda-tanda vital meliputi: tekanan darah, suhu, nadi, dan RR.


2. Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, apakah composmentis, apatis, somnolen, sopor atau
koma. Bagaimana penampilan pasien secara umum, ekspresi wajah pasien selama dilakukan
anamnesa, bagaimana mood pasien untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan
pasien.
3. ROS (Review of System)

B1 (Breath)

1. Kaji ada tidaknya kesulitan bernafas seperti adanya keluhan sesak


2. Batuk (produktif atau tidak produktif, secret, warna, konsistensi, bau)
3. Irama nafas pasien (teratur/tidak teratur), takipnea
4. Adanya peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi interkostal
5. Fremitus fokal
6. Perkusi dada : hipersonor
7. Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris
8. Pada kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi subkutan
9. Selain itu kaji riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru, tumor, biopsi paru.

B2 (Blood)

1. Taki kardi, irama jantung tidak teratur ( disaritmia )


2. Suara jantung III, IV, galop / gagal jantung sekunder
3. Hipertensi / hipotensi
4. CRT untuk mengetahui tingkat perfusi perifer, normalnya < 3 detik
5. Akral : hangat, panas, dingin, kering atau basah

B3 (Brain)

1. Tentukan GCS pasien


2. Tentukan adanya keluhan pusing,
3. Lamanya istirahat/tidur, normal kebutuhan istirahat tiap hari adalah sekitar 6-7 jam.
4. ada tidaknya gangguan pada nerves pendengaran, penglihatan, penciuman.

9
5. Kaji adanya nyeri, tentukan skala nyeri pasien, lokasi nyeri misallnya nyeri dada sebelah
kanan, frekuensi nyeri (serangan datang secara tiba-tiba), nyeri bertambah saat bernapas,
nyeri menyebar ke dada, badan dan perut dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nyeri
yang dirasakan pasien

B4 (Bladder)

Kaji beberapa hal yang berhubungan dengan system perkemihan, meliputi:

1. Keluhan kencing : nocturia, poliuria, disuria, oliguria, anuria, retensi, inkontinensia


2. Produksi urine tiap hari, warna, dan bau. Produksi urine normal adalah sekitar 500cc/hari dan
berwarna kuning bening
3. Keadaan kandung kemih : membesar atau tidak, adanya nyeri tekan
4. Intake cairan tiap hari, pemberiannya melalui oral atau parenteral. Intake cairan yang normal
setiap hari adalah sekitar 1 liter air.
5. Kaji ada tidaknya penggunaan alat bantu kateter

B5 (Bowel)

1. Kaji keadaan mulut pasien: bersih, kotor atau berbau


2. Keadaan mukosa: lembab, kering, stomatitis
3. Tenggorokan : adanya nyeri menelan, pembesaran tonsil, nyeri tekan
4. Keadaan abdomen: tegang, kembung atau ascites
5. Adanya nyeri tekan, ada tidaknya luka bekas operasi
6. Peristaltic usus tiap menitnya
7. Frekuensi BAB tiap hari da konsistensinya (keras, lunak, cair atau berdarah)
8. Nafsu makan, adanya diet makanan dan porsi makan tiap hari

B6 (Bone)

1. Tentukan pergerakan sendi pasien (bebas, terbatas)


2. Kaji adanya kelainan ekstermitas, kelainan tualang belakang dan fraktur
3. Keadaan kulit: ikteri, siaonis, kemerahan atau hiperglikemi
4. Keadaan turgor kulit

10
3. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium
2. Darah lengkap dan kimia darah
3. Bakteriologis
4. Analisis cairan pleura
5. Pemeriksaan radiologis
6. Biopsi

4. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan nyeri.
2. Nyeri dada b.d factor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan
selang dada)
3. Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurang
terpajan informasi.

5. Intervensi

1. Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas, tekanan dan nyeri.

Kemungkinan dibuktikan oleh : dispneu, takipneu, perubahan kedalaman pernapasan,


penggunaan otot aksesori, gangguan pengembangan dada, sianosis.

Tujuan : pola nafas efektif

Kriteria hasil :

a. Menunjukkan pola napas normal/efektif

b. Bebas sianosis dan tanda gejala hipoksia

Intervensi :

Intervensi Rasional
Pertahankan posisi nyaman, biasanya Meningkatkan inspirasi maksimal,

11
peninggian kepala tempat tidur (head up) meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi
pada sisi yang tak sakit.
Bila selang dada dipasang :

1. Periksa pengontrol penghisap, batas Mempertahankan tekanan negative


cairan intrapleural sesuai yang diberikan, yang
meningkatkan ekspansi paru optimum dan/
atau drainase cairan

Gelembung udara selama ekspirasi


menunjukkan lubang angin dari
1. Observasi gelembung udara botol
pneumothorak. Naik turunnya gelembung
penampung udara menunjukkan ekspansi paru

Mengisolasi lokasi kebocoran udara pusat


system

Fluktuasi (pasang surut) menunjukkan


c. Klem selang pada bagian bawah unit perbedaan tekanan inspirasi dan eksprirasi
drainase bila terjadi kebocoran
Berguna dalam menevaluasi perbaikan
d. Awasi pasang surutnya air penampung
kondisi/terjadinya komplikasi atau
dan water seal
perdarahan yang memerlukan upaya
intervensi

e. Catat karakter/jumlah drainase selang


dada.
Berikan oksigen melalui kanul/masker, Alat dalam menurunkan kerja napas;
latih napas dalam dan batuk efektif meningkatkan penghilangan distress
respirasi dan sianosis b.d hipoksemia.
Perawatan :

Observasi pola napas dan komplikasi Agar pasien tercukupi oksigennya dan pola
napasnya efektif, serta untuk mencegah
terjadinya komplikasi yang bias

12
memperparah kondisi klien

2. Nyeri dada b.d faktor-faktor biologis (trauma jaringan) dan factor-faktor fisik (pemasangan
selang dada)

Kemungkinan dibuktikan dengan : RR dan nadi meningkat, raut wajah pasien seperti menahan
rasa sakit, pasien merasa tidak nyaman

Tujuan : kenyamanan pasien terpenuhi

Kriteria hasil: - nyeri berkurang bahkan hilang

- RR dan nadi kembali normal yaitu 16-20x/menit dan 60-100x/menit

Intervensi :

Intervensi Rasional
- Berikan tehnik relaksasi distraksi Mengalihkan perhatian apsien terhadap rasa
nyerinya sehingga nyeri pasien berkurang
- Jika nyeri tidak berkurang,kolaborasikan Mengurangi tingakt nyeri yang dirasakan
dengan dokter untuk pemberian obat pasien
analgesic

Observasi skala nyeri setelah intervensi Sebagai evaluasi terhadap interensi yang
yang telah dilakukan telah dilakukan dan untuk merencanakan
intervensi selanjutnya

3. Resiko infeksi b.d terpasangnya benda asing dalam tubuh


Kemungkinan dibuktikan oleh: adanya inflamasi didaerah yang terpasang WSD, suhu tubuh
meningkat, nyeri pada daerah yang terpasang WSD

Tujuan : tidak terjadi infekasi pada pasien

13
Kriteria hasil : - tidak terjadi infalamsi pada daerah yang terpasang WSD

- Tidak timbul rasa nyeri

- Suhu tubuh normal (36,5-37,5)

Intervensi :

Intervensi Rasional
Rawat daerah yang terpasang WSD secara Untuk menjaga kebersihan daerah yang
teratur terpasang WSD sehingga dapat
meminimalisir peluang terjadinya infeksi.
Ajarkan kepada keluarga untuk merawat Untuk melindungi tubuh dari resiko infeksi
daerah WSD dan instruksikan untuk
merawatnya secara teratur
Ajarkan pasien tehnik mencuci tangan yang Mencegah kontaminasi lingkungan terhadap
benar pasien yang dapat emmicu terjadinya
infeksi
Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci
tangan sewaktu masuk dan meninggalkan
ruang pasien

Ajarkan kepada pasien dan keluarga


Mendeteksi adanya infeksi sedini mungkin
tanda/gejala infeksi dan kapan harus
sehingga dapa segera dilakukan tindakan
melaporkan ke pusat kesehatan
agar infeksi tidak semakin parah
Kolaborasikan untuk member antibiotik Mengendalikan factor pemicu infeksi
jika diperlukan
Batasi jumlah pengunjung jika diperlukan Meminimalkan pemicu infeksi

4. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan dengan kurang


terpajan informasi.

14
Kemungkinan dibuktikan dengan : pasien sering bertanya, ketidakakuratan mengikuti
instruksi, pasien tampak gelisah.

Tujuan : pengetahuan pasien dapat terpenuhi

Kriteria hasil: - pasien mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/ proses penyakit dan rencana
pengobatan

- Pasien berpartisipasi dalam program pengobatan

Intervensi :

Intervensi Rasional
Berikan peran aktif pasien/ orang terdekat Belajar ditingkatkan bila individu secara
dalam proses belajar, misalnya: diskusi, aktif berperan
partisipasi kelompok
Berikan informasi tertulis dan verbal sesuai Membantu pasien dan orang terdekat
indikasi. Masukkan daftar artikel dan buku membuat pilihan berdasarkan informasi
yang berhubungan dengan kebutuhan tentang masa depan.
pasien/ keluarga dan dorong membaca dan
memdiskusikan apa yang mereka pelajari
Informasikan kepada pasien tentang efek- Mengurangi ras cemas pasien akibat
efek pemasangan WSD terpasangnya alat di tubuhnya
Tinjau ulang pengetahuan pasien akan Mengetahui keefektifan intervensi yang
penyakit dan proses pengobatannya telah dilakukan

15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan udara, cairan
(darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut. Dalam keadaan normal rongga
pleura memiliki tekanan negatif dan hanya terisi sedikit cairan pleura / lubrican.

Tujuan pemasangan WSD antara lain :

1. Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
5. Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk mempertahankan tekanan
negatif rongga tersebut

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2008. Askep Pemasangan WSD.www.scribd.com, Diakses 20 Desember 2010 Jam


08.00 WIB

Anonymous. 2008. www.asuhan-keperawatan-patriani.blogspot.com , Diakses 20 Desember 2010


Jam 21.27 WIB

Anonymous. 2008. www.contoh-askep.blogspot.com , Diakses pada 20 Desember 2010 Jam 21.16


WIB

Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC

Doengoes, Marilynn E. Et al. 1999, Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Hudak & Gallo, 1996, Keperwatan Kritis Pendekatan Holistik Edisi VI, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG.

Smeltzer, S.C. & Bare. B.G., 2002. Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical Nursing
8thEdition Volume I, Jakarta: ECG.

17

Anda mungkin juga menyukai