Anda di halaman 1dari 18

Syok Sepsis

Anatomi Pembuluh Darah


Fisiologi Tekanan Darah
Mekanisme Syok
Faktor Resiko
1.Umur
Pasien yang berumur lebih dari 65 thn atau
kurang dari 65
2.Pemasangan Alat Invasif
3.Prosedur Invasif
4.Medikasi/Therapeutic Regimens
5.Underlying Conditions
Gejala dan tanda
Tanda klinis syok septik:
 1. Fase dini : terjadi deplesi volume,selaput lendir

kering, kulit lembab dan kering.


 2. Post resusitasi cairan : gambaran klinis syok

hiperdinamik: takikardi, nadi keras dengan


tekanan nadi melebar, precordium hiperdinamik
pada palpasi danekstremitas hangat.
 3. Disertai tanda-tanda sepsis dan tanda

hipoperfusi : takipnea, oliguri, sianosis, mottling,


iskemia jari, perubahan status mental.
Penegakan diagnosis
 Diagnosis dari syok septik dapat dilakukan
dengan mendiagnosis penyakit sepsis.
Diagnosis sepsis memerlukan indeks dugaa
tinggi, pengambilan riwayat medis yang
cermat, pemeriksaan fisik, uji laboratorium
yang sesuai, dan tindak lanjut status
hemodinamik.
Tatalaksana Terapi

 Oksigenasi
Oksigenasi bertujuan mengatasi hipoksia
dengan upaya meningkatkan saturasi oksigen
di darah, meningkatkan transpor oksigen dan
memperbaiki utilisasi oksigen di jaringan.
• Terapi cairan
Pada keadaan serum albumin yang rendah
(< 2 g/dl) disertai tekanan hidrostatik
melebihi tekanan onkotik plasma, koreksi
albumin perlu diberikan.
Transfusi eritrosit (PRC) perlu diberikan
pada keadaan perdarahan aktif, atau bila
kadar Hb rendah pada keadaan tertentu
misalnya iskemia miokardial dan renjatan
septik. Kadar Hb yang akan dicapai pada
sepsis dipertahankan pada 8-10 g/dl.
Kortikosteroid
Saat ini terapi kortikosteroid diberikan hanya
pada indikasi insufisiensi adrenal, dan
diberikan secara empirik bila terdapat dugaan
keadaan tersebut.
Hidrokortison dengan dosis 50mg bolus
intravena 4 kali selama 7 hari pada pasien
renjatan septik menunjukkan penurunan
mortalitas dibanding kontrol.
Bikarbonat
Secara empirik, bikarbonat dapat diberikan bila
pH <7,2 atau serum bikarbonat <9 meq/l,
dengan disertai upaya untuk memperbaiki
keadaan hemodinamik.
◦ Disfungsi renal
Gangguan fungsi ginjal pada sepsis dan
renjatan terjadi secara akut, disebabkan
karena gangguan perfusi ke organ tersebut.
Bilamana pasien dalam keadaan hipovolemik
atau hipotensi,keadaan ini harus segara
diperbaiki dengan pemberian cairan secara
adekuat, terpi dengan vasopresor dan
inotropik bila diperlukan. Pada keadaan
oliguria, pemberian cairan perlu dipantau
secara ketat oleh karena pemberian cairan
secara agresif dapat menyebabkan edama
paru.
Vasopresor
Vasopresor sebaiknya diberikan setelah
keadaan hipovolemik teratasi dengan
pemberian cairan secara adekuat, tetapi
pasien masih mengalami hipotensi. Terapi
vasopresor diberikan mulai dosis rendah
secara titrasi untuk mencapai MAP 60 mmHg,
atau tekanan sistolik 90 mmHg. Untuk
vasopresor dapat digunakan dopamin dengan
dosis >8 mcg/kg/menit, norepinefrin 0,03-
1,5 mcg/kg/menit, fenileferin 0,5-8
mcg/kg/menit atau epinefrin 0,1-0,5
mcg/kg/menit.
 Inotropik
Ionotropik yang dapat digunakan adalah
dobutamin dosis 2-28 mcg/kg/menit,
dopamin 3-8 mc/kg/menit, epinefrin 0,1-0,5
mcg/kg/menit atau inhibitor fosfodiesterase
(amrinon dan milrinon).
Strategi Terapi
EARLY GOAL DIRECTED TREATMENT
Daftar Pustaka
 Fisiologi Sherwood
 Buku Ajar IPD FK UI
 abstrak.ta.uns.ac.id › S501202038_bab2
 Buku ajar Patologi Robbins

Anda mungkin juga menyukai