BAB I
PENDAHULUAN
A. SEJARAH
Sejak pertama kali prosedur Percutanus Coronary Intervention (PCI) dilakukan tahun 1977,
PCI berkembang menjadi intervensi yang paling sering digunakan pada kasus Coronry Artery
Desease (CAD). Teknik ini awalnya dikembangkan oleh Andreas Gruentzig di Swiss untuk
penatalaksanaan pasien dengan Angina pectoris yang stabil sehingga sekarang menjadi
intervensi revaskularisasi pada stenosis arteri coroner.
B. STATISTIK
Dalam decade ini di Amerika Serikat prosedur PCI telah meningkat tajam sampai lebih dari
300,000 pasien pada tahun 1990 (Charles Landau, Richard A. Lange, and L. David Hillis,N
Engl J Med 1994; 330:981-993)
Tabel perbandingan terapi CABG dan PTCA
George A III Stouffer, MD, Henry A Profesor di
(htpp://www.emedicine.medscape.com/article/161446-overview)
End Point Pocock et al * Pocock † et al Bari Studi ‡
1
penyakit multivessel dipelajari.
BAB II
KONSEP TEORI
A. PENGERTIAN
Angioplasty is the technique of mechanically widening a narrowed or
obstructed blood vessel, typically as a result of atherosclerosis
Percutaneous coronary intervention (PCI), commonly known as coronary
angioplasty is a therapeutic procedure to treat the stenotic(narrowed) coronary
arteries of the heart found in coronary heart disease (http://
www.wikipedia.com/angioplasty)
Relatif:
b. Gangguan elekrolit
c. Infeksi ( demam )
2
d. Gagal ginjal
D. KOMPLIKASI
Utama:
a. Diseksi aorta
b. Perforasi, tamponade
c. Gagal jantung
f. Perdarahan
g. Infeksi
Lainnya:
E. PUNCTURE AREA
Arteri femoralis
Arteri brachialis
Arteri radialis
F. PERSIAPAN SEBELUM PCI
FISIK :
3
Tanda-tanda vital
Pemeriksaan penunjang
Terapi obat
ADMINISTRASI :
Surat jaminan
MENTHAL :
Komunikasikan & ajarkan à dilakukan pasien [ tarik nafas, batuk , alergi kontras, keluhan
negatif
G. PROSEDUR PCI
TEAM PCI :
• Operator (dokter)
• Radiografer
PROSEDURE :
• PCI dilakukan dalam suatu laboratorium khusus yang disebut laboratorium kateterisasi
(”Cath Lab”) yang menyerupai ruang operasi. Disana pasien akan dibaringkan di meja
dan dihubungkan dengan suatu alat yang memonitor irama jantung pasien secara terus-
menerus.
• Sebuah daerah kecil di pergelangan lengan atau lipat paha pasien (tergantung daerah yang
akan digunakan) dibersihkan dan disterilkan. Daerah tersebut akan ditutup dengan kain
steril.
4
• Dokter akan menginjeksi obat anestesi lokal dilipat paha atau tangan pasien. Digunakan
anestesi lokal karena pasien harus tetap sadar selama pemeriksaan untuk mengikuti
instruksi dokter.
• Jarum akan ditusukkan kedalam arteri yang digunakankemudian guide wire akan
dimasukkan melalui jarum. Jarum dilepas
• Sheet kateter akan dimasukkan melalui guide wire, kemudian sheet kateter dimasukkan
melalui pembuluh darah utama tubuh (Aorta), ke muara arteri koroner di jantung.
Kebanyakan orang tidak merasakan sakit selama pemeriksaan, karena tidak ada serabut
saraf dalam pembuluh darah, maka pasien tidak dapat merasakan gerakan kateter dalam
tubuh.
• Waktu prosedur darah biasanyan akan di encerkan dengan antikoagulan (heparin) untuk
mencegahpembentukan bekuan darah saat prosedur
• Ketika sheet kateter sudah ada di arteri koroner, sejumlah bahan kontras diinjeksikan ke
dalam sheet kateter. Gambar sinar-x selanjutnya diambil saat bahan kontras berjalan
melalui arteri koroner. Gambar ini terlihat di monitor televisi dan direkam dalam film.
• Pemberian zat kontras kadang memberikan efek : nausea, sakit kepala, palpitasi, perasaan
seperti melayang, dan seperti mau buang air kecil.
• Guide wire akan ditempatkan pada arteri koroner yang mengalami stenosis, kemudian
balon dikembangkan sehingga stenosis atau plaque di arteri koroner akan terdorong
kedinding arteri dan arteri terbuka
• Saat balon dikembangkan kemungkinan anda akan mengalami nyeri dada, tapi akan
hilang saat balon dikempiskan
• Sebelum balon dikempiskan pastikan darah sudah mengalir dengan baik dapat dilihat dari
monitor x-ray
• Pada stenosis yang dibuka akan di pasang stent untuk mancegah terjadinya restenosis (1
dari 3 orang dalam waktu 3 sampai 6 bulan)
• Jika terjadi diseksi arteri koroner sehingga darah akan membeku dan menutup arteri
koroner, biasanya akan dipasang stent
• Seluruh pemeriksaan memerlukan waktu sekitar 1jam.
• Pasien dapat melihat prosedur dri monitor x-ray
• Bila melalui trans radial sheet kateter dilepas dan daerah penusukan akan ditekan TR-
band/Niciban agar darah tidak keluar selama 4 jam.
• Jika melalui arteri femoralis/brachialis sheet kateter akan dilepas 4-6jam setelah tindakan
selesai atau setelah nilai ACT kurang dari 100
• Selanjutnya tempat panusukan akan dibebat dengan elastis perban, pasien tidak
diperkenankan menggerakkan kaki atau tangan selama 4-6 jam. Bila pendarahan sudah
5
berhenti, umumnya pasien dapat diperbolehkan pulang. Selanjutnya dokter akan
menjelaskan hasil PCI dan pengobatan selanjutnya.
I. PATHFLOW
6
•
•
•
•
•
f
R
A
b
,T
lsC
tM
h
e
p
u
n
g
&
rd
a
k
io
Nyeri dada
m
2
O
Ketidakstabilan haemoinmik
Kontraktilitas jantung me
Fungsi ginjal me
Ketidakseimbangan cairan
Resiko
perdarahan
Infark miokard
Nekrosis miokard
PTCA/PCI :
Insertion guide wire
Pemberian heparin
Pencabutan sheet
BAB III
•
•
•
•
Tek darah ,nadi
Perubahan JVP
Perubahan gambaran EKG
Cateterisasi, msct koroner ada
penyumbatan arteri koroner
Resiko Aritmia,
resiko infeksi
7
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PCI
J. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PERCUTANUS CORONARY INTERVENTION
DIAGNOSA KEPERAWATAN
8
Ditandai dengan adanya perdarahan pada area penusukan sheet kateter, kulit pucat,
akral dingin, tekanan darah turun, palpitasi, kadar haemoglobin turun, ACT dan APTT
memanjang
Tujuan rencana keperawatan : tidak terjadi perdarahan setelah tindakan keparawatan
selama 1 X 24 jam
Intervensi keperawatan :
a. Mencatat banyaknya perdarahan dan yang terjadi saat prosedur PCI
b. mengobservasi dan mencatat adanya perdarahan dan haematoma pada luka
penusukaan sheet kateter setiap 30 menit
c. mengobservasi dan mencatat perubahan haemodinamik : tekanan darah
menurun, nadi meningkat
d. mengobservasi dan mencatat adanya perubahan warna kulit, akral pasien
e. Untuk sheet kateter pada femoralis dan brachialis cek ACT setelah 4 jam selesai
tidakan sebelum aff sheet
f. membebat luka setelah aff sheet dengan elastic perband melebihi setengah sisi
paha atau brachial
g. menganjurkan pasien untuk tidak beraktifitas menggunakan anggota tubuh
yang digunakan untuk prosedur PCI selama 6 jam etelah aff sheet
3) Resiko penurunan Cardiak out-put berhubungan dengan penurunan hipovolemi
(preload)
Ditandai dengan adanya penurunan tekanan darah, akral dingin, keluar keringat dingin,
heart rate menngkat, kulit pucat, perubahan status mental.
Tujuan rencana keperawatan : fungsi jantung/cardiak out-put meningkat adequat
setelah tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam,
Intervensi keperawatan :
a. Mencatat/mengobservasi TTV, HR,TD,RR, terutama adanya hipotensi, dan
mewaspadai penurunan sistole/diastole
b. Mencatat/observai adanya disritmia, kualitas denyut nadi dan observasi respon
pasien
c. Mengobservasi perubahan status mental/orientasi/gerakan reflek tubuh/gelisah
d. Mencatat kualitas nadi perifer dan suhu kulit dengan cara meraba nadi perifer
e. Mengukur dan catat intake-output balance cairan selama 24 jam
f. Mendorong keluarga dan membantu keluarga dalam memenuhi aktifitas
perawatan diri sesuai kemampuan pasien
9
g. Mengkaji ulang ECG secara berseri setiap 24 jam dengan melakukan pemeriksaan
ECG 12 Lead setiap hari disamping tetap memasang monitor ECG dan
memantaunya
Kolaborasi:
5) Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan dan pemasangan alat – alat
invasive
10
Ditandai dengan : pasien merasa demam, suhu tubuh lebih dari 37,5◦C, adanya
kemerahan pada luka tusuk sheet kateter, peningkatan leukosit
Tujuan rencana perawatan : tidak terjadi infeksi setelah dilakukan tindakan perawatan
selama 1 X 24jam
Intervensi perawatan :
a. Gunakan teknik steril saat melakukan prosedur PCI
b. Gunakan teknik steril dan benar saat melakukan pencabutan sheet catheter
c. Rawat luka aff sheet kateter dengan teknik aseptic
d. Monitor tanda-tanda vital termasuk suhu tubuh tiap 4jam
e. Monitor adanya kemerahan, pembengkakan, haematoma, dan rasa hangat
pada luka penusukan sheet kateter
f. Cek infeksi marker bila ada tanda-tanda infeksi
g. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian therapy sesuai kondisi pasien
BAB IV
STUDI KASUS
A. DATA DEMOGRAFI.
NAMA :Tn.F
NO.MR :2011.30.31.24.
UMUR :67 tahun
RUANG :Observasi UGD RSJHK
DIAGNOSA : NSTEMI OLD Infark Inferior killip II
SEX :laki-laki
Pendidikan :SLTA
AGAMA :Islam
Tgl.Masuk :16-02-2011
STATUS :Menikah
Jam :07.00 wib
Tinggi Badan : 160cm
BB : 55 kg
11
Keluhan utama: pasien menyatakan nyeri dada masih terasa, seperti tertimpa benda
berat, skala nyeri 5, lemes, takut akan penyakitnya dan takut akan rencana akan
dilakukan prosedur PCI
Riwayat penyakit sekarang : pasien mengeluh sesak nafas selama 18hari sebelum masuk
rumah sakit, nyeri dan sesak bertambah bila beraktivitas lalu berobat. Selama 7 hari
pasien dirawat di RS Pontianak dengan keluhan sesak nafas dan nyeri dada di nyatakan
sakit jantung, pasien sudah diberi obat tapi keluhan tetap ada , lalu pasien dirujuk ke
RSJHK
Riwayat penyakit dahulu : DM (+), dislipidemia (+), Hipertensi (-),
Gastritis (-), Stroke (-), asma (-), obesitas (-)
Riwayat penyakit keluarga : tidak ada anggota keluarga yang meninggal mendadak
Kebiasaan : merokok (-), minum alcohol (-), minum jamu (-)
Pola nutrisi : pola nutrisi pasien di rumah sakit diit yang diberikan DJ II DM 1800kcal /
24jam, total cairan 2000cc/24jam
Pola eliminasi : pola eliminasi selama dirawat pasien BAK 150cc/jam dan belum BAB hari
ini, terkhir BAB kemarin pagi
Pola aktivitas : saat di RSJHK pasien bedrest karena masih mengeluh sesak dan nyeri
dada, aktivitas di bantu perawat dan keluarga
Pola pernafasan : pergerakan dada simetris, pasien terlihat agak sesak dengan O2
binasal 3liter/menit, Respirasi rate 30X/menit, dengan saturasi perifer 92%
Pola istirahat tidur : selama di RSJHK pasien masih dapat tidur 8 jam tidur siang 1-2jam
Pola psikososial : pasien menyatakan takut akan penyakitnya dan rencana akan
dilakukan prosedur PCI, pasien terlihat gelisah, muka tampak tegang.
Pemeriksaan fisik :
o Data klinis: Keadaan umum pasien terlihat sakit sedang, kesadaran compos
menthis, Tanda tanda vital : BP: 90/60mmhg, HR: 80X/menit, RR: 26 X/menit,
Satursi perifer: 92%
o Leher : tidak ada peningkatan JVP
o Thoraks : irama nafas teratur, pergerakan dada simetris,
Auskultasi : Bunyi jantung S1-S2 reguler, murmur (-), gallop (-), bunyi pulmonal
vesikuler, wheezing(-), ronkhi (-)
o Abdomen : bising usus (+), tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan dan
pembesaran hati
12
o Ekstrimitas motorik : tidak ada kelemahan, kekuatan 5/5, akral hangat,
mobilisasi ditempat tidur mandiri, oedema tungkai -/-
Pemeriksaan penunjang
o Laboratorium tanggal 17-2-2011 pkl 05.30 wib
Hb : 12,1 gr/dl
Ht : 36 vol%
Trombosit : 375.000
Leukosit : 5880/ul
Ureum : 56 mg/dl
Creatinin : 1,1 mg/dl
BUN : 26 mg/dl
GDS : 107mg/dl
Na : 141mmol/L
K : 4,1 mmol/L
Cl : 107mmol/L
Mg :2,1 mmol/L
Ca : 2,6 mmol/l
CKMB : 19u/l
Trop T : < 0,03 mg/ml
o Elektrokardiogram : sinus rithm dengan old infark inferior dengan new LBBB
o Foto Thorax : CTR 57%, segmen Aorta Normal, segmen pulmonal Normal,
pinggang jantung (+), apex downward, infiltrate (-)
o Echo : EF : 24%
Therapy :
o Valsartan 1 X 80 mg
o Furosemid tablet 1 X 40 mg
o Aspilet 1 X 80 mg
o Simvastatin 1 X 20 mg
o Lovenox Injeksi (SC) 2 X 0,6cc
o Diazepam 5mg K/P
13
PATHWAY Pada Tn.F
cemas
PTCA/PCI :
Resiko Insertion guide wire Resiko Aritmia,
perdarahan resiko infeksi
Pemberian heparin
Pencabutan sheet
Resiko haematoma, infeksi,
perdarahan
C. ANALISA DATA
1) DS : Pasien menyatakan takut dengan keadan penyakitnya
Pasien menyatakan takut dengan prosedur PCI
intervensi :
Dampingi pasien dan keluarga saat dokter menjelaskan tentang penyakitnya dn
rencana prosedur PCI
Rasional : dengan mendampingi pasien saat dijelaskan oleh dokter kita bisa
memastikan bahwa pasien telah mengerti tentang panyakit dan prosedur yang
akan dilakukan dan bisa mengingatkan dokter sekiranya ada yang belum
dijelaskan sehingga pasien lebih mengerti dan menerima apa yang akan
dilakukan berikutnya akan berefek status kesehatan yang lebih baik
Jelaskan kepada pasien persiapan prosedur PCI (puasa 4 jam sebelum prosedur, cukur-
cukur daerah punksi sheet catheter, pemeriksaan laboratorium, pemasang condom
catheter, pemberian therapy obat2an
Rasional : dengan menjelaskan dahulu persiapan prosedur PCI pasien tidak akan
cemas dan terganggu saat tindakan dikerjakan
Laksanakan persiapan prosedur PCI
Rasional : semua persiapan prosedur pada intinya gar pasien nyaman saat
prosedur dikerjakan
Anjurkan keluarga pasien untuk memberi dukungan dan berdoa bersama pasien
sebelum prosedur PCI
Rasional : dukungan dari orang yang dikenal menambah rasa percaya diri dan
doa membuat seseorang merasa lebih siap dan pasrah (anergi positif) dengan
yang akan terjadi
Kolaborasi dengan dokter untuk obat anti depresan
Rasional : dengan obat anti depresan pasien dapat tidur
15
2) DS : Pasien menyatakan nyeri dada dan sesak nafas sudah 7 hari sejak di
rawat di RS. Pontianak,
pasien menyatakan nyeri bertambah bila beraktivitas
DO : BP: 90/60mmhg, HR: 80X/mnt, RR : 26 X/menit, Saturasi O2: 92%, gambaran
EKG old infark inferior,skala nyeri 5,expresi wajah tampak tegang.
Intervensi :
Kaji skala, frekwensi dan durasi nyeri dada dan abdomen.
Rasional : menentukan tingkat keparahan penyebab nyeri dada dan
abdomen, nyeri dada timbul Karen( inefektif dari suplai darah ke
jantung, nyeri abdomen dikarenakan adanya pembesaran dari hati
hal ini disebabkan adanya pembendungan vena portal sehingga
membuat arus balik dari sistem sirkulasi
16
3) DS : Pasien menyatakan nyeri dada dan sesak nafas sudah 7 hari sejak di rawat di RS
Pontianak
pasien menyatakan sesak bertambah bila beraktivitas, badan terasa lemes
DO: BP: 90/60mmhg, HR: 80X/mnt , RR : 26 X/menit
Saturasi O2: 92%
gambaran EKG old infark inferior
Intervensi :
Catat dan observasi adanya disritmia, kualitas denyut nadi dan observasi
respon pasien
bila oksigenasi ke otak menurun, hal ini dapat terjadi karena kondisi
17
Catat kualitas nadi perifer dan suhu kulit
D. IMPLEMENTASI
20
mengajarkan tehnik relaksasi ambil nafas dalam dari hidung dan
keluarkan dari mulut seprti bersiul jika nyeri timbul.
membantu perawatan diri pasien waktu BAK
berkolaborasi dengan dokter therapy O2 binasal 3liter/menit
21
E. EVALUASI
A : Masalah teratasi
22
BAB V
PEMBAHASAN KASUS
1) Pengkajian
Pada saat pengkajian kelompok mengalami kesulitan karena saat dikaji
pasien sedang dalam kondisi sesak dan nyeri dada sehingga pengkajian
adalah wawancara terhadap pasien dan keluarga, dank arena keterbatasan
waktu pengkajian berkaitan dengan pasien terjadwal PCI pukul 10.30 WIB
pengkajian sebagian bersift klarifikasi dari data sebelumnya
2) Pathflow yang dibuat pada asuhan keperawatan berdasarkan factor resiko
yang ada pada Tn. F, tetapi diagnosa keperawatan Pra dan Post PCI tidak
muncul karena asuhan keperawatan dilakukan pre PCI, setelah PCI pasien
pindah ke ruang CVC
3) Analisa data diambil dari data subyektif dan obyektif saat pengkajian
sehingga muncul 3 diagnosa yaitu Cemas berhubungan dengan
ketidakmampuan koping individu sekunder kurang pengetahuan terhadap
penyakitnya dan prosedur PCI, Gangguan rasa nyaman: Nyeri berhubungan
dengan tidak sesuaian suplai O2 ke jantung sekunder terhadap iskemik
miokard, Penurunan Cardiac Output berhubungan dengan penurunan
hipovolemi (preload)
4) Intervensi keperawatan yang dibuat sesuai dengan diagnose keperawatan
yang muncul dan rasional sesuai intervensi keperawatan yang dikerjakan
5) Implementasi keperawatan : tidak semua rencana intervensi dikerjakan
karena diesuaikan dengan kebutuhan pasien waktu asuhan keperawatan
dilaksanakan dan terbatasnya waktu
6) Evaluasi : belum semua kriteria hasil dari diagnosa keperawatan dapat
tercapai dikarenakan keterbatasan waktu asuhan (efektif 3,5jam)
23
24