Anda di halaman 1dari 17

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA

(STIKes PERTAMEDIKA)
Abdul Aziz/21218134/2019
Program Profesi/Ners S1 Keperawatan

A. Konsep Lansia
1. Pengertian
Dalam Undang-undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lansia menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia
60 tahun ke atas. Dalam mendefinisikan batasan penduduk lanjut usia,
ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek
ekonomi dan aspek sosial (BKKBN).
Menurut prof koesmoto setyonegoro lanjut usia adalah orang yg
berumur 65 tahun keatas. Sebenarnya lanjut usia adalah suatu proses
alami yang tidakapat ditentukan oleh tuhan yang maha esa (Wahyudi,
2000)
2. Batasan Lansia
Batasan seseorang dikatakan Lanjut usia masih diperdebatkan oleh
para ahli karena banyak faktor fisik, psikis dan lingkungan yang saling
mempengaruhi sebagai indikator dalam pengelompokan usia lanjut.
Proses peneuan berdasarkan teori psikologis ditekankan pada
perkembangan). World Health Organization (WHO) mengelompokkan
usia lanjut sebagai berikut :
1. Middle Aggge (45-59 tahun)
2. Erderly (60-74 tahun)
3. Old (75-90 tahun)
4. Very old (> 91 tahun)
3. Proses Menua
Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat
menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar
cadangan sistem fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadapa
berbagai penyakit dan kematian (Setiadi dkk, 2006).
Terdapat dua jenis penuaan, antara lain penuaan primer,
merupakan proses kemunduran tubuh gradual tak terhindarkan yang
dimulai pada masa awal kehidupan dan terus berlangsung selama
bertahun-tahun, terlepas dari apa yang orang-orang lakukan untuk
menundanya. Sedangkan penuaan sekunder merupakan hasil penyakit,
kesalahan dan penyalahgunaan faktor-faktor yang sebenarnya dapat
dihindari dan berada dalam kontrol seseorang (Busse,1987; J.C Horn
& Meer,1987 dalam Papalia, Olds & Feldman, 2005).
4. Perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia
1. Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ
tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal,
gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan integumen.
a. Sistem pernafasan pada lansia.
 Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga
volume udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat
dan dangkal.
 Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk
sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
 Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya )
sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu
mengalami penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira
kira 500 ml.
 Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas
permukaan normal 50m²), menyebabkan terganggunya prose
difusi.
 Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu
prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut
semua kejaringan.
 CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam
arteri juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada
tubuh sendiri.
 kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret &
corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial
terjadinya obstruksi.
b. Sistem persyarafan.
 Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
 Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
 Mengecilnya syaraf panca indera.
 Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran,
mengecilnya syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
1) Penglihatan
 Kornea lebih berbentuk skeris.
 Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon
terhadap sinar.
 Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
 Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam
cahaya gelap.
 Hilangnya daya akomodasi.
 Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas
pandang.
 Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna
hijau pada skala.
2) Pendengaran.
 Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada
nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti
kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
 Membran timpani menjadi atropi menyebabkan
otosklerosis.
 Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya kreatin.
3) Pengecap dan penghidu.
 Menurunnya kemampuan pengecap.
 Menurunnya kemampuan penghidu sehingga
mengakibatkan selera makan berkurang.
4) Peraba.
 Kemunduran dalam merasakan sakit.
 Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
5) Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
 Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
 Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 %
pertahun sesudah berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
 Kehilangan elastisitas pembuluh darah.
Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi, perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk
ke berdiri ) bisa menyebabkan tekanan darah menurun
menjadi 65 mmHg ( mengakibatkan pusing mendadak ).
 Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi
pembuluh darah perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
6) Sistem genito urinaria.
 Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah
ke ginjal menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo
menurun sampai 50 %, fungsi tubulus berkurang
akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin,
berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya + 1 ) ;
BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal
terhadap glukosa meningkat.
 Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi
lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau
menyebabkan frekwensi BAK meningkat, vesika urinaria
susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga
meningkatnya retensi urin.
 Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas
65 tahun.
 Atropi vulva.
 Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan
menurun juga permukaan menjadi halus, sekresi menjadi
berkurang, reaksi sifatnya lebih alkali terhadap perubahan
warna.
 Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung
menurun tapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati
berjalan terus.
7) Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
 Produksi hampir semua hormon menurun.
 Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
 Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah
dan hanya ada di pembuluh darah dan berkurangnya
produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
 Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan
menurunnya daya pertukaran zat.
 Menurunnya produksi aldosteron.
 Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron,
estrogen, testosteron.
 Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism,
depresi dari sumsum tulang serta kurang mampu dalam
mengatasi tekanan jiwa (stess).

8) Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.
 Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal
disease yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun,
penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk.
 Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari
selaput lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya
sensitivitas dari syaraf pengecap dilidah terutama rasa
manis, asin, asam & pahit.
 Esofagus melebar.
 Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun
), asam lambung menurun, waktu mengosongkan
menurun.
 Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
 Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
 Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat
penyimpanan, berkurangnya aliran darah.
9) Sistem muskuloskeletal.
 Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.
 resiko terjadi fraktur.
 kyphosis.
 persendian besar & menjadi kaku.
 pada wanita lansia > resiko fraktur.
 Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
 Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek
(tinggi badan berkurang ).
10) Perubahan sistem kulit & karingan ikat.
 kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
 Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan
dan hilangnya jaringan adiposa
 Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik,
sehingga tidak begitu tahan terhadap panas dengan
temperatur yang tinggi.
 Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat
menurunnya aliran darah dan menurunnya sel sel yang
meproduksi pigmen.
 Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan
penyembuhan luka luka kurang baik.
 Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
 Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak
serta warna rambut kelabu.
 Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang
kadang menurun.
 Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme
yang menurun.
 Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat
memproduksi panas yang banyak rendahnya akitfitas otot.
11) Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
 selaput lendir vagina menurun/kering.
 menciutnya ovarium dan uterus.
 atropi payudara.
 testis masih dapat memproduksi meskipun adanya
penurunan secara berangsur berangsur.
 dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal
kondisi kesehatan baik.
2. Perubahan-perubahan mental/ psikologis
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
a. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (herediter)
e. Lingkungan
f. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
g. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
h. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan famili
i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri dan perubahan konsep diri
Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi
lebih sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang,
kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-
penyakit.
Kenangan (memory) ada dua; 1) kenangan jangka panjang,
berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa
perubahan, 2) Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10
menit), kenangan buruk.
Intelegentia Quation; 1) tidakberubah dengan informasi
matematika dan perkataan verbal, 2) berkurangnya
penampilan,persepsi dan keterampilan psikomotorterjadi
perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan
dari faktro waktu.
3. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya
(Maslow,1970). Lansia makin matur dalam kehidupan
keagamaannya, hal ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam
sehari-hari.
B. Konsep Penyakit Rematik
1. Pengertian
Istilah rheumatism berasal dari bahasa Yunani, rheumatismos yang
berarti mucus, suatu cairan yang dianggap jahat mengalir dari otak ke
sendi dan struktur lain tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri atau
dengan kata lain, setiap kondisi yang disertai kondisi nyeri dan kaku
pada sistem muskuloskeletal disebut reumatik termasuk penyakit
jaringan ikat.
Rematoid Artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik
kronik yang manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif,
akan tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat,
2006).
Osteoartritis atau rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana
terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat dan
berhubungan dnegan usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan
sendi besar yang menanggung beban
Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas,
pembesaran sendi dan hambatangerak pada sendi-sendi tangan dan
sendi besar. Seringkali berhubungan dengan trauma maupun
mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban tubuh
dan penyakit-penyakit sendi lainnya.
2. Klasifikasi
Reumatik dapat dikelompokkan atas beberapa golongan, yaitu :
1. Osteoartritis.
Penyakit merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis
ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi, dan hambatan
gerak pada sendi – sendi tangan dan sendi besar yang menanggung
beban ini.
2. Artritis Rematoid.
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik
dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh
organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi
setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat
progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa
kelemahan umum cepat lelah.
3. Polimialgia Reumatik.
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri
dan kekakuan yang terutama mengenai otot ekstremitas proksimal,
leher, bahu dan panggul. Terutama mengenai usia pertengahan atau
usia lanjut sekitar 50 tahun ke atas.
4. Artritis Gout (Pirai).
Artritis gout adalah suatu sindrom klinik yang mempunyai
gambaran khusus, yaitu artritis akut. Artritis gout lebih banyak
terdapat pada pria dari pada wanita. Pada pria sering mengenai usia
pertengahan, sedangkan pada wanita biasanya mendekati masa
menopause.
3. Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada
beberapa faktor resiko yang diketahui berhubungan dengan penyakit
ini, antara lain:
1. Usia lebih dari 40 tahun
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor
penuaan adalah yang terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa
osteoartritis bukan akibat penuaan saja. Perubahan tulang rawan
sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada osteoartritis.
2. Jenis kelamin wanita lebih sering
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi.
Sedangkan laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha,
pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45
tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-
laki dan wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause)
frekuensi osteoartritis lebih banyak pada wanita daripada pria. Hal
ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesis
osteoartritis.
3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-
masing suku bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan
pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital
dan pertumbuhan tulang.
4. Genetik
5. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan
meningkatnya resiko untuk timbulnya osteoartritis, baik pada
wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan
dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban
berlebihan, tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau
sternoklavikula). Olehkarena itu disamping faktor mekanis yang
berperan (karena meningkatnya beban mekanis), diduga terdapat
faktor lain (metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan
tersebut.
6. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang
terus menerus berkaitan dengan peningkatan resiko osteoartritis
tertentu. Olahraga yang sering menimbulkan cedera sendi yang
berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
7. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan
dengan timbulnya oateoartritis paha pada usia muda.
8. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan
resiko timbulnya osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena
tulang yang lebih padat (keras) tidak membantu mengurangi
benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya
tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
4. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan
yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi
artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus
masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena
radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer.
Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi
diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu
(ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan
ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi
dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan
osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai
dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara
ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak
terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid
(seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang
progresif.
5. Manifestasi Klinik
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang
terkena, etrutama waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-
lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian timbul rasa nyeri yang
berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi,
kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih
lanjut lagi terdapat pembesaran sendi dan krepitasi.
Tanda-tanda peradangan pada sendi tidak emnonjol dan timbul
belakangan, mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari
nyeri tekan, gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna
kemerahan, antara lain:
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa
gerakan tertentu kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang
lebih dibandingkan gerakan yang lain.
2. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-
pelan sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah
immobilisasi, seperti duduk dari kursi, atau setelah bangun dari
tidur.
4. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadqang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang
sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut
atau tangan yang paling sering) secara perlahan-lahan membesar.
6. Perubahan gaya berjalan
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut
atau panggul berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan
gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman yang besar
untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).
6. Pemeriksaan Diagnostik
1. Tes serologi
§ Sedimentasi eritrosit meningkat
§ Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
§ Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita
2. Pemerikasaan radiologi
 Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi
 Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan
ankilosis
3. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari
sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.
7. Penatalaksanaan
a. Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab,
dan prognosis penyakit ini
b. Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat
c. Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi
berkurang, ini bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi
pasien
d. Termoterapi
e. Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat, Pemberian Obat-
obatan
8. Komplikasi
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
proses granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan
otot.
c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
d. Terjadi splenomegaly.

C. Konsep Keperawatan
Proses keperawatan adalah kerangka kerja dalam melaksanakan
tindakan yang digunakan agar proses pertolongan yang diberikan kepada
keluarga menjadi sistematis (S.G. Bailon dan Arcelis Maglaya, 1989).
a. Pengkajian
Pengkajian adalah sekumpulan tindakan yang digunakan untuk
mengukur keadaan klien dan keluarga dengan memakai patokan
norma-norma kesehatan pribadi maupun sosial, sistem integritas dan
kesanggupan keluarga menjadi sistematis (S.G. Bailon dan Arcelis
Magalaya, 1989)
1) Pengumpulan data
2) Analisa data
3) Pengumpulan masalah
4) Menentukan prioritas masalah
b. Perencanaan
Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang
ditentukan perawat untuk dilaksanakan dalam memecahkan masalah
kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi (SG. Bailon,
1989:1972). Perencanaan tersebut meliputi tujuan, intervensi dan
kriteria evaluasi yang disesuaikan dengan diagnosa keperawatan.
c. Implementasi
Merupakan realisasi dari rencana keperawatan yang telah
ditetapkan bersama keluarga. Adapun implementasi yang telah
dilakukan adalah penyuluhan.
d. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai.
Evaluasi berkaitan dengan tujuan bagaimana tujuan dinyatakan akan
menentukan mudah atau sulitnya mengadakan evaluasi.
Pathway
Umur Jenis kelamin Genetik Suku Kegemukan

Kerusakan Fokal Tulang Pembentukan tulang baru


Rawan Sendi Yang pada tulang rawan, sendi
Progresif dan tepi sendi

Perubahan Metabolisme
Tulang

Peningkatan aktivitas enzim yang merusak


makro molekul matriks tulang rawan sendi

Penurunan Kadar Proteoglikan

Berkurangnya Kadar Proteoglikan

Perubahan sifat-sifat kolagen

Berkurangnya kadar air tulang


rawan sendi

Permukaan tulang rawan sendi terbelah


pecah dengan robekan

Timbul laserasi

Osteoartritis
DAFTAR PUSTAKA

Gloria, M.B. (2004). Nursing Intervention Classification. America: Mosby


Elsevier.
Herdman, T.H. (2009). NANDA International Nursing Diagnoses: Defenitions
and Classification edition 2009-2011. United Kingdom: Willey Blackwell.
Lueckenotte, A.G. (1996). Gerontologic Nursing. America: Mosby.
Masjoer, A, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran (edisi ketiga). Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Media Aesculapius.
Moorhead. (2004). Nursing Outcomes Classification (fourth edition). America:
Mosby Elsevier
Purwoastuti, E. (2009). Waspadai Gangguan Rematik. Yogyakarta: Kanisius.
Wiyayakusuma, H. (2007). Atasi Rematik dan Asam Urat Ala Hembing. Jakarta:
Puspa Swara.

Anda mungkin juga menyukai