Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ULSERASI RONGGA MULUT

Disusun Oleh:

Wahyu Gading Maulana (G992003155)

Margareta Evelyne A (G992003094)

Yosia Yonggara (G992102061)

Hubertus Corrigan (G992102031)

Beata Nino (G992108061)

Periode: 30 Agustus – 12 September 2021

Pembimbing:

Widia Susanti, drg., M.Kes.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU GIGI DAN MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RS UNS
SURAKARTA
2021

HALAMAN PENGESAHAN
Referensi artikel ini disusun untuk memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik
Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret /
RS UNS Surakarta. Makalah dengan judul:

ULSERASI RONGGA MULUT

Hari, tanggal: Rabu, 1 September 2021

Oleh:

Wahyu Gading Maulana (G992003155)

Margareta Evelyne A (G992003094)

Yosia Yonggara (G992102061)

Hubertus Corrigan (G992102031)

Beata Nino (G992108061)

Mengetahui dan menyetujui,

Pembimbing Makalah

Widia Susanti, drg., M.Kes.


BAB I

PENDAHULUAN

Mouth ulcer atau ulserasi rongga mulut merupakan bintik-bintik putih-


kemerahan yang meradang dan terbentuk pada membran mukosa yang melapisi
mulut (Institute for Quality and Efficiency in Health Care, 2006). Luka ini
disebabkan oleh peningkatan aktivitas inflamasi oleh banyak faktor seperti adanya
infeksi, stress psikologis, trauma, dan sebagainya.

Para ahli memperkirakan 1 dari 10 orang pernah mengalami ulserasi rongga


mulut dan kebanyakan dari mereka mengalaminya saat remaja atau dewasa muda..
Penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Menurut Riset
Kesehatan Dasar pada tahun 2018, Indonesia memiliki prevalensi ulserasi rongga
mulut sebesar ±15-30%. Oleh karena itu, penulis menyusun makalah ini untuk
membahas mengenai mouth ulcer yang meliputi definisi, penyebab, manifestasi
klinis, penegakan diagnosis, tatalaksana, komplikasi, serta prognosis dari ulserasi
rongga mulut.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Mouth Ulcer adalah bintik putih-kemerahan yang meradang yang
terbentuk pada selaput lendir yang melapisi mulut. Luka atau peradangan di
bibir dan dalam mulut ini dapat menimbulkan rasa sakit dan tidak nyaman.
Ulkus juga dapat diartikan sebagai kerusakan epitel rongga mulut yang
menyebabkan terbukanya ujung saraf bebas pada lamina propia dan
menyebabkan rasa sakit pada penderita.

B. Epidemiologi
Epidemiologi dari mouth ulcers sendiri akan dijelaskan berdasarkan
frekuensi, mortalis/morbiditas, ras, jenis kelamin dan usia yakni (Thoppay,
2020):
1. Frekuensi
Frekuensi kejadi mouth ulcers di Ameriksa Serikat diketahui
memengaruhi sekitar 5-66% dari keseluruhan populasi. 1% anak-anak di
negara berkembang diperkirakan menderita mouth ulcers, akan tetapi 40%
dari kelompok anak yang telah diseleksi diketahui memiliki riwayat
menderita mouth ulcers dengan usia kejadian dimulai sebelum usia 5 tahun
dengan terjadinya peningkatan frekuensi kejadian seiring bertambahnya
usia.
2. Mortalitas/morbiditas
Sebagian besar pasien mouth ulcers berada dalam kondisi yang baik akan
tetapi suatu penelitian yang dilakukan oleh Wiriyakijja et al (2010) pada
120 orang pasien mouth ulcers menemukan bahwa terdapat keterkaitan
dengan distres psikologis. Prevalensi ansietas, depresi, distres dan stres
derajat sedang-tinggi pada suatu studi kohort didapatkan sebesar 42,5%,
18,33%, 28,33% dan 71,6% secara berturut-turut. Gejala psikologis ini
juga diketahui berkaitan dengan etnis, konsumsi alkohol, penyakit
komorbid, tipe klinis dari mouth ulcers, ukuran ulkus,
3. Ras
Kejadian mouth ulcers telah dilaporkan pada semua ras dengan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan.
4. Jenis Kelamin
Perempuan sedikit lebih dominan dibanding laki-laki
5. Usia
Mouth ulcers biasanya mulai terjadi pada masa anak-anak dan remaja,
terutama pada usia 10-19 tahun dengan frekuensi yang berkurang seiring
bertambahnya usia. Anak dengan orang tua yang menderita mouth ulcers
memiliki kemungkinan menderita hal yang sama sebesar 90% sedangkan
pada anak tanpa riwayat pada orang tua kemungkinannya sebesar 20%.
Selain itu, didapatkan juga frekuensi kejadian 5 kali lebih tinggi pada
anak-anak dengan status sosial-ekonomi tinggi.

C. Etiologi
Etiologi dari mouth ulcer dapaat dibagi menjadi beberapa kategori
(IQWIG, 2019; Scully, 2001):
1. Trauma
Penyebab akibat trauma diantaranya: penggunaan gigi palsu dan gigi
yang patah.
2. Penyakit Infeksi
Penyebab akibat penyakit infeksi diantaranya: stomatitis herpes,
chicken pox, herpes zoster, HFM disease, infeksi mononukleosis, infeksi
HIV, acute necrotizing ulcerative gingivitis dan tuberkolosis.
3. Penyakit Kelainan Darah
Penyebab akibat penyakit kelainan darah diantaranya: anemia,
leukimia, leukopenia dan diskariasis sel darah putih lainnya.
4. Penyakit Gastrointestinal
Penyebab akibat penyakit gastrointestinal diantaranya: celiac disease,
chron’s disease dan kolitis ulseratif.
5. Penyakit Kulit
Penyebab akibat penyakit kulit diantaranya: liken planus, pemfigus,
pemfigoid, eritema multiform, dermatitis herpetiformis, penyakit IgA
linier, epidermolisis bulosa, stomatitis kronis ulseratif.
6. Penyakit Rematoid
Penyebab akibat penyakit rematoid diantaranya: SLE, bechet’s
syndrome, sweet’s syndrome, reiter’s disease.
7. Obat-obatan
Penyebab akibat obat-obatan diantaranya: agen sitotoksik, nikorandil
dll.
8. Radioterapi

D. Faktor Resiko
Faktor risiko yang dari mouth ulcers diantaranya (IQWIG, 2019):
1. Genetik
2. Perubahan hormonal
3. Stress
4. Penurunan sistem imun
5. Defisiensi zat besi
6. Vitamin B Merokok

E. Klasifikasi
1. Recurrent Aphtous Stomatitis (RAS)
Inflamasi berulang pada mukosa oral multipel, kecil, atau bulat,
memiliki dasar kuning dan dikelilingi oleh eritematosa. Biasanya pasien
akan merasakan sensasi terbakar yang berlangsung lama selama 24-48
jam, disertai perkembangan ulkus yang terasa nyeri hingga mengganggu
aktivitas seperti berbicara atau makan.
2. Traumatic Ulcer
Ulkus rongga mulut karena cedera traumatis. Traumatic ulcer paling
sering terjadi pada mukosa bukal (42%), lidah (25%) dan bibir bawah
(9%) dan lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan (2,7:1).
3. Ulkus Herpes Simpleks
Ulkus ini disebabkan oleh virus herpes simpleks yang dapat menjadi
penyakit seumur hidup karena dapat bersifat laten dalam tubuh. Virus
herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) lebih sering menyebabkan ulkus mulut
dibandingkan dengan virus herpes simpleks tipe 2 (HSV-2). Infeksi primer
HSV-1 biasanya menyebabkan gingivostomatitis pada anak-anak.

F. Patofisiologi
Patofisiologi dari ulser mulut terutama dimediasi oleh sel Y namun
dapat melibatkan neutrofil dan sel mast. Lesi dapat mengalami berbagai
perubahan mediator interseluler seperti Interferon gamma, Interleukin (IL)-2 ,
IL-4, IL-5. Proses inflamasi ini menyebabkan pseudomembran yang
mengandung fibrin eksudat, bakteri, sel inflamasi, dan sel nekrotik mukosa.
Aphthous stomatitis lesi terjadi pada mukosa oral non keratinisasi. Sementara
ulser oral oleh HSV meliputi struktur-struktur yang terkeratinisasi seperti
dorsal lidah, bibir, dan palatum durum
G. Diagnosis
Ulkus yang disebabkan oleh trauma lokal terasa nyeri saat disentuh dan
nyeri. Biasanya memiliki batas yang tidak teratur dengan tepi eritematosa dan
dasar berwarna kuning. Saat penyembuhan berlangsung, halo keratotik
(menebal, mukosa putih) dapat terjadi (Wirowski, 2020).
1. Anamnesis
- Gejala utama dari ulser mulut adalah nyeri. Ketika mulai terbentuk
ulser mulut dapat disertai sensasi terbakar
- Keluhan nyeri semakin berat ketika memakan makanan yang
mengiritasi mulut seperti remahan roti, buah asam, atau makanan
pedas. Gerak dari mulut ketikah menguhan dan berbicara juga
dapat menimbulkan nyeri
- Keluhan terdapat lesi bulat dengan bintik putih pada bibir atau
bagian tepi bibir dan juga pada gingiva atau palatum (lebih jarang)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Minor canker sore
- Bercak keputihan, bulat pada bibir atau mukosa pipi
- Dapat terletak di gusi, lidah, atau palatum
- Ukurannya beberapa milimeter
- Mencekung ke dalam dan tepi berwarna kemerahan, sedikit
meninggi
b. Mayor canker sore
- Bercak keputihan dengan karakteristik sama dengan minor canker
sore namun ukurannya lebih besar (1-3 cm)
c. Herpetiform canker sore
- Jumlahnya banyak (>10) dan ukurannya sebesar ujung jarum

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang umumnya tidak diperlukan, namun dapat
dipertimbangkan pada kasus-kasus persisten, berat atau rekuren.

a. Hitung darah lengkap yang menunjukkan anemia dapat mengarah pada


defisiensi zat mikro seperti besi, folat atau vitamin B12. Jika didapatkan
neutropenia, dapat dicurigai bahwa ulserasi disebabkan oleh neutropenia
siklik
b. Serum anti-endomysium antibodi dapat menilai keberadaan enteropati
sensitif gluten (celiac disease) menyertai pada <5% kasus ulkus mulut
rekuren
c. Pertimbangkan pemeriksaan HIV pada kasus-kasus dengan keterlibatan
kompleks atau berat, ulkus mulut herpetiform atau mayor, atau yang
melibatkan mukosa terkeratinisasi (gingiva adheren, punggung lidah,
palatum durum)

H. Tatalaksana
Penyakit mouth ulcer biasanya tidak memerlukan pengobatan apabila
geala yang dirasakan tidak berat dan mengganggu aktivitas
Beberapa tatalaksana farmakologis yang dapat digunakan untuk mengatasi
gejala :
● Anastesi lokal : Lidokain atau benzokain bisa digunkana untuk
mengurangi rasa sakit yang dirasakan, penggunaan dengan cara
oles di area ucer
● Obat Anti inflamasi : Beberapa obat yang mengandung painkiller
seperti Na diklofenak yang mana bisa menguragi nyeri dan uga
inflamasi
● Obat anti septik : Obat cuci mulut yang dapat menghilangkan
mikroorganisme seperti kloroheksidin atau triclosan

I. Edukasi
Kebersihan mulut yang baik merupakan tindakan utama yang perlu
dipantau. Sebaiknya hindari trigger yang memicu mouth ulcer pada
seseorang. Konsumsi vitamin dan suplemen makanan seperti zat besi,
seng, atau vitamin B1, B2, B6, B12, atau C sangat disarankan terlebih jika
ditemukan kekurangan vitamin atau mineral. Individu yang didiagnosis
dengan penyakit celiac harus memilih diet bebas gluten. Hindari makanan
pemicu yang diketahui, stres emosional atau fisiologis bila
memungkinkan.

J. Komplikasi
Komplikasi dari mouth ulcers utamanya adalah scarring pada jejas
berat. Komplikasi lebih lanjut, rasa nyeri yang dialami pasien dapat
menurunkan intake oral dan mengganggu status nutrisi.
K. Prognosis
Prognosis untuk mouth ulcer cenderung baik. Ulkus aphthous
minor (MiAUs) biasanya sembuh sendiri, dengan durasi yang biasa sekitar
10-14 hari tanpa pengobatan aktif. Sendagkan ulkus aphthous mayor
(MjAUs) dapat bertahan hingga sekitar satu bulan. RAS dan ulkus
herpetiformis yang bersifat destruktif dapat berlangsung dari 10 hari
hingga sekitar 100 hari. Secara umum ulkus merespon dengan baik
terhadap obat topikal, meskipun terkadang pengobatan sistemik mungkin
diperlukan.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Mouth Ulcer merupakan penyakit periodontal yang didasari oleh


berbagai penyebab. Patologi yang mendasari pun berbeda-beda tergantung
dari penyebabnya. dalam mendiagnosis mouth ulcer perlu dicermati untuk
menentukan penyebab pastinya sehingga tatalaksana yang dipilih dapat
dilakukan secara efektif. selain tatalaksana berupa obat-obatan, dalam
menangani mouth ulcer perlu dilakukan edukasi kepada pasien agar
komplikasi lebih lanjut dapat dihindari.
DAFTAR PUSTAKA

InformedHealth.org [Internet]. Cologne, Germany: Institute for Quality and


Efficiency in Health Care (IQWiG); 2006-. Canker sores (mouth
ulcers): Overview. 2019 Aug 15. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK546250/
Plewa MC, Chatterjee K. (2021). Aphthous Stomatitis. [Updated 2021 Aug 9]. In:
StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021
Jan-. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK431059/
Scully C, Shotts R. Mouth ulcers and other causes of orofacial soreness and pain.
West J Med. 2001;174(6):421-424.
Thoppay JR. Apthous Ulcers. https://emedicine.medscape.com/article/867080.
[Diakses: 1 September 2021]

Anda mungkin juga menyukai