Anda di halaman 1dari 27

ASBESTOSIS

Oleh:
Fathia Yashinta (1807101030028) Dokter Pembimbing

Mandala Yodi (1807101030031) dr. Cut Mustika, M.Si


PENDAHULUAN

Pesatnya perkembangan industri beserta produknya memiliki dampak positif terhadap kehidupan manusia
berupa:

• Semakin luasnya lapangan kerja

• Kemudahan dalam komunikasi

• Transportasi dan akhirnya juga berdampak pada peningkatan sosial


ekonomi masyarakat

Dampak
negatifnya
Timbulnya penyakit akibat pajanan bahan-bahan selama proses
industri atau dari hasil produksi itu sendiri
LANJUTAN
Surat Keputusan Presiden Nomor 22 tahun 1993 telah
Perhatian pemerintah
ditetapkan 31 macam penyakit yang timbul karena kerja

Ada berbagai macam Organ paru dan saluran nafas merupakan organ dan sistem tubuh yang paling
penyakit yang timbul banyak terkena oleh pajanan bahan-bahan yang berbahaya di tempat kerja. Salah
akibat kerja satu bahan yang dapat menimbulkan penyakit ini adalah asbes
LANJUTAN
Asbes merupakan campuran silikat anorganik yang memiliki serat yang kuat dan berstruktur kristal. Serat tersebut
bersifat tahan panas dan sangat tahan lama. Asbestosis merupakan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh paparan
serat asbes dalam jangka waktu lama

• 107.000 kematian tahunan global disebabkan oleh


mesothelioma kanker paru-paru yang berhubungan
dengan asbes dan asbestosis. Pajanan asbes
diperkirakan menyebabkan 43.000 kematian karena
mesothelioma
• Sebuah studi yang dilakukan di Okayama, Jepang pada
pekerja konstruksi mengungkapkan bahwa pekerja
yang bekerja di instalasi papan asbes memiliki jumlah
kasus tertinggi (39,1%) diikuti oleh penyemprot asbes
(38,5%).
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI

Asbestosis merupakan penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh paparan serat asbes
dalam jangka waktu lama. Asbes merupakan campuran silikat anorganik yang memiliki
serat yang kuat dan berstruktur kristal. Serat tersebut bersifat tahan panas dan sangat
tahan lama. Sepanjang abad 20, asbes merupakan material yang digunakan secara luas
pada konstruksi dan industri. Diperkirakan penyakit ini timbul setelah paparan selama
10 - 30 tahun
LANJUTAN

• Diffuse Interstitial Pulmonary Fibrosis (asbestosis). Pertama kali


dilaporkan di Ingris pada awal 1900.
• Dapat menyebabkan kanker paru.
• Selain dari pajanan di tempat kerja, serat asbes dapat terbawa
melalui pakaian pekerja kerumah atau sebaliknya.
• Merokok menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya penyakit
akibat asbes.
KLASIFIKASI

Kelompok Mineral Mineral Rumus Kimia


 
Serpentin Krisotil (asbes putih) (Mgfe)6(OH)8Si4
Amfibol Aktinolit Ca2F5(OH)2Si8O22
Amfibol Tremolit Ca2Mg5(OH)2Si8O22
Amfibol Amosit (asbes abu-abu/cokelat) Mg7(OH)2Si8O22
Amfibol Krosidolit (asbes biru) NaFe(SiO3)2FeSiO3 xH2O
Amfibol Antropilit (MgFe)7(OH)2Si8O22
JENIS ASBES YANG SERING TERHIRUP

 Chrysotile: berbentuk ikal


 Crocidolite berbentuk spt batang
FAKTOR RISIKO
Material mengandung asbes digunakan secara luas pada proyek konstruksi bangunan sejak
tahun 1980. Risiko terhadap pekerja meningkat selama proses renovasi dan pengangkatan
asbes.

1. Penambang asbes 8. Operator mesin uap


2. Penggiling asbes 9. Pekerja di jalan kereta api
3. Ahli mekanik dan pesawat terbang 10. Kontraktor konstruksi
4. Pekerja konstruksi bangunan 11. Teknisi (pemanasan, ventilasi atau telekomunikasi)
5. Pekerja yang memperbaiki penyekat yang terbuat dari asbes 12. Pengecat dan dekorator
6. Ahli elektronik 13. Pengawas bangunan
7. Pekerja di perkapalan 14. Pekerja pemeliharaan bangunan
FAKTOR RISIKO

• Pneumokoniosis akibat serat asbes.

• Serat dapat yang mencapai bronchus terminalis atau alveoli


berukuran sangat kecil (<5 m) , sehingga sering TIDAK
DISADARI pekerja.

• Klinis dapat terjadi fibrotik paru akibat inhalasi serat asbes.


PATOFISIOLOGI
• Asbes terinhalasi ke saluran nafas.
• Kemampuan menembus ke dalam rongga
paru sampai ke jaringan paru yang terdalam
(alveolus) tergantung ukuran.
• Serat yang berukuran ≤ 5m sekitar 80%
dapat menembus ke alveolus dan sekitar 20
% nya akan tertahan di hidung
• Akibat inhalasi serat, terjadi proses inflamasi
karena tertahannya serat asbes di paru.
•  Terjadi perubahan berupa fibrotik paru.
• Ciri Fibrosis paru pada asbestosis: interstitial,
tersebar (diffuse) dan lokasi terutama di
lobus bawah paru.
PATHOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS

• Baru timbul 10-15 tahun bahkan > 20 tahun,


yaitu bila sudah terbentuk jaringan parut
yang luas di paru.
• Nafas pendek setelah beraktifitas
• Batuk kering
• Rhonki kering dibasal paru
• Clubbing finger
DIAGNOSIS

Efek paparan jangka panjang pada asbes umumnya tidak muncul untuk setidaknya 20 sampai 30 tahun setelah paparan awal.
Gejala asbestosis yang timbul adalah:

1. Gejala timbul secara bertahap dan baru muncul hanya setelah terbentuknya jaringan parut dalam jumlah banyak dan paru
kehilangan elastisitasnya.
2. Gejala pertama adalah sesak nafas ringan dan berkurangnya kemampuan untuk melakukan gerak badan.
3. Sekitar 15% penderita mengalami sesak nafas yang berat dan mengalami kegagalan pernafasan
4. Perokok berat dengan bronchitis kronis dan asbestosis akan menderita batuk-batuk dan sesak napas.
5. Menghirup serat asbes kadang dapat menyebabkan terkumpulnya cairan pada ruang antara kedua selaput yang melapisi paru.
6. Debu asbes yang melapisi paru mengalami perubahan menjadi badan-badan asbestos oleh pengendapan fibrin di sekitar serat
asbes, yang pada pemeriksaan mikroskopis berbentuk batang dengan panjang sampai 200µ.
LANJUT
Mikroskopis
• Asbestos bodies, merupakan marker dari pajanan
asbes
• “Dumbbell-shaped bodies” berukuran 20-50 m
• Serat asbes yang diserang oleh makrofag alveolus 
• Terjadinya endapan dari material mukopolisakarida
dan besi (dari pemecahan Hb oleh makrofag)
• Pigmen besi akan memberi warna coklat keemasan
LANJUT
RADIOLOGI : Thorax Photo

• Penebalan pleura atau kalsifikasi dari pleura (pleural plaque)


• Fibrosis paru biasanya dilapangan paru kiri bawah
• Kadang - kadang akan ditemukan pembesaran kelenjar hilus.
• Pada kasus lanjut dapat dilihat adanya “honeycombing”
• “shaggy heart“ ditemukan di jantung atau batas diafragma.
Asbestosis – Diffuse Pleural Thickening & Pleural Plaque

From: Occupational Lung Disease “An International Perspective”


Daniel E. Banks and John E. Parker. 1998
Asbestosis – Diffuse Pleural Thickening & Pleural Plaque

From: Occupational Lung Disease “An International Perspective”


Daniel E. Banks and John E. Parker. 1998
Asbestosis – Circumscribed Pleural Thickening & Pleural Plaque

From: Occupational Lung Disease “An International Perspective”


Daniel E. Banks and John E. Parker. 1998
Asbestos Exposure – Pleural Plaque & emphysema

From: Occupational Lung Disease “An International Perspective”


Daniel E. Banks and John E. Parker. 1998
DIAGNOSIS
BIOPSI
• Incisi dengan bantuan kamera:
- Pleura yang sangat tebal, dan terdapat fibrous adhesi dari
dasar paru sampai pleura parietalis.

• Thoracotomi dan biopsi terbuka: 


- Kalsifikasi pleura parietal dan pleura viseralis yg luas
- Diafragma yg seluruhnya diliputi bercak kalsifikasi, shg menggangu
pergerakan diafragma (pneumonitis interstitial)
- Asbestos bodies
- > 8 juta serat asbes pada tiap gram paru kering, dimana 68 %nya adalah
asbes jenis tremolite.
- Sama dengan sample mineral vermiculite dari dari Libby, Montana.
KOMPLIKASI

Jika penderita asbestosis juga merokok maka peluang terjadinya


kanker paru akan semakin meningkat. Merokok dan asbes
merupakan hal yang berkontribusi terhadap terjadinya kanker paru-
paru
TATALAKSANA

Tujuan: agar pasien dapat bernafas dgn lebih mudah, mencegah


flu dan infeksi saluran nafas, dan mengontrol komplikasi akibat
asbestosis stadium lanjut
• Antibiotik
• Mengeluarkan dahak dari paru-paru melalui prosedur postural
drainase, perkusi dada dan vibrasi.
• inhalasi
• Oksigen
• Steroid dan imunosupresant
PENCEGAHAN

Pencegahan Primer Pencegahan Sekunder Pencegahan Tersier

1. Health Promotion 1. Early Diagnostic 1. Limitation


2. Specific Protection 2. Prompt Treatment 2. Rehabilitation
KESIMPULAN

Asbes merupakan campuran silika anorganik yang memiliki serat yang kuat dan berstruktur kristal.
Serat tersebut bersifat tahan panas dan sangat tahan lama. Asbes dapat mempengaruhi kesehatan
bila seratnya terhirup. Sekali terhirup, serat tersebut akan bertahan di dalam jaringan paru. Terhirup
serat asbes merupakan risiko kesehatan serius yang dapat menyebabkan penyakit mesotelioma,
kanker paru dan asbestosis. Asbestosis adalah gangguan pernafasan yang disebabkan oleh
terhirupnya serat asbes. Akumulasi yang berkelanjutan dari serat tersebut dapat menyebabkan
pembentukan jaringan parut pada paru dan sesak nafas. Tidak ada terapi untuk menghilangkan efek
dari asbes pada alveoli. Terapi hanya berfokus pada pencegahan perburukan penyakit dan
mengurangi gejala. Pencegahan sangat penting dalam mencegah timbulnya asbestosis
DAFTAR PUSTAKA

1. Darmawan A. Penyakit Sistem Respirasi Akibat Kerja. Jambi Med J. 2013;1(1):68–83.

2. Salawati L. Penyakit Akibat Kerja Oleh Karena Pajanan Serat Asbes. J Kedokt Syiah Kuala. 2015;15(1):44–50.

3. Purnama SG. Buku Ajar Penyakit Berbasis Lingkungan. Bali: Ar-Ruzz Publisher; 2016.

4. Kishimoto T, Morinaga K, Kira S. The Prevalence Of Pleural Plaques And/Or Pulmonary Changes Among Construction Workers
in Okayama, Japan. Am J Ind Med. 2000;37(3):291–5.

5. Walters G, Robertson A, Bhomra P, Burge P. Asbestosis is Prevalent in A Variety of Construction Industry Trades. NPJ Prim
Care Respir Med. 2018;28(1).

6. Furuya S, Chimed-Ochir O, Takahashi K, David A, Takala J. Global Asbestos Disaster. Int J Env Res Public Heal. 2018;15(5).
7. Suma’mur P. Kesehatan Kerja Dalam Perspektif Hiperkes & Keselamatan Kerja. Jakarta: Erlangga; 2014.

Anda mungkin juga menyukai