penyakit paru-paru lainnya. Resiko ini terutama menjadi meningkat ketika kita berada pada
lingkungan terpapar debu asbes dalam jangka waktu lama. Diketahui masa inkubasi yaitu
jeda waktu antara ketika menghirup sehingga terjadi manifestasi kesehatan dapat berlangsung
selama 30 tahun atau lebih.
Exposure Asbes di Lingkungan Kerja.
Berbagai lingkungan kerja beresiko meningkatkan paparan debu asbes, beberapa diantaranya
antara lain : Industri produk dengan bahan baku asbes (bahan isolasi, atap, bangunan),
industri Otomotif (rem & kopling), Kilang minyak, Pembangkit listrik, galangan kapal,
pabrik baja, pekerja pembongkaran, pekerja di pabrik produk asbes , Tukang batu, pengawas
bangunan, Carpenters, pekerja furnace, tukang pipa, dan lain-lain.
Beberapa keunggulan bahan asbes sehingga banyak digunakan untuk keperluan industri,
antara lain karena serat asbes hanya sedikit menyerap air, sangat tahan terhadap panas dan
api, tahan terhadap asam, penghantar listrik dan panas yang jelek, tahan terhadap gesekan dan
cuaca, mampu menyerap suara. Serat asbes antara lain digunakan untuk bahan pencampur
atap, bahan pembungkus, bahan penahan panas dan api dan bahan pelapis rem dan kopling.
Jika kita telah bekerja lama pada lingkungan dengan resiko terpapar asbes tinggi, sangat
disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter dengan dengan keahlian dalam pengelolaan
dan evaluasi yang berhubungan dengan penyakit paru-paru karena asbes
Pengaruh Kesehatan
Berdasarkan kesimpulan hasil pengamatan penyakit pada kelompok pekerja dengan paparan
kumulatif asbes 5 - 1.200 fiber-year/mL, didapatkan hasil bahwa eksposur signifikan untuk
semua jenis asbes akan meningkatkan risiko berbagai penyakit seperti kanker paru-paru,
mesothelioma paru-paru, gangguan non malignant pleura, termasuk asbestosis , plak pada
pleura, penebalan pleura, dan efusi pleura. Eksposur tersebut akan dihasilkan dari 40 tahun
pajanan pada konsentrasi udara 125-30 serat / mL.
Penyakit karena paparan asbes membutuhkan waktu lama untuk berkembang. Sebagian besar
kasus kanker paru-paru atau asbestosis pada pekerja asbes terjadi 15 tahun atau lebih setelah
paparan awal. Faktor perokok beresiko jauh lebih besar terkena kanker paru-paru daripada
bukan perokok karena asbestosis ini. Sementara secara umum waktu antara diagnosis
penyakit ini dengan waktu pajanan awal asbes sekitar 30 tahun atau lebih.
Mekanisme Paparan Asbestosis
Pada saat seseorang menghirup serat asbes , secara alami sebagian besar daripadanya dapat
dikeluarkan, namun beberapa dapat bersarang di paru-paru sepanjang hidup. Serat dapat
terakumulasi dan menyebabkan peradangan jaringan parut, sehingga . mempengaruhi
pernapasan dan menyebabkan penyakit.
Sebetulnya secara alami asbes telah ada di sekitar kita. Asbes alami dapat dilepaskan dari
batu atau tanah oleh kegiatan rutin manusia, seperti konstruksi, atau pada proses pelapukan
alami. Jika serat asbes alami tidak dilepaskan ke udara, maka itu bukan merupakan risiko
kesehatan. Kita lebih mungkin mengalami gangguan yang berhubungan dengan asbes ketika
terkena konsentrasi tinggi asbes, untuk waktu yang cukup lama, dan / atau lebih sering.
Paparan asbes dapat meningkatkan kemungkinan kanker paru-paru, mesothelioma, dan
asbestosis (pembatasan penggunaan paru-paru karena tertahan oleh serat asbes). dan
perubahan pada pleura (selaput rongga dada, di luar paru-paru) . Perubahan pleura seperti
penebalan, plak, kalsifikasi, dan terdapatnya cairan di sekitar paru-paru (efusi pleura) dapat
menjadi tanda awal dari paparan asbes. Perubahan ini dapat mempengaruhi pernafasan.. Efusi
pleura bisa menjadi tanda peringatan dini untuk mesothelioma (kanker pada lapisan paruparu). Berikut beberapa fakta terkait penyakit karena asbes ini :
Sebagian besar kasus asbestosis atau kanker paru-paru pada pekerja terjadi 15 tahun
atau lebih setelah orang tersebut pertama kali terpapar asbes.
Sebagian besar kasus mesothelioma didiagnosis 30 tahun atau lebih setelah paparan
pertama asbes.
Penyakit yang berhubungan dengan asbes telah didiagnosis pada pekerja asbes,
anggota keluarga, dan warga yang tinggal di dekat tambang asbes atau pabrik
pengolahannya.
Efek pada kesehatan karena paparan asbes dapat terus berkembang bahkan setelah
paparan dihentikan.
Merokok atau asap rokok, bersama dengan paparan asbes, sangat meningkatkan
kemungkinan kanker paru-paru.
Faktor Risiko
Berbagai faktor menentukan bagaimana paparan asbes mempengaruhi individu, antara lain :
Konsentrasi paparan
Frekuensi paparan - seberapa sering dan jangka waktu orang yang terkena paparan
akan dialami oleh seitap orang setelah ia berhubungan dengan asbes dalam jangka waktu
yang lama.
Penyakit yang lebih parah ialah timbulnya tumor mesothelioma berasal dari mesotel (lapisan
sel gepeng) yang meliputi permukaan bagian dalam rongga badan. Beberapa bagiannya
mengandung sel seperti sarkoma (jaringan sel yang terkumpul mampat) yang ganas. Dalam
80-85 persen kasus, tumor ini ditimbulkan oleh paparan asbes.
Kalau tumor itu berkembang, timbullah kanker paru-paru. Sebagian besar terjadi pada orang
yang selain terpapar oleh asbes juga perokok berat. Kombinasi merokok dan menghirup asbes
itu memperbesar risiko terkena kanker paru-paru. Gejalanya mulai batuk kronis, penurunan
bobot badan, susah bernapas, batuk darah, sakit dada, dan sesak napas.
Jika Anda menduga ada asbes yang sudah tua umurnya di rumah Anda, dan perlu diganti,
langkah yang tepat adalah menghubungi ahli asbes dan meminta bantuannya agar asbes itu
disingkirkan dengan cara yang aman.
Jakarta, Asbes masih banyak digunakan untuk atap bangunan rumah. Dalam
jangka panjang menghirup asbes terus menerus bisa menimbulkan risiko
kesehatan. Asbes masuk ke dalam tubuh melalui cara inhalasi.
Dampak bahaya dari menghirup serat asbes tidak bisa dilihat dalam jangka
waktu singkat. Terkadang gejala penyakit ini baru muncul dalam waktu 20-30
tahun setelah terpapar serat asbes pertama kali.
Seperti dikutip dari Health.nsw, Jumat (29/1/2010) serat asbes yang terhirup dan
masuk ke dalam paru-paru bisa menyebabkan asbestosis (timbulnya jaringan
parut di paru-paru), kanker paru-paru dan mesothelioma (kanker ganas yang
menyerang selaput mesothelium).
Risiko terkena penyakit ini akan meningkat setara dengan banyaknya jumlah
serat asbes yang dihirup. Selain itu risiko kanker paru-paru akibat menghirup
serat asbes lebih besar dibandingkan dengan asap rokok.
Ini disebabkan asbes terdiri dari serat-serat kecil yang mudah terpisah, sehingga
jika serat tersebut berterbangan di udara dan terhirup oleh tubuh akan
berbahaya bagi kesehatan.
Biasanya serat asbes ini bisa menimbulkan risiko kesehatan jika masuk ke dalam
tubuh melalui cara inhalasi. Jumlah kecil serat asbes di udara yang dihirup
seseorang saat bernapas tidak akan menimbulkan rasa sakit.
Rata-rata orang hanya menghirup asbes dalam jumlah yang sangat kecil dan
berisiko rendah terhadap kesehatan. beberapa penelitian menunjukkan asbes
yang berbentuk lembaran tidak menunjukkan risiko kesehatan yang Orang yang
sangat berisiko memiliki gangguan kesehatan akibat asbes umumnya yang bekerja di
pertambangan atau industri.
Tapi bukan berarti atap rumah yang terbuat dari asbes tidak berbahaya sama sekali, hanya
saja risiko gangguan kesehatannya lebih rendah. Berbagai bentuk material dari asbes
membuat tingkatan risiko kesehatan yang berbeda.
Jika serat asbes dalam bentuk yang stabil seperti lembaran dan kondisinya masih baik, maka
risiko kesehatannya kecil. Namun jika lembaran tersebut sudah ada yang rusak, berlubang
atau salah dalam hal penggunaannya, maka bisa menimbilkan risiko yang lebih tinggi.
Bahan bangunan asbes umumnya digunakan sebagai lembaran semen (fibro), drainase,
cerobong pipa, atap rumah atau papan bangunan lainnya. Sejak tahun 1960-an dan 1970-an,
serat asbes banyak digunakan oleh masyarakat sebagai isolasi atap rumah.
Untuk mengurangi paparan dari serat asbes dan melakukan pencegahan jangka pendek bisa
dengan melakukan beberapa cara:
1. Menyemprotkan air ke lembaran asbes untuk mencegah tanah, debu atau serat
beterbangan di udara.
2. Menutup asbes dengan lembaran plastik atau terpal untuk menghindari paparan cuaca.
3. Mencegah anak untuk bermain di atap rumah yang terbuat daria asbes.
4. Mengganti lembaran asbes yang sudah rusak atau berlubang.
5. Sebisa mungkin memberikan ruang batas antara asbes denga ruangan dalam rumah.
Indonesia terancam bencana ledakan asbestos pada 10-20 tahun ke depan jika
penggunaan asbes tidak segera dihentikan, kata Kepala Badan Pengelolaan
Lingkungn Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat, Setiawan Wangsa AtmajaIa(MI).
6.
7. Perkiraan ledakan asbestos di Indonesia didasarkan pada pengalaman
penggunaan asbes oleh negara-negara maju seperti Inggris dan Belanda,
katanya usai menghadiri acara Workshop "Diseminasi Pengelolaan Limbah
Asbestos Provinsi Jawa Barat, di Hotel Savoy Homann Bandung, Kamis 7
Oktober 2010. Ia mengatakan, perkiraan ledakan asbestos di
Indonesia didasarkan pada pengalaman penggunaan asbes oleh negaranegara maju seperti Inggris dan Belanda.(AN)
8.
9.
10. Sementara itu, pakar kesehatan dari Teknik Lingkungan Institut Teknologi
Nasional (ITENAS) Bandung, Juli Soemirat, menjelaskan, asbestos ialah
bahan bangunan yang karena sifatnya yang tahan asam, panas, fleksibel,
tidak menguap, tidak mudah dihancurkan di alam yang biasa digunakan
untuk mobil, kompor, atap rumah, plafon, pelapis dan kabel listrik. Juli
mengatakan, asbestos jika masuk ke dalam paru-paru akan melekat atau
menusuk sel paru-paru, tetap di sana karena tubuh tidak dapat
menghancurkannya. Jika asbestos dalam paru-paru mengendam setelah 2
sampai 5 tahun kemudian maka akan banyak sel mati dan mengakibatkan
tidak dapat bernapas.(AN)
11. Menurut Koordinator Lokal Insiatif (K3) Keamanan Dan Keselamatan Kerja
Darisman mengatakan, penyakit itu tidak bisa didiagnosis hanya lewat
rontgen biasa. Tanda-tanda asbestosis hanya bisa diketahui jika penderita
menjalani CT Scan pada organ paru-parunya. Risiko penyakit itu sendiri
sangat bergantung pada kadar dan intensitas seseorang bersentuhan dengan
asbestos.(TI)
12.
13. Sejumlah negara telah melakukan pelarangan terhadap bahan baku itu
setelah melojaknya penderita penyakit itu. Inggris misalnya, puncak
penggunaan asbestos dalam industriya pada 1970 mengalami ledakan
penderita asbestosis pada 1999. Sementara itu, Belanda yang mencatatkan
konsumsi asbestos tertinggi pada 1976 mengalami ledakan penyakit
asbestosis pada 1997. Jepang bahkan punya istilah Kubota Shock Wave untuk
merujuk pada ledakan penyakit itu pada 2005.(TI)
Sejumlah kasus di berbagai negara itu menunjukkan risiko penyakit
asbestosis tidak hanya menjangkiti pekerja yang bekerja dalam industri yang
menggunakan bahan itu. Penyakit itu ditemukan juga pada warga yang
tinggal dalam radius dua kilometer dari pabrik akibat ikut menghirup debu
asbestos.(TI)
14.
Mayoritas negara
Eropa, serta Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan sudah merilis aturan
yang melarang penggunaan bahan itu, termasuk produk barang yang
dihasilkannya. Menyusul Thailand yang kini tengah menyusun aturan serupa.
Saat ini negara berkembang yang mayoritas masih menggunakan bahan baku
itu. Indonesia sendiri mengimpor bahan baku itu dari Rusia, Kanada, dan
Brazil.(TI)
Dia mengatakan, dari data yang diperoleh lembaga itu, impor bahan baku
asbestos ke Indonesia mulai mengalami lonjakan mulai 2000, setelah bahan
baku ini mulai diperkenalkan di industri Indonesia sejak 1951. Pada 2006
impor bahan baku itu menembus 60 ribu ton per tahun, yang menempatkan
Indonesia di posisi 10 besar pengguna bahan itu, dan pada 2009 sudah
mencapai 90 ribu ton per tahun dan mendudukkan Indonesia di posisi 4
dunia.(TI)
15.
16.
17.
18. Khusus Jawa Barat, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)