Anda di halaman 1dari 10

Pemakaian asbes untuk berbagai atap bangunan kerap kita temui sehari-hari.

Baik itu untuk


rumah tinggal, tempat usaha, tempat ibadah, bahkan sekolah. Alasannya tentu beragam,
namun yang jelas harga atap asbes tentu murah lebih ketimbang genteng. Selain lebih ringan,
pemakaiannya pun lebih mudah dan cepat. Padahal dibalik itu, ada bahaya yang mengancam
dari debu-debu asbes yang beterbangan.
Bahaya yang ditimbulkan dari debu-debu asbes tidaklah main-main. Asbes dapat
menyebabkan berbagai penyakit serius yakni:
Kanker paru-paru, asbes merupakan penyebab kanker atau karsinogen termasuk kanker
batang tenggorokan.
Pleural disease, penyakit ini timbul akibat adanya cairan pada paru-paru.
Asbestosis, atau fibrosis merupakan penyakit yang timbul di paru-paru diakibatkan oleh
adanya luka di paru-paru yang menyebabkan sulit untuk bernapas.
Mesothelioma, adalah kanker pada dada dan paru-paru. Penyakit kanker ini baru akan timbul
setelah penderita menghirup asbes dalam kurun waktu 20 40 tahun kedepan.
Pemakaian asbes sendiri sudah banyak dilarang di berbagai negara misalnya saja Australia,
Argentina, Kroasia, Arab Saudi dan Amerika. Berbeda dengan di Indonesia yang masih bisa
dipergunakan dan diperjualbelikan secara bebas. Namun bukan berarti kita juga tidak peduli
dengan bahaya yang ditimbulkan. Dengan mengetahui bahaya yang tersembunyi dibalik
asbes yang murah, kuat dan tahan lama itu, kita bisa mulai untuk waspada.
Mereka yang paling berisiko terkena dampak debu-debu asbes adalah mereka yang dalam
kesehariannya berkutat dengan asbes. Baik mereka yang terkait dengan produksi asbes
ataupun para pekerja bangunan tukang yang harus bersentuhan dengan asbes. Mereka semua
yang tidak bekerja dengan pakaian pelindung atau masker yang baik akan mudah terpapar
debu-debu asbes.
Para pemakai atau mereka yang menggunakan asbes di rumah tinggal atau usahanya juga
tidak bisa menghindari dampak berbahaya dari dampak berbahaya dari debu ini. Namun
kemungkinannya lebih kecil sepanjang asbes tersebut tidak rusak. Masa penggunaan asbes
mampu bertahan hingga 10 tahun sehingga perlu diganti secara berkala untuk menghindari
kemungkinan bahaya. Minimal untuk mencegah kemungkinan terhirupnya debu yang
berjatuhan dari asbes di atap, buatlah plafon dari multipleks atau gipsum. Asbes relatif aman
jika bentuknya utuh tidak rusak.
Mengapa asbes berbahaya bagi kesehatan kita? Asbes tahan terhadap bahan-bahan kimia, api
ataupun air sehingga asbes tidak dapat dihancurkan. Jika debu-debu asbes terhirup atau
tertelan, debu-debu tersebut akan masuk paru-paru dan menempel. Debu tersebut tidak dapat
dihancurkan oleh tubuh sehingga menimbulkan berbagai penyakit seperti tersebut di atas.

sbes, Karakteristik dan Masalah Kesehatan yang


Ditimbulkannya
Kita tentu sudah sangat familier dengan bahan asbes sebagai salah satu bahan utama kegiatan
konstruksi rumah kita, terutama untuk plafon rumah. Penggunaan bahan initentu tidak sebatas
untuk kepentingan ini. Di dunia penggunaan bahan asbes (asbestos) jauh lebih banyak tidak
terbatas pada plafon rumah semata. Dan celakanya, ternyata berdasarkan penelitian, bahan
asbes ini berbahaya bagi kesehatan dan bersifat karsinogenik. Beberapa unsur asbes dapat
terhirup ketika kita bernafas, masuk ke paru-paru dan beresiko kanker. Karena sifat ini di
beberapa negara maju (Amerika dan Eropa), penggunaan bahan asbes ini telah mulai
dilarang.
Sebetulnya asbestosis bukanlah kanker. Asbestosis disebabkan seseorang menghirup serat
asbes yang mengiritasi jaringan paru-paru, menyebabkan luka pada jaringan paru-paru.
Jaringan parut ini berakibat pada kesulitan bernapas karena proses oksigen dan karbon
dioksida sulit melalui paru-paru. Asbestosis umumnya berlangsung lambat. Periode latensi
untuk timbulnya asbestosis biasanya 10-20 tahun setelah paparan awal. Penyakit ini dapat
bervariasi dari asimtomatik (tanpa gejala) untuk sampai dapat berakibat fatal bagi kesehatan.
Beberapa tanda dan ejala asbestosis dapat meliputi: Sesak napas sebagai gejala utama, batuk,
sesak dada, nyeri dada, kehilangan nafsu makan, terjadi suara kering berderak di paru-paru
ketika menghirup udara.
Namun apa sebenarnya Asbes itu? Berikut berbagai sifat dan karakteristik bahan asbes yang
penting kita ketahui.
Asbes adalah nama sekelompok mineral berserat dengan serat terpisah, panjang, dan tipis.
Serat asbes mempunyai potensi kuat untuk dapat terlepas di udara. Serat asbes bersifat tahan
panas, sehingga banyak digunakan untuk keperluan industri. Karena daya tahan mereka, serat
asbes yang masuk ke jaringan paru-paru akan tetap untuk bertahan didalam paru-paru dalam
jangka waktu lama.
Secara umum terdapat dua jenis asbes, amphibole dan chrysotile. Beberapa studi
menunjukkan bahwa serat amphibole mempunyai kemampuan lebih lama tinggal di paruparu l daripada chrysotile. Berdasarkan kecenderungan, sehingga jenis ini bahan ini bersifat
toksis bagi tubuh .
Sementara menurut US Environmental Protection Agency (EPA), terdapat enam jenis mineral
asbes, dengan jenis terbanyak yaitu chrysotile dan lima jenis golongan amphibole, yaitu
actinolite, tremolite, anthophyllite, crocidolite, dan amosite.
Nilai Ambang batas konsentrasi asbes di udara ambient berkisar pada 00001-0,0001 serat per
mililiter (fiber / mL). Jika nilai ambang ini terlampaui akan sangat beresiko terhadap efek
pada kesehatan manusia.
Serat asbes hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Karena sesuatu sebab, menyebabkan serat
melayang di udara, mereka dapat dengan mudah terhirup ketika kita bernapas dan masuk
dalam paru-paru. Para ilmuwan telah mengakui asbes sebagai ancaman kesehatan bagi
manusia karena serat dapat terhirup ke dalam paru-paru dan dapat menyebabkan kanker dan

penyakit paru-paru lainnya. Resiko ini terutama menjadi meningkat ketika kita berada pada
lingkungan terpapar debu asbes dalam jangka waktu lama. Diketahui masa inkubasi yaitu
jeda waktu antara ketika menghirup sehingga terjadi manifestasi kesehatan dapat berlangsung
selama 30 tahun atau lebih.
Exposure Asbes di Lingkungan Kerja.
Berbagai lingkungan kerja beresiko meningkatkan paparan debu asbes, beberapa diantaranya
antara lain : Industri produk dengan bahan baku asbes (bahan isolasi, atap, bangunan),
industri Otomotif (rem & kopling), Kilang minyak, Pembangkit listrik, galangan kapal,
pabrik baja, pekerja pembongkaran, pekerja di pabrik produk asbes , Tukang batu, pengawas
bangunan, Carpenters, pekerja furnace, tukang pipa, dan lain-lain.

Beberapa keunggulan bahan asbes sehingga banyak digunakan untuk keperluan industri,
antara lain karena serat asbes hanya sedikit menyerap air, sangat tahan terhadap panas dan
api, tahan terhadap asam, penghantar listrik dan panas yang jelek, tahan terhadap gesekan dan
cuaca, mampu menyerap suara. Serat asbes antara lain digunakan untuk bahan pencampur
atap, bahan pembungkus, bahan penahan panas dan api dan bahan pelapis rem dan kopling.
Jika kita telah bekerja lama pada lingkungan dengan resiko terpapar asbes tinggi, sangat
disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter dengan dengan keahlian dalam pengelolaan
dan evaluasi yang berhubungan dengan penyakit paru-paru karena asbes
Pengaruh Kesehatan
Berdasarkan kesimpulan hasil pengamatan penyakit pada kelompok pekerja dengan paparan
kumulatif asbes 5 - 1.200 fiber-year/mL, didapatkan hasil bahwa eksposur signifikan untuk
semua jenis asbes akan meningkatkan risiko berbagai penyakit seperti kanker paru-paru,
mesothelioma paru-paru, gangguan non malignant pleura, termasuk asbestosis , plak pada
pleura, penebalan pleura, dan efusi pleura. Eksposur tersebut akan dihasilkan dari 40 tahun
pajanan pada konsentrasi udara 125-30 serat / mL.
Penyakit karena paparan asbes membutuhkan waktu lama untuk berkembang. Sebagian besar
kasus kanker paru-paru atau asbestosis pada pekerja asbes terjadi 15 tahun atau lebih setelah
paparan awal. Faktor perokok beresiko jauh lebih besar terkena kanker paru-paru daripada
bukan perokok karena asbestosis ini. Sementara secara umum waktu antara diagnosis
penyakit ini dengan waktu pajanan awal asbes sekitar 30 tahun atau lebih.
Mekanisme Paparan Asbestosis
Pada saat seseorang menghirup serat asbes , secara alami sebagian besar daripadanya dapat
dikeluarkan, namun beberapa dapat bersarang di paru-paru sepanjang hidup. Serat dapat
terakumulasi dan menyebabkan peradangan jaringan parut, sehingga . mempengaruhi
pernapasan dan menyebabkan penyakit.

Sebetulnya secara alami asbes telah ada di sekitar kita. Asbes alami dapat dilepaskan dari
batu atau tanah oleh kegiatan rutin manusia, seperti konstruksi, atau pada proses pelapukan
alami. Jika serat asbes alami tidak dilepaskan ke udara, maka itu bukan merupakan risiko
kesehatan. Kita lebih mungkin mengalami gangguan yang berhubungan dengan asbes ketika
terkena konsentrasi tinggi asbes, untuk waktu yang cukup lama, dan / atau lebih sering.
Paparan asbes dapat meningkatkan kemungkinan kanker paru-paru, mesothelioma, dan
asbestosis (pembatasan penggunaan paru-paru karena tertahan oleh serat asbes). dan
perubahan pada pleura (selaput rongga dada, di luar paru-paru) . Perubahan pleura seperti
penebalan, plak, kalsifikasi, dan terdapatnya cairan di sekitar paru-paru (efusi pleura) dapat
menjadi tanda awal dari paparan asbes. Perubahan ini dapat mempengaruhi pernafasan.. Efusi
pleura bisa menjadi tanda peringatan dini untuk mesothelioma (kanker pada lapisan paruparu). Berikut beberapa fakta terkait penyakit karena asbes ini :

Sebagian besar kasus asbestosis atau kanker paru-paru pada pekerja terjadi 15 tahun
atau lebih setelah orang tersebut pertama kali terpapar asbes.

Sebagian besar kasus mesothelioma didiagnosis 30 tahun atau lebih setelah paparan
pertama asbes.

Penyakit yang berhubungan dengan asbes telah didiagnosis pada pekerja asbes,
anggota keluarga, dan warga yang tinggal di dekat tambang asbes atau pabrik
pengolahannya.

Efek pada kesehatan karena paparan asbes dapat terus berkembang bahkan setelah
paparan dihentikan.

Merokok atau asap rokok, bersama dengan paparan asbes, sangat meningkatkan
kemungkinan kanker paru-paru.

Faktor Risiko
Berbagai faktor menentukan bagaimana paparan asbes mempengaruhi individu, antara lain :

Konsentrasi paparan

Durasi paparan - berapa lama jangka waktu pemaparan.

Frekuensi paparan - seberapa sering dan jangka waktu orang yang terkena paparan

Ukuran, bentuk dan bahan kimia dari serat asbes:

- See more at: http://inspeksisanitasi.blogspot.com/2012/10/dampak-asbes-terhadapkesehatan.html#sthash.q0agZWzB.dpuf

Asbes Ancaman Serius Bagi Kesehatan

Kombinasi merokok dan menghirup asbes memperbesar


risiko terkena kanker paru-paru.
Rumah-rumah berdinding triplek bahkan plastik terpal dan beratap asbes nampak di daerah
Pangeran Jayakarta, Jakarta Barat. Dari sisi kesehatan atap asbes dalam jangka panjang
menimbulkan penyakit asbestosis bahkan kanker paru-paru. (Rudy W/fotokita.net)
Dengan kemampuannya menahan panas dan api yang luar biasa kuatnya, asbes sudah lama
menjadi salah satu bahan isolasi suhu yang paling banyak dipakai. Praktis semua rumah dan
gedung yang sekarang sudah lama memakai bahan bangunan yang berisi asbes.
Ada tiga jenis asbes yang dikenal berdasarkan panjang seratnya. Asbes krisotil, yang
diedarkan sebagai asbes putih. Asbes krosidolit, yang terkenal sebagai asbes biru, dan asbes
amosit yang dikenal sebagai asbes cokelat.
Asbes biru dan cokelat sebenarnya mempunyai serat yang lebih baik daripada asbes putih.
Tetapi keduanya dianggap lebih berbahaya daripada asbes putih. Kini diketahui, bahwa asbes
putih pun sama berbahayanya.
Penyakit yang ditimbulkan oleh asbes tidak kentara. Sejumlah orang yang bekerja di pabrik
pembuat peralatan yang memakai asbes selama 15 tahun baru satu orang yang sekarat. Inilah
yang menyulitkan para pakar dan pejabat dinas kesehatan untuk menyatakan bahwa asbes itu
berbahaya.
Orang yang terpapar asbes tidak teraturlah yang mempunyai risiko paling besar. Bahaya
terbesar timbul ketika asbes yang sudah tua dibongkar atau disingkirkan untuk diganti dengan
yang baru. Pekerja yang melakukan tugas pembongkaran mempunyai risiko lebih besar
daripada mereka yang memasang asbes baru.
Asbes tua sudah rapuh dan lebih gampang hancur berhamburan sebagai serat halus dan debu,
daripada asbes baru. Debu asbes kemudian terhirup oleh pekerja yang tidak melindungi
hidungnya dengan masker pencegah debu. Peristiwa yang sering terjadi kalau eternit di
langit-langit rumah yang tua dibongkar untuk diganti dengan yang baru.
Serat asbes yang dihirup akan menyebabkan penyakit paru-paru asbestosis. Serat asbes
merangsang paru-paru dan menetap di antara pleura (membran tipis yang membungkus paruparu) dan dinding bagian dalam rongga dada.
Serat itu tinggal selama beberapa tahun, dan lama-lama jaringan paru-paru yang terkena akan
bereaksi sampai menebal dan menegang. Paru-paru tidak mampu mengembang dengan baik
sebagaimana mestinya kalau dipakai bernapas.
Gejala utama yang mula-mula tampak ialah sesak napas ketika orang yang bersangkutan
mengawali pernapasan dengan menghirup udara dalam-dalam. Tetapi gejala itu kemudian
meningkat menjadi keluhan sulit bernapas.
Sesak napas juga diikuti dengan batuk kering. Sedihnya, tidak ada obat yang efektif untuk
menyembuhkan asbestosis. Inilah yang membuat kondisi penderita pelan-pelan makin buruk,
sampai akhirnya meninggal karena gagal paru-paru. Penderitaan berkepanjangan semacam ini

akan dialami oleh seitap orang setelah ia berhubungan dengan asbes dalam jangka waktu
yang lama.
Penyakit yang lebih parah ialah timbulnya tumor mesothelioma berasal dari mesotel (lapisan
sel gepeng) yang meliputi permukaan bagian dalam rongga badan. Beberapa bagiannya
mengandung sel seperti sarkoma (jaringan sel yang terkumpul mampat) yang ganas. Dalam
80-85 persen kasus, tumor ini ditimbulkan oleh paparan asbes.
Kalau tumor itu berkembang, timbullah kanker paru-paru. Sebagian besar terjadi pada orang
yang selain terpapar oleh asbes juga perokok berat. Kombinasi merokok dan menghirup asbes
itu memperbesar risiko terkena kanker paru-paru. Gejalanya mulai batuk kronis, penurunan
bobot badan, susah bernapas, batuk darah, sakit dada, dan sesak napas.
Jika Anda menduga ada asbes yang sudah tua umurnya di rumah Anda, dan perlu diganti,
langkah yang tepat adalah menghubungi ahli asbes dan meminta bantuannya agar asbes itu
disingkirkan dengan cara yang aman.
Jakarta, Asbes masih banyak digunakan untuk atap bangunan rumah. Dalam
jangka panjang menghirup asbes terus menerus bisa menimbulkan risiko
kesehatan. Asbes masuk ke dalam tubuh melalui cara inhalasi.
Dampak bahaya dari menghirup serat asbes tidak bisa dilihat dalam jangka
waktu singkat. Terkadang gejala penyakit ini baru muncul dalam waktu 20-30
tahun setelah terpapar serat asbes pertama kali.
Seperti dikutip dari Health.nsw, Jumat (29/1/2010) serat asbes yang terhirup dan
masuk ke dalam paru-paru bisa menyebabkan asbestosis (timbulnya jaringan
parut di paru-paru), kanker paru-paru dan mesothelioma (kanker ganas yang
menyerang selaput mesothelium).
Risiko terkena penyakit ini akan meningkat setara dengan banyaknya jumlah
serat asbes yang dihirup. Selain itu risiko kanker paru-paru akibat menghirup
serat asbes lebih besar dibandingkan dengan asap rokok.
Ini disebabkan asbes terdiri dari serat-serat kecil yang mudah terpisah, sehingga
jika serat tersebut berterbangan di udara dan terhirup oleh tubuh akan
berbahaya bagi kesehatan.
Biasanya serat asbes ini bisa menimbulkan risiko kesehatan jika masuk ke dalam
tubuh melalui cara inhalasi. Jumlah kecil serat asbes di udara yang dihirup
seseorang saat bernapas tidak akan menimbulkan rasa sakit.
Rata-rata orang hanya menghirup asbes dalam jumlah yang sangat kecil dan
berisiko rendah terhadap kesehatan. beberapa penelitian menunjukkan asbes
yang berbentuk lembaran tidak menunjukkan risiko kesehatan yang Orang yang

sangat berisiko memiliki gangguan kesehatan akibat asbes umumnya yang bekerja di
pertambangan atau industri.

Tapi bukan berarti atap rumah yang terbuat dari asbes tidak berbahaya sama sekali, hanya
saja risiko gangguan kesehatannya lebih rendah. Berbagai bentuk material dari asbes
membuat tingkatan risiko kesehatan yang berbeda.
Jika serat asbes dalam bentuk yang stabil seperti lembaran dan kondisinya masih baik, maka
risiko kesehatannya kecil. Namun jika lembaran tersebut sudah ada yang rusak, berlubang
atau salah dalam hal penggunaannya, maka bisa menimbilkan risiko yang lebih tinggi.
Bahan bangunan asbes umumnya digunakan sebagai lembaran semen (fibro), drainase,
cerobong pipa, atap rumah atau papan bangunan lainnya. Sejak tahun 1960-an dan 1970-an,
serat asbes banyak digunakan oleh masyarakat sebagai isolasi atap rumah.
Untuk mengurangi paparan dari serat asbes dan melakukan pencegahan jangka pendek bisa
dengan melakukan beberapa cara:
1. Menyemprotkan air ke lembaran asbes untuk mencegah tanah, debu atau serat
beterbangan di udara.
2. Menutup asbes dengan lembaran plastik atau terpal untuk menghindari paparan cuaca.
3. Mencegah anak untuk bermain di atap rumah yang terbuat daria asbes.
4. Mengganti lembaran asbes yang sudah rusak atau berlubang.
5. Sebisa mungkin memberikan ruang batas antara asbes denga ruangan dalam rumah.
Indonesia terancam bencana ledakan asbestos pada 10-20 tahun ke depan jika
penggunaan asbes tidak segera dihentikan, kata Kepala Badan Pengelolaan
Lingkungn Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat, Setiawan Wangsa AtmajaIa(MI).
6.
7. Perkiraan ledakan asbestos di Indonesia didasarkan pada pengalaman
penggunaan asbes oleh negara-negara maju seperti Inggris dan Belanda,
katanya usai menghadiri acara Workshop "Diseminasi Pengelolaan Limbah
Asbestos Provinsi Jawa Barat, di Hotel Savoy Homann Bandung, Kamis 7
Oktober 2010. Ia mengatakan, perkiraan ledakan asbestos di
Indonesia didasarkan pada pengalaman penggunaan asbes oleh negaranegara maju seperti Inggris dan Belanda.(AN)

8.
9.
10. Sementara itu, pakar kesehatan dari Teknik Lingkungan Institut Teknologi
Nasional (ITENAS) Bandung, Juli Soemirat, menjelaskan, asbestos ialah
bahan bangunan yang karena sifatnya yang tahan asam, panas, fleksibel,
tidak menguap, tidak mudah dihancurkan di alam yang biasa digunakan
untuk mobil, kompor, atap rumah, plafon, pelapis dan kabel listrik. Juli
mengatakan, asbestos jika masuk ke dalam paru-paru akan melekat atau
menusuk sel paru-paru, tetap di sana karena tubuh tidak dapat
menghancurkannya. Jika asbestos dalam paru-paru mengendam setelah 2
sampai 5 tahun kemudian maka akan banyak sel mati dan mengakibatkan
tidak dapat bernapas.(AN)
11. Menurut Koordinator Lokal Insiatif (K3) Keamanan Dan Keselamatan Kerja
Darisman mengatakan, penyakit itu tidak bisa didiagnosis hanya lewat
rontgen biasa. Tanda-tanda asbestosis hanya bisa diketahui jika penderita
menjalani CT Scan pada organ paru-parunya. Risiko penyakit itu sendiri
sangat bergantung pada kadar dan intensitas seseorang bersentuhan dengan
asbestos.(TI)

12.
13. Sejumlah negara telah melakukan pelarangan terhadap bahan baku itu
setelah melojaknya penderita penyakit itu. Inggris misalnya, puncak
penggunaan asbestos dalam industriya pada 1970 mengalami ledakan
penderita asbestosis pada 1999. Sementara itu, Belanda yang mencatatkan
konsumsi asbestos tertinggi pada 1976 mengalami ledakan penyakit

asbestosis pada 1997. Jepang bahkan punya istilah Kubota Shock Wave untuk
merujuk pada ledakan penyakit itu pada 2005.(TI)
Sejumlah kasus di berbagai negara itu menunjukkan risiko penyakit
asbestosis tidak hanya menjangkiti pekerja yang bekerja dalam industri yang
menggunakan bahan itu. Penyakit itu ditemukan juga pada warga yang
tinggal dalam radius dua kilometer dari pabrik akibat ikut menghirup debu
asbestos.(TI)

14.

Mayoritas negara
Eropa, serta Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan sudah merilis aturan
yang melarang penggunaan bahan itu, termasuk produk barang yang
dihasilkannya. Menyusul Thailand yang kini tengah menyusun aturan serupa.
Saat ini negara berkembang yang mayoritas masih menggunakan bahan baku
itu. Indonesia sendiri mengimpor bahan baku itu dari Rusia, Kanada, dan
Brazil.(TI)
Dia mengatakan, dari data yang diperoleh lembaga itu, impor bahan baku
asbestos ke Indonesia mulai mengalami lonjakan mulai 2000, setelah bahan
baku ini mulai diperkenalkan di industri Indonesia sejak 1951. Pada 2006
impor bahan baku itu menembus 60 ribu ton per tahun, yang menempatkan
Indonesia di posisi 10 besar pengguna bahan itu, dan pada 2009 sudah
mencapai 90 ribu ton per tahun dan mendudukkan Indonesia di posisi 4
dunia.(TI)

15.

16.
17.
18. Khusus Jawa Barat, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD)

Provinsi Jawa Barat akan segera membuat regulasi mengenai penggunaan


limbah asbestos. Regulasi tersebut nanti akan mengatur pelarangan dan
penggunaan asbestos oleh pabrik serta masyarakat. "Sebelum membuat
regulasi, kita akan membuat draft tentang berbahayanya penggunaan
asbestos, karena masyarakat hingga sekarang belum sadar bahwa serbuk
asbes bisa mengakibatkan penyakit. Setelah draft terkumpul kita akan
segera menggalakkan sosialisasi. Dengan begitu, akan mempercepat regulasi
terbentuk," kata Setiawan Wangsaatmaja saat ditemui di sela-sela workshop
Diseminasi Pengelolaan Limbah Asbestos Provinsi Jawa Barat, di Hotel Savoy
Homann, Kota Bandung.(PR)

Anda mungkin juga menyukai