Disusun oleh :
BANDUNG
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................................2
D. Manfaat...........................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................................3
A. Definisi............................................................................................................................3
B. Sumber............................................................................................................................4
C. Monitoring lingkungan....................................................................................................5
1.Cara Mengidentifikasi di Lingkungan.............................................................................5
2.Efek Terhadap Lingkungan.............................................................................................6
3.Manajemen Pengendalian................................................................................................8
D. Biomonitoring.................................................................................................................8
1.Jalur paparan masuk.........................................................................................................8
2.Efek terhadap kesehatan................................................................................................10
3.Manajemen pengendalian / pencegahan........................................................................11
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Asbes merupakan mineral fibrosa yang secara luas banyak dipakai bukan
hanya di Negara berkembang melainkan juga di negara yang sudah maju seperti di
Amerika. Di Amerika asbes dipakai sebagai bahan penyekat. Terdapat banyak jenis
serat asbes tetapi yang paling umum dipakai adalah krisotil, amosit dan krokidolit,
semuanya merupakan silikat magnesium berantai hidrat kecuali krokidolit yang
merupakan silikat natrium dan besi. Krokidolit dan amosit mempunyai kandungan
besi yang besar. Krisotil terdapat dalam lembaranlembaran yang menggulung,
membentuk serat-serat berongga seperti tabung dengan diameter sekitar 0,03
milimikron (Abraham, 1992) .
Serat asbes bersifat tahan panas dapat mencapai 800 0C. Karena sifat inilah
maka asbes banyak dipakai di industri konstruksi dan pabrik. (Roggli, 1994). Lebih
dari 30 juta ton asbes digunakan di dalam konstruksi dan pabrik di Amerika (Murphy
LLP) . Selain itu asbes relatif sukar larut, daya regang tinggi dan tahan asam.
(Abraham, 1992).
Asbestos adalah bentuk serat mineral silika termasuk dalam kelompok
serpentine dan amphibole dari mineral-mineral pembentuk batuan, termasuk:
actinolite, amosite (asbes coklat, cummingtonite, grunnerite), anthophyllite, chrysotile
(asbes putih), crocidolite (asbes biru), tremolite, atau campuran yang sekurang-
kurangnya mengandung salah satu dari mineral-mineral tersebut. Asbes dapat
diperoleh dengan berbagai metode penambangan bawah tanah, namun yang paling
umum adalah melalui penambangan terbuka (open-pit mining). Karena sifatnya yang
tahan panas, kedap suara dan kedap air, asbes sering juga digunakan pada isolating
pipa pemanas dan juga untuk panel akustik.
Kemajuan dalam bidang industri sampai sekarang telah menghasilkansekitar
70.000 jenis bahan berupa logam, kimia, pelarut, plastik, karet, pestisida,gas, dan
sebagainya yang digunakan secara umum dalam kehidupan sehari-haridan
memberikan kenyaman dan kemudahan bagi penduduk di seluruh dunia.Namun di
lain pihak, bahan-bahan tersebut menimbulkan berbagai dampak seperticedera dan
penyakit. Cedera akibat kerja dapat bersifat ergonomik, ortopedik,fisik, mengenai
mata, telinga dan lainnya. Penyakit-penyakit akibat pajanan dilingkungan kerja dapat
1
berupa toksik, infeksi, kanker, gangguan hati, saraf, alatreproduksi, kardiovaskular,
kulit dan saluran napas
Sebenarnya asbes termasuk dalam kategori bahan yang sangat berbahaya,
karena asbes terdiri dari serat-serat yang berukuran sangat kecil, kira-kira lebih tipis
dari 1/700 rambut kita. Serat-serat ini menguap di udara dan tidak larut dalam air, jika
terhirup oleh paru-paru akan menetap di sana dan dapat menyebabkan berbagai
macam penyakit. Asbes dapat membahayakan tubuh kita jika ada bagian asbes yang
rusak, sehingga serat-seratnya bisa lepas, ini sangat berbahaya karena sulit untuk
mendeteksi bagaimanakah yang dikatakan asbes rusak, dan terkadang kita tidak sadar
kalau asbes yang kita gunakan sudah rusak.
Kondisi lain yang sangat beresiko adalah saat asbes yang diperbaiki atau
dipotong akan mengeluarkan serpihan yang berupa serbuk yang sangat berbahaya bagi
paru-paru (WHO, 1995).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebagaimana yang diuraikan, rumusan
permasalahan yang akan diteliti adalah :
a. Pengertian asbes?
b. Dampak asbes pada kesehatan manusia ?
C. Tujuan
Untuk mengentahui dampak asbes pada manusia
D. Manfaat
Hasil dari pembuatan makalah ini sekiranya dapat menjadi salah satu referensi
yang berguna untuk pembaca.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Asbes atau Asbestos adalah bentuk serat mineral silika termasuk dalam
kelompok serpentine dan amphibole dari mineral-mineral pembentuk
batuan,termasuk: actinolite, amosite (asbes coklat, cummingtonite,
grunnerite),anthophyllite, chrysotile (asbes putih), crocidolite (asbes biru),
tremolite, ataucampuran yang sekurang-kurangnya mengandung salah satu dari
mineral-mineraltersebut., tidak meneruskan arus listrik, tahan terhadap
asam kuat, sertamerupakan serat yang kuat dan fleksibel, mudah dijalin
bersama-sama dandigunakan secara luas di dalam bangunan dan pabrik-pabrik
industri.
Dilihat dari sudut pandang ilmu kimia, asbes adalah suatu zat terdiri
dari magnesium-calcium-silikat berbangun serat dengan sifat fisiknya yang sangat
kuat. Ada dua kelompok asbes, yaitu serpentine dan amphibole. Asbes dapat
diperoleh dengan berbagai metode penambangan bawah tanah, namun yang
paling umum adalah melalui penambangan terbuka (open-pit mining). Asbes
ditambang secara komersial di Amerika Serikat sejak akhir abad ke-18, dan
pemakaiannya meningkat drastis sejak Perang Dunia II. Sejak saat itu, asbes
mulai dipakai sebagai bahan baku industri.
Setiap jenis asbes yang berbeda dalam sifat kimia dan sifat fisik. Tergantung
pada komponen lain dari batu, seperti kalsium, magnesium atau besi.
Chrysotile (putih) Serat asbes cenderung menjadi warna putih dan dengan
halus, tekstur yang halus.
Crocidolite (biru) Serat asbes yang cerah biru, biasanya lebih pendek, tegak
dan kurang halus dari chrysotile.
3
Amosite (coklat) serat cenderung berwarna coklat dengan serat lebih rapuh dari
baik crocidolite atau chrysotile.
E. Sumber
Bencana asbes berkembang menjadi masalah sosial di berbagai negara-
negara industri maju. Asbes bisa berkembang menjadi salah satu bencana terbesar
dalam industri global sepanjang masa. Asbes adalah mineral berserat alami
dengan sifat fisik mulai dari tahan panas, insulasi panas, isolasi suara, gesekan
perlawanan untuk ketahanan kimia, dan ketahanan korosi. Asbes bersumber dari
bahan-bahan industri tekstil yaitu bijih mineral alami sarta produk yang
dihasilkan oleh industri seperti atap rumah, plafon, pelindung rangka besi alat
penyambung pipa uap, dan masih banyak lagi,
4
dapat tersebar melalui udara dengan bantuan hembusan angin dan juga yang
salurannya menggunakan asbes sebagai bahan penyusunnya.
Pembangunan serta transportasi limbah asbes yang tidak tepat juga turut
memengaruhi penyebarannya di lingkungan. Asbes tahan panas pada suhu
1000⁰C dan titik leleh 1180⁰C - 1500⁰C. Sehingga akan sulit terurai secara
alamiah di alam. Asbes akan kehilangan berat bila air kristal dan karbon dioksida
menguap.
F. Monitoring lingkungan
1. Cara Mengidentifikasi di Lingkungan
5
(2) Untuk itu, perlu dilakukan konsultasi dengan wakil-wakil pekerja yang
ditugas kandalam kunjungan pendahuluan sebagaimana dimaksud dalam
butir pengawas dan petugas K3
(1) Pemantauan konsentrasi debu asbes di lingkungan kerja hanya boleh
dilakukan oleh petugas ahli dengan perlengkapan dan latihan teknis yang
memadai.
(2) Adalah tugas pengusaha untuk menjamin dilakukannya inspeksi secara
teratur, pemeliharaan dan kalibrasi alat pengukur yang digunakan.
Setiap perubahan yang terjadi dalam unit kerja, perlengkapan, proses, bahan atau
praktek kerja yang berpotensi menimbulkan perubahan dalam tingkat paparan
debu asbes harusselalu diinformasikan kepada dinas yang bertanggung jawab
memantau lingkungan kerja.
a. Udara
Meskipun asbes tidak mudah menguap, serat kecil dan benjolan serat dapat
dilepaskan ke udara sebagai debu. Asbes, yang berasal dari pelapukan endapan
alami batuan yang mengandung asbes, terjadi di udara dan di udara diendapkan
dalam inti es yang berasal dari tahun 1750. Tidak ada perkiraan jumlah asbes yang
dilepaskan Udara dari sumber-sumber alam tersedia. Lebih mungkin asbes
dilepaskan ke atmosfer ketika endapan asbes terganggu - seperti di pertambangan.
Di Kanada, lebih dari 95% asbes ditambang di penambangan terbuka di mana dibor
dan diledakkan dan ini menambah lebih banyak udara Emisi seperti dalam
penambangan bawah tanah (Sebastien et al., 1984).
Pada tahun 1992, EPA memperkirakan bahwa emisi dari pemrosesan asbes,
termasuk penggilingan, pembuatan, dan produksinya sekitar 2,240 pound per tahun
(EPA 1992b). Estimasi ini didasarkan pada kepatuhan penuh dengan Standar Emisi
Nasional untuk Polutan Udara Berbahaya (NESHAP) saat ini (EPO 1990a) berlaku
6
untuk asbes. Berdasarkan data baru, EPA kemudian menemukan bahwa emisi
asbes terjadi selama pemrosesan Fasilitas tersebut jauh di bawah perkiraan awal
yang digunakan untuk mendaftar fasilitas ini sebagai kategori sumber menurut
perubahan Undang-undang Udara Bersih tahun 1990 (OSHA 1994).
b. Air
Asbes dilepaskan ke air dari berbagai sumber, termasuk erosi endapan dan
limbah alami Tumpukan, korosi oleh pipa semen asbes dan pembusukan material
atap asbes dengan transportasi selanjutnya melalui air hujan di sumur, selokan, dll.
(Millette et al., 1980). Air limbah keluar Industri terkait asbes juga dapat memiliki
paparan signifikan terhadap serat asbes (EPA 1976). Jumlahnya Jumlah asbes yang
dilepaskan ke dalam air diperkirakan mencapai 110.000 - 220.000 pound (50 - 100
metrik pound) Ton) per tahun (NRC 1984).
Menurut TRI, pada tahun 1999, dari 87 fasilitas yang dilaporkan, tidak ada
asbes (gembur) dilepaskan ke dalam air. Memproduksi, mengolah, atau
menggunakan asbes (TRI99 2001). Tabel 6-1 mencantumkan jumlah asbes yang
dilepaskan dari fasilitas ini.
c. Tanah
7
3. Manajemen Pengendalian
G. Biomonitoring
1. Jalur paparan masuk
8
Mineral asbes tersebar luas di lingkungan. Mereka dapat terjadi dalam
deposit alami yang besar atau sebagai pengotor dalam mineral lain. Sebagai
contoh, tremolitasbest dapat terjadi pada endapan chrysotile, vermiculite dan
talk. Asbes dapat terjadi di tanah yang disebabkan oleh erosi batuan yang
mengandung asbes. Kemungkinan besar Anda terpapar asbes ketika Anda
menghirup serat asbes tersuspensi dalam air. Serat ini dapat berasal dari
sumber asbes yang terjadi secara alami atau dari keausan atau kegagalan
produk yang diproduksi, termasuk isolasi mobil, rem dan kopling, langit-
langit dan lantai keramik, dinding kering, sirap dan semen. Namun, produk
ini tidak selalu mengandung asbes. Di hampir setiap sampel udara, kadar
asbes yang rendah dapat dideteksi, yang, jika ada, berisiko rendah bagi
kesehatan Anda. Misalnya, di daerah pedesaan, 10 serat biasanya ada dalam
satu meter kubik (serat / m3) air luar. (Satu meter kubik kira-kira setara
dengan jumlah air yang Anda hirup dalam satu jam.) Profesional kesehatan
sering melaporkan jumlah serat dalam mililiter (ml) (setara dengan satu
sentimeter kubik [cm3]) air, bukan meter kubik udara. Karena satu meter
kubik mengandung satu juta cm3 (atau satu juta ml), air di daerah pedesaan
biasanya mengandung 0,00001 serat / ml asbes. Nilai khas di kota sekitar 10
kali lebih tinggi.
Di dekat tambang atau pabrik asbes, nilai 10.000 serat / m 3 (0,01 serat
/ ml) atau lebih dapat dicapai. Nilai juga mungkin di atas rata-rata di dekat
bangunan yang berisi produk asbes yang sedang dibongkar atau direnovasi,
atau di dekat tempat pembuangan sampah di mana asbes tidak ditutup atau
disimpan dengan benar untuk melindunginya dari erosi angin.
Di perairan dalam ruangan, konsentrasi asbes tergantung pada apakah
asbes digunakan untuk isolasi, plafon atau ubin lantai atau keperluan lain,
dan apakah bahan yang mengandung asbes ini dalam kondisi baik atau rusak
atau mudah hancur. Konsentrasi yang diukur di rumah, sekolah dan
bangunan lain yang mengandung asbes adalah antara 30 dan 6.000 serat /
m3 (0,00003-0,006 serat / ml). Orang yang bekerja dengan asbes atau
produk yang mengandung asbes tanpa perlindungan yang memadai
(misalnya penambang, pekerja isolasi, penghilang asbes dan mekanik rem
kendaraan) cenderung terpapar pada kandungan serat asbes yang jauh lebih
tinggi di udara. Selain itu, petugas keamanan dan pemeliharaan yang
9
melakukan perbaikan atau pemasangan di bangunan yang mengandung
bahan yang mengandung asbes dapat terpapar pada tingkat asbes yang lebih
tinggi. Karena vermikulit dan bedak mungkin mengandung asbes, pekerja
dan masyarakat umum dapat terkena asbes saat menggunakan produk ini.
Anda juga dapat terpapar asbes dengan meminum serat asbes yang
terkandung dalam air. Meskipun asbes tidak larut dalam air, serat dapat
masuk ke dalam air dengan menghilangkannya dari puing-puing alami atau
tumpukan limbah asbes, dari pipa semen yang mengandung asbes yang
digunakan untuk mengangkut air minum, atau dari penyaringan melalui
filter yang mengandung asbes. Sebagian besar pasokan air minum di
Amerika Serikat memiliki konsentrasi kurang dari 1 juta serat per liter
(MFL), bahkan di daerah dengan endapan asbes atau jalur pasokan air asbes-
semen. Namun, di beberapa tempat, sampel air mungkin mengandung 10
hingga 300 juta serat per liter atau lebih. Rata-rata orang minum sekitar 2
liter air sehari.
10
Infeksi Saluran Pernafasan Atas bisa terjadi karena beberapa sebab,
salah satunya adalah zat asbes. Serat halus yang terkandung di dalamnya akan
membuat saluran pernafasan menjadi kotor.
Dinding saluran pernafasan juga akan terluka dan mengalami infeksi.
Gejala yang terlihat adalah sesak nafas, dada nyeri, dada terasa panas, dan
radang paru-paru. Merapikan rumah dengan rutin juga membantu untuk
mencegah ISPA.
d. Zat asbes menyebabkan pembengkakan wajah dan leher
Tanpa disadari, debu asbes yang terhirup bisa membuat wajah dan
leher membengkak. Penyebabnya adalah debu asbes terhirup masuk ke dalam
jalur vena besar di bagian dada menuju jaringan jantung. Jika sudah parah,
jantung bisa mengalami gangguan fungsi. Rajinlah membersihkan rumah
untuk menghindari debu.
e. Zat asbes bisa membuat nafas menjadi pendek
Zat asbes yang masuk ke dalam paru-paru akan membuatnya tidak bisa
bekerja dengan normal pada saat bernafas. Nafas pun akan terasa berat dan
terengah-engah. Meski sepele, dampak yang satu ini cukup berbahaya ketika
sedang tidur karena bisa menyebabkan tersedak yang berujung pada kematian.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menetralisir zat berbahaya
sebelum benar-benar mengendap di dalam tubuh.
Bagi kamu yang melakukan kontak dengan asbes tidak dalam jangka
waktu panjang (bulanan atau menahun), zat asbes bisa dinetralisir dengan
konsumsi makanan yang bernutrisi dan mengandung antioksidan serta
olahraga teratur.
Sebagai langkah pencegahan, gunakan masker jika harus melakukan
kontak dengan asbes. Bila perlu, minumlah air putih atau air kelapa hijau
untuk menetralisir zat yang mungkin saja berhasil masuk. Bila saat ini kamu
masih menggunakan atap asbes, beralihlah ke material lain yang lebih sehat
seperti genteng dari tanah liat.
11
c. Menggunakan perlengkapan yang diperlukan seperti masker, kacamata,
sarung tangan dan pakaian ganti.
d. Menyiram material tersebut untuk mengurangi debu.
e. Meminimalkan jumlah orang yang kontak dengan material tersebut.
f. Dimasukkan dalam wadah tertutup rapat.
g. Jika memungkinkan menggantinya dengan bahan lain (untuk penggunaan
atap) dengan menggunakan Fiberglass.
h. Membuat standar nilai ambang batas penggunaan.
12
BAB III
KESIMPULAN
13
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/28426/Chapter
%20I.pdf?sequence=5&isAllowed=y Di akses Senin , 7 Oktober 2019. Pukul
19.35 WIb
Anonim. https://docplayer.info/34530534-Bab-i-pendahuluan-latar-belakang-
asbestosis-merupakan-gangguan-pernapasan-disebabkan-oleh-menghirup-serat-
asbes-dalam-jangka-waktu-yang-lama.html Di akses Senin , 7 Oktober 2019.
Pukul 19.35 Wib
Anonim. APLIKASI DAN
BAHAYA.
.https://www.academia.edu/9331955/ASBESTOS_APLIKASIDAN_BAHAY
ANY Di akses Selasa , 8 Oktober 2019. Pukul 20.23 WIb
Anonim. https://www.atsdr.cdc.gov/PHS/PHS.asp?id=28&tid=4
Di akses Selasa , 8 Oktober 2019. Pukul 20.23 WIb
14