Anda di halaman 1dari 300

ml

{
SALINAN

.ht
3
02
PRESIDEN

n-2
;IEPUELIK INDONESIA

hu
a
7-t
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

r-1
NOMOR 17 TAHUN 2023

mo
TENTANG

-no
KESEHATAN

-uu
DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA
ang
nd

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


n g-u
da

Menimbang bahwa negara menjamin hak setiap warga negara untuk


mewujudkan kehidupan yang baik, sehat, serta sejahtera
/un

lahir dan batin demi tercapainya tujuan nasional dalam


melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
/08

tumpah darah Indonesia untuk memajukan


kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan dalam
23

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


/20

Tahun 1945;
b bahwa pembangunan kesehatan masyarakat
om

memerlukaa upaya kesehatan, sumber daya kesehatan,


dan pengelolaan kesehatan untuk meningkatkan derajat
a.c

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya


berdasarkan prinsip kesejahteraan,
an

pemerataan,
nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam
uly

rangka pembangunan sumber daya manusia yang


berkualitas dan produktif, mengurangi kesenjangan,
am

memperkuat pelayanan kesehatan bermutu,


meningkatkan ketahanan kesehatan, menjamin
n

kehidupan yang sehat, serta memajukan kesejahteraan


.ai

seluruh warga negara dan daya saing bangsa bagi


ww

pencapaian tujuan pembangunan nasional;


c bahwa permasalahan dan gangguan kesehatan pada
//w

masyarakat akan menurunkan produktivitas dan


menimbulkan kerugian bagi negara sehingga diperlukan
ps:

transformasi kesehatan untuk tercapainya peningkatan


derajat kesehatan masyarakat;
htt

d. bahwa.

SK No 187315A
ml
.ht
23
-20
K IND

un
-2-

h
-ta
d bahwa pembangunan kesehatan masyarakat semakin
baik dan terbuka sehingga menciptakan kemandirian dan

17
mendorong perkembangan industri kesehatan nasional

r-
pada tingkat regional dan global serta mendorong

mo
peningkatan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
dan terjangkau bagi masyarakat untuk meningkatkan

-no
kualitas hidup masyarakat;
e bahwa untuk meningkatkan kapasitas dan ketahanan

-uu
kesehatan diperlukan penyesuaian berbagai kebdakan
untuk penguatan sistem kesehatan secara integratif dan
ng
holistik dalam 1 (satu) undang-undang secara
da
komprehensif;
bahwa berdasarkan pertimbangan
-un

f. sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, dan
huruf e, perlu membentuk Undang-Undang tentang
ng

Kesehatan;
da

Mengingat Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 34
/un

ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945;
/08
23

Dengan Persetujuan Bersama


20

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA


m/

dan
.co

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA


na
lya

MEMUTUSKAN:
mu

Menetapkan : UNDANG-UNDANGTENTANGKESEHATAN.
na
.ai

BAB I
ww

KETENTUANUMUM
//w

Pasal I
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
ps:

1. Kesehatan adalah keadaan sehat seseorang, baik secara


htt

frsik, jiwa, maupun sosial dan bukan sekadar terbebas


dari penyakit untuk memungkinkannya hidup produktif.

2. Upaya. . .
SK No 187002A
m l
.ht
23
-20
EIfTXTIFT.TIT€E

un
-3-

ah
2 Upaya Kesehatan adalah segala bentuk kegiatan

7-t
dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara

1
terpadu dan berkesinambungan untuk memelihara dan

or-
meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat dalam
bentuk promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan/ atau

om
paliatif oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
dan/atau masyarakat.

u-n
3 Pelayanan Kesehatan adalah segala bentuk kegiatan
g-u
dan/ atau serangkaian kegiatan pelayanan yang diberikan
secara langsung kepada perseorang€rn atau masyarakat
n
untuk memelihara dan meningkatkan dera-jat Kesehatan
da

masyarakat dalam bentuk promotif, preventif, kuratif,


-un

rehabilitatif, dan/atau paliatif.


Sumber Daya Kesehatan adalah segala sesuatu yang
ng

4
diperlukan untuk menyelenggarakan Upaya Kesehatan
da

yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah


/un

Daerah, dan / atau masyarakat.


5 Sumber Daya Manusia Kesehatan adalah seseorang yang
/08

bekerja secara aktif di bidang Kesehatan, baik yang


memiliki pendidikan formal Kesehatan maupun tidak,
23

yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan


20

dalam melakukan Upaya Kesehatan.


m/

6 Tenaga Medis adalah setiap orang yang mengabdikan diri


dalam bidang Kesehatan serta memiliki sikap profesional,
.co

pengetahuan,dan keterampilan melalui pendidikan


profesi kedokteran atau kedokteran gtgr yang
na

memerlukan kewenangan untuk melakukan Upaya


lya

Kesehatan.
mu

7 Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan


diri dalam bidang Kesehatan serta memiliki sikap
na

profesional, pengetahuan, dan keterampilan melalui


.ai

pendidikan tinggi yang untuk jenis tertentu memerlukan


kewenangan untuk melakukan Upaya Kesehatan.
ww

8 Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat dan/ atau


//w

alat yang digunakan untuk menyelenggarakan Pelayanan


Kesehatan kepada perseorangan ataupun masyarakat
ps:

dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif,


rehabilitatif, dan/ atau paliatif yang dilakukan oleh
htt

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau


masyarakat.
9. Pusat . . .

SK No 187003A
ml
.ht
!

23
-20
iN

un
-4-

h
-ta
9. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut
Puskesmas adalah Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat

17
pertama yang menyelenggarakan dan mengoordinasikan

or-
Pelayanan Kesehatan promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif, darr lata.u paliatif dengan mengutamakan

om
promotif dan preventif di wilayah kerjanya.

u-n
10. Rumah Sakit adalah Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan perseorangan
g-u
secara paripurna melalui Pelayanan Kesehatan promotif,
preventif, kuratif, rehabilitatif, dan/ atau paliatif dengan
an
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan
d

Gawat Darurat.
-un

11. Perbekalan Kesehatan adalah semua bahan dan


peralatan yang diperlukan untuk
ng

Upaya Kesehatan.
da

12. Sediaan Farmasi adalah Obat, Bahan Obat, Obat Bahan


/un

AIam, termasuk bahan Obat Bahan Alam, kosmetik,


suplemen kesehatan, dan obat kuasi.
/08

13. AIat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, mesin,


23

peralatan, implan, reagen dan ka-librator in vitro,


perangkat lunak, serta material atau sejenisnya yang
20

digunakan pada manusia untuk tqjuan medis dan tidak


/
om

mencapai kerja utama melalui proses farmakologi,


imunologi, atau metabolisme.
a.c

14. Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga yang selanjutnya


an

disingkat PKRT adalah alat, bahan, dan/atau campuran


bahan untuk pemeliharaan dan perawatan yang
uly

berdampak pada Kesehatan manusia yang ditujukan


am

pada penggunaan di rumah tangga dan fasilitas umum.


15. Obat ada-lah bahan, paduan bahan, termasuk produk
ain

biologi, yang digunakan untuk mempengaruhi atau


menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
.
ww

rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan,


pemulihan, peningkatan Kesehatan, dan kontrasepsi
//w

untuk manusia.
16. Bahan Obat adalah bahan yang berkhasiat atau tidak
ps:

berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan Obat


htt

dengan standar dan mutu sebagai bahan farmasi.

17. Obat. . .

SK No 187004A
lm
.ht
23
-20
TIIIIIInIIFItr

un
-5-

h
-ta
17. Obat Bahan Alam adalah bahan, ramuan bahan, atau
produk yang berasal dari sumber daya alam berupa

17
tumbuhan, hewan, jasad renik, mineral, atau bahan lain

r-
dari sumber daya alam, atau campuran dari bahan

mo
tersebut yang telah digunakan secara turun temurun,
atau sudah dibuktikan berkhasiat, aman, dan bermutu,

-no
digunakan untuk pemeliharaan Kesehatan, peningkatan
Kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan/atau

-uu
pemulihan Kesehatan berdasarkan pembuktian secara
empiris dan/ atau ilmiah. ng
18. Teknologi Kesehatan adalah segala bentuk alat, produk,
dan/ atau metode yang ditqjukan untuk membantu
da

menegakkan diagnosis, pencegahan, dan penanganan


-un

permasalahan Kesehatan manusia.


19. Sistem Informasi Kesehatan adalah sistem yang
ng

mengintegrasikan berbagai tahapan pemrosesan,


da

pelaporan, dan penggunaan informasi yang diperlukan


untuk meningkatkan efektivitas dan
/un

efisiensi
penyelenggaraan Kesehatan serta mengarahkan tindakan
atau keputusan yang bergu.na dalam mendukung
/08

pembangunan Kesehatan.
23

20. Sistem Informasi Kesehatan Nasional adalah Sistem


Informasi Kesehatan yang dikelola oleh kementerian yang
20

urusan pemerintahan di bidang


m/

kesehatan yang mengintegrasikan dan menstandardisasi


seluruh Sistem Informasi Kesehatan dalam mendukung
.co

pembangunan Kesehatan.
na

21. Telekesehatan adalah pemberian dan fasilitasi layanan


Kesehatan, termasuk Kesehatan masyarakat, layanan
lya

informasi Kesehatan, dan layanan mandiri, melalui


mu

telekomunikasi dan teknologi komunikasi digital.


22. Telemedisin adalah pemberian dan fasilitasi layanan
na

klinis melalui telekomunikasi dan teknologi komunikasi


.ai

digital.
23.
ww

Pasien adalah setiap orang yang memperoleh Pelayanan


Kesehatan dari Tenaga Medis dan/ atau Tenaga
Kesehatan.
//w

24. Gawat Darurat adalah keadaan klinis Pasien yang


ps:

membutuhkan tindakan medis dan/ atau psikologis


segera guna penyelamatan nyawa dan pencegahan
htt

kedisabilitasan.

25. Konsil

SK No 187005 A
i

lm
.ht
23
-20
un
-6-

h
-ta
25. Konsil adalah lembaga yang melalsanakan tugas secara
independen dalam rangka meningkatkan mutu praktik

17
dan kompetensi teknis keprofesian Tenaga Medis dan

r-
Tenaga Kesehatan serta memberikan pelindungan dan

mo
kepastian hukum kepada masyarakat.
26.

-no
Kolegium adalah kumpulan ahli dari setiap disiplin ilmu
Kesehatan yang mengampu cabang disiplin ilmu tersebut

-uu
yang menjalankan tugas dan fungsi secara independen
dan merupakan alat kelengkapan Konsil.
ng
27. Registrasi adalah pencatatan resmi Tenaga Medis dan
da

Tenaga Kesehatan yang telah memiliki sertifikat


-un

kompetensi dan/ atau sertifikat profesi.


28. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR
ng

adalah bukti tertulis yang diberikan kepada Tenaga


da

Medis dan Tenaga Kesehatan yang telah diregistrasi.


/un

29. Surat Izin Praktik yang selanjutnya disingkat SIP adalah


bukti tertulis yang diberikan kepada Tenaga Medis dan
/08

Tenaga Kesehatan sebagai pemberian kewenangan untuk


menjalankan praktik.
23

30. Wabah Penyalit Menular yang selanjutnya disebut


20

Wabah adalah meningkatnya Kejadian Luar Biasa


m/

penyakit menular yang ditandai dengan jumlah kasus


dan/ atau kematian meningkat dan menyebar secara
.co

cepat dalam skala luas.


na

31. Kewaspadaan Wabah adalah serangkaian kegiatan


lya

sebagai sikap tanggap menghadapi kemungkinan


terjadinya Wabah.
mu

32. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat KLB


na

adalah meningkatnya kejadian, kesakitan, kematian,


dan/atau kedisabilitasan akibat penyakit dan masalah
.ai

Kesehatan yang bermalna secara epidemiologis di suatu


ww

daerah pada kurun waktu tertentu.


33. Pintu Masuk Negara yang selanjutnya disebut Pintu
//w

Masuk adalah tempat masuk dan keluarnya alat angkut,


ps:

orang, dan/ atau barang dari dan ke luar negeri, baik


berbentuk pelabuhan, bandar udara, maupun pos lintas
htt

batas negara.

34. Petugas

SK No 187006A
lm
.ht
23
-20
K IND

un
-7 -

h
-ta
34. Petugas Karantina Kesehatan adalah Tenaga Medis atau
Tenaga Kesehatan yang memiliki kompetensi dan

17
kewenangan dalam urusan karantina Kesehatan untuk

r-
melakukan pengawasan dan tindakan penanggulangan

mo
penyakit dan/ atau faktor risiko penyebab penyakit atas
alat angkut, orang, barang, dan/ atau lingkungan.

-no
35. Daerah Terjangkit adalah daerah yang secara
epidemiologis terdapat penyebaran penyakit dan/atau

-uu
faktor risiko penyakit yang berpotensi menimbulkan
Wabah.
ng
36. Dokumen Karantina Kesehatan adalah surat keterangan
da

Kesehatan yang dimiliki setiap alat angkut, orang, dan


-un

barang yang memenuhi persyaratan, baik nasional


maupun internasional.
ng

37. Setiap Orang adalah orang perseorangan, termasuk


da

korporasi.
38. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia
/un

yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara


/08

Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam


Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
23

Tahun 1945.
20

39. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang kesehatan.
m/

40. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah s6lagai unsur


.co

penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin


pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
na

kewenangan daerah otonom.


lya

41. Pemerintah Desa adalah kepala desa atau yang disebut


dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur
mu

penyelenggara pemerintahan desa.


na
.ai

Pasal 2
ww

Undang-Undang ini diselenggarakan berdasarkan asas:


a. perikemanusiaan;
//w

b. keseimbangan;
ps:

c. manfaat;
d.
htt

ilmiah;
e. pemerataan;

f. etika

SK No 187007A
ml
.ht
23
-20
un
-8-

ah
f. etika dan profesionalitas;

7-t
g. pelindungan dan keselamatan;

r-1
h. penghormatan terhadap hak dan kewajiban;

mo
i. keadilan;
j. nondiskriminatif;

-no
k. pertimbangan moral dan nilai-nilai agama;

u
l. partisipatif;
m. kepentingan umum; g-u
an
n. keterpaduan;
nd

o. kesadaran hukum;
-u

p. kedaulatan negara;
ng

q. kelestarian lingkungan hidup;


da

r. kearifan budaya; dan


/un

s. ketertiban dan kepastian hukum.


/08

Pasal 3
23

Penyelenggaraan Kesehatan bertujuan:


20

a. meningkatkan perilaku hidup sehat;


m/

b. meningkatkan akses dan mutu Pelayanan Kesehatan dan


.co

Sumber Daya Kesehatan;


c. meningkatkan pengelolaan sumber daya manusia yang
na

efektif dan efisien;


lya

d. memenuhi kebutuhan masyarakat akan Pelayanan


mu

Kesehatan;
e. meningkatkan ketahanan Kesehatan dalam menghadapi
na

KLB atau Wabah;


.ai

f. menjamin ketersediaan pendanaan Kesehatan yang


berkesinambungan dan berkeadilan serta dikelola secara
ww

transparan, efektif, dan efisien;


g.
/w

mewujudkan pengembangan dan pemanfaatan Teknologi


Kesehatan yang berkelanjutan; dan
/
ps:

h. memberikan pelindungan dan kepastian hukum bagi


Pasien, Sumber Daya Manusia Kesehatan, dan
htt

masyarakat.

BABII ...
SK No 187008A
m l
.ht
23
-20
]II1EIItrEIE

un
-9-

ah
BAB II

7-t
HAK DAN KEWAJIBAN

1
or-
Bagian Kesatu

om
Hak

u-n
g-u
Pasal 4
(1) Setiap Orang berhak:
n
a. hidup sehat secara fisik, jiwa, dan sosial;
da

b. mendapatkan informasi dan edukasi


-un

tentang
Kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab;
ng

c. mendapatkan Pelayanan Kesehatan yang aman,


bermutu, dan terjangkau agar dapat mewujudkan
da

der4jat Kesehatan yang setinggi-tingginya;


/un

d. mendapatkan perawatan Kesehatan sesuai dengan


standar Pelayanan Kesehatan;
/08

e. mendapatkan alses atas Sumber Daya Kesehatan;


23

f. menentukan sendiri Pelayanan Kesehatan yang


20

diperlukan bagl dirinya secara mandiri dan


bertanggung jawab;
m/

g. mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian


.co

dera,iat Kesehatan;
h. menerima atau menolak sebagian atau
na

seluruh
tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya
lya

setelah menerima dan memahami informasi


mengenai tindakan tersebut secara lengkap;
mu

i. memperoleh kerahasiaan data dan informasi


na

Kesehatan pribadinya;
j.
.ai

memperoleh informasi tentang data Kesehatan


dirinya, termasuk tindakan dan pengobatan yang
ww

telah ataupun yang akan diterimanya dari Tenaga


Medis dan/atau Tenaga Kesehatan; dan
//w

k. mendapatkan pelindungan dari risiko Kesehatan.


ps:

(21 Hak secara mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf f dikecualikan untuk Pelayanan Kesehatan yang
htt

diperlukan dalam keadaan Gawat Darurat dan/atau


penanggulangan KLB atau Wabah.

(3) Hak. . .

SK No 187009A
ml
.ht
23
-20
un
-10-

ah
(3) Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h tidak

7-t
berlaku pada:

r-1
a. seseorang yang penyakitnya dapat secara cepat

mo
menular kepada masyarakat secara lebih luas;
b. penanggulangan KLB atau Wabah;

-no
c. seseorang yang tidak sadarkan diri atau dalam

-uu
keadaan Gawat Darurat; dan
ng
d. seseorang yang mengalami gangguan jiwa berat yang
dianggap tidak cakap dalam membuat keputusan dan
a
nd

tidak memiliki pendamping serta dalam keadaan


-u

kedaruratan.
ng

(4) Kerahasiaan data dan informasi Kesehatan pribadi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i tidak
da

berlaku dalam hal:


/un

a. pemenuhan permintaan aparat penegak hukum


/08

dalam rangka penegakan hukum;


23

b. penanggulangan KLB, Wabah, atau bencana;


20

c. kepentingan pendidikan dan penelitian secara


m/

terbatas;
.co

d. upaya pelindungan terhadap bahaya ancarnan


keselamatan orang lain secara individual atau
na

masyarakat;
lya

e. kepentingan pemeliharaan Kesehatan, pengobatan,


u

penyembuhan, dan perawatan Pasien;


am

f. permintaan Pasien sendiri;


ain

g. kepentingan administratif, pembayaran asuransi,


w.

atau jaminan pembiayaan Kesehatan; dan/ atau


w

h. kepentingan lain yang diatur dalam peraturan


//w

perundang-undangan.
(5)
ps:

11rk s6fuagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
htt

undangan.

Bagran

SK No 187010A
ml
.ht
23
-20
Etr{LIIItrEf,trEIA

un
- 11-

ah
Bagian Kedua

7-t
Kewajiban

r-1
mo
Pasal 5
(1) Setiap Orang berkewajiban:

-no
a. mewujudkan, mempertahankan, dan meningkatkan
derajat Kesehatan masyarakat yang
-uu
setinggi-
tingginya; ng
b. menjaga dan meningkatkan derajat Kesehatan bag
orang lain yang menjadi tanggung jawabnya;
a
nd

c. menghormati hak orang lain dalam upaya


-u

memperoleh lingkungan yang sehat;


ng

d. menerapkan perilaku hidup sehat dan menghormati


hak Kesehatan orang lain;
da

e. mematuhi kegiatan penanggulangan KLB atau


/un

Wabah; dan
f.
/08

mengikuti program jaminan kesehatan dalam sistem


jaminan sosial nasional.
23

(2t Pelaksanaan kewajiban sebagaimana dimaksud pada


20

ayat (1) huruf a meliputi:


Upaya Kesehatan perseorangan;
m/

a.
b. Upaya Kesehatan masyarakat; dan
.co

c. pembangunan berwawasan Kesehatan.


na

(3) Kewajiban mengikuti program jaminan kesehatan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f
lya

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan


u

perundang-undangan.
am
ain

BAB III
w.

TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH


w
//w

Pasal 6
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung
ps:

jawab merencanakan, mengatur, menyelenggarakan,


membina, dan mengawasi penyelenggaraan Upaya
htt

Kesehatan yang bermutu, aman, elisien, merata, dan


terjangkau oleh masyarakat.
(2) Tanggung. . .

SK No l870ll A
ml
.ht
23
-20
BLIK INDONESIA

un
-12-

ah
(21 Tanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

7-t
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

r-1
perundang-undangan.

mo
Pasal 7

-no
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung
jawab meningkatkan dan mengembangkan Upaya

-uu
Kesehatan dalam rangka meningkatkan akses dan mutu
Pelayanan Kesehatan.
ng
(21 Peningkatan dan pengembangan Upaya Kesehatan
a
sslagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
nd

berdasarkan penelitian dan pengkajian.


-u

(3) Penelitian dan pengkajian sebagaimana dimaksud pada


ng

ayat (21 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan


da

perundang-undangan.
/un
/08

Pasal 8
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab
23

menyelenggarakan kegiatan kewaspadaan KLB atau Wabah,


penanggulangan KLB atau Wabah, dan pasca-KlB atau
20

Wabah.
m/
.co

Pasal 9
na

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab


lya

atas ketersediaan lingkungan yang sehat bagi masyarakat.


u
am

Pasal 10
(1)
ain

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung


jawab atas ketersediaan Sumber Daya Kesehatan yang
w.

adil dan merata bagi seluruh masyarakat.


w

(21 Untuk menjamin ketersediaan Sumber Daya Kesehatan


//w

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Pusat


dan/ atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
ps:

kewenangannya dapat memberikan insentif fiskal


dan/atau insentif nonliskal berdasarkan ketentuan
htt

peraturan perundang-undangan.

Pasal 11 . . .

SK No 187012A
ml
.ht
23
-20
EITFFIFIiN
NEPUBUK TNDONEISIA

un
-13-

ah
Pasal 11

7-t
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab

r-1
atas ketersediaan dan akses terhadap Fasilitas Pelayanan
Kesehatan serta informasi dan edukasi Kesehatan.

mo
-no
Pasal 12
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab

-uu
terhadap: ng
a. pengaturan, pembinaan, pengawasan, serta peningkatan
mutu dan kompetensi Tenaga Medis dan Tenaga
a
nd

Kesehatan;
b. perencanaan, pengadaan, serta pendayagunaan Tenaga
-u

Medis dan Tenaga Kesehatan sesuai dengan kebutuhan


ng

masyarakat dan wilayahnya berdasarkan ketentuan


da

peraturan perundang-undangan;
c.
/un

kesejahteraan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan; dan


d. pelindungan kepada Pasien dan Sumber Daya Manusia
/08

Kesehatan.
23
20

Pasal 13
Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap perencanaan,
m/

pemenuhan, pendayagunaan, dan kesejahteraan tenaga


.co

pendukung atau penunjang kesehatan sesuai dengan


kebutuhan masyarakat dan wilayahnya.
na
lya

Pasal 14
u

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab


am

memberdayakan dan mendorong partisipasi masyarakat


dalam penyelenggaraan Upaya Kesehatan.
ain
w.

Pasal 15
w

Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tanggung jawabnya


//w

dapat menetapkan kebijakan daerah dan wajib mengacu pada


norrna, standar, prosedur, dan kriteria pembangunan
ps:

Kesehatan yang ditetapkan Pemerintah Pusat.


htt

Pasal 16. . .

SK No l870l3A
ml
.ht
23
-20
Il n
EtrILII:IIEIIEIn

un
-t4-

ah
Pasal 16

7-t
Dalam rangka mendukung pelaksanaan pembinaan,

r-1
pengawasan, serta peningkatan mutu dan kompetensi Tenaga
Medis dan Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam

mo
Pasal 12 huruf a, Pemerintah Pusat dibantu oleh Konsil
dan/ atau Kolegium.

-no
-uu
BAB IV
PENYELENGGARAAN KESEHATAN
ng
a
nd

Pasal 17
-u

(1) Penyelenggaraan Kesehatan terdiri atas:


ng

a. Upaya Kesehatan;
da

b. Sumber Daya Kesehatan; dan


/un

c. pengelolaanKesehatan.
(21 Upaya Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
/08

huruf a ditujukan untuk mewujudkan derajat Kesehatan


yang setinggi-tingginya bagi masyarakat dalam bentuk
23

Upaya Kesehatan perseorangan dan Upaya Kesehatan


20

masyarakat.
m/

(3) Sumber Daya Kesehatan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b dimanfaatkan untuk mendukung
.co

penyelenggaraan Upaya Kesehatan.


na

(41 Pengelolaan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf c dilakukan terhadap Upaya Kesehatan
lya

dan Sumber Daya Kesehatan.


u
am

Pasal 18
ain

(1) Upaya Kesehatan perseorangan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal L7 ayat (2) merupakan Upaya Kesehatan
w.

yang bersifat promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif,


w

dan/ atau paliatif yang berdampak hanya kepada


//w

individu.
(21 Upaya Kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud
ps:

dalam Pasal L7 ayal (2) merupakan Upaya Kesehatan


yang bersifat promotif, preventit kuratif, rehabilitatif,
htt

dan/ atau paliatif yang berdampak pada masyarakat.

Pasal 19. ..
SK No l87014A
ml
.ht
23
-20
ETXEETXIIFI'ITIETA

un
-15-

ah
Pasal 19

7-t
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung

r-1
jawab terhadap penyelenggaraan Upaya Kesehatan
perseorangan dan Upaya Kesehatan masyarakat.

mo
(21 Dalam menyelenggarakan tanggung jawab sebagaimana

-no
dimaksud pada ayat (l), Pemerintah Pusat melakukan:
a. perencanaanstrategisnasional;
-uu
b. penetapan kebijakan nasional;
ng
c. koordinasi program nasional;
a
d. pengelolaan sistem rujukan Pelayanan Kesehatan;
nd

e. penetapan standar Pelayanan Kesehatan;


-u

f.
ng

penyelenggaraan registrasi dan akreditasi Fasilitas


Pelayanan Kesehatan;
da

g. penelitian dan pengembangan Kesehatan;


/un

h. pengelolaan dan pendistribusian Sumber Daya


/08

Kesehatan; dan
i. penerbitan perizinan berusaha Fasilitas Pelayanan
23

Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan


20

perundang-undangan.
(3)
m/

Dalam menyelenggarakan tanggung jawab sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Daerah melakukan:
.co

a. penetapan kebijakan daerah dengan berpedoman


na

pada kebijakan nasional;


lya

b. perencanaan, pengelolaan, pemantauan, supervisi,


dan evaluasi program;
u
am

c. pengelolaan sistem rujukan Pelayanan Kesehatan


tingkat daerah;
ain

d. penelitian dan pengembangan Kesehatan;


w.

e. pengelolaan dan pendistribusian Sumber Daya


w

Kesehatan; dan
//w

f. penerbitan perizinan berusaha Fasilitas Pelayanan


Kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
ps:

perundang-undangan.
htt

Pasal 20...

SK No 187015A
t ml
3.h
02
n-2
-16-

hua
Pasal 20

7-t
Sumber Daya Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam

r-1
Pasal 17 ayat (3) meliputi:
a.

mo
Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
b. Sumber Daya Manusia Kesehatan;

-no
c. PerbekalanKesehatan;

-uu
d. Sistem Informasi Kesehatan;
e. TeknologiKesehatan;
ng
f. pendanaan Kesehatan; dan
da

g. sumber daya lain yang diperlukan.


-un
ng

Pasal 21
da

(1) Pengelolaan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 17 ayat (4) diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat,
/un

Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Desa yang


dilakukan secara terpadu dan saling mendukung guna
/08

menjamin tercapainya dera.iat Kesehatan yang setinggi-


tingginya.
23

(2) Pengelolaan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada


/20

ayat (1) dilakukan secara berjenjang di pusat dan daerah


dalam suatu sistem kesehatan nasional.
om

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan Kesehatan


a.c

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan


Peraturan Presiden.
an
ly

BAB V
mu

UPAYA KESEHATAN
a
ain

Bagian Kesatu
w.

Umum
w
//w

PasaJ22
ps:

(1) Penyelenggaraan Upaya Kesehatan meliputi:


htt

a. Kesehatan ibu, bayi dan anak, remaja, dewasa, dan


lanjut usia;
b. Kesehatan. ..

SK No 187016A
ml
.ht
23
-20
un
-17-

ah
b. Kesehatanpenyandangdisabilitas;

7-t
c. Kesehatanreproduksi;

r-1
d. keluarga berencana;

mo
e. Sizt;

-no
f. Kesehatan gigi dan mulut;
g. Kesehatan penglihatan dan pendengaran;
h. Kesehatan jiwa;
-uu
ng
i. penanggulangan penyakit menular dan
a
penanggulangan penyakit tidak menular;
nd

j. Kesehatan keluarga;
-u

k.
ng

Kesehatan sekolah;
1.
da

Kesehatan kerja;
m.
/un

Kesehatan olahraga;
n. Kesehatanlingkungan;
/08

o. Kesehatan matra;
23

p. Kesehatan bencana;
20

q. pelayanan darah;
m/

r. transplantasi organ dan/ atau jaringan tubuh, terapi


.co

berbasis sel dan/ atau sel punca, serta bedah plastik


rekonstruksi dan estetika;
na

s. pengamanan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat


lya

Kesehatan, dan PKRT;


u

t. pengamanan makanan dan minuman;


am

u. pengamanan zat adiktif;


ain

v. pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum;


w.

w. Pelayanan Kesehatan tradisional; dan


w

x. Upaya Kesehatan lainnya.


//w

l2l Upaya Kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf x ditetapkan oleh Menteri sesuai dengan
ps:

perkembangan dan kebutuhan pembangunan bidang


htt

Kesehatan.

Pasal 23...

SK No 187017A
ml
J

.ht
23
-20
EIIETIqI]IItrIIiIF{N

un
-18-

ah
Pasal 23

7-t
(1) Penyelenggaraan Upaya Kesehatan dilaksanakan secara

r-1
bertanggung jawab, arnan, bermutu, merata,
nondiskriminatif, dan berkeadilan.

mo
(21 Penyelenggaraan Upaya Kesehatan harus memperhatikan

-no
fungsi sosial, nilai sosial budaya, moral, dan etika.

-uu
Pasa724
(1)
ng
Penyelenggaraan Upaya Kesehatan dilaksanakan sesuai
dengan standar Pelayanan Kesehatan.
a
nd

(21 Ketentuan mengenai standar Pelayanan Kesehatan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
-u

Peraturan Pemerintah.
ng
da

Pasal 25
/un

(1) Penyelenggaraan Upaya Kesehatan dalam bentuk


Pelayanan Kesehatan dapat memanfaatl<an teknologi
/08

informasi dan komunikasi.


23

(21 Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan
20

melalui Telekesehatan dan Telemedisin yang terintegrasi


m/

dengan Sistem Informasi Kesehatan Nasional.


(3) Telekesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (21
.co

terdiri atas pemberian pelayanan klinis dan pelayanan


na

nonklinis.
lya

(4) Pemberian pelayanan klinis sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) dilakukan melalui Telemedisin.
u

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Upaya


am

Kesehatan yang memanfaatkan teknologi informasi dan


ain

komunikasi diatur dengan Peraturan Pemerintah.


w.

Pasal 26
w
//w

Upaya Kesehatan dalam bentuk pelayanan diselenggarakan


melalui:
ps:

a. Pelayanan Kesehatan primer; dan


htt

b. Pelayanan Kesehatan lanjutan.

PasaT 27 ...

SK No l870l8A
ml
.ht
23
-20
un
-19-

ah
Pasal 27

7-t
Pelayanan Kesehatan primer dan Pelayanan Kesehatan

r-1
lanjutan diselenggarakan berdasarkan kebijakan yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dengan memperhatikan

mo
masukan dari Pemerintah Daerah dan/ atau masyarakat.

-no
Pasal 28

-uu
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
ng wajib
menyediakan akses Pelayanan Kesehatan primer dan
Pelayanan Kesehatan lanjutan di seluruh wilayah
a
nd

Indonesia.
(21 Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat
-u

(1)
diutamakan dengan mengoptimalkan peran Pemerintah
ng

Daerah.
da

(3) Penyediaan akses Pelayanan Kesehatan primer dan


/un

Pelayanan Kesehatan lanjutan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dapat melibatkan masyarakat.
/08

(4) Penyediaan akses Pelayanan Kesehatan primer dan


23

Pelayanan Kesehatan lanjutan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) mencakup masyarakat rentan dan bersifat
20

inklusif nondiskriminatif.
m/

(5) Penyediaan akses Pelayanan Kesehatan primer dan


.co

Pelayanan Kesehatan lanjutan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilakukan melalui:
na

a. pembangunan sarana dan prasarana Fasilitas


lya

Pelayanan Kesehatan tingkat pertama dan Fasilitas


Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut;
u
am

b. pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia,


Sediaan Farmasi, dan Alat Kesehatan; dan
ain

c. peningkatan kemampuan dan cakupan layanan


w.

Fasilitas Pelayanan Kesehatan.


w
//w

Pasal 29
(1) Masyarakat dapat berpartisipasi untuk pembangunan
ps:

Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama dan


htt

Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut.

(21 Pembangunan

SK No l870l9A
ml
.ht
23
-20
un
-20-

ah
(21 Pembangunan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat

7-t
pertama dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut
sebagais1614 dimaksud pada ayat (1) termasuk

r-1
pemenuhan sumber daya manusia, sarana, prasarana,

mo
dan Alat Kesehatan.
(3) Pembangunan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat

-no
pertama dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

-uu
mempertimbangkan kebutuhan Pelayanan Kesehatan di
daerah terpencil, perbatasan, dan kepulauan, termasuk
ng
untuk kebutuhan wahana pendidikan.
a
(4)
nd

Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah dapat


membantu pemenuhan sumber daya manusia untuk
-u

pembangunan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat


ng

pertama dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut


di daerah sebagaimana dima-ksud pada ayat (3).
da
/un

Bagian Kedua
/08

Pelayanan Kesehatan Primer


23
20

Pasal 30
m/

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Desa


bertanggung jawab atas penyelenggaraan dan pembinaan
.co

Pelayanan Kesehatan primer.


na
lya

Pasal 31
(1) Pelayanan Kesehatan primer menyelenggarakan Upaya
u
am

Kesehatan perseorangan dan Upaya Kesehatan


masyarakat.
ain

(21 Pelayanan Kesehatan primer sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) merupakan Pelayanan Kesehatan yang
w.

terdekat dengan masyarakat sebagai kontak pertama


w

Pelayanan Kesehatan.
//w

(3) Pelayanan Kesehatan primer sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) diselenggarakan secara terintegrasi dengan
ps:

tujuan:
htt

a. pemenuhan kebutuhan Kesehatan dalam setiap fase


kehidupan;
b. perbaikan. . .

SK No 187020A
ml
.ht
23
-20
III]II]IIIEIIEIA

un
-2t-

ah
b. perbaikan determinan Kesehatan atau faktor yang

7-t
mempengaruhi Kesehatan yang terdiri atas
determinan sosial, ekonomi, komersial, dan

r-1
lingkungan; dan

mo
c. penguatan Kesehatan perseorangan, keluarga, dan
masyarakat.

-no
(4) Pelayanan Kesehatan primer secara terintegrasi

-uu
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi pelayanan
promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan/atau paliatif
ng
untuk setiap fase kehidupan.
a
(5) Pelayanan preventif sebagaimana dimalsud pada ayat (4)
nd

dilakukan untuk pencegahan penyakit termasuk skrining


-u

dan surveilans.
ng

(6) Pelayanan Kesehatan primer sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) secara strategis memprioritaskan Pelayanan
da

Kesehatan utama/esensial yang ditujukan bagi


/un

perseorangan, keluarga, dan masyarakat berdasarkan


faktor risiko.
/08

(71 Perbaikan determinan Kesehatan atau faktor yang


23

mempengaruhi Kesehatan sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) huruf b melibatkan pihak terkait melalui
20

penJrusunan kebijakan dan tindakan lintas sektor.


m/

(8) Penguatan Kesehatan perseorangan, keluarga, dan


.co

masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c


bertujuan untuk mengoptimalkan status Kesehatan dan
na

menguatkan peran mereka sebagai mitra pembangunan


lya

Kesehatan dan pemberi asuhan untuk diri sendiri dan


untuk orang lain.
u

(9) Penguatan Kesehatan perseorang€rn, keluarga, dan


am

masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (8)


ain

memberikan layanan yang berpusat pada perseorangan,


berfokus pada keluarga, dan berorientasi pada
w.

masyarakat yang sesuai dengan latar belakang sosial


w

budaya.
//w

Pasal 32
ps:

(1) Pelayanan Kesehatan primer diselenggarakan melalui


htt

suatu sistem jejaring Pelayanan Kesehatan yang saling


berkoordinasi dan bekerja sama.
(21 Puskesmas...

SK No 187021A
ml
.ht
23
-20
EflEI![i]TIitrI$EIn

un
-22-

ah
(21 Puskesmas sistem jejaring Pelayanan

7-t
Kesehatan primer di wilayah kerjanya.

r-1
(3) Sistem jejaring Pelayanan Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dirancang untuk menjangkau

mo
seluruh masyarakat melalui:

-no
a. struktur jejaring berbasis wilayah administratif;
b. struktur jejaring berbasis satuan pendidikan;
-uu
c. struktur jejaring berbasis tempat kerja;
ng
d. struktur jejaring sistem rujukan; dan
a
e. struktur jejaring lintas sektor.
nd

(4) Struktur jejaring berbasis wilayah administratif


-u

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a


ng

memastikan tersedianya Pelayanan Kesehatan untuk


da

seluruh masyarakat dengan menjamin tersedianya


Pelayanan Kesehatan hingga tingkat desa/kelurahan
/un

yang meliputi:
/08

a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama dan


Fasilitas Pelayanan Kesehatan penunjang, baik milik
23

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, maupun


20

masyarakat;
b. unit Pelayanan Kesehatan di
m/

tingkat
desa/ kelurahan; dan
.co

c. Upaya Kesehatan bersumber daya masyarakat,


na

di dalam wilayah kerja Puskesmas.


lya

(s) Unit Pelayanan Kesehatan di tingkat desa/ kelurahan


sebagaimana dimaksud pada ayat (41 huruf b
u
am

mengoordinasikan urusan Kesehatan di desa/kelurahan,


termasuk pemberian Pelayanan Kesehatan dan
ain

partisipasi masyarakat.
Unit Pelayanan Kesehatan di tingkat desa/kelurahan
w.

(6)
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) minimal
w

dilaksanakan oleh kader Kesehatan yang ditugasi oleh


//w

desa/ kelurahan dan Tenaga Kesehatan.


Struktur jejaring berbasis satuan
ps:

(7t pendidikan
sebasaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b mencakup
htt

semua satuan pendidikan di dalam wilayah kerja suatu


Puskesmas.

(8) Struktur. . .

SK No 187022A
m l
.ht
23
-20
tmtrEllirllTitrtrtrFTn

un
-23-

ah
(8) Struktur jejaring berbasis tempat kerja sebagaimana

7-t
dimaksud pada ayat (3) huruf c mencakup semua tempat
kerja di dalam wilayah kerja suatu Puskesmas.

r-1
(9) Struktur jejaring sistem rujukan sebagaimana dimaksud

o
pada ayat (3) huruf d dilakukan melalui rujukan secara

om
vertikal, horizontal, dan rujuk balik.

u-n
(10) Struktur jejaring lintas sektor sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf e mencakup jejaring pemerintah di

-u
tingkat kecamatan, desa/kelurahan, dusun, rukun
warga, rukun tetangga, dan jejaring mitra Kesehatan
ng
untuk mengatasi determinan Kesehatan.
da

(11) Pelayanan Kesehatan primer didukung oleh


-un

keterhubungan data pada sistem jejaringnya yang


terintegrasi dengan Sistem Informasi Kesehatan Nasional.
ng
da

Pasal 33
/un

(1) Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan primer didukung


oleh laboratorium Kesehatan.
/08

(21 Laboratorium Kesehatan sebagaimana dimaksud pada


23

ayat (1) meliputi laboratorium medis, laboratorium


Kesehatan masyarakat, dan laboratorium lainnya yang
20

ditetapkan oleh Menteri.


m/

(3) Laboratorium Kesehatan masyarakat sebagaimana


.co

dimaksud pada ayat (2) ditata secara berjenjang.


(4) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung
na

jawab menyediakan dan menyelenggarakan laboratorium


lya

Kesehatan masyarakat.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai laboratorium Kesehatan
mu

diatur dengan Peraturan Pemerintah.


na
.ai

Pasal 34
(1)
ww

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah


Desa bertanggung jawab terhadap kemandirian dalam
Upaya Kesehatan.
//w

(2) Dalam rangka kemandirian sebagaimana dimaksud pada


ps:

ayat (1), Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan


Pemerintah Desa mendorong terbentuknya Upaya
htt

Kesehatan bersumber daya masyarakat.

Pasal 35...
SK No 187023 A
tml
3.h
02
Il

n-2
FEPUBUK INDONE3IA
-24-

hua
Pasal 35

7-t
(1) Upaya Kesehatan bersumber daya masyarakat

r-1
merupakan wahana pemberdayaan masyarakat bidang
Kesehatan yang dibentuk atas dasar kebutuhan

mo
masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk, dan bersama
masyarakat, serta dapat difasilitasi oleh Pemerintah

-no
Pusat, Pemerintah Daerah, dan/ atau Pemerintah Desa
dengan melibatkan sektor lain yang terkait.

-uu
(21 Upaya Kesehatan bersumber daya masyarakat dapat
berupa pos pelayanan terpadu.
ng
(3) Pos pelayanan terpadu sebagaimana dimaksud pada
da

ayat (2) dapat menyelenggarakan pelayanan sosial dasar,


-un

termasuk di bidang Kesehatan.


(4) Pos pelayanan terpadu sebagaimana dimaksud pada
ng

ayat (2) dilaksanakan oleh kader dan/atau masyarakat.


da

(5) Dalam rangka pelayanan sosial dasar bidang Kesehatan


di pos pelayanan terpadu, dilakukan pembinaan teknis
/un

dan peningkatan kemampuan kader oleh unit Kesehatan


di desa/ kelurahan dan Puskesmas.
/08

(6) Dalam penyelenggaraan pelayanan sosial dasar bidang


23

Kesehatan di pos pelayanan terpadu, Pemerintah Pusat,


Pemerintah Daerah, atau Pemerintah Desa memberikan
/20

insentif kepada kader.


(7)
om

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Pemerintah


Desa bertanggung jawab atas penyelenggaraan pos
a.c

pelayanan terpadu.
an

Pasa1 36
ly
mu

Ketentuan lebih lanjut mengenai Pelayanan Kesehatan primer


diatur dengan Peraturan Pemerintah.
a
ain

Bagtan Ketiga
w.

Pelayanan Kesehatan Lanjutan


w
//w

Pasal 37
ps:

(1) Pelayanan Kesehatan lanjutan merupakan pelayanan


spesialis dan/ atau subspesialis yang mengedepankan
htt

pelayanan kuratif, rehabilitatif, dan paliatif tanpa


mengabaikan promotif dan preventif.
(21 Pe1ayanan...

SK No 187024A
ml
.ht
23
-20
EUT INDONESI.A

un
-25-

ah
(21 Pelayanan Kesehatan lanjutan sebagaimana dimaksud

7-t
pada ayat (1) diselenggarakan oleh Tenaga Medis dan
Tenaga Kesehatan sesuai dengan kompetensi dan

r-1
kewenangan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat

mo
lanjut.
(3) Pelayanan Kesehatan lanjutan sebagaimana dimaksud

-no
pada ayat (1) didanai oleh penerima Pelayanan Kesehatan
atau melalui' penjaminan Kesehatan dalam sistem

-uu
jaminan sosial nasional dan/ atau asuransi komersial.
ng
Pasal 38
a
nd

(1) Dalam pengembangan Pelayanan Kesehatan lanjutan,


Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat
-u

dapat mengembangkan pusat pelayanan unggulan


ng

nasional yang berstandar internasional.


da

(21 Pengembangan pusat pelayanan unggulan nasional


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk
/un

memenuhi kebutuhan Pelayanan Kesehatan dan


menghadapi persaingan regional dan global.
/08
23

Pasal 39
20

(1) Pelayanan Kesehatan primer dan Pelayanan Kesehatan


lanjutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
m/

diselenggarakan secara berkesinambungan melalui


.co

sistem rujukan Pelayanan Kesehatan perseorangan.


(21 Sistem rujukan Pelayanan Kesehatan perseorangan
na

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


lya

berdasarkan kebutuhan medis Pasien dan kemampuan


pelayanan pada setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
u
am

(3) Sistem rujukan Pelayanan Kesehatan perseorangan


mencakup rujukan secara vertikal, horizontal, dan rujuk
ain

balik.
(41 Sistem rujukan Pelayanan Kesehatan perseorangan
w.

didukung dengan teknologi informasi dan komunikasi


w

yang terintegrasi dengan Sistem Informasi Kesehatan


//w

Nasional.
(5) Teknologi informasi dan komunikasi sebagaimana
ps:

dimaksud pada ayat (4) memuat data dan informasi


mutakhir mengenai kemampuan pelayanan setiap
htt

Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang tergabung dalam


sistem rujukan secara terintegrasi.
(6) Selain . . .

SK No 187025A
l
tm
3.h
02
n-2
NEPUBLIK INDONESIA
-26-

hu
a
(6) Selain memuat data dan informasi mutalhir mengenai

7-t
kemampuan pelayanan setiap Fasilitas Pelayanan

r-1
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5),
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi

mo
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan terhadap
proses transfer data dan informasi medis Pasien yang

-no
diperlukan untuk proses rujukan.

-uu
(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem rujukan
Pelayanan Kesehatan perseorangan diatur dengan
ng
Peraturan Menteri.
da
-un

Bagtan KeemPat
ng

Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak, Remaja, Dewasa, dan Lanjut Usia
da
/un

Paragraf 1

Kesehatan Ibu
/08
23

Pasal 40
20

(1) Upaya Kesehatan ibu ditujukan untuk melahirkan anak


m/

yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta menurunkan


angka kematian ibu.
.co

(2) Upaya Kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada


a

ayat (1) dilakukan pada masa sebelum hamil, masa


an

kehamilan, persalinan, dan pascapersalinan.


uly

(3) Setiap ibu berhak memperoleh akses ke Fasilitas


m

Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan yang


na

sesuai dengan standar, aman, bermutu, dan terjangkau.


.ai

(4) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung


jawab menyediakan Pelayanan Kesehatan ibu yang sesuai
ww

dengan standar, aman, bermutu, dan terjangkau.


//w

(5) Upaya Kesehatan ibu menjadi tanggung jawab dan


kewajiban bersama bagr keluarga, masyarakat,
ps:

Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Pusat.


htt

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Upaya Kesehatan ibu


diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Paragraf 2 . ..
SK No 187026A
m l
.ht
23
-20
REPUBLIK INtrOilESIA

un
-27-

ah
Paragraf 2

7-t
Kesehatan Bayi dan Anak

r-1
o
Pasal 41

om
(1) Upaya Kesehatan bayi dan anak ditujukan untuk

u-n
menjaga bayi dan anak tumbuh dan berkembang dengan
sehat, cerdas, dan berkualitas serta menurunkan angka

-u
kesakitan, kematian, dan kedisabilitasan bayi dan anak.
ng
(21 Upaya Kesehatan bayi dan anak dilakukan sejak masih
dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, sampai
da

sebelum berusia 18 (delapan belas) tahun.


-un

(3) Upaya Kesehatan bayi dan anak sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) termasuk skrining bayi baru lahir dan
ng

skrining kesehatan lainnya.


da

(41 Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, keluarga, dan


masyarakat bertanggung jawab atas penyelenggaraan
/un

Upaya Kesehatan bayi dan anak yang sesuai dengan


/08

standar, aman, bermutu, dan terjangkau.


23

Pasal 42
20

(1) Setiap bayi berhak memperoleh air susu ibu eksklusif


m/

sejak dilahirkan sampai usia 6 (enam) bulan, kecuali atas


indikasi medis.
.co

(21 Pemberian air susu ibu dilanjutkan sampai dengan usia


na

2 (dua) tahun disertai pemberian makanan pendamping.


lya

(3) Selama pemberian air susu ibu, pihak keluarga,


Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat
mu

wajib mendukung ibu bayr secara penuh dengan


penyediaan waktu dan fasilitas khusus.
na

l4l Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana dimaksud pada


.ai

ayat (3) diadakan di tempat kerja dan tempat/fasilitas


ww

umum,
//w

Pasal 43
(1)
ps:

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung


jawab menetapkan kebijakan dan melakukan
htt

pengawas€ur dalam rangka menjamin hak bayi untuk


mendapatkan air susu ibu eksklusif.

(2) Ketentuan...
SK No 187027A
ml
.ht
23
-20
NEPUELIK INDOHESIA

un
-24-

ah
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai air susu ibu eksklusif

7-t
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

r-1
Peraturan Pemerintah.

mo
Pasa-l 44

-no
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung
jawab untuk memberikan imunisasi lengkap kepada

-uu
setiap bayi dan anak. ng
(21 Setiap bayi dan anak berhak memperoleh imunisasi
untuk memberikan pelindungan dari penyakit yang dapat
a
nd

dicegah dengan imunisasi.


(3)
-u

Pihak keluarga, Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,


dan masyarakat harus mendukung imunisasi kepada
ng

bayi dan anak.


da

l4l Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian imunisasi


/un

dan jenis imunisasi diatur dengan Peraturan Menteri.


/08

Pasal 45
23

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah harus menjamin


20

setiap anak yang dilahirkan mendapatkan Pelayanan


Kesehatan sesuai dengan standar agar dapat hidup, tumbuh,
m/

dan berkembang secara optimal.


.co
na

Pasal 46
lya

(1) Setiap bayi dan anak berhak terlindungi dan terhindar


dari segala bentuk diskriminasi dan tindak kekerasan
u
am

yang dapat mengganggu Kesehatan bayi dan anak.


(21 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berkewajiban
ain

menjamin terselenggaranya pelindungan bayi dan anak


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan menyediakan
w.

Pelayanan Kesehatan sesuai dengan kebutuhan.


w
//w

Pasal 47
ps:

(1) Pemerintah Pusat menetapkan standar dan/ atau kriteria


htt

Kesehatan bayi dan anak.

(21 Standar...

SK No 187028A
ml
.ht
23
-20
un
-29-

ah
(21 Standar dan/ atau kriteria sebagaimana dimaksud pada

7-t
ayat (1) diselenggarakan sesuai dengan pertimbangan
moral, nilai sosial budaya, dan didasarkan pada

r-1
ketentuan peraturan perundang-undangan.

mo
-no
Pasal 48
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung

-uu
jawab menyediakan tempat dan sarana lain yang
diperlukan untuk bermain anak yang memungkinkan
ng
anak tumbuh dan berkembang secara optimal serta
a
mampu bersosialisasi secara sehat.
nd

(2) Tempat bermain dan sarana lain yang diperlukan


-u

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilengkapi sarana


ng

pelindungan terhadap risiko Kesehatan agar tidak


da

membahayakan Kesehatan anak.


/un

Pasal 49
/08

Ketentuan lebih lanjut mengenai Upaya Kesehatan bayi dan


23

anak diatur dengan Peraturan Pemerintah.


20
m/

Paragraf 3
Kesehatan Remaja
.co
na

Pasal 50
lya

(1) Upaya Kesehatan remaja ditqjukan untuk


u

mempersiapkan remaja menjadi orang dewasa yang


am

sehat, cerdas, berkualitas, dan produktif.


(2)
ain

Upaya Kesehatan remaja dilakukan pada masa usia


remaja.
w.

(3) Setiap remaja berhak memperoleh akses ke Fasilitas


w

Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan yang


//w

sesuai dengan standar, aman, bermutu, dan terjangkau.


(41 Upaya Kesehatan remaja sebagaimana dimaksud pada
ps:

ayat (1), termasuk skrining Kesehatan, Kesehatan


htt

reproduksi remaja, dan Kesehatan jiwa remaja.

(5) Pemerintah . . .

SK No 187029A
t ml
3.h
02
n-2
K INDONESIA
-30-

hua
(5) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, keluarga, dan

7-t
masyarakat bertanggung jawab atas penyelenggaraan
Upaya Kesehatan remaja yang sesuai dengan standar,

r-1
aman, bermutu, dan terjangkau.

mo
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Upaya Kesehatan
remaja diatur dengan Peraturan Pemerintah.

-no
-uu
Paragraf 4
Kesehatan Dewasa
ng
da

Pasal 51
-un

(1) Upaya Kesehatan dewasa ditqjukan untuk menjaga agar


seseorang tetap hidup sehat dan produktif.
ng

(21 Setiap orang dewasa berhak memperoleh akses ke


da

Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan


/un

yang sesuai dengan standar, arnan, bermutu, dan


terjangkau.
/08

(3) Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada


ayat (21 termasuk Pelayanan Kesehatan reproduksi dan
23

skrining berkala untuk deteksi dini penyakit.


/20

(41 Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, keluarga, dan


masyarakat bertanggung jawab atas penyelenggaraan
om

Upaya Kesehatan dewasa yang sesuai dengan standar,


aman, bermutu, dan terjangkau.
a.c

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Upaya Kesehatan


an

dewasa diatur dengan Peraturan Pemerintah.


ly
mu

Paragraf 5
Kesehatan Lanjut Usia
a
ain
w.

Pasal 52
(1) Upaya Kesehatan lanjut usia ditqjukan untuk menjaga
w

agar tetap hidup sehat, berkualitas, dan produktif sesuai


//w

dengan martabat kemanusiaan.


ps:

(21 Upaya Kesehatan lanjut usia dilakukan sejak seseorang


berusia 60 (enam puluh) tahun atau usia lain yang
htt

ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
(3) Setiap. . .

SK No 187030A
l
tm
3.h
02
n-2
REPUBUK INDOIIIES|A
-31 -

ahu
(3) Setiap orang lanjut usia berhak memperoleh akses ke

7-t
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan
yang sesuai dengan standar, aman, bermutu, dan

r-1
terjangkau.

mo
(4) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, keluarga, dan
masyarakat bertanggung jawab atas penyelenggaraan

-no
Upaya Kesehatan lanjut usia yang sesuai dengan

-uu
standar, aman, bermutu, dan terjangkau.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Upaya Kesehatan lanjut
ng
usia diatur dengan Peraturan Pemerintah.
da
-un

Bagian Kelima
ng

Kesehatan Penyandang Disabilitas


da
/un

Pasal 53
(1) Upaya Kesehatan penyandang disabilitas
/08

ditqiukan
untuk menjaga agar penyandang disabilitas tetap hidup
23

sehat, produktif, dan bermartabat.


20

(21 Upaya Kesehatan penyandang disabilitas dilakukan


sepanjang usia penyandang disabilitas.
m/

(3) Setiap penyandang disabilitas berhak memperoleh akses


.co

atas Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan


a

Kesehatan yang sesuai dengan standar, aman, bermutu,


an

dan terjangkau.
uly

l4l Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, keluarga, dan


masyarakat bertanggung jawab untuk menjamin
m

penyandang disabilitas mempunyai hak yang sama


na

sebagai warga negara.


.ai

(5) Upaya Kesehatan penyandang disabilitas sebagaimana


ww

dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah Pusat,


Pemerintah Daerah, dan/ atau masyarakat.
//w

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Upaya Kesehatan


penyandang disabititas diatur dengan Peraturan
ps:

Pemerintah.
htt

Begtan

SK No 187031A
ml
t
3.h
02
HaFFILM

n-2
f, r{ITT:If ITTIFFITITTItr
-32-

hua
Bagran Keenam

7-t
Kesehatan Reproduksi

r-1
mo
Pasal 54

-no
(1) Upaya Kesehatan reproduksi ditujukan untuk menjaga
dan meningkatkan sistem, fungsi, dan proses reproduksi

-uu
pada laki-laki dan perempuan.
(2) Upaya Kesehatan reproduksi sebagaimana
ng dimaksud
pada ayat (1) meliputi:
da

a. masa sebelum hamil, masa kehamilan, persalinan,


-un

dan pascapersalinan;
b.
ng

pengaturan kehamilan, pelayanan kontrasepsi, dan


Kesehatan seksual; dan
da

c. Kesehatan sistem reproduksi.


/un
/08

Pasal 55
23

Setiap Orang berhak:


/20

a. menjalani kehidupan reproduksi dan seksual yang sehat,


aman, serta bebas dari diskriminasi, paksaan dan/atau
om

kekerasan dengan menghormati nilai luhur yang tidak


merendahkan martabat manusia sesuai dengan norrna
a.c

aSama;
an

b. memperoleh informasi, edukasi, dan konseling mengenai


ly

Kesehatan reproduksi yang benar dan dapat


mu

dipertanggungiawabkan ; dan
c. menerima pelayanan dan pemulihan Kesehatan akibat
a
ain

tindak pidana kekerasan seksual.


w.w

Pasal 56
//w

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat


bertanggung jawab atas penyelenggaraan Upaya Kesehatan
ps:

reproduksi yang sesuai dengan standar, aman, bermutu, dan


htt

terjangkau.

Pasal 57...

SK No 187032A
ml
.ht
23
-20
BLIK INDONESIA

un
-33-

ah
Pasa1 57

7-t
(1) Setiap Pelayanan Kesehatan reproduksi, termasuk

r-1
reproduksi dengan bantuan dilakukan secara aman dan
bermutu dengan memperhatikan aspek yang khas,

o
khususnya reproduksi perempuan.

om
(21 Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan reproduksi

u-n
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
tidak bertentangan dengan nilai agama dan ketentuan

-u
peraturan perundang-undangan. ng
da

Pasal 58
-un

Reproduksi dengan bantuan hanya dapat dilakukan oleh


pasangan suami-istri yang sah dengan ketentuan:
ng

a. hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami-istri yang


da

bersangkutan ditanamkan dalam rahim istri dari mana


ovum berasal;
/un

b. dilakukan oleh Tenaga Medis yang mempunyai keahlian


/08

dan kewenangan; dan


c. dilakukan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan tertentu.
23
20

Pasal 59
m/

Ketentuan lebih lanjut mengenai Upaya Kesehatan reproduksi


.co

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 sampai dengan


Pasa1 58 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
na
lya

Pasal 60
mu

(1) Setiap Orang dilarang melakukan aborsi, kecuali dengan


kriteria yang diperbolehkan sesuai dengan ketentuan
na

dalam kitab undang-undang hukum pidana.


.ai

(2) Pelaksanaan aborsi dengan kriteria yang diperbotehkan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
ww

dilakukan:
a.
//w

oleh Tenaga Medis dan dibantu Tenaga Kesehatan


yang memiliki kompetensi dan kewenangan;
ps:

b. pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang memenuhi


syarat yang ditetapkan oleh Menteri; dan
htt

c dengan

SK No 187033 A
tml
3.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-34-

hua
c dengan persetujuan perempuan hamil yang

7-t
bersangkutan dan dengan persetqiuan suami,

r-1
kecuali korban perkosaan.

mo
Pasal 61

-no
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat
jawab

-uu
bertanggung melindungi dan mencegah perempuan dari
tindakan aborsi yang tidak aman serta bertentangan dengan
ng
ketentuan peraturan perundang-undangan.
da
-un

Pasal 62
Ketentuan lebih lanjut mengenai aborsi sebagaimana
ng

dimaksud dalam Pasal 60 dan Pasal 61 diatur dengan


da

Peraturan Pemerintah.
/un
/08

Bagian Ketqjuh
Kesehatan Keluarga Berencana
23
/20

Pasal 63
om

(1) Upaya Kesehatan keluarga berencana ditujukan untuk


mengatur kehamilan, membentuk generasi yang sehat,
a.c

cerdas, dan berkualitas, serta menurunkan angka


an

kematian ibu dan bayi.


ly

(21 Upaya Kesehatan keluarga berencana sebagaimana


mu

dimaksud pada ayat (1) dilakukan pada usia subur.


(3) Setiap Orang berhak memperoleh akses ke pelayanan
a
ain

keluarga berencana.
(41 Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat
w.

bertanggung jawab atas


penyelenggaraan keluarga
w

berencana yang sesuai dengan standar, aman, bermutu,


//w

dan terjangkau.
ps:

(5) Pelayanan keluarga berencana dilaksanakan sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
htt

Bagian . . .

SK No 187034A
l
tm
3.h
02
n-2
REPUEUK INDONESIA
-35-

a hu
Brgian Kedelapan

7-t
Gizi

r-1
mo
Pasal 64
(1) Upaya pemenuhan gizi ditqjukan untuk peningkatan

-no
mutu gizi perseorangan dan masyarakat.

-uu
(21 Peningkatan mutu gizi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui: ng
a. perbaikan pola konsumsi makanan yang beragam,
da
bergizi seimbang, dan aman;
b.
-un

peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi yang


sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi; dan
ng

c. peningkatan sistem kewaspadaan dan peringatan


dini terhadap kerawanan pangan dan g1zi.
da

(3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung


/un

jawab terhadap ketersediaan bahan makanan secara


merata dan terjangkau sesuai dengan ketentuan
/08

peraturan perundang-undangan.
23

(4) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung


jawab menjaga bahan makanan agar memenuhi standar
20

mutu gizi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


m/

undangan.
(5)
.co

Penyediaan bahan makanan yang memenuhi standar


mutu gzi dilakukan secara lintas sektor dan
a

antarprovinsi, antarkabupaten, atau antarkota.


an
uly

Pasal 65
m

(1) Upaya pemenuhan gizi dilakukan pada seluruh siklus


na

kehidupan sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut


.ai

usia.
(2) Upaya pemenuhan gizi sebagaimana dimaksud pada
ww

ayat (1) dilakukan dengan memberikan perhatian khusus


kepada:
//w

a. ibu hamil dan menyusui;


ps:

b. bayi dan balita; dan


htt

c. remaja perempuan.

(3) Dalam

SK No 187035 A
l
tm
3.h
02
?Td{f.I{Il

n-2
NEPUBLIK TNDONESIA
-36-

hu
(3) Dalam rangka upaya pemenuhan gLi

a
sebagaimana

7-t
dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Pusat menetapkan

r-1
standar angka kecukupan g;zi dan standar pelayanan
gbi.

mo
(41 Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat

-no
bertanggung jawab atas pemenuhan gizi keluarga miskin
dan dalam situasi darurat sesuai dengan ketentuan

-uu
peraturan perundang-undangan.
(5) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung
ng
jawab terhadap pendidikan dan informasi yang benar
da

tentang gizi kepada masyarakat.


-un

(6) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, keluarga, dan


masyarakat melakukan upaya bersama untuk mencapai
ng

status gizi yang baik.


da
/un

Pasal 66
/08

(1) Upaya perbaikan gfui dilakukan melalui surveilans gizi,


pendidikan gSzi, tala laksana gizi, dart suplementasi gizi.
23

(21 Surveilans gLi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


20

merupakan kegiatan analisis secara sistematis dan terus-


m/

menerus terhadap masalah gSzi dan indikator pembinaan


gtrzi agar dapat dilakukan respons dan penanggulangan
.co

secara efektif dan efisien terhadap masalah gizi.


a

(3) Pendidikan gizi sebqgaimana dimaksud pada ayat (1)


an

dilakukan melalui komunikasi, informasi, dan edukasi


uly

dalam rangka menerapkan perilaku gizi seimbang.


(4) Tata laksana gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
m

merupakan rangkaian tindakan yang bertujuan untuk


na

perbaikan atau pemulihan pada gagal tumbuh, berat


.ai

badan kurang, gzi kurang, gizi buruk, stunting, gizi


ww

berlebih, dan defisiensi mikronutrien serta masalah gizi


akibat penyakit.
//w

(5) Suplementasi gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


ditqlukan untuk memenuhi kecukupan gizi masyarakat
ps:

dengan prioritas kepada bayi dan balita, anak sekolah,


htt

remaja perempuan, ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui,


dan pekerja wanita.

Pasal 67...
SK No 187036A
t ml
3.h
02
n-2
nEIrllEtrlTxlTiatrtrtrElE
-37-

hu
a
Pasal 67

7-t
(1) Dalam rangka keterpaduan dan akselerasi percepatan

r-1
pemenuhan gizi, Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah bertanggung jawab melakukan intervensi dalam

mo
rangka pemenuhan dan perbaikan gizi.

-no
(21 Intervensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui koordinasi, sinergi, dan sinkronisasi

-uu
antara kementerian/lemb"ga, Pemerintah Daerah,
Pemerintah Desa, dan pemangku kepentingan.
ng
da

Pasal 68
-un

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab


ng

meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan


pentingnya gizi dan pengaruhnya terhadap peningkatan
da

status gizi.
/un
/08

Pasal 69
23

Ketentuan lebih lanjut mengenai gizi diatur dengan Peraturan


Pemerintah.
/20
om

Bagian Kesembilan
a.c

Kesehatan Gigi dan Mulut


lyan

Pasal 70
mu

(1) Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk


memelihara dan meningkatkan derajat
a

Kesehatan
ain

masyarakat.
(21 Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut sebagaimana
w.

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk


w

peningkatan Kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi,


//w

pengobatan penyakit gigi, dan pemulihan Kesehatan gigi.


ps:

(3) Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah
htt

Pusat, Pemerintah Daerah, dan/ atau masyarakat.

(4) Pelayanan

SK No 187037A
tml
3.h
02
EEtrEIirtrN

n-2
K INDONESIA
-38-

hua
(4) Pelayanan Kesehatan Cr$ dan mulut sebagaimana

7-t
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui unit

r-1
Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut dan/ atau usaha
Kesehatan sekolah.

mo
-no
Bagian Kesepuluh
Kesehatan Penglihatan dan Pendengaran

-uu
ng
Pasal 71
da

(1) Upaya Kesehatan penglihatan dan pendengaran


-un

ditujukan untuk meningkatkan derajat Kesehatan


penglihatan dan pendengaran masyarakat serta
ng

menurunkan angka disabilitas.


(21 Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat
da

bertanggung jawab atas penyelenggaraan Upaya


/un

Kesehatan penglihatan dan pendengaran yang sesuai


dengan standar, aman, bermutu, dan terjangkau.
/08

(3) Upaya Kesehatan penglihatan dan pendengaran


23

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan


melalui pemberdayaan masyarakat.
/20
om

Pasa772
(U Upaya Kesehatan penglihatan dan
a.c

pendengaran
diselenggarakan secara terpadu, komprehensif, efektif,
an

efisien, dan berkelanjutan.


ly

(21 Dalam penyelenggaraan Upaya Kesehatan penglihatan


mu

dan pendengaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat
menetapkan gangguan penglihatan dan gangguan
a
ain

pendengaran tertentu sebagai prioritas nasional atau


daerah.
w.w

Pasal 73
//w

Ketentuan lebih lanjut mengenai Upaya Kesehatan


ps:

penglihatan dan pendengaran diatur dengan Peraturan


Pemerintah.
htt

Bagian

SK No 187038A
m l
.ht
23
-20
PRESIDEN
NEPUBUK INDONESIA

un
-39-

ah
Bagian Kesebelas

7-t
Kesehatan Jiwa

r-1
o
Pasd74

om
(1) Kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seorang

u-n
individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual,
dan sosial sehingga individu tersebut menyadari
-u
kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mErmpu memberikan
ng
kontribusi untuk komunitasnya.
da

(21 Upaya Kesehatan jiwa diselenggarakan untuk:


-un

a. menjamin setiap orang dapat mencapai kualitas


hidup yang baik, menikmati kehidupan kejiwaan
ng

yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan


da

gangguan lain yang dapat mengganggu Kesehatan


jiwa; dan
/un

b. menjamin setiap orang dapat mengembangkan


/08

berbagai potensi kecerdasan dan potensi psikologis


lainnya.
23
20

Pasal 75
m/

(1) Upaya Kesehatan jiwa diberikan secara proaktif,


terintegrasi, komprehensif, dan berkesinambungan
.co

sepanjang siklus kehidupan manusia bagi orang yang


berisiko, orang dengan gangguan jiwa, dan masyarakat.
na

(21 Upaya Kesehatan jiwa sebagaimana dimaksud pada


lya

ayat (1) termasuk upaya pencegahan bunuh'diri melalui


pencegahan faktor risiko bunuh diri, pencegahan
mu

timbulnya pemikiran tentang menyakiti diri sendiri, dan


na

pencegahan percobaan bunuh diri.


.ai
ww

Pasal 76
(1) Setiap Orang berhak mendapatkan:
//w

a. akses Pelayanan Kesehatan jiwa yang aman,


bermutu, dan terjangkau; dan
ps:

b. informasi dan edukasi tentang Kesehatan jiwa.


htt

(21 Setiap. . .

SK No 187039A
ml
.ht
23
-20
K INDONESIA

un
-40-

ah
(21 Setiap Orang dilarang melakukan pemasungan,

7-t
penelantaran, kekerasan, dan/ atau menyuruh orang lain
untuk melakukan pemasungan, penelantaran, dan/ atau

r-1
kekerasan terhadap orang yang berisiko atau orang
dengan gangguan jiwa, atau tindakan lainnya yang

mo
melanggar hak asasi orang yang berisiko dan orang

-no
dengan gangguan jiwa.
(3) Orang yang berisiko dan orang dengan gangguan jiwa

-uu
mempunyai hak yang sama sebagai warga negara.
ng
Pasal 77
a
nd

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung


-u

jawab:
ng

a. menciptakan kondisi Kesehatan jiwa yang setinggi-


tingginya dan menjamin ketersediaan, aksesibilitas,
da

mutu, dan pemerataan Upaya Kesehatan jiwa;


/un

b. memberi pelindungan dan menjamin Pelayanan


Kesehatan jiwa bagi orang yang berisiko dan orang
/08

dengan gangguan jiwa berdasarkan pada hak asasi


manusia;
23

c. memberikan kesempatan kepada orang yang


20

berisiko dan orang dengan gangguan jiwa untuk


m/

dapat memperoleh haknya sebagai warga negara


Indonesia;
.co

d. melakukan penanganan terhadap orang dengan


gangguan jiwa yang telantar, menggelandang, dan
na

mengancam keselamatan dirinya dan/ atau orang


lya

lain;
u

e. menyediakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan


am

Pelayanan Kesehatan jiwa, baik di tingkat pertama


maupun tingkat lanjut di seluruh wilayah Indonesia,
ain

termasuk layanan untuk Pasien narkotika,


psikotropika, dar: zal adiktif lainnya;
w.

f. mengembangkan Upaya Kesehatan jiwa berbasis


w

masyarakat sebagai bagian dari Upaya Kesehatan


//w

jiwa keseluruhan;
g.
ps:

melakukan pengawasan terhadap fasilitas pelayanan


di luar sektor Kesehatan dan Upaya Kesehatan jiwa
htt

berbasis masyarakat; dan

h. mengatur. . .

SK No 187040A
l
tm
3.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUEUK INDONESIA
-4L-

ahu
h. mengatur dan menjamin ketersediaan sumber daya

7-t
manusia di bidang Kesehatan jiwa untuk
pemerataan penyelenggaraan Upaya Kesehatan jiwa.

r-1
(2) Upaya Kesehatan jiwa dilaksanakan dengan

mo
mengedepankan peran keluarga dan masyarakat.
(3) Upaya Kesehatan jiwa sebagaimana dimaksud

-no
pada
ayat (2) termasuk upaya rehabilitasi terhadap orang
dengan gangguan jiwa.

-uu
ng
Pasal 78
da

(1) Upaya Kesehatan jiwa dalam bentuk Pelayanan


-un

Kesehatan dilaksanakan oleh Tenaga Medis dan Tenaga


Kesehatan yang memiliki kompetensi dan kewenangan di
ng

bidang Kesehatan jiwa, tenaga profesional lainnya, dan


tenaga lain yang terlatih di bidang Kesehatan jiwa dengan
da

tetap menghormati hak asasi Pasien.


/un

(21 Upaya Kesehatan jiwa dilaksanakan di keluarga,


masyarakat, dan fasilitas pelayanan di bidang Kesehatan
/08

jiwa.
23
20

Pasal 79
(1) Fasilitas pelayanan di bidang Kesehatan jiwa meliputi:
m/

a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan


.co

b. fasilitas pelayanan di luar sektor Kesehatan dan


a

fasilitas pelayanan berbasis masyarakat.


an

(21 Fasilitas pelayanan di bidang Kesehatan jiwa


uly

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi


standar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
m

undangan.
na
.ai

Pasal 80
ww

(1) Penatalaksanaan orang dengan gangguan jiwa yang


dilakukan secara rawat inap harus mendapatkan
//w

persetujuan tindakan secara tertulis dari orang dengan


gangguan jiwa yang bersangkutan.
ps:

(21 Dalam hal orang dengan gangguan jiwa yang dianggap


htt

tidak cakap dalam membuat keputusan, persetqjuan


tindakan dapat diberikan oleh:

a. suaml

SK No 187041A
tml
3.h
02
n-2
REPIJBLIK INDONESIA
-42-

hua
a. suami atau istri;

7-t
b. orang tua;

r-1
c. anak atau saudara kandung yang paling sedikit

mo
berusia 18 (delapan belas) tahun;
d. wali atau pengampu; atau

-no
e. pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

-uu
(3) Dalam hal orang dengan gangguan jiwa dianggap tidak
ng
cakap dan pihak yang memberikan persetqiuan tindakan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak ada, tindakan
da

medis yang ditujukan untuk mengatasi kondisi


-un

kedaruratan dapat diberikan tanpa persetujuan.


(4) Penentuan kecakapan orang dengan gangguan jiwa
ng

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh


dokter spesialis kedokteran jiwa atau dokter yang
da

memberikan layanan medis saat itu.


/un

(5) Orang dengan gangguan jiwa yang telah dilakukan


/08

penyembuhan berhak menentukan tindakan medis yang


akan dilakukannya.
23
/20

Pasal 81
(l) Untuk kepentingan penegakan hukum, seseorang yang
om

diduga orang dengan gangguan jiwa yang melakukan


tindak pidana harus mendapatkan pemeriksaan
a.c

Kesehatan jiwa.
an

(2) Pemeriksaan Kesehatan jiwa sebagaimana dimaksud


ly

pada ayat (l) dilakukan untuk:


mu

a. menentukan kemampuan seseorang dalam


mempertanggungjawabkan tindak pidana yang telah
a

dilakukannya; dan/ atau


ain

b. menentukan kecakapan hukum seseorang untuk


w.

menjalani proses peradilan.


w
//w

Pasal 82
ps:

Untuk kepentingan keperdataan, seseorang yang diduga


kehilangan kecakapan untuk melakukan perbuatan hukum
htt

harus mendapatkan pemeriksaan Kesehatan jiwa.

Pasal 83...
SK No 187042A
ml
.ht
23
-20
ffifTEIIKNIitrNFFTA

un
-43-

ah
Pasal 83

7-t
Pemeriksaan Kesehatan jiwa untuk kepentingan hukum

r-1
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 dan Pasal 82
ditakukan sesuai dengan pedoman pemeriksaan Kesehatan

mo
jiwa.

-no
-uu
Pasal 84
Untuk melaksanakan pekerjaan tertentu atau menduduki
ng
jabatan tertentu, wajib dilakukan pemeriksaan Kesehatan
a
jiwa.
-u nd

Pasal 85
ng

Ketentuan lebih lanjut mengenai Upaya Kesehatan jiwa diatur


da

dengan Peraturan Pemerintah.


/un
/08

Bagian Kedua Belas


23

Penanggulangan Penyakit Menular dan


Penanggulangan Penyakit Tidak Menular
20
m/

Paragraf 1
.co

Umum
na
lya

Pasal 86
u

(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat


am

bertanggung jawab melakukan penanggulangan penyakit


menular dan penanggulangan penyakit tidak menular.
ain

(21 Penanggulangan penyakit menular dan penanggulangan


w.

penyakit tidak menular sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilakukan melalui Upaya
w

Kesehatan
//w

perseorzrngan dan Upaya Kesehatan masyarakat yang


dilaksanakan secara terkoordinasi, terpadu, dan
ps:

berkesinambungan.
htt

Pasal 87...

SK No 187043A
m l
.ht
23
-20
lrlrl?FIiIIEN|
K INDONESIA

un
-44-

ah
Pasal 87

7-t
(1) Dalam hal kejadian penyakit menular dan penyakit tidak

r-1
menular tertentu menjadi permasalahan Kesehatan

o
masyarakat, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

om
menetapkan program penanggulangan penyakit menular
dan penanggulangan penyakit tidak menular tertentu

u-n
sebagai prioritas nasional atau daerah.

-u
(21 Pemerintah Daerah dalam menetapkan program
ng
penanggulangan penyakit menular dan penanggulangan
penyakit tidak menular tertentu sebagai prioritas daerah
da

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berpedoman


-un

pada kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


(3) Program penanggulangan penyakit menular dan
ng

penanggulangan penyakit tidak menular tertentu


da

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus didukung


/un

dengan pengelolaan yang meliputi penetapan target dan


strategi penanggulangan dan penyediaan sumber daya
/08

yang diperlukan.
23
20

Pasal 88
m/

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bersama


.co

masyarakat serta pemangku kepentingan terkait bertanggung


jawab untuk melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi
na

tentang faktor risiko penyalit menular dan penyakit tidak


lya

menular kepada masyarakat berisiko.


mu

Paragraf 2
na

Penanggulangan Penyakit Menular


.ai
ww

Pasal 89
//w

(1) Pemerintah hrsat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat


ps:

bertanggung jawab melakukan penanggulangan penyakit


menular melalui kegiatan pencegahan, pengendalian, dan
htt

pemberantasan penyakit menular serta bertanggung


jawab terhadap akibat yang ditimbulkannya.
(2) Penanggulangan . . .

SK No 1870,14A
m l
.ht
23
-20
PRESIOEN
NEPUEUK INbONESIA

un
-45-

ah
(21 Penanggulangan penyakit menular sebagaimana

7-t
dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk melindungi
masyarakat dari tertularnya penyakit untuk menurunkan

r-1
jumlah yang sakit, disabilitas, dan/ atau meninggal dunia

o
serta mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat

om
penyakit menular.
(3)

u-n
Dalam pelaksanaan kegiatan pencegahan, pengendalian,
dan pemberantasan penyakit menular sebagaimana
-u
dimaksud pada ayat (1), Tenaga Medis dan/ atau Tenaga
Kesehatan yang berwenang dapat memeriksa:
ng
a. orang atau sekelompok orang y€rng diduga tertular
da

penyakit atau memiliki faktor risiko penyakit


-un

menular; dan/atau
b. tempat yang dicurigai berkembangnya vektor dan
ng

sumber penyakit lain.


da

(4) Dalam melaksanakan kegiatan pencegahan,


/un

pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Pusat
/08

dan Pemerintah Daerah dapat melakukan kerja sama


dengan negara lain sesuai dengan ketentuan peraturan
23

perundang-undangan.
20
m/

Pasa1 90
.co

Masyarakat, termasuk penderita penyakit menular, wajib


melakukan pencegahan penyebaran penyakit menular melalui
na

perilaku hidup bersih dan sehat, pengendalian faktor risiko


lya

Kesehatan, dan upaya pencegahan lainnya.


mu

Pasal 91
na

Penanggulangan ponyakit menular dilaksanakan secara


.ai

terkoordinasi dan terpadu dengan sektor kesehatan hewan,


ww

pertanian, lingkungan hidup, dan sektor lainnya.


//w

Pasal 92
ps:

Ketentuan lebih lanjut mengenai penanggulangan penyakit


menular sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 sampai
htt

dengan Pasal 91 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Paragraf 3 . . .

SK No 187045A
t ml
3.h
02
l:klrFIIitiN

n-2
K INDONESIA
-46-

hua
Paragraf 3

7-t
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular

r-1
mo
Pasal 93

-no
(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat
melakukan penanggulangan penyakit tidak menular

-uu
melalui kegiatan pencegahan, pengendalian, dan
penanganan penyakit tidak menular beserta akibat yang
ng
ditimbulkannya.
da

(21 Penanggulangan penyakit tidak menular sebagaimana


-un

dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk meningkatkan


pengetahuan, kesadaran, kemauan berperilaku hidup
ng

sehat, dan mencegah terjadinya penyakit tidak menular


beserta akibat yang ditimbulkan untuk menurunkan
da

jumlah yang sakit, disabilitas, dan/ atau meninggal


/un

dunia, serta untuk mengurangi dampak sosial dan


ekonomi akibat penyakit tidak menular.
/08
23

Pasal 94
/20

(1) Penanggulangan penyakit tidak menular didukung


dengan kegiatan surveilans faktor risiko, registri
om

penyakit, dan surveilans kematian.


a.c

(21 Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertqiuan


an

untuk memperoleh informasi yang esensial serta dapat


digunakan untuk pengambilan keputusan dalam upaya
ly

penanggulangan penyakit tidak menular.


mu

(3) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


a

melalui kerja sama lintas sektor, pemangku kepentingan


ain

terkait, dan masyarakat, serta dengan membentuk


jejaring, baik nasional maupun internasional.
w.w
//w

Pasa1 95

Ketentuan lebih lanjut mengenai penanggulangan penyakit


ps:

tidak menular sebagaimana dimaksud dalam Pasal 93 dan


htt

Pasal 94 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian

SK No 187046A
m l
.ht
23
-20
K INDONESIA

un
-47-

ah
Bagian Ketiga Belas

7-t
Kesehatan Keluarga

r-1
o
Pasal 96

om
(1) Upaya Kesehatan keluarga ditqjukan agar tercipta

u-n
interaksi dinamis yang positif antaranggota keluarga yang
memungkinkan setiap anggota keluarga mengalami

-u
kesejahteraan Iisik, jiwa, dan sosial yang optimal.
(2) Keluarga sebagaimana dimaksud pada ayat
ng
(1)
merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri
da

atas:
-un

a. suami dan istri;


b.
ng

suami, istri, dan anaknya;


c.
da

ayah dan anaknya; atau


d. ibu dan anaknya.
/un

(3) Upaya Kesehatan keluarga meliputi aspek:


/08

a. proses sosial dan emosional dalam keluarga;


23

b. kebiasaan hidup sehat dalam keluarga;


20

c. sumber daya keluarga untuk hidup sehat; dan


d.
m/

dukungan sosial eksternal untuk hidup sehat.


(4) Upaya Kesehatan keluarga menggunakan pendekatan
.co

siklus hidup yang paling sedikit dilakukan melalui


na

kegiatan:
a. pengasuhan positif;
lya

b. pembiasaan hidup sehat dalam keluarga termasuk


mu

menjaga Kesehatan lingkungan rumah;


c. pemberian Pelayanan Kesehatan dan kedokteran
na

keluarga;
.ai

d. pemanfaatan data dan informasi Kesehatan berbasis


ww

keluarga; dan
e. kunjungan keluarga.
//w

(5) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa,


dan masyarakat bertanggung jawab terhadap
ps:

penyelenggaraan Upaya Kesehatan keluarga.


htt

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Upaya Kesehatan


keluarga diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagran

SK No 187047A
m l
.ht
23
-20
NEPUBLIK INOONESIA

un
-44-

ah
Bagian Keempat Belas

7-t
Kesehatan Sekolah

r-1
o
Pasal 97

om
(1) Kesehatan sekolah diselenggarakan untuk meningkatkan

u-n
kemampuan hidup sehat bagi peserta didik, pendidik,
dan tenaga kependidikan dalam rangka mewujudkan
sumber daya manusia yang berkualitas serta
-u
mewujudkan lingkungan sekolah yang sehat.
ng
(21 Kesehatan sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
da

diselenegarakan pada satuan pendidikan formal dan


-un

nonformal sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
ng

(3) Kesehatan sekolah dilaksanakan melalui:


da

a. pendidikanKesehatan;
/un

b. Pelayanan Kesehatan; dan


c. pembinaan lingkungan sekolah sehat.
/08

(4) Dalam rangka pelaksanaan Kesehatan sekolah


23

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat didukung


dengan sarana dan prasarana Kesehatan sekolah.
20

(5) Kesehatan sekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


m/

dilakukan oleh satuan pendidikan berkolaborasi dengan


.co

Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama.


(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kesehatan sekolah
na

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai dengan


lya

ayat (5) diatur dengan Peraturan Pemerintah.


mu

Bagian Kelima Belas


na

Kesehatan Kerja
.ai
ww

Pasal 98
(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, pemberi kerja,
//w

dan pengurus atau pengelola tempat kerja bertanggung


jawab melaksanakan Upaya Kesehatan kerja yang
ps:

terintegrasi dengan sistem keselamatan dan Kesehatan


htt

kerja.

(21 Upaya. . .

SK No 187048A
ml
.ht
23
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA

un
-49-

ah
(21 Upaya Kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada

7-t
ayat (1) dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan,

r-1
kesadaran, dan kemampuan perilaku hidup sehat serta
mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan

mo
kecelakaan kerja.

-no
Pasal 99

-uu
(1) Upaya Kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi
ng
pekerja dan orang lain yang ada di tempat kerja agar
hidup sehat dan terbebas dari gangguan Kesehatan serta
a
nd

pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.


-u

(21 Upaya Kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada


ng

ayat (1) dilakukan di tempat kerja pada sektor formal dan


informal serta pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
da

(3) Upaya Kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada


/un

ayat (1) dan ayat (2) berlaku juga untuk pekerjaan di


lingkungan matra.
/08

(4) Upaya Kesehatan kerja sebagaimana dimaksud pada


23

ayat (1) dan ayat (2) diselenggarakan sesuai dengan


20

standar Kesehatan kerja.


(5)
m/

Pemberi kerja dan pengurus atau pengelola tempat kerja


wajib menaati standar Kesehatan kerja sebagaimana
.co

dimaksud pada ayat (a) dan menjamin lingkungan kerja


na

yang sehat.
(6)
lya

Pemberi kerja dan pengurus atau pengelola tempat kerja


wajib bertanggung jawab atas kecelakaan kerja yang
u

terjadi di lingkungan kerja dan penyakit akibat kerja


am

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


ain

undangan.
w.

Pasal 100
w

(1)
//w

Pemberi kerja wajib menjamin Kesehatan pekerja melalui


upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan
ps:

paliatif serta wajib menanggung seluruh biaya


pemeliharaan Kesehatan pekerjanya.
htt

(21 Pekerja. . .

SK No l87M9A
ml
.ht
23
-20
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

un
-50-

ah
12) Pekerja dan Setiap Orang yang berada di lingkungan

7-t
tempat kerja wajib menciptakan dan menjaga lingkungan
tempat kerja yang sehat dan menaati peraturan

r-1
Kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku di tempat

o
kerja.

om
(3) Pemberi kerja wajib menanggung biaya atas penyakit

u-n
akibat kerja, gangguan Kesehatan, dan cedera akibat
kerja yang diderita oleh pekerja sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
-u
ng
(41 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memberikan
da

dorongan dan bantuan untuk pelindungan pekerja.


-un
ng

Pasal 101
Ketentuan lebih lanjut mengenai Upaya Kesehatan kerja
da

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 sampai dengan


/un

Pasal 100 diatur dengan Peraturan Pemerintah.


/08

Bagian Keenam Belas


23

Kesehatan Olahraga
20
m/

Pasal 102
.co

(1) Upaya Kesehatan olahraga ditujukan untuk


na

meningkatkan derajat Kesehatan dan kebugaran jasmani


lya

masyarakat melalui aktivitas fisik, latihan fisik, dan/ atau


olahraga.
mu

(21 Peningkatan derajat Kesehatan dan kebugaran jasmani


na

masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


merupakan upaya dasar dalam meningkatkan prestasi
.ai

belajar, kerja, dan olahraga.


ww
//w

Pasal 103
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab
ps:

menyelenggarakan Upaya Kesehatan olahraga yang didukung


htt

dengan penyediaan sumber daya yang dibutuhkan.

Bagian

SK No 187050A
ml
.ht
23
-20
I]
REPUELIK INtrONESIA

un
-51 -

h
-ta
Bagian Ketqjuh Belas

17
Kesehatan Lingkungan

or-
Pasal 104

om
Upaya Kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat secara fisik, kimia, biologi,

u-n
dan sosial yang memungkinkan Setiap Orang mencapai
derajat Kesehatan yang setinggi-tingginya.
g-u
an
Pasal 105
d

(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat


-un

menjamin ketersediaan lingkungan yang sehat melalui


penyelenggaraan Kesehatan lingkungan.
ng

(21 Penyelenggaraan Kesehatan lingkungan sebagaimana


da

dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui upaya


/un

penyehatan, pengamanan, dan pengendalian.


(3) Upaya penyehatan, pengamanan, dan pengendalian
/08

sebagaimana dimaksud pada ayat (21 dilaksanakan


untuk memenuhi standar baku mutu
23

Kesehatan
lingkungan dan persyaratan Kesehatan pada media
20

lingkungan.
/

(41 Kesehatan lingkungan sebagaimana dimaksud pada


om

ayat (1) diselenggarakan pada lingkungan permukiman,


tempat kerja, tempat rekreasi, serta tempat dan fasilitas
a.c

umum.
an
uly

Pasal 106
(1) Dalam rangka penyelenggaraan
am

Kesehatan lingkungan,
proses pengelolaan limbah medis yang berasal dari
ain

Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib memenuhi


persyaratan teknis yang ditetapkan oleh Menteri.
.
ww

(21 Proses pengelolaan limbah medis yang berasal dari


Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud
//w

pada ayat (1) dapat dilakukan oleh Fasilitas Pelayanan


Kesehatan yang memenuhi persyaratan teknis atau
ps:

bekerja sama dengan pihak lain sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
htt

Pasal 107. . .

SK No 187051A
ml
.ht
23
-20
REPUEUK INDONESIA

un
-52-

h
-ta
Pasal 107
Ketentuan lebih lanjut mengenai Kesehatan lingkungan

17
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 sampai dengan

r-
Pasal 1O6 diatur dengan Peraturan Pemerintah.

mo
-no
Bagran Kedelapan Belas
Kesehatan Matra

-uu
ng
Pasal 108
da

(1) Kesehatan matra sebagai bentuk khusus Upaya


Kesehatan diselenggarakan untuk mewujudkan derajat
-un

Kesehatan yang setinggi-tingginya dalam lingkungan


ng

matra yang serba berubah di lingkungan darat, laut, dan


udara.
da

(21 Kesehatan matra sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


/un

meliputi:
a. Kesehatan matra darat;
/08

b. Kesehatan matra laut; dan


23

c. Kesehatan matra udara.


20

(3) Penyelenggaraan Kesehatan matra dilaksanakan sesuai


m/

dengan standar dan persyaratan.


(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kesehatan matra diatur
.co

dengan Peraturan Pemerintah.


na
lya

Bagian Kesembilan Belas


mu

Kesehatan Bencana
na

Pasal 1O9
.ai

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung


ww

jawab atas ketersediaan sumber daya, fasilitas, dan


pelaksanaan Pelayanan Kesehatan pada bencana secara
//w

menyeluruh dan berkesinambungan.


(21 Pelayanan Kesehatan pada bencana sebagaimana
ps:

dimaksud pada ayat (1) meliputi:


htt

a. perencanaanKesehatanprabencana;

b. Pelayanan

SK No 187052A
ml
.ht
23
-20
KIN

un
-53

ah
b. Pelayanan Kesehatan saat bencana; dan

7-t
c. Pelayanan Kesehatanpascabencana.

r-1
(3) Pelayanan . Kesehatan saat bencana sebagpi6sl6

mo
dimaksud pada ayat (2) huruf b bertujuan untuk
menyelamatkan nyawa, mencegah kedisabilitasan, dan

-no
memastikan Pelayanan Kesehatan esensial tetap bedalan
sesuai dengan standar pelayanan minimal Pelayanan

u
Kesehatan.
g-u
(41 Pelayanan Kesehatan pada bencana sebagaimana
an
dimaksud pada ayat (2) melibatkan seluruh sumber daya
manusia yang terlatih, baik dari Pemerintah Pusat,
nd

Pemerintah Daerah, dan masyarakat.


-u
ng

Pasal 110
da

(1) Dalam menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan pada


/un

tanggap darurat bencana, Pemerintah Pusat dan


Pemerintah Daerah dapat menerima bantuan Sumber
/08

Daya Kesehatan dari luar negeri.


(21 Bantuan Sumber Daya Kesehatan sebagaimana
23

dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pendanaan


20

Kesehatan, tim Gawat Darurat medis, bantuan Obat, Alat


m/

Kesehatan, dan Perbekalan Kesehatan lainnya.


(3) Penerimaan bantuan sebagaimana dimaksud pada
.co

ayat (1) dilakukan secara terkoordinasi melalui


na

Pemerintah Pusat.
lya
mu

Pasal 111
(1) Dalam keadaan darurat, setiap Fasilitas Pelayanan
na

Kesehatan, baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,


maupun masyarakat wajib memberikan Pelayanan
.ai

Kesehatan pada bencana untuk penyelamatan nyawa,


ww

pencegahan kedisabilitasan lebih lanjut, dan kepentingan


terbaik bagi Pasien.
/w

(21 Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam memberikan


/

Pelayanan Kesehatan pada bencana sebagaimana


ps:

dimaksud pada ayat (1) dilarang menolak Pasien


htt

dan/ atau meminta uang muka terlebih dahulu.

Pasal 112.. .

SK No 187053 A
J

lm
.ht
23
-20
AL|X NDONESIA

un
-54-

ah
Pasal 112

7-t
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin

1
pelindungan hukum bagi Setiap Orang dan Fasilitas

or-
Pelayanan Kesehatan yang memberikan Pelayanan Kesehatan
pada bencana.

om
u-n
Pasal 113

g-u
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan pada bencana diatur dengan Peraturan
n
Pemerintah.
da
-un

Bagian Kedua Puluh


ng

Pelayanan Darah
da

Pasal 114
/un

(1) Pelayanan darah merupakan Upaya Kesehatan yang


/08

memanfaatkan darah manusia sebagai bahan dasar


dengan tujuan kemanusiaan, penyembuhan penyakit dan
23

pemulihan Kesehatan, serta tidak untuk tujuan


komersial.
20

(2) Darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh


m/

dari donor darah sukarela yang sehat, memenuhi kriteria


.co

seleksi sebagai donor, dan atas persetujuan donor.


(3) Darah yang diperoleh dari donor darah sebagaimana
na

dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan pemeriksaan


lya

laboratorium untuk menjaga mutu dan keamanan darah.


mu

Pasal 115
na

(1) Pelayanan darah sebagaimana dimaksud dalam


.ai

Pasal 114 ayat (1) terdiri atas pengelolaan darah dan


pelayanan transfusi darah.
ww

(2) Pengelolaan darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


//w

meliputi:
a. perencanaan;
ps:

b. pengerahan dan pelestarian donor darah;


htt

c. penyeleksian donor darah;


d. pengambilan. . .

SK No 187054A
ml
.ht
23
-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-55-

ah
d. pengambilan darah;

7-t
e. pengujian darah;

r-1
f. pengolahan darah;

mo
g. penyimpanan darah; dan
h.

-no
pendistribusiandarah.
(3) Proses pengolahan darah sebagaimana dimaksud pada

u
ayat (21 huruf f dapat dilakukan pemisahan menjadi sel
darah dan plasma. g-u
an
(4) Pelayanan transfusi darah sebagaimana dimaksud pada
nd

ayat (1) meliputi:


-u

a, perencanaan;
ng

b. penyimpanan;
da

c. pengujianpratransfusi;
/un

d. pendistribusian darah; dan


e.
/08

tindakan medis pemberian darah kepada Pasien.


(5) Pelayanan darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
23

didukung dengan kebijakan dan koordinasi yang


20

dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat untuk menjamin


ketersediaan, keamanan, dan mutu darah.
m/

(6) Pelayanan darah dilakukan dengan menjaga keselamatan


.co

dan Kesehatan donor darah, penerima darah, Tenaga


na

Medis, dan Tenaga Kesehatan yang dilaksanakan sesuai


dengan standar pelayanan darah.
lya
mu

Pasal 116
na

(1) Pengelolaan darah sebagaimana dimaksud dalam


.ai

Pasal 115 ayat dilakukan oleh unit pengelola darah.


(21
ww

(21 Unit pengelola darah sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dapat diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat,
/w

Pemerintah Daerah, Fasilitas Pelayanan Kesehatan,


dan/ atau organisasi kemanusiaan yang tugas pokok dan
/
ps:

fungsinya di bidang kepalangmerahan Indonesia sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
htt

Pasal 117. . .

SK No 187055A
l
tm
3.h
02
ll

n-2
ELIK INDONESIA
-56-

hu
a
Pasal 117

7-t
Pemerintah Pusat menetapkan biaya pengganti pengolahan

r-1
darah

mo
Pasal 118

-no
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin
pembiayaan dalam penyelenggaraan pelayanan darah.

-uu
(21 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung
ng
jawab atas penyelenggaraan pelayanan darah yang aman,
mudah diakses, dan sesuai dengan kebutuhan
da

masyarakat.
-un
ng

Pasal 119
Darah manusia dilarang diperjualbelikan dengan alasan apa
da

pun.
/un
/08

Pasal 120
(1) Plasma dapat digunakan untuk tqiuan penyembuhan
23

penyakit dan pemulihan Kesehatan melalui pengolahan


20

dan produksi.
(2)
m/

Plasma sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


dikumpulkan dari donor untuk kepentingan
.co

memproduksi produk Obat derivat plasma.


(3)
a

Donor sebagaimana dimaksud pada ayat (21 dapat


an

diberikan kompensasi.
uly

(4) Pengumpulan plasma sebagaimana dimaksud pada


ayat l2l atas persetujuan donor.
m

(5) Plasma yang diperoleh dari donor sebagaimana dimaksud


na

pada ayat (21 sebelum dilakukan pengolahan dan


.ai

produksi harus dilakukan pemeriksaan laboratorium


untuk menjaga mutu dan keamanan.
ww

(6) Pelaksanaan pengumpulan plasma sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan menjaga
//w

keselamatan dan Kesehatan donor, Tenaga Medis, dan


ps:

Tenaga Kesehatan.
plasma sebagaimana dimaksud pada
htt

17l
ayat (21 dilakukan oleh bank plasma.

(8) Bank

SK No 187056A
ml
.ht
23
-20
REPUEUK INDONEISTA

un
-57-

ah
(8) Bank plasma sebagaimana dimaksud pada ayat (7)

7-t
diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, lembaga

r-1
penelitian, dan/ atau organisasi kemanusiaan tertentu

mo
yang mendapatkan izin dari Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan

-no
perundang-undangan.

-uu
Pasal 121 ng
Pemerintah Pusat mengendalikan biaya pengolahan plasma
dan produk Obat derivat plasma.
a
-u nd

Pasal 122
ng

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan darah diatur


da

dengan Peraturan Pemerintah.


/un

Bagian Kedua Puluh Satu


/08

Transplantasi Organ dan/ atau Jaringan Tubuh, Terapi Berbasis Sel


23

dan/ atau Sel Punca, serta Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetika
20

Paragraf
m/

Umum
.co
na

Pasal 123
lya

Dalam rangka penyembuhan penyakit dan pemulihan


Kesehatan dapat dilakukan transplantasi organ dan/ atau
u

jaringan tubuh, terapi berbasis sel dan/ atau sel punca, serta
am

bedah plastik rekonstruksi dan estetika.


ain
w.

Paragraf 2
w

Ttansplantasi Organ dan/ atau Jaringan Tubuh


//w

Pasal 124
ps:

(1) Transplantasi organ dan/ atau jaringan tubuh dilakukan


htt

untuk tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan


Kesehatan dan hanya untuk tqjuan kemanusiaan.

(2) Transplantasi. . .

SK No 187057A
ml
.ht
23
-20
un
-58-

ah
(2) Ttansplantasi organ dan/afa'u jaringan tubuh

7-t
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan
tindakan pemindahan organ dan/ atau jaringan tubuh

r-1
dari donor kepada resipien sesuai dengan kebutuhan

mo
medis.
(3) Organ dan/ atau jaringan tubuh sebagaimana dimaksud

-no
pada ayat (1) dilarang dikomersialkan atau
diperjualbelikan dengan alasan apa pun.

-uu
ng
Pasal 125
(1)
da
Donor pada transplantasi organ dan/ atau jaringan tubuh
terdiri atas:
-un

a. donor hidup; dan


ng

b. donor mati.
da

l2l Donor hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf a merupakan donor yang organ danlatau
/un

jaringannya diambil pada saat yang bersangkutan masih


/08

hidup atas persetujuan yang bersangkutan.


(3) Donor mati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
23

merupakan donor yang organ dan/ atau jaringannya


20

diambil pada saat yang bersangkutan telah dinyatakan


mati oleh Tenaga Medis pada Fasilitas Pelayanan
m/

Kesehatan dan harus atas persetujuan keluarganya


secara tertulis.
.co

(4) Dalam hal donor mati semasa hidupnya telah


na

menyatakan dirinya bersedia sebagai donor,


transplantasi organ dan/ atau jaringan tubuh dapat
lya

dilakukan pada saat yang bersangkutan mati tanpa


mu

persetujuan keluarganya.
na

Pasal 126
.ai

(1) Seseorang dinyatakan mati sebagaimana dimaksud


ww

dalam Pasal 125 ayat (3) apabila memenuhi:


a. kriteria diagnosis kematian klinis/konvensional atau
//w

berhentinya fungsi sistem jantung sirkulasi secara


permanen; atau
ps:

b. kriteria diagnosis kematian mati batang otak/mati


htt

otak.

(21 Ketentuan. . .

SK No 187058 A
I

ml
.ht
23
-20
NEPUBUK INDONESIA

un
-59-

ah
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria diagnosis

7-t
kematian diatur dengan Peraturan Pemerintah.

r-1
mo
PasaT 127
(1) Transplantasi organ danlata'u jaringan tubuh hanya

-no
dapat dilakukan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan oleh
Tenaga Medis yang mempunyai keahlian dan

-uu
kewenangan.
(2) Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud
ng
pada ayat (1) harus memenuhi persyaratan yang
a
ditetapkan oleh Menteri.
nd
-u

Pasal 128
ng

Transplantasi organ dan/ atau jaringan tubuh sebagaimana


da

dimaksud dalam Pasal 127 harus memperhatikan:


/un

a. prinsip keadilan;
b. prinsip utilitas medis;
/08

c. kecocokan organ dan/atau jaringan tubuh dengan


23

resipien yang membutuhkan;


20

d. urutan prioritas berdasarkan kebutuhan medis resipien


dan/ atau hubungan keluarga;
m/

e. ketepatan waktu transplantasi organ dan/atau jaringan


.co

tubuh;
na

f. karakteristik organ dan/ atau jaringan tubuh; dan


g. Kesehatan donor bagi donor hidup.
u lya
am

Pasal 129
Transplantasi organ danlatan jaringan tubuh dilakukan
ain

melalui kegiatan:
w.

a. pendaftaran calon donor dan calon resipien;


w

b. pemeriksaan kelayakan calon donor dilihat dari segi


//w

tindakan, psikologis, dan sosioyuridis;


c. pemeriksaan kecocokan antara donor dan resipien organ
ps:

dan/ atau jaringan tubuh; dan/ atau


htt

d. operasi transplantasi dan penatalaksanaan pascaoperasi


transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh.

Pasal 130. . .

SK No 187059A
ml
.ht
23
-20
EUK INDONESIA

un
-60-

ah
Pasal 130

7-t
(1) Setiap orang berhak menjadi resipien transplantasi

r-1
organ dan/ atau jaringan tubuh.
(2) Resipien transplantasi organ dan/ atau jaringan tubuh

mo
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan
berdasarkan pada kedaruratan medis dan/ atau

-no
keberlangsungan hidup.

-uu
(3) Penetapan kedaruratan medis dan/ atau
keberlangsungan hidup sebagaimana dimaksud pada
ng
ayat (21 dilakukan secara adil, transparan, dan
bertanggung jawab.
a
nd
-u

Pasal 131
ng

(1) Menteri berwenang mengelola pelayanan transplantasi


da

organ dan/atau jaringan tubuh.


(21 Kewenangan pengelolaan sebagaimana dimaksud
/un

pada
ayat (1) dilakukan dengan:
/08

a. pembentukan sistem informasi transplantasi organ


dan/atau jaringan tubuh yang terintegrasi dengan
23

Sistem Informasi Kesehatan Nasional;


20

b. sosialisasi dan peningkatan peran serta masyarakat


sebagai donor organ dan/atau jaringan tubuh demi
m/

kepentingan kemanusiaan dan pemulihan


.co

Kesehatan;
c. pengelolaan data donor dan resipien organ dan/ atau
na

jaringan tubuh; dan


lya

d. pendidikan dan penelitian yang menunjang kegiatan


u

pelayanan transplantasi organ dan/ atau jaringan


am

tubuh.
(3) Da1am melaksanakan pengelolaan
ain

sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Menteri bekerja sama dengan
w.

kementerian/lembaga terkait dan Pemerintah Daerah.


w
//w

Pasal 132
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab
ps:

melaksanakan peningkatan upaya transplantasi organ


dan/ atau jaringan tubuh.
htt

Pasal 133. . .

SK No 187060A
i

ml
.ht
23
-20
un
-6t-

ah
Pasal 133

7-t
(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/ atau resipien

r-1
dapat memberikan penghargaan kepada donor

mo
transplantasi organ.
(21 Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

-no
diberikan kepada donor dan/ atau ahli waris donor.

Pasal 134 -uu


ng
Ketentuan lebih lanjut mengenai
a
penyelenggaraan
nd

transplantasi organ dan/ atau jaringan tubuh sebagaimana


-u

dimaksud dalam Pasal 124 sampai dengan Pasal 133 diatur


dengan Peraturan Pemerintah.
ng
da
/un

Paragraf 3
Terapi Berbasis Sel dan/ atau Sel Punca
/08
23

Pasal 135
20

(1) Terapi berbasis sel dan/ atau sel punca dapat dilakukan
m/

apabila terbukti keamanan dan kemanfaatannya.


.co

(21 Terapi berbasis sel dan/ atau sel punca sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk penyembuhan
na

penyakit dan pemulihan Kesehatan.


lya

(3) Terapi berbasis sel dan/ atau sel punca sebagaimana


u

dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk reproduksi.


am

(41 Sel punca sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak


ain

boleh berasal dari sel punca embrionik.


w.w

Pasal 136
//w

Ketentuan lebih lanjut mengenai terapi berbasis sel dan/ atau


sel punca sebagaimana dimaksud dalam Pasal 135 diatur
ps:

dengan Peraturan Pemerintah.


htt

Paragraf4 . . .

SK No 187061A
l
tm
3.h
02
PNESIDEN

n-2
FEPUBUK INDONESIA
-62-

hu
-ta
Paragraf 4

17
Bedah Plastik Rekonstruksi dan Estetika

r-
mo
Pasal 137
(1) Bedah plastik rekonstruksi dan estetika hanya dapat

-no
dilakukan oleh Tenaga Medis yang mempunyai keahlian

-uu
dan kewenangan.
(21 Bedah plastik rekonstruksi dan estetika tidak boleh
ng
bertentangan dengan norma yang berlaku dalam
masyarakat dan tidak ditqlukan untuk mengubah
da

identitas.
-un

(3) Ketentuan mengenai syarat dan tata cara bedah plastik


rekonstruksi dan estetika sebagaimana dimaksud pada
ng

ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan


da

Pemerintah.
/un

Bagian Kedua Puluh Dua


/08

Pengamanan dan Penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan


23

Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga


20
m/

Pasal 138
(1)
.co

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan PKRT harus aman,


berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan terjangkau serta
na

memenuhi ketentuan jaminan produk halal sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
lya

(21 Setiap Orang dilarang mengadakan, memproduksi,


mu

menyimpan, mempromosikan, dan/atau mengedarkan


Sediaan Farmasi yang tidak memenuhi standar dan/ atau
a

persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan, dan mutu.


ain

(3) Setiap Orang dilarang memproduksi, menyimpan,


.

mempromosikan, mengedarkan, dan/atau


ww

mendistribusikan Alat Kesehatan yang tidak memenuhi


standar dan/atau persyaratan
//w

keamanan,
khasiat/ kemanfaata\ dan mutu.
ps:

(4) Pengadaan, produksi, penyimpanan, promosi, peredaran,


dan pelayanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
htt

harus memenuhi standar dan persyaratan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.

(5) Produksi . . .

SK No 187062A
ml
.ht
23
-20
tN

un
-63-

ah
(5) Produksi, promosi, dan peredaran PKRT harus memenuhi

7-t
standar dan persyaratan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

r-1
(6) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berkewajiban

mo
membina, mengatur, mengendalikan, dan mengawasi
produksi, pengadaan, penyimpanan, promosi, dan

-no
peredaran Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan PKRT
sesuai dengan kewenangannya.

-uu
ng
Pasal 139
a
(1) Setiap Orang yang memproduksi, mengadakan,
nd

menyimpan, mengedarkan, dan menggunakan Obat yang


-u

mengandung narkotika dan psikotropika wajib memenuhi


standar dan/ atau persyaratan tertentu.
ng

(21 Penggunaan Obat yang mengandung narkotika dan


da

psikotropika hanya dapat dilakukan berdasarkan resep


/un

Tenaga Medis dan dilarang untuk disalahgunakan.


(3) Produksi, pengadaan, penyimpanan, peredaran, serta
/08

penggunaan Obat yang mengandung narkotika dan


psikotropika sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
23

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan


20

perundang-undangan.
m/
.co

Pasal 140
Pengamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan PKRT
na

diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari bahaya


lya

yang disebabkan oleh penggunaan Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan PKRT yang tidak memenuhi persyaratan
u

keamanan, khasiat/ kemanfaatan, dan mutu.


am
ain

Pasal 141
(1)
w.

Penggunaan Obat dan Obat Bahan Alam harus dilakukan


secara rasional.
w

(21 Penggunaan Alat Kesehatan harus dilakukan secara tepat


//w

guna.
ps:

(3) Penggunaan Obat, Obat Bahan Alam, dan Alat Kesehatan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus
htt

memperhatikan keselamatan Pasien.

Pasal 142 . . .

SK No 187063 A
l
tm
3.h
02
n-2
BUl( |NDONESIA
-64-

hu
-ta
Pasal 142
(1)

17
Sediaan Farmasi berupa Obat dan Bahan Obat harus
memenuhi standar dan persyaratan farmakope Indonesia

r-
dan/atau standar lainnya yang diakui.

mo
(21 Sediaan Farmasi yang berupa Obat Bahan Alam harus

-no
memenuhi standar dan/ atau persyaratan, berupa
farmakope herbal Indonesia dan/ atau standar lainnya

-uu
yang diakui.
(3)
ng
Sediaan Farmasi yang berupa suplemen kesehatan dan
obat kuasi harus memenuhi standar dan/atau
da

persyaratan, berupa farmakope Indonesia, farmakope


-un

herbal Indonesia, dan/ atau standar lainnya yang diakui.


(4)
ng

Sediaan Farmasi yang berupa kosmetik harus memenuhi


standar dan/atau persyaratan, berupa kodeks kosmetik
da

Indonesia dan/ atau standar lainnya yang diakui.


/un

(5) Bahan baku yang digunakan dalam Sediaan Farmasi


berupa Obat Bahan Alam, suplemen kesehatan, obat
/08

kuasi, dan kosmetik sediaan tertentu berdasarkan kajian


23

risiko harus memenuhi standar dan/ atau persyaratan


mutu sebagai bahan baku farmasi.
20

(6) Alat Kesehatan dan PKRT harus memenuhi standar


m/

dan/ atau persyaratan yang ditentukan.


.co

(71 Ketentuan mengenai standar dan/ atau persyaratan


Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan ditetapkan oleh
na

Pemerintah Pusat.
lya

(8) Standar dan/ atau persyaratan untuk PKRT dilaksanakan


mu

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.
a
ain
.

Pasal 143
ww

(1) Setiap Orang yang memproduksi dan/ atau mengedarkan


//w

Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan PKRT harus


memenuhi penzinan berusaha dari Pemerintah Pusat
ps:

atau Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya


dan kriteria
berdasarkan norma, standar, prosedur,
htt

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.
(21 Setiap
SK No 187064A
ml
.ht
23
-20
I]I-{IIFITIIIIT!trITFFfl

un
-65-

ah
l2l Setiap Orang yang memproduksi dan/ atau mengedarkan

7-t
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan PKRT yang telah
memperoleh perizinan berusaha, yang terbukti tidak

r-1
memenuhi persyaratan keamanan, khasiat/kemanfaatan,

mo
dan mutu dikenai sanksi administratif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

-no
perizinan berusaha.

-uu
(3) Perizinan berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak berlaku bagi usaha jamu gendong, usaha jamu
ng
racikan, dan fasilitas produksi Obat penggunaan khusus.
a
(4) Per2inan berusaha terkait Sediaan Farmasi, AIat
nd

Kesehatan, dan PKRT sebagaimana dimaksud pada


-u

ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan


ng

ketentuan peraturan perundang-undangan.


da
/un

Pasal 144
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengamanan Sediaan
/08

Farmasi, Alat Kesehatan, dan PKRT diatur dengan Peraturan


23

Pemerintah.
20
m/

Pasal 145
(1) Praktik kefarmasian harus dilakukan oleh
.co

tenaga
kefarmasian sesuai dengan ketentuan peraturan
na

perundang-undangan.
lya

(21 Praktik kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


meliputi produksi, termasuk pengendalian mutu,
u
am

pengadaan, penyimpanan, pendistribusian, penelitian


dan pengembangan Sediaan Farmasi, serta pengelolaan
ain

dan pelayanan kefarmasian.


(3) Dalam kondisi tertentu, praktik
w.

kefarmasian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
w

oleh Tenaga Kesehatan lain secara terbatas selain tenaga


//w

kefarmasian.
ps:

(4) Ketentuan mengenai praktik kefarmasian sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21 diatur dengan
htt

Peraturan Pemerintah.

Bagian

SK No 187065A
l
tm
3.h
02
n-2
-66-

hu
-ta
Bagian Kedua Puluh Tiga

17
Pengamanan Makanan dan Minuman

r-
mo
Pasal 146

-no
(1) Setiap Orang yang memproduksi, mengolah, serta
mendistribusikan makanan dan minuman wajib

-uu
memenuhi standar danlatau persyaratan keamanan,
mutu, dan gizi sesuai dengan ketentuan peraturan
ng
perundang-undangan.
da

(2) Selain kewajiban memenuhi standar dan/atau


-un

persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


makanan dan minuman yang diproduksi, diolah,
ng

didistribusikan, dan dikonsumsi harus memenuhi


ketentuan jaminan produk halal sesuai dengan ketentuan
da

peraturan perundang-undangan.
/un
/08

Pasal 147
23

(1) Setiap Orang yang memproduksi makanan dan minuman


dilarang memberikan informasi atau pernyataan yang
20

tidak benar dan/ atau menyesatkan pada informasi


m/

produk.
.co

(21 Setiap Orang dilarang mempromosikan produk makanan


dan minuman yang tidak sesuai dengan informasi
na

produk.
lya

(3) Setiap Orang yang melanggar ketentuan larangan


mu

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi


administratif dan/atau pidana sesuai dengan ketentuan
a

peraturan perundang-undangan.
ain
.
ww

Pasal 148
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab
//w

mengatur dan mengawasi produksi, pengolahan, dan


pendistribusian makanan dan minuman sebagaimana
ps:

dimaksud dalam Pasal 146 dan PasaT 147.


htt

Bagian

SK No 187066A
ml
.ht
23
-20
rt

:r{JrI-tlTxtlFr.Ts*{7r

un
-67 -

ah
Bagian Kedua Puluh Empat

7-t
Pengamanan Zat Adikttf

r-1
mo
Pasal 149

-no
(1) Produksi, peredaran, dan penggunaan zat adiktif
diarahkan agar tidak mengganggu dan membahayakan

-uu
Kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan
lingkungan. ng
(21 Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a
termasuk semua produk tembakau yang penggunaannya
nd

dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/ atau


-u

masyarakat.
ng

(3) Produk tembakau sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


da

meliputi:
/un

a. rokok;
b.
/08

cerutu;
c. rokok daun;
23

d. tembakau iris;
20

e. tembakau padat dan cair; dan


m/

f. hasil pengolahan tembakau lainnya.


.co

(4) Produksi, peredaran, dan penggunaan produk tembakau


na

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus memenuhi


standar dan/ atau persyaratan yang ditetapkan dengan
lya

mempertimbangkan profil risiko Kesehatan.


u
am

Pasal 150
ain

(1) Setiap Orang yang memproduksi, memasukkan ke da-lam


w.

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan/ atau


mengedarkan zat adiktif, berupa produk tembakau
w
//w

danlatau rokok elektronik sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 149 ayat (3) wajib mencantumkan peringatan
ps:

Kesehatan.
(21 Peringatan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
htt

ayat (1) berbentuk tulisan disertai gambar.

Pasal 151 ...


SK No 187067A
ml
.ht
23
-20
KIN

un
-68

ah
Pasal 151

7-t
(1) Kawasan tanpa rokok terdiri atas:

r-1
a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

mo
b. tempat proses belajar mengajar;

-no
c. tempat anak bermain;
d. tempat ibadah;
e, angkutan umum;
-uu
ng
f. tempat ke{a; dan
a
g.
nd

tempat umum dan tempat lain yang ditetapkan.


l2l Pemerintah Daerah wajib menetapkan dan
-u

mengimplementasikan kawasan tanpa rokok di


ng

wilayahnya.
da

(3) Pengelola, penyelenggara, atau penanggung jawab tempat


/un

kerja, tempat umum, dan tempat lainnya yang ditetapkan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f dan huruf g
/08

wajib menyediakan tempat khusus untuk merokok.


23
20

Pasal 152
m/

(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengarnanan zat adiktif,


berupa produk tembakau, diatur dengan Peraturan
.co

Pemerintah.
na

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengErmanan zat adiktif,


lya

berupa rokok elektronik, diatur dengan Peraturan


Pemerintah.
u
am
ain

Bagian Kedua Puluh Lima


Pelayanan Kedokteran untuk Kepentingan Hukum
w.w
//w

Pasal 153
(1) Penyelenggaraan pelayanan kedokteran untuk
ps:

kepentingan hukum ditujukan untuk memperoleh fakta


htt

dan temuan yang dapat digu.nakan sebagai dasar dalam


memberikan keterangan ahli.

(21 Penyelenggaraan. . .
SK No 187068A
ml
t
3.h
02
n-2
I
-69-

hua
(21 Penyelenggaraan pelayanan kedokteran untuk

7-t
kepentingan hukum sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan

r-1
yang memenuhi persyaratan.

mo
(3) Permintaan dan tata cara pemberian pelayanan
kedokteran untuk kepentingan hukum dilaksanakan

-no
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

-uu
ng
Pasal 154
da

Setiap Orang berhak mendapatkan pelayanan kedokteran


untuk kepentingan hukum.
-un
ng

Pasal 155
da

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab


dalam penyelenggaraan pelayanan kedokteran untuk
/un

kepentingan hukum.
/08
23

Pasal 156
(1) Pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum terdiri
/20

atas:
om

a. pelayanan kedokteran terhadap orang hidup; dan


b. pelayanan kedokteran terhadap orang mati.
a.c

(21 Dalam rangka melakukan pelayanan kedokteran untuk


an

kepentingan hukum sebagaimana dimaksud pada


ly

ayat (1) dapat dilakukan bedah mayat forensik sesuai


dengan ketentuan peraturan .perundang-undangan,
mu

pemeriksaan laboratorium, dan/ala.u autopsi virtual


a

pascakematian.
ain

(3) Pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
w.

dilakukan oleh Tenaga Medis sesuai dengan keahlian dan


w

kewenangannya.
//w
ps:

Pasal 157
(1) Untuk kepentingan penegakan hukum dan administratif
htt

kependudukan, setiap orang yang mati harus diupayakan


untuk diketahui sebab kematian dan identitasnya.
(21 Dalam. . .
SK No 187069A
ml
.ht
23
-20
E

un
-70-

ah
(21 Dalam rangka upaya penentuan sebab kematian

7-t
seseorang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan audit kematian, termasuk autopsi verbal,

r-1
bedah mayat klinis, bedah mayat forensik, danlatau
pemeriksaan laboratorium dan autopsi virtual

mo
pascakematian.

-no
(3) Pelaksanaan bedah mayat klinis, bedah mayat forensik,
dan/ atau pemeriksaan laboratorium dan autopsi virtual

-uu
pascakematian sslagairnans dimaksud pada ayat (2)
harus dilakukan dengan persetqjuan keluarga.
ng
(4) Dalam rangka upaya penentuan identitas sebagaimana
a
dimaksud pada ayat (1) harus dilakukan upaya
nd

identifrkasi mayat sesuai dengan standar.


-u

(5) Pelaksanaan upaya penentuan sebab kematian


ng

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dipadukan


dengan penelitian, pendidikan dan pelatihan, termasuk
da

bedah mayat anatomis dan/ata,u bedah mayat klinis.


/un
/08

Pasal 158
Tindakan bedah mayat oleh Tenaga Medis harus dilakukan
23

sesuai dengan norma agama, norma sosial budaya, nofina


20

kesusilaan, dan etika profesi.


m/
.co

Pasal 159
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan kedokteran untuk
na

kepentingan hukum diatur dengan Peraturan Pemerintah.


u lya

Bagian Kedua Puluh Enam


am

Pelayanan Kesehatan Ttadisional


ain

Pasal 160
w.

(1) Pelayanan Kesehatan tradisional berdasarkan pada cara


w

pengobatannya terdiri atas:


//w

a. Pelayanan Kesehatan tradisional yang menggunakan


ps:

keterampilan; dan/atau
b. Pelayanan Kesehatan tradisional yang menggunakan
htt

rarnuan-

(21 Pelayanan

SK No 187070A
t ml
3.h
02
EhFFIIIIIN

n-2
II{flFIIqiT]TI;IITIFFTE
-71 -

hu
a
(21 Pelayanan Kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud

7-t
pada ayat (1) dilakukan berdasarkan pada pengetahuan,
keahlian, dan/ atau nilai yang bersumber dari kearifan

r-1
lokal.

mo
(3) Pelayanan Kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dibina dan diawasi oleh Pemerintah Pusat

-no
dan Pemerintah Daerah agar dapat
dipertanggungiawabkan manfaat dan keamanannya serta

-uu
tidak bertentangan dengan norna sosial budaya.
ng
Pasal 161
da

(1) Pelayanan Kesehatan tradisional meliputi pelayanan


-un

promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan/ atau


paliatif.
ng

(21 Pelayanan Kesehatan tradisional dapat dilakukan di


da

tempat praktik mandiri, Puskesmas, Fasilitas Pelayanan


/un

Kesehatan tradisional, Rumah Sakit, dan Fasilitas


Pelayanan Kesehatan lainnya.
/08
23

Pasal 162
/20

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab


atas ketersediaan Pelayanan Kesehatan tradisional.
om
a.c

Pasal 163
(1) Masyarakat diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
an

mengembangkan, meningkatkan, dan


menggunakan
ly

Pelayanan Kesehatan tradisional yang dapat


mu

dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya.


(21 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mengatur dan
a

mengawasi Pelayanan Kesehatan tradisional sebagaimana


ain

dimaksud pada ayat (1) dengan didasarkan pada


keamanan, manfaat, dan pelindungan masyarakat.
w.
w
//w

Pasal 164
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pelayanan Kesehatan
ps:

tradisional diatur dengan Peraturan Pemerintah.


htt

BABVI ...
SK No 187071 A
ml
.ht
23
-20
K INP

un
-72-

ah
BAB VI

7-t
FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN

r-1
mo
Ba gian Kesatu

-no
Umum

Pasal 165
-uu
ng
(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan memberikan Pelayanan
a
Kesehatan benrpa Pelayanan Kesehatan perseor€rngan
nd

dan/ atau Pelayanan Kesehatan masyarakat.


-u

(21 Fasilitas Pelayanan Kesehatan meliputi:


ng

a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama;


da

b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut; dan


/un

c. Fasilitas Pelayanan Kesehatan penunjang.


/08

(3) Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) wajib memberikan Pelayanan Kesehatan
23

kepada masyarakat sesuai dengan standar Pelayanan


20

Kesehatan.
m/

(4) Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat,
.co

Pemerintah Daerah, dan masyarakat.


na

(5) Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib memenuhi


lya

perizinan berusaha dari Pemerintah Pusat atau


Pemerintah Daerah sesuai dengan
u
am

berdasarkan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang


ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
ain
w.

Pasal 166
w

Fasilitas Pelayanan Kesehatan berdasarkan bentuknya terdiri


//w

atas
ps:

a, Fasilitas Pelayanan Kesehatan statis; dan


b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan bergerak.
htt

Pasal 167 . . .

SK No 187072A
ml
.ht
23
-20
REPUBUI( INDONESII

un
-73-

ah
Pasal 167

7-t
(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama

r-1
menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan primer.
(2) Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat

mo
pertama
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:

-no
a. Puskesmas;
b. klinik pratama; dan
-uu
c. praktik mandiri Tenaga Medis atau Tenaga
ng
Kesehatan.
(3) Dalam menyelenggarakan Pelayanan
a
Kesehatan
nd

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dilakukan


-u

integrasi pelayanan antar-Fasilitas Pelayanan Kesehatan.


(4)
ng

Integrasi Pelayanan Kesehatan primer ditqiukan untuk


mendukung pelaksanaan program pemerintah, terutama
da

Pelayanan Kesehatan dalam bentuk promotif dan


/un

preventif.
/08

Pasal 168
23

(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut


20

menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan lanjutan yang


meliputi pelayanan spesialistik dan/atau pelayanan
m/

subspesialistik.
.co

(21 Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
na

a. Rumah Sakit;
lya

b. klinik utama;
u

c. balai Kesehatan; dan


am

d. praktik mandiri Tenaga Medis atau Tenaga


ain

Kesehatan.
w.

Pasal 169
w
//w

Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama sebagaimana


dimaksud dalam Pasal L67 dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
ps:

tingkat lanjut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 168 dalam


melaksanakan Pelayanan Kesehatan primer dan Pelayanan
htt

Kesehatan lanjutan didukung oleh Fasilitas Pelayanan


Kesehatan penunjang.

Pasal 170. . .

SK No 187073 A
ml
.ht
23
-20
un
-74-

ah
Pasal 170

7-t
(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan penunjang sebagaimana

r-1
dimaksud dalam Pasal 165 ayat (21 huruf c
menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang menunjang

mo
Pelayanan Kesehatan primer dan Pelayanan Kesehatan
lanjutan.

-no
(21 Fasilitas Pelayanan Kesehatan penunjang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat berdiri sendiri atau dapat

-uu
bergabung dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat
pertama dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat
ng
lanjut.
a
nd
-u

Pasal 171
ng

Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan penyelenggaraan


Fasilitas Pelayanan Kesehatan diatur dengan Peraturan
da

Pemerintah.
/un
/08

Pasal 172
(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan sslagaimana dimaksud
23

dalam Pasal 165 dapat memberikan pelayanan


20

Telekesehatan dan Telemedisin.


(21 Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat secara mandiri
m/

menyelenggarakan pelayanan Telemedisin atau bekerja


.co

sama dengan penyelenggara sistem elektronik yang


terdaftar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
na

undangan.
lya

(3) Pelayanan Telemedisin yang diselenggarakan oleh


Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud
u

pada ayat (1) meliputi layanan:


am

a. antar-Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan


ain

b. antara Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan


w.

masyarakat.
(41 Pelayanan Telemedisin yang diberikan oleh Fasilitas
w

Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada


//w

ayat (1) dilakukan oleh Tenaga Medis atau Tenaga


Kesehatan yang memiliki izin praktik.
ps:

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan


htt

pelayanan Telemedisin diatur dengan Peraturan


Pemerintah.

Pasal 173. . .

SK No 187074A
l
tm
3.h
02
n-2
|:la rFlllXlfirlilTi*m
-75-

hu
-ta
Pasal 173

17
(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib:

r-
a. memberikan akses yang luas bagi kebutuhan

mo
pelayanan, pendidikan, penelitian, dan
pengembangan pelayanan di bidang Kesehatan;

-no
b. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang
bermutu dan mengutamakan keselamatan Pasien;
c.
-uu
menyelenggarakan rekam medis;
ng
d. laporan hasil pelayanan, pendidikan,
da

penelitian, dan pengembangan kepada Pemerintah


-un

Pusat dengan tembusan kepada Pemerintah Daerah


melalui Sistem Informasi Kesehatan;
ng

e. melakukan upaya pemanfaatan hasil pelayanan,


pendidikan, penelitian, dan pengembangan di bidang
da

Kesehatan;
/un

f. mengintegrasikanpelayanan, pendidikan, penelitian,


/08

dan pengembangan dalam suatu sistem sebagai


upaya mengatasi permasalahan Kesehatan di
23

daerah; dan
g. membuat standar prosedur operasional dengan
/20

mengacu pada standar Pelayanan Kesehatan.


om

(21 Da1am kondisi KLB atau Wabah, Fasilitas Pelayanan


Kesehatan wajib memberikan Pelayanan Kesehatan
a.c

sebagai upaya penanggulangan sesuai dengan ketentuan


an

peraturan perundang-undangan.
uly

(3) Penyelenggara Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang


mempekerjakan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
m

yang tidak memiliki izin praktik sesuai dengan ketentuan


na

peraturan perundang-undangan.
.ai
ww

PasaT 174
(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan milik Pemerintah Pusat,
//w

Pemerintah Daeralr, dan/ atau masyarakat wajib


memberikan Pelayanan Kesehatan bagi sssgql4rg yang
ps:

berada dalam kondisi Gawat Darurat untuk


mendahulukan penyelamatan nyawa dan pencegahan
htt

kedisabilitasan.

(21 Dalam
SK No 187075 A
ml
.ht
23
-20
un
-76-

ah
(21 Dalam kondisi Gawat Darurat sslagaimana dimaksud

7-t
pada ayat (1), Fasilitas Pelayanan Kesehatan milik
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/ atau

1
or-
masyarakat dilarang menolak Pasien dan/atau meminta
uang muka serta dilarang mendahulukan segala urusan

om
administratif sehingga menyebabkan tertundanya
Pelayanan Kesehatan.

u-n
(1)
Pasal 175
g-u
Setiap pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus
n
memiliki kompetensi manajemen Kesehatan yang
da

dibutuhkan.
-un

(21 Ketentuan mengenai kompetensi manajemen Kesehatan


yang dibutuhkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ng

diatur dengan Peraturan Pemerintah.


da
/un

Pasal 176
(1)
/08

Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib menerapkan standar


keselamatan Pasien.
23

(2) Standar keselamatan Pasien sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilaksanakan melalui identifikasi dan
20

pengelolaan risiko, analisis dan pelaporan, serta


m/

pemecahan masalah dalam mencegah dan menangani


.co

kejadian yang membahayakan keselamatan Pasien.


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar keselamatan
na

Pasien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur


lya

dengan Peraturan Menteri.


mu

Pasal 177
na

(l) Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus menyimpan


.ai

rahasia Kesehatan pribadi Pasien.


(2) Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat
ww

menolak
mengungkapkan segala informasi kepada publik yang
berkaitan dengan rahasia Kesehatan pribadi Pasien,
//w

kecuali berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 4 ayal(41.
ps:

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia Kesehatan


htt

pribadi Pasien diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 178. . .

SK No 1870764
ml
.ht
23
-20
nrFltTfsTr

un
ah
Pasal 178

7-t
(1) Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib melakukan

r-1
peningkatan mutu Pelayanan Kesehatan secara internal
dan eksternal secara terus-menerus dan

mo
berkesinambungan.
(21 Peningkatan mutu Pelayanan Kesehatan secara internal

-no
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:
a. pengukuran dan pelaporan indikator mutu;
-uu
b. pelaporan insiden keselamatan Pasien; dan
ng
c. manajemen risiko.
a
(3) Peningkatan mutu Pelayanan Kesehatan secara eksternal
nd

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:


-u

a. registrasi;
ng

b. lisensi; dan
da

c. akreditasi.
/un

(41 Pelaksanaan registrasi, lisensi, dan akreditasi


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan
/08

dengan berorientasi pada pemenuhan standar mutu,


pembinaan dan peningkatan kualitas layanan, serta
23

proses yang cepat, terbuka, dan akuntabel.


20

(5) Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) huruf c diselenggarakan oleh
m/

Menteri atau lembaga penyelenggara akreditasi yang


.co

ditetapkan oleh Menteri.


(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai peningkatan mutu
na

Pelayanan Kesehatan secara internal dan eksternal


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan
lya

Peraturan Pemerintah.
u
am

Pasal 179
ain

(1) Dalam rangka peningkatan akses dan mutu Pelayanan


Kesehatan, Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat
w.

mengembangkan:
w

a. jejaring pengampuan Pelayanan Kesehatan;


//w

b. kerja sama 2 (dua) atau lebih Fasilitas Pelayanan


Kesehatan;
ps:

c. pusat unggulan; dan


htt

d. Pelayanan Kesehatan terpadu.

(21 Ketentuan...

SK No 187077A
l
tm
3.h
02
n-2
E[trtrtrItrtrENEltr
-74-

ahu
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan

7-t
Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada

r-1
ayat (f ) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

mo
Bagian Kedua

-no
Puskesmas

-uu
ng
Pasal 180
da

(1) Puskesmas mempunyai tugas menyelenggarakan dan


-un

mengoordinasikan Pelayanan Kesehatan promotif,


preventif, kuratif, rehabilitatif, dan/ ata,u patiatif dengan
ng

mengutamakan promotif dan preventif di wilayah


da

kerjanya.
(21 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada
/un

ayat (1), Puskesmas memiliki fungsi penyelenggaraan


/08

Pelayanan Kesehatan primer di wilayah kerjanya.


(3)
23

Selain menyelenggarakan fungsi sebagaimana dimaksud


pada ayat (2), Puskesmas berperan mewujudkan wilayah
20

kerja yang sehat dengan masyarakat yang:


m/

a. berperilaku hidup sehat;


.co

b. mudah mengakses Pelayanan Kesehatan bermutu;


a

c. hidup dalam lingkungan sehat; dan


an

d. memiliki derajat Kesehatan yang setinggi-tingginya,


uly

baik individu, keluarga, kelompok, maupun


m

masyarakat.
na
.ai

Pasal 181
ww

(1) Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan primer oleh


Puskesmas dilakukan melalui pengoordinasian Sumber
//w

Daya Kesehatan di wilayah kerja Puskesmas.


ps:

(2) Puskesmas melakukan pembinaan terhadap jejaring


htt

Pelayanan Kesehatan primer di wilayah kerjanya.

Pasal 182. ..
SK No 187078 A
ml
.ht
23
-20
lrn

un
-79-

ah
Pasal 182

7-t
(1) Penyelenggaraan Puskesmas didukung oleh sumber daya

r-1
manusia yang kompeten dan profesional berupa Tenaga
Medis, Tenaga Kesehatan, dan tenaga pendukung atau

mo
penunjang kesehatan.
(21 Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan sebagaimana

-no
dimaksud pada ayat (1) termasuk Tenaga Medis yang
memiliki kompetensi di bidang kedokteran keluarga dan

-uu
Tenaga Kesehatan yang memiliki kompetensi di bidang
Kesehatan komunitas.
ng
(3) Pimpinan Puskesmas harus memiliki kompetensi dalam
a
nd

mengoordinasikan Sumber Daya Kesehatan dan jejaring


Pelayanan Kesehatan primer di wilayah kerja Puskesmas.
-u

l4l Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin


ng

pemenuhan jumlah, jenis, dan mutu sumber daya


da

manusia di Puskesmas.
/un

Pasal 183
/08

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Puskesmas


23

diatur dengan Peraturan Pemerintah.


20
m/

Bagran Ketiga
Rumah Sakit
.co
na

Pasal 184
lya

(1) Rumah Sakit menyelenggarakan fungsi Pelayanan


Kesehatan perseorangan dalam bentuk spesialistik
u
am

dan / atau subspesialistik.


(21 Selain Pelayanan Kesehatan perseorangan dalam bentuk
ain

spesialistik dan f atau subspesialistik, Rumah Sakit dapat


memberikan Pelayanan Kesehatan dasar.
w.

(3) Selain menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan


w

perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


//w

Rumah Sakit dapat menyelenggarakan fungsi pendidikan


dan penelitian di bidang Kesehatan.
ps:

(4) Setiap Rumah Sakit harus menyelenggarakan tata kelola


htt

Rumah Sakit dan tata kelola klinis yang baik.

Pasal 185. . .

SK No 187079A
m l
.ht
23
-20
T

uTf,IrElrflirNli[iltrr{7'\

n
-80-

a hu
Pasal 185

7-t
(1) Rumah Sakit dapat diselenggarakan oleh Pemerintah

1
Pusat, Pemerintah Daerah, atau masyarakat.

or-
(21 Rumah Sakit yang diselenggarakan oleh Pemerintah

om
Pusat atau Pemerintah Daerah dalam memberikan
layanan Kesehatan dapat menerapkan pola pengelolaan

u-n
keuangan badan layanan umum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
g-u
(3) Rumah Sakit yang didirikan oleh masyarakat harus
berbentuk badan hukum yang kegiatan usahanya hanya
an
bergerak di bidang Pelayanan Kesehatan.
nd

(41 Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


-u

dikecualikan bagi Rumah Sakit yang diselenggarakan


ng

oleh badan hukum yang bersifat nirlaba.


da
/un

Pasal 186
(1) Struktur organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri
/08

atas unsur pimpinan, unsur pelayanan medis, unsur


keperawatan, unsur penunjang medis dan nonmedis,
23

unsur pelaksana administratif, dan unsur operasional.


/20

(21 Unsur pimpinan Rumah Sakit sebagaimana dimaksud


om

pada ayat (1) dijabat oleh:


a. Tenaga Medis;
a.c

b. Tenaga Kesehatan; atau


an

c. tenaga profesional,
ly

yang memiliki kompetensi manajemen Rumah Sakit.


mu
na

Pasal 187
.ai

(1) Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah Sakit


ww

pendidikan.
l2l Rumah Sakit pendidikan sebagaimana dimaksud pada
//w

ayat (1) merupakan Rumah Sakit yang mempunyai fungsi


sebagai tempat pendidikan, penelitian, dan Pelayanan
ps:

Kesehatan secara terpadu dalam bidang pendidikan


Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan serta pendidikan
htt

berkelanjutan secara multiprofesi.

(3) Rumah

SK No 187080A
l
tm
3.h
02
n-2
ra-I-Tlrf.If ItNI-rTff f*m
-81 -

hu
(3)

-ta
Rumah Sakit pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bekerja sama dengan perguruan tinggi dalam

17
pendidikan program akademik,

r-
program vokasi, dan program profesi, termasuk program

mo
spesialis/ subspesialis.
(4) Rumah Sakit pendidikan dapat

-no
menyelenggarakan
program spesialis/subspesialis sebagai penyelenggara

-uu
utama pendidikan dengan tetap bekerja sama dengan
perguruan tinggi. ng
(5) Dalam menyelenggarakan pendidikan sebagaimana
da

dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4), Rumah Sakit


-un

pendidikan harus memenuhi persyaratan, standar, dan


akreditasi sesuai dengan perannya.
ng

(6) Penyusunan persyaratan dan standar Rumah Sakit


da

pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)


dilakukan oleh Menteri dan menteri yang
/un

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang


/08

pendidikan dengan melibatkan Kolegium.


(7) Penetapan Rumah Sakit pendidikan dilakukan oleh
23

Menteri setelah memenuhi persyaratan.


20

(8) Penyelenggaraan pendidikan oleh Rumah Sakit


m/

pendidikan sebageipsl4 dimaksud pada ayat (4)


dilakukan berdasarkan izrn dari menteri yang
.co

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang


na

pendidikan setelah memenuhi persyaratan dan standar


Rumah Sakit pendidikan sebagaimana dimaksud pada
lya

ayat (6).
mu

(9) Penyelenggaraan akreditasi Rumah Sakit pendidikan


dilaksanakan oleh Menteri dan menteri yang
a
ain

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang


pendidikan dengan melibatkan lembaga akreditasi
.
ww

terkait.
(1O) Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit pendidikan dapat
//w

dibentuk jejaring Rumah Sakit pendidikan.


Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah Sakit
ps:

(11)
pendidikan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
htt

Pasal 188...

SK No 187081A
i

ml
.ht
23
-20
BLIK INDONESIA

un
-82-

ah
Pasal 188

7-t
(1) Rumah Sakit dalam menyelenggarakan fungsi penelitian

r-1
dapat membentuk pusat penelitian guna pengembangan
layanan Kesehatan.

mo
(2) Pusat penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus menyelenggarakan penelitian unggulan dan

-no
translasional.

-uu
(3) Da-lam menyelenggarakan penelitian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2l1, Rumah Sakit dapat
ng
melaksanakan pelayanan berbasis penelitian.
(4) Rumah Sakit yang melaksanakan pelayanan berbasis
da

penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (3) melalui


-un

inovasi penelitian yang dikembangkan oleh Tenaga Medis


dan/ atau Tenaga Kesehatan harus diberi dukungan dan
ng

kebebasan secara bertanggung jawab.


da

(5) Rumah Sakit yang melaksanakan fungsi penelitian dapat


/un

bekerja sama dengan institusi atau pihak lain.


/08

Pasal 189
23

(1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban:


20

a. memberikan informasi yang benar tentang


pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat;
m/

b. memberikan Pelayanan Kesehatan yang aman,


.co

bermutu, antidiskriminatif, dan efektif dengan


mengutamakan kepentingan Pasien sesuai dengan
na

standar pelayanan Rumah Sakit;


lya

c. memberikan pelayanan Gawat Darurat kepada


mu

Pasien sesuai dengan kemampuan pelayanannya;


d. berperan aktif dalam memberikan Pelayanan
na

Kesehatan pada bencana sesuai dengan kemampuan


.ai

pelayanannya;
e. menyediakan sarana dan pelayanan
ww

bagr
masyarakat tidak mampu atau miskin;
//w

f. melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan


memberikan fasilitas pelayanan bagi Pasien tidak
ps:

mampu atau miskin, pelayanan Gawat Darurat


tanpa uang muka, ambulans gratis, pelayanan bagi
htt

korban bencana dan KLB, atau bakti sosial bagi misi


kemanusiaan;

g. membuat . . .

SK No 187082A
m l
.ht
23
-20
K INDONESIA

un
-83-

ah
g. membuat, melaksanakan, dan menjaga standar

7-t
mutu Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit sebagai
acuan da-lam melayani Pasien;

r-1
h. menyelenggarakan rekam medis;

o
i.

om
menyediakan sarana dan prasarana umum yang
layak, antara lain sarana ibadah, tempat parkir,

u-n
ruang tunggu, sarana untuk penyandang disabilitas,
wanita menyusui, anak-anak, dan lanjut usia;
j.
-u
melaksanakan sistem rujukan;
ng
k. menolak keinginan Pasien yang bertentangan
da
dengan standar profesi dan etika serta ketentuan
peraturan perundang-undangan;
-un

l. memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur


ng

mengenai hak dan kewajiban Pasien;


m.
da

menghormati dan melindungi hak-hak Pasien;


n.
/un

melaksanakan etika Rumah Sakit;


o. memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan
/08

penanggulangan bencana;
p. melaksanakan program pemerintah di
23

bidang
Kesehatan, baik secara regional maupun nasional;
20

q. membuat daftar Tenaga Medis yang melakukan


m/

praktik kedokteran atau kedokteran gigi dan Tenaga


Kesehatan lainnya;
.co

r. men5rusun dan melaksanakan peraturan internal


na

Rumah Sakit;
lya

s. melindungi dan memberikan bantuan hukum bagi


semua petugas Rumah Sakit dalam melaksanakan
mu

tugas; dan
t. memberlakukan seluruh lingkungan Rumah Sakit
na

sebagai kawasan tanpa rokok.


.ai

(2t Pelanggaran atas kewajiban sebagaimana dimaksud pada


ww

ayat (1) dikenai sanksi administratif sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.
//w
ps:

Pasal 19O
Rumah Sakit wajib menerapkan Sistem Informasi Kesehatan
htt

Rumah Sakit yang terintegrasi dengan Sistem Informasi


Kesehatan Nasional.

Pasal 191 ...


SK No 187083 A
ml
.ht
23
-20
't
EllEtrKtriiEtrtrEltr

un
-44-

ah
Pasal 191

7-t
Rumah Sakit mempunyai hak:

r-1
a. menentukan jumlah, jenis, dan kualifikasi sumber daya

o
manusia sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit;

om
b. menerima imbalan jasa pelayanan serta menentukan
remunerasi, insentif, dan penghargaan sesuai dengan

u-n
ketentuan peraturan perundang-undangan;
c. melakukan kerja sama dengan pihak lain
-u
dalam
mengembangkan pelayanan;
ng
d. menerima bantuan dari pihak lain sesuai dengan
da

ketentuan peraturan perundang-undangan;


-un

e. menggugat pihak yang mengakibatkan kerugian;


f.
ng

mendapatkan pelindungan hukum dalam melaksanakan


Pelayanan Kesehatan; dan
da

g. mempromosikan layanan Kesehatan yang ada di Rumah


/un

Sakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.
/08
23

Pasal 192
20

(1) Rumah Sakit tidak bertanggung jawab secara hukum


apabila Pasien dan/ atau keluarganya menolak atau
m/

menghentikan pengobatan yang dapat berakibat


.co

kematian Pasien setelah adanya penjelasan medis yang


komprehensif.
na

l2l Rumah Sakit tidak dapat dituntut dalam melalsanakan


lya

tugas dalam menyelamatkan nyawa manusia.


mu

Pasal 193
na

Rumah Sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap


.ai

semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang


ditakukan oleh Sumber Daya Manusia Kesehatan Rumah
ww

Sakit.
//w

Pasal 194
ps:

(1) Penetapan besaran tarif Rumah Sakit harus berdasarkan


htt

pada pola tarif nasional dan pagu tarif maksimal.

(21 Menteri. . .

SK No 187084A
I

lm
.ht
23
0
n-2
I rr. i?rtrIrIxTILtrtIIiEm
-85-

hu
-ta
(21 Menteri menetapkan pola tarif nasional berdasarkan
komponen biaya satuan pembiayaan dengan

17
memperhatikan kondisi regional.

or-
(3) Gubernur menetapkan pagu tarif maksimal berdasarkan
pola tarif nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

om
yang berlaku untuk Rumah Sakit di provinsi yang

-n
bersangkutan.

Pasal 195 -uu


ng
Pendapatan Rumah Sakit yang dikelola Pemerintah Pusat dan
da

Pemerintah Daerah digunakan seluruhnya secara langsung


-un

untuk biaya operasional Rumah Sakit dan tidak dapat


dijadikan sebagai pendapatan negara atau pendapatan
ng

Pemerintah Daerah.
da
/un

Pasal 196
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Rumah
/08

Sakit diatur dengan Peraturan Pemerintah.


23
/20

BAB VII
om

SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN


a.c

Brgian Kesatu
an

Pengelompokan Sumber Daya Manusia Kesehatan


uly
am

Pasal 197
Sumber Daya Manusia Kesehatan terdiri atas:
n
.ai

a. Tenaga Medis;
ww

b. Tenaga Kesehatan; dan


c. tenaga pendukung atau penunjang kesehatan.
/w
/
ps:

Pasal 198
htt

(1) Tenaga Medis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 197


huruf a dikelompokkan ke dalam:
a. dokter
SK No 187085A
tml
3.h
02
PRESIDEN

n-2
REPTJBUK INDONESIA
-86-

hua
a. dokter; dan

7-t
b. dokter gigi.

r-1
(21 Jenis Tenaga Medis dokter sebagaimana dimaksud pada

mo
ayat (1) huruf a terdiri atas dokter, dokter spesialis, dan
dokter subspesialis.

-no
(3) Jenis Tenaga Medis dokter gigi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b terdiri atas dokter gigi, dokter gigi

-uu
spesialis, dan dokter gigi subspesialis.
ng
da
Pasal 199
-un

(1) Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 197 huruf b dikelompokkan ke dalam:
ng

a. tenaga psikologi klinis;


da

b. tenaga keperawatan;
/un

c. tenaga kebidanan;
/08

d. tenaga kefarmasian;
e. tenaga kesehatan masyarakat;
23

f. tenaga kesehatan lingkungan;


/20

g. lenaga gtrzi;
om

h. tenaga keterapian fisik;


a.c

i. tenega keteknisian medis;


j. tenaga teknik biomedika;
an

k.
ly

tenaga kesehatan tradisional; dan


mu

l. Tenaga Kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri.


(2) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok
a
ain

tenaga psikologi klinis sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) hunrf a adalah psikolog klinis.
w.

(3) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok


w

tenaga keperawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


//w

huruf b terdiri atas perawat vokasi, ners, dan ners


spesialis.
ps:

(4) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok


htt

tenaga kebidanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf c terdiri atas bidan vokasi dan bidan profesi.

(5) Jenis...
SK No 187085 A
ml
.ht
23
-20
PRESIDEN
NEFUBLIK INDONESIA

un
-87-

ah
(5) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok

7-t
tenaga kefarmasian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

r-1
huruf d terdiri atas tenaga vokasi farmasi, apoteker, dan
apoteker spesialis.

mo
(6) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok
tenaga kesehatan masyarakat sebagaimana dimaksud

-no
pada ayat (1) huruf e terdiri atas tenaga kesehatan

-uu
masyarakat, epidemiolog kesehatan, tenaga promosi
kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan
ng
kerja, serta tenaga administratif dan kebijakan
kesehatan.
a
nd

(71 Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok


-u

tenaga kesehatan lingkungan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf f terdiri atas tenaga sanitasi
ng

lingkungan dan entomolog kesehatan.


da

(8) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok


/un

tenaga gizi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf g


terdiri atas nutrisionis dan dietisien.
/08

(9) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk da-lam kelompok


23

tenaga keterapian fisik sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf h terdiri atas fisioterapis, terapis
20

okupasional, terapis wicara, dan akupunktur.


m/

(1O) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok


.co

tenaga keteknisian medis sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf i terdiri atas perekam medis dan informasi
na

kesehatan, teknisi kardiovaskuler, teknisi pelayanan


lya

darah, optometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis


gigi dan mulut, serta audiologis.
u
am

(11) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok


tenaga teknik biomedika sebagaimana dimaksud pada
ain

ayat (1) huruf j terdiri atas radiografer, elektromedis,


tenaga teknologi laboratorium medik, fisikawan medik,
w.

dan ortotik prostetik.


w

(12) Jenis Tenaga Kesehatan yang termasuk dalam kelompok


//w

tenaga kesehatan tradisional sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf k terdiri atas tenaga kesehatan
ps:

tradisional ramuan atau jamu, tenaga kesehatan


htt

tradisional pengobat tradisional, dan tenaga kesehatan


tradisional interkontinental.
Pasal 200...
SK No 187087A
l
tm
3.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBUK INDONESIA
-88-

ahu
Pasal 200

7-t
(1) Tenaga pendukung atau penunjang kesehatan

r-1
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 197 huruf c bekerja

mo
pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau institusi lain di
bidang Kesehatan.

-no
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tenaga pendukung atau
penunjang kesehatan sebagaimana dimaksud pada

-uu
ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
ng
da

Pasal 201
-un

(1) Da-lam memenuhi perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi di bidang Kesehatan serta kebutuhan
ng

Pelayanan Kesehatan, Menteri dapat menetapkan:


da

a. jenis Tenaga Medis atau jenis Tenaga Kesehatan


/un

baru dalam setiap kelompok sebagaimana dimaksud


/08

dalam Pasal 198 dan Pasal 199; dan


b. kelompok Tenaga Medis atau kelompok Tenaga
23

Kesehatan baru.
20

(21 Penetapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanrs


m/

terlebih dahulu dilakukan kajian bersama dengan Konsil


dan Kolegium dengan mempertimbangkan kebutuhan
.co

Pelayanan Kesehatan di masyarakat dan pemenuhan


a

kompetensi Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan.


an
uly

Bagtan Kedua
m

Perencanaan
na
.ai
ww

PasaJ2O2
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah berkewajiban
//w

memenuhi kebutuhan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan


terkait jumlah, jenis, kompetensi, dan distribusi secara
ps:

merata untuk menjamin keberlangsungan pembangunan


htt

Kesehatan.

Pasal 2O3...

SK No 187088A
l
tm
3.h
02
PNESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-89-

hu
a
Pasal 203

7-t
(1) Menteri menetapkan kebijakan dan men5rusun

r-1
perencanaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan dalam
memenuhi kebutuhan Tenaga Medis dan Tenaga

mo
Kesehatan secara nasional.

-no
(21 Menteri dalam menyusun perencanaan Tenaga Medis dan
Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

-uu
melibatkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Pemerintah
Daerah kabupaten / kota, Pemerintah Daerah provinsi,
ng
dan pihak terkait dengan berdasarkan ketersediaan
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan serta kebutuhan
da

penyelenggaraan pembangunan dan Upaya Kesehatan.


-un

(3) Perencanaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap
ng

Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang melaksanakan


da

pekerjaan keprofesian sesuai dengan kompetensi dan


kewenangannya yang bekerja pada Fasilitas Pelayanan
/un

Kesehatan atau unit kerja milik Pemerintah Pusat,


/08

Pemerintah Daerah, atau masyarakat.


(4) Perencanaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
23

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan


memperhatikan kerja sama dan sinergisme
20

antarpemangku kepentingan dengan memanfaatkan


m/

teknologi informasi dan komunikasi yang terintegrasi


.co

dengan Sistem Informasi Kesehatan Nasional.


a
an

Pasal 204
uly

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam menyusun


perencanaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan harus
m

memperhatikan:
na

a. jenis, kualifrkasi, jumlah, pengadaan, dan distribusi


.ai

Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan;


ww

b. penyelenggaraanUpayaKesehatan;
c. ketersediaan Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
//w

d. keuangan negara atau daerah;


ps:

e. kondisi demografis, geogra-fis, dan sosial budaya; dan


htt

f. tipologi/jenis penyakit di daerah atau kebutuhan


masyarakat.

Pasal 2O5...
SK No 187089A
tml
3.h
02
n-2
REPUBUK INDONESIA
-90-

hua
Pasal 205

7-t
Kebijakan perencanaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan

r-1
yang ditetapkan oleh Menteri secara nasional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 203 ayat (1) menjadi pedoman bagi

mo
setiap institusi pengguna Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan, baik Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,

-no
maupun masyarakat dalam pemenuhan dan pengelolaan
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan.

-uu
ng
Pasal 206
da
Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan Tenaga Medis
dan Tenaga Kesehatan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
-un
ng

Bagian Ketiga
da

Pengadaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan


/un
/08

Pasal 2O7
(1) Pengadaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
23

dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dan


pendayagunaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan.
/20

(2t Pengadaan Tenaga Medisdan Tenaga Kesehatan


om

dilakukan melalui pendidikan tinggi dengan


memperhatikan:
a.c

a. ketersediaan dan persebaran institusi pendidikan


an

dan/ atau program studi pendidikan Tenaga Medis


dan Tenaga Kesehatan pada setiap wilayah;
ly

b. keseimbangan antara kebutuhan penyelenggaraan


mu

Upaya Kesehatan dan/atau dinamika kesempatan


kerja di dalam dan di luar negeri;
a
ain

c. keseimbangan antara kemampuan produksi Tenaga


Medis dan Tenaga Kesehatan dan sumber daya yang
w.

tersedia;
w

d. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan


//w

e. prioritas pembangunan dan Pelayanan Kesehatan.


ps:

(3) Pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (21


diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat danf alau
htt

masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
Pasal 2O8 . . .

SK No 187090A
l
tm
3.h
02
n-2
BUT INDONESIA
-91 -

hu
-ta
Pasal 208
(U Pembinaan pendidikan tinggi dalam pengadaan Tenaga

17
Medis dan Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud

r-
dalam Pasal 2O7 ayat (2) dilakukan oleh menteri yang

mo
urusan pemerintahan di bidang
pendidikan berkoordinasi dengan Menteri.

-no
(21 Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
sedikit mencakup:

-uu
a. penJrusunan standar nasional pendidikan terkait
ng
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan;
b. pemenuhan kebutuhan Tenaga Medis dan Tenaga
da

Kesehatan; dan
-un

c. sumber daya manusia pendidik Tenaga Medis dan


Tenaga Kesehatan.
ng

(3) Penyusunan standar nasional pendidikan sebagaimana


da

dimaksud pada ayat (2) huruf a melibatkan Kolegium


/un

setiap disiplin ilmu Kesehatan.


(4) Standar nasional pendidikan sebagaimana dimaksud
/08

pada ayat (3) ditetapkan oleh menteri yang


menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
23

pendidikan.
20
m/

Pasal 209
.co

(1) Pendidikan profesi bidang Kesehatan sebagai bagian dari


pendidikan tinggi diselenggarakan oleh perguruan tinggi
na

dan bekerja sama dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan,


kementerian yang menyelenggarakan urusan
lya

pemerintahan di bidang pendidikan, dan kementerian


di bidang
mu

y€mg menyelenggarakan urus€ul pemerintahan


kesehatan dengan melibatkan peran Kolegium sesuai
a

dengan ketentuan peraturan perundang-tndangan.


ain

(21 Selain diselenggarakan oleh pergunran tinggi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pendidikan profesi
.
ww

bidang Kesehatan untuk program spesialis dan


subspesialis juga dapat diselenggarakan oleh Rumah
//w

Sakit pendidikan sebagai penyelenggara utama dan


bekerja sama dengan perguruan tinggi, kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
ps:

pendidikan, dan kementerian yang menyelenggarakan


htt

urusan pemerintahan di bidang kesehatan dengan


melibatkan peran Kolegium.

Pasal 210...
SK No 187091A
l
tm
3.h
02
ETT+TFEN

n-2
BLIK INDONESIA
-92-

a hu
Pasal 21O

7-t
(1) Tenaga Medis harus memiliki kualifikasi pendidikan

r-1
paling rendah pendidikan profesi.

mo
(21 Tenaga Kesehatan memiliki kualifikasi pendidikan paling
rendah diploma tiga.

-no
-uu
Pasal 21 I
(1) Mahasiswa yang menyelesaikan pendidikan program
ng
sarjana Tenaga Medis mendapatkan ijazah sesuai dengan
da

ketentuan peraturan perundang-undangan.


-un

(21 Mahasiswa yang telah menyelesaikan pendidikan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat
ng

melakukan praktik setelah lulus pendidikan profesi dan


da

diberi sertifikat profesi.


/un
/08

Pasal 2L2
(1) Mahasiswa yang menyelesaikan pendidikan Tenaga
23

Kesehatan program diploma, program sarjana, dan


20

program sarjana terapan mendapatkan ijazah sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
m/

(21 Mahasiswa yang telah menyelesaikan pendidikan Tenaga


.co

Kesehatan program sarjana sebagaimana dimaksud pada


a

ayat (1) hanya dapat melakukan praktik profesi setelah


an

menyelesaikan pendidikan profesi dan diberi sertifikat


uly

profesi.
m
na

Pasal 213
(1)
.ai

Dalam rangka menilai pencapaian standar kompetensi


Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan, mahasiswa pada
ww

program vokasi dan program profesi, baik Tenaga Medis


atau Tenaga Kesehatan harus mengikuti uji kompetensi
//w

secara nasional.
ps:

(21 Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diselenggarakan oleh penyelenggara pendidikan bekerja
htt

sama dengan Kolegium.

(3) Mahasiswa . . .

SK No 187092A
l
tm
3.h
02
n-2
K TNDONESIA
-93-

hu
-ta
(3) Mahasiswa yang menyelesaikan pendidikan program
vokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang lulus

17
uji kompetensi pada akhir masa pendidikan memperoleh

r-
sertiflkat kompetensi.

mo
(41 Mahasiswa yang menyelesaikan pendidikan program
profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang lulus

-no
uji kompetensi pada akhir masa pendidikan memperoleh
sertifikat profesi dan sertifikat kompetensi.

-uu
ng
Pasal 214
da
Lulusan program vokasi atau profesi diberi gelar oleh
perguman tinggi setelah menyelesaikan pendidikan.
-un
ng

Pasal 215
da

Lulusan uji kompetensi sebagaimana dimaksud dalam


/un

Pasal 213 ayat (3) dan ayat (a) wajib diangkat sumpah
profesinya oleh penyelenggara pendidikan sesuai dengan etika
/08

profesi.
23

Pasal 216
20

(1) Tenega Medis yang telah mengangkat sumpah profesi


m/

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 215 wajib mengikuti


program internsip yang merupakan penempatan wajib
.co

sementara pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat


na

pertama dan tingkat lanjut.


(21 Program internsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
lya

bertujuan untuk pemantapan, pemahiran, dan


mu

pemandirian.
(3) Program internsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a

diselenggarakan secara nasional oleh Menteri


ain

berkoordinasi dengan menteri yang menyelenggarakan


urusan pemerintahan di bidang pendidikan dan pihak
.
ww

terkait.
//w

Pasal 217
ps:

(1) Tenaga Medis yang telah menyelesaikan program


internsip dapat melanjutkan pendidikan ke program
htt

spesialis.

(2) Tenaga

SK No 187093 A
ml
.ht
23
0
n-2
BLIK INDONESIA
-94-

hu
-ta
(21 Tenaga Medis yang telah menyelesaikan program
spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

17
melanjutkan pendidikan ke program subspesialis.

or-
(3) Peserta didik pada program spesialis/ subspesialis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

om
didayagunakan oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam
pemberian Pelayanan Kesehatan sebagai bagian proses

u-n
pendidikan.

-u
ng
Pasal 218
(1) Tenaga Kesehatan dapat melanjutkan pendidikan
a
ke
nd

program spesialis.
g-u

(21 Peserta didik pada program spesialis sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) didayagunakan oleh Fasilitas
n

Pelayanan Kesehatan dalam pemberian Pelayanan


da

Kesehatan sebagai bagian proses pendidikan.


n
8/u

Pasal 219
3/0

(1) Peserta didik yang memberikan Pelayanan Kesehatan


ssfagairn4n4 dimaksud dalam Pasal 2L7 ayat (3) dan
2
20

Pasal 218 ayat(21 berhak:


a. memperoleh bantuan hukum dalam hal terjadinya
m/

sengketa medik selama mengikuti proses


.co

pendidikan;
b. memperoleh waktu istirahat;
na

c. mendapatkan jaminan kesehatan sesuai dengan


lya

ketentuan peraturan perundang-undangan;


mu

d. mendapat pelindungan dari kekerasan lisik, mental,


dan perundungan; dan
na

e. mendapat imbalan jasa pelayanan dari Fasilitas


.ai

Pelayanan Kesehatan sesuai dengan Pelayanan


ww

Kesehatan yang dilakukan.


(2) Peserta didik yang memberikan Pelayanan Kesehatan
//w

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2L7 ayat (3) dan


Pasal 218 ayat(21 berkewajiban:
ps:

a. menjaga keselamatan Pasien;


htt

b. menghormati, melindungi, dan memenuhi hak


Pasien;

c. menJaga...
SK No 187094A
l
tm
3.h
02
n-2
NEPUBLIK TNDONEEIIA
-95-

hu
-ta
c. menjaga etika profesi dan disiplin praktik Tenaga
Medis dan Tenaga Kesehatan; dan

17
d. menjaga etika Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan

r-
mengikuti tata tertib yang berlaku di penyelenggara

mo
pendidikan serta Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

-no
Pasal22O

-uu
(1) Dalam rangka menilai pencapaian standar kompetensi
Tenaga Medis atau
ng Tenaga Kesehatan
peserta didik pada program
spesialis/ subspesialis,
da
baik Tenaga Medis maupun
spesialis/ subspesialis,
Tenaga Kesehatan, harus mengikuti uji kompetensi
-un

berstandar nasional.
ng

(21 Standar kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


disusun oleh Kolegium dan ditetapkan oleh Menteri.
da

(3) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


/un

diselenggarakan oleh penyelenggara pendidikan bekerja


sama dengan Kolegium.
/08

(41 Peserta didik yang menyelesaikan pendidikan program


23

spesialis/subspesialis sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) yang lulus uji kompetensi pada akhir masa
20

pendidikan memperoleh sertifikat kompetensi dan


m/

sertifikat profesi.
(5) Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada
.co

ayat diterbitkan oleh Kolegium.


(41
na

(6) Sertifikat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


lya

diterbitkan oleh penyelenggara pendidikan.


mu

Pasal 221
a

Lulusan program spesialis/ subspesialis diberi gelar


ain

spesialis/subspesialis oleh penyelenggara pendidikan setelah


menyelesaikan pendidikan.
.
ww
//w

PasaJ222
(1) Sumber daya manusia dalam pendidikan Tenaga Medis
ps:

dan Tenaga Kesehatan terdiri atas:


htt

a. pendidik dan tenaga kependidikan yang bukan


merupakan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan;

b. Tenaga

SK No 187095A
l
tm
3.h
02
n-2
INDONESIA
96-

hu
-ta
b. Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan;
c.

17
peneliti dan/atau perekayasa; dan
d.

r-
tenaga lain sesuai dengan kebutuhan.

mo
(2) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b merupakan tenaga

-no
pendidik atau bukan merupakan tenaga pendidik yang
dapat melakukan pendidikan, penelitian, pengabdian
-uu
kepada masyarakat, dan/ atau Pelayanan Kesehatan.
ng
(3) Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) mendapatkan kesetaraan pengakuan atas
da

pekerjaannya dalam proses pendidikan Tenaga Medis dan


-un

Tenaga Kesehatan dalam pengembangan kariernya.


ng

(41 Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dapat ditugaskan untuk melaksanakan
da

pekerjaannya secara fleksibel antarpenyelenggara


/un

pendidikan tinggi dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan.


/08

(5) Sumber daya manusia yang mendapatkan penugasan


sebagaimana dimaksud pada ayat (4) mendapatkan
23

pengakuan atas pekerjaannya dalam pengembangan


20

kariernya.
m/
.co

Pasal 223
(1) Penyelenggara pendidikan tinggi dan Fasilitas Pelayanan
na

Kesehatan yang melaksanakan pendidikan Tenaga Medis


lya

dan Tenaga Kesehatan menyediakan sarana dan


prasarana sesuai dengan standar nasional pendidikan
mu

dan standar Pelayanan Kesehatan.


a

(21 Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud pada


ain

ayat (1) digunakan secara bersama dan/ atau bergantian.


.
ww

PasaT 224
//w

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memberikan


ps:

dukungan dalam penyelenggaraan pendidikan Tenaga


Medis dan Tenaga Kesehatan yang meliputi sumber daya
htt

manusia, sarana dan prasarana, bantuan pendanaan


pendidikan, penelitian, dan dukungan lainnya.
(2) Bantuan . . .

SK No 187096A
l
tm
3.h
02
n-2
BUK INDONESIA
-97 -

hu
(2)

-ta
Bantuan pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diberikan sesuai dengan kebijakan

17
perencanaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan

r-
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 205.

mo
(3) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang menerima
bantuan pendanaan pendidikan sebagaimana dimaksud

-no
pada ayat (1) wajib melaksanakan masa pengabdian pada
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang ditunjuk setelah

-uu
menyelesaikan pendidikan.
(4) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang menerima
ng
bantuan pendanaan pendidikan tidak melaksanakan
da

masa pengabdian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dikenai sanksi administratif berupa pencabutan STR.
-un
ng

Pasal 225
da

Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan meningkatkan


/un

kompetensi secara berkelanjutan untuk mengembangkan


keprofesiannya.
/08
23

Pasal 226
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengadaan Tenaga Medis
20

dan Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam


m/

PasaL 2O7 sampai dengan Pasal 225 diatur dengan Peraturan


Pemerintah.
.co
na

Bagian Keempat
lya

Pendayagunaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan


mu

Paragraf
a

1
ain

Umum
.
ww

Pasal 227
//w

(1) Pendayagunaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan


dilaksanakan sesuai dengan perencanaan dalam rangka
ps:

pemenuhan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 203.
htt

(21 Pendayagunaan

SK No 187097A
ml
.ht
230
n-2
REPUBUK INDONESIA
-98-

hu
-ta
(21 Pendayagunaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
dilakukan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,

17
dan/ atau masyarakat sesuai dengan tugas dan fungsi

or-
masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

om
(3) Pendayagunaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditakukan dengan

u-n
memperhatikan aspek pemerataan, pemanfaatan,
dan/atau pengembangan.
-u
ng
Pasal 228
a
nd

(1) Pemerintah Daerah kabupaten/kota wajib memenuhi


g-u

kebutuhan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan untuk


Pelayanan Kesehatan primer di Puskesmas dan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan tingkat pertama lainnya milik
n
da

Pemerintah Daerah berdasarkan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
n
8/u

(21 Pemerintah Pusat dapat memberikan insentif atau


disinsentif kepada Pemerintah Daerah kabupaten / kota
3/0

dalam pemenuhan kebutuhan Tenaga Medis dan Tenaga


Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
2
20
m/

PasaJ229
(1) Pemerintah Daerah bertanggung jawab melakukan
.co

pemenuhan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan untuk


na

Pelayanan Kesehatan lanjutan pada Fasilitas Pelayanan


Kesehatan miliknya sesuai dengan ketentuan peraturan
lya

perundang-undangan.
mu

(21 Pemerintah Pusat dapat memberikan insentif atau


disinsentif kepada Pemerintah Daerah dalam pemenuhan
na

kebutuhan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
.ai
ww

Pasal 230
//w

Ketentuan lebih lanjut mengenai insentif atau disinsentif


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 228 dan Pasal 229 diatur
ps:

dengan Peraturan Pemerintah.


htt

Paragraf2...

SK No 187098A
ml
.ht
23
-20
un
-99-

ah
Paragraf 2

7-t
Pendayagunaan Tenaga Medis

r-1
dan Tenaga Kesehatan di Dalam Negeri

mo
Pasal 231

-no
(1) Dalam rangka pemerataan Pelayanan Kesehatan dan
pemenuhan kebutuhan Pelayanan Kesehatan kepada

-uu
masyarakat, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
bertanggung jawab melakukan penempatan Tenaga
ng
Medis dan Tenaga Kesehatan setelah melalui proses
a
seleksi.
nd

(21 Penempatan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan oleh


-u

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sebagaimana


ng

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan cara:


a.
da

pengangkatan sebagai aparatur sipil negara;


b.
/un

penugasan khusus; atau


c. pengangkatan pegawai dengan cara lain sesuai
/08

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


(3)
23

Selain penempatan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan


dengan cara sebagaimana dimaksud pada ayat (21,
20

Pemerintah Pusat dapat menempatkan Tenaga Medis dan


m/

Tenaga Kesehatan melalui pengangkatan sebagai anggota


Tentara Nasional Indonesia atau Kepolisian Negara
.co

Republik Indonesia.
(4)
na

Pengangkatan sebagai aparatur sipil negara sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) huruf a serta penempatan
lya

melalui pengangkatan sebagai €rnggota Tentara Nasional


Indonesia atau Kepolisian Negara Republik Indonesia
u

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan


am

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


ain

undangan.
(5) Penempatan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan melalui
w.

penugasan khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


w

huruf b dilakukan sesuai dengan perencanaan nasional


dan dilakukan oleh Menteri atau gubernur/bupati/wali
//w

kota dengan memperhatikan kebutuhan Pelayanan


Kesehatan, ketersediaan Tenaga Medis dan Tenaga
ps:

Kesehatan, serta memperhatikan daerah tertinggal,


htt

perbatasan, dan kepulauan.

(6) Ketentuan . . .

SK No 187099A
m l
.ht
23
-20
n

un
-100-

ah
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penugasan khusus

7-t
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

r-1
o
om
PasaJ232
Penempatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 231 diikuti

u-n
dengan upaya retensi Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan.

-u
Pasal 233
ng
(1) Dalam rangka pemerataan pelayanan medik spesialis,
da

Pemerintah Pusat, Rumah Sakit pendidikan, dan


-un

penyelenggara pendidikan dapat


peserta didik program pendidikan dokter
ng

spesialis/ subspesialis atau dokter gigi


spesialis / subspesialis.
da

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan peserta


/un

didik program pendidikan dokter spesialis/ subspesialis


atau dokter gigi spesialis/ subspesialis sebagaimana
/08

dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan


Pemerintah.
23
20

Pasal 234
m/

(1) Dalam rangka pemerataan Tenaga Medis dan Tenaga


.co

Kesehatan sesuai dengan kebutuhan Pelayanan


Kesehatan, Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah
na

Daerah dapat memanfaatkan Tenaga Medis dan Tenaga


Kesehatan lulusan dari penyelenggara pendidikan yang
lya

diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau masyarakat


untuk mengikuti seleksi penempatan.
mu

(21 Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang telah lulus


na

seleksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditempatkan


pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan milik Pemerintah
.ai

Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah untuk jangka waktu


ww

tertentu.
(3) Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana
//w

dimaksud pada ayat (2) atau kepala daerah yang


membawahi Fasilitas Pelayanan Kesehatan tersebut
ps:

harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan insentif,


jaminan keamanan, serta keselamatan kerja Tenaga
htt

Medis dan Tenaga Kesehatan sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
(4) Ketentuan . . .

SK No l87100A
ml
t
3.h
02
n-2
ELIK INDONESIA
-101 -

hu
(4)

a
Ketentuan lebih lanjut mengenai penempatan Tenaga

7-t
Medis dan Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur dengan

r-1
Peraturan Pemerintah.

mo
-no
Pasal 235
(l) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang diangkat oleh

-uu
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dapat
dipindahtugaskan antarprovinsi, antarkabupaten, atau
ng
antarkota karena alasan kebutuhan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dan/ atau promosi sesuai dengan ketentuan
da

peraturan perundang-undangan.
-un

(2) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang bertugas di


daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan serta
ng

daerah bermasalah Kesehatan atau daerah tidak diminati


da

memperoleh tunjangan atau insentif khusus, jaminan


keamanan, dukungan sarana prasarana dan AIat
/un

Kesehatan, kenaikan pangkat luar biasa, dan


pelindungan dalam pelaksanaan tugas sesuai dengan
/08

ketentuan peraturan perundang-undangan.


23

(3) Dalam hal terjadi kekosongan Tenaga Medis dan Tenaga


Kesehatan, Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
/20

harus menyediakan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan


pengganti untuk menjamin keberlanjutan Pelayanan
om

Kesehatan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang


bersangkutan.
a.c

(4) Ketentuan lebih Ianjut mengenai pemindahtugasan


an

Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan sebagaimana


ly

dimaksud pada ayat (1), Tenaga Medis dan Tenaga


Kesehatan yang bertugas di daerah tertinggal,
mu

perbatasan, dan kepulauan serta daerah bermasalah


Kesehatan atau daerah tidak diminati sebagaimana
a
ain

dimaksud pada ayat (21, dan penyediaan Tenaga Medis


dan Tenaga Kesehatan pengganti s6lagaimana dimaksud
w.

pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.


w
//w

Pasa-l 236
(i) Dalam kondisi tertentu Pemerintah Pusat berwenang
ps:

mengatur penempatan Tenaga Medis dan Tenaga


htt

Kesehatan lulusan penyelenggara pendidikan.

(21 Ketentuan. . .

SK No l87l0l A
ml
.ht
23
-20
E-ITITTIT{'TI-S{A

un
-to2-

ah
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai pengaturan penempatan

7-t
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan

r-1
Pemerintah.

mo
-no
Pasal 237
(1) Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah dapat

-uu
menetafkan pola ikatan dinas bagi calon Tenaga Medis
ng
dan Tenaga Kesehatan untuk memenuhi kepentingan
pembangu.nan Kesehatan.
a
nd

l2l Selain pola ikatan dinas yang diselenggarakan


Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah
-u
ng

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), badan usaha atau


masyarakat dapat menetapkan pola ikatan dinas dalam
da

rangka memenuhi kepentingan Pelayanan Kesehatan.


/un

(3) Pelaksanaan pola ikatan dinas oleh badan usaha atau


masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diikuti
/08

dengan penempatan calon Tenaga Medis dan Tenaga


23

Kesehatan pada daerah terpencil, tertinggal, perbatasan,


dan kepulauan serta daerah bermasalah Kesehatan atau
20

daerah tidak diminati dalam mendukung pemerataan


m/

Tenaga Medis dan Tenega Kesehatan.


.co

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pola ikatan dinas bagi


calon Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan sebagaimana
na

dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (3) diatur


lya

dengan Peraturan Pemerintah.


u
am

Paragraf 3
ain

Pendayagunaan Tenaga Cadangan Kesehatan untuk Penanggulangan Kejadian


Luar Biasa, Wabah, dan Damrat Bencana
w.w
//w

Pasal 238
(1) Pemerintah Pusat membentuk tenaga cadangan
ps:

Kesehatan untuk meningkatkan kapasitas Sumber Daya


Manusia Kesehatan dan mendukung ketahanan
htt

Kesehatan.
(2) Ten"ga

SK No l87102A
ml
.ht
23
-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-103-

ah
(2) Tenaga cadangan Kesehatan sebagaimana dimaksud

7-t
pada ayat (1) terdiri atas Tenaga Medis, Tenaga
Kesehatan, dan non-Tenaga Kesehatan yang dipersiapkan

r-1
untuk dimobilisasi pada penanggulangan KLB, Wabah,

mo
dan darurat bencana.
(3) Tenaga cadangan Kesehatan berupa non-Tenaga

-no
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berasal
dari non-Tenaga Kesehatan yang telah mendapatkan

-uu
pelatihan terkait dengan penanggulangan KLB, Wabah,
dan darurat bencana. ng
(4) Tenaga cadangan Kesehatan sebagaimana dimaksud
a
pada ayat (2) dilakukan pengelolaan mela-lui:
nd

a. pendaftaran dan kredensial dengan memanfaatkan


-u

teknologi informasi yang terintegrasi dengan Sistem


ng

Informasi Kesehatan Nasional;


b. pembinaan dan peningkatan kapasitas
da

tenaga
cadangan Kesehatan; dan
/un

c. pelaksanaanmobilisasi.
/08
23

Pasal 239
Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan tenaga
20

cadangan Kesehatan untuk penanggulangan KLB, Wabah, dan


m/

darurat bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 238


diatur dengan Peraturan Pemerintah.
.co
na

Paragraf 4
lya

Pendayagunaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan


u

Warga Negara Indonesia ke Luar Negeri


am
ain

Pasal 24O
(1) Pendayagunaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
w.

warga negara Indonesia ke luar negeri dapat dilakukan


w

dengan mempertimbangkan keseimbangan antara


//w

kebutuhan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan di


Indonesia serta peluang kerja bagi Tenaga Medis dan
ps:

Tenaga Kesehatan warga negara Indonesia di luar negeri.


(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan Tenaga
htt

Medis dan Tenaga Kesehatan warga negara Indonesia ke


luar negeri diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Paragraf5...
SK No 187103 A
ml
.ht
23
-20
NEPUBUT INDONESIA

un
-to4-

ah
Paragraf 5

7-t
Pendayagu.naan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan

r-1
Warga Negara Indonesia Lulusan Luar Negeri

mo
PasaT 241

-no
(1) Tenega Medis dan Tenaga Kesehatan warga negara
Indonesia lulusan luar negeri yang akan melaksanakan

-uu
praktik di Indonesia harus mengikuti evaluasi
kompetensi.
ng
l2l Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada
a
ayat (1) dilakukan oleh Menteri dengan melibatkan
nd

menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di


-u

bidang pendidikan, Konsil, dan Kolegium.


ng

(3) Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada


da

ayat (1) meliputi:


a. penilaian kelengkapan administratif; dan
/un

b. penilaian kemampuan praktik.


/08

(4) Penilaian kemampuan praktik sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) huruf b dilakukan setelah penilaian
23

kelengkapan administratif sebagaimana dimaksud pada


20

ayat (3) huruf a.


m/

(5) Dalam rangka penilaian kemampuan praktik


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b dilakukan
.co

uji kompetensi.
na

(6) Hasil uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada


lya

ayat (5) berupa:


a. kompeten; atau
u
am

b. belum kompeten.
(71 Dalam hal hasil uji kompetensi dinyatakan kompeten
ain

sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf a, Tenaga


Medis dan Tenaga Kesehatan warga negara Indonesia
w.

lulusan luar negeri mengikuti adaptasi pada Fasilitas


w

Pelayanan Kesehatan.
//w

(8) Da1am hal hasil uji kompetensi dinyatakan belum


kompeten sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf b,
ps:

Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan warga negara


Indonesia lulusan luar negeri harus mengikuti
htt

penambahan kompetensi.

Pasal242 . ..
SK No l87l04A
ml
.ht
23
-20
FRESIDEN
NEPUEUK INDONESI.A

un
-105-

ah
Pasal 242

7-t
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan warga negara Indonesia

r-1
lulusan luar negeri yang akan mengikuti adaptasi pada
Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus memiliki STR dan SIP.

mo
-no
Pasal 243
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24I

-uu
dikecualikan bagi Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan warga
negara Indonesia lulusan luar negeri yang:
ng
a. merupakan lulusan dari penyelenggara pendidikan di
a
luar negeri yang sudah direkognisi dan telah praktik
nd

paling sedikit 2 (dua) tahun di luar negeri; atau


-u

b. merupakan ahli dalam bidang unggulan tertentu dalam


ng

Pelayanan Kesehatan yang dibuktikan dengan sertifikasi


da

kompetensi.
/un

PasaJ244
/08

Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan warga negara Indonesia


lulusan luar negeri yang telah menyelesaikan evaluasi
23

kompetensi dan akan melaksanakan praktik di Indonesia


20

harus memiliki STR dan SIP sesuai dengan ketentuan


m/

sebagaimana dimaksud da-lam Undang-Undang ini.


.co

Pasal 245
na

Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan Tenaga


lya

Medis dan Tenaga Kesehatan warga negara Indonesia lulusan


luar negeri diatur dengan Peraturan Pemerintah.
u
am
ain

Paragraf 6
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
w.

Warga Negara Asing Lulusan Dalam Negeri


w
//w

PasaJ246
ps:

(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan warga negara


asing lulusan dalam negeri yang melaksanakan praktik
htt

di Indonesia harus:

a. memiliki

SK No l87l05A
tml
3.h
02
n-2
EI{!ilErrJXN;r,TEF{n
- 106-

hu
a
a. memiliki STR; dan

7-t
b. memiliki SIP,

r-1
sesuai dengan ketentuan peraturan perrrndang-

mo
undangan.
(21 Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan warga negara

-no
asing lulusan dalam negeri sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) hanya dapat melakukan praktik atas

-uu
permintaan dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan
pengguna dengan batasan waktu tertentu.
ng
da

Pasal 247
-un

Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan Tenaga


Medis dan Tenaga Kesehatan warga negara asing lulusan
ng

dalam negeri diatur dengan Peraturan Pemerintah.


da
/un

Paragral 7
/08

Pendayagunaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan


Warga Negara Asing Lulusan Luar Negeri
23
/20

Pasal 248
(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan warga negara asing
om

lulusan luar negeri yang dapat melaksanakan praktik di


Indonesia hanya berlaku untuk Tenaga Medis spesialis
a.c

dan subspesialis serta Tenaga Kesehatan tingkat


kompetensi tertentu setelah mengikuti evaluasi
an

kompetensi.
ly

(21 Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada


mu

ayat (1) dilakukan oleh Menteri dengan melibatkan


menteri yang menyelenggarakan urusar pemerintahan di
a
ain

bidang pendidikan, Konsil, dan Kolegium.


(3) Evaluasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada
w.

ayat (1) meliputi:


w

a. penilaian kelengkapan administratif; dan


//w

b. penilaian kemampuan praktik.


ps:

(4) Penilaian kemampuan praktik sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) huruf b dilakukan setelah penilaian
htt

kelengkapan administratif sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) huruf a.
(5) Penilaian . . .

SK No l87106A
ml
.ht
23
-20
it
NEPUELIK IXEONESIA

un
-ro7-

ah
(5) Penilaian kemampuan praktik sebagaimana dimaksud

7-t
pada ayat (3) huruf b meliputi penyetaraan kompetensi

r-1
dan uji kompetensi.
(6) Penyetaraan kompetensi sebagaimana dimaksud pada

mo
ayat (5) bertujuan untuk memastikan kesesuaian dengan

-no
standar kompetensi Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
di Indonesia.

-uu
l7l Hasil uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) berupa:
ng
a. kompeten; atau
a
nd

b. belum kompeten.
-u

(8) Dalam hal hasil uji kompetensi dinyatakan kompeten


ng

sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf a, Tenaga


da

Medis spesialis dan subspesialis serta Tenaga Kesehatan


tingkat kompetensi tertentu warga negara asing lulusan
/un

luar negeri harus mengikuti adaptasi pada Fasilitas


/08

Pelayanan Kesehatan.
(9) Dalam hal hasil uji kompetensi dinyatakan belum
23

kompeten sebagaimana dimaksud pada ayat (7) huruf b,


20

Tenaga Medis spesialis dan subspesialis serta Tenaga


Kesehatan tingkat kompetensi tertentu warga negara
m/

asing lulusan luar negeri harus kembali ke negara


.co

asalnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.
na
lya

Pasal 249
u

Tenaga Medis spesialis dan subspesialis serta Tenaga


am

Kesehatan tingkat kompetensi tertentu warga negara asing


ain

lulusan luar negeri yang mengikuti adaptasi pada Fasilitas


Pelayanan Kesehatan harus memiliki STR dan SIP.
w.w
//w

Pasal 250
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24A
ps:

dikecualikan bagi Tenaga Medis spesialis dan subspesialis


htt

serta Tenaga Kesehatan tingkat kompetensi tertentu warga


negara asing lulusan luar negeri yang merupakan:

a. lulusan . . .
SK No 187107A
ml
.ht
23
-20
NEPUBLIK INDONESIA

un
-108-

ah
a. lulusan dari penyelenggara pendidikan di luar negeri

7-t
yang sudah direkognisi dan telah praktik sebagai Tenaga

r-1
Medis spesialis dan subspesialis serta Tenaga Kesehatan
tingkat kompetensi tertentu paling singkat 5 (lima) tahun

mo
di luaf negeri yang harus dibuktikan dengan surat
keterangan atau dokumen lain yang diterbitkan oleh

-no
lembaga yang berwenang di negara yang bersangkutan;
atau

-uu
b. ahli dalam suatu bidang unggulan tertentu dalam
Pelayanan Kesehatan yang dibuktikan dengan sertilikasi
ng
kompetensi dan telah praktik paling singkat 5 (lima)
a
tahun di luar negeri.
nd
-u
ng

Pasal 251
(1) Tenaga Medis spesialis dan subspesialis serta Tenaga
da

Kesehatan tingkat kompetensi tertentu warga negara


/un

asing lulusan luar negeri dapat melakukan praktik pada


Fasilitas Pelayanan Kesehatan di Indonesia dengan
/08

ketentuan:
23

a. terdapat permintaan dari Fasilitas Pelayanan


Kesehatan pengguna Tenaga Medis spesialis dan
20

subspesialis serta Tenaga Kesehatan tingkat


m/

kompetensi tertentu warga negara asing lulusan luar


negeri sesuai dengan kebutuhan;
.co

b. untuk alih teknologi dan ilmu pengetahuan; dan


na

c. untuk jangka waktu paling la;rna 2 (dua) tahun dan


lya

dapat diperpanjang 1 (satu) kali dan hanya untuk


2 (dua) tahun berikutnya.
u
am

(21 Permintaan dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan pengguna


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a harus
ain

mengu.tamakan penggunaan Tenaga Medis dan Tenaga


Kesehatan warga negara Indonesia dan memenuhi
w.

standar kompetensi.
w

(3) Ketentuan jangka waktu sebagaimana dimaksud pada


//w

ayat (1) huruf c dikecualikan untuk pendayagunaan


Tenaga Medis spesialis dan subspesialis serta Tenaga
ps:

Kesehatan tingkat kompetensi tertentu warga negara


htt

asing lulusan luar negeri di kawasan ekonomi khusus.

Pasal 252...
SK No l87l08A
lm
.ht
23
-20
un
-109-

ah
Pasal 252

7-t
(1) Tenaga Medis spesialis dan subspesialis serta Tenaga

r-1
Kesehatan tingkat kompetensi tertentu warga negara
asing lulusan luar negeri yang telah menyelesaikan

o
proses evaluasi kompetensi dan akan melakukan praktik

om
di Indonesia wajib memiliki STR dan SIP.
l2l STR dan SIP bagi Tenaga Medis spesialis dan subspesialis

u-n
serta Tenaga Kesehatan tingkat kompetensi tertentu
warga negara asing lulusan luar negeri sebagaimana
-u
dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk jangka waktu
ng
2 (dua) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali dan
hanya untuk 2 (dua) tahun berikutnya.
da
-un

Pasal 253
ng

Fasilitas Pelayanan Kesehatan pengguna Tenaga Medis


spesialis dan subspesialis serta Tenaga Kesehatan tingkat
da

kompetensi tertentu warga negara asing lulusan luar negeri


/un

wajib memfasilitasi pendidikan dan pelatihan bahasa


Indonesia bagi Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan warga
/08

negara asing lulusan luar negeri.


23

Pasal 254
20

(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan warga negara asing


m/

lulusan luar negeri yang akan menjadi peserta program


pendidikan spesialis/ subspesialis di Indonesia wajib
.co

memiliki STR.
na

(21 STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama


masa pendidikan.
lya
mu

Pasal 255
(1) Tenaga Medis spesialis dan subspesialis serta Tenaga
na

Kesehatan tingkat kompetensi tertentu warga negara


.ai

asing lulusan luar negeri yang akan memberikan


pendidikan dan pelatihan dalam rangka alih ilmu
ww

pengetahuan dan teknologi atau kegiatan lain untuk


waktu tertentu tidak memerlukan STR.
//w

l2l Tenaga Medis spesialis dan subspesialis serta Tenaga


Kesehatan tingkat kompetensi tertentu warga negara
ps:

asing lulusan luar negeri sebagaimana dimaksud pada


htt

ayat (1) harus mendapat persetqiuan dari Menteri.

(3) Persetujuan

SK No 187109A
ml
.ht
23
-20
TI'IJIEEIINII;T T.Tr.l

un
-110-

ah
(3) Persetujuan sebagaimsn4 dimaksud pada ayat (21

7-t
diberikan untuk waktu tertentu melalui penyelenggara

r-1
pendidikan dan pelatihan atau kegiatan lain.

mo
Pasal 256

-no
Selain ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 248
sampai dengan Pasal 255, Tenaga Medis spesialis dan

-uu
subspesialis serta Tenaga Kesehatan tingkat kompetensi
tertentu warga negara asing lulusan luar negeri harus
ng
memenuhi persyaratan lain sesuai dengan ketentuan
a
peraturan perundang-undangan.
nd
-u

Pasal 257
ng

Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan Tenaga


da

Medis spesialis dan subspesialis serta Tenaga Kesehatan


/un

tingkat kompetensi tertentu warga negara asing lulusan luar


negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 248 sampai
/08

dengan Pasal 255 diatur dengan Peraturan Pemerintah.


23
20

Bagian Kelima
m/

Pelatihan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan dalam Rangka Penjagaan dan
Peningkatan Mutu
.co
na

Pasal 258
lya

(1) Dalam rangka menjaga dan meningkatan mutu Tenaga


Medis dan Tenaga Kesehatan, dilakukan pelatihan
u

dan/atau kegiatan peningkatan kompetensi yang


am

mendukung kesinambungan dalam menjalankan praktik.


ain

(2) Pelatihan dan/ atau kegiatan peningkatan kompetensi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan
w.

oleh Pemerintah Pusat dan/ atau lembaga pelatihan yang


w

terakreditasi oleh Pemerintah Pusat.


//w

(3) Penjagaan dan peningkatan mutu sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ps:

standar profesi, standar kompetensi, standar pelayanan,


htt

serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(4) Pelatihan . . .

SK No l87ll0A
ml
.ht
23
-20
fl

BUK IT{DONESIA

un
- 111-

ah
(4) Pelatihan dan/ atau kegiatan peningkatan kompetensi

7-t
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat digunakan
untuk proses sertifikasi melalui konversi ke

r-1
dalam
satuan kredit profesi.

mo
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan
pelatihan dan/ atau kegiatan peningkatan kompetensi

-no
dalam rangka menjaga dan meningkatkan mutu Tenaga
Medis dan Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud

-uu
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
ang
Pasal 259
nd

Dalam rangka menjaga dan meningkatkan mutu Tenaga


-u

Medis dan Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 258, kepala daerah dan pimpinan Fasilitas Pelayanan
ng

Kesehatan harus memberikan kesempatan yang sama kepada


da

Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan dengan


mempertimbangkan penilaian kinerja dan perilaku.
/un
/08

Bagran Keenam
23

Registrasi dan Perizinan


20
m/

Paragraf 1

Registrasi
.co
na

Pasal 260
lya

(1) Setiap Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang akan


menjalankan praktik wajib memiliki STR.
u
am

(21 STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan


oleh Konsil atas nama Menteri setelah memenuhi
ain

persyaratan.
w.

(3) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling


sedikit:
w

a. memiliki ijazah pendidikan di bidang Kesehatan


//w

dan/ atau sertifikat profesi; dan


ps:

b. memiliki sertifikat kompetensi.


htt

l4l STR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku


seumur hidup.

Pasal 261 ...


SK No l87lll A
ml
.ht
23
-20
NEPUELIK INDONESIA

un
-t12_

ah
Pasal 261

7-t
STR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 260 tidak berlaku

r-1
apabila:
a. yang bersangkutan meninggal dunia;

mo
b. dinonaktilkan atau dicabut oleh Konsil atas nama

-no
Menteri; atau
c. dicabut berdasarkan putusan pengadilan yang telah
-uu
berkekuatan hukum tetap.
ng
Pasal262
a
nd

Ketentuan lebih lanjut mengenai Registrasi Tenaga Medis dan


-u

Tenaga Kesehatan diatur dengan Peraturan Pemerintah.


ng
da

Paragral 2
/un

Perizinan
/08

Pasal 263
23

(1) Jenis Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan tertentu


dalam menjalankan praktik keprofesiannya wajib
20

memiliki izin.
m/

(2) Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan


.co

dalam bentuk SIP.


(3) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (21 diterbitkan oleh
na

Pemerintah Daerah kabupaten / kota tempat Tenaga


lya

Medis atau Tenaga Kesehatan menjalankan praktiknya.


(41 Dalam kondisi tertentu, Menteri dapat menerbitkan SIP.
u
am

(5) Dalam rangka penerbitan SIP sebagaimana dimaksud


pada ayat (3), Pemerintah Pusat melibatkan Pemerintah
ain

Daerah kabupaten/kota dalam menetapkan kuota untuk


setiap jenis Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan dengan
w.

memperhatikan kriteria paling sedikit:


w

a. ketersediaan dan persebaran Tenaga Medis dan


//w

Tenaga Kesehatan pada daerah tersebut;


b. rasio jumlah penduduk dengan Tenaga Medis dan
ps:

Tenaga Kesehatan aktif yang ditetapkan oleh


Menteri; dan
htt

c. beban kerja Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan.

Pasad264 . ..
SK No l87l12A
ml
.ht
23
-20
un
-113-

ah
Pasal 264

7-t
(1) Untuk mendapatkan SIP sebagaimana dimaksud dalam

r-1
Pasal 263 ayal (2), Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan

mo
tertentu harus memiliki:
a. STg dan

-no
b. tempat praktik.

-uu
(21 SIP masih berlaku sepanjang tempat praktik masih
sesuai dengan yang tercantum dalam SIP.
ng
(3) SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama
a
nd

5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi


persyaratan.
-u
ng

(4) Persyaratan perpanjangan SIP sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) meliputi:
da

a.
/un

STR;
b. tempat praktik; dan
/08

c. pemenuhan kecukupan satuan kredit profesi.


23

(5) Pengelolaan pemenuhan kecukupan satuan kredit profesi


20

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c dilakukan


m/

oleh Menteri.
(6)
.co

SIP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)


tidak berlaku apabila:
na

a. habis masa berlakunya;


lya

b. yang bersangkutan meninggal dunia;


u

c.
am

STR dicabut atau dinonaktifkan;


d. SIP dicabut; atau
ain

e. tempat praktik berubah.


w.w
//w

Pasal 265
Dalam kondisi tertentu, Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
ps:

yang memberikan Pelayanan Kesehatan tidak memerlukan SIP


htt

di tempat tersebut.

Pasal 266. . .

SK No l87l13A
ml
.ht
23
-20
NEPUBUK INDONESIA

un
-tl4-

ah
Pasal 266

7-t
Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan sebagaimana

r-1
dimaksud dalam Pasal 263 sampai dengan Pasal 265 diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

mo
-no
PasaJ267
(1) Untuk
-uu
kepentingan pemenuhan kebutuhan pelayanan
kedokteran, Menteri dapat memberikan surat tugas
ng
kepada dokter spesialis atau dokter gigi spesialis tertentu
yang telah memiliki SIP untuk bekerja pada Fasilitas
a
nd

Pelayanan Kesehatan tertentu tanpa memerlukan SIP di


tempat tersebut.
-u

(21 Pemberian surat tugas sebagaimana dimaksud pada


ng

ayat (1) dilakukan dengan ketentuan:


da

a. terdapat permintaan dari dinas kesehatan


/un

kabupaten/ kota berdasarkan kebutuhan;


b. ketiadaan dokter spesialis atau dokter gigi spesialis
/08

dengan keahlian dan kompetensi yang sama pada


23

kabupaten/ kota tersebut; dan


c. dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang
20

mendapat surat tugas harus telah memitiki SIP.


m/

(3) Dalam hal selama jangka waktu keberlakuan surat tugas


.co

telah ada dokter spesialis atau dokter gigi spesialis lain


dengan keahlian dan kompetensi yang sama pada daerah
na

tersebut, surat tugas menjadi tidak berlaku.


lya

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai surat tugas diatur


u

dengan Peraturan Pemerintah.


am
ain

Bagian Ketujuh
Konsil
w.w
//w

Pasal 268
(1) Untuk meningkatkan mutu dan kompetensi teknis
ps:

keprofesian Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan serta


htt

memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada


masyarakat, dibentuk Konsil.

(21 Konsil

SK No 187114A
tml
3.h
02
n-2
E{ilFIIIir]IIiEtrtrEiA
- 115 -

hua
(2) Konsil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

7-t
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden melalui Menteri dan dalam menjalankan

r-1
perannya bersifat independen.

mo
-no
Pasal 269
Konsil memiliki peran:

-uu
a. merumuskan kebijakan internal dan
ng standardisasi
pelaksanaan tugas Konsil;
b. melakukan Registrasi Tenaga Medis dan
da
Tenaga
Kesehatan; dan
-un

c. melakukan pembinaan teknis keprofesian Tenaga Medis


ng

dan Tenaga Kesehatan.


da
/un

Pasal 270
Keanggotaan Konsil berasal dari unsur:
/08

a. Pemerintah Pusat;
23

b. profesi Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan;


/20

c. Kolegium; dan
om

d. masyarakat.
a.c

Pasal 271
an

Ketentuan lebih lanjut mengenai Konsil, termasuk tugas,


ly

fungsi, dan wewenang diatur dengan Peraturan Pemerintah.


mu
a

Bagian Kedelapan
ain

Kolegium
w.w

Pasal 272
//w

(1) Untuk mengembangkan cabang disiplin ilmu dan standar


ps:

pendidikan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan, setiap


kelompok ahli tiap disiplin ilmu Kesehatan dapat
htt

membentuk Kolegium.

(21 Kolegium

SK No l87l15A
ml
.ht
23
-20
BUK INDONEISIA

un
- 116-

ah
(21 Kolegium sebagaimana dimaksud pada ayat (l)

7-t
merupakan alat kelengkapan Konsil dan datam

r-1
menjalankan perannya bersifat independen.
(3) Kolegium memiliki peran:

mo
a. menyusun standar kompetensi Tenaga Medis dan

-no
Tenaga Kesehatan; dan
b menJrusun standar kurikulum pelatihan Tenaga

-uu
Medis dan Tenaga Kesehatan.
(4)
ng
Keanggotaan Kolegium berasal dari para guru besar dan
ahli bidang ilmu Kesehatan.
a
nd

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kolegium, termasuk


tugas, fungsi, dan wewenang diatur dengan Peraturan
-u

Pemerintah.
ng
da

Bagian Kesembilan
/un

Hak dan Kewajiban


/08
23

Paragraf 1
20

Hak dan Kewajiban Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan


m/
.co

Pasal 273
(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan dalam menjalankan
na

praktik berhak:
lya

a. mendapatkan pelindungan hukum sepanjang


u

melaksanakan tugas sesuai dengan standar profesi,


am

standar pelayanan profesi, standar prosedur


operasional, dan etika profesi, serta kebutuhan
ain

Kesehatan Pasien;
b.
w.

mendapatkan informasi yang lengkap dan benar dari


Pasien atau keluarganya;
w

c. mendapatkan gaji/upah, imbalan jasa, dan


//w

tunjangan kinerja yang layak sesuai dengan


ps:

ketentuan peraturan perundang-undangan;


d. mendapatkan pelindirngan atas keselamatan,
htt

Kesehatan kerja, dan keamanan;

e mendapatkan
SK No l87l15A
tml
3.h
02
n-2
-tt7-

hu
a
e. mendapatkan jaminan kesehatan dan jaminan

7-t
ketenagakerjaan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;

r-1
f. mendapatkan pelindungan atas perlakuan yang

mo
tidak sesuai dengan harkat dan martabat manusia,
moral, kesusilaan, serta nilai sosial budaya;

-no
g. mendapatkan penghargaan sesuai dengan ketentuan

-uu
peraturan perundang-undangan;
h. mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan
ng
diri melalui pengembangan kompetensi, keilmuan,
da
dan karier di bidang keprofesiannya;
i. menolak keinginan Pasien atau pihak lain yang
-un

bertentangan dengan standar profesi, standar


ng

pelayanan, standar prosedur operasional, kode etik,


atau ketentuan peraturan perundang-undangan;
da

dan
/un

j. mendapatkan hak lain sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
/08

(2) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan dapat


23

menghentikan Pelayanan Kesehatan apabila memperoleh


perlakuan yang tidak sesuai dengan harkat dan martabat
/20

manusia, moral, kesusilaan, serta nilai sosial budaya


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f, termasuk
om

tindakan kekerasan, pelecehan, dan perundungan.


a.c
an

Pasal 274
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan dalam menjalankan
ly

praktik wajib:
mu

a. memberikan Pelayanan Kesehatan sesuai dengan standar


a

profesi, standar pelayanan profesi, standar prosedur


ain

operasional, dan etika profesi serta kebutuhan Kesehatan


Pasien;
w.

b. memperoleh persetujuan dari Pasien atau keluarganya


w

atas tindakan yang akan diberikan;


//w

c. menjaga rahasia Kesehatan Pasien;


ps:

d. membuat dan menyimpan catatan dan/ atau dokumen


tentang pemeriksaan, asuhan, dan tindakan yang
htt

dilakukan; dan

e merujuk . . .

SK No l87l17A
l
tm
3.h
02
n-2
BLIK INDONESIA
-118-

hu
a
e merujuk Pasien ke Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan

7-t
lain yang mempunyai kompetensi dan kewenangan yang
sesuai.

r-1
mo
Pasal 275

-no
(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang menjalankan
praktik pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib

-uu
memberikan pertolongan pertama kepada Pasien dalam
keadaan Gawat Darurat dan/ atau pada bencana.
ng
(21 Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang memberikan
da

Pelayanan Kesehatan dalam rangka tindakan


penyelamatan nyawa atau pencegahan kedisabilitasan
-un

seseorang pada keadaan Gawat Darurat dan/ atau pada


ng

bencana dikecualikan dari tuntutan ganti rugi.


da
/un

Paragraf 2
Hak dan Kewajiban Pasien
/08
23

Pasal 276
20

Pasien mempunyai hak:


a. mendapatkan informasi mengenai Kesehatan dirinya;
m/

b. mendapatkan penjelasan yang memadai mengenai


.co

Pelayanan Kesehatan yang diterimanya;


a

c. mendapatkan Pelayanan Kesehatan sesuai


an

dengan
kebutuhan medis, standar profesi, dan pelayanan yang
uly

bermutu;
d.
m

menolak atau menyetqiui tindakan medis, kecuali untuk


tindakan medis yang diperlukan dalam
na

rangka
pencegahan penyakit menular dan penanggulangan KLB
.ai

atau Wabah;
ww

e. mendapatkan akses terhadap informasi yang terdapat di


dalam rekam medis;
//w

f. meminta pendapat Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan


lain; dan
ps:

g. mendapatkan hak lain sesuai dengan ketentuan


htt

peraturan perundangan-undangan.

Pasal277 ...
SK No l87l18A
I

ml
.ht
23
-20
REPUBUK INDONEEIA

un
_119_

ah
Pasal 277

7-t
Pasien mempunyai kewajiban :

r-1
a. memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang

mo
masalah kesehatannya;
b. mematuhi nasihat dan petunjuk Tenaga Medis dan

-no
Tenaga Kesehatan;

-uu
c. mematuhi ketentuan yang berlaku pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan; dan ng
d. memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.
a
-u nd

Pasal 278
ng

Ketentuan lebih lanjut mengenai hak dan kewajiban Tenaga


da

Medis, Tenaga Kesehatan, dan Pasien diatur dengan


Peraturan Pemerintah.
/un
/08

Bagian Kesepuluh
23

Penyelenggaraan Praktik
20
m/

Paragraf 1
.co

Umum
na
lya

Pasal 279
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan bertanggung jawab
u
am

secara moral untuk:


a. mengabdikan diri sesuai dengan bidang keilmuan yang
ain

dimiliki;
w.

b. bersikap dan berperilaku sesuai dengan etika profesi;


w

c. mengutamakan kepentingan Pasien dan masyarakat di


//w

atas kepentingan pribadi atau kelompok; dan


d. menambah ilmu pengetahuan dan
ps:

mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
htt

Pasal 280...

SK No l87l19A
I

t ml
3.h
02
n-2
NEPUELIK TNDONESIA
-t20-

hua
Pasal 280

7-t
(l) Dalam menjalankan praktik, Tenaga Medis dan Tenaga

r-1
Kesehatan yang memberikan Pelayanan Kesehatan
kepada Pasien harus melaksanakan upaya terbaik.

mo
(21 Upaya terbaik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

-no
dilakukan sesuai dengan nonna, standar pelayanan, dan
standar profesi serta kebutuhan Kesehatan pasien.

-uu
(3) Upaya terbaik sebagaimana dimaksud pada ayat (i) tidak
menjamin keberhasilan Pelayanan Kesehatan yang
ng
diberikan.
da
(41 Praktik Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
diselenggarakan berdasarkan kesepakatan atatara Tenaga
-un

Medis atau Tenaga Kesehatan dan Pasien berdasarkan


prinsip kesetaraan dan transparansi.
ng
da

Pasal 281
/un

Dalam keadaan tertentu, pelaksanaan praktik sebagaimana


/08

dimaksud dalam Pasal 280 dapat memanfaatkan teknologi


informasi dan komunikasi yang terintegrasi dengan Sistem
23

Informasi Kesehatan Nasional.


/20

Pasal 282
om

(1) Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan yang berhalangan


a.c

menyelenggarakan praltik dapat digantikan oleh Tenaga


Medis atau Tenaga Kesehatan pengganti.
an

(21 Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan pengganti


ly

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan Tenaga


mu

Medis atau Tenaga Kesehatan yang mempunyai SIp.


(3) Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan pengganti
a

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus


ain

kepada Pasien dan/atau


w.

keluarganya.
w
//w

Pasal 283
(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang
ps:

menyelenggarakan praktik perseorangan wajib


htt

identitas yang jelas termasuk nomor


SIP dan STR pada tempat praktik perseorangannya.

(21 Dalam

SK No l87l20A
l
tm
3.h
02
n-2
NEPUEUK INDONESIA
-t21 -

hu
(2) Dalam hal Tenaga Medis dan Tenaga

-ta
Kesehatan
berpraktik pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan, pimpinan

17
Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib menginformasikan

r-
daftar nama, nomor SIP dan STR, serta jadwal praktik

mo
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan.
(3) Setiap Tenaga Medis, Tenaga Kesehatan, dan pimpinan

-no
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang tidak melaksanakan
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dan

-uu
ayat (2) dikenai sanksi administratif.
ng
(41 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dapat berupa:
da

a. teguran lisan;
-un

b. peringatantertulis;
ng

c. denda administratif; dan/atau


da

d. pencabutan izin.
/un

(5) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada


ayat (4) dikenakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
/08

Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah kabupaten / kota


23

sesuai dengan kewenangannya.


(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengena€ln
20

sanksi administratif diatur dengan Peraturan Pemerintah.


m/
.co

Pasal 284
na

Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dilarang


lya

mendayagunakan Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan yang


tidak memiliki SIP untuk melakukan praktik pada Fasilitas
mu

Pelayanan Kesehatan tersebut.


a
ain

Paragraf 2
.

Kewenangan
ww
//w

Pasal 285
(1)
ps:

Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan dalam menjalankan


praktik harus dilakukan sesuai dengan kewenangan yang
htt

didasarkan pada kompetensi yang dimilikinya.

(2) Tenaga

SK No 187121A
ml
.ht
23
-20
EUl( INOONESI.A

un
-L22-

ah
(2) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang memiliki lebih

7-t
dari satu jenjang pendidikan memiliki kewenangan sesuai
dengan lingkup dan tingkat kompetensi dan kualifikasi

r-1
tertinggi.

mo
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewenangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan

-no
Peraturan Pemerintah.

Pasal 286
-uu
ng
(1) Dalam keadaan tertentu,
Tenaga Medis dan Tenaga
a
Kesehatan dapat memberikan pelayanan di luar
nd

kewenangannya.
-u

(2) Keadaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


ng

paling sedikit meliputi:


a.
da

ketiadaan Tenaga Medis dan/atau Tenaga Kesehatan


di suatu wilayah tempat Tenaga Medis atau Tenaga
/un

Kesehatan bertugas;
b.
/08

kebutuhan program pemerintah;


c. penangan€rn kegawatdaruratan medis; dan/ata'u
23

d. KLB, Wabah, dan/ atau darurat bencana.


20

(3) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan sebagaimana


m/

dimaksud pada ayat (1) meliputi:


.co

a. dokter/dokter gigi yang memberikan pelayanan


kedokteran dan/atau kefarmasian dalam batas
na

tertentu;
lya

b. perawat atau bidan yang memberikan pelayanan


kedokteran dan/ atau kefarmasian dalam batas
u

tertentu; atau
am

c. tenaga vokasi farmasi yang memberikan pelayanan


ain

kefarmasian yang menjadi kewenangan apoteker


dalam batas tertentu.
w.w

Pasal287
//w

(1) Kondisi ketiadaan Tenaga Medis dan/ atau Tenaga


ps:

Kesehatan sebagaimana dimaksud datam Pasal 286


ayat (21 huruf a ditetapkan oleh Pemerintah Daerah
htt

setempat.

(2) Tenaga

SK No l87l22A
ml
.ht
23
-20
REFUBLIK TNDONESIA

un
-123-

ah
(2) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan sebagaimana

7-t
dimaksud dalam Pasal 286 ayat (3) telah mengikuti

r-1
pelatihan dengan memperhatikan kompetensi Tenaga
Medis dan Tenaga Kesehatan.

mo
(3) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan

-no
oleh Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah.
(41 Dalam pelatihan
-uu
sslagaimana
dimaksud pada ayat (3), Pemerintah Pusat danlatau
ng
Pemerintah Daerah dapat melibatkan pihak terkait.
a
nd

Pasal 288
-u

(1) Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan untuk kebutuhan


ng

program pemerintah sebagaimana dimaksud dalam


da

Pasal 286 ayat (2) huruf b dilakukan melalui penugasan


/un

Tenaga Medis dan/ atau Tenaga Kesehatan oleh


Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
/08

(21 Program pemerintah sebagaimana dimaksud pada


23

ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
20

(3) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan


m/

sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) telah mengikuti pelatihan dengan
.co

memperhatikan kompetensi Tenaga Medis atau Tenaga


na

Kesehatan.
(4) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
lya

diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat dan/atau


u

Pemerintah Daerah.
am

(5) Dalam menyelenggarakan pelatihan sebagaimana


ain

dimaksud pada ayat (4), Pemerintah Pusat dan/atau


Pemerintah Daerah dapat melibatkan pihak terkait.
w.w
//w

Pasal 289
ps:

Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian pelayanan di luar


kewenangan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
htt

Paragraf 3 . . .

SK No 187123 A
l
tm
3.h
02
E:i:FIIItrN

n-2
NEPUBUK INDONEIsIA
-t24-

hu
-ta
Paragraf 3

17
Pelimpahan Kewenangan

r-
mo
Pasal 290
(1)

-no
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan dapat menerima
pelimpahan kewenangan untuk melakukan Pelayanan

-uu
Kesehatan.
(2) Pelimpahan kewenangan sebagaimana dimaksud pada
ng
ayat (1) terdiri atas pelimpahan secara mandat dan
da
pelimpahan secara delegatif.
(3)
-un

Pelimpahan kewenangan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilakukan dari Tenaga Medis kepada Tenaga
ng

Kesehatan, antar-Tenaga Medis, dan antar-Tenaga


Kesehatan.
da

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelimpahan


/un

kewenangan diatur dengan Peraturan Pemerintah.


/08

Paragraf 4
23

Standar Profesi, Standar Pelayanan, dan


20

Standar Prosedur Operasional


m/
.co

Pasal 291
na

(1) Setiap Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan dalam


menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan berkewajiban
lya

untuk mematuhi standar profesi, standar pelayanan, dan


mu

standar prosedur operasional.


(2) Standar profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
a

untuk setiap jenis Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan


ain

disusun oleh Konsil serta Kolegium dan ditetapkan oleh


.

Menteri.
ww

(3) Standar pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


//w

diatur dengan Peraturan Menteri.


(41 Standar prosedur operasional sebagaimana dimaksud
ps:

pada ayat (1) ditetapkan oleh pimpinan Fasilitas


htt

Pelayanan Kesehatan.

PasaJ292...

SK No 187124A
ml
.ht
23
0
n-2
r-rTrrrf:IIfXT$ffiII.lEfl.J
-r25-

hu
-ta
Pasal 292
(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan dalam menjalankan

17
praktik dapat melakukan penelitian dan pengembangan.

or-
(21 Penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud

om
pada ayat (1) ditujukan untuk mendukung pembangunan
Kesehatan di bidang ilmu pengetahuan, keahlian,

u-n
kebijakan, dan teknologi melalui Upaya Kesehatan dan
Sumber Daya Kesehatan.
(3) -u
Penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud
ng
pada ayat (1) dan ayat l2l dilaksanakan sesuai dengan
a
ketentuan peraturan perundang-undangan.
nd
g-u

Paragraf 5
n

Persetujuan Tindakan Pelayanan Kesehatan


n da
8/u

Pasal 293
(1)
3/0

Setiap tindakan Pelayanan Kesehatan perseorangan yang


dilakukan oleh Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
2

harus mendapat persetujuan.


20

(21 Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


m/

diberikan setelah Pasien mendapat penjelasan yang


memadai.
.co

(3) Penjelasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling


na

sedikit mencakup:
lya

a. diagnosis;
b.
mu

indikasi;
c. tindakan Pelayanan Kesehatan yang dilakukan dan
na

tujuannya;
.ai

d. risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi;


ww

e. alternatif tindalan lain dan risikonya;


f.
//w

risiko apabila tindakan tidak dilakukan; dan


g. prognosis setelah memperoleh tindakan.
ps:

(4) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


htt

diberikan secara tertulis ataupun lisan.

(5) Persetujuan . . .

SK No l87125A
ml
.ht
23
-20
l:r{JrrTlfif lIFr.TI'lE{A

un
-t26-

ah
(5) Persetujuan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (4)

7-t
harus diperoleh sebelum dilakukannya tindakan yang

r-1
invasif dan/ atau mengandung risiko tinggi.
(6) Persetujuan tindakan sebagaimana dimaksud pada

mo
ayat (4) dan ayat (5) diberikan oleh Pasien yang
bersangkutan.

-no
(71 Dalam hal Pasien yang bersangkutan sebagaimana

-uu
dimaksud pada ayat (6) tidak cakap memberikan
persetujuan, persetqiuan tindakan dapat diberikan oleh
ng
yang mewakili.
a
(8) Persetqjuan tertulis melakukan tindakan Pelayanan
nd

Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai


-u

dengan ayat (71 ditandatangani oleh Pasien atau yang


mewakili dan disaksikan oleh salah seorang Tenaga
ng

Medis atau Tenaga Kesehatan.


da

(9) Dalam hal keadaan Pasien sebagaimana dimaksud pada


/un

ayat (6) tidak cakap dan memerlukan tindakan Gawat


Darurat, tetapi tidak ada pihak yang dapat dimintai
/08

persetqjuan, tidak diperlukan persetujuan tindakan.


23

(10) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (9) dilakukan


berdasarkan kepentingan terbaik Pasien yang diputuskan
20

oleh Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan yang


m/

memberikan pelayanan kepada Pasien.


.co

(11) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (10)


diinformasikan kepada Pasien setelah Pasien telah cakap
na

atau yang mewakili telah hadir.


lya

(12) Ketentuan mengenai tata cara persetujuan tindakan


Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan sebagaimana
u
am

dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (11) diatur


dengan Peraturan Menteri.
ain
w.

PasaJ294
w

(1) Selain mendapatkan penjelasan sebagaimana dimaksud


//w

dalam Pasal 293 ayat (3), Pasien juga mendapatkan


penjelasan atas biaya Pelayanan Kesehatan yang
ps:

diterimanya.
htt

(21 Penjelasan. . .

SK No 187126A
ml
.ht
23
-20
I]
EUl( INDONESIA

un
-t27-

ah
(21 Penjelasan atas biaya Pelayanan Kesehatan sebagaimana

7-t
dimaksud pada ayat (l) diberikan oleh Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.

r-1
mo
Pasal 295
(1)

-no
Pelayanan Kesehatan masyarakat yang merupakan
program pemerintah tidak memerlukan persetujuan

-uu
tindakan.
(2) Pelayanan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ng
ayat (1) tetap harus diinformasikan kepada masyarakat
penerima Pelayanan Kesehatan tersebut.
a
-und

Paragraf 6
ng

Rekam Medis
da
/un

Pasal 296
(1) Setiap Tenaga Medis dan Tenoga Kesehatan yang
/08

memberikan Pelayanan Kesehatan perseorangan wajib


membuat rekam medis.
23

(2) Dalam hal Pelayanan Kesehatan perseorangan


20

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada


Fasilitas Pelayanan Kesehatan selain tempat praktik
m/

mandiri, penyelenggaraan rekam medis merupakan


tanggung jawab Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
.co

(3) Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus


na

segera dilengkapi setelah Pasien selesai menerima


lya

Pelayanan Kesehatan.
(4) Setiap catatan rekam medis harus dibubuhi nama,
u

waktu, dan tanda tangan Tenaga Medis atau Tenaga


am

Kesehatan yang memberikan pelayanan atau tindakan.


(5)
ain

Rekam medis sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus


disimpan dan dijaga kerahasiaannya oleh Tenaga Medis,
w.

Tenaga Kesehatan, dan pimpinan Fasilitas Pelayanan


Kesehatan.
w
//w

Pasal 297
ps:

(1) Dokumen rekam medis sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 296 merupakan milik Fasilitas Pelayanan
htt

Kesehatan.

(21 Setiap

SK No l87l27A
m l
.ht
23
-20
NEPUBLIK INtrOilESIA

un
-L2a-

ah
(21 Setiap Pasien berhak untuk mengakses informasi yang

7-t
terdapat dalam dokumen rekam medis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

r-1
(3) Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib menjaga keamanan,

o
keutuhan, kerahasiaan, dan ketersediaan data yang

om
terdapat dalam dokumen rekam medis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1).

u-n
-u
Pasal 298 ng
(1) Kementerian yang urLtsan
pemerintahan di bidang kesehatan bertanggung jawab
da

menyelenggarakan pengelolaan data rekam medis datam


-un

rangka pengelolaan data Kesehatan nasional.


(2t Pengelolaan data rekam medis sebagaimana dimaksud
ng

pada ayat (1) meliputi perumusan kebijakan,


pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, pengamanan,
da

transfer data, dan pengawasan.


/un
/08

Pasal 299
Ketentuan lebih lanjut mengenai rekam medis diatur dengan
23

Peraturan Pemerintah.
20
m/

Pasal 300
(1)
.co

Dalam menyelenggarakan Upaya Kesehatan masyarakat,


Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan wajib membuat
na

catatan Pelayanan Kesehatan.


l2l Catatan Pelayanan Kesehatan sslagaimana dimaksud
lya

pada ayat (1) dapat diintegrasikan ke dalam sistem data


Pasien yang terintegrasi dengan Sistem Informasi
mu

Kesehatan Nasional.
na
.ai

Patagral 7
ww

Rahasia Kesehatan Pasien


//w

Pasal 301
(1) Setiap Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
ps:

dalam
melaksanakan Pelayanan Kesehatan wajib menyimpan
htt

rahasia Kesehatan pribadi Pasien.

(2) Pembukaan . . .

SK No 187128A
ml
.ht
23
-20
I : ffrnL JIIiJI$.f.rTIrtr{f:.t

un
-t29-

ah
(2) Pembukaan rahasia Kesehatan pribadi Pasien

7-t
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan
untuk kepentingan tertentu sebagaimana dimaksud

r-1
dalam Pasal 4 ayat(41.

mo
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai rahasia Kesehatan
pribadi Pasien diatur dengan Peraturan Pemerintah.

-no
-uu
Pasal 302
(1) Dalam hal Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang
ng
mengetahui atau patut menduga adanya tindak pidana
a
pada Pasien yang diberi Pelayanan Kesehatan, Tenaga
nd

Medis dan Tenaga Kesehatan berhak melaporkannya


-u

kepada aparat penegak hukum.


ng

l2l Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dikecualikan dari rahasia Kesehatan.
da

(3) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang melaporkan


/un

dugaan tindak pidana pada Pasien yang diberi Pelayanan


Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
/08

mendapatkan pelindungan hukum.


23
20

Paragraf 8
m/

Kendali Mutu dan Kendali Biaya


.co

Pasal 303
na

(1) Setiap Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan da-lam


lya

melaksanakan Pelayanan Kesehatan wajib


menyelenggarakan kendali mutu dan kendali biaya serta
u

memperhatikan keselamatan Pasien.


am

(21 Dalam rangka pelaksanaan kegiatan sebagaimana


ain

dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan audit


Pelayanan Kesehatan.
w.

(3) Kendali mutu dan kendali biaya dalam Fasilitas


w

Pelayanan Kesehatan merupakan tanggung jawab


//w

Fasilitas Pelayanan Kesehatan.


(4) Pembinaan dan pengawasan terhadap kendali mutu dan
ps:

kendali biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


sampai dengan ayat (3) dilaksanakan oleh Pemerintah
htt

Pusat dan Pemerintah Daerah.

Bagian

SK No l87129A
ml
t
3.h
02
EI]EIETil

n-2
NEFUBUI( IilBOHESIA
-130-

hu
a
Bagian Kesebelas

7-t
Penegakan Disiplin Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan

r-1
serta Penyelesaian Perselisihan

mo
Paragraf I

-no
Penegakan Disiplin Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan

Pasal 304
-uu
ng
(1) Dalam rangka mendukung profesionalitas Tenaga Medis
da

dan Tenaga Kesehatan, perlu diterapkan penegakan


-un

disiplin profesi.
(2) Dalam rangka penegakan disiplin profesi sebagaimana
ng

dimaksud pada ayat (1), Menteri membentuk majelis yang


melaksanakan tugas di bidang disiplin profesi.
da

(3) Majelis sebagaimana dimaksud pada ayat


/un

(21
menentukan ada tidaknya pelanggaran disiplin profesi
yang dilakukan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan.
/08

(4) Majelis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat


23

bersifat pernanen atau ad.hoc.


/20

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan fungsi majelis


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan
om

Peratural Pemerintah.
a.c

Pasal 305
an

(1) Pasien atau keluarganya yang kepentingannya dirugikan


ly

atas tindakan Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan


mu

dalam memberikan Pelayanan Kesehatan dapat


mengadukan kepada majelis sebagaimana dimaksud
a

dalam Pasal 304.


ain

(21 Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling


w.

sedikit harus memuat:


a. identitas pengadu;
w
//w

b. nama dan alamat tempat praktik Tenaga Medis atau


Tenaga Kesehatan dan waktu tindakan dilakukan;
ps:

dan
c.
htt

alasan pengaduan.

Pasal 306. . .

SK No l87l30A
t ml
3.h
02
n-2
-131 -

hu
a
Pasal 306

7-t
(1) Pelanggaran disiplin Tenaga Medis atau Tenaga

r-1
Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3O4
ayat (3) diberikan sanksi disiplin berupa:

mo
a. peringatantertulis;

-no
b. kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di
penyelenggara pendidikan di bidang Kesehatan atau

-uu
Rumah Sakit pendidikan terdekat yang memiliki
kompetensi untuk melakukan pelatihan tersebut;
ng
c. penonaktifan STR untuk sementara waktu;
da
dan/atau
-un

d. rekomendasi pencabutan SIP.


(2) Hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ng

bersifat mengikat Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan.


da

(3) Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan yang telah


/un

melaksanakan sanksi disiplin sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) yang dijatuhkan terdapat dugaan tindak
pidana, aparat penegak hukum
/08

mengutamakan
penyelesaian perselisihan dengan mekanisme keadilan
23

restoratif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.
/20
om

Pasal 307
Putusan dari majelis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 304
a.c

dapat diajukan peninjauan kembati kepada Menteri dalam


an

hal:
ly

a. ditemukan bukti baru;


mu

b. kesalahan penerapan pelanggaran disiplin; atau


c.
a

terdapat dugaan konflik kepentingan pada pemeriksa dan


ain

yang diperiksa.
w.

Pasal 3O8
w

(1) Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan yang diduga


//w

melakukan perbuatan yang melanggar hukum dalam


ps:

pelaksanaan Pelayanan Kesehatan yang dapat dikenai


sanksi pidana, terlebih dahulu harus dimintakan
htt

rekomendasi dari majelis sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 304.

(2) Tenaga

SK No l8713l A
t ml
3.h
02
n-2
NEPUELIK INDONESIA
_t32_

hu
a
l2l Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang dimintai

7-t
pertanggungiawaban atas tindakan/perbuatan berkaitan
dengan pelaksanaan Pelayanan Kesehatan

r-1
yang
merugikan Pasien secara perdata, harus dimintakan

mo
rekomendasi dari majelis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 304.

-no
(3) Rekomendasi dari majelis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diberikan setelah Penyidik Pegawai Negeri Sipit

-uu
atau penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia
mengajukan permohonan secara tertulis.
ng
(4) Rekomendasi dari majelis sebagaimana dimaksud pada
da

ayat (21 diberikan setelah Tenaga Medis, Tenaga


-un

Kesehatan, atau orang yang diberikan kuasa oleh Tenaga


Medis atau Tenaga Kesehatan mengajukan permohonan
secara tertulis atas gugatan yang diajukan oleh Pasien,
ng

keluarga Pasien, atau orang yang diberikan kuasa oleh


da

Pasien atau keluarga Pasien.


/un

(5) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


berupa rekomendasi dapat atau tidak dapat dilakukan
/08

penyidikan karena pelaksanaan praktik keprofesian yang


dilakukan oleh Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan
23

sesuai atau tidak sesuai dengan standar profesi, standar


pelayanan, dan standar prosedur operasional.
/20

(6) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


om

berupa rekomendasi pelaksanaan praktik keprofesian


yang dilakukan oleh Tenaga Medis atau Tenaga
a.c

Kesehatan sesuai atau tidak sesuai dengan standar


profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur
an

operasional.
ly

(71 Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan


mu

ayat (6) diberikan paling lama dalam jangka waktu


14 (empat belas) hari kerja sejak permohonan diterima.
a
ain

(8) Da1am hal majelis tidak memberikan rekomendasi dalam


jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (7),
w.

majelis dianggap telah memberikan rekomendasi untuk


dapat dilakukan penyidikan atas tindak pidana.
w
//w

(9) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (3),


ayat (5), dan ayat (7) tidak berlaku untuk pemeriksaan
ps:

Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan yang dapat


dimintai pertanggungiawaban atas dugaan tindak pidana
htt

yang tidak berkaitan dengan pelaksanaan Pelayanan


Kesehatan.

Pasal 309...
SK No 187132A
ml
.ht
23
-20
BUK INDONESIA

un
-133-

ah
Pasal 309

7-t
Ketentuan lebih lanjut mengenai penegakan disiplin profesi

r-1
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

mo
-no
Paragraf 2

-uu
Penyelesaian Perselisihan
ng
Pasal 310
a
nd

Dalam hal Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan diduga


melakukan kesalahan dalam menjalankan profesinya yang
-u

menyebabkan kerugian kepada Pasien, perselisihan yang


ng

timbul akibat kesalahan tersebut diselesaikan terlebih dahulu


da

melalui alternatif penyelesaian sengketa di luar pengadilan.


/un

Bagian Kedua Belas


/08

Organisasi Profesi
23
20

Pasal 311
m/

(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan dapat membentuk


.co

organisasi profesi.
(2) Pembentukan organisasi profesi sebagaimana dimaksud
na

pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan


lya

peraturan perundang-undangan.
u
am

Bagran Ketiga Belas


ain

Larangan
w.

Pasal 312
w
//w

Setiap orang dilarang:


a. tanpa hak menggunakan identitas berupa gelar atau
ps:

bentuk lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat


yang bersangkutan merupakan Tenaga Medis atau
htt

Tenaga Kesehatan yang telah memiliki STR dan/ atau SIP;

b. menggunakan

SK No 187133 A
t ml
3.h
02
n-2
NEPUBUT INDONESIA
-t34-

hua
b menggunakan alat, metode, atau cara lain dalam

7-t
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang

r-1
menimbulkan kesan yang bersangkutan merupakan
Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan yang telah memiliki

mo
STR dan/atau SIP; dan
melakukan praktik sebagai Tenaga Medis atau Tenaga

-no
c
Kesehatan tanpa memiliki STR dan/ atau SIP.

-uu
ng
Pasal 313
(1) Setiap Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan
da
yang
melakukan praktik tanpa memiliki STR dan/atau SIP
-un

sebagai64na dimaksud dalam Pasal 312 huruf c dikenai


ng

sanksi administratif berupa denda administratif.


(2) Ketentuan mengenai tata cara pengenaan
da

sanksi
administratif sebagaip4l4 dimaksud pada ayat (1) diatur
/un

dengan Peraturan Pemerintah.


/08

BAB VIII
23

PERBEKALAN KESEHATAN
/20
om

Pasal 314
a.c

(l) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung


jawab terhadap ketersediaan, pemerataan, dan
an

keterjangkauan Perbekalan Kesehatan yang dibutuhkan


ly

untuk menyelenggarakan Upaya Kesehatan.


mu

(21 Tanggung jawab terhadap ketersediaan, pemerataan, dan


a

keterjangkau4n sslagairnana dimaksud pada ayat (1)


ain

dilaksanakan melalui pengelolaan Perbekalan Kesehatan.


(3) Pengelolaan Perbekalan Kesehatan sebagaimana
w.

dimaksud pada ayat (2) meliputi perencanaan,


w

penyediaan, dan pendistribusian.


//w

(41 Pengelolaan Perbekalan Kesehatan sebagaimana


ps:

dimaksud pada ayat (3) untuk Pelayanan Kesehatan


dilaksanakan dengan memperhatikan keamanan,
htt

kemanfaatan/khasiat, mutu, dan harga.

(5) Untuk. . .

SK No l87l34A
ml
t
3.h
02
n-2
-135-

hua
(5) Untuk menjalankan tanggung jawab sebagaimana

7-t
dimaksud pada ayat (21, Pemerintah Pusat dan

r-1
Pemerintah Daerah dapat membentuk fasilitas
pengelolaan kefarmasian.

mo
(6) Dalam keadaan darurat, Pemerintah Pusat dan

-no
Pemerintah Daerah dapat menetapkan dan
melaksanakan kebijakan khusus untuk pengadaan dan

-uu
pemanfaatan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan
Perbekalan Kesehatan lain.
ng
(71 Ketentuan lebih lanjut mengenai ketersediaan,
da

pemerataan, dan keterjangkauan Perbekalan Kesehatan


-un

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan


Peraturan Pemerintah.
ng
da

Pasal 315
/un

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah merencanakan


/08

kebutuhan Perbekalan Kesehatan.


(21 Perencanaan kebutuhan Perbekalan Kesehatan oleh
23

Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


/20

mengacu pada norma, standar, prosedur, dan kriteria


yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
om

(3) Perencanaan kebutuhan Perbekalan Kesehatan


a.c

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


menggunakan teknologi informasi yang terintegrasi
an

dengan Sistem Informasi Kesehatan Nasional.


ly
mu

Pasal 316
a
ain

(1) Penyediaan Perbekalan Kesehatan bertujuan untuk


memenuhi kebutuhan Pelayanan Kesehatan.
w.

(2) Penyediaan Perbekalan Kesehatan


w

sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan melalui
//w

pengadaan.
ps:

(3) Pengadaan Perbekalan Kesehatan dilaksanakan sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
htt

Pasal 317...

SK No 187135A
l
tm
3.h
02
n-2
lITiIf"FItT-rfrItIII{TA
-136-

hu
-ta
Pasal 317
(1) jenis

17
Pemerintah Pusat menyusun daftar dan Obat
esensial yang harus tersedia bagr kepentingan

r-
masyarakat.

mo
(21 Daftar dan jenis Obat esensial sebagaimana dimaksud

-no
pada ayat (1) ditinjau dan disempurnakan paling lama
setiap 2 (dua) tahun sesuai dengan perkembangan

-uu
kebutuhan dan teknologi.
(3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung
ng
jawab agar Obat esensial sebagaimana dimaksud pada
da
ayat (1) tersedia secara merata dan terjangkau oleh
masyarakat.
-un
ng

Pasal 318
da

Pemerintah Pusat berwenang mengatur dan mengendalikan


/un

harga Perbekalan Kesehatan, terutama Obat dan Alat


Kesehatan.
/08
23

Pasal 319
20

(1) Pendistribusian Perbekalan Kesehatan dilakukan oleh


fasilitas pengelolaan kefarmasian, produsen, atau
m/

distributor Perbekalan Kesehatan sesuai dengan


.co

ketentuan peraturan perundang-undangan.


(21 Pendistribusian Perbekalan Kesehatan harus dilakukan
na

sesuai dengan cara distribusi yang baik.


lya

(3) Fasilitas pengelolaan kefarmasian, produsen, atau


mu

distributor Perbekalan Kesehatan harus menyampaikan


laporan kegiatan pendistribusian sesuai dengan
a

ketentuan peraturan perundang-undangan.


ain
.
ww

Pasal 320
(1) Obat terdiri atas:
//w

a. Obat dengan resep; dan


ps:

b. Obat tanpa resep.


htt

(21 Obat dengan resep sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf a digolongkan menjadi:
a. Obat. . .
SK No l87136A
ml
.ht
23
-20
REPUBUK INDONESIA

un
-t37-

ah
a. Obat keras;

7-t
b. narkotika; dan

r-1
c. psikotropika.

mo
(3) Obat dengan resep diserahkan oleh apoteker di fasilitas
pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan

-no
peraturan perundang-undangan.
(41 Obat tanpa resep sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

-uu
huruf b digolongkan menjadi:
a.
ng
Obat bebas; dan
b.
a
Obat bebas terbatas.
nd

(5) Selain Obat bebas dan Obat bebas terbatas, Obat keras
-u

tertentu dapat diserahkan oleh apoteker tanpa resep


sesuai dengan ketentuan peraturan
ng

perundang-
undangan.
da

(6) Obat tanpa resep diperoleh dari fasilitas pelayanan


/un

kefarmasian atau fasilitas lain sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
/08

(71 Dalam hal terdapat perkembangan ilmu pengetahuan


dan teknologi, Pemerintah Pusat dapat menetapkan
23

penggolongan Obat dan/ atau melakukan perubahan


20

penggolongan Obat selain penggolongan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) dan ayat (41.
m/

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggolongan Obat,


.co

Obat dengan resep, dan Obat tanpa resep diatur dengan


Peraturan Pemerintah.
na
lya

Pasal 321
u

(1)
am

Obat Bahan Alam digolongkan menjadi:


a. jamu;
ain

b. obat herbal terstandar;


w.

c.fitofarmaka; dan
w

d.Obat Bahan Alam lainnya.


//w

(21 Pemerintah Pusat dapat menetapkan penggolongan Obat


Bahan AIam selain penggolongan sebagaimana dimaksud
ps:

pada ayat (1) dan/atau perubahan penggolongan Obat


htt

Bahan Alam dalam hal terdapat perkembangan ilmu


pengetahuan dan teknologi.

(3) Ketentuan. . .

SK No l87l37A
l
tm
3.h
02
n-2
-138-

ahu
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggolongan Obat

7-t
Bahan Alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

r-1
mo
BAB IX

-no
KETAHANAN KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN

Pasal 322
-uu
ng
(1) Sumber Sediaan Farmasi yang berasal dari alam semesta
dan sudah terbukti berkhasiat, memenuhi ketentuan
da

jaminan produk halal sesuai dengan ketentuan peraturan


-un

perundang-undangan, dan arnan digunakan dalam


pencegahan, pengobatan, dan/ atau perawatan, serta
ng

pemeliharaan Kesehatan tetap harus dijaga


da

kelestariannya.
(21 Masyarakat diberi kesempatan yang seluas-luasnya
/un

untuk meneliti, mengembangkan, memproduksi,


/08

mengedarkan, meningkatkan, dan menggunakan Sediaan


Farmasi dan Alat Kesehatan yang dapat
23

dipertanggungiawabkan manfaat dan keamanannya.


(3) Penelitian, pengembangan, produksi,
20

peredaran,
peningkatan, serta penggunaan Sediaan Farmasi dan
m/

Alat Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


diselenggarakan sesuai dengan ketentuan peraturan
.co

perundang-undangan.
a

(4) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin


an

pelaksanaan penelitian dan pengembangan Sediaan


uly

Farmasi dan bahan baku Alat Kesehatan yang berasal


dari a-lam dengan tetap menjaga kelestariannya.
m
na

Pasal 323
.ai

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mendorong


ww

dan mengarahkan penelitian dan pengembangan Sediaan


Farmasi dan Alat Kesehatan dengan memanfaatkan
//w

potensi nasional yang tersedia.


(2) Penelitian dan pengembangan Sediaan Farmasi dan Alat
ps:

Kesehatan dilakukan dengan memperhatikan dan


menjaga kelestarian lingkungan hidup, sumber daya
htt

alam, norma agama, dan sosial budaya.

(3) Penelitian...
SK No 187138A
ml
.ht
230
n-2
dTJ:rF-IrrIilTIf;I.lTfEn
-139-

hu
(3)

-ta
Penelitian dan pengembangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat dilakukan oleh industri Sediaan

17
Farmasi, industri Alat Kesehatan, lembaga penelitian,

or-
dan lembaga pendidikan.

om
Pasal 324

u-n
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung

-u
jawab terhadap pelaksanaan penelitian, pengembangan,
ng
pemanfaatan, dan pemeliharaan bahan Obat Bahan
Alam.
a
nd

(2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mendorong


g-u

pemanfaatan sumber daya alam guna penelitian dan


pengembangan Obat Bahan Alam dengan tetap
n

memperhatikan dan menjaga kelestarian lingkungan


da

hidup dan sosial budaya.


n

(3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam


8/u

mendorong pemanfaatan sumber daya alam guna


3/0

penelitian dan pengembangan Obat Bahan Alam


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus
2

iklim usaha yang sehat bagr masyarakat dan pelaku


20

usaha.
m/

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan penelitian,


.co

pengembangan, pemanfaatan, dan pemeliharaan Obat


Bahan Alam diatur dengan Peraturan Pemerintah.
na
lya

Pasal 325
mu

Penelitian dan pengembangan Obat Bahan Alam bertqjuan


untuk:
na

a.
.ai

mewujudkan kemandirian industri farmasi nasional guna


mendukung ketahanan kefarmasian;
ww

b. memanfaatkan sumber daya alam dan ramuan


//w

tradisional secara berkelanjutan dalam peningkatan ilmu


pengetahuan dan penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan;
ps:

c. menjamin pengelolaan potensi alam sehingga mempunyai


daya saing yang tinggr sebagai sumber ekonomi
htt

masyarakat; dan

d. menyediakan

SK No l87139A
ml
.ht
23
-20
NEPUBLIK INDOHESIA

un
-140-

ah
d. menyediakan Obat Bahan Alam untuk memelihara

7-t
Kesehatan yang terjamin mutu, khasiat, dan
keamanannya serta teruji secara ilmiah dan

r-1
dimanfaatkan secara luas untuk pencegahan,

mo
pengobatan, perawatan, dan/atau pemeliharaan
Kesehatan.

-no
-uu
Pasal 326
(1) Untuk mewujudkan ketahanan Sediaan Farmasi dan AIat
ng
Kesehatan, Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
bertanggung jawab terhadap kemandirian di bidang
a
nd

Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.


-u

(21 Kemandirian Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


ng

dilakukan melalui pengembangan dan penguatan tata


kelola rantai pasok Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
da

dari hulu hingga hilir secara terintegrasi dengan


/un

mengutamakan penggunaan dan pemenuhan Sediaan


Farmasi dan Alat Kesehatan yang diproduksi dalam
/08

negeri untuk ketahanan dan kemajuan Kesehatan


nasional.
23

(3) Pemenuhan kebutuhan ketahanan Kesehatan nasional


20

sebagai6412 dimaksud pada ayat (2) dilakukan secara


bertahap sesuai dengan prioritas nasional.
m/

(4) Pengembangan dan penguatan


tata kelola rantai pasok
.co

Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) dilakukan paling sedikit dengan:
na

a. menerbitkan kebijakan, termasuk memberikan


lya

insentif pada pelaku usaha yang berupaya


mewujudkan ketahanan Sediaan Farmasi dan AIat
u
am

Kesehatan;
b. meningkatkan daya saing industri Sediaan Farmasi
ain

dan Alat Kesehatan;


w.

c. memberikan dukungan bagr penguasaan dan


pemanfaatan teknologi dan inovasi serta penelitian
w

dan pengembangan dalam bidang Sediaan Farmasi


//w

dan Alat Kesehatan, termasuk melalui kerja sama


luar negeri, yang dilakukan oleh pemerintah
ps:

dan/atau masyarakat secara multilateral, regional,


htt

dan bilateral sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-trndangan;

d. memproduksi. . .

SK No l87140A
ml
.ht
23
-20
NEPUBUK IT{DONESIA

un
-t4t-

ah
d. memproduksi Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan

7-t
dalam negeri untuk pemenuhan kebutuhan dalam

r-1
negeri dan ekspor serta meningkatkan kegiatan
industri/utilisasi kapasitas industri;

mo
e. memastikan penggunaan Bahan Obat dan bahan

-no
baku Alat Kesehatan produksi dalam negeri oleh
industri farmasi dan Alat Kesehatan dalam negeri;

-uu
f. mengoptimalkan peran akademisi, pelaku usaha,
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
ng
masyarakat; dan
a

g. menjamin
nd

keberlangsungan rantai pasok melalui


lisensi sukarela, lisensi wajib, atau pelaksanaan
-u

paten oleh pemerintah, terutama dalam kondisi


ng

bencana, KLB, atau Wabah.


da

(5) Untuk menjamin ketahanan nasional, Obat generik


/un

intematianal nonpropietary name yang dipasarkan di


Indonesia hanya boleh dibuat oleh industri farmasi dalam
/08

negeri.
23
20

Pasal 327
(1)
m/

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, masyarakat, dan


Fasilitas Pelayanan Kesehatan harus mengutamakan
.co

penggunaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan dalam


negeri dengan tetap memperhatikan mutu, kualitas,
na

keamanan, dan kemanfaatan.


lya

(2) Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan 5glagaimana


u

dimaksud pada ayat (1) yang diproduksi oleh industri


am

Sediaan Farmasi dan AIat Kesehatan harus


ain

mengutamakan penggunaan bahan baku produksi dalam


negeri.
w.w

Pasal 328
//w

(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Fasilitas


ps:

Pelayanan Kesehatan dalam mengadakan Obat dan Alat


Kesehatan harus mengutamakan Obat dan Alat
htt

Kesehatan yang menggunakan bahan baku produksi


dalam negeri.
(21 Pengutamaan. . .

SK No l87l41A
ml
.ht
23
-20
un
-t42-

ah
(21 Pengutamaan penggunaan bahan baku produksi dalam

7-t
negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

r-1
dengan tetap memperhatikan mutu, kualitas, keamanan,
dan kemanfaatan.

mo
-no
Pasal 329
(1)
-uu
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memberikan
kemudahan dalam penyelenggaraan hilirisasi penelitian
ng
nasional untuk meningkatkan daya saing industri
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.
a
nd

(21 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah membangun


-u

ekosistem penelitian yang terdiri atas infrastruktur


penelitian, kemudahan perLinan penelitian dan
ng

pendukung penelitian, serta sumber daya manusia.


da

(3) Infrastruktur penelitian sebagaimana dimaksud pada


/un

ayal (21 dibangun oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah


Daerah, dan/ atau masyarakat.
/08

l4l Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memberikan


23

kemudahan perizinan penelitian dan pendukung


20

penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tanpa


mengurangi pelindungan terhadap nilai-nilai penelitian.
m/

(5) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat


.co

memberikan dukungan bagi institusi dan/ atau


masyarakat yang melakukan investasi penelitian
na

kefarmasian dan Alat Kesehatan.


u lya
am

Pasal 330
Ketentuan mengenai percepatan pengembangan dan
ain

ketahanan industri Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan


w.

diatur dengan Peraturan Pemerintah.


w
//w

Pasal 331
(1)
ps:

Dalam rangka mendukung kemandirian industri Sediaan


Farmasi dan Alat Kesehatan, Pemerintah Pusat
htt

memberikan insentif bagr industri Sediaan Farmasi dan


Alat Kesehatan.

(2) Insentif ...


SK No l87l42A
ml
.ht
23
-20
NEFUBUK INDONESIA

un
-t43-

ah
(21 Insentif sebageisl4n4 dimaksud pada ayat (1) termasuk

7-t
diberikan kepada setiap industri Sediaan Farmasi dan
Alat Kesehatan yang melakukan kegiatan penelitian,

r-1
pengembangan, dan inovasi di dalam negeri, serta yang

mo
melakukan produksi dengan menggunakan bahan baku
dalam negeri.

-no
(3) Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21
berupa fiskal dan nonfiskal.

-uu
(4) Pemberian insentif bagi industri Sediaan Farmasi dan
Alat Kesehatan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
ng
peraturan perundang-undangan.
a
nd
-u

Pasal 332
(1)
ng

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melakukan


mitigasi risiko terhadap Sediaan Farmasi, Alat
da

Kesehatan, dan Perbekalan Kesehatan lainnya yang


/un

diperlukan da-lam kondisi darurat, bencana, KLB, atau


Wabah.
/08

(21 Dalam rangka melakukan mitigasi risiko sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Pusat dan
23

Pemerintah Daerah menetapkan kebijakan, standar,


20

sistem dan tata kelola Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,


dan Perbekalan Kesehatan lainnya.
m/
.co

Pasal 333
na

Ketentuan lebih lanjut mengenai standar, sistem, dan tata


kelola Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Perbekalan
lya

Kesehatan lainnya pada kondisi darurat, bencana, KLB, atau


u

Wabah diatur dengan Peraturan Pemerintah.


am
ain

BAB X
TEKNOLOGI KESEHATAN
w.w
//w

Pasal 334
(l) Teknologi Kesehatan diselenggarakan, dihasilkan,
ps:

diedarkan, dikembangkan, dan dievaluasi melalui


penelitian, pengembangan, dan pengkajian untuk
htt

peningkatan Sumber Daya Kesehatan dan Upaya


Kesehatan.
(2) Teknologi

SK No l87143A
ml
t
3.h
02
n-2
BL|K TNDONESIA
-r44-

ahu
(21 Teknologi Kesehatan sebagaimana dimaksud pada

7-t
ayat (1) termasuk perangkat keras dan perangkat lunak.

r-1
(3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mendorong
pemanfaatan produk Teknologi Kesehatan dalam negeri.

mo
(4) Teknologi Kesehatan sebagaimana dimaksud pada

-no
ayat (1) harus memenuhi standar sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

-uu
ng
Pasal 335
(1)
da
Dalam Teknologi Kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 334 dapat dilakukan
-un

penelitian di laboratorium, penelitian yang


memanfaatkan hewan coba, tumbuhan,
ng

dan bahan biologi tersimpan, atau penelitian yang


da

mengikutsertakan manusia sebagai subjek.


/un

(2) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus


memenuhi kaidah etik, kaidah ilmiah, metodologi ilmiah,
/08

dan izin dari pihak yang berwenang sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.
23

(3) Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus


/20

memperhatikan manfaat, risiko, keselamatan manusia,


dan kelestarian lingkungan hidup.
om

(41 Penelitian yang mengikutsertakan manusia sebagai


a.c

subjek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus


mendapat persetujuan dari pihak yang menjadi subjek
an

penelitian.
ly

(5) Penelitian yang mengikutsertakan manusia sebagai


mu

subjek penelitian dilakukan dengan menghormati hak


subjek penelitian, termasuk jaminan tidak merugikan
a
ain

manusia yang diiadikan subjek penelitian.


(6) Penelitian dengan memanfaatkan hewan coba harus
w.

memperhatikan kesejahteraan hewan tersebut dan


w

mencegah dampak buruk yang tidak langsung bagi


//w

Kesehatan manusia.
(71 Tata cara penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ps:

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan


htt

perundang-undangan.

Pasal 336...
SK No l87l44A
ml
.ht
23
-20
NEPUBUK INDONESIA

un
- 145-

ah
Pasal 336

7-t
(1) Setiap penelitian, pengembangan, pengkajian, dan

r-1
pemanfaatan Teknologi Kesehatan harus
mempertimbangkan potensi risiko dan manfaatnya

mo
terhadap Kesehatan masyarakat.

-no
(2) Penelitian, pengembangan, pengkajian, dan pemanfaatan
Teknologi Kesehatan sebagaimana dimaksud pada

-uu
ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
ng
perundang-undangan.
a
nd

Pasal 337
-u

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung


ng

jawab mendorong dan memfasilitasi keberlanjutan


da

inovasi Teknologi Kesehatan serta memastikan


/un

keamanan, kemanfaatan, khasiat, dan mutu produk


inovasi Teknologi Kesehatan dalam rangka melindungi
/08

masyarakat.
23

(21 Dalam melaksanakan tanggung jawab sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Pusat menetapkan
20

kebijakan inovasi Teknologi Kesehatan.


m/

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan inovasi


.co

Teknologi Kesehatan diatur dengan Peraturan


na

Pemerintah.
lya

Pasal 338
u
am

(1) Dalam rangka mendukung Pelayanan Kesehatan,


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah mendorong
ain

pemanfaatan Teknologi Kesehatan, termasuk teknologi


w.

biomedis.
w

(21 Pemanfaatan teknologi biomedis sebagaimana dimaksud


//w

pada ayat (1) mencakup teknologi genomik,


transkriptomik, proteomik, dan metabolomik terkait
ps:

organisme, jaringan, sel, biomolekul, dan teknologi


htt

biomedis lain.

(3) Pemanfaatan

SK No 187145A
ml
.ht
23
-20
NEPUEUK INDONEISIA

un
-t46-

ah
(3) Pemanfaatan teknologi biomedis sebagaimana dimaksud

7-t
pada ayat (1) dilaksanakan mulai dari kegiatan
pengambilan, penyimpanan jangka panjang, serta

r-1
pengelolaan dan pemanfaatan material dalam bentuk

mo
spesimen klinik dan materi biologi, muatan informasi,
dan data terkait, yang ditqiukan untuk kepentingan ilmu

-no
pengetahuan dan Teknologi Kesehatan dan Pelayanan
Kesehatan, termasuk pelayanan kedokteran presisi.

-uu
(4) Pengambilan, penyimpanan jangka panjang, serta
pengelolaan dan pemanfaatan material dalam bentuk
ng
spesimen klinik dan materi biologi, muatan informasi,
a
dan data terkait dalam rangka pemanfaatan teknotogi
nd

biomedis wajib mendapatkan persetqjuan dari Pasien


-u

dan/ atau donor.


(5) Kewajiban mendapatkan persetqjuan dari
ng

Pasien
dan/ atau donor dalam pengelolaan dan pemanfaatan
da

material dalam bentuk spesimen klinik dan materi


/un

biologi, muatan informasi, dan data terkait sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) dikecualikan apabila:
/08

a. material dalam bentuk spesimen klinik dan materi


biologi, muatan informasi, dan data yang tidak dapat
23

ditelusuri identitasnya atau berupa data agregat;


20

b. material dalam bentuk spesimen klinik dan materi


m/

biologi, muatan informasi, dan data untuk


kepentingan hukum; dan/ atau
.co

c. material dalam bentuk spesimen klinik dan materi


na

biologi, muatan informasi, dan data untuk


kepentingan umum sesuai dengan ketentuan
lya

peraturan perundang-undangan.
u
am

Pasal 339
ain

(1) Penyimpanan dan pengelolaan material dalam bentuk


spesimen klinik dan materi biologi, muatan informasi,
w.

dan data untuk jangka panjang harus dilakukan oleh


w

biobank dan I atau biorepositori.


//w

(21 Biobank dan/atau biorepositori sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) diselenggarakan oleh Fasilitas Pelayanan
ps:

Kesehatan, institusi pendidikan, dan/ atau lembaga


htt

penelitian dan pengembangan Kesehatan, baik milik


Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, maupun swasta.

(3) Penyelenggaraan . ..
SK No l87l,16A
I

tml
3.h
02
n-2
-t47-

hua
(3) Penyelensgaraan biobank dan/ atau biorepositori

7-t
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus mendapatkan

r-1
penetapan dari Pemerintah Pusat.
(4) Penyelenggaraan biobank dan/atau biorepositori wajib

mo
menerapkan prinsip:

-no
a. keselamatan hayati dan keamanan hayati;
b. kerahasiaan atau privasi;

-uu
c. akuntabilitas; ng
d. kemanfaatan;
da

e. kepentingan umum;
-un

f. penghormatan terhadap hak asasi manusia;


g.
ng

etika, hukum, dan medikolegal; dan


h.
da

sosial budaya.
(5) Penyelenggara biobank dan/atau biorepositori wajib
/un

menyimpan spesimen dan data di dalam negeri.


/08

(6) Data dan informasi dalam penyelenggaraan biobank


dan/ atau biorepositori harus terintegrasi ke dalam
23

Sistem Informasi Kesehatan Nasional.


/20
om

Pasa1 340
(1) Pengalihan dan penggunaan material da-lam bentuk
a.c

spesimen klinik dan materi biologi, muatan informasi,


dan/ atau data ke luar wilayah Indonesia dilakukan
an

dengan memperhatikan prinsip pemeliharaan kekayaan


ly

sumber daya hayati dan genetika Indonesia.


mu

(21 Pengalihan dan penggunaan material dalam bentuk


a

spesimen klinik dan materi biologi, muatan informasi,


ain

dan/atau data ke luar wilayah Indonesia sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan apabila:
w.

a. cara mencapai maksud dan tujuan pemeriksaan


w

tidak dapat dilakukan di Indonesia;


//w

b. pemeriksaan dapat dilakukan di Indonesia tetapi


ps:

untuk mencapai tqiuan utama penelitian, perlu


dilakukan pemeriksaan di luar wilayah Indonesia;
htt

dan/atau

c. untuk...
SK No l87l47A
l
tm
3.h
02
n-2
FIr.fXTII-.IIffflA
-148-

ahu
c. untuk kepentingan kendali mutu dalam rangka

7-t
pemutakhiran akurasi kemampuan standar
diagnostik dan terapi.

r-1
(3) Pengalihan dan penggunaan material dalam bentuk

mo
spesimen klinik dan materi biologi, muatan informasi
dan/ atau data keluar wilayah Indonesia harus dilengkapi

-no
dengan perjanjian alih material yang disusun
berdasarkan prinsip pembagran manfaat yang memenuhi

-uu
keadilan, keselamatan, dan kemanfaatan.
ng
(41 Pengalihan dan penggunaan materia-l dalam bentuk
spesimen klinik dan materi biologi, muatan informasi,
da

dan/ atau data keluar wilayah Indonesia gsSagaimana


-un

dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan setelah


mendapatkan persetujuan Pemerintah Pusat.
ng
da

Pasal 341
/un

(1) Pengambilan dan pengiriman material dalam bentuk


spesimen klinik dan materi biologi hanya dapat
/08

dilakukan oleh Tenaga Medis, Tenaga Kesehatan, tenaga


pendukung atau penunjang kesehatan yang mempunyai
23

keahlian dan kewenangan.


20

(21 Syarat dan t:-:tz- cara pengambilan dan pengiriman


m/

material dalam bentuk spesimen klinik dan materi biologi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
.co

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.
a
an
uly

Pasal 342
(1)
m

Setiap Orang dilarang melakukan diskriminasi atas hasil


na

pemeriksaan dan analisis genetik seseorang.


(21 Setiap Orang yang melanggar ketentuan larangan
.ai

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi


ww

administratif oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah


Daerah sesuai dengan kewenangannya berupa
//w

pengenaan denda administratif sampai dengan


pencabutan izin.
ps:

(3) Ketentuan mengenai t:Ja cara pengenaan sanksi


htt

administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur


dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 343...
SK No l87l48A
l
tm
3.h
02
n-2
:rf -JrFff fXI$f.TIf*{l-I
-t49-

hu
-ta
Pasal 343

17
Penggunaan material dalam bentuk spesimen klinik dan
materi biologi, muatan informasi, dan/ atau data biomedis oleh

r-
industri atau untuk kepentingan komersial harus

mo
mendapatkan izin Pemerintah Pusat.

-no
Pasal 344

-uu
Ketentuan lebih lanjut mengenai Teknologi Kesehatan diatur
ng
dengan Peraturan Pemerintah.
da
-un

BAB XI
ng

SISTEM INFORMASI KESEHATAN


da
/un

Bagran Kesatu
Umum
/08
23

Pasal 345
20

(1) Dalam rangka melakukan Upaya Kesehatan yang efektif


m/

dan elisien diselenggarakan Sistem Informasi Kesehatan.


(21
.co

Sistem Informasi Kesehatan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diselenggarakan oleh:
na

a. Pemerintah Pusat;
lya

b. Pemerintah Daerah;
mu

c. Fasilitas Pelayanan Kesehatan; dan


d.
a

masyarakat, baik perseorangan maupun kelompok.


ain

(3) Penyelenggara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib


.

mengintegrasikan Sistem Informasi Kesehatan dengan


ww

Sistem Informasi Kesehatan Nasional.


(41 Kementerian yang
//w

urusan
pemerintahan di bidang kesehatan dapat memberikan
ps:

dukungan kepada penyelenggara sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) dalam pengelolaan Sistem Informasi
htt

Kesehatan.

Bagian

SK No 187149A
ml
.ht
23
-20
NEPUEUK INDONESIA

un
_150_

ah
Bagian Kedua

7-t
Tata Kelola Sistem Informasi Kesehatan

r-1
mo
Pasal 346
(1) Penyelenggara Sistem Informasi Kesehatan

-no
melaksanakan tata kelola Sistem Informasi Kesehatan
yang mendukung pelayanan di bidang Kesehatan.

-uu
(21 Tata kelola Sistem Informasi Kesehatan sebagaimana
ng
dimaksud pada ayat (1) merupakan rangkaian kegiatan
untuk menjamin mutu dan keandalan sistem.
a
nd

(3) Tata kelola Sistem Informasi Kesehatan sebagaimerna


dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan
-u

arsitektur Sistem Informasi Kesehatan.


ng

(4) Arsitektur Sistem Informasi Kesehatan sebagaimana


da

dimaksud pada ayat (3) disusun sesuai dengan pedoman


/un

yang ditetapkan oleh Menteri.


(5) Selain untuk kepentingan mendukung pelayanan di
/08

bidang Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


penyelenggaraan Sistem Informasi Kesehatan juga
23

ditqjukan untuk pengembangan sistem informasi di


20

bidang bioteknologi Kesehatan.


(6) Penyelenggara Sistem Informasi Kesehatan wajib
m/

melakukan pemrosesan data dan informasi Kesehatan di


.co

wilayah Indonesia.
(71 Penyelenggara Sistem Informasi Kesehatan dapat
na

melakukan pemrosesan data dan informasi Kesehatan di


lya

luar wilayah Indonesia yang pelaksanaannya sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
u
am

Pasal 347
ain

(1) Penyelenggara Sistem Informasi Kesehatan wajib


w.

memastikan keandalan Sistem Informasi Kesehatan yang


meliputi:
w
//w

a. ketersediaan;
b. keamanan;
ps:

c. pemeliharaan; dan
htt

d. integrasi.

(21 Keandalan

SK No l87150A
l
tm
3.h
02
n-2
EUK INDONESIA
-151 -

hu
-ta
(2) Keandalan Sistem Informasi Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan cara:

17
a. menguji kelaikan sistem;

r-
b.

mo
menjaga kerahasiaan data;
c. menentukan kebijakan hak akses data;

-no
d. memiliki sertifikasi keandalan sistem; dan

-uu
e. melakukan audit secara berkala.
ng
Pasal 348
da

(1) Penyelenggara Sistem Informasi Kesehatan wajib


-un

menyediakan data dan informasi Kesehatan yang


berkualitas.
ng

(2\ Masyarakat dapat mengakses data yang bersifat publik


da

dan/ atau data Kesehatan dirinya melalui penyelenggara


/un

Sistem Informasi Kesehatin yang terintegrasi dalam


Sistem Informasi Kesehatan Nasiona-l sesuai dengan
/08

ketentuan peraturan perundang-undangan.


(3) Pemrosesan data dan informasi Kesehatan dilaksanakan
23

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


20

undangan.
m/
.co

Pasal 349
(1) Penyelenggara Sistem Informasi Kesehatan wajib
na

melaksanakan pemrosesan data dan informasi Kesehatan


lya

yang meliputi:
a. perencanaan;
mu

b. pengumpulan;
a
ain

c. penyimpanan;
d. pemeriksaan;
.
ww

e. transfer;
f.
//w

pemanfaatan; dan
g. pemusnahan.
ps:

(2) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


htt

huruf a ditqjukan untuk menentukan daftar data dan


informasi yang akan dikumpulkan.

(3) Pengumpulan

SK No t8715l A
ml
.ht
23
-20
l:lrFFIFtrN
REPUBLTK IXDONEIiIA

un
-t52-

ah
(3) Pengumpulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

7-t
huruf b dilaksanakan sesuai dengan hasil perencanaan

r-1
data.
(41 Penyimpanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mo
huruf c dilaksanakan dalam pangkalan data pada tempat
yang aman dan tidak rusak atau mudah hilang dengan

-no
menggunakan media penyimpanan elektronik dan/ atau
nonelektronik.

-uu
(5) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf d dilaksanakan dalam rangka menjamin kualitas
ng
data dan informasi.
a

(6) Ttansfer
nd

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e


dilaksanakan antarpenyelenggara Sistem Informasi
-u

Kesehatan melalui Sistem Informasi Kesehatan Nasional.


ng

(7) Data dan informasi yang dikelola oleh penyelenggara


da

Sistem Informasi Kesehatan dapat ditransfer ke luar


wilayah Indonesia untuk tujuan yang spesifrk dan
/un

terbatas dengan izin dari Pemerintah Pusat.


/08

(8) Pemanfaatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf f dilaksanakan untuk:
23

a. Kesehatanperseorzrngan;
20

b. Kesehatanmasyarakat;
m/

c. pembangunan Kesehatan; dan


.co

d. pengambilankebijakan.
Pemusnahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
na

(e)
huruf g dapat dilaksanakan oleh penyelenggara Sistem
lya

Informasi Kesehatan setelah berakhimya masa


penyimpanan sesuai dengan ketentuan peraturan
u

perundang-undangan.
am

(10) Penyelenggara Sistem Informasi Kesehatan dapat


ain

memusnahkan data dan informasi setelah berakhirnya


masa penyimpanan.
w.

(1 1) Penyelenggara Sistem Informasi Kesehatan wajib


w

mencatat riwayat pemrosesan data dan informasi.


//w

(t2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemrosesan data dan


informasi Kesehatan diatur dengan Peraturan
ps:

Pemerintah.
htt

Pasal 350...

SK No 187152A
ml
.ht
23
-20
REFUEUK INDONESIA

un
- 153-

ah
Pasal 350

7-t
(1) Sistem Informasi Kesehatan memuat data dan informasi

r-1
yang bersumber dari:
a.

mo
Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
b. instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

-no
c. badan/lembaga yang menyelenggarakan program
jaminan sosial nasional;
d. badan/lembaga
-uulain yang
ng
menyelenggarakan kegiatan di bidang Kesehatan;
e. kegiatan masyarakat selain Fasilitas
a
Pelayanan
nd

Kesehatan;
-u

f. pelaporan mandiri perseorangan; dan


ng

g. sumber lainnya.
da

(2) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


terdiri atas data dan informasi pribadi serta data dan
/un

informasi publik.
/08
23

Pasal 351
(1) Penyelenggara Sistem Informasi Kesehatan wajib
20

menjamin pelindungan data dan informasi Kesehatan


m/

setiap individu.
(21 Pemrosesan data dan informasi Kesehatan yang
.co

menggunakan data Kesehatan individu wajib


na

mendapatkan persetujuan dari pemilik data dan/ atau


memenuhi ketentuan lain yang menjadi dasar
lya

pemrosesan data pribadi sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan di bidang pelindungan
u
am

data pribadi.
(3) Pemilik data sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ain

berhak:
w.

a. mendapatkan informasi mengenai tqiuan


pengumpulan data Kesehatan individu;
w

b.
//w

mengakses dan melakukan perbaikan data dan


informasi melalui penyelenggara Sistem Informasi
ps:

Kesehatan;
c. meminta penyelenggara Sistem Informasi Kesehatan
htt

datanya ke penyelenggara Sistem


Informasi Kesehatan lainnya;
d. meminta . . .

SK No 187153 A
ml
.ht
23
-20
rlTrT|:Tr[IiIIfif.III{Tltr

un
-154-

ah
d. meminta penyelenggara Sistem Informasi Kesehatan

7-t
menghapus data yang tidak benar atas persetqiuan

r-1
pemilik data; dan
e. mendapatkan hak subjek data pribadi lain sesuai

mo
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang pelindungan data pribadi.

-no
(4) Hak pemilik data sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

-uu
dikecualikan untuk kepentingan tertentu sebagaimana
diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang
ng
pelindungan data pribadi.
a
(5) Penyelenggara Sistem Informasi Kesehatan wajib
nd

kepada pemilik data apabila terdapat


-u

kegagalan pelindungan data dan informasi Kesehatan


ng

individu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan di bidang pelindungan data pribadi.
da

(6) Pelindungan data dan informasi Kesehatan setiap


/un

individu dilaksanakan sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
/08
23

BAB xII
20

KE.JADIAN LUAR BIASA DAN WABAH


m/
.co

Bagran Kesatu
na

Kejadian Luar Biasa


lya

Pasal 352
u
am

(1) Untuk melindungi masyarakat dari KLB, Pemerintah


Daerah dan Pemerintah Pusat bertanggung jawab
ain

melaksanakan kegiatan kewaspadaan KLB,


penanggulangan KLB, dan pasca-KlB.
w.

(2) Kegiatan kewaspadaan KLB, penanggulangan KLB, dan


w

pasca-KlB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


//w

dilaksanakan secara terkoordinasi, komprehensif, dan


berkesinambungan di wilayah, Pintu Masuk, dan
ps:

pelabuhan atau bandar udara yang melayani lalu lintas


htt

domestik.

(3) Dalam . . .

SK No l87l54A
ml
.ht
23
-20
NEPUBUK INDONESIA

un
-155-

ah
(3) Dalam pelaksanaan kegiatan kewaspadaan KLB,

7-t
penanggulangan KLB, dan pasca-KlB sebagaimana

r-1
dimaksud pada ayat (1) melibatkan unsur Tenaga Medis,
Tenaga Kesehatan, akademisi atau pakar, Tentara

mo
Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik
Indonesia, lintas sektor, dan/ atau tokoh

-no
masyarakat/ agama.

Pasal 353 -uu


ng
(1) Bupati/wali kota, gubernur, atau Menteri harus
a

menetapkan KLB jika pada suatu daerah tertentu


nd

terdapat penyakit atau masalah Kesehatan yang


-u

memenuhi kriteria KLB.


ng

(2) Kriteria 11tr3 ssfaga imana dimaksud pada ayat (1) terdiri
da

atas:
/un

a. timbulnya suatu penyakit atau masalah Kesehatan


yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal;
/08

b. peningkatan kejadian secara terus menerus selama


23

3 (tiga) kurun waktu dalam jam, hari, atau minggu


20

berturut-turut;
c.
m/

peningkatan kejadian kesakitan 2 (dua) kali atau


lebih jika dibandingkan dengan periode sebelumnya;
.co

d. rata-rata. jumlah kejadian kesakitan perbulan


na

selama 1 (satu) tahun menunjukkan kenaikan


lya

2 (dua) kali atau lebih;


e. angka kematian akibat penyakit atau masalah
u

Kesehatan dalam 1 (satu) kurun waktu tertentu


am

menunjukkan kenaikan 50% (lima puluh persen)


ain

atau lebih;
f.
w.

angka proporsi penyakit penderita baru pada satu


periode menunjukkan kenaikan 2 (dua) kali atau
w

lebih jika dibandingkan dengan satu periode


//w

sebelumnya dalam kurun waktu yang sama;


dan/ atau
ps:

C. kriteria lain yang ditetapkan oleh Menteri.


htt

(3) Bupati. . .

SK No l87l55A
l
tm
3.h
02
n-2
BUK TNDONESIA
- 156-

hu
-ta
(3) Bupati/wali kota, gubernur, atau Menteri harus
mencabut penetapan KLB jika daerah tidak lagi

17
memenuhi kriteria KLB.

r-
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria KLB, penetapan,

mo
dan pencabutan KLB diatur dengan Peraturan

-no
Pemerintah.

Pasal 354
-uu
ng
(1) Bupati/wali kota, gubernur, atau Menteri yang
da

menetapkan KLB wajib segera melaksanakan kegiatan


-un

penanggulangan KLB.
(21 Kegiatan penanggulangan KLB sebagaimana dimaksud
ng

pada ayat (1) meliputi:


da

a. penyelidikanepidemiologis;
/un

b. pelaksanaansurveilans;
/08

c. pengendalian faktor risiko;


23

d. pemusnahan penyebab KLB;


20

e. pencegahan dan pengebalan;


m/

f. promosi Kesehatan;
.co

g. komunikasi risiko;
na

h. penatalaksanaankasus;
lya

i. penanganan jenazah akibat KLB; dan


j. upaya penanggulangan lainnya yang diperlukan
mu

sesuai dengan penyebab KLB.


a
ain

Pasal 355
.
ww

Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan kewaspadaan KLB,


penanggulangan KLB, dan pasca-KlB diatur
//w

dengan
Peraturan Pemerintah.
ps:
htt

Bagian

SK No 187156A
ml
.ht
23
-20
un
-157-

ah
Bagian Kedua

7-t
Wabah

r-1
mo
Paragraf 1

-no
Umum

Pasal 356
-uu
ng
Untuk melindungi masyarakat dari Wabah, Pemerintah Pusat
a
dan Pemerintah Daerah melaksanakan kegiatan Kewaspadaan
nd

Wabah, penanggulangan Wabah, dan pasca-Wabah.


-u
ng

Paragraf 2
da

Penetapan Jenis Penyakit yang Berpotensi Menimbulkan Wabah


/un
/08

Pasal 357
23

(1) Dalam rangka Kewaspadaan Wabah ditetapkan jenis


penyakit yang berpotensi menimbulkan Wabah.
20

(21 Jenis penyakit yang berpotensi menimbulkan Wabah


m/

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikategorikan


.co

dalam:
a.
na

penyakit menular endemis tertentu;


b.
lya

penyakit menular baru; dan/atau


c. penyakit menular lama yang muncul kembali.
u
am

(3) Jenis penyakit yang berpotensi menimbulkan Wabah


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
ain

berdasarkan kriteria:
w.

a. penyakit yang disebabkan oleh agen biologi;


w

b. penyakit yang dapat menular dari manusia ke


//w

manusia dan/ atau dari hewan ke manusia;


c.
ps:

penyakit yang berpotensi menimbulkan sakit yang


parah, kedisabilitasan, dan/ atau kematian; dan
htt

d. penyakit. . .

SK No l87157A
ml
.ht
23
-20
REPUBUK INDONESIA

un
-158-

ah
d. penyakit yang berpotensi meningkat dan menyebar

7-t
secara cepat.

r-1
(41 Jenis penyakit yang berpotensi menimbulkan Wabah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh

mo
Menteri.

-no
(5) Menteri dapat menetapkan perubahan jenis penyakit
yang berpotensi menimbulkan Wabah sebagaimana
-uu
dimaksud pada ayat (4) dengan mempertimbangkan
ng
perkembangan epidemiologis penyakit, sosial budaya,
keamanan, ekonomi, serta ilmu pengetahuan dan
a
nd

teknologi.
-u
ng

Paragraf 3
da

Kewaspadaan Wabah di Wilayah


/un
/08

Pasal 358
(1) Da1am rangka Kewaspadaan Wabah di
23

witayah,
Pemerintah Daerah kabupaten/kota dan Pemerintah
20

Daerah provinsi harus melaksanakan kegiatan:


m/

a. pengamatan terhadap terjadinya jenis penyakit yang


.co

berpotensi menimbulkan Wabah dan pemetaan


faktor risiko terjadinya Wabah;
na

b. penanganan terhadap kasus penyakit yang


lya

berpotensi menimbulkan Wabah dan faktor


u

risikonya;
am

c. penetapan Daerah Terjangkit KLB dan


ain

penanggulangan KLB; dan


d.
w.

kesiapsiagaan sumber daya apabila sewaktu-waktu


terjadi Wabah.
w
//w

(21 Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilaksanakan secara komprehensif dan
ps:

berkesinambungan.
htt

Paragraf4...

SK No 187158A
ml
.ht
23
-20
FRESIDEN
NEPUBLIK TNDONESIA

un
-159-

ah
Paragral 4

7-t
Kewaspadaan Wabah di Pintu Masuk

r-1
mo
Pasal 359
Dalam rangka Kewaspadaan Wabah di Pintu Masuk dan

-no
perlintasan antardaerah, Pemerintah Pusat melaksanakan
kegiatan pengamatan penyakit dan/ atau faktor risiko penyakit

-uu
yang berpotensi menimbulkan Wabah, baik di Pintu Masuk
maupun pelabuhan atau bandar udara yang melayani lalu
ng
lintas domestik.
a
-und

Pasal 360
(1) Dalam rangka pengamatan penyakit dan/ atau
ng

faktor
risiko penyakit yang berpotensi menimbulkan Wabah
da

dilakukan pengawasan terhadap alat angkut, orang,


/un

barang, dan/ atau lingkungan.


(21 Pengawasan terhadap alat angkut sebagaimana
/08

dimaksud pada ayat (1) dilakukan terhadap kapal,


pesawat udara, dan kendaraan darat yang melayani
23

angkutan sipil, baik pada saat kedatangan maupun


20

keberangkatan.
(3)
m/

Selain terhadap kapal, pesawat udara, dan kendaraan


darat yang melayani angkutan sipil sebagaimana
.co

dimaksud pada ayat (2), pengawasan juga dilakukan


terhadap kapal, pesawat udara, dan kendaraan darat
na

nonsipil untuk kebutuhan transportasi perang, pejabat


lya

negara, dan/atau tamu negara yang pelaksanaannya


berkoordinasi dengan kementerian/ lembaga terkait.
u

(4) Dalam hal ditemukan penyakit dan/ atau faktor risiko


am

penyakit yang berpotensi menimbulkan Wabah di Pintu


ain

Masuk atau pelabuhan dan bandar udara yang melayani


lalu lintas domestik, segera dilakukan tindakan
w.

penanggulangan.
(5) Tindakan penanggulangan
w

sebagaimana dimaksud pada


//w

ayat (4) dapat berupa:


a. skrining, rujukan, isolasi atau karantina, pemberian
ps:

kekebalan, pemberian profilaksis, disinfeksi,


dan/ atau dekontaminasi terhadap orang sesuai
htt

dengan indikasi;

b. disinfeksi

SK No l87159A
t ml
3.h
02
n-2
REPUBUK INDONEgIA
- 160-

hu
a
b. disinfeksi, dekontaminasi, disinseksi, dan/ atau

7-t
deratisasi terhadap alat angkut dan barang;
dan/atau

r-1
c. tindakanpenanggulanganlainnya.

mo
(6) Tindakan penanggulangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) dilakukan sesuai dengan jenis agen penyakit dan

-no
cara penyebarannya.

-uu
(7) Dalam hal terdapat orang yang tidak bersedia dilakukan
tindakan penanggulangan sebagaimana dimaksud pada
ng
ayat (6), kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang kesehatan berwenang
da

merekomendasikan kepada maskapai penerbangan, agen


-un

pelayaran, atau agen kendaraan darat untuk menunda


keberangkatan atau mengeluarkan rekomendasi kepada
ng

pejabat imigrasi untuk dilakukan penolakan.


da

(8) Kementerian yang urusan


pemerintahan di bidang kesehatan dalam melaksanakan
/un

kegiatan penanggulangan sebagaimana dimaksud pada


ayat (5) dapat melibatkan lintas sektor dan Pemerintah
/08

Daerah.
23

(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan


penanggulangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
/20

diatur dengan Peraturan Pemerintah.


om

Pasal 361
a.c

(i) Dalam hal kementerian yang urusan


an

pemerintahan di bidang kesehatan mendapatkan


informasi mengenai terjadinya peningkatan penularan
ly

penyakit dan/atau faktor risiko penyakit yang berpotensi


mu

menimbulkan Wabah di negara lain, kementerian yang


menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
a
ain

kesehatan harus meningkatkan kewaspadaan dan


melakukan langkah yang diperlukan dalam rangka cegah
w.

tangkal penyakit di Pintu Masuk.


w

(2) Dalam hal Wabah telah menyebar di berbagai negara,


Menteri mengeluarkan peraturan tata laksana
//w

pengawasan dan/atau tindakan penanggulangan


ps:

terhadap alat angkut yang datang dari atau ke luar negeri


sesuai dengan karakteristik penyebab/agen penyakit dan
htt

cara penularannya, termasuk kemungkinan pembatasan


mobilitas orang dan barang di Pintu Masuk.

(3) Dalam

SK No 187160A
ml
t
3.h
02
n-2
-161 -

hu
a
(3) Dalam rangka cegah tangkal penyakit di Pintu Masuk

7-t
sebagaimana dimaksud pada ayat (l), Menteri dapat
merekomendasikan penutupan Pintu Masuk kepada

r-1
Presiden.

mo
Pasal 362

-no
Setiap kapal, pesawat udara, dan kendaraan darat yang:

-uu
a. datang dari atau berangkat ke luar negeri; atau
b. datang dari Daerah Terjangkit,
ng
berada dalam pengawasan kementerian yang
da

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.


-un
ng

Pasal 363
(1) Setiap nakhoda, kapten penerbang, atau pengemudi pada
da

saat kedatangan atau melewati pos lintas batas negara


/un

wajib menginformasikan apabila terdapat orang sakit


danlatau meninggal yang diduga kuat diakibatkan oleh
/08

penyakit dan/ atau faktor risiko penyakit yang berpotensi


menimbulkan Wabah kepada Petugas Karantina
23

Kesehatan.
/20

(21 Penyampaian informasi oleh nakhoda, kapten penerbang,


atau pengemudi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
om

dilakukan dengan menyerahkan dokumen deklarasi


kesehatan untuk kapal, pesawat udara, dan kendaraan
a.c

darat pada saat kedatangan kepada Petugas Karantina


Kesehatan.
an

(3) Nakhoda, kapten penerbang, atau pengemudi


ly

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang


mu

menurunkan atau menaikkan orang dan/atau barang


sebelum mendapat surat persetujuan dari kementerian
a

yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang


ain

kesehatan.
w.

Pasal 364
w

(1) Terhadap alat angkut yang terdapat orang sakit dan/atau


//w

meninggal yang diduga kuat diakibatkan oleh penyakit


dan/ atau faktor risiko penyakit yang berpotensi
ps:

menimbulkan Wabah, Petugas Karantina Kesehatan


berwenang melakukan pemeriksaan dan tindakan
htt

penanggulangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 360


ayat (5).

(2) Ketentuan...
SK No 187161A
ml
.ht
23
-20
REPUBUK INDONESIA

un
-t62-

ah
(2) Ketentuan mengenai kegiatan pemeriksaan dan tindakan

7-t
penanggulangan terhadap kendaraan darat di pos lintas
batas negara diatur melalui perjanjian antara kedua

r-1
negara.

mo
-no
Pasal 365
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan terhadap kapal,

-uu
pesawat udara, dan kendaraan darat diatur dengan Peraturan
Pemerintah. ng
da

Pasal 366
-un

(1) Setiap alat angkut, orang, dan/ atau barang yang:


a. datang dari atau berangkat ke luar negeri; atau
ng

b. datang dari atau berangkat ke daerah/negara


da

endemis atau terjangkit,


/un

harus dilengkapi dengan Dokumen Karantina Kesehatan.


/08

(21 Dokumen Karantina Kesehatan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dimaksudkan sebagai alat pengawasan dan
23

pencegahan masuk dan/atau keluarnya penyakit


dan/ atau faktor risiko penyakit yang berpotensi
20

menimbulkan Wabah.
m/
.co

Pasal 367
na

Ketentuan mengenai tata cara pengajuan, penerbitan, dan


pembatalan Dokumen Karantina Kesehatan diatur dengan
lya

Peraturan Pemerintah.
mu

Paragraf 5
na

Daerah Wabah
.ai
ww

Pasal 368
//w

(1) Menteri menetapkan atau mencabut penetapan daerah


tertentu sebagai Daerah Terjangkit Wabah.
ps:

(21 Untuk menetapkan daerah tertentu sebagai Daerah


htt

Terjangkit Wabah sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


Menteri mempertimbangkan aspek:

a. etiologi
SK No t87162A
t ml
3.h
02
n-2
-163-

hua
a. etiologi penyakit;

7-t
b. situasi kasus dan kematian;

r-1
c. kapasitas Pelayanan Kesehatan; dan/ atau

mo
d. kondisi masyarakat.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan dan

-no
pencabutan penetapan Daerah Terjangkit Wabah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur

-uu
dengan Peraturan Pemerintah.ng
da
Pasal 369
-un

Dalam hal Wabah berdampak mengancam dan berpotensi


mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
menyebabkan jumlah korban, kerugian ekonomi, cakupan
ng

luas wilayah yang terkena Wabah, dampak sosial ekonomi


da

yang ditimbulkan, dan kerusakan lingkungan, Menteri


/un

mengusulkan penetapan Wabah sebagai bencana nasional


nonalam kepada Presiden.
/08
23

Pasal 370
Dalam hal terjadi situasi Wabah sebagaimana dimaksud
/20

dalam Pasal 369, Presiden menetapkan Wabah sebagai


bencana nasional nonalam sesuai dengan ketentuan
om

peraturan perundang-undangan.
a.c
an

Paragraf 6
ly

Penanggulangan Wabah
mu

Pasal 371
a
ain

Penanggulangan Wabah dilaksanakan segera setelah


penetapan Daerah Terjangkit Wabah dengan memperhatikan
w.

asas kemanusiaan, sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan.


w
//w

Pasal 372
ps:

Penanggulangan Wabah dilakukan melalui kegiatan:


a.
htt

investigasipenyakit;
b. penguatansurveilans;
c. penanganan

SK No 187163 A
tml
3.h
02
n-2
l-:-IfIilTIr.rTIrT{Itr
-t64-

hua
c. penangananpenderita;

7-t
d. pengendalian faktor risiko;

r-1
e. penanganEm terhadap populasi berisiko;

mo
f. komunikasi risiko; dan/atau
g. tindakanpen€rnggulanganlainnya.

-no
-uu
Pasal 373
(1) Investigasi penyakit sebagaimana dimaksud dalam
ng
Pasal 372 huruf a dilakukan untuk mendapatkan
da

informasi tentang etiologi penyakit, sumber penyakit, dan


-un

cara penularan atau penyebaran penyakit Wabah.


l2l Informasi mengenai etiologi penyakit, sumber penyakit,
ng

dan cara penularan atau penyebar€rn penyakit Wabah


da

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai


pertimbangan dalam menentukan tindakan
/un

penanggulangan.
/08

Pasal 374
23

(1) Penguatan surveilans sebagaimana dimaksud dalam


/20

PasaL 372 huruf b dilakukan untuk penemuan kasus dan


identifikasi mendalam tentang karakteristik dari
om

etiologi/agen penyakit dan faktor risikonya dengan


berbasis laboratorium dan/ atau penelitian ilmiah.
a.c

(2) Surveilans sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


an

dilakukan melalui kegiatan pengamatan yang sistematis


dan terus-menerus tentang kejadian penyakit dan
ly

kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan


mu

penularan penyakit untuk memperoleh dan memberikan


informasi guna mengarahkan tindakan penanggulangan
a

penyakit secara efektif dan efisien.


ain
w.

Pasal 375
w

(1) Penanganan penderita sebagaimana dimaksud dalam


//w

Pasal 372 huruf c dilakukan upaya tata laksana


penderita sesuai dengan kebutuhan medis.
ps:

(21 Penanganan penderita sebagaimana dimaksud pada


htt

ayat (1) meliputi:


a. isolasi;
b. karantina...

SK No 187164A
lm
.ht
23
-20
un
-165-

ah
b karantina; dan/ atau

7-t
c pengobatan dan perawatan.

r-1
(3) Isolasi sebagaimana dimaksud pada ayat (21 huruf a
dilaksanakan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan atau

o
om
tempat lain yang memungkinkan penderita mendapatkan
akses Pelayanan Kesehatan untuk mempertahankan
kehidupannya.

u-n
(4) Karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b

-u
dapat dilaksanakan di rumah, Rumah Sakit, tempat
kerja, alat angkut, hotel, wisma, asrarna, dan tempat
ng
atau wilayah lainnya dengan mempertimbangkan aspek
da
epidemiologi.
(5)
-un

Karantina sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b


dapat dilakukan terhadap orang, barang, dan alat
ng

angkut.
(6) Pengobatan dan perawatan sebagaimana dimaksud pada
da

ayat (21 huruf c dilaksanakan pada Fasilitas Pelayanan


/un

Kesehatan sesuai dengan standar dan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
/08

(71 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bersama


dengan masyarakat bertanggung jawab memfasilitasi
23

pelaksanaan isolasi atau karantina.


20

(8) Dalam hal penderita sebagaimana dimaksud pada


ayat (21 memenuhi kriteria untuk dilakukan tindakan
m/

isolasi atau karantina, wajib dilakukan isolasi atau


.co

karantina guna mengurangi terjadinya penyebaran


penyakit Wabah.
na
lya

Pasal 376
(1)
mu

Pengendalian faktor risiko sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 372 huruf d dilakukan untuk memutus rantai
na

penularan penyakit dari faktor risiko yang dilaksanakan


sesuai dengan ketentuan dan perkembangan teknologi
.ai

serta karakteristik dari faktor risiko tersebut, termasuk


ww

kemungkinan pemusnahan faktor risiko dimaksud.


(2) Pengendalian faktor risiko sebagaimana dimaiksud pada
//w

ayat (1) meliputi:


a. penyehatan, pengamanan, dan pengendalian yang
ps:

ditujukan untuk memperbaiki faktor risiko


lingkungan dan/atau memusnahkan agen biologi
htt

penyebab penyakit;

b. pencegahan

SK No 187165A
l
tm
3.h
02
n-2
REPUBUI( INDONESIA
-766-

a hu
b. pencegahan dan pengendalian infeksi; dan/atau

7-t
c. penanganan jenazale.

r-1
mo
Pasal 377

-no
(1) Penanganan terhadap populasi berisiko sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 372 huruf e dilakukan untuk

-uu
mencegah dan mengurangi risiko penyebaran penyakit.
(21 Penanganan terhadap populasi berisiko
ng sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
da

a. pemberiankekebalan;
-un

b. pemberian profilaksis; dan/atau


ng

c. pembatasankegiatansosialkemasyarakatan.
da

(3) Pembatasan kegiatan sosial kemasyarakatan


/un

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c meliputi:


a. peliburan sekolah dan tempat kerja;
/08

b. pembatasan kegiatan keagamaan;


23

c. pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum;


20

dan/atau
m/

d. pembatasan kegiatan lainnya.


a .co

Pasal 378
an

(1) Komunikasi risiko sebagaimana dimaksud dalam


uly

Pasal 372 huruf f dilakukan untuk memberikan


pemahaman kepada masyarakat dan meningkatkan
m

peran masyarakat dalam upaya penanggulangan Wabah.


na

(21 Komunikasi risiko sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


.ai

dilakukan melalui:
ww

a. pemberian informasi dan/ atau edukasi kepada


masyarakat; dan/ atau
//w

b. mobilisasi sosial.
ps:
htt

Pasal 379...

SK No l87166A
m l
.ht
23
-20
REFUBUK INDONESIA

un
-t67-

ah
Pasal 379

7-t
(1) Kegiatan penanggulangan Wabah dilaksanakan secara

r-1
terintegrasi, komprehensif, dan tepat sasaran dengan
melibatkan kementerian/lembaga terkait dan Pemerintah

o
Daerah.

om
(21 Dalam penanggulangan Wabah, Pemerintah Pusat dapat

u-n
bekerja sEuna dengan negara lain atau badan
internasional.

-u
ng
Pasal 380
da

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan kegiatan


-un

penanggulangan Wabah sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 371 sampai dengan Pasal 379 diatur dengan Peraturan
ng

Pemerintah.
da
/un

Paragraf 7
Kegiatan Pasca-Wabah
/08
23

Pasal 381
20

(1) Untuk pemulihan pasca-Wabah dilakukan kegiatan


normalisasi:
m/

a. Pelayanan Kesehatan; dan


.co

b. kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat.


na

(21 Se1ain pemulihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


lya

tetap dilakukan upaya pencegahan terulangnya Wabah


melalui kegiatan:
mu

a. penguatan surveilans Kesehatan; dan


na

b. pengendalian faktor risiko.


(3) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
.ai

ayat (21 wajib dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah


ww

kabupaten/kota, Pemerintah Daerah provinsi, dan


Pemerintah Pusat secara terintegrasi, komprehensif, tepat
//w

sasar€rn, dan berkesinambungan sesuai dengan


kewenangannya.
ps:

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan kegiatan


htt

pasca-Wabah diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Bagian . . .

SK No 187167A
lm
.ht
23
-20
NEPUELIK INDONESIA

un
-168-

ah
Bagian Ketiga

7-t
Laboratorium

r-1
o
om
Pasal 382
(1) Dalam hal penanggulangan KLB dan Wabah diperlukan

u-n
sampel dan/ atau spesimen untuk konfirmasi
laboratorium, pelaksanaan pengambilan sampel dan
-u
konlirmasi dilakukan pada laboratorium terdekat yang
ng
memiliki kemampuan.
da

(2) Pelaksanaan konfirmasi sebagaimana dimaksud pada


-un

ayat (1) mengutamakan kedaulatan dan kepentingan


nasional, pemanfaatan untuk masyarakat, serta
ng

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.


da

(3) Dalam hal konfirmasi laboratorium sslagaimana


/un

dimaksud pada ayat (1) perlu dilakukan dengan negara


lain, pelaksanaannya harus dilakukan sesuai dengan
/08

ketentuan peraturan perundang-undangan yang


23

mengatur mengenai perjanjian alih material.


20
m/

Bagian Keempat
.co

Pengelolaan Limbah
na
lya

Pasal 383
(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/ atau
mu

Fasilitas Pelayanan Kesehatan bertanggung jawab


na

terhadap pengelolaan limbah dari kegiatan


.ai

penanggulangan KLB dan Wabah.


ww

l2l Pengelolaan limbah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
//w

perundang-undangan.
ps:
htt

Bagian

SK No 187168A
ml
.ht
23
-20
NEPUBUK INDONESIA

un
-169-

ah
Bagran Kelima

7-t
Pelaporan

r-1
mo
Pasal 384
(1) Pemerintah Daerah kabupaten/kota dan Pemerintah

-no
Daerah provinsi wajib menyampaikan laporan

-uu
pelaksanaan kewaspadaan KLB dan Wabah, kegiatan
penanggulangan KLB dan Wabah dan/atau kegiatan
ng
pasca-KlB dan pasca-Wabah kepada Menteri secara
berkala.
a
nd

(21 Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling


sedikit berisi perkembangan situasi KLB dan Wabah serta
-u

kegiatan penanggulangan yang dilakukan.


ng
da

Pasal 385
/un

(1) Menteri wajib melaporkan setiap perkembangan situasi


KLB dan Wabah dan kegiatan penanggulangan KLB dan
/08

Wabah kepada Presiden.


23

(21 Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), Menteri mengumumkan perkembangan KLB dan
20

Wabah dengan memperhatikan dampak sosial, ekonomi,


m/

budaya, politik, dan keamanan yang mungkin timbul.


.co

Bagian Keenam
na

Sumber Daya
u lya

Pasal 386
am

Sumber daya dalam upaya penanggulangan KLB dan Wabah


ain

meliputi:
a. sumber daya manusia;
w.

b. teknologi;
w
//w

c, sarana dan prasarana;


d. Perbekalan Kesehatan; dan
ps:

e, pendanaan.
htt

Pasal 387...

SK No l87159A
ml
.ht
23
-20
NEFUBUI( INDONESIA

un
-170-

ah
Pasal 387

7-t
Sumber daya manusia s6lagaimana dimaksud dalam

r-1
Pasal 386 huruf a merupakan Tenaga Medis, Tenaga
Kesehatan, dan tenaga pendukung atau penunjang kesehatan

mo
sesuai dengan kebutuhan.

-no
Pasal 388

-uu
(1) Setiap Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan wajib ikut
serta dalam kegiatan penanggulangan KLB dan Wabah.
ng
(21 Dalam hal Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
a
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak mencukupi,
nd

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat


-u

melakukan mobilisasi tenaga cadangan Kesehatan


ng

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 238.


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai mobilisasi
da

tenaga
cadangan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
/un

ayat (21 diatur dengan Peraturan Pemerintah.


/08

Pasal 389
23

(1) Teknologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 386


20

huruf b berupa penerapan dan pengembangan:


m/

a. teknologi tepat guna;


b.
.co

metode uji laboratorium;


c. metode pengobatan;
na

d. teknologi manajemen informasi dan komunikasi; dan


lya

e. penelitian.
u

(21 Penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf


am

e
diutamakan penelitian yang berbasis pelayanan.
ain
w.

Pasal 390
Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam
w

Pasal 386 huruf c berupa seluruh fasilitas yang diperlukan


//w

untuk mendukung kegiatan kewaspadaan KLB dan Wabah,


penanggulangan KLB dan Wabah, dan pasca-KlB dan pasca-
ps:

Wabah.
htt

Pasal 391 ...

SK No l87170A
m l
.ht
23
-20
REPUBUK INDONESIA

un
_r7r_

h
-ta
Pasal 391
Perbekalan Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam

17
Pasal 386 huruf d meliputi Alat Kesehatan, Obat, vaksin,

r-
bahan medis habis pakai, dan bahan/ alat pendukung lainnya

mo
yang diperlukan dalam menyelenggarakan kegiatan
kewaspadaan KLB dan Wabah, penanggulangan KLB dan

-no
Wabah, serta pasca-KlB dan pasca-Wabah.

Bagran Ketqluh
-uu
ng
Hak, Kewajiban, dan Larangan
da
-un

Paragraf 1
ng

Hak
da
/un

Pasal 392
Setiap orang yang sakit atau diduga sakit akibat penyakit atau
/08

masalah Kesehatan yang menyebabkan KLB atau akibat


penyalit yang menyebabkan Wabah yang telah ditetapkan
23

status KLB atau Wabah berhak mendapatkan Pelayanan


Kesehatan yang pendanaannya bersumber dari Pemerintah
20

Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah.


m/
.co

Pasal 393
(1) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
na

yang melaksanakan
upaya penanggulangan KLB dan Wabah berhak atas
lya

pelindungan hukum dan keamanan serta jaminan


kesehatan dalam melaksanakan tugasnya.
mu

(21 Pelindungan hukum dan keamanan sebagaimana


na

dimaksud pada ayat (1) termasuk pelindungan yang


diberikan kepada Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
.ai

dalam melaksanakan kegiatan investigasi dan memasuki


ww

wilayah atau mendapatkan akses kepada masyarakat


tertentu yang diduga sakit akibat penyakit atau masalah
//w

Kesehatan yang berpotensi menimbulkan KLB, atau


akibat penyakit yang berpotensi menimbulkan Wabah.
ps:

(3) Jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


termasuk mendapatkan pelindungan diri' dari risiko
htt

penularan.

Paragral 2. . .

SK No l87l7l A
m l
.ht
23
-20
iilll TITFITIIXTII-trtriIFIA

un
-t72-

ah
Paragraf 2

7-t
Kewajiban

o r-1
Pasal 394

om
Setiap Orang wajib mematuhi semua kegiatan

u-n
penanggulangan KLB dan Wabah yang dilaksanakan oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

-u
ng
Pasal 395
da

(1) Setiap Orang yang mengetahui adanya orang sakit atau


-un

diduga sakit akibat penyakit atau masalah Kesehatan


yang berpotensi menimbulkan KLB atau akibat penyakit
ng

yang berpotensi menimbulkan Wabah harus segera


da

melaporkan kepada aparatur pemerintahan


desa/kelurahan dan/ atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan
/un

terdekat.
/08

(21 Aparatur pemerintahan desa/kelurahan dar,/ata,u


Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang menerima laporan
23

sebagaimana dimalsud pada ayat (1) atau yang


20

mengetahui adanya orang sakit atau diduga sakit akibat


penyakit atau masalah Kesehatan yang berpotensi
m/

menimbulkan KLB atau akibat penyakit yang berpotensi


menimbulkan Wabah wajib melaporkan kepada
.co

perangkat daerah yang menyelenggarakan urusan


na

pemerintahan di bidang kesehatan setempat.


lya

(3) Aparatur pemerintahan desa/kelurahan dan/ atau


Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang melanggar ketentuan
mu

sebagais16114 dimaksud pada ayat (2) dikenai sanksi


administratif oleh Pemerintah Daerah atau Pemerintah
na

Pusat sesuai dengan kewenangannya berupa:


.ai

a. teguran lisan;
ww

b. teguran tertulis; dan/atau


c. usulan pemberhentian dari jabatannya.
//w

(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai ta:ta cara pengenaan


ps:

sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


diatur dengan Peraturan Pemerintah.
htt

Pasal 396 . . .

SK No l87l72A
m l
3.ht
02
n-2
REFUELIK INDONESIA
-t73-

hu
-ta
Pasal 396

7
Dalam keadaan KLB dan Wabah seluruh Fasilitas Pelayanan

r-1
Kesehatan, baik milik Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah maupun masyarakat, wajib memberikan Pelayanan

mo
Kesehatan terhadap orang sakit atau diduga sakit akibat
penyakit atau masalah Kesehatan yang berpotensi

-no
menimbulkan KLB atau akibat penyakit yang berpotensi
menimbulkan Wabah.

-uu
ng
Pasal 397
a
(1) Setiap Orang yang mengelola bahan yang mengandung
nd

penyebab dan/ atau agen biologi penyebab penyakit dan


g-u

masalah Kesehatan yang berpotensi menimbulkan KLB


dan Wabah wajib memenuhi standar pengelolaan.
n

(21 Ketentuan mengenai standar pengelolaan bahan yang


da

mengandung penyebab dan/atau agen biologi penyebab


/un

penyakit dan masalah Kesehatan yang berpotensi


menimbulkan KLB dan Wabah diatur dengan Peraturan
/08

Pemerintah.
23

Pasal 398
20

(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang tidak memberikan


m/

Pelayanan Kesehatan terhadap orang sakit atau diduga


sakit akibat penyakit atau masalah Kesehatan yang
.co

berpotensi menimbulkan KLB atau akibat penyakit yang


na

berpotensi menimbulkan Wabah sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 396 dan Setiap Orang yang mengelola bahan
lya

yang mengandung penyebab dan/ atau agen biologi


penyebab penyakit dan masalah Kesehatan yang
mu

berpotensi menimbulkan KLB dan Wabah yang tidak


memenuhi standar pengelolaan sebagaimana dimaksud
na

dalam Pasal 397 dikenai sanksi administratif oleh


.ai

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan


ww

kewenangannya berupa:
a, teguran lisan;
//w

b. teguran tertulis; dan/atau


ps:

c. denda administratif.
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan
htt

sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Paragraf 3 . . .

SK No 187173 A
l
tm
3.h
02
n-2
NEPUBLIK TNDONESIA
-t74-

hu
-ta
Paragraf 3

7
Larangan

r-1
mo
Pasal 399

-no
Setiap Orang dilarang:
a. melakukan kegiatan menyebarluaskan bahan
-uu
yang
mengandung penyebab penyakit dan masa-lah Kesehatan
ng
yang berpotensi menimbulkan KLB; dan/atau
da
b melakukan kegiatan menyebarluaskan agen biologi
penyebab penyakit yang berpotensi menimbulkan KLB
-un

dan Wabah.
ng
da

Pasal 400
/un

Setiap Orang dilarang menghalang-halangi pelaksanaan


upaya penanggulangan KLB dan Wabah.
/08
23

BAB XIII
20

PENDANAAN KESEHATAN
m/
.co

Pasal 401
na

(1) Pendanaan Kesehatan bertujuan untuk mendanai


lya

pembangunan Kesehatan secara berkesinambungan


dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil,
mu

dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya


guna untuk meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat
na

setinggi-tingginya.
.ai

(21 Unsur pendanaan Kesehatan sebagaimana dimaksud


ww

pada ayat (1) terdiri atas sumber pendanaan, alokasi, dan


pemanfaatan.
//w

(3) Sumber pendanaan Kesehatan berasal dari Pemerintah


ps:

Pusat, Pemerintah Daerah, dan sumber lain yang sah


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
htt

undangan.

Pasal 4O2...
SK No 187174A
ml
.ht
23
-20
FRESIDEN
NEPUBLIK INDONESIA

un
-t75-

h
-ta
Pasal 402

17
(1) Pemerintah Pusat melakukan pemantauan pendanaan
Kesehatan secara nasional dan regional untuk

or-
memastikan tercapainya tqjuan pendanaan Kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 401 ayat (1).

om
(2) Untuk mendukung pemantauan pendanaan Kesehatan

u-n
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Pusat
mengembangkan sistem informasi pendanaan Kesehatan
g-u
yang terintegrasi dengan Sistem Informasi Kesehatan
Nasional.
an
(3) Sistem informasi pendanaan Kesehatan sebagaimana
nd

dimaksud pada ayat (2) merupakan seperangkat tatanan


yang terintegrasi meliputi data, informasi, indikator, dan
g-u

capaian kinerja pendanaan Kesehatan yang dikelola


secara terpadu untuk mengarahkan tindakan atau
an

keputusan dalam pembangunan Kesehatan.


nd

(4) Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan, instansi


8/u

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, badan yang


program jaminan sosial di bidang
/0

kesehatan, badan yang program


jaminan sosial di bidang ketenagakerjaan, badan usaha
23

milik negara, badan usaha milik daerah, lembaga swasta,


/20

dan mitra pembangunan yang menjalankan fungsi


Kesehatan melaporkan realisasi belanja Kesehatan dan
om

hasil capaian setiap tahun sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan melalui sistem informasi
a.c

pendanaan Kesehatan.
an

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengembangan dan


pelaksanaan sistem informasi pendanaan Kesehatan
uly

diatur dengan Peraturan Pemerintah.


am

Pasal 403
n
.ai

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung


jawab menyediakan dana yang dimanfaatkan untuk
ww

seluruh kegiatan:
a. Upaya Kesehatan;
//w

b. penanggulangan bencana, KLB, dan/atau Wabah;


ps:

c. penguatan Sumber Daya Kesehatan dan


htt

pemberdayaan masyarakat;
d. penguatanpengelolaanKesehatan;

e penelitian . . .

SK No l87l75A
l
tm
3.h
02
n-2
NEFUBUK II{DONESIA
-176-

ahu
e. penelitian, pengembangan, dan inovasi bidang

7-t
Kesehatan; dan

r-1
f. program Kesehatan strategis lainnya sesuai dengan
prioritas pembangunan nasional di sektor

mo
Kesehatan.

-no
(21 Pendanaan untuk seluruh kegiatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat bersumber dari sumber

-uu
lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. ng
da

Pasal 404
-un

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab


atas pendanaan pemeriksaan dan Pelayanan Kesehatan
ng

terhadap korban tindak pidana dan/ atau pemeriksaan mayat


da

untuk kepentingan hukum.


/un
/08

Pasal 405
(U Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/ atau pihak
23

swasta terkait bertanggung jawab terhadap pendanaan


yang timbul dalam hal terdapat kejadian ikutan
20

pascapemberian Obat pencegahan massal dan imunisasi


m/

dalam penanggulangan penyakit, termasuk


.co

penanggulangan KLB dan Wabah.


l2l Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling
a
an

sedikit digunakan untuk:


a.
uly

audit kausalitas;
b. Pelayanan Kesehatan, termasuk rehabilitasi medis;
m

dan
na

c. santunan terhadap korban.


.ai
ww

Pasal 406
//w

Pendanaan Rumah Sakit dapat bersumber dari penerimaan


Rumah Sakit, anggaran Pemerintah Pusat, anggaran
ps:

Pemerintah Daerah, dan/ atau sumber lain yang sah sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
htt

Pasal 407...

SK No l87l76A
l
tm
3.h
02
n-2
REPUEUK INDONEBIA
-t77-

hu
a
Pasal 407

7-t
(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, danlatau

r-1
masyarakat dapat memberikan bantuan pendanaan
dalam rangka peningkatan dan pemberian Pelayanan

mo
Kesehatan kepada masyarakat.

-no
(2) Bantuan pendanaan Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/atau masyarakat sebagaimana dimaksud

-uu
pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
ng
da

Pasal 408
-un

Ketentuan lebih lanjut mengenai pemanfaatan pendanaan


Kesehatan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
ng
da

Pasal 409
/un

(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi, dan


/08

Pemerintah Daerah kabupaten/kota memprioritaskan


anggaran Kesehatan untuk program dan kegiatan dalam
23

penyusunan anggaran pendapatan dan belanja negara


20

dan anggaran pendapatan dan belanja daerah.


(21 Anggaran Kesehatan untuk program dan kegiatan
m/

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan


.co

anggaran selain untuk gaji dalam lingkup peningkatan


Pelayanan Kesehatan bagi masyarakat dengan tetap
a

memperhatikan kesejahteraan bagl Sumber Daya


an

Manusia Kesehatan.
uly

(3) Pemerintah Pusat mengalokasikan anggaran Kesehatan


m

dari anggaran pendapatan dan belanja negara sesuai


na

dengan kebutuhan program nasional yang dituangkan


dalam rencana induk bidang Kesehatan dengan
.ai

memperhatikan penganggaran berbasis kinerja.


ww

(41 Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran Kesehatan


dari anggaran pendapatan dan belanja daerah sesuai
//w

dengan kebutuhan Kesehatan daerah yang mengacu


pada program Kesehatan nasional yang dituangkan
ps:

dalam rencana induk bidang Kesehatan dengan


htt

memperhatikan penganggaran berbasis kinerja.

(5) Pengalokasian

SK No l87177A
ml
.ht
23
-20
NEFUELIK INtrONESIA

un
_178_

h
-ta
(5) Pengalokasian anggaran Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dan ayat (4ll, termasuk

17
memperhatikan penyelesaian permasalahan Kesehatan

or-
berdasarkan beban penyakit atau epidemiologi.
(6) Dalam penyusunan anggaran Kesehatan Pemerintah

om
Daerah, Pemerintah Pusat berwenang untuk
menyinkronkan kebutuhan alokasi anggaran untuk

u-n
kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 403.

g-u
Pasal 41O
an
(1) Dalam rangka upaya peningkatan kinerja pendanaan
nd

Kesehatan, Pemerintah Pusat dapat memberikan insentif


g-u

atau disinsentif kepada Pemerintah Daerah sesuai


dengan capaian kinerja program dan Pelayanan
an

Kesehatan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


nd

(2) Pemberian insentif atau disinsentif sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
8/u

ketentuan peraturan perundang-undangan.


/0
23

Pasal 41 1
/20

(1) Pendanaan Upaya Kesehatan perseorangan melalui


penyelenggaraan program jaminan kesehatan
om

diselenggarakan oleh badan yang menyelenggarakan


program jaminan sosial di bidang kesehatan.
a.c

(21 Program jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud pada


an

ayat (1) bersifat wajib bagi seluruh penduduk.


uly

(3) Program jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diselenggarakan untuk menjamin agar
am

masyarakat memperoleh manfaat pemeliharaan dan


pelindungan Kesehatan guna memenuhi kebutuhan
n
.ai

dasar Kesehatan.
(41 Kebutuhan dasar Kesehatan sebagaimana dimaksud
ww

pada ayat. (3) merupakan kebutuhan esensial yang


menyangkut Pelayanan Kesehatan perseorangan, baik
//w

promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, maupun paliatif


sesuai dengan siklus hidup dan epidemiologi tanpa
ps:

melihat sosial ekonomi dan penyebab masa-lah


htt

Kesehatan.

(5) Penduduk. . .

SK No l87l78A
m l
.ht
23
-20
PRESIDEN
REPUELIK TNEONESIA

un
_L79_

ah
(5) Penduduk yang ingin mendapat manfaat tambahan dapat

7-t
mengikuti asuransi kesehatan tambahan dan/atau

r-1
membayar secara pribadi.
(6) Manfaat tambahan melalui asuransi kesehatan

o
om
tambahan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat
dibayarkan oleh pemberi kerja dan/ atau dibayar secara

u-n
pribadi, yang dilaksanakan dengan koordinasi antar
penjamin kesehatan lainnya.

-u
ng
Pasal 412
da

Penyelenggaraan program jaminan kesehatan dilaksanakan


-un

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


ng

BAB XIV
da

KOORDINASI DAN SINKRONISASI PENGUATAN SISTEM KESEHATAN


/un
/08

Pasal 413
23

(1) Dalam rangka pembangunan Kesehatan diperlukan


koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang
20

Kesehatan antarkementerian/lembaga dan pihak terkait.


m/

(21 Koordinasi dan sinkronisasi sebagaimana dimaksud pada


.co

ayat (1) dilakukan dengan tqiuan untuk:


a. melaksanakan pencegahan dan
na

penanganan
permasalahan kebijakan di bidang Kesehatan;
lya

b. menyinergikan dan pelaksanaan


mu

kebijakan di bidang Kesehatan


antarkementerian/lembaga dan pihak terkait; dan
na

c pembangunan dan menguatkan


.ai

sistem Kesehatan.
ww

Pasal 414
//w

Koordinasi dan sinkronisasi sebagaimana dimaksud dalam


ps:

Pasal 413 dilakukan dengan memperhatikan transparansi,


kontinuitas, akuntabilitas, keprofesionalan, dan keterpaduan
htt

pelayanan serta mengedepankan kepentingan masyarakat.

Pasal 415...
SK No 187179A
m l
.ht
23
-20
I:r{JIITII'XL\FI'IIT{TI

un
- 180-

ah
Pasal 415

7-t
Koordinasi dan sinkronisasi sebagaimana dimaksud dalam

r-1
Pasal 413 paling sedikit dilaksanakan melalui:
a.

o
penelaahan terhadap berbagai informasi dan data yang

om
relevan atau berpengaruh terhadap proses akselerasi
pembangunan Kesehatan;

u-n
b. penJrusunan strategi pencapaian dan prioritas program
dan kegiatan pembangunan Kesehatan;
-u
c. penetapan kriteria dan indikator untuk penilaian
ng
pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan
da

Kesehatan;
-un

d. penilaian terhadap kondisi stabilitas dan ketahanan


sistem Kesehatan;
ng

e. untuk mencegah krisis


penetapan langkah koordinasi
Kesehatan dan memperkuat ketahanan sistbm
da

Kesehatan; dan
/un

f. koordinasi peningkatan program Kesehatan masyarakat,


/08

terutama yang bersifat promotif dan preventif.


23

Pasal 416
20

Ketentuan lebih lanjut mengenai koordinasi dan sinkronisasi


m/

penguatan sistem Kesehatan diatur dengan Peraturan


Presiden.
.co
na

BAB XV
lya

PARTISIPASI MASYARAKAT
mu

Pasal 4L7
na

(1) Masyarakat berpartisipasi, baik secara perseorangan


.ai

maupun terorganisasi dalam segala bentuk dan tahapan


ww

pembangunan Kesehatan dalam rangka membantu


mempercepat pencapaian der4jat Kesehatan masyarakat
//w

yang setinggi-tingginya.
(21 Partisipasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ps:

mencakup keikutsertaan secara aktif dan kreatif.


htt

(3) Pemerintah...

SK No l87180A
ml
.ht
230
n-2
EtrIflFIIIIXTIIItrtri4'M
-181 -

hu
-ta
(3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
mengoordinasikan partisipasi sebagaimana dimaksud

17
pada ayat (1).

or-
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai partisipasi masyarakat
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

om
u-n
BAB XVI

-u
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ng
a
Bagi611 Kesatu
nd

Pembinaan
g-u
n

Pasal 418
da

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melakukan


n

pembinaan terhadap masyarakat dan sefiap


8/u

penyelenggaraan kegiatan yang berhubungan dengan


Sumber Daya Kesehatan dan Upaya Kesehatan.
3/0

(21 Upaya Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


termasuk kewaspadaan KLB dan Wabah,
2
20

penanggulangan KLB dan Wabah, serta kegiatan pasca-


KLB dan pasca-Wabah secara terpadu dan
m/

berkesinambungan.
.co

Pasal 419
na

(1) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 418


lya

diarahkan untuk:
mu

a. meningkatkan akses dan memenuhi kebutuhan


Setiap Orang terhadap Sumber Daya Kesehatan dan
na

Upaya Kesehatan;
.ai

b. menggerakkan dan melaksanakan penyelenggaraan


Upaya Kesehatan;
ww

c. meningkatkan mutu Pelayanan Kesehatan serta


//w

kemampuan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan;


dan
ps:

d. melindungi masyarakat terhadap segala


kemungkinan yang dapat menimbulkan bahaya bagi
htt

Kesehatan.

(2) Pembinaan

SK No l87181A
l
tm
3.h
02
n-2
rI{TTFTTIIITII,EII+T|tr
-ta2-

hu
a
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

7-t
dilaksanakan melalui:

r-1
a. komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat;

mo
b. sosialisasi dan advokasi;

-no
c. penguatan kapasitas dan bimbingan teknis;
d. konsultasi;dan/atau

-uu
e. pendidikan dan pelatihan.
ng
da

Pasal 420
-un

(1) Dalam rangka pembinaan, Pemerintah Pusat dan


Pemerintah Daerah dapat memberikan penghargaan
ng

kepada orang atau badan yang telah berjasa dalam setiap


kegiatan mewujudkan tujuan pembangunan Kesehatan,
da

termasuk kegiatan kewaspadaan KLB dan Wabah,


/un

penanggulangan KLB dan Wabah, serta pasca-KlB dan


pasca-Wabah.
/08

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian penghargaan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
23

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


20

undangan.
m/
.co

Bagran Kedua
Pengawasan
na
lya

Pasal 42L
mu

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah melakukan


pengawasan terhadap setiap penyelenggaraan Kesehatan.
na

(21 Lingkup pengawasan sslagaimana dimaksud pada


.ai

ayat (1) meliputi:


ww

a. ketaatan terhadap ketentuan peraturan perundang-


undangan, termasuk ketaatan pelaksanaan norma,
//w

standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh


Pemerintah Pusat;
ps:

b. ketaatan terhadap standar profesi, standar


htt

pelayanan, standar prosedur operasional, serta etika


dan disiplin profesi;

c dampak

SK No l87l82A
ml
.ht
23
-20
un
-183-

ah
c. dampak Pelayanan Kesehatan oleh Tenaga Medis

7-t
atau Tenaga Kesehatan;

r-1
d. evaluasi penilaian kepuasan masyarakat;
e. akuntabilitas dan kelayakan penyelenggaraan Upaya

mo
Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan; dan

-no
f. objek pengawasan lain sesuai dengan kebutuhan.
(3) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

-uu
mengikutsertakan masyarakat.
ang
Pasal 422
nd

Dalam rangka pengawasan sebagaimana dimaksud dalam


-u

Pasal 421, Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dapat


ng

dibantu tenaga pengawas dan dilaksanakan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.
da
/un

Pasal 423
/08

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pengawasan


diatur dengan Peraturan Pemerintah.
23
20

BAB XVII
m/

PENYIDIKAN
.co
na

PasaT 424
(1)
lya

Pejabat penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia


berwenang dan bertanggung jawab melakukan
u

penyidikan tindak pidana di bidang Kesehatan


am

berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara


Pidana.
ain

(21 Selain penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia


w.

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pejabat pegawai


negeri sipil tertentu di lingkungan pemerintahan yang
w

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang


//w

kesehatan juga diberi wewenang khusus sebagai penyidik


sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
ps:

perundang-undangan mengenai Hukum Acara Pidana


untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang
htt

Kesehatan.

(3) Pejabat

SK No 187183 A
l
tm
3.h
02
n-2
nTJrEIttIilNA;lTEE{n
-ta4-

hu
(3) Pejabat Penyidik

a
Pegawai Negeri Sipil sebagaimana

7-t
dimaksud pada ayat (2) berwenang:

r-1
a. menerima laporan dan melakukan pemeriksaan atas
kebenaran laporan serta keterangan tentang tindak

mo
pidana di bidang Kesehatan;

-no
b. memanggil, memeriksa, atau melakukan
penggeledahan terkait dugaan tindak pidana di

-uu
bidang Kesehatan;
c. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;
ng
d. melarang Setiap Orang meninggalkan atau
da

memasuki tempat kejadian perkara untuk


-un

kepentingan penyidikan;
ng

e. menyuruh berhenti orang yang diduga melakukan


tindak pidana di bidang Kesehatan;
da

f.
/un

memeriksa identitas orang yang diduga melakukan


tindak pidana di bidang Kesehatan;
/08

g. mencari dan meminta keterangan dan bahan bukti


dari orang atau badan hukum sehubungan dengan
23

tindak pidana di bidang Kesehatan;


20

h. menahan, memeriksa, serta menyita surat,


m/

dokumen, dan/ atau bahan / barang bukti lainnya


.co

dalam perkara tindak pidana di bidang Kesehatan;


i. melakukan pemeriksaan di tempat tertentu yang
a
an

diduga terdapat surat, dokumen, atau benda lain


yang ada hubungannya dengan tindak pidana di
uly

bidang Kesehatan;
m

j. memanggil seseorang untuk diperiksa dan didengar


na

keterangannya sebagai tersangka atau saksi;


.ai

k. meminta bantuan ahli dalam rangka pelaksanaan


tugas penyidikan tindak pidana di
ww

bidang
Kesehatan;
//w

l. menghentikan penyidikan apabila tidak terdapat


cukup bukti yang membuktikan adanya tindak
ps:

pidana di bidang Kesehatan; dan


htt

m. melakukan

SK No l87l84A
lm
.ht
0 23
PRESIDEN

n-2
NEFUBLIK INDONESIA
-185-

hu
-ta
m. melakukan tindakan lain setelah berkoordinasi
dalam rangka meminta bantuan penyidikan kepada

17
penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.

or-
(41 Penyidik Pegawai Negeri Sipil mengirimkan
pemberitahuan tentang dimulainya penyidikan dan

om
penyampaian hasil penyidikan kepada penuntut umum

-n
melalui penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia.

-uu
(5) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Kitab Undang-
ng
Undang Hukum Acara Pidana.
da

(6) Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana


-un

dimaksud pada ayat (3), pejabat Penyidik Pegawai Negeri


Sipil berada di bawah koordinasi dan pengawasan
ng

Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan


ketentuan peraturan pemndang-undangan.
da
/un

Pasa1 425
/08

Dalam hal dugaan tindak pidana bidang Kesehatan dilakukan


oleh anggota Tentara Nasional Indonesia atau anggota Tentara
23

Nasional Indonesia bersama dengan masyarakat sipil,


/20

penyidikan dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
om
a.c

Pasal 426
an

Persyaratan, tata cara pengangkatan Penyidik Pegawai Negeri


Sipil, dan administrasi penyidikan dilaksanakan sesuai
uly

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


am
n

BAB XVIII
.ai

KETENTUAN PIDANA
ww

Pasal 427
/w

Setiap perempuan yang melakukan aborsi tidak sesuai


/
ps:

dengan kriteria yang dikecualikan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 60 dipidana dengan pidana penjara paling lama
htt

4 (empat) tahun.

Pasal 428...

SK No 187302A
ml
.ht
23
-20
II-{JIFIIIXN]itrITIETA

un
-186-

ah
Pasal 428

7-t
(1) Setiap Orang yang melakukan aborsi tidak sesuai dengan

r-1
ketentuan sebagais14114 dimaksud dalam Pasal 60
terhadap seorang perempuan:

mo
a. dengan persetujuan perempuan tersebut dipidana

-no
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun;
atau

-uu
b tanpa persetujuan perempuan tersebut dipidana
ng
dengan pidana penjara paling lama 12 (dua belas)
tahun.
a
nd

(21 Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


-u

huruf a mengakibatkan kematian perempuan tersebut


dipidana dengan pidana penjara paling lama 8 (delapan)
ng

tahun.
da

(3) Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


/un

huruf b mengakibatkan kematian perempuan tersebut


dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima
/08

belas) tahun.
23
20

Pasal 429
m/

(1) Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan yang melakukan


.co

tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 428


pidananya dapat ditambah l/3 (satu per tiga).
na

(21 Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan yang melakukan


lya

tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


dijatuhi pidana tambahan berupa pencabuturn hak
u
am

tertentu yaitu:
a. hak memegang jabatan publik pada umumnya atau
ain

jabatan tertentu; dan/ atau


w.

b. hak menjalankan profesi tertentu.


w

(3) Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan yang melakukan


//w

aborsi karena indikasi kedaruratan medis atau terhadap


korban tindak pidana perkosaan atau tindak pidana
ps:

kekerasan seksual lain yang menyebabkan kehamilan


htt

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60 tidak dipidana.

Pasal 430...

SK No 187186A
ml
.ht
23
0
n-2
BUK INDONE:IIA
-t87-

hu
-ta
Pasal 430

17
Setiap Orang yang menghalangi program pemberian air susu
ibu eksklusif sebagaimana dimaksud dalam Pasa-t 42 dipidana

or-
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun atau pidana

om
denda paling banyak Rp50.000.00O,00 (lima puluh juta
rupiah).

-uu-n
Pasal 431 ng
Setiap Orang yang memperjualbelikan darah manusia dengan
alasan apa pun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 119
a
nd

dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun


g-u

atau pidana denda paling banyak Rp2O0.O00.O00,00 (dua


ratus juta rupiah).
n
n da

Pasal 432
8/u

(1) Setiap Orang yang mengomersialkan atas pelaksanaan


transplantasi organ atau jaringan tubuh sebagaimana
3/0

dimaksud dalam Pasal 124 ayat (3) dipidana dengan


2

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana


20

denda paling banyak Rp500.000.O00,00 (lima ratus juta


m/

rupiah).
(2) Setiap Orang yang memperjualbelikan organ
.co

atau
jaringan tubuh dengan alasan apa pun sslagaimana
na

dimaksud dalam Pasal L24 ayat (3) dipidana dengan


pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana
lya

denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar


mu

rupiah).
na
.ai

Pasal 433
ww

Setiap Orang yang melakukan bedah plastik rekonstruksi dan


estetika yang bertentangan dengan nonna yang berlaku dalam
dan ditqjukan untuk mengubah
//w

masyarakat idendtas
seseorang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 137 ayat (2)
ps:

dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh)


tahun atau pidana denda paling banyak Rp2.000.000.0O0,00
htt

(dua miliar rupiah).

Pasal 434...

SK No l87l87A
l
tm
3.h
02
t

n-2
Fr{'rrl.IIITIIT.I'ITI sETN

- 188-

hu
-ta
Pasal 434
Setiap Orang yang melakukan pemasungan, penelantaran,

17
kekerasan, dan/atau menyuruh orang lain untuk melakukan

r-
pemasungan, penelantaran, dan/atau kekerasan terhadap

mo
penderita gangguan jiwa atau tindakan lainnya yang
melanggar hak asasi penderita gangguan jiwa, sebagaimana

-no
dimaksud dalam Pasal 76 ayat (2) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan atau pidana

-uu
denda paling banyak Rp10.00O.0O0,00 (sepuluh juta rupiah).
ng
Pasal 435
da

Setiap Orang yang memproduksi atau mengedarkan Sediaan


-un

Farmasi dan/ atau Alat Kesehatan yang tidak memenuhi


standar dan/atau persyaratan keamanan,
ng

khasiat/ kemanfaatan, dan mutu sebagaimana dimaksud


da

dalam Pasal 138 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 12 (dua belas) tahun atau pidana denda
/un

paling banyak Rp5.O00.000.00O,00 (lima miliar rupiah).


/08

Pasal 436
23

(1) Setiap Orang yang tidak memiliki keahlian dan


20

kewenangan tetapi melakukan praktik kefarmasian


m/

ayat (1)
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 145
dipidana dengan pidana denda paling banyak
.co

Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).


na

(21 Dalam hal terdapat praktik kefarmasian sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) yang terkait dengan Sediaan
lya

Farmasi berupa Obat keras dipidana dengan pidana


penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
mu

paling banyak Rp5O0.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).


a
ain

Pasal 437
.
ww

(1) Setiap Orang yang memproduksi, memasukkan rokok ke


dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
//w

dan/ atau mengedarkan dengan tidak mencantumkan


peringatan Kesehatan berbentuk tulisan disertai gambar
ps:

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 150 dipidana


dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
htt

pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima


ratus juta rupiah).

(21 Setiap

SK No 187188A
l
tm
3.h
02
n-2
-189-

hu
-ta
(21 Setiap Orang yang melanggar kawasan tanpa rokok
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 151 ayat (1)

17
dipidana dengan pidana denda paling banyak

r-
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

mo
-no
Pasal 438
(1) Pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Tenaga Medis,

-uu
dan/ atau Tenaga Kesehatan yang tidak memberikan
pertolongan pertama terhadap Pasien yang dalam
ng
keadaan Gawat Darurat pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 174 da:rt
da

Pasal 275 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling


-un

lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling banyak


Rp200.000.000,0O (dua ratus juta rupiah).
ng

(2t Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada


.
da

ayat (1) mengakibatlan terjadinya kedisabilitasan atau


kematian, pimpinan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
/un

tersebut dipidana dengan pidana penjara paling lama


10 (sepuluh) tahun atau pidana denda paling banyak
/08

Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).


23
20

Pasal 439
Setiap orang yang bukan Tenaga Medis atau Tenaga
m/

Kesehatan melakukan praktik sebagai Tenaga Medis atau


.co

Tenaga Kesehatan yang telah memiliki SIP dipidana dengan


pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
na

paling banyak Rp50O.0O0.000,00 (lima ratus juta rupiah).


lya
mu

Pasal 440
(1) Setiap Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan yang
a

melakukan kealpaan yang mengakibatkan Pasien luka


ain

berat dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)


tahun atau pidana denda paling
.

banyak
ww

juta rupiah).
Rp250.00O.O00,00 (dua ratus lima puluh
l2l Jika kealpaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
//w

mengakibatkan kematian, setiap Tenaga Medis atau


Tenaga Kesehatan dipidana dengan pidana penjara paling
ps:

lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak


htt

Rp500.000.000,0O (lima ratus juta rupiah).

Pasal 441 ...


SK No 187189A
l
tm
3.h
02
n-2
I:ETIEIIIIIIiEETEM
-190-

hu
-ta
Pasal 441
(1)

17
Setiap Orang yang menggunakan identitas berupa gelar
atau bentuk lain yang menimbulkan kesan bagr

r-
masyarakat yang bersangkutan adalah Tenaga Medis

mo
atau Tenaga Kesehatan yang telah memiliki STR

-no
dan/ atau SIP sebagaimana dimaksud dalam Pasa1 312
huruf a dipidana dengan pidana penjara paling lama
5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak
-uu
Rp500.000.00O,00 (lima ratus juta rupiah).
ng
(2) Setiap Orang yang menggunakan alat, metode, atau cara
da

lain dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat


-un

yang menimbulkan kesan yang bersangkutan merupakan


Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan yang telah memiliki
STR dan/ atau SIP sebagaimana dimaksud dalam
ng

Pasal 312 huruf b dipidana dengan pidana penjara paling


da

lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak


/un

Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).


/08

Pasal 442
23

Setiap Orang yang mempekerjakan Tenaga Medis dan/ atau


20

Tenaga Kesehatan yang tidak mempunyai SIP sebagaimana


m/

dimaksud dalam Pasal 312 huruf c dipidana dengan pidana


penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling
.co

banyak Rp500.0O0.000,00 (lima ratus juta rupiah).


na
lya

Pasal 443
mu

Nakhoda, kapten penerbang, atau pengemudi kendaraan


darat yang menurunkan atau menaikkan orang dan/ atau
a

barang sebelum mendapat surat persetujuan dari kementerian


ain

yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang


.

kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 363 ayat (3)


ww

dengan maksud menyebarkan penyakit dan/ atau faktor risiko


penyakit yang dapat menimbulkan Wabah dipidana dengan
//w

pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun atau pidana


ps:

denda paling banyak Rp2.000.000.000,O0 (dua miliar rupiah).


htt

Pasal 444 ...

SK No l87l90A
tml
3.h
02
n-2
REPUBUT INDONESIA
-191 -

hua
Pasal 444

7-t
Setiap Orang yang melakukan pemalsuan Dokumen Karantina

r-1
Kesehatan atau menggunakan Dokumen Karantina Kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 366 yang isinya tidak

mo
benar atau yang dipalsu dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak

-no
Rp500.O00.00O,00 (lima ratus juta rupiah).

Pasal 445
-uu
ng
Setiap Orang yang melakukan kegiatan menyebarluaskan
da
bahan yang mengandung penyebab penyakit dan/ atau agen
biologi penyebab penyakit dan masalah Kesehatan yang
-un

berpotensi menimbulkan KLB dan Wabah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 399 dipidana dengan pidana penjara
ng

paling lama 12 (dua belas) tahun atau pidana denda paling


da

banyak RpS. 000. 000. O00, 0O (lima miliar rupiah).


/un

Pasal 446
/08

Setiap Orang yang tidak mematuhi pelaksanaan upaya


23

penanggulangan KLB dan Wabah dan/ atau dengan sengaja


menghalang-halangi pelaksanaan upaya penanggulangan KLB
/20

dan Wabah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40O dipidana


dengan pidana denda paling banyak Rp5O0.0O0.000,00
om

(lima ratus juta rupiah).


a.c

Pasal 447
an

(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam


ly

Pasal 42A, Pasal 430 sampai dengan Pasal 435,


mu

Pasa1 437, Pasal 442, Pasal 444, Pasal 445, dan


Pasal 446 dilakukan oleh korporasi, pertanggungiawaban
a

pidana dikenakan terhadap korporasi, pengurus yang


ain

mempunyai kedudukan fungsional, pemberi perintah,


w.

pemegang kendali, dan/ atau pemilik manfaat korporasi.


(21 Selain pidana penjara dan pidana denda terhadap
w

pengurus yang mempunyai kedudukan fungsional,


//w

pemberi perintah, pemegang kendali, dan/ atau pemilik


manfaat korporasi, pidana yang dapat dijatuhkan
ps:

terhadap korporasi berupa pidana denda paling banyak:


htt

a. Rp2.000.00O.0O0,00 . . .

SK No l87l9l A
ml
t
3.h
02
n-2
t r tlEIrFIIIXTIIitrtrIEIn
-t92-

hua
a Rp2.000.0O0.000,00 (dua miliar rupiah) dalam hal

7-t
tindak pidana yang dilakukan diancam dengan

r-1
pidana penjara di bawah 7 (tqjuh) tahun;
Rp5.000.0O0.000,00 (lima miliar rupiah) dalam hal

mo
b
tindak pidana yang dilakukan diancam dengan

-no
pidana penjara paling lama 7 (tqjuh) tahun sampai
dengan paling lama 15 (lima belas) tahun; atau

-uu
c Rp50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah)
ng
dalam hal tindak pidana yang dilakukan diancam
dengan pidana mati, pidana penjara seumur hidup,
da

atau pidana penjara paling lama 2O (dua puluh)


-un

tahun.
(3) Korporasi dikenai
ng

pertanggungjawaban secara pidana


terhadap suatu perbuatan yang dilakukan untuk
da

jika perbuatan tersebut


dan/ atau atas nama korporasi
/un

termasuk dalam lingkup usahanya sebagaimana


ditentukan dalam anggaran dasar atau ketentuan lain
/08

yang berlaku bagi korporasi yang bersangkutan.


23

(41 Pidana dijatuhkan kepada korporasi jika tindak pidana:


/20

a. dilakukan dalam rangka pemenuhan maksud dan


tujuan korporasi;
om

b. diterima sebagai kebijakan korporasi; dan/ atau


a.c

c. digunakan untuk menguntungkan korporasi secara


an

melawan hukum.
ly
mu

Pasal 448
a

Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam


ain

Pasal 428, Pasal 43O sampai dengan Pasal 435, Pasal 437,
w.

PasaJ442,Pasal 444, Pasal 445, dan Pasal 446 dilakukan oleh


korporasi, selain dikenai pidana denda, korporasi juga dikenai
w
//w

pidana tambahan berupa:


a. pembayaran ganti rugi;
ps:

b. pencabutan izin tertentu; danlatau


htt

c penutupan . . .

SK No 187192A
t ml
3.h
02
n-2
E{IIIiIItiilNIitrIIiiFIA
-193-

hua
c penutupan seluruh atau sebagian tempat usaha

7-t
dan/ atau kegiatan korporasi.

r-1
mo
BAB XIX

-no
KETENTUAN PERALIHAN

-uu
Pasal 449 ng
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
da

a. STR, STR Sementara, STR Bersyarat, dan SIP yang sudah


-un

terbit dinyatakan tetap berlaku sampai dengan


berakhirnya STR, STR Sementara, STR Bersyarat, dan
ng

SIP;
da

b. penerbitan STR, STR Sementara, STR Bersyarat, dan SIP


/un

yang telah selesai diproses verifikasi dan memenuhi


persyaratan diselesaikan segera dan dinyatakan berlaku
/08

sampai dengan berakhirnya STR, STR Sementara, STR


23

Bersyarat, dan SIP; dan


c.
/20

penerbitan STR, STR Sementara, STR Bersyarat, dan SIP


yang masih dalam proses awal sebelum proses verifikasi
om

disesuaikan dengan ketentuan dalam Undang-Undang


ini.
a.c
an

Pasal 450
ly

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku,


mu

Konsil
Kedokteran Indonesia, Konsil Kedokteran, Konsil Kedokteran
a

Gigi, Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia, Konsil masing-


ain

masing Tenaga Kesehatan, sekretariat Konsil Kedokteran


w.

Indonesia, sekretariat Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia, dan


Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia tetap
w

melaksanakan tugas, fungsi, dan/ atau wewenang sampai


//w

dengan terbentuknya Konsil sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 26A dan majelis sebagaimana dimaksud dalam
ps:

Pasat 304 yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang ini.


htt

Pasal 451 ...

SK No 187193 A
l
tm
3.h
02
n-2
BLIK INDO}IEII.A
-r94-

hu
-ta
Pasal 451

17
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Kolegium yang
dibentuk oleh setiap organisasi profesi tetap diakui sampai

r-
dengan ditetapkannya Kolegium sebagaimana dimaksud

mo
dalam Pasa-l 272 yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang

-no
ini.

Pasal 452
-uu
ng
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, pengaduan atas
da

pelanggaran disiplin terhadap Tenaga Medis atau Tenaga


-un

Kesehatan yang masih:


a. dalam proses di Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran
ng

Indonesia atau konsil masing-masing Tenaga Kesehatan


da

dan telah selesai proses verifikasi, klarifikasi, dan/ atau


/un

pemeriksaan, diselesaikan berdasarkan prosedur yang


berlaku sebelum Undang-Undang ini diundangkan; dan
/08

b. awal proses di Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran


23

Indonesia atau konsil masing-masing Tenaga Kesehatan


dan belum dilakukan proses verifrkasi, klarifrkasi,
20

dan/atau pemeriksaan, diselesaikan berdasarkan


m/

ketentuan dalam Undang-Undang ini.


.co
na

BAB XX
lya

KETENTUAN PENUTUP
mu

Pasal 453
a
ain

Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua


peraturan perundang-undangan yang merupakan peraturan
.
ww

pelaksanaan dari:
a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah
//w

Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia


ps:

Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 3273);
htt

b. Undang-Undang. ..

SK No l87l94A
l
tm
3.h
02
n-2
NEPUBUK INDONESIA
- 195-

hu
-ta
b. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Republik Indonesia

17
Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara

r-
Republik Indonesia Nomor 4431);

mo
c. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2OO9 tentang
Kesehatan (kmbaran Negara Republik Indonesia

-no
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara

-uu
Republik Indonesia Nomor 5063);
d. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2O09 tentang Rumah
ng
Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
da
Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5072);
-un

e. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2Ol3 tentang


ng

Pendidikan Kedokteran (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2013 Nomor 132, Tambahan Lembaran
da

Negara Republik Indonesia Nomor 5434);


/un

f. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2OL4 tentang


/08

Kesehatan Jiwa (lembaran Negara Republik Indonesia


Tahun 2014 Nomor 185, Tambahan l,embaran Negara
23

Republik Indonesia Nomor 5571);


20

g. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
m/

Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negara


.co

Republik Indonesia Nomor 5607);


h. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2OL4 tentang
na

Keperawatan (Lembaran Negara Republik Indonesia


lya

Tahun 2014 Nomor 307, Tambahan Lembaran Negara


mu

Republik Indonesia Nomor 5612);


i. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 20la tentang
a

Kekarantinaan Kesehatan (l,embaran Negara Republik


ain

Indonesia Tahun 2018 Nomor 128, Tambahan kmbaran


.

Negara Republik Indonesia Nomor 62361; dan


ww

j. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan


//w

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OL9


Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik
ps:

Indonesia Nomor 6325),


htt

dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan


dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Pasal 454...

SK No l87195A
l
tm
3.h
02
n-2
BLIK INDONEISIA
-t96-

hu
-ta
Pasal 454

17
Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku:
a. Undang-Undang Nomor 4L9 Tahun 1949

r-
tentang

mo
Ordonansi Obat Keras (Staatsblad 1949 Nomor 419);
b. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah

-no
Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1984 Nomor 2O, Tambahan Lembaran Negara

-uu
Republik Indonesia Nomor 3273);
ng
c. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2OO4 tentang Praktik
da
Kedokteran (l,embaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
-un

Republik Indonesia Nomor 4431);


ng

d. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2OO9 tentang


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
da

Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara


/un

Republik Indonesia Nomor 5063);


/08

e. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2O09 tentang Rumah


Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009
23

Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik


20

Indonesia Nomor 5072);


f. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2Ol3 tentang
m/

Pendidikan Kedokteran (l,embaran Negara Republik


.co

Indonesia Tahun 2013 Nomor 132, Tambahan Lembaran


na

Negara Republik Indonesia Nomor 5434);


g. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2OL4 tentang
lya

Kesehatan Jiwa (Lembaran Negara Republik Indonesia


mu

Tahun 2014 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 5571);
a
ain

h. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2O14 tentang Tenaga


Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
.
ww

Tahun 2014 Nomor 298, Tambahan Lembaran Negaia


Republik Indonesia Nomor 5607);
//w

i. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2OL4 tentang


Keperawatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
ps:

Tahun 2014 Nomor 307, Tambahan Lembaran Negara


htt

Republik Indonesia Nomor 5612);

j. Undang-Undang. . .

SK No 187196A
ml
.ht
23
-20
PRESIDEI{
REPUELIK INDONEBIA

un
-t97-

ah
j. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang

7-t
Kekarantinaan Kesehatan (Lembaran Negara Republik

r-1
Indonesia Tahun 2018 Nomor 128, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 62361;' dart

mo
k. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2Ol9 tentang

-no
Kebidanan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2019 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara

-uu
Republik Indonesia Nomor 6325),
ng
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
da
-un

Pasal 455
Ketentuan dalam Pasal 427, Pasil 428, Pasal 429, Pasal 43L,
ng

dan Pasal 432 berlaku sampai dengan diberlakukannya


da

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentar:g Kitab Undang-


/un

Undang Hukum Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia


Tahun 2023 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik
/08

Indonesia Nomor 6842).


23
20

Pasal 456
m/

Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus


.co

ditetapkan paling lama 1 (satu) tahun terhitung sejak Undang-


Undang ini diundangkan.
na
lya

Pasal 457
mu

Pemerintah Pusat harus melaporkan pelaksanaan Undang-


Undang ini kepada Dewan Perwakilan Rakyat melalui alat
na

kelengkapan dewan terkait.


.ai
ww

Pasal 458
//w

Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.


ps:
htt

Agar

SK No 187197A
t ml
3.h
2
-20
FRESIDEN
NEPUBLII( INDONESIA

un
-198-

ah
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

7-t
pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya

r-1
dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

mo
Disahkan di Jakarta

-no
pada tanggal 8 Agustus 2023

-uu
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ng
ttd.
a
-und

JOKO WIDODO
ng

Diundangkan di Jakarta
da

pada tanggal 8 Agustus 2023


/un

MENTERI SEKRETARIS NEGARA


REPUBLIK INDONESIA,
/08
23

ttd
20
m/

PRATIKNO
.co

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2023 NOMOR 1O5


na
lya

Salinan sesuai dengan aslinya


mu

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA


REPUBLIK INDONESIA
na

Deputi Bidang Peru ndang-undangan dan


.ai

asi Hukum,
ww
//w
ps:

vanna Djaman
htt

SK No 187314A
l
tm
3.h
02
PRESIDE]T

n-2
NEPUBLIK INDONESIA

hu
-ta
PENJEI.,ASAN

17
ATAS

r-
mo
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

-no
NOMOR 17 TAHUN 2023

-uu
TENTANG
ng
KESEHATAN
da
-un

I UMUM
Indonesia sebagai negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan
ng

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memiliki


da

tujuan negara yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh


tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
/un

kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang


berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untux
/08

mencapai tqjuan negara tersebut diselenggarakan pembangunan yang


23

berkesinambungan yang merupakan suatu rangkaian pembangunan yang


menyeluruh, terarah, dan terpadu, termasuk diantaranya pembangunan
20

Kesehatan.
m/

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur


kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan tqjuan negara
.co

sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu, setiap
na

kegiatan dan upaya untuk meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat


lya

yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip kesejahteraan,


pemerataan, nondiskriminatif, partisipatif dan berkelanjutan, yang sangat
mu

penting artinya bagr pembentukan sumber daya manusia Indonesia,


peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa, serta
a
ain

nasional.
Pencapaian pembangunan Kesehatan nasional mengalami disrupsi
.
ww

besar-besaran dengan dimulainya kejadian pandemi Corona Vints Disease


2019 (COVID-19) pada tahun 2O20 yang terjadi pada skala global. Pandemi
COVID- 19 yang berdampak luas terhadap seluruh tatanan masyarakat
//w

menimbulkan beban tambahan dalam upaya peningkatan kualitas


Kesehatan masyarakat, sehingga memaksa dunia, termasuk Indonesia
ps:

untuk melakukan penyesuaian terhadap kondisi tersebut.


htt

Kejadian. . .

SK No l87316A
l
tm
3.h
02
n-2
ET{ITFTIIIITIT,FTIIfi A

hu
-2-

-ta
Kejadian pandemi membawa kesadaran pentingnya penguatan sistem
Kesehatan nasional sehingga perlu dilakukan transformasi menyeluruh

17
sebagai upaya perbaikan yang bertujuan untuk meningkatkan derajat

r-
Kesehatan masyarakat Indonesia dan meningkatkan daya saing bangsa

mo
Indonesia.
Berdasarkan identilikasi berbagai permasalahan di bidang Kesehatan,

-no
seperti Pelayanan Kesehatan yang masih didominasi pendekatan kuratif,
ketersediaan dan distribusi Sumber Daya Kesehatan, kesiapan menghadapi

-uu
krisis Kesehatan, aspek kemandirian farmasi dan Alat Kesehatan, aspek
pembiayaan, dan pemanfaatan Teknologi Kesehatan, dilakukan
ng
transformasi sistem Kesehatan.
da

Penyelenggaraan transformasi sistem Kesehatan memerlukan


landasan regulasi yang kuat dan komprehensif untuk mengatasi berbagai
-un

permasalahan Kesehatan. Pembenahan regulasi bidang Kesehatan juga


diperlukan untuk memastikan struktur Undang-Undang di bidang
ng

Kesehatan tidak tumpang tindih dan tidak saling bertentangan.


da

Oleh karena itu diperlukan sinkronisasi dari berbagai Undang-Undang


/un

dengan menggunakan metode omnibus.


Undang-Undang ini memuat substansi yang mendukung
/08

penyelenggaraan transformasi sistem Kesehatan, yang meliputi:


a. penguatan tugas dan tanggung jawab Pemerintah Pusat dan
23

Pemerintah Daerah dalam penyelenggaraan pembangunan Kesehatan;


20

b. sinkronisasi pengelolaan Kesehatan yang diselenggarakan oleh


Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/ atau masyarakat;
m/

c. penguatan penyelenggaraan Upaya Kesehatan dalam bentuk promotif,


.co

preventif, kuratif, rehabilitatif, dan / atau paliatif, dengan


mengedepankan hak masyarakat dan tanggung jawab pemerintah;
na

d. penguatan Pelayanan Kesehatan primer dengan mengutamakan


pendekatan promotif dan preventif, memberikan layanan yang
lya

berfokus ke Pasien berdasarkan siklus kehidupan manusia, dan


mu

meningkatkan layanan di daerah terpencil, tertinggal, perbatasan, dan


kepulauan serta bagi masyarakat rentan;
e.
a

pemerataan Fasilitas Pelayanan Kesehatan untuk kemudahan akses


ain

bagi masyarakat melalui pembangunan Fasilitas Pelayanan Kesehatan


tingkat pertama dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut oleh
.
ww

pemerintah ataupun masyarakat;


f. penyediaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan melalui peningkatan
penyelenggaraan pendidikan spesialis/subspesialis, transparansi
//w

dalam proses Registrasi dan perizinan, serta perbaikan dalam


ps:

mekanisme penerimaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan warga


negara Indonesia lulusan luar negeri mela-lui uji kompetensi yang
htt

transparan;

g.penguatan...

SK No 187200A
ml
.ht
23
-20
REPIJBUX INOONESIA

un
-3-

ah
g. penguatan peran Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah menjamin

7-t
ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan Perbekalan Kesehatan;
h. penguatan ketahanan kefarmasian dan Alat Kesehatan melalui

r-1
penyelenggaraan rantai pasok dari hulu hingga hilir;
i. pemanfaatan Teknologi Kesehatan termasuk teknologi biomedis untuk

mo
kepentingan ilmu pengetahuan dan Teknologi Kesehatan serta

-no
Pelayanan Kesehatan menuju pelayanan kedokteran presisi Qrecision
medicinel;
j. penguatan Sistem Informasi Kesehatan termasuk kewenangan
-uu
pemerintah untuk mengelola dan memanfaatkan data Kesehatan
melalui integrasi berbagai Sistem Informasi Kesehatan ke dalam
ng
Sistem Informasi Kesehatan Nasional;
da

k. penguatan kedaruratan Kesehatan melalui perbaikan tata kelola


-un

kewaspadaan, penanggulangan, dan pasca-KlB dan Wabah, termasuk


pembagtan peran dan koordinasi antarpemangku kepentingan serta
ng

penguatan antisipasi kondisi darurat dengan melakukan pendaftaran,


pembinaan, dan mobilisasi tenaga cadangan Kesehatan;
da

1. penguatan pendanaan Kesehatan khususnya pemanfaatan pendanaan


/un

yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara dan


anggaran pendapatan dan belanja daerah melalui penJrusunan alokasi
€rnggaran berdasarkan prinsip penganggaran berbasis kinerja,
/08

penyelenggaraan sistem informasi pendanaan Kesehatan, serta


23

menjamin manfaat dalam program jaminan kesehatan berbasis


kebutuhan dasar Kesehatan; dan
20

m. koordinasi dan sinkronisasi kebijakan di bidang Kesehatan


m/

antarkementerian/ lembaga dan pihak terkait untuk penguatan sistem


Kesehatan.
.co

Secara umum, Undang-Undang ini memuat materi pokok yang


na

disusun secara sistematis mencakup ketentuan umum, hak dan kewajiban,


tanggung jawab Pemerintah Rrsat dan Pemerintah Daerah,
lya

penyelenggaraan Kesehatan, Upaya Kesehatan, Fasilitas Pelayanan


Kesehatan, Sumber Daya Manusia Kesehatan, Perbekalan Kesehatan,
mu

ketahanan kefarmasian dan Alat Kesehatan, Teknologi Kesehatan, Sistem


Informasi Kesehatan, KLB dan Wabah, pendanaan Kesehatan, koordinasi
na

dan sinkronisasi penguatan sistem Kesehatan, partisipasi masyarakat,


.ai

pembinaan dan pengawasan, penyidikan, ketentuan pidana, ketentuan


peralihan, dan ketentuan penutup.
ww
//w

il. PASAL DEMI PASAL


ps:

Pasal 1
htt

Cukup jelas.

Pasal 2...

SK No 187201A
ml
t
3.h
02
n-2
t-ll-rrrl:IrrxNir?tTl=Hr-t
-4-

hua
Pasal 2

7-t
Hurufa

r-1
Yang dimaksud dengan 'asas adalah
pembangunan Kesehatan harus dilandasi atas perikemanusiaan

mo
yang berdasarkan pada Ketuhanan Yang Maha Esa dengan tidak

-no
membedakan golongan agama dan bangsa.
Hurufb

-uu
Yang dimaksud dengan "asas keseimbangan" adalah
pembangunan Kesehatan harus dilaksanakan secara seimbang
ng
antara kepentingan individu dan masyarakat, antara fisik dan
da
jiwa, serta antara material dan spiritual.
-un

Huruf c
Yang dimaksud dengan "asas manfaat" adalah pembangunan
ng

Kesehatan harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya


bagi kemanusiaan dan perikehidupan yang sehat bagi setiap
da

warga negara.
/un

Huruf d
/08

Yang dimaksud dengan oasas ilmiah" adalah penyelenggaraan


Upaya Kesehatan dilakukan berdasarkan pada ilmu pengetahuan
23

dan teknologi.
/20

Huruf e
Yang dimaksud dengan oasas pemerataan" adalah pengaturan
om

Sumber Daya Kesehatan dimaksudkan untuk memberikan


Pelayanan Kesehatan yang dapat dijangkau oleh seluruh lapisan
a.c

masyarakat untuk mencapai derajat Kesehatan masyarakat yang


an

setinggi-tingginya.
ly

Huruf f
mu

Yang dimaksud dengan "asas etika dan profesionalitas" adalah


pemberian Pelayanan Kesehatan oleh Tenaga Medis dan Tenaga
a

Kesehatan harus dapat mencapai dan meningkatkan


ain

dalam menjalankan praktik serta memiliki etika


profesi dan sikap profesional.
w.

Hurufg
w
//w

Yang dimaksud dengan "asas pelindungan dan keselamatan"


adalah penyelenggaraan Upaya Kesehatan haius dapat
ps:

memberikan pelindungan dan keselamatan kepada pemberi


Pelayanan Kesehatan dan penerima Pelayanan Kesehatan dengan
htt

keselamatan Pasien, masyarakat, dan


lingkungan.

Hurufh . . .
SK No 187202A
m l
.ht
23
-20
ENEEIT.INitrtrtrEin

un
-5-

ah
Hurufh

7-t
Yang dimaksud dengan "asas penghormatan terhadap hak dan

r-1
kewajiban" adalah pembangunan Kesehatan harus dilakukan
dengan menghormati hak dan kewajiban masyarakat sebagai

o
bentuk kesamaan kedudukan hukum.

om
Huruf i

u-n
Yang dimaksud dengan "asas keadilan" adalah penyelenggaraan
Upaya Kesehatan harus dapat memberikan pelayanan yang adil
-u
dan merata kepada semua lapisan masyarakat dengan
ng
pembiayaan yang terj angkau.
da

Hurufj
-un

Yang dimaksud dengan 'asas nondiskriminatif" adalah


pembangunan Kesehatan tidak membedakan perlakuan terhadap
ng

kelompok agama, gender, ras, etnis, suku bangsa, warna kulit,


kondisi fisik, status sosial, dan antargolongan.
da

Huruf k
/un

Yang dimaksud dengan oasas pertimbangan moral dan nilai-nilai


/08

agarna" adalah kebdakan pembangunan Kesehatan sesuai dengan


sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan kemanusiaan yang adil dan
23

beradab sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-


Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
20

Hurufl
m/

Yang dimaksud dengan "asas partisipatif" adalah pembangunan


.co

Kesehatan melibatkan peran serta masyarakat secara aktif.


Hurufm
na

Yang dimaksud dengan uasas kepentingan umum' adalah


lya

pembangunan Kesehatan harus mengutamakan kepentingan


mu

umum di atas kepentingan pribadi atau golongan tertentu.


Huruf n
na

Yang dimaksud dengan "asas keterpaduan" adalah pembangunan


.ai

Kesehatan dilakukan secara terpadu yang melibatkan lintas


ww

sektor.
Huruf o
//w

Yang dimaksud dengan "asas kesadaran hukum" adalah


pembangu.nan Kesehatan menuntut kesadaran dan kepatuhan
ps:

hukum dari masyarakat.


htt

Hurufp . . .

SK No 187203A
tml
3.h
02
ll

n-2
BUK INDONESIA

hu
-6-

a
Hurufp

7-t
Yang dimaksud dengan "asas kedaulatan negara" adalah

r-1
pembangunan Kesehatan harus mengutamakan kepentingan
nasional dan ikut meningkatkan Upaya Kesehatan untuk

mo
membangun sistem ketahanan Kesehatan.

-no
Hurufq
Yang dimaksud dengan "asas kelestarian lingkungan hidup"

-uu
adalah pembangunan Kesehatan harus dapat menjamin upaya
kelestarian kualitas lingkungan hidup untuk generasi sekarang
ng
dan yang akan datang demi kepentingan bangsa dan negara.
da

Huruf r
-un

Yang dimaksud dengan "asas kearifan budaya' adalah


pembangunan Kesehatan harus memperhatikan dan
ng

menghormati nilai-nilai sosial budaya yang dianut masyarakat.


da

Huruf s
/un

Yang dimaksud dengan "asas ketertiban dan kepastian hukum"


adalah Upaya Kesehatan harus dapat
mewujudkan keteraturan dan kepastian hukum dalam
/08

masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


23

undangan.
/20

Pasal 3
om

Cukup jelas.
a.c

Pasal 4
an

Ayat (1)
Hurufa
ly
mu

Yang dimaksud dengan "hidup sehat secara fisilC adalah


kondisi tubuh tanpa penyakit yang ditandai organ tubuh
a

berfungsi secara normal, tubuh mampu menyesuaikan fungsi


ain

organ tubuh dalam batas fisiologi terhadap keadaan


lingkungan, dan tubuh dapat melakukan kerja lisik tanpa
w.

lelah secara berlebihan.


w

Yang dimaksud dengan "hidup sehat secara jiwa" adalah


//w

keadaan kesejahteraan mental dan spiritual yang


seseorang menyadari kemampuan diri,
ps:

mengatasi tekanan hidup, mampu belajar dan bekerja dengan


baik, serta mampu memberikan kontribusi kepada
htt

komunitasnya.

Yang . . .

SK No 187204A
t)

ml
.ht
23
-20
REFUEUK INDOHESIA

un
-7 -

ah
Yang dimaksud dengan "hidup sehat secara sosial' adalah

7-t
keadaan seseorang yang mampu menjalin hubungan
interpersonal dengan orang lain secara sehat dan bermanflaat.

r-1
Hurufb

mo
Cukup jelas.

-no
Huruf c
Cukup je1as.
Huruf d
-uu
ng
Yang dimaksud dengan "standar Pelayanan Kesehatan"
a
adalah pedoman bagi Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
nd

dalam menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan.


-u

Huruf e
ng

Cukup jelas.
da

Huruf f
/un

Cukup jelas.
Huruf g
/08

Cukup jelas.
23

Huruf h
20

Cukup jelas.
m/

Hurufi
.co

Cukup jelas.
Hurufj
na

Cukup jelas.
lya

Huruf k
u
am

Cukup jelas.
Ayat (2)
ain

Cukup jelas.
w.

Ayat (3)
w

Cukup jelas.
//w

Ayat (a)
ps:

Hurufa
htt

Cukup je1as.

Hurufb. . .

SK No 187205 A
ml
.ht
23
-20
BLIK INDONESIA

un
-8-

ah
Hurufb

7-t
Cukup jelas.

r-1
Huruf c

mo
Yang dimaksud dengan "secara terbatas untuk kepentingan
pendidikan' adalah tanpa membuka identitas Pasien atau

-no
data yang dapat ditelusuri identitasnya, kecuali dalam

-uu
penanganan klinis Pasien.
Yang dimaksud dengan 'secara terbatas untuk kepentingan
ng
penelitian' adalah tanpa membuka identitas Pasien atau
a
data yang dapat ditelusuri identitasnya.
nd

Hurufd
-u

Cukup jelas.
ng

Huruf e
da

Cukup jelas.
/un

Huruf f
/08

Cukup jelas.
23

Huruf g
20

Cukup jelas.
m/

Huruf h
.co

Cukup jelas.
na

Ayat (5)
lya

Cukup jelas.
u

Pasal 5
am

Ayat (1)
ain

Cukup jelas.
w.

Ayat (2)
w

Huruf a
//w

Cukup jelas.
ps:

Hurufb
htt

Cukup jelas.

Hurufc . . .
SK No 187205A
ml
t
3.h
02
n-2
ETIFITiTITfitrFFiN

hu
-9-

a
Huruf c

7-t
Yang dimaksud dengan "pembangunan berwawasan

r-1
Kesehatan" adalah pembangunan yang berdasar pada
paradigma sehat yang dilakukan dengan strategi

mo
pengarusutamaan Kesehatan dalam pembangunan,
penguatan Upaya Kesehatan yang mengutamakan promotif,

-no
preventif, dan pemberdayaan masyarakat.

-uu
Ayat (3)
Cukup jelas. ng
Pasal 6
da

Ayat (1)
-un

Agar Upaya Kesehatan berhasil guna dan berdaya guna,


ng

Pemerintah Pusat perlu merencanakan, mengatur,


menyelenggarakan, serta membina dan mengawasi
da

penyelenggaraan Upaya Kesehatan ataupun sumber dayanya


/un

secara serasi dan seimbang dengan melibatkan peran serta aktif


masyarakat.
/08

Ayat (2)
23

Cukup jelas.
/20

Pasal 7
om

Cukup jelas.
a.c

Pasal 8
Cukup jelas.
ly an

Pasal 9
mu

Cukup jelas.
a
ain

Pasal 10
Ayat (1)
w.

Untuk dapat terselenggaranya Upaya Kesehatan yang merata


w

kepada masyarakat, diperlukan ketersediaan Sumber Daya


//w

Kesehatan, antara lain, Tenaga Medis, Tenaga Kesehatan,


Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Perbekalan Kesehatan, Sistem
ps:

Informasi Kesehatan, serta Teknologi Kesehatan yang merata ke


seluruh wilayah sampai ke daerah terpencil sehingga
htt

memudahkan masyarakat dalam memperoleh Pelayanan


Kesehatan.

Ayat(2)...
SK No 187207A
ml
.ht
023
n-2
FIITXTII-{iIITryA

hu
- 10-

-ta
Ayat (2)

17
Yang dimaksud dengan "insentif fiska-I", arfi.ara lain, ialah fasilitas
yang diberikan oleh Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah

or-
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang perpajakan.

om
Yang dimaksud dengan "insentif nonfrskal", antara lain, ialah

u-n
kemudahan perizinan berusaha yang dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 11 -u
ng
Ketersediaan dan akses terhadap Fasilitas Pelayanan Kesehatan serta
a
nd

informasi dan edukasi Kesehatan termasuk bagi masyarakat terluar,


terpencil, dan termiskin.
g-u

Pasal 12
n
da

Cukup jelas.
n
8/u

Pasal 13
Cukup jelas.
3/0

Pasal 14
2
20

Cukup jelas.
m/

Pasal 15
.co

Cukup jelas.
na

Pasal 16
lya

Cukup jelas.
mu

Pasal 17
na

Ayat (1)
.ai

Cukup jelas.
ww

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "dera-jat Kesehatan yang setinggi-
//w

tingginya" adalah keadaan Kesehatan yang lebih baik dari


sebelumnya yang dapat dicapai sesuai dengan kemampuan
ps:

maksimal dari setiap orang atau masyarakat.


htt

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat(4) ...
SK No 187208A
ml
.ht
23
-20
un
- 11-

ah
Ayat (4)

7-t
Cukup jelas.

r-1
Pasal 18

mo
Ayat (1)

-no
Yang dimaksud dengan "Upaya Kesehatan perseorangan yang

-uu
bersifat promotif" adalah suatu kegiatan dan/ atau serangkaian
kegiatan untuk memampukan individu dalam mengendalikan
dan meningkatkan kesehatannya. Upaya
ng
Kesehatan
perseorangan yang bersifat promotif dapat berupa pemberian
a
nd

penjelasan dan/ atau edukasi tentang gaya hidup sehat, faktor


risiko, serta permasalahan Kesehatan.
-u

Yang dimaksud dengan "Upaya Kesehatan perseorangan yang


ng

bersifat preventif" adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian


da

kegiatan yang bertujuan untuk mencegah terjadinya penyakit


/un

atau menghentikan penyakit dan mencegah komplikasi yang


diakibatlan setelah timbulnya penyakit. Upaya Kesehatan
/08

perseorangan yang bersifat preventif dapat berupa imunisasi,


deteksi dini, dan intervensi dini.
23

Yang dimaksud dengan "Upaya Kesehatan perseorangan yang


20

bersifat kuratif" adalah suatu kegiatan dan/ atau serangkaian


m/

kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan


penyakit dan I atau pengurangan penderitaan akibat penyakit.
.co

Yang dimaksud dengan "Upaya Kesehatan perseorangan yang


na

bersifat rehabilitatif" adalah suatu kegiatan dan/ atau


lya

serangkaian kegiatan yang ditqiukan untuk mengoptimalkan


fungsi dan mengurangi disabilitas pada individu dengan masalah
u

Kesehatan dalam interaksinya dengan lingkungannya. Upaya


am

Kesehatan perseorangan yang bersifat rehabilitatif dapat berupa


ain

terapi wicara atau fisioterapi.


Yang dimaksud dengan "Upaya Kesehatan perseorangan y€rng
w.

bersifat paliatiI" adalah Upaya Kesehatan yang ditujukan untuk


w

meningkatkan kualitas hidup Pasien dan keluarganya yang


//w

menghadapi masalah berkaitan dengan penyakit yang


mengancam jiwa. Upaya Kesehatan perseorangan yang bersifat
ps:

paliatif dapat berupa identilikasi dini, penilaian yang benar,


htt

pengobatan rasa sakit, dan penanganan masalah lain, baik fisik,


psikososial, maupun spiritual.

Ayat(2) ...
SK No 187209A
m l
.ht
23
-20
PRESIDEN
NEFIIELIK INDONESIA

un
-t2-

ah
Ayat (2)

7-t
Yang dimaksud dengan "Upaya Kesehatan masyarakat yang

1
bersifat promotil" adalah suatu kegiatan dan/ atau serangkaian

or-
kegiatan untuk memampukan masyarakat dalam mengendalikan

om
dan meningkatkan kesehatannya. Upaya Kesehatan masyarakat
yang bersifat promotif dapat berupa komunikasi yang efektif

u-n
untuk mengedukasi masyarakat tentang Kesehatan dan faktor
yang mempengaruhi serta cara untuk meningkatkan status
g-u
Kesehatan, penguatan gerakan masyarakat, serta pen5rusunan
kebijakan dan regulasi yang mendukung dan melindungi
n
da
Kesehatan masyarakat.
-un

Yang dimaksud dengan "Upaya Kesehatan masyarakat yang


bersifat preventil" adalah suatu kegiatan pencegahan terhadap
ng

suatu masalah Kesehatan/penyakit untuk menghindari atau


mengurangi risiko, masalah, dan dampak buruk akibat penyakit.
da

Upaya Kesehatan masyarakat yang bersifat preventif dilakukan


/un

melalui surveilans, pemantauan status dan permasalahan


Kesehatan masyarakat, serta penanggulangan permasalahan
/08

yang ditemukan. Upaya Kesehatan masyarakat yang bersifat


preventif dapat berupa pembatasan konsumsi rokok, konsumsi
23

garam, konsumsi makanan dan minuman kadar gula berlebih,


20

serta berupa vaksinasi massal, skrining penyakit serta


m/

pengendalian Kesehatan lingkungan, termasuk pencegahan


pencemaran lingkungan dan pengendalian vektor.
.co

Yang dimaksud dengan "Upaya Kesehatan masyarakat yang


na

bersifat kuratif" adalah suatu kegiatan dan/ atau serangkaian


lya

kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk menghentikan atau


mengendalikan penularan dan beban penyakit di masyarakat.
mu

Upaya Kesehatan masyarakat yang bersifat kuratif dapat berupa


pemberian obat massal, pemberian obat presumtif, dan
na

pemberian obat penyakit menular serta kepastian adanya sistem


.ai

yang efektif untuk ketersediaan akses yang berkeadilan terhadap


ww

Upaya Kesehatan perseorangan yang bersifat kuratif.


Yang dimaksud dengan "Upaya Kesehatan masyarakat yang
//w

bersifat rehabilitatif" adalah suatu kegiatan dan/atau


serangkaian kegiatan untuk membantu penyintas kembali ke
ps:

masyarakat. Upaya Kesehatan masyarakat yanrg bersifat


rehabilitatif dapat berupa pelatihan sosial untuk penderita
htt

spektrum autisme, disabilitas intelektual, atau skizofrenia.

Yang . . .

SK No l872l0A
ml
.ht
23
-20
PNESIDEN
NEPIIBLII( INDONESIA

un
13-

ah
Yang dimaksud dengan "Upaya Kesehatan Masyarakat yang

7-t
bersifat paliatil" adalah suatu kegiatan dan/ atau serangkaian
kegiatan untuk memampukan masyarakat atau komunitas dalam

r-1
memberikan dukungan untuk meningkatkan kualitas hidup
Pasien dan keluarganya yang menghadapi masalah berkaitan

mo
dengan penyakit yang mengancam jiwa. Upaya Kesehatan
masyarakat yang bersifat paliatif dapat berupa pembentukan

-no
komunitas yang saling mendukung.

-uu
Pasal 19 ng
Cukup jelas.
da
-un

Pasal 20
Huruf a
ng

Cukup jelas.
da

Hurufb
/un

Cukup jelas.
/08

Huruf c
Cukup jelas.
23

Hurufd
20

Cukup jelas.
m/

Huruf e
.co

Cukup jelas.
f
na

Huruf
lya

Cukup jelas.
Huruf g
mu

Sumber daya lain, antara lain, ialah industri bidang Kesehatan


na

dan institusi pendidikan bidang Kesehatan.


.ai

Pasal 21
Cukup jelas.
ww

Pasal 22
//w

Cukup jelas.
ps:

Pasal 23
htt

Cukup jelas.

PasaT 24 .. .

SK No l872ll A
m l
.ht
23
-20
FRESIDEN
NEPUELIK INDONESIA

un
-14-

h
-ta
Pasal 24

17
Cukup jelas.

r-
Pasal 25

mo
Ayat (1)

-no
Cukup jelas.

-uu
Ayat (2)
Cukup jelas.
ng
Ayat (3)
da

Cukup jelas.
-un

Ayat (4)
ng

Bentuk Pelayanan Kesehatan melalui Telemedisin, antara lain,


da

berupa asuhan medis/klinis dan/ atau layanan konsultasi


/un

Kesehatan.
Ayat (5)
/08

Cukup jelas.
23
20

PasaJ26
m/

Huruf a
.co

Yang dimaksud dengan "Pelayanan Kesehatan prime/ adalah


Pelayanan Kesehatan yang terdei<at dengan masyarakat sebagai
na

kontak pertama (gate keepefl yang diselengarakan secara


lya

terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan Kesehatan dalam setiap


fase kehidupan yang ditujukan bagi individu, keluarga, dan
mu

masyarakat.
na

Huruf b
.ai

Yang dimaksud dengan "Pelayanan Kesehatan lanjutan" adalah


Pelayanan Kesehatan perseorangan yang bersifat spesialistik
ww

dan/ atau subspesialistik yang diselenggarakan secara


komprehensif antarmultidisiplin ilmu dan profesional pada setiap
//w

penyakit pada Pasien.


ps:

Pasal 27
htt

Cukup jelas.

Pasal 28. . .

SK No l87212A
ml
.ht
23
-20
NEPUEUK INDONESIA

un
-15-

h
-ta
Pasal 28

17
Ayat (1)
Cukup jelas.

r-
mo
Ayat (2)
Cukup jelas.

-no
Ayat (s)

-uu
Cukup jelas.
Ayat (4)
ng
Masyarakat rentan, antara lain, ialah:
da

a. individu yang tidak memiliki akses terhadap Pelayanan


-un

Kesehatan dan asuransi kesehatan yang memadai;


b. individu dengan status sosial ekonomi rendah;
ng

c. masyarakat dengan penyakit penyerta (penyakit kronis);


da

d. perempuan, termasuk yang sedang hamil dan menyusui,


bayi, balita, remaja, dan lanjut usia;
/un

e. individu dengan disabilitas;


f. individu dengan gangguan jiwa;
/08

C. individu yang tersisihkan secara sosial karena


agama/kepercayaan, ras atau suku, orientasi seksual,
23

identitas gender, penyakit, serta status kewarganegaraan;


20

h. individu yang tinggal di wilayah tertinggal, terpencil, terluar


dan perbatasan, termasuk masyarakat adat;
m/

i. individu yang tinggal di rumah tangga tanpa akses ke air


.co

bersih dan sanitasi yang memadai; atau


j. individu yang tinggal di hunian sempit atau institusi sosial
na

dengan ruang privat yang terbatas.


lya

Ayat (5)
Cukup jelas.
mu
na

Pasal 29
.ai

Ayat (1)
ww

Masyarakat yang berpartisipasi termasuk swasta.


//w

Ayat (2)
Cukup jelas.
ps:

Ayat (3)
htt

Cukup jelas.

Ayat(a)...
SK No 187213 A
ml
.ht
23
-20
PRESIDEN
NEPUELIK INDONESIA

un
-16-

h
-ta
Ayat (4)
Cukup jelas.

17
or-
Pasal 30

om
Cukup jelas.

u-n
Pasal 31
Ayat (1)
Cukup jelas. g-u
an
Ayat (2)
d

Yang dimaksud dengan "kontak pertama" adalah layanan


-un

Kesehatan pertama yang diterima oleh masyarakat untuk


mengatasi permasalahan Kesehatan dasar.
ng

Ayat (3)
da

Cukup jelas.
/un

Ayat (4)
/08

Cukup jelas.
23

Ayat (s)
Cukup jelas.
20

Ayat (6)
/
om

Cukup jelas.
a.c

Ayat (7)
Cukup jelas.
an
uly

Ayat (8)
Yang dimaksud dengan "status Kesehatan" adalah deskripsi
am

dan/ atau pengukuran Kesehatan perorangan atau populasi pada


titik waktu tertentu terhadap standar yang dapat diidentifikasi,
ain

dan dilakukan dengan mengacu pada indikator Kesehatan.


.

Ayat (9)
ww

Cukup jelas.
//w

Pasal 32
ps:

Ayat (1)
htt

Cukup jelas.

Ayat(2)...

SK No 187214A
ml
.ht
23
-20
FRESTDEN
FEF!,IBUK INDONESIA

un
-17-

ah
Ayat (2)

7-t
Cukup jelas.

r-1
Ayat (3)

mo
Hunrfa
Cukup jelas.

-no
Huruf b

u
Satuan pendidikan, antara lain, berupa pendidikan anak
g-u
usia dini, sekolah/madrasah, pesantren, perguruan tinggi,
atau nama lain yang sejenis dengan pendidikan formal.
an
Huruf c
nd

Cukup jelas.
-u

Huruf d
ng

Cukup jelas.
da

Huruf
/un

Cukup jelas.
/08

Ayat (4)
23

Cukup jelas.
20

Ayat (5)
Cukup jelas.
m/

Ayat (6)
.co

Cukup jelas.
na

Ayat (7)
lya

Cukup jelas.
mu

Ayat (8)
Cukup jelas.
na

Ayat (9)
.ai

Cukup jelas.
ww

Ayat (10)
/w

Mitra Kesehatan, antara lain, ialah lembaga swadaya masyarakat,


tokoh agama, tokoh pemuda, tokoh perempuan, tokoh
/
ps:

masyarakat, komunitas peduli Kesehatan, dan badan usaha.


htt

Ayat (11)
Cukup jelas.
Pasal 33...
SK No l872l5A
m l
.ht
23
-20
PRESIOEN
NEFUBLIK INDONESIA

un
_18_

h
-ta
Pasal 33

17
Ayat (1)
Cukup jelas.

r-
mo
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan ulaboratorium lainnya' adalah

-no
laboratorium Kesehatan yang disesuaikan dengan perkembangan
kebutuhan Kesehatan dan Teknologi Kesehatan.

-uu
Ayat (3) ng
Cukup jelas.
da

Ayat (4)
-un

Cukup jelas.
Ayat (s)
ng

Cukup jelas.
da
/un

Pasal 34
Cukup jelas.
/08

Pasal 35
23

Ayat (1)
20

Cukup jelas.
m/

Ayat (2)
.co

Cukup jelas.
na

Ayat (3)
lya

Cukup jelas.
mu

Ayat (4)
Cukup jelas.
na

Ayat (5)
.ai

Yang dimaksud dengan upelayanan sosial dasar bidang


ww

Kesehatan" adalah pelayanan untuk memenuhi kebutuhan


individu, kelompok, atau masyarakat untuk mengatasi masalah
//w

atau kekurangan dalam kebutuhan kesehatannya.


Ayat (6)
ps:

Cukup jelas.
htt

Ayat(7)...

SK No l87216A
m l
.ht
23
-20
PRESIDEN
EEPIIBUT INDONESIA

un
-19-

ah
Ayat (7)

7-t
Cukup jelas.

r-1
Pasal 36

o
Cukup jelas.

om
u-n
Pasal 37
Ayat (l)

-u
Pelayanan Kesehatan lanjutan termasuk pelayanan skrining dan
ng
deteksi dini, homecare, Telemedisin, Pelayanan Kesehatan
bergerak, Pelayanan Kesehatan pada pos Kesehatan, Pelayanan
da

Kesehatan yang menggunakan teknologi terbaru, dan pelayanan


-un

berbasis penelitian.
Ayat (2)
ng

Cukup jelas.
da

Ayat (3)
/un

Cukup jelas.
/08

Pasal 38
23

Ayat (1)
20

Yang dimaksud dengan "berstandar internasional" adalah


m/

pelayanan unggulan nasional yang menggunakan metode baru


yang diakui secara internasional.
.co

Ayat (2)
na

Cukup jelas.
lya

Pasal 39
mu

Ayat (1)
na

Cukup jelas.
.ai

Ayat(21
ww

Cukup jelas.
Ayat (3)
//w

Yang dimaksud dengan "rujukan secara vertikal' adalah rujukan


yang dilakukan dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan perujuk ke
ps:

Fasilitas Pelayanan Kesehatan penerima rujukan yang memiliki


tingkat kemampuan pelayanan yang lebih tinggi sesuai dengan
htt

kebutuhan medis Pasien.

Yang . . .

SK No l87217A
m l
.ht
23
-20
PNESltrEN
NEPIIBLIK INDONESIA

un
-20-

h
-ta
Yang dimaksud dengan "rujukan secara horZontal" adalah
rujukan dari Fasilitas Pelayanan Kesehatan perujuk ke Fasilitas

17
Pelayanan Kesehatan penerima rujukan yang sama jenis Fasilitas
Pelayanan kesehatannya, tetapi memiliki jenis kompetensi

r-
mo
tertentu yang tidak dimiliki oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan
perujuk.

-no
Yang dimaksud dengan "rujuk balik'adalah pelaksanaan rujukan
terhadap Pasien yang telah selesai ditangani pada Fasilitas

-uu
Pelayanan Kesehatan penerima rujukan dan masih dibutuhkan
perawatan lanjutan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang
ng
lebih rendah kompetensinya.
da
Ayat (4)
-un

Cukup jelas.
Ayat (5)
ng

Yang dimaksud dengan "kemampuan pelayanan" adalah


da

kompetensi yang didasarkan pada jenis Pelayanan Kesehatan,


jenis Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan, sarana dan prasarana,
/un

peralatan Kesehatan, Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan, serta


daya tampung Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
/08

Ayat (6)
23

Cukup jelas.
20

Ayat (7)
m/

Cukup jelas.
.co

Pasal 40
na

Cukup jelas.
lya

Pasal 41
mu

Ayat (1)
na

Cukup jelas.
.ai

Ayat (2)
ww

Cukup jelas.
Ayat (3)
//w

Yang dimaksud dengan oskrining kesehatan lainnya" adalah


skrining Kesehatan yang dilakukan secara berkala sesuai dengan
ps:

standar setelah periode kelahiran. Skrining Kesehatan lainnya


dapat berupa pemantauan tumbuh kembang, deteksi dini
htt

kedisabilitasan, dan lainnya.

Ayat(a) ...
SK No l872l8A
m l
.ht
23
-20
PR,ESIDEN
NEPUBUT INDONESIA

un
-21-

h
-ta
Ayat (a)

17
Tanggung jawab dalam Upaya Kesehatan bayi dan anak, antara
lain, berupa penyediaan Pelayanan Kesehatan di sekolah yang

r-
menerima anak disabilitas, baik di sekolah khusus maupun

mo
sekolah inklusi sehingga tidak akan mengganggu Kesehatan bayi
dan anak dalam mengikuti pendidikan dan tidak terjadi

-no
diskriminasi dan tindak kekerasan yang dapat membahayakan

-uu
Kesehatan bayi dan anak.
ng
Pasal 42
da

Ayat (1)
-un

Yang dimaksud dengan "indikasi medis" adalah kondisi


Kesehatan ibu yang tidak memungkinkan memberikan air susu
ng

ibu sesuai yang ditetapkan oleh Tenaga Medis.


da

Ayat (2)
/un

Cukup jelas.
/08

Ayat (3)
23

Cukup jelas.
20

Ayat (4)
m/

Cukup jelas.
.co

Pasal 43
na

Ayat (1)
lya

Kebijakan, antara lain, berupa pembuatan norma, standar,


mu

prosedur, dan kriteria.


Ayat (2)
na

Cukup jelas.
.ai
ww

Pasal 44
Cukup jelas.
//w
ps:

Pasal 45
Cukup jelas.
htt

Pasal 46...

SK No 187219A
ml
.ht
23
-20
NEPUBLIK INDONESIA

un
-22-

h
-ta
Pasal 46

17
Cukup je1as.

r-
Pasal 47

mo
Cukup jelas.

-no
Pasal 48

-uu
Cukup jelas. ng
Pasal 49
da

Cukup jelas.
-un
ng

Pasal 50
Ayat (1)
da
/un

Cukup je1as.
Ayat (2)
/08

Yang dimaksud dengan uusia remaja" adalah kelompok usia


23

10 (sepuluh) tahun sampai sebelum berusia 18 (delapan belas)


tahun.
20

Ayat (3)
m/

Cukup jelas.
.co

Ayat (4)
na

Yang dimaksud dengan oskrining Kesehatan" adalah setiap


lya

kegiatan yang dilakukan untuk mendeteksi penyakit secara dini


sehingga dapat dilakukan intervensi untuk menyembuhkan atau
mu

mencegah penyakit berlanjut.


na

Yang dimaksud dengan "Kesehatan reproduksi remaja" adalah


Upaya Kesehatan yang dilakukan agar terbebas dari berbagai
.ai

gangguan Kesehatan yang dapat menghambat kemampuan


ww

menjalani kehidupan reproduksi secara sehat.


Yang dimaksud dengan "Kesehatan jiwa remaja" adalah Upaya
//w

Kesehatan yang dilakukan untuk mempersiapkan kondisi remaja


agar dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial
ps:

sehingga remaja tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat


mengatasi tekanan, dan mampu memberikan kontribusi
htt

untuk masyarakat.

Ayat(S)...

SK No 187220A
m l
.ht
23
-20
PRESIDEN
NEPUBLIK TNOONESIA

un
-23-

h
-ta
Ayat (5)
Cukup jelas.

17
Ayat (6)

r-
mo
Cukup jelas.

-no
Pasal 51
Cukup jelas.

Pasal 52 -uu
ng
Cukup jelas.
da
-un

Pasal 53
Ayat (1)
ng

Cukup jelas.
da

Ayat(21
/un

Upaya Kesehatan penyandang disabilitas, termasuk Upaya


Kesehatan bagi perempuan disabilitas sebagai calon ibu dan ibu,
/08

Upaya Kesehatan terhadap anak yang dideteksi akan mengalami


disabilitas atau dilahirkan sebagai penyandang disabilitas, serta
23

dukungan bagi keluarga yang mempunyai anggota penyandang


disabilitas.
20

Upaya Kesehatan terhadap anak yang dideteksi akan mengalami


m/

disabilitas atau dilahirkan sebagai penyandang disabilitas


.co

termasuk upaya deteksi dan intervensi dini disabilitas.


Upaya Kesehatan penyandang disabilitas yang memasuki usia
na

produktif termasuk Kesehatan reproduksi.


lya

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "akses" adalah termasuk tersedianya
mu

Pelayanan Kesehatan yang dapat digunakan oleh penyandang


disabilitas secara mandiri tanpa bantuan orang lain dan
na

Pelayanan Kesehatan yang diberikan secara proaktif kepada


.ai

penyandang disabilitas.
ww

Ayat (a)
Cukup jelas.
//w

Ayat (5)
ps:

Cukup jelas.
Ayat (6)
htt

Cukup jelas.

Pasal 54...
SK No 187221A
l
m
.ht
23
-20
PRESIDEN
RE:PUBUK INDONESII

un
-24-

h
-ta
Pasal 54
Cukup jelas.

17
r-
Pasal 55

mo
Cukup jelas.

-no
Pasal 56
Cukup jelas.

Pasal 57 -uu
ng
Cukup jelas.
da
-un

Pasal 58
Cukup jelas.
ng

Pasal 59
da

Cukup jelas.
/un

Pasal 60
/08

Cukup jelas.
23

Pasal 61
20

Cukup jelas.
m/

Pasal 62
.co

Cukup jelas.
na

Pasal 63
lya

Ayat (1)
mu

Cukup jelas.
Ayat (2)
na

Cukup jelas.
.ai

Ayat (3)
ww

Pelayanan keluarga berencana, antara lain, berupa konsultasi


pelayanan keluarga berencana dan pelayanan kontrasepsi.
//w

Ayat (4)
ps:

Cukup jelas.
htt

Ayat (5)
Cukup jelas.
Pasal 64...

SK No 187222A
m l
.ht
23
-20
PRESIDEN
REFUBUI( INDONESIA

un
-25-

h
-ta
Pasal 64

17
Ayat (1)
Cukup je1as.

r-
mo
Ayat (21

Huruf a

-no
Yang dimaksud dengan "bergizt seimbang" adalah asupan
gSzi yang sesuai dengan kebutuhan seseorang untuk

-uu
mencegah risiko gizi lebih dan gLi kurang.
ng
Huruf b
da
Cukup jelas.
-un

Huruf c
Cukup jelas.
ng

Ayat (s)
da

Cukup jelas.
/un

Ayat (a)
/08

Cukup jelas.
Ayat (s)
23

Cukup jelas.
20
m/

Pasal 65
.co

Cukup jelas.
na

Pasal 66
lya

Cukup jelas.
mu

Pasal 67
Ayat (1)
na

Yang dimaksud dengan "intervensi" adalah segala kegiatan yang


.ai

dilaksanakan untuk mengatasi penyebab langsung maupun tidak


ww

langsung berbagai permasalahan gizi.


Ayat (2)
//w

Pemangku kepentingan, antara lain, ia-lah or€rng perseorangan,


masyarakat, akademisi, dunia usaha, media massa, organisasi
ps:

masyarakat sipil, perguruan tinggi, tokoh masyarakat, tokoh


perempuan, tokoh pemuda, tokoh agama, dan mitra
htt

pembangunan.

Pasal 68...
SK No 187223 A
m l
.ht
23
-20
PRESIDsN
REFIIBLIK INDOI{ESIA

un
-26-

h
-ta
Pasal 68
Pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya gyzi dart

17
pengaruhnya terhadap peningkatan status gizi dapat diperoleh melalui

r-
layanan Telekesehatan.

mo
Pasa1 69

-no
Cukup jelas.

-uu
Pasal 7O
ng
Ayat (1)
Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut meliputi fase janin, ibu
da

hamil, anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia.


-un

Ayat (2)
ng

Cukup jelas.
da

Ayat (3)
/un

Cukup jelas.
Ayat (4)
/08

Cukup jelas.
23

Pasal 71
20

Ayat (1)
m/

Cukup jelas.
.co

Ayat (2)
na

Cukup jelas.
lya

Ayat (3)
mu

Pemberdayaan masyarakat, antara lain, berupa kegiatan untuk


donor kornea dan operasi katarak.
na

PasalT2
.ai

Cukup jelas.
ww

Pasal 73
//w

Cukup jelas.
ps:

PasaT 74
htt

Cukup je1as.

Pasal 75...
SK No 187224A
I

m l
.ht
23
-20
PRESIDEN
REPI.IBUT INDONESIA

un
-27 -

h
-ta
Pasal 75
Cukup jelas.

17
r-
Pasal 76

mo
Ayat (1)

-no
Hurufa
Cukup jelas.

-uu
Hurrf b ng
Informasi dan edukasi tentang Kesehatan jiwa ditujukan
untuk mencegah terjadinya risiko masalah kejiwaan atau
da

gangguan jiwa serta mencegah terjadinya pelanggaran hak


asasi kepada orang yang berisiko dan orang dengan
-un

gangguan jiwa.
ng

Ayat (2)
da

Cukup jelas.
/un

Ayat (3)
Cukup jelas.
/08

PasaT 77
23

Cukup jelas.
20
m/

Pasal 78
Cukup jelas.
.co
na

Pasal 79
Cukup jelas.
lya

Pasal 8O
mu

Ayat (1)
na

Cukup jelas.
.ai

Ayat (2)
ww

Cukup jelas.
Ayat (3)
//w

Tindakan medis yang ditujukan untuk mengatasi kondisi


ps:

kedaruratan, antara lain, dilakukan terhadap orang dengan


gangguan jiwa yang menunjukkan pikiran dan/ atau perilaku
htt

yang dapat membahayakan dirinya, orang lain, dan/ atau


sekitarnya.

Ayat(4) ...
SK No 187225A
t
J

ml
.ht
23
-20
PRES!DEN
NEPUBUI( INDONESIA

un
-28-

ah
Ayat (a)

7-t
Cukup jelas.

1
Ayat (5)

or-
Cukup jelas.

om
u-n
Pasal 81
Cukup jelas.

Pasal 82
ng-u
Cukup jelas.
da
-un

Pasal 83
Cukup jelas.
ng
da

Pasal 84
/un

Cukup jelas.
/08

Pasal 85
Cukup jelas.
23
20

Pasal 86
m/

Cukup jelas.
.co

Pasal 87
na

Ayat (1)
lya

Cukup jelas.
Ayat (2)
mu

Kriteria penetapan program penanggulangan penyakit menular


na

tertentu sebagai prioritas nasional atau daerah, antara lain,


berupa:
.ai

a. penyakit endemis lokal;


ww

b. penyakit menular potensial wabah;


c. fatalitas yang ditimbulkan tinggi/ angka kematian tinggi;
d. memiliki dampak sosial, ekonomi, politik, dan ketahanan
//w

yang luas; dan


e. menjadi sasaran reduksi, eliminasi, dan eradikasi global.
ps:
htt

Kriteria . . .

SK No 187226A
I

m l
.ht
23
-20
PRESIEEN
REPUBLII( INDONESIA

un
-29-

h
-ta
Kriteria penetapan program penanggulangan penyakit tidak
menular tertentu sebegai prioritas nasional atau daerah, antara

17
lain, berupa:
a. tingginya angka kematian atau kedisabilitasan;

r-
b. tingginya angka kesakitan atau tingginya beban biaya

mo
pengobatan; dan
c. memiliki faktor risiko yang dapat diubah.

-no
Ayat (3)

-uu
Cukup jelas. ng
Pasal 88
da

Cukup jelas.
-un
ng

Pasal 89
da

Ayat (1)
Kegiatan pencegahan, pengendalian, dan pemberantasan
/un

penyakit menular dilakukan, antara lain, melalui:


a. promosi Kesehatan;
/08

b. surveilansKesehatan;
c. pengendalian faktor risiko;
23

d. penemuan kasus;
20

e. penanganan kasus;
f. pemberian kekebalan (imunisasi); dan
m/

g. pemberian Obat pencegahan secara massal.


.co

Ayat (2)
na

Cukup jelas.
lya

Ayat (3)
mu

Cukup jelas.
Ayat (4)
na

Cukup jelas.
.ai
ww

Pasal 9O
Perilaku hidup bersih dan sehat bagi penderita penyakit menular,
//w

antara lain, tidak melakukan tindakan yang dapat memudahkan


penularan penyakit pada orang lain.
ps:

Upaya pencegahan lainnya, antara lain, berupa imunisasi, karantina,


dan isolasi.
htt

Pasal 91 ...
SK No 187227A
m l
.ht
23
-20
PRESIDEN
NEPUBLIK INDONESIA

un
-30-

h
-ta
Pasal 91

17
Cukup jelas.

r-
Pasal 92

mo
Cukup jelas.

-no
Pasal 93

-uu
Ayat (1)
Kegiatan pencegahan, pengendalian, dan penanganan penyakit
ng
tidak menular dilakukan, antara lain, melalui:
da
a. promosi Kesehatan;
b. deteksi dini faktor risiko;
-un

c. pengendalian faktor risiko;


d. pelindungan khusus;
ng

e. penemuan dini kasus;


da

f. tata laksana dini; dan


g. penanganan kasus, berupa Pelayanan Kesehatan kuratif,
/un

rehabilitatif, dan/atau paliatif.


/08

Ayat(2)
Cukup jelas.
23
20

Pasal 94
m/

Ayat (1)
.co

Faktor risiko, antara lain, berupa obesitas, konsumsi gula, garam,


dan lemak berlebih, merokok, konsumsi minuman beralkohol,
na

dan kurang aktivitas fisik.


lya

Ayat (2)
mu

Cukup jelas.
Ayat (3)
na

Cukup jelas.
.ai
ww

Pasal 95
Cukup jelas.
//w
ps:

Pasal 96
Cukup jelas.
htt

Pasal 97...
SK No 187228A
i

m l
.ht
23
-20
PRESIDEN
REPUELII( INDONESIA

un
-31 -

ah
Pasal 97

7-t
Ayat (1)

r-1
Cukup jelas.

o
Ayat (2)

om
Cukup jelas.

u-n
Ayat (3)
Hurufa
-u
ng
Pendidikan Kesehatan meliputi pendidikan intrakurikuler,
kokurikuler, dan ekstrakurikuler.
da

Huruf b
-un

Pelayanan Kesehatan, antara lain, berupa pemberian


imunisasi dan skrining Kesehatan.
ng

Huruf c
da

Cukup jelas.
/un

Ayat (4)
/08

Cukup jelas.
23

Ayat (5)
20

Cukup jelas.
Ayat (6)
m/

Cukup jelas.
.co

Pasal 98
na

Cukup jelas.
lya
mu

Pasal 99
Ayat (1)
na

burulf adalah dampak yang


Yang dimaksud dengan "pengaruh
.ai

dapat ditimbulkan oleh proses, peralatan, bahan, atau


lingkungan kerja yang dapat mengakibatkan terjadinya insiden,
ww

nearmiss, kecelakaan, ataupun pencemaran lingkungan yang


mempengaruhi Kesehatan.
//w

Ayat(21
ps:

Cukup jelas.
htt

Ayat(3)...

SK No 187229A
ml
.ht
23
-20
PRESIDEN
NEPUBLIX INOONESIA

un
_32_

h
-ta
Ayat (3)

17
Yang dimaksud dengan "lingkungan matra" adalah lingkungan
dari seluruh aspek pada matra yang serba berubah dan

or-
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup dan pelaksanaan
kegiatan manusia yang hidup dalam lingkungan tersebut.

om
Ayat (4)

u-n
Cukup jelas.
Ayat (s)
Cukup jelas.
g-u
an
Ayat (6)
d
-un

Cukup jelas.
ng

Pasal 100
da

Cukup jelas.
/un

Pasal 101
/08

Cukup jelas.
23

Pasa1 102
20

Cukup jelas.
/
om

Pasal 103
Cukup je1as.
a.c
an

Pasal 104
uly

Cukup je1as.
am

Pasal 105
Ayat (1)
ain

Yang dimaksud dengan "lingkungan yang sehat" adalah


.

lingkungan yang tidak mempunyai risiko buruk bagr Kesehatan


ww

termasuk akibat kondisi matra dan ancaman global perubahan


iklim.
//w

Lingkungan yang tidak mempunyai risiko buruk lagi Kesehatan


ps:

merupakan lingkungan yang bebas dari unsur-unsur yang


menimbulkan gangguan Kesehatan, antara lain, berupa:
htt

a. limbah cair, limbah padat, limbah gas yang tidak diolah


sebagaimana mestinya;

b. sampah . . .

SK No 187230A
ml
.ht
23
-20
PRESIDEN
IIEPUBLIK INDONESIA

un
-33-

h
-ta
b. sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

17
c. vektor dan binatang pembawa penyakit;
d.

or-
zat kimia yang berbahaya;
e. kebisingan yang melebihi ambang batas;

om
f. radiasi sinar pengion dan nonpengion;
g. air yang tercemar;

u-n
h. udara yang tercemar; dan
i. makanan yang terkontaminasi.
Ayat (2)
Cukup jelas.
g-u
an
Ayat (3)
d
-un

Media lingkungan, antara lain, berupa air, udara, tanah, pangan,


sarana dan bangunan, dan vektor dan binatang pembawa
ng

penyakit.
da

Ayat (4)
/un

Cukup jelas.
/08

Pasal 106
Cukup jelas.
23
20

Pasal 107
Cukup jelas.
/
om

Pasal 108
a.c

Ayat (1)
an

Yang dimaksud dengan "Kesehatan matra" adalah Upaya


Kesehatan dalam bentuk khusus yang diselenggarakan untuk
uly

meningkatkan kemampuan fisik dan mental guna menyesuaikan


diri terhadap lingkungan yang serba berubah secara bermakna,
am

baik di lingkungan darat, laut, maupun udara.


ain

Ayat (2)
Hurufa
.
ww

Yang dimaksud dengan "Kesehatan matra darat" adalah


Kesehatan matra yang berhubungan dengan pekerjaan atau
//w

kegiatan di darat yang bersifat temporer pada lingkungan


yang berubah, seperti transmigrasi, prajurit Tentara
ps:

Nasional Indonesia, penugasan khusus anggota Kepotisian


Negara Republik Indonesia.
htt

Hurufb. ..

SK No 187231A
m l
.ht
23
-20
FRESIDEN
NEP|JBLII( INDONESIA

un
-34-

h
-ta
Hurufb
Yang dimaksud dengan "Kesehatan matra laut" adalah

17
Kesehatan matra yang berhubungan dengan pekerjaan atau

r-
kegiatan di laut dan berhubungan dengan keadaan

mo
lingkungan yang bertekanan tinggi (hiperbarik), seperti
penyelam.

-no
Huruf c

-uu
Yang dimaksud dengan "Kesehatan matra udara' adalah
Kesehatan matra yang berhubungan dengan penerbangan
ng
dan Kesehatan ruang angkasa dengan keadaan lingkungan
yang bertekanan rendah (hipobarik), seperti penerbang dan
da

prajurit Tentara Nasional Indonesia.


-un

Ayat (3)
ng

Cukup jelas.
da

Ayat (4)
Cukup jelas.
/un
/08

Pasa1 1O9
23

Ayat (1)
Yang dimaksud dengan 'bencana' adalah peristiwa atau
20

rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu


m/

kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik


oleh faktor alam dan/ atau faktor nonalam maupun faktor
.co

manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban manusia,


kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
na

psikologis.
lya

Ayat (2)
mu

Hurufa
Perencanaan Kesehatan prabencana, antara lain, berupa
na

mitigasi risiko, penyiapan Sumber Daya Kesehatan,


.ai

perencanaan, dan koordinasi.


ww

Huruf b
Pelayanan Kesehatan saat bencana, antara lain, kegiatan
//w

untuk merespons tanggap darurat bencana.


ps:

Huruf c
Pelayanan Kesehatan pascabencana termasuk pemulihan
htt

fisik dan mental.

Ayat(3) ...
SK No 187232A
m l
.ht
23
-20
PRESIDEI{
REPITEUK INDONESIA

un
-35-

h
-ta
Ayat (3)

17
Cukup jelas.

r-
Ayat (4)

mo
Cukup jelas.

-no
Pasal 110

-uu
Cukup jelas.
ng
Pasal 111
da

Cukup jelas.
-un

Pasal 112
ng

Cukup jelas.
da
/un

Pasal 113
/08

Cukup jelas.
23

Pasal 114
20

Cukup jelas.
m/

Pasal 115
.co

Cukup jelas.
na
lya

Pasal 116
mu

Cukup jelas.
na

Pasal 117
.ai

Cukup jelas.
ww

Pasal 118
//w

Cukup jelas.
ps:

Pasal 119
htt

Cukup jelas.

Pasal l2O. . .

SK No 187233 A
ml
.ht
23
-20
PNES!DEN
NSPUBLIK INDONESIA

un
-36-

h
-ta
Pasal 120

17
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "produksi" adalah pemilahan pliasma

or-
menjadi fraksi protein individual yang dilanjutkan dengan proses
pemurnian, inaktivasi atau penghilangan agen infeksi yang

om
ditularkan melalui darah, dan pengemasan untuk menjadi produk
Obat derivat plasma.

u-n
Ayat (2)
Cukup jelas. g-u
an
Ayat (3)
Kompensasi, antara lain, berupa penggantian biaya transportasi
d
-un

dan/atau biaya pemeliharaan Kesehatan.


Ayat (a)
ng

Cukup jelas.
da

Ayat (s)
/un

Cukup jelas.
/08

Ayat (6)
Cukup jelas.
23

Ayat (7)
20

Cukup jelas.
/
om

Ayat (8)
Cukup jelas.
a.c
an

Pasal 121
Cukup jelas.
uly

Pasal 122
am

Cukup jelas.
ain

Pasal 123
.
ww

Cukup jelas.
//w

Pasal 124
Ayat (1)
ps:

Yang dimaksud dengan "transplantasi" adalah pemindahan organ


dan/atau jaringan tubuh dari donor ke resipien guna
htt

penyembuhan penyakit dan pemulihan Kesehatan resipien.

Ayat(2)...
SK No 187234A
m l
.ht
23
-20
PRESIDEN
REFIIELII( TNDONESIA

un
-37 -

h
-ta
Ayat (2)
Cukup jelas.

17
Ayat (3)

r-
mo
Yang dimaksud dengan "dikomersialkan" adalah komersialisasi
dalam pelaksanaan transplantasi organ tubuh manusia atau
jaringan tubuh manusia, tidak termasuk proses Pelayanan

-no
Kesehatan dalam penyelenggaraan transplantasi pada Fasilitas

-uu
Pelayanan Kesehatan.
ng
Pasal 125
da
Cukup jelas.
-un

Pasal 126
Cukup jelas.
ng
da

PasaL 127
Cukup jelas.
/un

Pasal 128
/08

Cukup je1as.
23

Pasal 129
20

Cukup jelas.
m/

Pasal 130
.co

Cukup jelas.
na

Pasal 131
lya

Cukup jelas.
mu

Pasal 132
na

Cukup jelas.
.ai

Pasal 133
ww

Ayat (1)
Penghargaan diberikan karena donor transplantasi organ tidak
//w

dapat melakukan kegiatan atau pekerjaan secara optimal selama


proses transplantasi dan pemulihan Kesehatan.
ps:

Ayat (2)
htt

Cukup jelas.

Pasal 134. . .

SK No 187235A
ml
.ht
023
PRESIDEN

n-2
NEPUBLIK INDONESIA

hu
_38_

-ta
Pasal 134

17
Cukup jelas.

or-
Pasa1 135

om
Ayat (1)

-n
Yang dimaksud dengan "sel punca" adalah sel dalam tubuh
manusia dengan kemampuan istimewa yakni
-uu
mampu
memperbaharui atau meregenerasi
ng dirinya dan mampu
berdiferensiasi menjadi sel lain yang spesifik.
da
Ayat (2)
-un

Cukup jelas.
Ayat (3)
ng

Cukup jelas.
da

Ayat (4)
/un

Cukup jelas.
/08

Pasal 136
23

Cukup jelas.
/20

Pasal 137
om

Ayat (1)
a.c

Cukup jelas.
an

Ayat(21
uly

Mengubah identitas, antara lain, ialah mengubah wajah, jenis


kelamin, dan/atau sidik jari, sehingga mengakibatkan perubahan
am

identitas dan menghilangkan jejak jati diri, serta digunakan


n

untuk melawan hulmm atau melakukan kejahatan.


.ai

Bedah plastik rekonstruksi dan estetika tidak ditujukan untuk


ww

mengubah jenis kelamin melainkan untuk menyesuaikan alat


kelamin dengan jenis kelamin yang sebenarnya. Perubahan jenis
/w

kelamin hanya dapat dilakukan dengan penetapan pengadilan


/

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.


ps:
htt

Ayat(3)...

SK No 187236A
l
tm
3.h
02
PRESIBEN

n-2
NEPUELII( INDONESIA

hu
-39-

-ta
Ayat (s)

17
Cukup jelas.

r-
Pasal 138

mo
Cukup jelas.

-no
Pasal 139

-uu
Cukup jelas. ng
Pasal 140
da

Cukup jelas.
-un

Pasal 141
ng

Cukup jelas.
da
/un

Pasal 142
/08

Ayat (1)
Standar lainnya, antara lain, berupa farmakope lain yang berlaku
23

secara internasional atau metode analisis/monograli yang


20

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dalam hal tidak terdapat dalam


farmakope Indonesia.
m/

Ayat (2)
.co

Standar lainnya, antara lain, benrpa metode analisis yang


digunakan dalam hal belum diatur dalam farmakope herbal
na

Indonesia.
lya

Ayat (3)
mu

Cukup jelas.
a

Ayat (4)
ain

Standar lainnya, antara lain, berupa metode analisis yang


digunakan dalam hal belum diatur dalam kodeks kosmetika
.
ww

Indonesia.
Ayat (5)
//w

Yang dimaksud dengan "sediaan tertentu berdasarkan kajian


ps:

risiko" adalah sediaan Obat Bahan Alam, suplemen Kesehatan,


Obat kuasi, dan kosmetik yang berdasarkan kajian oleh
htt

Pemerintah Pusat berpotensi memberikan efek yang berbahaya


bagi Kesehatan jika tidak menggunakan bahan baku farmasi.

Ayat(6)...
SK No 187237A
l
tm
3.h
02
PRESIDEN

n-2
REPTIBLIK TNDONESIA

hu
-40-

-ta
Ayat (6)

17
Cukup jelas.

r-
Ayat (7)

mo
Cukup jelas.
Ayat (8)

-no
Cukup jelas.

Pasal 143
-uu
ng
Cukup jelas.
da
-un

Pasal 144
Cukup jelas.
ng
da

Pasal 145
/un

Ayat (1)
Cukup jelas.
/08

Ayat (2)
23

Cukup jelas.
20

Ayat (s)
m/

Yang dimaksud dengan "kondisi tertentu" adalah tidak ada tenaga


.co

kefarmasian, kebutuhan program pemerintah, dan/atau pada


kondisi KLB, Wabah, dan darurat bencana lainnya.
na

Tenaga Kesehatan lain, antara lain, berupa dokter dan/ atau


lya

dokter gigi, bidan, dan perawat.


mu

Ayat (4)
Cukup jelas.
a
ain
.

Pasal 146
ww

Ayat (1)
//w

Yang dimaksud dengan "makanan dan minuman" adalah pangan


olahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
ps:

undangan.
htt

Standar . . .

SK No 187238A
I

l
tm
3.h
02
PRESIDEN

n-2
NEPUBL!'( INDONESIA

hu
-4L-

-ta
Standar dan/ atau persyaratan keamanan, mutu, dan gizi
termasuk penyampaian informasi nlLat g:zi, seperti kandungan

17
gula, garam, dan lemak.

r-
Ayat (2)

mo
Cukup jelas.

-no
Pasal 147

-uu
Ayat (1) ng
Yang dimaksud dengan "informasi atau pernyataan yang tidak
da
benar dan/ atau menyesatkan pada informasi produkl adalah
informasi atau pernyataan yang tidak sesuai yang dicantumkan
-un

pada label atau yang disampaikan pada iklan produk.


ng

Ayat (2)
da

Cukup je1as.
/un

Ayat (3)
Cukup jelas.
/08

Pasal 148
23

Cukup jelas.
20
m/

Pasal 149
.co

Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "zat adlkti? adalah produk yang
na

mengandung tembakau atau tidak mengandung tembakau, baik


lya

yang berupa rokok atau bentuk lain yang bersifat adiktif yang
penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya
mu

dan/ atau masyarakat sekelilingnya dan dapat berbentuk padat,


a

cairan, dan gas.


ain

Bentuk lain yang bersifat adiktif, antara lain, berupa rokok


.

elektronik dan permen yang mengandung nikotin.


ww

Ayat(21
//w

Yang dimaksud dengan "produk tembakau" adalah setiap produk


yang seluruhnya atau sebagian terbuat dari daun tembakau
ps:

sebagai bahan bakunya yang diolah untuk digunakan dengan


htt

cara dibakar, dipanaskan, diuapkan, dihisap, dihirup, dikunyah,


atau dengan cara konsumsi apa pun.

Ayat(3) ...
SK No 187239A
lm
.ht
023
PRESIDEhI

n-2
REPUBLII( INDONESIA

hu
-42-

-ta
Ayat (3)

17
Huruf a

or-
Cukup jelas.
Hurufb

om
Cukup jelas.

-n
Huruf c
Cukup jelas.
-uu
ng
Huruf d
da

Cukup jelas.
-un

Huruf e
ng

Tembakau padat dan cair, antara lain, dapat digunakan


untuk rokok elektronik dan shisha.
da
/un

Yang dimaksud dengan "rokok elektronik adalah hasil


tembakau berbentuk cair, padat, atau bentuk lainnya yang
/08

berasal dari pengolahan daun tembakau yang dibuat dengan


cara ekstraksi atau cara lain sesuai dengan perkembangan
23

teknologi dan selera konsumen tanpa mengindahkan bahan


pengganti atau bahan pembantu dalam pembuatannya
/20

yang disediakan untuk konsumen akhir dalam kemasan


penjualan eceran yang dikonsumsi dengan cara dipanaskan
om

menggunakan alat pemanas elektronik kemudian dihisap.


Hurrf f
a.c

Cukup jelas.
an

Ayat (a)
uly

Penetapan standar dan/atau persyaratan dimaksudkan untuk


am

menekan dan mencegah penggunaan zat adiktif yang


mengganggu atau merugikan Kesehatan.
n
.ai

Pasal 150
ww

Cukup jelas.
/w

Pasal 151
/
ps:

Ayat (1)
htt

Cukup jelas.

Ayat(2)...

SK No 187240A
l
tm
3.h
02
PRESIDEN

n-2
NEPUELIK INDONESIA

hu
-43-

-ta
Ayat(21
Pemerintah Daerah dalam menetapkan

17
dan
mengimplementasikan kawasan tanpa rokok harus

r-
mempertimbangkan seluruh aspek secara holistik.

mo
Ayat (3)

-no
Cukup jelas.

-uu
Pasal 152
Cukup jelas.
ng
da

Pasal 153
-un

Cukup jelas.
ng

Pasal 154
da

Cukup jelas.
/un
/08

Pasal 155
Cukup jelas.
23
20

Pasal 156
m/

Ayat (1)
Hurrf a
.co

Pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum terhadap


na

orang hidup ditqiukan untuk mengetahui keadaan dan


lya

sifat kecederaan, penyebab kecederaan, adanya


kekerasan/ hubungan seksual, dampak terhadap Kesehatan
mu

baik ftsik maupun jiwa, kecakapan hukum seseorang, dan


temuan lain yang berhubungan dengan tindak pidana dan
a

pelakunya.
ain

Huruf b
.
ww

Pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum terhadap


orang mati merupakan pelayanan kedokteran yang
dilakukan terhadap mayat yang kematiannya diduga
//w

merupakan akibat atau berhubungan dengan suatu tindak


ps:

pidana atau kepentingan hukum lainnya.


Ayat (2)
htt

Cukup jelas.
Ayat(3) ...

SK No 187241A
m l
.ht
023
PRESIDEN

n-2
NEPUBLI?( INDONESIA

hu
-44-

-ta
Ayat (3)

17
Cukup jelas.

or-
Pasal 157

om
Ayat (1)
Cukup jelas.

-n
Ayat (2)

-uu
Yang dimaksud dengan "audit kematian" adalah serangkaian
ng
kegiatan penelusuran sebab kematian dan penentuan faktor yang
berkontribusi terhadap kematian seseorang.
da

Ayat (3)
-un

Cukup jelas.
ng

Ayat (4)
da

Cukup jelas.
/un

Ayat (s)
/08

Cukup je1as.
23

Pasal 158
/20

Cukup jelas.
om

Pasal 159
Cukup jelas.
a.c
an

Pasal 160
uly

Cukup jelas.
am

Pasal 161
n

Cukup jelas.
.ai
ww

Pasal 162
Cukup jelas.
/w
/
ps:

Pasal 163
Cukup jelas.
htt

Pasal 164. . .

SK No 187242A
l
tm
3.h
02
PRESIDEN

n-2
NEPLTBLII( TNDONESIA

hu
_45_

-ta
Pasal 164

17
Cukup jelas.

r-
Pasal 165

mo
Cukup jelas.

-no
Pasal 166

-uu
Cukup jelas. ng
Pasal 167
da

Ayat (1)
-un

Cukup jelas.
ng

Ayat (2)
da

Cukup jelas.
/un

Ayat (3)
/08

Cukup jelas.
23

Ayat (a)
Program pemerintah, antara lain, berupa program
20

penanggulangan tuberkulosis, human immunodeficiencg


m/

uirus/ aquired immunodeficiencg sgndrome (HIV/AIDS), dan


.co

stuntiw.
na

Pasal 168
lya

Cukup jelas.
mu

Pasal 169
a

Cukup jelas.
ain
.

Pasal 170
ww

Ayat (1)
//w

Fasilitas Pelayanan Kesehatan penunjang, antara lain, berupa


laboratorium Kesehatan, apotek, laboratorium pengolahan sel,
ps:

serta bank sel dan/ atau bank jaringan.


htt

Ayat(2) ...
SK No 187243 A
ml
.ht
23
-20
PRESIDEN
REPTIBL]K INDONESIA

un
-46-

ah
Ayat (2)

7-t
Cukup jelas.

r-1
Pasal 171

mo
Cukup jelas.

-no
Pasal L72

-uu
Cukup jelas. ng
Pasal 173
da

Ayat (1)
-un

Hurufa
ng

Cukup jelas.
da

Hurufb
/un

Cukup jelas.
/08

Huruf c
23

Yang dimaksud dengan "rekam medis" adalah dokumen yang


berisikan data identitas Pasien, pemeriksaan, pengobatan,
20

tindakan, dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada


/

Pasien yang dibuat dengan menggunakan sistem elektronik


om

yang diperuntukkan penyelenggaraan rekam medis. Dalam


hal Fasilitas Pelayanan Kesehatan tidak
a.c

dapat
menyelenggarakan rekam medis secara elektronik karena
an

hambatan teknis, dapat digunakan rekam medis


uly

nonelektronik sampai dengan hambatan selesai, serta


dilakukan penginputan ulang data rekam medis pada sistem
m

rekam medis elektronik.


na

Huruf d
.ai

Cukup jelas.
ww

Huruf e
/w

Cukup jelas.
s:/

Huruf f
p

Cukup jelas.
htt

Hurufg. . .

SK No 18724A
l
tm
3.h
02
PRESIDEN

n-2
NEPUELIK INDONESIA

hu
-47-

-ta
Huruf g

17
Cukup jelas.

r-
Ayat (21

mo
Cukup jelas.

-no
Ayat (3)
Cukup jelas.

-uu
ng
Pasal 174
da

Cukup jelas.
-un

Pasal 175
ng

Cukup jelas.
da

Pasal 176
/un

Cukup jelas.
/08

PasaL 177
23

Ayat (1)
20

Yang dimaksud dengan "rahasia Kesehatan pribadi Pasien"


m/

adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan hal yang


.co

ditemukan oleh Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan dalam


rangka pengobatan dan dicatat dalam rekam medis yang dimiliki
na

Pasien serta bersifat rahasia.


lya

Ayat (2)
mu

Cukup jelas.
Ayat (3)
a
ain

Cukup jelas.
.
ww

Pasal 178
Cukup jelas.
//w
ps:

Pasal 179
Ayat (1)
htt

Humf a. . .

SK No 187245 A
l
tm
3.h
02
EIIEIf IIIIIT{'III-{TN

n-2
hu
-48-

-ta
Hurufa

17
Yang dimaksud dengan "jejaring pengampuan Pelayanan
Kesehatan" adalah pengampuan yang dilakukan oleh

r-
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan kompetensi lebih

mo
tinggi pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan
kompetensi lebih rendah yang bertujuan untuk

-no
meningkatkan kompetensi Fasilitas Pelayanan Kesehatan

-uu
dan menangani permasalahan Kesehatan di wilayah
tersebut. ng
Huruf b
da

Yang dimaksud dengan ukerja sama 2 (dua) atau lebih


-un

Fasilitas Pelayanan Kesehatan' adalah kerja sama antara


2 (dua) Fasilitas Pelayanan Kesehatan, baik antara Fasilitas
ng

Pelayanan Kesehatan di Indonesia dan Fasilitas Pelayanan


da

Kesehatan di luar negeri maupun antar-Fasilitas Pelayanan


Kesehatan di Indonesia, antara lain, berupa kerja sama di
/un

bidang pelayanan dan bidang penelitian.


/08

Huruf c
23

Yang dimaksud dengan "pusat unggulan" adatah Pelayanan


Kesehatan dengan karakteristik utama pada Rumah Sakit
20

yang mempunyai standar pelayanan internasional,


berteknologi tinggi, memiliki kompetensi sumber daya
m/

manusia yang unggul, serta bekerja sama dengan institusi


.co

pendidikan untuk meningkatkan budaya belajar, inovasi,


dan pengembangan.
na

Hurufd
lya

Yang dimaksud dengan "Pelayanan Kesehatan terpadu"


adalah Pelayanan Kesehatan yafrg terintegrasi yang
mu

diselenggarakan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan secara


a

terpadu, multidisiplin, dan berpusat pada kebutuhan Pasien


ain

Qt atient entered carel.

Ayat (2)
.
ww

Cukup jelas.
//w

Pasal 180
Ayat (1)
ps:

Cukup jelas.
htt

Ayat(2)...

SK No 187246A
l
tm
3.h
02
PEESIDEN

n-2
NEPUELIK INDONESIA

hu
-49-

-ta
Ayat (2)

17
Cukup jelas.
Ayat (3)

r-
mo
Hurufa
Yang dimaksud dengan "berperilaku hidup sehat' adalah

-no
memiliki kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat.

-uu
Hurufb ng
Cukup jelas.
da

Huruf c
-un

Cukup jelas.
Hurufd
ng

Cukup jelas.
da
/un

Pasal 181
Cukup jelas.
/08

Pasal 182
23

Cukup jelas.
20
m/

Pasal 183
Cukup jelas.
.co
na

Pasal 184
lya

Ayat (1)
Cukup jelas.
mu

Ayat (2)
a

Cukup jelas.
ain

Ayat (3)
.
ww

Cukup jelas.
Ayat (4)
//w

Yang dimaksud dengan "tata kelola Rumah Sakit yang bail*


ps:

adalah penerapan fungsi manajemen Rumah Sakit yang


berdasarkan prinsip tranparansi, akuntabilitas, independensi,
htt

responsibilitas, kesetaraan, dan kewajaran.

Yang . . .

SK No 187247A
m l
.ht
23
-20
PRESIDEN
NEPUEUI( INDONESIA

un
_50_

h
-ta
Yang dimaksud dengan "tata kelola klinis yang bailC adalah
penerapan fungsi manajemen klinis yang meliputi kepemimpinan

17
klinis, audit klinis, data klinis, risiko klinis berbasis bukti,

r-
peningkatan kinerja, pengelolaan keluhan, mekanisme monitor

mo
hasil pelayanan, pengembangan profesional, dan akreditasi
Rumah Sakit.

-no
-uu
Pasal 185
Ayat (1)
ng
Cukup je1as.
da

Ayat (2)
-un

Cukup jelas.
ng

Ayat (3)
da

Yang dimaksud dengan "bidang Pelayanan Kesehatan" adalah


/un

bidang yang memberikan Pelayanan Kesehatan langsung kepada


masyarakat, antara lain, berupa klinik, apotek, dan laboratorium.
/08

Ayat (4)
23

Cukup jelas.
20
m/

Pasal 186
.co

Cukup jelas.
na

Pasal 187
lya

Ayat (1)
mu

Cukup jelas.
Ayat (2)
na

Cukup jelas.
.ai

Ayat (3)
ww

Cukup jelas.
//w

Ayat (4)
ps:

Rumah Sakit pendidikan sebagai penyelenggara utama


diutamakan Rumah Sakit pemerintah.
htt

Ayat(5)...

SK No 187248A
m l
.ht
23
-20
PRESIDEN
REPTIBLIK INDONESIA

un
-51 -

h
-ta
Ayat (s)

17
Yang dimaksud dengan "persyaratan, standar, dan akreditasi
sesuai dengan perannya" adalah persyaratan, standar, dan

r-
akreditasi yang harus dipenuhi oleh Rumah Sakit pendidikan,

mo
baik sebagai Rumah Sakit yang bekerja sama dengan perguruan

-no
tinggi dalam menyelenggarakan pendidikan tinggi maupun
sebagai Rumah Sakit penyelenggara utama pendidikan tinggi

-uu
dengan tetap bekerja sama dengan perguruan tinggi.
Ayat (6)
ng
Cukup jelas.
da

Ayat (7)
-un

Cukup jelas.
ng

Ayat (8)
da

Cukup jelas.
/un

Ayat (9)
/08

Cukup jelas.
23

Ayat (10)
20

Cukup jelas.
m/

Ayat (11)
Cukup jelas.
.co
na

Pasal 188
lya

Ayat (1)
mu

Cukup jelas.
Ayat (2)
na

Cukup jelas.
.ai

Ayat (s)
ww

Yang dimaksud dengan "pelayanan berbasis penelitian' adalah


//w

pelayanan yang dilakukan terhadap Pasien sebagai subjek


penelitian, terutama pada penelitian translasional dengan tujuan
ps:

untuk pembuktian efektivitas.


htt

Ayat(4)...

SK No 187249A
m l
.ht
23
-20
PRESIDEN
NEPUBUT INDONESIA

un
-52-

h
-ta
Ayat (a)

17
Yang dimaksud dengan "kebebasan secara bertanggung jawab"
adalah pelaksanaan penelitian dilakukan sesuai dengan kaidah

r-
keilmuan berdasarkan etika, nilai moral, norma agama, dan

mo
peraturan perundang-undangan.

-no
Ayat (s)
Pihak lain, antara lain, ialah lembaga atau orang perseorangan

-uu
yang memiliki tugas dan fungsi untuk melakukan penelitian atau
ng
memiliki kompetensi untuk melakukan penelitian.
da

Pasal 189
-un

Ayat (1)
ng

Hurufa
da

Cukup jelas.
/un

Huruf b
/08

Yang dimaksud dengan "standar pelayanan Rumah Sakit"


adalah semua standar pelayanan yang berlaku di Rumah
23

Sakit, antara lain, berupa standar prosedur operasional,


20

standar pelayanan medis, dan standar asuhan keperawatan.


m/

Huruf c
.co

Cukup jelas.
Hurufd
na

Cukup jelas.
lya

Huruf e
mu

Yang dimaksud dengan "masyarakat tidak mampu atau


na

miskin" adalah Pasien yang memenuhi kriteria tidak mampu


atau miskin sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
.ai

undangan.
ww

Huruf f
Cukup jelas.
//w

Huruf g
ps:

Cukup jelas.
htt

Hurufh. ..

SK No 187250A
m l
.ht
23
-20
PRESIDEN
REPIIBLII( INDONESTA

un
-53-

ah
Huruf h

7-t
Yang dimaksud dengan "menyelenggarakan rekam medis"

r-1
adalah penyelenggaraan rekam medis yang dilakukan sesuai
dengan standar yang secara bertahap diupayakan mencapai

o
standar internasional.

om
Huruf i

u-n
Cukup jelas.
j
-u
Huruf ng
Cukup jelas.
da
Huruf k
-un

Cukup jelas.
Hurufl
ng

Cukup jelas.
da

Huruf m
/un

Cukup jelas.
/08

Hurufn
Cukup jelas.
23

Huruf o
20

Rumah Sakit dibangun serta dilengkapi dengan sarana,


m/

prasarana, dan peralatan yang dapat difungsikan serta


dipelihara sedemikian rupa untuk mendapatkan keamanan,
.co

mencegah kebakaran atau bencana dengan terjaminnya


na

keamanan, keselamatan dan Kesehatan Pasien, petugas,


pengunjung, dan lingkungan Rumah Sakit.
lya

Huruf p
mu

Cukup jelas.
Hurufq.
na

Cukup jelas.
.ai

Huruf r
ww

Yang dimaksud dengan "peraturan internal Rumah Sakit"


//w

adalah peraturan yang disusun untuk internal Rumah Sakit


dalam rangka menyelenggarakan tata kelola Rumah Sakit
ps:

yang baik dan tata kelola klinis yang baik.


Huruf s
htt

Cukup je1as.
Huruft. . .

SK No 187251A
m l
.ht
23
-20
PRESIDEN
NEPUELIK INDONESIA

un
-54-

h
-ta
Huruf t
Cukup jelas.

17
Ayat (2)

r-
mo
Cukup jelas.

-no
Pasal 190
Cukup je1as.

Pasal 191 -uu


ng
Cukup jelas.
da
-un

Pasal 192
Cukup jelas.
ng

Pasal 193
da

Cukup jelas.
/un

Pasal 194
/08

Cukup jelas.
23

Pasal 195
20

Cukup jelas.
m/

Pasal 196
.co

Cukup jelas.
na

Pasal 197
lya

Cukup jelas.
mu

Pasal 198
na

Cukup jelas.
.ai

Pasal 199
ww

Cukup jelas.
//w

Pasal 2O0
Ayat (1)
ps:

Tenaga pendukung atau penunjang kesehatan, antara lain,


htt

berupa, tenaga biologi, tenaga administratif, pramusaji, tenaga


keuangan, petugas pemulasaran jenazah, dan petugas ambulans.

Ayat(2)...
SK No 187252A
m l
.ht
23
-20
PRESIDEN
NEPUEUT INDONESIA

un
-55-

h
-ta
Ayat (2)

17
Cukup jelas.

r-
Pasal 201

mo
Cukup jelas.

-no
Pasal 2O2

-uu
Cukup jelas.
ng
Pasal 203
da
Ayat (1)
-un

Cukup jelas.
Ayat(2)
ng

Pihak terkait, antara lain, berupa asosiasi Fasilitas Pelayanan


da

Kesehatan dan asosiasi institusi pendidikan Kesehatan serta


/un

pihak lainnya sesuai dengan kebutuhan.


Ayat (3)
/08

Cukup jelas.
23

Ayat (4)
20

Cukup jelas.
m/

Pasal 204
.co

Cukup jelas.
na

Pasal 2O5
lya

Cukup jelas.
mu

Pasal 206
na

Cukup jelas.
.ai

Pasal 2O7
ww

Cukup jelas.
//w

Pasal 208
ps:

Cukup jelas.
htt

Pasal 209
Cukup jelas.
Pasal 210..,
SK No 187253 A
m l
.ht
23
-20
PRESIDEN
NEPUBUT INDONESIA

un
-56-

ah
Pasal 210

7-t
Cukup jelas.

1
or-
Pasal 211
Cukup jelas.

om
Pasal2l2

u-n
Cukup jelas.
Pasal 213 g-u
Ayat (1)
n
da

Yang dimaksud dengan "uji kompetensi" adalah pengukuran


pengetahuan, keterampilan, dan perilaku peserta didik untuk
-un

mencapai standar kompetensi.


ng

Ayat (2)
Cukup jelas.
da

Ayat (s)
/un

Cukup jelas.
/08

Ayat (4)
Cukup jelas.
23
20

Pasal 214
Cukup jelas.
m/
.co

Pasal 215
Cukup jelas.
na
lya

Pasa-l 216
Cukup jelas.
mu

Pasal2l7
na

Cukup jelas.
.ai

Pasal 218
ww

Cukup jelas.
//w

Pasal 219
ps:

Ayat (1)
Huruf a
htt

Cukup jelas.

Hurufb. . .

SK No 187254A
ml
.ht
23
-20
I-Tf*TFI{[]
REPIJBLIK INDONESIA

un
-57-

h
-ta
Huruf b
Hak memperoleh waktu istirahat yang cukup diperoleh

17
peserta didik selama proses pendidikan klinis pada Fasilitas

or-
Pelayanan Kesehatan.

om
Huruf c
Cukup jelas.

u-n
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
g-u
an
Cukup jelas.
d
-un

Ayat (2)
Hurufa
ng

Yang dimaksud dengan "keselamatan Pasien" adalah suatu


da

kerangka kerja yang berupa kegiatan terorganisasi untuk


membangun budaya, proses, prosedur, perilaku, teknologi,
/un

dan lingkungan dalam Pelayanan Kesehatan secara


konsisten dan berkelanjutan yang bertujuan untuk
/08

menurunkan risiko, mengurangi bahaya yang dapat


dihindari, menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan,
23

serta mengurangi dampak ketika terjadi insiden pada Pasien.


20

Huruf b
/

Cukup jelas.
om

Huruf c
a.c

Cukup jelas.
Hurufd
an

Cukup jelas.
uly
am

Pasal22O
Ayat (1)
ain

Yang dimaksud dengan "uji kompetensi berstandar nasional"


adalah pengukuran pengetahuan, keterampilan, dan perilaku
.
ww

peserta didik pada penyelenggara pendidikan tinggi bidang


Kesehatan yang menyelenggarakan ujian sesuai dengan standar
//w

nasional dan berlaku secara nasional.


Ayat (2)
ps:

Cukup jelas.
htt

Ayat (3)
Cukup jelas.

Ayat(4) ...
SK No 187255A
ml
.ht
23
-20
PEESIDEN
NEFUBUT INDONESIA

un
-58-

h
-ta
Ayat (4)
Cukup jelas.

17
Ayat (5)

r-
mo
Cukup jelas.
Ayat (6)

-no
Cukup jelas.

-uu
Pasal 221 ng
Cukup jelas.
da

Pasal 222
-un

Ayat (1)
ng

Hurufa
da

Yang dimaksud dengan "pendidik yang bukan merupakan


Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan" adalah dosen,
/un

instruktur, dan fasilitator yang mempunyai latar betakang


pendidikan di luar medis dan Kesehatan yang
/08

bertugas mentransformasikan, mengembangkan, dan


menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi penunjang
23

ilmu medis, dan Kesehatan.


20

Yang dimaksud dengan "tenaga kependidikan yang bukan


m/

Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan" adalah anggota


masyarakat yang mempunyai latar belakang pendidikan di
.co

luar medis dan Kesehatan yang mengabdikan diri dan


diangkat untuk melaksanakan tugas menunjang
na

penyelenggaraan pendidikan.
lya

Hurufb
mu

Cukup jelas.
Huruf c
na

Cukup jelas.
.ai

Hurufd
ww

Cukup je1as.
//w

Ayat (21

Cukup jelas.
ps:

Ayat (3)
htt

Cukup jelas.
Ayat(4)...

SK No 187256A
m l
.ht
23
-20
PRESIDEN
NEFIIBLIK INDONESIA

un
-59-

ah
Ayat (a)

7-t
Cukup jelas.

r-1
Ayat (5)

o
Cukup jelas.

om
Pasal 223

u-n
Cukup jelas.

-u
ng
Pasal 224
da

Cukup jelas.
-un

Pasal 225
ng

Cukup jelas.
da

Pasal 226
/un

Cukup jelas.
/08

Pasal 227
23

Ayat (1)
20

Cukup je1as.
m/

Ayat (2)
.co

Cukup jelas.
na

Ayat (3)
lya

Yang dimaksud dengan "aspek pemerataan" adalah distribusi


mu

Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan sesuai dengan kebutuhan


melalui proses rekrutmen, seleksi, dan penempatan.
na

Yang dimaksud dengan "aspek pemanfaatan" adalah


.ai

pemberdayaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan sesuai


ww

dengan kompetensi dan kewenangannya.


Yang dimaksud dengan "aspek pengembangan" adalah
//w

pengembangan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang bersifat


multidisiplin dan lintas sektor serta lintas program untuk
ps:

meratakan dan meningkatkan kualitas Tenaga Medis dan Tenaga


htt

Kesehatan.

Pasal 228...

SK No 187257A
ml
.ht
23
-20
PRESIDEhI
NEPUEUT |NDONESIA

un
-60-

ah
Pasal228

7-t
Cukup jelas.

r-1
Pasal 229

mo
Cukup jelas.

-no
Pasal 230

-uu
Culnip jelas. ng
Pasal 231
da

Ayat (1)
-un

Penempatan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan dimaksudkan


ng

untuk mendayagunakan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan


pada daerah yang dibutuhkan, terutama daerah terpencil,
da

tertinggal, perbatasan, dan kepulauan, serta daerah bermasalah


/un

Kesehatan.
/08

Seleksi dilakukan dengan memperhatikan berbagai faktor


sehingga Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan tersebut dapat
23

memberikan manfaat kepada masyarakat dan dapat berkembang


20

sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.


m/

Ayat (2)
Huruf a
.co

Cukup jelas.
na

Huruf b
lya

Yang dimaksud dengan "penugasan khusus" adalah


mu

pendayagunaan secara khusus Tenaga Medis dan Tenaga


Kesehatan dalam kurun waktu tertentu guna
na

akses dan mutu Pelayanan Kesehatan pada Fasilitas


.ai

Pelayanan Kesehatan di daerah tertinggal, perbatasan,


ww

kepulauan, serta daerah bermasalah Kesehatan dan Rumah


Sakit pemerintah yang memerlukan pelayanan medik
//w

spesialis, serta memenuhi kebutuhan Pelayanan Kesehatan


lain oleh Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan.
ps:

Huruf c
htt

Cukup jelas.

Ayat(3)...

SK No 187258A
I

ml
t
3.h
02
PRESIDEN

n-2
REPIJBLIK TNDONESIA

hu
-61 -

a
Ayat (s)

7-t
Cukup jelas.

r-1
Ayat (4)

mo
Cukup jelas.

-no
Ayat (5)
Cukup jelas.

-uu
Ayat (6) ng
Cukup jelas.
da
-un

Pasal232
Yang dimaksud dengan uupaya retensi' adalah
ng

upaya
mempertahankan Tenaga Medis dan/ atau Tenaga Kesehatan di suatu
da

tempat untuk periode tertentu dalam rangka menjaga kesinambungan


/un

Pelayanan Kesehatan. Upaya retensi, antara lain, berupa


perpanjangan penugasan, pemberian insentif, penerapan jenjang
/08

karier, dan pemberlakuan sistem remunerasi.


23

Pasal 233
/20

Cukup jelas.
om

Pasal 234
a.c

Cukup jelas.
an

Pasal 235
ly
mu

Ayat (1)
Cukup jelas.
a
ain

Ayat (21

Yang dimaksud dengan "daerah tidak diminati" adalah daerah


w.

yang mengalami kesulitan pemenuhan Tenaga Medis dan Tenaga


w

Kesehatan dalam waktu tertentu.


//w

Ayat (3)
ps:

Cukup jelas.
Ayat (a)
htt

Cukup je1as.

Pasal 236...
SK No 187259A
ml
.ht
23
-20
PRESTDEN
FEFUELII( INDONESIA

un
-62

ah
Pasal 236

7-t
Cukup jelas.

r-1
Pasal 237

mo
Cukup jelas.

-no
Pasal 238

-uu
Ayat (1)
Cukup jelas
ng
Ayat (2)
da

Cukup jelas
-un

Ayat (3)
ng

Tenaga cadangan Kesehatan berupa non-Tenaga Kesehatan yang


telah mendapatkan pelatihan terkait dengan penanggulangan
da

KLB, Wabah, dan darurat bencana, antara lain, ialah peserta


/un

didik, dosen, dan tenaga yang sudah tidak berpraktik sebagai


Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan.
/08

Ayat (4)
23

Cukup jelas.
20

Pasal 239
m/

Cukup jelas.
.co

Pasal 24O
na

Cukup jelas.
lya

PasaL 24L
mu

Ayat (1)
na

Cukup jelas.
.ai

Ayat (2)
ww

Cukup jelas.
//w

Ayat (3)
Cukup jelas.
ps:

Ayat (4)
htt

Cukup jelas.

Ayat(S) ...
SK No 187260A
l
tm
3.h
02
Ek-I*Tli]-fl]

n-2
NEPUBLIK INDONESIA

hu
-63-

a
Ayat (s)

7-t
Cukup jelas.

r-1
Ayat (6)

mo
Cukup jelas.

-no
Ayat (7)
Yang dimaksud dengan "adaptasi" adalah serangkaian kegiatan

-uu
penyesuaian kompetensi dan kemampuan Tenaga Medis dan
Tenaga Kesehatan warga negara Indonesia lulusan luar negeri
ng
yang dilaksanakan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
da

Ayat (8)
-un

Cukup jelas.
ng
da

Pasa7242
/un

Cukup jelas.
/08

Pasal 243
23

Cukup jelas.
20

PasaT 244
m/

Cukup jelas.
.co

Pasal 245
na

Cukup jelas.
lya
mu

Pasal 246
Cukup je1as.
na
.ai

Pasal247
ww

Cukup jelas.
//w

Pasal 248
Cukup jelas.
ps:
htt

Pasal249
Cukup jelas.

Pasal 25O. . .
SK No 187261 A
l
tm
3.h
02
PRESIDEN

n-2
TIEFIJBLII( INDONESIA

hu
-64-

-ta
Pasa1 250

17
Huruf a

r-
Cukup jelas.

mo
Huruf b

-no
Yang dimaksud dengan "bidang unggulan tertentu dalam
Pelayanan Kesehatan" adalah bidang Pelayanan Kesehatan yang

-uu
menjadi prioritas atau dibutuhkan, tetapi tenaganya masih
terbatas dan/ atau belum tersedia di Indonesia, seperti bidang
ng
bedah dengan teknologi robot (robotic surgery).
da
-un

Pasal 251
Cukup jelas.
ng
da

Pasal252
/un

Cukup jelas.
/08

Pasal 253
23

Pendidikan dan pelatihan bahasa Indonesia bagi Tenaga Medis dan


Tenaga Kesehatan warga negara asing ditujukan agar yang
20

bersangkutan bisa berkomunikasi dengan Pasien dengan baik.


m/
.co

Pasal 254
Cukup jelas.
na
lya

Pasal 255
Ayat (1)
mu

Kegiatan lain, antara lain, berupa latihan gabungan bersama,


a

bakti sosial, kegiatan olahraga internasional, dan kegiatan


ain

tanggap darurat bencana.


.

Ayat (2)
ww

Cukup jelas.
//w

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan uwaktu tertentu" adalah paling lama
ps:

3 (tiga) bulan dan dapat diperpanjang.


htt

Pasal 256 . . .

SK No 187262A
I

l
tm
3.h
02
PRESIDEN

n-2
NEPUBLIK INDONESIA

hu
-65-

-ta
Pasal 256
Ketentuan peraturan perundang-undangan, alrtara lain, berupa

17
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan

r-
dan keimigrasian.

mo
Pasal 257

-no
Cukup jelas.

-uu
Pasal 258
Cukup jelas.
ng
da
Pasal 259
-un

Cukup jelas.
ng

Pasal 260
Cukup jelas.
da
/un

Pasal 261
Cukup jelas.
/08

Pasal262
23

Cukup jelas.
20

Pasal 263
m/

Ayat (1)
.co

Yang dimaksud dengan "Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan


na

tertentu" adalah Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang


memberikan Pelayanan Kesehatan secara langsung kepada
lya

Pasien.
mu

Ayat (2)
Cukup jelas.
a
ain

Ayat (3)
Cukup jelas.
.
ww

Ayat (4)
//w

Kondisi tertentu, antara lain, berupa keadaan yang


membutuhkan percepatan pemenuhan Tenaga Medis dan Tenaga
ps:

Kesehatan pada Pelayanan Kesehatan.


Ayat (5)
htt

Cukup jelas.
Pasal 264...

SK No 187263 A
ml
.ht
0 23
PRES!DEN

n-2
REPIJBUK INDONESIA

hu
-66-

-ta
Pasal264
Cukup jelas.

17
or-
Pasa-l 265

om
Kondisi tertentu, antara lain, berupa:
a. bakti sosial/ kemanusiaan;

-n
b. tugas kenegaraan;

-uu
c. penanggulangan KLB, Wabah, atau bencana lainnya;
d. pemberian pertolongan darurat lainnya; dan/ atau
pemberian Pelayanan Kesehatan lainnya yang bersifat insidentil
e.
ng
dan bersifat sementara.
da

Pasal 266
-un

Cukup jelas.
ng

Pasal 267
da

Cukup jelas.
/un

Pasal 268
/08

Cukup jelas.
23

Pasal 269
/20

Cukup jelas.
om

Pasal 270
Cukup jelas.
a.c
an

Pasal2Tl
uly

Cukup je1as.

Pasal272
am

Cukup jelas.
n
.ai

Pasal273
ww

Cukup jelas.
/w

Pasal 274
Cukup jelas.
/
ps:

Pasal 275
htt

Cukup je1as.

Pasa7276 . - -

SK No 187264A
l
tm
3.h
02
PRESIDEN

n-2
NEFUBUK INDONESIA

hu
-67 -

-ta
Pasal 276

17
Huruf a
Cukup jelas.

r-
mo
Hurufb
Yang dimaksud dengan "yang memadai" adalah pemberian

-no
keterangan yang disampaikan secara lengkap dengan bahasa
yang mudah dipahami.
Huruf c
-uu
ng
Cukup jelas.
da

Hurufd
-un

Cukup jelas.
Huruf
ng

Cukup jelas.
da

Huruf f
/un

Cukup jelas.
/08

Hurufg
23

Cukup jelas.
20

Pasal277
m/

Cukup jelas.
.co

Pasal 278
na

Cukup jelas.
lya

Pasal279
mu

Cukup jelas.
a
ain

Pasal 28O
Cukup jelas.
.
ww

Pasal 281
//w

Cukup jelas.
ps:

Pasal 282
htt

Cukup jelas.

Pasal 283...

SK No 187265A
ml
.ht
23
-20
FNESTDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-68-

ah
Pasal 283

7-t
Cukup jelas.

r-1
Pasa-l 284

mo
Cukup jelas.

-no
Pasal 285

-uu
Cukup jelas.
ng
Pasal 286
Cukup jelas.
a
nd

Pasal 287
-u

Cukup jelas.
ng
da

Pasal 288
/un

Cukup jelas.
/08

Pasal 289
Cukup jelas.
23
20

Pasal 29O
m/

Ayat (1)
Cukup jelas.
.co

Ayat (21
na

Yang dimaksud dengan "pelimpahan secara mandat' adalah


lya

pelimpahan kewenangan dari Tenaga Medis ke Tenaga Medis atau


Tenaga Kesehatan tertentu atau antar-Tenaga Kesehatan tertentu
u

dengan tanggung jawab dan tanggung gugat tetap berada pada


am

pemberi mandat.
ain

Yang dimaksud dengan "pelimpahan secara delegatif" adalah


pelimpahan kewenangan dari Tenaga Medis ke Tenaga Medis atau
w.

Tenaga Kesehatan tertentu atau antar-Tenaga Kesehatan tertentu


dengan tanggung jawab dan tanggung gugat beralih sepenuhnya
w

kepada penerima delegasi.


//w

Ayat (3)
ps:

Cukup jelas.
htt

Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 291 ...
SK No 187266A
ml
.ht
23
-20
PRESIOEN
NEPUBLII( INDONESIA

un
-69-

ah
Pasal 291

7-t
Cukup jelas.

r-1
Pasal292

mo
Cukup jelas.

-no
Pasal 293

-uu
Ayat (1)
Pada prinsipnya yang berhak memberikan persetujuan adalah
ng
Pasien yang bersangkutan. Apabila Pasien tidak cakap atau
da
berada di bawah pengampuan (und.er curatele), persetujuan atau
penolakan tindakan Pelayanan Kesehatan diberikan oleh keluarga
-un

terdekat, antara lain, oleh suami/istri, ayah/ ibu kandung, anak


kandung, atau saudara kandung yang telah dewasa. Dalam
ng

keadaan Gawat Darurat, untuk menyelamatkan nyawa Pasien,


da

tidak diperlukan persetqiuan.


/un

Ayat (21

Cukup jelas.
/08

Ayat (3)
23

Cukup jelas.
20

Ayat (4)
m/

Cukup jelas.
.co

Ayat (s)
Cukup jelas.
na

Ayat (6)
lya

Cukup jelas.
mu

Ayat (71
na

Yang dimaksud dengan "yang mewakili", antara lain, adalah


suami/istri, anak kandung yang cakap, ayah/ ibu kandung, atau
ai

saudara kandung.
w.

Ayat (8)
w

Cukup jelas.
/w

Ayat (9)
/
ps:

Cukup jelas.
htt

Ayat(10) ...
SK No 187257A
ml
.ht
23
-20
FRESIDEN
NE:PUBLII( INDONESIA

un
-70-

ah
Ayat (10)

7-t
Cukup jelas.

r-1
Ayat (11)

mo
Cukup jelas.
Ayat (12)

-no
Cukup jelas.

Pasal294 -uu
ng
Cukup jelas.
da
-un

Pasal 295
Cukup jelas.
ng
da

Pasal 296
Ayat (1)
/un

Cukup jelas.
/08

Ayat (2)
23

Cukup jelas.
20

Ayat (s)
m/

Cukup jelas.
Ayat (4)
.co

Tanda tangan, antara lain, berupa tanda tangan manual, tanda


na

tangan elektronik, atau bentuk lain yang sejenis sesuai dengan


lya

ketentuan peraturan perundang-undangan.


Ayat (s)
mu

Cukup jelas.
na
.ai

Pasa7297
ww

Ayat (1)
Cukup jelas.
//w

Ayat (2)
ps:

Akses informasi terhadap dokumen rekam medis, antara lain,


berupa rekam medis atau penjelasan lisan Tenaga Medis
htt

dan/atau Tenaga Kesehatan atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

Ayat(3) ...
SK No 187268A
l
tm
3.h
02
PRESIDEN

n-2
NEPUELTX INDONESIA

hu
-71 -

-ta
Ayat (3)
Cukup jelas.

17
r-
Pasal 298

mo
Cukup jelas.

-no
Pasal 299

-uu
Cukup jelas.
ng
Pasal 300
Cukup jelas.
da
-un

Pasal 301
Ayat (1)
ng

Yang dimaksud dengan "rahasia Kesehatan" adalah riwayat,


da

kondisi dan perawatan, pengobatan Kesehatan fisik, serta psikis


/un

seseorang, termasuk data pribadi Pasien.


Ayat (2)
/08

Cukup jelas.
23

Ayat (3)
20

Cukup jelas.
m/

Pasal 302
.co

Cukup jelas.
na

Pasal 3O3
lya

Ayat (1)
mu

Cukup jelas.
a

Ayat (2)
ain

Yang dimaksud dengan "audit Pelayanan Kesehatan" adalah


proses evaluasi sistematis terhadap kualitas
.

Pelayanan
ww

Kesehatan untuk memastikan Pelayanan Kesehatan yang


diberikan sesuai dengan standar.
//w

Ayat (3)
ps:

Cukup jelas.
Ayat (4)
htt

Cukup jelas.
Pasal 3O4...

SK No 187269A
ml
.ht
23
-20
PRESIDEN
REPIJELIK INDONESIA

un
-72-

ah
Pasal 304

7-t
Cukup jelas.

r-1
Pasal 305

mo
Cukup jelas

-no
Pasal 3O6
Cukup jelas

Pasal 307 -uu


ng
Cukup jelas.
da
-un

Pasal 308
Cukup jelas.
ng

Pasal 309
da

Cukup jelas.
/un

Pasal 310
/08

Cukup jelas.
23

Pasal 31 I
20

Cukup jelas.
m/

Pasal 312
.co

Cukup jelas.
na

Pasal 313
lya

Cukup jelas.
mu

Pasal 314
na

Ayat (1)
ai

Cukup jelas.
w.

Ayat (2)
w

Cukup jelas.
/w

Ayat (3)
/
ps:

Cukup jelas.
Ayat (a)
htt

Cukup jelas.

Ayat(S)...

SK No 187270A
ml
.ht
23
-20
LIK I NDONES!A

un
-73-

ah
Ayat (5)

7-t
Yang dimaksud dengan "fasilitas pengelolaan kefarmasian"

r-1
adalah sarana pengelola Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
milik Pemerintah Pusat, termasuk Tentara Nasional Indonesia

mo
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pemerintah Daerah,
Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah,

-no
dalam rangka ketersediaan, pemerataan, serta keterjangkauan
Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan.

-uu
Ayat (6) ng
Kebijakan khusus, antara lain, ialah pemberlakuan mekanisme
jalur khusus (special acess sch.eme) dan pengecualian terhadap
a
nd

ketentuan paten berdasarkan peraturan perundang-undangan


yang mengatur mengenai paten.
-u

Ayat (7)
ng

Cukup jelas.
da
/un

Pasal 315
/08

Cukup jelas.
23

Pasal 316
20

Cukup jelas.
m/

Pasal 317
.co

Ayat (1)
na

Yang dimaksud dengan "Obat esensial" adalah Obat yang paling


dibutuhkan dalam Pelayanan Kesehatan, termasuk Obat generik,
lya

Obat generik bermerek, dan Obat originator.


u

Ayat (21
am

Cukup je1as.
ain

Ayat (3)
Cukup jelas.
w.w

Pasal 318
//w

Cukup jelas.
ps:

Pasal 319
htt

Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat(2) ...
SK No 187271 A
ml
.ht
23
-20
Er-f+Trirs[Il
NEPUBLIK INDONESIA

un
-74-

ah
Ayat (21

7-t
Perbekalan Kesehatan yang harus didistribusikan sesuai dengan

r-1
cara distribusi yang baik, antara lain, ialah Obat, Bahan Obat,
dan Alat Kesehatan.

mo
Ayat (3)

-no
Laporan kegiatan pendistribusian, antara lain, ialah laporan
mengenai ketersediaan, harga, dan jumlah Perbekalan Kesehatan

-uu
yang didistribusikan yang menggunakan sistem informasi yang
ng
terintegrasi dengan Sistem Informasi Kesehatan Nasional.
da

Pasal 320
-un

Ayat (1)
ng

Cukup jelas.
da

Ayat (2)
/un

Cukup jelas.
/08

Ayat (3)
23

Cukup jelas.
20

Ayat (4)
m/

Cukup jelas.
.co

Ayat (s)
Yang dimaksud dengan nObat keras tertentu' adalah jenis Obat
na

keras yang terdapat pembatasan indikasi dan/ atau jumlah yang


lya

dapat diserahkan oleh apoteker tanpa resep.


mu

Ayat (6)
Yang dimaksud dengan "fasilitas lain" adalah fasilitas di luar
na

fasilitas pelayanan kefarmasian, seperti hgpermarleet,


ai

supermarket, dan minimarket.


w.

Ayat (7)
w

Cukup jelas.
/w

Ayat (8)
/
ps:

Cukup jelas.
htt

Pasal 321 ...

SK No 187272A
t ml
3.h
02
PRESIDEN

n-2
NEPUBLII( INDONESIA

hu
-75-

a
Pasal 321

7-t
Ayat (1)

r-1
Huruf a

mo
Yang dimaksud dengan "jamu" adalah Obat Bahan Alam
berupa bahan atau rarnuan yang bersumber dari

-no
pengetahuan tradisional atau warisan budaya Indonesia
yang digunakan untuk pemeliharaan Kesehatan,

-uu
peningkatan Kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan,
dan/ atau pemulihan Kesehatan.
ng
Hurufb
da
Yang dimaksud dengan "obat herbal terstandar' adalah Obat
Bahan Alam yang telah digunakan secara turun-temunrn di
-un

Indonesia yang digunakan untuk pemeliharaan Kesehatan,


peningkatan Kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan,
ng

dan/ atau pemulihan Kesehatan yang dibuktikan keamanan


dan khasiatnya sec€ra ilmiah dengan uji praklinik serta
da

bahan baku yang telah distandardisasi.


/un

Huruf c
/08

Yang dimaksud dengan "fitofarmaka" adalah Obat Bahan


Alam yang digunakan untuk pemeliharaan Kesehatan,
23

peningkatan Kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan,


dan/ atau pemulihan Kesehatan yang telah dibuktikan
/20

keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik


dan uji klinik serta bahan baku dan produk jadinya telah
om

distandardisasi.
Huruf d
a.c

Obat Bahan Alam lainnya, antara lain, berupa produk Obat


an

Bahan Alam inovasi baru, produk Obat Bahan Alam impor,


dan produk Obat Bahan AIam lisensi sesuai dengan
ly

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.


mu

Ayat (2)
a

Cukup jelas.
ain

Ayat (3)
w.

Cukup jelas.
w
//w

Pasal 322
Cukup jelas.
ps:

Pasal 323
htt

Cukup jelas.

Pasal 324...

SK No 187273A
ml
.ht
230
PNESIDEN

n-2
REPIJBLIK
'NDONESIA

hu
-76-

-ta
Pasal 324

17
Cukup jelas.

or-
Pasal 325

om
Cukup jelas.

u-n
Pasal 326
Ayat (1)
Cukup jelas. -u
ng
Ayat (2)
a
nd

Cukup jelas.
g-u

Ayat (3)
Cukup jelas.
n
da

Ayat (4)
n

Huruf a
8/u

Yang dimaksud dengan "insentif" adalah dukungan atau


3/0

fasilitas dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang


diberikan kepada pelaku usaha atau kegiatan berupa frskal
2

dan nonfiskal.
20

Insentif fiskal seperti pengurangan pajak dan penghapusan


m/

bea masuk.
Insentif nonfiskal seperti kemudahan dalam perizinan
.co

berusaha, pengutamaan penggunaan produk dalam negeri


na

dalam pengadaan barang/jasa pemerintah, dan kemudahan


dalam tata kelola perdagangan.
lya

Huruf b
mu

Cukup jelas.
na

Huruf c
.ai

Cukup jelas.
ww

Huruf d
Cukup jelas.
//w

Huruf e
ps:

Industri farmasi dan Alat Kesehatan dalam negeri termasuk


industri farmasi dan Alat Kesehatan dengan penanaman
htt

modal asing yang memiliki fasilitas produksi di dalam negeri.

Hurrf f ...
SK No 187274A
ml
t
3.h
02
PRESIDEN

n-2
NEPUBLII(
'NDONESIA

hu
-77 -

a
Huruf f

7-t
Cukup jelas.

r-1
Hurufg

mo
Cukup je1as.
Ayat (5)

-no
Cukup jelas.

PasaT 327 -uu


ng
Cukup jelas.
da
-un

Pasal 328
Cukup jelas.
ng
da

Pasal 329
/un

Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "hilirisasi penelitian nasional" adalah
/08

upaya meningkatkan nilai tambah hasil penelitian yang sejalan


dengan prioritas ketahanan nasional dari semula skala penelitian
23

laboratorium menjadi skala komersial agar dapat dimanfaatkan


/20

oleh masyarakat.
Ayat (21
om

Cukup jelas
a.c

Ayat (3)
an

Cukup jelas
ly

Ayat (4)
mu

Cukup jelas
Ayat (s)
a
ain

Bentuk dukungan, antara lain, ialah dukungan kebljakan untuk


mempermudah penelitian kefarmasian dan Alat Kesehatan dan
w.

dukungan finansial yang diperlukan.


w
//w

Pasal 330
Cukup jelas.
ps:
htt

Pasal 331
Cukup jelas.
Pasal 332...
SK No 187275 A
m l
.ht
0 23
PRESIDEN

n-2
NEPUBLII( INDONESIA

hu
_7A-

-ta
Pasal 332

17
Ayat (1)
Cukup jelas.

or-
Ayat (2)

om
Menetapkan kebijakan, termasuk untuk pengadaan dan

-n
pemanfaatan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan perbekalan
Kesehatan lainnya.

-uu
ng
Pasal 333
da
Cukup jelas.
-un

Pasal 334
ng

Ayat (1)
Cukup jelas.
da

Ayat
/un

(21

Perangkat lunak terintergrasi dengan Sistem Informasi Kesehatan


/08

Nasional.
Ayat (3)
23

Cukup jelas.
/20

Ayat (4)
om

Cukup jelas.
a.c

Pasal 335
an

Ayat (1)
uly

Yang dimaksud dengan "penelitian" adalah kegiatan yang


am

dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis


untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang
n

berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau


.ai

ketidakbenaran suatu asumsi dan/atau hipotesis di bidang ilmu


ww

pengetahuan dan teknologi serta menarik simpulan ilmiah bagi


keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
/w

Ayat (21
/
ps:

Yang dimaksud dengan "kaidah etilC adalah syarat penelitian


yang mengatur perilaku dan tindakan peneliti dalam melakukan
htt

penelitian.

Yang . . .

SK No 187276A
l
tm
3.h
02
FRESIDEN

n-2
I'EPIJELII(
'NDONESIA

hu
_79_

a
Yang dimaksud dengan "kaidah ilmiah" adalah syarat penelitian

7-t
yang bersifat analitis, rasional, objektif, empiris, dan

r-1
menghasilkan hasil yang sama ketika dilakukan oleh orang lain
dengan cara yang sama.

mo
Yang dimaksud dengan "metodologi ilmiah" adalah suatu cara

-no
sistematis yang digunakan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. Metode ini menggunakan langkahJangkah yang

-uu
sistematis, teratur, dan terkontrol serta dilaksanakan sesuai
dengan kaidah ilmiah yang analitis, logis, objektif, konseptual,
ng
dan empiris.
da

Ayat (3)
-un

Cukup jelas.
ng

Ayat (4)
da

Penelitian yang manusia harus dilakukan


dengan memperhatikan Kesehatan dan keselamatan yang
/un

bersangkutan. Penelitian dan pengembangan yang menggunakan


manusia sebagai subjek harus mendapat persetqjuan tindakan
/08

(informed mnsenfl. Sebelum meminta persetujuan subjek


23

penelitian, peneliti harus memberikan informasi mengenai tujuan


penelitian dan pengembangan Kesehatan serta penggunaan
20

hasilnya, jaminan kerahasiaan tentang identitas dan data pribadi,


m/

metode yang digunakan, risiko yang mungkin timbul, dan hal lain
yang perlu diketahui oleh yang bersangkutan dalam rangka
.co

penelitian dan pengembangan Kesehatan.


a
an

Ayat (s)
Semua penelitian yang mengikutsertakan manusia sebagai
uly

subjek penelitian wajib didasarkan pada 3 (tiga) prinsip etik


m

umum, yaitu menghormati harkat martabat manusia (resped. for


person sl yang bertujuan menghormati otonomi dan melindungi
na

manusia yang otonominya terganggU/kurang, berbuat baik


.ai

lbeneficencel dan tidak merugikan (nonmaleficenel, serta


berkeadilan (justicel.
ww

Ayat (6)
//w

Yang dimaksud dengan "memperhatikan kesejahteraan hewan"


adalah penelitian hewan coba dilakukan dengan menerapkan
ps:

5 (lima) prinsip kebebasan hewan dalam kesejahteraan hewan,


yakni:
htt

a. bebas dari rasa lapar dan haus;


b. bebas dari rasa sakit, cidera, dan penyakit;
c. bebas . . .

SK No 187277A
l
tm
3.h
02
FRESIDEN

n-2
NEPUBLIK INDONESIA

hu
-80-

a
c. bebas dari penganiayaan, dan

7-t
penyalahgunaan;
d. bebas dari rasa takut dan tertekan; dan

r-1
e. bebas untuk mengekspresikan perilaku alaminya.

mo
Hewan coba harus dipilih dengan mengutamakan hewan dengan
sensitivitas neurofisiologis yang paling rendah (non sentient

-no
organisml dan hewan yang paling rendah pada skala evolusi.
Keberhati-hatian yang wajar harus diterapkan pada penelitian

-uu
yang dapat mempengaruhi lingkungan dan kesehatan hewan
yang digunakan dalam penelitian harus dihormati.
ng
Ayat (71
da

Cukup jelas.
-un

Pasal 336
ng

Cukup jelas.
da
/un

Pasal 337
/08

Ayat (1)
Cukup jelas.
23

Ayat (2)
20

Penetapan kebijakan, antara lain, berupa pendaftaran, pengujian,


m/

dan pengawasan.
.co

Ayat (3)
Cukup jelas.
a
an
uly

Pasal 338
Ayat (1)
m

Yang dimaksud dengan "teknologi biomedis" adalah penerapan


na

sains dan rekayasa sistem biologis dalam rangka peningkatan


.ai

Pelayanan Kesehatan.
ww

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "genomilf adalah analisis terkait
//w

DNA (asam deoksiribonukleat).


ps:

Yang dimaksud dengan "transkriptomik" adalah analisis terkait


RNA (asam ribonukleat).
htt

Yang. . .

SK No 187278A
ml
.ht
23
-20
PRES!DEN
NEPUELII( INDONESIA

un
-81 -

ah
Yang dimaksud dengan "proteomilC adalah analisis terkait

7-t
protein.

r-1
Yang dimaksud dengan "metabolilC adalah analisis terkait
metabolit.

mo
Ayat (3)

-no
Yang dimaksud dengan "data terkait" meliputi data analisis
primer, sekunder, dan tersier sesuai dengan ketentuan peraturan

-uu
perundang-undangan di bidang penelitian dan pengembangan.
Yang dimaksud dengan "pelayanan kedokteran presisi" adalah
ng
pendekatan baru untuk pencegahan dan pengobatan penyakit
da

dengan mempertimbangkan gen, lingkungan, dan pola hidup


seorang Pasien.
-un

Ayat (4)
ng

Cukup jelas.
da

Ayat (5)
/un

Huruf a
Yang dimaksud dengan 'yang tidak dapat ditelusuri
/08

identitasnya" adalah material dalam bentuk spesimen klinik


23

dan materi biologi, muatan informasi, dan data tersimpan


yang sejak awal tidak diketahui identitasnya dan bukan
20

bahan tersimpan yang tidak teridentifikasi (deid entifiedl.


m/

Huruf b
.co

Cukup jelas.
Huruf c
na

Cukup jelas.
lya
mu

Pasal 339
Ayat (l)
na

Yang dimaksud dengan "biobank atau biorepositori" adalah


.ai

fasilitas untuk kegiatan pengumpulan, penyimpanan jangka


panjang, dan pengelolaan spesimen yang berasal dari manusia
ww

atau spesimen yang terkait dengan Kesehatan beserta data terkait


secara sistematis yang ditujukan untuk penelitian,
//w

pengembangan, dan Pelayanan Kesehatan.


ps:

Ayat (2)
Cukup jelas.
htt

Ayat(3)...

SK No 187279A
l
tm
.h
23
-20
PRESTDEN
NEPUBLIK INCIONESIA

un
-82-

ah
Ayat (3)

7-t
Cukup jelas.

r-1
Ayat (4)

mo
Hurufa
Yang dimaksud dengan "keselamatan hayati" adalah usaha

-no
untuk menjaga keselamatan pekerja dan pengguna fasilitas
laboratorium serta lingkungan dari agen biologi yang

-uu
berpotensi membahayakan. ng
Huruf b
da
Yang dimaksud dengan "kerahasiaan atau privasi' adalah
bahwa penyelenggara biobank dan/ atau biorepositori
-un

menjamin kerahasiaan terhadap identitas individu asal dari


spesimen.
ng

Huruf c
da

Yang dimaksud dengan "akuntabilitas" adalah penyelenggara


/un

biobank dan/ atau biorepositori bertanggung jawab atas


pengumpulan, penyimpanan jangka panjang, dan
/08

pengelolaan spesimen dan data.


Hurufd
23

Yang dimaksud dengan 'kemanfaatan" adalah spesimen


/20

yang dikumpulkan, disimpan, dan dikelola dapat


dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk meningkatkan
om

kualitas Kesehatan.
a.c

Huruf e
an

Yang dimaksud dengan "kepentingan umum" adalah


penyelenggaraan biobank dan/ atau biorepositori yang
uly

dilaksanakan untuk kepentingan umum.


f
am

Huruf
Yang dimaksud dengan 'penghormatan terhadap hak asasi
n

manusia" adalah pengumpulan, penyimpanan jangka


.ai

panjang, dan pengelolaan spesimen dan data tidak


ww

bertentangan dengan penyelenggaraan hak asasi manusia.


Hurufg
//w

Yang dimaksud dengan "etika, hukum, dan medikolegal"


ps:

adalah penyelenggaraan biobank dan/ atau biorepositori


dilaksanakan dengan memperhatikan etika, hukum, dan
htt

medikolegal yang berlaku.

Hurufh . . .

SK No 187280A
ml
.,(

.ht
23
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-83-

ah
Hurufh

7-t
Yang dimalsud dengan "sosial budaya" adalah

r-1
penyelenggaraan biobank dan/atau biorepositori
dilaksanakan dengan memperhatikan praktik empiris di

mo
negara lain dengan memperhatikan sosial budaya di
Indonesia.

-no
Ayat (5)

-uu
Cukup jelas.
Ayat (6)
ng
Cukup jelas.
a
nd

Pasal 340
-u
ng

Ayat (1)
Cukup jelas.
da
/un

Ayat (2)
Hurufa
/08

Cukup jelas.
23

Hurufb
20

Yang dimaksud dengan "tujuan utama penelitian" adalah


alasan utama dilaksanakannya penelitian untuk menjawab
m/

pertanyaan utama penelitian baik berupa identifikasi serta


.co

penjelasan konsep atau memprediksi situasi/ solusi atas


permasalahan tertentu.
na

Huruf c
lya

Cukup jelas.
u

Ayat (3)
am

Yang dimaksud dengan "perjanjian alih material" adalah


pe{anjian tentang perpindahtanganan suatu material, muatan
ain

informasi, dan/atau data antara dua penyelenggara atau


w.

lembaga, dengan pihak pertama sebagai pengirim, penyedia,


pembawa, atau negara asa-l dan pihak kedua sebagai penerima,
w

pengguna, pengolah, yang merupakan bagian tidak terpisahkan


//w

dari perjanjian kerja sama penelitian dan/ atau kerja sama


lainnya.
ps:

Ayat (4)
htt

Cukup jelas.

Pasal 341 ...

SK No 187281A
l
tm
3.h
02
PRES:DEN

n-2
NEPUBLIK INDONESIA

hu
-84-

-ta
Pasal 341

17
Ayat (1)

r-
Yang dimaksud dengan "tenaga pendukung atau penunjang
kesehatan' adalah tenaga dengan latar belakang pendidikan

mo
tinggi di rumpun ilmu alam seperti biologi.

-no
Ayat (2)
Cukup jelas.

-uu
ng
Pasal 342
da
Cukup jelas.
-un

Pasal 343
ng

Cukup jelas.
da

Pasal 344
/un

Cukup jelas.
/08

Pasal 345
23

Ayat (1)
Cukup jelas.
20

Ayat
m/

(21

Cukup jelas.
.co

Ayat (3)
na

Cukup jelas.
lya

Ayat (4)
mu

Yang dimaksud dengan "dukungan" adalah bantuan teknis yang


. diberikan kepada penyelenggara Sistem Informasi Kesehatan,
a

antara lain, dalam bentuk pelatihan dan fasilitasi perangkat


ain

lunak.
.
ww

Pasal 346
//w

Ayat (1)
ps:

Cukup jelas.
htt

Ayat(2) ...

SK No 187282A
ml
.ht
23
-20
PRESTDEN
REPTIBLIK INDONESIA

un
-85-

ah
Ayat (2)

7-t
Cukup jelas.

r-1
Ayat (3)

mo
Yang dimaksud dengan "arsitektuf adalah kerangka dasar yang
mendeskripsikan, antara lain, proses bisnis, data dan informasi,

-no
infrastruktur, aplikasi, keamanan, dan layanan yang terintegrasi
yang diterapkan secara nasional.

-uu
Ayat (4) ng
Cukup jelas.
da
Ayat (5)
-un

Cukup jelas.
Ayat (6)
ng

Yang dimaksud dengan "pemrosesan" adalah kegiatan yang


da

meliputi:
/un

a. pemerolehan dan pengumpulan;


b. pengolahan dan penganalisisan;
8

c. penyimpanan;
3/0

d. perbaikan dan pembaruan;


2

e. penampilan, pengumumurn, transfer, penyebarluasan, atau


20

pengungkapan; dan/ atau


f. penghapusan atau pemusnahan.
m/

Ayat (7)
.co

Pemrosesan data dan informasi Kesehatan di luar wilayah


a

Indonesia, antara lain, ialah dalam bentuk transfer dan


an

penyimpanan.
uly

Peraturan perundang-undangan, antara lain, ialah peraturan


perundang-undangan yang mengatur mengenai informasi dan
am

transaksi elektronik, penyelenggaraan sistem dan transaksi


n

elektronik, dan pelindungan data pribadi.


.ai
ww

Pasal 347
Cukup jelas.
/w
/

Pasal 348
ps:

Ayat (1)
htt

Cukup jelas.

Ayat(2)...

SK No 187283 A
ml
.ht
23
-20
FRES!E}EN
REPUBLIN INOONESIA

un
-86-

ah
Ayat (2)

7-t
Cukup jelas.

r-1
Ayat (3)

mo
Yang dimaksud dengan "ketentuan peraturan perundang-
undangan" adalah peraturan perundang-undangan yang

-no
mengatur tata kelola data, antara lain, peraturan terkait
pelindungan data pribadi, Sistem Informasi Kesehatan, dan satu

-uu
data Indonesia.
ng
Pasal 349
Ayat (1)
da

Cukup jelas.
-un

Ayat (2)
ng

Cukup jelas.
da

Ayat (s)
/un

Cukup jelas.
Ayat (4)
/08

Cukup jelas.
23

Ayat (s)
20

Cukup jelas.
/
om

Ayat (6)
Transfer termasuk penampilan, pengumuman, penyebarluasan,
a.c

atau pengungkapan.
an

Ayat (7)
uly

Yang dimaksud dengan "spesilik dan terbatas" adalah alasan


transfer data dan informasi Kesehatan untuk kepentingan
m

tertentu misalnya dalam rangka penanggulangan KLB, Wabah,


ibadah haji, perjanjian alih material (mateial transfer agreementl,
na

atau kerja sama internasional di bidang Kesehatan.


.ai

Ayat (8)
ww

Cukup jelas.
Ayat (9)
/w

Yang dimaksud dengan "pemusnahan" adalah tindakan untuk


s:/

menghilangkan, melenyapkan, atau menghancurkan data dan


p

informasi Kesehatan pribadi sehingga tidak dapat lagi digunakan


htt

untuk mengidentifikasi subjek data dan informasi Kesehatan


pribadi.

Ayat(10)...
SK No 187284A
ml
.ht
23
-20
PRESIDEN
REFIJBLII( INDONESIA

un
-47-

ah
Ayat (10)

7-t
Cukup jelas.

r-1
Ayat (11)

mo
Cukup jelas.
Ayat (12)

-no
Cukup jelas.

-uu
Pasal 350 ng
Cukup jelas.
da

Pasal 351
-un

Cukup jelas.
ng

Pasal 352
da

Cukup jelas.
/un

Pasal 353
/08

Cukup jelas.
23

Pasal 354
20

Cukup jelas.
/
om

Pasal 355
Cukup je1as.
a.c

Pasal 356
an

Cukup jelas.
m uly

Pasal 357
na

Cukup je1as.
.ai

Pasal 358
ww

Cukup jelas.
/w

Pasal 359
Yang dimaksud dengan ufaktor risiko penyakit yang berpotensi
s:/

menimbulkan Wabah" adalah hal, keadaan, dan/ atau peristiwa yang


p

dapat mempengaruhi kemungkinan timbulnya penyakit potensial


htt

Wabah.

Pasal 360...
SK No 187285A
l
tm
3.h
02
PRESIDEN

n-2
NEPUELII( INDONESIA

hu
-88-

a
Pasal 360

7-t
Ayat (1)

r-1
Yang dimaksud dengan "alat angkuf adalah kapal, pesawat
udara, dan kendaraan darat yang digunakan dalam melakukan

mo
perjalanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

-no
undangan.
Yang dimaksud dengan "barang'adalah produk nyata, hewan,

-uu
tumbuhan, dan jenazah atau abu jenazah yang dibawa dan/ atau
dikirim melalui perjalanan, termasuk benda/alat yang digunakan
ng
dalam alat angkut.
da
Ayat (2)
-un

Yang dimaksud dengan "kapal" adalah kendaraan air dengan


bentuk dan jenis tertentu yang digerakkan dengan lsnega angin,
ng

tenaga mekanik, energi lainnya, ditarik atau ditunda, termasuk


kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah
da

permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang


/un

tidak berpindah-pindah.
Yang dimaksud dengan "pesawat udara" adalah setiap mesin atau
/08

alat yang dapat terbang di atmosfer karena gaya angkat dari


reaksi udara, tetapi bukan karena reaksi udara terhadap
23

permukaan bumi yang digunakan untuk penerbangan.


20

Yang dimaksud dengan "kendaraan darat" adalah suatu sarana


m/

angkut di darat yang terdiri atas kendaraan bermotor, termasuk


kendaraan yang berjalan di atas rel dan kendaraan tidak
.co

bermotor.
na

Yang dimaksud dengan "angkutan sipil' adalah alat angkut yang


membawa orang dan barang.
lya

Ayat (3)
mu

Yang dimaksud dengan "kementerian/lembaga terkait" adalah


kementerian/lembaga yang tugas fungsinya terkait urusan luar
na

negeri, pertahanan dan keamanan, serta intelijen.


.ai

Ayat (4)
ww

Cukup jelas.
Ayat (5)
//w

Huruf a
ps:

Yang dimaksud dengan "isolasi" adalah pemisahan antara


orang sakit dan orang sehat untuk mendapatkan pengobatan
htt

dan perawatan.

Yang . . .

SK No 187286A
ml
.ht
23
-20
PRESIDEN
IIEFIIBLIK INDONESIA

un
-89-

ah
Yang dimaksud dengan "karantina" adalah pembatasan

7-t
kegiatan dan/ atau pemisahan orang terjangkit meskipun
belum menunjukkan gejala apa pun atau sedang berada

r-1
dalam masa inkubasi dan pemisahan peti kemas, alat

mo
angkut, atau barang apa pun yang diduga terkontaminasi
dari orang danlatau barang yang mengandung penyebab
penyakit atau kontaminan lain untuk

-no
mencegah
kemungkinan penyebaran ke orang dan/ atau barang di

-uu
sekitarnya.
Hurufb ng
Cukup jelas.
da

Huruf c
-un

Cukup jelas.
ng

Ayat (6)
da

Cukup jelas.
/un

Ayat (7)
Yang dimaksud dengan "penolakan" adalah tidak
/08

diikutsertakannya orang tersebut sebagai penumpang dalam alat


angkut yang akan diberangkatkan.
23

Ayat (8)
20

Cukup jelas.
m/

Ayat (9)
.co

Cukup je1as.
na

Pasal 361
lya

Cukup jetas.
mu

Pasal 362
na

Cukup jelas.
ai

Pasal 363
w.

Ayat (1)
w
/w

Yang dimaksud dengan "nakhoda" adalah salah seorang dari


awak kapal yang menjadi pemimpin tertinggi di kapal dan
/
ps:

mempunyai wewenang dan tanggung jawab tertentu sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
htt

Yang . . .

SK No 187287A
l
tm
3.h
02
PRESItrEN

n-2
NEPIIELI!( INDONESIA

hu
-90-

-ta
Yang dimaksud dengan "kapten penerbang" adalah penerbang
yang ditugaskan oleh perusahaan atau pemilik pesawat udara

17
untuk memimpin penerbangan dan bertanggung jawab penuh

r-
terhadap keselamatan penerbangan selama pengoperasian

mo
pesawat udara sesuai dengan ketentuan peraturan perundangl
undangan.

-no
Yang dimaksud dengan "pos lintas batas negara" adalah Pintu
Masuk orang, barang, dan alat angkut melalui darat lintas negara.

-uu
Ayat (2) ng
Cukup jelas.
da
Ayat (3)
-un

Cukup jelas.
ng

Pasal 364
da

Cukup jelas.
/un

Pasal 365
/08

Cukup jelas.
23

Pasal 366
20

Cukup jelas.
m/

Pasal 367
.co

Cukup jelas.
na

Pasal 368
lya

Cukup jelas.
mu

Pasal 369
a

Cukup jelas.
ain

Pasal 370
.
ww

Cukup jelas.
//w

Pasal 371
Cukup jelas.
ps:

Pasal 372
htt

Cukup jelas.

Pasal 373...
SK No 187288A
lm
.ht
0 23
n-2
Llt( INDONESIA

hu
-91 -

-ta
Pasal 373
Cukup jelas.

17
or-
Pasal 374
Cukup jelas.

om
Pasa1 375

-n
Cukup jelas.

Pasal 376 -uu


ng
Cukup jelas.
da
-un

Pasal 377
Ayat (1)
ng

Cukup jelas.
da

Ayat (2)
/un

Huruf a
/08

Cukup jelas.
Hurrf b
23

Yang dimaksud dengan "profilaksis" adalah suatu tindakan


/20

medis pemberian Obat tertentu untuk memberikan


pelindungan dari penyakit menular tertentu dalam jangka
om

waktu tertentu.
Huruf c
a.c

Yang dimaksud dengan "pembatasan kegiatan sosial


an

kemasyarakatan" addah membatasi atau mengawasi secara


uly

ketat setiap ada kegiatan berkumpulnya manusia yang


diduga dapat menjadi sumber penyebaran penyakit, seperti
am

kegiatan keagamaan, pesta ralgrat, upacara adat, dan


hajatan.
n
.ai

Ayat (3)
Cukup jelas.
ww
/w

Pasal 378
/

Cukup jelas.
ps:

Pasa1 379
htt

Cukup je1as.

Pasal 380...
SK No 187289A
l
tm
3.h
02
PRESTDEN

n-2
REPIIBLIK INDONESIA

hu
-92-

-ta
Pasal 380
Cukup jelas.

17
r-
Pasal 381

mo
Cukup jelas.

-no
Pasal 382
Cukup jelas.

Pasal 383 -uu


ng
Ayat (1)
da

Limbah dari kegiatan penanggulangan KLB dan Wabah berupa


-un

limbah medis dan limbah nonmedis.


ng

Limbah medis, seperti darah, serum, bekas bungkus Obat, bekas


jarum suntik, bekas botol vaksin, bekas kantung darah, kasa
da

bekas pakai, serta masker bekas pakai Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan yang melayani Pasien, atau masker Pasien.
/un

Limbah nonmedis seperti sisa makanan dari pengunjung umum,


/08

masker bekas palai masyarakat yang sehat, serta botol bekas dan
plastik sisa dari kegiatan domestik.
23

Ayat (2)
20

Cukup jelas.
m/

Pasal 384
.co

Cukup jelas.
na

Pasal 385
lya

Cukup jelas.
mu

Pasal 386
a

Cukup jelas.
ain

Pasal 387
.
ww

Cukup jelas.
//w

Pasal 388
Cukup jelas.
ps:

Pasa1 389
htt

Cukup jelas.

Pasal 390...
SK No 187290A
l
tm
3.h
02
PNES!EEN

n-2
NEPUBUT INDONESIA

hu
-93-

-ta
Pasal 390

17
Cukup jelas.

r-
Pasal 391

mo
Cukup jelas.

-no
Pasal 392

-uu
Cukup jelas.
ng
Pasal 393
da
Cukup jelas.
-un

Pasal 394
ng

Cukup jelas.
da

Pasal 395
/un

Cukup jelas.
/08

Pasal 396
23

Cukup jelas.
20

Pasal 397
m/

Cukup jelas.
.co

Pasal 398
na

Cukup je1as.
lya

Pasal 399
mu

Hurufa
Yang dimaksud dengan okegiatan menyebarluaskan" adalah
a
ain

kegiatan yang ditujukan untuk menimbulkan KLB dan tidak


termasuk kegiatan penyebarluasan dalam rangka penegakan
.
ww

diagnosis atau konfirmasi laboratorium.


Yang dimaksud dengan "bahan yang mengandung penyebab
//w

penyakit dan masalah Kesehatan yang berpotensi menimbulkan


KLB" adalah unsur atau zat l<tmia, fisika, dan radioaktif dengan
ps:

kadar di atas batas kewajaran atau batas normal yang


diperbolehkan sehingga dapat menimbulkan penyakit dan
htt

masalah Kesehatan yang berpotensi menimbulkan KLB.

Hurufb . . .

SK No 187291A
ml
.ht
23
-20
PRESIOEN
REPI.TBLII( INDONESIA

un
-94 -

ah
Hurufb

7-t
Yang dimaksud dengan okegiatan menyebarluaskan" adalah

r-1
kegiatan yang ditqjukan untuk menimbulkan KLB dan Wabah
serta tidak termasuk kegiatan penyebarluasan dalam rangka

mo
penegakan diagnosis atau konfirmasi laboratorium.

-no
Yang dimaksud dengan "agen biologi penyebab penyakit yang
berpotensi menimbulkan KLB dan Wabah" adalah virus, bakteri,

-uu
jamur, dan parasit, baik hidup maupun mati, yang dapat
menyebabkan/menularkan penyakit yang berpotensi
ng
menimbulkan KLB dan Wabah, misalnya, sampel dan/ atau
da

spesimen yang dikelola oleh Rumah Sakit, laboratorium, dan


-un

lembaga penelitian, dan hewan atau daging yang mengandung


agen biologi penyebab penyakit.
ng
da

Pasal 400
/un

Menghalang-halangi pelaksanaan upaya penanggulangan KLB dan


Wabah, antara lain, berupa tidak mematuhi ketentuan yang
8

ditetapkan dalam rangka pelaksanaan penanggulangan KLB dan


3/0

Wabah, seperti tidak bersedia dilakukan karantina atau isolasi, atau


2

tidak mengizinkan dilakukan penanggulangan dan/ atau pemusnahan


20

faktor risiko terhadap alat angkut, barang, dan lingkungan yang


terpapar, termasuk hewan ternak/ peliharaan.
m/
.co

Pasal 401
a

Cukup jelas.
an
uly

Pasal 402
Cukup jelas.
nam

Pasal 403
.ai

Cukup jelas.
ww

Pasal 404
/w

Cukup jelas.
/
ps:
htt

Pasal 4O5...
SK No 187292A
l
tm
3.h
02
n-2
LIK

hu
-95-

-ta
Pasal 4O5

17
Ayat (1)

r-
Pihak swasta terkait, antara lain, ialah industri Sediaan Farmasi
yang memproduksi Sediaan Farmasi yang digunakan dalam

mo
kegiatan pemberian Obat pencegahan massal dan imunisasi.

-no
Ayat (2)
Huruf a

-uu
Yang dimaksud dengan oaudit kausalitas" adalah suatu
ng
kajian sistematis mengenai kasus kejadian ikutan akibat
pemberian pengobatan massal dan imunisasi yang
da

dilaporkan berdasarkan data dan literatur medis dari para


-un

ahli di bidangnya serta yang dilakukan oleh lembaga


independen untuk menentukan kemungkinan keterkaitan
ng

antara kejadian ikutan dan Obat dan/ atau vaksin yang


diberikan.
da

Huruf b
/un

Pelayanan Kesehatan, termasuk rehabilitasi medis, antara


/08

lain, berupa pengobatan dan perawatan yang dilakukan pada


kasus kejadian ikutan pascapengobatan massal dan
23

imunisasi sesuai dengan indikasi medis dan protokol


pengobatan.
20

Huruf c
m/

Yang dimaksud dengan "santunan terhadap korban" adalah


.co

kompensasi berupa santunan disabilitas atau santunan


kematian yang diberikan kepada seseorang yang mengalami
na

kejadian ikutan pascapemberian Obat pencegahan massal


lya

dan imunisasi berdasarkan hasil audit kausalitas.


mu

Pasal 406
Cukup jelas.
a
ain

Pasal 407
.
ww

Ayat (1)
Bantuan pendanaan, antara lain, berupa:
//w

a. bantuan atau kompensasi bagi masyarakat yang terdampak


kegiatan penanggulangan KLB atau Wabah; dan
ps:

b. bantuan untuk pendanaan Rumah Sakit sesuai dengan


htt

kebutuhan.

Ayat(2)...

SK No 187293A
l
tm
3.h
02
PRESTDEN

n-2
NEPUBLIK iNEONESIA

hu
-96-

-ta
Ayat (2)

17
Cukup jelas.

r-
Pasal 408

mo
Cukup jelas.

-no
Pasal 409

-uu
Ayat (1) ng
Cukup jelas.
da

Ayat (2)
-un

Cukup jelas.
ng

Ayat (3)
da

Rencana induk bidang Kesehatan ditetapkan oleh Pemerintah


Pusat yang penlrusunannya dikoordinasikan oleh Menteri setelah
/un

dikonsultasikan dengan alat kelengkapan Dewan Perwakilan


Rakyat Republik Indonesia yang membidangi kesehatan.
/08

Yang dimaksud dengan "penganggaran berbasis kinerja" adalah


23

prinsip dan kaidah penganggaran sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan di bidang keuangan negara.
20

Ayat (4)
m/

Pengalokasian anggaran Kesehatan yang bersumber dari


.co

anggaran pendapatan dan belanja daerah dilakukan sesuai


dengan kebijakan keuangan daerah dan sinkronisasi hubungan
na

keuangan antara pusat dan daerah.


lya

Yang dimaksud dengan "penganggaran berbasis kinerja" adalah


prinsip dan kaidah penganggaran sesuai dengan ketentuan
mu

peraturan perundang-undangan, termasuk di bidang


perimbangan keuangan pusat dan daerah.
a
ain

Ayat (5)
.

Cukup je1as.
ww

Ayat (6)
//w

Cukup jelas.
ps:

Pasal 410
htt

Cukup jelas.

Pasal 411...
SK No 187294A
ml
.ht
23
-20
PRESIDEN
NEPUBLIK INDONESIA

un
-97 -

ah
Pasal 41 1

7-t
Cukup jelas.

r-1
Pasal 412

mo
Cukup jelas.

-no
Pasal 413

-uu
Cukup jelas.
ng
Pasal 414
da
Cukup jelas.
-un

Pasal 415
ng

Cukup jelas.
da

Pasal 416
/un

Cukup jelas.
8
3/0

Pasal 417
Ayat (1)
2
20

Cukup jelas.
m/

Ayat (21

Cukup jelas.
.co

Ayat (3)
a
an

Cukup jelas.
uly

Ayat (4)
Partisipasi masyarakat, termasuk dalam penyelenggaraan Upaya
am

Kesehatan untuk mewujudkan derajat Kesehatan yang setinggi-


tingginya, antara lain, ialah:
n
.ai

a. keikutsertaan dalam penyelenggaraan Upaya Kesehatan;


b. dukungan penyediaan Sumber Daya Kesehatan;
ww

c. penelitianpengembanganTeknologiKesehatan;
d. perencanaan dan penetapan kebijakan strategi nasional
/w

pembangunan Kesehatan;
/

e. pembinaan dan pengawasan; dan/ atau


ps:

f. partisipasimasyarakatlainnya.
htt

Pasal 418...

SK No 187295 A
l
tm
3.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA

hu
-98-

a
Pasal 418

7-t
Cukup jelas.

r-1
Pasal 419

mo
Cukup je1as.

-no
Pasal 420

-uu
Cukup jelas.
ng
Pasal 421
da
Cukup jelas.
-un

Pasal 422
ng

Cukup je1as.
da

Pasal 423
/un

Cukup jelas.
/08

PasaT 424
23

Ayat (1)
20

Cukup jelas.
m/

Ayat (2)
Cukup jelas.
.co

Ayat (3)
na

Huruf a
lya

Cukup jelas.
mu

Huruf b
Cukup jelas.
na

Huruf c
.ai

Cukup jelas.
ww

Huruf d
//w

Cukup jelas.
Huruf
ps:

Cukup jelas.
htt

Huruf f. . .

SK No 187296A
ml
.ht
0 23
PRESIDEN

n-2
NEPUELIT ENDONESIA

-99-

hu
-ta
Huruf f
Cukup jelas.

17
Huruf g

or-
Cukup jelas.

om
Huruf h

-n
Cukup jelas.

-uu
Huruf i
Cukup jelas.
ng
Hurufj
da

Cukup jelas.
-un

Huruf k
ng

Cukup jelas.
da

Hurufl
/un

Cukup jelas.
/08

Hurufm
Melakukan tindakan lain, antara lain, berupa penangkapan,
23

penahanan, serta pengambilan foto dan sidik jari.


/20

Bantuan penyidikan, antara lain, berupa bantuan teknis,


bantuan taktis, dan bantuan upaya paksa.
om

Ayat (4)
a.c

Cukup jelas.
an

Ayat (s)
uly

Cukup jelas.
Ayat (6)
am

Cukup jelas.
n
.ai

Pasal 425
ww

Cukup jelas.
/w

Pasal 426
Cukup jelas.
/
ps:

Pasal 427
htt

Cukup jelas.

Pasal 428...
SK No 187297A
m l
.ht
23
-20
LIK n

un
-100-

ah
Pasal 428

7-t
Cukup jelas.

r-1
Pasal 429

o
om
Cukup jelas.

u-n
Pasal 430
Cukup jelas.

-u
Pasal 431
ng
Cukup jelas.
a
nd

Pasal 432
g-u

Cukup jelas.
n
da

Pasal 433
/un

Cukup jelas.
/08

Pasal 434
Cukup jelas.
23
20

Pasal 435
Cukup jelas.
m/
.co

Pasal 436
Cukup jelas.
na
lya

Pasal 437
Cukup jelas.
mu
na

Pasa1 438
Cukup jelas.
.ai
ww

Pasal 439
Cukup jelas.
//w

Pasal 440
ps:

Ayat (1)
htt

Kealpaan yang mengakibatkan luka berat termasuk disabilitas


seumur hidup.

Ayat(2)...
SK No 187298A
l
tm
3.h
02
FRESIDEN

n-2
NEPUBLIK INDONESIA

hu
-101 -

-ta
Ayat (2)
Cukup jelas.

17
r-
Pasal 441

mo
Cukup jelas.

-no
PasaT 442

-uu
Cukup jelas.
ng
Pasal 443
da
Cukup jelas.
-un

Pasal 444
ng

Cukup jelas.
da

Pasal 445
/un

Cukup jelas.
/08

Pasal 446
23

Cukup jelas.
20

Pasal 447
m/

Cukup jelas.
.co

Pasa1 448
na

Cukup jelas.
lya

Pasal 449
mu

Cukup jelas.
a
ain

Pasal 450
Cukup jelas.
.
ww

Pasal 451
//w

Cukup jelas.
ps:

Pasal 452
htt

Cukup jelas.

Pasal 453...
SK No 187299A
ml
.ht
23
-20
T{IrLIr-IilTIf.ItrfflA

un
-lo2-

h
-ta
Pasal 453
Cukup jelas.

17
or-
Pasal 454

om
Cukup jelas.

u-n
Pasal 455
Cukup jelas.

Pasal 456
g-u
an
Cukup jelas.
d
-un

Pasa1 457
ng

Cukup jelas.
da

Pasal 458
/un

Cukup jelas.
/08

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6887


23
20
/
om
a.c
an
uly
am
.ain
ww
//w
ps:
htt

SK No 187305 A

Anda mungkin juga menyukai