Anda di halaman 1dari 1117

l

tm
SALINAN

2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-2
un
ah
PERATURAN PEMERINTAH

2-t
PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

r-
NOMOR 2TAHVN 2022

mo
TENTANG

-no
CIPTA KERJA

pu
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
erp
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
d-p

Menimbang a. bahwa untuk mewujudkan tujuan pembentukan


loa

Pemerintah Negara Indonesia dan mewujudkan masyarakat


Indonesia yang sejahtera, adil, dan makmur berdasarkan
wn

Pancasila dan . Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945, Negara perlu melakukan berbagai
/do

upaya untuk memenuhi hak warga negara atas pekerjaan


dan penghidupan yzrng layak bagi kemanusiaan melalui
/12

cipta kerja;
b. bahwa dengan cipta kerja diharapkan mErmpu menyerap
22

tenaga kerja Indonesia yang seluas-luasnya di tengah


persaingan yang semakin kompetitif dan tuntutan
20

globalisasi ekonomi serta adanya tantangan dan krisis


m/

ekonomi global yang dapat menyebabkan terganggunya


perekonomian nasional;
co

c. bahwa untuk mendukung cipta kerja diperlukan


si.

penyesuaian berbagai aspek pengaturan yang berkaitan


ula

dengan kemudahan, pelindungan, dan pemberdayaan


koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah,
eg

peningkatan ekosistem investasi, dan percepatan proyek


strategis nasional, termasuk peningkatan pelindungan dan
for

kesejahteraan pekerja;
d. bahwa pengaturan yang berkaitan
.in

dengan kemudahan,
pelindungan, dan pemberdayaan koperasi dan usaha
ww

mikro, kecil, dan menengah, peningkatan ekosistem


investasi, dan percepatan proyek strategis nasional,
//w

termasuk peningkatan pelindungan dan kesejahteraan


pekerja yang tersebar di berbagai Undang-Undang sektor
ps:

saat ini belum dapat memenuhi kebutuhan hukum untuk


percepatan cipta kerja sehingga perlu dilakukan
htt

perubahan;
e. bahwa . . .

SK No 158406A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA

n-2
-2-

hu
e. bahwa upaya perubahan pengaturan yang berkaitan

-ta
kemudahan, pelindungan, dan pemberdayaan koperasi dan

r-2
usaha mikro, kecil, dan menengah, peningkatan ekosistem
investasi, dan percepatan proyek strategis nasional,

mo
termasuk peningkatan pelindungan dan kesejahteraan
pekerja dilakukan melalui perubahan Undang-Undang

-no
sektor yang belum mendukung terwujudnya sinkronisasi
dalam menjamin percepatan cipta kerja, sehingga diperlukan

pu
terobosan dan kepastian hukum untuk dapat menyelesaikan
berbagai permasalahan dalam beberapa Undang-Undang ke
erp
dalam satu Undang-Undang secara komprehensif dengan
menggunakan metode omnibus;
d-p

f. bahwa untuk melaksanakan Putusan Mahkamah Konstitusi


Nomor 9 I/PUU-XVIII{ 2O2O, perlu dilakukan perbaikan
loa

melalui penggantian terhadap Undang-Undang Nomor 11


Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja;
wn

g. bahwa dinamika global yang disebabkan terjadinya kenaikan


/do

harga energi dan harga pangan, perubahan iklim (climate


changel, dan terganggunya rantai pasokan (supplg chain)
/12

telah menyebabkan terjadinya penurunan pertumbuhan


ekonomi dunia dan terjadinya kenaikan inflasi yang akan
22

berdampak secara signifikan kepada perekonomian nasional


yang harus direspons dengan standar bauran kebijakan
/20

untuk peningkatan daya saing dan daya tarik nasional bagi


investasi melalui transformasi ekonomi yang dimuat dalam
om

Undang-Undang tentang Cipta Kerja;


h. bahwa kondisi sebagaimana dimaksud dalam huruf a,
i.c

huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f, dan huruf g telah


s

memenuhi parameter sebagai kegentingan memaksa yang


ula

memberikan kewenangan kepada Presiden untuk


menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
g

Undang sebagaimana diatur dalam Pasal 22 ayat (1) Undang-


ore

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


f

i. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud


.in

dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf e, huruf f,


huruf g, dan huruf h serta guna memberikan landasan
ww

hukum yang kuat bagi Pemerintah dan lembaga terkait


untuk mengambil kebijakan dan langkah-langkah tersebut
/w

dalam waktu yang sangat segera, perlu menetapkan


s:/

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang tentang


Cipta Kerja;
p

Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik


htt

Mengingat
Indonesia Tahun 1945;
MEMUTUSKAN: . . .

SK No 167958 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBUK INDONESIA

un
-3-

h
-ta
MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG

r-2
TENTANG CIPTA KERJA.

o
BAB I

om
KETENTUAN UMUM

u-n
Pasal 1

rpp
Dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini
yang dimaksud dengan:
1. Cipta Kerja adalah upaya penciptaan kerja melalui
-pe
usaha kemudahan, pelindungan, dan pemberdayaan
ad

koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah,


peningkatan ekosistem investasi dan kemudahan
nlo

berusaha, dan investasi Pemerintah Pusat dan


percepatan proyek strategis nasional.
ow

2. Koperasi adalah koperasi sebagaimana dimaksud dalam


Undang-Undang tentang Perkoperasian.
2/d

3. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang selanjutnya


/1

disingkat UMK-M adalah usaha mikro, usaha kecil, dan


usaha menengah sebagaimana dimaksud dalam
22

Undang-Undang tentang Usaha Mikro, Kecil, dan


/20

Menengah.
4. Perizinan Berusaha adalah legalitas yang diberikan
om

kepada Pelaku Usaha untuk memulai dan menjalankan


usaha dan/ atau kegiatannya.
i.c

5. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik lndonesia


yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
las

Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil Presiden


u

dan menteri sebagaimana dimaksud dalam Undang-


eg

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


for

6. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan


pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan dewan
.in

perwakilan ralryat daerah menurut asas otonomi dan


tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
ww

luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan


Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
/w

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945.
s:/

7. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur


p

penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin


htt

pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi


kewenangan daerah otonom.
8.Pelaku...

SK No 167959 A
l
tm
2.h
02
FRESIDEN
FEPUBLIK II{DONESIA

n-2
-4-

hu
8. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau badan

-ta
usaha yang melakukan usaha dan/atau kegiatan pada

r-2
bidang tertentu.
9. Badan Usaha adalah badan usaha berbentuk badan

mo
hukum atau tidak berbentuk badan hukum yang
didirikan di wilayah Negara Kesatuan Republik

-no
Indonesia dan melakukan usaha dan/atau kegiatan
pada bidang tertentu.

pu
10. Rencana Detail Tata Ruang yang selanjutnya disingkat
erp
RDTR adalah rencana secara terperinci tentang tata
ruang wilayah kabupaten/kota yang dilengkapi dengan
d-p

peraturan zonasi kabupaten I kota.


11. Persetujuan Bangunan Gedung adalah perizinan yang
loa

diberikan kepada pemilik bangunan gedung untuk


membangun baru, mengubah, memperluas,
wn

mengurangi, dan/atau merawat bangunan gedung


sesuai dengan standar teknis bangunan gedung.
/do

12. Hari adalah hari kerja sesuai dengan yang ditetapkan


oleh Pemerintah Pusat.
/12
22

BAB II
/20

ASAS, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP


om

Pasal 2
(1) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini
i.c

diselenggarakan berdasarkan asas:


s

a. pemerataan hak;
ula

b. kepastian hukum;
g

c. kemudahan berusaha;
ore

d. kebersamaan; dan
f

e. kemandirian.
.in

(21 Selain berdasarkan asas sebagaimana dimaksud pada


ww

ayat (1), penyelenggaraan Cipta Kerja dilaksanakan


berdasarkan asas lain sesuai dengan bidang hukum
/w

yang diatur dalam undang-undang yang bersangkutan.


s:/
p
htt

Pasal 3

SK No 167960 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-5-

tah
Pasal 3
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini

-
r-2
dibentuk dengan tujuan untuk:
a. menciptakan dan meningkatkan lapangan kerja dengan

mo
memberikan kemudahan, pelindungan, dan
pemberdayaan terhadap Koperasi dan UMK-M serta

-no
industri dan perdagangan nasional sebagai upaya
untuk dapat menyerap tenaga kerja Indonesia yang

pu
seluas-luasnya dengan tetap memperhatikan
erp
keseimbangan dan kemajuan antardaerah dalam
kesatuan ekonomi nasional;
d-p

b. menjamin setiap warga negara memperoleh pekerjaan,


serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan
loa

layak dalam hubungan kerja;


c. melakukan penyesuaian berbagai aspek pengaturan
wn

yang berkaitan dengan keberpihakan, penguatan, dan


pelindungan bagi Koperasi dan UMK-M serta industri
/do

nasional; dan
d. melakukan penyesuaian berbagai aspek pengaturan
/12

yang berkaitan dengan peningkatan ekosistem


investasi, kemudahan dan percepatan proyek strategis
22

nasional yang berorientasi pada kepentingan nasional


20

yang berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan


teknologi nasional dengan berpedoman pada haluan
m/

ideologi Pancasila.
co
si.

Pasal 4
Dalam rangka mencapai tujuan sebagaimana dimaksud
ula

dalam Pasal 3, ruang lingkup Peraturan Pemerintah


eg

Pengganti Undang-Undang ini mengatur kebijakan strategis


Cipta Kerja yang meliputi:
for

a. peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan


.in

berusaha;
b. ketenagakerjaan;
ww

c. kemudahan, pelindungan, serta pemberdayaan


Koperasi dan UMK-M;
//w

d. kemudahan berusaha;
e.
ps:

dukungan riset dan inovasi;


f. pengadaan tanah;
htt

g. kawasan ekonomi;
h. investasi...

SK No 167961 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-6-

hu
h. investasi Pemerintah Pusat dan percepatan proyek

-ta
strategis nasional;

r-2
i. pelaksanaan administrasi pemerintahan; dan
j.

mo
pengenaan sanksi.

-no
Pasal 5
Ruang lingkup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4

pu
meliputi bidang hukum yang diatur dalam undang-undang
terkait. erp
d-p

BAB III
PENINGKATAN EKOSISTEM INVESTASI DAN KEGIATAN BERUSAHA
loa
wn

Bagian Kesatu
Umum
/do
/12

Pasa1 6
Peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha
22

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a meliputi:


/20

a. penerapan Perizinan Berusaha berbasis risiko;


b. penyederhanaan persyaratan dasar Perizinan Berusaha;
om

c. penyederhanaan Perizinan Berusaha sektor; dan


d.
i.c

penyederhanaan persyaratan investasi.


s
ula

Bagian Kedua
Penerapan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko
g
ore

Paragraf 1
f
.in

Umum
ww

Pasa1 7
/w

(1) Perizinan Berusaha berbasis risiko sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 6 huruf a dilakukan berdasarkan
s:/

penetapan tingkat risiko dan peringkat skala usaha


p

kegiatan usaha.
htt

(2) Penetapan...

SK No 167962 A
l
tm
2.h
02
FRESIDEN
REPUEL|K INDONESIA

n-2
-7 -

hu
(21 Penetapan tingkat risiko dan peringkat skala usaha

-ta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh

r-2
berdasarkan penilaian tingkat bahaya dan potensi
terjadinya bahaya.

mo
(3) Penilaian tingkat bahaya sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan terhadap aspek:

-no
a. kesehatan;
b.
pu
keselamatan;
c. lingkungan; dan/atau
erp
d. pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya.
d-p

(41 Untuk kegiatan tertentu, penilaian tingkat bahaya


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat mencakup
loa

aspek lainnya sesuai dengan sifat kegiatan usaha.


(5) Penilaian tingkat bahaya sebagaimana dimaksud pada
wn

ayat (3) dan ayat (41 dilakukan dengan


memperhitungkan:
/do

a. jenis kegiatan usaha;


/12

b. kriteria kegiatan usaha;


c. lokasi kegiatan usaha;
22

d. keterbatasan sumber daya; dan/atau


/20

e. risiko volatilitas.
(6) Penilaian potensi terjadinya bahaya sebagaimana
om

dimaksud pada ayat 12) meliputi:


a. hampir tidak mungkin terjadi;
i.c

b. kemungkinan kecil terjadi;


s
ula

c. kemungkinan terjadi; atau


d. hampir pasti terjadi.
g
ore

(71 Berdasarkan penilaian tingkat bahaya sebagaimana


dimaksud pada ayat (3), ayat (41, dan ayat (5), serta
f

penilaian potensi terjadinya bahaya sebagaimana


.in

dimaksud pada ayat (6), tingkat risiko dan peringkat


ww

skala usaha kegiatan usaha ditetapkan menjadi:


a. kegiatan usaha berisiko rendah;
/w

b. kegiatan usaha berisiko menengah; atau


c. kegiatan usaha berisiko tinggi.
s:/

Paragraf2...
p
htt

SK No 167963 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REFUELIK INDONESIA

n-2
-8-

hu
-ta
Paragraf 2
Perizinan Berusaha Kegiatan Usaha Berisiko Rendah

r-2
mo
Pasal 8
(1) Perizinan Berusaha untuk kegiatan usaha berisiko

-no
rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (71
huruf a berupa pemberian nomor induk berusaha yang

pu
merupakan legalitas pelaksanaan kegiatan berusaha.
(21 erp
Nomor induk berusaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan bukti registrasi/pendaftaran Pelaku
Usaha untuk melakukan kegiatan usaha dan sebagai
d-p

identitas bagi Pe1aku Usaha dalam pelaksanaan


loa

kegiatan usahanya.
wn

Paragraf 3
Perizinan Berusaha Kegiatan Usaha Berisiko Menengah
/do
/12

Pasa1 9
(1) Perizinan Berusaha untuk kegiatan usaha berisiko
22

menengah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat


/20

(7) huruf b meliputi:


a. kegiatan usaha berisiko menengah rendah; dan
om

b. kegiatan usaha berisiko menengah tinggi.


(21 Perizinan Berusaha untuk kegiatan usaha berisiko
i.c

menengah rendah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


s

huruf a berupa pemberian:


ula

a. nomor induk berusaha; dan


g

b. sertifikat standar.
ore

(3) Perizinan Berusaha untuk kegiatan usaha berisiko


menengah tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
f
.in

huruf b berupa pemberian:


a. nomor induk berusaha; dan
ww

b. sertifikat standar.
/w
s:/

(4) Sertifikat
p
htt

SK No 167964A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
R]EPUBLIK INDONESIA

n-2
-9 -

hu
(41 Sertifikat standar sebagaimana dimaksud pada ayat (21

-ta
huruf b merupakan pernyataan Pelaku Usaha untuk

r-2
memenuhi standar usaha dalam rangka melakukan
kegiatan usaha.

mo
(5) Sertifikat standar sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf b merupakan sertifikat standar usaha yang

-no
diterbitkan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
sesuai dengan kewenangannya berdasarkan hasil

pu
verifikasi pemenuhan standar pelaksanaan kegiatan
erp
usaha oleh Pelaku Usaha.
(6) Dalam hal kegiatan usaha berisiko menengah
d-p

memerlukan standardisasi produk sebagaimana


dimaksud pada ayat (21 huruf b dan ayat (3) huruf b,
loa

Pemerintah Pusat menerbitkan sertifikat standar


produk berdasarkan hasil verifikasi pemenuhan standar
wn

yang wajib dipenuhi oleh Pelaku Usaha sebelum


melakukan kegiatan komersialisasi produk.
/do

Paragraf 4
/12

Perizinan Berr,rsaha Kegiatan Usaha Berisiko Tinggi


22
/20

Pasa1 10
(1) Perizinan Berusaha untuk kegiatan usaha berisiko
om

tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasa1 7 ayat (71


huruf c berupa pemberian:
i.c

a. nomor induk berusaha; dan


s

b. izin.
ula

(21 lzin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b


merupakan persetujuan Pemerintah Pusat atau
g
ore

Pemerintah Daerah untuk pelaksanaan kegiatan usaha


yang wajib dipenuhi oleh Pelaku Usaha sebelum
f

melaksanakan kegiatan usahanya.


.in

(3) Dalam hal kegiatan usaha berisiko tinggi memerlukan


ww

pemenuhan standar usaha dan standar produk,


Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah menerbitkan
sertifikat standar usaha dan sertifikat standar produk
/w

berdasarkan hasil verifikasi pemenuhan standar.


s:/
p

Paragrafs. . .
htt

SK No 167965 A
l m
.ht
22
FRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-10-

h
Paragraf 5

-ta
Pengawasan

o r-2
Pasal 11

om
Pengawasan terhadap setiap kegiatan usaha dilakukan
dengan pengaturan frekuensi pelaksanaan berdasarkan

u-n
tingkat risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (71
dan mempertimbangkan tingkat kepatuhan Pelaku Usaha.
rpp
-pe
Paragraf 6
Peraturan Pelaksanaan
ad
nlo

Pasal 12
Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan Berusaha
ow

berbasis risiko sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal


8, Pasal 9, dan Pasal 10, serta tata cara pengawasan
2/d

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 1, diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
/1
22

Bagian Ketiga
/20

Pe nyede rhanaan Persyaratan D asar P erizinan Be ru saha


om

Paragraf 1
i.c

Umum
las

Pasal 13
u
eg

Penyederhanaan persyaratan dasar Perizinan Berusaha


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b meliputi:
for

a. kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang;


.in

b. persetujuan lingkungan; dan


c. dan sertifikat laik
ww

Persetujuan Bangunan Gedung


fungsi.
/w

Paragraf2...
s:/
p
htt

SK No 167966 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
- 11-

hu
Paragraf 2

-ta
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang

r-2
mo
Pasal 14
(1) Kesesuaian kegiatan pemanfaatan rLlang sebagaimana

-no
dimaksud dalam Pasal 13 huruf a merupakan
kesesuaian rencana lokasi kegiatan dan/atau usahanya

pu
dengan RDTR.
(21 erp
Pemerintah Daerah wajib men5rusun dan menyediakan
RDTR dalam bentuk digital dan sesuai standar.
d-p

(3) Penyediaan RDTR dalam bentuk digital sebagaimana


dimaksud pada ayat (21 dilakukan sesuai dengan
loa

standar dan dapat diakses dengan mudah oleh


masyarakat untuk mendapatkan informasi mengenai
wn

kesesuaian rencana lokasi kegiatan dan/atau usahanya


dengan RDTR.
/do

(41 Pemerintah Pusat wajib mengintegrasikan RDTR dalam


bentuk digital sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ke
/12

dalam sistem Perizinan Berusaha secara elektronik.


(5) Dalam hal Pelaku Usaha mendapatkan informasi
22

rencana lokasi kegiatan usahanya sebagaimana


/20

dimaksud pada ayat (3) telah sesuai dengan RDTR,


Pelaku Usaha mengajukan permohonan kesesuaian
om

kegiatan pemanfaatan ruang untuk kegiatan usahanya


melalui sistem Perizinan Berusaha secara elektronik
i.c

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dengan mengisi


koordinat lokasi yang diinginkan untuk memperoleh
s
ula

konfirmasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang.


(6) Setelah memperoleh konfirmasi kesesuaian kegiatan
g

pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat


ore

(5), Pelaku Usaha mengajukan permohonan Perizinan


Berusaha.
f
.in
ww

Pasal 15. . .
/w
s:/
p
htt

SK No 167967 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
RTPUBLIK INDONESIA

n-2
-12-

hu
Pasal 15

-ta
(1) Dalam hal Pemerintah Daerah belum men5rusun dan

r-2
menyediakan RDTR sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 14 ayat (2), Pelaku Usaha mengajukan

mo
permohonan persetujuan kesesuaian kegiatan
pemanfaatan ruang untuk kegiatan usahanya kepada

-no
Pemerintah Pusat melalui sistem Perizinan Berusaha
secara elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan

pu
perundang-undangan.
(21 erp
Pemerintah Pusat memberikan persetujuan kesesuaian
kegiatan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud
d-p
pada ayat (1) sesuai dengan rencana tata ruang.
(3) Rencana tata ruang sebagaimana dimaksud pada ayat
loa

(2) terdiri atas:


a. rencana tata ruang wilayah nasional;
wn

b. rencana tata rrrang pulau/kepulauan;


c. rencana tata rrrang kawasan strategis nasional;
/do

d. rencana tata rrrang wilayah provinsi; dan/atau


/12

e. rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota.


Pasal 16
22

Dalam rangka penyederhanaan persyaratan dasar Perizinan


/20

Berusaha serta untuk memberikan kepastian dan


kemudahan bagi Pelaku Usaha dalam memperoleh
om

kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang, Peraturan


Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini mengubah,
i.c

menghapus, dan/atau menetapkan pengaturan baru


beberapa ketentuan yang diatur dalam:
s
ula

a. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2OO7 tentang


Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia
g

Tahun 2OO7 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara


ore

Republik Indonesia Nomor a725);


b. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2OO7 tentang
f
.in

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO7
ww

Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia Nomor 47391 sebagaimana telah diubah
/w

dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2OL4 tentang


Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahlun 2OO7
s:/

tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau


p

Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol4


htt

Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia Nomor 5a90);
c.Undang-Undang...

SK No 1679684
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-13-

hu
-ta
c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang

2
Kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

or-
2Ol4 Nomor 294,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5603); dan

om
d. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2oll tentang

u-n
Informasi Geospasial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2oll Nomor 49, Tarnbahan Lembaran

p
Negara Republik Indonesia Nomor 5214).
erp
Pasal 17
d-p

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 26


Tahun 2OO7 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara
loa

Republik Indonesia Tahun 2OO7 Nomor 68, Tambahan


wn

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725)' diubah


sebagai berikut:
o
2/d

1 Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/1

Pasal 1
22

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


20

1. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat,


/

rLlang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di


om

dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat


manusia dan makhluk hidup lain, melakukan
si.c

kegiatan, dan memelihara kelangsungan hidupnya.


2. Tata Ruang adalah wujud Struktur Ruang dan Pola
ula

Ruang.
g

3. Struktur Ruang adalah susunan pusat-pusat


ore

permukiman dan sistem jaringan prasarana dan


sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
inf

sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarki


memiliki hubungan fungsional.
.
ww

4. Pola Ruang adalah distribusi peruntukan Ruang


dalam suatu Wilayah yang meliputi peruntukan
/w

Ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan


Ruang untuk fungsi budi daya.
s:/
p
htt

5. Penataan. .

SK No 137167 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-14-

u
ah
5. Penataan Ruang adalah suatu sistem Perencanaan
Tata Ruang, Pemanfaatan Ruang, dan

2-t
Pengendalian Pemanfaatan Ruang.

r-
6. Penyelenggaraan Penataan Ruang adalah kegiatan

mo
yang meliputi pengaturan, pembinaan,
pelaksanaan, dan pengawasan Penataan Ruang.

-no
7. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan

pu
pemerintahan negara Republik Indonesia yang
dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
erp
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
d-p
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
8. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai
loa

unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang


memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
wn

yang menjadi kewenangan daerah otonom.


9. Pengaturan Penataan Ruang adalah upaya
/do

pembentukan landasan hukum bagi Pemerintah


Pusat, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dalam
/12

Penataan Ruang.
10. Pembinaan Penataan Ruang adalah upaya untuk
22

meningkatkan kinerja Penataan Ruang yang


20

diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat,


Pemerintah Daerah, dan masyarakat.
m/

11. Pelaksanaan Penataan Ruang adalah upaya


co

tujuan Penataan Ruang melalui


pencapaian
pelaksanaan Perencanaan Tata Ruang,
si.

Pemanfaatan Ruang, dan Pengendalian


ula

Pemanfaatan Ruang.
12. Pengawasan Penataan Ruang adalah upaya agar
eg

Penyelenggaraan Penataan Ruang dapat


for

diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
.in

13. Perencanaan Tata Ruang adalah suatu proses


untuk menentukan Struktur Ruang dan
ww

Pola
Ruang yang meliputi pen5rusunan dan penetapan
Rencana Tata Ruang.
//w

14. Pemanfaatan Ruang adalah upaya untuk


mewujudkan Struktur Ruang dan Pola Ruang
ps:

sesuai dengan Rencana Tata Ruang melalui


htt

pen5rusunan dan pelaksanaan program beserta


pembiayaannya.
15. Pengendalian. . .

SK No 167970 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-15-

ah
15. Pengendalian Pemanfaatan Ruang adalah upaya

2-t
untuk mewujudkan tertib Tata Ruang.
16. Rencana Tata Ruang adalah hasil Perencanaan

or-
Tata Ruang.

om
L7. Wilayah adalah Ruang yang merupakan kesatuan
geografis beserta segenap unsur terkait yang batas
dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

u-n
administratif dan/atau aspek fungsional.
rpp
18. Sistem Wilayah adalah Struktur Ruang dan Pola
Ruang yang mempunyai jangkauan pelayanan
-pe
pada tingkat Wilayah.
19. Sistem Internal Perkotaan adalah Struktur Ruang
ad

dan Pola Ruang yang mempunyai jangkauan


pelayanan pada tingkat internal perkotaan.
lo

20. Kawasan adalah Wilayah yang memiliki fungsi


wn

utama lindung atau budi daya.


/do

2L. Kawasan Lindung adalah Wilayah yang ditetapkan


dengan fungsi utama melindungi kelestarian
/12

lingkungan hidup yang mencakup sumber daya


alam dan sumber daya buatan.
22

22. Kawasan Budi Daya adalah Wilayah yang


ditetapkan dengan fungsi utama untuk
20

dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi


m/

sumber daya alam, sumber daya manusia, dan


sumber daya buatan.
.co

23. Kawasan Perdesaan adalah Wilayah yang


i

mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk


las

pengelolaan sumber daya alam dengan susunan


fungsi Kawasan sebagai tempat permukiman
gu

perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,


ore

pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.


24. Kawasan Agropolitan adalah Kawasan yang terdiri
f
.in

atas satu atau lebih pusat kegiatan pada Wilayah


perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
ww

pengelolaan sumber daya alam tertentu yang


ditunjukkan oleh adanya keterkaitan fungsional
dan hierarki keruangan satuan sistem
//w

permukiman dan sistem agrobisnis.


ps:
htt

25.Kawasan. . .

SK No 167971 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

n-2
- 16-

hu
25. Kawasan Perkotaan adalah Wilayah yang

-ta
mempunyai kegiatan utama bukan pertanian

r-2
dengan susunan fungsi Kawasan sebagai tempat
permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi

mo
pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial,
dan kegiatan ekonomi.

-no
26. Kawasan Metropolitan adalah Kawasan Perkotaan
yang terdiri atas sebuah Kawasan Perkotaan yang

pu
berdiri sendiri atau Kawasan Perkotaan inti dengan
Kawasan Perkotaan di sekitarnya yang saling
erp
memiliki keterkaitan fungsional yang dihubungkan
dengan sistem jaringan prasarana Wilayah yang
d-p

terintegrasi dengan jumlah penduduk secara


keseluruhan sekurang-kurangnya 1.000.000 (satu
loa

juta) jiwa.
27. Kawasan Megapolitan adalah Kawasan yang
wn

terbentuk dari 2 (dua) atau lebih Kawasan


/do

Metropolitan yang memiliki hubungan fungsional


dan membentuk sebuah sistem.
/12

28. Kawasan Strategis Nasional adalah Wilayah yang


Penataan Ruangnya diprioritaskan karena
22

mempunyai pengaruh sangat penting secara


nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan
/20

dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya,


dan/atau lingkungan, termasuk Wilayah yang
om

telah ditetapkan sebagai warisan dunia.


29.
i.c

Kawasan Strategis Provinsi adalah Wilayah yang


Penataan Ruangnya diprioritaskan karena
s

mempunyai pengaruh sangat penting dalam


ula

lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya,


dan/atau lingkungan.
g
ore

30. Kawasan Strategis KabupatenlKota adalah


Wilayah yang Penataan Ruangnya diprioritaskan
f

karena mempunyai pengarrrh sangat penting


.in

dalam lingkup kabupaten/kota terhadap ekonomi,


ww

sosial, budaya, dan f atau lingkungan.


/w

31. Ruang. . .
ps:/
htt

SK No 167972A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
RIPUBUK INDONESIA

n-2
-t7-

hu
31. Ruang Terbuka Hijau adalah area

-ta
memanjang/jalur dan/atau mengelompok yang

r-2
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat
tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara

mo
alamiah maupun yang sengaja ditanam, dengan
mempertimbangkan aspek fungsi ekologis, resapan

-no
air, ekonomi, sosial, budaya, dan estetika.
32. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang adalah

pu
kesesuaian antara rencana kegiatan Pemanfaatan
erp
Ruang dengan Rencana Tata Ruang.
33. Orang adalah orang perseorangan dan/atau
d-p

korporasi.
34. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
loa

urusan pemerintahan di bidang Penataan Ruang.


wn

2 Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

berikut:
Pasal 6
/12

(1) Penataan Ruang diselenggarakan dengan


memperhatikan:
22

a. kondisi fisik Wilayah Negara Kesatuan


/20

Republik Indonesia yang rentan terhadap


bencana;
om

b. potensi sumber daya alam, sumber daya


manusia, dan sumber daya buatan, kondisi
si.c

ekonomi, sosial, budaya, politik, hukum,


pertahanan keamanan, dan lingkung€rn hidup
ula

serta ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai


satu kesatuan; dan
eg

c. geostrategi, geopolitik, dan geoekonomi.


for

(21 Penataan Ruang Wilayah nasional, Penataan


Ruang Wilayah provinsi, dan Penataan Ruang
.in

Wilayah kabupatenlkota dilakukan secara


ww

berjenjang dan komplementer.


//w

(3) Penataan...
ps:
htt

SK No 167973 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REFUEUK INDONESIA

n-2
-18-

hu
(3) Penataan Ruang Wilayah secara berjenjang

-ta
sebagaimana dimaksud pada ayat (21 dilakukan

r-2
dengan cara Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
dijadikan acuan dalam penyusunan Rencana Tata

mo
Ruang Wilayah provinsi dan kabupaten/kota, dan
Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi menjadi

-no
acuan bagi pen5rusunan Rencana Tata Ruang
kabupaten lkota.

pu
(41 Penataan Ruang Wilayah secara komplementer
sebagaimana dimaksud pada ayat (21 merupakan
erp
Penataan Ruang Wilayah nasional, Penataan
Ruang Wilayah provinsi, dan Penataan Ruang
d-p

Wilayah kabupaten/kota yang disusun saling


melengkapi satu sama lain dan bersinergi sehingga
loa

tidak terjadi tumpang tindih pengaturan Rencana


Tata Ruang.
wn

(5) Penataan Ruang Wilayah nasional meliputi Ruang


Wilayah yurisdiksi dan Wilayah kedaulatan
/do

nasional yang mencakup Ruang darat, Ruang laut,


/12

dan Ruang udara, termasuk Ruang di dalam bumi


sebagai satu kesatuan.
22

(6) Penataan Ruang Wilayah provinsi dan


kabupaten/kota meliputi Ruang darat, Ruang laut,
/20

dan Ruang udara, termasuk Ruang di dalam bumi


sebagai satu kesatuan.
om

(7) Pengelolaan sumber daya Ruang laut dan Ruang


i.c

udara diatur dengan Undang-Undang tersendiri.


(8) Dalam hal terjadi ketidaksesuaian antara Pola
s
ula

Ruang Rencana Tata Ruang dan Kawasan hutan,


izin dan/atau hak atas tanah, penyelesaian
g

ketidaksesuaian tersebut diatur dalam Peraturan


ore

Pemerintah.
f
.in

3 Ketentuan Pasal 8 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ww

Pasal 8
(1) Wewenang Pemerintah Pusat
/w

dalam
Penyelen ggar aarL Penataan Ruang meliputi :
s:/
p

a. pengaturan
htt

SK No 167974 A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

n-2
-19-

hu
a. pengaturan, pembinaan, dan

a
pengawasan

2-t
terhadap Pelaksanaan Penataan Ruang
Wilayah nasional, provinsi, dan

or-
kabupatenf kota, serta terhadap Pelaksanaan
Penataan Ruang Kawasan Strategis Nasional;

m
b. pemberian bantuan teknis bagi penyusunan

-no
Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi,
Rencana Tata Ruang Wilayah

pu
kabupatenfkota, dan rencana detail Tata
Ruang; erp
c. pembinaan teknis dalam kegiatan
d-p

pen5rusunan Rencana Tata Ruang Wilayah


provinsi, Rencana Tata Ruang Wilayah
loa

kabupaten/kota, dan rencana detail Tata


Ruang;
wn

d. Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah


nasional;
/do

e. Pelaksanaan Penataan Ruang Kawasan


Strategis Nasional; dan
/12

f. keda sama Penataan Ruang antarnegara dan


memfasilitasi kerja sama Penataan Ruang
22

antarprovinsi.
20

(2) Wewenang Pemerintah Pusat dalam Pelaksanaan


m/

Penataan Ruang nasional meliputi:


a. Perencanaan Tata Ruang Wilayah nasional;
co

b. Pemanfaatan Ruang Wilayah nasional; dan


si.

c. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah


ula

nasional.
(3) Wewenang Pemerintah Pusat dalam Pelaksanaan
eg

Penataan Ruang Kawasan Strategis Nasional


for

meliputi:
a. penetapan Kawasan Strategis Nasional;
.in

b. Perencanaan Tata Ruang Kawasan Strategis


ww

Nasional;
c. Pemanfaatan Ruang Kawasan Strategis
//w

Nasional; dan
d. Pengendalian Pemanfaatan Ruang Kawasan
ps:

Strategis Nasional.
(41
htt

Dalam rangka Penyelenggaraan Penataan Ruang,


Pemerintah Pusat berwenang men5rusun dan
menetapkan pedoman bidang Penataan Ruang.
(5) Dalam...

SK No 167975 A
tml
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-20-

hu
(5) Dalam pelaksanaan wewenang sebagaimana

a
2-t
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan
ayat (41, Pemerintah Pusat:

or-
a. menyebarluaskan informasi yang berkaitan
dengan:

m
1. rencana umum dan rencana rinci Tata

-no
Ruang dalam rangka Pelaksanaan
Penataan Ruang Wilayah nasional; dan

pu
2. pedoman bidang Penataan Ruang;
erp
b. menetapkan standar pelayanan bidang
Penataan Ruang.
d-p

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewenangan


Penyelenggaraan Penataan Ruang diatur dalam
loa

Peraturan Pemerintah.
wn

4 Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

berikut:
Pasal 9
/12

(1) Penyelenggaraan Penataan Ruang dilaksanakan


22

oleh Pemerintah Pusat.


(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai tugas dan
20

tanggung jawab Penyelenggaraan Penataan Ruang


m/

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
co
si.

5 Ketentuan Pasal 10 diubah sehingga berbunyi sebagai


ula

berikut:
Pasal 10
eg

Wewenang Pemerintah Daerah provinsi dilaksanakan


for

sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria


yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dalam
.in

Penyelenggaraan Penataan Ruang meliputi:


a. pengaturan, pembinaan, dan
ww

pengawasan
terhadap Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah
provinsi, dan kabupaten/ kota;
//w
ps:
htt

b. Pelaksanaan.

SK No 167976 A
l
tm
2.h
02
FRESIDEN
RTPUBLIK INDONESIA

n-2
-2L-

hu
b. Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah provinsi;

-ta
dan

r-2
c. kerja sama Penataan Ruang antarprovinsi dan
memfasilitasi kerja sama Penataan Ruang

mo
antarkabupaten/kota.

-no
6 Ketentuan Pasal 11 diubah sehingga berbunyi sebagai

pu
berikut:
Pasal 1 1 erp
Wewenang Pemerintah Daerah kabupaten lkota
d-p
dilaksanakan sesuai dengan Dorrn€r; standar, prosedur,
dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
loa

dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang meliputi:


a. pengaturan, pembinaan, dan pengawasan
wn

terhadap Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah


kabupaten lkota;
/do

b. Pelaksanaan Penataan Ruang Wilayah


kabupaten/kota; dan
/12

c. kerja sama Penataan Ruang antarkabupaten/kota.


22

Ketentuan Pasal 14 diubah sehingga berbunyi sebagai


/20

7
berikut:
om

Pasal 14
(1) Perencanaan Tata Ruang dilakukan untuk
i.c

menghasilkan:
a. rencana umum Tata Ruang; dan
s
ula

b. rencana rinci Tata Ruang.


(21 Rencana umum Tata Ruang sebagaimana
g
ore

dimaksud pada ayat (1) huruf a secara hierarki


terdiri atas:
f

a.
.in

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;


b. Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi; dan
ww

c. Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten dan


Rencana Tata Ruang Wilayah kota.
/w

(3) Rencana rinci Tata Ruang sebagaimana dimaksud


s:/

pada ayat (1) huruf b terdiri atas:


p

a. Rencana. .
htt

SK No 167977 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-22-

hu
a. Rencana Tata Ruang pulau/kepulauan dan

-ta
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis

2
Nasional; dan

or-
b. rencana detail Tata Ruang kabupaten dan
rencana detail Tata Ruang kota.

om
(41 Rencana rinci Tata Ruang sebagaimana dimaksud

u-n
pada ayat (1) huruf b disusun sebagai perangkat
operasional rencana umum Tata Ruang.

p
(5) Rencana rinci Tata Ruang sebagaimana dimaksud
erp
pada ayat (3) disusun apabila:
a. rencana umum Tata Ruang belum dapat
d-p

dijadikan dasar dalam Pelaksanaan


Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian
loa

Pemanfaatan Ruang; dan/ atau


b. rencana umum Tata Ruang yang mencakup
wn

Wilayah perencanaan yang luas dan skala


peta dalam rencana umum Tata Ruang
o
2/d

tersebut memerlukan perincian sebelum


dioperasionalkan.
/1

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tingkat ketelitian


22

peta rencana umum Tata Ruang dan rencana rinci


Tata Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
20

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


/
om

8. Di antara Pasal 14 dan Pasal 15 disisipkan 1 (satu)


si.c

pasal, yakni Pasal l4A sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ula

Pasal 14A
(1) Pelaksanaan pen5rusunan Rencana Tata Ruang
g

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dilakukan


ore

dengan memperhatikan:
a. daya dukung dan daya tampung lingkungan
inf

hidup dan kajian lingkungan hidup strategis;


.
ww

dan
b. kedetailan informasi Tata Ruang yang akan
disajikan serta kesesuaian ketelitian peta
/w

Rencana Tata Ruang.


s:/

(2) PenSrusunan kajian lingkungan hidup strategis


p

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


htt

dilakukan dalam penyusunan Rencana Tata


Ruang'
(3) Pemenuhan . . .

SK No 137168 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
NEPUBLIK INDONESIA

n-2
-23-

hu
(3) Pemenuhan kesesuaian ketelitian peta Rencana

-ta
Tata Ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hurr.rf b dilakukan melalui pen5rusunan peta

r-2
Rencana Tata Ruang di atas peta dasar.

mo
(41 Dalam hal peta dasar sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) belum tersedia, pen5rusunan Rencana Tata

-no
Ruang dilakukan dengan menggunakan peta dasar
lainnya.

pu
9
erp
Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
d-p

Pasal 17
(1) Muatan Rencana Tata Ruang mencakup:
loa

a. rencana Struktur Ruang; dan


wn

b. rencana Pola Ruang.


(21 Rencana Struktur Ruang sebagaimana dimaksud
/do

pada ayat (1) huruf a meliputi rencana sistem pusat


permukiman dan rencana sistem jaringan
/12

prasarana.
(3) Rencana Pola Ruang sebagaimana dimaksud pada
22

ayat (1) huruf b meliputi peruntukan Kawasan


/20

Lindung dan Kawasan Budi Daya.


(41 Peruntukan Kawasan Lindung dan Kawasan Budi
om

Daya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi


peruntukan Ruang untuk kegiatan pelestarian
i.c

lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan


s

dan keamanan.
ula

(5) Dalam rangka pelestarian lingkungan sebagaimana


dimaksud pada ayat (41, pada Rencana Tata Ruang
g
ore

Wilayah ditetapkan luas Kawasan hutan dan


penutupan hutan untuk setiap pulau, daerah
aliran sungai, provinsi, kabupatenf kota,
f
.in

berdasarkan kondisi biogeofisik, iklim, penduduk,


dan keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat.
ww

(6) PenSrusunan Rencana Tata Ruang harus


memperhatikan keterkaitan antarwilayah,
/w

antarfungsi Kawasan, dan antarkegiatan Kawasan.


s:/
p
htt

(7) Ketentuan...

SK No 167979 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-24-

hu
(71 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara

-ta
penyusunan Rencana Tata Ruang yang berkaitan

2
dengan fungsi pertahanan dan keamanan sebagai

or-
subsistem Rencana Tata Ruang Wilayah diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

om
u-n
10. Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

p
Pasal 18 erp
(1) Penetapan Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi
atau kabupaten/kota dan rencana detail Tata
d-p

Ruang terlebih dahulu harus mendapat


persetujuan substansi dari Pemerintah Pusat.
loa

(21 Sebelum diajukan persetujuan substansi kepada


wn

Pemerintah Pusat, rencana detail Tata Ruang


kabupatenlkota yang dituangkan dalam
rancangan peraturan kepala daerah
o
2/d

kabupaten/kota terlebih dahulu dilakukan


konsultasi publik termasuk dengan dewan
/1

perwakilan ralryat daerah.


22

(3) Bupati/wali kota wajib menetapkan rancangan


peraturan kepala daerah kabupaten/kota tentang
20

rencana detail Tata Ruang paling lama 1 (satu)


/

bulan setelah mendapat persetujuan substansi


om

dari Pemerintah Pusat.


si.c

(41 Dalam hal bupati/wali kota tidak menetapkan


rencana detail Tata Ruang setelah jangka waktu
ula

sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3),


rencana detail Tata Ruang ditetapkan oleh
g

Pemerintah Pusat.
ore

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai muatan,


pedoman, dan tata cara pen5rusunan Rencana Tata
inf

Ruang Wilayah provinsi atau kabupaten/kota dan


.

rencana detail Tata Ruang sebagaimana dimaksud


ww

pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.


/w

11. Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga berbunyi sebagai


s:/

berikut:
p

Pasal20...
htt

SK No 137169 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
RTPUELIK INDONESIA

n-2
-25-

hu
Pasal 20

-ta
(1) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional memuat:

r-2
a. tujuan, kebijakan, dan strategi Penataan
Ruang Wilayah nasional;

mo
b. rencana Struktur Ruang Wilayah nasional

-no
yang meliputi sistem perkotaan nasional yang
terkait dengan Kawasan Perdesaan dalam
Wilayah pelayanannya dan sistem jaringan

pu
prasarana utama;
erp
c. rencana Pola Ruang Wilayah nasional yang
meliputi Kawasan Lindung nasional dan
d-p

Kawasan Budi Daya yang memiliki nilai


strategis nasional;
loa

d. penetapan Kawasan Strategis Nasional;


wn

e. arahan Pemanfaatan Ruang yang berisi


indikasi program utama jangka menengah 5
/do

(lima) tahunan; dan


f. arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
/12

Wilayah nasional yang berisi indikasi arahan


zonasi sistem nasional, arahan Kesesuaian
22

Kegiatan Pemanfaatan Ruang, arahan insentif


dan disinsentif, serta arahan sanksi.
/20

(21 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menjadi


om

pedoman untuk:
a. pen5rusunan rencana pembangunan jangka
si.c

panjang nasional;
b. penyusunan rencana pembangunan jangka
ula

menengah nasional;
c. Pemanfaatan Ruang dan
eg

Pengendalian
Pemanfaatan Ruang di Wilayah nasional;
for

d. pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan


keseimbangan perkembangan antarwilayah
.in

provinsi, serta keserasian antarsektor;


ww

e. penetapan lokasi dan fungsi Ruang untuk


investasi;
//w

f. Penataan Ruang Kawasan Strategis Nasional;


dan
ps:

g. Penataan Ruang Wilayah provinsi dan


kabupaten/kota.
htt

(3) Jangka...

SK No 167981A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN
RIPUBLIK INDONESIA

n-2
-26-

ahu
2-t
(3) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional adalah 20 (dua puluh) tahun.

or-
(41 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ditinjau

m
kembali 1 (satu) kali dalam setiap periode 5 (lima)
tahunan.

-no
(5) Peninjauan kembali Rencana Tata Ruang dapat

pu
dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam periode
5 (lima) tahun apabila terjadi perubahan
erp
lingkungan strategis berupa:
a. bencana alam skala besar yang ditetapkan
d-p

dengan peraturan perundang-undangan;


b. perubahan batas teritorial negara
loa

yang
ditetapkan dengan Undang-Undang;
wn

c. perubahan batas Wilayah daerah yang


ditetapkan dengan Undang-Undang; dan
/do

d. perubahan kebijakan nasional yang bersifat


strategis.
/12

(6) Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional ditetapkan


dengan Peraturan Pemerintah.
22
20

12. Ketentuan Pasal 22 diubah sehingga berbunyi sebagai


m/

berikut:
co

PasaT 22
(1) Pen5rusunan Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi
si.

mengacu pada:
ula

a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional;


b. pedoman bidang Penataan Ruang; dan
eg

c. rencana pembangunan jangka panjang


for

daerah.
(21
.in

Pen5rusunan Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi


harus memperhatikan:
ww

a. perkembangan permasalahan nasional dan


hasil pengkajian implikasi Penataan Ruang
//w

provinsi;
b. upaya pemerataan pembangunan dan
ps:

pertumbuhan ekonomi provinsi;


htt

c.keselarasan...

SK No 167982 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-27 -

ah
c. keselarasan aspirasi pembangunan provinsi

2-t
dan pembangunan kabupaten/ kota;
d. daya dukung dan daya tampung lingkungan

or-
hidup;
e. rencana pembangunan jangka panjang

om
daerah;

u-n
f. Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi yang
berbatasan; dan
g. rpp
Rencana Tata Ruang Wilayah
kabupaten/kota.
-pe

13. Ketentuan Pasal 23 diubah sehingga berbunyi sebagai


ad

berikut:
lo

Pasal 23
wn

(1) Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi memuat:


a. tujuan, kebijakan, dan strategi Penataan
/do

Ruang Wilayah provinsi;


/12

b. rencana Struktur Ruang Wilayah provinsi


yang meliputi sistem perkotaan dalam
22

Wilayahnya yang berkaitan dengan Kawasan


Perdesaan dalam Wilayah pelayanannya dan
20

sistem jaringan prasarana Wilayah provinsi;


m/

c. rencana Pola Ruang Wilayah provinsi yang


meliputi Kawasan Lindung dan Kawasan Budi
.co

Daya yang memiliki nilai strategis provinsi;


d.
i

arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah provinsi


las

yang berisi indikasi program utama jangka


gu

menengah 5 (lima) tahunan; dan


e. arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
ore

Wilayah provinsi yang berisi indikasi arahan


zonasi sistem provinsi, arahan Kesesuaian
f
.in

Kegiatan Pemanfaatan Ruang, arahan insentif


dan disinsentif, serta arahan sanksi.
ww

(21 Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi menjadi


pedoman untuk:
//w

a. pen)rusunan rencana pembangunan jangka


panjang daerah;
ps:
htt

b. penyusunan

SK No 167983 A
l
m
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBL|K INDONESIA

un
-28-

h
b. pen5rusunan rencana pembangunan jangka

-ta
menengah daerah;

r-2
c. Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian
Pemanfaatan Ruang dalam Wilayah provinsi;

o
d. pewujudan keterpadrran, keterkaitan, dan

om
keseimbangan perkembangan antarwilayah
kabupatenf kota, serta

u-n
keserasian
antarsektor;

rpp
e. penetapan lokasi dan fungsi Ruang untuk
investasi; dan
-pe
f. Penataan Ruang Wilayah kabupaten/kota.
(3) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah
ad

provinsi adalah 20 (dua puluh) tahun.


nlo

(4) Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi ditinjau


kembali 1 (satu) kali dalam setiap periode 5 (lima)
ow

tahunan.
(5) Peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah
2/d

provinsi dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali


dalam periode 5 (lima) tahun apabila terjadi
/1

perubahan lingkungan strategis berupa:


22

a. bencana alam yang ditetapkan dengan


/20

peraturan perundang-undangan ;
b. perubahan batas teritorial negara yang
om

ditetapkan dengan Undang-Undang;


c. perubahan batas Wilayah daerah yang
i.c

ditetapkan dengan Undang-Undang; dan


las

d. perubahan kebijakan nasional yang bersifat


strategis.
u
eg

(6) Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi ditetapkan


dengan peraturan daerah provinsi.
for

(71 Peraturan daerah provinsi sebagaimana dimaksud


.in

pada ayat (6) wajib ditetapkan paling lama 2 (dua)


bulan terhitung sejak mendapat persetujuan
ww

substansi dari Pemerintah Pusat.


(8) Dalam hal peraturan daerah provinsi sebagaimana
/w

dimaksud pada ayat (71 belum ditetapkan,


gubernur menetapkan Rencana Tata Ruang
s:/

Wilayah provinsi paling lama 3 (tiga) bulan


p

terhitung sejak mendapat persetujuan substansi


htt

dari Pemerintah Pusat.


(9) Dalam...

SK No 167984A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA
-29-

hun
(9) Dalam hal Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi

-ta
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) belum

r-2
ditetapkan oleh gubernur, Rencana Tata Ruang
Wilayah provinsi ditetapkan oleh Pemerintah Pusat

mo
paling lama 4 (empat) bulan terhitung sejak
mendapat persetujuan substansi dari Pemerintah

-no
Pusat.

pu
14. Pasal 24 dihapus
erp
15. Ketentuan Pasal 25 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p

berikut:
Pasal 25
loa

(1) Pen5rusunan Rencana Tata Ruang Wilayah


wn

kabupaten mengacu pada:


a. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan
/do

Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi;


b. pedoman dan petunjuk pelaksanaan bidang
/12

Penataan Ruang; dan


c. rencana pembangunan jangka panjang
22

daerah.
/20

(21 PenSrusunan Rencana Tata Ruang Wilayah


kabupaten harus memperhatikan:
om

a. perkembangan permasalahan provinsi dan


hasil pengkajian implikasi Penataan Ruang
si.c

kabupaten;
b. upaya pemerataan pembangunan dan
ula

pertumbuhan ekonomi kabupaten;


eg

c. keselarasan aspirasi pembangunan


for

kabupaten;
d. daya dukung dan daya tampung lingkungan
.in

hidup;
e. rencana pembangunan jangka panjang
ww

daerah; dan
f. Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten/kota
//w

yang berbatasan.
ps:

16. Ketentuan Pasal 26 diubah sehingga berbunyi sebagai


htt

berikut:
Pasal26...

SK No 137170 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBL|K INDONESIA

n-2
-30-

hu
Pasal 26

-ta
(1) Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten memuat:

r-2
a. tujuan, kebijakan, dan strategi Penataan

mo
Ruang Wilayah kabupaten;
b. rencana Struktur Ruang Wilayah kabupaten

-no
yang meliputi sistem perkotaan di Wilayahnya
yang terkait dengan Kawasan Perdesaan dan
sistem jaringan prasarana Wilayah

pu
kabupaten; erp
c. rencana Pola Ruang Wilayah kabupaten yang
meliputi Kawasan Lindung kabupaten dan
d-p

Kawasan Budi Daya kabupaten;


d. arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah
loa

kabupaten yang berisi indikasi program


utama jangka menengah 5
wn

(lima) tahunan;
dan
/do

e.ketentuan Pengendalian Pemanfaatan Ruang


Wilayah kabupaten yang berisi ketentuan
/12

umum zonasi, ketentuan Kesesuaian Kegiatan


Pemanfaatan Ruang, ketentuan insentif dan
22

disinsentif, serta arahan sanksi.


(21 Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten menjadi
/20

pedoman untuk:
om

a. penJrusunan rencana pembangunan jangka


panjang daerah;
i.c

b. pen5rusunan rencana pembangunan jangka


s

menengah daerah;
ula

c. Pemanfaatan Ruang dan Pengendalian


Pemanfaatan Ruang di Wilayah kabupaten;
g
ore

d. pewujudan keterpadrran, keterkaitan, dan


keseimbangan antarsektor; dan
f

e. penetapan lokasi dan fungsi Ruang untuk


.in

investasi.
ww

(3) Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten menjadi


dasar untuk Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
/w

Ruang dan administrasi pertanahan.


(41 Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah
s:/

kabupaten adalah 20 (dua puluh) tahun.


p
htt

(5) Rencana.

SK No 167986A
l
tm
2.h
02
PHESIDEN
REPUBL|K INDONESIA

n-2
-31 -

hu
Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten ditinjau

-ta
(s)
kembali 1 (satu) kali pada setiap periode 5 (lima)

r-2
tahunan.
(6) Peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah

mo
kabupaten dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali
dalam periode 5 (lima) tahun apabila terjadi

-no
perubahan lingkungan strategis berupa:
a. bencana alam yang ditetapkan dengan

pu
peraturan perundang-undangan ;
erp
b. perubahan batas teritorial negara yang
ditetapkan dengan Undang-Undang;
d-p

c. perubahan batas Wilayah daerah yang


ditetapkan dengan Undang-Undang; dan
loa

d. perubahan kebijakan nasional yang bersifat


wn

strategis.
(71 Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten
/do

ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten.


(8) Peraturan daerah kabupaten sebagaimana
/12

dimaksud pada ayat (7) wajib ditetapkan paling


Iama 2 (dua) bulan setelah mendapat persetujuan
22

substansi dari Pemerintah Pusat.


/20

(e) Dalam hal peraturan daerah kabupaten


sebagaimana dimaksud pada ayat (8) belum
om

ditetapkan, bupati menetapkan Rencana Tata


Ruang Wilayah kabupaten paling lama 3 (tiga)
i.c

bulan setelah mendapat persetujuan substansi


dari Pemerintah Pusat.
s
ula

(10) Dalam hal Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten


sebagaimana dimaksud pada ayat (9) belum
g

ditetapkan oleh bupati, Rencana Tata Ruang


ore

Wilayah kabupaten ditetapkan oleh Pemerintah


Pusat paling lama 4 (empat) bulan setelah
f
.in

mendapat persetujuan substansi dari Pemerintah


Pusat.
ww

L7. Pasal 27 dihapus.


/w
s:/

18. Di antara Pasal 34 dan Pasal 35 disisipkan 1 (satu)


p

pasal, yakni Pasal 34A sehingga berbunyi sebagai


htt

berikut:

Pasal 34A. . .

SK No 167987 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-32-

hu
Pasal 34A

-ta
(1) Dalam hal terdapat perubahan kebijakan nasional

r-2
yang bersifat strategis sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20 ayat (5) huruf d, Pasal 23 ayat (5)

mo
hurr.rf d, dan Pasal 26 ayat (6) huruf d belum
dimuat dalam Rencana Tata Ruang dan/atau

-no
rencana zonasi, Pemanfaatan Ruang tetap dapat
dilaksanakan.

pu
(21 Pelaksanaan kegiatan Pemanfaatan Ruang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
erp
dilakukan setelah mendapat rekomendasi
d-p

Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang dari


Pemerintah Pusat.
loa

19. Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
/do

Pasal 35
Pengendalian Pemanfaatan Ruang dilakukan melalui:
/12

a. ketentuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan


Ruang;
22

b. pemberian insentif dan disinsentif; dan


/20

c. pengenaan sanksi.
om

20. Ketentuan Pasal 37 diubah sehingga berbunyi sebagai


si.c

berikut:
Pasal 37
ula

(1) Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan


Ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35
eg

huruf a diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.


for

(21 Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan


Ruang yang tidak sesuai dengan Rencana Tata
.in

Ruang Wilayah dibatalkan oleh Pemerintah Pusat.


(3)
ww

Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan


Ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh
dengan tidak melalui prosedur yang benar, batal
//w

demi hukum.
ps:

(4) Persetujuan...
htt

SK No 167988 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-33-

hu
(4) Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan

-ta
Ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar

r-2
tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan
Rencana Tata Ruang Wilayah, dibatalkan oleh

mo
Pemerintah Fusat.
(5) Terhadap kerugian yang ditimbulkan akibat

-no
pembatalan persetujuan Kesesuaian Kegiatan
Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud pada

pu
ayat (2) dan ayat (4), dapat dimintakan ganti
kerugian yang layak kepada instansi pemberi
erp
persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
d-p
Ruang.
(6) Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang tidak sesuai lagi
loa

akibat adanya perubahan Rencana Tata Ruang


Wilayah dapat dibatalkan oleh Pemerintah Pusat
wn

dengan memberikan ganti kerugian yang layak.


(71 Setiap pejabat pemerintah yang berwenang
/do

dilarang menerbitkan persetujuan Kesesuaian


Kegiatan Pemanfaatan Ruang yang tidak sesuai
/12

dengan Rencana Tata Ruang.


(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur
22

perolehan persetujuan Kesesuaian Kegiatan


/20

Pemanfaatan Ruang dan tata cara pemberian ganti


kerugian yang layak sebagaimana dimaksud pada
om

ayat (5) dan ayat (6) diatur dalam Peraturan


Pemerintah.
i.c

21. Ketentuan Pasal 48 diubah


s

sehingga berbunyi sebagai


ula

berikut:
Pasal 48
g
ore

(1) Penataan Ruang Kawasan Perdesaan diarahkan


untuk:
f

a.
.in

pemberdayaar,masyarakat perdesaan;
b. pertahanan kualitas lingkungan setempat dan
ww

Wilayah yang didukungnya;


c. konservasi sumber daya alam;
/w

d. pelestarian warisan budaya lokal;


s:/

e. pertahanan Kawasan lahan abadi pertanian


p

pangan untuk ketahanan pangan; dan


htt

f. penjagaan keseimbangan pembangunan


perdesaan-perkotaan.
(2) Ketentuan...

SK No 167989 A
l
tm
2.h
02
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-34-

hu
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelindungan

-ta
terhadap Kawasan lahan abadi pertanian pangan

r-2
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e diatur
dalam Undang-Undang.

mo
(3) Penataan Ruang Kawasan Perdesaan
diselenggarakan pada:

-no
a. Kawasan Perdesaan yang merupakan bagian
Wilayah kabupaten; atau

pu
b. Kawasan yang secara fungsional berciri
erp
perdesaan yang mencakup 2 (dua) atau lebih
Wilayah kabupaten pada 1 (satu) atau lebih
d-p

Wilayah provinsi.
(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai Penataan Ruang
loa

Kawasan Perdesaan diatur dalam Peraturan


Pemerintah.
wn
/do

22. Pasal 49 dihapus.


/12

23. Pasal 50 dihapus.


22

24. Pasal 51 dihapus.


/20
om

25. Pasal 52 dihapus.


i.c

26. Pasal 53 dihapus.


s
ula

27. Pasal 54 dihapus.


g
ore

28. Ketentuan Pasal 60 diubah sehingga berbunyi sebagai


f

berikut:
.in
ww

Pasal 60
Dalam Penataan Ruang, setiap Orang berhak untuk:
/w

a. mengetahui Rencana Tata Ruang;


s:/

b. menikmati . .
p
htt

SK No 167990 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-35-

hu
menikmati pertambahan nilai Ruang

-ta
b sebagai
akibat Penataan Ruang;

r-2
c memperoleh penggantian yang layak atas kerugian
yang timbul akibat pelaksanaan kegiatan

mo
pembangunan yang sesuai dengan Rencana Tata
Ruang;

-no
d mengajukan tuntutan kepada pejabat berwenang
terhadap pembangunan yang tidak sesuai dengan

pu
Rencana Tata Ruang di Wilayahnya;
e
erp
mengajukan tuntutan pembatalan persetujuan
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
d-p

dan/atau penghentian pembangunan yang tidak


sesuai dengan Rencana Tata Ruang kepada pejabat
loa

berwenang; dan
f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada
wn

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, danlatau


kepada pelaksana kegiatan Pemanfaatan Ruang
/do

apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai


dengan Rencana Tata Ruang menimbulkan
/12

kerugian.
22

29. Ketentuan Pasal 61 diubah sehingga berbunyi sebagai


/20

berikut:
om

Pasal 61
Dalam Pemanfaatan Ruang, setiap Orang wajib:
i.c

a. menaati Rencana Tata Ruang yang telah


s

ditetapkan;
ula

b. memanfaatkan Ruang sesuai dengan Rencana Tata


Ruang;
g
ore

c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam


persyaratan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan
f

Ruang; dan
.in

d. memberikan akses terhadap Kawasan yang oleh


ww

ketentuan peraturan perundang-undangan


dinyatakan sebagai milik umum.
/w

30. Ketentuan Pasal 62 diubah sehingga berbunyi sebagai


s:/

berikut:
p
htt

Pasal62...

SK No 167991 A
l
tm
2.h
02
I,RESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-36-

hu
Pasal 62

-ta
Setiap Orang yang tidak menaati Rencana Tata Ruang

r-2
yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 61 huruf a yang mengakibatkan perubahan fungsi

mo
Ruang dikenai sanksi administratif.

-no
31. Ketentuan Pasal 65 diubah sehingga berbunyi sebagai

pu
berikut:
Pasal 65 erp
(1) Penyelenggaraan Penataan Ruang dilakukan oleh
d-p
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan
melibatkan peran masyarakat.
loa

(21 Peran masyarakat dalam Penataan Ruang


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
wn

paling sedikit melalui:


a. partisipasi dalam pen5rusunan Rencana Tata
/do

Ruang;
b. partisipasi dalam Pemanfaatan Ruang; dan
/12

c. partisipasi dalam Pengendalian Pemanfaatan


22

Ruang.
(3) Masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
/20

dan ayat (2) terdiri atas orang perseorangan dan


pelaku usaha.
om

(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan


i.c

bentuk peran masyarakat dalam Penataan Ruang


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
s

Peraturan Pemerintah.
ula
g

32. Ketentuan Pasal 69 diubah sehingga berbunyi sebagai


ore

berikut:
f
.in
ww

Pasal69...
/w
s:/
p
htt

SK No 167992 A
lm
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-37-

h
-ta
Pasal 69
(1) Setiap Orang yang tidak menaati Rencana Tata

r-2
Ruang yang telah ditetapkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 61 huruf a yang

o
mengakibatkan perubahan fungsi Ruang dipidana

om
dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun
dan pidana denda paling banyak

u-n
Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
(21 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada
rpp
ayat (1) mengakibatkan kerugian terhadap harta
benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana
-pe
dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun
dan pidana denda paling banyak
ad

Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta


nlo

rupiah).
(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada
ow

ayat (1) mengakibatkan kematian orang, pelaku


dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
2/d

(lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak


Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).
/1

33. Ketentuan Pasal 70 diubah sehingga berbunyi sebagai


22

berikut:
/20

Pasal 70
(1) Setiap Orang yang memanfaatkan Ruang tidak
om

sesuai dengan Rencana Tata Ruang sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 6l huruf b yang
i.c

mengakibatkan perubahan fungsi Ruang dipidana


las

dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun


dan pidana denda paling banyak
u

Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rr.piah).


eg

(21 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada


for

ayat (1) mengakibatkan kerugian terhadap harta


benda atau kerusakan barang, pelaku dipidana
.in

dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun


dan pidana denda paling banyak
ww

Rp2.500.OO0.000,O0 (dua miliar lima ratus juta


rupiah).
/w

(3) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada


s:/

ayat (1) mengakibatkan kematian orang, pelaku


dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
p
htt

(lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak


Rp8.OO0.OOO.OO0,OO (delapan miliar rupiah).
34. Ketentuan. .

SK No 167993 A
ml
.ht
22
FRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA
-38-

un
ah
34. Ketentuan Pasal 71 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 71

or-
Setiap Orang yang tidak mematuhi ketentuan yang
ditetapkan dalam persyaratan Kesesuaian Kegiatan

om
Pemanfaatan Ruang sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 61 huruf c yang mengakibatkan perubahan fungsi

u-n
Ruang dipidana dengan pidana penjara paling lama
3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak
rpp
Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rrpiah).
35. Pasal 72 dihapus.
-pe
36. Ketentuan Pasal 73 diubah sehingga berbunyi sebagai
ad

berikut:
lo

Pasal 73
(1) Setiap pejabat pemerintah yang berwenang yang
wn

menerbitkan persetujuan Kesesuaian Kegiatan


Pemanfaatan Ruang yang tidak sesuai dengan
/do

Rencana Tata Ruang sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 37 ayat (7), dipidana dengan pidana
/12

penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda


paling banyak Rp500.000.0OO,00 (lima ratus juta
22

rupiah).
20

(21 Selain sanksi pidana sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) pelaku dapat dikenai pidana tambahan
m/

berupa pemberhentian secara tidak dengan hormat


.co

dari jabatannya.
i

37. Ketentuan Pasal 74 diubah sehingga berbunyi sebagai


las

berikut:
gu

Pasal T4
(1) Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud
ore

dalam Pasal 69, Pasal 70, atau Pasal 71 dilakukan


oleh suatu korporasi, selain pidana penjara dan
f
.in

pidana denda terhadap pengurusnya, pidana yang


dapat dijatuhkan terhadap korporasi berupa
ww

pidana denda dengan pemberatan 1/3 (sepertiga)


kali dari pidana denda sebagaimana dimaksud
//w

dalam Pasal 69, Pasal 70, atau Pasal 71.


(21 Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada
ps:

ayat (1), korporasi dapat dijatuhi pidana tambahan


berupa:
htt

a. pencabutan Perizinan Berusaha; dan latau


b. pencabutan status badan hukum.
38. Ketentuan. . .

SK No 167994A
l
tm
2.h
02
FRESIDEN
REFUBL|K INDONESIA

n-2
-39-

hu
38. Ketentuan Pasal 75 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 75
(1) Setiap Orang yang menderita kerugian akibat

mo
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal
69, PasalTO, atau Pasal 7l dapat menuntut ganti

-no
kerrrgian secara perdata kepada pelaku tindak
pidana.

pu
(21 Tuntutan ganti kerugian secara perdata
erp
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan hukum acara perdata.
d-p
loa

Pasal 18
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 27
wn

Tahun 2OO7 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-


Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
/do

2OO7 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia Nomor 47391 sebagaimana telah diubah dengan
/12

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2Ot4 tentang Perubahan


Atas Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2OO7 tentang
22

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau


Kecil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol4 Nomor 2,
/20

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor


5490) diubah sebagai berikut:
om
i.c

1 Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
las

Pasal 1
gu

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


ore

1. Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil


adalah suatu pengoordinasian perencanaan,
pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian
f
.in

Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang


dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah
ww

Daerah, antarsektor, antara ekosistem darat dan


laut, serta antara ilmu pengetahuan dan
//w

manajemen untuk meningkatkan kesejahteraan


rakyat.
ps:
htt

2.Wilayah...

SK No 167995 A
l
m
.ht
22
PRESIDEN

-20
REFUBLIK INDONESI/\

un
-40-

h
2. Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara

-ta
Ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh

r-2
perr.rbahan di darat dan laut.
3. Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil

o
atau sama dengan 2.000 L-z (dua ribu kilo meter

om
persegi) beserta kesatuan Ekosistemnya.
4.

u-n
Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah
sumber daya hayati meliputi ikan, terumbu
rpp
karang, padang lamun, mangrove dan biota laut
lain; sumber daya nonhayati meliputi pasir, air
laut, mineral dasar laut; sumber daya buatan
-pe
meliputi infrastruktur laut yang terkait dengan
kelautan dan perikanan, dan jasa-jasa lingkungan
ad

berupa keindahan alam, permukaan dasar laut


nlo

tempat instalasi bawah air yang terkait dengan


kelautan dan perikanan serta energi gelombang
ow

laut yang terdapat di Wilayah Pesisir.


5. Ekosistem adalah kesatuan komunitas tumbuh-
2/d

tumbuhan, hewan, organisme dan nonorganisme


lain serta proses yang menghubungkannya dalam
/1

membentuk keseimbangan, stabilitas, dan


22

produktivitas.
6.
/20

Bioekoregion adalah bentang alam yang berada di


dalam satu hamparan kesatuan ekologis yang
om

ditetapkan oleh batas-batas alam, seperti daerah


aliran sungai, teluk, dan arrrs.
i.c

7. Perairan Pesisir adalah laut yang berbatasan


dengan daratan meliputi perairan sejauh 12 (dua
las

belas) mil laut diukur dari garis pantai, perairan


yang menghubungkan pantai dan pulau-pulau,
u
eg

estuari, teluk, perairan dangkal, rawa payau, dan


laguna.
for

8. Kawasan adalah bagian Wilayah Pesisir dan


.in

Pulau-Pulau Kecil yang memiliki fungsi tertentu


yang ditetapkan berdasarkan kriteria karakteristik
ww

fisik, biologi, sosial, dan ekonomi untuk


dipertahankan keberadaannya.
/w

9. Kawasan Pemanfaatan Umum adalah bagian dari


Wilayah Pesisir yang ditetapkan peruntukannya
s:/

bagi berbagai sektor kegiatan.


p
htt

10. Kawasan

SK No 167996 A
l
tm
2.h
02
FRESIDEN
REPUBL|K INDONESIA

n-2
-4t-

hu
Kawasan Strategis Nasional Tertentu adalah

-ta
10.
Kawasan yang terkait dengan kedaulatan negara,

r-2
pengendalian lingkungan hidup, dan/atau situs
warisan dunia, yang pengembangannya

mo
diprioritaskan bagi kepentingan nasional.
11. Zona adalah rlrang yang penggunaannya

-no
disepakati bersama antara berbagai pemangku
kepentingan dan telah ditetapkan status

pu
hukumnya.
erp
t2. Zonasi adalah suatu bentuk rekayasa teknik
pemanfaatan ruang melalui penetapan batas-batas
d-p

fungsional sesuai dengan potensi sumber daya dan


daya dukung serta proses-proses ekologis yang
berlangsung sebagai satu kesatuan dalam
loa

Ekosistem pesisir.
wn

13. Rencana Strategis adalah rencana yang memuat


arah kebijakan lintas sektor untuk Kawasan
/do

perencanaan pembangunan melalui penetapan


tujuan, sasaran dan strategi yang luas, serta target
/12

pelaksanaan dengan indikator yang tepat untuk


memantau rencana tingkat nasional.
22

14. Rencana Zonasi yang selanjutnya disingkat RZ


adalah rencana yang menentukan arah
/20

penggunaan sumber daya setiap satuan


om

perencanaan disertai dengan penetapan struktur


dan pola ruang pada Kawasan perencanaan yang
i.c

memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak


boleh dilakukan serta kegiatan yang hanya dapat
s

dilakukan setelah memperoleh Perizinan Berusaha


ula

terkait pemanfaatan di laut.


g

l4A. Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional


ore

Tertentu yang selanjutnya disingkat RZ KSNT


adalah rencana yang disusun untuk menentukan
f

arahan pemanfaatan ruang di Kawasan Strategis


.in

Nasional Tertentu.
ww

15. Rencana Pengelolaan adalah rencana yang memuat


susunan kerangka kebijakan, prosedur, dan
/w

tanggung jawab dalam rangka pengoordinasian


pengambilan keputusan di antara berbagai
s:/

lembaga/instansi pemerintah mengenai


p

kesepakatan penggunaan sumber daya atau


htt

kegiatan pembangunan di Zona yang ditetapkan.

16. Rencana. . .

SK No 167997 A
l
m
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUELIK INDONESIA

un
-42-

h
Rencana Aksi Pengelolaan adalah tindak lanjut

-ta
16.
Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan pulau-
pulau kecil yang memuat tujuan,

r-2
sasaran,
anggaran, dan jadwal untuk satu atau beberapa

o
tahun ke depan secara terkoordinasi untuk

om
melaksanakan berbagai kegiatan yang diperlukan
oleh instansi Pemerintah Pusat, Pemerintah

u-n
Daerah, dan pemangku kepentingan lainnya guna
mencapai hasil pengelolaan Sumber Daya Pesisir

perencanaan. rpp
dan Pulau-Pulau Kecil di setiap Kawasan
-pe
t7. Dihapus.
18. Dihapus.
ad

18A Dihapus.
nlo

t9. Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil


adalah upaya pelindungan, pelestarian, dan
ow

pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau


Kecil serta Ekosistemnya untuk menjamin
2/d

keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan


Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dengan
/1

tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai


22

dan keanekaragamannya.
/20

20. Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-


Pulau Kecil adalah Kawasan pesisir dan pulau-
om

pulau kecil dengan ciri khas tertentu yang


dilindungi untuk mewujudkan Pengelolaan
i.c

Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara


berkelanjutan.
las

21. Sempadan Pantai adalah daratan sepanjang tepian


u

yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan


eg

kondisi fisik pantai, minimal 100 (seratus) meter


for

dari titik pasang tertinggi ke arah darat.


22. Rehabilitasi Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau
.in

Kecil adalah proses pemulihan dan perbaikan


kondisi Ekosistem atau populasi yang telah rusak
ww

walaupun hasilnya berbeda dari kondisi semula.


23. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh
/w

Setiap Orang dalam rangka meningkatkan manfaat


s:/

sumber daya lahan ditinjau dari sudut lingkungan


dan sosial ekonomi dengan cara pengurugan,
p

pengeringan lahan atau drainase.


htt

24. Daya

SK No 167998 A
ml t
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-43-

hu
24. Daya Dukung Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

-ta
Kecil adalah kemampuan Wilayah Pesisir dan
pulau-pulau kecil

r-2
untuk mendukung
perikehidupan manusia dan makhluk hidup lain.

mo
25. Mitigasi Bencana adalah upaya untuk mengurangi
risiko bencana, baik secara struktur atau fisik

o
melalui pembangunan fisik alami dan/atau buatan

u-n
maupun nonstruktur atau nonfisik melalui
peningkatan kemampuan menghadapi ancaman

p
bencana di Wilayah Pesisir dan pulau-pulau kecil.
erp
26. Bencana Pesisir adalah kejadian karena peristiwa
d-p
alam atau karena perbuatan Setiap Orang yang
menimbulkan perubahan sifat fisik dan/atau
loa

hayati pesisir dan mengakibatkan korban jiwa,


harta, dan/atau kerusakan di Wilayah Pesisir dan
wn

pulau-pulau kecil.
27. Dampak Besar adalah terjadinya perubahan
/do

negatif fungsi lingkungan dalam skala yang luas


dan intensitas lama yang diakibatkan oleh suatu
/12

usaha dan/atau kegiatan di Wilayah Pesisir dan


pulau-pulau kecil.
22

27A. Dampak Penting dan Cakupan yang Luas serta


Bernilai Strategis adalah perubahan yang
20

berpengaruh terhadap kondisi biofisik seperti


m/

perrrbahan iklim, Ekosistem, dan dampak sosial


ekonomi masyarakat bagi kehidupan generasi
co

sekarang dan generasi yang akan datang.


si.

28. Pencemaran Pesisir adalah masuknya atau


la

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,


dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan
gu

pesisir akibat adanya kegiatan Setiap Orang


ore

turun sampai ke tingkat


sehingga kualitas pesisir
tertentu yang menyebabkan lingkungan pesisir
inf

tidak dapat berfungsi sesuai dengan


peruntukannya.
.
ww

29. Akreditasi adalah prosedur pengakuan suatu


kegiatan yang secara konsisten telah memenuhi
/w

standar baku sistem Pengelolaan Wilayah Pesisir


dan Pulau-Pulau Kecil yang meliputi penilaian,
/
ps:

penghargaan, dan insentif terhadap program


pengelolaan yang dilakukan oleh Masyarakat
htt

secara sukarela.

30. Pemangku

SK No 167999 A
m l
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBUK INDONESIA

un
-44-

h
30. Pemangku Kepentingan Utama adalah para

-ta
pengguna Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau

r-2
Kecil yang mempunyai kepentingan langsung
dalam mengoptimalkan pemanfaatan Sumber Daya

o
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, seperti nelayan

om
tradisional, nelayan modern, pembudi daya ikan,
pengusaha pariwisata, pengusaha perikanan, dan

u-n
Masyarakat.
31. Pemberdayaan Masyarakat adalah upaya
rpp
pemberian fasilitas, dorongan, atau bantuan
kepada Masyarakat dan nelayan tradisional agar
-pe
mampu menentukan pilihan yang terbaik dalam
memanfaatkan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-
ad

Pulau Kecil secara lestari.


nlo

32. Masyarakat adalah masyarakat yang terdiri atas


Masyarakat Hukum Adat, Masyarakat Lokal, dan
ow

Masyarakat Tradisional yang bermukim di Wilayah


Pesisir dan pulau-pulau kecil.
2/d

33. Masyarakat Hukum Adat adalah sekelompok orang


yang secara turun-temurun bermukim di wilayah
/1

geografis tertentu di Negara Kesatuan Republik


22

Indonesia karena adanya ikatan pada asal usul


leluhur, hubungan yang kuat dengan tanah,
/20

wilayah, sumber daya alam, memiliki pranata


pemerintahan adat, dan tatanan hukum adat di
om

wilayah adatnya sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
i.c

34. Masyarakat Lokal adalah kelompok Masyarakat


las

yang menjalankan tata kehidupan sehari-hari


berdasarkan kebiasaan yang sudah diterima
u
eg

sebagai nilai-nilai yang berlaku umum, tetapi tidak


sepenuhnya bergantung pada Sumber Daya Pesisir
for

dan Pulau-Pulau Kecil tertentu.


35. Masyarakat Tradisional adalah Masyarakat
.in

perikanan tradisional yang masih diakui hak


ww

tradisionalnya dalam melakukan kegiatan


penangkapan ikan atau kegiatan lainnya yang sah
di daerah tertentu yang berada dalam perairan
/w

kepulauan sesuai dengan kaidah hukum laut


s:/

internasional.
p

36. Kearifan Lokal adalah nilai-nilai luhur yang masih


htt

berlaku dalam tata kehidupan Masyarakat.


37. Gugatan. . .

SK No 168000 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
_45_

ah
37. Gugatan Perwakilan adalah gugatan yang berupa

2-t
hak kelompok kecil Masyarakat untuk bertindak
mewakili Masyarakat dalam jumlah besar dalam

or-
upaya mengajukan tuntutan berdasarkan
kesamaan permasalahan, fakta hukum, dan

om
tuntutan ganti kerugian.
38. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau

u-n
korporasi, baik yang berbadan hukum maupun
yang tidak berbadan hukum.
rpp
39. Dewan Perwakilan Ralryat yang selanjutnya
disebut DPR adalah Dewan Perwakilan Ralryat
-pe
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
ad

40. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik


lo

Indonesia yang memegang kekuasaan


wn

pemerintahan negara Republik Indonesia yang


dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
/do

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
/12

41. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai


unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
22

memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan


20

yang menjadi kewenangan daerah otonom.


42. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan
m/

urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan


.co

dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas


otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip
i

otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip


las

Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana


gu

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945.
ore

43. Mitra Bahari adalah jejaring pemangku


kepentingan di bidang Pengelolaan Wilayah Pesisir
f
.in

dan Pulau-Pulau Kecil dalam penguatan kapasitas


sumber daya manusia, lembaga, pendidikan,
ww

penyuluhan, pendampingan, pelatihan, penelitian


terapan, dan pengembangan rekomendasi
//w

kebijakan.
44. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
ps:

urusan pemerintahan di bidang kelautan dan


perikanan.
htt

2. Ketentuan .

SK No l37l7l A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-46-

ah
2 Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi sebagai

-t
berikut:

r-2
Pasal 7
(1) Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan

mo
Pulau-Pulau Kecil sebagaimana dimaksud dalam

o
Pasal 5 terdiri atas:

u-n
a. RZ Wilayah Pesisir dan pulau-pulau kecil yang
selanjutnya disebut dengan RZWP-3-K;
rpp
b. RZ Kawasan Strategis Nasional
selanjutnya disebut dengan RZ KSN; dan
yang
-pe
c. RZ KSNT
(21 Batas wilayah perencanaan RZWP-3-K
ad

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, RZ


nlo

KSN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,


danRZ KSNT sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ow

huruf c ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


(3) Jangka waktu berlakunya perencanaan
2/d

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) selama 20
/1

(dua puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali


22

setiap 5 (lima) tahun.


/20

(41 Peninjauan kembali perencanaan Pengelolaan


Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
om

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat


dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam periode 5
si.c

(lima) tahun apabila tedadi perubahan lingkringan


strategis berupa:
ula

a. bencana alam yang ditetapkan dengan


peraturan perundang-undangan ;
eg

b. perubahan batas teritorial negara yang


for

ditetapkan dengan Undang-Undang;


c. perubahan batas wilayah daerah yang
.in

ditetapkan dengan Undang-Undang; dan


ww

d. perubahan kebijakan nasional yang bersifat


strategis.
//w

(5) R2...
ps:
htt

SK No 095885 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-47 -

ah
(5) RZ KSN sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

-t
b dan RZ KSNT sebagaimana dimaksud pada ayat

r-2
(1) huruf c ditetapkan dengan Peraturan Presiden.
(6) Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir, dan

mo
Pulau-Pulau Kecil sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan melibatkan Masyarakat.

o
u-n
3 Di antara Pasal 7 dan Pasal 8 disisipkan 3 (tiga) pasal,
rpp
yakni Pasal 7A, Pasal 78, dan Pasal 7C sehingga
berbunyi sebagai berikut:
-pe
Pasal 7A
(1) RZWP-3-K sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ad

ayat (1) huruf a diintegrasikan ke dalam rencana


nlo

tata ruang wilayah provinsi.


(2) RZ KSN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat
ow

(1) huruf b diintegrasikan ke dalam rencana tata


ruang kawasan strategis nasional.
2/d

(3) RZ KSNT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7


ayat (1) huruf c diserasikan, diselaraskan, dan
/1

diseimbangkan dengan rencana tata ruang, RZ


22

Kawasan antarwilayah, dan rencana tata ruang


/20

laut.
(41 Dalam hal RZWP-3-K sebagaimana dimaksud pada
om

ayat (1) sudah ditetapkan, pengintegrasian


dilakukan pada saat peninjauan kembali rencana
si.c

tata ruang wilayah provinsi.


(5) Dalam }:al RZ KSN sebagaimana dimaksud pada
ula

ayat (21 sudah ditetapkan, pengintegrasian


dilakukan pada saat peninjauan kembali rencana
eg

tata ruang kawasan strategis nasional.


for

Pasal 78
.in

Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-


ww

Pulau Kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat


(1) dilakukan dengan mempertimbangkan:
//w
ps:

a. keserasian . .
htt

SK No 095886A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-48-

u
ah
a. keserasian, keselarasan, dan keseimbangan

2-t
dengan daya dukung Ekosistem, fungsi
pemanfaatan dan fungsi perlindungan, dimensi

or-
rLlang dan waktu, dimensi teknologi dan sosial
budaya, serta fungsi pertahanan dan keamanan;

om
b. keterpaduan pemanfaatan berbagai jenis sumber
daya, fungsi, estetika lingkungan, dan kualitas

u-n
ruang perairan dan Sumber Daya Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil; dan

p
c. erp
kewajiban untuk mengalokasikan ruang dan akses
Masyarakat dalam pemanfaatan ruang perairan
d-p

dan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil


yang mempunyai fungsi sosial dan ekonomi.
loa

Pasal 7C
wn

Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan


/do

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 7A', dan
/12

Pasal 78 diatur dalam Peraturan Pemerintah.


22

4. Pasal 8 dihapus.
/20

5. Pasal 9 dihapus.
om

6.
i.c

Pasal 10 dihapus
las

7. Pasal 11 dihapus
gu
ore

8. Pasal 12 dihapus
inf

9. Pasal 13 dihapus
.
ww

10. Pasal 14 dihapus.


/w

1 1. Judul
ps:/
htt

SK No 095887 A
m l
.ht
2
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-49-

hu
11. Judul Bagian Kesatu pada Bab V diubah sehingga

-ta
berbunyi sebagai berikut:

2
or-
Bagian Kesatu
Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut

om
danPerizinan Berusaha

u-n
12. Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

p
Pasal 16 erp
(1) Pemanfaatan ruang dari Perairan Pesisir wajib
dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang
d-p

danlatau RZ.
(21 Setiap Orang yang melakukan pemanfaatan ruang
loa

dari Perairan Pesisir sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) wajib memiliki kesesuaian kegiatan
wn

pemanfaatan ruang laut dari Pemerintah Pusat.


/do

13. Di antara Pasal 16 dan Pasal 17 disisipkan 1 (satu)


pasal, yakni Pasal 16A sehingga berbunyi sebagai
/12

berikut:
Pasal 16A
22

Setiap Orang yang memanfaatkan ruang dari Perairan


/20

Pesisir yang tidak memiliki kesesuaian kegiatan


pemanfaatan ruang laut sebagaimana dimaksud dalam
om

Pasal 16 ayat (2) dikenai sanksi administratif.


si.c

14. Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ula

Pasal 17
(1) Pemberian kesesuaian kegiatan pemanfaatan
eg

ruang laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16


ayat (21 wajib mempertimbangkan kelestarian
for

Ekosistem Perairan Pesisir, Masyarakat, ndlayan


tradisional, kepentingan nasional, dan hak lintas
.in

damai bagi kapal asing.


ww

(21 Kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang laut tidak


dapat diberikan pada Zona inti di Kawasan
Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
//w

Kecil.
ps:

15. Di antara Pasal 17 dan Pasal 18 disisipkan 1 (satu)


pasal, yakni Pasal l7A sehingga berbunyi sebagai
htt

berikut:
Pasal l7A. . .

SK No 095888 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBL!K INDONESIA

n-2
-50-

u
ah
Pasal 17A

2-t
(1) Dalam hal terdapat kebijakan nasional yang
bersifat strategis yang belum terdapat dalam

or-
alokasi ruang dan/atau pola ruang dalam rencana
tata ruang dan/atau RZ, kesesuaian kegiatan

om
pemanfaatan ruang laut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (2) diberikan oleh Pemerintah

u-n
Pusat berdasarkan rencana tata rulang wilayah
nasional dan/atau rencana tata ruang laut.

p
(2) erp
Dalam hal terdapat kebijakan nasional 'yang
bersifat strategis tetapi rencana tata ruang
d-p

dan/atau RZ belum ditetapkan oleh Pemerintah


Pusat atau Pemerintah Daerah, kesesuaian
kegiatan pemanfaatan ruang laut sebagaimana
loa

dimaksud dalam Pasal 16 ayat (2) diberikan oleh


wn

Pemerintah Pusat berdasarkan rencana tata rLrang


wilayah nasional dan/atau rencana tata ruang
/do

laut.
(3) Dalam hal terdapat perubahan ketentuan
/12

peraturan perundangan-undangan yang menjadi


acuan dalam penetapan lokasi untuk kebijakan
22

nasional yang bersifat strategis sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2),lokasi untuk
/20

kebijakan nasional yang bersifat strategis tersebut


dalam rencana tata ruang laut dan/atau
om

RZ
dilaksanakan sesuai dengan perubahan ketentuan
peraturan perundan g-undangan.
i.c
las

16. Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai


gu

berikut:
Pasal 18
ore

Dalam hal pemegang kesesuaian kegiatan pemanfaatan


inf

ruang laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat


(2) tidak merealisasikan kegiatannya dalam jangka
.

waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak kesesuaian


ww

kegiatan pemanfaatan ruang laut diterbitkan, pemegang


kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang laut dikenai
/w

sanksi administratif berupa pencabutan kesesuaian


s:/

kegiatan pemanfaatan ruang laut.


p
htt

17.Ketentuan...

SK No 095889A
ml
.ht
22
FRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-51 -

ah
-t
17. Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi sebagai

r-2
berikut:

mo
Pasar 19
(1) Setiap Orang yang melakukan pemanfaatan

o
sumber daya Perairan Pesisir dan perairan pulau-

u-n
pulau kecil wajib memiliki Perizinan Berusaha
untuk kegiatan:
a. produksi garam; rpp
b. biofarmakologi laut;
-pe
c. bioteknologi laut;
ad

d. pemanfaatan air laut selain energi;


e. wisata bahari;
nlo

f. pemasangan pipa dan kabel bawah laut;


ow

dan/atau
g. pengangkatan benda muatan kapal
2/d

tenggelam.
(21 Perizinan Berusaha untuk kegiatan
/1

selain
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
22

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.
/20

(3)
!

Dalam hal terdapat kegiatan pemanfaatan sumber


om

daya Perairan Pesisir dan perairan pulau-pulau


kecil yang belum diatur berdasarkan ketentuan
si.c

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21,


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
ula

18. Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga berbunyi sebagai


eg

berikut:
for

Pasal 20
(1)
.in

Pemerintah Pusat wajib memfasilitasi Perizinan


Berusaha terkait pemanfaatan di laut kepada
ww

Masyarakat Lokal dan Masyarakat Tradisional.


(21 Perizinan Berusaha terkait pemanfaatan di laut
//w

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan


kepada Masyarakat Lokal dan Masyarakat
ps:

Tradisional yang melakukan pemanfaatan sumber


daya Perairan Pesisir untuk pemenuhan
htt

kebutuhan hidup sehari-hari.


19.Ketentuan...

SK No 095890 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-52-

ah
lg. Ketentuan Pasal 22 diubah sehingga berbunyi sebagai

-t
berikut:

r-2
Pasal22
(1) Kewajiban memenuhi kesesuaian kegiatan

mo
pemanfaatan ruang laut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat (21 dikecualikan bagi

o
u-n
Masyarakat Hukum Adat di wilayah kelola
Masyarakat Hukum Adat.
(21
rpp
Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) ditetapkan pengakuannya sesuai
-pe
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
ad
nlo

20. Ketentuan Pasal 22A diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ow

Pasal 22A
(1) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam
2/d

Pasal 19 diberikan kepada:


/1

a. orang perseorangan warga negara Indonesia;


22

b. korporasi yang didirikan berdasarkan hukum


Indonesia;
/20

c. koperasi yang dibentuk oleh Masyarakat; atau


om

d. Masyarakat Lokal.
(21 Pemanfaatan ruang Perairan Pesisir yang
si.c

dilakukan oleh instansi pemerintah dan tidak


termasuk dalam kebijakan nasional yang bersifat
ula

strategis diberikan dalam bentuk konfirmasi


kesesuaian kegiatan pemanfaatan rLrang laut.
eg
for

21. Ketentuan Pasal 228 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
.in
ww

Pasal22B...
//w
ps:
htt

SK No 095891 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-53-

u
ah
Pasal 228

2-t
Orang perseorangan warga negara Indonesia atau
korporasi yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia

or-
dan koperasi yang dibentuk oleh Masyarakat yang
mengajukan pemanfaatan laut wajib memenuhi

om
kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang laut dan
Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat.

u-n
p
22. Ketentuan Pasal 22C diubah sehingga berbunyi sebagai
erp
berikut:
Pasal 22C
d-p

Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan Berusaha


terkait pemanfaatan di laut diatur dalam Peraturan
loa

Pemerintah.
wn

23. Ketentuan Pasal 26A diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

berikut:
/12

Pasal 26A
Dalam rangka penanaman modal asing, pemanfaatan
pulau-pulau kecil dan pemanfaatan perairan di
22

sekitarnya harus memenuhi Perizinan Berusaha dari


/20

Pemerintah Pusat dan sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan di bidang penanaman
om

modal.
i.c

24. Di antara Pasal 26A dan Pasal 27 disisipkan 1 (satu)


las

pasal yakni Pasal 268 sehingga berbunyi sebagai


berikut:
gu

Pasal 26E}
ore

Setiap Orang yang tidak memitiki Perizinan Berusaha


dalam memanfaatkan pulau-pulau kecil dan
inf

pemanfaatan perairan di sekitarnya dalam rangka


.

penanaman modal asing sebagaimana dimaksud dalam


ww

Pasal 26A dikenai sanksi administratif.


/w

25. Ketentuan
ps:/
htt

SK No 095892A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-54-

u
ah
25. Ketentuan Pasal 50 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 50

or-
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai

om
dengan kewenangannya memberikan dan mencabut
Perizinan Berusaha terkait pemanfaatan di laut di

u-n
wilayah Perairan Pesisir.

p
26. Ketentuan Pasal 51 diubah
erp sehingga berbunyi sebagai
berikut:
d-p

Pasal 51
(1) Pemerintah Pusat berwenang menetapkan
loa

perrrbahan status Zona inti pada Kawasan


konservasi nasional.
wn

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai per"ubahan status


Zona inti sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
/do

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


/12

27. Ketentuan Pasal 60 diubah sehingga berbunyi sebagai


22

berikut:
Pasal 60
/20

(1) Dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-


om

Pulau Kecil, Masyarakat mempunyai hak untuk:


a. memperoleh akses terhadap bagian Perairan
i.c

Pesisir yang sudah mendapat Perizinan


Berusaha terkait pemanfaatan di laut;
las

b. mengusulkan wilayah penangkapan , ikan


gu

secara tradisional ke dalam RZWP-3-K;


c. mengusulkan wilayah kelola Masyarakat
ore

Hukum Adat ke dalam RZWP-3-K;


inf
.
ww

d.melakukan...
/w
s:/
p
htt

SK No 095893 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONES!A

-55-

u
ah
d. melakukan kegiatan pengelolaan Sumber

2-t
Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
berdasarkan hukum adat yang berlaku dan

or-
tidak bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan ;

om
e. memperoleh manfaat atas pelaksanaan
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Fulau

u-n
Kecil;
f.
p
memperoleh informasi berkenaan dengan
erp
Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil;
d-p

g. mengajukan laporan dan pengaduan kepada


pihak yang berwenang atas kerugian yang
loa

menimpa dirinya yang berkaitan dengan


pelaksanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
wn

Pulau-Pulau Kecil;
h. menyatakan keberatan terhadap Rencana
/do

Pengelolaan yang sudah diumumkan dalam


jangka waktu tertentu;
/12

i. melaporkan kepada penegak hukum akibat


22

dugaan pencemaran, pencemaran, dan/atau


perusakan Wilayah Pesisir dan pulau-pulau
/20

kecil yang merugikan kehidupannya;


j. mengajukan gugatan kepada pengadilan
om

terhadap berbagai masalah Wilayah Pesisir


dan pulau-pulau kecil yang merugikan
i.c

kehidupannya;
las

k. memperoleh ganti rugi; dan


l. mendapat pendampingan dan bantuan
gu

hukum terhadap permasalahan yang dihadapi


ore

dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-


Pulau Kecil sesuai dengan ketentuan
inf

peraturan perundang-undangan.
(21 Masyarakat dalam Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
.
ww

Pulau-Pulau Kecil wajib:


a. memberikan informasi berkenaan dengan
/w

Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau


s:/

Kecil;
p
htt

b. menjaga. . .

SK No 095894A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-56-

ah
b. menjaga, melindungi, dan memelihara

-t
kelestarian Wilayah Pesisir dan pulau-pulau

r-2
kecil;
c. menyampaikan laporan terjadinya bahaya,

mo
pencemaran, danf atau kerusakan lingkungan
di Wilayah Pesisir dan pulau-pulau kecil;

o
d.

u-n
memantau pelaksanaan Rencana Pengelolaan
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil;

e.
dan/atau
rpp
melaksanakan program Pengelolaan Wilayah
-pe
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil yang disepakati
di tingkat desa.
ad
nlo

28. Ketentuan Pasal 71 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ow

Pasal 71
Pemanfaatan rrrang perairan dan Sumber Daya Pesisir
2/d

dan Pulau-Pulau Kecil yang tidak memiliki kesesuaian


kegiatan pemanfaatan ruang laut yang diberikan
/1

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (21 dan


22

Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam


/20

Pasal 19 ayat (1) dikenai sanksi administratif.


om

29. Di antara Pasal 71 dan Pasal 72 disisipkan 1 (satu)


pasal, yakni Pasal 7lA sehingga berbunyi sebagai
si.c

berikut:
Pasal 71A
ula

(1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam


eg

Pasal 16A, Pasal268, dan PasalTl dapat berupa:


a. peringatan tertulis;
for

b. penghentiansementarakegiatan;
.in

c. penutupan lokasi;
d.
ww

pencabutan Perizinan Berusaha;


e. pembatalanPerizinan Berusaha; dan/atau
//w

f. denda administratif.
ps:

(2) Ketentuan...
htt

SK No 095895 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-57 -

u
ah
2-t
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,

or-
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi

om
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

u-n
30. Di antara Pasal 73 dan Pasal 74 disisipkan 1 (satu)
p
pasal, yakni Pasal 73A sehingga berbunyi sebagai
erp
berikut:
d-p

Pasal 73A
Setiap Orang yang memanfaatkan Pulau Kecil dan
loa

perairan di sekitarnya dalam rangka penanaman modal


asing yang tidak memiliki Perizinan Berusaha
wn

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26A yang


mengakibatkan perubahan fungsi ruang dipidana
/do

dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan


pidana denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua
/12

miliar rupiah).
22

31. Ketentuan Pasal 75 diubah sehingga berbunyi sebagai


/20

berikut:
Pasal 75
om

Setiap Orang yang memanfaatkan ruang dari perairan


yang tidak memiliki kesesuaian kegiatan pemanfaatan
i.c

ru€Lng laut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat


las

(21 yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang


dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
gu

tahun dan pidana denda paling banyak


Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
ore
inf

32. Pasal 75A dihapus.


.
ww

33. Ketentuan Pasal 78A diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/w
s:/

Pasal 78A
p
htt

SK No 095896 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-58-

ah
Pasal 78A

-t
Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

r-2
Kecil yang telah ditetapkan melalui peraturan
perundang-undangan menjadi kewenangan Pemerintah

mo
Pusat.

o
u-n
Pasal 19
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 32
rpp
Tahun 2Ol4 tentang Kelautan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2Ol4 Nomor 294, Tambahan Lembaran
-pe
Negara Republik Indonesia Nomor 5603) diubah sebagai
berikut: t
ad
nlo

1 Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ow

Pasal 1
2/d

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


1. Laut adalah ruang perairan di muka bumi yang
/1

menghubungkan daratan dengan daratan dan


22

bentuk-bentuk alamiah lainnya, yang merupakan


kesatuan geografis dan ekologis beserta segenap
/20

unsur terkait, dan yang batas dan sistemnya


ditentukan oleh peraturan perundang-undangan
om

dan hukum internasional.


2. Kelautan adalah hal yang berhubungan dengan
si.c

Laut dan/atau kegiatan di wilayah Laut yang


meliputi dasar Laut dan tanah di bawahnya, kolom
ula

air dan permukaan Laut, termasuk wilayah pesisir


dan pulau-pulau kecil.
eg

3. Pulau adalah wilayah daratan yang terbentuk


for

secara alamiah yang dikelilingi air dan berada di


atas permukaan air pada waktu air pasang.
.in
ww

4. Kepulauan .
//w
ps:
htt

SK No 095897 A
ml
.ht
22
FRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-59-

ah
4. Kepulauan adalah suatu gugusan Pulau, termasuk

2-t
bagian Pulau dan perairan di antara pulau-pulau
tersebut, dan lain-lain wujud alamiah yang

or-
hubungannya satu sama lain demikian erat
sehingga pulau-pulau, perairan, dan wujud

om
alamiah lainnya itu merupakan satu kesatuan
geografi, ekonomi, pertahanan, dan keamanan

u-n
serta politik yang hakiki atau yang secara historis
dianggap sebagai demikian.
5. rpp
Negara Kepulauan adalah negara yang seluruhnya
terdiri atas satu atau lebih Kepulauan dan dapat
-pe
mencakup pulau-pulau lain.
6. Pembangunan Kelautan adalah pembangunan
ad

yang memberi arahan dalam pendayagunaan


lo

Sumber Daya Kelautan untuk mewujudkan


wn

pertumbuhan ekonomi, pemerataan kesejahteraan,


dan keterpeliharaan daya dukung ekosistem pesisir
/do

dan Laut.
7. Sumber Daya Kelautan adalah sumber daya Laut,
/12

baik yang dapat diperbarui maupun yang tidak


dapat diperbarui yang memiliki keunggulan
22

komparatif dan kompetitif serta dapat


dipertahankan dalam jangka panjang.
/20

8. Pengelolaan Kelautan adalah penyelenggaraan


om

kegiatan, penyediaan, pengusahaan, dan


pemanfaatan Sumber Daya Kelautan ,serta
si.c

konservasi Laut.
9. Pengelolaan Ruang Laut adalah perencanaan,
ula

pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian


ruang Laut yang merupakan bagian integral dari
g

pengelolaan tata ruang.


ore

10. Pelindungan Lingkungan Laut adalah upaya


sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk
f
.in

melestarikan Sumber Daya Kelautan dan


mencegah terjadinya pencemaran dan/atau
ww

kerusakan lingkungan di Laut yang meliputi


konservasi Laut, pengendalian pencemaran Laut,
/w

penanggulangan bencana Kelautan, pencegahan


dan penanggulangan pencemaran, serta kerusakan
s:/

dan bencana.
p
htt

11. Pencemaran. . .

SK No 095898 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-60-

u
ah
11. Pencemaran Laut adalah masuk atau

2-t
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan

or-
Laut oleh kegiatan manusia sehingga melampaui
baku mutu lingkungan Laut yang telah ditetapkan.

om
12. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan

u-n
. pemerintahan negara Republik Indonesia yang
dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri

p
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
erp
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
d-p

13. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai


unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
loa

memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan


yang menjadi kewenangan daerah otonom.
wn

t4. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan


urusan pemerintahan di bidang Kelautan.
/do
/12

2 Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
22

Pasal 32
(1) Dalam rangka keselamatan pelayaran, semua
/20

bentuk bangunan dan instalasi di Laut tidak


mengganggu, baik alur pelayaran maupun alur
om

Laut Kepulauan Indonesia.


i.c

(21 Area operasi dari bangunan dan instalasi di Laut


tidak melebihi daerah keselamatan yang telah
las

ditentukan.
gu

(3) Penggunaan area operasional dari bangunan dan


instalasi di Laut yang melebihi daerah keselamatan
ore

yang telah ditentukan sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) harus mendapatkan persetujuan dari
inf

pihak yang berwenang.


.

(41 Pendirian dan/atau penempatan bangunan dan


ww

instalasi di Laut wajib mempertimbangkan


kelestarian sumber daya pesisir dan pulau-pulau
/w

kecil.
p s:/

(5) Ketentuan...
htt

SK No 095899A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-61 -

u
ah
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria,

2-t
persyaratan, dan mekanisme pendirian dan/atau
penempatan bangunan dan instalasi di Laut diatur

or-
dalam Peraturan Pemerintah.

om
3 Ketentuan Pasal 42 diubah sehingga berbunyi sebagai

u-n
berikut:
Pasal 42

p
(1) Pengelolaan Ruang Laut dilakukan untuk:
erp
a. melindungi sumber daya dan lingkungan
dengan berdasar pada daya dukung
d-p

lingkungan dan kearifan lokal;


loa

b. memanfaatkan potensi sumber daya dan/atau


kegiatan di wilayah Laut yang berskala
wn

nasional dan internasional; dan


c. mengembangkan kawasan potensial menjadi
/do

pusat kegiatan produksi, distribusi, dan Jasa.


(21 Pengelolaan Ruang Laut meliputi perencanaan,
/12

pemanfaatan, pengawasan, dan pengendalian


ruang Laut yang merupakan bagian integral dari
22

pengelolaan tata ruang.


/20

(3) Pengelolaan Ruang Laut sebagaimana dimaksud


pada ayat (21 dilaksanakan dengan berdasarkan
om

karakteristik Negara Kesatuan Republik Indonesia


sebagai Negara Kepulauan dan
i.c

mempertimbangkan potensi sumber daya dan


las

lingkungan Kelautan.
gu

4 Ketentuan Pasal 43 diubah sehingga berbunyi sebagai


ore

berikut:
Pasal 43
inf

(1) Perencanaan ruang Laut sebagaimana dimaksud


.

dalam Pasal 42 ayat (2) meliputi:


ww

a. perencanaan tata ruang Laut nasional;


b. perencanaan zonasi wilayah pesisir dan
/w

pulau-pulau kecil; dan


ps:/

c. perencanaan.
htt

SK No 095900A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-62-

u
ah
c. perencanaarL zorlasi kawasan Laut.

2-t
(21 Perencanaan tata ruang Laut nasional
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

or-
merupakan perencanaan untuk menghasilkan
rencana tata ruang Laut nasional yang

om
diintegrasikan ke dalam perencanaan tata ruang
wilayah nasional.

u-n
(3) Perencanaan zonasi wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
p
erp
huruf b menghasilkan rencana zonasi wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil yang diintegrasikan
d-p

ke dalam perencanaan tata ruang wilayah provinsi.


(41 Perencanaan zorTasi kawasan Laut sebagaimana
loa

dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan


perencanaan untuk menghasilkan rencana zonasi
wn

kawasan strategis nasional, rencana zonasi


kawasan strategis nasional tertentu, dan rencana
/do

zonasi kawasan antarwilayah.


(5) Rencana zonasi kawasan strategis nasional
/12

diintegrasikan ke dalam rencana tata ruang


kawasan strategis nasional.
22

(6) Dalam hal perencanaan tata ruang Laut nasional


/20

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


sudah ditetapkan, pengintegrasian dilakukan pada
om

saat peninjauan kembali rencana tata rurang


wilayah nasional.
i.c

(71 Dalam hal rencana zonasi kawasan strategis


las

nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


sudah ditetapkan, pengintegrasian dilakukan pada
gu

saat peninjauan kembali rencana tata ruang


kawasan strategis nasional.
ore

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan


inf

ruang Laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
.
ww

5 Di antara Pasal 43 dan Pasal 44 disisipkan 1 (satu)


/w

pasal, yakni Pasal 43A sehingga berbunyi sebagai


berikut:
p s:/
htt

Pasal 43A. . .

SK No 095901 A
m l
2.ht
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-63-

hu
-ta
Pasal 43A
(1) Perencanaan ruang Laut sebagaimana dimaksud

2
dalam Pasal 43 ayat (1) dilakukan secara

or-
berjenjang dan komplementer.

om
(21 Perencanaan ruang Laut yang dilakukan secara
berjenjang dan komplementer sebagaimana

u-n
dimaksud pada ayat (1) merupakan pen5rusunan
antara:

p
a. rencana tata ruang Laut;
erp ,

b. rencana zonasi kawasan antarwilayah,


rencana zonasi kawasan strategis nasional,
d-p

dan rencana zonasi kawasan strategis


nasional tertentu; dan
loa

c. rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-


wn

pulau kecil.
(3) Perencanaan rLrang Laut secara berjenjang
/do

dilakukan dengan cara rencana tata ruang Laut


sebagaimana dimaksud pada ayat (21 huruf a
/12

dijadikan acuan dalam penyusunan rencana zonasi


kawasan antarwilayah, rencana zonasi kawasan
22

strategis nasional, rencana zonasi kawasan


strategis nasional tertentu, dan rencana zonasi
/20

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.


(4) Rencana zonasi kawasan antarwilayah, rencana
om

zonasi kawasan strategis nasional, dan rencana


zonasi kawasan strategis nasional tertentu
si.c

sebagaimana dimaksud pada ayat (21 huruf b


menjadi acuan bagi pen5rusunan rencana zonasi
ula

wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.


(5) Perencanaan ruang Laut secara komplementer
eg

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan


for

penataan rencana tata ruang Laut, rencana zonasi


kawasan antarwilayah, rencana zonasi kawasan
.in

strategis nasional, rencana zonasi kawasan


ww

strategis nasional tertentu, dan rencana zonasi


wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) yang disusun saling
//w

melengkapi satu sama lain dan bersinergi sehingga


tidak terjadi tumpang tindih pengaturan.
ps:
htt

6. Ketentuan. . .

SK No 095902A
ml
.ht
22
PRES!DEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-64-

h
6. Ketentuan Pasal 47 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 47
(1) Setiap orang yang melakukan pemanfaatan ruang

mo
Laut secara menetap di wilayah perairan dan
' wilayah yurisdiksi wajib memiliki kesesuaian

-no
kegiatan pemanfaatan ruang Laut.
(2)
pu
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan bagi masyarakat yang melakukan
erp
pemanfaatan di Laut untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
d-p

(3) Kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang Laut


dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
loa

perundang-undangan.
(41
wn

Setiap orang yang melakukan pemanfaatan ruang


Laut secara menetap di wilayah perairan dan
wilayah yurisdiksi yang tidak sesuai dengan
/do

kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang Laut yang


/12

diberikan, dikenai sanksi administratif.


(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kesesuaian
22

kegiatan pemanfaatan ruang Laut yang berada di


wilayah perairan dan wilayah yurisdiksi
/20

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tatd cara


pengenaan sanksi administratif sebagaimana
om

dimaksud pada ayat (41 diatur dalam Peraturan


Pemerintah.
si.c
ula

7 Di antara Pasal 47 dan Pasal 48 disisipkan 1 (satu)


pasal, yakni Pasal 47A sehingga berbunyi sebagai
eg

berikut:
for

Pasal 47 A
(1) Kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang Laut
.in

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 diberlkan


berdasarkan rencana tata ruang dan/atau rencana
ww

zonasi.
(21 Kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang Laut
//w

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan


untuk kegiatan:
ps:

a.biofarmakologi...
htt

SK No 095903 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-65-

hu
a. biofarmakologi Laut;

-ta
t

b. bioteknologi Laut;

r-2
c. pemanfaatan air Laut selain energi;

mo
d. wisata bahari;
e. pengangkatan benda muatan kapal

-no
tenggelam;
f. telekomunikasi;

pu
g. instalasi ketenagalistrikan;
erp
h. perikanan;
i. perhubungan;
d-p

j. kegiatan usaha minyak dan gas bumi;


loa

k. kegiatan usaha pertambangan mineral dan


batu bara;
wn

l. pengumpulan data dan penelitian;


m. pertahanan dan keamanan;
/do

n. penyediaan sumber daya air;


/12

o. Pulau buatan;
p. dumping;
22

q. mitigasi bencana; dan


/20

r. kegiatan pemanfaatan ruang Laut lainnya.


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan
om

pemanfaatan ruang Laut sebagaimana dimaksud


i.c

pada ayat (21diatur dalam Peraturan Pemerintah.


las

8 Ketentuan Pasal 48 diubah sehingga berbunyi sebagai


gu

berikut:
ore

Pasal 48
Setiap orang yang melakukan pemanfaatan Sumber
f

Daya Kelautan sesuai dengan rencana tata ruang


.in

dan/atau rencana zonasi dapat diberi insentif sesuai


ww

dengan ketentuan peraturan perLrndang-undangan.

9.Ketentuanr..
/w
/
ps:
htt

SK No 095904A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-66-

ah
9 Ketentuan Pasal 49 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 49

or-
Setiap orang yang melakukan pemanfaatan ruang Laut
secara menetap yang tidak memiliki kesesuaian

om
kegiatan pemanfaatan rlrang Laut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) dikenai sanksi

u-n
administratif.

p
erp
10. Di antara Pasal 49 dan Pasal 50 disisipkan2 (dua) pasal,
yakni Pasal 49A dan Pasal 498 sehingga berbunyi
d-p

sebagai berikut:
loa

Pasal 49A
(1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
wn

Pasal 49 dapat berupa:


a. peringatan tertulis;
/do

b. penghentian sementara kegiatan;


c. penutupan lokasi;
/12

d. pencabutan Perizinan Berusaha;


22

e. pembatalan Perizinan Berusaha; dan f atau


/20

f. denda administratif.
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,
om

besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi


administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
si.c

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


ula

Pasal 49B
eg

Setiap orang yang melakukan pemanfaatan ruang Laut


secara menetap yang tidak memiliki kesesuaian
for

kegiatan pemanfaatan nrang Laut sebagaimana


.in

dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1) yang mengakibatkan


perubahan fungsi ruang dipidana dengan pidana
ww

penjara paling lama 6 (enam) tahun dan pidana denda


paling banyak Rp20.000.000.000,00 (dua puluh miliar
//w

rupiah).
Pasal20...
ps:
htt

SK No 095905 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-67 -

h
-ta
Pasal 20
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 4

r-2
Tahun 2OIl tentang Informasi Geospasial (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2oll Nomor 49, Tambahan

mo
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5214), diubah
sebagai berikut:

-no
pu
1 Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut: erp
Pasal 1
d-p

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


1. Spasial adalah aspek keruangan suatu objek atau
loa

kejadian yang mencakup lokasi, letak, dan


posisinya.
wn

2. Geospasial atau Ruang Kebumian adalah aspek


kerrrangan yang menunjukkan lokasi, letak, dan
/do

posisi suatu objek atau kejadian yang berada di


bawah, pada, atau di atas permukaan bumi yang
/12

dinyatakan dalam sistem koordinat tertentu.


3. Data Geospasial yang selanjutnya disingkat DG
22

adalah data tentang lokasi geografis, dimensi atau


20

ukuran, dan/atau karakteristik objek alam


danf atau buatan manusia yang berada di bawah,
m/

pada, atau di atas permukaan bumi.


o

4. Informasi Geospasial yang selanjutnya disingkat IG


i.c

adalah DG yang sudah diolah sehingga dapat


las

digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan


kebijakan, pengambilan keputusan, dan/atau
gu

pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan


ruang kebumian.
e
for

5. Informasi Geospasial Dasar yang selanjutnya


disingkat IGD adalah IG yang berisi tentang objek
.in

yang dapat dilihat secara langsung atau diukur


dari kenampakan fisik di muka bumi dan yang
ww

tidak berr.rbah dalam waktu yang relatif lama.


6. Informasi Geospasial Tematik yang selanjutnya
//w

disingkat IGT adalah IG yang menggambarkan satu


atau lebih tema tertentu yang dibuat mengacu
ps:

pada IGD.
htt

7.Skala...

SK No 095906 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-68-

ah
7. Skala adalah angka perbandingan antara jarak

-t
dalam suatu IG dengan jarak sebenarnya di muka

r-2
bumi.
8. Titik Kontrol Geodesi adalah posisi di muka bumi

mo
yang ditandai dengan bentuk fisik tertentu yang
dijadikan sebagai kerangka acuan posisi untuk IG.

o
g. Jaring Kontrol Horizontal Nasional 'y"rg

u-n
selanjutnya disingkat JKHN adalah sebaran Titik
rpp
Kontrol Geodesi horizontal yang terhubung satu
sama lain dalam satu kerangka referensi.
-pe
10. Jaring Kontrol Vertikal Nasional yang selanjutnya
disingkat JKVN adalah sebaran Titik Kontrol
ad

Geodesi vertikal yang terhubung satu sama lain


dalam satu kerangka referensi.
nlo

11. Jaring Kontrol Gayaberat Nasional yang


selanjutnya disingkat JKGN adalah sebaran Titik
ow

Kontrol Geodesi gayaberat yang terhubung satu


2/d

sama lain dalam satu kerangka referensi.


12. Peta Rupabumi Indonesia adalah peta dasar yang
/1

memberikan informasi yang mencakup wilayah


22

darat, pantai, dan laut.


13. Dihapus.
/20

14. Dihapus.
om

15. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik


Indonesia yang memegang kekuasaan
si.c

pemerintahan negara Republik Indonesia yang


dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
ula

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
eg

16. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai


unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
for

memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan


.in

yang menjadi kewenangan daerah otonom.


17. Badan adalah lembaga pemerintah
ww

nonkementerian yang mempunyai tugas, fungsi,


dan kewenangan yang membidangi
//w

penyelenggaraan IGD.
18. Instansi Pemerintah adalah kementerian dan
ps:

lembaga pemerintah nonkementerian.


htt

19. Setiap Orang adalah orang perseorangan,


kelompok orang, atau Badan Usaha.

2O.Badan. . .
SK No 095907 A
m l
2.ht
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-69-

hu
20. Badan Usaha adalah badan usaha milik

-ta
negara,
badan usaha milik daerah, atau badan usaha yang

2
berbadan hukum.

or-
om
2 Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

u-n
Pasal 7
(1) Peta dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5

p
huruf b terdiri atas:
erp
a. garis pantai;
d-p

b. hipsografi;
c. perairan;
loa

d. nama rupabumi;
wn

e. batas wilayah;
f. transportasi dan utilitas;
/do

g. bangunan dan fasilitas umum; dan


h. penutup lahan.
/12

(2) Peta dasar sebagaimana dimaksud pada ayet (1)


22

berupa Peta Rupabumi Indonesia.


(3)
/20

Peta Rupabumi Indonesia sebagaimana dimaksud


pada ayat (21mencakup wilayah darat dan wilayah
om

laut, termasuk wilayah pantai.


si.c

3. Pasal 12 dihapus.
ula

4 Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga berbunyi sebagai


eg

berikut:
Pasal 13
for

(1) Garis pantai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7


.in

ayat (1) huruf a merupakan garis pertemuan antara


daratan dengan lautan yang dipengaruhi oleh
ww

pasang surut air laut.


//w

(2) Garis. .
ps:

.
htt

SK No 095908 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-70-

ah
(21 Garis pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

-t
terdiri atas:

r-2
a. garis pantai pasang tertinggi;
b. garis pantai tinggi muka air laut rata-rata; dan

mo
c. garis pantai surut terendah.

o
(3) Garis pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (21

u-n
ditentukan dengan mengacu pada JKVN.

5 rpp
Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi sebagai
-pe
berikut:
Pasal 17
ad

(1) IGD diselenggarakan secara bertahap dan


nlo

sistematis untuk seluruh wilayah Negara Kesatuan


Republik [ndonesia dan wilayah yurisdiksinya.
ow

(2) IGD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dimutakhirkan secara periodik dalam jangka
2/d

waktu tertentu atau sewaktu-waktu apabila


diperlukan.
/1

(3) Pemuktahiran IGD sewaktu-waktu apabila


22

diperlukan sebagaimana dimaksud pada ayat (21


dilakukan dalam hal tedadi bencana alam, perang,
/20

pemekaran atau perubahan wilayah administratif ,


atau kejadian lainnya yang berakibat berubahnya
om

unsur IGD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5


sehingga mempengaruhi pola dan struktur
si.c

kehidupan masyarakat.
(41 IGD ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
ula

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai norma, standar,


eg

prosedur, kriteria, dan jangka waktu pemutakhiran


IGD diatur dalam Peraturan Pemerintah.
for
.in

6. Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ww
//w

Pasal 18. . .
ps:
htt

SK No 095909A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REFUBLIK INDONESIA

un
-71-

ah
Pasal 18

-t
(U Peta Rupabumi Indonesia sebagaimana dimaksud

r-2
dalam Pasal 7 ayat (2) diselenggarakan pada Skala
1:1.000, 1:5.000, 1:25.000, 1:50.000, 1:250.000,

mo
dan 1:1.000.000.
(21 Peta Rupabumi Indonesia Skala 1:1.000

o
sebagaimana dimaksud pada ayat

u-n
(1)
diselenggarakan pada wilayah tertentu sesuai

(3)
dengan kebutuhan.
rpp
Peta Rupabumi Indonesia selain pada Skala
-pe
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diselenggarakan pada Skala lain sesuai defigan
ad

kebutuhan.
nlo

7 Di antara Pasal 22 dan Pasal 23 disisipkan 1 (satu)


ow

pasal, yakni Pasal 22A sehingga berbunyi sebagai


berikut:
2/d

Pasal 22A
(1) Penyelenggaraan IGD sebagaimana dimaksud
/1

dalam Pasal 22 ayat (1) dapat dilakukan melalui


22

kerja sama antara Pemerintah Pusat dengan badan


/20

usaha milik negara.


(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai kerja sama
om

Pemerintah Pusat dengan badan usaha milik


negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
si.c

dalam Peraturan Presiden.


ula

8 Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
eg

Pasal 28
for

(1) Pengumpulan DG harus memperoleh persetujuan


.in

dari Pemerintah Pusat apabila:


a. dilakukan di daerah terlarang;
ww

b. berpotensi menimbulkan bahaya; atau


c. menggunakan tenaga asing dan wahana milik
//w

asing selain satelit.


ps:

(2) Persetujuan...
htt

SK No 095910 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-72-

ah
(21 Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

-t
dimaksudkan untuk menjamin keselamatan dan

r-2
keamanan bagi pengumpul data dan bagi
masyarakat.

mo
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
memperoleh persetujuan sebagaimana dimaksud

o
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

u-n
9
berikut: rpp
Ketentuan Pasal 55 diubah sehingga berbunyi sebagai
-pe
Pasal 55
(1) Pelaksanaan IG sebagaimana dimaksud dalam
ad

Pasal 54 yang dilakukan oleh:


nlo

a. orang perseorangan wajib memenuhi


kualifikasi sebagai tenaga profesional yang
ow

tersertifikasi di bidang IG;


b. kelompok orang wajib memenuhi klasifikasi
2/d

dan kualifikasi sebagai penyedia jasa di


bidang IG serta memiliki tenaga profesional
/1

yang tersertifikasi di bidang IG; atau


22

c. Badan Usaha wajib memenuhi persyaratan


/20

administratif dan persyaratan teknis.


(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan IG
om

yang dilaksanakan oleh orang perseorangan,


kelompok orang, dan Badan Usaha sebagaimana
si.c

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan


Pemerintah.
ula

10.
eg

Pasal 56 dihapus.
for
.in
ww
//w
ps:

Paragraf3. . .
htt

SK No 095911 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-73-

hu
Paragraf 3

-ta
Persetujuan Lingkungan

r-2
mo
Pasal 21
Dalam rangka memberikan kemudahan bagi setiap orang

-no
dalam memperoleh persetujuan lingkungan, Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini mengubah,

pu
menghapus, atau menetapkan pengaturan baru beberapa
ketentuan terkait Perizinan Berusaha yang diatur dalam
erp
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO9 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran
d-p

Negara Republik Indonesia Tahun 2OO9 Nomor l4O,


Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
loa

s0se).
wn

Pasal22
/do

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 32


Tahun 2OO9 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
/12

Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia


Tahun 2OO9 Nomor l4O, Tambahan Lembaran Negara
22

Republik Indonesia Nomor 5059) diubah sebagai berikut:


/20

1 Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai


om

berikut:
Pasal 1
i.c

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


las

1. Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan


gu

semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup,


termasuk manusia dan perilakunya, yang
ore

mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan


perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta
f

makhluk hidup lain.


.in

2. Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup


ww

adalah upaya sistematis dan terpadu yang


dilakukan untuk melestarikan fungsi Lingkungan
/w

Hidup dan mencegah terjadinya pencemaran


dan/atau kerusakan Lingkungan Hidup yang
/
ps:

meliputi perencanaan, pemanfaatan,


pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan
htt

penegakan hukum.
3.Pembangunan...

SK No 095912 A
ml
.ht
22
FRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONES!A

un
-74-

ah
3. Pembangunan Berkelanjutan adalah upaya sadar

-t
dan terencana yang memadukan aspek

r-2
Lingkungan Hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam
strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan

mo
Lingkungan Hidup serta keselamatan,
kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup

o
generasi masa kini dan generasi masa depan.

u-n
4. Rencana Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup yang selanjutnya disingkat
rpp
RPPLH adalah perencanaan tertulis yang memuat
potensi, masalah Lingkungan Hidup, serta upaya
-pe
perlindungan dan pengelolaannya dalam kurun
waktu tertentu.
ad

5. Ekosistem adalah tatanan unsur Lingkungan


nlo

Hidup yang merupakan kesatuan utuh-


menyeluruh dan saling memengarr.rhi dalam
ow

membentuk keseimbangan, stabilitas, dan


produktivitas Lingkungan Hidup.
2/d

'

6. Pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup adalah


rangkaian upaya untuk memelihara kelangsungan
/1

daya dukung dan daya tampung Lingkungan


22

Hidup.
/20

7. Daya Dukung Lingkungan Hidup adalah


kemampuan Lingkungan Hidup untuk mendukung
om

perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan


keseimbangan antarkeduanya.
si.c

8. Daya Tampung Lingkungan Hidup adalah


kemampuan Lingkungan Hidup untuk menyerap
ula

zat, energi, danlatau komponen lain yang masuk


atau dimasukkan ke dalamnya.
eg

9. Sumber Daya Alam adalah unsur Lingkungan


for

Hidup yang terdiri atas sumber daya hayati dan


nonhayati yang secara keseluruhan membentuk
.in

kesatuan Ekosistem.
10. Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang
ww

selanjutnya disingkat KLHS adalah rangkaian


analisis yang sistematis, menyeluruh, dan
//w

partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip


Pembangunan Berkelanjutan telah menjadi dasar
ps:

dan terintegrasi dalam pembangunan suatu


wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau
htt

program.
1 1. Analisis

SK No 095913 A
m l
.ht
2
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-75-

hu
1. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

-ta
1
yang selanjutnya disebut Amdal adalah kajian

2
mengenai dampak penting pada Lingkungan Hidup

or-
dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang
direncanakan, untuk digunakan sebagai prasyarat

om
pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan
usaha dan/atau kegiatan serta termuat dalam

u-n
Perizinan Berusaha atau persetujuan Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah.

p
12. erp
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup yang selanjutnya
disebut UKL-UPL adalah rangkaian proses
d-p

pengelolaan dan pemantauan Lingkungan Hidup


yang dituangkan dalam bentuk standar untuk
loa

digunakan sebagai prasyarat pengambilan


keputusan serta termuat dalam Perizinan
wn

Berusaha atau persetujuan Pemerintah Pusat atau


/do

Pemerintah Daerah.
13. Baku Mutu Lingkungan Hidup adalah ukuran
/12

batas atau kadar makhluk hidup, zat, ertergi, atau


komponen yang ada atau hams ada dan/atau
22

unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya


dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur
/20

Lingkungan Hidup.
14. Pencemaran Lingkungan Hidup adalah masuk atau
om

dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi,


dan/atau komponen lain ke dalam Lingkungan
si.c

Hidup oleh kegiatan manusia sehingga melampaui


Baku Mutu Lingkungan Hidup yang telah
ula

ditetapkan.
15. Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup adalah
eg

ukuran batas perubahan sifat fisik, kimia,


for

dan/atau hayati Lingkungan Hidup yang dapat


ditenggang oleh Lingkungan Hidup untuk dapat
.in

tetap melestarikan fungsinya.


ww

16. Perusakan Lingkungan Hidup adalah tindakan


orang yang menimbulkan perubahan langsung
//w

atau tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia,


dan/atau hayati Lingkungan Hidup sehingga
ps:

melampaui Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan


Hidup.
htt

17. Kerusakan. . .

SK No 095914 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-76-

ah
17. Kerusakan Lingkungan Hidup adalah perubahan

-t
langsung dan/atau tidak langsung terhadap sifat

r-2
fisik, kimia, dan/atau hayati Lingkungan Hidup
yang melampaui Kriteria Baku Kerusakan

mo
Lingkungan Hidup.
18. Konservasi Sumber Daya Alam adalah pengelolaan

o
Sumber Daya Alam untuk menjamin

u-n
pemanfaatannya secara bijaksana serta
kesinambungan ketersediaannya dengan letap
rpp
memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta
keanekaragamannya.
-pe
19. Perubahan Iklim adalah berubahnya iklim yang
diakibatkan langsung atau tidak langsung oleh
ad

aktivitas manusia sehingga menyebabkan


nlo

perubahan komposisi atmosfer secara global dan


selain itu juga berupa perubahan variabilitas iklim
ow

alamiah yang teramati pada kurun waktu yang


dapat dibandingkan.
2/d

20. Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau


kegiatan.
/1

2t. Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya


22

disingkat 83 adalah zat, energi, danf atau


/20

komponen lain yang karena sifat, konsentrasi,


dan/atau jumlahnya, baik secara langsung
om

maupun tidak langsung, dapat mencemarkan


dan/atau merusak Lingkungan Hidup, danf atau
si.c

membahayakan Lingkungan Hidup, kesehatan,


serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk
ula

hidup lain.
22. Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang
eg

selanjutnya disebut Limbah 83 adalah sisa suatu


usaha dan/atau kegiatan yang mengandung 83.
for

23. Pengelolaan Limbah 83 adalah kegiatan yang


.in

meliputi pengurangan, penyimpanan,


pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
ww

pengolahan, danf atau penimbunan.


24. Dumping/Pembuangan adalah kegiatan
//w

membuang, menempatkan, danf atau


memasukkan Limbah dan/atau bahan dalam
ps:

jumlah, konsentrasi, waktu, dan lokasi tertentu


dengan persyaratan tertentu ke media Lingkungan
htt

Hidup tertentu.
25.Sengketa...

SK No 095915 A
ml
.ht
22
[,RESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-77 -

ah
25. Sengketa Lingkungan Hidup adalah perselisihan

-t
antara dua pihak atau lebih yang timbul dari

r-2
kegiatan yang berpotensi dan/atau telah
berdampak pada Lingkungan Hidup.

mo
26. Dampak Lingkungan Hidup adalah pengaruh
perubahan pada Lingkungan Hidup yang

o
diakibatkan oleh suatu usaha dan/atau kegiatan.

u-n
27. Organisasi Lingkungan Hidup adalah kelompok
orang yang terorganisasi dan terbentuk atas
rpp
kehendak sendiri yang tujuan dan kegiatannya
berkaitan dengan Lingkungan Hidup.
-pe
28. Audit Lingkungan Hidup adalah evaluasi yang
ad

dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung


jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
nlo

persyaratan hukum dan kebijakan yang ditetapkan


oleh pemerintah.
ow

29. Ekoregion adalah wilayah geografis yang memiliki


kesamaan ciri iklim, tanah, air, flora, dan fauna
2/d

asli, serta pola interaksi manusia dengan alam


/1

yang menggambarkan integritas sistem alam dan


Lingkungan Hidup.
22

30. Kearifan Lokal adalah nilai-nilai luhur yang


/20

berlaku dalam tata kehidupan masyarakat rlntuk


antara lain melindungi dan mengelola Lingkungan
om

Hidup secara lestari.


31. Masyarakat Hukum Adat adalah kelompok
si.c

masyarakat yang secara turun temurun bermukim


di wilayah geografis tertentu karena adanya ikatan
ula

pada asal usul leluhur, adanya hubungan yang


kuat dengan Lingkungan Hidup, serta adanya
eg

sistem nilai yang menentukan pranata ekonomi,


for

politik, sosial, dan hukum.


32. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau
.in

badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun


yang tidak berbadan hukum.
ww

33. Instrumen Ekonomi Lingkungan Hidup adalah


seperangkat kebijakan ekonomi untuk mendorong
//w

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau Setiap


Orang ke arah Pelestarian Fungsi Lingkungan
ps:

Hidup.
htt

34. Ancaman .

SK No 095916 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REFUBLIK INDONESIA

n-2
-78-

u
ah
34. Ancaman Serius adalah ancaman yang berdarnpak

2-t
luas terhadap Lingkungan Hidup dan
menimbulkan keresahan masyarakat.

or-
35. Persetujuan Lingkungan adalah keputusan
kelayakan Lingkungan Hidup atau pernyataan

om
kesanggupan pengelolaan Lingkungan Hidup yang
telah mendapatkan persetujuan dari Pemerintah

u-n
Pusat atau Pemerintah Daerah.
36.
p
Dihapus. erp
37. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan
d-p

pemerintahan negara Republik Indonesia yang


dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
loa

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
wn

38. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai


unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
/do

memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan


yang menjadi kewenangan daerah otonom.
/12

39. Menteri adalah menteri yang menyelerggarakan


22

urusan pemerintahan di bidang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup.
/20
om

2 Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
i.c

Pasal 20
(1) Penentuan terjadinya
las

Pencemaran Lingkungan
Hidup diukur melalui Baku Mutu Lingkungan
gu

Hidup.
Baku Mutu Lingkungan Hidup meliputi:
ore

12)
a. baku mutu air;
inf

b. baku mutu air Limbah;


c. baku mutu air laut;
.
ww

d. baku mutu udara ambien;


e. baku mutu emisi;
/w

'

f. baku mutu gangguan; dan


s:/

g. baku mutu lain sesuai dengan perkembangan


p

ilmu pengetahuan dan teknologi.


htt

(3) Setiap...

SK No 095917 A
ml
.ht
22
FRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-79-

ah
(3) Setiap Orang diperbolehkan untuk membuang

-t
Limbah ke media Lingkungan Hidup dengan

r-2
persyaratan:
a. memenuhi Baku Mutu Lingkungan Hidup;

mo
dan
b. mendapat persetujuan dari Pemerintah Pusat

o
u-n
atau Pemerintah Daerah.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Baku Mutu
rpp
Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud pada
ayat (21diatur dalam Peraturan Pemerintah.
-pe

3 Ketentuan Pasal 24 diubah sehingga berbunyi sebagai


ad

berikut:
nlo

Pasal24 !

(1) Dokumen Amdal merupakan dasar uji kelayakan


ow

Lingkungan Hidup untuk rencana usaha dan/atau


2/d

kegiatan.
(21 Uji kelayakan Lingkungan Hidup sebagaimana
/1

dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tim uji


kelayakan Lingkungan Hidup yang dibentuk oleh
22

lembaga uji kelayakan Lingkungan Hidup


/20

Pemerintah Pusat.
(3) Tim uji kelayakan Lingkungan Hidup sebagaimana
om

dimaksud pada ayat (2) terdiri atas unsur


Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan ahli
si.c

bersertifikat.
(41 Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
ula

menetapkan keputusan kelayakan Lingkungan


Hidup berdasarkan hasil uji kelayakan Lingkungan
eg

Hidup.
for

(5) Keputusan kelayakan Lingkungan Hidup


sebagaimana dimaksud pada ayat (41 digunakan
.in

sebagai persyaratan penerbitan Perizinan


ww

Berusaha, atau persetujuan Pemerintah Pusat atau


Pemerintah Daerah.
(6) Ketentuan mengenai tata laksana uji kelayakan
//w

Lingkungan Hidup diatur dalam Peraturan


ps:

Pemerintah.
htt

4 Ketentuan Pasal 25 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal25...
SK No 095918 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-80-

ah
Pasal 25

-t
Dokumen Amdal memuat:

r-2
a. pengkajian mengenai dampak rencana usaha

mo
dan/atau kegiatan;
b. evaluasi kegiatan di sekitar lokasi rencana usaha

o
dan/atau kegiatan;

u-n
c. saran masukan serta tanggapan masyarakat
terkena dampak langsung yang relevan terhadap
rpp
rencana usaha dan/atau kegiatan;
d. prakiraan terhadap besaran dampak serta sifat
-pe
penting dampak yang terjadi jika rencana usaha
dan/ atau kegiatan tersebut dilaksanakan;
ad

e. evaluasi secara holistik terhadap dampak yang


nlo

terjadi untuk menentukan kelayakan atau


ketidaklayakan Lingkungan Hidup; dan
ow

f. rencana pengelolaan dan pemantauan Lingkungan


Hidup.
/12/d

5 Ketentuan Pasal 26 diubah sehingga berbunyi sebagai


22

berikut:
/20

Pasal 26
(1) Dokumen Amdal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 disusun oleh pemrakarsa dengan
om

melibatkan masyarakat.
si.c

(21 Pen5rusunan dokumen Amdal dilakukan dengan


melibatkan masyarakat yang terkena dampak
ula

langsung terhadap rencana usaha dan/atau


kegiatan.
eg

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai proses pelibatan


for

masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (21


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
.in
ww

6 Ketentuan Pasal 27 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
//w

Pasal 27 ...
ps:
htt

SK No 095919 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-81 -

u
ah
Pasal27

2-t
Dalam men5rusun dokumen Amdal, pemrakarsa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dapat

or-
menunjuk pihak lain.

om
7 Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai

u-n
berikut:
Pasal 28
(1)
p
erp
Penyusun Amdal sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 26 ayat (1) dan Pasal 27 wajib memiliki
d-p

sertifikat kompetensi penyusun Amdal.


(21 Ketentuan mengenai sertifikasi dan kriteria
loa

kompetensi penJrusun Amdal diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
wn

8.
/do

Pasal 29 dihapus.
/12

9. Pasal 30 dihapus.
22

10. Pasal 31 dihapus.


/20

1.
om

1 Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
i.c

Pasal 32
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
las

membantu pen5rusunan Amdal bagi usaha


gu

dan/atau kegiatan usaha mikro dan kecil yang


berdampak penting terhadap Lingkungan Hidup.
ore

(21 Bantuan pen5rusunan Amdal sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) berupa fasilitasi, biaya,
inf

dan/ atau pen5rusunan Amdal.


.
ww

(3) Penentuan. . .
/w
ps:/
htt

SK No 095920 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-82-

ah
(3) Penentuan mengenai usaha dan/atau kegiatan

2-t
usaha mikro dan kecil sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan berdasarkan kriteria sesuai

r-
dengan ketentuan peraturan perundang-

mo
undangan.

-no
12. Ketentuan Pasal 34 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

pu
Pasal 34 erp
(1) Setiap usaha dan/atau kegiatan yang tidak
berdampak penting terhadap Lingkungan Hidup
d-p

wajib memenuhi standar UKL-UPL


(21 Pemenuhan standar UKL-UPL sebagaimana
loa

dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dalam


wn

pernyataan kesanggupan pengelolaan Lingkungan


Hidup.
/do

(3) Berdasarkan pernyataan kesanggupan pengelolaan


Lingkungan Hidup sebagaimana dimaksud pada
/12

ayat(2), Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah


menerbitkan P erizinan B e ru saha, atau pe rse tuj uan
22

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.


(4) Pemerintah Pusat menetapkan jenis usaha
/20

dan/atau kegiatan yang wajib dilengkapi UKL-UPL.


om

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai UKL-UPL diatur


dalam Peraturan Pemerintah.
si.c

13. Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga berbunyi sebagai


ula

berikut:
eg

Pasal 35
(1) Usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib
for

dilengkapi UKL-UPL wajib membuat surat


pernyataan kesanggupan pengelolaan dan
.in

pemantauan Lingkungan Hidup yang


ww

diintegrasikan ke dalam nomor induk berusaha.


(21 Penetapan jenis usaha danf atau kegiatan
//w

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


terhadap kegiatan yang termasuk dalam kategori
ps:

berisiko rendah.
htt

(3) Ketentuan. . .

SK No 095921 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-83-

ah
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai surat pernyataan

-t
kesanggupan pengelolaan dan pemantauan

r-2
Lingkungan Hidup diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

mo
14. Pasal 36 dihapus.

o
u-n
15. Ketentuan Pasal 37 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut: rpp
Pasal 37
-pe
Perizinan Berusaha dapat dibatalkan apabila:
ad

a. persyaratan yang diajukan dalam permohonan


Perizinan Berusaha mengandung cacat hukum,
nlo

kekeliruan, penyalahgunaan, serta ketidakbenaran


dan/atau pemalsuan data, dokumen, dan/atau
ow

informasi;
b. penerbitannya tanpa memenuhi syarat
2/d

sebagaimana tercantum dalam keputusan


/1

kelayakan Lingkungan Hidup atau pernyataan


kesanggupan pengelolaan Lingkungan Hidup; atau
22

c. kewajiban yang ditetapkan dalam dokumen Amdal


/20

atau UKL-UPL tidak dilaksanakan oleh


penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.
om
si.c

16. Pasal 38 dihapus.


ula

17. Ketentuan Pasal 39 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
eg

Pasal 39
for

(1) Keputusan kelayakan Lingkungan Hidup


diumumkan kepada masyarakat.
.in

(21 Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat


ww

(1) dilakukan melalui sistem elektronik dan/atau


cara lain yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
//w
ps:

18. Pasal 40 . . .
htt

SK No 095922 A
m l
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-84-

ah
18. Pasal 40 dihapus.

2-t
19. Ketentuan Pasal 55 diubah sehingga berbunyi sebagai

r-
mo
berikut:
Pasal 55

-no
(1) Pemegang Persetujuan Lingkungan wajib
menyediakan dana penjaminan untuk pemulihan

pu
fungsi Lingkungan Hidup.
(21 Dana penjaminan disimpan di bank pemerintah
erp
yang ditunjuk oleh Pemerintah Pusat.
d-p

(3) Pemerintah Pusat dapat menetapkan pihak ketiga


untuk melakukan pemulihan fungsi Lingkungan
loa

Hidup dengan menggunakan dana penjaminan.


(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai dana penjaminan
wn

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (21, dan


ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
/do
/12

20. Ketentuan Pasal 59 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
22

Pasal 59
(1)
/20

Setiap Orang yang menghasilkan Limbah E}3 wajib


melakukan Pengelolaan Limbah 83 yang
om

dihasilkannya.
(2) Dalam hal 83 sebagaimana dimaksud dalam Pasal
si.c

58 ayat (1) telah kedaluwarsa, pengelolaannya


mengikuti ketentuan Pengelolaan Limbah 83.
ula

(3) Dalam hal Setiap Orang sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) tidak mampu melakukan sendiri
eg

Pengelolaan Limbah B3, pengelolaannya


for

diserahkan kepada pihak lain.


(4) Pengelolaan Limbah 83 wajib mendapat Perizinan
.in

Berusaha atau persetujuan Pemerintah Pusat atau


Pemerintah Daerah.
ww
//w

(5) Pemerintah. . .
ps:
htt

SK No 095923 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-85-

ah
(5) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah wajib

-t
mencantumkan persyaratan Lingkungan Hidup

r-2
yang harus dipenuhi dan kewajiban yang harus
dipatuhi pengelola Limbah 83 dalam Perizinan

mo
Berusaha, atau persetujuan Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah.

o
(6) Keputusan pemberian Perizinan Berusaha wajib

u-n
diumumkan.
(71 Ketentuan lebih lanjut mengenai
rpp Pengelolaan
Limbah 83 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
-pe

21. Ketentuan Pasal 61 diubah sehingga berbunyi sebagai


ad

berikut:
nlo

Pasal 61
(1) Dumping/Pembuangan sebagaimana dimaksud
ow

dalam Pasal 60 hanya dapat dilakukan dengan


persetujuan dari Pemerintah Pusat.
2/d

(21 Dumping/Pembuangan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) hanya dapat dilakukan di lokasi yang
/1

telah ditentukan.
22

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan


/20

persyaratan Dumping/Pembuangan Limbah atau


bahan diatur dalam Peraturan Pemerintah.
om

22. Di antara Pasal 61 dan Pasal 62 disisipkan 1 (satu)


si.c

pasal, yakni Pasal 61A sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ula

Pasal 61A
eg

Dalam hal penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan:


a. menghasilkan, mengangkut, mengedarkan,
for

menyimpan, memanfaatkan, dan/atau mengolah


.in

E}3;
b. menghasilkan, mengangkut,
ww

menyimpan,
mengumpulkan, memanfaatkan, mengolah,
dan/atau menimbun Limbah 83;
//w

c. melakukan pembuangan air Limbah ke laut;


ps:

d. melakukan pembuangan air Limbah ke sumber air;


htt

e membuang

SK No 095924 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-86-

ah
e. membuang emisi ke udara; dan/atau

-t
f. memanfaatkan air Limbah untuk aplikasi ke tanah,

r-2
yang merupakan bagian dari kegiatan usaha,
pengelolaan tersebut dinyatakan dalam Amdal atau

mo
UKL-UPL.

o
u-n
23. Ketentuan Pasal 63 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 63 rpp
(1)
-pe
Da1am Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, Pemerintah Pusat bertugas dan berwenang:
ad

a. menetapkan kebijakan nasional;


b.
nlo

menetapkan norma, standar, prosedur, dan


kriteria;
ow

c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan


mengenai RPPLH nasional;
2/d

d. menetapkan dan melaksanakan kebijakan


mengenai KLHS;
/1

e. menetapkan dan melaksanakan kebijakan


22

mengenai Amdal dan UKL-UPL;


/20

f. menyelenggarakaninventarisasiSumberDaya
Alam nasional dan emisi gas rumah kaca;
om

g. mengembangkan standar kerja sama;


h. mengoordinasikan dan melaksanakan
si.c

pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup


dan/ atau Kerrrsakan Lingkungan Hidup;
ula

i. menetapkan dan melaksanakan kebijakan


eg

mengenai Sumber Daya Alam hayati dan


nonhayati, keanekaragaman hayati, sumber
for

daya genetik, dan keamanan hayati produk


rekayasa genetik;
.in

j. menetapkan dan melaksanakan kebijakan


ww

mengenai pengendalian dampak Perubahan


Iklim dan perlindungan lapisan ozon;
//w

k. menetapkan dan melaksanakan kebijakan


mengenai 83, Limbah, serta Limbah 83;,
ps:
htt

l.menetapkan...

SK No 095925 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-87 -

hu
1. menetapkan dan melaksanakan kebijakan

-ta
mengenai perlindungan lingkungan laut;

r-2
m. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai Pencemaran Lingkungan Hidup

mo
dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup lintas
batas negara;

-no
n. melakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap pelaksanaan kebijakan tingkat

pu
nasional dan kebijakan tingkat provinsi;
o. melakukan pembinaan dan pengawasan
erp
ketaatan penanggung jawab usaha danf atau
kegiatan terhadap ketentuan Persetujuan
d-p

Lingkungan dan peraturan perundang-


undangan;
loa

p. mengembangkan dan menerapkan instrurnen


Lingkungan Hidup;
wn

q. mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja


sama dan penyelesaian perseliSihan
/do

antardaerah serta penyelesaian Sengketa


/12

Lingkungan Hidup;
r. mengembangkan dan melaksanakan
kebijakan pengelolaan pengaduan
22

masyarakat;
/20

s. menetapkan standar pelayanan minimal;


t. menetapkan kebijakan mengenai tata cara
om

pengakuan keberadaan Masyarakat Hukum


Adat, Kearifan Lokal, dan hak Masyarakat
i.c

Hukum Adat yang terkait dengan


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
las

Hidup;
gu

u. mengelola informasi Lingkungan Hidup


nasional;
ore

v. mengoordinasikan, mengembangkan, dan


menyosialisasikan pemanfaatan teknologi
f
.in

ramah Lingkungan Hidup;


w. memberikan pendidikan, pelatihan,
ww

pembinaan, dan penghargaan;


x. mengembangkan sarana dan standar
/w

laboratorium Lingkungan Hidup;


y. menerbitkan Perizinan Berusaha atau
/
ps:

persetujuan Pemerintah Pusat;


z. menetapkan wilayah Ekoregion; dan
htt

aa. melakukan penegakan hukum Lingkungan


Hidup.
(2) Dalam...
SK No 095926 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-88-

ah
(21 Dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

-t
Hidup, Pemerintah Daerah provinsi sesuai dengan

r-2
norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat bertugas dan

mo
berwenang:
a. menetapkan kebijakan tingkat provinsi;

o
b. menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat

u-n
provinsi;

rpp
c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan
mengenai RPPLH provinsi;
-pe
d. melaksanakan kebijakan mengenai Amdal dan
UKL-UPL;
ad

e. menyelenggarakaninventarisasi SumberDaya
nlo

Alam dan emisi gas rumah kaca pada tingkat


provinsi;
ow

f. mengembangkan dan melaksanakan kerja


sama dan kemitraan;
2/d

g. mengoordinasikan dan melaksanakan


pengendalian Pencemaran Lingkungan Hidup
/1

dan/atau Kerusakan Lingkungan Hidup lintas


22

kabupaten/kota;
/20

h. melakukan pembinaan dan pengawasan


terhadap pelaksanaan kebijakan tingkat
om

kabupaten/kota;
i. melakukan pembinaan dan pengawasan
si.c

ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau


kegiatan sesuai dengan ketentuan peraturan
ula

perundang-undangan;
j. mengembangkan dan menerapkan instrumen
eg

Lingkungan Hidup; ,
for

k. mengoordinasikan dan memfasilitasi kerja


sama dan penyelesaian perselisihan
.in

antarkabupaten / antarkota serta penyelesaian


ww

Sengketa Lingkungan Hidup;


1. melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan
pengawasan kepada kabupatenlkota di
//w

bidang program dan kegiatan;


ps:

m. melaksanakan standar pelayanan minimal;


htt

n.menetapkan...

SK No 095927 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-89-

u
ah
n. menetapkan kebijakan mengenai tata cara

2-t
pengakuan keberadaan Masyarakat Hukum
Adat, Kearifan Lokal, dan hak Masyarakat

or-
Hukum Adat yang terkait dengan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

om
Hidup pada tingkat provinsi;
o. mengelola informasi Lingkungan Hidup

u-n
tingkat provinsi;
p. mengembangkan dan
p
erp menyosialisaSikan
pemanfaatan teknologi ramah Lingkungan
Hidup;
d-p

q. memberikan pendidikan, pelatihan,


pembinaan, dan penghargaan;
loa

r. menerbitkan Perizinan Berusaha atau


persetujuan Pemerintah Daerah pada tingkat
wn

provinsi; dan
s. melakukan penegakan hukum Lingkungan
/do

Hidup pada tingkat provinsi.


/12

(3) Dalam Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


Hidup, Pemerintah Daerah kabupaten/kota sesuai
22

dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria


yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat bertugas
/20

dan berwenang:
a. menetapkan kebijakan
om

tingkat
kabupaten/kota;
i.c

b. menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat


kabupatenlkota;
las

c. menetapkan dan melaksanakan kebijakan


gu

mengenai RPPLH tingkat kabupaten I kota;


d. melaksanakan kebijakan mengenai Amdal dan
ore

UKL-UPL;
inf

e. menyelenggarakaninventarisasiSumberDaya
Alam dan emisi gas rumah kaca pada tingkat
.
ww

kabupaten lkota1'
f. mengembangkan dan melaksanakan kerja
/w

sama dan kemitraan;


g. mengembangkan dan menerapkan instrr.rmen
s:/

Lingkungan Hidup;
p

h. memfasilitasi penyelesaian Sengketa


htt

Lingkungan Hidup;
i. melakukan . .

SK No 095928 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-90-

ah
i. melakukan pembinaan dan pengawasan

-t
ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau

r-2
kegiatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;

mo
j. melaksanakan standar pelayanan minimal;
k. melaksanakan kebijakan mengenai tata cara

o
u-n
pengakuan keberadaan Masyarakat Hukum
Adat, Kearifan Lokal, dan hak Masyarakat
Hukum Adat yang terkait
rpp dengan
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
-pe
Hidup pada tingkat kabupaten/kota;
1. mengelola informasi Lingkungan Hidup
ad

tingkat kabupaten/ kota;


m. mengembangkan dan melaksanakan
nlo

kebijakan sistem informasi Lingkungan Hidup


ow

tingkat kabupate n I kota;


n. memberikan pendidikan, pelatihan,
2/d

pembinaan, dan penghargaan;


o. menerbitkan Perizinan Berusaha atau
/1

persetujuan Pemerintah Daerah pada tingkat


22

kabupaten/kota; dan
p. melakukan penegakan hukum Lingkungan
/20

Hidup pada tingkat kabupaten I kota.


om

24. Ketentuan Pasal 69 diubah sehingga berbunyi sebagai


si.c

berikut:
Pasal 69
ula

(1) Setiap Orang dilarang:


eg

a. melakukan perbuatan yang mengakibatkan


Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau
for

Perusakan Lingkungan Hidup;


.in

b. memasukkan 83 yang dilarang menurut


peraturan perundang-undangan ke dalam
ww

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;


//w

c.memasukkan...
ps:
htt

SK No 095929 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-91 -

u
ah
c. memasukkan Limbah yang berasal dari luar

2-t
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
ke media Lingkungan Hidup Negara Kesatuan

or-
Republik Indonesia;
d. memasukkan Limbah 83 ke dalam wilayah

om
Negara Kesatuan Republik Indonesia;
e. membuang Limbah ke media Lingkungan

u-n
Hidup;

p
f. membuang 83 dan Limbah 83 ke media
erp
Lingkungan Hidup;
g. melepaskan produk rekayasa genetik ke media
d-p

Lingkungan Hidup yang bertentangan dengan


peraturan perundang-undangan atau
loa

Persetuj uan Lingkun gan ;


h. melakukan pembukaan lahan dengan cara
wn

membakar;
/do

i. men5rusun Amdal tanpa memiliki sertifikat


kompetensi penyusun Amdal; dan/atau
/12

j. memberikan informasi palsu, menyesatkan,


menghilangka5r informasi, merusak informasi,
22

atau memberikan keterangan yang tidak


/20

benar.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
om

huruf h dikecualikan bagi masyarakat yang


melakukan kegiatan dimaksud dengan
i.c

memperhatikan sungguh-sungguh Kearifan Lokal


di daerah masing-masing.
las
gu

25. Ketentuan Pasal 71 diubah sehingga berbunyi sebagai


ore

berikut:
Pasal 71
inf

(1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah


melakukan pengawasan terhadap ketaatan
.
ww

penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan atas


ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
/w

perundang-undangan di bidang Perlindungan dan


Pengelolaan Lingkungan Hidup.
s:/

(2) Pemerintah. . .
p
htt

SK No 095930A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-92-

u
ah
(21 Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah dapat

2-t
mendelegasikan kewenangannya dalam
melakukan pengawasan kepada pejabatlinstansi

or-
teknis yang bertanggung jawab di bidang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

om
(3) Dalam melaksanakan pengawasan, Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah menetapkan

u-n
pejabat pengawas Lingkungan Hidup yang
merupakan pejabat fungsional.

p
(41 erp
Ketentuan lebih lanjut mengenai pejabat pengawas
Lingkungan Hidup diatur dalam Peraturan
d-p

Pemerintah.
loa

26. Ketentuan Pasal 72 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
wn

Pasal72
/do

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai


dengan kewenangannya berdasarkan norma, standar,
/12

prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah


Pusat wajib melakukan pengawasan ketaatan
22

penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap


Perizinan Berusaha, atau persetujuan Pemerintah Pusat
/20

atau Pemerintah Daerah.


om

27. Ketentuan Pasal 73 diubah sehingga berbunyi sebagai


i.c

berikut:
las

Pasal 73
Menteri dapat melakukan pengawasan terhadap
gu

ketaatan penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan


yang Perizinan Berusaha atau persetujuan Pemerintah
ore

Daerah diterbitkan oleh Pemerintah Daerah dalam ha1


Menteri menganggap terjadi pelanggaran yang serius di
inf

bidang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan


.

Hidup berdasarkan norma, standar, prosedur, dan


ww

kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


/w

28. Ketentuan. . .
s:/
p
htt

SK No 095931 A
ml
2 .ht
02
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-93-

hu
28. Ketentuan Pasal 76 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

2
Pasal 76

or-
(1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
menerapkan sanksi administratif

om
kepada
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan jika
dalam pengawasan ditemukan pelanggaran

u-n
terhadap Perizinan Berrrsaha atau persetujuan

p
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
erp
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pengenaan sanksi administratif diatur dalam
d-p

Peraturan Pemerintah.
loa

29. Ketentuan Pasal 77 diubah sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
Pasal TT
/do

Menteri dapat menerapkan sanksi administratif


terhadap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
/12

dalam hal Menteri menganggap Pemerintah Daerah


secara sengaja tidak menerapkan sanksi administratif
22

terhadap pelanggaran yang serius di bidang


/20

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.


om

30. Pasal 79 dihapus.


si.c

31. Ketentuan Pasal 82 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ula

'

Pasal 82
eg

(1) Pemerintah Pusat berwenang untuk memaksa


for

penanggung jawab usaha dan / atau kegiatan untuk


melakukan pemulihan Lingkungan Hidup akibat
.in

Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau


Perusakan Lingkungan Hidup yang dilakukan oleh
ww

penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan.


//w

(2) Pemerintah
ps:
htt

SK No 095932 A
l
tm
2.h
02
PRES !DEN
REPLIBLIK INDONESIA

n-2
-94-

u
ah
(21 Pemerintah Pusat berwenang atau dapat menunjuk

2-t
pihak ketiga untuk melakukan pemulihan
Lingkungan Hidup akibat Pencemaran Lingkungan

or-
Hidup dan/atau Perusakan Lingkungan Hidup
yang dilakukan oleh penanggung jawab usaha

om
dan/atau kegiatan atas beban biaya penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan.

u-n
32.
p
Di antara Pasal 82 dan Pasal83 disisipkan 3 (tiga) pasal,
erp
yakni Pasal 82A, Pasal 828, dan Pasal 82C sehingga
berbunyi sebagai berikut:
d-p

Pasal 82A
Setiap Orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
loa

tanpa memiliki:
a. Perizinan Berusaha atau persetujuan Pemerintah
wn

Pusat atau Pemerintah Daerah sebagaimana


/do

dimaksud dalam Pasa1 24 ayat (5), Pasal 34 ayat


(3), atau Pasal 59 ayat (4); atau
/12

b. persetujuan dari Pemerintah Pusat atau


Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam
22

Pasal 20 ayat (3) huruf b,


/20

dikenai sanksi administratif.


om

Pasal 82B
(1) Setiap Orang yang melakukan usaha dan/atau
i.c

kegiatan yang memiliki:


las

a. Perizinan Berrrsaha atau persetujuan


Pemerintah Fusat atau Pemerintah Daerah
gu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat


ore

(5), Pasal 34 ayat (3), atau Pasal 59 ayat (4);


b. persetujuan dari Pemerintah Pusat atau
inf

Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 20 ayat (3) huruf b; atau
.
ww

c. persetujuan dari Pemerintah


Pusat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat
/w

(1),
s:/
p

yang
htt

SK No 095933 A
m l
.ht
22
PRES IDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-95-

ah
yang tidak sesuai dengan kewajiban dalam

2-t
Perizinan Berusaha atau persetujuan Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah dan/atau

r-
melanggar ketentuan peraturan perundang-

mo
undangan di bidang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, dikenai sanksi administratif.

-no
(21 Setiap Orang yang melanggar larangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69, yaitu:

pu
a. melakukan perbuatan yang mengakibatkan
erp
Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau
Perusakan Lingkungan Hidup sebagaimana
d-p

dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf a, di


mana perbuatan tersebut dilakukan karena
loa

kelalaian dan tidak mengakibatkan bahaya


kesehatan manusia, Iuka, luka berat,
wn

dan/atau matinya orang, dikenai sanksi


administratif dan mewajibkan kepada
/do

penanggung jawab perbuatan itu untuk


melakukan pemulihan fungsi Lingkungan
/12

Hidup dan/atau tindakan lain,yang


diperlukan; atau
22

b. men5rusun Amdal tanpa memiliki sertifikat


kompetensi penyusun Amdal sebagaimana
/20

dimaksud dalam Pasal 69 ayat (1) huruf i


dikenai sanksi administratif.
om

(3) Setiap Orang yang karena kelalaiannya melakukan


perbuatan yang mengakibatkan dilampauinya
si.c

baku mutu udara ambien, baku mutu air, baku


mutu air laut, atau Kriteria Baku Kerusakan
ula

Lingkungan Hidup yang tidak sesuai dengan


Perizinan Berusaha yang dimilikinya dikenai
eg

sanksi administratif.
for
.in

Pasal 82C
(1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam
ww

Pasal 82A dan Pasal 828 berupa:


a. teguran tertulis;
//w

b. paksaan pemerintah;
ps:

c. denda administratif;
d. pembekuan Perizinan Berrrsaha; dan latau
htt

e. pencabutan Perizinan Berrrsaha


(2) Ketentuan. . .

SK No 095934 A
ml
.ht
22
PRES lDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-96-

h
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,

-ta
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi

r-2
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

mo
33. Ketentuan Pasal 88 diubah

-no
sehingga berbunyi sebagai
berikut:

pu
Pasal 88
Setiap Orang yang tindakannya, usahanya, dan/atau
erp
kegiatannya menggunakan 83, menghasilkan danf atau
mengelola Limbah 83, dan/atau yang menimbulkan
d-p

Ancaman Serius terhadap Lingkungan Hidup


bertanggung jawab mutlak atas kerugian yang terjadi
loa

dari usaha dan/atau kegiatannya.


wn

34. Pasal 93 dihapus.


/do

35.
/12

Pasal 102 dihapus.


22

36. Ketentuan Pasal 109 diubah sehingga berbunyi sebagai


20

berikut:
Pasal 109
m/

Setiap Orang yang melakukan usaha danf atau kegiatan


o

tanpa memiliki:
i.c

a. Perizinan Berusaha atau persetujuan Pemerintah


las

Pusat, atau Pemerintah Daerah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 24 ayat (5), Pasal 34 ayat
gu

(3), atau Pasa1 59 ayat (4);


b. persetujuan dari Pemerintah Pusat atau
e
for

Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 20 ayat (3) huruf b; atau
.in

c. persetujuan dari Pemerintah Pusat


ww

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6l ayat


(1),
//w

yang
ps:
htt

SK No 095935 A
ml
.ht
22
PRESIOEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-97 -

ah
yang mengakibatkan timbulnya korban/kerusakan

-t
terhadap kesehatan, keselamatan, dan/atau

r-2
Lingkungan Hidup, dipidana dengan pidana penjara
paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 3 (tiga)

mo
tahun dan pidana denda paling sedikit
Rp1.0O0.00O.000,00 (satu miliar rupiah) dan paling

o
banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

u-n
37. Pasal 110 dihapus.
rpp
-pe
38. Ketentuan Pasal 111 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
ad

Pasal 1 1 1
nlo

Pejabat pemberi Persetujuan Lingkungan yang


menerbitkan Persetujuan Lingkungan sebagaimana
ow

dimaksud dalam Pasal 24 ayat (a) dan Pasal 34 ayat (3)


tanpa dilengkapi dengan Amdal atau UKL-UPL dipidana
2/d

dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan


pidana denda paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga
/1

miliar rupiah).
22
/20

39. Ketentuan Pasal 112 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
om

Pasal 1 12
Setiap pejabat berwenang yang dengan sengaja tidak
si.c

melakukan pengawasan terhadap ketaatan


penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap
ula

peraturan perundang-undangan dan Perizinan


Berusaha atau persetujuan Pemerintah Pusat atau
eg

Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud dalam


for

Pasal 72 yang mengakibatkan terjadinya Pencemaran


Lingkungan Hidup dan/atau Kerusakan Lingkungan
.in

Hidup yang mengakibatkan hilangnya nyawa manusia


dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
ww

tahun atau pidana denda paling banyak


Rp50O.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
//w

Paragraf4...
ps:
htt

SK No 095936A
ml
.ht
22
PRES IDEN

-20
REPUBLIK INOONESIA

un
-98-

ah
Paragraf 4

-t
Persetujuan Bangunan Gedung dan Sertifikat Laik Fungsi

r-2
mo
Pasal 23
Untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat, terutama

o
Pelaku Usaha dalam memperoleh Persetujuan Bangunan

u-n
Gedung dan sertifikat laik fungsi bangunan, Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini mengubah,
rpp
menghapus, atau menetapkan pengaturan baru beberapa
ketentuan yang diatur dalam:
-pe
a. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2OO2 tentang
Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik
ad

Indonesia Tahun 2OO2 Nomor 134, Tambahan


nlo

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 42471; dan


b. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2Ol7 tentang Arsitek
ow

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol7


Nomor 179, Tambahan Lembaran Negara Republik
2/d

Indonesia Nomor 6108).


/1
22

Pasal24
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 28
/20

Tahun 2OO2 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2OO2 Nomor I34, Tambahan
om

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 42471 diubah


sebagai berikut:
si.c
ula

1 Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
eg

Pasal 1
for

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


1. Bangunan Gedung adalah wujud fisik hasil
.in

pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat


kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada
ww

di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air,


yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan
//w

kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat


tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha,
ps:

kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus.


htt

2. Penyelenggaraan

SK No 095937 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-99 -

hu
2. Penyelenggaraan Bangunan Gedung adalah

-ta
kegiatan pembangunan yang meliputi perencanaan

r-2
teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan
pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran.

mo
3. Pemanfaatan Bangunan Gedung adalah kegiatan
memanfaatkan Bangunan Gedung sesuai dengan

-no
fungsi yang telah ditetapkan, termasuk kegiatan
Pemeliharaan, Perawatan, dan Pemeriksaan

pu
Berkala.
erp
4. Pemeliharaan adalah kegiatan menjaga keandalan
Bangunan Gedung beserta prasarana dan
d-p

sarananya agar selalu laik fungsi.


5. Perawatan adalah kegiatan memperbaiki dan/atau
loa

mengganti bagian Bangunan Gedung, komponen,


bahan bangunan, danf atau prasarana dan sarana
wn

agar Bangunan Gedung tetap laik fungsi.


6. Pemeriksaan Berkala adalah kegiatan pemeriksaan
/do

keandalan seluruh atau sebagian Bangunan


Gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau
/12

prasarana dan sarananya dalam tenggang waktu


tertentu guna menyatakan kelaikan fungsi
22

Bangunan Gedung.
/20

7. Pelestarian adalah kegiatan Perawatan,


pemugaran, serta Pemeliharaan Bangunan Gedung
om

dan lingkungannya untuk mengembalikan


keandalan bangunan tersebut sesuai dengan
i.c

aslinya atau sesuai dengan keadaan menurut


las

periode yang dikehendaki.


8. Pembongkaran adalah kegiatan membongkar atau
gu

merobohkan seluruh atau sebagian Bangunan


Gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau
ore

prasarana dan sarananya.


9. Pemilik Bangunan Gedung adalah orang, badan
f
.in

hukum, kelompok orang, atau perkumpulan, yang


menurut hukum sah sebagai pemilik Bangunan
ww

Gedung.
10. Pengguna Bangunan Gedung adalah Pemilik
/w

Bangunan Gedung dan/atau bukan Pemilik


/

Bangunan Gedung berdasarkan kesepakatan


ps:

dengan Pemilik Bangunan Gedung, yang


menggunakan dan/atau mengelola Bangunan
htt

Gedung atau bagian Bangunan Gedung sesuai


dengan fungsi yang ditetapkan.
11. Pengkaji. . .

SK No 095938 A
ml
.ht
22
PRES IDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
- 100-

h
1.
Pengkaji Teknis adalah orang perseorangan atau

-ta
1
badan usaha, baik yang berbadan hukum maupun

r-2
tidak berbadan hukum, yang mempunyai sertifikat
kompetensi kerja kualifikasi ahli atau sertifikat

mo
badan usaha untuk melaksanakan pengkajian
teknis atas kelaikan fungsi Bangunan Gedung.

-no
12. Masyarakat adalah perseorangan, kelompok,
badan hukum atau usaha, dan lembaga atau

pu
organisasi yang kegiatannya di bidang Bangunan
Gedung, termasuk masyarakat hukum adat dan
erp
masyarakat ahli, yang berkepentingan dengan
Penyelenggaraan Bangunan Gedung.
d-p

13. Prasarana dan Sarana Bangunan Gedung adalah


fasilitas kelengkapan di dalam dan di luar
loa

Bangunan Gedung yang mendukung pemenuhan


terselenggaranya fungsi Bangunan Gedung.
wn

14. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik


Indonesia yang
/do

memegang kekud.saan
pemerintahan negara Republik Indonesia yang
dibantu oleh Wakil Presiden dan
/12

menteri
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
22

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


15. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagq.i
/20

unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang


memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
om

yang menjadi kewenangan daerah otonom.


16. Penyedia Jasa Konstruksi adalah pemberi layanan
si.c

jasa konstruksi.
17. Profesi Ahli adalah seseorang yang telah memenuhi
ula

standar kompetensi dan ditetapkan oleh lembaga


yang diakreditasi oleh Pemerintah Pusat.
eg

18. Penilik Bangunan Gedung yang selanjutnya


for

disebut Penilik adalah orang perseorangan yang


memiliki kompetensi, yang diberi tugas oleh
.in

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai


dengan kewenangannya untuk melakukan
ww

inspeksi terhadap Penyelenggaraan Bangunan


Gedung.
//w

19. Persetujuan Bangunan Gedung adalah perizinan


yang diberikan kepada Pemilik Bangunan Gedung
ps:

untuk membangun baru, mengubah, memperluas,


htt

mengurangi, dan/atau merawat Bangunan Gedung


sesuai dengan standar teknis Bangunan Gedung.
2. Ketentuan .

SK No 095939 A
ml
.ht
22
PRES IDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-101 -

ah
2 Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 5

or-
(1) Setiap Bangunan Gedung memiliki fungsi dan

om
klasifikasi Bangunan Gedung.
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai fungsi dan

u-n
klasifikasi Bangunan Gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
rpp
-pe
3 Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
ad

Pasal 6
lo

(1) Fungsi Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud


wn

dalam Pasal 5 harus digunakan sesuai dengan


peruntukan lokasi yang diatur dalam rencana
/do

detail tata ruang.


(21 Fungsi Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud
/12

pada ayat (1) dicantumkan dalam Persetujuan


Bangunan Gedung.
22

(3) Perubahan fungsi Bangunan Gedung harus


20

mendapatkan Persetujuan Bangunan Gedung


m/

kembali dari Pemerintah Pusat.


(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
.co

memperoleh Persetujuan Bangunan Gedung


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
i
las

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


gu

4 Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi sebagai


ore

berikut:
Pasal 7
f
.in

(1) Setiap Bangunan Gedung harus memenuhi


standar teknis Bangunan Gedung sesuai dengan
ww

fungsi dan klasifikasi Bangunan Gedung.


(21 Penggunaan ruang atas tanah danlatau bawah
//w

tanah dan/ atau air untuk Bangunari Gedung


harus dilakukan sesuai dengan ketentuan
ps:

peraturan perundang-undangan.
htt

(3) Dalam . . .

SK No095940A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-to2-

hu
(3) Dalam hal Bangunan Gedung merupakan

-ta
Bangunan Gedung adat dan cagar budaya,

2
Bangunan Gedung mengikuti ketentuan khusus

or-
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

om
(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai standar teknis
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam

u-n
Peraturan Pemerintah.

p
5 Pasal 8 dihapus.
erp
d-p

6 Pasal 9 dihapus.
loa

7 Pasal 1O dihapus.
wn
o

8 Pasal 1 1 dihapus.
/1 2/d

9 Pasal 12 dihapus.
22

10. Pasal 13 dihapus.


20
/
om

11. Pasal 14 dihapus.


si.c

12. Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ula

Pasal 15
g

(1) Penerapan pengendalian dampak lingkungan


ore

hanya berlaku bagi Bangunan Gedung yang dapat


menimbulkan dampak penting terhadap
inf

lingkungan.
(21
.

Pengendalian dampak lingkungan pada Bangunan


ww

Gedung sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
/w

perundang-undangan.
s:/

13. Pasal 16. . .


p
htt

SK No 095941 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-103-

u
ah
13. Pasal 16 dihapus.

2-t
14. Pasal 17 dihapus.

r-
mo
15. Pasal 18 dihapus.

-no
16. Pasal 19 dihapus.

pu
erp
17. Pasal 2O dihapus.
d-p

18. Pasal 2l dihapus.


loa
wn

19. Pasal 22 dihapus.


/do

20. Pasal 23 dihapus.


/12

21. Pasal 24 dihapus.


22
20

22. Pasal25 dihapus.


m/

23. Pasal 26 dihapus.


co
si.

24. Pasal 27 dihapus.


ula

25. Pasal 28 dihapus.


eg
for

26. Pasal 29 dihapus.


.in

27. Pasal30 dihapus.


ww
//w

28. Pasal 3l dihapus.


ps:

29.PasaJ32 . .
htt

SK No 095942 A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-ro4-

hu
29. Pasal 32 dihapus.

-ta
2
or-
30. Pasal 33 dihapus.

om
31. Ketentuan Pasal 34 diubah sehingga berbunyi sebagai

u-n
berikut:
Pasal 34

p
(1) Penyelenggaraan Bangunan Gedung meliputi
erp
kegiatan pembangunan, Pemanfaatan Bangunan
Gedung, Pelestarian, dan Pembongkaran.
d-p

(2) Dalam Penyelenggaraan Bangunan Gedung


sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
loa

penyelenggara berkewajiban memenuhi standar


teknis Bangunan Gedung.
wn

(3) Penyelenggara Bangunan Gedung terdiri atas


o

Pemilik Bangunan Gedung, Penyedia Jasa


2/d

Konstruksi, Profesi Ahli, Penilik, Pengkaji Teknis,


dan Pengguna Bangunan Gedung.
/1

(41 Dalam hal terdapat perubahan standar teknis


22

Bangunan Gedung, Pemilik Bangunan Gedung


yang belum memenuhi standar teknis sebagaimana
20

dimaksud pada ayat (2) tetap harus memenuhi


/

ketentuan standar teknis secara bertahap.


om
si.c

32. Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ula

Pasal 35
(1) Pembangunan Bangunan Gedung diselenggarakan
g
ore

melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan


pengawasan.
inf

(21 Pembangunan Bangunan Gedung dapat dilakukan,


baik di tanah milik sendiri maupun di tanah milik
.
ww

pihak lain.
/w

(3) Pembangunan . . .
s:/
p
htt

SK No 095943 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-105-

hu
(3) Pembangunan Bangunan Gedung di atas tanah

-ta
milik pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat

2
(21 dilakukan berdasarkan pedanjian tertulis

or-
antara pemilik tanah dan Pemilik Bangunan
Gedung.

om
(4) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus dilakukan oleh penyedia jasa perencana

u-n
konstruksi yang memenuhi syarat dan standar
kompetensi sesuai dengan ketentuan peraturan

(5)
rpp
perundang-undangan.
Penyedia jasa perencana konstruksi sebagaimana
-pe
dimaksud pada ayat (4) harus merencanakan
Bangunan Gedung dengan acuan standar teknis
ad

Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud dalam


lo

Pasal 7 ayat (l ).
wn

(6) Dalam hal Bangunan Gedung direncanakan tidak


sesuai dengan standar teknis sebagaimana
/do

dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), Bangunan


Gedung harus dilengkapi hasil pengujian untuk
/12

mendapatkan persetujuan rencana teknis dari


Pemerintah Pusat.
22

(7) Hasil perencanaan harus dikonsultasikan dengan


20

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai


dengan kewenangannya berdasarkan norna,
m/

standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan


oleh Pemerintah Pusat untuk mendapatkan
.co

pernyataan pemenuhan standar teknis Bangunan


i

Gedung.
las

(8) Dalam hal perencanaan Bangunan Gedung yang


menggunakan prototipe yang ditetapkan
gu

Pemerintah Pusat, perencanaan B€rngunan Gedung


ore

tidak memerlukan kewajiban konsultasi dan tidak


memerlukan pemeriksaan pemenuhan standar.
f
.in

33. Pasal 36 dihapus.


ww
//w

34. Di antara Pasal 36 dan Pasal 37 disisipkan 2 (dua) pasal,


yakni Pasal 36A dan Pasal 368 sehingga berbunyi
ps:

sebagai berikut:
htt

Pasal 36A . . .

SK No 096536 A
lm
2 .ht
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-106-

hu
-ta
Pasal 36A
(1) Pelaksanaan pembangunan Bangunan Gedung

2
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1)

or-
dilakukan setelah mendapatkan Persetqjuan
Bangunan Gedung.

om
(21 Persetujuan Bangunan Gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diperoleh setelah

u-n
mendapatkan pernyataan pemenuhan standar

p
teknis Bangunan Gedung dari Pemerintah Pusat
erp
atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya berdasarkan norma, standar,
d-p

prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh


Pemerintah Pusat.
loa

(3) Persetujuan Bangunan Gedung sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dimohonkan kepada
wn

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai


dengan kewenangannya berdasarkan norma,
/do

standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan


oleh Pemerintah Pusat melalui sistem elektronik
/12

yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat.


22

Pasal 36E}
(1) Pelaksanaan pembangunan Bangunan Gedung
/20

dilakukan oleh Penyedia Jasa Konstruksi yang


memenuhi syarat dan standar kompetensi sesuai
om

dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.
si.c

(21 Penyedia jasa pengawasan atau manajemen


konstruksi melakukan kegiatan pengawasan dan
ula

bertanggung jawab untuk melaporkan setiap


tahapan pekerjaan.
eg

(3) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai


for

dengan kewenangannya berdasarkan norma,


standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan
.in

oleh Pemerintah Pusat melakukan inspeksi' pada


ww

setiap tahapan sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) sebagai pengawasan yang dapat menyatakan
lanjut atau tidaknya pekerjaan konstruksi ke tahap
//w

berikutnya.
(41 Tahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
ps:

meliputi:
htt

a. pekerjaan struktur bawah;


b. pekerjaan basemen jika ada;
c. pekerjaan . . .

SK No 096537 A
ml
.ht
22
PRESIOEN

-20
FIEPUBLIK INDONESIA

-to7-

un
h
c. pekerjaan struktur atas; dan

-ta
d. pengujian.

r-2
(5) Dalam melalsanakan inspeksi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) Pemerintah Pusat atau

mo
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
menugaskan Penilik berdasarkan norma, standar,

-no
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.

pu
(6) Dalam hat pelaksanaan diperlukan adanya
erp
perubahan dan/atau penyesuaian terhadap
rencana teknis, penyedia jasa perencana wajib
d-p

melaporkan kepada Pemerintah Pusat' atau


Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
loa

untuk mendapatkan persetujuan sebelum


pelaksanaan perubahan dapat dilanjutkan
wn

berdasarkan norrna, standar, prosedur, dan


kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
/do

35. Ketentuan
/12

Pasal 37 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
22

Pasal 37
(1) Pemanfaatan Bangunan Gedung dilakukan oleh
/20

Pemilik Bangunan Gedung dan/ atau Pengguna


Bangunan Gedung setelah Bangunan Gedung
om

tersebut mendapatkan sertifikat laik fungsi.


si.c

(21 Sertilikat laik fungsi sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diterbitkan oleh Pemerintah Pusat atau
ula

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya


berdasarkan surat pernyataan kelaikan fungsi
eg

yang diajukan oleh penyedia jasa pengawasan atau


manajemen konstruksi kepada Pemerintah Pusat
for

atau Pemerintah Daerah sesuai dengan


kewenangannya melalui sistem elektronik yang
.in

diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat,


ww

berdasarkan norma, standar, prosedur, dan


kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
//w

(3) Surat . .
ps:

.
htt

SK No 096538 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-108-

hu
(3) Surat pernyataan kelaikan fungsi sebagaimana

a
2-t
dimaksud pada ayat (2) diterbitkan setelah inspeksi
tahapan terakhir sebagaimana dimaksud dalam

or-
Pasal 36El ayat (4) huruf d yang menyatakan
Bangunan Gedung memenuhi standar teknis

m
Bangunan Gedung.

-no
(4) Penerbitan sertifikat laik fungsi Bangunan Gedung
dilakukan bersamaan dengan penerbitan surat

pu
bukti kepemilikan Bangunan Gedung.
(5) erp
Pemeliharaan, Perawatan, dan Pemeriksaan
Berkala pada Bangunan Gedung harus dilakukan
d-p

untuk memastikan Bangunan Gedung tetap


memenuhi persyaratan laik fungsi.
loa

(6) Dalam Pemanfaatan Bangunan Gedung, Pemilik


Bangunan Gedung, dan/ atau Pengguna Bangunan
wn

Gedung mempunyai hak dan kewajiban


sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
/do

36. Di antara Pasa1 37 dan Pasal 38 disisipkan 1 (satu)


/12

pasal, yakni Pasal 37A sehingga berbunyi sebagai


22

berikut:
Pasal 37A
20

Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan,


m/

pelaksanaan, pengawasan, dan Pemanfaatan Bangunan


Gedung diatur dalam Peraturan Pemerintah.
co
si.

37. Ketentuan Pasal 39 diubah sehingga berbunyi sebagai


ula

berikut:
Pasal 39
eg

(1) Bangunan Gedung dapat dibongkar apabila:


for

a. tidak laik fungsi dan tidak dapat diperbaiki;


.in

b. berpotensi menimbulkan bahaya dalam


Pemanfaatan Bangunan Gedung dan/atau
ww

lingkungannya;
c. tidak memiliki Persetqjuan Bangunan
//w

Gedung; atau
ps:

d. ditemukan . . .
htt

SK No 096539 A
ml
.ht
22
PRESIOEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-109-

ah
d. ditemukan ketidaksesuaian antara

2-t
pelaksanaan dan rencana teknis Bangunan
Gedung yang tercantum dalam persetujuan

or-
saat dilakukan inspeksi Bangunan Gedung.
(21 Bangunan Gedung yang dapat dibongkar

om
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan
huruf b ditetapkan oleh Pemerintah Pusat atau

u-n
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
berdasarkan hasil pengkajian teknis dan
rpp
berdasarkan norma, standar, prosedur, dan
kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
-pe
(3) Pengkajian teknis Bangunan Gedung sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), kecuali untuk rumah
ad

tinggal tunggal, dilakukan oleh Pengkaji Teknis.


nlo

(4) Pembongkaran yang mempunyai dampak luas


terhadap keselamatan umum dan lingkungan
ow

harus dilaksanakan berdasarkan rencana teknis


Pembongkaran yang telah disetujui oleh
/d

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai


/12

dengan kewenangannya berdasarkan norma,


standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan
22

oleh Pemerintah Pusat.


(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata
20

cara
Pembongkaran sebagaimana dimaksud pada ayat
/
om

(1), ayat (21, ayat (3), dan ayat (41 diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
s i.c

38. Ketentuan Pasal 4O diubah sehingga berbunyi sebagai


ula

berikut:
Pasal 40
g
ore

(1) Dalam Penyelenggaraan Bangunan Gedung,


Pemitik Bangunan Gedung mempunyai hak:
inf

a. mendapatkan pengesahan dari Pemerintah


Pusat atas rencana teknis Bangunan Gedung
w.

yang telah memenuhi persyaratan;


w

b. melaksanakan Bangunan
/w

Gedung sesuai dengan Persetqiuan Bangunan


Gedung yang telah ditetapkan oleh
s:/

Pemerintah Pusat;
p
htt

c.mendapatkan...

SK No096540A
ml
.ht
22
PRESIOEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-110-

ah
c. mendapatkan surat ketetapan Bangunan

2-t
Gedung dan/atau lingkungan yang dilindungi
dan dilestarikan dari Pemerintah Pusat;

or-
d. mendapatkan insentif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di

om
bidang cagar budaya;

u-n
e. mengubah fungsi Bangunan Gedung setelah
mendapat Persetujuan Bangunan Gedung dari

rpp
Pemerintah Pusat; dan
f. mendapatkan ganti rugi sesuai dengan
-pe
ketentuan peratur€rn perundang-undangan
dalam hal Bangunan Gedung dibongkar oleh
ad

Pemerintah Pusat bukan karena kesalahan


Pemilik Bangunan Gedung.
nlo

(21 Dalam Penyelenggaraan Bangunan Gedung,


ow

Pemilik Bangunan Gedung mempunyai kewajiban:


a. menyediakan rencana teknis Bangunan
/d

Gedung yang memenuhi standar teknis


/12

Bangunan Gedung yang ditetapkan sesuai


dengan fungsinya;
22

b. memiliki Persetujuan Bangunan Gedung;


c.
20

melaksanakan pembangunan Bangunan


Gedung sesuai dengan rencana teknis;
/
om

d. mendapat pengesahan dari Pemerintah Pusat


atas perubahan rencana teknis Bangunan
i.c

Gedung yang terjadi pada tahap pelaksanaan


bangunan; dan
s
ula

e. menggunakan penyedia jasa perencana,


pelaksana, pengawas, dan Pengkaji Teknis
g

yang memenuhi syarat sesuai dengan


ore

ketentuan peraturan perundang-undangan


untuk melaksanakan pekerjaan terkait
inf

Bangu.nan Gedung.
w.

39. Ketentuan
w

Pasal 41 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/w
s:/
p

Pasal 41 ...
htt

SK No 095949 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA

- 111-

hu
-ta
Pasal 41
(1) Dalam Penyelenggaraan Bangunan -Gedung,

r-2
Pemilik Bangunan Gedung dan/ atau Pengguna
Bangunan Gedung memPunYai hak:

mo
a. mengetahui ta:ta cara Penyelenggaraan

-no
Bangunan Gedung;
b. mendapatkan keterangan tentang peruntukan

pu
tokasi dan intensitas bangunan pada lokasi
dan/ atau ruang tempat bangunan akan
erp
dibangun;
c. mendapatkan keterangan mengenai standar
d-p

teknis Bangunan Gedung; dan/ atau


d. mendapatkan keterangan mengenai
loa

Bangunan Gedung dan/atau lingkungan yang


n

harus dilindungi dan dile starikan.


ow

(21 Dalam Penyelenggaraan Bangunan


Pemilik Bangunan Gedung dan/ atau -Gedung,
Pengguna
2/d

Bangunan Gedung mempunyai kewajiban:


a. memanfaatkan Bangunan Gedung sesuai
/1

dengan fungsinYa;
22

b. memelihara dan/ atau merawat Bangunan


/20

Gedung secara berkala;


c. melengkapi pedoman/petunjuk pelaksanaan
m

Pemanfaatan Bangunan Gedung dan


co

Pemeliharaan;
d. melaksanakan Pemeriksaan Berkala atas
si.

kelaikan fungsi Bangunan Gedung;


la

Bangunan Gedung Yang telah


gu

e.
ditetapkan tidak laik fungsi; dan
ore

f. membongkar Bangunan Gedung dalam hal:


1. telah ditetapkan tidak laik fungsi dan
f
.in

tidak daPat diPerbaiki;


2. berpotensi menimbulkan bahaya dalam
ww

pemanfaatannYa;
3. tidak memiliki Persetujuan Bangr'rnan
/w

Gedung; atau
s:/

4. ditemukan . .
p

.
htt

SK No 095950 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUtsLIK INOONESIA

-lt2-

unh
4. ditemukan ketidaksesuaian ar:.tara

-ta
pelaksanaan dengan rencana teknis

r-2
Bangunan Gedung yang tercantum
dalam Persetujuan Bangunan Gedung

mo
saat dilakukan inspeksi Bangunan
Gedung.

-no
(3) Kewajiban membongkar Bangunan Gedung
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f

pu
dilaksanakan dengan tidak mengganggu
keselamatan dan ketertiban umum.
erp
d-p

40. Ketentuan Pasal 43 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
loa

Pasal 43
(1)
wn

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai


dengan kewenangannya berdasarkan nonna,
/do

standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan


oleh Pemerintah Pusat menyelenggarakan
/12

pembinaan Bangunan Gedung secara nasional


untuk meningkatkan pemenuhan persyaratan dan
22

tertib Penyelenggaraan Bangunan Gedung.


(21 Sebagian penyelenggaraan dan pelaksanaan
20

pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


m/

dilakukan bersama-sama dengan Masyarakat yang


terkait dengan Bangunan Gedung.
o

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan


i.c

Bangunan Gedung sebagaimana dimaksud pada


las

ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.


gu

41. Ketentuan Pasal 44 diubah sehingga berbunyi sebagai


e
for

berikut:
Pasal 44
.in

Setiap Pemilik Bangunan Gedung, Pengguna Bangunan


ww

Gedung, Penyedia Jasa Konstruksi, Profesi Ahli, Penilik,


dan/ atau Pengkaji Teknis yang tidak memenuhi
kewajiban pemenuhan fungsi, persyaratan, dan/ atau
//w

Penyelenggaraan Bangunan Gedung sebagaimana


dimaksud dalam Undang-Undang ini dikenai sanksi
ps:

administratif.
htt

42. Ketentuan . . .

SK No 096541 A
m l
2.ht
02
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
- 113 -

hu
42. Ketentuan Pasal 45 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

2
Pasal 45

or-
(1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam

om
Pasal 44 dapat berupa:
a. peringatantertulis;

u-n
b. pembatasan kegiatan pembangunan;
c. penghentian sementara atau tetap
p
pada
erp
pekerjaan pelaksanaan pembangunan;
d. penghentian sementara atau tetap pada
d-p

Pemanfaatan Bangunan Gedung;


e. pembekuan Persetujuan Bangunan Gedung;
loa

f. pencabutan Persetqiuan Bangunan Gedung;


wn

g. pembekuan sertilikat laik fungsi Bangunan


Gedung;
/do

h. pencabutan sertiflkat laik fungsi Bangunan


Gedung; atau
/12

i. perintahPembongkaran.
22

l2l Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis, dan


tata cara pengenaan sanksi administratif
/20

sebagaimana dimaksud pada ayat (l) diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
om

43. Ketentuan
si.c

Pasal 46 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ula

Pasal 46
(1) Setiap Pemilik Bangunan Gedung dan/ atau
eg

Pengguna Bangunan Gedung yang tidak


for

memenuhi ketentuan dalam Undang-Undang ini


dipidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau
.in

pidana denda paling banyak l0% (sepuluh persen)


dari nilai Bangunan Gedung jika karenanya
ww

mengakibatkan kerugian harta benda orang lain.


//w

(2) Setiap. . .
ps:
htt

SK No 095952 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-Lt4-

h
(2) Setiap Pemilik Bangunan Gedung dan/atau

-ta
Pengguna Bangunan Gedung yang tidak memenuhi

r-2
ketentuan dalam Undang-Undang ini dipidana
penjara paling lama 4 (empat) tahun atau pidana

mo
denda paling banyak 15olo (lima belas persen) dari
nilai Bangunan Gedung jika karenanya

-no
mengakibatkan kecelakaan bagi orang lain yang
mengakibatkan cacat seumur hidup.

pu
(3) Setiap Pemilik Bangunan Gedung dan/ atau
erp
Pengguna Bangunan Gedung yang tidak memenuhi
ketentuan dalam Undang-Undang ini dipidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana
d-p

denda paling banyak 2Oo/o (dua puluh persen) dari


nilai Bangunan Gedung jika karenanya
loa

mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain.


wn

(41 Dalam proses peradilan atas tindakan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan
/do

ayat (3), hakim memperhatikan pertimbangan dari


Profesi Ahli.
/12

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,


besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
22

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (21, darr


/20

ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.


om

44. Di antara Pasal 47 dan Pasal 48 disisipkan 1 (satu)


pasal, yakni Pasal 47A sehingga berbunyi sebagai
si.c

berikut:
Pasal 47A
ula

(1) Pemerintah Pusat menetapkan prototipe Bangunan


eg

Gedung sesuai dengan kebutuhan.


(2) Prototipe Bangunan Gedung sebagaimana
for

dimaksud pada ayat (1) diutamakan untuk


Bangunan Gedung sederhana yang umum
.in

digunakan Masyarakat.
ww

(3) Prototipe Bangunan Gedung sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) ditetapkan paling lama 6
//w

(enam) bulan sejak Undang-Undang ini


diundangkan.
ps:
htt

Pasal 25. . .

SK No 095953 A
ml
.ht
22
PRESIOEN

-20
REPUELIK INDONESIA

un
-115-

h
Pasal 25

-ta
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun

r-2
2Ol7 lenlang Arsitek (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 179, Tambahan Lembaran Negara

mo
Republik Indonesia Nomor 6108) diubah sebagai berikut:

-no
1 Ketentuan Pasal I diubah sehingga berbunyi sebagai

pu
berikut:
Pasal I erp
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
d-p

1. Arsitektur adalah wujud hasil penerapan ilmu


pengetahuan, teknologi, dan seni secara utuh
loa

dalam menggubah ruang dan lingkungan binaan


sebagai bagian dari kebudayaan dan peradaban
wn

manusia yang memenuhi kaidah fungsi, kaidah


konstruksi, dan kaidah estetika serta mencakup
/do

faktor keselamatan, keamanan, kesehatan,


kenyamanan, dan kemudahan.
/12

2. Praktik Arsitek adalah penyelenggaraan kegiatan


untuk menghasilkan karya Arsitektur yang
22

meliputi perencanaan, perancangan, pengawasan,


/20

dan/ atau pengkajian untuk bangunan gedung dan


lingkungannya, serta yang terkait dengan kawasan
om

dan kota.
3. Arsitek adalah seseorang yang telah memenuhi
si.c

syarat dan ditetapkan oleh Dewan untuk


melakukan Praktik Arsitek.
ula

4. Arsitek Asing adalah Arsitek berkewarganegaraan


asing yang melakukan Praktik Arsitek di Indohesia.
eg

5. Uji Kompetensi adalah penilaian kompetensi


for

Arsitek yang terukur dan objektif untuk menilai


capaian kompetensi dalam bidang Arsitektur
.in

dengan mengacu pada standar kompetensi Arsitek.


6.
ww

Surat Tanda Registrasi Arsitek adalah bukti tertulis


bagi Arsitek untuk melakukan Praktik Arsitek.
//w

7. Lisensi
ps:
htt

SK No095954A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPI.JBLIK ]NDONESIA

un
- 116-

ah
7. Lisensi adalah bukti tertulis yang berlaku sebagai

2-t
surat tanda penanggung jawab Praktik Arsitek
dalam penyelenggaraan persetujuan bangunan

or-
gedung dan perizinan lain.
8.

om
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan adalah
upaya pemeliharaan kompetensi Arsitek untuk
menjalankan Praktik Arsitek

u-n
secara
berkesinambungan.
9. Pengguna Jasa Arsitek adalah pihak yang
rpp
menggunakan jasa Arsitek berdasarkan perjanjian
-pe
kerja.
10. Organisasi Profesi adalah Ikatan Arsitek Indonesia.
ad

I l. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik


Indonesia yang memegang kekuasaan
nlo

pemerintahan negara Republik Indonesia yang


dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
ow

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang


/d

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


/12

12. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai


unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
22

memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan


yang menjadi kewenangan daerah otonom.
20

13. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan


/

urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum.


om

14. Dewan Arsitek Indonesia yang selanjutnya disebut


Dewan adalah dewan yang dibentuk oleh
i.c

Organisasi Profesi dengan tugas dan fungsi


s

membantu Pemerintah Pusat dalam


ula

penyelenggaraan keprofesian Arsitek.


g
ore

2 Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
inf

Pasal 5
w.

(1) Pemberian layanan Praktik Arsitek wajib


w

memenuhi standar kinerja Arsitek.


/w

(2) Standar.. .
s:/
p
htt

SK No 095955 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-tt7-

hu
(21 Standar kinerja Arsitek sebagaimana dimaksud

-ta
pada ayat (l) merupakan tolok ukur yang

2
menjamin efisiensi, efektivitas, dan syarat mutu

or-
yang dipergunakan sebagai pedoman dalam
pelaksanaan Praktik Arsitek.

om
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar kinerja
Arsitek sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur

u-n
dalam Peraturan Pemerintah.

p
3
erp
Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
d-p

Pasal 6
Untuk melakukan Praktik Arsitek, seseorang wajib
loa

memiliki Surat Tanda Registrasi Arsitek.


wn

4 Di antara Pasal 6 dan Pasal 7 disisipkan 1 (satu) pasal,


o

yakni Pasal 6A sehingga berbunyi sebagai berikut:


/12/d

Pasal 6A
22

Dalam hal penyelenggaraan kegiatan irntuk


menghasilkan karya Arsitektur berupa bangunan
20

gedung sederhana dan bangunan gedung adat,


/

penyelenggaraan kegiatan tidak wajib dilakukan oleh


om

Arsitek.
si.c

5 Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga berbunyi sebagai


ula

berikut:
Pasal 13
g
ore

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penerbitan


dan pencabutan Surat Tanda Registrasi Arsitek
inf

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 9,


Pasal 10, dan Pasal 12 diatur dalam Peraturan
.
ww

Pemerintah.
/w

6 Ketentuan Pasal 14 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
s:/
p

Pasal 14. . .
htt

SK No 095956 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
- 118 -

ah
Pasal 14

-t
(1) Setiap Arsitek dalam penyelenggaraan bangunan

r-2
gedung wajib memiliki Lisensi.
(21 Dalam hal Arsitek sebagaimana dimaksud pada

mo
ayat (1) belum memiliki Lisensi, Arsitek wajib
bekerja sama dengan Arsitek yang memiliki Lisensi.

o
u-n
(3) Lisensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diterbitkan oleh Pemerintah Daerah provinsi sesuai
rpp
dengan norma, standar, kriteria, dan prosedur
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
-pe
(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
penerbltan Lisensi diatur dalam Peraturan
ad

Pemerintah.
nlo

7 Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi sebagai


ow

berikut:
Pasal 19
2/d

(1) Arsitek Asing harus melakukan alih keahlian dan


/1

alih pengetahuan.
22

(21 Alih keahlian dan alih pengetahuan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) ditakukan dengan:
/20

a. mengembangkan dan meningkatkan jasa


Praktik Arsitek pada kantor tempatnya
om

bekerja;
b.
si.c

mengalihkan pengetahuan dan kemampuan


profesionalnya kepada Arsitek; dan/ atau
ula

c. memberikan pendidikan dan/atau pelatihan


kepada lembaga pendidikan, lembaga
eg

penelitian, dan/ atau lembaga pengembangan


dalam bidang Arsitektur tanpa difungut
for

biaya.
.in

(3) Pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan alih


keahlian dan alih pengetahuan sebagaimana
ww

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh


Pemerintah Pusat.
//w

(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara alih


keahlian dan alih pengetahuan sebagaimana
ps:

dimaksud pada ayat (21 dan pengawas€rn


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam
htt

Peraturan Pemerintah.
8.Ketentuan...

SK No096542A
m l
2.ht
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA

- 119 -

hu
-ta
8 Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

2
Pasal 28

or-
Organisasi Profesi bertugas:

om
a. melakukan pembinaan anggota;
b. menetapkan dan menegakkan kode etik profesi

u-n
Arsitek;
c. menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan
p
erp
Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan;
d. melakukan komunikasi, pengaturan, dan promosi
d-p

tentang kegiatan Praktik Arsitek;


e. memberikan masukan kepada pendidikan 'tinggi
loa

Arsitektur tentang perkembangan Praktik Arsitek;


f.
wn

memberikan masukan kepada Pemerintah Pusat


mengenai lingkup layanan Praktik Arsitek;
/do

g. mengembangkan Arsitektur dan melestarikan nilai


budaya Indonesia; dan
/12

h. melindungi Pengguna Jasa Arsitek.


22

9 Ketentuan Pasal 34 diubah sehingga berbunyi sebagai


/20

berikut:
Pasal 34
om

(l) Dalam mendukung keprofesian Arsitek, Organisasi


si.c

Profesi membentuk Dewan yang bersifat mandiri


dan independen.
ula

(21 Dewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


beranggotakan 9 (sembilan) orang yang terdiri atas
eg

unsur:
a. anggota Organisasi Profesi;
for

b. Pengguna Jasa Arsitek; dan


.in

c. perguruan tinggi.
ww

(3) Dewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dikukuhkan oleh Pemerintah Pusat.
//w
ps:

10. Ketentuan . . .
htt

SK No 095958 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-t20-

ah
10. Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 35

or-
(l) Pemerintah Pusat melakukan pembinaan terhadap

om
profesi Arsitek.
(21 Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

u-n
dilakukan dengan:
a. menetapkan kebijakan pengembangan profesi
rpp
Arsitek dan Praktik Arsitek;
b. melakukan pemberdayaan Arsitek; dan
-pe
c. melakukan pengawasan terhadap kepatuhan
ad

Arsitek dalam pelaksanaan peraturan dan


standar penataan bangunan dan lingkungan.
nlo

(3) Pemerintah Pusat dalam melakukan pembinaan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibantu oleh
ow

Dewan.
/d

l4l Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan


/12

Arsitek sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat


(21, dan ayat (3) diatur dalam Peraturan
22

Pemerintah.
20

11. Pasal 36 dihapus.


/
om

12. Pasal 37 dihapus.


s i.c

13. Ketentuan Pasal 38 diubah sehingga berbunyi sebagai


ula

berikut:
g

Pasal 38
ore

(1) Setiap Arsitek yang melanggar ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1),
inf

Pasal 6, Pasal 18 ayat (21, Pasal 19, atau Pasal 2O


w.

dikenai sanksi administratif berupa:


a. peringatantertulis;
w
/w

b. penghentian . . .
s:/
p
htt

SK No 095959 A
ml
.ht
22
PRESlDEN

-20
REPUELIK INDONESIA

un
-t2t-

h
b.

-ta
penghentian sementara Praktik Arsitek;
c. pembekuan Surat Tanda Registrasi Arsitek;

r-2
dan/atau
d.

mo
pencabutan Surat Tanda Registrasi Arsitek.
(21 Sanksi sebagaimana dimalsud pada ayat (1)

-no
diberikan oleh Organisasi Profesi Arsitek.

pu
14. Pasal 39 dihapus.
erp
15. Pasal 40 dihapus.
d-p
loa

16. Pasal 41 dihapus.


wn

Bagian Keempat
/do

Penyederhanaan Perizinan Berusaha Sektor serta


Kemudahan dan Persyaratan Investasi
/12
22

Paragraf 1

Umum
/20
om

Pasal 26
Peizinan Berusaha terdiri atas sektor:
si.c

a. kelautan dan perikanan;


b. pertanian;
ula

c. kehutanan;
eg

d. energi dan sumber daya mineral;


for

e. ketenaganukliran;
f. perindustrian;
.in

g. perdagangan, metrologi legal, jaminan produk halal, dan


ww

standardisasi penilaian kesesuaian;


h. pekerjaan umum dan perumahan rakyat;
//w

i. transportasi;
ps:

j. kesehatan . . .
htt

SK No 095960 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-t22-

ah
j. kesehatan, obat dan makanan;

-t
k. pendidikan dan kebudayaan;

r-2
1. pariwisata;

mo
m. keagamaan;
n. pos, telekomunikasi, dan penyiaran; dan

o
o.

u-n
pertahanan dan keamanan.

Paragraf 2
rpp
Kelautan dan Perikanan
-pe
ad

Pasal 27
Untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat terutama
nlo

Pelaku Usaha dalam mendapatkan Perizir:ar: Berusaha dan


kemudahan persyaratan investasi dari sektor kelautan dan
ow

perikanan, beberapa ketentuan dalam Undang-Undang


Nomor 3l Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara
2/d

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433)
/1

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor


22

45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang


/20

Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan
om

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073) diubah


sebagai berikut:
si.c

1 Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai


ula

berikut:
Pasal 1
eg

Da1am Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


for

1. Perikanan adalah semua kegiatan yang


berhubungan dengan pengelolaan dan
.in

pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya


ww

mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan


sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan
//w

dalam suatu sistem bisnis perikanan.


ps:

2. Sumber . . .
htt

SK No 096543 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

un
-123-

h
Sumber Daya Ikan adalah potensi semua jenis

-ta
2
ikan.

r-2
3 Lingkungan Sumber Daya Ikan adalah perairan
tempat kehidupan Sumber Daya Ikan, termasuk

mo
biota dan faktor alamiah sekitarnya.

-no
4 Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh
atau sebagian dari siklus hidupnya berada di

pu
dalam lingkungan perairan.
5 Penangkapan Ikan adalah kegiatan untuk
erp
memperoleh Ikan di perairan yang tidak dalam
keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara
d-p

apa pun, termasuk kegiatan yang menggunakan


kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,
loa

mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau


mengawetkannya.
wn

6 Ikan adalah kegiatan untuk


Pembudidayaan
memelihara, membesarkan, dan/atau
/do

membiakkan Ikan serta memanen hasilnya dalam


lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan
/12

yang menggunakan kapal untuk memuat,


mengangkut, menyimpan, mendinginkan,
22

menangani, mengolah, dan/atau


20

mengawetkannya.
Pengelolaan Perikanan adalah semua upaya,
m/

7
termasuk proses yang terintegrasi dalam
o

pengumpulan informasi, analisis, perencana€rn,


i.c

konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi Sumber


Daya Ikan, dan implementasi serta penegakan
las

hukum dari peraturan perundang-undangan di


gu

bidang Perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah


atau otoritas lain yang diarahkan untuk mencapai
e

kelangsungan produktivitas sumber daya t-rayati


for

perairan dan tqjuan yang telah disepakati.


.in

8 Konservasi Sumber Daya Ikan adalah upaya


pelindungan, pelestarian, dan pemanfaatan
ww

Sumber Daya lkan, termasuk ekosistem, jenis, dan


genetik untuk menjamin keberadaan,
//w

ketersediaan, dan kesinambungannya dengan


tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai
ps:

dan keanekaragaman Sumber Daya Ikan.


htt

9.Kapal ...

SK No 095962 A
ml
.ht
22
PRESlDEN

-20
REPUELIK INDONESIA

un
-124-

h
Kapal Perikanan adalah kapal, perahu, atau alat

-ta
9
apung lain yang digunakan untuk melakukan

r-2
Penangkapan Ikan, mendukung operasi
Penangkapan Ikan, Pembudidayaan Ikan,

mo
pengangkutan Ikan, pengolahan Ikan, pelatihan
Perikanan, dan penelitian/eksplorasi Perikanan.

-no
10. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya
melakukan Penangkapan Ikan.

pu
11. Nelayan Kecil adalah orang yang mata
erp
pencahariannya melakukan Penangkapan , Ikan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
d-p

baik yang menggunakan kapal penangkap Ikan


maupun yang tidak menggunakan kapal
loa

penangkap Ikan.
t2. Pembudi Daya Ikan adalah orang yang mata
wn

pencahariannya melakukan Pembudidayaan Ikan.


Pembudi DayaJkan Kecil adalah orang yang mata
/do

13.
pencahariannya melakukan Pembudidayaan Ikan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
/12

L4. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau


22

Korporasi.
Korporasi adalah kumpulan orang dan/ atau
20

15.
kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan
m/

badan hukum maupun bukan badan hukum.


Dihapus.
o

16.
i.c

t7. Dihapus.
las

18. Dihapus.
19. Laut Teritorial Indonesia adalah jalur laut selebar
gu

12 (dua belas) mil laut yang diukur dari garis


e

pangkal kepulauan Indonesia.


for

20. Perairan Indonesia adalah Laut Teritorial Indonesia


beserta perairan kepulauan dan perairan
.in

pedalamannya.
ww
//w

2l.Zona...
ps:
htt

SK No 095963 A
m l
2.ht
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-125-

hu
21. 7-ona Ekonomi Eksklusif Indonesia yang

-ta
selanjutnya disingkat ZEEI adalah jalur di luar dan

2
berbatasan dengan Laut Teritorial Indonesia

or-
sebagaimana ditetapkan berdasarkan undang-
undang yang berlaku tentang Perairan Indonesia

om
yang meliputi dasar laut, tanah di bawahnya, dan
air di atasnya dengan batas terluar 20O (dua ratus)

u-n
mil laut yang diukur dari garis pangkal Laut
Teritorial Indonesia.

p
22. Laut Lrpas adalah bagran dari laut yang tidak
erp
termasuk dalam ZEEI, Laut Teritorial Indonesia,
perairan kepulauan Indonesia, dan perairan
d-p

pedalaman Indonesia.
loa

23. Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri


atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan
wn

batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan


pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis
/do

Perikanan yang digunakan sebagai tempat Kapal


Perikanan bersandar, berlabuh, dan/ atau bongkar
/12

muat Ikan. yang dilengkapi dengan fasilitas


keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang
22

Perikanan.
24. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
/20

urusan pemerintahan di bidang Perikanan. ,


om

25. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik


Indonesia yang memegang kekuasaan
si.c

pemerintahan Negara Republik Indonesia yang


dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
ula

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
eg

26. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai


unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
for

memimpin pelaksanaan urllsan pemerintahan


.in

yang menjadi kewenangan daerah otonom.


ww

2 Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
//w

Pasal 7
ps:

(1) Da1am rangka mendukung kebijakan pengelolaan


Sumber Daya Ikan, Pemerintah Pusat menetapkan:
htt

a. rencana . , .

SK No 095964 A
m l
.ht
2
02
P]IESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA

-t26-

hu
a. rencana Pengelolaan Perikanan;

-ta
b. potensi dan alokasi Sumber Daya I di

2
wilayah Pengelolaan Perikanan Negara

or-
Republik Indonesia;

om
c. jumlah tangkapan yang diperbolehkan di
wilayah Pengelolaan Perikanan Negara

u-n
Republik Indonesia;
d. potensi dan alokasi lahan Pembudidayaan
p
Ikan di wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
erp
Republik Indonesia;
e. potensi dan alokasi induk serta benih Ikan
d-p

tertentu di wilayah Pengelolaan Perikanan


Negara Republik Indonesia;
loa

f. jenis, jumlah, dan ukuran alat Penangkapan


wn

Ikan;
g. jenis, jumlah, ukuran, dan penempatan alat
/do

bantu Penangkapan lkan;


h. daerah, jalur, dan waktu atau musim
/12

Penangkapan Ikan;
i. persyaratan atau standar prosedur
22

operasional Penangkapan lkan;


/20

j. PelabuhanPerikanan;
k.
om

sistem pemantauan Kapal Perikanan;


l. jenis Ikan baru yang akan dibudidayakan;
si.c

m. jenis Ikan dan wilayah penebaran kembali


serta Penangkapan Ikan berbasis budi daya; '
ula

n. Pembudidayaan Ikan dan pelindungannya;


o. pencegahan pencemaran dan kerusakan
eg

Sumber Daya Ikan serta lingkungannya;


for

p. rehabilitasi dan peningkatan Sumber Daya


.in

Ikan serta lingkungannya;


q. ukuran atau berat minimum jenis Ikan yang
ww

boleh ditangkap;
r. kawasan konservasi perairan;
//w

s. wabah dan wilayah wabah penyakit Ikan;


ps:

t. jenis. ..
htt

SK No 095965 A
ml
2.ht
02
PRESIOEN
REPUBLIK INOONESIA

n-2
-t27-

hu
t. jenis Ikan yang dilarang untuk

-ta
diperdagangkan, dimasukkan, dan
dikeluarkan ke dan dari wilayah Negara

2
or-
Kesatuan Republik Indonesia; dan
u. jenis Ikan dan genetik Ikan yang dilindungi.

om
(21 Setiap Orang yang melakukan usaha dan/ atau

u-n
kegiatan Pengelolaan Perikanan wajib mematuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
rpp
mengenai:
a. jenis, jumlah, dan ukuran alat Penangkapan
-pe
Ikan;
b. jenis, jumlah, ukuran, dan penempatan alat
ad

bantu Penangkapan Ikan;


c. daerah, jalur, dan waktu atau musim
lo
wn

Penangkapan Ikan;
d. persyaratan atau standar prosedur
/do

operasional Penangkapan Ikan;


e. sistem pemantauan Kapal Perikanan;
/12

f. jenis Ikan baru yang akan dibudidayakan;


g. jenis Ikan dan wilayah penebaran kembali
22

serta Penangkapan lkan berbasis budi daya;


/20

h. pencegahan pencemaran dan kerusakan


Sumber Daya Ikan serta lingkungannya;
om

i. ukuran atau berat minimum jenis Ikan yang


i.c

boleh ditangkap;
j. kawasan konservasi perairan;
las

k. wabah dan wilayah wabah penyakit Ikan;


gu

l. jenis Ikan yang dilarang untuk


diperdagangkan, dimasukkan, dan
e
for

dikeluarkan ke dan dari wilayah Negara


Republik Indonesia; dan
.in

m. jenis Ikan dan genetik Ikan yang dilindungi.


ww

(3) Kewajiban mematuhi ketentuan mengenai sistem


pemantauan Kapal Perikanan sebagaimana
//w

dimaksud pada ayat (2) huruf e, tidak berlaku bagi


Nelayan Kecil dan/atau Pembudi DayaJkan Kecil.
ps:
htt

3. Di antara . . .

SK No 096544 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUELIK INDONESIA
-t2a-

un
ah
3 Di antara Pasal 20 dan Pasal 21 disisipkan 1 (satu)

2-t
pasal, yakni Pasal 20A sehingga berbunyi sebagai
berikut:

or-
Pasal 20A
(1)

om
Setiap Orang yang melakukan penanganan dan
pengolahan Ikan yang tidak memenuhi dan tidak

u-n
menerapkan persyaratan kelayakan pengolahan
Ikan, sistem jaminan mutu, dan keamanan hasil
rpp
Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20
ayat (3) dikenai sanksi administratif.
-pe
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis, dan
t:.:t:. cara pengenaan sanksi administratif
ad

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
lo
wn

4 Ketentuan Pasal 25A diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

berikut:
Pasal 25A
/12

(1) Pelaku Usaha Perikanan dalam melaksanakan


bisnis Perikanan harus memenuhi standar mutu
22

hasil Perikanan.
/20

(21 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai


dengan kewenangannya membina dan
om

memfasilitasi pengembangan usaha Perikanan


agar memenuhi standar mutu hasil Perikanan
si.c

berdasarkan norma, standar, prosedur, dan


kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
ula

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar mutu ,

hasil Perikanan diatur dalam Peraturan


g

Pemerintah.
fore

5 Ketentuan Pasal 26 diubah sehingga berbunyi sebagai


.in

berikut:
ww
/w

Pasal 26...
s:/
p
htt

SK No 095967 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA

-t29-

hua
Pasal 26

2-t
(1) Setiap Orang yang melakukan usaha Perikanan di
wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik

or-
Indonesia wajib memiliki Perizinan Berusaha dari

om
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya berdasarkan norrna,
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan

u-n
oleh Pemerintah Pusat.

rpp
(21 Jenis usaha Perikanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri dari usaha:
e
a. Penangkapan Ikan;
d-p

b. Pembudidayaan lkan;
c. pengangkutan Ikan;
loa

d. pengolahan Ikan; dan


wn

e. pemasaran Ikan.
/do

6 Ketentuan Pasal 27 diubah sehingga berbunyi sebagai


/12

berikut:
Pasal 27
22

(1) Setiap Orang yang memiliki dan/atau


20

mengoperasikan kapal penangkap Ikan berbendera


Indonesia yang digunakan untuk melakukan
m/

Penangkapan Ikan di wilayah Pengelolaan


o

Perikanan Negara Republik Indonesia dan/ atau


i.c

Laut kpas wajib memenuhi Perizinan Berusaha


dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
las

sesuai dengan kewenangannya berdasarkan


norrna, standar, prosedur, dan kriteria yang
u
eg

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


(21 Setiap Orang yang memiliki dan/atau
for

mengoperasikan kapal penangkap Ikan berbendera


asing yang digunakan untuk melakukan
.in

Penangkapan Ikan di ZEEI wajib memenuhi


ww

Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat.


//w

(3) Setiap. . .
ps:
htt

SK No 095968 A
ml
2.ht
02
PRESIOEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA

-130-

hu
(3) Setiap Orang yang mengoperasikan

-ta
kapal
penangkap Ikan berbendera Indonesia di wilayah

2
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia

or-
atau mengoperasikan kapal penangkap Ikan
berbendera asing di ZEEI wajib membawa

om
dokumen Perizinan Berusaha.
(41 Kapal penangkap Ikan berbendera Indonesia yang

u-n
melakukan Penangkapan Ikan di wilayah
yurisdiksi negara lain harus terlebih dahulu
rpp
mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Pusat.
(5) Kewajiban memenuhi Perizinan Berusaha
-pe
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau
membawa dokumen Perizinan Berusaha
ad

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak berlaku


lo

bagi Nelayan Kecil.


wn

Di antara Pasal 27 dan Pasal 28 disisipkan 1 (satu)


/do

7
pasal, yalni Pasal 27A sehingga berbunyi sebagai
berikut:
/12

Pasal 27A
22

(1) Setiap Orang yang memiliki dan/atau


mengoperasikan kapal penangkap Ikan berbendera
/20

Indonesia melakukan Penangkapan Ikan di wilayah


Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia
om

dan/ atau Laut Lepas, yang tidak memenuhi


Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam
i.c

Pasal 27 ayat (1), dikenai sanksi administratif.


las

l2l Setiap Orang yang mengoperasikan kapal


penangkap Ikan berbendera Indonesia di wilayah
gu

Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia,


e

yang tidak membawa dokumen Perizinan Berusaha


for

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (31,


dikenai sanksi administratif.
.in
ww

(3) Setiap. . .
//w
ps:
htt

SK No 095969 A
m l
2.ht
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-131 -

hu
(3) Setiap Orang yang memiliki

-ta
dan/ atau
mengoperasikan kapal penangkap Ikan berbendera

2
asing yang digunakan untuk melakukan

or-
Penangkapan Ikan di ZEEI tanpa memenuhi
Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat

om
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (2)
atau tidak membawa dokumen Perizinan Berusaha

u-n
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (31,
dikenai sanksi administratif.

p
(41 erp
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis, dan
tata, cara pengenaan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud pada ayat (l), ayat (2), dan
d-p

ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.


loa

8 Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
/do

Pasal 28
(1) Setiap Orang yang memiliki dan/ atau
mengoperasikan kapal pengangkut Ikan
/12

berbendera Indonesia di wilayah Pengelolaan


22

Perikanan Negara Republik Indonesia wajib


memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah
/20

Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan


kewenangannya berdasarkan norma, standar,
om

prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh


Pemerintah Pusat.
si.c

(21 Setiap Orang yang memiliki dan/atau


mengoperasikan kapal pengangkut Ikan
ula

berbendera asing yang digunakan untuk


melakukan pengangkutan Ikan di wilayah
eg

Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia


for

wajib memenuhi Pervinan Berusaha dari


Pemerintah Pusat.
.in

(3) Setiap Orang yang mengoperasikan kapal


ww

pengangkut Ikan di wilayah Pengelolaan Perikanan


Negara Republik Indonesia wajib membawa
dokumen Perizinan Berusaha.
//w

(4) Kewajiban memenuhi Perizinan Berusaha


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan/atau
ps:

membawa dokumen Perizinan Berusaha


htt

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak berlaku


bagi Nelayan Kecil dan/atau Pembudi Daya-Ikan
Kecil.
9. Ketentuan . . .

SK No 095970 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-L32-

ah
9 Ketentuan Pasal 28A diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 28A

or-
Setiap Orang dilarang:

om
a. memalsukan dokumen Peizrnan Berusaha;
b. menggunakan Perizinan Berusaha palsu;

u-n
c. menggunakan Perizinan Berusaha milik kapal lain
rpp
atau orang lain; dan/ atau
d. menggandakan Penzinar: Berusaha untuk
-pe
digunakan oleh kapal lain dan/ atau kapal milik
sendiri.
ad
nlo

10. Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ow

Pasal 30
(1) Pemberian Peizinan Berusaha kepada orang
/d

danlatau badan hukum asing yang beroperasi di


/12

ZEEI harus didahului dengan perjanjian


Perikanan, pengaturan akses, atau pengaturan
22

lainnya antara Pemerintah Republik Indonesia dan


20

pemerintah negara bendera kapal.


(21 Perjanjian Perikanan yang dibuat antara
/
om

Pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah


negara bendera kapal sebagaimana dimaksud pada
i.c

ayat (1) harus mencantumkan kewajiban


pemerintah negara bendera kapal untuk
s
ula

bertanggung jawab atas kepatuhan orang atau


badan hukum negara bendera kapal dalam
g

mematuhi pelaksanaan perjanjian Perikanan


ore

tersebut.
(3) Pemerintah Pusat menetapkan pengaturan
inf

mengenai pemberian Perizinan Berusaha kepada


orang dan/ atau badan hukum asing yang
w.

beroperasi di ZEEI, perjanjian Perikanan,


w

pengaturan akses, atau pengaturan lainnya antara


/w

Pemerintah Republik Indonesia dan pemerintah


negara bendera kapal.
p s:/
htt

11. Ketentuan. . .

SK No 095971 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

un
-133-

h
11. Ketentuan Pasal 31 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 31
(1)

mo
Setiap Kapal Perikanan yang dipergunakan untuk
menangkap Ikan di wilayah Pengelolaan Perikanan
Negara Republik Indonesia wajib memenuhi

-no
Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya

pu
berdasarkan norma, standar, prosedur, dan
erp
kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
(21 Setiap Kapal Perikanan yang dipergunakan untuk
d-p

mengangkut Ikan di wilayah Pengelolaan Perikanan


Negara Republik Indonesia wajib memenuhi
loa

Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat atau


Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
wn

berdasarkan norna, standar, prosedur, dan


kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
/do
/12

12. Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
22

Pasal 32
20

Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan Berusaha


terkait usaha Perikanan dan Kapal Perikanan diatur
m/

dalam Peraturan Pemerintah.


o
i.c

13. Ketentuan Pasal 33 diubah sehingga berbunyi sebagai


las

berikut:
Pasal 33
gu

(l) Kegiatan Penangkapan Ikan dan/ atau


e

Pembudidayaan Ikan di wilayah Pengelolaan


for

Perikanan Negara Republik Indonesia yang bukan


untuk tujuan komersial harus mendapatkan
.in

persetujuan dari Pemerintah Pusat atau


ww

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya


berdasarkan norrna, standar, prosedur, dan
kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
//w
ps:

(2) Kegiatan . . .
htt

SK No 095972 A
ml
.ht
22
DEN

-20
PR ES I

REPUBLIK INDONESIA

un
-134-

h
(2) Kegiatan Penangkapan Ikan

-ta
dan j/ atau
Pembudidayaan Ikan sebagaimana dimaksud pada

r-2
ayat (l) dilakukan oleh Setiap Orang yang meliputi
kegiatan dalam rangka pendidikan, pelatihan,

mo
penelitian atau kegiatan ilmiah lainnya, serta
kesenangan dan wisata.

-no
(3) Persetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikecualikan bagi seseorang yang menangkap Ikan

pu
dan/atau membudidayakan Ikan untuk
kebutuhan sehari-hari. erp
(41 Persetujuan bagi kegiatan penelitian atau kegiatan
d-p

ilmiah lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat


(21 dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
loa

peraturan perundang-undangan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Penangkapan
wn

Ikan dan/ atau Pembudidayaan Ikan di wilayah


Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia
/do

yang bukan untuk tujuan komersial diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
/12
22

14. Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
20

Pasal 35
m/

(1) Setiap Orang yang membangun, mengimpor, atau


memodifikasi Kapal Perikanan wajib terlebih
o
i.c

dahulu mendapat persetujuan Pemerintah Pusat


atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
las

kewenangannya berdasarkan norma, standar,


prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
gu

Pemerintah Pusat.
e

(21 Pembangunan atau modifikasi Kapa1 Perikanan


for

sebageis16116 dimaksud pada ayat (1) dapat


dilakukan, baik di dalam maupun di luar negeri,
.in

setelah mendapat pertimbangan teknis laik laut


ww

dari Pemerintah Pusat.


(3) Setiap Orang yang membangun, mengimpofi, atau
//w

memodifikasi Kapal Perikanan yang tidak memiliki


persetqjuan Pemerintah Pusat atau Pemerintah
ps:

Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dikenai sanksi administratif.
htt

(4) Ketentuan. . .

SK No 096545 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPIIBLIK INDONESIA

un
-135-

ah
(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,

2-t
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

or-
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

om
15. Ketentuan Pasal 35A diubah sehingga berbunyi sebagai

u-n
berikut:
Pasal 35A
rpp
(1) Kapal Perikanan berbendera Indonesia yang
melakukan Penangkapan Ikan di wilayah
-pe
Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia
wajib menggunakan nakhoda dan anak buah kapal
ad

berkewarganegaraan Indonesia.
lo

l2l Pelanggaran terhadap ketentuan penggunaan


nakhoda dan anak buah kapal sebagaimana
wn

dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi


/do

administratif berupa peringatan, pembekuan


Perizinan Berusaha, atau pencabutan Perizinan
/12

Berusaha.
(3) Ketentuan mengenai kriteria, jenis, dan tata cara
22

pengenaan sanksi administratif sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
/20

Pemerintah.
om

16. Ketentuan Pasal 36 diubah sehingga berbunyi sebagai


si.c

berikut:
Pasal 36
ula

(1) Kapal Perikanan milik orang Indonesia yang


dioperasikan di wilayah Pengelolaan Perikanan
g
ore

Negara Republik Indonesia dan/atau Laut Lepas


wajib didaftarkan terlebih dahulu sebagai Kapal
f

Perikanan Indonesia.
.in
ww

(2) Kapal ...


/w
p s:/
htt

SK No 095974 A
m l
.ht
2
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-136-

hu
(21 Kapal Perikanan yang telah terdaftar sebagaimana

-ta
dimaksud pada ayat (1), diberikan Perizinan

2
Berusaha dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah

or-
Daerah sesuai dengan kewenangannya
berdasarkan norrna, standar, prosedur, dan

om
kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
(3) Setiap Orang yang mengoperasikan Kapal

u-n
Perikanan di wilayah Pengelolaan Perikanan
Negara Republik Indonesia dan/ atau Laut Lepas

p
yang tidak mendaftarkan Kapal Perikanannya
erp
sebagai Kapal Perikanan Indonesia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi
d-p

administratif.
loa

(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,


besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
wn

administratif sebggaimana dimaksud pada ayat (3)


diatur dalam Perd.turan Pemerintah.
/do

17. Ketentuan Pasal 38 diubah sehingga berbunyi sebagai


/12

berikut:
22

Pasal 38
(1) Setiap kapal penangkap Ikan berbendera asing
/20

yang tidak memenuhi Perizinan Berusaha untuk


melakukan Penangkapan Ikan selama berada di
om

wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik


Indonesia wajib menyimpan alat Penangkapan Ikan
si.c

di dalam palka.
(21 Setiap kapal penangkap Ikan berbendera asing
ula

yang telah memenuhi Perizinan Berusaha untuk


melakukan Penangkapan Ikan dengan 1 (satu)
eg

jenis alat Penangkapan Ikan tertentu pada bagian


for

tertentu di ZE,EJ dilarang membawa' alat


Penangkapan Ikan lainnya.
.in

(3) Setiap kapal penangkap Ikan berbendera asing


ww

yang telah memenuhi Pervirran Berusaha untuk


melakukan Penangkapan Ikan wajib menyimpan
alat Penangkapan Ikan di dalam palka selama
//w

berada di luar daerah Penangkapan Ikan yang


ps:

diizinkan di wilayah Pengelolaan Perikanan Negara


Republik Indonesia.
htt

18. Ketentuan . . .

SK No 095975 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-137-

ah
18. Ketentuan Pasal 40 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 4O

or-
Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan membangun,

om
mengimpor, atau memodifikasi Kapal Perikanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35, pendaftaran

u-n
Kapal Perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
36, pemberian tanda pengenal Kapal Perikanan

p
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, penggunaan
erp
alat Penangkapan Ikan oleh kapal penangkap'Ikan
berbendera asing sebagaimana dimaksud dalam Pasal
d-p

38, penggunaan 2 (dua) jenis alat Penangkapan Ikan


secara bergantian sebagaimana dimaksud dalam Pasal
loa

39, serta pengukuran Kapal Perikanan diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
wn

19. Ketentuan Pasal 41 diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

berikut:
/12

Pasal 41
(1) Pemerintah Pusat menyelenggarakan. dan
22

melakukan pembinaan pengelolaan Pelabuhan


Perikanan.
/20

(21 Pemerintah Pusat dalam menyelenggarakan dan


om

melakukan pembinaan pengelolaan Pelabuhan


Perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
si.c

menetapkan:
a. rencana induk Pelabuhan Perikanan secara
ula

nasional;
b. klasifikasiPelabuhan Perikanan;
eg

c. pengelolaanPelabuhanPerikanan;
for

d. persyaratan dan/ atau standar teknis dalam


perencanaan, pembangunan, operasional,
.in

pembinaan, dan pengawasan Pelabuhan


ww

Perikanan;
e. wilayah kerja dan pengoperasian Pelabuhan
//w

Perikanan yang meliputi bagian perairan dan


daratan tertentu yang menjadi wilayah kerja
ps:

dan pengoperasian Pelabuhan Perikanan; dan


f. Pelabuhan Perikanan yang tidak dibangun
htt

oleh Pemerintah.
(3) Setiap...

SK No095976A
ml
2 .ht
02
PRESlDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-138-

hu
(3) Setiap kapal penangkap Ikan dan kapal

-ta
pengangkut Ikan harus mendaratkan Ikan

2
tangkapan di Pelabuhan Perikanan yang

or-
ditetapkan atau pelabuhan lainnya yang ditunjuk.
(41 Setiap Orang yang memiliki dan/atau

om
mengoperasikan kapal penangkap Ikan dan/atau
kapal pengangkut Ikan yang tidak melakukan

u-n
bongkar muat Ikan tangkapan di Pelabuhan
Perikanan yang ditetapkan atau pelabuhan lainnya

p
erp
yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dikenai sanksi administratif berupa peringatan,
d-p
pembekuan Penzinar: Berusaha, atau pencabutan
Peizrnan Berusaha.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,
loa

dan tata cara pengenaan sanksi administratif


wn

sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
/do

20. Ketentuan Pasal 42 diubah sehingga berbunyi sebagai


/12

berikut:
22

Pasal 42
(l) Dalam rangka keselamatan operasional Kapal
/20

Perikanan, ditunjuk syahbandar di Pelabuhan


Perikanan.
om

(21 Syahbandar di Pelabuhan Perikanan mempunyai


si.c

tugas dan wewenang:


a. menerbitkanpersetujuanberlayar;
ula

b. mengatur kedatangan dan keberangkatan


Kapal Perikanan;
eg

c. memeriksa ulang kelengkapan dokumen


for

Kapal Perikanan;
d. memeriksa teknis dan nautis Kapal Perikanan
.in

dan memeriksa alat Penangkapan Ikan, dan


ww

alat bantu Penangkapan Ikan;


e. memeriksa dan mengesahkan perjanjian kerja
//w

laut;
f. memeriksa log book penangkapan dan
ps:

pengangkutan Ikan;
htt

g.mengatur...

SK No 095977 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-139-

ah
g. mengatur olah gerak dan lalu lintas |kpal

2-t
Perikanan di Pelabuhan Perikanan;
h. mengawasipemanduan;

or-
i. mengawasi pengisian bahan bakar;

om
j. mengawasi kegiatan pembangunan fasilitas
Pelabuhan Perikanan;

u-n
k. melaksanakan bantuan pencarian dan
penyelamatan;
rpp
l. memimpin penanggulangan pencemaran dan
pemadaman kebakaran di Pelabuhan
-pe
Perikanan;
m. mengawasi pelaksanaan perlindungan
ad

lingkungan maritim;
lo

n. memeriksa pemenuhan persyaratan


wn

pengawakan Kapal Perikanan;


o. menerbitkan surat tanda bukti lapor
/do

kedatangan dan keberangkatan Kapal


/12

Perikanan; dan
p. memeriksa sertifikat Ikan hasil tangkapan.
22

(3) Setiap Kapal Perikanan yang akan berlayar


melakukan Penangkapan Ikan dan/atau
/20

pengangkutan Ikan dari Pelabuhan Perikanan


wajib memiliki persetqjuan berlayar yang
om

dikeluarkan oleh syahbandar di Pelabuhan


si.c

Perikanan.
(41 Syahbandar di Pelabuhan Perikanan sebagaimana
ula

dimaksud pada ayat (1) diangkat oleh menteri yang


menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
g

pelayaran.
ore

(5) Dalam melaksanakan tugasnya, syahbandar di


Pelabuhan Perikanan dikoordinasikan oleh pejabat
f

yang bertanggung jawab di Pelabuhan Perikanan


.in

setempat.
ww

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kesyahbandaran


di Pelabuhan Perikanan dilaksanakan sesuai
/w

dengan ketentuan peraturan peruridang-


undangan.
ps:/
htt

21. Ketentuan Pasal 43 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 43...

SK No 095978 A
ml
.ht
22
PRESIOEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
- 140-

ah
Pasal 43

2-t
Setiap Kapal Perikanan yang melakukan kegiatan
Perikanan wajib memenuhi standar laik operasi Kapal

or-
Perikanan dari pengawas Perikanan tanpa dikenai

om
biaya.

u-n
22. Ketentuan Pasal 44 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 44 rpp
(1) Persetqiuan berlayar sebagaimana dimaksud
-pe
dalam Pasal 42 ayal (2) huruf a diterbitkan oleh
syahbandar setelah Kapal Perikanan memenuhi
ad

standar laik operasi.


lo

(21 Pemenuhan standar laik operasi sebagailnana


wn

dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh pengawas


Perikanan setelah dipenuhi persyaratan
/do

administrasi dan kelayakan teknis.


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan
/12

administrasi dan kelayakan teknis sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
22

Pemerintah.
/20

23. Ketentuan Pasal 45 diubah sehingga berbunyi sebagai


om

berikut:
si.c

Pasal 45
Dalam hal Kapal Perikanan berada dan/ atau
ula

berpangkalan di luar Pelabuhan Perikanan, persetujuan


berlayar diterbitkan oleh syahbandar setempat setelah
memenuhi standar laik operasi dari pengawas
g
ore

Perikanan yang ditugaskan pada pelabuhan setempat.


f
.in

24. Ketentuan Pasal 49 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ww
/w

Pasal 49 . .
s:/
p
htt

SK No 095979 A
m l
.ht
2
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESlA

-t4L-

hu
-ta
Pasal 49
Setiap Orang asing yang mendapat Perizinan Berusaha

2
untuk melakukan Penangkapan Ikan di ZEEI dikenai

or-
pungutan Perikanan.

om
25. Ketentuan Pasal 89 diubah sehingga berbunyi sebagai

u-n
berikut:
Pasal 89

p
erp
Setiap Orang yang melakukan penanganan dan
pengolahan Ikan yang tidak memenuhi dan tidak
d-p

menerapkan persyaratan kelayakan pengolahan lkan,


sistem jaminan mutu, dan keamanan hasil Perikanan
loa

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3) yang


menimbulkan korban terhadap kesehatan manusia
wn

dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)


tahun dan pidana denda paling banyak
/do

Rp80O.00O.0O0,0O (delapan ratus juta rupiah).


/12

26. Ketentuan Pasal 92 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
22

Pasal 92
/20

Setiap Orang yang dengan sengaja di wilayah


Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia
om

melakukan usaha Perikanan yang tidak memiliki


Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam
si.c

Pasal 26 ayat (f) dipidana dengan pidana penjara paling


lama 8 (delapan) tahun dan pidana denda paling banyak
ula

Rpl.5O0.O00.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).


eg

27. Ketentuan Pasal 93 diubah sehingga berbunyi sebagai


for

berikut:
.in
ww

Pasal 93...
//w
ps:
htt

SK No 095980A
ml
.ht
2
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-t42-

hu
-ta
Pasal 93
(1) Setiap Orang yang memiliki dan/ atau

2
mengoperasikan kapal penangkap Ikan berbendera

or-
Indonesia yang digunakan untuk melakukan
Penangkapan Ikan di wilayah Pengelolaan

om
Perikanan Negara Republik Indonesia danlatau
Laut kpas tanpa memenuhi Perizinan Berusaha

u-n
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (ll
yang menimbulkan kecelakaan dan/atau
p
menimbulkan korban/kerusakan
erp terhadap
kesehatan, keselamatan, dan/atau lingkungan
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
d-p

(enam) tahun dan pidana denda paling banyak


Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).
loa

(21 Setiap Orang yang memiliki dan/atau


wn

mengoperasikan kapal penangkap Ikan berbendera


asing yang digunakan untuk melakukan
/do

Penangkapan Ikan di ZEEI tanpa memenuhi


Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam
/12

Pasal 27 ayat (21 yang menimbulkan kecelakaan


dan/atau menimbulkan korban / kerusakan
22

terhadap kesehatan, keselamatan, dan/atau


lingkungan dipidana dengan pidana penjara paling
/20

lama 6 (enam) tahun dan pidana denda paling


banyak Rp3O.0O0.000.000,00 (tiga puluh miliar
om

rupiah).
si.c

28. Ketentuan Pasal 94 diubah sehingga berbunyi sebagai


ula

berikut:
Pasal 94
eg

Setiap Orang yang memiliki dan/ atau mengoperasikan


for

kapal pengangkut Ikan berbendera Indonesia atau


berbendera asing di wilayah
Pengelolaan Perikanan
.in

Negara Republik Indonesia yang melakukan


pengangkutan Ikan atau kegiatan yang terkait yang
ww

tidak memenuhi Perizinan Berusaha sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dan ayat (21 dipidana
//w

dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan


pidana denda paling banyak Rp1.500.O0O.00O,00 (satu
ps:

miliar lima ratus juta rupiah).


htt

29. Ketentuan Pasal 94A diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 94A...
SK No 095981 A
m l
2.ht
02
PRESIDEN

n-2
REPIJELIK INDONESIA
-t43-

hu
-ta
Pasal 94A
Setiap Orang yang memalsukan dokumen Perizinan

2
Berusaha, menggunakan Perizinan Berusaha palsu,

or-
menggunakan Perizinan Berusaha milik kapal lain atau
orang lain, dan/ atau menggandakan Perizinan

om
Berusaha untuk digunakan oleh kapal lain dan/ atau
kapal milik sendiri sebagaimana dimaksud dalam Pasal

u-n
28A dipidana dengan pidana penjara paling lama 7
(tujuh) tahun dan pidana denda paling banyak

p
erp
Rp3.000.0OO.0O0,0O (tiga miliar rupiah).
d-p

30. Pasal 95 dihapus.


loa

31. Pasal 96 dihapus.


wn

32. Ketentuan Pasal 97 diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

berikut:
/12

Pasal 97
(1) Nakhoda yang mengoperasikan kapal penangkap
22

Ikan berbendera asing yang tidak memenuhi


Perizinan Berusaha untuk melakukan
/20

Penangkapan Ikan selama berada di wilayah


Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia
om

tidak menyimpan alat Penangkapan Ikan di dalam


palka sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 ayat
si.c

(l) dipidana dengan pidana denda paling banyak


Rp5OO.OO0.O00,00 (lima ratus juta rupiah).
ula

(21 Nakhoda yang mengoperasikan kapal penangkap


Ikan berbendera asing yang telah memenuhi
eg

Perizinan Berusaha dengan 1 (satu) jenis alat


for

Penangkapan Ikan tertentu pada bagian tertentU di


ZEEI yang membawa alat Penangkapan Ikan
.in

lainnya sebagaimana dimalsud dalam Pasal 38


ayat l2l dipidana dengan pidana denda paling
ww

banyak Rp 1.000.OO0.O00,00 (satu miliar rupiah).


//w

(3) Nakhoda. . .
ps:
htt

SK No 095982 A
m l
2.ht
02
PRESIDEN
REPUBLIK ]NDONESIA

n-2
-144-

hu
(3) Nakhoda yang mengoperasikan kapal penangkap

-ta
Ikan berbendera asing yang telah memenuhi

2
Peizinan Berusaha, yang tidak menyimpan alat

or-
Penangkapan Ikan di dalam palka selama berada di
luar daerah Penangkapan Ikan yang diizinkan di

om
wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38

u-n
ayat (3) dipidana dengan pidana denda paling
banyak Rp500.0OO.OO0,O0 (lima ratus juta rupiah).

p
erp
33. Ketentuan Pasal 98 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p

berikut:
Pasal 98
loa

Nakhoda Kapal Perikanan yang tidak memiliki


persetujuan berlayar sebagaimana dimaksud dalam
wn

Pasal 42 ayat (3) dipidana dengan pidana pedara paling


lama I (satu) tahun dan pidana denda paling banyak
/do

Rp20O.00O.0O0,OO (dua ratus juta rupiah).


/12

34. Ketentuan Pasal 10OB diubah sehingga berbunyi


22

sebagai berikut:
/20

Pasal 100Et
Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
om

Pasal 8, Pasal 9, Pasal 12, Pasal 14 ayat (41, Pasal 16


ayat (l), Pasal 21, Pasal 23 ayat (l), atau Pasal 26 ayat
si.c

(1), yang dilakukan oleh Nelayan Kecil dan/ atau


Pembudi Daya-Ikan Kecil dipidana dengan pidana
ula

penjara paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda


paling banyak Rp250.O00.000,00 (dua ratus lima puluh
eg

juta rupiah).
for

35. Ketentuan Pasal 1O0C diubah sehingga berbunyi


.in

sebagai berikut:
ww

Pasal 1O0C. .
//w

.
ps:
htt

SK No 095983 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
- r45-

ah
Pasal 1O0C

2-t
Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (21huruf a, huruf b, huruf c, huruf d, huruf

or-
f, hurufg, hurufh, hurufi, hurufj, hurufk, hurufl,
atau huruf m dilakukan oleh Nelayan Kecil dan/ atau

om
Pembudi Daya-Ikan Kecil dipidana dengan pidana
denda paling banyak Rp100.00O.0O0,O0 (seratus juta

u-n
rupiah).

36. rpp
Ketentuan Pasal lol diubah sehingga berbunyi sebagai
-pe
berikut:
Pasal 101
ad

Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam


nlo

Pasal 84 ayat (1), Pasal 84 ayat (3), Pasal 84 ayat (4),


Pasal 85, Pasal 86, Pasal 87, Pasal 88, Pasal 89, Pasal
ow

90, Pasal 91, Pasal 92, Pasal 93, Pasal 94, atau Pasal
94A dilakukan oleh Korporasi, tuntutan dan sanksi
/d

pidananya dijatuhkan terhadap pengurusnya dan


/12

terhadap Korporasi dipidana denda dengan tambahan


pemberatan 1/3 (sepertiga) dari pidana denda yang
22

dijatuhkan.
20

Paragraf 3
/
om

Pertanian
i.c

Pasal 28
s
ula

Untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat terutama


Pelaku Usaha dalam mendapatkan Perizinan Berusaha dari
g

sektor pertanian, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-


ore

Undang ini mengubah, menghapus, atau menetapkan


pengaturan baru beberapa ketentuan yang diatur dalam:
inf

a. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2Ol4 tentang


Perkebunan (kmbaran Negara Republik Indonesia
w.

Tahun 2014 Nomor 308, Tambahan [embaran Negara


w

Republik Indonesia Nomor 5613);


/w

b. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2000 tentang


Perlindungan Varietas Tanaman (Lembaran Negara
s:/

Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 241, Tambahan


p

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4043);


htt

c. Undang-Undang . . .

SK No 095984A
ml
2.ht
02
FRES!DEN

n-2
REPIjBLIK INDONESIA
-t46-

hu
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem

-ta
c
Budi Daya Pertanian Berkelanjutan (Lembaran Negara

2
Republik Indonesia Tahun 2Ol9 Nomor 201, Tambahan

or-
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6412);
d Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2OL3 tentang

om
Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 131,

u-n
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
543s);
e rpp
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2OLO tentang
Hortikultura (Lembaran Negara Republik Indonesia
-pe
Tahun 2O10 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5170); dan
ad

f. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2OO9 tentang


lo

Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara


wn

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan


kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 5015)
/do

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang


Nomor 41 Tahun 2Ol4 (l*mbaran Negara Republik
/12

Indonesia Tahun 2Ol4 Nomor 338, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5619).
22
/20

Pasal 29
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 39
om

Tahun 2Ol4 tentang Perkebunan (kmbaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 308, Tambahan
i.c

lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5613) diubah


las

sebagai berikut:
gu

1 Ketentuan Pasal 14 diubah sehingga berbunyi sebagai


e

berikut:
for

Pasal 14
.in

(1) Pemerintah Pusat menetapkan batasan luas


maksimum dan luas minimum penggunaan lahan
ww

untuk Usaha Perkebunan.


(21 Penetapan batasan luas sebagaimana dimaksud
//w

pada ayat (1) harus mempertimbangkan:


a. jenis tanaman; dan/ atau
ps:
htt

b. ketersediaan . . .

SK No 095985 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK ]NDONESIA

n-2
-r47-

hu
b. ketersediaan lahan yang sesuai

a
secara

2-t
agroklimat.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan

or-
batasan luas sebagaimana dimaksud pada alat (1)
dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

om
u-n
2 Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 15 rpp
Perusahaan Perkebunan yang melakukan kegiatan
e
d-p

kemitraan dilarang memindahkan hak atas Tanah


Usaha Perkebunan yang mengakibatkan terjadinya
satuan usaha yang kurang dari luas minimum
loa

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14.


wn

3 Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

berikut:
/12

Pasal 16
(1) Perusahaan Perkebunan wajib mengusahakan
22

Lahan Perkebunan paling lambat 2 (dua) tahun


setelah pemberian status hak atas Tanah.
20

(21 Jika Lahan Perkebunan tidak diusahakan sesuai


m/

dengan ketentuan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), Lahan Perkebunan yang belum
o

diusahakan diambil alih oleh negara sesuai dengan


i.c

ketentuan peraturan perundang-undangan.


las
u

4 Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi sebagai


eg

berikut:
for

Pasal 17
(1) Pejabat yang berwenang dilarang menerbitkan
.in

Perizrnan Berusaha Perkebunan di atas Tanah Hak


ww

Ulayat Masyarakat Hukum Adat.

(2) Ketentuan . .
//w

.
ps:
htt

SK No 095986 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
f,Efi PTJELIK
INDONESIA

un
-148-

ah
(21 Ketentuan larangan sebagaimana dimaksud pada

2-t
ayat (1) dikecualikan dalam hal telah dicapai
persetqjuan antara Masyarakat Hukum Adat dan

or-
Pelaku Usaha Perkebunan mengenai penyerahan
Tanah dan imbalannya sebagaimana dimaksud

om
dalam Pasal 12 ayat (1).

u-n
5 Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 18
rpp
-pe
(1) Perusahaan Perkebunan yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15
ad

dikenai sanksi administratif.


nlo

(2) Ketentuan mengenai kriteria, jenis, besaran denda,


dan tata cara pengenaan sanksi administratif
ow

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
/d
/12

6 Ketentuan Pasal 24 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
22

Pasal24
20

(1) Pemerintah Pusat menetapkan jenis benih


/

Tanaman Perkebunan yang pengeluaran dari


om

dan/ atau pemasukannya ke dalam wilayah Negara


Kesatuan Republik Indonesia memerlukan
i.c

persetqiuan.
s

l2l Pengeluaran benih dari dan/ atau pemasukannya


ula

ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik


Indonesia wajib mendapatkan persetu-juan dari
g
ore

Pemerintah Pusat.
(3) Pemasukan benih dari luar negeri harus memenuhi
inf

standar mutu atau persyaratan teknis minima-l.


(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar mutu dan
w.

persyaratan teknis minimal sebagaimana


w

dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan


/w

Pemerintah.
p s:/

7. Ketentuan . . .
htt

SK No 095987 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBL]K INDONESIA

un
-t49-

h
Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
7
berikut:

r-2
Pasal 30
(1) Varietas hasil pemuliaan atau introduksi dari luar

mo
negeri sebelum diedarkan terlebih dahulu harus
dilepas oleh Pemerintah Pusat atau diluncurkan

-no
oleh pemilik varietas.
(2) Varietas yang telah dilepas atau diluncurkan
pu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
erp
diproduksi dan diedarkan.
(3) Varietas sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
d-p

sebelum diedarkan harus memenuhi Perizinan


Berusaha dari Pemerintah Pusat.
loa

(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat-syarat dan


tata cara pelepasan atau peluncuran varietas
wn

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayal (2)


/do

serta Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
/12

8. Pasal 31 dihapus.
22
20

9 Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga berbunyi sebagai


m/

berikut:
Pasal 35
o

(1) Dalam rangka pengendalian


i.c

organisme
pengganggu tumbuhan, setiap Pelaku Usaha
las

Perkebunan wajib memenuhi persyaratan


minimum sarana dan prasarana pengendalian
gu

organisme pengganggu Tanaman Perkebunan.


e

(21 Ketentuan mengenai persyaratan minimum sbrana


for

dan prasarana sebagaimana dimaksud pada ayat


(l) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
.in
ww

10. Ketentuan Pasal 39 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
//w

39...
ps:

Pasal
htt

SK No 095988 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-150-

h
-ta
Pasal 39
Pelaku Usaha Perkebunan dapat melakukan Usaha

r-2
Perkebunan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan

mo
perundang-undangan di bidang penanaman modal.

-no
11. Ketentuan Pasal 4O diubah sehingga berbunyi sebagai

pu
berikut:
Pasal 4O erp
Pengalihan kepemilikan Perusahaan Perkebunan
d-p

kepada penanam modal asing dapat dilakukan setelah


memperoleh persetqjuan Pemerintah Pusat.
loa

12. Ketentuan Pasal 42 diubah sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
/do

Pasal 42
(1) Kegiatan usaha budi daya Tanaman Perkebunan
/12

dan/ atau usaha Pengolahan Hasil Perkebunan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 ayat (1)
22

hanya dapat dilakukan oleh Perusahaan


Perkebunan apabila telah mendapatkan hak atas
20

Tanah dan memenuhi Peizinan Berusaha terkait


m/

Perkebunan dari Pemerintah Pusat.


(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan
o

Berusaha terkait Perkebunan


i.c

sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
las

Pemerintah.
gu

13. Ketentuan Pasal 43 diubah sehingga berbunyi sebagai


e
for

berikut:
Pasal 43
.in

Kegiatan usaha Pengolahan Hasil Perkebunan dapat


didirikan pada wilayah Perkebunan swadaya
ww

masyarakat yang belum ada usaha Pengolahan Hasil


Perkebunan setelah memperoleh hak atas Tanah dan
//w

Perizinar: Berusaha dari Pemerintah Pusat.


ps:

14. Pasal 45 . . .
htt

SK No 095989 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELTK INDONESIA

n-2
-151 -

hu
14. Pasal 45 dihapus.

-ta
2
15. Ketentuan Pasal 47 diubah sehingga berbunyi sebagai

or-
berikut:

om
PasaT 47
(1) Perusahaan Perkebunan yang melakukan usaha

u-n
budi daya Tanaman Perkebunan dengan luasan
skala tertentu dan/atau usaha Pengolahan Hasil

p
Perkebunan dengan kapasitas pabrik tertentu
erp
wajib memenuhi Penzinan Berusaha dari
Pemerintah Pusat.
d-p

(21 Setiap Perusahaan Perkebunan yang melakukan


usaha budi daya Tanaman Perkebunan dengan
loa

luasan skala tertentu dan I atau usaha Pengolahan


Hasil Perkebunan dengan kapasitas pabrik
wn

tertentu yang tidak memiliki Perizinan Berusaha


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
o
2/d

sanksi administratif berupa:


a. penghentian sementarakegiatan;
/1

b. pengenaan denda; dan/atau


22

c. paksaan Pemerintah Pusat.


20

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan


Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
/
om

dan kriteria, jenis, besaran denda, dan tata cara


pengenaan sanksi administratif sebagaimana
si.c

dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan


Pemerintah.
ula

16. Ketentuan
g

Pasal 48 diubah sehingga berbunyi sebagai


ore

berikut:
Pasal 48
inf

(U Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam


.

Pasal 47 ayat (1) diberikan oleh:


ww

a. gubernur untuk wilayah lintas


kabupaten/ kota; dan
/w

b. bupati/wali kota untuk wilayah dalam suatu


s:/

kabupaten/kota,
berdasarkan norna, standar, prosedur, dan
p
htt

kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

(2) Dalam . . .

SK No095990A
m l
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-152-

ah
(21 Dalam hal lahan Usaha Perkebunan berada, pada
wilayah lintas provinsi, Perizinan Berusaha

2-t
diberikan oleh Pemerintah Pusat.

r-
(3) Perusahaan Perkebunan yang telah mendapat

mo
Perizinan Berusaha wajib menyampaikan laporan
perkembangan usahanya secara berkala sekurang-

-no
kurangnya 1 (satu) tahun sekali kepada pemberi
Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada

pu
ayat (1) atau ayat (2).
erp
(41 Laporan perkembangan usaha secara berkala
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) juga
d-p

disampaikan kepada Pemerintah Pusat.


loa

17. Pasal 49 dihapus.


wn

18. Pasal 5O dihapus.


/do

19. Ketentuan Pasal 58 diubah sehingga berbunyi sebagai


/12

berikut:
22

Pasal 58
(1) Perusahaan Perkebunan yang mendapatkan
/20

Perizinan Berusaha untuk budi daya yang seluruh


atau sebagian lahannya berasal dari:
om

a. area penggunaan lain yang berada di luar hak


si.c

guna usaha; dan/ atau


b. areal yang berasal dari pelepasan kawasan
ula

hutan,
wajib memfasilitasi pembangunan kebun
eg

masyarakat sekitar, seluas 2O7o (dua puluh persen)


for

dari luas lahan tersebut.


(21 Fasilitasi pembangunan kebun masyarakat
.in

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


dilakukan melalui pola kredit, bagi hasil, bentuk
ww

kemitraan lainnya, atau bentuk pendanaan lain


yang disepakati sesuai dengan ketentuan
//w

peraturan perundang-undangan.
ps:

(3) Kewajiban . . .
htt

SK No 095991 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
BLIK INDONESIA

n-2
-153-

hu
(3) Kewajiban memfasilitasi pembangunan kebun

-ta
masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

2
harus dilaksanakan dalam jangka waktu paling

or-
lambat 3 (tiga) tahun sejak hak guna usaha
diberikan.

om
(41 Fasilitasi pembangunan kebun masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (21, dan

u-n
ayat (3) harus dilaporkan kepada Pemerintah
Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan
p
kewenangannya. erp
d-p

2O. Ketentuan Pasal 60 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
loa

Pasal 6O
(1) Perusahaan Perkebunan yang
wn

melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 58
o

dikenai sanksi administratif.


2/d

(21 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) berupa:
/1

a. denda;
22

b. pemberhentian sementara dari kegiatan


20

Usaha Perkebunan; dan/ atau


c.
/

pencabutan Perizinan Berusaha.


om

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,


besaran denda, dan tata cara pengen€ran sanksi
si.c

administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (21


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
ula
g

21. Ketentuan Pasal 67 diubah sehingga berbunyi sebagai


ore

berikut:
Pasal 67
inf

(1) Pelaku Usaha Perkebunan wajib memelihara


.
ww

kelestarian fungsi lingkungan hidup.


(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban
memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup
/w

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam


s:/

Peraturan Pemerintah.
p
htt

22.Pasat 68...

SK No 095992 A
ml
.ht
22
P]AESIDEN

-20
REPI.JBLIK INDONESIA

un
-154-

h
22. Pasal68 dihapus

-ta
r-2
23. Ketentuan Pasal 70 diubah sehingga berbunyi sebagai

mo
berikut:
Pasal 70

-no
'(1) Setiap Perusahaan Perkebunan yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 69

pu
dikenai sanksi administratif.
l2l
erp
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
d-p

administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (l)


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
loa

24. Ketentuan Pasal 74 diubah sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
/do

Pasal T4
(1) Setiap unit Pengolahan Hasil Perkebunan tertentu
/12

yang berbahan baku impor wajib membangun


kebun dalam jangka waktu tertentu setelah unit
22

pengolahannya beroperasi.
(21 Kebun yang dibangun sebagaimana dimaksud
20

pada ayat (1) wajib terintegrasi dengan unit


m/

Pengolahan Hasil Perkebunan setelah unit


pengolahan tersebut beroperasi.
o

(3) Ketentuan mengenai jenis Pengolahan Hasil


i.c

Perkebunan tertentu dan jangka waktu tertentu


las

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam


gu

Peraturan Pemerintah.
e
for

25. Ketentuan Pasal 75 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
.in
ww

Pasal 75...
//w
ps:
htt

SK No 095993 A
ml
.ht
22
-20
PRESlDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-155-

ah
Pasal 75

-t
(1) Setiap Pelaku Usaha Perkebunan yang melanggar

r-2
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 74
ayat (1) dikenai sanksi administratif.

mo
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,

o
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi

u-n
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

26. Ketentuan
rpp
Pasal 93 diubah sehingga berbunyi sebagai
-pe
berikut:
Pasal 93
ad

(l) Pembiayaan Usaha Perkebunan yang dilakukan


nlo

oleh Pemerintah Pusat bersumber dari anggaran


pendapatan dan belanja negara.
ow

(2) Pembiayaan penyelenggaraan Perkebunan yang


2/d

dilakukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan


kewenangannya bersumber dari anggaran
pendapatan dan belanja daerah.
/1

(3) Pembiayaan Usaha Perkebunan yang dilakukan


22

oleh Pelaku Usaha Perkebunan bersumber dari


/20

penghimpunan dana Pelaku Usaha Perkebunan,


dana lembaga pembiayaan, dana masyarakat, dan
om

dana lain yang sah.


(41 Penghimpunan dana sebagaimana dimaksud pada
si.c

ayat (3) digunakan untuk pengembangan sumber


daya manusia, penelitian dan pengembangan,
ula

promosi Perkebunan, peremajaan Tanaman


Perkebunan, sarana dan prasarana Perkebunan,
eg

pengembangan Perkebunan, dan/ atau pemenuhan


Hasil Perkebunan untuk kebutuhan pangan,
for

bahan bakar nabati, dan hilirisasi industri


.in

Perkebunan.
(5) Dana yang dihimpun oleh Pelaku
ww

Usaha
Perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dikelola oleh badan pengelola dana Perkebunan,
//w

yang berwenang untuk menghimpun,


mengadministrasikan, mengelola, menyimpan, dan
ps:

menyalurkan dana tersebut.


htt

(6) Ketentuan . . .

SK No 095994 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONES]A

un
- 156-

h
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penghimpunan

-ta
dana sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan

r-2
badan pengelola dana Perkebunan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) diatur dalam Peraturan

mo
Pemerintah.

-no
27. Ketentuan Pasal 95 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

pu
Pasal 95 erp
(l) Pemerintah Pusat mengembangkan Usaha
Perkebunan melalui penanaman modal.
d-p

(2) Pelaksanaan penanaman modal sebagaimana


loa

dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan di
wn

bidang penanarnan modal, dengan memperhatikan


kepentingan Pekebun.
/do

28. Ketentuan Pasal 96 diubah sehingga berbunyi sebagai


/12

berikut:
22

Pasal 96
(1) Pembinaan Usaha Perkebunan dilakukan oleh
/20

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai


dengan kewenangannya berdasarkan norma,
om

standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan


oleh Pemerintah Pusat.
si.c

(21 Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


meliputi:
ula

a. perencanaan;
eg

b. pelaksanaan Usaha Perkebunan;


for

c. pengolahan dan pemasar€rn Hasil


Perkebunan;
.in

d. penelitian dan pengembangan;


ww

e. pengembangan sumber daya manusia;


f. pembiayaan Usaha Perkebunan; dan
//w

g. pemberian rekomendasi penanaman modal.


ps:

(3) Ketentuan . . .
htt

SK No 095995 A
m l
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-r57-

ah
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan Usaha

2-t
Perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

r-
mo
29. Ketentuan Pasal 97 diubah sehingga berbunyi sebagai

-no
berikut:
Pasal 97

pu
(1) Pembinaan teknis untuk Perusahaan Perkebunan
milik negara, swasta, dan/atau Pekebun dilakukan
erp
oleh Pemerintah Pusat.
d-p

(21 Evaluasi atas kinerja Perusahaan Perkebunan


milik negara dan/atau swasta dilalsanakan
loa

melalui penilaian Usaha Perkebunan secara rutin


dan/ atau sewaktu-waktu.
wn

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan teknis


dan penilaian Usaha Perkebunan sebagaimana
/do

dimaksud pada ayat (1) dan ayat l2l diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
/12

30. Ketentuan
22

Pasal 99 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/20

Pasal 99
(1)
om

Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


98 dilakukan melalui:
si.c

a. pelaporan dari Pelaku Usaha Perkebunan;


dan/atau
ula

b. pemantauan dan evaluasi terhadap


pelaksanaan dan hasil Usaha Perkebunan.
eg

(21 Dalam hal tertentu, pengawas€rn dapat dilakukan


for

melalui pemeriksaan terhadap proses dan Hasil


Perkebunan.
.in

(3) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf a merupakan informasi publik yang
ww

diumumkan dan dapat diakses secara terbuka oleh


masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan
//w

perundang-undangan.
ps:

(4) Pemantauan . . .
htt

SK No095996A
m l
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
- 158-

ah
(4) Pemantauan dan evaluasi sebagaimana dimaksud

2-t
pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan mengamati
dan memeriksa kesesuaian laporan dengan

r-
pelaksanaan di lapangan.

mo
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan
tata cara pengawasan sebagaimana dimaksud pada

-no
ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

pu
erp
31. Ketentuan Pasal 103 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
d-p

Pasal 103
loa

Setiap pejabat yang menerbitkan Penzinan Berusaha


terkait Perkebunan di atas Tanah Hak Ulayat
wn

Masyarakat Hukum Adat sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 17 ayat (l) dipidana dengan pidana penjara paling
/do

lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak


Rp5.000.0OO.0OO,0O (lima miliar rupiah).
/12

32. Pasal 105 dihapus.


22

33. Pasal 106 dihapus.


/20

34. Pasal 109 dihapus.


om

Pasal 3O
si.c

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 29


Tahun 2OOO tentang Perlindungan Varietas Tanaman
ula

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor


eg

241, Tambalean Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor


4043) diubah sebagai berikut:
for
.in

1 Ketentuan Pasal 11 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ww

Pasal 11
(1) Permohonan hak PVT diajukan kepada Kantor
//w

PVI secara tertulis dalam bahasa Indonesia


dengan membayar biaya ya+g besarnya
ps:

ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan di bidang penerimaan
htt

negara bukan pajak.


(2) Dalam . . .

SK No 095997 A
l
tm
2.h
02
PRESlDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-159-

u
ah
(21 Dalam hal permohonan hak PVT diajukan oleh:

2-t
a. orang atau badan hukum selaku kuasa
pemohon harus disertai surat kuasa khusus

or-
dengan mencantumkan nama dan alamat
lengkap kuasa yang berhak; atau

om
b. ahli waris harus disertai dokumen bukti ahli

u-n
waris.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara

p
pengqiuan permohonan hak PVT sebagaimana
erp
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21 diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
d-p

Ketentuan Pasal 29 diubah sehingga berbunyi sebagai


loa

2
berikut:
wn

Pasal 29
(1) Permohonan pemeriksaan substantif atas
/do

permohonan hak PVT harus diajukan ke Kantor


PVT secara tertulis paling lambat 1 (satu) bulan
/12

setelah berakhirnya masa pengumuman dengan


membayar biaya pemeriksaan substantif.
22

(21 Besarnya biaya pemeriksaan substantif


/20

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
om

di bidang penerimaan negara bukan pajak.


i.c

3 Ketentuan Pasal 40 diubah sehingga berbunyi sebagai


las

berikut:
Pasal 40
gu

(1) Hak PVT dapat beralih atau dialihkan karena:


ore

a. pewarisan;
b. hibah;
inf

c. wasiat;
.
ww

d. perjanjian dalam bentuk akta notaris; atau


e. sebab lain yang dibenarkan oleh undang-
/w

undang.
s:/

(2) Pengalihan . .
p

.
htt

SK No 095998 A
ml
.ht
22
PRESlDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-160-

h
(21 Pengalihan hak PVT sebagaimana dimaksud

-ta
pada
ayat (1) hunrf a, huruf b, dan huruf c harus disertai

r-2
dengan dokumen PVT berikut hak lain yang
berkaitan dengan itu.

mo
(3) Setiap pengalihan hak PVT wajib dicatatkan pada
Kantor PVT dan dicatat dalam Daftar Umum PVT

-no
dengan membayar biaya yang besarnya ditetapkan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

pu
undangan di bidang penerimaan negara bukan
pajak. erp
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata
d-p

cara pengalihan hak PVT diatur dalam Peraturan


Pemerintah.
loa

4 Ketentuan Pasal 43 diubah sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
/do

Pasal 43
(1) Perjanjian Lisensi harus dicatatkan pada Kantor
/12

PVT dan dimuat dalam Daftar Umum PVT dengan


membayar biaya yang besarnya ditetapkan sesuai
22

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan


di bidang penerimaan negara bukan pajak.
20

(2) Dalam hal perjanjian Lisensi tidak dicatatkan di


m/

Kantor PVT sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


perjanjian Lisensi tidak mempunyai akibat hukum
o
i.c

terhadap pihak ketiga.


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian Lisensi
las

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21


gu

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


e
for

5 Ketentuan Pasal 63 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
.in

Pasal 63
ww

(1) Untuk kelangsungan berlakunya hak PVT,


pemegang hak PVT wajib membayar biaya
//w

tahunan.
ps:

(2) Untuk'. . .
htt

SK No 095999 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPTJELIK INOONESIA

n-2
-161 -

hu
(21 Untuk setiap pengajuan permohonan hak

-ta
PVT,
permintaan pemeriksaan, petikan Daftar Umum

r-2
PVT, salinan surat PVT, salinan dokumen PVT,
pencatatan pengalihan hak PVT, pencatatan surat

mo
perjanjian Lisensi, pencatatan Lisensi Wajib, serta
lain-lainnya yang ditentukan berdasarkan Undang-

-no
Undang ini wajib membayar biaya.
(3) Ketentuan mengenai besar biaya, persyaratan, dan

pu
tata cara pembayaran biaya sebagaimana
erp
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21 diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
d-p
di bidang penerimaan negara bukan pajak.
loa

Pasal 3l
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 22
wn

Tahun 2Ol9 tentang Sistem Budi Daya Pertanian


Berkelanjutan (t embaran Negara Republik Indonesia Jahun
/do

2019 Nomor 201, Tambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia Nomor 6412) diubah sebagai berikut:
/12
22

1 Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/20

Pasal 19
om

(1) Setiap Orang dilarang mengalihfungsikan Lahan


yang sudah ditetapkan sebagai Lahan budi daya
i.c

Pertanian.
(21 Dalam hal untuk kepentingan umum dan f alau
las

proyek strategis nasional, Lahan budi daya


gu

Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (l)


dapat dialihfungsikan dan dilaksanakan sesuai
e

dengan ketentuan peraturan


for

perundang-
undangan.
.in

(3) Lahan budi daya Pertanian


untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud
ww

pada ayat (2) hanya dapat dilakukan dengan


syarat:
/w

a. dilakukan kajian strategis;


/

b.
ps:

disusun rencana alih fungsi Lahan;


c. dibebaskan kepemilikan haknya dari pemilik;
htt

dan/atau
d. disediakan . . .

SK No 096000 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-t62-

ah
d. disediakan Lahan pengganti terhadap Lahan

2-t
budi daya Pertanian.
(41 Alih fungsi l,ahan budi daya Pertanian untuk

or-
kepentingan umum dan/ atau proyek strategis
nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang

om
dilaksanakan pada Lahan Pertanian yang telah
memiliki jaringan pengairan lengkap wajib menjaga

u-n
fungsi jaringan pengairan lengkap.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengalihfungsian
p
erp
Lahan budi daya Pertanian diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
d-p

2 Ketentuan Pasal 22 diubah sehingga berbunyi sebagai


loa

berikut:
wn

Pasal22
(1) Pelaku Usaha yang menggunakan Lahan, hak
/do

ulayat yang tidak melakukan musyawarah dengan


masyarakat hukum adat pemegang hak ulayat
/12

untuk memperoleh persetujuan dikenai sanksi


administratif berupa:
22

a. penghentiansementarakegiatan;
/20

b. pengenaan denda administratif;


c. paksaan Pemerintah;
om

d. pembekuan Perizinan Berusaha; dan/ atau


si.c

e. pencabutan Perizinan Berusaha.


(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,
ula

besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi


administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
eg

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


for

3 Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagai


.in

berikut:
ww
//w

Pasal 32...
ps:
htt

SK No 097886 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-163-

ahu
Pasal 32

2-t
(1) Pengadaan benih unggul melalui pemasukan dari
luar negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31

or-
ayat (l) dilakukan setelah mendapat Perizinan

om
Berusaha dari Pemerintah Pusat.
(21 Pengeluaran benih unggul dari wilayah Negara

u-n
Republik Indonesia dapat dilakukan oleh Pelaku
Usaha berdasarkan Perizinan Berusaha dari
(3)
Pemerintah Pusat.
rpp
Dalam hal pemasukan dari luar negeri
e
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
d-p

pengeluaran benih unggul dari wilayah Negara


Republik Indonesia sebagaimana dimaksud pada
loa

ayat (21 dilakukan oleh instansi pemerintah,


pemasukan dan pengeluaran benih harus
wn

mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Pusat.


(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan
/do

Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
/12
22

4 Ketentuan Pasal 43 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
20

Pasal 43
m/

Pengeluaran Tanaman, Benih Tanaman, Benih Hewan,


o

Bibit Hewan, dan hewan dari wilayah Negara Republik


i.c

Indonesia oleh Setiap Orang dapat dilakukan jika


keperluan dalam negeri telah terpenuhi setelah
las

mendapat Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat.


u
eg

5 Ketentuan Pasal 44 diubah sehingga berbunyi sebagai


for

berikut:
Pasal 44
.in

(1) Pemasukan Tanaman, Benih Tanaman, Benih


ww

Hewan, Bibit Hewan, dan hewan dari luar negeri


dapat dilakukan untuk:
//w

a. meningkatkan mutu dan keragaman genetik;


ps:

b.mengembangkan...
htt

SK No 097887 A
ml
2.ht
02
PRES IO EN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-164-

hu
b. mengembangkan ilmu pengetahuan dan

-ta
teknologi; dan/ atau

2
c. memenuhi keperluan di dalam negeri.

or-
(2) Pemasukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

om
wajib memenuhi persyaratan.
(3) Setiap Orang yang melakukan pemasukan

u-n
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah
Pusat.
rpp
(41 Dalam hal pemasukan sebagaimana dimaksud
-pe
pada ayat (1) dilakukan oleh instansi pemerintah,
pemasukan harus mendapatkan persetujuan dari
ad

Pemerintah Pusat.
lo
wn

6 Ketentuan Pasal 86 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/do

Pasal 86
(1)
/12

Setiap Orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal


84 ayat (1) yang melakukan Usaha Budi Daya
Pertanian di atas skala tertentu wajib memenuhi
22

Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat.


/20

(2) Pemerintah Pusat dilarang memberikan Perizinan


Berusaha terkait Usaha Budi Daya Pertanian
om

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di atas tanah


hak ulayat masyarakat hukum adat.
i.c

(3) Ketentuan larangan sebagaimana dimaksud pada


las

ayat (2) dikecualikan dalam hal telah dicapai


persetujuan antara masyarakat hukum adat dan
gu

Pelaku Usaha.
e
for

7 Ketentuan Pasal 102 diubah sehingga berbunyi sebagai


.in

berikut:
ww
//w

Pasal 102. . .
ps:
htt

SK No 097888 A
ml
.ht
22
PFIES IDEN

-20
REPUBLIK INOONESIA

un
- 165-

ah
Pasal 1O2

2-t
(l) Sistem informasi Pertanian mencakup
pengumpulan, pengolahan, penganalisisan,

or-
penyimpanan, penyajian, dan penyebaran data
Sistem Budi Daya Pertanian Berkelanjutan.

om
(21 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai

u-n
dengan kewenangannya wajib membangun,
menJrusun, dan mengembangkan sistem informasi

rpp
Pertanian yang terintegrasi.
(3) Sistem informasi sebagaimana dimaksud pada ayat
-pe
(1) paling sedikit digunakan untuk keperluan:
a. perencanaan;
ad

b. pemantauan dan evaluasi;


nlo

c. pengelolaan pasokan dan permintaan produk


Pertanian; dan
ow

d. pertimbangan penanaman modal.


/d

(41 Kewajiban Pemerintah Pusat dan Pemerintah


Daerah sesuai dengan kewenangannya
/12

s6lagai1n4ls dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan


22

oleh pusat data dan informasi.


(5) Pusat data dan informasi sebagaimana dimaksud
20

pada ayat (4) wajib melakukan pemutakhiran data


dan informasi Sistem Budi Daya Pertanian
/
om

Berkelanjutan secara akurat dan dapat diakses


oleh masyarakat.
i.c

(6) Data dan informasi sebagaimana dimaksud pada


s

ayat (5) dapat diakses dengan mudah dan cepat


ula

oleh Pelaku Usaha dan masyarakat.


(71 Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem informasi
g
ore

Pertanian sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


ayat (2), ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dalam
inf

Peraturan Pemerintah.
w.

8 Ketentuan Pasal 108 diubah sehingga berbunyi sebagai


w

berikut:
/w
s:/
p

Pasal 1O8 . .
htt

SK No 097889 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
- 166-

ah
Pasal 1O8

2-t
(1) Sanksi administratif dikenakan kepada:
a. Setiap Orang yang melanggar ketentuan

or-
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat

om
(3), Pasal 28 ayat (3), Pasal 43, Pasal 44 ayat
(2) atau ayat (3), Pasal 66 ayat (2), Pasal 7l ayat

u-n
(3), Pasal 76 ayat (3), atau Pasal 79;
b. Pelaku Usaha dan/ atau instansi pemerintah
p
yang melanggar ketentuan sebagaimana
erp
dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2), Pasal 18
ayat (2), Pasal 32 ayat (1), ayat (21 atau ayat
d-p

(3); atau
c. Produsen dan/ atau distributor yang
loa

melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 78 ayat (1).
wn

(21 Sanksi administratif .sebagaimana dimaksud pada


/do

ayat (l) dapat berupa:


a. teguran tertulis;
/12

b. dendaadministratif;
c.
22

penghentian sementara kegiatan usaha;


d. penarikan produk dari peredaran;
/20

e. pencabutan izin; danlatanu


om

f. penutupan usaha.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,
si.c

besaran denda dan tata cara pengenaan sanksi


administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ula

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


eg

9. Pasal l11dihapus.
for
.in

Pasal 32
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor
ww

19
Tahun 2O13 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
//w

131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor


5433) diubah sebagai berikut:
ps:
htt

1. Ketentuan. . .

SK No 097890 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-t67-

hu
-ta
1 Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

r-2
Pasal 15
(1)

mo
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya wajib meningkatkan

-no
produksi Pertanian.
(21 Kewajiban peningkatan produksi Pertanian

pu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
melalui strategi Perlindungan Petani sebagaimana
erp
dimaksud dalam Pasal 7 ayat (21.
d-p

2 Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai


loa

berikut:
Pasal 30
wn

(1) Kecukupan kebutuhan konsumsi dan/ atau


cadangan pangan Pemerintah berasal dari
/do

produksi dalam negeri dan impor Komoditas


Pertanian dengan tetap melindungi kepentingan
/12

Petani.
(21 Impor Komoditas Pertanian sebagaimana
22

dimaksud pada ayat (l) dilakukan sesuai dengan


20

instrurnen perdagangan berdasarkan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
m/

(3) Kecukupan kebutuhan konsumsi dan/ atau


o

cadangan pangan Pemerintah sebagaimana


i.c

dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Pemerintah


las

Pusat.
u
eg

3. Pasal 101 dihapus.


for

Pasal 33
.in

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 13


Tahun 2OlO tentang Hortikultura (Lembaran Negara
ww

Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 132, Tambahan


kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 5170) diubah
//w

sebagai berikut:
ps:

1. Ketentuan. . .
htt

SK No 097891 A
ml
.ht
22
-20
PRES IO EN
REPUBLIK INDONESIA

un
- 168-

ah
1 Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 15

or-
(1) Pelaku Usaha wajib mengutamakan pemanfaatan

om
sumber daya manusia dalam negeri.
(21 Pemanfaatan sumber daya manusia sebagaimana

u-n
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
rpp
Ketentuan Pasal 33 diubah sehingga berbunyi sebagai
-pe
2
berikut:
ad

Pasal 33
(1) Usaha Hortikultura dilaksanakan
nlo

dengan
penggunaan Sarana H ortikultura
dalam negeri.
ow

(21 Dalam hal Sarana Hortikultura dalam negeri tidak


/d

mencukupi atau tidak tersedia, dapat digunakan


/12

Sarana Hortikultura yang berasal dari luar negeri


dengan memenuhi PerLinan Berusaha dari
22

Pemerintah Pusat.
(3) Sarana Hortikultura yang berasal dari luar negeri
20

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus:


/

a. lebih efisien;
om

b. ramah lingkungan; dan


i.c

c. diutamakan yang mengandung komponen


s

hasil produksi dalam negeri.


ula

(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan


Berusaha terkait Sarana Hortikultura sebagaimana
g

dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dalam


ore

Peraturan Pemerintah.
inf

3 Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga berbunyi sebagai


w.

berikut:
w
/w

Pasal 35...
s:/
p
htt

SK No 097892 A
ml
.ht
22
-20
PPES IOEN
REPUBLIK INDONESIA

un
_t69_

ah
Pasal 35

2-t
(1) Sarana Hortikultura yang diedarkan wajib
memenuhi standar mutu dan Peizinan Berusaha.

or-
(21 Dalam hal Sarana Hortikultura merupakan atau

om
mengandung hasil rekayasa genetik, selain
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud'pada

u-n
ayat (f ), peredarannya wajib mengikuti ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang
(3)
keamanan hayati.
rpp
Apabila standar mutu sebagaimana dimaksud
-pe
pada ayat (1) belum ditetapkan, Pemerintah Pusat
menetapkan persyaratan teknis minimal.
ad

(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dan ayat (3) dikecualikan untuk Sarana
nlo

Hortikultura produksi lokal yang diedarkan secara


ow

terbatas dalam satu kelompok.


(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai ta:ta cara
/d

pemenuhan standar mutu dan Perizinan Berusaha


/12

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (21, ayat


(3), dan ayat (4) diatur dalam Peraturan
22

Pemerintah.
20

4 Di antara Pasal 35 dan Pasal 36 disisipkan 1 (satu)


/
om

pasal, yakni Pasal 35A sehingga berbunyi sebagai


berikut:
s i.c

Pasal 35A
ula

(1) Setiap Orang yang mengedarkan Sarana


Hortikultura yang tidak memenuhi standar mutu,
g

tidak memenuhi persyaratan teknis minimal,


ore

dan/ atau tidak memenuhi Perizinan Berusaha


inf

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dikenai


sanksi administratif.
w.

(21 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada


w

ayat (1) dapat berupa:


a. penghentian kegiatan usaha;
/w

b. penarikan produk yang dipasarkan;


s:/

c. dendaadministratif;
p
htt

d. paksaan pemerintah; dan/atau


e. pencabutan Perizinan Berusaha.

(3) Ketentuan. . .

SK No 097893 A
l
tm
2.h
02
PRES IOEN

n-2
REPUBLIK INOONESIA
-L70-

hu
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,

a
2-t
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

or-
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

om
5. Pasal 48 dihapus.

u-n
6 Ketentuan Pasal 49 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut: rpp
Pasal 49
e
d-p

(1) Unit Usaha Budidaya Hortikultura mikro dan kecil


wajib didata oleh Pemerintah Pusat.
loa

(21 Unit Usaha Budidaya Hortikultura menengah dan


Unit Usaha Budidaya Hortikultura besar harus
wn

memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah


Pusat.
/do
/12

7 Pasal 5l dihapus.
22

8 Ketentuan Pasal 52 diubah sehingga berbunyi sebagai


20

berikut:
m/

Pasal 52
(1) Usaha Hortikultura sebagaimana dimaksud dalam
o

Pasal 50 wajib memenuhi Per2inan Berusaha dari


i.c

Pemerintah Pusat.
las

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan


Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
u
eg

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


for

9 Ketentuan Pasal 54 diubah sehingga berbunyi sebagai


.in

berikut:
ww

Pasal 54. . .
//w
ps:
htt

SK No 097894 A
m l
.ht
2
02
PRES ID EN

n-2
REPUBLIK lNDONESIA
-t7t-

hu
-ta
Pasal 54
(1) Pelaku Usaha dalam melaksanakan Usaha

2
Hortikultura wajib memenuhi standar proses atau

or-
persyaratan teknis minimal.

om
l2l Pelaku Usaha dalam memproduksi Produk
Hortikultura wajib memenuhi standar mutu dan

u-n
keamanan pangan Produk Hortikultura.
(3) Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah
p
sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
erp
norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat membina dan
d-p

memfasilitasi pengembangan Usaha Hortikultura


untuk memenuhi standar mutu dan keamanan
loa

pangan Produk Hortikultura.


(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai standar mutu dan
wn

keamanan pangan Produk Hortikultura


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
/do

Peraturan Pemerintah.
/12

10. Ketentuan Pasal 56 diubah sehingga berbunyi sebagai


22

berikut:
/20

Pasal 56
(U Usaha Hortikultura dapat dilakukan dengan pola
om

Kemitraan.
l2l Pola Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat
si.c

(1) melibatkan Pelaku Usaha mikro, kecil,


menengah, dan besar.
ula

(3) Kemitraan sebagaimana dimal<sud pada ayat (2)


dilaksanakan dengan pola:
eg

a. inti-plasma;
for

b. subkontrak;
.in

c. waralaba;
d. perdagangan umum;
ww

e. distribusi dan keagenan; dan


//w

f. bentuk Kemitraan lainnya.


ps:

(4) Ketentuan. . .
htt

SK No 097895 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-172-

ah
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pola Kemitraan

2-t
sebagaimana dimal<sud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

or-
om
11. Ketentuan Pasal 57 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

u-n
Pasal 57
(1) Usaha perbenihan meliputi pemuliaan, produksi

p
Benih, Sertifikasi, peredaran Benih,
erp serta
pengeluaran Benih dari dan pemasukan Benih ke
dalam wilayah Negara Republik Indonesia.
d-p

(21 Dalam hal pemuliaan ssfagaimana dimaksud pada


loa

ayat (1), dapat dilakukan introduksi dalam bentuk


Benih atau materi induk yang belum ada di wilayah
wn

Negara Republik Indonesia.


(3) Usaha perbenihan hanya dapat dilakukan oleh
/do

Pelaku Usaha yang memiliki sertilikat kompetensi


atau badan usaha yang bersertifikat dalam bidang
/12

perbenihan dengan wajib menerapkan jaminan


mutu Benih melalui penerapan Sertifikasi.
22

(41 Ketentuan sertifikat kompetensi atau badan usaha


/20

yang bersertifikat dan kewajiban menerapkan


jaminan mutu Benih sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dikecualikan bagi Pelaku Usaha
om

perseorangan atau kelompok yang melakukan


si.c

usaha perbenihan untuk dipergunakan sendiri


dan/ atau terbatas dalam 1 (satu) kelompok.
ula

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai produksi Benih,


Sertifikasi, peredaran Benih, serta pengeluaran
eg

dan pemasukan Benih sebagaimana dimaksud


pada ayat (l), introduksi sebagaimana dimaksud
for

pada ayat (2), Sertifikasi kompetensi, Sertifikasi


badan usaha, dan kewajib"r, rl6nsrapkan jaminan
.in

mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (3), serta


ww

pengecualian kewajiban penerapan sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) diatur dalam Peraturan
//w

Pemerintah.
ps:

12. Pasal 63 . . .
htt

SK No 097896 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-L73-

hu
12.

a
Pasal 63 dihapus.

2-t
or-
13. Ketentuan Pasal 68 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

om
Pasal 68
Ketentuan lebih lanjut mengenai usaha budi daya

u-n
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65, tata cara
pendataan dan pelaporan sebagaimana dimaksud
rpp
dalam Pasal 66, serta izin khusus sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 67 ayat (2) diatur dalam
e
Peraturan Pemerintah.
d-p
loa

14. Ketentuan Pasal 73 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
wn

Pasal 73
(l)
/do

Usaha perdagangan Produk Hortikultura mengatur


proses jual beli antarpedagang serta antara
/12

pedagang dan konsumen.


(21 Pelaku Usaha perdagangan Produk Hortikultura
22

harus menerapkan sistem kelas produk


berdasarkan standar mutu dan standar harga
20

secara transparan.
m/

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban sistem


kelas produk berdasarkan standar mutu' dan
o

standar harga secara transparan 56lagaimana


i.c

dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan


las

Pemerintah.
u
eg

5. Ketentuan Pasal 88 diubah sehingga berbunyi sebagai


for

berikut:
Pasal 88
.in

(1) Impor Produk Hortikultura wajib memperhatikan


ww

aspek:
a. keamanan pangan Produk Hortikultura;
//w

b. persyaratan kemasan dan pelabelan;


c. standar mutu; dan
ps:
htt

d. ketentuan . . .

SK No 097897 A
l
tm
2.h
02
FFIES IDEN

n-2
REPUBLIK INOONESIA
-t74-

hu
d. ketentuan keamanan dan pelindungan

a
2-t
terhadap kesehatan manusia, hewan,
tumbuhan, dan lingkungan.

or-
(21 Impor Produk Hortikultura dapat dilakukan
setelah memenuhi Perizinar: Berusaha dari

om
Pemerintah Pusat.
(3)

u-n
Impor Produk Hortikultura sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan melalui pintu masuk yang

(4)
ditetapkan.
rpp
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian
e
Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada
d-p

ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.


loa

16. Ketentuan Pasal 90 diubah sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
Pasal 90
/do

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai


dengan kewenangannya memberikan informasi pasar
/12

untuk meningkatkan pemasaran Produk Hortikultura.


22

17. Ketentuan Pasal 92 diubah sehingga berbunyi sebagai


20

berikut:
m/

Pasal 92
(1) dan tempat lain untuk
Penyelenggara pasar
o
i.c

perdagangan Produk Hortikultura dapat


menyelenggarakan penjualan Produk Hortikultura
las

lokal dan asal impor.


u

(21 Penyelenggara pasar dan tempat lain untuk


eg

perdagangan Produk Hortikultura sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) wajib menyediakan fasilitas
for

pemasaran yang memadai.


.in

18. Ketentuan Pasal l0O diubah sehingga berbunyi


ww

sebagai
berikut:
//w

Pasal 10O, . .
ps:
htt

SK No 097898 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-175-

ah
Pasal 1O0

2-t
(1) Pemerintah Pusat mendorong penanaman modal
dalam Usaha Hortikultura.

or-
(21 Pelaksanaan penanaman modal sebagaimana

om
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di

u-n
bidang penanaman modal.

p
19. Ketentuan Pasal 101 diubah sehingga berbunyi
erp sebagai
berikut:
d-p

Pasal 101
Pelaku Usaha menengah dan besar wajib memberikan
loa

kesempatan pemagangan dan alih teknologi.


wn

20. Ketentuan Pasal 122 diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

berikut:
Pasal 122
/12

(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1),
22

Pasal 33, Pasal 36 ayat (l) atau ayat (2), Pasal 37,
Pasal 38, Pasal 54 ayat (l) atau ayat (2), Pasal 60
/20

ayat (2), Pasal 71, Pasal 73 ayat (21, Pasal 81 ayat


om

(4), Pasal 84 ayat (1), Pasal 88 ayat (1), Pasal 92


ayal (21, Pasal 101, Pasal 108 ayat (21, atau Pasal
si.c

109 ayat (2) dikenai sanksi administratif.


(21 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ula

ayat (1) berupa:


a. peringatan secara tertulis;
eg

b. dendaadministratif;
for

c. penghentian sementara kegiatan;


d.
.in

penarikan produk dari peredaran oleh Pelaku


Usaha;
ww

e. pencabutan izin; dan/atau


f. penutupan usaha.
//w

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,


besaran denda, dan tata cara pengeneen sanksi
ps:

administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (21


htt

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


21. Pasal 126 . . .

SK No 097899 A
l
tm
2.h
02
PR ES ID EN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-t76-

ah
21. Pasal 126 dihapus.

2-t
22.

or-
Ketentatan Pasal 128 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

om
Pasal 128
Setiap orang yang mengedarkan produk segar

u-n
hortikultura impor tertentu yang tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88 ayat

p
(1) huruf a, huruf c, dan/ atau huruf d dipidana dengan
erp
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana
denda paling banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar
d-p

rupiah).
loa

23. Pasal 131 dihapus.


wn

Pasal 34
/do

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 18


Tahun 2OO9 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
/12

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2O09 Nomor


84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
22

5015) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang


Nomor 4l Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
/20

Undang Nomor 18 Tahun 2O09 tentang Peternakan dan


Kesehatan Hewan (kmbaran Negara Republik Indonesia
om

Tahun 2Ol4 Nomor 338, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 5619) diubah sebagai berikut:
si.c
ula

1 Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
eg

Pasal 6
for

(1) Lahan yang telah ditetapkan sebagai Kawasan


Penggembalaan Umum harus dipertahankan
.in

keberadaan dan kemanfaatannya secara


berkelanjutan.
ww

(21 Kawasan Penggembalaan Umum sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) berfungsi sebagai:
//w

a. penghasil tumbuhan Pakan;


ps:

b. ter'npat perkawinan alami, seleksi, kastrasi,


dan pelayanan Inseminasi Buatan;
htt

c. tempat pelayanan Kesehatan Hewan;


dan/ atau d. tempat . . .

SK No 097900A
ml
.ht
22
-20
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-t77-

h
d. tempat atau objek penelitian

-ta
dan
pengembangan teknologi Peternakan dan

r-2
Kesehatan Hewan.
(3) Pemerintah Daerah kabupaten / kota yang di

mo
daerahnya mempunyai persediaan lahan yang
memungkinkan dan memprioritaskan budi daya

-no
Ternak skala kecil wajib menetapkan lahan sebagai
Kawasan Penggembalaan Umum.

pu
(4) Pemerintah Daerah kabupaten / kota membina
erp
bentuk kerja sarna antara pengusahaan
Peternakan dan pengusahaan tanaman pangan,
d-p

hortikultura, perikanan, perkebunan, dan


kehutanan, serta bidang lainnya dalam
loa

memanfaatkan lahan di kawasan tersebut sebagai


sumber Pakan Ternak murah.
wn

(5) Dalam hal Pemerintah Daerah kabupaten/kota


tidak menetapkan lahan sebagai Kawasan
/do

Penggembalaan Umum sebagaimana dimaksud


pada ayat (3), Pemerintah Pusat dapat menetapkan
/12

lahan sebagai Kawasan Penggembalaan Umum.


(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan dan
22

pengelolaan Kawasan Penggembalaan Umum


20

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur


dengan Peraturan Pemerintah.
m/
o

2 Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga berbunyi sebagai


i.c

berikut:
las

Pasal 13
(1)
gu

Penyediaan dan pengembangan Benih danlatau


Bibit dilakukan dengan memperhatikan
e

keberlanjutan pengembangan usaha Peternak


for

mikro, kecil, dan menengah.


.in

(21 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai


dengan kewenangannya wajib untuk melakukan
ww

pengembangan usaha pembenihan dan/atau


pembibitan dengan melibatkan peran serta
//w

masyarakat untuk menjamin ketersediaan Benih,


Bibit, dan/ atau Bakalan.
ps:
htt

(3) Dalam . . .

SK No 097901A
l
tm
2.h
02
' PRESIDEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-t78-

ah
(3) Dalam hal usaha pembenihan dan/ atau

2-t
pembibitan oleh masyarakat belum berkembang,
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

or-
membentuk unit pembenihan dan/atau
pembibitan.

om
(41 Setiap Benih atau Bibit yang beredar wajib
memiliki sertifikat layak Benih atau Bibit yang

u-n
memuat keterangan mengenai silsilah dan ciri-ciri
keunggulan tertentu.

p
erp
(5) Sertifrkat layak Benih atau Bibit sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dikeluarkan oleh lembaga
d-p

sertifikasi Benih atau Bibit yang terakreditasi.


(6) Setiap Orang dilarang mengedarkan Benih atau
loa

Bibit yang tidak memenuhi kewajiban sertifikat


layak Benih atau Bibit sebagaimana dimaksud
wn

pada ayat (4).


/do

3 Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai


/12

berikut:
Pasal 15
22

(1) Pemasukan Benih dan/atau Bibit dari luar negeri


ke dalam wilayah Negara Kesatuan Retriublik
/20

Indonesia dapat dilakukEm untuk:


om

a. meningkatkan mutu dan keragaman genetik;


b. mengembangkan ilmu pengetahuan dan
si.c

teknologi;
c. mengatasi kekurangan Benih dan/ atau Bibit
ula

di dalam negeri; dan/ atau


d. memenuhi keperluan penelitian dan
eg

pehgembangan.
for

(21 Setiap Orang yang melakukan pemasukan Benih


.in

dan/ atau Bibit sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) wajib memenuhi Perizinan Berusaha dari
ww

Pemerintah Pusat.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Peizinan
//w

Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
ps:
htt

4.Ketentuan...

SK No 097902 A
l
tm
2.h
02
I,RESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
_r79_

hu
Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga berbunyi sebagai

a
4

2-t
berikut:
Pasal 16

or-
(1) Pengeluaran Benih dan/ atau Bibit dari wilayah

om
Negara Kesatuan Republik Indonesia ke luar negeri
dapat dilakukan apabila kebutuhan dalam negeri

u-n
telah terpenuhi dan kelestarian Ternak lokal
terjamin.
rpp
(21 Pengeluaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilarang dilakukan terhadap Benih dan/ atau Bibit
e
yang terbaik di dalam negeri.
d-p

(3) Setiap Orang yang melakukan kegiatan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
loa

memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah


Pusat.
wn

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan


/do

Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
/12

5 Ketentuan Pasal 22 diubah sehingga berbunyi sebagai


22

berikut:
20

Pasal22
(1) Setiap Orang yang memproduksi Pakan danlatau
m/

Bahan Pakan untuk diedarkan secara komersial


o

wajib memenuhi Perizinan Berusaha dari


i.c

Pemerintah Pusat.
las

(21 Pakan yang dibuat untuk diedarkan secara


komersial harus memenuhi standar atau
u

persyaratan teknis minimal dan keamanan Pakan


eg

serta memenuhi ketentuan cara pembuatan Pakan


for

yang baik yang diatur dengan Peraturan


Pemerintah.
.in

(3) Pakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus


ww

berlabel sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
(4)
//w

Setiap Orang dilarang:


a. mengedarkan Pakan yang tidak layak
ps:

dikonsumsi;
htt

b. menggunakan . . .

SK No 097903 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-180-

hu
b.

-ta
menggunakan dan/ atau mengedarkan Pakan
ruminansia yang mengandung Bahan Pakan

r-2
yang berupa darah, daging, danf atau tulang;
dan/ atau

mo
c. menggunakan Pakan yang dicampur hormon
tertentu dan/ atau antibiotik imbuhan Pakan.

-no
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan
Pakan yang dicampur hormon tertentu danlatau

pu
antibiotik imbuhan Pakan sebagaimana dimaksud
erp
pada ayat (4) huruf c diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
d-p

6 Ketentuan Pasal 29 diubah sehingga berbunyi sebagai


loa

berikut:
wn

Pasal 29
(l) Budi daya Ternak hanya dapat dilakukan oleh
/do

Peternak, Perusahaan Peternakan, dan pihak


tertentu untuk kepentingan khusus.
/12

(21 Peternak yang melakukan budi daya Ternak


dengan jenis dan jumlah Ternak di bawah skala
22

usaha tertentu diberikan Perizinan Berusaha oleh


/20

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah


kabupaten/ kota sesuai dengan kewenangannya
om

berdasarkan nonna, standar, prosedur, dan


kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
i.c

(3) Perusahaan Peternakan yang melakukan budi daya


Ternak dengan jenis dan jumlah Ternak di atas
las

skala usaha tertentu wajib memenuhi Perizinan


gu

Berusaha oleh Pemerintah Pusat.


(41 Peternak, Perusahaan Peternakan, dan pihak
e
for

tertentu yang mengusahakan Ternak dengan skala


usaha tertentu wajib mengikuti tata cara budi daya
.in

Ternak yang baik dengan tidak mengganggu


ketertiban umum sesuai dengan pedoman yang
ww

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


(5) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai
/w

dengan kewenangannya wajib untuk melindungi


/

usaha Peternakan dalam negeri dari persaingan


ps:

tidak sehat di antara pelaku usaha.


htt

7. Ketentuan . . .

SK No 097904 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

n-2
REPUBLIK INOONESIA
-181 -

hu
Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai

a
7

2-t
berikut:
Pasa-l 30

or-
(l) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai

om
dengan kewenangannya berdasarkan norrna,
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan

u-n
oleh Pemerintah Pusat mengembangkan usaha
budi daya mela-lui penanaman modal oleh
perseorangan warga negara Indonesia atau
rpp
korporasi yang berbadan hukum.
e
(21 Pelaksanaan penanaman modal sebagaimana
d-p

dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan di
loa

bidang penanaman modal.


wn

8 Ketentuan Pasal 368 diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

berikut:
Pasal 368
/12

(1) Pemasukan Ternak dan Produk Hewan dari luar


negeri ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik
22

Indonesia dilakukan untuk memenuhi kebutuhan


20

dengan memperhatikan kepentingan Peternak.


(21 Setiap Orang yang melakukan pemasukan Ternak
m/

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib


o

memenuhi Perizinar: Berusaha dari Pemerintah


i.c

Pusat.
(3) Pemasukan Ternak dari luar negeri harus:
las

a. memenuhi persyaratan teknis Kesehatan


u

Hewan;
eg

b. bebas dari Penyakit Hewan Menular yang


for

dipersyaratkan oleh Otoritas Veteriner; dan


c. memenuhi ketentuan peraturan perundang-
.in

undangan di bidang karantina Hewan.


ww

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemasukan


Ternak dan Produk Hewan sebagaimana dimaksud
//w

pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.


ps:

9. Ketentuan . . .
htt

SK No 097905 A
l
tm
2.h
02
PRES IOEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-t82-

ah
9 Ketentuan Pasal 36C diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 36C

or-
(1) Pemasukan Ternak Ruminansia Indukan ke dalam

om
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dapat
berasal dari suatu negara yang telah memenuhi

u-n
persyaratan dan tata cara pemasukannya.
(21 Persyaratan dan tata cara pemasukan Ternak

p
Ruminansia Indukan dari luar negeri ke dalam
erp
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
ditetapkan berdasarkan analisis risiko di bidang
d-p

Kesehatan Hewan oleh Otoritas Veteriner.


(3) Pemasukan Ternak Ruminansia Indukan yang
loa

berasal dari suatu negara sebagaimana dimaksud


pada ayat (1), selain harus memenuhi ketentuan
wn

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) juga harus


terlebih dahulu:
/do

a. dinyatakan bebas Penyakit Hewan Menular di


/12

negara asal oleh Otoritas Veteriner negara asal


sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
22

badan kesehatan hewan dunia dan diakui oleh


Otoritas Veterinir Indonesia;
/20

b. dilakukan penguatan sistem dan pelaksanaan


surveilans di dalam negeri; dan
om

c. ditetapkan tempat pemasukan tertentu.


si.c

(4) Setiap Orang yang melakukan pemasukan Ternak


Ruminansia Indukan sebagaimana dimaksud pada
ula

ayat (1) wajib memenuhi Perizinan Berusaha dari


Pemerintah Pusat.
eg

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemasukan


for

Ternak Ruminansia Indukan ke dalam wilayah


Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Penzinan
.in

Berusaha diatur dalam Peraturan Pemerintah.


ww

10. Ketentuan . . .
//w
ps:
htt

SK No 097906 A
l
tm
2.h
02
PRES IOEN

-2
REPIJBLIK INDONESIA

un
-183-

ah
10. Ketentuan Pasal 37 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 37

or-
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai

om
dengan kewenangannya berdasarkan norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah

u-n
Pusat membina dan memfasilitasi berkembangnya
industri pengolahan Produk Hewan.

p
erp
11. Ketentuan Pasal 52 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p
berikut:
Pasal 52
loa

(1) Setiap Orang yang berusaha di bidang pembuatan,


penyediaan, dan/atau peredaran Obat Hewan
wn

wajib memenuhi Penzinart Berusaha dari


Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
/do

dengan kewenangannya berdasarkan nonna,


standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan
/12

oleh Pemerintah Pusat.


(21 Setiap Orang dilarang membuat, menyediakan,
22

dan/atau mengedarkan Obat Hewan yang:


/20

a. berupa sediaan biologi yang penyakitnya tidak


ada di Indonesia;
om

b. tidak memiliki nomor pendaftaran;


c. tidak diberi label dan tanda; dan
si.c

d. tidak memenuhi standar mutu.


ula

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan


Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
eg

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


for

12. Ketentuan Pasal 54 diubah sehingga berbunyi sebagai


.in

berikut:
ww

Pasal 54
(1) Penyediaan Obat Hewan dapat berasal dari
//w

produksi dalam negeri atau dari luar negeri.


ps:

(2) Ketentuan. . .
htt

SK No 097907 A
l
tm
2.h
02
PRES IOEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-184-

ah
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan Obat

2-t
Hewan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

or-
om
13. Ketentuan Pasal 59 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

u-n
Pasal 59
(1) Setiap Orang yang akan memasukkan Produk
p
Hewan ke dalam wilayah Negara Kesatuan
erp
Republik Indonesia wajib memenuhi Perizinan
Berusaha dari Pemerintah Pusat.
d-p

(21 Persyaratan dan tata cara pemasukan Produk


loa

Hewan dari luar negeri ke dalam wilayah Negara


Kesatuan Republik Indonesia sebagaimeura
wn

dimaksud pada ayat (1) mengacu pada ketentuan


yang berbasis analisis risiko di bidang Kesehatan
/do

Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner.


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizrnan
/12

Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
22
/20

14. Ketentuan Pasal 6O diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
om

Pasal 60
(1) Setiap Orang yang mempunyai unit usaha Produk
si.c

Hewan wajib memenuhi Perizinan Berusaha


berupa nomor kontrol Veteriner dari Pemerintah
ula

Daerah provinsi sesuai dengan kewenangannya


berdasarkan norna, standar, prosedur, dan
eg

kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


for

(2) Pemerintah Daerah kabupaten/kota melakukan


pembinaan unit usaha yang memproduksi
.in

dan/ atau mengedarkan Produk Hewan yang


ww

dihasilkan oleh unit usaha skala rur4ah talr:gga


yang belum memenuhi persyaratan nonior kontrol
Veteriner.
//w
ps:

(3) Ketentuan. . .
htt

SK No 097908 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-185-

hu
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai

-ta
Perizinan
Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

r-2
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

mo
15. Ketentuan Pasal 62 diubah sehingga berbunyi sebagai

-no
berikut:
Pasal 62

pu
(1) Pemerintah Daerah kabupaten/kota wajib memiliki
rumah potong Hewan yang memenuhi persyaratan
erp
teknis.
d-p

(21 Rumah potong Hewan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dapat diusahakan oleh Setiap Orang
setelah memenuhi Peizinan Berusaha dari
loa

Pemerintah Pusat.
wn

(3) Usaha rumah potong Hewan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) harus dilakukan di bawah
/do

pengawasan Dokter Hewan Berwenang di bidang


pengawasan Kesehatan Masyarakat Veteriner.
/12

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan


Berusaha rumah potong sebagaimana dimaksud
22

pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.


/20

16. Ketentuan Pasal 69 diubah sehingga berbunyi sebagai


om

berikut:
i.c

Pasal 69
(1) Pelayanan Kesehatan Hewan meliputi pelayanan
las

jasa laboratorium Veteriner, pelayanan jasa


laboratorium pemeriksaan dan pengujian
gu

Veteriner, pelayanan jasa Medik Veteriner,


e

dan/ atau pelayanan jasa di pusat Kesehatan


for

Hewan atau pos Kesehatan Hewan.


(21
.in

Setiap Orang yang berusaha di bidang pelayanan


Kesehatan Hewan sebagaimana dimaksud pada
ww

ayat (l) wajib memenuhi Perizinan Berusaha dari


Pemerintah Pusat.
/w

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan


Berusaha pelayanan Kesehatan Hewan
/
ps:

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
htt

17.Ketentuan...

SK No 097909 A
ml
.ht
22
PRES IOEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-186-

ah
17. Ketentuan Pasal 72 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 72

or-
(1) Tenaga Kesehatan Hewan yang melakukan
pelayanan Kesehatan Hewan wajib memenuhi

om
Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat.
(21 Tenaga asing Kesehatan Hewan dapat melakukan

u-n
praktik pelayanan Kesehatan Hewan di wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan
rpp
perjanjian bilateral atau multilateral antara pihak
Indonesia dan negara atau lembaga asing sesuai
-pe
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
ad

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Peizrnan


Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
nlo

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


ow

18. Ketentuan Pasal 85 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/d

Pasal 85
/12

(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan


sebagaimana dimalsud dalam Pasal 9 ayat (1),
22

Pasal 11 ayat (1), Pasal 13 ayat (4), Pasal 15 ayat


20

(2), Pasal 18 ayat (4), Pasal 19 ayat (1), Pasal 22


ayat (1) atau ayat (2), Pasal 23, Pasal 24 ayat (31,
/
om

Pasal 25 ayat (1), Pasal 29 ayat (3), Pasal 368 ayat


(2), Pasal 36C ayat (4), Pasal 42 ayat (5), Pasal 43
i.c

ayat (4), Pasal 45 ayat (1), Pasal 47 ayat (2) atau


ayat (3), Pasal 50 ayat (1), Pasal 50 ayat (3), Pasal
s

51 ayat (2), Pasal 52 ayat (l), Pasal 53 ayat (21,


ula

Pasal 55 ayat (3), Pasal 58 ayat (5), Pasal 59 ayat


g

(1), Pasal 6O ayat (1), Pasal 6L ayat (1) atau ayat (21,
ore

Pasal 62 ayat l2l atau ayat (3), Pasal 69 ayat (2),


Pasal 72 ayat (1), atau Pasal 80 ayat (1) dikenai
inf

sanksi administratif.
(21 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
w.

ayat (l) dapat berupa:


a. peringatan secara tertulis;
w

b. penghentian sementara dari kegiatan,


/w

produksi, dan/ atau peredaran;


c. pencabutan Perizinar: Berusaha dan
s:/

penarikan Obat Hewan, Pakan, Alat dan Mesin


p

Peternakan, Alat dan Mesin Kesehatan Hewan,


htt

atau Produk Hewan dari peredaran;


d. pencabutan . . .

SK No0979l0A
ml
.ht
22
-20
PRES IDEN
REPUBLIK INOONESIA

un
-187-

ah
d. pencabutan Perinnan Berusaha; dan/atau

2-t
e. pengenaan denda.
(3)

or-
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi

om
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (21
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

u-n
19. Ketentuan Pasal 88 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 88 rpp
Setiap O{ang yang memproduksi
-pe
dan/ atau
mengedarkan Alat dan Mesin Peternakan yang belum
ad

diuji sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (3)


yang mengakibatkan kerusakan fungsi lingkungan atau
nlo

membahayakan nyawa orang, dipidana dengan pidana


kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama
ow

11 (sebelas) bulan dan pidana denda paling sedikit


Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
/d

banyak Rp50O.00O.0O0,00 (lima ratus juta rupiah).


/12

Paragraf 4
22

Kehutanan
20

Pasal 35
/
om

Untuk memberikan kemudahan bagr masyarakat terutama


Pelaku Usaha dalam mendapatkan Penzinan Berusaha dan
i.c

kemudahan persyaratan investasi dari. sektor kehutanan,


Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini
s
ula

mengubah, menghapus, atau menetapkan pengaturan baru


beberapa ketentuan dalam:
g

a. Undang-Undang Nomor 4L Tahun L999 tentang


ore

Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia


Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan lrmbaran Negara
inf

Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah


w.

diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2O04


tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
w

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2OO4 tentang


/w

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999


tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran
s:/

Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86,


p

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor


htt

44121; dan
b. Undang-Undang . . .

SK No 09791I A
l
tm
2.h
02
PRES IOEN

-2
REPUBLIK TNDONESIA

un
-188-

ah
b Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2Ol3 tentang

2-t
Pencegahan dan Pemberantasan Perusakan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013

or-
Nomor 130, Tambahan lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5432).

om
u-n
Pasal 36
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 41

p
Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara Republik
erp
Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah
d-p

diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004


tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
loa

Undang Nomor 1 Tahun 2O04 tentang Perubahan Atas


Undang-Undang Nomor 4l Tahun 1999 tentang Kehutanan
wn

menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lem6aran
/do

Negara Republik Indonesia Nomor 4412) diubah sebagai


berikut:
/12
22

1 Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/20

Pasal 15
(1) Pengukuhan Kawasan Hutan
om

sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 dilakukan melalui:
si.c

a. penunjukan Kawasan Hutan;


b. penataan batas Kawasan Hutan;
ula

c. pemetaan Kawasan Hutan; dan


d. penetapan Kawasan Hutan.
eg

(21 Pengukuhan Kawasan Hutan sebagaimana


for

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan


.in

memperhatikan rencana tata ruang wilayah.


(3) Pengukuhan Kawasan Hutan dilakukan dengan
ww

memanfaatkan teknologi informasi dan koordinat


geografis atau satelit.
//w

14) Pemerintah Pusat memprioritaskan percepatan


pengukuhan Kawasan Hutan sebagaimana
ps:

dimaksud pada ayat (1) pada daerah yang strategis.


htt

(5) Ketentuan. . .

SK No 097912 A
l
tm
2.h
02
FRES IDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-189-

hu
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai prioritas

-ta
percepatan pengukuhan Kawasan Hutan

r-2
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

mo
-no
2 Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

pu
Pasal 18
(1) Pemerintah Pusat erp menetapkan dan
mempertahankan kecukupan luas Kawasan Hutan
dan penutupan Hutan untuk setiap daerah aliran
d-p

sungai dan/atau pulau guna pengoptimalan


manfaat lingkungan, manfaat sosial, dan manfaat
loa

ekonomi masyarakat setempat.


(21
wn

Pemerintah Pusat mengatur luas kawasan yang


harus dipertahankan sesuai dengan kondisi lisik
/do

dan geografis daerah aliran sungai dan/ atau


pulau.
/12

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai luas Kawasan


Hutan yang harus dipertahankan termasuk pada
22

wilayah yang terdapat proyek strategis nasional


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
/20
om

3 Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
i.c

Pasal 19
las

(1) Perubahan peruntukan dan perubahan fungsi


Kawasan Hutan ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
gu

dengan mempertimbangkan hasil penelitian


e

terpadu.
for

(21 Ketentuan mengenai tata cara perubahan


peruntukan dan perubahan fungsi Kawasan Hutan
.in

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam


ww

Peraturan Pemerintah.
/w

4. Ketentuan . . .
/
ps:
htt

SK No 097913 A
l
tm
2.h
02
PRES ID EN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
- 190-

hu
4 Ketentuan Pasal 26 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 26
(l) Pemanfaatan Hutan Lindung dapat

mo
berupa
pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa
lingkungan, dan pemungutan Hasil Hutan bukan

-no
kayu.
(21 Pemanfaatan Hutan Lindung sebagairhana

pu
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
erp
pemberian Perizinan Berusaha dari Pemerintah
Pusat.
d-p
loa

5 Ketentuan PasaL 27 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
wn

Pasal 27
Periziaan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam
/do

Pasa1 26 ayat dapat diberikan kepada:


(21
a.
/12

perseorangan;
b. koperasi;
22

c. badan usaha milik negara;


/20

d. badan usaha milik daerah; atau


e. badan usaha milik swasta.
om
i.c

6 Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
las

Pasal 28
gu

(1) Pemanfaatan Hutan Produksi dapat berupa


pemanfaatan kawasan, pemanfaatan jasa
e
for

lingkungan, pemanfaatan Hasil Hutan kayu dan


bukan kayu, serta pemungutan Hasil Hutan kayu
.in

dan bukan kayu.


(21 Pemanfaatan Hutan Produksi sebagaimana
ww

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan


pemberian Peizinan Berusaha dari Pemerintah
/w

hrsat.
/
ps:

7. Ketentuan . . .
htt

SK No097914A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-191-

ah
7 Ketentuan Pasal 29 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 29

or-
Perizinarr Berusaha sebagaimana dimaksud dalam

om
Pasal 28 ayal(21 dapat diberikan kepada:
a. perseorangan;

u-n
b. koperasi;
c. badan usaha milik negara;

p
d.
erp
badan usaha milik daerah; atau
e. badan usaha milik swasta.
d-p
loa

8 Di antara Pasal 29 dan Pasal 30 disisipkan 2 (dua) pasal,


yakni Pasal 29A dan Pasal 29B sehingga berbunyi
wn

sebagai berikut:
Pasal 29A
/do

(1) Pemanfaatan Hutan Lindung dan Hutan Produksi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dan Pasal
/12

28 dapat dilakukan melalui kegiatan perhutanan


sosial.
22

(21 Perhutanan sosial sebagaimana dimaksud'pada


/20

ayat (1) dapat diberikan kepada:


a. perseorangan;
om

b. kelompok tani Hutan; atau


si.c

c. koperasi.
ula

Pasal 298
eg

Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan Berusaha


pemanfaatan Hutan dan kegiatan perhutanan sosial
for

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


.in
ww

9.Ketentuan...
//w
ps:
htt

SK No 097915 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-t92-

hu
Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
9
berikut:

r-2
Pasal 30
Dalam rangka pemberdayaan ekonomi masyarakat,

mo
setiap badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, dan badan usaha milik swasta yang

-no
memperoleh Perizinan Berusaha pemanfaatan Hutan
wajib bekerja sama dengan koperasi masyarakat

pu
setempat. erp
10. Ketentuan Pasal 31 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p

berikut:
loa

Pasal 31
(1) Untuk menjamin asas keadilan, pemerataan, dan
wn

kelestarian, Peizinan Berusaha terkait


pemanfaatan Hutan dibatasi dengan
/do

mempertimbangkan aspek kelestarian Hutan dan


aspek kepastian usaha.
/12

(2) Ketentuan mengenai pembatasan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
22

Pemerintah.
/20

11. Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagai


om

berikut:
i.c

Pasal 32
Pemegang Peizinan Berusaha wajib untuk menjaga,
las

memelihara, dan melestarikan Hutan yang dikelolanya.


gu

12. Ketentuan Pasal 33 diubah sehingga berbunyi sebagai


e
for

berikut:
Pasal 33
.in

(1) Usaha pemanfaatan Hasil Hutan meliputi kegiatan


ww

penanaman, pemeliharaan, pemanenan,


pengolahan, dan pemasaran Hasil Hutan.
/w

l2l Pemanenan dan pengolahan Hasil Hutan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh
/
ps:

melebihi daya dukung Hutan.


htt

(3) Ketentuan. . .

SK No0979l6A
l
tm
2.h
02
FRES IDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-193-

hu
(3) Ketentuan mengenai pembinaan dan

-ta
pengembangan terhadap pengolahan Hasil Hutan

r-2
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

mo
13. Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga berbunyi sebagai

-no
berikut:

pu
Pasal 35
(1) Setiap pemegang Perizinan Berusaha
erp terkait
pemanfaatan Hutan dikenakan penerimaan negara
bukan pajak di bidang Kehutanan.
d-p

(21 Penerimaan negara bukan pajak di bidang


loa

Kehutanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


yang berasal dari dana reboisasi hanya
wn

dipergunakan untuk kegiatan rehabilitasi Hutan


dan lahan.
/do

(3) Setiap pemegang Perizinan Berusaha terkait


pemanfaatan Hutan wajib menyediakan dana
/12

investasi untuk biaya pelestarian Hutan.


(41 Setiap pemegang Perizinan Berusaha terkait
22

pemungutan Hasil Hutan hanya dikenakan


/20

penerimaan negara bukan pajak berupa provisi di


bidang Kehutanan.
om

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pungutan atas


pemanfaatan Hutan sebagaimana dimaksud pada
i.c

ayat ( 1), ayat (21, ayat (3), dan ayat (4) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
las
gu

14. Ketentuan Pasal 38 diubah sehingga berbunyi sebagai


e

berikut:
for

Pasal 38
(l)
.in

Penggunaan Kawasan Hutan untuk kepentingan


pembangunan di luar kegiatan Kehutanan hanya
ww

dapat dilakukan di dalam Kawasan Hutan Produksi


dan Kawasan Hutan Lindung.
/w

(2) Penggunaan Kawasan Hutan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan tanpa
/
ps:

mengubah fungsi pokok Kawasan Hutan.


htt

(3) Penggunaan . . .

SK No 097917 A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-r94-

ah
(3) Penggunaan Kawasan Hutan dilakukan melalui

2-t
pinjam pakai oleh Pemerintah Pusat dengan
mempertimbangkan batasan luas dan jangka

or-
waktu tertentu serta kelestarian lingkungan.
(4) Pada Kawasan Hutan Lindung dilarang dilakukan

om
penambangan dengan pola pertambangan terbuka.

u-n
15. Ketentuan Pasal 48 diubah sehingga berbunyi sebagai

p
berikut: erp
Pasal 48
(1)
d-p

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai


dengan kewenangannya berdasarkan norma,
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan
loa

oleh Pemerintah Pusat mengatur perlindungan


Hutan, baik di dalam maupun di luar Kawasan
wn

Hutan.
/do

(21 Perlindungan Hutan pada Hutan Negara


dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat dan
/12

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya


berdasarkan norma, standar, prosedur, dan
22

kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


(3)
/20

Pemegang Perizinan Berusaha terkait pemanfaatan


Hutan serta pihak-pihak yang menerima wewenang
om

pengelolaan Hutan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 34 wajib melindungi Hutan dalam areal
si.c

kerjanya.
(4) Perlindungan Hutan pada Hutan Hak dilal*ukan
ula

oleh pemegang haknya.


(5) Untuk menjamin pelaksanaan perlindungan Hutan
eg

yang sebaik-baiknya, masyarakat diikutsertakan


for

dalam upaya perlindungan Hutan.


(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai perlindungan
.in

Hutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat


(21, ayat (3), ayat (4), dan ayat (5) diatur dalam
ww

Peraturan Pemerintah.
//w

16. Ketentuan . . .
ps:
htt

SK No 097918 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-195-

hu
16. Ketentuan Pasal 49 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 49
(1) Pemegang hak atau Perizinan Berusaha wajib

mo
melakukan upaya pencegahan kebakaran Hutan di
areal kerjanya.

-no
(21 Pemegang hak atau Perizinan Berusaha
bertanggung jawab atas terjadinya kebakaran

pu
Hutan di areal kerjanya.
erp
17. Ketentuan Pasal 50 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p

berikut:
loa

Pasal 50
(1) Setiap orang yang diberi Perizinan Berusaha di
wn

Kawasan Hutan dilarang melakukan kegiatan yang


menimbulkan kerusakan Hutan.
/do

(21 Setiap orang dilarang:


a. mengerjakan, menggunakan, dan/atau
/12

menduduki Kawasan Hutan secara tidak sah;


22

b. membakar Hutan;
c.
/20

memanen atau memungut Hasil Hutan di


dalam Hutan tanpa memiliki hak atau
om

persetujuan dari pejabat yang berwenang;


d. menyimpan Hasil Hutan yang diketahui atau
si.c

patut diduga berasal dari Kawasan Hutan


yang diambil atau dipungut secara tidak sah;
ula

e. menggembalakan ternak di dalam Kawasan


Hutan yang tidak ditunjuk secara khusus
eg

untuk maksud tersebut oleh pejabat yang


for

berwenang;
f. membuang benda-benda yang dapat
.in

menyebabkan kebakaran dan kerusakan serta


membahayakan keberadaan atau
ww

kelangsungan fungsi Hutan ke dalam


Kawasan Hutan; dan
//w

g. mengeluarkan, membawa, dan mengangkut


tumbuh-tumbuhan dan satwa liar yang tidak
ps:

dilindungi undang-undang yang berasal dari


Kawasan Hutan tanpa persetujuan pejabat
htt

yang berwenang.
(3) Ketentuan. . .

SK No 137359 A
l
tm
2.h
02
PRESlDEN

n-2
REPI.IBLIK INDONESIA
-196-

hu
(3) Ketentuan mengenai mengeluarkan, membawa,

-ta
dan/atau mengangkut tumbuh-tumbuhan

r-2
dan/ atau satwa yang dilindungi diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-

mo
undangan.

-no
18. Di antara Pasal 50 dan Pasal 51 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 50A sehingga berbunyi sebagai

pu
berikut:
Pasal 50A erp
(1) Dalam hal pelanggaran sebagaimana dimaksud
d-p
dalam Pasal 50 ayat (2) huruf c, huruf d, dan/atau
huruf e dilakukan oleh orang perseorangan atau
kelompok masyarakat yang bertempat tinggal di
loa

dalam dan/ atau di sekitar Kawasan Hutan paling


singkat 5 (lima) tahun secara terus menerus
wn

dikenai sanksi administratif.


/do

(2) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dikecualikan terhadap:
/12

a. orang perseorangan atau kelompok


masyarakat yang bertempat tinggal di dalam
22

dan/ atau di sekitar Kawasan Hutan paling


singkat 5 (lima) tahun secara terus-menerus
/20

dan terdaftar dalam kebijakan penataan


om

Kawasan Hutan; atau


b. orang perseorangan yang telah mendapatkan
i.c

sanksi sosial atau sanksi adat.


s
ula

19. Ketentuan Pasal 78 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
g

Pasal 78
ore

(1) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar


f

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38


.in

ayat (41 dipidana penjara paling lama 10 (sepuluh)


tahun dan pidana denda paling banyak
ww

Rp7.50O.0OO.0O0,00 (tujuh miliar lima ratus juta


rupiah).
/w

(21 Setiap orang yang dengan sengaja melanggar


s:/

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50


ayat (1) dipidana penjara paling lama 10 (sepuluh)
p

tahun dan pidana denda paling banyak


htt

Rp5.00O.0O0.000,00 (lima miliar rupiah).


(3) Setiap...

SK No 137360 A
t ml
2.h
02
PRES IDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-r97-

hu
(3) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar

-ta
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50

r-2
ayat (21 huruf a dipidana penjara paling lama lO
(sepuluh) tahun dan pidana denda paling banyak

o
Rp7.500.000.000,00 (tujuh miliar lima ratus juta

om
rupiah).
(41 Setiap orang yang dengan sengaja melanggar

-n
kbtentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50

pu
ayat (21 huruf b dipidana penjara paling lama 15
(lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak
erp
Rp7.50O.00O.0O0,O0 (tqluh miliar lima ratus juta
d-p
rupiah).
(5) Setiap orang yang karena kelalaiannya melanggar
loa

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50


ayat (21 huruf b dipidana penjara paling lama 5
wn

(lima) tahun dan pidana denda paling banyak


Rp3.500.0O0.O00,00 (tiga miliar lima ratus juta
/do

rupiah).
(6) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar
/12

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5O


ayat (21 huruf c dipidana penjara paling lama 5
22

(lima) tahun dan pidana denda paling banyak


Rp3.500.000.000,0O (tiga miliar lima ratus juta
20

rupiah).
m/

(71 Setiap orang yang dengan sengaja melanggar


o

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50


i.c

ayat (21 huruf d dipidana penjara paling lama 5


(lima) tahun dan pidana denda paling banyak
las

Rp3.50O.000.000,O0 (tiga miliar lima ratus juta


rupiah).
gu

(8) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar


ore

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50


ayat (21 huruf e dipidana penjara paling lapa 3
inf

(tiga) bulan dan pidana denda paling banyak


juta rupiah).
Rp1O.0O0.OO0,O0 (sepuluh
w w.
/w

(9) Setiap. . .
/
ps:
htt

SK No 097921 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
n-2
REPUBLIK INDONESIA
-198-

hu
(9) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar

-ta
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5O

r-2
ayat(21huruf f dipidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan pidana denda paling banyak

o
Rp2.O00.O00.0O0,OO (dua miliar rupiah).

om
(10) Setiap orang yang dengan sengaja melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 50

u-n
ayat (2) huruf g dipidana penjara paling lama 1
(satu) tahun dan pidana denda paling banyak
rpp
Rp I 0O.0O0.OO0,00 (seratus juta rupiah).
(1 1) Tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Fasal
-pe
50 ayat (1) dan ayal (2) apabila dilakukan oleh
ad

korporasi dan/ atau atas nama korporasi, korporasi


dan pengurusnya dikenai pidana dengan
nlo

pemberatan 1/3 (sepertiga) dari denda pidana


pokok.
ow

(12) Semua Hasil Hutan dari hasil kejahatan dan


pelanggaran dan/ atau alat-alat termasuk alat
2/d

angkutnya yang dipergunakan untuk melakukan


kejahatan danlatau pelanggaran sebagaimana
/1

dimaksud dalam pasal ini dirampas untuk negara.


22
20

20. Ketentuan Pasal 80 diubah sehingga berbunyi sebagai


m/

berikut:
Pasal 80
co

(1) Setiap perbuatan melanggar hukum yang diatur


si.

dalam Undang-Undang ini, dengan tidak


mengu.rangi sanksi pidana sebagaimana diatur
ula

dalam Pasal 78, mewajibkan kepada penanggung


jawab perbuatan itu untuk membayar ganti rugi
eg

sesuai dengan tingkat kerusakan atau akibat yang


for

ditimbulkan kepada negara untuk biaya


rehabilitasi, pemulihan kondisi Hutan, atau
.in

tindakan lain yang diperlukan.


ww

(21 Setiap pemegang Perizinan Berusaha pemanfaatan


Hutan yang diatur dalam Undang-Undang ini
apabila melanggar ketentuan di luar ketentuan
/w

pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 78 dikenai


s:/

sanksi administratif.
p
htt

(3) Ketentuan. . .

SK No 097922 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-199-

ah
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara ganti

2-t
rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dan tata
cara pengenaan sanksi administratif sebagaimana

or-
dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

om
u-n
Pasal 37
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 18

p
Tahun 2Ol3 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
erp
Perusakan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2013 Nomor 130, Tambahan l,embaran Negara
d-p

Republik Indonesia Nomor 5432) diubah sebagai berikut:


loa

I Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
Pasal 1
/do

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


1. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa
/12

hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati


yang didominasi pepohonan dalam komunitas
22

alam lingkungannya yang tidak dapat dipisahkan


/20

antara yang satu dan yang lainnya.


2. Kawasan Hutan adalah wilayah tertentu,yang
m

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk


co

dipertahankan keberadaannya sebagai Hutan


si.

tetap.
3. Perusakan Hutan adalah proses, cara, atau
ula

perbuatan merusak Hutan melalui kegiatan


Pembalakan Liar, penggunaan Kawasan Hutan
eg

tanpa Perizinan Berusaha atau penggunaan


for

Perizinan Berusaha yang bertentangan dengan


maksud dan tqiuan pemberian Perizinan Berusaha
.in

di dalam Kawasan Hutan yang telah ditetapkan,


yang telah ditunjuk, ataupun yang sedang diproses
ww

penetapannya oleh Pemerintah Pusat.


4. Pembalakan Liar adalah semua kegiatan
//w

pemanfaatan Hasil Hutan Kayu secara tidak sah


yang Terorganisasi.
ps:
htt

5. Penggunaan . . .

SK No 097923 A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-200-

hu
5. Penggunaan Kawasan Hutan Secara Tidak Sah

-ta
adalah kegiatan Terorganisasi yang dilakukan di

r-2
dalam Kawasan Uutan ,.rt t perkeblnan
dan/ atau pertambangan tanpa Perizinan Berusaha

mo
dari Pemerintah Pusat.
6. Terorganisasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh

-no
suatu kelompok yang terstruktur, yang terdiri atas
2 (dua) orang atau lebih, dan yang bertindak secara

pu
bersama-sama pada waktu tertentu dengan tujuan
melakukan Perusakan Hutan, tidak termasuk
erp
kelompok masyarakat yang tinggal di dalam atau di
sekitar Kawasan Hutan yang melakukan
d-p

perladangan tradisional dan/atau melakukan


penebangan kayu untuk keperluan sendiri dan
loa

tidak untuk tujuan komersial.


wn

7. Pencegahan Perusakan Hutan adalah segala upaya


yang dilakukan untuk menghilangkan kesempatan
/do

terjadinya Perusakan Hutan.


8. Pemberantasan Penlsakan Hutan adalah segala
/12

upaya yang dilakukan untuk menindak secara


hukum terhadap pelaku Perusakan Hutan baik
22

langsung, tidak langsung, maupun yang terkait


/20

lainnya.
9. Pemanfaatan Hutan adalah kegiatan untuk
om

memanfaatkan Kawasan Hutan, jasa lingkungan,


Hasil Hutan Kayu dan bukan kayu, serta
i.c

memungut Hasil Hutan Kayu dan bukan kayu


secara optimal dan adil untuk kesejahteraan
las

masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya.


gu

10. Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu adalah kegiatan


untuk memanfaatkan dan mengusahakan hasil
e

hutan berupa kayu melalui kegiatan penebangan,


for

permudaan, pengangkutan, pengolahan dan


.in

pemasaran dengan tidak merusak lingkungan dan


tidak mengurangi fungsi pokoknya.
ww

1 1. Perizinan Berusaha terkait Pemanfaatan Hasil


Hutan Kayu ada-lah Perizinart Berusaha dari
/w

Pemerintah Pusat untuk memanfaatkan hasil


hutan berupa kayu pada Hutan Produksi rrielalui
/
ps:

kegiatan pemanenan atau penebangan, pengayaan,


pemeliharaan, dan pemasaran.
htt

12. Surat . . .

SK No 097924 A
ml
.ht
22
-20
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-20t-

h
12. Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan adalah

-ta
dokumen-dokumen yang merupakan bukti

r-2
legalitas hasil Hutan pada setiap segmen kegiatan
dalam penatau sahaan hasil Hutan.

mo
13. Hasil Hutan Kayu adalah hasil Hutan berupa kayu
bulat, kayu bulat kecil, kayu olahan, atau kayu

-no
pacakan yang berasal dari Kawasan Hutan.
14. Pohon adalah tumbuhan yang batangnya berkayu

pu
dan dapat mencapai ukuran diameter 10 (sepuluh)
erp
sentimeter atau lebih yang diukur pada ketinggian
1,50 (satu koma lima puluh) meter di atas
d-p

permukaan tanah.
15. Polisi Kehutanan adalah pejabat tertentu dalam
loa

lingkup instansi kehutanan pusat dan/ atau


daerah yang sesuai dengan sifat pekerjaannya
wn

menyelenggarakan dan/ atau melalsanakan usaha


pelindungan Hutan yang oleh kuasa Undang-
/do

Undang diberikan wewenang kepolisian khusus di


bidang kehutanan dan konservasi sumber daya
/12

alam hayati dan ekosistemnya yang berada dalam


satu kesatuan komando.
22

16. Pejabat adalah orang yang diperintahkan atau


20

orang yang karena jabatannya memiliki


kewenangan dengan suatu tugas dan tanggung
m/

jawab tertentu.
o

17. Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang


i.c

selanjutnya disingkat PPNS adalah pejabat pegawai


negeri sipil tertentu dalam lingkup instansi
las

kehutanan pusat dan daerah yang oleh Undang-


gu

Undang diberi wewenang khusus dalam penyidikan


di bidang kehutanan dan konservasi sumber daya
e
for

alam hayati dan ekosistemnya.


18. Saksi adalah orang yang dapat memberikan
.in

keterangan guna kepentingan penyelidikan,


penyidikan, penuntutan, dan peradilan tentang
ww

suatu perkara pidana yang didengar, dilihat, dan


dialami sendiri.
//w

19. Pelapor adalah orang yang memberitahukan


adanya dugaan, sedang, atau telah terjadinya
ps:

Perusakan Hutan kepada Pejabat yang berwenang.


htt

20. Informan . . .

SK No 097925 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-202-

h
20. Informan adalah orang yang menginformasikan

-ta
secara rahasia adanya dugaan, sedang, atau telah

r-2
terjadinya Perusakan Hutan kepada Pejabat yang
berwenang.

mo
21. Setiap Orang adalah orang perseorangan dan/ atau
korporasi yang melakukan perbuatan Perusakan

-no
Hutan secara Terorganisasi di wilayah hukum
Indonesia dan/ atau berakibat hukum di wilayah

pu
hukum Indonesia.
erp
22. Korporasi adalah kumpulan orang dan/ atau
kekayaan yang terorganisasi, baik berupa badan
d-p

hukum maupun bukan badan hukum.


23. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik
loa

Indonesia yang memegang kekuasaan


pemerintahan negara Republik Indonesia yang
wn

dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri


sebagaimana dimaksud'dalam Undang-Undang
/do

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


24. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai
/12

unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang


memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
22

yang menjadi kewenangan daerah otonom.


20

25. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan


m/

urusan pemerintahan di bidang kehutanan.


o
i.c

2 Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
las

Pasal 7
gu

Pencegahan Perusakan Hutan dilakukan , oleh


masyarakat, badan hukum, dan/ atau Korporasi yang
e
for

memperoleh Perizinan Berusaha terkait Pemanfaatan


Hutan.
.in
ww

3 Ketentuan Pasal 12 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
//w

Pasal 12
Setiap Orang dilarang:
ps:

a. melakukan . .
htt

SK No 097926 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-203-

h
a. melakukan penebangan Pohon dalam Kawasan

-ta
Hutan yang tidak sesuai dengan Peiztnan

r-2
Berusaha terkait Pemanfaatan Hutan;
b. melakukan penebangan Pohon dalam Kawasan

mo
Hutan tanpa memiliki Perizinan Berusaha dari
Pemerintah Pusat;

-no
c. melakukan penebangan Pohon dalam Kawasan
Hutan secara tidak sah;

pu
d. memuat, membongkar, mengeluarkan,
erp
mengangkut, menguasai, dan/ atau memiliki hasil
penebangan di Kawasan Hutan tanpa Perizinarr
d-p

Berusaha dari Pemerintah Pusat;


e. mengangkut, menguasai, atau memiliki Hasil
loa

Hutan Kayu yang tidak dilengkapi secara bersama


Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan;
wn

f. membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk


/do

menebang, memotong, atau membelah Pohon di


dalam Kawasan Hutan tanpa Perizinan Berusaha
/12

dari Pemerintah Pusat;


g. membawa alat-alat berat dan/ atau alat-alat
22

lainnya yartg lazim atau patut diduga akan


digunakan untuk mengangkut hasil Hutan di
20

dalam Kawasan Hutan tanpa Perizinan Berusaha


m/

dari Pemerintah Pusat;


h. memanfaatkan Hasil Hutan Kayu yang diduga
o
i.c

berasal dari hasil Pembalakan Liar;


i. mengedarkan kayu hasil Pembalakan Liar melalui
las

darat, perairan, atau udara;


gu

j. menyelundupkan kayu yang berasal dari atau


masuk ke wilayah Negara Kesatuan Republik
e
for

Indonesia melalui sungai, darat, laut, atau udara;


k. menerima, membeli, menjual, menerima tukar,
.in

menerima titipan, dan/ atau memiliki hasil Hutan


yang diketahui berasal dari Pembalakan Liar;
ww

l. membeli, memasarkan, dan/ atau mengolah Hasil


Hutan Kayu yang berasal dari Kawasan Hutan yang
//w

diambil atau dipungut secara tidak sah; dan/ atau


ps:

m. menerlma . .
htt

SK No 097927 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-204-

hu
m menerima, menjual, menerima tukar, menerima

a
2-t
titipan, menyimpan; dan/atau memiliki Hasil
Hutan Kayu yang berasal dari Kawasan Hutan yang

or-
diambil atau dipungut secara tidak sah.

om
4 Di antara Pasal 12 dan Pasal 13 disisipkan 1 (satu)

u-n
pasal, yakni Pasal 12A sehingga berbunyi sebagai
berikut:

(1)
Pasal 12A
rpp
Orang perseorangan yang bertempat tinggal di
e
dalam dan/ atau di sekitar Kawasan Hutan paling
d-p

singkat 5 (lima) tahun secara terus menerus yang


melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal
loa

12 huruf a sampai dengan huruf f dan/atau huruf


h dikenai sanksi administratif.
wn

(2) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana


/do

dimaksud pada ayat (1) dikecualikan terhadap:


a. orang perseorangan atau kelompok
/12

masyarakat yang bertempat tinggal di dalam


dan/ atau di sekitar Kawasan Hutan paling
22

singkat 5 (lima) tahun secara terus-menerus


dan terdaftar dalam kebijakan penataan
20

Kawasan Hutan; atau


m/

b. orang perseorangan yang telah mendapatkan


sanksi sosial atau sanksi adat.
o
i.c
las

5 Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
u

. Pasal 17
eg

(1) Setiap Orang dilarang:


for

a. membawa alat-a-lat berat dan/ atau alat-alat


lain yang lazim atau patut diduga akan
.in

digunakan untuk melakukan kegiatan


ww

penambangan dan/atau mengangkut hasil


tambang di dalam Kawasan Hutan tanpa
//w

Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat;


b. melakukan kegiatan penambangan di dalam
ps:

Kawasan Hutan tanpa Perizinan Berusaha


dari Pemerintah Pusat;
htt

c. mengangkut . . .

SK No 097928 A
l
tm
2.h
02
FRES ID EN
REPUBLIK INDONESIA

-2
un
-205-

ah
c. mengangkut dan/atau menerima titipan hasil
tambang yang berasal dari kegiatan

2-t
penambangan di dalam Kawasan Hutan tanpa

or-
Peizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat;
d. menjual, menguasai, memiliki, dan/ atau

om
menyimpan hasil tambang yang berasal dari
kegiatan penambangan di dalam Kawasan

u-n
Hutan tanpa Perizinan Berusaha dari
Pemerintah Pusat; dan/ atau

p
e. erp
membeli, memasarkan, dan/atau mengolah
hasil tambang dari kegiatan penambangan di
d-p

dalam Kawasan Hutan tanpa Peizrnan


Berusaha dari Pemerintah Pusat.
loa

(21 Setiap Orang dilarang:


a. membawa alat-alat berat dan/ atau alat-alat
wn

lainnya yang lazim atau patut diduga akan


digunakan untuk melakukan kegiatan
/do

perkebunan dan/atau mengangkut hasil


kebun di dalam Kawasan Hutan tanpa
/12

Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat;


b. melakukan kegiatan perkebunan di dalam
22

Kawasan Hutan tanpa Perizinan Benisaha


/20

dari Pemerintah Pusat;


c. mengangkut dan/ atau menerima titipan hasil
om

perkebunan yang berasal dari kegiatan


perkebunan di dalam Kawasan Hutan tanpa
si.c

Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat;


d. menjual, menguasai, memiliki, dan/atau
ula

menyimpan hasil perkebunan yang berasal


dari kegiatan perkebunan di dalam Kawasan
eg

Hutan tanpa Penzinan Berusaha dari


for

Pemerintah Pusat; dan/ atau


e. membeli, memasarkan, dan/ atau mengolah
.in

hasil kebun dari perkebunan yang berasal dari


ww

kegiatan perkebunan di dalam Karryasan


Hutan tanpa Peitzinar: Benrsaha dari
//w

Pemerintah Pusat.
ps:

6. Di antara . . .
htt

SK No 097929 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

n-2
REPUBLIK TNDONESIA
-206-

hu
6 Di antara Pasal 17 dan Pasal 18 disisipkan 1 (satu)

-ta
pasal, yakni Pasal 17A sehingga berbunyi sebagai

r-2
berikut:
Pasal 17A

mo
(1) Orang perseorangan yang bertempat tinggal di
dalam dan/atau di sekitar Kawasan Hutan paling

-no
singkat 5 (lima) tahun secara terus-menerus yang
melakukan pelanggaran terhadap Pasal 17 ayal (21

pu
huruf b, huruf c, dan/ atau huruf d dikenai sanksi
erp
administratif.
(21 Pengenaan sanksi administratif sebagaimana
d-p

dimaksud pada ayat (1) dikecualikan terhadap:


a. orang perseorangan atau kelompok
loa

masyarakat yang bertempat tinggal di dalam


dan/atau di sekitar Kawasan Hutan paling
wn

singkat 5 (lima) tahun secara terus-menerus


dan terdaftar dalam kebijakan penataan
/do

Kawasan Hutan; atau


b. orang perseorangan yang telah mendapatkan
/12

sanksi sosial atau sanksi adat.


22
/20

7 Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
om

Pasal 18
(1) Selain dikenai sanksi pidana, pelanggaran
i.c

terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam


las

Pasal 12 huruf a, huruf b, huruf c, Pasal 17 ayat (1)


huruf b, huruf c, huruf e, atau Pasal 17 ayat (21
gu

huruf b, huruf c, atat huruf e serta kegiatan lain di


Kawasan Hutan tanpa Perizinan Berusaha yang
e

dilakukan oleh badan hukum atau Korporasi


for

dikenai sanksi administratif berupa:


.in

a. teguran tertulis;
b. paksaan pemerintah;
ww

c. dendaadministratif;
/w

d. pembekuan Per2inan Berusaha; dan/atau


e.
/

pencabutan Perizinal Berusaha.


ps:
htt

(2) Ketentuan . . .

SK No 097930 A
l
tm
2.h
02
FRESIDEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-207 -

ah
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,

2-t
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (l)

or-
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

om
8 Ketentuan PasaT 24 diubah sehingga berbunyi sebagai

u-n
berikut:
PasaL24

p
Setiap Orang dilarang: erp
a. memalsukan Perizinan Berusaha terkait
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu danlatanu
d-p

penggunaan Kawasan Hutan;


loa

b. menggunakan Perizinan Berusaha palsu terkait


Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan/ atau
wn

penggunaan Kawasan Hutan; dan/ atau


c. memindahtangankan atau menjual Pbrizinan
/do

Berusaha terkait Pemanfaatan Hasil Hutan kecuali


dengan persetujuan dari Pemerintah Pusat.
/12
22

9 Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/20

Pasal 28
om

Setiap Pejabat dilarang:


a. menerbitkan Perizinan Berusaha terkait
si.c

Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan/ atau


penggunaan Kawasan Hutan di dalam Kawasan
ula

Hutan yang tidak sesuai dengan kewenangannya;


b. menerbitkan Perizinan Berusaha di dalam
eg

Kawasan Hutan dan/ atau Perizinan Berusaha


for

terkait penggunaan Kawasan Hutan yang tidak


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
.in

undangan;
c. melindungi pelaku Pembalakan Liar dan/atau
ww

Penggunaan Kawasan Hutan Secara Tidak Sah;


d. ikut serta atau membantu kegiatan Pembalakan
//w

Liar dan/ atau Penggunaan Kawasan Hutan Secara


ps:

Tidak Sah;
htt

e. melakukan . . .

SK No 097931 A
ml
.ht
22
-20
PRES IDEN
REPUBLIK INOONESIA

un
-208-

h
e. melakukan permufakatan untuk

-ta
terjadinya
Pembalakan Liar dan/ atau Penggunaan Kawasan

r-2
Hutan Secara Tidak Sah;
f. menerbitkan Surat Keterangan Sahnya Hasil

mo
Hutan tanpa hak;
g.

-no
melakukan pembiaran dalam melaksanakan tugas
dengan sengaja; dan/ atau

pu
h. lalai dalam melaksanakan tugas.
erp
10. Pasal 53 dihapus.
d-p

11. Pasal 54 dihapus.


loa
wn

12. Ketentuan Pasal 82 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/do

Pasal 82
(1) Orang perseorangan yang dengan sengaja:
/12

a. melakukan penebangan Pohon dalam


22

Kawasan Hutan yang tidak sesuai dengan


Perizinan Berusaha terkait Pemanfaatan
20

Hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12


m/

huruf a;
b. melakukan penebangan Pohon dalam
o

Kawasan Hutan tanpa memiliki Perizinan


i.c

Berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal


las

12hurufb; dan/atau
c. melakukan penebangan Pohon dalam
gu

Kawasan Hutan secara tidak sah sebagaimana


e

dimaksud dalam Pasal 12 huruf c,


for

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1


(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan
.in

pidana denda paling sedikit Rp500.00O.0O0,O0


ww

(lima ratus juta rupiah) dan paling banyak


Rp2.50O.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta
//w

rupiah).
ps:

(2) Dalam . . .
htt

SK No 097932 A
m l
2.ht
02
PRES IDEN

n-2
REPIJBLIK INDONESIA
-209-

hu
(21 Dalam hal tindakan sebagaimana dimaksud pada

-ta
ayat (1) dilakukan oleh orang perseorangan yang

2
bertempat tinggal di dalam dan/ atau di sekitar

or-
Kawasan Hutan kurang dari 5 (lima) tahun dan
tidak terus menerus, pelaku dipidana dengan

om
pidana penjara paling singkat 3 (tiga) bulan dan
paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana denda

u-n
paling sedikit Rp500.00O,0O (lima ratus ribu
rupiah) dan paling banyak Rp50O.0O0.0O0,O0 (lima

p
ratus juta rupiah).erp
(3) Korporasi yang:
d-p

a. melakukan penebangan Pohon dalam


Kawasan Hutan yang tidak sesuai dengan
loa

Perizinan Berusaha terkait Pemanfaatan


Hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
wn

huruf a;
b. melakukan penebangan Pohon dalam
/do

Kawasan Hutan tanpa memiliki Perizinan


Berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
/12

12 hurufb; dan/atau
c. melakukan penebangan Pohon dalam
22

Kawasan Hutan secara tidak sah sebagaimana


/20

dimaksud dalam Pasal 12 huruf c,


dipidana bagi:
om

a. pengurusnya dengan pidana penjara paling


singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15
si.c

(lima belas) tahun dan pidana denda paling


sedikit Rp5.O00.O0O.0OO,0O (lima miliar
ula

rupiah) dan paling banyak


Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar
eg

rupiah); dan/ atau


for

b. Korporasi dikenai pemberatan 1/3 (satu per


tiga) dari denda pidana yang dijatuhkan.
.in
ww

13. Ketentuan Pasal 83 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
//w

Pasal 83
(1) Orang perseorzrngan yang dengan sengaja:
ps:
htt

a. memuat . . .

SK No 097933 A
l
tm
2.h
02
PR ES ID EN

n-2
REPUBLIK INOONESIA
-2to-

hu
a. memuat, membongkar, mengeluarkan,

a
2-t
mengangkut, menguasai, dan/ atau memiliki
hasil penebangan di Kawasan Hutan tanpa

or-
Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 12 huruf d;

om
b. mengangkut, menguasai, atau memiliki Hasil
Hutan Kayu yang tidak dilengkapi secara

u-n
bersama Surat Keterangan Sahnya Hasil
Hutan sebagaim4na dimaksud dalam Pasal 12
rpp
huruf e; dan/ atau
c. memanfaatkan Hasil Hutan Kayu yang diduga
e
d-p

berasal dari hasil Pembalakan Liar


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf
loa

h,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
wn

(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun serta


pidana denda paling sedikit Rp50O.00O.000,00
/do

(lima ratus juta rupiah) dan paling banyak


Rp2.50O.00O.0O0,00 (dua miliar lima ratus juta
/12

rupiah).
(21 Orang perseorangan yang karena kelalaiannya:
22

a. memuat, membongkar, mengeluarkan,


20

mengangkut, menguasai, danl atau memiliki


hasil penebangan di Kawasan Hutan tanpa
m/

Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud


o

dalam Pasal 12 huruf d;


i.c

b. mengangkut, menguasai, atau memiliki Hasil


las

Hutan Kalru yang tidak dilengkapi secara


bersama Surat Keterangan Sahnya Hasil
u

Hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12


eg

huruf e; dan/atau
for

c. memanfaatkan Hasil Hutan Kayu yang diduga


berasal dari hasil Pembalakan Liar
.in

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf


ww

h,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 8
//w

(delapan) bulan dan paling lama 3 (tiga) tahun serta


pidana denda paling sedikit Rp10.OO0.000,00
(sepuluh juta rupiah) dan paling banyak
ps:

Rp 1.00O.0O0.OO0,00 (satu miliar rupiah).


htt

(3) Dalam . . .

SK No 097934 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-2tt-

hu
(3) Dalam hal tindakan sebagaimana dimaksud pada

a
2-t
ayat (1) huruf c dan ayat (2) huruf c dilakukan oleh
orang perseorangan yang bertempat tinggal di

or-
dalam dan/atau di sekitar Kawasan Hutan kurang
dari 5 (lima) tahun dan tidak secara terus-menerus,

om
pelaku dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 3 (tiga) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun

u-n
atau pidana denda paling sedikit Rp5O0.000,00
(lima ratus ribu rupiah) dan paling banyak

(4) Korporasi yang:


rpp
Rp5O0.O00.00O,0O (lima ratus juta rupiah).
e
d-p

a. memuat, membongkar, mengeluarkan,


mengangkut, menguasai, dan/ atau memiliki
loa

hasil penebangan di Kawasan Hutan tanpa


Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud
wn

dalam Pasal 12 huruf d;


b. mengangkut, menguasai, atau memiliki Hasil
/do

Hutan Kayu yang tidak dilengkapi secara


bersama Surat Keterangan Sahnya Hasil
/12

Hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12


' huruf e; dan/atau
22

c. memanfaatkan Hasil Hutan Kayu yang diduga


20

berasal dari hasil Pembalakan Liar


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf
m/

h,
o

dipidana bagi:
i.c

a. pengurusnya dengan pidana penjara paling


las

singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15


(lima belas) tahun dan pidana denda paling
u

sedikit RpS.000.000.000,00 (lima miliar


eg

rupiah) dan paling banyak


for

Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar


rupiah); dan/ atau
.in

b. Korporasi dikenai pemberatan 1/3 (satu per


ww

tiga) dari denda pidana yang dijatuhkan.


//w
ps:

14. Ketentuan . . .
htt

SK No 097935 A
t ml
2.h
02
PRE S IO EN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-2t2-

hu
14. Ketentuan Pasal 84 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 84
(1) Orang perseorangan yang dengan

mo
sengaja
membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk

-no
menebang, memotong, atau membelah Pohon di
dalam Kawasan Hutan tanpa Perizinan Berusaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf f

pu
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
erp
(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun atau
pidana denda paling sedikit Rp250.000.00O,0O
d-p

(dua ratus lima puluh juta rupiah) dan paling


banyak Rp5.OO0.00O.00O,00 (lima miliar rupiah).
loa

(21 Orang perseorangan yang karena kelalaiannya


membawa alat-alat yang lazim digunakan untuk
wn

menebang, memotong, atau membelah Pohon di


dalam Kawasan Hutan tanpa Perizinan Berusaha
/do

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf f


dipidana dengan pidana penjara paling singkat 8
/12

(delapan) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun serta


pidana denda paling sedikit Rp10.O00.000,00
22

(sepuluh juta rupiah) dan paling banyak


/20

Rp 1.00O.0OO.000,00 (satu miliar rupiah).


(3) Korporasi yang membawa alat-alat yang lazim
om

digunakan untuk menebang, memotong, atau


membelah Pohon di dalam Kawasan Hutan tanpa
si.c

Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 12 huruffdipidana bagi:
ula

a. pengurusnya dengan pidana penjara paling


singkat 2 (dua) tahun dan paling lama 15 (lima
reg

belas) tahun dan pidana denda paling sedikit


Rp2.00O.0O0.O00,O0 (dua miliar rupiah) dan
o

paling banyak Rp15.O00.000.000,00 (lima


inf

beias miliar rupiah); dan/ atau


w.

b. Korporasi dikenai pemberatan 1/3 (satu per


tiga) dari denda pidana yang dijatuhkan.
w
//w

15. Ketentuan . . .
ps:
htt

SK No 097936 A
m l
2 .ht
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-2t3-

hu
15. Ketentuan Pasal 85 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

2
Pasal 85

or-
(1) Orang perseorangan yang dengan sengaja

om
membawa alat-alat berat dan/ atau alat-alat
lainnya yang Lazim atau patut diduga akan

u-n
digunakan untuk mengangkut hasil Hutan di
dalam Kawasan Hutan tanpa Perizinan Berusaha

p
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf g
erp
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2
(dua) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun
d-p

atau pidana denda paling sedikit


Rp2.O0O.00O.0O0,00 (dua miliar rupiah) dan paling
loa

banyak Rpl0.000.OO0.O0O,00 (sepuluh miliar


rupiah).
wn

(21 Korporasi yang membawa alat-a1at berat dan/ atau


alat-alat lainnya yanglairm atau patut diduga akan
/do

digunakan untuk mengangkut hasil Hutan di


dalam Kawasan Hutan tanpa Perizinan Berusaha
/12

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf g


dipidana bagi:
22

a. pengurusnya dengan pidana penjara paling


/20

singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15


(lima belas) tahun dan pidana denda paling
om

sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar


rupiah) dan paling banyak
Rp15.O00.0O0.000,00 (lima belas miliar
si.c

rupiah); dan/ atau


ula

b. Korporasi dikenai pemberatan 1/3 (satu per


tiga) dari denda pidana yang dijatuhkan.
eg
for

16. Ketentuan Pasal 92 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
.in

Pasal 92
ww

(1) Orang perseorangan yang dengan sengaja:


a. membawa alat-alat berat dan/ atau alat-alat
//w

lainnya yarrg lazim atau patut diduga, al<an


digunakan untuk melakukan kegiatan
ps:

perkebunan dan/atau mengangkut hasil


kebun di dalam Kawasan Hutan tanpa
htt

Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud


dalam Pasal L7 ayat (2) huruf a; dan/ atau
. b. melakukan. . .

SK No 097937 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-2L4-

ah
b. melakukan kegiatan perkebunan di dalam

2-t
Kawasan Hutan tanpa Perizinan Berusaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat

or-
(2)huruf b,
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3

om
(tiga) tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan/ atau pidana denda paling sedikit

u-n
Rpl.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00
p
erp
(lima miliar rupiah).
(21 Korporasi yang:
d-p

a. membawa alat-alat berat dan/ atau alat-alat


lainnya yang lazim atau patut diduga akan
loa

digunakan untuk melakukan kegiatan


perkebunan dan/atau mengangkut hasil
wn

kebun di dalam Kawasan [Iutan tanpa


Penzinar: Berusaha sebagaimana dimaksud
/do

dalam Pasal 17 ayat (2) huruf a; dan/ atau


b. melakukan kegiatan perkebunan di dalam
/12

Kawasan Hutan tanpa Penzinan Berusaha


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayal
22

(2) huruf b,
/20

dipidana bagi:
a. pengunrsnya dengan pidana penjara paling
m

singkat 8 (delapan) tahun dan paling lama 20


co

(dua puluh) tahun serta pidana denda paling


sedikit Rp20.00O.0O0.O00,00 (dua puluh
si.

miliar rupiah) dan paling banyak


ula

Rp50.000.000.000,O0 (lima puluh miliar


rupiah); dan/ atau
eg

b. Korporasi dikenai pemberatan 1/3 (satu'per


for

tiga) dari denda pokoknya.


.in

17. Ketentuan Pasal 93 diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

berikut:
Pasal 93
//w

(1) Orang perseorangan yang dengan sengaja:


ps:

a. mengangkut . . .
htt

SK No 097938 A
ml
.ht
22
PRES IDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-2t5-

ah
a. mengangkut dan/ atau menerima titipan hasil

2-t
perkebunan yang berasal dari kegiatan
perkebunan di dalam Kawasan Hutan tanpa

or-
Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (2) huruf c;

om
b. menjual, menguasai, memiliki, dan/ atau
menyimpan hasil perkebunan yang berasal

u-n
dari kegiatan perkebunan di dalam Kawasan
Hutan tanpa Perizinan Berusaha ssfagaimana
rpp
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf d;
dan/ atau
-pe
c. membeli, memasarkan, dan/atau mengolah
hasil kebun dari perkebunan yang berasal dari
ad

kegiatan perkebunan di dalam Kawasan


nlo

Hutan tanpa Peizinan Berusaha sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 17 ayal (2) huruf e,
ow

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3


(tiga) tahun dan paling lama l0 (sepuluh) tahun
/d

atau pidana denda paling sedikit


/12

Rp1.5O0.O00.000,00 (satu miliar lima ratus juta


rupiah) dan paling banyak Rp5.000.000.000,00
22

(lima miliar rupiah).


20

(21 Orang perseorangan yang karena kelalaiannya:


a. mengangkut dan/atau menerima titipan hasil
/
om

perkebunan yang berasal dari kegiatan


perkebunan di dalam Kawasan Hutan tanpa
i.c

Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 17 ayat (2) huruf c;
s
ula

b. menjual, menguasai, memiliki, dan/ atau


menyimpan hasil perkebunan ya.ng bdrasal
g

dari kegiatan perkebunan di dalam Kawasan


ore

Hutan tanpa Perizinan Berusaha sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf d;
inf

dan/ atau
w.

c. membeli, memasarkan, dan/atau mengolah


hasil kebun dari perkebunan yang berasal dari
w

kegiatan perkebunan di dalam Kawasan


/w

Hutan tanpa Perizinan Berusaha sebagaimana


dimaksud dalam Pasal LZ ayat (2) huruf
s:/

e,
p
htt

dipidana . . .

SK No 097939 A
m l
2.ht
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-2t6-

hu
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1

-ta
(satu) tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun atau

2
pidana denda paling sedikit Rp10O.00O.000,00

or-
(seratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp 1.00O.00O.0O0,00 (satu miliar rupiah).

om
(3) Korporasi yang:

u-n
a. mengangkut dan/ atau menerima titipan,hasil
perkebunan yang berasal dari kegiatan

p
perkebunan di dalam Kawasan Hutan tanpa
erp
Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 17 ayat (2) huruf c;
d-p

b. menjual, menguasai, memiliki, dan/atau


menyimpan hasil perkebunan yang berasal
loa

dari kegiatan perkebunan di dalam Kawasan


Hutan tanpa Perizinan Berusaha sebagaimana
wn

dimaksud dalam Pasal L7 ayal (2) huruf d;


dan/ atau
/do

c. membeli, memasarkan, dan/ atau mengolah


hasil kebun dari perkebunan yang berasal dari
/12

kegiatan perkebunan di dalam Kawasan


Hutan tanpa Perizinan Berusaha sebagaimana
22

dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) huruf e,


/20

dipidana bagi:
a. pengurusnya dengan pidana penjara paling
om

singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15


(lima belas) tahun dan/ atau pidana denda
si.c

paling sedikit Rp5.000.000.000,00 (lima miliar


rupiah) dan paling banyak
ula

Rp15.000.000.000,00 (lima belas miliar


rupiah); dan/ atau
eg

b. Korporasi dikenai pemberatan 1/3 (satu per


for

tiga) dari denda pidana yang dijatuhkan.


.in

18. Ketentuan Pasal 96 diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

berikut:
Pasal 96
//w

(l) Orang perseorangan yang dengan sengaja:


a. memalsukan Perizinan Berusaha
ps:

terkait
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan/atau
htt

penggunaan Kawasan Hutan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 24 huruf a;

b. menggunakan . .

SK No 097940 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-217 -

hu
b. menggunakan Perizinan Berusaha palsu

a
2-t
terkait Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
dan/atau penggunaan Kawasan Hutan

or-
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 hun;J
b; dan/ atau

om
c. memindahtangankan atau menjual Perizinar:
Berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal

u-n
24 hurufc,

rpp
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1
(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun serta
pidana denda paling sedikit
e
Rp5O0.OO0.00O,0O
d-p

(lima ratus juta rupiah) dan paling banyak


Rp2.500.000.000,00 (dua miliar lima ratus juta
loa

rupiah).
(21 Korporasi yang:
wn

a. memalsukan Perizinan Berusaha terkait


Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan/atau
/do

penggunaan Kawasan Hutan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 24 hturuf a;
/12

b. menggunakan Perizinan Berusaha palsu


terkait Pemanfaatan Hasil Hutan ,Kayu
22

dan/atau penggunaan Kawasan Hutan


20

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 huruf


m/

b; dan/atau
c. memindahtangankan atau menjual Perizinan
o

Berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal


i.c

24 huruf c,
las

dipidana bagi:
a. pengurusnya dengan pidana penjara paling
u
eg

singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15


(lima belas) tahun serta pidana denda paling
for

sedikit RpS.0O0.0O0.000,00 (lima miliar


rupiah) dan paling
.in

banyak
Rp15.0O0.000.000,00 (lima belas miliar
ww

rupiah); dan/ atau


b. Korporasi dikenai pemberatan 1/3 (satu per
//w

tiga) dari denda.pidana yang dijatuhkan.


ps:

19.Ketentuan...
htt

SK No 097941 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

-2
REPUBLIK INDONESIA
-2ta-

un
ah
19. Ketentuan Pasal 1O5 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 105

or-
Setiap Pejabat yang:

om
a. menerbitkan Perizinan Berusaha terkait
Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dan/ atau

u-n
penggunaan Kawasan Hutan di dalam Kawasan
Hutan yang tidak sesuai dengan kewenangannya

p
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf a;
erp
b. menerbitkan Perizinan Berusaha di dalam
Kawasan Hutan dan/ atau Perizinan Berusaha
d-p

terkait penggunaan Kawasan Hutan di dalam


Kawasan Hutan yang tidak sesuai dengan
loa

ketentuan peraturan perundang-undangan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf b;
wn

c. melindungi pelaku Pembalakan Liar darr/ atau


/do

Penggunaan Kawasan Hutan Secara Tidak Sah


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 huruf c;
/12

d. ikut serta atau membantu kegiatan Pembalakan


Liar dan/atau Penggunaan Kawasan Hutan Secara
22

Tidak Sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28


huruf d;
/20

e. melakukan permufakatan untuk terjadinya


om

Pembalakan Liar dan/ atau Penggunaan Kawasan


Hutan Secara Tidak Sah sebagaimana dimaksud
si.c

dalam Pasal 28 huruf e;


f. menerbitkan Surat Keterangan Sahnya Hasil
ula

Hutan tanpa hak sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 28 huruff; dan/atau
eg

g. dengan sengaja melakukan pembiaran dalam


melaksanakan tugas sehingga terjadi tindak
for

pidana Pembalakan Liar dan/ atau Penggunaan


.in

Kawasan Hutan Secara Tidak Sah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 28 huruf g,
ww

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)


tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun serta pidana
//w

denda paling sedikit Rpl.000.OO0.O0O,00 (satu miliar


rupiah) dan paling banyak Rp10.OO0.OO0.00O,0O
ps:

(sepuluh miliar rupiah).


htt

2O. Di antara. . .

SK No 097942A
l
tm
2.h
02
PRES IOEN

n-2
REPUBLIK INOONESIA
-2L9-

hu
20. Di antara Pasal 110 dan Pasal 111 disisipkan 2 (dua)

a
2-t
pasal, yakni Pasal ll0A dan Pasal 1108 sehingga
berbunyi sebagai berikut:

or-
Pasal 110A

om
(1) Setiap Orang yang melakukan kegiatan usaha yang
telah terbangun dan memiliki Perizinan Berusaha

u-n
di dalam Kawasan Hutan sebelum berlakunya
Undang-Undang ini yang belum memenuhi
rpp
persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang kehutanan, wajib
e
menyelesaikan persyaratan paling lambat tanggal 2
d-p

November 2023.
(21 Dalam hal Setiap Orang yang melakukan ke$atan
loa

usaha yang telah terbangun dan memiliki Perizinan


Berusaha di dalam Kawasan Hutan tidak
wn

menyelesaikan persyaratan dalam jangka waktu


ssfagaimana dimaksud pada ayat (1), dikenai
/do

sanksi administratif berupa:


a. pembayaran denda administratif; dan/ atau
/12

b. pencabutan Penzinarr Berusaha.


22

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai lata cara


pengenaan sanksi administratif dan tata cara
20

penerimaan negara bukan pajak yang berasal dari


m/

denda administratif ssfagairn4n6 dimaksud pada


ayal (21 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
o
i.c

Pasal l lOB
las

(l) Setiap Orang yang melakukan pelanggaran


u

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (ll


eg

huruf b, hurufc, dan/ atau huruf e, dan/ atau Pasal


for

17 ayat (2) hurufb, hurufc, dan/ atau hurufe, atau


kegiatan lain di Kawasan Hutan tanpa memiliki
.in

Perizinan Berusaha yang dilakukan sebelum


tanggal 2 November 2O2O dikenai sanksi
ww

administratif, berupa:
a. penghentian sementara kegiatan usaha;
//w

b. pembayaran denda administratif; dan/ atau


c. paksaan pemerintah.
ps:
htt

(2) Dalam . . .

SK No 097943 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-220-

ah
(21 Dalam hal pelanggaran sebagaimana dimaksud

2-t
pada ayat (1) dilakukan oleh orang perseorangan
yang bertempat tinggal di dalam dan/ atau di

or-
sekitar Kawasan Hutan paling singkat 5 (lima)
tahun secara terus menerus dengan luasan paling

om
banyak 5 (lima) hektare, dikecualikan dari sanksi
administratif dan diselesaikan melalui penataan

u-n
Kawasan Hutan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai ta:ta cara
p
pengenaan sanksi administratif dan tata cara
erp
penerimaan negara bukan pajak yang berasal dari
d-p
denda administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
loa

21. Pasal 1ll dihapus.


wn
/do

22. Pasal 112 dihapus.


/12

Paragraf 5
22

Energi dan Sumber Daya Mineral


/20

Pasal 38
om

Untuk memberikan kemudahan b"gi masyarakat terutama


Pelaku Usaha dalam mendapatkan Perizinan Berusaha dari
si.c

sektor energi dan sumber daya mineral, Peraluran


Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini mengu.bah,
ula

menghapus, atau menetapkan pengaturan baru beberapa


ketentuan yang diatur dalam:
eg

a. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2OO9 tentang


Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara
for

Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan


kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959)
.in

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang


ww

Nomor 3 Tahun 2O2O tentang Perubahan Atas Undang-


Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
//w

Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2O2O Nomor I47, Tambahan
ps:

lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6525);


htt

b. Undang-Undang. . .

SK No 097944 A
ml
.ht
22
-20
PRES ID E N
REPUBLIK INDONESIA

un
-221 -

h
-ta
b Undang-Undang Nomor 22 Talrun 2001 tentang Minyak
dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia

r-2
Tahun 2001 Nomor 136, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4152);

mo
c Undang-Undang Nomor 2l Tahun 2Ol4 tentang Panas
Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

-no
2014 Nomor 2lT,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5585); dan

pu
d Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2OO9 tentang
erp
Ketenagalistrikan (trmbaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara
d-p

Republik Indonesia Nomor 5052).


loa

Pasa1 39
wn

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun


2OO9 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
/do

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4,


Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
/12

4959) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang


Nomor 3 Tahun 2O2O lentang Perubahan Atas Undang-
22

Undang Nomor 4 Tahun 2009 tbntang Pertambangan Mineral


dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
20

2O20 Nomor I47, Tambahan Lembaran Negara Republik


m/

Indonesia Nomor 6525) diubah sebagai berikut:


o

Di antara Pasal 128 dan Pasal 129 disisipkan I (satu)


i.c

1
pasal, yakni Pasal 128A sehingga berbunyi sebagai
las

berikut:
gu

Pasal 128A
(1) Pemegang IUP atau IUPK pada tahap kegiatan
e
for

Operasi Produksi yang melakukan Pengembangan


dan/atau Pemanfaatan Batubara sebagaimana
.in

dimaksud dalam Pasal lO2 ayat (2) dapat diberikan


perlakuan tertentu terhadap kewajiban
ww

penerimaan negara sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 128.
//w

(21 Pemberian perlakuan tertentu terhadap kewajiban


penerimaan negara sebagaimana dimaksud pada
ps:

ayat (1) untuk kegiatan Pengembangan dan/ atau


Pemanfaatan Batubara dapat berupa pengenaan
htt

iuran produksi/royalti sebesar 0% (nol persen).

(3) Ketentuan. . .

SK No 097945 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-222-

ah
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai perlakuan

2-t
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

or-
om
2 Ketentuan Pasal 162 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

u-n
Pasal 162
Setiap Orang yang merintangi atau mengganggu
p
kegiatan Usaha Pertambangan dari pemegang IUP,
erp
IUPK, IPR, atau SIPB yang telah memenuhi syarat-
syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70, Pasal
d-p

86F huruf b, dan Pasal 136 ayat (21 dipidana dengan


pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda
loa

paling banyak Rp100.0O0.O00,00 (seratus juta rupiah).


wn

Pasal 40
/do

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 22


Tahun 2OO1 tentang Minyak dan Gas Aumi lkm6aran
/12

Negara Republik Indonesia Tahun 2OOl Nomor 136,


Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
22

4152) diubah sebagai berikut:


/20

1 Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai


om

berikut:
si.c

Pasal 1
ula

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


1. Minyak Bumi adalah hasil proses alami berupa
eg

hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan


for

temperatur atmosfer berupa fasa cair atau padat,


termasuk aspal, lilin mineral atau ozokerit, dan
.in

bitumen yang diperoleh dari proses penambangan,


tetapi tidak termasuk batubara atau endapan
ww

hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang


diperoleh dari kegiatan yang tidak berkaitan
//w

dengan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi.


ps:

2. Gas . . .
htt

SK No 097946 A
ml
.ht
22
-20
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-223-

h
2. Gas Bumi adalah hasil proses alami berupa

-ta
hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan

r-2
temperatur atmosfer berupa fasa gas yang
diperoleh dari proses penambangan Minyak dan

mo
Gas Bumi.
3. Minyak dan Gas Bumi adalah Minyak Bumi dan

-no
Gas Bumi.
4. Bahan Bakar Minyak adalah bahan bakar yang

pu
berasal dan/ atau diolah dari Minyak Bumi.
erp
5. Kuasa Pertambangan adalah wewenang yang
diberikan negara kepada Pemerintah Pusat untuk
d-p

menyelenggarakan , kegiatan Eksplorasi dan


Eksploitasi.
loa

6. Survei Umum adalah kegiatan lapangan yang


meliputi pengumpulan, analisis, dan penyajian
wn

data yang berhubungan dengan informasi kondisi


geologi untuk memperkirakan letak dan potensi
/do

sumber daya Minyak dan Gas Bumi di luar Wilayah


/12

Kerja.
7. Kegiatan Usaha Hulu adalah kegiatan usaha yang
22

berintikan atau bertumpu pada kegiatan usaha


Eksplorasi dan Eksploitasi.
20

8. Eksplorasi adalah kegiatan yang bertqjuan


m/

memperoleh informasi mengenai kondisi geologi


untuk menemukan dan memperoleh perkiraan
o

cadangan Minyak dan Gas Bumi di Wilayah Kerja


i.c

yang ditentukan.
las

9. Eksploitasi adalah rangkaian kegiatan yang


bertujuan untuk menghasilkan Minyak dan Gas
gu

Bumi dari Wilayah Kerja yang ditentukan, yang


e

terdiri atas pengeboran dan penyelesaian sumur,


for

pembangunan sarana Pengangkutan,


Penyimpanan, dan Pengolahan untuk pemisahan
.in

dan pemurnian Minyak dan Gas Bumi di lapangan


ww

serta kegiatan lain yang mendukungnya.


10. Kegiatan Usaha Hilir adalah kegiatan usaha yang
berintikan atau bertumpu pada kegiatan usaha
//w

Pengolahan, Pengangkutan, Penyimpanan,


ps:

dan/ atau Niaga.


htt

1 1. Pengolahan . . .

SK No 097947 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-224-

hu
11. Pengolahan adalah kegiatan memurnikan,

a
2-t
memperoleh bagian-bagian, mempertinggi mutu,
dan mempertinggi nilai tambah Minyak Bumi

or-
dan/ atau Gas Bumi, tetapi tidak termasuk
Pengolahan lapangan.

om
12. Pengangkutan adalah kegiatan pemindahan
Minyak Bumi, Gas Bumi, dan/atau hasil

u-n
olahannya dari Wilayah Kerja atau dari tempat
penampungan dan Pengolahan, termasuk
dan distribusi.
rpp
Pengangkutan Gas Bumi melalui pipa transmisi
e
d-p

13. Penyimpanan adalah kegiatan penerimaan,


pengumpulan, penampungan, dan pengeluaran
loa

Minyak Bumi dan/atau Gas Bumi.


14. Niaga adalah kegiatan pembelian, penjualan,
wn

ekspor, dan/ atau impor Minyak Bumi dan/ atau


hasil olahannya, termasuk niaga Gas Bumi melalui
/do

pipa.
15. Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia adalah
/12

seluruh wilayah daratan, perairan, dan landas


kontinen Indonesia.
22

16. Wilayah Kerja adalah daerah tertentu di dalam


20

Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia untuk


m/

pelaksanaan Eksplorasi dan Eksploitasi.


17. Badan Usaha adalah perusahaan berbentuk badan
o

hukum yang menjalankan jenis usaha bersifat


i.c

tetap, terus-menerus, dan didirikan sesuai dengan


las

ketentuan peraturan perundang-undangan serta


bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara
u

Kesatuan Republik Indonesia.


eg

18. Bentuk Usaha Tetap adalah Badan Usaha yang


for

didirikan dan berbadan hukum di luar wilayah


Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
.in

melakukan kegiatan di wilayah Negara Kesatuan


ww

Republik Indonesia dan wajib mematuhi ketentuan


peraturan perundang-undangan di Republik
Indonesia.
//w

19. Kontrak Kerja Sama adalah kontrak bagi hasil atau


bentuk kontrak kerja sama lain dalam kegiatan
ps:

Eksplorasi dan Eksploitasi yang lebih


menguntungkan negara dan hasilnya
htt

dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran


rakya
2O.lzin . . .
SK No 097948 A
l
tm
2.h
02
PR ES ID EN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-225-

hu
20. Izin Usaha adalah izin yang diberikan kepada

a
2-t
Badan Usaha untuk melaksanakan Pengolahan,
Pengangkutan, Penyimpanan, dan/ala.u Niaga

or-
dengan tqiuan memperoleh keuntungan dan/ atau
laba.

om
2L. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang

u-n
kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia yang
dibantu oleh Wakil Fresiden dan menteri
rpp
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
e
d-p

22. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai


unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang
loa

memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan


yang menjadi kewenangan daerah otonom.
wn

23. Dihapus.
Badan Pengatur adalah suatu badan yang dibentuk
/do

24.
untuk melakukan pengaturan dan pengawasan
terhadap penyediaan dan pendistribusian Bahan
/12

Bakar Minyak dan Gas Bumi serta Pengangkutan


Gas Bumi melalui pipa pada Kegiatan Usaha Hilir.
22

25. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan


20

urusan pemerintahan di bidang Minyak dan Gas


m/

Bumi.
o

Ketentuan Pasal 4 diubah sehingga berbunyi sebagai


i.c

2
berikut:
las

Pasal 4
u

(1) Minyak dan Gas Bumi sebagai sumber daya alam


eg

strategis tak terbarukan yang terkandung di dalam


Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia
for

merupakan kekayaan nasional yang dikuasai oleh


.in

negara.
(21 Penguasaan oleh negara sebagaimana dimaksud
ww

pada ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah


Pusat melalui kegiatan usaha Minyak dan Gas
//w

Bumi.
(3) Kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi
ps:

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas


htt

Kegiatan Usaha Hulu dan Kegiatan Usaha Hilir.


3.Ketentuan...

SK No 097949 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-226-

hu
Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai

a
3

2-t
berikut:
Pasal 5

or-
(1) Kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi

om
dilaksanakan berdasarkan Perizinan Berusaha dari
Pemerintah Pusat.

u-n
l2l Kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi terdiri atas:
a. Kegiatan Usaha Hulu; dan
rpp
b. Kegiatan Usaha Hilir.
(3)
e
Kegiatan Usaha Hulu sebagaimana dimaksud pada
d-p

ayal (21 huruf a terdiri atas:


a. Eksplorasi; dan
loa

b. Eksploitasi.
(4)
wn

Kegiatan Usaha Hilir sebagaimana dimaksud pada


ayat (21 huruf b terdiri atas:
/do

a. Pengolahan;
b. Pengangkutan;
/12

c. Penyimpanan; dan
22

d. Niaga.
20

4 Ketentuan Pasal 23 diubah sehingga berbunyi sebagai


m/

berikut:
o

Pasal 23
i.c

(1) Kegiatan Usaha Hilir sebagaimana dimaksud


las

dalam Pasal 5 ayat (2) huruf b dapat dilaksanakan


oleh Badan Usaha setelah memenuhi Perizinan
u

Berusaha dari Pemerintah Pusat.


eg

(21 Badan Usaha yang memenuhi Perizinan Berusaha


for

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


melakukan kegiatan usaha:
.in

a. Pengolahan;
ww

b. Pengangkutan;
c. Penyimpanan;dan/atau
//w

d. Niaga.
ps:

(3) Perizinan .
htt

SK No 097950 A
m l
2.ht
02
PRES IOEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-227-

hu
(3) Perizinan Berusaha yang telah

-ta
diberikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat

2
digunakan sesuai dengan peruntukan kegiatan

or-
usahanya.
(4) Permohonan Perizinan Berusaha sebagaimana

om
dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan dengan

u-n
menggunakan sistem Perizinan Berusaha secara
elektronik yang dikelola oleh Pemerintah Pusat.

p
erp
5 Di antara Pasal 23 dan Pasal 24 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 23A sehingga berbunyi sebagai
d-p

berikut:
Pasal 23A
loa

(1) Setiap orang yang melakukan Kegiatan Usaha Hilir


wn

tanpa Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 23 dikenai sanksi administratif berupa
/do

penghentian usaha dan/ atau kegiatan, denda,


dan/ atau paksaan Pemerintah Pusat.
/12

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,


besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
22

administratif diatur dalam Peraturan Pemerintah.


/20

6 Ketentuan Pasal 25 diubah sehingga berbunyi sebagai


om

berikut:
Pasal 25
si.c

(l) Pemerintah Pusat dapat memberikan sanksi


administratif terhadap:
ula

a. pelanggaran salah satu persyaratan yang


eg

tercantum dalam Peizinan Berusaha;


dan/ atau
for

b. ketidakterpenuhinya persyaratan yang


.in

ditetapkan berdasarkan Undang-Undang ini.


(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
ww

pengenaan sanksi administratif sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
//w

Pemerintah.
ps:

7. Ketentuan . . .
htt

SK No 097951 A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-228-

hu
Ketentuan Pasal 52 diubah sehingga berbunyi sebagai

a
7

2-t
berikut:
Pasal 52

or-
Setiap orang yang melakukan Eksplorasi dan/ atau

om
Eksploitasi tanpa memiliki Perizinan Berusaha atau
Kontrak Kerja Sama dipidana dengan pidana penjara

u-n
paling lama 6 (enam) tahun dan pidana denda paling
banyak Rp60.0O0.000.000,00 (enam puluh miliar
rupiah).
rpp
e
8 Ketentuan Pasal 53 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p

berikut:
loa

Pasal 53
Jika tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23A
wn

mengakibatkan timbulnya korban / kerusakan terhadap


kesehatan, keselamatan, dan/ atau lingkungan, pelaku
/do

dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)


tahun atau pidana denda paling banyak
/12

Rp50.O00.00O.0OO,00 (lima puluh miliar rupiah).


22

9 Ketentuan Pasal 55 diubah sehingga berbunyi sebagai


20

berikut:
m/

Pasal 55
Setiap orang yang menyalahgunakan Pengangkutan
o

dan/ atau Niaga Bahan Bakar Minyak, bahan bakar gas,


i.c

dan/atau liquefied petroleum gas yarrg disubsidi


las

dan/ atau penyediaan dan pendistribusiannya diberikan


penugasan Pemerintah dipidana dengan pidana penjara
u

paling lama 6 (enam) tahun dan pidana denda paling


eg

banyak Rp60.000.000.000,00 (enam puluh miliar


for

rupiah).
.in

Pasal 41
ww

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 21


Tahun 2Ol4 tentang Panas Bumi (Lembaran Negara Republik
//w

Indonesia Tahun 2014 Nomor 2L7, Tambahan Lembaran


Negara Republik Indonesia Nomor 5585) diubah sebagai
ps:

berikut:
1. Ketentuan Pasal 4 diubah sehingga berbunyi sebagai
htt

berikut:

Pasal 4...
SK No 097952 A
l
tm
2.h
02
PRES IOEN

n-2
REPIJBLIK INDONESIA
-229-

ahu
Pasal 4

2-t
(1) Panas Bumi merupakan kekayaan nasional yang
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk

or-
sebesar-besar kemakmuran rakyat.

om
(21 Penguasaan Panas Bumi oleh negara sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh

u-n
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah provinsi,
dan Pemerintah Daerah kabupaten / kota sesuai
pemanfaatan. rpp
dengan kewenangannya dan berdasarkan prinsip
e
d-p

2 Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
loa

Pasal 5
wn

(1) Penyelenggaraan Panas Bumi oleh Pemerintah


Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat
/do

(2) dilakukan terhadap:


a. Panas Bumi untuk Pemanfaatan Langsung
/12

yang berada pada:


1. lintas wilayah provinsi
22

termasuk
Kawasan Hutan produksi dan Kawasan
20

Hutan lindung;
2.
m/

Kawasan Hutan konservasi;


3. kawasan konservasi di perairan; dan
o
i.c

4. wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil


diukur dari garis pantai ke arah laut
las

lepas di seluruh Indonesia.


u

b. Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak


eg

Langsung yang berada di seluruh wilayah


Indonesia, termasuk Kawasan Hutan
for

produksi, Kawasan Hutan lindung, Kawasan


.in

Hutan konservasi, dan wilayah laut.


(2) Penyelenggaraan Panas Bumi oleh Pemerintah
ww

Daerah provinsi sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 ayat (21 sesuai dengan norna, standar,
//w

prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh


Pemerintah Pusat dilakukan untuk Pemanfaatan
ps:

Langsung yang berada pada:


htt

a. lintas...

SK No 097953 A
l
tm
2.h
02
IlRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-230-

hu
a. lintas wilayah kabupaten / kota dalam satu

a
2-t
provinsi, termasuk Kawasan Hutan produksi
dan Kawasan Hutan lindung; dan

or-
b. wilayah laut paling jauh 12 (dua belas) mil
diukur dari garis pantai ke arah laut lepas

om
dan/ atau ke arah perairan kepulauan.
(3)

u-n
Penyelenggaraan Panas Bumi oleh Pemerintah
Daerah kabupaten/ kota sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (2) sesuai dengan norma,
rpp
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan
oleh Pemerintah Pusat, dilakukan untuk
e
d-p

Pemanfaatan Langsung yang berada pada:


a. wilayah kabupaten/kota, termasuk Kawasan
loa

Hutan produksi dan Kawasan Hutan lindung;


dan
wn

b. wilayah laut paling jauh 1/3 (satu per tiga)


dari wilayah laut kewenangan provinsi.
/do
/12

3 Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
22

Pasal 6
20

Kewenangan Pemerintah Pusat dalam penyelenggarzran


Panas Bumi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat
m/

(1) meliputi:
o

a. pembuatan kebijakan nasional;


i.c

b. pengaturan di bidang Panas Bumi;


las

c. Penzinar: Berusaha di bidang Panas Bumi;


u

d. pembuatan norma, standar, pedoman, dan kriteria


eg

untuk kegiatan pengusahaan Panas Bumi;


for

e. pembinaan dan pengawasan;


f. pengelolaan data dan informasi geologi serta
.in

potensi Panas Bumi;


ww

g. inventarisasi dan penyusunan neraca sumber daya


dan cadangan Panas Bumi;
//w

h. pelaksanaan Eksplorasi, Eksploitasi, dan/ atau


pemanfaatan Panas Bumi; dan
ps:
htt

i. pendorongan . . .

SK No 097954 A
ml
.ht
22
-20
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-23t-

h
-ta
1 pendorongan kegiatan penelitian, pengembangan,
dan kemampuan perekayasaan.

r-2
Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi sebagai

mo
4
berikut:

-no
Pasal 7
Kewenangan Pemerintah Daerah provinsi dalam

pu
penyelenggaraan Panas Bumi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan
erp
norrna, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan
oleh Pemerintah Pusat meliputi:
d-p

a. pembentukan peraturan perundang-undangan


daerah provinsi di bidang Panas Bumi untuk
loa

Pemanfaatan Langsung;
wn

b. Perizinan Berusaha untuk Pemanfaatan Langsung


pada wilayah yang menjadi kewenangannya;
/do

c. pembinaan dan pengawasan;


d. pengelolaan data dan informasi geologi serta
/12

potensi Panas Bumi pada wilayah provinsi; dan


22

e. inventarisasi dan penyusunan neraca sumber daya


dan cadangan Panas Bumi pada wilayah provinsi.
20
m/

5 Ketentuan Pasal 8 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
o
i.c

Pasal 8
Kewenangan Pemerintah Daerah kabupaten/kota
las

dalam penyelenggaraan Panas Bumi sebagaimana


gu

dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) dilaksanakan sesuai


dengan norrna, standar, prosedur, dan kriteria yang
e

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, meliputi:


for

a. pembentukan peraturan perundang-undangan


.in

daerah kabupaten/kota di bidang Panas Bumi


untuk Pemanfaatan Langsung;
ww

b. Perizinan Berusaha untuk Pemanfaatan Langsung


pada wilayah yang menjadi kewenangannya;
//w

c. pembinaan dan pengawasan;


ps:

d. pengelolaan data dan informasi geologi serta


potensi Panas Bumi pada wilayah kabupaten/kota;
htt

dan

e. inventarisasi . . .

SK No 097955 A
tml
2.h
02
FRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-232-

hu
-ta
e inventarisasi dan penyusunan neraca sumber daya
dan cadangan Panas Bumi pada wilayah

r-2
kabupaten/kota.

mo
6 Ketentuan Pasal 11 diubah sehingga berbunyi sebagai

-no
berikut:
Pasal 11

pu
(1) Setiap Orang yang melakukan pengusahaan Panas
Bumi untuk Pemanfaatan Langsung sebagaimana
erp
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf a wajib
terlebih dahulu memiliki Perizinan Berusaha untuk
d-p

Pemanfaatan Langsung.
(21
loa

Perizinan Berusaha untuk Pemanfaatan Langsung


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
oleh Pemerintah Pusat untuk Pemanfaatan
wn

Langsung yang berada pada:


/do

a. lintas wilayah provinsi, termasuk Kawasan


Hutan produksi dan Kawasan Hutan lindung;
/12

b. Kawasan Hutan konservasi;


c. kawasan konservasi di perairan; dan
22

d. wilayah laut lebih dari 12 (dua belas) mil


/20

diukur dari garis pantai ke arah laut lepas di


seluruh Indonesia.
om

(3) Perizinan Berusaha untuk Pemanfaatan Langsung


sebagaimana dimaksud pada ayat (l) diberikan
si.c

oleh gubernur sesuai dengan norma, standar,


prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
ula

Pemerintah Pusat uhtuk Pemanfaatan Langsung


yang berada pada:
reg

a. lintas wilayah kabupaten/kota dalam satu


o

provinsi, termasuk Kawasan Hutan produksi


inf

dan Kawasan Hutan lindung; dan


b. wilayah laut paling jauh 12 (dua belas) mil
w.

diukur dari garis pantai ke arah laut lepas


w

dan/ atau ke arah perairan kepulauan.


//w
ps:

(4lPerizinan. . .
htt

SK No 097956 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-233-

hu
(41 Perizinan Berusaha untuk Pemanfaatan l.angsung

a
2-t
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
oleh bupati/wali kota sesuai dengan norma,

or-
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetrpkan
oleh Pemerintah Pusat untuk Pemanfaatan

om
Langsung yang berada pada:
a.

u-n
wilayah kabupaten/kota, termasuk Kawasan
Hutan produksi dan Kawasan Hutan lindung;
dan
b. rpp
wilayah laut paling jauh 1/3 (satu per tiga)
e
dari wilayah laut kewenangan provinsi.
d-p

(5) Perizinan Berusaha untuk Pemanfaatan Langsung


sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3), dan
loa

ayat (4) diberikan berdasarkan permohonan dari


Setiap Orang.
wn

(6) Perizinan Berusaha untuk Pemanfaatan Langsung


diberikan setelah Setiap Orang sebagaimana
/do

dimaksud pada ayat (5) mendapat persetujuan


lingkungan sesuai dengan ketentuan peraturan
/12

perundang-undangan di bidang perlindungan dan


pengelolaan lingkungan hidup.
22
20

7. Pasal 12 dihapus.
m/o

8 Pasal l3 dihapus.
i.c
las

9 Pasal 14 dihapus.
u
eg

10. Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai


for

berikut:
Pasal 15
.in

Ketentuan lebih lanjut mengenai norrna, standar,


ww

prosedur, dan kriteria pengusahaan Panas Bumi untuk


Pemanfaatan Langsung sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11, termasuk harga energi Panas Bumi, diatur
//w

dalam Peraturan Pemerintah.


ps:
htt

I 1. Ketentuan . . .

SK No 097957 A
ml
.ht
22
-20
FRES IDEN
REPUBLIK INOONESIA

un
-234-

h
11. Ketentuan Pasal 23 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 23
(1)

mo
Badan Usaha yang melakukan pengusahaan Panas
Bumi untuk Pemanfaatan Tidak Langsung
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1)

-no
huruf b wajib terlebih dahulu memenuhi Penzinarr
Berusaha di bidang Panas Bumi.

pu
(21 Peizinan Berusaha di bidang Panas Bumi
erp
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
oleh Pemerintah Pusat kepada Badan Usaha
d-p

berdasarkan hasil penawaran Wilayah Kerja.


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian
loa

Perizinan Berusaha di bidang Panas Bumi untuk


Pemanfaatan Tidak Langsung diatur dalam
wn

Peraturan Pemerintah.
/do

12. Ketentuan Pasal 24 diubah sehingga berbunyi sebagai


/12

berikut:
PasaT 24
22

Dalam hal kegiatan pengusahaan Panas Bumi untuk


20

Pemanfaatan Tidak Langsung berada di Kawasan


Hutan, pemegang Perizinan Berusaha di bidang Panas
m/

Bumi wajib memenuhi Perizinan Berusaha di bidang


kehutanan sesuai dengan ketentuan peraturan
o
i.c

perundang-undangan.
las

13. Pasal 25 dihapus.


gue

14. Ketentuan Pasal 36 diubah sehingga berbunyi sebagai


for

berikut:
.in

Pasal 36
(l) Pemerintah Pusat dapat mencabut Perizinan
ww

Berusaha di bidang Panas Bumi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 33 huruf c jika pelaku
//w

usaha di bidang Panas Bumi:


ps:

a. melakukan
htt

SK No 097958 A
l
tm
2.h
02
PRES IOEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA

-235-

hu
a.

-ta
melakukan pelanggaran terhadap salah satu
ketentuan yang tercantum dalam Perizinan

r-2
Berusaha di bidang Panas Bumi; dan/ atau
b. tidak memenuhi ketentuan peraturan

mo
perundang-undangan.
(21 Sebelum melaksanakan pencabutan Perizinan

-no
Berusaha di bidang Panas Bumi sebagaimana
dimaksud pada ayat (l), Pemerintah Pusat terlebih

pu
dahulu memberikan kesempatan dalam jangka
erp
waktu 6 (enam) bulan kepada pelaku usaha di
bidang Panas Bumi untuk memenuhi kewajiban
d-p

sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam


Undang-Undang ini.
loa

15. Ketentuan Pasal 37 diubah sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
/do

Pasal 37
Pemerintah Pusat dapat membatalkan Peri2irran
/12

Berusaha di bidang Panas Bumi sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 33 huruf d jika:
22

a. Pelaku usaha di bidang Panas Bumi memberikan


20

data, informasi, atau keterangan yang tidak benar


dalam permohonan; atau
m/

b. Perizinan Berusaha di bidang Panas Bumi


o

dinyatakan batal berdasarkan putusan pengadilan.


i.c
las

16. Ketentuan Pasal 38 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
u
eg

Pasal 38
(1) di bidang Panas
Dalam hal Penzinan Berusaha
for

Bumi berakhir karena alasan sebagaimana


.in

dimaksud dalam Pasal 33, pelaku usaha di bidang


Panas Bumi wajib memenuhi dan menyelesaikan
ww

segala kewajibannya sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
//w
ps:

(2) Kewajiban . . .
htt

SK No 097959 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

-2
REPUBLIK INOONESIA

un
-236-

ah
(21 Kewajiban pelaku usaha di bidang Panas Bumi

2-t
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan
telah terpenuhi setelah mendapatkan persetujuan

or-
dari Pemerintah Pusat.
(3) Pemerintah Pusat menetapkan persetqiuan

om
pengakhiran Perizinan Berusaha di bidang Panas
Bumi setelah pelaku usaha di bidang Panas Bumi

u-n
melaksanakan pemulihan fungsi lingkungan di
Wilayah Kerjanya serta kewajiban lainnya
p
erp
sebagaimana dimaksud pada ayat (l).
d-p

17. Ketentuan Pasal 40 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
loa

Pasal 40
(1) Badan Usaha
wn

pemegang Perizinan Berusaha di


bidang Panas Bumi yang melanggar atau tidak
/do

memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 11, Pasal 20 ayal (2), Pasal 23 ayat (1),
/12

Pasal 26 ayat (1) atau ayat (2), Pasal 27 ayat (l) atau
ayat (3), Pasal 31 ayat (3), atau Pasal 32 ayat (2)
22

dikenai sanksi administratif.


(21 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
/20

ayat (1) berupa:


a. peringatan tertulis;
om

b. penghentian sementara seluruh kegiatan;


si.c

c. denda administratif; dan/atau


d. pencabutan Perizinarr Bemsaha.
ula

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,


eg

besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi


administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
for

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


.in

18. Ketentuan Pasal 42 diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

berikut:
//w

PasaJ42...
ps:
htt

SK No 097960 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-237 -

ahu
Pasal 42

2-t
(1) Dalam hal akan menggunakan bidang-bidang
tanah negara, hak atas tanah, tanah ulayat,

or-
dan/atau Kawasan Hutan di dalam Wilayah Kerja,
pemegang Perizinan Berusaha untuk Pemanfaatan

om
Langsung atau pemegang Perizinan Berusaha di
bidang Panas Bumi harus terlebih dahulu

u-n
melakukan penyelesaian penggunaan lahan
dengan pemakai tanah di atas tanah negara atau
rpp
pemegang hak atau Perizinan Berusaha di bidang
kehutanan sesuai dengan ketentuan peraturan
e
d-p
perundang-undangan.
(21 Dalam hal Pemerintah Pusat melakukan
loa

Eksplorasi untuk menetapkan Wilayah Kerja


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (ll,
wn

sebelum melakukan Eksplorasi, Menteri


melakukan penyelesaian penggunaan lahan
/do

dengan pemakai tanah di atas tanah negara atau


pemegang hak atau Perizinarr Berusaha di bidang
/12

kehutanan sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
22

(3) Penyelesaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dan ayat (2) dilakukan secara musyawarah dan
20

mufakat dengan cara jual beli, tukar-menukar,


m/

ganti rugi yang layak, pengakuan, atau bentuk


penggantian lain kepada pemakai tanah di atas
o

tanah negara atau pemegang hak.


i.c

(41 Dalam hal kegiatan pengusahaan Panas Bumi


las

dilakukan oleh badan usaha milik negara yang


mendapat penugasErn khusus dari Pemerintah
u
eg

Pusat, penyediaan tanah dilakukan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.
for
.in

19. Ketentuan Pasal 43 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ww

Pasal 43
(1) untuk Pemanfaatan
//w

Pemegang Perizrnan Berusaha


Langsung atau pemegang Perizinan Berusaha di
bidang Panas Bumi sebelum melakukan
ps:

pengusahaan Panas Bumi di atas tanah negara,


htt

hak atas tanah, tanah ulayat, dan/ atau Kawasan


Hutan harus:
a. memperlihatkan . . .

SK No 097961 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-238-

ah
a. memperlihatkan:

2-t
1. Perizinan Berusaha untuk Pemanfaatan
Langsung atau salinan yang sah; atau

or-
2. Perizinan Berusaha di bidang Panas

om
Bumi atau salinan yang sah;
b. memberitahukan maksud dan tempat

u-n
kegiatan yang akan dilakukan; dan
c. melakukan penyelesaian atau jaminan

p
penyelesaian yang disetujui oleh pemakai
erp
tanah di atas tanah negara danIatatt
pemegang hak sebagaimana dimaksud dalam
d-p

Pasat 42.
(21 Jika pemegang Peizinan Berusaha untuk
loa

Pemanfaatan Langsung atau pemegang Perizinan


wn

Berusaha di bidang Panas Bumi telah memenuhi


ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pemakai tanah di atas tanah negara dan/ atau
/do

pemegang hak wajib mengizinkan pemegang


/12

Perizinan Berusaha untuk Pemanfaatan Langsung


atau pemegang Perizinan Berusaha di bidang
22

Panas Bumi untuk melaksanakan pengusahaan


Panas Bumi di atas tanah yang bersangkutan.
/20

20. Ketentuan Pasal 46 diubah sehingga berbunyi sebagai


om

berikut:
si.c

Pasal 46
Setiap Orang dilarang menghalangi atau merintangi
ula

pengusahaan Panas Bumi yang telah memegang


Perizinan Berusaha di bidang Panas Bumi dan telah
eg

menyelesaikan kewajiban sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 42.
for
.in

21. Ketentuan Pasal 47 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ww

Pasal 47
Pelaku usaha Pemanfaatan Langsung
//w

berhak
melakukan pengusahaan Panas Bumi sesuai dengan
ps:

Perizinan Berusaha yang diberikan.


htt

22. Keterr.t:ualj^

SK No 097962 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-239-

hu
22. Ketentuan Pasal 48 diubah sehingga berbunyi sebagai

a
2-t
berikut:
Pasal 48

or-
Pelaku usaha Pemanfaatan Langsung wajib:

om
a. memahami dan menaati peraturan perundang-
undangan di bidang keselamatan dan kesehatan

u-n
kerja serta perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dan memenuhi standar yang
berlaku; dan
b. melakukan pengendalian
rpp
e
pencemaran dan/ atau
kerusakan lingkungan hidup yang meliputi
d-p

kegiatan pencegahan, penanggulangan, dan


pemulihan fungsi lingkungan hidup.
loa
wn

23. Ketentuan Pasal 49 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/do

Pasal 49
Pelaku usaha Pemanfaatan Langsung wajib memenuhi
/12

kewajiban berupa:
22

a. pajak daerah; dan


b. retribusi daerah.
20
m/

24. Ketentuan Pasal 50 diubah sehingga berbunyi sebagai


o

berikut:
i.c

Pasal 50
las

(1) Setiap Orang yang melakukan pengusahaan Panas


Bumi untuk Pemanfaatan Langsung yang tidak
u
eg

memenuhi atau melanggar ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 48 huruf a atau huruf b
for

atau Pasal 49 dikenai sanksi administratif.


l2l Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
.in

ayat (1) berupa:


ww

a. peringatantertulis;
//w

b. penghentian . . .
ps:
htt

SK No 097963 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-240-

ah
b. penghentian sementara seluruh kegiatan

2-t
pengusahaan Panas Bumi untuk
Pemanfaatan Langsung; dan/ atau

or-
c. pencabutan Perizinan Berusaha.

om
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
pengenaan sanksi administratif sebagaimana

u-n
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21 diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

p
erp
25. Ketentuan Pasal 56 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
d-p

Pasal 56
loa

(1) Badan Usaha pemegang Perizinan Benrsaha di


bidang Panas Bumi yang melanggar atau .tidak
wn

memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 52 ayat (l) huruf b, huruf c, huruf d,
/do

hurufg, hurufh, hurufi, atau hurufj, Pasal 53 ayat


(1), atau Pasal 54 ayat (1) dan ayat (4) dikenai
/12

sanksi administratif.
(21 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
22

ayat (1) berupa:


/20

a. peringatantertulis;
b. penghentiaa sementara seluruh kegiatan
om

Eksplorasi, Eksploitasi, dan pemanfaatan;


c. denda administratif; dan/atau
si.c

d. pencabutan Perizinan Berusaha.


ula

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,


besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
eg

administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


for

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


.in

26. Ketentuan Pasal 59 diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

berikut:
//w

Pasal 59. . .
ps:
htt

SK No 097964 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-24t-

ah
Pasal 59

2-t
(1) Pemerintah Pusat melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan Panas

or-
Bumi untuk Pemanfaatan Langsung.

om
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan
pengawasan terhadap penyelenggaraan Panas

u-n
Bumi untuk Pemanfaatan Langsung diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

p
erp
27. Pasal60 dihapus.
d-p

28. Ketentuan Pasal 67 diubah sehingga berbunyi sebagai


loa

berikut:
Pasal 67
wn

Setiap Orang yang dengan sengaja melakukan


pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan
/do

Langsung tanpa Perizinan Berusaha sebagaimana


/12

dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) yang mengakibatkan


timbulnya korban/kerusakan terhadap kesehatan,
keselamatan, dan/atau lingkungan dipidana dengan
22

pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana


/20

denda paling banyak Rp6.00O.OO0.O0O,00 (enam miliar


rupiah).
m
co

29. Ketentuan Pasal 68 diubah sehingga berbunyi sebagai


si.

berikut:
ula

Pasal 68
Setiap Orang yang memiliki PerLinan Berusaha untuk
eg

Pemanfaatan t angsung sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 11 ayat (1) yang dengan sengaja melakukan
for

pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan


.in

Langsung tidak pada lokasi yang ditetapkan dalam


Perizinan Berusaha yang mengakibatkan timbulnya
ww

korban/kerusakan terhadap kesehatan, keselamatan,


dan/ atau lingkungan, dipidana dengan pidana penjara
//w

paling lama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan atau pidana


denda paling banyak Rp7.000.0OO.0O0,O0 (tujuh miliar
ps:

rupiah).
htt

30. Ketentuan . . .

SK No 097965 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-242-

ah
30. Ketentuan Pasal 69 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 69

or-
Setiap Orang yang dengan sengaja melakukan

om
pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan
Langsung yang tidak sesuai dengan peruntukannya,

u-n
yang mengakibatkan timbulnya korban/keruSakan
terhadap kesehatan, keselamatan, dan/atau

p
lingkungan dipidana dengan pidana penjara paling lama
erp
3 (tiga) tahun atau pidana denda paling banyak
Rp I 0.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
d-p

31. Ketentuan Pasal 7O diubah sehingga berbunyi sebagai


loa

berikut:
wn

Pasal 70
Badan Usaha pemilik Perizinan Berusaha di bidang
/do

Panas Bumi yang dengan sengaja melakukan


Eksplorasi, Eksploitasi, dan/atau pemanfaatan bukan
/12

pada Wilayah Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal


20 ayat (2) dipidana dengan pidana denda paling banyak
22

Rp70.000.000.000,00 (tqiuh puluh miliar rt.piah).


/20

32. Ketentuan Pasal 71 diubah sehingga berbunyi sebagai


om

berikut:
Pasal 71
si.c

Badan Usaha yang dengan sengaja melakukan


pengusahaan Panas Bumi untuk Pemanfaatan Tidak
ula

Langsung tanpa PerLinan Berusaha di bidang Panas


Bumi sebagaimana dimaksud da-lam Pasal 23 ayat (1)
eg

yang mengakibatkan timbulnya korban / kerusakan


for

terhadap kesehatan, keselamatan, dan/atau


lingkungan dipidana dengan pidana denda paling
.in

banyak RpSO.OOO.OOO.OOO,OO (lima puluh miliar


rupiah).
ww
//w

33. Ketentuan Pasal 72 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ps:

Pasal 72 . . .
htt

SK No 097966 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-243-

hu
Pasal 72

a
2-t
Badan Usaha pemilik Perizinan Berusaha di bidang
Panas Bumi yang dengan sengaja menggunakan

or-
Perizinan Berusaha di bidang Panas Bumi tidak sesuai
dengan peruntukannya sebagaimana dimaksud dalam

om
Pasal 26 ayat (1) dipidana dengan pidana denda paling
banyak Rp 1 0O.0O0. 000.000,00 (seratus miliar rupiah).

u-n
34. Ketentuan Pasal 73 diubah
berikut: rpp
e sehingga berbunyi sebagai

Pasal 73
d-p

Setiap Orang yang dengan sengaja menghalangi atau


merintangi pengusahaan Panas Bumi terhadap
loa

pemegang Perizinan Berusaha di bidang Panas Bumi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 dipidana
wn

dengan pidana penjara paling lama 7 (tqiuh) tahun atau


/do

pidana denda paling banyak Rp70.000.000.000,O0


(tujuh puluh miliar rupiah).
/12

35. Pasal 74 dihapus.


22
20

PasaT 42
m/

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 30


Tahun 20O9 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara
o

Republik Indonesia Tahun 2O09 Nomor 133, Tambahan


i.c

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5052) diubah


las

sebagai berikut:
u
eg

1 Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
for

Pasal 1
.in

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


ww

1. Ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang


menyangkut penyediaan dan pemanfaatan Tenaga
Listrik serta usaha penunjang Tenaga Listrik.
//w
ps:

2. Tenaga. . .
htt

SK No 097967 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-244-

ah
2. Tenaga Listrik adalah suatu bentuk energi

2-t
sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan, dan
didistribusikan untuk segala macarn keperluan,

or-
tetapi tidak meliputi listrik yang dipakai untuk
komunikasi, elektronika, atau isyarat.

om
3. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik adalah
pengadaan Tenaga Listrik meliputi pembangkitan,

u-n
transmisi, distribusi, dan penjualan Tenaga Listrik
kepada Konsumen.

p
4.
erp
Pembangkitan Tenaga Listrik adalah kegiatan
memproduksi Tenaga Listrik.
d-p

5. Transmisi Tenaga Listrik adalah penyaluran


Tenaga Listrik dari pembangkitan ke sistem
loa

distribusi atau ke Konsumen, atau penyaluran


Tenaga Listrik antarsistem.
wn

6. Distribusi Tenaga Listrik adalah penyaluran


Tenaga Listrik dari sistem transmisi atau dari
/do

pembangkitan ke Konsumen.
/12

7. Konsumen adalah setiap orang atau badan yang


membeli Tenaga Listrik dari pemegang Perizrnan
22

Berusaha terkait Penyediaan Tenaga Listrik untuk


kepentingan umum.
/20

8. Usaha Penjualan Tenaga Listrik adalah kegiatan


Usaha Penjualan Tenaga Listrik kepada Konsumen.
om

9. Rencana Umum Ketenagalistrikan adalah rencana


si.c

pengembangan sistem penyediaan Tenaga Listrik


yang meliputi bidang Pembangkitan Tenaga Listrik,
Transmisi Tenaga Listrik, dan Distribusi Tenaga
ula

Listrik yang diperlukan untuk memenuhi


eg

kebutuhan Tenaga Listrik.


10. Perizinan Berusaha terkait Ketenagalistrikan
for

adalah perizrnan untuk melakukan kegiatan Usaha


Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan
.in

umum, Usaha Penyediaan Tenaga Listrik gntuk


ww

kepentingan sendiri, dan/ atau usaha jasa


penunjang Tenaga Listrik.
//w

11. Dihapus.
ps:

12. Wilayah. . .
htt

SK No 097968 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-245-

ah
12. Wilayah Usaha adalah wilayah yang ditetapkan

2-t
Pemerintah Pusat sebagai tempat badan usaha
melakukan usaha Distribusi Tenaga Listrik

or-
dan/ atau penjualan Tenaga Listrik.
13. Ganti Rugi Hak atas Tanah adalah penggantian

om
atas pelepasan atau penyerahan hak atas tanah
berikut bangunan, tanaman, dan/atau benda lain

u-n
yang terdapat di atas tanah tersebut.

p
14. Kompensasi adalah pemberian sejumlah uang
erp
kepada pemegang hak atas tanah berikut
bangunan, tanaman, dan/atau benda lain yang
d-p

terdapat di atas tanah tersebut karena tanah


tersebut digunakan secara tidak langsung untuk
loa

pembangunan Ketenagalistrikan tanpa dilakukan


pelepasan atau penyerahan hak atas tanah.
wn

15. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik


Indonesia yang memegEmg kekuasaan
/do

pemerintahan negara Republik Indonesia yang


dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
/12

s6lagai6a14 dimaksud dalam Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
22

16. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai


/20

unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang


memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
om

yang menjadi kewenangan daerah otonom.


17. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
si.c

urusan pemerintahan di bidang Ketenagalistrikan.


18. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau
ula

badan, baik yang beibadan hukum maupun yang


bukan berbadan hukum.
eg
for

2 Ketentuan Pasal 3 diubah sehingga berbunyi sebagai


.in

berikut:
ww

Pasal 3. . .
//w
ps:
htt

SK No 097969 A
l
tm
2.h
02
PRES IO E N

-2
REPIJBLIK INDONESIA

un
-246-

ah
Pasal 3

2-t
(1) Penyediaan Tenaga Listrik dikuasai oleh negara
yang penyelenggaraannya dilakukan oleh

or-
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
berlandaskan prinsip otonomi daerah sesuai

om
dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

u-n
(21 Untuk penyelenggaraan penyediaan Tenaga Listrik

p
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah
erp
Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan
kewenangannya menetapkan kebijakan,
d-p

pengaturan, pengawasan, dan melaksanakan


Usaha Penyediaan Tenaga Listrik.
loa

3 Ketentuan Pasal 4 diubah sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
/do

Pasal 4
(1) Pelaksanaan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik oleh
/12

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai


dengan kewenangannya berdasarkan norrna,
22

standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan


oleh Pemerintah Pusat dilakukan oleh badan usaha
/20

milik negara dan badan usaha milik daerah.


(2) Badan usaha swasta, koperasi, dan swadaya
om

masyarakat dapat berpartisipasi dalam Usaha


si.c

Penyediaan Tenaga Listrik.


(3) Untuk penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana
ula

dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), Pemerintah Pusat


dan Pemerintah Daerah menyediakan dana untuk:
eg

a. kelompok masyarakat tidak mampu;


for

b. pembangunan sarana penyediaan Tenaga


Lisbik di daerah yang belum berkembang;
.in

c. pembangunan Tenaga Listrik di daerah


ww

terpencil dan perbatasan; dan


d. pembangunan listrik perdesaan.
//w
ps:

(4) Ketentuan. . .
htt

SK No 097970 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-247 -

hu
(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai penyediaan dana

a
2-t
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

or-
om
4 Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

u-n
Pasal 5
(1) Kewenangan Pemerintah Pusat di bidang
rpp
Ketenagalistrikan meliputi:
a. penetapan kebijakan Ketenagalistrikan
e
d-p

nasional;
b. penetapan peraturan perundang-undangan di
loa

bidang Ketenagalistrikan;
c. penetapan standar, pedoman, dan kriteria di
wn

bidang Ketenagalistrikan;
d.
/do

penetapan pedoman penetapan tarif Tenaga


Listrik untuk Konsumen;
/12

e. penetapan Rencana Umum Ketenagalistrikan


nasional;
22

f. penetapan Wilayah Usaha;


20

g. penetapan Perizinan Berusaha terkait jual beli


Tenaga Listrik lintas negara;
m/

h. penetapan Perizinan Berusaha penyediaan


o

Tenaga Listrik;
i.c

i. penetapan tarif Tenaga Listrik untuk


las

Konsumen dari pemegang Perizinan Berusaha


penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan
u

umum;
eg

j. penetapan persetujuan harga jual Tenaga


for

Listrik dan sewa jaringan Tenaga Listrik dari


pemegang Perizinan Berusaha penyediaan
.in

Tenaga Listrik untuk kepentingan umum;


ww

k. penetapan persetujuan penjualan kelebihan


Tenaga Listrik dari pemegang Perizinan
//w

Berusaha penyediaan Tenaga Listrik untuk


kepentingan sendiri;
ps:
htt

1. penetapan .

SK No 097971 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-244-

hu
1. penetapan Perizinan Berusaha untuk kegiatan

-ta
jasa penunjang Tenaga Listrik;

r-2
m. penetapan Penzinarr Berusaha terkait usaha
jasa penunjang Tenaga Listrik yang dilakukan

mo
oleh badan usaha milik negara atau penanam
modal asing/mayoritas sahamnya dimiliki

-no
oleh penanam modal asing;
n. penetapan Peizinan Berusaha terkait

pu
pemanfaatan jaringan Tenaga Listrik untuk
erp
kepentingan telekomunikasi, multimedia, dan
informatika pada jaringan milik pemegang
d-p

Perizinan Berusaha terkait penyediaan Tenaga


Listrik atau Perizir:an Berusaha terkait operasi
loa

yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat;


o. pembinaan dan pengawasan kepada badan
wn

usaha di bidang Ketenagalistrikan;


p. pengangkatan inspektur Ketenagalistrikan;
/do

q. pembinaan jabatan fungsional ins ktur


Ketenagalistrikan untuk seluruh tingkat
/12

pemerintahan; dan
22

r. penetapan sanksi administratif kepada badan


usaha yang Perizinarr Berusahanya ditetapkan
20

oleh Pemerintah Pusat.


m/

(21 Kewenangan Pemerintah Daerah provinsi di bidang


Ketenagalistrikan meliputi :
co

a. penetapan peraturan daerah provinsi di


si.

bidang Ketenagalistrikan;
la

b. penetapan Rencana Umum Ketenagalistrikan


gu

daerah provinsi;
c. pembinaan dan pengawasan kepada badan
ore

usaha di bidang Ketenagalistrikan yang


Perizinan Berusahanya ditetapkan oleh
f
.in

Pemerintah Daerah provinsi sesuai dengan


norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ww

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat;


d. pengangkatan inspektur Ketenagalistrikan
//w

untuk provinsi; dan


ps:

e. penetapan . . .
htt

SK No 097972 A
ml
.ht
22
-20
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-249-

h
-ta
e penetapan sanksi administratif kepada badan
usaha yang Penzinan Berusahanya

r-2
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah provinsi
sesuai dengan norrna, standar, prosedur, dan

mo
kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.

-no
Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi sebagai

pu
5
berikut: erp
Pasal 7
(1) Rencana Umum Ketenagalistrikan nasional
d-p
.
disusun berdasarkan kebijakan energi nasional
dan ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
loa

(21 Rencana Umum Ketenagalistrikan nasional


wn

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun


dengan mengikutsertakan Pemerintah Daerah.
/do

(3) Ketentuan mengenai pedoman penyusunan


Rencana Umum Ketenagalistrikan nasional
/12

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
22
/20

6 Ketentuan Pasal 10 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
om

Pasal 10
(1) Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk
c
si.

kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam


Pasal t huruf a meliputi jenis usaha:
ula

a. Pembangkitan Tenaga Listrik;


eg

b. Transmisi Tenaga Listrik;


for

c. Distribusi Tenaga Listrik; dan/ atau


d. penjualan Tenaga Listrik.
.in
ww

(2) Usaha . . .
//w
ps:
htt

SK No 097973 A
ml
.ht
0 22
PRE S IDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-250-

hu
(21 Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk

-ta
kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada

r-2
ayat (1) dapat dilakukan secara terintegrasi.
(3) Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk

o
kepentingan umum secara terintegrasi

om
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
oleh 1 (satu) badan usaha dalam I (satu) Wilayah

u-n
Usaha.
Dalam hal usaha pembangkitan, transmisi,
(41
rpp
distribusi, dan penjualan dilakukan secara
terintegrasi, usaha pembangkitan dan/atau
-pe
transmisi dapat dilakukan di luar Wilayah
ad

Usahanya.
(5) Usaha Penyediaa Tenaga Listrik untuk
nlo

kepentingan umum dengan jenis usaha Distribusi


Tenaga Listrik dan/ atau penjualan Tenaga Listrik
ow

dilakukan oleh 1 (satu) badan usaha dalam 1 (satu)


Wilayah Usaha.
2/d

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Wilayah Usaha


/1

Sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (a), dan


ayat (5) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
22
20

7 Ketentuan Pasal 11 diubah sehingga berbunyi sebagai


m/

berikut:
co

Pasal 11
(1) Usaha Penyedi n Tenaga Listrik untuk
si.

kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam


ula

Pasal 10 ayat (1) dilaksanakan oleh badan usaha


milik negara, badan usaha milik daerah, badan
eg

usaha swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat


yang berusaha di bidang penyediaan Tenaga
for

Listrik.
.in

(21 Badan usaha milik negara sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) diberi prioritas pertama melakukan
ww

Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk


kepentingan umum.
/w

(3) Badan usaha milik negara, badan usaha milik


daerah, badan usaha swasta, koperasi, dan
s:/

swadaya masyarakat dalam melakukan Usaha


p

Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan


htt

umum wajib mengutamakan produk dan potensi


dalam negeri.
(4) Untuk. . .

SK No 097974 A
ml
.ht
22
PRES IDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-25t-

ah
(41 Untuk wilayah yang belum mendapatkan

2-t
pelayanan Tenaga Listrik, Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah provinsi sesuai dengan

or-
kewenangannya mernberi kesempatan kepada
badan usaha milik daerah, badan usaha swasta,

om
atau koperasi sebagai penyelenggara Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik terintegrasi.

u-n
(5) Dalam hal tidak ada badan usaha milik daerah,
badan usaha swasta, atau koperasi yang dapat
rpp
menyediakan Tenaga Listrik di wilayah tersebut,
Pemerintah Pusat wajib menugasi badan usaha
-pe
milik negara untuk menyediakan Tenaga Listrik.
ad

8 Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga berbunyi sebagai


nlo

berikut:
ow

Pasal 13
(1) Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk
/d

kepentingan sendiri sebagaimana dimaksud dalam


/12

Pasal 12 dilaksanakan hanya untuk pemakaian


sendiri.
22

(21 Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk


kepentingan sendiri dapat dilaksanakan oleh
20

instansi Pemerintah Pusat, instansi Pemerintah


/

Daerah, badan usaha milik negara, badan usaha


om

milik daerah, badan usaha swasta, koperasi,


perseorangan, dan lembaga/ badan usaha lainnya.
i.c

(3) Instansi Pemerintah Pusat, instansi Pemerintah


s

Daerah, badan usaha milik negara, badan usaha


ula

milik daerah, badan usaha swasta, koperasi,


perseorangan, dan lembagal badan usaha lainnya
g
ore

dalam melaksanakan Usaha Penyediaan Tenaga


Listrik, untuk kepentingan sendiri wajib
inf

mengutamakan produk dan potensi dalam negeri.


w.

9 Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga berbunyi sebagai


w

berikut:
/w
s:/

Pasal 16. . .
p
htt

SK No 097975 A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-252-

hu
-ta
Pasal 16
(1) Usaha jasa penunjang Tenaga Listrik sebagaimana

r-2
dimaksud dalam Pasal 15 huruf a meliputi:
a. konsultansi dalam bidang instalasi Tenaga

mo
Listrik;

-no
b. pembangunan dan pemasangan instalasi
Tenaga Listrik;

pu
c. pemeriksaan dan pengujian instalasi Tenaga
Listrik; erp
d. pengoperasian instalasi Tenaga Listrik;
d-p

e. pemeliharaan instalasi Tenaga Listrik;


f. penelitian dan pengembanggn;
loa

g. pendidikan dan pelatihan;


wn

h. laboratorium pengujian peralatan dan


pemanfaat Tenaga Listrik;
/do

i. sertifikasi peralatan dan pemanfaat Tenaga


Listrik;
/12

j. sertifikasi kompetensi tenaga teknik


Ketenagalistrikan;
22

k. sertifikasi badan usaha jasa penunjang


/20

Tenaga Listrik; dan


1. usaha jasa lain yang secara langsung
om

berkaitan dengan penyediaan Tenaga Listrik.


(21 Usaha jasa penunjang Tenaga Listrik sebagaimana
i.c

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh badan


las

usaha milik negara, badan usaha milik daerah,


badan usaha swasta, badan layanan umum, dan
gu

koperasi yang memiliki sertifikasi, klasifikasi, dan


e

kualifrkasi.
for

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikasi,


klasifikasi, dan kualifikasi usaha jasa penunjang
.in

Tenaga Listrik diatur dalam Peraturan Pemerintah.


ww

10. Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sgbagai


/w

berikut:
/
ps:

Pasal 18. . .
htt

SK No 097976 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-253-

hu
-ta
Pasal 18
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dan usaha penunjang

r-2
Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
dilaksanakan setelah mendapatkan Perizinan

mo
Berusaha.

-no
11. Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi sebagai

pu
berikut:
.Pasal 19 erp
(1) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam
d-p

Pasal 18 diberikan kepada badan usaha untuk


kegiatan:
loa

a. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk


kepentingan umum;
wn

b. Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk


kepentingan sendiri; dan
/do

c. usaha penunjang Tenaga Listrik.


/12

(21 Perizinan Berusaha untuk kegiatan penyediaan


Tenaga Listrik untuk kepentingan umum
22

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a


termasuk untuk kegiatan jual beli Tenaga Listrik
/20

lintas negara.
(3) Setiap Orang yang menyelenggarakan kegiatan
om

Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk


kepentingan umum, Usaha Penyediaan Tenaga
si.c

Listrik untuk kepentingan sendiri, dan usaha


penunjang Tenaga Listrik wajib memenuhi
ula

Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada


ayat (1).
reg
o

12. Pasal 20 dihapus.


inf
w.

13. Ketentuan Pasal 21 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
w
//w

Pasal 2 1
(1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
ps:

dengan kewenangannya menetapkan Perizinan


Berusaha.
htt

(2) Pemerintah .

SK No 097977 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-254-

hu
(21 Pemerintah Pusat menetapkan norma, standar,

-ta
prosedur, dan kriteria berkaitan dengan Perizinan

r-2
Berusaha.

mo
14. Ketentuan Pasal 22 diubah sehingga berbunyi sebagai

-no
berikut:
Pasal 22

pu
Perizinan Berusaha untuk kegiatan usaha Penyediaan
Tenaga Listrik untuk kepentingan sendiri sebagaimana
erp
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf b diwajibkan
untuk pembangkit Tenaga Listrik dengan kapasitas
d-p

tertentu yang diatur dalam Peraturan Pemerintah.


loa

15. Ketentuan Pasal 23 diubah sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
Pasal 23
/do

(1) Pemegang Perizinart Berusaha untuk kegiatan


usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk
/12

kepentingan sendiri dapat menjual kelebihan


Tenaga Listrik untuk dimanfaatkan
22

bagi
kepentingan umum setelah mendapat persetujuan
/20

dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah


sesuai dengan nonna, standar, prosedur, dan
om

kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


(21 Penjualan kelebihan Tenaga Listrik untuk
i.c

. kepentingan umum sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dapat dilakukan dalam hal wilayah
las

tersebut belum terjangkau oleh pemegang


gu

Perizinan Berusaha untuk kegiatan usaha


Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan
e
for

umum.
.in

16. Ketentuan Pasal 24 diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

berikut:
/w
/

.. .
ps:

Pasd24
htt

SK No 097978 A
ml
.ht
22
PRES IOEN

0
n-2
REPUBLIK INDONESIA
-255-

hu
-ta
Pasal 24
Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan Berusaha

r-2
untuk kegiatan Usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk
kepentingan umum dan Usaha Penyediaan Tenaga

o
Listrik untuk kepentingan sendiri diatur

om
dalam
Peraturan Pemerintah.

u-n
17. Ketentuan Pasal 25 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 25
rpp
-pe
Penetapan Perizinan Berusaha untuk industri
penunjang Tenaga Listrik untuk industri dilaksanakan
ad

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


nlo

undangan di bidang perindustrian.


ow

18. Ketentuan Pasal 27 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
2/d

Pasal 27
/1

(l) Pemegang Perizinan Berusaha untuk kegiatan


22

usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk


kepentingan umum dalam melaksanakan Usaha
20

Penyediaan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud


m/

dalam Pasal 10 ayat (1) berhak untuk:


a. melintasi sungai atau danau, baik di atas
co

maupun di bawah permukaan;


si.

b. melintasi laut, baik di atas maupun di barrrah


ula

permukaan;
c. melintasi jalan umum dan jalan kereta api;
eg

d. masuk ke tempat umum atau perseorangan


for

dan untuk sementara


waktu;
.in

e. menggunakan tanah dan melintas di atas atau


ww

di bawah tanah;
f. melintas di atas atau di bawah bangunan yang
/w

dibangun di atas atau di bawah tanah; dan


ps:/

g. memotong . . .
htt

SK No 097979 A
l
tm
2.h
02
PRES ID EN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-256-

hu
g. memotong dan/atau menebang tanaman yang

-ta
menghalanginya.

2
(21 Dalam pelaksanaan kegiatan sebagaimana

or-
dimaksud pada ayat (1), pemegang Periztnarr
Berusaha untuk kegiatan usaha Penyediaan

om
Tenaga Listrik untuk kepentingan umum harus
berdasarkan ketentuan

-n
peraturan perundang-undangan.

pu
erp
19. Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
d-p

Pasal 28
loa

Pemegang Perizinan Berusaha untuk kegiatan usaha


Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan umum
wn

wajib:
a. menyediakan Tenaga Listrik yang memenuhi
/do

standar mutu dan keandalan yang berlaku;


b. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya
/12

kepada Konsumen dan masyarakat;


c. memenuhi ketentuan
22

kesel atan
Ketenagalistrikan ; dan
20

d. mengu.tamakan produk dan potensi dalam negeri.


m/

20. Ketentuan
co

Pasal 29 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
si.

Pasal 29
ula

(1) Konsumen berhak untuk:


q. mendapat pelayanan yang baik;
eg

b. mendapat Tenaga Listrik secara terus-


for

menerus dengan mutu dan keandalan yang


.in

baik;
c. memperoleh Tenaga Listrik yang menjadi
ww

haknya dengan harga yang wajar;


d. mendapat pelayanan untuk perbaikan apabila
//w

ada gangguan Tenaga Listrik; dan


ps:
htt

e. mendapat . . .

SK No 097980 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-257 -

hu
e. mendapat ganti rugi apabila terjadi

-ta
pemadaman yang diakibatkan kesalahan

r-2
dan/atau kelalaian pengoperasian oleh
pemegang Perizinan Berusaha untuk kegiatan

mo
usaha Penyediaan Tenaga Listrik untuk
kepentingan umum sesuai syarat yang diatur

-no
dalam perjanjian jual beli Tenaga Listrik.
(21 Konsumen wajib:

pu
a. melaksanakan pengamanan terhadap bahaya
erp
yang mungkin timbul akibat pemanfaatan
Tenaga Listrik;
d-p

b. menjaga keamanan instalasi Tenaga Listrik


milik Konsumen;
loa

c. memanfaatkan Tenaga Listrik sesuai dengan


peruntukannya;
wn

d. membayar tagihan pemakaian Tenaga Listrik;


/do

dan
e. menaati persyaratan teknis di bidang
/12

Ketenagalistrikan.
(3) Konsumen bertanggung jawab apabila karena
22

kelalaiannya mengakibatkan kerugian bagi


pemegang Perizinan Berusaha untuk
/20

kegiatan
usaha Penyediaan Tenaga Listrik.
om

(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab


Konsumen sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
i.c

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


las

21. Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai


gu

berikut:
e

Pasal 30
for

(1) Penggunaan tanah oleh pemegang Perizinan


Berusaha untuk kegiatan usaha Penyediaan
.in

Tenaga Listrik untuk melaksanakan hAknya


ww

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dilakukan


dengan memberikan Ganti Rugi Hak atas Tanah
/w

atau Kompensasi kepada pemegang hak atas


tanah, bangunan, dan tanaman sesuai dengan
/
ps:

ketentuan peraturan perundang-undangan.


htt

(2) Ganti. . .

SK No 097981 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-258-

hu
(2) Ganti Rugi Hak Atas Tanah sebagaimana dimaksud

-ta
pada ayat (1) diberikan untuk tanah yang

r-2
dipergunakan secara langsung oleh pemegang
Perizinan Berusaha untuk kegiatan usaha

mo
Penyediaan Tenaga Listrik dan bangunan serta
tanaman di atas tanah.

-no
(3) Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan untuk penggunaan tanah secara tidak

pu
langsung oleh pemegan g Perizinan Berusaha untuk
kegiatan usaha Penyediaan Tenaga Listrik yang
erp
mengakibatkan berkurangnya nilai ekonomis atas
tanah, bangunan, dan tanaman yang dilintasi
d-p

Transmisi Tenaga Listrik.


loa

(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai perhitungan


Kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
wn

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


(5) Dalam hal tanah yang digunakan pemegang
/do

Perizinan Benrsaha untuk kegiatan usaha


Penyediaan Tenaga Listrik terdapat bagian tanah
/12

yang dikuasai oleh pemegang hak atas tanah atau


pemakai tanah negara, sebelum memulai kegiatan,
22

pemegang Peitzinan Berusaha untuk kegiatan


usaha Penyediaan Tenaga Listrik wajib
/20

menyelesaikan masalah tanah tersebut sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
om

di bidang pertanahan.
(6) Dalam hal tanah yang digunakan pemegang
i.c

Peizinan Berusaha untuk kegiatan usaha


las

Penyediaan Tenaga Iristrik terdapat tanah ulayat,


penyelesaiannya dilakukan berdasarkan ketentuan
gu

peraturan perundang-undangan di bidang


e

pertanahan dengan memperhatikan ketentuan


for

hukum adat setempat.


.in

22. Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

berikut:
Pasal 32
/w

(1) Penetapan dan tata cara pembayaran Ganti Rugi


Hak Atas Tanah atau Kompensasi sebagaimana
/
ps:

dimaksud dalam Pasal 3O dilakukan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.
htt

(2) Ganti. . .

SK No 097982 A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-259-

hu
(21 Ganti Rugi Hak Atas Tanah atau

-ta
Kompensasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30

r-2
dibebankan kepada pemegang PerLinan Berusaha
untuk kegiatan usaha Penyediaan Tenaga Listrik.

mo
23. Ketentuan

-no
Pasal 33 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

pu
Pasal 33
(1) Hargajual Tenaga Listrik dan sewa jaringan Tenaga
erp
Listrik ditetapkan berdasarkan prinsip usaha yang
sehat.
d-p

(21 Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai


loa

dengan kewenangannya memberikan persetujuan


atas harga jual Tenaga Listrik dan sewa jaringan
Tenaga Listrik berdasarkan norma, standar,
wn

prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh


/do

Pemerintah Pusat.
/12

24. Ketentluan Pasal 34 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
22

Pasal 34
/20

(1) Pemerintah Pusat menetapkan tarif Tenaga Listrik


untuk Konsumen dengan persetujuan Dewan
om

Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.


(21 Tarif Tenaga Listrik untuk Konsumen s6fu"ga ana
i.c

dimaksud pada ayal (1) ditetapkan dengan


las

memperhatikan keseimbangan kepentingan


nasional, daerah, Konsumen, dan pemegang
gu

Perizinan Berusaha untuk kegiatan usaha


e

Penyediaan Tenaga Listrik.


for

(3) Tarif Tenaga Listrik untuk Konsumen sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dapat ditetapkan secara
.in

berbeda di setiap daerah dalam suatu Wilayah


ww

Usaha.
/w

25.Ketentuan...
/
ps:
htt

SK No 097983 A
ml
.ht
22
PFIES IDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-260-

ah
25. Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 35

or-
Pemegang Perizinan Berusaha untuk kegiatan usaha

om
Penyediaan Tenaga Listrik dilarang menerapkan tarif
Tenaga Listrik untuk Konsumen yang tidak sesuai

u-n
dengan penetapan Pemerintah Pusat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 34.

26. Ketentuan
rpp
Pasal 37 diubah sehingga berbunyi sebagai
-pe
berikut:
Pasal 37
ad

Jual beli Tenaga Listrik lintas negara dilakukan oleh


nlo

pemegang Per2inan Berusaha untuk kegiatan usaha


Penyediaan Tenaga Listrik untuk kepentingan umum
ow

berdasarkan Perizinan Berusaha.


/d

27. Ketentuan
/12

Pasal 44 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
22

Pasal 44
(1) Setiap kegiatan usaha Ketenagalistrikan wajib
20

memenuhi ketentuan keselamatan


/
om

(2) Ketentuan keselamatan Ketenagalistrikan


sebagaimana dimaksud pada ayat (l) bertujuan
i.c

untuk mewujudkan kondisi:


s
ula

a. andal dan aman bagi instalasi;


b. aman dari bahaya bagi manusia dan makhluk
g

hidup lainnya; dan


ore

c. ramah lingkungan.
inf

(3) Ketentuan keselamatan Ketenagalistrikan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
w.

a. pemenuhan standardisasi peralatan dan


w

pemanfaat Tenaga Listrik;


/w

b. pengamanan instalasi Tenaga Listrik; dan


ps:/

c. pengamanan . .
htt

SK No 097984 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-26t-

hu
c. pengam€rnan pemanfaat Tenaga Listrik.

-ta
(4) Setiap instalasi Tenaga Listrik yang beroperasi

r-2
wajib memiliki sertifikat laik operasi.
(5) Setiap peralatan dan pemanfaat Tenaga Listrik

mo
wajib memenuhi ketentuan standar nasional

-no
Indonesia.
(6) Setiap tenaga teknik dalam usaha
Ketenagalistrikan wajib memiliki sertifikat

pu
kompetensi. erp
(7) Ketentuan mengenai keselamatan
Ketenagalistrikan, sertifikat laik operasi, standar
d-p

nasional Indonesia, dan sertifikat kompetensi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sampai
loa

dengan ayat (6) diatur dalam Peraturan


Pemerintah.
wn
/do

28. Ketentuan Pasal 45 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/12

Pasal 45
(1) Pemanfaatan jaringan Tenaga Listrik untuk
22

kepentingan telekomunikasi, multimedia, dan


/20

informatika hanya dapat dilakukan sepanjang


tidak mengganggu kelangsungan Penyediaan
om

Tenaga Listrik.
(21 Pemanfaatan jaringan Tenaga Listrik sebagaimana
i.c

dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan


las

dengan persetujuan pemilik jaringan.


(3) Pemilik jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat
gu

(2) menyampaikan laporan kepada Pemerintah


e

Pusat.
for

(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai pemanfaatan


jaringan Tenaga Listrik sebagaimana dimaksud
.in

pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dalam
ww

Peraturan Pemerintah.
/w

29. Ketentuan Pasal 46 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/
ps:
htt

Pasal 46...

SK No 097985 A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-262-

ah
Pasal 46

2-t
(1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
berdasarkan norma, standar, prosedur, dan

or-
kriteria. yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap

om
Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dalam hal:

u-n
a. penyediaan dan pemanfaatan sumber energi
untuk pembangkit Tenaga Listrik;

p
b. pemanfaatan jaringan Tenaga Listrik untuk
erp
kepentingan telekomunikasi, multimedia, dan
informatika;
d-p

c. pemenuhan kecukupan pasokan Tenaga


Listrik;
loa

d. pemenuhan persyaratan keteknikan;


wn

e. pemenuhan aspek pelindungan lingkungan


hidup;
/do

f. pengutamaan pemanfaatan barang dan jasa


dalam negeri;
/12

g. penggunaan tenaga kerja asing;


22

h. pemenuhan tingkat mutu dan keandalan


penyediaan Tenaga Listrik;
/20

i. pemenuhan persyaratan perizinan;


j. penerapan tarif Tenaga Listrik; dan
om

k. pemenuhan mutu jasa yang diberikan oleh


si.c

usaha penunjang Tenaga Listrik.


(21 Dalam melakukan pengawasan sebagaimana
ula

dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Pusat atau


Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
eg

berdasarkan norma, standar, prosedur, dan


for

kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat


dapat:
.in

a. melakukan inspeksi pengawasan di lapangan;


ww

b. meminta laporan pelaksanaan usaha di


bidang Ketenagalistrikan ;
//w

c. melakukan penelitian dan evaluasi atas


laporan pelaksanaan usaha di bidang
ps:

Ketenagalistrikan; dan
htt

d. memberikan . . .

SK No 097986 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-263-

ah
d. memberikan sanksi administratif terhadap

2-t
pelanggaran ketentuan Perizinan Berusaha.
(3) Dalam melaksanakan pengawasan pemenuhan

or-
persyaratan keteknikan sebagaimana dimalsud
pada ayat (1) huruf d, Pemerintah Pusat dan/ atau

om
Pemerintah Daerah dibantu oleh inspektur
Ketenagalistrikan dan/atau Penyidik Pegawai

u-n
Negeri Sipil.
(4) Pemerintah Pusat dapat mendelegasikan
p
erp
kewenangan pembinaan dan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (l) kepada
d-p

Pemerintah Daerah.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan
loa

pengawasan diatur dalam Peraturan Pemerintah.


wn

3O. Ketentuan Pasal 48 diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

berikut:
Pasal 48
/12

(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (3),
22

Pasal 19 ayat (3), Pasal22, Pasal 23 ayat (1), Pasal


/20

27 ayat (2), Pasal 28, Pasal 3O ayat (1), Pasal 35,


Pasal 37, Pasal 42, Pasal 44 ayat (1), ayat (4) atau
om

ayat (5), atau Pasal 45 ayat (3) dikenai sanksi


administratif berupa:
si.c

a. teguran tertulis;
b. pembekuan kegiatan sementara;
ula

c. denda; dan/atau
d. pencabutan Perizinan Berusaha.
eg

(21 Setiap Orang yang mendirikan bangunan atau


for

membiarkan bangunan dan/atau menanam


.in

kembali tanaman yang:


a. telah diberi ganti rugi sebagaimana dimaksud
ww

dalam Pasal 30 ayat (2) dan/ atau Kompensasi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat
//w

(3);
b. berpotensi masuk ke ruang bebas atau jarak
ps:

bebas minimum jaringan Tenaga Listrik;


dan/ atau
htt

c. berpotensi . . .

SK No 097987 A
t ml
2.h
02
PRESIOEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA'

-264-

hu
c. berpotensi membahayakan

-ta
keselamatan
dan I atau mengganggu keandalan penyediaan

r-2
Tenaga Listrik,
dikenai sanksi administratif.

mo
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,

-no
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

pu
erp
31. Ketentuan Pasal 49 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
d-p

Pasal 49
loa

(1) Setiap Orang yang melakukan Usaha Penyediaan


Tenaga Listrik untuk kepentingan umum tanpa
wn

Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 19 ayat (3) yang mengakibatkan timbulnya
/do

korban/kerusakan terhadap kesehatan,


keselamatan, dan/atau lingkungan dipidana
/12

dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun


dan pidana denda paling banyak
22

Rp3.O00.O00.000,0O (tiga miliar rupiah).


/20

(21 Setiap Orang yang melakukan Usaha Penyediaan


Tenaga Listrik untuk kepentingan sendiri tanpa
om

Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 19 ayat (3) yang mengakibatlan timbulnya
si.c

korban/ kerusakan terhadap kesehatan,


keselamatan, dan/atau lingkungan dipidana
dengan pidana denda paling banyak
ula

Rp4.000.O00.000,00 (empat miliar rupiah).


reg

(3) Setiap Orang yang menjual kelebihan Tenaga


Listrik . untuk dimanfaatkan bagi kepentingan
o

umum tanpa persetujuan dari Pemerintah Pusat


inf

atau Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 23 ayat (1) yang mengakibatkan
w.

timbulnya korban/ kerusakan terhadap kesehatan,


w

keselamatan, dan/atau lingkungan dipidana


//w

dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun


dan pidana denda paling banyak
ps:

Rp2.O00.00O.000,O0 {dua miliar rupiah).


htt

32. Ketentuan . . .

SK No 097988 A
l
tm
2 .h
02
PRES IDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-265-

hu
32. Ketentuan Pasal 50 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 5O
(1)

mo
Setiap Orang yang tidak memenuhi keselamatan
Ketepagalistrikan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 44 ayat (1) yang mengakibatkan kematian

o
u-n
seseorang karena Tenaga Listrik dipidana dengan
pidana penjara paling lama 1O (sepuluh) tahun dan

p
pidana denda paling banyak Rp 1.0OO.0O0.000,00
(satu miliar rupiah).
erp
l2l Apabila perbuatan sebagaimana dimaksud pada
d-p

ayat (l) dilakukan oleh pemegang Perizinan


Berusaha untuk kegiatan usaha Penyediaan
loa

Tenaga Listrik, pelaku dipidana dengan pidana


penjara paling lama 1O(sepuluh) tahun dan pidana
wn

denda paling banyak Rp1.50O.0O0.0OO,00 (satu


miliar lima ratus juta, rupiah).
/do

(3) Selain pidana sebagaimana dimaksud pada ayat


(2), pemegang Perizinan Berusaha untuk kegiatan
/12

usaha Penyediaan Tenaga Listrik wajib memberi


ganti rugi kepada korban.
22

(4) Penetapan dan tata cara pembayaran ganti rugi


20

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
m/

undangan.
co
si.

33. Di antara Pasal 50 dan Pasal 51 disisipkan I (satu)


pasal, yakni Pasal 5lA sehingga berbunyi sebagai
ula

berikut:
eg

Pasal 51A
Setiap Orang yang mendirikan bangunan atau
for

membiarkan bangunan dan/ atau menanam kembali


.in

tanarnan yang telah:


a. diberi ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam
ww

Pasal 30 ayat (21 dan/ atau Kompensasi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3O ayat (3);
/w

b. masuk ke ruang bebas atau jarak bebas minimum


/

jaringan Tenaga Listrik; dan/ atau


ps:

c. membahayakan keselamatan dan/atau


htt

mengganggu keandalan penyediaan Tenaga


Listrik,
dipidana. . .

SK No 097989 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-266-

ah
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
tahun dan pidana denda paling

2-t
banyak
Rp 1.000.0O0.000,OO (satu miliar rupiah).

or-
34. Pasal 52 dihapus.

om
35. Ketentuan Pasal 53 diubah sehingga berbunyi sebagai

u-n
berikut:
Pasal 53

p
Setiap Orang yang melakukan kegiatan usaha jasa
erp
penunjang Tenaga Listrik tanpa izin sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) yang mengakibatkan
d-p

timbulnya korban/kerusakan terhadap kesehatan,


keselamatan, dan/ atau lingkungan dipidana dengan
loa

pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana


denda paling banyak Rp2.OO0.00O.00O,OO (dua miliar
wn

rupiah).
/do

36. Ketentuan Pasal 54 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/12

Pasal 54
(1) Setiap Orang yang mengoperasikan instalasi
22

Tenaga Listrik tanpa sertifikat laik operasi


/20

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (41


yang mengakibatkan timbulnya korban dipidana
m

dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun


dan pidana denda paling banyak
co

Rp5O0.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).


si.

(21 Dalam hal instalasi listrik rumah tangga


masyarakat dioperasikan tanpa sertifikat laik
ula

operasi, dampak yang timbul akibat ketiadaan


sertilikat laik operasi menjadi tanggung jawab
eg

penyedia Tenaga Listiik.


for

Paragraf 6
.in

Ketenaganukliran
ww

Pasal 43
Untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat terutama
//w

Pelaku Usaha dalam mendapatkan Perizir:an Berusaha dari


sektor ketenaganukliran, beberapa ketentuan dalam
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang
ps:

Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia


htt

Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 3676) diubah:
1. Di antara . . .

SK No 097990 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

-2
REPUBLIK TNDONESIA

un
-267 -

ah
1 Di antara Pasal 2 dan Pasal 3 disisipkan 1 (satu) pasal,

2-t
yakni Pasal 2A sehingga berbunyi sebagai berikut:

or-
Pasal 2A

om
Pemerintah Pusat berwenang memberikan Perizinan
Berusaha terkait Ketenaganukliran.

u-n
Ketentuan Pasal 4 diubah sehingga berbunyi sebagai
p
2
berikut: erp
Pasal 4
d-p

(1) Pemerintah Pusat membentuk badan pengawas


yang berada di bawah dan bertanggung jawab
loa

langsung kepada Presiden yang bertugas


melaksanakan pengawasan terhadap segala
wn

kegiatan Pemanfaatan Tenaga Nuklir.


(21 Untuk melaksanakan tugas sebagaimana
/do

dimaksud pada ayat (1), badan pengawas


menyelenggarakan peraturan, perizinan, dan
/12

inspeksi.
22

Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga berbunyi sebagai


/20

3
berikut:
om

Pasal 9
(1) Bahan Galian Nuklir dikuasai oleh negara.
si.c

(2) Pemerintah Pusat menetapkan wilayah usaha


pertambangan Bahan Galian Nuklir sesuai dqngan
ula

ketentuan peraturan perundang-undangan.


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Bahan Galian
eg

Nuklir diatur dalam Peraturan Pemerintah.


for
.in

4 Di antara Pasal 9 dan Pasal 10 disisipkan 1 (satu) pasal,


yakni Pasal 9A sehingga berbunyi sebagai berikut:
ww
//w

Pasal 9A. . .
ps:
htt

SK No 097991 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-264-

hu
-ta
Pasal 9A
(1) Pemerintah Pusat dapat menetapkan badan usaha

r-2
yang melakukan kegiatan pertambangan Bahan
Galian Nuklir sebagaimana dimaksud dalam Pasal

mo
9.
(21 Kegiatan pertambangan sebagaimana dimaksud

-no
pada ayat (1) dapat dilakukan oleh badan usaha
milik negara yang bekerja sama dengan badan

pu
usaha milik swasta. erp
(3) Badan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wajib memenuhi Perizinarr Benrsaha dari
d-p

Pemerintah Pusat.
(41 Pertambangan Bahan Galian Nuklir sebagaimana
loa

dimaksud pada ayat (l) termasuk pertambangan


yang menghasilkan mineral ikutan radioaktif.
wn

(5) Badan usaha terkait pertambangan mineral dan


/do

batubara yang menghasilkan mineral ikutan


radioaktif sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
/12

wajib memiliki Perizinan Berusaha dari Pemerintah


Pusat.
22

(6) Dalam hal orErng perseorangan ataupun badan


usaha menemukan. mineral ikutan radioaktif,
/20

orang perseorangan atau badan usaha wajib


mengalihkan kepada negara atau badan usaha
om

milik negara sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
i.c

(71 Ketentuan lebih lanjut mengenai pertambangan


las

Bahan Galian Nuklir dan mineral ikutan radioaktif


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
gu
e
for

5 Pasal 10 dihapus.
.in

6 Penjelasan Pasal 14 diubah sebagaimana tercantum


ww

dalam penjelasan.
/w

7 Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/
ps:
htt

Pasal 17. . .

SK No 097992 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-269-

ah
Pasal 17

2-t
(1) Setiap kegiatan Pemanfaatan Tenaga Nuklir wajib
memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah

or-
Pusat, kecuali dalam hal tertentu yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

om
(2) Pembangunan dan pengoperasian Reaktor Nuklir

u-n
dan Instalasi Nuklir lainnya serta Dekomisioning
Reaktor Nuklir wajib memenuhi Perizinan
Berusaha dari Pemerintah Pusat.
(3) rpp
Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata
-pe
cara Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud
pada ayat (l) dan ayat (21 diatur dalam Peraturan
ad

Pemerintah.
nlo

8 Pasal 18 dihapus.
ow

9 Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga berbunyi sebagai


/d

berikut:
/12

Pasal 20
(1)
22

Inspeksi terhadap Instalasi Nuklir dan instalasi


yang memanfaatkan Radiasi Pengion dilaksanakan
20

oleh Pemerintah Pusat.


/

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai inspeksi


om

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
s i.c
ula

10. Ketentuan Pasal 25 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
g

Pasal 25
ore

(1) Pemerintah Pusat menyediakan tempat


penyimpanan lestari Limbah Radioaktif tingkat
inf

tinggi.
w.

(2) Penentuan tempat penyimpanan lestari


ssfagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
w

oleh Pemerintah Pusat setelah mendapat


/w

persetqiuan Dewan Perwakilan Rakyat Republik


s:/

Indonesia.
p
htt

1 1. Ketentuan . . .

SK No 124555A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-270-

ah
11. Ketentuan Pasal 41 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 41

or-
(1) Setiap orang yang membangun, mengoperasikan,

om
dan/atau melakukan Dekomisioning Reaktor
Nuklir tanpa Perizinan Berusaha sebagaimana

u-n
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan

p
pidana denda paling banyak Rp I 0.0OO.000.0O0,O0
erp
(sepuluh miliar rupiah).
(21 Setiap orang yang melakukan perbuatan ,yang
d-p

bertentangan dengan ketentuan sebagaiinana


dimaksud dalam Pasal 17 ayat l2l yang
loa

menimbulkan Kerugian Nuklir dipidana dengan


pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara
wn

paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda


paling banyak Rp2O.000.OO0.O00,00 (dua puluh
/do

miliar rupiah).
(3) Dalam hal terpidana tidak mampu membayar
/12

pidana denda sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


atau ayat (2), dipidana dengan kurungan paling
22

lama I (satu) tahun.


/20

Paragraf 7
om

Perindustrian
si.c

Pasal 44
ula

Untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat terutama


Pelaku Usaha dalam mendapatkan Perizinan Berusaha dan
eg

kemudahan persyaratan investasi dari sektor perindustrian,


for

beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun


2014 tentang Perindustrian (kmbaran Negara Republik
.in

Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran


Negara Republik Indonesia Nomor 5a92) diubah sebagai
ww

berikut:
//w

I Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai


ps:

berikut:
Pasal 15. .
htt

SK No 097995 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-271-

hu
Pasal 15

a
2-t
Pembangunan sumber daya Industri meliputi:
a. pembangunan sumber daya manusia;

or-
b. pemanfaatan sumber daya alam;

om
c. pengembangan dan pemanfaatan Teknologi
Industri;

u-n
d. pengembangan dan pemanfaatan kreativitas dan
inovasi;
e. rpp
penyediaan sumber pembiayaan; dan
e
f. penyediaan Bahan Baku dan/ atau bahan penolong
d-p

bagi Industri.
loa

2 Di antara Pasal 48 dan Pasal 49 disisipkan 1 (satu)


wn

pasal, yakni Pasal 48A sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/do

Pasal 48A
(1) Untuk menjaga kelangsungan proses produksi
/12

dan/atau pengembangan Industri, Pemerintah


Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan
22

kewenangannya memberikan kemudahan untuk


20

mendapatkan Bahan Baku dan/ atau bahan


penolong sesuai dengan rencana kebutuhan
m/

Industri.
o

(21 Kemudahan sebagaimana dimaksud paaa ayat (t)


i.c

termasuk kemudahan dalam mengimpor Bahan


Baku dan/atau bahan penolong untuk Industri
las

sesuai dengan rencana kebutuhan Industri.


u

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kemudahan


eg

untuk mendapatkan Bahan Baku dan/ atau bahan


for

penolong diatur dalam Peraturan Pemerintah.


.in

3 Ketentuan Pasal 5O diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

berikut:
//w

Pasal 50. . .
ps:
htt

SK No 097996 A
l
tm
2.h
02
FRES IDEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-272-

ah
Pasal 5O

2-t
(1) Pemerintah Pusat melakukan perencanaan,
pembinaan, pengembangan, dan pengawasan

or-
Standardisasi Industri.

om
(21 Standardisasi Industri diselenggarakan dalam
wujud SNI, spesifikasi teknis, dan/ atau pedoman

u-n
tata cara,
(3) SNI, spesifikasi teknis, dan/atau pedoman tata

p
cara berlaku di seluruh wilayah Negara Kesatuan
erp
Republik Indonesia.
d-p

4 Ketentuan Pasal 53 diubah sehingga berbunyi sebagai


loa

berikut:
Pasal 53
wn

(l) Setiap Orang dilarang:


a. membubuhkan tanda SNI atau
/do

tanda
kesesuaian pada barang dan/ atau Jasa
/12

Industri yang tidak memenuhi ketentuan SNI,


spesifikasi teknis, dan/ atau pedoman tata
22

cara; atau
b. memproduksi, mengimpor, dan/atau
/20

mengedarkan barang dan/ atau Jasa Industri


yang tidak memenuhi SNI, spesifikasi teknis,
om

dan/ atau pedoman tata cara yang


diberlakukan secara wajib.
si.c

(21 Pemerintah Pusat dapat menetapkan pengecualian


atas SNI, spesifikasi teknis, dan/atau pedoman
ula

tata cara yang diberlakukan secara wajib


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
eg

untuk impor barang tertentu.


for
.in

5 Ketentuan Pasal 57 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ww
//w

Pasal 57...
ps:
htt

SK No 097997 A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-273-

ah
Pasal 57

2-t
(l) Penerapan SNI secara sukarela sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5l dan pemberlakuan SNI,

or-
spesifikasi teknis, dan/ atau pedoman tata cara
secara wajib sebagaimana dimaksud dalam Pasal

om
52 dilakukan melalui penilaian kesesuaian.

u-n
(21 Penilaian kesesuaian SNI yang diterapkan secara
sukarela sebagaimana dimaksud pada ayat (l)

p
dilakukan oleh lembaga penilaian kesesuaian yang
erp
telah terakreditasi.
(3) Penilaian kesesuaian SNI, spesilikasi teknis,
d-p

dan/ atau pedoman tata cara yang diberlakukan


secara wajib sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
loa

dilakukan oleh lembaga penilaian kesesuaian yang


telah terakreditasi dan ditunjuk oleh Pemerintah
wn

Pusat.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan
/do

pengawasan terhadap lembaga penilaian


kesesuaian diatur dalam Peraturan Pemerintah.
/12
22

6 Ketentuan Pasal 59 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/20

Pasal 59
om

(1) Pemerintah Pusat mengawasi pelaksanaan seluruh


rangkaian penerapan SNI sebagaimana dimaksud
si.c

dalam Pasal 51 ayat (2) dan ayat (3) dan


pemberlakuan SNI, spesiflkasi teknis, danlatau
ula

pedoman tata cara secara wajib sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 52.
eg

(21 Dalam melaksanakan kewenangan pengawas€rn


for

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah


Pusat dapat menunjuk lembaga terakreditasi.
.in
ww

7 Ketentuan Pasal 84 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
//w

Pasal 84...
ps:
htt

SK No 097998 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-274-

ah
Pasal 84

2-t
(1) Industri Strategis dikuasai oleh negara.

or-
(2t Industri Strategis sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas Industri yang:

om
a. memenuhi kebutuhan yang penting bagl
kesejahteraan rakJrat atau menguasai hajat

u-n
hidup oralg banyak;
b. meningkatkan atau menghasilkan nilai
p
tambah sumber daya alam strategis; dan/ atau
erp
c. mempunyai kaitan dengan kepentingan
d-p
pertahanan serta keamanErn negara,
(3) Penguasaan Industri Strategis oleh negara
loa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


melalui:
wn

a. pengaturankepemilikan;
b. penetapankebijakan;
/do

c. pengaturan Perizinan Berusaha;


/12

d. pengaturan produksi, distribusi, dan harga;


dan
22

e. pengawasan.
/20

(4) Pengaturan kepemilikan Industri Strategis


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) hurrf a
om

dilakukan melalui:
a. penyertaan modal seluruhnya oleh
si.c

Pemerintah Pusat;
b. pembentukan usaha patungan antara
ula

Pemerintah Pusat dan swasta; atau


eg

c. pembatasan kepemilikan oleh penanam modal


asing sesuai dengan ketentuan peraturan
for

perundang-undangan.
.in

(5) Penetapan kebijakan Industri Strategis


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b
ww

paling sedikit meliputi:


a. penetapan jenis Industri Strategis;
//w

b. pemberian fasilitas; dan


ps:

c.pemberian...
htt

SK No 097999 A
l
tm
2.h
02
PRES IDEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-275-

ah
c. pemberian kompensasi kerugian.

2-t
(6) Perizinan Berusaha terkait Industri Strategis
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c

or-
diberikan oleh Pemerintah Pusat.

om
(71 Pengaturan produksi, distribusi, dan harga
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d

u-n
dilakukan paling sedikit dengan menetapkan
jumlah produksi, distribusi, dan harga produk.

p
(S) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayht 1S1
erp
huruf e meliputi penetapan Industri Strategis
sebagai objek vital nasional dan pengawasan
d-p

distribusi.
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai Industri Strategis
loa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
wn
/do

8 Ketentuan Pasal 101 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/12

Pasal 101
(l) Setiap kegiatan usaha Industri wajib memenuhi
22

Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat.


/20

(2) Kegiatan usaha Industri sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) meliputi:
om

a. Industri kecil;
si.c

b. Industri menengah; dan


c. Industri besar.
ula

(3) Perusahaan Industri yang telah memperoleh


Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada
eg

ayat (1) wajib:


for

a. melaksanakan kegiatan usaha Industri sesuai


dengan Perizinan Berusaha yang dimiliki; dan
.in

b. menjamin keamanan dan keselamatan alat,


ww

proses, hasil produksi, penyimpanan, serta


pengangkutan.
//w

9. Pasal 102 dihapus.


ps:

10. Ketentuan . .
htt

SK No 098000 A
l
tm
2.h
02
il
REI'TIBUK INDONESIA

n-2
-276-

hu
1O. Ketentuan Pasal 104 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 1O4
Setiap Perusahaan Industri yang memenuhi Perizinan

mo
Berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 ayat
(3) dapat melakukan perluasan sesuai dengan

-no
ketentuan peraturan perundang-undangan.

pu
11. Ketentuan Pasal 105 diubah sehingga berbunyi
erp sebagai
berikut:
d-p
Pasal 105
(1) Setiap kegiatan usaha Kawasan Industri wajib
loa

memenuhi Penzinan Berusaha dari Pemerintah


Pusat.
wn

(21 Perusahaan Kawasan Industri wajib memenuhi


standar Kawasan Industri yang ditetapkan oleh
/do

Pemerintah Pusat.
(3) Setiap Perusahaan Kawasan Industri yang
/12

melakukan perluasan wajib memiliki PerLinan


Berusaha dari Pemerintah Pusat.
22
/20

12. Di antara Pasal 105 dan Pasal 106 disisipkan I (satu)


pasal, yakni Pasal 1O5A sehingga berbunyi sebagai
om

berikut:
i.c

Pasal 105A
Peizinan Berusaha untuk kegiatan usaha Kawasan
las

Industri yang berada di kawasan ekonomi khusus


gu

dilakukan sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan


kriteria di bidang kawasan ekonomi khusus yang
ore

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


f
.in

13. Ketentuan Pasal 106 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ww
//w

Pasal 106 . . .
ps:
htt

SK No 160367 A
ml
.ht
22
FRESIDEN

-20
REPUEUK INDONESIA

un
-277 -

ah
Pasal 106

2-t
(1) Perusahaan Industri yang akan menjalankan
Industri wajib berlokasi di Kawasan Industri.

or-
(21 Kewajiban berlokasi di Kawasan Industri

om
sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dikecualikan
bagi Perusahaan Industri yang akan menjalankan

-n
Industri dan berlokasi di daerah kabupaten/kota
yang:

pu
a. belum memiliki Kawasan Industri;
erp
b. telah memiliki Kawasan Industri tetapi
seluruh kaveling Industri dalam Kawasan
d-p

Industrinya telah habis; atau


c. kawasan ekonomi khusus yang memiliki zona
loa

Industri.
wn

(3) Pengecualian terhadap kewajiban berlokasi di


Kawasan Industri sebagaimana dimaksud pada
/do

ayat (1) juga berlaku bagi perusahaan:


a. Industri kecil;
/12

b. Industri menengah yang tidak berpotensi


menimbulkan pencemaran lingkungan hidup
22

yang berdampak luas; atau


/20

c. Industri yang menggunakan Bahan Baku


khusus dan/atau proses produksinya
om

memerlukan lokasi khusus.


(4) Perusahaan Industri yang dikecualikan
i.c

sebagaimana dimaksud pada ayat (21 dan


las

Perusahaan Industri menengah sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) huruf b wajib berlokasi di
u

kawasan peruntukan Industri.


eg

(5) Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


for

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


.in

14. Ketentuan Pasal 108 diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

berikut:
//w

Pasal 108. .
ps:

.
htt

SK No 160368 A
t ml
2.h
02
]:l

-2
un
-278-

ah
Pasal 108

2-t
Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan Berusaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101, Pasal 104,

or-
Pasal 105, dan kewajiban berlokasi di Kawasan Industri
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 serta tata cara

om
pengenaan sanksi administratif dan besaran denda
administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107

u-n
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

p
erp
15. Ketentuan Pasal 115 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
d-p
loa

Pasal 115
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam
wn

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan


pembangunan Industri.
/do

(21 Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) diwujudkan dalam bentuk:
/12

a. pemberian saran, pendapat, dan usul;


dan/ atau
22

b. penyampaian informasi dan/ atau laporan.


/20

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai peran serta


masyarakat dalam pembangunan Industri
om

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
si.c
ula

16. Ketentuan Pasal 117 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
eg
for

Pasal 117
(l) Pemerintah Pusat melaksanakan pengawasan dan
.in

pengendalian terhadap kegiatan usaha Industri


ww

dan kegiatan usaha Kawasan Industri.


//w

(2) Pengawasan...
ps:
htt

SK No 160369 A
m l
2.ht
02
REFUEUK INDONESIA

n-2
-279-

u
ah
(21 Pengawasan dan pengendalian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk

2-t
mengetahui pemenuhan dan kepatuhan terhadap

or-
peratur€rn di bidang Perindustrian yang
dilaksanakan oleh Perusahaan Industri dan

om
Perusahaan Kawasan Industri.
(3) Pemenuhan dan kepatuhan terhadap peraturan di

u-n
bidang Perindustrian yang dilaksanakan oleh
Perusahaan Industri dan Perusahaan Kawasan
rpp
Industri s6lagaimana dimaksud pada ayat (21
paling sedikit meliputi:
e
d-p

a. sumber daya manusia Industri;


b. pemanfaatan sumber daya alam;
loa

c. manajemen energi;
d. manajemen air;
wn

e. SNI, spesifrkasi teknis, dan/ atau pedoman


/do

tata cara;
f. Data Industri dan Data Kawasan Industri;
/12

g. standar Industri Hijau;


h. standar Kawasan Industri;
22

i. Perizinan Berusaha untuk kegiatan usaha


/20

Industri dan Perizinan Berusaha untuk


kegiatan usaha Kawasan Industri; dan
om

j. keamanan dan keselamatan alat, proses, hasil


si.c

produksi, penyimpanan, dan pengangkutan.


(41 Dalam pelaksanaan pengawasan dan pengendalian
ula

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah


Pusat dapat menunjuk lembaga terakreditasi.
eg

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata. cara


for

pengawasan dan pengendalian usaha Industri dan


usaha Kawasan Industri diatur dalam Peraturan
.in

Pemerintah.
ww

Paragraf 8 . . .
//w
ps:
htt

SK No 160370A
m l
2.ht
02
Il

n-2
-2AO-

u
ah
Paragraf 8

2-t
Perdagangan, Metrologi Legal, Jaminan Produk Halal,

or-
dan Standardisasi dan Penilaian Kesesuaian

om
Pasal 45
Untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat terutama

u-n
Pelaku Usaha dalam mendapatkan Perizinan Berusaha dari
sektor perdagangan, metrologr legal, jaminan produk halal,
rpp
dan standardisasi dan penilaian kesesuaian, Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini mengubah,
e
d-p
menghapus, atau menetapkan pengaturan baru beberapa
ketentuan yang diatur dalam:
loa

a. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2Ol4 tentang


Perdagangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
wn

Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 5512);
/do

b. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi


Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
/12

1981 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia Nomor 3193); dan
22

c. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2OI4 tentang


/20

Jaminan Produk Halal (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2Ol4 Nomor 295, Tambahan
om

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5604).


si.c

Pasal 46
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun
ula

2Ol4 tentang Perdagangan (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2014 Nomor 45, Tambahan Lembaran
eg

Negara Republik Indonesia Nomor 5512) diubah sebagai


for

berikut:
.in

1 Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

berikut:
//w

Pasal 6. . .
ps:
htt

SK No 160371 A
l
tm
2.h
02
EfltrtrrINEENtrEIA

n-2
-2aL-

hu
Pasal 6

-ta
(1) Setiap Pelaku Usaha wajib menggunakan atau

r-2
melengkapi label berbahasa Indonesia pada Barang
yang diperdagangkan di dalam negeri.

mo
l2l Setiap Pelaku Usaha yang tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

-no
dikenai sanksi administratif.
(3)

pu
Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan atau
kelengkapan label berbahasa Indonesia diatur
erp
dalam Peraturan Pemerintah.
d-p

2 Ketentuan Pasal 11 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
loa

Pasal 11
wn

Ketentuan lebih lanjut mengenai Distribusi Barang


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
/do
/12

3 Ketentuan Pasal 14 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
22

Pasal 14
(1)
/20

Pemerintah Pusat melakukan pengaturan tentang


pengembangan, penataan, dan pembinaan yang
om

setara dan berkeadilan terhadap Pasar ralqrat,


pusat perbelanjaan, toko swalayan, dan
perkulakan untuk menciptakan kepastian
si.c

berusaha dan hubungan kerja sama yang


seimbang antara pemasok dan pengecer dengan
ula

tetap memperhatikan keberpihakan kepada


eg

koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah.


(21 Pengembangan, penataan, dan pembinaan
for

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


melalui pengaturan Perlzinan Berusaha, tata
.in

ruang, dan zonasi dengan memperhatikan jarak


ww

dan lokasi pendirian, kemitraan, dan kerja sama


usaha.
//w
ps:

(3) Ketentuan. . .
htt

SK No 160372A
t ml
2.h
02
EIiI]EIiitrN
EEfltrtrf,INEEtrtrEln

n-2
-282-

hu
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Peizinan

-ta
Berusaha, tata ruang, dan zonasi sebagaimana

r-2
dimalsud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

mo
4 Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai

-no
berikut:

pu
Pasal 15
(1) Gudang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12
erp
ayat (1) huruf d merupakan salah satu sarana
Perdagangan untuk mendorong kelancaran
d-p

Distribusi Barang yang diperdagangkan di dalam


negeri dan ke luar negeri.
loa

(21 Setiap pemilik Gudang wajib memenuhi Perizinan


Berusaha dari Pemerintah Pusat.
wn

(3) Setiap pemilik Gudang yang tidak memiliki


/do

Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada


ayat (21 dikenai sanksi administratif.
/12

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan


Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
22

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


/20

5 Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi sebagai


om

berikut:
Pasal 17
si.c

(1) Setiap pemilik, pengelola, atau penyewa Gudang


yang melakukan penyimpanan Barang yang
ula

ditujukan untuk diperdagangkan harus


menyelenggarakan pencatatan administrasi paling
eg

sedikit berupa jumlah Barang yang disimpan dan


for

jumlah Barang yang masuk dan yang keluar dari


Gudang.
.in

(2) Setiap pemilik, pengelola, atau penyewa Gudang


yang tidak menyelenggarakan pencatatan
ww

administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dikenai sanksi administratif.
//w
ps:

(3) Ketentuan. . .
htt

SK No 160373 A
ml
.ht
22
-20
E|{IIEtrf.fNEEtrtrEm

un
-283-

tah
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencatatan
administrasi Barang sebagaimana dimaksud pada

-
r-2
ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

mo
6 Ketentuan Pasal 24 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

-no
Pasal 24

pu
(1) Setiap Pelaku Usaha yang melakukan kegiatan
usaha Perdagangan wajib memenuhi Perizinan
erp
Berusaha dari Pemerintah Pusat.
(21 Pemerintah
d-p
Pusat dapat memberikan pengecualian
terhadap kewajiban pemenuhan Perizinan
Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
loa

(3) Setiap Pelaku Usaha yang tidak melakukan


wn

pemenuhan Perizinan Berusaha sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi
/do

administratif.
(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan
/12

Berusaha di bidang Perdagangan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21 diatur dalam
22

Peraturan Pemerintah.
20
m/

7 Ketentuan Pasal 3O diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
co

Pasal 30
si.

(1) Pemerintah Pusat dapat meminta data dan/ atau


informasi kepada Pelaku Usaha
ula

mengenai
persediaan Barang kebutuhan pokok dan/ atau
eg

Barang penting.
(21 Pelaku Usaha dilarang melakukan manipulasi data
for

dan/ atau informasi mengenai persediaan Barang


kebutuhan pokok dan/ atau Barang penting.
.in
ww

8 Ketentuan Pasal 33 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
//w
ps:

Pasal 33...
htt

SK No 160374A
t ml
2.h
02
REFIIEUK INDONESIA

-2
un
-244-

ah
Pasal 33

2-t
(1) Produsen atau Importir yang tidak memenuhi
ketentuan pendaftaran Barang sebagaimana

or-
dimaksud dalam Pasal 32 ayat (1) wajib
menghentikan kegiatan Perdagangan Barang dan

om
menarik Barang dari:
a. distributor;

u-n
b. agen;

p
c. grosir; erp
d. pengecer; dan/atau
d-p

e. konsumen.
(21 Perintah penghentian kegiatan Perdagangan dan
loa

penarikan dari Distribusi terhadap Barang


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
wn

oleh Pemerintah Pusat.


(3) Produsen atau Importir yang tidak memenuhi
/do

ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dikenai sanksi admini stratif.
/12
22

9 Ketentuan Pasal 37 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/20

Pasal 37
om

(1) Setiap Pelaku Usaha wajib memenuhi ketentuan


penetapan Barang dan/ atau Jasa yang ditetapkan
si.c

sebagai Barang dan/ atau Jasa yang dibatasi


Perdagangannya sebagaimana dimaksud dalam
ula

Pasal 35 ayat (21.


(21 Setiap Pelaku Usaha yang melanggar ketentuan
eg

penetapan Barang dan/atau Jasa sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi
for

administratif.
.in
ww

1O. Ketentuan Pasal 38 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
//w

Pasal 38...
ps:
htt

SK No 160375A
t ml
2.h
02
I-T{TTEETiltrEEtrtrEIn

-2
un
-285-

ah
Pasal 38

2-t
(1) Pemerintah Pusat mengatur kegiatan Perdagangan
Luar Negeri melalui kebijakan dan pengendalian di

or-
bidang Ekspor dan Impor.

om
(21 Kebijakan dan pengendalian Perdagangan Luar
Negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

u-n
diarahkan untuk:
a. peningkatan daya saing produk Ekspor

p
Indonesia; erp
b. peningkatan dan perluasan akses Pasar di
luar negeri;
d-p

c. peningkatan kemampuan Eksportir dan


Importir sehingga menjadi Pelaku Usaha yang
loa

andal; dan
wn

d. peningkatan dan pengembangan produk


invensi dan inovasi nasional yang diekspor ke
/do

luar negeri.
(3) Kebijakan Perdagangan Luar Negeri paling sedikit
/12

meliputi:
a. peningkatan jumlah dan jenis serta nilai
22

tambah produk Ekspor;


/20

b. pengharmonisasian Standar dan prosedur


kegiatan Perdagangan dengan negara mitra
om

dagang;
c. penguatan kelembagaan di sektor
si.c

Perdagangan Luar Negeri;


d. pengembangan sarana dan prasarana
ula

penunjang Perdagangan Luar Negeri; dan


eg

e. pelindungan dan pengamanan kepentingan


nasional dari dampak negatif Perdagangan
for

Luar Negeri.
(4)
.in

Pengendalian Perdagangan Luar Negeri meliputi:


a. PervinanBerusaha/persetujuan;
ww

b. Standar; dan
c.
//w

pelarangan dan pembatasan.


ps:

1 1. Ketentuan . . .
htt

SK No 160376A
t ml
2.h
02
.-TtrlTI'TTIiITITiIilTfl A

-2
un
-246-

ah
11. Ketentuan Pasal 42 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 42

or-
(1) Ekspor Barang dilakukan oleh Pelaku Usaha yang
telah memenuhi Perizinan Berusaha dari

om
Pemerintah Pusat.

u-n
l2l Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan
Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

p
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
erp
12. Ketentuan Pasal 43 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p

berikut:
loa

Pasal 43
(1) Eksportir bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
wn

Barang yang diekspor.


(21 Eksportir yang tidak bertanggung jawab terhadap
/do

Barang yang diekspor sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dikenai sanksi administratif.
/12
22

13. Ketentuan Pasal 45 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/20

Pasal 45
om

(1) Impor Barang hanya dapat dilakukan oleh Importir


yang memenuhi Perizinan Berusaha dari
si.c

Pemerintah Pusat.
(21 Dalam hal Impor tidak dilakukan untuk kegiatan
ula

usaha, Importir tidak memerlukan Perizinan


Berusaha.
eg

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan


for

Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
.in
ww

14. Ketentuan Pasal 46 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
//w

Pasal 46...
ps:
htt

SK No 160377 A
t ml
2.h
02
ETiltrtrtrINEENtrEIA

-2
un
-247 -

ah
Pasal 46

2-t
(l) Importir bertanggung jawab sepenuhnya terhadap
Barang yang diimpor.

or-
(2) Importir yang tidak bertanggung jawab atas Barang

om
yang diimpor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenai sanksi administratif.

u-n
15. Ketentuan Pasal 47 diubah sehingga berbunyi sebagai

p
berikut: erp
Pasal 47
d-p

(1) Setiap Importir wajib mengimpor Barang dalam


keadaan baru.
loa

(21 Dalam hal tertentu, Pemerintah Pusat dapat


menetapkan Barang yang diimpor dalam keadaan
wn

tidak baru.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan Barang
/do

yang diimpor dalam keadaan tidak baru


s6!agai1n414 dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
/12

Peraturan Pemerintah.
22

16. Pasal 49 dihapus.


/20
om

17. Ketentuan Pasal 51 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
si.c

5l
Pasal
(1) Eksportir dilarang mengekspor Barang yang
ula

ditetapkan sebagai Barang yang dilarang untuk


diekspor.
eg

(21 Importir dilarang mengimpor Barang yang


for

ditetapkan sebagai Barang yang dilarang untuk


diimpor.
.in

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria Barang


ww

yang dilarang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dan ayat (21 ditetapkan dengan Peraturan
//w

Pemerintah.
18.Ketentuan...
ps:
htt

SK No 160378 A
i

l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REFI.IBLIK INDONESIA

n-2
-2aa-

hu
18. Ketentuan Pasal 52 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 52
(1) Eksportir dilarang mengekspor Barang yang tidak

mo
sesuai dengan ketentuan pembatasan Barang
untuk diekspor.

-no
(21 Importir dilarang mengimpor Barang yang tidak

pu
sesuai dengan ketentuan pembatasan Barang
untuk diimpor. erp
(3) Setiap Eksportir dan/atau Importir yang
melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud
d-p

pada ayat (1) dan ayat (21 dikenai sanksi


administratif.
loa

(41 Ketentuan mengenai kriteria Barang yang dibatasi


wn

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
/do

19. Ketentuan Pasal 53 diubah sehingga berbunyi sebagai


/12

berikut:
22

Pasal 53
( 1) Eksportir yang dikenai sanksi administratif
/20

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (3)


terhadap Barang ekspomya dikuasai oleh negara
om

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.
si.c

(21 Importir yang dikenai sanksi administratif


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 ayat (3)
ula

terhadap Barang impornya wajib diekspor kembali,


dimusnahkan oleh Importir, atau ditentukan lain
eg

oleh Pemerintah Pusat.


for

20. Ketentuan Pasal 57 diubah sehingga berbunyi sebagai


.in

berikut:
ww
//w
ps:

Pasal 57. . .
htt

SK No 160379A
l
tm
2.h
02
EElrFIlTilTIEr.Tsl*rIr!

n-2
-249-

hu
Pasal 57

-ta
(1) Barang yang diperdagangkan di dalam negeri harus

r-2
memenuhi:
a. SNI yang telah diberlakukan secara wajib;

mo
atau

-no
b. persyaratan teknis yang telah diberlakukan
secara wajib.

pu
(21 Pelaku Usaha dilarang memperdagangkan Barang
di dalam negeri yang tidak memenuhi SNI yang
erp
telah diberlakukan secara wajib atau persyaratan
teknis yang telah diberlakukan secara wajib.
d-p

(3) Pemberlakuan SNI atau persyaratan teknis


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
loa

oleh Pemerintah Pusat.


wn

(4) Pemberlakuan SNI atau persyaratan teknis


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan
/do

dengan mempertimbangkan aspek:


a. keamanan, keselamatan, kesehatan, dan
/12

lingkungan hidup;
b. daya saing produsen nasional dan persaingan
22

usaha yang sehat;


/20

c. kemampuan dan kesiapan dunia usaha


nasional; dan/ atau
om

d. kesiapan infrastruktur lembaga penilaian


kesesuaian.
i.c

(5) Barang yang telah diberlakukan SNI atau


s

persyaratan teknis secara wajib sebagaimana


ula

dimaksud pada ayat (1) wajib dibubuhi tanda SNI


atau tanda kesesuaian atau dilengkapi sertifikat
g
ore

kesesuaian yang diakui oleh Pemerintah Pusat.


(6) Barang yang diperdagangkan dan belum
f

diberlakukan SNI secara wajib dapat dibubuhi


.in

tanda SNI atau tanda kesesuaian sepanjang telah


ww

dibuktikan dengan sertifikat produk penggunaan


tanda SNI atau sertifrkat kesesuaian.
/w
s:/

(7) Pelaku . . .
p
htt

SK No 160380 A
ml
t
2.h
02
REPI.TEUI( INDONESIA

-2
un
-290-

ah
(7) Pelaku Usaha yang memperdagangkan Barang

2-t
yang telah diberlakukan SNI atau persyaratan
teknis secara wajib, tetapi tidak membubuhi tanda

or-
SNI, tanda kesesuaian atau tidak melengkapi
sertifi kat kesesuaian sebagaimana dimaksud pada

om
ayat (5) dikenai sanksi administratif.

u-n
21. Ketentuan Pasal 60 diubah sehingga berbunyi sebagai

p
berikut:
Pasal 60
erp
(1) Penyedia Jasa dilarang memperdagangkan Jasa di
d-p

dalam negeri yang tidak memenuhi SNI,


persyaratan teknis, atau kualifikasi yang telah
loa

diberlakukan secara wajib.


(21 Pemberlakuan SNI, persyaratan teknis, atau
wn

kualifikasi secara wajib sebaga.imana dimaksud


/do

pada ayat (1) ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


(3) Pemberlakuan SNI, persyaratan teknis, atau
/12

kualifikasi secara wajib sebagaimana dimaksud


pada ayat (21 dilakukan dengan
22

mempertimbangkan aspek:
a. keamanan, keselamatan, kesehatan, dan
/20

lingkungan hidup;
om

b. daya saing produsen nasional dan persaingan


usaha yang sehat;
si.c

c. kemampuan dan kesiapan dunia usaha


nasional;
ula

d. kesiapan infrastruktur lembaga penilaian


kesesuaian; dan/ atau
eg

e. budaya, adat istiadat, atau tradisi


for

berdasarkan kearifan lokal.


(41 Jasa yang telah diberlakukan SNI, persyaratan
.in

teknis, atau kualifikasi secara wajib sebagaimana


ww

dimaksud pada ayat (2) wajib dilengkapi dengan


sertifrkat kesesuaian yang diakui oleh Pemerintah
//w

Pusat.
ps:

(5) Jasa...
htt

SK No 160381A
ml
.ht
22
-20
REI'IJEUK INDONESIA

un
-29r-

tah
(5) Jasa yang diperdagangkan dan memenuhi SNI,
persyaratan teknis, atau kualifikasi yang belum

-
r-2
diberlakukan secara wajib dapat menggunakan
sertifikat kesesuaian sesuai dengan ketentuan

mo
peraturan perundang-undangan.
(6) Penyedia Jasa yang memperdagangkan Jasa yang

-no
telah diberlakukan SNI, persyaratan teknis, atau
kualifikasi secara wajib, tetapi tidak dilengkapi

pu
sertifikat kesesuaian sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dikenai sanksi administratif.
erp
d-p

22. Ketentuan Pasal 6l diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
loa

Pasal 61
(1) Tanda SNI, tanda kesesuaian, atau sertifrkat
wn

kesesuaian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6O


ayat (41 diterbitkan oleh lembaga penilaian
/do

kesesuaian yang terakreditasi sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.
/12

(2) Dalam hal lembaga penilaian kesesuaian


22

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) belum ada


yang terakreditasi, Pemerintah Pusat dapat
20

menunjuk lembaga penilaian kesesuaian dengan


m/

persyaratan dan dalam jangka waktu tertentu.


(3) Lembaga penilaian kesesuaian sebagaimana
co

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21 harus terdaftar


si.

di lembaga yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


ula

23. Ketentuan Pasal 63 diubah sehingga berbunyi sebagai


eg

berikut:
for
.in

Pasal 63...
ww
//w
ps:
htt

SK No 160382A
m l
.ht
22
FRESIDEN

-20
REPUBUK INDONESIA

un
-292-

h
Pasal 63

-ta
Penyedia Jasa yang memperdagangkan Jasa yang tidak

r-2
dilengkapi dengan sertifrkat kesesuaian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 60 ayat (a) dikenai sanksi

o
administratif.

om
u-n
24. Ketentuan Pasal 65 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 65
rpp
(1) Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan
-pe
Barang dan/ atau Jasa dengan menggunakan
sistem elektronik wajib menyediakan data
ad

dan/ atau informasi secara lengkap dan benar.


nlo

(21 Setiap Pelaku Usaha dilarang memperdagangkan


Barang dan/atau Jasa dengan menggunakan
ow

sistem elektronik yang tidak sesuai dengan data


dan/ atau informasi sebagaimana dimaksud pada
2/d

ayat (1).
(3) Penggunaan sistem elektronik sebagaimana
/1

dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi ketentuan


22

yang diatur dalam Undang-Undang tentang


Informasi dan Transaksi Elektronik.
/20

l4l Data dan/ atau informasi sebagaimana dimaksud


om

pada ayat (1) paling sedikit memuat:


a. identitas dan legalitas Pelaku Usaha sebagai
i.c

produsen atau Pelaku Usaha Distribusi;


las

b. persyaratan teknis Barang yang ditawarkan;


c. persyaratan teknis atau kualifikasi Jasa yang
u

ditawarkan;
eg

d. harga dan cara pembayaran Barang dan/ atau


for

Jasa; dan
e. cara penyerahan Barang.
.in
ww
/w

(5) Dalam . . .
s:/
p
htt

SK No 160383 A
t ml
2.h
02
i-].trI+TtI{l
REPUEUK INDONESIA

-2
un
-293-

ah
(5) Dalam hal terjadi sengketa terkait dengan

2-t
transaksi dagang melalui sistem elektronik, orang
atau badan usaha yang sedang bersengketa dapat

or-
menyelesaikan sengketa tersebut melalui
pengadilan atau melalui mekanisme penyelesaian

om
sengketa lainnya.
(6) Setiap Pelaku Usaha yang memperdagangkan

u-n
Barang dan/ atau Jasa dengan menggunakan
sistem elektronik yang tidak menyediakan data

p
dan/ atau informasi secara lengkap dan benar
erp
sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dikenai
sanksi administratif.
d-p
loa

25. Ketentuan Pasal 74 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
wn

Pasal 74
(1)
/do

Pemerintah Pusat melakukan pembinaan terhadap


Pelaku Usaha dalam rangka pengembangan Ekspor
/12

untuk perluasan akses Pasar bagi Barang dan Jasa


produksi dalam negeri.
22

(21 Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (l)


dapat berupa pemberian insentif, fasilitas,
/20

informasi peluang Pasar, bimbingan teknis, serta


bantuan promosi dan pemasaran untuk
om

pengembangan Ekspor.
(3) Pemerintah Pusat dapat mengusulkan insentif
si.c

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa


insentif fiskal dan/ atau nonfiskal dalam upaya
ula

meningkatkan daya saing Ekspor Barang dan/ atau


Jasa produksi dalam negeri.
eg

l4l Pemerintah Pusat dalam melakukan pembinaan


for

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat bekerja


sama dengan pemangku kepentingan.
.in

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan


ww

pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
//w

26. Ketentuan . . .
ps:
htt

SK No 160384A
ml
t
2.h
02
iI:IiEIEtrN
K INDONESIA

-2
un
294 -

ah
26. Ketentuan Pasal 77 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal TT

or-
(1) Setiap Pelaku Usaha yang menyelenggarakan

om
pameran dagang dan peserta pameran dagang
wajib memenuhi Perizinar: Berusaha dari

u-n
Pemerintah Pusat.
(2) Setiap Pelaku Usaha yang menyelenggarakan

p
pameran dagang dengan mengikutsertakan peserta
erp
dan/ atau produk yang dipromosikan berasal dari
luar negeri wajib mendapatkan Per2inan Berusaha
d-p

dari Pemerintah Pusat.


(3) Setiap Pelaku Usaha yang menyelenggarakan
loa

pameran dagang dan peserta pameran dagang yang


tidak memenuhi Perizinan Berusaha sebagaimana
wn

dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi


administratif.
/do

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan


Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
/12

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


22

27. Di ar:lara Pasal 77 dan Pasal 78 disisipkan 1 (satu)


/20

pasal, yakni Pasd 77A sehingga berbunyi sebagai


om

berikut:
PasalTTA
si.c

(1) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 6 ayat (21, Pasal 15 ayat (3),
ula

Pasal 17 ayat (21, Pasal 24 ayat (3), Pasal 33 ayat


(3), Pasal 37 ayat (2), Pasal 43 ayat (2), Pasal 46
eg

ayat (21, Pasal 52 ayat (3), Pasal 57 ayat (7), Pasal


60 ayat (6), Pasal 63, Pasal 65 ayat (6), atau Pasal
for

77 ayat (3) dapat berupa:


.in

a. teguran tertulis;
b. penarikan Barang dari Distribusi;
ww

c. penghentian sementara kegiatan usaha;


//w

d. penutupan Gudang;
e. denda; dan/atau
ps:

f. pencabutan . .
htt

SK No 160385 A
ml
.ht
22
E.l-+ATiEIIl

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-295-

tah
f. pencabutan Perizinan Berusaha.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,

-
r-2
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mo
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

-no
28. Ketentuan Pasal 81 diubah sehingga berbunyi sebagai

pu
berikut:
Pasal 81 erp
Ketentuan lebih lanjut mengenai t:it:. cara
penyelenggaraan, kemudahan, dan
d-p
keikutsertaan
dalam Promosi Dagang dalam rangka kegiatan
pencitraan Indonesia diatur dalam Peraturan
loa

Pemerintah.
wn

29. Ketentuan Pasal 98 diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

berikut:
Pasal 98
/12

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah


22

mempunyai wewenang melakukan pengawasan


terhadap kegiatan Perdagangan.
20

(21 Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


m/

dilakukan sesuai dengan nofina, standar,


prosedur, dan kriteria yang diatur dalam Peraturan
co

Pemerintah.
si.
ula

30. Ketentuan Pasal 99 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
eg

Pasal 99
for

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai


dengan kewenangannya dalam melakukan pengawasan
.in

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (1)


mempunyai wewenang melakukan:
ww
//w

a. pelarangan . . .
ps:
htt

SK No 160386A
ml
.ht
22
i-:lr-I,FITEI,N

-20
I'NIItrNtrETA

un
-296-

tah
a. pelarangan mengedarkan untuk sementara waktu
dan/ atau perintah untuk menarik Barang dari

-
r-2
Distribusi atau menghentikan kegiatan Jasa yang
diperdagangkan yang tidak sesuai dengan

mo
ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang Perdagangan; dan/ atau

-no
b pencabutan Perizinan Berusaha.

pu
31. Ketentuan Pasal 1O0 diubah sehingga berbunyi sebagai
erp
berikut:
Pasal 100
d-p

(1) Dalam melaksanakan pengawasan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 98 ayat (1), Pemerintah
loa

Pusat menunjuk petugas pengawas di bidang


wn

Perdagangan.
(2) Petugas pengawas di bidang Perdagangan dalam
/do

melaksanakan pengawasan harus membawa surat


tugas yang sah dan resmi.
/12

(3) Petugas pengawas sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dalam melaksanakan kewenangannya
22

paling sedikit melakukan pengawasan terhadap:


20

a. Perizinan Berusaha di bidang Perdagangan;


b. Perdagangan Barang yang diawasi, dilarang,
m/

dan/ atau diatur;


co

c. Distribusi Barang dan/atau Jasa;


si.

d. pendaftaran Barang Produk Dalam Negeri dan


asal Impor yang terkait dengan keamanan,
ula

keselamatan, kesehatan, dan lingkungan


hidup;
eg

e. pemberlakuan SNI, persyaratan teknis, atau


for

kualifikasi secara wajib;


f. Perizinan Berusaha terkait Gudang; dan
.in

g. penyimpanan Barang kebutuhan pokok


ww

dan/ atau Barang penting.


//w

(4) Petugas...
ps:
htt

SK No 160387 A
,{

l
tm
2.h
02
REFUBUK INDONESIA

n-2
-297 -

hu
(41 Petugas pengawas sebagaimana dimaksud pada

-ta
ayat (1) dalam hal menemukan dugaan
pelanggaran kegiatan di bidang Perdagangan

r-2
dapat:

mo
a. merekomendasikan penarikan Barang dari
Distribusi dan I atanu pemusnahan Barang;

-no
b. merekomendasikan penghentian kegiatan
usaha Perdagangan; atau

pu
c. merekomendasikan pencabutan Perizinan
erp
Berusaha di bidang Perdagangan.
(5) Dalam hal pada pelaksanaan pengawasan
d-p

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditemukan


bukti awal dugaan terjadi tindak pidana di bidang
loa

Perdagangan, petugas pengawas melaporkannya


kepada penyidik untuk ditindaklanjuti.
wn

(6) Petugas pengawas sebagaimana dimaksud pada


ayat (l) dalam melaksanakan kewenangannya
/do

dapat berkoordinasi dengan instansi terkait.


/12

32. Ketentuan Pasal 102 diubah sehingga berbunyi sebagai


22

berikut:
/20

Pasal 102
Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan
om

pengawasan kegiatan Perdagangan dan pengawasan


terhadap Barang yang ditetapkan sebagai Barang dalam
i.c

pengawasan diatur dalam Peraturan Pemerintah.


s
ula

33. Ketentuan Pasal 104 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
g
ore

Pasal 104
(1) Setiap Pelaku Usaha yang tidak menggunakan atau
f
.in

tidak melengkapi label berbahasa Indonesia pada


Barang yang diperdagangkan di dalam negeri
ww

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1)


dipidana dengan pidana penjara paling lama 5
/w

(lima) tahun atau pidana denda paling banyak


Rp I 0.00O.00O. 000,00 (sepuluh miliar rupiah).
ps:/

(2) Dikecualikan...
htt

SK No 160388 A
ml
.ht
22
-20
ELIK INDONESIA

un
-298-

tah
(21 Dikecualikan dari pengenaan sanksi pidana
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap

-
r-2
pelanggaran yang dilakukan oleh Pelaku Usaha
yang melakukan usaha dan/ atau kegiatan berisiko

mo
rendah atau menengah.
(3) Bagi Pelaku Usaha yang melakukan usaha

-no
dan/atau kegiatan berisiko rendah atau menengah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenai

pu
sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77A
ayat (l ). erp
d-p

34. Ketentuan Pasal 1O6 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
loa

Pasal 106
(1) Pelaku Usaha yang melakukan kegiatan usaha
wn

Perdagangan tidak memenuhi PerLinan Berusaha


di bidang Perdagangan sebagaimana dimaksud
/do

dalam Pasal 24 ayat (l) dipidana dengan pidana


penjara paling lama 4 (empat) tahun atau pidana
/12

denda paling banyak Rp10.O00.000.000,00


22

(sepuluh miliar rupiah).


(2) Dikecualikan dari pengenaan sanksi pidana
20

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap


m/

pelanggaran yang dilakukan oleh Pelaku Usaha


yang melakukan usaha dan/ atau kegiatan berisiko
co

rendah atau menengah.


si.

(3) Bagi Pelaku Usaha yang melakukan usaha


dan/atau kegiatan berisiko rendah atau menengah
ula

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenai


sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 77A
eg

ayat (1).
for

35.
.in

Ketentuan Pasal 109 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ww
//w

Pasal 109. . .
ps:
htt

SK No 160389 A
l
tm
2.h
02
REPUEUK INDONESIA

n-2
-299-

hu
Pasal 1O9

-ta
Produsen atau Importir yang memperdagangkan Barang

r-2
terkait dengan keamanan, keselamatan, kesehatan,
dan/atau lingkungan hidup yang tidak didaftarkan

mo
kepada Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 32 ayat (1) yang mengakibatkan timbulnya

-no
korban/kerusakan terhadap keamanan, keselamatan,
kesehatan, danlatau lingkungan hidup dipidana

pu
dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun
dan f alan pidana denda paling banyak
erp
Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
d-p

36. Ketentuan Pasal 116 diubah sehingga berbunyi sebagai


loa

berikut:
Pasal 116
wn

Setiap Pelaku Usaha yang menyelenggarakan pameran


dagang dengan mengikutsertakan peserta dan/ atau
/do

produk yang dipromosikan berasal dari luar negeri yang


tidak mendapatkan Perizinan Berusaha dari Pemerintah
/12

Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasil 77 ayal (21


dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga)
22

tahun dan/ atau pidana denda paling banyak


/20

Rp5.O00.0OO.000,0O (lima miliar rupiah).


om

Pasal 47
i.c

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun


1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik
s

Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tambahan Lembaran


ula

Negara Republik Indonesia Nomor 3193) diubah sebagai


g

berikut:
ore

Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga berbunyi sebagai


f

1
.in

berikut:
ww

Pasal 13
/w

Pemerintah Pusat mengatur tentang:


s:/

a. penguJHn . ..
p
htt

SK No 160390A
ml
.ht
22
-20
ELIK INDONESIA

un
-300-

tah
a. pengujian dan pemeriksaan Alat Ukur, Alat Takar,
Alat Timbang, dan Alat Perlengkapan;

-
r-2
b. pelaksanaan serta jangka waktu dilakukan tera
dan Tera Ulang; dan

mo
c. tempat dan daerah dilaksanakan tera dan Tera
Ulang Alat Ukur, Alat Takar, Alat Timbang, dan Alat

-no
Perlengkapan untuk jenis tertentu.

pu
2 Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi sebagai
erp
berikut:
d-p
Pasal 17
(1) Setiap pelaku usaha yang membuat dan/atau
loa

memperbaiki Alat Ukur, Alat Takar, Alat Timbang,


dan Alat Perlengkapan wajib memenuhi Perizinan
wn

Berusaha dari Pemerintah Pusat.


(21 Setiap pelaku usaha yang melakukan impor Alat
/do

Ukur, Alat Takar, Alat Timbang, dan Alat


Perlengkapan ke dalam wilayah Republik Indonesia
/12

harus memenuhi Pertzinan Berusaha dari


Pemerintah Pusat.
22
20

3 Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
m/

Pasal 18
co

Ketentuan lebih lanjut mengenai Peitzinan Berusaha


si.

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
ula
eg

4 Ketentuan Pasal 24 diubah sehingga berbunyi sebagai


for

berikut:
Pasal 24
.in

Ketentuan lebih lanjut mengenai barang dalam keadaan


ww

terbungkus sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 dan


Pasal 23 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
//w
ps:

Pasal 48. . .
htt

SK No 160391 A
,(

ml
.ht
22
FRESIDEN

-20
REI'UELIK INDONESIA

un
-30r-

tah
Pasal 48

-
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 33

r-2
Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (kmbaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol4 Nomor 295,

mo
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5604) diubah sebagai berikut:

-no
1 Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai

pu
berikut:
Pasal 1 erp
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
l. Produk adalah barang dan/atau jasa yang terkait
d-p

dengan makanan, minuman, obat, kosmetik,


produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa
loa

genetik, serta barang gunaan yang dipakai,


wn

digunakan, atau dimanfaatkan oleh masyarakat.


2. Produk Halal adalah Produk yang telah
/do

dinyatakan halal sesuai dengan syariat Islam.


3. Proses Produk Halal yang selanjutnya disingkat
PPH adalah rangkaian kegiatan untuk menjamin
/12

kehalalan Produk mencakup penyediaan bahan,


pengolahan, penyimpanan, pengemasan,
22

pendistribusian, penjualan, dan penyajian


20

Produk.
4. Bahan adalah unsur yang digunakan untuk
m/

membuat atau menghasilkan Produk.


5.
co

Jaminan Produk Halal yang selanjutnya disingkat


JPH adalah kepastian hukum terhadap kehalalan
si.

suatu Produk yang dibuktikan dengan Sertifikat


ula

Halal.
6. Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal yang
eg

selanjutnya disingkat BPJPH adalah badan yang


dibentuk oleh Pemerintah untuk
for

menyelenggarakan JPH.
7. Majelis Ulama Indonesia yang selanjutnya
.in

disingkat MUI adalah wadah musyawarah para


ww

ulama, zuama, dan cendekiawan muslim.


8. Lembaga Pemeriksa Halal yang selanjutnya
disingkat LPH adalah lembaga yang melakukan
//w

kegiatan pemeriksaan dan/atau pengujian


terhadap kehalalan Produk.
ps:

9. Auditor Halal adalah orzrng yang memiliki


htt

kemampuan melakukan pemeriksaan kehalalan


Produk.
1O. Sertifrkat . . .

SK No 160392A
ml
t
2.h
02
lI

n-2
-302-

hu
10. Sertifikat Halal adalah pengakuan kehalalan

-ta
suatu Produk yang diterbitkan oleh BPJPH

r-2
berdasarkan fatwa halal tertulis atau penetapan
kehalalan Produk oleh MUI, MUI Provinsi, MUI

mo
Kabupaten/Kota, Majelis Permusyawaratan
Ulama Aceh, atau Komite Fatwa Produk Halal.

-no
11. Label Halal adalah tanda kehalalan suatu Produk.

pu
12. Pelaku Usaha adalah orang perseorangan atau
badan usaha berbentuk badan hukum atau
erp
bukan badan hukum yang menyelenggarakan
kegiatan usaha di wilayah Indonesia.
d-p

13. Penyelia Halal adalah orang yang bertanggung


jawab terhadap PPH.
loa

14. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau


wn

badan hukum.
15. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
/do

urlrsan pemerintahan di bidang agErma.


/12

2 Di antara Pasal 4 dan Pasal 5 disisipkan 1 (satu) pasal,


22

yakni Pasal 4A sehingga berbunyi sebagai berikut:


/20

Pasal 4A
(1) Untuk Pelaku Usaha mikro dan kecil, kewajiban
om

bersertifikat halal sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 4 didasarkan atas pernyataan halal Pelaku
si.c

Usaha mikro dan kecil.


(21 Pernyataan halal Pelaku Usaha mikro dan kecil
ula

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


eg

berdasarkan standar halal yang ditetapkan oleh


BPJPH.
for
.in

3.Ketentuan...
ww
//w
ps:
htt

SK No 160393 A
m l
.ht
22
-20
un
-303-

h
3 Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 5
(1) Pemerintah bertanggung jawab dalam

o
om
menyelenggarakan JPH.
(21 Penyelenggaraan JPH sebagaimana dimaksud

u-n
pada ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri.
(3) Untuk melaksanakan penyelenggaraan JPH
rpp
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dibentuk
BPJPH yang berkedudukan di bawah dan
-pe
bertanggung jawab kepada Menteri.
(4) Dalam hal diperlukan, Menteri dapat melakukan
ad

pengembangan organisasi BPJPH di daerah


nlo

sesuai kebutuhan.
(5) Ketentuan mengenai tugas, fungsi, dan susunan
ow

organisasi BPJPH diatur dalam Peraturan


Presiden.
2/d

4 Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi sebagai


/1

berikut:
22

Pasal 7
/20

(1) Dalam melaksanakan wewenang sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 6, BPJPH bekerja sama
om

dengan:
a. kementerian dan/atau lembaga terkait;
i.c

b. LPH; dan
las

c. MUI, MUI Provinsi, MUI Kabupaten /Kota,,


atau Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh.
u
eg

(21 Selain kerja sama sebagaimana dimaksud pada


ayat (1), BPJPH dapat bekerja sama dengan
for

perguruan tinggi.
.in

5 Ketentuan Pasal 10 diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

berikut:
Pasal l0
/w

(1) Kerja sama BPJPH dengan MUI, MUI Provinsi,


MUI Kabupaten/Kota, atau Majelis
s:/

Permusyawaratan Ulama Aceh sebagaimana


p

dimaksud dalam Pasal7 ayat (l) huruf c


htt

dilakukan dalam hal penetapan kehalalan


Produk.
(2) Penetapan. . .

SK No 160394A
t ml
2.h
02
ITIIIEIItrEIA

n-2
-304-

hu
(21 Penetapan kehalalan Produk sebagaimana

-ta
dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh MUI, MUI
Provinsi, MUI Kabupaten/Kota, dan Majelis

r-2
Permusyawaratan Ulama Aceh dalam bentuk

mo
Keputusan Penetapan Halal Produk.
6. Di antara Pasal 10 dan Pasal 11 disisipkan 1 (satu)

o
u-n
pasal, yakni Pasal 10A sehingga berbunyi sebagai
berikut:

p
Pasal 1OA erp
Kerja sama BPJPH dengan perguruan tinggt
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (21
d-p

dilakukan untuk sosialisasi, edukasi, dan publikasi


Produk Halal.
loa

7 Ketentuan Pasal 11 diubah sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
Pasal 1l
/do

Ketentuan lebih lanjut mengenai kerja sama


/12

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Pasa1 8, Pasal


9, Pasal 10, dan Pasal 10A diatur dalam Peraturan
22

Pemerintah.
20

8 Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
m/

Pasal 13
co

(1) Untuk mendirikan LPH sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 12, harus mengajukan akreditasi
si.

kepada BPJPH dengan memenuhi persyaratan:


la

a. memiliki kantor sendiri dan


gu

perlengkapannya;
ore

b. memiliki Auditor Halal paling sedikit 3 (tiga)


orang; dan
inf

c. memiliki laboratorium atau kesepakatan


kerja sama dengan lembaga lain yang
.
ww

memiliki laboratorium.
(21 Dalam hal LPH sebagaimana dimaksud pada ayat
/w

(1) didirikan oleh masyarakat, LPH harus


diajukan oleh lembaga keagamaan Islam
/
ps:

berbadan hukum dan perguruan tinggi swasta


yang berada di bawah naungan lembaga
htt

keagamaan Islam berbadan hukum atau yayasan


Islam berbadan hukum.
(3) Dalam . . .

SK No 160395 A
\
,(

l
tm
2.h
02
TfrFFIIItrNI
REPUBLIK INDONESIA

-2
un
-305-

ah
(3) Dalam hal suatu daerah tidak terdapat LPH yang
didirikan oleh masyarakat sebagaimana

-t
r-2
dimaksud pada ayat (2), lembaga keagamaan
Islam berbadan hukum dan perguruan tinggi

mo
swasta yang berada di bawah naungan lembaga
keagamaan Islam berbadan hukum atau yayasan

-no
Islam berbadan hukum dapat bekerja sarna
dengan badan usaha milik negara atau Badan

pu
Pengawas Obat dan Makanan.
erp
9 Ketentuan Pasal 14 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p
berikut:
Pasal 14
loa

(1) Auditor Halal sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 13 ayat (1) huruf b diangkat dan
wn

diberhentikan oleh LPH.


(2) Pengangkatan Auditor Halal oleh LPH
/do

sebagaimana dimaksud pada ayat (l) harus


/12

memenuhi persyaratan:
a. warga negara Indonesia;
22

b. beragama Islam;
/20

c. berpendidikan paling rendah sarjana strata 1


(satu) di bidang pmgm, kimia, biokimia,
om

teknik industri, biologi, farmasi, kedokteran,


tata boga, atau pertanian;
i.c

d. memahami dan memiliki wawasan luas


mengenai kehalalan produk menurut syariat
las

Islam; dan
u

e. mendahulukan kepentingan umat di atas


eg

kepentingan pribadi dan I atau golongan.


for

10. Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga berbunyi sebagai


.in

berikut:
ww

Pasal 16
Ketentuan lebih lanjut mengenai LPH dan Auditor
//w

Halal diatur dalam Peraturan Pemerintah.


ps:

1 1. Ketentuan . . .
htt

SK No 160396 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUSLIK INDONESIA

un
-306-

h
11. Ketentuan Pasal 22 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 22
(1) Pelaku Usaha yang tidak memisahkan lokasi,

mo
tempat, dan alat PPH sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2l ayat (1) atau ayat (21 dikenai

-no
sanksi administratif.

pu
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
erp
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
d-p

12. Ketentuan Pasal 25 diubah sehingga berbunyi


loa

sebagai
berikut:
wn

Pasal 25
Pelaku Usaha yang telah memperoleh Sertifikat Halal
/do

wajib:
a. mencantumkan Label Halal terhadap Produk yang
/12

telah mendapat Sertifikat Halal;


22

b. menjaga kehalalan Produk yang telah memperoleh


Sertifikat Halal;
20

c. memisahkan lokasi, tempat dan penyembelihan,


m/

alat pengolahan, penyimpanan, pengemasan,


pendistribusian, penjualan, dan penyajian antara
o

Produk Halal dan tidak halal;


i.c

d. memperbarui Sertifikat Halal jika terdapat


las

perubahan komposisi Bahan dan/ atau PPH; dan


gu

e. melaporkan perubahan komposisi Bahan


dan/atau PPH kepada BPJPH.
e
for

13. Ketentuan Pasal 27 diubah sehingga berbunyi sebagai


.in

berikut:
ww

Pasal 27
(1) Pelaku Usaha yang tidak melakukan kewajiban
//w

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 atau


Pasal 26 ayat (21 dikenai sanksi administratif.
ps:

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,


besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
htt

administratif diatur dalam Peraturan Pemerintah.


14.Ketentuan...

SK No 097225 A
m l
.ht
22
-20
REFUEUK INDONESIA

un
-307-

h
14. Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 28
(1) Penyelia Halal sebagaimana dimaksud dalam

o
om
Pasal24 huruf c bertugas:
a. mengawasi PPH di perusahaan;

u-n
b. menentukan tindakan perbaikan dan
pencegahan;
c. rpp
mengoordinasikan PPH; dan
d. mendampingi Auditor Halal LPH pada saat
-pe
pemeriksaan.
ad

l2l Penyelia Halal harus memenuhi persyaratan:


a. beragama Islam; dan
nlo

b. memiliki wawasan luas dan memahami


ow

syariat tentang kehalalan.


(3) Penyelia Halal ditetapkan oleh pimpinan
2/d

perusahaan dan dilaporkan kepada BPJPH.


(4) Dalam hal kegiatan usaha dilakukan oleh Pelaku
/1

Usaha mikro dan kecil, Penyelia Halal dapat


22

berasal dari organisasi kemasyarakatan


/20

keagamaan Islam.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Penyelia Halal
om

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


i.c

15. Ketentuan Pasal 29 diubah sehingga berbunyi sebagai


las

berikut:
Pasal 29
u
eg

(1) Permohonan Sertifikat Halal diajukan oleh Pelaku


Usaha kepada BPJPH.
for

(21 Permohonan Sertifikat Halal harus dilengkapi


.in

dengan dokumen:
a. data Pelaku Usaha;
ww

b. nama dan jenis Produk;


/w

c. daftar Produk dan Bahan yang digunakan;


dan
s:/

d. pengolahan Produk.
p

(3) Jangka waktu verifikasi permohonan Sertifikat


htt

Halal dilaksanakan paling lama 1 (satu) hari kerja.


(4) Ketentuan . . .

SK No 160398 A
l
tm
2.h
02
EEtrtrIEtrN
FEPUEUI( INOONESIA

n-2
-308-

hu
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara

-ta
pengajuan permohonan Sertilikat Halal diatur

2
dalam Peraturan Pemerintah.

or-
om
16. Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

u-n
Pasal 30
(l) BPJPH menetapkan LPH untuk melakukan
rpp
pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan
Produk berdasarkan perrnohonan Pelaku Usaha.
-pe
(21 Penetapan LPH sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 1
ad

(satu) hari ke{a terhitung sejak dokumen


lo

permohonan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


wn

29 ayat (2) dinyatakan lengkap.


/do

17. Ketentuan Pasal 31 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/12

Pasal 31
(1) Pemeriksaan dan/ atau pengujian kehalalan
22

Produk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3O


20

ayat (1) dilakukan oleh Auditor Halal paling lama


m/

15 (lima belas) hari kerja.


(21 Pemeriksaan terhadap Produk dilakukan di lokasi
.co

usaha pada saat proses produksi.


(3) Dalam hal pemeriksaan Produk sebagaimana
i
las

dimaksud pada ayat (1) terdapat Bahan yang


diragukan kehalalannya, dapat dilakukan
gu

pengujian di laboratorium.
ore

l4l Dalam hal pemeriksaan Produk sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) memerlukan tambahan
f

waktu pemeriksaan, LPH dapat mengajukan


.in

perpanjangan waktu kepada BPJPH.


ww

(5) Dalam pelaksanaan pemeriksaan di lokasi usaha


sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pelaku
//w

Usaha wajib memberikan informasi kepada


Auditor Halal.
ps:

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara


pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan
htt

Produk diatur dalam Peraturan Pemerintah.


18. Ketentuan . . .

SK No 160399A
m l
.ht
22
-20
un
-309-

h
18. Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 32
LPH menyerahkan hasil pemeriksaan dan/atau

o
pengujian kehalalan Produk kepada MUI, MUI

om
Provinsi, MUI Kabupaten / Kota, atau Majelis

u-n
Permusyawaratan Ulama Aceh dengan tembusan yang
dikirimkan kepada BPJPH, melalui sistem elektronik
rpp
terintegrasi. -pe
19. Ketentuan Pasal 33 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
ad

Pasal 33
nlo

(1) Penetapan kehalalan Produk dilakukan oleh MUI,


MUI Provinsi, MUI Kabupate n /Kota, atau Majelis
ow

Permusyawaratan Ulama Aceh.


(21 Penetapan kehalalan Produk sebagaimana
2/d

dimaksud pada ayat (l) dilakukan dalam Sidang


Fatwa Halal.
/1

(3) Sidang Fatwa Halal MUI, MUI Provinsi, MUI


22

Kabupaten/Kota, atau Majelis Permusyawaratan


/20

Ulama Aceh sebagaimana dimaksud pada ayat (21


memutuskan kehalalan Produk paling lama 3
om

(tiga) hari kerja sejak MUI, MUI Provinsi, MUI


Kabupaten/ Kota, atau Majelis Permusyawaratan
i.c

Ulama Aceh menerima hasil pemeriksaan


dan/atau pengujian Produk dari LPH.
las

(41 Penetapan kehalalan Produk sebagaimana


u

dimaksud pada ayat (2) disampaikan oleh MUI,


eg

MUI Provinsi, MUI Kabupaten/ Kota, atau Majelis


Permusyawaratan Ulama Aceh kepada BPJPH
for

sebagai dasar penerbitan Sertifikat Halal.


.in

(5) Dalam hal batas waktu sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) terlampaui, penetapan kehalalan
ww

Produk dilakukan oleh Komite Fatwa Produk


Halal, berdasarkan ketentuan Fatwa Halal.
/w
s:/

(6) Penetapan . . .
p
htt

SK No 160400A
l
tm
2.h
02
FITESIDEN
REPUBUK INOONESIA,

n-2
-310-

hu
(6) Penetapan kehalalan Produk sebagaimana

-ta
dimaksud pada ayat (5) dilakukan paling lama 2

r-2
(dua) hari kerja.
(71 Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan

mo
kehalalan Produk sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

-no
20. Di antara Pasal 33 dan Pasal 34 disisipkan 2 (dua)

pu
pasal, yakni Pasal 33A dan Pasal 33B sehingga
erp
berbunyi sebagai berikut:
Pasal 33A
d-p

(1) Dalam hal permohonan sertifikasi halal dilakukan


oleh Pelaku Usaha mikro dan kecil melalui
loa

pernyataan halal, penetapan kehalalan Produk


dilakukan oleh Komite Fatwa Produk Halal
wn

berdasarkan ketentuan Fatwa Halal.


/do

(21 Penetapan kehalalan Produk oleh Komite Fatwa


Produk Halal sebagaimana dimaksud pada ayat
/12

(1) dilakukan paling lama I (satu) hari kerja sejak


diterimanya hasil pendampingan PPH.
22

(3) Pendampingan PPH sebagaimana dimaksud pada


ayal (2) diselesaikan paling lama l0 (sepuluh) hari
/20

kerja sejak permohonan sertifikasi halal


disampaikan Pelaku Usaha mikro dan kecil
om

sebagaimana dimaksud pada ayat (1).


i.c

l4l Berdasarkan penetapan kehalalan Produk


sebagaimana dimaksud pada ayat (2), BPJPH
s
ula

menerbitkan Sertifikat Halal.


(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan
g

kehalalan Produk sebagaimana dimaksud pada


ore

ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.


f
.in

Pasal 33B
(1) Komite Fatwa Produk Halal dibentuk dan
ww

bertanggung jawab kepada Menteri.


l2l Komite Fatwa Produk Halal terdiri atas unsur:
/w

a ulama; dan
s:/

h akademisi.
p
htt

21. Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 35...

SK No 160401 A
l
tm
2.h
02
trlf+{f.rl{Il
REPI.IEUK INDONESIA

n-2
-311-

hu
Pasal 35

-ta
Sertifikat Halal sebagaimana dimaksud dalam Pasal

r-2
33A ayat (4) dan Pasal 34 ayat (1) diterbitkan oleh
BPJPH paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak

mo
penetapan kehalalan Produk diterima oleh BPJPH.

-no
22. Di antara Pasal 35 dan Pasal 36 disisipkan I (satu)
pasal, yakni Pasal 35A sehingga berbunyi sebagai

pu
berikut:
Pasal 35A erp
Apabila LPH tidak dapat memenuhi batas waktu yang
telah ditetapkan dalam proses sertifikasi halal, LPH
d-p

tersebut akan dievaluasi dan/ atau dikenai sanksi


administratif.
loa

23. Ketentuan Pasal 4O diubah sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
Pasal 40
/do

Ketentuan lebih lanjut mengenai Label Halal diatur


dalam Peraturan Pemerintah.
/12

24. Ketentuan Pasal 41 diubah sehingga berbunyi sebagai


22

berikut:
/20

Pasal 41
(1) Pelaku Usaha yang mencantumkan Label Halal
om

tidak sesuai dengan ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 38 atau Pasal 39 dikenai
i.c

sanksi administratif.
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
s

pengenaan sanksi administratif sebagaimana


ula

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan


g

Pemerintah.
ore

25. Ketentuan Pasal 42 diubah sehingga berbunyi sebagai


f

berikut:
.in

Pasal 42
(l) Sertifikat Halal berlaku sejak diterbitkan oleh
ww

BPJPH dan tetap berlaku sepanjang tidak


terdapat perubahan komposisi Bahan dan/atau
/w

PPH.
s:/

(21 Dalam hal terdapat perubahan komposisi Bahan


dan/atau PPH, Pelaku Usaha wajib memperbarui
p

Sertifikat Halal.
htt

(3) Ketentuan. . .

SK No 160402A
m l
.ht
22
-20
it

un
-3t2-

h
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembaruan

-ta
Sertilikat Halal sebagaimana dimaksud pada ayat

r-2
(2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

o
26. Ketentuan Pasal 44 diubah sehingga berbunyi sebagai

om
berikut:
Pasal 44

u-n
(l) Biaya sertifikasi halal dibebankan kepada Pelaku
Usaha yang mengajukan permohonan sertifikasi
halal. rpp
Dalam hal permohonan sertifikasi halal
-pe
(21
sebagaimana dimalsud pada ayat (1) diajukan
ad

oleh Pelaku Usaha mikro dan kecil melalui


pernyataan halal, tidak dikenai biaya.
nlo

27. Ketentuan Pasal 48 diubah sehingga berbunyi sebagai


ow

berikut:
2/d

Pasal 48
(1) Pelaku Usaha yang tidak melakukan registrasi
/1

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 ayat (31


22

dikenai sanksi administratif.


(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
/20

pengenaan sanksi administratif sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
om

Pemerintah.
i.c

28. Ketentuan Pasal 50 diubah sehingga berbunyi sebagai


las

berikut:
u

Pasal 50
eg

Pengawasan JPH dilakukan terhadap:


for

d LPH;
b. kehalalan Produk;
.in

c. pencantuman Label Halal;


ww

d. pencantuman keterangan tidak Halal;


e. pemisahan lokasi, tempat dan alat
/w

penyembelihan, pengolahan, penyimpanan,


s:/

pengemasan, pendistribusian, penjualan, serta


penyajian antara Produk Halal dan tidak Halal;
p

f.
htt

keberadaan Penyelia Halal; dan/atau


g. kegiatan lain yang berkaitan dengan JPH.
29. Di antara. . .

SK No 160403 A
l
tm
2.h
02
n-2
-313-

hu
29. Di antara BAB VII dan BAB VIII disisipkan 2 (dua) bab

-ta
dan 2 (dua) pasal, yakni BAB VIIA dan BAB VIIB serta

r-2
Pasal 52A dan Pasal 52B sehingga berbunyi sebagai
berikut:

mo
BAB VIIA

-no
LAYANAN PENYELENGGARAAN JAMINAN PRODUK HALAL
BERBASIS ELEKTRONIK

pu
Pasal 52A erp
(1) Layanan penyelenggaraan JPH wajib
menggunakan sistem elektronik terintegrasi.
d-p

(21 Sistem elektronik terintegrasi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) menghubungkan proses
loa

layanan sertifikasi halal yang dilakukan oleh:


a BPJPH;
wn

b LPH;
c. MUI, MUI Provinsi, MUI Kabupaten/ Kota,
/do

dan Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh;


d Komite Fatwa Produk Halal; dan
/12

e. pendamping PPH.
(3) Sistem elektronik terintegrasi sebagaimana
22

dimaksud pada ayat (1) juga digunakan untuk


mendukung layanan lainnya
/20

terkait
penyele nggaraan JPH.
(41 Sistem elektronik terintegrasi
om

sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikelola oleh BPJPH.
i.c

BAB VIIB
s

SUMBER PENDANAAN
ula

Pasal 52B
g

Pendanaan pelaksanaan Undang-Undang ini


ore

bersumber dari:
a anggaran pendapatan dan belanja negara;
f
.in

b anggaran pendapatan dan belanja daerah;


dan/atau
ww

c sumber lainnya yang sah dan tidak mengikat


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
/w

undangan.
s:/

30. Ketentuan Pasal 53 diubah sehingga berbunyi sebagai


p

berikut:
htt

Pasal 53. . .

SK No 160404A
l
tm
2.h
02
FIIESIDEN
REPTIEUK INDONESIA

n-2
-3t4-

hu
Pasal 53

-ta
(1) Masyarakat dapat berperan serta dalam

r-2
penyelenggaraan JPH.
(2t Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud

mo
pada ayat (1) dapat berupa:
a. sosialisasi dan edukasi mengenai JPH;

-no
b. pendampingan dalam PPH;
c. publikasi bahwa Produk berada dalam

pu
pendampingan; dan
d. pengawasan Produk Halal yang beredar.
erp
(3) Peran serta masyarakat berupa pengawasan
Produk Halal yang beredar sebagaimana
d-p

dimaksud pada ayat (2) huruf d berbentuk


pengaduan atau pelaporan ke BPJPH.
loa

31. Ketentuan Pasal 55 diubah sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
Pasal 55
/do

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara peran serta


masyarakat dan pemberian penghargaan diatur dalam
/12

Peraturan Pemerintah.
32. Di antara Pasal 63 dan Pasal 64 disisipkan 3 (tiga)
22

pasal, yakni Pasal 63A, Pasal 638, dan Pasal 63C


/20

sehingga berbunyi sebagai berikut:


om

Pasal 63A
Pelaksanaan layanan penyelenggaraan JPH
i.c

menggunakan sistem elektronik terintegrasi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52A dibangun
las

secara bertahap paling lambat 1 (satu) tahun sejak


gu

Undang-Undang ini diundangkan.


ore

Pasal 638
Sertifikat Halal yang telah diterbitkan oleh BPJPH
f

sebelum Undang-Undang ini berlaku dinyatakan tetap


.in

berlaku sepanjang tidak terdapat perubahan komposisi


Bahan dan/atau PPH.
ww

Pasal 63C
//w

(1) Komite Fatwa Produk Halal sudah harus dibentuk


paling lambat I (satu) tahun sejak Undang-
ps:

Undang ini diundangkan.


l2l Pemerintah menjalankan tugas Komite Fatwa
htt

Produk Halal sampai dengan terbentuknya


Komite Fatwa Produk Halal.
Paragraf 9 . . .

SK No 160405 A
m l
.ht
22
-20
REFUE|JK INDONESIA

un
-315-

h
Paragraf 9

-ta
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

r-2
Pasal 49

o
Untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat terutama

om
Pelaku Usaha dalam mendapatkan Peizinan Berusaha dan
kemudahan persyaratan investasi dari sektor pekerjaan

u-n
umum dan perumahan ralgrat, Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang ini mengubah, menghapus, atau

rpp
menetapkan pengaturan baru beberapa ketentuan yang
diatur dalam:
a. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 20ll tentang
-pe
Perumahan dan Kawasan Permukiman (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,
ad

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor


nlo

5188);
b. Undang-Undang Nomor 2O Tahun 2011 tentang Rumah
ow

Susun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun


2011 Nomor 108, Tambahan kmbaran Negara Republik
2/d

Indonesia Nomor 5252);


c. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2Ol7 tentang Jasa
/1

Konstruksi (kmbaran Negara Republik Indonesia


22

Tahun 2017 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 6018); dan
/20

d. Undang-Undahg Nomor 17 Tahun 2019 tentang Sumber


Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
om

2019 Nomor l9O, Tambahan kmbaran Negara Republik


Indonesia Nomor 6405).
i.c

Pasal 50
las

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun


20ll tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman
u
eg

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol1 Nomor 7,


Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
for

5188) diubah sebagai berikut:


.in

1 Ketentuan Pasal 26 diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

berikut:
Pasal 26
(1) Hasil perencanaan dan perancangan Rumah harus
/w

memenuhi standar.
s:/

(21 Standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
p
htt

2 Ketentuan Pasal 29 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut: Pasar 29 . . .

SK No 160406A
lm
.ht
22
-20
REFUEUK INDONESIA

un
-316-

h
Pasal 29

-ta
(1) Perencanaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas

r-2
Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
harus memenuhi standar.

o
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar

om
sebagaimana dimal<sud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

u-n
3 Ketentuan Pasal 33 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 33 rpp
(1)
-pe
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib
memberikan kemudahan Perizinan Berusaha bagi
Badan Hukum yang mengajukan rencana
ad

pembangunan Perumahan untuk MBR.


nlo

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kemudahan


Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada
ow

ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.


2/d

4 Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/1

Pasal 35
22

Pembangunan Perumahan skala besar dengan hunian


berimbang meliputi Rumah sederhana, Rumah
/20

menengah, dan Rumah mewah.


om

5 Ketentuan Pasal 36 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
i.c

Pasal 36
(1) Dalam hal pembangunan Perumahan dengan
las

hunian berimbang tidak dalam I (satu) hamparan,


pembangunan Rumah Umum harus dilaksanakan
u
eg

dalam 1 (satu) daerah kabupaten/kota.


(21 Dalam hal Rumah sederhana tidak dapat dibangun
for

dalam bentuk Rumah tunggal atau Rumah deret,


dapat dikonversi dalam:
.in

a. bentuk Rumah susun umum yang dibangun


ww

dalam satu hamparan yang sama; atau


b. bentuk dana untuk pembangunan Rumah
Umum.
/w

(3) Pengelolaan dana dari konversi sebagaimana


s:/

dimaksud pada ayat (2) huruf b dilaksanakan oleh


badan percepatan penyelenggaraan Perumahan.
p

(4) Pembangunan Rumah Umum


htt

sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus mempunyai akses
menuju pusat pelayanan atau tempat kerja.
(5) Pembangunan . . .

SK No 160407A
l
tm
2.h
02
REFUEUK INDONESIA

n-2
-3t7-

hu
(5) Pembangunan Perumahan dengan hunian

-ta
berimbang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

r-2
dilakukan oleh Badan Hukum yang sama.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembangunan

mo
Perumahan dengan hunian berimbang diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

-no
6 Ketentuan Pasal 40 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

pu
Pasal 4O
(1) Dalam melaksanakan tanggung
erp jawab
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (1),
Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah
d-p

menugasi dan/ atau membentuk lembaga atau


badan yang menangani pembangunan Perumahan
loa

dan Permukiman sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
wn

(21 kmbaga atau badan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) bertanggung jawab:
/do

a. menyediakan tanah bagi Perumahan; dan


b. melakukan koordinasi dalam proses perizinan
/12

dan pemastian kelayakan hunian.


22

7 Ketentuan Pasal 42 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
20

PasaT 42
(1)
m/

Rumah tunggal, Rumah deret, dan/ atau Rumah


susun yang masih dalam tahap pembangunan
co

dapat dipasarkan melalui sistem perjanjian


pendahuluan jual beli sesuai dengan ketentuan
si.

peraturan perundang-undangan.
ula

(21 Perjanjian pendahuluan jual beli sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan setelah
eg

memenuhi persyaratan kepastian atas:


a. status pemilikan tanah;
for

b. hal yang diperjanjikan;


c. Persetujuan Bangunan Gedung;
.in

d. ketersediaan Prasarana, Sarana, dan Utilitas


ww

Umum; dan
e. keterbangunan Perumahan paling sedikit 20%
/w

(dua puluh persen).


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem perjanjian
s:/

pendahuluan jual beli sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dan keterbangunan Perumahan
p
htt

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e diatur


dalam Peraturan Pemerintah.
8. Ketentuan . . .

SK No 160408 A
m l
.ht
22
-20
REPUBUK TNDONESIA

un
-318-

h
8 Ketentuan Pasal 53 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 53
(1) Pengendalian Perumahan dilakukan mulai dari

o
om
tahap:
a. perencanaan;

u-n
b. pembangunan; dan
c. pemanfaatan.
(21 rpp
Pengendalian Perumahan sebagaimana dimaksud
-pe
pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat
dan/ atau Pemerintah Daerah sesuai dengan
norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ad

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dalam bentuk:


nlo

a. Perizinan Berusaha atau persetujuan;


b.
ow

penertiban;dan/atau
c. penataan.
2/d

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalian


Perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
/1

dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.


22
/20

9 Ketentuan Pasal 55 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
om

Pasal 55
(1) Orang perseorangan yang memiliki Rumah Umum
i.c

dengan kemudahan yang diberikan Pemerintah


las

Pusat atau Pemerintah Daerah hanya dapat


menyewakan dan/atau mengalihkan
u

kepemilikannya atas Rumah kepada pihak lain


eg

dalam hal:
for

a. pewarisan; atau
b. penghunian setelah jangka waktu paling
.in

sedikit 5 (lima) tahun.


ww
/w

(2) Dalam . . .
s:/
p
htt

SK No 160409A
l
tm
2.h
02
rlirilf:IrIXTIf.ITIf+ln

n-2
-319-

hu
(21 Dalam hal dilakukan pengalihan kepemilikan

-ta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,

r-2
pengalihannya wajib dilaksanakan oleh lembaga
yang ditunjuk atau dibentuk oleh Pemerintah

mo
Pusat atau Pemerintah Daerah dalam bidang
Perumahan dan Permukiman.

-no
(3) Jika pemilik meninggalkan Rumah secara terus-
menerus dalam waktu paling lama 1 (satu) tahun

pu
tanpa memenuhi kewajiban berdasarkan
perjanjian, Pemerintah Pusat atau Pemerintah
erp
Daerah berwenang mengambil alih kepemilikan
d-p
Rumah tersebut.
(41 Rumah yang telah diambil alih oleh Pemerintah
loa

Pusat atau Pemerintah Daerah sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) wajib didistribusikan
wn

kembali kepada MBR.


(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai penunjukan dan
/do

pembentukan lembaga sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.
/12

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kemudahan


dan/ atau bantuan pembangunan dan perolehan
22

Rumah bagr MBR diatur dalam Peraturan


/20

Pemerintah.
om

10. Ketentuan Pasal 107 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
i.c

Pasal 107
las

(1) Tanah yang langsung dikuasai negara


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 huruf a
gu

yang digunakan untuk pembangunan Rumah,


ore

Perumahan, dan/atau Kawasan Permukiman


diserahkan melalui pemberian hak atas tanah
f

kepada Setiap Orang yang melakukan


.in

pembangunan Rumah, Perumahan, dan Kawasan


ww

Permukiman.
(21 Pemberian hak atas tanah sebagaimana dimaksud
//w

pada ayat (1) didasarkan pada penetapan lokasi


atau konfirmasi, persetql'uan, atau rekomendasi
ps:

kesesuaian kegiatan pemanfaatan nrang.


htt

(3) Dalam . . .

SK No 160410A
l
tm
2.h
02
s

n-2
-320-

hu
(3) Dalam hal tanah yang langsung dikuasai negara

-ta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdapat

r-2
garapan masyarakat, hak atas tanah diberikan
setelah pelaku pembangunan Perumahan dan

mo
Permukiman selaku pemohon hak atas tanah
menyelesaikan ganti rugi atas seluruh garapan

-no
masyarakat berdasarkan kesepakatan.
(41 Dalam hal tidak ada kesepakatan tentang ganti

pu
rugi sebagaimana dimaksud pada ayat (3),
penyelesaiannya dilaksanakan sesuai dengan
erp
ketentuan peraturan perundang-undangan.
d-p

11. Ketentuan Pasal 109 diubah sehingga berbunyi sebagai


loa

berikut:
Pasal 109
wn

(1) Konsolidasi Tanah sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 106 huruf b dapat dilaksanakan bagi
/do

pembangunan Rumah tunggal, Rumah deret, atau


/12

Rumah susun.
(21 Penetapan lokasi Konsolidasi Tanah dilakukan oleh
22

bupati/wali kota.
(3) Khusus untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota
/20

Jakarta, penetapan lokasi Konsolidasi Tanah


ditetapkan oleh gubernur.
om

(41 Lokasi Konsolidasi Tanah yang sudah ditetapkan


i.c

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)


tidak memerlukan konfirmasi, persetujuan, atau
s
ula

rekomendasi kesesuaian kegiatan pemanfaatan


ruang.
g
ore

12. Ketentuan Pasal 114 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
f
.in
ww

Pasal 114.. .
/w
ps:/
htt

SK No 160411A
l
tm
2.h
02
REI'UEUK INDONESIA

n-2
-321 -

hu
Pasal 114

-ta
(l) Peralihan atau pelepasan hak atas tanah

r-2
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 huruf c
dilakukan setelah Badan Hukum memperoleh

mo
konfirmasi, persetujuan, atau rekomendasi
kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang.

-no
(21 Peralihan hak atas tanah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dibuat di hadapan pejabat pembuat

pu
akta tanah setelah tercapai kesepakatan bersama.
(3)
erp
Pelepasan hak atas tanah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan di hadapan pejabat yang
d-p

berwenang.
(41 Peralihan hak atas tanah atau pelepasan hak atas
loa

tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan


ayat (3) wajib didaftarkan pada kantor pertanahan
wn

kabupaten/kota sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
/do
/12

13. Di antara BAB IX dan BAB X disisipkan 1 (satu) bab,


yakni BAB IXA dan di antara Pasal I 17 dan Pasal 118
22

disisipkan 2 (dua) pasal, yakni Pasal 117A dan Pasal


1178 sehingga berbunyi sebagai berikut:
/20
om

BAB IXA
BADAN PERCEPATAN PENYELENGGARAAN PERUMAHAN
i.c
las

Pasal 117A
(1) Untuk
gu

mewujudkan penyediaan Rumah Umum


yang layak dan terjangkau bagi MBR, Pemerintah
ore

Pusat membentuk badan percepatan


penyelenggaraan Perumahan.
f
.in

(21 Pembentukan badan percepatan penyelenggaraan


Perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ww

bertqiuan untuk:
a. mempercepat penyediaan Rumah Umum;
//w

b. menjamin bahwa Rumah Umum hanya


dimiliki dan dihuni oleh MBR;
ps:

c. menjamin tercapainya asas manfaat Rumah


htt

Umum; dan

d.melalsanakan...

SK No 160412A
tml
2.h
02
HItrSIEtrN
llffNTalatll:trIftr

n-2
rFErrT:

-322-

hu
d. melaksanakan berbagai kebijakan di bidang

-ta
Rumah Umum dan Rumah Khusus.

r-2
(3) Badan percepatan penyelenggaraan Perumahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai

mo
fungsi mempercepat Penyelenggaraan Perumahan
dan Kawasan Permukiman.

o
u-n
(41 Untuk melaksanakan fungsi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), badan percepatan

p
penyelenggaraan Perumahan bertugas:
erp
a. melakukan upaya percepatan pembangunan
Perumahan;
d-p

b. melaksanakan pengelolaan dana konversi dan


pembangunan Rumah sederhana serta
loa

Rumah susun umum;


c. melakukan koordinasi dalam proses perinnan
wn

dan pemastian kelayakan hunian;


/do

d. melaksanakan penyediaan tanah bagi


Perumahan;
/12

e. melaksanakan pengelolaan Rumah susun


umum dan Rumah susun khusus serta
22

memfasilitasi penghunian, pengalihan, dan


20

pemanfaatan;
f. melaksanakan pengalihan kepemilikan
m/

Rumah Umum dengan kemudahan yang


co

diberikan oleh pemerintah;


koordinasi operasional
si.

b.
lintas sektor, termasuk dalam penyediaan
la

Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum; dan


gu

h. melakukan pengembangan hubungan kerja


sama di bidang Rumah susun dengan
ore

berbagai instansi di dalam dan di luar negeri.


inf

l17B
Pasa1
.
ww

(l) Badan percepatan penyelenggaraan Perumahan


sebagaimana dimaksud dalam Pasa-l 117A terdiri
/w

atas:
a.
/

unsur pembina;
ps:

b. unsur pelaksana; dan


htt

c. unsur .

SK No 160413 A
m l
.ht
22
-20
REPUEUK INDONESIA

un
-323-

h
c.

-ta
unsur pengawas.
(21 Unsur pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat

r-2
(1) huruf c berjumlah 5 (lima) orang yang proses
seleksi dan pemilihannya dilakukan oleh Dewan

o
om
Perwakilan Rakyat.
(3) Pembentukan badan percepatan penyelenggaraan

u-n
Perumahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan dengan Peraturan Presiden.
rpp
(41 Unsur pembina, unsur pelaksana, dan unsur
pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
-pe
ditetapkan dengan Keputusan Presiden.
ad

14. Ketentuan Pasal 134 diubah sehingga berbunyi sebagai


nlo

berikut:
ow

Pasal 134
2/d

Setiap Orang dilarang menyelenggarakan pembangunan


Perumahan yang tidak sesuai dengan kriteria,
/1

spesifikasi, persyaratan, Prasarana, Sarana, dan Utilitas


22

Umum yang diperjanjikan.


/20

15. Ketentuan Pasal fSO diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
om
i.c

Pasal 150
(1)
las

Setiap Orang yang menyelenggarakan Perumahan


dan Kawasan Permukiman yang tidak memenuhi
u

ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26


eg

ayat (1), Pasal 29 ayat (1), Pasal 30 ayat (2), Pasal


for

34 ayat (1) atau ayat(21, Pasal 36 ayat (1), ayat(21


atau ayat (4), Pasal 38 ayat (4), Pasal 45, Pasal 47
.in

ayat (21, ayat (3), atam ayat (4), Pasal 49 ayat (21,
Pasal 63, Pasal 71 ayat (1), Pasal 126 ayat (2), Pasal
ww

134, Pasal 135, Pasal 136, Pasal 137, Pasal 138,


Pasal 139, Pasal 14O, Pasal 141, Pasal 142, Pasal
/w

143, Pasal 144, Pasal 145, atau Pasal 146 ayat (1)
dikenai sanksi administratif.
s:/
p
htt

(2) Sanksi . . .

SK No 160415A
m l
.ht
22
-20
REPUBUK INDONESIA

un
-324-

h
-ta
(21 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada

r-2
ayat (1) dapat berupa:
a. peringatantertulis;

o
om
b. pembatasankegiatanpembangunan;
c. penghentian sementara atau tetap pada

u-n
pekerjaan pelaksanaan pembangunan;
d. penghentian sementara atau penghentian
rpp
tetap pada pengelolaan Perumahan;
e. penguasaan sementara oleh pemerintah
-pe
(disegel);
ad

f. kewajiban membongkar sendiri bangunan


dalam jangka waktu tertentu;
nlo

g. membangun kembali Perumahan sesuai


ow

dengan kriteria, spesifikasi, persyaratan,


Prasarana, Sarana, dan Utilitas Umum yang
2/d

diperjanjikan, dan standar;


h. pembatasan kegiatan usaha;
/1

i. pembekuan Persetujuan Bangunan Gedung;


22

j. pencabutan Persetujuan Bangunan Gedung;


/20

k. pembekuan/pencabutan surat bukti


kepemilikan Rumah;
om

l. perintah pembongkaran bangunan Rumah;


m.
i.c

pembekuan Perizinan Berusaha;


n. pencabutan Perizinan Berusaha;
las

o. pengawasan;
u

p. pembatalan Perizinan Berusaha;


eg

q. kewajiban pemulihan fungsi lahan dalam


for

jangka waktu tertentu;


r.
.in

pencabutaninsentif;
s. pengenaan denda administratif; dan/atanu
ww

t. penutupan lokasi.
/w
s:/

(3) Ketentuan . .
p

.
htt

SK No l60416A
m l
.ht
22
EkllFIEtrNl

-20
REPUBL|K INDONESIA

un
-325-

h
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,

-ta
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi

r-2
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (21
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

o
om
16. Ketentuan Pasal 151 diubah sehingga berbunyi sebagai

u-n
berikut:
Pasal 151
rpp
Setiap Orang yang menyelenggarakan pembangunan
Perumahan yang membangun Perumahan tidak sesuai
-pe
dengan kriteria, spesifikasi, persyaratan, Prasarana,
Sarana, dan Utilitas Umum yang diperjanjikan
ad

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134 yang


mengakibatkan timbulnya korban/kerusakan terhadap
nlo

kesehatan, keselamatan dan/ atau lingkungan dipidana


dengan pidana denda paling banyak
ow

Rp5.O00.O0O.0OO,0O (lima miliar rupiah).


2/d

17. Ketentuan Pasal 153 diubah sehingga berbunyi sebagai


/1

berikut:
22

Pasal 153
/20

(1) Setiap Orang yang menyelenggarakan Lingkungan


Hunian atau Kasiba yang tidak memisahkan
om

Lingkungan Hunian atau Kasiba menjadi satuan


lingkungan Perumahan atau Lisiba sebagaimana
i.c

dimaksud dalam Pasal 136 dikenai sanksi


administratif.
las

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara


u

pengenaan sanksi administratif diatur dalam


eg

Peraturan Pemerintah.
for
.in

Pasal 51 ...
ww
/w
s:/
p
htt

SK No 160417A
ml
.ht
22
trlrl:FITrliN

-20
K INDONESIA

un
326 -

ah
Pasal 51

2-t
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2Ol1 tentang Rumah Susun (Lembaran Negara

or-
Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 108, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5252) diubah

om
sebagai berikut:

u-n
1 Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga berbunyi sebagai

p
berikut: erp
Pasal 16
(1) Pembangunan Rumah Susun
d-p
Komersial
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2)
loa

dapat dilaksanakan oleh Setiap Orang.


(21 Pelaku Pembangunan Rumah Susun Komersial
wn

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib


menyediakan Rumah Susun Umum paling sedikit
/do

2Oo/o (dua puluh persen) dari total luas lantai


Rumah Susun Komersial yang dibangun.
/12

(3) Dalam hal pembangunan Rumah Susun Umum


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak dalam
22

1 (satu) lokasi kawasan Rumah Susun Komersial,


pembangunan Rumah Susun Umum dapat
20

dilaksanakan dalam 1 (satu) daerah


m/

kabupaten/ kota yang sama.


(41
co

Kewajiban menyediakan Rumah Susun Umum


paling sedikit 20% (dua puluh persen) sebagaimana
si.

dimaksud pada ayat (2) dapat dikonversi dalam


ula

bentuk dana untuk pembangunan Rumah Susun


Umum.
reg

(5) Pengelolaan dana sebagaimana dimaksud pada


ayat (4) dilaksanakan oleh badan percepatan
o

penyelenggaraan perumahan.
inf

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban


.

menyediakan Rumah Susun Umum sebagaimana


ww

dimaksud pada ayat (21, ayat (3), dan ayat (4) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
//w
ps:

2. Ketentuan . . .
htt

SK No 160418 A
l
m
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBUK INDONESIA

un
-327 -

h
2 Ketentuan Pasal 24 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 24
(1) Standar pembangunan Rumah Susun meliputi:

o
om
a. persyaratanadministratif;
b. persyaratan teknis; dan

u-n
c. persyaratanekologis.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar
rpp
pembangunan Rumah Susun sebagaimana
dimaksud pada ayat (l) diatur dalam Peraturan
-pe
Pemerintah.
ad
nlo

3 Ketentuan Pasal 26 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ow

Pasal 26
(1) Pemisahan Rumah Susun sebagaimana dimaksud
2/d

dalam Pasal 25 ayal (1) wajib dituangkan dalam


bentuk gambar dan uraian.
/1

(21 Gambar dan uraian sebagaimana dimaksud pada


22

ayat (1) dibuat sebelum pelaksanaan


/20

pembangunan Rumah Susun.


(3) Gambar dan uraian sebagaimana dimaksud pada
om

ayat (21 dituangkan dalam bentuk akta pemisahan


yang disahkan oleh bupati/wali kota sesuai dengan
i.c

norma, standar, prosedur, dan kriteria yang


ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
las

(4) Khusus untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota


u

Jalarta, akta pemisahan sebagaimana dimaksud


eg

pada ayat (3) disahkan oleh gubernur sesuai


for

dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria


yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
.in
ww

4 Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/w
s:/

Pasal 28...
p
htt

SK No 160419A
t ml
2.h
02
PRESIDEI{
NEPUEUK INDONESIA

n-2
-328-

hu
-ta
Pasal 28
Dalam melakukan pembangunan Rumah Susun,

r-2
Pelaku Pembangunan harus memenuhi ketentuan
administratif yang meliputi :

mo
a. status hak atas tanah; dan

-no
b. Persetujuan Bangunan Gedung.

pu
5 Ketentuan Pasal 29 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut: erp
Pasal 29
d-p

(1) Pelaku Pembangunan harus membangun Rumah


Susun dan lingkungannya sesuai dengan rencana
loa

fungsi dan pemanfaatan.


(21 Rencana fungsi dan pemanfaatan sebagaimana
wn

dimaksud pada ayat (l) harus mendapatkan


Perizinan Berusaha dari bupati/wali kota sesuai
/do

dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria


/12

yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


(3) Khusus untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota
22

Jakarta, rencana fungsi dan pemanfaatan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
/20

mendapatkan Perizinan Berusaha dari gubernur


sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan
om

kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai rencana fungsi
si.c

dan pemanfaatan pembangunan Rumah Susun


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
ula
eg

6 Pasal 30 dihapus.
for

7 Ketentuan Pasal 31 diubah sehingga berbunyi sebagai


.in

berikut:
ww
//w

Pasal 31 ...
ps:
htt

SK No 160420A
\
i

ml
.ht
22
FRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-329-

ah
Pasal 31

2-t
(1) Pengubahan rencana fungsi dan
pemanfaatan
Rumah Susun sebagaimana dimaksud dalam Pasal

or-
29 ayat (2) harus memenuhi Perizinan Berusaha
dari bupati/wali kota sesuai dengan nonna,

om
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan
oleh Pemerintah Pusat.

-n
(21 Khusus untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota

pu
Jakarta, pengubahan rencana fungsi dan
erp
pemanfaatan Rumah Susun sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi Perizinart
d-p

Berusaha dari gubernur sesuai dengan norma,


standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan
loa

oleh Pemerintah Pusat.


(3) Pengubahan rencana fungsi dan pemanfaatan
wn

Rumah Susun sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) tidak mengurangi fungsi Bagian Bersama,
/do

Benda Bersama, dan fungsi hunian.


/12

8 Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagai


22

berikut:
Pasal 32
/20

Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan Berusaha


terkait rencana fungsi dan pemanfaatan
om

serta
pengubahannya diatur dalam Peraturan Pemerintah.
i.c

9.
las

Pasal 33 dihapus.
u

10. Ketentuan Pasal 39 diubah sehingga berbunyi sebagai


eg

berikut:
for

Pasal 39
(1) Pelaku Pembangunan wajib mengajukan
.in

perrnohonan sertifikat laik fungsi kepada


ww

bupati/wali kota setelah menyelesaikan seluruh


atau sebagian pembangunan Rumah Susun
//w

sepanjang tidak bertentangan dengan Persetujuan


Bangunan Gedung sesuai dengan norma, standar,
ps:

prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh


Pemerintah Pusat.
htt

(2) Khusus . . .

SK No 160421A
t ml
2.h
02
I'RESIDEN
REPTIB|JK INDONESIA

n-2
-330-

hu
(21 Khusus untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota

-ta
Jakarta, permohonan sertiflkat laik fungsi

r-2
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan
kepada gubernur sesuai dengan norrna, standar,

mo
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.

-no
(3) Pemerintah Daerah menerbitkan sertifikat laik
fungsi setelah melakukan pemeriksaan kelaikan

pu
fungsi bangunan Rumah Susun sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
erp
d-p

11. Ketentuan Pasal 40 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
loa

Pasal 40
(1) Pelaku Pembangunan wajib melengkapi
wn

lingkungan Rumah Susun dengan prasarana,


sarana, dan utilitas umum.
/do

(21 Prasarana, sarana, dan utilitas umum


/12

sebagaimana dimaksud pada ayat (l) harus


mempertimbangkan:
22

a. kemudahan dan keserasian hubungan dalam


kegiatan sehari-hari;
/20

b. pengamanan jika terjadi hal yang


om

membahayakan; dan
c. struktur, ukuran, dan kekuatan sesuai
si.c

dengan fungsi dan penggunaannya.


(3) Prasarana, sarana, dan utilitas umum
ula

sebagaimana dimaksud pada ayat (l) harus


memenuhi standar pelayanan minimal.
eg

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar


for

pelayanan minimal prasarana, sarana, dan utilitas


umum diatur dalam Peraturan Pemerintah.
.in
ww

12. Ketentuan Pasal 43 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
//w
ps:

Pasal 43...
htt

SK No 160422A
ml
.ht
22
-20
T-IfiIFIIIXITIitrNI*M

un
-331 -

ah
Pasal 43

2-t
(1) Proses jual beli Sarusun sebelum pembangunan
Rumah Susun selesai dapat dilakukan melalui

or-
PPJB yang dibuat di hadapan notaris.

om
(21 PPJB sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan setelah memenuhi persyaratan

-n
kepastian atas:
a. status kepemilikan tanah;

pu
b. Persetqiuan Bangunan Gedung;
erp
c. ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas
d-p
umum;
d. keterbangunan paling sedikit 2O% (dua puluh
loa

persen); dan
e. hal yang diperjanjikan.
o wn

13. Ketentuan Pasal 54 diubah sehingga berbunyi sebagai


2/d

berikut:
Pasal 54
/1

(1) Sarusun umum yang memperoleh kemudahan dari


22

pemerintah hanya dapat dimiliki atau disewa oleh


20

MBR.
(21 Setiap Orang yang memiliki Sarusun umum
m/

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat


co

mengalihkan kepemilikannya kepada pihak lain


dalam hal:
si.

a. pewarisan; atau
ula

b. perikatan kepemilikan Rumah Susun setelah


jangka waktu 20 (dua puluh) tahun.
eg

(3) Pengalihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


for

huruf b hanya dapat dilakukan oleh badan


percepatan penyelenggaraan perumahan.
.in

l4l Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria dan tata


ww

cara pemberian kemudahan kepemilikan Sarusun


umum oleh MBR sebagaimana dimaksud pada ayat
//w

(1) dan pengalihan sebagaimana dimaksud pada


ayat (21 dan ayat (3) diatur dalam Peraturan
ps:

Presiden.
htt

14. Ketentuan . . .

SK No 160423 A
ml
t
2.h
02
n-2
T

-332-

hu
14. Ketentuan Pasal 56 diubah sehingga berbunyi sebagai

a
2-t
berikut:
Pasal 56

or-
(1) Pengelolaan Rumah Susun meliputi kegiatan

m
operasional, pemeliharaan, dan perawatan Bagian
Bersama, Benda Bersama, dan Tanah Bersama.

-no
(21 Pengelolaan Rumah Susun sebagaimana dimaksud
pada ayat (l) harus dilaksanakan oleh Pengelola

pu
yang berbadan hukum, kecuali Rumah Susun
erp
Umum sewa, Rumah Susun Khusus, dan Rumah
Susun Negara.
d-p

(3) Badan Hukum sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) harus mendaftar dan mendapatkan Perizinan
loa

Berusaha dari bupati/wali kota sesuai dengan


norna, standar, prosedur, dan kriteria yang
wn

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


(4) Khusus untuk Provinsi Daerah Khusus Ibukota
/do

Jakarta, Badan Hukum sebagaimana dimaksud


/12

pada ayat (2) harus mendaftar dan mendapatkan


Perizinan Berusaha dari gubernur sesuai dengan
norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
22

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


20

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinarr


m/

Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


dan ayat (4) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
co
si.

15. Ketentuan Pasal 67 diubah sehingga berbunyi sebagai


ula

berikut:
Pasal 67
eg

(1) Dalam pelaksanaan peningkatan kualitas Rumah


for

Susun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65 ayat


(1) huruf a, PPPSRS dapat bekerja sama dengan
.in

Pelaku Pembangunan.
ww

(2) Kerja...
//w
ps:
htt

SK No 160424A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN
REPUBUK INDONESIA

n-2
-333-

hu
(21 Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

-ta
dilakukan berdasarkan perjanjian tertulis yang
dibuat di hadapan pejabat yang berwenang

r-2
berdasarkan prinsip kesetaraan.

mo
(3) Pelaksanaan peningkatan kualitas Rumah Susun
Umum dan Rumah Susun Khusus dilaksanakan

-no
oleh badan percepatan penyelenggaraan
perumahan.

pu
16. Pasal 72 dihapus.
erp
d-p

17. Pasal 73 dihapus.


loa

18. Ketentuan Pasal 1O7 diubah sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
Pasal 107
/do

Setiap Orang yang menyelenggarakan Rumah Susun


tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
/12

dalam Pasal 16 ayat (2), Pasal 22 ayat (3), Pasal 25 ayat


22

(1), Pasal 26 ayat (l), Pasal 39 ayat (1), Pasal 40 ayat (1),
Pasal 51 ayat (3), Pasal 52, Pasal 59 ayat (1), Pasal 6l
/20

ayat (1), Pasal 66, PasalT4 ayat (1), Pasal 98, Pasal l0O,
atau Pasal 101 dikenai sanksi administratif.
om

19. Ketentuan Pasal 108 diubah sehingga berbunyi


i.c

sebagai
berikut:
las

Pasal 108
gu

(1) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 107 dapat berupa:
ore

a. peringatantertulis;
f

b. pembatasan kegiatan pembangunan dan/ atau


.in

kegiatan usaha;
ww

c. penghentian sementara pada pekerjaan


pelaksanaan pembangunan ;
//w
ps:

d. penghentian . . .
htt

SK No 160425 A
l
tm
2.h
02
I,li-d-{IEtrLINEENtrEM

n-2
-334-

hu
d. penghentian sementara atau penghentian

-ta
tetap pada pengelolaan Rumah Susun;

r-2
e. pencabutan persetqiuan bangunan gedung;
f. pencabutan sertilikat laik fungsi;

mo
g. pencabutan SHM Sarusun atau SKBG

-no
Sarusun;
h. perintah pembongkaran bangunan Rumah

pu
Susun;
i. denda administratif; dan/atau
erp
j. pencabutan Perizinan Berusaha.
d-p

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,


besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
loa

administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (l)


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
wn

(3) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) tidak menghilangkan
/do

tanggung jawab pemulihan.


/12

20. Pasal 11O dihapus.


22
/20

21. Pasal 112 dihapus


om

22. Keten1ntan Pasal 113 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
i.c

Pasal 113
las

Setiap Orang yang:


gu

a. mengubah peruntukan lokasi Rumah Susun yang


sudah ditetapkan; atau
ore

b. mengubah fungsi dan pemanfaatan Rumah Susun,


f

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1O1 yang


.in

menimbulkan korban terhadap manusia atau


ww

kerusakan barang, dipidana dengan pidana penjara


paling lama I (satu) tahun atau pidana denda paling
banyak Rp250.OO0.00O,00 (dua ratus lima puluh juta
//w

rupiah).
ps:
htt

23. Ketentuan . . .

SK No 160426A
ml
.ht
22
FNESIDEN

-20
REPUBLIK INOONESIA,

un
-335-

h
23. Ketentuan Pasal 114 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 114
Setiap pejabat yang:

o
om
a. menetapkan lokasi yang berpotensi menimbulkan
bahaya untuk pembangunan Rumah Susun; atau

u-n
b. mengeluarkan persetujuan bangunan gedung
Rumah Susun yang tidak sesuai dengan lokasi
peruntukan,
rpp
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1O2, dipidana
-pe
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
pidana denda paling banyak Rp5.00O.000.O00,O0 (lima
ad

miliar rupiah).
nlo

24. Ketentuan Pasal 117 diubah sehingga berbunyi sebagai


ow

berikut:
2/d

Pasal 117
(l) Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud
/1

dalam Pasal 109, Pasal 111, Pasal 115 atau Pasal


22

116 dilakukan oleh Badan Hukum, selain pidana


penjara dan pidana denda terhadap pengurusnya,
/20

pidana dapat d|atuhkan terhadap Badan Hukum


berupa pidana denda dengan pemberatan 3 (tiga)
om

kali dari pidana denda terhadap orang.


(21 Selain pidana denda sebagaimana dimaksud pada
i.c

ayat (1), Badan Hukum dapat dijatuhi pidana


las

tambahan berupa:
a. pencabutan Perizinan Berusaha; atau
u
eg

b. pencabutan status Badan Hukum.


for

Pasal 52
.in

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun


ww

2Ol7 tentang Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2O17 Nomor 11, Tambahan kmbaran
Negara Republik Indonesia Nomor 6018) diubah sebagai
/w

berikut:
s:/
p

1. Ketentuan. . .
htt

SK No 160427A
l
tm
2.h
02
REPUEUK INDONESIA

n-2
-336-

hu
I Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 5
(1) Dalam melaksanakan tanggung jawab

mo
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf a, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:

-no
a. struktur usaha Jasa

pu
Konstruksi;
b. mengembangkan sistem persyaratan usaha
erp
Jasa Konstruksi;
d-p
c menyelenggarakan Perizinan Berusaha dalam
rangka registrasi badan usaha Jasa
Konstruksi;
loa

d. Perizinan Berusaha terkait


wn

Jasa Konstruksi;
e. pemberian lisensi bagi
/do

lembaga yang melaksanakan sertifikasi badan


usaha;
/12

f. mengembangkan sistem rantai pasok Jasa


Konstnrksi;
22

g. mengembangkan sistem permodalan dan


20

sistem penjaminan usaha Jasa Konstruksi;


m/

h. memberikan dukungan dan pelindungan bagi


Pelaku Usaha Jasa Konstruksi nasional dalam
co

mengakses pasar Jasa Konstruksi


si.

internasional;
i. mengembangkan sistem pengawasan tertib
ula

usaha Jasa Konstruksi;


j.
eg

menyelenggarakan penerbitan Per2inan


Berusaha dalam rangka penanaman modal
for

asing;
k.
.in

menyelenggarakan pengawasan tertib usaha


Jasa Konstruksi asing dan Jasa Konstruksi
ww

kualifrkasi besar;
l. menyelenggarakan pengembangan layanan
/w

usaha Jasa Konstruksi;


s:/
p

m. mengumpulkan . . .
htt

SK No 160428A
mlt
2.h
02
REPUEUK INDONESIA

n-2
-337-

hu
m. mengumpulkan dan mengembangkan sistem

a
2-t
informasi yang terkait dengan pasar Jasa
Konstruksi di negara yang potensial untuk

or-
Pelaku Usaha Jasa Konstruksi nasional;
n. mengembangkan sistem kemitraan antara

om
usaha Jasa Konstruksi nasional dan
internasional;

u-n
o. menjamin terciptanya persaingan yang sehat

rpp
dalam pasar Jasa Konstruksi;
p. mengembangkan segmentasi pasar Jasa
-pe
Konstruksi nasional;
q. memberikan pelindungan hukum b"gi Pelaku
ad

Usaha Jasa Konstruksi nasional yang


mengakses pasar Jasa Konstruksi
lo

internasional; dan
wn

r. menyelenggarakan registrasi pengalaman


/do

badan usaha.
(21 Da-lam melaksanakan tanggung jawab
/12

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (ll


huruf b, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:
22

a. mengembangkan sistem pemilihan Penyedia


/20

Jasa dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi;


b. mengembangkan Kontrak Kerja Konstruksi
om

yang menjamin kesetaraan hak dan kewajiban


antara Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa;
i.c

c. mendorong digunakannya alternatif


las

penyelesaian sengketa penyelenggaraan Jasa


Konstruksi di luar pengadilan; dan
u

d. mengembangkan sistem kinerja Penyedia Jasa


eg

dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi.


for

(3) Dalam melaksanakan tanggung jawab


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
.in

huruf c, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:


ww

a. mengembangkan Standar Keamanan,


Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanj utan
//w

dalam penyelenggaraan Jasa Konstruksi;


ps:

b. menyelenggarakan
htt

SK No 160429A
ml
.ht
22
-20
REFUBUK INDONESIA

un
-338-

ah
b. pengawasan penerapan

2-t
Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan,
dan Keberlanjutan dalam penyelenggaraan

or-
dan pemanfaatan Jasa Konstruksi oleh badan
usaha Jasa Konstruksi;

om
c. menyelenggarakan registrasi penilai ahli; dan
d. menetapkan penilai ahli yang teregistrasi

u-n
dalam hal terjadi Kegagalan Bangunan.

rpp
(41 Dalam melaksanakan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
-pe
huruf d, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:
a. mengembangkan standar kompetensi kerja
ad

dan pelatihan Jasa Konstruksi;


b. memberdayakan lembaga pendidikan dan
lo

pelatihan kerja konstruksi nasional;


wn

c. menyelenggarakan pelatihan lsnaga kerja


/do

konstruksi strategis dan percontohan;


d. mengembangkan sistem sertifikasi
/12

kompetensi tenaga kerja konstruksi;


e. menetapkan standar remunerasi minimal bagr
22

tenaga kerja konstruksi;


20

f. menyelenggarakan pengawasan sistem


sertifikasi, pelatihan, dan standar remunerasi
/
om

minimal bagi tenaga kerja konstruksi;


g. menyelenggarakan akreditasi bagi asosiasi
c

profesi dan lisensi bagi lembaga sertifikasi


si.

profesi;
la

h. menyelenggarakan registrasi tenaga kerja


gu

konstruksi;
ore

i. menyelenggarakan registrasi pengalaman


profesional tenaga kerja konstruksi serta
inf

lembaga pendidikan dan pelatihan kerja di


bidang konstruksi;
.
ww

j penyetaraan tenaga kerja


konstruksi asing; dan
/w
s:/

k. membentuk . . .
p
htt

SK No 160430A
l
tm
2.h
02
i!r];tr{f.I{fi
t-E-flI.-trf.IIIEENtrEm

n-2
-339-

hu
k. membentuk lembaga sertilikasi profesi untuk

-ta
melaksanakan tugas Sertifikasi Kompetensi

r-2
Kerja yang belum dapat dilakukan lembaga
sertilikasi profesi yang dibentuk oleh asosiasi

mo
profesi atau lembaga pendidikan dan
pelatihan.

-no
(5) Dalam melaksanakan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (l)

pu
huruf e, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:
erp
a. mengembangkan standar material dan
peralatan konstruksi, serta inovasi teknologi
d-p

konstruksi;
b. mengembangkan skema kerja sama antara
loa

institusi penelitian dan pengembangan dan


seluruh pemangku kepentingan Jasa
wn

Konstruksi;
c. menetapkan pengembangan teknologi
/do

prioritas;
d. memublikasikan material dan peralatan
/12

konstruksi serta teknologi konstruksi dalam


negeri kepada seluruh pemangku
22

kepentingan, baik nasional maupun


/20

internasional;
e. menetapkan dan meningkatkan penggunaan
om

standar mutu material dan peralatan sesuai


dengan standar nasional Indonesia;
i.c

f. melindungi kekayaan intelektual atas material


las

dan peralatan konstruksi serta teknologi


konstruksi hasil penelitian dan
gu

pengembangan dalam negeri; dan


ore

g. membangun sistem rantai pasok material,


peralatan, dan teknologi konstruksi.
f

(6) Dalam melaksanakan tanggung jawab


.in

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)


ww

huruf f, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:


a. meningkatkan partisipasi masyarakat yang
//w

berkualitas dan bertanggung jawab dalam


pengawasan penyelenggaraan Jasa
ps:

Konstruksi;
b. meningkatkan kapasitas kelembagaan
htt

masyarakat Jasa Konstruksi;


c. memfasilitasi . . .

SK No 160431A
l
tm
2.h
2
-20
t rrr{rI.lftTiINItEtIIiEm

un
-340-

h
c. memfasilitasi penyelenggaraan forum

-ta
Jasa
Konstruksi sebagai media aspirasi masyarakat

r-2
Jasa Konstruksi;
d. memberikan dukungan pembiayaan terhadap

mo
penyelenggaraan Sertifikasi Kompetensi Kerja;
dan

-no
e. meningkatkan partisipasi masyarakat yang
berkualitas dan bertanggung jawab dalam

pu
Usaha Penyediaan Bangunan.
erp
(71 Dukungan pembiayaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) huruf d dilakukan dengan
d-p

mempertimbangkan kemampuan keuangan


negara.
loa

(8) Dalam melaksanakan tanggung jawab


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
wn

huruf g, Pemerintah Pusat memiliki kewenangan:


a. mengembangkan sistem informasi Jasa
/do

Konstruksi nasional; dan


/12

b. mengumpulkan data dan informasi Jasa


Konstruksi nasional dan internasional.
22
/20

2 Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
om

Pasal 6
(1) Dalam melaksanakan tanggung jawab
i.c

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)


las

huruf a, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat


di daerah sesuai dengan norma, standar, prosedur,
u

dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat


eg

memiliki kewenangan:
for

a. memberdayakan badan usaha Jasa


Konstruksi;
.in

b. menyelenggarakan pengawasan pemberian


ww

Peizinan Berusaha;
c. menyelenggarakan pengawasan tertib usaha
/w

Jasa Konstruksi di provinsi;


/
ps:
htt

d. menyelenggarakan . . .

SK No 160432A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN
REFUBIJK INDONESIA

n-2
-341 -

hu
d. menyelenggarakan pengawasan sistem rantai

a
2-t
pasok konstruksi di provinsi; dan
e. memfasilitasi kemitraan antara badan usaha

or-
Jasa Konstruksi di provinsi dengan badan
usaha dari luar provinsi.

om
(21 Dalam melaksanakan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)

u-n
huruf b, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat

rpp
di daerah sesuai dengan norma, standar, prosedur,
dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
memiliki kewenangan:
-pe
a. menyelenggarakan pengawasan pemilihan
ad

Penyedia Jasa dalam penyelenggaraan Jasa


Konstruksi;
lo

b. menyelenggarakan pengawasan konstruksi;


wn

dan
c. menyelenggarakan pengawasan tertib
/do

penyelenggaraan dan tertib pemanfaatan Jasa


/12

Konstruksi di provinsi.
(3) Dalam melaksanakan tanggung jawab
22

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)


huruf c, gubemur sebagai wakil Pemerintah Pusat
/20

di daerah sesuai dengan norma, standar, prosedur,


dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
om

memiliki kewenangan menyelenggarakan


pengawasan penerapan Standar Keamanan,
i.c

Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam


penyelenggaraan dan pemanfaatan Jasa
las

Konstruksi oleh badan usaha Jasa Konstruksi


u

kualifrkasi kecil dan menengah.


eg

(41 Dalam melaksanakan tanggung jawab


for

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (ll


huruf d, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
.in

di daerah sesuai dengan norma, standar, prosedur,


dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
ww

memiliki kewenangan menyelenggarakan


pengawasan:
//w

a. sistem Sertifikasi Kompetensi Kerja;


b. pelatihan tenaga kerja konstruksi; dan
ps:

c. upah tenaga kerja konstruksi.


htt

(5) Dalam . . .

SK No 160433 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

-2
un
-342-

ah
(5) Dalam melaksanakan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)

2-t
huruf e, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat

or-
di daerah sesuai dengan norma, standar, prosedur,
dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat

om
memiliki kewenangan:
a. menyelenggarakan pengawasan penggunaan

u-n
material, peralatan, dan teknologi konstruksi;
b. memfasilitasi kerja sama antara institusi
p
penelitian dan pengembangan Jasa
erp
Konstruksi dengan seluruh pemangku
d-p

kepentingan Jasa Konstruksi;


c. memfasilitasi pengembangan teknologi
loa

prioritas;
d. menyelenggarakan pengawasan pengelolaan
wn

dan pemanfaatan sumber material konstruksi;


dan
/do

e. mdningkatkan penggunaan standar mutu


/12

material dan peralatan sesuai dengan Standar


Nasional Indonesia.
22

(6) Dalam melaksanakan tanggung jawab


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
/20

huruf f, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat


di daerah sesuai dengan norrna, standar, prosedur,
om

dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat


memiliki kewenangan:
si.c

a. memperkuat kapasitas kelembagaan


masyarakat Jasa Konstruksi provinsi;
ula

b. meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa


eg

Konstruksi yang berkualitas dan bertanggung


jawab dalam pengawasan penyelenggaraan
for

usaha Jasa Konstruksi; dan


c.
.in

meningkatkan partisipasi masyarakat Jasa


Konstruksi yang berkualitas dan bertanggung
ww

jawab dalam Usaha Penyediaan Bangunan.


(7) Dalam melaksanakan tanggung jawab
//w

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)


huruf g, gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
ps:

di daerah sesuai dengan nonna, standar, prosedur,


dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
htt

memiliki kewenangan mengumpulkan data dan


informasi Jasa Konstruksi di provinsi.
3. Ketentuan . . .

SK No 097226 A
m l
.ht
22
FRES!DEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-343-

h
Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
3
berikut:

r-2
Pasal 7
Kewenangan Pemerintah Daerah provinsi dilaksanakan

o
om
sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat pada sub-

u-n
urusan Jasa Konstruksi meliputi:
a. penyelenggaraan pelatihan tenaga ahli konstruksi;
dan
rpp
b. penyelenggaraan sistem informasi Jasa Konstruksi
-pe
cakupan daerah provinsi.
ad

4 Ketentuan Pasal 8 diubah sehingga berbunyi sebagai


nlo

berikut:
Pasal 8
ow

Kewenangan Pemerintah Daerah kabupaten/kota


2/d

dilaksanakan sesuai dengan norma, standar, prosedur,


dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
/1

pada sub-urusan Jasa Konstruksi meliputi:


22

a. pelatihan tenaga terampil


konstruksi;
/20

b. sistem informasi Jasa Konstruksi


cakupan daerah kabupaten/ kota;
om

c. penerbitan Perizinan Berusaha kualifikasi kecil,


i.c

menengah, dan besar; dan


pengawasan tertib usaha, tertib penyelenggaraan,
las

d.
dan terlib pemanfaatan Jasa Konstruksi.
u
eg

5 Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga berbunyi sebagai


for

berikut:
.in
ww

9...
/w

Pasal
s:/
p
htt

SK No 160435 A
l
tm
2.h
02
REPUELIK INDONEIIIA

n-2
-344-

hu
Pasal 9

-ta
Dalam melaksanakan kewenangan sebagaimana

r-2
dimaksud dalam Pasal 5 sampai dengan Pasal 8,
Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah sesuai

mo
dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dapat melibatkan

-no
masyarakat Jasa Konstruksi.

pu
6 Ketentuan Pasal 10 diubah sehingga berbunyi sebagai
erp
berikut:
Pasal 1O
d-p

Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab dan


kewenangan serta Perizinan Berusaha sebagaimana
loa

dimaksud dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 9 diatur


wn

dalam Peraturan Pemerintah.


/do

7 Ketentuan Pasal 2O diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/12

Pasal 20
(1)
22

Kualifikasi usaha bagi badan usaha sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 19 terdiri atas:
/20

a. kecil;
b.
om

menengah; dan
c. besar.
i.c

(21 Penetapan kualifikasi usaha sebagaimana


dimaksud pada ayat (l) dilaksanakan melalui
las

penilaian terhadap:
gu

a. penjualan tahunan;
ore

b. kemampuan keuangan;
c. ketersediaan tenaga kerja konstruksi; dan
f
.in

d. kemampuan dalam penyediaan peralatan


konstruksi.
ww
//w

(3) Kualifikasi. . .
ps:
htt

SK No 160436A
,(

ml
.ht
22
it

-20
un
-345-

ah
(3) Kualifrkasi usaha sebagaimana dimaksud pada

2-t
ayat (1) menentukan batasan kemampuan usaha
dan segmentasi pasar usaha Jasa Konstruksi.

or-
(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan
kualifikasi usaha sebagaimana dimaksud pada

om
ayat (21 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

u-n
8 Ketentuan Pasal 26 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 26
rpp
-pe
(1) Setiap usaha orang perseorangan dan badan usaha
Jasa Konstrulsi sgfagaimana dimaksud dalam
ad

Pasal 19 yang akan memberikan layanan Jasa


lo

Konstruksi wajib memenuhi Perizinan Berusaha.


wn

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai Peizinan


Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
/do

diatur dalam Peratural Pemerintah.


/12

9 Ketentuan Pasal 27 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
22

Pasal 27
20

Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam


m/

Pasal 26 ayat (1) diberikan oleh Pemerintah Daerah


kabupaten/ kota sesuai dengan norma, standar,
.co

prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah


Pusat kepada usaha orang perseorangan yang
i
las

berdomisili di wilayahnya sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
gu
ore

10. Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
f
.in
ww

Pasal 28...
//w
ps:
htt

SK No 160437A
,(

t ml
2.h
02
ll
IIT{TTEtrTINEEf,trEIN

n-2
-346-

hu
Pasal 28

a
2-t
Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam
Pasa1 26 ayat (1) diberikan oleh Pemerintah Daerah

or-
kabupaten/kota sesuai dengan norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah

m
Pusat kepada badan usaha yang berdomisili di

-no
wilayahnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

pu
erp
11. Ketentuan Pasal 29 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
d-p

Pasal 29
(1) Perizinan Berusaha berlaku untuk melaksanakan
loa

kegiatan usaha Jasa Konstruksi di selunrh wilayah


wn

Republik Indonesia.
(21 Pemerintah Daerah kabupaten/kota sesuai dengan
/do

norma, standar, prosedur, dan kriteria yang


ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sebagaimana
/12

dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal 28 membentuk


peraturan di daerah mengenai Peizinan Berusaha.
22
20

12. Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
m/

Pasal 3O
co

(1) Setiap badan usaha yang mengerjakan Jasa


si.

Konstruksi wajib memiliki Sertilikat Badan Usaha.


(21 Sertifikat Badan Usaha sebagaimana dimaksud
ula

pada ayat (1) diterbitkan melalui suatu proses


eg

sertifikasi dan registrasi oleh Pemerintah Pusat.


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifrkasi dan
for

registrasi badan usaha sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
.in
ww

13. Pasal 31 dihapus.


//w

14. Ketentuan . . .
ps:
htt

SK No 160438 A
t ml
2.h
02
rSEtrtrEIA

n-2
-347-

hu
14. Ketentuan Pasal 33 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 33
(1) Kantor perwakilan sebagaimana dimaksud dalam

mo
Pasal 32 huruf a wajib:

o
a. berbentuk badan usaha dengan kualilikasi

u-n
yang setara dengan kualifikasi besar;
b. memenuhi Peizinan Berusaha;
p
c. membentuk kerja sama operasi dengan badan
erp
usaha Jasa Konstruksi nasional berkualifikasi
d-p
besar yang memenuhi Perizinan Berusaha;
d. mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja
loa

Indonesia daripada tenaga kerja asing;


e. menempatkan warga negara Indonesia sebagai
wn

pimpinan tertinggi kantor perwakilan;


f. mengutamakan penggunaErn material dan
/do

teknologi konstruksi dalam negeri;


/12

C. memiliki teknologi tinggi, mutakhir, efisien,


berwawasan lingkungan, serta
22

memperhatikan kearifan lokal ;


h. melaksanakan proses alih teknologi; dan
20

i. melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan


m/

ketentuan peraturan perundang-undangan.


co

(21 Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b diberikan oleh Pemerintah Pusat
si.

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


la

undangan.
gu

(3) Kerja sama operasi sebagaimana dimaksud pada


ayat (l) huruf c dilakukan dengan prinsip
ore

kesetaraan kualifikasi, kesamaan layanan, dan


tanggung renteng.
inf
.
ww

15. Ketentuan Pasal 34 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/w
/

34...
ps:

Pasal
htt

SK No 160439A
l
tm
2.h
02
i }]

-2
un
-348-

ah
Pasal 34

2-t
(1) Ketentuan mengenai kerja sama modal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 huruf b

r-
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

mo
perundang-undangan.
(21 Badan usaha Jasa Konstruksi yang dibentuk

-no
dalam rangka kerja sama modal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 32 huruf b harus memenuhi

pu
persyaratan kualifikasi besar sebagaimana
erp
dimaksud dalam Pasal 20 ayat (1) huruf c.
(3) Badan usaha Jasa Konstruksi yang dibentuk
d-p

dalam rangka kerja sama modal sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) wajib memenuhi Perizinan
loa

Berusaha.
(41 Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada
wn

ayat (3) diberikan oleh Pemerintah Pusat sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-
/do

undangan.
/12

16. Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga berbunyi sebagai


22

berikut:
/20

Pasal 35
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian Perizinan
om

Berusaha, tata cara kerja szuna operasi, dan


penggunaan lebih banyak tenaga kerja Indonesia,
i.c

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) huruf b,


huruf c, huruf d, dan pemberian Perizinan Berusaha
s
ula

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 ayat (4) diatur


dalam Peraturan Pemerintah.
eg
for

17. Pasal 36 dihapus.


.in

18. Ketentuan Pasal 38 diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

berikut:
Pasal 38
//w

(1) Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dilakukan


melalui penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi.
ps:
htt

(2) Penyelenggaraan

SK No 160440A
l
tm
2.h
02
LTiltrtrf,IIIEENtrEIA

n-2
- 349

hu
(21 Penyelenggaraan usaha Jasa Konstruksi

-ta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

r-2
dikedakan sendiri atau melalui pengikatan Jasa
Konstruksi.

mo
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan
usaha Jasa Konstruksi yang dikerjakan sendiri

-no
atau melalui pengikatan Jasa Konstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam

pu
Peraturan Pemerintah.
erp
19. Pasal 42 dihapus.
d-p

20. Ketentuan Pasal 44 diubah sehingga berbunyi sebagai


loa

berikut:
wn

Pasal 44
Pengguna Jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
/do

ayat (21 dilarang menggunakan Penyedia Jasa yang


teraJiliasi pada pembangunan untuk kepentingan
/12

umum tanpa melalui tender, seleksi, atau katalog


elektronik.
22
/20

21. Pasal 57 dihapus.


om

22. Pasal58 dihapus.


i.c
las

23. Ketentuan Pasal 59 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
gu

Pasal 59
ore

(1) Dalam setiap penyelenggaraan Jasa Konstruksi,


Pengguna Jasa dan Penyedia Jasa wajib memenuhi
f

Standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan


.in

Keberlanjutan.
ww
//w

(2) Ketentuan. . .
ps:
htt

SK No 160z141 A
l
tm
2.h
02
ir.TJrl:TrIilTltDIEtrI]A

n-2
-350-

hu
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai Pengguna Jasa,

-ta
dan Penyedia Jasa wajib memenuhi Standar

r-2
Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan
Keberlanjutan dalam penyelenggaraan Jasa

mo
Konstruksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

-no
24. Ketentuan Pasal 69 diubah sehingga berbunyi sebagai

pu
berikut:
Pasal 69
erp
(1) Pelatihan tenaga kerja konstruksi diselenggarakan
d-p

dengan metode pelatihan kerja yang relevan,


efektif, dan efisien sesuai dengan standar
loa

kompetensi kerja.
(21 Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
wn

ditujukan untuk meningkatkan produktivitas


/do

kerja.
(3) Standar kompetensi kerja sebagaimana dimaksud
/12

pada ayat (1) ditetapkan sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
22

(41 Pelatihan tenaga kerja konstruksi sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh
/20

lembaga pendidikan dan pelatihan kerja sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-
om

undangan.
i.c

(5) trmbaga pendidikan dan pelatihan kerja


s6lagaimana dimaksud pada ayat (4) memenuhi
las

Per2inan Berusaha dari Pemerintah Pusat.


gu

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara


Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada
ore

ayat (5) diatur dalam Peraturan Pemerintah.


f
.in

25. Ketentuan Pasal 72 diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

berikut:
Pasal72
//w

(l) Untuk mendapatkan pengakuan pengalaman


profesional, setiap tenaga kerja konstruksi harus
ps:

melakukan registrasi kepada Pemerintah Pusat.


htt

(2) Registrasi . . .

SK No 160,142 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
BLIK INDONESIA
-351 -

hu
(21 Registrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

-ta
dibuktikan dengan tanda daftar pengalaman

2
profesional.

or-
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam

om
Peraturan Pemerintah.

u-n
26. Pasal T4 dihapus.

p
erp
27. Keterfiuan Pasal 84 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p
berikut:
Pasal 84
loa

(1) Penyelenggaraan sebagian kewenangan


Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam
wn

Pasal 5 mengikutsertakan masyarakat Jasa


Konstruksi.
o

(21 Keikutsertaan masyarakat Jasa Konstruksi


2/d

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


melalui satu lembaga yang dibentuk oleh
/1

Pemerintah Pusat.
22

(3) Unsur pengurus lembaga sebagaimana dimaksud


20

pada ayat (2) dapat diusulkan dari:


/

a. asosiasi perusahaan yang terakreditasi;


om

b. asosiasi profesi yang terakreditasi;


si.c

c. institusi pengguna Jasa Konstruksi yang


memenuhi kriteria;
ula

d. perguruan tinggi atau pakar yang memenuhi


kriteria; dan
g

e. asosiasi terkait rantai pasok konstruksi yang


ore

terakreditasi.
inf

(4) Pengurus lembaga sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) ditetapkan oleh Pemerintah Pusat setelah
.
ww

mendapatkan persetujuan dari Dewan Perwakilan


Ralryat.
/w

(5) Penyelenggaraan . . .
s:/
p
htt

SK No 137467A
l
tm
2.h
02
REPUEL|K INDONESIA

n-2
-352-

hu
(5) Penyelenggaraan sebagian kewenangan

-ta
Pemerintah Pusat yang dilakukaa oleh lembaga

r-2
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibiayai
dengan anggaran pendapatan dan belanja negara

mo
dan/ atau sumber lain yang sah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

-no
(6) Biaya yang diperoleh dari masyarakat atas layanan
dalam penyelenggaraan sebagian kewenangan yang

pu
dilakukan lembaga sebagaimana dimaksud pada
ayat (21 merupakan penerimaan negara bukan
erp
pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
d-p

(71 Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan


loa

sebagian kewenangan Pemerintah Pusat yang


mengikutsertakan masyarakat Jasa Konstruksi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
wn

pembentukan lembaga sebagaimana dimaksud


/do

pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.


/12

28. Ketentuan Pasal 89 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
22

Pasal 89
/20

Setiap usaha orang perseorangan dan badan usaha


yang tidak memiliki Perizinan Berusaha sebagaimana
om

dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1) dikenai sanksi


administratif berupa:
i.c

a. peringatantertulis;
s

b. denda administratif; dan/atau


ula

c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa


g

Konstruksi.
f ore

29. Pasal 92 dihapus.


.in
ww

30. Ketentuan Pasal 96 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/w
s:/

Pasal 96. . .
p
htt

SK No l60tl44 A
l
m
.ht
22
-20
REPUEUK INDONESIA

un
-353-

h
Pasal 96

-ta
(1) Setiap Penyedia Jasa danlatan Pengguna Jasa

r-2
yang tidak memenuhi Standar Keamanan,
Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan dalam

o
penyelenggaraan Jasa Konstruksi sebagaimana

om
dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) dikenai sanksi
administratif berupa:

u-n
a. peringatantertulis;
b.
c. rpp
dendaadministratif;
penghentian sementara kegiatan layanan Jasa
-pe
Konstruksi;
d. pencantuman dalam daftar hitam;
ad

e. pembekuan Penzinan Berusaha; dan/ atau


nlo

f. pencabutan Perizinan Berusaha.


(2)
ow

Setiap Pengguna Jasa dan/ atau Penyedia Jasa


yang dalam memberikan pengesahan atau
2/d

persetujuan melanggar ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 59 ayat (1) dikenai sanksi
/1

administratif berupa:
22

a. peringatantertulis;
b. dendaadministratif;
/20

c. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa


om

Konstruksi;
d. pencantuman dalam daftar hitam;
i.c

e. pembekuan Perizinar. Berusaha;


las

f. pencabutan Perizinan Berusaha; danlatau


g. pencabutan Sertifikat Badan Usaha untuk
u
eg

Penyedia Jasa.
for

31. Ketentuan Pasal 99 diubah sehingga berbunyi sebagai


.in

berikut:
ww

Pasal 99
(1) Setiap tenaga kerja konstruksi yang bekerja di
bidang Jasa Konstruksi tidak memiliki Sertifikat
/w

Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud dalam


s:/

Pasal 7O ayat (l ) dikenai sanksi administratif


berupa pemberhentian dari tempat kerja.
p
htt

(2) Setiap...

SK No 160445A
l
tm
2.h
02
FRESIDEN
REPUBUK INDONESIA

n-2
-354-

hu
(21 Setiap Pengguna Jasa dan/ atau Penyedia Jasa

-ta
yang mempekerjakan tenaga kerja konstruksi yang

r-2
tidak memiliki Sertilikat Kompetensi Kerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (21

mo
dikenai sanksi administratif berupa:
a. denda administratif; dan/atau

-no
b. penghentian sementara kegiatan layanan Jasa
Konstruksi.

pu
(3) Setiap tenaga kerja konstruksi yang bekerja di
erp
bidang Jasa Konstruksi yang memiliki Sertifikat
Kompetensi Kerja sebagaimana dimaksud dalam
d-p

Pasal 7O ayat (1) yang tidak berpraktik sesuai


dengan standar kompetensi kerja nasional
loa

Indonesia, standar internasional, dan/atau


standar khusus dikenai sanksi administratif
wn

berupa:
a. peringatantertulis;
/do

b. dendaadministratif;
/12

c. pembekuan Sertifikat Kompetensi Kerja;


dan/ atau
22

d. pencabutan Sertifikat Kompetensi Kerja.


/20

(4) Setiap lembaga sertilikasi profesi yang tidak


mengikuti ketentuan pelaksanaan uji kompetensi
om

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat (6)


dikenai sanksi administratif berupa:
i.c

a. peringatantertulis;
las

b. dendaadministratif;
c. pembekuan lisensi; dan/atau
gu

d. pencabutan lisensi.
ore

32.
f

Pasal lOl dihapus.


.in
ww

33. Ketentuan Pasal 102 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
//w
ps:

Pasal 102...
htt

SK No 160446A
t ml
2.h
02
i-IrI-+{FI{Il
r-rtrfrFillilTllltrNMtrtr

n-2
-355-

hu
Pasal 102

a
2-t
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis, besaran
denda, dan tata cara pengenaan sanksi administratif

or-
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89, Pasal 90, Pasal
91, Pasal 93, Pasal 94, Pasal 95, Pasal 96, Pasal 97,

m
Pasal 98, Pasal 99, dan Pasal 1O0 diatur dalam

-no
Peraturan Pemerintah.

pu
Pasal 53 erp
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2019 tentang Sumber Daya Air (trmbaran Negara
d-p

Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 190, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 64O5) diubah
loa

sebagai berikut:
wn

I Ketentuan Pasal 8 diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

berikut:
Pasal 8
/12

(1) Hak rakyat atas Air yang dijamin pemenuhannya


oleh negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
22

merupakan kebutuhan pokok minimal sehari-hari.


20

(21 Selain hak rakyat atas Air yang dijamin


pemenuhannya oleh negara sebagaimana
m/

dimaksud pada ayat (1), negara memprioritaskan


co

hak ral5yat atas Air sebagai berikut:


a. kebutuhan pokok sehari-hari;
si.

b. pertanian rakyat; dan


ula

c. penggunaan Sumber Daya Air untuk


eg

kebutuhan usaha guna memenuhi kebutuhan


pokok sehari-hari melalui Sistem Penyediaan
for

Air Minum.
(3)
.in

Dalam hal ketersediaan Air tidak mencukupi untuk


prioritas pemenuhan sebagaimana dimaksud pada
ww

ayat (21, pemenuhan Air untuk kebutuhan pokok


sehari-hari lebih diprioritaskan dari yang lainnya.
//w
ps:

(4) Dalam . . .
htt

SK No 160,147A
l
tm
2.h
02
trl-f{rl;EIXNLEtrtrEtrtr

n-2
-356-

hu
(4) Dalam hal ketersediaan Air mencukupi, setelah

-ta
urutan prioritas pemenuhan sebagai64na'

r-2
dimaksud pada ayat l2l, urutan prioritas
selanjutnya sebagai berikut:

mo
a. penggunaan Sumber Daya Air guna
memenuhi kegiatan bukan usaha untuk

-no
kepentingan publik; dan
b. pengguna.an Sumber Daya Air untuk

pu
kebutuhan usaha lainnya yang telah
erp
ditetapkan Perizinan Berusaha.
(5) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
d-p

dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria


yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
loa

menetapkan urutan prioritas pemenuhan Air pada


Wilayah Sungai sesuai dengan kewenangannya
wn

berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud


pada ayat (21, ayat (3), dan ayat (4).
/do

(6) Dalam menetapkan prioritas pemenuhan Air


sebagaimana dimaksud pada ayat (5), Pemerintah
/12

Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan


norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
22

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat terlebih dahulu


/20

memperhitungkan keperluan Air untuk


pemeliharaan Sumber Air dan lingkungan hidup.
om

(71 Hak rakyat atas Air bukan merupakan hak


kepemilikan atas Air, melainkan hanya terbatas
si.c

pada hak untuk memperoleh dan menggunakan


sejumlah kuota Air sesuai dengan alokasi yang
ula

penetapannya diatur dalam Peraturan Pemerintah.


(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan
eg

Sumber Daya Air untuk memenuhi kebutuhan


pokok sehari-hari, pertanian rakyat, dan
for

kebutuhan usaha guna memenuhi kebutuhan


.in

pokok sehari-hari melalui Sistem Penyediaan Air


Minum, sebagaimana dimaksud pada ayat (21,
ww

serta untuk memenuhi kegiatan bukan usaha


untuk kepentingan publik dan kebutuhan usaha
//w

lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
ps:
htt

2. Ketentuan . . .

SK No 160448A
ml
t
2.h
02
IJ

n-2
-357-

ahu
2-t
2 Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

or-
Pasal 9

m
(1) Atas dasar penguasaan negara terhadap Sumber

-no
Daya Air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah

pu
sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan
kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
erp
diberi tugas dan wewenang untuk mengatur dan
mengelola Sumber Daya Air.
d-p

(21 Penguasaan Sumber Daya Air sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh
loa

Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah


sesuai dengan norma, standar, prosedur, dan
wn

kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat


dengan tetap mengakui Hak Ulayat Masyarakat
/do

Adat setempat dan hak yang sempa dengan itu


sepanjang tidak bertentangan dengan kepentingan
/12

nasional dan ketentuan peraturan perundang-


undangan.
22

(3) Hak Ulayat Masyarakat Adat atas Sumber Daya Air


20

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tetap diakui


sepanjang kenyataannya masih ada dan telah
m/

diatur dalam Peraturan Daerah.


co
si.

3 Ketentuan Pasal 12 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ula

Pasal 12
eg

T\rgas dan wewenang Pemerintah Daerah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) meliputi tugas dan
for

wewenang Pemerintah Daerah provinsi dan/atau


.in

Pemerintah Daerah kabupaten / kota sesuai dengan


norma, standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan
ww

oleh Pemerintah Pusat.


//w
ps:

4.Ketentuan...
htt

SK No 160449A
l
tm
2.h
02
k-rrErfilTilTlf,TrTll=rfil

n-2
-358-

hu
4 Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 17
Pemerintah desa atau yang disebut dengan nama lain

mo
sesuai dengan norna, standar, prosedur, dan kriteria
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat memiliki tugas:

-no
a. membantu Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah
Daerah dalam mengelola Sumber Daya Air di

pu
wilayah desa berdasarkan asas kemanfaatan
erp
umum dan dengan memperhatikan kepentingan
desa lain;
d-p

b. mendorong prakarsa dan partisipasi masyarakat


desa dalam Pengelolaan Sumber Daya Air di
loa

wilayahnya;
c. ikut serta dalam menjaga efektivitas, efisiensi,
wn

kualitas, dan ketertiban pelaksanaan Pengelolaan


/do

Sumber Daya Air; dan


d. membantu Pemerintah Daerah kabupaten/kota
/12

dalam memenuhi kebutuhan pokok minimal


sehari-hari atas Air bagi warga desa.
22
/20

5 Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
om

Pasal 19
(1) Sebagian tugas dan wewenang Pemerintah Pusat
i.c

dan/atau Pemerintah Daerah sebagaimana


s

dimaksud dalam Pasal 10, Pasal 1 I , Pasal 13, Pasal


ula

14, Pasal 15, dan Pasal 16 dalam mengelola


Sumber Daya Air yang meliputi satu Wilayah
g

Sungai dapat ditugaskan kepada Pengelola Sumber


ore

Daya Air.
(21
f

Pengelola Sumber Daya Air sebagaimana dimaksud


.in

pada ayat (1) dapat berupa unit pelaksana teknis


kementerian/unit pelaksana teknis daerah atau
ww

badan usaha milik negara/badan usaha milik


daerah di bidang Pengelolaan Sumber Daya Air.
/w
s:/

(3) Sebagian . . .
p
htt

SK No 160450A
l
tm
2.h
02
PRESTDEN
NEFUELIK INOONESIA

n-2
-359-

hu
(3) Sebagian tugas dan wewenang sebagaimana

-ta
dimaksud pada ayat (1) tidak termasuk:

r-2
a. menetapkankebijakan;
b. menetapkan Pola Pengelolaan Sumber Daya

mo
Air;
c. menetapkan Rencana Pengelolaan Sumber

-no
Daya Air;
d. menetapkan kawasan lindung Sumber Air;

pu
e. menerbitkan Perizinan Berusaha atau
persetujuan penggunaan Sumber Daya Air;
erp
f. membentuk wadah koordinasi;
g. menetapkan norma, standar, prosedur, dan
d-p

kriteria;
h. membentuk Pengelola Sumber Daya Air; dan
loa

i. menetapkan nilai satuan BJPSDA.


(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai badan usaha
wn

milik negara/badan usaha milik daerah di bidang


Pengelolaan Sumber Daya Air sebagaimana
/do

dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan


Pemerintah.
/12

6 Ketentuan Pasal 38 diubah sehingga berbunyi sebagai


22

berikut:
Pasal 38
/20

Tahapan Pengelolaan Sumber Daya Air meliputi:


a. Perencanaan Pengelolaan Sumber Daya Air;
om

b. pelalsanaan konstruksi Prasarana Sumber Daya


Air dan pelaksanaan nonkonstruksi atau
i.c

pelaksanaan konstruksi Sumber Air;


c. pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan Sumber
s
ula

Daya Air; dan


d. pemantauan dan evaluasi Pengelolaan Sumber
g

Daya Air.
ore

7 Ketentuan Pasal 40 diubah sehingga berbunyi sebagai


f

berikut:
.in

Pasal 4O
(1) Pelaksanaan konstruksi Prasarana Sumber Daya
ww

Air dan pelaksanaan nonkonstruksi dilakukan oleh


Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah
/w

sesuai dengan kewenangannya berdasarkan


s:/

program dan rencana kegiatan.


(21 Pelaksanaan konstruksi Prasarana Sumber Daya
p

Air dan pelaksanaan nonkonstruksi sebagaimana


htt

dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dengan


melibatkan peran serta masyarakat.
(3) Setiap. . .

SK No 160451A
l
tm
2.h
02
i:TFFII-.I{I]
|TEITI :TritTIt{.lIIt{lA

n-2
-360-

hu
(3) Setiap Orang atau kelompok masyarakat atas

-ta
prakarsa sendiri dapat melaksanakan kegiatan

r-2
konstruksi Prasarana Sumber Daya Air dan
pelaksanaan nonkonstruksi untuk kepentingan

mo
sendiri berdasarkan Perizinan Berusaha atau
persetujuan penggunaan Sumber Daya Air dari

-no
Pemerintah hrsat dan/ atau Pemerintah Daerah
sesuai dengan kewenangannya berdasarkan

pu
norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
erp
(41 Pelaksanaan konstruksi Prasarana Sumber Daya
Air dan pelaksanaan nonkonstruksi dilakukan
d-p

dengan:
a. mengikuti norma, standar, prosedur, dan
loa

kriteria;
b. memanfaatkan teknologi dan sumber daya
wn

lokal; dan
c. mengutamakan keselamatan, keamanan
/do

kerja, dan keberlanjutan fungsi ekologis,


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
/12

undangan.
(5) Kewajiban memperoleh Perizinan Berusaha atau
22

persetujuan penggunaan Sumber Daya Air


/20

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikecualikan


bagi kegiatan nonkonstruksi yang tidak
om

mengakibatkan perubahan fisik pada Sumber Air.


(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai persetqjuan atau
Peizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada
si.c

ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.


Di antara ketentuan Pasal 40 dan Pasal 41 disisipkan I
ula

8
(satu) pasal, yakni Pasa1 40A sehingga berbunyi sebagai
eg

berikut:
Pasal 40A
for

(1) Pelaksanaan konstruksi Sumber Air yang berupa


kegiatan pengalihan alur sungai dilakukan oleh
.in

Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah


sesuai dengan kewenangannya dalam
ww

Pengelolaan Sumber Daya Air berdasarkan


program dan rencana kegiatan.
//w

(21 Selain dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan/ atau


Pemerintah Daerah, kegiatan pengalihan alur
ps:

sungai dapat dilakukan oleh instansi pemerintah


berdasarkan persetujuan pengalihan alur sungai
htt

dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah


Daerah sesuai dengan kewenangannya.
(3) Selain . . .

SK No 160452A
l
tm
2.h
02
trlil,FILtrN
I-trTIIEtrT.INEEIItrEM

n-2
-361 -

hu
(3) Selain dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan/ atau

-ta
Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada

r-2
ayat (1) dan instansi pemerintah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), kegiatan pengalihan alur

mo
sungai dapat dilakukan oleh:
a. badan usaha milik negara;

-no
b. badan usaha milik daerah;
c. badan usaha milik desa;
pu
d. koperasi; atau erp
e. badan usaha swasta.
d-p

(4) Pelaksanaan pengalihan alur sungai sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) dilakukan berdasarkan
loa

persetujuan pengalihan alur sungai dari


Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah
wn

sesuai dengan kewenangannya berdasarkan


norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
/do

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai persetujuan
/12

pengalihan alur sungai sebagaimana dimaksud


pada ayat (4) diatur dengan Peraturan
22

Pemerintah.
/20

9 Ketentuan Pasal 43 diubah sehingga berbunyi sebagai


om

berikut:
Pasal 43
i.c

(1) Pemantauan Pengelolaan Sumber Daya Air


s
ula

dilakukan terhadap:
a. Perencanaan Pengelolaan Sumber Daya Air;
g

b. pelaksanaan konstruksi Prasarana Sumber


ore

Daya Air dan pelaksanaan nonkonstruksi; dan


c. pelaksanaan Operasi dan Pemeliharaan
f
.in

Sumber Daya Air.


ww

(21 Evaluasi Pengelolaan Sumber Daya Air dilakukan


berdasarkan hasil pemantauan Sumber Daya Air
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terhadap
/w

tujuan Pengelolaan Sumber Daya Air.


s:/

(3) Hasil evaluasi Pengelolaan Sumber Daya Air


p

digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam


htt

melakukan perbaikan penyelenggaraan


Pengelolaan Sumber Daya Air.
(4) Pelaksanaan...

SK No 160453 A
ml
t
2.h
02
EITLEIEtrN
REPUELIK TNDONESIA

-2
un
- 362

ah
(41 Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi

2-t
Pengelolaan Sumber Daya Air sebagaimana
dimaksud pada ayat (l ) dan ayat (21 dilakukan oleh

or-
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah
sesuai dengan kewenangannya berdasarkan

om
norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

u-n
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemantauan dan
evaluasi Pengelolaan Sumber Daya Air diatur

p
dalam Peraturan Pemerintah.
erp
10. Ketentuan Pasal 44 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p

berikut:
Pasal 44
(1) Penggunaan Sumber Daya Air
loa

sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 ayat (2) huruf c untuk
wn

kebutuhan usaha dan kebutuhan bukan usaha


dilakukan setelah memenuhi Perizinan Berusaha
/do

atau persetujuan penggunaan Sumber Daya Air.


(21 PerLinan Berusaha atau persetujuan penggunaan
/12

Sumber Daya Air sebagaimana dimaksud pada ayat


(l) diberikan dengan memperhatikan fungsi
22

kawasan dan kelestarian lingkungan hidup.


(3) Perizinan Berusaha atau persetujuan penggunaan
/20

Sumber Daya Air sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) diberikan oleh Pemerintah Pusat dan/ atau
om

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya


berdasarkan norna, standar, prosedur, dan
si.c

kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


(41 Perizinan Berusaha atau persetujuan pengguna.an
ula

Sumber Daya Air sebagaimana dimaksud pada ayat


(21 tidak dapat disewakan atau
eg

dipindahtangankan, baik s6lagran maupun


seluruhnya.
for

11. Ketentuan Pasal 45 diubah sehingga berbunyi sebagai


.in

berikut:
Pasal 45
ww

(1) Persetqjuan penggunaan Sumber Daya Air untuk


kebutuhan bukan usaha terdiri atas:
//w

a. persetqjuan penggunaan Sumber Daya Air


untuk pemenuhan kebutuhan pokok sehari-
ps:

hari diperlukan jika:


1. cara penggunaannya dilakukan dengan
htt

mengubah kondisi alami Sumber Air;


dan/ atau
2. penggunaannya . . .

SK No 160454A
j

ml
.ht
22
-20
E[trtrf,I]IEENtrEIN

un
-363-

ah
2. penggunaannya diajukan untuk

2-t
keperluan kelompok yang memerlukan
Air dalam jumlah yang besar.

or-
b persetujuan penggunaan Sumber Daya Air
untuk pemenuhan kebutuhan pertanian

om
rakyat diperlukan jika:
1. cara penggunaannya dilakukan dengan

u-n
mengubah kondisi alami Sumber Air;
dan/atau
rpp
2. penggunaannya untuk pertanian rakyat
di luar sistem irigasi yang sudah ada.
-pe
c persetujuan penggunaan Sumber Daya Air
untuk pemenuhan kebutuhan bagi kegiatan
ad

selain untuk memenuhi kebutuhan pokok


sehari-hari dan pertanian rakyat yang bukan
lo

merupakan kegiatan usaha.


wn

12. Ketentuan Pasa1 49 diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

berikut:
Pasal 49
/12

(1) Penggunaan Sumber Daya Air untuk kebutuhan


usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47
22

dapat berupa penggunaan:


a. Sumber Daya Air sebagai media;
20

b. Air dan Daya Air sebagai materi;


m/

c. Sumber Air sebagai media; dan/ atau


d. Air, Sumber Air, dan/atau Daya Air sebagai
.co

media dan materi.


(21 Penggunaan Sumber Daya Air untuk kebutuhan
i
las

usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib


memenuhi Perizinan Berusaha.
gu

(3) Pemberian Perizinan Benrsaha dilakukan secara


ore

ketat dengan urutan prioritas:


a. pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari bagi
kelompok yang memerlukan Air dalam jumlah
f
.in

yang besar;
b. pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari
ww

yang mengubah kondisi alami Sumber Air;


c. pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang
//w

sudah ada;
d. penggunaan Sumber Daya Air untuk
ps:

kebutuhan usaha guna memenuhi kebutuhan


pokok sehari-hari melalui Sistem Penyediaan
htt

Air Minum;
e. kegiatan . . .

SK No 160455 A
t ml
2.h
02
I-fiI-+Tf.I{Il
ELIK INDONESIA

-2
un
-364-

ah
e. kegiatan bukan usaha untuk kepentingan

2-t
publik;
f. penggunaan Sumber Daya Air untuk

or-
kebutuhan usaha oleh badan usaha milik
negara, badan usaha milik daerah, atau

om
badan usaha milik desa; dan
g. penggunaan Sumber Daya Air untuk

u-n
kebutuhan usaha oleh badan usaha swasta
atau perseorangan.
p
erp
(41 Perizinan Berusaha penggunaan Sumber Daya Air
untuk kebutuhan usaha sebagaimana dimaksud
d-p

pada ayat (2) dapat diberikan untuk:


a. titik atau tempat tertentu pada Sumber Air;
loa

b. ruas tertentu pada Sumber Air; atau


wn

c. bagian tertentu dari Sumber Air.


(5) Perizinan Berusaha penggunaan Sumber Daya Air
/do

untuk kebutuhan usaha sebagaimana dimaksud


pada ayat (4) dapat diberikan kepada:
/12

a. badan usaha milik negara;


b. badan usaha milik daerah;
22

c. badan usaha milik desa;


/20

d. koperasi;
om

e. badan usaha swasta; atau


f. perseorangan.
si.c

13. Ketentuan Pasal 5O diubah sehingga berbunyi sebagai


ula

berikut:
eg
for
.in

Pasal 50...
ww
//w
ps:
htt

SK No 160456 A
l
tm
2.h
02
PNESIDEN
REPUEUK INDONESIA

n-2
-365-

hu
Pasal 50

-ta
Perizinan Berusaha penggunaan Sumber Daya Air

r-2
untuk kebutuhan usaha dengan menggunakan Air dan
Daya Air sebagai materi sebagaimana dimaksud dalam

mo
Pasal 49 ayat (1) huruf b yang menghasilkan produk
berupa Air minum untuk kebutuhan pokok sehari-hari

-no
diberikan kepada badan usaha milik negara, badan
usaha milik daerah, atau badan usaha milik desa

pu
penyelenggara Sistem Penyediaan Air Minum.
erp
14. Ketentuan Pasal 5l diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p

berikut:
Pasal 51
loa

(1) Perizinan Berusaha penggunaan Sumber Daya Air


untuk kebutuhan usaha dapat diberikan kepada
wn

pihak swasta setelah memenuhi syarat tertentu


/do

dan ketat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46


ayat (l) huruf f minimal:
/12

a. sesuai dengan Pola Pengelolaan Sumber Daya


Air dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya
22

Air;
b. memenuhi persyaratan teknis administratif;
/20

c. mendapat persetujuan dari para pemangku


om

kepentingan di kawasan Sumber Daya Air;


dan
i.c

d. memenuhi kewajiban biaya Konservasi


Sumber Daya Air yang merupakan komponen
s
ula

dalam BJPSDA dan kewajiban keuangan


lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
g

perundang-undangan.
ore

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai Peizinan


Berusaha untuk menggunakan Sumber Daya Air
f
.in

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
ww
/w

15. Ketentuan . . .
ps:/
htt

SK No 160457A
t ml
2.h
02
REFUEL|K INDONESIA

-2
un
-366-

ah
15. Ketentuan Pasal 52 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 52

or-
(1) Penggunaan Sumber Daya Air untuk negara lain

om
dilarang, kecuali untuk tqiuan kemanusiaan.
(21 Pengecualian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

u-n
harus memenuhi persyaratan telah dapat
terpenuhinya kebutuhan penggunaan Sumber

p
Daya Air di Wilayah Sungai yang bersangkutan
erp
serta daerah sekitarnya.
(3) Penggunaan Sumber Daya Air untuk negara lain
d-p

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus


didasarkan pada Pola Pengelolaan Sumber Daya
loa

Air dan Rencana Pengelolaan Sumber Daya Air


pada Wilayah Sungai yang bersangkutan dan
wn

memperhatikan kepentingan daerah di sekitarnya.


(41 Rencana penggunaan Sumber Daya Air untuk
/do

negara lain dilakukan melalui proses konsultasi


publik oleh Pemerintah Pusat danlatau
/12

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya


berdasarkan norma, standar, prosedur, dan
22

kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


/20

(5) Penggunaan Sumber Daya Air untuk negara lain


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat (41
om

wajib mendapat persetujuan penggunaan Sumber


Daya Air dari Pemerintah Pusat berdasarkan
si.c

rekomendasi dari Pemerintah Daerah dan sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-
ula

undangan.
eg

16. Ketentuan Pasal 56 diubah sehingga berbunyi sebagai


for

berikut:
.in

Pasal 56
(1) Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Air
ww

dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan/atau


Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya
//w

terhadap Pengelolaan Sumber Daya Air


berdasarkan norma, standar, prosedur, dan
ps:

kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


htt

(2) Pengawasan . . .

SK No 160458 A
t ml
2.h
02
REPUEUK TNDONESIA

-2
un
-367-

ah
(21 Pengawasan Pengelolaan Sumber Daya Air
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

2-t
dilakukan dengan melibatkan peran masyarakat.

or-
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan
Pengelolaan Sumber Daya Air diatur dalam

om
Peraturan Pemerintah.

u-n
17. Ketentuan Pasal 70 diubah sehingga berbunyi sebagai

p
berikut: erp
Pasal 70
d-p
Setiap Orang yang dengan sengaja:
a. melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi
loa

Prasarana Sumber Daya Air dan nonkonstruksi


pada Sumber Air tanpa memperoleh Perizinan
wn

Berusaha atau persetujuan penggunaan Sumber


Daya Air dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah
/do

Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40


ayat (3);
/12

b. melakukan kegiatan Pelaksanaan konstruksi


Sumber Air yang berupa kegiatan pengalihan alur
22

sungai tanpa memperoleh persetujuan pengalihan


alur sungai dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah
/20

Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4OA


ayat l4l;
om

c. menyewakan atau memindahtangankan; baik


si.c

sebagian maupun keseluruhan Perizir:an Berusaha


atau persetujuan penggunaan Sumber Daya Air
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (411'
ula

atau
eg

d. melakukan penggunaan Sumber Daya Air tanpa


Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam
for

Pasal 49 ayat(21,
.in

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)


tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda
ww

paling sedikit Rp1.O0O.0OO.0O0,O0 (satu miliar rupiah)


dan paling banyak Rp5.0O0.000.00O,0O (lima miliar
//w

rupiah).
ps:

18. Ketentuan Pasal 73 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
htt

Pasar 73 . . .

SK No 160459A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-368-

hu
Pasal 73

-ta
Setiap Orang yang karena kelalaiannya:
a. melakukan kegiatan pelaksanaan

2
konstruksi

or-
Prasarana Sumber Daya Air dan nonkonstruksi pada
Sumber Air tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

om
dimaksud dalam Pasal 40 ayat (3) dan ayal (41;
b. melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi Sumber

u-n
Air yang berupa kegiatan pengalihan alur sungai tanpa
memperoleh persetujuan pengalihan alur sungai dari

p
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
erp
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 40A ayat (4); atau
c. menggunakan Sumber Daya Air untuk kebutuhan
d-p

usaha tanpa Perizinan Berusaha sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 49 ayar (21,
loa

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga)


bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan pidana denda
wn

paling sedikit Rp300.000.00O,00 (tiga ratus juta rupiah) dan


paling banyak Rp1.00O.000.000,00 (satu miliar rupiah).
o
2/d

19. Di antara Pasal 75 dan Pasal 76 disisipkan 1 (satu) pasal,


yakni Pasal 75A sehingga berbunyi sebagai berikut:
/1

Pasal 75A
22

(1) Setiap Orang yang sebelum berlakunya Undang-


Undang ini, telah melakukan:
20

a. pelaksanaan konstruksi Prasarana Sumber Daya


Air dan pelaksanaan nonkonstruksi tanpa
/
om

Perizinan Berusaha dan/atau persetqiuan


penggunaan Sumber Daya Air sebagaimana
si.c

dimaksud dalam Pasal 4O ayat (3);


b. pelaksanaan konstruksi Sumber Air yang berupa
ula

pengalihan alur sungai, tanpa persetqjuan


pengalihan alur sungai sebagaimana dimaksud
g

dalam Pasal 4OA ayat (4); dan/atau


ore

c. kegiatan penggunaan Sumber Daya Air tanpa


Perizinan Berusaha dan/atau persetujuan
inf

penggunaan Sumber Daya Air sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) dan Pasal 49
.
ww

ayat (21,
dikenai sanksi administratif berupa denda
/w

administratif dan wajib mengajukan permohonan


Perizinan Berusaha, persetujuan penggunaan Sumber
s:/

Daya Air, dan/ atau persetqjuan pengalihan alur


p

sungai paling lama 3 (tiga) tahun sejak Undang-


htt

Undang ini diundangkan.

(2) Setiap. . .

SK No 137468 A
m l
.ht
22
-20
un
-369-

h
(2) Setiap orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setelah

-ta
3 (tiga) tahun sejak berlakunya Undang-Undang ini

r-2
diundangkan belum mengajukan permohonan Perizinan
Berusaha, dan/atau persetujuan pengalihan alur sungai,

o
dikenai sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal

om
7O huruf a, hurufb, dan huruf d serta Pasal 73.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara Perizinan

u-n
Berusaha, persetujuan penggunaan Sumber Daya Air,
dan/atau persetujuan pengalihan alur sungai dan
rpp
pengenaan sanksi administratif bagi setiap orang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
-pe
Peraturan Pemerintah.
ad

Paragraf 10
nlo

Transportasi
ow

Pasal 54
Untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat terutama Pelaku
2/d

Usaha dalam mendapatkan Perizinan Berusaha dan kemudahan


persyaratan investasi di sektor transportasi, Peraturan Pemerintah
/1

Pengganti Undang-Undang ini mengubah, menghapus, atau


22

menetapkan pengaturan baru beberapa ketentuan yang diatur


dalam:
/20

a. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2O09 tentang Lalu Lintas dan


om

Angkutan Jalan (trmbaran Negara Republik Indonesia Tahun


2OO9 Nomor 96, Tambahan kmbaran Negara Republik
i.c

Indonesia Nomor 5025);


b. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2OO7 tentang Perkeretaapian
las

(tembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65,


u

Tambahan kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 47221;


eg

c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 20O8 tentang Pelayaran


for

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64,


Tambahan kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 4849);
.in

dan
d. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
ww

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2O09 Nomor 1,


Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956).
/w

Pasal 55
s:/

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 22 Tal:un 2OO9


p

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (l,embaran Negara Republik


htt

Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 5025) diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan . . .
SK No 160461A
ml
t
2.h
02
EIItrtrIEtrN
REPUE|JK INDONESIA

-2
un
-370-

ah
1 Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 19

or-
(1) Ja1an dikelompokkan dalam beberapa kelas
berdasarkan:

om
a. fungsi dan intensitas Lalu Lintas guna
kepentingan pengaturan penggunaan Jalan dan

u-n
Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan
b. daya dukung untuk menerima muatan sumbu
p
terberat dan dimensi Kendaraan Bermotor.
erp
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelompokan Jalan
menurut kelas Jalan diatur dalam Peraturan
d-p

Pemerintah.
Ketentuan Pasal 36 diubah sehingga berbunyi sebagai
loa

2
berikut:
wn

Pasal 36
Setiap Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek wajib
singgah di Terminal yang sudah ditentukan, kecuali
/do

ditetapkan lain dalam trayek yang telah disetujui dalam


/12

Peizrnan Berusaha.
3 Ketentuan Pasal 38 diubah sehingga berbunyi s6lagai
22

berikut:
Pasal 38
/20

(1) Setiap penyelenggara Terminal wajib menyediakan


fasilitas Terminal yang memenuhi persyaratan
om

keselamatan dan keamanan.


(21 Fasilitas Terminal sebagaimana dimaksud pada ayat
si.c

(1) meliputi fasilitas utama dan fasilitas penunjang.


(3) Untuk menjaga kondisi fasilitas Terminal sebagaimana
ula

dimaksud pada ayat (2), penyelenggara Terminal wajib


melakukan pemeliharaan yang bekerja sama dengan
eg

usaha mikro dan kecil.


(41 Fasilitas Terminal harus menyediakan tempat untuk
for

kegiatan usaha mikro dan kecil paling sedikit 30% (tiga


.in

puluh persen).
(5) Ketentuan mengenai kerja sama dengan usaha mikro
ww

dan kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan


penyediaan tempat untuk kegiatan usaha mikro dan
//w

kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur


dalam Peraturan Pemerintah.
ps:

4 Ketentuan Pasal 39 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
htt

easat s .

SK No 160462A
l
tm
2.h
02
REPUBUK TNDONESIA

n-2
-371 -

hu
Pasal 39

-ta
(1) Lingkungan kerja Terminal merupakan daerah

r-2
yang diperuntukkan bagt fasilitas Terminal.
(21 Lingkungan kerja Terminal sebagaimana dimaksud

mo
pada ayat (1) dikelola oleh penyelenggara Terminal
dan digunakan untuk pelaksanaan pembangunan,

-no
pengembangan, dan pengoperasian fasilitas
Terminal.

pu
(3) Dalam hal Pemerintah Pusat sebagai
erp
penyelenggara Terminal sebagaimana dimaksud
pada ayat (2l., pelaksanaannya dapat
d-p
dikerjasamakan dengan badan usaha milik negara,
badan usaha milik daerah, badan usaha milik
desa, dan swasta.
loa

5 Ketentuan Pasal 40 diubah sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
Pasal 4O
/do

(1) Pembangunan Terminal harus dilengkapi dengan:


a. rancErng bangun;
/12

b. buku kerja rancang bangun;


22

c. rencana induk Terminal; dan


d. dokumen Amdal atau upaya pengelolaan
/20

lingkungan hidup dan upaya pemantauan


lingkungan hidup yang telah mencakup
om

analisis mengenai dampak Lalu Lintas.


(21 Pembangunan Terminal sebagaimana dimaksud
si.c

pada ayat (1) dapat dikerjasamakan dengan badan


usaha milik negara, badan usaha milik daerah,
ula

badan usaha milik desa, dan swasta sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.
eg

(3) Pengoperasian Terminal meliputi kegiatan:


for

a. perencanaan;
b. pelaksanaan; dan
.in

c.pengawasanoperasionalTerminal.
ww

(41 Pembangunan Terminal sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) serta perencanaan dan pelaksanaan
//w

dalam pengoperasian Terminal sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf b dapat
ps:

dikerjasamakan dengan badan usaha milik negara,


badan usaha milik daerah, badan usaha milik
htt

desa, dan swasta sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
6.Ketentuan...

SK No 160463 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
RE:PUEUK INOONESIA

n-2
-372-

hu
6 Ketentuan Pasal 43 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 43
(1) Penyediaan fasilitas Parkir untuk umum hanya

mo
dapat diselenggarakan di luar ruang milik Jalan
setelah memenuhi Perizinan Berusaha dari

-no
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria

pu
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
erp
(21 Penyelenggaraan fasilitas Parkir di luar ruang milik
Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
d-p

dilakukan oleh perseorangan warga negara


Indonesia atau badan hukum Indonesia berupa:
loa

a. usaha khusus perparkiran; atau


b. penunjang usaha pokok.
wn

(3) Fasilitas Parkir di dalam ruang milik Jalan hanya


/do

dapat diselenggarakan di tempat tertentu pada


Jalan kabupaten, Jalan desa, atau Jalan kota yang
/12

harus dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas


dan/ atau Marka Jalan.
22

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengguna jasa


fasilitas Parkir, Perizinan Berusaha, persyaratan,
/20

dan tata cara penyelenggaraan fasilitas Parkir


untuk umum sebagaimana dimaksud pada ayat
om

(1), ayat (2), dan ayat (3) diatur dalam Peraturan


Pemerintah.
si.c
ula

7 Ketentuan Pasal 50 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
eg

Pasal 50
for

(1) Uji tipe sslagaimana dimaksud dalam Pasal 49


ayat (21 huruf a wajib dilakukan bagi setiap
.in

Kendaraan Bermotor, kereta gandengan, dan


kereta tempelan, yang diimpor, dibuat dan/ atau
ww

dirakit di dalam negeri, serta modifikasi Kendaraan


Bermotor yang menyebabkan perubahan tipe.
//w
ps:

(2)uji. . .
htt

SK No 1604644
t ml
2.h
02
-2
un
-373-

ah
(2) Uji tipe sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

2-t
dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat yang
pelaksanaannya dapat dikerjasamakan dengan

or-
badan usaha milik negara, badan usaha milik
daerah, badan usaha milik desa, dan swasta.

om
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai uji tipe
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

u-n
dan
pelaksanaan uji tipe sebagaimana dimaksud pada
ayat (21 diatur dalam Peraturan Pemerintah.

p
erp
8 Ketentuan Pasal 53 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p

berikut:
Pasal 53
loa

(1) Uji berkala sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49


ayat (21 huruf b wajib dilakukan bagi mobil
wn

penumpang umum, mobil bus, mobil barang,


/do

kereta gandengan, dan kereta tempelan yang


dioperasikan di Jalan.
/12

(2) Pengujian berkala sebagaimana dimaksud pada


ayat (l) meliputi kegiatan:
22

a. pemeriksaan dan pengujian fisik Kendaraan


/20

Bermotor; dan
b. pengesahan hasil uji.
om

(3) Kegiatan pemeriksaan dan pengujian fisik


Kendaraan Bermotor sebagaimana dimaksud pada
si.c

ayat (21 huruf a dilaksanakan oleh:


a. unit pelaksana pengujian Pemerintah Daerah
ula

kabupaten/kota sesuai dengan norma,


standar, prosedur, dan kriteria yang
eg

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat;


for

b. unit pelaksana agen tunggal pemegang merek


yang mendapat Perizinan Berusaha dari
.in

Pemerintah Pusat; atau


ww
//w

c.unit...
ps:
htt

SK No 160465A
l
tm
2.h
02
REPUEUK INDONESIA

n-2
-374-

hu
c unit pelaksana pengujian swasta yang

-ta
mendapatkan Perizinan Berusaha dari

r-2
Pemerintah Pusat.

mo
9 Ketentuan Pasal 60 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

-no
Pasal 6O

pu
(1) Bengkel umum Kendaraan Bermotor yang
berfungsi untuk memperbaiki dan merawat
erp
Kendaraan Bermotor, wajib memenuhi persyaratan
teknis dan laik jalan.
d-p

(21 Bengkel umum yang mempunyai akreditasi dan


kualitas tertentu dapat melakukan pengujian
loa

berkala Kendaraan Bermotor.


wn

(3) bengkel umum sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi
/do

persyaratan yang ditetapkan oleh Pemerintah


Pusat.
/12

(41 Penyelenggaraan bengkel umum sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) harus memenuhi Perla;inarr
22

Berusaha dari Pemerintah Pusat.


(5) Pengawasan terhadap bengkel umum Kendaraan
/20

Bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


om

dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten/kota


sesuai dengan norrna, standar, prosedur, dan
i.c

kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan
s
ula

tata cara penyelenggaraan bengkel umum


sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (a), dan
g

ayat (5) diatur dalam Peraturan Pemerintah.


ore
f

10. Ketentuan Pasal 78 diubah sehingga berbunyi sebagai


.in

berikut:
ww
/w

Pasal 78. . .
ps:/
htt

SK No 160466A
ml
.ht
22
-20
EfltrtrLINEENtrE }]

un
-375-

tah
Pasal 78
(1) Pendidikan dan pelatihan

-
mengemudi

r-2
diselenggarakan oleh lembaga yang mendapat
Peizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat atau

mo
Pemerintah Daerah sesuai dengan norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh

-no
Pemerintah Pusat.
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan

pu
Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
erp
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
d-p

11. Ketentuan Pasal 99 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
loa

Pasal 99
wn

(1) Setiap rencana pembangunan pusat kegiatan,


permukiman, dan infrastruktur yang akan
/do

menimbulkan gangguan Keamanan Lalu Lintas


dan Angkutan Jalan, Keselamatan Lalu Lintas dan
/12

Angkutan Jalan, Ketertiban Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan, dan Kelancaran Lalu Lintas dan
22

Angkutan Jalan wajib dilakukan analisis mengenai


dampak Lalu Lintas yang terintegrasi dengan
20

Amdal atau upaya pengelolaan lingkungan hidup


m/

dan upaya pemantauan lingkungan hidup sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
co

mengenai lingkungan hidup.


si.

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai dokumen Amdal


atau upaya pengelolaan lingkungan hidup dan
ula

upaya pemantauan lingkungan hidup yang telah


mencakup analisis mengenai dampak Lalu Lintas
eg

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam


for

Peraturan Pemerintah.
.in

12. Pasal 1O0 dihapus.


ww

13. Pasal 101 dihapus.


//w
ps:

14.Ketentuan...
htt

SK No 160467A
t ml
2.h
02
REPUBL|K INDONESIA

n-2
-376-

hu
14. Ketentuan Pasal 126 diubah sehingga berbunyi sebagai

a
2-t
berikut:
Pasal 126

or-
Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum angkutan orang

om
dilarang:
a. memberhentikan Kendaraan selain di tempat yang

u-n
telah ditentukan;
b. mengetem selain di tempat yang telah ditentukan;
rpp
c. menurunkan Penumpang selain di tempat
pemberhentian dan/ atau di tempat tqiuan tanpa
-pe
alasan yang patut dan mendesak; dan/ atau
d. melewati jaringan Jalan selain yang ditentukan
ad

dalam trayek yang telah disetqiui dalam Perizinan


lo

Berusaha.
wn

15. Ketentuan Pasal 162 diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

berikut:
/12

Pasal 162
(1) Kendaraan Bermotor yang mengangkut barang
22

khusus wajib:
a. memenuhi persyaratan keselamatan sesuai
/20

dengan sifat dan bentuk barang yang


om

diangkut;
b. memiliki tanda tertentu sesuai dengan barang
i.c

yang diangkut;
c. memarkir Kendaraan di tempat yang
las

ditetapkan;
u

d. membongkar dan memuat barang di tempat


eg

yang ditetapkan dan dengan menggunakan


for

alat sesuai dengan sifat dan bentuk barang


yang diangkut; dan
.in

e. beroperasi pada waktu yang tidak


mengganggu Keamanan Lalu Lintas dan
ww

Angkutan Jalan, Keselamatan Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan, Kelancaran Lalu Lintas dan
//w

Angkutan Jalan, dan Ketertiban Lalu Lintas


dan Angkutan Jalan.
ps:
htt

(2) Kendaraan . . .

SK No 160468A
t ml
2.h
02
I'RESIDEN
NEFUELIK INDONESIA

-2
un
-377 -

ah
(2) Kendaraan Bermotor Umum yang mengangkut alat

2-t
berat dengan dimensi yang melebihi dimensi yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat harus mendapat

or-
pengawalan dari Kepolisian Negara Republik
Indonesia.

om
(3) Pengemudi dan pembantu Pengemudi Kendaraan
Bermotor Umum yang mengangkut barang khusus

u-n
wajib memiliki kompetensi tertentu sesuai dengan
sifat dan bentuk barang khusus yang diangkut.

p
erp
16. Ketentuan Pasal 165 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p

berikut:
Pasal 165
loa

(1) Angkutan umum di Jalan yang merupakan bagian


angkutan multimoda dilaksanakan oleh badan
wn

hukum angkutan multimoda.


/do

(21 Kegiatan angkutan umum dalam angkutan


multimoda dilaksanakan berdasarkan perjanjian
/12

yang dibuat antara badan hukum angkutan Jalan


dan badan hukum angkutan multimoda dan/ atau
22

badan hukum moda lain.


(3) Pelayanan angkutan multimoda harus terpadu
/20

secara sistem dan memenuhi Perizinan Berusaha


dari Pemerintah Pusat.
om

l4l Ketentuan mengenai angkutan multimoda


si.c

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21,


dan ketentuan mengenai persyaratan, dan tata
ula

cara memperoleh Perizinan Berusaha sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan
eg

Pemerintah.
for

17. Ketentuan Pasal 170 diubah sehingga berbunyi sebagai


.in

berikut:
ww

Pasal 17O . . .
//w
ps:
htt

SK No 160469A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-374-

h
Pasal 170

-ta
(1) Alat penimbangan yang dipasang secara tetap

r-2
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 169 ayat l4l
huruf a dipasang pada lokasi tertentu.

mo
(21 Penetapan lokasi, pengoperasian, dan penutupan
alat penimbangan yang dipasang secara tetap pada

-no
Jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
dilakukan oleh Pemerintah Pusat.

pu
(3) Pengoperasian dan perawatan alat penimbangan
erp
yang dipasang secara tetap serta sistem informasi
manajemen dilakukan oleh Pemerintah Pusat dan
d-p

dapat dikerjasamakan dengan badan usaha milik


negara, badan usaha milik daerah, dan swasta
loa

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.
wn

(4) Petugas alat penimbangan yang dipasang secara


tetap wajib mendata jenis barang yang diangkut,
/do

berat angkutan, dan asal tujuan.


/12

18. Ketentuan Pasal 173 diubah sehingga berbunyi sebagai


22

berikut:
/20

Pasal 173
(1) Perusahaan Angkutan Umum yang
om

menyelenggarakan angkutan orang danlatau


barang wajib memenuhi Perizinan Berusaha dari
si.c

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai


norrna, standar, prosedur, dan kriteria yang
ula

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


(21 Kewajiban memenuhi Perizinan Berusaha
eg

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku


untuk:
for

a. pengangkutan orang sakit dengan


.in

menggunakan ambulans; atau


b. pengangkutan jenazah.
ww

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan


Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat
//w

(1)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
ps:

19. Pasal 174 dihapus.


htt

20. Pasal I75. . .

SK No 137469A
ml
.ht
22
FRESIDEN

-20
FEFUEUK INDONESIA

un
-379-

tah
20. Pasal 175 dihapus

-
r-2
21. Pasal 176 dihapus

mo
22. Pasal 177 dihapus.

-no
23.

pu
Pasal 178 dihapus.
erp
24. Ketentuan Pasal 179 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
d-p

Pasal 179
loa

(1) Per2inan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 173 ayat (1) terkait penyelenggaraan
wn

angkutan orang tidak dalam trayek diberikan oleh:


a. Pemerintah Pusat yang bertanggung jawab di
/do

bidang sarana dan Prasarana Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan untuk angkutan orang yang
/12

melayani:
1. angkutan taksi yang wilayah operasinya
22

melampaui 1 (satu) daerah provinsi;


20

2. angkutan dengan tujuan tertentu; atau


m/

3. angkutanpariwisata;
b. gubernur untuk angkutan taksi yang wilayah
co

dari 1
operasinya melampaui lebih (satu)
si.

daerah kabupaten/kota dalam 1 (satu)


provinsi sesuai dengan nonna, standar,
ula

prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh


eg

Pemerintah Pusat;
c. Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta
for

untuk angkutan taksi dan angkutan kawasan


tertentu yang wilayah operasinya berada
.in

dalam wilayah Provinsi Daerah Khusus


ww

Ibukota Jakarta sesuai dengan norma,


standar, prosedur, dan kriteria yang
//w

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat; dan


ps:

d. bupati. .
htt

SK No 160471A
l
tm
2.h
02
EEIIFIEENI
REPUEUK INDONESIA

n-2
-380-

hu
d. bupati/wali kota untuk taksi dan angkutan

-ta
kawasan tertentu yang wilayah operasinya

2
berada dalam wilayah kabupaten/kota sesuai

or-
dengan norma, standar, prosedur, dan kriteria
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

om
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan
persyaratan pemberian Perizinan Berusaha

u-n
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
rpp
-pe
25. Pasal 180 dihapus.
ad

26. Ketentuan Pasal 185 diubah sehingga berbunyi sebagai


lo

berikut:
wn

Pasal 185
(1) Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah
/do

dapat memberikan subsidi angkutan pada trayek


atau lintas tertentu.
/12

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian


subsidi angkutan sebagaimana dimaksud pada
22

ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.


20
m/

27. Ketentuan Pasal 199 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
.co

Pasal 199
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan
i
las

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 167, Pasal


gu

168, Pasal 173, Pasal 186, Pasal 187, Pasal 189,


Pasal 192, atau Pasal 193 dikenai sanksi
ore

administratif berupa:
a. peringatantertulis;
f
.in

b. dendaadministratif;
c.
ww

pembekuan Perizinan Berusaha; dan/ atau


d. pencabutan Perizinan Berusaha.
//w

(2) Ketentuan. .
ps:

.
htt

SK No 160472A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REFUBLIK INDONESIA

n-2
-381 -

hu
l2l Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,

-ta
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi

r-2
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

mo
28. Ketentuan Pasal 22O diubah sehingga berbunyi sebagai

-no
berikut:

pu
Pasal 22O
(1) Rancang bangun dan pemeliharaan Kendaraan
erp
Bermotor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 219
ayat (1) huruf a dan pengembangan riset dan
d-p

rErncang bangun Kendaraan Berrhotor


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 219 ayat (2)
loa

huruf a dilakukan oleh:


a. Pemerintah Pusat;
wn

b. Pemerintah Daerah;
/do

c. badan hukum;
d. lembaga penelitian; dan/atau
/12

e. perguruan tinggi.
22

(21 Rancang bangun sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) harus mendapatkan pengesahan dari
/20

Pemerintah Pusat.
om

29. Ketentuan Pasal 222 diubah sehingga berbunyi sebagai


si.c

berikut:
Pasal 222
ula

(1) Pemerintah Pusat wajib mengembangkan industri


dan teknologi prasarana yang menjamin
eg

Keamanan, Keselamatan, Ketertiban, dan


for

Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.


(21 Pengembangan industri dan teknologi Prasarana
.in

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dilakukan secara


ww

terpadu dengan dukungan semua sektor terkait.


//w

(3) Pengembangan . . .
ps:
htt

SK No 160473 A
ml
.ht
22
0
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-342-

u
ah
(3) Pengembangan industri danteknologi

2-t
sebagaimana dimaksud pada ayat (21 harus
mendapatkan pengesahan dari Pemerintah Pusat.

r-
mo
30. Ketentuan Pasal 3O2 diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut:

-no
Pasal 3O2

pu
Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan
erp
Bermotor Umum angkutan orang yang tidak berhenti
selain di tempat yang telah ditentukan, mengetem,
d-p

menurunkan penumpang selain di tempat


pemberhentian, atau melewati jaringan jalan selain
loa

yang ditentukan dalam trayek yang telah disetujui


dalam Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud
wn

dalam Pasal 126 dipidana dengan pidana kurungan


paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak
/do

Rp25O.00O,OO (dua ratus lima puluh ribu rupiah).


/12

31. Ketentuan Pasal 305 diubah sehingga berbunyi


22

sebagai berikut:
20

Pasal 305
Setiap orang yang
m/

Kendaraan
Bermotor yang mengangkut barang khusus yang tidak
co

memenuhi ketentuan mengenai persyaratan


keselamatan, pemberian tanda barang, Parkir,
si.

bongkar dan muat, atau waktu operasi sebagaimana


ula

dimaksud dalam Pasal 162 ayal (1) huruf a, huruf b,


huruf c, huruf d, atau huruf e dipidana dengan pidana
eg

kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau pidana denda


for

paling banyak Rp500.0O0,O0 (lima ratus ribu rupiah).


.in
ww
//w

32. Pasal
ps:
htt

SK No 137470 A
l
tm
2.h
02
FRESIDEN
REI'UBIJK INDONESIA

n-2
-383-

hu
32. Pasal 308 dihapus.

-ta
r-2
Pasal 56

mo
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2OO7 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara

-no
Republik Indonesia Tahun 2OO7 Nomor 65, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47221 diubah

pu
sebagai berikut:
erp
1 Ketentuan Pasal 24 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p
berikut:
Pasal 24
loa

(1)Badan Usaha yang menyelenggarakan Prasarana


Perkeretaapian umum sebagaimana dimaksud
wn

dalam Pasal 23 ayat (1) wajib memenuhi Perizinan


Berusaha terkait Prasarana Perkeretaapian umum.
/do

(21 Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diberikan berdasarkan norma, standar,
/12

prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh


Pemerintah Pusat meliputi:
22

a. Pemerintah Pusat untuk penyelenggaraan


/20

Prasarana Perkeretaapian umum yang


jaringan jalurnya melintasi batas wilayah
om

provinsi;
b. Pemerintah Daerah provinsi untuk
i.c

penyelenggaraan Prasarana Perkeretaapian


s

umum yang jaringan jalurnya melintasi batas


ula

wilayah kabupaten/kota dalam satu provinsi


setelah mendapat persetujuan dari
g

Pemerintah Pusat; dan


f ore
.in

c. Pemerintah . . .
ww
/w
s:/
p
htt

SK No 160475 A
ml
.ht
22
-20
E[tr[tLItrDEtrtrEIA

un
-384-

tah
c. Pemerintah Daerah kabupaten / kota untuk
penyelenggaraan Perkeretaapian umum yang

-
jaringan jalurnya dalam wilayah

r-2
kabupaten/kota setelah mendapat

mo
rekomendasi Pemerintah Daerah provinsi dan
persetqjuan Pemerintah Pusat.

-no
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan
Berusaha terkait Prasarana Perkeretaapian umum

pu
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
erp
2 Di antara Pasal24 dan Pasal 25 disisipkan I (satu) pasal
d-p

yakni Pasal 24A sehingga berbunyi sebagai berikut:


loa

Pasal 24A
wn

Badan Usaha yang menyelenggarakan Prasarana


Perkeretaapian umum yang tidak memenuhi Perizinarr
/do

Berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat


(1) dikenai sanksi administratif.
/12

3 Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai


22

berikut:
20

Pasal 28
m/

Penyelenggara Sarana Perkeretaapian yang


mengoperasikan Sarana Perkeretaapian tidak
co

memenuhi standar kelaikan operasi Sarana


si.

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27


dikenai sanksi administratif.
ula
eg

4 Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
for

Pasal 32
.in

(1) Badan Usaha yang menyelenggarakan Sarana


Perkeretaapian umum wajib memenuhi Perizinan
ww

Berusaha.
//w

(2lPerizinan...
ps:
htt

SK No 160476A
l
tm
2.h
02
EEtrtrIEtrN
REPUBUK INDONESIA

n-2
-385-

hu
(21 Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada

-ta
ayat (1) diterbitkan berdasarkan norrna, standar,
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh

r-2
Pemerintah Pusat meliputi:

mo
a. Pemerintah Pusat untuk pengoperasian
Sarana Perkeretaapian umum yang jaringan

-no
jalurnya melintasi batas wilayah provinsi dan
batas wilayah negara;

pu
b. pemerintah provinsi untuk pengoperasian
erp
Sarana Perkeretaapian umum yang jaringan
jalurnya melintasi batas wilayah
d-p
kabupaten/kota dalam satu provinsi; dan
c. pemerintah kabupaten/kota untuk
loa

pengoperasian Sarana Perkeretaapian umum


yang jaringan jalurnya dalam wilayah
wn

kabupaten/kota.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan
/do

Berusaha terkait penyelenggaraan Sarana


Perkeretaapian umum diatur dalam Peraturan
/12

Pemerintah.
22

5 Di antara Pasal 32 dan Pasal 33 disisipkan I (satu) pasal


/20

yakni Pasal 32A sehingga berbunyi sebagai berikut:


om

Pasal 32A
Badan Usaha yang menyelenggarakan Sarana
i.c

Perkeretaapian umum yang tidak memenuhi Perizinan


Berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat
las

(1) dikenai sanksi administratif.


gu

6 Ketentuan Pasal 33 diubah sehingga berbunyi sebagai


ore

berikut:
f

Pasal 33
.in

(1) Penyelenggaraan Perkeretaapian khusus


ww

sebagaimana dimalsud dalam Pasal 17 ayat (21


dilakukan oleh Badan Usaha untuk menunjang
kegiatan pokoknya.
//w
ps:

(2) Badan. . .
htt

SK No 160477A
l
tm
2.h
02
REPUBL|K INDONESIA

n-2
-386-

hu
(21 Badan Usaha sslagaimana dimaksud pada ayat (1)

-ta
wajib memenuhi Perizinan Berusaha.

r-2
(3) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (21 diberikan berdasarkan norna, standar,

mo
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat meliputi:

-no
a. Pemerintah Pusat untuk penyelenggaraan
Perkeretaapian khusus yang jaringan jalurnya

pu
melintasi batas wilayah provinsi dan batas
erp
wilayah negara;
b. pemerintah provinsi untuk penyelenggaraan
d-p

Perkeretaapian khusus yang jaringan jalurnya


melintasi batas wilayah kabupaten/kota
loa

dalam satu provinsi setelah mendapat


persetujuan dari Pemerintah Pusat; dan
wn

c. pemerintah kabupaten/kota untuk


penyelenggaraan Perkeretaapian khusus yang
/do

jaringan jalurnya dalam wilayah


kabupaten/kota setelah mendapat
/12

rekomendasi pemerintah provinsi dan


persetujuan Pemerintah Pusat.
22

(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan


/20

Berusaha terkait Perkeretaapian khusus diatur


dalam Peraturan Pemerintah.
om

7 Di antara Pasal 33 dan Pasal 34 disisipkan 1 (satu)


i.c

pasal, yakni Pasal 33A sehingga berbunyi sebagai


las

berikut:
Pasal 33A
gu

Penyelenggara Perkeretaapian khusus yang tidak


ore

memenuhi Perizir:an Berusaha sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 33 ayat (2) dikenai sanksi administratif.
f
.in

Ketentuan Pasal 77 diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

8
berikut:
//w
ps:

Pasal77 -. -
htt

SK No 160478A
t ml
2.h
02
i-lrt*fttrlll
RE:PUEUK INDONESIA

-2
un
-347-

ah
Pasal 77

2-t
Setiap badan hukum atau lembaga yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76

or-
dikenai sanksi administratif.

om
9 Di antara Pasal 80 dan Pasal 81 disisipkan I (satu)

u-n
pasal, yakni Pasal 8OA sehingga berbunyi sebagai
berikut:

p
Pasal 8OA erp
Petugas Prasarana Perkeretaapian yang
mengoperasikan Prasarana Perkeretaapian tidak
d-p

memiliki sertifikat kecakapan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 80 ayat (1) dikenai sanksi administratif.
loa
wn

10. Ketentuan Pasal 82 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/do

Pasal 82
/12

Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian yang


melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
22

Pasal 81 dikenai sanksi administratif.


/20

11. Ketentuan Pasal 1O7 diubah sehingga berbunyi sebagai


om

berikut:
Pasal 107
si.c

Setiap badan hukum atau lembaga yang melanggar


ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106
ula

dikenai sanksi administratif.


eg

12. Ketentuan Pasal 112 diubah sehingga berbunyi sebagai


for

berikut:
.in
ww

Pasal 112...
//w
ps:
htt

SK No 160479A
m l
.ht
22
-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-388-

h
Pasal 112

-ta
Dalam hal Penyelenggara Sarana Perkeretaapian dalam

r-2
melaksanakan pemeriksaan tidak menggunakan tenaga
yang memiliki kualifikasi keahlian dan tidak sesuai

o
dengan tata cara yang ditetapkan sebagaimana

om
dimaksud dalam Pasal 111 dikenai sanksi administratif.

u-n
13. Di antara Pasal 116 dan Pasal 117 disisipkan 2 (dua)
rpp
pasal yakni Pasal 116A dan Pasal 1168 sehingga
berbunyi sebagai berikut:
-pe
Pasal 116A
Awak Sarana Perkeretaapian yang
ad

Sarana Perkeretaapian tidak memiliki sertifikat


nlo

kecakapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116


ayat (l) dikenai sanksi administratif.
ow

Pasal 116E}
2/d

Penyelenggara Sarana Perkeretaapian yang


/1

mengoperasikan Sarana Perkeretaapian dengan Awak


Sarana Perkeretaapian yang tidak memiliki sertifikat
22

kecakapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 116


/20

ayat (1) dikenai sanksi administratif.


om

14. Ketentuan Pasal 135 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
i.c

Pasal 135
las

Penyelenggara Sarana Perkeretaapian yang tidak


menyediakan angkutan dengan Kereta Api lain atau
u
eg

moda transportasi lain sampai stasiun tujuan atau


tidak memberikan ganti kerugian senilai harga karcis
for

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 134 ayat (41dikenai


sanksi administratif.
.in
ww
/w

15. Ketentuan . . .
s:/
p
htt

SK No 160480A
l
tm
2.h
2
-20
K IND

un
389 -

h
15. Ketentuan Pasal 168 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 168
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian yang tidak

mo
mengasuransikan tanggung jawabnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 167 ayat (l) dikenai sanksi

-no
administratif.

pu
16. Di antara Pasal 185 dan Pasal 186 disisipkan 1 (satu)
erp
pasal yakni Pasal 185A sehingga berbunyi sebagai
berikut:
d-p

Pasal l85A
(1)
loa

Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 24A, Pasal 28, Pasal 32A,
wn

Pasal 33A, Pasal77, Pasal 80A, Pasal 82, Pasal 107,


Pasal 112, Pasal 116A, Pasal 116El, Pasal 135, atau
/do

Pasal 168 dikenai sanksi administratif.


(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,
/12

besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
22

Peraturan Pemerintah.
/20

17. Ketentuan Pasal 188 diubah sehingga berbunyi sebagai


om

berikut:
Pasal 188
i.c

Badan Usaha yang menyelenggarakan Prasarana


las

Perkeretaapian umum yang tidak memiliki Perizinan


Berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayal
u

(1) yang mengakibatkan timbulnya korban terhadap


eg

manusia dan/atau kerusakan terhadap kesehatan,


for

keselamatan, dan/ atau lingkungan dipidana dengan


pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun atau pidana
.in

denda paling banyak Rp3.OOO.OOO.OOO,OO (tiga miliar


ww

rupiah).
/w

18. Ketentuan . . .
/
ps:
htt

SK No 160481A
t ml
2.h
02
El:l=FITilrN

-2
ll

un
-390-

ah
18. Ketentuan Pasal l9O diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 190

or-
Badan Usaha yang menyelenggarakan Sarana

om
Perkeretaapian umum yang tidak memenuhi Penzinar:
Berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat

u-n
(1) yang mengakibatkan timbulnya korban terhadap
manusia dan/ atau kerusakan terhadap kesehatan,

p
keselamatan, dan/ atau lingkungan dipidana dengan
erp
pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun atau pidana
denda paling banyak Rp3.000.00O.0OO,OO (tiga miliar
d-p

rupiah).
loa

19. Ketentuan Pasal 191 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
wn

Pasal 191
/do

Jika tindakan pelanggaran sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 33A mengakibatkan timbulnya kecelakaan
/12

Kereta Api dan/ atau kerugian bagi harta benda, pelaku


dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu)
22

tahun dan 6 (enam) bulan dan pidana denda paling


banyak Rp500.0O0.O00,00 (lima ratus juta rupiah).
/20
om

20. Ketentuan Pasal 195 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
si.c

Pasal 195
Petugas Prasarana Perkeretaapian yang
ula

mengoperasikan Prasarana Perkeretaapian tidak


memiliki sertifikat kecakapan sebagaimana dimalsud
eg

dalam Pasal 80 ayat (1) yang mengakibatkan terjadinya


for

kecelakaan dan/ atau menimbulkan korban dipidana


dengan pidana penjara paling lama I (satu) tahun.
.in
ww

21. Ketentuan. .
//w

.
ps:
htt

SK No 160482A
l
tm
2.h
02
FRESTDEN
REFIIBUK INDONESIA

n-2
-391 -

hu
21. Ketentuan Pasal 196 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 196
(1) Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian yang

mo
mengoperasikan Prasarana Perkeretaapian dengan
petugas yang tidak memiliki sertifikat kecakapan

-no
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 ayat (1)
yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan

pu
dan/atau menimbulkan korban dipidana dengan
erp
pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan
pidana denda paling banyak Rp5O0.00O.000,O0
d-p

(lima ratus juta rupiah).


(2) Jika tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
loa

mengakibatkan luka berat bagi orang,


Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian dipidana
wn

dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun.


(3) Jika tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
/do

mengakibatkan matinya orang, Penyelenggara


Prasarana Perkeretaapian dipidana dengan pidana
/12

penjara paling lama 5 (lima) tahun.


22

22. Ketentuan Pasal 2O3 diubah sehingga berbunyi sebagai


/20

berikut:
om

Pasal 203
(1) Awak Sarana Perkeretaapian yang mengoperasikan
i.c

Sarana Perkeretaapian tidak memiliki sertifikat


kecakapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
s

116 ayat (1) yang mengakibatkan kecelakaan


ula

Kereta Api dan/ atau kerugian bagi harta benda


g

dipidana dengan pidana penjara paling lama 2


ore

(dua) tahun.
(21 Jika tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
f

mengakibatkan luka berat bagi orang, Awak


.in

Sarana Perkeretaapian dipidana dengan pidana


ww

penjara paling lama 3 (tiga) tahun.


/w
s:/
p

(s)Jika. .
htt

SK No 160483 A
m l
.ht
22
-20
REFTIBUK INDONESIA

un
-392-

h
(3) Jika tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

-ta
mengakibatkan kematian orang, Awak Sarana

r-2
Perkeretaapian dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun.

o
om
23. Ketentuan Pasal 204 diubah sehingga berbunyi sebagai

u-n
berikut:
Pasal 204

rpp
(l) Penyelenggara Sarana Perkeretaapian yang
mengoperasikan Sarana Perkeretaapian dengan
-pe
Awak Sarana Perkeretaapian yang tidak memiliki
sertifikat kecakapan sebagaimana dimaksud dalam
ad

Pasal 116 ayat (l) yang mengakibatkan terjadinya


kecelakaan dan/atau menimbulkan korban
nlo

dipidana dengan pidana penjara paling lama 1


(satu) tahun dan pidana denda paling banyak
ow

Rp250.O00.00O,0O (dua ratus lima puluh juta


rupiah).
2/d

(21 Jika tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


mengakibatkan luka berat bagi orang,
/1

Penyelenggara Sarana Perkeretaapian dipidana


22

dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun.


/20

(3) Jika tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


mengakibatkan kematian orang, Penyelenggara
om

Sarana Perkeretaapian dipidana dengan pidana


penjara paling lama 5 (lima) tahun.
i.c
las

24. Ketentuan Pasal 210 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
u
eg

Pasal 21O
(1)
for

Dalam hal tindakan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 189, Pasal 191, dan Pasal 193
.in

mengakibatkan luka. berat bagi orang, pelaku


dipidana dengan pidana penjara paling lama 3
ww

(tiga) tahun dan pidana denda paling banyak


Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
/w
s:/
p
htt

(2) Dalam . . .

SK No 160484A
t ml
2.h
02
REPUBUK INDONESIA

-2
un
-393-

ah
(21 Dalam hal tindakan sebagaimana dimaksud dalam

2-t
Pasal 193 mengakibatkan matinya orang, pelaku
dipidana dengan pidana penjara paling lama 6

or-
(enam) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp2.O00.000.000,00 (dua miliar rupiah).

om
(3) Dalam hal tindakan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 189, Pasal 191, dan Pasal 193 dilakukan oleh

u-n
Badan Usaha Penyelenggara yang mengakibatkan
luka berat bagi orang, Badan Usaha Penyelenggara

p
dipidana dengan pidana denda paling banyak
erp
Rp3.000.000.000,0O (tiga miliar rupiah).
d-p

(4) Dalam hal tindakan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 189, Pasal 191, dan Pasal 193, dilakukan
oleh Badan Usaha Penyelenggara yang
loa

mengakibatkan matinya orang, Badan Usaha


wn

Penyelenggara dipidana dengan pidana denda


paling banyak Rp3.O00.0OO.0OO,00 (tiga miliar
/do

rupiah).
/12

Pasal 57
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor L7
22

Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik


/20

Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran


Negara Republik Indonesia Nomor 4849) diubah sebagai
om

berikut:
si.c

1 Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ula

Pasal 5
eg

(1) Pelayaran dikuasai oleh negara dan pembinaannya


dilakukan oleh Pemerintah Pusat.
for

(21 Pembinaan Pelayaran sebagaimana dimaksud pada


.in

ayat (1) meliputi:


a. pengaturan;
ww

b. pengendalian; dan
//w

c. pengawasan.
ps:

(3) Ketentuan. . .
htt

SK No 160485 A
l
tm
2.h
02
n-2
-394-

hu
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan

-ta
Pelayaran 56fagaimana dimaksud pada ayat (21

r-2
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

mo
2 Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

-no
Pasal 9

pu
(l) Kegiatan angkutan laut dalam negeri disusun dan
dilaksanakan secara terpadu, baik intramoda
erp
maupun antarmoda yang merupakan satu
kesatuan sistem transportasi nasional.
d-p

(21 Kegiatan angkutan laut dalam negeri sebagaimana


dimaksud pada ayat (l) dilaksanakan dengan
loa

Trayek tetap dan teratur (liner) serta dapat


dilengkapi dengan Trayek tidak tetap dan tidak
wn

teratur (tramper).
/do

(3) Kegiatan angkutan laut dalam negeri yang


melayani Trayek tetap dan teratur (line{ dilakukan
/12

dalam jaringan Trayek.


(41 Jaringan Trayek tetap dan teratur (liner)
22

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan


/20

oleh Pemerintah Pusat.


(5) Pengoperasian Kapal pada Trayek tidak tetap dan
om

tidak teratur (trampef sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) dilakukan oleh perusahaan angkutan
laut nasional dan wajib dilaporkan kepada
i.c

Pemerintah Pusat.
s
ula

3 Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga berbunyi sebagai


g

berikut:
ore

Pasal 13
f

(1) Kegiatan Angkutan Laut Khusus dilakukan oleh


.in

Badan Usaha untuk menunjang Usaha Pokok


ww

untuk kepentingan sendiri dengan menggunakan


Kapal berbendera Indonesia yang memenuhi
persyaratan Kelaiklautan Kapal dan diawaki oleh
/w

Awak Kapal berkewarganegaraan Indonesia.


s:/
p
htt

(2) Kegiatan . . .

SK No 160486A
m l
.ht
22
iEFI*TIiI{II

-20
REPUEUK INDONESIA

un
-395-

h
(21 Kegiatan Angkutan Laut Khusus

-ta
sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) wajib memenuhi Peizinan

r-2
Berusaha dari Pemerintah Pusat.

o
om
4 Di antara Pasal 14 dan Pasal 15 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal l4A sehingga berbunyi sebagai

u-n
berikut:
Pasal 14A
(1) rpp
Sepanjang Kapal berbendera Indonesia belum
tersedia, Kapal Asing dapat melakukan kegiatan
-pe
khusus di wilayah Perairan Indonesia yang tidak
termasuk kegiatan mengangkut penumpang
ad

dan/ atau barang.


nlo

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan khusus


yang dilakukan oleh Kapal Asing sebagaimana
ow

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan


Pemerintah.
2/d

5 Ketentuan Pasal 27 diubah sehingga berbunyi sebagai


/1

berikut:
22

Pasal 27
/20

Untuk melakukan kegiatan Angkutan di Perairan, orang


perseorangan warga negara Indonesia atau Badan
om

Usaha wajib memenuhi Perizinar: Berusaha.


i.c

6 Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai


las

berikut:
u

Pasal 28
eg

(1) Berdasarkan norma, standar, prosedur, dan


for

kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat,


Perizinan Berusaha untuk angkutan laut diberikan
.in

oleh:
ww
/w

a. bupati . . .
s:/
p
htt

SK No 160487 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUEUK INDONESIA

n-2
-396-

hu
a. bupati/wali kota yang bersangkutan bagi

-ta
Badan Usaha yang berdomisili dalam wilayah

r-2
kabupaten / kota dan beroperasi pada lintas
Pelabuhan dalam wilayah kabupaten/ kota;

mo
b. gubernur yang bersangkutan bagi Badan
Usaha yang berdomisili dalam wilayah

-no
provinsi dan beroperasi pada lintas Pelabuhan
antarkabupaten/antarkota dalam wilayah

pu
provinsi; atau
erp
c. Pemerintah Pusat bagi Badan Usaha yang
melakukan kegiatan pada lintas Pelabuhan
d-p

antarprovinsi dan internasional.


(21 Berdasarkan norrna, standar, prosedur, dan
loa

kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat,


Perizinan Berusaha untuk Angkutan Laut
wn

Pelayaran-Rak5rat diberikan oleh:


a. bupati/wali kota yang bersangkutan bagi
/do

or€rng perseorangan warga negara Indonesia


atau Badan Usaha yang berdomisili dalam
/12

wilayah kabupaten/kota dan beroperasi pada


lintas Pelabuhan dalam wilayah
22

kabupaten/ kota; atau


/20

b. gubernur yang bersangkutan bagi orang


perseorangan warga negara Indonesia atau
om

Badan Usaha yang berdomisili dan beroperasi


pada lintas Pelabuhan
i.c

antarkabupaten/antarkota dalam wilayah


provinsi, Pelabuhan antarprovinsi, dan
s
ula

Pelabuhan internasional.
(3) Berdasarkan nonna, standar, prosedur, dan
g

kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat,


ore

Perizinan Bemsaha untuk angkutan sungai dan


danau diberikan oleh:
f
.in

a. bupati/wali kota sesuai dengan domisili orang


perseorangan warga negara Indonesia atau
ww

Badan Usaha; atau


b. Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota
/w

Jakarta untuk orang perseorangan warga


s:/

negara Indonesia atau Badan Usaha yang


berdomisili di Daerah Khusus Ibukota
p

Jakarta.
htt

(4) Selain . . .

SK No 160488 A
m l
.ht
22
PRESIDEN

-20
REFUBUK TNOONESIA

un
-397-

h
(4) Selain memiliki Perizinan Berusaha sebagaimana

-ta
dimaksud pada ayat (3) untuk angkutan sungai
dan danau, Kapal yang dioperasikan wajib

r-2
memenuhi Perizinan Berusaha untuk Trayek yang

o
diberikan oleh:

om
a. bupati/wali kota yang bersangkutan bagi
Kapal yang melayani Trayek dalam wilayah

u-n
kabupaten/kota;
b. gubemur yang bersangkutan bagi Kapal yang
rpp
melayani Trayek antarkabupaten / antarkota
dalam wilayah provinsi; atau
-pe
c. Pemerintah Pusat bagi Kapa1 yang melayani
ad

Trayek antarprovinsi dan/atau antarnegara,


berdasarkan norna, standar, prosedur, dan
nlo

kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


(5) Berdasarkan norna, standar, prosedur, dan
ow

kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat,


2/d

Perizinan Berusaha untuk angkutan


penyeberangan diberikan oleh:
/1

a. bupati/wali kota sesuai dengan domisili


22

Badan Usaha; atau


b. Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota
/20

Jakarta untuk Badan Usaha yang berdomisili


di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.
om

(6) Selain memiliki Perizinan Berusaha sebagaimana


dimaksud pada ayat (5) untuk angkutan
i.c

penyeberangan, Kapal yang dioperasikan wajib


las

memenuhi Perizinan Berusaha untuk persetujuan


pengoperasian Kapal yang diberikan oleh:
u
eg

a. bupati/wali kota yang bersangkutan bagi


Kapal yang melayani lintas Pelabuhan dalam
for

wilayah kabupaten / kota;


.in

b. gubernur yang bersangkutan bagi Kapal yang


melayani lintas Pelabuhan
ww

antarkabupaten/antarkota dalam provinsi;


dan
/w
s:/
p

c. Pemerintah . . .
htt

SK No 160489A
l
tm
2.h
2
-20
REPUBL|K INDONESIA

un
-398-

h
c. Pemerintah Pusat bagi Kapal yang melayani

-ta
lintas Pelabuhan antarprovinsi dan/atau

r-2
antarnegara,
berdasarkan norma, standar, prosedur, dan

mo
kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
l7l Ketentuan lebih lanjut mengenai Peizinan

-no
Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (l),
ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6)

pu
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
erp
7 Pasal 30 dihapus.
d-p
loa

8 Ketentuan Pasal 31 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
wn

Pasal 31
(1) Untuk kelancaran kegiatan Angkutan di Perairan
/do

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, dapat


diselenggarakan Usaha Jasa Terkait dengan
/12

Angkutan di Perairan.
22

(21 Usaha Jasa Terkait dengan Angkutan di Perairan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa:
/20

a. bongkar muat barang;


om

b. jasa pengurusan transportasi;


c. angkutan perairan Pelabuhan;
i.c

d. penyewaan peralatan angkutan laut atau


las

peralatan jasa terkait dengan angkutan laut;


e. tallg mandiri;
u
eg

f. depo peti kemas;


g. pengelolaan Kapal (ship mandgement);
for

h. perantara jual beli dan/ atau sewa Kapal;


.in

i. keagenan Awak Kapal (ship manning agencyl;


ww

j. keagenan Kapal; dan


k. perawatan . .
/w

.
/
ps:
htt

SK No 160490A
ml
.ht
22
-20
REPIJEUK INDONESIA

un
-399-

tah
k. perawatan dan perbaikan Kapal (ship repaiing
and maintenanel.

-
r-2
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Usaha Jasa
Terkait dengan Angkutan di Perairan diatur dalam

mo
Peraturan Pemerintah.

-no
9 Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagai

pu
berikut:
Pasal 32 erp
(1) Usaha Jasa Terkait sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 I ayat (21, dilakukan oleh Badan Usaha yang
d-p

didirikan khusus untuk penyelenggaraan usaha


jasa terkait dengan Angkutan di Perairan.
loa

l2l Ketentuan mengenai penyelenggaraan usaha jasa


wn

terkait dengan Angkutan di Perairan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
/do

peraturan perundang-undangan di bidang


penanaman modal.
/12

(3) Selain Badan Usaha yang didirikan khusus untuk


itu penyelenggaraan Usaha Jasa Terkait dengan
22

Angkutan di Perairan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) kegiatan angkutan perairan Pelabuhan
20

dapat dilakukan oleh perusahaan angkutan laut


m/

nasional.
co

1O. Ketentuan Pasal 33 diubah sehingga berbunyi sebagai


si.

berikut:
ula

Pasal 33
Badan Usaha yang didirikan khusus untuk
eg

penyelenggaraan Usaha Jasa Terkait dengan Angkutan


for

di Perairan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32 ayat


(1), wajib memenuhi Perizinan Berusaha dari
.in

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai


dengan kewenangannya berdasarkan norrna, standar,
ww

prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah


Pusat.
//w
ps:
htt

ll. Ketentuan. ..

SK No 160491A
l
tm
2.h
2
-20
I]

un
-400-

h
11. Ketentuan Pasal 34 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 34
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan

mo
persyaratan Per2inan Berusaha jasa terkait dengan
Angkutan di Perairan diatur dalam Peraturan

-no
Pemerintah.

pu
12. Ketentuan Pasal 51 diubah sehingga berbunyi sebagai
erp
berikut:
d-p
Pasal 51
(1) Angkutan Multimoda dilakukan oleh Badan Usaha
loa

yang telah memenuhi Perizinan Berusaha untuk


melakukan Angkutan Multimoda dari Pemerintah
wn

Pusat.
l2l Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
/do

bertanggung jawab terhadap barang sejak


diterimanya barang sampai diserahkan kepada
/12

penerima barang.
22

13. Ketentuan Pasal 52 diubah sehingga berbunyi sebagai


/20

berikut:
Pasal 52
om

(1) Pelaksanaan Angkutan Multimoda dilakukan


berdasarkan dokumen yang diterbitkan oleh
i.c

penyedia jasa Angkutan Multimoda.


las

(21 Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


u

dapat berupa dokumen elektronik.


eg
for

14. Ketentuan Pasal 59 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
.in
ww

Pasal 59. . .
/w/
ps:
htt

SK No 160492A
I

l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REFUBIJK INDONESIA

n-2
-401 -

hu
Pasal 59

-ta
(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan

r-2
s6fagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (21,
Pasal 9 ayat (5), Pasal 11 ayat(41, Pasal 13 ayal(21,

mo
Pasal 19 ayat (21, Pasal 27, Pasal 28 ayat (4), Pasal
28 ayal (6), Pasal 33, Pasal 38 ayat (1), Pasal 41

-no
ayat (3), Pasal 42 ayat (1), Pasal 46, Pasal 47, atau
Pasal 54 dikenai sanksi administratif.

pu
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,
erp
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
d-p

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


loa

15. Ketentuan Pasal 90 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
wn

Pasal 9O
/do

(1) Kegiatan pengusahaan di


Pelabuhan terdiri atas
penyediaan danlatau pelayanan jasa
/12

Kepelabuhanan dan jasa terkait dengan


Kepelabuhanan.
22

(21 Penyediaan dan/ atau pelayanan


jasa
/20

Kepelabuhanan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) meliputi penyediaan dan/atau pelayanan jasa
om

Kapal, penumpang, dan barang.


(3) Penyediaan dan/atau pelayanan jasa Kapal,
i.c

penumpang, dan barang sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) terdiri atas:
s
ula

a. penyediaan dan/ atau pelayanan jasa dermaga


untuk bertambat;
g

b. penyediaan dan/ atau pelayanan pengisian


ore

bahan bakar dan pelayanan air bersih;


c. penyediaan dan/ atau pelayanan fasilitas naik
f
.in

turun penumpang dan/ atau kendaraan;


ww

d. penyediaan dan/ atau pelayanan jasa dermaga


untuk pelaksanaan kegiatan bongkar muat
barang dan peti kemas;
/w
s:/
p

e.penyediaan...
htt

SK No 160493 A
ml
.ht
22
i?{+Tf.T{Il

-20
UK INOONESIA

un
-402-

tah
e. penyediaan dan/ atau pelayanan jasa gudang
dan tempat penimbunan barang, alat bongkar

-
r-2
muat, serta peralatan Pelabuhan;
f. penyediaan dan/ atau pelayanan jasa Terminal

mo
peti kemas, curah cair, curah kering, dan Ro-
Ro;

-no
g. penyediaan dan/ atau pelayanan jasa bongkar
muat barang;

pu
h. penyediaan dan/atau pelayanan pusat
erp
distribusi dan konsolidasi barang; dan/ atau
i. penyediaan dan/ atau pelayanan jasa
d-p

penundaan Kapal.
(4) Kegiatan jasa terkait dengan Kepelabuhanan
loa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi


wn

kegiatan yang menunjang kelancaran operasional


dan memberikan nilai tambah bagi Pelabuhan.
/do

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan


pengusahaan di Pelabuhan diatur dalam Peraturan
/12

Pemerintah.
22

1.6. Ketentuan Pasal 91 diubah sehingga berbunyi sebagai


20

berikut:
m/

Pasal 91
(1) Kegiatan penyediaan dan/ atau pelayanan jasa
co

Kepelabuhanan sebagaimana dimaksud dalam


si.

Pasal 90 ayat (l) pada Pelabuhan yang diusahakan


secara komersial dilaksanakan oleh Badan Usaha
ula

Pelabuhan setelah memenuhi Perizinan Berusaha


dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
eg

sesuai dengan kewenangannya berdasarkan


for

norma, standar, prosedur, dan kriteria yang


ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
.in

(21 Kegiatan pengusahaan yang dilakukan oleh Badan


ww

Usaha Pelabuhan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dapat dilakukan untuk lebih dari 1 (satu)
Terminal.
//w

(3) Kegiatan penyediaan dan/ atau pelayanan jasa


Kepelabuhanan sebagaimana dimaksud dalam
ps:

Pasal 9O ayat (1) pada Pelabuhan yang belum


htt

diusahakan secara komersial dilaksanakan oleh


Unit Penyelenggara Pelabuhan.
(4) Dalam . . .

SK No 160494A
m l
.ht
22
EEFIEtrIII

-20
Eiltrtrf,IIIEEIItrEIn

un
-403-

h
(4) Dalam keadaan tertentu, Terminal dan fasilitas

-ta
Pelabuhan lainnya pada Pelabuhan yang

r-2
diusahakan Unit Penyelenggara Pelabuhan dapat
dilaksanakan oleh Badan Usaha Pelabuhan

o
berdasarkan pedanj ian.

om
(5) Kegiatan jasa terkait dengan Kepelabuhanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (1)

u-n
dapat dilakukan oleh orang perseorangan warga
negara Indonesia dan/ atau Badan Usaha.
rpp
-pe
17. Ketentuan Pasal 96 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
ad

Pasal 96
(1)
nlo

Pembangunan Pelabuhan laut wajib memenuhi


Perizinan Berusaha dari:
ow

a. Pemerintah Pusat untuk Pelabuhan Utama


dan Pelabuhan Pengumpul; dan
2/d

b. gubernur atau bupati/wali kota untuk


Pelabuhan Pengumpan,
/1

berdasarkan norma, standar, prosedur, dan


22

kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


/20

(21 Pembangunan dan pengoperasian Pelabuhan laut


yang dilalsanakan oleh instansi pemerintah harus
om

mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Pusat.


i.c

18. Ketentuan Pasal 97 diubah sehingga berbunyi sebagai


las

berikut:
u

Pasal 97
eg

(1) Pelabuhan laut hanya dapat dioperasikan setelah


selesai dibangun dan memenuhi persyaratan
for

operasional serta wajib memenuhi Perizinan


.in

Berusaha.
(21 Perizinan Berusaha terkait pengoperasian
ww

Pelabuhan laut diberikan oleh:


a. Pemerintah Pusat untuk Pelabuhan Utama
/w

dan Pelabuhan Pengumpul; dan


s:/

b. gubernur . .
p

.
htt

SK No 160495 A
l
tm
2.h
02
Il
UK INT{'III4TNI

n-2
-404-

hu
b. gubernur atau bupati/wali kota untuk

-ta
Pelabuhan Pengumpan,

r-2
berdasarkan norma, standar, prosedur, dan
kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

mo
-no
19. Ketentuan Pasal 98 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

pu
Pasal 98
(l) erp
Pembangunan Pelabuhan sungai dan danau wajib
memenuhi Perizin.an Berusaha dari bupati/wali
d-p
kota berdasarkan norma, standar, prosedur, dan
kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
loa

(21 Pembangunan dan pengoperasian Pelabuhan


sungai dan danau yang dilakukan oleh instansi
wn

pemerintah hanrs mendapatkan persetujuan dari


Pemerintah Pusat.
/do

(3) Perizinan Berusaha untuk mengoperasikan


Pelabuhan sungai dan danau diberikan oleh
/12

bupati/wali kota berdasarkan norma, standar,


prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
22

Pemerintah Rrsat.
/20

20. Ketentuan Pasal 99 diubah sehingga berbunyi sebagai


om

berikut:
Pasal 99
i.c

Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis kegiatan


s

pengusahaan di Pelabuhan serta Perizinan Berusaha


ula

terkait pembangunan dan pengoperasian Pelabuhan


g

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


ore

21. Pasal 103 dihapus.


f
.in
ww

22. Ketenttan Pasal 1O4 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/w
s:/

Pasal 1O4 . . .
p
htt

SK No 160496A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUEIJK INDONESIA

n-2
-405-

hu
Pasal 104

-ta
(1) Terminal Khusus sebagaimana dimaksud dalam

r-2
Pasal 102 ayat (1) hanya dapat dibangun dan
dioperasikan dalam hal:

mo
a. Pelabuhan terdekat tidak dapat menampung
kegiatan pokok tersebut; atau

-no
b. berdasarkan pertimbangan ekonomis dan
teknis operasional akan lebih efektif dan

pu
efisien serta lebih menjamin Keselamatan dan
erp
Keamanan Pelayaran apabila membangun dan
mengoperasikan Terminal Khusus.
d-p

(2) Pembangunan dan pengoperasian Terminal


Khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (l) wajib
loa

memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah


Pusat.
wn
/do

23. Ketentuan Pasal 106 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/12

Pasal 106
Terminal Khusus yang sudah tidak dioperasikan sesuai
22

dengan Perizinan Berusaha yang telah diberikan, maka:


/20

a. diserahkan kepada Pemerintah Pusat;


b. dikembalikan seperti keadaan semula; atau
om

c. diusulkan untuk perubahan status menjadi


Terminal Khusus untuk menunjang Usaha Pokok
i.c

yang lain atau menjadi Pelabuhan.


s
ula

24. Pasal 107 dihapus.


g
ore

25. Ketentuan Pasal 111 diubah sehingga berbunyi sebagai


f

berikut:
.in

Pasal 111
ww

(1) Kegiatan Pelabuhan untuk menunjang kelancaran


perdagangan yang terbuka bagi perdagangan luar
/w

negeri dilakukan pada Pelabuhan Utama.


ps:/

(2) Penetapan . . .
htt

SK No 160497A
m l
.ht
22
l-!rf+TI-.I{Il

-20
tT3

un
-406-

h
l2l Penetapan Pelabuhan Utama sebagaimana

-ta
dimaksud pada ayat (1), dilakukan berdasarkan

r-2
pertimbangan:
a. pertumbuhan dan pengembangan ekonomi

o
nasional;

om
b. kepentinganperdaganganinternasional;

u-n
c. kepentingan pengembangan kemampuan
angkutan laut nasional;
rpp
d. posisi geografis yang terletak pada lintasan
Pelayaran internasional;
-pe
e. Tatanan Kepelabuhanan Nasional;
f. fasilitasPelabuhan;
ad

C. keamanan dan kedaulatan negara; dan


nlo

h. kepentingan nasional lainnya.


ow

(3) Terminal Khusus tertentu dapat digunakan untuk


melakukan kegiatan perdagangan luar negeri.
2/d

(4) Terminal Khusus tertentu sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) wajib memenuhi persyaratan:
/1

a. aspek administrasi;
22

b. aspek ekonomi;
/20

c. aspek Keselamatan dan Keamanan Pelayaran;


d. aspek teknis fasilitas Kepelabuhanan;
om

e. fasilitas kantor dan peralatan penunjang bagi


i.c

instansi pemegang fungsi Keselamatan dan


Keamanan Pelayaran, instansi bea cukai,
las

imigrasi, dan karantina; dan


u

f. jenis komoditas khusus.


eg

(5) Pelabuhan Utama dan Terminal Khusus yang


for

terbuka bagi perdagangan luar negeri ditetapkan


oleh Pemerintah Pusat.
.in
ww

26. Ketentuan Pasal 124 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/w
s:/

Pasal 124 . . .
p
htt

SK No 160498A
I

l
tm
2.h
02
PRESIDEN
NEPUB|JK INDONESIA

n-2
-407-

hu
Pasal 124

-ta
Setiap pengadaan, pembangunan, dan pengerjaan

r-2
Kapal termasuk perlengkapannya serta pengoperasian
Kapal di Perairan Indonesia harus memenuhi

mo
persyaratan Keselamatan Kapal yang sesuai dengan
ketentuan standar internasional.

-no
27. Ketenluan Pasal 125 diubah

pu
sehingga berbunyi sebagai
berikut: erp
d-p
Pasal 125
(l) Sebelum pembangunan dan pengerjaan Kapal
loa

termasuk perlengkapannya, pemilik atau galangan


Kapal wajib membuat perhitungan dan gambar
wn

rancang bangun serta data kelengkapannya.


(21 Pembangunan atau pengerjaan Kapal yang
/do

merupakan perombakan harus dilakukan sesuai


dengan gambar rancang bangun dan data yang
/12

telah memenuhi Perizinan Berusaha dari


Pemerintah Pusat.
22

(3) Pengawasan terhadap pembangunan dan


/20

pengerjaan perombakan Kapal dilakukan oleh


Pemerintah Pusat.
om

28. Ketentuan Pasal 126 diubah sehingga berbunyi sebagai


i.c

berikut:
s

Pasal 126
ula

(1) Kapal yang dinyatakan memenuhi persyaratan


g

Keselamatan Kapal diberi sertifikat keselamatan


ore

oleh Pemerintah Pusat.


(21 Sertifikat keselamatan sebagaimana dimaksud
f
.in

pada ayat (1) terdiri atas:


a. sertilikat Keselamatan Kapal penumpang;
ww

b. sertifikat Keselamatan Kapal barang; dan


c. sertilikat kelaikan dan pengawakan kapal
/w

penangkap ikan.
ps:/
htt

29. Ketentuan . . .

SK No 160499A
m l
.ht
22
EtrtrIEtrN

-20
r t;lJrf: ITIIITIIIIdII+YnI

un
-408-

h
29. Ketentuan Pasal 127 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 127
(1) Sertifikat Kapal tidak berlaku apabila:

o
om
a. masa berlaku sudah berakhir;
b. tidak melaksanakan pengukuhan sertifikat

u-n
(endorsementl;
c. Kapal rusak dan dinyatakan tidak memenuhi
rpp
persyaratan Keselamatan Kapal;
d.
-pe
Kapal berubah nama;
e. Kapal berganti bendera;
ad

f. Kapal tidak sesuai dengan data-data teknis


nlo

dalam sertifikat Keselamatan Kapal;


g. Kapal mengalami perombakan yang
ow

mengakibatkan perubahan konstmksi Kapal,


pembahan ukuran utama Kapal, dan
2/d

perubahan fungsi, atau jenis Kapal;


h. Kapal tenggelam atau hilang; atau
/1

i. Kapal ditutuh (scrappingl.


22

(21 Sertifikat Kapal dibatalkan apabila:


/20

a. keterangan dalam dokumen Kapal yang


digunakan untuk penerbitan sertifikat
om

ternyata tidak sesuai dengan keadaan


sebenarnya;
i.c

b. Kapal sudah tidak memenuhi persyaratan


las

Keselamatan Kapal; atau


c. sertifikat diperoleh secara tidak sah.
u
eg

(3) Persyaratan sertifikat Kapal sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat
for

disesuaikan berdasarkan ketentuan standar


.in

internasional.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
ww

pembatalan sertifikat sebagaimana dimaksud pada


ayat (21 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
/w
s:/
p

3O. Ketentuan . .
htt

SK No 160500A
l
tm
2.h
02
REI'UEIIK TNDONESIA

n-2
-409-

hu
30. Ketentuan Pasal 129 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 129
( 1) Kapal berdasarkan jenis dan ukuran tertentu wajib

mo
diklasifikasikan pada Badan Klasifikasi untuk
keperluan persyaratan Keselamatan Kapal.

-no
(21 Badan Klasifikasi nasional atau Badan Klasifikasi

pu
asing yang diakui dapat ditunjuk melaksanakan
pemeriksaan dan pengujian terhadap Kapal untuk
erp
memenuhi persyaratan Keselamatan Kapal.
(3) Pengakuan dan penunjukan Badan Klasifikasi
d-p

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan


oleh Pemerintah Pusat.
loa

(41 Badan Klasifikasi yang ditunjuk sebagaimana


dimaksud pada ayat (21 wajib melaporkan
wn

kegiatannya kepada Pemerintah Pusat.


/do

31. Ketentuan Pasal 130 diubah sehingga berbunyi sebagai


/12

berikut:
Pasal 130
22

(l ) Setiap Kapal yang memperoleh sertifikat


/20

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 126 ayal (ll


wajib dipelihara sehingga tetap memenuhi
om

persyaratan Keselamatan Kapal.


(21 Dalam keadaan tertentu Pemerintah Pusat dapat
i.c

memberikan pembebasan sebagian persyaratan


s

yang ditetapkan dengan tetap memperhatikan


ula

Keselamatan Kapal.
(3) Pemeliharaan Kapal sebagaimana dimaksud pada
g
ore

ayat (1) dilakukan secara berkala dan sewaktu-


waktu.
f
.in

32. Ketentuan Pasal 133 diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

berikut:
/w

Pasal 133. . .
ps:/
htt

SK No 1600ll A
l
tm
2.h
02
PRE SIDEN
INDONESIA

n-2
-4to-

hu
Pasal 133

-ta
Ketentuan lebih lanjut mengenai ta:ta cara pengesahan

r-2
gambar dan pembangunan Kapal serta pemeriksaan
dan sertifikasi Keselamatan Kapal diatur dalam

mo
Peraturan Pemerintah.

-no
33. Penjelasan Pasal 154 diubah sebagaimana tercantum

pu
dalam Penjelasan.
erp
34. Ketentuan Pasal 155 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p
berikut:
Pasal 155
loa

(1) Setiap Kapal sebelum dioperasikan wajib


dilakukan pengukuran oleh pejabat pemerintah
wn

yang diberi wewenang oleh Pemerintah Pusat.


(21 Pengukuran Kapal sebagaimana dimaksud pada
/do

ayat (1) dapat dilakukan menurut 3 (tiga) metode,


yaitu sebagai berikut:
/12

a. pengukuran dalam negeri untuk Kapal yang


22

berukuran panjang kurang dari 24 (dua puluh


empat) meter;
/20

b. pengukuran internasional untuk Kapal yang


berukuran panjang 24 (dua puluh empat)
om

meter atau lebih; dan


c. pengukuran khusus untuk Kapal yang akan
i.c

melalui terusan tertentu.


s

(3) Berdasarkan pengukuran sebagaimana dimaksud


ula

pada ayat (1) diterbitkan surat ukur untuk Kapal


g

dengan ukuran tonase kotor sekurang-kurangnya


ore

GT 7 (tujuh gross tonnagel.


(41 Surat ukur sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
f
.in

diterbitkan oleh Pemerintah Pusat dan dapat


dilimpahkan kepada pejabat yang ditunjuk.
ww
/w

35. Ketentuan . .
s:/

.
p
htt

SK No 158328 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELTK TNDONESIA

n-2
-4tl-

hu
35. Ketentuan Pasal 157 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 157
(l) Pemilik, operator Kapal, atau Nakhoda melaporkan

mo
kepada Pemerintah Pusat dalam hal terjadi
perombakan Kapal yang menyebabkan perubahan

-no
data yang ada dalam surat ukur.
(2) Pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (l)

pu
dapat dilakukan secara elektronik.
erp
36.
d-p
Ketentuan Pasal 158 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
loa

Pasal 158
(1) Kapal yang telah diukur dan mendapat surat ukur
wn

dapat didaftarkan di Indonesia oleh pemilik kepada


pejabat pendaftar dan pencatat balik nama Kapal
/do

yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


(21 Kapal yang dapat didaftarkan di Indonesia yaitu:
/12

a. Kapal dengan ukuran tonase kotor sekurang-


22

kurangnya GT 7 (tqiuh gross tonnagel;


b. Kapal milik warga negara Indonesia atau
/20

badan hukum yang didirikan berdasarkan


hukum Indonesia dan berkedudukan di
om

Indonesia; dan
c. Kapal milik badan hukum Indonesia yang
i.c

merupakan usaha patungan yang mayoritas


s

sahamnya dimiliki oleh warga negara


ula

Indonesia.
g

(3) Pendaftaran Kapal dilakukan dengan pembuatan


ore

akta pendaftaran dan dicatat dalam daftar Kapal


Indonesia.
f
.in

(41 Sebagai bukti Kapal telah terdaftar, kepada pemilik


diberi grosse akta pendaftaran Kapal yang
ww

berfungsi sebagai bukti hak milik atas Kapal yang


telah didaftarkan.
/w

(5) Kapal yang telah didaftarkan wajib dipasang tanda


pendaftaran.
ps:/
htt

37. Ketentuan . . .

SK No 158327A
t ml
2.h
02
PRESIOEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-4t2-

hu
37. Ketentuan Pasal 159 diubah sehingga berbunyi sebagai

a
2-t
berikut:
Pasal 159

or-
(1) Pendaftaran Kapal dilakukan di tempat yang

m
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
(2) Pemilik Kapal bebas memilih salah satu tempat

-no
pendaftaran Kapal sebagaimana dimaksud pada

pu
ayat (f ) untuk mendaftarkan kapalnya.
erp
38. Ketentuan Pasal 163 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p
berikut:
Pasal 163
loa

(1) Kapal yang didaftarkan di Indonesia dan berlayar


di laut diberi surat tanda kebangsaan Kapal
wn

Indonesia oleh Pemerintah Pusat.


(21 Surat tanda kebangsaan Kapal Indonesia
/do

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan


dalam bentuk:
/12

a. surat laut untuk Kapal berukuran GT 175


22

(seratus tujuh puluh lima gross tonnagel atau


lebih;
20

b. pas besar untuk Kapal berukuran GT 7 (tqjuh


m/

gross tonnagel sampai dengan ukuran kurang


dari GT 175 (seratus tqiuh puluh lima gross
co

tonnagel; atau
si.

c. pas kecil untuk Kapal berukuran kurang dari


GT 7 (tujuh gross tonnagel.
ula

(3) Kapal yang hanya berlayar di perairan sungai dan


eg

danau diberi pas sungai dan danau.


for

39. Ketentuan Pasal 168 diubah sehingga berbunyi sebagai


.in

berikut:
ww

Pasal 168. . .
//w
ps:
htt

SK No 158329A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK TNDONESIA

n-2
-4t3-

hu
Pasal 168

-ta
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengukuran

r-2
dan penerbitan surat ukur, tata cara, persyaratan, dan
dokumentasi pendaftaran Kapal serta tata cara dan

mo
persyaratan penerbitan surat tanda kebangsaan Kapal
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

-no
40.

pu
Ketentuan Pasal 169 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut: erp
Pasal 169
(1) Pemilik atau operator Kapal yang mengoperasikan
d-p

Kapal untuk jenis dan ukuran tertentu harus


memenuhi persyaratan manajemen keselamatan
loa

dan pencegahErn pencemaran dari Kapal.


wn

(21 Kapal yang telah memenuhi persyaratan


manajemen keselamatan dan pencegahan
/do

pencemaran dari Kapal sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) diberi sertifikat.
/12

(3) Sertifikat manajemen keselamatan dan


pencegahan pencemaran dari Kapal sebagaimana
22

dimaksud pada ayat (21 berupa dokumen


penyesuaian manajemen keselamatan (doatment of
/20

complian@l untuk perusahaan dan sertifikat


manajemen keselamatan (safetg management
om

ertificatel untuk Kapal.


i.c

(41 Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


diterbitkan setelah dilakukan audit eksternal oleh
s
ula

pejabat pemerintah yang memiliki kompetensi atau


lembaga yang diberikan kewenangan oleh
g

Pemerintah Pusat.
ore

(5) Sertilikat manajemen keselamatan dan


pencegahan pencemaran diterbitkan oleh pejabat
f
.in

yang ditunjuk oleh Pemerintah Rrsat.


(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara audit
ww

dan penerbitan sertifikat manajemen keselamatan


dan pencegahan pencemaran diatur dalam
/w

Peraturan Pemerintah.
ps:/

41. Ketentuan. . .
htt

SK No 158330A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-414-

hu
41. Ketentuan Pasal 170 diubah sehingga berbunyi sebagai

a
2-t
berikut:
Pasal 170

or-
(1) Pemilik atau operator Kapal yang mengoperasikan

m
Kapal untuk ukuran tertentu harus memenuhi
persyaratan manajemen keamanan Kapal.

-no
(21 Kapal yang telah memenuhi persyaratan
manajemen keamanan Kapal sebagaimana

pu
dimaksud pada ayat (1) diberi sertifikat.
erp
(3) Sertifikat manajemen keamanan Kapal
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berupa
d-p

sertifikat keamanan Kapal internasional


(intemational ship seanritg ertificate).
loa

(41 Sertilikat sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


diterbitkan setelah dilakukan audit eksternal oleh
wn

pejabat pemerintah yang memiliki kompetensi atau


lembaga yang diberikan kewenangan oleh
/do

Pemerintah Pusat.
/12

(5) Sertifrkat manajemen keamanan Kapal diterbitkan


oleh pejabat berwenang yang ditunjuk oleh
22

Pemerintah Pusat.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara audit
20

dan penerbitan sertilikat manajemen keamanan


m/

Kapal diatur dalam Peraturan Pemerintah.


co

42. Ket.r-n1otan Pasal 171 diubah sehingga berbunyi sebagai


si.

berikut:
ula

Pasal 171
(1) Setiap orang yang melanggar
eg

ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 96 ayat (1),
for

Pasal 97 ayat (1), Pasal 98 ayat (1), Pasal 100 ayat


(3), Pasal 104 ayat (2), Pasal 1O6, Pasal 125 ayat (1),
.in

Pasa.l 13O ayat (1), Pasal 131 ayat (21, Pasal 132
ww

ayat (1) atau ayat (2), Pasal 135, Pasal 137 ayat (1)
atau ayat (2), Pasal 138 ayat (1) atau ayat (2), Pasal
l4l ayat (1) atau ayat (21, Pasal 149 ayat (1), Pasal
//w

I52 ayat (1), Pasal 156 ayat (1), Pasal 158 ayat (5),
Pasal 160 ayat (l), Pasal 162 ayat (1), atau Pasal
ps:

165 ayat (1) dikenai sanksi administratif.


htt

(2) Dihapus. . .

SK No 137362 A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN
REPUBLIK INDONES

n-2
-415-

hu
(21 Dihapus.

a
2-t
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi

or-
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

om
u-n
43. Ketentuan Pasal 197 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

(1) Untuk
Pasal 197
rpp
kepentingan Keselamatan dan Keamanan
-pe
Pelayaran, desain dan Pekerjaan Pengerukan Alur-
Pelayaran dan Kolam Pelabuhan, serta Reklamasi
ad

wajib memenuhi Perizinan Berusaha dari


lo

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai


dengan kewenangannya berdasarkan norma,
wn

standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan


/do

oleh Pemerintah Pusat.


(21 Pekerjaan Pengerukan Alur-Pelayaran dan Kolam
/12

Pelabuhan serta Reklamasi dilakukan oleh


perusahaan yang mempunyai kemampuan dan
22

kompetensi dan dibuktikan dengan sertifikat yang


diterbitkan oleh instansi yang berwenang sesuai
20

dengan ketentuan peraturan perundang-


m/

undangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai desain dan
o

Pekerjaan Pengerukan Alur-Pelayaran, Kolam


i.c

Pelabuhan, dan Reklamasi serta sertifikasi


las

pelaksana pekerjaan diatur dalam Peraturan


Pemerintah.
u
eg

44. Ketentuan Pasal 2O4 diubah sehingga berbunyi sebagai


for

berikut:
.in
ww

Pasal 2O4 . .
//w

.
ps:
htt

SK No 158332 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
PI..I BLIK INDONESIA

n-2
-4t6-

hu
-ta
Pasal 204
(1) Kegiatan Saluage dilakukan terhadap Kerangka

r-2
Kapal dan/ atau muatannya yang mengalami
kecelakaan atau tenggelam.

mo
(21 Setiap kegiatan Saluoge dan Pekerjaan Bawah Air
wajib memenuhi Perizinan Berusaha dari

-no
Pemerintah Pusat.

pu
45. Ketentuan Pasal 213 diubah sehingga berbunyi sebagai
erp
berikut:
d-p
Pasal 213
(1) Pemilik, operator Kapal, atau Nakhoda wajib
loa

memberitahukan kedatangan kapalnya di


Pelabuhan kepada Syahbandar.
wn

(21 Setiap Kapal yang memasuki Pelabuhan wajib


menyerahkan surat, dokumen, dan warta Kapal
/do

kepada Syahbandar seketika pada saat Kapal tiba


di Pelabuhan dan/ atau menyampaikan secara
/12

elektronik sebelum Kapal tiba untuk dilakukan


pemeriksaan.
22

(3) Setelah dilakukan pemeriksaan sebagaimana


/20

dimaksud pada ayat (2), surat, dokumen, dan


warta Kapal disimpan oleh Syahbandar untuk
om

diserahkan kembali bersamaan dengan


diterbitkannya surat persetujuan berlayar.
i.c

(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara


pemberitahuan kedatangan Kapal, pemeriksaan,
s
ula

penyerahan, serta penyimpanan surat, dokumen,


dan warta Kapal sebagaimana dimaksud pada
g

ayat (1), ayat (21, dan ayat (3) diatur dalam


ore

Peraturan Pemerintah.
f
.in

46. Ketentuan Pasal 225 diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

berikut:
/w

Pasal 225. . .
s:/
p
htt

SK No 158333 A
l
tm
2.h
02
PRESlOEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-4L7-

hu
Pasal225

-ta
(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan

r-2
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 203 ayat (1),
Pasal 204 ayat l2l, Pasal 213 ayat (1), Pasal 213

mo
ayat(2), Pasal 214, Pasal 215, atau Pasal 216 ayal
(l) dikenai sanksi administratif.

-no
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi

pu
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
erp
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
d-p

47. Ketentuan Pasal 243 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
loa

Pasal 243
wn

(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23O ayat (21,
/do

Pasal 233 ayat (3), Pasal 234, Pasal 235, atau Pasal
239 ayat (2) dikenai sanksi administratif.
/12

l2l Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,


besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
22

administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
/20
om

48. Ketentuan Pasal 273 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
si.c

Pasal 273
(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan
ula

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 272 ayal (Ll


eg

dapat dikenai sanksi administratif.


(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,
for

besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi


administratif sebagaimana dimalsud pada ayat (1)
.in

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


ww
//w

49. Ketentuan . . .
ps:
htt

SK No 114032A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-4ta-

u
ah
49. Ketentuan Pasal 288 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 288

r-
Setiap Orang yang mengoperasikan Kapal pada

mo
angkutan sungai dan danau tanpa memenuhi Perizinan
Benrsaha untuk Trayek sebagaimana dimaksud dalam

-no
Pasal 28 ayat (4) yang menimbulkan kecelakaan Kapal,
korban manusia, atau kerugian harta benda dipidana

pu
dengan pidana penjara paling lama I (satu) tahun atau
erp
pidana denda paling banyak Rp30O.000.O00,00 (tiga
ratus juta rupiah).
d-p

50. Ketentuan Pasal 289 diubah sehingga berbunyi sebagai


loa

berikut:
wn

Pasal 289
Setiap Orang yang mengoperasikan Kapal pada
/do

angkutan penyeberangan tanpa memenuhi Perizinan


Berusaha terkait persetujuan pengoperasian Kapal
/12

sebagaimana dimaksud dalam Pasa-l 28 ayat (6) yang


menimbulkan kecelakaan Kapal, korban manusia, atau
22

kerugian harta benda dipidana dengan pidana penjara


paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling
20

banyak Rp3OO.0O0.O0O,00 (tiga ratus juta rupiah).


m/

51.
co

Ketentuan Pasal 290 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
si.

Pasal 290
ula

Setiap Orang yang menyelenggarakan Usaha Jasa


Terkait dengan Angkutan di Perairan tanpa memenuhi
eg

Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam


for

Pasal 33 yang menimbulkan korban manusia atau


kerugian harta benda dipidana dengan pidana penjara
.in

paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling


banyak Rp3O0.0O0.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
ww

52. Ketentuan . .
//w

.
ps:
htt

SK No 132644A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-4t9-

hu
52. Ketentuan Pasal 291 diubah sehingga berbunyi sebagai

a
2-t
berikut:
Pasal 291

or-
Setiap Orang yang tidak melaksanakan kewajibannya
untuk mengangkut penumpang dan/atau barang

m
terutama angkutan pos sebagaimana dimaksud dalam

-no
Pasal 38 ayat (1) yang mengakibatkan timbulnya
kerugian pihak lain dipidana dengan pidana penjara

pu
paling lama 1 (satu) tahun dan pidana denda paling
erp
banyak Rp350.00O.000,00 (tiga ratus lima puluh juta
rupiah).
d-p

53. Ketentuan Pasal 292 diubah sehingga berbunyi sebagai


loa

berikut:
wn

PasaJ292
Setiap Orang yang tidak mengasuransikan tanggung
/do

jawabnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4l ayat


(3) yang mengakibatkan timbulnya kerugian pihak lain
/12

dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam)


bulan dan pidana denda paling banyak
22

Rp 100.000.00O,0O (seratus juta rupiah).


20

54. Ketentuan Pasal 293 diubah sehingga berbunyi sebagai


m/

berikut:
co

Pasal 293
si.

Setiap Orang yang tidak memberikan fasilitas khusus


dan kemudahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 42
ula

ayat (1) yang menimbulkan kecelakaan dan/ atau


korban manusia dipidana dengan pidana penjara paling
eg

lama 6 (enam) bulan dan pidana denda paling banyak


for

Rp200.000.0O0,00 (dua ratus juta rupiah).


.in
ww

55. Ketentuan . .
//w

.
ps:
htt

SK No 132645 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-420-

hu
55. Ketentuan Pasal 294 diubah sehingga berbunyi sebagai

a
2-t
berikut:
Pasal294

or-
(1) Setiap Orang yang mengangkut barang berbahaya

m
dan barang khusus tidak memenuhi persyaratan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 yang

-no
mengakibatkan timbulnya korban manusia atau
kerusakan terhadap kesehatan, keselamatan,

pu
dan/ atau lingkungan dipidana dengan pidana
erp
penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau pidana
denda paling banyak Rp400.000.00O,00 (empat
d-p

ratus juta rupiah).


(21 Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat
loa

(1) mengakibatkan kerugian harta benda, pelaku


dipidana dengan pidana penjara paling lama 4
wn

(empat) tahun dan pidana denda paling banyak


Rp5O0.O00.000,0O (lima ratus juta rupiah).
/do

(3) Jika perbuatan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) mengakibatkan kematian seseorang dan/ atau
/12

kerugian harta benda, pelaku dipidana dengan


pidana penjara paling lama 1O (sepuluh) tahun dan
22

pidana denda paling banyak Rp 1.5O0.0O0.00O,00


20

(satu miliar lima ratus juta rupiah).


m/

56. Ketentuan Pasal 295 diubah sehingga berbunyi sebagai


co

berikut:
si.

Pasal 295
ula

Setiap Orang yang mengangkut barang berbahaya dan


barang khusus yang tidak menyampaikan
eg

pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47


yang mengakibatkan timbulnya korban dipidana
for

dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan dan


pidana denda paling banyak Rp10O.0O0.000,00 (seratus
.in

juta rupiah).
ww

57. Ketentuan . .
//w

.
ps:
htt

SK No 132646 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

un
-421 -

ah
57. Ketentuan Pasal 296 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 296

or-
Setiap Orang yang tidak mengasuransikan tanggung

om
jawabnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 yang
mengakibatkan timbulnya kerugian pihak lain dipidana

u-n
dengan pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan
atau pidana denda paling banyak Rp150.O00.0O0,O0
(seratus lima puluh juta rupiah).
rpp
-pe
58. Ketentuan Pasal 297 di:ubalr sehingga berbunyi sebagai
berikut:
ad

Pasal 297
lo

(1) Setiap Orang yang membangun dan


wn

mengoperasikan Pelabuhan sungai dan danau


yang tidak memenuhi Perizinan Berusaha
/do

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 98 ayat (1) dan


ayat (3) yang mengakibatkan timbulnya
/12

korban/ kerusakan terhadap kesehatan,


keselamatan, dan/atau lingkungan dipidana
22

dengan pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun


atau pidana denda paling banyak
20

Rp300.0OO.0O0,00 (tiga ratus juta rupiah).


m/

(21 Setiap Orang yang memanfaatkan garis pantai


untuk melakukan kegiatan tambat Kapal dan
.co

bongkar muat barang atau menaikkan dan


menurunkan penumpang untuk kepentingan
i
las

sendiri di luar kegiatan di Pelabuhan, Terminal


Khusus dan Terminal untuk Kepentingan Sendiri
gu

tanpa memenuhi Perizinan Berusaha atau


ore

Persetqjuan dari Pemerintah Pusat sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 339 dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan
f
.in

pidana denda paling banyak Rp5O0.00O.000,OO


(lima ratus juta rupiah).
ww
//w

59. Ketentuan . . .
ps:
htt

SK No 132647 A
ml
.ht
22
-20
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-422-

ah
59. Ketentuan Pasal 298 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 298

or-
Setiap Orang yang tidak memberikan jaminan atas
pelaksanaan tanggung jawab ganti rugi dalam

om
melaksanakan kegiatan di Pelabuhan sebagaimana

u-n
dimaksud dalam Pasal 100 ayat (3) yang mengakibatkan
timbulnya korban dipidana dengan pidana penjara
paling lama 6 (enam) bulan dan pidana denda paling
rpp
banyak Rp 1 00.000.000,O0 (seratus juta rupiah).
-pe

60. Ketentuan Pasal 299 diubah sehingga berbunyi sebagai


ad

berikut:
lo

Pasal 299
wn

Setiap Orang yang membangun dan mengoperasikan


Terminal Khusus tanpa memenuhi Perizinan Berusaha
/do

dari Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 104 ayat (2) yang mengakibatkan timbulnya
/12

korban/kerusakan terhadap kesehatan, keselamatan,


dan/ atau lingkungan dipidana dengan pidana penjara
22

paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling


banyak Rp300.0O0.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
20
m/

61. Ketentuan Pasal 307 diubah sehingga berbunyi sebagai


.co

berikut:
Pasal 307
i
las

Setiap Orang yang mengoperasikan Kapal tanpa


dilengkapi dengan perangkat komunikasi radio dan
gu

kelengkapannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal


ore

131 ayat (2) yang mengakibatkan timbulnya kecelakaan


Kapal, korban manusia, atau kerugian barang dan harta
benda dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
f
.in

(dua) tahun dan pidana denda paling banyak


Rp3O0.0O0.O00,00 (tiga ratus juta rupiah).
ww
//w

62. Ketentuan . .
ps:

.
htt

SK No 132648 A
m l
.ht
22
-20
PRESlDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-423-

h
62.

-ta
Ketentuan Pasal 3O8 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

r-2
Pasal 308
Setiap Orang yang mengoperasikan Kapal tidak

o
om
dilengkapi dengan peralatan meteorologi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal l32ayat (1) yang mengakibatkan

u-n
timbulnya kecelakaan Kapal, korban manusia, atau
kerugian barang dan harta benda dipidana dengan
rpp
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan pidana
denda paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta
-pe
rupiah).
ad

63. Ketentuan Pasal 31O diubah sehingga berbunyi sebagai


nlo

berikut:
Pasal 310
ow

Setiap Orang yang mempekerjakan Awak Kapal tanpa


memenuhi persyaratan kualifikasi dan kompetensi
2/d

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 135 yang


mengakibatkan timbulnya korban atau kerugian harta
/1

benda dipidana dengan pidana penjara paling lama 2


22

(dua) tahun dan pidana denda paling banyak


Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
/20
om

64. Ketentuan Pasal 313 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
i.c

Pasal 313
las

Setiap Orang yang menggunakan peti kemas sebagai


bagian dari alat angkut tanpa memenuhi persyaratan
u

kelaikan peti kemas sebagaimana dimaksud dalam


eg

Pasal 149 ayat (1) yang mengakibatkan timbulnya


for

korban atau kerugian harta benda dipidana dengan


pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun dan pidana
.in

denda paling banyak Rp30O.000.OO0,OO (tiga ratus juta


rupiah).
ww
/w

65. Ketentuan . .
s:/

.
p
htt

SK No 132649A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-424-

hu
65. Ketentuan Pasal 314 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 314
Setiap Orang yang tidak memasang tanda pendaftaran

mo
pada Kapal yang telah terdaftar sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 158 ayat (5) yang mengakibatkan

-no
timbulnya korban atau kerugian harta benda dipidana
dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) bulan atau

pu
pidana denda paling banyak Rp100.000.0O0,O0 (seratus
juta rupiah). erp
d-p

66. Ketentuan Pasal 321 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
loa

Pasal 321
wn

Pemilik Kapal yang tidak menyingkirkan Kerangka


Kapal dan/ atau muatannya yang mengganggu
/do

Keselamatan dan Keamanan Pelayaran dalam batas


waktu yang ditetapkan pemerintah sebagaimana
/12

dimaksud dalam Pasal 2O3 ayat (1) yang mengakibatkan


timbulnya korban/ kecelakaan Kapal dipidana dengan
22

pidana penjara paling lama


1 (satu) tahun dan pidana denda paling banyak
/20

Rp r 0.000.00O.000,00 (sepuluh miliar rupiah).


om

67. Ketentuan Pasal 322 diubah sehingga berbunyi sebagai


i.c

berikut:
las

Pasal 322
Nakhoda yang melakukan kegiatan perbaikan,
gu

percobaan berlayar, kegiatan alih muat di Kolam


Pelabuhan, menunda, dan bongkar muat barang
ore

berbahaya tanpa persetujuan dari Syahbandar


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 216 ayat (1) yang
f
.in

mengakibatkan timbulnya korban atau terjadinya


kecelakaan Kapal dipidana dengan pidana penjara
ww

paling lama 6 (enam) bulan atau pidana denda paling


banyak Rp100.000.000,0O (seratus juta rupiah).
//w

68. Ketentuan . .
ps:

.
htt

SK No 132650 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-425-

hu
68. Ketentuan Pasal 336 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

2
Pasal 336

or-
(1) Setiap pejabat yang melanggar suatu kewajiban
khusus dari jabatannya atau pada waktu

om
melakukan tindak pidana menggunakan

u-n
kekuasaan, dan menggunakan kesempatan, atau
sarana yang diberikan kepadanya karena jabatan
dipidana dengan pidana penjara paling lama 1
rpp
(satu) tahun dan pidana denda paling banyak
Rp 1 00.000.000,00 (seratus juta rupiah).
-pe
(21 Selain pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ad

pelaku dapat dikenai pidana tambahan berupa


pemberhentian secara tidak hormat dari
lo

jabatannya.
wn

(3) Setiap pejabat yang karena melaksanakan tugas


sesuai dengan jabatan dan kewenangannya
/do

menyebabkan kerugian harta benda dan/ atau


hilangnya nyawa seseorang di luar kekuasaannya,
/12

pejabat tersebut tidak dapat dikenai sanksi.


22

Pasal 58
20

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun


m/

2009 tentang Penerbangan (Irmbaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2009 Nomor l, Tambahan Lembaran
.co

Negara Republik Indonesia Nomor 4956) diubah sebagai


berikut:
i
las
gu

1 Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ore

Pasal 13
(1)
f

Pesawat Udara, mesin Pesawat Udara, dan baling-


.in

baling Pesawat Terbang yang akan dibuat untuk


digunakan secara sah (eligiblel harus memiliki
ww

rancang bangun.
//w
ps:

(2) Rancang . . .
htt

SK No 137363 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
_426_

ah
(21 Rancang bangun Pesawat Udara, mesin Pesawat

2-t
Udara, dan baling-baling Pesawat Terbang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus

or-
mendapat persetujuan dari Pemerintah Pusat.

om
2. Pasal 14 dihapus.

u-n
3 Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 15
rpp
-pe
Pesawat Udara, mesin Pesawat Udara, atau baling-
baling Pesawat Terbang yang dibuat berdasarkan
ad

rancang bangun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13


lo

untuk diproduksi harus memiliki sertifikat tipe.


wn

Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

4
berikut:
/12

Pasal 16
(1) Setiap Pesawat Udara, mesin Pesawat Udara, dan
22

baling-baling Pesawat Terbang yang dirancang dan


diproduksi di luar negeri dan diimpor ke Indonesia
20

harus mendapat sertiflkat validasi tipe.


m/

(21 Sertifikat validasi tipe sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dilaksanakan berdasarkan perjanjian
.co

antarnegara di bidang Kelaikudaraan.


i
las

5 Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi sebagai


gu

berikut:
fore
.in

Pasal 17. .
ww

.
//w
ps:
htt

SK No 132652 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-427 -

a hu
Pasal 17

2-t
Setiap perubahan terhadap rancang bangun Pesawat
Udara, mesin Pesawat Udara, atau baling-baling

or-
Pesawat Terbang yang telah mendapat sertifrkat tipe
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 harus

m
mendapat persetqjuan dari Pemerintah Pusat.

-no
pu
6 Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut: erp
Pasal 18
d-p
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan prosedur
mendapatkan persetujuan rancang bangun, kegiatan
loa

rancang bangun, perubahan rancang bangun Pesawat


Udara, sertilikat validasi tipe, dan sertiflkat tipe diatur
wn

dalam Peraturan Pemerintah.


/do

7 Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/12

Pasal 19
22

(1) Setiap badan hukum Indonesia yang melakukan


kegiatan produksi dan/atau perakitan Pesawat
20

Udara, mesin Pesawat Udara, danlatau baling-


m/

baling Pesawat Terbang wajib memiliki sertifikat


produksi.
co

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikat


si.

produksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
ula
eg

8. Pasal 20 dihapus.
for

9. Pasal 21 dihapus.
.in
ww

10. Pasal 22 dihapus.


//w

1 1. Ketentuan . . .
ps:
htt

SK No 132653 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
n-2
REPUBLIK INDONESIA
-428-

hu
11. Ketentuan Pasal 26 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
PasaJ26
Pesawat Udara yang telah didaftarkan dan memenuhi

o
om
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25
diterbitkan sertilikat pendaftaran.

u-n
12. Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 30
rpp
-pe
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan prosedur
pendaftaran dan penghapusan tanda pendaftaran dan
ad

tanda kebangsaan Indonesia serta kriteria, jenis,


nlo

besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi


administratif diatur dalam Peraturan Pemerintah.
ow

13. Pasal 31 dihapus.


/12/d

14. Pasal 32 dihapus.


22
20

15. Pasal 33 dihapus.


m/

16. Ketentuan Pasal 37 diubah sehingga berbunyi sebagai


co

berikut:
si.

Pasal 37
ula

Sertifikat Kelaikudaraan standar sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 36 terdiri atas:
eg

a. sertilikat Kelaikudaraan standar pertama (initial


for

ainaorthiness ertificate) yang diberikan untuk


Pesawat Udara pertama kali dioperasikan oleh
.in

Setiap Orang; dan


ww
/w

b.sertifikat...
s:/
p
htt

SK No 132654A
ml
.ht
22
-20
PRES!DEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-429-

ah
b sertifikat Kelaikudaraan standar lanjutan

2-t
(antinous ainu orthiness ertificatel yang diberikan
untuk Pesawat Udara setelah sertifikat

or-
Kelaikudaraan standar pertama dan akan
dioperasikan secara terus menerus.

om
u-n
17. Ketentuan Pasal 4O diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 40
rpp
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan prosedur
-pe
untuk memperoleh sertifikat Kelaikudaraan dan
kriteria, jenis, besaran denda, dan tata cara pengen€ran
ad

sanksi administratif diatur dalam Peraturan


lo

Pemerintah.
wn

18. Ketentuan Pasal 41 diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

berikut:
Pasal 41
/12

(1) Setiap Orang yang mengoperasikan Pesawat Udara


untuk kegiatan Angkutan Udara wajib memiliki
22

sertifikat.
20

(21 Sertifrkat sebagaimana dimaksud pada ayat (l)


terdiri atas:
m/

a. sertilikat operator Pesawat Udara (air operator


.co

ertificatel yang diberikan kepada badan


hukum Indonesia yang mengoperasikan
i
las

Pesawat Udara Sipil untuk Angkutan Udara


Niaga; atau
gu

b. sertiflkat pengoperasian Pesawat Udara


ore

(operating ertificatel yang diberikan kepada


orang atau badan hukum Indonesia yang
f

Pesawat Udara Sipil untuk


.in

Angkutan Udara Bukan Niaga.


ww

19. Pasal 42 dihapus.


//w

20. Pasal 43 dihapus.


ps:
htt

21. Ketentuan. . .

SK No 132655 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

un
-430-

ah
21. Ketentuan Pasal 45 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 45

or-
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan prosedur

om
memperoleh sertifrkat operator Pesawat Udara atau
sertilikat pengoperasian Pesawat Udara dan kriteria,

u-n
jenis, besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
administratif diatur dalam Peraturan Pemerintah.

22. Ketentuan
rpp
Pasal 46 diubah sehingga berbunyi sebagai
-pe
berikut:
Pasal 46
ad

(1) Setiap Orang yang mengoperasikan Pesawat Udara


lo

wajib merawat Pesawat Udara, mesin Pesawat


wn

Udara, baling-baling Pesawat Terbang, dan


komponennya untuk mempertahankan keandalan
/do

dan Kelaikudaraan secara berkelanjutan.


l2l Dalam perawatan Pesawat Udara, mesin Pesawat
/12

Udara, baling-baling Pesawat Terbang, dan


komponennya sebagaimana dimaksud pada ayat
22

(1), Setiap Orang harus membuat program


perawatan Pesawat Udara yang disahkan oleh
20

Pemerintah Pusat.
m/
.co

23. Ketentuan Pasal 47 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
i
las

Pasal 47
Perawatan Pesawat Udara, mesin Pesawat Udara,
gu

baling-baling Pesawat Terbang, dan komponennya


ore

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 46 hanya dapat


dilakukan oleh:
f

a. perusahaan Angkutan Udara yang telah memiliki


.in

sertifikat operator Pesawat Udara;


ww
//w
ps:

b. badan . . .
htt

SK No 132656A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK TNDONESIA
-43L-

hu
b. badan hukum organisasi perawatan Pesawat Udara

a
2-t
yang telah memiliki sertifikat organisasi perawatan
Pesawat Udara (approued maintenane

or-
organizationl; alau
c. personel ahli perawatan Pesawat Udara yang telah

m
memiliki Lisensi ahli perawatan Pesawat Udara

-no
(aircrafi maintenance engineer licensel.

pu
24. Pasal48 dihapus. erp
25. Ketentuan
d-p
Pasal 49 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
loa

Pasal 49
Sertifikat organisasi perawatan Pesawat Udara
wn

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf b dapat


diberikan kepada organisasi perawatan Pesawat Udara
/do

(approued maintenance organizationl di luar negeri yang


memenuhi persyaratan setelah memiliki sertifikat
/12

organisasi perawatan Pesawat Udara yang diterbitkan


oleh otoritas penerbangan negara yang bersangkutan.
22
20

26. Ketentuan Pasal 5O diubah sehingga berbunyi sebagai


m/

berikut:
Pasal 50
co

Setiap Orang yang melanggar ketentuan perawatan


si.

Pesawat Udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47


dikenai sanksi administratif.
ula
eg

27. Ketentuan Pasal 51 diubah sehingga berbunyi sebagai


for

berikut:
.in
ww

Pasal 51 ...
//w
ps:
htt

SK No 132657A
l
tm
2.h
02
PRESlDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-432-

hu
-ta
Pasal 51
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara, prosedur,

r-2
dan pemberian sertifikat organisasi perawatan Pesawat
Udara dan Lisensi ahli perawatan Pesawat Udara dan

mo
kriteria, jenis, besaran denda, dan tata cara pengenaan
sanksi administratif diatur dalam Peraturan

-no
Pemerintah.

pu
28. Ketentuan Pasal 58 diubah sehingga berbunyi sebagai
erp
berikut:
Pasal 58
d-p

(1) Setiap personel Pesawat Udara wajib memiliki


loa

Lisensi atau Sertifikat Kompetensi.


(21 Personel Pesawat Udara yang terkait langsung
wn

dengan pelaksanaan pengoperasian Pesawat Udara


wajib memiliki Lisensi yang sah dan masih berlaku.
/do

29. Ketentuan
/12

Pasal 60 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
22

Pasal 60
Lisensi personel Pesawat Udara yang diberikan oleh
/20

negara lain dapat diakui melalui pengesahan oleh


Pemerintah Pusat.
om
i.c

30. Ketentuan Pasal 61 diubah sehingga berbunyi sebagai


las

berikut:
Pasal 61
gu

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, tata cara


ore

dan prosedur memperoleh Lisensi, atau Sertiflkat


Kompetensi dan lembaga pendidikan dan/ atau
f

sertifikat pelatihan diatur dalam Peraturan Pemerintah.


.in
ww

3l.Ketentuan...
//w
ps:
htt

SK No 132658 A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
BLIK INDONESIA
-433-

u
ah
31. Ketentuan Pasal 63 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 63

r-
(1) Pesawat Udara yang dapat dioperasikan di wilayah

mo
Negara Kesatuan Republik Indonesia hanya
Pesawat Udara Indonesia.

-no
(21 Dalam keadaan tertentu dan dalam waktu terbatas

pu
Pesawat Udara Sipil Asing dapat dioperasikan
setelah mendapat persetqiuan dari Pemerintah
erp
Pusat.
(3) Pesawat Udara Sipil Asing dapat dioperasikan oleh
d-p

perusahaan Angkutan Udara nasional untuk


penerbangan ke dan dari luar negeri setelah
loa

adanya perjanj ian antarnegara.


(4)
wn

Pesawat Udara Sipil Asing yang akan dioperasikan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
/do

harus memenuhi persyaratan Kelaikudaraan yang


ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
/12

(5) Setiap Orang yang melanggar ketentuan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2]', ayat
22

(3), dan ayat (4) dikenai sanksi administratif.


(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengoperasian
20

Pesawat Udara Sipil serta kriteria, jenis, besaran


m/

denda, dan tata cara pengenaan sanksi


administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
co

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


si.
ula

32. Pasal 64 dihapus.


eg

33. Ketentuan Pasal 66 diubah sehingga berbunyi sebagai


for

berikut:
.in
ww

66. .
//w

Pasal .
ps:
htt

SK No 132659A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-434-

ah
Pasal 66

2-t
Ketentuan lebih lanjut mengenai proses dan biaya
sertifikasi diatur dalam Peraturan Pemerintah.

or-
om
34. Ketentuan Pasal 67 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

u-n
Pasal 67
(1) Setiap Pesawat Udara Negara yang dibuat dan
rpp
dioperasikan harus memenuhi standar rancang
bangun, produksi, dan Kelaikudaraan yang
-pe
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
(21 Pesawat Udara Negara sebagaimana dimaksud
ad

pada ayat (1) wajib memiliki tanda identitas.


lo
wn

35. Ketentuan Pasal 84 diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

berikut:
Pasal 84
2

Angkutan Udara Niaga dalam negeri hanya dapat


2/1

dilakukan oleh Badan Usaha Angkutan Udara nasional


yang telah memenuhi Perizinan Berusaha dari
2
20

Pemerintah Pusat.
/
om

36. Ketentuan Pasal 85 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
i.c

Pasal 85
s

(l) Angkutan Udara Niaga berjadwal dalam negeri


ula

hanya dapat dilakukan oleh Badan Usaha


Angkutan Udara nasional yang telah memenuhi
eg

Perizinan Berusaha terkait Angkutan Udara Niaga


for

berjadwal.
.in
ww

(2) Badan . . .
//w
ps:
htt

SK No 132660 A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-435-

u
ah
(21 Badan Usaha Angkutan Udara niaga berjadwal

2-t
sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dalam
keadaan tertentu dan bersifat sementara dapat

r-
melakukan kegiatan Angkutan Udara Niaga tidak

mo
berjadwal setelah mendapat persetujuan dari
Pemerintah Pusat.

-no
(3) Kegiatan Angkutan Udara Niaga tidak berjadwal
yang bersifat sementara sebagaimana dimaksud

pu
pada ayat (2) dapat dilakukan atas inisiatif instansi
pemerintah dan/atau atas permintaan Badan
erp
Usaha Angkutan Udara niaga nasional.
d-p

(41 Kegiatan Angkutan Udara Niaga tidak berjadwal


yang dilaksanakan oleh Badan Usaha Angkutan
loa

Udara niaga berjadwal sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) tidak menyebabkan terganggunya
wn

pelayanan pada rute yang menjadi tanggung


jawabnya dan pada rute yang masih dilayani oleh
/do

Badan Usaha Angkutan Udara niaga berjadwal


lainnya.
/12

37. Ketentuan Pasal 91 diubah sehingga berbunyi sebagai


22

berikut:
20

Pasal 91
m/

(1) Angkutan Udara Niaga tidak berjadwal dalam


negeri hanya dapat dilakukan oleh Badan Usaha
co

Angkutan Udara nasional yang telah memenuhi


si.

Peizinar, Berusaha dari Pemerintah Pusat.


(21 Angkutan Udara Niaga tidak berjadwal dalam
ula

negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilaksanakan berdasarkan persetujuan terbang
eg

fflight approuatl.
for

(3) Badan Usaha Angkutan Udara niaga tidak


berjadwal dalam negeri dalam keadaan tertentu
.in

dan bersifat sementara dapat melakukan kegiatan


ww

Angkutan Udara Niaga berjadwal setelah mendapat


persetujuan dari Pemerintah Pusat.
//w
ps:

(4) Kegiatan. . .
htt

SK No 132661A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPIJBLIK INDONESIA

un
-436-

h
(41 Kegiatan Angkutan Udara Niaga berjadwal yang

-ta
bersifat sementara sebagaimana dimaksud pada

r-2
ayat (3) dapat dilakukan atas inisiatif instansi
pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/ atau Badan

mo
Usaha Angkutan Udara niaga nasional.
(5) Kegiatan Angkutan Udara Niaga berjadwal

-no
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
menyebabkan terganggunya pelayanan Angkutan

pu
Udara pada rute yang masih dilayani oleh Badan
erp
Usaha Angkutan Udara niaga befadwal lainnya.
d-p

38. Ketentuan Pasal 93 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
loa

Pasal 93
(1)
wn

Kegiatan Angkutan Udara Niaga tidak berjadwal


luar negeri yang dilakukan oleh Badan Usaha
Angkutan Udara niaga nasional wajib
/do

mendapatkan persetujuan terbang dari Pemerintah


/12

Pusat.
(21 Kegiatan Angkutan Udara Niaga tidak berjadwal
22

luar negeri yang dilakukan oleh perusahaan


Angkutan Udara Niaga asing wajib mendapatkan
/20

persetujuan terbang dari Pemerintah Pusat.


om

39. Ketentuan Pasal 94 diubah sehingga berbunyi sebagai


si.c

berikut:
Pasal 94
ula

(1) Kegiatan Angkutan Udara Niaga tidak berjadwal


oleh perusahaan Angkutan Udara asing yang
eg

melayani rute ke Indonesia dilarang mengangkut


for

penumpang dari wilayah Indonesia, kecuali


penumpang sendiri yang diturunkan pada
.in

Penerbangan sebelumnya.
(21 Kegiatan Angkutan Udara Niaga tidak berjadwal
ww

oleh perusahaan Angkutan Udara asing yang


melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada
//w

ayat (1) dikenai sanksi administratif.


ps:
htt

(3) Ketentuan. . .

SK No 132662A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-437-

ah
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,

2-t
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

or-
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

om
40. Ketentuan Pasal 95 diubah sehingga berbunyi sebagai

u-n
berikut:
Pasal 95
(1) rpp
Perusahaan Angkutan Udara Niaga tidak berjadwal
asing khusus pengangkut Kargo yang melayani
-pe
rute ke Indonesia dilarang mengangkut Kargo dari
wilayah Indonesia, kecua-li dengan persetujuan
ad

Pemerintah Pusat.
lo

(21 Perusahaan Angkutan Udara Niaga tidak berjadwal


wn

asing khusus pengangkut Kargo yang melanggar


ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
/do

dikenai sanksi administratif.


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,
/12

besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi


administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
22

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


20

41. Ketentuan Pasal 96 diubah sehingga berbunyi sebagai


m/

berikut:
.co

Pasal 96
Ketentuan lebih lanjut mengenai Angkutan Udara
i
las

Niaga, kerja sama Angkutan Udara, dan sanksi


administratif termasuk prosedur dan tata cara
gu

pengenaan, diatur dalam Peraturan Pemerintah.


ore

42. Ketentuan Pasal 97 diubah sehingga berbunyi sebagai


f
.in

berikut:
ww
//w

Pasal 97...
ps:
htt

SK No 132663 A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-438-

u
ah
Pasal 97

2-t
(l) Pelayanan yang diberikan Badan Usaha Angkutan
Udara niaga berjadwal dalam menjalankan

r-
kegiatannya dapat dikelompokkan paling sedikit

mo
dalam:
a. pelayanan dengan standar maksimum;

-no
b. pelayanan dengan standar menengah; atau

pu
c. pelayanan dengan standar minimum.
(21 erp
Badan Usaha Angkutan Udara niaga berjadwal
dalam menyediakan pelayanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus memberitahukan
d-p

kepada pengguna jasa tentang kondisi dan


spesifikasi pelayanan yang disediakan.
loa
wn

43. Pasal 99 dihapus.


/do

44. Ketentuan Pasal 100 diubah sehingga berbunyi sebagai


/12

berikut:
Pasal l0O
22

Ketentuan lebih lanjut mengenai pelayanan Badan


20

Usaha Angkutan Udara niaga berjadwal diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
m/
co

45. Ketentuan Pasal 1O9 diubah sehingga berbunyi sebagai


si.

berikut:
Pasal 109
ula

Kegiatan Angkutan Udara Niaga sebagaimana dimaksud


eg

dalam Pasal 1O8 dilakukan oleh badan usaha di bidang


Angkutan Udara Niaga nasional setelah memenuhi
for

Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat.


.in

46. Pasal 110 dihapus.


ww
//w

47. Pasal 111 . . .


ps:
htt

SK No 132664A
l
tm
2.h
02
PRESTDEN

n-2
REPUBLIK TNDONESIA
-439-

hu
47. Pasal 111dihapus.

-ta
2
48. Ketentuan Pasal ll2 diubah sehingga berbunyi sebagai

or-
berikut:

om
Pasal 112
Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam

u-n
Pasal 109 berlaku selama pemegan gPerizinan Berusaha
masih menjalankan kegiatan Angkutan Udara secara

p
nyata dengan terus menerus mengoperasikan Pesawat
erp
Udara sesuai dengan Perizinan Berusaha yang
diberikan.
d-p
loa

49. Ketentuan Pasal 113 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
wn

Pasal 113
(1) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud dalam
o
2/d

Pasal 109 dilarang dipindahtangankan kepada


pihak lain sebelum melakukan kegiatan usaha
Angkutan Udara secara nyata dengan
/1

mengoperasikan Pesawat Udara sesuai dengan


22

Perizinan Berusaha yang diberikan.


20

l2l Pemegang Perizinan Berusaha yang melanggar


ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
/
om

dikenai sanksi administratif berupa pencabutan


Perizinan Berusaha.
si.c

50.
ula

Ketentuan Pasal 114 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
g

Pasal 114
ore

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, tata cara,


dan prosedur memperoleh Perizinar: Berusaha terkait
inf

Angkutan Udara Niaga diatur dalam Peraturan


.

Pemerintah.
ww

51. Ketentuan Pasal 118 diubah sehingga berbunyi sebagai


/w

berikut:
s:/
p

118..
htt

Pasal .

SK No 132665 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-440-

ah
Pasal 118

2-t
(1) Pemegang Perizinan Berusaha Angkutan Udara
Niaga wajib:

or-
a. melakukan kegiatan Angkutan Udara secara

om
nyata paling lambat 12 (dua belas) bulan sejak
Perizinan Berusaha diterbitkan dengan
mengoperasikan minimal jumlah Pesawat

u-n
Udara yang dimiliki dan dikuasai sesuai
rpp
dengan lingkup usaha atau kegiatannya;
b. memiliki dan menguasai Pesawat Udara
-pe
dengan jumlah tertentu;
c. mematuhi ketentuan wajib angkut,
ad

Penerbangan sipil, dan ketentuan lain sesuai


dengan peraturan perundang-undangan;
lo

d. menutup asuransi Tanggung Jawab


wn

Pengangkut dengan nilai pertanggungan


/do

sebesar santunan penumpang Angkutan


Udara Niaga yang dibuktikan dengan
/12

perjanjian penutupan asuransi;


e. melayani calon penumpang secara adil tanpa
22

diskriminasi atas dasar suku, agama, ras,


antargolongan, serta strata ekonomi dan
20

sosial;
m/

f. menyerahkan laporan kegiatan Angkutan


Udara, termasuk Keterlambatan dan
.co

pembatalan Penerbangan setiap jangka waktu


tertentu kepada Pemerintah Pusat;
i
las

C. menyerahkan laporan kinerja keuangan yang


telah diaudit oleh kantor akuntan publik
gu

terdaftar yang sekurang-kurangnya memuat


ore

neraca, laporan rugi laba, arus kas, dan


perincian biaya, setiap tahun paling lambat
f

akhir bulan April tahun berikutnya kepada


.in

Pemerintah Pusat;
ww

h. melaporkan apabila terjadi perubahan


penanggung jawab atau pemilik Badan Usaha
//w

Angkutan Udara niaga, domisili Badan Usaha


Angkutan Udara niaga, dan pemilikan
ps:

Pesawat Udara kepada Pemerintah Pusat; dan


i. memenuhi . .
htt

SK No 132666A
ml
.ht
22
-20
PRES]DEN
REPUALIK INDONES

un
-441 -

h
i. memenuhi standar pelayanan yang

-ta
ditetapkan.

r-2
(21 Pemegang izin kegiatan Angkutan Udara Bukan
Niaga yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat,

mo
Pemerintah Daerah, badan usaha, dan lembaga
tertentu wajib:

-no
a. mengoperasikan Pesawat Udara paling lambat
12 (dua belas) bulan setelah izin kegiatan

pu
diterbitkan;
erp
b. mematuhi peraturan perundang-undangan di
bidang Penerbangan sipil dan peraturan
d-p

perundang-undangan lain yang berlaku;


c. menyerahkan laporan kegiatan Angkutan
loa

Udara setiap bulan paling lambat tanggal 10


(sepuluh) bulan berikutnya kepada
wn

Pemerintah Pusat; dan


d. melaporkan apabila terjadi perubahan
/do

penanggung jawab, kepemilikan Pesawat


Udara, dan/ atau domisili kantor pusat
/12

kegiatan kepada Pemerintah Pusat.


22

(3) Pemegang izin kegiatan Angkutan Udara Bukan


Niaga yang dilakukan oleh orang perseorangan
/20

wajib:
a. mengoperasikan Pesawat Udara paling lambat
om

12 (dua belas) bulan setelah izin diterbitkan;


si.c

b. mematuhi peraturan perundang-undangan di


bidang Penerbangan sipil dan peraturan
ula

pemndang-undangan lain;
c. menyerahkan laporan kegiatan Angkutan
eg

Udara setiap bulan paling lambat tanggal 10


(sepuluh) bulan berikutnya kepada
for

Pemerintah Pusat; dan


.in

d. melaporkan apabila terjadi perubahan


penanggung jawab, kepemilikan Pesawat
ww

Udara, dan/ atau domisili pemegang izir,


kepada Pemerintah Pusat.
//w

52.
ps:

Ketentuan Pasal 119 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
htt

Pasal 119...

SK No 132667 A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUBLTK INDONESIA
-442-

u
ah
Pasal 119

2-t
(1) Dalam hal pemegang PerLinan Berusaha Angkutan
Udara Niaga dan pemegang izin kegiatan Angkutan

r-
Udara Bukan Niaga tidak melakukan kegiatan

mo
Angkutan Udara secara nyata dengan
Pesawat Udara selama 12 (dua

-no
belas) bulan berturut-turut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 118 ayat (1) hurufa, ayat(21

pu
huruf a dan ayat (3) huruf a, Peizinan Berusaha
Angkutan Udara Niaga atau izin kegiatan Angkutan
erp
Udara Bukan Niaga yang diterbitkan tidak berlaku
dengan sendirinya.
d-p

(21 Pemegang Perizinan Berusaha Angkutan Udara


loa

Niaga dan pemegang izin kegiatan Angkutan Udara


Bukan Niaga yang melanggar ketentuan
wn

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 dikenai


sanksi administratif.
/do

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,


besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
/12

administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (21


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
22
20

53. Ketentuan Pasal 120 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
m/

Pasal l2O
co

Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban pemegang


si.

PerLinan Berusaha, persyaratan, dan sanksi


administratif termasuk prosedur dan tata cara
ula

pengenaan sanksi diatur dalam Peraturan Pemerintah.


eg

54. Ketentuan Pasal 130 diubah sehingga berbunyi sebagai


for

berikut:
.in
ww
//w

Pasal 13O . . .
ps:
htt

SK No 132668 A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-443-

u
ah
Pasal 130

2-t
Ketentuan lebih lanjut mengenai tarif Angkutan Udara
Niaga berjadwal dalam negeri kelas ekonomi dan

r-
Angkutan Udara Perintis serta sanksi administratif,

mo
termasuk prosedur dan tata cara pengenaan sanksi
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

-no
55.

pu
Pasal 131 dihapus.
erp
56. Pasal 132 dihapus.
d-p

57. Pasal 133 dihapus.


loa
wn

58. Ketentuan Pasal 137 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/do

Pasal 137
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis, besaran
/12

denda dan tata cara pengenaan sanksi administratif


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 136 ayat (5) diatur
22

dalam Peraturan Pemerintah.


20
m/

59. Ketentuan Pasal 138 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
co

Pasal 138
si.

(1) Pemilik, agen ekspedisi muatan Pesawat Udara,


ula

atau pengirim yang menyerahkan barang khusus


dan/atau berbahaya wajib menyampaikan
eg

pemberitahuan kepada pengelola pergudangan


dan/ atau Badan Usaha Angkutan Udara sebelum
for

dimuat ke dalam Pesawat Udara.


.in
ww

(2) Badan . . .
//w
ps:
htt

SK No 132669A
m l
2.ht
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-444-

hu
(21 Badan Usaha Bandar Udara, Unit

-ta
Penyelenggara
Bandar Udara, badan usaha pergudangan, atau

2
Badan Usaha Angkutan Udara niaga yang

or-
melakukan kegiatan pengangkutan barang khusus
dan/atau barang berbahaya wajib menyediakan

om
tempat penyimpanan atau penumpukan serta
bertanggung jawab terhadap penyusunan sistem

u-n
dan prosedur penanganan barang khusus
dan/ atau berbahaya selama barang tersebut belum

p
dimuat ke dalam Pesawat Udara.
erp
(3) Pemilik, agen ekspedisi muatan Pesawat Udara,
pengirim, Badan Usaha Bandar Udara, Unit
d-p

Penyelenggara Bandar Udara, badan usaha


pergudangan, atau Badan Usaha Angkutan Udara
loa

niaga yang melanggar ketentuan pengangkutan


barang berbahaya sebagaimana dimaksud pada
wn

ayat (1) dan ayat (2) dikenai sanksi administratif.


/do

(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,


besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
/12

administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
22
/20

60. Ketentuan Pasal 139 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
om

Pasal 139
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengangkutan barang
si.c

khusus dan barang berbahaya serta kriteria, jenis,


besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
ula

administratif diatur dalam Peraturan Pemerintah.


eg

61. Ketentuan Pasal 205 diubah sehingga berbunyi sebagai


for

berikut:
.in
ww

Pasal 2O5. . .
//w
ps:
htt

SK No 099970 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-445-

hu
Pasal 2O5

-ta
(1) Daerah lingkungan kepentingan Bandar Udara

r-2
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 202 huruf g
merupakan daerah di luar lingkungan kerja

mo
Bandar Udara yang digunakan untuk menjamin
keselamatan dan keamanan Penerbangan serta

-no
kelancaran aksesibilitas penumpang dan Kargo.
(21 Pemanfaatan daerah lingkungan kepentingan

pu
Bandar Udara harus mendapatkan persetqjuan
erp
dari Pemerintah Pusat.
d-p

62. Pasal215 dihapus


loa

63. Ketentuan Pasal 218 diubah sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
Pasal 218
/do

Ketentuan lebih lanjut mengenai keselamatan dan


keamanan Penerbangan, pelayanan jasa Bandar Udara,
/12

serta tata cara dan prosedur untuk memperoleh


sertifikat Bandar Udara atau register Bandar Udara dan
22

kriteria, jenis, besaran denda, serta tata cara pengenaan


20

sanksi administratif diatur dalam Peraturan


Pemerintah.
m/
co

64. Ketentuan Pasal 219 diubah sehingga berbunyi sebagai


si.

berikut:
ula

Pasal 219
(1) Setiap Badan Usaha Bandar Udara atau Unit
eg

Penyelenggara Bandar Udara wajib menyediakan


fasilitas Bandar Udara yang memenuhi
for

persyaratan keselamatan dan keamanan


Penerbangan serta pelayanan jasa Bandar Udara
.in

sesuai dengan standar pelayanan yang ditetapkan.


ww

(2) Setiap. .
/w

.
s:/
p
htt

SK No 137364A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-446-

ah
(21 Setiap Badan Usaha Bandar Udara atau Unit

-t
Penyelenggara Bandar Udara yang melanggar

r-2
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dikenai sanksi administratif.

mo
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi

o
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

u-n
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

65. rpp
Ketentuan Pasal 221 diubah sehingga berbunyi sebagai
-pe
berikut:
Pasal 221
ad

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengoperasian fasilitas


nlo

Bandar Udara serta kriteria, jenis, besaran denda, dan


tata cara pengenaan sanksi administratif diatur dalam
ow

Peraturan Pemerintah.
2/d

66. Ketentuan Pasal 222 ditubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/1
22

Pasal222
(1) Setiap personel Bandar Udara wajib memiliki
/20

Lisensi atau Sertifrkat Kompetensi.


(21 Sertifikat Kompetensi sebagaimana dimaksud pada
om

ayat (1) diperoleh melalui pendidikan dan/ atau


pelatihan yang diselenggarakan lembaga yang telah
si.c

diakreditasi oleh Pemerintah Pusat.


ula

67. Ketentuan Pasal 224 diubah sehingga berbunyi sebagai


eg

berikut:
for

Pasal 224
Lisensi personel Bandar Udara yang diberikan oleh
.in

negara lain dinyatakan sah melalui pengesahan atau


ww

validasi oleh Pemerintah Pusat.


//w

68. Ketentuan . .
ps:

.
htt

SK No 099123 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-447-

u
ah
68. Ketentuan Pasal 225 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
PasaJ225

or-
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, tata cara

om
dan prosedur memperoleh Lisensi, lembaga pendidikan
dan/atau pelatihan, serta kriteria, jenis, besaran denda,

u-n
dan tata cara pengenaan sanksi administratif diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

p
erp
69. Ketentuan Pasal 233 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
d-p

Pasal 233
loa

(1) Pelayanan jasa Kebandarudaraan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 232 ayat (2) dapat
wn

diselenggarakan oleh:
a. Badan Usaha Bandar Udara untuk Bandar
/do

Udara yang diirsahakan secara komersial


setelah memenuhi Penzrnan Berusaha dari
/12

Pemerintah Pusat; atau


b. Unit Penyelenggara Bandar Udara untuk
22

Bandar Udara yang belum diusahakan secara


/20

komersial yang dibentuk oleh dan


bertanggung jawab kepada Pemerintah Pusat
om

danlatau Pemerintah Daerah sesuai


kewenangan.
i.c

(21 Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada


las

ayat (1) huruf a tidak dapat dipindahtangankan.


(3) Pelayanan jasa terkait Bandar Udara sebagaimana
gu

dimaksud dalam Pasal 232 ayat (3) dapat


diselenggarakan oleh orang perseorangan warga
ore

negara Indonesia dan/ atau badan hukum


inf

Indonesia.
(41 Badan Usaha Bandar Udara yang
.

memindahtangankan Perizinan Berusaha


ww

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenai


sanksi administratif berupa pencabutan Peizinan
/w

Berusaha.
s:/
p

70.Ketentuan...
htt

SK No099124A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPTJELIK INDONESIA

un
-444-

h
70. Ketentuan Pasal 237 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 237
Pemerintah Pusat mengembangkan usaha

mo
Kebandarudaraan melalui penanaman modal sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di

-no
bidang penanaman modal.

pu
71. Ketentuan Pasal 238 diubah sehingga berbunyi sebagai
erp
berikut:
d-p
Pasal 238
Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan pengusahaan
loa

di Bandar Udara, serta kriteria, jenis, besaran denda,


dan tata cara pengenaan sanksi administratif diatur
wn

dalam Peraturan Pemerintah.


/do

72. Ketent.tan Pasal 242 diuban' sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/12

Pasal 242
22

Ketentuan lebih lanjut mengenai tanggung jawab atas


kerugian serta kriteria, jenis, besaran denda, dan tata
20

cara pengenaan sanksi administratif diatur dalam


m/

Peraturan Pemerintah.
o
i.c

73. Ketentuan Pasal247 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
las
gue
for

Pasa7247 ...
.in
ww
//w
ps:
htt

SK No 099125 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPTJELIK INDONESIA

un
-449-

h
Pasal247

-ta
(1) Dalam rangka menunjang kegiatan tertentu,

r-2
instansi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
dan/ atau badan hukum Indonesia dapat

mo
membangun Bandar Udara Khusus setelah
mendapat persetujuan dari Pemerintah Pusat.

-no
(21 Ketentuan keselamatan dan keamanan
Penerbangan pada Bandar Udara Khusus berlaku

pu
sebagaimana ketentuan pada Bandar Udara.
erp
74. Ketentuan PasaI249 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p

berikut:
loa

Pasal 249
Bandar Udara Khusus dilarang melayani Penerbangan
wn

langsung dari dan/atau ke luar negeri kecuali dalam


keadaan tertentu dan bersifat sementara setelah
/do

memperoleh persetujuan dari Pemerintah Pusat.


/12

75. Ketentuan Pasal 250 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
22

Pasal 250
20

Bandar Udara Khusus dilarang digunakan untuk


m/

kepentingan umum, kecuali dalam keadaan tertentu


dengan persetujuan dari Pemerintah Pusat.
o
i.c

76. Ketentuan Pasal 252 diubah sehingga berbunyi sebagai


las

berikut:
gu

Pasal 252
Ketentuan lebih lanjut mengenai persetujuan
e
for

pembangunan dan pengoperasian Bandar Udara


Khusus serta perubahan status menjadi Bandar Udara
.in

yang dapat melayani kepentingan umum diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
ww
//w

77. Ketentuan . . .
ps:
htt

SK No 099126 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONES
-450-

hu
77. Ketentuan Pasal 253 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

2
Pasal 253

or-
Tempat pendaratan dan lepas landas Helikopter terdiri

om
atas:
a. tempat pendaratan dan lepas landas Helikopter di

u-n
daratan (surfae leuel heliporTl;
b. tempat pendaratan dan lepas landas Helikopter di
rpp
atas gedung (eleuated leliportl; dan
c. tempat pendaratan dan lepas landas Helikopter di
-pe
perairan (helideclQ.
ad

78. Ketentuan Pasal 254 diubah sehingga berbunyi sebagai


lo

berikut:
wn

Pasal 254
(1) Setiap tempat pendaratan dan lepas landas
/do

Helikopter yang dioperasikan wajib memenuhi


/12

ketentuan Keselamatan Penerbangan dan


Keamanan Penerbangan.
22

(21 Tempat pendaratan dan lepas landas Helikopter


yang telah memenuhi ketentuan Keselamatan
20

Penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


m/

diberikan tanda pendaftaran (registefi oleh


Pemerintah Pusat.
i.co

79. Ketentuan Pasal 255 diubah sehingga berbunyi sebagai


las

berikut:
gu

Pasal 255
ore

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan prosedur


pemberian persetujuan pembangunan dan
pengoperasian tempat pendaratan dan lepas landas
f
.in

Helikopter diatur dalam Peraturan Pemerintah.


ww

8O. Ketentuan . . .
//w
ps:
htt

SK No 132670A
m l
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-451 -

h
80. Ketentuan Pasal 275 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 275
(1) Lembaga penyelenggara pelayanan

o
Navigasi

om
Penerbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
271 ayat (2) wajib memiliki sertifikat pelayanan
Navigasi Penerbangan yang ditetapkan oleh

u-n
Pemerintah Pusat.
(21
rpp
Sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan kepada setiap unit pelayanan
-pe
penyelenggara Navigasi Penerbangan.
(3) Unit pelayanan penyelenggara Navigasi
ad

Penerbangan sebagaimana dimaksud pada ayat (21


terdiri atas:
nlo

a. unit pelayanan Navigasi Penerbangan di


ow

Bandar Udara;
b. unit pelayanan navigasi pendekatan; dan
2/d

c. unit pelayanan Navigasi Penerbangan jelajah.


/1
22

81. Ketentuan Pasal 277 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/20

Pasal 277
om

Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan prosedur


pembentukan dan sertifikasi lembaga penyelenggara
i.c

pelayanan Navigasi Penerbangan serta biaya pelayanan


jasa Navigasi Penerbangan diatur dalam Peraturan
las

Pemerintah.
u
eg

82. Ketentuan Pasal 292 diubah sehingga berbunyi sebagai


for

berikut:
Pasal 292
.in

(l) Setiap personel Navigasi Penerbangan wajib


ww

memiliki Lisensi atau Sertifrkat Kompetensi.


/w

(2) Personel ...


s:/
p
htt

SK No 132671A
ml
.ht
22
-20
PRESlDEN
REPUALIK INDONESIA

un
-452-

ah
(21 Personel Navigasi Penerbangan yang terkait

2-t
langsung dengan pelaksanaan pengoperasian
dan/atau pemeliharaan fasilitas Navigasi

or-
Penerbangan wajib memiliki Lisensi yang sah dan
masih berlaku.

om
u-n
83. Ketentuan Pasal 294 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal294
rpp
Lisensi personel Navigasi Penerbangan yang diberikan
-pe
oleh negara lain dinyatakan sah melalui pengesahan
atau validasi oleh Pemerintah Pusat.
load

84. Ketentuan Pasal 295 diubah sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
Pasal 295
/do

Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan, tata cara


dan prosedur memperoleh Lisensi, kriteria, jenis,
2

besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi


2/1

administratif diatur dalam Peraturan Pemerintah.


2
20

85. Ketentuan Pasal 317 diubah sehingga berbunyi sebagai


/

berikut:
om

Pasal 317
i.c

Ketentuan lebih lanjut mengenai sistem manajemen


keselamatan penyedia jasa Penerbangan, kriteria, jenis,
s
ula

besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi


administratif diatur dalam Peraturan Pemerintah.
eg
for

86. Ketentuan Pasal 389 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
.in
ww

389...
//w

Pasal
ps:
htt

SK No 132672A
ml
.ht
22
PRESIOEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-453-

ah
Pasal 389
Setiap personel di bidang Penerbangan yang telah

-t
r-2
memiliki Sertifikat Kompetensi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 388 dapat diberi Lisensi oleh Pemerintah

mo
Pusat setelah memenuhi persyaratan.

o
87. Ketentuan Pasal 392 diubah sehingga berbunyi sebagai

u-n
berikut:
Pasal 392
rpp
Ketentuan lebih lanjut mengenai Sertifikat Kompetensi
dan Lisensi serta penJrusunan program pelatihan diatur
-pe
dalam Peraturan Pemerintah.
ad

88. Ketentuan Pasal 409 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
nlo

Pasal 4O9
Setiap Orang selain yang ditentukan dalam Pasal 47
ow

yang melakukan perawatan Pesawat Udara, mesin


Pesawat Udara, baling-baling Pesawat Terbang dan
2/d

komponennya
dipidana dengan pidana penjara paling lama I (satu)
/1

tahun atau pidana denda paling banyak


22

Rp200.000.000,O0 (dua ratus juta rupiah).


/20

89. Ketentuan Pasal 414 diubah sehingga berbunyi sebagai


om

berikut:
Pasal 414
Setiap Orang yang mengoperasikan Pesawat Udara
si.c

Sipil Asing di wilayah Negara Kesatuan Republik


Indonesia tanpa persetujuan dari Pemerintah Pusat
ula

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (2)


dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
eg

tahun atau pidana denda paling banyak


for

Rp2.0O0.000.O00,O0 (dua miliar rupiah).


.in

9O. Ketentuan Pasal 416 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ww

Pasal 416
Setiap Orang yang melakukan kegiatan Angkutan
//w

Udara Niaga dalam negeri tanpa Perizinan Berusaha


dari Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam
ps:

Pasal 84 dipidana dengan pidana penjara paling lama


1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak
htt

Rp500.00O.0OO,0O (lima ratus juta rupiah).


9 1. Ketentuan . . .

SK No 096546 A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-454-

hu
91. Ketentuan Pasal 418 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 418
Setiap Orang yang melakukan kegiatan Angkutan Udara

o
om
Niaga tidak berjadwal luar negeri tanpa persetujuan
terbang dari Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud

u-n
dalam Pasal 93 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara
paling lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling
banyak Rp350.000.0O0,O0 (tiga ratus lima puluh juta
rupiah). rpp
-pe

92. Ketentuan Pasal 423 diubah sehingga berbunyi sebagai


ad

berikut:
nlo

Pasal 423
(1) Personel Bandar Udara yang mengoperasikan
ow

dan/ atau memelihara fasilitas Bandar Udara tanpa


memiliki Lisensi atau Sertifikat Kompetensi
2/d

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 222 yang


mengakibatkan timbulnya korban dipidana dengan
/1

pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan


22

pidana denda paling banyak Rp200.O00.000,0O


(dua ratus juta rupiah).
20

(21 Dalam hal perbuatan sebagaimana dimaksud pada


m/

ayat (1) mengakibatkan kematian orang, pelaku


dipidana dengan pidana penjara paling lama 15
co

(lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak


si.

Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).


ula

93. Ketentuan Pasal 426 diubah sehingga berbunyi sebagai


eg

berikut:
for

Pasal 426
Setiap Orang yang membangun Bandar Udara Khusus
.in

tanpa persetqjuan dari Pemerintah Pusat sebagaimana


ww

dimaksud dalam Pasal 247 ayal (1) dipidana dengan


pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana
denda paling banyak Rp1.00O.0O0.O00,00 (satu miliar
/w

rupiah).
s:/
p
htt

94. Ketentuan . . .

SK No 132674A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-455-

u
ah
94. Ketentuan Pasal 427 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 427

r-
Setiap Orang yang mengoperasikan Bandar Udara

mo
Khusus dengan melayani Penerbangan langsung dari
dan/atau ke luar negeri tanpa persetujuan dari

-no
Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
249, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3

pu
(tiga) tahun atau pidana denda paling banyak
Rp3.000.00O.000,00 (tiga miliar rupiah).
erp
95. Ketentuan Pasal 428 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p

berikut:
Pasal 428
(1) Setiap Orang yang mengoperasikan Bandar Udara
loa

Khusus yang digunakan untuk kepentingan umum


wn

tanpa persetujuan dari Pemerintah Pusat


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 250 yang
/do

mengakibatkan timbulnya korban dipidana dengan


pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau
/12

pidana denda paling banyak Rp3.O00.000.000,00


(tiga miliar rupiah).
22

(21 Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) mengakibatkan kematian orang,
20

pelaku dipidana dengan pidana penjara paling


m/

lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling


banyak Rp15.00O.000.000,00 (lima belas miliar
co

rupiah).
si.

Paragraf 1 1
ula

Kesehatan, Obat, dan Makanan


eg

Pasal 59
Untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat terutama
for

Pelaku Usaha dalam mendapatkan Perizinan Berusaha dari


sektor kesehatan, obat, dan makanan, Peraturan Pemerintah
.in

Pengganti Undang-Undang ini mengubah, menghapus, atau


menetapkan pengaturan baru beberapa ketentuan yang
ww

diatur dalam:
a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2OO9 tentang
//w

Kesehatan (Iembaran Negara Republik Indonesia Tahun


2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik
ps:

Indonesia Nomor 5063);


htt

b. Undang-Undang . . .

SK No 132675 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
_456_

hu
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah

a
b

2-t
Sakit (kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik

or-
Indonesia Nomor 5072);
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang

om
c
Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan l,embaran Negara

u-n
Republik Indonesia Nomor 3671);
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2OO9 tentang
rpp
d
Narkotika (kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 143, Tambahan Lembaran Negara Republik
-pe
Indonesia Nomor 5062); dan
ad

e Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2Ol2 te.ntang Pangan


(kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
lo

Nomor 227, Tambahan lembaran Negara Republik


wn

Indonesia Nomor 5360).


/do

Pasal 60
/12

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 36


Tahun 2O09 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
22

Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran


Negara Republik Indonesia Nomor 5063) diubah sebagai
/20

berikut:
om

1 Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai


i.c

berikut:
Pasal 30
las

(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan menurut jenis


u

pelayanannya terdiri atas:


eg

a. pelayanan kesehatan perseorangan; dan


for

b. pelayanankesehatan masyarakat.
(21 Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana
.in

dimaksud pada ayat (l) meliputi:


ww

a. pelayanan kesehatan tingkat pertama;


b. pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
//w

c. pelayanan kesehatan tingkat ketiga.


ps:

(3) Fasilitas. .
htt

SK No 132676A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESlA

un
-457-

h
(3) Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana

-ta
dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh pihak

r-2
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan swasta.
(41 Setiap Fasilitas Pelayanan Kesehatan wajib

mo
memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan

-no
kewenangannya berdasarkan norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh

pu
Pemerintah Pusat.
erp
2 Ketentuan Pasal 35 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p

berikut:
Pasal 35
loa

Ketentuan lebih lanjut mengenai Fasilitas Pelayanan


Kesehatan dan Peizinan Berusaha diatur dalam
wn

Peraturan Pemerintah.
/do

3 Ketentuan Pasal 6O diubah sehingga berbunyi sebagai


/12

berikut:
Pasal 60
22

(1) Setiap orang yang melakukan Pelayanan


/20

Kesehatan Tradisional yang menggunakan alat dan


teknologi wajib memenuhi Perizinan Berusaha dari
om

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai


dengan kewenangannya berdasarkan norrna,
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan
si.c

oleh Pemerintah Pusat.


(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai Peizinan
ula

Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


eg

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


for

4 Ketentuan Pasal 1O6 diubah sehingga berbunyi sebagai


.in

berikut:
ww
//w

Pasal 1O6 . .
ps:

.
htt

SK No 132677A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-458-

hu
Pasal 106

-ta
(1) Setiap orang yang memproduksi dan/ atau

2
mengedarkan Sediaan Farmasi dan/ atau Alat

or-
Kesehatan harus memenuhi Per2inan Berusaha
dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah

om
sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
norma, standar, prosedur, dan kriteria yang

u-n
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
(21 Sediaan Farmasi dan/ atau Alat Kesehatan hanya
rpp
dapat diedarkan setelah memenuhi Perizinan
Berusaha dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah
-pe
Daerah sesuai dengan kewenangannya
berdasarkan norma, standar, prosedur, dan
ad

kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


lo

(3) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai


wn

dengan kewenangannya berdasarkan norma,


standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan
/do

oleh Pemerintah Pusat berwenang mencabut


Perizinan Berusaha dan memerintahkan penarikan
/12

dari peredaran Sediaan Farmasi dan/atau Alat


Kesehatan yang telah memperoleh Perizinan
22

Berusaha, yang terbukti tidak memenuhi


persyaratan mutu dan/atau keamanan dan/ atau
20

kemanfaatan, serta Sediaan Farmasi dan/ atau Alat


m/

Kesehatan tersebut dapat disita dan dimusnahkan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
.co

undangan.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan
i
las

Berusaha terkait Sediaan Farmasi dan/ atau Alat


Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
gu

ayat (21, dan ayat (3) diatur dalam Peraturan


ore

Pemerintah.
f
.in

5 Ketentuan Pasal 111 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ww

Pasal 111
(1) Makanan dan minuman yang dipergunakan untuk
//w

masyarakat harus didasarkan pada standar


dan/ atau persyaratan Kesehatan.
ps:
htt

(2) Makanan . . .

SK No 132678 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-459-

h
(21 Makanan dan minuman hanya dapat diedarkan

-ta
setelah memenuhi Perizinan Berusaha dari

r-2
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya berdasarkan nonna,

mo
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan
oleh Pemerintah Pusat.

-no
(3) Makanan dan minuman yang tidak memenuhi
ketentuan standar dan/atau persyaratan

pu
Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
dan/atau membahayakan Kesehatan dilarang
erp
untuk diedarkan, serta harus ditarik dari
peredaran, dilakukan pencabutan Perizinan
d-p

Berusaha, dan diamankan/disita untuk


dimusnahkan sesuai dengan ketentuan peraturan
loa

perundang-undangan.
wn

(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan


Bemsaha terkait makanan dan minuman
/do

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
/12

6 Ketentuan Pasal 182 diubah sehingga berbunyi sebagai


22

berikut:
/20

Pasal 182
(1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
om

dengan kewenangannya melakukan pengawasan


terhadap masyarakat dan setiap penyelenggara
si.c

kegiatan yang berhubungan dengan Sumber Daya


di Bidang Kesehatan dan Upaya Kesehataa
ula

berdasarkan norma, standar, prosedur, dan


kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
eg

(2) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai


for

dengan kewenangannya dalam melakukan


pengawasan dapat memberikan Perizinan
.in

Berusaha terhadap setiap penyelenggaraan Upaya


Kesehatan berdasarkan norma, standar, prosedur,
ww

dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah


Pusat.
//w

(3) Pemerintah Pusat dalam melaksanakan


pengawasan dapat mendelegasikan pengawasan
ps:

kepada Pemerintah Daerah dan mengikutsertakan


masyarakat.
htt

7. Ketentuan . . .

SK No 132679 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
_460_

hu
7 Ketentuan Pasal 183 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

2
Pasal 183

or-
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam

om
Pasal 182 dalam melaksanakan tugasnya dapat
mengangkat tenaga pengawas dengan tugas pokok

u-n
untuk melakukan pengawasan terhadap segala sesuatu
yang berhubungan dengan Sumber Daya di Bidang
rpp
Kesehatan dan Upaya Kesehatan.
-pe
8 Ketentuan Pasal 187 diubah sehingga berbunyi sebagai
ad

berikut:
Pasal 187
lo

Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan dalam


wn

penyelenggaraan upaya di bidang kesehatan diatur


dalam Peraturan Pemerintah.
/do
/12

9 Ketentuan Pasal 188 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
22

Pasal 188
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
20

dengan kewenangannya berdasarkan norna, standar,


m/

prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah


Pusat dapat mengambil tindakan administratif terhadap
.co

Tenaga Kesehatan dan/atau Fasilitas Pelayanan


Kesehatan yang melanggar ketentuan sebagaimana
i
las

diatur dalam Undang-Undang ini.


gu

1O. Ketentuan Pasal 197 diubah sehingga berbunyi sebagai


ore

berikut:
f
.in

Pasal 197. . .
ww
//w
ps:
htt

SK No 132680A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-461 -

hu
-ta
Pasal 197
Setiap orang yang dengan sengaja memproduksi atau

2
mengedarkan Sediaan Farmasi dan/atau Alat

or-
Kesehatan yang tidak memiliki Perizinan Berusaha
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1O6 ayat (1)

om
dan/atau ayat (21, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda

u-n
paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima
ratus juta rupiah).
rpp
-pe
Pasal 61
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 44
ad

Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan
lo

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5O72) diubah


wn

sebagai berikut:
/do

1 Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi sebagai


/12

berikut:
Pasal 17
22

(1) Rumah Sakit yang tidak memenuhi persyaratan


sebagai6411s dimaksud dalam Pasal 7, Pasal 8,
20

Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13,


m/

Pasal 14, Pasal 15, atau Pasal 16 dikenai sanksi


administratif berupa:
.co

a. peringatantertulis;
i

b. penghentian sementarakegiatan;
las

c. dendaadministratif;
gu

d. pembekuan Peizinan Berusaha; dan/atau


ore

e. pencabutan Penzinan Berusaha.


(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,
f
.in

besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi


administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ww

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


//w

2 Ketentuan Pasal 24 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ps:
htt

PasaJ24...

SK No 132681A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-462-

hu
Pasal 24

-ta
(1) Pemerintah Pusat menetapkan klasilikasi Rumah

2
Sakit berdasarkan kemampuan pelayanan, fasilitas

or-
kesehatan, sarana penunjang, dan sumber daya
manusia.

om
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai klasifikasi Rumah

-n
Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.

pu
erp
3 Ketentuan Pasal 25 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
d-p

Pasal 25
(1) Setiap penyelenggara Rumah Sakit
loa

wajib
memenuhi Perizinan Berusaha.
wn

(21 Setiap penyelenggara Rumah Sakit yang tidak


memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud pada
/do

ayat (1) dikenai sanksi administratif.


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tala cara
/12

pengenaan sanksi administratif sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
22

Pemerintah.
20
m/

4 Ketentuan Pasal 26 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
co

Pasal 26
(1) Peizitan Berusaha terkait Rumah
si.

Sakit
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 diberikan
ula

oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah


sesuai dengan kewenangannya berdasarkan
eg

klasifikasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud


for

dalam Pasal 24.


(21 Pelaksanaan Perizinan Berusaha terkait Rumah
.in

Sakit oleh Pemerintah Daerah dilaksanakan sesuai


ww

dengan norrna, standar, prosedur, dan kriteria


yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
//w

5. Ketentuan . . .
ps:
htt

SK No 132682A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-463-

hu
5 Ketentuan Pasal 27 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

2
Pasal 27

or-
Perizinan Berusaha terkait Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud dalam Pasa1 25 dapat dicabut jika:

om
a. habis masa berlakunya;

u-n
b. tidak lagi memenuhi persyaratan dan standar;
c. terbukti melakukan pelanggaran terhadap
rpp
ketentuan peraturan perundang-undangan;
dan/ atau
-pe
d. atas perintah pengadilan dalam rangka penegakan
hukum.
lo ad

6 Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
Pasal 28
/do

Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan Berusaha


terkait Rumah Sakit diatur dalam Peraturan
/12

Pemerintah.
22
20

7 Ketentuan Pasal 29 diubah sehingga berbunyi sebagai


m/

berikut:
Pasal 29
.co

(1) Setiap Rumah Sakit mempunyai kewajiban:


i

a. memberikan informasi yang benar tentang


las

pelayanan Rumah Sakit kepada masyarakat;


gu

b. memberikan pelayanan kesehatan y€rng aman,


ore

bermutu, anti diskriminasi, dan efektif dengan


mengutamakan kepentingan Pasien sesuai
f

dengan standar pelayanan Rumah Sakit;


.in

c. memberikan pelayanan Gawat Darurat


ww

kepada Pasien sesuai dengan kemampuan


pelayanannya;
//w

d. berperan . .
ps:

.
htt

SK No 132683 A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-464-

u
ah
d. berperan aktif dalam memberikan pelayanan

2-t
kesehatan pada bencana sesuai dengan
kemampuan pelayanannya;

r-
e. menyediakan sarana dan pelayanan bagi

mo
masyarakat tidak mampu atau miskin;
f. melaksanakan fungsi sosial antara lain

-no
dengan memberikan fasilitas pelayanan bagi
Pasien tidak mampu atau miskin, pelayanan

pu
Gawat Darurat tanpa uang muka, ambulan
erp
gratis, pelayanan bagi korban bencana dan
kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi misi
d-p

kemanusiaan;
g. membuat, melaksanakan, dan menjaga
loa

standar mutu pelayanan kesehatan di Rumah


Sakit sebagai acuan dalam melayani Pasien;
wn

h. menyelenggarakan rekam medis;


i.
/do

menyediakan sarana dan prasarana umum


yang layak antara lain sarana ibadah, tempat
parkir, ruang tunggu, sarana untuk
/12

penyandang disabilitas, wanita menyusui,


22

anak-anak, dan lanjut usia;


j. melaksanakan sistem rujukan;
20

k. menolak keinginan Pasien yang bertentangan


m/

dengan standar profesi dan etika serta


ketentuan peraturan perundang-undangan;
co

1. memberikan informasi yang benar, jelas, dan


si.

jujur mengenai hak dan kewajiban Pasien;


ula

m. menghormati dan melindungi hak Pasien;


n. melaksanakan etika Rumah Sakit;
eg

o. memiliki sistem pencegahan kecelakaan dan


for

penanggulangan bencana;
p.
.in

melaksanakan program pemerintah di bidang


kesehatan, baik secara regional maupun
ww

nasional;
q. membuat daftar tenaga medis yang
//w

melakukan praktik kedokteran atau


kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya;
ps:

r. menJrusun dan melaksanakan peraturan


internal Rumah Sakit;
htt

s. melindungi . . .

SK No 132684A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONES]A
-465-

hu
s. melindungi dan memberikan bantuan hukum

a
2-t
bagi semua petugas Rumah Sakit dalam
melaksanakan tugas; dan

or-
t. memberlakukan seluruh lingkungan Rumah

m
Sakit sebagai kawasan tanpa rokok.
(21 Pelanggaran atas kewajiban s6lagai1n4n4

-no
dimaksud pada ayal (1) dikenai sanksi
administratif berupa:

pu
a. teguran; erp
b. teguran tertulis;
c.
d-p

denda; dan/atau
d. pencabutan Per:ainan Berusaha.
loa

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban Rumah


Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
wn

pengenaan sanksi administratif sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
/do

Pemerintah.
/12

8 Ketentuan Pasal 40 diubah sehingga berbunyi sebagai


22

berikut:
Pasal 40
20

(1) Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan Rumah


m/

Sakit, wajib dilakukan akreditasi secara berkala


minimal 3 (tiga) tahun sekali.
co

(21 Akreditasi Rumah Sakit sebagaimana dimaksud


si.

pada ayat (1) dilakukan oleh suatu lembaga


independen, baik dari dalam maupun dari luar
ula

negeri berdasarkan standar akreditasi yang


eg

berlaku.
(3) Lembaga independen sebagaimana dimaksud pada
for

ayat (21 ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


.in

(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai akreditasi Rumah


Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ww

ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.


//w
ps:

9. Ketentuan . . .
htt

SK No 132685 A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-466-

u
ah
9 Ketentuan Pasal 54 diubah sehingga berbunyi sebagai

2-t
berikut:
Pasal 54

r-
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan

mo
norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat melakukan

-no
pembinaan dan pengawasan terhadap Rumah
Sakit dengan melibatkan organisasi profesi,

pu
asosiasi perumahsakitan, dan organisasi
erp
kemasyarakatan lainnya sesuai dengan tugas dan
fungsi masing-masing.
d-p

(21 Pembinaan dan pengawasan sebagaimana


dimaksud pada ayat (l) diarahkan untuk:
loa

a. pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan


yang terjangkau oleh masyarakat;
wn

b. peningkatan mutu pelayanan kesehatan;


c. keselamatan Pasien;
/do

d. pengembangan jangkauan pelayanan; dan


/12

e. peningkatan kemampuan kemandirian


Rumah Sakit.
22

(3) Dalam melaksanakan tugas pengawasan,


20

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai


dengan kewenangannya mengangkat tenaga
m/

pengawas sesuai kompetensi dan keahliannya.


co

(41 Tenaga pengawas sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) melaksanakan pengawasan yang bersifat
si.

teknis medis dan teknis perumahsakitan.


ula

(5) Dalam rangka pembinaan dan pengawasan,


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
eg

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21


for

dapat mengenakan sanksi administratif berupa:


a. teguran;
.in

b. teguran tertulis;
ww

c. denda; dan/atau
d. pencabutan Perizinan Berusaha.
//w
ps:

(6) Ketentuan. . .
htt

SK No 132686A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-467-

u
ah
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembinaan dan

2-t
pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ayat (21, ayat (3), ayat (41, serta kriteria, jenis,

r-
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi

mo
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

-no
10. Ketentuan Pasal 62 diubah sehingga berbunyi sebagai

pu
berikut:
Pasal 62
erp
Setiap orang yang dengan sengaja menyelenggarakan
d-p

Rumah Sakit yang tidak memenuhi Perizinan Berusaha


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1) yang
loa

mengakibatkan timbulnya korban/kerusakan terhadap


kesehatan, keselamatan, dan/atau lingkungan
wn

dipidana dengan pidana penjara paling lama 2 (dua)


tahun dan pidana denda paling banyak
/do

Rp7.000.000.000,00 (tujuh miliar rupiah).


/12

Pasal 62
22

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun


1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik
20

Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan kmbaran


m/

Negara Republik Indonesia Nomor 3671) diubah sebagai


berikut:
co

1. Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai


si.

berikut:
ula

Pasal 5
Psikotropika hanya dapat diproduksi oleh industri
eg

farmasi yang telah memenuhi Perizinan Berusaha dari


for

Pemerintah Pusat.
.in

2 Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

berikut:
//w

Pasa-l 9...
ps:
htt

SK No 132687A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-464-

ah
Pasal 9

2-t
(1) Psikotropika dalam bentuk obat jadi hanya dapat
diedarkan setelah memenuhi Peizinan Berusaha

or-
dari Pemerintah Pusat.

om
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan
Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

u-n
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

3
berikut:
rpp
Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga berbunyi sebagai
-pe
Pasal 16
(l) Ekspor Psikotropika hanya dapat dilakukan oleh
ad

industri farmasi atau Pedagang Besar Farmasi


lo

yang telah memenuhi Perizinan Berusaha dari


wn

Pemerintah Pusat.
(21 Impor Psikotropika hanya dapat dilakukan oleh:
/do

a. industri farmasi atau Pedagang Besar Farmasi


/12

yang telah memenuhi Perizinan Berusaha dari


Pemerintah Pusat; atau
22

b. Lembaga Penelitian dan/ atau lembaga


pendidikan.
20

(3) kmbaga Penelitian dan/atau lembaga pendidikan


m/

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b


dilarang mengedarkan Psikotropika yang
.co

diimpornya.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan
i
las

Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
gu
ore

4 Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
f
.in

Pasal 18
(1) Untuk dapat memperoleh surat persetujuan ekspor
ww

atau surat persetujuan impor, eksportir atau


importir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17
//w

mengajukan permohonan kepada Pemerintah


Pusat.
ps:
htt

(2) Permohonan . . .

SK No 132688A
m l
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
- 469

hu
(21 Permohonan untuk memperoleh surat persetqiuan

-ta
ekspor Psikotropika dilampiri dengan surat

r-2
persetujuan impor Psikotropika yang telah
mendapat persetujuan impor Psikotropika dari

mo
dan/ atau dikeluarkan oleh pemerintah negara
pengimpor Psikotropika.

o
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai surat persetujuan

u-n
ekspor dan surat persetujuan impor diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
rpp
e
5 Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p

berikut:
Pasal 19
loa

Pemerintah Pusat menyampaikan surat persetujuan


wn

impor terkait impor Psikotropika kepada pemerintah


negara pengekspor Psikotropika.
/do

6 Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga berbunyi sebagai


/12

berikut:
22

Pasal 20
Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan ekspor atau
20

impor Psikotropika diatur dalam Peraturan Pemerintah.


m/

Ketentuan Pasal 21 diubah sehingga berbunyi sebagai


co

7
berikut:
si.

Pasal 21
ula

(l) Setiap pengangkutan ekspor Psikotropika wajib


dilengkapi dengan surat persetujuan ekspor
eg

Psikotropika yang dikeluarkan oleh Pemerintah


for

Pusat.
(21 Setiap pengangkutan impor Psikotropika wajib
.in

dilengkapi dengan surat persetujuan ekspor


Psikotropika yang dikeluarkan oleh pemerintah
ww

negara pengekspor.
//w

8. Ketentuan . . .
ps:
htt

SK No 132689 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-470-

hu
Ketentuan Pasal 22 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
8
berikut:

r-2
Pasal 22
1) Eksportir Psikotropika wajib

mo
( memberikan surat
persetujuan ekspor Psikotropika yang diterbitkan
oleh Pemerintah Pusat dan surat persetujuan

-no
impor Psikotropika yang diterbitlan oleh
pemerintah negara pengimpor kepada orang yang

pu
bertanggung jawab atas perusahaan pengangkutan
ekspor.
erp
(21 Orang yang bertanggung jawab atas perusahaan
d-p

pengangkutan ekspor wajib memberikan surat


persetujuan ekspor Psikotropika yang diterbitkan
loa

oleh Pemerintah Pusat dan surat persetujuan


impor Psikotropika yang diterbitkan oleh
wn

pemerintah negara pengimpor kepada penanggung


jawab pengangkut.
/do

(3) Penanggung jawab pengangkut ekspor


Psikotropika wajib membawa dan bertanggung
/12

jawab atas kelengkapan surat persetujuan ekspor


Psikotropika yang diterbitkan oleh Pemerintah
22

Pusat dan surat persetujuan impor Psikotropika


yang diterbitkan oleh pemerintah
20

negara
pengimpor.
m/

(41 Penanggung jawab pengangkut impor Psikotropika


co

yang memasuki wilayah Republik Indonesia wajib


membawa dan bertanggung jawab atas
si.

kelengkapan surat persetujuan impor Psikotropika


ula

yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat dan surat


persetqjuan ekspor Psikotropika yang diterbitkan
eg

oleh pemerintah negara pengekspor.


for

Pasal 63
.in

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 35


ww

Tahun 2009 tentang Narkotika (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2O09 Nomor 143, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5O62) diubah sebagai
/w

berikut:
s:/
p

I Ketentuan Pasal 11 diubah sehingga berbunyi sebagai


htt

berikut:
Pasal 11..,

SK No 132690A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPI.JBLIK INDONESIA

un
-471 -

h
-ta
Pasal 11
(l) Industri Farmasi tertentu dapat memproduksi

r-2
Narkotika setelah memenuhi Perizinan Berusaha
dari Pemerintah Pusat.

mo
(21 Pemerintah Pusat melakukan pengendalian
terhadap Produksi Narkotika sesuai dengan

-no
rencana kebutuhan tahunan Narkotika
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.

pu
(3) Pemerintah Pusat melakukan pengawasan
erp
terhadap bahan baku, proses Produksi, dan hasil
akhir dari Produksi Narkotika sesuai dengan
d-p

rencana kebutuhan tahunan Narkotika


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.
loa

(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara


pemberian Perizinan Berusaha, pengendalian, dan
wn

pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


ayat (21, dan ayat (3) diatur dalam Peraturan
/do

Pemerintah.
/12

2 Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai


22

berikut:
Pasal 15
/20

(1) Industri Farmasi atau perusahaan Pedagang Besar


om

Farmasi milik negara dapat melaksanakan Impor


Narkotika setelah memenuhi Perizinan Berusaha
si.c

dari Pemerintah Pusat.


(21 Dalam keadaan tertentu, Pemerintah Pusat dapat
ula

memberi Perizinan Berusaha kepada perusahaan


selain perusahaan milik negara sebagaimana
eg

dimaksud pada ayat (1) yang memenuhi Perizinarr


Berusaha.
for

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan


.in

Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (l)


dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
ww
//w

3.Ketentuan...
ps:
htt

SK No 132691 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-472-

hu
Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
3
berikut:

r-2
Pasal 16
(l) Importir Narkotika harus memiliki Surat

mo
Persetujuan Impor yang diterbitkan oleh
Pemerintah Pusat untuk setiap kali melakukan

-no
Impor Narkotika.
(21 Surat Persetujuan Impor Narkotika sebagaimana

pu
dimaksud pada ayat (1) diberikan berdasarkan
erp
hasil audit Pemerintah Pusat terhadap rencana
kebutuhan dan realisasi produksi dan/atau
d-p

penggunaan Narkotika.
(3) Surat Persetujuan Impor Narkotika golongan I
loa

dalam jumlah yang sangat terbatas hanya dapat


diberikan untuk kepentingan pengembangan ilmu
wn

pengetahuan dan teknologi.


(4) Surat Persetujuan Impor sebagaimana dimaksud
/do

pada ayat (1) disampaikan kepada pemerintah


negara pengekspor.
/12
22

4 Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/20

Pasal 18
(1) Industri Farmasi atau perusahaan Pedagang Besar
om

Farmasi dapat melaksanakan Ekspor Narkotika


setelah memenuhi Perizinarr Berusaha dari
i.c

Pemerintah Pusat.
las

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan


Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat
gu

(1)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
ore

Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi s6lagai


f

5
.in

berikut:
ww

Pasal 19...
//w
ps:
htt

SK No 132692A
l
tm
2.h
02
PRESTDEN

n-2
rat BLIK INDONESIA
-473-

hu
-ta
Pasal 19
(1) Eksportir Narkotika harus memiliki Surat

2
Persetujuan Ekspor yang diterbitkan oleh

or-
Pemerintah Pusat untuk setiap kali melakukan

om
Ekspor Narkotika.
(21 Untuk memperoleh Surat Persetujuan Ekspor

u-n
Narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
pemohon harus melampirkan surat persetqjuan

p
yang diterbitkan oleh negara pengimpor.
erp
6 Ketentuan PasaT 22 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p

berikut:
PasaJ22
loa

Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara


memperoleh Surat Persetujuan Impor dan Surat
wn

Persetqiuan Ekspor diatur dalam Peraturan


o

Pemerintah.
2/d

Ketentuan Pasal 24 diubah sehingga berbunyi sebagai


/1

7
berikut:
22

PasaT 24
20

(1) Setiap pengangkutan Impor Narkotika wajib


dilengkapi dengan dokumen atau surat
/
om

persetujuan ekspor Narkotika yang sah sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
si.c

di negara pengekspor dan Surat Persetujuan Impor


Narkotika yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.
ula

(21 Setiap pengangkutan Ekspor Narkotika wajib


dilengkapi dengan Surat Persetqjuan Ekspor
g

Narkotika yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat


ore

dan dokumen atau surat persetujuan impor


Narkotika yang sah sesuai dengan ketentuan
inf

peraturan perundang-undangan di negara


pengimpor.
.
ww

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Surat Persetujuan


Impor Narkotika sebagaimana dimaksud pada ayat
/w

(1) dan Surat Persetqjuan Ekspor Narkotika


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
s:/

Peraturan Pemerintah.
p
htt

8. Ketentuan . . .

SK No 132693 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-474-

hu
8 Ketentuan Pasal 26 diubah sehingga berbunyi sebagai

a
2-t
berikut:
Pasal 26

or-
(1) Eksportir Narkotika wajib memberikan Surat
Persetujuan Ekspor Narkotika yang diterbitkan

m
oleh Pemerintah Pusat dan dokumen atau surat

-no
persetujuan impor Narkotika yang sah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

pu
di negara pengimpor kepada orang yang
bertanggung jawab atas perusahaan Pengangkutan
erp
Ekspor.
d-p

(21 Orang yang bertanggung jawab atas perusahaan


Pengangkutan Ekspor wajib memberikan Surat
loa

Persetujuan Ekspor Narkotika yang diterbitkan


oleh Pemerintah Pusat dan dokumen atau surat
wn

persetujuan impor Narkotika yang sah sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
/do

di negara pengimpor kepada penanggung jawab


pengangkut.
/12

(3) Penanggung jawab pengangkut Ekspor Narkotika


wajib membawa dan bertanggung jawab atas
22

kelengkapan Surat Persetujuan Ekspor Narkotika


yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat dan
20

dokumen atau surat persetujuan impor Narkotika


m/

yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan di negara pengimpor.
co
si.

9 Ketentuan Pasa1 36 diubah sehingga berbunyi sebagai


ula

berikut:
Pasal 36
eg

(1) Narkotika dalam bentuk obat jadi hanya dapat


for

diedarkan setelah memenuhi Peizinan Berusaha


dari Pemerintah Pusat.
.in

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata


cara Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud
ww

pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.


//w

10. Ketentuan Pasal 39 diubah sehingga berbunyi sebagai


ps:

berikut:
htt

Pasal 39...

SK No 1326944
ml
.ht
22
-20
PRESTDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
_475_

ah
Pasal 39

2-t
(1) Narkotika hanya dapat disalurkan oleh Industri
Farmasi, Pedagang Besar Farmasi, dan sarana

r-
penyimpanan sediaan farmasi pemerintah sesuai

mo
dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
(2)

o
Industri Farmasi, Pedagang Besar Farmasi, dan

u-n
sarana penyimpanan sediaan farmasi pemerintah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib
rpp
memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah
Pusat.
-pe
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan
Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ad

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


nlo

Pasal 64
ow

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 18


Tahun 2Ol2 tent-ang Pangan (kmbaran Negara Republik
2/d

Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran


Negara Republik Indonesia Nomor 536O) diubah sebagai
/1

berikut:
22
20

I Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
m/

Pasal 1
co

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


i.

1. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari


las

sumber hayati produk pertanian, perkebunan,


kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan
gu

air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang


diperuntukkan sebagai makanan atau minuman
ore

bagr konsumsi manusia, termasuk bahan


tambahan Pangan, bahan baku Pangan, dan bahan
inf

lainnya yang digunakan dalam penyiapan,


w.

pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau


minuman.
w
/w

2. Kedaulatan . .
/

.
ps:
htt

SK No 132695 A
l
tm
2.h
02
PRES]DEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-476-

hu
Kedaulatan Pangan adalah hak negara dan bangsa

-ta
2
yang secara mandiri menentukan kebijakan

r-2
Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi
rakyat dan yang memberikan hak bagi ma"r"."Uu,

mo
untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai
dengan potensi sumber daya lokal.

-no
3 Kemandirian Pangan adalah kemampuan negara
dan bangsa dalam memproduksi Pangan yang

pu
beraneka ragam dari dalam negeri yang dapat
menjamin pemenuhan kebutuhan Pangan yang
erp
cukup sampai di tingkat perseorangan dengan
memanfaatkan potensi sumber daya alam,
d-p

manusia, sosial, ekonomi, dan kearifan lokal secara


bermartabat.
loa

4 Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya


wn

Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan,


yang tercermin dari tersedianya Pangan yang
/do

cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,


beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta
/12

tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan


budaya masyarakat untuk dapat hidup sehat, aktif,
22

dan produktif secara berkelanj utan.


Keamanan Pangan adalah kondisi dan upaya yang
20

5
diperlukan untuk mencegah Pangan dari
m/

kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda


lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan
co

membahayakan kesehatan manusia serta tidak


si.

bertentangan dengan agama, keyakinan, dan


budaya masyarakat sehingga aman untuk
ula

dikonsumsi.
Produksi Pangan adalah kegiatan atau proses
eg

6
menghasilkan, menyiapkan, mengolah, membuat,
for

mengawetkan, mengemas, mengemas kembali,


dan/ atau mengubah bentuk Pangan.
.in

7 Ketersediaan Pangan adalah kondisi tersedianya


ww

Pangan dari hasil produksi dalam negeri,


Cadangan Pangan Nasional, dan Impor Pangan.
/w

8 Cadangan Pangan Nasional adalah persediaan


Pangan di seluruh wilayah Negara Kesatuan
s:/

Republik Indonesia untuk konsumsi manusia dan


p

untuk menghadapi masalah kekurangan Pangan,


htt

gangguan pasokan dan harga, serta keadaan


darurat.
9. Cadangan . . .

SK No 132696A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

un
-477-

h
9. Cadangan Pangan Pemerintah adalah persediaan

-ta
Pangan yang dikuasai dan dikelola oleh Pemerintah

r-2
Pusat.
10. Cadangan Pangan Pemerintah Provinsi adalah

mo
persediaan Pangan yang dikuasai dan dikelola oleh
Pemerintah Daerah provinsi.

-no
11. Cadangan Pangan Pemerintah Kabupaten/ Kota
adalah persediaan Pangan yang dikuasai dan

pu
dikelola oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota.
erp
12. Cadatgan Pangan Pemerintah Desa adalah
persediaan Pangan yang dikuasai dan dikelola oleh
d-p

pemerintah desa.
13. Cadangan Pangan Masyarakat adalah persediaan
loa

Pangan yang dikuasai dan dikelola oleh


masyarakat di tingkat pedagang, komunitas, dan
wn

rumah tangga.
14. Penyelenggaraan Pangan adalah kegiatan
/do

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan


/12

dalam penyediaan, keterjangkauan, pemenuhan


konsumsi Pangan dan Gizi, serta Keamanan
22

Pangan dengan melibatkan peran serta masyarakat


yang terkoordinasi dan terpadu.
/20

15. Pangan Pokok adalah Pangan yang diperuntukkan


sebagai makanan utama sehari-hari sesuai dengan
om

potensi sumber daya dan kearifan lokal.


16. Penganekaragaman Pangan adalah upaya
si.c

peningkatan ketersediaan dan konsumsi Pangan


yang beragam,bergSzi seimbang, dan berbasis pada
ula

potensi sumber daya lokal.


eg

17. Pangan Lokal adalah makanan yang dikonsumsi


oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi
for

dan kearifan lokal.


18. Pangan Segar adalah Pangan yang belum
.in

mengalami pengolahan yang dapat dikonsumsi


ww

langsung dan/ atau yang dapat menjadi bahan


baku pengolahan Pangan.
//w

19. Pangan Olahan adalah makanan atau minuman


hasil proses dengan cara atau metode tertentu
ps:

dengan atau tanpa bahan tambahan.


20. Petani adalah warga negara Indonesia, baik
htt

perseorangan maupun beserta keluarganya yang


melakukan usaha tani di bidang Pangan.
2l.Nelayan...
SK No 132697 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
_478_

h
21. Nelayan adalah warga negara Indonesia, baik

-ta
perseorangan maupun beserta keluarganya yang

r-2
mata pencahariannya melakukan penangkapan
ikan.

mo
22. Pembudi Daya Ikan adalah warga r:egara
Indonesia, baik perseorangan maupun beserta

-no
keluarganya yang mata pencahariannya
membesarkan, membiakkan, danlatau

pu
memelihara ikan dan sumber hayati perairan
lainnya serta memanen hasilnya dalam lingkungan
erp
yang terkontrol.
23. Perdagangan Pangan adalah setiap kegiatan atau
d-p

serangkaian kegiatan dalam rangka penjualan


dan/atau pembelian Pangan, termasuk penawaran
loa

untuk menjual Pangan dan kegiatan lain yang


berkenaan dengan pemindahtanganan Pangan
wn

dengan memperoleh imbalan.


24. Ekspor Pangan adalah kegiatan mengeluarkan
/do

Pangan dari daerah pabean negara Republik


Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan,
/12

dan ruang udara di atasnya, tempat-tempat


tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif, dan landas
22

kontinen.
/20

25. Impor Pangan adalah kegiatan memasukkan


Pangan ke dalam daerah pabean negara Republik
om

Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan,


dan ruang udara di atasnya, tempat-tempat
si.c

tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif, dan landas


kontinen.
ula

26. Peredaran Pangan adalah setiap kegiatan atau


serangkaian kegiatan dalam rangka penyaluran
eg

Pangan kepada masyarakat, baik diperdagangkan


maupun tidak.
for

27. Bantuan Pangan adalah bantuan Pangan Pokok


dan Pangan lainnya yang diberikan oleh
.in

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan/ atau


ww

masyarakat dalam mengatasi Masalah Pangan dan


Krisis Pangan, meningkatkan akses Pangan bagi
masyarakat miskin dan/ atau rawan Pangan dan
//w

Gizi, dan kerja sama internasional.


28. Masalah Pangan adalah keadaan kekurangan,
ps:

kelebihan, dan/atau ketidakmampuan


htt

perseorangan atau rumah tangga dalam memenuhi


kebutuhan Pangan dan Keamanan Pangan.
29.Krisis...
SK No 132698 A
l
tm
2.h
02
PRES!DEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-479-

hu
29. Krisis Pangan adalah kondisi kelangkaan Pangan

-ta
yang dialami sebagian besar masyarakat di suatu

2
wilayah yang disebabkan oleh, antara lain,

or-
kesulitan distribusi Pangan, dampak perubahan
iklim, bencana alam dan lingkungan, dan konflik

om
sosial, termasuk akibat perang.
30. Sanitasi Pangan adalah upaya untuk menciptakan

u-n
dan mempertahankan kondisi Pangan yang sehat
dan higienis yang bebas dari bahaya cemaran
31.
rpp
biologis, kimia, dan benda lain.
Persyaratan Sanitasi adalah standar kebersihan
-pe
dan kesehatan yang harus dipenuhi untuk
menjamin Sanitasi Pangan.
ad

32. Iradiasi Pangan adalah metode penanganan


lo

Pangan, baik dengan menggunakan zat radioaltif


wn

maupun akselerator untuk mencegah terjadinya


pembusukan dan kerusakan, membebaskan
/do

Pangan dari jasad renik patogen, serta mencegah


pertumbuhan tunas.
/12

33. Rekayasa Genetik Pangan adalah suatu proses


yang melibatkan pemindahan gen (pembawa sifat)
22

dari suatu jenis hayati ke jenis hayati lain yang


berbeda atau sama untuk mendapatkan jenis baru
20

yang mampu menghasilkan produk Pangan yang


m/

lebih unggul.
34. Pangan Produk Rekayasa Genetik adalah Pangan
.co

yang diproduksi atau yang menggunakan bahan


baku, bahan tambahan Pangan, dan/ atau bahan
i
las

lain yang dihasilkan dari proses rekayasa genetik.


35. Kemasan Pangan adalah bahan yang digunakan
gu

untuk mewadahi dan/ atau membungkus Pangan,


baik yang bersentuhan langsung dengan Pangan
ore

maupun tidak.
36.
f

Mutu Pangan adalah nilai yang ditentukan atas


.in

dasar kriteria keamanan dan kandungan Gizi


ww

Pangan.
37. Gizi adalahzal atalu senyawa yang terdapat dalam
Pangan yang terdiri atas karbohidrat, protein,
//w

lemak, vitamin, mineral, serat, air, dan komponen


lain yang bermanfaat bagi pertumbuhan dan
ps:

kesehatan manusia.
38. Setiap Orang adalah orang perseorangan
htt

atau
korporasi, baik yang berbadan hukum maupun
yang tidak berbadan hukum.
39.Pelaku...
SK No 132699A
ml
.ht
0 22
PRES!DEN

n-2
REPUBLIK TNDONESIA
-480-

u
ah
39. Pelaku Usaha Pangan adalah Setiap Orang yang

2-t
bergerak pada satu atau lebih subsistem agribisnis
Pangan, yaitu penyedia masukan produksi, proses

r-
produksi, pengolahan, pemasaran, perdagangan,

mo
dan penunjang.
40. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik

-no
Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik Indonesia yang

pu
dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
erp
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
d-p

41. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai


unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang
loa

memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan


yang menjadi kewenangan daerah otonom.
wn

Ketentuan Pasal 14 diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

2
berikut:
/12

Pasal 14
(1) Sumber penyediaan Pangan diprioritaskan berasal
22

dari:
a. Produksi Pangan dalam negeri;
20

b. Cadangan Pangan Nasional; dan/ atau


m/

c. Impor Pangan.
co

(21 Sumber penyediaan Pangan sebagaimana


si.

dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan dengan


memperhatikan kepentingan Petani, Nelayan,
ula

Pembudi Daya Ikan, dan Pelaku Usaha Pangan


skala mikro dan kecil melalui kebijakan tarif dan
eg

nontarif.
for
.in

3 Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ww

Pasal 15
(1) Produksi Pangan dalam negeri digunakan untuk
//w

memenuhi kebutuhan konsumsi Pangan.


ps:
htt

(2) Dalam . . .

SK No 132700A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-4at-

hu
l2l Dalam hal Ketersediaan Pangan untuk kebutuhan

-ta
konsumsi dan cadangan Pangan sudah tercukupi,

2
kelebihan Produksi Pangan dalam negeri dapat

or-
digunakan untuk keperluan lain.

om
4 Ketentuan Pasal 36 diubah sehingga berbunyi sebagai

-n
berikut:

pu
Pasal 36
(1) Impor Pangan dilakukan untuk
erp memenuhi
kebutuhan dalam negeri.
(21 Impor Pangan Pokok dilakukan untuk memenuhi
d-p

kebutuhan konsumsi dan Cadangan Pangan


loa

Nasional.
(3) Impor Pangan dan Impor Pangan Pokok
wn

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat l2l


ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dengan
/do

memperhatikan kepentingan Petani, Nelayan,


Pembudi Daya Ikan, serta Pelaku Usaha Pangan
/12

skala mikro dan kecil.


22

5 Ketentuan Pasal 39 diubah sehingga berbunyi sebagai


20

berikut:
m/

Pasal 39
Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan dan peraturan
co

Impor Pangan dalam rangka keberlanjutan usaha tani,


si.

peningkatan kesejahteraan Petani, Nelayan, Pembudi


Daya Ikan, serta Pelaku Usaha Pangan skala mikro dan
ula

kecil.
eg

6 Ketentuan Pasal 68 diubah sehingga berbunyi sebagai


for

berikut:
.in

Pasal 68
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
ww

menjamin terwujudnya penyelenggaraan


Keamanan Pangan di setiap rantai Pangan secara
//w

terpadu.
ps:
htt

(2) Pemerintah . . .

SK No 132701 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-442-

hu
(21 Pemerintah Pusat menetapkan norma, standar,

-ta
prosedur, dan kriteria Keamanan Pangan.

r-2
(3) Pelaku Usaha Pangan termasuk usaha mikro dan
kecil wajib menerapkan norma, standar, prosedur,

mo
dan kriteria Keamanan Pangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).

-no
(41 Penerapan norma, standar, prosedur, dan kriteria
Keamanan Pangan sebagaimana dimaksud pada

pu
ayat (3) dilakukan secara bertahap berdasarkan
erp
jenis Pangan dan skala usaha Pangan.
(5) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah wajib
d-p

membina dan mengawasi pelaksanaan penerapan


norrna, standar, prosedur, dan kriteria Keamanan
loa

Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan


ayat (41.
wn

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai norma, standar,


prosedur, dan kriteria Keamanan Pangan termasuk
/do

penahapannya sebagaimana dimaksud pada ayat


(4) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
/12
22

7 Ketentuan Pasal 72 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/20

PasaT 72
om

(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7l ayat (ll,
i.c

dan/atau ayat (21 dikenai sanksi administratif.


(2) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
las

ayat (1) berupa:


gu

a. denda;
ore

b. penghentian sementara dari kegiatan,


produksi, dan/ atau peredaran;
f

c. penarikan Pangan dari peredaran


.in

oleh
produsen;
ww

d. ganti rugi; dan/atau


e. pencabutan Perizinan Berusaha.
//w

(3) Ketentuan. . .
ps:
htt

SK No 132702 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONES]A
-483-

hu
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,

-ta
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi

2
administratif diatur dalam Peraturan Pemerintah.

or-
om
8 Ketentuan Pasal 74 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

-n
Pasal 74

pu
(1) Pemerintah Pusat wajib memeriksa keamanan
bahan yang akan digunakan sebagai bahan
erp
tambahan Pangan yang belum diketahui
dampaknya bagr kesehatan manusia dalam
d-p

kegiatan atau proses Produksi Pangan untuk


diedarkan.
loa

(21 Pemeriksaan keamanan bahan tambahan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
wn

dalam rangka pemenuhan Pervinan Berusaha dari


/do

Pemerintah Pusat.
/12

9 Ketentuan PasaL 77 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
22

Pasal 77
20

(1) Setiap Orang dilarang memproduksi Pangan yang


dihasilkan dari Rekayasa Genetik Pangan yang
m/

belum memenuhi Perizinarr Berusaha dari


co

Pemerintah Pusat.
(21
si.

Setiap Orang yang melakukan kegiatan atau proses


Produksi Pangan dilarang menggunakan bahan
ula

baku, bahan tambahan Pangan, dan/ atau bahan


lain yang dihasilkan dari Rekayasa Genetik Pangan
eg

yang belum memenuhi Perizinan Berusaha dari


for

Pemerintah Pusat.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan
.in

Berusaha s6fa ga i muu14 dimaksud pada ayat (1)


dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
ww
//w

10. Ketentuan Pasal 81 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ps:
htt

Pasal 81 ...

SK No 132703 A
l
tm
2.h
02
FRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-484-

hu
Pasal 8l

-ta
(1) Iradiasi Pangan sebagaimana dimaksud dalam

2
Pasal 80 ayat (1) dilakukan berdasarkan Perizinan

or-
Berusaha dari Pemerintah Pusat.
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan

om
Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (l)

-n
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

pu
11. Pasal 87 dihapus. erp
d-p

12. Ketentuan Pasal 88 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
loa

Pasal 88
(1) Pelaku Usaha Pangan di bidang Pangan Segar
wn

harus memenuhi standar Keamanan Pangan dan


Mutu Pangan.
/do

(21 Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai


dengan kewenangannya wajib membina,
/12

mengawasi, dan memfasilitasi pengembangan


22

usaha Pangan Segar untuk memenuhi persyaratan


teknis minimal Keamanan Pangan dan Mutu
20

Pangan berdasarkan norma, standar, prosedur,


dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah
m/

Pusat.
co

(3) Penerapan standar Keamanan Pangan dan Mutu


si.

Pangan sebagaimana dimaksud pada ayat (l)


dilakukan secara bertahap sesuai dengan jenis
ula

Pangan Segar serta jenis dan/atau skala usaha.


eg

13. Ketentuan Pasal 9l diubah sehingga berbunyi sebagai


for

berikut:
.in

Pasal 9 1
(1) Dalam hal pengawasan keamanan, mutu, dan Gizi,
ww

setiap Pangan Olahan yang dibuat di dalam negeri


atau yang diimpor untuk diperdagangkan dalam
//w

kemasan eceran, Pelaku Usaha Pangan wajib


memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah
ps:

Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai dengan


kewenangannya berdasarkan norrna, standar,
htt

prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh


Pemerintah Pusat.
(2) Kewajiban . . .

SK No 132704A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-485-

hu
(21 Kewajiban memenuhi Perizinan Berusaha

-ta
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan

r-2
terhadap produk Pangan Olahan tertentu yang
diproduksi oleh usaha mikro dan kecil.

o
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan

om
Berusaha sebagaimana dimalsud pada ayat (1)
dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

u-n
rpp
14. Di antara Pasal 91 dan Pasal 92 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 91A sehingga berbunyi sebagai
-pe
berikut:
Pasal 91A
ad

(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan


nlo

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat (1)


dikenai sanksi administratif.
ow

(21 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) berupa:
2/d

a. denda;
b. penghentian sementara dari kegiatan,
/1

produksi, dan/ atau peredaran;


22

c. penarikan Pangan dari peredaran oleh


20

produsen;
m/

d. ganti rugi; dan/atau


e. pencabutan Perizinan Berusaha.
co

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,


si.

besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi


ula

administratif diatur dalam Peraturan Pemerintah.


eg

15. Ketentuan Pasal 133 diubah sehingga berbunyi sebagai


for

berikut:
.in
ww

Pasal 133. . .
/w
s:/
p
htt

SK No 132705 A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
_486_

u
ah
Pasal 133

2-t
Pelaku Usaha Pangan yang dengan sengaja menimbun
atau menyimpan Pangan Pokok melebihi jumlah

r-
maksimal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53

mo
dengan maksud untuk memperoleh keuntungan yang
mengakibatkan harga Pangan Pokok menjadi maha-l

-no
atau melambung tinggi dipidana dengan pidana penjara
paling lama 7 (tujuh) tahun atau pidana denda paling

pu
banyak Rp150.000.000.000,00 (seratus lima puluh
miliar rupiah). erp
d-p

16. Ketentuan Pasal 134 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
loa

Pasal 134
(1)
wn

Setiap Orang yang melakukan Produksi Pangan


Olahan tertentu untuk diperdagangkan, yang
dengan sengaja tidak menerapkan t:it:. cara
/do

pengolahan Pangan yang dapat menghambat


/12

proses penurunan atau kehilangan kandungan Gizi


bahan baku Pangan yang digunakan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 64 ayat (1) dan yang
22

mengakibatkan timbulnya korban / kerusakan


20

terhadap kesehatan, keselamatan, dan/atau


lingkungan dipidana dengan pidana penjara paling
m/

lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling


co

banyak Rp2.000.000.000,00 (dua miliar rupiah).


(21 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
si.

dikecualikan dari pengenaan sanksi pidana


ula

terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Setiap


Orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
eg

berisiko rendah atau menengah.


for

(3) Setiap Orang yang melakukan pelanggaran


s6lagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenai
.in

sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam


ww

Pasal 65.
//w

17. Ketentuan Pasal 135 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ps:
htt

Pasal 135 . . .

SK No 132706A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-447-

hu
-ta
Pasal 135
(1) Setiap Orang yang menyelenggarakan kegiatan

r-2
atau proses produksi, penyimpanan,
pengangkutan, dan/atau Peredaran Pangan yang

mo
tidak memenuhi Persyaratan Sanitasi Pangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7l ayat (21

-no
yang mengakibatkan timbulnya korban/ kerusakan
terhadap kesehatan dan keselamatan manusia,

pu
dan/atau lingkungan dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana
erp
denda paling banyak Rp4.000.000.000,O0 (empat
miliar rupiah).
d-p

(21 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dikecualikan dari pengenaan sanksi pidana
loa

terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Setiap


wn

Orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan


berisiko rendah atau menengah.
/do

(3) Setiap Orang yang melakukan pelanggaran


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenai
/12

sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam


PasaT 72.
22
/20

18. Ketentuan Pasal 139 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
om

Pasal 139
(l) Setiap Orang yang dengan
i.c

sengaja membuka
kemasan akhir Pangan untuk dikemas kembali dan
las

diperdagangkan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 84 ayat (1) yang mengakibatkan timbulnya
gu

korban gangguan kesehatan manusia dipidana


e

dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun


for

atau pidana denda paling banyak


miliar rupiah).
Rp I 0.00O.000. 000,00 (sepuluh
.in

(21 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dikecualikan dari pengenaan sanksi pidana
ww

terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Setiap


Orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
//w

berisiko rendah atau menengah.


(3) Setiap Orang yang melakukan
ps:

pelanggaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenai
htt

sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 85.
19. Ketentuan . . .

SK No 132707A
l
tm
2.h
02
FRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-488-

hu
19. Ketentuan Pasal 140 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

2
Pasal 140

or-
(1) Setiap Orang yang memproduksi dan

om
memperdagangkan Pangan yang dengan sengaja
tidak memenuhi standar Keamanan Pangan dan

u-n
Mutu Pangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
86 ayat (2) yang mengakibatkan timbulnya korban

rpp
gangguan kesehatan manusia dipidana dengan
pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau
pidana denda paling banyak Rp4.0O0.OO0.000,0O
-pe
(empat miliar rupiah).
ad

(21 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dikecualikan dari pengenaan sanksi pidana
lo

terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Setiap


wn

Orang yang melakukan usaha dan/ atau kegiatan


berisiko rendah atau menengah.
/do

(3) Setiap Orang yang melakukan pelanggaran


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenai
/12

sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 94.
22
20

20. Ketentuan Pasal 141 diubah sehingga berbunyi sebagai


m/

berikut:
Pasal 141
.co

(1) Setiap Orang yang dengan sengaja


i

memperdagangkan Pangan yang tidak sesuai


las

dengan Keamanan Pangan dan Mutu Pangan yang


tercantum dalam label Kemasan Pangan
gu

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 yang


ore

mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan


manusia dipidana dengan pidana penjara paling
f

lama 2 (dua) tahun atau pidana denda paling


.in

banyak Rp4.O00.000.00O,O0 (empat miliar rrpiah).


ww

(21 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (l)


dikecualikan dari pengenaan sanksi pidana
//w

terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Setiap


Orang yang melakukan usaha dan/ atau kegiatan
ps:

berisiko rendah atau menengah.


htt

(3) Setiap...

SK No 132708 A
m l
.ht
2
02
PRESIDEN
REPUBLIK ]NDONESIA

n-2
-489-

hu
(3) Setiap Orang yang melakukan pelanggaran

-ta
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dikenai

2
sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam

or-
Pasal 94.

om
21. Ketentuan PasaL L42 diubah sehingga berbunyi sebagai

u-n
berikut:
Pasal 142

p
(1) Pelaku Usaha Pangan yang dengan sengaja tidak
erp
memiliki Perizinan Berusaha terkait Pangan
Olahan yang dibuat di dalam negeri atau yang
d-p

diimpor untuk diperdagangkan dalam kemasan


eceran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 91 ayat
loa

(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 2


(dua) tahun atau pidana denda paling banyak
wn

Rpa.0O0.O00.O0O,0O (empat miliar rupiah).


(21 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
/do

dikecualikan dari pengenaan sanksi pidana


/12

terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh Pelaku


Usaha Pangan yang melakukan usaha dan/ atau
22

kegiatan berisiko rendah atau menengah.


(3) Pelaku Usaha Pangan yang melakukan
/20

pelanggaran sebagaimana dimaksud pada ayal (21


dikenai sanksi administratif sebagaimana
om

dimaksud dalam Pasal 91A.


si.c

Paragraf 12
ula

Pendidikan dan Kebudayaan


eg

Pasal 65
for

(1) Pelaksanaan perizinan pada sektor pendidikan dapat


dilakukan melalui Perizinan Berusaha sebagaimana
.in

dimaksud dalam Peraturan Pemerintah Pengganti


ww

Undang-Undang ini.
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan per.tzinan
//w

pada sektor pendidikan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
ps:

66...
htt

Pasal

SK No 096547 A
m l
.ht
22
-20
PRESTDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-490-

ah
Pasal 66

2-t
Untuk mempermudah Pelaku Usaha perfilman dalam
melakukan kegiatan usaha, Peraturan Pemerintah Pengganti

or-
Undang-Undang ini mengubah, menghapus, atau
menetapkan pengaturan baru yang diatur dalam Undang-

om
Undang Nomor 33 Tahun 20O9 tentang Perfilman (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2OO9 Nomor l4l,

u-n
Tambahan l,embaran Negara Republik Indonesia Nomor
5060) diubah sebagai berikut:

p
erp
1 Ketentuan Pasal 14 diubah sehingga berbunyi sebagai
-p
berikut:
ad

Pasal 14
(1) Jenis Usaha Perfilman sebagaimana dimaksud
lo

dalam Pasal 8 ayat (2) wajib memenuhi Perizinan


wn

Berusaha dari Pemerintah Pusat.


/do

(21 Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) tidak termasuk Perizinan Berusaha terkait
/12

pertunjukan Film yang dilakukan melalui


penyiaran televisi atau jaringan teknologi
22

informatika.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan
20

Berusaha terkait Usaha Perfilman sebagaimana


m/

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan


Pemerintah.
o
i.c

Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi sebagai


las

2
berikut:
gu

Pasal 17
(1)
e

Pembuatan Film oleh pelaku usaha pembuatan


for

Film sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat


(3) harus memenuhi Perizinan Berusaha dari
.in

Pemerintah Pusat.
ww

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan


Berusaha terkait pembuatan Film sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
//w

Pemerintah.
ps:
htt

3. Ketentuan . . .

SK No l327l0A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONES]A
-49t-

hu
Ketentuan Pasal 22 diubah sehingga berbunyi sebagai

a
3

2-t
berikut:
Pasal 22

or-
(1) Pembuatan Film oleh pihak asing yang

m
menggunakan lokasi di Indonesia dilakukan
berdasarkan persetqiuan dari Pemerintah Pusat

-no
tanpa dipungut biaya.
(21 Pembuatan Film yang menggunakan Insan

pu
Perfilman asing dilakukan sesuai
erp dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persetujuan
d-p

penggunaan lokasi dan Insan Perlilman asing


sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dan ayat (2)
loa

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


wn

4 Ketentuan Pasal 78 diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

berikut:
Pasal 78
/12

(1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 6, Pasal 7, Pasal 10 ayat (1)
22

atau ayat (2), Pasal 11 ayat (l), Pasal 14 ayat (1),


20

Pasal 15, Pasal 17 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal


2l ayal (2), Pasal 22 ayat (1) atau ayat(21, Pasal 26
m/

ayat (1), Pasal 27 ayat (1), Pasal 31, Pasal 33 ayat


co

(l), Pasal 39 ayat (1), Pasal 43, danlafa:u Pasal 57


ayat (l) dikenai sanksi administratif.
si.

(21 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada


ula

ayat (l) dapat berupa:


a. teguran tertulis;
eg

b. dendaadministratif;
for

c. penutupan sementara; dan/atau


.in

d. pembubaran atau pencabutan Perizinan


Berusaha.
ww

(3) Ketentuan. .
//w

.
ps:
htt

SK No 132711A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-492-

ah
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,

2-t
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
administratif diatur dalam Peraturan Pemerintah.

or-
5.

om
Pasal 79 dihapus.

u-n
Paragraf 13

rpp
Kepariwisataan -pe
Pasal 67
Untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat terutama
ad

Pelaku Usaha dalam mendapatkan Perizinan Berusaha dari


lo

sektor kepariwisataan, beberapa ketentuan dalam Undang-


Undang Nomor 1O Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
wn

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20O9 Nomor


/do

11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor


4966) diubah sebagai berikut:
/12

I Ketentuan Pasal 14 diubah sehingga berbunyi sebagai


22

berikut:
20

Pasal 14
(l) Usaha Pariwisata meliputi:
m/

a. Daya Tarik Wisata;


.co

b. kawasan Pariwisata;
i

c. jasa transportasi Wisata;


las

d. jasa perjalanan Wisata;


gu

e. jasa makanan dan minuman;


ore

f. penyediaanakomodasi;
g. penyelenggaraan kegiatan hiburan dan
f
.in

rekreasi;
h. penyelenggaraan pertemuan, perjalanan
ww

insentif, konferensi, dan pameran;


i. jasa informasi Wisata;
//w

J.Jasa...
ps:
htt

SK No 132712 A
ml
.ht
22
PRESIOEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-493-

ah
j. jasa konsultan Pariwisata;

2-t
k. jasa pramuwisata;
L Wisata tirta; dan

or-
m. spa.

om
(21 Usaha Pariwisata selain sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

pu-n
2 Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai
erp
berikut:
Pasal 15
d-p

(1) Untuk dapat menyelenggarakan Usaha Pariwisata


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14,
loa

Pengusaha Pariwisata wajib memenuhi Perizinan


Berusaha dari Pemerintah Pusat atau Pemerintah
wn

Daerah sesuai dengan kewenangannya


berdasarkan norma, standar, prosedur, dan
/do

kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


/12

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan


Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
22

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


/20

3. Pasal 16 dihapus.
m
co

4 Ketentuan Pasal 26 diubah sehingga berbunyi sebagai


si.

berikut:
Pasal 26
ula

(1) Setiap Pengusaha Pariwisata wajib:


eg

a. menjaga dan menghormati norma agama, adat


istiadat, budaya, dan nilai-nilai yang hidup
for

dalam masyarakat setempat;


.in

b. memberikan informasi yang akurat dan


bertanggung jawab;
ww

c. memberikan . .
//w

.
ps:
htt

SK No 097267 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-494-

hu
c. memberikan pelayanan yang

a
tidak

2-t
diskriminatif;
d. memberikan kenyamanan, keramahan,

or-
pelindungan keamanan, dan keselamatan
Wisatawan;

om
e. memberikan pelindungan asuransi pada

u-n
Usaha Pariwisata dengan kegiatan yang
berisiko tinggi;
f.
rpp
mengembangkan kemitraan dengan usaha
mikro, kecil, dan koperasi setempat yang
-pe
saling memerlukan, memperkuat, dan
menguntungkan;
ad

g. mengutamakan penggunaan produk


masyarakat setempat, produk dalam negeri,
lo

dan memberikan kesempatan kepada tenaga


wn

kerja lokal;
h. meningkatkan Kompetensi tenaga kerja
/do

melalui pelatihan dan pendidikan;


/12

i. berperan aktif dalam upaya pengembangan


prasarana dan program pemberdayaan
22

masyarakat;
j. turut serta mencegah segala bentuk
/20

perbuatan yang melanggar kesusilaan dan


kegiatan yang melanggar hukum di
om

lingkungan tempat usahanya;


i.c

k. memelihara lingkungan yang sehat, bersih,


dan asri;
las

l. memelihara kelestarian lingkungan alam dan


u

budaya;
eg

m. menjaga citra negara dan bangsa Indonesia


for

melalui kegiatan usaha Kepariwisataan secara


bertanggung jawab; dan
.in

n. memenuhi Perizinan Berusaha dari


ww

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Derah.


(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan
//w

Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


huruf n diatur dalam Peraturan Pemerintah.
ps:

5. Ketentuan . . .
htt

SK No 132714A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK TNDONES
-495-

hu
Ketentuan Pasal 29 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
5
berikut:

2
Pasal 29

or-
(1) Pemerintah provinsi berwenang:

om
a. menJrusun dan menetapkan rencana induk
pembangunan Kepariwisataan provinsi;

u-n
b. mengoordinasikan penyelenggaraan
Kepariwi sataan di wilayahnya;
rpp
c. menerbitkan PerizinanBerusaha;
d. menetapkan Destinasi Pariwisata provinsi;
-pe

e. menetapkan Daya Tarik Wisata provinsi;


ad

f. memfasilitasi promosi Destinasi Pariwisata


lo

dan produk Pariwisata yang berada di


wn

wilayahnya;
g. memelihara aset provinsi yang menjadi Daya
/do

Tarik Wisata provinsi; dan


h. mengalokasikan anggaran Kepariwisataan.
/12

(2) Penerbitan Perizinan Berusaha sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan sesuai
22

dengan norrna, standar, prosedur, dan kriteria


20

yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


m/

6 Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai


.co

berikut:
i

Pasal 30
las

(1) Pemerintah kabupaten/ kota berwenang:


gu

a. menyusun dan menetapkan rencana induk


pembangunan Kepariwisataan
ore

kabupaten/kota;
b. menetapkan Destinasi
f

Pariwisata
.in

kabupaten/kota;
c. menetapkan Daya Tarik
ww

Wisata
kabupaten/ kota;
d.
//w

menerbitkan PerizinanBerusaha;
ps:

e mengatur
htt

SK No 132715 A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONES]A
-496-

u
ah
e. mengatur penyelenggaraan dan pengelolaan

2-t
Kepariwi sataan di wilayahnya;
f. memfasilitasi dan melakukan promosi

r-
Destinasi Pariwisata dan produk Pariwisata

mo
yang berada di wilayahnya;
g. memfasilitasi pengembangan Daya Tarik

-no
Wisata baru;
h. menyelenggarakan pelatihan dan penelitian
pu
Kepariwisataan dalam
erp lingkup
kabupaten/kota;
i. memelihara dan melestarikan Daya Tarik
d-p

Wisata yang berada di wilayahnya;


j. menyelenggarakan bimbingan masyarakat
loa

sadar Wisata; dan


wn

k. mengalokasik€rn anggaran Kepariwisataan.


(21 Penerbitan Perizinan Bemsaha sebagaimana
/do

dimaksud pada ayat (1) huruf d dilakukan sesuai


dengan norrna, standar, prosedur, dan kriteria
/12

yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


22

7 Ketentuan Pasal 54 diubah sehingga berbunyi sebagai


20

berikut:
m/

Pasal 54
(1) Produk, pelayanan, dan pengelolaan
co

Usaha
Pariwisata memiliki standar usaha.
si.

(21 Standar usaha sebagaimana dimaksud pada ayat


ula

(1) dilakukan dengan memenuhi ketentuan


Perizinan Berusaha.
eg

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar usaha


for

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat l2l


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
.in
ww

8. Pasal 56 dihapus
//w

9. Pasal 64 . . .
ps:
htt

SK No 132716A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-497-

u
ah
9. Pasal 64 dihapus.

2-t
Paragraf 14

r-
mo
Keagamaan

-no
Pasal 68
Untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat terutama

pu
Pelaku Usaha dalam mendapatkan Perizinan Berusaha dari
erp
sektor keagamaan, beberapa ketentuan dalam Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 2019 tentang penyelenggaraan
d-p

Ibadah Haji dan Umrah (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2019 Nomor 75, Tambahan Lembaran
loa

Negara Republik Indonesia Nomor 6338) diubah sebagai


berikut:
wn

l. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

berikut:
/12

Pasal I
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
22

l. Ibadah Haji adalah rukun Islam kelima bagi orang


Islam yang mampu untuk melaksanakan
20

serangkaian ibadah tertentu di Baitullah, masyair,


m/

serta tempat, waktu, dan syarat tertentu.


2.
co

Ibadah Umrah adalah berkunjung ke Baitullah di


luar musim haji dengan niat melaksanakan umrah
si.

yang dilanjutkan dengan melakukan tawaf, sai,


ula

dan tahalul.
3. Penyelenggaraan Ibadah Haji dan Umrah adalah
eg

kegiatan perencanEran, pengorganisasian,


pelaksanaan, pengawasan, evaluasi, serta
for

pelaporan Ibadah Haji dan Ibadah Umrah.


.in

4. Jemaah Haji adalah warga negara yang beragama


Islam dan telah mendaftarkan diri untuk
ww

menunaikan Ibadah Haji sesuai dengan


persyaratan yang ditetapkan.
//w
ps:

5.Jemaah...
htt

SK No 124551A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
I.JBLIK INDONESIA
-494-

hu
5. Jemaah Haji Reguler adalah Jemaah Haji yang

-ta
menjalankan Ibadah Haji yang diselenggarakan

r-2
oleh Menteri.
6. Jemaah Haji Khusus adalah Jemaah Haji yang

mo
menjalankan Ibadah Haji yang diselenggarakan
oleh penyelenggara Ibadah Haji khusus.

-no
7. Jemaah Umrah adatah seseorang yang
melaksanakan Ibadah Umrah.

pu
8. Penyelenggaraan Ibadah Haji Reguler adalah
erp
Penyelenggaraan Ibadah Haji yang dilaksanakan
oleh Menteri dengan pengelolaan, pembiayaan, dan
d-p

pelayanan yang bersifat umum.


9. Petugas Penyelenggara Ibadah Haji yang
loa

selanjutnya disingkat PPIH adalah petugas yang


diangkat dan/atau ditetapkan oleh Menteri yang
wn

bertugas melakukan pembinaan, pelayanan dan


pelindungan, serta pengendalian dan
/do

pengoordinasian pelaksanaan operasionat Ibadah


Haji di dalam negeri dan/ atau di Arab Saudi.
/12

10. Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus adalah


penyelenggaraan Ibadah Haji yang dilaksanakan
22

oleh PIHK dengan pengelolaan, pembiayaan, dan


/20

pelayanan yang bersiiat khusus.


11. Penyelenggara Ibadah Haji Khusus yang
om

selanjutnya disingkat PIHK adalah badan hukum


yang memiliki Penzinan Berusaha untuk
i.c

melaksanakan Ibadah Haji khusus.


las

L2. Biaya Perjalanan Ibadah Haji yang selanjutnya


disebut Bipih adalah sejumlah uang yang harus
gu

dibayar oleh warga negara yang akan menunaikan


e

Ibadah Haji.
for

13. Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji yang


selanjutnya disingkat BPIH adalah sejumlah dana
.in

yang digunakan untuk operasional


ww

penyelenggaraan Ibadah Haji.


14. Nilai Manfaat adalah dana yang diperoleh dari hasil
/w

pengembangan keuangan haji yang dilakukan


melalui penempatan dan / atau investasi.
/
ps:

15. Dana . . .
htt

SK No 124552 A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
_499_

u
ah
15. Dana Efisiensi adalah dana yang diperoleh dari

2-t
hasil efisiensi biaya operasional penyelenggaraan
Ibadah Haji.

r-
16. Biaya Perjalanan Ibadah Haji Khusus yang

mo
selanjutnya disebut Bipih Khusus adalah sejumlah
uang yang harus dibayar oleh Jemaah Haji yang

-no
akan menunaikan Ibadah Haji khusus.
17. Bank Penerima Setoran Biaya Perjalanan Ibadah

pu
Haji yang selanjutnya disingkat BPS Bipih adalah
erp
bank umum syariah dan/atau unit usaha syariah
yang ditunjuk oleh Badan Pengelola Keuangan
d-p

Haji.
18. Setoran Jemaah adalah sejumlah uang yang
loa

diserahkan oleh Jemaah Haji melalui BPS Bipih.


19. Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah yang
wn

selanjutnya disingkat PPIU adalah biro perjalanan


wisata yang memiliki Perizinan Berusaha untuk
/do

menyelenggarakan perjalanan Ibadah Umrah.


20. Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umrah yang
/12

selanjutnya disingkat KBIHU adalah kelompok


yang menyelenggarakan bimbingan Ibadah Haji
22

dan Ibadah Umrah yang telah memenuhi Perizinar,


20

Berusaha.
m/

2 Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi sebagai


co

berikut:
si.

Pasal 19
ula

(1) PIHK yang tidak melaporkan keberangkatan warga


negara Indonesia yang mendapatkan undangan
eg

visa haji mujamalah dari Pemerintah Kerajaan


for

Arab Saudi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18


ayat (3) dikenai sanksi administratif.
.in

(21 Sanksi administratif s6lagai1n31a dimaksud pada


ayat (1) meliputi:
ww

a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
//w

c. penghentian sementara kegiatan;


ps:
htt

d. denda . . .

SK No 124553 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-500_

hu
d. dendaadministratif;

-ta
e. paksaan pemerintah; dan/atau

2
f.

or-
pencabutan Perizinan Berusaha.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,

om
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

u-n
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

3
berikut:
rpp
Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga berbunyi sebagai
-pe
Pasal 20
ad

Pemerintah Pusat melakukan pengawasan terhadap


PIHK yang memberangkatkan warga negara Indonesia
lo

yang mendapatkan undangan visa haji mujamalah dari


wn

Pemerintah Kerajaan Arab Saudi.


/do

4 Ketentuan Pasal 58 diubah sehingga berbunyi sebagai


/12

berikut:
Pasal 58
22

Untuk mendapatkan Perizinan Berusaha menjadi PIHK,


20

badan hukum harus memenuhi persyaratan:


a. dimiliki dan dikelola oleh warga negara Indonesia
m/

yang beragama Islam;


.co

b. terdaftar sebagai PPIU yang terakreditasi;


c. memiliki kemampuan teknis, kompetensi
i
las

personalia, dan kemampuan finansial untuk


menyelenggarakan Ibadah Haji khusus yang
gu

dibuktikan dengan jaminan bank; dan


ore

d. memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas


Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
f
.in

5. Ketentuan Pasal 59 diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

berikut:
//w

Pasal 59...
ps:
htt

SK No 124554A
ml
.ht
022
PRES I O EN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-501 -

hu
Pasal 59

-ta
(1) Pelaksanaan Ibadah Haji khusus dilakukan oleh

r-2
PIHK setelah memenuhi Perizinan Berusaha dari
Pemerintah Pusat.

o
(21

om
Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (l) berlaku selama PIHK menjalankan kegiatan

u-n
usaha Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan
rpp
Berusaha dalam rangka Penyelenggaraan Ibadah
Haji Khusus diatur dalam Peraturan Pemerintah.
-pe

6 Ketentuan Pasal 61 diubah sehingga berbunyi sebagai


ad

berikut:
nlo

Pasal 61
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan PIHK dan
ow

pembukaan kantor cabang PIHK sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 58 dan Pasal 60 diatur dalam
2/d

Peraturan Pemerintah.
/1
22

7 Ketentuan Pasal 63 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
20

Pasal 63
m/

(1) PIHKwajib:
a. memfasilitasi pengurusan
co

dokumen
perjalanan Ibadah Haji khusus;
si.

b. memberikan bimbingan dan pembinaan


ula

Ibadah Haji khusus;


c. memberikan pelayanan kesehatan,
eg

transportasi, akomodasi, konsumsi, dan


for

pelindungan;
d. memberangkatkan, melayani, dan
.in

memulangkan Jemaah Haji Khusus sesuai


ww

dengan perjanjian;
e. memberangkatkan . . .
/w
s:/
p
htt

SK No 124556A
ml
.ht
22
0
FRESIOEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-502-

hu
e. memberangkatkan penanggung jawab PIHK,

-ta
petugas kesehatan, dan pembimbing Ibadah
Haji khusus sesuai dengan ketentuan

r-2
pelayanan haji khusus;

o
f. memfasilitasi pemindahan calon Jemaah Haji

om
Khusus kepada PIHK lain atas permohonan
jemaah; dan

u-n
g. melaporkan pelaksanaan Pinyelenggaraan
Ibadah Haji Khusus kepada Menteri.
rpp
(21 PIHK yang tidak melaksanakan kewajiban
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai
-pe
sanksi administratif berupa:
ad

a. teguran tertulis;
b. dendaadministratif;
nlo

c. pembekuan Perizinan Berusaha; atau


ow

d. pencabutan Perizinan Berusaha.


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,
2/d

besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi


/1

administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
22
20

8 Ketentuan Pasal 83 diubah sehingga berbunyi sebagai


m/

berikut:
Pasal 83
co

(l) Pemerintah Pusat melakukan pengawasan dan


si.

evaluasi terhadap PIHK paling lama 60 (enam


puluh) hari terhitung sejak
ula

selesainya
Penyelenggaraan Ibadah Haji Khusus.
eg

(21 Hasil pengawasan dan evaluasi sebagaimana


for

dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada DPR RI.


.in

9 Ketentuan Pasal 84 diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

berikut:
Pasal 84...
/w
s:/
p
htt

SK No 124557 A
ml
.ht
22
,

-20
PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA

un
-503-

h
Pasal 84

-ta
Ketentuan lebih lanjut mengenai t:itz. cara pengawasan

r-2
dan evaluasi oleh Pemerintah Pusat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 83 ayat (1) diatur dalam

mo
Peratura.n Pemerintah.

-no
10. Ketentuan Pasal 85 diubah sehingga berbunyi sebagai

pu
berikut:
Pasal 85 erp
(l) Pemerintah Pusat melaksanakan akreditasi PIHK.
d-p

(2) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilakukan untuk menilai kinerja dan kualitas
loa

pelayanan PIHK.
(3) Pemerintah Pusat menetapkan standar akreditasi
wn

PIHK.
(41 Pemerintah Pusat memublikasikan hasil akreditasi
/do

PIHK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada


masyarakat secara elektronik dan/atau
/12

nonelektronik.
(5)
22

Ketentuan lebih lanjut mengenai akreditasi PIHK


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
/20
om

11. Ketentuan Pasal 89 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
si.c

Pasal 89
(1) Untuk mendapatkan Perizinan Berusaha menjadi
ula

PPIU, biro perjalanan wisata harus dimiliki dan


dikelola oleh warga negara Indonesia beragama
eg

Islam dan memenuhi persyaratan sesuai dengan


norma, standar, prosedur, dan kriteria yang
for

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


.in

l2l Ketentuan mengenai norma, standar, prosedur,


dan kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
ww

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


//w

12. Ketentuan . . .
ps:
htt

SK No 124558 A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-504-

hu
12. Ketentuan Pasal 90 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 90
(1) Pelaksanaan Ibadah Umrah dilakukan oleh PPIU

o
om
setelah memenuhi Perizinarl Berusaha dari
Pemerintah Pusat.

u-n
(21 Perizinan Berusaha sebagaimana dimalsud pada
ayat (1) berlaku selama PPIU menjalankan kegiatan
rpp
usaha penyelenggara€rn Ibadah Umrah.
-pe
13. Ketentuan Pasal 91 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
ad

Pasal 9 I
nlo

(1) PPIU dapat membuka kantor cabang PPIU di luar


domisili perusahaan.
ow

(21 Pembukaan kantor cabang PPIU sebagaimana


2/d

dimaksud pada ayat (1) harus dilaporkan kepada


Pemerintah Pusat.
/1
22

14. Ketentuan Pasal 92 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
20

Pasa792
m/

Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan Berusaha


co

dan pembukaan kantor cabang PPIU sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 89, Pasal 90, dan Pasal 91 diatur
si.

dalam Peraturan Pemerintah.


ula

15. Ketentuan Pasal 94 diubah sehingga berbunyi sebagai


eg

berikut:
for

Pasal 94...
.in
ww
/w
s:/
p
htt

SK No 124559 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-505-

h
Pasal 94

-ta
(1) PPIU wajib:

r-2
a. menyediakan paling sedikit 1 (satu) orang
pembimbing ibadah sefiap 45 (empat puluh

mo
lima) orang Jemaah Umrah;
b.

-no
memberikan pelayanan dokumen perjalanan,
akomodasi, konsumsi, dan transportasi
kepada jemaah sesuai dengan perjanjian

pu
tertulis yang disepakati antara PPIU dan
erp
Jemaah Umrah;
c. memiliki perjanjian kerja sama dengan
d-p

fasilitas pelayanan kesehatan di Arab Saudi;


d. memberangkatkan dan memulangkan
loa

Jemaah Umrah sesuai dengan masa berlaku


wn

visa umrah di Arab Saudi;


e. menyampaikan rencana perjalanan umrah
/do

kepada Menteri secara tertulis sebelum


keberangkatan;
/12

f. melapor kepada Perwakilan Republik


Indonesia di Arab Saudi pada saat datang di
22

Arab Saudi dan pada saat akan kembali ke


/20

Indonesia.
g. membuat laporan kepada Menteri paling
om

lambat 10 (sepuluh) hari setelah tiba kembali


di tanah air;
si.c

h. memberangkatkan Jemaah Umrah yang


terdaftar pada tahun hijriah berjalan;
ula

i. mengikuti standar pelayanan minimal dan


harga referensi;
eg

j. mengikuti prinsip syariat; dan


for

k. membuka rekening penampungan yang


digunakan untuk menampung dana jemaah
.in

untuk kegiatan umrah.


ww

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai rekening


penampungan sebagaimana dimaksud pada ayat
//w

(1) huruf k diatur dalam Peraturan Pemerintah.


ps:

16. Ketentuan . . .
htt

SK No 124560A
l
tm
2.h
02
PRES I DE N

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-506-

hu
2-ta
16. Ketentuan Pasal 95 diubah sehingga berbunyi sebagai

or-
berikut:

om
Pasal 95
(1) PPIU yang tidak memenuhi ketentuan

u-n
sebagai6416 dimaksud dalam Pasal 94 dikenai
sanksi administratif berupa:
a. teguran tertulis; rpp
b. dendaadministratif;
-pe
c. pembekuan Perizinan Berusaha; atau
ad

d. pencabutan Perizinan Berusaha.


lo

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,


wn

besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi


administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
/do

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


/12

17. Ketentuan Pasal 99 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
22

Pasal 99
20

(1) Pemerintah Pusat mengawasi dan mengevaluasi


m/

penyelenggaraan Ibadah Umrah.


(21 Pengawasan dan evaluasi sebagaimana dimaksud
.co

pada ayat (1) dilaksanakan oleh aparatur


Pemerintah Pusat terhadap pelaksanaan,
i
las

pembinaan, pelayanan, dan pelindungan yang


dilakukan oleh PPIU kepada Jemaah Umrah.
gu

(3) Dalam melaksanakan fungsi pengawasan dan


ore

evaluasi pelaksanaan Ibadah Umrah, Pemerintah


Pusat dapat membentuk tim koordinasi
f

pencegahan, pengawasan, dan penindakan


.in

permasalahan penyelenggaraan Ibadah Umrah.


ww

18. Ketentuan . . .
//w
ps:
htt

SK No 124561A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-507-

h
-ta
r-2
18. Ketentuan Pasal 1O1 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

mo
Pasal 101

-no
(1) Hasil pengawasan dan evaluasi pelaksanaan
Ibadah Umrah digunakan sebagai dasar akreditasi

pu
dan pengenaan sanksi.
(2) erp
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengawasan dan
evaluasi diatur dalam Peraturan Pemerintah.
d-p

19. Ketentuan Pasal 1O3 diubah sehingga berbunyi sebagai


loa

berikut:
Pasal 1O3
wn

Pemerintah Pusat menetapkan standar akreditasi PPIU.


/do

20. Ketentuan Pasal 104 diubah sehingga berbunyi sebagai


/12

berikut:
22

Pasal 104
(1) Pemerintah Pusat melakukan akreditasi PPIU.
/20

(21 Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (l)


dilalukan untuk menilai kinerja dan kualitas
om

pelayanan PPIU.
(3) Akreditasi terhadap PPIU dilakukan setiap 5 (lima)
si.c

tahun.
ula

21. Ketentuan Pasal f06 diubah sehingga berbunyi sebagai


eg

berikut:
for

Pasal 106
Ketentuan lebih lanjut mengenai akreditasi terhadap
.in

PPIU diatur dalam Peraturan Pemerintah.


ww

22. Di antara . .
//w

.
ps:
htt

SK No 124562A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-508-

ah
2-t
22. Di antara Pasal 118 dan Pasal 119 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 118A sehingga berbunyi sebagai

or-
berikut:

om
Pasal 118A
(1) PIHK yang dengan sengaja menyebabkan

u-n
kegagalan keberangkatan, penelantaran, atau
kegagalan kepulangan Jemaah Haji Khusus
rpp
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 118 dikenai
sanksi administratif.
-pe
(21 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berupa:
ad

a. penghentian sementarakegiatan;
nlo

b. dendaadministratif;
c. paksaan pemerintah;
ow

d. pembekuan Perizinan Berusaha; dan/ atau


/d

e. pencabutan Perizinan Berusaha.


/12

(3) Selain dikenai sanksi administratif sebagaimana


dimaksud pada ayat (2), PIHK dikenai sanksi
22

berupa kewajiban untuk mengembalikan sejumlah


biaya yang telah disetorkan oleh Jemaah Haji
20

Khusus serta kerugian imateriel lainnya.


/

(41
om

Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,


besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
i.c

administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


ayat (21, dan ayat (3) diatur dalam Peraturan
s
ula

Pemerintah.
g

23. Di antara Pasal 119 dan Pasal 12O disisipkan 1 (satu)


ore

pasal, yakni Pasal 1l9A sehingga berbunyi sebagai


berikut:
inf

Pasal 119A. .
w.

.
w
/w
s:/
p
htt

SK No 124563 A
l
tm
2.h
02
PRE S I DEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-509-

hu
Pasal 119A

-ta
(1) PPIU yang dengan sengaja menyebabkan kegagalan

2
keberangkatan, penelantaran, atau kegagalan

or-
kepulangan Jemaah Umrah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 119 dikenai sanksi

om
administratif.
(21

-n
Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berupa:

pu
a. penghentian sementarakegiatan;
erp
b. dendaadministratif;
c.
d-p
paksaan pemerintah;
d. pembekuan Perizinan Berusaha; dan/ atau
loa

e. pencabutan Peizinan Berusaha.


(3) Selain dikenai sanksi administratif sebagaimana
wn

dimaksud pada ayat (l), PPIU dikenai sanksi


berupa kewajiban untuk mengembalikan sejumlah
/do

biaya yang telah disetorkan oleh Jemaah Umrah


serta kerugian imateriel lainnya.
/12

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,


22

besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi


administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
20

ayat (21, dan ayat (3) diatur dalam Peraturan


m/

Pemerintah.
co

24. Ketentuan Pasal 125 diubah sehingga berbunyi sebagai


si.

berikut:
ula

Pasal 125
Dalam hal PIHK yang melakukan tindakan sebagaimana
eg

dimaksud dalam Pasal 1l8A dalam waktu paling lama 5


for

(lima) hari tidak memulangkan Jemaah Haji Khusus ke


tanah air, PIHK dipidana dengan pidana penjara paling
.in

lama 10 (sepuluh) tahun atau pidana denda paling


banyak Rp 1 0.O00.000. 0O0,O0 (sepuluh miliar rupiah).
ww

25. Ketentuan Pasal 126 diubah sehingga berbunyi sebagai


//w

berikut:
ps:

Pasal 126 . . .
htt

SK No 124564A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-510-

hu
Pasal 126

-ta
Dalam hal PPIU yang melakukan tindakan sebagaimana

2
dimaksud dalam Pasal 119A dalam waktu paling lama 5

or-
(lima) hari tidak memulangkan Jemaah Umrah ke tanah
air, PPIU dipidana dengan pidana penjara paling lama

om
10 (sepuluh) tahun atau pidana denda paling banyak
Rp 1 0.000.00O.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

u-n
Paragraf 15
rpp
Pos, Telekomunikasi, dan Penyiaran
-pe
ad

Pasal 69
Untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat terutama
lo

Pelaku Usaha dalam mendapatkan Perizir:an Berusaha dan


wn

kemudahan persyaratan investasi dari sektor pos,


telekomunikasi, dan penyiaran, Peraturan Pemerintah
/do

Pengganti Undang-Undang ini mengubah, menghapus, atau


menetapkan pengaturan baru beberapa ketentuan yang
/12

diatur dalam:
a. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos
22

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2O09


20

Nomor 146, Tambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia Nomor 5065);
m/

b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang


.co

Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia


Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara
i
las

Republik Indonesia Nomor 3881); dan


c. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2OO2 tentang
gu

Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun


2002 Nomor 139, Tambahan lrmbaran Negara Republik
ore

Indonesia Nomor 4252).


f
.in

Pasal 70
ww

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 38


Tahun 2009 tentang Pos (Lembaran Negara Republik
//w

Indonesia Tahun 20O9 Nomor 146, Tambahan Lembaran


Negara Republik Indonesia Nomor 5065) diubah sebagai
ps:

berikut:
1. Ketentuan. . .
htt

SK No 124565 A
l
tm
2.h
02
PRES I D EN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
- 511 -

hu
-ta
2
or-
1 Ketentuan Pasal 10 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

om
Pasal 1O
(1) Penyelenggaraan Pos dapat dilakukan setelah

-n
memenuhi Peizinan Berusaha dari Pemerintah

pu
Pusat.
(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai
erp Perizinan
Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
d-p
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
loa

2 Ketentuan Pasal 12 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
wn

Pasal 12
/do

(1) Pemerintah Pusat mengembangkan usaha


Penyelenggara Pos melalui penanaman modal
/12

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan di bidang penanaman modal.
22

(21 Penyelenggara Pos asing yang telah memenuhi


persyaratan dapat menyelenggarakan Pos di
20

Indonesia.
m/

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan


Penyelenggara Pos asing sebagaimana dimaksud
co

pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.


si.
ula

3 Pasal 13 dihapus.
eg

4 Ketentuan Pasal 39 diubah sehingga berbunyi sebagai


for

berikut:
.in

Pasal 39
(1) Setiap Orang yang melanggar ketentuan
ww

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1),


Pasal 14 ayat (1), Pasal 14 ayat (3), atau Pasal 15
//w

ayat (4) dikenai sanksi administratif.


ps:

(2) Sanksi . . .
htt

SK No 124566A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-512-

hu
2 -ta
(21 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada

or-
ayat (1) dapat berupa:

om
a. teguran tertulis;
b. denda administratif; dan/atau

u-n
c. pencabutan Perizinan Berusaha.
(3)
rpp
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,
besaran denda, dan tata cara pengen€En sanksi
-pe
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
lo ad

Pasal 71
wn

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 36


Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (lembaran Negara
/do

Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881) diubah
/12

sebagai berikut:
22

I Ketentuan Pasal 11 diubah sehingga berbunyi sebagai


20

berikut:
Pasal l1
m/

(1) Penyelenggaraan Telekomunikasi sebagaimana


.co

dimaksud dalam Pasa1 7 ayat (1) dapat


dilaksanakan setelah memenuhi Perizinan
i
las

Berusaha dari Pemerintah Pusat.


(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan
gu

Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (l)


ore

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


f
.in

2 Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ww

28. . .
//w

Pasal
ps:
htt

SK No 124567 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-513-

ah
Pasal 28

-t
(1) Besaran tarif Penyelenggaraan Jaringan

r-2
Telekomunikasi dan/atau Penyelenggaraan Jasa
Telekomunikasi ditetapkan oleh penyelenggara

mo
Jaringan Telekomunikasi dan/atau Jasa
Telekomunikasi dengan berdasarkan formula yang

o
ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

u-n
(21 Pemerintah Pusat dapat menetapkan tarif batas

rpp
atas dan/ atau tarif batas bawah Penyelenggaraan
Telekomunikasi dengan memperhatikan
kepentingan masyarakat dan persaingan usaha
-pe
yang sehat.
ad

Ketentuan Pasal 3O diubah sehingga berbunyi sebagai


nlo

3
berikut:
ow

Pasal 3O
(l) Dalam hal penyelenggara Jaringan Telekomunikasi
2/d

dan/atau penyelenggara Jasa Telekomunikasi


belum dapat menyediakan akses di daerah
/1

tertentu, Penyelenggara Telekomunikasi khusus


22

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3)


huruf a dapat menyelenggarakan Jaringan
/20

Telekomunikasi dan/ atau Jasa Telekomunikasi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (ll
om

huruf a dan huruf b setelah memenuhi Perizinan


Berusaha dari Pemerintah Pusat.
si.c

(21 Dalam hal penyelenggara Jaringan Telekomunikasi


dan/ atau Jasa Telekomunikasi sudah dapat
ula

menyediakan akses di daerah sebagaimana


dimaksud pada ayat (1), Penyelenggara
eg

Telekomunikasi khusus tetap dapat melakukan


for

Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi


dan/atau Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi.
.in

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan


ww

Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
//w

4. Ketentuan
ps:
htt

SK No 124568A
l
tm
2.h
02
PRES ID E N

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-514-

hu
Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
4
berikut:

2
Pasal 32

or-
(l) Setiap Alat Telekomunikasi dan/ atau Perangkat

om
Telekomunikasi yang dibuat, dirakit, dan/ atau
dimasukkan untuk diperdagangkan dan/atau

u-n
digunakan di wilayah Negara Republik Indonesia
wajib memenuhi standar teknis.

rpp
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai standar teknis
Alat Telekomunikasi dan/atau Perangkat
-pe
Telekomunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
lo ad

5 Ketentuan Pasal 33 diubah sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
Pasal 33
/do

(1) Penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit


satelit oleh Pelaku Usaha wajib memenuhi
/12

Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat.


l2l Penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit
22

satelit oleh selain Pelaku Usaha wajib


20

mendapatkan persetujuan dari Pemerintah Pusat.


(3)
m/

Penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit


satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
.co

ayat (21 wajib dilakukan sesuai dengan peruntukan


dan tidak menimbulkan gangguan yang
i
las

merugikan.
(41 Dalam hal penggunaan spektrum frekuensi radio
gu

tidak optimal dan/atau terdapat kepentingan


umum yang lebih besar, Pemerintah Pusat dapat
ore

mencabut Perizinan Berusaha atau persetqiuan


f

penggunaan spektrum frekuensi radio.


.in

(5) Pemerintah Pusat dapat menetapkan penggunaan


ww

bersama spektrum frekuensi radio.


//w

(6) Pemegang . . .
ps:
htt

SK No 124569A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-515-

hu
(6) Pemegang Perizinan Berusaha terkait penggunaan

-ta
spektrum frekuensi radio sebagaimana dimaksud

2
pada ayat (1) untuk Penyelenggaraan

or-
Telekomunikasi dapat melakukan :
a. kerja sama penggunaan spektrum frekuensi

om
radio untuk penerapan teknologi baru;
dan/ atau

u-n
b. pengalihan penggunaan spektrum frekuensi
radio,

l7l rpp
dengan Penyelenggara Telekomunikasi lainnya.
Kerja sama penggunaan dan/atau pengalihan
-pe
penggunaan spektrum frekuensi radio
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) wajib terlebih
ad

dahulu mendapatkan persetujuan dari Pemerintah


Pusat.
lo

(8) Pembinaan, pengawasan, dan pengendalian


wn

penggunaan spektrum frekuensi radio dan orbit


satelit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
/do

ayat (21 dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat.


(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan
/12

Berusaha terkait penggunaan spektrum frekuensi


radio dan orbit satelit sebagaimana dimaksud pada
22

ayat (1), persetqiuan penggunaan spektrum


frekuensi radio dan orbit satelit sebagaimana
20

dimaksud pada ayat (2), penggunaan bersama


m/

spektrum frekuensi radio sebagaimana dimaksud


pada ayat (5), serta kerja sama penggunaan
.co

spektrum frekuensi radio dan pengalihan


penggunaan spektrum frekuensi radio
i
las

sebagaimana dimaksud pada ayat (6) diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
gu
ore

6 Ketentuan Pasal 34 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
f
.in

Pasal 34
(1) Pemegang Perizinarr Berusaha dan persetqjuan
ww

penggunaan spektrum frekuensi radio


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1) dan
//w

ayat (21 wajib membayar biaya hak penggunaan


spektrum frekuensi radio yang besarannya
ps:

didasarkan atas penggunaan jenis dan lebar pita


frekuensi radio.
htt

(2) Ketentuan . . .

SK No 124570A
tml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-516-

hu
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai biaya hak

a
penggunaan spektrum frekuensi

2-t
radio
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam

or-
Peraturan Pemerintah.

m
Di antara Pasal 34 dan Pasal 35 disisipkan 2 (dua) pasal,

-no
7
yakni Pasal 34A dan Pasal 34B sehingga berbunyi
sebagai berikut:

pu
Pasal 34A erp
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
memberikan fasilitasi dan/atau kemudahan
d-p

kepada Penyelenggara Telekomunikasi untuk


melakukan pembangunan infrastruktur
loa

Telekomunikasi secara transparan, akuntabel, dan


efisien.
wn

(21 Dalam Penyelenggaraan Telekomunikasi,


/do

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dapat


berperan serta untuk menyediakan fasilitas
/12

bersama infrastruktur pasif Telekomunikasi untuk


digunakan oleh Penyelenggara Telekomunikasi
22

secara bersama dengan biaya terjangkau.


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai peran Pemerintah
20

Pusat dan Pemerintah Daerah sebagaimana


m/

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21 diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
co
si.

Pasal 34B
ula

(1) Pelaku Usaha yang memiliki infrastruktur pasif


yang dapat digunakan untuk keperluan
eg

Telekomunikasi wajib membuka akses


pemanfaatan infrastruktur pasif dimaksud kepada
for

Penyelenggara Telekomunikasi.
.in

(21 Pelaku Usaha yang memiliki infrastruktur selain


sebagaimana dimaksud pada ayat (l) di bidang
ww

Telekomunikasi danlatau penyiaran dapat


membuka akses pemanfaatan infrastruktur
//w

dimaksud kepada Penyelenggara Telekomunikasi


dan/atau penyelenggara penyiaran.
ps:

(3) Pemanfaatan . . .
htt

SK No 124571 A
ml
.ht
22
0
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-517-

hu
-ta
(3) Pemanfaatan infrastruktur pasif sebagaimana

r-2
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan
kerja sama para pihak secara adil, wajar, dan non-

o
diskriminatif.

om
(41 Pemanfaatan infrastruktur sebagaimanadimaksud

u-n
pada ayat (2) dilakukan berdasarkan kerja sama
para pihak.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemanfaatan
rpp
infrastruktur sebagaimana dimaksud pada ayat (l),
-pe
ayat (21, ayat (3), dan ayat (4) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
ad
nlo

8 Ketentuan Pasal 45 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ow

Pasal 45
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 16 ayat (1),
2/d

Pasal 18 ayat(21, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, Pasal


25 ayat (2), Pasal 26 ayat (1), Pasal 29 ayat (ll,
/1

Pasal 29 ayat (2), Pasal 32 ayat (1), Pasal 33 ayat


22

(1), Pasal 33 ayat (2), Pasal 33 ayat (3), Pasal 33


ayat (71, atau Pasal 34 ayat (1) dikenai sanksi
20

administratif.
m/

l2l Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada


co

ayat (1) dapat berupa:


a. teguran tertulis;
si.

b. penghentian sementarakegiatan;
ula

c. denda administratif; dan/atau


eg

d. pencabutan Perizinan Berusaha.


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,
for

besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi


.in

administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
ww

9. Pasal 46 dihapus.
/w
s:/

10. Ketentuan . .
p

.
htt

SK No 124572A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-518-

hu
-ta
10. Ketentuan Pasa1 47 diubah sehingga berbunyi sebagai

2
berikut:

or-
Pasal 47

om
Barang siapa yang melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dipidana dengan

u-n
pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun
dan/ atau pidana denda paling banyak
rpp
Rp1.500.000.000,00 (satu miliar lima ratus juta rupiah).
-pe
11. Pasal 48 dihapus.
ad

Pasal T2
lo

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 32


wn

Tahun 2OO2 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2O02 Nomor 139, Tambahan Lembaran
/do

Negara Republik Indonesia Nomor 4252) diubah sebagai


berikut:
/12
22

1 Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
20

Pasal 16
m/

(1) Lembaga Penyiaran swasta sebagaimana dimaksud


.co

dalam Pasal 13 ayat (2) huruf b adalah Lembaga


Penyiaran yang bersifat komersial berbentuk badan
i

hukum Indonesia yang bidang usahanya


las

menyelenggarakan jasa Penyiaran Radio atau


gu

Penyiaran Televisi.
(21 Warga negara asing dapat menjadi pengurus
ore

Lembaga Penyiaran swasta sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) hanya untuk bidang keuangan dan
f
.in

bidang teknik.
ww

2 Ketentuan Pasal 25 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
//w
ps:

Pasal 25...
htt

SK No 124573 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-519-

hu
-ta
Pasal 25

r-2
(l) Lembaga Penyiaran berlangganan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2) huruf d

mo
merupakan Lembaga Penyiaran berbentuk badan
hukum Indonesia yang bidang usahanya

-no
menyelenggarakan jasa Penyiaran berlangganan
dan wajib terlebih dahulu memperoleh Perizinan

pu
Berusaha.
erp
(21 Lembaga Penyiaran berlangganan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) memancarluaskan atau
d-p

menyalurkan materi siarannya secara khusus


kepada pelanggan melalui radio, televisi, multi-
loa

media, atau media informasi lainnya.


wn

3 Ketentuan Pasal 33 diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

berikut:
Pasal 33
/12

(1) Penyelenggaraan Penyiaran dapat diselenggarakan


setelah memenuhi Perizinan Berusaha dari
22

Pemerintah Pusat.
/20

(21 Lembaga Penyiaran wajib membayar biaya


Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada
om

ayat ( 1 ) berdasarkan zona/ daerah penyelenggaraan


Penyiaran yang ditetapkan dengan parameter
i.c

tingkat ekonomi setiap zona/ daerah.


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan
las

Berusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diatur dalam Peraturan Pemerintah dengan
gu

cakupan wilayah siaran penyelenggaraan


ore

Penyiaran dapat meliputi seluruh Indonesia.


f
.in

4 Pasal 34 dihapus.
ww

5 Ketentuan Pasal 55 diubah sehingga berbunyi sebagai


//w

berikut:
ps:

Pasal 55. . .
htt

SK No 137127A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-520-

ahu
2-t
Pasal 55
(1) Setiap orang yang melanggar

or-
ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2),

m
Pasal 17 ayat (3), Pasal 18 ayat (1), Pasal 18 ayat
(2), Pasal 20, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 26 ayat (2),

-no
Pasal 27, Pasal 28, Pasal 33 ayat (1), Pasal 33 ayat
(2), Pasal 36 ayat (2), Pasal 36 ayat (3), Pasal 36

pu
ayat l4l, Pasal 39 ayat (1), Pasal 43 ayat (2), Pasal
erp
44 ayat (1), Pasal 45 ayat (1), Pasal 46 ayat (31,
Pasal 46 ayat (6), Pasal 46 ayat (71, Pasal 46 ayat
d-p

(8), Pasal 46 ayat (9), Pasal 46 ayat (10), atau Pasal


46 ayat (1 1) dikenai sanksi administratif.
loa

(21 Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dapat berupa:
wn

a. teguran tertulis;
b. penghentian sementara mata acara yang
/do

bermasalah setelah melalui tahap tertentu;


/12

c. pembatasan durasi dan waktu Siaran;


d. dendaadministratif;
22

e. pembekuan kegiatan Siaran untuk waktu


20

tertentu;
f. tidak diberi perpanjangan Perizinan Berusaha
m/

penyelenggaraan Penyiaran; dan/ atau


co

g. pencabutan Peizinan Berusaha


si.

penyelenggaraan Penyiaran.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,
ula

besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi


eg

administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
for
.in

6 Ketentuan Pasal 57 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ww
//w
ps:

Pasal 57...
htt

SK No l37l28A
ml
.ht
22
-20
PRESlDEN
REPUELIK TNDONESIA

un
-521 -

ah
2-t
Pasal 57
(l) Setiap orang yang melanggar ketentuan

or-
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1),
Pasal 36 ayat (5), atau Pasal 36 ayat (6) yang

om
dilakukan untuk Penyiaran Radio dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau

u-n
pidana denda paling banyak Rp 1.5O0.O00.0OO,0O
(satu miliar lima ratus juta rupiah).
rpp
(21 Setiap orang yang melanggar ketentuan
-pe
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1),
Pasal 36 ayat (5), atau Pasal 36 ayal (6) yang
dilakukan untuk Penyiaran Televisi dipidana
ad

dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun


lo

atau pidana denda paling banyak


wn

Rp 1 0.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).


/do

7 Ketentuan Pasal 58 diubah sehingga berbunyi sebagai


/12

berikut:
Pasal 58
22

(1) Setiap orang yang melanggar ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1)
20

untuk Penyiaran Radio dipidana dengan pidana


m/

penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/ atau pidana


denda paling banyak Rp500.O00.O00,00 (lima ratus
.co

juta rupiah).
(21 Setiap orang yang melanggar ketentuan
i
las

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (1)


untuk Penyiaran Televisi dipidana dengan pidana
gu

penjara paling lama 2 (dua) tahun dan/atau pidana


ore

denda paling banyak Rp5.0O0.O0O.000,O0 (lima


miliar rupiah).
f
.in

8 Di antara Pasal 60 dan Pasal 61 disisipkan 1 (satu)


ww

pasal, yakni Pasal 60A sehingga berbunyi sebagai


berikut:
//w
ps:

Pasal 6OA . . .
htt

SK No l37l29A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK ]NDONESIA
-522-

hu
Pasal 60A

-ta
(1) Penyelenggaraan Penyiaran dilaksanakan dengan

2
mengikuti perkembangan teknologi, termasuk

or-
migrasi Penyiaran dari teknologi analog ke
teknologi digital.

om
(21 Migrasi Penyiaran Televisi terestrial dari teknologi
analog ke teknologi digital sebagaimana dimaksud

u-n
pada ayat (1) dan penghentian siaran analog
(analog stDitch o/Jf diselesaikan paling lambat

(3)
rpp
tanggal 2 November 2022.
Ketentuan lebih lanjut mengenai migrasi Penyiaran
-pe
dari teknologi analog ke teknologi digital
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21
ad

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


lo
wn

Paragraf 16
Pertahanan dan Keamanan
/do

Pasal 73
/12

Untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat terutama


Pelaku Usaha dalam mendapatkan Perizinan Berusaha dari
22

sektor pertahanan dan keamanan, Peraturan Pemerintah


20

Pengganti Undang-Undang ini mengubah, menghapus, atau


menetapkan pengaturan baru beberapa ketentuan yang
m/

diatur dalam:
a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2Ol2 tenlang Industri
.co

Pertahanan (t embaran Negara Republik Indonesia


i

Tahun 2012 Nomor 183, Tambahan Lembaran Negara


las

Republik Indonesia Nomor 5343); dan


b. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2OO2 tentang
gu

Kepolisian Negara Republik Indonesia (l,embaran


ore

Negara Republik Indonesia Tahun 2OO2 Nomor 2,


Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
f

4168).
.in
ww

Pasal 74
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 16
//w

Tahun 2OL2 tentang Industri Pertahanan (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 183, Tambahan
ps:

kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 5343), diubah


sebagai berikut:
htt

1. Ketentuan. . .

SK No 137130A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-523-

hua
2-t
or-
1 Ketentuan Pasal 11 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

m
Pasal 1l

-no
Industri alat utama sebagaimana dimaksud dalam Pasal
10 ayat (1) huruf a merupakan:

pu
a. badan usaha milik negara; dan/ atau
erp
b. badan usaha milik swasta,
yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sebagai pemadu
d-p

utama (lead integratot) yang menghasilkan alat utama


sistem senjata dan/atau mengintegrasikan semua
loa

komponen utama, komponen, dan bahan baku menjadi


alat utama.
wn
/do

2 Ketentuan Pasal 21 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/12

Pasal 21
(1) Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana
22

dimaksud dalam Pasal 20, KKIP mempunyai tugas


20

dan wewenang:
a. merumuskan kebijakan nasional yang bersifat
m/

strategis di bidang Industri Pertahanan;


co

b. menJrusun dan membentuk rencana induk


Industri Pertahanan yang berjangka
si.

menengah dan panjang;


ula

c. mengoordinasikan pelaksanaan dan


pengendalian kebijakan nasional Industri
eg

Pertahanan;
for

d. mengoordinasikan kerja sama luar negeri


dalam rangka memajukan dan
.in

mengembangkan Industri Pertahanan;


ww

e. melakukan sinkronisasi penetapan


kebutuhan Alat Peralatan Pertahanan dan
//w

Keamanan antara Pengguna dan Industri


Pertahanan;
ps:
htt

f. menetapkan . . .

SK No l37l3l A
l
tm
2.h
02
FRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-524-

hu
-ta
f. menetapkan standar Industri Pertahanan;

2
g. merumuskan kebijakan pendanaan dar:latau

or-
pembiayaan Industri Pertahanan;

om
h. merumuskan mekanisme penjualan dan
pembelian Alat Peralatan Pertahanan dan

u-n
Keamanan hasil Industri Pertahanan ke dan
dari luar negeri; dan
rpp
i. melaksanakan pemantauan dan evaluasi
pelaksanaan kebijakan Industri Pertahanan
-pe
secara berkala.
(21 Rancangan rencana induk jangka panjang
ad

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b


lo

diajukan kepada DPR untuk mendapatkan


wn

pertimbangan.
/do

3 Ketentuan Pasal 38 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/12

Pasal 38
(1)
22

Kegiatan produksi merupakan pembuatan produk


oleh Industri Pertahanan sesuai dengan
20

perencanaan produksi sebagaimana dimaksud


m/

dalam Pasal 37 ayat (1).


(21 Kegiatan produksi Industri Pertahanan wajib
.co

mengutamakan penggunaan bahan mentah, bahan


baku, dan komponen dalam negeri.
i
las

(3) Dalam kegiatan produksi sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dapat dikembangkan 2 (dua) fungsi
gu

produksi Industri Pertahanan.


ore

(41 Industri Pertahanan dalam kegiatan produksi


harrs terlebih dahulu memenuhi Perizinan
f

Berusaha dari Pemerintah hrsat.


.in

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan produksi


ww

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Perizinan


Berusaha sebaga imana dimaksud pada ayat (4)
//w

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


ps:

4.Ketentuan...
htt

SK No l37l32A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-525-

hua
2-t
or-
4 Ketentuan Pasal 52 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

m
Pasal 52

-no
(1) Kepemilikan modal atas industri alat utama
dimiliki oleh badan usaha milik negara dan/ atau

pu
badan usaha milik swasta yang mendapat
persetqiuan dari menteri yang menyelenggarakan
erp
urusan pemerintahan di bidang pertahanan.
d-p

l2l Badan usaha milik negara dan badan usaha milik


swasta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
menerapkan sistem pengawasan yang diterapkan
loa

oleh kementerian yang menyelenggarakan unrsan


wn

pemerintahan di bidang pertahanan.


(3) Sistem pengawasan sebagaimana dimaksud pada
/do

ayat (21 meliputi proses produksi sampai dengan


penjualan produk, baik di dalam negeri maupun di
/12

luar negeri.
(41 Kepemilikan modal atas industri komponen utama
22

dan/atau penunjang, industri komponen dan/ atau


20

pendukung (perbekalan), dan industri bahan baku


dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
m/

perundang-undangan di bidang penanam€rn


modal.
co
si.

5 Ketentuan Pasal 55 diubah sehingga berbunyi sebagai


ula

berikut:
Pasal 55
eg

Setiap Orang yang mengekspor dan/ atau melakukan


for

transfer alat peralatan yang digunakan untuk


pertahanan dan keamanan negara lain wajib memenuhi
.in

Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat.


ww

6 Ketentuan Pasal 56 diubah sehingga berbunyi s66agai


//w

berikut:
ps:

Pasal 56. . .
htt

SK No 137133 A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-526-

hua
2-t
Pasal 56
(1) Pemasaran Alat Peralatan Pertahanan

or-
dan
Keamanan dilakukan dengan memenuhi Perizinan

m
Berusaha dari Pemerintah Pusat.
(2)

-no
Dalam rangka pertimbangan kepentingan strategis
nasional, DPR dapat melarang atau memberikan
pengecualian penjualan produk Alat Peralatan

pu
Pertahanan dan Keamanan tertentu sesuai dengan
erp
politik luar negeri yang dijalankan Pemerintah
Pusat.
d-p

(3) Ketentuan mengenai tata cara pemberian Perizinan


Berusaha terkait pemasar€rn Alat Peralatan
loa

Pertahanan dan Keamanan sebagaimana


dimaksud pada ayat (l) diatur dalam Peraturan
wn

Pemerintah.
/do

7 Ketentuan Pasal 66 diubah sehingga berbunyi sebagai


/12

berikut:
Pasal 66
22

Setiap Orang dilarang membocorkan informasi yang


20

bersifat rahasia mengenai formulasi rancang bangun


teknologi AIat Peralatan Pertahanan dan Keamanan bagi
m/

pertahanan dan keamanan.


co
si.

8 Ketentuan Pasal 67 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ula

Pasal 67
eg

Setiap Orang dilarang memproduksi Alat Peralatan


Pertahanan dan Keamanan tanpa memenuhi Perizinan
for

Berrsaha dari Pemerintah Pusat.


.in

9 Ketentuan Pasal 68 diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

berikut:
//w

Pasal 68. . .
ps:
htt

SK No l37l34A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-527-

u
ah
2-t
Pasal 68
Setiap Orang dilarang menjual, mengekspor, dan/atau

r-
melakukan transfer Alat Peralatan Pertahanan dan

mo
Keamanan tanpa memenuhi Perizinan Berusaha dari
Pemerintah Pusat.

-no
pu
1O. Ketentuan Pasal 69 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut: erp
Pasal 69
d-p

Setiap Orang dilarang membeli dan/ atau mengimpor


Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan tanpa
loa

memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat.


wn

11. Di antara Pasal 69 dan Pasal 70 disisipkan 1 (satu)


pasal, yakni Pasal 69A sehingga berbunyi sebagai
/do

berikut:
/12

Pasal 69A
22

(1) Dalam hal kegiatan sebagaimana dimaksud


20

dalam Pasal 55, Pasal 56, Pasal 67, Pasal 68, dan
Pasal 69 dilakukan oleh instansi pemerintah,
m/

kegiatan tersebut wajib mendapatkan persetujuan


dari Pemerintah Pusat.
co

(21 Perizinan Berusaha dan persetujuan dari


si.

Pemerintah Pusat dilaksanakan oleh menteri yang


ula

menyelenggarakan urusan pemerintahan di


bidang pertahanan berdasarkan nonna, standar,
eg

prosedur, dan kriteria yang ditetapkan.


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perizinan
for

Berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38,


.in

Pasal 55, Pasal 56, Pasal 67, Pasal 68, dan Pasal
69, dan persetujuan dari Pemerintah Pusat
ww

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), serta surat


keterangan kelaikan Alat Peralatan Pertahanan
//w

dan Keamanan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 39 ayat (21 diatur dalam Peraturan
ps:

Pemerintah.
htt

12. Ketentuan . . .

SK No 137135 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-524-

hu
a
2-t
12. Ketentuan Pasal 72 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

or-
Pasal 72

m
(1) Setiap Orang yang memproduksi Alat Peralatan

-no
Pertahanan dan Keamanan tanpa memenuhi
Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat

pu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 67 dipidana
dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun
erp
dan/ atau pidana denda paling banyak
Rp 1O.0O0.0O0.O0O,0O (sepuluh miliar rupiah).
d-p

(21 Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilakukan dalam keadaan perang,
loa

pelaku dipidana dengan pidana penjara paling


lama 15 (lima belas) tahun dan/ atau pidana denda
wn

paling banyak Rp25.000.000.000,00 (dua puluh


lima miliar rupiah).
/do
/12

13. Ketentuan Pasal 73 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
22

Pasal 73
20

( 1) Setiap Orang yang menjual, mengekspor , dan I atau


melakukan transfer Alat Peralatan Pertahanan dan
m/

Keamanan tanpa memenuhi Perizinan Berusaha


dari Pemerintah Pusat
co

sebagaimana dimalsud
dalam Pasal 68 dipidana dengan pidana penjara
si.

paling lama 12 (dua belas) tahun dan/ atau pidana


ula

denda paling banyak Rp200.O00.00O.0O0,00 (dua


ratus miliar rupiah).
eg

(21 Dalam hal tindak pidana sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilakukan dalam keadaan perang,
for

pelaku dipidana dengan pidana penjara paling


.in

lama 15 (lima belas) tahun dan/ atau pidana denda


paling banyak Rp5O0.000.000.000,00 (lima ratus
ww

miliar rupiah).
//w
ps:

14. Ketentuan . . .
htt

SK No 137136A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-529-

hu
-ta
14. Ketentuan Pasal 74 diubah sehingga berbunyi sebagai

r-2
berikut:

mo
Pasal 74
(1) Setiap Orang yang mengekspor dan/ atau

o
melakukan transfer alat peralatan yang digunakan

u-n
untuk keperluan pertahanan dan keamanan
negara lain tanpa memenuhi Perizinan Berusaha

p
dari Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud
erp
dalam Pasal 55 dipidana dengan pidana penjara
paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau pidana denda
d-p

paling banyak Rp1O0.00O.00O.0O0,O0 (seratus


miliar rupiah).
loa

(21 Da1am hal tindak pidana sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilakukan dalam keadaan perang,
wn

. pelaku dipidana dengan pidana penjara paling


lama 15 (lima belas) tahun dan/ atau pidana denda
/do

paling banyak Rp500.0O0.00O.00O,00 (lima ratus


miliar rupiah).
/12
22

15. Ketentuan Pasal 75 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
20

Pasal 75
m/

Setiap Orang yang membeli dan/atau mengimpor Alat


co

Peralatan Pertahanan dan Keamanan tanpa memenuhi


Per2inan Berusaha dari Pemerintah Pusat sebagaimana
si.

dimaksud dalam Pasal 69 dan persetqjuan dari


la

Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal


69A dipidana dengan pidana penjara paling lama 7
gu

(tqiuh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak


ore

Rp I 00.000.0O0.000,00 (seratus miliar rupiah).


inf
.
ww

Pasal 75
Ketentuan Pasal 15 Undang-Undang Nomor 2 Tal:un 2OO2
tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran
/w

Negara Republik Indonesia Tahun 2OO2 Nomor 2, Tambahan


/

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168) diubah


ps:

sehingga berbunyi sebagai berikut:


htt

Pasal 15. . .

SK No l37l37A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-530-

u
ah
Pasal 15

2-t
(1) Dalam rangka menyelenggarakan tugas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 dan Pasal 14, Kepolisian

r-
Negara Republik Indonesia secara umum berwenang:

mo
a. menerima laporan dan/ atau pengaduan;

-no
b. membantu menyelesaikan perselisihan warga
masyarakat yang dapat mengganggu ketertiban

pu
umum;
c. mencegah dan menanggulangi tumbuhnya
erp
penyakit masyarakat;
d. mengawasi aliran yang dapat menimbulkan
d-p

perpecahan atau mengancam persatuan dan


loa

kesatuan bangsa;
e. mengeluarkan Peraturan Kepolisian dalam lingkup
wn

kewenangan administratif Kepolisian;


f. melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai
/do

bagian dari tindakan Kepolisian dalam rangka


pencegahan;
/12

g. melakukan tindakan pertama di tempat kejadian;


22

h. mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta


memotret seseorang;
20

i. mencari keterangan dan barang bukti;


m/

j. menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal


co

Nasional;
k. mengeluarkan surat izin dan / atau surat
si.

keterangan yang diperlukan dalam rangka


ula

pelayanan masyarakat;
l. memberikan bantuan pengamanan dalam sidang
eg

dan pelaksanaan putusan pengadilan, kegiatan


for

instansi lain, serta kegiatan masyarakat; dan


m. menerima dan menyimpan barang temuan untuk
.in

sementara waktu.
ww

(21 Kepolisian Negara Republik Indonesia sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan berwenang:
//w

a. memberikan izin dan mengawasi kegiatan


keramaian umum dan kegiatan masyarakat
ps:

lainnya;
htt

b. menyelenggarakan . . .

SK No 137138 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
n-2
REPUBLIK INDONESIA
-531 -

hu
-ta
r-2
b.

o
menyelenggarakan registrasi dan identifikasi

om
kendaraan bermotor;
c. memberikan surat izin mengemudi kendaraan

u-n
bermotor;
d. menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik;
rpp
e. memberikan izin dan melakukan pengawasan
-pe
senjata api, bahan peledak, dan senjata tajam;
f. memberikan Perizinan Berusaha dan melakukan
ad

pengawasan terhadap badan usaha di bidang jasa


pengamanan sesuai dengan ketentuan peraturan
nlo

perundang-undangan di bidang Per:zinan


Berusaha;
ow

g. memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih


aparat Kepolisian khusus dan petugas
2/d

pengamanan swakarsa dalam bidang teknis


/1

Kepolisian;
h. melakukan kerja sama dengan Kepolisian negara
22

lain dalam menyidik dan memberantas kejahatan


20

internasional;
m/

i. melakukan pengawasan fungsional Kepolisian


terhadap orang asing yang berada di wilayah
co

Indonesia dengan koordinasi instansi terkait;


si.

j. mewalili pemerintah Republik Indonesia dalam


ula

organisasi Kepolisian internasional; dan


k. melaksanakan kewenangan lain yang termasuk
eg

dalam lingkup tugas Kepolisian.


(3) Tata cara pelaksanaan ketentuan sebagaimana
for

dimaksud pada ayat (2) huruf a dan huruf d diatur lebih


.in

lanjut dengan Peraturan Pemerintah.


ww

B2gian Kelima . . .
/w
s:/
p
htt

SK No l37l39A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN

n-2
REPUELIK INDONES
-532-

hu
Bagian Kelima

-ta
Penyederhanaan Persyaratan Investasi pada Sektor Tertentu

2
or-
Paragraf 1

om
Umum

u-n
Pasal 76
Untuk mempermudah masyarakat terutama Pelaku Usaha
rpp
dalam melakukan investasi pada sektor tertentu yaitu
penanaman modal, perbankan, dan perbankan syariah,
-pe
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Cipta
Kerja ini mengubah, menghapus, atau menetapkan
ad

pengaturan baru beberapa ketentuan yang diatur dalam:


a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2OO7 tentang
lo

Penanaman Modal (kmbaran Negara Republik


wn

Indonesia Tahun 2O07 Nomor 67, Tambahan Lembaran


Negara Republik Indonesia Nomor 4724);
/do

b. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang


Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia
/12

Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 34721 sebagaimana telah
22

diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998


20

tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7


Tahun 1992 tentang Perbankan (Lembaran Negara
m/

Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan


.co

kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3790); dan


c. Undang-Undang Nomor 2l Tahun 2008 tentang
i

Perbankan Syariah (kmbaran Negara Republik


las

Indonesia Tahun 2O08 Nomor 94, Tambahan Lembaran


gu

Negara Republik Indonesia Nomor 4867).


ore

Paragraf 2
Penanaman Modal
f
.in
ww

PasalTT
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 25
//w

Tahun 2OO7 lenlang Penanaman Modal (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 47241 diubal:
ps:

sebagai berikut:
htt

1. Ketentuan. . .

SK No l37l40A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-533-

u
ah
2-t
1 Ketentuan Pasal 2 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

r-
mo
Pasal 2
Ketentuan dalam Undang-Undang ini berlaku dan

-no
menjadi acuan utama bagi Penanaman Modal di semua
sektor di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

pu
2 erp
Ketentuan Pasal 12 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
d-p

Pasal 12
(l) Semua bidang usaha terbuka bagi kegiatan
loa

Penanaman Modal, kecuali bidang usaha yang


dinyatakan tertutup untuk Penanaman Modal atau
wn

kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh


Pemerintah Pusat.
/do

(21 Bidang usaha yang tertutup untuk Penanaman


Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
/12

meliputi:
a. budi daya dan industri narkotika golongan I;
22

b. segala bentuk kegiatan perjudian dan/ atau


20

kasino;
m/

c. penangkapan spesies ikan yang tercantum


daTam Append* I Conuention on International
co

Trade in Endangered Species of Wild Fauna


si.

and Flora (CITES);


ula

d. pemanfaatan atau pengambilan koral dan


pemanfaatan atau pengambilan karang dari
eg

alam yang digunakan untuk bahan


bangunan/kapur/kalsium, akuarium, dan
for

souvenir/perhiasan, serta koral hidup atau


koral mati (reent death coratl dari alam;
.in

e. industri pembuatan senjata kimia; dan


ww

f. industri bahan kimia industri dan industri


bahan perusak lapisan ozon.
//w
ps:

(3) Ketentuan. . .
htt

SK No l37l4l A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-534-

hu
2-ta
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai bidang usaha

or-
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21

om
diatur dalam Peraturan Presiden.

u-n
3 Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 13 rpp
(1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
-pe
dengan kewenangannya memberikan kemudahan,
ad

pelindungan, dan pemberdayaan bagi koperasi dan


usaha mikro, kecil, dan menengah dalam
lo

pelaksanaan Penanaman Modal berdasarkan


wn

nonna, standar, prosedur, dan kriteria yang


ditetapkan Pemerintah Pusat.
/do

(2) Pelindungan dan pemberdayaan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) benrpa pembinaan dan
/12

pengembangan koperasi dan usaha mikro, kecil,


dan menengah melalui:
22

a. program kemitraan;
20

b. pelatihan sumber daya manusia;


m/

c. peningkatan daya saing;


d. pemberian dorongan inovasi dan perluasan
.co

pasar;
i

e. akses pembiayaan; dan


las

f. penyebaran informasi yang seluas-luasnya.


gu

(3) Program kemitraan sebagaimana dimaksud pada


ayat (21 huruf a merupakan
ore

kemitraan
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang di
f

bidang usaha mikro, kecil, dan menengah.


.in
ww

4. Ketentuan . . .
//w
ps:
htt

SK No l37l42A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-535-

hu
4 Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 18
(1) Pemerintah Pusat memberikan fasilitas kepada

o
Penanam Modal yang melakukan Penanaman

om
Modal.

-n
(21 Fasilitas Penanaman Modal sebagaimana

pu
dimaksud pada ayat (1) dapat diberikan kepada
Penanaman Modal yang:
erp
a. melakukan perluasan usaha; atau
b. melakukan Penanaman Modal ban:.
d-p

(3) Penanaman Modal yang mendapat fasilitas


loa

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) minimal


memenuhi kriteria:
wn

a. menyerap banyak tenaga kerja;


b. termasuk skala prioritas tinggi;
/do

c. termasukpembangunaninfrastruktur;
/12

d. melakukan alih teknologi;


e. melakukan industri pionir;
22

f. berada di daerah terpencil, daerah tertinggal,


20

daerah perbatasan, atau daerah lain yang


dianggap perlu;
m/

g. menjaga kelestarian lingkungan hidup;


o

h. melaksanakan kegiatan penelitian,


i.c

pengembangan, dan inovasi;


las

i. bermitra dengan usaha mikro, kecil,


menengah, atau koperasi;
gu

j. industri yang menggunakan barang modal


ore

atau mesin atau peralatan yang diproduksi di


dalam negeri; dan/ atau
inf

k. termasuk pengembangan usaha pariwisata.


w.

(41 Bentuk fasilitas yang diberikan kepada Penanaman


Modal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan
w

ayat (3) dilakukan sesuai dengan ketentuan


/w

peraturan perundang-undangan di bidang


/

perpajakan.
ps:

5. Ketentuan . . .
htt

SK No 137143 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
n-2
REPUBLIK INDONESIA
-536-

hu
5 Ketentuan Pasal 25 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 25
(1) Penanam Modal yang melakukan Penanaman

o
Modal di Indonesia harus dilakukan sesuai dengan

om
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5.

u-n
(21 Pengesahan pendirian badan usaha Penanaman
Modal Dalam Negeri yang berbentuk badan hukum
atau tidak berbadan hukum dilakukan sesuai
rpp
dengan ketentuan peraturan perundang-
-pe
undangan.
(3) Pengesahan pendirian badan usaha Penanaman
ad

Modal Asing yang berbentuk perseroan terbatas


dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan
nlo

perundang-undangan.
(41 Perusahaan Penanaman Modal yang akan
ow

melakukan kegiatan usaha wajib memenuhi


Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat atau
2/d

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya


berdasarkan norma, standar, prosedur, dan
/1

kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


22
20

Paragraf 3
m/

Perbankan
co

Pasal 78
si.

Ketentuan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992


ula

tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia


Tahun 1992 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara
eg

Republik Indonesia Nomor 34721 sebagatmana telah diubah


dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
for

Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tallun L992


tentang Perbankan (Lembaran Negara Republik Indonesia
.in

Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan kmbaran Negara


ww

Republik Indonesia Nomor 3790) diubah sehingga berbunyi


sebagai berikut:
/w

Pasal 22
s:/

(1) Bank Umum dapat didirikan oleh:


p
htt

a. warga . . .

SK No l37l44A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-537-

u
ah
a. warga negara Indonesia;

2-t
b. badan hukum Indonesia; atau
c. warga negara Indonesia dan/ atau badan hukum

r-
Indonesia dengan warga negara asing dan/atau

mo
badan hukum asing secara kemitraan.
(2)

-no
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan pendirian
yang wajib dipenuhi pihak-pihak sebagaimana

pu
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Otoritas Jasa
Keuangan. erp
d-p
Paragraf 4
Perbankan Syariah
loa

Pasal 79
wn

Ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008


/do

tentang Perbankan Syariah (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2O08 Nomor 94, Tambahan Lembaran
/12

Negara Republik Indonesia Nomor 4867) diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:
22
20

Pasal 9
(1) Bank Umum Syariah hanya dapat didirikan dan/ atau
m/

dimiliki oleh:
co

a. warga negara Indonesia;


si.

b. badan hukum Indonesia;


c.
ula

Pemerintah Daerah; atau


d. warga negara Indonesia dan/atau badan hukum
eg

Indonesia dengan warga negara asing dan/atau


badan hukum asing secara kemitraan.
for

(2) Bank Pembiayaan Rakyat Syariah hanya dapat


.in

didirikan dan/ atau dimiliki oleh:


a. warga negara Indonesia dan/ atau badan hukum
ww

Indonesia yang seluruhnya dimiliki oleh warga


negara Indonesia;
//w

b. Pemerintah Daerah; atau


ps:

c. dua pihak atau lebih sebagaimana dimaksud


dalam huruf a dan huruf b.
htt

(3) Maksimum . . .

SK No 137145 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-538-

hu
-ta
(3) Maksimum kepemilikan Bank Umum Syariah oleh

2
badan hukum asing ditentukan sesuai dengan

or-
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
penanaman modal.

om
u-n
BAB IV
KETENAGAKERJAAN
rpp
-pe
Bagian Kesatu
Umum
load

Pasal 8O
wn

Dalam rangka penguatan perlindungan kepada tenaga kerja


dan meningkatkan peran dan kesejahteraan pekerja/buruh
/do

dalam mendukung ekosistem investasi, Peraturan


Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini mengubah,
/12

menghapus, atau menetapkan pengaturan baru beberapa


ketentuan yang diatur dalam:
22

a Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang


20

Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia


Tahun 20O3 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara
m/

Republik Indonesia Nomor 42791;


b Undang-Undang Nomor 4O Tahun 20O4 tentang Sistem
.co

Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik


i

Indonesia Tahun 2OO4 Nomor 150, Tambahan


las

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456);


gu

c Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara
ore

Republik Indonesia Tahun 2Ol1 Nomor 116, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5256); dan
f
.in

d Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2Ol7 tentang


Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (lrmbaran
ww

Negara Republik Indonesia Tahun 2O17 Nomor 242,


Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
//w

6t4tl.
ps:

Bagian Kedua . .
htt

SK No 137146A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-539-

hu
flagian Kedua

-ta
Ketenagakerjaan

or-2
Pasal 81

om
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara

u-n
Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 42791 diubah
sebagai berikut: rpp
1. Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga berbunyi sebagai
-pe
berikut:
ad

Pasal 13
(1) Pelatihan Kerja diselenggarakan oleh:
nlo

a- lembaga Pelatihan Kerja pemerintah;


ow

b. lembaga Pelatihan Kerja swasta; atau


c. lembaga Pelatihan Kerja Perusahaan.
2/d

(21 Pelatihan Kerja dapat diselenggarakan di tempat


pelatihan atau tempat kerja.
/1

(3) kmbaga Pelatihan Kerja pemerintah sebagaimana


22

dimaksud pada ayat (1) huruf a dalam


20

menyelenggarakan Pelatihan Kerja dapat bekerja


sama dengan swasta.
m/

(41 Lembaga Pelatihan Kerja pemerintah sebagaimana


co

dimaksud pada ayat (1) huruf a dan lembaga


Pelatihan Kerja Perusahaan sebagaimana
si.

dimaksud pada ayat (1) huruf c mendaftarkan


ula

kegiatannya kepada instansi yang bertanggung


jawab di bidang Ketenagakerjaan di
eg

kabupaten/kota.
for

2 Ketentuan Pasal 14 diubah sehingga berbunyi sebagai


.in

berikut:
ww

Pasal 14
(1) Lembaga Pelatihan Keda swasta sebagaimana
/w

dimaksud dalam Pasal 13 ayat (l) huruf b wajib


memenuhi Peizinar, Berusaha yang diterbitkan
s:/

oleh Pemerintah Daerah kabupaten/ kota.


p
htt

(2)Bagi. . .

SK No 137092A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-540-

hu
-ta
(21 Bagi lembaga Pelatihan Kerja swasta yang terdapat

2
penyertaan modal asing, Perizinan Berusaha

or-
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan
oleh Pemerintah Pusat.

om
(3) Perizinan Berusaha sebagaimana dimalsud pada

-n
ayat (1) dan ayat (2) harus memenuhi norna,
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan

pu
oleh Pemerintah Pusat.
erp
3 Ketentuan Pasal 37 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p

berikut:
loa

Pasal 37
(1) Pelaksana penempatan Tenaga Kerja sebagaimana
wn

dimaksud dalam Pasal 35 ayat (1) terdiri atas:


a instansi pemerintah yang bertanggung jawab
/do

di bidang Ketenagakerjaan; dan


b lembaga penempatan Tenaga Kerja swasta.
/12

(21 Lembaga penempatan Tenaga Kerja swasta


22

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b


dalam melaksanakan Pelayanan Penempatan
20

Tenaga Kerja wajib memenuhi Pertzinan Berusaha


m/

yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.


(3) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada
co

ayat (21 harus memenuhi norma, standar,


prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
si.

Pemerintah Pusat.
ula
eg

4 Ketentuan Pasal 42 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
for

Pasal 42
.in

(1) Setiap Pemberi Kerja yang mempekerjakan Tenaga


Kerja Asing wajib memiliki rencana penggunaan
ww

Tenaga Kerja Asing yang disahkan oleh Pemerintah


Pusat.
//w

(21 Pemberi Kerja orang perseorangan dilarang


mempekerjakan Tenaga Kerja Asing.
ps:
htt

(3) Ketentuan. . .

SK No 137155 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-54t-

hu
(3) Ketentuan sebagaimana dimalsud pada ayat (1)

-ta
tidak berlaku bagi:

2
a- direksi atau komisaris dengan kepemilikan

or-
saham tertentu atau pemegang saham sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-

om
undangan;
b.

u-n
pegawai diplomatik dan konsuler pada kantor
perwakilan negara asing; atau
c.
rpp
Tenaga Kerja Asing yang dibutuhkan oleh
Pemberi Kerja pada jenis kegiatan produksi
-pe
yang terhenti karena keadaan darurat, vokasi,
Perusahaan rintisan (start-upl berbasis
ad

teknologi, kunjungan bisnis, dan penelitian


untuk jangka waktu tertentu.
lo

(4) Tenaga Kerja Asing dapat dipekerjakan di


wn

Indonesia hanya dalam Hubungan Kerja untuk


jabatan tertentu dan waktu tertentu serta memiliki
/do

kompetensi sesuai dengan jabatan yang akan


diduduki.
/12

(5) Tenaga Kerja Asing dilarang menduduki jabatan


22

yang mengurusi personalia.


(6) Ketentuan mengenai jabatan tertentu dan waktu
20

tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


m/

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


.co

5 Pasal 43 dihapus.
i
las

6 Pasal 44 dihapus.
gu
ore

7 Ketentuan Pasal 45 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
f
.in

Pasal 45
(1)
ww

Pemberi Kerja Tenaga Kerja Asing wajib:


a- menunjuk Tenaga Kerja warga negara
Indonesia sebagai tenaga pendamping Tenaga
//w

Kerja Asing yang dipekerjakan untuk alih


teknologi dan alih keahlian dari Tenaga Kerja
ps:

Asing;
htt

b.melaksanal<an...

SK No 137156A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

un
-542-

ah
b. melaksanakan pendidikan dan Pelatihan Kerja

-t
bagi Tenaga Kerja warga negara Indonesia

r-2
sebagaimana dimaksud pada huruf a yang
sesuai dengan kualifikasi jabatan yang

mo
diduduki oleh Tenaga Kerja Asing; dan
c. memulangkan Tenaga Kerja Asing ke negara

o
asalnya setelah Hubungan Kerjanya berakhir.

u-n
(21 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dan huruf b tidak berlaku bagi Tenaga
rpp
Kerja Asing yang menduduki jabatan tertentu.
-pe

8. Pasal 46 dihapus.
ad
nlo

9 Ketentuan Pasal 47 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ow

Pasal 47
(1)
2/d

Pemberi Kerja wajib membayar kompensasi atas


setiap Tenaga Kerja Asing yang dipekerjakannya.
/1

(2) Kewajiban membayar kompensasi sebagaimana


22

dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi instansi


pemerintah, perwakilan negara asing, badan
/20

internasional, lembaga sosial, lembaga keagamaan,


dan jabatan tertentu di lembaga pendidikan.
om

(3) Ketentuan mengenai besaran dan penggunaan


kompensasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
si.c

diatur sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
ula
eg

10. Pasal 48 dihapus.


for

11. Ketentuan Pasal 49 diubah sehingga berbunyi sebagai


.in

berikut:
ww

Pasal 49
Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan Tenaga
//w

Kerja Asing diatur dalam Peraturan Pemerintah.


ps:

12.Ketentuan...
htt

SK No l37l57A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-543-

hu
-ta
12. Ketentuan Pasal 56 diubah sehingga berbunyi sebagai

2
berikut:

or-
Pasal 56

om
(1) Perjanjian Kerja dibuat untuk waktu tertentu atau
untuk waktu tidak tertentu.

-n
(2) Perjanjian kerja waktu tertentu sebagaimana

pu
dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas:
a- jangka waktu; atau
erp
b. selesainya suatu pekerjaan tertentu.
d-p

(3) Jangka waktu atau selesainya suatu pekerjaan


tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
loa

ditentukan berdasarkan Perjanjian Kerja.


l4l Ketentuan lebih lanjut mengenai perjanjian kerja
wn

waktu tertentu berdasarkan jangka waktu atau


selesainya suatu pekerjaan tertentu diatur dalam
/do

Peraturan Pemerintah.
/12

13. Ketentuan Pasal 57 diubah sehingga berbunyi sebagai


22

berikut:
20

Pasal 57
(1) Perjanjian kerja waktu tertentu dibuat secara
m/

tertulis serta harus menggunakan bahasa


co

Indonesia dan huruf latin.


(21 Dalam hal perjanjian kerja waktu tertentu dibuat
si.

dalam bahasa Indonesia dan bahasa asing, apabila


ula

kemudian terdapat perbedaan penafsiran antara


keduanya, yang berlaku perjanjian kerja waktu
eg

tertentu yang dibuat dalam bahasa Indonesia.


for

14. Ketentuan Pasal 58 diubah sehingga berbunyi sebagai


.in

berikut:
ww

Pasal 58. . .
//w
ps:
htt

SK No 137158A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-544-

hu
-ta
Pasal 58

2
(1) Perjanjian kerja waktu tertentu tidak dapat

or-
mensyaratkan adanya masa percobaan kerja.

om
(21 Dalam hal disyaratkan masa percobaan kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), masa

-n
percobaan kerja yang disyaratkan tersebut batal

pu
demi hukum dan masa kerja tetap dihitung.
erp
15. Ketentuan Pasal 59 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
d-p

Pasal 59
loa

(1) Perjanjian kerja waktu tertentu hanya dapat dibuat


untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan
wn

sifat atau kegiatan pekerjaannya akan selesai


dalam waktu tertentu, yaitu sebagai berikut:
/do

a. pekedaan yang sekali selesai atau yang


sementara sifatnya;
/12

b. pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya


22

dalam waktu yang tidak terlalu lama;


c. pekerjaan yang bersifat musiman;
20

d. pekerjaan yang berhubungan dengan produk


m/

baru, kegiatan baru, atau produk tambahan


yang masih dalam percobaan atau penjajakan;
co

atau
si.

e. pekerjaan yang jenis dan sifat atau


ula

kegiatannya bersifat tidak tetap.


(2) Perjanjian kerja waktu tertentu tidak dapat
eg

diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.


for

(3) Perjanjian kerja waktu tertentu yang tidak


memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada
.in

ayat (1) dan ayat (2) demi hukum menjadi


perjanjian kerja waktu tidak tertentu.
ww

(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis dan sifat


atau kegiatan pekerjaan, jangka waktu, dan batas
//w

waktu perpanjangan perjanjian kerja waktu


tertentu diatur dalam Peraturan Pemerintah.
ps:
htt

16. Ketentuan . . .

SK No 137159A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-545-

hu
16. Ketentuan Pasal 61 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

2
Pasal 61

or-
(1) Perjanjian Kerja berakhir apabila:

om
a- Pekerja/Buruh meninggal dunia;
b. berakhirnya jangka waktu Perjanjian Kerja;

u-n
c. selesainya suatu pekerjaan tertentu;
d. adanya putusan pengadilan dan/ atau
rpp
putusan lembaga penyelesaian Perselisihan
-pe
Hubungan Industrial yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap; atau
ad

e. adanya keadaan atau kejadian tertentu yang


dicantumkan dalam Perjanjian Kerja,
lo

Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja


wn

Bersama yang dapat menyebabkan


berakhirnya Hubungan Kerja.
/do

(21 Perjanjian Kerja tidak berakhir karena


meninggalnya Pengusaha atau beralihnya hak atas
/12

Perusahaan yang disebabkan penjualan,


pewarisan, atau hibah.
22

(3) Dalam hal terjadi pengalihan Perusahaan, hak-hak


20

Pekerja/Buruh menjadi tanggung jawab


Pengusaha baru, kecuali ditentukan lain dalam
m/

perjanjian pengalihan yang tidak mengurangi hak-


.co

hak Pekerja/Buruh.
(4) Dalam hal Pengusaha orang perseorangan
i
las

meninggal dunia, ahli waris Pengusaha dapat


mengakhiri Perjanjian Kerja setelah merundingkan
gu

dengan Pekerja/ Buruh.


ore

(5) Dalam hal Pekerja/Buruh meninggal dunia, ahli


waris Pekerja/Buruh berhak mendapatkan hak-
f

haknya sesuai dengan ketentuan peraturan


.in

perundang-undangan atau hak-hak yang telah


diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
ww

Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.


//w

L7. Di antara Pasal 61 dan Pasal 62 disisipkan 1 (satu)


ps:

pasal, yakni Pasal 61A sehingga berbunyi sebagai


berikut:
htt

Pasal 6lA. . .

SK No 137160A
l
tm
2.h
02
PRESlDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-546-

hu
Pasal 614

-ta
(l) Dalam hal perjanjian kerja waktu tertentu berakhir

2
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1)

or-
huruf b dan huruf c, Pengusaha wajib memberikan
uang kompensasi kepada Pekerja/ Buruh.

om
(21 Uang kompensasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (f) diberikan kepada Pekerja/Buruh sesuai

u-n
dengan masa kerja Pekerja/Buruh di Perusahaan
yang bersangkutan.
(3) rpp
Ketentuan lebih lanjut mengenai uang kompensasi
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
-pe

18. Ketentuan Pasal 64 diubah sehingga berbunyi sebagai


ad

berikut:
lo

Pasal 64
wn

(1) Perusahaan dapat menyerahkan sebagian


pelaksanaan pekerjaan kepada Perusahaan
/do

lainnya melalui perjanjian alih daya yang dibuat


secara tertulis.
/12

(21 Pemerintah menetapkan s6lagian pelaksanaan


pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
22

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan


20

sebagian pelaksanaan pekerjaan sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) diatur dalam Peraturan
m/

Pemerintah.
.co

19. Pasal 65 dihapus.


i
las

20. Ketentuan Pasal 66 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
gu

Pasal 66
ore

(l) Hubungan Kerja antara Perusahaan alih daya


dengan Pekerja/Buruh yang dipekerjakannya
f

didasarkan pada Perjanjian Kerja yang dibuat


.in

secara tertulis, baik perjanjian kerja waktu tertentu


ww

maupun perjanjian kerja waktu tidak tertentu.


(21 Pelindungan Pekerja/Buruh, Upah dan
//w

kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta


perselisihan yang timbul dilaksanakan sekurang-
ps:

kurangnya sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan dan menjadi tanggung jawab
htt

Perusahaan alih daya.


(3) Dafam . . .

SK No 13716l A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-547-

u
ah
2-t
(3) Dalam hal Perusahaan alih daya mempekerjakan
Pekerja/ Buruh berdasarkan perjanjian kerja waktu

r-
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (l),

mo
perjanjian kerja waktu tertentu tersebut harus
mensyaratkan pengalihan pelindungan hak-hak

-no
lagi Pekerja/Buruh apabila terjadi pergantian
Perusahaan alih daya dan sepanjang objek

pu
pekerjaannya tetap ada.
(4) erp
Perusahaan alih daya sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berbentuk badan hukum dan wajib
d-p

memenuhi Perizinan Berusaha yang diterbitkan


oleh Pemerintah Pusat.
loa

(5) Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada


ayat (41 harus memenuhi norma, standar,
wn

prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh


Pemerintah Pusat.
/do

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelindungan


Pekerja/Buruh sebagaimana dimaksud pada ayat
/12

(2) dan Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud


pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
22
20

21. Judul Paragraf 1 pada BAB X diubah sehingga berbunyi


m/

sebagai berikut:
Paragraf 1
co

Penyandang Disabilitas
si.

22. Ketentuan Pasal 67 diubah sehingga berbunyi sebagai


ula

berikut:
Pasal 67
eg

(1) Pengusaha yang mempekerjalan Tenaga Kerja


for

penyandang disabilitas wajib memberikan


perlindungan sesuai dengan jenis dan derajat
.in

kedisabilitasan.
ww

(21 Pemberian perlindungan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
//w

ketentuan peraturan perundang-undangan.


ps:

23. Ketentuan . . .
htt

SK No 137162A
tml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-548-

hu
23. Ketentuan Pasal 77 diubah sehingga berbunyi sebagai

a
2-t
berikut:
Pasal77

or-
(1) Setiap Pengusaha wajib melaksanakan ketentuan

m
waktu kerja.
(2)

-no
Waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:

pu
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat
puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam)
erp
hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat
d-p

puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari


kerja dalam 1 (satu) minggu.
loa

(3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud


wn

pada ayat (2) tidak berlaku bagi sektor usaha atau


pekerjaan tertentu.
/do

(4) Pelaksanaan jam kerja bagi Pekerja/Buruh di


Perusahaan diatur dalam Perjanjian Kerja,
/12

Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja


Bersama.
22

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu kerja pada


20

sektor usaha atau pekerjaan tertentu sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) diatur dalam Peraturan
m/

Pemerintah.
co

24. Ketentuan
si.

Pasal 78 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ula

Pasal 78
eg

(1) Pengusaha yang mempekerjakan Pekerja/ Buruh


melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud
for

dalam Pasal 77 ayat (2) harus memenuhi syarat:


.in

a- ada persetujuan Pekerja/Buruh ya.rg


bersangkutan; dan
ww

b. waktu kerja lembur hanya dapat dilakukan


paling lama 4 (empat) jam dalam 1 (satu) hari
//w

dan 18 (delapan belas) jam dalam 1 (satu)


minggu.
ps:
htt

(2) Pengusaha . . .

SK No 137163 A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-549-

u
ah
2-t
(2) Pengusaha yang mempekerjakan Pekerja/Buruh
melebihi waktu kerja sebagaimana dimaksud pada

r-
ayat (1) wajib membayar Upah kerja lembur.

mo
(3) Ketentuan waktu kerja lembur sebagaimana
dimaksud pada ayat (l) hurufb tidak berlaku bagi

-no
sektor usaha atau pekerjaan tertentu.
(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu kerja

pu
lembur dan Upah kerja lembur diatur dalam
erp
Peraturan Pemerintah.
d-p

25. Ketentuan Pasal 79 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
loa

Pasal 79
wn

(1) Pengusaha wajib memberi:


a- waktu istirahat; dan
/do

b. cuti.
/12

(21 Waktu istirahat sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) huruf a wajib diberikan kepada Pekerja/Buruh
22

paling sedikit meliputi:


a- istirahat antara jam kerja, paling sedikit
20

setengah jam setelah bekerja selama 4 (empat)


m/

jam terus-menerus, dan waktu istirahat


tersebut tidak termasuk jam kerja; dan
co

b. istirahat mingguan I (satu) hari untuk 6


si.

(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.


ula

(3) Cuti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b


yang wajib diberikan kepada Pekerja/Buruh, yaitu
eg

cuti tahunan, paling sedikit 12 (dua belas) hari


kerja setelah Pekerja/Buruh yang bersangkutan
for

bekerja selama 12 (dua belas) bulan secara terus


.in

menerus.
(4) Pelaksanaan cuti tahunan sebagaimana dimaksud
ww

pada ayat (3) diatur dalam Perjanjian Kerja,


Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja
//w

Bersama.
ps:

(5) Selain . . .
htt

SK No 137164A
l
tm
2.h
02
FRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-550-

hu
(5) Selain waktu istirahat dan cuti sebagaimana

-ta
dimaksud pada ayat (1), ayat (2l., dan ayat (3),

2
Perusahaan tertentu dapat memberikan istirahat

or-
panjang yang diatur dalam Perjanjian Keda,
Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja

om
Bersama.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Perusahaan

u-n
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

26. Ketentuan rpp


Pasal 84 diubah sehingga berbunyi sebagai
-pe
berikut:
Pasal 84
ad

Setiap Pekerja/ Buruh yang menggunakan hak waktu


lo

istirahat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayal (2)


wn

huruf b, ayat (3), ayat (5), Pasal 80, dan Pasal 82 berhak
mendapat Upah penuh.
/do

27. Ketentuan Pasal 88 diubah sehingga berbunyi sebagai


/12

berikut:
Pasal 88
22

(1) Setiap Pekerja/Buruh berhak atas penghidupan


yang layak bagi kemanusiaan.
20

(21 Pemerintah Pusat menetapkan kebijakan


m/

pengupahan sebagai salah satu upaya


mewujudkan hak Pekerja/Buruh atas
.co

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.


(3) Kebijakan pengupahan sebagaimana dimaksud
i
las

pada ayat (2) meliputi:


a- Upah minimum;
gu

h struktur dan skala Upah;


ore

c Upah kerja lembur;


d Upah tidak masuk kerja dan/atau tidak
f
.in

melakukan pekerjaan karena alasan tertentu;


e bentuk dan cara pembayaran Upah;
ww

f hal-hal yang dapat diperhitungkan dengan


Upah; dan
//w

g Upah sebagai dasar perhitungan atau


pembayaran hak dan kewajiban lainnya.
ps:

(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai kebijakan


htt

pengupahan diatur dalam Peraturan Pemerintah.


28. Di antara . . .

SK No 137165A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-551 -

hu
-ta
r-2
28. Di antara Pasal 88 dan Pasal 89 disisipkan 6 (enam)
pasal, yakni Pasal 88A, Pasal 88B, Pasal 88C, Pasal 88D,

mo
Pasal 88E, dan Pasal 88F sehingga berbunyi sebagai

-no
berikut:
Pasal 88A

pu
(1) Hak Pekerja/Buruh atas Upah timbul pada saat
terjadi Hubungan Kerja antara Pekerja/Buruh
erp
dengan Pengusaha dan berakhir pada saat
putusnya Hubungan Kerja.
d-p

(2) Setiap Pekerja/Buruh berhak memperoleh Upah


yang sama untuk pekerjaan yang sama nilainya.
loa

(3) Pengusaha wajib membayar Upah kepada


wn

Pekerja/ Buruh sesuai dengan kesepakatan.


(4) Pengaturan pengupahan yang ditetapkan atas
/do

kesepakatan antara Pengusaha dan Pekerja/ Buruh


atau Serikat Pekerja/ Serikat Buruh tidak boleh
/12

lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang


ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
22

(5) Dalam hal kesepakatan sebagaimana dimaksud


/20

pada ayat (4) lebih rendah atau bertentangan


dengan peraturan perundang-undangan,
om

kesepakatan tersebut batal demi hukum dan


pengaturan pengupahan dilaksanakan sesuai
i.c

dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.
las

(6) Pengusaha yang karena kesengajaan atau


gu

kelalaiannya mengakibatkan keterlambatan


pembayaran Upah, dikenakan denda sesuai
ore

dengan persentase tertentu dari Upah


Pekerja/Buruh.
f
.in
ww

(7) Pekerja
//w
ps:
htt

SK No 137172A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
REPUALIK INDONESIA

n-2
-s52-

u
ah
2-t
(71 Pekerja/Buruh yang melakukan pelanggaran
karena kesengajaan atau kelalaiannya dapat

r-
dikenakan denda.

mo
(8) Pemerintah mengatur pengenaan denda kepada
Pengusaha dan/atau Pekerja/Buruh dalam

-no
pembayaran Upah.

pu
Pasal 88E} erp
(1) Upah ditetapkan berdasarkan:
d-p

a satuan waktu; dan/atau


b satuan hasil.
loa

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai Upah


berdasarkan satuan waktu dan/ atau satuan hasil
wn

s6lagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
/do
/12

Pasal 88C
(1) Gubernur wajib menetapkan Upah minimum
22

provinsi.
20

(21 Gubernur dapat menetapkan Upah minimum


kabupaten/kota.
m/

(3) Penetapan Upah minimum kabupaten/kota


co

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan


dalam hal hasil penghitungan Upah minimum
si.

kabupaten/kota lebih tinggi dari Upah minimum


ula

provinsi.
(4) Upah minimum sebagaimana dimaksud pada ayat
eg

(1) dan ayat (2) ditetapkan berdasarkan kondisi


for

ekonomi dan Ketenagakerjaan.


(5) Kondisi ekonomi dan Ketenagakerjaan
.in

sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


ww

menggunakan data yang bersumber dari lembaga


yang berwenang di bidang statistik.
(6)
//w

Dalam hal kabupaten / kota belum memiliki Upah


minimum dan akan menetapkan Upah minimum,
ps:

penetapan Upah minimum harus memenuhi syarat


tertentu.
htt

(7) Ketentuan. . .

SK No 137173 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUELIK INDONESIA

un
-553-

ah
(71 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara.

2-t
penetapan Upah minimum sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dan syarat tertentu sebagaimana

or-
dimaksud pada ayat (6) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

om
Pasal 88D

u-n
(1) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 88C ayat (1) dan ayat (2) dihitung dengan
rpp
menggunakan formula penghitungan Upah
minimum.
-pe
(21 Formula penghitungan Upah minimum
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ad

mempertimbangkan variabel pertumbuhan


nlo

ekonomi, inflasi, dan indeks tertentu.


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai formula
ow

penghitungan Upah minimum diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
/d
/12

Pasal 88E
(1) Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam
22

Pasal 88C ayat (l) dan ayat (2) berlaku bagi


20

Pekerja/Buruh dengan masa kerja kurang dari I


(satu) tahun pada Perusahaan yang bersangkutan.
/
om

(21 Pengusaha dilarang membayar Upah lebih rendah


dari Upah minimum.
i.c

Pasal 88F
s
ula

Dalam keadaan tertentu Pemerintah dapat menetapkan


formula penghitungan Upah minimum yang berbeda
g

dengan formula penghitungan Upah minimum


ore

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88D ayat (2).


inf

29. Pasal 89 dihapus.


ww.

3O. Pasal 90dihapus.


/w
s:/

31. Di antara Pasal 9O dan Pasal 9l disisipkan 2 (dua) pasal,


yakni Pasal 90A dan Pasal 9OB sehingga berbunyi
p
htt

sebagai berikut:
Pasal 90A. . .

SK No 137174A
l
tm
2.h
02
FRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-554-

hu
Pasal 90A

-ta
Upah di atas Upah minimum ditetapkan berdasarkan

r-2
kesepakatan antara Pengusaha dan Pekerja/Buruh di
Perusahaan.

mo
-no
Pasal 90B
(1) Ketentuan Upah minimum sebagaimana dimaksud

pu
dalam Pasal 88C ayat (1) dan ayat (21 dikecualikan
lagi usaha mikro dan kecil.
erp
(21 Upah pada usaha mikro dan kecil ditetapkan
d-p
berdasarkan kesepakatan antara Pengusaha dan
Pekerja/ Buruh di Perusahaan.
(3)
loa

Kesepakatan Upah sebagaimana dimaksud pada


ayat (21 sekurang-kurangnya sebesar persentase
wn

tertentu dari rata-rata konsumsi masyarakat


berdasarkan data yang bersumber dari lembaga
/do

yang berwenang di bidang statistik.


(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Upah bagi usaha
/12

mikro dan kecil diatur dalam Peraturan


Pemerintah.
22
/20

32. Pasal 91 dihapus.


om

33. Ketentuan Pasal 92 diubah sehingga berbunyi sebagai


si.c

berikut:
Pasal 92
ula

(l) struktur dan skala


Pengusaha wajib menyusun
Upah di Perusahaan dengan memperhatikan
eg

kemampuan Perusahaan dan produktivitas.


for

(21 Struktur dan skala Upah digunakan sebagai


pedoman Pengusaha dalam menetapkan Upah bagi
.in

Pekerja/Buruh yang memiliki masa kerja 1 (satu)


tahun atau lebih.
ww

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai struktur dan


skala Upah diatur dalam Peraturan Pemerintah.
//w
ps:

34. Di antara . . .
htt

SK No 137175 A
ml
.ht
22
FRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-555-

h
-ta
34. Di antara Pasal 92 dan Pasa1 93 disisipkan 1 (satu)

r-2
pasal, yakni Pasal 92A sehingga berbunyi sebagai
berikut:

mo
Pasal 92A

-no
Pengusaha melakukan peninjauan Upah secara berkala
dengan memperhatikan kemampuan Perusahaan dan

pu
produktivitas.
erp
35. Ketentuan Pasal 94 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p

berikut:
Pasal 94
loa

Dalam hal komponen Upah terdiri atas Upah pokok dan


tunjangan tetap, besarnya Upah pokok paling sedikit
wn

75% (tujuh puluh lima persen) dari jumlah Upah pokok


dan tunjangan tetap.
/do
/12

36. Ketentuan Pasal 95 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
22

Pasal 95
20

(1) Dalam hal Perusahaan dinyatakan pailit atau


dilikuidasi berdasarkan ketentuan peraturan
m/

perundang-undangan, Upah dan hak lainnya yang


belum diterima oleh Pekerja/ Buruh merupakan
o
i.c

utang yang didahulukan pembayarannya.


(21 Upah Pekerja/Buruh sebagaimana dimaksud pada
las

ayat (1) didahulukan pembayarannya sebelum


gu

pembayaran kepada semua kreditur.


(3) Hak lainnya dari Pekerja/ Buruh
e

sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
for

didahulukan
pembayarannya atas semua kreditur kecuali para
.in

kreditur pemegang hak jaminan kebendaan.


ww

37. Pasal 96 .
//w
ps:
htt

SK No 097211 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONES
-556-

hu
37. Pasal 96dihapus.

a
2-t
38. Pasal 97 dihapus.

or-
m
39. Ketentuan Pasal 98 diubah sehingga berbunyi sebagai

-no
berikut:
Pasal 98

pu
(1) Untuk memberikan saran dan
erp pertimbangan
kepada Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
dalam perumusan kebijakan pengupahan serta
d-p

pengembangan sistem pengupahan dibentuk


dewan pengupahan.
loa

(21 Dewan pengupahan terdiri atas unsur pemerintah,


organisasi Pengusaha, Serikat Pekerja/Serikat
wn

Buruh, pakar, dan akademisi.


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai te;ta cara
/do

pembentukan, komposisi keanggotaan, tata cara


pengangkatan dan pemberhentian keanggotaan,
/12

serta tugas dan tata kerja dewan pengupahan


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
22
20

40. Ketentuan Pasal 151 diubah sehingga berbunyi sebagai


m/

berikut:
Pasal 151
co

(1) Pengusaha, Pekerja/Buruh, Serikat


si.

Pekerja/ Serikat Buruh, dan Pemerintah harus


mengupayakan agar tidak terjadi Pemutusan
ula

Hubungan Kerja.
eg

(21 Dalam hal Pemutusan Hubungan Kerja tidak dapat


dihindari, maksud dan alasan Pemutusan
for

Hubungan Kerja diberitahukan oleh Pengusaha


kepada Pekerja/Buruh dan/atau Serikat
.in

Pekerja/ Serikat Buruh.


ww
//w

(3) Dalam . . .
ps:
htt

SK No l37l77A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
PUELIK INDONES]A

un
-557-

ah
(3) Dalam hal Pekerja/Buruh telah diberitahu dan
menolak Pemutusan Hubungan Kerja,

2-t
penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja wajib

or-
dilakukan melalui perundingan bipartit antara
Pengusaha dengan Pekerja/Buruh dan/atau

om
Serikat Pekerja/ Serikat Buruh.
(41 Dalam hal perundingan bipartit sebagaimana

u-n
dimaksud pada ayat (3) tidak mendapatkan
kesepakatan, Pemutusan Hubungan Kerja
rpp
dilakukan melalui tahap berikutnya sesuai dengan
mekanisme penyelesaian Perselisihan Hubungan
-pe
Industrial.
ad

41. Di antara Pasal 151 dan Pasal 152 disisipkan 1 (satu)


lo

pasal, yakni Pasal 151A sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
Pasal 151A
/do

Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


151 ayat (2) tidak perlu dilakukan oleh Pengusaha
/12

dalam hal:
22

a. Pekerja/Buruh mengundurkan diri atas kemauan


sendiri;
20

b. Pekerja/Buruh dan Pengusaha berakhir Hubungan


m/

Kerjanya sesuai dengan perjanjian kerja waktu


tertentu;
.co

c. Pekerja/Buruh mencapai usia pensiun sesuai


i

dengan Perjanjian Kerja, Peraturan Perusahaan,


las

atau Perjanjian Kerja Bersama; atau


d.
gu

Pekerja/Buruh meninggal dunia.


ore

42. Pasal 152 dihapus.


f
.in

43. Ketentuan Pasal 153 diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

berikut:
Pasal 153
//w

(1) Pengusaha dilarang melakukan Pemutusan


Hubungan Kerja kepada Pekerja/Buruh dengan
ps:

alasan:
htt

a. berhalangan . . .

SK No 137178 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-558-

hu
a
2-t
a- berhalangan masuk kerja karena sakit
menurut keterangan dokter selama waktu

or-
tidak melampaui 12 (dua belas) bulan secara
terus-menerus;

m
b. berhalangan menjalankan pekerjaannya

-no
karena memenuhi kewajiban terhadap negara
sesuai dengan ketentuan peraturan

pu
perundang-undangan;
c.
erp
menjalankan ibadah yang diperintahkan
agamanya;
d-p

d. menikah;
e. hamil, melahirkan, gugur kandungan, atau
loa

menyusui bayinya;
wn

f. mempunyai pertalian darah dan/ atau ikatan


perkawinan dengan Pekerja/ Bunrh lainnya di
/do

dalam satu Perusahaan;


g. mendirikan, menjadi anggota dan/ atau
/12

pengurus Serikat Pekerja/Serikat Buruh,


Pekerja/ Buruh melakukan kegiatan Serikat
22

Pekerja/Serikat Buruh di luar jam kerja, atau


di dalam jam kerja atas kesepakatan
20

Pengusaha, atau berdasarkan ketentuan yang


m/

diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan


Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama;
co

h. mengadukan Pengusaha kepada pihak yang


si.

berwajib mengenai perbuatan Pengusaha yang


ula

melakukan tindak pidana kejahatan;


i. berbeda paham, agama, aliran politik, suku,
eg

warna kulit, golongan, jenis kelamin, kondisi


fisik, atau status perkawinan; dan
for

j. dalam keadaan cacat tetap, sakit akibat


.in

kecelakaan kerja, atau sakit karena


Hubungan Kerja yang menumt surat
ww

keterangan dokter yang jangka waktu


penyembuhannya belum dapat dipastikan.
//w
ps:

(2) Pemutusan . . .
htt

SK No 137179A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-559-

ah
(21 Pemutusan Hubungan Kerja yang dilakukan

2-t
dengan alasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) batal demi hukum dan Pengusaha wajib

or-
mempekerjakan kembali Pekerja/Buruh yang
bersangkutan.

om
44.

u-n
Pasal 154 dihapus.

45. rpp
Di antara Pasal 154 dan Pasal 155 disisipkan 1 (satu)
pasal, yakni Pasal 154A sehingga berbunyi sebagai
-pe
berikut:
Pasal 1544'
ad

(1) Pemutusan Hubungan Kerja dapat terjadi karena


lo

alasan:
wn

a- Perusahaan melakukan penggabungan,


peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan
/do

Perusahaan dan Pekerja/Bumh tidak


bersedia melanjutkan Hubungan Kerja atau
/12

Pengusaha tidak bersedia menerima


Pekerja/Buruh;
22

b. Perusahaan melakukan efisiensi diikuti


20

dengan Penutupan Perusahaan atau tidak


diikuti dengan Penutupan Perusahaan yang
m/

disebabkan Perusahaan mengalami kerugian;


.co

c. Perusahaan tutup yang disebabkan karena


Perusahaan mengalami kerugian secara terus
i
las

menerus selama 2 (dua) tahun;


d. Perusahaan tutup yang disebabkan keadaan
gu

memaksa $orce majeur);


ore

e. Perusahaan dalam keadaan penundaan


kewajiban pembayaran utang;
f

f. Perusahaan pailit;
.in

g. adanya permohonan Pemutusan Hubungan


ww

Kerja yang diajukan oleh Pekerja/Buruh


dengan alasan Pengusaha melakukan
//w

perbuatan sebagai berikut:


1. menganiaya, menghina secara kasar atau
ps:

menganeam Pekerja/ Buruh;


htt

2. membujuk . . .

SK No l37l80A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPI.JBLIK INDONESIA

un
-560-

ah
2-t
2. membujuk dan/atau menyuruh
Pekerja/Buruh untuk melakukan

or-
perbuatan yang bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan ;

om
3. tidak membayar Upah tepat pada waktu
yang telah ditentukan selama 3 (tiga)

u-n
bulan berturut-turut atau lebih,
meskipun Pengusaha membayar Upah
rpp
secara tepat waktu sesudah itu;
4.
-pe
tidak melakukan kewajiban yang telah
dijanjikan kepada Pekerja/ Buruh;
ad

5. memerintahkan Pekerja/Buruh untuk


melaksanakan pekerjaan di luar yang
lo

diperjanjikan; atau
wn

6. memberikan pekerjaan yang


membahayakan jiwa, keselamatan,
/do

kesehatan, dan kesusilaan


Pekerja/Buruh sedangkan pekerjaan
/12

tersebut tidak dicantumkan pada


22

Perjanjian Kerja;
h. adanya putusan lembaga penyelesaian
20

Perselisihan Hubungan Industrial yang


menyatakan Pengusaha tidak melakukan
m/

perbuatan sebagaimana dimaksud pada huruf


.co

g terhadap permohonan yang diajukan oleh


Pekerja/ Buruh dan Pengusaha memutuskan
i

untuk melakukan Pemutusan Hubungan


las

Kerja;
gu

i. Pekerja/Bunrh mengundurkan diri atas


ore

kemauan sendiri dan harus memenuhi syarat:


1. mengajukan permohonan pengunduran
f

diri secara tertulis selambat-lambatnya


.in

30 (tiga puluh) hari sebelum tanggal


ww

mulai pengunduran diri;


2. tidak terikat dalam ikatan dinas; dan
//w

3. tetap melaksanakan kewajibannya


sampai tanggal mulai pengunduran diri;
ps:
htt

j. Pekerja . . .

SK No l37l8l A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLTK INDONESIA

un
-561 -

ah
j. Pekerja/ Buruh mangkir selama 5 (lima) hari
kerja atau lebih berturut-turut

2-t
tanpa
keterangan secara tertulis yang dilengkapi

or-
dengan bukti yang sah dan telah dipanggil
oleh Pengusaha 2 (dua) kali secara patut dan

om
tertulis;
k Pekerja/Buruh melakukan pelanggaran

u-n
ketentuan yang diatur dalam Perjanjian Kerja,
Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja
rpp
Bersama dan sebelumnya telah diberikan
surat peringatan pertama, kedua, dan ketiga
-pe
secara berturut-turut masing-masing berlaku
untuk paling lama 6 (enam) bulan kecuali
ad

ditetapkan lain da-lam Perjanjian Kerja,


lo

Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja


Bersama;
wn

L Pekerja/Buruh tidak dapat melakukan


pekerjaan selama 6 (enam) bulan akibat
/do

ditahan pihak yang berwajib karena diduga


/12

melakukan tindak pidana;


m. Pekerja/Buruh mengalami sakit
22

berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan


kerja dan tidak dapat melakukan
20

pekerjaannya setelah melampaui batas 12


m/

(dua belas) bulan;


n. Pekerja/ Buruh memasuki usia pensiun; atau
.co

o. Pekerja/Buruh meninggal dunia.


i

(21 Selain alasan Pemutusan Hubungan Kerja


las

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat


gu

ditetapkan alasan Pemutusan Hubungan Kerja


lainnya dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
ore

Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 ayat (1).
f
.in

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara


Pemutusan Hubungan Kerja diatur dalam
ww

Peraturan Pemerintah.
//w

46. Pasal 155 dihapus.


ps:

47. Ketentuan Pasal 156 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
htt

Pasal 156. . .

SK No l37l82A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-562-

un
ah
Pasal 156

2-t
(1) Dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja,
Pengusaha wajib membayar uang pesangon

or-
dan/ atau uang penghargaan masa kerja dan uang
penggantian hak yang seharusnya diterima.

om
(21 Uang pesangon sebagaimana dimaksud pada ayat

u-n
(1) diberikan dengan ketentuan sebagai berikut:
a- masa kerja kurang dari 1 (satu) tahun, 1 (satu)
bulan Upah;
rpp
b. masa kerja 1 (satu) tahun atau lebih tetapi
-pe
kurang dari 2 (dua) tahun, 2 (dua) bulan
Upah;
ad

c. masa kerja 2 (dua) tahun atau lebih tetapi


lo

kurang dari 3 (tiga) tahun, 3 (tiga) bulan Upah;


d. masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi
wn

kurang dari 4 (empat) tahun, 4 (empat) bulan


/do

Upah;
e. masa kerja 4 (empat) tahun atau lebih tetapi
/12

kurang dari 5 (lima) tahun, 5 (lima) bulan


Upah;
22

f. masa kerja 5 (lima) tahun atau lebih, tetapi


20

kurang dari 6 (enam) tahun, 6 (enam) bulan


Upah;
m/

g. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi


.co

kurang dari 7 (tujuh) tahun, 7 (tqiuh) bulan


Upah;
i

h. masa kerja 7 (tujuh) tahun atau lebih tetapi


las

kurang dari 8 (delapan) tahun, 8 (delapan)


gu

bulan Upah;
i masa kerja 8 (delapan) tahun atau lebih, 9
ore

(sembilan) bulan Upah.


f

(3) Uang penghargaan masa kerja sebagaimana


.in

dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan


ww

ketentuan sebagai berikut:


a- masa kerja 3 (tiga) tahun atau lebih tetapi
//w

kurang dari 6 (enam) tahun, 2 (dua) bulan


Upah;
ps:

b. masa kerja 6 (enam) tahun atau lebih tetapi


kurang dari 9 (sembilan) tahun, 3 (tiga) bulan
htt

Upah;

c. masa . . .

SK No 137183 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-563-

hu
c. masa kerja 9 (sembilan) tahun atau lebih

-ta
tetapi kurang dari 12 (dua belas) tahun, 4

r-2
(empat) bulan Upah;
d. masa kerja 12 (dua belas) tahun atau lebih

mo
tetapi kurang dari 15 (lima belas) tahun, 5
(lima) bulan Upah;

-no
e. masa kerja 15 (lima belas) tahun atau lebih
tetapi kurang dari 18 (delapan belas) tahun,6

pu
(enam) bulan Upah;
erp
f. masa kerja 18 (delapan belas) tahun atau lebih
tetapi kurang dari 21 (dua puluh satu) tahun,
d-p

7 (tujuh) bulan Upah;


g. masa kerja 21 (dua puluh satu) tahun atau
loa

lebih tetapi kurang dari 24 (dua puluh empat)


tahun, 8 (delapan) bulan Upah;
wn

tr masa kerja 24 (dua puluh empat) tahun atau


/do

lebih, 10 (sepuluh) bulan Upah.


(41 Uang penggantian hak yang seharusnya diterima
/12

s6lagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:


a- cuti tahunan yang belum diambil dan belum
22

gugur;
b. biaya atau ongkos pulang untuk
/20

Pekerja/Buruh dan keluarganya ke tempat


om

Pekerja/ Buruh diterima bekerja;


c. hal-hal lain yang ditetapkan dalam Perjanjian
si.c

Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian


Kerja Bersama.
ula

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian uang


pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang
eg

penggantian hak sebagaimana dimaksud pada ayat


for

(21, ayat (3), dan ayat l4l diatur dalam Peraturan


Pemerintah.
.in
ww

48. Ketentuan Pasal 157 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
//w

Pasal 157. . .
ps:
htt

SK No l37l84A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

-2
un
-564-

ah
Pasal 157

2-t
(1) Komponen Upah yang digunakan sebagai dasar
perhitungan uang pesangon dan uang

or-
penghargaan masa kerja terdiri atas:
a- Upah pokok; dan

om
b. tunjangan tetap yang diberikan kepada

u-n
Pekerja/ Buruh dan keluarganya.
(21 Dalam hal penghasilan Pekerja/Buruh dibayarkan
p
atas dasar perhitungan harian, Upah sebulan sama
erp
dengan 30 (tiga puluh) dikalikan Upah sehari.
(3) Dalam hal Upah Pekerja/Buruh dibayarkan atas
d-p

dasar perhitungan satuan hasil, Upah sebulan


sama dengan penghasilan rata-rata dalam 12 (dua
loa

belas) bulan terakhir.


wn

(4) Dalam hal Upah sebulan sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) lebih rendah dari Upah minimum,
/do

Upah yang menjadi dasar perhitungan pesangon


adalah Upah minimum yang berlaku di wilayah
/12

domisili Perusahaan.
22
/20

49. Di antara Pasal 157 dan Pasal 158 disisipkan 1 (satu)


pasal, yakni Pasal 157A sehingga berbunyi sebagai
om

berikut:
Pasal 157A
si.c

(1) Selama penyelesaian Perselisihan Hubungan


ula

Industrial, Pengusaha dan Pekerja/Buruh harus


tetap melaksanakan kewaj ibannya.
eg

l2l Pengusaha dapat melakukan tindakan skorsing


kepada Pekerja/Buruh yang sedang dalam piroses
for

Pemutusan Hubungan Kerja dengan tetap


.in

membayar Upah beserta hak lainnya yang biasa


diterima Peke{a/ Buruh.
ww

(3) Pelaksanaan kewajiban sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) dilakukan sampai dengan selesainya
//w

proses penyelesaian Perselisihan Hubungan


Industrial sesuai tingkatannya.
ps:
htt

50. Pasal 158. . .

SK No0972l2A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-565-

hun
-ta
50. Pasal 158 dihapus.

r-2
51.

mo
Pasal 159 dihapus.

-no
52. Ketentuan Pasal 16O diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

pu
Pasal 160
erp
(1) Dalam hal Pekerja/Buruh ditahan pihak yang
berwajib karena diduga melakukan tindak pidana,
d-p

Pengusaha tidak wajib membayar Upah, tetapi


wajib memberikan bantuan kepada keluarga
loa

Pekerja/Buruh yang menjadi tanggungannya


dengan ketentuan sebagai berikut:
wn

a- untuk 1 (satu) orang tanggungan, 25o/o (dua


puluh lima persen) dari Upah;
/do

b. untuk 2 (dua) orang tanggungan, 35% (tiga


/12

puluh lima persen) dari Upah;


c. untuk 3 (tiga) orang tanggungan, 45o/o (empat
22

puluh lima persen) dari Upah;


d. untuk 4 (empat) orang tanggungan atau lebih,
/20

50% (lima puluh persen) dari Upah.


om

(21 Bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diberikan untuk paling lama 6 (enam) bulan
si.c

terhitung sejak hari pertama Pekerja/Buruh


ditahan oleh pihak yang berwajib.
ula

(3) Pengusaha dapat melakukan Pemutusan


Hubungan Kerja terhadap Pekerja/ Buruh yang
eg

setelah 6 (enam) bulan tidak dapat melakukan


pekerjaan sebagaimana mestinya karena dalam
for

proses perkara pidana sebagaimana dimaksud


.in

pada ayat (1).


(41 Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana
ww

sebelum masa 6 (enam) bulan sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) berakhir dan
//w

Pekerja/Buruh dinyatakan tidak bersalah,


Pengusaha wajib mempekerjakan Pekerja/ Buruh
ps:

kembali.
htt

(5) Dalam . . .

SK No 137186A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-566-

hu
(5) Dalam hal pengadilan memutuskan perkara pidana

-ta
sebelum masa 6 (enam) bulan berakhir dan

r-2
Pekerja/Buruh dinyatakan bersalah, Pengusaha
dapat melakukan Pemutusan Hubungan Kerja

mo
kepada Pekerja/ Buruh yang bersangkutan.

-no
53. Pasa1 161 dihapus.
54. Pasal 162 dihapus.

pu
55. Pasal 163 dihapus. erp
56. Pasal 164dihapus.
d-p

57. Pasal l65dihapus.


loa

58. Pasal 166dihapus.


wn

59. Pasa1 167dihapus.


/do

60. Pasal 168 dihapus.


/12

61. Pasal 169 dihapus.


62. Pasal 170 dihapus.
22

63. Pasal l7l dihapus.


/20

64. Pasal 172 dihapus.


om

65. Pasal 184 dihapus.


i.c

66. Ketentuan Pasal 185 diubah sehingga berbunyi sebagai


las

berikut:
gu

Pasal 185
(1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana
e
for

dimaksud dalam Pasal 42 ayat (2), Pasal 68, Pasal


69 ayat (2), Pasal 8O, Pasal 82, Pasa-l 88A ayat (3),
.in

Pasal 88E ayat (21, Pasal 143, Pasal 156 ayat (1),
atau Pasal 160 ayat (4) dikenai sanksi pidana
ww

penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling


lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda
/w

paling sedikit Rp100.000.OO0,O0 (seratus juta


rupiah) dan paling banyak Rp4OO.000.000,O0
/
ps:

(empat ratus juta rupiah).


htt

(2) Tindak. . .

SK No 097280 A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REP1JELIK INDONESIA
-567-

u
ah
(21 Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat

2-t
(1) merupakan tindak pidana kejahatan.

r-
67. Ketentuan Pasal 186 diubah sehingga berbunyi sebagai

mo
berikut:

-no
Pasal 186
(l) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana

pu
dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2) atau ayat (3),
atau Pasal 93 ayat (2), dikenai sanksi pidana
erp
penjara paling singkat 1 (satu) bulan dan paling
lama 4 (empat) tahun dan/ atau pidana denda
d-p

paling sedikit Rp10.000.000,00 (sepuluh juta


rupiah) dan paling banyak Rp400.000.000,00
loa

(empat ratus juta rupiah).


(21 Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat
wn

(1) merupakan tindak pidana pelanggaran.


/do

68. Ketentuan Pasal 187 diubah sehingga berbunyi sebagai


/12

berikut:
Pasal 187
22

(1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana


20

dimaksud dalam Pasal 45 ayal (1), Pasal 67 ayat


(1), Pasal 7L ayat (2), Pasal 76, Pasal 7a ayat (21,
m/

Pasal 79 ayat (l), ayat (21, atau ayat (3), Pasal 85


co

ayat (3), atau Pasal 144 dikenai sanksi pidana


kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan paling
si.

lama 12 (dua belas) bulan dan/ atau pidana denda


ula

paling sedikit Rp10.O00.00O,00 (sepuluh juta


rupiah) dan paling banyak Rp100.000.000,00
eg

(seratus juta rupiah).


for

(21 Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) merupakan tindak pidana pelanggaran.
.in
ww

69. Ketentuan Pasal 188 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
//w
ps:

Pasal 188. . .
htt

SK No l37l88A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

un
-568-

ah
2-t
Pasal 188

or-
(1) Barang siapa melanggar ketentuan sebagaimana

om
dimaksud dalam Pasal 38 ayat (2), Pasal 63 ayat
(1), Pasal 78 ayat (1), Pasal 1O8 ayat (l), Pasal 111

u-n
ayat (3), Pasal 114, atau Pasal 148 dikenai sanksi
pidana denda paling sedikit Rp5.000.O00,00 (lima
rpp
juta rupiah) dan paling banyak Rp50.000.00O,0O
(lima puluh juta rupiah).
-pe
(21 Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan tindak pidana pelanggaran.
ad
nlo

70. Ketentuan Pasal 190 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ow

Pasal 190
(1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
/d

dengan kewenangannya mengenakan sanksi


/12

administratif atas pelanggaran ketentuan-


ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 5,
22

Pasal 6, Pasal 14 ayat (1), Pasal 15, Pasal 25, Pasal


20

37 ayat (2), Pasal 38 ayat (2), Pasal 42 ayat (ll,


Pasal 47 ayat (1), Pasal 61A, Pasal 66 ayat (4), Pasal
/
om

87, Pasal 92, Pasal 1O6, Pasal 126 ayat (3), atau
Pasal 160 ayat (1) atau ayat (2) Undang-Undang ini
i.c

serta peraturan pelaksanaannya.


l2l Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi
s
ula

administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


diatur dalam Peraturan Pemerintah.
g
ore

71. Di antara Pasal 191 dan Pasal 192 disisipkan 1 (satu)


inf

pasal, yakni Pasal 19lA sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ww.
/w
s:/

Pasal 191A. . .
p
htt

SK No l37l89A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
- 569

ah
Pasal 191A

2-t
Pada saat berlakunya Undang-Undang ini:
a. untuk pertama kali Upah minimum yang berlaku,

or-
yaitu Upah minimum yang telah ditetapkan
berdasarkan peraturan pelaksanaan Undang-

om
Undang Nomor 13 Tahun 2OO3 tentang
Ketenagakerjaan yang mengatur mengenai

u-n
pengupahan.
b.
rpp
bagi Perusahaan yang telah memberikan Upah
lebih tinggi dari Upah minimum yang ditetapkan
-pe
sebelum Undang-Undang ini, Pengusaha dilarang
mengurangi atau menurunkan Upah.
lo ad

Bagian Ketiga
wn

Jenis Program Jaminan Sosial


/do

Pasal 82
/12

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 40


Tahun 2O04 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
22

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2O04 Nomor


150, Tambahan kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor
20

4456) diubah sebagai berikut:


m/

I Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai


.co

berikut:
i

Pasal 18
las

Jenis program jaminan sosial meliputi:


gu

a. jaminan kesehatan;
ore

b. jaminan kecelakaan kerja;


c. jaminan hari tua;
f
.in

d. jaminan pensiun;
jaminan kematian; dan
ww

e.
f. jaminan kehilangan pekerjaan.
//w

2 Di antara Pasal 46 dan Pasal 47 disisipkan 1 (satu)


ps:

Bagian yakni Bagran Ketujuh Jaminan Kehilangan


Pekerjaan sehingga berbunyi sebagai berikut:
htt

Bagian . . .

SK No l37l90A
ml
.ht
22
-20
PRESlDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-570-

ah
2-t
Bagian Ketujuh
Jaminan Kehilangan Pekerjaan

or-
om
Pasal 46A
(1) Pekerja/buruh yang mengalami pemutusan

u-n
hubungan kerja berhak mendapatkan jaminan
kehilangan pekerjaan.
rpp
(21 Jaminan kehilangan pekerjaan diselenggarakan
oleh badan penyelenggara Jaminan
-pe
Sosial
ketenagakerjaan dan Pemerintah Pusat.
ad

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara


penyelenggaraan jaminan kehilangan pekerjaan
lo

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


wn
/do

Pasal 46E!
(1) Jaminan kehilangan pekerjaan diselenggarakan
/12

secara nasional berdasarkan prinsip Asuransi


Sosial.
22

l2l Jaminan kehilangan pekerjaan diselenggarakan


20

untuk mempertahankan derajat kehidupan yang


layak pada saat pekerja/buruh kehilangan
m/

pekerjaan.
.co

Pasal 46C
i
las

(1) Peserta jaminan kehilangan pekerjaan adalah


setiap orang yang telah membayar Iuran.
gu

(21 Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar


ore

oleh Pemerintah Pusat.


f
.in

Pasal 46D
(1) Manfaat jaminan kehilangan pekerjaan berupa
ww

uang tunai, akses informasi pasar kerja, dan


pelatihan kerja.
//w
ps:

(2) Jaminan...
htt

SK No l37l9l A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-57t-

ah
2-t
(21 Jaminan kehilangan pekerjaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diberikan paling banyak 6

or-
(enam) bulan upah.
(3)

om
Manfaat sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
diterima oleh Peserta setelah mempunyai masa

u-n
kepesertaan tertentu.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Manfaat
rpp
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan masa
kepesertaan tertentu sebagaimana dimaksud pada
-pe
ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
ad

Pasal 46E
lo

(1) Sumber pendanaan jaminan kehilangan pekedaan


wn

berasal dari:
a. modal awal pemerintah;
/do

b. rekomposisi Iuran program jaminan sosial;


dan/ atau
/12

c.dana operasional BPJS Ketenagakerjaan.


22

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai pendanaan


jaminan kehilangan pekerjaan sebagaimana
20

dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan


m/

Pemerintah.
.co

Bagian Keempat
i
las

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial


gu

Pasal 83
ore

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 24


Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
f
.in

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol1 Nomor


1 16, Tambahan kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor
ww

5256) diubah sebagai berikut:


//w

1 Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ps:
htt

Pasal 6. . .

SK No 137192A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-572-

ah
Pasal 6

2-t
(1) BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 5 ayal (21huruf a menyelenggarakan program

or-
jaminan kesehatan.

om
(21 BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 5 ayal (21 huruf b menyelenggarakan

u-n
program:
a jaminan kecelakaan kerja;
b.
c.
jaminan
jaminan
rpp
hari tua;
pensiun;
-pe
d. jaminan kematian; dan
ad

e. jaminan kehilangan pekerjaan.


lo
wn

2 Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/do

Pasal 9
(1) BPJS Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam
/12

Pasal 5 ayat (21 huruf a berfungsi


menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
22

l2l BPJS Ketenagakerjaan sebagaimana dimaksud


20

dalam Pasal 5 ayat (21 huruf b berfungsi


menyelenggarakan program jaminan kecelakaan
m/

kerja, program jaminan kematian, program


.co

jaminan pensiun, program jaminan hari tua, dan


program jaminan kehilangan pekerjaan.
i
las

3 Ketentuan Pasal 42 diubah sehingga berbunyi sebagai


gu

berikut:
ore

Pasal 42
(1) Modal awd sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4l
f
.in

ayat (1) huruf a untuk BPJS Kesehatan dan BPJS


Ketenagakerjaan ditetapkan masing-masing paling
ww

banyak Rp2.O0O.0O0.000.000,00 (dua triliun


rupiah) yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
//w

dan Belanja Negara.

...
ps:

(2) Modal
htt

SK No 137193 A
ml
.ht
22
-20
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-573-

ah
(21 Modal awal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41

2-t
ayat (l) huruf a untuk program jaminan kehilangan
pekerjaan ditetapkan paling sedikit

or-
Rp6.O00.00O.0O0.000,00 (enam triliun rupiah)
yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan

om
Belanja Negara.

u-n
Bagian Kelima

rpp
Pelindungan Pekerja Migran Indonesia
-pe
Pasal 84
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 18
ad

Tahun 2OL7 lenlang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia


lo

(l,embaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor


wn

242, Tamba}:,an kmbaran Negara Republik Indonesia 6141)


diubah sebagai berikut:
/do

I Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai


2
2/1

berikut:
Pasal 1
2

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


20

l. Calon Pekerja Migran Indonesia adalah setiap


/

tenaga kerja Indonesia yang memenuhi syarat


om

sebagai pencari kerja yang akan bekerja di luar


negeri dan terdaftar di instansi pemerintah
i.c

kabupaten/ kota yang bertanggung jawab di bidang


s

ketenagakerjaan.
ula

2. Pekerja Migran Indonesia adalah setiap warga


eg

negara Indonesia yang akan, sedang, atau telah


melakukan pekerjaan dengan menerima upah di
for

luar wilayah Republik Indonesia.


3.
.in

Keluarga Pekerja Migran Indonesia adalah suami,


istri, anak, atau orang tua termasuk hubungan
ww

karena putusan dan/atau penetapan pengadilan,


baik yang berada di Indonesia maupun yang tinggal
//w

bersama Pekerja Migran Indonesia di luar negeri.


ps:

4. Pekerja
htt

SK No 137194A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-574-

h
4. Pekerja Migran Indonesia Perseorangan adalah

-ta
Pekerja Migran Indonesia yang akan bekerja ke luar

r-2
negeri tanpa melalui pelaksana penempatan.
5. Pelindungan Pekerja Migran Indonesia adalah

mo
segala upaya untuk melindungi kepentingan Calon
Pekerja Migran Indonesia dan/atau Pekerja Migran

-no
Indonesia dan keluarganya dalam mewujudkan
terjaminnya pemenuhan haknya dalam

pu
keseluruhan kegiatan sebelum bekerja, selama
bekerja, dan setelah bekerja dalam aspek hukum,
erp
ekonomi, dan sosial.
6.
d-p
Pelindungan Sebelum Bekerja adalah keseluruhan
aktivitas untuk memberikan pelindungan sejak
loa

pendaftaran sampai pemberangkatan.


7. Pelindungan Selama Bekerja adalah keseluruhan
wn

aktivitas untuk memberikan pelindungan selama


Pekerja Migran Indonesia dan anggota keluarganya
/do

berada di luar negeri.


8. Pelindungan Setelah Bekerja adalah keseluruhan
/12

aktivitas untuk memberikan pelindungan sejak


Pekerja Migran Indonesia dan anggota keluarganya
22

tiba di debarkasi di Indonesia hingga kembali ke


/20

daerah asal, termasuk pelayanan lanjutan menjadi


pekerja produktif.
om

9. Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia


adalah badan usaha berbadan hukum perseroan
si.c

terbatas yang telah memperoleh izin tertulis dari


Pemerintah Pusat untuk menyelenggarakan
ula

pelayanan penempatan Pekerja Migran Indonesia.


r0. Mitra Usaha adalah instansi dan/atau badan
eg

usaha berbentuk badan hukum di negara tujuan


penempatan yang bertanggung jawab
for

menempatkan Pekerja Migran Indonesia pada


.in

Pemberi Kerja.
11. Pemberi Kerja adalah instansi pemerintah, badan
ww

hukum pemerintah, badan hukum swasta,


dan/ atau perseorangan di negara tujuan
//w

penempatan yang mempekerjakan Pekerja Migran


Indonesia.
ps:
htt

12. Perjanjian . . .

SK No 137195 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-575-

hu
12. Perjanjian Kerja Sama Penempatan adalah

-ta
perjanjian tertulis antara Perusahaan Penempatan

r-2
Pekerja Migran Indonesia dan Mitra Usaha atau
Pemberi Kerja yang memuat hak dan kewajiban

mo
setiap pihak dalam rangka penempatan dan
Pelindungan Pekerja Migran Indonesia di negara

-no
tujuan penempatan.
13. Perjanjian Penempatan Pekerja Migran Indonesia

pu
yang selanjutnya disebut Perjanjian Penempatan
adalah perjanjian tertulis antara pelaksana
erp
penempatan Pekerja Migran Indonesia dan Calon
Pekerja Migran Indonesia yang memuat hak dan
d-p

kewajiban setiap pihak, dalam rangka penempatan


Pekerja Migran Indonesia di negara tuJuan
loa

penempatan sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
wn

14. Perjanjian Kerja adalah perjanjian tertulis antara


Pekerja Migran Indonesia dan Pemberi Kerja yang
/do

memuat syarat kerja, hak, dan kewajiban setiap


pihak, serta jaminan keamanan dan keselamatan
/12

selama bekerja sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
22

15. Visa Kerja adalah bin tertulis yang diberikan oleh


/20

pejabat yang berwenang di suatu negara tqiuan


penempatan yang memuat persetqiuan untuk
om

masuk dan melakukan pekerjaan di negara yang


bersangkutan.
i.c

16. Surat Izin Perusahaan Penempatan Pekerja Migran


Indonesia yang selanjutnya disebut SIP3MI adalah
las

izin tertulis yang diberikan oleh Pemerintah Pusat


gu

kepada badan usaha berbadan hukum Indonesia


yang akan menjadi Perusahaan Penempatan
ore

Pekerja Migran Indonesia.


17. Surat Izin Perekrutan Pekerja Migran Indonesia
f
.in

yang selanjutnya disebut SIP2MI adalah izin yang


diberikan oleh kepala Badan kepada Perusahaan
ww

Penempatan Pekerja Migran Indonesia yang


digunakan untuk menempatkan Calon Pekerja
//w

Migran Indonesia.
18. Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk
ps:

pelindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat


agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya
htt

yang layak.
19.Orang...

SK No l37196A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-576-

h
-ta
19. Orang adalah orang perseorangan dan/ atau

r-2
korporasi.
2o. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial adalah

mo
badan hukum yang menyelenggarakan program
Jaminan Sosial Pekerja Migran Indonesia.

-no
21. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik
Indonesia yang memegang kekuasaan

pu
pemerintahan negara Republik Indonesia yang
erp
dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
d-p

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


22. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai
loa

unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang


memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
wn

yang menjadi kewenangan daerah otonom.


23.
/do

Pemerintah Desa adalah kepala desa atau yang


disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa
/12

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.


24. Perwakilan Republik Indonesia di Luar Negeri yang
22

selanjutnya disebut Perwakilan Republik Indonesia


adalah perwakilan diplomatik dan perwakilan
/20

konsuler Republik Indonesia yang secara resmi


mewakili dan memperjuangkan kepentingan
om

bangsa, negara, dan pemerintah Republik


Indonesia secara keseluruhan di negara tuJuan
si.c

penempatan atau pada organisasi internasional.


25. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
ula

urusan pemerintahan di bidang ketenagakerjaan.


Badan adalah lembaga pemerintah
eg

26.
nonkementerian yang bertugas sebagai pelaksana
for

kebijakan dalam pelayanan dan Pelindungan


Pekerja Migran Indonesia secara terpadu.
.in
ww

2 Ketentuan Pasal 51 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
//w
ps:

Pasal 5l ...
htt

SK No l37l97A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-577-

u
ah
2-t
Pasal 5l

r-
(1)

mo
Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 huruf b

-no
wajib memiliki izin yang memenuhi Perizinan
Berusaha dan diterbitkan oleh Pemerintah Pusat.

pu
(21 Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dapat dialihkan dan dipindahtangankan kepada
erp
pihak lain.
(3)
d-p
Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memenuhi norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh
loa

Pemerintah Pusat.
wn

3 Ketentuan Pasal 53 diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

berikut:
Pasal 53
/12

(1) Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia


22

dapat membentuk kantor cabang di luar wilayah


domisili kantor pusatnya.
20

(21 Kegiatan yang dilakukan oleh kantor cabang


m/

Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia


menjadi tanggung jawab kantor pusat Perusahaan
co

Penempatan Pekerja Migran Indonesia.


si.

(3) Kantor cabang sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) wajib memenuhi Perizinan Berusaha yang
ula

diterbitkan oleh Pemerintah Daerah provinsi.


eg

(41 Peizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) harus memenuhi norma, standar,
for

prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh


Pemerintah Pusat.
.in
ww

4 Ketentuan Pasal 57 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
//w
ps:

Pasal 57. .
htt

SK No l37l98A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-574-

u
ah
2-t
r-
mo
Pasal 57
(1) Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia

-no
harus menyerahkan pembaruan data paling lambat
30 (tiga puluh) hari kerja.

pu
(21 Dalam hal Perusahaan Penempatan Pekerja Migran
Indonesia tidak menyerahkan pembaruan data
erp
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Perusahaan
Penempatan Pekerja Migran Indonesia diizinkan
d-p

untuk memperbarui izin palilrg lambat 30 (tiga


puluh) hari kerja dengan membayar denda
loa

keterlambatan.
(3) Ketentuan mengenai denda
wn

keterlambatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
/do

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan.
/12

5 Di antara Pasal 89 dan Pasal 9O disisipkan 1 (satu)


22

pasal, yakni Pasal 89A sehingga berbunyi sebagai


20

berikut:
Pasal 89A
m/

Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, pengertian


co

atau makna SIP3MI dalam Undang-Undang Nomor 18


Tahun 2Ol7 tentar:g Pelindungan Pekerja Migran
si.

Indonesia menyesuaikan dengan ketentuan mengenai


ula

Perizinan Berusaha.
eg

BAB V
for

KEMUDAHAN, PELINDUNGAN, DAN PEMBERDAYAAN KOPERASI, USAHA


.in

MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH


ww

Bagian Kesatu
//w

Umum
ps:

Pasal 85...
htt

SK No l37l99A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPIIBLIK INDONESIA
-579-

u
ah
Pasal 85

2-t
Untuk memberikan kemudahan, pelindungan, dan
pemberdayaan Koperasi dan UMK-M, Peraturan Pemerintah

r-
Pengganti Undang-Undang ini mengubah, menghapus, atau

mo
menetapkan pengaturan baru beberapa ketentuan yang
diatur dalam:

-no
a. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian (kmbaran Negara Republik Indonesia

pu
Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara
erp
Republik Indonesia Nomor 3502);
b. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
d-p

Mikro, Kecil, dan Menengah (t embaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2008 Nomor 93, Tambahan Lembaran
loa

Negara Republik Indonesia Nomor 4866); dan


c. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 20O4 tentang Jalan
wn

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004


Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik
/do

Indonesia Nomor 44441 sebagatmana telah beberapa


kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 2
/12

Tahun 2022 tentang Perubahan Kedua atas Undang-


Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (kmbaran
22

Negara Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 12,


20

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor


6760).
m/
co

Bagian Kedua
Koperasi
si.
ula

Pasal 86
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 25
eg

Tahun 1992 tentang Perkoperasian (trmbaran Negara


for

Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116, Tambahan


kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 3502) diubah
.in

sebagai berikut:
ww

1 Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
//w

Pasal 6
(1) Koperasi Primer dibentuk paling sedikit oleh 9
ps:

(sembilan) orang.
htt

(21 Koperasi Sekunder dibentuk oleh paling sedikit 3


(tiga) Koperasi.
2. Penjelasan . . .

SK No 137200A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-580-

u
ah
2-t
Penjelasan Pasal 17 diubah sebagaimana tercantum

r-
2
dalam penjelasan.

mo
-no
3 Ketentuan Pasal 21 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

pu
Pasal 2 1
(1) erp
Perangkat organisasi Koperasi terdiri atas:
a. Rapat Anggota;
d-p

b. Pengurus; dan
c.
loa

Pengawas.
(2) Selain memiliki perangkat organisasi Koperasi
wn

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Koperasi


yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan
/do

prinsip syariah wajib memiliki dewan pengawas


syariah.
/12

Ketentuan Pasal 22 diubah sehingga berbunyi sebagai


22

4
berikut:
20

Pasal 22
m/

(1) Rapat Anggota merupakan pemegang kekuasaan


tertinggi dalam Koperasi.
co

(21 Rapat Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat


si.

(l) dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya


diatur dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
ula

Tangga.
eg

(3) Rapat Anggota sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) dapat dilakukan secara daring dan/ atau luring.
for

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rapat Anggota


.in

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan


ayat (3) diatur dalam Anggaran Dasar/Anggaran
ww

Rumah Tangga.
//w

5 Ketentuan Pasal 43 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ps:
htt

Pasal 43...

SK No 137201A
l
tm
2.h
02
FRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-581-

hu
2-ta
or-
Pasal 43
(1) Usaha Koperasi adalah usaha yang berkaitan

om
langsung dengan kepentingan anggota untuk
meningkatkan usaha dan kesejahteraan anggota.

u-n
l2l Usaha Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dilaksanakan secara tunggal usaha atau

(3)
serba usaha.
rpp
Kelebihan kemampuan pelayanan Koperasi dapat
-pe
digunakan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang bukan anggota Koperasi dalam
ad

rangka menarik masyarakat menjadi anggota


lo

Koperasi.
wn

(4) Koperasi menjalankan kegiatan usaha dan


berperan utama di segala bidang kehidupan
/do

ekonomi rakyat.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai kegiatan usaha
/12

Koperasi diatur dalam Peraturan Pemerintah.


22

6 Di antara Pasal44 dan Pasal 45 disisipkan I (satu) pasal,


20

yakni Pasal 44A sehingga berbunyi sebagai berikut:


m/

Pasal 44A
.co

(1) Koperasi dapat menjalankan kegiatan usaha


i

berdasarkan prinsip syariah.


las

(21 Koperasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus


gu

mempunyai dewan pengawas syariah.


(3)
ore

Dewan pengawas syariah sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) terdiri atas 1 (satu) orang atau lebih
f

yang memahami syariah dan diangkat oleh Rapat


.in

Anggota.
ww

(41 Dewan pengawas syariah sebagaimana dimaksud


pada ayat (2) bertugas memberikan nasihat dan
saran kepada Pengurus serta mengawasi kegiatan
//w

Koperasi agar sesuai dengan prinsip syariah.


ps:
htt

(5) Dewan . . .

SK No 137202 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-582-

hu
2-ta
(5)

or-
Dewan pengawas syariah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) selanjutnya mendapatkan pembinaan

om
atau pengembangan kapasitas oleh Pemerintah
Pusat dan/ atau Dewan Syariah Nasional Majelis

u-n
Ulama Indonesia.
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Koperasi yang
rpp
menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah diatur dalam Peraturan Pemerintah.
-pe

Bagian Ketiga
ad

Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah


lo
wn

Pasal 87
/do

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 20


Tahun 20O8 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
/12

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor


93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
22

4866) diubah sebagai berikut:


20

1 Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai


m/

berikut:
.co

Pasal 6
(1) Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dapat
i
las

memuat modal usaha, indikator kekayaan bersih,


hasil penjualan tahunan, atau nilai investasi,
gu

insentif dan disinsentif, penerapan teknologi ramah


lingkungan, kandungan lokal, atau jumlah tenaga
ore

kerja sesuai dengan kriteria setiap sektor usaha.


(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria Usaha
f
.in

Mikro, Kecil, dan Menengah diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
ww
//w

2 Ketentuan Pasal 12 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ps:

Pasal 12..
htt

SK No 137203 A
ml
.ht
22
-20
PRES!DEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-583-

ah
2-t
Pasal 12
(1) Aspek perizinan usaha sebagaimana dimaksud

or-
dalam Pasal 7 ayat (l) huruf e ditujukan untuk:

om
a. menyederhanakan tata cara dan jenis
Perizinan Benrsaha dengan sistem pelayanan

u-n
terpadu satu pintu; dan
b. membebaskan biaya Perizinan Berusaha bagi
rpp
Usaha Mikro dan memberikan keringanan
biaya Perizinan Berusaha bagi Usaha Kecil.
-pe
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan
tata cara Perizinan Berusaha diatur dalam
ad

Peraturan Pemerintah.
lo
wn

3 Ketentuan Pasal 21 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/do

Pasal 21
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
/12

menyediakan Pembiayaan bagi Usaha Mikro dan


22

Kecil.
(21 Badan Usaha Milik Negara menyediakan
20

Pembiayaan dari penyisihan bagian laba tahunan


m/

yang dialokasikan kepada Usaha Mikro dan Kecil


dalam bentuk pemberian pinjaman, Penjaminan,
.co

hibah, dan Pembiayaan lainnya.


(3) Usaha Besar nasional dan asing menyediakan
i
las

Pembiayaan yang dialokasikan kepada Usaha


Mikro dan Kecil dalam bentuk pemberian
gu

pinjaman, Penjaminan, hibah, dan Pembiayaan


ore

lainnya.
(41 Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Dunia
f

Usaha memberikan hibah, mengusahakan


.in

bantuan luar negeri, dan mengusahakan sumber


ww

Pembiayaan lain yang sah serta tidak mengikat


untuk Usaha Mikro dan Kecil.
//w

(5) Pemerintah . . .
ps:
htt

SK No 137204A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-584-

u
ah
2-t
(5) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai

r-
dengan kewenangannya memberikan insentif

mo
dalam bentuk kemudahan persyaratan perizinan,
keringanan tarif sarana dan prasarana, dan bentuk

-no
insentif lainnya yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan kepada Dunia

pu
Usaha yang menyediakan Pembiayaan bagi Usaha
Mikro dan Kecil. erp
d-p

4. Pasal 25 dihapus.
loa

5 Ketentuan Pasal 26 diubah sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
Pasal 26
/do

Kemitraan dilaksanakan dengan pola:


a. inti-plasma;
/12

b. subkontrak;
22

c. waralaba;
20

d. perdagangan umum;
e. distribusi dan keagenan;
m/

f. rantai pasok; dan


co

g. bentuk-bentuk kemitraan lain.


si.
ula

6 Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
eg

Pasal 30
for

(1) Pelaksanaan Kemitraan dengan pola perdagangan


umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26
.in

huruf d, dapat dilakukan dalam bentuk kerja sama


ww

pemasaran atau penyediaan lokasi usaha dari


Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah oleh Usaha
Besar yang dilakukan secara terbuka.
//w
ps:

(2) Pemenuhan . . .
htt

SK No 137205 A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-585-

u
ah
2-t
(21 Pemenuhan kebutuhan barang dan jasa yang

r-
diperlukan oleh Usaha Besar dilakukan dengan

mo
mengutamakan pengadaan hasil produksi Usaha
Kecil atau Usaha Mikro sepanjang memenuhi

-no
standar mutu barang dan jasa yang diperlukan.
(3)

pu
Pengaturan sistem pembayaran dilakukan dengan
tidak merugikan salah satu pihak.
erp
d-p
7 Di antara Pasal 32 dan Pasal 33 disisipkan 1 (satu) pasal
yakni Pasal 32A sehingga berbunyi sebagai berikut:
loa

Pasal 32A
Dalam pelaksanaan Kemitraan dengan pola rantai
wn

pasok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf f,


dapat dilakukan melalui kegiatan dari Usaha Mikro dan
/do

Kecil oleh Usaha Menengah dan Usaha Besar paling


sedikit meliputi:
/12

a. pengelolaan perpindahan produk yang dilakukan


oleh perusahaan dengan penyedia bahan baku;
22

b. pendistribusian produk dari perusahaan ke


20

konsumen; dan/ atau


m/

c. pengelolaan ketersediaan bahan baku, pasokan


bahan baku serta proses fabrikasi.
co
si.

8 Penjelasan Pasal 35 diubah sebagaimana tercantum


ula

dalam penjelasan.
eg

Bagian Keempat
for

Basis Data T\:nggal


.in

Pasal 88
ww

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib


menyelenggarakan sistem informasi dan pendataan
//w

UMK-M yang terintegrasi.


ps:

(2)Hasil. . .
htt

SK No 137206A
ml
.ht
22
0
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-586-

hu
-ta
r-2
o
(21 Hasil pendataan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

om
sebagai basis data tunggal UMK-M.
(3) Basis data tunggal sebagaimana dimaksud pada ayal (21

u-n
wajib digunakan sebagai pertimbangan untuk
menentukan kebdakan mengenai UMK-M.
(4) rpp
Basis data tunggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disajikan secara tepat waktu, akurat, dan tepat guna
-pe
serta dapat diakses oleh masyarakat.
(5) Pemerintah Pusat melakukan pembaharuan sistem
ad

informasi dan basis data tunggal paling sedikit 1 (satu)


nlo

kali dalam 1 (satu) tahun.


(6) Basis data tunggal sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ow

dibentuk dalam jangka waktu paling lama tanggal 2


November 2O22.
2/d

(7) Ketentuan lebih lanjut mengenai basis data tunggal


/1

UMK-M diatur dalam Peraturan Pemerintah.


22

Bagian Kelima
20

Pengelolaan Terpadu Usaha Mikro dan Kecil


m/
co

Pasal 89
(1)
si.

Pemerintah Pusat mendorong implementasi pengelolaan


terpadu Usaha Mikro dan Kecil dalam penataan klaster
ula

melalui sinergi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,


dan pemangku kepentingan terkait.
eg

(21 Pengelolaan terpadu Usaha Mikro dan Kecil


for

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan


kumpulan kelompok Usaha Mikro dan Kecil yang terkait
.in

dalam:
ww

a. suatu rantai produk umum;


b. ketergantungan atas keterampilan tenaga kerja
/w

yang serupa; atau


c. penggunaan teknologi yang serupa dan saling
s:/

melengkapi secara terintegrasi.


p
htt

(3) Saling...

SK No 137207 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLTK INDONESIA
-587-

hu
a
2-t
(3) Saling melengkapi secara terintegrasi sebagaimana

or-
dimaksud pada ayat (2) huruf c dilaksanakan di lokasi

m
klaster dengan tahap pendirian/ legalisasi, pembiayaan,
penyediaan bahan baku, proses produksi, kurasi, dan

-no
pemasaran produk Usaha Mikro dan Kecil melalui
perdagangan elektronik/non elektronik.

pu
(41 Penentuan lokasi klaster Usaha Mikro dan Kecil disusun
erp
dalam program Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah dengan memperhatikan pemetaan potensi,
d-p

keunggulan daerah, dan strategi penentuan lokasi


usaha.
loa

(5) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah


melaksanakan pendampingan sebagai upaya
wn

pengembangan Usaha Mikro dan Kecil untuk memberi


dukungan manajemen, sumber daya manusia,
/do

anggaran, serta sarana dan prasarana.


(6) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dalam
/12

menyediakan dukungan sumber daya manusia,


anggaran, serta sarana dan prasarana sebagaimana
22

dimaksud pada ayat (5) wajib memberikan fasilitas yang


20

meliputi:
a. lahan lokasi klaster;
m/

b. aspek produksi;
co

c. infrastruktur;
si.

d. rantai nilai;
ula

e. pendirian badan hukum;


f. sertifikasi dan standardisasi;
eg

g. promosi;
for

h. pemasaran;
.in

i. digitalisasi; dan
j.
ww

penelitian dan pengembangan.


(7) Pemerintah Pusat mengoordinasikan pengelolaan
//w

terpadu Usaha Mikro dan Kecil dalam penataan klaster.


ps:

(8) Pemerintah . . .
htt

SK No 137208A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

un
-588-

h
-ta
(8) Pemerintah Pusat melakukan evaluasi pengelolaan

r-2
terpadu Usaha Mikro dan Kecil dalam penataan klaster.
(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelolaan terpadu

mo
Usaha Mikro dan Kecil diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

-no
pu
Brgian Keenam
Kemitraan erp
d-p

Pasal 90
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai
loa

dengan kewenangannya wajib memfasilitasi,


mendukung, dan menstimulasi kegiatan kemitraan
wn

Usaha Menengah dan Usaha Besar dengan Koperasi,


Usaha Mikro, dan Usaha Kecil yang bertujuan untuk
/do

meningkatkan kompetensi dan level usaha.


Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
/12

l2l
mencakup proses alih keterampilan di bidang produksi
22

dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya


manusia, dan teknologi.
/20

(3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memberikan


insentif dan kemudahan berusaha dalam rangka
om

kemitraan sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
si.c

(41 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai


dengan kewenangannya melakukan pengawasan dan
ula

evaluasi terhadap pelaksanaan kemitraan antara Usaha


Menengah dan Usaha Besar dengan Koperasi, Usaha
eg

Mikro, dan Usaha Kecil.


for

(5) Pemerintah Pusat mengatur pemberian insentif kepada


Usaha Menengah dan Usaha Besar yang melakukan
.in

kemitraan dengan Koperasi, Usaha Mikro, dan Usaha


ww

Kecil melalui inovasi dan pengembangan produk


berorientasi ekspor, penyerapan tenaga kerja,
penggunaan teknologi tepat guna dan ramah
//w

lingkungan, serta menyelenggarakan pendidikan dan


pelatihan.
ps:
htt

(6) Ketentuan. . .

SK No 137209 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-589-

ah
2-t
(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai kemitraan diatur

or-
dalam Peraturan Pemerintah.

om
Bagian Ketujuh

u-n
Kemudahan Perizinan Bemsaha

Pasal 91 rpp
-pe
(1) Dalam rangka kemudahan Perizinan Berusaha,
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai
ad

dengan kewenangannya wajib melakukan pembinaan


dan pendaftaran bagr Usaha Mikro dan Kecil
lo

berdasarkan norna, standar, prosedur, dan kriteria


wn

yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


/do

(21 Pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat


dilakukan secara daring atau luring dengan
/12

melampirkan Kartu Tanda Penduduk.


(3) Pendaftaran secara daring sebagaimana dimaksud pada
22

ayat (21 diberi nomor induk berusaha melalui sistem


Perizinan Berusaha secara elektronik.
20

(41 Nomor induk berusaha sebagaimana dimaksud pada


m/

ayat (3) merupakan perizinan tunggal yang berlaku


untuk semua kegiatan usaha.
.co

(5) Perizinan tunggal sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


i

meliputi Perizinan Berusaha, Standar Nasional


las

Indonesia, dan sertifikasi jaminan produk halal.


gu

(6) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai


dengan kewenangannya berdasarkan nonna, standar,
ore

prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah


Pusat wajib melakukan pembinaan terhadap Perizinan
f
.in

Berusaha, pemenuhan standar, Standar Nasional


Indonesia, dan sertifikasi jaminan produk halal.
ww
//w

(7) Dalam . . .
ps:
htt

SK No l372l0A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

un
-590-

ah
2-t
(71 Dalam hal kegiatan usaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) memiliki risiko menengah atau tinggi terhadap

or-
kesehatan, keamanan, dan keselamatan serta
lingkungan selain melakukan registrasi untuk

om
mendapatkan nomor induk berusaha, Usaha Mikro dan
Kecil wajib memiliki sertifikat sertifikasi standar

u-n
danlatau izin.
(8) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai
rpp
dengan kewenangannya berdasarkan norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah
-pe
Pusat memfasilitasi sertifikasi standar dan I atau izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (5).
ad

(9) Ketentuan lebih lanjut mengenai perizinan tunggal


nlo

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dan fasilitasi


sertilikasi standar dan/ atau izin sebagaimana
ow

dimaksud pada ayat (8) diatur dalam Peraturan


Pemerintah.
/d
/12

Bagian Kedelapan
22

Kemudahan Fasilitasi Pembiayaan dan Insentif Fiskal


20

Pasal 92
/
om

(1) Usaha Mikro dan Kecil diberi


kemudahan/penyederhanaan administrasi perpajakan
i.c

dalam rangka pengajuan fasilitas pembiayaan dari


Pemerintah Pusat sesuai dengan ketentuan peraturan
s
ula

perundang-undangan di bidang perpajakan.


(21 Usaha Mikro dan Kecil yang mengajukan Perizinan
g

Benrsaha dapat diberi insentif berupa tidak dikenai


ore

biaya atau diberi keringanan biaya.


(3) Usaha Mikro dan Kecil yang berorientasi ekspor dapat
inf

diberi insentif kepabeanan sesuai dengan ketentuan


w.

peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan.


w

(41 Usaha Mikro dan Kecil tertentu dapat diberi insentif


Pajak Penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan
/w

perundang-undangan di bidang Pajak Penghasilan.


s:/
p

93...
htt

Pasal

SK No 137211A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK TNDONESIA

un
- 591 -

ah
2-t
Pasal 93
Kegiatan Usaha Mikro dan Kecil dapat dijadikan jaminan

or-
kredit program.

om
asal 94

u-n
P.

(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai


dengan kewenangannya mempermudah dan
rpp
menyederhanakan proses untuk Usaha Mikro dan Kecil
dalam hal pendaftaran dan pembiayaan hak kekayaan
-pe
intelektual, kemudahan impor bahan baku dan bahan
penolong industri apabila tidak dapat dipenuhi dari
ad

dalam negeri, dan/ atau fasilitasi ekspor.


lo

l2l Ketentuan lebih lanjut mengenai kemudahan dan


wn

penyederhanaan pendaftaran dan pembiayaan hak


kekayaan intelektual, kemudahan impor bahan baku
/do

dan bahan penolong industri apabila tidak dapat


dipenuhi dari dalam negeri, dan/ atau fasilitasi ekspor
/12

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
22
20

Bagian Kesembilan
Dana Alokasi Khusus, Bantuan dan Pendampingan Hukum, Pengadaan
m/

Barang dan Jasa, dan Sistem/Aplikasi Pembukuan/Pencatatan Keuangan dan


.co

Inkubasi
i
las

Pasal 95
(1) Pemerintah Pusat mengalokasikan Dana
gu

Alokasi
Khusus untuk mendukung pendanaan bagi Pemerintah
ore

Daerah dalam rangka kegiatan pemberdayaan dan


pengembangan UMK-M.
f
.in

(21 Pengalokasian Dana Alokasi Khusus sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
ww

ketentuan peraturan perundang-undangan.


//w
ps:

Pasal 96. . .
htt

SK No l37212A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-592-

hu
a
2-t
Pasal 96
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan

or-
kewenangannya wajib menyediakan layanan bantuan dan

m
pendampingan hukum bagi Usaha Mikro dan Kecil.

-no
Pasal 97

pu
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib
mengalokasikan paling sedikit 4Oo/o (empat puluh persen)
erp
produk/jasa Usaha Mikro dan Kecil serta Koperasi dari hasil
produksi dalam negeri dalam pengadaan barang/jasa
d-p

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.
loa
wn

Pasal 98
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai dengan
/do

kewenangannya wajib memberikan pelatihan dan


pendampingan pemanfaatan sistem/aplikasi
/12

pembukuan/pencatatan keuangan yang memberi


kemudahan bagi Usaha Mikro dan Kecil.
22
20

Pasal 99
m/

Penyelenggaraan inkubasi dilakukan oleh Pemerintah Pusat,


Pemerintah Daerah, perguruan tinggi, Dunia Usaha,
co

dan/ atau masyarakat.


si.
ula

Pasal l0O
Inkubasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 99 bertujuan
eg

untuk:
for

a. menciptakan usaha baru;


b. menguatkan dan mengembangkan kualitas UMK-M
.in

yang mempunyai nilai ekonomi dan berdaya saing


ww

tinggi; dan
c. mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya manusia
//w

terdidik dalam menggerakkan perekonomian dengan


memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
ps:
htt

Pasal 101 ...

SK No 137213 A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-593-

hu
Pasal 101

a
2-t
Sasaran pengembangan inkubasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 99 meliputi:

or-
a. penciptaan dan penumbuhan usaha baru serta
penguatan kapasitas pelaku usaha pemula yang

m
berdaya saing tinggi;

-no
b. penciptaan dan penumbuhan usaha baru yang
mempunyai nilai ekonomi dan berdaya saing tinggi;

pu
dan
erp
c. peningkatan nilai tambah pengelolaan potensi ekonomi
melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
d-p

Pasal 102
loa

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Dunia Usaha


melakukan pendampingan untuk meningkatkan kapasitas
wn

UMK-M sehingga mampu mengakses:


/do

a. pembiayaan alternatif untuk UMK-M pemula;


b. pembiayaan dari dana kemitraan;
/12

c. bantuan hibah pemerintah;


d. dana bergulir; dan
22

e. tanggung jawab sosial perusahaan.


20
m/

Bagian Kesepuluh
Partisipasi Usaha Mikro, Kecil, dan Koperasi pada
co

I nfrastruktur Publik
si.
ula

Pasal 103
Di antara Pasal 53 dan Pasal 54 dalam Undang-Undang
eg

Nomor 38 Tahun 20O4 tentang Jalan (Lembaran Negara


for

Republik Indonesia Tahun 20O4 Nomor 132, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 44441
.in

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan


Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 terfiang Perubahan
ww

Kedua atas Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang


Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2022
//w

Nomor 12, Tambahan l,embaran Negara Republik Indonesia


Nomor 6760) disisipkan I (satu) pasal, yakni Pasal 53A
ps:

sehingga berbunyi sebagai berikut:


htt

Pasal 53A. . .

SK No 137214A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-594-

hu
-ta
Pasal 53A

2
(1) Jalan Tol antarkota harus dilengkapi dengan tempat

or-
istirahat dan pelayanan untuk kepentingan pengguna

om
Jalan Tol, serta menyediakan tempat promosi dan
pengembangan Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha

u-n
Menengah.
(21 Penyediaan tempat promosi dan pengembangan Usaha
rpp
Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah pada tempat
istirahat dan pelayanan sebagaimana dimaksud pada
-pe
ayat (1) dilakukan dengan mengalokasikan lahan pada
Jalan Tol paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari
ad

total luas lahan area komersial untuk Usaha Mikro,


Usaha Kecil, dan Usaha Menengah, baik untuk Jalan
lo

Tol yang telah beroperasi maupun untuk Jalan Tol yang


wn

masih dalam tahap perencanaan dan konstruksi.


(3) Penyediaan tempat promosi dan pengembangan Usaha
/do

Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) dilakukan dengan partisipasi
/12

Usaha Mikro dan Kecil melalui pola kemitraan.


(4) Penanaman dan pemeliharaan tanaman di tempat
22

istirahat dan pelayanan sebagaimana dimaksud pada


20

ayat (1) dapat dilakukan oleh Usaha Mikro, Usaha Kecil,


dan Usaha Menengah.
m/
.co

Pasal 104
(1)
i

Dalam rangka pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil,


las

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, badan usaha


milik negara, badan usaha milik daerah danlatau
gu

badan usaha swasta wajib mengalokasikan penyediaan


ore

tempat promosi, tempat usaha, dan/ atau


pengembangan Usaha Mikro dan Kecil pada
f

infrastruktur publik yang mencakup:


.in

a. terminal;
ww

b. bandar udara;
c. pelabuhan;
//w

d. stasiun kereta api;


ps:

e.tempat...
htt

SK No 137215 A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-595-

u
ah
2-t
e. tempat istirahat dan pelayanan jalan tol; dan
f. infrastruktur publik lainnya yang ditetapkanoleh

r-
Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah Daerah

mo
sesuai dengan kewenangannya.

-no
(21 Alokasi penyediaan tempat promosi dan pengembangan
Usaha Mikro dan Kecil pada infrastruktur publik

pu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling sedikit 30%
(tiga puluh persen) dari luas tempat perbelanjaan
erp
dan/ atau promosi yang strategis pada infrastruktur
publik yang bersangkutan.
d-p

(3) Ketentuan mengenai penyediaan tempat promosi dan


pengembangan Usaha Mikro dan Kecil pada
loa

infrastruktur publik pada ayat (1) dan besaran alokasi


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dalam
wn

Peraturan Pemerintah.
/do

BAB VI
/12

KEMUDAHAN BERUSAHA
22

Bagian Kesatu
20

Umum
m/
co

Pasal 105
Untuk mempermudah Pelaku Usaha dalam melakukan
si.

investasi Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang


ula

ini mengubah, menghapus, atau menetapkan pengaturan


baru beberapa ketentuan yang diatur dalam:
eg

a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2OlL tentang


for

Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia


Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan lrmbaran Negara
.in

Republik Indonesia Nomor 5216);


b. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2016 tentang Paten
ww

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016


Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara Republik
//w

Indonesia Nomor 5922);


ps:
htt

c. Undang-Undang . . .

SK No l372l6A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
n-2
REPUELIK INDONES
-596-

hu
-ta
r-2
c Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek
dan Indikasi Geografis (l,embaran Negara Republik

o
Indonesia Tahun 2016 Nomor 252, Tambahan

om
kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 5953);

u-n
d Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2OO7 tentang
Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik
rpp
Indonesia Tahun 2OO7 Nomor 106, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756);
-pe
e Staatsbla.d Tahun 1926 Nomor 226 juncto Staatsblad
Tahun 1940 Nomor 450 tentang Undang-Undang
ad

Gan gguan (Hind erordonnantiel ;


nlo

f. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak


Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia
ow

Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah
2/d

beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang


Nomor 7 Tahun 2O2L tentang Harmonisasi Peraturan
/1

Perpajakan (kmbaran Negara Republik Indonesia


22

Tahun 2021 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 6736);
20

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak


m/

Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak


Penjualan atas Barang Mewah (l,embaran Negara
co

Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan


si.

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264)


sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
ula

dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2O2l tentang


Harmonisasi Peraturan Perpajakan (Lembaran Negara
eg

Republik Indonesia Tahun 2O2l Nomor 246, Tambahan


for

[,embaran Negara Republik Indonesia Nomor 6736);


.in
ww

h. Undang-Undang. . .
/w
s:/
p
htt

SK No l372l7A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-597-

u
ah
2-t
r-
h. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983

mo
tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran

-no
Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

pu
3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2O2l tentang
erp
Harmonisasi Peraturan Perpajakan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 246, Tambahan
d-p

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6736);


i. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2016 tentang
loa

Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi


Daya Ikan, dan Petambak Garam (Lembaran Negara
wn

Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 68, Tambahan


kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 5870);
/do

j. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib


Daftar Perusahaan (Lembaran Negara
/12

Republik
Indonesia Tahun 1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran
22

Negara Republik Indonesia Nomor 3214);


k. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2Ol4 tentang Desa
20

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2O14


Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
m/

Indonesia Nomor 5495); dan


co

l. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang


si.

Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha


Tidak Sehat (Lembaran Negara Republik Indonesia
ula

Tahun 1999 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 3817).
eg
for

Bagian Kedua
.in

Keimigrasian
ww
//w

Pasal 106 . . .
ps:
htt

SK No 137218 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
n-2
REPUBLIK INDONESIA
-598-

u
ah
2-t
Pasal 106
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun

r-
2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik

mo
Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5216) diubah sebagai

-no
berikut:

pu
1 Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai
erp
berikut:
d-p

Pasal 1
loa

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


1. Keimigrasian adalah hal ihwal lalu lintas orang
wn

yang masuk atau keluar Wilayah Indonesia serta


pengawasannya dalam rangka menjaga tegaknya
/do

kedaulatan negara.
2. Wilayah Negara Republik Indonesia yang
/12

selanjutnya disebut Wilayah Indonesia adalah


22

seluruh wilayah Indonesia serta zona tertentu yang


ditetapkan berdasarkan undang-undang.
20

3. Fungsi Keimigrasian adalah bagian dari urusan


m/

pemerintahan negara dalam memberikan


pelayanan Keimigrasian, penegakan hukum,
co

keamanan negara, dan fasilitator pembangunan


si.

kesejahteraan masyarakat.
4. Menteri adalah menteri yang
ula

urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak


eg

asasi manusia.
5. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal
for

Imigrasi.
6. Direktorat Jenderal Imigrasi adalah unsur
.in

pelaksana tugas dan fungsi Kementerian Hukum


ww

dan Hak Asasi Manusia di bidang Keimigrasian.


//w
ps:

7. Pejabat. .
htt

SK No 137219A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONES]A

un
-599-

h
-ta
7. Pejabat Imigrasi adalah pegawai yang telah melalui

r-2
pendidikan khusus Keimigrasian dan memiliki
keahlian teknis Keimigrasian serta memiliki

mo
wewenang untuk melaksanakan tugas dan
tanggung jawab berdasarkan Undang-Undang ini.

-no
8. Penyidik Pegawai Negeri Sipil Keimigrasian yang
selanjutnya disebut dengan PPNS Keimigrasian

pu
adalah Pejabat Imigrasi yang diberi wewenang oleh
erp
undang-undang untuk melakukan penyidikan
tindak pidana Keimigrasian.
d-p

9. Orang Asing adalah orang yang bukan warga


negara Indonesia.
loa

10. Sistem Informasi Manajemen Keimigrasian adalah


sistem teknologi informasi dan komunikasi yang
wn

digunakan untuk mengumpulkan, mengolah, dan


menyajikan informasi guna mendukung
/do

operasional, manajemen, dan pengambilan


keputusan dalam melaksanakan Fungsi
/12

Keimigrasian.
11.
22

Kantor Imigrasi adalah unit pelaksana teknis yang


menjalankan Fungsi Keimigrasian di daerah
/20

kabupaten, kota, atau kecamatan.


12. Tempat Pemeriksaan Imigrasi adalah tempat
om

pemeriksaan di pelabuhan laut, bandar udara, pos


lintas batas, atau tempat lain sebagai tempat
si.c

masuk dan keluar Wilayah Indonesia.


13. Dokumen Perjalanan adalah dokumen resmi yang
ula

dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang dari


suatu negara, Perserikatan Bangsa-Bangsa, atau
eg

organisasi internasional lainnya untuk melakukan


for

perjalanan antarnegara yang memuat identitas


pemegangnya.
.in

14. Dokumen Keimigrasian adalah Dokumen


ww

Perjalanan Republik Indonesia dan lzin Tinggal


yang dikeluarkan oleh Pejabat Imigrasi atau
pejabat dinas luar negeri.
//w
ps:

15. Dokumen . . .
htt

SK No 137220A
ml
.ht
22
-20
PRESlDEN
REPUELIK INDONESTA

un
-600-

ah
2-t
15. Dokumen Perjaianan Republik Indonesia adalah
Paspor Republik Indonesia dan Surat Perjalanan

or-
Laksana Paspor Republik Indonesia.
16. Paspor Republik Indonesia yang selanjutnya

om
disebut Paspor adalah dokumen yang dikeluarkan

u-n
oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada warga
negara Indonesia untuk melakukan perjalanan
antarnegara yang berlaku selama jangka waktu
tertentu. rpp
-pe
17. Surat Perjalanan Laksana Paspor Republik
Indonesia yang selanjutnya disebut Surat
ad

Perjalanan Laksana Paspor adalah dokumen


pengganti paspor yang diberikan dalam keadaan
lo

tertentu yang berlaku selama jangka waktu


wn

tertentu.
18. Visa Republik Indonesia yang selanjutnya disebut
/do

Visa adalah keterangan tertulis, baik secara


manual maupun elektronik yang diberikan oleh
/12

pejabat yang berwenang untuk melakukan


perjalanan ke Wilayah Indonesia dan menjadi
22

dasar untuk pemberian Izin Tinggal.


20

19. Tanda Masuk adalah tanda tertentu berupa cap


yang dibubuhkan pada Dokumen Perjalanan warga
m/

negara Indonesia dan Orang Asing, baik manual


.co

maupun elektronik, yang diberikan oleh Pejabat


Imigrasi sebagai tanda bahwa yang bersangkutan
i

masuk Wilayah Indonesia.


las

20. Tanda Keluar adalah tanda tertentu berupa cap


gu

yang dibubuhkan pada Dokumen Perjalanan warga


negara Indonesia dan Orang Asing, baik manual
ore

maupun elektronik, yang diberikan oleh Pejabat


Imigrasi sebagai tanda bahwa yang bersangkutan
f
.in

keluar Wilayah Indonesia.


2L. lzin Tinggal adalah izin yang diberikan kepada
ww

Orang Asing oleh Pejabat Imigrasi atau pejabat


dinas luar negeri baik secara manual maupun
//w

elektronik untuk berada di Wilayah Indonesia.


ps:

22.Pernyataan...
htt

SK No 137221A
m l
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONES

un
-601 -

h
-ta
22. Pernyataan Integrasi adalah pernyataan Orang

r-2
Asing kepada Pemerintah Republik Indonesia
sebagai salah satu syarat memperoleh Izin Tinggal

o
Tetap.

om
23. Izin Tinggal Tetap adalah izin yang diberikan
kepada Orang Asing tertentu untuk bertempat

u-n
tinggal dan menetap di Wilayah Indonesia sebagai
penduduk Indonesia.
24. rpp
Izin Masuk Kembali adalah izin tertulis yang
-pe
diberikan oleh Pejabat Imigrasi kepada Orang Asing
pemegang Izin Tinggal terbatas dan lzin Tinggal
ad

Tetap untuk masuk kembali ke Wilayah Indonesia.


25. Korporasi adalah kumpulan orang dan/ atau
nlo

kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan


badan hukum maupun bukan badan hukum.
ow

26. Penjamin adalah orang atau Korporasi yang


2/d

bertanggung jawab atas keberadaan dan kegiatan


Orang Asing selama berada di Wilayah Indonesia.
/1

27. Alat Angkut adalah kapal laut, pesawat udara, atau


22

sarana transportasi lain yang lazim digunakan,


baik untuk mengangkut orang maupun barang.
/20

28. Pencegahan adalah larangan sementara terhadap


orang untuk keluar dari Wilayah Indonesia
om

berdasarkan alasan Keimigrasian atau alasan lain


yang ditentukan oleh undang-undang.
i.c

29. Penangkalan adalah larangan terhadap Orang


las

Asing untuk masuk Wilayah Indonesia


berdasarkan alasan Keimigrasian.
u
eg

30. Intelijen Keimigrasian adalah kegiatan


penyelidikan Keimigrasian dan pengamanan
for

Keimigrasian dalam rangka penyajian informasi


melalui analisis guna menetapkan perkiraan
.in

keadaan Keimigrasian yang dihadapi atau yang


ww

akan dihadapi.
31. Tindakan Administratif Keimigrasian adalah sanksi
/w

administratif yang ditetapkan Pejabat Imigrasi


terhadap Orang Asing di luar proses peradilan.
s:/
p
htt

32. Penyelundupan . . .

SK No 137222 A
ml
.ht
022
FRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-602-

u
ah
2-t
32. Penyelundupan Manusia adalah perbuatan yang
bertujuan mencari keuntungan, baik secara

r-
langsung maupun tidak langsung, untuk diri

mo
sendiri atau untuk orang lain yang membawa
seseorang atau kelompok orang, baik secara

-no
terorganisasi maupun tidak terorganisasi, atau
memerintahkan orang lain untuk membawa

pu
seseorang atau kelompok orang, baik secara
terorganisasi maupun tidak terorganisasi, yang
erp
tidak memiliki hak secara sah untuk memasuki
Wilayah Indonesia atau keluar Wilayah Indonesia
d-p

dan/ atau masuk wilayah negara lain yang orang


tersebut tidak memiliki hak untuk memasuki
loa

wilayah tersebut secara sah, baik dengan


menggunakan dokumen sah maupun dokumen
wn

palsu, atau tanpa menggunakan Dokumen


Perjalanan, baik melalui pemeriksaan imigrasi
/do

maupun tidak.
/12

33. Rumah Detensi Imigrasi adalah unit pelaksana


teknis yang menjalankan Fungsi Keimigrasian
22

sebagai tempat penampungan sementara bagi


Orang Asing yang dikenai Tindakan Administratif
20

Keimigrasian.
m/

34. Ruang Detensi Imigrasi adalah tempat


penampungan sementara bagi Orang Asing yang
co

dikenai Tindakan Administratif Keimigrasian yang


si.

berada di Direktorat Jenderal Imigrasi dan Kantor


Imigrasi.
ula

35. Deteni adalah Orang Asing penghuni Rumah


eg

Detensi Imigrasi atau Ruang Detensi Imigrasi yang


telah mendapatkan keputusan pendetensian dari
for

Pejabat Imigrasi.
36. Deportasi adalah tindakan paksa mengeluarkan
.in

Orang Asing dari Wilayah Indonesia.


ww

37. Penanggung Jawab Alat Angkut adalah pemilik,


pengurus, agen, nakhoda, kapten kapal, kapten
//w

pilot, atau pengemudi alat angkut yang


bersangkutan.
ps:
htt

38. Penumpang . . .

SK No 137223 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-603-

hu
-ta
2
38. Penumpang adalah setiap orang yang berada di

or-
atas alat angkut, kecuali awak alat angkut.

om
39. Perwakilan Republik Indonesia adalah Kedutaan
Besar Republik Indonesia, Konsulat Jenderal

u-n
Republik Indonesia, dan Konsulat Republik
Indonesia.

2
rpp
Ketentuan Pasal 38 diubah sehingga berbunyi sebagai
-pe
berikut:
ad

Pasal 38
Visa kunjungan diberikan kepada Orang Asing yang
lo

akan melakukan perjalanan ke Wilayah Indonesia


wn

dalam rangka kunjungan tugas pemerintahan,


pendidikan, sosial budaya, pariwisata, prainvestasi,
/do

bisnis, keluarga, jurnalistik, atau singgah untuk


meneruskan perjalanan ke negara lain.
/12
22

3 Ketentuan Pasal 39 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
20

Pasal 39
m/

(1) Visa tinggal terbatas diberikan kepada Orang


Asing:
.co

a. sebagai rohaniwan, tenaga ahli, pekerja,


i

peneliti, pelajar, investor, rumah kedua, dan


las

keluarganya, serta Orang Asing yang kawin


gu

secara sah dengan warga negara Indonesia,


yang akan melakukan perjalanan ke Wilayah
ore

Indonesia untuk bertempat tinggal dalam


jangka waktu yang terbatas; atau
f

b.
.in

dalam rangka bergabung untuk bekerja di


atas kapal, alat apung, atau instalasi yang
ww

beroperasi di wilayah perairan nusantara, laut


teritorial, landas kontinen, dan f atau 7-ona
//w

Ekonomi Eksklusif Indonesia.


ps:

(2) Ketentuan . . .
htt

SK No 137224A
ml
.ht
22
0
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONES
-604-

hu
-ta
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai Visa tinggal

r-2
terbatas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

o
om
4 Ketentuan Pasal 40 diubah sehingga berbunyi sebagai

u-n
berikut:
Pasal 40
rpp
(l) Pemberian Visa kunjungan dan Visa
terbatas merupakan kewenangan Menteri.
tinggal
-pe
(21 Visa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan dan ditandatangani oleh Pejabat
ad

Imigrasi.
nlo

(3) Dalam hal Visa sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) diberikan di Perwakilan Republik Indonesia,
ow

pemberian Visa dilaksanakan oleh Pejabat Imigrasi


di Perwakilan Republik Indonesia dan/ atau pejabat
2/d

dinas luar negeri.


(4)
/1

Pejabat dinas luar negeri sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) berwenang memberikan Visa setelah
22

memperoleh Keputusan Menteri.


20
m/

5 Ketentuan Pasal 46 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
co

Pasal 46
si.

(1) Orang Asing pemegang Visa diplomatik atau Visa


ula

dinas dengan maksud bertempat tinggal di Wilayah


Indonesia setelah mendapat Tanda Masuk wajib
eg

mengajukan permohonan kepada Menteri Luar


Negeri atau pejabat yang ditunjuk untuk
for

memperoleh Izin Tinggal diplomatik atau lzin


.in

Tinggal dinas.
(21 Orang Asing pemegang Visa tinggal terbatas setelah
ww

mendapat Tanda Masuk wajib mengajukan


permohonan kepada kepala Kantor Imigrasi untuk
/w

memperoleh Izin Tinggal terbatas.


s:/
p

(3)Jika. .
htt

SK No 137225 A
l
tm
2 .h
02
FRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-605-

hu
-ta
(3) Jika Orang Asing sebagaimana dimaksud pada

r-2
ayat (1) dan ayat (2) tidak melaksanakan kewajiban
tersebut, Orang Asing yang bersangkutan dianggap

mo
berada di Wilayah Indonesia secara tidak sah.
(41 Dalam hal Orang Asing sebagaimana dimaksud

o
u-n
pada ayat (2) mendapatkan lzrn Tinggal terbatas di
Tempat Pemeriksaan Imigrasi, tidak perlu
mengajukan permohonan kepada kepala Kantor
p
erp
Imigrasi untuk memperoleh Izin Tinggal terbatas.
d-p

6 Ketentuan Pasal 54 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
loa

Pasal 54
wn

(1) Izin Tinggal Tetap dapat diberikan kepada:


a. Orang Asing pemegang Izin Tinggal terbatas
/do

sebagai rohaniwan, pekerja, investor, dan


rumah kedua;
/12

b. keluarga karena perkawinan campuran;


c. suami, istri, dan/ atau anak dari Orang Asing
22

pemegang Izin Tinggal Tetap; dan


20

d. Orang Asing eks warga negara Indonesia dan


m/

eks subjek anak berkewarganegaraan ganda


Republik Indonesia.
co

(2) Izin Tinggal Tetap sebagaimana dimaksud pada


si.

ayat (l) tidak diberikan kepada Orang Asing yang


tidak memiliki paspor kebangsaan.
ula

(3) Orang Asing pemegang lzin Tinggal Tetap


eg

merupakan penduduk Indonesia.


(4)
for

Ketentuan lebih lanjut mengenai Izin Tinggal Tetap


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
.in

Peraturan Pemerintah.
ww

7 Ketentuan Pasal 63 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/w
/
ps:

Pasal 63...
htt

SK No 137226A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-606-

hu
-ta
Pasal 63
(1) Orang Asing tertentu yang berada di Wilayah

2
Indonesia wajib memiliki Penjamin yang menjamin

or-
keberadaannya.
(21

om
Penjamin bertanggung jawab atas keberadaan dan
kegiatan Orang Asing yang dijamin selama tinggal

u-n
di Wilayah Indonesia serta wajib melaporkan setiap
perubahan status sipil, status Keimigrasian, dan
perubahan alamat.
(3) rpp
Penjamin wajib membayar biaya yang timbul untuk
memulangkan atau mengeluarkan Orang Asing
-pe
yang dijaminnya dari Wilayah Indonesia apabila
Orang Asing yang bersangkutan:
ad

a. telah habis masa berlaku Izin Tinggalnya;


lo

dan/ atau
wn

b. dikenai Tindakan Administratif Keimigrasian


berupa Deportasi.
/do

(41 Ketentuan mengenai penjaminan tidak berlaku


bagi:
/12

a. Orang Asing yang kawin secara sah dengan


warga negara Indonesia;
22

b. Pelaku usaha dengan kewarganegaraan asing


20

yang menanamkan modal sebagai


investasinya di Indonesia sebagaimana
m/

dimaksud dalam ketentuan peraturan


.co

perundang-undangan mengenai penanaman


modal; dan
i

c. Warga dari suatu negara yang secara


las

resiprokal memberikan pembebasan


gu

penjaminan.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 62
ore

ayat (21 huruf g tidak berlaku dalam hal pemegang


Izin Tinggal Tetap tersebut putus hubungan
f
.in

perkawinannya dengan warga negara Indonesia


memperoleh penjaminan yang menjamin
ww

keberadaannya sebagaimana dimaksud pada ayat


( 1).
//w

(6) Pelaku usaha dengan kewarganegaraan asing


sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b
ps:

menyetorkan jaminan Keimigrasian sebagai


pengganti Penjamin selama berada di Wilayah
htt

Indonesia.
(7) Ketentuan. . .

SK No 137227 A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-607-

ahu
2-t
(71 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara jaminan

or-
Keimigrasian bagi Orang Asing diatur dalam

om
Peraturan Pemerintah.

u-n
8 Ketentuan Pasal 71 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 71 rpp
(1) Setiap Orang Asing yang berada di
-pe
Wilayah
Indonesia wajib:
ad

a. memberikan segala keterangan yang


diperlukan mengenai identitas diri dan/ atau
lo

keluarganya serta melaporkan setiap


wn

perubahan status sipil, kewarganegaraan,


pekerjaan, Penjamin, atau perubahan
/do

alamatnya kepada Kantor Imigrasi setempat;


atau
/12

b. menyerahkan Dokumen Perjalanan atau Izin


Tinggal yang dimilikinya apabila diminta oleh
22

Pejabat Imigrasi yang bertugas dalam rangka


/20

pengawasan Keimigrasian.
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai pemenuhan
om

kewajiban Keimigrasian sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
i.c
las

Bagian Ketiga
u

Paten
eg
for

Pasal 107
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 13
.in

Tahun 2016 tentang Paten (Lembaran Negara Republik


ww

Indonesia Tahun 2O16 Nomor 176, Tambahan Lembaran


Negara Republik Indonesia Nomor 5922) diubah sebagai
berikut:
//w
ps:

1. Ketentuan. . .
htt

SK No 137228 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
n-2
REPUBLIK INDONESIA
-608-

hu
-ta
r-2
I Ketentuan Pasal 3 diubah sehingga berbunyi sebagai

o
berikut:

om
Pasal 3
(1) Paten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf

u-n
a diberikan untuk Invensi yang baru, mengandung
langkah inventif, dan dapat diterapkan dalam
industri. rpp
(21 Paten sederhana sebagaimana dimaksud dalam
-pe
Pasal 2 huruf b diberikan untuk setiap Invensi
baru, pengembangan dari produk atau proses yang
ad

telah ada, memiliki kegunaan praktis, serta dapat


nlo

diterapkan dalam industri.


(3) Pengembangan dari produk atau proses yang telah
ow

ada sebagaimana dimaksud pada ayat (21 meliputi:


a. produk sederhana;
2/d

b. proses sederhana; atau


/1

c. metode sederhana.
22
20

2 Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
m/

Pasal 20
co

(1) Paten wajib dilaksanakan di Indonesia.


si.

(21 Pelaksanaan Paten sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) terdiri atas:
ula

a. pelaksanaan Paten-produk yang meliputi


eg

membuat, mengimpor, atau melisensikan


produk yang diberi Paten;
for

b. pelaksanaan Paten-proses yang meliputi


.in

membuat, melisensikan, atau mengimpor


produk yang dihasilkan dari proses yang
ww

diberi Paten; atau


/w
s:/

c. pelaksanaan . . .
p
htt

SK No 137229A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-609-

hu
c pelaksanaan Paten-metode, sistem, dan

-ta
penggunaan yang meliputi membuat,

2
mengimpor, atau melisensikan produk yang

or-
dihasilkan dari metode, sistem, dan
penggunaan yang diberi Paten.

-nom
3 Ketentuan Pasal 82 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

pu
Pasal 82 erp
(1) Lisensi-wajib merupakan Lisensi untuk
melaksanakan Paten yang diberikan berdasarkan
d-p

Keputusan Menteri atas dasar permohonan dengan


alasan memenuhi ketentuan:
loa

a. Paten tidak dilaksanakan di Indonesia


wn

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 dalam


jangka waktu 36 (tiga puluh enam) bulan
/do

setelah diberikan Paten;


b. Paten telah dilaksanakan oleh Pemegang
/12

Paten atau penerima Lisensi dalam bentuk


dan dengan cara yang merugikan kepentingan
22

masyarakat; atau
c. Paten hasil pengembangan dari Paten yang
20

telah diberikan sebelumnya tidak bisa


m/

dilaksanakan tanpa menggunakan Paten


pihak lain yang masih dalam pelindungan.
co

(21 Permohonan Lisensi-wajib sebagaimana dimaksud


si.

pada ayat (1) dikenai biaya.


ula

4 Ketentuan Pasal 122 diubah sehingga berbunyi sebagai


eg

berikut:
for

Pasal L22
(1) Paten sederhana diberikan hanya untuk satu
.in

Invensi.
ww

(21 Permohonan pemeriksaan substantif atas Paten


sederhana dilakukan bersamaan dengan
//w

pengajuan Permohonan Paten sederhana dengan


dikenai biaya.
ps:
htt

(3) Apabila. . .

SK No 137230A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-610-

hu
-ta
(3) Apabila permohonan pemeriksaan substantif atas

2
Paten sederhana tidak dilakukan dalam batas

or-
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau
biaya pemeriksaan substantif atas Paten sederhana

om
tidak dibayar, Permohonan Paten sederhana
dianggap ditarik kembali.

u-n
5
berikut: rpp
Ketentuan Pasal 123 diubah sehingga berbunyi sebagai
-pe
Pasal 123
(1) Pengumuman Permohonan Paten sederhana
ad

dilakukan paling lambat 14 (empat belas) Hari


lo

terhitung sejak Tanggal Penerimaan Permohonan


wn

Paten sederhana.
(21 Pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat
/do

(1) dilaksanakan selama 14 (empat belas) Hari


terhitung sejak tanggal diumumkannya
/12

Permohonan Paten sederhana.


(3) Pemeriksaan substantif atas Permohonan Paten
22

sederhana dilakukan setelah jangka waktu


20

pengumuman sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) berakhir.
m/

(41 Ketentuan pengajuan pandangan dan/ atau


keberatan Permohonan Paten sebagaimana
.co

dimaksud dalam Pasal 49 ayat (3) dan ayal (4)


i

dikecualikan untuk pengajuan pandangan


las

dan/ atau keberatan atas Permohonan Paten


gu

sederhana.
ore

6 Ketentuan Pasal 124 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
f
.in

Pasal 124
ww

(1) Menteri wajib memberikan keputusan untuk


menyetujui atau menolak Permohonan Paten
sederhana paling lama 6 (enam) bulan terhitung
//w

sejak Tanggal Penerimaan Permohonan Paten


ps:

sederhana.
(2) Paten...
htt

SK No 137231A
l
tm
2.h
02
PRESlDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-611-

hu
(21 Paten sederhana yang telah diberikan persetqjuan

-ta
oleh Menteri dicatat dan diumumkan melalui

2
media elektronik dan/ atau media non-elektronik.

or-
(3) Menteri memberikan sertilikat Paten sederhana
kepada Pemegang Paten sederhana sebagai bukti

om
hak.

u-n
Bagian Keempat
Merek rpp
-pe
Pasal 108
ad

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 20


Tahun 2016 tentang Merek dan Indikasi Geografis (Lembaran
lo

Negara Republik Indonesia Tahun 2OL6 Nomor 252,


wn

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor


5953) diubah sebagai berikut:
/do
/12

I Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
22

Pasal 2O
20

Merek tidak dapat didaftar jika:


a. bertentangan dengan ideologi negara, peraturan
m/

perundang-undangan, moralitas agama,


.co

kesusilaan, atau ketertiban umum;


b. sama dengan, berkaitan dengan, atau hanya
i
las

menyebut barang dan/ atau jasa yang dimohonkan


pendaftarannya;
gu

c. memuat unsur yang dapat menyesatkan


ore

masyarakat tentang asal, kualitas, jenis, ukuran,


macam, tu.iuan penggunaan barang dan/ atau jasa
yang dimohonkan pendaftarannya atau
f
.in

merupakan nama varietas tanarnarr yang


dilindungi untuk barang dan/ atau jasa yang
ww

sejenis;
d. memuat keterangan yang tidak sesuai dengan
//w

kualitas, manfaat, atau khasiat dari barang


dan/ atau jasa yang diproduksi;
ps:

e. tidak memiliki daya pembeda;


htt

f.merupakan...

SK No 137232 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-612-

hu
-ta
f. merupakan nama umum dan/ atau lambang milik

2
umum; dan/ atau

or-
E mengandung bentuk yang bersifat fungsional.

om
2 Ketentuan Pasal 23 diubah sehingga berbunyi sebagai

-n
berikut:

pu
Pasal 23
(1) erp
Pemeriksaan substantif merupakan pemeriksaan
yang dilakukan oleh Pemeriksa terhadap
d-p

Permohonan pendaftaran Merek.


(21 Segala keberatan dan/atau sanggahan
loa

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dan Pasal


17 menjadi pertimbangan dalam pemeriksaan
wn

substantif sebagaimana dimaksud pada ayat (1).


(3)
/do

Dalam hal tidak terdapat keberatan terhitung sejak


tanggal berakhirnya pengumuman, dilakukan
pemeriksaan substantif terhadap Permohonan.
/12

l4l Pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud


22

pada ayat (3) diselesaikan dalam jangka waktu


paling lama 30 (tiga puluh) Hari.
20

(5) Dalam hal terdapat keberatan dalam jangka waktu


m/

paling lama 30 (tiga puluh) Hari terhitung sejak


tanggal berakhirnya batas waktu penyampaian
co

sanggahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17,


si.

dilakukan pemeriksaan substantif terhadap


Permohonan.
ula

(6) Pemeriksaan substantif sebagaimana dimaksud


pada ayat (5) diselesaikan dalam jangka waktu
eg

paling lama 90 (sembilan puluh) Hari.


for

(71 Dalam hal diperlukan untuk melakukan


.in

pemeriksaan substantif, dapat ditetapkan tenaga


ahli pemeriksa Merek di luar Pemeriksa.
ww
//w

(8) Hasil ...


ps:
htt

SK No 137233 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-613-

ahu
2-t
(8) Hasil pemeriksaan substantif yang dilakukan oleh

or-
tenaga ahli pemeriksa Merek di luar Pemeriksa
sebagaimana dimaksud pada ayat (71 dapat

om
dianggap sama dengan hasil pemeriksaan

u-n
substantif yang dilakukan oleh Pemeriksa dengan
persetujuan Menteri.

3 rpp
Ketentuan Pasal 25 diubah sehingga berbunyi sebagai
-pe
berikut:
Pasal 25
ad

(1) Sertifikat Merek diterbitkan oleh Menteri sejak


lo

Merek tersebut terdaftar.


wn

(21 Sertifikat Merek sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) memuat:
/do

a. nama dan alamat lengkap pemilik Merek yang


didaftar;
/12

b. nama dan alamat lengkap Kuasa dalam hal


22

Permohonan melalui Kuasa;


c. Tanggal Penerimaan;
/20

d. nama negara dan Tanggal Penerimaan


permohonan yang pertama kali dalam hal
om

Permohonan diajukan dengan menggunakan


i.c

Hak Prioritas;
e. label Merek yang didaftarkan, termasuk
las

keterangan mengenai macam warna jika


Merek tersebut menggunakan unsur warna,
u
eg

dan jika Merek menggunakan bahasa asing,


huruf selain huruf latin, dan/ atau angka yang
for

tidak lazim digunakan dalam bahasa


Indonesia disertai terjemahannya dalam
.in

bahasa Indonesia, huruf latin dan angka yang


ww

lazim digunakan dalam bahasa Indonesia


serta cara pengucapannya dalam ejaan latin;
//w

f. nomor dan tanggal pendaftaran;


g. kelas dan jenis barang dan/atau jasa yang
ps:

Mereknya didaftar; dan


htt

h. jangka . . .

SK No 137234A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-6L4-

ah
2-t
h. jangka waktu berlakunya pendaftaran Merek.

or-
om
Bagian Kelima
Perseroan Terbatas

u-n
Pasal 109
rpp
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 40
-pe
Tahun 2OO7 tefiang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan
ad

kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756) diubah


lo

sebagai berikut:
wn

1 Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai


/do

berikut:
Pasal 1
/12

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


1. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut
22

Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan


20

persekutuan modal, didirikan berdasarkan


perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan
m/

modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham


.co

atau badan hukum perorangan yang memenuhi


kriteria usaha mikro dan kecil sebagaimana diatur
i

dalam peraturan perundang-undangan mengenai


las

usaha mikro dan kecil.


gu

2. Organ Perseroan adalah Rapat Umum Pemegang


ore

Saham, Direksi, dan Dewan Komisaris.


3. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah
f

komitmen Perseroan untuk berperan serta dalam


.in

pembangunan ekonomi berkelanjutan guna


ww

meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan


yang bermanfaat, baik bagi Perseroan sendiri,
komunitas setempat, maupun masyarakat pada
//w

umumnya.
ps:
htt

4. Rapat. . .

SK No 137235 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-615-

hu
4. Rapat Umum Pemegang Saham, yang selanjutnya

a
2-t
disebut RUPS, adalah Organ Perseroan yang
mempunyai wewenang yang tidak diberikan

or-
kepada Direksi atau Dewan Komisaris dalam batas
yang ditentukan dalam Undang-Undang ini

m
dan/ atau anggaran dasar.

-no
5. Direksi adalah Organ Perseroan yang berwenang
dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan

pu
Perseroan untuk kepentingan Perseroan, sesuai
dengan maksud dan tujuan Perseroan serta
erp
mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar
pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran
d-p

dasar.
6.
loa

Dewan Komisaris adalah Organ Perseroan yang


bertugas melakukan pengawasan secara umum
wn

dan/ atau khusus sesuai dengan anggaran dasar


serta memberi nasihat kepada Direksi.
/do

7. Perseroan Terbuka adalah Perseroan Publik atau


Perseroan yang melakukan penawaran umum
/12

saham, sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan di bidang pasar modal.
22

8. Perseroan Publik adalah Perseroan yang memenuhi


kriteria jumlah pemegang saham dan modal disetor
20

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


m/

undangan di bidang pasar modal.


9.
co

Penggabungan adalah perbuatan hukum yang


dilakukan oleh satu Perseroan atau lebih untuk
si.

menggabungkan diri dengan Perseroan lain yang


ula

telah ada yang mengakibatkan aktiva dan pasiva


dari Perseroan yang menggabungkan diri beralih
eg

karena hukum kepada Perseroan yang menerima


penggabungan dan selanjutnya status badan
for

hukum Perseroan yang menggabungkan diri


berakhir karena hukum.
.in

10. Peleburan adalah perbuatan hukum yang


ww

dilakukan oleh dua Perseroan atau lebih untuk


meleburkan diri dengan cara mendirikan satu
//w

Perseroan baru yang karena hukum memperoleh


aktiva dan pasiva dari Perseroan yang meleburkan
ps:

diri dan status badan hukum Perseroan yang


meleburkan diri berakhir karena hukum.
htt

11. Pengambilalihan . . .

SK No 137236 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-616-

hu
-ta
11. Pengambilalihan adalah perbuatan hukum yang

r-2
dilakukan oleh badan hukum atau orang
perseorzrngan untuk mengambil alih saham

mo
Perseroan yang mengakibatkan beralihnya
pengendalian atas Perseroan tersebut.

-no
12. Pemisahan adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh Perseroan untuk memisahkan

pu
usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan
erp
pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada 2
(dua) Perseroan atau lebih atau sebegan aktiva
d-p

dan pasiva Perseroan beralih karena hukum


kepada 1 (satu) Perseroan atau lebih.
loa

13. Surat Tercatat adalah surat yang dialamatkan


kepada penerima dan dapat dibuktikan dengan
wn

tanda terima dari penerima yang ditandatangani


dengan menyebutkan tanggal penerimaan.
/do

14. Surat Kabar adalah surat kabar harian berbahasa


Indonesia yang beredar secara nasional.
/12

15. Hari adalah hari kalender.


22

16. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan


urusan pemerintahan di bidang hukum dan hak
/20

asasi malusia-
om

2 Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi sebagai


i.c

berikut:
las

Pasal 7
(l) Perseroan didirikan oleh
2 (dua) orang atau lebih
gu

dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa


e

Indonesia.
for

(21 Setiap pendiri Perseroan wajib mengambil bagian


saham pada saat Perseroan didirikan.
.in

(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


ww

tidak berlaku dalam rangka Peleburan.


(41 Perseroan memperoleh status badan hukum
/w

setelah didaftarkan kepada Menteri dan


mendapatkan bukti pendaftaran.
/
ps:
htt

(5) Setelah. . .

SK No 137237A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-6t7 -

hu
(5) Setelah Perseroan memperoleh status badan

-ta
hukum dan pemegang saham menjadi kurang dari

2
2 (dua) orang, dalam jangka waktu paling lama 6

or-
(enam) bulan terhitung sejak keadaan tersebut,
pemegang saham yang bersangkutan wajib:

om
a. mengalihkan sebagian sahamnya kepada
orang lain; atau

u-n
b. Perseroan mengeluarkan saham baru kepada
rpp
orang lain.
(6) Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud
-pe
pada ayat (5) telah dilampaui, pemegang saham
tetap kurang dari 2 (dua) orang:
ad

a. pemegang saham bertanggung jawab secara


pribadi atas segala perikatan dan kerugian
lo

Perseroan; dan
wn

b. atas permohonan pihak yang berkepentingan,


pengadilan negeri dapat membubarkan
/do

Perseroan tersebut.
/12

(71 Ketentuan yang mewajibkan Perseroan didirikan


oleh 2 (dua) orang atau lebih sebagaimana
22

dimaksud pada ayat (1), ayat (5), dan ayat (6) tidak
berlaku bagi:
20

a. persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh


m/

negara;
b. badan usaha milik daerah;
.co

c. badan usaha milik desa;


i
las

d. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga


kliring dan penjaminan, lembaga
gu

penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga


lain sesuai dengan ketentuan peraturan
ore

perundang-undangan di bidang pasar modal;


atau
f
.in

e. Perseroan yang memenuhi kriteria untuk


ww

usaha mikro dan kecil.


(8) Usaha mikro dan kecil sebagaimana dimaksud
//w

pada ayat (7) huruf e merupakan usaha mikro dan


kecil sebagaimana diatur dalam peraturan
ps:

perundang-undangan mengenai usaha mikro dan


kecil.
htt

3.Ketentuan...

SK No 137238A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-618-

u
ah
2-t
3 Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

r-
mo
Pasal 32
(1) Perseroan wajib memiliki modal dasar Perseroan.

-no
(2) Besaran modal dasar Perseroan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan

pu
keputusan pendiri Perseroan.
(3) erp
Ketentuan lebih lanjut mengenai modal dasar
Perseroan diatur dalam Peraturan Pemerintah.
d-p

4 Ketentuan Pasal 153 diubah sehingga berbunyi sebagai


loa

berikut:
wn

Pasal 153
Ketentuan mengenai biaya Perseroan sebagai badan
/do

hukum diatur sesuai dengan ketentuan peraturan


pemndang-undangan di bidang penerimaan negara
/12

bukan pajak.
22

5 Di antara Pasal 153 dan Pasal 154 disisipkan 10


20

(sepuluh) pasal, yakni Pasal 153A, Pasal 1538, Pasal


153C, Pasal 153D, Pasal 153E, Pasal 153F, Pasal 153G,
m/

Pasal 153H, Pasal 153I, dan Pasal 153J sehingga


berbunyi sebagai berikut:
co

Pasal 153A
si.

(1) Perseroan yang memenuhi kriteria usaha mikro


ula

dan kecil dapat didirikan oleh 1 (satu) orang.


(2) Pendirian Perseroan untuk usaha mikro dan kecil
eg

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan


for

berdasarkan surat pernyataan pendirian yang


dibuat dalam bahasa Indonesia.
.in

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendirian


ww

Perseroan untuk usaha mikro dan kecil


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
//w
ps:

Pasal 1538. . .
htt

SK No 137239 A
ml
.ht
22
-20
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-6t9-

ah
2-t
Pasal 1538
(1) Pernyataan pendirian

or-
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 153A ayat (2) memuat maksud dan

om
tujuan, kegiatan usaha, modal dasar, dan
keterangan lain berkaitan dengan pendirian

u-n
Perseroan.
(21 Pernyataan pendirian sebagaimana dimaksud pada
rpp
ayat (1) didaftarkan secara elektronik kepada
Menteri dengan mengisi format isian.
-pe
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai materi
pernyataan pendirian sebagaimana dimaksud pada
ad

ayat (1) dan format isian sebagaimana dimaksud


nlo

pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Pemerintah.


ow

Pasal 153C
(1) untuk
Perubahan pernyataan pendirian Perseroan
/d

usaha mikro dan kecil sebagaimana dimalsud


/12

dalam Pasal 153A ditetapkan oleh RUPS dan


diberitahukan secara elektronik kepada Menteri.
22

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai materi dan format


20

isian perubahan pernyataan pendirian


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
/
om

Peraturan Pemerintah.
i.c

Pasal l53D
s

(1) Direksi Perseroan untuk usaha mikro dan kecil


ula

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 153A


g

menjalankan pengurusan Perseroan untuk usaha


ore

mikro dan kecil bagi kepentingan Perseroan sesuai


dengan maksud dan tqiuan Perseroan.
inf

(2) Direksi berwenang menjalankan pengunrsan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai
w.

dengan kebijakan yang dianggap tepat, dalam


w

batas yang ditentukan dalam Undang-Undang ini,


/w

dan/ atau pernyataan pendirian Perseroan.


s:/
p

Pasal 153E. . .
htt

SK No 137240 A
l
tm
2.h
02
FRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-620-

hu
-ta
Pasal 153E

2
(1) Pemegang saham Perseroan untuk usaha mikro

or-
dan kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal

om
153A merupakan orang perseorangan.
l2l Pendiri Perseroan hanya dapat mendirikan

-n
Perseroan untuk usaha mikro dan kecil sejumlah I

pu
(satu) Perseroan untuk usaha mikro dan kecil
dalam jangka waktu 1 (satu) tahun.
erp
d-p
Pasal l53F
(1) Direksi Perseroan untuk usaha mikro dan kecil
loa

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 153A harus


membuat laporan keuangan dalam rangka
wn

mewujudkan tata kelola Perseroan yang baik.


l2l Ketentuan lebih lanjut mengenai kewajiban
/do

membuat laporan keuangan diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
/12
22

Pasal 153G
(l) Pembubaran Perseroan untuk usaha mikro dan
20

kecil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 153A


m/

dilakukan oleh RUPS yang dituangkan dalam


pernyataan pembubaran dan diberitahukan secara
co

elektronik kepada Menteri.


si.

(21 Pembubaran Perseroan untuk usaha mikro dan


kecil sebagaimana dimaksud pada ayat (l) terjadi
ula

karena:
eg

a. berdasarkan keputusan RUPS;


b. jangka waktu berdirinya yang ditetapkan
for

dalam pernyataan pendirian telah berakhir;


.in

c. berdasarkanpenetapanpengadilan;
ww

d. dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan


putusan pengadilan niaga yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, harta
//w

pailit Perseroan tidak cukup untuk membayar


biaya kepailitan;
ps:

e. harta . .
htt

SK No 137241 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-62t-

hu
-ta
e harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan

2
pailit berada dalam keadaan insolvensi

or-
sebagaimana diatur dalam ketentuan Undang-
Undang tentang Kepailitan dan Penundaan

om
Kewajiban Pembayaran Utang; atau

-n
f. dicabutnya Perizinan Berusaha Perseroan
sehingga mewajibkan Perseroan melakukan

pu
likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan
erp
perundang-undangan.
d-p

Pasal 153H
(1) Dalam hal Perseroan untuk usaha mikro dan kecil
loa

sudah tidak memenuhi kriteria sebagaimana


wn

dimaksud dalam Pasal 153A ayat (1), Perseroan


harus mengubah statusnya menjadi Perseroan
sebagaimana dimaksud dalam ketentuan
/do

peraturan perundang-undangan.
/12

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai pengubahan


status Perseroan untuk usaha mikro dan kecil
22

menjadi Perseroan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
20
m/

Pasal 153I
co

(1) Perseroan untuk usaha mikro dan kecil diberikan


keringanan biaya terkait pendirian badan hukum.
si.

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai keringanan biaya


ula

Perseroan untuk usaha mikro dan kecil


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sesuai
eg

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan


for

di bidang penerimaan negara bukan pajak.


.in

Pasal 153J
ww

(1) Pemegang saham Perseroan untuk usaha mikro


dan kecil tidak bertanggung jawab secara pribadi
//w

atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan


dan tidak bertanggung jawab atas kerugian
ps:

Perseroan melebihi saham yang dimiliki.


htt

(2) Ketentuan. . .

SK No 137242 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
ELIK INDONESIA

n-2
-622-

hu
-ta
r-2
(2)

mo
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak berlaku apabila:

-no
a. persyaratan Perseroan sebagai badan hukum
belum atau tidak terpenuhi;

pu
b. pemegang saham yang bersangkutan, baik
langsung maupun tidak langsung dengan
erp
iktikad buruk memanfaatkan Perseroan
untuk kepentingan pribadi;
d-p

c. pemegang saham yang bersangkutan terlibat


loa

dalam perbuatan melawan hukum yang


dilakukan oleh Perseroan; i.tau
wn

d. pemegang saham yang bersangkutan, baik


langsung maupun tidak langsung secara
/do

melawan hukum menggunakan kekayaan


Perseroan, yang mengakibatkan kekayaan
/12

Perseroan menjadi tidak cukup untuk


melunasi utang Perseroan.
22
/20

Bagian Keenam
Undang-Undang Gangguan
om
i.c

Pasal 110
las

Staatsblad Tahun 1926 Nomor 226 }uncto Staatsblad


gu

Tahun 1940 Nomor 450 tentang Undang-Undang Gangguan


e

(Hinderordonnantie) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.


for
.in

Bagian Ketujuh
Perpajakan
ww
/w

Pasal 111...
/
ps:
htt

SK No 137243 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
d-t ELIK INDONESIA
-623-

hu
-ta
2
or-
Pasal 111
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun

om
1983 tentang Pajak Penghasilan (Lrmbaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran

-n
Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang

pu
Nomor 7 Tahun 2021 lenlang Harmonisasi Peraturan
erp
Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2021 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik
d-p

Indonesia Nomor 6736) diubah sebagai berikut:


loa

1 Ketentuan Pasal 2 diubah sehingga berbunyi sebagai


wn

berikut:
Pasal 2
/do

(1) Yang menjadi subjek pajak adalah:


a. 1. orang pribadi; dan
/12

2.
warisan yang belum terbagi sebagai satu
22

kesatuan menggantikan yang berhak;


b. badan; dan
20

c. bentuk usaha tetap.


m/

(1a) Bentuk usaha tetap merupakan subjek pajak yang


co

perlakuan perpajakannya dipersamakan dengan


subjek pajak badan.
si.

(2) Subjek pajak dibedakan menjadi subjek pajak


ula

dalam negeri dan subjek pajak luar negeri.


(3) Subjek pajak dalam negeri adalah:
eg

a. orang pribadi, baik yang merupakan Warga


for

Negara Indonesia maupun warga negara asing


yang:
.in

l bertempat tinggal di Indonesia;


ww

2. berada di Indonesia lebih dari 183


(seratus delapan puluh tiga) hari dalam
//w

jangka waktu 12 (dua belas) bulan; atau


ps:

3. dalam . .
htt

SK No 1372,14A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESlA,
-624-

hu
3. dalam suatu tahun pajak berada di

-ta
Indonesia dan mempunyai niat untuk

2
bertempat tinggal di Indonesia;

or-
b. badan yang didirikan atau bertempat
kedudukan di Indonesia, kecuali unit tertentu

om
dari badan pemerintah yang memenuhi
kriteria:

-n
1. pembentukannyaberdasarkanketentuan

pu
peraturan perundang-undangan;
erp
2. pembiayaannya bersumber dari
Anggaran Pendapatan dan Belanja
d-p

Negara atau Anggaran Pendapatan dan


Belanja Daerah;
loa

3. penerimaannya dimasukkan dalam


anggaran Pemerintah Pusat atau
wn

Pemerintah Daerah; dan


4. pembukuannya diperiksa oleh aparat
/do

pengawasan fungsional negara; dan


/12

c. warisan yang belum terbagi sebagai satu


kesatuan menggantikan yang berhak.
22

(4) Subjek pajak luar negeri adalah:


20

a. orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di


Indonesia;
m/

b. warga negara asing yang berada di Indonesia


co

tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh


tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas)
si.

bulan;
ula

c. Warga Negara Indonesia yang berada di luar


Indonesia lebih dari 183 (seratus delapan
eg

puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua


for

belas) bulan serta memenuhi persyaratan:


1. tempat tinggal;
.in

2. pusat kegiatan utama;


ww

3. tempat menjalankan kebiasaan;


4. status subjek pajak; dan/atau
//w

5. persyaratan tertentu lainnya,


yang ketentuan lebih lanjut mengenai
ps:

persyaratan tersebut diatur dalam Peraturan


htt

Menteri Keuangan; dan


d. badan . , .

SK No 137245 A
l
tm
2.h
02
PRESlDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-625-

hu
-ta
2
d. badan yang tidak didirikan dan

or-
tidak
bertempat kedudukan di Indonesia,

om
yang menjalankan usaha atau melakukan kegiatan
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia atau yang

-n
dapat menerima atau memperoleh penghasilan dari

pu
Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
erp
Indonesia.
(5) Bentuk usaha tetap adalah bentuk usaha yang
d-p

dipergunakan oleh orang pribadi sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) huruf a, huruf b, dan
loa

huruf c, dan badan sebagaimana dimaksud pada


ayat (4) huruf d untuk menjalankan usaha atau
wn

melakukan kegiatan di Indonesia yang dapat


berupa:
/do

a. tempat kedudukan manajemen;


/12

b. cabang perusahaan;
c. kantor perwakilan;
22

d. gedung kantor;
20

e. pabrik;
m/

f. bengkel;
g. gudang;
co

h. ruang untuk promosi dan penjualan;


si.

i. pertambangan dan penggalian sumber alam;


ula

j. wilayah kerja pertambangan minyak dan gas


bumi;
eg

k. perikanan, peternakan, pertanian,


for

perkebunan, atau kehutanan;


1. proyek konstruksi, instalasi, atau proyek
.in

perakitan;
ww

m. pemberian jasa dalam bentuk apa pun oleh


pegawai atau orang lain sepanjang dilakukan
//w

lebih dari 60 (enam puluh) hari dalam jangka


waktu 12 (dua belas) bulan;
ps:

n. orang atau badan yang bertindak selaku agen


yang kedudukannya tidak bebas;
htt

o. agen

SK No 137246A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-626-

hu
o. agen atau pegawai dari perusahaan asuransi yang

a
2-t
tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia yang menerima premi asuransi atau

r-
menanggung risiko di Indonesia; dan

mo
p. komputer, agen elektronik, atau peralatan otomatis
yang dimiliki, disewa, atau digunakan oleh

o
penyelenggara transaksi elektronik untuk

u-n
menjalankan kegiatan usaha melalui internet.
(6) Tempat tinggal orang pribadi atau tempat kedudukan

keadaan yang sebenarnya.


erpp
badan ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak menurut
d-p

2 Ketentuan Pasal 26 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
loa

Pasal 26
(1) Atas penghasilan tersebut di bawah ini, dengan nama
wn

dan dalam bentuk apa pun, yang dibayarkan,


disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
/do

pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak


dalam negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha
/12

tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya


kepada Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha
22

tetap di Indonesia dipotong pajak sebesar 2Oo/o (dua


puluh persen) dari jumlah bruto oleh pihak yang wajib
/20

membayarkan:
a. dividen;
m

b. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan


co

sehubungan dengan jaminan pengembalian utang;


si.

c. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan


dengan penggunaan harta;
ula

d. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan


reg

kegiatan;
e. hadiah dan penghargaan;
f. pensiun dan pembayaran berkala lainnya;
o

g. premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya;


inf

dan/atau
.

h. keuntungan karena pembebasan utang.


ww

(1a) Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri selain yang
//w

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha


melalui bentuk usaha tetap di Indonesia sebagaimana
ps:

dimaksud pada ayat (1) adalah negara tempat tinggal


atau tempat kedudukan Wajib Pajak luar negeri yang
sebenarnya menerima manfaat dari penghasilan
htt

tersebut (beneficial owner).


(1b) Tarif...

SK No 137247A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUILIK INDONESIA

un
-627 -

h
(1b) Tarif sebesar 2OVo (d.ua puluh persen) dari jumlah

-ta
bruto oleh pihak yang wajib membayarkan bunga

r-2
termasuk premium, diskonto, dan imbalan
sehubungan dengan jaminan pengembalian utang

mo
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat
diturunkan dengan Peraturan Pemerintah.

-no
(21 Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan
harta di Indonesia, kecuali yang diatur dalam Pasal

pu
4 ayat (21, yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
erp
luar negeri selain bentuk usaha tetap di Indonesia,
dan premi asuransi yang dibayarkan kepada
perusahaan asuransi luar negeri dipotong pajak
d-p

2Oo/o (dua puluh persen) dari perkiraan


penghasilan neto.
loa

(2a) Atas penghasilan dari penjualan atau pengalihan


wn

saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18


ayat (3c) dipotong pajak sebesar 2O% (dua puluh
/do

persen) dari perkiraan penghasilan neto.


(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud
/12

pada ayat (2) dan ayat (2al diatur dengan atau


berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
22

(4) Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak


20

dari suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dikenai


pajak sebesar 2oo/o (dtua puluh persen), kecuali
m/

penghasilan tersebut ditanamkan kembali di


Indonesia, yang ketentuannya diatur lebih lanjut
o
i.c

dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri


Keuangan.
las

(5) Pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada


gu

ayat (1), ayat (21, ayat (2a1, dan ayat (4) bersiflat
final, kecuali:
e

a. pemotongan atas penghasilan sebagaimana


for

dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b dan


.in

huruf c; dan
b. pemotongan atas penghasilan yang diterima
ww

atau diperoleh orang pribadi atau badan luar


negeri yang berubah status menjadi Wajib
//w

Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap.


ps:

Pasal 112. . .
htt

SK No 097214 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
BLIK INOONESIA
-624-

hu
-ta
Pasal 112

2
or-
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan

om
Pajak Penjualan atas Barang Mewah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 51, Tambahan

u-n
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3264l,
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

rpp
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2O2l lentang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2O21 Nomor 246, Tambahan Lembaran
-pe
Negara
Republik Indonesia Nomor 6736) diubah sebagai berikut:
load

1 Ketentuan Pasal 1A diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
wn

Pasal 1A
/do

(1) Yang termasuk dalam pengertian penyerahan


Barang Kena Pajak adalah:
/12

a. penyerahan hak atas Barang Kena Pajak


karena suatu perjanjian;
22

b. pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu


20

perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa


guna usaha (leasirq);
m/

c. penyerahan Barang Kena Pajak kepada


.co

pedagang perantara atau melalui juru lelang;


d. pemakaian sendiri danlatau pemberian
i
las

cuma-cuma atas Barang Kena Pajak;


e. Barang Kena Pajak berupa persediaan
gu

dan/ atau aktiva yang menurut tujuan semula


ore

tidak untuk diperjualbelikan, yang masih


tersisa pada saat pembubaran perusahaan;
f

f.
.in

penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat ke


cabang atau sebaliknya dan/ atau penyerahan
ww

Barang Kena Pajak antarcabang;


//w
ps:

g. dihapus. . .
htt

SK No 137249A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN
ALIK INDONESIA

n-2
-629-

hu
-ta
C. dihapus; dan

2
h. penyerahan Barang Kena Pajak oleh

or-
Pengusaha Kena Pajak dalam rangka
perjanjian pembiayaan yang dilakukan

om
berdasarkan prinsip syariah, yang

-n
penyerahannya dianggap langsung dari
Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang

pu
membutuhkan Barang Kena Pajak.
erp
(21 Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan
Barang Kena Pajak adalah:
d-p

a. penyerahan Barang Kena Pajak kepada


makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab
loa

Undang-Undang Hukum Dagang;


b. penyerahan Barang Kena Pajak untuk
wn

jaminan utang-piutang;
/do

c. penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf f dalam hal
/12

Pengusaha Kena Pajak melakukan pemusatan


tempat pajak terutang;
22

d. pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka


penggabungan, peleburan, pemekaran,
20

pemecahan, dan pengambilalihan usaha,


m/

serta pengalihan Barang Kena Pajak untuk


tqiuan setoran modal pengganti saham,
co

dengan syarat pihak yang melakukan


si.

pengalihan dan yang menerima pengalihan


adalah Pengusaha Kena Pajak; dan
ula

e. Barang Kena Pajak berupa aktiva yang


eg

menurut tujuan semula tidak untuk


diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
for

pembubaran perusahaan, dan yang Pajak


Masukan atas perolehannya tidak dapat
.in

dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam


ww

Pasal 9 ayat (8) huruf b.


//w

2 Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ps:
htt

Pasal 13. . -

SK No 137250A
l
tm
2 .h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INOONESIA
-630-

hu
-ta
Pasal 13

r-2
(1) Pengusaha Kena Pajak wajib membuat Faktur
Pajak untuk setiap:

mo
a. penyerahan Barang Kena Pajak sebagaimana

o
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (Ll huruf a atau

u-n
huruf f dan/atau Pasal 16D;
b. penyerahan Jasa Kena Pajak sebagaimana
p
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c;
erp
c. ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
d-p
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf g; dan/ atau
loa

d. ekspor Jasa Kena Pajak sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 4 ayal(Ll hurufh.
wn

(1a) Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


harus dibuat pada:
/do

a. saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau


penyerahan Jasa Kena Pajak;
/12

b. saat penerimaan pembayaran dalam hal


22

penerimaan pembayaran terjadi sebelum


penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
20

sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;


m/

c. saat penerimaan pembayaran termin dalam


hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan;
co

atau
si.

d. saat lain yang diatur dengan atau


ula

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.


(21 Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana
eg

dimaksud pada ayat (1), Pengusaha Kena Pajak


dapat membuat 1 (satu) Faktur Pajak meliputi
for

seluruh penyerahan yang dilakukan kepada


.in

pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa


Kena Pajak yang sama selama I (satu) bulan
ww

kalender.
(2a) Faktur Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (21
/w

harus dibuat paling lama pada akhir bulan


penyerahan.
/
ps:
htt

(3) Dihapus. . .

SK No 137251A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-63r-

hu
a
r-2-t
(3)

mo
Dihapus.
(41 Dihapus.

o
(5) Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan

u-n
keterangan tentang penyerahan Barang Kena Pajak
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang paling
sedikit memuat: rpp
a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak
e
d-p

yang menyerahkan Barang Kena Pajak atau


Jasa Kena Pajak;
loa

b. identitas pembeli Barang Kena Pajak atau


penerima Jasa Kena Pajak yang meliputi:
wn

1. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib


Pajak atau nomor induk kependudukan
/do

atau nomor paspor bagi subjek pajak luar


negeri orang pribadi; atau
/12

2. nama dan alamat, dalam hal pembeli


22

Barang Kena Pajak atau penerima Jasa


Kena Pajak merupakan subjek pajak luar
/20

negeri badan atau bukan merupakan


subjek pajak sebagaimana dimaksud
m

dalam Pasal 3 Undang-Undang tentang


co

Pajak Penghasilan;
c. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual
si.

atau Penggantian, dan potongan harga;


ula

d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;


reg

e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang


dipungut;
o

f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan


inf

Faktur Pajak; dan


.

A. nama dan tanda tangan yang berhak


ww

menandatangani Faktur Pajak.


//w

(5a) Pengusaha . . .
ps:
htt

SK No 137252 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
n-2
REPUBLIK INDONESIA
-632-

hu
(5a) Pengusaha Kena Pajak pedagang eceran dapat

-ta
membuat Faktur Pajak tanpa mencantumkan

r-2
keterangan mengenai identitas pembeli serta nama
dan tanda tangan penjual dalam hal melakukan

o
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa

om
Kena Pajak kepada pembeli dengan karakteristik
konsumen akhir yang diatur lebih lanjut dengan

u-n
Peraturan Menteri Keuangan.
(6) Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan
rpp
dokumen tertentu yang kedudukannya
dipersamakan dengan Faktur Pajak.
-pe
(7) Dihapus.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
ad

pembuatan Faktur Pajak dan tata cara pembetulan


nlo

atau penggantian Faktur Pajak diatur dengan atau


berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
ow

(9) Faktur Pajak harus memenuhi persyaratan formal


dan material.
2/d

Pasal 113
/1

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun


22

1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan


(kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor
20

49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor


32621 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
m/

dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2O2l tentang


co

Harmonisasi Peraturan Perpajakan (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 246, Tambahan
si.

lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6736) diubah


ula

sebagai berikut:
eg

1 Ketentuan Pasal 9 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
for

Pasal 9
.in

(1) Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh


tempo pembayaran dan penyetoran pajak yang
ww

terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi


masing-masing jenis pajak paling lama 15 (lima
/w

belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau


berakhirnya Masa Pajak.
s:/

(21 Kekurangan pembayaran pajak yang terutang


p

berdasarkan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak


htt

Penghasilan harus dibayar lunas sebelum Surat


Pemberitahuan Pajak Penghasilan disampaikan.
(2a) Pembayaran . . .

SK No 137253 A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-633-

hu
a
2-t
(2a) Pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), yang dilakukan setelah

or-
tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran
pajak, dikenai sanksi administratif berupa bunga

om
sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan yang dihitung sejak berakhimya

u-n
tanggal jatuh tempo pembayaran sampai dengan
tanggal pembayaran, dan dikenakan paling lama
rpp
24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan.
-pe
(2b) Atas pembayaran atau penyetoran pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (21 yang
ad

dilakukan setelah tanggal jatuh tempo


lo

penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan,


wn

dikenai sanksi administratif berupa bunga sebesar


tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri
/do

Keuangan yang dihitung sejak berakhirnya batas


waktu penyampaian Surat Pemberitahuan
/12

Tahunan sampai dengan tanggal pembayaran, dan


dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan
22

serta bagian dari bulan dihitung penuh I (satu)


bulan.
/20

(2c) Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri


Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2a)
om

dan ayat (2b) dihitung berdasarkan suku bunga


acuan ditambah 5% (lima persen) dan dibagi 12
i.c

(dua belas) yang berlaku pada tanggal dimulainya


las

penghitungan sanksi.
(3) Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak
u
eg

Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang


Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan,
for

Surat Keputusan Pbmbetulan, Putusan Banding,


serta Putusan Peninjauan Kembali, yang
.in

menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar


ww

bertambah, harus dilunasi dalam jangka waktu 1


(satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.
//w

(3a) Bagi. . .
ps:
htt

SK No 137254A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-634-

h
-ta
(3a) Bagi Wajib Pajak usaha kecil dan Wajib Pajak di

r-2
daerah tertentu, jangka waktu pelunasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat

mo
diperpanjang paling lama menjadi 2 (dua) bulan
yang ketentuannya diatur dengan atau

-no
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(41 Direktur Jenderal Pajak atas permohonan Wajib

pu
Pajak dapat memberikan persetujuan untuk
erp
mengangsur atau menunda pembayaran pajak
termasuk kekurangan pembayaran sebagaimana
d-p

dimaksud pada ayat (21 yang pelaksanaannya


diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
loa

Keuangan.
wn

2 Ketentuan Pasal 11 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/do

Pasal 11
/12

(1) Atas permohonan Wajib Pajak, kelebihan


pembayaran pajak sebagaimana dimaksud dalam
22

Pasal 17, Pasal 178, Pasal 17C, atau Pasal 17D


dikembalikan dengan ketentuan bahwa apabila
/20

ternyata Wajib Pajak mempunyai utang pajak,


langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih
om

dahulu utang pajak tersebut.


(1a) Kelebihan pembayaran pajak sebagai akibat
c
si.

adanya Surat Keputusan Keberatan, Surat


Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
ula

Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat


Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi,
eg

Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak,


for

Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, dan


Putusan Banding atau Putusan Peninjauan
.in

Kembali, serta Surat Keputusan Pemberian


ww

Imbalan Bunga dikembalikan kepada Wajib Pajak


dengan ketentuan jika ternyata Wajib Pajak
mempunyai utang pajak langsung diperhitungkan
//w

untuk melunasi terlebih dahulu utang pajak


tersebut.
ps:
htt

(2) Pengembalian...

SK No 137255 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-635-

ah
2-t
(21 Pengembalian kelebihan pembayaran pajak
sslagaiman4 dimaksud pada ayat (1) dan ayat (la)

or-
dilakukan paling lama 1 (satu) bulan sejak
permohonan pengembalian kelebihan pembayaran

om
pajak diterima sehubungan dengan diterbitkannya
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana

u-n
dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1), atau sejak
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
rpp
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2) dan
Pasal l7B, atau sejak diterbitkannya Surat
-pe
Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan
Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17C
ad

atau Pasal 17D, atau sejak diterbitkannya Surat


Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
nlo

Pembetulan, Surat Keputusan Pengurangan


Sanksi Administrasi, Surat Keputusan
ow

Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat


/d

Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat


Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak atau Surat
/12

Keputusan Pemberian Imbalan Bunga, atau sejak


diterimanya Putusan Banding atau Putusan
22

Peninjauan Kembali yang menyebabkan kelebihan


20

pembayaran pajak.
(3) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran
/
om

pajak dilakukan setelah jangka waktu 1 (satu)


bu1an, Pemerintah memberikan imbalan bunga
i.c

sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh


Menteri Keuangan atas keterlambatan
s
ula

pengembalian kelebihan pembayaran pajak


dihitung sejak batas waktu penerbitan Surat
g

Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran


ore

Pajak berakhir sampai dengan saat dilakukan


pengembalian kelebihan dan diberikan paling lama
inf

24 (dtua puluh empat) bulan, serta bagian dari


bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
w.

(3a) Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri


w

Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


/w

dihitung berdasarkan suku bunga acuan dibagi 12


(dua belas) yang berlaku pada tanggal dimulainya
s:/

penghitungan imbalan bunga.


p
htt

(4) Tata . . .

SK No 137256A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-636-

u
ah
(41 Tata cara penghitungan dan pengembalian

2-t
kelebihan pembayaran pajak diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

r-
mo
3 Pasal 13A dihapus.

-no
4 Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai

pu
berikut:
Pasal 15 erp
(1) Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat
d-p

Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dalam


jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat
loa

terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak,


bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila
wn

ditemukan data baru yang mengakibatkan


penambahan jumlah pajak yang terutang setelah
/do

dilakukan tindalan pemeriksaan dalam rangka


penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
/12

Tambahan.
(21 Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam
22

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan


ditambah dengan sanksi administratif berupa
20

kenaikan sebesar l0O7o (seratus persen) dari


m/

jumlah kekurangan pajak tersebut.


(3) Kenaikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
co

tidak dikenakan apabila Surat Ketetapan Pajak


si.

Kurang Bayar Tambahan itu diterbitkan


ula

berdasarkan keterangan tertulis dari Wajib Pajak


atas kehendak sendiri, dengan syarat Direktur
eg

Jenderal Pajak belum mulai melakukan tindakan


pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat
for

Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.


(4)
.in

Dihapus.
(5) Tata cara penerbitan Surat Ketetapan Pajak
ww

Kurang Bayar Tambahan sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) diatur dengan atau berdasarkan
//w

Peraturan Menteri Keuangan.


ps:

5 Ketentuan Pasal 178 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
htt

Pasal 178. . .

SK No 137257 A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN
REPUBLIK

-2
'NDONESIA

un
-637 -

ah
2-t
Pasal 17B
(1) Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan

r-
pemeriksaan atas permohonan pengembalian

mo
kelebihan pembayaran pajak, selain permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari

-no
Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
17C dan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud

pu
dalam Pasal L7D, harus menerbitkan surat
erp
ketetapan pajak paling lama 12 (dua belas) bulan
sejak surat permohonan diterima secara lengkap.
d-p

(1a) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


tidak berlaku terhadap Wajib Pajak yang sedang
loa

dilakukan pemeriksaan bukti permulaan tindak


pidana di bidang perpajakan yang ketentuannya
wn

diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri


Keuangan.
/do

(21 Apabila setelah melampaui jangka waktu


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Direktur
/12

Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan,


permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
22

pajak dianggap dikabulkan dan Surat Ketetapan


/20

Pajak Lebih Bayar harus diterbitkan paling lama 1


(satu) bulan setelah jangka waktu tersebut
om

berakhir.
(3) Apabila Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
i.c

terlambat diterbitkan sebagaimana dimaksud pada


ayat (21, kepada Wajib Pajak diberikan imbalan
las

bunga sebesar tarif bunga per bulan yang


gu

ditetapkan oleh Menteri Keuangan dihitung sejak


berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud
ore

pada ayat (2) sampai dengan saat diterbitkan Surat


Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
f
.in

(4) Apabila pemeriksaan bukti permulaan tindak


pidana di bidang perpajakan sebagaimana
ww

dimaksud pada ayat (1a):


a. tidak dilanjutkan dengan penyidikan;
//w

b. dilanjutkan dengan penyidikan, tetapi tidak


dilanjutkan dengan penuntutan tindak pidana
ps:

di bidang perpajakan; atau


htt

c. dilanjutkan. . .

SK No 137258 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-638-

hu
-ta
2
c. dilanjutkan dengan penyidikan dan

or-
penuntutan tindak pidana di bidang

om
perpajakan, tetapi diputus bebas atau lepas
dari segala tuntutan hukum berdasarkan

-n
putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap,

pu
'Pajak
dan dalam hal kepada Wajib
erp diterbitkan
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, kepada Wajib
Pajak diberikan imbalan bunga sebesar tarif bunga
d-p

per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan


dihitung sejak berakhirnya jangka waktu 12 (dua
loa

belas) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat (l)


sampai dengan saat diterbitkan Surat Ketetapan
wn

Pajak Lebih Bayar.


(5) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat
/do

(4) tidak diberikan dalam hal pemeriksaan bukti


permulaan tindak pidana di bidang perpajakan:
/12

a. tidak dilanjutkan dengan penyidikan karena


Wajib Pajak dengan kemauan sendiri
22

mengungkapkan ketidakbenaran
20

perbuatannya sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 8 ayat (3); atau
m/

b. dilanjutkan dengan penyidikan, tetapi tidak


co

dilanjutkan dengan penuntutan tindak pidana


di bidang perpajakan karena dilakukan
si.

penghentian penyidikan tindak pidana di


ula

bidang perpajakan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 44B.
eg

(6) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat


for

(3) dan ayat (4) diberikan paling lama 24 (dua puluh


empat) bulan, serta bagian dari bulan dihitung
.in

penuh 1 (satu) bulan.


ww

(71 Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri


Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dan ayat (4) dihitung berdasarkan suku bunga
//w

acuan dibagi 12 (dua belas) yang berlaku pada


tanggal dimulainya penghitungan imbalan bunga.
ps:
htt

6. Ketentuan . . .

SK No 137259A
l
tm
2 .h
02
PRESIDEN
REPIIELIK INDONESIA

n-2
-639-

hu
6 Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi sebagai

-ta
berikut:

r-2
Pasal 19
(l) Apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau

mo
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,
serta Surat Keputusan Pembetulan, Surat

o
Keputusan Keberatan, Putusan Banding atau

u-n
Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan
jumlah pajak yang masih harus dibayar

p
bertambah, pada saat jatuh tempo pelunasan tidak
erp
atau kurang dibayar, atas jumlah pajak yang tidak
atau kurang dibayar itu dikenai sanksi
d-p

administratif berupa bunga sebesar tarif bunga per


bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
loa

untuk seluruh masa, yang dihitung sejak


berakhirnya tanggal jatuh tempo sampai dengan
wn

tanggal pembayaran atau tanggal diterbitkannya


Surat Tagihan Pajak, dan dikenakan paling lama
/do

24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari bulan


dihitung penuh 1 (satu) bulan.
/12

(21 Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur


atau menunda pembayaran pajak juga dikenai
22

sanksi administratif berupa bunga sebesar tarif


20

bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri


Keuangan dari jumlah pajak yang masih harus
m/

dibayar dan dikenakan paling lama 24 (dua puluh


co

empat) bulan serta bagian dari bulan dihitung


penuh 1 (satu) bulan.
si.

(3) Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda


ula

penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan dan


ternyata penghitungan sementara pajak yang
eg

terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3


for

ayat (5) kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya


terutang atas kekurangan pembayaran pajak
.in

tersebut, Wajib Pajak dikenai sanksi administratif


berupa bunga sebesar tarif bunga per bulan yang
ww

ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang dihitung


sejak berakhirnya batas waktu penyampaian Surat
/w

Pemberitahuan Tahunan sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 3 ayat (3) huruf b dan huruf c sampai
/
ps:

dengan tanggal dibayarnya kekurangan


pembayaran tersebut dan dikenakan paling lama
htt

24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari bulan


dihitung penuh I (satu) bulan.
(4) Tarif ...

SK No 137260 A
l
tm
2 .h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-640-

hu
(4) Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri

-ta
Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),

r-2
ayat (21, dan ayat (3) dihitung berdasarkan suku
bunga acuan dibagi 12 (dua belas) yang berlaku

mo
pada tanggal dimulainya penghitungan sanksi.

o
u-n
7 Pasal 27A dihapus.

p
8 Di antara Pasal 27A dan Pasal 28 disisipkan I (satu)
erp
pasal, yakni Pasal 27B sehingga berbunyi sebagai
berikut:
d-p

Pasal 278
(1) Wajib Pajak diberikan
loa

imbalan bunga dalam hal


pengajuan keberatan, permohonan banding, atau
wn

permohonan peninjauan kembali yang dikabulkan


sebagian atau seluruhnya sehingga menyebabkan
/do

kelebihan pembayaran pajak.


(21 Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat
/12

(1) diberikan terhadap kelebihan pembayaran


pajak paling banyak sebesar jumlah lebih bayar
22

yang disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan


20

akhir hasil pemeriksaan atas Surat Pemberitahuan


yang menyatakan lebih bayar yang telah
m/

diterbitkan:
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
co

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar


si.

Tambahan;
ula

c. Surat Ketetapan Pajak kbih Bayar; atau


d. Surat Ketetapan Pajak Nihil.
eg

(3) Wajib Pajak diberikan imbalan bunga sebagaimana


for

dimaksud pada ayat (2) dalam hal permohonan


pembetulan, permohonan pengurangan atau
.in

pembatalan surat ketetapan pajak, atau


ww

permohonan pengurangan atau pembatalan Surat


Tagihan Pajak yang dikabulkan sebagian atau
seluruhnya sehingga menyebabkan kelebihan
/w

pembayaran pajak.
/
ps:

(4) Imbalan . .
htt

SK No 137261 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-64L-

hu
(4) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat

a
2-t
(1) dan ayat (3) diberikan:
a. berdasarkan tarif bunga per bulan yang

r-
ditetapkan oleh Menteri Keuangan

mo
berdasarkan suku bunga acuan dibagi 12 (dua
belas); dan

o
b. diberikan paling lama 24 (dua puluh empat)

u-n
bulan, serta bagian dari bulan dihitung penuh
I (satu) bulan.
(5) rpp
Tarif bunga per bulan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) yang digunakan sebagai dasar
e
d-p

penghitungan imbalan bunga adalah tarif bunga


per bulan yang berlaku pada tanggal dimulainya
loa

penghitungan imbalan bunga.


(6) Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat
wn

(1) dihitung sejak tanggal penerbitan Surat


Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan
/do

Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan


Pajak Lebih Bayar, atau Surat Ketetapan Pajak
/12

Nihil sampai dengan tanggal diterbitkannya Surat


Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau
22

Putusan Peninjauan Kembali.


/20

(71 Imbalan bunga sebagaimana dimaksud pada ayat


(3) dihitung:
m

a. sejak tanggal pembayaran Surat Ketetapan


co

Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan


Pajak Kurang Bayar Tambahan sampai
si.

dengan tanggal diterbitkannya Surat


ula

Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan


Pengurangan Ketetapan Pajak, atau Surat
reg

Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak;


b. sejak tanggal penerbitan Surat Ketetapan
o
inf

Pajak L,ebih Bayar atau Surat Ketetapan Pajak


Nihil sampai dengan tanggal diterbitkannya
.

Surat Keputusan Pembetulan, Surat


ww

Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak,


atau Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan
//w

Pajak; atau
ps:
htt

c. sejak . . .

SK No 137262 A
m l
2.ht
02
l,RESIDEN
REPIJELIK INDONESIA

n-2
-642-

hu
c. sejak tanggal pembayaran Surat

-ta
Tagihan
Pajak sampai dengan tanggal diterbitkannya

2
Surat Keputusan Pembetulan, Surat

or-
Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak,
atau Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan

om
Pajak.
(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara

u-n
pemberian imbalan bunga diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

p
erp
9 Ketentuan Pasal 38 diubah sehingga berbunyi sebagai
d-p

berikut:
Pasal 38
loa

Setiap orang yang karena kealpaannya:


wn

a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau


b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya
/do

tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan


keterangan yang isinya tidak benar,
/12

sehingga dapat menimbulkan kerugian pada


pendapatan negara dipidana denda paling sedikit 1
22

(satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau


/20

kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah


pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau
om

dipidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau


paling lama 1 (satu) tahun.
si.c

Pasal 114
ula

Ketentuan mengenai pajak daerah dan retribusi daerah


eg

dalam rangka penciptaan lapangan kerja sesuai dengan


ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang tentang
for

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan


Pemerintahan Daerah.
.in
ww

Bagian Kedelapan
//w

Impor Komoditas Perikanan dan Komoditas Pergaraman


ps:

Pasal 115. .
htt

SK No 097215 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-643-

hu
-ta
Pasal 115

r-2
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 7
Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan

mo
Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor

-no
68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5870) diubah sebagai berikut:

pu
erp
I Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
d-p

Pasal I
loa

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


l. Pelindungan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan
wn

Petambak Garam adalah segala upaya untuk


membantu Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan
/do

Petambak Garam dalam menghadapi


permasalahan kesulitan melakukan Usaha
/12

Perikanan atau Usaha Pergaraman.


2. Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya lkan, dan
22

Petambak Garam adalah segala upaya untuk


/20

meningkatkan kemampuan Nelayan, Pembudi


Daya Ikan, dan Petambak Garam untuk
om

melaksanakan Usaha Perikanan atau Usaha


Pergaraman secara lebih baik.
i.c

3. Nelayan adalah Setiap Orang yang mata


las

pencahariannya melakukan Penangkapan Ikan.


4. Nelayan Kecil adalah orang yang mata
gu

pencahariannya melakukan penangkapan ikan


untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari,
e
for

baik yang menggunakan kapal penangkap Ikan


maupun yang tidat< menggunakan kapal
.in

penangkap Ikan.
5. Nelayan Tradisional adalah Nelayan
ww

yang
melakukan Penangkapan Ikan di perairan yang
merupakan hak Perikanan tradisional yang telah
//w

dimanfaatkan secara turun-temurun sesuai


dengan budaya dan kearifan lokal.
ps:
htt

6.Nelayan...

SK No 137264A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-644-

h
6. Nelayan Buruh adalah Nelayan yang menyediakan

-ta
tenaganya yang turut serta dalam usaha

r-2
Penangkapan Ikan.
7. Nelayan Pemilik adalah Nelayan yang memiliki

mo
kapal penangkap Ikan yang digunakan dalam
usaha Penangkapan Ikan dan secara aktif

-no
melakukan Penangkapan Ikan.
8. Penangkapan Ikan adalah kegiatan untuk

pu
memperoleh Ikan di perairan yang tidak dalam
erp
keadaan dibudidayakan dengan alat dan cara yang
mengedepankan asas keberlanjutan dan
d-p
kelestarian termasuk kegiatan yang menggunakan
kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,
mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau
loa

mengawetkannya.
wn

9. Pembudi Daya Ikan adalah Setiap Orang yang mata


pencahariannya melakukan Pembudidayaan Ikan
/do

air tawar, Ikan air payau, dan Ikan air laut.


10. Pembudi Daya Ikan Kecil adalah Pembudi Daya
/12

Ikan yang melakukan Pembudidayaan Ikan untuk


memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
22

11. Penggarap t ahan Budi Daya adalah Pembudi Daya


Ikan yang menyediakan tenaganya dalam
/20

Pembudidayaan Ikan.
om

12. Pemilik Lahan Budi Daya adalah Pembudi Daya


Ikan yang memiliki hak atau izin atas lahan dan
si.c

secara aktif melakukan kegiatan Pembudidayaan


Ikan.
ula

13. Pembudidayaan lkan adalah kegiatan untuk


memelihara, membesarkan, dan/atau
eg

membiakkan Ikan serta memanen hasilnya dalam


lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan
for

yang menggunakan kapal untuk memuat,


mengangkut, menyimpan, mendinginkan,
.in

menangani, mengolah, danlatau


ww

mengawetkannya.
14. Petambak Garam adalah Setiap Orang yang
//w

melakukan kegiatan Usaha Pergaraman.


15. Petambak Garam Kecil adalah Petambak Garam
ps:

yang melakukan Usaha Pergaraman pada lahannya


sendiri dengan luas lahan paling luas 5 (lima)
htt

hektare dan perebus Garam.


16. Penggarap . . .

SK No 137265 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-645-

ah
16. Penggarap Tambak Garam adalah Petambak

2-t
Garam yang menyediakan tenaganya dalam Usaha
Pergaraman.

or-
17. Pemilik Tambak Garam adalah Petambak Garam
yang memiliki hak atas lahan yang digunakan

om
untuk produksi Garam dan secara aktif melakukan
Usaha Pergaraman.

u-n
18. Ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh
atau sebagian dari siklus hidupnya berada di
rpp
dalam lingkungan perairan.
19. Garam adalah senyawa kimia yang komponen
-pe
utamanya berupa natrium klorida dan dapat
mengandung unsur lain, seperti magnesium,
ad

kalsium, besi, dan kalium dengan bahan tambahan


lo

atau tanpa bahan tambahan iodium.


wn

20. Perikanan adalah semua kegiatan yang


berhubungan dengan pengelolaan dan
/do

pemanfaatan sumber daya Ikan dan


lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,
/12

pascaproduksi, dan pengolahan sampai dengan


pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem
22

bisnis Perikanan.
21. Pergaraman adalah semua kegiatan yang
20

berhubungan dengan praproduksi, produksi,


/

pascaproduksi, pengolahan, dan pemasaran


om

Garam.
c

22. Usaha Perikanan adalah kegiatan yang


si.

dilaksanakan dengan sistem bisnis Perikanan yang


la

meliputi praproduksi, produksi, pascaproduksi,


gu

pengolahan, dan pemasaran.


23. Usaha Pergaraman adalah kegiatan yang
ore

dilaksanakan dengan sistem bisnis Pergaraman


yang meliputi praproduksi, produksi,
inf

pascaproduksi, pengolahan, dan pemasaran.


24. Komoditas Perikanan adalah hasil dari Usaha
.
ww

Perikanan yang dapat diperdagangkan, disimpan,


dan/ atau dipertukarkan.
/w

25. Komoditas Pergaraman adalah hasil dari Usaha


Pergaraman yang dapat diperdagangkan,
s:/

disimpan, dan/atau dipertukarkan.


p

26. Setiap Orang adalah orang perseorangan atau


htt

korporasi, baik yang berbentuk badan hukum


maupun yang tidak berbadan hukum.
27.Pelalan. . .
SK No 137266A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-646-

hu
27. Pelak:u Usaha adalah orang perseorangan atau

-ta
korporasi yang melakukan usaha prasarana

r-2
dan/atau sarana produksi Perikanan, prasarana
dan/ atau sarana produksi Garam, pengolahan,

mo
dan pemasaran hasil Perikanan, serta produksi
Garam yang berkedudukan di wilayah hukum

-no
Republik Indonesia.
28. Kelembagaan adalah lembaga yang

pu
ditumbuhkembangkan dari, oleh, dan untuk
Nelayan, Pembudi Daya Ikan, atau Petambak
erp
Garam atau berdasarkan budaya dan kearifan
d-p
1okal.
29. Asuransi Perikanan adalah perjanjian antara
loa

Nelayan atau Pembudi Daya Ikan dan pihak


perusahaan asuransi untuk mengikatkan diri
wn

dalam pertanggungan risiko Penangkapan Ikan


atau Pembudidayaan Ikan.
/do

30. Asuransi Pergaraman adalah perjanjian antara


Petambak Garam dan pihak perusahaan asuransi
/12

untuk mengikatkan diri dalam pertanggungan


risiko Usaha Pergaraman.
22

31. Penjaminan adalah kegiatan pemberian jaminan


20

oleh perusahaan penjaminan atas pemenuhan


kewajiban linansial Nelayan, Pembudi Daya lkan,
m/

dan Petambak Garam kepada perusahaan


co

pembiayaan dan bank.


32. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik
si.

Indonesia yang memegang kekuasaan


ula

pemerintahan negara Republik Indonesia yang


dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri
eg

sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang


Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
for

33. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai


.in

unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang


memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
ww

yang menjadi kewenangan daerah otonom.


34. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
/w

urusan pemerintahan di bidang kelautan dan


s:/

Perikanan.
p

2 Ketentuan Pasal 37 diubah sehingga berbunyi sebagai


htt

berikut:
Pasal 37..,

SK No 137267 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-647 -

hu
-ta
Pasal 37

r-2
(l) Pemerintah Pusat mengendalikan impor Komoditas
Perikanan dan Komoditas Pergaraman.

o
om
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai pengendalian
impor Komoditas Perikanan dan Komoditas

u-n
Pergaraman sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

3
rpp
Ketentuan Pasal 38 diubah sehingga berbunyi sebagai
-pe
berikut:
ad

Pasal 38
(1) Setiap Orang dilarang mengimpor Komoditas
nlo

Perikanan dan Komoditas Pergaraman yang tidak


sesuai dengan tempat pemasukan, jenis, waktu
ow

pemasukan, dan/atau standar mutu wajib yang


ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
2/d

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai tempat


pemasukan, jenis, waktu pemasukan, dan/ atau
/1

standar mutu wajib sebagaimana dimaksud pada


22

ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.


20
m/

4 Di antara Pasal 38 dan Pasal 39 disisipkan I (satu)


pasal, yakni Pasal 38A sehingga berbunyi sebagai
co

berikut:
si.
ula

Pasal 38A
(1) Setiap Orang yang melakukan impor Komoditas
eg

Perikanan dan Komoditas Pergaraman yang tidak


sesuai dengan tempat pemasukan, jenis, waktu
for

pemasukan, dan/ atau standar mutu wajib yang


.in

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 38 dikenai sanksi
ww

administratif berupa:
a. penghentian sementarakegiatan;
/w

b. pembekuan Perizinan Berusaha;


s:/

c. dendaadministratif;
p
htt

d. paksaan . . .

SK No 137268 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-648-

hu
-ta
d. paksaan Pemerintah Pusat; dan/ atau

r-2
e. pencabutan Perizinan Berusaha.

o
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,

om
besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi
administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

-n
diatur dengan Peraturan Pemerintah.

pu
5 erp
Ketentuan Pasal 74 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
d-p

Pasal T4
Setiap Orang yang melakukan impor Komoditas
loa

Perikanan dan Komoditas Pergaraman yang tidak sesuai


dengan tempat pemasukan, jenis, waktu pemasukan,
wn

dan/ atau standar mutu wajib yang ditetapkan oleh


Pemerintah Pusat sebega imana dimaksud dalam Pasal
/do

38 yang mengakibatkan timbulnya korban/kerusakan


terhadap kesehatan, keselamatan, darrrlatau
/12

lingkungan hidup dipidana dengan pidana penjara


paling lama 4 (empat) tahun dan/ atau pidana denda
22

paling banyak Rp6.000.000.000,O0 (enam miliar


20

rupiah).
m/

Bagian Kesembilan
o

Wajib Daftar Perusahaan


i.c
las

Pasal 116
gu

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar


Perusahaan (kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun
ore

1982 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia Nomor 3214), dicabut dan dinyatakan tidak
inf

berlaku.
ww.

Bagian Kesepuluh
/w

Badan Usaha Milik Desa


/
ps:

Pasal 117. .
htt

SK No 137269 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA
_649_

un
tah
Pasal 117

-
r-2
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa (kmbaran Negara Republik

mo
Indonesia Tahun 2Ol4 Nomor 7, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5495) diubah sebagai

-no
berikut:

pu
1 Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai
erp
berikut:
Pasal 1
d-p

Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:


1. Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut
loa

dengan nama lain, selanjutnya disebut Desa,


wn

adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki


batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
/do

dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan


masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
/12

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak


tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
22

pemerintahan Negara Kesatuan Republik


Indonesia.
20

2. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan


m/

urusan pemerintahan dan kepentingan


masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan
co

Negara Kesatuan Republik Indonesia.


si.

3. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang


ula

disebut dengan nama lain yang dibantu perangkat


Desa sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan
reg

Desa.
4. Badan Permusyawaratan Desa atau yang disebut
o

dengan nama lain adalah lembaga yang


inf

melaksanakan fungsi pemerintahan yang


anggotanya merupakan wakil dari penduduk Desa
w.

berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan


w

secara demokratis.
//w
ps:

5. Musyawarah . . .
htt

SK No 137270A
m l
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-650-

ah
2-t
5. Musyawarah Desa atau yang disebut dengan nama
lain adalah musyawarah antara Badan

or-
Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa, dan
unsur masyarakat yang diselenggarakan oleh

om
Badan Permusyawaratan Desa untuk menyepakati
hal yang bersifat strategis.

u-n
6. Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut

rpp
BUM Desa adalah badan hukum yang didirikan
oleh Desa dan/ atau bersama Desa-Desa guna
mengelola usaha, memanfaatkan aset,
-pe
mengembangkan investasi dan produktivitas,
menyediakan jasa pelayanan, dan/atau
ad

menyediakan jenis usaha lainnya untuk sebesar-


lo

besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.


wn

7. Peraturan Desa adalah peraturan perundang-


undangan yang ditetapkan oleh kepala desa setelah
/do

dibahas dan disepakati bersama Badan


Permu syawaratan Desa.
2

8.
2/1

Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan


kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-
2

besarnya kesejahteraan masyarakat Desa.


20

9. Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang


mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk
m/

pengelolaan sumber daya alam dengan susunan


co

fungsi kawasan sebagai tempat permukiman


perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan,
si.

pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.


ula

10. Keuangan Desa adalah semua hak dan kewajiban


Desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala
eg

sesuatu berupa uang dan barang yang


for

berhubungan dengan pelaksanaan hak dan


kewajiban Desa.
.in

11. Aset Desa adalah barang milik Desa yang berasal


ww

dari kekayaan asli Desa, dibeli atau diperoleh atas


beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
atau perolehan hak lainnya yang sah.
/w
/
ps:

12.Pemberdayaan...
htt

SK No 137271A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-651 -

hu
12. Pemberdayaan Masyarakat Desa adalah upaya

-ta
mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan

r-2
masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan,
sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan,

mo
kesadaran, serta memanfaatkan sumber daya
melalui penetapan kebijakan, program, kegiatan,

-no
dan pendampingan yang sesuai dengan esensi
masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat

pu
Desa.
13. Pemerintah Pusat yang selanjutnya disebut
erp
Pemerintah adalah Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan pemerintahan negara
d-p

Republik Indonesia yang dibantu oleh Wakil


Presiden dan menteri sebagaimana dimaksud
loa

dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945.
wn

14. Pemerintahan Daerah adalah Pemerintah Daerah


/do

dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang


menyelenggarakan urusan pemerintahan menunrt
/12

asas otonomi dan tugas pembantuan dengan


prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan
22

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia


sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
/20

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


15. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai
om

unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang


memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan
i.c

yang menjadi kewenangan daerah otonom.


s

16. Menteri adalah menteri yang menangani Desa.


ula
g

2 Ketentuan Pasal 87 diubah sehingga berbunyi sebagai


ore

berikut:
Pasal 87
f
.in

(l) Desa dapat mendirikan BUM Desa.


ww

(21 BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dikelola dengan semangat kekeluargaan dan
/w

(3) BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang


s:/

ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-
p
htt

undangan.
(4)BUM. . .

SK No 137272A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-652-

ah
2-t
(4) BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat membentuk unit usaha berbadan hukum

or-
sesuai dengan kebutuhan dan tujuan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai BUM Desa

om
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), ayal
(3), dan ayat (4) diatur dengan Peraturan

u-n
Pemerintah.

Bagian Kesebelas
rpp
-pe
Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
ad

Pasal 118
lo

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun


wn

1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan


Usaha (kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
/do

Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia


Nomor 3817) diubah sebagai berikut:
/12
22

1 Ketentuan Pasal 44 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
20

Pasal 44
m/

(1) Dalam waktu 30 (tiga puluh) hari sejak Pelaku


.co

Usaha menerima pemberitahuan putusan Komisi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (41,
i

Pelaku Usaha wajib melaksanakan putusan


las

tersebut dan menyampaikan laporan


gu

pelaksanaannya kepada Komisi.


(21 Pelaku Usaha dapat mengajukan keberatan kepada
ore

Pengadilan Niaga selambat-lambatnya 14 (empat


belas) hari setelah menerima pemberitahuan
f
.in

putusan tersebut.
(3) Pelaku Usaha yang tidak mengajukan keberatan
ww

dalam jangka waltu sebagaimana dimaksud pada


ayat (21 dianggap menerima putusan Komisi.
//w
ps:

(4) Apabila. . .
htt

SK No 137273 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPI.IBLIK INDONESIA
-653-

hu
(41 Apabila ketentuan sebagaimana dimaksud pada

-ta
ayat (1) dan ayat (2) tidak dijalankan oleh Pelaku

r-2
Usaha, Komisi menyerahkan putusan tersebut
kepada penyidik untuk dilakukan penyidikan

mo
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

-no
(5) Putusan Komisi sebagaimana dimaksud pada ayat
(4) merupakan bukti permulaan yang cukup bagi

pu
penyidik untuk melakukan penyidikan.
2 erp
Ketentuan Pasal 45 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
d-p

Pasal 45
(1) Pengadilan Niaga harus memeriksa keberatan
loa

Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal


44 ayal (2) dalam waktu 14 (empat belas) hari sejak
wn

diterimanya keberatan tersebut.


(21 Pihak yang keberatan terhadap putusan
/do

Pengadilan Niaga sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dalam waktu 14 (empat belas) hari dapat
/12

mengajukan kasasi kepada Mahkamah Agung


Republik Indonesia.
22

(3) Ketentuan mengenai tata cara pemeriksaan di


Pengadilan Niaga dan Mahkamah Agung Republik
/20

Indonesia dilaksanakan sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
om

3 Ketentuan Pasal 46 diubah sehingga berbunyi sebagai


i.c

berikut:
Pasal 46
s

(1)
ula

Apabila tidak terdapat keberatan, putusan Komisi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 43 ayat (3),
g

telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.


ore

(21 Putusan Komisi sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) dimintakan penetapan eksekusi kepada
f

Pengadilan Niaga.
.in

4 Ketentuan Pasal 47 diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

berikut:
Pasal 47
/w

(1) Komisi berwenang menjatuhkan sanksi berupa


tindakan administratif terhadap Pelaku Usaha
s:/

yang melanggar ketentuan Undang-Undang ini.


p

(21 Tindakan administratif sebagaimana dimaksud


htt

pada ayat (1) dapat berupa:


a. penetapan . . .

SK No 137274A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-654-

ah
2-t
a. penetapan pembatalan perjanjian
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, Pasal

or-
5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10,
Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 15, dan

om
Pasal 16;
b. perintah kepada Pelaku Usaha untuk

u-n
menghentikan integrasi vertikal sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14;
rpp
c. perintah kepada Pelaku Usaha untuk
menghentikan kegiatan yang terbukti
-pe
menimbulkan praktik monopoli,
ad

menyebabkan Persaingan Usaha Tidak Sehat,


dan/atau merugikan masyarakat
lo

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, Pasal


wn

18, Pasal 19, Pasal 2O, Pasa1 21, Pasal 22,


Pasal 23, Pasd24, Pasal 26, danPasa)27;
/do

d. perintah kepada Pelaku Usaha untuk


menghentikan penyalahgunaan Posisi
/12

Dominan sebagaimana dimaksud dalam Pasal


25;
22

e. penetapan pembatalan atas penggabungan


20

atau peleburan badan usaha dan


pengambilalihan saham sebagaimana
m/

dimaksud dalam Pasal 28;


.co

f. penetapan pembayaran ganti rugi; dan/atau


g. pengenaan denda paling sedikit
i
las

Rp 1.0O0.000.000,00 (satu miliar rupiah).


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria, jenis,
gu

besaran denda, dan tata cara pengenaan sanksi


ore

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21


diatur dengan Peraturan Pemerintah.
f
.in

5 Ketentuan Pasal 48 diubah sehingga berbunyi sebagai


ww

berikut:
//w
ps:

Pasal 48...
htt

SK No 137275 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-655-

hu
-ta
Pasal 48

r-2
Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41
Undang-
Undang ini dipidana dengan pidana denda paling

mo
banyak Rp5.0O0.000.000,0O (lima miliar rupiah) atau
pidana kurungan paling lama I (satu) tahun sebagai

-no
pengganti pidana denda.

pu
6. Pasal 49 dihapus. erp
d-p

BAB VII
DUKUNGAN RISET DAN INOVASI
loa
wn

Pasal 119
Untuk memberikan dukungan riset dan inovasi di bidang
/do

berusaha, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang


ini mengubah beberapa ketentuan yang diatur dalam:
/12

a. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 20O3 tentang Badan


Usaha Milik Negara (kmbaran Negara Republik
22

Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran


/20

Negara Republik Indonesia Nomor 42971; dan


b. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang Sistem
om

Nasional Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2O19 Nomor 148,
i.c

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor


6374l..
s
ula

Pasal 120
g
ore

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 19


Tahun 2O03 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran
f

Negara Republik Indonesia Tahun 2OO3 Nomor 70,


.in

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor


ww

4297) ditubal: sebagai berikut:


/w

1. Ketentuan. . .
s:/
p
htt

SK No 137276A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-656-

ah
2-t
1 Ketentuan judul BAB V diubah sehingga berbunyi
sebagai berikut:

or-
om
BAB V
KEWAJIBAN PELAYANAN UMUM, RISET, DAN INOVASI

u-n
2
berikut: rpp
Ketentuan Pasal 66 diubah sehingga berbunyi sebagai
-pe
Pasal 66
(1) Pemerintah Pusat dapat memberikan penugasan
ad

khusus kepada BUMN untuk menyelenggarakan


lo

fungsi kemanfaatan umum serta riset dan inovasi


nasional.
wn

(21 Penugasan khusus kepada BUMN sebagaimana


/do

dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan tetap


memperhatikan maksud dan tujuan, kegiatan
usaha BUMN, serta mempertimbangkan
/12

kemampuan BUMN.
22

(3) Rencana penugasan khusus sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dikaji bersama antara
20

BUMN yang bersangkutan dengan Pemerintah


m/

Pusat.
(41 Apabila penugasan tersebut secara finansial tidak
.co

Iisibel, Pemerintah Pusat harus memberikan


kompensasi atas semua biaya yang telah
i
las

dikeluarkan oleh BUMN tersebut, termasuk margin


yang diharapkan sepanjang dalam tingkat
gu

kewajaran sesuai dengan penugasan yang


ore

diberikan.
(5) Penugasan kepada BUMN sebagaimana dimaksud
f

pada ayat (l) harus terlebih dahulu mendapatkan


.in

persetqiuan RUPS atau Menteri.


ww

(6) BUMN dalam melaksanakan penugasan khusus


sebagaimana dimaksud pada ayat (f ) dapat bekerja
//w

sama dengan:
ps:

a. badan
htt

SK No 137277 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-657 -

hu
-ta
a. badan usaha milik swasta;

r-2
b. badan usaha milik daerah;
c.

mo
koperasi;
d. BUMN;

-no
e. lembaga penelitian dan pengembangan;
f. lembaga pengkajian dan penerapan; danlatau

pu
g. perguruan tinggi.
erp
d-p
Pasal 121
Ketentuan Pasal 48 dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun
loa

2019 tentang Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan


Teknologi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol9
wn

Nomor 148, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia


Nomor 6374) diubah sebagai berikut:
/do
/12

Pasal 48
(1) Untuk menjalankan Penelitian, Pengembangan,
22

Pengkajian, dan Penerapan, serta Invensi dan Inovasi


yang terintegrasi dibentuk badan riset dan inovasi
/20

nasional.
(21 Untuk menjalankan Penelitian, Pengembangan,
om

Pengkajian, dan Penerapan, serta Invensi dan Inovasi


yang terintegrasi di daerah, Pemerintah Daerah
i.c

membentuk badan.
s

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai badan riset dan inovasi


ula

nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur


g

dalam Peratural Presiden.


ore

BAB VIII
f
.in

PENGADAAN TANAH
ww

Bagian Kesatu
/w

Umum
s:/

Pasall22...
p
htt

SK No 137278 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-658-

ah
2-t
Pasal 122
Dalam rangka memberikan kemudahan dan kelancaran

or-
dalam pengadaan tanah untuk kepentingan penciptaan

om
kerja, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini
mengubah, menghapus, atau menetapkan pengaturan baru

u-n
beberapa ketentuan yang diatur dalam:
a. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2Ol2 tentang
rpp
Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik
-pe
Indonesia Tahun 2012 Nomor 22, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5280); dan
ad

b. Undang-Undang Nomor 4l Tahun 2OO9 tentang


Perlindungan l,ahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
lo

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2O09


wn

Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik


Indonesia Nomor 5O68).
/do
/12

Bagian Kedua
Pengadaan Tanah bagi Pembangunan
22

Untuk Kepentingan Umum


20
m/

Pasal 123
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun
.co

2OL2 lenlang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk


Kepentingan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia
i
las

Tahun 2O12 Nomor 22, Tambahan lembaran Negara


Republik Indonesia Nomor 5280) diubah sebagai berikut:
gu
ore

1 Ketentuan Pasal 8 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
f
.in

Pasal 8
(1) Pihak yang Berhak dan pihak yang menguasai
ww

Objek Pengadaan Tanah untuk Kepentingan


Umum wajib mematuhi ketentuan dalam Undang-
//w

Undang ini.
ps:
htt

(2) Dalam . . .

SK No 137279A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
BLIK INDONESIA
-659-

un
ah
(21 Dalam hal rencana Pengadaan Tanah, terdapat
Objek Pengadaan Tanah yang masuk dalam

2-t
kawasan hutan, tanah kas desa, tanah wakaf,

or-
tanah ulayat/ tanah adat, dan/ atau tanah aset
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, badan

om
usaha milik negara, atau badan usaha milik
daerah, penyelesaian status tanahnya harus

u-n
dilakukan sampai dengan penetapan lokasi.
(3) Penyelesaian perubahan kawasan hutan
rpp
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan
melalui mekanisme pelepasan kawasan hutan atau
-pe
pinjam pakai kawasan hutan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di
ad

bidang kehutanan.
lo

(41 Perubahan Objek Pengadaan Tanah yang masuk


dalam kawasan hutan sebagaimana dimaksud
wn

pada ayat (2) khususnya untuk proyek prioritas


/do

Pemerintah Pusat dilakukan melalui mekanisme:


a. pelepasan kawasan hutan dalam hal
/12

Pengadaan Tanah dilakukan oleh Instansi;


atau
22

b. pelepasan kawasan hutan atau pinjam pakai


kawasan hutan dalam hal Pengadaan Tanah
20

dilakukan oleh swasta.


m/
.co

2 Ketentuan Pasal l0 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
i
las

Pasal lO
Tanah untuk Kepentingan Umum sebagaimana
gu

dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) digunakan untuk


ore

pembangunan:
a. pertahanan dan keamanan nasional;
f
.in

b. jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api,


stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api;
ww

c. waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air


dan sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya;
//w

d. pelabuhan, bandar udara, dan terminal;


ps:

e.infrastruktur...
htt

SK No 137280 A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUALIK INDONESIA
-660-

u
ah
e. infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi;

2-t
f. pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan/atau
distribusi tenaga listrik;

r-
g. jaringan telekomunikasi dan informatika

mo
pemerintah;
h.

-no
tempd.t pembuangan dan pengolahan sampah;
i. rumah sakit Pemerintah Pusat atau Pemerintah

pu
Daerah;
j. erp
fasilitas keselamatan umum;
k. umum Pemerintah Pusat atau
d-p

Pemerintah Daerah;
1. fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka
loa

hijau publik;
m cagar alam dan cagar budaya;
wn

n. kantor Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau


/do

Desa;
o. penataan permukiman kumuh perkotaan
/12

dan/ atau konsolidasi tanah serta perumahan


untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan
22

status sewa termasuk untuk pembangunan rumah


umum dan rumah khusus;
20

p. prasarana pendidikan atau sekolah Pemerintah


m/

Pusat atau Pemerintah Daerah;


co

q. prasarana olahraga Pemerintah Pusat atau


Pemerintah Daerah;
si.

r, pasar umum dan lapangan parkir umum;


ula

s. kawasan industri hulu dan hilir minyak dan gas


yang diprakarsai dan/atau dikuasai oleh
eg

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, badan


for

usaha milik negara, atau badan usaha milik


daerah;
.in

t. kawasan ekonomi khusus yang diprakarsai


dan/ atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat,
ww

Pemerintah Daerah, badan usaha milik negara,


atau badan usaha milik daerah;
//w
ps:

u. kawasan . . .
htt

SK No 137281A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-661 -

a hu
2-t
u kawasan industri yang diprakarsai dan/ atau
dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah

or-
Daerah, badan usaha milik negara, atau badan
usaha milik daerah;

m
v kawasan pariwisata yang diprakarsai dan/ atau

-no
dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, badan usaha milik negara, atau badan

pu
usaha milik daerah;
w
erp
kawasan ketahanan pangan yang diprakarsai
dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat,
d-p

Pemerintah Daerah, badan usaha milik negara,


atau badan usaha milik daerah; dan
loa

x. kawasan pengembangan teknologi yang


diprakarsai dan/atau dikuasai oleh Pemerintah
wn

Pusat, Pemerintah Daerah, badan usaha milik


negara, atau badan usaha milik daerah.
/do
/12

3 Ketentuan Pasal 14 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
22

Pasal 14
(1) Instansi yang memerlukan tanah
20

membuat
perencanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan
m/

Umum dengan melibatkan kementerian/lembaga


yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
co

bidang pertanahan sesuai dengan ketentuan


si.

peraturan perundang-undangan.
ula

(21 Perencanaan Pengadaan Tanah untuk Kepentingan


Umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
eg

didasarkan atas Rencana Tata Ruang Wilayah dan


prioritas pembangunan yang tercantum dalam
for

Rencana Pembangunan Jangka Menengah,


Rencana Strategis, dan/ atau Rencana Kerja
.in

Pemerintah/Instansi yang bersangkutan.


ww
//w

4. Ketentuan . . .
ps:
htt

SK No 137282A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-662-

u
ah
2-t
4 Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

r-
Pasal 19

mo
(l) Konsultasi Publik rencana pembangunan

-no
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3)
dilaksanakan untuk mendapatkan kesepalatan

pu
lokasi rencana pembangunan dari:
a. Pihak yang Berhak;erp
b. pengelola barang milik negara/ barang milik
d-p
daerah; dan
c. pengguna barang milik negara/barang milik
loa

daerah.
(21 Konsultasi Publik sebagaimana dimaksud pada
wn

ayat (l) dilakukan dengan melibatkan Pihak yang


Berhak, pengelola barang milik negara lbarang
/do

milik daerah, pengguna barang milik


negara/ barang milik daerah, dan masyarakat yang
/12

terkena dampak serta dilaksanakan di tempat


rencana pembangunan untuk Kepentingan Umum
22

atau di tempat yang disepakati.


20

(3) Pelibatan Pihak yang Berhak, pengelola barang


milik negara/barang milik daerah, dan pengguna
m/

barang milik negara/ barang milik daerah


sebagaimana dimaksud pada ayat l2l dapat
co

dilakukan melalui perwakilan dengan surat kuasa


si.

dari dan oleh Pihak yang Berhak, pengelola barang


ula

milik negara/barang milik daerah, dan pengguna


barang milik negara lbarang milik daerah atas
eg

lokasi rencana pembangunan.


(4) Kesepakatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
for

dituangkan dalam bentuk berita acara


.in

kesepakatan.
(5) Atas dasar kesepakatan sebagaimana dimaksud
ww

pada ayat (4), Instansi yang memerlukan tanah


mengajukan permohonan penetapan lokasi kepada
//w

gubernur.
ps:
htt

(6) Gubernur . . .

SK No 137283 A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-663-

u
ah
2-t
(6) Gubernur menetapkan lokasi sebagaimana

r-
dimaksud pada ayat (5) dalam waktu paling lama

mo
14 (empat belas) hari terhitung sejak diterimanya
pengajuan permohonan penetapan oleh Instansi

-no
yang memerlukan tanah.
(71 Pihak yang Berhak, pengelola barang milik

pu
negara/barang milik daerah, dan pengguna barang
erp
milik negara lbarang milik daerah yang tidak
menghadiri Konsultasi Publik setelah diundang 3
d-p

(tiga) kali secara patut dianggap menyetujui


rencana pembangunan sebagaimana dimaksud
loa

pada ayat (1).


(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai Konsultasi Publik
wn

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
/do
/12

5 Di antara Pasal 19 dan Pasal 20 disisipkan 3 (tiga) pasal,


yakni Pasal 19A, Pasal 19El, dan Pasal 19C sehingga
22

berbunyi sebagai berikut:


20

Pasal 19A
(1) Dalam rangka elisiensi dan efektivitas, Pengadaan
m/

Tanah untuk Kepentingan Umum yang luasnya


tidak lebih dari 5 (lima) hektare dapat dilakukan
co

langsung oleh Instansi yang memerlukan tanah


si.

dengan Pihak yang Berhak.


ula

(21 Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
eg

dilakukan sesuai dengan kesesuaian tata ruang


wilayah.
for
.in
ww

Pasal 19B . . .
//w
ps:
htt

SK No 137284A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-664-

hu
a
2-t
Pasal 19B

or-
Dalam hal Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum
yang luasnya kurang dari 5 (lima) hektare dilakukan

m
langsung antara Pihak yang Berhak dan Instansi yang
memerlukan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal

-no
l9A ayat (1), penetapan lokasi dilakukan oleh
bupati/wali kota.

pu
erp
Pasal 19C
d-p
Setelah penetapan lokasi Pengadaan Tanah dilakukan,
tidak diperlukan lagi persyaratan:
loa

a. kesesuaian kegiatan pemanfaatan ruang;


b. pertimbanganteknis;
wn

c. di luar kawasan hutan dan di luar kawasan


pertambangan;
/do

d. di luar kawasan gambut/ sempadan pantai; dan


/12

e. analisis mengenai dampak lingkungan hidup.


22

6 Ketentuan Pasal 24 diubah sehingga berbunyi sebagai


20

berikut:
m/

Pasal 24
(1) Penetapan lokasi pembangunan untuk
co

Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud dalam


si.

Pasal 19 ayat (6) atau Pasal 22 ayat (1) diberikan


untuk jangka waktu 3 (tiga) tahun dan dapat
ula

diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka waktu 1


(satu) tahun.
eg

(21 Permohonan perpanjangan waktu penetapan lokasi


for

disampaikan paling singkat 6 (enam) bulan


sebelum masa berlaku penetapan lokasi berakhir.
.in
ww

7 Ketentuan Pasal 28 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
//w
ps:

Pasal 28...
htt

SK No 137285A
l
m
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

un
-665-

h
-ta
Pasal 28

r-2
(1) Inventarisasi dan identifikasi penguasaan,
pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah

o
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (21

om
huruf a meliputi kegiatan:

u-n
a. pengukuran dan pemetaan bidang per bidang
tanah; dan
rpp
b. pengumpulan data Pihak yang Berhak dan
Objek Pengadaan Tanah.
-pe
(21 Inventarisasi dan identifikasi penguasaan,
pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah
ad

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan


nlo

dalam waktu paling lama 3O (tiga puluh) hari.


(3) Pengumpulan data Pihak yang Berhak dan Objek
ow

Pengadaan Tanah sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) huruf b dapat dilakukan oleh penyurvei
2/d

berlisensi.
/1

8 Ketentuan Pasal 34 diubah sehingga berbunyi sebagai


22

berikut:
/20

Pasal 34
(1) Nilai Ganti Kerugian yang dinilai oleh Penilai
om

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 merupakan


nilai pada saat pengumuman penetapan lokasi
i.c

pembangunan untuk Kepentingan Umum


las

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26.


(21 Besarnya nilai Ganti Kerugian berdasarkan hasil
u

penilaian Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat


eg

(1) disampaikan kepada t embaga Pertanahan


for

disertai dengan berita acara.


(3) Besarnya nilai Ganti Kerugian berdasarkan hasil
.in

penilaian Penilai sebagaimana dimaksud pada ayat


ww

(1) bersifat final dan mengikat.


(41 Besarnya nilai Ganti Kerugian sebagaimana
/w

dimaksud pada ayat (2) dijadikan dasar untuk


menetapkan bentuk Ganti Kerugian.
s:/
p
htt

(5) Musyawarah...

SK No 137286 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
REPUELIK INDONESIA

n-2
-666-

u
ah
2-t
(5) Musyawarah penetapan bentuk Ganti Kerugian

r-
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilaksanakan

mo
oleh ketua pelaksana Pengadaan Tanah bersama
dengan Penilai dengan para Pihak yang Berhak.

-no
pu
9 Ketentuan Pasal 36 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut: erp
Pasal 36
(l)
d-p

Pemberian Ganti Kerugian dapat diberikan dalam


bentuk:
loa

a. uang;
b. tanah pengganti;
wn

c. pemukiman kembali;
/do

d. kepemilikan saham; atau


e. bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah
/12

pihak.
l2l Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian Ganti
22

Kerugian dalam bentuk tanah pengganti,


20

pemukiman kembali, kepemilikan saham, atau


bentuk lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat
m/

(1) huruf b, huruf c, huruf d, dan huruf e, diatur


co

dalam Peraturan Pemerintah.


si.

10. Penjelasan Pasal 40 diubah sebagaimana tercantum


ula

dalam Penjelasan.
eg

11. Ketentuan Pasal 42 diubah sehingga berbunyi sebagai


for

berikut:
.in
ww

Pasa742.. .
//w
ps:
htt

SK No 137287 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-667 -

hu
-ta
Pasal 42

2
(1) Dalam hal Pihak yang Berhak menolak bentuk

or-
dan/atau besarnya Ganti Kerugian berdasarkan

om
hasil musyawarah sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 37, atau putusan pengadilan

u-n
negeri/ Mahkamah Agung sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38, Ganti Kerugian dititipkan di
rpp
pengadilan negeri setempat.
(21 Penitipan Ganti Kerugian selain sebagaimana
-pe
dimaksud pada ayat (1) ditakukan juga terhadap:
a. Pihak yang Berhak menerima Ganti Kerugian
ad

tidak diketahui keberadaannya; atau


lo

b. Objek Pengadaan Tanah yang akan diberikan


wn

Ganti Kerugian:
1. sedang menjadi objek perkara di
/do

pengadilan;
2. masihdipersengketakankepemilikannya;
/12

3. diletakkan sita oleh pejabat yang


' berwenang; atau
22

4. menjadi jaminan di bank.


20

(3) Pengadilan negeri paling lama dalam jangka waktu


m/

14 (empat belas) hari wajib menerima penitipan


Ganti Kerugian sebagaimana dimaksud pada ayat
.co

(1) dan ayat (21.


i
las

12. Ketentuan Pasal 46 diubah sehingga berbunyi sebagai


gu

berikut:
Pasal 46
ore

(1) Pelepasan Objek Pengadaan Tanah sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 45 ayat (l) dan ayat (2) tidak
f
.in

diberikan Ganti Kerugian, kecuali:


a. Objek Pengadaan Tanah yang dipergunakan
ww

sesuai dengan tugas dan fungsi


pemerintahan;
//w

b. Objek Pengadaan Tanah yang


dimiliki/dikuasai oleh badan usaha milik
ps:

negara/badan usaha milik daerah; dan/atau


htt

c. Objek. . .

SK No 137288 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUELIK INDONESIA

un
-668-

h
-ta
c. Objek Pengadaan Tanah kas desa.

r-2
(21 Ganti Kerugian atas Objek Pengadaan Tanah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

mo
diberikan dalam bentuk tanah dan/ atau bangunan
atau relokasi.

-no
(3) Ganti Kerugian atas Objek Pengadaan Tanah

pu
sebagaimana dimaksud pada ayat (l) hurufb dapat
diberikan dalam bentuk sebagaimana dimaksud
erp
dalam Pasal 36.
(41 Ganti Kerugian atas Objek Pengadaan Tanah kas
d-p

desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c


dapat diberikan dalam bentuk sebagaimana
loa

dimaksud dalam Pasal 36.


(5)
wn

Nilai Ganti Kerugian sebagaimana dimaksud pada


ayat (21 , ayat (3), dan ayat (4) didasarkan atas hasil
/do

penilaian Ganti Kerugian sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 34 ayat(21.
/12

(6) Nilai Ganti Kerugian atas Objek Pengadaan Tanah


berupa harta benda wakaf ditentukan sama
22

dengan nilai hasil penilaian Penilai atas harta


benda wakaf yang diganti.
20
m/

Bagian Ketiga
o

Pelindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelaqiutan


i.c
las

Pasal 124
gu

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 41


Tahun 20O9 tentang Perlindu4gan Lahan Pertanian Pangan
e

Berkelanjutan (kmbaran Negara Republik Indonesia Tahun


for

2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik


.in

Indonesia Nomor 5068) diubah sebagai berikut:


ww

I Ketentuan Pasal 44 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
//w

Pasal 44...
ps:
htt

SK No 097216 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INOONESIA
-669-

hu
Pasal 44

a
2-t
(1) Lahan yang sudah ditetapkan sebagai Lahan
Pertanian Pangan Berkelanjutan dilindungi dan

or-
dilarang dialihfungsikan.
(21 Dalam hal untuk kepentingan umum dan/ atau

m
Proyek Strategis Nasional, Lahan Pertanian Pangan

-no
Berkelanjutan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat dialihfungsikan dan dilaksanakan sesuai

pu
dengan ketentuan peraturan perundang-
erp
undangan.
(3) Pengalihfungsian Lahan yang sudah ditetapkan
d-p

sebagai l,ahan Pertanian Pangan Berkelanjutan


untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud
loa

pada ayat (2) hanya dapat dilakukan dengan


syarat:
wn

a. dilakukan kajian kelayakan strategis;


b. disusun rencana alih fungsi lahan;
/do

c. dibebaskan kepemilikan haknya dari pemilik;


/12

dan
d. disediakan lahan pengganti terhadap Lahan
22

Pertanian Pangan Berkelanjutan yang


20

dialihfungsikan.
(4) Dalam hal terjadi bencana sehingga pengalihan
m/

fungsi lahan untuk infrastruktur tidak dapat


co

ditunda, persyaratan sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) huruf a dan huruf b tidak diberlakukan.
si.

(5) Penyediaan Lahan pengganti terhadap Lahan


ula

Pertanian Pangan Berkelanjutan yang


dialihfungsikan untuk infrastruktur akibat
eg

bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


dilakukan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan
for

setelah alih fungsi dilakukan.


.in

(6) Pembebasan kepemilikan hak atas tanah yang


dialihfungsikan sebagaimana dimaksud pada ayat
ww

(3) huruf c dilakukan dengan pemberian ganti rugi


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
//w

undangan.
ps:

2. Ketentuan . . .
htt

SK No 137290A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
n-2
REPUBLIK INDONESTA
-670-

u
ah
2-t
2 Ketentuan Pasal 73 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

r-
Pasal 73

mo
Setiap pejabat Pemerintah yang menerbitkan

-no
persetujuan pengalihfungsian Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (ll

pu
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
erp
tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau pidana
denda paling sedikit Rp1.000.O00.O0O,0O (satu miliar
d-p

rupiah) dan paling banyak Rp5.00O.O00.O00,00 (lima


miliar rupiah).
loa

Bagian Keempat
wn

Pertanahan
/do

Paragraf 1
/12

Bank Tanah
22
20

Pasal 125
(1) Pemerintah Pusat membentuk badan bank tanah.
m/

(2t Badan bank tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


co

merupakan badan khusus yang mengelola tanah.


si.

(3) Kekayaan badan bank tanah merupakan kekayaan


negara yang dipisahkan.
ula

(41 Badan bank tanah berfungsi melaksanakan


perencanaan, perolehan, pengadaan, pengelolaan,
eg

pemanfaatan, dan pendistribusian tanah.


for
.in

Pasal 12o
(1) Badan bank tanah menjamin ketersediaan tanah dalam
ww

rangka ekonomi berkeadilan untuk:


a. kepentingan umum;
//w

b. kepentingan sosial;
ps:

c. kepentingan . .
htt

SK No 137291 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

un
-671-

ah
2-t
c. kepentinganpembangunannasional;
d. pemerataan ekonomi;

or-
e. konsolidasi lahan; dan

om
f. reforma agraria.
(21 Ketersediaan tanah untuk reforma agraria sebagaimana

u-n
dimaksud pada ayat (1) huruf f paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dari tanah negara yang diperuntukkan
badan bank tanah. rpp
-pe
Pasal 127
ad

Badan bank tanah dalam melaksanakan tugas dan


lo

wewenangnya bersifat transparan, akuntabel, dan nonprofit.


wn

Pasal 128
/do

Sumber kekayaan badan bank tanah dapat berasal dari:


a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
/12

b. pendapatan sendiri;
22

c. penyertaan modal negara; dan


20

d. sumber lain yang sah sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
m/
.co

Pasal 129
(1) Tanah yang dikelola badan bank tanah diberikan hak
i
las

pengelolaan.
(2) Hak atas tanah di atas hak pengelolaan sebagaimana
gu

dimaksud pada ayat (1) dapat diberi hak guna usaha,


ore

hak guna bangunan, dan hak pakai.


(3) Jangka waktu hak guna bangunan di atas hak
f
.in

pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat


diberikan perpanjangan dan pembaruan hak apabila
ww

sudah digunakan dan/ atau dimanfaatkan sesuai


dengan tqjuan pemberian haknya.
//w
ps:

(4) Dalam . . .
htt

SK No 137292A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-672-

hu
(41 Dalam rangka mendukung investasi, pemegang hak

a
2-t
pengelolaan badan bank tanah diberi kewenangan
untuk:

or-
a. melakukan pen5rusunan rencana induk;
b. membantu memberikan kemudahan Perizinarr

m
Berusaha/ persetqiuan ;

-no
c. melakukan pengadaan tanah; dan

pu
d. menentukan tarif pelayanan.
(5) Pemerintah Pusat melakukan pengawasan
erp dan
pengendalian atas penggunaan dan/ atau pemanfaatan
tanah di atas hak pengelolaan sebagaimana dimaksud
d-p

pada ayat (2) sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
loa
wn

Pasal l3O
Badan bank tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 125
/do

terdiri atas:
a. Komite;
/12

b. Dewan Pengawas; dan


22

c. Badan Pelaksana.
20
m/

Pasal 131
(1) Komite sebagaimana dimaksud dalam Pasal 130 huruf
co

a diketuai oleh menteri yang menyelenggarakan urusan


si.

pemerintahan di bidang pertanahan dan beranggotakan


para menteri dan kepala yang terkait.
ula

(21 Ketua dan anggota Komite ditetapkan dengan


eg

Keputusan Presiden berdasarkan usulan dari menteri


yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
for

bidang pertanahan.
.in

Pasal 132
ww

(1) Dewan Pengawas berjumlah paling banyak 7 (tqjuh)


orang terdiri atas 4 (empat) orang unsur profesional dan
//w

3 (tiga) orang yang dipilih oleh Pemerintah Pusat.


ps:

(2) Terhadap. . .
htt

SK No 137293 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-673-

hu
(21 Terhadap calon unsur profesional sebagaimana

-ta
dimaksud pada ayat (1) dilakukan proses seleksi oleh

2
Pemerintah Pusat yang selanjutnya disampaikan ke

or-
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk
dipilih dan disetujui.

om
(3) Calon unsur profesional yang diajukan ke Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia sebagaimana

u-n
dimaksud pada ayat (2), paling sedikit berjumlah 2 (dua)
kali jumlah yang dibutuhkan.
rpp
-pe
Pasal 133
(1) Badan Pelaksana terdiri atas Kepala dan Deputi.
ad

(2t Jumlah Deputi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


lo

ditetapkan oleh Ketua Komite.


wn

(3) Kepala dan Deputi diangkat dan diberhentikan oleh


Ketua Komite.
/do

(41 Pengangkatan dan pemberhentian Kepala dan Deputi


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diusulkan
/12

oleh Dewan Pengawas.


22

Pasal 134
20

Ketentuan lebih lanjut mengenai Komite, Dewan Pengawas,


m/

dan Badan Pelaksana diatur dalam Peraturan Presiden.


.co

Pasal 135
i
las

Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan badan bank


tanah diatur dalam Peraturan Pemerintah.
gu
ore

Paragraf 2
Penguatan Hak Pengelolaan
f
.in
ww

Pasal 136
Hak pengelolaan merupakan hak menguasai dari negara
yang kewenangan pelaksanaannya sebagian dilimpahkan
//w

kepada pemegang haknya.


ps:
htt

Pasal 137 . . .

SK No 137294A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK TNDONESIA
-674-

u
ah
2-t
Pasal 137
(1) Sebagian kewenangan hak menguasai dari negara

r-
berupa tanah dapat diberikan hak pengelolaan kepada:

mo
a. instansi Pemerintah Pusat;

-no
b. Pemerintah Daerah;
c. badan bank tanah;

pu
d. badan usaha milik erp negara/badan usaha milik
daerah;
e. badan hukum milik negara/daerah; atau
d-p

f. badan hukum yang ditunjuk oleh Pemerintah


Pusat.
loa

(21 Hak pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


wn

memberikan kewenangan untuk:


a. menyusun rencana peruntukan, penggunaan, dan
/do

pemanfaatan tanah sesuai dengan rencana tata


ruang;
/12

b. menggunakan dan memanfaatkan seluruh atau


sebagian tanah hak pengelolaan untuk digunakan
22

sendiri atau dikerjasamakan dengan pihak ketiga;


20

dan
c. menentukan tarif dan menerima uang
m/

pemasukan/ganti rugi dan/ atau uang wajib


tahunan dari pihak ketiga sesuai
co

dengan
perjanjian.
si.

(3) Pemberian hak pengelolaan sebagaimana dimaksud


ula

pada ayat (1) diberikan atas tanah negara dengan


keputusan pemberian hak di atas tanah negara.
eg

(4) Hak pengelolaan dapat dilepaskan kepada pihak yang


for

memenuhi syarat.
.in

Pasal 138
ww

(1) Penyerahan pemanfaatan bagian tanah hak pengelolaan


kepada pihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam
//w

Pasal 137 ayat (2) huruf b dilakukan dengan perjanjian


pemanfaatan tanah.
ps:
htt

(2) Di atas . . .

SK No 137295 A
m l
2 .ht
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-675-

hu
-ta
2
(21 Di atas tanah hak pengelolaan yang pemanfaatannya

or-
diserahkan kepada pihak ketiga baik sebagian atau

om
seluruhnya, dapat diberikan hak guna usaha, hak guna
bangunan, dan/atau hak pakai sesuai dengan

u-n
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Jangka waktu hak guna bangunan di atas hak
p
pengelolaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
erp
diberikan perpanjangan dan pembaruan hak apabila
sudah digunakan dan/ atau dimanfaatkan sesuai
d-p

dengan tu.iuan pemberian haknya.


(4) Pemerintah Pusat melakukan pengawasan dan
loa

pengendalian atas penggunaan dan/ atau pemanfaatan


tanah di atas hak pengelolaan sebagaimana dimaksud
wn

pada ayat (3) sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
/do

(5) Dalam hal hak atas tanah yang berada di atas hak
/12

pengelolaan telah berakhir, tanahnya kembali menjadi


tanah hak pengelolaan.
22
/20

Pasal 139
(1) Dalam keadaan tertentu, Pemerintah Pusat dapat
om

membatalkan dan/ atau mencabut hak pengelolaan


sebagian atau seluruhnya.
si.c

(21 Tata cara pembatalan hak pengelolaan dilaksanakan


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
ula

undangan.
eg

Pasal 140
for

(1) Dalam hal bagian bidang tanah hak pengelolaan


.in

diberikan dengan hak milik, bagian bidang tanah hak


pengelolaan tersebut hapus dengan sendirinya.
ww

(21 Hak milik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya


diberikan untuk keperluan rumah umum dan
//w

keperluan transmigrasi.
ps:

Pasal 141 .. .
htt

SK No 097217 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
n-2
REPUBLIK INDONESIA
-676-

u
ah
2-t
Pasal 141
Dalam rangka pengendalian pemanfaatan hak atas tanah di

r-
atas hak pengelolaan, dalam waktu tertentu, dilakukan

mo
evaluasi pemanfaatan hak atas tanah.

-no
Pasal 142

pu
Ketentuan lebih lanjut mengenai hak pengelolaan diatur
dalam Peraturan Pemerintah. erp
d-p

Paragraf 3
Satuan Rumah Susun untuk Orang Asing
loa
wn

Pasal 143
Hak milik atas satuan rumah susun merupakan hak
/do

kepemilikan atas satuan rumah susun yang bersifat


perseorangan yang terpisah dengan hak bersama atas bagian
/12

bersama, benda bersama, dan tanah bersama.


22

Pasal 144
20

(l) Hak milik atas satuan rumah susun dapat diberikan


m/

kepada:
a. warga negara Indonesia;
co

b. badan hukum Indonesia;


si.

c. warga negara asing yang mempunyai izin sesuai


ula

dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan;
eg

d. badan hukum asing yang mempunyai perwakilan


for

di Indonesia; atau
e. perwakilan negara asing dan lembaga internasional
.in

yang berada atau mempunyai perwakilan di


ww

Indonesia.
(2) Hak milik atas satuan rumah susun dapat beralih atau
//w

dialihkan dan dijaminkan.


ps:
htt

(s) Hak. . .

SK No 137297A
ml
.ht
22
0
PRESIDEN

n-2
REPTIBLIK INDONESIA
-677 -

u
ah
2-t
(3) Hak milik atas satuan rumah susun dapat dijaminkan
dengan dibebani hak tanggungan sesuai dengan

r-
ketentuan peraturan perundang-undangan.

mo
-no
Pasal 145
(1) Rumah susun dapat dibangun di atas tanah:

pu
a. hak guna bangunan atau hak pakai di atas tanah
negara; atau erp
b. hak guna bangunan atau hak pakai di atas tanah
d-p

hak pengelolaan.
(2) Pemberian hak guna bangunan bagr rumah susun
loa

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dapat


diberikan sekaligus dengan perpanjangan haknya
wn

setelah mendapat sertifikat laik fungsi.


(3) Pemberian hak guna bangunan bagi rumah susun
/do

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat


diberikan perpanjangan dan pembaruan hak apabila
/12

sudah mendapat sertifikat laik fungsi.


22

Paragraf 4
20

Pemberian Hak atas Tanah/Hak Pengelolaan


m/

pada Ruang Atas Tanah dan Ruang Bawah Tanah


co
si.

Pasal 146
(1) Tanah atau ruang yang terbentuk pada ruang
ula

atas
tanah dan/ atau ruang bawah tanah dan digunakan
untuk kegiatan tertentu dapat diberikan hak guna
eg

bangunan, hak pakai, atau hak pengelolaan.


for

l2l Batas kepemilikan tanah pada ruang atas tanah oleh


pemegang hak atas tanah diberikan sesuai dengan
.in

koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan,


ww

dan rencana tata ruang yang ditetapkan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.
//w

Batas...
ps:

(3)
htt

SK No 137298 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
_678_

hu
-ta
(3) Batas kepemilikan tanah pada ruang bawah tanah oleh

2
pemegang hak atas tanah diberikan sesuai dengan

or-
batas kedalaman pemanfaatan yang diatur sesuai
dengan ketentuan peraturan pemndang-undangan.

om
(4) Penggunaan dan pemanfaatan tanah pada ruang atas

u-n
tanah dan/atau ruang bawah tanah oleh pemegang hak
yang berbeda dapat diberikan hak guna bangunan, hak
pakai, atau hak pengelolaan.
(5) rpp
Ketentuan lebih lanjut mengenai penggunaan tanah
-pe
pada ruang atas tanah dan/ atau ruang bawah tanah
sebagaimana dimaksud pada ayat (l), ayat (2), ayat (3),
ad

dan ayat (4) diatur dalam Peraturan Presiden.


lo
wn

Pasal 147
Tanda bukti hak atas tanah, hak milik atas satuan rumah
/do

susun, hak pengelolaan, dan hak tanggungan, termasuk


akta peralihan dan pembebanan hak atas tanah serta
/12

dokumen lainnya yang berkaitan dengan tanah dapat


berbentuk elektronik.
22
20

BAB IX
m/

KAWASAN EKONOMI
.co

B2gian Kesatu
i

Umum
las
gu

Pasal 148
ore

Untuk menciptakan pekerjaan dan mempermudah Pelaku


Usaha dalam melakukan investasi, Peraturan Pemerintah
f

Pengganti Undang-Undang ini mengubah, menghapus, atau


.in

menetapkan pengaturan baru beberapa ketentuan yang


ww

diatur dalam:
a. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2OO9 tentang
//w

Kawasan Ekonomi Khusus (Lembaran Negara Republik


Indonesia Tahun 2OO9 Nomor L47, Tambahan
ps:

kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 5066);


htt

b. Undang-Undang. . .

SK No 137299A
ml
.ht
22
0
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-679-

u
ah
b Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang

2-t
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2000 tentang Kawasan

r-
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi

mo
Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2O00 Nomor 251, Tambahan lrmbaran Negara

-no
Republik Indonesia Nomor 4053) sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2OO7 tentang

pu
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 2OO7 tentang Perubahan Atas
erp
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang
Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
d-p

Undang Nomor 1 Tahun 2O0O tentang Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi
loa

Undang-Undang (lembaran Negara Republik Indonesia


Tahun 2007 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara
wn

Republik Indonesia Nomor 4775); dan


c Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2000 tentang
/do

Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-


Undang Nomor 2 Tahun 20O0 tentang Kawasan
/12

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang


Menjadi Undang-Undang (l,embaran Negara Republik
22

Indonesia Tahun 2000 Nomor 252, Tambahan


20

kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor 4054).


m/

Pasal 149
co

Kawasan ekonomi terdiri atas:


si.

a. kawasan ekonomi khusus; dan


ula

b. kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas.


eg

Bagian Kedua
for

Kawasan Ekonomi Khusus


.in

Pasal 150
ww

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 39


Tahun 20O9 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (Lembaran
//w

Negara Republik Indonesia Tahun 2OO9 Nomor 147,


Tambahan kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor
ps:

5066) diubah menjadi sebagai berikut:


htt

1 Ketentuan Pasal I diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
Pasal 1 .. .

SK No 137300A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-680-

ah
2-t
Pasal 1
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

or-
1. Kawasan Ekonomi Khusus yang selanjutnya

om
disebut KEK adalah kawasan dengan batas
tertentu dalam wilayah hukum Negara Kesatuan

u-n
Republik Indonesia yang ditetapkan untuk
menyelenggarakan fungsi perekonomian dan

2. rpp
memperoleh fasilitas tertentu.
Zona adalah area di dalam KEK dengan batas
-pe
tertentu yang pemanfaatannya sesuai dengan
peruntukannya.
ad

3. Dewan Nasional adalah dewan yang dibentuk di


lo

tingkat nasional untuk menyelenggarakan KEK.


wn

4. Dewan Kawasan adalah dewan yang dibentuk di


tingkat provinsi atau lebih dari satu provinsi,
/do

untuk membantu Dewan Nasional dalam


penyelenggaraan KEK.
/12

5. Administrator adalah unit kerja yang bertugas


menyelenggarakan Perizinan Berusaha, perizinarr
22

lainnya, pelayanan, dan pengawasan di KEK.


20

6. Badan Usaha adalah badan usaha yang


menyelenggarakan kegiatan usaha KEK.
m/

7. Pelaku Usaha adalah pelaku usaha yang


.co

menjalankan kegiatan usaha di KEK.


i
las

2 Ketentuan Pasal 3 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
gu
ore

Pasal 3
(1)
f

Kegiatan usaha di KEK terdiri atas:


.in

a. produksi dan pengolahan;


ww

b. logistik dan distribusi;


c. pengembanganteknologi;
//w

d. pariwisata;
ps:

e. pendidikan . .
htt

SK No 137301A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-681 -

hua
2-t
e. pendidikan;

or-
f. kesehatan;

m
g. energi; dan/atau

-no
h. ekonomi lain.
(21 Pelaksanaan kegiatan usaha pendidikan

pu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e hanya
erp
dapat dilakukan berdasarkan persetujuan yang
diberikan oleh Pemerintah Pusat.
d-p

(3) Pelaksanaan kegiatan usaha kesehatan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f
loa

dilakukan sesuai dengan persyaratan yang


ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
wn

(41 Kegiatan ekonomi lain sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf h ditetapkan oleh Dewan
/do

Nasional.
(5)
/12

Di dalam KEK dapat dibangun fasilitas pendukung


dan perumahan bagi pekerja.
22

(6) Pelaksanaan kegiatan usaha sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan
20

zonasi di KEK.
m/

(71 Di dalam KEK disediakan lokasi untuk usaha


mikro, kecil, menengah, dan koperasi, baik sebagai
co

Pelaku Usaha maupun sebagai pendukung


si.

kegiatan perusahaan yang berada di dalam KEK.


ula

3 Ketentuan Pasal 4 diubah sehingga berbunyi sebagai


eg

berikut:
for

Pasal 4
Lokasi yang dapat diusulkan untuk menjadi KEK
.in

memenuhi kriteria:
ww

a. sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dan


tidak berpotensi mengganggu kawasan lindung;
//w

b. mempunyai batas yang jelas; dan


ps:

c. lahan...
htt

SK No 137302A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-682-

u
ah
2-t
r-
mo
c lahan yang diusulkan menjadi KEK paling sedikit
50% (lima puluh persen) dari yang direncanakan

-no
telah dikuasai sebagian atau seluruhnya.

pu
4 Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut: erp
Pasal 5
d-p

(1) Pembentukan KEK diusulkan kepada Dewan


Nasional oleh:
loa

a. Badan Usaha; atau


b. Pemerintah Daerah.
wn

(21 Badan Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


/do

huruf a terdiri atas:


a. badan usaha milik negara;
/12

b. badan usaha milik daerah;


22

c. koperasi;
d. badan usaha swasta berbentuk perseroan
20

terbatas; atau
m/

e. badan usaha patungan atau konsorsium.


co

(3) Pemerintah Daerah sebagaimana dimaksud pada


ayat (l) huruf b terdiri atas:
si.

a. Pemerintah Daerah provinsi; atau


ula

b. Pemerintah Daerah kabupaten/kota.


eg

Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai


for

5
berikut:
.in

Pasal 6
(1)
ww

Usulan pembentukan KEK sebagaimana dimaksud


dalam Pasal 5 ayat (1) harus memenuhi kriteria
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.
//w
ps:

(2) Usulan . . .
htt

SK No 137303 A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN
REPUELIK INDONESIA

-2
un
-683-

ah
2-t
(21 Usulan pembentukan

or-
KEK sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilengkapi persyaratan minimal:

om
a. peta lokasi pengembangan serta luas area
yang diusulkan yang terpisah ,dari

u-n
permukiman penduduk;
b. rencana tata ruang KEK yang diusulkan

p
dilengkapi dengan pengaturan zonasi;
erp
c. rencana dan sumber pembiayaan;
d-p

d. persetujuan lingkungan;
e. hasil studi kelayakan ekonomi dan finansial;
loa

f. jangka waktu suatu KEK dan rencana


wn

strategis; dan
g. penguasaan lahan yang dikuasai paling
/do

sedikit 5O% (lima puluh persen) dari yang


direncanakan.
/12

6 Di antara Pasal 8 dan Pasal 9 disisipkan 1 (satu) pasal,


22

yakni Pasal 8A sehingga berbunyi sebagai berikut:


/20

Pasal 8A
om

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib


si.c

mendukung KEK yang telah ditetapkan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 7 dan Pasal 8.
ula

7 Ketentuan Pasal 10 diubah sehingga berbunyi sebagai


eg

berikut:
for

Pasal 10
Setelah KEK ditetapkan:
.in

a. Badan Usaha yang mengusulkan KEK ditetapkan


ww

sebagai pembangun dan pengelola KEK; dan


b. Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sebagai
//w

pengusul menetapkan Badan Usaha untuk


membangun dan mengelola KEK.
ps:

8. Pasal 11 . .
htt

SK No 097218 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-644-

ah
2-t
8. Pasal 11 dihapus.

or-
9 Ketentuan Pasal 13 diubah sehingga berbunyi sebagai

om
berikut:
Pasal 13

u-n
(l) Pembiayaan untuk pembangunan dan
pemeliharaan infrastruktur di dalam KEK dapat
bersumber dari: rpp
a. Pemerintah Pusat dan/ atau Pemerintah
-pe
Daerah;
ad

b. swasta;
c. kerja sarna antara Pemerintah Pusat,
lo

Pemerintah Daerah, dan swasta; dan/ atau


wn

d. sumber lain yang sah sesuai dengan


/do

ketentuan peraturan pemndang-undangan.


(21 Dewan Nasional dapat menetapkan kebijakan
/12

tersendiri dalam kerja sama antara Pemerintah


Pusat, Pemerintah Daerah, dan swasta dalam
22

pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur di


dalam KEK.
20
m/

10. Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga berbunyi sebagai


.co

berikut:
Pasal 16
i
las

(1) Dewan Nasional diketuai oleh menteri yang


menyelenggarakan koordinasi, sinkronisasi, dan
gu

pengendalian urusan kementerian dalam


penyelenggaraan pemerintahan di bidang
ore

perekonomian dan beranggotakan menteri dan


kepala lembaga pemerintah nonkementerian.
f
.in

(21 Untuk membantu pelaksanaan tugas Dewan


ww

Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dibentuk Sekretariat Jenderal Dewan Nasional.
//w
ps:
htt

(3) Ketentuan. . .

SK No 137305 A
m l
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-685-

h
-ta
r-2
(3) Ketentuan mengenai Dewan Nasional dan
Sekretariat Jenderal Dewan Nasional sebagaimana

o
om
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (21 diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

u-n
11. Ketentuan Pasal 17 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
Pasal 17
rpp
-pe
Dewan Nasional bertugas:
ad

a. menetapkan strategi dan kebijakan umum


pembentukan dan pengembangan KEK;
nlo

b. membentukAdministrator;
ow

c. menetapkan standar pengelolaan di KEK;


d. melakukan pengkajian atas usulan suatu wilayah
2/d

untuk dijadikan KEK;


e. memberikan rekomendasi pembentukan KEK;
/1

f. mengkaji dan merekomendasikan langkah


22

pengembangan di wilayah yang potensinya belum


/20

berkembang;
g. menyelesaikan permasalahan strategis dalam
om

pelaksanaan, pengelolaan, dan pengembangan


KEK; dan
i.c

h. memantau dan mengevaluasi keberlangsungan


las

KEK serta merekomendasikan langkah tindak


lanjut hasil evaluasi kepada Presiden, termasuk
u

mengusulkan pencabutan status KEK.


eg
for

12. Ketentuan Pasal 19 diubah sehingga berbunyi sebagai


.in

berikut:
Pasal 19
ww

(l) Dewan Kawasan dapat dibentuk sesuai dengan


kebutuhan di tingkat provinsi yang sebagian
/w

wilayahnya ditetapkan sebagai KEK.


s:/
p
htt

(2) Dalam . . .

SK No 137306 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
BLIK INDONESIA
-686-

hu
-ta
r-2
(21 Dalam hal suatu KEK wilayahnya mencakup lebih
dari 1 (satu) provinsi dapat dibentuk 1 (satu)

mo
Dewan Kawasan dengan melibatkan provinsi yang
bersangkutan.

-no
(3) Dewan Kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dan ayat (21 diusulkan oleh Dewan Nasional

pu
kepada Presiden untuk ditetapkan dengan
erp
Keputusan Presiden.
(41 Dewan Kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat
d-p

(1) dan ayal (21 bertanggung jawab kepada Dewan


Nasional.
loa

(5) Untuk membantu pelaksanaan tugas Dewan


wn

Kawasan, dibentuk Sekretariat Dewan Kawasan.


/do

13. Pasal 20 dihapus.


/12

14. Ketentuan Pasal 21 diubah sehingga berbunyi sebagai


22

berikut:
Pasal 21
/20

Dewan Kawasan bertugas:


om

a. melaksanakan strategi dan kebijakan umum yang


telah ditetapkan oleh Dewan Nasional dalam
i.c

pembentukan dan pengembangan KEK;


b.
las

membantu Dewan Nasional dalam mengawasi


pelaksanaan tugas Administrator;
gu

c. menetapkan langkah strategis penyelesaian


ore

permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan KEK di


wilayah kerjanya;
f

d. menyampaikan laporan pengelolaan KEK kepada


.in

Dewan Nasional setiap akhir tahun; dan


ww

e. menyampaikan laporan insidental dalam hal


terdapat permasalahan strategis kepada Dewan
//w

Nasional.
ps:

15.Ketentuan...
htt

SK No 137307 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONES]A
-647 -

hu
a
2-t
15. Ketentuan Pasal 22 diubah sehingga berbunyi sebagai

or-
berikut:

m
Pasal22

-no
(1) Dalam melaksanakan tugas sslagaimana
dimaksud dalam Pasal 21, Dewan Kawasan dapat:

pu
a. meminta penjelasan Administrator mengenai
penyelenggaraan Perizinan Berusaha,
erp
perizinan lainnya, pelayanan, dan
d-p
pengawasan di KEK;
b. meminta masukan dan/ atau bantuan kepada
loa

instansi Pemerintah Pusat atau para ahli


sesuai dengan kebutuhan; dan/ atau
wn

c. melakukan kerja sama dengan pihak lain


sesuai dengan kebutuhan.
/do

(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai Dewan Kawasan


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam
/12

Peraturan Pemerintah.
22

16. Ketentuan Pasal 23 diubah sehingga berbunyi sebagai


20

berikut:
m/

Pasa1 23
(1)
co

Administrator bertugas
a. Perizinan Berusaha dan per2inan lainnya
si.

yang diperlukan oleh Badan Usaha dan Pelaku


ula

Usaha;
b. pelayanan non perizinan yang diperlukan oleh
eg

Badan Usaha dan Pelaku Usaha; dan


for

c. pengawasan dan pengendalian


operasionalisasi KEK.
.in

(21 T\rgas Administrator sebagaimana dimaksud pada


ww

ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan norrna,


standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan
//w

oleh Pemerintah Pusat.


ps:
htt

(3) Dalam . . .

SK No 137308 A
ml
t
2.h
02
PRESTDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-688-

hu
a
2-t
(3) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana

or-
dimaksud pada ayat (1) Administrator

m
menyampaikan laporan kepada Dewan Nasional
dengan tembusan kepada Dewan Kawasan.

-no
pu
17. Ketentuan Pasal 24 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut: erp
Pasal24
d-p

Dalam melaksanakan pengawasan dan pengendalian


operasionalisasi KEK sebagaimana dimaksud dalam
loa

Pasal 23 ayat (1) huruf c, Administrator berwenang


untuk mendapatkaa laporan atau penjelasan dari
wn

Badan Usaha dan/ atau Pelaku Usaha mengenai


kegiatannya.
/do

18. Di antaraPasal 24 dan Pasal 25 disisipkan 3 (tiga) pasaI,


/12

yakni Pasal 24A, Pasal 248, dan Pasal 24C sehingga


berbunyi sebagai berikut:
22

Pasal 24A
20

(1) Pelaksanaan tugas Administrator dilakukan sesuai


m/

dengan tata kelola pemerintahan dan asas-asas


umum pemerintahan yang baik sesuai dengan
co

ketentuan peraturan perundang-undangan.


si.

l2l Administrator dapat dijabat oleh aparatur sipil


negara atau nonaparatur sipil negara yang
ula

memiliki kompetensi, kualifikasi, dan persyaratan


lain yang dipilih secara selektif sesuai dengan
eg

kriteria dan kualifrkasi yang ditentukan oleh


for

Dewan Nasional.
.in

Pasa724B
ww

Ketentuan lebih lanjut mengenai Administrator


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan
//w

Pasal24A diatur dalam Peraturan Pemerintah.


ps:
htt

Pasal 24C...

SK No 137309A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-689-

u
ah
2-t
Pasal 24C
(1) Administrator dapat menerapkan pola pengelolaan

r-
keuangan Badan Layanan Umum.

mo
(21 Penerapan pola pengelolaan keuangan Badan

-no
l,ayanan Umum sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.

pu
19. Ketentuan Pasal 25 diubah sehingga berbunyi sebagai
erp
berikut:
d-p

Pasal 25
(1) Dewan Nasional, Sekretariat Jenderal Dewan
loa

Nasional, Dewan Kawasan, Sekretariat Dewan


Kawasan, dan Administrator memperoleh
wn

pembiayaan yang bersumber dari:


a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
/do

b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;


/12

dan/ atau
c. sumber lain sesuai dengan ketentuan
22

peraturan perundang-undangan.
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai sumber
20

pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


m/

diatur dalam Peraturan Pemerintah.


co

20. Ketentuan Pasal 26 diubah sehingga berbunyi sebagai


si.

berikut:
ula

Pasal 26
(l)
eg

Badan Usaha yang melakukan pembangunan dan


pengelolaan KEK sebagaimana dimaksud dalam
for

Pasal 10 huruf a bertugas:


a. membangun dan mengembangkan prasarana
.in

dan sarana di dalam KEK;


ww

b. menyelenggarakan pengelolaan pelayanan


prasarana dan sarana kepada Pelaku Usaha;
//w

dan
ps:

c. menyelenggarakan . . .
htt

SK No l373l0A
l
tm
2.h
02
PRESTDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-690-

hu
-ta
c. menyelenggarakan promosi.

2
(2) Penyelenggaraan promosi sebagaimana dimaksud

or-
pada ayat (1) huruf c dapat dilakukan secara

om
terpadu dengan promosi yang dilaksanakan oleh
kementerian/ lembaga pemerintah nonkementerian

u-n
dan/ atau Pemerintah Daerah terkait.

21. Ketentuan
berikut: rpp
Pasal 27 diubal: sehingga berbunyi sebagai
-pe
Pasal2T
(1) Di dalam KEK berlaku ketentuan larangan impor
ad

dan ekspor yang diatur berdasarkan ketentuan


lo

peraturan perundang-undangan.
wn

(21 Terhadap impor barang ke KEK belum


diberlakukan ketentuan pembatasan.
/do

(3) Bagi barang yang membahayakan kesehatan,


keselamatan, keamanan, dan/atau lingkungan
/12

dapat dikenai pembatasan apabila barang


dimaksud bukan merupakan bahan baku bagi
22

kegiatan usaha dan institusi teknis terkait secara


20

khusus memberlakukan ketentuan pembatasan di


KEK.
m/

(41 Pelaksanaan ketentuan mengenai impor dan


.co

ekspor dilakukan melalui sistem elektronik yang


terintegrasi secara nasional.
i

(5) Pemerintah Pusat mengembangk€rn sistem


las

elektronik yang terintegrasi secara nasional


gu

sebagaimana dimaksud pada ayat (4).


ore

22. Ketentuan Pasal 30 diubah sehingga berbunyi sebagai


f

berikut:
.in

Pasal 30
ww

(t) Wajib pajak yang melakukan kegiatan usaha di


KEK diberi fasilitas pajak penghasilan.
//w
ps:
htt

(2) Selain . . .

SK No 137311A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
- 691 -

u
ah
2-t
(21 Selain fasilitas pajak penghasilan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dapat diberikan tambahan

r-
fasilitas pajak penghasilan sesuai dengan jenis

mo
kegiatan usaha di KEK.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian

-no
fasilitas pajak penghasilan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan ayat (21 diatur dalam atau

pu
berdasarkan Peraturan Pemerintah.
erp
23. Pasal 31 dihapus.
d-p
loa

24. Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
wn

Pasal 32
(1) Impor barang ke KEK diberikan fasilitas bempa:
/do

a. pembebasan atau penangguhan bea masuk;


/12

b. pembebasan cukai sepanjang barang tersebut


merupakan bahan baku atau bahan penolong
22

produksi;
c. tidak dipungut pajak pertambahan nilai atau
20

pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan


m/

atas barang mewah untuk barang kena pajak;


dan
co

d. tidak dipungut pajak penghasilan impor.


si.

(21 Penyerahan barang kena pajak berwujud dari


ula

tempat lain dalam daerah pabean, kawasan


perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, dan
eg

tempat penimbunan berikat ke KEK diberikan


fasilitas tidak dipungut pajak pertambahan nilai
for

atau pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan


.in

atas barang mewah.


(3) Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud
ww

serta jasa kena pajak di KEK diberikan fasilitas


tidak dipungut pajak pertambahan nilai atau pajak
//w

pertambahan nilai dan pajak penjualan atas


barang mewah.
ps:
htt

(4) Penyerahan . . .

SK No 137312A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-692-

hu
a
2-t
(41 Penyerahan barang kena pajak tidak berwujud,
barang kena pajak tidak berwujud, dan jasa kena

or-
pajak di KEK ke tempat lain dalam daerah pabean
dikenai pajak pertambahan nilai atau pajak

m
pertambahan nilai dan pajak penjualan atas

-no
barang mewah kecuali ditujukan ke kawasan atau
pihak yang mendapatkan fasilitas pajak

pu
pertambahan nilai atau pajak pertambahan nilai
dan pajak penjualan atas barang mewah.
erp
(5) Ketentuan mengenai kriteria dan perincian barang
d-p
kena pajak berwujud, barang kena pajak tidak
berwujud, dan/ atau jasa kena pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur
loa

dalam atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.


wn

25. Di antara Pasal 32 danPasal 33 disisipkan 1 (satu)


/do

pasal, yakni Pasal 32A sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/12

Pasal 32A
22

(l) Impor barang konsumsi ke KEK yang kegiatan


utamanya bukan produksi dan pengolahan
20

diberikan fasilitas:
m/

a. bagi barang konsumsi yang bukan barang


kena cukai dengan jumlah dan jenis tertentu
co

sesuai dengan bidang usahanya diberikan


si.

fasilitas pembebasan bea masuk dan tidak


dipungut pajak dalam rangka impor; dan
ula

b. bagi barang konsumsi yang berupa barang


eg

kena cukai dikenakan cukai dan diberikan


fasilitas pembebasan bea masuk dan tidak
for

dipungut pajak dalam rangka impor.


(21 Barang konsumsi asal impor yang dikeluarkan ke
.in

tempat lain dalam daerah pabean harus dilunasi


ww

bea masuk dan/ atau pajak dalam rangka impor.


//w
ps:

26. Di anrtara . .
htt

SK No 137313 A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-693-

u
ah
26. Di antara Pasal 33 dan Pasal 34 disisipkan 1 (satu)

2-t
pasal, yakni Pasal 33A sehingga berbunyi sebagai
berikut:

r-
mo
Pasal 33A
(1) Administrator dapat ditetapkan untuk melakukan

-no
kegiatan pelayanan kepabeanan mandiri

pu
berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
erp
bidang keuangan.
(21 Pengawasan dan pelayanan atas perpindahan
d-p

barang di dalam KEK dilakukan secara manual


dan/ atau menggunakan teknologi informasi yang
loa

terhubung dengan kementerian yang


menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
wn

keuangan.
/do

27. Ketentoran Pasal 35 diubah sehingga berbunyi sebagai


/12

berikut:
Pasal 35
22

(1) Wajib pajak yang melakukan usaha di KEK


20

diberikan insentif berupa pembebasan atau


keringanan pajak daerah dan retribusi daerah
m/

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


co

undangan.
(21 Insentif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
si.

berupa pengurangan bea perolehan hak atas tanah


ula

dan bangunan dan pengurangan pajak bumi dan


bangunan.
eg

(3) Selain insentif pajak daerah dan retribusi daerah


for

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah


Daerah dapat memberikan fasilitas dan
.in

kemudahan lain.
ww

28. Ketentuan Pasal 36 diubah sehingga berbunyi sebagai


//w

berikut:
ps:
htt

Pasal 36. . .

SK No l37314A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN
REPUELIK INDONESIA

-2
un
-694-

ah
2-t
Pasal 36
(1) KEK diberikan kemudahan, percepatan,

or-
dan
prosedur khusus dalam memperoleh hak atas
tanah, pemberian perpanjangan, dan/atau

om
pembaharuannya.

u-n
(21 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diatur dalam peraturan menteri yang
p
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
erp
agraria I pertanahan setelah mendapat persetujuan
dari Dewan Nasional.
d-p

29. Ketentuan
loa

Pasal 38 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
wn

Pasal 38
(1) KEK diberi kemudahan dan keringanan di bidang
/do

Perizinan Berusaha, perizinan lainnya, kegiatan


usaha, perindustrian, perdagangan, kepelabuhan,
/12

dan keimigrasian bagi orang asing, serta diberi


fasilitas keamanan.
22

(21 Ketentuan mengenai kemudahan dan keringanan


/20

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur


dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
om

30. Di antara Pasal 38 dan Pasal 39 disisipkan 1 (satu)


si.c

pasal, yakni Pasal 38A sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ula
eg

Pasal 38A
for

Penetapan KEK yang menyelenggarakan kegiatan usaha


yang terkait dengan perindustrian sekaligus sebagai
.in

penetapan kawasan industri sebagaimana dimaksud


dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
ww

Perindustrian.
//w
ps:

31. Ketentuan. . .
htt

SK No097219A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPIIELIK INDONESIA
-695-

hu
a
2-t
31. Ketentuan Pasal 40 diubah sehingga berbunyi sebagai

r-
berikut:

mo
Pasal 40

o
(1) Selain pemberian fasilitas dan kemudahan

u-n
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, Pasal 32,
Pasal 32A, Pasal 33, Pasal 33A, Pasal 34, Pasal 35,
rpp
Pasal 36, Pasal 37, Pasal 38, Pasal 38A, dan Pasal
39, Badan Usaha dan Pelaku Usaha di KEK
e
berdasarkan Undang-Undang ini, Pemerintah
d-p

Pusat dapat memberikan fasilitas dan kemudahan


lain.
loa

(21 Ketentuan mengenai bentuk fasilitas dan


wn

kemudahan lain sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.
/do

32. Ketentuan Pasal 41 diubah sehingga berbunyi sebagai


/12

berikut:
Pasal 41
22

Pengesahan rencana penggunaan tenaga kerja asing


/20

yang mempunyai jabatan sebagai direksi atau komisaris


diberikan sekali dan berlaku selama tenaga kerja asing
m

yang bersangkutan menjadi direksi atau komisaris.


co
si.

33. Ketentuan Pasal 43 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
ula

Pasal 43
reg

(1) Dalam KEK dapat dibentuk lembaga kerja sama


tripartit khusus oleh gubernur.
o

Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga kerja


inf

l2l
sama tripartit khusus sebagaimana dimaksud
.

pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.


ww
//w

34. Pasal 44 dihapus


ps:

35. Pasal ...


htt

SK No 137316A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-696-

ah
35. Pasal 45 dihapus.

2-t
36. Ketentuan Pasal 47 diubah sehingga berbunyi sebagai

or-
berikut:

om
Pasal 47
Pada perusahaan yang telah terbentuk serikat

u-n
pekerja/ serikat buruh dibuat perjanjian kerja bersama
antara serikat pekerja/ serikat buruh dan pengusaha.
rpp
37. Ketentuan
-pe
Pasal 48 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:
ad

Pasal 48
(l) Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku,
lo

sebagian atau seluruh kawasan perdagangan


wn

bebas dan pelabuhan bebas, yaitu Batam, Bintan,


dan Karimun, yang dibentuk berdasarkan Undang-
/do

Undang Nomor 36 Tahun 20O0 tentang Penetapan


Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
/12

Nomor I Tahun 2OOO tentang Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi
22

Undang-Undang (Lembaran Negara Republik


20

Indonesia Tahun 2O00 Nomor 251, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4053)
m/

sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang


Nomor 44 Tahun 2OO7 tentang Penetapan
.co

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang


Nomor I Tahun 2OO7 tefiang Perubahan Atas
i
las

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2000 tentang


Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
gu

Undang-Undang Nomor I Tahun 20O0 tentang


ore

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas


Menjadi Undang-Undang Menjadi Undang-Undang
f

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2O07


.in

Nomor 130, Tambahan kmbaran Negara Republik


ww

Indonesia Nomor 4775), sebelum atau sesudah


jangka waktu yang ditetapkan berakhir, dapat
ditetapkan menjadi KEK.
//w
ps:

(2) Penetapan . . .
htt

SK No 1373l7A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN
REPIIBLIK INDONESIA

n-2
-697 -

hu
(21 Penetapan sebagian atau seluruh kawasan

-ta
perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Batam,

r-2
Bintan, dan Karimun menjadi KEK sebagaimana
dimaksud pada ayat (l) berdasarkan usulan dewan

mo
kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas
Batam, Bintan, dan Karimun.

-no
(3) Dalam hal kawasan perdagangan bebas dan
pelabuhan bebas sebagaimana dimaksud pada

pu
ayat (1) tidak ditetapkan menjadi KEK, kawasan
erp
perdagangan bebas dan pelabuhan bebas berakhir
sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.
d-p

(4) Ketentuan mengenai pengusulan dan penetapan


KEK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur
loa

dalam Peraturan Pemerintah.


(5) Kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas
wn

yang tidak ditetapkan menjadi KEK sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) yang lokasinya terpisah
/do

dari permukiman penduduk dapat diterapkan


ketentuan lalu lintas barang dan/atau diberikan
/12

fasilitas dan kemudahan KEK.


(6) Ketentuan mengenai pengusulan dan penetapan
22

KEK sebagaimana dimaksud pada ayat (21 dan


/20

penerapan ketentuan lalu lintas barang dan/ atau


pemberian fasilitas dan kemudahan KEK
om

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dalam


Peraturan Pemerintah.
si.c

Bagian Ketiga
ula

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas


reg

Paragraf 1
o
inf

Umum
w.

Pasal 151
w

(1) Kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas


//w

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 149 huruf b terdiri


atas:
ps:

a. kawasan . . .
htt

SK No 097220A
ml
.ht
22
PRES]DEN

-20
REPUELIK INDONESIA

un
-698-

ah
a. kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas;

2-t
dan
b. kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas

or-
Sabang.
(21 Kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas

om
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri

u-n
atas:
a. kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas

p
Batam; erp
b. kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas
Bintan; dan
d-p

c. kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas


Karimun.
loa
wn

Palagraf 2
Kawasan Perdagangan Bebas
/do

dan Pelabuhan Bebas


/12

Pasal 152
22

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 36


/20

Tahun 20OO tentang Penetapan Peraturan Pemerintah


Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2O00 tentang
m

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Menjadi


co

Undang-Undang (l,embaran Negara Republik Indonesia


Tahun 2OO0 Nomor 251, Tambahan Lembaran Negara
si.

Republik Indonesia Nomor 4053) sebagaimana diubah


ula

dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2007 tentang


Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
eg

Nomor I Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Undang-


Undang Nomor 36 Tahun 20OO tentang Penetapan Peraturan
for

Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2000


tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas
.in

menjadi Undang-Undang Menjadi Undang-Undang


ww

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2OO7 Nomor


130, Tambahan kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor
//w

4775) diubah menjadi sebagai berikut:


ps:

1. Ketentuan . . .
htt

SK No 097221 A
m l
.ht
2
02
FRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
- 699

hu
-ta
1 Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai

2
berikut:

or-
Pasal 6

om
(1) Presiden menetapkan Dewan Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas di

u-n
daerah yang selanjutnya disebut Dewan Kawasan.
(21 Ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan Dewan
p
Kawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
erp
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
d-p

2 Ketentuan Pasal 7 diubah sehingga berbunyi sebagai


loa

berikut:
Pasal 7
wn

(1) Dewan Kawasan membentuk Badan Pengusahaan


/do

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas


yang selanjutnya disebut Badan Pengusahaan.
/12

(21 Kepala dan Anggota Badan Pengusahaan


ditetapkan oleh Dewan Kawasan.
22

(3) Badan Pengusahaan bertanggung jawab kepada


/20

Dewan Kawasan,
(41 Ketentuan lebih lanjut mengenai pembentukan
om

Badan Pengusahaan dan penetapan Kepala dan


Anggota Badan Pengusahaan diatur dalam
si.c

Peraturan Pemerintah.
ula

3 Ketentuan Pasal 10 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
eg

Pasal lO
for

(1) Untuk memperlancar kegiatan Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, Badan
.in

Pengusahaan diberi wewenang mengeluarkan


ww

Perizinan Berusaha dan perizinan lainnya yang


diperlukan bagi para pengusaha yang mendirikan
dan menjalankan usaha di Kawasan Perdagangan
//w

Bebas dan Pelabuhan Bebas.


ps:

Ketentuan. . .
htt

(2)

SK No 097222 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPIIELIK INDONESIA
-700-

hu
a
2-t
12) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan

or-
wewenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

m
diatur dalam Peraturan Pemerintah.

-no
4 Ketentuan Pasal 11 diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut:

pu
Pasal 11
(1) Barang yang terkena ketentuan larangan dilarang
erp
dimasukkan ke Kawasan Perdagangan Bebas dan
d-p
Pelabuhan Bebas.
(21 Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari
loa

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas


hanya dapat dilakukan oleh pengusaha yang telah
wn

memenuhi Perizinan Berusaha dari Badan


Pengusahaan.
/do

(3) Pengusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2)


hanya dapat memasukkan barang ke Kawasan
/12

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas yang


berhubungan dengan kegiatan usahanya.
22

(41 Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari


20

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas


melalui pelabuhan dan bandar udara yang
m/

ditunjuk dan berada di bawah pengawasan pabean


co

diberi pembebasan bea masuk, pembebasan pajak


pertambahan nilai, dan pembebasan pajak
si.

penjualan atas barang mewah.


ula

(5) Fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (4)


termasuk juga pembebasan cukai diberikan sesuai
eg

dengan ketentuan peraturan penrndang-undangan


di bidang cukai.
for

(6) Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari


.in

Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas


ke Daerah Pabean diberlakukan tata laksana
ww

kepabeanan di bidang impor dan ekspor dan


ketentuan di bidang cukai.
//w
ps:

(7) Pemasukan . . .
htt

SK No 137321A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-701 -

hu
-ta
(71 Pemasukan barang konsumsi dari luar Daerah

2
Pabean untuk kebutuhan penduduk di Kawasan

or-
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas diberi
pembebasan bea masuk, pajak pertambahan nilai,

om
dan pajak penjualan atas barang mewah.
(8) Jumlah dan jenis barang yang diberi fasilitas

u-n
s6lagaimana dimaksud pada ayat (7) ditetapkan

rpp
oleh Badan Pengusahaan.
-pe
Paragraf 3
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang
lo ad

Pasal 153
wn

Ketentuan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 20O0


tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
/do

Undang Nomor 2 Tahun 200O tentang Kawasan Perdagangan


Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang Menjadi Undang-
/12

Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 20O0


Nomor 252, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
22

Nomor 4054) diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:


20
m/

Pasal 9
(1) Barang yang terkena ketentuan larangan dilarang
.co

dimasukkan ke Kawasan Sabang.


(2)
i

Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari


las

Kawasan Sabang hanya dapat dilakukan oleh


pengusaha yang telah mendapat Perizinan Berusaha
gu

dari Badan Pengusahaan Kawasan Sabang.


ore

(3) Pengusaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya


dapat memasukkan barang ke Kawasan Sabang yang
f
.in

berhubungan dengan kegiatan usahanya.


l4l Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari
ww

Kawasan Sabang melalui pelabuhan dan bandar udara


yang ditunjuk dan berada di bawah pengawasan pabean
//w

diberi pembebasan bea masuk, pembebasan pajak


pertambahan nilai, dan pembebasan pajak penjualan
ps:

atas barang mewah.


htt

(5) Fasilitas. . .

SK No 137322A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-702-

hu
-ta
(5) Fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (4) termasuk

2
juga pembebasan cukai sesuai dengan ketentuan

or-
peraturan perundang-undangan di bidang cukai.
(6) Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari

om
Kawasan Sabang ke Daerah Pabean diberlakukan tata

-n
laksana kepabeanan di bidang impor dan ekspor dan
ketentuan di bidang cukai.

pu
(71 Pemasukan barang konsumsi dari luar Daerah Pabean
erp
untuk kebutuhan penduduk di Kawasan Sabang
diberikan pembebasan bea masuk, pajak pertambahan
d-p

nilai, dan pajak penjualan atas barang mewah.


(8) Jumlah dan jenis barang yang diberi fasilitas
loa

sebagaimana dimaksud pada ayat (7) ditetapkan oleh


Badan Pengusahaan Kawasan Sabang.
wn
/do

BAB X
INVESTASI PEMERINTAH PUSAT DAN KEMUDAHAN
/12

PROYEK STRATEGIS NASIONAL


22

Bagian Kesatu
20

Investasi Pemerintah hrsat


m/
co

Paragraf 1
si.

Umum
ula

Pasal 154
eg

(1) Investasi Pemerintah Pusat dilakukan dalam rangka


for

meningkatkan investasi dan penguatan perekonomian


untuk mendukung kebijakan strategis penciptaan kerja.
.in

(21 Maksud dan tujuan investasi Pemerintah Pusat


ww

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:


a. memperoleh manfaat ekonomi, manfaat sosial,
dan/atau manfaat lainnya yang ditetapkan
//w

sebelumnya;
ps:
htt

b. memberikan . . .

SK No 137323 A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-703-

hu
a
2-t
b. memberikan sumbangan bagi perkembangan
perekonomian nasional pada umumnya dan

or-
penerimaan negara pada khususnya;
c.

m
memperolehkeuntungan;dan/atau
d.

-no
menyelenggarakan kemanfaatan umum, tetapi
tidak terbatas pada penciptaan lapangan kerja.

pu
(3) Investasi Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh:
erp
a. menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan negara selaku
d-p

bendahara umum negara sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan yang mengatur
loa

mengenai investasi Pemerintah Pusat; dan/ atau


b. lembaga yang diberikan kewenangan khusus (sui
wn

generisl dalam rangka pengelolaan investasi, yang


/do

selanjutnya disebut trmbaga.


(41 Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
/12

di bidang keuangan negara selaku bendahara umum


negara dan lembaga dalam melaksanakan investasi
22

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) berwenang untuk:


a. melakukan penempatan dana dalam bentuk
20

instrumen keuangan;
m/

b. melakukan kegiatan pengelolaan aset;


co

c. melakukan kerja sama dengan pihak lain termasuk


si.

entitas dana perwalian (trust fundl;


d. menentukan calon mitra investasi;
ula

e. memberikan dan menerima pinjaman; dan/ atau


eg

f. menatausahakan aset yang dimilikinya.


for

Pasal 155
.in

(1) Dalam melaksanakan investasi sebagaimana dimaksud


ww

dalam Pasal 154 ayat (3) huruf a, menteri yang


menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
keuangan negara dapat menetapkan dan/ atau
//w

menunjuk badan layanan umum, badan usaha milik


ps:

negara, dan/ atau badan hukum lainnya.


htt

(2) Menteri...

SK No 137324A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPIIBLIK INDONESIA
-704-

hu
(21 Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan

-ta
di bidang keuangan negara membentuk rekening

r-2
investasi bendahara umum negara untuk menampung
dana investasi Pemerintah Pusat.

o
(3) Dana yang ditampung dalam rekening investasi

om
bendahara umum negara sebagaimana dimaksud pada
ayat (21 dapat digunakan kembali secara langsung

u-n
untuk mendapatkan manfaat ekonomi, manfaat sosial,
dan/atau manfaat lainnya.
rpp
(41 Tata kelola investasi Pemerintah Pusat oleh menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
-pe
bidang keuangan negara selaku bendahara umum
negara sepanjang tidak diatur secara khusus
ad

berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-


nlo

Undang ini dilaksanakan sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
ow
2/d

Pasal 156
(1) Dalam melaksanakan investasi sebagaimana dimaksud
/1

dalam Pasal 154 ayat (3) huruf b, Pemerintah Pusat


22

membentuk lrmbaga.
(21 trmbaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
20

merupakan badan hukum Indonesia yang sepenuhnya


m/

dimiliki oleh Pemerintah Indonesia.


(3) Lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
co

bertanggung jawab kepada Presiden.


si.
ula

Pasal 157
(1) Investasi Pemerintah Pusat yang dilakukan oleh
eg

Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154 ayat


for

(3) huruf b dapat bersumber dari aset negara, aset


badan usaha milik negara, dan/atau sumber lain yang
.in

sah.
(21 Aset negara dan aset badan usaha milik negara yang
ww

dijadikan investasi Pemerintah Pusat pada t embaga


sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
/w

dipindahtangankan menjadi aset Lembaga yang


selanjutnya menjadi milik dan tanggung jawab
s:/

lembaga.
p
htt

(3) Aset...

SK No 137325 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-705-

hu
(3) Aset negara dan aset badan usaha milik negara yang

-ta
dijadikan investasi Pemerintah Pusat pada Lembaga,

r-2
dengan persetujuan Lembaga dapat dipindahtangankan
secara langsung kepada perusahaan patungan yang

mo
dibentuk oleh t embaga.
(4) Pemindahtanganan aset sebagaimana dimalsud pada

-no
ayat (21 dan ayat (3) dilakukan dengan cara jual beli,
dijadikan penyertaan modal, atau cara lain sesuai

pu
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) erp
Aset negara yang dipindahtangankan menjadi aset
Lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) atau
d-p

menjadi aset perusahaan patungan yang dibentuk oleh


Lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
loa

dalam sengketa dan tidak terdapat kepemilikan atas


hak istimewa pihak manapun.
wn

(6) Aset badan usaha milik negara yang dipindahtangankan


menjadi aset kmbaga sebagaimana dimaksud pada
/do

ayat (21 atau menjadi aset perusahaan patungan yang


dibentuk oleh Lembaga sebagaimana dimaksud pada
/12

ayat (3) tidak dalam sengketa, tidak sedang dilakukan


sita pidana atau perdata, dan tidak terdapat
22

kepemilikan atas hak istimewa pihak manapun kecuali


disepakati oleh pemilik hak.
/20

l7l Ketentuan mengenai pemindahtanganan aset badan


om

usaha milik negara kepada kmbaga sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) atau kepada perusahaan
i.c

patungan yang dibentuk oleh [embaga sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) ditetapkan dalam Rapat Umum
las

Pemegang Saham (RUPS) untuk Perusahaan Perseroan


(Persero) atau ditetapkan oleh menteri yang
gu

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang


ore

badan usaha milik negara untuk Perusahaan Umum


(Perum).
f

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemindahtanganan


.in

aset negara kepada Lembaga sebagaimana dimaksud


ww

pada ayat (2) atau kepada perusahaan patungan yang


dibentuk oleh lembaga sebagaimana dimaksud pada
//w

ayat (3) diatur dalam Peraturan Pemerintah.


ps:

Pasal 158 . . .
htt

SK No 137326A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-706-

hu
Pasal 158

-ta
(1) Modal Lembaga sebagaimana dimaksud dalam Pasal

2
154 ayat (3) huruf b berasal dari penyertaan modal

or-
negara dan/ atau sumber lainnya.
(21 Setiap perubahan penyertaan modal negara pada

om
Lembaga, baik berupa pengurangan maupun
penambahan modal yang berasal dari sumber

u-n
sebagaimana dimaksud pada ayat (f ) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
(3) rpp
Lembaga dapat melaksanakan investasi, baik secara
-pe
langsung maupun tidak langsung, melakukan kerja
sama dengan pihak ketiga, atau melalui pembentukan
ad

entitas khusus yang berbentuk badan hukum Indonesia


atau badan hukum asing.
lo

(4) Keuntungan atau kerugian yang dialami Lembaga


wn

dalam melaksanakan investasi sebagaimana dimaksud


pada ayat (3) merupakan keuntungan atau kerugian
/do

kmbaga.
(5) Dalam hal Lembaga mengalami
/12

keuntungan
sebagaimana dimaksud pada ayat (41, sebagian
keuntungan ditetapkan sebagai laba bagian Pemerintah
22

Pusat untuk disetorkan ke kas negara, setelah


20

dilakukan pencadangan untuk menutup/menanggung


risiko kerugian dalam berinvestasi dan/atau melakukan
m/

akumulasi modal.
.co

(6) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dan ayat (21 yang menjadi kekayaan Lembaga dicatat
i
las

dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat.


(71 Ketentuan lebih lanjut mengenai pencadangan untuk
gu

menutup/menanggung risiko kerugian dalam


berinvestasi dan/atau melakukan akumulasi modal
ore

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur dengan


f

atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.


.in
ww

Pasal 159
(1) Untuk meningkatkan nilai aset, Lembaga dapat
//w

melakukan pengelolaan aset melalui kerja sama dengan


pihak ketiga.
ps:

(2) Kerja...
htt

SK No 137327 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

un
-707 -

h
-ta
(21 Kerja sama dengan pihak ketiga sebagaimana dimaksud

r-2
pada ayat (1) dilaksanakan oleh Lembaga melalui:
a. kuasa kelola;

mo
b. pembentukan perusahaan patungan; dan/ atau

-no
c. bentuk kerja sama lainnya.
(3) Dalam hal kerja sama dilakukan melalui pembentukan

pu
perusahaan patungan sebagaimana dimalsud pada
ayat (21 huruf b, aset Lembaga dapat
erp
dipindahtangankan untuk dijadikan penyertaan modal
d-p
dalam perusahaan patungan.
(4) Penyertaan modal sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
loa

dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
wn

(5) Aset yang dijadikan penyertaan modal sebagaimana


dimaksud pada ayat (3) tidak boleh berada dalam
/do

keadaan:
a. sengketa;
/12

b. disita, baik sita pidana maupun sita perdata;


22

c. terdapat kepemilikan atas hak istimewa pihak


manapun, kecuali disepakati oleh pemilik hak;
/20

dan/ atau
d. sedang dalam pengikatan sebagai jaminan utang,
om

kecuali disepakati oleh kreditur.


si.c

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengelolaan


aset Lembaga diatur dengan atau berdasarkan
ula

Peraturan Pemerintah.
eg

Pasal 160
for

(1) Aset Lembaga dapat berasal dari:


a. penyertaan modal sebagaimana dimaksud dalam
.in

Pasal 158 ayat (1);


ww

b. hasil pengembangan usaha dan pengembangan


aset Lembaga;
//w

c. pemindahtanganan aset negara atau aset badan


usaha milik negara;
ps:
htt

d. hibah. . .

SK No 137328 A
l
m
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-704-

h
d. hibah; dan/atau

-ta
e. sumber lain yang sah.

r-2
(2) Aset Lembaga dapat dijaminkan dalam rangka
penarikan pinjaman.

o
om
(3) Pihak manapun dilarang melakukan penyitaan aset
kmbaga, kecuali atas aset yang telah dijaminkan dalam

u-n
rangka pinjaman.
(41 Pengelolaan aset Lembaga sepenuhnya dilakukan oleh
rpp
organ Lembaga berdasarkan prinsip tata kelola yang
baik, akuntabel, dan transparan.
-pe

Pasal 161
ad

Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan


nlo

kmbaga dilakukan oleh akuntan publik yang terdaftar pada


Badan Pemeriksa Keuangan dan Otoritas Jasa Keuangan.
ow
2/d

Pasal 162
(l) Organ dan pegawai l,embaga bukan merupakan
/1

penyelenggara negara, kecuali yang berasal dari pejabat


22

negara yang bersifat ex-officio.


(21 kmbaga menetapkan sistem kepegawaian, sistem
/20

penggajian, penghargaan, program pensiun dan


tunjangan hari tua, serta penghasilan lainnya
om

bagr
pegawai Lembaga.
(3) Lembaga tidak dapat dipailitkan, kecuali dapat
i.c

dibuktikan dalam kondisi insolven.


las
u

Pasal 163
eg

Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di


for

bidang keuangan negara, pejabat kementerian yang


menyelenggarakan urllsan pemerintahan di bidang
.in

keuangan negara, dan organ dan pegawai Lembaga, tidak


dapat dimintai pertanggungjawaban hukum atas kerugian
ww

investasi jika dapat membuktikan:


a. kerugian tersebut bukan karena kesalahan atau
/w

kelalaiannya;
s:/

b.telah...
p
htt

SK No 137329A
ml
.ht
22
-20
FRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

un
-709-

h
b telah melakukan pengurusan dengan iktikad baik dan

-ta
kehati-hatian sesuai dengan maksud dan tujuan

r-2
investasi dan tata kelola;
c tidak memiliki benturan kepentingan, baik langsung

mo
maupun tidak langsung atas tindakan pengelolaan
investasi; dan

-no
d tidak memperoleh keuntungan pribadi secara tidak sah.

pu
Pasal 164 erp
(1) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata kelola l,embaga
d-p
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah.
(21 Sepanjang diatur dalam Peraturan Pemerintah
loa

Pengganti Undang-Undang ini, ketentuan peraturan


perundang-undangan yang mengatur mengenai
wn

pengelolaan keuangan negara, kekayaan negara,


dan/ atau badan usaha milik negara tidak berlaku bagi
/do

Lembaga.
/12

Paragral 2
22

Lembaga Pengelola Investasi


/20

Pasal 165
om

(1) Dalam rangka pengelolaan investasi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 154 ayat (3) huruf b, untuk
si.c

pertama kali berdasarkan Undang-Undang Nomor 11


Tahun 2020 tentang Cipta Kerja dibentuk Lembaga
ula

Pengelola Investasi.
(21 Pembentukan Lembaga Pengelola Investasi
eg

dimaksudkan untuk meningkatkan


dan
nilai aset secara jangka
for

mengoptimalisasi panjang
dalam rangka mendukung pembangunan secara
.in

berkelanjutan.
(3) Organ Lembaga Pengelola Investasi terdiri atas:
ww

a. Dewan pengawas; dan


b. Dewan direktur.
//w

Pasal 166. .
ps:

.
htt

SK No 137330A
ml
.ht
22
FRESIDEN

0
n-2
REPUBLIK INDONESIA
_7to_

hu
-ta
Pasal 166

r-2
(1) Dewan pengawas sebagaimana dimaksud dalam Pasal
165 ayat (3) huruf a terdiri atas:

o
om
a. menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang keuangan negara sebagai

u-n
ketua merangkap anggota;
b. menteri yang menyelenggarakan urusan
rpp
pemerintahan di bidang badan usaha milik negara
sebagai anggota; dan
-pe
c. 3 (tiga) orang yang berasal dari unsur profesional
sebagai anggota.
ad

(21 Anggota dewan pengawas sebagaimana dimaksud pada


nlo

ayat (l) diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.


(3) Untuk memilih anggota dewan pengawas dari unsur
ow

profesional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf


c, Presiden membentuk panitia seleksi.
2/d

(41 Panitia seleksi melakukan:


/1

a. pengumuman penerimaan dan pendaftaran calon;


22

b. proses seleksi; dan


c. penyampaian nama calon kepada Presiden.
20

(5) Penyampaian nama calon kepada Presiden dilakukan


m/

dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak


co

pembentukan panitia seleksi.


(6) Presiden menyampaikan nama calon untuk
si.

dikonsultasikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat


ula

Republik Indonesia dalam jangka waktu paling lama l0


(sepuluh) hari kerja terhitung sejak diterimanya daftar
eg

nama calon dari panitia seleksi.


for

(7) Dewan Perwakilan Ralryat Republik Indonesia


menyelenggarakan sesi konsultasi dengan Presiden
.in

paling lama 10 (sepuluh) hari kerja terhitung sejak


diterimanya daftar nama calon dari Presiden.
ww
/w

(8) Presiden . . .
s:/
p
htt

SK No 137331A
l
tm
2.h
02
trRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-7tt-

hu
Presiden menetapkan dan mengangkat anggota dewan

-ta
(8)
pengawas dari unsur profesional dalam jangka waktu

2
paling lama 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak

or-
konsultasi sebagaimana dimaksud pada ayat (7) selesai
dilaksanakan.

om
(e) Dalam hal sesi konsultasi tidak terlaksana sesuai
jangka waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud

u-n
pada ayat (7), Presiden menetapkan dan mengangkat
anggota dewan pengawas dari unsur profesional dalam
rpp
jangka waktu paling lama 14 (empat belas) hari kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (8).
-pe
(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai seleksi anggota dewan
pengawas dari unsur profesional diatur dalam
ad

Peraturan Pemerintah.
lo

(l 1) Sesama anggota dewan pengawas dilarang saling


wn

memiliki hubungan keluarga sampai derajat kedua atau


besan dengan sesama anggota dewan pengawas
/do

dan/atau dengan anggota dewan direktur.


(L2l Anggota dewan pengawas dari unsur profesional
/12

diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun dan hanya


dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali masa
22

jabatan berikutnya.
20

(13) Dalam rangka pengangkatan anggota dewan pengawas


dari unsur profesional untuk pertama kali, Presiden
m/

menetapkan masa jabatan 3 (tiga) anggota dewan


.co

pengawas sebagai berikut:


a. I (satu) anggota diangkat untuk masa jabatan 5
i
las

(lima) tahun;
b. 1 (satu) anggota diangkat untuk masa jabatan 4
gu

(empat) tahun; dan


ore

c. I (satu) anggota diangkat untuk masa jabatan 3


(tiga) tahun.
f
.in

(14) Dewan pengawas sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


bertugas melakukan pengawasan atas penyelenggaraan
ww

Lembaga Pengelola Investasi oleh dewan direktur.


//w
ps:

(15) Dalam . . .
htt

SK No 137332A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
_7r2_

u
ah
(15) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud

2-t
pada ayat (14) dewan pengawas berwenang:
a. menyetujui rencana kerja dan anggaran tahunan

r-
beserta indikator kinerja utama (keg Wrforman@

mo
indicatof yang diusulkan dewan direktur;
b. melakukan evaluasi pencapaian indikator kinerja

-no
utama lkey performane indicatofi;
c. menerima dan mengevaluasi laporan

pu
pertanggungjawaban dari dewan direktur;
erp
d. menyampaikan laporan pertanggungiawaban
dewan pengawas dan dewan direktur kepada
d-p

Presiden;
e. menetapkan dan mengangkat anggota dewan
loa

penasihat;
wn

f. mengangkat dan memberhentikan dewan direktur;


g. menetapkan remunerasi dewan pengawas dan
/do

dewan direktur;
h. mengusulkan peningkatan dan/atau pengurangan
/12

modal Lembaga kepada Presiden;


i. menyetujui laporan keuangan tahunan Lembaga;
22

j. memberhentikan sementara satu atau lebih


20

anggota dewan direktur dan menunjuk pengganti


m/

sementara untuk dewan direktur; dan


k. menyetqlui penunjukan auditor Lembaga.
co

(16) Untuk membantu dewan pengawas dalam


si.

melaksanakan tugas dan wewenangnya, dewan


ula

pengawas dapat membentuk komite.


eg

Pasal 167
for

(1) Dewan direktur sslagaimana dimaksud dalam Pasal


165 ayat (3) huruf b berjumlah 5 (lima) orang dari unsur
.in

profesional.
ww

(2) Anggota dewan direktur sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) diangkat dan diberhentikan oleh dewan
//w

pengawas.
ps:

(3) Sesama...
htt

SK No 137333 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
BLIK INDONESIA
-7t3-

hu
-ta
(3) Sesama anggota dewan direktur dilarang saling memiliki

2
hubungan keluarga sampai derajat kedua atau besan

or-
dengan sesalna anggota dewan direktur dan/ atau
dengan anggota dewan pengawas.

om
(4) Anggota dewan direktur diangkat untuk masa jabatan 5

u-n
(lima) tahun dan hanya dapat diangkat kembali untuk 1
(satu) kali masa jabatan berikutnya.

rpp
(5) Dalam rangka pengangkatan anggota dewan direktur
untuk pertama kali, dewan pengawas menetapkan masa
-pe
jabatan 5 (lima) anggota dewan direktur sebagai berikut:
a. 2 (dua) anggota diangkat untuk masa jabatan 5
ad

(lima) tahun;
lo

b. 2 (dua) anggota diangkat untuk masa jabatan 4


wn

(empat) tahun; dan


c. 1 (satu) anggota diangkat untuk masa jabatan 3
/do

(tiga) tahun.
(6) Dewan direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
/12

bertugas untuk menyelenggarakan pengurusan


operasional l,embaga Pengelola Investasi.
22

(71 Dalam menjalankan tugas sebagaimana dimaksud pada


20

ayat (6), dewan direktur berwenang:


a. merumuskan dan menetapkan kebijakan lembaga;
m/

b. melaksanakan kebijakan dan pengumsan


.co

operasional lembaga;
c. menJrusun dan mengusulkan remunerasi dewan
i
las

pengawas dan dewan direktur kepada dewan


pengawas;
gu

d. menJrusun dan mengusulkan rencana kerja dan


ore

Ernggaran tahunan beserta indikator kinerja utama


(keA pedormane indicatofl kepada dewan
f

pengawas;
.in
ww
//w

e. men]rusun . , .
ps:
htt

SK No 137334A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
FEPUELIK INDONESIA
-7t4-

u
ah
2-t
e. men)rusun struktur organisasi lembaga

r-
dan
menyelenggarakan manajemen kepegawaian

mo
termasuk pengangkatan, pemberhentian, sistem
penggajian, remunerasi, penghargaan, program

-no
pensiun dan tunjangan hari tua, serta penghasilan
lainnya bagi pegawai Lembaga Pengelola Investasi;

pu
dan
erp
f. mewakili Lembaga Pengelola Investasi di dalam dan
di luar pengadilan.
d-p

(8) Dewan direktur dapat mendelegasikan tugas dan/atau


wewenang pelaksanaan operasional Lembaga Pengelola
loa

Investasi kepada pegawai trmbaga Pengelola Investasi


dan/atau pihak lain yang khusus ditunjuk untuk itu.
wn

(9) Pembidangan setiap anggota dewan direktur ditetapkan


/do

oleh dewan direktur,


/12

Pasal 168
Untuk dapat diangkat sebagai anggota dewan pengawas dari
22

unsur profesional dan anggota dewan direktur, calon anggota


20

dewan pengawas dari unsur profesional dan calon anggota


dewan direktur harus memenuhi persyaratan:
m/

a. warga negara Indonesia;


co

b. mampu melakukan perbuatan hukum;


si.

c. sehat jasmani dan rohani;


ula

d. berusia paling tinggi 65 (enam puluh lima) tahun pada


saat pengangkatan pertama;
eg

e. bukan pengurus dan/atau anggota partai politik;


for

f. memiliki pengalaman danlataw keahlian di bidang


investasi, ekonomi, keuangan, perbankan, hukum,
.in

dan/ atau organisasi perusahaan;


g. tidak pernah dipidana penjara karena
ww

melakukan
tindak pidana kejahatan;
h. tidak pernah dinyatakan pailit atau tidak pernah
//w

menjadi pengurus perusahaan yang menyebabkan


ps:

perusahaan tersebut pailit; dan


htt

i.tidak...

SK No 137335 A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
BLIK INDONESIA
-7t5-

u
ah
2-t
tidak dinyatakan sebagai orang perseorangan yang

r-
I
tercela di bidang investasi dan bidang lainnya

mo
berdasarkan peraturan perundang-undangan.

-no
Pasal 169

pu
(1) Dalam hal diperlukan, Lembaga Pengelola Investasi
erp
dapat membentuk dewan penasihat untuk memberikan
saran dan bimbingan kepada Lembaga Pengelola
d-p
Investasi dalam hal terkait investasi.
(21 Anggota dewan penasihat sebagaimana dimaksud pada
ayat (l) diangkat dan diberhentikan oleh
loa

dewan
pengawas.
wn
/do

Pasal 170
(1) Modal awal Lembaga Pengelola Investasi dapat berupa:
/12

a. dana tunai;
b. barang milik negara;
22

c. piutang negara pada badan usaha milik negara


20

atau perseroan terbatas; danlatau


d. saham milik negara pada badan usaha milik negara
m/

atau perseroan terbatas.


co

(21 Modal awal trmbaga Pengelola Investasi ditetapkan


si.

paling sedikit Rp15.000.000.00O.00O,0O (lima belas


triliun rupiah) berupa dana tunai.
ula

(3) Dalam hal modal Lembaga Pengelola Investasi


eg

berkurang secara signifikan, Pemerintah dapat


menambah kembali modal Lembaga Pengelola Investasi.
for

(4) Penyertaan modal awal sebagaimana dimaksud pada


.in

ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.


ww

Pasal 171
(1) Lembaga Pengelola Investasi yang dibentuk dengan
//w

Undang-Undang Nomor 1l Tahun 2020 tentang Cipta


ps:

Kerja hanya dapat dibubarkan dengan Undang-Undang.


htt

(2) Pembinaan . . .

SK No 137336A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-7t6-

u
ah
2-t
(2) Pembinaan Lembaga Pengelola Investasi dilaksanakan
oleh menteri yang menyelenggarakan urusan

r-
pemerintahan di bidang keuangan negara.

mo
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Lembaga Pengelola
Investasi diatur dalam Peraturan Pemerintah.

-no
pu
Pasal 172
(1) trmbaga Pengelola Investasi dapat
erp melakukan
transaksi baik langsung maupun tidak langsung dengan
d-p
entitas yang dimilikinya.
(21 Perlakuan perpajakan atas transaksi yang melibatkan
loa

lembaga Pengelola Investasi dan/atau entitas yang


dimilikinya, termasuk transaksi sebagaimana dimaksud
wn

pada ayat (1), diatur dengan atau berdasarkan


Peraturan Pemerintah.
/do
/12

Bagian Kedua
Kemudahan Proyek Strategis Nasional
22
20

Pasal 173
(1) Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai
m/

dengan kewenangannya berdasarkan norma, standar,


co

prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah


Pusat bertanggung jawab dalam menyediakan lahan
si.

dan Perizinan Berusaha bagi proyek strategis nasional


ula

dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, badan


usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah.
eg

(21 Dalam hal pengadaan tanah belum dapat dilaksanakan


for

oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah sesuai


dengan kewenangannya berdasarkan norma, standar,
.in

prosedur, dan kriteria yang ditetapkan oleh Pemerintah


Pusat, pengadaan tanah untuk proyek strategis
ww

nasional dapat dilakukan oleh Badan Usaha.


//w
ps:

(3) Pengadaan . .
htt

SK No 137337 A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-717 -

hu
(3) Pengadaan tanah untuk proyek strategis nasional

a
sebagaimana dimaksud pada ayat (l) dan ayat (21

2-t
dilaksanakan dengan mempertimbangkan prinsip

or-
kemampuan keuangan negara dan kesinambungan
fiskal.

om
(4) Dalam hal pengadaan tanah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan oleh Badan Usaha, mekanisme

u-n
pengadaan tanah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai

(5)
rpp
pengadaan tanah untuk kepentingan umum.
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengadaan tanah dan
-pe
Perizinan Berusaha bagi proyek strategis nasional
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
lo ad

BAB XI
wn

PELAKSANAAN ADMINISTRASI PEMERINTAHAN UNTUK


/do

MENDUKUNG CIPTA KERJA


/12

Bagian Kesatu
22

Umum
/20

Pasal 174
om

Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Pengganti


Undang-Undang ini, kewenangan menteri, kepala lembaga,
i.c

atau Pemerintah Daerah yang telah ditetapkan dalam


undang-undang untuk menjalankan atau membentuk
las

peraturan perundang-undangan harus dimaknai sebagai


u

pelaksanaan kewenangan Presiden.


eg
for

Bagran Kedua
Administrasi Pemerintahan
.in
ww

Pasal 175
Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 3O
//w

Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol4 Nomor 292,
ps:

Tambahan kmbaran Negara Republik Indonesia Nomor


5601) diubah menjadi sebagai berikut:
htt

1. Ketentuan . . .

SK No 137338 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBUK INDONES
-7ta-

hu
-ta
I Ketentuan Pasal I diubah sehingga berbunyi sebagai

2
berikut:

or-
Pasal 1

om
Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:
1. Administrasi Pemerintahan adalah tata laksana

-n
dalam pengambilan keputusan dan/ atau tindakan

pu
oleh badan dan/atau pejabat pemerintahan.
erp
2. Fungsi Pemerintahan adalah fungsi dalam
melaksanakan Administrasi Pemerintahan yang
d-p

meliputi fungsi pengaturan, pelayanan,


pembangunan, pemberdayaan, dan pelindungan.
loa

3. Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan adalah


unsur yang melaksanakan Fungsi Pemerintahan,
wn

baik di lingkungan pemerintah maupun


penyelenggara negara lainnya.
/do

4. Atasan Pejabat adalah atasan pejabat langsung


/12

yang mempunyai kedudukan dalam organisasi


atau strata pemerintahan yang lebih tinggi.
22

5. Wewenang adalah hak yang dimiliki oleh Badan


dan/atau Pejabat Pemerintahan atau
20

penyelenggara negara lainnya untuk mengambil


m/

keputusan dan/atau tindalan dalam


penyelenggaraan pemerintahan.
co

6. Kewenangan Pemerintahan yang selanjutnya


si.

disebut Kewenangan adalah kekuasaan Badan


ula

dan/atau Pejabat Pemerintahan atau


penyelenggara negara lainnya untuk bertindak
eg

dalam ranah hukum publik.


for

7. Keputusan Administrasi Pemerintahan yang juga


disebut Keputusan Tata Usaha Negara atau
.in

Keputusan Administrasi Negara yang selanjutnya


disebut Keputusan adalah ketetapan tertulis yang
ww

dikeluarkan oleh Badan dan/ atau Pejabat


Pemerintahan dalam penyelenggaraan
//w

pemerintahan.
ps:

8. Tindakan . . .
htt

SK No 137339A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-719-

hu
8. Tindakan Administrasi Pemerintahan yang

-ta
selanjutnya disebut Tindakan adalah perbuatan

r-2
Pejabat Pemerintahan atau penyelenggara negara
lainnya untuk melakukan dan/atau tidak

mo
melakukan perbuatan konkret dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan.

-no
9. Diskresi adalah Keputusan dan/ atau Tindakan
yang ditetapkan dan/ atau dilakukan oleh Pejabat

pu
Pemerintahan untuk mengatasi persoalan konkret
yang dihadapi dalam penyelenggaraan
erp
pemerintahan dalam hal peraturan perundang-
undangan yang memberikan pilihan, tidak
d-p

mengatur, tidak lengkap atau tidak jelas, dan/atau


adanya stagnasi pemerintahan.
loa

10. Bantuan Kedinasan adalah kerja sama antara


Badan dan/ atau Pejabat Pemerintahan guna
wn

kelancaran pelayanan Administrasi Pemerintahan


/do

di suatu instansi pemerintahan yang


membutuhkan.
/12

11. Keputusan Berbentuk Elektronis adalah


Keputusan yang dibuat atau disampaikan dengan
22

menggunakan atau memanfaatkan media


elektronik.
/20

12. Legalisasi adalah pernyataan Badan dan/ atau


om

Pejabat Pemerintahan mengenai keabsahan suatu


salinan surat atau dokumen Administrasi
Pemerintahan yang dinyatakan sesuai dengan
i.c

aslinya.
las

13. Sengketa Kewenangan adalah klaim penggunaan


Wewenang yang dilakukan oleh 2 (dua) Pejabat
gu

Pemerintahan atau lebih yang disebabkan oleh


e

tumpang tindih atau tidak jelasnya Pejabat


for

Pemerintahan yang berwen€rng menangani suatu


.in

urusan pemerintahan.
14. Konflik Kepentingan adalah kondisi Pejabat
ww

Pemerintahan yang memiliki kepentingan pribadi


untuk menguntungkan diri sendiri dan/ atau orang
//w

lain dalam penggunaan Wewenang sehingga dapat


mempengaruhi netralitas dan kualitas Keputusan
ps:

dan/ atau Tindakan yang dibuat dan/ atau


dilakukannya.
htt

15.Warga...

SK No 137340A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-720-

unh
15. Warga Masyarakat adalah seseorang atau badan

-ta
hukum perdata yang terkait dengan Keputusan

r-2
dan/ atau Tindakan.
16. Upaya Administratif adalah penyelesaian sengketa

mo
yang dilakukan dalam lingkungan Administrasi
Pemerintahan sebagai akibat dikeluarkannya

-no
Keputusan dan/atau Tindakan yang merugikan.
t7. Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik yang

pu
selanjutnya disingkat AUPB adalah prinsip yang
erp
digunakan sebagai acuan penggunaan Wewenang
bagi Pejabat Pemerintahan dalam mengeluarkan
Keputusan dan/atau Tindakan dalam
d-p

penyelenggaraan pemerintahan.
loa

18. Pengadilan adalah Pengadilan Tata Usaha Negara.


19. Izin adalah Keputusan Pejabat Pemerintahan yang
wn

berwenang sebagai wujud persetujuan atas


permohonan Warga Masyarakat sesuai dengan
/do

ketentuan peraturan perundang-undangan.


19a Standar adalah Keputusan Pejabat Pemerintahan
/12

yang berwenang atau Lembaga yang diakui oleh


Pemerintah Pusat sebagai wujud persetujuan atas
22

pernyataan untuk pemenuhan seluruh


20

persyaratan yang ditetapkan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.
m/

20. Konsesi adalah Keputusan Pejabat Pemerintahan


o

yang berwenang sebagai wujud persetujuan dari


i.c

kesepakatan Badan dan/atau Pejabat


Pemerintahan dengan selain Badan dan/ atau
las

Pejabat Pemerintahan dalam pengelolaan fasilitas


gu

umum dan/atau sumber daya alam dan


pengelolaan lainnya sesuai dengan ketentuan
e

peraturan perundang-undangan.
for

21. Dispensasi adalah Keputusan Pejabat


.in

Pemerintahan yang berwenang sebagai wujud


persetujuan atas permohonan Warga Masyarakat
ww

yang merupakan pengecualian terhadap suatu


larangan atau perintah sesuai dengan ketentuan
//w

peraturan perundang-undangan.
ps:

22.Atribusi...
htt

SK No 137341A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
n-2
REPUBLIK INOONESIA
-721 -

hu
-ta
22. Atribusi adalah pemberian Kewenangan kepada

r-2
Badan dan/ atau Pejabat Pemerintahan oleh
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

o
Tahun 1945 atau Undang-Undang.

om
23. Delegasi adalah pelimpahan Kewenangan dari

u-n
Badan dan/ atau Pejabat Pemerintahan yang lebih
tinggi kepada Badan dan/atau Pejabat
yang lebih rendah dengan tanggung
rpp
Pemerintahan
jawab dan tanggung gugat beralih sepenuhnya
kepada penerima delegasi.
-pe
24. Mandat adalah pelimpahan Kewenangan dari
ad

Badan dan/ atau Pejabat Pemerintahan yang lebih


tinggi kepada Badan dan/atau Pejabat
nlo

Pemerintahan yang lebih rendah dengan tanggung


jawab dan tanggung gugat tetap berada pada
ow

pemberi mandat.
25. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan
2/d

urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan


aparatur negara.
/1
22

2 Ketentuan Pasal 24 diubah sehingga berbunyi sebagai


20

berikut:
m/

Pasal 24
Pejabat Pemerintahan yang menggunakan Diskresi
co

harus memenuhi syarat:


si.

a. sesuai dengan tujuan Diskresi sebagaimana


ula

dimaksud dalam Pasal 22 ayat l2l;


b. sesuai dengan AUPB;
eg

c. berdasarkan alasan-alasan yang objektif;


for

d. tidak menimbulkan Konflik Kepentingan; dan


e.
.in

dilakukan dengan iktikad baik.


ww

3 Ketentuan Pasal 38 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/w
s:/
p

Pasal 38. . .
htt

SK No 137342A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-722-

hu
a
2-t
Pasal 38
(1) Pejabat dan/atau Badan Pemerintahan

or-
dapat
membuat Keputusan Berbentuk Elektronis.

om
(2) Keputusan Berbentuk Elektronis wajib dibuat atau
disampaikan terhadap Keputusan yang diproses

u-n
oleh sistem elektronik yang ditetapkan Pemerintah
Pusat.
(3) rpp
Keputusan Berbentuk Elektronis berkekuatan
hukum sama dengan Keputusan yang tertulis dan
e
berlaku sejak diterimanya Keputusan tersebut oleh
d-p

pihak yang bersangkutan.


(4) Dalam hal Keputusan dibuat dalam bentuk
loa

elektronis, tidak dibuat Keputusan dalam bentuk


wn

tertulis.
/do

4 Judul bagian kelima dalam BAB VII diubah sehingga


berbunyi sebagai berikut:
/12

Bagian Kelima
22

Izin, Standar, Dispensasi, dan Konsesi


20

5 Ketentuan Pasal 39 diubah sehingga berbunyi sebagai


m/

berikut:
o

Pasal 39
i.c

(1) Pejabat Pemerintahan yang berwenang dapat


las

menerbitkan Izin, Standar, Dispensasi, dan/ atau


Konsesi dengan berpedoman pada AUPB dan
u

berdasarkan ketentuan peraturan perundang-


eg

undangan.
for

(21 Keputusan Badan dan/ atau Pejabat Pemerintahan


berbentuk lzin apabila:
.in

a. persetujuan diterbitkan sebelum kegiatan


ww

dilaksanakan; dan
b. kegiatan yang akan dilaksanakan merupakan
//w

kegiatan yang memerlukan perhatian khusus


dan/atau memenuhi ketentuan peraturan
ps:

perundang-undangan.
htt

(3) Keputusan . . .

SK No 097227 A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUEUK INDONES]A
-723-

hu
-ta
(3) Keputusan Badan dan/ atau Pejabat Pemerintahan

r-2
berbentuk Standar apabila:
a. persetqjuan diterbitkan sebelum kegiatan

o
om
dilaksanakan; dan
b. kegiatan yang akan dilaksanakan merupakan

u-n
kegiatan yang telah terstandardisasi.
(41 Keputusan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
rpp
berbentuk Dispensasi apabila:
a. persetujuan diterbitkan sebelum kegiatan
-pe
dilaksanakan; dan
b. kegiatan yang akan dilaksanakan merupakan
ad

kegiatan pengecualian terhadap suatu


nlo

larangan atau perintah.


(5) Keputusan Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan
ow

berbentuk Konsesi apabila:


a. persetujuan diterbitkan sebelum kegiatan
2/d

dilaksanakan;
/1

b. persetujuan diperoleh berdasarkan


kesepakatan Badan dan/atau Pejabat
22

Pemerintahan dengan pihak badan usaha


20

milik negara, badan usaha milik daerah,


dan/ atau swasta; dan
m/

c. kegiatan yang akan dilaksanakan merupakan


co

kegiatan yang memerlukan perhatian khusus.


si.

(6) Izin, Dispensasi, atau Konsesi yang diajukan oleh


pemohon wajib diberikan persetujuan atau
ula

penolakan oleh Badan dan/atau Pejabat


Pemerintahan paling lama 1O (sepuluh) hari kerja
eg

sejak diterimanya permohonan, kecuali ditentukan


for

lain dalam ketentuan peraturan perundang-


undangan.
.in

(71 Standar berlaku sejak pemohon menyatakan


ww

komitmen pemenuhan elemen Standar.


(8) lzin, Dispensasi, atau Konsesi tidak boleh
/w

menyebabkan kerugian negara.


s:/
p

6. Di antara . . .
htt

SK No 137344A
ml
.ht
022
FRESIDEN

n-2
REPUALIK INDONESIA
-724-

hu
-ta
6 Di antara Pasal 39 dan Pasal 40 disisipkan I (satu)

r-2
pasal, yakni Pasal 39A sehingga berbunyi sebagai
berikut:

o
om
Pasal 39A
(1) Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan wajib

u-n
melakukan pembinaan dan pengawasan atas
pelaksanaan lzin, Standar, Dispensasi, dan/atau
Konsesi.
rpp
(21 Pembinaan dan pengawasan terhadap lzin,
-pe
Standar, Dispensasi, dan/atau Konsesi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
ad

dikerjasamakan dengan atau dilakukan oleh


profesi yang memiliki sertifikat keahlian sesuai
nlo

dengan bidang pengawasan.


ow

(3) Ketentuan mengenai jenis, bentuk, dan mekanisme


pembinaan dan pengawasan atas Izin, Standar,
2/d

Dispensasi, dan/atau Konsesi yang dapat


dilakukan oleh profesi sebagaimana dimaksud
/1

pada ayat (2) diatur dalam Peraturan Presiden.


22
20

7 Ketentuan Pasal 53 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
m/

Pasal 53
co

(1) Batas waktu kewajiban untuk menetapkan


dan/atau melakukan Keputusan dan/atau
si.

Tindakan diberikan sesuai dengan ketentuan


ula

peraturan perundang-undangan.
(21 Jika ketentuan peraturan perundang-undangan
eg

tidak menentukan batas waktu kewajiban


for

sebagaimana dimaksud pada ayat (l), Badan


dan/ atau Pejabat Pemerintahan wajib menetapkan
.in

dan/atau melakukan Keputusan dar:latan


Tindakan dalam waktu paling lama 5 (lima) hari
ww

kerja setelah permohonan diterima secara lengkap


oleh Badan dan/ atau Pejabat Pemerintahan.
/w
s:/
p

(3) Dalam . .
htt

SK No 137345 A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-725-

hu
-ta
(3) Dalam hal permohonan diproses melalui sistem

r-2
elektronik dan seluruh persyaratan dalam sistem
elektronik telah terpenuhi, sistem elektronik

o
menetapkan Keputusan dan/atau Tindakan

om
sebagai Keputusan atau Tindakan Badan atau
Pejabat Pemerintahan yang berwenang.

u-n
(4) Apabila dalam batas waktu sebagaimana dimaksud
pada ayat (2l., Badan dan/atau Pejabat
rpp
Pemerintahan tidak menetapkan dan/atau
melakukan Keputusan dan/atau Tindakan,
-pe
permohonan dianggap dikabulkan secara hukum.
(5)
ad

Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk penetapan


Keputusan dan/ atau Tindakan yang dianggap
nlo

dikabulkan secara hukum sebagaimana dimal<sud


pada ayat (4) diatur dalam Peraturan Presiden.
ow
2/d

Bagran Ketiga
Pemerintahan Daerah
/1
22

Pasal 176
20

Beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 23


Tahun 2Ol4 tenlang Pemerintahan Daerah (Lembaran
m/

Negara Republik Indonesia Tahun 2Ol4 Nomor 244,


co

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor


5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
si.

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang


ula

Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun


2014 tentang Pemerintahan Daerah (l,embaran Negara
eg

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan


Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679) diubah
for

sebagai berikut:
.in

I
ww

Ketentuan Pasal 16 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
/w
s:/

Pasal 16. . .
p
htt

SK No 137346A
l
tm
2 .h
02
PRESTDEN

n-2
REP[JALIK INDONESIA
-726-

hu
Pasal 16

-ta
(1) Pemerintah Pusat dalam menyelenggarakan

r-2
urusan pemerintahan konkuren sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) berwenang untuk:

mo
a. menetapkan norma, standar, prosedur, dan
kriteria dalam rangka penyelenggaraan

o
u-n
Urusan Pemerintahan; dan
b. melaksanakan pembinaan dan pengawasan
terhadap penyelenggaraan Urusan
p
erp
Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah.
d-p

(21 Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
loa

mengacu atau mengadopsi praktik yang baik (good


pradicesl.
wn

(3) Norma, standar, prosedur, dan lrriteria


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
/do

berbentuk ketentuan peraturan perundang-


undangan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat
/12

sebagai aturan pelaksanaan dalam


penyelenggaraan urusan pemerintahan konkuren
22

yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dan


20

yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah.


(4)
m/

Pemerintah Pusat dapat mendelegasikan peratur€rn


pelaksanaan norna, standar, prosedur, dan
co

kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (3)


kepada kepala daerah yang ditetapkan dengan
si.

Peraturan Kepala Daerah.


ula

(5) Kewenangan Pemerintah Pusat sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b dibantu oleh
eg

kementerian dan lembaga pemerintah


for

nonkementerian.
(6) Pelaksanaan kewenangan yang dilalukan oleh
.in

Iembaga pemerintah nonkementerian sebagaimana


dimaksud pada ayat (5) harus dikoordinasikan
ww

dengan kementerian terkait.


/w
/
ps:

(7) Penetapan . . .
htt

SK No 137347 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-727 -

hu
-ta
(71 Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria

r-2
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
dilakukan paling lama 2 (dua) tahun terhitung

mo
sejak peraturan pemerintah mengenai pelaksanaan
urusan pemerintahan konkuren diundangkan.

-no
pu
2 Ketentuan Pasal 25O diubah sehingga berbunyi sebagai
berikut: erp
Pasal 250
d-p
Perda dan Perkada sebagaimana dimaksud dalam Pasal
249 ayat (1) dan ayat (3) dilarang bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang lebih
loa

tinggi, asas pembentukan peraturan perundang-


undangan yang baik, asas materi muatan peraturan
wn

perundang-undangan, dan putusan pengadilan.


/do

3 Ketentuan Pasal 251 diubah sehingga berbunyi sebagai


/12

berikut:
Pasal 251
22

Agar tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan


/20

perundang-undangan yang lebih tinggi, asas


pembentukan peraturan perundang-undangan yang
om

baik, asas materi muatan peraturan perundang-


undangan, dan putusan pengadilan, penyusunan Perda
i.c

dan Perkada berkoordinasi dengan kementerian yang


membidangi urusan pemerintahan dalam negeri dan
las

melibatkan ahli dan/atau instansi vertikal di daerah


gu

yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di


bidang pembentukan peraturan perundang-undangan.
f ore

4 Ketentuan Pasal 252 diubah sehingga berbunyi sebagai


.in

berikut:
ww

Pasal 252...
//w
ps:
htt

SK No 137348 A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUALIK INDONESIA
-724-

hu
-ta
r-2
Pasal 252
(l)

o
Penyelenggara Pemerintahan Daerah provinsi atau

om
kabupaten/kota yang masih memberlakukan
Perda yang tidak sesuai dengan ketentuan

u-n
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25O dikenai
sanksi.
(21 rpp
Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berupa sanksi administratif.
-pe
(3) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dikenakan kepada kepala daerah dan
ad

anggota DPRD berupa tidak dibayarkan hak


nlo

keuangan selama 3 (tiga) bulan yang diatur dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan.
ow

(41 Dihapus.
2/d

5 Ketentuan Pasal 260 diubah sehingga berbunyi sebagai


/1

berikut:
22

Pasal 260
(1) Daerah sesuai dengan kewenangannya men5rusun
20

rencana pembangunan Daerah sebagai satu


m/

kesatuan dalam sistem perencanaan


pembangunan nasional di segala bidang kehidupan
co

yang berlandaskan pada riset dan inovasi nasional


si.

yang berpedoman pada nilai-nilai Pancasila.


(21 Rencana pembangunan Daerah sebagaimana
ula

dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan,


disinergikan, dan diharmonisasikan oleh
eg

Perangkat Daerah yang membidangi perencanaan


for

pembangunan Daerah.
.in

6. Di antara . .
ww

.
/w
s:/
p
htt

SK No 137349 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INOONESIA
-729-

hu
a
2-t
Di antara Pasal 292 dan Pasal 293 disisipkan 1 (satu)

or-
6
Pasal yakni Pasal 292A sehingga berbunyi sebagai

m
berikut:

-no
Pasal292A
(1) Dalam hal penyederhanaan perizinan dan

pu
pelaksanaan Perizinan Berusaha oleh Pemerintah
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Undang-
erp
Undang ini menyebabkan berkurangnya
pendapatan asli Daerah, Pemerintah Pusat
d-p

memberikan dukungan insentif anggaran.


(21 Pemberian anggaran sebagaimana dimaksud pada
loa

ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah.


wn

7 Pasal 300 dihapus.


/do
/12

8 Ketentuan Pasal 349 diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
22

Pasal 349
(1) Daerah dapat melakukan penyederhanaan jenis
20

dan prosedur pelayanan publik untuk


m/

meningkatkan mutu pelayanan dan daya saing


Daerah dan sesuai dengan norrna, standar,
co

prosedur, dan kriteria, serta kebijakan Pemerintah


si.

Pusat.
ula

(21 Penyederhanaan sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) ditetapkan dengan Perda.
eg

(3) Pemerintah Daerah dapat memanfaatkan teknologi


for

informasi dan komunikasi dalam penyelenggaraan


pelayanan publik.
.in
ww

9 Ketentuan Pasal 35O diubah sehingga berbunyi sebagai


berikut:
//w
ps:

Pasal 35O. . .
htt

SK No 137350A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUELTK INDONES]A
-730-

un
h
-ta
r-2
Pasal 350
(1) Kepala daerah wajib memberikan pelayanan

mo
Perizinan Berusaha sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dan nonna,

-no
standar, prosedur, dan kriteria yang ditetapkan

pu
oleh Pemerintah Pusat.
(21 Dalam memberikan pelayanan Per2inan Berusaha
erp
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Daerah
membentuk unit pelayanan terpadu satu pintu.
d-p

(3) Pembentukan unit pelayanan terpadu satu pintu


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berpedoman
loa

pada ketentuan peraturan perundang-undangan.


wn

(41 Pelayanan Perizinan Berusaha sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) wajib menggunakan sistem
/do

Per2inan Berusaha secara elektronik yang dikelola


oleh Pemerintah Pusat.
/12

(5) Kepala daerah dapat mengembangkan sistem


pendukung pelaksanaan sistem Perizinart
22

Berusaha secara elektronik sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) yang terintegrasi sesuai
/20

dengan standar yang ditetapkan Pemerintah Pusat.


(6)
om

Kepala daerah yang tidak memberikan pelayanan


Perizinan Berusaha sebagaimana dimaksud pada
ayat (l) dan penggunaan sistem Perizinan
si.c

Berusaha secara elektronik sebagaimana


dimaksud pada ayat (4) yang terintegrasi dikenai
ula

sanksi administratif.
eg
for
.in
ww

(7) Sanksi . . .
//w
ps:
htt

SK No 137351A
l
tm
2.h
02
PRESTDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-73r-

hu
2-ta
or-
(7t Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada

om
ayat (6) berupa teguran tertulis kepada gubernur
oleh Menteri dan kepada bupati/wali kota oleh

u-n
gubemur sebagai wakil Pemerintah Pusat untuk
pelanggaran yang bersifat administratif.
(8)
rpp
Teguran tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat
(7) dapat diberikan oleh menteri atau kepala
-pe
lembaga yang membina dan mengawasi Perizinan
Berusaha sektor setelah berkoordinasi dengan
ad

Menteri.
lo

(e) Dalam hal teguran tertulis sebagaimana dimaksud


pada ayat (7) dan ayat (8) telah disampaikan 2 (dua)
wn

kali berturut-turut dan tetap tidak dilaksanalan


/do

oleh kepala daerah:


a. menteri atau kepala lembaga yang membina
/12

dan mengawasi Perizinan Berusaha sektor


mengambil alih pemberian Peizinan
22

Berusaha yang menjadi kewenangan


gubernur; atau
20

b. wakil Pemerintah Pusat


gubernur sebagai
m/

mengambil alih pemberian Perizinan


Berusaha yang menjadi kewenangan
.co

bupati/wali kota.
i

(10) Pengambilalihan pemberian Perizinan Berusaha


las

oleh menteri atau kepala lembaga yang membina


dan mengawasi Perizinan Berusaha sektor
gu

sebagaimana dimaksud pada ayat (9) huruf a


ore

dilakukan setelah berkoordinasi dengan Menteri.


f
.in

10. Di antara Pasal 402 dan 4O3 disisipkan 1 (satu) pasal


yakni Pasal 402A sehingga berbunyi sebagai berikut:
ww
//w
ps:

Pasal 4O2A . . .
htt

SK No 137352A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
n-2
REPUELIK INDONESIA
-732-

u
ah
Pasal 402A

2-t
Pembagran urusan pemerintahan konkuren antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah provinsi serta

r-
Pemerintah Daerah kabupaten/kota sebagaimana

mo
tercantum dalam L,ampiran Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2Ol4 tentang Pemerintahan Daerah

-no
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2Ol5 tentang Perubahan Kedua

pu
atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2Ol4 tenta ng
Pemerintahan Daerah harus dibaca dan dimaknai
erp
sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini.
d-p
loa

BAB XII
PENGAWASAN DAN PEMBINAAN
wn
/do

Pasal L77
(1) Pemerintah Pusat wajib melakukan pengawasan dan
/12

pembinaan terhadap setiap pelaksanaan Perizinan


Berusaha yang dilakukan oleh pemegang Perizinan
22

Berusaha.
20

(21 Pelaksanaan pengawasan dan pembinaan sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Aparatur Sipil
m/

Negara sesuai dengan kewenangannya.


(3) Aparatur Sipil
co

Negara dalam melaksanakan tugas


pengawasan dan pembinaan sebagaimana dimal<sud
si.

pada ayat (2) dapat bekerja sama dengan profesi


ula

bersertilikat sesuai dengan bidang pengawasan dan


pembinaan yang dilakukan.
eg

(41 Dalam hal Aparatur Sipil Negara dan profesi


bersertifikat dalam melaksanakan tugasnya
for

menemukan pelanggaran terhadap ketentuan yang


.in

tertuang dalam setiap Perizinan Berusaha yang


dilakukan oleh pemegang Perizinart Berusaha
ww

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Aparatur Sipil


Negara sesuai dengan kewenangannya dapat
//w

memberikan sanksi administratif kepada pemegang


Perizinan Berusaha.
ps:
htt

(5) Sanksi...

SK No 137353 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONES
-733-

hu
(5) Sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat

-ta
(4) dapat berupa:

2
a. peringatan;

or-
b. penghentian sementara kegiatan berusaha;

om
c. pengenaan denda administratif;
d. pengenaan daya paksa polisional;

u-n
e. pencabutan lisensi/sertifikasi/persetujuan;
dan/ atau
rpp
f. pencabutan Perizinan Berusaha.
(6)
-pe
Kewenangan Pemerintah Pusat dalam melaksanakan
pengawasan dan pembinaan sebagaimana dimaksud
ad

pada ayat (1) dan pengena€rn sanksi administratif


sebagaimana dimaksud pada ayat (41 dapat
lo

dilimpahkan kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan


wn

ketentuan peraturan perundang-undangan.


(71 Ketentuan lebih lanjut mengenai sanksi administratif
/do

lainnya dan tata cara pengenaan sanksi administratif


sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dalam
/12

Peraturan Pemerintah.
22

Pasal 178
20

Setiap pemegang Perizinan Berusaha yang dalam


m/

melaksanakan kegiatan/usahanya menimbulkan dampak


kerusakan pada lingkungan hidup, selain dikenai sanksi
.co

administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 177 ayat


(5), pemegang Perizinan Berusaha wajib memulihkan
i
las

kerusakan lingkungan akibat dari kegiatan/usahanya.


gu

Pasal 179
ore

(1) Pemerintah Pusat wajib melakukan pengawasan


terhadap Aparatur Sipil Negara dan/ atau profesi
f
.in

bersertilikat yang melaksanakan tugas dan tanggung


jawab pengawasan dan pembinaan.
ww

(21 Aparatur Sipil Negara dan/ atau profesi bersertifikat


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak
//w

melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan dan


pembinaan terhadap pelaksanaan Perizinan Berusaha
ps:

dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.
htt

(3) Kewenangan

SK No 137354A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-734-

hu
-ta
(3) Kewenangan pelaksanaan pengawasan sebagaimana

2
dimaksud pada ayat (1) dapat dilimpahkan kepada

or-
Pemerintah Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

om
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan
pengawasan oleh Pemerintah Pusat sebagaimana

u-n
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan
rpp
Pemerintah. -pe
BAB XIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
lo ad

Pasal 180
wn

(1) Hak, izin, atau konsesi atas tanah dan/ atau kawasan
yang dengan sengaja tidak diusahakan atau
/do

ditelantarkan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua)


tahun sejak diberikan, dicabut dan dikembalikan
/12

kepada negara.
(21 Dalam pelaksanaan pengembalian kepada
22

negara
sebagaimana dimaksud pada ayat (l), Pemerintah Pusat
20

dapat menetapkan hak, izin, atanu konsesi tersebut


m/

sebagai aset bank tanah.


(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencabutan hak, izin,
.co

atau konsesi dan penetapannya sebagai aset bank


tanah diatur dalam Peraturan Pemerintah.
i
las
gu

Pasal 181
(1) Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah Pengganti
ore

Undang-Undang ini, setiap peraturan perundang-


undangan di bawah Undang-Undang yang berlaku dan
f
.in

bertentangan dengan ketentuan Peraturan Pemerintah


Pengganti Undang-Undang ini atau bertentangan
ww

dengan peraturan perundang-undangan yang lebih


tinggi, atau bertentangan dengan putusan pengadilan
//w

harus dilakukan harmonisasi dan sinkronisasi yang


dikoordinasikan oleh kementerian atau lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
ps:

pembentukan peraturan perundang-undangan.


htt

(2) Harmonisasi

SK No 137355 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPIIBLIK INDONESIA

un
-735-

ah
(21 Harmonisasi dan sinkronisasi yang berkaitan dengan

2-t
peraturan daerah dan/ atau peraturan kepala daerah,
dilaksanakan oleh kementerian atau lembaga yang

or-
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pembentukan peraturan perundang-undangan bersama

om
dengan kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan dalam negeri.

u-n
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai harmonisasi dan
sinkronisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
rpp
ayat (21 diatur dalam Peraturan Pemerintah.
-pe
BAB XIV
KETENTUAN PERALIHAN
lo ad

Pasal 182
wn

Pada saat Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang


ini mulai berlaku:
/do

a. Perizinan Berusaha dan/ atau sertifikat yang sudah


terbit berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
/12

2O2O lentarrg Cipta Kerja masih tetap berlaku sampai


dengan berakhirnya Per2inan Berusaha dan/arau
22

sertifikat;
b.
20

Persetujuan, izin sektor, sertifikat, dan/ atau bentuk


perizinan lain yang diterbitkan oleh Pemerintah Pusat
m/

dan Pemerintah Daerah sebelum berlakunya Undang-


Undang Nomor 11 Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja
.co

masih tetap berlaku sampai dengan berakhirnya


i

persetujuan, izin sektor, sertifikat, dan/atau bentuk


las

perizinan lain;
c. Badan Usaha yang didirikan berdasarkan Undang-
gu

Undang Nomor 11 Tahun 202O tentang Cipta Kerja


ore

masih tetap berlaku sampai dengan berakhir jangka


waktu berdirinya Badan Usaha;
f

d. Perizinan Berusaha yang sedang dalam proses


.in

permohonan, diproses berdasarkan Peraturan


ww

Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini;


e. Segala perbuatan hukum yang dilakukan oleh
//w

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan


badan/lembaga yang dibentuk oleh atau berdasarkan
ps:

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta


Kerja dinyatakan sah dan tetap berlaku sepanjang
htt

sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan yang


baik atau tata kelola yang baik.
Pasal 183. . .

SK No 137356A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-736-

hu
-ta
Pasal 183
Lembaga Pengelola Investasi yang dibentuk dengan Undang-

r-2
Undang Nomor 11 Tahun 2O20 tentang Cipta Kerja
dilanjutkan berdirinya berdasarkan Peraturan Pemerintah

mo
Pengganti Undang-Undang ini.

-no
BAB XV

pu
KETENTUAN PENUTUP
erp
Pasal 184
d-p

Pada saat Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang


ini mulai berlaku:
loa

a. semua peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang


yang telah diubah oleh Peraturan Pemerintah Pengganti
wn

Undang-Undang ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang


tidak bertentangan dengan Peraturan Pemerintah
/do

Pengganti Undang-Undang ini; dan


b. semua peraturan perundang-undangan yang
/12

merupakan peraturan pelaksanaan dari Undang-


22

Undang Nomor 11 Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja


masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
/20

dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-


Undang ini.
om
i.c

Pasal 185
Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah Pengganti
s
ula

Undang-Undang ini, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020


tentang Cipta Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia
g

Tahun 2O20 Nomor 245, Tambahan Lembaran Negara


ore

Republik Indonesia Nomor 6573), dicabut dan dinyatakan


tidak berlaku.
f
.in

Pasal 186
ww

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini mulai


berlaku pada tanggal diundangkan.
/w
s:/

Agar . . .
p
htt

SK No 137357 A
l
tm
2.h
02
PRESTDEN
REPUBLIK INDONES

n-2
-737 -

hu
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan

a
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-

2-t
Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara

or-
Republik Indonesia.

om
Ditetapkan di Jakarta

-n
pada tanggal 30 Desember 2O22

pu
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
erp
d-p
ttd
loa

JOKO WIDODO
wn

Diundangkan di Jakarta
/do

pada tanggal 3O Desember 2022


/12

MENTERI SEKRETARIS NEGARA


REPUBLIK INDONESIA,
22
20

ttd
m/
co

PRATIKNO
si.
la

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2022 NOMOR 238


gu
ore

Salinan sesuai dengan aslinya


KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
inf

REPUBLIK INDONESIA
Perundang-undangan dan
.
ww

trasi Hukum,
//w
ps:
htt

Djaman

SK No 158407A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REP1JBLIK INDONESIA

un
ah
PENJET,ASAN

2-t
ATAS

or-
PERATURAN PEMERINTAH

om
PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 2TAHUN 2022

u-n
TENTANG
CIPTA KERJA
rpp
-pe
I. UMUM
Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
ad

1945 mengamanatkan bahwa tujuan pembentukan Negara Republik


nlo

Indonesia adalah mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, makmur,


yang merata, baik materiel maupun spiritual. Sejalan dengan tujuan
ow

tersebut, Pasal 27 ayat (21 UUD 1945 menentukan bahwa "Tiap-tiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
/d

kemanusiaan, oleh karena itu negara perlu melakukan berbagai upaya atau
/12

tindakan untuk memenuhi hak-hak warga negara untuk memperoleh


pekerjaan dan penghidupan yang layak. Pemenuhan hak atas pekerjaan
22

dan penghidupan yang layak pada prinsipnya merupakan salah satu aspek
penting dalam pembangunan nasional yang dilaksanakan da-lam rangka
20

pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.


/

Pemerintah Pusat telah melakukan berbagai upaya untuk


om

menciptakan dan memperluas lapangan kerja dalam rangka penurunan


jumlah pengangguran dan menampung pekerja baru serta mendorong
i.c

pengembangan Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan


s

tqjuan untuk meningkatkan perekonomian nasional yang akan ddpat


ula

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Meski tingkat pengangguran


terbuka terus turun, Indonesia masih membutuhkan penciptaan kerja yang
g

berkualitas karena:
ore

a. Jumlah angkatan kerja pada Februari Tahun 2O22 sebanyak l44,Ol


juta orang, naik 4,20 juta orang dibanding Februari 2O2 1;
inf

b. Penduduk yang bekerja sebanyak 135,61juta orang, di mana sebanyak


w.

81,33 juta orang (59,97o/o) bekerja pada kegiatan informal;


w

c. Pandemi Corona Vints Disease 2019 (COVID-19) memberikan dampak


kepada 1 1,53 juta orang (5,53%) penduduk usia kerja, yaitu
/w

pengangguran sebanyak O,96 juta orang, Bukan Angkatan Kerja


s:/

sebanyak 0,55 juta orang, tidak bekerja sebanyak 0,58 juta orang, dan
penduduk bekerja yang mengalami pengurangan jam kerja sebanyak
p
htt

9,44 juta orang;

d.dibutuhkan...

SK No 097243 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA
-2-

un
ah
d. dibutuhkan kenaikan upah yang pertumbuhannya sejalan dengan

2-t
pertumbuhan ekonomi dan peningkatan produktivitas pekerja.
Pemerintah Pusat telah berupaya untuk perluasan program jaminan

or-
dan bantuan sosial yang merupakan komitmen dalam rangka
meningkatkan daya saing dan penguatan kualitas sumber daya manusia,

om
serta untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan dan ketimpanlan
pendapatan. Dengan demikian melalui dukungan jaminan dan bantuan

u-n
sosial, total manfaat tidak hanya diterima oleh pekerja, namun juga
dirasakan oleh keluarga pekerja.
rpp
Terhadap hal tersebut, Pemerintah Pusat perlu mengambil kebijakan
strategis untuk menciptakan dan memperluas kerja melalui peningkatan
-pe
investasi, mendorong pengembangan dan peningkatan kualitas Koperasi
dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Untuk dapat meningkatkan
ad

penciptaan dan perluasan kerja, diperlukan pertumbuhan ekonomi stabil


nlo

dan konsisten naik setiap tahunnya. Namun upaya tersebut dihadapkan


dengan kondisi saat ini, terutama yang menyangkut terjadinya pelemahan
ow

pertumbuhan ekonomi yang bersamaan dengan kenaikan laju harga (yang


dikenal dengan fenomena stagflasi). Pada laporan the World Economic
/d

Outlook (WEO) Oktober Tahun 2022, lnternational Monetary Fund (IMF)


/12

memangkas perkiraan pertumbuhan globalnya menjadi 3,2o/o pada Tahun


2022 dari sebelumnya di angka 3,60/o di WEO pada ApiL Tal:un 2022.
Kondisi perekonomian dunia diproyeksikan akan memburuk di Tahun
22

2023, turun pada level 2,7o/o, jauh di bawah engka 4,9o/o yang dilaporkan
20

WEO pada Oktober Tahun 2021. Revisi pertumbuhan paling tajam


dilaporkan untuk perekonomian utama Eropa, perekonomian Amerika
/
om

Serikat, dan perekonomian Republik Ralryat Tiongkok. Pertumbuhan


Amerika Serikat diproyesikan akan turun pada level 1,0% di Tahun 2023,
i.c

dari ekspektasi l,60/o di Tahun 2022 dan 5,7o/o di Tahun 2O21. Ekonomi
Zona Eropa yang tumbuh sebesar 5,2o/o di Talrun 2O2L diprediksi akan
s
ula

turun pada level 3,1% Tahun 2022 dan O,5% di Tahun 2023. Perekonomian
Republik Ralryat Tiongkok diperkirakan tumbuh sekitar 3,2o/o di Tahun
g

2022 dan 4,4o/o di Tahun 2023, jatuh di bawah 8,lo/o yang dilaporkan tahun
ore

lalu.
Yang terjadi di dunia saat ini, permasalahan supplg chains atau mata
inf

rantai pasokan yang dalam berdampak pada keterbatasan suplai, terutama


pada barang-barang pokok, seperti makanan dan energi. Keterbatasan
w.

pasokan yang jauh lebih parah dari pada turunnya permintaan berdampak
w

pada kenaikan inflasi yang tidak pernah terjadi selama 40 tahun terakhir
/w

di beberapa negara maju, seperti Amerika Serikat dan Inggris. Ekonomi


pasar yang disurvei Bloomberg pada pertengahan Tahun 2022
s:/

mengantisipasi laju inflasi dunia di atas 60/o di Tahun 2022, jauh lebih tinggi
p

dari pada angka di sekitar 27o berdasarkan survei Bloomberg di akhir


htt

Tahun 2021.
Perekonomian . . .

SK No 097244 A
tml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONES
-3-

hu
Perekonomian Indonesia akan terdampak akibat stagflasi global yang

a
sudah terlihat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tadinya

2-t
diproyeksikan IMF akan pada kisaran 60/opada Tahun 2022 WE'O, Oktober

or-
2O2ll lelah dipangkas turun cukup signifikan. Survei Bloomberg dan
laporan IMF (WEO, Oktober 2022), Bank Dunia dan Asian Development

m
Bank melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya pada kisaran 5,17o -

-no
5,37o untuk Tahun 2O22, dan turun pada LeveL 4,8o/o di Tahun 2O23. Pada
saat bersamaan tekanan inflasi sudah mulai terlihat, di mana laju inflasi

pu
pada akhir Kuartal III Tahun 2O22 sudalr mencapai hampir 60/o lear-on-
gear, dibandingkan dengan level di kisaran 3% di Kuartal I Tahun 2022.
erp
Tingkat ketidakpastian (unertaintiesl yang tinggi pada
dunia, terutama didorong oleh kondisi geopolitik, mendorong risiko pada
d-p

prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih lemah dan inflasi yang
lebih tinggi. Respon standar bauran kebijakan, khususnya antara
loa

kebijakan moneter dan fiskal, yang terus diperkuat semenjak awal pandemi
Corona Virus Disease 2019 (COVID- 19) akan semakin dibutuhkan. Di era
wn

stagflasi, koordinasi kebijakan menjadi jauh lebih kompleks, di mana


pemerintah harus menavigasi antara mendukung pertumbuhan ekonomi
/do

dan menahan inflasi.


Di tengah kondisi global yang bergejolak dan keterbatasan ruang
/12

gerak dari kebijakan makro, penguatan fundamental ekonomi domestik


untuk menjaga daya saing ekonomi domestik harus menjadi prioritas
22

utama. Stabilitas kekuatan permintaan domestik, terutama konsumsi


privat dan investasi di tengah meningkatnya tekanan harga dan
20

terpuruknya pertumbuhan global, sangat bergantung pada kemampuan


m/

Indonesia untuk meningkatkan daya saing dan daya tarik pasar domestik
bagi investor. Di sini pelaksanaan reformasi struktural yang komprehensif
co

yang dimuat dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang


si.

tentang Cipta Kerja menjadi sangat penting dan urgen.


ula

Untuk itu diperlukan kebijakan dan langkah-langkah strategis Cipta


Kerja yang memerlukan keterlibatan semua pihak yang terkait, dan
eg

terhadap hal tersebut perlu menyusun dan menetapkan Peraturan


Pemerintah Pengganti Undang-Undang tentang Cipta Kerja dengan tqiuan
for

untuk menciptakan kerja yang seluas-luasnya bagi ralgrat Indonesia secara


merata di seluruh wilayah Negara Republik Indonesia dalam rangka
.in

memenuhi hak atas penghidupan yang layak. Peraturan Pemerintah


ww

Pengganti Undang-Undang tentang Cipta Kerja mencakup yang terkait


dengan:
a. peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha;
//w

b. peningkatan pelindungan dan kesejahteraan pekerja;


ps:

c. kemudahan, pemberdayaan, dan pelindungan Koperasi dan UMK-M;


dan
htt

d. peningkatan investasi pemerintah dan percepatan proyek strategis


nasional.
Penciptaan . . .

SK No 137367A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-4-

un
ah
Penciptaan lapangan kerja yang dilakukan melalui pengaturan
terkait dengan peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha

2-t
paling sedikit memuat pengaturan mengenai penyederhanaam Perizinan
Berusaha, persyaratan investasi, kemudahan berusaha, riset dan inovasi,

or-
pengadaan lahan, dan kawasan ekonomi.
Untuk mendukung pelaksanaan kebijakan strategis penciptaan kerja

om
beserta pengaturannya, telah ditetapkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2O2O tentang Cipta Kerja yang telah menggunakan metode omnibus

u-n
(omnibus lar,r.r). Namun Undang-Undang tersebut telah dilakukan pengujian
formil ke Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Konstitusi melalui Putusan
rpp
Nomor 91/PUU-XVIII/2O2O telah menetapkan amar putusan, antara lain:
l. pembentukan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik
-pe
Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum
mengikat secara bersyarat sepanjang tidak dimaknai tidak dilakukan
ad

perbaikan dalam waktu 2 (dua) tahun sejak putusan diucapkan;


2.
lo

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 masih tetap berlaku sampai


dengan dilakukan perbaikan sesuai dengan tenggang waktu yang
wn

ditetapkan; dan
3. melakukan perbaikan dalam jangka waktu 2 (dua) tahun sejak putusan
/do

diucapkan.
Sebagai tindak lanjut Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 9L IPUU-
/12

X\llll / 2O2O tersebut, telah dilakukan:


a. Menetapkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2022 tentang
22

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang


Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang telah mengatur
20

dan memuat metode omnibus dalam penyusunan undang-undang dan


telah memperjelas partisipasi masyarakat yang bermakna dalam
m/

pembentukan peraturan perundang-undangan. Dengan Undang-


Undang Nomor 13 Tahun 2O22 tersebut, maka penggunaan metode
.co

omnibus telah memenuhi cara dan metode yang pasti, baku, dan
standar dalam penyusunan peraturan perundang-undangan.
i

b. Meningkatkan partisipasi yang bermakna (meaningful participation)


las

yang mencakup 3 (tiga) komponen yaitu hak untuk didengarkan


pendapatnya (right to be l,.eardl, hak untuk dipertimbangkan
gu

pendapatnya (righl to be consideredl, dan hak untuk mendapatkan


ore

penjelasan atau jawaban atas pendapat yang diberikan (righl to be


explainedl. Untuk itu Pemerintah Pusat telah membentuk Satuan T\rgas
f

Percepatan Sosialisasi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O20 tentang


.in

Cipta kerja (Satgas UU Cipta Kerja) yang memiliki fungsi untuk


melaksanakan proses sosialisasi dari Undang-Undang Nomor 1l Tahun
ww

2O2O tentang Cipta Kerja. Satgas UU Cipta Kerja bersama


kementerian/ lembaga, Pemerintah Daerah, dan pemangku kepentingan
telah melaksanakan proses sosialisasi di berbagai wilayah yang
//w

diharapkan dapat meningkatkan pemahaman serta kesadaran


masyarakat terhadap Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O lentang
ps:

Cipta Kerja.
htt

c. Selanjutnya . . .

SK No 137368A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK ]NDONESIA

-2
un
5

ah
c. Selanjutnya, juga telah dilakukan perbaikan kesalahan teknis

2-t
penulisan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O arftara lain
adalah huruf yang tidak lengkap, rujukan pasal atau ayat yang tidak

or-
tepat, salah ketik, dan/atau judul atau nomor urut bab, bagian,
paragraf, pasal, ayat, atau butir yang tidak sesuai, yang bersifat tidak

om
substansial.
Selain sebagai tindak lanjut putusan Mahkamah Konstitusi Nomor

u-n
9l/PUU-XVIIII2O2O tersebut, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
Undang tentang Cipta Kerja juga melakukan perbaikan rumusan ketentuan

p
umum Undang-Undang sektor yang diundangkan sebelum berlakunya
erp
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan. Dengan perbaikan rumusan ketentuan umum
d-p

(batasan pengertian atau definisi, singkatan atau alronim, dan hal-hal


yang bersifat umum) tersebut, maka ketentuan yang ada dalam Undang-
loa

Undang sektor yang tidak diubah dalam Peraturan Pemerintah Pengganti


Undang-Undang tentang Cipta Kerja harus dibaca dan dimaknai sama
wn

dengan yang diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-


Undang tentang Cipta Kerja.
/do

Sebagai tindak lanjut berikutnya, perlu menlrusun Peraturan


Pemerintah Pengganti Undang-Undang tentang Cipta Kerja untuk
/12

melakukan perbaikan dan penggantian atas Undang-Undang Nomor 11


22

Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja. Ruang lingkup Peraturan Pemerintah


Pengganti Undang-Undang tentang Cipta Kerja ini meliputi:
/20

a. peningkatan ekosistem investasi dan kegiatan berusaha;


b. ketenagakerjaan;
om

c. kemudahan, pelindungan, serta pemberdayaan Koperasi dan UMK-M;


d. kemudahan berusaha;
si.c

e. dukungan riset dan inovasi;


f. pengadaan tanah;
ula

g. kawasan ekonomi;
h. investasi Pemerintah Pusat dan percepatan proyek strategis nasional;
eg

i. pelaksanaan administrasi pemerintahan; dan


j. pengenaan sanksi.
for

Sesuai Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor l3S |PUU-VI[ l2OO9,


.in

kondisi tersebut di atas telah memenuhi parameter sebagai kegentingan


yang memaksa dalam rangka penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti
ww

Undang-Undang antara lain:


a. karena adanya kebutuhan mendesak untuk menyelesaikan masalah
//w

hukum secara cepat berdasarkan Undang-Undang;


b. Undang-Undang yang dibutuhkan belum ada sehingga terjadi
ps:

kekosongan hukum atau tidak memadainya Undang-Undang yang saat


ini ada; dan
htt

c. kondisi . . .

SK No 097245 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-6-

hu
c. kondisikekosongan hukum yang tidak dapat diatasi dengan cara

-ta
membuat Undang-Undang secara prosedur biasa yang memerlukan

2
waktu yang cukup lama sedangkan keadaan yang mendesak tersebut

or-
perlu kepastian untuk diselesaikan.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, dalam kegentingan yang

om
memaksa, sesuai dengan ketentuan Pasal 22 ayat (1) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Presiden berwenang

u-n
menetapkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.

p
II. PASAL DEMI PASAL
erp
Pasal
d-p
1

Cukup jelas.
loa

Pasal 2
wn

Ayat (1)
Huruf a
o

Yang dimaksud dengan "pemerataan hakl adalah bahwa


2/d

penciptaan kerja untuk memenuhi hak warga negara atas


/1

pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi ralgrat Indonesia


dilakukan secara merata di seluruh wilayah Negara Kesatuan
22

Republik Indonesia.
20

Huruf b
/

Yang dimaksud dengan "kepastian hukum" adalah bahwa


om

penciptaan kerja dilakukan sejalan dengan penciptaan iklim


usaha kondusif yang dibentuk melalui sistem hukum yang
si.c

menjamin konsistensi antara peraturan perundang-undangan


dengan pelaksanaannya.
ula

Huruf c
g

Yang dimaksud dengan "kemudahan berusaha" adalah bahwa


ore

penciptaan kerja yang didukung dengan proses berusaha yang


sederhana, mudah, dan cepat akan mendorong peningkatan
inf

investasi, pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah


untuk memperkuat perekonomian yang mampu membuka
.
ww

seluas-luasnya lapangan kerja bagi ralqrat Indonesia.


Hurufd
/w

Yang dimaksud dengan "kebersamaan" adalah bahwa penciptaan


kerja dengan mendorong peran seluruh dunia usaha dan usaha
s:/

mikro, kecil, dan menengah termasuk Koperasi secara bersama-


p

sama dalam kegiatannya untuk kesejahteraan rakyat.


htt

Huruf e. . .

SK No 137370A
l
tm
2.h
02
SIDEN

n-2
REPUBLIK lNDONESIA

-7 -

hu
Huruf

-ta
e
Yang dimaksud dengan "kemandirian" adalah bahwa

r-2
pemberdayaan usaha mikro, kecil, dan menengah termasuk
Koperasi dilakukan dengan tetap mendorong, menjaga, dan

mo
mengedepankan potensi dirinya.

-no
Ayat (21

Cukup jelas.

pu
erp
Pasal 3
d-p

Cukup jelas.
loa

Pasal 4
wn

Cukup jelas.
/do

Pasal 5
/12

Cukup jelas.
22
/20

Pasal 6
Cukup jelas.
om
i.c

Pasal 7
las

Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Perizinan Berusaha berbasis risiko" adalah
gu

pemberian Perizinan Berusaha dan pelaksanaan pengawasan


e

berdasarkan tingkat risiko usaha dan/atau kegiatan.


for

Yang dimaksud dengan otingkat risiko" adalah potensi terjadinya


suatu bahaya terhadap kesehatan, keselamatan, lingkuhgan,
.in

pemanfaatan sumber daya alam danlatau bahaya lainnya yang


ww

masuk ke dalam kategori rendah, menengah, atau tinggi.


Ayat (2)
/w

Cukup jelas.
/
ps:

Ayat(3) ...
htt

SK No 097246 A
ml
.ht
22
-20
PRESTDEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-

hun
Ayat (3)

-ta
Huruf a

r-2
Cukup jelas.

mo
Huruf b
Cukup jelas.

-no
Huruf c

pu
Cukup jelas.
Huruf d
erp
Yang dimaksud dengan "pemanfaatan dan pengelolaan sumber
d-p

daya" termasuk di dalamnya penggunaan frekuensi radio.


loa

Ayat (4)
Yang dimaksud dengan "aspek lainnya" termasuk aspek keamanan
wn

atau pertahanan sesuai dengan kegiatan usaha.


/do

Ayat (s)
Huruf a
/12

Cukup jelas.
22

Huruf b
/20

Cukup jelas.
Huruf c
om

Cukup jelas.
si.c

Hurufd
Cukup jelas.
ula

Humf e
eg

Yang dimaksud dengan "risiko volatilitas" yaitu risiko yang


for

memiliki kecenderungan untuk mudah berubah.


Ayat (6)
.in

Cukup jelas.
ww

Ayat (7)
//w

Cukup jelas.
ps:

Pasal 8
htt

Cukup jelas.

Pasal 9...

SK No 137372 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9-

un
h
Pasal 9

-ta
Ayat (1)

r-2
Huruf a

mo
Contoh kegiatan usaha berisiko menengah rendah antara lain
wisata agro dan jasa manajemen hotel.

-no
Huruf b

pu
Contoh kegiatan usaha berisiko menengah tinggi antara lain
industri mesin pendingin dan industri konstruksi berat siap
erp
pasang dari baja untuk bangunan.
d-p
Ayat (2)
Cukup jelas.
loa

Ayat (s)
wn

Cukup jelas.
Ayat (4)
/do

Cukup jelas.
/12

Ayat (5)
22

Cukup jelas.
Ayat (6)
/20

Cukup jelas.
om
si.c

Pasal l0
Cukup jelas.
ula
eg

Pasal I I
for

Cukup jelas.
.in

Pasal 12
ww

Cukup jelas.
//w

Pasal 13
ps:

Cukup jelas.
htt

Pasal 14. . .

SK No 137373 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-10-

un
ah
Pasal 14

2-t
Cukup jelas.

or-
Pasal 15

om
Cukup jelas.

u-n
rpp
Pasal 16
Cukup jelas.
-pe
ad

Pasal 17
nlo

Angka 1
Pasal 1
ow

Cukup jelas.
/d
/12

Angka 2
22

Pasal 6
Cukup jelas.
/ 20
om

Angka 3
i.c

Pasal 8
s

Ayat (1)
ula

Huruf a
g

Cukup jelas.
ore

Huruf b
inf

Cukup jelas.
Huruf c
w.

Cukup jelas.
w
/w

Huruf d
Cukup jelas.
s:/
p
htt

Huruf e . ..

SK No 137374A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

un
- 11-

ah
Huruf e

2-t
Cukup jelas.
f

or-
Huruf
Kerja sama Penataan Ruang antarnegara melibatkan

om
negara lain sehingga terdapat aspek hubungan
antarnegara yang merupakan wewenang Pemerintah

u-n
Pusat. Yang termasuk kerja sama Penataan Ruang
antarnegara adalah kerja sama Penataan Ruang di
rpp
kawasan perbatasan negara. Pemberian wewenang kepada
Pemerintah Pusat dalam memfasilitasi kerja sama
-pe
Penataan Ruang antarprovinsi dimaksudkan agar kerja
sama Penataan Ruang memberikan manfaat yang optimal
ad

bagi seluruh provinsi yang bekerja sama.


nlo

Ayat (2)
Cukup jelas.
ow

Ayat (3)
/d

Cukup jelas.
/12

Ayat (4)
22

Cukup jelas.
20

Ayat (5)
/

Huruf a
om

Penyebarluasan informasi dilakukan antara lain melalui


i.c

media elektronik, media cetak, dan media komunikasi lain,


sebagai bentuk pewujudan asas keterbukaan dalam
s

Penyelenggaraan Penataan Ruang.


ula

Huruf b
g

Standar pelayanan merupakan hak dan kewajiban


ore

penerima dan pemberi layanan yang disusun sebagai alat


Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah untuk
inf

menjamin akses dan mutu pelayanan dasar kepada


w.

masyarakat secara merata.


w

Standar pelayanan bidang Penataan Ruang disusun oleh


Pemerintah Pusat dan diberlakukan untuk seluruh
/w

Pemerintah Daerah provinsi dan Pemerintah Daerah


s:/

kabupaten/kota untuk menjamin mutu pelayanan dasar


kepada masyarakat secara merata dalam rangka
p
htt

Penyelenggaraan Penataan Ruang.


Ayat(6)...

SK No 137375 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
ELIK INDONESIA
-t2-

un
ah
Ayat (6)

2-t
Cukup jelas.

or-
Angka 4

om
Pasal 9

u-n
Ayat (1)
Penyelenggaraan Penataan Ruang oleh Pemerintah Pusat
rpp
mencakup antara lain pengaturan, pembinaan, pengawasan
Penataan Ruang lintas sektor, lintas Wilayah dan lintas
-pe
pemangku kepentingan yang dapat dilakukan dengan
pendekatan partisipatif melalui komite atau forum.
ad

Ayat (2)
nlo

Cukup jelas.
ow
/d

Angka 5
/12

Pasal 10
Cukup jelas.
22
20

Angka 6
/
om

Pasal 1l
Cukup jelas.
s i.c
ula

Angka 7
g

Pasal 14
ore

Ayat (1)
Huruf a
inf

Cukup jelas.
w.

Huruf b
w

Rencana rinci Tata Ruang merupakan penjabaran rencana


/w

umum Tata Ruang yang dapat berupa Rencana Tata


s:/

Ruang Kawasan strategis yang penetapan kawasannya


tercakup di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah.
p
htt

Rencana

SK No 137376 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA
-13-

un
ah
Rencana rinci Tata Ruang merupakan operasionalisasi

2-t
rencana umum Tata Ruang yang dalam pelaksanaannya
tetap memperhatikan aspirasi masyarakat sehingga

or-
muatan rencana masih dapat disempurnakan dengan
tetap mematuhi batasan yang telah diatur dalam rencana

om
rinci dan peraturan zonasi.
Ayat (2)

u-n
Rencana umum Tata Ruang dibedakan menurut Wilayah
rpp
administrasi pemerintahan karena kewenangan mengatur
Pemanfaatan Ruang dibagi sesuai dengan pembagian
-pe
administrasi pemerintahan.
Huruf a
ad

Cukup jelas.
nlo

Huruf b
ow

Cukup jelas.
Huruf c
/d

Secara administrasi pemerintahan, Rencana Tata


/12

Ruang Wilayah kabupaten dan Rencana Tata Ruang


Wilayah kota memiliki kedudukan yang setara.
22

Ayat (3)
20

Huruf a
/
om

Rencana Tata Ruang pulau/kepulauan dan Rencana Tata


Ruang Kawasan Strategis Nasional merupakan rencana
i.c

rinci untuk Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.


s

Huruf b
ula

Rencana detail Tata Ruang kabupaten / kota merupakan


g

rencana rinci untuk Rencana Tata Ruang Wilayah


ore

kabupaten/ kota yang dilengkapi dengan peraturan zonasi


kabupaten/kota.
inf

Ayat (4)
w.

Cukup jelas.
w

Ayat (s)
/w

Huruf a
s:/

Cukup jelas.
p
htt

Hurufb. . .

SK No 137377A
ml
.ht
22
-20
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-t4-

un
h
Huruf b

-ta
Efektivitas penerapan Rencana Tata Ruang sangat

r-2
dipengaruhi oleh tingkat ketelitian atau kedalaman
pengaturan dan skala peta dalam Rencana Tata Ruang.

mo
Perencanaan Tata Ruang yang mencakup Wilayah yang
luas pada umumnya memiliki tingkat ketelitian atau

-no
kedalaman pengaturan dan skala peta yang tidak rinci.
Oleh karena itu, dalam penerapannya masih diperlukan

pu
perencanaan yang lebih rinci. Apabila Perencanaan Tata
Ruang yang mencakup Wilayah yang luasnya
erp
memungkinkan pengaturan dan penyediaan peta dengan
tingkat ketelitian tinggi, rencana rinci tidak diperlukan.
d-p

Ayat (6)
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 8
/do

Pasal 14A
/12

Cukup jelas.
22

Angka 9
/20

Pasal 17
om

Ayat (1)
Cukup jelas.
si.c

Ayat (2)
ula

Dalam sistem Wilayah, pusat permukiman adalah Kawasan


Perkotaan yang merupakan pusat kegiatan sosial ekonomi
eg

masyarakat, baik pada Kawasan Perkotaan maupun pada


for

Kawasan Perdesaan. Dalam Sistem Internal Perkotaan, pusat


permukiman adalah pusat pelayanan kegiatan perkotaan.
.in

Sistem jaringan prasarana, antara lain, mencakup sistem


jaringan transportasi, sistem jaringan energi
ww

dan
ketenagalistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, sistem
persampahan dan sanitasi, serta sistem jaringan sumber daya
//w

air.
ps:

Ayat (3)
Cukup jelas.
htt

Ayat(4)...

SK No 137378 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-15-

hu
Ayat (a)

-ta
Cukup jelas.

r-2
Ayat (5)

mo
Penetapan proporsi luas Kawasan hutan terhadap luas daerah
aliran sungai dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan tata

-no
air, karena sebagian besar Wilayah Indonesia mempunyai
curah dan intensitas hujan yang tinggi, serta mempunyai

pu
konfigurasi daratan yang bergelombang, berbukit, dan
bergunung yang peka akan gangguan keseimbangan tata air
erp
seperti banjir, erosi, sedimentasi, serta kekurangan air.
d-p

Distribusi luas Kawasan hutan disesuaikan dengan kondisi


daerah aliran sungai yang, antara lain, meliputi morfologi, jenis
loa

batuan, serta bentuk pengaliran sungai dan anak sungai.


Dengan demikian Kawasan hutan tidak harus terdistribusi
wn

secara merata pada setiap Wilayah administrasi yang ada di


dalam daerah aliran sungai.
/do

Ayat (6)
/12

Keterkaitan antarwilayah merupakan wujud keterpaduan dan


sinergi antarwilayah, yaitu Wilayah nasional, Wilayah provinsi,
22

dan Wilayah kabupaten/ kota.


Keterkaitan antarfungsi Kawasan merupakan wujud
/20

keterpaduan dan sinergi antarkawasan, antara lain, meliputi


keterkaitan antara Kawasan Lindung dan Kawasan Budi Daya.
om

Keterkaitan antarkegiatan Kawasan merupakan wujud


i.c

keterpaduan dan sinergi antarkawasan, antara lain, meliputi


keterkaitan antara Kawasan Perkotaan dan Kawasan
las

Perdesaan.
gu

Ayat (7)
e

Rencana Tata Ruang untuk fungsi pertahanan dan keamanan


for

karena sifatnya yang khusus memerlukan pengaturan


tersendiri. Sifat khusus tersebut terkait dengan adanya
.in

kebutuhan untuk menjaga kerahasiaan sebagian informasi


ww

untuk kepentingan pertahanan dan keamanan negara.


Rencana Tata Ruang yang berkaitan dengan fungsi pertahanan
/w

dan keamanan sebagai subsistem Rencana Tata Ruang Wilayah


mengandung pengertian bahwa Penataan Ruang Kawasan
/
ps:

pertahanan dan keamanan merupakan bagian yang tidak


terpisahkan dari upaya keseluruhan Penataan Ruang Wilayah.
htt

Angka10...

SK No 097247 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-t6-

h un
Angka 10

-ta
Pasal 18

r-2
Ayat (1)

mo
Persetujuan substansi dari Pemerintah Pusat dimaksudkan
agar peraturan daerah tentang Rencana Tata Ruang mengacu

-no
pada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan kebijakan
nasional, sedangkan rencana rinci Tata Ruang mengacu pada

pu
rencana umum Tata Ruang. Selain itu, persetqiuan tersebut
dimaksudkan pula untuk menjamin kesesuaian muatan
erp
peraturan daerah, baik dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan maupun dengan pedoman bidang
d-p

penataan ruang.
loa

Ayat (2)
Cukup jelas.
wn

Ayat (3)
/do

Cukup jelas.
/12

Ayat (4)
Cukup jelas.
22

Ayat (5)
/20

Cukup jelas.
om

Angka 11
si.c

Pasal 20
ula

Ayat (1)
Huruf a
eg

Tujuan Penataan Ruang Wilayah nasional mencerminkan


for

keterpaduan pembangunan antarsektor, antarwilayah,


dan antarpemangku kepentingan. Kebijakan dan strategi
.in

Penataan Ruang Wilayah nasional merupakan landasan


ww

bagi pembangunan nasional yang memanfaatkan Ruang.


Kebijakan dan strategi Penataan Ruang Wilayah nasional
//w

dirumuskan dengan mempertimbangkan ilmu


pengetahuan dan teknologi, ketersediaan data dan
ps:

informasi, serta pembiayaan pembangunan.


htt

Kebijakan . . .

SK No 137380A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONES
-17-

un
ah
2-t
Kebijakan dan strategi Penataan Ruang Wilayah nasional,
antara lain, dimaksudkan untuk meningkatkan daya

or-
saing nasional dalam menghadapi tantangan global, serta
mewujudkan wawasan nusantara dan ketahanan

om
nasional.

u-n
Hurufb
rpp
Sistem perkotaan nasional dibentuk dari Kawasan
Perkotaan dengan skala pelayanan yang berhierarki yang
-pe
meliputi pusat kegiatan skala nasional, pusat kegiatan
skala Wilayah, dan pusat kegiatan skala lokal. Pusat
ad

kegiatan tersebut didukung dan dilengkapi dengan


nlo

jaringan prasarana Wilayah yang tingkat pelayanannya


disesuaikan dengan hierarki kegiatan dan kebutuhan
ow

pelayanan.
Sistem jaringan prasarana utama merupakan sistem
/d

primer yang dikembangkan untuk mengintegrasikan


/12

Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia selain untuk


melayani kegiatan berskala nasional yang meliputi sistem
22

jaringan transportasi, sistem jaringan energi dan


ketenagalistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, dan
20

sistem jaringan sumber daya air.


/
om

Yang termasuk dalam sistem jaringan primer yang


direncanakan adalah jaringan transportasi untuk
i.c

menyediakan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) bagi


lalu lintas damai sesuai dengan ketentuan hukum
s
ula

internasional.
g
ore

Huruf c
Pola Ruang Wilayah nasional merupakan gambaran
inf

Pemanfaatan Ruang Wilayah nasional, baik untuk


w.

pemanfaatan yang berfungsi lindung maupun budi daya


yang bersifat strategis nasional, yang ditinjau dari
w

berbagai sudut pandang akan lebih berdaya guna dan


/w

berhasil guna dalam mendukung pencapaian tduan


pembangunan nasional.
s:/
p

Kawasan . . .
htt

SK No 137381A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

-2
REPIJBLIK INDONES]A

un
- 18-

ah
2-t
Kawasan Lindung nasional, antara lain, Kawasan Lindung
yang secara ekologis merupakan satu ekosistem yang

or-
terletak lebih dari satu Wilayah provinsi, Kawasan
Lindung yang memberikan pelindungan terhadap

om
Kawasan bawahannya yang terletak di Wilayah provinsi
lain, Kawasan Lindung yang dimaksudkan untuk

u-n
melindungi warisan kebudayaan nasional, Kawasan hulu
daerah aliran sungai suatu bendungan atau waduk, dan

p
Kawasan Lindung lain yang menurut peraturan
erp
perundang-undangan pengelolaannya menrpakan
d-p
kewenangan Pemerintah Pusat.
loa

Kawasan Lindung nasional adalah Kawasan yang tidak


diperkenankan dan/ atau dibatasi pemanfaatan ruangnya
wn

dengan fungsi utama untuk melindungi kelestarian


lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam dan
/do

sumber daya buatan, warisan budaya dan sejarah, serta


untuk mengurangi dampak dari bencana alam.
/12
22

Kawasan Budi Daya yang mempunyai nilai strategis


/20

nasional, antara lain Kawasan yang dikembangkan untuk


mendukung fungsi pertahanan dan keamanan nasional,
om

Kawasan industri strategis, Kawasan pertamb4ngan


sumber daya alam strategis, Kawasan Perkotaan, Kawasan
si.c

Metropolitan, dan Kawasan Budi Daya lain yang menurut


peraturan perundang-undangan peizinan dan/atau
pengelolaannya merupakan kewenangan Pemerintah
ula

Pusat.
eg
for

Huruf d
Yang termasuk Kawasan Strategis Nasional adalah
.in

Kawasan yang menurut peraturan perundang-undangan


ww

ditetapkan sebagai Kawasan khusus.


//w
ps:

Hurufe. . .
htt

SK No 097248 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-2
un
-19-

ah
2-t
Huruf e

or-
Indikasi program utama merupakan petunju yang
memuat usulan program utama, perkiraan pendanaan

om
beserta sumbernya, instansi pelaksana, dan waktu
pelaksanaan dalam rangka mewujudkan Pemanfaatan

u-n
Ruang yang sesuai dengan Rencana Tata Ruang. Indikasi
program utama merupakan acuan utama dalam

p
penJrusunan program Pemanfaatan Ruang yang
erp
merupakan kunci dalam pencapaian tujuan Penataan
Ruang, serta acuan sektor dalam men5rusun rencana
d-p

strategis beserta besaran investasi. Indikasi program


utama 5
(lima) tahunan disusun untuk jangka waktu
loa

rencana 20 (dua puluh) tahun.


Huruf f
wn

Cukup jelas.
/do

Ayat (2)
/12

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional menjadi acuan bagi


instansi pemerintah tingkat pusat dan daerah serta
22

masyarakat untuk mengarahkan lokasi dan memanfaatkan


Ruang dalam menJrusun program pembangunan yang
/20

berkaitan dengan Pemanfaatan Ruang.


om

Ayat (3)
Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional disusun untuk jangka
si.c

waktu 2O (dua puluh) tahun dengan visi yang lebih jauh ke


depan yang merupakan matra spasial dari rencana
ula

pembangunan jangka panjang.


Apabila jangka waktu 20 (dua puluh) tahun Rencana Tata
eg

Ruang Wilayah Nasional berakhir, dalam penyusunan


for

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang baru, hak yang


telah dimiliki Orang yang jangka waktunya melebihi jangka
.in

waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional tetap diakui.


ww

Ayat (4)
Peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
//w

merupakan upaya untuk melihat kesesuaian antara Rencana


Tata Ruang Wilayah Nasional dan kebutuhan pembangunan
ps:

yang memperhatikan perkembangan lingkungan strategis dan


dinamika internal, serta pelaksanaan Pemanfaatan Ruang.
htt

Hasil . . .

SK No 097249 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-20-

hu
-ta
Hasil peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah

r-2
Nasional berisi rekomendasi tindak lanjut sebagai berikut:

mo
a. perlu dilakukan revisi karena ada perubahan kebijakan
nasional yang mempengaruhi Pemanfaatan Ruang akibat

-no
perkembangan teknologi dan/atau keadaan yang bersifat
mendasar; atau

pu
b. tidak perlu dilakukan revisi karena tidak ada perubahan
kebijakan nasional yang mempengaruhi Pemanfaatan
erp
Ruang akibat perkembangan teknologi dan keadaan yang
d-p
bersifat mendasar.
Ayat (s)
loa

Peninjauan kembali dan revisi Rencana Tata Ruang Wilayah


Nasional dapat dilakukan lebih dari I (satu) kali dalam periode
wn

5 (lima) tahun hanya apabila memenuhi syarat terjadinya


perubahan lingkungan strategis. Peninjauan kembali
/do

dilakukan bukan untuk pemutihan penyimpangan


Pemanfaatan Ruang.
/12

Huruf a
22

Cukup jelas.
/20

Huruf b
Cukup jelas.
om

Huruf c
i.c

Cukup jelas.
las

Huruf d
gu

Termasuk kebijakan nasional yang bersifat strategis


antara lain pengembangan infrastruktur,
e
for

pengembangan Wilayah, dan pengembangan ekonomi.


Ayat (6)
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 12
/w

Pasal 22
/
ps:

Cukup jelas.
htt

Angka13...

SK No 097250 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-21 -

hu
-ta
Angka 13

2
or-
Pasal 23
Ayat (1)

om
Huruf a

u-n
Cukup jelas.

p
Huruf b
erp
Rencana Struktur Ruang Wilayah provinsi merupakan
arahan pewujudan sistem perkotaan dalam Wilayah
d-p

provinsi dan jaringan prasarana Wilayah provinsi yang


dikembangkan untuk mengintegrasikan Wilayah provinsi
loa

selain untuk melayani kegiatan skala provinsi yang


meliputi sistem jaringan transportasi, sistem jaringan
wn

energi dan ketenagalistrikan, sistem jaringan


telekomunikasi, dan sistem jaringan sumber daya air,
o

termasuk seluruh daerah hulu bendungan/waduk dari


2/d

daerah aliran sungai.


/1

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi


22

digambarkan sistem perkotaan dalam Wilayah provinsi


dan peletakan jaringan prasarana Wilayah yang menurut
20

peraturan perundang-undangan pengembangan dan


pengelolaannya merupakan kewenangan Pemerintah
/
om

Daerah provinsi dengan sepenuhnya memperhatikan


Struktur Ruang yang telah ditetapkan dalam Rencana
si.c

Tata Ruang Wilayah Nasional.


Rencana Struktur Ruang Wilayah provinsi memuat
ula

rencana Struktur Ruang yang ditetapkan dalam Rencana


Tata Ruang Wilayah Nasional.
g
ore

Huruf c
Pola Ruang Wilayah provinsi merupakan gambaran
inf

Pemanfaatan Ruang Wilayah provinsi, baik untuk


pemanfaatan yang berfungsi lindung maupun budi daya,
.
ww

yang ditinjau dari berbagai sudut pandang akan lebih


berdaya guna dan berhasil guna dalam mendukung
/w

pencapaian tqiuan pembangunan provinsi apabila


dikelola oleh Pemerintah Daerah provinsi dengan
s:/

sepenuhnya memperhatikan Pola Ruang yang telah


p

ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.


htt

Kawasan

SK No 137385 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-22-

ahu
2-t
Kawasan Lindung provinsi adalah Kawasan Lindung
yang secara ekologis merupakan satu ekosistem yang

or-
terletak lebih dari 1 (satu) Wilayah kabupaten/kota,
Kawasan Lindung yang memberikan pelindungan

om
terhadap Kawasan bawahannya yang terletak di Wilayah
kabupaten/kota lain, dan Kawasan Lindung lain yang

u-n
menurut peraturan perundang-undangan
pengelolaannya merupakan kewenangan Pemerintah
Daerah provinsi. rpp
e
Kawasan Budi Daya yang mempunyai nilai strategis
d-p

provinsi merupakan Kawasan Budi Daya yang dipandang


sangat penting bagi upaya pencapaian pembangunan
loa

provinsi dan/ atau menurut peraturan perundang-


undangan perizinan dan/atau pengelolaannya
wn

merupakan kewenangan Pemerintah Daerah provinsi.


Kawasan Budi Daya yang memiliki nilai strategis provinsi
/do

dapat berupa Kawasan permukiman, Kawasan


kehutanan, Kawasan pertanian, Kawasan
/12

pertambangan, Kawasan perindustrian, dan Kawasan


pariwisata. Rencana Pola Ruang Wilayah kabupaten
22

memuat Rencana Pola Ruang yang ditetapkan dalam


20

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.


m/

Hurufd
Indikasi program utama adalah petunjuk yang memuat
o
i.c

usulan program utama, perkiraan pendanaan beserta


sumbernya, instansi pelaksana, dan waktu pelaksanaan,
las

dalam rangka mewujudkan Pemanfaatan Ruang yang


sesuai dengan Rencana Tata Ruang. Indikasi program
u

utama merupakan acuan utama dalam penyusunan


eg

program Pemanfaatan Ruang yang merupakan kunci


for

dalam pencapaian tqjuan Penataan Ruang, serta acuan


sektor dalam menyusun rencana strategis beserta
.in

besaran investasi. Indikasi program utama 5 (lima)


tahunan disusun untuk jangka waktu rencana 20 (dua
ww

puluh) tahun.
//w

Huruf e
Cukup jelas.
ps:

Ayat(2)...
htt

SK No 097251 A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-23-

u
ah
Ayat (2)

2-t
Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi menjadi acuan bagi
instansi Pemerintah Daerah serta masyarakat untuk

r-
mengarahkan lokasi dan memanfaatkan Ruang dalam

mo
menyusun program pembangunan yang berkaitan dengan
Pemanfaatan Ruang di daerah yang bersangkutan. Selain itu,

-no
rencana tersebut menjadi dasar dalam memberikan
rekomendasi pengarahan Pemanfaatan Ruang.

pu
Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi dan rencana
erp
pembangunan jangka panjang provinsi serta rencana
pembangunan jangka menengah provinsi merupakan
d-p

kebijakan daerah yang saling mengacu.


Ayat (3)
loa

Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi disusun untuk jangka


wn

waktu 20 (dua puluh) tahun dengan visi yang lebih jauh ke


depan yang merupakan matra spasial dari rencana
/do

pembangunan jangka panjang daerah.


Apabila jangka waktu 20 (dua puluh) tahun Rencana Tata
/12

Ruang Wilayah provinsi berakhir, maka dalam penyusunan


Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi yang baru hak yang
22

telah dimiliki Orang yang jangka waktunya melebihi jangka


20

waktu Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi tetap diakui.


Ayat (4)
m/

Peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi


co

merupakan upaya untuk melihat kesesuaian antara Rencana


si.

Tata Ruang Wilayah provinsi dan kebutuhan pembangunan


yang memperhatikan perkembangan lingkungan strategis dan
ula

dinamika internal, serta pelaksanaan Pemanfaatan Ruang.


eg

Hasil peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah


provinsi berisi rekomendasi tindak lanjut sebagai berikut:
for

a. perlu dilakukan revisi karena adanya perubahan kebijakan


.in

dan strategi nasional yang Pemanfaatan


Ruang Wilayah provinsi dan/ atau terjadi dinamika internal
ww

provinsi yang mempengaruhi Pemanfaatan Ruang provinsi


secara mendasar; atau
//w

b. tidak perlu dilakukan revisi karena tidak ada perubahan


kebijakan dan strategi nasional dan tidak terjadi dinamika
ps:

internal provinsi yang mempengaruhi Pemanfaatan Ruang


provinsi secara mendasar.
htt

Ayat(5)...

SK No 137387A
l
tm
2 .h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-24-

hu
Ayat (5)

-ta
Peninjauan kembali dan revisi dalam waktu kurang dari 5

r-2
(lima) tahun dilakukan apabila dinamika internal provinsi
yang mempengaruhi Pemanfaatan Ruang provinsi secara

mo
mendasar diakibatkan terjadinya perubahan lingkungan
strategis yang antara lain dikarenakan adanya bencana alam,

o
perubahan batas teritorial, perubahan batas Wilayah

u-n
dan/ atau perubahan kebijakan nasional yang bersifat
strategis yang mempengaruhi Pemanfaatan Ruang provinsi

p
erp
dan/ atau dinamika internal provinsi yang tidak mengubah
kebijakan dan strategi Pemanfaatan Ruang Wilayah nasional.
d-p

Peninjauan kembali dilakukan bukan untuk pemutihan


penyimpangan Pemanfaatan Ruang.
loa

Huruf a
wn

Cukup jelas.
Huruf b
/do

Cukup jelas.
/12

Huruf c
Cukup jelas.
22

Huruf d
20

Termasuk kebijakan nasional yang bersifat strategis


m/

antara lain pengembangan infrastruktur,


co

pengembangan Wilayah, dan pengembangan ekonomi.


si.

Ayat (6)
Cukup jelas.
ula

Ayat (7)
eg

Cukup jelas.
for

Ayat (8)
.in

Cukup jelas.
ww

Ayat (9)
Cukup jelas.
/w
/
ps:

Angka 14
Pasal 24
htt

Dihapus.

Angka15...
SK No 137388A
ml
.ht
22
-20
PRESTDEN
REPUBLIK INDONESIA
-25-

un
ah
2-t
Angka 15

or-
Pasal 25
Ayat (l)

om
Cukup jelas.

u-n
Ayat (2)
Hurufa
Cukup jelas. rpp
-pe
Huruf b
Cukup jelas.
ad

Huruf c
nlo

Cukup jelas.
ow

Huruf d
/d

Daya dukung dan daya tampung Wilayah kabupaten


/12

diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang


penJrusunannya dikoordinasikan oleh menteri yang
urusan pemerintahan di bidang
22

lingkungan hidup.
20

Huruf e
/
om

Cukup jelas.
Huruf f
i.c

Cukup jelas.
s
ula

Angka 16
g
ore

Pasal 26
Ayat (1)
inf

Huruf a
w.

Cukup jelas.
w
/w

Huruf b . . .
s:/
p
htt

SK No 137389A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-26-

ah
Hurufb

2-t
Struktur Ruang Wilayah kabupaten merupakan gambaran
sistem perkotaan Wilayah kabupaten dan jaringan

or-
prasarana Wilayah kabupaten yang dikembangkan uhtuk

om
mengintegrasikan Wilayah kabupaten selain untuk
melayani kegiatan skala kabupaten yang meliputi sistem
jaringan transportasi, sistem jaringan energi

u-n
dan
ketenagalistrikan, sistem jaringan telekomunikasi, dan
sistem jaringan sumber daya air, termasuk seluruh daerah
rpp
hulu bendungan/waduk dari daerah aliran sungai. Dalam
Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten digambarkan
-pe
sistem pusat kegiatan Wilayah kabupaten dan perletakan
jaringan prasarana Wilayah yang menurut ketentuan
ad

peraturan perundang-undangan pengembangan dan


nlo

pengelolaannya merupakan kewenangan Pemerintah


Daerah kabupaten. Rencana Struktur Ruang Wilayah
ow

kabupaten memuat rencana Struktur Ruang yang


ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
/d

dan Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi yang terkait


/12

dengan Wilayah kabupaten yang bersangkutan.


Huruf c
22

Pola Ruang Wilayah kabupaten merupakan gambaran


20

Pemanfaatan Ruang Wilayah kabupaten, baik untuk


pemanfaatan yang berfungsi lindung maupun budi daya
/
om

yang belum ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang


Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah
i.c

provinsi. Pola Ruang Wilayah kabupaten dikembangkan


dengan sepenuhnya memperhatikan Pola Ruang Wilayah
s
ula

yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah


Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi.
g

Rencana Pola Ruang Wilayah kabupaten memuat rencana


ore

Pola Ruang yang ditetapkan dalam Rencana Tata Ruang


Wilayah Nasional dan Rencana Tata Ruang Wilayah
inf

provinsi yang terkait dengan Wilayah kabupaten yang


bersangkutan.
w.

Hurufd
w

Cukup jelas.
/w

Huruf e
s:/

Cukup jelas.
p
htt

Ayatl2l . . .

SK No 097252 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-27-

un
h
Ayat (2)

-ta
Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten menjadi pedoman

r-2
bagi Pemerintah Daerah untuk menetapkan lokasi kegiatan
pembangunan dalam memanfaatkan Ruang serta dalam

mo
men5rusun program pembangunan yang berkaitan dengan
Pemanfaatan Ruang di daerah tersebut dan sekaligus menjadi

-no
dasar dalam pemberian rekomendasi pengarahan Pemanfaatan
Ruang, sehingga Pemanfaatan Ruang dalam pelalsanaan

pu
pembangunan selalu sesuai dengan Rencana Tata Ruang
Wilayah kabupaten. erp
Rencana Tata Ruang Kawasan Perdesaan merupakan bagian
d-p

dari Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten yang dapat


disusun sebagai instrumen pemanfaatan ruang untuk
loa

mengoptimalkan kegiatan pertanian yang dapat berbentuk


Kawasan Agropolitan.
wn

Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten dan rencana


pembangunan jangka panjang daerah merupakan kebijakan
/do

daerah yang saling mengacu. Penyusunan Rencana Tata Ruang


Wilayah kabupaten mengacu pada rencana pembangunan
/12

jangka panjang kabupaten begitu juga sebaliknya.


22

Ayat (3)
/20

Cukup jelas.
Ayat (a)
om

Cukup jelas.
si.c

Ayat (s)
Peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah kabupaten
ula

merupakan upaya untuk melihat kesesuaian antara Rencana


Tata Ruang Wilayah kabupaten dan kebutuhan pembangunan
eg

yang memperhatikan perkembangan lingkungan strategis dan


for

dinamika internal serta pelaksanaan Pemanfaatan Ruang.


Hasil peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah
.in

kabupaten berisi rekomendasi tindak lanjut sebagai berikut:


ww

a. perlu dilakukan revisi karena adanya perubahan kebijakan


dan strategi nasional dan/ atau provinsi yang mempengaruhi
Pemanfaatan Ruang Wilayah kabupaten dan/ atau terjadi
//w

dinamika internal kabupaten yang mempengaruhi


Pemanfaatan Ruang kabupaten secara mendasar; atau
ps:

b. tidak
htt

SK No 137391A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUELIK INDONESIA
-28-

un
h
b. tidak perlu dilakukan revisi karena tidak ada perubahan

-ta
kebijakan dan strategi nasional dan/ atau provinsi dan tidak

r-2
terjadi dinamika intemal kabupaten yang mempengaruhi
Pemanfaatan Ruang kabupaten secara mendasar.

mo
Ayat (6)

-no
Peninjauan kembali dan revisi dalam waktu kurang dari 5
(lima) tahun atau lebih dari 1 (satu) kali da-lam 5 (lima) tahun
dilakukan apabila strategi Pemanfaatan Ruang dan Struktur

pu
Ruang Wilayah kabupaten yang bersangkutan menuntut
erp
adanya suatu perubahan yang mendasar sebagai akibat dari
adanya perubahan lingkungan strategis.
d-p

Huruf a
loa

Cukup jelas.
Huruf b
wn

Cukup jelas.
/do

Huruf c
Cukup jelas.
/12

Huruf d
22

Termasuk kebijakan nasional yang bersifat strategis


antara lain pengembangan infrastruktur,
/20

pengembangan Wilayah, dan pengembangan ekonomi.


om

Ayat (7)
Cukup jelas.
si.c

Ayat (8)
ula

Cukup jelas.
eg

Ayat (9)
for

Cukup jelas.
Ayat (10)
.in

Cukup jelas.
ww
//w

Angka 17
Pasal 27
ps:

Dihapus.
htt

Angka18...

SK No 137392A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-29-

hun
Angka 18

-ta
Pasal 34A

r-2
Ayat (1)

mo
Yang dimaksud dengan "rencana zonasi" adalah rencana
pengelolaan Ruang laut yang telah ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

-no
pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebelum

pu
berlakunya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O 1.enrang
Cipta Kerja. erp
Ayat (2)
Cukup jelas.
d-p
loa

Angka 19
Pasal 35
wn

Pengendalian Pemanfaatan Ruang dimaksudkan agar


/do

Pemanfaatan Ruang dilakukan sesuai dengan Rencana Tata


Ruang.
/12

Angka 20
22

Pasal 37
/20

Cukup jelas.
om

Angka 21
si.c

Pasal 48
Cukup jelas.
ula
eg

Angka22
for

Pasal 49
Dihapus.
.in
ww

Angka 23
Pasal 5O
//w

Dihapus.
ps:

Angka24
htt

Pasal 51
Dihapus.
Angka 25. . .

SK No 137393 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-30-

un
ah
Angka 25

2-t
Pasal 52

or-
Dihapus.

om
Angka 26

u-n
Pasal 53
Dihapus.
rpp
-pe
Angka2T
ad

Pasal 54
nlo

Dihapus.
ow

Angka 28
/d

Pasal 6O
/12

Huruf a
Setiap Orang dapat mengetahui Rencana Tata Ruang melalui
22

Lembaran Negara atau Lembaran Daerah, pengumuman,


20

dan/ atau penyebarluasan oleh pemerintah.


/

Pengumuman atau penyebarluasan tersebut dapat diketahui


om

setiap Orang, antara lain melalui pemasangan peta Rencana


Tata Ruang Wilayah yang bersangkutan pada tempat umum,
i.c

kantor kelurahan, dan/ atau kantor yang secara fungsional


s

menangani Rencana Tata Ruang tersebut.


ula

Huruf b
g

Pertambahan nilai Ruang dapat dilihat dari sudut pandang


ore

ekonomi, sosial, budaya, dan kualitas lingkungan yang dapat


berupa dampak langsung terhadap peningkatan ekonomi
inf

masyarakat, sosial, budaya, dan kualitas lingkungan.


w.

Huruf c
w

Yang dimaksud dengan "penggantian yang layak" adalah


bahwa nilai atau besarnya penggantian tidak menurunkan
/w

tingkat kesejahteraan Orang yang diberi penggantian sesuai


s:/

dengan peraturan perundang-undangan.


p
htt

Hurufd . . .

SK No 137394A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

un
-31 -

h
Huruf d

-ta
Cukup jelas.

r-2
Huruf e

mo
Cukup jelas.
Huruf f

-no
Cukup jelas.

pu
Ang)<a 29
erp
d-p
Pasal 61
Huruf a
loa

Menaati Rencana Tata Ruang yang telah ditetapkan


dimaksudkan sebagai kewajiban setiap Orang untuk memiliki
wn

Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang dari pejabat yang


berwenang sebelum pelaksanaan Pemanfaatan Ruang.
/do

Hurufb
/12

Memanfaatkan Ruang sesuai dengan Rencana Tata Ruang


dimaksudkan sebagai kewajiban setiap Orang untuk
22

melaksanakan Pemanfaatan Ruang sesuai dengan fungsi


/20

Ruang.
Huruf c
om

Mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan


Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang dimaksudkan
si.c

sebagai kewajiban setiap Orang untuk memenuhi ketentuan


amplop Ruang dan kualitas Ruang.
ula

Huruf d
eg

Pemberian akses dimaksudkan untuk menjamin agar


for

masyarakat dapat mencapai Kawasan yang dinyatakan dalam


peraturan perundang-undangan sebagai milik umum.
.in

Kewajiban memberikan akses dilakukan apabila memenuhi


syarat sebagai berikut:
ww

a. untuk kepentingan masyarakat umum; dan/atau


//w

b. tidak ada akses lain menuju Kawasan dimaksud.


Yang termasuk dalam Kawasan yang dinyatakan sebagai milik
ps:

umum, antara lain, adalah sumber air dan pesisir pantai.


htt

Angka3O. . .

SK No 137395 A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-32-

u
ah
Angka 30

2-t
Pasal 62
Cukup jelas.

r-
mo
Angka 31

-no
Pasal 65
Cukup jelas.

pu
Angka 32
erp
Pasal 69
d-p

Cukup jelas.
loa

Angka 33
wn

Pasal 70
Cukup jelas.
/do
/12

Angka 34
Pasal 71
22

Cukup jelas.
20
m/

Angka 35
co

Pasal 72
Dihapus.
si.
ula

Angka 36
eg

Pasal 73
for

Cukup jelas.
.in

Angka 37
ww

Pasal 74
Cukup jelas.
//w
ps:

Angka 38
Pasal 75
htt

Cukup jelas.
Pasal 18. . .

SK No 137396 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-33-

un
ah
Pasal 18

2-t
Angka I

or-
Pasal 1

Cukup jelas.

om
u-n
Angka2
Pasal 7
Cukup jelas. rpp
-pe
ad

Angka 3
nlo

Pasal 7A
Cukup jelas.
ow
/d

Pasal 7El
/12

Cukup jelas.
22

Pasal 7C
20

Cukup jelas.
/
om
i.c

Angka 4
Pasal 8
s
ula

Dihapus.
g
ore

Angka 5
inf

Pasal 9
Dihapus.
w w.
/w

Angka 6
Pasal 10
s:/

Dihapus.
p
htt

Angka7...

SK No 137397A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
-34-

un
ah
Angka 7

2-t
Pasal 11

or-
Dihapus.

om
Angka 8

u-n
Pasal 12
Dihapus.

Angka 9
rpp
-pe
Pasal 13
ad

Dihapus.
nlo

Angka 10
ow

Pasal 14
/d

Dihapus.
/12

Angka l1
22

Cukup jelas.
/ 20
om

Angka 12
Pasal 16
i.c

Cukup jelas.
s
ula

Angka 13
g
ore

Pasal 16A
Cukup je1as.
inf
w.

Angka 14
w

Pasal 17
/w

Cukup jelas.
s:/

Angka 15
p
htt

Pasal 17A
Ayat(l) ...

SK No 137398 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONES]A

un
-35-

h
-ta
Ayat (1)

r-2
Yang dimaksud dengan "kebijakan nasional yang bersifat

mo
strategis" antara lain proyek strategis nasional atau kegiatan
strategis nasional lainnya yang ditetapkan dengan peraturan

-no
perundang-undangan.
Ayat (2)

pu
Cukup jelas. erp
Ayat (s)
d-p

Cukup jelas.
loa

Angka 16
wn

Pasal 18
Cukup jelas.
/do
/12

Angka 17
22

Pasal 19
Cukup jelas.
/20
om

Angka 18
si.c

Pasal 2O
Ayat (1)
ula

Yang dimaksud dengan "memfasilitasi" dapat berupa


kemudahan persyaratan dan pelayanan cepat.
eg

Ayat
for

(21

Cukup jelas.
.in
ww

Angka 19
Pasal22
//w

Cukup jelas.
ps:

Angka20...
htt

SK No 137399A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA

un
-36-

ah
Angka 20

2-t
Pasal22A

or-
Ayat (1)
Cukup jelas.

om
Ayat (2)

u-n
Termasuk dalam kebijakan nasional yang bersifat strategis
antara lain pengembangan infrastruktur, pengembangan
rpp
wilayah, dan pengembangan ekonomi.
-pe
Ang]<a 2l
ad

Pasal22B
nlo

Cukup jelas.
ow

Angka22
/d

Pasal22C
/12

Cukup jelas.
22
20

Angka 23
/

Pasal 26A
om

Cukup jelas.
i.c
s

Angka24
ula

Pasal 26El
g
ore

Cukup jelas.
inf

Angka 25
w.

Pasal 50
w

Cukup jelas.
/w
s:/

Ang)<a26
p

Pasal 51
htt

Cukup jelas.
Angka2T . . .

SK No 137400A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

un
-37 -

ah
Ang!<a 27

2-t
Pasal 60

or-
Ayat (1)
Huruf a

om
Cukup jelas.

u-n
Huruf b
Yang dimaksud dengan "wilayah penangkapan ikan
rpp
secara tradisional" adalah wilayah penangkapan ikan
untuk kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh
-pe
nelayan tradisional.
ad

Huruf c
nlo

Cukup jelas.
Huruf d
ow

Cukup jelas.
/d

Huruf e
/12

Cukup jelas.
f
22

Huruf
Cukup jelas.
20

Huruf g
/
om

Cukup jelas.
i.c

Huruf h
s

Cukup jelas.
ula

Hurufi
g

Cukup jelas.
ore

Hurufj
inf

Cukup jelas.
w.

Huruf k
Cukup jelas.
w
/w

Huruf I
s:/

Cukup jelas.
p

Ayat (2)
htt

Cukup jelas.
Angka28.. .

SK No 137401A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
-38-

h
Angka 28

-ta
Pasal 71

r-2
Cukup jelas.

mo
-no
Ang)<a29
Pasal 71A

pu
Cukup jelas.
erp
d-p
Angka 30
Pasal 73A
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 3l
/do

Pasal 75
/12

Cukup jelas.
22

Angka 32
/20

Pasal 75A
om

Dihapus.
si.c

Angka 33
ula

Pasa] 78A
eg

Penetapan melalui peraturan perundang-undangan adalah


penetapan yang dilakukan sebelum berlakunya Undang-Undang
for

Nomor 1l Tahun 202O tentang Cipta Kerja.


.in
ww

Pasal 19
Angka 1
//w

Pasal 1

Cukup jelas.
ps:

Angka2...
htt

SK No 137402A
ml
.ht
22
-20
FRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

un
-39-

h
Angka 2

-ta
Pasal 32

r-2
Cukup jelas.

mo
-no
Angka 3
Pasal 42

pu
Cukup jelas.
erp
d-p
Angka 4
Pasal 43
loa

Ayat (l)
wn

Perencanaan ruang Laut merupakan suatu proses untuk


menghasilkan rencana tata ruang Laut dan/ atau rencana
/do

zonasi untuk menentukan struktur ruang Laut dan pola


ruang [,aut. Struktur ruang Laut merupakan susunan pusat
/12

pertumbuhan Kelautan dan sistem jaringan prasarana dan


sarana Laut yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
22

sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki


hubungan fungsional.
/20

Pola ruang Laut meliputi kawasan pemanfaatan umum,


kawasan konservasi, alur Laut, dan kawasan strategis
om

nasional tertentu. Perencanaan ruang Laut dipergunakan


untuk menentukan kawasan yang dipergunakan untuk
si.c

kepentingan ekonomi, sosial budaya, misalnya, kegiatan


perikanan, prasarana perhubungan Laut, industri maritim,
ula

pariwisata, permukiman, dan pertambangan; untuk


melindungi kelestarian Sumber Daya Kelautan; serta untuk
eg

menentukan perairan yang dimanfaatkan untuk alur


for

pelayaran, pipa/kabel bawah Laut, dan migrasi biota Laut.


.in

Huruf a
Perencanaan tata ruang Laut nasional mencakup
ww

wilayah perairan dan wilayah yurisdiksi.


Huruf b
//w

Cukup jelas.
ps:

Huruf c
htt

Cukup jelas.
Ayat(21 ...

SK No 137403 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK TNDONESIA

un
-40-

ah
Ayat (2)

2-t
Cukup jelas.

or-
Ayat (s)
Cukup jelas.

om
Ayat (4)

u-n
Rencana zonasi kawasan strategis nasional merupalan
rencana yang disusun untuk menentukan arahan
rpp
pemanfaatan ruang kawasan strategis nasional.
Rencana zonasi kawasan strategis nasional tertentu
-pe
merupakan rencana yang disusun untuk menentukan
arahan pemanfaatan ruang di kawasan strategis nasional
ad

tertentu.
nlo

Yang dimaksud dengan "kawasan antarwilayah" antara lain:


ow

a. teluk misalnya Teluk Tomini, Teluk Bone, dan Teluk


Cendrawasih;
/d

b. selat misalnya Selat Makassar, Selat Sunda, dan Selat


/12

Karimata; dan
c. Laut misalnya Laut Jawa, Laut Arafura, dan Laut Sawu.
22

Ayat (5)
20

Cukup jelas.
/
om

Ayat (6)
Cukup jelas.
i.c

Ayat (7)
s
ula

Cukup jelas.
g

Ayat (8)
ore

Cukup jelas.
inf

Angka 5
w.

Pasal 43A
w
/w

Ayat (1)
Cukup jelas.
s:/

Ayat(2) ...
p
htt

SK No 137404A
ml
.ht
22
-20
PRESlDEN
REPUELIK INDONESIA

un
-41 -

ah
Ayat (2)

2-t
Cukup jelas.

or-
Ayat (3)
Cukup jelas.

om
Ayat (4)

u-n
Cukup jelas.
Ayat (s)
rpp
Perencanaan ruang Laut menggunakan sifat komplementer
-pe
antarhasil perencanaan nrang. Jika dalam dokumen
perencanaan ruang yang lebih rinci tidak terdapat alokasi
ad

ruang atau pola ruang untuk suatu kegiatan pemanfaatan


ruang Laut maka menggunakan rencana tata ruang atau
nlo

rencana zonasi kawasan antarwilayah.


ow

Angka 6
/d

Pasal 47
/12

Cukup jelas.
22
20

Angka 7
/

Pasal 47A
om

Cukup jelas.
s i.c
ula

Angka 8
Pasal 48
g
ore

Cukup jelas.
inf

Angka 9
w.

Pasal 49
w

Cukup jelas.
/w

Angka10...
s:/
p
htt

SK No 137405 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-42-

hu
Angka 10

-ta
Pasal 49A

r-2
Cukup jelas.

mo
Pasal 49B

-no
Cukup jelas.

pu
Pasal 20
Angka 1
erp
d-p
Pasal 1

Cukup jelas.
loa
wn

Angka 2
Pasal 7
/do

Cukup jelas.
/12
22

Angka 3
Pasal 12
/20

Dihapus.
om
i.c

Angka 4
las

Pasal 13
Ayat (1)
gu

Yang dimaksud dengan "pasang surut air laut" adalah naik


e

turunnya posisi muka air laut yang disebabkan pengaruh


for

gaya gravitasi bulan dan matahari.


.in

Ayat (2)
ww

Cukup jelas.
Ayat (3)
/w

Yang dimaksud dengan "garis pantai ditentukan dengan


/

mengacu pada JKVN" adalah garis pantai dan JKVN


ps:

membentuk suatu kesatuan, karena pengamatan pasang


surut diperlukan dalam membangun JKVN dan JKVN
htt

diperlukan dalam menentukan garis pantai.


Angka5...

SK No 137406A
ml
.ht
22
0
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-43-

hu
Angka 5

-ta
Pasal 17

r-2
Ayat (1)

o
Yang dimaksud dengan "bertahap" adalah diselenggarakan

om
secara berjenjang, wilayah demi wilayah, skala demi skala,
atau berselang waktu sesuai dengan prioritas kepentingan.

u-n
Yang dimaksud dengan "sistematis" adalah diselenggarakan

rpp
secara teratur sesuai dengan sistem dan teknis pemetaan.
Yang dimaksud dengan "wilayah yurisdiksi" adalah wilayah
-pe
di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
terdiri atas Zona Ekonomi Eksklusif, Landas Kontinen, dan
ad

Zona Tambahan di mana negara memiliki hak-hak berdaulat


dan kewenangan tertentu lainnya sebagaimana diatur dalam
nlo

peraturan perundang-undangan dan hukum internasional.


ow

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "jangka waktu tertentu" adalah
2/d

jangka waktu untuk memutakhirkan IG yang ditentukan


berdasarkan kondisi, teknologi, kebutuhan, prioritas, dan
/1

anggaran yang tersedia.


22

Yang dimaksud dengan "periodik' adalah kurun waktu


20

tertentu, misalnya setiap 3 (tiga) tahun, 5 (lima) tahun, atau


l0 (sepuluh) tahun.
m/

Ayat (3)
co

Cukup jelas.
si.

Ayat (4)
ula

Cukup jelas.
eg

Ayat (5)
for

Cukup jelas.
.in

Angka 6
ww

Pasal 18
/w

Cukup jelas.
s:/

Angka7...
p
htt

SK No 137407A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONESlA
-44-

un
ah
Angka 7

2-t
Pasal 22A

or-
Cukup jelas.

om
Angka 8

u-n
Pasal 28
Ayat (l)
Huruf a rpp
-pe
Yang dimaksud dengan "daerah terlarang" adalah
daerah yang oleh instansi yang berwenang dinyatakan
ad

terlarang pada kurun waktu tertentu.


nlo

Huruf b
Cukup jelas.
ow

Huruf c
/d

Cukup jelas.
/12

Ayat (2)
22

Cukup jelas.
20

Ayat (3)
/

Cukup jelas.
om
i.c

Angka 9
s

Pasal 55
ula

Cukup jelas.
g
ore

Angka 1O
inf

Pasal 56
w.

Dihapus.
w
/w

Pasal 21
s:/

Cukup jelas.
p

Pasal 22...
htt

SK No 137408A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-45-

u
ah
Pasal 22

2-t
Angka 1

r-
Pasal I

mo
Cukup jelas.

-no
Angka 2

pu
Pasal 2O
Ayat (l)
erp
Cukup jelas.
d-p

Ayat (2)
loa

Huruf a
wn

Yang dimaksud dengan "baku mutu air" adalah ukuran


batas atau kadar makhluk hidup, zat, er:ergi, atau
/do

komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur


pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air.
/12

Huruf b
22

Yang dimaksud dengan "baku mutu air Limbah" adalah


ukuran batas atau kadar polutan yang ditenggang
20

untuk dimasukkan ke media air.


m/

Huruf c
co

Yang dimaksud dengan "baku mutu air laut" adalah


ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zaf, energi,
si.

atau komponen yang ada atau harus ada dan/ atau


ula

unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di


dalam air laut.
eg

Huruf d
for

Yang dimaksud dengan "baku mutu udara ambien"


adalah ukuran batas atau kadar zal, energi, danlatau
.in

komponen yang seharusnya ada dan/ atau unsur


ww

pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara


ambien.
//w

Huruf e
Yang dimaksud dengan "baku mutu emisi" adalah
ps:

ukuran batas atau kadar polutan yang ditenggang


untuk dimasukkan ke media udara.
htt

Huruff. . .

SK No 137409 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPIIELIK INDONESIA
-46-

un
ah
Huruf f

2-t
Yang dimaksud dengan "baku mutu gangguan" adalah
ukuran batas unsur pencemar yang ditenggang

or-
keberadaannya yang meliputi unsur getaran,
kebisingan, dan kebauan.

om
Huruf g

u-n
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
rpp
-pe
Ayat (4)
ad

Cukup jelas.
nlo

Angka 3
ow

Pasal 24
/d

Ayat (1)
/12

Cukup jelas.
22

Ayat (21

Cukup jelas.
20

Ayat (3)
/
om

Cukup jelas.
i.c

Ayat (4)
s

Cukup jelas.
ula

Ayat (5)
g

Yang dimaksud dengan "keputusan kelayakan Lingkungan


ore

Hidup" adalah keputusan yang menyatakan kelayakan


Lingkungan Hidup dari suatu rencana usaha dan/ atau
inf

kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Amdal.


w.

Yang dimaksud dengan "persetujuan Pemerintah Pusat atau


Pemerintah Daerah" adalah bentuk keputusan yang
w

diterbitkan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah


/w

sebagai dasar pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh


instansi Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
s:/
p

Ayat(6)...
htt

SK No 137410 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

un
-47-

ah
Ayat (6)

2-t
Cukup jelas.

or-
Angka 4

om
Pasal 25

u-n
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b rpp
-pe
Cukup jelas.
ad

Huruf c
nlo

Cukup jelas.
Hurufd
ow

Cukup jelas.
/d

Huruf e
/12

Cukup jelas.
f
22

Huruf
Rencana pengelolaan dan pemantauan Lingkungan Hidup
20

dimaksudkan untuk menghindari,


/

memitigasi, dan/ atau mengompensasi dampak suatu usaha


om

dan/ atau kegiatan.


s i.c

Angka 5
ula

Pasal 26
g

Cukup jelas.
ore
inf

Angka 6
w.

Pasal2T
Yang dimaksud dengan "pihak lain" antara lain
w

lembaga
pen5rusun Amdal atau konsultan.
/w
s:/

Angka 7
p
htt

Pasal 28
Cukup jelas.
Angka8. ..

SK No 1374ll A
ml
.ht
22
0
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-48-

hu
Angka 8

-ta
Pasal 29

r-2
Dihapus.

o
om
Angka 9

u-n
Pasal 30
Dihapus.
rpp
-pe
Angka 10
ad

Pasal 31
nlo

Dihapus.
ow

Angka l1
2/d

Pasal 32
Cukup jelas.
/1
22

Angka 12
20

Pasal 34
m/

Ayat (1)
co

Cukup jelas.
si.

Ayat (2)
ula

Yang dimaksud dengan "pernyataan kesanggupan


pengelolaan Lingkungan Hidup" adalah standar pengelolaan
eg

Lingkungan Hidup dan pemantauan Lingkungan Hidup dari


for

penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang telah


disahkan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah
.in

bagi usaha dan/atau kegiatan yang wajib UKL-UPL.


ww

Ayat (3)
Cukup jelas.
/w

Ayat (4)
s:/

Cukup jelas.
p
htt

Ayat(5)...

SK No l37412A
ml
.ht
22
0
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESlA
-49-

u
ah
Ayat (s)

2-t
Cukup jelas.

r-
mo
Angka 13

-no
Pasal 35
Cukup jelas.

pu
Angka 14
erp
d-p
Pasal 36
Dihapus.
loa
wn

Angka 15
Pasal 37
/do

Cukup jelas.
/12

Angka 16
22

Pasal 38
20

Dihapus.
m/
co

Angka 17
si.

Pasal 39
ula

Cukup jelas.
eg
for

Angka 18
Pasal 4O
.in

Dihapus.
ww
//w

Angka 19
Pasal 55
ps:

Cukup jelas.
htt

Angka20...

SK No 137413 A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-50-

hu
a
2-t
Angka 20

or-
Pasal 59
Ayat (1)

m
Pengelolaan Limbah E}3 merupakan rangkaian kegiatan yang

-no
mencakup pengurangan, penyimpanan, pengumpulan,
pengangkutan, pemanfaatan, dan/atau pengolahan,

pu
termasuk penimbunan Limbah E}3.
Ayat (21
erp
d-p
Cukup jelas.
Ayat (3)
loa

Yang dimaksud dengan "pihak lain" adalah badan usaha


yang melakukan pengelolaan Limbah B3 dan telah
wn

mendapatkan P enzinarr Berusaha.


/do

Ayat (a)
Cukup jelas.
/12

Ayat (s)
22

Cukup jelas.
20

Ayat (6)
m/

Cukup jelas.
co

Ayat (7)
Cukup jelas.
si.
ula

Angka 21
eg

Pasal 61
for

Cukup jelas.
.in
ww

Angka22
Pasal 61A
//w

Cukup jelas.
ps:
htt

Angka23...

SK No l374l4A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-51 -

hu
a
2-t
Angka 23

or-
Pasal 63
Cukup jelas.

m
-no
Ar:gka24

pu
Pasal 69
Ayat (1)
erp
Cukup jelas.
d-p

Ayat (2)
loa

Yang dimaksud dengan "Kearifan Lokal" adalah melakukan


pembakaran lahan dengan luas maksima-l 2 (dua) hektare per
wn

kepala keluarga untuk ditanami tanaman jenis varietas lokal


dan dikelilingi oleh sekat bakar sebagai pencegahan
/do

penjalaran api ke wilayah sekelilingnya.


/12

Angka 25
22

Pasal 71
20

Cukup jelas.
m/
co

Angka26
si.

PasalT2
ula

Cukup jelas.
eg

Angka2T
for

Pasal 73
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 28
//w

Pasal 76
ps:

Cukup jelas.
htt

Angka29...

SK No l374l5A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-52-

hua
2-t
Angka 29

or-
Pasa777
Cukup jelas.

m
-no
Angka 30

pu
Pasa-l 79
Dihapus.
erp
d-p

Angka 31
loa

Pasal 82
wn

Cukup jelas.
/do

Angka 32
/12

Pasal 82A
Cukup jelas.
22
20

Pasal 82B
m/

Cukup jelas.
co
si.

Pasal 82C
ula

Cukup jelas.
eg
for

Angka 33
Pasal 88
.in

Yang dimaksud dengan "bertanggung jawab mutlak (stnct


ww

liabilitgl" adalah unsur kesalahan tidak perlu dibuktikan oleh


pihak penggugat sebagai dasar pembayaran ganti rugi. Ketentuan
Pasal ini merupakan ketentuan khusus (lex specialisl dalam
//w

gugatan mengenai perbuatan melawan hukum pada umumnya.


Besarnya nilai ganti rugi yang dapat dibebankan terhadap
ps:

pencemar atau perusak Lingkungan Hidup menurut Pasal ini


htt

dapat ditetapkan sampai "batas tertentu".

Yang . . .

SK No 137416A
ml
t
2.h
02
PRESTDEN

n-2
REPIJBLIK INDONESIA
-53-

hua
2-t
Yang dimaksud dengan ubatas tertentu" adalah jika menumt
penetapan peraturan perundang-undangan ditentukan

or-
keharusan asuransi bagi usaha dan/ atau kegiatan yang
bersangkutan atau telah tersedia dana Lingkungan Hidup.

m
-no
Angka 34

pu
Pasal 93
Dihapus.
erp
d-p

Angka 35
loa

Pasal 102
wn

Dihapus.
/do

Angka 36
/12

Pasal 109
22

Cukup jelas.
20

Angka 37
m/

Pasal 110
co

Dihapus.
si.
ula

Angka 38
eg

Pasal 11 I
for

Cukup jelas.
.in

Angka 39
ww

Pasal 112
//w

Cukup jelas.
ps:

Pasal 23
htt

Cukup jelas.
Pasal24 . . .

SK No l37417A
mlt
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-54-

hu
Pasal 24

a
2-t
Angka 1

or-
Pasal 1
Cukup jelas.

m
-no
Angka 2

pu
Pasal 5
Cukup jelas.
erp
d-p

Angka 3
loa

Pasal 6
wn

Cukup jelas.
/do

Angka 4
/12

Pasal 7
22

Ayat (1)
Cukup jelas.
20

Ayat (2)
m/

Cukup jelas.
co

Ayat (3)
si.

Yang dimaksud dengan "Bangunan Gedung adat" adalah


ula

Bangunan Gedung yang didirikan berdasarkan kaidah-


kaidah adat atau tradisi Masyarakat sesuai budayanya,
eg

misalnya bangunan rumah adat.


for

Ayat (a)
Cukup jelas.
.in
ww

Angka 5
//w

Pasal 8
Dihapus.
ps:
htt

Angka6...

SK No l374l8A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-55-

u
ah
Angka 6

2-t
Pasal 9

r-
Dihapus.

mo
-no
Angka 7
Pasal 10

pu
Dihapus.
erp
Angka 8
d-p

Pasal l1
loa

Dihapus.
wn

Angka 9
/do

Pasal 12
/12

Dihapus.
22

Angka 10
20

Pasal 13
m/

Dihapus.
co
si.

Angka 1l
ula

Pasal 14
eg

Dihapus.
for

Angka 12
.in

Pasal 15
ww

Ayat (1)
//w

Yang dimalsud dengan "dampak penting" adalah perubahan


yang sangat mendasar pada suatu lingkungan yang
diakibatkan oleh suatu kegiatan. Bangunan Gedung yang
ps:

menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan adalah


htt

Bangunan Gedung yang dapat menyebabkan:


a. perubahan . . .

SK No 137419A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-56-

hu
a. perubahan pada sifat-sifat lisik dan/ atau hayati

-ta
lingkungan, yang melampaui baku mutu lingkungan

2
menurut peraturan perundang-undangan;

or-
b. perubahan mendasar pada komponen lingkungan yang
melampaui kriteria yang diakui berdasarkan

om
pertimbangan ilmiah;

u-n
c. terancam dan/atau punahnya spesies-spesies yang langka
dan/ atau endemik, dan/ atau dilindungi menurut

p
peraturan perundang-undangan atau kerusakan habitat
erp
alaminya;
d. kerusakan atau gangguan terhadap kawasan lindung
d-p

(seperti hutan lindung, cagar alam, taman nasional, dan


suaka margasatwa) yang ditetapkan menurut peraturan
loa

perundang-undangan;
wn

e. kerusakan atau punahnya benda-benda dan Bangunan


Gedung peninggalan sejarah yang bernilai tinggi;
o

f. perubahan areal yang mempunyai nilai keindahan alami


2/d

yang tinggi; dan/atau


/1

g. timbulnya konflik atau kontroversi dengan Masyarakat


22

dan/ atau pemerintah.


Ayat (2)
20

Cukup jelas.
/
om
si.c

Angka 13
Pasal 16
ula

Dihapus.
g
ore

Angka 14
inf

Pasal 17
.

Dihapus.
ww
/w

Angka 15
s:/

Pasal 18
Dihapus.
p
htt

Angka 16. . .

SK No 137420A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-57-

u
ah
Angka 16

2-t
Pasal 19

r-
Dihapus.

mo
-no
Angka 17
Pasal 20

pu
Dihapus.
erp
Angka 18
d-p

Pasal 21
loa

Dihapus.
wn

Angka 19
/do

Pasal22
/12

Dihapus.
22

Angka 20
20

Pasal 23
m/

Dihapus.
co
si.

Angka 21
ula

Pasal 24
eg

Dihapus.
for

Ang)<a22
.in

Pasal 25
ww

Dihapus.
//w

Angka 23
ps:

Pasal 26
htt

Dihapus.
Ang)<a24 . . .

SK No 137421 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-58-

hu
Angka24

-ta
Pasal2T

2
or-
Dihapus.

om
Angka 25

u-n
Pasal 28
Dihapus.
rpp
-pe
Angka 26
ad

Pasal 29
lo

Dihapus.
wn

Angka2T
/do

Pasal 30
/12

Dihapus.
22

Angka 28
20

Pasal 31
m/

Dihapus.
i.co

Ang)<a29
las

Pasal 32
gu

Dihapus.
f ore

Angka 30
.in

Pasal 33
ww

Dihapus.
//w

Angka3l ...
ps:
htt

SK No 137422 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-59-

hu
Angka 3l

a
2-t
Pasal 34

or-
Ayat (1)
Cukup jelas.

m
-no
Ayat (2)
Cukup jelas.

pu
Ayat (3)
erp
Ketentuan mengenai Penyedia Jasa Konstruksi mengikuti
peraturan perundang-undangan mengenai jasa konstruksi.
d-p

Ayat (a)
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 32
/do

Pasal 35
/12

Ayat (1)
Perencanaan pembangunan Bangunan Gedung adalah
22

kegiatan pen5rusunan rencana teknis Bangunan Gedung


sesuai dengan fungsi dan persyaratan teknis yang ditetapkan,
20

sebagai pedoman dalam pelaksanaan dan pengawasan


m/

pembangunan.
co

Pelaksanaan pembangunan Bangunan Gedung adalah


kegiatan pendirian, perbaikan, penambahan, perubahan,
si.

atau pemugaran konstruksi Bangunan Gedung dan/atau


ula

instalasi dan/ atau perlengkapan Bangunan Gedung sesuai


dengan rencana teknis yang telah disusun.
eg

Pengawasan pembangunan Bangunan Gedung adalah


for

kegiatan pengawasan pelaksanaan konstruksi mulai dari


penyiapan lapangan sampai dengan penyerahan hasil akhir
.in

pekerjaan atau kegiatan manajemen konstruksi Bangunan


Gedung.
ww

Ayat (2)
//w

Cukup jelas.
ps:

Ayat(3)...
htt

SK No 137423 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-60-

hu
Ayat (s)

-ta
Yang dimaksud dengan "perjanjian tertulis" adalah akta

r-2
otentik yang memuat ketentuan mengenai hak dan
kewajiban setiap pihak, jangka waktu berlakunya perjanjian,

o
dan ketentuan lain yang dibuat di hadapan pejabat yang

om
berwenang.

u-n
Kesepakatan perjanjian sebagaimana dimaksud di atas
hanrs memperhatikan fungsi Bangunan Gedung dan bentuk
rpp
pemanfaatannya, baik keseluruhan maupun sebagran.
Ayat (4)
-pe
Cukup jelas.
ad

Ayat (5)
nlo

Yang dimaksud dengan "penyedia jasa perencana


konstruksi" antara lain arsitek, ahli struktur, ahli
ow

mechanical, ahli electrical, dar: at:.li plumbing.


Ayat (6)
2/d

Yang dimaksud dengan "pengujian" antara lain berupa hasil


/1

uji laboratorium, simulasi, dan/ atau analisis.


22

Ayat (7)
20

Cukup jelas.
m/

Ayat (8)
Prototipe telah menyesuaikan dengan kondisi geografis pada
co

rencana lokasi Bangunan Gedung.


si.
ula

Angka 33
eg

Pasal 36
for

Dihapus.
.in

Angka 34
ww

Pasal 36A
/w

Ayat (1)
Cukup jelas.
s:/

Ayat (2)
p
htt

Cukup jelas.
Ayat(3)...

SK No 097254 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-61 -

hu
Ayat (3)

-ta
Yang dimaksud dengan "sistem elektronik yang

2
diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat" merupakan Sistem

or-
Informasi Manajemen Bangunan Gedung yar,g
diperuntukkan bagi Bangunan Gedung bukan untuk

om
kegiatan usaha, dan pelayanan Perizinan Berusaha
terintegrasi secara elektronik yang diperuntukkan bagi

u-n
Bangunan Gedung untuk kegiatan usaha.

Pasal 36Et
rpp
-pe
Ayat (1)
ad

Cukup jelas.
lo

Ayat (2)
wn

Cukup jelas.
/do

Ayat (3)
Cukup jelas.
/12

Ayat (4)
22

Hurufa
20

Cukup jelas
Huruf b
m/

Cukup jelas
.co

Huruf c
i
las

Cukup jelas
Huruf d
gu

Yang dimaksud dengan "pengujian" adalah pelaksanaan


ore

pengetesan instalasi mekanis dan elektrik Bangunan


Gedung.
f
.in

Ayat (s)
ww

Cukup jelas.
Ayat (6)
//w

Cukup jelas.
ps:

Angka35...
htt

SK No 137425 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-62

ah
Angka 35

2-t
Pasal 37

or-
Ayat (l)
Yang dimaksud "laik fungsi" yaitu berfungsinya seluruh atau

om
sebagian dari Bangunan Gedung yang dapat menjamin
dipenuhinya persyaratan tata bangunan, serta persyaratan

u-n
keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan
Bangunan Gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan.
Ayat (2) rpp
jelas.
-pe
Cukup
Ayat (3)
ad

Cukup jelas.
nlo

Ayat (a)
Cukup jelas.
ow

Ayat (s)
Cukup jelas.
/d

Ayat (6)
/12

Cukup je1as.
22

Angka 36
20

Pasal 37A
/
om

Cukup jelas.
i.c

Angka 37
s

Pasal 39
ula

Ayat (1)
g

Huruf a
ore

Bangunan Gedung yang tidak laik fungsi dan tidak


dapat diperbaiki akarr membahayakan keselamatan
inf

Pemilik Bangunan Gedung dan/atau Pengguna


' Bangunan Gedung apabila Bangunan Gedung tersebut
w.

terus digunakan. Dalam hal Bangunan Gedung


w

dinyatakan tidak laik fungsi tetapi masih dapat


/w

diperbaiki, Pemilik Bangunan Gedung dan/atau


Pengguna Bangu.nan Gedung diberikan kesempatan
s:/

untuk memperbaikinya sampai dengan dinyatakan laik


p

fungsi.
htt

Dalam hal ...

SK No 097255 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA

un
-63-

ah
2-t
Dalam hal Pemilik Bangunan Gedung tidak mampu,
untuk rumah tinggal apabila tidak laik fungsi dan tidak

or-
dapat diperbaiki serta membahayakan keselamatan

om
penghuni atau lingkungan, bangunan tersebut harus
dikosongkan. Apabila bangunan tersebut
membahayakan kepentingan umum, pelaksanaan

u-n
pembongkarannya dapat dilakukan oleh Pemerintah

rpp
Daerah.
Huruf b
-pe
Yang dimaksud "menimbulkan bahaya" adalah ketika
dalam Pemanfaatan Bangunan Gedung dan/ atau
ad

lingkungannya dapat membahayakan keselamatan


lo

Masyarakat dan lingkungan.


wn

Huruf c
Cukup jelas.
/do

Hurrf d
/12

Cukup jelas.
22

Ayat (21

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah menetapkan


20

status Bangunan Gedung dapat dibongkar setelah


/

mendapatkan hasil pengkajian teknis Bangunan Gedung


om

yang dilaksanakan secara profesional, independen, dan


objektif.
c
si.

Ayat (3)
la

Dikecualikan bagi rumah tinggal tunggal, khususnya rumah


gu

inti tumbuh dan rumah sederhana sehat. Kedalaman dan


keluasan tingkatan pengkajian teknis sangat bergantung
ore

pada kompleksitas dan fungsi Bangunan Gedung.


inf

Ayat (4)
Rencana teknis Pembongkaran Bangunan Gedung termasuk
.
ww

gambar-gambar rencana, gambar detail, rencana kerja dan


syarat-syarat pelaksanaan Pembongkaran, jadwal
/w

pelaksanaan, serta rencana pengamanan lingkungan.


s:/

Ayat (5)
Cukup jelas.
p
htt

Angka38. . .

SK No 137427A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-64-

hua
2-t
Angka 38

or-
Pasal 40
Cukup jelas.

om
u-n
Angka 39

rpp
Pasal 41
Ayat (1)
-pe
Cukup jelas.
ad

Ayat (2)
lo

Huruf a
wn

Tidak dibenarkan memanfaatkan Bangunan Gedung


yang tidak sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan.
/do

Huruf b
/12

Cukup jelas.
Huruf c
22

Cukup jelas.
/20

Huruf d
om

Pemeriksaan Berkala atas kelaikan fungsi Bangunan


Gedung meliputi pemeriksaan terhadap pemenuhan
i.c

persyaratan administratif dan teknis Bangunan Gedung


sesuai dengan fungsinya, dengan tingkatan
las

Pemeriksaan Berkala disesuaikan dengan jenis


konstruksi, mekanikal dan elektrikal, serta kelengkapan
u
eg

Bangunan Gedung.
for

Pemeriksaan Berkala dilakukan pada periode tertentu,


atau karena adanya penrbahan fungsi Bangunan
.in

Gedung, atau karena adanya bencana yang berdampak


penting pada keandalan Bangunan Gedung, seperti
ww

kebakaran dan gempa.


Pemeriksaan kelaikan fungsi Bangunan Gedung
//w

dilakukan oleh Pengkaji Teknis yang kompeten dan


memiliki sertifikat sesuai dengan peraturan perundang-
ps:

undangan.
htt

Huruf e . . .

SK No 137428 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-65-

ah
Huruf e

2-t
Perbaikan dilakukan terhadap seluruh, bagian,
komponen, atau bahan Bangunan Gedung yang

or-
dinyatakan tidak laik fungsi dari hasil pemeriksaan
yang dilakukan oleh Pengkaji Teknis, sampai dengan

om
dinyatakan telah laik fungsi.

u-n
Huruf f
Selain Pemilik Bangunan Gedung, Pengguna Bangunan
rpp
Gedung juga dapat diwajibkan membongkar Bangunan
Gedung dalam hal yang bersangkutan terikat dalam
-pe
perjanjian menggunakan bangunan yang tidak laik
fungsi.
ad

Ayat (3)
nlo

Cukup jelas.
ow

Angka 40
/d
/12

Pasal 43
Ayat (1)
22

Pembinaan dilakukan dalam rangka tata pemerintahan yang


20

baik melalui kegiatan pengaturan, pemberdayaan,, dan


pengawasan sehingga setiap Penyelenggaraan Bangunan
/
om

Gedung dapat berlangsung tertib dan tercapai keandalan


Bangu.nan Gedung yang sesuai dengan fungsinya, serta
i.c

terwujudnya kepastian hukum.


s

Pengaturan dilakukan dengan pelembagaan peraturan


ula

perundang-undangan, pedoman, petunjuk, dan standar


teknis Bangunan Gedung sampai dengan di daerah dan
g

operasionalisasinya di Masyarakat.
ore

Pemberdayaan dilakukan terhadap para penyelenggara


inf

Bangunan Gedung dan aparat Pemerintah Daerah untuk


menumbuhkembangkan kesadaran akan hak, kewajiban,
w.

dan perannya dalam Penyelenggaraan Bangunan Gedung.


w

Pengawasan dilakukan melalui pemantauan terhadap


/w

pelaksanaan penerapan peraturan perundang-undangan di


bidang Bangunan Gedung dan upaya penegakan hukum.
s:/
p
htt

Ayat(2)...

SK No 097256 A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-66-

hu
Ayat (2)

a
2-t
Masyarakat yang terkait dengan Bangunan Gedung seperti
Masyarakat ahli, asosiasi profesi, asosiasi perusahaan,

or-
Masyarakat Pemilik Bangunan Gedung dan Pengguna
Bangunan Gedung, dan aparat Pemerintah.

om
Ayat (3)

u-n
Cukup jelas.

Angka 41
Pasal 44
rpp
-pe
Pengenaan sanksi tidak berarti membebaskan Pemilik Bangunan
Gedung dan/atau Pengguna Bangunan Gedung dari
ad

kewajibannya memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam


lo

Undang-Undang ini.
wn

Yang dimaksud dengan "sanksi administratil" adalah sanksi yang


diberikan oleh Pemerintah kepada Pemilik Bangunan Gedung
/do

dan/ atau Pengguna Bangunan Gedung tanpa melalui proses


peradilan karena tidak terpenuhinya ketentuan Undang-Undang
/12

ini.
Sanksi administratif meliputi beberapa jenis, yang pengenaannya
22

bergantung pada tingkat kesalahan yang dilakukan oleh Pemilik


/20

Bangunan Gedung dan/atau Pengguna Bangunan Gedung.


om

Angka42
Pasal 45
i.c

Cukup je1as.
las

Angka 43
u
eg

Pasa1 46
for

Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "nilai Bangunan Gedung" dalam
.in

ketentuan sanksi adalah nilai keseluruhan suatu bangunan


pada saat sedang dibangun bagi yang sedang dalam proses
ww

pelaksanaan konstruksi, atau nilai keseluruhan suatu


Bangunan Gedung yang ditetapkan pada saat sanksi
//w

dikenakan bagi Bangunan Gedung yang telah berdiri.


Ayat (2)
ps:

Cukup jelas.
htt

Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat(4)...
SK No 137430A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-67 -

hu
Ayat (4)

-ta
Cukup jelas.

2
Ayat (s)

or-
Cukup jelas.

om
Angka 44

u-n
Pasal 47A
Cukup jelas.
rpp
-pe
Pasal 25
ad

Angka 1

Pasal 1
lo

Cukup jelas.
wn
/do

Angka 2
Pasal 5
/12

Cukup jelas.
22
20

Angka 3
Pasal 6
m/

Cukup jelas.
i.co

Angka 4
las

Pasal 6A
gu

Cukup jelas.
ore

Angka 5
f
.in

Pasal 13
Cukup jelas.
ww
//w

Angka 6
Pasal 14
ps:

Cukup jelas.
htt

Angka7...

SK No 137431A
ml
.ht
22
0
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-68-

u
ah
Angka 7

2-t
Pasal 19

r-
Ayat (1)

mo
Cukup jelas.

-no
Ayat (21

Huruf a

pu
Cukup jelas.
Huruf b
erp
Cukup jelas.
d-p

Huruf c
loa

Yang dimaksud dengan "lembaga pendidikan, lembaga


penelitian, dan/atau lembaga pengembangan" adalah
wn

lembaga Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,


dan/ atau swasta.
/do

Ayat (s)
/12

Cukup jelas.
22

Ayat (4)
Cukup jelas.
20
m/

Angka 8
co

Pasal 28
si.

Cukup jelas.
ula
eg

Angka 9
for

Pasal 34
Cukup jelas.
.in
ww

Angka 1O
//w

Pasal 35
Ayat (1)
ps:

Cukup jelas.
htt

Ayat(2) ...

SK No 137432 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPI.JBLIK INDONESIA

n-2
-69-

hu
Ayat (2)

-ta
Huruf a

r-2
Yang dimaksud dengan "kebijakan" antara lain kebijakan
terkait penyelenggaraan profesi Arsitek.

mo
Hurufb

-no
Yang dimaksud dengan "pemberdayaan" antara lain
berupa penetapan gelar profesi Arsitek (Ar.), penetapan

pu
standar pendidikan Arsitektur, dan penetapan standar
Praktik Arsitek. erp
Huruf c
Yang dimaksud dengan "pengawasan" antara lain
d-p

pengendalian Praktik Arsitek.


loa

Ayat (3)
Cukup jelas.
wn

Ayat (4)
/do

Cukup jelas.
/12

Angka 1l
22

Pasal 36
/20

Dihapus.
om

Angka 12
i.c

Pasal 37
las

Dihapus.
gu
e

Angka 13
for

Pasal 38
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 14
/w

Pasal 39
/
ps:

Dihapus.
htt

Angka15...

SK No 097257 A
tml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-70-

hu
Angka 15

a
2-t
Pasal 40

or-
Dihapus.

m
-no
Angka 16
Pasal 4 1

pu
Dihapus.
erp
d-p
Pasal 26
Cukup jelas.
loa
wn

PasaL 27
Angka 1
/do

Pasal 1
/12

Cukup jelas.
22

Angka 2
20

Pasal 7
m/

Ayat (1)
co

Huruf a
si.

Cukup jelas.
ula

Huruf b
eg

Cukup jelas.
for

Huruf c
Cukup jelas.
.in

Huruf d
ww

Cukup jelas.
//w

Huruf e

Cukup jelas.
ps:

Huruff. . .
htt

SK No 137434A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
_7L_

hu
Huruf f

-ta
Cukup je1as.

2
or-
Huruf g
Cukup jelas.

om
Huruf h

u-n
Cukup jelas.
Huruf i
Cukup jelas. rpp
-pe
Hurufj
ad

Cukup jelas.
Huruf k
lo

Yang dimaksud dengan usistem pemantauan Kapal


wn

Perikanan" adalah salah satu bentuk sistem


/do

pengawasan di bidang Penangkapan Ikan dengan


menggunakan peralatan pemantauan Kapal Perikanan
/12

yang telah ditentukan, seperti sistem pemantauan


Kapal Perikanan (uessel monitoing sgsfem/VMS).
22

Huruf I
20

Dalam usaha meningkatkan produktivitas suatu


perairan dapat dilakukan penebaran Ikan jenis baru,
m/

yang kemungkinan menimbulkan efek negatif bagi


.co

kelestarian sumber daya Ikan setempat sehingga perlu


dipertimbangkan agar penebaran Ikan jenis baru dapat
i

beradaptasi dengan lingkungan sumber daya Ikan


las

setempat dan/ atau tidak merusak keaslian Sumber


gu

Daya Ikan.
ore

Huruf m
Yang dimaksud dengan "Penangkapan Ikan berbasis
f

budi daya" adalah penangkapan Sumber Daya Ikan


.in

yang berkembang biak dari hasil penebaran kembali.


ww

Huruf n
Cukup jelas.
//w

Huruf o
ps:

Cukup jelas.
htt

Huruf p . . .

SK No 137435 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-72-

hu
a
2-t
Huruf p

or-
Ada beberapa cara yang dapat ditempuh dalam
melaksanakan rehabilitasi dan peningkatan Sumber

m
Daya Ikan serta lingkungannya, antara lain, dengan

-no
penanaman atau reboisasi hutan bakau, pemasangzrn
terumbu karang buatan, pembuatan tempat berlindung

pu
atau berkembang biak Ikan, peningkatan kesuburan
perairan dengan jalan pemupukan atau penambahan
erp
jenis makanan, pembuatan saluran ruaya Ikan, atau
pengerukan dasar perairan.
d-p

Hurufq
loa

Cukup jelas.
Huruf r
wn

Cukup jelas.
/do

Huruf s
/12

Penetapan wabah dan wilayah wabah penyakit Ikan


bertujuan agar masyarakat mengetahui bahwa dalam
wilayah tersebut terjangkit wabah, dan ditetapkan
22

langkah pencegahan terjadinya penyebaran wabah


20

penyakit Ikan dari 1 (satu) wilayah ke wilayah lainnya.


m/

Huruf t
co

Cukup jelas.
Hurufu
si.

Cukup jelas.
ula

Ayat (2)
eg

Cukup jelas.
for

Ayat (s)
.in

Cukup jelas.
ww

Angka3. . .
//w
ps:
htt

SK No 137436A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-73-

hu
Angka 3

-ta
Pasal 20A

r-2
Cukup jelas.

mo
-no
Angka 4
Pasal 25A

pu
Cukup jelas.
erp
d-p
Angka 5
Pasal 26
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 6
/do

Pasal2T
/12

Cukup jelas.
22

Angka 7
/20

Pasa727A
om

Cukup jelas.
i.c

Angka 8
las

Pasal 28
gu

Cukup jelas.
fore

Angka 9
.in

Pasal 28A
ww

Cukup jelas.
//w

Angka10...
ps:
htt

SK No 137437 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPI.JELIK INDONESIA
-74 -

hu
-ta
Angka 10

2
or-
Pasal 30
Cukup jelas.

om
u-n
Angka 11
3l
rpp
Pasal
Cukup jelas.
-pe
ad

Angka 12
lo

Pasal 32
wn

Cukup jelas.
/do

Angka 13
/12

Pasal 33
Cukup jelas.
22
20

Angka 14
m/

Pasal 35
.co

Ayat (1)
i

Dalam rangka pengendalian pemanfaatan Sumber Daya


las

Ikan, penataan dan pengendalian terhadap pengadaan kapal


gu

baru dan/atau bekas perlu dikendalikan agar sesuai dengan


daya dukung Sumber Daya Ikan.
ore

Ayat (2)
f

Cukup jelas.
.in

Ayat (3)
ww

Cukup jelas.
//w

Ayat (4)
Cukup jelas.
ps:
htt

Angka15...

SK No 137438 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-75-

hu
Angka 15

a
2-t
Pasal 35A

or-
Cukup jelas.

m
-no
Angka 16
Pasal 36

pu
Cukup jelas.
erp
d-p
Angka 17
Pasal 38
loa

Ayat (l)
wn

Kewajiban menyimpan alat penangkapan Ikan di dalam


palka diberlakukan bagi setiap Kapal Perikanan berbendera
/do

asing yang melintasi perairan Indonesia, Alur Laut


Kepulauan Indonesia (ALKI), dan ZEEI.
/12

Ayat (2)
22

Cukup jelas.
Ayat (3)
20

Cukup jelas.
m/
co

Angka 18
si.

Pasal 40
ula

Cukup jelas.
eg
for

Angka 19
Pasal 4l
.in

Ayat (1)
ww

Cukup jelas.
//w

Ayat (2)
Huruf a
ps:

Cukup jelas.
htt

Huruf b . . .

SK No 137439A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-76-

hu
Huruf b

-ta
Klasifikasi Pelabuhan Perikanan termasuk di antaranya

r-2
Pelabuhan Perikanan samudera, Pelabuhan Perikanan
nusantara, dan Pelabuhan Perikanan pantai.

mo
Huruf c

-no
Cukup jelas.
Huruf d

pu
Cukup je1as. erp
Hurrf e
d-p

Untuk mendukung dan menjamin kelancaran


operasional Pelabuhan Perikanan, ditetapkan batas-
loa

batas wilayah kerja dan pengoperasian Pelabuhan


Perikanan dalam koordinat geografis. Dalam hal wilayah
wn

kerja dan pengoperasian Pelabuhan Perikanan


berbatasan dan/atau mempunyai kesamaan
/do

kepentingan dengan instansi lain, penetapan batasnya


dilakukan melalui koordinasi dengan instansi yang
/12

bersangkutan.
Huruf f
22

Cukup jelas.
/20

Ayat (3)
om

Cukup jelas.
i.c

Ayat (4)
Yang dimaksud dengan "bongkar muat Ikan" adalah
las

termasuk juga pendaratan lkan.


gu

Ayat (5)
ore

Cukup jelas.
f
.in

Angka 20
ww

Pasal 42
Ayat (1)
//w

Yang dimaksud dengan "syahbandar di Pelabuhan


ps:

Perikanan' adalah syahbandar yang ditempatkan secara


khusus di Pelabuhan Perikanan untuk pengurusan
htt

administratif dan menjalankan fungsi menjaga keselamatan


pelayaran.
Ayat(21...

SK No 137440A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-77 -

hu
Ayat

a
(21

2-t
Hurufa

or-
Cukup jelas.
Huruf b

m
-no
Cukup jelas.
Huruf c

pu
Cukup jelas.
Huruf d
erp
Cukup jelas.
d-p

Huruf e
loa

Cukup jelas.
wn

Huruf f
Yang dimaksud dengan "log bool{ adalah laporan harian
/do

nakhoda mengenai kegiatan Penangkapan Ikan atau


pengangkutan ikan.
/12

Huruf g
22

Cukup jelas.
20

Huruf h
m/

Cukup jelas.
Huruf i
co

Cukup jelas.
si.

Hurufj
ula

Cukup jelas.
eg

Huruf k
for

Cukup jelas.
.in

Huruf I
ww

Cukup jelas.
Huruf m
//w

Cukup jelas.
ps:

Huruf n
Cukup jelas.
htt

Huruf o. . .

SK No 137441A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
REPUELIK INDONES]A

n-2
-78-

hu
Huruf o

-ta
Cukup jelas.

r-2
Huruf p

o
Cukup jelas.

om
Ayat (3)

u-n
Cukup jelas.

rpp
Ayat (4)
Syahbandar yang akan diangkat pengusulannya terlebih
-pe
dahulu dikoordinasikan dengan Menteri.
Ayat (5)
ad

Cukup jelas.
nlo

Ayat (6)
ow

Cukup jelas.
2/d

Angka 2l
/1

Pasal 43
22

Cukup jelas.
20
m/

Ang)<a22
co

Pasal 44
si.

Cukup jelas.
ula

Angka 23
eg

Pasal 45
for

Kapal Perikanan yang berlayar tidak dari Pelabuhan Perikanan


.in

termasuk dari pelabuhan yarrg dibangun pihak swasta hanya


dimungkinkan apabila di tempat tersebut tidak ada Pelabuhan
ww

Perikanan.
Termasuk Kapal Perikanan yang berlayar tidak dari Pelabuhan
/w

Perikanan di antaranya kapal-kapal yang berlayar dari pelabuhan


s:/

tangkahan, pelabuhan rakyat, dan pelabuhan lainnya dimana


persetqiuan berlayar diberikan setelah memenuhi standar laik
p
htt

operasi dari pengawas Perikanan.

Ketentuan . . .

SK No 097258 A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-79-

hu
Ketentuan ini hanya dimungkinkan berlaku bagi Kapal Perikanan

a
2-t
yang pada daerah tersebut memang tidak ada Pelabuhan
Perikanan dan/ atau pelabuhan umum, dan fasilitas lainnya.

or-
Dalam hubungan ini, maka persetujuan berlayar dimungkinkan
untuk diterbitkan oleh syahbandar setempat.

om
u-n
Angka24
Pasal 49
Cukup jelas. rpp
-pe

Angka 25
ad

Pasal 89
lo

Cukup jelas.
wn
/do

Angka 26
/12

Pasal 92
Cukup jelas.
22
/20

Angka2T
om

Pasal 93
Cukup jelas.
i.c
las

Angka 28
u
eg

Pasal 94
Cukup jelas.
for
.in

Angka 29
ww

Pasal 94A
Cukup jelas.
//w
ps:

Angka30...
htt

SK No l37zl43 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
n-2
REPUBLIK INDONES
-80-

u
ah
Angka 30

2-t
Pasal 95

r-
Dihapus.

mo
Angka 31

-no
Pasal 96

pu
Dihapus
erp
Angka 32
d-p

Pasal 97
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 33
/do

Pasal 98
/12

Cukup jelas.
22

Angka 34
20

Pasal 1008
m/

Cukup jelas.
co
si.

Angka 35
ula

Pasal 100C
eg

Cukup jelas.
for

Angka 36
.in

Pasal 101
ww

Cukup jelas.
//w

Pasal 28
ps:

Cukup jelas.
htt

PasaT 29 . . .

SK No 137444A
ml
t
2.h
02
PRES!DEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-81 -

hua
2-t
Pasa1 29

or-
Angka I
Pasal 14

m
-no
Cukup jelas.

pu
Angka2
Pasal 15
erp
Cukup jelas.
d-p
loa

Angka 3
wn

Pasal 16
Cukup jelas.
/do
/12

Angka 4
22

Pasal 17
Cukup jelas.
20
m/

Angka 5
co

Pasal 18
si.

Cukup jelas.
ula
eg

Angka 6
for

Pasal24
Cukup jelas.
.in
ww

Angka 7
//w

Pasal 30
Cukup jelas.
ps:
htt

Angka8...

SK No 137445 A
t ml
2.h
02
PRESlDEN

n-2
REPUALIK INDONESIA
-82

hu
a
2-t
Angka 8

or-
Pasal 31
Dihapus.

m
-no
Angka 9

pu
Pasal 35
Cukup jelas.
erp
d-p

Angka 10
loa

Pasal 39
wn

Cukup jelas.
/do

Angka 11
/12

Pasal 40
Cukup jelas.
22
20

Angka 12
m/

Pasal 42
co

Cukup jelas.
si.
ula

Angka 13
eg

Pasal 43
for

Cukup jelas.
.in

Angka 14
ww

Pasal 45
//w

Dihapus.
ps:

Angka 15. .
htt

SK No 137446 A
ml
.ht
022
PRESlDEN

n-2
REPUELIK INOONESIA
-83-

u
ah
2-t
Angka 15

r-
Pasal 47

mo
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan " skala tertentu" adalah Usaha

-no
Perkebunan yang dilakukan oleh Perusahaan Perkebunan
sesuai dengan skala usaha yang ditetapkan oleh Pemerintah

pu
Pusat.
erp
Yang dimaksud dengan "kapasitas pabrik tertentu" adalah
kapasitas minimal unit Pengolahan Hasil Perkebunan yang
d-p

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.


loa

Ayat (2)
Cukup jelas.
wn

Ayat (3)
/do

Cukup jelas.
/12

Angka 16
22

Pasal 48
20

Cukup jelas.
m/
co

Angka 17
si.

Pasa1 49
ula

Dihapus.
eg

Angka 18
for

Pasal 50
.in

Dihapus.
ww

Angka 19
//w

Pasal 58
ps:

Ayat(1)...
htt

SK No 137447 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
-84-

un
ah
Ayat (1)

2-t
Kewajiban memfasilitasi pembangunan kebun masyarakat
sekitar seluas 20%o (dua puluh persen) hanya ditqjukan

or-
kepada Pekebun yang mendapatkan lahan untuk
Perkebunan yang berasal dari areal penggunaan lain yang

om
berada di luar hak guna usaha dan/atau yang berasal dari
areal lahan dari pelepasan hutan. Kewajiban tersebut

u-n
timbul atas Lahan Perkebunan yang bersumber dari lahan
negara.
rpp
Dalam hal perolehan Lahan Perkebunan dilakukan
-pe
langsung kepada masyarakat yang diberikan hak guna
usaha, maka Pekebun tersebut tidak diwajibkan untuk
ad

memberikan fasilitasi.
Kewajiban fasilitasi Perkebunan masyarakat tersebut
lo

diintegrasikan dengan kewajiban lainnya yang timbul


wn

dalam perolehan Lahan Perkebunan, antara lain dalam hal


lahan berasal dari kawasan hutan yang memberikan
/do

kewajiban untuk 207o (dua puluh persen) lahan kepada


masyarakat dan telah dilaksanakan, maka kewajiban
/12

tersebut sudah selesai.


22

Namun Pekebun tetap didorong memberikan fasilitasi


kepada masyarakat yang bersifat sukarela agar masyarakat
20

dapat mengembangkan pengelolaan kebunnya.


m/

Ayat (2)
.co

Cukup jelas.
Ayat (3)
i
las

Cukup jelas.
gu

Ayat (4)
ore

Cukup jelas.
f
.in

Angka 20
ww

Pasal 60
Cukup jelas.
//w
ps:

Angka 21
Pasal 67
htt

Ayat(1) ...

SK No 137448 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-85-

hu
Ayat (1)

-ta
Memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup di

2
dalamnya termasuk mencegah dan menanggulangi

or-
pencemaran dan perusakan lingkungan hidup yang
ditimbulkan oleh kegiatan usaha dari Pelaku Usaha

om
Perkebunan. Dalam hal ini Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah provinsi, dan Pemerintah Daerah kabupaten/kota

u-n
wajib membina dan memfasilitasi pemeliharaan kelestarian
fungsi lingkungan hidup tersebut, khususnya kepada
Pekebun. rpp
-pe
Ayat (2)
Cukup jelas.
ad
lo

Ar:gka22
wn

Pasal 68
/do

Dihapus.
/12

Angka 23
22

Pasal 70
20

Cukup jelas.
m/
.co

Angka24
Pasal 74
i
las

Ayat (l)
gu

Hasil Perkebunan tertentu yang berbahan baku impor


antara lain gula tebu.
ore

Ayat (2)
f
.in

Cukup jelas.
Ayat
ww

(3)
Cukup jelas.
//w

Angka 25
ps:

Pasal 75
htt

Cukup jelas.
Angka 26. . .

SK No 137449A
ml
.ht
22
-20
PRESlDEN
REPUELIK INDONESIA

un
-86-

ah
2-t
Atgka26

or-
Pasal 93
Cukup jelas.

om
u-n
An'gka2T

rpp
Pasal 95
Cukup jelas.
-pe
ad

Angka28
lo

Pasal 96
wn

Cukup jelas.
/do

Ang)<a29
/12

Pasal 97
Ayat (1)
22

Yang dimaksud dengan "pembinaan teknis" adalah


20

penerapan budi daya yang baik (good agiatltural practicesl,


m/

penerapan pascapanen yang baik (good lnndling practiesl,


dan penerapan pengolahan yang baik (good manufacfiring
.co

practicesl, serta penerapan pengembangan Perkebunan


berkelanjutan.
i
las

Ayat (2)
gu

Cukup jelas.
ore

Ayat (s)
Cukup jelas.
f
.in
ww

Angka 30
Pasal 99
//w

Cukup jelas.
ps:

Angka3l ...
htt

SK No 137450 A
l
tm
2 .h
02
PRESlDEN

n-2
REPUELIK INDONES
-47 -

hu
Angka 31

-ta
Pasal 103

r-2
Cukup jelas.

mo
o
Angka 32

u-n
Pasal 1O5

p
Dihapus.
erp
d-p
Angka 33
Pasal 1O6
loa

Dihapus.
wn

Angka 34
/do

Pasal 109
/12

Dihapus.
22

Pasal 30
20

Angka 1
m/

Pasal 11
co

Ayat (1)
si.

Cukup jelas.
ula

Ayat (2)
eg

Cukup jelas.
for

Ayat (3)
Peraturan Pemerintah antara lain mengatur mengenai
.in

bentuk formulir permohonan dan tata cara pengisiannya,


serta komponen dan besarnya biaya pemrosesan
ww

permohonan, contoh surat kuasa khusus, dan bentuk surat


pernyataan aman untuk varietas transgenik.
/w
/
ps:

Angka 2
htt

Pasal 29

Ayat(1) ...

SK No 137451A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUALIK INDONESIA
-88-

hu
Ayat (1)

-ta
Apabila dalam jangka waktu 1 (satu) bulan setelah

2
berakhirnya pengumuman, Kantor PVT belum menerima

or-
permohonan pemeriksaan tersebut, maka permohonan PVT
dianggap ditarik kembali.

om
Ayat (2)

u-n
Cukup jelas.

Angka 3 rpp
-pe
Pasa1 4O
ad

Ayat (1)
lo

Hak PVT pada dasarnya dapat beralih dari, atau dialihkan


oleh pemegang hak PVT kepada perorangan atau badan
wn

hukum lain.
/do

Yang dimaksud dengan "sebab lain yang dibenarkan oleh


undang-undang" misalnya pengalihan hak PVT melalui
/12

putusan pengadilan.
Ayat (2)
22

Cukup jelas.
20

Ayat (s)
m/

Cukup jelas.
.co

Ayat (4)
i

Peraturan Pemerintah antara lain mengatur mengenai


las

persyaratan pengalihan, formulir permohonan pengalihan


dan dokumen kelengkapannya, serta komponen dan
gu

besarnya biaya pencatatan pengalihan hak PVT.


fore

Angka 4
.in

Pasal 43
ww

Ayat (1)
//w

Cukup jelas.
Ayat (2)
ps:

Cukup jelas.
htt

Ayat(3)...

SK No 137452A
lm
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESlA

un
-89-

h
Ayat (3)

-ta
Hal-hal yang diatur dalam Peraturan Pemerintah mengenai

r-2
perjanjian lisensi meliputi hak dan kewajiban pemberi dan
penerima lisensi termasuk bagian-bagian dari pelaksanaan

o
hak PVT yang dilisensikan, jangka waktu, serta bentuk

om
perjanjian lisensi tersebut.

u-n
Angka 5
Pasal 63 rpp
-pe
Cukup jelas.
ad

Pasal 31
nlo

Angka 1
ow

Pasal 19
2/d

Cukup jelas.
/1

Angka2
22

Pasal22
/20

Cukup jelas.
om

Angka 3
i.c

Pasal 32
las

Cukup jelas.
u
eg

Angka 4
for

Pasal 43
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 5
/w

Pasal 44
s:/

Cukup jelas.
p

Angka6. ..
htt

SK No 137453 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
n-2
REPUBLIK INDONESIA
-90-

hu
Angka 6

-ta
Pasal 86

r-2
Ayat (1)

o
Yang dimaksud dengan " skala tertentu" adalah batasan atau

om
persentase yang ditentukan oleh Pemerintah Pusat kepada
Pe1aku Usaha dalam melakukan Usaha Budi Daya Pertanian

u-n
tertentu.

rpp
Ayat (21

Cukup jelas.
-pe
Ayat (3)
ad

Cukup jelas.
nlo

Angka 7
ow

Pasal 102
2/d

Ayat (1)
Cukup jelas.
/1
22

Ayat (2)
Cukup jelas.
20

Ayat (3)
m/

Cukup jelas.
co

Ayat (4)
si.

Pusat data dan informasi paling sedikit menyampaikan data


ula

dan informasi mengenai Varietas Tanaman, letak dan luas


wilayah, kawasan, dan unit Usaha Budi Daya Pertanian,
eg

permintaan pasar, peluang dan tantangan pasar, perkiraan


produksi, perkiraan harga, perkiraan pasokan, perkiraan
for

musim tanam dan musim panen, prakiraan iklim, Organisme


.in

Pengganggu T\rmbuhan serta hama dan penyakit hewan,


ketersediaan Prasarana Budi Daya Pertanian, dan
ww

ketersediaan Sarana Budi Daya Pertanian.


Ayat (s)
/w

Cukup jelas.
s:/

Ayat (6)
p

Cukup jelas.
htt

Ayat(7)...

SK No 137454A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

un
-91 -

ah
Ayat (7)

2-t
Cukup jelas.

or-
Angka 8

om
Pasal 108

u-n
Cukup jelas.

Angka 9 rpp
-pe
Pasal 111
ad

Dihapus.
lo
wn

Pasal 32
Angka 1
/do

Pasal 15
/12

Cukup jelas.
22

Angka 2
20

Pasal 30
m/

Ayat (l)
.co

Yang dimaksud dengan "kebutuhan konsumsi" adalah


besarnya rata-rata tingkat konsumsi langsung ataupun tidak
i
las

langsung perkapita (termasuk kebutuhan industri) dikalikan


jumlah penduduk pada waktu tertentu.
gu

Ayat (2)
ore

Cukup jelas.
f

Ayat (3)
.in

Cukup jelas.
ww
//w

Angka 3
Pasal 101
ps:

Dihapus
htt

Pasal 33...

SK No 137455 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPI.JELIK INDONESIA
-92-

un
h
-ta
Pasal 33

r-2
Angka 1

mo
Pasal 15
Cukup jelas.

-no
pu
Angka 2
Pasal 33
erp
Cukup jelas.
d-p
loa

Angka 3
wn

Pasal 35
Cukup jelas.
/do
/12

Angka 4
22

Pasal 35A
Cukup jelas.
/20
om

Angka 5
si.c

Pasal 48
Dihapus.
ula
eg

Angka 6
for

Pasal 49
Ayat (1)
.in

Pendataan dilakukan dalam rangka pembinaan dan


ww

pemberdayaan.
Ayat (2)
//w

Cukup jelas.
ps:
htt

Angka7 . . .

SK No 137456 A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-93-

u
ah
2-t
Angka 7

r-
Pasal 51

mo
Dihapus.

-no
Angka 8

pu
Pasal 52
Cukup jelas.
erp
d-p

Angka 9
loa

Pasal 54
wn

Ayat (r)
Yang dimaksud dengan "persyaratan teknis minimal" adalah
/do

batasan terendah dari spesifikasi teknis yang diterapkan


agar Usaha Hortikultura terlaksana dengan baik, jika
/12

standar baku belum ditetapkan.


22

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "keamanan p€rngan Produk
20

Hortikultura" adalah kondisi dan upaya yang diperlukan


m/

untuk mencegah pangan Produk Hortikultura dari


kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang
co

dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan


si.

kesehatan manusia.
ula

Ayat (3)
Cukup jelas.
eg

Ayat (4)
for

Cukup jelas.
.in
ww

Angka 1O

Pasal 56
//w

Ayat(1) ...
ps:
htt

SK No 137457 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
-94-

un
ah
2-t
Ayat (1)

or-
Yang dimaksud dengan "Kemitraan" adalah kerja sama
dalam keterkaitan usaha baik langsung maupun tidak

om
langsung antara usaha mikro dan/ atau usaha kecil dengan
usaha menengah dan/atau usaha besar disertai pembinaan

u-n
dan pengembangan oleh usaha menengah dan/ atau usaha
besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan,
rpp
saling mempercayai, saling memperkuat, dan saling
menguntungkan.
-pe
Ayat (2)
Cukup jelas.
ad

Ayat (3)
lo
wn

Huruf a
Cukup jelas.
/do

Hurufb
/12

Cukup jelas.
Huruf c
22

Cukup jelas.
20

Huruf d
m/

Cukup jelas.
.co

Huruf e
i

Cukup jelas.
las

Huruf f
gu

Yang dimaksud dengan "bentuk Kemitraan lainnya"


ore

seperti kontrak budi daya, bagi hasil, kerja sama


operasional, usaha patungan (joint uenfurel, dan
f

penyumberluaran (outsourcingl. Kontrak budi daya


.in

merupakan perjanjian jual beli dengan pemesanan pada


ww

awal penanaman. Kerja sama operasional meliputi kerja


sama pembiayaan, penyediaan sarana produksi, teknis
budi daya, manajemen, sampai dengan pemasaran.
//w

Ayat (4)
ps:

Cukup jelas.
htt

Angka1l...

SK No 137458 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA
-95-

un
ah
2-t
Angka 11

or-
Pasal 57
Ayat (1)

om
Cukup jelas.

u-n
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "introduksi dalam bentuk Benih atau
rpp
materi induk" adalah pemasukan Benih atau materi induk
dari luar negeri untuk pertama kali dan tidak diedarkan atau
-pe
diperdagangkan, melainkan untuk keperluan pemuliaan
tanaman.
ad

Ayat (3)
lo

Cukup jelas.
wn

Ayat (a)
/do

Yang dimaksud dengan "kelompok" adalah kumpulan pelaku


usaha yang menyepakati suatu kegiatan, tanggung jawab
/12

atau penanganan risiko secara bersama berdasarkan


kesamaan jenis usaha, kesamaan komoditas, dan/atau
22

kesamaan ekosistem.
20

Ayat (5)
m/

Cukup jelas.
.co

Angka 12
i
las

Pasal 63
gu

Dihapus.
ore

Angka 13
f
.in

Pasal 68
ww

Cukup jelas.
//w

Angka 14
ps:

Pasal 73
Cukup jelas.
htt

Angka15...

SK No 137459A
ml
.ht
22
0
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONES
-96-

u
ah
2-t
Angka 15

r-
Pasal 88

mo
Ayat (1)
Huruf a

-no
Cukup jelas.

pu
Huruf b
Cukup jelas.
erp
Huruf c
d-p

Cukup jelas.
loa

Huruf d
wn

Ketentuan mengenai keamanan dan pelindungan


terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, dan
/do

lingkungan mengacu pada perjanjian internasional


Sanitary and Phitosanitary dari Organisasi Pangan dan
/12

Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa.


Ayat (21
22

Cukup jelas.
20

Ayat (3)
m/

Penetapan "pintu masuk" bagi impor Produk Hortikultura


untuk memudahkan
co

dimaksudkan pengawasan terkait


dengan masuknya OPT Karantina, keamanan hayati, spesies
si.

asing yang invasif, dan keamanan pangan.


ula

Ayat (a)
Cukup jelas.
eg
for

Angka 16
.in

Pasal 90
ww

Cukup jelas.
//w

Angka 17
ps:

Pasal 92
htt

Cukup jelas.

Angka18...

SK No 137460 A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

-2
un
-97 -

ah
Angka 18

2-t
Pasal 1O0

or-
Cukup jelas.

om
Angka 19
Pasal 1O1

u-n
Cukup jelas.

p
Angka 2O
erp
Pasal 122
d-p

Cukup jelas.
loa

Angka 21
wn

Pasal 126
/do

Dihapus.
/12

Angka22
Pasal 128
22

Cukup jelas.
/20

Angka 23
om

Pasal 131
si.c

Dihapus.
ula

Pasal 34
Angka
eg

Pasal 6
for

Ayat (1)
.in

Yang dimaksud dengan "dipertahankan keberadaan dan


ww

kemanfaatannya secara berkelanjutan' adalah upaya yang


perlu dilakukan oleh Pemerintah Daerah kabupaten / kota
untuk memasukkan Kawasan Penggembalaan Umum dalam
//w

program pembangunan daerah.


ps:

Ayat (2)
Hurufa
htt

Cukup jelas.
Huruf b. . .

SK No 097259 A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN

-2
REPUALIK INDONESIA

un
-98-

ah
Huruf b

2-t
Yang dimaksud dengan "kastrasi" adalah tindakan
mencegah berfungsinya testis dengan jalan

or-
menghilangkannya atau menghambat fungsinya.

om
Huruf c
Cukup jelas.

u-n
Huruf d

p
Cukup jelas. erp
Ayat (3)
d-p

Yang dimaksud dengan "penetapan lahan sebagai Kawasan


Penggembalaan Umum" adalah upaya yang harus dilakukan
loa

oleh Pemerintah Daerah kabupaten / kota untuk


menyediakan lahan penggembalaan umum, antara lain
wn

tanah pangonan, tanah titisara, atau tanah kas desa.


/do

Ayat (4)
Cukup jelas.
/12

Ayat (s)
22

Cukup jelas.
/20

Ayat (6)
Cukup jelas.
om
si.c

Angka 2
Pasal 13
ula

Cukup jelas.
eg
for

Angka 3
.in

Pasal 15
Ayat (1)
ww

Huruf a
//w

Yang dimaksud dengan "mutu genetik adalah ekspresi


keunggulan sifat individu.
ps:
htt

Yang . . .

SK No 097260 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPTJELIK INDONES

un
-99-

ah
Yang dimaksud dengan "keragaman genetik" adalah

2-t
ekspresi keunggulan variasi genetik antarindividu.
Huruf b

or-
Cukup jelas.

om
Huruf c

u-n
Yang dimaksud dengan "kekurangan Benih" adalah
ketidakcukupan jumlah Benih (semen atau embrio)
rpp
Ternak bukan asli atau lokal (eksotik) yang digunakan
untuk kebutuhan pemuliaan dalam rangka
meningkatkan produktivitas dan/ atau mutu genetik.
-pe

Yang dimaksud dengan "kekurangan Bibit" adalah


ad

ketidakcukupan jumlah Bibit Ternak eksotik yang


sebelumnya telah dikembangkan atau beradaptasi di
lo

Indonesia dalam rangka meningkatkan mutu genetik


wn

Ternak eksotik.
/do

Huruf d
Cukup jelas.
/12

Ayat (2)
22

Cukup jelas.
20

Ayat (3)
Cukup jelas.
m/
.co

Angka 4
i
las

Pasal 16
gu

Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Ternak lokal" adalah hasil
ore

persilangan antara Ternak asli luar negeri dan Ternak asli


Indonesia, yang telah dikembangbiakkan di Indonesia
f
.in

sampai generasi kelima atau lebih yang teradaptasi pada


lingkungan dan/ atau manajemen setempat.
ww

Ayat (21
//w

Ketentuan larangan terhadap pengeluaran Benih dan Bibit


terbaik dimaksudkan untuk mempertahankan populasi dan
ps:

mutu genetik Ternak asli dan lokal.


htt

Ayat(3)...

SK No 137465 A
tml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-100-

hu
Ayat (3)

a
2-t
Cukup jelas.

or-
Ayat (4)
Cukup jelas.

m
-no
Angka 5

pu
Pasal22
Ayat (1)
erp
Cukup jelas.
d-p

Ayat (2)
loa

Cara pembuatan Pakan yang baik, misalnya dalam hal


proses produksi, dan pembuatan Pakan harus menjamin
wn

Pakan tidak mengandung cemaran biologi, fisik, kimia di atas


ambang batas maksimal yang diperbolehkan, serta
/do

memperhatikan dampak sosial akibat buangan bahan baku


dan bahan ikutan yang digunakan.
/12

Ayat (3)
22

Cukup jelas.
20

Ayat (4)
m/

Hurufa
Yang dimaksud dengan "Pakan yang tidak layak
co

dikonsumsi" antara lain Pakan yang:


si.

1. tidak berlabel;
ula

2. kedaluwarsa;
eg

3. kemasannya rusak, fisiknya rusak, berbau, atau


for

berubah warna; dan/ atau


4. palsu, yaitu tidak memiliki nomor pendaftaran, isi
.in

tidak sesuai dengan label, atau menggunakan merek


orang lain.
ww

Huruf b
//w

Ketentuan ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya


penyakit sapi gila (bouine spongiform enephalopathgl
ps:

alau scrapie pada domba/ kambing.


htt

Yang . . .

SK No 137466 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-101 -

hu
Yang dimaksud dengan "ruminansia" adalah hewan

-ta
yang memamah biak.

r-2
Huruf c

mo
Yang dimaksud dengan "hormon tertentu" adalah
hormon sintetik.

-no
Yang dimaksud dengan "antibiotik" antara lain
chlo r amphenial dan tetr acg cline.

pu
erp
Ayat (5)
d-p

Cukup jelas.
loa

Angka 6
wn

Pasal 29
Ayat (1)
/do

Yang dimaksud dengan "pihak tertentu" antara lain


/12

Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Negara Republik


Indonesia, lembaga kepabeanan, lembaga penelitian,
22

dan lembaga pendidikan.


Yang dimaksud dengan ukepentingan khusus" antara
/20

lain kuda untuk kavaleri, anjing untuk hewan pelacak


om

pelaku kriminal, dan kelinci untuk penelitian.


Ayat (21
i.c

Cukup jelas.
las

Ayat (3)
gu

Cukup jelas.
ore

Ayat (4t
Yang dimaksud dengan "tidak mengganggu ketertiban
f

umum" antara lain kegiatan budi daya Ternak


.in

dilakukan dengan memperhatikan kaidah agama


ww

dan/ atau kepercayaan serta sistem nilai yang dianut


oleh masyarakat setempat serta ketentuan peraturan
//w

perundang-undangan.
Ayat (s)
ps:

Cukup jelas.
htt

Angka7...

SK No 137471A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONES
-to2-

un
ah
Ang)<a7

2-t
Pasal 30

or-
Cukup jelas.

om
Angka 8

u-n
Pasal 368
Cukup jelas.
rpp
-pe
Angka 9
ad

Pasal 36C
Cukup jelas.
nlo
ow

Angka 10
/d

Pasal 37
/12

Yang dimaksud dengan "industri pengolahan Produk Hewan"


adalah industri yang melakukan kegiatan penanganan dan
22

pemrosesan hasil Hewan yang ditujukan untuk mencapai nilai


tambah yang lebih tinggi, dengan memperhatikan aspek produk
20

yang aman, sehat, utuh, dan halal bagi yang dipersyaratkan.


/
om

Angka 11
i.c

Pasal 52
s
ula

Ayat (1)
Cukup jelas.
g
ore

Ayat (21

Huruf a
inf

Cukup jelas.
w.

Huruf b
w

Cukup jelas.
/w

Huruf c
s:/

Cukup jelas.
p
htt

Hurufd . . .

SK No 137472A
l
tm
2.h
02
FRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

-2
un
-103-

ah
Huruf d

2-t
Yang dimaksud dengan "tidak memenuhi standar
mutu", antara lain kedaluwarsa dan/ atau telah rusak

or-
atau mengalami perubahan fisik, kimiawi, dan biologik.

om
Ayat (3)
Cukup jelas.

u-n
p
Angka 12 erp
Pasal 54
d-p

Cukup jelas.
loa

Angka 13
wn

Pasal 59
/do

Cukup jelas.
/12

Angka 14
22

Pasal 60
/20

Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "nomor kontrol Veteriner" atau NKV
om

adalah nomor registrasi unit usaha Produk Hewan sebagai


bukti telah dipenuhinya persyaratan higiene dan sanitasi
si.c

sebagai kelayakan dasar jaminan keamanan Produk Hewan.


Bagi unit usaha Produk Hewan yang mengedarkan Produk
ula

Hewan segar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik


Indonesia atau memasukkan dari dalam wilayah Negara
eg

Kesatuan Republik Indonesia dan/ atau mengeluarkan ke


for

luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib


memiliki NKV.
.in

Ayat (21
ww

Cukup jelas.
Ayat (3)
//w

Cukup jelas.
ps:

Angka15...
htt

Angka 15

SK No 097223 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
n-2
REPUELIK INDONES
-to4-

u
ah
Angka 15

2-t
Pasal 62

r-
Ayat (1)

mo
Kewajiban Pemerintah Daerah kabupaten/ kota memiliki
rumah potong Hewan dimaksudkan untuk memberikan

-no
pelayanan kepada masyarakat dalam penyediaan pangan
asal Hewan yang aman, sehat, utuh, dan/ atau halal.

pu
Ayat (2) erp
Cukup jelas.
d-p

Ayat (3)
Cukup jelas.
loa

Ayat (a)
wn

Cukup jelas.
/do

Angka 16
/12

Pasal 69
22

Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pelayanan Kesehatan Hewan"
20

adalah serangkaian tindakan yang diperlukan, antara lain


m/

untuk:
co

a. melakukan prognosis dan diagnosis penyakit secara


klinis, patologis, laboratoris, dar: I atau epidemiologis;
si.

b. melakukan tindakan transaksi terapeutik berupa


ula

konsultasi dan/ atau informasi awal Qtior informed


consenq kepada pemilik Hewan yang dilanjutkan
eg

dengan beberapa kemungkinan tindakan preventif,


for

kooperatif, kuratif, rehabilitatif, dan promotif dengan


menghindari tindakan malpraktik;
.in

c. melakukan pemeriksaan dan pengujian keamanan,


ww

kesehatan, keutuhan, dan kehalalan Produk Hewan;


d. melakukan konfirmasi kepada unit pelayanan
//w

Kesehatan Hewan rujukan jika diperlukan;


e. menyampaikan data penyakit dan kegiatan pelayanan
ps:

kepada Otoritas Veteriner;


htt

f. menindaklanjuti . . .

SK No 137474A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
BLIK INDONES]A
- 105-

hu
-ta
f. menindaklanjuti keputusan Pemerintah

2
Pusat

or-
dan/atau Pemerintah Daerah yang berkaitan dengan
pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan

om
dan/atau Kesehatan Masyarakat Veteriner; dan
C. melakukan pendidikan klien dan/ atau pendidikan

u-n
masyarakat sehubungan dengan paradigma sehat dan
penerapan kaidah kesejahteraan Hewan.
rpp
Yang dimaksud dengan "pelayanan jasa laboratorium
Veterine/ adalah layanan jasa diagnostik dan/ atau
-pe
penelitian dan pengembangan dalam rangka pelayanan
ad

Kesehatan Hewan.
Yang dimaksud dengan upelayanan jasa laboratorium
lo

pemeriksaan dan pengujian Veterine/ adalah layanan jasa


wn

diagnostik dan/atau penelitian dan pengembangan dalam


rangka pengendalian dan penanggulangan Penyakit Hewan
/do

atau Zoonosis, pelaksanaan Kesehatan Masyarakat


Veteriner, dan/ atau pengujian mutu obat, residu/cemaran,
/12

mutu Pakan, mutu Bibit/Benih, dan/ atau mutu Produk


Hewan.
22

Yang dimaksud dengan "pelayanan jasa Medik Veteriner'


20

adalah layanan jasa yang berkaitan dengan kompetensi


m/

Dokter Hewan yang diberikan kepada masyarakat dalam


rangka praktik kedokteran Hewan, seperti rumah sakit
.co

Hewan, klinik Hewan, klinik praktik bersama, klinik


rehabilitasi reproduksi Hewan, ambulatori, praktik Dokter
i
las

Hewan, dan praktik konsultasi kesehatan Hewan.


Yang dimaksud dengan "pelayanan jasa di pusat Kesehatan
gu

Hewan (puskeswan)" adalah layanan jasa Medik Veteriner


ore

yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. Pelayanan ini


dapat bersifat rujukan dan/ atau terintegrasi
dengan
f

laboratorium Veteriner dan/atau laboratorium pemeriksaan


.in

dan peng.rjian Veteriner.


ww

Ayat (2)
Kualifikasi Perizinan Berusaha antara lain:
//w

a. rumah sakit Hewan;


ps:

b. praktik kedokteran Hewan; dan


c. laboratorium Kesehatan Hewan dan laboratorium
htt

Kesehatan Masyarakat Veteriner yang diselenggarakan


oleh swasta.
Ayat(3)...
SK No 137475 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-106-

hu
Ayat (3)

-ta
Cukup jelas.

2
or-
Angka 17

om
Pasal T2

-n
Cukup jelas.

pu
Angka 18
erp
d-p
Pasal 85
Cukup jelas.
loa
wn

Angka 19
Pasal 88
/do

Cukup jelas.
/12
22

Pasal 35
Cukup jelas.
20
m/

Pasal 36
co

Angka 1
si.

Pasal 15
ula

Ayat (1)
eg

Huruf a
for

Penunjukan Kawasan Hutan adalah kegiatan persiapan


pengukuhan Kawasan Hutan yang dilakukan secara
.in

digital, antara lain berupa:


ww

a. pembuatan peta penunjukan yang bersifat arahan


tentang batas luar;
//w

b. pemancangan batas sementara yang dilengkapi


dengan lorong-lorong batas;
ps:

c. pembuatan parit batas pada lokasi-lokasi rawan; dan


htt

d. pengumuman

SK No 137476 A
ml
.ht
022
PRESlDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-to7-

u
ah
d. pengu.muman tentang rencErna batas Kawasan

2-t
Hutan, terutama di lokasi-lokasi yang berbatasan
dengan tanah hak.

r-
Huruf b

mo
Cukup jelas.

-no
Huruf c
Cukup jelas.

pu
Hurufd erp
Cukup jelas.
d-p

Ayat (2)
Cukup jelas.
loa

Ayat (s)
wn

Cukup jelas.
/do

Ayat (a)
Cukup jelas.
/12

Ayat (5)
22

Cukup jelas.
20
m/

Angj<a 2
co

Pasal 18
Ayat (1)
si.

Yang dimaksud dengan "penutupan Hutan" atau forest


ula

couerage adalah penutupan lahan oleh vegetasi dengan


komposisi dan kerapatan tertentu, sehingga dapat tercipta
eg

fungsi Hutan antara lain iklim mikro, tata air, dan tempat
for

hidup satwa sebagai satu ekosistem Hutan.


.in

Yang dimaksud dengan " manfaat" adalah


kesinambungan antara manfaat lingkungan, manfaat sosial
ww

dan manfaat ekosistem secara lestari.


Ayat (2)
//w

Cukup jelas.
ps:

Ayat (3)
Cukup jelas.
htt

Angka3...

SK No 137477 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
n-2
REPUBLIK INDONES
-108-

u
ah
Angka 3

2-t
Pasal 19

r-
Ayat (1)

mo
Penelitian terpadu dilaksanakan untuk menjamin
objektivitas dan kualitas hasil penelitian, maka kegiatan

-no
penelitian diselenggarakan oleh lembaga Pemerintah yang
mempunyai kompetensi dan memiliki otoritas ilmiah

pu
(scientific autlnritg) bersama-sama dengan pihak lain yang
terkait. erp
Ayat (2)
d-p

Cukup jelas.
loa

Angka 4
wn

Pasal 26
Ayat (1)
/do

Pemanfaatan kawasan pada Hutan Lindung adalah segala


/12

bentuk usaha yang menggunakan kawasan dengan tidak


mengurangi fungsi utama kawasan, seperti:
22

a. budi daya jamur;


20

b. penangkaran satwa; dan


c. budi daya tanaman obat dan tanaman hias.
m/

Pemanfaatan jasa lingkungan pada Hutan Lindung adalah


co

bentuk usaha yang memanfaatkan potensi jasa lingkungan


si.

dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi


utamanya, seperti:
ula

a. pemanfaatan untuk wisata alam;


eg

b. pemanfaatan air; dan


for

c. pemanfaatan keindahan dan kenyamanan.


Pemungutan Hasil Hutan bukan kayu pada Hutan Lindung
.in

adalah segala bentuk kegiatan untuk mengambil Hasil Hutan


ww

bukan kayu dengan tidak merusak fungsi utama kawasan,


seperti:
//w

a. mengambil rotan;
b. mengambil madu; dan
ps:

c. mengambil buah.
htt

Usaha . . .

SK No 137478 A
t ml
2.h
02
FRESIDEN

n-2
REPUBI.JK INDONESIA
-109-

hua
2-t
Usaha pemanfaatan dan pemungutan pada Hutan Lindung
dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan

or-
masyarakat sekaligus menumbuhkan kesadaran
masyarakat untuk menjaga dan meningkatkan fungsi

m
lindung, sebagai amanah untuk mewujudkan keberlanjutan

-no
sumber daya alam dan lingkungan bagi generasi sekarang
dan generasi yang akan datang.

pu
Ayat (2) erp
Cukup jelas.
d-p

Angka 5
loa

Pasal 27
wn

Cukup jelas.
/do

Angka 6
/12

Pasal 28
22

Cukup jelas.
20

Angka 7
m/

Pasal29
co

Cukup jelas.
si.
ula

Angka 8
eg

Pasal 29A
for

Cukup jelas.
.in

Pasal 29B
ww

Cukup jelas.
//w
ps:

Angka9. . .
htt

SK No 137479 A
tml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
- 110 -

hu
Angka 9

a
2-t
Pasal 30

or-
Kerja sama dengan koperasi masyarakat setempat dimaksudkan
agar masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar Hutan

m
merasakan dan mendapatkan manfaat Hutan secara langsung,

-no
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup
mereka, serta sekaligus dapat menumbuhkan rasa ikut memiliki.

pu
Dalam kerja sama tersebut kearifan tradisional dan nilai-nilai
keutamaan yang terkandung dalam budaya masyarakat dan
erp
sudah mengakar, dapat dijadikan aturan yang disepakati
bersama. Kewajiban badan usaha milik negara, badan usaha
d-p

milik daerah, dan badan usaha milik swasta bekerja sama dengan
koperasi bertujuan untuk memberdayakan koperasi masyarakat
loa

setempat agar secara bertahap dapat menjadi koperasi yang


tangguh, mandiri, dan profesional. Koperasi masyarakat setempat
wn

yang telah menjadi koperasi tangguh, mandiri, dan profesional


diperlakukan setara dengan badan usaha milik negara, badan
/do

usaha milik daerah, dan badan usaha milik swasta. Dalam hal
koperasi masyarakat setempat belum terbentuk, badan usaha
/12

milik negara, badan usaha milik daerah, dan badan usaha milik
swasta turut mendorong segera terbentuknya koperasi tersebut.
22
20

Angka 10
m/

Pasal 31
co

Ayat (1)
si.

Yang dimaksud dengan "aspek kelestarian Hutan" antara


lain:
ula

a. kelestarian lingkungan;
eg

b. kelestarian produksi; dan


for

c. terselenggaranya fungsi sosial dan budaya yang adil,


merata, dan transparan.
.in

Yang dimaksud dengan "aspek kepastian usaha" antara lain:


ww

a. kepastian kawasan;
//w

b. kepastian waktu usaha; dan


c. kepastian jaminan hukum berusaha.
ps:

Ayat(2) ...
htt

SK No 137480 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK TNDONESIA
- 111-

hu
-ta
Ayat (21

r-2
Peraturan Pemerintah memuat aturan antara lain:

mo
a. pembatasan luas;
b. pembatasan jumlah izin usaha; dan

-no
c. penataan lokasi usaha.

pu
Angka 11
erp
d-p
Pasal 32
Khusus bagi pemegang Perizinan Berusaha berskala besar,
loa

kewajiban untuk menjaga, memelihara, dan melestarikan Hutan


tempat usahanya, mencakup juga pengertian untuk
wn

memberdayakan masyarakat di dalam dan di sekitar Hutan


tempat usahanya.
/do
/12

Angka 12
Pasal 33
22

Ayat (1)
/20

Cukup jelas.
om

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "pengolahan Hasil Hutan" adalah
i.c

pengolahan hulu Hasil Hutan.


s
ula

Ayat (3)
Cukup jelas.
g
ore

Angka 13
f
.in

Pasal 35
ww

Cukup jelas.
/w

Angka 14
s:/

Pasal 38
p
htt

Ayat(1)...

SK No 137481A
l
m
.ht
22
-20
PRESIDEN
BLIK INDONESIA
-tt2-

un
h
Ayat (1)

-ta
Kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan yang

r-2
dapat dilaksanalan di dalam kawasan Hutan Lindung dan
Hutan Produksi ditetapkan secara selektif. Kegiatan-kegiatan

o
om
yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan serius dan
mengakibatkan hilangnya fungsi Hutan yang bersangkutan
dilarang.

u-n
Kepentingan pembangunan di luar kegiatan kehutanan
rpp
adalah kegiatan untuk tujuan strategis yang tidak dapat
dielakan, antara lain kegiatan pertambangan, pembangunan
-pe
jaringan listrik, telepon, dan instalasi air, kepentingan religi,
serta kepentingan pertahanan keamanan.
ad

Ayat (2)
nlo

Cukup jelas.
Ayat (3)
ow

Cukup jelas.
2/d

Ayat (4)
/1

Cukup jelas.
22
/20

Angka 15
Pasal 48
om

Ayat (1)
i.c

Yang dimaksud dengan "perlindungan Hutan" termasuk di


dalamnya melindungi, menghormati, dan memenuhi hak
las

masyarakat hukum adat yang berada di dalam maupun di


u

luar Kawasan Hutan, sepanjang kenyataannya masih ada


eg

dan diakui keberadaannya. Hak masyarakat hukum adat


diberikan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
for

undangan dan tidak bertentangan dengan kepentingan


.in

nasional.
Ayat (2)
ww

Cukup jelas.
/w

Ayat (3)
s:/

Kewajiban melindungi Hutan oleh pemegang Peizinan


Berusaha meliputi pengamanan Hutan dari kerusakan
p

akibat perbuatan manusia, ternak, dan kebakaran.


htt

Ayat(4)...

SK No 137482A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
n-2
REPUBLIK INDONESIA
- 113 -

hu
Ayat (4)

-ta
Cukup jelas.

r-2
Ayat (5)

o
Cukup jelas.

om
Ayat (6)

u-n
Peraturan Pemerintah memuat aturan antara lain:
a. prinsip-prinsip perlindungan Hutan;
rpp
b. wewenang kepolisian khusus Kehutanan;
-pe
c. tata usaha peredaran Hasil Hutan; dan
ad

d. pemberian kewenangan operasional kepada daerah.


nlo

Angka 16
ow

Pasal 49
2/d

Cukup jelas.
/1

Angka 17
22

Pasal 50
20

Ayat (l)
m/

Yang dimaksud dengan "orangi adalah subjek hukum baik


co

orang pribadi, badan hukum, maupun badan usaha.


si.

Yang dimaksud dengan "kerusakan Hutan" adalah terjadinya


perubahan fisik, sifat lisik, atau hayatinya, yang
ula

menyebabkan Hutan tersebut terganggu atau tidak dapat


berperan sesuai dengan fungsinya.
eg

Ayat (2)
for

Huruf a
.in

Cukup jelas.
ww

Huruf b
Cukup jelas.
/w

Huruf c
s:/

Cukup jelas.
p
htt

Huruf d. . .

SK No 137483 A
ml
.ht
22
0
PRESTDEN

n-2
BL]K INDONESIA
-tL4-

hu
Huruf d

-ta
Cukup jelas.

r-2
Huruf e

o
Yang dimaksud dengan "pejabat yang berwenang"

om
adalah pejabat pemerintah yang diberi wewenang oleh
peraturan perundang-undangan dalam pemberian

u-n
Perizinan Berusaha.
Huruf f
Cukup jelas.
rpp
-pe
Huruf g
ad

Cukup jelas.
nlo

Ayat (3)
Cukup jelas.
ow
2/d

Angka 18
/1

Pasal 50A
22

Cukup jelas.
20

Angka 19
m/

Pasal 78
co

Cukup jelas.
si.
ula

Angka 20
eg

Pasal 80
for

Cukup jelas.
.in

Pasal 37
ww

Angka I
/w

Pasal 1
s:/

Cukup jelas.
p

Angka2. . .
htt

SK No 137484A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
- r15-

hu
Angka 2

a
2-t
Pasal 7

or-
Yang dimaksud dengan "masyarakat" adalah masyarakat
setempat, masyarakat hukum adat, dan masyarakat umum.

m
Masyarakat setempat merupakan masyarakat yang tinggal di

-no
dalam dan/atau sekitar hutan yang merupakan kesatuan
komunitas sosial berdasarkan mata pencaharian yang

pu
bergantung pada hutan, kesejarahan, keterikatan tempat tinggal,
serta pengaturan tata tertib kehidupan bersama dalam wadah
erp
kelembagaan. Masyarakat hukum adat adalah masyarakat
tradisional yang masih terkait dalam bentuk paguyuban, memiliki
d-p

kelembagaan dalam bentuk pranata dan perangkat hukum adat


yang masih ditaati, dan masih mengadakan pemungutan hasil
loa

hutan di wilayah hutan sekitarnya yang keberadaannya


dikukuhkan dengan Peraturan Daerah. Masyarakat umum
wn

adalah masyarakat di luar masyarakat setempat dan masyarakat


hukum adat. Badan hukum adalah badan usaha milik negara,
/do

badan usaha milik daerah, badan usaha milik swasta, dan


koperasi.
/12
22

Angka 3
20

Pasal 12
m/

Huruf a
Yang dimaksud dengan "Per.tzinan Berusaha terkait
co

pemanfaatan hutan" adalah Penzinan Berusaha untuk


si.

memanfaatkan hutan dalam kawasan hutan produksi yang


meliputi kegiatan berupa: pemanfaatan kawasan,
ula

pemanfaatan jasa lingkungan, pemanfaatan Hasil Hutan


kayu, pemanfaatan Hasil Hutan bukan kayu, pemungutan
eg

Hasil Hutan kayu, dan/ atau pemungutan Hasil Hutan bukan


for

kayu.
Huruf b
.in

Yang dimaksud dengan "penebangan pohon dalam Kawasan


ww

Hutan tanpa memiliki Perizinan Berusaha" adalah


penebangan pohon yang dilakukan berdasarkan Perizinan
//w

Berusaha terkait pemanfaatan hutan yang diperoleh secara


tidak sah.
ps:

Huruf c
htt

Cukup jelas.

Huruf d. . .

SK No 137485 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

un
- 116-

ah
Huruf d

2-t
Yang dimaksud dengan "memuat" adalah memasukkan ke
dalam alat angkut.

or-
Huruf e

om
Cukup jelas.

u-n
Huruf f
Yang dimaksud dengan "alat-alat yang lazim digunakan
rpp
untuk menebang, memotong, atau membelah pohon", tidak
termasuk dalam ketentuan ini adalah alat seperti parang,
-pe
mandau, golok atau alat sejenis lainnya yang dibawa oleh
masyarakat setempat sesuai dengan tradisi budaya serta
ad

karakteristik daerah setempat.


nlo

Huruf g
Cukup jelas.
ow

Hurufh
/d

Cukup jelas.
/12

Huruf i
22

Cukup jelas.
20

Hurufj
Cukup jelas.
/
om

Huruf k
i.c

Cukup jelas.
s

Huruf I
ula

Cukup jelas.
g

Huruf m
ore

Cukup jelas.
inf
w.

Angka 4
w

Pasal 12A
/w

Cukup jelas.
s:/
p

Angka5. . .
htt

SK No 137486 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
n-2
REPTJBLIK INDONESIA
-tt7-

hu
Angka 5

-ta
Pasal 17

r-2
Cukup jelas.

o
om
Angka 6

u-n
Pasal 17A
Cukup jelas.
rpp
-pe
Angka 7
ad

Pasal 18
nlo

Cukup jelas.
ow

Angka 8
2/d

Pasal 24
Huruf a
/1
22

Cukup jelas.
Huruf b
20

Cukup je1as.
m/

Huruf c
co

Yang dimaksud dengan "memindahtangankan" atau


si.

"menjual Perizinan Benrsaha" adalah terbatas pada


pengalihan Perizinan Berusaha terkait pemanfaatan
ula

dari pemegang Perizinan Berusaha kepada pihak lain


yang dilakukan melalui jual beli, tetapi tidak termasuk
eg

akuisisi.
for
.in

Angka 9
ww

Pasal 28
Huruf a
/w

Cukup jelas.
s:/

Huruf b
p

Cukup jelas.
htt

Huruf c . ..

SK No 137487A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONES
- 118-

hu
Huruf c

-ta
Yang dimaksud dengan omelindungi" adalah kegiatan yang

2
dapat menghambat berlangsungnya proses penyidikan

or-
terhadap pelaku yang telah diketahui sebagai daftar

om
pencarian orang (DPO), seperti menyembunyikan pelaku.
Huruf d

u-n
Yang dimaksud dengan "membantu" adalah mereka yang
dengan sengaja membantu dilakukannya kejahatan
rpp
dan/atau yang dengan sengaja memberi kesempatan dan
sarana untuk melakukan kejahatan pembalakan liar.
-pe
Huruf e
ad

Cukup jelas.
lo

Huruf f
wn

Cukup jelas.
/do

Huruf g
Cukup jelas.
/12

Huruf h
22

Cukup jelas.
20
m/

Angka 10
Pasal 53
.co

Dihapus.
i
las

Angka 11
gu

Pasal 54
ore

Dihapus.
f
.in

Angka 12
ww

Pasa1 82
//w

Ayat (1)
Cukup jelas.
ps:
htt

Ayat(21...

SK No 137488 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONES]A
-119-

hu
Ayat (2)

-ta
Yang dimaksud dengan "bertempat tinggal di dalam

r-2
dan/ atau di sekitar kawasan hutan" adalah orang
perseorangan yang bermukim di dalam dan/atau di sekitar

mo
kawasan hutan yang memiliki mata pencaharian yang
bergantung pada kawasan hutan.

-no
Ayat (3)

pu
Cukup jelas.
erp
Angka 13
d-p

Pasal 83
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 14
/do

Pasal 84
/12

Cukup jelas.
22

Angka 15
/20

Pasal 85
om

Cukup jelas.
i.c

Angka 16
las

Pasal 92
gu

Cukup jelas.
ore

Angka 17
f
.in

Pasal 93
ww

Cukup jelas.
//w

Angka 18
ps:

Pasal 96
htt

Cukup jelas.
Angka19...

SK No 137489A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPIJELIK INDONESIA
-L20-

u
ah
2-t
Angka 19

r-
Pasal 105

mo
Cukup jelas.

-no
Angka 20

pu
Pasa1 110A
Ayat (1)
erp
d-p
Yang dimaksud dengan "memiliki Perizinan Berusaha" dalam
ayat ini adalah setiap orang yang memiliki izin lokasi
dan/ atau izin usaha di bidang perkebunan yang diterbitkan
loa

oleh pejabat yang berwenang sebelum berlakunya Undang-


wn

Undang Nomor 11 Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja.


Ayat (2)
/do

Cukup jelas.
/12

Ayat (3)
Cukup jelas.
22
20

Pasal l10B
m/

Ayat (1)
co

Yang dimaksud dengan "tanpa memiliki Perizinan Berusaha"


si.

dalam ayat ini adalah setiap orang yang melakukan kegiatan


usaha tanpa perizinan di bidang kehutanan yang diterbitkan
ula

oleh pejabat yang berwenang sebelum berlakunya Undang-


Undang Nomor 11 Tahun 2O2O tentang Cipta Ke{a.
eg

Huruf a
for

Cukup jelas.
.in

Huruf b
ww

Contoh penghitungan pembayaran denda


administratif pada usaha perkebunan kelapa sawit
//w

yang berada di dalam kawasan hutan, antara lain


dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
ps:

a. Luas kawasan hutan yang dikuasai dan


digunakan untuk kegiatan perkebunan.
htt

b. Jangka. . .

SK No 137490 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPI.JBLIK INDONESIA
-t2t-

hu
-ta
b. Jangka waktu penguasaan kegiatan perkebunan

r-2
kelapa sawit dalam kawasan hutan, dengan
perhitungan jangka waktu pada saat usia

mo
tanaman produktif secara ekonomi pertama kali
sampai dengan waktu saat terakhir

-no
penguasaannya.
c. Persentase tarif denda dari nilai keuntungan

pu
ekonomi yang diperoleh per satuan luas kegiatan
erp
perkebunan kelapa sawit setiap tahunnya.
Rumus perhitungan denda pada kegiatan
d-p

perkebunan kelapa sawit sebagai berikut:


loa

Denda sama dengan luas perkebunan kelapa sawit


dikalikan dengan jangka waktu kegiatan
wn

perkebunan berada dalam kawasan hutan (tahun)


dikalikan dengan tarif denda dari persentase
/do

keuntungan pertahun (Rupiah).


D=LxJxTD
/12

Keterangan:
22

L = Luas Perkebunan Kelapa Sawit dalam kawasan


hutan (Hektare)
/20

J = Jangka waktu kegiatan perkebunan berada


om

dalam kawasan hutan (Tahun)


TD = Tarif Denda dari persentase keuntungan per
i.c

tahun (Rupiah).
las

Contoh Asumsi Perhitungan Denda (D) yang


digunalan adalah:
gu

a. ((L) Luas Perkebunan Kelapa Sawit yang berada


ore

di dalam kawasan hutan (dalam satuan


Hektare).
f
.in

Contoh luas perkebunan kelapa sawit dalam


kawasan hutan adalah 1O.0O0 (sepuluh ribu)
ww

Hektare;
//w
ps:

b. (J) Jangka. . .
htt

SK No 137491 A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
_r22_

u
ah
2-t
b. (J) Jangka waktu kegiatan perkebunan berada
dalam kawasan hutan (dalam satuan tahun).

r-
Perhitungan waktu dimulai saat usia produktif

mo
secara ekonomi sampai dengan terakhir
penguasaannya. Perkebunan kelapa sawit akan

-no
mulai usia produktif (UP) pada usia tanaman
mencapai umur 5 tahun. Sehingga apabila ada

pu
kelapa sawit usia tanaman (UT) 15 tahun pada
lahun 2O2O, maka diasumsikan jangka waktu
erp
kegiatan perkebunan dihitung sebagai berikut:
d-p

Jangka Waktu (J) = Usia Tanaman (UT) - Usia


Tanaman Produktif (UP)
loa

J= 15Tahun-5Tahun
wn

J = l0 Tahun;
c. (TD) Persentase tarif denda nilai keuntungan
/do

ekonomi yang diperoleh per satuan luas per


tahun (dalam satuan Rupiah), yaitu tarif denda
/12

dari total nilai total keuntungan


persentase
ekonomi yang didapatkan oleh kegiatan
22

perkebunan kelapa sawit selama 1 (satu) tahun.


20

Contoh perhitungannya adalah asumsi rata-rata


pendapatan bersih (PB) per tahun adalah
m/

Rp25.0OO.000,00. Persentase Tarif Denda Nilai


Keuntungan (DK) antara 2oo/o - 600/o dari total
co

pendapatan bersih.
si.

TD = Pendapatan Bersih Per Tahun (PB) x %


ula

Tarif Denda Nilai Keuntungan (DK)


TD = Rp25.000.000,00 X 20 o/o (Jika tarif 20o/ol =
eg

Rp5.000.000,0o
for

d. Sehingga Perhitungan Total Denda pada Sawit


dengan luas Tanaman 10.000 (sepuluh ribu)
.in

hektare, Jangka waktu penguasaan perkebunan


ww

10 (sepuluh) tahun dan Tarif Denda 2Oo/o (dua


puluh persen) (Rp5.0O0.O00,-) adalah:
//w

D = LxJXTD
D = f O.0O0 He x 10 tahun x Rp5.00O.00O,00
ps:

D= Rp500.O00.000.000,00
htt

Hurufc . . .

SK No 137492A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
n-2
REPUBUK INDONESIA
-123-

u
ah
2-t
Huruf c
Untuk memberikan efek eksekutorial sanksi

r-
mo
administratif pada ayat (1) huruf a dan huruf b, perlu
diatur sanksi paksaan oleh Pemerintah Pusat

-no
termasuk pemberlakuan paksa badan (gizehingl bagi
orang yang tidak melaksanakan sanksi administratif.

pu
Ayat (2)
Cukup jelas. erp
Ayat (3)
d-p

Cukup jelas.
loa

Angka 21
wn

Pasal 1 11
/do

Dihapus.
/12

Angka22
22

Pasal 112
20

Dihapus.
m/
co

Pasal 38
si.

Cukup jelas.
ula

Pasal 39
eg

Angka 1
for

Pasal 128A
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 2
//w

Pasal 162
ps:

Cukup jelas.
htt

Pasal 40...

SK No 137493 A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESTA
-t24-

un
ah
Pasal 40

2-t
Angka 1

or-
Pasal I
Cukup jelas.

om
u-n
Angka 2

rpp
Pasal 4
Ayat (1)
-pe
Berdasarkan jiwa Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Minyak dan Gas
ad

Bumi sebagai sumber daya alam strategis yang terkandung


lo

di dalam bumi Wilayah Hukum Pertambangan Indonesia


merupakan kekayaan nasional yang dikuasai negara.
wn

Penguasaan oleh negara sebagaimana dimaksud di atas


/do

adalah agar kekayaan nasional tersebut dimanfaatkan bagi


sebesar-besar kemakmuran seluruh ralgrat Indonesia.
/12

Ayat (2)
Cukup jelas.
22

Ayat (3)
20

Cukup jelas.
m/
.co

Angka 3
i

Pasal 5
las

Cukup jelas.
gu
ore

Angka 4
f

Pasal 23
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 5
//w

Pasal 23A
ps:

Cukup jelas.
htt

Angka6. . .

SK No 137494A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-t25-

ahu
Angka 6

2-t
Pasal 25

or-
Cukup jelas.

om
Angka 7

u-n
Pasal 52
Cukup jelas.
rpp
e
Angka 8
d-p

Pasal 53
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 9
/do

Pasal 55
Dalam ketentuan ini yang dimaksudkan dengan
/12

menyalahgunakan adalah kegiatan yang bertujuan untuk


memperoleh keuntungan perseorangan atau badan usaha dengan
22

cara yang merugikan masyarakat banyak dan negara seperti


antara lain kegiatan pengoplosan Bahan Bakar Minyak,
20

penyimpangan alokasi Bahan Bakar Minyak, Pengangkutan dan


m/

Penjualan Bahan Bakar Minyak ke luar negeri.


o
i.c

Pasal 41
las

Angka 1
u

Pasal 4
eg

Cukup jelas.
for
.in

Angka 2
ww

Pasal 5
Cukup jelas.
//w

Angka 3
ps:

Pasal 6
htt

Huruf a . . .

SK No 097224 A
ml
.ht
0 22
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-t26-

u
ah
Hurufa

2-t
Pembuatan kebijakan nasional, antara lain berupa:

r-
a. pembuatan dan penetapan standardisasi;

mo
b. penetapan kebijakan pemanfaatan dan konservasi Panas
Bumi;

-no
c. penetapan kebijakan kerja sama dan kemitraan;

pu
d. penetapan Wilayah Kerja Panas Bumi; dan
erp
e. perumusan dan penetapan tarif iuran tetap dan iuran
produksi.
d-p

Huruf b
Cukup jelas.
loa

Huruf c
wn

Cukup jelas.
/do

Huruf d
Cukup jelas.
/12

Huruf e
22

Cukup jelas.
20

Huruf f
m/

Cukup jelas.
Huruf g
co

Cukup jelas.
si.

Huruf h
ula

Cukup jelas.
eg

Huruf i
for

Pendorongan dilakukan dalam rangka untuk meningkatkan


nilai tambah produksi kegiatan penyelenggaraan Panas
.in

Bumi.
ww

Angka 4
//w

Pasal 7
ps:

Cukup jelas.
htt

Angka5...

SK No 137496A
ml
.ht
22
-20
PRESIDEN
R,EPUBLIK INDONESIA

un
-t27-

ah
Angka 5

2-t
Pasal 8

or-
Cukup jelas.

om
Angka 6

u-n
Pasal 1 I
Cukup jelas.
rpp
-pe
Angka 7
ad

Pasal 12
lo

Dihapus.
wn

Angka 8
/do

Pasal 13
/12

Dihapus.
22

Angka 9
20

Pasal 14
m/

Dihapus.
i .co

Angka 10
las

Pasal 15
gu

Cukup jelas.
ore
f

Angka 11
.in

Pasal 23
ww

Cukup jelas.
//w

Angka 12
ps:

Pasal24
htt

Cukup jelas.
Angka13...

SK No 137497A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
n-2
REPUELIK INDONESIA
-t2a-

u
ah
2-t
Angka 13

r-
Pasal 25

mo
Dihapus

-no
Angka 14

pu
Pasal 36
Cukup jelas.
erp
d-p

Angka 15
loa

Pasal 37
wn

Cukup jelas.
/do

Angka 16
/12

Pasal 38
Cukup jelas.
22
20

Angka 17
m/

Pasal 40
co

Cukup jelas.
si.
ula

Angka 18
eg

Pasal 42
for

Cukup jelas.
.in

Angka 19
ww

Pasal 43
Cukup jelas.
//w
ps:
htt

Angka20...

SK No 137498 A
ml
.ht
022
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-t29-

u
ah
2-t
Angka 20

r-
Pasal 46

mo
Yang dimaksud dengan "menghalangi atau merintangi
pengusahaan Panas Bumi" adalah segala bentuk tindakan

-no
yang menggunakan kekerasan atau ancarnan kekerasan
yang dapat menimbulkan kerugian secara materiil.

pu
erp
Angka 21
d-p

Pasal 47
Cukup jelas.
loa
wn

Angka22
/do

Pasal 48
Cukup jelas.
/12
22

Angka 23
20

Pasal 49
Cukup jelas.
m/
co

Angj<a 24
si.

Pasal 50
ula

Cukup jelas.
eg
for

Angka 25
.in

Pasal 56
Cukup jelas.
ww
//w

Angka 26
Pasal 59
ps:

Cukup jelas.
htt

Angka27 ...

SK No 137499A
mlt
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
- 130-

hua
Angka2T

2-t
Pasal 6O

or-
Dihapus.

m
-no
Angka 28
Pasal 67

pu
Cukup jelas.
erp
d-p
Angka 29
Pasal 68
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 30
/do

Pasal 69
/12

Cukup jelas.
22

Angka 31
20

Pasal 70
m/

Cukup jelas.
co
si.

Angka 32
ula

Pasal 71
eg

Cukup jelas.
for

Angka 33
.in

PasalT2
ww

Cukup jelas.
//w

Angka 34
ps:

Pasal 73
htt

Cukup jelas.

Angka35...

SK No 137500A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
BLIK INDONESIA

n-2
-131 -

hu
Angka 35

-ta
Pasal 74

2
or-
Dihapus.

om
Pasal 42

u-n
Angka I
Pasal I
Cukup jelas. rpp
-pe
ad

Angka 2
lo

Pasal 3
wn

Ayat (1)
Mengingat Tenaga Listrik merupakan salah satu cabang
/do

produksi yang penting dan strategis dalam kehidupan


nasional, Usaha Penyediaan Tenaga Listrik dikuasai
/12

oleh negara yang dalam penyelenggaraannya ditqjukan


untuk sebesar-besamya bagl kepentingan dan
22

kemakmuran rakyat.
20

Ayat (2)
m/

Cukup jelas.
.co

Angka 3
i
las

Pasal 4
gu

Ayat (1)
ore

Badan usaha milik negara dalam ketentuan ini adalah


yang berusaha di bidang penyediaan Tenaga Listrik.
f
.in

Ayat (21

Cukup jelas.
ww

Ayat (3)
//w

Cukup jelas.
Ayat (a)
ps:

Cukup jelas.
htt

Angka4...

SK No 158334A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
BLIK INDONESIA

n-2
-t32-

hu
Angka 4

-ta
Pasal 5

r-2
Cukup jelas.

mo
-no
Angka 5
Pasal 7

pu
Ayat (1)
erp
Yang dimaksud dengan "kebijakan energi nasional"
adalah kebijakan energi nasional sebagaimana
d-p

dimaksud dalam Undang-Undang tentang Energi.


Ayat (2)
loa

Cukup jelas.
wn

Ayat (3)
/do

Cukup jelas.
/12

Angka 6
22

Pasal 10
/20

Cukup je1as.
om

Angka 7
i.c

Pasal I I
s

Ayat (1)
ula

Cukup jelas.
g
ore

Ayat (2)
Pemberian prioritas kepada badan usaha milik negara
f

merupakan perwujudan penguasaan negara terhadap


.in

penyediaan Tenaga Listrik. Badan usaha milik negara


ww

adalah badan usaha yang semata-mata berusaha di


bidang penyediaan Tenaga Listrik.
/w

Ayat (3)
s:/

Cukup jelas.
p

Ayat (4)
htt

Cukup jelas.
Ayat(S) ...

SK No 158336A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPIIELIK INDONESIA

n-2
-133-

hu
Ayat (s)

-ta
Cukup jelas.

r-2
mo
Angka 8

-no
Pasal 13
Ayat (l)

pu
Yang dimaksud dengan "kepentingan sendiri" adalah
erp
penyediaan Tenaga Listrik untuk digunakan sendiri dan
tidak untuk diperjualbelikan.
d-p

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "lembaga/badan usaha
loa

lainnya" adalah perwakilan lembaga asing atau badan


usaha asing.
wn

Ayat (3)
/do

Cukup jelas.
/12

Angka 9
22

Pasal 16
/20

Cukup jelas.
om

Angka 10
i.c

Pasal 18
s
ula

Cukup jelas.
g
ore

Angka 11
Pasal 19
f
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 12
/w

Pasal 2O
s:/

Dihapus.
p
htt

Angka13...

SK No 158337 A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA

-2
un
-134-

ah
Angka 13

2-t
Pasal 2 1

or-
Dalam penetapan Peizir.an Berusaha, Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah memperhatikan kemampuan dalam

om
penyediaan Tenaga Listrik pemegang Perizinan Berusaha
penyediaan Tenaga Listrik yang memiliki Wilayah Usaha

u-n
setempat.
Perizinan Berusaha penyediaan Tenaga Listrik memuat,

p
antara lain, nama dan alamat badan usaha, jenis usaha yang
erp
diberikan, kewajiban dalam penyelenggaraan usaha, syarat
teknis, dan ketentuan sanksi.
d-p
loa

Angka 14
wn

PasaL 22
Cukup jelas.
/do
/12

Angka 15
Pasal 23
22

Cukup jelas.
/20
om

Angka 16
Pasal 24
si.c

Cukup jelas.
ula

Angka 17
eg

Pasal 25
for

Cukup jelas.
.in
ww

Angka 18
Pasal 27
//w

Cukup jelas.
ps:
htt

Angka19...

SK No 158338 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REFUELIK INDONESIA

un
-135-

ah
Angka 19

2-t
Pasal 28

or-
Huruf a
Cukup jelas.

om
Huruf b

u-n
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas. rpp
-pe
Huruf d
Penggunaan produk dan potensi luar negeri dapat
ad

digunakan apabila produk dan potensi dalam negeri


lo

tidak tersedia.
wn
/do

Angka 20
Pasal 29
/12

Ayat (1)
22

Cukup jelas.
20

Ayat (2)
m/

Huruf a
Cukup jelas.
.co

Huruf b
i
las

Yang dimaksud dengan "instalasi Tenaga Listrik


milik Konsumen" adalah instalasi Tenaga Listrik
gu

setelah alat pengukur atau alat pembatas


ore

penggunaan Tenaga Listrik.


Huruf c
f
.in

Cukup jelas.
ww

Huruf d
Cukup jelas.
//w

Huruf e
ps:

Cukup jelas.
htt

Ayat(3)...

SK No 158339A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
- 136-

hu
a
2-t
Ayat (s)

or-
Cukup jelas.
Ayat (a)

m
Cukup jelas.

-no
pu
Angka 21
Pasal 3O
erp
Ayat (1)
d-p

Cukup jelas.
loa

Ayat (21
wn

Ganti Rugi Hak Atas Tanah termasuk untuk sisa tanah


yang tidak dapat digunakan oleh pemegang hak
/do

sebagai akibat dari penggunaan sebagian tanahnya


oleh pemegang izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik.
/12

Yang dimaksud dengan "secara langsung" adalah


penggunaan tanah untuk pembangunan instalasi
22

Tenaga Listrik, antara lain, pembangkitan, gardu


20

induk, dan tapak menara transmisi.


Ayat (3)
m/

Secara tidak langsung dalam ketentuan ini antara lain


co

penggunaan tanah untuk lintasan jalur transmisi.


si.

Ayat (4)
ula

Cukup jelas.
eg

Ayat (s)
Cukup jelas.
for

Ayat (6)
.in

Cukup jelas.
ww

Ar:gka22
//w

Pasal 32
ps:

Cukup jelas.
htt

Angka23.. .

SK No 158340A
ml
.ht
22
FRESIDEN

-20
REFUBLIK INDONESIA
-r37-

un
ah
Angka 23

2-t
Pasal 33

or-
Ayat (1)
Pengertian harga jual Tenaga Listrik meliputi semua

om
biaya yang berkaitan dengan penjualan Tenaga Listrik
dari pembangkit Tenaga Listrik.

u-n
Pengertian harga sewa jaringan Tenaga Listrik meliputi
semua biaya yang berkaitan dengan penyewaan
rpp
jaringan transmisi dan/ atau distribusi Tenaga Listrik.
-pe
Ayat (21

Dalam memberikan persetujuan harga jual Tenaga


ad

Listrik dan sewa jaringan Tenaga Listrik, Pemerintah


lo

Pusat atau Pemerintah Daerah memperhatikan


wn

kesepakatan di antara badan usaha.


/do

Angka24
/12

Pasal 34
Ayat (1)
22

Tarif Tenaga Listrik untuk Konsumen meliputi semua


20

biaya yang berkaitan dengan pemakaian Tenaga Listrik


m/

oleh Konsumen, antara lain, biaya beban (Rp/ kVA) dan


biaya pemakaian (Rp/kWh), biaya pemakaian daya
.co

reaktif (Rp/kVArh), dan/atau biaya kVA maksimum


yang dibayar berdasarkan harga langganan (Rp/bulan)
i
las

sesuai dengan batasan daya yang dipakai atau bentuk


lainnya.
gu

Ayat (2)
ore

Cukup jelas.
Ayat
f

(3)
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 25
//w

Pasal 35
ps:

Cukup jelas.
htt

Angka26. . .

SK No 158341A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
- 138-

hu
Angka 26

-ta
Pasal 37

r-2
Cukup jelas.

mo
-no
Angka2T
Pasal 44

pu
Cukup jelas.
erp
d-p
Angka 28
Pasal 45
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 29
/do

Pasal 46
/12

Cukup jelas.
22

Angka 30
/20

Pasal 48
om

Cukup jelas.
i.c
s

Angka 31
ula

Pasal 49
g

Cukup jelas.
fore

Angka 32
.in

Pasal 5O
ww

Cukup jelas.
/w
s:/

Angka 33
Pasal 51A
p
htt

Cukup jelas.
Angka34...

SK No 158342 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
r:l LIBLIK INDONESIA

n-2
-139-

hu
Angka 34

-ta
Pasal 52

2
or-
Dihapus.

om
Angka 35
Pasal 53

u-n
Cukup jelas.

Angka 36 rpp
-pe
Pasal 54
Cukup jelas.
ad
lo

Pasal 43
wn

Angka I
/do

Pasal 2A
Cukup jelas.
/12

Angka2
22

Pasal 4
20

Ayat (1)
m/

Yang dimaksud dengan "badan pengawas" adalah


lembaga pemerintah yang berada di bawah dan
.co

bertanggung jawab langsung kepada Presiden.


i

Ayat
las

(21

Cukup jelas.
gu

Angka 3
ore

Pasal 9
f
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 4
Pasal 9A
//w

Ayat (1)
ps:

Cukup jelas.
htt

Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat(3)...

SK No 158343 A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-140-

hu
Ayat (3)

-ta
Cukup jelas.

r-2
Ayat (4)

mo
Cukup jelas.

-no
Ayat (s)
Cukup jelas.

pu
Ayat (6)
erp
Kewajiban mengalihkan kepada negara atau badan
usaha milik negara tidak berlaku bagi orang
d-p

perseorangan atau badan usaha yang sudah memiliki


izin sebelum Undang-Undang ini berlaku.
loa

Ayat (7)
wn

Cukup jelas.
/do

Angka 5
/12

Pasal 10
22

Dihapus.
/20

Angka 6
om

Pasal 14
i.c

Ayat (1)
Pengawasan ini perlu dilakukan mengingat bahwa
s
ula

Tenaga Nuklir itu selain bermanfaat juga mempunyai


bahaya radiasi.
g

ini dimaksudkan agar itu tidak


ore

Pengawasan bahaya
terjadi.
f

Ayat
.in

(21

Yang dimaksud dengan "peraturan" yaitu bahwa


ww

pemerintah dalam melakukan pengawasan


mengeluarkan peraturan di bidang keselamatan nuklir
/w

agar tujuan pengawasan tercapai.


s:/

Yang dimaksud dengan "perizinan" yaiis. bahwa


pemerintah mengeluarkan instrumen perizinan untuk
p
htt

mengendalikan kegiatan Pemanfaatan Tenaga Nuklir.

Yang . . .

SK No 1583,14A
ml
t
2.h
02
FRESIDEN
IIBLIK INDONESIA

n-2
-t4t-

hu
Yang dimaksud dengan uinspeksi" yaitu kegiatan

a
2-t
pemeriksaan baik secara berkala maupun sewaktu-
waktu untuk mengetahui kesesuaian Pemanfaatan

or-
Tenaga Nuklir dengan peraturan yang ditetapkan.

m
-no
Angka 7
Pasal 17

pu
Ayat (1) erp
Yang dimaksud dengan "hal tertentu" adalah
Pemanfaatan zat, a)at, atau benda yang pancaran
d-p

radiasi dan aktivitasnya lebih kecil daripada pancaran


radiasi dan aktivitas yang seharusnya memiliki
loa

Perizinan Bemsaha, antara lain, alat navigasi, jam,


kaos lampu petromaks, dan pendeteksi asap.
wn

Ayat (21
/do

Yang dimaksud dengan "pembangunan" adalah


termasuk penentuan tapak dan konstruksi Instalasi
/12

Nuklir.
22

Ayat (3)
Cukup jelas.
20
m/

Angka 8
co

Pasal 18
si.

Dihapus.
ula
eg

Angka 9
for

Pasal 20
Ayat (1)
.in

Inspeksi dilakukan dalam rangka pengawasan terhadap


ww

ditaatinya syarat-syarat dalam per2inan dan peraturan


perundang-undangan di bidang keselamatan nuklir.
//w

Ayat (2)
ps:

Cukup jelas.

Angka10...
htt

SK No 158345 A
tml
2.h
02
PRESIDEN
REP]IBLIK INDONESIA

n-2
-142-

hu
a
2-t
Angka 10

or-
Pasal 25
Ayat (1)

m
Cukup jelas.

-no
Ayat (2)

pu
Penentuan tempat penyimpanan lestari Limbah
Radioaktif tingkat tinggi perlu ditetapkan oleh
erp
Pemerintah Pusat karena menyangkut perubahan
d-p
suatu daerah yang semula dapat dimanfaatkan menjadi
suatu daerah yang sama sekali tidak dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan lain. Limbah
loa

Radioaktif yang berasal dari luar negeri tidak diizinkan


wn

disimpan di wilayah hukum Republik Indonesia.


/do

Angka 1l
/12

Pasal 41
Cukup jelas.
22
20

Pasal 44
m/

Angka 1
co

Pasal 15
si.

Cukup je1as.
ula
eg

Angka 2
for

Pasal 48A
Cukup jelas.
.in
ww

Angka 3
Pasal 5O
//w

Cukup jelas.
ps:
htt

Angka4. . .

SK No 158346A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA
-t43-

un
ah
2-t
Angka 4

or-
Pasal 53
Cukup jelas.

om
u-n
Angka 5
Pasal 57
Cukup jelas. rpp
-pe
ad

Angka 6
lo

Pasal 59
wn

Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "seluruh rangkaian" adalah
/do

kegiatan pengawasan di pabrik dan koordinasi


pengawasan di pasar dengan kementerian dan lembaga
/12

pemerintah nonkementerian terkait.


22

Ayat (2)
Cukup jelas.
20

Angka 7
m/

Pasal 84
.co

Ayat (1)
i

Cukup jelas.
las

Ayat (2t
gu

Cukup jelas.
ore

Ayat (3)
f

Cukup jelas.
.in

Ayat (4t
ww

Hurufa
//w

Cukup jelas.
ps:

Huruf b . ..
htt

SK No 158347 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONES]A

n-2
-t44-

hu
Huruf b

-ta
Usaha patungan antara Pemerintah Pusat dan

r-2
swasta melalui kepemilikan modal mayoritas oleh
Pemerintah Pusat.

mo
Huruf c

-no
Yang dimaksud dengan "pembatasan
kepemilikan" adalah tidak diperbolehkannya

pu
penanaman modal asing.
Ayat (s) erp
Cukup jelas.
d-p

Ayat (6)
loa

Cukup jelas.
Ayat l7l
wn

Penetapan jumlah produksi, distribusi, dan harga


/do

produk dilakukan dalam rangka memelihara


kemantapan stabilitas ekonomi nasional serta
/12

ketahanan nasional.
Ayat (8)
22

Cukup jelas.
/20

Ayat (9)
om

Cukup jelas.
i.c

Angka 8
s
ula

Pasal 101
Cukup jelas.
g
fore

Angka 9
.in

Pasal 102
ww

Dihapus.
/w

Angka 1O
s:/

Pasal 104
p
htt

Cukup jelas.
Angka 11 .. .

SK No 158348A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESlA

n-2
-145-

hu
Angka l1

-ta
Pasal 105

r-2
Cukup jelas.

mo
-no
Angka 12
Pasal 105A

pu
Cukup jelas.
erp
d-p
Angka 13
Pasal 106
loa

Ayat (1)
wn

Yang dimaksud dengan "Perusahaan Industri yang


akan menjalankan Industri" adalah Industri baru atau
/do

yang melakukan perluasan pada lokasi yang berbeda.


Ayat (2)
/12

Cukup jelas.
22

Ayat (s)
/20

Cukup jelas.
Ayat (4)
om

Cukup jelas.
i.c

Ayat (s)
s

Cukup jelas.
ula
g

Angka 14
ore

Pasal 108
f
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 15
/w

Pasal 115
s:/

Cukup jelas.
p

Angka 16. .
htt

SK No 158349 A
l
tm
2.h
02
*."uJ,-1t=,'[55*.=,o

n-2
-L46-

hu
Angka 16

-ta
Pasal 117

r-2
Ayat (1)

mo
Cukup jelas.
Ayat

-no
(21

Pengawasan dilakukan antara lain melaluiaudit,

pu
inspeksi, pengamatan intensif (suraeillancel, atau
pe mantauan (monito ringl.
erp
Ayat (3)
d-p

Cukup jelas.
Ayat (4)
loa

Cukup jelas.
wn

Ayat (5)
/do

Cukup jelas.
/12

Pasa1 45
22

Cukup jelas.
/20

Pasal 46
om

Angka I
i.c

Pasal 6
las

Ayat (1)
gu

Yang dimaksud dengan "label berbahasa Indonesia"


adalah setiap keterangan mengenai Barang yang
ore

berbentuk tulisan berbahasa Indonesia, kombinasi


gambar dan tulisan berbahasa Indonesia, atau bentuk
f

lain yang memuat informasi tentang Barang dan


.in

keterangan Pelaku Usaha, serta informasi lainnya yang


ww

disertakan pada Barang, dimasukkan ke dalam,


ditempelkan/ melekat pada Barang, tercetak pada
Barang, dan/atau merupakan bagian kemasan Barang.
//w

Ayat (2)
ps:

Cukup jelas.
htt

Ayat(3) ...

SK No 158350A
t ml
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLTK tNDONESlA

n-2
-t47-

hu
Ayat (3)

a
2-t
Cukup jelas.

or-
Angka 2

m
l1

-no
Pasal
Cukup jelas.

pu
Angka 3
erp
d-p
Pasal 14
Ayat (1)
loa

Pengaturan tentang pengembangan, penataan, dan


pembinaan yang setara dan berkeadilan terhadap Pasar
wn

rakyat, pusat perbelanjaan, toko swalayan, dan


perkulakan dimaksudkan untuk menyederhanakan
/do

dan kepastian proses Perizinan Berusaha yang


diajukan oleh Pelaku Usaha. Penyederhanaan juga
/12

mencakup pengintegrasian dengan persyaratan lain


yang diperlukan dan dilakukan menggunakan sistem
22

elektronik.
20

Yang dimaksud dengan "pemasok" adalah Pelaku


Usaha yang secara teratur memasok Barang kepada
m/

pengecer dengan tujuan untuk dijual kembali melalui


co

kerja sama usaha.


si.

Yang dimaksud dengan "pengecer" adalah perseorangan


atau badan usaha yang kegiatan pokoknya melakukan
ula

penjualan secara langsung kepada konsumen akhir.


eg

Ayat (2)
for

Yang dimaksud dengan "tata ruang" adalah sesuai


dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
.in

bidang penataan ruang.


ww

Aya! (3)
Cukup jelas.
//w
ps:

Angka 4
Pasal 15
htt

Cukup jelas.

Angka 5. . .

SK No 158351A
lm
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-148-

h
Angka 5

-ta
Pasal 17

r-2
Cukup jelas.

o
om
Angka 6

u-n
Pasal 24
Cukup jelas.
rpp
-pe
Ang)<a7
ad

Pasal 3O
Cukup jelas.
nlo
ow

Angka 8
2/d

Pasal 33
Cukup jelas.
/1
22

Angka 9
/20

Pasal 37
om

Cukup jelas.
i.c

Angka 10
las

Pasal 38
u
eg

Cukup jelas.
for

Angka 11
.in

Pasal 42
ww

Cukup jelas.
/w

Angka 12
s:/

Pasal 43
p
htt

Cukup jelas.
Angka13...

SK No 158352A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-149-

hu
Angka 13

-ta
Pasal 45

r-2
Ayat (l)

mo
Permohonan Impor Barang diajukan langsung kepada
kementerian yang menyelenggarakan urusan

-no
pemerintahandi bidang Perdagangan, dan Perizinan
Berusaha dari Pemerintah Pusat diberikan oleh

pu
kementerian yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang Perdagangan setelah ada
erp
rekomendasi dari kementerian lain jika diperlukan.
d-p

Ayat (21

Cukup jelas.
loa

Ayat (3)
wn

Cukup jelas.
/do

Angka 14
/12

Pasal 46
22

Cukup jelas.
/20

Angka 15
om

Pasa| 47
i.c

Ayat (1)
las

Cukup jelas.
Ayat (2)
gu

Yang dimaksud dengan "dalam hal tertentu" adalah


ore

dalam hal barang yang dibutuhkan oleh Pelaku Usaha


berupa Barang modal bukan baru yang belum dapat
f

dipenuhi dari sumber dalam negeri sehingga perlu


.in

diimpor dalam rangka proses produksi industri untuk


ww

tujuan pengembangan Ekspor, peningkatan daya saing,


efisiensi usaha, investasi dan relokasi industri,
pembangunan infrastruktur, dan/atau diekspor
//w

kembali.
ps:

Selain
htt

SK No 158354A
l
m
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK ]NDONESIA

un
-150-

h
Selain itu, dalam hal terjadi bencana alam dibutuhkan

-ta
Barang atau peralatan dalam kondisi tidak baru dalam

r-2
rangka pemulihan dan pembangunan kembali sebagai
akibat bencana alam serta Barang bukan baru untuk

o
keperluan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan

om
perundang-undangan.
Ayat (3)

u-n
Cukup jelas.
rpp
-pe
Angka 16
Pasal 49
ad

Dihapus.
nlo
ow

Angka 17
Pasal 51
2/d

Cukup jelas.
/1
22

Angka 18
/20

Pasal 52
Cukup jelas.
om
i.c

Angka 19
las

Pasal 53
u

Cukup jelas.
eg
for

Angka 2O
.in

Pasal 57
ww

Cukup jelas.
/w

Angka 21
s:/

Pasal 60
p

Cukup jelas.
htt

Angka22. . .

SK No 158355 A
m l
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-151 -

h
Angka22

-ta
Pasal 61

r-2
Cukup jelas.

o
om
Angka 23

u-n
Pasal 63
Cukup jelas.
rpp
-pe
Angka24
ad

Pasal 65
Cukup jelas.
nlo
ow

Angka 25
2/d

Pasal T4
Ayat (1)
/1

Cukup jelas.
22

Ayat (21
/20

Cukup jelas.
om

Ayat (3)
Cukup jelas.
i.c

Ayat (4)
las

Yang dimaksud dengan "pemangku kepentingan"


u

adalah perguruan tinggi, dunia usaha, asosiasi usaha,


eg

dan/ atau pemangku kepentingan lainnya.


for

Ayat (s)
.in

Cukup jelas.
ww

Angka26
/w

Pasal77
s:/

Cukup jelas.
p
htt

Angka27 . . .

SK No 158356 A
m l
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUALIK INDONESIA

un
-t52-

h
Ar:gka2T

-ta
PasalTTA

r-2
Cukup jelas.

o
om
Angka 28

u-n
Pasal 81
Cukup jelas.
rpp
-pe
Angka29
ad

Pasal 98
nlo

Cukup jelas.
ow

Angka 3O
2/d

Pasa1 99
Cukup jelas.
/1
22

Angka 31
/20

Pasal 100
om

Cukup jelas.
i.c

Angka 32
las

Pasal 102
u
eg

Cukup jelas.
for

Angka 33
.in

Pasal 104
ww

Cukup jelas.
/w

Angka 34
s:/

Pasal 1O6
p
htt

Cukup jelas.

Angka35.. .

SK No 158357A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-2
un
-153-

ah
Angka 35

2-t
Pasal 109

or-
Cukup jelas.

om
Angka 36

u-n
Pasal 116
Cukup jelas.
p
erp
Pasal 47
d-p

Angka 1
loa

Pasal 13
Huruf a
wn

Jenis-jenis Alat Ukur, Alat Takar, Alat Timbang, dan


/do

Alat Perlengkapan antara lain ialah meter air, meter


gas, meter listrik, meter taxi, meler pulsa telepon, alat
/12

pengukur kelembaban (moisture testez) perlu ditunjuk


tempat-tempat dan daerah-daerah di mana
22

dilaksanakan tera dan Tera Ulang.


/20

Huruf b
Cukup jelas.
om

Huruf c
si.c

Cukup jelas.
Angka 2
ula

Pasal 17
eg

Ayat (1)
for

Karena penggunaan Alat Ukur, Alat Takar, Alat Timbang,


dan Alat Perlengkapan berada di bawah pengawasan
.in

instansi Pemerintah Pusat yang bertanggung jawab di


ww

bidang metrologi, maka pembuatan alat-alat tersebut


wajib memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah
Pusat supaya mudah diawasi dan dibina, sehingga alat-
//w

alat itu dibuat oleh orang-orang yang benar-benar


mempunyai keahlian. Demikian pula untuk memperbaiki
ps:

Alat Ukur, Alat Takar, Alat Timbang, dan Alat


Perlengkapan misalnya memperbaiki timbangan wajib
htt

memenuhi Perizinan Berusaha dari Pemerintah Pusat,


supaya mudah diawasi dan dibina.
Dengan . . .

SK No 097235 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-154-

hu
Dengan demikian diharapkan bahwa pekerjaan

-ta
memperbaiki timbangan dilakukan oleh orang-orang

r-2
yang benar-benar mempunyai keahlian dalam bidang itu
dan dengan rasa penuh bertanggung jawab, sehingga

mo
para pemilik timbangan tidak akan terperdaya oleh
orang-orang yang mengaku sebagai reparatir timbangan

-no
padahal tidak mempunyai keahlian dalam pekerjaan
tersebut dan hanya semata-mata mencari keuntungan

pu
untuk dirinya saja.
Ayat (21 erp
Cukup jelas.
d-p

Angka 3
loa

Pasal 18
Perizinart Berusaha diperlukan untuk menghindari masuk
wn

dan beredarnya Alat Ukur, Alat Takar, Alat Timbang, dan Alat
Perlengkapan yang tidak memenuhi persyaratan, sebab jika
/do

ini te{adi akan menyulitkan dalam melaksanakan Undang-


Undang ini.
/12

Angka 4
22

Pasal 24
/20

Cukup je1as.
om

Pasal 48
i.c

Angka 1
s

I
ula

Pasal
Cukup jelas.
g
ore

Angka 2
Pasal 4A
f
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 3
Pasal 5
/w

Cukup jelas.
s:/

Angka 4
p

Pasal 7
htt

Ayat (1)
Hurufa. . .

SK No 158359A
l
tm
2.h
02
PRESlDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
- 155-

hu
Huruf a

-ta
Kementerian dan/atau lembaga terkait antara lain

r-2
kementerian danlatat lembaga yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

mo
perindustrian, perdagangan, kesehatan, pertanian,
standardisasi dan akreditasi, koperasi dan usaha

-no
mikro, kecil, dan menengah, serta pengawasan
obat dan makanan.

pu
Huruf b erp
LPH bersifat mandiri.
d-p

Huruf c
Cukup jelas.
loa

Ayat (2)
wn

Cukup jelas.
/do

Angka 5
Pasal 10
/12

Cukup jelas.
22

Angka 6
/20

Pasal l0A
Cukup jelas.
om

Angka 7
i.c

Pasal 11
s

Cukup jelas.
ula

Angka 8
g

Pasal 13
ore

Ayat (1)
f

Cukup jelas.
.in

Ayat (2)
ww

Yang dimaksud dengan "lembaga keagamaan Islam


berbadan hukum" di antaranya organisasi
/w

kemasyarakatan Islam berbadan hukum dan yayasan


s:/

Islam yang mengelola pergunran tinggi.


p

Ayat(3) ...
htt

SK No 158360A
l
tm
2.h
2
PRESIDEN

-20
REPIIBLIK INDONESIA

un
- 156-

h
-ta
Ayat (s)

r-2
Cukup jelas.

mo
Angka 9

-no
Pasal 14
Cukup jelas.

pu
Angka 10
Pasal 16
erp
Cukup jelas.
d-p

Angka 11
loa

Pasal22
wn

Cukup jelas.
Angka 12
/do

Pasal 25
/12

Cukup jelas.
Angka 13
22

Pasal 27
/20

Cukup jelas.
om

Angka 14
i.c

Pasal 28
Cukup jelas.
las

Angka 15
u
eg

Pasal 29
for

Cukup jelas.
Angka 16
.in

Pasal 30
ww

Cukup jelas.
/w /
ps:

Angka17...
htt

SK No 158361A
t ml
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-r57-

hu
Angka 17

a
2-t
Pasal 31

or-
Cukup jelas.
Angka 18

m
-no
Pasal 32
Cukup jelas.

pu
Angka 19
Pasal 33
erp
Cukup jelas.
d-p

Angka 20
loa

Pasal 33A
Cukup jelas.
wn
/do

Paql 33B
Ayat (1)
/12

Cukup jelas.
Ayat (2)
22

Huruf a
20

Yang dimaksud dengan "ulama" adalah ahli


m/

agama tentang syariat kehalalan produk yang


berasal dari organisasi kemasyarakatan
co

keagamaan Islam berbadan hukum.


si.

Huruf b
Cukup jelas.
ula

Angka 2l
eg

Pasal 35
for

Cukup jelas.
Angka22
.in

Pasal 35A
ww

Cukup jelas.
Angka 23
//w

Pasal 40
Cukup jelas.
ps:
htt

Angka24 ...

SK No 158362A
m l
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-158-

h
Ang)<a 24

-ta
Pasal 41

r-2
Cukup jelas.
Angka 25

o
om
Pasa1 42
Cukup jelas.

u-n
Angka26
Pasal 44

Angka2T
Cukup jelas.
rpp
-pe
Pasal 48
Cukup jelas.
ad

Angka 28
nlo

Pasal 5O
Hurufa
ow

Cukup jelas.
Huruf b
2/d

Pengawasan kehalalan Produk termasuk pengawasan


perubahan Bahan dan/ atau PPH.
/1

Huruf c
22

Cukup jelas.
/20

Huruf d
Cukup jelas.
om

Huruf e
Cukup jelas.
i.c

Huruf f
las

Cukup je1as.
Huruf g
u

Cukup jelas.
eg

AngJra29
for

Pasal 52A
Cukup jelas.
.in

Pasal 52El
ww

Cukup jelas.
Angka 3O
/w

Pasal 53
Ayat (1)
s:/

Cukup jelas.
p

Ayat (2)
htt

Hurufa
Cukup jelas.
Huruf b. . .

SK No 158363 A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-159-

hu
Huruf b

a
2-t
Cukup jelas.
Huruf c

or-
Cukup jelas.
Huruf d

m
Pengawasan Produk Halal yang beredar antara

-no
lain pengawasan terhadap perubahan Bahan
dan/atau PPH, pencantuman Label Halal atau

pu
keterangan tidak halal, serta penyajian antara
erp
Produk Halal dan tidak halal.
Ayat (3)
d-p

Cukup jelas.
Angka 31
loa

Pasal 55
Cukup jelas.
wn

Angka 32
Pasal 63A
/do

Cukup jelas.
Pasal 638
/12

Cukup jelas.
Pasal 63C
22

Cukup jelas.
20

Pasal 49
Cukup jelas.
m/

Pasal 5O
co

Angka 1

Pasal 26
si.

Cukup jelas.
ula

Angka 2
Pasal 29
eg

Cukup jelas.
for

Angka 3
Pasal 33
.in

Ayat (1)
ww

Pemberian kemudahan Perizinan Berusaha bagi Badan


Hukum yang mengajukan rencana pembangunan
Perumahan untuk MBR dimaksudkan untuk
//w

mendorong iklim berusaha bagi Badan Hukum di


bidang Perumahan dan Permukiman sekaligus dalam
ps:

upaya mewujudkan pemenuhan kebutuhan


Perumahan bagi MBR.
htt

Ayat(2) ...

SK No 158364A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
- 160-

hu
Ayat (2)

a
2-t
Cukup jelas.

or-
Angka 4

m
Pasal 35

-no
Cukup jelas.

pu
Angka 5 erp
Pasal 36
d-p

Cukup jelas.
loa

Angka 6
wn

Pasal 40
Cukup jelas.
/do
/12

Angka 7
22

Pasal 42
Ayat
20

(1)
Yang dimaksud dengan "perjanjian pendahuluan jual
m/

beli" adalah kesepakatan melakukan jual beli Rumah


co

yang masih dalam proses pembangunan antara calon


pembeli Rumah dengan penyedia Rumah yang dibuat di
si.

hadapan pejabat yang berwenang.


ula

Ayat (2)
eg

Huruf a
Cukup jelas.
for

Huruf b
.in

Yang dimaksud dengan "hal yang diperjanjikan"


ww

adalah kondisi Rumah yang dibangun dan dijual


kepada konsumen, yang dipasarkan melalui
//w

media promosi, meliputi lokasi Rumah, kondisi


tanah/kaveling, bentuk Rumah, spesifikasi
ps:

bangunan, harga Rumah, Prasarana, Sarana,


dan Utilitas Umum Perumahan, fasilitas lain,
htt

waktu serah terima Rumah, serta penyelesaian


sengketa.
Huruf c . . .

SK No 158365 A
l
tm
2.h
02
PRESlDEN
NEPUBLIK INDONESTA

n-2
-161 -

hu
Huruf c

-ta
Cukup jelas.

r-2
Hurufd

mo
Cukup jelas.
Huruf

-no
e
Yang dimaksud dengan "keterbangunan

pu
Perumahan" adalah persentase telah
terbangunnya Rumah dari seluruh jumlah unit
erp
Rumah serta ketersediaan Prasarana, Sarana,
dan Utilitas Umum dalam suatu Perumahan yang
d-p

direncanakan.
loa

Ayat (s)
Cukup jelas.
wn
/do

Angka 8
Pasal 53
/12

Ayat (l)
22

Pengendalian Perumahan dimaksudkan untuk menjaga


dan meningkatkan kualitas Perumahan agar dapat
/20

berfungsi sebagaimana mestinya, sekaligus mencegah


terjadinya penurunan kualitas dan terjadinya
om

pemanfaatan yang tidak sesuai.


si.c

Ayat (2)
Hurufa
ula

Perizinan Berusaha diberikan kepada Pelaku


eg

Usaha, sedangkan persetqjuan diberikan kepada


non Pelaku Usaha.
for

Huruf b
.in

Yang dimaksud dengan "penertiban" adalah cara


ww

pengendalian yang dilakukan melalui tindakan


penegakan hukum bagi Perumahan yang dalam
pembangunan dan pemanfaatannya tidak sesuai
//w

dengan rencana atau ketentuan peraturan


perundang-undangan.
ps:
htt

Hurufc . . .

SK No 158366 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPI.JBLIK INDONESIA

n-2
-t62-

hu
Huruf c

-ta
Yang dimaksud dengan "penataan" adalah cara

2
pengendalian yang dilakukan melalui perbaikan

or-
dalam penyelenggaraan agar sesuai dengan
tujuan penyelenggaraan Perumahan.

om
Ayat (3)

u-n
Cukup jelas.

Angka 9 rpp
-pe
Pasal 55
ad

Ayat (1)
Cukup jelas.
lo
wn

Ayat (21

Cukup jelas.
/do

Ayat (s)
/12

Pelaksanaan ketentuan ini hanya berlaku dalam kondisi


normal, namun tidak berlaku dalam kondisi kahar,
22

antara lain seperti: bencana alam, huru-hara, perang,


dan pandemi.
20

Ayat (a)
m/

Cukup jelas.
.co

Ayat (s)
i
las

Cukup je1as.
Ayat (6)
gu

Cukup jelas.
fore

Angka 10
.in

Pasal 107
ww

Cukup jelas.
//w

Angka 11
ps:

Pasal 109
htt

Cukup jelas.

Angka12...

SK No 158367A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
BL]K INDONES

n-2
-163-

hu
-ta
Angka 12

r-2
Pasal 114

mo
Cukup jelas.

-no
Angka 13

pu
Pasal 117A
Cukup jelas.
erp
d-p

Pasal 117E}
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 14
/do

Pasal 134
Cukup jelas.
/12
22

Angka 15
/20

Pasal 150
Cukup jelas.
om
i.c

Angka 16
s

Pasal 151
ula

Cukup jelas.
g
ore

Angka 17
f

Pasal 153
.in

Cukup jelas.
ww

Pasal 51
/w

Angka 1
s:/

Pasal 16
p

Cukup jelas.
htt

Ang)<a2...

SK No 158368 A
ml
t
2.h
02
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-t64-

hu
a
2-t
Angka 2

or-
Pasal24
Ayat (1)

m
Huruf a

-no
Yang dimaksud dengan "persyaratan

pu
administratif" adalah perizinan yang diperlukan
sebagai syarat untuk melakukan
erp
Rumah Susun.
d-p
Huruf b
Yang dimaksud dengan "persyaratan teknis"
loa

adalah persyaratan yang berkaitan dengan


struktur bangunan, keamanan dan keselamatan
wn

bangu.nan, kesehatan lingkungan, kenyamanan,


dan lain-lain yang berhubungan dengan rancang
/do

bangun, termasuk kelengkapan prasarana dan


fasilitas lingkungan.
/12

Huruf c
22

Yang dimaksud dengan "persyaratan ekologis'


adalah persyaratan yang memenuhi analisis
20

dampak lingkungan dalam hal pembangunan


m/

Rumah Susun.
Ayat (2)
co

Cukup jelas.
si.
ula

Angka 3
eg

Pasal 26
for

Cukup jelas.
.in
ww

Angka 4
Pasal 28
//w

Cukup jelas.
ps:

Angka5...
htt

SK No 158369A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
UBLIK INDONESlA
-165-

hu
Angka 5

-ta
Pasal 29

r-2
Cukup jelas.

mo
-no
Angka 6
Pasal 30

pu
Dihapus.
erp
d-p
Angka 7
Pasal 31
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 8
/do

Pasal 32
/12

Cukup jelas.
22

Angka 9
/20

Pasal 33
om

Dihapus.
i.c

Angka l0
las

Pasal 39
gu

Ayat (1)
ore

Yang dimaksud dengan "laik fungsi" adalah


berfungsinya seluruh atau sebagian bangunan Rumah
f
.in

Susun yang dapat menjamin dipenuhinya persyaratan


tata bangunan dan keandalan bangunan Rumah Susun
ww

sesuai dengan fungsi yang ditetapkan.


Yang dimaksud dengan usebagian pembangunan
//w

Rumah Susun" adalah satu bangunan Rumah Susun


atau lebih dari seluruh rencana bangunan Rumah
ps:

Susun dalam satuan lingkungan.


htt

Ayat(2)...

SK No 158370A
t ml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
- 166-

hu
Ayat (2)

-ta
Cukup jelas.

r-2
Ayat (3)

mo
Cukup jelas.

o
u-n
Angka 11

p
Pasal 4O
Ayat (1)
erp
d-p
Yang dimaksud dengan "lingkungan Rumah Susun"
adalah sebidang tanah dengan batas-batas yang jelas
yang di atasnya dibangun Rumah Susun, termasuk
loa

prasarana, sarana, dan utilitas umum yang secara


keseluruhan merupakan kesatuan
wn

tempat
permukiman.
/do

Yang dimaksud dengan "prasarana" adalah


kelengkapan dasar fisik lingkungan hunian Rumah
/12

Susun yang memenuhi standar tertentu untuk


kebutuhan tempat tinggal yang layak, sehat, aman, dan
22

nyaman meliputi jaringan jalan, drainase, sanitasi, air


bersih, dan tempat sampah.
20

Yang dimaksud dengan "sarana" adalah fasilitas dalam


m/

Iingkungan hunian Rumah Susun yang berfungsi


untuk mendukung penyelenggaraan dan
co

pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi


si.

meliputi sarana sosial ekonomi (pendidikan, kesehatan,


la

peribadatan, dan perniagaan) dan sarana umum (ruang


terbuka hijau, tempat rekreasi, sarana olahraga, tempat
gu

pemakaman umum, sarana pemerintahan, dan lain-


ore

lain).
Yang dimaksud dengan "utilitas umum" adalah
inf

kelengkapan penunjang untuk pelayanan lingkungan


hunian Rumah Susun yang mencakup jaringan listrik,
.
ww

jaringan telepon, dan jaringan gas.


Ayat (2)
/w

Cukup jelas.
/
ps:

Ayat (3)
htt

Cukup jelas.
Ayat(4) ...

SK No 158371A
m l
.ht
22
PRESIOEN

-20
REPUBLIK INOONES

un
-167-

h
Ayat (4)

-ta
Cukup jelas.

r-2
o
Angka 12

om
Pasal 43

u-n
Cukup jelas.

Angka 13 rpp
-pe
Pasal 54
ad

Cukup jelas.
nlo

Angka 14
ow

Pasal 56
2/d

Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pemeliharaan" adalah kegiatan
/1

menjaga keandalan bangunan gedung beserta


22

prasarana dan sarananya agar selalu laik fungsi.


/20

Yang dimaksud dengan "perawatan" adalah kegiatan


memperbaiki dan/ atau mengganti bagian bangunan
om

gedung, komponen, bahan bangunan, dan/ atau


prasarana dan sarana agar bangunan gedung tetap laik
i.c

fungsi.
las

Ayat (2)
Cukup jelas.
u
eg

Ayat (3)
for

Cukup jelas.
.in

Ayat (4t
Cukup jelas.
ww

Ayat (s)
/w

Cukup jelas.
s:/
p
htt

Angka 15. . .

SK No 158372 A
tml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESTA
-168-

hu
Angka 15

a
2-t
Pasal 67

or-
Cukup jelas.

m
-no
Angka 16
Pasal 72

pu
Dihapus
erp
Angka 17
d-p

Pasal 73
loa

Dihapus.
wn

Angka 18
/do

Pasal 1O7
/12

Cukup jelas.
22

Angka 19
20

Pasal 1O8
m/

Cukup jelas.
co
si.

Angka 20
ula

Pasal 110
eg

Dihapus.
for

Angka 2l
.in

Pasal 112
ww

. Dihapus.
//w

Angka22
ps:

Pasal 113
htt

Cukup jelas.

Angka23...

SK No 158373 A
l
tm
2.h
02
SIDEN

n-2
il.TiITFnfIX INDONES
-L69-

hu
Angka 23

-ta
Pasal 114

r-2
Cukup jelas.

mo
Angka24

-no
Pasal 117

pu
Cukup jelas.
erp
d-p
Pasal 52
Angka 1
loa

Pasal 5
wn

Ayat (1)
Huruf a
/do

Cukup jelas.
/12

Huruf b
Cukup jelas.
22

Huruf c
/20

Cukup jelas.
om

Huruf d
Cukup jelas.
i.c

Huruf
s

e
ula

Cukup jelas.
f
g

Huruf
ore

Yang dimaksud dengan "rantai pasok Jasa


Konstruksi" adalah alur kegiatan produksi dan
f
.in

distribusi material, peralatan, dan teknologi yang


digunakan dalam pelaksanaan Jasa Konstruksi.
ww

Huruf g
/w

Cukup jelas.
Huruf h
s:/

Cukup jelas.
p
htt

Huruf i. . .

SK No 158374A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-r70-

hu
-ta
Huruf i

r-2
Cukup jelas.

mo
Hurufj
Cukup jelas.

-no
Huruf k

pu
Cukup jelas.
Huruf I
erp
Cukup jelas.
d-p

Huruf m
loa

Cukup jelas.
wn

Huruf n
Cukup jelas.
/do

Huruf o
/12

Cukup jelas.
Huruf p
22

Cukup jelas.
20

Huruf q
m/

Cukup jelas.
co

Huruf r
si.

Cukup jelas.
ula

Ayat (2)
eg

Cukup jelas.
for

Ayat (3)
Cukup jelas.
.in

Ayat (4)
ww

Huruf a
Cukup jelas.
/w

Hurufb
s:/

Cukup jelas.
p
htt

Hurufc. . .

SK No 158375 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
ELIK INDONESIA
-t7t-

hun
Huruf c

-ta
Pelatihan tenaga kerja konstruksi strategis dan

r-2
percontohan antara lain pemberian pelatihan
bagi penerapan teknologi, metode, dan standar

o
kompetensi baru.

om
Huruf d

u-n
Cukup jelas.
Huruf e
rpp
Standar remunerasi minimal ditetapkan dengan
mempertimbangkan kompleksitas dari jenis
-pe
layanan profesional, biaya, risiko, dan teknologi
dari penyelenggaraan Jasa Konstruksi yang
ad

terkait dengan hasil layanan profesional,


nlo

dan/atau harga pasar yang berlaku di provinsi


tempat diselenggarakannya Jasa Konstruksi.
ow

Huruf f
2/d

Cukup jelas.
Huruf g
/1

Cukup jelas.
22

Hurufh
/20

Cukup jelas.
om

Huruf i
Cukup jelas.
i.c

Hurufj
las

Cukup jelas.
u

Huruf k
eg

Cukup jelas.
for

Ayat (s)
.in

Hurufa
Cukup jelas.
ww

Huruf b
/w

Cukup jelas.
s:/

Huruf c
Teknologi prioritas meliputi:
p
htt

1. teknologi . . .

SK No 158376A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
ELIK INDONESIA

n-2
-172-

hu
-ta
1. teknologi sederhana tepat guna dan padat

r-2
karya;
2. teknologi yang berkaitan dengan posisi

mo
geogralis Indonesia;

-no
3. teknologi konstruksi berkelanjutan;
4. teknologi material baru yang berpotensi tinggi

pu
di Indonesia; dan
erp
5. teknologi dan manajemen pemeliharaan aset
infrastruktur.
d-p

Huruf d
loa

Cukup jelas.
Huruf
wn

e
Cukup jelas.
/do

Huruf f
/12

Cukup jelas.
Hurufg
22

Cukup jelas.
/20

Ayat (6)
om

Cukup jelas.
Ayat (7)
si.c

Cukup jelas.
ula

Ayat (8)
Cukup jelas.
eg

Angka 2
for

Pasal 6
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 3
//w

Pasal 7
ps:

Cukup jelas.
htt

Angka4...

SK No 158377 A
lm
.ht
22
PRESlDEN

-20
REPUBLIK INOONESIA

un
-t73-

h
Angka 4

-ta
Pasal 8

r-2
Cukup jelas.

o
om
Angka 5

u-n
Pasal 9
Cukup jelas.
rpp
-pe
Angka 6
ad

Pasal 10
nlo

Cukup jelas.
ow

Angka 7
2/d

Pasal 2O
Ayat (1)
/1

Kualifikasi usaha menentukan batasan kemampuan


22

suatu usaha Jasa Konstruksi dalam melaksanakan


/20

Jasa Konstruksi pada saat yang bersamaan.


Ayat (2)
om

Cukup jelas.
i.c

Ayat (3)
las

Cukup jelas.
u

Ayat (4)
eg

Cukup jelas.
for
.in

Angka 8
ww

Pasal 26
Cukup jelas.
/w
s:/

Angka 9
p

PasaL 27
htt

Cukup jelas.
Angka 10. . .

SK No 158378A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
BLIK INDONES]A

un
-L74-

ah
Angka 10

2-t
Pasal 28

or-
Cukup jelas.

om
Angka 11

u-n
Pasal 29
Cukup jelas.
rpp
-pe
Angka 12
ad

Pasa1 30
Cukup jelas.
lo
wn

Angka 13
/do

Pasal 31
/12

Dihapus.
22

Angka 14
20

Pasal 33
m/

Cukup jelas.
.co
i

Angka 15
las

Pasal 34
gu

Cukup jelas.
ore
f

Angka 16
.in

Pasal 35
ww

Cukup jelas.
//w

Angka 17
ps:

Pasal 36
htt

Dihapus.

Angka18...

SK No 158379A
l
tm
2.h
02
PRESlDEN
UBLIK INDONESIA

n-2
-t75-

hu
Angka 18

-ta
Pasal 38

r-2
Ayat (1)

mo
Cukup jelas.

-no
Ayat (21

Penyelenggaraanusaha Jasa Konstruksi yang

pu
dikerjakan sendiri merupakan kegiatan yang
pekerjaannya direncanakan, dikerjakan, dan/atau
erp
diawasi sendiri oleh pemerintah sebagai penanggung
jawab anggaran, dan/ atau kelompok masyarakat.
d-p

Ayat (3)
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 19
/do

Pasal 42
/12

Dihapus.
22

Angka 20
/20

Pasal 44
om

Cukup jelas.
i.c

Angka 21
las

Pasal 57
gu

Dihapus.
ore

Ar:gka22
f
.in

Pasal 58
ww

Dihapus.
//w

Angka 23
ps:

Pasal 59
htt

Cukup jelas.

Angka24 .. .

SK No 158380A
t ml
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-t76-

hu
Angka24

a
2-t
Pasal 69

or-
Cukup jelas.
Angka 25

m
Pasal72

-no
Ayat (1)

pu
Cukup jelas.
Ayat (21 erp
Yang dimaksud dengan "tanda daftar pengalaman
d-p

profesional" adalah dokumen yang memuat dan


menjelaskan pengalaman tenaga kerja konstruksi yang
loa

telah didaftarkan secara resmi kepada pemerintah.


Ayat (s)
wn

Cukup jelas.
/do

Angka26
Pasal T4
/12

Dihapus.
22

Ar:gka2T
20

Pasal 84
m/

Ayat (1)
Penyelenggaraan sebagian kewenangan Pemerintah
co

Pusat antara lain registrasi badan usaha Jasa


si.

Konstruksi, akreditasi bagi asosiasi perusahaan Jasa


Konstnrksi dan asosiasi terkait rantai pasok Jasa
ula

Konstruksi, registrasi pengalaman badan usaha,


registrasi penilai ahli, menetapkan penilai ahli yang
eg

teregistrasi dalam hal terjadi Kegagalan Bangunan,


for

akreditasi bagi asosiasi profesi dan lisensi bagi lembaga


sertifikasi profesi, registrasi tenaga kefa, registrasi
.in

pengalaman profesional tenaga kerja serta lembaga


pendidikan dan pelatihan kerja di bidang konstruksi,
ww

penyetaraan tenaga kerja asing, dan/ atau membentuk


lembaga sertifikasi profesi untuk melaksanakan tugas
//w

Sertifrkasi Kompetensi Kerja yang belum dapat


dilakukan lembaga sertifikasi profesi yang dibentuk
ps:

oleh asosiasi profesi/lembaga pendidikan dan


pelatihan.
htt

Ayat(2) ...

SK No 158381A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUSLIK INDONESIA

n-2
-L77-

hu
Ayat (2)

-ta
Yang dimaksud dengan "lembaga" adalah lembaga

2
pengembangan Jasa Konstruksi.

or-
Ayat (3)

om
Huruf a

-n
Cukup jelas.

pu
Huruf b
Cukup jelas. erp
Huruf c
d-p

Cukup jelas.
loa

Huruf d
Cukup je1as.
wn

Huruf e
/do

Asosiasi terkait rantai pasok konstruksi €rntara


lain asosiasi terkait material dan peralatan
/12

konstruksi.
22

Ayat (4)
Cukup jelas.
20

Ayat (5)
m/

Cukup jelas.
co

Ayat (6)
si.

Cukup jelas.
ula

Ayat (7)
eg

Pengaturan pembentukan lembaga antara lain tata cara


pemilihan pengurus, masa bakti, tugas pokok dan
for

fungsi, mekanisme kerja lembaga.


.in

Angka 28
ww

Pasal 89
Cukup jelas.
//w
ps:

...
htt

Angka29

SK No 158382A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-t78-

hu
Angka29

-ta
Pasal 92

r-2
Dihapus.

mo
Angka 30

-no
Pasal 96
Cukup jelas.

pu
Angka 31
Pasal 99
erp
Cukup jelas.
d-p

Angka 32
loa

Pasal 101
wn

Dihapus.
Angka 33
/do

Pasal 102
/12

Cukup jelas.
22

Pasal 53
/20

Angka I
om

Pasal 8
Cukup jelas.
i.c

Angka 2
s
ula

Pasal 9
g

Cukup jelas.
ore

Angka 3
f

Pasal 12
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 4
/w

Pasal 17
Cukup jelas.
s:/

Angka 5
p
htt

Pasal 19
Cukup jelas.
Angka6.. .

SK No 158383 A
l
m
.ht
22
PRESIDEN

-20
R,EPUBLIK INDONESIA

un
-179-

h
Angka 6

-ta
Pasal 38

r-2
Cukup jelas.

o
Angka 7

om
Pasal 40

u-n
Cukup jelas.

rpp
Angka 8
Pasal 40A
-pe
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "pengalihan alur sungai"
ad

adalah kegiatan mengalihkan alur sungai dengan cara


nlo

membuat alur sungai baru yang mengakibatkan alur


sungai yang dialihkan tidak berfungsi secara
ow

permanen.
2/d

Ayat (2)
Cukup jelas.
/1

Ayat (3)
22

Cukup jelas.
/20

Ayat (4)
om

Cukup jelas.
Ayat (s)
i.c

Cukup jelas.
las

Angka 9
u
eg

Pasal 43
Cukup jelas.
for

Angka 10
.in

Pasal 44
ww

Cukup jelas.
Angka 11
/w

Pasal 45
s:/

Cukup jelas.
p
htt

Angka12...

SK No 158384A
l m
.ht
22
-20
PRESIDEN
REFUBLIK INDONESIA

un
-180-

h
Angka 12

-ta
Pasal 49

r-2
Cukup jelas.

o
Angka 13

om
Pasal 5O

u-n
Cukup jelas.
Angka 14
Pasal 51 rpp
-pe
Cukup jelas.
ad

Angka 15
nlo

Pasal 52
Cukup jelas.
ow

Angka 16
2/d

Pasal 56
Cukup jelas.
/1

Angka 17
22

Pasal 70
/20

Cukup jelas.
om

Angka l8
i.c

Pasal 73
Cukup jelas.
las

Angka 19
u
eg

Pasal 75A
for

Cukup jelas.
Pasal 54
.in

Cukup jelas.
ww

Pasal 55
/w

Angka 1

Pasal 19
s:/

Cukup jelas.
p
htt

Angka2...

SK No 158385 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPI.JBLIK INDONES

un
-181 -

ah
Angka 2

2-t
Pasal 36

or-
Cukup jelas.

om
Angka 3

u-n
Pasal 38

rpp
Ayat (1)
Cukup jelas.
-pe
Ayat (21

Yang dimaksud dengan ufasilitas utama' adalah jalur


ad

keberangkatan, jalur kedatangan, ruang tunggu


lo

penumpang, tempat naik turun penumpang, tempat


wn

parkir kendaraan, papan informasi, kantor pengendali


terminal, dan loket.
/do

Yang dimaksud dengan ufasilitas penunjang" antara


lain adalah fasilitas untuk penyandang disabilitas,
/12

fasilitas kesehatan, fasilitas umum, fasilitas


peribadatan, pos kesehatan, pos polisi, dan alat
22

pemadam kebakaran.
20

Ayat (s)
m/

Cukup jelas.
.co

Ayat (4)
Cukup jelas.
i
las

Ayat (s)
gu

Cukup jelas.
ore

Angka 4
f
.in

Pasal 39
ww

Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "lingkungan kerja Terminal"
//w

adalah lingkungan yang berkaitan langsung dengan


fasilitas Terminal dan dibatasi dengan pagar.
ps:

Ayat (2)
htt

Cukup jelas.
Ayat(3) ...

SK No 158386A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-t82-

hu
-ta
Ayat (3)

r-2
Yang dimaksud dengan swasta termasuk usaha mikro,

mo
kecil, dan menengah.

-no
Angka 5

pu
Pasal 4O
Ayat (1)
erp
Cukup jelas.
d-p

Ayat l2l
loa

Yang dimaksud dengan swasta termasuk usaha mikro,


kecil, dan menengah.
wn

Ayat (3)
/do

Cukup jelas.
Ayat (4)
/12

Cukup jelas.
22
/20

Angka 6
Pasal 43
om

Ayat (1)
si.c

Yang dimaksud dengan "Parkir untuk umum' adalah


tempat untuk memarkir kendaraan dengan dipungut
ula

biaya.
eg

Ayat (2)
Cukup jelas.
for

Ayat (3)
.in

Cukup jelas.
ww

Ayat (4)
Cukup jelas.
//w
ps:

Angka7...
htt

SK No 158387A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN
BLIK ]NDONESIA

n-2
-183-

hua
2-t
Angka 7

or-
Pasal 50
Ayat (1)

m
Cukup jelas.

-no
Ayat (21

pu
Yang dimaksud dengan swasta termasuk usaha mikro,
kecil, dan menengah. erp
Ayat (3)
d-p

Cukup jelas.
loa

Angka 8
wn

Pasal 53
/do

Cukup jelas.
/12

Angka 9
22

Pasal 60
20

Ayat (1)
m/

Cukup jelas.
co

Ayat (2)
si.

Yang dimaksud dengan omempunyai kualitas tertentu"


adalah bengkel umum yang mampu melakukan jenis
ula

pekerjaan Perawatan Berkala, perbaikan kecil,


perbaikan besar, serta perbaikan sasis dan bodi.
eg

Ayat (3)
for

Cukup jelas.
.in

Ayat (4)
ww

Cukup jelas.
Ayat (s)
//w

Cukup jelas.
ps:

Ayat (6)
htt

Cukup jelas.
Angka10...

SK No 158388A
m l
.ht
22
PRES!DEN

-20
IJBLIK INDONESIA

un
-184-

h
-ta
Angka 10

r-2
Pasal 78

o
Cukup jelas.

om
u-n
Angka 11

rpp
Pasal 99
Ayat (1)
-pe
Yang dimaksud dengan "pembangunan pusat kegiatan,
permukiman, dan infrastruktur" adalah pembangunan
ad

baru, perubahan penggunaan lahan, perubahan


nlo

intensitas tata guna lahan dan/ atau perluasan lantai


bangunan dan/ atau perubahan intensitas penggunaan,
ow

perubahan kerapatan guna lahan tertentu, penggunaan


lahan tertentu, antara lain Terminal, Parkir untuk
2/d

umum di luar Ruang Milik Jalan, tempat pengisian


bahan bakar minyak, dan fasilitas umum lain. Analisis
/1

dampak Lalu Lintas dalam implementasinya dapat


diintegrasikan dengan analisis mengenai dampak
22

lingkungan.
/20

Ayat (2)
om

Cukup je1as.
i.c

Angka 12
las

Pasal 100
u

Dihapus.
eg
for

Angka 13
.in

Pasal 101
ww

Dihapus.
/w

Angka 14
s:/

Pasal 126
p

Cukup jelas.
htt

Angka 15. . .

SK No 158389A
l
tm
2.h
02
FRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-185-

hu
Angka 15

-ta
Pasal 162

r-2
Cukup jelas.

mo
-no
Angka 16
Pasal 165

pu
Ayat (1)
erp
Yang dimaksud dengan "angkutan multimoda" adalah
angkutan barang dengan menggunakan paling sedikit 2
d-p

(dua) moda angkutan yang berbeda atas dasar I (satu)


kontrak yang menggunakan dokumen angkutan
loa

multimoda dari 1 (satu) tempat penerimaan barang oleh


operator angkutan multimoda ke suatu tempat yang
wn

ditentukan untuk penyerahan barang tersebut.


/do

Ayat (2)
Cukup jelas.
/12

Ayat (3)
22

Cukup jelas.
/20

Ayat (4)
Cukup jelas.
om
si.c

Angka 17
Pasal 170
ula

Ayat (1)
eg

Yang dimaksud dengan "lokasi tertentu" adalah tempat


for

pengawasan angkutan barang yang dilakukan secara


efektif dan elisien.
.in

Ayat (2)
ww

Cukup jelas.
Ayat (3)
//w

Cukup jelas.
ps:

Ayat (4)
Cukup jelas.
htt

Angka 18. . .

SK No 158390A
t ml
2.h
02
PRESIDEN
UBLIK INDONES

n-2
- 186-

hu
Angka 18

a
2-t
Pasal 173

or-
Cukup jelas.

om
Angka 19

u-n
Pasal 174

rpp
Dihapus. -pe
Angka 20
ad

Pasal 175
lo

Dihapus.
wn

Angka 21
/do

Pasal 176
/12

Dihapus.
22

Ang)<a22
/20

Pasal 177
om

Dihapus.
i.c
las

Angka 23
Pasal 178
u
eg

Dihapus.
for

Ang)<a 24
.in

Pasal 179
ww

Cukup je1as.
//w

Angka 25
ps:

Pasal 180
htt

Dihapus.
Angka 26. . .

SK No 158391A
tml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
NEPUBLIK INDONESIA
-ta7-

hu
Angka 26

a
2-t
Pasal 185

or-
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "trayek atau lintas tertentu"

om
adalah trayek angkutan penumpang umum orang yang
secara linansial belum menguntungkan, termasuk

u-n
trayek angkutan perintis.

rpp
Ayat (2)
Cukup jelas.
-pe
ad

Angka2T
lo

Pasal 199
wn

Cukup jelas.
/do

Angka 28
/12

Pasal 22O
22

Ayat (1)
Huruf a
/20

Cukup jelas.
om

Huruf b
i.c

Cukup jelas.
las

Huruf c
Yang dimaksud dengan "badan hukum" adalah
u

badan (perkumpulan dan sebagainya) yang dalam


eg

hukum diakui sebagai subjek hukum yang dapat


for

dilekatkan hak dan kewajiban hukum, seperti


perseroan, yayasan, dan lembaga.
.in

Huruf d
ww

Cukup jelas.
Huruf
//w

e
Cukup jelas.
ps:
htt

Ayat(2)...

SK No 158392A
lm
.ht
22
.
PRESIDEN

-20
REPUELIK INDONESIA

un
-188-

h
Ayat (2)

-ta
Cukup jelas.

r-2
o
Ang)<a 29

om
Pasal222
Cukup jelas.

u-n
Angka 30
Pasal 302 rpp
-pe
Cukup jelas.
ad

Angka 31
nlo

Pasal 305
Cukup jelas.
ow
2/d

Angka 32
Pasal 308
/1

Dihapus.
22
/20

Pasal 56
Angka I
om

Pasal 24
Cukup jelas.
i.c
las

Angka 2
u

Pasal 24A
eg

Cukup jelas.
for

Angka 3
.in

Pasal 28
ww

Cukup jelas.
/w

Angka 4
s:/

Pasal 32
Cukup jelas.
p
htt

Angka5...

SK No 158393 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
BLIK TNDONESIA

n-2
-189-

hu
Angka 5

-ta
Pasal 32A

r-2
Cukup je1as.

mo
-no
Angka 6
Pasal 33

pu
Cukup jelas.
erp
d-p
Angka 7
Pasal 33A
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 8
/do

Pasal TT
/12

Cukup jelas.
22

Angka 9
/20

Pasal 80A
om

Cukup jelas.
si.c

Angka l0
ula

Pasal 82
eg

Cukup jelas.
for

Angka 11
.in

Pasal 1O7
ww

Cukup jelas.
//w

Angka 12
ps:

Pasal 112
htt

Cukup jelas.
Angka13...

SK No 158394A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-190-

hu
-ta
Angka 13

2
or-
Pasal 116A
Cukup jelas.

om
-n
Pasal 1168

pu
Cukup jelas.
erp
d-p
Angka 14
Pasal 135
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 15
/do

Pasal 168
/12

Cukup jelas.
22

Angka 16
20

Pasal 185A
m/

Cukup jelas.
co
si.

Angka 17
ula

Pasal 188
eg

Cukup jelas.
for

Angka 18
.in

Pasal 19O
ww

Cukup jelas.
//w

Angka 19
ps:

Pasal 191
htt

Cukup jelas.
Angka20...

SK No 158395 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-191 -

hu
-ta
Angka 20

2
or-
Pasal 195
Cukup jelas.

om
-n
Angka 21

pu
Pasal 196
Cukup jelas.
erp
d-p

Angka22
loa

Pasal 2O3
wn

Cukup jelas.
/do

Angka 23
/12

Pasal 204
Cukup jelas.
22
20

Angka24
m/

Pasal 2 10
co

Cukup jelas.
si.
ula

Pasal 57
eg

Angka 1
for

Pasal 5
Ayat (1)
.in

Yang dimaksud dengan "dikuasai oleh negara" yaitu


ww

bahwa negara mempunyai hak penguasaan atas


penyelenggaraan Pelayaran yang perwujudannya
//w

meliputi aspek pengaturan, pengendalian, dan


pengawasan.
ps:
htt

Ayat(21. ..

SK No 158396 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPTJBLIK INOONESIA

-192-

hu
Ayat (2)

-ta
Cukup jelas.

r-2
Ayat (s)

mo
Cukup je1as.

-no
Angka2

pu
Pasal 9
Ayat (1)
erp
d-p
Yang dimaksud dengan "intramoda" meliputi angkutan
laut dalam negeri, angkutan laut luar negeri, angkutan
laut khusus, dan angkutan pelayaran-rakyat.
loa

Yang dimaksud dengan "antarmoda" adalah


wn

keterpaduan transportasi darat, transportasi laut, dan


transportasi udara.
/do

Intra dan antarmoda tersebut merupakan satu


kesatuan transportasi nasional.
/12

Ayat (21
22

Yang dimaksud dengan "Trayek tetap dan leratlur (linerf


/20

adalah pelayanan angkutan laut yang dilakukan secara


tetap dan teratur dengan berjadwal dan menyebutkan
om

pelabuhan singgah.
Yang dimaksud dengan "Trayek tidak tetap dan tidak
i.c

teratur (trampet)" adalah pelayanan angkutan laut yang


dilakukan secara tidak tetap dan tidak teratur.
las

Ayat (3)
gu

Yang dimaksud dengan "jaringan Trayekl adalah


ore

kumpulan dari Trayek yang menjadi satu kesatuan


pelayanan angkutan penumpang dan/ atau barang dari
f

satu Pelabuhan ke Pelabuhan lainnya.


.in

Ayat (a)
ww

Penyusunan jaringan Trayek tetap dan teratur


dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum
//w

dan usaha kepada pengguna jasa dan penyedia jasa


angkutan laut.
ps:

...
htt

Ayat(5)

SK No 158397 A
lm
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-193-

h
-ta
Ayat (s)

r-2
Cukup jelas.

o
om
Angka 3

u-n
Pasal 13
Ayat (1)
rpp
Termasuk dalam kegiatan Angkutan Laut Khusus
-pe
antara lain kegiatan angkutan yang dilakukan oleh
usaha bidang industri, pariwisata, pertambangan,
ad

pertanian serta kegiatan khusus seperti penelitian,


pengerukan, kegiatan sosial, dan sebagainya, serta
nlo

tidak melayani pihak lain dan tidak mengangkut barang


umum.
ow

Angkutan Laut Khusus baik dalam negeri maupun luar


2/d

negeri dapat diselenggarakan dalam rangka memenuhi


kebutuhan yang karena sifat muatannya belum dapat
diselenggarakan oleh penyedia jasa angkutan laut
/1

umum.
22

Ayat
/20

(21

Cukup jelas.
om
i.c

Angka 4
Pasal 14A
las

Ayat (1)
u
eg

Yang dimaksud dengan "belum tersedia" adalah jumlah


dan jadwal saat diperlukan kapal berbendera Indonesia
for

tersebut tidak tersedia atau belum mencukupi


kebutuhan.
.in

Ayat (2)
ww

Cukup jelas.
/w
s:/

Angka5...
p
htt

SK No 158398 A
l m
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-194-

h
Angka 5

-ta
Pasal 27

r-2
Kewajiban pemenuhan Perizinan Berusaha dalam melakukan

o
kegiatan Angkutan di Perairan dimaksudkan sebagai alat

om
pembinaan, pengendalian, dan pengawasan Angkutan di
Perairan untuk memberikan kepastian usaha dan

u-n
perlindungan hukum bagi penyedia dan pengguna jasa.

Angka 6 rpp
-pe
Pasal 28
Cukup jelas.
ad
nlo

Angka 7
ow

Pasal 30
2/d

Dihapus.
/1

Angka 8
22

Pasal 31
/20

Cukup jelas.
om

Angka 9
i.c

Pasal 32
las

Cukup jelas.
u
eg

Angka
for

1O

Pasal 33
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 11
/w

Pasal 34
s:/

Cukup jelas.
p
htt

Ang)<a|2...

SK No 158399 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
BLIK INDONESIA

n-2
- 195-

hu
Angka 12

-ta
Pasal 51

r-2
Cukup jelas.

mo
-no
Angka 13
Pasal 52

pu
Cukup jelas.
erp
d-p
Angka 14
Pasal 59
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 15
/do

Pasal 9O
/12

Cukup jelas.
22

Angka 16
/20

Pasal 91
om

Ayat (i)
Cukup jelas.
i.c

Ayat
s

(21
ula

Cukup jelas.
g

Ayat (s)
ore

Cukup jelas.
f

Ayat (4)
.in

Yang dimaksud dengan "dalam keadaan tertentu"


ww

adalah apabila ternyata terdapat Badan Usaha


Pelabuhan yang mampu memanfaatkan Terminal dan
/w

fasilitas Pelabuhan lainnya untuk melayani kegiatan


yang memberikan manfaat komersial.
s:/
p
htt

Ayat(5) ...

SK No 158400A
t ml
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-196-

hu
Ayat (s)

a
2-t
Cukup jelas.

or-
Angka 17

m
Pasal 96

-no
Cukup jelas.

pu
Angka 18
erp
Pasal 97
d-p

Cukup jelas.
loa
wn

Angka 19
Pasal 98
/do

Cukup jelas.
/12

Angka 20
22

Pasal 99
20

Cukup jelas.
m/
co

Angka 21
si.

Pasal 103
ula

Dihapus.
eg
for

Angka22
Pasal 104
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 23
//w

Pasal 106
ps:

Cukup jelas.
htt

Angka24 ...

SK No 158401 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-197-

hu
Angka24

a
2-t
Pasal 107

or-
Dihapus.

om
Angka 25

u-n
Pasal 111
Cukup jelas.
rpp
-pe
Angka 26
ad

Pasal 124
lo

Yang dimaksud dengan "pengadaan Kapal" adalah kegiatan


memasukkan Kapal dari luar negeri, baik Kapal bekas
wn

maupun Kapal baru untuk didaftarkan dalam daftar Kapal


Indonesia.
/do

Yang dimaksud dengan "pembangunan Kapal" adalah


/12

pembuatan Kapal baru baik di dalam negeri maupun di luar


negeri yang langsung berbendera Indonesia.
22

Yang dimaksud dengan "pengerjaan Kapal" adalah tahapan


/20

pekerjaan dan kegiatan pada saat dilakukan perombakan,


perbaikan, dan perawatan Kapal.
om

Yang dimaksud dengan "perlengkapan Kapal" adalah bagian


yang termasuk dalam perlengkapan navigasi, alat penolong,
i.c

penemu (smoke detedor)dan pemadam kebakaran, radio dan


elektronika Kapal, dan peta serta publikasi nautika, serta
las

perlengkapan pengamatan meteorologi untuk Kapal dengan


u

ukuran dan daerah Pelayaran tertentu.


eg

Yang dimaksud dengan "ketentuan standar internasional"


for

adalah berpedoman pada antara Lain Safetg of Life at Sea


(SOI,AS) Conuention, 1 974 beserta peraturan pelaksanaannya.
.in
ww

Angka2T
Pasal 125
//w

Ayat (l)
ps:

Cukup jelas.
htt

Ayat(2) ...

SK No 158402A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-198-

hu
Ayat (2)

-ta
Yang dimaksud dengan "perombakan" adalah

r-2
perombakan konstruksi dan memerlukan pengesahan
gambar dan perhitungan konstruksi karena mengubah

mo
fungsi, stabilitas, struktur, dan dimensi Kapal.

-no
Ayat (3)
Cukup jelas.

pu
Angka 28
erp
Pasal 126
d-p

Ayat (l)
loa

Sertifikat keselamatan diberikan kepada semua jenis


Kapal ukuran GT 7 (tujuh Gross Tonnage) atau lebih
wn

kecuali:
a. Kapal Perang;
/do

b. Kapal Negara; dan


/12

c. Kapal yang digunakan untuk keperluan olah raga.


Ayat (2)
22

Huruf a
/20

Jenis sertifrkat keselamatan Kapal penumpang


antara lain:
om

1) sertifikat keselamatan Ikpal penumpang


si.c

(meliputi keselamatan konstruksi,


perlengkapan, dan radio kapal); dan
ula

2) sertilikat pembebasan (sertifikat yang


memperbolehkan bebas dari beberapa
eg

persyaratan yang harus dipenuhi).


for

Huruf b
Jenis sertifikat keselamatan Kapal barang sesuai
.in

dengan Safetg of Life at Sea (SOLAS) Conuention,


ww

1974 antara lain:


l.) sertilikat keselamatan Kapal barang;
//w

2) sertifrkat keselamatan konstruksi Kapal


barang;
ps:

3) sertifrkat keselamatan perlengkapan Kapa1


htt

barang;

4) sertifikat . . .

SK No 158403 A
l m
.ht
22
PRESIDEN

-20
ELIK INDONESIA

un
-199-

h
-ta
4) sertifikat keselamatan radio Kapal barang;

r-2
dan

o
5) sertifikat pembebasan (sertilikat yang

om
memperbolehkan bebas dari beberapa
persyaratan yang harus dipenuhi).

u-n
Huruf c
Sertifikasi kelaikan dan pengawakan Kapal
rpp
penangkap ikan dilaksanakan oleh kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
-pe
bidang kelautan dan perikanan.
ad
nlo

Angka 29
Pasal 127
ow

Ayat (1)
2/d

Cukup jelas.
/1

Ayat (2)
22

Cukup jelas.
/20

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "ketentuan standar
om

internasional" adalah berpedoman antara lain: Safetg of


Life at Sea (SOLAS) Conuention, 1974 beserta peraturan
i.c

pelaksanaannya.
las

Ayat (4)
Cukup jelas.
u
eg
for

Angka 30
.in

Pasal 129
Cukup jelas.
ww
/w

Angka 31
s:/

Pasal 130
p

Cukup jelas.
htt

Angka32...

SK No 158404A
m l
2 .ht
02
PRESIDEN

n-2
REPIJELIK INDONESIA
-200-

hu
-ta
Angka 32
Pasal 133

2
or-
Cukup jelas.

om
Angka 33

u-n
Pasal 154

p
Dalam rangka percepatan kemudahan berusaha, proses
erp
pengukuran, pendaftaran, dan penetapan kebangsaan Kapal
pada Kapal penangkap ikan dilakukan secara terintegrasi
d-p

melalui pelayanan I (satu) atap. Sarana dan prasarana


penyelenggaraan sistem 1 (satu) atap disediakan oleh
loa

Pemerintah Pusat.
wn

Angka 34
/do

Pasal 155
/12

Ayat (1)
Pelaksanaan pengukuran Kapal dapat dilakukan oleh
22

kementerian yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang perhubungan. Khusus untuk
/20

Kapal penangkap ikan, pelaksanaan pengukuran dapat


dilakukan oleh kementerian yang menyelenggarakan
om

pemerintahan di bidang perikanan berdasarkan


kompetensi, standar, dan prosedur yang ditetapkan
si.c

oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang perhubungan.
ula

Ayat (21
eg

Cukup jelas.
for

Ayat (s)
.in

Cukup jelas.
Ayat (4)
ww

Cukup jelas.
//w

Angka 35
ps:

Pasal 157
htt

Cukup jelas.
Angka 36. . .

SK No 097236 A
lm
.ht
22
PRESlDEN

-20
REPI"JSLIK INDONESIA

un
-201 -

h
Angka 36

-ta
Pasal 158

r-2
Ayat (1)

o
Cukup jelas.

om
Ayat (2)

u-n
Cukup jelas.
Ayat (s)
rpp
Yang dimaksud dengan "pendaftaran Kapal" adalah
-pe
pendaftaran hak mitik atas Kapal sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
ad

Selain memenuhi ketentuan pendaftaran Kapal, yang


merupakan persyaratan untuk menerbitkan surat
nlo

tanda kebangsaan Kapal Indonesia bagi Kapal yang


ow

mengibarkan bendera Indonesia sebagai bendera


kebangsaan sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang ini, pemilik Kapal penangkap ikan wajib
2/d

memenuhi ketentuan atau persyaratan pendaftaran


/1

Kapal penangkap ikan sebagaimana dimaksud dalam


Undang-Undang yang mengatur mengenai pendaftaran
22

Kapal penangkap ikan.


/20

Ayat (4)
om

Yang dimaksud dengan " grosse akta pendaftaran"


adalah salinan resmi dari minut (as1i dari akta
i.c

pendaftaran).
Bukti hak milik atas Kapal merupakan
las

dokumen
kepemilikan yang disampaikan oleh pemilik Kapal pada
u

saat mendaftarkan Kapalnya antara lain berupa:


eg

1. Bagi Kapal bangunan baru


for

a. kontrak pembangunan Kapal;


.in

b. berita acara serah terima Kapal; dan


ww

c. surat keterangan galangan.


2. Bagi Kapal yang pernah didaftarkan di negara lain
/w

a. bill of sale; dan


s:/

b. protocol of deliuery and acceptance.


p
htt

Ayat(5)...

SK No 158413 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-202-

hu
-ta
Ayat (s)

2
Yang dimaksud dengan "tanda

or-
pendaftaran"
merupakan rangkaian angka dan huruf yang terdiri

om
atas angka tahun pendaftaran, kode pengukuran dari
tempat Kapal didaftarkan, nomor urut akta

u-n
pendaftaran, dan kode kategori Kapal.
Contoh:
2008 Pst No.4999lL rpp
-pe
2008 Tahun pendaftaran Kapal
ad

Pst Kode pengukuran dari tempat


lo

Kapal didaftarkan
wn

No. Nomor
/do

49991 Nomor akta pendaftaran Kapal


/12

L Kode kategori Kapal (L kode


kategori untuk Kapal laut, N
22

kode kategori untuk Kapal


20

nelayan, P kode kategori untuk


Kapal pedalaman yaitu Kapal
m/

yang berlayar di sungai dan


.co

danau).
i
las

Angka 37
gu

Pasal 159
ore

Cukup jelas.
f
.in

Angka 38
ww

Pasal 163
Ayat (1)
//w

Cukup jelas.
ps:

Ayat (2)
htt

Cukup jelas.

Ayat(3)...

SK No 158415 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REFUBLIK INDONES]A

n-2
-203-

hu
-ta
Ayat (3)

r-2
Yang dimaksud dengan "perairan sungai dan danau"

mo
meliputi sungai, danau, waduk, kanal, terusan, dan
rawa.

-no
Angka 39

pu
Pasal 168 erp
Cukup jelas.
d-p

Angka 40
loa

Pasal 169
wn

Ayat (1)
/do

Yang dimaksud dengan "Kapal untuk jenis dan ukuran


tertentu" adalah Kapal barang dengan ukuran GT 500
/12

(lima ratus Gross Tonnage) atau lebih dan Kapal


penumpang semua ukuran yang melakukan Pelayaran
22

internasional, sedangkan untuk Kapal yang berlayar di


dalam negeri jenis dan ukurannya akan ditetapkan
/20

tersendiri.
Ayat (2)
om

Cukup jelas.
i.c

Ayat (3)
las

Cukup jelas.
gu

Ayat (4)
ore

Yang dimaksud dengan "lembaga yang diberikan


kewenangan oleh Pemerintah Pusat" adalah badan
f

klasilikasi yang diakui Pemerintah Pusat.


.in

Ayat (5)
ww

Cukup jelas.
Ayat (6)
//w

Cukup jelas.
ps:
htt

Angka4l ...

SK No l58416A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN
BLIK INDONESIA

n-2
-204-

hu
Angka 41

-ta
Pasal 170

r-2
Ayat (1)

mo
Yang dimaksud dengan "ukuran tertentu" adalah Kapal
barang dengan ukuran GT 500 (lima ratus Gross
Tonnage) atau lebih dan Kapal penumpang semua

o
u-n
ukuran yang melakukan Pelayaran internasional,
sedangkan untuk Kapal yang berlayar di dalam negeri

p
jenis dan ukurannya akan ditetapkan tersendiri.
Ayat (2)
erp
Cukup jelas.
d-p

Ayat (3)
loa

Untuk Kapal yang berlayar di dalam negeri pengaturan


mengenai sertifikat ditetapkan tersendiri.
wn

Ayat (4)
Cukup jelas.
/do

Ayat (5)
Cukup jelas.
/12

Ayat (6)
22

Cukup jelas.
20

Angka42
m/

Pasal 171
co

Ayat (1)
si.

Cukup jelas.
Ayat (2)
la
gu

Dihapus.
Ayat (3)
ore

Cukup jelas.
inf

Angka 43
.
ww

Pasal 197
Cukup jelas.
/w
/

Angka 44
ps:

Pasal 204
htt

Cukup jelas.
Angka45. ..

SK No l58417A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
BLIK INDONESIA

n-2
-205-

hu
-ta
Angka 45

r-2
Pasal 213

mo
Cukup jelas.

-no
Angka 46

pu
Pasal225
Cukup jelas. erp
d-p

Angka4T
Pasal 243
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 48
/do

Pasal 273
Cukup jelas.
/12
22

Angka 49
/20

Pasal 288
Cukup jelas.
om

Angka 50
i.c

Pasal 289
s
ula

Cukup jelas.
g
ore

Angka 51
Pasa1 29O
f
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 52
/w

Pasal 291
Cukup jelas.
s:/

Angka53...
p
htt

SK No l58418A
mlt
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
_206_

hua
2-t
Angka 53
Pasal 292

or-
Cukup jelas.

m
-no
Angka 54
Pasal 293

pu
Cukup jelas. erp
d-p

Angka 55
Pasal 294
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 56
/do

Pasal 295
/12

Cukup jelas.
22

Angka 57
20

Pasal 296
m/

Cukup jelas.
co
si.

Angka 58
ula

Pasal 297
Cukup jelas.
eg
for

Angka 59
.in

Pasal 298
Cukup jelas.
ww
//w

Angka 60
Pasal 299
ps:

Cukup jelas.
htt

Angka6l ...

SK No 158419A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-207-

hu
Angka 61

-ta
Pasal 307

r-2
Cukup jelas.

mo
Angka62

-no
Pasal 308

pu
Cukup jelas.
erp
Angka 63
d-p

Pasal 310
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 64
/do

Pasal 313
Cukup jelas.
/12
22

Angka 65
/20

Pasal 314
Cukup jelas.
om
i.c

Angka 66
Pasal 321
s
ula

Cukup jelas.
g
ore

Angka 67
Pasal 322
f
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 68
/w

Pasal 336
s:/

Cukup jelas.
p
htt

Pasal 58. . .

SK No 158422 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-20a-

hu
-ta
Pasal 58

r-2
Angka 1

mo
Pasal 13
Cukup jelas.

-no
pu
Angka 2
Pasal 14
erp
d-p
Dihapus.
loa

Angka 3
wn

Pasal 15
Cukup jelas.
/do
/12

Angka 4
22

Pasal 16
Cukup jelas.
/20
om

Angka 5
i.c

Pasal 17
Cukup jelas.
las
gu

Angka 6
ore

Pasal 18
f

Cukup jelas.
.in
ww

Angka 7
//w

Pasal 19
Cukup jelas.
ps:

AngkaS. . .
htt

SK No 158423 A
t ml
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-209-

hu
Angka 8

a
2-t
Pasal 2O

or-
Dihapus.

m
Angka 9

-no
Pasal 2l

pu
Dihapus.
erp
Angka 10
d-p

Pasal22
loa

Dihapus.
wn

Angka 11
/do

Pasal 26
/12

Cukup jelas.
22

Angka 12
20

Pasal 30
m/

Cukup jelas.
co
si.

Angka 13
ula

Pasal 31
eg

Dihapus
for

Angka 14
.in

Pasa1 32
ww

Dihapus.
//w

Angka 15
ps:

Pasal 33
htt

Dihapus.
Angka 16. . .

SK No 158424A
l
tm
2.h
02
SIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-2to-

hu
-ta
Angka 16

r-2
Pasal 37

mo
Cukup jelas.

-no
Angka 17

pu
Pasal 40
Cukup jelas.
erp
d-p

Angka 18
loa

Pasal 4l
Cukup jelas.
wn
/do

Angka 19
/12

Pasal 42
Dihapus.
22
/20

Angka 20
om

Pasal 43
Dihapus.
i.c
s
ula

Angka 21
Pasal 45
g
ore

Cukup jelas.
f
.in

Ang)<a22
ww

Pasal 46
Cukup jelas.
/w
s:/

Angka23...
p
htt

SK No 158425 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-2tt -

hu
-ta
Angka 23

r-2
Pasal 47

mo
Huruf a

-no
Cukup jelas.
Huruf b

pu
Cukup jelas.
Huruf c
erp
Personel pemegang Lisensi ahli perawatan Pesawat
d-p

Udara yang dimaksud dalam ketentuan ini hanya dapat


melakukan perawatan Pesawat Udara untuk
loa

perusahaan Angkutan Udara Bukan Niaga yang


berkapasitas penumpang kurang dari 9 (sembilan)
wn

orang.
/do

Angka24
/12

Pasal 48
22

Dihapus.
/20
om

Angka 25
Pasal 49
i.c

Cukup jelas.
las
gu

Angka 26
e

Pasal 5O
for

Cukup jelas.
.in
ww

Angka2T
Pasal 51
/w

Cukup jelas.
/
ps:
htt

Angka28...

SK No 097268 A
l
tm
2.h
02
PRES]DEN
REPUBLIK INOONESIA

n-2
-2t2-

hua
2-t
Angka 28

or-
Pasal 58
Ayat (l)

om
Personel Pesawat Udara meliputi personel operasi

u-n
Pesawat Udara, personel penunjang operasi Pesawat
Udara, dan personel perawatan Pesawat Udara.

rpp
Personel operasi Pesawat Udara meliputi:
-pe
a. penerbang; dan
juru mesin Pesawat Udara.
ad

b.
lo

Personel penunjang operasi Pesawat Udara meliputi:


wn

a. personel penunjang operasi Penerbangan; dan


/do

b. personel kabin.

Personel perawatan Pesawat Udara, yaitu personel


/12

yang telah memiliki Lisensi ahli perawatan Pesawat


22

Udara.
20

Ayat (21
m/

Yang dimaksud dengan usah" adalah dikeluarkan atau


o

dilegalisasi oleh pejabat yang berwenang.


i.c

Yang dimaksud dengan umasih berlaku" adalah Lisensi


las

yang diberikan memiliki batas waktu berlakunya sesuai


dengan bidang pekerjaannya.
u
eg
for

Angka 29
Pasal 60
.in

Cukup jelas.
ww
//w

Angka 30
Pasal 61
ps:

Cukup jelas.
htt

Angka3l ...

SK No 158427A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-2t3-

hu
Angka 31

a
2-t
Pasal 63

or-
Ayat (1)
Cukup jelas.

m
-no
Ayat (21

Yang dimaksud dengan "keadaan tertentu" adalah:

pu
a. tidak tersedianya kapasitas Pesawat Udara di
Indonesia; erp
b. tidak tersedianya jenis atau kemampuan Pesawat
d-p

Udara Indonesia untuk melakukan kegiatan


Angkutan Udara;
loa

c. bencana alam; dan/ atau


wn

d. bantuan kemanusiaan.
Yang dimaksud dengan "dalam waktu yang terbatas"
/do

adalah waktu pengoperasian Pesawat Udara Sipil Asing


dibatasi sampai dapat ditanggulanginya keadaan
/12

tertentu oleh Pesawat Udara Indonesia.


22

Ayat (3)
20

Yang dimaksud dengan "perjanjian antarnegara" adalah


pe{anjian pelimpahan kewenangan fungsi
m/

Kelaikudaraan.
co

Ayat (4)
si.

Yang dimaksud dengan "persyaratan Kelaikudaraan"


adalah sesuai dengan ketentuan nasional dan
ula

internasional.
eg

Ayat (s)
for

Cukup jelas.
Ayat (6)
.in

Cukup jelas.
ww
//w

Angka 32
Pasal 64
ps:

Dihapus.
htt

Angka33...

SK No 158428 A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN
REPIIELIK INDONESIA

n-2
-2L4-

hu
Angka 33

a
2-t
Pasal 66

or-
Cukup jelas.

om
Angka 34

u-n
Pasal 67
Ayat (1)
Cukup jelas. rpp
-pe
Ayat (21
ad

Yang dimaksud dengan "tanda identitas" adalah tanda


pendaftaran.
lo
wn

Angka 35
/do

Pasal 84
/12

Cukup jelas.
22

Angka 36
/20

Pasal 85
om

Ayat (1)
Cukup jelas.
i.c

Ayal (21
las

Yang dimaksud dengan "keadaan tertentu" adalah


u

adanya kebutuhan kapasitas Angkutan Udara pada


eg

rute tertentu yang tidak dapat dipenuhi oleh kapasitas


Angkutan Udara Niaga berjadwal yang dilaksanakan
for

sesuai dengan ketentuan Angkutan Udara Niaga tidak


berjadwal, antara lain paket wisata, MICE (meeting,
.in

insentiue trauel, convention, and exhibitionl, Angkutan


ww

Udara haji, bantuan bencana alam, kegiatan


kemanusiaan, dan kegiatan yang bersifat nasional dan
//w

internasional.
Yang dimaksud dengan "bersifat sementara' adalah
ps:

persetujuan yang diberikan terbatas untuk jangka


waktu tertentu, paling lama 6 (enam) bulan dan hanya
htt

dapat diperpanjang untuk 1 (satu) kali pada rute yang


sama.
Ayat(3)...

SK No 158429A
t ml
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-215-

hu
Ayat (3)

a
2-t
Cukup jelas.

or-
Ayat (4)
Cukup jelas.

m
-no
Angka 37

pu
Pasal 91
Ayat (l)
erp
Cukup jelas.
d-p

Ayat (2)
loa

Cukup jelas.
wn

Ayat (s)
Yang dimaksud dengan "keadaan tertentu" adalah
/do

keadaan tidak terpenuhi atau tidak terlayaninya


permintaan jasa Angkutan Udara oleh Badan Usaha
/12

Angkutan Udara niaga berjadwal pada rute tertentu.


22

Ayat (a)
Cukup jelas.
20

Ayat (5)
m/

Cukup jelas.
co
si.

Angka 38
ula

Pasal 93
eg

Cukup jelas.
for

Angka 39
.in

Pasal 94
ww

Cukup jelas.
//w

Angka 40
ps:

Pasal 95
htt

Cukup jelas.
Angka4l ...

SK No 158430A
ml
.ht
22
PRE EIEN

-20
S I

REPUBLIK INDONESIA

un
-216-

ah
2-t
Angka 4l

or-
Pasal 96
Cukup jelas.

om
u-n
Ang)<a 42
Pasal 97
Ayat (1)
rpp
-pe
Huruf a
ad

Yang dimaksud dengan "pelayanan dengan


standar maksimum" antara lain, pemberian
lo

makan dan minum, makanan ringan, dan


wn

fasilitas ruang tunggu eksekutif (loungel untuk


kelas bisnis (business class) dan kelas utama
/do

fitrst class).
Huruf b
/12

Yang dimaksud dengan "pelayanan dengan


22

standar menengah" antara lain, pemberian


makanan ringan, dan fasilitas lain ruang tunggu
/20

eksekutif untuk penumpang kelas ekonomi


tertentu.
om

Huruf c
si.c

Yang dimaksud dengan "pelayanan dengan


standar minimum" antara lain, hanya ada I (satu)
ula

kelas pelayanan, tanpa pemberian makan dan


minum, makanan ringan, fasilitas ruang tunggu
g

eksekutif, dan dikenakan biaya untuk bagasi


ore

tercatat.
f

Ayat (21
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 43
/w

Pasal 99
s:/

Dihapus.
p
htt

Angka44...

SK No 097275 A
mlt
2.h
02
PRESIDEN
BLIK INDONESIA

n-2
-217 -

hua
2-t
Ang)<a 44

or-
Pasal 100
Cukup jelas.

m
-no
Angka 45

pu
Pasal 109
Cukup jelas.
erp
d-p

Angka 46
loa

Pasal 110
wn

Dihapus.
/do

Angka4T
/12

Pasal 1l 1

Dihapus.
22
20

Angka 48
m/

Pasal 112
co

Cukup jelas.
si.
ula

Angka 49
eg

Pasal 113
for

Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "dipindahtangankan' adalah
.in

perubahan kepemilikan sebagian atau seluruh saham


Badan Usaha Angkutan Udara niaga
ww

berupa
penggabungan (merger) atau pengambilalihan (akuisisi).
//w

Ayat (2)
Cukup jelas.
ps:
htt

Angka50...

SK No 158432 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPIIBLIK TNDONES

n-2
-2ta-

hu
Angka 50

-ta
Pasal 114

r-2
Cukup jelas.

mo
5l

-no
Angka
Pasal 118

pu
Cukup jelas.
erp
d-p
Angka 52
Pasal 119
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 53
/do

Pasal 120
/12

Cukup jelas.
22

Angka 54
/20

Pasal 130
om

Cukup jelas.
i.c

Angka 55
s
ula

Pasal 131
g

Dihapus.
fore

Angka 56
.in

Pasal 132
ww

Dihapus.
/w

Angka 57
s:/

Pasal 133
p
htt

Dihapus.

Angka58...

SK No 158433 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INOONESIA

n-2
-219-

hu
-ta
Angka 58

r-2
Pasal 137

mo
Cukup jelas.

-no
Angka 59

pu
Pasal 138
Cukup jelas. erp
d-p

Angka 60
loa

Pasal 139
Cukup jelas.
wn
/do

Angka 6l
Pasal 2O5
/12

Cukup jelas.
22
/20

Angka 62
Pasal 215
om

Dihapus.
i.c

Angka 63
s
ula

Pasal 218
Cukup jelas.
g
ore

Angka 64
f
.in

Pasa1 2 19
ww

Cukup jelas.
/w

Angka 65
s:/

Pasal 221
p

Cukup jelas.
htt

Angka66.. .

SK No 158434A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN

n-2
REPI.JBLIK INDONESIA

-220-

hu
Angka 66

-ta
Pasal 222

r-2
Cukup jelas.

mo
-no
Angka 67
Pasal 224

pu
Cukup jelas.
erp
d-p
Angka 68
PasaJ225
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 69
/do

Pasal 233
/12

Cukup jelas.
22

Angka 70
/20

Pasal 237
om

Cukup jelas.
i.c
s

Angka 71
ula

Pasal 238
g

Cukup jelas.
fore

AngkaT2
.in

Pasal 242
ww

Cukup jelas.
/w

Angka 73
s:/

Pasal 247
p
htt

Cukup jelas.
Ang)<a74 . . .

SK No 158435 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUELIK INDONESIA

un
-22t-

ah
Ang)<a 74

-t
Pasal249

r-2
Yang dimaksud dengan ukeadaan tertentu", antara lain,

mo
untuk tqiuan medical euaanation dan penanganan bencana.

o
u-n
Angka 75
Pasal 250
rpp
Yang dimaksud dengan "keadaan tertentu", dapat berupa:
-pe
a. terjadi bencana alam atau keadaan darurat lainnya
sehingga mengakibatkan tidak berfungsinya Bandar
ad

Udara Umum; dan/atau


nlo

b. pada daerah yang bersangkutan tidak terdapat Bandar


Udara Umum dan belum ada moda transportasi yang
ow

memadai.
2/d

AngkaT6
/1

Pasal 252
22

Cukup jelas.
/20
om

AngkaTT
Pasal 253
si.c

Cukup jelas.
ula

Angka 78
eg

Pasal 254
for

Ayat (1)
.in

Yang dimaksud dengan "memenuhi ketentuan


Keselamatan Penerbangan dan Keamanan
ww

Penerbangan", arrtara lain, memiliki buku pedoman


pengoperasian tempat pendaratan dan lepas landas
//w

Helikopter (lelipoft marutall.


ps:

Ayat (21

Cukup jelas.
htt

Angka79...

SK No 097286 A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-222-

hu
Ang)<a79

a
2-t
Pasal 255

or-
Cukup jelas.

m
Angka 80

-no
Pasal 275

pu
Ayat (1)
Cukup jelas.
erp
d-p

Ayat (2)
loa

Cukup jelas.
wn

Ayat (s)
Huruf a
/do

Yang dimaksud dengan "unit pelayanan Navigasi


Penerbangan di Bandar Udara" terdiri atas
/12

pelayanan Aerodrome oleh personel pemandu


(Aerodrome controll, pelayanan komunikasi
22

Penerbangan (aeronautical Jlight information


20

serviesl, dan pelayanan Aerodrome tanpa


personel pemandu (unattended).
m/

Huruf b
co

Yang dimaksud dengan"unit pelayanan navigasi


si.

pendekatan" adalah unit pelayanan Navigasi


Penerbangan pada kawasan pendekatan
ula

kedatangan (standard arriual route) dan


eg

keberangkatan (standard instrument departurel.


for

Huruf c
Yang dimaksud dengan "unit pelayanan Navigasi
.in

Penerbangan jelajah" adalah unit pelayanan lalu


lintas Penerbangan terkendali yang diberikan
ww

kepada Pesawat Udara yang mendapatkan


persetujuan dari personel pemandu lalu lintas
//w

Penerbangan (air trafic control cLearancel,


pelayanan informasi Penerbangan (flight
ps:

information seruicel, dan pelayanan kesiagaan


lalerting seruiel.
htt

AngkaSl ...

SK No 158437 A
l
tm
2.h
02
PFIESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-223-

hu
Angka 8l

-ta
Pasal277

r-2
Cukup jelas.

mo
-no
Angka 82
PasaJ292

pu
Ayat (1)
erp
Cukup jelas.
d-p
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "personel Navigasi Penerbangan
loa

yang terkait langsung dengan pelaksanaan


pengoperasian dan/atau pemeliharaan fasilitas
wn

Navigasi Penerbangan" meliputi:


a. personel pelayanan lalu lintas Penerbangan, yang
/do

terdiri atas:
/12

1. pemandu lalu lintas Penerbangan; dan


2. pemandu komunikasi Penerbangan.
22

b. personel teknik telekomunikasi Penerbangan, yang


20

terdiri atas:
m/

1. teknisi komunikasi Penerbangan;


o

2. teknisi radio Navigasi Penerbangan;


i.c

3. teknisi pengamatan Penerbangan; dan


las

4. teknisi kalibrasi Penerbangan.


u

c. personel pelayanan informasi aeronautika; dan


eg

d. personel perancang prosedur Penerbangan adalah


for

personel yang bertugas antara lain:


1)
.in

merancang suatu prosedur pergerakan Pesawat


Udara untuk:
ww

a) keberangkatan (standard instrument


departurel. Prosedur pergerakan Pesawat
//w

Udara keberangkatan adalah jalur


Penerbangan tertentu dari suatu Bandar
ps:

Udara, ditandai oleh fasilitas navigasi, yang


merupakan panduan bagi penerbang.
htt

b) kedatanga .

SK No 097273 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-224-

hu
b) kedatangan (standard instrument arriual

-ta
route). Prosedur pergerakan Pesawat Udara
jalur Penerbangan

r-2
kedatangan adalah
tertentu menuju suatu Bandar Udara,

mo
ditandai oleh fasilitas-fasilitas navigasi,
yang merupakan panduan bagi penerbang.

-no
c) ancangan pendaratan linstrument approach
proedurel. Prosedur pergerakan Pesawat

pu
Udara ancangan pendaratan adalah
rangkaian manuver yang ditetapkan bagi
erp
penerbang dalam melaksanakan prosedur
ancangan pendaratan dengan hanya
d-p

berpedoman pada instrumen-instrumen


yang terdapat dalam cockpit serta fasilitas
loa

komunikasi dan navigasi.


wn

d) terbang jelajah (en-routel. Prosedur


pergerakan Pesawat Udara terbang jelajah
/do

adalah prosedur pergerakan Pesawat Udara


yang dimulai dari fase keberangkatan
/12

sampai dengan awal fase kedatangan


melalui suatu jalur Penerbangan dengan
22

batas ketinggian minimum yang ditentukan


(minimum en-route altitudel.
/20

2) melakukan kajian aeronautika terhadap objek


om

halangan yang berada dalam area operasi


Penerbangan.
i.c
s

Angka 83
ula

Pasal294
g

Cukup jelas.
ore
f
.in

Angka 84
ww

Pasal 295
Cukup jelas.
/w
s:/

Angka 85
p

Pasal 317
htt

Cukup jelas.
Angka86...

SK No 158439A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPLTBLIK INDONESIA

-225-

hu
Angka 86

-ta
Pasal 389

r-2
Cukup jelas.
Angka 87

mo
Pasal 392
Cukup jelas.

-no
Angka 88
Pasal 409

pu
Cukup jelas.
Angka 89
erp
Pasal 414
d-p

Cukup jelas.
Angka 90
loa

Pasal 416
Cukup jelas.
wn

Angka 91
Pasal 418
/do

Cukup jelas.
Angka 92
/12

Pasal 423
22

Cukup jelas.
Angka 93
/20

Pasal 426
Cukup jelas.
om

Angka 94
Pasal 427
si.c

Cukup jelas.
Angka 95
ula

Pasal 428
jelas.
eg

Cukup
for

Pasal 59
Cukup jelas.
.in
ww

Pasal 6O
Angka 1
//w

Pasal 30
Ayat (1)
ps:

Cukup jelas.
htt

Ayat(2}...

SK No 1582140 A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK TNDONES

n-2
-226-

hua
2-t
Ayat (2)

or-
Huruf a
Yang dimaksud dengan "pelayanan kesehatan

m
tingkat pertama" adalah pelayanan kesehatan

-no
yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan
dasar.

pu
Huruf b
erp
Yang dimaksud dengan "pelayanan kesehatan
tingkat kedua" adalah pelayanan kesehatan yang
d-p

diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan


spesialistik.
loa

Huruf c
wn

Yang dimaksud dengan "pelayanan kesehatan


tingkat ketiga" adalah pelayanan kesehatan yang
/do

diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan sub


spesialistik.
/12

Ayat (3)
22

Cukup jelas.
20

Ayat (4)
Cukup jelas.
m/
co

Angka 2
si.

Pasal 35
ula

Cukup jelas.
eg
for

Angka 3
.in

Pasal 60
Ayat (1)
ww

Yang dimaksud dengan "alat dan teknologi" dalam


ketentuan ini adalah yang tidak bertentangan dengan
//w

tindakan pengobatan tradisional yang dilakukan.


ps:

Ayat (2)
Cukup jelas.
htt

Angka4...

SK No 158,141 A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-227 -

hu
Angka 4

a
2-t
Pasal 106

or-
Ayat (l)
Yang dimaksud dengan "Sediaan Farmasi" adalah Obat,

m
bahan Obat, Obat Tradisional, dan kosmetik. Termasuk

-no
dalam Sediaan Farmasi adalah suplemen kesehatan
dan Obat kuasi.

pu
Ayat (2) erp
Cukup jelas.
d-p

Ayat (3)
Cukup jelas.
loa

Ayat (4)
wn

Cukup jelas.
/do

Angka 5
/12

Pasal 111
22

Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "standa/ antara lain terkait
20

dengan pemberian tanda atau label yang berisi:


m/

a. nama produk;
co

b. daftar bahan yang digunakan;


si.

c. berat bersih atau isi bersih;


ula

d. nama dan alamat pihak yang memproduksi atau


memasukkan makanan dan minuman ke dalam
eg

wilayah Indonesia; dan


for

e. tanggal, bulan, dan tahun kadaluwarsa.


.in

Ayat (21

Cukup jelas.
ww

Ayat (3)
//w

Cukup jelas.
Ayat (4)
ps:

Cukup jelas.
htt

Angka6...

SK No 158442A
t ml
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-22a-

hu
Angka 6

a
2-t
Pasa1 182

or-
Cukup jelas.

m
-no
Angka 7
Pasal 183

pu
Cukup jelas.
erp
Angka 8
d-p

Pasal 187
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 9
/do

Pasal 188
/12

Cukup jelas.
22

Angka 10
20

Pasal 197
m/

Cukup jelas.
co
si.

Pasal 61
ula

Angka 1
eg

Pasal 17
for

Cukup jelas.
.in

Angka 2
ww

Pasal 24
//w

Ayat (1)
Kemampuan pelayanan antara lain ditentukan oleh
ps:

sumber daya manusia, bangunan, sarana, dan


peralatan.
htt

Ayat(21 ...

SK No 158,143 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
BLIK INOONESIA

un
-229-

h
Ayat (2)

-ta
Cukup jelas.

r-2
Angka 3

o
Pasal 25

om
Cukup jelas.

u-n
rpp
Angka 4
Pasal26
-pe
Cukup jelas.
ad
nlo

Angka 5
Pasal 27
ow

Cukup jelas.
2/d

Angka 6
/1
22

Pasal 28
Cukup jelas.
/20
om

Angka 7
i.c

Pasal 29
Ayat (1)
las

Huruf a
u
eg

Cukup jelas.
for

Huruf b
Yang dimaksud dengan "standar pelayanan
.in

Rumah Sakit" adalah semua standar pelayanan


ww

yang berlaku di Rumah Sakit, antara lain standar


prosedur operasional, standar pelayanan medis,
dan standar asuhan keperawatan.
/w

Huruf c
s:/

Cukup jelas.
p
htt

Hurufd . ..

SK No 158444A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN

n-2
REPIIBLIK INDONESIA
-230-

hu
-ta
Hurufd

r-2
Cukup jelas.

mo
Huruf e
Cukup jelas.

-no
Huruf f

pu
Yang dimaksud dengan "Pasien tidak mampu
erp
atau miskin" adalah Pasien yang memenuhi
persyaratan yang diatur dengan ketentuan
d-p
peraturan perundang-undangan.
Huruf g
loa

Cukup jelas.
wn

Huruf h
Yang dimaksud dengan
/do

rekam medis" adalah penyelenggaraan rekam


medis yang dilakukan sesuai dengan standar
/12

yang secara bertahap diupayakan mencapai


standar internasional.
22

Huruf i
/20

Cukup jelas.
om

Hurufj
Cukup jelas.
i.c

Huruf k
s
ula

Cukup jelas.
g

Huruf I
ore

Cukup jelas.
f

Hurufm
.in

Cukup jelas.
ww

Huruf n
Cukup jelas.
/w
s:/

Huruf o . . .
p
htt

SK No 158,145A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA

-23t-

hu
Huruf

-ta
o
Rumah Sakit dibangun serta dilengkapi dengan

r-2
sarana, pras€rr€rna dan peralatan yang dapat
difungsikan serta dipelihara sedemikian rupa

mo
untuk mendapatkan keamanan, mencegah
kebakaran atau bencana dengan terjaminnya

-no
keamanan, kesehatan dan keselamatan Pasien,
petugas, pengunjung, dan lingkungan Rumah

pu
Sakit.
Huruf p
erp
Cukup jelas.
d-p

Huruf q
loa

Cukup jelas.
Huruf r
wn

Yang dimaksud dengan "peraturan internal


/do

Rumah Sakit" (hosprtal bg lausl adalah peraturan


organisasi Rumah Sakit (urporate bg lawsl dan
/12

peraturan staf medis Rumah Sakit (medical staff


bg lau) yang disusun dalam rangka
22

menyelenggarakan tata kelola perusahaan yang


batk (good corporate goueman@l dan tata kelola
/20

klinis yang batk (good clinical gouemanel. Dalam


peraturan staf medis Rumah Sakit (medical staff
om

bg lawl antara lain diatur kewenangan klinis


lClinical Priuilegel.
i.c

Huruf s
s
ula

Cukup jelas.
Huruf t
g

Cukup jelas.
ore

Ayat (2)
f
.in

Cukup jelas.
Ayat (3)
ww

Cukup jelas.
/w
s:/

Angka 8
p

Pasal 40
htt

Cukup jelas.

Angka9. . .

SK No 158446A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPIJEL]K INDONESIA
-232-

hu
Angka 9

-ta
Pasal 54

r-2
Ayat (1)

mo
Cukup jelas.

-no
Ayat (2)
Cukup jelas.

pu
Ayat (3)
Cukup jelas.
erp
d-p
Ayat (4)
Yang dimaksud dengan "pengawasan yang bersifat
loa

teknis medis" adalah audit medis.


Yang dimaksud dengan "pengawasan yang bersifat
wn

teknis perumahsakitan" adalah audit kinerja rumah


sakit.
/do

Ayat (s)
/12

Cukup jelas.
22

Ayat (6)
Cukup jelas.
/20
om

Angka 10
i.c

Pasal 62
s

Cukup jelas.
ula
g

Pasal 62
ore

Angka I
f
.in

Pasal 5
Cukup jelas.
ww
/w

Angka 2
s:/

Pasal 9
Cukup jelas.
p
htt

Angka3.. .

SK No 158447A
ml
.ht
22
PRESlDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-233-

ah
Angka 3

2-t
Pasal 16

or-
Cukup jelas.

om
Angka 4

u-n
Pasal 18
Ayat (1)
rpp
Surat persetujuan ekspor dari Pemerintah Pusat berisi
-pe
keterangan tertulis antara lain mengenai nama, jenis,
bentuk dan jumlah Psikotropika yang disetqiui untuk
ad

diekspor, nama dan alamat eksportir dan importir di


negara pengimpor, jangka waktu pelaksanaan ekspor
lo

dan keterangan bahwa ekspor tersebut untuk


wn

kepentingan pengobatan dan/ atau ilmu pengetahuan.


Surat persetujuan impor dari Pemerintah Pusat berisi
/do

keterangan tertulis antara lain mengenai nama, jenis,


bentuk dan jumlah Psikotropika yang disetujui untuk
/12

diimpor, nama dan alamat importir dan eksportir di


negara pengekspor, jangka waktu pelaksanaan impor
22

dan keterangan bahwa impor tersebut untuk


20

kepentingan pengobatan dan/atau ilmu pengetahuan.


m/

Ayat (2)
Cukup jelas.
.co

Ayat (s)
i
las

Cukup jelas.
gu

Angka 5
ore

Pasal 19
f
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 6
//w

Pasal 20
Cukup jelas.
ps:
htt

Angka7...

SK No 158448A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-234-

ah
2-t
Angka 7

or-
Pasal 2l
Cukup jelas.

om
u-n
Angka 8

rpp
PasaL 22
Cukup jelas.
-pe
ad

Pasal 63
Angka
lo

1
wn

Pasal l1
Ayat (1)
/do

Ketentuan ini membuka kemungkinan untuk


/12

memberikan Peizinan Berusaha kepada lebih dari satu


Industri Farmasi yang berhak memproduksi obat
Narkotika, tetapi dilakukan sangat selektif dengan
22

maksud agar pengendalian dan pengawasan Narkotika


20

dapat lebih mudah dilakukan.


m/

Ayat (2)
Cukup jelas.
.co

Ayat (3)
i
las

Cukup jelas.
gu

Ayat (4)
ore

Cukup jelas.
f
.in

Angka 2
ww

Pasal 15
Ayat (1)
//w

Cukup jelas.
ps:

Ayat(2)...
htt

SK No 158449A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-235-

hu
Ayat (2)

-ta
Yang dimaksud dengan udalam keadaan tertentu"

r-2
dalam ketentuan ini adalah apabila Pedagang Besar
Farmasi milik negara dimaksud tidak dapat

mo
melaksanakan fungsinya dalam melakukan impor
Narkotika karena bencana alam, kebakaran dan lain-

-no
lain.

pu
Ayat (3)

Cukup jelas. erp


d-p

Angka 3
loa

Pasal 16
Cukup jelas.
wn
/do

Angka 4
Pasal 18
/12

Ayat (1)
22

Pedagang Besar Farmasi dalam ketentuan ini adalah


/20

badan usaha milik negara maupun swasta.


Ayat (2)
om

Cukup jelas.
si.c

Angka 5
ula

Pasal 19
g

Cukup jelas.
f ore

Angka 6
.in

Pasal22
ww

Cukup jelas.
/w
s:/

Angka 7
p

Pasal24
htt

Cukup jelas.

Angka8...

SK No 158450 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPIJBLIK INDONESIA

n-2
-236-

hu
Angka 8

-ta
Pasal 26

2
or-
Cukup jelas.
Angka 9

om
Pasal 36

-n
Cukup jelas.

pu
Angka 10
Pasal 39
erp
d-p
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "Industri Farmasi" adalah
loa

Industri Farmasi tertentu yang telah memiliki izin


khusus untuk menyalurkan Narkotika.
wn

Yang dimaksud dengan "Pedagang Besar Farmasi"


adalah Pedagang Besar Farmasi tertentu yang telah
/do

memiliki izin khusus untuk menyalurkan Narkotika.


/12

Ayat (2)
Ketentuan ini menegaskan bahwa Perizinan Berusaha
22

brgi sarana penyimpanan Sediaan Farmasi pemerintah


diperlukan sepanjang surat keputusan pendirian
20

sarana penyimpanan Sediaan Farmasi tersebut tidak


m/

dikeluarkan oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan


Makanan.
co

Ayat (3)
si.

Cukup jelas.
ula
eg

Pasal 64
for

Angka 1
.in

Pasal 1

Cukup jelas.
ww

Angka 2
//w

Pasal 14
Cukup jelas.
ps:

Angka3. . .
htt

SK No 158451A
ml
.ht
22
PRESIOEN

-20
IIELIK INOONESIA

un
-237-

h
-ta
Angka 3

r-2
Pasal 15

o
Ayat (1)

om
Cukup jelas.

u-n
Ayat (21

Yang dimaksud dengan "untuk keperluan lain" adalah


rpp
penggunaan kelebihan Produksi Pangan selain untuk
konsumsi, antara lain, untuk pakan, bahan baku
-pe
energi, industri, dan/ atau ekspor.
ad
nlo

Angka 4
Pasal 36
ow

Cukup jelas.
2/d

Angka 5
/1
22

Pasal 39
Usaha tani meliputi peningkatan produksi, kesejahteraan
/20

Petani, Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Pelaku Usaha


Pangan skala mikro dan kecil.
om
i.c

Angka 6
las

Pasal 68
u

Ayat (1)
eg

Yang dimaksud dengan "rantai Pangan' adalah urutan


for

tahapan dan operasi di dalam produksi, pengolahan,


distribusi, penyimpanan, dan penanganan suatu
.in

Pangan dan bahan bakunya mulai dari produksi hingga


konsumsi, termasuk bahan yang berhubungan dengan
ww

Pangan hingga Pangan siap dikonsumsi.


Yang dimaksud dengan usecara terpadu" adalah
/w

penyelenggaraan Keamanan Pangan harus


s:/

dilaksanakan secara terpadu dan sinergis oleh semua


pemangku kepentingan pada setiap rantai Pangan.
p
htt

Ayat(2)...

SK No 158452A
lm
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-238-

h
-ta
Ayat (21

r-2
Penetapan norna, standar, prosedur, dan kriteria

o
Keamanan Pangan dilakukan antara lain, dengan

om
berbasis analisis risiko. Analisis risiko merupakan
proses pengambilan keputusan yang dilakukan secara

u-n
sistematis dan transparan berdasarkan informasi
ilmiah yang meliputi manajemen risiko, kajian risiko,

Ayat (3)
dan komunikasi risiko.
rpp
-pe
Cukup jelas.
ad

Ayat (4)
nlo

Cukup jelas.
Ayat (s)
ow

Cukup jelas.
2/d

Ayat (6)
/1

Cukup jelas.
22
/20

Angka 7
Pasal T2
om

Cukup jelas.
i.c
las

Angka 8
u

Pasal T4
eg

Cukup jelas.
for
.in

Angka 9
Pasal TT
ww

Ayat (1)
/w

Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam


Perizinan Berusaha adalah dari aspek Keamanan
s:/

Pangan.
p
htt

Ayat(21...

SK No 158453 A
m l
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUALTK INDONESIA

un
-239-

h
-ta
Ayat (2)

r-2
Yang dimaksud dengan "bahan baku" adalah bahan

o
utama yang dipakai dalam kegiatan atau proses

om
Produksi Pangan, yang dapat berupa bahan mentah,
bahan setengah jadi, atau bahan jadi.

u-n
Yang dimaksud dengan "bahan lain" adalah bahan yang
tidak termasuk bahan baku maupun bahan tambahan
Pangan. rpp
-pe
Ayat (s)
Cukup jelas.
ad
nlo

Angka l0
ow

Pasal 81
Cukup jelas.
/12/d

Angka 11
22

Pasal 87
/20

Dihapus.
om

Angka 12
i.c

Pasal 88
las

Cukup jelas.
u
eg

Angka 13
for

Pasal 9 1
.in

Ayat (1)
ww

Cukup jelas.
/w
s:/
p
htt

Ayat(2) ...

SK No 158454A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-240-

hu
Ayat (2)

a
2-t
Yang dimaksud dengan "Pangan Olahan tertentu"
adalah Pangan Olahan yang dibuat oleh industri rumah

or-
tangga Pangan, yaitu industri Pangan yang memiliki
tempat usaha di tempat tinggal dengan peralatan

m
pengolahan manual hingga semi otomatis.

-no
Ayat (3)

pu
Cukup jelas.
erp
Angka 14
d-p

Pasal 91A
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 15
/do

Pasal 133
/12

Cukup jelas.
22

Angka 16
20

Pasal 134
m/

Cukup jelas.
co
si.

Angka 17
ula

Pasal 135
Cukup jelas.
eg
for

Angka 18
.in

Pasal 139
ww

Cukup jelas.
//w

Angka 19
ps:

Pasal 14O
htt

Cukup jelas.
Angka20...

SK No 158455 A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-241 -

hu
Angka 20

a
2-t
.Pasal 14 1

or-
Cukup jelas.

m
2l

-no
Angka
Pasal 142

pu
Cukup jelas.
erp
d-p
Pasal 65
Ayat (1)
loa

Yang dimaksud dengan kata "dapat" dalam ketentuan ini


pada dasarnya kewajiban memenuhi Perizinan Berusaha tidak
wn

berlaku pada sektor pendidikan kecuali lembaga pendidikan


formal di kawasan ekonomi khusus yang diatur tersendiri.
/do

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini


/12

menganut prinsip bahwa pengelolaan satuan pendidikan


bersifat nirlaba sehingga tidak dapat disamakan dengan
22

pengelolaan kegiatan usaha. Dengan demikian perlakuan,


persyaratan, dan proses izin yang diperlukan oleh satuan
20

pendidikan untuk kegiatan operasionalnya tidak dapat sama


dengan perlakuan, persyaratan, dan proses Perizinan
m/

Berusaha untuk kegiatan yang dapat bersifat laba.


co

Ketentuan bin untuk satuan pendidikan tetap mengikuti


si.

ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang


Pendidikan:
ula

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem


eg

Pendidikan Nasional;
for

2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2Ol2 tentang


Pendidikan Tinggi;
.in

3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2OO5 tentang Guru dan


ww

Dosen;
4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2Ol3 tentang
//w

Pendidikan Kedokteran;
5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2Ol9 tentang
ps:

Pesantren.
htt

Undang-Undang . . .

SK No 158456 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-242-

hu
Undang-Undang tersebut tidak diatur dalam Peraturan

-ta
Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini dan oleh karena itu
tidak ada kewajiban bag, satuan pendidikan tersebut

2
or-
termasuk satuan pendidikan nonformal yang dikelola oleh
masyarakat melakukan proses izin melalui sistem Perizinan

om
Berusaha sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang ini.

u-n
Ketentuan pasal ini memberikan ruang bagi pengelola satuan
pendidikan secara sukarela untuk dapat menggunakan proses
rpp
sistem Perizinan Berusaha antara lain untuk proses
kesesuaian tata ruang, persetujuan lingkungan, dan standar
-pe
bangunan gedung. Untuk pengelolaan satuan pendidikan
cukup dengan proses yang telah ada sehingga tidak dilakukan
ad

melalui sistem Perizinan Berusaha yang diatur dalam


lo

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini.


wn

Sebagai contoh bahwa untuk pendirian pesantren telah diatur


dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2019 tentang
/do

Pesantren yang mengatur bahwa pendirian pesantren hanya


dengan mendaftarkan kepada menteri yang
/12

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agama.


Sehingga dengan demikian pendirian pesantren tidak berlaku
22

kewajiban untuk menggunakan sistem Peizinan Berusaha


dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini.
20

Ayat (21
m/

Cukup jelas.
i .co

Pasal 66
las

Angka 1
gu

Pasal 14
ore

Cukup jelas.
f
.in

Angka 2
ww

Pasal 17
Cukup jelas.
//w
ps:

Angka 3
htt

Pasal22
Cukup jelas.
Angka4...
SK No 158457 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-243-

hu
-ta
Angka 4

r-2
Pasal 78

mo
Cukup jelas.

-no
Angka 5

pu
Pasal 79
Dihapus.
erp
d-p

Pasal 67
loa

Angka I
wn

Pasal 14
Ayat (1)
/do

Hurufa
/12

Yang dimaksud dengan "usaha Daya Tarik


Wisata" adalah usaha yang kegiatannya
22

mengelola Daya Tarik Wisata alam, Daya Tarik


Wisata budaya, dan Daya Tarik Wisata
/20

buatan/binaan manusia.
om

Huruf b
Yang dimaksud dengan "usaha kawasan
i.c

Pariwisata" adalah usaha yang kegiatannya


membangun dan/atau mengelola kawasan
s
ula

dengan luas tertentu untuk memenuhi


kebutuhan Pariwisata.
g
ore

Huruf c
Yang dimaksud dengan "usaha jasa transportasi
f
.in

Wisata" adalah usaha khusus yang menyediakan


angkutan untuk kebutuhan dan kegiatan
ww

Pariwisata, bukan angkutan transportasi


reguler/umum.
/w

Hurufd . . .
ps:/
htt

SK No 158458A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUALIK INDONESIA

n-2
-244-

hu
-ta
Hurufd

r-2
Yang dimaksud dengan "usaha jasa perjalanan

mo
Wisata" adalah usaha biro perjalanan Wisata dan
usaha agen perjalanan Wsata. Usaha biro

-no
perjalanan Wisata meliputi usaha penyediaan
jasa perencanaan perjalanan dan/ atau jasa
pelayanan dan penyelenggaraan Pariwisata,

pu
termasuk penyelenggaraan perjalanan ibadah.
erp
Usaha agen perjalanan Wisata meliputi usaha
jasa pemesanan sarana, seperti pemesanan tiket
d-p

dan pemesanan akomodasi serta pengurusan


dokumen perjalanan.
loa

Huruf e
wn

Yang dimaksud dengan "usaha jasa makanan


dan minuman" adalah usaha jasa penyediaan
/do

makanan dan minuman yang dilengkapi dengan


peralatan dan perlengkapan untuk proses
/12

pembuatan dapat berupa restoran, kafe, jasa


boga, dan bar/ kedai minum.
22

Huruf f
/20

Yang dimaksud dengan uusaha penyediaan


akomodasi" adalah usaha yang menyediakan
om

pelayanan penginapan yang dapat dilengkapi


dengan pelayanan Pariwisata lainnya. Usaha
i.c

penyediaan akomodasi dapat berupa hotel, vila,


las

pondok wisata, bumi perkemahan, persinggahan


karavan, dan akomodasi lainnya yang digunakan
gu

untuk tujuan Pariwisata.


ore

Huruf g
Yang dimaksud dengan ousaha penyelenggaraan
f

kegiatan hiburan dan rekreasi" adalah usaha


.in

yang ruang lingkup kegiatannya berupa usaha


ww

seni pertunjukan, arena permainan, karaoke,


bioskop, serta kegiatan hiburan dan rekreasi
lainnya yang bertujuan untuk Pariwisata.
//w
ps:

Hurufh . .
htt

SK No 158459A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-2
un
-245-

ah
2-t
Hurufh

or-
Yang dimaksud dengan "usaha penyelenggaraan
pertemuan, perjalanan insentif, konferensi, dan

om
pameran" adalah usaha yang memberikan jasa
bagi suatu pertemuan sekelompok orang,

u-n
menyelenggarakan perjalanan bagi karyawan dan
mitra usaha sebagai imbalan atas prestasinya,
rpp
serta menyelenggarakan pameran dalam rangka
menyebarluaskan informasi dan promosi suatu
-pe
barang dan jasa yang berskala nasional, regional,
dan internasional.
ad

Huruf i
nlo

Yang dimaksud dengan "usaha jasa informasi


Wisata" adalah usaha yang menyediakan data,
ow

berita, feafitra foto, video, dan hasil penelitian


mengenai Kepariwisataan yang disebarkan dalam
/d

bentuk bahan cetak dan/ atau elektronik.


/12

Hurufj
22

Yang dimaksud dengan "usaha jasa konsultan


Pariwisatao adalah usaha yang menyediakan
/20

saran dan rekomendasi mengenai studi


kelayakan, perencanaan, pengelolaan usaha,
om

penelitian, dan pemasaran di bidang


Kepariwisataan.
si.c

Huruf k
ula

Cukup jelas.
Huruf I
eg

Yang dimaksud dengan "usaha Wisata tirta"


for

adalah usaha yang menyelenggarakan wisata dan


olahraga air, termasuk penyediaan sarana dan
.in

prasarana serta jasa lainnya yang dikelola secara


ww

komersial di perairan laut, pantai, sungai, danau,


dan waduk.
/w /
ps:

Hurufm. ..
htt

SK No 097274 A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-246-

hua
2-t
Huruf m

or-
Yang dimaksud dengan "usaha spa" adalah
usaha perawatan yang memberikan layanan

m
dengan metode kombinasi terapi air, terapi
aroma, pljat, rempah-rempah, layanan

-no
makanan/ minuman sehat, dan olah aktivitas
fisik dengan tujuan menyeimbangkan jiwa dan

pu
raga dengan tetap memperhatikan tradisi dan
erp
budaya bangsa Indonesia.
Ayat (2)
d-p

Cukup jelas.
loa
wn

Angka 2
Pasal 15
/do

Cukup jelas.
/12

Angka 3
22

Pasal 16
20

Dihapus
m/
co

Angka 4
si.

Pasal 26
ula

Ayat (1)
eg

Huruf a
Cukup jelas.
for

Huruf b
.in

Cukup jelas.
ww

Huruf c
Cukup jelas.
//w

Hurufd
ps:

Cukup jelas.
htt

Huruf e. . .

SK No 158461A
tml
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-247 -

hu
Huruf

a
e

2-t
Yang dimaksud dengan "Usaha Pariwisata dengan
kegiatan yang berisiko tinggi" meliputi, antara lain

or-
Wisata selam, arung jeram, panjat tebing,
permainan jet uaster, dan mengunjungi objek

m
wisata tertentu, seperti melihat satwa liar di alam

-no
bebas.
Huruf f

pu
Cukup jelas. erp
Huruf g
d-p

Cukup jelas.
Hurufh
loa

Cukup jelas.
wn

Huruf i
/do

Cukup jelas.
Hurufj
/12

Cukup jelas.
22

Huruf k
20

Cukup jelas.
m/

Huruf I
co

Cukup jelas.
si.

Huruf m
Cukup jelas.
ula

Huruf n
eg

Cukup jelas.
for

Ayat (2)
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 5
//w

Pasal 29
ps:

Cukup jelas.
htt

Angka6. . .

SK No 158462A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN
REPI.JBLIK INDONESIA

n-2
-24A-

hua
2-t
Angka 6

or-
Pasal 30
Cukup jelas.

m
-no
Angka 7

pu
Pasal 54
Cukup jelas.
erp
d-p

Angka 8
loa

Pasal 56
wn

Dihapus.
/do

Angka 9
/12

Pasal 64
Dihapus.
22
20

Pasal 68
m/

Angka I
co

Pasal I
si.

Cukup jelas.
ula
eg

Angka 2
for

Pasal 19
Cukup jelas.
.in
ww

Angka 3
//w

Pasal 20
Cukup jelas.
ps:
htt

Angka4...

SK No 158463 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
ELIK INDONESIA
-249-

hu
Angka 4

-ta
Pasal 58

r-2
Huruf a

mo
Cukup jelas.
Huruf b

-no
Cukup jelas.

pu
Huruf c
erp
Yang dimaksud dengan "jaminan bank" adalah garansi
bank atau deposito atas nama biro perjalanan wisata.
d-p

Huruf d
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 5
/do

Pasal 59
/12

Cukup jelas.
22

Angka 6
/20

Pasal 61
om

Cukup jelas.
i.c

Angka 7
s
ula

Pasal 63
Cukup jelas.
g
ore

Angka 8
f
.in

Pasal 83
ww

Cukup jelas.
/w

Angka 9
s:/

Pasal 84
p

Cukup jelas.
htt

Angka10...

SK No 158464A
mlt
2.h
02
PRESIDEN
REPIJBLIK INDONESIA

n-2
-250-

hu
Angka 10

-ta
Pasal 85

r-2
Cukup jelas.

mo
Angka

o
11

u-n
Pasal 89
Cukup jelas.

p
erp
Angka 12
d-p

Pasal 90
loa

Cukup je1as.
wn

Angka 13
/do

Pasal 91
/12

Cukup jelas.
22

Angka 14
20

Pasal 92
m/

Cukup jelas.
co
si.

Angka 15
la

Pasal 94
gu

Cukup jelas.
ore
inf

Angka 16
Pasal 95
.
ww

Cukup jelas.
/w

Angka 17
/
ps:

Pasal 99
htt

Cukup jelas.

Angka18...

SK No 158465 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
BLIK INDONESIA

un
-251 -

tah
Angka 18

-
Pasal 101

r-2
Cukup jelas.

mo
Angka 19

-no
Pasal 103

pu
Cukup jelas.
erp
Angka 20
d-p

Pasal 104
Cukup jelas.
loa
wn

Angka 21
/do

Pasal 106
Cukup jelas.
/12
22

Angka22
Pasal l18A
20

Cukup jelas.
m/
co

Angj<a23
si.

Pasal 1l9A
ula

Cukup jelas.
eg

Angka24
for

Pasal 125
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 25
//w

Pasal 126
ps:

Cukup jelas.
htt

Pasal 69...

SK No 158466A
m l
.ht
22
PRESIDEN

-20
UBLIK INDONESIA

un
-252-

h
Pasal 69

-ta
Cukup jelas.

r-2
o
Pasal 70

om
Angka 1

u-n
Pasal 10
Cukup jelas.
rpp
-pe
Angka 2
Pasal 12
ad

Cukup jelas.
nlo
ow

Angka 3
Pasal 13
2/d

Dihapus.
/1
22

Angka 4
/20

Pasal 39
Cukup jelas.
om
i.c

Pasal 71
las

Angka 1

Pasal l1
u
eg

Ayat (1)
for

Pemenuhan Perizinan Berusaha dalam


Penyelenggaraan Telekomunikasi dimaksudkan sebagai
.in

upaya Pemerintah dalam rangka pembinaan untuk


mendorong pertumbuhan Penyelenggaraan
ww

Telekomunikasi yang sehat.


Pemerintah memublikasikan secara berkala atas
/w

daerah / wilayah yang terbuka untuk Penyelenggaraan


s:/

Jaringan Telekomunikasi dan/atau Penyelenggaraan


Jasa Telekomunikasi. Penyelenggaraan Telekomunikasi
p

wajib memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam


htt

Perizinar: Berusaha.
Ayat(2) ...

SK No 158467A
l
m
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONES

un
-253-

h
-ta
Ayat (2)

r-2
Cukup jelas.

o
om
Angka 2

u-n
Pasal 28
Ayat (1)
rpp
Formula sebagaimana dimaksud dalam ketentuan ini
-pe
merupakan pola perhitungan untuk menetapkan
besaran tarif. Formula tarif terdiri atas formula tarif
ad

awal dan formula tarif perubahan. Dalam menetapkan


formula tarif awal, yang harus diperhatikan adalah
nlo

komponen biaya, sedangkan untuk menetapkan


formula besaran tarif perubahan diperhatikan juga
ow

antara lain faktor inflasi, kemampuan masyarakat, dan


kesinambungan pembangunan Telekomunikasi.
2/d

Ayat (21
/1

Cukup jelas.
22
/20

Angka 3
om

Pasal 30
Ayat (1)
i.c

Ketentuan ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah


las

kebutuhan Jasa Telekomunikasi di suatu daerah yang


karena keadaan tertentu belum dapat dijangkau oleh
u

Jasa Telekomunikasi. Oleh karena itu perlu


eg

memberikan kemungkinan kepada Penyelenggara


for

Telekomunikasi khusus yang sebenarnya hanya


bergerak untuk kepentingan sendiri, dapat memberikan
.in

pelayanan Jasa Telekomunikasi kepada masyarakat


yang bertempat tinggal di daerah tersebut.
ww

Ayat(21...
/w
s:/
p
htt

SK No 158468 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELI( INDONESIA

n-2
-254-

ahu
2-t
Ayat (2)

or-
Penyelenggara Telekomunikasi khusus yang
menyelenggarakan Jaringan Telekomunikasi dan/atau

om
Jasa Telekomunikasi dapat melanjutlan
Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi dan/atau

u-n
Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi dengan
pertimbangan investasi yang telah dilakukannya dan
rpp
kesinambungan pelayanan kepada Pengguna. Dalam
hal ini Penyelenggara Telekomunikasi khusus yang
e
bersangkutan wajib memenuhi seluruh ketentuan yang
d-p

berlaku bagi Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi


dan/atau Penyelenggaraan Jasa Telekomunikasi.
loa

Ayat (3)
wn

Cukup jelas.
/do

Angka 4
/12

Pasal 32
22

Cukup jelas.
20

Angka 5
m/

Pasal 33
o
i.c

Ayat (1)
Pemberian Perizinan Berusaha terkait penggunaan
las

spektrum frekuensi radio didasarkan pada ketersediaan


u

spektrum frekuensi radio dan hasil analisis teknis.


eg

Slot orbit satelit bukan merupakan aset nasiona-l.


for

Pemberian Perizinan Berusaha penggunaan spektrum


.in

frekuensi radio dilakukan melalui mekanisme seleksi


atau evaluasi.
ww

Ayat (2)
Pemberian persetujuan terkait penggunaan spektrum
//w

frekuensi radio didasarkan pada ketersediaan spektrum


frekuensi radio dan hasil analisis teknis. Pemberian
ps:

persetujuan terkait penggunaan spektrum frekuensi


htt

radio dilakukan melalui mekanisme evaluasi.

Ayat(3)...

SK No 097283 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REP]IBLIK INDONESIA

n-2
-255-

hu
-ta
Ayat (3)

r-2
Yang dimaksud dengan usesuai dengan peruntukan"

mo
adalah penggunaan spektrum frekuensi radio wajib
sesuai dengan perencanaan spektrum frekuensi radio

-no
dan ketentuan teknis penggunaan spektrum frekuensi
radio yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

pu
Yang dimaksud dengan "gangguan yang merugikan"
adalah jenis gangguan/interferensi yang memberikan
erp
dampak merugikan terhadap penggunaan spektrum
frekuensi radio yang mendapatkan proteksi dari
d-p

Pemerintah Pusat.
loa

Ayat (4)
wn

Cukup jelas.
/do

Ayat
/12

(5)
Cukup jelas.
22
/20

Ayat (6)
Cukup jelas.
om
i.c

Ayat (7)
s
ula

Cukup jelas.
g
ore

Ayat (8)
Cukup jelas.
f
.in
ww

Ayat (9)
Cukup jelas.
/w

Angka6. ..
ps:/
htt

SK No 158470 A
l
m
.ht
22
PRESIDEN

-20
IJBLIK INDONESIA

un
-256-

h
Angka 6

-ta
Pasal 34

r-2
Ayat (1)

o
Biaya hak penggunaan spektrum frekuensi radio

om
merupakan kompensasi atas penggunaan spektrum
frekuensi radio sesuai dengan izin yang diterima. Di

u-n
samping itu, biaya hak penggunaan spektrum frekuensi
radio dimaksudkan juga sebagai sarana pengawasan
rpp
dan pengendalian agar spektrum frekuensi radio
sebagai sumber daya alam terbatas dapat dimanfaatkan
-pe
semaksimal mungkin. Besarnya biaya hak penggunaan
spektrum frekuensi radio ditentukan berdasarkan jenis
ad

dan lebar pita frekuensi radio. Jenis spektrum frekuensi


radio akan berpengaruh pada mutu penyelenggaraan,
nlo

sedangkan lebar pita frekuensi radio akan berpengaruh


pada kapasitas/jumlah informasi yang dapat
ow

dibawa/dikirimkan.
2/d

Ayat (2)
Cukup jelas.
/1
22

Angka 7
/20

Pasal 34A
om

Cukup jelas.
i.c
las

Pasal 34B
Ayat (1)
u
eg

Yang dimaksud dengan "infrastruktur pasif" termasuk


tetapi tidak terbatas pada gorong-gorong (ducting), tiang
for

Telekomunikasi (toutefi, ttang Qtolel, dan lain-lain yang


dapat digunakan untuk penggelaran Jaringan
.in

Telekomunikasi.
ww

Ayat (21

Yang dimaksud dengan "infrastruktu/ dalam ketentuan


/w

ini adalah infrastruktur aktif.


s:/

Ayat (3)
p

Cukup jelas.
htt

Ayat(4) ...

SK No 158471A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
BLIK TNDONESIA

n-2
ITEPU

-257 -

hu
-ta
Ayat (4)

r-2
Cukup jelas.

mo
Ayat (5)
Cukup jelas.

-no
pu
Angka 8
Pasal 45
erp
Cukup jelas.
d-p
loa

Angka 9
wn

Pasal 46
Dihapus.
/do
/12

Angka 10
22

Pasal 47
Cukup jelas.
/20
om

Angka 11
i.c

Pasal 48
Dihapus.
s
g ula

Pasal 72
ore

Angka 1
f

Pasal 16
.in

Cukup jelas.
ww
/w

Angka 2
Pasal 25
s:/

Cukup jelas.
p
htt

Angka3.. .

SK No 158472A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUELIK INDONESIA

un
-258-

ah
2-t
Angka 3

or-
Pasal 33
Cukup jelas.

om
u-n
Angka 4
Pasal 34
Dihapus. rpp
-pe
ad

Angka 5
lo

Pasal 55
wn

Cukup jelas.
/do

Angka 6
/12

Pasal 57
Cukup jelas.
22
20

Angka 7
m/

Pasal 58
.co

Cukup jelas.
i
las

Angka 8
gu

Pasal 60A
ore

Ayat (1)
harus mengikuti
f

Penyelenggaraan Penyiaran
.in

perkembangan teknologi untuk meningkatkan efi siensi


ww

pemanfaatan Spektrum Frekuensi Radio dan spektrum


elektromagnetik lainnya, kualitas penerimaan dan
pilihan program Siaran radio dan televisi bagi
//w

masyarakat, efrsiensi dalam operasional


penyelenggaraan jasa Penyiaran Radio dan Penyiaran
ps:

Televisi dan pertumbuhan industri-industri yang


terkait dengan bidang Penyiaran.
htt

Ayat(2)...

SK No 158473 A
tml
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-259-

hu
a
2-t
Ayat (2)

or-
Yang dimaksud dengan "migrasi Penyiaran Televisi
terestrial dari teknologi analog ke teknologi digital"

m
adalah proses yang dimulai dengan penerapan sistem

-no
Penyiaran berteknologi digital untuk Penyiaran Televisi
yang diselenggarakan melalui media transmisi

pu
terestrial dan dilakukan secara bertahap, serta diakhiri
dengan penghentian penggunaan teknologi analog
erp
dalam lingkup nasional.
Ayat (3)
d-p

Cukup jelas.
loa
wn

Pasal 73
Cukup jelas.
/do
/12

Pasal74
Angka
22

Pasal 1l
20

Cukup je1as.
m/
co

Angka 2
si.

Pasal 2 1
ula

Cukup jelas.
eg

Angka 3
for

Pasal 38
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 4
//w

Pasal 52
ps:

Cukup jelas.
htt

Angka5...

SK No 158474A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
BLIK TNDONESIA

n-2
-260-

hu
Angka 5

-ta
Pasal 55

r-2
Cukup jelas.

mo
Angka 6

-no
Pasal 56

pu
Cukup jelas.
erp
Angka 7
d-p

Pasal 66
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 8
/do

Pasal 67
/12

Cukup jelas.
22

Angka 9
/20

Pasal 68
om

Cukup jelas.
i.c

Angka
s

1O
ula

Pasal 69
g

Cukup jelas.
fore

Angka 11
.in

Pasal 69A
ww

Cukup jelas.
/w

Angka 12
s:/

PasalT2
p
htt

Cukup jelas.
Angka13...

SK No 158475 A
m l
.ht
2
02
PRE S I OEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-26t-

hu
Angka 13

-ta
Pasal 73

2
or-
Cukup jelas.

m
Angka 14

-no
Pasal74

pu
Cukup jelas.
erp
Angka 15
d-p

Pasal 75
loa

Cukup jelas.
wn

Pasal 75
/do

Pasal 15
Ayat (1)
/12

Huruf a
22

Cukup jelas.
/20

Huruf b
Cukup jelas.
om

Huruf c
si.c

Yang dimaksud dengan "penyakit masyarakat" arrtara


lain pengemisan dan pergelandangan, pelacuran,
perjudian, penyalahgunaan obat dan narkotika,
ula

pemabukan, perdagangan manusia,


eg

penghisapan/praktik lintah darat, dan pungutan liar.


Wewenang yang dimaksud dalam ayat (1) ini
for

dilaksanakan secara terkoordinasi dengan instansi


terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
.in

undangan.
ww

Hurufd
Yang dimaksud dengan "alirart" adalah semua aliran
//w

atau paham yang dapat menimbulkan perpecahan atau


mengancam persatuan dan kesatuan bangsa antara
ps:

lain aliran kepercayaan yang bertentangan dengan


falsafah dasar Negara Republik Indonesia.
htt

Hurufe . . .

SK No 097277 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPIJBLIK INDONESIA

n-2
-262-

hu
-ta
Huruf e

r-2
Cukup je1as.

mo
Huruf f
Yang dimaksud dengan "tindakan Kepolisian' adalah

-no
upaya paksa dan/ atau tindakan lain menurut hukum
yang bertanggung jawab guna mewujudkan tertib dan

pu
tegaknya hukum serta terbinanya ketenteraman
erp
masyarakat.
Huruf g
d-p

Cukup jelas.
loa

Huruf h
Cukup jelas.
wn

Hurufi
/do

Keterangan dan barang bukti dimaksud adalah yang


berkaitan baik dengan proses pidana maupun dalam
/12

rangka tugas Kepolisian pada umumnya.


22

Hurufj
Yang dimaksud dengan "Pusat Informasi Kriminal
/20

Nasional" adalah sistem jaringan dari dokumentasi


kriminal yang memuat baik data kejahatan dan
om

pelanggaran maupun kecelakaan dan pelanggaran lalu


lintas serta registrasi dan identifrkasi lalu lintas.
i.c

Huruf k
s
ula

Surat izin dan/ atau surat keterangan yang dimaksud


dikeluarkan atas dasar permintaan yang
g

berkepentingan.
ore

Huruf I
f
.in

Wewenang tersebut dilaksanakan berdasarkan


permintaan instansi yang berkepentingan atau
ww

permintaan masyarakat.
/w
s:/

Hurufm . ..
p
htt

SK No 158477 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-263-

hu
-ta
Hurufm

r-2
Yang dimaksud dengan "barang temuan" adalah barang

mo
yang tidak diketahui pemiliknya yang ditemukan oleh
anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia atau

-no
masyarakat yang diserahkan kepada Kepolisian Negara
Republik Indonesia. Barang temuan itu harus
dilindungi oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia

pu
dengan ketentuan apabila dalam jangka waktu tertentu
erp
tidak diambil oleh yang berhak akan diselesaikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d-p

Kepolisian Negara Republik Indonesia setelah menerima


barang temuan wajib segera mengu.mumkan melalui
loa

media cetak, media elektronik dan/ atau media


pengumuman lainnya.
wn

Ayat (2)
/do

Hurufa
Yang dimaksud "keramaian umum" dalam hal ini sesuai
/12

dengan ketentuan Pasal 510 ayat (1) Kitab Undang-


Undang Hukum Pidana (KUHP), yaitu keramaian atau
22

tontonan untuk umum dan mengadakan arak-arakan di


jalan umum. Kegiatan masyarakat lainnya adalah
/20

kegiatan yang dapat membahayakan keamanan umum


om

seperti diatur dalam Pasal 495 ayat (1), Pasal 496, Pasa-l
500, Pasal 501 ayat (2), dan Pasal 502 ayat (1) KUHP.
i.c

Huruf b
las

Cukup jelas.
Huruf c
gu

Cukup jelas.
ore

Huruf d
f

Kegiatan politik yang memerlukan pemberitahuan


.in

kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah


ww

kegiatan politik sebagaimana diatur dalam peraturan


perundang-undangan di bidang politik, antara lain
//w

kegiatan kampanye pemilihan umum (pemilu), pawai


politik, penyebaran pamflet, dan penampilan
ps:

gambar/ lukisan bermuatan politik yang disebarkan


kepada umum.
htt

Hurufe . ..

SK No 158478A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REP]IBLIK INOONESlA

un
-264-

ah
Huruf e

2-t
Yang dimaksud dengan usenjata tajam" dalam Undang-
Undang ini adalah senjata penikam, senjata penusuk,

or-
dan senjata pemukul, tidak termasuk barang-barang
yang nyata-nyata dipergunakan untuk pertanian, atau

om
untuk pekerjaan rumah tangga, atau untuk
kepentingan melakukan pekerjaan yang sah, atau nyata

u-n
untuk tujuan barang pusaka, atau barang kuno, atau
barang ajaib sebagaimana diatur dalam Undang-
p
Undang Nomor 12 I Drtl 1951.
erp
Huruf f
d-p

Cukup jelas.
loa

Huruf g
Cukup je1as.
wn

Huruf h
/do

Yang dimaksud dengan "kejahatan intemasional"


adalah kejahatan tertentu yang disepakati untuk
/12

ditanggulangi antarnegara, antara lain kejahatan


narkotika, uang palsu, terorisme, dan perdagangan
22

manusia.
20

Huruf i
m/

Cukup jelas.
Hurufj
co

Dalam pelaksanaan tugas ini Kepolisian Negara


si.

Republik Indonesia terikat oleh ketentuan hukum


ula

internasional, baik perjanjian bilateral maupun


perjanjian multilateral. Dalam hubungan tersebut
reg

Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat


memberikan bantuan untuk melakukan tindakan
o

Kepolisian atas permintaan dari negara lain, sebaliknya


inf

Kepolisian Negara Republik Indonesia dapat meminta


bantuan untuk melakukan tindakan Kepolisian dari
.
ww

negara lain sepanjang tidak bertentangan dengan


ketentuan hukum dari kedua negara. Organisasi
//w

kepolisian internasional yang dimaksud, antara lain,


Intemational Ciminal Polie Org anization (ICPOJnterpoIl.
ps:

Fungsi National Central Bureau ICPO-Interpol Indonesia


dilaksanakan oleh Kepolisian Negara Republik
htt

Indonesia.
Hurufk. . .

SK No 158479 A
ml
2.ht
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-265-

hu
-ta
Huruf k

2
or-
Cukup jelas.
Ayat (3)

om
Cukup jelas.

u-n
rpp
Pasal 76
Cukup jelas.
-pe
ad

Pasa777
lo

Angka 1.
wn

Pasal 2
Lingkup Penanaman Modal sebagaimana dimaksud dalam
/do

Pasal ini tidak termasuk Penanaman Modal tidak langsung


atau portofolio.
/12
22

Angka 2
/20

Pasal 12
Ayat (1)
om

Pelaksanaan kegiatan Penanaman Modal didasarkan atas


i.c

kepentingan nasional yang mencakup antara lain


pelindungan sumber daya alam, pelindungan,
las

pengembangan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan


menengah, pengawasan produksi dan distribusi,
gu

peningkatan kapasitas teknologi, partisipasi modal dalam


e

negeri, serta kerja sama dengan badan usaha yang


for

ditunjuk pemerintah.
.in

Kepentingan nasional tersebut dapat mencakup


pelindungan atas kegiatan usaha yang dapat
ww

membahayakan kesehatan (seperti obat, minuman keras


mengandung alkohol), pemberdayaan petani, nelayan,
//w

petambak ikan, dan garam, usaha mikro dan kecil dengan


pengaturan dan persyaratan tertentu yang ditetapkan
ps:

oleh Pemerintah, namun tetap memperhatikan aspek


peningkatan ekosistem Penanaman Modal.
htt

Kegiatan . . .

SK No 097278 A
ml
t
2.h
02
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-266-

hu
a
2-t
Kegiatan yang hanya dapat dilakukan oleh Pemerintah
Pusat merupakan kegiatan yang bersifat pelayanan atau

or-
dalam rangka pertahanan dan keamanan, mencakup
antara lain alat utama sistem persenjataan, museum

m
pemerintah, peninggalan sejarah dan purbakala,

-no
penyelenggaraan navigasi penerbangan,
telekomunikasi/ sarana bantu navigasi pelayaran dan

pu
uessel.
Ayat (2)
erp
Cukup jelas.
d-p

Ayat (3)
loa

Persyaratan Penanaman Modal ditqiukan untuk bidang


usaha yang diprioritaskan oleh Pemerintah Pusat yang
wn

dituangkan dalam bentuk daftar prioritas investasi yang


diatur dalam Peraturan Presiden yang meliputi antara
/do

lain:
1. Bidang usaha prioritas yang diberikan insentif fiskal;
/12

2. Bidang usaha yang diberi kemudahan insentif non


22

fiskal, antara lain dalam bentuk kemudahan


Perizinan Berusaha, lokasi Penanaman Modal,
20

penyediaan infrastruktur dan energi, dan lain-lain;


m/

3. Bidang usaha bagi usaha mikro, kecil, dan menengah


dan persyaratan kemitraan antara usaha besar
co

dengan usaha mikro, kecil, dan menengah tidak


si.

termasuk kemitraan sebagai pemegang saham; dan


ula

4. Bidang usaha terbuka dengan persyaratan tertentu.


eg
for

Angka 3
Pasal 13
.in

Ayat (1)
ww

Dalam rangka pelindungan koperasi dan usaha mikro,


kecil, dan menengah:
//w

1. Penanaman Modal Asing hanya diperbolehkan pada


usaha skala besar dan hanya boleh bermitra dengan
ps:

koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah.


htt

2.Mengalokasikan...

SK No 158481 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESlA

un
-267 -

ah
2-t
2. Mengalokasikan bidang usaha untuk koperasi dan
usaha mikro, kecil, dan menengah, serta bidang

or-
usaha untuk usaha besar dengan syarat harus
bekerjasama melalui kemitraan dengan koperasi dan

om
usaha mikro, kecil, dan menengah, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang

u-n
usaha mikro, kecil, dan menengah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
rpp
-pe
Ayat (3)
ad

Cukup jelas.
lo
wn

Angka 4
/do

Pasal 18
Ayat (1)
/12

Cukup jelas.
22

Ayat (2)
20

Cukup jelas.
Ayat (3)
m/

Huruf a
.co

Cukup jelas.
i
las

Huruf b
Cukup jelas.
gu

Huruf c
ore

Cukup jelas.
f

Hurufd
.in

Cukup jelas.
ww

..
//w

Huruf e.
ps:
htt

SK No 158482 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-264-

u
ah
2-t
Huruf e

r-
Yang dimaksud dengan "industri pionir" adalah

mo
industri yang memiliki keterkaitan yang luas,
memberi nilai tambah dan eksternalitas yang tinggi,

-no
memperkenalkan teknologi baru, serta memiliki nilai
strategis bagi perekonomian nasional.

pu
Huruf f
Cukup jelas.
erp
Huruf g
d-p

Cukup jelas.
loa

Hurufh
Cukup jelas.
wn

Hurt.f i
/do

Cukup jelas.
/12

Hurufj
Cukup je1as.
22

Huruf k
20

Cukup jelas.
m/

Ayat (4)
co

Cukup jelas.
si.
ula

Angka 5
eg

Pasal 25
Cukup jelas.
for
.in

Pasal 78
ww

Pasal22
Ayat (1)
//w

Huruf a
ps:

Cukup jelas.
htt

Huruf b . . .

SK No 158483 A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN
UBLIK INOONESIA

n-2
-269-

hu
Hurufb

a
2-t
Yang termasuk dalam pengertian badan hukum
Indonesia antara lain adalah Negara Republik

or-
Indonesia, badan usaha milik negara, badan usaha
milik daerah, koperasi, dan badan usaha milik swasta.

m
-no
Huruf c
Badan hukum asing yang mendirikan Bank Umum

pu
terlebih dahulu harus memperoleh rekomendasi dari
otoritas moneter negara asal. Rekomendasi dimaksud
erp
sekurang-kurangnya memuat keterangan badan
hukum asing yang bersangkutan mempunyai reputasi
d-p

yang baik dan tidak pernah melakukan perbuatan


tercela di bidang Perbankan.
loa

Ayat (2)
wn

Cukup jelas.
/do

Pasal 79
/12

Pasal 9
22

Ayat (1)
20

Huruf a
m/

Cukup jelas.
Huruf b
co

Cukup jelas.
si.

Huruf c
ula

Cukup jelas.
eg

Hurufd
for

Badan hukum asing yang mendirikan Bank Umum


Syariah terlebih dahulu harus memperoleh
.in

rekomendasi dari otoritas moneter negara asal.


ww

Rekomendasi dimaksud sekurang-kurangnya memuat


keterangan badan hukum asing yang bersangkutan
mempunyai reputasi yang baik dan tidak pernah
//w

melakukan perbuatan tercela di bidang Perbankan.


ps:

Ayat (2)
Cukup jelas.
htt

Ayat(3)...

SK No 158484A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-270-

hu
Ayat (s)

a
2-t
Persyaratan dan tata cara kepemilikan Bank Umum Syariah
oleh badan hukum asing ditetapkan oleh Otoritas Jasa

or-
Keuangan.

m
-no
Pasal 80
Cukup jelas.

pu
erp
Pasal 81
d-p

Angka 1

Pasal 13
loa

Ayat (1)
wn

Huruf a
/do

Yang dimaksud dengan "lembaga Pelatihan Kerja


pemerintah" adalah lembaga Pelatihan Kerja yang
/12

dimiliki oleh pemerintah.


Huruf b
22

Yang dimaksud dengan "lembaga Pelatihan Kerja


20

swasta" adalah lembaga yang dimiliki oleh swasta.


m/

Huruf c
co

Yang dimaksud dengan "lembaga Pelatihan Kerja


Perusahaan" adalah unit pelatihan yang terdapat di
si.

dalam Perusahaan.
ula

Ayat (2)
Cukup jelas.
eg

Ayat (3)
for

Cukup jelas.
.in

Ayat (4)
ww

Cukup jelas.
//w

Angka 2
ps:

Pasal 14
htt

Cukup jelas.

Angka3...

SK No 158486A
t ml
2.h
02
PRESIOEN
REPUSLIK INDONESIA

n-2
-271 -

hu
Angka 3

a
2-t
Pasal 37

or-
Cukup jelas.

m
-no
Angka 4
Pasal 42

pu
Cukup jelas.
erp
d-p
Angka 5
Pasal 43
loa

Dihapus.
wn

Angka 6
/do

Pasal 44
/12

Dihapus
22

Angka 7
20

Pasal 45
m/

Ayat (1)
co

Huruf a
si.

Tenaga pendamping Tenaga Kerja Asing tidak


ula

secara otomatis menggantikan atau menduduki


jabatan Tenaga Kerja Asing yang didampinginya.
eg

Pendampingan tersebut lebih dititikberatkan pada


alih teknologi dan alih keahlian agar tenaga
for

pendamping tersebut dapat memiliki kemampuan


sehingga pada waktunya diharapkan dapat
.in

mengganti Tenaga Kerja Asing yang didampinginya.


ww

Hurufb
//w

Pendidikan dan Pelatihan Kerja oleh Pemberi Kerja


tersebut dapat dilaksanakan baik di dalam negeri
maupun dengan mengirimkan Tenaga Kerja warga
ps:

negara Indonesia untuk berlatih ke luar negeri.


htt

Huruf c . . .

SK No 158487A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPIJBLIK ]NDONESIA
-272-

hu
Humf c

-ta
Cukup jelas.

r-2
Ayat (21

mo
Cukup jelas.

-no
Angka 8

pu
Pasal 46
Dihapus.
erp
d-p

Angka 9
loa

Pasal 47
wn

Ayat (1)
Kewajiban membayar kompensasi dimaksudkan dalam
/do

rangka menunjang upaya peningkatan kualitas sumber


daya manusia Indonesia.
/12

Ayat (2)
22

Cukup jelas.
/20

Ayat (3)
Cukup jelas.
om
i.c

Angka 10
s

Pasal 48
ula

Dihapus.
g
ore

Angka 11
f
.in

Pasal 49
Cukup jelas.
ww
/w

Angka 12
s:/

Pasal 56
p

Cukup jelas.
htt

Angka13...

SK No 158488A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-273-

hu
Angka 13

a
2-t
Pasal 57

or-
Cukup jelas.

m
-no
Angka 14
Pasal 58

pu
Cukup jelas.
erp
d-p
Angka 15
Pasal 59
loa

Ayat (1)
wn

Perjanjian Kerja dalam ayat ini dicatatkan ke instansi


yang bertanggung jawab di bidang Ketenagakerjaan.
/do

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan opekerjaan yang bersifat tetap"
/12

adalah pekerjaan yang sifatnya terus menerus, tidak


22

terputus-putus, tidak dibatasi waktu dan merupakan


bagian dari suatu proses produksi dalam satu
20

Perusahaan atau pekerjaan yang bukan musiman.


m/

Pekerjaan yang bukan musiman adalah pekerjaan yang


tidak tergantung cuaca atau suatu kondisi tertentu.
co

Apabila pekerjaan itu merupakan pekerjaan yang terus


si.

menerus, tidak terputus-putus, tidak dibatasi waktu,


dan merupakan bagian dari suatu proses produksi,
ula

tetapi tergantung cuaca atau pekerjaan itu dibutuhkan


karena adanya suatu kondisi tertentu maka pekerjaan
eg

tersebut merupakan pekerjaan musiman yang tidak


for

termasuk pekerjaan tetap sehingga dapat menjadi objek


perjanjian kerja waktu tertentu.
.in

Ayat (3)
ww

Cukup jelas.
Ayat (a)
//w

Cukup jelas.
ps:

Angka16...
htt

SK No 158489A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-274-

hu
Angka 16

a
2-t
Pasal 61

or-
Ayat (1)
Huruf a

om
Cukup jelas.

u-n
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
rpp
e
d-p

Cukup jelas.
Hurufd
loa

Cukup jelas.
wn

Huruf e
Keadaan atau kejadian tertentu seperti bencana
/do

alam, kerusuhan sosial, atau gangguan keamanan.


/12

Ayat (21

Cukup jelas.'
22

Ayat (3)
20

Cukup jelas.
m/

Ayat (4)
o

Cukup jelas.
i.c

Ayat (5)
las

Yang dimaksud dengan "hak-haknya sesuai dengan


u

ketentuan peraturan perundang-undangan atau hak-


eg

hak yang telah diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan


Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama' adalah
for

hak-hak yang harus diberikan yang lebih baik dan


.in

menguntungkan Pekerja/Buruh yang bersangkutan.


ww

Angka 17
//w

Pasal 61A
Cukup jelas.
ps:

Angka18...
htt

SK No 097276 A
t ml
2.h
02
PRESIOEN
I.IBLIK INOONESIA

n-2
-275-

hu
Angka 18

a
2-t
Pasal 64
Cukup jelas.

or-
m
Angka 19

-no
Pasal 65

pu
Dihapus.
erp
Angka 20
d-p

Pasal 66
loa

Ayat (1)
Cukup jelas.
wn

Ayat (2)
/do

Cukup jelas.
Ayat (3)
/12

Yang dimaksud dengan "pengalihan pelindungan hak-


hak bagi Pekerja/Buruh" yaitu Perusahaan alih daya
22

yang baru memberikan perlindungan hak-hak bagi


20

Pekerja/Buruh minimal sama dengan hak-hak yang


diberikan oleh Perusahaan alih daya sebelumnya.
m/

Yang dimaksud dengan "objek pekerjaannya tetap ada"


co

adalah pekerjaan yang ada pada 1 (satu) Perusahaan


pemberi pekerjaan yang sama.
si.

Ayat (4)
ula

Cukup jelas.
eg

Ayat (s)
for

Cukup jelas.
Ayat (6)
.in

Cukup jelas.
ww
//w

Angka 21
Cukup jelas.
ps:
htt

Angka22. ..

SK No 158491A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK ]NDONESIA

n-2
-276-

hu
Angka22

-ta
Pasal 67

r-2
Ayat (1)
Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat ini

mo
misalnya penyediaan aksesibilitas serta pemberian alat
kerja dan alat pelindung diri yang disesuaikan dengan

-no
jenis dan derajat kedisabilitasan.
Ayat (21

pu
Cukup jelas.
Angka 23
erp
Pasal TT
d-p

Ayat (1)
Cukup jelas.
loa

Ayat (21
wn

Cukup jelas.
Ayat (3)
/do

Bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu dapat


diberlakukan ketentuan waktu kerja yang kurang atau
/12

lebih dari 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat


puluh)jam 1 (satu) minggu atau 8 (delapan)jam 1 (satu)
22

hari dan 40 (empat puluh) jam I (satu) minggu.


Ayat (a)
/20

Cukup jelas.
om

Ayat (5)
Cukup jelas.
i.c

Angka24
las

Pasal 78
Ayat (1)
gu

Mempekerjakan lebih dari waktu kerja sedapat


mungkin harus dihindarkan karena Pekerja/Buruh
ore

harus mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat


dan memulihkan kebugarannya. Namun, dalam hal-hal
f
.in

tertentu terdapat kebutuhan yang mendesak yang


harus diselesaikan segera dan tidak dapat dihindari
ww

sehingga Pekerja/Buruh harus bekerja melebihi waktu


kerja.
//w

Ayat (21
Cukup jelas.
ps:

Ayat (3)
htt

Cukup jelas.

Ayat(4)...
SK No 158492 A
t ml
2.h
02
PRES]DEN
PUBLIK INDONESIA

n-2
-277 -

hu
Ayat (4)

a
2-t
Cukup jelas.

or-
Angka 25
Pasal 79

m
-no
Ayat (1)
Cukup jelas.

pu
Ayat (21

Cukup jelas.
erp
d-p
Ayat (3)
Cukup jelas.
loa

Ayat (a)
wn

Cukup jelas.
Ayat (s)
/do

Bagi Perusahaan yang telah memberlakukan istirahat


/12

panjang tidak boleh mengurangi dari ketentuan yang


sudah ada.
22

Ayat (6)
20

Cukup jelas.
m/

Angka26
co

Pasal 84
Cukup jelas.
si.

Angka2T
ula

Pasal 88
eg

Ayat (1)
for

Cukup jelas.
.in

Ayat (2)
ww

Cukup jelas.
Ayat (3)
//w

Huruf a
ps:

Cukup jelas.
Huruf b
htt

Cukup jelas.

Huruf c.. .

SK No 158493 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-27a-

hu
-ta
Huruf c

r-2
Cukup jelas.

mo
Huruf d

-no
Yang dimaksud dengan "alasan tertentu' antara
lain alasan karena Pekerja/Buruh sedang
berhalangan, melakukan kegiatan lain di luar

pu
pekerjaannya, atau menjalankan hak waktu
erp
istirahatnya.
Huruf e
d-p

Cukup jelas.
loa

Huruf f
Yang dimaksud dengan "hal-hal yang dapat
wn

diperhitungkan dengan Upah" antara lain berupa


/do

denda, ganti rugi, pemotongan Upah untuk pihak


ketiga, uang muka Upah, sewa rumah dan/ atau
sewa barang-barang milik Perusahaan yang
/12

disewakan oleh Pengusaha kepada Pekerja/ Buruh,


hutang atau cicilan utang Pekerja/Buruh kepada
22

Pengusaha, atau kelebihan pembayaran Upah.


/20

Huruf g
om

Yang dimaksud dengan "Upah sebagai dasar


perhitungan atau pembayaran hak dan kewajiban
i.c

lainnya" antara lain Upah untuk pembayaran


pesangon atau Upah untuk perhitungan pajak
s
ula

penghasilan.
Ayat (4)
g
ore

Cukup jelas.
f
.in

Angka 28
ww

Pasal 88A
Ayat (1)
/w

Cukup jelas.
s:/
p
htt

Ayat(2) ...

SK No 158494A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
LIBLIK INDONES
-279-

hu
-ta
Ayat (2)

r-2
Cukup jelas.

mo
Ayat (3)
tidak membayar Upah

-no
Pengusaha dilarang bagi
Pekerja/Buruh.

pu
Ayat (4)
Cukup jelas.
erp
Ayat (5)
d-p

Cukup jelas.
loa

Ayat (6)
Cukup jelas.
wn

Ayat (71
/do

Cukup jelas.
/12

Ayat (8)
Cukup jelas.
22

Pasal 88B
/20

Cukup jelas.
om

Pasal 88C
Cukup jelas.
i.c

Pasal 88D
s
ula

Cukup jelas.
Pasal 88E
g
ore

Cukup jelas.
Pasal 88F
f
.in

Yang dimaksud dengan "keadaan tertentu" mencakup antara


ww

lain bencana yang ditetapkan oleh Presiden, kondisi luar


biasa perekonomian global dan/atau nasional seperti
bencana nonalam pandemi.
/w

Angka 29
s:/

Pasal 89
p
htt

Dihapus.

Angka30.. .

SK No 158495 A
mlt
2.h
02
. PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONES]A
-2ao-

hu
Angka 30

a
2-t
Pasal 90

or-
Dihapus.

m
Angka 31

-no
Pasal 90A

pu
Cukup jelas.
erp
Pasal 9OB
d-p

Cukup jelas.
loa

Angka 32
wn

Pasal 91
/do

Dihapus.
/12

Angka 33
22

Pasal 92
20

Ayat (1)
Cukup jelas.
m/

Ayat (21
co

Penyusunan struktur dan skala Upah dimaksudkan


si.

sebagai pedoman penetapan Upah sehingga terdapat


kepastian Upah tiap Pekerja/Buruh serta mengurangi
ula

kesenjangan antara Upah terendah dan tertinggi di


eg

Perusahaan yang bersangkutan.


Ayat (3)
for

Cukup jelas.
.in
ww

Angka 34
Pasal 92A
//w

Peninjauan Upah dilakukan untuk penyesuaian harga


kebutuhan hidup, prestasi kerja, perkembangan, dan
ps:

kemampuan Perusahaan.
htt

Angka35...

SK No 158496A
m l
.ht
22
-20
PRESIDEN
REPIIBL]K INDONESIA

un
-2At-

h
-ta
Angka 35

r-2
Pasal 94

o
Yang dimaksud dengan "tunjangan tetap" adalah

om
pembayaran kepada Pekerja/Buruh yang dilakukan secara
teratur dan tidak dikaitkan dengan kehadiran

u-n
Pekerja/Buruh atau pencapaian prestasi kerja tertentu.

Angka 36
rpp
-pe
Pasal 95
ad

Ayat (1)
nlo

Cukup je1as.
Ayat (2)
ow

Yang dimaksud dengan "didahulukan pembayarannya"


2/d

yaitu pembayaran Upah Peke{a/ Buruh didahulukan


dari semua jenis kreditur termasuk kreditur separatis
atau kreditur pemegang hak jaminan kebendaan,
/1

tagihan hak negara, kantor lelang dan badan umum


22

yang dibentuk pemerintah.


/20

Ayat (3)
om

Cukup jelas.
i.c

Angka 37
las

Pasal 96
u

Dihapus.
eg
for

Angka 38
.in

Pasal 97
ww

Dihapus.
/w

Angka 39
s:/

Pasal 98
p

Cukup jelas.
htt

Angka 40. . .

SK No 158497 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-282-

hu
-ta
Angka 40

r-2
Pasal 151

mo
Ayat (l)
Yang dimaksud dengan "mengupayakan"

-no
ada-lah
kegiatan-kegiatan yang positif yang pada akhirnya
dapat menghindari terjadinya Pemutusan Hubungan

pu
Kerja antara lain pengaturan waktu kerja,
erp
penghematan, pembenahan metode kerja, dan
memberikan pembinaan kepada Pekerja/ Buruh.
d-p

Ayat (2)
Cukup jelas.
loa

Ayat (3)
wn

Cukup jelas.
/do

Ayat (a)
Cukup jelas.
/12
22

Angka 41
/20

Pasal 15lA
Cukup jelas.
om
i.c

Angka42
las

Pasal 152
gu

Dihapus.
ore

Angka 43
f
.in

Pasal 153
ww

Cukup jelas.
//w

Angka 44
ps:

Pasal 154
Dihapus.
htt

Angka45...

SK No 158498A
lm
.ht
22
PRESIDEN

-20
BLIK INDONESIA

un
-243-

h
-ta
Angka 45

r-2
Pasal 154A

o
Cukup jelas.

om
u-n
Angka 46
Pasal 155
Dihapus. rpp
-pe
ad

Angka4T
nlo

Pasal 156
Cukup jelas.
ow
2/d

Angka 48
Pasal 157
/1

Cukup jelas.
22
/20

Angka 49
om

Pasal 157A
i.c

Ayat (1)
Cukup jelas.
las

Ayat (2)
u
eg

Yang dimaksud dengan "hak lainnya" yaitu hak-hak lain


yang diatur dalam Perjanjian Kerja, Peraturan
for

Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama.


.in

Contoh: hak cuti yang belum diambil dan belum gugur.


ww
/w

Ayat(3)...
s:/
p
htt

SK No 158499A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPIIBLIK INDONESIA

-2
un
-284-

ah
2-t
Ayat (3)

or-
Yang dimaksud "sesuai tingkatannya" adalah
penyelesaian perselisihan di tingkat bipartit atau

om
mediasi/ konsiliasi/ arbitrase atau pengadilan
Hubungan Industrial.

u-n
p
Angka 50 erp
Pasal 158
d-p

Dihapus.
loa

Angka 51
wn

Pasal 159
/do

Dihapus.
/12

Angka 52
22

Pasal 160
/20

Ayat (1)
Keluarga Pekerja/Buruh yang menjadi tanggungan
om

adalah istri/suami, Anak, atau orang yang sah menjadi


tanggungan Pekerja/Buruh berdasarkan Perjanjian
si.c

Kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja


Bersama.
ula

Ayat (2)
eg

Cukup jelas.
for

Ayat (3)
Cukup jelas.
.in

Ayat (4)
ww

Cukup jelas.
//w

Ayat (s)
Cukup jelas.
ps:
htt

Angka 53 . .

SK No 097239 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
ELIK INOONESIA
-285-

hu
Angka 53

-ta
Pasal 161

2
or-
Dihapus.

om
Angka 54

u-n
Pasa1 162

rpp
Dihapus. -pe
Angka 55
ad

Pasal 163
lo

Dihapus.
wn

Angka 56
/do

Pasal 164
/12

Dihapus.
22

Angka 57
20

Pasal 165
m/

Dihapus.
.co
i
las

Angka 58
Pasal 166
gu

Dihapus
fore

Angka 59
.in

Pasal 167
ww

Dihapus
//w

Angka 60
ps:

Pasal 168
htt

Dihapus.
Angka6l ...

SK No 041864 A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-286-

hua
2-t
Angka 6l

or-
Pasal 169
Dihapus.

om
u-n
Angka62

rpp
Pasa1 170
Dihapus.
-pe
ad

Angka 63
lo

Pasal 171
wn

Dihapus.
/do

Angka 64
/12

Pasal L72
22

Dihapus.
/20

Angka 65
om

Pasal 184
i.c

Dihapus.
las

Angka 66
u
eg

Pasal 185
for

Cukup jelas.
.in

Angka 67
ww

Pasal 186
Cukup jelas.
//w
ps:
htt

Angka68. . .

SK No 041865 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
-247 -

hu
Angka 68

-ta
Pasal 187

r-2
Cukup jelas.

mo
Angka 69

-no
Pasal 188
Cukup jelas.

pu
Angka 70
erp
Pasal 190
d-p

Cukup jelas.
loa

Angka 71
wn

Pasal 191A
Huruf a
/do

Yang dimaksud dengan "untuk pertama kali" adalah


Upah minimum Tahun 2O2L yang ditetapkan pada
/12

Tahun 2020.
22

Huruf b
Cukup jelas.
/20
om

Pasal 82
Angka I
i.c

Pasal 18
las

Cukup jelas.
gu

Angka 2
ore

Pasal 46A
Cukup jelas.
f
.in

Pasal 468
ww

Cukup jelas.
//w

Pasal 46C
ps:

Cukup jelas.
htt

Pasal 46D...

SK No04l866A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REP]IBLIK INDONESIA

-2
un
-288-

ah
2-t
Pasal 46D

or-
Cukup jelas.

om
Pasal 46E

u-n
Ayat (1.)

Huruf a
Cukup jelas.
rpp
-pe
Huruf b
ad

Yang dimaksud dengan "rekomposisi Iuran"


adalah rekomposisi Iuran yang tidak berasal dari
nlo

pekerja/buruh tanpa mengurangi manfaat


program jaminan sosial lainnya yang menjadi hak
ow

pekerja/buruh.
/d

Huruf c
/12

Cukup jelas.
Ayat (2)
22

Cukup jelas.
/20
om

Pasal 83
Angka
si.c

Pasal 6
ula

Cukup jelas.
eg
for

Angka 2
Pasal 9
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 3
/w

Pasal 42
/
ps:

Cukup jelas.
htt

Pasal 84...

SK No 097279 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA
- 249

hu
-ta
Pasal 84

r-2
Angka 1

mo
Pasal 1

Cukup jelas.

-no
pu
Ang)<a 2
Pasal 51
erp
Cukup jelas.
d-p
loa

Angka 3
wn

Pasal 53
Cukup jelas.
/do
/12

Angka 4
22

Pasal 57
Cukup jelas.
20
m/

Angka 5
co

Pasal 89A
si.

Cukup jelas.
ula
eg

Pasal 85
for

Cukup jelas.
.in

Pasal 86
ww

Angka 1
/w

Pasal 6
s:/
p

Ayat(1) ...
htt

SK No 041868 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
ELIK INDONESIA
-290-

hu
-ta
Ayat (l)

r-2
Persyaratan ini dimaksudkan untuk menjaga kelayakan

mo
usaha dan kehidupan Koperasi. Orang-seorang
pembentuk Koperasi adalah mereka yang memenuhi

-no
persyaratan keanggotaan dan mempunyai kepentingan
ekonomi yang sama.

pu
Ayat (2)
Cukup jelas.
erp
d-p

Angka 2
loa

Pasal 17
wn

Ayat (1)
Sebagai pemilik dan pengguna jasa Koperasi, anggota
/do

berpartisipasi aktif dalam kegiatan Koperasi. Sekalipun


demikian, sepanjang tidak merugikan kepentingannya,
/12

Koperasi dapat pula memberikan pelayanan kepada


bukan anggota sesuai dengan sifat kegiatan usahanya,
22

dengan maksud untuk menarik yang bukan anggota


menjadi anggota Koperasi.
/20

Ayat (21
om

Buku daftar anggota Koperasi dapat berbentuk


dokumen tertulis atau dokumen elektronik.
i.c
las

Angka 3
gu

Pasal 2 1
ore

Cukup jelas.
f
.in

Angka 4
ww

Pasal22
Cukup jelas.
//w
ps:

Angka5...
htt

SK No 041869 A
tml
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA
-291 -

ahu
2-t
Angka 5

or-
Pasal 43
Ayat (l)

m
-no
Usaha Koperasi terutama diarahkan pada bidang usaha
yang berkaitan langsung dengan kepentingan anggota
baik untuk menunjang usaha . maupun

pu
kesejahteraannya. Dalam hubungan ini maka
erp
pengelolaan usaha Koperasi harus dilakukan secara
produlrtif, efelrtif dan efisien dalam arti pelayanan usaha
d-p

yang dapat meningkatkan nilai tambah dan manfaat yang


sebesar-besarnya pada anggota dengan tetap
loa

mempertimbangkan untuk memperoleh sisa hasil usaha


yang wajar. Untuk mencapai kemampuan usaha seperti
wn

tersebut di atas, maka Koperasi dapat berusaha secara


luwes baik ke hulu maupun ke hilir serta berbagai jenis
/do

usaha lainnya yang terkait. Adapun mengenai


pelaksanaan usaha Koperasi, dapat dilakukan di mana
/12

saja, baik di dalam maupun di luar negeri, dengan


mempertimbangkan kelayakan usahanya.
22
20

Ayat (21
m/

Cukup jelas.
co
si.

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "kelebihan
ula

kemampuan
pelayanan Koperasi" adalah kelebihan kapasitas dana
eg

dan daya yang dimiliki oleh Koperasi untuk melayani


anggotanya. Kelebihan kapasitas tersebut oleh Koperasi
for

dapat dimanfaatkan untuk berusaha dengan bukan


anggota dengan tujuan untuk skala
.in

ekonomi dalam arti memperbesar volume usaha dan


menekan biaya per unit yang memberikan manfaat
ww

sebesar-besarnya kepada anggotanya serta


memasyarakatkan Koperasi.
//w
ps:

Ayat(a) ...
htt

SK No041870A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

-2
un
-292-

ah
Ayat (4)

2-t
Agar Koperasi dapat mewujudkan fungsi dan peran
seperti yang dimaksud dalam Pasal 4 maka Koperasi

or-
melaksanakan usaha di segala bidang kehidupan

om
ekonomi dan berperan utama dalam kehidupan ekonomi
rakyat. Yang dimaksud dengan "kehidupan ekonomi
rakyaf adalah semua kegiatan ekonomi yang

u-n
dilaksanakan dan menyangkut kepentingan orang

p
banyak.
Ayat (5)
erp
Cukup jelas.
d-p
loa

Angka 6
wn

Pasa1 44A
Cukup jelas.
/do
/12

Pasal 87
Angka I
22

Pasal 6
/20

Cukup jelas.
om
si.c

Angka 2
Pasal 12
ula

Ayat (1)
eg

Hurrf a
for

Yang dimaksud dengan "menyederhanakan tata


cara dan jenis perizinan" adalah memberikan
.in

kemudahan persyaratan dan tata cara perizinan


serta informasi yang seluas-luasnya.
ww

Yang dimaksud dengan "sistem pelayanan terpadu


satu pintu" adalah proses pengelolaan perizinan
//w

usaha yang dimulai dari tahap permohonan sampai


dengan tahap terbitnya dokumen, dilakukan dalam
ps:

satu tempat berdasarkan prinsip pelayanan


sebagai berikut:
htt

a. kesederhanaan . . .

SK No 097242 A
ml
.ht
22
PRESlDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-293-

ah
2-t
a. kesederhanaan dalam proses;

or-
b. kejelasan dalam pelayanan;
c. kepastian waktu penyelesaian;

om
d. kepastian biaya;

u-n
e. keamanan tempat pelayanan;
f. tanggung jawab petugas pelayanan;
rpp
g. kelengkapan sarana dan prasarana pelayanan;
-pe
h. kemudahan akses pelayanan; dan
i. kedisiplinan, kesopanan, dan
ad

keramahan
pelayanan.
nlo

Huruf b
ow

Cukup jelas.
/d

Ayat (2)
/12

Cukup jelas.
22

Angka 3
20

Pasal 2l
/
om

Cukup jelas.
i.c

Angka 4
s
ula

Pasal 25
Dihapus.
g
ore

Angka 5
inf

Pasal 26
w.

Huruf a
w

Cukup jelas.
/w

Hurufb
s:/

Cukup jelas.
p
htt

Huruf c
Cukup jelas.
Hurufd. . .

SK No 096528 A
ml
.ht
22
PRESIOEN

-20
REPUELIK INDONESIA

un
-294-

ah
Huruf d

2-t
Cukup jelas.

or-
Huruf e

Cukup jelas.

om
Huruf f

u-n
Cukup jelas.
Huruf g
rpp
Yang dimaksud dengan "bentuk-bentuk kemitraan lain"
-pe
seperti bagi hasil, kerja sama operasional, usaha
patungan (joint uenfire), dan penyumberluaran
ad

(outsourcingl.
nlo

Angka 6
ow

Pasal 30
/d

Cukup jelas.
/12

Angka 7
22

Pasal 32A
20

Cukup jelas.
/
om

Angka 8
i.c

Pasal 35
s

Ayat (1)
ula

Yang dimaksud "memiliki" adalah adanya peralihan


kepemilikan secara yuridis
g

atas badan
ore

usaha/perusahaan dan/ atau aset atau kekayaan yang


dimiliki Usaha Mikro, Kecil, dan/atau Menengah oleh
inf

Usaha Besar sebagai mitra usahanya dalam pelaksanaan


hubungan kemitraan.
w.

Ayat (2)
w

Yang dimaksud "menguasai" adalah adanya peralihan


/w

penguasaan secara yuridis atas kegiatan usaha yang


s:/

dijalankan dan/atau aset atau kekayaan dimiliki Usaha


Mikro, Kecil, dan/ atau Menengah oleh Usaha Besar
p

sebagai mitra usahanya dalam pelaksanaan hubungan


htt

kemitraan.
Pasal 88...

SK No 096529 A
ml
2 .ht
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-295-

hu
Pasal 88

-ta
Cukup jelas.

2
or-
Pasal 89

om
Cukup jelas.

u-n
rpp
Pasal 9O
Cukup jelas.
-pe
ad

Pasal 91
lo

Cukup jelas.
wn

Pasal 92
/do

Ayat (1)
/12

Cukup jelas.
22

Ayat (21

Cukup jelas.
/20

Ayat (3)
om

Yang dimaksud dengan "insentif kepabeanan' antara lain


pemberian keringanan atau pembebasan bea masuk.
i.c

Ayat (4)
las

Pelaku Usaha Mikro perlu diberikan dukungan antara lain


gu

melalui pemberian insentif Pajak Penghasilan agar dapat


meningkatkan kapasitas dan skala usahanya untuk berkembang.
e

Pemberian dukungan insentif Pajak Penghasilan tersebut juga


for

ditqiukan sebagai sarana pembelajaran bagi pelaku usaha mikro


.in

agar dapat lebih memahami hak dan kewajiban perpajakan.


Insentif Pajak Penghasilan diberikan kepada pelaku Usaha Mikro
ww

tertentu berdasarkan basis data tunggal UMK-M agar insentif


yang diberikan tepat sasaran.
//w
ps:

Pasal 93
Cukup jelas.
htt

Pasal 94...

SK No 097282 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA

-296-

hu
a
Pasal 94

2-t
Cukup jelas.

or-
om
Pasal 95
Cukup jelas.

u-n
Pasal 96
Cukup jelas.
erpp
d-p

Pasal 97
loa

Cukup jelas.
wn

Pasal 98
/do

Cukup jelas.
/12
22

Pasal 99
Cukup jelas.
20
m/

Pasal 1O0
o
i.c

Cukup jelas.
las

Pasal 101
u
eg

Cukup jelas.
for

Pasal 102
.in

Huruf a
ww

Yang dimaksud dengan upembiayaan alternatif untuk UMK-M"


antara lain meliputi:
//w

a. urun dana (croud fundingl;


ps:

b. modal ventura;
htt

c. angel capital;

d. dana . . .

SK No 097284 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-297 -

ah
d. dana padanan (seed capitatl; dan

2-t
e. kewajiban pelayanan universal (uniuersal seruicc obligationl.

or-
Huruf b
Cukup jelas.

om
Huruf c

u-n
Cukup jelas.
Hurufd
Cukup jelas. rpp
-pe
Huruf e
ad

Cukup jelas.
nlo

Pasal 1O3
ow

Pasal 53A
/d

Cukup jelas.
/12
22

Pasal 104
Cukup jelas.
20
/
om

Pasal 1O5
Cukup jelas.
s i.c
ula

Pasal 106
g

Angka 1
ore

Pasal I
inf

Cukup jelas.
Angka2
w.

Pasal 38
w
/w

Visa kunjungan dalam penerapannya dapat diberikan irntuk


melakukan kegiatan, antara lain:
s:/

1. wisata;
p

2.
htt

keluarga;

3. sosial

SK No 096532 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-2
un
-294-

ah
3. sosial;

2-t
4. seni dan budaya;

or-
5. tugas pemerintahan;
6. olahraga yang tidak bersifat komersial;

om
7. studi banding, kursus singkat, dan pelatihan singkat;

u-n
8. memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pelatihan
dalam penerapan dan inovasi teknologi industri untuk

p
meningkatkan mutu dan desain produk industri serta
erp
kerja sama pemasaran luar negeri bagi Indonesia;
d-p

9. melakukan pekerjaan darurat dan mendesak;


10. jurnalistik yang telah mendapat izin dari instansi yang
loa

berwenang;
I 1. pembuatan lilm yang tidak bersifat komersial dan telah
wn

mendapat izin dari instansi yang berwenang;


/do

12. melakukan pembicaraan bisnis;


13. melakukan pembelian barang;
/12

14. memberikan ceramah atau mengikuti seminar;


22

15. mengikuti pameran internasional;


/20

16. mengikuti rapat yang diadakan dengan kantor pusat atau


perwakilan di Indonesia;
om

17. melakukan audit, kendali mutu produksi, atau inspeksi


pada cabang perusahaan di Indonesia;
si.c

18. calon tenaga kerja asing dalam uji coba kemampuan


ula

dalam bekerja;
19. meneruskan perjalanan ke negara lain; dan
eg

2O. bergabung dengan alat angkut yang berada di Wilayah


for

Indonesia.
.in
ww

Angka 3
Pasal 39
//w

Ayat (1)
ps:

Huruf a
htt

Yang . . .

SK No 096533 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUELIK INDONESIA

un
-299-

h
-ta
Yang dimaksud dengan "Visa tinggal terbatas

r-2
rumah kedua" adalah Visa yang diberikan kepada
Orang Asing beserta keluarganya untuk tinggal

mo
menetap di Indonesia selama 5 (lima) tahun atau
l0 (sepuluh) tahun setelah memenuhi persyaratan

-no
tertentu.

pu
Huruf b
Cukup jelas. erp
Ayat (2)
d-p

Cukup jelas.
loa

Angka 4
wn

Pasal 40
/do

Cukup jelas.
/12

Angka 5
22

Pasal 46
20

Ayat (1)
m/

Yang dimaksud dengan "bertempat tinggal di Wilayah


Indonesia" adalah dalam rangka tugas penempatan di
o

perwakilan negara setempat atau perwakilan organisasi


i.c

internasional.
las

Ayat (21
gu

Cukup jelas.
e

Ayat (3)
for

Cukup jelas.
.in

Ayat (4)
ww

Cukup jelas.
//w
ps:

Angka6. ..
htt

SK No 096534 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-300-

hu
Angka 6

-ta
Pasal 54

2
or-
Ayat (1)
Hurufa

om
Yang dimaksud dengan "rohaniwan" adalah

u-n
pemuka agama yang diakui di Indonesia.
Huruf b
rpp
Yang dimaksud dengan "keluarga' adalah
suami/ istri dan anak.
-pe
Huruf c
ad

Cukup jelas.
lo

Huruf d
wn

Cukup jelas.
/do

Ayat (2)
Cukup jelas.
/12

Ayat (3)
22

Cukup jelas.
20

Ayat (4)
m/

Cukup jelas.
.co

Angka 7
i
las

Pasal 63
gu

Cukup jelas.
ore

Angka 8
f
.in

Pasal 7l
ww

Cukup jelas.
//w

Pasal 107
ps:

Angka I
Pasal 3
htt

Ayat(1)...

SK No 096535 A
ml
.ht
22
PFIE S I OEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-301 -

h
-ta
Ayat (1)

r-2
Cukup jelas.

mo
Ayat (2)

-no
Paten sederhana diberikan untuk Invensi yang berupa
produk yang bukan sekadar berbeda ciri teknisnya,
tetapi harus memiliki fungsi/kegunaan yang lebih

pu
praktis daripada Invensi sebelumnya yang disebabkan
erp
bentuk, konligurasi, konstruksi, atau komponennya
yang mencakup alat, barang, mesin, komposisi,
d-p

formula, penggunaan, senyawa, atau sistem. Paten


sederhana juga diberikan untuk Invensi yang berupa
loa

proses atau metode yang baru.


Ayat (3)
wn

Cukup jelas.
/do
/12

Angka 2
Pasal 2O
22

Cukup jelas.
/20
om

Angka 3
Pasal 82
si.c

Ayat (l)
ula

Hurufa
.Cukup jelas.
eg

Huruf b
for

Cukup jelas.
.in
ww
//w

Huruf c . . .
ps:
htt

SK No 096549 A
ml
.ht
22
PRESIOEN

0
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-302-

hu
Huruf c

-ta
Keadaan ini biasanya terjadi dalam pelaksanaan

r-2
Paten yang merupakan hasil penyempurnaan atau
pengembangan Invensi yang lebih dahulu telah

o
dilindung Paten. Oleh karenanya pelaksanaan

om
Paten yang baru tersebut berarti melaksanakan
sebagian atau seluruh Invensi yang telah

u-n
dilindungi Paten yang dimiliki oleh pihak lain. Jika
Pemegang Paten terdahulu memberi Lisensi kepada
rpp
Pemegang Paten berikutnya, yang memungkinkan
terlaksananya Paten berikutnya tersebut, maka
-pe
dalam hal ini tidak ada masalah pelanggaran
Paten. Tetapi kalau Lisensi untuk itu tidak
ad

diberikan, semestinya Undang-Undang ini


nlo

menyediakan jalan keluarnya. Ketentuan ini


dimalsudkan agar Paten yang diberikan
ow

belakangan dapat dilaksanakan tanpa melanggar


Paten yang terdahulu melalui pemberian Lisensi-
2/d

wajib oleh Menteri.


Ayat (2)
/1

Cukup jelas.
22
20

Angka 4
m/

Pasal L22
co

Ayat (1)
si.

Yang dimaksud dengan "satu Invensi" adalah Paten


ula

sederhana hanya diajukan untuk satu klaim mandiri


produk atau satu klaim mandiri proses, tetapi dapat
eg

terdiri atas beberapa klaim turunan.


for

Ayat (2)
Cukup jelas.
.in

Ayat (3)
ww

Cukup jelas.
/w
s:/

Angka 5
p

Pasal 123
htt

Cukup jelas.
Angka6...

SK No 096550A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-303-

ah
-t
Angka 6

r-2
Pasal 124

mo
Cukup jelas.

o
u-n
Pasal 1O8
Angka 1

Pasal 20
rpp
-pe
Hurufa
Yang dimaksud dengan "bertentangan
ad

dengan
ketertiban umum" adalah tidak sejalan dengan
nlo

peraturan yang ada dalam masyarakat yang sifatnya


menyeluruh seperti menyinggung perasaan masyarakat
ow

atau golongan, menyinggung kesopanan atau etika


umum masyarakat, dan menyinggung ketenteraman
2/d

masyarakat atau golongan.


/1

Huruf b
22

Merek tersebut berkaitan atau hanya menyebutkan


barang dan/atau jasa yang dimohonkan
/20

pendaftarannya.
om

Huruf c
Yang dimaksud dengan "memuat unsur yang dapat
si.c

menyesatkan" misalnya Merek "Kecap No.1" tidak dapat


didaftarkan karena menyesatkan masyarakat terkait
ula

dengan kualitas barang, Merek "netto 100 gram" tidak


dapat didaftarkan karena menyesatkan masyarakat
eg

terkait dengan ukuran barang.


for

Hurufd
Yang dimaksud dengan "memuat keterangan yang tidak
.in

sesuai dengan kualitas, manfaat, atau khasiat dari


ww

barang dan/atau jasa yang diproduksi" adalah


mencantumkan keterangan yang tidak sesuai dengan
kualitas, manfaat, khasiat, dan/ atau risiko dari produk
//w

dimaksud. Contohnya: obat yang dapat menyembuhkan


seribu satu penyakit, rokok yang aman bagi kesehatan.
ps:
htt

Huruf e. . .

SK No 096551 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INOONESIA

un
-304-

ah
2-t
Huruf e

or-
Tanda dianggap tidak memiliki daya pembeda apabila
tanda tersebut terlalu sederhana seperti satu tanda

om
garis atau satu tanda titik, ataupun terlalu rumit
sehingga tidak jelas.

u-n
Huruf f

rpp
Yang dimaksud dengan "nama umum" antara lain
Merek "rumah makan" untuk restoran, Merek owarung
kopi" untuk kafe. Adapun "lambang milik umum" antara
-pe
lain "lambang tengkoralC untuk barang berbahaya,
lambang "tanda racun" untuk bahan kimia, "lambang
ad

sendok dan garpu" untuk jasa restoran.


nlo

Huruf g
ow

Cukup jelas.
/d
/12

Angka 2
Pasal 23
22

Cukup jelas.
/ 20
om

Angka 3
Pasal 25
i.c

Ayat (1)
s
ula

Cukup jelas.
Ayat (21
g
ore

Hurufa
Cukup jelas.
inf

Hurufb
w.

Cukup jelas.
w

Huruf c
/w

Cukup jelas.
s:/

Huruf d
p

Cukup jelas.
htt

Huruf e . . .

SK No 096552 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-305-

hu
-ta
Huruf e

r-2
Cukup jelas.

o
Huruf f

om
Yang dimaksud dengan "tanggal pendaftaran"

u-n
adalah tanggal didaftarnya Merek.
Hurufg
Cukup jelas. rpp
-pe
Huruf h
Cukup jelas.
ad

Pasal 1O9
nlo

Angka 1
ow

Pasal 1

Cukup jelas.
2/d

Angka 2
/1

Pasal 7
22

Ayat (1)
20

Yang dimaksud dengan "orang" adalah or€rng


m/

perseorangan, baik warga negara Indonesia maupun


asing atau badan hukum Indonesia atau asing.
co

Ketentuan dalam ayat ini menegaskan prinsip yang


si.

berlaku berdasarkan Undang-Undang ini bahwa pada


dasarnya sebagai badan hukum, Perseroan didirikan
ula

berdasarkan perjanjian, karena itu mempunyai lebih


dari 1 (satu) orang pemegang saham.
eg

Ayat (21
for

Cukup jelas.
.in

Ayat (3)
ww

Dalam hal Peleburan seluruh aktiva dan pasiva


Perseroan yang meleburkan diri masuk menjadi modal
/w

Perseroan hasil Peleburan dan pendiri tidak mengambil


bagian saham sehingga pendiri dari Perseroan hasil
s:/

Peleburan adalah Perseroan yang meleburkan diri dan


p

nama pemegang saham dari Perseroan hasil Peleburan


htt

adalah nama pemegang saham dari Perseroan yang


meleburkan diri.
Ayat(4)...
SK No 096553 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-306-

hu
Ayat (4)

-ta
Cukup jelas.

r-2
Ayat (5)

mo
Cukup jelas.
Ayat (6)

-no
Huruf a
Perikatan dan kerugian Perseroan yang menjadi

pu
tanggung jawab pribadi pemegang saham adalah
erp
perikatan dan kerugian yang terjadi setelah lewat
waktu 6 (enam) bulan tersebut.
d-p

Huruf b
Yang dimaksud dengan "pihak yang
loa

berkepentingan" adalah kejaksaan untuk


kepentingan umum, pemegang saham, Direksi,
wn

Dewan Komisaris, karyawan Perseroan, kreditor,


dan/atau pemangku kepentingan (stakeholder)
/do

lainnya.
/12

Ayat (7)
Karena status dan karakteristik yang khusus,
22

persyaratan jumlah pendiri bagi Perseroan sebagaimana


dimaksud pada ayat ini diatur dalam peraturan
20

perundang-undangan tersendiri.
m/

Huruf a
o

Yang dimaksud dengan "persero" adalah


i.c

badan usaha milik negara yang berbentuk


Perseroan yang modalnya terbagi dalam
las

saham yang diatur dalam Undang-Undang


u

tentang Badan Usaha Milik Negara.


eg

Hurufb
for

Cukup jelas.
Huruf c
.in

Cukup jelas.
ww

Huruf d
Cukup jelas.
//w

Huruf e
ps:

Cukup jelas.
Ayat (8)
htt

Cukup jelas.
Angka3...

SK No 097265 A
ml
.ht
22
PRE S ID EN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-307-

ah
Angka 3

2-t
Pasal 32

or-
Ayat (1)
Cukup jelas.

om
Ayat (2)

u-n
Cukup jelas.
Ayat
rpp
(3)
Ketentuan pada ayat ini diperlukan untuk
-pe
mengantisipasi perubahan keadaan perekonomian.
ad

Angka 4
nlo

Pasal 153
ow

Cukup jelas.
/d
/12

Angka 5
Pasal 153A
22

Cukup jelas.
/20
om

Pasal 153El
Ayat (1)
i.c

Modal dasar perseroan untuk usaha mikro dan kecil


s

berasal dari kekayaan pendiri yang dipisahkan.


ula

Ayat (2)
g
ore

Cukup jelas.
Ayat (3)
inf

Cukup jelas.
ww.

Pasal 153C
/w

Cukup jelas.
s:/
p

Pasal 153D
htt

Cukup jelas.

Pasal 153E. . .

SK No 096555 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-308-

h
-ta
Pasal 153E

r-2
Ayat (1)

mo
Yang dimaksud dengan "orang perseorangan" adalah
orang yang cakap melakukan perbuatan hukum

-no
sebagaimana diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Perdata.

pu
Ayat (2) erp
Cukup jelas.
d-p

Pasal 153F
loa

Cukup jelas.
wn

Pasal 153G
/do

Cukup jelas.
/12
22

Pasal 153H
Cukup jelas.
20
m/

Pasal 1531
o
i.c

Cukup jelas.
las

Pasal 153J
gu

Cukup jelas.
e
for
.in

Pasal 110
Dihapus.
ww
//w

Pasal 111
Angka
ps:

1
htt

Pasal 2...

SK No 096556 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-309-

h
-ta
Pasal 2

r-2
Ayat (1)

mo
Hurufa
Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat

-no
bertempat tinggal atau berada di Indonesia
ataupun di luar Indonesia. Warisan yang belum

pu
terbagi sebagai satu kesatuan merupakan subjek
erp
pajak pengganti, menggantikan mereka yang
berhak yaitu ahli waris. Penunjukan warisan yang
d-p

belum terbagi sebagai subjek pajak pengganti


dimaksudkan agar pengenaan pajak atas
loa

penghasilan yang berasal dari warisan tersebut


tetap dapat dilaksanakan.
wn

Huruf b
/do

Badan ada-lah sekumpulan orang dan/atau modal


yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
/12

usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang


meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer,
22

perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau


badan usaha milik daerah dengan nama dan {alam
20

bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana


pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
m/

organisasi massa, organisasi sosial politik, atau


o

organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan


i.c

lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan


las

bentuk usaha tetap.


Badan usaha milik negara dan badan usaha milik
gu

daerah merupakan subjek pajak tanpa


memperhatikan nama dan bentuknya sehingga
e
for

setiap unit tertentu dari badan Pemerintah,


misalnya lembaga, badan, dan sebagainya yang
.in

dimiliki oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah


Daerah yang menjalankan usaha atau melakukan
ww

kegiatan untuk memperoleh penghasilan


merupakan subjek pajak.
//w

Dalam pengertian perkumpulan termasuk pula


asosiasi, persatuan, perhimpunan, atau ikatan dari
ps:

pihak-pihak yang mempunyai kepentingan yang


htt

sama.
Huruf c.. .

SK No 096557 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-2
un
-310-

ah
Huruf c

2-t
Cukup jelas.

or-
Ayat (1a)

om
Cukup jelas.

u-n
p
Ayat (2)
erp
Subjek pajak dibeda.kan menjadi subjek pajak dalam
negeri dan subjek pajak luar negeri. Subjek pajak orang
d-p

pribadi dalam negeri menjadi Wajib Pajak apabila telah


menerima atau memperoleh penghasilan ya.ng besarnya
loa

melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak. Subjek pajak


badan dalam negeri menjadi Wajib Pajak sejak saat
wn

didirikan, atau bertempat kedudukan di Indonesia.


Subjek pajak luar negeri baik orang pribadi maupun
/do

badan sekaligus menjadi Wajib Pajak karena menerima


dan/ atau memperoleh penghasilan yang bersumber
/12

dari Indonesia atau menerima dan/ atau memperoleh


penghasilan yang bersumber dari Indonesia melalui
22

bentuk usaha tetap di Indonesia. Dengan perkataan


/20

lain, Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang


telah memenuhi kewajiban subjektif dan objektif.
Sehubungan dengan pemilikan Nomor Pokok Wajib
om

Pajak, Wajib Pajak orang pribadi yang menerima


penghasilan di bawah Penghasilan Tidak Kena Pajak
si.c

tidak wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor


Pokok Wajib Pajak.
ula

Perbedaan yang penting antara Wajib Pajak dalam


eg

negeri dan wajib Pajak luar negeri terletak dalam


pemenuhan kewajiban pajaknya, antara lain:
for

a. Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak atas


.in

penghasilan baik yang diterima atau diperoleh dari


Indonesia maupun dari luar Indonesia, sedangkan
ww

Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak hanya atas


penghasilan yang berasal dari sumber penghasilan
//w

di Indonesia;
b. Wajib Pajak dalam negeri dikenai pajak
ps:

berdasarkan penghasilan neto dengan tarif umum,


sedangkan Wajib Pajak luar negeri dikenai pajak
htt

berdasarkan penghasilan bruto dengan tarif pajak


sepadan; dan
c. Wajib Pajak. . .

SK No 096558 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUALIK INDONESIA

un
- 311 -

h
-ta
c. Wajib Pajak dalam negeri wajib menyampaikan

r-2
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
sebagai sarana untuk menetapkan pajak yang

mo
terutang dalam suatu tahun pajak, sedangkan
Wajib Pajak luar negeri tidak wajib menyampaikan

-no
Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan
karena kewajiban pajaknya dipenuhi melalui

pu
pemotongan pajak yang bersifat final.
erp
Bagi Wajib Pajak luar negeri yang menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui bentuk usaha tetap di
d-p

Indonesia, pemenuhan kewajiban perpajakannya


dipersamakan dengan pemenuhan kewajiban
perpajakan wajib Pajak badan dalam qegeri
loa

sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini dan


wn

Undang-Undang yang mengatur mengenai ketentuan


umum dan tata cara perpajakan.
/do

Ayat (3)
/12

Huruf a
22

Pada prinsipnya orang pribadi yang menjadi subjek


pajak dalam negeri adalah orang pribadi yang
20

bertempat tinggal atau berada di Indonesia.


m/

Termasuk dalam pengertian orang pribadi yang


bertempat tinggal di Indonesia adalah mereka yang
o

mempunyai niat untuk bertempat tinggal di


i.c

Indonesia. Apakah seseorang mempunyai niat


las

untuk bertempat tinggal di Indonesia ditimbang


menurut keadaan.
gu

Keberadaan orang pribadi di Indonesia lebih dari


e

183 (seratus delapan puluh tiga) hari tidaklah


for

harus berturut-turut, tetapi ditentukan oleh


jumlah hari orang tersebut berada di Indonesia
.in

dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sejak


ww

kedatangannya di Indonesia.
Huruf b
//w

Cukup jelas
ps:
htt

Huruf c.. .

SK No 096559 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-2
-3t2-

un
ah
Hurrf c

2-t
Warisan yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh
orang pribadi subjek pajak dalam negeri dianggap

or-
sebagai subjek pajak dalam negeri dalam
pengertian Undang-Undang ini mengikuti status

om
pewaris. Adapun untuk pelaksanaan pemenuhan
kewajiban perpajakannya, warisan tersebut

u-n
menggantikan kewajiban ahli waris yang berhak.
Apabila warisan tersebut telah dibagi, kewajiban

p
erp
perpajakannya beralih kepada ahli waris.
Warisan yang belum terbagi yang ditinggalkan oleh
d-p

orang pribadi sebagai subjek pajak luar negeri yang


tidak menjalankan usaha atau melakukan
loa

kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di


Indonesia, tidak dianggap sebagai subjek pajak
pengganti karena pengenaan pajak
wn

atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh orang
/do

pribadi dimaksud melekat pada objeknya.


Ayat$l
/12

Subjek pajak luar negeri adalah orang pribadi atau


badan yang bertempat tinggal atau bertempat
22

kedudukan di luar Indonesia yang dapat menerima atau


/20

memperoleh penghasilan dari Indonesia, baik melalui


maupun tanpa melalui bentuk usaha tetap. Orang
om

pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, tetapi


berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus
si.c

delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua


belas) bulan maka orang tersebut adalah subjek,pajak
ula

luar negeri.
Apabila penghasilan diterima atau diperoleh melalui
eg

bentuk usaha tetap maka terhadap orang pribadi atau


for

badan tersebut dikenai pajak melalui bentuk usaha


tetap. Orang pribadi atau badan tersebut, statusnya
.in

tetap sebagai subjek pajak luar negeri. Dengan


demikian, bentuk usaha tetap tersebut menggantikan
ww

orang pribadi atau badan sebagai subjek pajak luar


negeri dalam memenuhi kewajiban perpajakannya di
//w

Indonesia. Dalam hal penghasilan tersebut diterima


atau diperoleh tanpa melalui bentuk usaha tetap maka
ps:

pengenaan pajaknya dilakukan langsung kepada subjek


pajak luar negeri tersebut.
htt

Ayat(S)...

SK No 096560 A
ml
.ht
22
PFTES IDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-313-

ah
Ayat (s)

2-t
Suatu bentuk usaha tetap mengandung pengertian
adanya suatu tempat usaha Qtlae of business) yaitu

or-
fasilitas yang dapat berupa tanah dan gedung termasuk
juga mesin-mesin, peralatan, gudang dan komputer

om
atau agen elektronik atau peralatan otofnatis
(automated equipmenf yang dimiliki, disewa, atau

u-n
digunakan oleh penyelenggara transaksi elektronik
untuk menjalankan aktivitas usaha melalui internet.
rpp
Tempat usaha tersebut bersifat permanen dan
-pe
digunakan untuk menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan dari orang pribadi yang tidak bertempat tinggal
ad

atau badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat


kedudukan di Indonesia.
nlo

Pengertian bentuk usaha tetap mencakup pula orang


ow

pribadi atau badan selaku agen yang kedudukannya


tidak bebas yang bertindak untuk dan atas nama orang
/d

pribadi atau badan yang tidak bertempat tinggal atau


tidak bertempat kedudukan di Indonesia. Orang pribadi
/12

yang tidak bertempat tinggal atau badan yang tidak


didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia
22

tidak dapat dianggap mempunyai bentuk usaha tetap di


20

Indonesia apabila orang pribadi atau badan dalam


menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di
/
om

Indonesia menggunakan agen, broker atau perantara


yang mempunyai kedudukan bebas, asalkan agen atau
i.c

perantara tersebut dalam kenyataannya bertindak


sepenuhnya dalam rangka menjalankan
s
ula

perusahaannya sendiri.
Perusahaan asuransi yang didirikan dan bertempat
g

kedudukan di luar Indonesia dianggap mempunyai


ore

bentuk usaha tetap di Indonesia apabila perusahaan


asuransi tersebut menerima pembayaran premi
inf

asuransi atau menanggung risiko di Indonesia melalui


pegawai, perwakilan atau agennya di Indonesia.
w.

Menanggung risiko di Indonesia tidak berarti bahwa


w

peristiwa yang mengakibatkan risiko tersebut terjadi di


/w

Indonesia. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa pihak


tertanggung bertempat tinggal, berada, atau bertempat
s:/

kedudukan di Indonesia.
p
htt

Ayat(6) ...

SK No 096561 A
ml
.ht
22
PRESIOEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-3t4-

ah
2-t
Ayat (6)

or-
Penentuan tempat tinggal orang pribadi atau tempat
kedudukan badan penting untuk menetapkan Kantor

om
Pelayanan Pajak mana yang mempunyai yurisdiksi
pemajakan atas penghasilan yang diterima atau

u-n
diperoleh orang pribadi atau badan tersebut.
Pada dasarnya tempat tinggal orang pribadi atau tempat
rpp
kedudukan badan ditentukan menurut keadaan yang
sebenarnya. Dengan demikian penentuan tempat
-pe
tinggal atau tempat kedudukan tidak hanya didasarkan
pada yang bersifat formal, tetapi lebih
ad

didasarkan pada kenyataan.


nlo

Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh Direktur


Jenderal Pajak dalam menentukan tempat tinggal
ow

seseorang atau tempat kedudukan badan tersebut,


antara lain domisili, alamat tempat tinggal, tempat
/d

tinggal keluarga, tempat menjalankan usaha pokok atau


/12

hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan untuk


memudahkan pelaksanaan pemenuhan kewajiban
22

pajak.
/20

Ang)<a2
om

Pasal26
i.c

Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib


Pajak luar negeri dari Indonesia, Undang-Undang ini
s
ula

menganut 2 (dua) sistem pengenaan pajak, yaitu


pemenuhan sendiri kewajiban perpajakannya bagi Wajib
g

Pajak luar negeri yang menjalankan usaha atau melakukan


ore

kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia dan


pemotongan oleh pihak yang wajib membayar bagi Wajib
inf

Pajak luar negeri lainnya.


w.

Ketentuan ini mengatur tentang pemotongan atas


penghasilan yang bersumber di Indonesia yang diterima
w

atau diperoleh Wajib Pajak luar negeri selain bentuk usaha


/w

tetap.
p s:/

Ayat(1)...
htt

SK No 096562 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-315-

ah
2-t
Ayat (l)

or-
Pemotongan pajak berdasarkan ketentuan ini wajib
dilakukan oleh badan pemerintah, subjek pajak dalam

om
negeri, penyelenggara kegiatan, bentuk usaha tetap,
atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya yang

u-n
melakukan pembayaran kepada Wajib Pajak luar negeri
selain bentuk usaha tetap di Indonesia dengan tarif
rpp
sebesar 2Oo/o (dua puluh persen) dari jumlah bruto.
Jenis-jenis penghasilan yang wajib dilakukan
-pe
pemotongan dapat digolongkan dalam:
1. penghasilan yang bersumber dari modal dalam
ad

bentuk dividen, bunga termasuk premium,


nlo

diskonto, dan imbalan karena jaminan


pengembalian utang, royalti, dan sewa serta
ow

penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan


harta;
/d

2. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, atau


/12

kegiatan;
3. hadiah dan penghargaan dengan nama dan dalam
22

bentuk apa pun;


20

4. pensiun dan pembayaran berkala lainnya;


/
om

5. premi swap dan transaksi lindung nilai lainnya;


dan/atau
i.c

6. keuntungan karena pembebasan utang.


s

Sesuai dengan ketentuan ini, misalnya suatu badan


ula

subjek pajak dalam negeri membayarkan royalti sebesar


Rp10O.0OO.OO0,O0 (seratus juta rupiah) kepada Wajib
g
ore

Pajak luar negeri, subjek pajak dalam negeri tersebut


berkewajiban untuk memotong Pajak Penghasilan
inf

sebesar 2Oo/o (dua puluh persen) dari Rp100.00O.q00,00


(seratus juta rupiah).
w.

Sebagai contoh lain, seorang atlet dari luar negeri yang


w

ikut mengambil bagian dalam perlombaan lari maraton


/w

di Indonesia kemudian merebut hadiah uang maka atas


hadiah tersebut dikenai pemotongan Pajak Penghasilan
s:/

sebesar 2Oo/o (dua puluh persen).


p
htt

Ayat (1a) ...

SK No 096563 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-2
un
-316-

ah
2-t
Ayat (1a)

or-
Negara domisili dari Wajib Pajak luar negeri selain yang
menjalankan usaha atau melakukan kegiatan usaha

om
melalui bentuk usaha tetap di Indonesia yang menerima
penghasilan dari Indonesia ditentukan berdasarkan

u-n
tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak
yang sebenarnya menerima manfaat dari penghasilan

p
tersebut (beneficial ownet). Oleh karena itu, negara
erp
domisili tidak hanya ditentukan berdasarkan Surat
Keterangan Domisili, tetapi juga tempat tinggal, atau
d-p

tempat kedudukan dari penerima manfaat dari


penghasilan dimaksud.
loa

Dalam hal penerima manfaat adalah orang pribadi,


negara domisilinya adalah negara tempat orang pribadi
wn

tersebut bertempat tinggal atau berada, sedangkan


apabila penerima manfaat adalah badan, negara
/do

domisilinya adalah negara tempat pemilik atau lebih


dari 50% (lima puluh persen) pemegang saham baik
/12

sendiri-sendiri maupun bersama-sama berkedudukan


atau efektif manajemennya berada.
22
/20

Ayat (lb)
om

Cukup jelas.
si.c

Ayat (2)
ula

Ketentuan ini mengatur tentang pemotongan pajak atas


penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
eg

luar negeri yang bersumber di Indonesia, selain dari


for

penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yaitu


penghasilan dari penjualan atau pengalihan harta, dan
.in

premi asuransi, termasuk premi reasuransi. Atas


penghasilan tersebut dipotong pajak sebesar 2Oo/o (dlua
ww

puluh persen) dari perkiraan penghasilan neto dan


bersifat linal. Menteri Keuangan diberikan wewenang
//w

untuk menetapkan besarnya perkiraan penghasilan


neto dimaksud, serta hal-hal lain dalam rangka
ps:

pelaksanaan pemotongan pajak tersebut.


htt

Ketentuan . . .

SK No 096564 A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

-2
un
-3t7 -

ah
2-t
Ketentuan ini tidak diterapkan dalam hal Wajib Pajak
luar negeri tersebut menjalankan usaha atau

or-
melakukan kegiatan melalui suatu bentuk usaha tetap
di Indonesia atau apabila penghasilan dari penjualan

om
harta tersebut telah dikenai pajak berdasarkan
ketentuan Pasal 4 ayat (21.

u-n
Ayat (2al

p
Cukup jelas. erp
Ayat (s)
d-p

Cukup jelas.
loa

Ayat (4)
Atas Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak
wn

dari bentuk usaha tetap di Indonesia dikenai pajak


sebesar 2Oo/o (dua puluh persen).
/do

Contoh:
/12

Penghasilan Kena Paja-k bentuk Rp17.5OO.OO0.00O,OO


usaha tetap di Indonesia dalam
22

tahun 2O23:
/20

Pajak Penghasilan:
om

22o/o x RpLT .500.00O.OO0,OO Ro3.85O.0OO. o00.00t-)


si.c

Penghasilan Kena Pajak setelah Rp13.650.O0O.00O,0O


pajak
ula

Pajak Penghasilan Pasal 26


yang terutang
eg

20% x Rp13.650.000.000,00 Rp2.730.000.0OO,O0


for
.in
ww

Apabila penghasilan setelah pajak sebesar


Rp13.65O.0O0.OO0,O0 (tiga belas miliar enam ratus lima
//w

puluh juta rupiah) tersebut ditanamkan kembali di


Indonesia sesuai dengan atau berdasarkan Peraturan
ps:

Menteri Keuangan, atas penghasilan tersebut tidak


dikenai pajak.
htt

Ayat(s)...

SK No 096565 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-2
un
-318-

ah
2-t
Ayat (s)

or-
Pada prinsipnya pemotongan pajak atas Wajib Pajak
Iuar negeri adalah bersifat final, tetapi atas penghasilan

om
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf b
dan huruf c, dan atas penghasilan Wajib Pajak orang

u-n
pribadi atau badan luar negeri yang berubah status
menjadi Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk usaha

p
tetap, pemotongan pajaknya tidak bersifat final
erp
sehingga potongan pajak tersebut dapat dikreditkan
dalam Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak
d-p

Penghasilan.
Contoh:
loa

A sebagai tenaga asing orang pribadi membuat


wn

perjanjian kerja dengan PI B sebagai Wajib Pajak dalam


negeri untuk bekerja di Indonesia untuk jangka waktu
/do

5 (lima) bulan terhitung mulai tanggal I Jantari 2023.


Pada tanggal 2O April 2023 perjanjian kerja tersebut
/12

diperpanjang menjadi 8 (delapan) bulan sehingga akan


berakhir pada tanggal 31 Agustus 2023.
22

Jika perjanjian kerja tersebut tidak diperpanjang, status


/20

A adalah tetap sebagai Wajib Pajak luar negeri. Dengan


diperpanjangnya perjanjian kerja tersebut, status A
om

berubah dari Wajib Pajak luar negeri menjadi Wajib


Pajak dalam negeri terhitung sejak tanggal 1 Januari
si.c

2023. Selama bulan Januari sampai dengan Marel2O23


atas penghasilan bruto A telah dipotong Pajak
ula

Penghasilan Pasal 26 oleh PT B.


Berdasarkan ketentuan ini, untuk menghitung Pajak
eg

Penghasilan yang terutang atas penghasilan A untuk


masa Januari sampai dengan Agustus 2023, Pajak
for

Penghasilan Pasal 26 yang telah dipotong dan disetor PT


B atas penghasilan A sampai dengan Maret 2023
.in

tersebut dapat dikreditkan terhadap pajak A sebagai


ww

Wajib Pajak dalam negeri.


//w

Pasal 112...
ps:
htt

SK No 096566 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-2
un
-319-

ah
2-t
Pasal 112

or-
Angka 1
Pasal 1A

om
Ayat (1)

u-n
Huruf a
Yang dimaksud dengan "perjanjian" meliputi jual
p
beli, tukar-menukar, jual beli dengan angsuran,
erp
atau perjanjian lain yang mengakibatkan
d-p

penyerahan hak atas barang.


Huruf b
loa

Penyerahan Barang Kena Pajak dapat terjadi


karena perjanjian sewa beli dan/ atau perjanjian
wn

sewa guna usaha (leasing)


/do

Yang dimalsud dengan upengalihan Barang Kena


Pajak karena suatu perjanjian sewa guna usaha
/12

(leasing)" adalah penyerahan Barang Kena Pajak


yang disebabkan oleh perjanjian sewa guna usaha
22

(leasing) dengan hak opsi.


/20

Da1am hal penyerahan Barang Kena Pajak oleh


Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian
om

sewa guna us aha (leasingl dengan hak opsi, Barang


Kena Pajak dianggap diserahkan langsung dari
si.c

Pengusaha Kena Pajak pemasok (supplier) kepada


pihak yang membutuhkan barang (lessee).
ula

Huruf c
Yang dimaksud dengan "pedagang perantara"
eg

adalah orang pribadi atau badan yang dalam


for

kegiatan usaha atau pekerjaannya dengan nama


sendiri melakukan perjanjian atau perikatan atas
.in

dan untuk tanggungan or€rng lain dengan


mendapat upah atau balas jasa tertentu, misalnya
ww

komisioner.
Yang dimaksud dengan "juru lelang" adalah juru
//w

lelang pemerintah atau yang ditunjuk oleh


ps:

pemerintah.
htt

Huruf d . . .

SK No 096567 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-320-

ahu
2-t
Huruf d

or-
Yang dimaksud dengan "pemakaian sendiri" adalah
pemakaian untuk kepentingan pengusaha sendiri,

om
pengurus, atau kar5iawan, baik barang produksi
sendiri maupun bukan produksi sendiri.

u-n
Yang dimaksud dengan "pemberian cuma-cuma"
adalah pemberian yang diberikan tanpa
rpp
pembayaran baik barang produksi sendiri maupun
bukan produksi sendiri, seperti pemberian contoh
e
barang untuk promosi kepada relasi atau pembeli.
d-p

Huruf e
loa

Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/ atau


aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
wn

diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat


pembubaran perusahaan, disamakan dengan
/do

pemakaian sendiri sehingga dianggap sebagai


penyerahan Barang Kena Pajak.
/12

Dikecualikan dari ketentuan pada huruf e ini


22

adalah penyerahan sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 1A ayat(21 hurufe.
20

Huruf f
m/

Dalam hal suatu perusahaan mempunyai lebih dari


o

satu tempat pajak terutang baik sebagai pusat


i.c

maupun sebagai cabang perusahaan, pemindahan


Barang Kena Pajak antartempat tersebut
las

merupakan penyerahan Barang Kena Pajak.


u

Yang dimaksud dengan "pusat" adalah tempat


eg

tinggal atau tempat kedudukan.


for

Yang dimaksud dengan "cabang" antara lain lokasi


usaha, perwakilan, unit pemasaran, dan tempat
.in

kegiatan usaha sejenisnya.


ww

Huruf g
Dihapus.
//w

Huruf h
ps:

Contoh:
htt

Dalam . . .

SK No 096568 A
ml
.ht
22
PRESIOEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

-32t-

un
ah
2-t
Da-lam transaksi murabahah, bank syariah
bertindak sebagai penyedia dana untuk membeli

or-
sebuah kendaraan bermotor dari Pengusaha Kena
Pajak A atas pesanan nasabah bank syariah (T\ran

om
B). Meskipun berdasarkan prinsip syariah, bank
syariah harus membeli dahulu kendaraan

u-n
bermotor tersebut dan kemudian menjualnya
kepada Tuan B, berdasarkan Undang-Undang ini,

p
penyerahan kendaraan bermotor tersebut dianggap
erp
dilakukan langsung oleh Pengusaha Kena Pajak A
kepada T\ran B.
d-p

Ayat (21
loa

Huruf a
Yang dimaksud dengan "makelar" adalah makelar
wn

sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-


Undang Hukum Dagang, yaitu pedagang perantara
/do

yang diangkat oleh Presiden atau oleh pejabat yang


oleh Presiden dinyatakan berwenang untuk itu.
/12

Mereka menyelenggarakan perusahaan mereka


dengan melakukan pekerjaan dengan mendapat
22

upah atau provisi tertentu, atas amanat dan atas


/20

nama orzrng-orang lain yang dengan mereka tidak


terdapat hubungan kerja.
m

Huruf b
co

Cukup jelas.
si.

Huruf c
ula

Dalam hal Pengusaha Kena Pajak mempunyai lebih


dari satu tempat kegiatan usaha, baik sebagai
eg

pusat maupun cabang perusahaan, dan


for

Pengusaha Kena Pajak tersebut telah


menyampaikan pemberitahuan secara tertulis
.in

kepada Direktur Jenderal Pajak, pemindahan


Barang Kena Pajak dari satu tempat kegiatan
ww

usaha ke tempat kegiatan usaha lainnya (pusat ke


cabang atau sebaliknya atau antarcabang)
//w

dianggap tidak termasuk dalam pengertian


penyerahan Barang Kena Pajak, kecuali
ps:

pemindahan Barang Kena Pajak antartempat pajak


terutang.
htt

Huruf d. . .

SK No 096569 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-322-

h
Huruf d

-ta
Yang dimaksud dengan "pemecahan usaha" adalah

r-2
pemisahan usaha sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang yang mengatur mengenai

mo
perseroan terbatas.

-no
Pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka
penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, dan

pu
pengambilalihan usaha, serta
pengalihan Barang Kena Pajak untuk tujuan
erp
setoran modal pengganti saham, yang dilakukan
oleh:
d-p

a. Pengusaha Kena Pajak kepada Pengusaha


Kena Pajak lainnya, tidak termasuk dalam
loa

pengertian penyerahan Barang Kena Pajak


sehingga tidak ada Pajak Pertambahan Nilai
wn

yang terutang;
/do

b. pengusaha yang belum atau tidak


dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak,
/12

termasuk dalam pengertian penyerahan


Barang Kena Pajak sehingga terdapat Pajak
22

Pertambahan Nilai yang terutang namun tidak


dipungut oleh pengusaha tersebut karena
20

belum atau tidak dikukuhkan sebagai


m/

Pengusaha Kena Pajak; atau


c. Pengusaha Kena Pajak kepada pengusaha
o
i.c

yang belum atau tidak dikukuhkan sebagai


Pengusaha Kena Pajak, termasuk dalam
las

pengertian penyerahan Barang Kena Pajak


sehingga terdapat Pajak Pertambahan Nilai
gu

yang terutang yang harus dipungut oleh


e

Pengusaha Kena Pajak. Dalam hal Barang


for

Kena Pajak yang dialihkan berupa aktiva yang


menurut tujuan semula tidak untuk
.in

diperjualbelikan maka Pajak Pertambahan


ww

Nilai yang dikenakan atas pengalihan Barang


Kena Pajak tersebut dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang mengatur mengenai
//w

penyerahan Barang Kena Pajak berupa aktiva


yang menurut tqjuan semula tidak untuk
ps:

diperjualbelikan.
htt

Hurufe.

SK No 096570 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-323-

ah
2-t
Huruf e

or-
Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut
tqjuan semula tidak untuk diperjualbelikan yang

om
masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat

u-n
dikreditkan karena tidak mempunyai hubungan
langsung dengan kegiatan usaha sebagaimana

p
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b tidak
erp
termasuk dalam pengertian penyerahan Barang
Kena Pajak.
d-p
loa

Angka 2
Pasal 13
wn

Ayat (1)
/do

Dalam hal terjadi penyerahan Barang Kena Pajak


dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak, Pengusaha
/12

Kena Pajak yang menyerahkan Barang Kena Pajak


dan/atau menyerahkan Jasa Kena Pajak itu wajib
22

memungut Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dan


memberikan Faktur Pajak sebagai bukti pungutan
/20

pajak. Faktur Pajak tidak perlu dibuat secara khusus


atau berbeda dengan faktur penjualan. Faktur Pajak
m

dapat berupa faktur penjualan atau dokumen tertentu


co

yang ditetapkan sebagai Faktur Pajak oleh Direktur


si.

Jenderal Pajak.
ula

Berdasarkan ketentuan ini, atas setiap penyerahan


Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan
eg

semula tidak untuk diperjualbelikan sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 16D wajib dibuatkan Faktur
for

Pajak.
.in
ww

Ayat( ..
//w
ps:
htt

SK No 096571 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-324-

ah
Ayat (1a)

2-t
Pada prinsipnya Faktur Pajak harus dibuat pada saat
penyerahan atau pada saat penerimaan pembayaran

or-
dalam hal pembayaran terjadi sebelum penyerahan.
Dalam hal tertentu dimungkinkan saat pembuatan

om
Faktur Pajak tidak sama dengan saat-saat tersebut,
misalnya dalam hal terjadi penyerahan Barang Kena

u-n
Pajak dan/ atau penyerahan Jasa Kena Pajak kepada
instansi pemerintah. Oleh karena itu, Menteri Keuangan
rpp
berwenang untuk mengatur saat lain sebagai saat
pembuatan Faktur Pajak.
-pe
Ayat (21
ad

Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud


nlo

pada ayat (1), untuk meringankan beban administrasi,


kepada Pengusaha Kena Pajak diperkenankan untuk
ow

membuat 1 (satu) Faktur Pajak yang meliputi semua


penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa
/d

kena Pajak yang terjadi selama 1 (satu) bulan kalender


kepada pembeli Barang Kena Pajak yang sama atau
/12

penerima Jasa Kena Pajak yang sama, yang disebut


Faktur Pajak gabungan.
22

Ayat (2a)
20

Untuk meringankan beban administrasi, Pengusaha


/
om

Kena Pajak diperkenankan membuat Faktur Pajak


gabungan paling lama pada akhir bulan penyerahan
i.c

Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan Jasa Kena


Pajak meskipun di dalam bulan penyerahan telah
s

terjadi pembayaran baik sebagian maupun seluruhnya.


ula

Contoh 1:
g

Dalam hal Pengusaha Kena Pajak A melakukan


ore

penyerahan Barang Kena Pajak kepada pengusaha B


pada tanggal 1, 5, 10, Ll, 12, 20, 25, 28, dan 31 Juli
inf

2023, letapi sampai dengan tanggal 31 Juli 2023 sama


w.

sekali belum ada pembayaran atas penyerahan


tersebut, Pengusaha Kena Pajak A diperkenankan
w

membuat 1 (satu) Faktur Pajak gabungan yang meliputi


/w

seluruh penyerahan yang dilakukan pada bulan Juli


2023, yaitu paling lama tanggal 31 Juli 2023.
s:/

Contoh 2:
p
htt

Pengusaha

SK No 096572 A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

-2
un
-325-

ah
Pengusaha Kena Pajak A melakukan penyerahan

2-t
Barang Kena Pajak kepada pengusaha B pada tanggal
2,7,9, LO,12,20,26,28,29, dan 30 September 2O23.

or-
Pada tanggal 28 September 2023 terdapat pembayaran
oleh pengusaha B atas penyerahan pada tanggal 2

om
September 2023. Dalam hal Pengusaha Kena Pajak A
membuat Faktur Pajak gabungan, Faktur Pajak

u-n
gabungan dibuat pada tanggal 3O September 2023 yang
meliputi seluruh penyerahan yang terjadi pada bulan

p
September 2023. erp
Contoh 3:
d-p

Pengusaha Kena Pajak A melakukan penyerahan


Barang Kena Pajak kepada pengusaha B pada tanggal
loa

2,7, a, LO, L2,20, 26,2a, 29, dan 3O September 2O23.


Pada tanggal 28 September 2023 terdapat pembayaran
wn

atas penyerahan tanggal 2 September 2023 dan


pembayaran uang muka untuk penyerahan yang akan
/do

dilakukan pada bulan Oktober 2O23 oleh pengusaha B.


Dalam hal Pengusaha Kena Pajak A membuat Faktur
/12

Pajak gabungan, Faktur Pajak gabungan dibuat pada


tanggal 3O September 2023 yang meliputi seluruh
22

penyerahan dan pembayaran uang muka yang


dilakukan pada bulan September 2023.
/20

Ayat (3)
om

Dihapus.
si.c

Ayat (a)
Dihapus.
ula

Ayat (5)
eg

Faktur Pajak merupakan bukti pungutan pajak dan


dapat digunakan sebagai sarana untuk mengkreditkan
for

Pajak Masukan. Faktur Pajak harus diisi secara benar,


lengkap, dan jelas serta ditandatangani oleh pihak yang
.in

ditunjuk oleh Pengusaha Kena Pajak untuk


ww

menandatanganinya. Namun, keterangan mengenai


Pajak Penjualan atas Barang Mewah hanya diisi apabila
//w

atas penyerahan Barang Kena Pajak terutang Pajak


Penjualan atas Barang Mewah. Faktur Pajak yang tidak
diisi sesuai dengan ketentuan dalam ayat ini
ps:

mengakibatkan Pajak Pertambahan Nilai yang


htt

tercantum di dalamnya tidak dapat dikreditkan sesuai


dengan ketentuan dalam Pasal 9 ayat (8) huruf f.
Ayat(5a) ...

SK No097l30A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN
PUBLIK INDONESIA

n-2
-326-

hu
-ta
Ayat (5a)

r-2
Cukup jelas.

mo
Ayat (6)
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud

-no
pada ayat (5), Direktur Jenderal Pajak dapat
menentukan dokumen yang biasa digunakan dalam

pu
dunia usaha yang kedudukannya dipersamakan dengan
Faktur Pajak.
erp
Ketentuan ini diperlukan, ar:tara lain, karena:
d-p

a. faktur penjualan yang digunakan oleh pengusaha


telah dikenal oleh masyarakat luas, seperti
loa

kuitansi pembayaran telepon dan tiket pesawat


wn

udara;
b. untuk adanya bukti pungutan pajak harus ada
/do

Faltur Pajak, sedangkan pihak yang seharusnya


membuat Faktur Pajak, yaitu pihak yang
/12

menyerahkan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena


Pajak, berada di luar Daerah Pabean, misalnya,
22

dalam hal pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar


Daerah Pabean, Surat Setoran Pajak dapat
/20

ditetapkan sebagai Faktur Pajak; dan


om

c. terdapat dokumen tertentu yang digunakan dalam


hal impor atau ekspor Barang Kena Pajak
i.c

Berwujud.
las

Ayat (7)
Dihapus.
gu

Ayat (8)
e
for

Faktur Pajak yang dibetulkan adalah, antara lain,


Faktur Pajak yang salah dalam pengisian atau salah
.in

dalam penulisan. Termasuk dalam pengertian salah


dalam pengisian atau salah dalam penulisan adalah
ww

antara lain, adanya penyesuaian Harga Jual akibat


berkurangnya kuantitas atau kualitas Barang Kena
/w

Pajak yang wajar terjadi pada saat pengiriman.


/
ps:
htt

Ayat(9)...

SK No 097131 A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

-2
un
-327-

ah
2-t
Ayat (9)

or-
Faktur Pajak memenuhi persyaratan formal apabila diisi
secara benar, lengkap, dan jelas sesuai dengan

om
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) atau
persyaratan yang diatur dengan Peraturan Direktur

u-n
Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (6).
Faktur Pajak atau dokumen tertentu yang
p
kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak
erp
memenuhi persyaratan material apabila berisi
keterangan yang sebenarnya atau sesungguhnya
d-p

mengenai penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau


penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang Kena Pajak
loa

Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud,


ekspor Jasa Kena Pajak, impor Barang Kena Pajak, atau
wn

pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan pemanfaatan Barang


Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di
/do

dalam Daerah Pabean.


/12

Dengan demikian, walaupun Faktur Pajak atau


dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan
22

dengan Faktur Pajak sudah memenuhi ketentuan


formal dan sudah dibayar Pajak Pertambahan Nilainya,
/20

apabila keterangan yang tercantum dalam Faktur Pajak


atau dokumen tertentu yang kedudukannya
om

dipersamakan dengan Faktur Pajak tidak sesuai dengan


kenyataan yang sebenarnya mengenai penyerahan
si.c

Barang Kena Pajak dan/ atau penyerahan Jasa Kena


Pajak, ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor
ula

Barang Kena Pajak Tidak Berwujud, ekspor Jasa Kena


Pajak, impor Barang Kena Pajak, atau pemanfAatan
eg

Jasa Kena Pajak dan pemanfaatan Barang Kena Pajak


Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
for

Daerah Pabean, Faktur Pajak atau dokumen tertentu


.in

yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur


Pajak tersebut tidak memenuhi syarat material.
ww
//w
ps:

Pasal 113...
htt

SK No097l32A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
FTEPUBLIK INDONESIA

n-2
-324-

hu
-ta
Pasal 113

r-2
Angka 1

mo
Pasal 9

-no
Ayat (1)
Batas waktu pembayaran dan penyetoran pajak'yang

pu
terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak ditetapkan
oleh Menteri Keuangan dengan batas waktu tidak
erp
melampaui 15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya
pajak atau berakhirnya Masa Pajak. Keterlambatan
d-p

dalam pembayaran dan penyetoran tersebut berakibat


dikenai sanksi administratif sesuai dengan ketentuan
loa

peraturan perundang-undangan perpajakan.


wn

Ayat (2)
Cukup jelas.
/do

Ayat (2al
/12

Cukup jelas.
Ayat (2bl
22

Cukup jelas.
/20

Ayat (2c)
om

Cukup jelas.
Ayat (s)
i.c

Cukup jelas.
las

Ayat (3a)
gu

Cukup jelas.
e
for

Ayat (4)
Cukup jelas.
.in
ww
/w

Angka2...
/
ps:
htt

SK No 097133 A
l
tm
2.h
02
FRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-329-

hu
a
2-t
Angka 2

or-
Pasal 11
Ayat (1)

om
Jika setelah dilakukan penghitungan jumlah pajak yang

u-n
sebenarnya terutang dengan jumlah kredit pajak
menunjukkan jumlah selisih lebih (iumlah kredit pajak
rpp
lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang) atau
telah dilakukan pembayaran pajak yang seharusnya
tidak terutang, Wajib Pajak berhak untuk meminta
e
d-p

kembali kelebihan pembayaran pajak, dengan catatan


Wajib Pajak tersebut tidak mempunyai utang pajak.
loa

Dalam hal Wajib Pajak masih mempunyai utang pajak


yang meliputi semua jenis pajak baik di pusat maupun
wn

cabang-cabangnya, kelebihan pembayaran tersebut


harus diperhitungkan terlebih dahulu dengan utang
/do

pajak tersebut dan jika masih terdapat sisa lebih,


dikembalikan kepada Wajib Pajak.
/12

Ayat (1a)
22

Cukup jelas.
20

Ayat (21
m/

Untuk menjamin kepastian hukum bagi Wajib Pajak


dan ketertiban administrasi, batas waktu pengembalian
o

kelebihan pembayaran pajak ditetapkan paling lama 1


i.c

(satu) bulan:
las

a. untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1),
u
eg

dihitung sejak tanggal diterimanya permohonan


tertulis tentang pengembalian kelebihan
for

pembayaran pajak;
.in

b. untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar


sebagaimana dimaksud dalam Pasal L7 ayat (2) dan
ww

Pasal 17El, dihitung sejak tanggal penerbitan;


//w
ps:

c. untuk . . .
htt

SK No097l34A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-330-

ah
2-t
c. untuk Surat Keputusan Pengembalian
Pendahuluan Kelebihan Pajak sebagaimana

or-
dimaksud dalam Pasal 17C dan Pasal L7D,

om
dihitung sejak tanggal penerbitan;
d. untuk Surat Keputusan Keberatan, Surat

u-n
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat
rpp
Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi,
Surat Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak,
-pe
Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak,
atau Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga,
ad

dihitung sejak tanggal penerbitan;


e.
nlo

untuk Putusan Banding dihitung sejak diterimanya


Putusan Bandirig oleh Kantor Direktorat Jenderal
Pajak yang berwenang melaksanakan putusan
ow

pengadilan; atau
/d

f. untuk Putusan Peninjauan Kembali dihitung sejak


/12

diterimanya Putusan Peninjauan Kembali oleh


Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang berwenang
22

melaksanakan putusan pengadilan,


20

sampai dengan saat diterbitlan Surat Keputusan


Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak.
/
om

Ayat (3)
Cukup jelas.
i.c

Ayat (3a)
s
ula

Cukup jelas.
g

Ayat (a)
ore

Cukup jelas.
inf

Angka 3
w.

Pasal 13A
w
/w

Dihapus.
p s:/

Angka4.. .
htt

SK No 097135 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-2
un
- 331 -

ah
2-t
or-
Angka 4

om
Pasal 15
Ayat (l)

u-n
Untuk menampung kemungkinan terjadinya suatu

p
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang ternyata
erp
telah ditetapkan lebih rendah atau pajak yang terutang
dalam suatu Surat Ketetapan Pajak Nihil ditetapkan
d-p

lebih rendah atau telah dilakukan pengembalian pajak


yang tidak seharusnya sebagaimana telah ditetapkan
loa

dalam Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, Direktur


Jenderal Pajak berwenang untuk menerbitkan Surat
wn

Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan dalam jangka


waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak
/do

atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau


Tahun Pajak.
/12
22

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan


merupakan koreksi atas surat ketetapan pajak
/20

sebelumnya. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar


Tambahan baru diterbitkan apabila sudah pernah
om

diterbitkan surat ketetapan pajak. Pada prinsipnya


untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
si.c

Bayar Tambahan perlu dilakukan pemeriksaan. Jika


surat ketetapan pajak sebelumnya diterbitkan
ula

berdasarkan pemeriksaan, perlu dilakukan


pemeriksaan ulang sebelum menerbitkan Surat
eg

Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.


for
.in
ww
//w

Dengan . . .
ps:
htt

SK No097136A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

-2
un
-332-

ah
Dengan demikian, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

2-t
Tambahan tidak dapat diterbitkan sebelum didahului
dengan penerbitan surat ketetapan pajak. Penerbitan

or-
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
dilakukan dengan syarat adanya data baru termasuk

om
data yang semula belum terungkap yang menyebabkan
penambahan pajak yang terutang dalam surat

u-n
ketetapan pajak sebelumnya. Sejalan dengan itu,
setelah Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar diterbitkan

p
sebagai akibat telah lewat waktu 12 (dua belas) bulan
erp
sebagaimana dimaksud dalam Pasal l7B, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan diterbitkan
d-p

hanya dalam hal ditemukan data baru termasuk data


yang semula belum terungkap. Dalam hal masih
loa

ditemukan lagi data baru termasuk data yang semula


belum terungkap pada saat diterbitlannya Surat
wn

Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan/atau


data baru termasuk data yang semula belum terungkap
/do

yang diketahui kemudian oleh Direktur Jenderal Pajak,


Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan masih
/12

dapat diterbitkan lagi.


22

Yang dimaksud dengan "data baru" adalah data atau


keterangan mengenai segala sesuatu yang diperlukan
/20

untuk menghitung besarnya jumlah pajak yang


terutang yang oleh Wajib Pajak belum diberitahukan
om

pada waktu penetapan semula, baik dalam Surat


Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya maupun
si.c

dalam pembukuan Wajib Pajak yang diserahkan'pada


waktu pemeriksaan.
ula

Selain itu, yang termasuk dalam data baru adalah data


yang semula belum terungkap, yaitu data yang:
eg

a. tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam Surat


for

Pemberitahuan beserta lampirannya (termasuk


laporan keuangan); dan/atau
.in

b. pada waktu pemeriksaan untuk penetapan semula


ww

Wajib Pajak tidak mengungkapkan data dan/atau


memberikan keterangan lain secara benar,
//w

lengkap, dan terinci sehingga tidak memungkinkan


frskus dapat menerapkan ketentuan peraturan
ps:

perundang-undangan perpajakan dengan benar


dalam menghitung jumlah pajak yang terutang.
htt

Walaupun . . .

SK No097137A
l
tm
2.h
02
PFTESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

-2
un
-333-

ah
Walaupun Wajib Pajak telah memberitahukan data

2-t
dalam Surat Pemberitahuan atau mengungkapkannya
pada waktu pemeriksaan, tetapi apabila

or-
memberitahukannya atau mengungkapkannya dengan
cara sedemikian rupa sehingga membuat fiskus tidak

om
mungkin menghitung besarnya jumlah pajak yang
terutang secara benar sehingga jumlah pajak yang

u-n
terutang ditetapkan kurang dari yang seharusnya, hal
tersebut termasuk dalam pengertian data yang semula

p
belum terungkap. erp
Contoh:
d-p

1. Dalam Surat Pemberitahuan dan/ atau laporan


keuangan tertulis adanya biaya iklan
loa

Rp I 0.000.000,00, (sepuluh juta rupiah) sedangkan


sesungguhnya biaya tersebut terdiri atas
wn

juta rupiah) biaya iklan di


Rp5.O0O.0OO,0O (lima
media massa dan Rp5.0OO.0O0,O0 (lima juta
/do

rupiah) sisanya adalah sumbangan atau hadiah


yang tidak boleh dibebankan sebagai biaya.
/12

Apabila pada saat penetapan semula Wajib Pajak


tid'ak mengungkapkan perincian tersebut sehingga
22

Iiskus tidak melakukan koreksi atas pengeluaran


/20

berupa sumbangan atau hadiah sehingga pajak


yang terutang tidak dapat dihitung secara benar,
om

data mengenai pengeluaran berupa sumbangan


atau hadiah tersebut tergolong data yang semula
si.c

belum terungkap.
2. Dalam Surat Pemberitahuan dan/atau laporan
ula

keuangan disebutkan pengelompokan harta tetap


yang disusutkan tanpa disertai dengan perincian
eg

harta pada setiap kelompok yang dimaksud,


demikian pula pada saat pemeriksaan untuk
for

penetapan semula Wajib Pajak tidak


.in

mengungkapkan perincian tersebut sehingga


fiskus tidak dapat meneliti kebenaran
ww

pengelompokan dimaksud, misalnya harta yang


seharusnya termasuk dalam kelompok harta
//w

berwujud bukan bangunan kelompok 3, tetapi


dikelompokkan ke dalam kelompok 2. Akibatnya,
ps:

atas kesalahan pengelompokan harta tersebut


tidak dilakukan koreksi, sehingga pajak, yang
htt

terutang tidak dapat dihitung secara benar.

Apabila. . .

SK No 097138 A
ml
.ht
22
PRESlDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-334-

ah
Apabila setelah itu diketahui
adanya data yang

2-t
menyatakan bahwa pengelompokan harta tersebut
tidak benar, data tersebut termasuk data yang

or-
semula belum terungkap.
3. Pengusaha Kena Pajak melakukan pembelian

om
sejumlah barang dari Pengusaha Kena Pajak lain

u-n
dan atas pembelian tersebut oleh Pengusaha Kena
Pajak penjual diterbitkan faktur pajak. Barang-
barang tersebut sebagian digunakan untuk
rpp
kegiatan yang mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan usahanya, seperti pengeluaran
-pe
untuk kegiatan produksi, distribusi, pemasarErn,
dan manajemen, dan sebagian lainnya tidak
ad

mempunyai hubungan langsung. Seluruh faktur


nlo

pajak tersebut dikreditkan sebagai Pajak Masukan


oleh Pengusaha Kena Pajak pembeli.
ow

Apabila pada saat penetapan semula Pengusaha Kena


Pajak tidak mengungkapkan rincian penggunaan
/d

barang tersebut dengan benar sehingga tidak dilaliukan


/12

koreksi atas pengkreditan Pajak Masukan tersebut oleh


fiskus, sebagai akibatnya Pajak Pertambahan Nilai yang
22

terutang tidak dapat dihitung secara benar. Apabila


setelah itu diketahui adanya data atau keterangan
20

tentang kesalahan mengkreditkan Pajak Masukan yang


/

tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan


om

usaha dimaksud, data atau keterangan tersebut


merupakan data yang semula belum terungkap.
i.c

Ayat (2)
s
ula

Dalam hal setelah diterbitkan surat ketetapan pajak


ternyata masih ditemukan data baru termasuk data
g

yang semula belum terungkap yang belum


ore

diperhitungkan sebagai dasar penetapan tersebut, atas


pajak yang kurang dibayar ditagih dengan Surat
inf

Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan ditambah


w.

sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100%o


(seratus persen) dari pajak yang kurang dibayar.
w

Ayat (3)
/w

Cukup je1as.
s:/

Ayat (4)
p
htt

Dihapus.
Ayat(s)...

SK No097139A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN

-2
REPUBLIK INDONESIA

un
-335-

ah
Ayat (5)

2-t
Cukup jelas.

or-
Angka 5

om
Pasal 17B

u-n
Ayat (l)
Yang dimaksud dengan "surat permohonan telah
p
erp
diterima secara lengkap" adalah Surat Pemberitahuan
yang telah diisi lengkap sebagaimana dimaksud dalam
d-p

Pasal 3.
Surat ketetapan pajak yang diterbitkan berdasarkan
loa

hasil pemeriksaan atas permohonan pengembalian


kelebihan pembayaran pajak dapat berupa Surat
wn

Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak


Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
/do

Ayat (1a)
/12

Yang dimaksud dengan "sedang dilakukan pemeriksaan


bukti permulaan" adalah dimulai sejak surat
22

pemberitahuan pemeriksaan bukti permulaan


disampaikan kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa,
/20

pegawai, atau anggota keluarga yang telah dewasa dari


Wajib Pajak.
om

Ayat (21
si.c

Batas waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum
ula

terhadap permohonan Wajib Pajak atau Pengusaha


Kena Pajak sehingga bila batas waktu tersebut
eg

dilampaui dan Direktur Jenderal Pajak tidak


for

memberikan suatu keputusan, permohonan te{sebut


dianggap dikabulkan. Selain itu, batas waktu tersebut
.in

dimaksudkan pula untuk kepentingan tertib


administrasi perpajakan.
ww

Ayat (3)
//w

Cukup jelas.
Ayat (a)
ps:

Cukup jelas.
htt

Ayat(s)...

SK No097140A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUEL]K INDONESIA

un
-336-

h
Ayat (s)

-ta
Cukup jelas.

r-2
Ayat (6)

mo
Cukup jelas.

-no
Ayat (7)
Cukup jelas.

pu
Angka 6
Pasal 19
erp
Cukup jelas.
d-p

AngkaT
loa

Pasa727A
wn

Dihapus.
Angka 8
/do

Pasal27B
/12

Cukup jelas.
22

Angka 9
Pasal 38
20

Cukup jelas.
om/
i.c

Pasal 114
Cukup jelas.
las
gu

Pasal 115
e
for

Angka I
Pasal
.in

Cukup jelas.
ww
//w

Angka 2
Pasal 37
ps:

Cukup jelas.
htt

Angka3...

SK No 097141 A
ml
t
2.h
02
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-337-

hu
-ta
Angka 3

r-2
Pasal 38

mo
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan "standar mutu wajib" adalah

-no
standar nasional Indonesia (SNl)/standar mutu yang
diberlakukan secara wajib pada Komoditas Perikanan

pu
atau SNI yang diberlakukan secara wajib
erp pada
Komoditas Pergaraman.
Ayat (2)
d-p

Cukup jelas.
loa
wn

Angka 4
Pasal 38A
/do

Cukup jelas.
/12

Angka 5
22

Pasal 74
/20

Cukup jelas.
om

Pasal 116
si.c

Cukup jelas.
ula
reg

Pasal 117
Angka 1
o
inf

Pasal 1

Cukup jelas.
w.
w

Angka2
//w

Pasal 87
ps:
htt

Ayat(l)...

SK No097l42A
ml
.ht
22
PRESIOEN

-20
REPUSLIK INDONESIA

un
-338-

h
Ayat (1)

-ta
BUM Desa dibentuk oleh Pemerintah Desa k

r-2
mendayagunakan segala potensi ekonomi, kelembagaan
perekonomian, serta potensi sumber daya alam dan

mo
sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa. BUM Desa secara

-no
spesifrk tidak dapat disamakan dengan badan hukum
seperti perseroan terbatas atau koperasi. Oleh karena

pu
itu, BUM Desa merupakan suatu badan usaha
erp
bercirikan Desa yang dalam pelaksanaan kegiatannya di
samping untuk membantu penyelenggaraan
Pemerintahan Desa, juga untuk memenuhi kebutuhan
d-p

masyarakat Desa. BUM Desa juga dapat melaksanakan


fungsi pelayanan jasa, perdagangan, dan
loa

pengembangan ekonomi lainnya. Dalam meningkatkan


sumber pendapatan Desa, BUM Desa dapat
wn

menghimpun tabungan dalam skala lokal masyarakat


/do

Desa, antara lain melalui pengelolaan dana bergulir dan


simpan pinjam. BUM Desa dalam kegiatannya tidak
/12

hanya berorientasi pada keuntungan keuangan, tetapi


juga berorientasi untuk mendukung peningkatan
22

kesejahteraan masyarakat Desa. BUM Desa diharapkan


dapat mengembangkan unit usaha dalam
20

mendayagunakan potensi ekonomi. Dalam hal kegiatan


usaha dapat berjalan dan berkembang dengan baik,
m/

sangat dimungkinkan pada saatnya BUM Desa


o

mengikuti badan hukum yang telah ditetapkan dalam


i.c

ketentuan peraturan perundang-undangan.


las

Ayat (21

Cukup jelas.
gu

Ayat (3)
e
for

Cukup jelas.
.in

Ayat (4)
Dalam rangka keterpaduan pembangunan daerah, BUM
ww

Desa dan unit usaha dibawahnya dalam menjalankan


kegiatan usaha harus sesuai dengan rencana induk
//w

pembangunan daerah.
ps:

Ayat (5)
Cukup jelas.
htt

Pasal 118. .

SK No 097143 A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-339-

hu
Pasal 118

a
2-t
Angka 1

r-
Pasal 44

mo
Ayat (1)
puluh) hari dihitung sejak diterimanya petikan

-no
3O (tiga
putusan Komisi oleh Pelaku Usaha atau kuasa
hukumnya.

pu
Ayat (21 erp
Cukup jelas.
d-p

Ayat (3)
Cukup jelas.
loa

Ayat (4)
wn

Cukup jelas.
/do

Ayat (5)
Cukup jelas.
/12
22

Angka 2
/20

Pasal 45
Cukup jelas.
om
i.c

Angka 3
las

Pasal 46
gu

Cukup jelas.
ore

Angka 4
inf

Pasal 47
w.

Ayat (1)
w

Cukup jelas.
/w

Ayat (21
/
ps:

Huruf a
Cukup jelas.
htt

Hurufb.. .

SK No097144A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-340-

h
Huruf b

-ta
Penghentian integrasi vertikal antara lain

r-2
dilaksanakan dengan pembatalan perjanjian,
pengalihan sebagian perusahaan kepada Pelaku

mo
Usaha lain, atau perubahan bentuk rangkaian
produksinya.

-no
Huruf c

pu
Yang diperintahkan untuk dihentikan adalah
kegiatan atau tindakan tertentu dan bukan
erp
kegiatan usaha Pelaku Usaha secara
d-p
keseluruhan.
Huruf d
loa

Cukup jelas.
wn

Huruf e
Cukup jelas.
/do

Huruf f
/12

Ganti rugi diberikan kepada Pelaku Usaha dan


kepada pihak lain yang dirugikan.
22

Huruf g
20

Cukup jelas.
m/

Ayat (s)
o

Cukup jelas.
i.c
las

Angka 5
gu

Pasal 48
e

Cukup jelas.
for
.in

Angka 6
ww

Pasal 49
Dihapus.
//w
ps:

Pasal 119
Cukup jelas.
htt

Pasal 120. . .

SK No 097165 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-34t-

hu
Pasal 120

-ta
Angka 1

r-2
Cukup jelas.

mo
-no
Angka 2
Pasal 66

pu
Cukup jelas.
erp
d-p
Pasal 121
Pasal 48
loa

Ayat (1)
wn

Yang dimaksud dengan "terintegrasi" adalah upaya


mengarahkan dan menyinergikan antara lain dalam
/do

pen5rusunan perencanaan, program, anggaran, dan Sumber


Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bidang Penelitian,
/12

Pengembangan, Pengkajian, dan Penerapan untuk


menghasilkan Invensi dan Inovasi sebagai landasan ilmiah
22

dalam perumusan dan penetapan kebijakan pembangunan


nasional.
20

Ayat (2)
m/

Cukup jelas.
o
i.c

Ayat (3)
Cukup jelas.
u las
eg

Pasal 122
for

Cukup jelas.
.in

Pasal 123
ww

Angka 1
//w

Pasal 8
Ayat (1)
ps:

Cukup jelas.
htt

Ayat(2)...

SK No 097285 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

-2
un
-342-

ah
Ayat (2)

2-t
Cukup jelas.

or-
Ayat (3)
Cukup jelas.

om
Ayat (4)

u-n
Huruf a

p
Cukup jelas.
erp
Huruf b
Mekanisme pinjam pakai kawasan hutan
d-p

digunakan khusus untuk proyek-proyek yang


loa

sifatnya tidak permanen.


wn

Angka 2
/do

Pasal 1O

Huruf a
/12

Cukup jelas.
22

Huruf b
/20

Cukup jelas.
Huruf c
om

Yang dimaksud dengan "bendungan" adalah bangunan


si.c

yang berupa urukan tanah, urukan batu, beton,


dan/atau pasangan batu yang dibangun selain untuk
ula

menahan dan menampung air juga untuk menahan dan


menampung limbah tambang (tailing) atau lumpur
eg

sehingga terbentuk waduk.


for

Yang dimaksud dengan "bendung" adalah tanggul


untuk menahan air di sungai, tepi laut, dan sebagainya.
.in

Huruf d
ww

Cukup jelas.
Huruf e
//w

Cukup jelas.
ps:

Huruf f
Cukup jelas.
htt

Hurufg. . .

SK No 097237 A
ml
.ht
22
PRESIOEN

-20
FIEPUBLIK INDONESIA

un
-343-

ah
Huruf g

2-t
Cukup jelas.

or-
Huruf h
Yang dimaksud dengan "sampah" adalah sampah sesuai

om
dengan undang-undang mengenai pengelolaan sampah.

u-n
Huruf i
Cukup je1as.
Huruf j rpp
-pe
Yang dimaksud "fasilitas keselamatan umum' adalah
semua fasilitas yang diperlukan untuk menanggulangi
ad

akibat suatu bencana, antara lain rumah sakit darurat,


rumah penampungan darurat, serta tanggul
nlo

penanggulangan bahaya banjir, lahar, dan longsor.


ow

Hurufk
Cukup jelas.
/d

Huruf I
/12

Yang dimaksud dengan "fasilitas sosial" digunakan


22

antara lain untuk kepentingan keagamaan atau


beribadah.
20

Yang dimaksud dengan "ruang terbuka tri.jau ptUtit<'


/
om

adalah ruang terbuka hijau sesuai dengan undang-


undang yang mengatur penataan ruang.
i.c

Huruf m
s

Cukup jelas.
ula

Huruf n
g

Yang dimaksud dengan "kantor Pemerintah Pusat,


ore

Pemerintah . Daerah, atau Desa" adalah sarana dan


prasarana untuk fungsi
inf

pemerintahan, termasuk lembaga pemasyarakatan,


w.

rumah tahanan negara, dan unit pelaksana teknis


lembaga pemasyarakatan lain.
w
/w
s:/
p

Hurufo . . .
htt

SK No 097168 A
ml
.ht
22
PRESIOEN

-20
REPUELIK INDONESIA

un
-344-

ah
Huruf o

2-t
Yang dimaksud dengan "perumahan untuk masyarakat
berpenghasilan rendah" adalah perumahan masyarakat

or-
yang dibangun di atas tanah Pemerintah Pusat atau

om
Pemerintah Daerah dan kepada penghuninya diberikan
status rumah sewa.

u-n
Huruf p
Cukup jelas.
Huruf q rpp
-pe
Cukup jelas.
Huruf r
ad

Yang dimaksud dengan "pasar umum dan lapangan


nlo

parkir umum" adalah pasar dan lapangan parkir yang


direncanakan, dilaksanakan, dikelola, dan dimiliki oleh
ow

Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah dan


pengelolaannya dapat dilakukan dengan bekerja sama
/d

dengan badan usaha milik negara, badan usaha milik


/12

daerah, atau badan usaha swasta.


22

Huruf s
Cukup jelas.
20

Hunrf t
/
om

Cukup jelas.
i.c

Hurufu
s

Cukup jelas.
ula

Huruf v
g

Cukup jelas.
ore

Hurufw
inf

Cukup jelas.
w.

Hurufx
Cukup jelas.
w
/w
s:/

Angka 3
p

Pasal 14
htt

Cukup jelas.

Angka4...

SK No097l69A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-345-

hu
Angka 4

-ta
Pasal 19

2
Ayat (1)

or-
Huruf a
Cukup jelas.

om
Huruf b
Yang dimaksud dengan "pengelola barang milik

u-n
negara/ barang milik daerah" adalah sebagaimana diatur
dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di
rpp
bidang perbendaharaan negara.
Huruf c
-pe
Yang dimaksud dengan "pengguna barang milik
negara/barang milik daerah" adalah sebagaimana diatur
ad

dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di


lo

bidang perbendaharaan negara.


wn

Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "masyarakat yang terkena dampak"
/do

misalnya masyarakat yang berbatasan langsung dengan


lokasi Pengadaan Tanah.
/12

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan usurat kuasa" adalah surat kuasa
22

untuk mewakili Konsultasi Publik sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
20

Yang dimaksud dengan "dari dan oleh Pihak yang Berhakl


m/

adalah penerima kuasa dan pemberi kuasa sama-sama


berasal dari Pihak yang Berhak.
.co

Ayat (a)
Cukup jelas.
i
las

Ayat (5)
Cukup jelas.
gu

Ayat (6)
ore

Cukup jelas
Ayat (71
f

Cukup jelas.
.in

Ayat (8)
ww

Cukup jelas.
//w

Angka 5
Pasal 19A
ps:

Cukup jelas.
htt

Pasal 19B. . .

SK No 097170A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-346-

ahu
2-t
Pasal 19B
Cukup jelas.

or-
om
Pasa1 19C

u-n
Cukup jelas.

Angka 6 rpp
Pasal 24
e
d-p

Cukup jelas.
loa

Angka 7
wn

Pasal 28
Ayat (l)
/do

Inventarisasi dan identifikasi dilaksanakan untuk


mengetahui Pihak yang Berhak dan Objek Pengadaan Tanah.
/12

Hasil inventarisasi dan identifikasi tersebut memuat daftar


nominasi Pihak yang Berhak dan Objek Pengadaan Tanah.
22

Pihak yang Berhak meliputi nama, alamat, dan pekerjaan


20

pihak yang menguasai/memiliki tanah. Objek Pengadaan


Tanah meliputi letak, luas, status, serta jenis penggunaan
m/

dan pemanfaatan tanah.


o

Ayat (2)
i.c

Cukup jelas.
las

Ayat (3)
u

Cukup jelas.
eg
for

Angka 8
.in

Pasal 34
ww

Cukup jelas.
//w

Angka 9
Pasal 36
ps:

Ayat (1)
htt

Huruf a .

SK No 097171 A
lm
2 .ht
02
PRESIDEN

n-2
REPUBLIK INDONESIA

-347-

hu
Hurufa

-ta
Cukup jelas.

2
or-
Hurufb
Cukup jelas.

om
Huruf c

u-n
Yang dimaksud dengan opemukiman kembali'
adalah proses kegiatan penyediaan tanah

p
pengganti kepada Pihak yang Berhak ke lokasi lain
erp
sesuai dengan kesepakatan dalam proses
Pengadaan Tanah.
d-p

Huruf d
loa

Yang dimaksud dengan "kepemilikan saham"


adalah penyertaan saham dalam kegiatan
wn

pembangunan untuk Kepentingan Umum terkait


dan/atau pengelolaannya yang didasari
/do

kesepakatan antarpihak.
Huruf e
/12

Yang dimaksud dengan "bentuk lain yang disetujui


oleh kedua belah pihak'misalnya gabungan dari 2
22

(dua) atau lebih bentuk Ganti Kerugian


/20

sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b,


huruf c, dan huruf d.
om

Ayat (2)
Cukup jelas.
si.c
ula

Angka 10
eg

Pasal 40
Pemberian Ganti Kerugian pada prinsipnya harus
for

diserahkan langsung kepada Pihak yang Berhak atas Ganti


Kerugian. Apabila berhalangan, Pihak yang Berhak karena
.in

hukum dapat memberikan kuasa kepada pihak lain atau ahli


ww

waris. Penerima kuasa hanya dapat menerima kuasa dari


satu orang yang berhak atas Ganti Kerugian.
//w

Yang berhak antara lain:


a. pemegang hak atas tanah;
ps:

b. pemegang hak pengelolaan;


htt

c. nadzir

SK No 097266 A
l
tm
2.h
02
PRESIOEN
REPUBLIK INOONESIA

-2
un
-348-

ah
c. rladzir, untuk tanah wakaf;

2-t
d. pemilik tanah bekas milik adat;

or-
e. masyarakat hukum adat;
f. pihak yang menguasai tanah negara dengan itikad baik

om
antara lain tanah terlantar, tanah bekas hak barat;

u-n
g. pemegang dasar penguasaan atas tanah; dan/ atau
h. pemilik bangunan, tanaman, atau benda lain yang

p
berkaitan dengan tanah. erp
Yang dimaksud dengan "pihak yang menguasai tanah negara
d-p

dengan itikad baik" adalah:


1. penguasaan tanah yang diakui oleh peraturan perundang-
loa

undangan;
2. tidak ada keberatan dari Masyarakat Hukum Adat,
wn

kelurahan/desa atau yang disebut dengan nama lain, atau


pihak lain atas penguasaan Tanah baik sebelum maupun
/do

selama pengumuman berlangsung; dan


/12

3. penguasaan dibuktikan dengan kesaksian dari 2 (dua)


orang saksi yang dapat dipercaya.
22

Pada ketentuannya, Ganti Kerugian diberikan kepada


/20

pemegang Hak atas Tanah. Untuk hak guna bangunan atau


hak pakai yang berada di atas tanah yang bukan miliknya,
om

Ganti Kerugian diberikan kepada pemegang hak guna


bangunan atau hak pakai atas bangu.nan, tanaman, atau
si.c

benda lain yang berkaitan dengan tanah yang dimiliki atau


dipunyainya, sedangkan Ganti Kerugian atas tanahnya
ula

diberikan kepada pemegang hak milik atau hak pengelolaan.


Ganti Kerugian atas tanah hak ulayat diberikan dalam
eg

bentuk tanah pengganti, pemukiman kembali, atau bentuk


lain yang disepakati oleh masyarakat hukum adat yang
for

bersangkutan. Pihak yang menguasai tanah negara yang


dapat diberikan Ganti Kerugian adalah pemakai tanah
.in

negara yang sesuai dengan atau tidak melanggar ketentuan


ww

peraturan perundang-undangan. Misalnya, bekas pemegang


hak yang telah habis jangka waktunya yang masih
menggunakan atau memanfaatkan tanah yang
//w

bersangkutan, pihak yang menguasai tanah negara


berdasarkan sewa-menyewa, atau pihak lain yang
ps:

menggunakan atau memanfaatkan tanah negara bebas


dengan tidak melanggar ketentuan peraturan perundang-
htt

undangan.
Yang . . .

SK No 097173 A
ml
.ht
22
PRESIOEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-349-

ah
Yang dimaksud dengan "pemegang dasar penguasaan atas

2-t
tanah" adalah pihak yang memiliki alat bukti yang
diterbitkan oleh pejabat yang berwenang yang membuktikan

or-
adanya penguasaan yang bersangkutan atas tanah yang
bersangkutan, misalnya pemegang akta jual beli atas Hak

om
atas Tanah yang belum dibalik nama, pemegang akta jual
beli atas hak milik adat yang belum diterbitkan sertipikat,

u-n
dan pemegang surat izin menghuni.
Bangunan, tanaman, atau benda lain yang berkaitan dengan
rpp
tanah yang belum atau tidak dipunyai dengan Hak atas
Tanah, ganti rugi diberikan kepada pemilik bangunan,
-pe
tanaman, atau benda lain yang berkaitan dengan tanah.
ad
nlo

Angka 11
Pasal 42
ow

Cukup jelas.
/d
/12

Angka 12
22

Pasal 46
Cukup jelas.
/ 20
om

Pasal 124
i.c

Angka 1
s

Pasal 44
ula

Ayat (1)
g

Cukup jelas.
ore

Ayat (2)
inf

Yang dimaksud dengan "kepentingan umum" adalah


kepentingan sebagian besar masyarakat yang meliputi
w.

kepentingan untuk pembuatan jalan umum, waduk,


w

bendungan, irigasi, saluran air minum atau air bersih,


drainase dan sanitasi, bangunan pengairan, pelabuhan,
/w

bandar udara, stasiun dan jalan kereta api, terminal,


s:/

fasilitas keselamatan umum, cagar alam, serta


pembangkit dan jaringan listrik.
p
htt

Ayat(3)...

SK No 097174 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUELIK INDONESIA

un
-350-

h
Ayat (3)

-ta
Cukup jelas.

r-2
Ayat (4)

mo
Cukup jelas.

-no
Ayat (5)
Cukup je1as.

pu
Ayat (6)
Cukup jelas.
erp
d-p

Angka 2
loa

Pasal 73
wn

Cukup jelas.
/do

Pasal 125
/12

Cukup jelas.
22

Pasal 126
20

Ayat (1)
m/

Huruf a
o
i.c

Cukup jelas.
las

Huruf b
Cukup jelas.
gu

Huruf c
e
for

Cukup jelas.
Huruf d
.in

Cukup jelas.
ww

Huruf e
//w

Cukup jelas.
Huruf f
ps:

Reforma agraria dalam kerangka badan bank tanah tidak


htt

termasuk tanah dalam kawasan hutan.

Ayat(2)...

SK No 097175 A
ml
.ht
22
PRESIOEN

-20
REPUBLIK INDONESIA

un
-351 -

ah
Ayat (21

-t
Cukup jelas.

r-2
mo
Pasal 127

o
Cukup jelas.

u-n
Pasal 128
Cukup jelas.
rpp
-pe
ad

Pasal 129
nlo

Ayat (1)
Cukup jelas.
ow

Ayat (2)
2/d

Cukup jelas.
Ayat (3)
/1

Yang dimaksud dengan "sudah digunakan


22

dan/atau
dimanfaatkan sesuai dengan tujuan pemberian haknya" adalah
/20

pemegang hak atas tanah sudah memiliki sertifikat laik fungsi.


Ayat (4)
om

Cukup jelas.
si.c

Ayat (5)
Cukup jelas.
ula
eg

Pasal 130
for

Cukup jelas.
.in
ww

Pasal 131
Cukup jelas.
//w
ps:

Pasal 132
Cukup jelas.
htt

Pasal 133. . .

SK No097176A
ml
.ht
22
PRESIOEN

0
n-2
REPUBLIK INDONESIA
-352-

hu
-ta
Pasal 133

r-2
Cukup jelas.

o
om
Pasal 134

u-n
Cukup jelas.

Pasal 135 rpp


-pe
Cukup jelas.
ad
nlo

Pasal 136
Cukup jelas.
ow
2/d

Pasal 137
Cukup jelas.
/1
22

Pasal 138
20

Cukup jelas.
m/
co

Pasal 139
si.

Cukup jelas.
ula
eg

Pasal 140
for

Cukup jelas.
.in

Pasal 141
ww

Cukup jelas.
/w
s:/

Pasal 142
Cukup jelas.
p
htt

Pasal 143 . . .

SK No 097177 A
ml
.ht
22
PRESIOEN

-20
REPUBLIK INOONESIA

un
-353-

ah
2-t
Pasal 143

or-
Cukup jelas.

om
Pasal 144

u-n
Ayat (1)

rpp
Huruf a
Cukup jelas.
-pe
Huruf b
ad

Cukup jelas.
nlo

Huruf c
Kepemilikan satuan rumah susun oleh warga negara asing
ow

hanya diberikan di Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan


Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, Kawasan
/d

Industri, dan kawasan ekonomi lainnya.


/12

Huruf d
22

Kepemilikan satuan rumah susun oleh badan hukum asing


hanya diberikan di Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan
20

Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas, Kawasan


Industri, dan kawasan ekonomi lainnya.
/
om

Huruf e
i.c

Cukup jelas.
s

Ayat (2)
ula

Cukup jelas.
g

Ayat (3)
ore

Cukup jelas.
inf
w.

Pasal 145
w

Cukup jelas.
/w
s:/

Pasal 146
p

Cukup jelas.
htt

Pasal 147 . . .

SK No097l78A
l
tm
2.h
02
PRES!DEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-354-

hu
Pasal 147

a
2-t
Cukup jelas.

or-
Pasal 148

om
Cukup jelas.

u-n
rpp
Pasal 149
Cukup jelas.
e
d-p

Pasal l5O
loa

Angka 1
wn

Pasal I
Cukup jelas.
/do
/12

Angka 2
22

Pasal 3
Ayat (1)
20

Huruf a
m/

Cukup jelas.
o
i.c

Huruf b
Yang dimaksud dengan "logistik dan distribusi"
las

adalah kegiatan usaha yang meliputi antara lain


u

kegiatan penyimpanan, perakitan, penyortiran,


eg

pengepakan, pendistribusian, perbaikan , dan


perekondisian permesinan dari dalam negeri dan
for

dari luar negeri.


.in

Huruf c
ww

Yang dimaksud dengan "pengembangan teknologi"


adalah kegiatan usaha yang meliputi antara lain
//w

kegiatan riset dan teknologi, rancangan bangunan


dan rekayasa, teknologi terapan, pengembangan
perangkat lunak, serta jasa di bidang teknologi
ps:

informasi.
htt

Huruf d . ..

SK No 097179 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK ]NDONESIA

n-2
-355-

ahu
2-t
Huruf d

or-
Yang dimaksud dengan "pariwisata" adalah
kegiatan usaha yang meliputi antara lain kegiatan

om
usaha pariwisata untuk mendukung
penyelenggaraan hiburan dan rekreasi,

u-n
pertemuan, perjalanan insentif dan pameran, serta
kegiatan yang terkait.
Huruf e rpp
Cukup jelas.
e
d-p

Huruf f
loa

Cukup jelas.
Huruf g
wn

Cukup jelas.
/do

Huruf h
Cukup jelas.
/12

Ayat (2t
22

Cukup jelas.
20

Ayat (3)
m/

Cukup jelas.
o

Ayat (4t
i.c

Cukup jelas.
las

Ayat (s)
u

Yang dimaksud dengan "perumahan bagi pekerja"


eg

adalah pembangunan perumahan terpisah dari kegiatan


for

usaha yang ada di KEK.


Ayat (6)
.in

Cukup jelas.
ww

Ayat (71

Cukup jelas.
//w
ps:

Angka3...
htt

SK No097l80A
l
tm
2.h
02
I]RES!DEN
REPUELIK INDONES]A

n-2
-356-

ahu
2-t
Angka 3

or-
Pasal 4
Huruf a

om
Yang dimaksud dengan "kawasan lindung" adalah

u-n
wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang

Hurufb
rpp
mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan.
e
d-p

Yang dimaksud dengan "mempunyai batas yang jelas"


adalah batas alam (sungai atau laut) atau batas buatan
loa

(pagar atau tembok).


Huruf c
wn

Cukup jelas.
/do
/12

Angka 4
Pasal 5
22

Cukup jelas.
20
m/

Angka 5
o

Pasal 6
i.c

Ayat (1)
las

Cukup jelas.
u

Ayat (2)
eg

Huruf a
for

Lokasi pengembangan yang diusulkan dapat


.in

merupakan area baru atau perluasan KEK yang


sudah ada.
ww

Huruf b
//w

Yang dimaksud dengan "rencana tata ruang KEK"


adalah rencana peruntukan ruang pada lokasi
ps:

KEK.
htt

Yang . . .

SK No 097181A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

-2
un
-357-

ah
Yang dimaksud dengan "pengaturan zofiasi"
adalah rencana pengembangan KEK yang

2-t
ditetapkan oleh Badan Usaha, Pemerintah Daerah,

or-
Pemerintah Pusat, atau Badan Usaha Pengelola
KEK;

om
Huruf c

u-n
Cukup jelas.
Huruf d

p
Cukup jelas.
erp
Huruf
d-p
e

Cukup jelas.
loa

Huruf f
Cukup jelas.
wn

Humf g
/do

Cukup jelas.
/12

Angka 6
22

Pasal 8A
/20

Cukup jelas.
om

Angka 7
si.c

Pasal 1O
ula

Cukup jelas.
eg
for

Angka 8
Pasal 11
.in

Dihapus.
ww

Angka 9
//w

Pasal 13
ps:

Ayat (1)
htt

Cukup jelas.
Ayat(21. ..

SK No097182A
ml
t
2.h
02
PRES!DEN
REPUELIK ]NDONES]A

n-2
-358-

hu
-ta
Ayat (2)

r-2
Materi dan syarat kerja sama meliputi antara lain jangka

mo
waktu kerja sama, pertanggungjawaban terhadap aset
yang berasal dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,

-no
dan swasta, serta hak kepemilikan setelah masa kerja
sama berakhir.

pu
Angka 10
erp
Pasal 16
d-p

Cukup jelas.
loa
wn

Angka 11
Pasal 17
/do

Huruf a
/12

Cukup jelas.
Huruf b
22

Cukup jelas.
/20

Huruf c
om

Standar pengelolaan di KEK mengatur antara lain


standar infrastruktur dan pelayanan.
si.c

Huruf d
ula

Cukup jelas.
Huruf e
reg

Cukup jelas.
o

Huruf f
inf

Cukup jelas.
w.

Huruf g
w

Yang dimaksud dengan "permasalahan strategis" antara


//w

lain permasalahan yang tidak dapat diselesaikan oleh


Dewan Kawasan atau menyangkut kebijakan nasional
ps:

dan/atau daerah yang memengaruhi pelaksanaan


pengelolaan dan pengembangan KEK.
htt

Huruf h. ..

SK No 097183 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

0
n-2
REPI.JELIK INDONESIA

-359-

u
ah
2-t
Huruf h

r-
Cukup jelas.

mo
-no
Angka 12
Pasal 19

pu
Cukup jelas. erp
d-p

Angka 13
Pasal 2O
loa

Dihapus.
wn

Angka 14
/do

Pasal 21
/12

Cukup jelas.
22
20

Angka 15
Pasal 22
m/

Cukup jelas.
co
si.

Angka 16
ula

Pasal 23
eg

Ayat (1)
for

Huruf a
Cukup jelas.
.in

Huruf b
ww

Yang dimaksud dengan "pelayanan non perizinan"


adalah segala bentuk kemudahan pelayanan
//w

fasilitas fiskal, fasilitas non-fiskal dan informasi


mengenai penanaman modal, sesuai dengan
ps:

ketentuan peraturan perundang-undangan.


htt

Contoh . . .

SK No097l84A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-360-

hu
Contoh pelayanan non perizinan antara lain pajak,

a
kepabeanan, cukai, lalu lintas barang, dan

2-t
keimigrasian.

or-
Huruf c

om
Cukup jelas.
Ayat (2)

u-n
Cukup jelas.
Ayat (3) rpp
Cukup jelas.
e
d-p

Angka 17
loa

Pasal 24
wn

Cukup jelas.
/do

Angka 18
/12

Pasal 24A
22

Cukup jelas.
20
m/

Pasal 248
Cukup jelas.
o
i.c
las

Pasal 24C
u

Ayat (1)
eg

Yang dimaksud dengan "pola pengelolaan keuangan


for

Badan Layanan Umum" adalah pola pengelolaan


keuangan yang memberikan fleksibilitas berupa
.in

keleluasaan untuk menerapkan praktik-praktik bisnis


yang sehat untuk meningkatkan pelayanan kepada
ww

masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan


umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
//w

Ayat (2)
ps:

Cukup jelas.
htt

Angka19...

SK No 097185 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-361 -

hu
Angka 19

-ta
Pasal 25

r-2
Cukup jelas.

mo
-no
Angka 2O
Pasal 26

pu
Cukup jelas.
erp
d-p
Angka 21
Pasal27
loa

Ayat (l)
wn

Cukup jelas.
Ayat (2)
/do

Pada wilayah yang tidak ditetapkan sebagai KEK,


/12

terdapat ketentuan mengenai pembatasan impor.


Namun, ketentuan mengenai pembatasan impor
22

tersebut tidak dapat diberlakukan bagi barang yang


dimasukkan ke dalam KEK mengingat barang yang
/20

dimasukkan ke dalam KEK digunakan untuk


pembangunan dan pengoperasian KEK. Apabila
om

pembatasan impor diberlakukan di KEK maka dapat


mengurangi daya saing KEK.
i.c

Ayat (3)
las

Cukup jelas.
gu

Ayat (4)
Yang dimaksud dengan usistem elektronik
e

yang
for

terintegrasi secara nasional" adalah integrasi sistem


secara nasional yang memungkinkan dilakukannya
.in

penyampaian data dan informasi secara tunggal,


ww

pemrosesan data dan informasi secara tunggal dan


sinkron, dan penyampaian keputusan secara tunggal
untuk pemberian perizinan sesuai dengan ketentuan
/w

peraturan perundang-undangan.
/
ps:

Ayat (s)
Cukup jelas.
htt

Angka22. . .

SK No097186A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

-2
un
-362-

ah
2-t
Angka22

or-
Pasal 30
Cukup jelas.

om
u-n
Angka 23

p
Pasal 31
Dihapus.
erp
d-p

Ar:,gka24
loa

Pasal 32
wn

Ayat (1)
Cukup jelas.
/do

Ayat (21
/12

Cukup je1as.
22

Ayat (3)
Yang dimaksud dengan "pemanfaatan barang kena
/20

pajak tidak berwujud serta jasa kena pajak di KEK


adalah pemanfaatan baik yang berasal dari dalam KEK
om

sendiri ataupun yang berasal dari KEK lainnya, luar


daerah pabean, tempat lain dalam daerah pabean,
si.c

kawasan bebas, dan tempat penimbunan berikat.


ula

Ayat (4)
Cukup jelas.
eg

Ayat (s)
for

Cukup jelas.
.in
ww

Angka 25
Pasal 32A
//w

Ayat (1)
ps:

Yang dimaksud dengan "barang konsumsi" antara lain:


htt

a. barang . . .

SK No 097187 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-363-

ahu
2-t
a. barang konsumsi yang diperlukan oleh Pelaku Usaha
di KEK yang kegiatan utamanya bukan produksi dan

or-
pengolahan dalam menjalankan usahanya;

om
b. waktu penggunaannya relatif singkat; dan
c. tidak ditujukan untuk penggunaan di luar KEK.

u-n
Jenis dan jumlahnya diusulkan oleh Administrator dan

Ayat (21
rpp
disetujui oleh Dewan Nasional.
e
d-p

Cukup jelas.
loa

Ar:gka26
wn

Pasal 33A
Ayat (1)
/do

Yang dimaksud dengan "pelayanan kepabeanan


/12

mandiri" meliputi antara lain pelekatan dan/ atau


pelepasan tanda pengaman, pelayanan pemasukan
22

barang, pelayanan pembongkaran barang, pelayanan


penimbunan barang, pelayanan pemuatan barang,
20

pelayanan pengeluaran barang, dan/ atau pelayBnan


m/

lainnya.
Ayat (2)
o
i.c

Cukup jelas.
las
u

Angka2T
eg

Pasal 35
for

Cukup jelas.
.in
ww

Angka 28
Pasal 36
//w

Cukup jelas.
ps:
htt

Ang)<a29 . . .

SK No 097188 A
l
tm
2.h
02
PRES!DEN
IIEPUELIK INDONES]A

-2
un
-364-

ah
Angka 29

2-t
Pasal 38

or-
Cukup jelas.

om
Angka 30

u-n
Pasal 38A

p
Cukup jelas. erp
d-p

Angka 31
Pasal 40
loa

Cukup jelas.
wn

Angka 32
/do

Pasal 41
/12

Yang dimaksud dengan ujabatan direksi atau komisaris"


adalah jabatan direksi atau komisaris yang tercantum dalam
22

akta pendirian perusahaan atau perubahannya.


/20

Ketentuan ini diperlukan dalam rangka meningkatkan daya


saing KEK.
om
si.c

Angka 33
Pasal 43
ula

Ayat (1)
eg

Yang dimaksud dengan "lembaga kerja sama tripartit


khusus' adalah lembaga kerja 'sama tripartit yang
for

berada di KEK.
.in

Ayat (2)
ww

Cukup jelas.
//w

Angka 34
ps:

Pasal 44
htt

Dihapus.

Angka35.. .

SK No097189A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONES]A

n-2
-365-

ahu
Angka 35

2-t
Pasal 45

or-
Dihapus.

om
Angka 36
Pasal 47

u-n
Yang dimaksud dengan "Perjanjian Kerja Bersama" adalah
Perjanjian Kerja Bersama yang dibuat oleh Serikat
rpp
Pekerja/ Serikat Buruh atau beberapa Serikat Pekerja/ Serikat
Buruh yang telah tercatat pada instansi yang bertanggung
e
jawab di bidang Ketenagakerjaan dengan Pengusaha.
d-p

Angka 37
loa

Pasal 48
wn

Cukup jelas.
/do

Pasal 151
/12

Cukup jelas.
22

Pasal 152
20

Angka 1
m/

Pasal 6
o

Cukup jelas.
i.c

Angka2
las

Pasal 7
u
eg

Cukup jelas.
for

Angka 3
Pasal 10
.in

Cukup jelas.
ww

Angka 4
//w

Pasal 11
Cukup jelas.
ps:
htt

Pasal 153. . .

SK No097l90A
l
tm
2.h
02
PRES!DEN
BLIK INDONESIA

n-2
-366-

hu
-ta
Pasal 153

r-2
Pasal 9

mo
Cukup jelas.

-no
Pasal 154

pu
Ayat (1)
erp
Dalam melakukan investasi, pemerintah melakukan pengelolaan
dan penempatan sejumlah dana danlatanu aset untuk
d-p

memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/ atau manfaat lainnya.


loa

Ayat (21

Cukup jelas.
wn

Ayat (3)
/do

Cukup jelas.
Ayat (a)
/12

Hurufa
22

Cukup jelas.
/20

Hurufb
Yang dimaksud dengan "kegiatan pengelolaan aset" adalah
om

antara lain kegiatan akuisisi, pengelolaan, restrukturisasi


perusahaan (saham) maupun aset tetap, divestasi, dan lain-
i.c

lain yang dilakukan secara langsung maupun secara tidak


las

langsung baik dilakukan sendiri atau melalui kerja sama


dengan pihak ketiga atau melalui pembentukan entitas
gu

khusus baik berbentuk badan hukum Indonesia maupun


badan hukum asing.
e
for

Huruf c
.in

Dalam melakukan kerja sama dengan entitas dana


perwalian (trust fundl, penyedia dana (sefflor') harus
ww

memberikan kuasa kepada entitas dana perwalian (tntst


fundl dalam rangka melakukan pengelolaan investasi
/w

dengan Lembaga.
/
ps:
htt

Huruf d . ..

SK No 097191A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

n-2
-367-

hu
Huruf d

-ta
Yang dimaksud dengan "menentukan calon mitra investasi"

r-2
adalah menunjuk mitra secara langsung dengan
pertimbangan antara lain mengikuti praktik bisnis yang

mo
berlaku secara internasional dan dalam rangka percepatan
proses penentuan calon mitra, dengan tetap menjaga tata

-no
kelola yang baik. Kriteria bagi calon mitra yang dapat
dipertimbangkan antara lain memiliki reputasi baik,

pu
memiliki kemampuan keuangan untuk dapat menunjang
erp
komitmen investasinya, dan/ atau memiliki keahlian di
bidang investasi yang akan dikerjasamakan.
d-p

Huruf e

Cukup jelas.
loa

Huruf f
wn

Cukup jelas.
/do

Pasal 155
/12

Cukup jelas.
22
/20

Pasal 156
Cukup jelas.
om
i.c

Pasal 157
las

Ayat (1)
gu

Cukup jelas.
e

Ayat (2)
for

Aset negara yang berasal dari cabang-cabang produksi yang


penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang
.in

banyak dikuasai oleh negara dan tidak dapat


ww

dipindahtangankan kepada orang lain termasuk lembaga.


Aset negara yang berisikan atau mengelola bumi, air, dan
/w

kekayaan alam yang terkandung di dalamnya tetap dikuasai


oleh negara dan tidak dipindahtangankan menjadi aset
/
ps:

Lembaga.
Ayat (3)
htt

Cukup jelas.

Ayat(4) ...
SK No 097238 A
ml
t
2.h
02
PRESIDEN

n-2
REPUELIK INDONESIA

-368-

hu
-ta
r-2
Ayat (4)

mo
Yang dimaksud dengan "ketentuan peraturan perundang-
undangan", misalnya: peralihan hak milik atas saham

-no
dilakukan dengan Akta Jual Beli atau Akta Hibah atas saham,
pengalihan hak milik atas tanah dan/atau bangunan

pu
dilakukan dengan Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah.
Ayat (5) erp
Cukup jelas.
d-p

Ayat (6)
loa

Cukup jelas.
Ayat (7)
wn

Dalam putusan Rapat Umum Pemegang Saham untuk Persero


/do

dengan tetap mengacu ketentuan dan pengaturan dalam


anggaran dasar badan usaha milik negara dimaksud atau
/12

memuat antara lain proses administrasi pengalihan aset


termasuk cara pemindahtanganan.
22

Ayat (8)
/20

Peraturan Pemerintah antara lain mengatur mengenai


mekanisme pembukuan aset yang dipindahtangankan,
om

penentuan aset yang dipindahtangankan dan nilai pasar


wajar aset tersebut, dan prosedur pemindahtanganan.
si.c

Mekanisme yang diatur tersebut memperhatikan praktik


bisnis yang berlaku secara internasional dan memperhatikan
ula

prinsip independensi dan transparansi dari Lembaga.


reg

Pasal 158
o
inf

Ayat (1)
Cukup jelas.
w.

Ayat (2)
w
//w

Cukup jelas.
ps:

Ayat(3)...
htt

SK No 097193 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUELIK INDONESIA

-2
un
-369-

ah
2-t
Ayat (3)

or-
Kerja sama dengan pihak ketiga dimaksud antara lain
dilakukan dengan mitra investasi, badan usaha milik negara,

om
badan atau lembaga pemerintah atau melalui penunjukan
manajer investasi berbadan hukum Indonesia atau asing.

u-n
Lembaga dalam kerja sama dengan pihak ketiga, tetap
mempertahankan kedudukannya sebagai penentu utama

p
kebijakan usaha dan penentu dalam pengambilan keputusan
erp
di badan usaha yang memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat.
d-p

Ayat (41
loa

Modal dan kekayaan kmbaga merupakan milik Lembaga dan


setiap kerugian yang dialami oleh trmbaga bukan merupakan
wn

kerugian negara.
/do

Ayat (s)
Cukup jelas.
/12

Ayat (6)
22

Cukup jelas.
/20

Ayat (71

Peraturan Pemerintah dimaksud mengatur antara lain


om

pertimbangan untuk melakukan pencadangan dan


penggunaan akumulasi modal untuk investasi kembali.
si.c
ula

Pasal 159
Ayat (1)
eg

Yang dimaksud dengan "pihak ketiga' mencakup mitra


for

investasi, manajer investasi, badan usaha milik negara, badan


atau lembaga pemerintah, dan/ atau entitas lainnya baik di
.in

dalam maupun luar negeri.


ww
//w

Ayat(2)...
ps:
htt

SK No 097194 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-370-

ahu
2-t
Ayat (2)

or-
Yang dimaksud dengan "bentuk kerja sama lainnya" dapat
mencakup pendirian dana kelolaan investasi (fundl bersama

om
pihak lain.
Lembaga dalam kerja sama dengan pihak ketiga, tetap

u-n
mempertahankan kedudukannya sebagai penentu utama
kebijakan usaha dan penentu dalam pengambilan keputusan

Pemerintah Pusat.
erpp
di badan usaha dengan kriteria yang ditetapkan oleh
d-p

Ayat (3)
Pemindahtanganan aset Lembaga untuk dijadikan penyertaan
loa

modal dengan memperhatikan tujuan pemindahtangan.rn,


penilaian atas aset dan memperhatikan praktik bisnis yang
wn

berlaku secara internasional dan dilakukan dengan prinsip


usaha yang sehat.
/do

Ayat (4)
/12

Cukup jelas.
22

Ayat (s)
Cukup jelas.
20

Ayat (6)
m/

Peraturan Pemerintah dalam ayat ini sekurang-kurangnya


o

mengatur:
i.c

a. kerja sama dengan pihak ketiga yang mencakup antara


las

lain tata kelola aset yang. dikerjasamakan, pembagian


keuntungan hasil kerja sama, mekanisme partisipasi,
u
eg

audit dari aset yang bersangkutan;


b. pembentukan dana kelolaan investasi (fundl yang
for

mencakup permodalan, ruang lingkup tujuan investasi,


.in

bentuk, jenis dana kelolaan investasi dan tata kelola dana


investasi; dan
ww

c. penilaian aset.
//w

Pengaturan di dalam Peraturan Pemerintah didasarkan pada


praktik internasional yang baik.
ps:

Pasal 160. . .
htt

SK No 097195 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-37t-

hu
-ta
Pasal 16O

r-2
Ayat (l)

mo
Huruf a

-no
Cukup jelas.
Huruf b

pu
Hasil pengembangan usaha dan pengembangan
erp aset
kmbaga dapat berupa keuntungan atau aset tetap yang
dibeli Lembaga selama masa operasional.
d-p

Huruf c
Aset badan usaha milik negara dapat menjadi aset
loa

kmbaga antara lain melalui mekanisme transaksi jual


wn

beli.
Hurufd
/do

Cukup jelas.
/12

Huruf e
Sumber lain yang sah antara lain aset yang dibeli dari
22

pinjaman atau aset yang berasal dari barang yang


/20

diperoleh sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-


undangan di bidang barang milik negara/daerah.
om

Ayat (2)
Cukup jelas.
i.c

Ayat (3)
las

Cukup jelas.
gu

Ayat (4)
e
for

Cukup jelas.
.in

Pasal 161
ww

Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan kmbaga


oleh akuntan pubiik dilakukan dengan mengikuti standar akuntansi
/w

yang diakui secara internasional sebagai standar akuntansi yang


/

berlaku untuk badan hukum pengelola investasi sejenisnya.


ps:
htt

Pasal 162...

SK No 097196 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

-2
un
-372-

ah
Pasal 162

2-t
Ayat (1)

or-
Cukup jelas.

om
Ayat (2)
Cukup jelas.

u-n
Ayat (3)

p
Yang dimaksud dengan "kondisi insolven' adalah kondisi di
erp
mana Lembaga kekurangan modal yang berdampak pada
kesulitan untuk melakukan kegiatan usaha dalam jangka
d-p

panjang.
loa

Pasal 163
wn

Cukup jelas.
/do

Pasal 164
/12

Ayat (1)
22

Peraturan Pemerintah dimaksud mengatur antara lain


kebijakan investasi, keterbukaan informasi, benturan
/20

kepentingan, kerahasiaan informasi, pengadministrasian dari


data dan informasi yang berkaitan dengan aset yang dikelola,
om

audit internal, tanggung jawab sosial dan lingkungan serta


manajemen risiko dengan memperhatikan praktik bisnis yang
si.c

berlaku secara intemasional.


ula

Ayat (2)
Ketidakberlakuan peraturan perundang-undangan terkait yang
eg

mengatur pengelolaan keuangan negara/kekayaan


negara/badan usaha milik negara bagi Lembaga, karena
for

kegiatan pengelolaan aset dan investasi telah diatur secara


.in

khusus dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-


Undang ini dan peraturan pelaksanaannya.
ww
//w

Pasal 165
Ayat (1)
ps:

l,embaga Pengelola Investasi dapat disebut dengan nama lain


seperti: Indonesian Souereign Wealth Fund atau Indonesia
htt

Inuestment AuthoriQ.
Ayat(2)...

SK No 097197 A
l
tm
2.h
02
FRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-373-

hu
Ayat (2)

-ta
Cukup jelas.

r-2
Ayat (3)

mo
Cukup jelas.

-no
Pasal 166

pu
Cukup jelas.
erp
d-p
Pasal 167
Cukup jelas.
loa
wn

Pasal 168
Cukup jelas.
/do
/12

Pasal 169
22

Cukup jelas.
/20

Pasal 170
om

Cukup jelas.
i.c
las

Pasal 171
Cukup jelas.
gu
e
for

Pasal 172
Cukup jelas.
.in
ww

Pasal 173
/w

Ayat (1)
/

Cukup jelas.
ps:
htt

Ayat(2)...

SK No097198A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUELIK INDONES]A

un
-374-

ah
2-t
Ayat (2)

or-
Yang dimaksud dengan "badan usaha" antara lain Badan Usaha
Milik Negara dan/atau Badan Usaha Milik Daerah.

om
Ayat (3)

u-n
Cukup jelas.
Ayat (4)

p
Cukup jelas.
erp
Ayat (5)
d-p

Cukup jelas.
loa
wn

Pasal 174
Cukup jelas.
/do
/12

Pasal 175
Angka I
22

Pasal 1
/20

Cukup jelas.
m
co

Angka 2
si.

Pasal24
ula

Hurrf a
Cukup jelas.
eg

Huruf b
for

Cukup jelas.
.in

Huruf c
ww

Yang dimaksud dengan "alasan-alasan yang objektil"


adalah alasan-alasan yang diambil berdasarkan fakta
//w

dan kondisi faktual, tidak memihak, dan rasional serta


berdasarkan AUPB.
ps:

Huruf d
htt

Cukup jelas.
Hurufe . ..

SK No 097199 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK TNDONESIA

-2
un
-375-

ah
Huruf e

2-t
Yang dimaksud dengan "iktikad baik" adalah Keputusan
dan/atau Tindakan yang ditetapkan dan/atau

or-
dilakukan didasarkan atas motif kejujuran dan
berdasarkan AUPB.

om
u-n
Angka 3
Pasal 38

p
Ayat (l) erp
Prosedur penggunaan Keputusan Berbentuk Elektronis
d-p

berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-


undangan yang mengatur tentang informasi dan
loa

transaksi elektronik.
Ayat (21
wn

Cukup jelas.
/do

Ayat (3)
Cukup jelas.
/12

Ayat (a)
Cukup jelas.
22

Angka 4
/20

Cukup jelas.
om

Angka 5
si.c

Pasal 39
Ayat (1)
ula

Cukup jelas.
eg

Ayat l2l
for

Huruf a
Cukup jelas.
.in

Huruf b
ww

Yang dimaksud dengan "memerlukan perhatian


khusus" adalah setiap usaha atau kegiatan yang
//w

dilakukan atau dikerjakan oleh Warga Masyarakat,


dalam rangka menjaga ketertiban umum, maka
ps:

Badan dan/ atau Pejabat Pemerintahan perlu


memberikan perhatian dan pengawasan.
htt

Ayat(s) ...

SK No 097200 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA

n-2
-376-

hu
Ayat

-ta
(3)
Cukup jelas.

r-2
Ayat (a)

mo
Cukup jelas.

-no
Ayat (5)
Huruf a

pu
Cukup jelas.
Huruf b
erp
Yang dimaksud dengan "swasta"
d-p
meliputi
perorangan, korporasi yang berbadan hukum di
loa

Indonesia, dan asing.


Huruf c
wn

Cukup jelas.
/do

Ayat (6)
Cukup jelas.
/12

Ayat (7)
22

Cukup jelas.
/20

Ayat (8)
Cukup jelas.
om

Angka 6
i.c

Pasal 39A
las

Cukup jelas.
gu

Angka 7
e

Pasal 53
for

Cukup jelas.
.in
ww

Pasal 176
Angka 1
/w

Pasal 16
/
ps:

Ayat (1)
Cukup jelas.
htt

Ayat(2)...

SK No 097201 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPI.JELIK INDONESIA

un
-377 -

h
Ayat (2)

-ta
Yang dimaksud dengan "praktik yang batk (good

r-2
practicesl" adalah sesuai standar atau ketentuan yang
berlaku secara internasional.

mo
Ayat (3)

-no
Cukup jelas.

pu
Ayat (4)
Cukup jelas. erp
Ayat (s)
d-p

Cukup jelas.
loa

Ayat (6)
Cukup jelas.
wn

Ayat (7)
/do

Cukup jelas.
/12

Angka 2
22

Pasal 250
20

Yang dimaksud . dengan "putusan pengadilan" adalah


putusan pengadilan yang telah diikuti oleh putusan hakim
m/

berikutnya.
o
i.c

Angka 3
las

Pasal 251
gu

Cukup jelas.
e
for

Angka 4
.in

Pasal 252
ww

Ayat (1)
Cukup jelas.
//w

Ayat (2)
ps:

Cukup jelas.
htt

Ayat(3)...

SK No 097202 A
l
tm
2.h
02
PRESIDEN
REPUBLIK IHOONESIA

-2
un
-378-

ah
Ayat (3)

2-t
Cukup jelas.

or-
Ayat (4)
Dihapus.

om
u-n
Angka 5

p
Pasal 260
Cukup jelas.
erp
d-p

Angka 6
loa

Pasal 292A
wn

Cukup jelas.
/do

Angka 7
/12

Pasal 3O0
22

Dihapus.
/20

Angka 8
om

Pasal 349
Ayat (l)
si.c

Yang dimaksud dengan "penyederhanaan jenis


ula

pelayanan publik' adalah menggabungkan beberapa


jenis pelayanan publik yang diamanatkan oleh
eg

ketentuan peraturan perundang-undangan menjadi I


(satu) jenis pelayanan yang di
for

dalamnya
menampung/memuat substansi pelayanan yang
.in

digabungkan tersebut.
Yang dimaksud dengan "penyederhanaan prosedur
ww

pelayanan publikl adalah mengurangi dan/atau


mengintegrasikan persyaratan atau langkah-langkah
//w

pemberian layanan, sehingga mempermudah proses


pemberian layanan kepada masyarakat.
ps:
htt

Ayat(2) ...

SK No 097203 A
ml
.ht
22
PRESIDEN

-20
REPUELIK INDONESIA

un
-379-

ah
Ayat (2)

2-t
Cukup jelas.

or-
Ayat (3)
Cukup jelas.

om
u-n
Angka 9
Pasal 350
Cukup jelas. rpp
-pe

Angka 10
ad

Pasal 4O2A
nlo

Cukup jelas.
ow

Pasal L77
/d

Cukup jelas.
/12
22

Pasal 178
20

Cukup jelas.
/
om

Pasal 179
i.c

Cukup jelas.
s
ula

Pasal 180
g

Cukup jelas.
ore
inf

Pasal 181
Cukup jelas.
ww.

Pasal 182
/w

Huruf a
s:/

Yang dimaksud dengan usertifikat" antara lain: sertifikat halal,


p

sertifikat laik fungsi, dan lain-lain.


htt

Hurufb . . .

SK No 097204 A
l
tm
2.h
02
PRES!DEN
REPUBLIK INDONESIA

-2
un
-380-

ah
Huruf b

2-t
Cukup jelas.

or-
Huruf c
Cukup jelas.

om
Huruf d

u-n
Cukup jelas.

p
Huruf e
erp
Cukup jelas.
d-p

Pasal 183
loa

Cukup jelas.
wn

Pasal 184
/do

Huruf a
/12

Cukup jelas.
22

Huruf b
Dalam hal dilakukan penyesuaian peraturan pelaksanaan dari
/20

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2O2O tentang Cipta Kerja


berdasarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang ini,
om

Pemerintah Pusat dapat berkonsultasi dengan:


si.c

a. Pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat dan alat kelengkapan


Dewan Perwakilan Ralryat yang menangani bidang legislasi;
ula

dan/atau
b. Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah dan alat kelengkapan
eg

Dewan Perwakilan Daerah yang menangani bidang legislasi.


for
.in

Pasal 185
Cukup jelas.
ww
//w

Pasal 186
Cukup jelas.
ps:
htt

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6841

SK No 097205 A

Anda mungkin juga menyukai