Anda di halaman 1dari 185

NO RUU USUL PERUBAHAN RUMUSAN SETELAH PERUBAHAN KETERANGAN

1. Rancangan TETAP TETAP


UNDANG-UNDANG REPUBLIK
INDONESIA
NOMOR … TAHUN …
TENTANG
KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG


MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2. Menimbang : REDAKSIONAL a. bahwa negara menjamin hak setiap warga negara Menghapus frasa “dan seluruh tumpah darah
a. bahwa negara menjamin hak untuk mewujudkan kehidupan yang sehat, serta Indonesia” untuk menyederhanakan bahasa
setiap warga negara untuk sejahtera baik lahir dan batin demi tercapainya
mewujudkan kehidupan yang tujuan nasional dalam melindungi segenap
baik, sehat, serta sejahtera lahir bangsa Indonesia untuk memajukan
dan batin demi tercapainya kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan
tujuan nasional dalam dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
melindungi segenap bangsa Indonesia Tahun 1945;
Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia untuk
memajukan kesejahteraan
umum sebagaimana
diamanatkan dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
3. b. bahwa pembangunan kesehatan REDAKSIONAL b. bahwa pembangunan kesehatan masyarakat - Menambahkan frasa “ upaya kesehatan,
masyarakat berpegang pada pilar memerlukan upaya kesehatan, sumber daya sumber daya kesehatan, dan pengelolaan
paradigma sehat, pelayanan kesehatan, dan pengelolaan kesehatan untuk kesehatan” sebagai substansi pokok untuk
kesehatan, dan jaminan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat mendukung pembangunan kesehatan.
kesehatan nasional untuk yang setinggi-tingginya, meningkatkan - Menyederhanakan bahasa dengan
meningkatkan derajat kesehatan ketahanan kesehatan, serta memajukan menghapus beberapa frasa.
masyarakat yang setinggi- kesejahteraan seluruh warga negara dan daya
tingginya berdasarkan prinsip

1
kesejahteraan, pemerataan, saing bangsa bagi pencapaian tujuan
nondiskriminatif, partisipatif, pembangunan nasional;
dan berkelanjutan dalam rangka
pembangunan sumber daya
manusia yang berkualitas dan
produktif, mengurangi
kesenjangan, memperkuat
layanan kesehatan bermutu,
meningkatkan ketahanan
kesehatan, menjamin kehidupan
yang sehat, serta memajukan
kesejahteraan seluruh warga
negara dan daya saing bangsa
bagi pencapaian tujuan
pembangunan nasional;
4. c. bahwa permasalahan dan REDAKSIONAL c. bahwa permasalahan dan gangguan kesehatan Menyederhanakan bahasa dan mengedepankan
gangguan kesehatan pada pada masyarakat akan menurunkan pentingnya penyelenggaraan transformasi
masyarakat akan menimbulkan produktivitas dan menimbulkan kerugian bagi kesehatan.
kerugian besar bagi negara, negara sehingga diperlukan transformasi
menghambat pendayagunaan kesehatan untuk tercapainya peningkatan
tenaga medis dan tenaga derajat kesehatan masyarakat;
kesehatan, serta menjadikan
transformasi sektor kesehatan
dan layanan kesehatan dari hulu
hingga hilir tidak dapat
dilaksanakan dengan baik bagi
tercapainya peningkatan derajat
kesehatan masyarakat;
5. d. bahwa pembangunan kesehatan REDAKSIONAL d. bahwa pembangunan kesehatan masyarakat Menyederhanakan bahasa
masyarakat semakin terbuka semakin baik sehingga menciptakan
sehingga menciptakan kemandirian dan mendorong perkembangan
kemandirian dan mendorong industri kesehatan nasional pada tingkat regional
perkembangan industri dan global, serta mendorong peningkatan
kesehatan nasional pada tingkat layanan kesehatan yang aman, bermutu, dan
regional dan global, serta terjangkau bagi masyarakat untuk
mendorong peningkatan layanan meningkatkan kualitas hidup masyarakat;
kesehatan yang aman, bermutu,
dan terjangkau oleh masyarakat,
sehingga dapat meningkatkan

2
kualitas hidup masyarakat dan
kemakmuran yang
berkelanjutan;
6. e. bahwa untuk meningkatkan TETAP TETAP
kapasitas dan ketahanan
kesehatan diperlukan
penyesuaian berbagai kebijakan
untuk penguatan sistem
kesehatan secara integratif dan
holistik dalam 1 (satu) undang-
undang secara komprehensif;
dan
7. f. bahwa berdasarkan TETAP TETAP
pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, huruf
b, huruf c, huruf d, dan huruf e,
perlu membentuk Undang-
Undang tentang Kesehatan ;
8. Mengingat : TETAP TETAP
Pasal 20, Pasal 21, Pasal 28H ayat (1),
dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945;
9. Dengan Persetujuan Bersama TETAP TETAP
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
dan
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
10. MEMUTUSKAN: TETAP TETAP
Menetapkan : UNDANG-UNDANG
TENTANG KESEHATAN
11. BAB I TETAP TETAP
KETENTUAN UMUM
12. Pasal 1 SUBSTANSI Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: Mengubah kata “mental” mejadi “jiwa” dan
Dalam Undang-Undang ini yang 1. Kesehatan adalah keadaan sehat seseorang, menghapus kata “spiritual”, sesuai dengan
dimaksud dengan: baik secara fisik, jiwa, maupun sosial, dan definisi WHO, The WHO constitution states:
1. Kesehatan adalah keadaan sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit untuk "Health is a state of complete physical, mental
setiap orang, baik secara fisik, memungkinkannya hidup produktif. and social well-being and not merely the absence
mental, spiritual maupun sosial of disease or infirmity.

3
yang memungkinkannya untuk
hidup produktif secara sosial dan
ekonomis.

13. 2. Upaya Kesehatan adalah setiap SUBSTANSI 2. Upaya Kesehatan adalah segala bentuk kegiatan - Menambahkan kata “paliatif” untuk
kegiatan dan/atau serangkaian dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan menampung Upaya Kesehatan yang
kegiatan yang dilakukan secara secara terpadu dan berkesinambungan untuk diperlukan dalam rangka meningkatkan
terpadu dan berkesinambungan memelihara dan meningkatkan derajat kualitas hidup pasien sampai akhir
untuk memelihara dan kesehatan masyarakat dalam bentuk promotif, kehidupannya dan meninggal secara
meningkatkan derajat kesehatan preventif, kuratif, rehabilitatif, dan/atau paliatif bermartabat
masyarakat dalam bentuk oleh pemerintah dan/atau masyarakat - Menambahkan frasa “termasuk swasta”
promotif, preventif, kuratif, termasuk swasta. setelah “masyarakat” untuk memperjelas
dan/atau rehabilitatif oleh lingkup masyarakat termasuk swasta
pemerintah dan/atau
masyarakat.
14. 3. Pelayanan Kesehatan adalah SUBSTANSI 3. Pelayanan Kesehatan adalah segala bentuk Menambahkan kata “paliatif” untuk
suatu kegiatan dan/atau kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan menampung Pelayanan Kesehatan yang
serangkaian kegiatan pelayanan pelayanan yang diberikan secara langsung diperlukan dalam rangka meningkatkan
yang diberikan secara langsung kepada perseorangan atau masyarakat untuk kualitas hidup pasien sampai akhir
kepada perseorangan atau memelihara dan meningkatkan derajat kehidupannya dan meninggal secara
masyarakat untuk memelihara kesehatan masyarakat dalam bentuk promotif, bermartabat
dan meningkatkan derajat preventif, kuratif, rehabilitatif, dan/atau
kesehatan masyarakat dalam paliatif.
bentuk promotif, preventif,
kuratif, dan/atau rehabilitatif.
15. 4. Sumber Daya Kesehatan adalah SUBSTANSI 4. Sumber Daya Kesehatan adalah segala sesuatu - Menghapus frasa “segala bentuk fasilitas,
segala bentuk fasilitas, tenaga, yang diperlukan untuk menyelenggarakan tenaga, perbekalan kesehatan, sistem
perbekalan kesehatan, sistem Upaya Kesehatan yang dilakukan oleh informasi, teknologi, dan dana” karena
informasi, teknologi, dan dana Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah uraian mengenai sumber daya telah
yang dimanfaatkan untuk dan/atau masyarakat termasuk swasta. tertampung dalam Pasal 16
menyelenggarakan Upaya - Menggunakan frasa “Pemerintah Daerah”
Kesehatan yang dilakukan oleh agar lebih general
Pemerintah Pusat, Pemerintah - Menambahkan frasa “termasuk swasta”
Daerah provinsi dan setelah “masyarakat”
kabupaten/kota, dan/atau
masyarakat.
16. 5. Tenaga Medis adalah setiap REDAKSIONAL 5. Tenaga Medis adalah setiap orang yang - Mengganti frasa kedokteran atau kedokteran
orang yang mengabdikan diri mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta gigi dengan frasa kesehatan mengingat frasa
dalam bidang kedokteran atau memiliki sikap profesional, pengetahuan, dan bidang kesehatan dimaknai lebih luas

4
kedokteran gigi serta memiliki keterampilan melalui pendidikan profesi dibandingkan dengan frase
sikap profesional, pengetahuan, kedokteran atau kedokteran gigi yang kedokteran/kedokteran gigi.
dan keterampilan melalui memerlukan kewenangan untuk melakukan - Menghilangkan frasa “dalam melaksanakan
pendidikan profesi kedokteran upaya kesehatan. upaya Kesehatan” agar tidak mengaburkan
atau kedokteran gigi dalam makna terkait dengan Pendidikan profesi
melaksanakan upaya kesehatan. - Menambahkan frasa kewenangan
menyesuaikan dengan DO Tenaga
Kesehatan sehingga DO Tenaga Medis dapat
tergambar secara utuh

17. 6. Tenaga Kesehatan adalah setiap TETAP TETAP


orang yang mengabdikan diri
dalam bidang kesehatan serta
memiliki sikap profesional,
pengetahuan, dan keterampilan
melalui pendidikan tinggi, yang
untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan
upaya kesehatan.
18. 7. Sumber Daya Manusia TETAP TETAP
Kesehatan adalah seseorang
yang bekerja secara aktif di
bidang kesehatan, baik yang
memiliki pendidikan formal
kesehatan maupun tidak yang
untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan dalam melakukan
upaya kesehatan.
19. 8. Fasilitas Pelayanan Kesehatan SUBSTANSI 8. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat - Menambahkan kata “paliatif” untuk
adalah tempat dan/atau alat dan/atau alat yang digunakan untuk menampung pelayanan kesehatan yang
yang digunakan untuk menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dilakukan oleh Fasyankes dalam rangka
menyelenggarakan Pelayanan kepada perseorangan ataupun masyarakat meningkatkan kualitas hidup pasien
Kesehatan kepada perseorangan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, sampai akhir kehidupannya dan meninggal
ataupun masyarakat dengan rehabilitatif, dan/atau paliatif yang dilakukan secara bermartabat
pendekatan promotif, preventif, oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, - Menambahkan frasa “termasuk swasta”
kuratif, dan/atau rehabilitatif dan/atau masyarakat termasuk swasta. setelah “masyarakat”
yang dilakukan oleh Pemerintah

5
Pusat, Pemerintah Daerah,
dan/atau masyarakat.
20. 9. Pusat Kesehatan Masyarakat SUBSTANSI 9. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya Menambahkan frasa ”dengan mengutamakan
yang selanjutnya disebut disebut Puskesmas adalah Fasilitas Pelayanan promotif dan preventif” untuk mempertegas
Puskesmas adalah fasilitas Kesehatan tingkat pertama yang prioritas promotif dan preventif yang harus
pelayanan Kesehatan tingkat menyelenggarakan dan mengoordinasikan dijalankan oleh Puskesmas
pertama yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif, preventif,
dan mengoordinasikan kuratif, rehabilitatif, dan/atau paliatif dengan
pelayanan kesehatan promotif, mengutamakan promotif dan preventif di
preventif, kuratif, rehabilitatif, wilayah kerjanya.
dan/atau paliatif di wilayah
kerjanya.
21. 10. Rumah Sakit adalah Fasilitas TETAP TETAP
Pelayanan Kesehatan yang
menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan perseorangan secara
paripurna melalui pelayanan
kesehatan promotif, preventif,
kuratif, rehabilitatif, dan/atau
paliatif dengan menyediakan
pelayanan rawat inap, rawat
jalan, dan gawat darurat.
22. 11. Gawat Darurat adalah keadaan SUBSTANSI 11. Gawat Darurat adalah keadaan klinis pasien - Menambahkan frasa “dan/atau psikologis”
klinis pasien yang membutuhkan yang membutuhkan tindakan medis dan/atau untuk mengakomodir kegawatdaruratan dari
tindakan medis segera guna psikologis segera guna penyelamatan nyawa dan aspek psikologis
penyelamatan nyawa dan pencegahan kedisabilitasan. - Menghapus frasa “lebih lanjut” agar tidak
pencegahan kecacatan lebih membatasi penanganan kegawatdaruratan.
lanjut. - Mengubah kata “kecacatan” menjadi
“kedisabilitasan”
23. 12. Perbekalan Kesehatan adalah TETAP TETAP
semua bahan dan peralatan yang
diperlukan untuk
menyelenggarakan upaya
kesehatan.
24. 13. Sediaan Farmasi adalah obat, REDAKSIONAL 13. Sediaan Farmasi adalah obat, bahan obat, obat Menambahkan frasa “termasuk bahan obat
bahan obat, obat bahan alam, bahan alam termasuk bahan obat bahan alam, bahan alam” untuk menegaskan pengertian
kosmetik, suplemen kesehatan, kosmetik, suplemen kesehatan, dan obat kuasi. sediaan farmasi termasuk bahan obat bahan
dan obat kuasi. alam.

6
25. 14. Alat Kesehatan adalah SUBSTANSI 14. Alat Kesehatan adalah instrumen, aparatus, Definisi disesuaikan dengan rujukan
instrumen, aparatus, mesin mesin, peralatan, implan, reagen dan kalibrator internasional yaitu Asean Medical Device
dan/atau implan yang tidak in vitro, perangkat lunak, material atau Directive (AMDD)
mengandung obat yang sejenisnya yang digunakan pada manusia
digunakan untuk mencegah, untuk tujuan medis dan tidak mencapai kerja - “medical device” shall mean any instrument,
mendiagnosis, menyembuhkan utama melalui proses farmakologi, imunologi, apparatus, implement, machine, appliance,
dan meringankan penyakit, atau metabolisme. implant, in vitro reagent and calibrator,
merawat orang sakit, software, material or other similar or related
memulihkan Kesehatan pada article:
manusia, dan/atau membentuk • intended by the product owner to be
struktur dan memperbaiki fungsi used, alone or in combination, for human
tubuh, reagen in vitro dan beings for one or more of the specific
kalibrator, perangkat lunak, purpose(s) of:
bahan atau material yang a. diagnosis, prevention, monitoring,
digunakan tunggal atau treatment or alleviation of disease;
kombinasi untuk menghalangi b. diagnosis, monitoring, treatment,
pembuahan, desinfeksi Alat alleviation of or compensation for an
Kesehatan, dan pengujian in injury;
vitro terhadap spesimen dari c. investigation, replacement,
tubuh manusia, dan dapat modification, or support of the
mengandung obat yang tidak anatomy or of a physiological
mencapai kerja utama pada process;
tubuh manusia melalui proses d. supporting or sustaining life;
farmakologi, imunologi, atau e. control of conception;
metabolisme untuk dapat f. disinfection of medical devices; and
membantu fungsi atau kerja g. providing information for medical or
yang diinginkan. diagnostic purposes by means of
invitro examination of specimens
derived from the human body.
• which does not achieve its primary
intended action in or on the human body
by pharmacological, immunological or
metabolic means, but which may be
assisted in its intended function by such
means
26. 15. Perbekalan Kesehatan Rumah REDAKSIONAL 15. Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga yang Menambahkan frasa “dan fasilitas umum”
Tangga yang selanjutnya selanjutnya disingkat PKRT adalah alat, bahan, karena penggunaan PKRT juga pada fasilitas
disingkat PKRT adalah alat, dan/atau campuran bahan untuk pemeliharaan umum
bahan, dan/atau campuran dan perawatan yang berdampak pada kesehatan

7
bahan untuk pemeliharaan dan manusia yang ditujukan pada penggunaan di
perawatan yang berdampak pada rumah tangga dan fasilitas umum.
kesehatan manusia yang
ditujukan pada penggunaan di
rumah tangga.
27. 16. Obat adalah bahan, paduan SUBSTANSI 16. Obat adalah obat jadi berupa paduan bahan Menambahkan frasa “obat jadi berupa paduan
bahan, produk biologi yang termasuk produk biologi yang digunakan untuk bahan termasuk” untuk menegaskan bahwa
digunakan untuk mempengaruhi mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi definisi obat adalah obat jadi.
atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
atau keadaan patologi dalam diagnosis, pencegahan, penyembuhan,
rangka penetapan diagnosis, pemulihan, peningkatan kesehatan, dan
pencegahan, penyembuhan, kontrasepsi untuk manusia.
pemulihan, peningkatan
kesehatan, dan kontrasepsi
untuk manusia.
28. SUBSTANSI BARU 16a. Bahan Obat adalah bahan baik yang berkhasiat Konkordan dengan Pasal 1 angka 13 terkait
maupun tidak berkhasiat yang digunakan definisi sediaan farmasi dan Pasal 1 angka 16
dalam pengolahan obat dengan standar dan terkait definisi obat.
mutu sebagai bahan farmasi.

29. 17. Obat Bahan Alam adalah bahan, SUBSTANSI 17. Obat Bahan Alam adalah bahan, ramuan - Menambah frasa “atau bahan lain dari
ramuan bahan, atau produk bahan, atau produk yang berasal dari sumber sumber daya alam”, untuk mengakomodir
yang berasal dari sumber daya daya alam berupa tumbuhan, hewan, jasad sumber bahan alam lain.
alam berupa tumbuhan, hewan, renik, mineral, atau bahan lain dari sumber - Menghapus frasa “dan dapat diterapkan
jasad renik, mineral, atau daya alam, atau campuran dari bahan tersebut sesuai dengan norma yang berlaku di
campuran dari bahan tersebut yang telah digunakan secara turun temurun, masyarakat” karena tidak ada tolak ukur
yang telah digunakan secara atau sudah dibuktikan berkhasiat, aman, dan yang pasti untuk norma yang berlaku di
turun- temurun atau sudah bermutu, digunakan untuk pemeliharaan masyarakat.
terbukti berkhasiat dan aman kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan - Menambah frasa bermutu untuk
digunakan untuk pemeliharaan penyakit, pengobatan, dan/atau pemulihan mengakomodir pengembangan obat bahan
kesehatan, peningkatan kesehatan berdasarkan pembuktian secara alam secara ilmiah.
kesehatan, pencegahan penyakit, empiris dan/atau ilmiah.
pengobatan, dan/atau
pemulihan kesehatan
berdasarkan pembuktian secara
empiris dan/atau ilmiah, dan
dapat diterapkan sesuai dengan
norma yang berlaku di
masyarakat.

8
30. 18. Jamu adalah obat tradisional SUBSTANSI DIHAPUS - Karena tidak disebut secara berulang di
Indonesia yang menggunakan dalam Pasal.
bahan baku alam dari Indonesia, - Diusulkan masuk dalam penjelasan dengan
diproduksi di Indonesia, dan perubahan substansi sesuai dengan usulan
khasiatnya dibuktikan pemerintah pada Pasal 338 mengenai obat
berdasarkan data empiris. bahan alam.
31. 19. Obat Herbal adalah obat yang SUBSTANSI DIHAPUS Disesuaikan dengan usulan tentang
mengandung bahan aktif yang penggolongan obat bahan alam.
berasal dari tanaman dan/atau
sediaan obat dari tanaman.
32. 20. Teknologi Kesehatan adalah SUBSTANSI 20. Teknologi Kesehatan adalah segala bentuk Mengubah kata “alat” menjadi “produk” karena
segala bentuk alat dan/atau produk dan/atau metode yang ditujukan untuk produk bermakna luas termasuk di dalamnya
metode yang ditujukan untuk membantu menegakkan diagnosa, pencegahan, alat dan sediaan farmasi yang dapat juga
membantu menegakkan dan penanganan permasalahan kesehatan menjadi bagian dari teknologi Kesehatan.
diagnosa, pencegahan, dan manusia.
penanganan permasalahan
kesehatan manusia.
33. 21. Sistem Informasi Kesehatan REDAKSIONAL 21. Sistem Informasi Kesehatan adalah sistem yang Mengubah kata pelayanan Kesehatan menjadi
adalah sistem yang mengintegrasikan berbagai tahapan penyelenggaraan Kesehatan.
mengintegrasikan berbagai pengumpulan data, pemrosesan, pelaporan, dan
tahapan pengumpulan data, penggunaan informasi yang diperlukan untuk
pemrosesan, pelaporan, dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi
penggunaan informasi yang penyelenggaraan Kesehatan serta mengarahkan
diperlukan untuk meningkatkan tindakan atau keputusan yang berguna dalam
efektivitas dan efisiensi mendukung pembangunan kesehatan
Pelayanan Kesehatan serta
mengarahkan tindakan atau
keputusan yang berguna dalam
mendukung pembangunan
kesehatan.
34. SUBSTANSI BARU 21a. Sistem Informasi Kesehatan Nasional adalah Menambahkan definisi Sistem Informasi
Sistem Informasi Kesehatan yang dikelola oleh Kesehatan Nasional untuk mengintegrasikan
Kementerian yang menyelenggarakan urusan seluruh informasi kesehatan.
pemerintahan di bidang Kesehatan yang
mengintegrasikan dan menstandarisasi
seluruh Sistem Informasi Kesehatan dalam
mendukung pembangunan Kesehatan.

9
35. 22. Telekesehatan adalah pemberian SUBSTANSI 22. Telekesehatan adalah pemberian dan fasilitasi - Mengubah kata “pasien” menjadi
dan fasilitasi layanan kesehatan layanan kesehatan termasuk kesehatan “masyarakat” karena masyarakat bermakna
yang bersifat nonklinis, masyarakat, layanan informasi kesehatan, dan lebih luas termasuk di dalamnya pasien
termasuk kesehatan penyedia layanan mandiri melalui telekomunikasi dan - Menghapus frasa “yang bersifat nonklinis”
dan pasien, layanan informasi teknologi komunikasi digital. menyesuaikan dengan rujukan internasional
kesehatan, dan layanan mandiri bahwa telekesehatan mencakup layanan
melalui telekomunikasi dan klinis dan nonklinis
teknologi komunikasi digital.
36. 23. Telemedisin adalah pemberian SUBSTANSI 23. Telemedisin adalah pemberian dan fasilitasi - Menghapus frasa termasuk asuhan
dan fasilitasi layanan kesehatan pelayanan klinis melalui telekomunikasi dan medis/klinis dan/atau layanan konsultasi
yang bersifat klinis termasuk teknologi komunikasi digital. Kesehatan agar lebih general dan
asuhan medis/klinis dan/atau menampung aktivitas masing-masing profesi
layanan konsultasi kesehatan, seluruh pelayanan Kesehatan yang akan
melalui telekomunikasi dan diatur dalam batang tubuh.
teknologi komunikasi digital.
37. 24. Pasien adalah setiap orang yang TETAP TETAP
memperoleh Pelayanan
Kesehatan dari Tenaga Medis
dan/atau Tenaga Kesehatan.
38. 25. Kolegium adalah badan yang SUBSTANSI DIHAPUS Pemerintah mengusulkan dalam RUU tidak
dibentuk oleh perhimpunan ilmu mengatur mengenai pembentukan kolegium,
yang bersifat otonom untuk agar lebih fleksibel dalam mengatur organ-organ
masing-masing disiplin ilmu yang akan mendukung tugas dan fungsi
kedokteran, ilmu kedokteran gigi pemerintahan. Dengan demikian definisi
dan ilmu kesehatan yang kolegium diusulkan dihapus.
bertugas mengampu cabang
disiplin ilmu tersebut.
39. 26. Registrasi adalah pencatatan SUBSTANSI 26. Registrasi adalah pencatatan resmi bagi Tenaga Mengubah frasa “memiliki sertifikat kompetensi,
resmi terhadap Tenaga Medis Medis dan Tenaga Kesehatan yang telah sertifikat profesi, atau telah mempunyai
dan Tenaga Kesehatan yang telah memenuhi persyaratan. kualifikasi tertentu lain untuk menjalankan
memiliki sertifikat kompetensi, praktik.” menjadi “ yang telah memenuhi
sertifikat profesi, atau telah persyaratan” karena ini merupakan persyaratan
mempunyai kualifikasi tertentu dan substansi sudah ada di dalam batang
lain untuk menjalankan praktik. tubuh.

40. 27. Surat Tanda Registrasi yang TETAP TETAP


selanjutnya disingkat STR
adalah bukti tertulis yang

10
diberikan kepada Tenaga Medis
dan Tenaga Kesehatan yang telah
diregistrasi.
41. 28. Surat Izin Praktik yang REDAKSIONAL 28. Surat Izin Praktik yang selanjutnya disingkat Menghapus frasa “oleh pemerintah” karena
selanjutnya disingkat SIP adalah SIP adalah bukti tertulis yang diberikan kepada substansi sudah diatur pada Pasal 248.
bukti tertulis yang diberikan oleh Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan sebagai
pemerintah kepada Tenaga Medis pemberian kewenangan untuk menjalankan
dan Tenaga Kesehatan sebagai praktik.
pemberian kewenangan untuk
menjalankan praktik.
42. 29. Wabah Penyakit Menular yang SUBSTANSI 29. Wabah Penyakit Menular yang selanjutnya - Dalam definisi ini tidak perlu mengaitkan
selanjutnya disebut Wabah disebut Wabah adalah meningkatnya kejadian dengan frasa “yang dapat menimbulkan
adalah kejadian luar biasa luar biasa penyakit menular yang ditandai bencana nonalam” karena penetapan
penyakit menular yang jumlah dengan jumlah kasus dan/atau kematian wabah tidak serta merta dapat dikaitkan
kasus dan/atau kematiannya meningkat dan menyebar secara cepat dalam dengan bencana nonalam
meningkat dan menyebar dalam skala luas. - Menambahkan frasa “secara cepat” karena
skala luas yang dapat penyebaran secara cepat merupakan salah
menimbulkan bencana nonalam. satu kriteria suatu penyakit dinyatakan
sebagai wabah
43. 30. Kewaspadaan Wabah adalah TETAP TETAP
serangkaian kegiatan sebagai
sikap tanggap menghadapi
kemungkinan terjadinya Wabah.
44. 31. Kejadian Luar Biasa yang REDAKSIONAL 31. Kejadian Luar Biasa yang selanjutnya disingkat Mengubah kata “kecacatan” menjadi
selanjutnya disingkat KLB KLB adalah meningkatnya kejadian, kesakitan, “kedisabilitasan”
adalah meningkatnya kejadian, kematian, dan/atau kedisabilitasan akibat
kesakitan, kematian, dan/atau penyakit dan masalah kesehatan yang
kecacatan akibat penyakit dan bermakna secara epidemiologis di suatu daerah
masalah kesehatan yang pada kurun waktu tertentu.
bermakna secara epidemiologis
di suatu daerah pada kurun
waktu tertentu.
45. 32. Pintu Masuk Negara yang TETAP TETAP
selanjutnya disebut Pintu Masuk
adalah tempat masuk dan
keluarnya alat angkut, orang,
dan/atau barang dari dan ke luar
negeri, baik berbentuk

11
pelabuhan, bandar udara,
maupun pos lintas batas negara.
46. 33. Badan Karantina Kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS - Tusi BKKN merupakan ranah Kementerian
Nasional yang selanjutnya Kesehatan dan terkesan membentuk sebuah
disingkat BKKN adalah lembaga institusi baru.
Pemerintah setingkat - Tusi karantina Kesehatan merupakan bagian
kementerian yang memiliki yang tidak terpisahkan dari tusi urusan
fungsi, tugas, dan wewenang pemerintahan di bidang Kesehatan.
dalam menyelenggarakan urusan
kekarantinaan kesehatan.
47. 34. Petugas Karantina Kesehatan SUBSTANSI 34. Petugas Karantina Kesehatan adalah Tenaga Menghapus frasa “oleh BKKN” karena
adalah Tenaga Medis atau Medis atau Tenaga Kesehatan yang memiliki penunjukan petugas diatur di dalam peraturan
Tenaga Kesehatan terlatih yang kompetensi dan kewenangan dalam urusan pelaksana yang menjadi tusi dari Kementerian
ditunjuk oleh BKKN untuk karantina kesehatan untuk melakukan Kesehatan.
melakukan pengawasan dan pengawasan dan tindakan penanggulangan
tindakan penanggulangan terhadap alat angkut, orang, dan barang di
terhadap alat angkut, orang, dan Pintu Masuk.
barang di Pintu Masuk.
48. 35. Daerah Terjangkit adalah daerah TETAP TETAP
yang secara epidemiologis
terdapat penyebaran penyakit
dan/atau faktor risiko penyakit
yang berpotensi menimbulkan
Wabah.
49. 36. Dokumen Karantina Kesehatan TETAP TETAP
adalah surat keterangan
kesehatan yang dimiliki setiap
alat angkut, orang, dan barang
yang memenuhi persyaratan baik
nasional maupun internasional.
50. 37. Organisasi Profesi adalah wadah SUBSTANSI DIHAPUS Pemerintah mengusulkan dalam UU tidak
untuk berhimpun Tenaga Medis mengatur mengenai organisasi profesi, karena
atau Tenaga Kesehatan yang pada prinsipnya pembentukan organisasi profesi
seprofesi berdasarkan kesamaan merupakan hak setiap warga negara untuk
keahlian, aspirasi, kehendak, berkumpul yang telah dijamin dalam UUD 1945,
etika profesi, kebutuhan, sehingga definisi diusulkan dihapus.
kepentingan, kegiatan, dan
tujuan untuk berpartisipasi
dalam pembangunan kesehatan.

12
51. 38. Konsil Kedokteran Indonesia SUBSTANSI DIHAPUS Pemerintah mengusulkan dalam UU tidak
adalah Lembaga yang dibentuk mengatur mengenai pembentukan lembaga dan
Presiden, yang melaksanakan organ-organ tertentu agar dapat bersifat
tugas secara independen, dan fleksibilitas dalam pengaturannya sesuai
yang terdiri atas konsil setiap kebutuhan dukungan tugas fungsi
kelompok Tenaga Medis. pemerintahan, sehingga cukup diatur dalam
aturan pelaksanaan. Untuk itu diusulkan
definisi Konsil Kedokteran Indonesia dihapus.
52. 39. Konsil Tenaga Kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Pemerintah mengusulkan dalam UU tidak
Indonesia adalah lembaga yang mengatur mengenai pembentukan lembaga dan
dibentuk Presiden, yang organ-organ tertentu agar dapat bersifat
melaksanakan tugas secara fleksibilitas dalam pengaturannya sesuai
independen, dan yang terdiri atas kebutuhan dukungan tugas fungsi
konsil setiap kelompok Tenaga pemerintahan, sehingga cukup diatur dalam
Kesehatan. aturan pelaksanaan. Untuk itu diusulkan
definisi Konsil Tenaga Kesehatan Indonesia
dihapus.
53. 40. Setiap Orang adalah orang SUBSTANSI Setiap Orang adalah orang perseorangan, termasuk - Perubahan definisi Setiap Orang
perseorangan, kelompok orang, korporasi. menyesuaikan dengan KUHP.
organisasi masyarakat dan/atau - frasa “kelompok orang, organisasi
badan usaha yang berbadan masyarakat dan/atau badan usaha yang
hukum atau tidak berbadan berbadan hukum atau tidak berbadan
hukum. hukum” diubah menjadi “korporasi” merujuk
pada KUHAP.

54. 41. Pemerintah Pusat adalah TETAP TETAP


Presiden Republik Indonesia
yang memegang kekuasaan
pemerintahan negara Republik
Indonesia yang dibantu oleh
Wakil Presiden dan menteri
sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
55. 42. Menteri adalah menteri yang TETAP TETAP Diusulkan Reposisi angka 43 menjadi angka 42
menyelenggarakan urusan dan angka 42 menjadi angka 43
pemerintahan di bidang
Kesehatan.

13
56. 43. Pemerintah Daerah adalah REDAKSIONAL 43. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah Perbaikan redaksional merujuk pada UU
kepala daerah provinsi atau sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan 23/2014 tentang Pemerintahan Daerah
kabupaten/kota sebagai unsur Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan
penyelenggara pemerintahan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah yang memimpin daerah otonom.
pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
57. SUBSTANSI BARU 44. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa atau yang Dalam batang tubuh nomenklatur “Pemerintah
disebut dengan nama lain dibantu perangkat Desa” disebutkan berulang
Desa sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Desa.
58. Pasal 2 TETAP TETAP
Penyelenggaraan Kesehatan
berasaskan:
59. a. perikemanusiaan; TETAP TETAP
60. b. keseimbangan; TETAP TETAP
61. c. manfaat; TETAP TETAP
62. d. ilmiah; TETAP TETAP
63. e. pemerataan; TETAP TETAP
64. f. etika dan profesionalitas; TETAP TETAP
65. g. pelindungan dan keselamatan; TETAP TETAP
66. h. penghormatan terhadap hak dan TETAP TETAP
kewajiban;
67. i. keadilan; TETAP TETAP
68. j. nondiskriminatif; TETAP TETAP
69. k. pertimbagan moral dan nilai-nilai TETAP TETAP
agama;
70. l. partisipatif; TETAP TETAP
71. m. kepentingan umum; TETAP TETAP
72. n. keterpaduan; TETAP TETAP
73. o. kesadaran hukum; TETAP TETAP
74. p. kedaulatan negara; TETAP TETAP
75. q. kelestarian lingkungan hidup; TETAP TETAP
76. r. kearifan budaya; dan TETAP TETAP
77. s. ketertiban dan kepastian TETAP TETAP
hukum.
78. Pasal 3 TETAP TETAP

14
Penyelenggaraan Kesehatan bertujuan:
79. a. meningkatkan pembudayaan REDAKSIONAL a. meningkatkan perilaku hidup sehat; Mengganti frasa “pembudayaan masyarakat”
masyarakat hidup sehat; menjadi “perilaku” untuk lebih memperjelas
tujuan penyelenggaraan kesehatan yang
diharapkan.
80. b. meningkatkan akses dan mutu TETAP TETAP
Pelayanan Kesehatan dan
Sumber Daya Kesehatan;
81. c. meningkatkan pengelolaan TETAP TETAP
sumber daya manusia yang
efektif dan efisien;
82. d. memenuhi kebutuhan TETAP TETAP
masyarakat akan Pelayanan
Kesehatan;
83. e. meningkatkan ketahanan TETAP TETAP
kesehatan dalam menghadapi
KLB atau Wabah;
84. f. menjamin pendanaan yang REDAKSIONAL f. mewujudkan ketersediaan pendanaan - Mengusulkan perubahan redaksional dengan
selalu tersedia dan transparan, Kesehatan yang transparan, efektif dan efisien, mengubah kata menjamin menjadi
efektif dan efisien, serta berkeadilan, serta berkesinambungan; mewujudkan sesuai dengan frasa yang
berkeadilan; termuat dalam UU Keuangan Negara.
- Menyempurnakan frasa pendanaan menjadi
pendanaan Kesehatan sesuai dengan lingkup
yang diatur dalam RUU ini yaitu pendanaan
kesehatan
- Substansi mengenai ketersediaan sesuai
dengan azas dalam RUU ini yaitu ketertiban
dan kepastian hukum.
85. g. pengembangan dan pemanfaatan TETAP g. mewujudkan pengembangan dan pemanfaatan Menambah kata “mewujudkan”
Teknologi Kesehatan yang Teknologi Kesehatan yang berkelanjutan; dan
berkelanjutan; dan
86. h. memberikan pelindungan dan TETAP TETAP
kepastian hukum bagi Pasien,
Tenaga Medis, Tenaga
Kesehatan, dan masyarakat.
87. BAB II TETAP TETAP
HAK DAN KEWAJIBAN
88. Bagian Kesatu TETAP TETAP
Hak

15
89. Pasal 4 REDAKSIONAL Pasal 4 setiap orang tidak dirujuk pada definisi sehingga
(1) Setiap Orang berhak: (1) Setiap orang berhak: menggunakan huruf kecil.

90. a. hidup sehat secara fisik, SUBSTANSI a. hidup sehat secara fisik, jiwa dan sosial, serta -
Mengganti kata “mental” menjadi “jiwa”
mental, spiritual, dan sosial; produktif; sesuai dengan usulan Pemerintah di definisi
Kesehatan
- Menghapus kata “spiritual” karena tidak
dapat didefinisi secara jelas makna dari
spiritual
- Menambahkan kata “produktif” untuk
menyelaraskan dengan definisi Kesehatan
91. REPOSISI TETAP a1. mendapatkan informasi dan edukasi tentang Mereposisi dari huruf j
Kesehatan yang seimbang dan bertanggung
jawab;
92. b. memperoleh Pelayanan REDAKSIONAL b. mendapatkan Pelayanan Kesehatan yang Mengubah kata “memperoleh” menjadi
Kesehatan yang aman, aman, bermutu, dan terjangkau agar dapat “mendapatkan”
bermutu, dan terjangkau mewujudkan derajat Kesehatan yang setinggi-
agar dapat mewujudkan tingginya;
derajat Kesehatan yang
setinggi-tingginya;
93. c. mendapatkan perawatan SUBSTANSI c. mendapatkan perawatan kesehatan sesuai Mengubah frasa “hingga mendapat
kesehatan hingga mendapat standar pelayanan kesehatan; kesembuhan” menjadi “sesuai standar
kesembuhan; pelayanan Kesehatan” karena kesembuhan
merupakan hasil sedangkan pelayanan
Kesehatan tidak menjanjikan hasil (inspanning
verbintenis)
94. d. memperoleh akses atas REDAKSIONAL d. mendapatkan akses atas Sumber Daya Mengubah kata “memperoleh” menjadi
Sumber Daya Kesehatan; Kesehatan; “mendapatkan”
95. e. secara mandiri dan REDAKSIONAL e. menentukan sendiri Pelayanan Kesehatan yang Mereposisi kalimat agar menjadi kalimat aktif
bertanggung jawab diperlukan bagi dirinya secara mandiri dan
menentukan sendiri bertanggung jawab;
Pelayanan Kesehatan yang
diperlukan bagi dirinya;
96. f. mendapatkan lingkungan TETAP TETAP
yang sehat bagi pencapaian
derajat Kesehatan;
97. g. menerima atau menolak TETAP TETAP
sebagian atau seluruh

16
tindakan pertolongan yang
akan diberikan kepadanya
setelah menerima dan
memahami informasi
mengenai tindakan tersebut
secara lengkap;
98. h. atas kerahasiaan informasi REDAKSIONAL h. atas kerahasiaan data dan informasi kesehatan Menambahkan frasa “data dan” untuk
kesehatan pribadinya; pribadinya; melengkapi aspek kerahasiaan Kesehatan setiap
orang, mengingat data berbeda dengan
informasi
99. i. menuntut ganti rugi REDAKSIONAL i. menuntut ganti rugi terhadap Tenaga Medis, - Menghapus kata “seseorang” dan frasa
terhadap seseorang, Tenaga Tenaga Kesehatan, dan/atau penyelenggara “tenaga pendukung Kesehatan” karena tidak
Medis, Tenaga Kesehatan, Kesehatan yang menimbulkan kerugian akibat terkait langsung dengan pemberian
tenaga pendukung pemberian Pelayanan Kesehatan yang tidak Pelayanan Kesehatan yang sesuai dengan
kesehatan, dan/atau sesuai dengan standar; standar.
penyelenggara Kesehatan - Memperjelas yang dimaksud kesalahan
yang menimbulkan kerugian adalah pemberian pelayanan Kesehatan yang
akibat kesalahan dalam tidak sesuai dengan standar.
Pelayanan Kesehatan yang
diterimanya;
100. j. mendapatkan informasi dan REPOSISI TETAP DIHAPUS Direposisi ke huruf a1
edukasi tentang Kesehatan
yang seimbang dan
bertanggung jawab; dan
101. k. memperoleh informasi TETAP k. mendapatkan informasi tentang data Kesehatan Mengubah kata “memperoleh” menjadi
tentang data Kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan “mendapatkan”
dirinya termasuk tindakan yang telah maupun yang akan diterimanya dari
dan pengobatan yang telah Tenaga Medis dan/atau Tenaga Kesehatan; dan
maupun yang akan
diterimanya dari Tenaga
Medis dan/atau Tenaga
Kesehatan.
102. SUBSTANSI BARU - Menambahkan hak setiap orang untuk
k1. mendapatkan perlindungan dari risiko mendapatkan perlindungan dari risiko
Kesehatan. kesehatan sebagai upaya pencegahan
pemnyakit pada masyarakat.
- Menambahkan penjelasan untuk
memberikan contoh bentuk risiko kesehatan.

17
103. (2) Hak secara mandiri sebagaimana SUBSTANSI (2) Hak secara mandiri sebagaimana dimaksud pada Menyempurnakan rujukan semula ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) huruf d ayat (1) huruf e dikecualikan untuk Pelayanan huruf d menjadi ayat (1) huruf e dan
dikecualikan untuk Pelayanan Kesehatan yang diperlukan dalam rangka menambahkan frasa “keadaan gawat darurat
Kesehatan yang diperlukan keadaan gawat darurat dan/atau dan/atau” karena dalam keadaan gawat darurat
dalam rangka penanggulangan penanggulangan KLB atau Wabah. mengedepankan pencegahan kedisabilitasan
KLB atau Wabah. dan/atau penyelamatan nyawa yang merujuk
pada keputusan Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan
104. (3) Hak menerima atau menolak REDAKSIONAL (3) Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf Perbaikan rujukan huruf dari “f” menjadi “g”
sebagaimana dimaksud pada g tidak berlaku pada:
ayat (1) huruf f tidak berlaku
pada:
105. a. penderita yang penyakitnya REDAKSIONAL a. seseorang yang penyakitnya dapat secara cepat Mengubah kata “penderita” menjadi “seseorang”
dapat secara cepat menular menular kepada masyarakat secara lebih luas;
kepada masyarakat secara
lebih luas;
106. b. keadaan KLB atau Wabah; TETAP b. penanggulangan KLB atau Wabah; Mengubah kata “keadaan” menjadi
“penanggulangan”
107. c. keadaan seseorang yang SUBSTANSI c. seseorang yang tidak sadarkan diri atau dalam - Menghapus kata keadaan karena hak
tidak sadarkan diri; atau keadaan gawat darurat; menerima atau menolak melekat pada
seseorang
- Menambahkan frasa “atau dalam keadaan
gawat darurat” karena dalam keadaan
gawat darurat tidak diperlukan adanya
persetujuan terlebih dahulu namun
mengedepankan pencegahan
kedisabilitasan” dan/atau penyelamatan
nyawa
108. d. seseorang yang mengalami SUBSTANSI DIHAPUS Seseorang yang mengalami gangguan mental
gangguan mental berat. berat pada prinsipnya masih dapat memberikan
informed consent
109. (4) Kerahasiaan informasi REDAKSIONAL (4) Kerahasiaan data dan informasi kesehatan Perbaikan rujukan huruf dari “g” menjadi “h”
kesehatan pribadi sebagaimana pribadi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) huruf g huruf h tidak berlaku dalam hal:
tidak berlaku dalam hal:
110. a. pemenuhan permintaan TETAP TETAP
aparat penegak hukum dalam
rangka penegakan hukum;

18
111. b. penanggulangan TETAP TETAP
KLB/Wabah/bencana;
112. c. pendidikan dan penelitian; SUBSTANSI c. kepentingan pendidikan dan penelitian secara Menambahkan frasa “secara terbatas” karena
terbatas; Pendidikan dan penelitian dapat dilakukan
dengan tidak membuka identitas pasien atau
data yang dapat ditelusuri identitasnya.
113. d. upaya pelindungan terhadap TETAP TETAP
bahaya ancaman keselamatan
orang lain secara individual
atau masyarakat;
114. e. kepentingan pemeliharaan TETAP TETAP
kesehatan, pengobatan,
penyembuhan, dan perawatan
Pasien;
115. f. permintaan Pasien sendiri; TETAP TETAP
116. g. keperluan administratif, TETAP g. kepentingan administratif, pembayaran asuransi, Mengubah kata “keperluan” menjadi kata
pembayaran asuransi, atau atau jaminan pembiayaan Kesehatan; dan/atau “kepentingan” untuk konsistensi penggunaan
jaminan pembiayaan istilah
Kesehatan; dan/atau
117. h. kepentingan lain yang diatur TETAP TETAP
dalam peraturan perundang-
undangan.
118. (5) Ketentuan mengenai hak TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
119. Bagian Kedua TETAP TETAP
Kewajiban
120. Pasal 5 REDAKSIONAL Pasal 5 Konkordan Pasal 4 ayat (1)
(1) Setiap Orang berkewajiban: (1) Setiap orang berkewajiban:

121. a. mewujudkan, TETAP TETAP


mempertahankan, dan
meningkatkan derajat
Kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya;

19
122. REPOSISI TETAP a1. menjaga dan meningkatkan derajat Kesehatan Reposisi dari huruf e pasal ini
bagi orang lain yang menjadi tanggung
jawabnya; dan
123. b. menghormati hak orang lain TETAP TETAP
dalam upaya memperoleh
lingkungan yang sehat;
124. c. berperilaku hidup sehat dan REDAKSIONAL c. menerapkan perilaku hidup sehat dan Mengubah menjadi kalimat aktif.
menghormati hak Kesehatan menghormati hak Kesehatan orang lain;
orang lain;
125. d. mematuhi kegiatan TETAP TETAP
penanggulangan KLB atau
Wabah;
126. e. menjaga dan meningkatkan REPOSISI TETAP TETAP Direposisi menjadi huruf a1
derajat Kesehatan bagi orang
lain yang menjadi tanggung
jawabnya; dan
127. f. mengikuti program jaminan TETAP TETAP
kesehatan dalam sistem
jaminan sosial nasional.
128. (2) Pelaksanaan kewajiban TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi:
129. a. Upaya Kesehatan TETAP TETAP
perseorangan;
130. b. Upaya Kesehatan masyarakat; TETAP TETAP
dan
131. c. pembangunan berwawasan TETAP TETAP
Kesehatan.
132. (3) Kewajiban turut serta dalam TETAP TETAP
program jaminan kesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf f dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
133. BAB III TETAP TETAP
TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH
PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH
134. Pasal 6 TETAP TETAP

20
(1) Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah bertanggung
jawab merencanakan, mengatur,
menyelenggarakan, membina,
dan mengawasi penyelenggaraan
Upaya Kesehatan yang bermutu,
aman, efisien, merata, dan
terjangkau oleh masyarakat.
135. (2) Tanggung jawab sebagaimana TETAP TETAP
dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
136. Pasal 7 TETAP TETAP
(1) Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah bertanggung
jawab meningkatkan dan
mengembangkan Upaya
Kesehatan dalam rangka
meningkatkan akses dan mutu
Pelayanan Kesehatan.
137. (2) Peningkatan dan pengembangan REDAKSIONAL Peningkatan dan pengembangan Upaya Kesehatan Mereposisi kata “penelitian” dan “pengkajian"
Upaya Kesehatan sebagaimana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan menyesuaikan dengan alur penelitian
dimaksud pada ayat (1) berdasarkan penelitian dan pengkajian
dilakukan berdasarkan
pengkajian dan penelitian.
138. (3) Pengkajian dan penelitian REDAKSIONAL Penelitian dan pengkajian sebagaimana dimaksud Konkordan dengan Pasal 7 ayat (2)
sebagaimana dimaksud pada pada ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
ayat (2) dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan.
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
139. Pasal 8 SUBSTANSI Pasal 8 Menambahkan substansi KLB, karena KLB yang
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah tidak tertangani dengan baik dapat
Daerah bertanggung jawab bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan menimbulkan wabah, sehingga perlu
menyelenggarakan kegiatan Kewaspadaan KLB atau Wabah, penanggulangan ditambahkan tanggung jawab pemerintah pusat
Kewaspadaan Wabah, KLB atau Wabah, dan pasca-KLB atau Wabah. terhadap penanaganan KLB
penanggulangan Wabah, dan pasca-
Wabah.
140. Pasal 9 REDAKSIONAL Pasal 9 Menghapus frasa “dan tatanan”.

21
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
Daerah bertanggung jawab atas bertanggung jawab atas ketersediaan lingkungan
ketersediaan lingkungan dan tatanan yang sehat bagi masyarakat.
yang sehat bagi masyarakat.
141. Pasal 10 TETAP TETAP
(1) Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah bertanggung
jawab atas ketersediaan Sumber
Daya Kesehatan yang adil dan
merata bagi seluruh masyarakat.
142. (2) Untuk menjamin ketersediaan REDAKSIONAL (2) Untuk menjamin ketersediaan Sumber Daya - Mengubah kata “fasilitas” menjadi “insentif”
Sumber Daya Kesehatan Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat sesuai dengan ketentuan Pasal 101 ayat (2)
sebagaimana dimaksud pada (1), Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022
ayat (1), Pemerintah Pusat dan Daerah sesuai dengan kewenangannya dapat tentang HKPP
Pemerintah Daerah sesuai memberikan insentif fiskal dan/atau insentif - Menambahkan “berdasarkan ketentuan
dengan kewenangannya dapat nonfiskal berdasarkan ketentuan peraturan peraturan perundang-undangan” agar
memberikan fasilitas fiskal dan perundang-undangan. memperjelas pelaksanaan insentif fiskal dan
fasilitas non-fiskal. non fiskal sesuai ketentuan yang sudah ada.
- Perbaikan frasa nonfiskal tanpa
menggunakan tanda strip
143. Pasal 11 TETAP TETAP
Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah bertanggung jawab atas
ketersediaan akses terhadap Fasilitas
Pelayanan Kesehatan serta informasi
dan edukasi Kesehatan.
144. Pasal 12 TETAP TETAP
Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah bertanggung jawab terhadap:
145. a. pengaturan, pembinaan, SUBSTANSI a. pengaturan, pembinaan, pengawasan, serta Menambahkan frasa “kompetensi” dalam rangka
pengawasan, serta peningkatan peningkatan mutu dan kompetensi Tenaga Medis menjaga mutu pelayanan dan keselamatan
mutu Tenaga Medis dan Tenaga dan Tenaga Kesehatan; pasien.
Kesehatan;

146. b. perencanaan, pengadaan, serta SUBSTANSI b. perencanaan, pengadaan, serta pendayagunaan - Menambahkan kata “wilayahnya” karena
pendayagunaan Tenaga Medis Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan sesuai perencanaan, pengadaan, serta
dan Tenaga Kesehatan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan wilayahnya pendayagunaan Tenaga Medis dan Tenaga
dengan kebutuhan masyarakat; berdasarkan ketentuan peraturan perundang- Kesehatan tidak hanya memperhatikan
dan undangan;

22
kebutuhan masyarakat tetapi perlu
memperhatikan kebutuhan wilayahnya
- Menambahkan frasa “ berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan”
147. SUBSTANSI BARU b1. kesejahteraan Tenaga Medis dan Tenaga Selain dari tanggung jawab pemerintah dan
Kesehatan; dan pemda, harus terlibat dalam pemenuhan
kesejahteraan Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan
148. c. pelindungan kepada Pasien, TETAP TETAP
Tenaga Medis, dan Tenaga
Kesehatan.
149. SUBSTANSI BARU Pasal 12A Menambahkan substansi baru terkait tanggung
Pemerintah Daerah bertanggung jawab terhadap jawab Pemerintah Daerah untuk tenaga
perencanaan, pemenuhan, serta pendayagunaan pendukung atau penunjang kesehatan
tenaga pendukung atau penunjang Kesehatan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan wilayahnya.
150. Pasal 13 TETAP TETAP
Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah bertanggung jawab
memberdayakan dan mendorong
partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan Upaya Kesehatan.
151. Pasal 14 SUBSTANSI Pasal 14 - Menambahkan frasa “dapat menetapkan
(1) Pemerintah Daerah dalam Pemerintah Daerah dalam melaksanakan tanggung kebijakan daerah” untuk menyelaraskan
melaksanakan tanggung jawabnya dapat menetapkan kebijakan daerah dan dengan ketentuan UU Pemda
jawabnya harus mengacu pada wajib mengacu pada norma, standar, prosedur, dan - Mengubah kata “harus” menjadi frasa “dan
norma, standar, prosedur, dan kriteria pembangunan Kesehatan yang ditetapkan wajib”
kriteria pembangunan Kesehatan Pemerintah Pusat.
yang ditetapkan Pemerintah
Pusat.
152. (2) Ketentuan mengenai norma, SUBSTANSI DIHAPUS Substansi telah terakomodir dalam Pasal 14
standar, prosedur, dan kriteria ayat (1)
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

153. SUBSTANSI BARU Pasal 14A - Pemerintah mengusulkan substansi baru


untuk mengakomodasi kebutuhan

23
(1) Dalam rangka mendukung pelaksanaan pembentukan lembaga tertentu yang akan
pembinaan, pengawasan, serta peningkatan membantu pemerintah dalam pelaksanaan
mutu dan kompetensi Tenaga Medis dan Tenaga pembinaan, pengawasan, serta peningkatan
Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal mutu dan kompetensi Tenaga Medis dan
12 huruf a, Pemerintah Pusat dapat dibantu oleh Tenaga Kesehatan.
lembaga. - Pembentukan lembaga tertentu seperti
Konsil, Kolegium, Komite diusulkan tidak
dimuat dalam undang-undang untuk
memberikan flkeksibiltas pengaturan.
- Keberadaan Konsil, Kolegium, dan Komite
masih dimungkinkan, namun yang
dirumuskan “lembaga” dengan huruf kecil,
sedangkan pembentukan, tata kerja, dan
pengorganisasian akan diatur dalam
peraturan pelaksana
154. SUBSTANSI BARU (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai lembaga diatur Pengaturan lebih lanjut tentang lembaga
dengan Peraturan Pemerintah. Konkordan dengan ayat (1)
155. BAB IV TETAP TETAP
PENYELENGGARAAN KESEHATAN
156. SUBSTANSI BARU Pasal 14B Menambahkan substansi baru untuk
(1) Penyelenggaraan Kesehatan terdiri atas: memperjelas konsep Penyelnggaraan Kesehatan.
157. SUBSTANSI BARU a. Upaya Kesehatan; Konkordan dengan ayat (1)
158. SUBSTANSI BARU b. Sumber Daya Kesehatan; dan Konkordan dengan ayat (1)
159. SUBSTANSI BARU c. pengelolaan Kesehatan. Konkordan dengan ayat (1)
160. REPOSISI DENGAN (2) Upaya Kesehatan sebagaimana dimaksud pada Konkordan dengan ayat (1)
PERUBAHAN ayat (1) huruf a ditujukan untuk mewujudkan
REDAKSIONAL derajat Kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
masyarakat dalam bentuk Upaya Kesehatan
perseorangan dan Upaya Kesehatan masyarakat.
161. REPOSISI DENGAN (3) Sumber Daya Kesehatan sebagaimana dimaksud Konkordan dengan ayat (1)
PERUBAHAN pada ayat (1) huruf b dimanfaatkan untuk
REDAKSIONAL mendukung penyelenggaraan Upaya Kesehatan.
162. REPOSISI DENGAN (4) Pengelolaan Kesehatan sebagaimana dimaksud Reposisi ke pasal 17 ayat (1)
PERUBAHAN pada ayat (1) huruf c dilakukan terhadap Upaya
REDAKSIONAL Kesehatan dan Sumber Daya Kesehatan.
163. Pasal 15 REPOSISI DENGAN DIHAPUS Mereposisi ke Pasal 14B
(1) Untuk mewujudkan derajat PERUBAHAN
Kesehatan yang setinggi- REDAKSIONAL

24
tingginya bagi masyarakat,
diselenggarakan Upaya
Kesehatan dalam bentuk:
164. a. Upaya Kesehatan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Mereposisi ke Pasal 14B
perseorangan; PERUBAHAN
REDAKSIONAL
165. b. Upaya Kesehatan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Mereposisi ke Pasal 14B
masyarakat; dan PERUBAHAN
REDAKSIONAL
166. c. Upaya Kesehatan bersumber SUBSTANSI DIHAPUS Menghapus frasa “Upaya Kesehatan bersumber
daya masyarakat. daya masyarakat (UKBM)” karena sebagian
besar sudah masuk di dalam UKM, UKBM hanya
menekankan pada pemberdayaan dari sisi
masyarakat, tetapi yang dilaksanakan pada
prinsipnya adalah UKM.
167. (2) Upaya Kesehatan perseorangan SUBSTANSI Pasal 15 - Pemerintah mengusulkan pembedaan UKP
sebagaimana dimaksud pada (1) Upaya Kesehatan perseorangan sebagaimana dan UKM tidak dibedakan berdasarkan
ayat (1) huruf a ditujukan untuk dimaksud dalam Pasal 14B ayat (2) merupakan sasaran, karena dalam implementasinya
perseorangan dan keluarga yang upaya kesehatan yang bersifat promotif, menimbulkan banyak tumpang-tindih
bersifat promotif, preventif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan/atau paliatif (overlap) sehigga diusulkan pemisahannya
kuratif, dan/atau rehabilitatif. yang berdampak hanya kepada individu. berdasarkan dampaknya.
- Menambahkan kata “paliatif” untuk
menampung Upaya Kesehatan yang
diperlukan dalam rangka meningkatkan
kualitas hidup pasien sampai akhir
kehidupannya dan meninggal secara
bermartabat
168. (2) Upaya Kesehatan masyarakat SUBSTANSI (2) Upaya Kesehatan masyarakat sebagaimana Pemerintah mengusulkan pembedaan UKP dan
sebagaimana dimaksud pada dimaksud dalam Pasal 14B ayat (2) merupakan UKM tidak dibedakan berdasarkan sasaran,
ayat (1) huruf b ditujukan untuk upaya kesehatan yang bersifat promotif, karena dalam implementasinya menimbulkan
kelompok dan masyarakat yang preventif, kuratif, rehabilitatif, dan/atau banyak tumpang-tindih (overlap) sehigga
bersifat promotif, preventif, paliatif yang berdampak pada masyarakat. diusulkan pemisahannya berdasarkan
kuratif, dan/atau rehabilitatif. dampaknya.
169. (3) Upaya Kesehatan bersumber SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1) huruf c
daya masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c
ditujukan untuk
memberdayakan masyarakat
dalam memenuhi kebutuhan

25
Kesehatan dengan
mengutamakan pendekatan
promotif dan preventif.
170. REPOSISI DENGAN Pasal 15A - Reposisi dari Pasal 31 sampai dengan Pasal
PERUBAHAN (1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan 33
SUBSTANSI masyarakat bertanggung jawab terhadap - Menambahkan masyarakat sebagai pihak
penyelenggaraan Upaya Kesehatan yang bertanggung jawab menyelenggarakan
perseorangan dan Upaya Kesehatan upaya kesehatan
masyarakat. - Lingkup tanggung jawab pemerintah dan
masyarakat tidak hanya terkait kesehatan
masyarakat, melainkan upaya kesehatan
secara keseluruhan baik UKM maupun UKP
171. REPOSISI DENGAN (2) Dalam menyelenggarakan tanggung jawab Konkordan ayat (1)
PERUBAHAN sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
SUBSTANSI Pemerintah Pusat melakukan:
172. REPOSISI TETAP a. perencanaan strategis nasional; Konkordan ayat (1)
173. REPOSISI TETAP b. penetapan kebijakan nasional; Konkordan ayat (1)
174. SUBSTANSI BARU c. koordinasi program nasional;
175. REPOSISI TETAP d. penetapan standar mutu; Konkordan ayat (1)
176. REPOSISI TETAP e. penelitian dan pengembangan Kesehatan; Konkordan ayat (1)
dan
177. REPOSISI TETAP f. pengelolaan dan pendistribusian Sumber Konkordan ayat (1)
Daya Kesehatan yang bersifat strategis.
178. REPOSISI DENGAN (3) Dalam menyelenggarakan tanggung jawab Konkordan ayat (1)
PERUBAHAN sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
REDAKSIONAL Pemerintah Daerah melakukan:
179. REPOSISI TETAP a. perencanaan, pengelolaan, monitoring, Konkordan ayat (1)
supervisi, dan evaluasi program;
180. REPOSISI TETAP b. pengelolaan dan pendistribusian Sumber Konkordan ayat (1)
Daya Kesehatan
181. REPOSISI TETAP c. pemberian fasilitas dalam bentuk Konkordan ayat (1)
pendanaan, sarana, teknologi, dan
sumber daya manusia Kesehatan;
182. REPOSISI TETAP d. intervensi Pelayanan Kesehatan Konkordan ayat (1)
masyarakat; dan
183. REPOSISI TETAP e. koordinasi Pelayanan Kesehatan Konkordan ayat (1)
masyarakat lintas wilayah.

26
184. Pasal 16 REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke Pasal 14B ayat (3)
(1) Penyelenggaraan Upaya PERUBAHAN
Kesehatan didukung oleh REDAKSIONAL
Sumber Daya Kesehatan.
185. (2) Sumber Daya Kesehatan REDAKSIONAL Pasal 16 Mengubah rujukan pasal
sebagaimana dimaksud pada (1) Sumber Daya Kesehatan sebagaimana dimaksud
ayat (1) meliputi: dalam Pasal 14B ayat (3) meliputi:
186. a. Fasilitas Pelayanan TETAP TETAP
Kesehatan;
187. b. Sumber Daya Manusia TETAP TETAP
Kesehatan;
188. c. Perbekalan Kesehatan; TETAP TETAP
189. d. Sistem Informasi Kesehatan; TETAP TETAP
190. e. Teknologi Kesehatan; TETAP TETAP
191. f. pendanaan Kesehatan; dan TETAP TETAP
192. g. sumber daya lain yang TETAP TETAP
diperlukan.
193. Pasal 17 REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke pasal 14B ayat (4)
(1) Dalam penyelenggaraan PERUBAHAN
Kesehatan diperlukan REDAKSIONAL
Pengelolaan Kesehatan.
194. (2) Pengelolaan Kesehatan SUBSTANSI (2) Pengelolaan Kesehatan sebagaimana dimaksud - Menghapus frasa “melalui pengelolaan:”
sebagaimana dimaksud pada dalam Pasal 14B ayat (4) diselenggarakan oleh - Menghapus uraian pengelolaan Kesehatan
ayat (1) diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, karena bersifat teknis dan akan diatur lebih
Pemerintah Pusat, Pemerintah Pemerintah Desa dan/atau masyarakat yang lanjut dalam Peraturan Pelaksanaan.
Daerah, dan/atau masyarakat dilakukan secara terpadu dan saling mendukung - Substansi berpotensi redundant dengan
melalui pengelolaan: guna menjamin tercapainya derajat Kesehatan uraian Sumber Daya Kesehatan
yang setinggi-tingginya. - Menambahkan “Pemerintah Desa”
berkenaan dengan aspek kelembagaan serta
memperhatikan UU No. 6 Tahun 2014
tentang Desa.
195. a. administrasi Kesehatan; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (2)

196. b. informasi Kesehatan; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (2)


197. c. Sumber Daya Kesehatan; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (2)
198. d. Upaya Kesehatan; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (2)
199. e. pendanaan Kesehatan; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (2)

27
200. f. peran serta dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (2)
pemberdayaan masyarakat;
201. g. penelitian; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (2)
202. h. pengembangan; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (2)
203. i. inovasi dalam ilmu SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (2)
pengetahuan dan teknologi
di bidang Kesehatan; dan
204. j. pengaturan hukum SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (2)
Kesehatan,
205. yang dilakukan secara terpadu SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (2)
dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya derajat
Kesehatan yang setinggi-
tingginya.
206. (3) Pengelolaan Kesehatan TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan secara
berjenjang di pusat dan daerah
dalam suatu sistem Kesehatan
nasional.
207. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP
pengelolaan Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) diatur dengan Peraturan
Presiden.
208. BAB V TETAP TETAP
UPAYA KESEHATAN
209. Bagian Kesatu TETAP TETAP
Umum
210. Pasal 18 TETAP TETAP
(1) Penyelenggaraan Upaya
Kesehatan meliputi:
211. a. Upaya Kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS - Upaya kesehatan perseorangan, upaya
Perseorangan; kesehatan masyarakat serta upaya
kesehatan bersumber daya masyarakat
merupakan bentuk penyelenggaraan upaya
kesehatan yang dilakukan secara terintegrasi
dalam jenjang pelayanan kesehatan primer
dan pelayanan kesehatan tingkat lanjut,

28
sehingga pemerintah mengusulkan
substansi baru mengenai pelayanan
kesehatan primer dan pelayanan kesehatan
tingkat lanjut yang akan menguraikan upaya
kesehatan perseorangan, upaya kesehatan
masyarakat, dan upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat.
- Berdasarkan hal tersebut diusulkan huruf a,
huruf b, dan huruf c dihapus.
212. b. Upaya Kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1) huruf a
Masyarakat;

213. c. Upaya Kesehatan Bersumber SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1) huruf a
Daya Masyarakat;
214. REPOSISI DENGAN c1. Kesehatan ibu, bayi dan anak, remaja, - Menambahkan frasa “dewasa”, karena
PERUBAHAN dewasa, dan lanjut usia; merupakan bagian dari siklus hidup
SUBSTANSI - Reposisi dari huruf f
215. REPOSISI TETAP c2. Kesehatan penyandang disabilitas; Reposisi dari huruf g
216. REPOSISI TETAP c3. Kesehatan reproduksi; Reposisi dari huruf d
217. REPOSISI TETAP c4. keluarga berencana; Reposisi dari huruf e
218. REPOSISI DENGAN c5. gizi; Reposisi dari huruf h
PERUBAHAN Mengubah frasa “mutu menjadi “pelayanan”,
REDAKSIONAL karena substansi yang akan diatur tidak hanya
berkaitan dengan mutu. Pelayanan gizi
ditujukan untuk peningkatan mutu gizi
perseorangan dan masyarakat
219. REPOSISI TETAP c6. Kesehatan Gigi dan Mulut; Reposisi dari huruf j
220. REPOSISI DENGAN c7. Kesehatan penglihatan dan pendengaran; Reposisi dari huruf n
PERUBAHAN
REDAKSIONAL
221. REPOSISI DENGAN c8. Kesehatan jiwa; Reposisi dari huruf o
PERUBAHAN
REDAKSIONAL
222. REPOSISI TETAP c9. penanggulangan penyakit menular dan Reposisi dari huruf p
penanggulangan penyakit tidak menular;
223. SUSBSTANSI BARU c10. Kesehatan keluarga; Menambahkan kesehatan keluarga sebagai
salah satu upaya kesehatan, karena kualitas
SDM dipengaruhi oleh kesehatan keluarga

29
224. REPOSISI TETAP c11. Kesehatan sekolah; Reposisi dari huruf q
225. REPOSISI TETAP c12. Kesehatan kerja; Reposisi dari huruf t

226. REPOSISI TETAP c13. Kesehatan olah raga; Reposisi dari huruf r
227. REPOSISI TETAP c14. Kesehatan lingkungan; Reposisi dari huruf s
228. REPOSISI TETAP c15. Kesehatan matra; Reposisi dari huruf u
229. REPOSISI DENGAN c16. Kesehatan bencana; Reposisi dari huruf v
PERUBAHAN
REDAKSIONAL
230. REPOSISI TETAP c17. pelayanan darah; Reposisi dari huruf i
231. REPOSISI DENGAN c18. transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh, Reposisi dari huruf k
PERUBAHAN terapi berbasis sel punca dan sel, dan bedah
SUBSTANSI plastik rekonstruksi dan estetika;
232. REPOSISI TETAP c19. pengamanan dan penggunaan sediaan Reposisi dari huruf w
farmasi, Alat Kesehatan, dan Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga;
233. REPOSISI TETAP c20. pengamanan makanan dan minuman; Reposisi dari huruf x
234. REPOSISI TETAP c21. pengamanan zat adiktif;

235. REPOSISI TETAP c22. Pelayanan kedokteran untuk kepentingan Reposisi dari huruf y
hukum;
236. REPOSISI TETAP c23. kesehatan tradisional; dan Reposisi dari huruf z
237. REPOSISI TETAP c24. Upaya kesehatan lainnya. Reposisi dari huruf aa
238. d. Kesehatan reproduksi; REPOSISI TETAP DIHAPUS Direposisi ke huruf c3

239. e. keluarga berencana; REPOSISI TETAP DIHAPUS Direposisi ke huruf c4

240. f. Kesehatan ibu, bayi dan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke huruf c1
anak, remaja, dan lanjut PERUBAHAN
usia; SUBSTANSI
241. g. Kesehatan penyandang REPOSISI TETAP DIHAPUS Direposisi ke huruf c2
disabilitas;
242. h. mutu gizi; REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke huruf c5
PERUBAHAN
REDAKSIONAL
243. i. pelayanan darah; REPOSISI TETAP DIHAPUS Direposisi ke huruf c17
244. j. Kesehatan gigi dan mulut; REPOSISI TETAP DIHAPUS Direposisi ke huruf c6

30
245. k. transplantasi organ REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke huruf c18
dan/atau jaringan tubuh, PERUBAHAN
terapi berbasis sel punca SUBSTANSI
dan sel, implan Obat
dan/atau Alat Kesehatan,
dan bedah plastik
rekonstruksi dan estetika;
246. l. pelayanan kedokteran untuk REPOSISI TETAP DIHAPUS Direposisi ke huruf c22
kepentingan hukum;
247. m. bedah mayat; SUBSTANSI DIHAPUS Diusulkan dihapus karena substansinya
beririsan dengan bagian pelayanan kedokteran
untuk kepentingan hukum
248. n. penanggulangan gangguan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke huruf c7
penglihatan dan gangguan PERUBAHAN
pendengaran; REDAKSIONAL
249. o. Upaya Kesehatan jiwa; REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke huruf c8
PERUBAHAN
REDAKSIONAL
250. p. penanggulangan penyakit REPOSISI TETAP DIHAPUS Direposisi ke huruf c9
menular dan tidak menular;
251. q. Kesehatan sekolah; REPOSISI TETAP DIHAPUS Direposisi ke huruf c11
252. r. Kesehatan olahraga; REPOSISI TETAP DIHAPUS Direposisi ke huruf c13
253. s. Kesehatan lingkungan; REPOSISI TETAP DIHAPUS Direposisi ke huruf c14
254. t. Kesehatan kerja; REPOSISI TETAP DIHAPUS Direposisi ke huruf c12
255. u. Kesehatan matra; REPOSISI TETAP DIHAPUS Direposisi ke huruf c15
256. v. Pelayanan Kesehatan pada REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke huruf c16
bencana; PERUBAHAN
REDAKSIONAL
257. w. pengamanan dan REPOSISI TETAP DIHAPUS Direposisi ke huruf c19
penggunaan sediaan
farmasi, Alat Kesehatan, dan
Perbekalan Kesehatan
Rumah Tangga;
258. x. pengamanan makanan dan REPOSISI TETAP DIHAPUS Direposisi ke huruf c20
minuman;
259. y. pengamanan zat adiktif; REPOSISI TETAP DIHAPUS Direposisi ke huruf c21
260. z. Pelayanan Kesehatan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke huruf c23
tradisional; dan/atau PERUBAHAN
REDAKSIONAL

31
261. aa. Upaya Kesehatan lainnya. REPOSISI TETAP DIHAPUS Direposisi ke huruf c24
262. (2) Upaya Kesehatan lainnya REDAKSIONAL (2) Upaya Kesehatan lainnya sebagaimana dimaksud Perubahan rujukan huruf semula huruf “y”
sebagaimana dimaksud pada pada ayat (1) huruf aa ditetapkan oleh Menteri menjadi huruf “aa”
ayat (1) huruf y ditetapkan oleh sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan
Menteri sesuai dengan pembangunan bidang Kesehatan.
perkembangan dan kebutuhan
pembangunan bidang
Kesehatan.
263. Pasal 19 REDAKSIONAL Pasal 19
(1) Penyelenggaraan Upaya (1) Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Menambahkan frasa “berkeadilan agar upaya
Kesehatan dilaksanakan secara dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, kesehatan dilaksanakan sesuai dengan
bertanggung jawab, aman, bermutu, merata, nondiskriminatif dan kebutuhan masyarakat.
bermutu, merata, dan berkeadilan.
nondiskriminatif.
264. (2) Penyelenggaraan Upaya TETAP TETAP
Kesehatan harus memperhatikan
fungsi sosial, nilai sosial budaya,
moral, dan etika.
265. Pasal 20 REDAKSIONAL Pasal 20 Menambahkan frasa “penyelenggaraan”
(1) Upaya Kesehatan dilaksanakan (1) Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
sesuai dengan standar Pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar Pelayanan
Kesehatan. Kesehatan yang ditetapkan oleh pemerintah.

266. (2) Ketentuan mengenai standar SUBSTANSI DIHAPUS Diakomodir dalam ayat (1)
Pelayanan Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dalam atau
berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
267. Pasal 21 TETAP TETAP
(1) Penyelenggaraan Upaya
Kesehatan dalam bentuk
pelayanan kesehatan dapat
memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
268. (2) Penyelenggaraan Upaya SUBSTANSI (2) Pemanfaatan teknologi informasi dan - Penyelenggaraan upaya Kesehatan yang
Kesehatan sebagaimana komunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat memanfaatkan teknologi informasi dan
(1) dapat dilaksanakan melalui telekesehatan komunikasi dilakukan melalui telekesehatan

32
dimaksud pada ayat (1) terdiri yang terintegrasi dengan Sistem Informasi yang di dalamnya telah mencakup
atas: Kesehatan Nasional. telemedisin
- Sesuai usulan definisi telekesehatan
269. REPOSISI DENGAN (2a) Telekesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat Mereposisi dan menggabungkan substansi
PERUBAHAN (2) terdiri atas pemberian pelayanan klinis dan dengan memberikan penjelasan mengenai klinis
SUBSTANSI pelayanan non klinis. dan nonklinis

270. SUBSTANSI BARU (2b) Pemberian pelayanan klinis sebagaimana Menambahkan substansi baru untuk
dimaksud pada ayat (2a) dilakukan melalui menjelaskan pemberian pelayanan klinis
telemedisin. dilakukan melalui telemedisin
271. a. pemberian Pelayanan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke ayat (2a)
Kesehatan nonklinis berupa PERUBAHAN
Telekesehatan; dan REDAKSIONAL
272. b. pemberian Pelayanan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke ayat (2a)
Kesehatan klinis berupa PERUBAHAN
Telemedisin. REDAKSIONAL
273. (3) Penyelenggaraan Upaya SUBSTANSI DIHAPUS Menghapus ketentuan persyaratan dalam
Kesehatan sebagaimana penyelenggaraan telekesehatan karena bersifat
dimaksud pada ayat (1) teknis sehingga cukup diatur dalam peraturan
diselenggarakan dengan pelaksanaan
memenuhi persyaratan paling
sedikit berupa:
274. a. sumber daya manusia; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (3)

275. b. sarana, prasarana, SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (3)


peralatan; dan

276. c. aplikasi. SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (3)

277. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP


penyelenggaraan upaya
kesehatan yang memanfaatkan
teknologi informasi dan
komunikasi diatur dalam atau
berdasarkan Peraturan
Pemerintah.

33
278. SUBSTANSI BARU Pasal 21A Upaya Kesehatan dalam bentuk pelayanan
Upaya Kesehatan dalam bentuk pelayanan diselenggarakan melalui pelayanan Kesehatan
diselenggarakan melalui: tingkat primer dan pelayanan Kesehatan tingkat
lanjut untuk memperjelas konsep pelayanan
yang bersifat dasar dan tingkat lanjut yang di
dalamnya meliputi setiap pelayanan kesehatan
perorangan dan pelayanan Kesehatan
masyarakat termasuk yang melibatkan
masyarakat melalui upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat.
279. SUBSTANSI BARU a. Pelayanan Kesehatan primer; dan Konkordan Pasal 21A
280. SUBSTANSI BARU b. Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut. Konkordan Pasal 21A
281. SUBSTANSI BARU Pasal 21B Menegaskan bahwa penyelenggaraan pelayanan
Pelayanan Kesehatan primer dan Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut berdasarkan kebijakan
Kesehatan tingkat lanjut diselenggarakan yang ditetapkan Pemerintah Pusat
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan oleh
Pemerintah Pusat dengan memperhatikan masukan
dari Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat.
282. REPOSISI DENGAN Pasal 21C - Mengubah frasa ”pelayanan kesehatan
PERUBAHAN (1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib rujukan” menjadi frasa ”pelayanan
REDAKSIONAL menyediakan akses Pelayanan Kesehatan primer kesehatan tingkat lanjut”
dan Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut di - Mengapus frasa termasuk daerah terpencil,
seluruh wilayah Indonesia. perbatasan, kepulauan, komunitas khusus,
lembaga pendidikan keagamaan dan
pesantren, serta daerah yang tidak diminati
swasta dan menempatkannya pada
penjelasan karena sudah menajdi bagian
dalam pemaknaan frasa ”di seluruh wilayah
Indonesia”
- Reposisi dari Pasal 27 ayat (1)

283. SUBSTANSI BARU (1a) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Mempertegas tanggung jawab Pemerintah
diutamakan dengan mengoptimalkan peran Daerah dalam penyediaan akses pelayanan
Pemerintah Daerah. kesehatan

284. REPOSISI DENGAN (2) Penyediaan akses Pelayanan Kesehatan primer - Mengubah frasa “rujukan” dengan “tingkat
PERUBAHAN dan Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut lanjut”
REDAKSIONAL

34
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat - Menghilangkan frasa “atau swasta” karena
melibatkan masyarakat. swasta merupakan bagian masyarakat
- Reposisi dari Pasal 27 ayat (2)

285. REPOSISI DENGAN (3) Penyediaan akses pelayanan Kesehatan primer - Mengubah frasa “rujukan” dengan “tingkat
PERUBAHAN dan Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut lanjut”
REDAKSIONAL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup - Menambahkan frasa “ dan bersifat inklusif
masyarakat miskin dan masyarakat rentan dan non-diskriminatif”
bersifat inklusif non-diskriminatif. - Reposisi dari Pasal 27 ayat (3)

286. REPOSISI DENGAN (4) Penyediaan akses Pelayanan Kesehatan primer - Mengubah frasa “rujukan” dengan “tingkat
PERUBAHAN dan Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut lanjut”
REDAKSIONAL sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan - Reposisi dari Pasal 27 ayat (4)
melalui:
287. REPOSISI DENGAN a. pembangunan sarana dan prasarana - Menambahkan frasa “sarana dan prasarana”
PERUBAHAN Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat untuk memperjelas norma
SUBSTANSI pertama dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan - Reposisi dari Pasal 27 ayat (4)
tingkat lanjut;

288. REPOSISI DENGAN b. pemenuhan kebutuhan sumber daya - Menambahkan frasa ”alat kesehatan”
PERUBAHAN manusia, sediaan farmasi, dan alat mengingat alat kesehatan tidak termasuk
SUBSTANSI kesehatan; dan dalam sarana prasarana dan merupakan
bagian dari akses pelayanan yang perlu
dipenuhi
- Reposisi dari Pasal 27 ayat (4)

289. SUBSTANSI BARU c. Peningkatan kemampuan dan cakupan - Peningkatan kemampuan pelayanan
layanan fasilitas pelayanan kesehatan. fasyankes merupakan salah satu hal dalam
penyediaan akses pelayanan kesehatan
termasuk mendukung transformasi layanan
rujukan.
- Reposisi dari Pasal 27 ayat (4)

290. REPOSISI DENGAN Pasal 21D - Menjadi pasal tersendiri untuk memperjelas
PERUBAHAN (1) Masyarakat termasuk swasta dapat norma pengaturan partisipasi masyarakat
REDAKSIONAL berpartisipasi untuk pembangunan Fasilitas - Menghilangkan frasa “atau swasta”, karena
Pelayanan Kesehatan tingkat pertama dan sudah termasuk dalam pengertian
Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut. masyarakat
- Reposisi Pasal 27 ayat (5)

35
291. REPOSISI DENGAN (2) Pembangunan Fasilitas Pelayanan Kesehatan - Menambah frasa “dan alat kesehatan”,
PERUBAHAN tingkat pertama dan Fasilitas Pelayanan karena dalam pembangunan fasyankes
REDAKSIONAL Kesehatan tingkat lanjut sebagaimana dimaksud termasuk diperlukan alat kesehatan
pada ayat (1) termasuk pemenuhan sumber daya - Reposisi Pasal 27 ayat (6)
manusia, sarana, prasarana, dan alat kesehatan.
292. REPOSISI DENGAN (3) Pembangunan Fasilitas Pelayanan Kesehatan - Menghapus frasa “pada pendidikan formal,
PERUBAHAN tingkat pertama dan Fasilitas Pelayanan serta lembaga pendidikan keagamaan dan
SUBSTANSI Kesehatan tingkat lanjut sebagaimana dimaksud pesantren”, karena dengan frasa “kebutuhan
pada ayat (1) harus mempertimbangkan wahana pendidikan” sudah mencakup
kebutuhan Pelayanan Kesehatan di daerah semua kebutuhan pada institusi Pendidikan
terpencil, perbatasan, dan kepulauan, dan - Reposisi Pasal 27 ayat (7)
termasuk untuk kebutuhan wahana pendidikan.

293. REPOSISI DENGAN (4) Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah - Mengubah rujukan ayat
PERUBAHAN dapat membantu pemenuhan sumber daya - Reposisi Pasal 27 ayat (8)
REDAKSIONAL manusia untuk pembangunan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan tingkat pertama dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut di
daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2).
294. SUBSTANSI BARU Bagian Kesatu A - Menambahkan substansi baru mengenai
Pelayanan Kesehatan Primer pelayanan kesehatan primer yang
merupakan pelayanan kesehatan terdekat
dengan masyarakat untuk mencegah
penyakit dan mempertahankan kesehatan.
- Substansi pelayanan kesehatan primer
dibutuhkan sebagai dukungan regulasi
dalam implementasi pilar transformasi
pelayanan kesehatan primer
- Dalam pengaturan pelayanan kesehatan
primer diuraikan mengenai tanggung jawab
pemerintah termasuk pemerintah desa,
integrasi pelayanan kesehatan primer,
system jejaring pelayanan kesehatan primer
yang saling berkoordinasi dan bekerja sama,
dukungan laboratorium kesehatan
masyarakat dan penyelenggaran upaya
kesehatan berdayasumber masyarakat.
295. SUBSTANSI BARU Pasal 21E Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
Kesatu A

36
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
Pemerintah Desa bertanggungjawab atas
penyelenggaraan dan pembinaan pelayanan
kesehatan primer.

296. SUBSTANSI BARU Pasal 21F Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
(1) Pelayanan kesehatan primer menyelenggarakan Kesatu A
Upaya Kesehatan perseorangan dan Upaya
Kesehatan masyarakat.
297. SUBSTANSI BARU (2) Pelayanan kesehatan primer sebagaimana Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
dimaksud pada ayat (1) merupakan pelayanan Kesatu A
kesehatan yang terdekat dengan masyarakat
sebagai kontak pertama dengan pelayanan
kesehatan.
298. SUBSTANSI BARU (3) Pelayanan kesehatan primer sebagaimana Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan secara Kesatu A
terintegrasi dengan tujuan:

299. SUBSTANSI BARU a. memenuhi kebutuhan kesehatan di setiap Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
fase kehidupan; Kesatu A
300. SUBSTANSI BARU b. memperbaiki determinan kesehatan yang Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
terdiri atas determinan sosial, ekonomi, Kesatu A
komersial, dan lingkungan; dan
301. SUBSTANSI BARU c. penguatan kesehatan individu, keluarga, Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
dan komunitas. Kesatu A

302. SUBSTANSI BARU (4) Pelayanan kesehatan secara terintegrasi Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi Kesatu A
pelayanan promotif, preventif, kuratif,
rehabilitatif dan/atau paliatif untuk setiap fase
kehidupan.
303. SUBSTANSI BARU (5) Pelayanan preventif untuk pencegahan Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
penayakit termasuk skrining dan surveilans. Kesatu A
304. SUBSTANSI BARU (6) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
pada ayat (3) secara strategis memprioritaskan Kesatu A
pelayanan kesehatan utama/esensial yang
ditujukan bagi perorangan, keluarga, dan
masyarakat berdasarkan faktor risiko.

37
305. SUBSTANSI BARU (7) Memperbaiki determinan kesehatan Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b Kesatu A
melibatkan pihak terkait melalui penyusunan
kebijakan dan tindakan lintas sektor.
306. SUBSTANSI BARU (8) Penguatan kesehatan individu, keluarga, dan Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
komunitas sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Kesatu A
huruf c bertujuan untuk mengoptimalkan
status kesehatan dan menguatkan peran
mereka sebagai mitra pembangunan kesehatan
dan pemberi asuhan untuk diri sendiri dan
untuk orang lain.

307. SUBSTANSI BARU (9) Penguatan individu, keluarga, dan komunitas Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
sebagaimana dimaksud pada ayat (7) Kesatu A
memberikan layanan yang berpusat pada
individu, berfokus pada keluarga dan
berorientasi pada komunitas yang sesuai
dengan latar belakang sosial budaya.
308. SUBSTANSI BARU Pasal 21G Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
(1) Pelayanan kesehatan primer diselenggarakan Kesatu A
melalui suatu sistem jejaring pelayanan
kesehatan yang saling berkoordinasi dan
bekerjasama.
309. SUBSTANSI BARU (2) Puskesmas mengoordinasikan sistem jejaring Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
pelayanan kesehatan primer di wilayah kerjanya. Kesatu A
310. SUBSTANSI BARU (3) Sistem jejaring pelayanan kesehatan Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirancang Kesatu A
untuk menjangkau seluruh masyarakat melalui:
311. SUBSTANSI BARU a. struktur jejaring berbasis wilayah Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
administrasi; Kesatu A
312. SUBSTANSI BARU b. struktur jejaring berbasis sekolah; Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
Kesatu A
313. SUBSTANSI BARU c. struktur jejaring berbasis tempat kerja; Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
Kesatu A
314. SUBSTANSI BARU d. struktur jejaring sistem rujukan; dan Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
Kesatu A
315. SUBSTANSI BARU e. struktur jejaring lintas sektor Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
Kesatu A

38
316. SUBSTANSI BARU (4) Struktur jejaring berbasis wilayah administrasi Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a Kesatu A
memastikan tersedianya pelayanan kesehatan
untuk seluruh masyarakat dengan menjamin
tersedianya pelayanan kesehatan hingga tingkat
desa/kelurahan yang meliputi:

317. SUBSTANSI BARU a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
pertama dan fasilitas pelayanan kesehatan Kesatu A
penunjang baik milik pemerintah maupun
swasta;
318. SUBSTANSI BARU b. Unit pelayanan kesehatan di tingkat Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
desa/kelurahan; dan Kesatu A
319. SUBSTANSI BARU c. Upaya kesehatan bersumber daya Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
masyarakat, Kesatu A
di dalam wilayah kerja Puskesmas
320. SUBSTANSI BARU (5) Unit pelayanan kesehatan tingkat Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
desa/kelurahan sebagaimana dimaksud pada Kesatu A
ayat (4) huruf b mengoordinasikan urusan
kesehatan di desa termasuk pemberian
pelayanan kesehatan dan partisipasi
masyarakat.
321. SUBSTANSI BARU (6) Unit pelayanan kesehatan tingkat Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
desa/kelurahan sebagaimna dimaksud pada Kesatu A
ayat (5) paling sedikit dilaksanakan oleh kader
kesehatan yang ditugaskan oleh desa dan tenaga
kesehatan.
322. SUBSTANSI BARU (7) Struktur jejaring berbasis sekolah sebagaimana Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
dimaksud pada ayat (3) huruf b mencakup Kesatu A
semua institusi pendidikan di dalam wilayah
kerja suatu Puskesmas.
323. SUBSTANSI BARU (8) Struktur jejaring berbasis tempat kerja Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c Kesatu A
mencakup semua tempat kerja di dalam wilayah
kerja suatu Puskesmas
324. SUBSTANSI BARU (9) Struktur jejaring sistem rujukan sebagaimana Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
dimaksud pada ayat (3) huruf d dilakukan Kesatu A
melalui rujukan secara vertikal, horizontal, dan
rujuk balik.

39
325. SUBSTANSI BARU (10) Struktur jejaring lintas sektor sebagaimana Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
dimaksud pada ayat (3) huruf e mencakup Kesatu A
jejaring pemerintah kecamatan, kelurahan, desa,
dusun, rukun tetangga, rukun warga, dan
jejaring mitra kesehatan untuk mengatasi
determinan kesehatan.
326. SUBSTANSI BARU (11) Pelayanan kesehatan primer didukung oleh Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
keterhubungan data pada sistem jejaringnya Kesatu A
yang terintegrasi dengan Sistem Informasi
Kesehatan Nasional.
327. SUBSTANSI BARU Pasal 21H Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
(1) Penyelenggaraan pelayanan kesehatan primer Kesatu A
didukung dengan laboratorium kesehatan.
328. SUBSTANSI BARU (2) Laboratorium kesehatan sebagaimana Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
dimaksud apada ayat (1) meliputi Kesatu A
laboratorium medis, laboratorium kesehatan
masyarakat, dan laboratorium lainnya yang
ditetapkan oleh Menteri.
329. SUBSTANSI BARU (3) Laboratorium kesehatan masyarakat Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditata Kesatu A
secara berjenjang.
330. SUBSTANSI BARU (4) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
bertanggung jawab menyediakan dan Kesatu A
menyelenggarakan laboratorium kesehatan
masyarakat.
331. SUBSTANSI BARU (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai laboratorium Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
kesehatan diatur dengan Peraturan Kesatu A
Pemerintah
332. REPOSISI DENGAN Pasal 21I Reposisi dari Pasal 37
PERUBAHAN (1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
REDAKSIONAL Pemerintah Desa bertanggung jawab dalam
membangun kemandirian dalam Upaya
Kesehatan.

333. REPOSISI DENGAN (2) Dalam membangun kemandirian sebagaimana Reposisi dari Pasal 37
PERUBAHAN dimaksud pada ayat (1), Pemerintah Pusat,
REDAKSIONAL Pemerintah Daerah, dan Pemerintah Desa
mendorong terbentuknya Upaya Kesehatan
Masyarakat bersumber daya masyarakat.

40
334. REPOSISI TETAP Pasal 21J Reposisi dari Pasal 34 ayat (1)
(1) Upaya Kesehatan bersumber daya masyarakat
merupakan wahana pemberdayaan masyarakat
bidang Kesehatan yang dibentuk atas dasar
kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari,
untuk, dan bersama masyarakat, serta dapat
difasilitasi oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/atau Pemerintah Desa dengan
melibatkan sektor lain yang terkait.
335. REPOSISI TETAP (2) Upaya Kesehatan bersumber daya masyarakat Reposisi dari Pasal 34 ayat (2)
dapat berupa pos pelayanan terpadu.

336. SUBSTANSI BARU (3) Pos pelayanan terpadu sebagaimana dimaksud Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
pada ayat (2) dapat menyelenggarakan Kesatu A
pelayanan sosial dasar termasuk di bidang
kesehatan.
337. SUBSTANSI BARU (4) Pos pelayanan terpadu sebagaimana dimaksud Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
pada ayat (2) dilaksanakan oleh kader dan/atau Kesatu A
masyarakat.
338. SUBSTANSI BARU (5) Dalam rangka pelayanan sosial dasar bidang Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
kesehatan di pos pelayanan terpadu, dilakukan Kesatu A
pembinaan teknis dan peningkatan
kemampuan kader oleh unit kesehatan di desa
dan Puskesmas.
339. SUBSTANSI BARU (6) Dalam penyelenggaraan pelayanan sosial dasar Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
bidang kesehatan di pos pelayanan terpadu, Kesatu A
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah atau
Pemerintah Desa dapat memberikan insentif
kepada kader.
340. SUBSTANSI BARU (7) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
Pemerintah Desa bertanggung jawab atas Kesatu A
penyelenggaraan pos pelayanan terpadu.
341. SUBSTANSI BARU Pasal 21K Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pelayanan Kesatu A
Kesehatan primer diatur dalam Peraturan
Pemerintah.

41
342. Bagian Kedua SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah tertampung dalam usulan
Upaya Kesehatan Perorangan Pemerintah mengenai pelayanan kesehatan
primer

343. Pasal 22 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian


Upaya Kesehatan perseorangan Kedua
diselenggarakan melalui:
344. a. Pelayanan Kesehatan primer; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
dan Kedua
345. b. Pelayanan Kesehatan rujukan. SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
Kedua
346. Pasal 23 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
(1) Pelayanan Kesehatan primer Kedua
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 22 huruf a diselenggarakan
sebagai proses awal Pelayanan
Kesehatan perseorangan secara
komprehensif.
347. (2) Pelayanan Kesehatan primer SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
sebagaimana dimaksud pada Kedua
ayat (1) termasuk pelayanan
skrining dan imunisasi penyakit
dalam ranah Kesehatan
perseorangan, pemantauan
tumbuh kembang, diagnostik
dini, kuratif, dan rehabilitatif
yang didukung dengan kegiatan
Pelayanan Kesehatan rujukan.
348. (3) Pelayanan Kesehatan primer SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
sebagaimana dimaksud pada Kedua
ayat (1) diselenggarakan oleh
Tenaga medis dan/atau Tenaga
Kesehatan sesuai dengan
kompetensi dan kewenangan
pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tingkat pertama.
349. (4) Pelayanan Kesehatan primer SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
diselenggarakan berdasarkan Kedua

42
kebijakan Pelayanan Kesehatan
yang ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat dengan memperhatikan
masukan dari Pemerintah
Daerah dan/atau masyarakat.
350. (5) Pelayanan Kesehatan primer SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan keterangan pemerintah pada Bagian
sebagaimana dimaksud pada Kedua
ayat (1) didanai oleh
perseorangan penerima
Pelayanan Kesehatan atau
melalui penjaminan kesehatan
dalam sistem jaminan sosial
nasional dan/atau asuransi
komersial.
351. SUBSTANSI BARU Bagian Kedua A Konkordan usulan Pasal 21A sehingga
Pelayanan Kesehatan Tingkat Lanjut Pemerintah mengusulkan penambahan Bagian
baru dengan judul Pelayanaan Kesehatan
Tingkat Lanjut
352. Pasal 24 SUBSTANSI Pasal 24 - Mengubah frasa “pelayanan Kesehatan
(1) Pelayanan Kesehatan rujukan (1) Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut merupakan rujukan” menjadi “pelayanan Kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam pelayanan spesialistik dan/atau subspesialistik tingkat lanjut”
Pasal 22 huruf b yang mengedepankan pelayanan kuratif, - Menambahkan frasa “yang mengedapankan
menyelenggarakan pelayanan rehabilitatif, dan paliatif tanpa mengabaikan pelayanan kuratif, rehabilitatif dan paliatif”
spesialistik dan/atau promotif dan preventif. - Konkordan dengan usulan pemerintah pada
subspesialistik. definisi Puskesmas yang menyelenggarakan
upaya kesehatan primer yang
mengedepankan promotive dan prefentif
maka pada pelayanan Kesehatan tingkat
lanjut lebih mengedepankan kuratif,
rehabilitative, dan paliatif.
- Menambahkan penjelasan ’Pelayanan
Kesehatan tingkat lanjut
353. (2) Pelayanan Kesehatan rujukan REDAKSIONAL (2) Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut sebagaimana - Konkordan ayat (1)
sebagaimana dimaksud pada dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh
ayat (1) diselenggarakan oleh Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan sesuai
Tenaga Medis dan/atau Tenaga dengan kompetensi dan kewenangan pada
Kesehatan sesuai dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut.
kompetensi dan kewenangan

43
pada Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tingkat lanjut.
354. (3) Pelayanan Kesehatan rujukan REDAKSIONAL (3) Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut sebagaimana - Mengubah frasa “rujukan” dengan “tingkat
sebagaimana dimaksud pada dimaksud pada ayat (1) didanai oleh penerima lanjut”
ayat (1) didanai oleh Pelayanan Kesehatan atau melalui penjaminan - Menghapus frasa “perseorangan” karena
perseorangan penerima kesehatan dalam sistem jaminan sosial nasional makna frasa “penerima pelayanan
Pelayanan Kesehatan atau dan/atau asuransi komersial. Kesehatan” sudah termasuk perseorangan
melalui penjaminan kesehatan maupun masyarakat
dalam sistem jaminan sosial
nasional dan/atau asuransi
komersial.
355. Pasal 25 SUBSTANSI Pasal 25 - Mengubah frasa “rujukan” dengan “tingkat
(1) Dalam pengembangan Pelayanan (1) Dalam pengembangan Pelayanan Kesehatan lanjut”
Kesehatan rujukan, Pemerintah tingkat lanjut, Pemerintah Pusat, Pemerintah - Menambahkan frasa “Pemerintah Daerah
Pusat harus mengembangkan Daerah dan masyarakat dapat mengembangkan dan masyarakat” karena pengembangan
pusat pelayanan unggulan pusat pelayanan unggulan nasional yang pusat unggulan nasional tidak hanya
nasional yang berstandar berstandar internasional. menajdi tanggungjawab pemerintah pusat
internasional. tetapi juga dapat dilakukan oleh pemerintah
daerah dan masyarakat sesuai dengan
kemampuan masing-masing. Dengan
demikian, pengembangan pusat unggulan
nasional tidak terpusat melainkan juga
dapat dilakukan di daerah dalam rangka
mendekatkan akses pelayanan Kesehatan.
- Mengubah frasa “harus” menjadi “dapat”
karena pengembangan pusat pelayanan
unggulan bersifat pilihan sesuai dengan
kebutuhan pelayanan Kesehatan.
356. (2) Pengembangan pusat pelayanan TETAP TETAP
unggulan nasional sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan Pelayanan Kesehatan
dan menghadapi persaingan
regional dan global.
357. Pasal 26 REDAKSIONAL Pasal 26 - Mengubah kata “rujukan” menjadi “tingkat
(1) Pelayanan Kesehatan primer dan (1) Pelayanan Kesehatan primer dan Pelayanan lanjut”
Pelayanan Kesehatan rujukan Kesehatan tingkat lanjut sebagaimana dimaksud - Mengubah rujukan pasal yang sebelumnya
sebagaimana dimaksud dalam dalam Pasal 21A diselenggarakan secara Pasal 22 menjadi Pasal 21A

44
Pasal 22 diselenggarakan berkesinambungan melalui sistem rujukan
berkesinambungan melalui Pelayanan Kesehatan perorangan.
sistem rujukan Pelayanan
Kesehatan perseorangan.
358. (2) Sistem rujukan Pelayanan SUBSTANSI (2) Sistem rujukan Pelayanan Kesehatan perorangan Pembagian atau pelimpahan tugas akan
Kesehatan perseorangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan ditafsirkan pada rujukan yang berjenjang,
sebagaimana dimaksud pada berdasarkan kebutuhan medis Pasien dan sementara sistem rujukan yang diatur
ayat (1) dilakukan melalui kemampuan pelayanan pada setiap Fasilitas dilakukan dengan berbasis kompetensi atau
pembagian dan/atau Pelayanan Kesehatan. pelayanan.
pelimpahan tugas dan tanggung
jawab Pelayanan Kesehatan
berdasarkan kebutuhan medis
Pasien dan kemampuan
pelayanan pada setiap Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
359. (3) Sistem rujukan Pelayanan SUBSTANSI (3) Sistem rujukan Pelayanan Kesehatan Menambahkan frasa “rujuk balik”
Kesehatan perseorangan perseorangan dilakukan melalui rujukan secara
dilakukan melalui rujukan vertikal dan horizontal, dan rujuk balik.
secara vertikal dan horizontal.
360. (4) Sistem rujukan Pelayanan SUBSTANSI (4) Sistem rujukan Pelayanan Kesehatan Konkordan dengan usulan pemerintah pada
Kesehatan perseorangan perseorangan didukung dengan teknologi Pasal 1 angka 21a
didukung dengan teknologi informasi dan komunikasi yang terintegrasi
informasi dan komunikasi. dengan Sistem Informasi Kesehatan Nasional.
361. (5) Teknologi informasi dan TETAP TETAP Reposisi ke dalam Pasal 21C
komunikasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) memuat
data dan informasi mutakhir
mengenai kemampuan
pelayanan setiap Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang
tergabung dalam sistem rujukan
secara terintegrasi.
362. (6) Selain memuat data dan TETAP TETAP Reposisi ke dalam Pasal 21C
informasi mutakhir mengenai
kemampuan pelayanan setiap
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (5), pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi

45
sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dilakukan terhadap
proses transfer data dan
informasi medis Pasien yang
diperlukan untuk proses
rujukan.
363. (7) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP Reposisi ke dalam Pasal 21C
sistem rujukan Pelayanan
Kesehatan perseorangan diatur
dengan Peraturan Menteri.
364. Pasal 27 REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke Pasal 21D ayat (1)
(1) Pemerintah Pusat dan PERUBAHAN
Pemerintah Daerah wajib REDAKSIONAL
menyediakan akses Pelayanan
Kesehatan primer dan Pelayanan
Kesehatan rujukan di seluruh
wilayah Indonesia, termasuk
daerah terpencil, perbatasan,
kepulauan, komunitas khusus,
lembaga pendidikan keagamaan
dan pesantren, serta daerah yang
tidak diminati swasta.
365. (2) Penyediaan akses Pelayanan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke Pasal 21D ayat (2)
Kesehatan primer dan Pelayanan PERUBAHAN
Kesehatan rujukan sebagaimana REDAKSIONAL
dimaksud pada ayat (1) dapat
melibatkan masyarakat atau
swasta.
366. (3) Penyediaan akses Pelayanan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke Pasal 21D ayat (3)
Kesehatan primer dan Pelayanan PERUBAHAN
Kesehatan rujukan sebagaimana REDAKSIONAL
dimaksud pada ayat (1)
mencakup masyarakat miskin
dan masyarakat rentan.
367. (4) Penyediaan akses Pelayanan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke Pasal 21D ayat (4)
Kesehatan primer dan Pelayanan PERUBAHAN
Kesehatan rujukan sebagaimana REDAKSIONAL
dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui:

46
368. a. pembangunan Fasilitas REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke Pasal 21D ayat (4)
Pelayanan Kesehatan tingkat PERUBAHAN
pertama dan Fasilitas SUBSTANSI
Pelayanan Kesehatan tingkat
lanjut; dan
369. b. pemenuhan kebutuhan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke Pasal 21D ayat (4)
sumber daya manusia dan PERUBAHAN
sarana dan prasarana. SUBSTANSI
370. (5) Masyarakat atau swasta dapat REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke Pasal 21E
berpartisipasi untuk PERUBAHAN
pembangunan Fasilitas REDAKSIONAL
Pelayanan Kesehatan tingkat
pertama dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tingkat lanjut.
371. (6) Pembangunan Fasilitas REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke Pasal 21E
Pelayanan Kesehatan tingkat PERUBAHAN
pertama dan Fasilitas Pelayanan REDAKSIONAL
Kesehatan tingkat lanjut
sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) termasuk pemenuhan
sumber daya manusia dan
sarana dan prasarana.
372. (7) Pembangunan Fasilitas REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke Pasal 21E
Pelayanan Kesehatan tingkat PERUBAHAN
pertama dan Fasilitas Pelayanan SUBSTANSI
Kesehatan tingkat lanjut
sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) harus
mempertimbangkan kebutuhan
Pelayanan Kesehatan di daerah
terpencil, perbatasan, dan
kepulauan, termasuk untuk
kebutuhan wahana pendidikan
pada pendidikan formal, serta
lembaga pendidikan keagamaan
dan pesantren.
373. (8) Pemerintah Pusat dan/atau REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke Pasal 21E
Pemerintah Daerah dapat PERUBAHAN
membantu pemenuhan sumber REDAKSIONAL

47
daya manusia untuk
pembangunan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan tingkat
pertama dan Fasilitas Pelayanan
Kesehatan tingkat lanjut di
daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (6).
374. Bagian Ketiga SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan penjelasan pemerintah pada
Upaya Kesehatan Masyarakat Pasal 18 ayat (1) huruf a
375. Pasal 28 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan penjelasan pemerintah pada
(1) Pemerintah Pusat dan Pasal 18 ayat (1) huruf a
Pemerintah Daerah
menyelenggarakan Upaya
Kesehatan masyarakat.
376. (2) Masyarakat dapat SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan penjelasan pemerintah pada
menyelenggarakan Upaya Pasal 18 ayat (1) huruf a
Kesehatan masyarakat bekerja
sama dengan Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerah sesuai
dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.
377. (3) Pemerintah Pusat, Pemerintah SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan penjelasan pemerintah pada
Daerah, dan masyarakat Pasal 18 ayat (1) huruf a
bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan Upaya
Kesehatan masyarakat.
378. Pasal 29 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan penjelasan pemerintah pada
Upaya Kesehatan masyarakat Pasal 18 ayat (1) huruf a
diselenggarakan melalui:
379. a. Pelayanan Kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan penjelasan pemerintah pada
masyarakat primer; Pasal 18 ayat (1) huruf a
380. b. Pelayanan Kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan penjelasan pemerintah pada
masyarakat sekunder; dan Pasal 18 ayat (1) huruf a
381. c. Pelayanan Kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan penjelasan pemerintah pada
masyarakat tersier. Pasal 18 ayat (1) huruf a
382. Pasal 30 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan penjelasan pemerintah pada
(1) Pemerintah Daerah Pasal 18 ayat (1) huruf a
kabupaten/kota

48
menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan masyarakat primer
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 huruf a.
383. (2) Penyelenggaraan Pelayanan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan penjelasan pemerintah pada
Kesehatan masyarakat primer Pasal 18 ayat (1) huruf a
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) paling sedikit melalui
edukasi, surveilans kesehatan,
imunisasi, dan skrining
penyakit, pemantauan tumbuh
kembang, serta pelaksanaan
program pemerintah yang
berhubungan dengan prioritas
pembangunan Kesehatan.
384. (3) Penyelenggaraan Pelayanan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan penjelasan pemerintah pada
Kesehatan masyarakat primer Pasal 18 ayat (1) huruf a
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) didelegasikan kepada
Puskesmas dan/atau Fasilitas
Pelayanan Kesehatan tingkat
pertama lainnya.
385. (4) Puskesmas dan/atau Fasilitas SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan penjelasan pemerintah pada
Pelayanan Kesehatan tingkat Pasal 18 ayat (1) huruf a
pertama lainnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (3)
menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan masyarakat primer
secara terintegrasi yang
didukung dengan teknologi
informasi dan komunikasi.
386. (5) Puskesmas berfungsi sebagai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan penjelasan pemerintah pada
koordinator penyelenggaraan Pasal 18 ayat (1) huruf a
Pelayanan Kesehatan
masyarakat primer.
387. Pasal 31 REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
(1) Pemerintah Daerah PERUBAHAN
kabupaten/kota dan/atau REDAKSIONAL
Pemerintah Daerah provinsi

49
menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan masyarakat sekunder
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 huruf b.
388. (2) Penyelenggaraan Pelayanan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
Kesehatan masyarakat sekunder PERUBAHAN
oleh Pemerintah Daerah REDAKSIONAL
kabupaten/kota sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui:
389. a. perencanaan, pengelolaan, REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
serta monitoring dan PERUBAHAN
evaluasi program; REDAKSIONAL
390. b. pengelolaan dan distribusi REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
Sumber Daya Kesehatan di PERUBAHAN
tingkat kabupaten/kota; REDAKSIONAL
391. c. pemberian fasilitas dalam REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
bentuk pendanaan, sarana, PERUBAHAN
teknologi, dan sumber daya REDAKSIONAL
manusia Kesehatan; dan
392. d. intervensi Pelayanan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
Kesehatan masyarakat yang PERUBAHAN
tidak dapat dilakukan oleh REDAKSIONAL
Puskesmas.
393. (3) Penyelenggaraan Pelayanan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
Kesehatan masyarakat sekunder PERUBAHAN
oleh Pemerintah Daerah provinsi REDAKSIONAL
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui:
394. a. perencanaan, pengelolaan, REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
serta monitoring dan PERUBAHAN
evaluasi program; REDAKSIONAL
395. b. pengelolaan dan distribusi REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
Sumber Daya Kesehatan di PERUBAHAN
tingkat provinsi; REDAKSIONAL
396. c. pemberian fasilitas dalam REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
bentuk pendanaan, sarana, PERUBAHAN
teknologi, dan sumber daya REDAKSIONAL
manusia Kesehatan; dan

50
397. d. koordinasi dan supervisi REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
Pelayanan Kesehatan PERUBAHAN
masyarakat lintas REDAKSIONAL
kabupaten/kota di dalam
wilayah provinsi.
398. Pasal 32 REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 21A
(1) Pemerintah Daerah provinsi PERUBAHAN
menyelenggarakan Pelayanan REDAKSIONAL
Kesehatan masyarakat tersier
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 29 huruf c.
399. (2) Penyelenggaraan Pelayanan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
Kesehatan masyarakat tersier PERUBAHAN
sebagaimana dimaksud pada REDAKSIONAL
ayat (1) dilakukan melalui:
400. a. pemberian fasilitas dalam REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
bentuk pendanaan, sarana, PERUBAHAN
teknologi, dan sumber daya REDAKSIONAL
manusia Kesehatan;
401. b. penanggulangan Wabah dan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
bencana; PERUBAHAN
REDAKSIONAL
402. c. penelitian dan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
pengembangan Kesehatan; PERUBAHAN
dan REDAKSIONAL
403. d. asistensi teknis pelaksanaan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
Pelayanan Kesehatan PERUBAHAN
masyarakat. REDAKSIONAL
404. (3) Penelitian dan pengembangan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
Kesehatan sebagaimana PERUBAHAN
dimaksud pada ayat (2) huruf c REDAKSIONAL
dapat bekerja sama dengan
institusi pendidikan dan institusi
penelitian.
405. Pasal 33 REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
Pemerintah Pusat dalam PERUBAHAN
penyelenggaraan Pelayanan REDAKSIONAL
Kesehatan masyarakat bertanggung
jawab untuk:

51
406. a. perencanaan strategis nasional; REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
PERUBAHAN
REDAKSIONAL
407. b. penetapan kebijakan nasional; REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
PERUBAHAN
REDAKSIONAL
408. c. penetapan standar mutu; REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
PERUBAHAN
REDAKSIONAL
409. d. perencanaan dan penetapan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
prioritas riset Pelayanan PERUBAHAN
Kesehatan masyarakat secara REDAKSIONAL
nasional;
410. e. penelitian dan pengembangan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
Kesehatan; dan PERUBAHAN
REDAKSIONAL
411. f. penyediaan Sumber Daya REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi menjadi Pasal 15A
Kesehatan yang bersifat PERUBAHAN
strategis. REDAKSIONAL
412. Bagian Keempat REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke dalam Pasal 21K
Upaya Kesehatan Bersumber PERUBAHAN
Daya Masyarakat REDAKSIONAL
413. Pasal 34 REPOSISI TETAP DIHAPUS Reposisi ke dalam Pasal 21K
(1) Upaya Kesehatan bersumber
daya masyarakat merupakan
wahana pemberdayaan
masyarakat bidang Kesehatan
yang dibentuk atas dasar
kebutuhan masyarakat, dikelola
oleh, dari, untuk, dan bersama
masyarakat, serta dapat
difasilitasi oleh Pemerintah Pusat
dan/atau Pemerintah Daerah
dengan melibatkan sektor lain
yang terkait.
414. (2) Upaya Kesehatan bersumber REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke dalam Pasal 21K
daya masyarakat dapat berupa PERUBAHAN
pos pelayanan terpadu. SUBSTANSI

52
415. (3) Upaya Kesehatan bersumber REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke dalam Pasal 21K
daya masyarakat dilakukan PERUBAHAN
melalui pemberdayaan REDAKSIONAL
masyarakat untuk
meningkatkan pengetahuan,
kesadaran, dan kemampuan
individu, keluarga, kelompok,
serta masyarakat dalam rangka
menciptakan kemandirian
masyarakat dalam
mengorganisasikan penyelesaian
masalah Kesehatan.
416. (4) Upaya Kesehatan bersumber REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke dalam Pasal 21K
daya masyarakat sebagaimana PERUBAHAN
dimaksud pada ayat (1) REDAKSIONAL
dilaksanakan oleh kader, tenaga
pendamping, dan/atau
masyarakat.
417. Pasal 35 REPOSISI TETAP DIHAPUS Reposisi ke dalam Pasal 21K
Penyelenggaraan Upaya Kesehatan
bersumber daya masyarakat dapat
didahului dengan bimbingan teknis
oleh tenaga pendamping yang
difasilitasi oleh Pemerintah Daerah
dan/atau Puskesmas.
418. Pasal 36 REPOSISI TETAP DIHAPUS Reposisi ke dalam Pasal 21K
Dalam penyelenggaraan Upaya
Kesehatan bersumber daya
masyarakat, Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah dapat
memberikan penghargaan dan/atau
insentif kepada kader, tenaga
pendamping, dan/atau masyarakat.
419. Pasal 37 REPOSISI TETAP DIHAPUS Reposisi ke dalam Pasal 21K
Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah bertanggung jawab membuka
akses informasi dan dialog,
menyiapkan masyarakat melalui
pembekalan pengetahuan dan

53
keterampilan, memberikan dukungan
sumber daya untuk membangun
kemandirian dalam Upaya Kesehatan,
dan mendorong terbentuknya Upaya
Kesehatan bersumber daya
masyarakat.
420. Bagian Kelima TETAP TETAP Reposisi urutan sesuai usulan Pemerintah
Kesehatan Reproduksi dalam Pasal 18
421. Pasal 38 SUBSTANSI Pasal 38 - Konsistensi dengan penormaan dalam setiap
(1) Kesehatan reproduksi (1) Upaya Kesehatan reproduksi ditujukan untuk bagian dalam upaya Kesehatan sehingga
merupakan keadaan sehat menjaga dan meningkatkan sistem, fungsi, dan ayat (1) menegaskan upaya yang akan
secara fisik, mental, dan sosial proses reproduksi pada laki-laki dan dilakukan
secara utuh, tidak semata-mata perempuan. - Penjelasan mengenai keadaan sehat secara
bebas dari penyakit atau fisik, mental, dan sosial sudah tertampung
disabilitas yang berkaitan dalam pengertian Kesehatan
dengan sistem, fungsi, dan
proses reproduksi pada laki- laki
dan perempuan.
422. (2) Kesehatan reproduksi TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
423. a. saat sebelum hamil, hamil, TETAP TETAP
melahirkan, dan sesudah
melahirkan;
424. b. Pengaturan kehamilan, TETAP TETAP
pelayanan kontrasepsi, dan
kesehatan seksual; dan
425. c. kesehatan sistem TETAP TETAP
reproduksi.
426. Pasal 39 TETAP TETAP
Setiap orang berhak:
427. a. menjalani kehidupan reproduksi REDAKSIONAL a. menjalani kehidupan reproduksi dan seksual - Menambahkan kata “diskriminasi“
dan kehidupan seksual yang yang sehat, aman, serta bebas dari - Menambahkan frasa “ dengan menghormati
sehat, aman, serta bebas dari diskriminasi, paksaan dan/atau kekerasan nilai-nilai luhur yang tidak merendahkan
paksaan dan/atau kekerasan dengan menghormati nilai-nilai luhur yang martabat manusia sesuai dengan norma
dengan pasangan yang sah; tidak merendahkan martabat manusia sesuai agama” untuk menggabungkan substansi
dengan norma agama; pada huruf b

54
428. b. menentukan kehidupan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Substansi sudah diakomodir dalam huruf a
reproduksinya dan bebas dari PERUBAHAN
diskriminasi, paksaan, dan/atau SUBSTANSI
kekerasan, yang menghormati
nilai-nilai luhur yang tidak
merendahkan martabat manusia
sesuai dengan norma agama;
429. c. menentukan sendiri kapan dan SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diakomodir dalam huruf a
berapa sering ingin bereproduksi
sehat secara medis serta tidak
bertentangan dengan norma
agama; dan
430. d. memperoleh informasi, edukasi, TETAP TETAP
dan konseling mengenai
kesehatan reproduksi yang benar
dan dapat
dipertanggungjawabkan.
431. Pasal 40 REDAKSIONAL Pasal 40 - Frasa “wajib menjamin ketersediaan sarana
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan informasi dan Fasilitas Pelayanan
Daerah wajib menjamin ketersediaan masyarakat termasuk swasta, bertanggung jawab Kesehatan” diubah menjadi “bertanggung
sarana informasi dan Fasilitas atas penyelenggaraan Upaya Kesehatan reproduksi jawab terhadap penyelenggaraan upaya
Pelayanan Kesehatan dalam yang sesuai standar, aman, bermutu, dan Kesehatan reproduksi” agar dapat
penyelenggaraan Kesehatan terjangkau. menggambarkan substansi materi yang lebih
reproduksi yang aman, bermutu, dan general.
terjangkau masyarakat, termasuk - Menambahkan penyelenggaraan upaya yang
keluarga berencana. sesuai dengan standar

432. Pasal 41 REDAKSIONAL Pasal 41 Mengubah kata “sehat” menjadi “bermutu”


(1) Setiap Pelayanan Kesehatan (1) Setiap Pelayanan Kesehatan reproduksi termasuk karena dalam setiap pelayanan Kesehatan
reproduksi yang bersifat reproduksi dengan bantuan dilakukan secara harus menjaga mutu untuk keselamatan
promotif, preventif, kuratif, aman dan bermutu dengan memperhatikan pasien.
dan/atau rehabilitatif, termasuk aspek-aspek yang khas, khususnya reproduksi
reproduksi dengan bantuan perempuan.
dilakukan secara aman dan
sehat dengan memperhatikan
aspek-aspek yang khas,
khususnya reproduksi
perempuan.

55
433. (2) Pelaksanaan Pelayanan TETAP TETAP
Kesehatan reproduksi
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan tidak
bertentangan dengan nilai agama
dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
434. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai REPOSISI DENGAN DIHAPUS Delegasi untuk ketentuan lebih lanjut diusulkan
kesehatan reproduksi PERUBAHAN menjadi Pasal tersendiri
sebagaimana dimaksud pada REDAKSIONAL
ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
435. REPOSISI DENGAN Pasal 41A - Mengubah frasa “upaya kehamilan di luar
PERUBAHAN Reproduksi dengan bantuan hanya dapat dilakukan cara alamiah” menjadi “reproduksi dengan
REDAKSIONAL oleh pasangan suami istri yang sah dengan bantuan”, untuk memperjelas norma
ketentuan: pengaturan dan menyederhanakan istilah
yang digunakan
- Reposisi dari Pasal 47 ayat (1), agar norma
lebih mengalir
436. REPOSISI TETAP a. hasil pembuahan sperma dan ovum dari suami Reposisi dari Pasal 47 ayat (1) huruf a
istri yang bersangkutan ditanamkan dalam
rahim istri dari mana ovum berasal;
437. REPOSISI TETAP b. dilakukan oleh Tenaga Medis yang mempunyai Reposisi dari Pasal 47 ayat (1) huruf b
keahlian dan kewenangan untuk itu; dan
438. REPOSISI TETAP c. pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan tertentu. Reposisi dari Pasal 47 ayat (1) huruf c
439. REPOSISI DENGAN Pasal 41B Reposisi dari Pasal 47 ayat (2) sekaligus
PERUBAHAN Ketentuan lebih lanjut mengenai Kesehatan digabungkan dengan pendelegasian pengaturan
REDAKSIONAL Reproduksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41 lebih lanjut yang ada pada Pasal 41 ayat (3)
dan Pasal 41A diatur dengan Peraturan Pemerintah.
440. Pasal 42 TETAP TETAP
(1) Setiap Orang dilarang
melakukan aborsi.
441. (2) Larangan sebagaimana TETAP TETAP
dimaksud pada ayat (1) dapat
dikecualikan berdasarkan:
442. a. indikasi kedaruratan medis REDAKSIONAL a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak Mengubah kata “cacat” menjadi “disabilitas”
yang dideteksi sejak usia usia dini kehamilan, baik yang mengancam
dini kehamilan, baik yang nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita
mengancam nyawa ibu penyakit genetik berat, dan/atau disabilitas

56
dan/atau janin, yang bawaan, atau yang tidak dapat diperbaiki
menderita penyakit genetik sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di
berat, dan/atau cacat luar kandungan; atau
bawaan, atau yang tidak
dapat diperbaiki sehingga
menyulitkan bayi tersebut
hidup di luar kandungan;
atau
443. b. kehamilan akibat perkosaan. SUBSTANSI
b. kehamilan akibat perkosaan dan/atau tindak Mengacu kepada ketentuan Undang-Undang
pidana kekerasan seksual lain yang Nomor 1 Tahun 2023 tentang KUHP
menyebabkan kehamilan.
444. (3) Aborsi yang dapat dikecualikan TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) hanya dapat dilakukan:
445. a. sebelum kehamilan berumur TETAP TETAP
14 (empat belas) minggu
dihitung dari hari pertama
haid terakhir, kecuali dalam
hal kedaruratan medis;
446. b. oleh Tenaga Medis yang SUBSTANSI b. oleh Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang Penyelenggaraan aborsi tidak hanya dilakukan
memiliki kompetensi dan memiliki kompetensi dan kewenangan; oleh tenaga medis namun juga melibatkan
kewenangan; tenaga kesehatan
447. c. dengan persetujuan ibu TETAP TETAP
hamil yang bersangkutan;
448. d. dengan izin suami, kecuali TETAP TETAP
korban perkosaan; dan
449. e. penyedia layanan kesehatan TETAP TETAP
yang memenuhi syarat yang
ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.
450. (4) Aborsi sebagaimana dimaksud TETAP TETAP
pada ayat (3) hanya dapat
dilakukan setelah melalui
konseling dan/atau penasihatan
pratindakan dan diakhiri dengan
konseling pascatindakan yang
dilakukan oleh konselor yang
kompeten dan berwenang.

57
451. Pasal 43 SUBSTANSI Pasal 43 Menambahkan frasa “yang tidak bermutu”
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan untuk menjamin mutu pelayanan Kesehatan
Daerah wajib melindungi dan masyarakat termasuk swasta bertanggung jawab dalam pelaksanaan aborsi yang diperbolehkan
mencegah perempuan dari tindakan melindungi dan mencegah perempuan dari tindakan Menghapus norma agama sesuai dengan UU
aborsi sebagaimana dimaksud dalam aborsi yang tidak aman, serta bertentangan dengan KUHP yang baru, batasan usia kehamilan aborsi
Pasal 42 ayat (2) sampai dengan ayat ketentuan peraturan perundang-undangan. yang diperbolehkan tidak dapat memenuhi
(4) yang tidak aman, dan tidak ketentuan norma agama
bertanggung jawab serta
bertentangan dengan norma agama
dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
452. Pasal 4 4 TETAP TETAP
Ketentuan lebih lanjut mengenai
aborsi sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 dan Pasal 43 diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
453. Bagian Keenam REDAKSIONAL Bagian Keenam Reposisi urutan sesuai usulan Pemerintah
Keluarga Berencana Kesehatan Keluarga Berencana dalam Pasal 18
454. Pasal 45 REDAKSIONAL Pasal 45 - Menyesuaikan dengan usulan judul bagian
(1) Pelayanan Kesehatan dalam (1) Upaya Kesehatan keluarga berencana ditujukan - Menyederhanakan narasi
keluarga berencana untuk mengatur kehamilan, membentuk
dimaksudkan untuk pengaturan generasi yang sehat, cerdas, dan berkualitas
kehamilan bagi pasangan usia serta menurunkan angka kematian ibu.
subur untuk membentuk
generasi penerus yang sehat dan
cerdas.
455. SUBSTANSI BARU (1a) Upaya Kesehatan keluarga berencana Menjelaskan lingkup Upaya Kesehatan keluarga
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berencana
pada usia subur.
456. SUBSTANSI BARU (1b) Setiap orang berhak memperoleh akses ke Menjelaskan tentang hak masyarakat
pelayanan keluarga berencana.
457. (2) Pemerintah Pusat dan REDAKSIONAL (2) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
Pemerintah Daerah bertanggung masyarakat termasuk swasta, bertanggung
jawab atas ketersediaan Sumber jawab atas penyelenggaraan keluarga
Daya Kesehatan yang diperlukan berencana yang sesuai standar, aman,
dalam memberikan pelayanan bermutu, dan terjangkau.
keluarga berencana yang aman,
bermutu, dan terjangkau oleh
masyarakat.

58
458. (3) Ketentuan mengenai pelayanan TETAP TETAP
keluarga berencana
dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
459. Bagian Ketujuh SUBSTANSI Bagian Ketujuh - Menambahkan frasa “dewasa” karena
Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak, merupakan bagian dari siklus kehidupan
Remaja, dan Lanjut Usia Kesehatan Ibu, Bayi dan Anak, Remaja, Dewasa, - Reposisi urutan sesuai usulan Pemerintah
dan Lanjut Usia dalam Pasal 18

460. Paragraf 1 TETAP TETAP


Kesehatan Ibu
461. Pasal 46 REDAKSIONAL Pasal 46 Menyederhanakan narasi
(1) Upaya Kesehatan ibu harus (1) Upaya Kesehatan ibu ditujukan untuk
ditujukan untuk menjaga melahirkan anak yang sehat, cerdas, dan
Kesehatan ibu sehingga mampu berkualitas serta menurunkan angka kematian
melahirkan generasi yang sehat ibu.
dan berkualitas serta
mengurangi angka kematian ibu.
462. (2) Upaya Kesehatan ibu SUBSTANSI (2) Upaya Kesehatan ibu sebagaimana dimaksud - Mengubah frasa “meliputi upaya promotif,
sebagaimana dimaksud pada pada ayat (1) dilakukan pada masa sebelum preventif, kuratif dan rehabilitatif” menjadi “
ayat (1) meliputi upaya promotif, hamil, hamil, persalinan, dan setelah dilakukan pada masa sebelum hamil, hamil,
preventif, kuratif dan persalinan. persalinan, dan setelah persalinan”.
rehabilitatif.

463. SUBSTANSI BARU (2a) Setiap Ibu berhak memperoleh akses ke Menambahkan substansi terkait dengan hak ibu
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan
Kesehatan yang sesuai standar, aman,
bermutu, dan terjangkau.
464. (3) Pemerintah Pusat dan REDAKSIONAL (3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Diusulkan pengaturan yang lebih general terkait
Pemerintah Daerah menjamin bertanggungjawab menyediakan Pelayanan tanggung jawab pemerintah terkait
ketersediaan Sumber Daya Kesehatan ibu yang sesuai standar, aman, menyediakan pelayanan kesehatan ibu
Kesehatan yang diperlukan bermutu, dan terjangkau.
dalam penyelenggaraan
Pelayanan Kesehatan ibu secara
aman, bermutu, dan terjangkau.

59
465. SUBSTANSI BARU (3a) Upaya Kesehatan Ibu menjadi tanggung jawab Penambahan substansi baru mengenai
dan kewajiban bersama bagi keluarga, tanggung jawab bersama keluarga, masyarakat,
masyarakat, Pemerintah Daerah, dan dan Pemerintah
Pemerintah Pusat.

466. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP


Pelayanan Kesehatan ibu diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
467. Pasal 47 REPOSISI DENGAN DIHAPUS Substansi direposisi dalam Pasal 41A
(1) Upaya kehamilan di luar cara PERUBAHAN
alamiah hanya dapat dilakukan REDAKSIONAL
oleh pasangan suami istri yang
sah dengan ketentuan:
468. a. hasil pembuahan sperma REPOSISI TETAP DIHAPUS Substansi direposisi dalam Pasal 41A huruf a
dan ovum dari suami istri
yang bersangkutan
ditanamkan dalam rahim
istri dari mana ovum
berasal;
469. b. dilakukan oleh Tenaga Medis REPOSISI TETAP DIHAPUS Substansi direposisi dalam Pasal 41A huruf b
yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu;
dan
470. c. pada Fasilitas Pelayanan REPOSISI TETAP DIHAPUS Substansi direposisi dalam Pasal 41A huruf c
Kesehatan tertentu.

471. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai REPOSISI DENGAN DIHAPUS Substansi direposisi dalam Pasal 41B
persyaratan kehamilan di luar PERUBAHAN
cara alamiah sebagaimana REDAKSIONAL
dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
472. Paragraf 2 TETAP TETAP
Kesehatan Bayi dan Anak
473. REPOSISI DENGAN Pasal 47A - Reposisi dari Pasal 51
PERUBAHAN (1) Upaya Kesehatan bayi dan anak ditujukan - Menambahkan kata “kedisabilitasan ” karena
SUBSTANSI untuk menjaga bayi dan anak tumbuh dan kecacatan menjadi salah satu permasalahan
berkembang dengan sehat, cerdas, dan kesehatan yang banyak terjadi pada anak
berkualitas, serta menurunkan angka kesakitan yang mengalami penyakit.
dan kematian bayi dan anak.

60
474. REPOSISI DENGAN (2) Upaya Kesehatan bayi dan anak dilakukan sejak Menghapus frasa “pemeliharaan” agar
PERUBAHAN masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah cakupannya lebih luas.
REDAKSIONAL dilahirkan, sampai berusia 18 (delapan belas)
tahun.

475. SUBSTANSI BARU (3) Upaya Kesehatan bayi dan anak sebagaimana Mempertegas cakupan upaya termasuk skrining
dimaksud pada ayat (2) termasuk skrining bayi
baru lahir dan skrining kesehatan lainnya.
476. REPOSISI DENGAN (4) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Mmempertegas tanggung jawab pemerintah dan
PERUBAHAN keluarga, dan masyarakat termasuk swasta, masyarakat
REDAKSIONAL bertanggungjawab atas penyelenggaraan Upaya
Kesehatan bayi dan anak yang sesuai standar,
aman, bermutu, dan terjangkau.
477. Pasal 48 REDAKSIONAL Pasal 48 Reposisi dari Pasal 48
(1) Setiap bayi berhak mendapatkan (1) Setiap bayi berhak memperoleh air susu ibu
air susu ibu eksklusif baik secara eksklusif sejak dilahirkan sampai usia 6 (enam)
langsung maupun tidak bulan, kecuali atas indikasi medis.
langsung sejak dilahirkan selama
6 (enam) bulan, kecuali atas
indikasi medis.
478. SUBSTANSI BARU (1a) Pemberian air susu ibu dilanjutkan sampai Penambahan substansi untuk melengkapi hak
dengan usia 2 (dua) tahun disertai pemberian bayi untuk mendapatkan ASI disertai makanan
makanan pendamping. pendamping
479. (2) Selama pemberian air susu ibu, TETAP TETAP Reposisi dari Pasal 48
pihak keluarga, Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, dan
masyarakat wajib mendukung
ibu bayi secara penuh dengan
penyediaan waktu dan fasilitas
khusus.
480. (3) Penyediaan fasilitas khusus REDAKSIONAL (3) Penyediaan fasilitas khusus sebagaimana Reposisi dari Pasal 48
sebagaimana dimaksud pada dimaksud pada ayat (2) diadakan di tempat Mengubah frasa “ruang publik” menjadi
ayat (2) diadakan di tempat kerja kerja dan tempat/fasilitas umum. “tempat/fasilitas umum” untuk memperjelas
dan di ruang publik. cakupan.

481. Pasal 49 Menambahkan frasa “melakukan pengawasan”


SUBSTANSI untuk melengkapi norma penetapan kebijakan

61
(1) Pemerintah Pusat dan (1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang dilakukan Pemerintah diikuti dengan
Pemerintah Daerah bertanggung bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pengawasan.
jawab menetapkan kebijakan melakukan pengawasan dalam rangka
dalam rangka menjamin hak bayi menjamin hak bayi untuk mendapatkan air
untuk mendapatkan air susu ibu susu ibu eksklusif.
eksklusif.
482. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP
air susu ibu eksklusif
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
483. Pasal 50 TETAP TETAP
(1) Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah bertanggung
jawab untuk memberikan
imunisasi lengkap kepada setiap
bayi dan anak.
484. (2) Setiap bayi dan anak berhak TETAP TETAP
memperoleh imunisasi untuk
memberikan pelindungan dari
penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi.
485. SUBSTANSI BARU (2a) Pihak keluarga, Pemerintah Pusat, Pemerintah Mengusulkan substansi baru mengenai
Daerah, dan masyarakat harus mendukung dukungan imunisasi dalam rangka
imunisasi pada bayi dan anak. perlindungan kesehatan bayi dan anak

486. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP


pemberian imunisasi dan jenis
imunisasi diatur dengan
Peraturan Menteri.
487. Pasal 51 Reposisi ke pasal 47A
(1) Upaya pemeliharaan Kesehatan REPOSISI DENGAN DIHAPUS
bayi dan anak harus ditujukan PERUBAHAN
untuk mempersiapkan generasi SUBSTANSI
yang sehat, cerdas, dan
berkualitas serta untuk
menurunkan angka kesakitan
dan kematian bayi dan anak.

62
488. (2) Upaya pemeliharaan Kesehatan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke pasal 47A
bayi dan anak dilakukan sejak PERUBAHAN
anak masih dalam kandungan, REDAKSIONAL
dilahirkan, setelah dilahirkan,
dan sampai berusia 18 (delapan
belas) tahun.
489. (3) Upaya pemeliharaan Kesehatan REPOSISI TETAP DIHAPUS Reposisi ke pasal 47A
bayi dan anak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) menjadi tanggung jawab dan
kewajiban bersama bagi orang
tua, keluarga, masyarakat,
Pemerintah Daerah, dan
Pemerintah Pusat.
490. Pasal 52 TETAP TETAP
Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah harus menjamin setiap anak
yang dilahirkan mendapatkan
Pelayanan Kesehatan sesuai dengan
standar agar dapat hidup, tumbuh
dan berkembang secara optimal.
491. Pasal 53 TETAP TETAP
(1) Setiap bayi dan anak berhak
terlindungi dan terhindar dari
segala bentuk diskriminasi dan
tindak kekerasan yang dapat
mengganggu Kesehatan bayi dan
anak.
492. (2) Pemerintah Pusat dan TETAP TETAP
Pemerintah Daerah berkewajiban
menjamin terselenggaranya
pelindungan bayi dan anak
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan menyediakan
Pelayanan Kesehatan sesuai
dengan kebutuhan.
493. Pasal 54 TETAP TETAP

63
(1) Pemerintah Pusat menetapkan
standar dan/atau kriteria
Kesehatan bayi dan anak.
494. (2) Standar dan/atau kriteria TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diselenggarakan sesuai
dengan pertimbangan moral,
nilai sosial budaya, dan
berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
495. Pasal 55 TETAP TETAP
(1) Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah bertanggung
jawab menyediakan tempat dan
sarana lain yang diperlukan
untuk bermain anak yang
memungkinkan anak tumbuh
dan berkembang secara optimal
serta mampu bersosialisasi
secara sehat.
496. (2) Tempat bermain dan sarana lain TETAP TETAP
yang diperlukan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
dilengkapi sarana pelindungan
terhadap risiko Kesehatan agar
tidak membahayakan Kesehatan
anak.
497. SUBSTANSI BARU Pasal 55A Menambahkan pendelegasian pengaturan lebih
Ketentuan lebih lanjut mengenai Pelayanan lanjut
Kesehatan bayi dan anak diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
498. Paragraf 3 TETAP TETAP
Kesehatan Remaja
499. Pasal 56 SUBSTANSI (1) Upaya Kesehatan remaja ditujukan untuk - Menghapus kata “pemeliharaan”
(1) Upaya pemeliharaan Kesehatan mempersiapkan remaja menjadi orang dewasa - Menambahkan kata “cerdas” dan
remaja ditujukan untuk yang sehat, cerdas, berkualitas, dan produktif. “berkualitas”
mempersiapkan menjadi orang
dewasa yang sehat dan produktif.

64
500. SUBSTANSI BARU (1a) Upaya Kesehatan remaja dilakukan pada masa Memperjelas lingkup pelaksanaan upaya
usia remaja.
501. SUBSTANSI BARU (1b) Setiap remaja berhak memperoleh akses ke Mempertegas hak masyarakat
Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Pelayanan
Kesehatan yang sesuai standar, aman,
bermutu, dan terjangkau.
502. (2) Upaya pemeliharaan Kesehatan SUBSTANSI (2) Upaya Kesehatan remaja sebagaimana Memperjelas cakupan upaya
remaja sebagaimana dimaksud dimaksud pada ayat (1), termasuk skrining
pada ayat (1) termasuk untuk Kesehatan, Kesehatan reproduksi remaja, dan
Kesehatan reproduksi remaja kesehatan jiwa remaja.
dilakukan agar terbebas dari
berbagai gangguan Kesehatan
yang dapat menghambat
kemampuan menjalani
kehidupan reproduksi secara
sehat.
503. (3) Upaya pemeliharaan Kesehatan SUBSTANSI (3) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, - Menghapus kata “pemeliharaan” sesuai
remaja sebagaimana dimaksud keluarga, dan masyarakat termasuk swasta, dengan judul bagiannya adalah Upaya
pada ayat (1) dilakukan oleh bertanggungjawab atas penyelenggaraan Upaya Kesehatan.
Pemerintah Pusat, Pemerintah Kesehatan remaja, yang sesuai standar, aman, - Menambahkan peran orang tua dan
Daerah, dan masyarakat. bermutu, dan terjangkau. keluarga,

504. Pasal 57 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi telah diakomodir dalam Pasal 56 ayat
(1) Pemerintah Pusat dan (3)
Pemerintah Daerah bertanggung
jawab melakukan pembinaan
dan menjamin agar anak usia
sekolah dan remaja dapat
memperoleh edukasi, informasi,
dan pelayanan mengenai
Kesehatan remaja agar mampu
hidup sehat dan bertanggung
jawab.
505. (2) Tanggung jawab Pemerintah SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
Pusat dan Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan pertimbangan moral,

65
nilai sosial budaya, dan
berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
506. (3) Pembinaan anak usia sekolah SUBSTANSI DIHAPUS Sudah tercantum dalam Pasal 56 ayat (1)
dan remaja harus ditujukan
untuk menyiapkan anak usia
sekolah dan remaja menjadi
orang dewasa yang sehat, cerdas
dan produktif.
507. SUBSTANSI BARU Paragraf 3A Penambahan paragraf baru sesuai usulan dalam
Kesehatan Dewasa Pasal 18 ayat (1) huruf c1
508. SUBSTANSI BARU Pasal 57A Menambahkan substansi baru mengenai upaya
(1) Upaya Kesehatan dewasa ditujukan untuk kesehatan dewasa untuk melengkapi upaya
menjaga agar seseorang tetap hidup sehat dan kesehatan sesuai siklus hidup
produktif.
509. SUBSTANSI BARU (2) Setiap orang dewasa berhak memperoleh akses Konkordan ayat (1)
ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan
Pelayanan Kesehatan yang sesuai standar,
aman, bermutu, dan terjangkau.
510. SUBSTANSI BARU (3) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud Konkordan ayat (1)
pada ayat (2) termasuk pelayanan kesehatan
reproduksi dan skrining berkala untuk deteksi
dini penyakit.

511. SUBSTANSI BARU (4) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Konkordan ayat (1)
keluarga, dan masyarakat termasuk swasta,
bertanggungjawab atas penyelenggaraan Upaya
Kesehatan dewasa yang sesuai standar, aman,
bermutu, dan terjangkau.
512. SUBSTANSI BARU (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kesehatan usia Konkordan ayat (1)
dewasa diatur dengan Peraturan Pemerintah.
513. Paragraf 4 TETAP TETAP
Kesehatan Lanjut Usia
514. Pasal 58 REDAKSIONAL Pasal 58 Menghapus kata ”pemeliharaan” untuk
(1) Upaya pemeliharaan Kesehatan (1) Upaya Kesehatan lanjut usia ditujukan untuk konsistensi dengan frasa ”upaya kesehatan”
bagi lanjut usia ditujukan untuk menjaga agar tetap hidup sehat, berkualitas, dan
menjaga agar tetap hidup sehat produktif sesuai dengan martabat kemanusiaan.

66
dan produktif sesuai dengan
martabat kemanusiaan.
515. SUBSTANSI BARU (1a) Kesehatan lanjut usia dilakukan sejak Menambahkan substansi terkait dengan lingkup
seseorang berusia 60 (enam puluh) tahun atau pelaksanaan upaya kesehatan lanjut usia
usia lain yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
516. SUBSTANSI BARU (1b) Setiap orang lanjut usia berhak memperoleh Memepertegas hak lanjut usia
akses ke Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan
Pelayanan Kesehatan yang sesuai standar,
aman, bermutu, dan terjangkau.
517. (2) Pemerintah Pusat dan REDAKSIONAL (2) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Melengkapi substansi tanggung jawab
Pemerintah Daerah bertanggung keluarga, dan masyarakat termasuk swasta pemerintah
jawab menjamin ketersediaan atas penyelenggaraan Upaya Kesehatan lanjut
Fasilitas Pelayanan Kesehatan usia yang sesuai standar, aman, bermutu, dan
dan memfasilitasi kelompok terjangkau.
lanjut usia untuk dapat tetap
hidup mandiri dan produktif.
518. (3) Upaya pemeliharaan Kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Substansi telah diakomodir dalam ayat (2)
bagi lanjut usia sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah,
dan/atau masyarakat.
519. SUBSTANSI BARU (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kesehatan Menambahkan delegasi aturan lebih lanjut
lanjut usia diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
520. Bagian Kedelapan TETAP TETAP Reposisi urutan sesuai usulan Pemerintah
Kesehatan Penyandang Disabilitas dalam Pasal 18

521. Pasal 59 REDAKSIONAL Pasal 59 Menghapus frasa “pemeliharaan” karena akan


(1) Upaya pemeliharaan Kesehatan (1) Upaya Kesehatan penyandang disabilitas mempersempit makna upaya
penyandang disabilitas ditujukan untuk menjaga agar penyandang
ditujukan untuk menjaga agar disabilitas tetap hidup sehat dan produktif.
tetap hidup sehat, produktif, dan
bermartabat.
522. SUBSTANSI BARU (1a) Upaya Kesehatan penyandang disabilitas Memperjelas lingkup pelaksanaan upaya
dilakukan sepanjang usia penyandang
disabilitas .

67
523. SUBSTANSI BARU (1b) Setiap penyandang disabilitas berhak Mempertegas hak penyandang disabilitas
memperoleh akses ke Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan yang
sesuai standar aman, bermutu, dan
terjangkau.
524. (2) Pemerintah Pusat dan REDAKSIONAL (2) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, - Menambahkan tanggung jawab keluarga dan
Pemerintah Daerah bertanggung keluarga, dan masyarakat termasuk swasta, masyarakat
jawab menjamin hak bertanggungjawab untuk menjamin
penyandang disabilitas untuk penyandang disabilitas mempunyai hak yang
memperoleh aksesibilitas atas sama sebagai warga negara.
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
serta memperoleh kesamaan dan
kesempatan mendapatkan
Pelayanan Kesehatan yang
aman, bermutu, dan terjangkau.
525. (3) Upaya pemeliharaan Kesehatan TETAP TETAP
bagi penyandang disabilitas
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/atau masyarakat.
526. Bagian Kedelapan REDAKSIONAL Bagian Kesembilan - Mengubah frasa “mutu gizi” menjadi “gizi”
Mutu Gizi Gizi agar mengatur lebih luas tidak hanya terkait
dengan mutu, namun mengatur perbaikan
dan pemenuhan gizi untuk semua siklus
hidup.
- Perbaikan Bagian Kedelapan menjadi Bagian
Kesembilan
- Reposisi urutan sesuai usulan Pemerintah
dalam Pasal 18
527. Pasal 60 REDAKSIONAL Pasal 60 Menghilangkan kata “masyarakat”
(1) Upaya pemenuhan gizi (1) Upaya pemenuhan gizi ditujukan untuk
masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perseorangan dan
peningkatan mutu gizi masyarakat.
perseorangan dan masyarakat.
528. (2) Peningkatan mutu gizi TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui:

68
529. a. perbaikan pola konsumsi REDAKSIONAL a. perbaikan pola konsumsi makanan yang beragam, Menyempurnakan substansi perbaikan pola
makanan yang sesuai bergizi seimbang dan aman; konsumsi
dengan gizi seimbang;
530. b. perbaikan perilaku sadar SUBSTANSI DIHAPUS Dihapus karena cukup diakomodir dalam huruf
gizi, aktivitas fisik, dan a
Kesehatan;
531. c. peningkatan akses dan mutu TETAP TETAP
pelayanan gizi yang sesuai
dengan kemajuan ilmu dan
teknologi; dan

532. d. peningkatan sistem REDAKSIONAL d. peningkatan sistem peringatan dini terhadap Kewaspadaan pangan melalui sistem peringatan
kewaspadaan pangan dan kerawanan pangan dan gizi. dini
gizi.

533. (3) Pemerintah Pusat dan REDAKSIONAL (3) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Mengganti kata “menjamin” menjadi
Pemerintah Daerah menjamin bertanggung jawab terhadap ketersediaan “bertanggung jawab”
tersedianya bahan makanan bahan makanan secara merata dan terjangkau
yang mempunyai nilai gizi tinggi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
secara merata dan terjangkau. undangan.
534. (4) Pemerintah Pusat dan TETAP TETAP
Pemerintah Daerah bertanggung
jawab menjaga bahan makanan
agar memenuhi standar mutu
gizi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
535. (5) Penyediaan bahan makanan TETAP TETAP
yang mempunyai nilai gizi
sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dilakukan secara lintas
sektor dan antarprovinsi,
antarkabupaten atau antarkota.
536. Pasal 61 TETAP Pasal 61 Bahwa pemenuhan gizi dilakukan pada seluruh
(1) Upaya pemenuhan gizi dilakukan (1) Upaya pemenuhan gizi dilakukan pada seluruh siklus hidup, karena pada setiap siklus hidup
pada seluruh siklus kehidupan siklus kehidupan sejak dalam kandungan sampai terdapat permasalahan gizi masing-masing
sejak dalam kandungan sampai dengan lanjut usia.
dengan lanjut usia dengan
prioritas kepada:

69
537. SUBSTANSI BARU (1a) Upaya pemenuhan gizi sebagaimana dimaksud Memecah ayat 1 menjadi 2 ayat dengan
pada ayat (1) dilakukan dengan memberikan mengubah redaksional “prioritas” menjadi
perhatian khusus kepada: perhatian “khusus”.
538. a. bayi dan balita; REPOSISI TETAP a. ibu hamil dan menyusui; Reposisi dari huruf c
539. b. remaja perempuan; dan REPOSISI TETAP b. bayi dan balita; dan Reposisi dari huruf a
540. c. ibu hamil dan menyusui. REPOSISI TETAP c. remaja perempuan; Reposisi dari huruf b
541. (2) Pemerintah Pusat bertanggung REDAKSIONAL (2) Dalam rangka upaya pemenuhan gizi - Menambahkan frasa “Dalam rangka upaya
jawab menetapkan standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah pemenuhan gizi”
angka kecukupan gizi dan Pusat menetapkan standar angka kecukupan gizi - Menambahkan rujukan ayat
standar pelayanan gizi pada dan standar pelayanan gizi. - Menghapus frasa “pada berbagai tingkat
berbagai tingkat pelayanan. pelayanan” dan frasa “bertanggung jawab”
- Pemerintah mengusulkan substansi lebih
menekankan pada Tindakan/perbuatan
konkrit yang dilakukan oleh pemerintah.
542. (3) Pemerintah Pusat dan REDAKSIONAL (3) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Menambahkan frasa “sesuai ketentuan
Pemerintah Daerah bertanggung masyarakat termasuk swasta, bertanggung jawab peraturan perundang-undangan”
jawab atas pemenuhan atas pemenuhan gizi keluarga miskin dan dalam
kecukupan gizi pada keluarga situasi darurat sesuai ketentuan peraturan
miskin dan dalam situasi perundang-undangan
darurat.
543. (4) Pemerintah Pusat dan SUBSTANSI DIHAPUS
Pemerintah Daerah bertanggung
jawab terhadap pendidikan dan
informasi yang benar tentang gizi
kepada masyarakat.
544. (5) Pemerintah Pusat, Pemerintah REDAKSIONAL (5) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, keluarga Menambahkan peran keluarga
Daerah, dan masyarakat dan masyarakat termasuk swasta melakukan
melakukan upaya bersama upaya bersama untuk mencapai status gizi yang
untuk mencapai status gizi yang baik.
baik.
545. Pasal 62 TETAP TETAP
(1) Upaya perbaikan gizi dilakukan
melalui surveilans gizi,
pendidikan gizi, tata laksana gizi,
dan suplementasi gizi.
546. (2) Surveilans gizi sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Dipindah ke Penjelasan Pasal 62
dimaksud pada ayat (1),
merupakan kegiatan analisis
secara sistematis dan terus

70
menerus terhadap masalah gizi
dan indikator pembinaan gizi
agar dapat dilakukan respons
dan penanggulangan secara
efektif dan efisien terhadap
masalah gizi.
547. (3) Pendidikan gizi sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Dipindah ke Penjelasan Pasal 62
dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui komunikasi,
informasi, dan edukasi dalam
rangka menerapkan perilaku gizi
seimbang.
548. (4) Tata laksana gizi sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Dipindah ke Penjelasan Pasal 62
dimaksud pada ayat (1)
merupakan rangkaian tindakan
yang bertujuan untuk perbaikan
atau pemulihan pada gagal
tumbuh, berat badan kurang, gizi
kurang, gizi buruk, tengkes
(stunting), gizi berlebih, dan
defisiensi mikronutrien serta
masalah gizi akibat penyakit.
549. (5) Suplementasi gizi sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS - Dipindah ke Penjelasan Pasal 62
dimaksud pada ayat (1) ditujukan
untuk memenuhi kecukupan gizi
masyarakat dengan prioritas
pada bayi dan balita, anak
sekolah, ibu hamil, ibu nifas,
remaja perempuan, dan pekerja
wanita.
550. Pasal 63 REDAKSIONAL Pasal 63 mengganti frasa “upaya pemenuhan perbaikan
(1) Pemerintah Pusat dan (1) Dalam rangka keterpaduan dan akselerasi gizi” menjadi “pemenuhan gizi” konsistensi
Pemerintah Daerah bertanggung percepatan pemenuhan gizi, Pemerintah Pusat dengan usulan perubahan judul bagian
jawab melakukan intervensi dan Pemerintah Daerah bertanggung jawab
dalam rangka upaya pemenuhan melakukan intervensi dalam rangka pemenuhan
perbaikan gizi. dan perbaikan gizi.

551. (2) Intervensi sebagaimana TETAP TETAP


dimaksud pada ayat (1)

71
dilakukan melalui koordinasi,
sinergi, dan sinkronisasi antara
kementerian/lembaga,
Pemerintah Daerah, pemerintah
desa, dan pemangku
kepentingan.
552. Pasal 64 TETAP TETAP
Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah bertanggung jawab
meningkatkan pengetahuan dan
kesadaran masyarakat akan
pentingnya gizi dan pengaruhnya
terhadap peningkatan status gizi.
553. Bagian Kesembilan REDAKSIONAL Bagian Kesepuluh - Konkordan urutan Bagian
Pelayanan Darah Pelayanan Darah - Reposisi urutan sesuai usulan Pemerintah
dalam Pasal 18

554. Pasal 65 SUBSTANSI Pasal 65 - Menghilangkan frasa “sebagai bahan dasar”


(1) Pelayanan darah merupakan (1) Pelayanan darah merupakan Upaya Kesehatan karena penggunaan frasa tersebut dapat
Upaya Kesehatan yang yang memanfaatkan darah manusia untuk mempersempit makna pelayanan darah yang
memanfaatkan darah manusia tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan tidak hanya mencakup pengelolaan plasma
sebagai bahan dasar dengan kesehatan. untuk produk obat derivat plasma
tujuan kemanusiaan dan tidak Menghilangkan frasa “tujuan kemanusiaan
untuk tujuan komersial. dan tidak untuk tujuan komersial” karena
tujuan dari pelayanan darah secara umum
adalah untuk penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan sedangkan prinsip
tujuan kemanusiaan dan tidak komersial
telah terakomodir dalam Pasal 69 ayat (3)
555. (2) Darah sebagaimana dimaksud SUBSTANSI (2) Darah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) - Menghilangkan frasa “mengutamakan
pada ayat (1) diperoleh dari diperoleh dari donor darah sukarela yang sehat, kesehatan pendonor’’ karena substansi telah
pendonor darah sukarela yang memenuhi kriteria seleksi sebagai donor dan terakomodir dalam Pasal 65 ayat (1c)
sehat dan memenuhi kriteria atas persetujuan donor.
seleksi pendonor dengan
mengutamakan Kesehatan
pendonor.
556. (3) Darah yang diperoleh dari SUBSTANSI (3) Darah yang diperoleh dari donor darah Konkordan Pasal 65 ayat (2)
pendonor darah sukarela sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
sebagaimana dimaksud pada

72
ayat (2) sebelum digunakan dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
untuk pelayanan darah harus menjaga mutu dan keamanan darah
dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk menjaga
mutu dan keamanan darah.
557. SUBSTANSI BARU Pasal 65A Menambah substansi pelayanan darah yang
(1) Pelayanan darah sebagaimana dimaksud meliputi: pengelolaan darah (untuk
dalam Pasal 65 ayat (1) meliputi pengelolaan memisahkan komponen yang akan
darah dan pelayanan transfusi darah. ditransfusikan), dan pelayanan transfusi darah
558. SUBSTANSI BARU (2) Pengelolaan darah meliputi perencanaan, Menambahkan substansi terkait dengan
pengerahan dan pelestarian donor darah, cakupan kegiatan pengelolaan darah
seleksi donor darah, pengambilan, pengujian,
pengolahan komponen darah termasuk
plasma, penyimpanan, dan distribusi darah.

559. SUBSTANSI BARU (3) Komponen darah termasuk plasma Darah yang didonorkan akan diolah menjadi
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat komponen sel darah merah, trombosit, dan
digunakan sebagai bahan baku produk obat plasma yang digunakan untuk transfusi pada
pasien. Namun pada kondisi khusus, terdapat
derivat plasma. sisa plasma yang tidak ditransfusikan dan dapat
dimanfaatkan untuk bahan baku produk obat
derivat plasma, selama ini sisa plasma tersebut
dimusnahkan

560. SUBSTANSI BARU (4) Pelayanan transfusi darah meliputi Menambahkan substansi terkait dengan
perencanaan, penyimpanan, pengujian pra cakupan kegiatan pelayanan transfusi darah
transfusi, pendistribusian darah, dan
tindakan medis pemberian darah kepada
Pasien.
561. Pasal 66 SUBSTANSI Pasal 66 Menambahkan substansi terkait
(1) Penyelenggaraan donor darah (1) Pelayanan darah sebagaimana dimaksud dalam penyelenggaraan pelayanan darah
dan pengolahan darah dilakukan Pasal 65 ayat (1) dapat diselenggarakan oleh
oleh unit transfusi darah.
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, dan/atau organisasi yang
bergerak di bidang sosial yang mendapatkan izin

73
dari Pemerintah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

562. (2) Unit transfusi darah SUBSTANSI (2) Penyelenggara pengelolaan darah sebagaimana Menambahkan substansi terkait unit pengelola
sebagaimana dimaksud pada dimaksud dalam Pasal 65A ayat (2) dilakukan darah
ayat (1) dapat diselenggarakan oleh unit pengelola darah.
oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, Fasilitas
Pelayanan Kesehatan, dan/atau
organisasi masyarakat yang
tugas pokok dan fungsinya di
bidang kepalangmerahan.
563. SUBSTANSI BARU (3) Pelayanan darah didukung dengan kebijakan - Penjaminan ketersediaan, keamanan, dan
dan koordinasi yang dilaksanakan oleh mutu darah harus dilakukan oleh
pemerintah pusat untuk menjamin ketersediaan, pemerintah pusat
- Berdasarkan referensi WHO, kegiatan
keamanan, dan mutu darah. pelayanan darah merupakan tanggung
jawab pemerintah (national coordinated)
564. SUBSTANSI BARU (4) Pelaksanaan pelayanan darah dilakukan dengan - Reposisi dari Pasal 67 ayat (2)
menjaga keselamatan dan kesehatan donor - Menghapus frasa “dari penularan penyakit
darah, penerima darah, Tenaga Medis dan melalui transfusi darah” agar memperluas
pengertian keselamatan dan kesehatan,
Tenaga Kesehatan tidak hanya terbatas pada penularan
penyakit dan transfusi darah

565. Pasal 67 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah tertampung dalam Pasal 65A
(1) Pelayanan transfusi darah ayat (4)
meliputi perencanaan,
pengerahan pendonor darah,
penyediaan, pendistribusian
darah, dan tindakan medis
pemberian darah kepada Pasien
untuk tujuan penyembuhan
penyakit dan pemulihan
Kesehatan.
566. (2) Pelaksanaan pelayanan transfusi REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke dalam Pasal 65 ayat (1c)
darah dilakukan dengan menjaga PERUBAHAN
keselamatan dan Kesehatan SUBSTANSI

74
penerima darah, Tenaga Medis,
dan Tenaga Kesehatan dari
penularan penyakit melalui
transfusi darah.
567. SUBSTANSI BARU Pasal 67A Menambahkan substansi terkait biaya
Pemerintah Pusat menetapkan biaya pengganti pengganti pengolahan darah
pengolahan darah.

568. Pasal 68 SUBSTANSI DIHAPUS Terkait standar dan persyaratan tidak hanya
Standar dan persyaratan pengelolaan untuk pelayanan transfusi darah namun untuk
darah untuk pelayanan transfusi masing-masing lingkup pelayanan darah dan
darah ditetapkan oleh Menteri. akan diatur lebih lanjut dalam peraturan
pelaksanaan mengenai pelayanan darah yang
sudah tertuang di dalam Pasal 71
569. Pasal 69 TETAP TETAP
(1) Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah bertanggung
jawab atas pelaksanaan
pelayanan darah yang aman,
mudah diakses, dan sesuai
dengan kebutuhan masyarakat.
570. (2) Pemerintah Pusat dan SUBSTANSI DIHAPUS Substansi diakomodir dalam Pasal 418 ayat (1)
Pemerintah Daerah menjamin huruf b
pembiayaan dalam
penyelenggaraan pelayanan
darah.
571. (3) Darah dilarang diperjualbelikan TETAP TETAP
dengan dalih apa pun.
572. Pasal 70 SUBSTANSI Pasal 70 - Menghapus frasa “untuk tujuan
(1) Komponen darah dapat (1) Komponen darah berupa plasma dapat penyembuhan penyakit dan pemulihan
digunakan untuk tujuan digunakan untuk tujuan penyembuhan kesehatan” karena sudah tertampung dalam
penyembuhan penyakit dan penyakit dan pemulihan Kesehatan melalui Pasal 65 ayat (1)
pemulihan Kesehatan melalui pengolahan dan produksi. - Komponen darah pada prinsipnya dapat
pengolahan dan produksi. digunakan untuk pengelolaan plasma
melalui produksi produk obat derivat plasma
573. SUBSTANSI BARU (1a) Plasma sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Menambahkan substansi terkait dengan donor
dapat dikumpulkan dari donor plasma untuk plasma

75
kepentingan produksi produk obat derivat
plasma.

574. (2) Pengumpulan darah untuk SUBSTANSI (2) Pengumpulan plasma sebagaimana dimaksud Menambahkan substansi terkait persetujuan
kepentingan pengolahan dan pada ayat (1a) atas persetujuan donor. donor
produksi, termasuk industri
fraksionasi plasma dapat
dilakukan dengan persetujuan
pendonor.
575. (3) Pemerintah Pusat menetapkan SUBSTANSI (3) Plasma yang diperoleh dari donor plasma Menambahkan substansi terkait dengan
biaya pengolahan darah. sebagaimana dimaksud pada ayat (1a) sebelum pemeriksanaan laboratorium
dilakukan pengolahan dan produksi harus
dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk
menjaga mutu dan keamanan

576. SUBSTANSI BARU (4) Pelaksanaan pengumpulan plasma Menambahkan substansi terkait dengan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilakukan keselamatan dan kesehatan donor plasma,
dengan menjaga keselamatan dan kesehatan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
donor plasma, Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan

577. SUBSTANSI BARU (5) Pengumpulan plasma sebagaimana dimaksud Menambahkan substansi terkait dengan unit
pada ayat (1a) dapat dilakukan oleh Pemerintah pengumpulan plasma
Pusat, Pemerintah Daerah, Fasilitas Pelayanan
Kesehatan, organisasi yang bergerak di bidang
sosial yang mendapatkan izin dari Pemerintah
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
578. SUBSTANSI BARU Pasal 70A Menambahkan substansi terkait dengan biaya
pengganti pengolahan plasma dan produk obat
derivat plasma

76
Pemerintah Pusat menetapkan biaya pengganti
pengolahan plasma dan produk obat derivat
plasma.

579. Pasal 71 TETAP TETAP


Ketentuan lebih lanjut mengenai
pelayanan darah diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
580. Bagian Kesepuluh REDAKSIONAL Bagian Kesebelas Konkordan urutan Bagian
Kesehatan Gigi dan Mulut Kesehatan Gigi dan Mulut
581. Pasal 72 TETAP TETAP
(1) Pelayanan Kesehatan gigi dan
mulut dilakukan untuk
memelihara dan meningkatkan
derajat Kesehatan masyarakat.
582. (2) Pelayanan kesehatan gigi dan TETAP TETAP
mulut sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dalam
bentuk peningkatan Kesehatan
gigi, pencegahan penyakit gigi,
pengobatan penyakit gigi, dan
pemulihan Kesehatan gigi.
583. (3) Pelayanan kesehatan gigi dan TETAP TETAP
mulut sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan/atau masyarakat.
584. (4) Pelayanan Kesehatan gigi dan TETAP TETAP
mulut sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan
melalui unit Pelayanan
Kesehatan gigi dan/atau usaha
Kesehatan sekolah.
585. Bagian Kesebelas REDAKSIONAL Bagian Keduabelas - Konkordan urutan Bagian
Transplantasi Organ dan/atau Transplantasi Organ dan/atau Jaringan Tubuh, - Menghapus substansi implan obat dan/atau
Jaringan Tubuh, Terapi Berbasis Sel Terapi Berbasis Sel Punca dan Sel, dan Bedah alat kesehatan karena bersifat teknis
Punca dan Sel, Implan Obat Plastik Rekonstruksi dan Estetika

77
dan/atau Alat Kesehatan, dan Bedah
Plastik Rekonstruksi dan Estetika
586. Paragraf 1 TETAP TETAP
Umum
587. Pasal 73 TETAP TETAP
Dalam rangka penyembuhan penyakit
dan pemulihan Kesehatan dapat
dilakukan transplantasi organ
dan/atau jaringan tubuh, terapi
berbasis sel punca dan sel, implan
Obat dan/atau Alat Kesehatan, dan
bedah plastik rekonstruksi dan
estetika.
588. Paragraf 2 TETAP TETAP
Transplantasi Organ dan/atau
Jaringan Tubuh
589. Pasal 74 REDAKSIONAL Pasal 74 Menyesuaikan dengan Pasal 346 UU KUHP
(1) Transplantasi organ dan/atau (1) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh
jaringan tubuh dilakukan untuk dilakukan untuk tujuan penyembuhan penyakit
tujuan penyembuhan penyakit dan pemulihan Kesehatan dan hanya untuk
dan pemulihan Kesehatan. tujuan kemanusiaan.

590. REPOSISI DENGAN (1a) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh Reposisi dari Pasal 76 ayat (1)
PERUBAHAN sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
REDAKSIONAL merupakan tindakan pemindahan organ
dan/atau jaringan tubuh dari pendonor kepada
penerima sesuai kebutuhan medis.
591. (2) Organ dan/atau jaringan tubuh TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilarang dikomersialkan
atau diperjualbelikan dengan
dalih apapun.
592. Pasal 75 TETAP TETAP
(1) Pendonor pada transplantasi
organ dan/atau jaringan tubuh
terdiri atas:
593. a. pendonor hidup; dan REDAKSIONAL a. pendonor hidup; Menghapus kata “dan”
594. SUBSTANSI BARU a1. pendonor mati; dan Menambahkan frasa “pendonor mati” karena
terdapat organ yang dapat didonorkan setelah

78
meninggal dan bukan mati batang otak seperti
kornea mata
595. b. pendonor mati batang otak. REDAKSIONAL b. pendonor mati batang otak/mati otak. Menambahkan frasa “mati otak” karena
merupakan kondisi yang berbeda dengan mati
batang otak
596. (2) Pendonor hidup sebagaimana TETAP TETAP
dimaksud pada ayat (1) huruf a
merupakan:
597. a. pendonor yang organ TETAP TETAP
dan/atau jaringannya
diambil pada saat yang
bersangkutan masih hidup
atas persetujuan yang
bersangkutan; dan
598. b. pendonor yang semasa SUBSTANSI DIHAPUS Substansi ini bukan termasuk dalam pendonor
hidupnya menyatakan akan hidup karena yang bersangkutan diambil organ
mendonorkan organ dan/atau jaringan tubuhnya ketika telah mati
dan/atau jaringannya ketika atau mati batang otak
yang bersangkutan sudah
mati.
599. (3) Pendonor sebagaimana REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke dalam Pasal 75 ayat (4)
dimaksud pada ayat (2) huruf b PERUBAHAN
tidak memerlukan persetujuan SUBSTANSI
keluarga.
600. (4) Pendonor mati batang otak SUBSTANSI (3) Pendonor mati dan pendonor mati batang otak - Menambahkan frasa “pendonor mati”
sebagaimana dimaksud pada sebagaimana dimaksud pada ayat (1) konkordan Pasal 75 ayat (1) huruf b
ayat (1) merupakan pendonor merupakan pendonor yang organ dan/atau - Mengubah frasa “Rumah Sakit” menjadi
yang organ dan/atau jaringannya diambil pada saat yang “Fasilitas Pelayanan Kesehatan” karena
jaringannya diambil pada saat bersangkutan telah dinyatakan mati atau mati transplantasi organ dan/atau jaringan
yang bersangkutan telah batang otak oleh Tenaga Medis di Fasilitas tubuh juga dapat dilakukan di luar Rumah
dinyatakan mati batang otak oleh Pelayanan Kesehatan dan harus atas Sakit.
Tenaga Medis di Rumah Sakit. persetujuan keluarganya. - Menambahkan frasa “dan harus atas
persetujuan keluarganya” mereposisi Pasal
75 ayat (5)
601. REPOSISI DENGAN (4) Dalam hal pendonor mati atau pendonor mati Reposisi dari Pasal 75 ayat (3)
PERUBAHAN batang otak semasa hidupnya telah menyatakan
SUBSTANSI dirinya bersedia sebagai Pendonor,
transplantasi organ dan/atau jaringan dapat
dilakukan pada saat yang bersangkutan mati

79
atau mati batang otak tanpa persetujuan
keluarganya.
602. (5) Pengambilan organ dan/atau SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah ditampung dalam Pasal 75
jaringan sebagaimana dimaksud ayat (3)
pada ayat (4) dilakukan dengan
persetujuan keluarga.
603. REPOSISI DENGAN Pasal 75A - Reposisi dari Pasal 77
PERUBAHAN (1) Seseorang dinyatakan mati sebagaimana - Untuk memperjelas pengaturan seseorang
SUBSTANSI dimaksud dalam Pasal 75 apabila seseorang yang dinyatakan mati atau mati batang otak
memenuhi kriteria diagnosis terbukti yang dapat menjadi pendonor
berhentinya fungsi sistem jantung sirkulasi
secara permanen.
604. REPOSISI DENGAN (2) Seseorang dinyatakan mati batang otak - Reposisi dari Pasal 77
PERUBAHAN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 apabila
SUBSTANSI seseorang memenuhi kriteria diagnosis
kematian klinis/konvensional atau kriteria
diagnosis kematian mati batang otak/mati otak.
605. SUBSTANSI BARU (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria Menambahkan pendelegasian lebih lanjut
diagnosis mati atau mati batang otak/mati otak mengenai kriteria diagnosis mati atau mati
diatur dengan Peraturan Pemerintah. batang otak

606. REPOSISI DENGAN Pasal 75B Reposisi dari Pasal 76 ayat (2)
PERUBAHAN (1) Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh
REDAKSIONAL hanya dapat dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan oleh Tenaga Medis yang mempunyai
keahlian dan kewenangan.
607. REPOSISI DENGAN (2) Fasilitas pelayanan kesehatan sebagaimana Reposisi dari Pasal 76 ayat (3)
PERUBAHAN dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi
REDAKSIONAL persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri.
608. SUBSTANSI BARU Pasal 75C Untuk menegaskan prinsip-prinsip dalam
Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh penyelenggaraan transplantasi organ dan/atau
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75B harus jaringan tubuh
memperhatikan prinsip:
609. SUBSTANSI BARU a. keadilan; Konkordan Pasal 75C
610. SUBSTANSI BARU b. utilitas medis; Konkordan Pasal 75C
611. SUBSTANSI BARU c. kecocokan organ dan/atau jaringan tubuh Konkordan Pasal 75C
dengan resipien yang membutuhkan;

80
612. SUBSTANSI BARU d. urutan prioritas berdasarkan kebutuhan medis Konkordan Pasal 75C
resipien dan/atau hubungan keluarga;
613. SUBSTANSI BARU e. ketepatan waktu transplantasi organ dan/atau Konkordan Pasal 75C
jaringan tubuh (golden period);
614. SUBSTANSI BARU f. karakteristik organ dan/atau jaringan tubuh; Konkordan Pasal 75C
dan
615. REPOSISI DENGAN g. memperhatikan kesehatan pendonor bagi Reposisi dari Pasal 79 ayat (1)
PERUBAHAN pendonor hidup.
REDAKSIONAL
616. REPOSISI TETAP Pasal 75D Reposisi dari Pasal 79 ayat (2)
Transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh
dilakukan melalui kegiatan:
617. REPOSISI TETAP a. pendaftaran calon pendonor dan calon resipien Reposisi dari Pasal 79 ayat (2) huruf a
di bank organ dan/atau jaringan;
618. REPOSISI TETAP b. pemeriksaan kelayakan calon pendonor dilihat Reposisi dari Pasal 79 ayat (2) huruf b
dari segi tindakan, psikologis, dan sosio yuridis;
619. REPOSISI TETAP c. pemeriksaan kecocokan antara pendonor dan Reposisi dari Pasal 79 ayat (2) huruf c
resipien organ dan/atau jaringan tubuh;
dan/atau
620. REPOSISI DENGAN d. operasi transplantasi dan penatalaksanaan Reposisi dari Pasal 79 ayat (2) huruf d, serta
PERUBAHAN pascaoperasi transplantasi organ dan/atau mengubah kata “penanganan” menjadi
REDAKSIONAL jaringan tubuh. “penatalaksanaan”
621. Pasal 76 REPOSISI TETAP DIHAPUS Direposisi ke dalam Pasal 74 ayat (1a)
(1) Transplantasi organ dan/atau
jaringan tubuh merupakan
tindakan pemindahan organ
dan/atau jaringan tubuh dari
pendonor kepada resipien sesuai
dengan kebutuhan medis.
622. (2) Transplantasi organ dan/atau REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke dalam Pasal 75B ayat (1)
jaringan tubuh hanya dapat PERUBAHAN
dilakukan oleh Tenaga Medis REDAKSIONAL
yang mempunyai keahlian dan
kewenangan.
623. (3) Transplantasi organ dan/atau REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke dalam Pasal 75B ayat (2)
jaringan tubuh sebagaimana PERUBAHAN
dimaksud pada ayat (2) REDAKSIONAL
dilakukan di Fasilitas Pelayanan

81
Kesehatan yang ditetapkan oleh
Menteri.
624. Pasal 77 REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke dalam Pasal 75A
Seseorang dinyatakan mati PERUBAHAN
sebagaimana dimaksud dalam Pasal SUBSTANSI
75 ayat (2) huruf b apabila fungsi
sistem jantung-sirkulasi dan sistem
pernafasan terbukti telah berhenti
secara permanen, atau apabila
kematian batang otak telah dapat
dibuktikan.
625. Pasal 78 TETAP TETAP
(1) Setiap orang berhak menjadi
resipien transplantasi organ
dan/atau jaringan tubuh.
626. (2) Resipien transplantasi organ TETAP TETAP
dan/atau jaringan tubuh
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan berdasarkan
kedaruratan medis dan/atau
keberlangsungan hidup.
627. (3) Penetapan kedaruratan medis TETAP TETAP
dan/atau keberlangsungan
hidup sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilakukan secara
adil, transparan, dan
bertanggung jawab.
628. Pasal 79 REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke dalam Pasal 75C huruf g
(1) Transplantasi organ dan/atau PERUBAHAN
jaringan tubuh dari pendonor REDAKSIONAL
hidup harus memperhatikan
Kesehatan pendonor yang
bersangkutan.
629. (2) Transplantasi organ dan/atau REPOSISI TETAP DIHAPUS Reposisi ke dalam Pasal 75D
jaringan tubuh dilakukan
melalui kegiatan:
630. a. pendaftaran calon pendonor REPOSISI TETAP DIHAPUS Reposisi ke dalam Pasal 75D huruf a
dan calon resipien di bank
organ dan/atau jaringan

82
melalui Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
631. b. pemeriksaan kelayakan REPOSISI TETAP DIHAPUS Reposisi ke dalam Pasal 75D huruf b
calon pendonor dilihat dari
segi kesehatan, psikologis,
dan sosio yuridis;
632. c. pemeriksaan kecocokan REPOSISI TETAP DIHAPUS Reposisi ke dalam Pasal 75D huruf c
antara pendonor dan
resipien organ dan/atau
jaringan tubuh; dan
633. d. operasi transplantasi dan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke dalam Pasal 75D huruf d
penanganan pascaoperasi PERUBAHAN
transplantasi organ REDAKSIONAL
dan/atau jaringan tubuh.
634. Pasal 80 TETAP TETAP
(1) Menteri berwenang mengelola
pelayanan transplantasi organ
dan/atau jaringan tubuh.
635. (2) Kewenangan pengelolaan TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan:
636. a. membentuk sistem SUBSTANSI a. membentuk sistem informasi transplantasi organ Menambahkan frasa “terintegrasi dengan Sistem
informasi transplantasi dan/atau jaringan tubuh yang terintegrasi Informasi Kesehatan Nasional” sesuai dengan
organ dan/atau jaringan dengan Sistem Informasi Kesehatan Nasional. usulan pemerintah terkait dengan integrasi
tubuh; sistem informasi
637. b. sosialisasi dan REDAKSIONAL b. peningkatan peran serta masyarakat sebagai Menghapus kata “sosialisasi”
peningkatan peran serta pendonor organ dan/atau jaringan tubuh demi
masyarakat sebagai kepentingan kemanusiaan dan pemulihan
pendonor organ dan/atau Kesehatan
jaringan tubuh demi
kepentingan kemanusiaan
dan pemulihan Kesehatan;
638. c. pengelolaan data pendonor TETAP TETAP
dan resipien organ
dan/atau jaringan tubuh;
dan
639. d. pendidikan dan penelitian TETAP TETAP
yang menunjang kegiatan
pelayanan transplantasi

83
organ dan/atau jaringan
tubuh.
640. (3) Dalam melaksanakan TETAP TETAP
pengelolaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Menteri
bekerja sama dengan
kementerian/ lembaga terkait
dan Pemerintah Daerah.
641. SUBSTANSI BARU Pasal 80A Menambahkan substansi baru terkait tanggung
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah jawab pemerintah melaksanakan peningkatan
bertanggung jawab melaksanakan peningkatan upaya transplantasi organ dan/atau jaringan
upaya transplantasi organ dan/atau jaringan tubuh. tubuh, yang akan dijabarkan dalam Peraturan
Pelaksanaan termasuk mengenai kebutuhan
adanya Komite Transplantasi
642. Pasal 81 TETAP TETAP
(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah dan/atau resipien dapat
memberikan penghargaan
kepada pendonor transplantasi
organ.
643. (2) Penghargaan sebagaimana TETAP TETAP
dimaksud pada ayat (1) diberikan
kepada pendonor dan/atau ahli
waris pendonor.
644. Pasal 82 SUBSTANSI DIHAPUS Kebutuhan pembentukan Komite Transplantasi
(1) Untuk mendukung pelaksanaan telah diakomodir dalam Pasal 80A yang akan
peningkatan upaya transplantasi diatur dalam Peraturan Pelaksanaan
organ dan/atau jaringan tubuh
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 80, Presiden membentuk
komite transplantasi.
645. (2) Komite transplantasi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 82 ayat (1)
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) bertanggung jawab
kepada Presiden melalui Menteri.
646. (3) Keanggotaan komite SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 82 ayat (1)
transplantasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) terdiri

84
atas 19 (sembilan belas) orang
yang berasal dari unsur:
647. a. 2 (dua) orang yang berasal SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 82 ayat (1)
dari kementerian yang
membidangi urusan
pemerintahan di bidang
kesehatan;
648. b. 12 (dua belas) orang yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 82 ayat (1)
berasal dari perwakilan
organisasi perhimpunan
praktik layanan profesi
Tenaga Medis yang terkait;
649. c. 2 (dua) orang yang berasal SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 82 ayat (1)
dari perwakilan Rumah Sakit
yang dapat melaksanakan
transplantasi organ
dan/atau jaringan tubuh;
dan
650. d. 3 (tiga) orang yang berasal SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 82 ayat (1)
dari tokoh masyarakat,
tokoh agama, dan pegiat
pelindungan konsumen di
bidang kesehatan.
651. (4) Masa tugas keanggotaan komite SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 82 ayat (1)
transplantasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) berlaku
selama 3 (tiga) tahun dan dapat
diperpanjang 1 (satu) kali.
652. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 82 ayat (1)
komite transplantasi diatur
dalam Peraturan Presiden.
653. Pasal 83 TETAP TETAP
Ketentuan lebih lanjut mengenai
penyelenggaraan transplantasi organ
dan/atau jaringan tubuh
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
74 sampai dengan Pasal 81 diatur
dengan Peraturan Pemerintah.

85
654. Paragraf 3 REDAKSIONAL Paragraf 3 Penyesuaian dengan pengaturan pasal-pasal di
Terapi Berbasis Sel Punca dan Sel Terapi Berbasis Sel dan Sel Punca bawahnya
655. Pasal 84 SUBSTANSI Pasal 84 Menghilangkan frasa “yang berasal dari manusia
(1) Terapi berbasis sel dan/atau sel (1) Terapi berbasis sel dan/atau sel punca dapat atau hewan” karena terapi berbasis sel yang
punca yang berasal dari manusia dilakukan apabila terbukti keamanan dan berasal dari hewan masih memerlukan kajian
atau hewan dapat dilakukan kemanfaatannya. lebih lanjut, sehingga tidak perlu dibunyikan
apabila terbukti keamanan dan secara khusus dalam undang-undang
kemanfaatannya.

656. (2) Terapi berbasis sel dan/atau sel TETAP TETAP


punca sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan untuk
penyembuhan penyakit dan
pemulihan Kesehatan.
657. (3) Terapi berbasis sel dan/atau sel TETAP TETAP
punca sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilarang untuk
reproduksi.
658. (4) Sel punca sebagaimana TETAP TETAP
dimaksud pada ayat (1) tidak
boleh berasal dari sel punca
embrionik.
659. Pasal 85 TETAP TETAP
Ketentuan lebih lanjut mengenai
terapi berbasis sel dan/atau sel punca
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
84 diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
660. Paragraf 4 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan keterangan pemerintah pada
Implan Obat dan/atau Alat judul bagian
Kesehatan
661. Pasal 86 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan keterangan pemerintah pada
(1) Pemasangan implan Obat judul bagian
dan/atau Alat Kesehatan ke
dalam tubuh manusia hanya
dapat dilakukan oleh Tenaga
Medis yang mempunyai keahlian
dan kewenangan serta dilakukan
di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.

86
662. (2) Ketentuan mengenai syarat dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan keterangan pemerintah pada
tata cara penyelenggaraan judul bagian
pemasangan implan Obat
dan/atau Alat Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan standar pelayanan,
standar profesi, dan standar
prosedur operasional.
663. Paragraf 5 TETAP TETAP
Bedah Plastik Rekonstruksi dan
Estetika
664. Pasal 87 TETAP TETAP
(1) Bedah plastik rekonstruksi dan
estetika hanya dapat dilakukan
oleh Tenaga Medis yang
mempunyai keahlian dan
kewenangan.
665. (2) Bedah plastik rekonstruksi dan SUBSTANSI (2) Bedah plastik rekonstruksi dan estetika tidak - Menghilangkan frasa “dengan maksud
estetika tidak boleh bertentangan boleh bertentangan dengan norma yang melawan hukum atau melakukan
dengan norma yang berlaku berlaku dalam masyarakat dan tidak kejahatan.” Karena akan mengaburkan
dalam masyarakat dan tidak ditujukan untuk mengubah identitas. makna maksud norma. Yang ditujukan
ditujukan untuk mengubah peraturan ini adalah bedah plastik tidak
identitas dengan maksud mengubah identitas karena akan
melawan hukum atau menimbulkan potensi melakukan kejahatan
melakukan kejahatan.
666. (3) Ketentuan mengenai syarat dan TETAP TETAP
tata cara bedah plastik
rekonstruksi dan estetika
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah.
667. Bagian Kedua Belas REDAKSIONAL Bagian Ketiga Belas Urutan bagian sesuai dengan usulan reposisi
Pelayanan Kedokteran untuk Pelayanan Kedokteran untuk Kepentingan Hukum
Kepentingan Hukum
668. Pasal 88 REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke pasal 88A
(1) Pemerintah Pusat dan PERUBAHAN
Pemerintah Daerah bertanggung REDAKSIONAL
jawab dalam penyelenggaraan

87
pelayanan kedokteran untuk
kepentingan hukum.
669. (2) Penyelenggaraan pelayanan REDAKSIONAL (1) Penyelenggaraan pelayanan kedokteran untuk Konkordan dengan perubahan ayat (1)
kedokteran untuk kepentingan kepentingan hukum ditujukan untuk
hukum sebagaimana dimaksud memperoleh fakta dan temuan yang dapat
pada ayat (1) ditujukan untuk digunakan sebagai dasar dalam memberikan
memperoleh fakta dan temuan keterangan ahli.
yang dapat digunakan sebagai
dasar dalam memberikan
keterangan ahli.
670. (3) Penyelenggaraan pelayanan TETAP TETAP
kedokteran untuk kepentingan
hukum sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan pada
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
yang memenuhi persyaratan.
671. (4) Permintaan dan tata cara REDAKSIONAL (3) Permintaan dan tata cara pemberian pelayanan Konkordan dengan perubahan ayat (1
pemberian pelayanan kedokteran kedokteran untuk kepentingan hukum
untuk kepentingan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
sebagaimana dimaksud pada dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
ayat (1) dan ayat (3) dilaksanakan peraturan perundang-undangan.
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
672. REPOSISI DENGAN Pasal 88A Reposisi dari pasal 88 ayat (1)
PERUBAHAN Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan
REDAKSIONAL kedokteran untuk kepentingan hukum
673. SUBSTANSI BARU Pasal 88B Menambahkan substansi tanggung jawab
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pemerintah
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan
pelayanan kedokteran untuk kepentingan hukum.
674. Pasal 89 TETAP TETAP
(1) Pelayanan kedokteran untuk
kepentingan hukum terdiri atas:
675. a. pelayanan kedokteran TETAP TETAP
terhadap orang hidup; dan
676. a. pelayanan kedokteran TETAP TETAP
terhadap orang mati.

88
677. (2) Pelayanan kedokteran untuk REPOSISI DENGAN (2) Dalam rangka melakukan pelayanan kedokteran Reposisi dari Pasal 89 ayat (4)
kepentingan hukum terhadap PERUBAHAN untuk kepentingan hukum sebagaimana
orang hidup sebagaimana REDAKSIONAL dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan bedah
dimaksud pada ayat (1) huruf a mayat forensik sesuai dengan ketentuan
ditujukan untuk mengetahui peraturan perundang-undangan, pemeriksaan
keadaan dan sifat kecederaan, laboratorium dan/atau pencitraan
penyebab kecederaan, adanya pascakematian (virtual autopsy).
kekerasan/hubungan seksual,
dampak terhadap Kesehatan
baik fisik maupun jiwa,
kecakapan hukum seseorang,
dan temuan lain yang
berhubungan dengan tindak
pidana dan pelakunya.
678. (3) Pelayanan kedokteran untuk REPOSISI DENGAN (3) Pelayanan kedokteran untuk kepentingan Reposisi dari Pasal 89 ayat (5)
kepentingan hukum terhadap PERUBAHAN hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
orang mati sebagaimana REDAKSIONAL sampai dengan (4) dilakukan oleh Tenaga Medis
dimaksud pada ayat (1) huruf b sesuai dengan keahlian dan kewenangannya.
dilakukan terhadap mayat yang
kematiannya diduga merupakan
akibat atau berhubungan dengan
suatu tindak pidana atau
kepentingan hukum lainnya.
679. (4) Dalam rangka melakukan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke Pasal 89 ayat (2)
pelayanan kedokteran untuk PERUBAHAN
kepentingan hukum REDAKSIONAL
sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dapat dilakukan bedah
mayat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan,
dan/atau pemeriksaan
laboratorium dan/atau
pencitraan pascakematian
(virtual autopsy).
680. (4) Pelayanan kedokteran untuk REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke pasal 89 ayat (3)
kepentingan hukum PERUBAHAN
sebagaimana dimaksud pada REDAKSIONAL
ayat (1) sampai dengan (4)
dilakukan oleh Tenaga Medis

89
sesuai dengan keahlian dan
kewenangannya.
681. Pasal 90 REDAKSIONAL Pasal 90 Menyederhanakan substansi
(1) Untuk kepentingan penegakan Untuk kepentingan penegakan hukum dan
hukum dan administratif administratif kependudukan, setiap orang yang mati
kependudukan, setiap orang harus diupayakan untuk diketahui sebab kematian
yang mati harus diupayakan dan identitasnya melalui audit kematian.
untuk diketahui sebab kematian
dan identitasnya.
682. (2) Dalam rangka upaya penentuan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1)
sebab kematian seseorang
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan audit
kematian termasuk autopsi
verbal, bedah mayat klinis,
dan/atau pemeriksaan
laboratorium dan pencitraan
pascakematian (virtual autopsy).
683. (3) Pelaksanaan bedah mayat klinis SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1)
atau pemeriksaan laboratorium
dan pencitraan pascakematian
(virtual autopsy) sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) harus
dilakukan dengan persetujuan
keluarga.
684. (4) Dalam rangka upaya penentuan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1)
identitas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) harus dilakukan
upaya identifikasi mayat sesuai
dengan standar.
685. (5) Dalam hal jasad orang yang mati SUBSTANSI (2) Pelaksanaan upaya penentuan sebab kematian - Pada dasarnya penentuan sebab kematian
tidak diketahui identitas diri dan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dapat dipadukan pada penelitian dan
keluarganya, pelaksanaan upaya dipadukan dengan kegiatan penelitian, pendidikan, serta tidak terbatas pada jasad
penentuan sebab kematian dapat pendidikan dan pelatihan, termasuk bedah yang tidak diketahui identitasnya
dilakukan kegiatan penelitian, mayat anatomis dan/atau bedah mayat klinis. - Pada saat ini sudah ada orang yang
pendidikan dan pelatihan, mendaftarkan diri untuk mendonasikan
termasuk bedah mayat anatomis tubuhnya dalam rangka penelitian dan
secara terpadu. pendidikan (bedah mayat anatomis)
686. Pasal 91 REDAKSIONAL Pasal 91 Menambahkan norma agama

90
Tindakan bedah mayat oleh Tenaga Tindakan bedah mayat oleh Tenaga medis harus
medis harus dilakukan sesuai dengan dilakukan sesuai dengan norma agama, norma sosial
norma sosial budaya, norma budaya, norma kesusilaan, dan etika profesi.
kesusilaan, dan etika profesi.
687. Pasal 92 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi diakomodir dalam Bab Pendanaan
Biaya pemeriksaan Kesehatan
terhadap korban tindak pidana
dan/atau pemeriksaan mayat untuk
kepentingan hukum ditanggung oleh
Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah melalui anggaran pendapatan
dan belanja negara dan anggaran
pendapatan dan belanja daerah.
688. Pasal 93 TETAP TETAP
Ketentuan lebih lanjut mengenai
pelayanan kedokteran untuk
kepentingan hukum diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

689. Bagian Ketiga Belas SUBSTANSI DIHAPUS Diusulkan substansi ini dihapus karena telah
Bedah Mayat diakomodir secara umum dalam substansi
pelayanan kedokteran untuk kepentingan
hukum yang lebih teknis akan diatur dalam
peraturan pelaksanaan

690. Pasal 94 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan keterangan pada judul


(1) Pelaksanaan bedah mayat juga bagian
dapat dilakukan untuk
kepentingan pendidikan dalam
bentuk bedah mayat anatomis.

691. (2) Bedah mayat anatomis SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan keterangan pada judul
sebagaimana dimaksud pada bagian
ayat (1) dilakukan terhadap

91
692. a. mayat yang tidak dikenal SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan keterangan pada judul
atau mayat yang tidak bagian
diurus oleh keluarganya;

693. b. mayat yang semasa SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan keterangan pada judul
hidupnya telah bagian
memberikan persetujuan
tertulis; atau

694. c. mayat yang telah disetujui SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan keterangan pada judul
tertulis oleh keluarganya bagian
atau yang mewakili.

695. (3) Bedah mayat klinis SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan keterangan pada judul
sebagaimana dimaksud pada bagian
ayat (1) ditujukan untuk
menegakkan diagnosis
dan/atau menyimpulkan
penyebab kematian.
696. (4) Bedah mayat klinis SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan keterangan pada judul
sebagaimana dimaksud pada bagian
ayat (1) dilakukan atas
persetujuan tertulis pasien
semasa hidupnya atau
persetujuan tertulis keluarga
terdekat pasien.
697. (5) Dalam hal pasien diduga SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan keterangan pada judul
meninggal akibat penyakit yang bagian
membahayakan masyarakat
dan bedah mayat klinis
mutlak diperlukan untuk
menegakkan diagnosis
dan/atau mengungkap

92
penyebab kematiannya, dan
tidak diperlukan persetujuan.
698. Pasal 95 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan keterangan pada judul
(1) Untuk kepentingan bagian
pendidikan di bidang ilmu
kedokteran dan biomedik dapat
dilakukan bedah mayat
anatomis di rumah sakit
pendidikan atau di institusi
pendidikan kedokteran
699. (2) Mayat sebagaimana dimaksud SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan keterangan pada judul
pada ayat (1) harus telah bagian
diawetkan, dipublikasikan
untuk dicarikan keluarganya,
dan disimpan paling lama 1
(satu) bulan sejak
kematiannya.
700. (3) Ketentuan lebih lanjut SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan keterangan pada judul
mengenai bedah mayat bagian
anatomis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
701. Bagian Keempat Belas REDAKSIONAL Bagian Kelima Belas Konkordan urutan Bagian
Penanggulangan Gangguan Kesehatan Penglihatan dan Pendengaran
Penglihatan dan
Gangguan Pendengaran
702. Pasal 96 REDAKSIONAL Pasal 96 Konsistensi penggunaan frasa “upaya
(1) Penanggulangan gangguan (1) Upaya Kesehatan penglihatan dan pendengaran kesehatan” dan sesuai dengan usulan
penglihatan dan gangguan ditujukan untuk meningkatkan derajat perubahan judul yang tidak mengedepankan
pendengaran merupakan kesehatan penglihatan dan pendengaran permasalahan
semua kegiatan yang dilakukan masyarakat serta menurunkan angka disabilitas.
meliputi pelayanan promotif,
preventif, kuratif, dan/atau
rehabilitatif .
703. (2) Penyelenggaraan kegiatan REDAKSIONAL (2) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan Menambahkan substansi tanggung jawab
sebagaimana dimaksud pada masyarakat termasuk swasta, bertanggungjawab pemerintah dan masyarakat
ayat (1) menjadi tanggung atas penyelenggaraan upaya kesehatan

93
jawab Pemerintah Pusat dan penglihatan dan pendengaran yang sesuai
Pemerintah Daerah. standar, aman, bermutu, dan terjangkau.
704. SUBSTANSI BARU (3) Upaya Kesehatan penglihatan dan pendengaran Menambahkan substansi terkait dengan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan penggerakkan pemberdayaan masyarakat
dengan menggerakkan pemberdayaan
masyarakat.
705. SUBSTANSI BARU Pasal 96A Menambahkan substansi terkait dengan
(1) Upaya Kesehatan penglihatan dan pendengaran penyelenggaraan secara terpadu, komprehensif,
diselenggarakan secara terpadu, komprehensif, efektif, efisien, dan berkelanjutan
efektif, efisien, dan berkelanjutan
706. SUBSTANSI BARU (2) Dalam penyelenggaraan upaya Kesehatan mata Menambahkan substansi terkait dengan
dan pendengaran sebagaimana dimaksud pada penetapan prioritas
ayat (1), Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah dapat menetapkan gangguan penglihatan
dan gangguan pendengaran tertentu sebagai
prioritas nasional atau daerah.
707. Pasal 97 REDAKSIONAL Pasal 97 Konkordan istilah Upaya Kesehatan
Ketentuan lebih lanjut mengenai Ketentuan lebih lanjut mengenai Upaya Kesehatan penglihatan dan pendengaran
penanggulangan gangguan penglihatan dan pendengaran diatur dengan
penglihatan dan pendengaran diatur Peraturan Pemerintah.
dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
708. Bagian Kelima Belas REDAKSIONAL Bagian Keenam Belas Konkordan urutan Bagian
Upaya Kesehatan Jiwa Upaya Kesehatan Jiwa
709. REPOSISI DENGAN Pasal 97A Pemerintah mengusulkan untuk
PERUBAHAN Upaya Kesehatan Jiwa ditujukan untuk: menyederhanakan pengaturan mengenai upaya
SUBSTANSI kesehatan jiwa meliputi tujuan
diselenggarakannya upaya, lingkup
pelaksanaan, hak masyarakat, tanggung jawab
pemerintah dan masyarakat, fasilitas pelayanan
di bidang kesehatan jiwa serta pemeriksaan
kesehatan jiwa untuk kepentingan hukum.
710. REPOSISI DENGAN a. menjaga dan meningkatkan kualitas hidup yang Konkordan dengan Pasal 97A
PERUBAHAN baik, bebas dari ketakutan, tekanan, dan
SUBSTANSI keadaan yang dapat mengganggu kesehatan
Jiwa; dan
711. REPOSISI DENGAN b. menjaga dan meningkatkan produktivitas sesuai Konkordan dengan Pasal 97A
PERUBAHAN potensi.
SUBSTANSI

94
712. REPOSISI DENGAN Pasal 97B Konkordan dengan Pasal 97A
PERUBAHAN Upaya Kesehatan jiwa dilakukan sepanjang usia.
SUBSTANSI
713. REPOSISI DENGAN Pasal 97C Konkordan dengan Pasal 97A
PERUBAHAN Setiap orang berhak memperoleh:
SUBSTANSI
714. REPOSISI DENGAN a. akses pelayanan Kesehatan jiwa yang aman, Konkordan dengan Pasal 97A
PERUBAHAN bermutu, dan terjangkau; dan
SUBSTANSI
715. REPOSISI DENGAN b. informasi dan edukasi Kesehatan jiwa. Konkordan dengan Pasal 97A
PERUBAHAN
SUBSTANSI
716. REPOSISI DENGAN Pasal 97D Konkordan dengan Pasal 97A
PERUBAHAN Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, keluarga,
SUBSTANSI dan/atau masyarakat termasuk swasta,
bertanggungjawab:
717. REPOSISI DENGAN a. melakukan penyelenggaraan Upaya Kesehatan Konkordan dengan Pasal 97A
PERUBAHAN jiwa yang sesuai standar, aman, bermutu, dan
SUBSTANSI terjangkau;
718. REPOSISI DENGAN b. mencegah bunuh diri; Konkordan dengan Pasal 97A
PERUBAHAN
SUBSTANSI
719. REPOSISI DENGAN c. melakukan penanganan orang yang berisiko Konkordan dengan Pasal 97A
PERUBAHAN dan orang dengan gangguan jiwa, termasuk
SUBSTANSI yang terlantar, menggelandang, dan
mengancam keselamatan dirinya dan atau
orang lain;
720. REPOSISI DENGAN d. menjamin orang yang berisiko dan orang Konkordan dengan Pasal 97A
PERUBAHAN dengan gangguan jiwa mempunyai hak yang
SUBSTANSI sama sebagai warga negara;
721. REPOSISI DENGAN e. mencegah dan menghentikan penelantaran, Konkordan dengan Pasal 97A
PERUBAHAN pemasungan, dan kekerasan kepada orang yang
SUBSTANSI berisiko dan orang dengan gangguan jiwa serta
tindakan lain yang melanggar hak asasi
manusia;
722. REPOSISI DENGAN f. menyediakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Konkordan dengan Pasal 97A
PERUBAHAN dengan pelayanan Kesehatan jiwa atau fasilitas
SUBSTANSI lain sesuai dengan kebutuhan;

95
723. REPOSISI DENGAN g. menyediakan layanan untuk Pasien narkotika, Konkordan dengan Pasal 97A
PERUBAHAN psikotropika, dan zat adiktif; dan
SUBSTANSI
724. REPOSISI DENGAN h. melakukan pengawasan terhadap pelayanan Konkordan dengan Pasal 97A
PERUBAHAN Kesehatan jiwa di luar sektor Kesehatan dan
SUBSTANSI fasilitas pelayanan berbasis masyarakat.
725. REPOSISI DENGAN Pasal 97E Konkordan dengan Pasal 97A
PERUBAHAN (1) Fasilitas pelayanan di bidang Kesehatan jiwa
SUBSTANSI meliputi:
726. REPOSISI DENGAN a. Fasilitas pelayanan Kesehatan; dan Konkordan dengan Pasal 97A
PERUBAHAN
SUBSTANSI
727. REPOSISI DENGAN b. Fasilitas pelayanan di luar sektor Kesehatan Konkordan dengan Pasal 97A
PERUBAHAN dan fasilitas pelayanan berbasis masyarakat.
SUBSTANSI
728. REPOSISI DENGAN (2) Fasilitas pelayanan di luar sektor Kesehatan dan Konkordan dengan Pasal 97A
PERUBAHAN fasilitas pelayanan berbasis masyarakat
SUBSTANSI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dapat menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa
yang bersifat promotif, preventif, dan rehabilitatif
dengan cara bekerja sama dengan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang ada di wilayahnya
729. REPOSISI DENGAN (3) Fasilitas Pelayanan di luar sektor Kesehatan dan Konkordan dengan Pasal 97A
PERUBAHAN Fasilitas Pelayanan berbasis masyarakat
SUBSTANSI sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
wajib memiliki izin dan memenuhi persyaratan
keamanan, keselamatan, dan kenyamanan
730. Pasal 98 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
(1) Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah
bertanggung jawab
menciptakan kondisi
Kesehatan jiwa yang setinggi-
tingginya dan menjamin
ketersediaan, aksesibilitas,
mutu, dan pemerataan Upaya
Kesehatan jiwa.
731. (2) Upaya Kesehatan jiwa SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
sebagaimana dimaksud pada

96
ayat (1) meliputi upaya
promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
732. (3) Upaya Kesehatan jiwa SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
diselenggarakan agar Setiap
Orang mencapai Kesehatan
jiwa yang menjamin
perkembangan fisik, mental,
spiritual, dan sosialnya
sehingga dapat menyadari
kemampuan sendiri, mampu
mengatasi tekanan, bekerja
secara produktif, dan
memberikan kontribusi untuk
komunitasnya.
733. (4) Pemerintah Pusat dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
Pemerintah Daerah bersama
masyarakat bertanggung jawab
menyelenggarakan Upaya
Kesehatan Jiwa.
734. (5) Pemerintah Pusat dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
Pemerintah Daerah
berkewajiban untuk
mengembangkan Upaya
Kesehatan jiwa berbasis
masyarakat sebagai bagian dari
Upaya Kesehatan jiwa
keseluruhan, termasuk
mempermudah akses
masyarakat terhadap
Pelayanan Kesehatan jiwa.
735. Pasal 99 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
Upaya Kesehatan Jiwa
diselenggarakan untuk:
736. a. menjamin setiap orang dapat SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
mencapai kualitas hidup yang
baik, menikmati kehidupan
kejiwaan yang sehat, bebas dari
ketakutan, tekanan, dan

97
gangguan lain yang dapat
mengganggu Kesehatan Jiwa;
737. b. menjamin setiap orang dapat SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
mengembangkan berbagai
potensi kecerdasan;
738. c. memberikan pelindungan dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
menjamin pelayanan Kesehatan
Jiwa bagi orang dengan masalah
kejiwaan dan orang dengan
gangguan jiwa berdasarkan hak
asasi manusia;
739. d. memberikan pelayanan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
kesehatan secara terintegrasi,
komprehensif, dan
berkesinambungan melalui
upaya promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitatif bagi
orang dengan masalah kejiwaan
dan orang dengan gangguan
jiwa;
740. e. menjamin ketersediaan dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
keterjangkauan sumber daya
dalam Upaya Kesehatan Jiwa;
741. f. meningkatkan mutu Upaya SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
Kesehatan Jiwa sesuai dengan
perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi; dan
742. g. memberikan kesempatan kepada SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
orang dengan masalah kejiwaan
dan orang dengan gangguan jiwa
untuk dapat memperoleh
haknya sebagai Warga Negara
Indonesia.
743. Pasal 100 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
Kesehatan Jiwa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 98 merupakan
kondisi seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental,
spiritual, dan sosial sehingga individu

98
tersebut menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara produktif, dan
mampu memberikan kontribusi
untuk komunitasnya.
744. Pasal 101 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
(1) Masyarakat berhak
mendapatkan informasi dan
edukasi yang benar mengenai
Kesehatan jiwa.
745. (2) Hak sebagaimana dimaksud SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
pada ayat (1) ditujukan untuk
mencegah terjadinya risiko
masalah kejiwaan atau
gangguan jiwa, serta mencegah
terjadinya pelanggaran hak asasi
seseorang yang mengalami
masalah kejiwaan atau
gangguan jiwa.
746. (3) Pemerintah Pusat dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
Pemerintah Daerah bertanggung
jawab menyediakan layanan
informasi dan edukasi tentang
Kesehatan jiwa.
747. Pasal 102 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
(1) Upaya Kesehatan Jiwa
dilaksanakan oleh Tenaga Medis,
Tenaga Kesehatan, serta tenaga
lain yang memiliki keahlian dan
kewenangan dengan tetap
menghormati hak asasi Pasien.
748. (2) Upaya Kesehatan Jiwa SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
dilaksanakan di fasilitas
pelayanan di bidang kesehatan
jiwa yang memenuhi syarat dan
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan.
749. Pasal 103 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A

99
(1) Fasilitas pelayanan di bidang
Kesehatan jiwa meliputi:
750. a. Fasilitas Pelayanan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
Kesehatan; dan
751. b. Fasilitas Pelayanan di luar SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
sektor Kesehatan dan
fasilitas pelayanan berbasis
masyarakat.
752. (2) Fasilitas pelayanan di luar sektor SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
Kesehatan dan fasilitas
pelayanan berbasis masyarakat
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dapat
menyelenggarakan upaya
perawatan orang dengan
gangguan jiwa dengan cara
bekerja sama dengan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang ada
di wilayahnya.
753. (3) Fasilitas Pelayanan di luar sektor SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
Kesehatan dan Fasilitas
Pelayanan berbasis masyarakat
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b wajib memiliki
izin dan memenuhi persyaratan
keamanan, keselamatan,
kenyamanan, dan kemudahan.
754. (4) Pemerintah Pusat dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
Pemerintah Daerah bertanggung
jawab untuk melakukan
pengawasan terhadap fasilitas
pelayanan di luar sektor
Kesehatan dan fasilitas
pelayanan berbasis masyarakat.
755. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
perizinan, persyaratan, dan
pengawasan fasilitas pelayanan
di luar sektor Kesehatan dan
fasilitas pelayanan berbasis

100
masyarakat diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
756. Pasal 104 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
(1) Penatalaksanaan orang dengan
gangguan jiwa yang dilakukan
secara rawat inap harus
mendapatkan persetujuan
tindakan secara tertulis dari
orang dengan gangguan jiwa
yang bersangkutan.
757. (2) Dalam hal orang dengan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
gangguan jiwa sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dianggap
tidak cakap dalam membuat
keputusan, persetujuan
tindakan dapat diberikan oleh:
758. a. Suami atau istri; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A

759. b. orang tua; SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A

760. c. anak atau saudara SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
sekandung yang paling
sedikit berusia 18 (delapan
belas) tahun.
761. d. wali atau pengampu; atau SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A

762. e. pejabat yang berwenang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan.
763. (3) Dalam hal orang dengan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
gangguan jiwa dianggap tidak
cakap dan pihak yang
memberikan persetujuan
tindakan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak
ada, tindakan medis yang
ditujukan untuk mengatasi

101
kondisi kedaruratan dapat
diberikan tanpa persetujuan.
764. (4) Penentuan kecakapan orang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
dengan gangguan jiwa
sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan oleh dokter
spesialis kedokteran jiwa atau
dokter yang memberikan
layanan medis saat itu.
765. (5) Orang dengan gangguan jiwa SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
yang telah dilakukan
penyembuhan berhak
menentukan tindakan medis
yang akan dilakukannya.
766. Pasal 105 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
(1) Penatalaksanaan terhadap orang
dengan gangguan jiwa dengan
cara lain di luar
penatalaksanaan oleh Tenaga
Medis dan Tenaga Kesehatan
hanya dapat dilakukan apabila
manfaat dan keamanannya
dapat dipertanggungjawabkan
serta tidak bertentangan dengan
norma sosial budaya.
767. (2) Penatalaksanaan terhadap orang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
dengan gangguan jiwa
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibina dan diawasi oleh
Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah agar manfaat
dan keamanannya dapat
dipertanggungjawabkan.
768. Pasal 106 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah bertanggung jawab
melakukan penanganan terhadap
orang dengan gangguan jiwa yang
terlantar, menggelandang,

102
mengancam keselamatan dirinya
dan/atau orang lain, dan/atau
mengganggu ketertiban dan/atau
keamanan umum.
769. Pasal 107 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
(1) Orang dengan gangguan jiwa
mempunyai hak yang sama
sebagai warga negara.
770. (2) Hak sebagaimana dimaksud SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
pada ayat (1) meliputi persamaan
perlakuan dalam setiap aspek
kehidupan, kecuali peraturan
perundang-undangan
menyatakan lain.
771. (3) Setiap orang dilarang melakukan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
pemasungan, penelantaran,
kekerasan, dan/atau menyuruh
orang lain untuk melakukan
pemasungan, penelantaran,
dan/atau kekerasan terhadap
penderita gangguan jiwa atau
tindakan lainnya yang
melanggar hak asasi penderita
gangguan jiwa.
772. Pasal 108 TETAP TETAP
(1) Untuk kepentingan penegakan
hukum, seseorang yang diduga
orang dengan gangguan jiwa
yang melakukan tindak pidana
harus mendapatkan
pemeriksaan Kesehatan jiwa.
773. (2) Pemeriksaan Kesehatan jiwa TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan untuk:
774. a. menentukan kemampuan TETAP TETAP
seseorang dalam
mempertanggungjawabkan
tindak pidana yang telah
dilakukannya; dan/atau

103
775. b. menentukan kecakapan TETAP TETAP
hukum seseorang untuk
menjalani proses
peradilan.
776. Pasal 109 TETAP TETAP
(1) Untuk kepentingan keperdataan,
seseorang yang diduga
kehilangan kecakapan untuk
melakukan perbuatan hukum
harus mendapatkan
pemeriksaan Kesehatan jiwa.
777. (2) Prosedur penentuan kecakapan SUBSTANSI DIHAPUS Prosedur penentuan kecakapan untuk
untuk melakukan perbuatan penentuan perbuatan hukum termasuk dalam
hukum sebagaimana dimaksud pedoman periksaan kesehatan jiwa untuk
pada ayat (1) dilaksanakan kepentingan hukum yang terdapat dalam Pasal
sesuai dengan ketentuan 110
peraturan perundang-
undangan.
778. Pasal 110 SUBSTANSI Pasal 110 Menghapus pelaksanaan oleh tim karena
(1) Pemeriksaan Kesehatan jiwa Pemeriksaan Kesehatan jiwa untuk kepentingan bersifat teknis yang akan diatur dalam
untuk kepentingan hukum hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 108 dan Peraturan Pelaksanaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 109 dilakukan sesuai dengan pedoman
Pasal 105 dan Pasal 106 pemeriksaan kesehatan jiwa yang ditetapkan oleh
dilakukan oleh tim. Menteri.
779. (2) Tim sebagaimana dimaksud SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1)
pada ayat (1) diketuai oleh dokter
spesialis kedokteran jiwa dan
dapat melibatkan dokter
spesialis lain, dokter umum,
dan/atau psikolog umum,
psikolog spesialis, dan psikolog
subspesialis.
780. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan ayat (1)
pedoman pemeriksaan
Kesehatan jiwa untuk
kepentingan hukum diatur
dalam Peraturan Menteri.
781. Pasal 111 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A

104
(1) Untuk melaksanakan pekerjaan
tertentu atau menduduki
jabatan tertentu, wajib
dilakukan pemeriksaan
Kesehatan jiwa.
782. (2) Pemeriksaan Kesehatan jiwa SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus dilakukan
sebelum melaksanakan
pekerjaan tertentu atau
menduduki jabatan tertentu
sesuai dengan kebutuhan.
783. (3) Dalam hal diperlukan, SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
pemeriksaan Kesehatan jiwa
sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dapat dilakukan selama
dan sesudah melaksanakan
pekerjaan tertentu atau
menduduki jabatan tertentu
sesuai dengan kebutuhan.
784. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
pedoman pemeriksaan
Kesehatan jiwa untuk
kepentingan pekerjaan atau
jabatan tertentu diatur dalam
Peraturan Menteri.
785. Pasal 112 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
(1) Pemerintah Pusat bertanggung
jawab menyediakan Rumah
Sakit dengan pelayanan
Kesehatan jiwa yang berfungsi
sebagai pusat rujukan
pelayanan Kesehatan jiwa
nasional.
786. (2) Pemerintah Daerah provinsi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
bertanggung jawab
menyediakan Rumah Sakit
dengan unggulan Pelayanan
Kesehatan jiwa.

105
787. (3) Pemerintah Pusat dapat SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
membantu Pemerintah Daerah
provinsi dalam mendirikan
Rumah Sakit dengan pelayanan
Kesehatan jiwa sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
788. Pasal 113 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
(1) Setiap Rumah Sakit dengan
pelayanan Kesehatan jiwa wajib
menyediakan layanan untuk
Pasien narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif.
789. (2) Setiap Rumah Sakit dengan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 97A
pelayanan Kesehatan jiwa wajib
menyediakan ruangan khusus
untuk anak, wanita, dan lanjut
usia.
790. Pasal 114 TETAP TETAP
Ketentuan lebih lanjut mengenai
Upaya Kesehatan jiwa diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
791. Bagian Keenam Belas REDAKSIONAL Bagian Ketujuh Belas Konkordan urutan Bagian
Penanggulangan Penyakit Menular Penanggulangan Penyakit Menular dan Tidak
dan Tidak Menular Menular
792. Paragraf 1 TETAP TETAP
Umum
793. Pasal 115 TETAP TETAP
(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan masyarakat
bertanggung jawab melakukan
penanggulangan penyakit
menular dan penyakit tidak
menular.
794. (2) Penanggulangan penyakit TETAP TETAP
menular dan penyakit tidak
menular sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan melalui
Upaya Kesehatan perorangan
dan Upaya Kesehatan

106
masyarakat yang dilaksanakan
secara terkoordinasi, terpadu,
dan berkesinambungan.
795. Pasal 116 TETAP TETAP
(1) Dalam hal kejadian penyakit
menular dan penyakit tidak
menular tertentu menjadi
permasalahan kesehatan
masyarakat, Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah
menetapkan program
penanggulangan penyakit
menular dan penyakit tidak
menular tertentu sebagai
prioritas nasional atau daerah.
796. (2) Pemerintah Daerah dalam TETAP TETAP
menetapkan program
penanggulangan penyakit
menular dan penyakit tidak
menular tertentu sebagai
prioritas daerah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) harus
berpedoman pada kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.
797. (3) Program penanggulangan TETAP TETAP
penyakit menular dan penyakit
tidak menular tertentu
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus didukung dengan
pengelolaan yang meliputi
penetapan target dan strategi
penanggulangan, dan
penyediaan sumber daya yang
diperlukan.
798. Pasal 117 TETAP TETAP
Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah bersama masyarakat dan
pemangku kepentingan terkait

107
bertanggung jawab untuk melakukan
komunikasi, informasi, dan edukasi
tentang faktor risiko penyakit menular
dan penyakit tidak menular kepada
masyarakat berisiko.
799. Pasal 118 REPOSISI DENGAN DIHAPUS - Sesuai dengan definisi KLB merupakan
(1) Dalam hal penyakit menular dan PERUBAHAN kejadian luar biasa yang di akibatkan tidak
penyakit tidak menular REDAKSIONAL hanya karena penyakit tapi juga masalah
berpotensi KLB, Pemerintah kesehatan lainnya sehingga diusulkan
Pusat, Pemerintah Daerah, dan pengaturannya dengan Bab khusus
masyarakat wajib melakukan mengenai KLB dan Wabah
upaya penanggulangan KLB. - Reposisi ke dalam Bab XII bagian KLB

800. (2) Upaya penanggulangan KLB REPOSISI DENGAN DIHAPUS Konkordan Pasal 118 ayat (1)
sebagaimana dimaksud pada PERUBAHAN
ayat (1) meliputi: REDAKSIONAL
801. a. penyelidikan epidemiologis; REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan Pasal 118 ayat (1)
802. b. pelaksanaan surveilans; REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan Pasal 118 ayat (1)
803. c. pemusnahan penyebab KLB REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan Pasal 118 ayat (1)
804. d. pencegahan dan REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan Pasal 118 ayat (1)
pengebalan;
805. e. promosi kesehatan; REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan Pasal 118 ayat (1)
806. f. komunikasi risiko; REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan Pasal 118 ayat (1)
807. g. penatalaksanaan REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan Pasal 118 ayat (1)
kasus/penderita;
808. h. penanganan jenazah akibat REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan Pasal 118 ayat (1)
KLB; dan
809. i. upaya penanggulangan REPOSISI TETAP DIHAPUS Konkordan Pasal 118 ayat (1)
lainnya yang diperlukan
sesuai dengan penyebab
KLB.
810. Paragraf 2 TETAP TETAP
Penanggulangan Penyakit Menular
811. Pasal 119 TETAP TETAP
(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan masyarakat
bertanggung jawab melakukan
penanggulangan penyakit

108
menular melalui kegiatan
pencegahan, pengendalian, dan
pemberantasan penyakit
menular serta bertanggung
jawab terhadap akibat yang
ditimbulkannya.
812. (2) Penanggulangan penyakit REDAKSIONAL (2) Penanggulangan penyakit menular sebagaimana Mengganti kata “cacat” menjadi “disabilitas
menular sebagaimana dimaksud dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk
pada ayat (1) dilakukan untuk melindungi masyarakat dari tertularnya penyakit
melindungi masyarakat dari untuk menurunkan jumlah yang sakit,
tertularnya penyakit untuk disabilitas, dan/atau meninggal dunia serta
menurunkan jumlah yang sakit, mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat
cacat, dan/atau meninggal dunia penyakit menular
serta mengurangi dampak sosial
dan ekonomi akibat penyakit
menular.
813. (3) Kegiatan pencegahan, SUBSTANSI DIHAPUS Kegiatan pencegahan, pengendalian, dan
pengendalian, dan pemberantasan penyakit menular dapat juga
pemberantasan penyakit dilakukan lintas wilayah
menular sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilaksanakan
dengan berbasis wilayah.
814. (4) Dalam pelaksanaan kegiatan SUBSTANSI (3) Dalam pelaksanaan kegiatan pencegahan, Melengkapi kegiatan pencegahan, pengendalian,
pencegahan, pengendalian, dan pengendalian, dan pemberantasan penyakit dan pemberantasan penyakit menular yang
pemberantasan penyakit menular sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh Tenaga Medis dan/atau Tenaga
menular sebagaimana dimaksud Tenaga Medis dan/atau Tenaga Kesehatan yang Kesehatan yang berwenang dapat memeriksa
pada ayat (3), Tenaga Medis berwenang dapat memeriksa: orang atau sekelompok orang yang diduga
dan/atau Tenaga Kesehatan a. orang atau sekelompok orang yang diduga tertular penyakit atau memiliki faktor risiko
yang berwenang dapat tertular penyakit atau memiliki faktor risiko penyakit menular dan/atau tempat-tempat
memeriksa tempat-tempat yang penyakit menular; dan/atau yang dicurigai berkembangnya vektor dan
dicurigai berkembangnya vektor b. tempat-tempat yang dicurigai berkembangnya sumber penyakit lain
dan sumber penyakit lain. vektor dan sumber penyakit lain.

109
815. (5) Dalam melaksanakan kegiatan TETAP TETAP
pencegahan, pengendalian, dan
pemberantasan penyakit
menular sebagaimana dimaksud
pada ayat (3), Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah dapat
melakukan kerja sama dengan
negara lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
816. Pasal 120 REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke dalam Bab Pendanaan Kesehatan
(1) Dalam hal terdapat kejadian PERUBAHAN
ikutan paska-pemberian obat REDAKSIONAL
pencegahan masal dan imunisasi
dalam penanggulangan penyakit
menular sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 119 pembiayaan
yang timbul menjadi tanggung
jawab Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, dan/atau
sumber pembiayaan lain.
817. (2) Pembiayaan sebagaimana REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke dalam Bab Pendanaan Kesehatan
dimaksud pada ayat (1) meliputi: PERUBAHAN
REDAKSIONAL

818. a. audit kausalitas; REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke dalam Bab Pendanaan Kesehatan
PERUBAHAN
REDAKSIONAL

819. b. pelayanan kesehatan; dan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke dalam Bab Pendanaan Kesehatan
PERUBAHAN
REDAKSIONAL

820. c. santunan terhadap korban. REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke dalam Bab Pendanaan Kesehatan
PERUBAHAN
REDAKSIONAL
821. Pasal 121 TETAP TETAP
(1) Masyarakat, termasuk penderita
penyakit menular, wajib

110
melakukan pencegahan
penyebaran penyakit menular
melalui perilaku hidup bersih
dan sehat, pengendalian faktor
risiko Kesehatan, dan
pencegahan penyebaran
penyakit menular lainnya.
822. (2) Pencegahan penularan penyakit SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam Pasal 115 ayat (2)
menular sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan secara
terencana, terkoordinasi, dan
terpadu.
823. SUBSTANSI BARU Pasal 121A Menambahkan substansi baru terkait
Penanggulangan penyakit menular dilaksanakan koordinasi kesehatan dengan sector hewan,
secara terkoordinasi dan terpadu dengan sektor pertanian, lingkungan hidup, dan sektor lainnya
kesehatan hewan, pertanian, lingkungan hidup, dan sebagai konsep one health.
sektor lainnya.
824. Pasal 122 TETAP TETAP
Ketentuan lebih lanjut mengenai
penanggulangan penyakit menular
sebagaimana dimaksud dalam Pasal
112 dan Pasal 113 diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
825. Paragraf 3 TETAP TETAP
Penanggulangan Penyakit Tidak
Menular
826. Pasal 123 TETAP TETAP
(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan masyarakat
melakukan penanggulangan
penyakit tidak menular melalui
kegiatan pencegahan,
pengendalian, dan penanganan
penyakit tidak menular beserta
akibat yang ditimbulkannya.
827. (2) Penanggulangan penyakit tidak TETAP TETAP
menular sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan,

111
kesadaran, kemauan berperilaku
sehat dan mencegah terjadinya
penyakit tidak menular beserta
akibat yang ditimbulkan, untuk
menurunkan jumlah yang sakit,
disabilitas, dan/atau meninggal
dunia, serta untuk mengurangi
dampak sosial dan ekonomi
akibat penyakit tidak menular.
828. Pasal 124 TETAP TETAP
(1) Penanggulangan penyakit tidak
menular didukung dengan
kegiatan surveilans faktor risiko,
registri penyakit, dan surveilans
kematian.
829. (2) Kegiatan sebagaimana dimaksud TETAP TETAP
pada ayat (1) bertujuan
memperoleh informasi yang
esensial serta dapat digunakan
untuk pengambilan keputusan
dalam upaya penanggulangan
penyakit tidak menular.
830. (3) Kegiatan sebagaimana dimaksud TETAP TETAP
pada ayat (1) dilakukan melalui
kerja sama lintas sektor,
pemangku kepentingan terkait,
dan masyarakat, serta dengan
membentuk jejaring, baik
nasional maupun internasional.
831. Pasal 125 TETAP TETAP
Ketentuan lebih lanjut mengenai
penanggulangan penyakit tidak
menular sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 123 sampai dengan Pasal
124 diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
832. SUBSTANSI BARU Bagian Ketujuh Belas A Konkordan dengan usulan Pasal 18 ayat (1)
Kesehatan Keluarga huruf p1, perlu ditambahkan substansi

112
mengenai upaya kesehatan keluarga dengan
pendekatan siklus hidup

833. SUBSTANSI BARU Pasal 125A Konkordan dengan Bagian Ketujuh Belas A
(1) Upaya Kesehatan keluarga ditujukan untuk
mempertahankan dan meningkatkan
kesehatan keluarga agar memiliki produktivitas
yang tinggi.
834. SUBSTANSI BARU (2) Upaya Kesehatan keluarga sebagaimana Konkordan dengan Bagian Ketujuh Belas A
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan
pendekatan siklus hidup.
835. SUBSTANSI BARU (3) Upaya Kesehatan keluarga sebagaimana Konkordan dengan Bagian Ketujuh Belas A
dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui
kegiatan:
a. pemanfaatan data dan informasi kesehatan
keluarga;
b. kunjungan keluarga untuk upaya promotif
dan preventif serta menindaklanjuti
masalah kesehatan; dan
c. kegiatan lain sesuai dengan kebutuhan.
836. SUBSTANSI BARU (4) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Konkordan dengan Bagian Ketujuh Belas A
pemerintah desa, dan masyarakat bertanggung
jawab terhadap penyelenggaraan Upaya
Kesehatan keluarga.
837. SUBSTANSI BARU (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Upaya Konkordan dengan Bagian Ketujuh Belas A
Kesehatan keluarga diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
838. Bagian Ketujuh Belas REDAKSIONAL Bagian Kedelapan Belas Sesuai dengan usulan reposisi bagian
Kesehatan Sekolah Kesehatan Sekolah
839. Pasal 126 TETAP TETAP
(1) Kesehatan sekolah
diselenggarakan untuk
meningkatkan kemampuan
hidup sehat bagi peserta didik,
pendidik, dan tenaga
kependidikan dalam rangka
mewujudkan sumber daya
manusia yang berkualitas serta

113
untuk mewujudkan lingkungan
sekolah yang sehat.
840. (2) Kesehatan sekolah sebagaimana TETAP TETAP
dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan pada satuan
pendidikan formal dan
nonformal sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan .
841. (3) Kesehatan sekolah dilaksanakan TETAP TETAP
melalui:
842. a. pendidikan Kesehatan; TETAP TETAP
843. b. Pelayanan Kesehatan; dan TETAP TETAP
844. c. pembinaan lingkungan TETAP TETAP
sekolah sehat.
845. (4) Dalam rangka pelaksanaan TETAP TETAP
kesehatan sekolah sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dapat
didukung dengan sarana dan
prasarana Kesehatan sekolah.
846. (5) Kesehatan sekolah sebagaimana SUBSTANSI (5) Kesehatan sekolah sebagaimana dimaksud pada Mengubah frasa “tenaga pendidik berkolaborasi
dimaksud pada ayat (3) ayat (3) dilakukan oleh satuan pendidikan dengan Tenaga Medis dan/atau Tenaga
dilakukan oleh tenaga pendidik berkolaborasi dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan pada Puskesmas atau Fasilitas
berkolaborasi dengan Tenaga Kesehatan tingkat pertama. Pelayanan Kesehatan tingkat pertama lain.”
Medis dan/atau Tenaga menjadi “satuan pendidikan berkolaborasi
Kesehatan pada Puskesmas atau dengan Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat
Fasilitas Pelayanan Kesehatan pertama.” Karena penyelenggaraan kesehatan
tingkat pertama lain. sekolah menjadi tanggung jawab satuan
pendidikan dan pelaksanaan kolaborasi juga
antar institusi

847. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP


Kesehatan sekolah sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (4) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
848. Bagian Kedelapan Belas TETAP TETAP Sesuai dengan usulan reposisi bagian
Kesehatan Olahraga

114
849. Pasal 127 TETAP TETAP
(1) Upaya Kesehatan olahraga
ditujukan untuk meningkatkan
derajat Kesehatan dan
kebugaran jasmani masyarakat
melalui aktifitas fisik, latihan
fisik, dan/atau olahraga.
850. (2) Peningkatan derajat Kesehatan TETAP TETAP
dan kebugaran jasmani
masyarakat sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
merupakan upaya dasar dalam
meningkatkan prestasi belajar,
kerja, dan olahraga.
851. Pasal 128 TETAP TETAP
Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah bertanggung jawab
menyelenggarakan Upaya Kesehatan
olahraga yang didukung dengan
penyediaan sumber daya yang
dibutuhkan.
852. Bagian Kesembilan Belas REDAKSIONAL Bagian Keduapuluh Sesuai dengan usulan reposisi bagian
Kesehatan Lingkungan Kesehatan Lingkungan
853. Pasal 129 TETAP TETAP
Upaya Kesehatan lingkungan
ditujukan untuk mewujudkan
kualitas lingkungan yang sehat
secara fisik, kimia, biologi, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang
mencapai derajat Kesehatan yang
setinggi-tingginya.
854. Pasal 130 TETAP TETAP
(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan masyarakat
menjamin ketersediaan
lingkungan yang sehat melalui
penyelenggaraan Kesehatan
lingkungan.

115
855. (2) Penyelenggaraan Kesehatan TETAP TETAP
lingkungan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui upaya
penyehatan, pengamanan, dan
pengendalian.
856. (3) Upaya penyehatan, TETAP TETAP
pengamanan, dan pengendalian
sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilaksanakan untuk
memenuhi standar baku mutu
Kesehatan lingkungan dan
persyaratan Kesehatan pada
media lingkungan.
857. (4) Kesehatan lingkungan TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diselenggarakan pada
lingkungan permukiman, tempat
kerja, tempat rekreasi, serta
tempat dan fasilitas umum.
858. Pasal 131 TETAP TETAP
(1) Dalam rangka penyelenggaraan
Kesehatan lingkungan,
pengelolaan limbah medis yang
berasal dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan wajib memenuhi
persyaratan teknis yang
ditetapkan oleh Menteri.
859. (2) Pengelolaan limbah medis yang TETAP TETAP
berasal dari Fasilitas Pelayanan
Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan oleh Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang
memenuhi persyaratan teknis,
atau bekerja sama dengan pihak
lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
860. Pasal 132 TETAP TETAP

116
Ketentuan lebih lanjut mengenai
Kesehatan lingkungan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 129 sampai
dengan Pasal 131 diatur dalam atau
berdasarkan Peraturan Pemerintah.
861. Bagian Kedua Puluh REDAKSIONAL Bagian Kedua Puluh Satu Konkordan urutan Bagian
Kesehatan Kerja Kesehatan Kerja
862. SUBSTANSI BARU Pasal 132A Menambahkan substansi baru terkait dengan
(1) Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, pemberi integrasi upaya kesehatan kerja dengan sistem
kerja, dan pengurus atau pengelola tempat kerja keselamatan dan kesehatan kerja.
bertanggung jawab melaksanakan upaya
kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem
keselamatan dan kesehatan kerja.
863. SUBSTANSI BARU (2) Upaya Kesehatan kerja sebagaimana dimaksud Konkordan ayat (1)
pada ayat (1) dilakukan untuk meningkatkan
pengetahuan, kesadaran, dan kemampuan
perilaku hidup sehat serta mencegah terjadinya
penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja.
864. Pasal 133 REDAKSIONAL Pasal 133 Menambahkan frasa “dan orang lain yang ada
(1) Upaya Kesehatan kerja (1) Upaya Kesehatan kerja ditujukan untuk ditempat kerja”
ditujukan untuk melindungi melindungi pekerja dan orang lain yang ada
pekerja agar hidup sehat dan ditempat kerja agar hidup sehat dan terbebas
terbebas dari gangguan dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk
kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan.
yang diakibatkan oleh pekerjaan.

865. (2) Upaya Kesehatan kerja TETAP TETAP


sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan di tempat
kerja pada sektor formal dan
informal, serta di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
866. (3) Upaya Kesehatan kerja TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) berlaku juga
untuk pekerjaan di lingkungan
matra.

117
867. (4) Upaya Kesehatan kerja REDAKSIONAL (4) Upaya Kesehatan kerja sebagaimana dimaksud - Menghapus frasa “yang ditetapkan oleh
sebagaimana dimaksud pada pada ayat (1) dan ayat (2) diselenggarakan sesuai Menteri”
ayat (1) dan ayat (2) dengan standar Kesehatan kerja. - Standar Kesehatan kerja akan diatur dalam
diselenggarakan sesuai dengan peraturan pelaksanaan yang telah
standar Kesehatan kerja yang dituangkan dalam Pasal 136.
ditetapkan oleh Menteri.
868. (5) Pengelola tempat kerja wajib REDAKSIONAL (5) Pemberi kerja dan pengurus atau pengelola Frasa “pengelola tempat kerja” diubah menjadi
menaati standar Kesehatan kerja tempat kerja wajib menaati standar Kesehatan “Pemberi kerja dan pengurus atau pengelola
sebagaimana dimaksud pada kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan tempat kerja ”
ayat (4) dan menjamin menjamin lingkungan kerja yang sehat.
lingkungan kerja yang sehat.

869. (6) Pengelola tempat kerja wajib REDAKSIONAL (6) Pemberi kerja dan pengurus atau pengelola Konkordan ayat (5)
bertanggung jawab atas tempat kerja wajib bertanggung jawab atas
kecelakaan kerja yang terjadi di kecelakaan kerja yang terjadi di lingkungan
lingkungan kerja, dan penyakit kerja, dan penyakit akibat kerja sesuai dengan
akibat kerja sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
870. Pasal 134 TETAP TETAP
(1) Pemberi kerja wajib menjamin
Kesehatan pekerja melalui upaya
promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif serta wajib
menanggung seluruh biaya
pemeliharaan Kesehatan
pekerjanya.
871. (2) Pekerja dan setiap orang yang TETAP TETAP
berada di lingkungan tempat
kerja wajib menciptakan dan
menjaga lingkungan tempat
kerja yang sehat dan menaati
peraturan Kesehatan dan
keselamatan kerja yang berlaku
di tempat kerja.
872. (3) Pemberi kerja wajib menanggung TETAP TETAP
biaya atas penyakit akibat kerja,
gangguan kesehatan dan cedera
akibat kerja yang diderita oleh

118
pekerja sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
873. (4) Pemerintah Pusat dan TETAP TETAP
Pemerintah Daerah memberikan
dorongan dan bantuan untuk
pelindungan pekerja.
874. Pasal 135 SUBSTANSI DIHAPUS Pemerintah mengusulkan Pasal ini dihapus
(1) Dalam rangka pengadaan karena merupakan ranah pengaturan
pegawai atau pekerja pada ketenagakerjaan.
perusahaan/instansi harus
dilakukan pemeriksaan
Kesehatan baik fisik maupun
jiwa, dan pemeriksaan psikologi.
875. (2) Hasil pemeriksaan kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Ayat (1)
dan pemeriksaan psikologi
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) digunakan sebagai
bahan pertimbangan dalam
penetapan kelulusan dalam
proses seleksi.
876. (3) Ketentuan sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Ayat (1)
dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
877. Pasal 136 TETAP TETAP
Ketentuan lebih lanjut mengenai
Upaya Kesehatan kerja sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 133 sampai
dengan Pasal 135 diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
878. Bagian Kedua Puluh Satu REDAKSIONAL Bagian Kedua Puluh Dua Konkordan urutan Bagian
Kesehatan Matra Kesehatan Matra
879. Pasal 137 TETAP TETAP
(1) Kesehatan matra sebagai bentuk
khusus Upaya Kesehatan
diselenggarakan untuk
mewujudkan derajat Kesehatan
yang setinggi-tingginya dalam

119
lingkungan matra yang serba
berubah di lingkungan darat,
laut, dan udara.
880. (2) Kesehatan matra sebagaimana TETAP TETAP
dimaksud pada ayat (1) meliputi:
881. a. Kesehatan lapangan; REDAKSIONAL a. Kesehatan matra darat; Mengubah frasa kesehatan lapangan menjadi
kesehatan matra darat
882. b. Kesehatan kelautan dan REDAKSIONAL b. Kesehatan matra laut; dan Mengubah frasa kesehatan kelautan dan bawah
bawah air; dan air menjadi kesehatan matra laut
883. c. Kesehatan kedirgantaraan. REDAKSIONAL c. Kesehatan matra udara Mengubah frasa kesehatan kedirgantaraan
menjadi kesehatan matra udara
884. (3) Penyelenggaraan Kesehatan TETAP TETAP
matra dilaksanakan sesuai
dengan standar dan persyaratan.
885. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP
Kesehatan matra diatur dengan
Peraturan Menteri.
886. Bagian Kedua Puluh Dua REDAKSIONAL Bagian Kedua Puluh Tiga Konkordan urutan Bagian
Pelayanan Kesehatan pada Bencana Kesehatan Bencana

887. Pasal 138 TETAP TETAP


(1) Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah bertanggung
jawab atas ketersediaan sumber
daya, fasilitas, dan pelaksanaan
Pelayanan Kesehatan secara
menyeluruh dan
berkesinambungan pada
bencana .
888. (2) Pelayanan Kesehatan TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
889. a. Pelayanan kesiapsiagaan TETAP a. perencanaan Kesehatan prabencana; Mengubah frasa Pelayanan kesiapsiagaan
kesehatan pada prabencana; kesehatan pada prabencana menjadi
perencanaan Kesehatan prabencana
890. b. Pelayanan Kesehatan pada TETAP b. pelayanan Kesehatan saat bencana; dan Mengubah frasa Pelayanan Kesehatan pada
saat tanggap darurat saat tanggap darurat bencana menjadi
bencana; dan pelayanan Kesehatan saat bencana

120
891. c. Pelayanan Kesehatan pada TETAP c. Pelayanan Kesehatan pasca bencana Mengubah frasa Pelayanan Kesehatan pada
pascabencana termasuk pascabencana termasuk pemulihan fisik dan
pemulihan fisik dan mental. mental menjadi Pelayanan Kesehatan pasca
bencana
892. (3) Pelayanan Kesehatan pada saat REDAKSIONAL (3) Pelayanan Kesehatan pada saat bencana Mengubah “kecacatan” menjadi
tanggap darurat bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b “kedisabilitasan”
sebagaimana dimaksud pada bertujuan untuk menyelamatkan nyawa,
ayat (2) huruf b bertujuan untuk mencegah kedisabilitasan, dan memastikan
menyelamatkan nyawa, pelayanan kesehatan esensial tetap berjalan
mencegah kecacatan, dan sesuai dengan standar pelayanan minimal
memastikan pelayanan pelayanan kesehatan.
kesehatan esensial tetap berjalan
sesuai dengan standar
pelayanan minimal pelayanan
kesehatan.
893. (4) Pelayanan Kesehatan pada TETAP TETAP SEPAKAT
bencana sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) melibatkan seluruh
sumber daya manusia yang
terlatih baik dari pemerintah
pusat, pemerintah daerah, dan
masyarakat.
894. (5) Pemerintah Pusat dan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Substansi dimasukkan dalam Bab Pendanaan
Pemerintah Daerah menjamin PERUBAHAN Kesehatan
pendanaan Pelayanan Kesehatan REDAKSIONAL
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).
895. (6) Pendanaan sebagaimana REPOSISI DENGAN DIHAPUS Substansi dimasukkan dalam Bab Pendanaan
dimaksud pada ayat (5) PERUBAHAN Kesehatan
bersumber dari Anggaran REDAKSIONAL
Pendapatan dan Belanja Negara,
Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, bantuan
masyarakat, atau sumber lain
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
896. SUBSTANSI BARU Pasal 138A Memperjelas pengaturan penerimaan bantuan
(1) Dalam menyelenggarakan pelayanan luar negeri, dalam tanggap darurat bencana,
kesehatan pada tanggap darurat bencana,

121
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang pelaksanaannya harus terkoordinasi oleh
dapat menerima bantuan sumber daya Pemerintah Pusat
kesehatan dari luar negeri.

897. SUBSTANSI BARU (2) Bantuan sumber daya kesehatan sebagaimana Konkordan Pasal 138A ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) dapat berupa
pendanaan Kesehatan, tim gawat darurat medis
(emergency medical team), bantuan obat, Alat
Kesehatan, dan perbekalan Kesehatan lainnya.
898. SUBSTANSI BARU (3) Penerimaan bantuan sebagaimana dimaksud Konkordan Pasal 138A ayat (1)
pada ayat (1) dilakukan secara terkoordinasi
melalui Pemerintah Pusat.
899. Pasal 139 TETAP TETAP
Ketentuan lebih lanjut mengenai
penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan pada bencana diatur
dalam atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah.
900. Pasal 140 REDAKSIONAL Pasal 140
(1) Dalam keadaan darurat, setiap (1) Dalam keadaan darurat, setiap Fasilitas Mengubah kata “kecacatan” menjadi
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pelayanan Kesehatan baik pemerintah maupun “kedisabilitasan"
baik pemerintah maupun swasta swasta wajib memberikan Pelayanan Kesehatan
wajib memberikan Pelayanan pada bencana untuk penyelamatan nyawa,
Kesehatan pada bencana untuk pencegahan kedisabilitasan lebih lanjut, dan
penyelamatan nyawa, kepentingan terbaik bagi Pasien.
pencegahan kecacatan lebih
lanjut, dan kepentingan terbaik
bagi Pasien.
901. (2) Fasilitas Pelayanan Kesehatan TETAP TETAP
dalam memberikan Pelayanan
Kesehatan pada bencana
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilarang menolak Pasien
dan/atau meminta uang muka
terlebih dahulu.
902. Pasal 141 TETAP TETAP
Pemerintah menjamin pelindungan
hukum bagi setiap orang dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan yang

122
memberikan Pelayanan Kesehatan
pada bencana.
903. Bagian Kedua Puluh Tiga REDAKSIONAL Bagian Kedua Puluh Empat Konkordan urutan Bagian
Pengamanan dan Penggunaan Pengamanan dan Penggunaan Sediaan Farmasi,
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, Alat Kesehatan, dan Perbekalan Kesehatan Rumah
dan Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga
Tangga
904. Pasal 142 SUBSTANSI Pasal 142 Menghapus kata halal karena telah terakomodir
(1) Sediaan Farmasi, Alat (1) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan PKRT dalam Pasal 147 ayat (2)
Kesehatan, dan PKRT harus harus aman, berkhasiat/bermanfaat,
aman, berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan terjangkau.
halal, bermutu, dan terjangkau.
905. (2) Setiap orang yang tidak memiliki SUBSTANSI (2) Setiap orang dilarang mengadakan, Menghapus frasa “yang tidak memiliki keahlian
keahlian dan kewenangan memproduksi, menyimpan, mempromosikan, dan kewenangan” karena larangan pada norma
dilarang mengadakan, dan/atau mengedarkan Sediaan Farmasi ini obyeknya ditujukan untuk Sediaan Farmasi
memproduksi, menyimpan, yang tidak memenuhi standar dan/atau yang tidak memenuhi standar yang dilarang
mempromosikan, dan persyaratan keamanan, khasiat atau untuk diproduksi dan seterusnya oleh setiap
mengedarkan Sediaan Farmasi kemanfaatan, dan mutu. orang tidak hanya yang tidak memiliki keahlian
berupa obat dan bahan obat dan kewenangan.
yang tidak memenuhi standar
dan/atau persyaratan
keamanan, khasiat atau
kemanfaatan, dan mutu.
906. (3) Setiap orang yang tidak memiliki SUBSTANSI (3) Setiap orang dilarang memproduksi, Konkordan dengan ayat (2)
keahlian dan kewenangan menyimpan, mempromosikan, mengedarkan,
dilarang memproduksi, dan/atau mendistribusikan Alat Kesehatan
menyimpan, mengedarkan, dan yang tidak memenuhi standar dan/atau
mendistribusikan Alat persyaratan keamanan, khasiat atau
Kesehatan yang tidak memenuhi kemanfaatan, dan mutu.
standar dan/atau persyaratan
keamanan, khasiat atau
kemanfaatan, dan mutu.
907. (4) Ketentuan mengenai produksi, REDAKSIONAL Mereposisi frasa “pengadaan” dan “produksi”
pengadaan, penyimpanan, (4) Ketentuan mengenai pengadaan, produksi, Memecah pengaturan “sediaan farmasi dan Alat
produksi, promosi, peredaran, penyimpanan, promosi, peredaran, dan Kesehatan” dengan “PKRT”
dan pelayanan Sediaan Farmasi, pelayanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
Alat Kesehatan, dan PKRT harus harus memenuhi standar dan persyaratan sesuai
memenuhi standar dan dengan ketentuan peraturan perundang-
persyaratan sesuai dengan undangan.

123
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
908. SUBSTANSI BARU (4a) Ketentuan mengenai produksi, promosi, dan Konkordan dengan ayat (4)
peredaran PKRT harus memenuhi standar dan
persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

909. (5) Pemerintah Pusat dan TETAP TETAP


Pemerintah Daerah berkewajiban
membina, mengatur,
mengendalikan, dan mengawasi
produksi, pengadaan,
penyimpanan, promosi, dan
peredaran Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan PKRT sesuai
dengan kewenangannya.
910. Pasal 143 REDAKSIONAL Pasal 143 Mereposisi frasa “mengadakan” dan
(1) Setiap orang yang memproduksi, (1) Setiap orang yang mengadakan, “memproduksi”
mengadakan, menyimpan, memproduksi, menyimpan, mengedarkan, Menambahkan frasa “dan Bahan Obat”
mengedarkan, dan dan menggunakan Obat dan Bahan Obat
menggunakan Obat yang yang mengandung narkotika dan
mengandung narkotika dan psikotropika wajib memenuhi standar
psikotropika wajib memenuhi dan/atau persyaratan tertentu.
standar dan/atau persyaratan
tertentu.
911. (2) Penggunaan Obat yang REDAKSIONAL (2) Penggunaan Obat dan Bahan Obat yang Konkordan dengan ayat (1)
mengandung narkotika dan mengandung narkotika dan psikotropika
psikotropika hanya dapat hanya dapat dilakukan berdasarkan resep
dilakukan berdasarkan resep Tenaga Medis dan dilarang untuk
Tenaga Medis dan dilarang disalahgunakan.
untuk disalahgunakan .
912. (3) Ketentuan mengenai produksi, REDAKSIONAL (3) Ketentuan mengenai pengadaan, produksi, Mereposisi frasa “pengadaan” dan “produksi”
pengadaan, penyimpanan, penyimpanan, peredaran, serta penggunaan
peredaran, serta penggunaan Obat dan Bahan Obat yang mengandung
Obat yang mengandung narkotika dan psikotropika sebagaimana
narkotika dan psikotropika dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
sebagaimana dimaksud pada dengan ketentuan peraturan perundang-
ayat (1) dilaksanakan sesuai undangan.

124
dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.
913. Pasal 144 TETAP TETAP
Pengamanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan dan PKRT diselenggarakan
untuk melindungi masyarakat dari
bahaya yang disebabkan oleh
penggunaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan PKRT yang tidak
memenuhi persyaratan keamanan,
khasiat/kemanfaatan, dan mutu.
914. Pasal 145 TETAP TETAP
(1) Penggunaan Obat dan Obat
Bahan Alam harus dilakukan
secara rasional.
915. (2) Penggunaan Alat Kesehatan TETAP TETAP
harus dilakukan secara tepat
guna.
916. (3) Penggunaan Obat, Obat Bahan TETAP TETAP
Alam, dan Alat Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) harus
memperhatikan keselamatan
Pasien.
917. Pasal 146 REDAKSIONAL Pasal 146 Konkordan dengan Pasal 143 ayat (1)
(1) Sediaan Farmasi yang berupa (1) Sediaan Farmasi berupa Obat dan Bahan Obat
Obat dan bahan baku Obat harus memenuhi standar dan persyaratan
harus memenuhi syarat farmakope Indonesia dan/atau standar lainnya.
farmakope Indonesia dan/atau
standar lainnya.
918. (2) Sediaan Farmasi yang berupa TETAP TETAP
Obat Bahan Alam harus
memenuhi standar dan/atau
persyaratan berupa farmakope
herbal Indonesia dan/atau
standar lainnya.
919. SUBSTANSI BARU (2a) Sediaan Farmasi yang berupa suplemen - Menambahkan pengaturan standar
kesehatan dan obat kuasi harus memenuhi dan/atau persyaratan suplemen Kesehatan
standar dan/atau persyaratan berupa dan obat kuasi

125
farmakope Indonesia, farmakope herbal - Konkordan dengan definisi sediaan farmasi
Indonesia, dan/atau standar lainnya.
920. (3) Sediaan Farmasi yang berupa TETAP TETAP
kosmetik harus memenuhi
standar dan/atau persyaratan
berupa kodeks kosmetik
Indonesia dan/atau standar
lainnya .
921. SUBSTANSI BARU (3a) Bahan baku yang digunakan dalam Sediaan Menambahkan pengaturan standar dan/atau
Farmasi berupa Obat Bahan Alam, suplemen persyaratan bahan baku yang digunakan
Kesehatan, obat kuasi, dan kosmetik bentuk sebagai sediaan farmasi
sediaan tertetntu berdasarkan kajian risiko
harus memenuhi standar dan/atau persyaratan
mutu sebagai bahan baku farmasi.

922. (4) Alat Kesehatan dan PKRT harus TETAP TETAP


memenuhi standar dan/atau
persyaratan yang ditentukan.
923. (5) Ketentuan mengenai standar REDAKSIONAL (5) Ketentuan mengenai standar dan/atau Mengubah kata “Menteri” menjadi “Pemerintah
dan/atau persyaratan Sediaan persyaratan Sediaan Farmasi dan Alat Pusat”
Farmasi dan Alat Kesehatan Kesehatan ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.
ditetapkan oleh Menteri.
924. (6) Ketentuan mengenai standar TETAP TETAP
dan/atau persyaratan untuk
PKRT dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
925. Pasal 147 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi telah diatur dalam Perppu Cipta Kerja
(1) Setiap Orang yang memproduksi
dan/atau mengedarkan Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan
PKRT harus memenuhi perizinan
berusaha dari Pemerintah Pusat
atau Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya
berdasarkan norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang

126
ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.
926. (2) Sediaan Farmasi, Alat SUBSTANSI DIHAPUS Substansi telah diatur dalam Perppu Cipta Kerja
Kesehatan, dan PKRT
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) harus memenuhi
ketentuan sebagai produk halal
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
927. (3) Pemerintah Pusat atau SUBSTANSI DIHAPUS Substansi telah diatur dalam Perppu Cipta Kerja
Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya
berdasarkan norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat berwenang mencabut
perizinan berusaha dan
memerintahkan penarikan dari
peredaran Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan PKRT yang telah
memperoleh perizinan berusaha,
yang terbukti tidak memenuhi
persyaratan mutu, keamanan,
dan/atau kemanfaatan.
928. (4) Perizinan berusaha sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Substansi telah diatur dalam Perppu Cipta Kerja
dimaksud pada ayat (2) tidak
berlaku bagi usaha jamu
gendong, usaha jamu racikan,
dan fasilitas produksi obat
penggunaan khusus.
929. (5) Sediaan Farmasi, Alat SUBSTANSI DIHAPUS Substansi telah diatur dalam Perppu Cipta Kerja
Kesehatan, dan PKRT
sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) dapat disita dan
dimusnahkan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
930. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Substansi telah diatur dalam Perppu Cipta Kerja
perizinan berusaha terkait

127
Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan PKRT
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
931. Pasal 148 TETAP TETAP
Ketentuan lebih lanjut mengenai
pengamanan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan PKRT diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

932. Pasal 149 TETAP TETAP Diusulkan substansi ini digabung dalam bab
(1) Praktik kefarmasian harus SDM Kesehatan yang mengatur mengenai
dilakukan oleh tenaga praktik Tenaga Kesehatan
kefarmasian sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
933. (2) Praktik kefarmasian REDAKSIONAL (2) Praktik kefarmasiaan sebagaimana dimaksud - Mereposisi bentuk-bentuk kegiatan dalam
sebagaimana dimaksud pada pada ayat (1) meliputi produksi termasuk praktik kefarmasian
ayat (1) meliputi produksi pengendalian mutu, pengadaan, penyimpanan,
termasuk pengendalian mutu, pendistribusian, penelitian dan pengembangan
pengamanan, pengadaan, Sediaan Farmasi, serta pengelolaan dan - Mereposisi urutan kegiatan praktik
penyimpanan, dan pelayanan kefarmasian. kefarmasian dan menghilangkan frasa
pendistribusian Sedian Farmasi, “sediaan farmasi” dalam pengendalian mutu
pengelolaan dan pelayanan
kefarmasian, serta penelitian
dan pengembangan kefarmasian.
934. SUBSTANSI BARU (2a) Dalam kondisi tertentu praktik kefarmasian Untuk mengakomodir pada keadaan tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat yang tidak ada tenaga kefarmasian, kebutuhan
dilakukan oleh Tenaga Kesehatan lain secara program pemerintah, dan/atau pada kondisi
terbatas selain Tenaga Kefarmasian. KLB, Wabah, dan darurat bencana lainnya,
sehingga tenaga Kesehatan yang melakukan
praktik kefarmasian secara terbatas
mendapatkan perlindungan hukum.
935. (3) Ketentuan mengenai TETAP TETAP
praktik/pekerjaan kefarmasian
sebagaimana dimaksud pada

128
ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
936. Bagian Kedua Puluh Empat REDAKSIONAL Bagian Kedua Puluh Lima Konkordan dengan urutan Bagian
Pengamanan Makanan dan Minuman Pengamanan Makanan dan Minuman

937. Pasal 150 SUBSTANSI Pasal 150 - Istilah teknologi rekayasa genetik usul
(1) Setiap Orang yang memproduksi, (1) Setiap Orang yang memproduksi, mengolah, dihapus, karena Penyelenggaraan
mengolah, serta serta mendistribusikan makanan dan minuman keamanan pangan tidak hanya hasil
mendistribusikan makanan dan wajib memenuhi standar dan/atau persyaratan teknologi rekayasa genetic, namun
minuman yang dikonsumsi keamanan, mutu, dan gizi sesuai ketentuan mencakup: iradiasi pangan, BTP, kemasan
dan/atau makanan dan peraturan perundang-undangan. pangan, sanitasi pangan (psl 69 UU
minuman hasil teknologi pangan).
rekayasa genetik, wajib - Kalimat “wajib memenuhi standar
memenuhi standar dan/atau dan/atau persyaratan Kesehatan” usul
persyaratan kesehatan. diubah menjadi wajib memenuhi standar
dan/atau persyaratan keamanan, mutu
dan gizi sesuai ketentuan perundang-
undangan. penjaminan terhadap pangan
tidak hanya aspek keamanan, namun juga
aspek mutu dan gizi (psl 4, 86 UU pangan)
- Menghapus frasa “yang dikomsumsi“
karena ketentuan ini berlaku untuk pelaku
usaha yang harus memenuhi standar
pengamanan.
938. (2) Selain kewajiban memenuhi REDAKSIONAL (2) Selain kewajiban memenuhi standar dan/atau Menyesuaikan dengan ketentuan peraturan
standar dan/atau persyaratan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat perundang-undangan mengenai jaminan
sebagaimana dimaksud pada (1), makanan dan minuman yang diproduksi, produk halal termasuk didalamnya menegaskan
ayat (1), makanan dan minuman diolah, didistribusikan, dan dikonsumsi harus bahwa produk yang berasal dari bahan yang
yang diproduksi, diolah, memenuhi ketentuan jaminan produk halal diharamkan tetap dapat beredar dengan
didistribusikan, dan dikonsumsi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- mencantumkan keterangan tidak halal.
harus memenuhi ketentuan undangan.
sebagai produk halal sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

129
939. Pasal 151 SUBSTANSI Pasal 151 - Menambahkan kata “pada label dan iklan”
(1) Setiap Orang yang memproduksi (1) Setiap Orang yang memproduksi dan untuk lebih memudahkan
dan mempromosikan produk mempromosikan pada label dan iklan produk pemahaman/implementasi
makanan dan minuman makanan dan minuman dilarang menggunakan - Mengganti “kata-kata yang mengecoh
dan/atau yang diperlakukan keterangan atau pernyataan yang tidak benar dan/atau yang disertai klaim yang tidak
sebagai makanan dan minuman dan/atau menyesatkan. dapat dibuktikan kebenarannya” menjadi
hasil olahan teknologi dilarang “keterangan atau pernyataan yang tidak
menggunakan kata-kata yang benar dan/atau menyesatkan”
mengecoh dan/atau yang - sinkronisasi dengan pasal 100 UU pangan
disertai klaim yang tidak dapat
dibuktikan kebenarannya.
940. (2) Setiap Orang yang melanggar SUBSTANSI (2) Setiap Orang yang melanggar ketentuan - Menghapus frasa administratif oleh
ketentuan larangan larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
sebagaimana dimaksud pada dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan menjadi dikenakan sanksi sesuai dengan
ayat (1) dikenai sanksi peraturan perundang-undangan. ketentuan peraturan perundang-undangan
administratif oleh Pemerintah karena terkait dengan sanksi ini sudah
Pusat atau Pemerintah Daerah terdapat pengaturannya didalam berbagai
sesuai dengan kewenangannya peraturan perundang-undangan.
berupa perintah penarikan - Berdasarkan UU No. 18 Tahun 2012 tentang
produk. Pangan, pelanggaran terhadap label dan
iklan pangan sebagai berikut:
a. Jenis sanksi yang ditetapkan tidak
hanya sanksi administratif, namun
juga sanksi pidana (Pasal 143, 144, dan
145)
b. Jenis sanksi administratif tidak hanya
penarikan produk, namun juga berupa
denda, penghentian sementara dari
kegiatan, produksi, dan/atau
peredaran; ganti rugi; dan/atau
pencabutan izin (Pasal 102 dan Pasal
106).
941. Pasal 152 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi telah diatur dalam Perppu Cipta Kerja
(1) Makanan dan minuman untuk
dikonsumsi masyarakat harus
memenuhi standar dan/atau
persyaratan Kesehatan.
942. (2) Makanan dan minuman hanya SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
dapat diedarkan setelah

130
memenuhi perizinan berusaha
dari Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya
berdasarkan norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.
943. (3) Makanan dan minuman yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
tidak memenuhi ketentuan
standar dan/atau persyaratan
Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilarang
untuk diedarkan,
didistribusikan, atau
diperjualbelikan.
944. (4) Makanan dan minuman SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) yang telah diedarkan,
didistribusikan, atau
diperjualbelikan, harus ditarik
dan dimusnahkan.
945. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
perizinan berusaha terkait
makanan dan minuman
sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
946. Pasal 153 TETAP TETAP
Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah bertanggung jawab mengatur
dan mengawasi produksi,
pengolahan, pendistribusian
makanan dan minuman sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 150 sampai
dengan Pasal 152.
947. Bagian Kedua Puluh Lima REDAKSIONAL Bagian Kedua Puluh Enam Konkordan dengan urutan Bagian
Pengamanan Zat Adiktif Pengamanan Zat Adiktif

131
948. Pasal 154 TETAP TETAP
(1) Produksi, peredaran, dan
penggunaan zat adiktif
diarahkan agar tidak
mengganggu dan
membahayakan kesehatan
perseorangan, keluarga,
masyarakat, dan lingkungan .
949. (2) Zat adiktif sebagaimana TETAP TETAP
dimaksud pada ayat (1) meliputi
semua bahan atau produk yang
bersifat adiktif yang
penggunaannya dapat
menimbulkan kerugian bagi
dirinya dan/atau masyarakat.
950. (3) Zat adiktif sebagaimana TETAP TETAP
dimaksud pada ayat (2) dapat
berupa:
951. a. narkotika; TETAP TETAP
952. b. psikotropika; TETAP TETAP
953. c. minuman beralkohol; TETAP TETAP
954. d. hasil tembakau; dan REDAKSIONAL d. produk tembakau; dan Mengubah kata “hasil” menjadi “produk”
955. e. hasil pengolahan zat adiktif TETAP TETAP
lainnya.
956. (4) Produksi, peredaran, dan TETAP TETAP
penggunaan zat adiktif
sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) huruf a sampai dengan
huruf c dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
957. (5) Produksi, peredaran, dan REDAKSIONAL (5) Produksi, peredaran, dan penggunaan zat adiktif Mengilangkan kata kesehatan agar tidak
penggunaan zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf d ditafsirkan zat adiktif memenuhi aspek
sebagaimana dimaksud pada dan huruf e harus memenuhi standar dan/atau Kesehatan
ayat (3) huruf d dan huruf e persyaratan yang ditetapkan.
harus memenuhi standar
dan/atau persyaratan
Kesehatan.

132
958. (6) Hasil tembakau sebagaimana TETAP (6) Produk tembakau sebagaimana dimaksud pada Konkordan dengan ayat (3) huruf d
dimaksud pada ayat (3) huruf d ayat (3) huruf d dapat berupa:
dapat berupa:
959. a. sigaret; REDAKSIONAL a. rokok Mengubah kata “sigaret” menjadi “rokok”
960. b. cerutu; TETAP TETAP
961. c. rokok daun; TETAP TETAP
962. d. tembakau iris; dan TETAP TETAP
963. e. tembakau padat dan cair yang REDAKSIONAL e. tembakau padat dan cair Menghapus frasa “yang digunakan untuk rokok
digunakan untuk rokok elektrik”.
elektrik.
964. SUBSTANSI BARU f. Hasil pengolahan tembakau lainnya Menambahan frasa “Hasil pengolahan tembakau
lainnya” untuk mengakomodir perkembangan
adanya produk tembakau lainnya

965. (7) Hasil pengolahan zat adiktif TETAP TETAP


lainnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) huruf e dapat
berwujud padat, cair, atau wujud
lainnya yang tidak mengandung
hasil tembakau.
966. Pasal 155 SUBSTANSI DIHAPUS Pemerintah mengusulkan pasal ini dihapus
(1) Hasil tembakau sebagaimana karena hasil tembakau berupa nikotin dan
dimaksud dalam Pasal 154 ayat garam berdasarkan ketentuan harmonisasi
(3) yang digunakan untuk ASEAN dilarang sebagai bahan kosmetik.
kepentingan medis, herbal, Demikian juga pada obat tradisional dan
farmasi, kosmetik, dan suplemen Kesehatan, hasil tembakau masuk ke
aromaterapi diperlakukan secara dalam negative list.
khusus.
Dasar hukum:
- Peraturan Badan POM Nomor 17 Tahun 2022
ttg Perubahan atas Peraturan Badan
Pengawas Obat dan Makanan
- Peraturan Badan POM Nomor Nomor 32
Tahun 2022 ttg Kriteria dan Tata Laksana
Registrasi Suplemen Kesehatan

967. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 155 ayat (1)
pengaturan khusus

133
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
968. Pasal 156 REDAKSIONAL Pasal 156 Menambahkan frasa “standardisasi kemasan”
Setiap Orang yang memproduksi, (1) Setiap Orang yang memproduksi, memasukkan termasuk didalamnya mencantumkan
memasukkan ke dalam wilayah ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik peringatan Kesehatan
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Indonesia, mengedarkan, dan/atau menjual zat
dan/atau mengedarkan zat adiktif adiktif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 154
sebagaimana dimaksud dalam Pasal ayat (6) dan ayat (7) wajib memenuhi
154 ayat (6) dan ayat (7) wajib standardisasi kemasan termasuk
mencantumkan peringatan mencantumkan peringatan Kesehatan.
Kesehatan.
969. SUBSTANSI BARU (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai standardisasi Menambahkan pengaturan delegasi pengaturan
kemasan dan peringatan kesehatan lebih lanjut
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur
dengan Peraturan Menteri.
970. Pasal 157 TETAP TETAP
(1) Kawasan tanpa rokok terdiri
atas:
971. a. Fasilitas Pelayanan TETAP TETAP
Kesehatan;
972. b. tempat proses belajar TETAP TETAP
mengajar;
973. c. tempat anak bermain; TETAP TETAP
974. d. tempat ibadah; TETAP TETAP
975. e. angkutan umum; TETAP TETAP
976. f. tempat kerja; dan TETAP TETAP
977. g. tempat umum dan tempat lain TETAP TETAP
yang ditetapkan.
978. (2) Pemerintah Daerah wajib REDAKSIONAL (2) Pemerintah Daerah wajib menetapkan dan Menambahkan frasa “dan
menetapkan kawasan tanpa mengimplementasikan Kawasan Tanpa Rokok mengimplementasikan”
rokok di wilayahnya. di wilayahnya.

979. (3) Pengelola, penyelenggara, atau REDAKSIONAL (3) Pengelola, penyelenggara, atau penanggung Menghilangkan kata “wajib”
penanggung jawab tempat kerja, jawab tempat kerja, tempat umum, dan tempat
tempat umum, dan tempat lainnya yang ditetapkan sebagaimana dimaksud
lainnya yang ditetapkan pada ayat (1) huruf f dan huruf g menyediakan
sebagaimana dimaksud pada tempat khusus untuk merokok.

134
ayat (1) huruf f dan huruf g wajib
menyediakan tempat khusus
untuk merokok.
980. Pasal 158 REDAKSIONAL Pasal 158 Konkordan dengan Pasal 153 ayat (3) huruf d
Ketentuan lebih lanjut mengenai Ketentuan lebih lanjut mengenai pengamanan zat
pengamanan zat adiktif dalam adiktif dalam bentuk produk tembakau dan hasil
bentuk hasil tembakau dan hasil pengolahan zat adiktif lainnya sebagaimana
pengolahan zat adiktif lainnya dimaksud dalam Pasal 154 ayat (6) dan ayat (7)
sebagaimana dimaksud pada ayat diatur dengan Peraturan Pemerintah.
154 ayat (6) dan ayat (7) diatur
dengan Peraturan Pemerintah.
981. Bagian Kedua Puluh Enam REDAKSIONAL Bagian Kedua Puluh Tujuh Konkordan dengan urutan Bagian
Pelayanan Kesehatan Tradisional Kesehatan Tradisional
982. Pasal 159 TETAP TETAP
(1) Pelayanan Kesehatan tradisional
berdasarkan cara
pengobatannya terdiri atas:
983. a. Pelayanan Kesehatan TETAP TETAP
tradisional yang
menggunakan
keterampilan; dan/atau
984. b. Pelayanan Kesehatan TETAP TETAP
tradisional yang
menggunakan ramuan.
985. (2) Pelayanan Kesehatan tradisional TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan berdasarkan
pengetahuan, keahlian,
dan/atau nilai yang bersumber
dari kearifan lokal.
986. (3) Pelayanan Kesehatan tradisional TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dibina dan diawasi oleh
Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah agar dapat
dipertanggungjawabkan manfaat
dan keamanannya serta tidak
bertentangan dengan norma
sosial budaya.

135
987. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP
tata cara dan jenis Pelayanan
Kesehatan tradisional
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
988. Pasal 160 TETAP TETAP
(1) Upaya kesehatan tradisional
meliputi upaya promotif,
preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
989. (2) Upaya kesehatan tradisional TETAP TETAP
dapat dilakukan di tempat
praktik mandiri, Pusat
kesehatan masyarakat, Fasilitas
Pelayanan Kesehatan
tradisional, Rumah Sakit dan
fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya.
990. Pasal 161 SUBSTANSI DIHAPUS - Substansi diusulkan untuk masuk
(1) Upaya kesehatan tradisional penjelasan Pasal 160 ayat (2) yang
sebagaimana dimaksud dalam menjelaskan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Pasal 160 dilakukan melalui tradisional antara lain berupa griya sehat
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tradisional griya sehat.
991. (2) Pengelolaan Griya Sehat yang SUBSTANSI DIHAPUS - Konkordan dengan Pasal 160 ayat (2)
sebagaimana dimaksud pada - Diusulkan menjadi materi muatan
ayat (1) dilaksanakan oleh peraturan pelaksana
penanggung jawab atau kepala
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tradisional griya sehat wajib
dilakukan oleh seorang tenaga
kesehatan tradisional yang
dibuktikan dengan Surat tanda
registrasi (STR).
992. (3) Pemerintah Daerah SUBSTANSI Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah - Diusulkan pengaturan secara general bahwa
kabupaten/kota bertanggung kabupaten/kota bertanggung jawab atas pemerintah pusat dan pemerintah daerah
jawab menyediakan Fasilitas ketersediaan Pelayanan Kesehatan tradisional. bertanggung jawab atas ketersediaan
Pelayanan Kesehatan tradisional pelayanan kesehatan tradisional

136
griya sehat sesuai dengan - Konkordan dengan Pasal 160 ayat (2)
kebutuhan pelayanan kesehatan
tradisional.
993. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan Pasal 160 ayat (2)
penyelenggaraan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan tradisional
griya sehat diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
994. Pasal 162 SUBSTANSI DIHAPUS Telah diatur dalam Perppu Cipta Kerja
(1) Setiap Orang yang melakukan
Pelayanan Kesehatan tradisional
yang menggunakan alat dan
teknologi wajib memenuhi
perizinan berusaha dari
Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya
berdasarkan norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.
995. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI DIHAPUS Telah diatur dalam Perppu Cipta Kerja
perizinan berusaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan
996. Pasal 163 TETAP TETAP
(1) Masyarakat diberi kesempatan
seluas-luasnya untuk
mengembangkan,
meningkatkan, dan
menggunakan Pelayanan
Kesehatan tradisional yang dapat
dipertanggungjawabkan manfaat
dan keamanannya.
997. (2) Pemerintah mengatur dan REDAKSIONAL (2) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Mengubah frasa “kepentingan” menjadi
mengawasi Pelayanan Kesehatan mengatur dan mengawasi Pelayanan Kesehatan “manfaat” karena pelayanan Kesehatan
tradisional sebagaimana tradisional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tradisional harus memenuhi kriteria yang salah

137
dimaksud pada ayat (1) dengan dengan didasarkan pada keamanan, manfaat, satunya memberikan manfaat bagi masyarakat.
didasarkan pada keamanan, dan pelindungan masyarakat Apabila menggunakan frasa “kepentingan” maka
kepentingan, dan pelindungan akan menimbulkan multitafsir.
masyarakat

998. BAB VI TETAP TETAP


FASILITAS PELAYANAN
KESEHATAN
999. Bagian Kesatu TETAP TETAP
Umum

1000. Pasal 164 SUBSTANSI DIHAPUS Telah diatur dalam Perppu Cipta Kerja
(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan
memberikan Pelayanan
Kesehatan berupa Pelayanan
Kesehatan perorangan dan/atau
Pelayanan Kesehatan
masyarakat.
1001. (2) Fasilitas Pelayanan Kesehatan REDAKSIONAL Fasilitas Pelayanan Kesehatan meliputi:
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi:
1002. a. Fasilitas Pelayanan TETAP TETAP
Kesehatan tingkat pertama;
1003. b. Fasilitas Pelayanan TETAP TETAP
Kesehatan tingkat lanjut; dan
1004. c. Fasilitas Pelayanan TETAP TETAP
Kesehatan penunjang.
1005. (3) Fasilitas Pelayanan Kesehatan REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke Pasal 164A
sebagaimana dimaksud pada PERUBAHAN
ayat (2) berdasarkan bentuknya, REDAKSIONAL
terdiri atas:
1006. a. Fasilitas Pelayanan REPOSISI TETAP DIHAPUS Reposisi ke Pasal 164A
Kesehatan statis; dan
1007. b. Fasilitas Pelayanan REPOSISI TETAP DIHAPUS Reposisi ke Pasal 164A
Kesehatan bergerak.
1008. (4) Fasilitas Pelayanan Kesehatan, SUBSTANSI DIHAPUS - Fasilitas Pelayanan Kesehatan memberikan
sebagaimana dimaksud pada pelayanan secara komprehensif (promotive,
ayat (2) wajib memberikan preventif, kuratif, rehabilitatif, dan/atau
layanan Kesehatan kepada paliatif)

138
masyarakat dengan - Fasyankes menyelenggarakan pelayanan
mengutamakan layanan Kesehatan dengan prinsip upaya inspaning
Kesehatan kuratif, rehabilitatif, verbintenis dan tidak menjanjikan
dan/atau paliatif kepada Pasien kesembuhan sehingga ayat ini diusulkan
secara maksimal sampai dihapus
diperoleh kesembuhan.
1009. (5) Fasilitas Pelayanan Kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Telah diatur dalam Perppu Cipta Kerja
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan oleh pihak
Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan masyarakat
1010. (6) Setiap Fasilitas Pelayanan SUBSTANSI DIHAPUS Telah diatur dalam Perppu Cipta Kerja
Kesehatan wajib memenuhi
perizinan berusaha dari
Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah sesuai
dengan kewenangannya
berdasarkan norma, standar,
prosedur, dan kriteria yang
ditetapkan oleh Pemerintah
Pusat.
1011. REPOSISI DENGAN Pasal 164A Reposisi dari Pasal 164 ayat (3)
PERUBAHAN Fasilitas Pelayanan Kesehatan berdasarkan
REDAKSIONAL bentuknya, terdiri atas:
1012. REPOSISI TETAP a. Fasilitas Pelayanan Kesehatan statis; dan Reposisi dari Pasal 164 ayat (3) huruf a
1013. REPOSISI TETAP b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan bergerak. Reposisi dari Pasal 164 ayat (3) huruf b
1014. Pasal 165 TETAP TETAP
(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan
tingkat pertama
menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan primer.
1015. SUBSTANSI BARU (1a) Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama Penambahan substansi untuk menguraikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri jenis-jenis fasyankes tingkat pertama
atas:
1016. SUBSTANSI BARU a. Puskesmas; Konkordan Pasal 165 ayat (1a)
1017. SUBSTANSI BARU b. Klinik pratama; Konkordan Pasal 165 ayat (1a)
1018. SUBSTANSI BARU c. praktik mandiri Tenaga Medis atau Tenaga Konkordan Pasal 165 ayat (1a)
Kesehatan; dan

139
1019. SUBSTANSI BARU d. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat Konkordan Pasal 165 ayat (1a)
pertama lain yang ditetapkan oleh Menteri.

1020. (2) Dalam menyelenggarakan TETAP TETAP


Pelayanan Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), dapat dilakukan
integrasi pelayanan antar
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
1021. (3) Integrasi Pelayanan Kesehatan TETAP TETAP
primer ditujukan untuk
mendukung pelaksanaan
program pemerintah terutama
Pelayanan Kesehatan dalam
bentuk promotif dan preventif.
1022. (4) Integrasi Pelayanan Kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Penyelenggaraan program JKN tidak hanya pada
perseorangan primer dapat level layanan primer dan integrasi pelayanan
dilakukan melalui kesehatan primer dilakukan secara terintegrasi
penyelenggaraan program dan komprehensif mencakup pelayanan
jaminan kesehatan. perorangan dan masyarakat, sehingga
diusulkan ayat ini dihapus agar tidak
membatasi makna dari program JKN dan
integrasi pelayanan kesehatan primer
1023. Pasal 166 TETAP TETAP
Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat
lanjut menyelenggarakan Pelayanan
Kesehatan tingkat lanjut yang
meliputi pelayanan spesialistik
dan/atau pelayanan subspesialistik.

1024. SUBSTANSI BARU (2) Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut Penambahan substansi untuk menguraikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri jenis-jenis fasyankes tingkat lanjut
atas:
1025. SUBSTANSI BARU a. Rumah Sakit; Konkordan Pasal 166 ayat (2)
1026. SUBSTANSI BARU b. Klinik utama; Konkordan Pasal 166 ayat (2)
1027. SUBSTANSI BARU c. balai kesehatan; Konkordan Pasal 166 ayat (2)
1028. SUBSTANSI BARU d. praktik mandiri Tenaga Medis atau Tenaga Konkordan Pasal 166 ayat (2)
Kesehatan; dan

140
1029. SUBSTANSI BARU e. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat Konkordan Pasal 166 ayat (2)
tingkat lanjut lain yang ditetapkan oleh
Menteri.
1030. SUBSTANSI BARU Pasal 166A Menambahkan substansi baru sebagai bridging
Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama kebutuhan pengaturan terkait dengan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 165 dan pelayanan kesehatan primer dan pelayanan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut kesehatan tingkat lanjut yang diberikan oleh
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 166, dalam Fasilitas Pelayanan Kesehatan
melaksanakan Pelayanan Kesehatan primer dan
Pelayanan Kesehatan tingkat lanjut didukung oleh
Fasilitas Pelayanan Kesehatan penunjang.
1031. Pasal 167 TETAP TETAP
(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Penunjang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 164 ayat
(2) huruf c menyelenggarakan
pelayanan kesehatan yang
menunjang pelayanan kesehatan
primer dan pelayanan kesehatan
tingkat lanjut.
1032. (2) Fasilitas Pelayanan Kesehatan TETAP TETAP
Penunjang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dapat
berdiri sendiri atau dapat
bergabung dengan fasilitas
pelayanan kesehatan tingkat
pertama dan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat lanjut.
1033. Pasal 168 TETAP TETAP
Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis
dan penyelenggaraan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
1034. Pasal 169 TETAP TETAP
(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 164 dapat memberikan
layanan Telekesehatan dan
Telemedisin.

141
1035. REPOSISI DENGAN (1a) Fasilitas Pelayanan Kesehatan dapat secara Mereposisi substansi ayat (3) dengan
PERUBAHAN mandiri menyelenggarakan Pelayanan menambahkan substansi Fasyankes yang dapat
SUBSTANSI Telemedisin atau bekerjasama dengan secara mandiri menyelenggarakan telemedisin
Penyelenggara Sistem Elektronik yang untuk mengakomodir kebutuhan di masa
terdaftar sesuai dengan ketentuan peraturan datang.
perundang-undangan
1036. (2) Layanan Telekesehatan dan SUBSTANSI (2) Pelayanan Telemedisin yang diselenggarakan Menghapus frasa “telekesehatan” karena pada
Telemedisin yang oleh Fasilitas Pelayanan Kesehatan ayat ini mengatur mengenai pemberian layanan
diselenggarakan oleh Fasilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi klinis berupa telemedisin antar fasyankes dan
Pelayanan Kesehatan layanan: antara fasyankes dengan masyarakat
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi layanan:
1037. a. antar Fasilitas Pelayanan TETAP TETAP
Kesehatan; dan
1038. b. antara Fasilitas Pelayanan TETAP TETAP
Kesehatan dan masyarakat.
1039. (3) Fasilitas Pelayanan Kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Substansi direposisi ke ayat (1a)
yang menyelenggarakan Layanan
Telekesehatan dan Telemedisin
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat bekerja sama
dengan Penyelenggara Sistem
Elektronik yang terdaftar sesuai
dengan peraturan perundang-
undangan.
1040. (4) Layanan Telemedisin yang REDAKSIONAL (4) Pelayanan Telemedisin yang diberikan oleh Mengubah kata “layanan” menjadi “pelayanan”
diberikan oleh Fasilitas Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagaimana
Pelayanan Kesehatan dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Tenaga
sebagaimana dimaksud pada Medis atau Tenaga Kesehatan yang memiliki izin
ayat (1) dilakukan oleh Tenaga praktik.
Medis atau Tenaga Kesehatan
yang memiliki izin praktik.
1041. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai REDAKSIONAL (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai Konkordan dengan Pasal 169 ayat (2)
penyelenggaraan layanan penyelenggaraan pelayanan Telemedisin diatur
Telekesehatan dan Telemedisin dengan Peraturan Pemerintah
diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
1042. Pasal 170 TETAP TETAP

142
(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan
wajib:
1043. a. memberikan akses yang luas TETAP TETAP
bagi kebutuhan pelayanan,
pendidikan, penelitian, dan
pengembangan di bidang
Kesehatan;
1044. b. menyelenggarakan pelayanan TETAP TETAP
kesehatan yang bermutu dan
mengutamakan keselamatan
pasien;
1045. SUBSTANSI b1. menyelenggarakan rekam medis Penyelenggaraan rekam medis secara elektronik
BARU merupakan upaya Kementerian Kesehatan
untuk melakukan integrasi data kesehatan
nasional yang akan digunakan sebagai basis
pengambilan kebijakan kesehatan nasional.
1046. c. mengirimkan laporan hasil TETAP TETAP
pelayanan, pendidikan,
penelitian, dan
pengembangan kepada
Pemerintah Pusat dengan
tembusan kepada Pemerintah
Daerah melalui Sistem
Informasi Kesehatan;
1047. d. melakukan upaya TETAP TETAP
pemanfaatan hasil pelayanan,
pendidikan, penelitian, dan
pengembangan di bidang
Kesehatan; dan
1048. e. mengintegrasikan pelayanan, TETAP TETAP
pendidikan, penelitian, dan
pengembangan dalam suatu
sistem sebagai upaya
mengatasi permasalahan
Kesehatan di daerah.
1049. (2) Fasilitas Pelayanan Kesehatan REDAKSIONAL f. membuat standar prosedur operasional dengan Ayat (2) menjadi huruf f baru karena
wajib membuat standar prosedur mengacu pada standar Pelayanan Kesehatan. substansinya mengatur kewajiban
operasional dengan mengacu

143
pada standar Pelayanan
Kesehatan.
1050. (3) Dalam kondisi KLB atau Wabah, TETAP TETAP
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
wajib memberikan Pelayanan
Kesehatan dalam rangka upaya
penanggulangan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
1051. (4) Penyelenggara Fasilitas TETAP TETAP
Pelayanan Kesehatan dilarang
mempekerjakan Tenaga Medis
dan Tenaga Kesehatan yang
tidak memiliki izin praktik sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
1052. Pasal 171 REDAKSIONAL Pasal 171 Mengubah kata “kecacatan” menjadi
(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan (1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan milik Pemerintah “kedisabilitasan”
milik Pemerintah Pusat, Pusat, Pemerintah Daerah, dan/atau milik
Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat wajib memberikan Pelayanan
milik masyarakat wajib Kesehatan bagi seseorang yang berada dalam
memberikan Pelayanan kondisi gawat darurat untuk penyelamatan
Kesehatan bagi seseorang yang nyawa dan pencegahan kedisabilitasan terlebih
berada dalam kondisi gawat dahulu.
darurat untuk penyelamatan
nyawa dan pencegahan
kecacatan terlebih dahulu.
1053. (2) Dalam kondisi gawat darurat SUBSTANSI (2) Dalam kondisi gawat darurat sebagaimana Menambahkan frasa “serta dilarang
sebagaimana dimaksud pada dimaksud pada ayat (1), Fasilitas Pelayanan mendahulukan segala urusan administrasi
ayat (1), Fasilitas Pelayanan Kesehatan milik Pemerintah Pusat, Pemerintah sehingga menyebabkan tertundanya pelayanan
Kesehatan milik Pemerintah Daerah dan/atau milik masyarakat dilarang kesehatan.” Untuk mengakomodir usulan DPR
Pusat, Pemerintah Daerah menolak Pasien dan/atau meminta uang muka pada Pasal 294
dan/atau milik masyarakat serta dilarang mendahulukan segala urusan
dilarang menolak Pasien administrasi sehingga menyebabkan
dan/atau meminta uang muka. tertundanya pelayanan kesehatan.
1054. Pasal 172 TETAP TETAP
(1) Setiap pimpinan Fasilitas
Pelayanan Kesehatan harus

144
memiliki kompetensi manajemen
Kesehatan yang dibutuhkan.
1055. (2) Ketentuan mengenai kompetensi TETAP TETAP
manajemen Kesehatan yang
dibutuhkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
1056. Pasal 173 TETAP TETAP
(1) Fasilitas Pelayanan Kesehatan
wajib menerapkan standar
keselamatan Pasien.
1057. (2) Standar keselamatan Pasien TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilaksanakan melalui
identifikasi dan pengelolaan
risiko, analisis dan pelaporan,
serta pemecahan masalah dalam
rangka mencegah dan
menangani kejadian yang
membahayakan keselamatan
Pasien.
1058. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP
standar keselamatan Pasien
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur dengan Peraturan
Menteri.
1059. Pasal 174 TETAP TETAP
(1) Setiap Fasilitas Pelayanan
Kesehatan harus menyimpan
rahasia Kesehatan pribadi Pasien
.
1060. (2) Fasilitas Pelayanan Kesehatan TETAP TETAP
dapat menolak mengungkapkan
segala informasi kepada publik
yang berkaitan dengan rahasia
Kesehatan pribadi Pasien,
kecuali berdasarkan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (4).

145
1061. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP
rahasia kesehatan pribadi Pasien
diatur dalam Peraturan Menteri.
1062. Pasal 175 TETAP TETAP
(1) Setiap Fasilitas Pelayanan
Kesehatan wajib melakukan
peningkatan mutu Pelayanan
Kesehatan secara internal dan
eksternal secara terus menerus
dan berkesinambungan.
1063. (2) Peningkatan mutu Pelayanan TETAP TETAP
Kesehatan secara internal
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui:
1064. a. pengukuran dan pelaporan TETAP TETAP
indikator mutu;
1065. b. pelaporan insiden TETAP TETAP
Keselamatan Pasien; dan
1066. c. manajemen risiko. TETAP TETAP
1067. (3) Peningkatan mutu Pelayanan TETAP TETAP
Kesehatan secara eksternal
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan melalui:
1068. a. Registrasi; TETAP TETAP
1069. b. lisensi; dan TETAP TETAP
1070. c. akreditasi. TETAP TETAP
1071. (4) Pelaksanaan Registrasi, lisensi, TETAP TETAP
dan akreditasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3)
dilaksanakan dengan
berorientasi pada pemenuhan
standar mutu, pembinaan dan
peningkatan kualitas layanan,
serta proses yang cepat, terbuka,
dan akuntabel.
1072. (5) Akreditasi sebagaimana SUBSTANSI (5) Akreditasi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pada prinsipnya penyelenggaraan akreditasi
dimaksud pada ayat (3) huruf c sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf c merupakan kewenangan Menteri menyesuaikan
dilaksanakan oleh lembaga diselenggarakan oleh Menteri atau dapat dengan kewenangan yang ada pada UU
independen penyelenggara Pemerintahan daerah dimana untuk akreditasi

146
Akreditasi yang ditetapkan oleh didelegasikan kepada lembaga penyelenggara merupakan kewenangan Menteri. Namun
Menteri. akreditasi. pelaksanaannya dapat didelegasikan kepada
lembaga yang ditetapkan.

1073. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai Peningkatan Pendelegasian pengaturan lebih lanjut tidak
peningkatan mutu pelayanan mutu Pelayanan Kesehatan secara internal dan hanya terkait peningkatan mutu secara
Kesehatan secara eksternal eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) eksternal
sebagaimana dimaksud pada diatur dengan Peraturan Pemerintah.
ayat (3) diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
1074. Pasal 176 TETAP TETAP
(1) Dalam rangka peningkatan
akses dan mutu Pelayanan
Kesehatan, Fasilitas Pelayanan
Kesehatan dapat
mengembangkan:
1075. a. jejaring pengampuan REDAKSIONAL a. jejaring pengampuan Pelayanan Kesehatan; Menghapus kata “prioritas” untuk memperluas
Pelayanan Kesehatan cakupan jejaring pengampuan
prioritas;
1076. b. kerja sama dua atau lebih TETAP TETAP
Fasilitas Pelayanan
Kesehatan;
1077. c. pusat unggulan (centre of TETAP TETAP
excellence);

1078. d. sistem Kesehatan akademik SUBSTANSI DIHAPUS System kesehatan akademik terkait dengan
(academic health system); kerja sama institusi Pendidikan dengan fasilitas
dan/atau pelayanan kesehatan, sehingga kurang tepat
jika ditempatkan dalam upaya pengembangan
fasilitas pelayanan kesehatan dalam
peningkatan akses dan mutu Pelayanan
Kesehatan
1079. e. Pelayanan Kesehatan TETAP TETAP
terpadu.
1080. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai TETAP TETAP
pengembangan standar
Pelayanan Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada

147
ayat (1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
1081. Bagian Kedua TETAP TETAP
Puskesmas
1082. Pasal 177 SUBSTANSI Pasal 177 Konkordan dengan Pasal 1 angka 9 tentang
(1) Puskesmas mempunyai tugas (1) Puskesmas mempunyai tugas definisi Puskesmas
melaksanakan kebijakan menyelenggarakan dan mengoordinasikan
kesehatan dalam bentuk pelayanan kesehatan promotif, preventif,
promotif, preventif, kuratif, kuratif, rehabilitatif, dan/atau paliatif dengan
dan/atau rehabilitatif di wilayah mengutamakan promotif dan preventif di
kerjanya. wilayah kerjanya.

1083. (2) Dalam melaksanakan tugas TETAP TETAP


sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), Puskesmas memiliki fungsi
penyelenggaraan Pelayanan
Kesehatan Primer di wilayah
kerjanya.
1084. (3) Penyelenggaraan Pelayanan TETAP TETAP
Kesehatan Primer sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) bertujuan
untuk mewujudkan wilayah kerja
Puskesmas yang sehat, dengan
masyarakat yang:
1085. a. memiliki perilaku hidup sehat; REDAKSIONAL a. berperilaku hidup sehat Mengubah kata “perilaku” menjadi “berperilaku”

1086. b. mudah mengakses Pelayanan TETAP TETAP


Kesehatan bermutu;
1087. c. hidup dalam lingkungan TETAP TETAP
sehat; dan
1088. d. memiliki derajat kesehatan TETAP TETAP
yang setinggi-tingginya, baik
individu, keluarga, kelompok,
maupun masyarakat.
1089. Pasal 178 SUBSTANSI Pasal 178 Konkordan dengan Pasal 21D
(1) Penyelenggaraan Upaya (1) Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Primer
Kesehatan masyarakat tingkat oleh Puskesmas dilakukan melalui
pertama dan Upaya Kesehatan

148
Perseorangan tingkat pertama pengoordinasian Sumber Daya Kesehatan di
oleh Puskesmas dilakukan wilayah kerja Puskesmas.
melalui pengoordinasian Sumber
Daya Kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas.
1090. (2) Puskesmas melakukan SUBSTANSI (2) Puskesmas melakukan pembinaan terhadap Konkordan dengan Pasal 21D
pembinaan terhadap Fasilitas jejaring Pelayanan Kesehatan primer di wilayah
Pelayanan Kesehatan tingkat kerjanya.
pertama di wilayah kerjanya serta
mengintegrasikan program
Puskesmas dengan kegiatan
Kesehatan oleh masyarakat.
1091. SUBSTANSI BARU Pasal 178A Menambahkan substansi baru terkait dukungan
(1) Penyelenggaraan Puskesmas didukung oleh sumber daya manusia dalam penyelenggaraan
sumber daya manusia yang kompeten dan Puskesmas
profesional berupa Tenaga Medis, Tenaga
Kesehatan, dan tenaga pendukung atau
penunjang kesehatan.
1092. SUBSTANSI BARU (2) Tenaga Medis sebagaimana dimaksud pada ayat Konkordan dengan ayat (1)
(1) termasuk Tenaga Medis yang memiliki
kompetensi di bidang kedokteran keluarga.
1093. SUBSTANSI BARU (3) Pimpinan Puskesmas harus memiliki kompetensi Konkordan dengan ayat (1)
dalam mengoordinasikan jejaring Pelayanan
Kesehatan primer.
1094. SUBSTANSI BARU (4) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Konkordan dengan ayat (1)
bertanggung jawab memenuhi jumlah, jenis, dan
mutu sumber daya manusia di Puskesmas.

1095. Pasal 179 TETAP TETAP


Ketentuan lebih lanjut mengenai
penyelenggaraan Puskesmas diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
1096. Bagian Ketiga TETAP TETAP
Rumah Sakit
1097. Pasal 180 TETAP TETAP
(1) Rumah Sakit menyelenggarakan
fungsi Pelayanan Kesehatan
perseorangan dalam bentuk

149
spesialistik dan/atau
subspesialistik.
1098. SUBSTANSI BARU (1a) Selain Pelayanan Kesehatan perseorangan Pada prinsipnya RS memberikan Pelayanan
dalam bentuk spesialistik dan/atau Kesehatan perseorangan dalam bentuk
subspesialistik, Rumah Sakit dapat spesialistik dan/atau subspesialistik namun
memberikan Pelayanan Kesehatan dasar. ada beberapa pelayanan medik dasar umum
yang diberikan di Rumah Sakit seperti UGD,
MCU.
1099. (2) Selain menyelenggarakan TETAP TETAP
Pelayanan Kesehatan
perseorangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Rumah
Sakit dapat menyelenggarakan
fungsi pendidikan dan penelitian
di bidang Kesehatan.
1100. (3) Setiap Rumah Sakit harus TETAP TETAP
menyelenggarakan tata kelola
Rumah Sakit dan tata kelola
klinis yang baik.
1101. Pasal 181 TETAP Pasal 181
(1) Rumah Sakit dapat (1) Rumah Sakit dapat diselenggarakan oleh
diselenggarakan oleh Pemerintah Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau
Pusat, Pemerintah Daerah, atau masyarakat termasuk swasta.
masyarakat.

1102. (2) Rumah Sakit yang didirikan oleh SUBSTANSI DIHAPUS Diusulkan dalam UU tidak mengatur bentuk
Pemerintah Pusat berbentuk unit RS agar tidak mengunci dalam pelaksanaannya
pelaksana teknis atau instansi
tertentu, dengan pola pengelolaan
badan layanan umum sesuai
dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
1103. (3) Rumah sakit yang didirikan oleh SUBSTANSI DIHAPUS Diusulkan dalam UU tidak mengatur bentuk RS
Pemerintah Daerah berbentuk agar tidak mengunci dalam pelaksanaannya
unit organisasi bersifat khusus
yang memberikan layanan secara
profesional, dengan pola
pengelolaan badan layanan
umum daerah sesuai dengan

150
ketentuan peraturan perundang-
undangan.
1104. REPOSISI DENGAN (3a) Dalam memberikan layanan kesehatan Reposisi dari ayat (2) dan ayat (3)
PERUBAHAN sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
REDAKSIONAL (3) rumah sakit dapat menerapkan pola
pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
1105. (4) Rumah Sakit yang didirikan oleh REDAKSIONAL (4) Rumah Sakit yang didirikan oleh masyarakat Mengubah frasa “perumahsakitan” menjadi
masyarakat harus berbentuk berbentuk badan hukum yang kegiatan “pelayanan kesehatan” untuk membuka peluang
badan hukum yang kegiatan usahanya hanya bergerak di bidang pelayanan badan hukum menjalankan usaha selain rumah
usahanya hanya bergerak di kesehatan. sakit, namun tetap dalam bidang pelayanan
bidang perumahsakitan. kesehatan

1106. (5) Rumah Sakit sebagaimana TETAP TETAP


dimaksud pada ayat (3)
dikecualikan bagi Rumah Sakit
yang diselenggarakan oleh badan
hukum yang bersifat nirlaba.
1107. Pasal 182 REDAKSIONAL Pasal 182 Diusulkan struktur organisasi rumah sakit
(1) Struktur Organisasi Rumah Sakit (1) Struktur organisasi rumah sakit paling sedikit tidak mengatur secara rinci, namun hanya
paling sedikit terdiri atas: Kepala terdiri atas unsur pimpinan, unsur pelayanan mengatur unsur-unsur minimal yang ada dalam
atau Direktur Rumah Sakit, medis, unsur keperawatan, unsur penunjang organisasi rumah sakit
unsur pelayanan medis, unsur medis dan non medis, unsur pelaksana
keperawatan, unsur penunjang administrasi, dan unsur operasional.
medis dan nonmedis, komite
medis/komite kesehatan, unsur
riset, operasional dan teknologi
informasi, pemasaran, serta
administrasi umum dan
keuangan.
1108. (2) Kepala atau Direktur Rumah REDAKSIONAL (2) Unsur pimpinan rumah sakit sebagaimana Konkordan dengan ayat (1)
Sakit sebagaimana dimaksud dimaksud pada ayat (1) dijabat oleh:
pada ayat (1) dijabat oleh:
1109. a. Tenaga Medis; TETAP TETAP
1110. b. Tenaga Kesehatan; atau TETAP TETAP
1111. c. Profesional, TETAP TETAP
1112. yang memiliki kompetensi TETAP TETAP
manajemen rumah sakit.

151
1113. Pasal 183 REDAKSIONAL Pasal 183 Memecah pengaturan Rumah Sakit pendidikan
(1) Rumah Sakit dapat ditetapkan (1) Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi Rumah untuk memperjelas norma
menjadi Rumah Sakit pendidikan Sakit pendidikan.
setelah memenuhi persyaratan
dan standar Rumah Sakit
pendidikan.
1114. SUBSTANSI BARU (1a) Rumah Sakit pendidikan sebagaimana Menambahkan substansi yang menjelaskan
dimaksud pada ayat (1) merupakan Rumah fungsi rumah sakit pendidikan
Sakit yang mempunyai fungsi sebagai tempat
pendidikan, penelitian, dan pelayanan
kesehatan secara terpadu dalam bidang
pendidikan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
serta pendidikan berkelanjutan secara
multiprofesi.
1115. (2) Rumah Sakit pendidikan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) terdiri atas:
1116. a. Rumah Sakit yang bekerja SUBSTANSI (2) Rumah Sakit Pendidikan sebagaimana dimaksud - Diusulkan pengaturan Rumah Sakit
sama dengan institusi pada ayat (1) bekerja sama dengan perguruan pendidikan pada prinsipnya tetap bekerja
pendidikan di bidang tinggi dalam menyelenggarakan pendidikan sama dengan Perguruan Tinggi, walaupun
Kesehatan dalam program profesi serta program dalam penyelenggaraan program
menyelenggarakan pendidikan spesialis/subspesialis. spesialis/subspesialis, Rumah Sakit
dokter/dokter gigi, pendidikan adalah sebagai penyelenggara
dokter/dokter gigi spesialis, utama pendidikan.
dan dokter/dokter gigi - Rumah Sakit pendidikan juga harus
subspesialis; dan memenuhi persyaratan, standar, dan
akreditasi sesuai dengan perannya.
- Perlu diperjelas penetapan sebagai rumah
sakit pendidikan dan izin penyelenggaraan
program pendidikan oleh rumah sakit
pendidikan

1117. SUBSTANSI BARU (2a) Rumah Sakit Pendidikan dapat Konkordan dengan ayat (2)
menyelenggarakan program
spesialis/subspesialis sebagai penyelenggara
Utama Pendidikan dengan tetap bekerjasama
dengan perguruan tinggi.
1118. b. Rumah Sakit yang secara SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (2)
mandiri menyelenggarakan

152
pendidikan profesi
dokter/dokter gigi spesialis,
dan dokter/dokter gigi
subspesialis.
1119. SUBSTANSI BARU (2b) Dalam menyelenggarakan pendidikan Konkordan dengan ayat (2)
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(2a) Rumah Sakit pendidikan harus memenuhi
persyaratan, standar, dan akreditasi sesuai
dengan perannya.
1120. SUBSTANSI BARU (2c) Penyusunan persyaratan dan standar Rumah Konkordan dengan ayat (2)
sakit pendidikan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2b) dilakukan oleh Menteri dan menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang pendidikan.
1121. SUBSTANSI BARU (2d) Penetapan Rumah Sakit pendidikan dilakukan Konkordan dengan ayat (2)
oleh Menteri.
1122. SUBSTANSI BARU (2e) Penyelenggaraan pendidikan oleh Rumah Sakit Konkordan dengan ayat (2)
pendidikan dilakukan setelah mendapatkan izin
dari menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan.
1123. SUBSTANSI BARU (2f) Penyelenggaraan akreditasi Rumah Sakit Konkordan dengan ayat (2)
pendidikan dilaksanakan oleh Menteri dan
menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan dengan
melibatkan lembaga akreditasi terkait.
1124. (3) Untuk dapat menyelenggarakan SUBSTANSI DIHAPUS - Ketentuan teknis mengenai penyelenggaraan
secara mandiri pendidikan profesi pendidikan oleh rumah sakit pendidikan
dokter/dokter gigi spesialis, dan sebagai penyelenggara utama diatur dalam
dokter/dokter gigi subspesialis peraturan pelaksanaan
sebagaimana dimaksud pada ayat - Pengaturan persyaratan telah menjadi bagian
(2) huruf (b), Rumah Sakit dari Sistem Pendidikan Akademik paling
Pendidikan telah menjadi bagian sedikit 5 (lima) tahun sebagai Rumah Sakit
dari Sistem Pendidikan Akademik Pendidikan Utama dapat membatasi
paling sedikit 5 (lima) tahun implementasi penyelenggaraan pendidikan
sebagai Rumah Sakit Pendidikan oleh rumah sakit pendidikan, sehingga dapat
Utama. menghambat percepatan produksi tenaga
kesehatan
1125. (4) Untuk dapat membuka program SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (2)
pendidikan/training profesi

153
dokter/dokter gigi spesialis, dan
dokter/dokter gigi subspesialis,
Rumah Sakit Pendidikan harus
memenuhi persyaratan untuk
mendapatkan akreditasi tertinggi
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
1126. (5) Ijazah pendidikan profesi SUBSTANSI DIHAPUS Substansi bersifat teknis dan cukup diatur
dokter/dokter gigi spesialis, dan dalam peraturan pelaksanaan
dokter/dokter gigi subspesialis
yang diselenggarakan oleh
Rumah Sakit sebagaimana
dimaksud pada ayat (3)
ditandatangani oleh pimpinan
Rumah Sakit pendidikan dan
rektor dari universitas yang
terafiliasi.
1127. (6) Monitoring dan evaluasi SUBSTANSI DIHAPUS Substansi bersifat teknis dan cukup diatur
penyelenggaraan dalam peraturan pelaksanaan
Pendidikan/training profesi
dokter/dokter gigi spesialis, dan
dokter/dokter gigi subspesialis
dilakukan untuk penjaminan
mutu.
1128. (7) Penyelenggaraan monitoring dan SUBSTANSI DIHAPUS Substansi bersifat teknis dan cukup diatur
evaluasi sebagaimana dimaksud dalam peraturan pelaksanaan
pada ayat (5) dilakukan oleh
lembaga akreditasi di bidang
kedokteran.
1129. (8) Rumah Sakit pendidikan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (2)
sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) harus mendapatkan izin dari
Pemerintah Pusat dan bekerja
sama dengan kolegium.
1130. (9) Dalam penyelenggaraan Rumah REDAKSIONAL (9) Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit rumusan dibuat secara lebih general
Sakit pendidikan dapat dibentuk pendidikan dapat dibentuk jejaring Rumah
jejaring Rumah Sakit Pendidikan Sakit pendidikan.
negeri dan swasta.

154
1131. (10) Ketentuan lebih lanjut mengenai SUBSTANSI (10) Ketentuan lebih lanjut mengenai Rumah Pengaturan lebih lanjut dibuat secara lebih
Rumah Sakit pendidikan, Sakit pendidikan diatur dengan Peraturan general
penyelenggaraan program Pemerintah.
pendidikan dokter/dokter gigi,
dokter/dokter gigi spesialis, dan
dokter/dokter gigi subspesialis,
ijazah pendidikan, monitoring
dan evaluasi, dan jejaring Rumah
Sakit pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (9) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
1132. Pasal 184 TETAP TETAP
(1) Rumah Sakit dalam
menyelenggarakan fungsi
penelitian dapat membentuk
pusat penelitian guna
pengembangan layanan
Kesehatan.
1133. (2) Dalam menyelenggarakan fungsi REDAKSIONAL (2) Pusat penelitian sebagaimana dimaksud pada Mengubah “rumah sakit” menjadi “pusat
penelitian, rumah sakit harus ayat (1) harus menyelenggarakan penelitian penelitian” sebagai penyelenggara penelitian
menyelenggarakan penelitian unggulan dan translasional. unggulan dan translasional merujuk pada ayat
unggulan dan translasional. (1).

1134. (3) Dalam menyelenggarakan TETAP TETAP


penelitian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), rumah
sakit dapat melaksanakan
pelayanan berbasis penelitian.
1135. (4) Rumah sakit yang melaksanakan TETAP TETAP
pelayanan berbasis penelitian
sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) melalui inovasi penelitian yang
dikembangkan oleh Tenaga Medis
dan/atau Tenaga Kesehatan
harus diberi dukungan dan
kebebasan secara bertanggung
jawab.

155
1136. SUBSTANSI BARU (5) Rumah Sakit yang melaksanakan fungsi Bahwa rumah sakit dalam menyelenggarakan
penelitian dapat bekerja sama dengan institusi fungsi penelitian dapat bekerja sama dengan
atau pihak lain. institusi atau pihak lain antara lain organisasi
nonpemerintah, perguruan tinggi, perusahaan
swasta, CRO, dan Kementerian/Lembaga.
1137. Pasal 185 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam Perpu Cipta Kerja
Rumah Sakit mempunyai kewajiban:
1138. a. memberikan informasi yang SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam Perpu Cipta Kerja
benar tentang pelayanan Rumah
Sakit kepada masyarakat;
1139. b. memberi Pelayanan Kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam Perpu Cipta Kerja
yang aman, bermutu,
antidiskriminasi, dan efektif
dengan mengutamakan
kepentingan Pasien sesuai
dengan standar pelayanan
Rumah Sakit;
1140. c. memberikan pelayanan gawat SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam Perpu Cipta Kerja
darurat kepada Pasien;
1141. d. berperan aktif dalam memberikan SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam Perpu Cipta Kerja
Pelayanan Kesehatan pada
bencana;
1142. e. menyediakan sarana dan SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam Perpu Cipta Kerja
pelayanan bagi masyarakat tidak
mampu atau miskin;
1143. f. melaksanakan fungsi sosial bagi SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam Perpu Cipta Kerja
Kesehatan masyarakat;
1144. g. membuat, melaksanakan, dan SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam Perpu Cipta Kerja
menjaga standar mutu Pelayanan
Kesehatan di Rumah Sakit
sebagai acuan dalam melayani
Pasien;
1145. h. menyelenggarakan rekam medis; SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam Perpu Cipta Kerja
1146. i. menyediakan sarana dan SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam Perpu Cipta Kerja
prasarana umum yang layak,
antara lain sarana ibadah, parkir,
ruang tunggu, sarana untuk
penyandang disabilitas, ibu

156
menyusui, anak-anak, dan lanjut
usia;
1147. j. merujuk Pasien jika tidak sesuai SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam Perpu Cipta Kerja
dengan kompetensi layanannya;
1148. k. menolak keinginan Pasien yang SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam Perpu Cipta Kerja
bertentangan dengan standar
profesi dan etika serta peraturan
perundang-undangan;
1149. l. memberikan informasi yang SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam Perpu Cipta Kerja
benar, jelas, dan jujur mengenai
hak dan kewajiban Pasien;
1150. m. menghormati dan melindungi SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam Perpu Cipta Kerja
hak-hak Pasien;
1151. n. melaksanakan etika Rumah SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam Perpu Cipta Kerja
Sakit;
1152. o. memiliki sistem pencegahan SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam Perpu Cipta Kerja
kecelakaan dan penanggulangan
bencana;
1153. p. melaksanakan program SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam Perpu Cipta Kerja
pemerintah di bidang Kesehatan
baik secara regional maupun
nasional;
1154. q. membuat daftar Tenaga Medis SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam Perpu Cipta Kerja
dan Tenaga Kesehatan yang
melakukan praktik;
1155. r. menyusun dan melaksanakan SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam Perpu Cipta Kerja
peraturan internal Rumah Sakit
(hospital by laws);
1156. s. melindungi dan memberikan SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam Perpu Cipta Kerja
bantuan hukum bagi semua
petugas Rumah Sakit dalam
melaksanakan tugas; dan
1157. t. memberlakukan seluruh SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam Perpu Cipta Kerja
lingkungan Rumah Sakit sebagai
kawasan tanpa rokok.

1158. SUBSTANSI BARU Pasal 185A Menambahkan substansi baru terkait dengan
sistem informasi Rumah Sakit

157
Rumah Sakit wajib menerapkan sistem informasi
Kesehatan Rumah Sakit yang terintergrasi dengan
Sistem Informasi Kesehatan Nasional
1159. Pasal 186 TETAP TETAP
Rumah Sakit mempunyai hak:
1160. a. menentukan jumlah, jenis, dan TETAP TETAP
kualifikasi sumber daya manusia
sesuai dengan klasifikasi Rumah
Sakit;
1161. b. menerima imbalan jasa TETAP TETAP
pelayanan serta menentukan
remunerasi, insentif, dan
penghargaan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-
undangan;
1162. c. melakukan kerja sama dengan TETAP TETAP
pihak lain dalam rangka
mengembangkan pelayanan;
1163. d. menerima bantuan dari pihak lain TETAP TETAP
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
1164. e. menggugat pihak yang TETAP TETAP
mengakibatkan kerugian;
1165. f. mendapatkan pelindungan TETAP TETAP
hukum dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan; dan
1166. g. mempromosikan layanan TETAP TETAP
kesehatan yang ada di Rumah
Sakit sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
1167. Pasal 187 TETAP TETAP
(1) Rumah Sakit tidak bertanggung
jawab secara hukum apabila
pasien dan/atau keluarganya
menolak atau menghentikan
pengobatan yang dapat berakibat
kematian pasien setelah adanya
penjelasan medis yang
komprehensif.

158
1168. (2) Rumah Sakit tidak dapat dituntut TETAP TETAP
dalam melaksanakan tugas
dalam rangka menyelamatkan
nyawa manusia.

1169. Pasal 188 TETAP TETAP


Rumah Sakit bertanggung jawab
secara hukum terhadap semua
kerugian yang ditimbulkan atas
kelalaian yang dilakukan oleh Tenaga
Medis dan Tenaga Kesehatan Rumah
Sakit.
1170. Pasal 189 REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke dalam bab Pendanaan Kesehatan
(1) Pembiayaan Rumah Sakit dapat PERUBAHAN
bersumber dari penerimaan SUBSTANSI
Rumah Sakit, anggaran
Pemerintah, subsidi Pemerintah,
anggaran Pemerintah Daerah,
subsidi Pemerintah Daerah atau
sumber lain yang tidak mengikat
sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
1171. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai REPOSISI DENGAN DIHAPUS Direposisi ke dalam bab Pendanaan Kesehatan
subsidi atau bantuan Pemerintah PERUBAHAN
dan Pemerintah Daerah SUBSTANSI
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
1172. Pasal 190 TETAP TETAP
(1) Penetapan besaran tarif Rumah
Sakit harus berdasarkan pola
tarif nasional dan pagu tarif
maksimal.
1173. (2) Menteri menetapkan pola tarif TETAP TETAP
nasional berdasarkan komponen
biaya satuan pembiayaan dan

159
dengan memperhatikan kondisi
regional.
1174. (3) Gubernur menetapkan pagu tarif TETAP TETAP
maksimal berdasarkan pola tarif
nasional sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) yang berlaku untuk
Rumah Sakit di Provinsi yang
bersangkutan
1175. Pasal 191 TETAP TETAP
Pendapatan Rumah Sakit yang
dikelola Pemerintah dan Pemerintah
Daerah digunakan seluruhnya secara
langsung untuk biaya operasional
Rumah Sakit dan tidak dapat
dijadikan pendapatan negara atau
Pemerintah Daerah.
1176. Pasal 192 TETAP TETAP
Ketentuan lebih lanjut mengenai
penyelenggaraan Rumah Sakit diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
1177. BAB VII TETAP TETAP
SUMBER DAYA MANUSIA
KESEHATAN
1178. Bagian Kesatu REDAKSIONAL Bagian Kesatu Menghapus kata “kualifikasi” karena diusulkan
Pengelompokan dan Pengelompokan Sumber Daya Manusia Kesehatan bagian ini hanya mengatur mengenai
Kualifikasi Sumber Daya Manusia pengelompokan SDM
Kesehatan
1179. Pasal 193 TETAP TETAP
(1) Sumber Daya Manusia Kesehatan
terdiri atas:
1180. a. Tenaga Medis; TETAP TETAP
1181. b. Tenaga Kesehatan; TETAP TETAP
1182. c. Tenaga Kesehatan SUBSTANSI DIHAPUS Tenaga kesehatan tradisional termasuk dalam
Tradisional; dan kelompok tenaga kesehatan
1183. d. Tenaga pendukung atau SUBSTANSI DIHAPUS Diusulkan substansi diatur dalam Pasal
penunjang kesehatan. tersendiri
1184. (2) Tenaga Medis sebagaimana REDAKSIONAL Pasal 193A Diusulkan menjadi pasal tersendiri untuk
dimaksud pada ayat (1) huruf a (1) Tenaga Medis dikelompokkan ke dalam: mempertegas pemisahan pengelompokkannya
dikelompokkan ke dalam:

160
1185. a. dokter; dan TETAP TETAP
1186. b. dokter gigi. TETAP TETAP
1187. (3) Jenis Tenaga Medis dokter TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a terdiri atas dokter,
dokter spesialis, dan dokter
subspesialis.
1188. (4) Jenis Tenaga Medis dokter gigi TETAP TETAP
sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b terdiri atas dokter gigi,
dokter gigi spesialis, dan dokter
gigi subspesialis.
1189. (5) Tenaga Kesehatan sebagaimana REDAKSIONAL Pasal 193B Diusulkan menjadi pasal tersendiri untuk
dimaksud pada ayat (1) huruf b (1) Tenaga Kesehatan dikelompokkan ke dalam: mempertegas pemisahan pengelompokkannya
dikelompokkan ke dalam:

1190. a. tenaga psikolog; SUBSTANSI a. Tenaga psikolog klinis; - Perubahan substansi diusulkan tenaga
psikolog menjadi tenaga psikolog klinis, karena
tenaga psikolog klinis berdasarkan UU
36/2014 telah dikelompokkan sebagai Tenaga
Kesehatan
- Dalam UU 23/2022 ttg Pendidikan dan
Pelayanan Psikologi, pendidikan psikolog klinis
merupakan bagian dari keilmuan pendidikan
psikologi dan dalam UU tersebut telah diatur
mengenai registrasi maupun izin praktik untuk
tenaga psikolog klinis tunduk kepada UU
36/2014 ttg Tenaga Kesehatan, untuk itu agar
sinkronisasi dengan UU 23/2022, diusulkan
tetap sebagai tenaga psikolog klinis
1191. b. tenaga keperawatan; TETAP TETAP
1192. c. tenaga kebidanan; TETAP TETAP
1193. d. tenaga kefarmasian; TETAP TETAP
1194. e. Tenaga Kesehatan TETAP TETAP
masyarakat;
1195. f. Tenaga Kesehatan TETAP TETAP
lingkungan;
1196. g. tenaga gizi; TETAP TETAP
1197. h. tenaga keterapian fisik; TETAP TETAP

161
1198. i. tenaga keteknisian medis; TETAP TETAP
dan
1199. j. tenaga teknik biomedika. TETAP TETAP
1200. SUBSTANSI BARU k. tenaga kesehatan tradisional; dan - Mengembalikan kelompok tenaga kesehatan
tradisional sebagai bagian dari tenaga
kesehatan, mengingat saat ini tenaga
kesehatan tradisional telah diakui oleh UU
36/2014 dan menjadi salah satu kelompok
tenaga kesehatan
- Tenaga kesehatan tradisional yang dimaksud
dalam pengelompokkan ini merupakan tenaga
kesehatan tradisional yang berlatar belakang
pendidikan tinggi, sedangkan untuk pengobat
tradisional yang modalitas layanannya
didapatkan melalui turun temurun/kursus,
tetap diakui sebagai penyehat tradisional
namun tidak dikelompokkan sebagai tenaga
kesehatan
1201. SUBSTANSI BARU l. Tenaga Kesehatan lain yang ditetapkan oleh Mengakomodir kebutuhan di masa datang
Menteri. untuk membuka adanya kelompok tenaga
kesehatan lain di luar yang telah ditetapkan
dalam RUU ini
1202. (6) Jenis Tenaga Kesehatan yang SUBSTANSI DIHAPUS - Pengaturan jenis kelompok tenaga kesehatan
termasuk dalam kelompok tenaga diatur dalam peraturan pelaksana
psikolog sebagaimana dimaksud - Menghapus frasa “terdiri atas psikolog umum,
pada ayat (5) huruf a terdiri atas psikolog spesialis, dan psikolog subspesialis”,
psikolog umum, psikolog karena tenaga psikolog tersebut tidak
spesialis, dan psikolog semuanya diakui sebagai tenaga kesehatan
subspesialis. - Sesuai dengan UU 36/2014 yang termasuk
yang diakui sebagai tenaga kesehatan
hanyalah psikolog klinis, hal ini diperkuat
dengan UU 23/2022 tentang Pendidikan dan
Layanan Psikolog yang menyatakan bahwa
psikolog klinis tunduk pada ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang
kesehatan
1203. (7) Jenis Tenaga Kesehatan yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (6)
termasuk dalam kelompok tenaga
keperawatan sebagaimana

162
dimaksud pada ayat (5) huruf b
terdiri atas perawat vokasi,
perawat profesi, dan perawat
spesialis.
1204. (8) Jenis Tenaga Kesehatan yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (6)
termasuk dalam kelompok tenaga
kebidanan sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf c
terdiri atas bidan vokasi dan
bidan profesi.
1205. (9) Jenis Tenaga Kesehatan yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (6)
termasuk dalam kelompok tenaga
kefarmasian sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf d
terdiri atas apoteker, apoteker
spesialis, dan tenaga teknis
kefarmasian.
1206. (10) Jenis Tenaga Kesehatan yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (6)
termasuk dalam kelompok
Tenaga Kesehatan masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) huruf e antara lain
epidemiolog kesehatan, tenaga
promotor kesehatan, pembimbing
kesehatan kerja, tenaga
administrasi dan kebijakan
kesehatan, tenaga biostatistika
dan kependudukan, tenaga
kesehatan reproduksi dan
keluarga, serta ahli kesehatan
masyarakat.
1207. (11) Jenis Tenaga Kesehatan yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (6)
termasuk dalam kelompok
Tenaga Kesehatan lingkungan
sebagaimana dimaksud pada ayat
(5) huruf f antara lain tenaga
sanitasi lingkungan, entomolog
kesehatan, dan mikrobiolog
kesehatan.

163
1208. (12) Jenis Tenaga Kesehatan yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (6)
termasuk dalam kelompok tenaga
gizi sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) huruf g antara lain
nutrisionis dan dietisien.
1209. (13) Jenis Tenaga Kesehatan yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (6)
termasuk dalam kelompok tenaga
keterapian fisik sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf h
antara lain fisioterapis, okupasi
terapis, terapis wicara, dan
akupunktur.
1210. (14) Jenis Tenaga Kesehatan yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (6)
termasuk dalam kelompok tenaga
keteknisian medis sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf i
antara lain perekam medis dan
informasi Kesehatan, teknisi
kardiovaskuler, teknisi pelayanan
darah, optometris, teknisi gigi,
penata anestesi, terapis gigi dan
mulut, dan audiologis.
1211. (15) Jenis Tenaga Kesehatan yang SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (6)
termasuk dalam kelompok tenaga
teknik biomedika sebagaimana
dimaksud pada ayat (5) huruf j
antara lain radiografer,
elektromedis, ahli teknologi
laboratorium medik, fisikawan
medik, dan ortotik prostetik.
1212. (16) Tenaga Kesehatan tradisional SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (6)
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c antara lain Tenaga
Kesehatan tradisional ramuan
atau jamu, Tenaga Kesehatan
tradisional, dan pengobat bahan
alam.

164
1213. (17) Tenaga penunjang atau REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke dalam penjelasan Pasal 193C
pendukung kesehatan PERUBAHAN
sebagaimana dimaksud pada ayat REDAKSIONAL
(1) huruf d antara lain tenaga
administrasi, tenaga keuangan,
petugas pemulasaran jenazah,
dan supir ambulan.
1214. (18) Tenaga penunjang atau REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke dalam Pasal 193C
pendukung kesehatan PERUBAHAN
sebagaimana dimaksud pada ayat REDAKSIONAL
(17) bekerja pada fasilitas
pelayanan Kesehatan atau
institusi lain di bidang
Kesehatan.
1215. (19) Ketentuan lebih lanjut mengenai REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke dalam Pasal 195A
kualifikasi setiap jenis Tenaga PERUBAHAN
Medis, Tenaga Kesehatan, Tenaga SUBSTANSI
Kesehatan Tradisional, dan
tenaga penunjang atau
pendukung kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) sampai dengan ayat (18) diatur
dalam Peraturan Pemerintah.
1216. REPOSISI DENGAN Pasal 193C Reposisi dari Pasal 193 ayat 18
PERUBAHAN Dalam rangka mendukung dan menunjang
REDAKSIONAL pelayanan kesehatan, Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 193
huruf a dan huruf b dapat dibantu oleh tenaga
penunjang atau pendukung kesehatan.
1217. Pasal 194 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan usulan Pemerintah untuk
(1) Dalam memenuhi tidak mengatur jenis-jenis Tenaga Kesehatan
perkembangan ilmu dan dapat diattur dalam peraturan pelaksana
pengetahuan dan teknologi di
bidang Kesehatan serta
kebutuhan Pelayanan
Kesehatan, Menteri dapat
menetapkan:
1218. a. jenis Tenaga Medis, SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
Tenaga Kesehatan, atau

165
Tenaga Kesehatan
Tradisional baru dalam
setiap kelompok
sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 183; dan
1219. b. kelompok Tenaga Medis, SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
Tenaga Kesehatan, atau
Tenaga Kesehatan
Tradisional baru.
1220. (2) Penetapan sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) harus
terlebih dahulu dilakukan
kajian bersama dengan konsil,
Organisasi Profesi, dan
kolegium dengan
mempertimbangkan kebutuhan
Pelayanan Kesehatan di
masyarakat dan pemenuhan
kompetensi Tenaga Medis atau
Tenaga Kesehatan.

1221. Pasal 195 REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke Pasal 207A


(1) Tenaga medis sebagaimana PERUBAHAN
dimaksud dalam Pasal 193 ayat SUBSTANSI
(1) huruf a harus memiliki
kualifikasi pendidikan paling
rendah pendidikan profesi
dokter atau pendidikan profesi
dokter gigi.
1222. (2) Tenaga Kesehatan sebagaimana REPOSISI DENGAN DIHAPUS Reposisi ke Pasal 207A
dimaksud dalam Pasal 193 ayat PERUBAHAN
(1) huruf b harus memiliki SUBSTANSI
kualifikasi pendidikan paling
rendah diploma.

1223. (2) Tenaga Kesehatan Tradisional SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan Pasal 195 ayat (2)
sebagaimana dimaksud pada
Pasal 193 ayat (1) huruf c harus
memiliki kualifikasi pendidikan

166
paling rendah diploma atau
keterampilan kesehatan
tradisional yang teruji secara
ilmiah.
1224. REPOSISI DENGAN Pasal 195A Reposisi dari Pasal 193 ayat (19)
PERUBAHAN Ketentuan lebih lanjut mengenai jenis Tenaga Medis
SUBSTANSI dan Tenaga Kesehatan, dan tenaga penunjang atau
tenaga pendukung diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
1225. Pasal 196 SUBSTANSI DIHAPUS Konsistensi dan harmonisasi dengan UU No.
Ketentuan mengenai registrasi dan 23/2022 ttg Pendidikan dan Layanan Psikologi
izin layanan psikolog, pendidikan dan yang mengatur bahwa psikolog klinis tunduk
sertifikasi profesi tenaga psikolog, pada peraturan di bidang kesehatan, sedangkan
serta organisasi himpunan profesi psikolog non klinis tunduk pada undang-
psikologi dilaksanakan sesuai dengan undang tersebut, maka pemerintah
ketentuan peraturan perundang- mengusulkan Pasal 196 terkait registrasi dan
undangan tentang pendidikan dan izin layanan psikologi, pendidikan dan
layanan psikologi sertifikasi profesi tenaga psikolog, serta
organisasi himpunan profesi psikologi untuk
dihapus.

1226. Bagian Kedua TETAP TETAP


Perencanaan
1227. Pasal 197 TETAP TETAP
Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah berkewajiban memenuhi
kebutuhan Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan terkait jumlah, jenis,
kompetensi dan distribusi secara
merata untuk menjamin
keberlangsungan pembangunan
Kesehatan.
1228. Pasal 198 TETAP TETAP
(1) Menteri menetapkan kebijakan
dan menyusun perencanaan
Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan dalam rangka
memenuhi kebutuhan Tenaga

167
Medis dan Tenaga Kesehatan
secara nasional.
1229. (2) Perencanaan Tenaga Medis dan SUBSTANSI (2) Menteri dalam menyusun perencanaan Tenaga Mengubah frasa “disusun secara berjenjang
Tenaga Kesehatan sebagaimana Medis dan Tenaga Kesehatan sebagaimana dimulai dari” menjadi “melibatkan” dan
dimaksud pada ayat (1) disusun dimaksud pada ayat (1) melibatkan Fasilitas menambahkan frasa “pihak terkait” untuk
secara berjenjang dimulai dari Pelayanan Kesehatan, Pemerintah Daerah mengefektifkan proses penyusunan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan, kabupaten/kota, Pemerintah Daerah provinsi, perencanaan yang lebih komprehensif.
Pemerintah Daerah dan pihak terkait, dengan berdasarkan
kabupaten/kota, Pemerintah ketersediaan Tenaga Medis dan Tenaga
Daerah provinsi, sampai dengan Kesehatan serta kebutuhan penyelenggaraan
Menteri secara nasional, dengan pembangunan dan Upaya Kesehatan.
berdasarkan ketersediaan
Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan serta kebutuhan
penyelenggaraan pembangunan
dan Upaya Kesehatan.
1230. (3) Perencanaan Tenaga Medis dan TETAP TETAP
Tenaga Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2)
dilakukan terhadap Tenaga
Medis dan Tenaga Kesehatan
yang melaksanakan pekerjaan
keprofesian sesuai dengan
kompetensi dan
kewenangannya yang bekerja di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan
atau unit kerja milik Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, atau
masyarakat.
1231. (4) Perencanaan Tenaga Medis dan REDAKSIONAL (4) Perencanaan Tenaga Medis dan Tenaga
Tenaga Kesehatan sebagaimana Kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memperhatikan kerja sama
dilakukan dengan dan sinergisme antarpemangku kepentingan
memperhatikan kerja sama dan dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
sinergisme antarpemangku komunikasi yang terintegrasi dengan Sistem
kepentingan dengan Informasi Kesehatan Nasional.
memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
1232. Pasal 199 TETAP TETAP

168
Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah dalam menyusun
perencanaan Tenaga Medis dan
Tenaga Kesehatan harus
memperhatikan:

1233. a. jenis, kualifikasi, jumlah, TETAP TETAP


pengadaan, dan distribusi Tenaga
Medis dan Tenaga Kesehatan;
1234. b. penyelenggaraan Upaya TETAP TETAP
Kesehatan;
1235. c. ketersediaan Fasilitas Pelayanan TETAP TETAP
Kesehatan;
1236. d. kemampuan pembiayaan; REDAKSIONAL d. keuangan negara atau daerah; Berdasarkan Permendagri Nomor 62/2017
tentang Kemampuan Keuangan Daerah,
kemampuan pembiayaan perlu diubah menjadi
kemampuan keuangan.
1237. e. kondisi geografis dan sosial REDAKSIONAL e. kondisi demografis, geografis, dan sosial Menambahkan kata “demografis”
budaya; dan budaya; dan

1238. f. tipologi/jenis penyakit di daerah TETAP TETAP


atau kebutuhan masyarakat.
1239. Pasal 200 REDAKSIONAL Pasal 200 Mengubah rujukan Pasal menjadi Pasal 198 ayat
Kebijakan perencanaan Tenaga Medis Kebijakan perencanaan Tenaga Medis dan Tenaga (1).
dan Tenaga Kesehatan yang Kesehatan yang ditetapkan oleh Menteri secara
ditetapkan oleh Menteri sebagaimana nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 198
dimaksud dalam Pasal 197 menjadi ayat (1) menjadi pedoman bagi setiap institusi
pedoman bagi setiap institusi pengguna Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan baik
pengguna Tenaga Medis dan Tenaga Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, maupun
Kesehatan baik Pemerintah Pusat, masyarakat termasuk swasta dalam pemenuhan dan
Pemerintah Daerah, maupun swasta pengelolaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan.
dalam pemenuhan dan pengelolaan
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan.
1240. Pasal 201 TETAP TETAP
Ketentuan lebih lanjut mengenai
perencanaan Tenaga Medis dan
Tenaga Kesehatan diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
1241. Bagian Ketiga TETAP TETAP

169
Pengadaan Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan
1242. Pasal 202 TETAP TETAP
(1) Pengadaan Tenaga Medis dan
Tenaga Kesehatan dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan dan
pendayagunaan Tenaga Medis
dan Tenaga Kesehatan.
1243. (2) Pengadaan Tenaga Medis dan SUBSTANSI (2) Pengadaan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan Pertimbangan dalam pengadaan Tenaga Medis
Tenaga Kesehatan dilakukan dilakukan melalui pendidikan tinggi. dan Tenaga Kesehatan sudah cukup dijelaskan
melalui pendidikan tinggi sesuai dengan perencanaan dan
dengan memperhatikan: pendayagunaan, sehingga uraian ayat (2)
dihapus.
1244. a. ketersediaan dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (2)
persebaran institusi
pendidikan dan/atau
program studi pendidikan
Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan pada setiap
wilayah;
1245. b. keseimbangan antara SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (2)
kebutuhan
penyelenggaraan Upaya
Kesehatan dan/atau
dinamika kesempatan
kerja di dalam dan di luar
negeri;
1246. c. keseimbangan antara SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (2)
kemampuan produksi
Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan dan sumber
daya yang tersedia;
1247. d. perkembangan ilmu SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (2)
pengetahuan dan
teknologi; dan
1248. e. prioritas pembangunan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (2)
dan pelayanan Kesehatan.
1249. (3) Pendidikan tinggi sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam UU Pendidikan
dimaksud pada ayat (2) Tinggi dan turunannya.

170
diselenggarakan oleh
Pemerintah Pusat dan/atau
masyarakat sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan.
1250. Pasal 203 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi bersifat teknis dan akan diatur dalam
(1) Pendidikan tinggi dalam rangka peraturan pelaksana
pengadaan Tenaga Medis dan
Tenaga Kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 201
diselenggarakan setelah
mendapatkan izin yang
diterbitkan oleh menteri yang
menyelenggarakan tugas
pemerintahan di bidang
pendidikan tinggi.
1251. (2) Izin sebagaimana dimaksud SUBSTANSI DIHAPUS Substansi bersifat teknis dan akan diatur dalam
pada ayat (1) diberikan setelah peraturan pelaksana
mendapatkan rekomendasi
Menteri.
1252. (3) Pembinaan teknis pendidikan SUBSTANSI (3) Pembinaan pendidikan tinggi dalam pengadaan Diusulkan pengaturan yang lebih general dalam
tinggi sebagaimana dimaksud Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan pembinaan pendidikan.
pada ayat (1) dilakukan oleh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 202 ayat (2)
Menteri. dilakukan oleh menteri yang menyelenggarakan
tugas pemerintahan di bidang pendidikan
berkoordinasi dengan Menteri.
1253. (4) Pembinaan teknis sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (3)
dimaksud pada ayat (3)
merupakan pembinaan teknis
keprofesian untuk mencapai
Standar Profesi atau standar
kompetensi.
1254. (5) Pembinaan akademik REDAKSIONAL DIHAPUS Konkordan dengan ayat (3)
pendidikan tinggi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
dilakukan oleh menteri yang
menyelenggarakan tugas
pemerintahan di bidang
pendidikan tinggi.

171
1255. SUBSTANSI BARU (6) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Menambahkan substansi terkait koordinasi
paling sedikit mencakup: dalam pembinaan pendidikan tinggi yang akan
diatur lebih lanjut dalam peraturan pelaksana
1256. SUBSTANSI BARU a. penyusunan standar nasional pendidikan Konkordan dengan ayat (6)
terkait Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan;
1257. SUBSTANSI BARU b. pemenuhan kebutuhan Tenaga Medis dan Konkordan dengan ayat (6)
Tenaga Kesehatan; dan
1258. SUBSTANSI BARU c. sumber daya manusia pendidik Tenaga Konkordan dengan ayat (6)
Medis dan Tenaga Kesehatan.
1259. SUBSTANSI BARU (7) Penyusunan standar nasional pendidikan Konkordan dengan ayat (6)
sebagaimana dimaksud pada ayat (6) huruf a
melibatkan kelompok ahli masing-masing
disiplin ilmu kesehatan.
1260. Pasal 204 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diatur dalam UU Pendidikan
(1) Pendidikan profesi bidang Tinggi
kesehatan sebagai bagian dari
pendidikan tinggi dapat
diselenggarakan oleh perguruan
tinggi dan bekerja sama dengan
kementerian yang
menyelenggarakan tugas
pemerintahan di bidang
pendidikan tinggi, kementerian
yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
kesehatan, kolegium, dan/atau
pihak lain sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan.
1261. (2) Selain diselenggarakan oleh SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diakomodir dalam pengaturan
perguruan tinggi sebagaimana rumah sakit pendidikan Pasal 183
dimaksud pada ayat (1),
pendidikan profesi bidang
kesehatan juga dapat
diselenggarakan oleh Rumah
Sakit pendidikan, yang bekerja
sama dengan perguruan tinggi,
kementerian yang

172
menyelenggarakan tugas
pemerintahan di bidang
pendidikan tinggi, kementerian
yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
kesehatan serta kolegium,
dan/atau pihak lain yang terkait
sesuai dengan kebutuhan.
1262. (3) Penyelenggaraan pendidikan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (2)
profesi bidang kesehatan oleh
Rumah Sakit pendidikan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) dilakukan setelah
mendapatkan izin dari Menteri
setelah berkoordinasi dengan
menteri yang menyelenggarakan
tugas pemerintahan di bidang
pendidikan tinggi.
1263. (4) Ketentuan lebih lanjut SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (2)
mengenai penyelenggaraan
pendidikan profesi bidang
kesehatan yang diselenggarakan
oleh Rumah Sakit pendidikan
diatur dalam Peraturan
Pemerintah.
1264. Pasal 205 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diakomodir dalam Pasal 203
Dalam penyusunan kurikulum ayat (6)
pendidikan Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan, penyelenggara pendidikan
tinggi harus mengacu pada standar
nasional pendidikan tinggi yang
ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan tugas
pemerintahan di bidang pendidikan
tinggi.
1265. Pasal 206 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diakomodir dalam Pasal 203
(1) Penyelenggaraan pendidikan ayat (6)
tinggi harus memenuhi standar

173
nasional pendidikan Tenaga
Medis atau Tenaga Kesehatan.
1266. (2) Standar nasional pendidikan SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diakomodir dalam Pasal 203
Tenaga Medis atau Tenaga ayat (6)
Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1)
mengacu pada standar nasional
pendidikan tinggi.
1267. (3) Standar nasional pendidikan SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diakomodir dalam Pasal 203
Tenaga Medis atau Tenaga ayat (6)
Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) disusun
bersama oleh menteri yang
menyelenggarakan tugas
pemerintahan di bidang
pendidikan tinggi, Menteri dan
kolegium setiap Tenaga Medis
atau Tenaga Kesehatan.
1268. (4) Kolegium setiap Tenaga Medis SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diakomodir dalam Pasal 203
atau Tenaga Kesehatan ayat (6)
sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) bertugas untuk
mengembangkan dan
mengampu suatu cabang
disiplin ilmu kesehatan.
1269. (5) Standar nasional pendidikan SUBSTANSI DIHAPUS Substansi sudah diakomodir dalam Pasal 203
Tenaga Kesehatan sebagaimana ayat (6)
dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan oleh menteri yang
menyelenggarakan tugas
pemerintahan di bidang
pendidikan tinggi setelah
berkoordinasi dengan Menteri.
1270. Pasal 207 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi bersifat teknis dan diatur dalam
(1) Dalam rangka penjaminan peraturan pelaksanaan
mutu lulusan, penyelenggara
pendidikan tinggi hanya dapat
menerima mahasiswa sesuai
dengan kuota nasional.

174
1271. (2) Kuota nasional sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
dimaksud pada ayat (1) harus
memperhatikan kebutuhan
Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan dalam Pelayanan
Kesehatan.
1272. (3) Kebutuhan Tenaga Medis dan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
Tenaga Kesehatan dalam
Pelayanan Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) ditetapkan oleh Menteri.
1273. (4) Ketentuan lebih lanjut SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
mengenai kuota nasional
penerimaan mahasiswa
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) diatur
dengan peraturan menteri yang
menyelenggarakan tugas
pemerintahan di bidang
pendidikan tinggi setelah
berkoordinasi dengan Menteri.
1274. REPOSISI DENGAN Pasal 207A Reposisi dari Pasal 195 ayat 2
PERUBAHAN (1) Tenaga Medis harus memiliki kualifikasi
REDAKSIONAL pendidikan paling rendah pendidikan profesi.
1275. REPOSISI DENGAN (2) Tenaga Kesehatan memiliki kualifikasi - Reposisi dari Pasal 195 ayat 2
PERUBAHAN pendidikan paling rendah diploma tiga. - Menambahkan kata “tiga” karena untuk
REDAKSIONAL menjadi tenaga kesehatan harus mempunyai
kualifikasi jenjang 5 KKNI, yang merupakan
jabatan teknisi atau analis dengan
kemampuan:
a. Mampu menyelesaikan pekerjaan
berlingkup luas, memilih metode yang
sesuai dari beragam pilihan yang sudah
maupun belum baku dengan
menganalisis data, serta mampu
menunjukkan kinerja dengan mutu dan
kuantitas yang terukur
b. Menguasai konsep teoritis bidang
pengetahuan tertentu secara umum,

175
serta mampu memformulasikan
penyelesaian masalah prosedural
c. Mampu mengelola kelompok kerja dan
menyusun laporan tertulis secara
komprehensif
d. Bertanggung jawab pada pekerjaan
sendiri dan dapat diberi tanggungjawab
atas pencapaian hasil kerja kelompok
1276. SUBSTANSI Pasal 207B Menambahkan substansi baru yang mengatur
BARU (1) Mahasiswa yang menyelesaikan pendidikan pendidikan akademik dan pendidikan profesi
program sarjana Tenaga Medis mendapatkan Tenaga Medis dan pemberian ijazah
ijazah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
1277. SUBSTANSI (2) Mahasiswa yang telah menyelesaikan pendidikan Konkordan dengan ayat (1)
BARU sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh
melakukan praktik profesi.
1278. SUBSTANSI (3) Mahasiswa yang menyelesaikan pendidikan Konkordan dengan ayat (1)
BARU sebagaiamana dimaksud pada ayat (2) yang ingin
melakukan praktik profesi harus meneruskan
pendidikan ke pendidikan profesi.

1279. SUBSTANSI (4) Mahasiswa yang menyelesaikan pendidikan


BARU sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diberikan
sertifikat profesi
1280. SUBSTANSI Pasal 207C Menambahkan substansi baru yang mengatur
BARU (1) Mahasiswa yang menyelesaikan pendidikan pendidikan program diploma, program sarjana,
program diploma, program sarjana, dan program dan program sarjana terapan Tenaga Kesehatan
sarjana terapan Tenaga Kesehatan mendapatkan dan pemberian ijazah
ijazah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
1281. SUBSTANSI (2) Mahasiswa yang telah menyelesaikan pendidikan Konkordan dengan ayat (1)
BARU Tenaga Kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), untuk program tertentu yang ingin
melakukan praktik profesi harus meneruskan
pendidikan ke pendidikan profesi.

1282. Pasal 208 SUBSTANSI Pasal 208 Pemerintah mengusulkan uji kompetensi untuk
(1) Mahasiswa pendidikan vokasi Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan tidak
dan pendidikan profesi Tenaga

176
Medis atau Tenaga Kesehatan (1) Mahasiswa pada program vokasi dan program diatur waktu pelaksanaannya di UU dan diatur
harus mengikuti Uji Kompetensi profesi baik Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan dalam peraturan pelaksana.
secara nasional setelah harus mengikuti Uji Kompetensi secara nasional.
dinyatakan lulus dan
mendapatkan ijazah profesi.
1283. (2) Uji kompetensi sebagaimana REDAKSIONAL (2) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat - Mengakomodir penyelenggaraan uji
dimaksud pada ayat (1) (1) diselenggarakan oleh penyelenggara kompetensi oleh Rumah Sakit pendidikan
diselenggarakan oleh institusi pendidikan bekerja sama dengan ahli dari masing- sebagai penyelenggara pendidikan
pendidikan Tenaga Medis atau masing disiplin ilmu kesehatan. - Diusulkan reposisi ayat 2 menjadi ayat 3
Tenaga Kesehatan bekerja sama
dengan Kolegium.
1284. (3) Uji kompetensi sebagaimana REDAKSIONAL (3) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat - Mengubah “mencapai” menjadi “pencapaian”
dimaksud pada ayat (2) (2) ditujukan untuk menilai pencapaian standar - Diusulkan reposisi ayat 3 menjadi ayat 2
ditujukan untuk mencapai kompetensi Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan.
standar kompetensi Tenaga
Medis atau Tenaga Kesehatan.
1285. (4) Pencapaian standar kompetensi REPOSISI DENGAN DIHAPUS Diusulkan pengaturannya dipecah menjadi ayat
Tenaga Medis atau Tenaga PERUBAHAN (4a), ayat (4b) dan ayat (4c)
Kesehatan sebagaimana SUBSTANSI
dimaksud pada ayat (3)
diberikan dalam bentuk
sertifikat kompetensi dari
Kolegium yang diterbitkan oleh
Pemerintah Pusat.
1286. REPOSISI DENGAN (4a) Mahasiswa yang menyelesaikan pendidikan Reposisi dari ayat (4)
PERUBAHAN program vokasi sebagaimana dimaksud pada
SUBSTANSI ayat (1) yang lulus uji kompetensi pada akhir
masa pendidikan memperoleh sertifikat
kompetensi.
1287. REPOSISI DENGAN (4b) Mahasiswa yang menyelesaikan pendidikan Reposisi dari ayat (4)
PERUBAHAN program profesi sebagaimana dimaksud pada
SUBSTANSI ayat (1) yang lulus uji kompetensi pada akhir
masa pendidikan memperoleh sertifikat profesi
dan sertifikat kompetensi.
1288. REPOSISI DENGAN (4c) Sertifikat profesi dan sertifikat kompetensi Reposisi dari ayat (4)
PERUBAHAN sebagaimana dimaksud pada ayat (4a) dan ayat
SUBSTANSI (4b) merupakan pengakuan terhadap
kompetensi pelayanan kesehatan.

177
1289. (5) Mahasiswa pendidikan vokasi SUBSTANSI DIHAPUS Pengaturan mengenai Ijazah sudah diakomodir
dan pendidikan profesi Tenaga dalam Pasal 207B dan 207C
Medis atau Tenaga Kesehatan
yang tidak lulus dalam uji
kompetensi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), hanya
diberi ijazah profesi.
1290. (6) Mahasiswa Pendidikan vokasi SUBSTANSI DIHAPUS Substansi bersifat teknis, diatur di dalam
dan Pendidikan profesi Tenaga peraturan pelaksanaan.
Medis atau Tenaga Kesehatan
yang tidak lulus uji kompetensi
sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) dapat mengikuti uji
kompetensi ulang yang
diselenggarakan oleh Kolegium
dengan pembiayaan dari
Pemerintah Pusat.
1291. (7) Dalam waktu paling lama 6 SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (6)
(enam) bulan setelah Tenaga
Medis atau Tenaga Kesehatan
dinyatakan tidak lulus
sebagaimana dimaksud pada
ayat (5), Pemerintah Pusat
memberikan pendampingan dan
dukungan kepada Kolegium
dalam melaksanakan
bimbingan uji kompetensi bagi
Tenaga Medis atau Tenaga
Kesehatan.
1292. (8) Standar kompetensi Tenaga SUBSTANSI DIHAPUS Penetapan standar kompetensi merupakan
Medis atau Tenaga Kesehatan kewenangan Pemerintah sebagai upaya untuk
sebagaimana dimaksud pada penjaminan mutu Tenaga Medis dan Tenaga
ayat (3) ditetapkan oleh Konsil Kesehatan yang akan memberikan pelayanan
Kedokteran Indonesia untuk kesehatan sehingga akan diatur oleh pemerintah
Tenaga Medis atau Konsil dalam peraturan pelaksanaan.
Tenaga Kesehatan Indonesia
untuk Tenaga Kesehatan.
1293. (9) Ketentuan lebih lanjut SUBSTANSI DIHAPUS Pengaturan lebih lanjut akan dijadikan satu
mengenai tata cara pelaksanaan dalam pengaturan selanjutnya.

178
uji kompetensi diatur dengan
peraturan pemerintah.
1294. SUBSTANSI BARU Pasal 208A Pemerintah mengusulkan beberapa substansi
Lulusan program vokasi atau profesi diberikan gelar baru terkait pemberian gelar, sumpah profesi,
oleh perguruan tinggi setelah menyelesaikan penyelenggaraan internsip, hak dan kewajiban
pendidikan. mahasiswa, sumber daya manusia dalam
pendidikan, dan sarana prasaran dalam
pendidikan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
1295. SUBSTANSI BARU Pasal 208B Konkordan dengan Pasal 208A
Lulusan uji kompetensi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 208 ayat (4a) dan ayat (4b) wajib
mengangkat sumpah profesi sesuai dengan etika
profesi.
1296. SUBSTANSI BARU Pasal 208C Konkordan dengan Pasal 208A
(1) Tenaga Medis yang telah mengangkat sumpah
profesi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
208B wajib mengikuti program internsip yang
merupakan penempatan wajib sementara pada
Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama
dan tingkat lanjut.
1297. SUBSTANSI BARU (2) Program internsip sebagaimana dimaksud pada Konkordan dengan Pasal 208A
ayat (1) bertujuan untuk pemantapan, pemahiran
dan pemandirian.
1298. SUBSTANSI BARU (3) Program internsip sebagaimana dimaksud pada Konkordan dengan Pasal 208A
ayat (1) diselenggarakan secara nasional oleh
Menteri berkoordinasi dengan menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendidikan dan pihak terkait.
1299. SUBSTANSI BARU Pasal 208D Konkordan dengan Pasal 208A
(1) Tenaga Medis yang telah menyelesaikan program
internsip dapat melanjutkan pendidikan ke
program spesialis.
1300. SUBSTANSI BARU (2) Tenaga Medis yang telah menyelesaikan program Konkordan dengan Pasal 208A
spesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat melanjutkan pendidikan ke program
subspesialis.
1301. SUBSTANSI BARU (3) Peserta didik pada program Konkordan dengan Pasal 208A
spesialis/subspesialis sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) didayagunakan oleh fasilitas

179
pelayanan kesehatan dalam rangka pemberian
pelayanan kesehatan sebagai bagian dalam
proses pendidikan.
1302. SUBSTANSI BARU Pasal 208E Konkordan dengan Pasal 208A
(1) Peserta didik yang memberikan pelayanan
kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
208D ayat (3) berhak:
1303. SUBSTANSI BARU a. memperoleh bantuan hukum dalam hal Konkordan dengan Pasal 208A
terjadinya sengketa medik selama mengikuti
proses pendidikan;
1304. SUBSTANSI BARU b. memperoleh waktu istirahat; Konkordan dengan Pasal 208A
1305. SUBSTANSI BARU c. mendapatkan jaminan kesehatan sesuai Konkordan dengan Pasal 208A
dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan;
1306. SUBSTANSI BARU d. mendapat perlindungan dari kekerasan fisik, Konkordan dengan Pasal 208A
mental, dan perundungan;
1307. SUBSTANSI BARU e. mendapat imbalan jasa medis dari tempat Konkordan dengan Pasal 208A
pelayanan medis sesuai dengan pelayanan
medis yang dilakukan.
1308. SUBSTANSI BARU (2) Peserta didik yang memberikan pelayanan Konkordan dengan Pasal 208A
kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
208D ayat (3) berkewajiban:
1309. SUBSTANSI BARU a. menghormati hak dan menjaga keselamatan Konkordan dengan Pasal 208A
pasien;
1310. SUBSTANSI BARU b. menjaga etika profesi dan etika fasilitas Konkordan dengan Pasal 208A
pelayanan kesehatan serta disiplin praktik
Tenaga Medis; dan
1311. SUBSTANSI BARU c. mengikuti tata tertib yang berlaku di institusi Konkordan dengan Pasal 208A
pendidikan serta fasilitas pelayanan
kesehatan;
1312. SUBSTANSI BARU Pasal 208F Konkordan dengan Pasal 208A
(1) Peserta didik pada program
spesialis/subspesialis baik Tenaga Medis atau
Tenaga Kesehatan harus mengikuti Uji
Kompetensi secara nasional.
1313. SUBSTANSI BARU (2) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat Konkordan dengan Pasal 208A
(1) ditujukan untuk menilai pencapaian standar
kompetensi Tenaga Medis atau Tenaga Kesehatan
spesialis/subspesialis.

180
1314. SUBSTANSI BARU (3) Uji kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat Konkordan dengan Pasal 208A
(1) diselenggarakan oleh penyelenggara
pendidikan bekerja sama dengan kelompok ahli
dari masing-masing disiplin ilmu kesehatan.
1315. SUBSTANSI BARU (4) Peserta didik yang menyelesaikan pendidikan Konkordan dengan Pasal 208A
program spesialis/subspesialis sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) yang lulus uji kompetensi
pada akhir masa pendidikan memperoleh
sertifikat profesi dan sertifikat kompetensi.
1316. SUBSTANSI BARU (5) Sertifikat profesi dan sertifikat kompetensi Konkordan dengan Pasal 208A
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) merupakan
pengakuan terhadap kompetensi pelayanan
kesehatan sebagai Tenaga Medis atau Tenaga
Kesehatan spesialis/subspesialis.
1317. SUBSTANSI BARU Pasal 208G Konkordan dengan Pasal 208A
Lulusan program spesialis/subspesialis diberikan
gelar spesialis/subspesialis oleh penyelenggara
pendidikan setelah menyelesaikan pendidikan.
1318. SUBSTANSI BARU Pasal 208H Konkordan dengan Pasal 208A
(1) Sumber daya manusia dalam pendidikan Tenaga
Medis dan Tenaga Kesehatan terdiri atas:
1319. SUBSTANSI BARU a. pendidik dan tenaga kependidikan yang Konkordan dengan Pasal 208A
bukan merupakan Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan;
1320. SUBSTANSI BARU b. Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan; Konkordan dengan Pasal 208A
1321. SUBSTANSI BARU c. peneliti dan/atau perekayasa; dan Konkordan dengan Pasal 208A
1322. SUBSTANSI BARU d. tenaga lain sesuai kebutuhan. Konkordan dengan Pasal 208A
1323. SUBSTANSI BARU (2) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan Konkordan dengan Pasal 208A
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
merupakan tenaga pendidik atau nontenaga
pendidik yang dapat melakukan pendidikan,
penelitian, pengabdian kepada masyarakat,
dan/atau pelayanan kesehatan.
1324. SUBSTANSI BARU (3) Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud Konkordan dengan Pasal 208A
pada ayat (1) mendapatkan kesetaraan
pengakuan atas pekerjaannya dalam proses
pendidikan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
dalam pengembangan kariernya.

181
1325. SUBSTANSI BARU (4) Sumber daya manusia sebagaimana dimaksud Konkordan dengan Pasal 208A
pada ayat (1) dapat ditugaskan untuk
melaksanakan pekerjaannya secara fleksibel
antar perguruan tinggi dan fasilitas pelayanan
kesehatan.
1326. SUBSTANSI BARU (5) Sumber daya manusia yang mendapatkan Konkordan dengan Pasal 208A
penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
mendapatkan pengakuan atas pekerjaannya
dalam pengembangan kariernya.
1327. SUBSTANSI BARU Pasal 208I Konkordan dengan Pasal 208A
(1) Perguruan tinggi dan fasilitas pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan pendidikan
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan
menyediakan sarana dan prasarana sesuai
dengan standar nasional pendidikan dan standar
pelayanan kesehatan.
1328. SUBSTANSI BARU (2) Sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud Konkordan dengan Pasal 208A
pada ayat (1) digunakan secara berbagi pakai.
1329. Pasal 209 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi diakomodir dalam usulan Pemerintah
(1) Dalam rangka percepatan Pasal 209A yang mengatur seluruh dukungan
pengadaan Tenaga Medis dan dalam penyelenggaraan pendidikan Tenaga
Tenaga Kesehatan pada Medis dan Tenaga Kesehatan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan,
Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah, dan masyarakat dapat
memberikan bantuan
pendanaan pendidikan dengan
kewajiban Tenaga Medis atau
Tenaga Kesehatan
melaksanakan masa
pengabdian pada Fasilitas
Pelayanan Kesehatan yang
ditunjuk setelah menyelesaikan
pendidikan.
1330. (2) Selain bantuan pendanaan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
pendidikan untuk tenaga
Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dalam
rangka peningkatan kualifikasi

182
pendidikan, Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, dan
masyarakat dapat memberikan
bantuan pendanaan pendidikan
kepada tenaga penunjang
Kesehatan dengan kewajiban
melaksanakan masa
pengabdian.
1331. (3) Bantuan pendanaan pendidikan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) berupa:
1332. a. pendanaan afirmasi SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan;
1333. b. bantuan pendidikan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
spesialis-subspesialis;
1334. c. pendanaan sebagian SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
(partial funding); dan
1335. d. bantuan pendanaan SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
pendidikan lainnya.
1336. (4) Masa pengabdian sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
dimaksud pada ayat (1)
dilakukan untuk jangka waktu
tertentu dalam rangka
pemenuhan kebutuhan Tenaga
Medis dan Tenaga Kesehatan.
1337. (5) Masa pengabdian sebagaimana SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
dimaksud pada ayat (3)
diperhitungkan sebagai masa
kerja.
1338. (6) Ketentuan lebih lanjut SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
mengenai bantuan pendanaan
pendidikan dan masa
pengabdian sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai
dengan ayat (4) diatur dalam
Peraturan Pemerintah.
1339. SUBSTANSI BARU Pasal 209A Konkordan keterangan Pemerintah pada Pasal
209 ayat (1)

183
(1) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
memberikan dukungan dalam penyelenggaraan
pendidikan Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan.
1340. SUBSTANSI BARU (2) Dukungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Konkordan dengan ayat (1)
meliputi sumber daya manusia, sarana dan
prasarana, bantuan pendanaan pendidikan,
penelitian, dan dukungan lainnya.
1341. SUBSTANSI BARU (3) Bantuan pendanaan pendidikan sebagaimana Konkordan dengan ayat (1)
dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan kebijakan
perencanaan Tenaga Medis dan Tenaga
Kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
200.
1342. SUBSTANSI BARU (4) Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan yang Konkordan dengan ayat (1)
menerima bantuan pendanaan pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melaksanakan masa pengabdian pada fasilitas
pelayanan kesehatan yang ditunjuk setelah
menyelesaikan pendidikan.
1343. Pasal 210 SUBSTANSI DIHAPUS Substansi bersifat teknis dan diatur dalam
(1) Dalam hal jumlah dan distribusi peraturan pelaksanaan.
Tenaga Kesehatan masih kurang
atau sudah melebihi kebutuhan
berdasarkan perencanaan
nasional, Menteri memberikan
rekomendasi penyesuaian laju
pengadaan Tenaga Kesehatan
untuk ditindaklanjuti oleh
menteri yang memiliki tugas
pemerintahan di bidang
pendidikan tinggi.
1344. (2) Rekomendasi penyesuaian laju SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
pengadaan Tenaga Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat berupa:
1345. a. pengurangan atau SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
penambahan kuota
penerimaan mahasiswa
baru;

184
1346. b. moratorium atau SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
pembukaan moratorium
program studi; dan
1347. c. penutupan atau SUBSTANSI DIHAPUS Konkordan dengan ayat (1)
pembukaan program studi.
1348. SUBSTANSI BARU Pasal 210A Penambahan substansi baru mengenai
Tenaga Medis dan Tenaga Kesehatan meningkatkan poeningkatan kompetensi berkelanjutan
kompetensi secara berkelanjutan untuk
mengembangkan keprofesiannya.
1349. SUBSTANSI BARU Pasal 210B Penambahan delegasi pengaturan lebih lanjut
Ketentuan lebih lanjut mengenai pengadaan Tenaga
Medis dan Tenaga Kesehatan dalam Pasal 202
sampai dengan Pasal 210A diatur dengan Peraturan
Pemerintah.

185

Anda mungkin juga menyukai