Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

CARA PEMASANGAN OKSIGEN

DI
S
U
S
U
N
OLEH
HAYATUN NUFUS (PO0320220041)
JAMALUDIN (P00320220043)
MIFTAHUL RAHMAH (P00320220045)
AULIA SYAFARAH (P00320220038)

POLTEKKES KEMENKES ACEH


DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................................................i
Daftar Isi..............................................................................................................................ii
Kata Pengantar....................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................2
BAB II Kajian Pustaka.........................................................................................................3
A. Definisi Pemberian Oksigen....................................................................................3
B. Etiologi.....................................................................................................................4
C. Patofisiologi.............................................................................................................4
D. Hal Yang Diperlukan Dalam Pemberian Oksigen...................................................5
E. Tata Kerja Pemberian Oksigen................................................................................6
BAB III Penutup................................................................................................................10
A. Kesimpulan............................................................................................................10
Daftar Pustaka....................................................................................................................11

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala, Rabb Penguasa
alam, Rabb yang tiada henti-hentinya memberikan kenikmatan dan karunia kepada semua
makhluk-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas makalah seminar ini. Shalawat serta
salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
keluarganya, para sahabatnya, serta orang-orang yang mengikuti risalahnya hingga akhir zaman.
Penyusun menyadari dalam makalah ini masih banyak kekurangan, karena keterbatasan
kemampuan maupun pengalaman kami. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi memperbaiki kekurangan ataupun kekeliruan yang ada. Harapan kami semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para mahasiswa kebidanan untuk menambah wawasan dalam
bidang kesehatan.
Penulis mohon ma’af apabila dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kesalahan,
oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Langsa, 21 September 2021

(Hayatun Nufus)

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia adalah organisme hidup yang terdiri atas sel sebagai unit kehidupan dasarnya.
Setiap organ yang menyusun sistem tubuh manusia terdiri atas sekelompok sel yang berbeda
yang disatukan oleh struktur pendukung interseluler dan setiap jenis sel secara khusus
disesuaikan untuk melakukan satu atau beberapa fungsi tertentu. Meski berbeda jenis dan
fungsinya, semua sel memiliki karakteristik atau sifat yang sama yaitu pada setiap sel, oksigen
(O2) akan bereaksi dengan karbohidrat, lemak, protein serta vitamin dan mineral untuk
menghasilkan energi yang diperlukan untuk fungsi sel yang kemudian digunakan untuk
melakukan aktivitas manusia sehari-hari.
Oksigen ialah salah satu komponen gas yang unsure vital dalam proses metabolism tubuh,
untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Secara normal elemen ini
diperoleh dengan cara menghirup udara ruangan dalam setiap kali bernafas. Penyampaian O2 ke
jaringan tubuh ditentukan oleh interaksi sistem respirasi,kardiovaskuler,dan keadaan
hematologis.
Oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia. Tidak makan
atau tidak minum mungkin masih akan memberikan toleransi yang cukup panjang hinga sampai
pada keadaan fatal, tetapi sebentar saja manusia tidak mendapatkan oksign maka akan langsung
fatal akibatnya.Tidak hanya untuk bernafas dan mempertahankan kehidupan, oksigen juga sangat
dibutuhkan untuk metabolisme tubuh. Oksigen juga bias dijadikan sarana untuk mengatasi
berbagai macam penyakit.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian dari pemberian oksigen?
2. Apa yang menjadi tujuan dari pemberian oksigen?
3. Apa yang menjadi indikasi dari pemberian oksigen?

1
4. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam pemberian oksigen?
5. Bagaimana tata kerja dalam pemberian oksigen?

C. TUJUAN
1. Agar kita mengetahui pengertian dari pemberian oksigen.
2. Agar kita mengerti tujuan dari pemberian oksigen.
3. Agar kita mengetahui indikasi pemberian oksigen.
4. Agar kita mengetahui tata kerja pemberian oksigen.
5. Agar kita mengetahui apa yang perlu diperhatikan dalam pemberian oksigen.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. DEFINISI PEMBERIAN OKSIGEN

Nafas dalam adalah bernapas (inhalasi dan ekshalasi) untuk mengambil oksigen
maksimal. Nafas dalam adalah suatu tindakan keperawatan dimana perawat akan
mengajarkan / melatih klien agar mampu dan mau melakukan napas dalam secara efektif
sehingga kapasitas vital dan ventilasi paru meningkat.
Pemberian terapi oksigen adalah suatu tata cara pemberian bantuan gas oksigen pada
penderita yang mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru yang melalui saluran
pernapasan dengan menggunakan alat khusus. Pemberian oksigen berupa pemberian oksigen
ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan menggunakan alat bantu oksigen.
Pemberian oksigen pada klien dapat melalui 3 cara, yaitu melalui kateter nasal, kanula nasal,
dan masker oksigen.
Tujuan pemberian oksigen
1. Memenuhi kekurangan oksigen.
2. Membantu kelancran metabolism/
3. Sebagai tindakan pengobatan.
4. Mencegah hipoksia.
5. Mengurangi beban kerja alat nafas dan jantung.
Indikasi
Terapi ini dilakukan pada penderita:
- Dengan anoksia atau hipoksia
- Dengan kelumpuhan alat-alat pernapasan.
- Selama dan sesudah dilakukan narcose umum.
- Mendapat trauma paru
- Tiba-tiba menunjukkan tanda-tanda shock. Dispeneu, cyanosis,apneu.

3
- Dalam keadaan koma
B. ETIOLOGI
1. Flu infeksi virus yang menyerang hidung, tenggorokan, dan paru-paru.
2. Faringitis adalah peradangan pada tenggorokan atau faring. 
3. Langritis yaitu peradangan yang terjadi pada laring atau pita suara.
4. Bronkitis kronis yaitu penyakit paru obstruksi kronik adalah peradangan yang terjadi
pada saluran bronkus di dalam paru-paru. Peradangan ini termasuk ke dalam
kondisi kronis karena umumnya terjadi dalam waktu yang lama, serta sering datang dan
pergi secara tiba-tiba dalam hitungan bulan atau tahun.
5. Bronkitis peradangan yang terjadi pada saluran utama pernapasan atau bronkus.
6. Imfisema paru adalah penyakit kronis atau jangka panjang akibat kerusakan pada
alveolus, yaitu kantong udara kecil pada paru-paru. Kondisi ini dapat menyebabkan
penderitanya sesak atau sulit bernapas.
7. Asma yaitu Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran
pernapasan yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang
menimbulkan sesak atau sulit bernapas, penderita asma juga bisa mengalami gejala lain
seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa diderita oleh semua golongan usia,
baik muda atau tua.
8. Bronkiektasis adalah kerusakan dan pelebaran permanen pada bronkus dan saluran
pernapasan. Kondisi ini menyebabkan penumpukan lendir di dalam paru-paru. Gejala yang
paling sering muncul adalah batuk berdahak terus-menerus dan sesak napas.
9. Pneumonia adalah peradangan paru-paru, pneumonia bisa menimbulkan gejala yang
ringan hingga berat.

C. PATOFISIOLOGI
1. Flu disebabkan oleh virus influenza yang menginfeksi hidung, tenggorokan, dan paru-
paru. Virus penyebab gangguan respirasi ini dapat menyebar melalui udara, benda yang
telah terkontaminasi, maupun kontak fisik dengan penderita flu.
2. Faringitis disebabkan oleh infeksi bakteri maupun virus.

4
3. Langritis disebabkan oleh penggunaan laring yang berlebihan, iritasi, atau infeksi. Gejala
yang ditunjukkan laringitis biasanya berupa sakit tenggorokan, batuk, demam, suara
serak, hingga kehilangan suara.
4. Bronkitis kronis disebabkan oleh infeksi paru-paru yang disebabkan oleh virus. Iritasi dan
peradangan menyebabkan bronkus menghasilkan lendir lebih banyak. penyebab bronkitis
kronis yang paling umum adalah merokok, baik pasif maupun aktif.
5. Brongkitis disebabkan saluran yang membawa udara ke paru-paru atau bronkus
mengalami peradangan. Akibatnya, gangguan respirasi ini menyebabkan penderitanya
batuk berdahak. Selain batuk berdahak, gejala yang menyertai bronkitis adalah dada
sesak, dahak berwarna kuning atau hijau, hingga demam.
6. Imfesema paru disebabkan oleh gangguan respirasi ini lebih sering dialami oleh perokok
aktif. Penderita emfisema dapat mengalami gejala batuk kronis dan sesak napas.
7. Asma disebabkan oleh alergi, paparan asap, polusi, hingga udara dingin.
8. Bronkiektasis disebabkan oleh kerusakan dinding bronkus dan saluran pernapasan.
Terkadang, tidak diketahui apa yang menyebabkan kerusakan ini. 
9. Pneumonia disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, atau jamur. Pneumonia juga bisa
disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 yang menyebabkan COVID-19.

D. HAL YANG DIPERLUKAN DALAM PEMBERIAN OKSIGEN

Persiapaan Alat:
1. Bantal
2. Tabung oksigen beserta isinya.
3. Regulator dan flow meter.
4. Botol pelembab.
5. Masker atau nasal prong
6. Slang penghubung.
Persiapan Pasien
1. Pasien diberikan penjelasan tentang hal-hal yang akan diberikan
2. Posisi yang aman dan nyaman
Persiapan mahasiswa

5
1. Melakukan tindakan dengan sistematis
2. Komunikatif dengan klien
3. Percaya diri
Persiapan lingkungan
1. Menutup pintu, jendela, dan memasang sampiran.
Langkah-langkah
Tahap pra interaksi
1. Identifikasi kebutuhan/indikasi pasien
2. Cuci tangan
3. Siapkan alat
Tahap orientasi
1. Beri salam, panggil klien dengan namanya
2. Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya

E. TATA KERJA PEMBERIAN OKSIGEN

Tahap kerja normal:


1. Atur posisi yang dirasa enak oleh klien (semi fowler) dengan lutut ditekuk, punggung dan
kepala diberi bantal atau posisi supine dengan kepala diberi bantal dan lutut ditekuk, untuk
membantu otot abdomen rileks.
2. Setelah penjelasan tentang latihan, klien dapat mempraktekkan.
3. Pertama dengan posisi supine atau semi fowler kemudian duduk, berdiri dan berjalan.
4. Anjurkan klien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di abdomen, untuk
menambah kekuatan dan tahanan pada bagian otot perut.
5. Latih pasien melakukan pernapasan perut (perintahkan klien menarik napas dalam melalui
hidung dengan mulut ditutup hingga 3 hitungan).
6. Anjurkan klien tetap rileks, jangan melengkungkan punggung dan konsentrasi pada
pengembangan abdomen sejauh yang dapat dilakukan.
7. Meminta klien menahan napas hingga 3 hitungan.

6
8. Perintahkan klien untuk mengerutkan bibir seperti sedang bersiul dan mengeluarkan udara
dengan pelan dan tenang hingga 3 hitungan.
9. Anjurkan klien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi otot.
10. Anjurkan kepada klien untuk melakukan latihan napas dalam.
11. paling sedikit 5 pernafasan empat kali perhari.
12. Rapikan klien.

Tahap terminasi
1. Evaluasi hasil / respon klien
2. Dokumentasikan hasilnya
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, membereskan alat-alat
5. Cuci tangan

 Cara kateter nasal


1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1-6 L/mnt. Kemudian
obsevasi humidifier dengan melihat air bergelembung.
4. Atur posisi dengan semi-fowler.
5. Ukur kateter nasal dimulai dengan lubang telinga sampai ke hidung dan berikan tanda.
6. Buka saluran udara dari tabung oksigen.
7. Berikan minyak pelumas (vaselin/jeli).
8. Masukkan kedalam hidung sampai batas yang ditentukan.
9. Lakukan pengecekkan kateter apakah sudah masuk apa belum, dengan menekan lidah pasien
menggunakan spatel (akan terlihat posisinya di belkang uvula).
10. Fiksasi pada daerah hidung.
11. Periksa kateter nasal setiap 6-8jam.
12. Kaji cuping, septum, dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen tiap 6-8 jam.

 Cara kanula nasal

7
Pemberian terapi okesigen dengan menggunakan nasal kanul adalah pemberian oksigen
kepada klien yang memerlukan oksigen ekstra dengan cara memasukkan selang yang terbuat dari
plastik kedalam lubang hidung dan mengaitkannya di belakang telinga. Panjang selang yang di
masukkan ke dalam lubang hidung hanya berkisar 0,6 sampai dengan 1,3 cm.
Pemasangan nasal kanula merupakan cara yang paling mudah, sederhana, murah, relative
nyaman, mudah di gunakan, cocok untuk segala umur, cocok untuk pemasangan jangka pendek
dan jangka panjang, dan efektif dalam mengirimkan oksigen.
Pemakaian nasal kanul juga tidak menggangu klien untuk melakukan aktifitas, seperti
berbicara atau makan.
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 1-6 L/mnt. Kemudian
observasi humidifier pada tabung dengan adanya gelembung air.
4. Pasang kanula nasal pada hidung dan atur pengikat untuk kenyamanan pasien.
5. Periksa kanula tiap 6-8 jam
6. Kaji cuping, septum, dan mukosa hidung serta periksa kecepatan aliran oksigen tiap 6-8 jam.
7. Catat kecepatan aliran oksigen rute pemberian dan respon klien.
8. Cuci tangan setelah prosdur yang dilakukan.

 Cara masker oksigen


Pemberian terapi oksigen dengan mengguankan face mask adalah pemberian oksigen kepada
pasien dengan menggunakan masker yang dialiri oksigen dengan posisi menutupi hidung dan
mulut klien.
Masker tersebut umumnya bewarna bening dan mempunyai tali sehingga dapat mengikat
kuat mengelilingi wajah klien.
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Atur posisi dengan semu-fowler.
4. Atur aliran oksigen sesuai dengan kecepatan yang dibutuhkan, biasanya 6-10L/mnt.
5. Kemudian observasi humidifier pada tabung air dengan adanya gelembung.

8
6. Tempatkan masker oksigen di atas mulut dan hidung pasien dan atur pengikat untuk
kenyamanan pasien.
7. Periksa kecepatan tiap 6-8 jam, catat kecepatan aliran oksigen, rute pemberian , dan respon
klien.
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

Tata kerja memakai tabung oksigen:


1. Tabung oksigen dibuka dan diperiksa isinya.
2. Cuci tangan sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan.
3. Hubungkan nasal prong atau masker dengan selang oksigen ke botol pelembab.
4. Pasang ke penderita
5. Atur aliran oksigen ssuai dengan kebutuhan.
6. Setelah pemberian tidak dibutuhkan lagi, lepas nasal prong atu masker dari penderita.
7. Tabung oksigen di tutup.
8. Penderita di rapikan kembali.
9. Peralatan dibereskan.

Perhatian
1. Amati tanda-tanda vital sebelum selam dan sesudah pemberian oksigen.
2. Jauhkan hal-hal yang dapat membahayakan, misalnya: api, yang dapat menimbulkan
kebakaran.
3. Air pelembab harus diganti setiap 24 jam dan isi sesuai batas yang ada pada botol.
4. Botol pelembab harus disimpan dalam keadaan bersih dan kering bila tidak dipakai.
5. Nasal prong dan masker harus dibersihkan, didesinfeksi dan disimpan kering.
6. Pemberian oksigen harus hati-hati terutama kepada penderita penyakit paru kronis karena
pemberian oksigen yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan hipoventilasi,hypercarbia diikuti
penurunan kesadaran.
7. Terapi oksigen sebaiknya di awali dengan aliran 1-2 L/mnt, kemudian dinaikkan pelan-pelan
sesuai kebutuhan.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemberian oksigen adalah suatu tata cara pemberian oksigen pada penderita yang
mengalami gangguan pernapasan ke dalam paru-paru melalui saluran pernapasan dengan
menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen digunakan pada pasien yang
mengalami trauma paru, anoksia atau hipoksia. Pemberian oksigen bertujuan untuk
memenuhi pasien yang kekurangan oksegen.

10
DAFTAR PUSTAKA

Black & Hawks. (2009). Keperawatan Medikal Bedah. Buku 1-3. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddarth. (2011). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Eni Kusyanti. (2014). Ketrampilan & Prosedur Laboratorium Keperawatan Dasar. Jakarta: EGC.
Reny. (2010). Askep Klien Gangguan Kardiovaskular. Jakarta: EGC.
Guyton AC, Hall JE. Textbook of Medical Physiology. Edisi XI. Philadel-phia. W. B. Saunders
Company. 2006.
Latief SA, Suryadi KA, Dachlan, MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Edisi II. Jakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2002.
Mangku G, Senapathi TGE. Buku Ajar Ilmu Anestesia dan Reanimasi. Edisi II. Jakarta. Indeks.
2017.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Edisi V. Jakarta. InternaPublishing. 2009.
Rilantono LI. Penyakit Kardiovaskular (PKV) 5 Rahasia. Edisi I. Jakarta. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2012.
Levitzky MG. Pulmonary Physiology. Edisi VII. New York. McGraw-Hill Companies. 2007.
Widiyanto B, Yasmin LS. Terapi Oksigen terhadap Perubahan Saturasi Oksigen melalui
Pemeriksaan Oksimetri pada Pasien Infark Miokard Akut (IM-A).
Prosiding Konferensi Nasional II PPNI Jawa Tengah. 2014; 1(1): 138-43.
Butterworth JF, Mackey DC, Wasnick JD. Morgan & Mikhail’s Clinical Anesthesiology. Edisi
V. New York. McGraw-Hill Companies. 2013.

11

Anda mungkin juga menyukai