KIMIA MEDISINAL
“HUBUNGAN STRUKTUR TERAPI KIMIA OBAT ”
DISUSUN OLEH :
ADE SAPUTRI AKBAR 515 18 011 276
APRIANUS TAGOR GULTOM 506 18 011 009
ASTI TISNAWATI 515 18 011 119
OKTAVIANA HANYA 515 18 011 011
RODE 515 18 011 053
YUSNI SAHRIANI 515 18 011 118
SAHRUL GUNAWAN 515 18 011 071
HAYATI 515 18 011 055
HASNITA RAODATUL JANNAH 515 18 011 259
1
KATA PENGANTAR
Penyusun
2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .................................................................................................27
B. Saran ...........................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada tubuh saluran pernapasan memiliki peranan penting, apabila dalam 1 menit saja
kita tidak dapat menyuplai oksigen dalam tubuh, maka akan beraktibat fatal yang
penyakit pada saluran pernapasan. Penyakit saluran pernapasan yang paling banyak di
jumpai dalam masyarakat misalnya batuk, pilek, radang tenggorokan dan sampai
pada yang berat misalnya asma radang paru-paru, emfisema, bronckhitis dan lain-
lain.
Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada
mikroorganisme, namun yang terbanyak akibat infeksi virus dan bakteri. Tingginya
prevalensi infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) serta dampak yang ditimbulkannya
membawa akibat pada tingginya konsumsi obat bebas (seperti anti influenza, obat
untuk mengatasi infeksi ini. Peresepan antibiotika yang berlebihan tersebut terdapat
4
pada infeksi saluran napas khususnya infeksi saluran napas atas akut, meskipun
sebagian besar penyebab dari penyakit ini adalah virus. Salah satu penyebabnya
adalah ekspektasi yang berlebihan para klinisi terhadap antibiotika terutama untuk
mencegah infeksi sekunder yang disebabkan oleh bakteri, yang sebetulnya tidak bisa
dicegah. Dampak dari semua ini adalah meningkatnya resistensi bakteri maupun
peningkatan efek samping yang tidak diinginkan. Dalam pemilihan obat perlu kita
juga perlu memahami struktur aktivitas obat untuk membantu dalam memahami
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PEMBAHASAN
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Saluran Pernapasan
dan pada saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang
bersenyawa dengan karbon dan hydrogen dari jaringan memungkinkan setiap sel
nasolacrimal yang menyalurkan air mata dari mata ke dalam bagian bawah rongga
eksterna, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas;
oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronkial ke alveoli, dan dapat
membrane alveolar-kapiler dari kapiler darah ke alveoli, dan setelah melalui pipa
bronkial dan trakea, dinapaskan keluar melalui hidung dan mulut. Ada empat
yaitu:
6
1. Ventilasi pulmoner, atau gerak pernapasan yang menukar udara dalam alveoli
3. Distribusi arus udara dan arus darah sedemikina sehingga dalam jumlah tepat
paru-paru menerima jumlah yang tepat CO2 dan O2 . pada waktu gerak badan,
lebih banyak darah datang di paru-paru membawa terlalu banyak CO2 dan
atau jumlah udara yang masuk dan keluar paru-paru, dapat terlalu kecil bila
serabut saraf, otot, atau iga-iga, atau bila pernapasan tersumbat karena ada
halangan dalam saluran udara, seperti pada asma. Ventilasi yang terlalu sedikit
obstruksi pada saluran udara bronkial. Penyakit pada jaringan paru-paru seperti
7
Pneumonia, tidak menyebabkan ventilasi pulmoner yang berkurang,tetapi
ventilasi maupun difusi gas tak berjalan, karena pembengkakan lapisan membrane
peralihannya, yakni asma, bronchitis kronis dan emfisema paru yang gejala
a. Asma
Asma disebabkan oleh antibody IgE menempel pada sel mast dan pada
pemaparan berulang dengan antigen yang sama, terjadi sel mast sehingga
8
jiwa akibat sengatan lebah atau penisilin, atau obat lainnya . Antigen yang
napas menyempit secara kronis akibat edema dan tidak stabil. Pada asma
ringan sampai sedang, obat lini pertama adalah agonis adrenoseptor β2 kerja
singkat yang bila dibutuhkan dapat di inhalasi dari wadah bertekanan. Pada
1. Sinusitis
Peradangan ini banyak dijumpai pada anak dan dewasa yang biasanya
sinus akut yaitu infeksi pada sinus paranasal sampai dengan 30 hari baik
sinusitis subakut dengan gejala yang menetap 30-90 hari dan yang terakhir
adalah sinusitis kronik yang biasanya didiagnosis bila gejala sinusitis terus
terjadi hingga lebih dari 6 minggu. Tanda local sinusitis adalah hidung
jernih, dapat pula disertai bau, nyeri tekan pada wajah di area pipi, di
9
antara kedua mata dan di dahi. Bakteri paling umum menjadi penyebab
2. Faringitis
servikal, malaise dan mual. Khusus untuk faringitis yanga disebabkan oleh
3. Bronkhitis
10
Bronkhitis adalah kondisi peradangan pada daerah trakheobronkhial.
bertambah parah pada malam hari serta biasanya disertai sputum. Sesak
napas bila harus melakukan gerakan eksersi (naik tangga atau mengankat
virus. Ada pula bakteri atypical yang menjadi penyebab bronchitis yaitu
4. Pneumonia
parasite. Tanda dan gejala yang lazim dijumpai pada pneumonia adalah
adenovirus.
11
C. Struktur Kimia Obat- Obat Saluran Pernapasan dan Mekanisme Kerjanya
a. Antibiotik
apakah infeksi benar-benar ada. Hal ini disebabkan ada beberapa kondisi
penyakit maupun obat yang dapat memberikan gejala/ tanda yang mirip
dengan infeksi. Selain itu pemakaian antibiotika tanpa didasari bukti infeksi
Obat Berlawanan (ROB) yang dialami pasien. Bukti infeksi dapat berupa
produksi infiltrat dari tempat infeksi, maupun hasil kultur. Pilihan antibiotic
pembentukan dinding sel bakteri. Cara kerja ini juga berarti bahwa
penisilin hanya akan aktif bekerja pada satuan patogen yang sedang
12
memiliki dasar rangka Penam, yang memiliki rumus molekul R-
untuk membuat turunan penisilin badru dengan sifat yang lebih baik
diantaranya :
atau metoksi
13
R-C9H11N2O4S
14
negatif (meski aktivitasnya sering berkurang ketika melawan
organisme Gram-positif).
berikut:
β laktamase.
15
C8H9NO5
C38H72N2O12
16
Gambar 4. Rumus Struktur Azithromycin
mengandung nitrogen atau azalide dengan khasiat dan guna yang sama
b. Kortikosteroid
dengan cara menghambat aktivasi dan infiltrasi eosinofil, basofil dan mast
17
steroid secara oral berkaitan dengan banyak efek samping yang
Beklometason
kehamilan, dan menyusui: kecuali jika manfaat lebih besar dari risiko,
18
dan risiko aritmia ventrikel; L-dopa, L-tiroksin, oksitosin dan alkohol
C28H37ClO7
Gambar 6. Beklometason
c. Dekongestan
kasus infeksi saluran nafas karena efeknya terhadap nasal yang meradang,
sinus serta mukosa tuba eustachius. Ada beberapa agen yang digunakan
19
mempunyai efek samping sistemik berupa takikardia, palpitasi, gelisah,
predisposisi.
C10H15NO
Gambar 7. Pseudoefedrin
C9H13NO
Gambar 8. Fenilpropanolamin
d. Bronkhodilator
20
yang dapat dipilih adalah : Stimulan adrenoseptor β. Otot polos saluran
diberikan secara inhalasi. Efek yang tidak diharapkan adalah tremor halus,
ketegangan pada saraf, dan takikardia, tetapi biasnya efek-efek ini tidak
masa kerja yang jauh lebih panjang daripada salbutamol. Tidak seperti
Adrenoceptor Agonist.
21
Selain itu dengan indeks keamanan yang sempit teofilin perlu dimonitor
C13H21NO3
Gambar 9. Salbutamol
selektif beta 2 adrenergik agonis, artinya obat ini secara spesifik bekerja
pada reseptor beta 2 adrenergik yang terdapat pada otot polos bronkus untuk
secara langsung menimbulkan efek relaksasi pada otot polos bronkus, selain
pada otot polos bronkus salbutamol juga bekerja pada otot polos uterus
22
thyrotoxicosis, hipertensi, gangguan kardiovaskuler, hipertiroid dan
diabetes melitus.
C25H37O4
gejala seperti sesak napas, mengi, batuk, dan lainnya bisa berkurang.
C20H30BrNO3
Gambar 11 Ipratropium Br
23
Ipratropium bromida adalah antagonis kolinergika asetilkolin pada
hidung.
C7H8N4O2
24
bebas di otot polos, menghalangi pembentukan prostaglandin, dan
e. Mukolitik
C5H9NO3S
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
diperhatikan penyakit lain dari pasien yang menerima terapi asma dan
26
DAFTAR PUSTAKA
Pearce, Evelyn., 2009, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Gramedia, Jakarta.
(Online),http://bppsdmk.kemkes.go.id>2017/08/Farmakologi-
27